Anda di halaman 1dari 253

Laporan Tahunan 2016 Page 1

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Pujastuti Angayubagia kehadapan Ida Sanghyang Widi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya, sehingga
penyusunan Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali Tahun 2016 dapat terselesaikan. Laporan tahunan ini menggambarkan kegiatan
yang dilaksanakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, UPT. Laboratorium
Kesehatan Hewan dan UPT. Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali selama
tahun 2016 dan dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan kegiatan
berikutnya.

Kami menyadari bahwa Laporan Tahunan ini masih belum sempurna oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan dan
penyempurnaan. Mudah-mudahan Laporan Tahunan Tahun 2016, Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dapat dijadikan parameter terhadap pencapaian
kinerja pelaksanaan pembangunan tahun 2016 dan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan untuk menyempurnakan pada tahun berikutnya.

Denpasar, Juni 2017 .

KEPALA DINAS PETERNAKAN DAN


KESEHATAN HEWAN PROVINSI BALI,

Ir. I PUTU SUMANTRA, M.App.Sc.


Pembina Utama Madya
Nip. 19580919 198503 1 016

Laporan Tahunan 2016 Page 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Geografis ............................................................................................... 2
1.3. Potensi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali ……………….3
1.4. Penduduk....................................................................................... ......... 4
1.5. Organisasi dan Tata Kerja …………………………………………………..4

BAB II ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN ............................. 22


2.1. Visi ......................................................................................................... 22
2.2. Misi......................................................................................................... 23
2.3. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD ...................................... 23
2.4. Strategi dan Kebijakan ………………………………………………………26
2.5. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD ...................................... 28

BAB III SEKRETARIAT .......................................................................................... 40


BAB IV BIDANG PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN .................................. 60
BAB V PRODUKSI ................................................................................................. 78
BAB VI USAHA TANI (UT) …………………………………………………………….113
BAB VII KESEHATAN HEWAN ……………………………………………………….138
BAB VIII UPT. BALAI INSEMINASI BUATAN DAERAH (BIBD)……………….....164
BAB IX UPT. LABORATORIUM KESEHATAN HEWAN …………………………..181
BAB X PENUTUP ………………………………………………. ……………………..222

LAMPIRAN

Laporan Tahunan 2016 Page 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan
ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf
hidup, dan kemandirian petani peternak, serta dalam rangka pencapaian
kecukupan pangan dengan usaha yang terus menerus melalui penerapan
agribisnis yang terpadu. Pendekatan pembangunan peternakan di Bali tetap
mengacu kepada pengembangan peternakan rakyat agar menjadi usaha pokok
dengan skala usaha ekonomis, serta pengembangan perusahaan peternakan/
swasta yang mempunyai keberpihakan kepada, Peternakan rakyat menjadi
mitra usaha dengan mensinergikan setiap sub sistem dalam satu manajemen
agribisnis yang terintegrasi secara vertikal. Salah satu misi penting dalam
pengembangan Peternakan secara optimal dan menerapkan teknologi tepat
spesifik lokasi yang mampu berdaya saing dan berkelanjutan dengan
pemberdayaan masyarakat menuju wiraswasta yang maju dan sejahtera.

Secara keseluruhan kondisi peternakan Bali menunjukan kontribusi yang


cukup berarti dalam pembangunan ekonomi di Bali karena didukung oleh lahan
yang sangat subur dan potensil, SDM yang relatif mudah dididik, dukungan
Perguruan Tinggi dan lembaga Litbang yang berskala nasional yang banyak
berada di Bali serta posisi daerah yang dekat kepada pasar/daerah pemasaran,
terutama Pulau Jawa dan konsumsi di Bali sendiri yang jumlah penduduknya
cukup banyak. Melihat berbagai peluang, potensi dan permasalahan pada
sektor peternakan di Bali tersebut di atas, maka melalui perubahan fokus peran
pemerintah dan penentu kebijakan menjadi agen perubahan akan memberikan
atmosfir yang lebih akomodatif bagi para stake holders peternakan untuk lebih
berkiprah dalam pembangunan peternakan di Bali, menunjang tercapainya Visi
dan Misi Bali. Tuntutan perubahan pembangunan memerlukan perubahan sikap
dan birokrasi peternakan untuk lebih menjadi fasilitator pembangunan dan

Laporan Tahunan 2016 Page 4


pelayan masyarakat dan merubah masyarakat dan swasta untuk lebih
partisipatif dalam pembangunan peternakan.

Namun demikian pembangunan peternakan yang dilaksanakan oleh


masyarakat dan swasta selama ini dirasakan belum menunjukkan kinerja yang
optimal. Skala usaha peternakan yang dilakukan oleh peternakan rakyat belum
mencapai skala ekonomi, berdasarkan jumlah pemilikan maupun sistem
pemeliharaan. Pengembangan Kawasan juga belum optimal baik untuk
pengembangan Bali Selatan, lahan-lahan kritis dan Kawasan Sentra Produksi
Peternakan yang belum, optimal. Salah satu hal yang cukup mengganggu
pengembangan peternakan di Bali adalah munculnya wabah penyakit Flu
Burung (Avian Influenza) yang sangat mempengaruhi industri perunggasan
maupun pola konsumsi masyarakat, serta gangguan penyakit zoonosis lainnya
Brucellosis dan Rabies. Pengembangan dan Peningkatan teknologi dalam
rangka peningkatan
PSK (Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan) peternak belum berkembang
dengan optimal dan belum sepenuhnya mampu mengakses permodalan,
teknologi, potensi serta pasar yang tersedia.

Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkan produksi


peternakan. Untuk mengetahui hasil kegiatan Program Pembangunan
Peternakan, di Provinsi Bali Tahun 2016, maka kami telah mencoba
menuangkannya dalam bentuk Laporan Tahunan ini yang isinya berupa hasil-
hasil yang telah dicapai dan perbandingan dengan hasil tahun sebelumnya.

1.2 Geografis
Provinsi Bali dengan luas wilayah 5.636,66 Km² merupakan daerah yang
pertaniannya sangat intensif, dimana petani juga sebagai peternak. Disamping
itu di Bali juga sudah ada perusahaan-perusahaan bidang peternakan baik itu
budidaya maupun industri peternakan. Provinsi Bali yang terdiri dari 8 (delapan)
Kabupaten dan satu Kota dengan 57 Kecamatan berpenduduk tahun 2015:
4.104.900 jiwa. Berdasarkan Bali dalam angka tahun 2015 penggunaan tanah di

Laporan Tahunan 2016 Page 5


daerah Bali adalah sebagai berikut; lahan pertanian 354.406 Ha, atau telah
terjadi peningkatan sebesar 0,04% dari tahun sebelumnya 355.271 Ha,
sedangkan lahan bukan pertanian mencapai 209.260 Ha atau terjadi penurunan
0,06% dari tahun sebelumnya 208.395 Ha. Walaupun Provinsi Bali tidak begitu
luas dibanding dengan pulau-pulau di wilayah Nusantara ini namun daerah Bali
mempunyai potensi yang cukup besar dalam mengembangkan peternakan

disamping itu bidang peternakan merupakan salah satu penunjang sektor


pariwisata yang merupakan sektor andalan dalam pemasukan devisa daerah
Bali.

Ternak merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki fungsi


sosial budaya dan ekonomi yang cukup penting bagi masyarakat Bali. Ternak
dan hasil ternak dibutuhkan hampir setiap hari dalam penyelenggaraan
kehidupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat Bali. Berdasarkan Data
Peternakan tahun 2016 populasi ternak di Provinsi Bali adalah sebagai berikut;
sapi potong (Bali) 546.370 ekor, sapi perah 0 ekor, kuda 256 ekor, kerbau 1.865
ekor, babi 803.517 ekor, kambing 62.652 ekor, domba 0 ekor, ayam buras
3.940.439 ekor, ayam ras petelur 5.517.652 ekor, ayam ras pedaging 9.059.264
ekor, itik 634.282 ekor, Kelinci 6.771 ekor, Puyuh 17.238 ekor, Merpati 114.659
ekor angsa 3.737 ekor. Pada tahun yang sama te rcatat total produksi daging
terdiri dari daging sapi 7,810.67 ton, daging kerbau 26,20 ton, daging babi
166.535,05 ton, daging kambing/domba 3.402,93 ton. daging ayam buras
4.486,19 ton, daging ayam petelur 3.004,36 ton, daging ayam pedaging
9.865,53 ton dan daging itik 345,20 ton serta produksi telur 53.341,92 ton dan
susu 0 ton.

1.3 Potensi Peternakan di Provinsi Bali


Penggunaan lahan di Provinsi Bali terdiri dari lahan sawah 80.542 Ha
dan tanah bukan sawah 273.864 Ha. Terdiri dari , tegal/kebun 123.771 Ha,
Ladang 0 Ha, Perkebunan 122.219 Ha, hutan rakyat 23.909 Ha, Tambak
/Kolam 3.556Ha, Padang penggembalaan 0 Ha. Dari luas lahan tersebut yang

Laporan Tahunan 2016 Page 6


dapat dimanfaatkan paling besar untuk pengembangan usaha peternakan
adalah tanah kering dan tanah perkebunan.

Potensi sumber daya peternakan di Provinsi Bali cukup besar, namun


pemanfaatannya masih sangat terbatas.

1.4 Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Bali pada tahun 2014 sebesar 4.104.900 jiwa
secara rinci jumlah penduduk per Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

- Kota Denpasar : 863.600 Jiwa


- Kabupaten Badung : 602.700 Jiwa
- Kabupaten Gianyar : 490.500 Jiwa
- Kabupaten Klungkung : 174.800 Jiwa
- Kabupaten Bangli : 221.300 Jiwa
- Kabupaten Karangasem : 408.100 Jiwa
- Kabupaten Jembrana : 269.800 Jiwa
- Kabupaten Tabanan : 433.300 Jiwa
- KabupatenBuleleng : 642.300 jiwa
 Data Bali membangun tahun 2015.

1.5 Organisasi dan Tata Kerja


1.5.1. Dasar Pembentukan
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan

Laporan Tahunan 2016 Page 7


Tata Kerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dan
ditindakianjuti dengan Peraturan Gubemur Bali Nomor 75 Tahun 2011 tentang
Rincian Tugas Pokok Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.

1.5.2. Kedudukan
a. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah unsur pelaksana Pemerintah
Daerah Provinsi Bali
b. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dipimpin oleh Kepala
Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur..
1.5.3. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan :

1. Tugas Pokok
a. Merumuskan kebijakan operasional di bidang Peternakan yang
merupakan sebagian kewenangan desentralisasi Provinsi serta
kewenangan yang dilimpahkan kepada Gubernur berdasarkan azas

dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

2. Fungsi
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
b. Pengelolaan dan fasilitasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
c. Pelaksanaan pelayanan umum dan pemberian rekomendasi di bidang
peternakan dan kesehatan hewan.
d. Pembinaan pelaksanaan tugas bidang peternakan dan kesehatan
hewan.
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan
f. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah;
1.5.4. Struktur Organisasi
1. Kepala Dinas Kepala Dinas mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Dinas;
b. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas;

Laporan Tahunan 2016 Page 8


c. merumuskan kebijakan umum Dinas serta menyelenggarakan administrasi
berdasarkan keuangan;
d. menditribusikan tugas kepada bawahan
e. menilai prestasi kerja bawahan;
f.menyediakan dukungan kerjasama antar Kabupaten /Kota;

g. melakukan pengendalian terhadap pelayanan umum dan perizinan;


h. membina bawahan dalam pencapaian Program Dinas;
i. mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan;
j. melaksanakan pembinanan umum dan.pembinaan teknis;
k. melaksanakan sitem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan ; dan
m. melaporkan hasil peleksanaan tugas kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah.

Sekretariat

Pasal 3

1. Sekretaris mempunyari tugas:


a. menyusun rencana dan program kerja kesekretariatan;
b. mengkordinasikan program kerja masing-masing sub bagian
c. mengkoordinasikan para Kepala Sub Bagian;
d. menilai prestasi kerja bawahan;

Laporan Tahunan 2016 Page 9


e. membimbing dan memberi petunjuk kepada kepala Sub Bagian dan
bawahan;
f. melakukan Koordinasi dengan para Kepala Bidang dan Kepala UPT;
g. menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan berdasarkan rencana kerja
yang telah disusun;
h. melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan urusan umum dan
kepegawian, penyusunan program dan keuangan;
i. menghimpun dan menyusun rencana anggaran dan program pembangunan
bidang Peternakan dan kesehatan hewan;
j. rnengumpulkan dan menyusun laporan keuangan Sekretariat dan bidang;
k. melaksanakan sistem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan; dan
m. melaporakan hasil peklaksanaan tugas kepada Dinas.
Sub Bagian

Pasal 4

(1). Kepala Sub Bagian Kepegawian mempunyai tugas:

a. mempunyai rencana dan program kerja Sub Bagian;


b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan urusan kepegawaian;
e. menyiapkan bahan telaahaan dasn analisis organisasi dan ketatalaksanaan
Dinas;
f. melaksanakan sistim pengendalian intern;
g. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan ; dan
h. melaporkan hasil peleksanaan tugas kepada Sekretaris;

(2). Kepala Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program mempunyai tugas:

a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;


b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan penatausahaan keuangan;

Laporan Tahunan 2016 Page 10


e. melaksanakan pengurusan gaji pegawai dan tunjangan lainnya;

f. melaksanakan kontrol keuangan;


g. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan;
h. menghimpun bahan dan data program rencana kerja dan anggaran Dinas;
i. menggkoordinasikan penyusunan anggaran/pembiayaan pembangunan
peternakan dan kesehatan hewan;
j. melakukan monitoring pelaksanaan anggaran;
k. melaksanakan sistim pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
m. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris;

(3). Kepala Sub Bagian Umum mempunyai tugas;

a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;


b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. mengelola, memelihara dan mendistribusikan barang bergerak dan/atau
tidak bergerak serta menyiapkan usulan penghapusannya;
e. memelihara, menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan
kantor serta melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan Dinas;
f. mengelola urusan surat menyurat;
g. menghimpun peraturan perundang-undangan yang berlaku;
h. melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan keprotokolan;
i. melaksanakan sistim pengendalian intern:
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris;

Bidang Pengkajian dan Pengembangan

Laporan Tahunan 2016 Page 11


Pasal 5

2. Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan mempunyai tugas:


a. menyusun rencana dan program kerja Bidang;
b. mengkoordinasikan program kerja masing-masing seksi;
c. mengkoordinasikan para kepala seksi;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada kepala seksi dan bawahan;
f. melaksanakan pembinaan dan pengawasan manajemen pcngumpulan,
pengolahan, analisis penyajian dan pelayanan data komoditas peternakan dan
sumber daya strategis lintas kabupaten/kota;
g. mengkoordinir pelaksanaan pengkajian dan pengembangan program-program
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan;
h. mengkoodinir penyusunan rencana strategis Dina (RENSTRA), indikator kinerja
Utama (IKU) Dinas;
i. menghimpun bahan dan penyusunan laporan akuntabilitas instansi pemerintah
(LAKIP);
j. mengkoordinir pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan pelaporan kegiatan
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan;
k. melaksanakan sitem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
m. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala dinas,

pasal 6

(1). Kepala Seksi Data dan Pengkajian mempunyai tugas:

a. menyusun rencana dan program kerja Seksi;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. mengumpulkan mengolah dan menyajikan data bidang peternakan dan
kesehatan hewan;
e. melakukan pengkajian program dan kegiatan pembangunan peternakan
dan kesehatan hewan;

Laporan Tahunan 2016 Page 12


f. menyusun indikator kinerja utma (IKU) Dinas;
g. melaksanakan sistim pengendalian intern;
h. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan; dan
i. melaporkan hasil peleksanaan tugas kepada kepala bidang.

(2). Kepala Seksi Pengembangan mempunyai tugas:

a. memnyusun rencana dan program kerja Seksi;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rencana kerja pengembangan
sub sektor Peternakan dan Kesehatan hewan;;
e. melakukan pengembangan program-program pebangunan Peternakan dan
kesehatan hewan;
f. merumuskan kebijakan teknis pengembangan komoditi peternakan dan
kesehatan hewan Wilayah Provinsi;
g. menyusun rencana strategis dinas (RENSTRA);
i. melaksanakan sistim pengendalian intern;
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bidang.
(2) Kepala Seksi Evaluasi dan pelaporan mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan Dinas secara periodik;
e. mengkompulir laporan-laporan dari Sekretariat dan Bidang menjadi bahan
laporan Dinas;
f. mengkompulir penyusunan laporan kegiatan Dinas;
g. penyusunan laporan dengan sistim informasi monitoring dan evaluasi
(SIMONEV);

Laporan Tahunan 2016 Page 13


h. mengkoordinasikan pelaksanaan Sistem Pengendalianj Intern (SPI);
i. menyusun Laporan Kinerja Instansi (LAKIP) setiap Tahun;

j. menyiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pertanggungjawaban;


k. menyiapkan bahan tindak lanjut hasil pemeriksaan ekternal;
l. melaksanakan sistim pengendalian intern;
m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
n. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala bidang.

Bidang Kesehatan Hewan

Pasal 7

3. Kepala Bidang Kesehatan Hewan mempunyai tugas:


a. menyusun rencana dan program kerja Bidang;
b. Mengkoordinasikan progran kerja masing-masing Seksi;
c. Mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
d. Menilai prestasi kerja bawahan;
e. Membimbing dan memberi petunjuk kepada kepala Seksi dan bawahan;
f. Pembinaan dan pengawasan penerapan norma standar teknis pelayanan
kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat veteriner dan kesejatraan hewan
wilayah Provinsi;
g. Peramalan wabah penyakit hewan menular dan pembinaan pembuatan peta
penyakit hewan menular Wilayah Provinsi;
h. Pembinaan terhadap pelaksanaan pengamatan, pencegahan, pengendalian
dan pemberantasan penyakit hewan menular wilayah Provinsi;
i. Menyiapkan petunjuk teknis terhadap penutupan dan pembukaan kembali
penyakit hewan menular wilayah Provinsi;
j. Pembinaan dan pengawasan lalu lintas hewan dan bahan asal hewan terhadap
masuknya penyakit esotik wilayah Provinsi;

Laporan Tahunan 2016 Page 14


k. pembinaan dan pengawasan terhadap peredaran obat hewan, penerapan
standar teknis RPH/RPU dan penerapan kesejahteraan hewan;
l. melaksanakan sistim pengendalian intern;
m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
n. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala bidang.

Pasal 8

(1). Kepala Seksi Pengamatan, Pencegahan, dan Pembrantasan Penyakit Hewan


mempunyai tugas:

a. menyusun rencana kerja Seksi;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pembinaan, pengamatan pencegahan pengendalian dan
pembrantasan penyakit hewan wilayah provinsi;
e. pembuatan peta situasi penyebaran penyakit hewan menular wilayah provinsi;
f. melaksanakan peramalan dan penanggulangan wabah penyakit hewan menular
wilayah provinsi;
g. melaksanakan identifikasi dan inventarisasi kebutuhan obat hewan dalam
penanggulangan penyakit hewan menular wilayah provinsi;
h. melaksanakan sistim pengendalian intern;
i. melaksanakan tugas kedinasan Lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
j. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala bidang.

(2). Kepala Seksi Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan mempunyai tugas:

a. menyusun rencana dan program kerja seksi;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;

Laporan Tahunan 2016 Page 15


c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pembinaan, pengawasan pengendalian dan penyidikan penyakit
hewan zoonosis dan food bone disease wilayah provinsi;
e. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan penerapan higiene dan sanitasi
terhadap unit usaha produk pangan asal hewan serta pemberian sertifikat
nomor kontrol veteriner (NKV) eilayah provinsi;
f. melaksanakan pembinaan, pengawasan penerapan standar teknis rumah
potong hewan (RPH) dan rumah potong unggas (RPU) serta penerapan
kesejahteraan hewan wilayah provinsi;
g. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pemotongan ternak
betina produktif wilayah provinsi;
h. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pemantauan peredaran produk
pangan asal hewan dan produk hewan non pangan wilayah provinsi;
i. memberikan rekomendasi teknis eksport dan import (antar pulau dan antar
negara) serta instalasi karantina hewan sementara terhadap produk hewan
pangan dan produk hewan non pangan;
j. melaknakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

(3). Kepala Seksi Pengawasan obat dan Lalu Lintas Hewan mempunyai tugas:

a. menyusun rencana dan program kerja Seksi;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pembinaan, pengawasan peredaran dan standar mutu obat
hewan wilayah provinsi
e. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan penerapan persyaratan izin usaha
distributor obat hewan wilayah provinsi;
f. melaksanakan pembinaa, pengawasan dan pemantauan terhadap lalu lintas
hewan/ternak/satwa wilayah provinsi;
g. memberikan rekomendasi teknis lalu lintas hewan, obat hewan dan instalasi
karantina hewan sementara (IKHS) wilayah provinsi;

Laporan Tahunan 2016 Page 16


h. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan sertifikasi medik verteriner
(Poskeswan, Dokter Hewan Praktek, Klinik Hewan, umah Sakit Hewan, Pet
Shop serta usaha dibidang kesehatan hewan lainnya) wilayah provinsi;
i. melaksanakan pembinaan standar teknis medik veteriner wilayah provinsi;
j. melaksanakan sistim mengendalian Intern;
k. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
l. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

Bidang Produksi

Pasal 9

4. Kepala Bidang Produksi mempunyai tugas:


a. mempunyai rencana dan program Kerja Bidang;
b. mengkoordinasikan orugram kerja masing-masing Seksi;
c. mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan bawahan;
f. melaksanakan penerapan dan pengawasan kebijakan pembibitan ternak;
g. melaksanakan penerapan dan pengawasan kebijakan pengembangan teknologi
peternakan;

Laporan Tahunan 2016 Page 17


h. melaksanakan penerapan dan pengawasan kebijakan alsin peternakan serta
pengawasan standar mutu alsin peternakan wilayah Provinsi;
i. melaksanakan penerapan kebijakan pengawasan mutu pakan ternak serta
labelisasi dan sertifikasi mutu pakan ternak;
j. melaksanakan penerapan dan pengawasan kebijakan dan pedoman
penyebaran dan pengembangan ternak wilayah Provinsi;
k. melaksanakan sistem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
m. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Dinas.

Pasal 10

(1). Kepala Seksi Perbibitan Ternak mempunyai tugas:

a. menyusun rencana dan program kerja Seksi;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pembinaan dan pengawasan standar perbibitan ternak,
pengawasan produk ternak bibit serta pelestarian ternak bibit murni dan
unggul/plasma nutfah peternakan wilayah Provinsi;
e. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan sertifikasi produk bibit ternak
wilayah Provinsi;
f. Melaksanakan pemantauan dan penmgawasan penerapan standar tehnis
mutu bibit ternak wilayah Provinsi;
g. Melaksanakan pembinaaan mutu genetik dengan rekayasa tehnologi tepat
guna wilayah provinsi;
h. Pembinaan penetapan pedoman lalu lintas ternak bibit wilayah provinsi;
i. Menyusun standar teknis penetapan sertipikasi tenaga ahli perbibitan
wilayah provinsi;
j. Melaksanakan pembinaan sumber bibit ternak dan pengawasan breeding
replacement serta pengawasan penjaringan bibit ternak dikawasan produksi
peternakan wilayah provinsi;
k. Melaksanakan pendataan dan pengaturan kawasan-kawasan sumber bibit
dan plasma nutfah wilayah provinsi;

Laporan Tahunan 2016 Page 18


l. Melaksanakan penerapan dan kawasan pelaksanaan dan pengembangan
ternak wilayah provinsi;
m. Melaksanakan monitoring dan pengawasan penyebaran ternak pemerintah
wilayah provinsi;
n. Melaksanakan sistem pengendalian intern;
o. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
p. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

(2). Kepala Seksi Pakan Ternak mempunyai tugas:

a. menyusun rencana program kerja Seks;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menerapkan kebijakan pakan ternak wilayah provinsi;
e. bimbingan produksi paka ternak dan bahan baku pakan ternak wilayah
provinsi;
f. penerapan standar mutu pakan ternak wilayah provinsi;
g. melaksanakan penerapan sertifikasi ternak wilayah provinsi;
h. labelisasi dan sertifikasi mutu pakan ternak;
i. pengawas mutu pakan dan bahan baku pakan wilayah provinsi;

j. pengadaan, perbanyakan dan penyaluran benih hijauan pakan wilayah


provinsi;
k. melaksanakan sistem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan ysng diberikan oleh atasan; dan
m. melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada kepala bidang.

Laporan Tahunan 2016 Page 19


(3). Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Peternakan Mempunyai Tugas:

a. menyusun rencana program kerja Seksi;


b. meberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan kebijakan alat dan mesin peternakan dan kesehatan
hewan wilayah provinsi;
e. penentuan, identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin
peternakan dan kesehatan hewan wilayah provinsi;
f. menerapkan standar mutu alat dan mesin peternakan dan kesehatan
hewan wilayah provinsi;
g. pembinaan dan pengawasan standar alat dan mesin peternakan dan
kesehatan hewan wilayah provinsi;
h. penerapan standar dukungan rekayasa teknologi peternakan dan
keseheatan hewan wilayah provinsi;
i. pembinaan dan pengawasan rekayasa dan pemeliharaan alat dan
mesin peternakan dan kesehatan hewan wilayah provinsi;
j. pembinaan kerjasama teknologi bidang peternakan dan kesehatan
hewan wilayah provinsi;
k. bimbingan pemanfaatan dan pengelolaan lahan, air dan pupuk organik;
l. pemantauan dan evaluasi pengembangan teknologi oftimalisasi
pengelolaan pemanfaatan lahan dan air untuk usaha peternakan;
m. melaksanakan sistem pengendalian intern;
n. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan; dan
o. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala bidang.

Bidang Usaha Tani Ternak dan Pemasaran

Pasal 11

Laporan Tahunan 2016 Page 20


Kepala Bidang Usaha Tani Ternak dan Pemasaran mempunyai tugas:

a. menyusun rencana dan program kerja Bidang;


b. mengkoordinasikan program kerja masing-masing Seksi;
c. mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan bawahan;
f. pembinaan dan pengawasan penyaluran program kredit bersubsidi wilayah
provinsi;
g. pengawasan penerapan pedoman kerjasama kemitraan usaha peternakan
wilayah provinsi;
h. pengawasan penerapan teknologi panen, pasca panen dan pengolahan
hasil peternakan wilayah provinsi;
i. evaluasi pelaksanaan UKL-UPL peternakan wilayah provinsi;
j. pemantauan, pembinaan analisis usaha tani dan pemasaran hasil
peternakan;
k. pengawasan, penerapan standar teknis kelembagaan usaha tani ternak;
l. evaluasi dan inventarisasi data jumlah kelompok tani ternak wilayah
provinsi;
m. melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis mengenai mutu dan
standarisasi hasil peternakan;
n. membuat pedoman teknis mengenai mutu dan standarisasi hasil
peternakan;
o. monitoring dan evaluasi terhadap penerapan standarisasi hasil peternakan;
p. melaksanakam sistem pengendalian intern;
q. melaksanakan tugas kedinasan lain yang ditugaskan oleh atasan; dan
r. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas.

Pasal 12

(1). Kepala Seksi Sumber daya dan Pembiayaan mempunyai tugas:

a. memnyusun rencana dan program keja Seksi;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;

Laporan Tahunan 2016 Page 21


c. menilai prestasi kerja bawahan;

d. melaksanakan monitoring dan pemantauan investasi atau permodalan,


ketenaga kerjaan dan perkreditan;
e. melaksanakan pernbinaan, penyaluran dan pemanfaatan kredit program
wilayah Provinsi;
f. melaksanakan pembinaan dan monitoring penerapan pedoman kerjasama
kemitraan usaha peternakan wilayah Provinsi;
g. melaksanakan pembinaan pelaksanaan UKL-UPL peternakan;
h. melaksanakan, monitoring dan pengawasan UKL-UPL wilayah Provinsi;
i. melaksanakan sistem pengendalian intern;
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepa Kepala Bidang.

(2). Kepala seksi Bimbingan Usaha dan Pemasaran mempunyai tugas:

a. menyusun rencana dan program kerja Seksi;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. memberikan syarat-syarat mendirikan usaha peternakan dan pengawasan
usaha peternakan;
e. menghimpun dan menginformasikan data harga ternak dan hasil
peternakan serta melaksanakan bimbingan analisis usaha tani dan
pemasaran basil peternakan;
f. menghimpun data ternak yang datang dan laku di pasar-pasar hewan Se-
Bali;
g. melaksanakan promosi dan pameran hasil peternakan;
h. melaksanakan pembinanaa kelembagaan usaha tani ternak dan
manajemen usaha tani ternak wilayah provinsi;
i. melaksanakan pembinaan kelembagaan usaha tani ternak dan manajemen
usaha tani ternak wilayah provinsi;
j. mengkoordinir pelaksanaan kegiatan lomba kelompok tani ternak wilayah
provinsi;

Laporan Tahunan 2016 Page 22


k. monitoring dan evaluasi data jumlah kelompok tani ternak wilayah provinsi;
l. melaksanakan sistem pengendalian intern;

m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan


n. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

(3). Kepala Seksi Mutu dan Standarisasi Hasil mempunyai tugas:

a. menyusun rencana dan program kerja seksi;


b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pedoman teknis mengenai mutu dan standarisasi hasil
peternakan;
e. melaksanakan pedoman teknis mengenai mutu dan standarisasi hasil
peternakan;
f. melaksanakan bimbingan, pembinaan dan pengawasan penerapan
teknologi panen, pasca panen dan pengolahan hasil peternakan;
g. melaksanakan bimbingan perhitungan perkiraan kehilangan hasil budidaya
peternakan wilayah provinsi;
h. monitoring dan evaluasi terhadap penerapan standarisasi hasil peternakan;
i. melakasanakan sitem pengendalian intern;
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang

UNIT PELAKSANA TEKNIS

Unit Pelaksana Teknis Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD)

Pasal 13

1. Tugas Pokok dan Fungsi UPT BIBD

1) Kepala UPT mempunyai tugas :

Laporan Tahunan 2016 Page 23


a. Menyusun Rencana Kerja dan Program Kerja UPT
b. Mengkoordinasikan program kerja Sub Bagian dan Seksi
c. Mengkoordinasikan Kepala Sub bagian dan eksi
d. Menilai Prestasi kerja bawahan

e. Membimbing dan member petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan Kepala
Seksi
f. Melakukan koordinasi dengan Sekretaris dan Kepala Bidang
g. Mengkoordinir pelaksanaan program Inseminasi Buatan untuk meningkatkan
mutu genetic ternak
h. Mengkoordinir produksi dan distribusi semen dan pelaksanaan Inseminasi
Buatan
i. Melaksanakan pengawasan produksi dan semen, distribusi semen, dan
pelaksanaan Inseminasi Buatan
j. Melaksanakan monitoring, mengevaluasi dan merumuskan hasil pelaksanaan
Inseminasi Buatan di UPT
k. Menyiapkan sumberdaya dan kelembagaan pelaksanaan Inseminasi Buatan
l. Melaksanakan system pengendalian intern
m.Melaksanakan tugas kedinasan lainnya
n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

a. Menyusun rencana dan program kerja UPT

b. Memberikan petunjuk kepada bawahan

c. Menilai prestasi kerja bawahan

d. Mengelola urusan surat menyurat

e. Membuat, menghimpun dan memelihara administrasi umum dn kepegawaian

Laporan Tahunan 2016 Page 24


f. Mengelola, memelihara, dan mendistribusikan barang

g. Memelihara gedung , perlengkapan kantor, dan sarana prasarana kantor

h. Mengadakan buku-buku dan bahan bacaan untuk perpustakaan

i. Melaksanakan system pengendalian intern

j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan

k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT

3. Kepala Seksi Produksi dan Distribusi Semen

a. Menyusun rencana dan program kerja seksi

b. Memberikan petunjuk kepada bawahan

c. Menilai prestasi kerja bawahan

d. Memelihara dan merawat ternak yang dimiliki serta lingkungannya

e. Merawat dan memelihara pejantan sebagai sumber produksi semen

f. Melakukan penampungan semen ternak dan memrosesnya menjadi semen cair


maupun semen beku yang siap untuk digunakan

g.Melakukan produksi dan distribusi semen untuk pelaksanaan inseminasi buatan

h. Menyimpan dan merawat semen hasil produksi

i. Melakukan monitoring dan evaluasi kualitas semen

j. melakukan pengawasan terhadap distribusi dan penggunaan semen

k. Mengolah, menanam, dan merawat kebun hijauan untuk kebutuhan pakan


ternak yang dimiliki

l. Melaksanakan evaluasi dan peremajaan pejantan ternak yang digunakan untuk


sumber produksi semen

m. Merancang kebutuhan dan produksi semen

Laporan Tahunan 2016 Page 25


n. Menyediakan , menggunakan dan pemeliharaan sarana, peralatan dan bahan
yang diperlukan untuk memproduksi semen

o. melaksanakan system pengendalian intern

p. Melaksanakan tugas kedinasan lainnyayang ditugaskan oleh atasandan

q. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT.

4.Kepala Seksi Sumberdaya dan Kelembagaan

a. Menyusun rencana dan program kerja seksi

b. Memberikan petunjuk kepada bawahan

c. Menilai prestasi bawahan

d. Menyiapkan dan membina sumberdaya manusia untuk pelaksanaan inseminasi


buatan

e. Menyiapkan Unit lokasi untuk pelaksanaan inseminasi bauatn

f. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan kelembagaan untuk pelaksanaan


inseminasi buatan

g. Menyiapkan sarana dan prsarana yang diperlukan untuk pelayanan inseminasi


bauatn

h. Melakukan pendataan dan penyelamatan terhadap hasil-hasil ternak bibit yang


bermutu

Laporan Tahunan 2016 Page 26


i. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan inseminasi buatan

j. Melaksanakan system pengendalian intern

k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan

l. Malaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT

UNIT PELAKSANA TEKNIS LABORATORIUM KESEHATAN HEWAN

Pasal 16

Kepala UPT mempunyai tugas :

a. menyusun rencana dan program kerja UPT;


b. mengkoordinasikan program kerja Kepala Sub Bagian dan Seksi;
c. mengkoordinasikan Kepala Sub Bagian dan Seksi;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan Seksi;
f. melakukan koordinasi dengan sekretaris dan para Kepala Bidang;
g. merumuskan hasil penyidikan, pencatatan dan pemetaan penyakit hewan;
h. mengkoordinir pelayanan penanggulangan penyakit hewan;
i. mengkoordinir pengujian laboratorium dan sertifikasi hasil pemeriksaan;
j. melaksanakan sistem pengendalian intern;
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas;

Pasal 17

(1). Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas :

a. menyusun rencana dan program kerja UPT;


b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. mengelola urusan surat menyurat;

Laporan Tahunan 2016 Page 27


e. membuat, menghimpun dan memelihara administrasi umum dan kepegawaian;
f. mengeliola, memelihara dan mendistribusikan barang;

g. memelihara gedung, perlengkapan kantor dan sarana prasarana kantor;


h. mengadakan buku-buku dan bahan bacaan untuk perpustakaan;
i. melaksanakan sistem pengendalian intern;
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT;
Pasal 18

(2). Kepala Seksi Epidemiologi dan Pelayana Lapangan mempunyai tugas :

a. menyusun rencana dan program seksi;


b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan penyidikan, pencatatan dan pemetaan penyakit hewan;
e. memberikan pelayanan penanggulangan penyakit hewan;
f. melaksanakan sistem pengendalian intern;
g. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
h. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT;
(3). Kepala Seksi Pengujian dan Pemeriksaan Laboratorium mepunyai tugas :

a. menyusun rencana dan program kerja seksi;


b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pengujian laboratorium dan sertifikasi hasil pemeriksaan;
e. melaksanakan sistem pengendalian intern;
f. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
g. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT

Laporan Tahunan 2016 Page 28


BAB II

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN

2.1 Visi
Sejalan dengan Pola Dasar Pembangunan Provinsi Bali, maka ditetapkan
Visi Dinas Peternakan Provinsi Bali yaitu “Terwujudnya Peternakan Yang Maju,
Tangguh, Berwawasan Agribisnsis Berbasis sumber Daya Lokal Menuju Bali
Mandara Jilid II”. Melalui visi tersebut, diharapkan Bali mampu menyediakan
produk primer peternakan dan olahan yang sehat dan berkesinambungan dan

terjangkau oleh daya beli masyarakat dengan memperhahatikan efisiensi dan


kelangsungan usaha mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, sampai
kepada pengolahan harus ramah lingkungan, yang dilandasi kesinambungan,
keselarasan, kelestarian dan optimalisasi penggunaan lahan pemanfaatan limbah
peternakan serta pengendalian organisme pengganggu bagi kesehatan hewan
maupun kesehatan manusia.

Guna mewujudkan visi tersebut di atas maka Misi Dinas Peternakan


dirumuskan sebagai berikut:

2.2. Misi

Dalam Misi 3 RPJMD Provinsi Bali yaitu mewujudkan Bali yang


sejahtera dan sukerta lahir bhatin, maka berdasarkan misi tersebut serta
untuk mewujudkan visi, ditetapkan misi Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali yaitu :

1. Meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan


2. Meningkatkan populasi ternak dan produksi peternakan
3. Meningkatkan penumbuhan kelembagaan kelompok usaha pengolahan
dan pemasaran hasil perternakan serta jaminan keamanan pangan
hewani yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal).

Laporan Tahunan 2016 Page 29


2.3 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
2.3.1 Tujuan
Berpijak dan mengacu pada visi dan misi serta identifikasi isu-isu
stretegis dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali,
tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2013 – 2018 adalah
terwujudnya penurunan tingkat kesakitan ternak dan peningkatan
populasi ternak serta penumbuhan kelompok/usaha pengolahan dan
pemasaran hasil ternak.
2.3.2 Sasaran
Dengan ditetapkan tujuan maka pembangunan peternakan di Provinsi
Bali perlu diarahkan untuk pencapaian sasaran strategis adalah sebagai
berikut :

Sasaran I : Penurunan tingkat kesakitan ternak dengan indikator kinerja :


1. Persentase tingkat kesakitan ternak (sapi, babi, kambing, unggas(flu
burung), anjing (rabies)).

Sasaran II : Meningkatkan populasi ternak dengan indikator kinerja :


1. Jumlah populasi ternak (ekor) : sapi, babi, kambing, ayam buras, ayam
ras petelur, ayam ras pedaging, itik
2. Jumlah pengeluaran sapi potong (ekor)
3. Jumlah pemotongan sapi potong (ekor)

Sasaran III : Penumbuhan kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran


hasil ternak dengan indikator :

1. Jumlah kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran hasil ternak


( klp )

Adapun sasaran kuantitatif yang akan dicapai dalam kurun waktu 2013-
2018 adalah sebagai berikut :

Laporan Tahunan 2016 Page 30


I. Penurunan Tingkat Kesakitan Ternak

PROYEKSI PERSENTASE TINGKAT


JENIS KESAKITAN TERNAK
NO
TERNAK
2014 2015 2016 2017 2018

1 Sapi 1% 0,8% 0,6% 0,5% 0,5%

2 Babi 4% 3,5% 3% 3% 3%

3 Kambing 3% 2,8% 2,6% 2,5% 2,5%

Unggas (Flu
4 Burung) 15% 14% 12% 10% 10%

5 Rabies 0,24% 0,4% 0,4% 0% 0%

II. Peningkatan Populasi Ternak

2.1 JUMLAH POPULASI TERNAK

Laporan Tahunan 2016 Page 31


JENIS PROYEKSI POPULASI (EKOR) PERTUMBUHAN
NO
TERNAK 2014 2015 2016 2017 2018 (%)

1 Sapi Potong 492.108 506.477 521.267 536.488 552.153 2,92

2 Babi 869.836 879.665 889.606 899.658 909.824 1,13

3 Kambing 71.018 71.905 72.804 73.714 74.636 1,25

4 Ayam Buras 4.142.070 4.168.165 4.194.424 4.220.849 4.247.440 0,63

Ayam Ras
5 Petelur 4.394.723 4.433.836 4.473.297 4.513.110 4.553.276 0,89

Ayam Ras
6 Pedaging 7.231.051 7.284.560 7.338.466 7.392.771 7.447.477 0,74

7 Itik 704.739 717.354 730.194 743.265 756.569 1,79

2.2 JUMLAH PENGELUARAN SAPI POTONG

PROYEKSI PENGELUARAN TERNAK (EKOR)


NO KOMODITI
2014 2015 2016 2017 2018

1 Sapi Potong 47.790 52.095 54.884 60.707 63.748

Laporan Tahunan 2016 Page 32


2.3 JUMLAH PEMOTONGAN SAPI POTONG

PROYEKSI PEMOTONGAN (EKOR) PERTUMBU


KOMODI HAN
NO
TI
2014 2015 2016 2017 2018 (%)

Sapi
1 Potong 41.645 42.003 42.364 42.728 43.096 0,86

Penumbuhan Kelompok / Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil


Ternak

Proyeksi penumbuhan kelompok(klp)


NO Uraian

2014 2015 2016 2017 2018

1. Jumlah Kelompok /
Usaha Pengolahan 9 9 9 9 9
dan Pemasaran
Hasil Ternak

Laporan Tahunan 2016 Page 33


2.4. Strategi dan Kebijakan
2.4.1. Strategi
Untuk meraih visi dan melaksanakan misi serta mencapai tujuan dan
sasaran maka pilihan strategi pembangunan peternakan adalah :

1. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan


menular strategis dan zoonosis.
2. Optimalisasi potensi peternakan melalui pemanfaatan IPTEK dan
sumber daya alam lokal berdasarkan pengembangan wilayah /
kawasan dan komoditas ternak unggulan.
3. Penumbuhan kelembagaan dan kemitraan yang lebih luas dan saling
menguntungkan serta pengembangan teknologi tepat guna yang
ramah lingkungan.

2.4.2. Kebijakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali

1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan.

Pencegahan, pengamatan dan penyidikan, pemberantasan dan


pengobatan, pengujian serta pembinaan dan pengawasan penyakit
hewan menular strategis dan zoonosis.

2. Peningkatan populasi dan produksi ternak melalui :


a. Intensifikasi, diversifikasi budidaya dan simantri
b. Penyuluhan dan pelatihan teknologi tepat guna.
c. Pengendalian pengeluaran dan pemasukan ternak.
d. Pengendalian pemotongan hewan betina produktif.
e. Pengembangan kawasan peternakan.

Laporan Tahunan 2016 Page 34


f. Pengembangan pakan ternak yang berkualitas.
g. Peningkatan sarana dan prasarana peternakan

3. Penumbuhan kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran hasil


ternak melalui :
a. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan
b. Pengembangan pengolahan hasil peternakan
c. Pengawasan kemitraan usaha peternakan
d. Peningkatan, penyediaan pasca panen yag Aman Sehat Utuh dan
Halal (ASUH)
e. Pengembangan pemasaran ternak dan produksi hasil ternak

Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka dilakukan dengan berorientasi
pada pembangunan peternakan, dengan paradigma baru yaitu usaha tani
agribisnis melalui pendekatan kewilayahan dan landasan baru yaitu efisiensi,
produktivitas dan sustainability (berkelanjutan) serta usaha peningkatan produksi
melalui usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi usaha. Oleh
karena itu proses tranformasi dan system usaha tani tradisional ke system usaha
tani agribisnis harus menjadi perhatian utama dalam pembangunan peternakan,
sebagai industry biologis. Pendekatan agribisnis yaitu pendekatan yang
menyeluruh sebagai suastu system mulai dari pra produksi, budidaya, pasca
produksi dan pemasaran. Dalam pendekatan sistem agribisnis peternakan,
variable lahan merupakan salah satu factor produksi pembatas sekaligus sumber
daya penentu kelayakan teknis usaha peternakan.

2.5. Strategi dan Arah Kebijakan


2.5.1.Strategi:

Laporan Tahunan 2016 Page 35


Untuk meraih visi dan melaksanakan misi serta mencapai tujuan dan
sasaran maka pilihan strategi pembangunan peternakan adalah:

a. Optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan serta perlindungan


sumber daya alami lokal
b. Pengembangan wilayah berdasarkan komoditas ternak unggulan
c. Pengembangan kelembagaan petani ternak
d. Pengembangan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan
e. Pengembangan kemitraan yang lebih luas dan saling menguntungkan
f. Peningkatan kualitas SDM petugas dan petani ternak.
g. Sosialisasi dan promosi Peternakan.
h. Participate Planning (Perencanaan pembangunan yang
mengikutsertakan partisipasi stake holder).

2.5.2. Arah Kebijakan

1. Kebijakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali


1. Kebijakan Umum
Memberdayakan kegiatan di hulu, memperkuat dihilir guna
menciptakan nilai tambah dan daya saing usaha peternakan yaitu:

(1) Pengembangan Produksi berupa Daging dan Telur melalui:


- Konsolidasi dan peningkatan usaha peternakan rakyat kearah
usaha tani komersial, orientasi pasar, berwawasan lingkungan
melalui pendekatan agribisnis.
- Pemantapan agribisnis dan agroindustri melalui
pengembangan kawasan usaha peternakan dengan
penerapan pola kemitraan yang rasional.
(2) Pasca Panen dan Pemasaran dilaksanakan dengan perbaikan
tata niaga dan pemasaran melalui:
- Perbaikan sarana dan prasarana.

Laporan Tahunan 2016 Page 36


- Pemantapan dan peningkatan aktifitas serta peran
kelembagaan (peternakan dan koperasi) dalam pemasaran.
- Mengembangkan berbagai pola kemitraan.
(3) Pelestarian dan Pengembangan Sumber Daya Genetik
- Pengembangan mutu sapi Bali melalui kegiatan IB.
- Introduksi jenis ternak unggul (selain sapi) untuk peningkatan
mutu genetik ternak yang sudah ada maupun sebagai ternak
yang akan dikembangkan.
(4) Pengembangan Sumber Daya Manusia diarahkan pada
peningkatan kemampuan penguasaan IPTEK dan menejemen
usaha tani.
(5) Pengembangan teknologi diarahkan pada rekayasa teknologi
tepat guna terapan baik yang merupakan hasil temuan ilmuwan
maupun ciptaan peternak.
(6) Pengembangan kelembagaan dilaksanakan melalui:
- Pengembangan kemampuan dan peranan kelompok tani
ternak yang ada.
- Menciptakan wadah kerja sama antar kelompok tani
komoditas sejenis dalam wadah koperasi.
(7) Pengembangan wilayah diarahkan untuk:
- Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
- Mengatasi kesenjangan antar golongan.
- Mengentaskan kemiskinan.
- Menciptakan usaha iklim yang sehat.
- Pengembangan wilayah dilakukan dengan mengoptimalkan
pengembangan wilayah sesuai dengan potensi yang ada.
(8) Keterpaduan sub sektor, program dan wilayah dengan
mengupayakan koordinasi dan keterpaduan antar sub sektor dan
sektor dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan serta
perpaduan antar “button up” dan “top down” planning.

Laporan Tahunan 2016 Page 37


(9) Pengembangan peranan swasta dan swadaya masyarakat.

(10) Pengembangan permodalan dan investasi diarahkan pada


pemupukan modal sendiri, kredit dan kemitraan.
(11) Pengembangan sistem informasi untuk mendukung penetapan
kebijaksanaan lebih lanjut dan merangsang investasi.
(12) Peningkatan sarana dan prasarana kerja khususnya untuk
pelaksanaan di lapangan.

2. Kebijakan Teknis
Untuk menjabarkan kebijakan tersebut dalam bentuk operasional
teknis di lapangan, maka perlu ditetapkan kebijakan teknis yang
meliputi:

(1) Pengembangan Sistem Pembinaan Bibit


- Perbibitan pedesaan.
- Perbibitan swasta dengan dorongan investasi dan pembinaan
teknis.
(2) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan.
- Pencegahan, pengamatan dan penyidikan, pemberantasan
dan pengobatan serta pembinaan dan pengawasan.
(3) Pembinaan Produksi dan Budidaya Ternak.
- Intensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi.
- Pengembangan peranan catur sarana pembinaan (kelompok
tani, KUD, penjualan sarana produksi dan industri pasca
panen).
- Penyuluhan dan pelatihan ternak.
- Pengendalian pengeluaran dan pemasukan ternak.
- Pengendalian pemotongan hewan betina produktif.
- Pengembangan kawasan produksi.
- Pengembangan hijauan pakan ternak.

Laporan Tahunan 2016 Page 38


- Pengolahan limbah dan bahan baku lokal untuk pakan ternak.
(4) Penyebaran dan Pengembangan Ternak.
- Distribusi dan redistribusi ternak Pemerintah.

(5) Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Peternakan.


- Pengembangan kawasan usaha peternakan.
- Pengembangan pranata sosial kelembagaan ekonomi
pedesaan.
- Menumbuh kembangkan budaya industri dan budaya kualitas
dalam rangka pengembangan agribisnis dan agroindustri.
- Pengembangan pola kemitraan.
- Pengembangan sarana dan prasarana pemasaran.
(6) Manajemen Pembangunan Peternakan.
- Meningkatkan SDM aparat Pembina.
- Mengikut sertakan swadaya masyarakat dan swasta.

2.5.1. Program dan Kegiatan


Program pembangunan peternakan di Provinsi Bali mengacu pada
kebijakan pembangunan peternakan secara nasional dan terlebih lagi
mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Bali. Arahnya adalah pada
dua fokus yaitu mengembangkan sistem ketahanan pangan dan
mengembangkan sistem agribisnis.

Program Program Pembangunan Peternakan yaitu:

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.


2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
4. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.
5. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.

Laporan Tahunan 2016 Page 39


Berdasarkan program yang telah ditetapkan selajutnya dijabarkan
dalam bentuk kegiatan yang dituangkan dalam bentuk Rencana Kerja
(RENJA) seperti matrik dibawah ini:

Tabel. I

Matrik Program/Kegiatan Pembangunan Peternakan

Dana Dokumen Penggunaan Anggaran (DPA) tahun 2016.

No
Program Kegiatan
.
A. DINAS PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN PROVINSI
BALI

PROGRAM PELAYANAN
1 ADMINISTRASI 1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat
PERKANTORAN. 2. Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber
Daya Air dan Listrik
3. Penyediaan jasa Kebersihan kantor
4. Penyediaan Alat2 Tulis kantor
5. Penyediaan barang Cetakan
6. Penyediaan Komponen instalasi Listrik/
penerangan bangunan Kantor
7. Penyediaan Peralatan dan
Perlengkapan kantor

Laporan Tahunan 2016 Page 40


No
Program Kegiatan
.
8. Penyediaan bahan bacaan dan
peraturan Perundang-undangan
9. Penyediaan makanan dan minuman
10. Rapat2 koordinasi keluar dan dalam
Daerah
11. Upacara Keagamaan
12. Pengelolaan Kepegawaian

1. Pengadaan Perlengkapan Gedung


kantor
2. Pemeliharaan rutin/berkala gedung
Kantor
3. Pemeliharaan rutin/berkala Kendaraan
Dinas
4. Pemeliharaan rutin/berkala
Perlengkapan Gedung kantor
5. Pemeliharaan Rutin/berkala peralatan
Gedung Kantor
6. Rehabilitasi sedang/berat Gedung
Kantor
PENINGKATAN SARANA DAN
PRASARANA APARATUR
1. Pemeliharaan Kesehatan dan
Pencegahan Penyakit menular Ternak
2.

1.Pengawasan dan Perbibitan Ternak

2. Pembinaan dan Pengawasan Mutu


Produk Pangan dan Non Pangan
3. Pengawasan dan Pengembangan
PENCEGAHAN DAN Pakan
PENANGGULANGAN 4. Pembinaan, Penyediaan,
Laporan Tahunan 2016 Page 41
No
Program Kegiatan
.
PENYAKIT TERNAK Pengembangan sarana dan Prasarana
Peternakan
5. Pengamatan dan Penyidikan Penyakit
Ternak.
3. 6. Pengawasan Obat dan Lalulintas
Hewan
7. Pemberdayaan Kelompok tani ternak
berorientasi abribisnis
8. Pembinaan, Monitoring dan Sosialisasi
Perkreditan

1. Pembinaan, Pengawasan Produk


pangan asal hewan dan produk hewan
non pangan
PENINGKATAN PRODUKSI
HASIL PETERNAKAN 2. Pembinaan dan Pengawasan
penerapan teknologi penen, pasca
panen dan pengolahan hasil.

3. Monitoring Harga Pasar.


4. Pembinaan, Monitoring dan Temu
4. Usaha Kemitraan

1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat

2. Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber


Daya Air dan Listrik
3. Penyediaan jasa Kebersihan kantor
4. Penyediaan Alat2 Tulis kantor
5. Penyediaan barang Cetakan
6. Penyediaan Komponen instalasi Listrik/
penerangan bangunan Kantor
7. Penyediaan bahan bacaan dan
peraturan Perundang-undangan
8. Penyediaan makanan dan minuman
9. Rapat2 koordinasi keluar dan dalam
Daerah
10. Upacara Keagamaan
11. Penyediaan jasa pengamanan kantor
Laporan Tahunan 2016 Page 42
No
Program Kegiatan
.
PENINGKATAN PEMASARAN
HASIL PRODUKSI
PETERNAKAN
1. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan
dinas.
2. Pengadaan Perlengkapan Gedung
kantor
3. Pemeliharaan Rutin/berkala peralatan
Gedung Kantor
5.

1. Pemeriksaan, pengujian, identifikasi dan


pemetaan kasus penyakit hewan dan
bahan asal hewan /bahan asal hewan

UPT LABORA TORIUM


KESEHATAN HEWAN

PROGRAM PELAYANAN
ADMINISTRASI 1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat
PERKANTORAN.
2. Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber
Daya Air dan Listrik

B. 3. Penyediaan jasa Kebersihan kantor

4. Penyediaan Alat2 Tulis kantor

5. Penyediaan barang Cetakan

1 6. Penyediaan Komponen instalasi Listrik/


penerangan bangunan Kantor

7. Penyediaan bahan bacaan dan


peraturan Perundang-undangan

8. Penyediaan makanan dan minuman

9. Rapat2 koordinasi keluar dan dalam


Daerah

10Upacara Keagamaan

Laporan Tahunan 2016 Page 43


No
Program Kegiatan
.

1.Pembangunan/rehabilitasi UPT Balai


Inseminasi Buatan Daerah

2.Pemeliharaan rutin/berkala gedung


Kantor
PENINGKATAN SARANA DAN 3.Pemeliharaan rutin/berkala Kendaraan
PRASARANA APARATUR Dinas

4.Pemeliharaan Rutin/berkala peralatan


Gedung Kantor

1. Produksi dan Distribusi semen


2. Pengembangan Pelayanan teknologi
PENCEGAHAN DAN Inseminasi Buatan (IB)
PENANGGULANGAN
2 PENYAKIT TERNAK

BALAI INSEMINASI BUATAN


DAERAH (BIBD)

PROGRAM PELAYANAN
3 ADMINISTRASI
PERKANTORAN.

C.

Laporan Tahunan 2016 Page 44


No
Program Kegiatan
.

PENINGKATAN SARANA DAN


PRASARANA APARATUR

PENINGKATAN PRODUKSI
HASIL PETERNAKAN
2.

Laporan Tahunan 2016 Page 45


No
Program Kegiatan
.

3.

Tabel. II

Matrik Program/Kegiatan Pembangunan Peternakan

Dana Dekon APBN (DIPA) Ditjenak (06) dan (08) tahun 2016.

No
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
.
A. PROGRAM PEMENUHAN
PANGAN ASAL TERNAK DAN
AGRIBISNIS PETERNAKAN
RAKYAT

Peningkatan produksi ternak

1.

1.Bimbingan teknis budidaya ternak


potong

Laporan Tahunan 2016 Page 46


No
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
.
2.Pengadaan N2 Cair

3.Penguatan Manajemen Inseminasi


Buatan

4.Penguatan kelembagaan peternak

5.Pembinaan SMD

6.Supply Demand ternak potong

7.Koordinasi dan Pembinaan Budidaya


Ternak

8.Pendampingan pengembangan sapi


indukan dan non sapi

Peningkatan produksi pakan


ternak 1.Pengembangan Kapasitas SDM Bidang
2.
Pakan

2.Pengawasan Mutu dan Keamanan


Pakan/Bahan Pakan

3.Pengawasan Peredaran
Imbuhan/Pelengkap Pakan

4.Koordinasi dan Bimbingan Teknis


Pakan

1.Pengendalian dan penanggulangan


Rabies
Pengendalian dan
2.Biosekuriti Perunggasan
penanggulangan penyakit hewan
3. menular strategis dan penyakit 3.Penanggulangan gangguan reproduksi
zoonosis pada sapi/kerbau.

4.Pengendalian dan Penanggulangan


penyakit parasiter.

5.Pengamatan Penyakit Hewan


(Penambahan Target Anggaran)

Laporan Tahunan 2016 Page 47


No
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
.
6.Pembinaan dan Koordinasi Kesehatan
Hewan

7.Unit Respon Cepat PHMS

8. Operasional pelayanan kesehatan


hewan di Puskeswan

9. Operasional Pengujian Veteriner di


Lab. Veteriner Daerah

1. Pembinaan penguatan sapi/kerbau


betina bunting
2. Peningkatan Penerapan Teknologi
Perbibitan.
3. Pengawalan dan Koordinasi Perbibitan
di Daerah
Peningkatan kwantitas dan 4. Pengawasan Mutu Benih/ Bibit Ternak
kualitas benih dan bibit 5. Supply Demand Bibit Ternak
6. Pengembangan Kelembagaan
Perbibitan Ternak
7. Koordinasi Teknis
4.
1. Pembentukan dan Pelaksanaan Tim
Koordinasi pengawasan (APBN-P).
2. Peerapan Penjaminan PAH ASUH di
RPH
3. Fasilitasi Unit Usaha dalam proses
sertifikasi ASUH
4. Fasilitasi pemenuhan persyaratan
hygiene dan sanitasi unit usaha ekspor
5. Monitoring dan survelance Recidu dan
Cemaran Mikroba
6. Pengembangan Kapasitas SDM Bidang
Kesmavet
7. Fasilitasi Akreditasi Lab Kesmavet
8. Peningkatan Kapasitas SDM Pengawas
Kesmavet
Penjaminan Produk Hewan yang 9. Koordinasi Teknis Pengawasan
Kesmavet

Laporan Tahunan 2016 Page 48


No
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
.
ASUH dan Berdaya Saing. 10. Pemutahiran Data Pemotongan
11. Peningkatan Kesadaran Masyarakat
dalam pencegahan penularan Zoonosis

5.
1. Perumusan kebijakan perencanaan
pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan.

2. Evaluasi pelaksanaan kebijakan


pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan (Tambahan APBN-P).

3. Pengelolaan dan pelaporan keuangan


serta penatausahaan barang milik
negara.

Dukungan Manajemen dan


dukungan teknis lainnya Ditjen
Peternakan

Laporan Tahunan 2016 Page 49


No
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
.

6.

B. PROGRAM PENYEDIAAN DAN


PENGEMBANGAN
PRASARANA DAN SARANA
PERTANIAN.

Pengelolaan Air irigasi untuk


Pertanian
1. 1. Layanan Perkantoran.

Perluasan Areal dan Pengelolaan


Lahan Pertanian
2. Layanan Perkantoran
2.

Pengelolaan system penyediaan


dan pengawasan alat mesin
1. Layanan Perkantoran
pertanian
3.

Dukungan manajemen dan


dukungan teknis lainnya Ditjen
Prasarana dan sarana Pertanian. 1. Layanan Perkantoran.

4
Fasilitasi pupuk dan pestisida

1. Layanan Perkantoran
Pelayanan pembiayaan pertanian
dan pengembangan usaha
agribisnis perdesaan (PUAP)
5.
1. Layanan Perkantoran

Laporan Tahunan 2016 Page 50


No
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
.

6.

C. PROGRAM PENINGKATAN
NILAI TAMBAH, DAYA SAING,
INDUSTRI HILIR, PEMASARAN
DAN EKSPOR HASIL
PERTANIAN.

Pengembangan mutu dan


Standarisasi

1. 1. Pengembangan informasi pasar.


2. Laporan kegiatan dan pembinaan.
Pengembangan Pemasaran
Momestik
1. Pengembangan Kemitraan dan
Kewirausahaan.
2.

Pengembangan Usaha dan


Investasi o. Laporan Kegiatan dan Pembinaan

3.
Pengembangan pengolahan hasil
pertanian

4.

Matrik Program/Kegiatan Pembangunan Peternakan

Dana TP APBN Ditjenak (06) tahun 2016.

Laporan Tahunan 2016 Page 51


No
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
.
A. PROGRAM PEMENUHAN
PANGAN ASAL TERNAK DAN
AGRIBISNIS PETERNAKAN
RAKYAT

Peningkatan Produksi Ternak

1.

1. Pengembangan Budidaya Sapi Potong


2. Penyediaan sarana dan peralatan IB
3. Pengembangan Budidaya
KambingAPBN-P
4. Pengembangan Budidaya Kambing
Perah APBN-P.
5. Pengembangan Budidaya Babi.

1. Pengembangan integrasi ternak


tanaman pangan.
2. Penanaman dan Pengembangan
Tanaman Pakan Ternak berkualitas
Peningkatan produksi pakan (APBN-P).
ternak 3. Pengembangan lumbung pakan (LP)
2. ruminansia.
4. Revitalisasi UPP/PPSK
5. Penguatan pakan sapi potong
penggemukan

1. Penguatan sapi/kerbau betina bunting


2. Penguatan pembibitan kambing di
Kabupaten/Kota terpilih
3. Fasilitasi Operasional Perbibitan di
UPTD
4. Perangkat pengolah data dan
komunikasi.

Peningkatan kuantitas dan

Laporan Tahunan 2016 Page 52


No
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
.
kualitas benih dan bibit

3. 1. Kendaraan bermotor.

1. Perumusan kebijakan perencanaan


pembangunan peternakan dan
kesehatan hewn

Penjaminan Produk Hewan Yang


Asuh dan Berdaya Saing

4.
Dukungan Manajemen dan
Dukungan teknis lainnya

5.

B. PROGRAM PENINGKATAN
NILAI TAMBAH, DAYA SAING,
INDUSTRI HILIR, PEMASARAN
DAN EKSPOR HASIL
PERTANIAN.

Pengembangan pemasaran
domestic

1. 1. Fasilitasi Agroindustri Daging


2. Pengembangan Limbah Ternak
Pengembangan Pengolahan Hasil
Pertanian
1. Administrasi tugas pembantuan.

Laporan Tahunan 2016 Page 53


No
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
.

2. Dukungan Manajemen dan


dukungan teknis lainnya Dijen
PPHP

Laporan Tahunan 2016 Page 54


BAB III

SEKRETARIAT

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mengacu pada Perencanaan Srategi (RENSTRA) Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali yang mengacu pada rencana lima
tahunan (2013-2018) yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran,
strategi, kebijakan, program kegiatan sub sektor peternakan dan kesehatan
hewan provinsi bali dimana perencanaan pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan di harapkan mampu memberikan kontribusi signifikan
terhadap pembangunan daerah serta dapat memberikan keuntungan bagi
pelaku usaha peternakan serta kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan.
Visi : terwujudnya peternakan yang maju, tangguh, berwawasan agribisnis
berbasis sumber daya local menuju bali mandara jilid II.
Untuk mewujudkan visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut :
a. Meningkatkan populasi ternak dan produksi peternakan
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya genetik bibit ternak
c. Meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan
d. Meningkatkan jaminan keamanan pangan hewani yang ASUH (Aman,
Sehat, Utuh dan Halal)
e. Menciptakan lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja
f. Memberdayakan SDM peternakan dan mengembangkan teknologi,
bioteknologi lebih besar, memanfaatkan dan melestarikan sumber daya
dan pendukung peternakan, meningkatkan ketersediaan dan konsumsi
pangan hewan yang ASUH

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penulisan ini adalah:

a. Tersedianya informasi pelayanan administrasi perkantoran, pengelolaan


kepegawaian, dan pengelolaan keuangan pada Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali.

Laporan Tahunan 2016 Page 55


b. Tersedianya informasi prasarana dan sarana perkantoran pada Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.

C. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan adalah :

a. Terlaksananya Program Pelayanan Administrasi Perkantoran ,


Pengelolaan Kepegawaian,Pengelolaan Keuangan dan Penyusunan
Program secara efektif , efisien dan akuntabel.
b. Terfasilitasinya pelaksanaan pelayanan teknis operasional pembangunan
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.

D. Ruang lingkup

Ruang lingkup Laporan Kesekretariatan meliputi:

a. Pengelolaan Administrasi Umum


b. Pengelolaan Kepegawaian
c. Pengelolaan Keuangan
d. Pengelolaan Barang / Aset
e. Pengeloolaan Akuntansi

Laporan Tahunan 2016 Page 56


BAB II . DASAR HUKUM PELAKSANAAN

A. Dasar Hukum Pelaksanaan meliputi :


1. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Th 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah
2. Peraturan Gubernur Bali Nomor 75 tahun 2011 tentang rincian tugas
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.
3. Dokumen pelaksanaan Anggaran Satker Kerja Perangkat Daerah (DPA
SKPD) Tahun Anggaran 2016
4. Dokumen perubahan pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (DPPA SKPD) Tahun Anggaran 2016
5. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan (06) Dana Dekonsentrasi dan Dana
Pembantuan Tahun Anggaran 2016
6. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker Prasarana dan Sarana
Peternakan (08) Dana Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2016

Laporan Tahunan 2016 Page 57


BAB III. PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Jenis – jenis Program dan Kegiatan


1. Jenis – jenis program meliputi :
 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran mencakup 11 kegiatan.
 Program Prasaranadan Sarana Aparatur mencakup 5 kegiatan

2. Kegiatan Kesekretariatan meliputi :


a. Administrasi Kepegawaian

Laporan Tahunan 2016 Page 58


Mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 4 tahun 2011
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Serta
Peraturan Gubernur Bali nomor 75 tahun 2011 tentang rincian tugas
sekretariat terdiri dari : Sekretaris, (Sub Bagian Kepegawaian , Sub
Bagian Keuangan dan Penyusunan Program dan Sub Bagian umum)
1) Jumlah pegawai
Dalam pengelolaan kepegawaian pada Dinas Peternakan Dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali yang terdiri dari Sekretaris, 4
(empat) Bidang (bidang Jibang, bidang Produksi, bidang
Kesehatan Hewan dan Bidang Usaha Tani) dan 2 (dua) UPT
(UPT Laboratorian Kesehatan Hewan, dan UPT Balai
Inseminasi Buatan Daerah BIBD). Pada tahun 2016 jumlah
pegawai sebanyak 105 org terdiri dari : Dinas 75 orang, UPT
Lab 10 orang, UPT BIBD 20 orang. Berdasarkan pendidikan
terdiri dari : S2= 13 orang, S1= 57 orang, dll= 2 orang,
SLTA= 39 orang, SLTP= 0 orang, SD= 0.sedangkan
berdasarkan pangkat dan golongan : Gol IV = 22 orang, Gol III
= 65orang, Gol II=18 orang, Gol I =0 orang.

2) Mutasi pegawai
Dalam tahun 2016 jumlah pegawai yang mengalami mutasi
sebanyak 1 orang yaitu keluar 1 orang , masuk 0 orang, atas
nama :
 Pegawai Keluar
1. I Made Sudiarsa

3) Pensiun pegawai
Dalam tahun 2016 jumlah pegawai yang mengalami pensiun
sebanyak 4 orang masing – masing atas nama :
 I Gusti Ayu Puryani
 Sumargiono
 Ni Ketut Ayu Ariati
 A.A Sri Dhamayanti
Laporan Tahunan 2016 Page 59
4) Penerimaan penghargaan
Dalam tahun 2016 jumlah pegawai yang mendapatkan
penghargaan atau satya lencana karya satya sebanyak 4 orang
yaitu (karya satya XXX tahun = 2 orang, karya satya XX tahun=
2 orang, Masing-masing terdiri dari :

Satya Lencana Karya Satya XXX tahun sebagai berikut :

1. Ir. I Putu Sumantra,M.App.Sc


2. Ir.Soraya Handayani,MS
Satya Lencana Karya Satya XX tahun sebagai berikut :

1. Drh. I Ketut Muliartha


2. Ir. Kris Andriani

5) Dukungan anggaran
Pengelolaan kegiatan kepegawaian tahun 2016 termasuk dalam
program pelayanan administrasi perantoran mendapat dukungan
anggaran sebesar Rp.50.942.400,- meliputi:
 Belanja alat tulis kantor (ATK) sebesar Rp.1.618.206,-
 Belanja Cetak dan Penggandaan (Foto Copy) sebesar
Rp.24.638.600,-
 Belanja Makanan dan minuman ( rapat rapat dinas) sebesar
Rp.8.050.000,-
 Belanja perjalanan dinas dalam daerah sebesar
Rp.11.650.000.-
 Belanja perjalanan dinas luar daerah sebesar Rp.4.985.600,-

Realisasi keuangan pelaksanaan kegiatan pengelolaan


kepegawaian sampai dengan 31 Desember 2016 adalah
Rp.48.018.200 (94,26%) dan Realisasi fisik sebesar (100%) ,

Laporan Tahunan 2016 Page 60


sehingga dana/anggaran yang tidak terserap (siap mati) sebesar
Rp.2.924.200,- dan dikembalikan ke kas daerah. Dana tersebut
meupakan efisiensi dari belanja ATK sebesar Rp.1.618.200,- ,
belanja cetak dan penggandaan sebesar Rp.500.000,- serta dana
yang tidak bisa diserap berupa belanja fotocopy sebesar
Rp.2.824.200,-

b. Administrasi Keuangan
Anggaran dinas peternakan dan kesehatan hewan provinsi bali
dalam tahun 2016 bersumber dari APBD dan APBN berdasarkan
surat pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran tahun 2016,
Nomor 918/03/DPA/2016 tanggal 29 Nopember 2015, dengan
jumlah dana sebagai berikut:
1) Pendapatan Daerah pada APBD Induk sebesar Rp.640.000.000,-
2) Belanja Daerah :
 Belanja tidak langsung : Rp.13.930.128.100,-
 Belanja Langsung : Rp.15.975.277.800,-

Selanjutnya berdasarkan Surat Pengesahan Dokumen Pelaksanaan


Perubahan Anggaran Tahun 2016, No 918/671/DPPA/2016 tanggal
31 Oktober 2016 diperoleh dana:
a. Pendapatan Daerah
 Sebelum perubahan : Rp.640.000.000,-
 Setelah perubahan : Rp.551.850.000,-
Bertambah/berkurang :(Rp.88.150.000,-)

b. Belanja Daerah
 Belanja tidak langsung :
- Sebelum perubahan : Rp.13.930.128.100,-
- Setelah perubahan : Rp.13.320.665.322,-
Bertambah/berkurang : (Rp. 609.447.778,-)

Laporan Tahunan 2016 Page 61


 Belanja langsung :
- Sebelum perubahan : Rp.15.975.277.840,-
- Setelah perubahan : Rp.14.261.251.332,-
Bertambah/berkurang : (Rp 1.714.026.508,-)

c. Pendapatan Asli Daerah


Tahun 2016 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali memiliki potensi pendapatan asli daerah (PAD) bersumber
dari :
1. Retribusi penjualan produksi Usaha Daerah yang dikelola
oleh UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) berupa :
 Semen beku sapi dalam daerah sebesar : Rp.300.000.000,-
(75.000 dosis @Rp.4000/dosis)
- Realisasi sebesar Rp.404.524.000,- (101.131 dosis)
(135%)
 Semen beku sapi luar daerah sebesar : Rp.37.500.000,-
(7.500 dosis @Rp.5.000/dosis)
- Realisai sebesar Rp.7.500.000,- (1.500 dosis) (20%)
 Semen babi cair sebesar Rp. 120.000.000,- (10.000
dosis@Rp12.000/dosis)
- Realisai dalam daerah sebesar : Rp.166.212.000,-
(13.851 dosis) (139%)
- Realisai luar daerah sebesar : Rp.1.320.000,- (88 dosis)
 Babi bibit sebesar : Rp.60.000.000,- ( 200 ekor)
- Realisai sebesar : Rp.64.050.000,- (194 ekor)
 Sapi bibit betina sebesar : Rp.4.500.000,- ( 1 Ekor)
- Realisasi sebesar : Rp.4.500.000,- (1 ekor)
 Sapi bibit pejantan sebesar :Rp.11.000.000,- (2 ekor)
- Realisasi sebesar : Rp.16.500.000,- ( 3 ekor)
 Sapi pejantan afkir sebesar :Rp.13.950.000,- (2 ekor)
- Realisai sebesar : Rp.14.500.000,- ( 1 ekor)

Laporan Tahunan 2016 Page 62


 Babi pejantan afkir sebesar :Rp.3.400.000,- ( 2 ekor)
- Realisasi sebesar : Rp.3.400.000,- (2 ekor)

 Babi betina afkir sebesar : Rp.1.500.000,- ( 2 ekor)


- Realisasi sebesar : Rp.1.550.000 ( 2 ekor)

Target PAD yang ditetapkan tahun 2016 sebelum perubhan


sebanyak Rp.640.000.000, dan setelah perubahan sebesar
Rp.551.850.000,-realisasi sebesar Rp.684.056.000,-
(123,96%), sehingga capaian realisasi sudah melebihi 100% .

d. Anggaran APBN
Belanja daerah dinas peternakan dan kesehatan hewan
provinsi bali tahun 2016 selain bersumber dari APBD juga
bersumber dari APBN (Pemerintah Pusat), khususnya dari
Kementerian Pertanian yang terdiri dari : Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan (DITJENAK), dan Direktorat
Jendral Prasarana Dan Sarana Peternakan (PSP) yang
dilaksanakan melalui program masing-masing yaitu : Program
Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan
penyediaan pangan hewani yang asuh, dan program penyediaan
dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian.

Dana Ditjenak dengan nilai Rp.20.230.854.000,- yang terdiri


dari dana Dekonsentrasi (DK) sebesar Rp.13.062.831.000,-
realisasi Rp.11.693.376.825,- (89,52%) sedangkan dana TP
sebesar Rp.7.168.023.000,- realisasi sebesar Rp.4.892.027.153,-
(68,25%)

Dana PSP dengan nilai Rp.410.000.000,-berupa dana DK


dengan realisasi sebesar Rp.362.831.246,- (88,17%).

Laporan Tahunan 2016 Page 63


Adapun besaran anggaran yang dikelola di Sekretariat dari
masing-masing direktorat sebagai berikut :

1. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (satker


06) :
Terdiri dari dana dekonsentrasi (DK) sebesar Rp.318.800.000,-
dengan realisasi sebesar Rp.279.824.650,- (87,77 %),
sedangkan fisik telah mencapai 100%, terdapat sisa dana
sebesar Rp.38.975.350,- merupakan efisiensi belanja
perjalanan luar daerah dan pengembalian honorarium panitia
penerima hasil pekerjaan.

2. Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Peternakan (satker 08)


Terdiri dari dana dekon sebesar Rp.91.360.000,-
denganrealisasi sebesar Rp.77.359.100,- (84,67%), sedangkan
anggaran sebanyak Rp14.000.900,- merupakan efisiensi dari
kegiatan dukungan manajemen dan kegiatan Ditjen PSP Tahun
Anggaran 2016 (052) Belanja perjalanan dinas paket meeting
luar kota (5241199).

c. Administrasi Umum
Administrasi umum pada sekretariatDinas Peternakan dan
Kesehatan Provinsi Bali meliputi pengelolaan surat menyurat,
pengelolaan perpustakaan, pengelolaan aset, pengelolaan rumah
tangga dinas, pengelolaan kebutuhan peraturan perundangan,
pengelolaan kehumasan dan keprotokolan.
1) Pengelolaan Surat Menyurat
Pengelolaan surat menyurat pada sub bagian umum ditangani
oleh 2 (dua) orang termasuk pengiriman surat. Adapun
rinciannya meliputi :

Laporan Tahunan 2016 Page 64


a. Pengelolaan surat keluar dengan tahapan :
 Memberi nomor pada surat keluar
 Menulis jenis surat pada kartu kendali
 Mendistribusikan surat-surat masuk yang sudah
didisposisi
 Meminta tanda terima kepada yang menerima surat
 Menyimpan tanda terima surat

b. Pengelolaan surat masuk dengan tahapan :


 Memeriksa surat yang diterima oleh pengirim surat
 Mengembalikan surat yang tidak sesuai tujuan
Kepada pengirim
 Memilah surat berdasarkan sifatnya
 Mencatat surat yang diterima dalam buku agenda sesuai
nomor urutnya

 Memberikan lembar disposisi setiap surat yang masuk


 Menyampaikan surat-surat yang diterima kepada atasan
untuk didisposisi lebih lanjut

c. Pengiriman surat
Pengiriman surat melalui tahapan :

 Mengumpulkan surat-surat yang akan dikirim dengan


memilah surat berdasarkan sifatnya dan mencatat surat
yang akan dikirim dalam buku ekspedisi
 Mengirim surat sesuai tujuan yang diminta dengan
memastikan surat-surat tidak ada yang tercecer, dan
meminta tanda terima pada yang menerima surat.
Selama tahun 2016 telah dikelola surat masuk sebanyak
3.726 surat keluar sebanyak 1.9999 dan mendistribusikan
surat ke bidang-bidang / UPT sebanyak 3481.

Laporan Tahunan 2016 Page 65


2) Pengelolaan perpustakaan
Perpustakaan Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali memiliki buku-buku yang bersifat teknis
peternakan dan kesehatan hewan, pengetahuan umum, jurnal,
majalah, tesis, skripsi, kumpulan peraturan dan sebagainya.
Ruang perpustakaan bellum memenuhi untuk kenyamanan
membaca, karena ruangan yang tersedia sangat terbatas,
sempit dan belum ada tempat duduk yang representative
sebagai ruang perpustakaan

Minat baca dari para pegawai masih kurang karena selain


waktu yang ada habis untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin
kedinasan,sedangkan pengunjung dari luar hanya beberapa saja
terutama dari siswa PKL dan mahasiswa KKN. Petugas pengelola
perpustakaan secara khusus belum ada sehingga daftar buku
perpustakaan belum tersusun dengan baik sehingga kedepan
sangat diperlukan adanya ruangan dan fasilitas lainnya yang
memadai untuk ruang perpustakaan sehingga dapat
meningkatkan minat baca dalam rangka meningkatkan
wawasan para karyawan di selang waktu istirahat atau sebagai
referensi dalam penulisan untuk pelayanan publik.

3) Pengelolaan Aset
Petugas pengelolaan Aset pada Dinas Peternakan Dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali sebanyak 5 orang, sumber aset

Laporan Tahunan 2016 Page 66


berasal dari APBD, APBN (Ditjen PKH), dan (Ditjen PSP).
Pengelolaan aset mengacu pada peraturan pemerintah nomor 6
tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik Negara / daerah
dan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17, tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,
serta Pergub Nomor 30 tahun 2012 tentang Sistem Dan
Prosedur Pengelolaan Barang Milik Daerah. Sedangkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98 / PMK.06/ 2013
tentang pengelolaan barang millik Negara yang berasal dari
dana dekonsentrasi dan tugan pembantuan sebelum anggaran
tahun 2011 yang mengatur BMN, Dekon, dan TP. Proses
pengelolaan aset yang dilakukan sebagai berikut :

a. Pengelolaan barang milik Negara/ daerah


 Pengadaan barang diseluruh bidang, sekretariat dilakukaan
pemeriksaan oleh tim panitia penerima hasil pekerjaan yang
melibatkan pengurus barang dan selanjutnya dibuat berita
acara pemeriksaan barang
 Menerima/ menolak barang dengan mengacu pada
spesifikasi barang yang diadakan
 Barang yang sudah sesuai dilakukan penerimaan oleh
pengelola pengurus barang da selanjutnya di bukukan dalam
buku inventaris barang
 Dilakukan penomeran atau regristrasi barang
 Pencatatan dalam karti inventaris barang (KIB)
 Pencatatan dalam kartu inventaris ruangan (KIR)
 Membuat laporan bulanan dan triwulan dan semesteran baik
secara manual oleh pengelola barang dan dalam aplikasi
oleh operator SIMAK-BMN / SIPKD BMD
 Pendistribusian barang dengan berita acara

b. Penghapusan barang
Proses penghapusan barang meliputi :
 Inventarisasi barang yang akan dihapuskan

Laporan Tahunan 2016 Page 67


 Melaksanakan inventarisasi penilaian (IP)
 Pembuatan SK penghapusan
 Mengeluarkan barang dari daftar inventarisasi
 Pelaksanaan pelelangan

c. Memindahtangankan/ Hibah :
 Pembuatan daftar barang yang akan dihibahan
 Check fisik dan dokumen barang
 Membuat surat persyaratan kesediaan menghibahkan
 Membuat surat persyaratan kesediaan menerima hibah
 Membuat surat tanggung jawab mutlak atas proses
penghibahan
 Membuat berita acara hibah
 Pengeluaran barang dari daftar inventaris secara manual
maupun aplikasi

Pengelolaan barang APBN tahun 2016 telah dilakukan


pencatatan pada buku inventaris dan pada SIMAK BMN serta
telah dilakukan Rekon dengan KPKNL Denpasar.

Untuk aset satker inaktif telah dilakukan usulan penghibahan


dari pusat yang selanjutnya akan dimasukkan dalam aset daerah
dan di pinjempakaikan kepada kabupaten/kota.

Sedangkan bagi barang APBN yang berasal dari akun 5262


dan 5261 yaitu yang harus diserahkan kepada pemerintah
daerah telah dilakukan proses administrasinya dalam rangka
memasukkan dalam aset daerah

4) Pengelolaan Rumah Tangga Dinas


a. Urusan pengelolaan rumah tangga dinas meliputi :
 Pelayanan kebersihan kantor yang dilaksanakan melalui
jasa cleaning service oleh pihak ketiga yaitu KPN Nandini

Laporan Tahunan 2016 Page 68


 Urusan keamanan kantor yang dilakukan oleh 2 (dua)
orang satpam dan 2 (dua)penjaga malam, sedangkan
khusus untuk posko rabies dilakukan piket jaga bergilir

oleh petugas dari bidang, secretariat dan UPT lingkup


Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
secara bergilir.
 Urusan penerangan listrik, komusikasi (telepon dan
internet), jumlah daya listrik tahun 2016 ada dua macam
meteran biasa, masing – masing dengan daya 23.000 watt
dan 33.000 watt.
 Urusan kendaraan dinas dan pengaturan perjalanan dinas :
Kendaraan dinas terdiri dari 11 unit kendaraan roda 4 dan
10 Unit kendaraan roda 2 seluruhnya sudah dikelola
dengan baik dan masih layak dipakai.
 Urusan lain lain yang bersifat kerumahtanggaan : urusan
ini dilakukan secara insidentil.

5) Peraturan Perundangan
a. Urusan peraturan perundangan meliputi :
1. Menghimpun produk hukum yang diperoleh dari instansi
terkait dan Pemerintah Daerah.
2. Mengan Kehumasankoordinir atas usulan prolegda : utuk
tahun 2016 tidak ada.

6) Pengelola Kehumasan dan Keprotokolan


a. Urusan keprotokolan meliputi :
1. Pengaturan kegiatan kepala dinas , dalam hal ini dibantu
oleh dua orang staf yang skaligus merangkap sebagai
operator telpon.

Laporan Tahunan 2016 Page 69


2. Pengaturan ruang rapat dan sou nd dilakukan satu
orang petugas yang sebelumnya para bidang harus
menyampaikan surat undangan ke bagian Umum untuk
pemesanan ruang rapat.
3. Pengaturan tamu yang akan berkunjung ke lapangan terkait
peninjauan program kegiatan pembangunan peternakan di
provinsi bali berkoordinasi dengan bidang dan UPT teknis
terkait lingkup dinas peternakan provinsi bali dan Dinas
yang menangani fungsi peternakan Kab/kota lokasi tujuan
kunjungan.

7) Dukungan Anggaran
Dukungan Anggaran dalam melaksanakan Administrasi
umum melalui APBD tahun 2016meliputi 2 (dua) program dan
14 Kegiatan yaitu :
a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dengan 7
(Tujuh) kegiatan dukungan anggaran sebesar
Rp.657.804.980,- dengan realisasi sebesar Rp.624.274.201,-
(94,90%). Sisa anggaran sebesar Rp.33.530.779,- disetorkan
ke kas daerah, sisa anggaran tersebut merupakan efesiensi
belanja jasa komonikasi sumber daya listrik dan listrik
sebesar Rp.31.890.779,- , efisiensi belanja Penyediaan bahan
bacaan dan peraturan perundang - undangansebesar
Rp.1.590.000,-,efisiensi belanja rapat-rapat koordinasi dan
konsultasi ke luar daerah sebesar Rp.50.000,-.

b. Pada program peningkatan sarana prasarana aparatur APBD


murni (Induk) tahun 2016 dengan jumlah dan sebesar
Rp.1.043.386.940,- , dengan realisasi sebesar
Rp.1.036.953.760,- (99,38%), sisa anggaran sebesar
Rp.6.433.180,- merupakan efesiensi dari.Pemeliharaan
Rutin/Berkala Kendaraan Dinas sebesar Rp1.579.180,- serta
efisiensi dari Pemeliharaan Rutin/Berkala peralatan Gedung
Kantor sebesar Rp.4.104.000,-.

B. Persiapan pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 Page 70


Persiapan pelaksanaan kegiatan baik untuk program pelayanan administrasi
perkantoran dan program peningkatan sarana dan prasarana aparatur pada
lainnya pelaksanaannya bersifat rutin karena untuk memenuhi
keperluan/kebutuhan kantor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali supaya kegiatan dapat berjalan dengan baik. Guna mendukung
kelancaran program dan kegiatan pembangunan peternakan dan kesehatan
hewan secara umum. Adapun beberapa tahapan meliputi :

1. Persiapan
Dalam persiapan pelaksanaan program dan kegiatan untuk tahun 2016
dilaksanakan mulai bulan desember 2015 yang meliputi:
a. Mengkoordinasikan persiapan pelaksanaan kegiatan tahun 2016
dengan Bidang, UPT dan pihak terkait untuk menghindari kekeliruan
(masalah dalam pelaksanaan kegiatan)
b. Pengumuman rencana pengadaaan barang/jasa (RUP) kegiatan tahun
2016 dengan sistem SIRUP melalui LPSE Provinsi Bali.
c. Mempersiapkan penetapan surat keputusan Gubernur dan Kepala
Dinas yang akan menjadi payung hukum.
d. Petugas dalam melaksanakan kegiatan maupun pelaksanaan kegiatan
yang dikelola.
e. Memproses dokumen administrasi belanja jasa cleaning service dan
belanja non pegawai (tenaga kontrak)pada akhir tahun 2015 sehinggga
dokumen kontrak (perjanjian) bisa tertandatangani per 2 Januari 2016.
f. Mempersiapkan servey harga untuk belanja bahan ATK, Jasa, dan
belanja modal dan disesuaikan waktunya dengan rencana operasional
kegiatan maupun arus kas yang ditetapkan , dimulai pada bulan
januari 2016.

2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan ROK maupun arus
kas yang telah dibuat , sehingga target fisik maupun keuangan yang

Laporan Tahunan 2016 Page 71


direncanakan bisa tercapai. Pelaksanaan bisa dimulai dari bulan Januari
sampai denngan Desember 2016.

3. Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan dibuat setiap bulan sebagai bahan rapat
evaluasi kegiatan bulanan sedangkan laporan akhir tahun dibuat akhir
tahun setelah pelaksanaan kegiatan selesai dilaksanakan dan
dipertanggungjawabkan.

Laporan Tahunan 2016 Page 72


BAB IV. PEMBAHASAN

A. Target dan Realisasi Kegiatan


Dukungan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan Administrasi
umum, Kepegawaian, dan keuangan pada Sekretariat Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali Tahun 2016 bersumber dari Dana APBD
dan APBN.
1. Dukungan Dana APBD melalui program Pelayanan Administrasi
Perkantoran (Sub bagian Umum dan Sub bagian Kepegawaian) dengan
pagu anggaran sebesar :
- Sebelum perubahan : Rp.908.775.000,-
- Setelah perubahan : Rp.708.747.386,-
(berkurang sebesar Rp.200.027.620,-)

- Dengan realisasi sebesar : Rp.675.098.601 (95,25%)

Sedangkan untuk program peningkatan sarana dan prasarana aparatur


sebesar :

- Sebelum perubahan : Rp.1.118.003.920,-


- Setelah perubahan : Rp.1.043.386.940,-
(berkurang sebesar Rp.74.616.980,-)

- Dengan realisasi kegiatan : Rp.1.036.953.760,- (99,38%)

2. Dukungan dana APBN melalui program pemenuhan pangan asal ternak


dan Agribisnis peternakan rakyat Satker Ditjen PKH (06) berupa
kegiatan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan peternakan
dan Kesehatan Hewan dengan pagu anggaran sebesar Rp.318.800.000,-
dan realisasi sebesar Rp.279.824.650,- (87,77%) sedangkan fisik telah
mencapai 100%, terdapat sisa dana sebesar Rp.38.975.350 merupakan
efisiensi perjalanan luar daerah dan pengambilan honorarium panitia
penerima hasil pekerjaan dan sudah di dikembalikan ke kas Negara.
3. Dukungan dana Satker Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Peternakan (08) kegiatan perumusan kebijakan perencanaan sebesar

Laporan Tahunan 2016 Page 73


Rp.91.360.000,- dengan realisasi sebesar Rp.77.359.100,- (84,67%),
sedangkan anggaran sebanyak Rp.14.000.900,- merupakan efisiensi
dari kegiatan dukungan manajemen dan kegiatan Ditjen PSP Tahun
Anggaran 2016 (052) Belanja perjalanan paket meeting luar kota dan
sudah dikemnbalikan ke kas Negara.

B. Permasalahan dan Tindak lanjut


1. Permasalahan
- Dalam pengelolaan program dan kegiatan kesekretariatan Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dan merupakan kegiatan kerumahtanggaan
Dinas dalam rangkan mendukung kinerja diinas diperlukan anggaran
yang cukup dan penyediaan SDM yang memadai baik teknis maupun
non teknis sesuai dengan Kompetensi Bidang yang diperlukan, serta
sangat diperlukan penyediaan Prasarana dan Sarana yang memadai
pula.
- Dengan keterbatasan jumlah dan kualitas SDM yang tersedia maka
dalam perencanaan pengelolaan kegiatan dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan diperlukan pembinaan pegawai secara berkelanjutan dan
terus menerus sehingga mampu berkinerja lebih baik, khususnya
kecermaatan dalam perencanaan, pelaksanaan pengelolaan kegiatan
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan baik untuk administrasi umum,
administrasi kepegawaian maupun administrasi keuangan, karena
dalampelaksanaan kegiatan tahun 2016 pelaksanaan pengelola
anggaran di sekretariat baik yang bersumber dari APBD dan APBN
belum bisa terserap 100% sesuai dengan yang direncanakan hal ini
disebabkan karena terdapat efisiensi dari beberapa belanja seperti
Belanja Jasa Kantor, Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah/ Paket
Meeting Luar Kota, Belanja Pemeliharaan Peralatan Kantor, Belanja
Bahan Bakar Minyak.
- Dengan keterbatasan berupa SDM yang ada dalam penyusunan
perencanaan kagiatan masih ditemukan adanya kekeliruan baik dalam
penempatan Nomor Rekening maupun penulisan redaksi kegiatan

Laporan Tahunan 2016 Page 74


serta volume satuan dan jumlah sehingga harus dilakukan revisi
melalui anggaran perubahan.

- Dengan keterbatasa Prasarana dan Sarana serta dukungan pendanaan


yang ada khususnya kendaraan dinas operasional roda 4 yang
berkondisi baik dalam mendukung operasional pelaksanaan kegiatan
lapangan diperlukan kecermatan pengaturan pemeliharaan prasarana
dan sarana yang ada.
- Dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di
lingkup Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun
2016 telah ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali No :
800/151/Sekret/Disnakkeswan ,Tahun 2016,belum bisa berjalan
maksimal mengingat keterbatasan kemampuan SDM yang ada
sehingga pemahaman SPIP perlu disosialisasikan secara
berkelanjutan.

Laporan Tahunan 2016 Page 75


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengelolaan program dan kegiatan disekretariat dalam tahun


2016 telah berjalan dengan baik sesuai dengan yang
direncanakan.

2. Dalam pelaksanaan pengelolaan anggaran disekretariat baik


yang bersumber dari APBD dan APBN dalam tahun 2016 belum
bisa terserap 100% sesuai dengan yang direncanakan hal ini
disebabkan karena terdapat efisiensi dari belanja jasa kantor,
belanja perjalanan dinas luar daerah/paket meeting luar kota,
belanja bahan bakar minyak serta belanja pemeliharaan peralatan
kantor dan terhadap sisa dana tersebut dikembalikan ke kas
Daerah/Negara.

3. Untuk menilai Kinerja pegawai dalam tahun 2016 telah memakai


Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang didahului dengan adanya
kontrak kerja di awal tahun berjalan dan dievaluasi/dinilai pada
akhir tahun bersangkutan,SKP ini sebagai pengganti DP3 pada
tahun sebelumnya.

4. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (


SPIP) di lingkungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali telah dilaksanakan sesuai dengan Surat Keputusan
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
Nomor : 800/151/Sekret/Disnakkeswantanggal 4 Januari 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Keanggotaan Satuan Tugas (
Satgas ) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada lingkup
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali

Laporan Tahunan 2016 Page 76


B. Saran
1. Perlu dilakukan pembinaan pegawai secara berkelanjutan
sehingga kinerja pegawai terus membaik.

2. Dalam pengelolaan program dan kegiatan kesekretariatan Dinas


sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan merupakan
kegiatan kerumahtanggaan dinas dalam rangka mendukung
kinerja dinas diperlukan dukungan anggaran yang cukup dan
penyediaan SDM yang memadai sesuai kompetensi bidang yang
dibutuhkan

3. Dengan seringnya terjadi mutasi pegawai sangat berdampak


menghambat kelancaran pelaksanaan program dan kegiatan dinas
baik secara teknis maupun secara umum kedinasan karena harus
menunggu pengusulan atau pergantian pegawai yang
bersangkutan.

4. Terbatasnya sarana terutama kendaraan dinas operasional roda 4


yang berkondisi baik dalam pelaksanaan kegiatan lapangan.

5. Diperlukan kecermatan dalam perencanaan pengelolaan anggaran


sehingga dapat terserap dan termanfaatkan sesuai dengan
perencanaan yang ditetapkan

6. Diperlukan pengelola pelaksanaan SPIP di lingkungan di


lingkungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali setiap tahunnya.

Laporan Tahunan 2016 Page 77


BAB IV

BIDANG PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan pembangunan peternakan memerlukan pembenahan pada
tingkat fleksibilitas maupun instabilitas terhadap lingkungan strategis, baik secara
internal maupun eksternal. Hal ini harus dipahami oleh semua pihak agar produk
perencanaan dapat akomodatif terhadap kebutuhan daerah dan aspirasi
masyarakat. Untuk mewujudkan perencanaan dimaksud dalam inplementasinya
diperlukan pendanaan, SDM, sarana dan peralatan yang memadai serta diperlukan
perangkat sistem yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

Peran anggaran pemerintah sebenarnya hanya sebagai stimulan investasi,


disamping itu anggaran juga merupakan instrumen pengendalian, memberikan
informasi rinci atas pelaksanaan operasional program maupun kegiatan. Namun
demikian bukti-bukti emperis menunjukan bahwa peran sub sektor peternakan
terhadap ekonomi nasional dan daerah sangat penting, tetapi bila ditelaah lebih
lanjut ternyata para pelaku usaha peternakan belum dapat menikmati pertumbuhan
ekonomi secara proporsional sesuai dengan kontribusinya.

Laporan Tahunan 2016 Page 78


Dalam rangka pembangunan ekonomi wilayah, peran sub sektor peternakan
memiliki kaitan kuat di hulu, on fam, maupun hilir, namun peran strategis belum
banyak dipahami dan belum mampu mendorong partisipasi masyarakat dan swasta
serta dihadapkan pada berbagai kendala.

Untuk itu tidak hanya pendekatan teknis seperti yang telah diterapkan
selama ini tetapi juga pendekatan sosial budaya yang mampu merangsang
perubahan sikap dan pola kerja melalui pemilahan kegiatan yang benar-benar dapat
memicu pembangunan peternakan.

Permasalahan lain yang bersifat klasik adalah kebutuhan anggaran selalu


meningkat sejalan dengan pemenuhan target pencapaian populasi dan produksi,
tetapi tidak diikuti oleh naiknya anggaran yang diperlukan. Dengan demikian
diperlukan koordinasi dalam implementasi pembangunan peternakan baik pusat
maupun daerah sehingga anggaran pemerintah yang terbatas dapat dimanfaatkan
secara tepat sasaran untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dan swasta.

Penerapan anggaran terpadu (Unified Budget) dan berbasis kinerja


(Performance Budget) masih banyak mengalami kendala, diharapkan untuk tahun
anggaran 2016 dapat dilakukan secara konsisten sehingga jajaran peternakan
mampu meningkatkan kemampuan dan menggali secara inovatif kegiatan produktif
yang dapat memberdayakan masyarakat petani peternak, meningkatkan pelayanan
dan menggerakan investasi guna mengelola sumber daya peternakan.

Sistem perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian penting yang


mendukung keberhasilan sistem perencanaan nasional sebagaiman diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional , dimana dalam rangka proses pembangunan setiap tahun,
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan untuk menyusun Rencana Kerja
SKPD yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis SKPD yang selanjutnya
akan menjadi dokumen perencanaan SKPD periode 1 (satu) tahun.

1.2 Landasan Hukum


Dasar penyusunan Renja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali Tahun Anggaran 2016 dilandasi oleh peraturan dan perundangan sebagai
berikut :
Laporan Tahunan 2016 Page 79
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


4421);

c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang–
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
e. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4720);

f. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

g. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan


Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung-
jawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat daerah, dan
Informasi laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat

Laporan Tahunan 2016 Page 80


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

h. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten / Kota ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 ) ;

i. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara


Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan


Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Keuangan Daerah;

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang


Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penyusunan Rencana Kerja Program dan Kegiatan (RENJA)
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Tahun 2016 :

1. Memberikan acuan pelaksanaan anggaran terpadu dan berbasis kinerja.


2. Menjabarkan program pembangunan peternakan kedalam kegiatan baik provinsi
maupun kabupaten/kota.
3. Meningkatkan efesiensi, efektivitas, tertib dan transparan serta akuntabel dalam
pelaksanaan kegiatan.
4. Mewujudkan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan peternakan Provinsi
Bali.

Laporan Tahunan 2016 Page 81


VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Perencanaan pembangunan peternakan harus mampu memberikan kontribusi


signifikan terhadap pembangunan daerah serta dapat memberikan keuntungan bagi semua
pelaku usaha peternakan, serta kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Inilah yang
mendasari visi dari pembangunan peternakan ke depan.

2.1 Visi dan Misi


Visi

Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam kurun lima tahun mendatang (2013-
2018) ditetapkanlah visi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
sebagai berikut:

“TERWUJUDNYA PETERNAKAN YANG MAJU, TANGGUH, BERWAWASAN


AGRIBISNIS BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL MENUJU BALI MANDARA
JILID II”

Visi tersebut mengandung makna bahwa seluruh aktivitas subsektor ini secara
terpadu dan berkelanjutan selalu mengacu terhadap upaya mewujudkan suatu
peternakan yang maju dan tangguh dengan memberdayakan sumber daya lokal
seiring visi Pemerintah Provinsi Bali yakni Bali yang Aman, Maju, Damai dan
Sejahtera atau Bali Mandara.

Misi

Dalam Misi 3 RPJMD Provinsi Bali yaitu mewujudkan Bali yang sejahtera
dan sukerta lahir bhatin, maka berdasarkan misi tersebut serta untuk mewujudkan
visi, ditetapkan misi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali yaitu :

4. Meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan

Laporan Tahunan 2016 Page 82


5. Meningkatkan populasi ternak dan produksi peternakan
6. Meningkatkan penumbuhan kelembagaan kelompok usaha pengolahan
dan pemasaran hasil perternakan serta jaminan keamanan pangan
hewani yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal).

2.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD


2.2.1 Tujuan
Berpijak dan mengacu pada visi dan misi serta identifikasi isu-isu
strAtegis dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali,
tujuan yang akan dicapai adalah terwujudnya penurunan tingkat
kesakitan ternak dan peningkatan populasi ternak serta penumbuhan
kelompok/usaha pengolahan dan pemasaran hasil ternak.

2.2.2 Sasaran
Dengan ditetapkan tujuan maka pembangunan peternakan di Provinsi
Bali perlu diarahkan untuk pencapaian sasaran strategis pada
perencanaan tahun 2016 . Adapun sasaran strategis pembangunan
peternakan untuk tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Sasaran I : Penurunan tingkat kesakitan ternak dengan indikator kinerja:


2. Persentase tingkat kesakitan ternak (%) dengan target :

1. Sapi 0,6%

2. Babi 3%

3. Kambing 2,6%

4 Unggas (Flu Burung) 1,5%

5. Anjing (Rabies) 0,10%


Sasaran II :
Meningkatkan populasi ternak dengan indikator kinerja :
4. Jumlah populasi ternak (ekor) dengan target :

Laporan Tahunan 2016 Page 83


1 Sapi Potong : 521,267 ekor

2 Babi : 889,606 ekor

3 Kambing : 72,804 ekor

4 Ayam Buras : 4,194,424 ekor

5 Ayam Ras Petelur : 4,473,297 ekor

6 Ayam Ras Pedaging : 7,338,466 ekor

7 Itik : 730,194 ekor

5. Jumlah pemotongan ternak sapi dengan target 42.364 ekor

6. Jumlah pengeluaran ternak sapi potong dengan target 54.705 ekor

Sasaran III : Penumbuhan kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran hasil


ternak dengan indikator kinerja :

Jumlah kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran hasil ternak


dengan target : 348 kelompok

PROGRAM DAN KEGIATAN

Untuk mencapai sasaran strategis maka perlu dilaksanakan beberapa program dan
kegiatan agar pembangunan peternakan dapat dilaksanakan terarah dan berkesinambungan.
Adapun Program dan Kegiatan pada Renja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali Tahun 2016 terdiri dari 5 program dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.


Dengan kegiatan :

1.1 Kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat

Laporan Tahunan 2016 Page 84


1.2 Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi Sumberdaya Air dan Listrik

1.3 Kegiatan Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor

1.4 Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor

1.5 Kegiatan Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan

1.6. Kegiatan Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor

1.7 Kegiatan Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundangan

1.8 Kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman

1.9 Kegiatan Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Pusat

1.10 Kegiatan Upacara Keagamaan

1.11 Kegiatan Jasa Pengamanan Kantor

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur


Dengan kegiatan :

2.1 Kegiatan Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor

2.2 Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor

2.3 Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas

2.4 Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor

2.5 Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor

Laporan Tahunan 2016 Page 85


3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
Dengan kegiatan :

3.1 Kegiatan Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak

3.2 Kegiatan Pemeriksaan, Pengujian, Identifikasi dan Pemetaan Kasus Penyakit


Hewan dan Bahan Asal Hewan/Hasil Bahan Asal Hewan

4. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan


Dengan kegiatan :

4.1 Kegiatan Pengawasan dan Perbibitan Ternak

4.2 Kegiatan Pengawasan dan Pengembangan Pakan Ternak pada Kelompok Tani
Ternak

4.4 Kegiatan Pembinaan, Penyediaan, Pengembangan, Sarana dan Prasarana


Peternakan

4.4 Kegiatan Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan

4.5 Kegiatan Pengawasan Obat, Lalu Lintas Hewan dan Penilaian Dokter Hewan

4.6 Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani Ternak Berorientasi Agribisnis

4.7 Kegiatan Pembinaan, Monitoring dan Sosialisasi Perkreditan

4.8 Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)

4.9 Kegiatan Penyusunan Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Data dan Statistik
Pembangunan Peternakan

4.10 Kegiatan Produksi dan Distribusi Semen

4.11 Kegiatan Pengembangan Pelayanan Teknologi Inseminasi Buatan

Laporan Tahunan 2016 Page 86


5. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
Dengan kegiatan :

5.1 Kegiatan Pembinaan, Pengawasan Produk Pangan Asal Hewan (PAH) dan
Produk Hewan Non Pangan

5.2 Kegiatan Pembinaan dan Pengawasan Produk Olahan Peternakan

5.3 Kegiatan Monitoring Harga Pasar

5.4 Kegiatan Pembinaan, Monitoring dan Tenu Usaha Kemitraan

5.5 Kegiatan Pembinaan dan Pengawasan Mutu Produk Pangan dan Non Pangan

Program dan kegiatan yang memuat Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, Lokasi
Kegiatan, Kebutuhan Dana Indikatif dan Sumber Dana disajikan dalam Tabel 4.1
Rumusan Rencana Program dan Kegiatan Dinas Peternakan Provinsi Bali Tahun 2017
dan Prakiraan Maju Tahun 2018 Provinsi Bali sebagaimana pada lampiran

2.2. Indikator Kinerja Utama ( IKU).

Sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali Nomor : 524/068/Disnakkeswan, tanggal 05 Januari 2015 tentang Indikator Kinerja
Utama di Lingkungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali 2013 –
2018 Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali.

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

1 Penurunan Tingkat Kesakitan Persentase tingkat kesakitan ternak (%)


Ternak

2 Meningkatkan Populasi Ternak 13. Jumlah populasi ternak (ekor)


14. Jumlah pemotongan ternak sapi (ekor)

Laporan Tahunan 2016 Page 87


15. Jumlah pengeluaran ternak sapi potong
(ekor)
3 Penumbuhan Kelompok / usaha Jumlah kelompok / usaha pengolahan dan
pengolahan dan pemasaran hasil pemasaran hasil ternak (klp)
ternak

2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT).

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
tahun 2016 memuat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun guna
mencapai sasaran program yang ditetapkan, RKT ini merupakan turunan dari Rencana
Strategi (Renstra) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali yang
berjangka waktu satu tahun. Pada tahun 2016 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali melaksanakan enam belas kegiatan sebagai bagian dalam pencapaian
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak, Program Peningkatan
Produksi Hasil Peternakan dan Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Peternakan. RKT Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun 2016
tersaji pada lampiran 1.

Sasaran strategis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun 2016
adalah :

Meningkatkan Populasi Ternak dengan indikator kinerja .

1). Jumlah populasi ekor

- Ternak sapi potong 546.370 (ekor).

- Sapi Perah 0 (ekor).

- Kerbau 1.865 (ekor).


Laporan Tahunan 2016 Page 88
- Ayam Pedaging 9.059.264 (ekor).

- Ayam ras petelur 5.517.652 (ekor)

- Ayam lokal 3.940.439 (ekor).

- itik 634.282 (ekor).

2). Jumlah produksi daging (Ton).

- Sapi potong 7,304.49 ton.

- Kerbau 22,57 ton.

- Ayam pedaging 88,519.59 ton.

- Ayam petelur 1,903.59 ton.

- Ayam lokal 5,851.55 ton

- Itik 361,52 ton.

3). Jumlah produksi telur (Ton).

- Ayam petelur 49,004.27 ton.

- Ayam lokal 1,971.23 ton.

- Itik 2,366.41 ton.

2.4. Perjanjian Kinerja.

Perjanjian kinerja (PK) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun
2016 dengan Direktur jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan berdasarkan Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2016 disusun setelah DIPA DiREKTORAT Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan diterima pada bulan Januari 2016 yang ditanda
tangani oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kepala Dinas
Peternakan dan

Kesehatan Hewan Provinsi Bali pada bulan Maret 2016 berupa ” outcome” yang terdiri
dari tiga sasaran strategis yaitu :

Laporan Tahunan 2016 Page 89


1). 1). Jumlah populasi ekor

- Ternak sapi potong 546.370 (ekor).

- Ayam Pedaging 9.059.264 (ekor).

- Ayam ras petelur 5.517.652 (ekor)

- Ayam lokal 3.940.439 (ekor).

- itik 633.982 (ekor).

2). Jumlah produksi daging (Ton).

- Sapi potong 7,304.49 ton.

- Ayam pedaging 88,519.59 ton.

- Ayam petelur 1,903.59 ton.

- Ayam lokal 5,851.55 ton

- Itik 361,52 ton.

3). Jumlah produksi telur (Ton).

- Ayam petelur 49,004.27 ton.

- Ayam lokal 1,971.23 ton.

- Itik 2,366.41 ton.

4). Meningkatkan produksi susu dengan indikator kinerja.

- Jumlah susu 0 ton.

III. AKUNTABILITAS KINERJA

a. Kreteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian sasaran

Laporan Tahunan 2016 Page 90


Dalam rangka akuntabilitas kinerja, Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali melaksanakan penilaian kinerja dengan mengacu pada
Penetapan Kinerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Tahun
2016 yang telah ditetapkan . Penilaian dilakukan melalui kegiatan evaluasi dan

pengumpulan data kinerja yang dinilai menggunakan stándar nilai peringkat


kinerja sesuai tabel 3. Pengumpulan data kinerja hasilnya akan memberikan
gambaran keberhasilan dan kegagalan dalam pencapain tujuan dan sasaran.
Dari hasil pengumpulan data selanjutnya dilakukan kategorisasi kinerja
(penentuan posisi) sesuai dengan tingkat capaian kinerja.

Tabel 3 : Skala Nilai Peringkat Kinerja *)


No. Interval Nilai Realisasi Kriteria Penilaian
Kode
Kinerja Realisasi Kinerja
1 91 ≤ 100 Sangat Baik Hijau Tua
2. 76 ≤ 90 Baik Hijau Muda
3. 66 ≤ 75 Sedang Kuning Tua
4. 51 ≤ 65 Rendah Kuning Muda
5. ≤ 50 Sangat Rendah Merah

*) Berdasarkan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010


Pengukuran target kinerja dilakukan terhadap sasaran strategis yang telah ditetapkan
oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dilakukan dengan
membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja. Indikator kinerja sebagai
ukuran keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali beserta target dan capaian realisasinya dirinci sebagai berikut :

b. Pencapaian Sasaran Strategis.


Capaian Sasaran Strategis PK tahun 2016.

Berdasarkan perjanjian kinerja tahun 2016 antara Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan dan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
bulan Maret 2016 yaitu target Kinerja populasi dan Produksi ternak.

Laporan Tahunan 2016 Page 91


Tabel 2. Indikator Kinerja Utama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali tahun 2016.

2016

Sasaran Indikator Target Realisasi Persentase


(%)

Meningkatkan 7. Jumlah populasi


Populasi Ternak ternak (ekor)
Sapi potong
521.267 546.370 104,81
Ayam buras
4.194.424 3.940.439 93.94
Ayam ras petelur
4.473.297 5.517.652 123.34
Ayam ras
Pedaging

Itik 7.338.466 9.059.264 123.45

730.194 634.282 86.86

Meningkatkan Jumlah produksi


Produksi daging ( Ton ).
Daging
- Sapi
7.867,67 7.810,68 99.27
- Ayam buras
- Ayam petelur 2.862,95 4.486,19 156.69
- Ayam Pedaging
1.442,74 3.004,36 208.23
- Itik
29.334,32 88.789,86 301.76
345,20
255,22 135.25

Laporan Tahunan 2016 Page 92


Meningkatkan Jumlah produksi telur
Produksi Telur ( Ton ).

- Ayam petelur/Ras
36.550,83 49,004.27 134.07
- Ayam lokal/Buras
3.155,68 1,971.23 62.46
- Itik
4.543,03 2,366.41 52.08

Meningkatkan Jumlah produksi susu 136,82 0 0


produksi susu ( Ton ).

Keterangan : * Produksi telur ayam ras 36.704 ton dengan perhitungan :

- Ayam betina produktif 52% dari populasi 5.164.403 ekor = 2.685.489 ekor.
- Produksi yang bertelur 77,00% X 2.685.489 ekor = 2.067.826 ekor
- Produksi telur:
2.067.826 ekor X 284 butir/th = 587.262.584 butir ( 1 Kg telur = 16 butir) = 36.704 Ton.

c. Evaluasi dan analisis Capaian Kinerja


Capaian Populasi Ternak (ekor).

Meningkatkan Populai dan Produksi ternak dengan indikator kinerja :

1). Jumlah Populasi.

- Ternak sapi potong 546.370 ekor 104,81 % dengan capaian kinerja sangat baik.

- Ayam buras 3.940.439 ekor 93.94% dengan capaian kinerja sangat baik

- Ayam petelur 5.517.652 ekor 123.34% dengan capaian kinerja sangat baik.

- Ayam pedaging 9.059.264 ekor 123.45% dengan capaian kinerja sangat baik

Laporan Tahunan 2016 Page 93


- Itik 633.982 ekor 86.82% dengan capaian kinerja baik.

2). Jumlah Produksi daging (karkas, Ton).

- Sapi 7.810,67 (ton) 99.27% dengan capaian kinerja sangat baik

- Ayam buras 4.486,19 (ton) 159.69% dengan capaian kinerja sangat baik

- Ayam petelur 3.004,36 (ton) 208,23% dengan capaian kinerja sangat baik

- Ayam pedaging 88.519,59 (ton) 301,76% dengan capaian kinerja sangat baik

- Itik 345,20 (ton) 135,25% dengan capaian kinerja sangat baik.

3) Jumlah Produksi telur (ton).

- Ayam petelur/ras 49.004,27 (ton) 134.07% dengan capaian kinerja sangat baik

- Ayam lokal/buras 1.971,23 (ton) 62.46% dengan capaian kinerja rendah.

- Itik 2.366,41 (ton) 52.08% dengan capaian kinerja rendah.

4). Jumlah Produksi susu (ton).

- Sapi perah 136.82 (ton) 0 %. dengan capaian kinerja sangat rendah.

d. Akuntabilitas Keuangan
3.4.1. Allokasi Anggaran

Anggaran dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 antara Kepala Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali dengan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan satker (06) adalah sebagai berikut :

Pagu anggaran satker (06) Dana Dekonsentrasi Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali tahun 2016 awalnya sebesar Rp. 14.586.412.000,- namun terjadi
pengurangan secara Nasional sebesar Rp. 1.524.381.000,-, sehingga total anggaran
menjadi Rp. 13.062.031.000,- Anggaran tersebut dialokasikan pada enam kegiatan
pokok yaitu (1). 1783. Peningkatan Produksi Pakan Ternak sebesar Rp. 150.000.000,-
dengan realisasi Rp.119.050.700,- (79.37%) dengan capaian kinerja Tinggi.(2). 1784.
Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit

Laporan Tahunan 2016 Page 94


zoonosis sebesar Rp 9.132.497.000,-dengan realisasi Rp. 8.603.359.199 (94.21 %)
dengan capaian kinerja sangat baik. (3). 1785. Peningkatan Kwantitas dan Kwalitas
Benih dan Bibit Rp. 1.776.630.000,-dengan realisasi Rp. 1.249.245.680 (70.32 %)
dengan capaian kinerja sedang (4).1786. Penjaminan produk hewan yang asuh dan
berdaya saing sebesar Rp.818.150.000,- realisasi Rp. 667.808.250,- (81.62%) dengan
capaian kinerja.tinggi. (5).1787. Dukungan Manajemen dan dukungan teknis lainnya
sebesar Rp. 566.162.000,- realisasi Rp. 480.600.850 (84.89%) dengan capaian kinerja
tinggi.(6) 5891. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan sebesar
Rp. 618.592.000,- realisasi Rp. 573.312.146 (92.68%) dengan capaian sangat tinggi.
Pagu anggaran PSP (08) Dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 410.100.000,- realisasi Rp.
362.831.246 (88.47%) dengan capaian kinerja sangat baik. Pagu anggaran satker (06)
Tugas Pembantuan (TP) tahun 2016 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali tahun 2016 awalnya sebesar Rp. 7.328.000.000.,- namun terjadi pengurangan
secara Nasional sebesar Rp. 1.807.277.000, sehingga total anggaran menjadi Rp.
5.520.723.000,- Anggaran tersebut dialokasikan pada enam kegiatan pokok yaitu (1).
1783. Peningkatan Produksi Pakan Ternak sebesar Rp. 1.661720.000,-dengan realisasi
Rp.1.608.289.868 (96.78%) capaian kinerja sangat baik. (2). 1785. Peningkatan
kuantitas dan kualitas bibit dan benih sebesar Rp 3.445.003.000,-dengan realisasi Rp.
2.874.290.485 (83.43%) capaian kinerjanya tinggi.

(3) 1786. Penjaminan Produk Hewan yang asuh dan berdaya saing sebesar
Rp.414.000.000,- dengan realisasi Rp.409.446.800,- (98.90%) capaian kinerjanya sangat
tinggi.

Permasalahan :

Permasalahan yang dihadapi dalam rangka pembangunan di sub sektor peternakan dan
kesehatan hewan adalah :

a. Pengembangan Budidaya Sapi Potong (APBN-P) di Kabupaten Tabanan


sebanyak 4 kelompok di kembalikan 1 kelompok sehingga yang realisasi
berjumlah 3 kelompok, 1 kelompok yang tidak realisasi disebabkan karena
Kepala Dinas yang menangani fungsi peternakan Kabupaten yang memperoleh
alokasi kegiatan akibat terbitnya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah, dimana kelompok yang memperoleh bantuan Sosial/Hibah harus
Laporan Tahunan 2016 Page 95
berbadan hukum Indonesia, sehingga kegiatannya cukup lama tidak
dialokasikan.
b. Adanya beberapa kegiatan mengalami proses gagal tender sehingga proses
tender diulang yang mengakibatkan waktu yang tersedia untuk melaksanakan
kegiatan menjadi pendek. Akibatnya ada beberapa kegiatan tidak dapat
direalisasikan karena volumenya cukup besar dan waktu pelaksanaannya tidak
mencukupi.
c. Ketersediaan pakan terbatas, harga pakan terus meningkat.
d. Kurangnya ketersediaan air untuk lahan peternakan didaerah kering
e. Masih adanya Penyakit Hewan Menular Strategis(PHMS) seperti Rabies.

Solusi dan upaya tindak lanjut :

a. Kepala Dinas Kabupaten/Kota agar dalam mengeluarkan rekomendasi selalu


berpegangan pada aturan sehingga tidak ada keraguan dalam penentuan
kelompok.( keluarnya UU No. 23 tahun 2014) dimana kelompok harus berbadan
Hukum).
b. Sebagai langkah antisipasi mengupayakan segera proses pelaksanaan tender
dapat dilaksanakan pada akhir triwulan I atau awal triwulan II, agar tersedia
waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

c. Membuat perda pengeluaran sapi potong


d. Membangun infrastruktur penyediaan air ( cubang dan embung)
e. Membuat pabrik pakan mini sesuai potensi
f. Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi untuk
berpartisifasi dalam kegiatan vaksinasi Rabies, dan pengawasan lalu lintas yang
ketat tentang masuknya Anjing dan Unggas Ke Provinsi Bali.

IV. PENUTUP

Peningkatan Sistem Akuntabilitas Kinerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam mendorong terwujudnya penguatan
akuntabilitas dan peningkatan kinerja seperti yang diamanatkan dalam instruksi Presiden

Laporan Tahunan 2016 Page 96


Nomor 7 Tahun 1999 dan Keputusan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi Nasional yang diselaraskan dengan tugas Pokok dan Fungsi Ditjen PKH
Hasilnya dituangkan dalam bentuk Laporan Kinerja yang merupakan wujud
pertanggungjawaban oleh Dinas peternakan dan Keseehatan Hewan Provinsi Bali kepada
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan masyarakat.

Keberhasilan yang telah dicapai dalam pembangunan peternakan dan kesehatan hewan
tahun 2016 tidak terlepas dari dukungan seluruh kegiatan yang ada di Lingkup Dinas
Peternakan Kabupaten/Kota baik dukungan secara langsung maupun tidak langsung.

Disamping dukungan yang berasal dari internal, Kinerja Pembangunan Peternakan dan
Kesehatan Hewan 2016 juga tidak terlepas dari dukungan seluruh stakeholders
pembangunan peternakan, maka tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa suksesnya
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan terletak pada komitmen dan kerja keras
bersama, baik pemerintah, swasta, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, perguruan
tinggi dan peternak.

BAB V

PRODUKSI

I. PENDAHULUAN :

Dua mandat utama yang diemban sub-sektor peternakan dalam pembangunan


adalah menjamin ketersediaan pangan asal hewan untuk kurang lebih 237,6 juta
penduduk dan mensejahterakan kurang lebih 12,6 juta keluarga petani peternak.
Laporan Tahunan 2016 Page 97
Kinerja bidang peternakan hingga saat ini belum sepenuhnya dapat mewujudkan
mandat tersebut. Kondisi ini dapat dilihat masih adanya kesenjangan yang cukup
tinggi antara kemampuan produksi dan konsumsi, sehingga masih memerlukan impor
ternak guna pemenuhan konsumsi yang cukup besar.

Permintaan produk asal hewan cenderung meningkat setiap tahun, seiring


dengan membaiknya tingkat kesejahteraan dan pengetahuan masyarakat. Kondisi
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, berimplikasi pula pada perubahan gaya
hidup termasuk dalam pola makan. Perubahan pola makan masyarakat,
memposisikan betapa pentingnya nilai gizi asupan yang dikonsusmsi. Secara garis
besar, bahan pangan yang berasal dari usaha peternakan terdiri atas daging, susu
dan telur. Ditjennak (2009) melaporkan bahwa, konsumsi terhadap produk
peternakan Dalam Negeri berupa daging (6,48 kg/kapita/tahun); susu (2,5
kg/kapita/tahun) dan telur (5,61 kg/kapita/tahun). Sementara standard nasional
konsumsi terhadap daging ( 10,3 kg/kapita/tahun); susu (7,2 kg/kapita/tahun) dan
telur (6,5 kg/kapita/tahun). Ini berarti masih terdapat kesenjangan yang signifikan
terhadap produktivitas usaha peternakan khususnya daging dan susu dalam rangka
mewujudkan ketersediaan pangan asal hewan, yang telah dicanangkan oleh
Presiden Republik Indonesia dengan Nawacita.

Fenomena yang kurang kundusif ini merupakan peluang sekaligus tantangan


untuk mengembangkan usaha peternakan. Peluang pasar yang cukup terbuka
belum sepenuhnya dapat mendorong perkembangan usaha peternakan. Kendala
yang menghambat berkembangnya usaha peternakan disebabkan skala usaha dan
penguasaan modal relatif kecil serta tingkat kemampuan SDM relatif rendah karena
didominasi oleh usaha peternakan rakyat. Akibatnya, produktivitas ternak yang
dikelola menjadi relatif rendah. Walaupun demikian, laju pertumbuhan di sektor

pertanian termasuk peternakan mencapai 3,97 % dari PDB tahun 2012 sebesar ,23
% dibanding tahun 2011 (Berita Statistik No.14/02/Th.XVI, 5 Februari 2013).

Laporan Tahunan 2016 Page 98


Keberhasilan dalam usaha budidaya peternakan, selain bergantung pada
pakan dan tata-laksana (termasuk kesehatan hewan, sarana-prasarana dan pasar),
juga sangat dipengaruhi oleh faktor bibit. Bibit mempunyai peranan penting dan
strategis karena merupakan salah satu mata rantai dalam mendukung peningkatan
produktivitas hasil peternakan. Sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas, maka bibit yang diproduksi dan diedarkan harus dapat
dipantau dan dijamin mutunya secara berkesinambungan.

Dalam mengejawantahkan tupoksi Bidang Produksi di Dinas Peternakan dan


Kesehatan Hewan Provinsi Bali, maka kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan
kegiatan untuk pemenuhan dan penyediaan pakan ternak, prasarana sarana
peternakan dan perbibitan ternak. Total dana yang dialokasikan untuk melaksanakan
kegiatan yang terkait dengan tupoksi Bidang Produksi tahun 2015 sebesar Rp
16.768.320.390,-(Enam Belas Milyar Tujuh Ratus Enam Puluh Delapan Juta Tiga
Ratus Dua Puluh Ribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Rupiah), terdiri atas APBN Rp
15.554.748.000,- (Lima Belas Milyar Lima Ratus Lima Puluh Empat Juta Tujuh Ratus
Empat Puluh Delapan Ribu Rupiah) dan APBD Provinsi Bali Rp 1.213.572.390,-
(Satu Milyar Dua Ratus Tiga Belas Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Dua Ribu Tiga
Ratus Sembilan Puluh Rupiah). Upaya-upaya yang dilaksanakan dimaksudkan agar
produktivitas dan populasi ternak semakin meningkat yang pada akhirnya akan
bermuara pada peningkatan pendapatan peternak, dan pada gilirannyameningkatkan
kesejahteraan peternak.

5.1 Kegiatan Pakan Ternak

Dua mandat utama yang diemban sub-sektor peternakan dalam pembangunan


adalah menjamin ketersediaan pangan asal hewan untuk kurang lebih 237,6 juta
penduduk dan mensejahterakan kurang lebih 12,6 juta keluarga petani peternak.
Kinerja bidang peternakan hingga saat ini belum sepenuhnya dapat mewujudkan
mandat tersebut. Kondisi ini dapat dilihat masih adanya kesenjangan yang cukup
tinggi antara kemampuan produksi dan konsumsi, sehingga masih memerlukan impor
ternak guna pemenuhan konsumsi yang cukup besar.

Laporan Tahunan 2016 Page 99


Permintaan produk asal hewan cenderung meningkat setiap tahun, seiring
dengan membaiknya tingkat kesejahteraan dan pengetahuan masyarakat. Kondisi
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, berimplikasi pula pada perubahan gaya
hidup termasuk dalam pola makan. Perubahan pola makan masyarakat,
memposisikan betapa pentingnya nilai gizi asupan yang dikonsusmsi. Secara garis
besar, bahan pangan yang berasal dari usaha peternakan terdiri atas daging, susu
dan telur. Ditjennak (2009) melaporkan bahwa, konsumsi terhadap produk
peternakan Dalam Negeri berupa daging (6,48 kg/kapita/tahun); susu (2,5
kg/kapita/tahun) dan telur (5,61 kg/kapita/tahun). Sementara standard nasional
konsumsi terhadap daging ( 10,3 kg/kapita/tahun); susu (7,2 kg/kapita/tahun) dan
telur (6,5 kg/kapita/tahun). Ini berarti masih terdapat kesenjangan yang signifikan
terhadap produktivitas usaha peternakan khususnya daging dan susu dalam rangka
mewujudkan ketersediaan pangan asal hewan, yang telah dicanangkan oleh
Presiden Republik Indonesia dengan Nawacita.

Fenomena yang kurang kundusif ini merupakan peluang sekaligus tantangan


untuk mengembangkan usaha peternakan. Peluang pasar yang cukup terbuka
belum sepenuhnya dapat mendorong perkembangan usaha peternakan. Kendala
yang menghambat berkembangnya usaha peternakan disebabkan skala usaha dan
penguasaan modal relatif kecil serta tingkat kemampuan SDM relatif rendah karena
didominasi oleh usaha peternakan rakyat. Akibatnya, produktivitas ternak yang
dikelola menjadi relatif rendah. Walaupun demikian, laju pertumbuhan di sektor
pertanian termasuk peternakan mencapai 3,97 % dari PDB tahun 2012 sebesar ,23
% dibanding tahun 2011 (Berita Statistik No.14/02/Th.XVI, 5 Februari 2013).

Keberhasilan dalam usaha budidaya peternakan, selain bergantung pada


pakan dan tata-laksana (termasuk kesehatan hewan, sarana-prasarana dan pasar),
juga sangat dipengaruhi oleh faktor bibit. Bibit mempunyai peranan penting dan
strategis karena merupakan salah satu mata rantai dalam mendukung peningkatan
produktivitas hasil peternakan. Sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas, maka bibit yang diproduksi dan diedarkan harus dapat
dipantau dan dijamin mutunya secara berkesinambungan.

Dalam mengejawantahkan tupoksi Bidang Produksi di Dinas Peternakan dan


Kesehatan Hewan Provinsi Bali, maka kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan

Laporan Tahunan 2016 Page 100


kegiatan untuk pemenuhan dan penyediaan pakan ternak, prasarana sarana
peternakan dan perbibitan ternak. Total dana yang dialokasikan untuk melaksanakan
kegiatan yang terkait dengan tupoksi Bidang Produksi tahun 2015 sebesar Rp
16.768.320.390,-(Enam Belas Milyar Tujuh Ratus Enam Puluh Delapan Juta Tiga
Ratus Dua Puluh Ribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Rupiah), terdiri atas APBN Rp
15.554.748.000,- (Lima Belas Milyar Lima Ratus Lima Puluh Empat Juta Tujuh Ratus
Empat Puluh Delapan Ribu Rupiah) dan APBD Provinsi Bali Rp 1.213.572.390,-
(Satu Milyar Dua Ratus Tiga Belas Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Dua Ribu Tiga
Ratus Sembilan Puluh Rupiah).Upaya-upaya yang dilaksanakan dimaksudkan agar
produktivitas dan populasi ternak semakin meningkat yang pada akhirnya akan
bermuara pada peningkatan pendapatan peternak, dan pada gilirannyameningkatkan
kesejahteraan peternak.

5.1 Kegiatan Pakan Ternak

Kegiatan pakan ternak tahun 2016 pendanaannya bersumber dari APBN dan
APBD Provinsi Bali dengan total dana sebesar Rp 2.066.342.950,- (Dua Miliar
Enam Puluh Enam Juta Tiga Ratus Empat Puluh Dua Sembilan Ratus Lima
Puluh Rupiah )yang terdiri atas APBN Rp 1.811.720.000 (Satu Miliar Delapan
Ratus Sebelas Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah) dan APBD Provinsi
Bali Rp 254.622.950,- (Dua Ratus Lima Puluh Empat Juta Enam Ratus Dua
Puluh Dua Ribu Sembilan Ratus Lima Puluh Rupiah). Kegiatan yang
dilaksnakan pada intinya terkait dengan upaya pemenuhan pakan ternak yang
memenuhi standar mutu dan berbasis bahan pakan lokal. Oleh karenanya perlu
dupayakan bimtek pakan sehingga peternak mampu menyediakan pakan
ternakyang berkualitas bagi kebutuhan ternaknya.

5.1.1. Kegiatan Pakan Ternak APBN

5.1.1.1. Pengawasan Mutu Pakan dan Bahan Pakan

Pakan merupakan faktor yang strategis dalam usaha peternakan


dan sangat berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak serta
akan mempengaruhi kualitas hasil ternak seperti daging, telur dan susu. Saat

Laporan Tahunan 2016 Page 101


ini banyak sekali jenis bahan baku pakan yang dipakai sebagai penyusun
formula pakan, selain itu juga banyak jenis pakan yang beredar di pasaran.
Pakan yang beredar perlu dilakukan pengawasan sebaik-baiknya sehingga
konsumen pakan dapat terlindungi dari kerugian akibat mutu pakan yang tidak

memenuhi persyaratan. Disamping pakan yang diproduksi oleh pabrikan, saat


ini para kelompok sudah mulai membuat pakan dengan menggunakan bahan
baku pakan lokal sehingga perlu perlu dilakukan pembinaan terhadap mutu
pakan yang dibuatnya. Adanya pengawasan mutu pakan yang baik akan dapat
mencegah terjadinya kerugian bahkan sebaliknya akan memberikan
keuntungan ekonomis yang signifikan baik bagi pemerintah, produsen maupun
konsumen dalam hal ini peternak.

Pelaksanaan kegiatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pakan /Bahan


Pakan dimaksudkan untuk melindungi para komsumen pakan ternak agar
terhindar dari pemalsuan produk pakan yang tidak sesuai dengan label pakan
yang tertera yang sesuai dengan SNI. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini
adalah berkurangnya masalah – masalah pemalsuan dan penurunan mutu
pakan yang beredar di masyarakat melalui peningkatan kinerja pengawasan
mutu pakan.

Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1)
Berkurangnya pemalsuan pakan yang beredar di 9 Kabupaten/Kota; (2)
Terwujudnya pengujian sampel pakan 50 sampel dan (3) Terwujudnya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas yang menangani
kegiatan pakan/wastukan. Ruang lingkup kegiatan pengawasan mutu dan
keamanan pakan meliputi : (1) Pengembangan Mutu Pakan 1 kegiatan; (2)
Pengujian sampel Pakan 50 sampel; (3) Pengawasan mutu dan keamanan
pakan dan (4) Pelaporan 1 Laporan

Kegiatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pakan Tahun 2015


bertujuan untukmengurangi permasalahan pemalsuan dan penurunan mutu
pakan yang beredar di masyarakat melalui peningkatan kinerja pengawasan
mutu pakan. Dengan anggaran sebesar Rp 57.010..000,- realisasi fisik 100

Laporan Tahunan 2016 Page 102


% dan Keuangan 86,73% ( Rp.43.364.000,- ). Terdapat efisiensi sebesar
Rp6.637.000,- . yang antara lain disebabkan karena adanya efisiensi biaya
konsumsi dan biaya pembelian dan pengiriman sampel .

5.1.1.2 Bimbingan Teknis Manajemen dan Teknologi Pakan

Dalam upaya pengembangan usaha peternakan khususnya


peternakan sapi peternak sering dihadapkan pada permasalahan dalam
penyediaan pakan ternak terutama pada saat musim kemarau.Hal ini terjadi
disaat musim kemarau hijauan makanan ternak tidak dapat tumbuh dengan
baik sehingga penyediaan hijauan makanan ternak sangat berkurang.
Sebaliknya dimusim hujan ketersediaan hijauan makanan ternak sangat
berlimpah, disamping itu semakin tingginya alih fungsi lahan untuk
pemukiman menyebabkan lahan untuk tanaman pakan ternak semakin
sempit sehingga diperlukan adanya upaya penyediaan pakan alternatif
dengan memanfaatkan limbah pertanian seperti (jerami padi, jagung dan
kacang – kacangan) ataupun limbah perkebunan seperti kulit kopi dan kulit
buah kakao yang ketersediaanya cukup besar dipetani. Limbah pertanian
dan perkebunan tersebut mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi,
sehingga diperlukan sentuhan teknologi untuk meningkatkan nilai gizi dan
daya cernanya

Sehubungan dengan hal tersebut Kegiatan Peningkatan Produksi


Pakan Ternak dilakukan melalui Bimbingan Teknis Manajemen dan Teknologi
Pakan berbasis bahan pakan lokal untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas dan kelompok dalam pengolahan pakan ternak.
Adapaun maksud pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis Manajemen dan
Teknologi Pakan adalah untuk melakukan pendampingan terhadap unit-unit
pengolah paka. Sementara tujuannya adalah : (1) Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas yang dan kelompok-kelompok
pengolah pakan ternak dan (2) Meningkatnya efisiensi usaha peternakan
dengan aplikasi manajemen dan aplikasi teknologi pakan

Sasaran yang hendak dicapai dari pelaksanaan kegiatan Bimbingan


Teknis Manajemen dan Teknologi Pakan adalah terwujudnya peningkatan

Laporan Tahunan 2016 Page 103


keterampilan petugas dan kelompok dalam menajemen dan teknologi
pengolahan pakan 30 orang. Sementara ruang lingkup kegiatan Bimbingan
Teknis Manajemen dan Teknologi Pakan meliputi : (1) Belanja Bahan terdiri
dari : (a) Seminar Kit 30 buah; (6) Penggandaan 2.500 lembar; (c) Spanduk
1 buah (d) Dokumentasi 1 paket; (2) Laporan 4 buah ; (3) Bimbingan Teknis
Manajemen dan Teknologi Pakan 30 OH

Bimbingan Teknis Manajemen dan Tekonologi Pakan bertujuan


untuk meningkatkan kemampuan para peternak, kelompok peternak,
koperasi, dalam pengolahan pakan ternak yang memenuhi standar
kebutuhan ternak baik kuantitas maupun kualitasnya dengan harga murah.
Dengan anggaran yang sebesar Rp 50.000.000- yang dialokasikan untuk
Belanja Bahan, Belanja Jasa Profesi dan Belanja perjalanan Dinas Paket
meeting Dalam Kota, dengan realisasi fisik100 % dan Keuangan 9.29% (
Rp. 39.644.000,-)

5.1.1.3 Koordinasi Teknis

Pakan merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam


menentukan tingkat produksi dan produktivitas ternak dimana biaya produksi
dalam usaha peternakan 70% adalah biaya pakan. Untuk menentukan
ketersediaan pakan perlu pemanfaatan sumber bahan pakan lokal (hasil
pertanian atau dari limbah pertanian). Ketersediaan bahan baik yang
diproduksi ataupun yang diedarkan dan diperdagangkan harus tetap terjaga
mutunya sesuai dengan Standard Teknis Nasional Indonesia (SNI)
persyaratan teknis minimal yang ditetapkan. Sebagian besar bahan pakan dan
pakan ternak didatangkan dari luar daerah yang cendrung mengalami
kenaikan hargadari hari ke hari. Penyediaan pakan terutama pakan unggas
merupakan pengguna dari produksi yang dihasilkan oleh sub sektor lain
seperti tanaman pangan, perkebunan dan perikanan, oleh karenanya
diperlukan adanya koordinasi yang harmonis untuk mendukung
pengembangan pakan.

Adapun maksud dilaksanakannya kegiatan Koordinasi Teknis ini adalah


untuk melakukan koordinasi kegiatan pengembangan pakan di daerah agar

Laporan Tahunan 2016 Page 104


sesuai dengan arah kebijakan pengembangan bidang pakan nasional
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis Direktorat Pakan.
Sementara tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah adanya komunikasi aktif
daerah-pusat dan atau daerah-instansi teknis terkait lainnya untuk
memperlancar kegiatan.

Sasaran pelaksanaan kegiatan Koordinasi Teknis adalah Terlaksananya


koordinasi kegiatan pengembangan pakan di daerah agar sesuai dengan arah
kebijakan pengembangan bidang pakan nasional sebagaimana ditetapkan
dalam Rencana Strategis Direktorat Pakan.Ruang lingkup kegiatan koordinasi
meliputi : (1) Pengadaan ATK 1 paket; (2) Pertemuan 80 OH dan (3)
Pembinaan dan koordinasi28 OH

Kegiatan Koordinasi teknis pakan Tahun 2016 bertujuan untuk


mengkoordinasikan kegiatan pengembangan pakan di daerah agar sesuai
dengan arah kebijakan pengembangan bidang pakan nasional sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana Strategis Direktorat Pakan. Dengan anggaran
sebesar Rp 50.000.000,-( Lima Puluh Juta Rupiah ) realisasi fisik 86.30 %
dan Keuangan 72.09 % ( Rp.36.043.000,- ). Terdapat efisiensi sebesar
Rp13.958.000,- . yang antara lain disebabkan karena adanya efisiensi pada
perjalanan dinas luar daerah yang sebagian biaya ditanggung panitia
penyelenggara

1.1.1.4. Penanaman dan Pengembangan Tanaman Pakan Ternak


Berkualitas
Pakan ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu pakan
hijauan dan pakan konsentrat. Pada umumnya dalam ransum pakan
ditambahkan dengan vitamin dan mineral sebagai suplemen (tambahan)
pakan untuk meningkatkan mutu pakan agar produksi ternak dapat
meningkat. Pakan hijauan merupakan sumber pakan utama ternak
ruminansia yang berasal dari rumput-rumputan dan leguminosa. Kebutuhan
pakan konsentrat ternak ruminansia , dipenuhi dari pabrik pakan skala besar
dan dari pabrik-pabrik pakan skala kecil milik kelompok peternak sapi
potong. Sementara itu kebutuhan pakan hijauan pada umumnya dipenuhi
sendiri oleh para peternak dengan menanam tanaman pakan di pematang

Laporan Tahunan 2016 Page 105


sawah dan pada lahan yang tidak produktif serta memanfaatkan limbah
pertanian , agroindustri dan limbah perkebunan.

Hijauan pakan ternak dan hasil samping atau limbah tanaman pertanian
dan perkebunan dapat dihasilkan atau diproduksi dari lahan persawahan,
ladang palawija, lahan perkebunan dan lahan hutan yang dimanfaatkan
untuk penanaman HPT. Lahan tanaman pangan merupakan sumber
penghasil hijauan terbesar dibandingkan dengan lahan lainnya.Dari lahan
tanaman pangan dapat dihasilkan berbagai jenis HPT seperti rumput
lapangan, legume, dan limbah pertanian.Isu yang berkembang saat ini
adalah semakin menurunnya pertambahan bobot badan harian ( PPBH) sapi
potong akibat dari pemberian pakan yang kurang baik dari segi kuantitas (
jumlah ) maupun kualitasnya. Pemberian konsentrat untuk peningkatan
kualitas pakan terkendala dengan harga yang semakin mahal dan
keterbatasan pemberian karena bila konsentrat diberikan terlalu banyak
dapat menyebabkan asidosis rumen. Oleh karena itu diperlukan pemberian
hijauan pakan yang berkualitas.Untuk menjamin ketersediaan hijauan pakan
yang berkualitas dilaksanakan gerakan penanaman tanaman pakan ternak
berkualitas.

Adapun maksud dilaksanakannya kegiatan Penanaman dan


Pengembangan Tanaman Pakan Ternak Berkualitas adalah melakukan
gerakan penanaman tanaman pakan ternak berkualitas dalam rangka
mengakomodir kebutuhan pakan terutama kebutuhan hijauan pakan ternak
berkualitas. Sementara tujuannya adalah : (1) Meningkatkan ketersediaan
tanaman pakan ternak ( TPT) berkualitas dikelompok dan (2) meningkatkan
produktivitas ternak ruminansia pada lokasi kegiatan melalui pemanfaatan
hijauan pakan ternak yang berkualitas.

Hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1)
meningkatnya ketersediaan tanaman pakan ternak ( TPT) berkualitas
dikelompok dan (2) meningkatnya produktivitas ternak ruminansia pada
lokasi kegiatan melalui pemanfaatan hijauan pakan ternak yang berkualitas.
Ruang lingkup kegiatan Penanaman dan Pengembangan Tanaman Pakan
Ternak Berkualitas meliputi : (1) Penanaman bibit rumput gajah sebanyak

Laporan Tahunan 2016 Page 106


180.000 stek; (2) Penanaman bibit gamal sebanyak 20.000 stek; (3)
Pemupukan untuk tanaman HPT sebanyak 40.000 kg dan (4) Operasional
pengolahan lahan, penanaman dan pemupukan ; (5)Tata kelola air 10 unit

Kegiatan Penanaman dan Pengembangan Tanaman Pakan


Ternak Berkualitas ( Gerbang Patas) Tahun 2016 bertujuan
untukmeningkatkan ketersediaan tanaman pakan ternak berkualitas dan
meningkatkan produktivitas ternak ruminansia pada lokasi kegiatan melalui
pemanfaatan hijauan pakan ternak yang berkualitas Kegiatan Penanaman dan
Pengembangan Tanaman Pakan Ternak Berkualitas (Gerbang Patas)Tahun 2016
bertujuan untukmeningkatkan ketersediaan tanaman pakan ternak berkualitas dan
meningkatkan produktivitas ternak ruminansia pada lokasi kegiatan melalui
pemanfaatan hijauan pakan ternak yang berkualitas. Dari total anggaran yang
semula dialokasikan sebesar Rp. 500.000.000,- kemudian pada tanggal 16 bulan
Maret anggaran dipangkas menjadi Rp 462.300.000,- Kegiatan Gerbang Patas
dialokasikan dilokasi SPR di Kabupaten Badung yang dilaksanakan oleh

3 (tiga) kelompok dan di Kabupaten Buleleng dilaksanakan oleh 5 kelompok.


Kelompok Pelaksana Kegiatan telah ditetapkan dengan :

- Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi


Bali Nomor 524/6540/Disnak Keswan tanggal 11 Mei 2016, yaitu :
1. Kelompok Ternak Pondok Tani Banjar Penikit Desa Beloksidan
Kecamatan Petang Kabupaten Badung.
2. Kelompok Ternak Buwana Giri Banjar Sidan Desa Beloksidan
Kecamatan Petang Kabupaten Badung
3. Kelompok Ternak Giri Asa Banjar Lawak Desa Beloksidan
Kecamatan Petang Kabupaten Badung.
- Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali Nomor 524/ 5311./Disnak Keswan tanggal 18 April . 2016. Yaitu :
1. Kelompok Tani Suka Lestari di Dusun Gandongan Cendana, Desa
Tukadsumaga, Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng.
2. Kelompok Tani Suka Maju di Dusun Gandongan Cendana, Desa
Tukadsumaga, Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng.

Laporan Tahunan 2016 Page 107


3. Kelompok Tani Ternak Tulus Bakti di Dusun Madan, Desa Musi,
Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng.
4. Kelompok Tani Ternak Praja Winangun di Dusun Merta Sari, Desa
Tinga-tinga, Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng.
5. Kelompok Tani Ternak Rare Angon di Desa Sumberkima, Kecamatan
Gerokgak Kabupaten Buleleng.
Dari total anggaran tersebut diatas realisasi Fisik mencapai 100 % dan keuangan
97,05% atau Rp. 448.680.000,- (Empat Ratus Empat Puluh Delapan Juta Enam
Ratus Delapan Puluh Ribu Rupiah), terdapat efisiensi sebesar Rp 13.920.000,-
pada Belanja Bahan dan Belanja Barang Non Operasional Lainnya.

5.1.1.6. Penguatan Pakan Induk Sapi Potong


. Provinsi Bali merupakan salah satu daerah sebagai penyedia daging sapi
untuk provinsi lain belum sepenuhnya mampu untuk memenuhi permintaan akan
daging tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan penyediaan
daging dari produksi local masih lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan
konsumsi. Untuk sementara guna memenuhi kekurangan kebutuhan konsumsi
tersebut Pemerintah Provinsi Bali telah berupaya untuk meningkatkan populasi
dan produktivitas ternaknya..

Kurangnya penyediaan daging sapi , dari beberapa hasil kajian yang telah
dilakukan disebabkan oleh salah satu factor yaitu masih rendahnya angka kebuntingan
ternak dan masih panjangnya jarak antar calving interval pada sapi potong. Faktor
pakan menjadi salah satu penyebab baik dari kuantitas maupun kualitas.Melihat
permasalahan diatas, maka diperlukan upaya terobosan yang sistematis dan
koprehensip untuk perbaikan melalui penguatan pakan induk sapi potong dengan tujuan
dapat meningkatkan pemberian pakan yang berkualitas pada ternak induk sapi potong
sehingga diharapkan adanya perbaikan performan ternak induk sapi potong melalui
pengukuran Body Condition Score ( BCS) 180 EKOR.

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan penguatan pakan induk sapi potong meliputi :

a. Pengadaan pakan konsentrat 54.000 kg


b. Pengadaan bibit rumput 54.000 stek
c. Pengadaan bibit gamal 6000 stek

Laporan Tahunan 2016 Page 108


d. Pengadaan pupuk urea 600 kg
e. Pengadaan material bahan rehab gudang pakan 6 paket
f. Operasional pengolahan dan penanaman 180 OH
g. Operasional Kelompok 6 Paket
h. Pengadaan chopper 6 unit
i. Pengadaan motor roda tiga 6 unit
j. Tata Kelola Air 6 unit

Kegiatan Penguatan Pakan Induk Sapi Potong Tahun 2016 bertujuan


untukmeningkatkan produktivitas ternak melalui pemberian pakan yang sesuai
dengan standar dan kebutuhan hidup ternaksehingga diharapkan dapat
memperbaiki performan ternak induk sapi potong melalui pengukuran Body
Condition Score ( BCS). Kegiatan Penguatan Pakan Induk Sapi Potong
,dilaksanakan di 6 kelompok dilokasi SPR Kabupaten Badung dan Buleleng.
Kelompok tersebut telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali sebagai berikut :

- SK Nomor 524/6541/Disnak Keswan tanggal 11 Mei 2016 Tentang Penetapan


Kelompok Pelaksana Kegiatan Penguatan Pakan Induk Sapi Potong di Lokasi
SPR Kabupaten Badung .
1. Kelompok Ternak Blantih Sari Banjar Jempanang Desa BelokSidan
Kecamatan Petang Kabupaten Badung
2. Kelompok Ternak Lembu Bukit Sari Banjar Belok Desa Belok Sidan
Kecamatan Petang Kabupaten Badung
3. Kelompok Ternak Mukti Jaya Banjar Sekar Mukti Desa BelokSidan
Kecamatan Petang Kabupaten Badung

- SK Nomor 524/5310/Disnak Keswan tanggal 18 April 2016 Tentang


Penetapan Kelompok Pelaksana Kegiatan Penguatan Pakan Induk Sapi
Potong di Lokasi SPR Kabupaten Buleleng.
1. Kelompok Tani Ternak Puspita Werdi Mekar Banjar Gerokgak Desa
Gerokgak Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng
2. Kelompok Tani Ternak Satwa Lestari Desa Musi Kecamatan Gerokgak
Kabupaten Buleleng
3. Kelompok Tani Ternak Suka Maju Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak

Laporan Tahunan 2016 Page 109


Kabupaten Buleleng

Dari total anggaran Rp. 803.240.000,- ( Delapan Ratus Tiga Juta Dua ratus Empat
Puluh Ribu Rupiah ) Realisasi Fisik mencapai 100 % dan keuangan 97.70 % atau
Rp. 784.790.000,- (Tujuh Ratus Delaoan Puluh Empat Juta Tujuh Ratus Sembilan
Puluh Ribu Rupiah ) .Terdapat efisiensi sebesar Rp. 18.450.000,- pada Belanja
Bahan pengadaan bibit tanaman pakan ternak, Belanja Peralatan dan Mesin Untuk
diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda berupa pengadaan chopper dan motor
roda tiga dan Perjalanan dalam rangka survey harga

5.1.1.7 Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia

Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khusunya


dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Dari aspek ekonomi
biaya pakan memberikan kontribusi hingga 70 % dari seluruh biaya produksi,
sedangkan dari aspek teknis,kualitas pakan akan sangat berpengaruh kepada
tingkat produksi ternak (daging, telur dan susu). Selama ini sebagian besar
hijauan pakan yang diberikan kepada ternak berupa rumput lokal atau rumput
alam yang berasal dari tempat –tempat seperti pematang sawah, pinggir jalan,
saluran irigasi atau perkebunan karena lahan khusus untuk penanaman
hijauan pakan ternak semakin lama semakin menyempit karena alih fungsi
lahan.

Dengan semakin terbatasnya lahan untuk menanam hijauan pakan


ternak perlu dilakukan langkah-langkah peningkatan penyediaan pakan. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan antara. lain melalui pemanfaatan limbah atau
hasil samping pertanian/perkebunan secara optimal. Keuntungan dari
pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri adalah berupa efisiensi
penggunaan lahan, efisiensi tenaga karja dan komponen produksi lainnya,

Laporan Tahunan 2016 Page 110


mengurangi ketergantungan sumberdaya dari luar, meningkatkan pendapatan
petani peternak. Pakan yang dihasilkan

dari pengolahan limbah pertanian dan agroindustri merupakan pakan berkualitas


yang tidak dapat sekaligus habis untuk memenuhi kebutuhan kelompok, sehingga
perlu disediakan tempat penyimpanan atau lumbung pakan

Ruang Lingkup Kegiatan Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia


meliputi:

Pengadaan Bahan Pakan 32.000 kg,Terbangunnya lumbung/gudang pakan


ruminansia 2 unit, Pengadaan chopper 2 unit, Pengadaan motor roda tiga 2
unit,Pengadaan Tong Plastik fermentasi 8 buah

Kegiatan Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia Tahun 2016 bertujuan


untukmenyediakan tempat penyimpanan pakan pada kelompok tani ternak
ruminansia agar pakan yang disimpan tidak tercampur dengan barang lain yang
dapat menimbulkan kontaminasi sehingga dapat menurunkan kualitasnya.
Kegiatan Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansiadilaksanakan oleh
Kelompok Ternak Merta Satya Banjar Selantang Desa Belok Sidan Kecamatan
Petang Kabupaten Badung dengan SK Penetapan Kelompok Nomor
524/6542/Disnak Keswan tanggal 11 Mei 2016 , dan Kelompok Tani Mitra Bina
Usaha Desa Sumber Kelampok Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng
dengan SK Penetapan Kelompok Nomor 524/5309 /Disnak Keswan tanggal 18
April 2016 . Dari total anggaran Rp. 396.180.000,- (Tiga Ratus Sembilan Puluh
Enam Juta Seratus Delapan Puluh Ribu Rupiah ) Realisasi Fisik mencapai
97.22% dan keuangan 94.95 % atau Rp. 376.170.000,- (Tiga Ratus Tujuh Puluh
Enam Juta Seratus Tujuh Puluh Ribu Rupiah ) , terdapat sisa anggaran sebesar
Rp. 20.010.000,- yang sebagian merupakan efisiensi pada Belanja
Bahan, Belanja Jasa Konsultasi , Operasional Kegiatan dan Belanja Perjalanan
Dinas Paket Meeting Luar Kota yang

Laporan Tahunan 2016 Page 111


tidak bisa diikuti ,karena pada pelaksanaannya yang diselenggarakan oleh Pusat
, kegiatan masih proses revisi

5.1.1.8. Pengawasan dan Pengembangan Pakan Ternak Pada Kelompok


Tani Ternak

Program pembangunan peternakan di Provinsi Bali bertujuan untuk


meningkatkan populasi dan produksi ternak melalui pengembangan sumberdaya
peternakan yang ada dengan kegiatan berupa; Pengembangan Sistim Usaha
Pertanian Terintegrasi, Pengembangan Pembibitan Sapi, Penyelamatan Sapi
Betina Produktif dan Budidaya Sapi Potong, Pengembangan Budidaya Babi
Ramah Lingkungan dan Pengembangan Unggas Lokal dipedesaan. Dengan
adanya kegiatan tersebut diharapkan terciptanya lapangan pekerjaan dan
kegiatan ekonomi produktif dipedesaan, sehingga akan mendorong terjadinya
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat peternak dalam
menyediakan tersedianya protein hewani untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan kecerdasan masyarakat. Dalam upaya pengembangan untuk peternakan
perlu didukung dengan penyediaan pakan /hijauan pakan yang berkualitas dalam
jumlah yang mencukupi dan harga terjangkau oleh peternak. Pakan adalah salah
satu sarana produksi yang sangat penting dan merupakan komponen terbesar
dalam usaha budidaya ternak, dan berpengaruh langsung terhadap performance,
produksi dan produktivitas ternak.

Sehubungan dengan hal diatas maka melalui Kegiatan Pengawasan dan


Pengembangan Pakan Ternak Pada Kelompok Tani Ternak Tahun 2016 akan
dilaksanakan Kegiatan penyebaran bibit tanaman pakan ternak,dan pakan
(dedak), Bimbingan Teknis Pengolahan Pakan dan

Laporan Tahunan 2016 Page 112


Pemberian bantuan pakan kepada kelompok sebanyak 10 ( sepuluh ) kelompok
serta melakukan pengawasan mutu pakan di seluruh kabupaten/kota se Bali
dengan tujuan

1 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani ternak dalam


pengolahan pakan yang berbasis Limbah pertanian dan perkebunan dalam
pemanfaatan limbah tersebut sebagai pakan.ternak yang berkualitas.

2 Meningkatkan ketersediaan hijauan pakan ternak yang berkualitas terutama


pada saat musim kemarau

3 Melakukan memonitoring pengembangan pakan dan mutu pakan di peternak

Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terwujudnya pengawasan dan
pengembangan pakan ternak dalam bentuk :

- Terwujudnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani


ternak dalam pengolahan pakan ternak di 10 kelompok tani ternak yang
tersebar di 9 kabupaten/kota

- Tersedianya bibit hijauan pakan ternak sebanyak 10.000 stum

- Tersedianya bibit sorgum sejumlah 30 kg

Terwujudnya pemberian pakan ternak berupa dedak padi sebanyak


36.000 kg.

Dengan anggaran sebesar Rp 310.960.000,- ( Tiga Ratus Sepuluh Juta


Sembilan Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah ) , yang kemudian sesuai DPPA
Nomor 918/67/DPPA/2016 tanggal 31 Oktober 2016, Anggaran
dirasionalisasi menjadi Rp. 254.622.950,- ( Dua Ratus Lima Puluh Empat

Laporan Tahunan 2016 Page 113


Juta Enam Ratus Dua Puluh Dua Ribu Sembilan Ratus Lima Puluh Rupiah) .
Dari anggaran tersebut realisasi fisik 100% dan Keuangan 99,37% atau
Rp 253.022.950,- (Dua Ratus Lima Puluh Tiga Juta Dua Puluh Dua Ribu
Sembilan Ratus Lima Puluh Rupiah ), terdapat efisiensi Anggaran sebesar
RP.1.600.000,-( Satu Juta Enam Ratus Ribu Rupiah ) pada biaya
penginapan, uang harian dan tiket boat ke Nusa Penida

5.2.1 Kegiatan Penyediaan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian


APBN

Pembangunan Peternakan memegang peranan penting dan merupakan


bagian integral sebagai pendukung pembangunan pertanian secara
keseluruhan.Kebijaksanaan pembangunan pertanian meliputi sistem pengembangan
ketahanan pangan, sistem pengembangan agribisnis dan meningkatkan
kesejahteraan petani. Hal ini mengisyaratkan bahwa produk pertanian umumnya dan
peternakan khususnya yang dihasilkan harus memenuhi syarat, kuantitas, kualitas
dan kontinuitas sehingga memiliki daya saing dan mudah diperoleh dengan harga
yang terjangkau. Peningkatan produktivitas, produksi dan produk komoditi
peternakan yang dihasilkan seperti produk daging perlu mendapat perhatian yang
serius untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik kuantitas maupun
kualitasnya.

Kontribusi dan dukungan Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) dalam


menunjang pembangunan peternakan di Provinsi Bali, memegang peranan yang
sangat penting dan mutlak diperlukan dalam rangka program swasembada daging
sapidan kerbau. Hal tersebut terutama dalam pemantapan pengelolaan air irigasi,
perluasan areal dan pengelolaan lahan, serta dukungan manajemen dan dukungan
teknis lainnya.

Pola pendekatan yang digunakan dalam rangka pembangunan Prasarana


dan Sarana Pertanian saat ini diarahkan sekaligus sebagai katup pengaman untuk
mengatasi masalah tenaga kerja di pedesaan. Untuk itu peran dan partisipasi
peternak/kelompok ternak sebagai pelaksana kegiatan di lapangan diarahkan agar
Laporan Tahunan 2016 Page 114
lebih maksimal. Dengan demikian diharapkan peternaki/kelompok ternak sebagai
pelaku utama sepenuhnya dapat memanfaatkan anggaran yang dialokasikan.

Bertitik tolak dari hal tersebut maka program Penyediaan dan


pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian untuk mendukung pembangunan
peternakan di Provinsi Bali sangatlah mutlak diperlukan dalam upaya-upaya
mendukung program swasembada daging. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan
pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi Bali pada tahun 2016, yang
bersumber dari APBN telah dialokasikan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian melalui Dana Dekonsentrasi.

Tujuan Kegiatan Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana


Pertanian adalah : (1) Memberikan acuan dan panduan administrasi serta
pertanggungjawaban keuangan pada setiap tahapan kegiatan; (2) Mengupayakan
terciptanya tertib administrasi keuangan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan di
lapangan.dan (3) Peningkatan kemampuan SDM petani dan petugas yang
menangani kegiatan PSP kabupaten tentang program/dalam pembinaan kegiatan
teknis PSP. Sementara sasaran yang ingin dicapai adalah : (1) Terwujudnya
panduan administrasi; (2) Meningkatnya Pembinaan Pengembangan
sumber Air, yang efektif dan berkelanjutan dan meningkatnya partisipasi stake holder
dalam kegiatan perluasan dan pengelolaan lahan perternakan; (3) Terwujudnya
pengelolaan sistem penyediaan dan pengawasan alat mesin pertanian mendukung
peternakan dan (4) Terbinanya pengelolaan pupuk dan pestisida mendukung
peternakan .

Pagu Anggaran Dekonsentrasi Kegiatan Penyediaan dan Pengembangan


Prasarana dan sarana Pertanian Provinsi Bali yang dialokasikan pada Satker Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi Bali ( 08) sebesar Rp 410.000.000,-
(Empat Ratus sepuluh Juta Rupiah), dengan pelaksana Sekretariat ,Bidang Produksi,
Bidang Jibang , dan Seluruh Kabupaten/ kota yang diberikan untuk operasional
kegiatan dalam rangka monitoring dan pembinaan kelompok. Realisasi fisik
mencapai 92,81 % sedangkan Keuangan mencapai 88.47 % atau Rp 362.831.246,-

Laporan Tahunan 2016 Page 115


(Tiga Ratus Enam Puluh Dua Juta Delapan Ratus Tiga Puluh Satu Ribu Dua Ratus
Empat Puluh Enam Rupiah ).

5.2.2.1 Kegiatan Pembinaan Penyediaan Pengembangan Sarana dan Prasarana


Peternakan APBD Provinsi Bali

Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan memiliki peran strategis


dalam perekonomian nasional, selaras dengan tujuan pembangunan pertanian.
Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Maka
dari itu, pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan
pertanian harus tetap ditingkatkan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan.

Sebagai bagian dari program pembangunan Peternakan di Provinsi Bali,


bidang produksi mempunyai peranan penting sebagai pendorong untuk majunya
pembangunan peternakan dalam peningkatan populasi, produksi dan produktifitas
ternak melalui penerapan teknologi dan pembinaan dalam penyediaan sarana dan
prasarana peternakan yang memadai, diharapkan dengan tersedianya sarana dan
prasarana tersebut akan dapat menurunkan biaya produksi, meningkatkan angka
kelahiran ternak dan menekan angka kematian ternak akibat penyakit.Hal ini
merupakan penjabaran dari upaya pengembangan dan pemanfaatan sarana dan
prasarana serta teknologi peternakan

Selain itu kegiatan Pembinaan penyediaan pengembangan sarana dan


prasarana peternakan tahun 2016melalui anggaran APBD tahun 2016 diharapkan
akan dapat meningkatkan potensi sumber daya peternakan yang ada dengan
peningkatan sumber daya tersebut pada akhirnya bermuara pada peningkatan
populasi, produksi dan produktivitas ternak, ketersediaan pangan asal hewan yang
berkualitas, tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarkat, mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan Penyediaan dan pengembangan


Prasarana dan Sarana Pertanian adalah : (1) Memberikan peluang pekerjaan dan
tambahan pendapatan bagi masyarakat utamanya kelompok- kelompok ternak yang
tersebar di Bali; (2) Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi sumberdaya
alam yang ada sehingga terjadi peningkatan populasi ,produksi dan produktivitas

Laporan Tahunan 2016 Page 116


ternak dan (3) Meningkatkan motivasi para peternak dalam kegiatan beternak.
Adapun hasil yang diharapkan dari kegiatan Pembinaan Penyediaan
sarana dan prasarana peternakan adalah: (1) Terwujudnya masyarakat peternak
yang maju, mandiri dan tangguh; (2) Tersedianya sarana dan prasarana peternakan
berupa APPO mendukung kegiatan peternakan dalam meningkatkan populasi,
produksi dan produktivitas ternak di Provinsi Bali dan (3) Tertatanya teknologi
peternakan dalam pengembangan usaha peternakan yang sesuai dengan
agroekosistem dan spesifikasi lokasi.

Ruang lingkup dari kegiatan Pembinaan Penyediaan Pengembangan


sarana dan prasarana peternakan Tahun 2016 adalah : .(1). Pengadaan APPO (
alat pengolah pupuk organik) sebanyak 14buahyang diberikan pada
gapoktan/kelompok berprestasi yang mengajukan kegiatan dalam rangka mengolah
kotoran sapi menjadi pupuk organik yang dapat meningkatkan penambahan
pendapatan peternak, dengan spesifikasi APPO yang telah ditentukan (2).
Melakukan survey harga terhadap alsin ( APPO); (3). Menyusun harga perkiraan
sendiri ( HPS) yang didasari hasil survey harga; (4). Membuat rancangan kontrak
pengadaan; (5). Spesifikasi teknis alsin yang akan diadakan dan rancangan kontrak
untuk diajukan ke Unit Layanan Pengadaan ( ULP) dan selanjutnya di proses di ULP
mulai dari pengumuman lelang sampai dengan penetapan pemenang lelang dan (6).
Alsin diserahkan ke kelompok penerima kegiatan sesuai dengan Keputusan
Gubernur Bali setelah diperiksa oleh Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Penyediaan Pengembangan Sarana dan


Prasarana Peternakan tahun 2016 dapat dilaksanakan dengan baik , tepat waktu dan
sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan ( Juklak), yang telah disusun dan ketentuan
yang berlaku. Dari total anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan yang telah
dirasionalisasi , mengalami perubahan penurunan anggaran dari Rp. 500.000.000,- ,-
( Lima ratus juta rupiah). Menjadi Rp. 392.918.400,- Realisasi fisik dan keuangan
mencapai 100 %

5.3.1 Kegiatan Perbibitan Ternak APBN

Laporan Tahunan 2016 Page 117


5.3.1.1 Penguatan Pembibitan Sapi asli/local di Pulau terpilih di Pulau Nusa
Penida.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2011 tentang


Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak, Pasal 38 ayat (1)
mengamanatkan bahwa penyediaan benih dan/atau bibit ternak merupakan
tanggungjawab Pemerintah; dan pada ayat (2) bahwa penyediaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: a. pengadaan di dalam negeri;
dan/atau b. pemasukan dari luar negeri. Untuk pengadaan di dalam negeri
diamanatkan pada Pasal 39 bahwa pengadaan di dalam negeri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf a dilakukan melalui kegiatan: a. produksi
benih dan/atau bibit; b. penetapan wilayah sumber bibit; dan c. penetapan dan
pelepasan rumpun atau galur.

Kegiatan penguatan pembibitan sapi potong di pulau terpilih merupakan salah


satu upaya dari Pemerintah untuk menyediakan bibit ternak sapi, terutama untuk
ternak asli atau lokal, melalui pengadaan di dalam negeri. Dalam kegiatan ini
Pemerintah mendorong agar wilayah-wilayah yang berpotensi sebagai wilayah
sumber bibit sapi potong asli/lokal dan mengelolanya secara berkelanjutan. Rumpun
sapi potong asli/lokal yang dipilih oleh Pemerintah salah satunya adalah sapi Bali.
Rumpun sapi bali tersebut telah ditetapkan Pemerintah melalui Surat Keputusan
Menteri Pertanian.

Kegiatan penguatan pembibitan sapi potong asli/lokal di pulau dan kabupaten


terpilih dilaksanakan secara berkelanjutan dan mulai dilaksanakan sejak tahun 2013.
Penguatan pembibitan di pulau terpilih pulau Nusa Penida sebagai sumber bibit sapi
Bali Murni.
Dari kegiatan penguatan pembibitan yang dilaksanakan sejak tahun 2013, yang
menjadi lokasi kegiatan telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit, yakni : di
pulau (kecamatan) Nusa Penida, sudah dilakukan verifikasi untuk tindak lanjut
penetapan sebagai wilayah sumber bibit sapi Bali. Dimana keluaran dari kegiatan
penguatan pembibitan adalah menjadi wilayah sumber bibit sapi potong.

Daerah-daerah yang sudah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit harus


melaksanakan pengelolaan wilayah sumber bibit secara berkelanjutan seperti yang
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
Laporan Tahunan 2016 Page 118
48/Permentan/OT.140/9/2011 tentang Pewilayahan Sumber Bibit j.o. Nomor
64/Permentan/OT.140/11/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 48/Permentan/OT.140/9/2011.

Agar pelaksanaan kegiatan penguatan pembibitan sapi potong asli/lokal di


pulau terpilih di Pulau Nusa Penida dapat terencana dengan baik, maka Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali telah menyusun Petunjuk
Pelaksanaan dengan mengacu pada Pedoman Pelaksanaan, sedangkan Dinas
kabupaten menyusun Petunjuk Teknis yang mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan
dan Pedoman Pelaksanaan.

Usaha pembibitan dan perkembangbiakan sapi potong asli/lokal terpilih di


Pulau Nusa Penida pada prinsipnya adalah usaha jangka panjang yang bertujuan
menghasilkan bibit. Sapi yang berkualitas baik mempunyai mutu genetik yang unggul
diperlukan pendekatan pemuliaan (breeding) yaitu melalui seleksi dan pengaturan
perkawinan baik pada induk maupun pejantan.( Recording) keterbatasan
sumberdaya yang dimiliki peternak sapi potong untuk menghasilkan bibit relatif sulit
dilaksanakan. Hal ini disebabkan para peternak tidak memungkinkan melaksanakan
program pemuliaan secara sendiri-sendiri khususnya kegiatan seleksi karena jumlah
sapi yang dimiliki relatif sangat terbatas. Dengan demikian, salah satu pendekatan
yang dilakukan adalah melalui pendekatan kelembagaan dengan memberdayakan
kelompok peternak dan gabungan kelompok peternak yang diharapkan menjadi
kelompok pembibit.

Rumpun sapi Bali yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai rumpun
ternak dengan wilayah sebaran asli geografis rumpun sapi tersebut perlu dijaga
kemurniannya dan ditingkatkan produktivitasnya. Sementara di wilayah tertentu
terdapat dominansi rumpun sapi Bali yang berpotensi sebagai wilayah sumber bibit.
Melalui program perbibitan yang terarah dan terkoordinasi dari pusat sampai daerah,
ketersediaan bibit sapi Bali yang memiliki mutu genetik unggul dapat dihasilkan.

Sebagai tindak lanjut amanat Pasal 38 PP Nomor 48 Tahun 2011 tentang


Sumber Daya Genetik dan Perbibitan Ternak, sejak Tahun 2013 Pemerintah
bersama pemerintah daerah telah melaksanakan kegiatan penguatan pembibitan
sapi potong dalam satu rumpun pada : (1) pulau-pulau yang menjadi sebaran asli

Laporan Tahunan 2016 Page 119


geografis rumpun sapi asli/lokal terpilih yang berpeluang besar ditetapkan sebagai
wilayah sumber bibit sapi potong menurut rumpun.

Pendekatan pembibitan sapi Bali pada kawasan pulau adalah untuk


memudahkan pengendalian mempertahankan kemurnian rumpun sapi Bali.
Dukungan Pemerintah untuk melaksanakan kegiatan penguatan pembibitan sapi Bali
dimulai dengan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah, membantu
menyediakan sarana dan prasarana pembibitan, pembinaan dan penguatan
kelompok, gabungan kelompok, asosisasi peternak, pembentukan koperasi peternak,
pembinaan sumber daya manusia untuk pelaksanaan pembibitan dan penerapan
Good Breeding Practice (GBP), pemberian surat keterangan layak bibit (SKLB), dan
mendorong untuk mengusulkan penetapan wilayah sumber bibit dan pengelolaannya.

Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat


merupakan salah satu Program Utama Kementerian Pertanian dan menjadi Program
Nasional periode 2015 – 2019. Salah satu langkah operasional dari program tersebut
adalah Penguatan Pembibitan sapi asli/lokal di Pulau trpilih di pulau Nusa Penida
Tahun 2016, yang sangat penting untuk melaksanakan amanat Undang-Undang
nomor 18 Thun 2009 tentangPermentan No.48/2016 tentang Penetapan Wilayah
Kegiatan Penguatan Sapi Asli/Lokal Pulau Terpilih di Nusa Penida.

Penguatan Sapi Asli/Lokal Pulau Terpilih di Nusa Penida Tahun 2016


merupakan salah satu kegiatan dalam mendukung pencapaian Program Pemenuhan
Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan RakyatTahun 2016. Kegiatan ini
dimulai pada tahun 2013 dalam bentuk kegiatan Penguatan Sapi Asli/Lokal Pulau
Terpilih di Nusa Penida Tahun 2013 akan dilanjutkan sampai Tahun 2018. Kegiatan
ini merupakan salah satu upaya dalam melaksanakan amanat Permentan Nomor
48/permentan/OT.140/7/2016 tentang Perwilayahan Sumber Bibit.

Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun 2013 dan hasil monitoring PBP
tahun 2013 s.d 2015 menunjukan bahwa kegiatan ini memberikan dampak yang
positif bagi peternak sehingga memotivasi peternak untuk membuntingkan ternaknya
kembali sehingga dapat memperpendek jarak antar kelahiran (calving interval) yang
akhirnya dapat meningkatkan populasi ternaknya.

Laporan Tahunan 2016 Page 120


Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Penguatan Sapi Asli/Lokal Pulau
Terpilih di Nusa Penida adalah : a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
peternak dalam menerapkan kegiatan program pembibitan sapi potong asli/lokal
sesuai dengan GBP; b) Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan kelompok
pembibit dan kelembagaan ekonomi peternak pembibit; c) Mendorong terbentuknya
wilayah sumber bibit sapi Bali dan mendorong agar dikelola secara berkelanjutan; d)
Menghasilkan bibit unggul sapi Bali.

5.3.1.2 Pengembangan Budidaya Sapi Potong APBN Tahun 2016

Untuk mendukung terlaksananya Program Pemenuhan Pangan


Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, perlu terus ditingkatkan kemampuan
penyediaan sapi bakalan dari dalam negeri, agar dapat mendukung penyediaan
daging sapi/kerbau dari dalam negeri, mengimbangi trend peningkatan konsumsi
daging. Dengan demikian perlu optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia
agar dapat mendorong berkembangnya usaha peternakan sapi potong rakyat,
sehingga terjadi peningkatan populasi, produksi dan produktivitas sapi potong.

Dalam rangka mendukung dan tumbuh berkembangnya usaha peternakan


sapi potong rakyat tersebut. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali mengalokasikan
Kegiatan Pengembangan Kawasan Sapi Potong dan Pengembangan Budidaya Sapi
Potong dari Tahun 2013 - 2015. Usaha budidaya sapi potong yang dilaksanakan
melalui pendekatan kelompok tersebut, diharapkan dapat meningkatkan populasi,
produksi dan produkfivitas sapi potong. Disamping itu fasilitasi tersebut juga
diharapkan dapat mendukung terlaksananya proses pemberdayaan peternak, yang
dapat mempercepat peningkatan, pendapatan dan kesejahteraan, serta terjadi
proses monetisasi dan penyerapan tenaga kerja di pedesaan.

Tujuan dan sasaran Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong


dapat tercapai secara efektif dan efisien serta pelaksanaannya sesuai peraturan dan
ketentuan yang berlaku, maka perlu ditingkatkan koordinasi antara Provinsi,
Kabupaten, Kecamatan dan Kelompok Penerima Kegiatan. Disamping itu perlu juga
dilakukan optimalisasi peran pendampingan termasuk peningkatan kompentensi dan

Laporan Tahunan 2016 Page 121


dedikasi para petugas lapangan, sehingga kegiatan tersebut dapat memberikan nilai
manfaat yang maksimal bagi masyarakat.. Dalam rangka mendukung pengembangan
Budidaya Sapi Potong di Provinsi Bali, strategi yang dilakukan antara lain melalui
pengembangan usaha yang berorientasi agribisnis yang diprioritaskan pada industri
pembibitan, pembesaran dan penggemukan, sebagai upaya mendukung Program
Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat.
Untuk mendukung tumbuh kembangnya usaha Budidaya ternak sapi
potong, sejalan dengan upaya memberdayakan masyarakat, pada tahun 2016 Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali mendapat fasilitas dana APBN dan
melalui MAK Belanja Barang fisik lainnya yang diserahkan kepada masyarakat
sebanyak 5 kelompok yang tersebar di Kabupaten Tabanan (4 Kelompok) dan
Kabupaten Karangasem (1 kelompok).

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi


Potong Tahun 2016adalah : (1) Tercapainya Program Pemenuhan Pangan Asal
Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat dan (2) Tumbuhnya kelompok Kawasan
sapi potong di Provinsi Bali. Sementara sasarannya adalah terlaksananya Kegiatan
Pengembangan Budidaya Sapi Potong sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan
ketentuan yang berlaku dalam pencapaian Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak
dan Agribisnis Peternakan Rakyat.

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong di


Kabupaten Tabanan Tahun 2016 dialokasikan di 5 kelompok yaitu dikelompok APBN
murni ada 3 kelompok yaitu Kelompok Tani Ternak Waru, Kelmpok Mekar Jaya,
kelompok Mekar Nadi Rp.646.302.000 dan APBN-P terdiri dari kelompok Godel
Cenik dan Banteng Paniron dengan alokasi dan sebesar Rp.429.000.000,- dan
anggaran Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten

Laporan Tahunan 2016 Page 122


Karangasem sebesar Rp.322.751.000,-. Capaian dari pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Budidaya Sapi Potong Kab. Tabanan APBN Murniadalah : Realisasi
fisik (100%); Realisasi keuangan: 95,62% (Rp607.980.000,-) dan Sisa dana: Rp.
28.322.000,-. Sementara capaian pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya
Sapi Potong di Kabupaten Karangasem adalah : Realisasi fisik100 %); Realisasi
keuangan : 96,15%(Rp.310.329.000,-) dan Sisa dana Rp.12.422.000,-

5.3.1.3 Pengawasan Mutu Benih / Bibit Ternak dan Operasional SKLB

Benih/bibit merupakan salah satu sarana produksi yang memiliki peran


penting dan strategis dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas
ternak sehingga perlu diusahakan agar bibit yang diproduksi dan diedarkan
tetap terjamin mutunya sesuai standar atau persyaratan teknis minimal (PTM).

Sesuai amanah Undang-Undang No 18 tahun 2009 tentang Peternakan


dan Kesehatan Hewan Bab IV pasal 13 ayat (4) Setiap benih atau bibit yang beredar
wajib memiliki sertifikat layak benih atau bibit yang memenuhi keterangan mengenai
silsilah dan cirri-ciri keunggulan tertentu dan ayat (5), Setifikat layak benih atau bibit
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Benih
atau Bibit yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri.

Kondisi saat ini di masyarakat, menunjukkan belum semua pelaku usaha


dapat memenuhi persyaratan untuk mensertifikasikan produknya ke LSPro. Hal ini
disebabkan belum semua pelaku usaha melaksanakan proses produksi mengacu
pada Good Breeding Practices (GBP) dengan sistem manajemen mutu sesuai ISO
9001:2008. Sedangkan di pihak lain, kebutuhan masyarakat akan bibit yang sesuai
standar semakin meningkat. Langkah-langkah yang diperlukan adalah dengan
mengupayakan penerbitan Surat Keterangan Layak Bibit Ternak (SKLB). Surat
keterangan tersebut diterbitkan setelah menilai kesesuaian produk bibit ternak
terhadap standar (SNI/PTM/Standar Daerah) yang telah ada. Diharapkan surat
keterangan tersebut dapat menjadi awal bagi proses sertifikasi, setelah melalui
pembinaan terhadap pelaku usaha ke arah pembibitan secara terus menerus.

Laporan Tahunan 2016 Page 123


Sehubungan dengan hal tersebut diatas dan dalam upaya meningkatkan
koordinasi, daya guna dan hasil guna pengawasan mutu benih/bibit tersebut maka
dipandang perlu melakukan pengawasan benih/bibit ternak di daerah dan
operasional penerbitan SKLB. Adapun tujuannya agar bibit yang diproduksi dan
diedarkan terjamin mutunya sesuai standar/persyaratan teknis minimal yang telah
ditetapkan, sehingga dapat memberikan perlindungan kepada konsumen dari
benih/bibit yang tidak memenuhi standar atau PTM.

Lokasi Pengawasan dan operasional SKLB adalah di tingkat produsen


baik pemerintah; swasta/koperasi dan masyarakat. Sementara obyek Pengawasan
dan operasional SKLB adalah : (1) Mutu benih/bibit sesuai standar atau persyaratan
teknis minimal; (2) Pelaksanaan prinsip-prinsip perbibitan sesuai pedoman
pembibitan ternak yang Baik dan (3) Penerbitan SKLB.

Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan Mutu Benih / Bibit Ternak dan


Operasional SKLB tahun 2016 dilaksanakan dengan jumlah pagu anggaran sebesar
Rp. 70.000.000 (Tujuh Puluh Juta Rupiah). Sampai dengan 31 Desember 2016
realisasi fisik mencapai 100 % dengan realisasi keuangan79,44% Rp. 55.607.000,- .
Realisasi keuangan tidak tercapai karena ada efisiensi pada operasional SKLB
target 150 ekor ada efisiensi 10.000 dan kit peserta Rp. 3.128.000,-.

5.3.1.5 Pengembangan Budidaya Babi

Usaha peternakan babi adalah salah satu usaha peternakan yang


mendapat perhatian khusus di Kalangan masyarakat Bali, Pemerintah untuk usaha
peternakan ini sebagai salah satu usaha yang mendukung Program swasembada
pangan yang berkelanjutan, yang merupakan salah satu program untuk memperkecil
import daging yang selama ini diiakukan secara rutin. Untuk mendukung kegiatan
tersebut salah satu kegiatan yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dialokasikan ke Provinsi Bali
adalah pengembangan Budidaya APBN-P dengan sub kegiatan adalah :
Pengembangan Budidaya Babi yang implementasinya ada di 4 (empat) Kabupaten
yaitu Tabanan, Badung, Gianyar, dan Bangli.

Laporan Tahunan 2016 Page 124


Kegiatan Budidaya Babi di pemukiman penduduk yang semakin intensif
akan menimbulkan permasalahan yang komplek terhadap lingkungan hidup.
Permasalahan yang paling sering dijumpai adaalah kotoran dan urine yang
menyebabkan bau yang kursang sedap dilingkungan sekitar.

Kesulitan pembuangan limbah ternak menimbulkan masalah bagi


masyarakat maupun ternaknya seperti penyakit ternak yang ditimbulkanya yang
berakibat menimbulkan kerugian pada peternak-peternak. Permasalahan lingkungan
tersebut sebagian besar disebabkan oleh limbah organic yang tisdak terurai dengan
baik, sehingga menimbulkan masalah-masalah lingkungan seperti bau, gas beracun,
hama penyakit dan masalah lingkungan lainya.

Berdasarkan pertimbangan diatas maka dalam rangka pengembangan


budidaya ternak babi diuapayakan dilakukan secara ramah lingkungan sekaligus
untuk memenuhi permintaan pasar, baik di dalam negeri maupun untuk tujuan pasar
ekspor dipandang perlu dilakukan pengembangan kawasan peternakan babi yang
ramah lingkungan.

Adapun tujuan dari kegiatan Budidaya Babi APBN Tahun 2016 di Provinsi
Bali sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui keberadaan potensi babi yang tersebar
dikawasan -kawasan pngembangan babi dalam rangka penataan kawasan
peternakan, dan mendukung terwujudnya rencana swasembada daging
berkelanjutan; (2) Meningkatkan kegiatan usaha bersama dalam kehidupan di
masyarakat; (3) Memberikan peluang pekerjaan dan tambahan pendapatan bagi
masyarakat; (4) Memperkuat modal usaha peternakan babi yang berwawasan
agribisnis; (5) Meningkatkan kerjasama dan kemandirian kelompok dan (6)
Meningkatkan populasi dan produksi usaha peternakan babi. Sementara sasaran
pelaksanaan kegiatan ini adalah Kelompok- kelompok peternak babi yang ada di
dalam suatu kawasan. Hasil, keluaran, manfaat dan dampak kegiatan ini adalah : (1)
Hasil: Meningkatnya populasi, produksi dan produktifitas ternak babi di Provinsi Bali;

Laporan Tahunan 2016 Page 125


(2) Keluaran : Terealisasinya pengembangan potensi ternak babi di Provinsi dalam
rangka mendukung terwujudnya Program Swasembada Daging 2015; (3) Dampak:
Terbentuknya kawasan peternakan babi yang berwawasan agribisnis dan (4)
Manfaat: Meningkatkan pendapatan petani.

Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Babi APBN Tahun 2016 yang ada di


Kabupaten Banglidengan dana TP. Satker Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali sebesar : Rp. 236.400.000,- (dua ratus tiga puluh enam juta empat
ratus ribu rupiah), telah berjalan sesuai dengan sasaran dan rencana.Kelompok yang
mendapat bantuan adalah kelompok Tani Ternak Walung Maju Sejahtera Banjar
Susut, desa Susut, Kecamatan Susut. Jumalh ternak yang dialokasikan adalah 15
ekor bibit babi betina dengan berat 80 kg dan umur 6 bulan, sedangkan bibit babi
penggemukan umur minimal 45 hari, berat 15 kg dengan jumlah 35 ekor. Dari paket
yang telah diolokasikan untuk pengembangan Budidaya babi sepenuhnya dapat
dilaksanakan.

Dari total anggaran Rp. 236.400.000,- (dua ratus tiga puluh enam juta
empat ratus ribu rupiah), sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 realisasi fisik
mencapai 99,37% dan keuangan Rp. 167.655.000,- (74,85%). dan Sisa Dana : Rp.
54.345.000,-. Kegiatan Pengembangan Budidaya BabiTahun 2016 tidak ada
masalah semua berjalan dengan lancar.

5.3.1.6 Bimbingan Teknis Ternak Potong

Populasi sapi potong di Indonesia berdasarkan hasii PSPK yang


dilaksanakan BPS tahun 2014 berjumlah lebih dari 14,7 juta ekor yang tersebar di
pulau Jawa, Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara. Sebagian besar dari jumlah
populasi sapi potong tersebut berasal dari ternak sapi yang secara tradisional dengan
kepemilikan 1-3 ekor, sehingga produksi dan produktivitasnya masih rendah. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya bagaimana produksi dan produktivitas tersebut dapat
terus ditingkatkan. Seyogyanya, kita harus mampu memanfaatkan keberadaan
sumberdaya ternak potong lokal yang ada seperti sapi Bali, sebagai tulang punggung
penyediaan daging, disamping harus dapat melakukan upaya pelestariannya. Potensi
yang ada tersebut perlu terus digali keunggulan jenisnya, sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan dan diharapkan semakin mampu menunjukkan
Laporan Tahunan 2016 Page 126
keunggulannya. Dalam rangka mendukung pengembangan budidaya sapi potong,
strategi yang dilakukan antara lain melalui pengembangan usaha yang berorientasi
agribisnis yang diprioritaskan pada industri pembibitan, pembesaran dan
penggemukan, sebagai upaya mendukung Program Pemenuhan Pangan Asal
Ternak dan Agribisnis Peternakan.

Bimbingan Teknis Ternak Potong merupakan upaya yang dilakukan guna


meningkatkan SDM Kelompok Tani Ternak Penerima bantuan kegiatan
Pengembangan Budidaya Sapi Potong di loasi SPR Tahun 2016. Kegiatan
Bimbingan Teknis Ternak Potong Tahun 2016 bersumber dari Dana Dekonsentrasi
APBN Satker Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali. Diharapkan
Bimbingan Teknis Ternak Potong Tahun 2016 dapat bermanfaat bagi Kelompok Tani
Ternak dalam membudidayakan ternak potong.

Maksud Pelaksanaan Bimbingan Teknis ini adalah: (1) Menambah


Wawasan SDM Kelompok Tani Ternak Penerima Kegiatan Pengembangan Budidaya
Sapi Potong Tahun 2015 dan (2) Memberikan Pemantapan Pelaksanaan Kegiatan
kepada Kelompok Tani Ternak Penerima Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi
Potong Tahun 2016. Adapun tujuannya untuk Meningkatkan populasi ternak dan
produksi daging melalui pendekatan Usaha Pembiakan dan Penggemukan; Tunda
Potong (di luar Pulau Bali) dan Penguatan Modal Usaha Kelompok.

. Kegiatan Bimbingan Teknis dilaksanakan di Kantor BPP Gerokgak untuk


SPR Kabupaten Buleleng dan di Kantor Dea Belok Sidan untuk SPR Kabupaten
Badung. Kegiatan Bintek ini dihadiri oleh Peserta yang terdiri dari 2 Kelompok
Penerima Bantuan Kegiatan di Lokasi SPR (Kabupaten Buleleng dan Kabupaten
Badung). Selain itu Kegiatan ini dihadiri pula oleh Petugas Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali sebagai Narasumber Materi Teknologi
Pakan Ternak Pengembangan Sapi Potong Tahun 2015 dalam menerapkan konsep-
konsep budidaya ternak. Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Teknis Ternak Potong
Tahun 2016 telah berjalan dengan baik. Kegiatan Bintek ini diikuti oleh Kelompok
Penerima Bantuan Kegiatan Sentar Peternakan Rakyat (SPR)Tahun 2016 di

Laporan Tahunan 2016 Page 127


Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Badung. Diharapkan kedepannya Bimbingan
Teknis ini dapat dilanjutkan ke kelompok yang lain dan bermanfaat bagi Kelompok
Tani Ternak Penerima Bantuan Kegiatan. Dari dana yang disediakan Rp.
17.800.000,-, capaian realisasi fisik 100 % dan keuangan adalah 71,91% Rp.
12.800.000,-

5.3.1.8 Pengembangan Budidaya Kambing di Kabupaten Tabanan, Buleleng,


Badung dan Jembrana.

Pengembangan Budidaya Kambing di Kabupaten Tabanan, Buleleng, Badung


dan Jembrana merupakan salah satu kegiatan yang mendukung Program
Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, merupakan
salah satu program untuk memperkecil import daging yang selama ini dilakukan
secara rutin. Implementasi dari kegiatan tersebut salah satunya adalah
pengembangan budidaya ternak kambing dengan anggaran dari Direktorat Budidaya
Ternak.

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1) Untuk mengetahui


keberadaan ternak kambing yang tersebar di Bali dalam rangka penataan kawasan
peternakan kambing; (2) Meningkatkan populasi dan produksi ternak kambing dan (3)
Meningkatkan kemampuan peternak / kelompok dalam mengembangkan usaha
peternakan kambing. Sementara sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1)
Kelompok peternak kambing di kawasan peternakan dan (2) Ternak kambing yang
ada baik Peranakan Etawah maupun yang lainnya

Hasil yang ingin dicapai adalah : (1) Meningkatkan populasi, produksi dan
produktivitas kambing di Provinsi Bali; (2) Tumbuh dan berkembangnya kelompok
usaha peternakan kambing dan (3) Meningkatkan pendapatan peternakan kambng.
Sementara keluarannya adalah Teranalisanya data potensi kambing di Provinsi Bali.
Manfaat pelaksanaan kegiatannya adalah Meningkatnya kwalitas/mutu kambing
melalui pengembangan dan budidaya ternak kambing dengan Dampak kegiatan yang
diharapkan adalah Berkembangnya usaha peternakan kambing melalui kawasan-
kawasan peternakan kambing. Ruang Lingkup Kegiatan Pengembangan Budidaya
Kambing di Kabupaten Tabanan, Buleleng, Badung dan Jembrana dengan Dana

Laporan Tahunan 2016 Page 128


Tugas Pembantuan (TP). Provinsi sebesar : Rp. 603.950.000 (enam ratus tiga juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah), yang teralokasi di 4 Kelompok antara lain
Kelompok Tani Ternak Wana Sari Desa Sanda Kecamatan Pupuan Kabupaten
Tabanan,Kelompok Tani Ternak Karya Nadi Banjar Jempanang, Desa Belo Sidan,
Kecamatan Petang Kabupaten Badung, dan Kelompok Tani Ternak Wana Giri Jaya,
Banjar Kembangsari, Desa Tukad Daya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana,
dan Kelompok Tani ternak Karya Amerta, Desa sepang, Kecamatan Busungbiu,
Kabupaten Buleleng.

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing di Kabupaten


Tabanan Dana TP Provinsi sebesar : Rp. 153.950.000,-(seratus lima puluh tiga juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) dialokasikan kepada 1 kelompok yaitu
kelompok wanasari, Desa Sanda, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan dengan jumlah ternak
5 jantan dan 45 betina dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan rencana yang telah
ditetapkan. Dari total anggaran yang tertuang dalam DIPA sebesar Rp.
153.950.000,-(seratus lima puluh tiga sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) sampai
dengan tanggal 31 Desember 2016 realisasi fisik mencapai 100% dan keuangan

93,36 % atau Rp. 143.725.000 (seratus empat puluh tiga juta tujuh ratus dua puluh
lima ribu rupiah) dan sisa dana Rp. 8.875.000,- (Efisiensi).

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing di Kabupaten


Jembrana Dana TP Provinsi sebesar : Rp. 150.000.000,-(seratus lima puluh juta
rupiah) dialokasikan kepada 1 kelompok yaitu kelompok wanagiri jaya, Desa Tukad
Daya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana dengan jumlah ternak 18 betina dan
jantan 2 ekordapat berjalan sesuai dengan sasaran dan rencana yang telah
ditetapkan. Dari total anggaran yang tertuang dalam DIPA sebesar Rp.
150.000.000,-(seratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan tanggal 31 Desember
2016 realisasi fisik mencapai 100% dan keuangan Rp. 33.100.000,- dan sisa dana
Rp.116.000,- (Efisiensi).

Laporan Tahunan 2016 Page 129


Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing di Kabupaten
Badung Dana TP Provinsi sebesar : Rp. 150.000.000,-(seratus lima puluh juta rupiah)
dialokasikan kepada 1 kelompok yaitu kelompok tani ternak karya nadi, desa Belok
Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung mendapatkan 18 ekor ternak betina
dan 2 ekor ternak jantan dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan rencana yang
telah ditetapkan. Dari total anggaran yang tertuang dalam DIPA sebesar Rp.
150.000.000,-(seratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan tanggal 31 Desember
2016 realisasi fisik mencapai 100% dan keuangan Rp. 33.100.000,- dan sisa dana
Rp.116.000,- (Efisiensi).

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing di Kabupaten


Buleleng Dana TP Provinsi sebesar : Rp. 150.000.000,-(seratus lima puluh juta
rupiah) dialokasikan kepada 1 kelompok yaitu kelompok tani ternak Karya Amerta
Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng dapat berjalan sesuai
dengan sasaran dan rencana yang telah ditetapkan. Dari total anggaran yang
tertuang dalam DIPA sebesar Rp. 150.000.000,-(seratus lima puluh juta rupiah)
sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 realisasi fisik mencapai 100% dan
keuangan Rp. 33.100.000,- dan sisa dana Rp.116.000,- (Efisiensi).

5.3.2 Kegiatan Perbibitan Ternak APBD Provinsi Bali

5.3.2.1 Pengawasan dan Perbibitan Ternak

Beternak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan


masyarakat Bali. Orientasi beternak masyarakat Bali bukan saja terkait dengan
ekonomi semata, tetapi juga berhubungan dengan aktivitas sosial. Komoditi jenis
ternak yang diusahakan masyarakat Bali adalah Sapi, Babi, Kambing dan Unggas.
Pada Tahun 2014 Populasi Ternak Sapi di Provinsi Bali sebanyak 553.582 ekor,
Ternak Babi 922.739 ekor, Ternak Kambing 68.457 ekor dan Ternak Itik 630.895 ekor
(Informasi Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Bali).

Sebagai ternak sapi potong asli Indonesia, Sapi Bali telah tersebar mulai
dari Provinsi NAD hingga Provinsi Papua, yang populasinya mencapai 30 % dari
Provinsi Bali. Yang pada akhir tahun 2011 populasinya sebanyak 637.473 ekor.

Laporan Tahunan 2016 Page 130


Pesatnya perkembangan sapi potong lokal ini menunjukan bahwa, sapi Bali secara
komparatif memiliki keunggulan dan layak dikembang - biakan. Akibatnya,
pennintaan terhadap bibit Sapi Bali betina dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan termasuk permintaan dari luar Bali. Begitu pula permintaan terhadap
ternak bakalan untuk tujuan potong. Hal ini menjadi penyebab utama penurunan
populasi sapi Bali hingga -13,50 % per tahunnya.

Dalam kaitannya dengan tingginya permintaan Sapi Bali baik dalam bentuk
bibit betina maupun untuk tujuan potong, maka Pemerintah Provinsi Bali
berkomitmen untuk melestarikan kemurniannya (Peraturan Gubernur No. 45 tahun
2004). Hal ini dimaksudkan agar dalam memanfaatkan Sapi Bali, populasinya tetap
terjaga dan produktivitasnya dapat ditingkatkan.

Kondisi yang kondusif ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi


pelestarian dan pengembangan Sapi Bali di Bali termasuk pengembangan usaha
peternakan babi, kambing dan ayam. Oleh karena itu segala daya perlu diupayakan
untuk menggairahkan usaha peternakan Sapi Bali, babi, kambing, dan ayam
diantaranya dengan menyalurkan bantuan ternak kepada kelompok tani yang ada di
Kabupaten / Kota se Bali. Sementara upaya teknis yang dilakukan meliputi perbaikan
mutu genetik melalui pengintroduksian pejantan yang bermutu dengan teknologi IB.
Perbaikan tatalaksana budidaya, pengembangan pakan, peningkatan derajat
kesehatan ternak, serta penyediaan bibit yang memadai dan berkualitas Dari paparan
di atas terkait dengan obsesi untuk mengembangkan usaha pembibitan Sapi, Babi
dam Kambing, maka Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali melalui
Bidang Produksi melaksanakan kegiatan Pengawasan dan Perbibitan Ternak.
Kegiatan Pengawasan dan Perbibitan Ternak ini terlaksana dengan sumber dana
berasal dari Dokumen pelaksanaan Anggaran satuan Kerja perangkat Daerah (DPA-
SKPD) Tahun 2015 Nomor : 918/ 70 /DPPA/2015 Tanggal 28 Septemberi 2015.

Fokus Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengadaan Ayam Ras Pullet 2.500 ekor,
Pakan Ayam Ras 250 sak dan Kandang Ayam Ras 50 unit untuk Rumah Tangga
Miskin (RTM)yang telah memperoleh bedah rumah pada Desa Gerbang Sadu
sebanyak 50 RTM), yaitu di desa Pejarakan 22 RTM, di desa Musi 8 RTM

Laporan Tahunan 2016 Page 131


Kecamatan Grokgak Kabupaten Buleleng dan di desa Tianyar , Kecamatan Kubu
Kabupaten Karangasem sebanyak 20 RTM. Kegiatan ini diadakan untuk mendukung
Program Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Gerbang Sadu di Kabupaten Buleleng,
dan Karangasem dan Pembinaan kepada kelompok-kelompok pembibitan
dipedesaan.

Adapun Tujuan Kegiatan Pengawasan dan Perbibitan Ternak adalah : (1)


Membina peternak dan kelompok pembibitan ternak dalam rangka peningkatan
populasi dan produksi ternak; (2) Peningkatan pendapatan dan lapangan kerja bagi
petani ternak; (3) Sebagai daerah penghasil bibit sapi Bali serta menjaga kemurnian
sapi Bali sebagai plasma nutfah lokal yang mempunyai produksi dan produktivitas
yang tinggi dan (4) Memberdayakan RTM untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan dengan penyebaran bibit Ayam ras Pullet. Hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1) Terbentuknya Sentra Kawasan sumber bibit; (2)
Terjaganya Pelestarian Sapi Bali sebagai Plasma Nutfah Lokal yang mempunyai
Produktivitas yang tinggi; (3) Berkembangnya kelembangan Pembibitan dan
tersediaan Sumber Energi dan Pupuk Organik serta tersedianya pangan hewani asal
ternak; (4) Terjadinya penurunnya angka kemiskinan dan pengangguran di Provinsi
Bali dan (5) Adanya Peningkatan Pendapatan dan Kesejahtraan Rumah Tangga
Miskin..

Peningkatan Produksi Hasil Peternakan yang dijabarkan dalam bentuk


kegiatan Pengawasan dan Perbibitan Teraak yang tertuang dalam Keputusan
Gubernur Bali Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) No : 918/70/DPPA/2015
Tanggal 28 September 2015. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
Tahun 2015 dengan Anggaran Belanja Operasional dan Pemeliharaan (BOP)
sebesar Rp. 457.450.000.- ( Empat Ratus Lima Puluh Tujuh Juta Empat Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah) sampai dengan 31 Desember 2015 Realisasi Fisik mencapai
97,36 % dengan realisasi Keuangan Rp.395.028.600,- (86,35 %)

Dari pemaparan diatas, kinerja BidangProduksi tahun 2015 dalam


mengelola anggaran yang dialokasikan (APBN dan APBD Provinsi Bali) sebesar Rp
16.768.320.390,-,adalah rata-ratarealisasi fisik kegiatannya 96,65% dengan realisasi

Laporan Tahunan 2016 Page 132


keuangan68,92% (Rp 11.556.433.075,-). . Secara rinci hasil pelaksanaan
kegiatannya adalah sebagi berikut :

A. APBN
1. Kegiatan Perbibitan Ternak
Total Pagu Rp 4.897.303.000, capaian realisasi fisik 93,87 % dengan
realisasi keuangan 54,80% atau Rp 2.683.810.660,-.

B. APBD Provinsi Bali


Kegiatan Perbibitan Ternak
Total Pagu Rp 53.876.500, capaian realisasi fisik 100 % dengan realisasi
keuangan 96.86% atau Rp 52.076.500,-.

5.4 Masalah dan Pemecahan Masalah


5.4.1 Masalah
Permasalahan yang dihadapi dan menjadi kendala dalam melaksanakan
kegiatan di Bidang Produksi diantaranya adalah ;
1. Tidak adanya Surat Rekomendasi dari Kepala Dinas yang menangani fungsi
Peternakan Kabupaten yang memproleh alokasi kegiatan akibat terbitnya
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana
Kelompok yang memproleh bantuan Sosial/Hibah harus berbadan hukum
Indonesia, sehingga kegiatannya cukup lama tidak dialokasikan.
2. Adanya beberapa kegiatan mengalami proses gagal tender sehinggaproses
tender diulang yang mengakibatkan waktu yang tersedia untuk
melaksanakan kegiatan menjadi pendek. Akibatnya ada beberapa kegiatan
tidak dapat direalisasikan karena volumenya cukup besar dan waktu
pelaksanaannya tidak mencukupi.

Laporan Tahunan 2016 Page 133


5.4.2 Pemecahan Masalah

Upaya yang perlu dilakukan kedepan sebagai tindak-lanjut perbaikan


terhadap masalah dan kendalan yang dihadapi adalah :

1. Bersama Kabupaten/Kota melaksanakan sosialisasi tentang UU Nomor 23


Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah kepada kelompok-kelompok
ternak dan menyarankan agar Kelompok Tani Ternak segera mengurus
badan hukum kelompoknya.
2. Sebagai langkah antisipasi mengupayakan segera proses pelaksanaan
tender dapat dilaksanakan pada akhir triwulan I atau awal triwulan II, agar
tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

5.4.3 Saran

Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan yang telah diterima


oleh Kelompok Tani Ternak, diwajibkan agar kelompok tersebut membuat laporan
secara berkelanjutan dan berjenjang sehingga mudah mengetahui perkembangan
ternak yang telah diterima oleh kelompok.

Laporan Tahunan 2016 Page 134


BAB VI

USAHA TANI

Sasaran yang hendak dicapai dalam bidang ekonomi dengan pelaksanaan


pembangunan jangka panjang adalah suatu struktur ekonomi yang seimbang dimana
kemampuan dan kekuatan industri yang maju didukung oleh kemampuan pertanian
yang tangguh. Struktur yang seimbang itu tentunya dapat dicapai melalui tahapan
Pembangunan Ekonomi masih dititik beratkan pada sektor pertanian yang
mendukung industri. Dalam rangka pemenuhan terhadap kebutuhan protein hewani,
pemerintah akan terus mengernbangkan usaha peternakan tradisional kearah
komersial melalui pembinaan teknis dan permodalan sehingga pendapatan petani
ternak dapat ditingkatkan.

Khusus untuk usaha peternakan telah mengalami kemajuan dengan adanya


usaha peternakan yang mengarah ke komersial khususnya pada usaha peternakan
ayam ras dan babi. Ada beberapa Kabupaten di Provinsi Bali yang usaha
peternakannya telah berkembang dengan baik. Dalam mengelola usahanya, petani
dituntut mengembangkan konsep berwawasan agribisnis dalam usaha taninya yang
menyangkut antara lain:

a) Mampu meningkatkan sumber daya (alam, modal dan teknologi)


b) Mampu menangkal gejolak (teknis maupun ekonomis)
c) Stuktur produksi yang mampu memenuhi tuntutan pasar
d) Mampu berperan bagi pembangunan baik secara nasional maupun regional.
Untuk mewujudkan peternakan yang maju dan mandiri, salah satu upaya yang
dilaksanakan Pemerintah melalui pengembangan pola kemitraan usaha peternakan
yang nantinya mampu mengarah ke komersial.

Upaya untuk menciptakan iklim usaha peternakan yang baik harus terus
menerus dilaksanakan sehingga dapat memberikan motivasi bagi usaha-usaha
dibidang peternakan. Usaha tersebut dapat diupayakan dengan memperluas
informasi yang menyangkut potensi peternakan, mempermudah prosedur pelayanan

Laporan Tahunan 2016 Page 135


perijinan yang diperlukan di dalam pengembangan usaha peternakan serta jaringan
kemitraan usaha peternakan.

4.1. Pelayanan Usaha


Upaya untuk menciptakan iklim usaha yang baik harus terus menerus
dilaksanakan sehingga dapat memberikan motivasi bagi usaha-usaha dibidang
peternakan itu sendiri. Usaha tersebut dapat diupayakan dengan memperluas
informasi yang menyangkut potensi peternakan dan perikanan, mempermudah
prosedur pelayanan perijinan yang diperlukan di dalam pengembangan usaha
peternakan serta jaringan kemitraan usaha peternakan dan perikanan.

4.1.1 Kelembagaan Usaha


Pembangunan Kelembagaan petani peternak yang tangguh serta
peningkatan Usaha dan Industri Peternakan adalah salah satu strategi yang
ditempuh untuk mewujudkan salah satu misi pembangunan peternakan
(Pengembangan SDM yang Tangguh dan Mandiri). Dalam kaitannnya dengan
pembangunan kelembagaan ini peran dan fungsi kelompok tani ternak harus
diberdayakan secara maksimal. Sampai saat ini di Provinsi Bali terdapat 3.769
(tiga ribu tujuh ratus enam puluh sembilan) kelompok tani ternak yang tersebar
diseluruh Bali dengan mengusahakan beragam komoditas peternakan. Tidak
sedikit dari kelompok-kelompok tersebut berprestasi baik di Tingkat Provinsi
maupun Nasional. Kelompok Tani Ternak pemenang lomba Tingkat Nasional
untuk tahun 2015 yaitu Kelompok Tani Ternak Sapi Potong Satwa Murti – ST.
AMP, Banjar Dinas Antap Delod Sema, Desa Antap, Kecamatan Selemadeg,
Kabupaten Tabanan sebagai Juara V Lomba Kelompok Tani Ternak Sapi Potong
dan Kelompok Tani Ternak Ayam Buras Sato Nadi, Banjar Jehem Kaja, Desa
Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli sebagai Juara IV Lomba

Laporan Tahunan 2016 Page 136


Kelompok Tani Ternak Ayam Buras. Dalam upaya memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan anggota serta menumbuhkembangkan perekonornian desa maka
pembentukan koperasi adalah menjadi alternatif pilihan yang menjamin dan
menjanjikan. Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan salah satu wadah kegiatan
perekonomian desa yang bergerak dibidang peternakan dalam rangka untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis


Lembaga Mandiri yang Mengakar (LM3), merupakan upaya peningkatan
kemampuan sumberdaya manusia pengelola usaha agribisnis LM3, optimalisasi
potensi agribisnis yang tersedia di LM3, penguatan kapasitas kelembagaan LM3
dan penguatan modal usaha agribisnis LM3. Dengan pemberdayaan tersebut
diharapkan LM3 dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya secara
mandiri dan berkelanjutan serta dapat berperan secara oftimal sebagai agen
pembangunan bagi masyarakat sekitarnya. Proses pemberdayaan LM3
dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran LM3 serta meningkatkan semangat
dan kapasitasnya untuk mengembangkan usaha agribisnis LM3 agar dapat lebih
berperan dalam pembangunan masyarakat, baik dalam aspek moral-spiritual,
sosial, maupun ekonomi. Mengingat proses pemberdayaan memerlukan waktu
yang cukup panjang, maka kegiatan pemberdayaan perlu dirancang secara
sistematis dengan strategi yang tepat agar memperoleh hasil yang maksimal.

Jumlah LM3 di Provinsi Bali dari tahun 2006 sampai dengan 2012
sebanyak 118 dengan komoditas sapi potong, kambing dan babi, dengan
perincian sebagai berikut tahun 2006 telah dipilih sebanyak 1 LM3 dengan
komoditas ternak Kambing, tahun 2007 telah dipilih sebanyak 14 LM3 dengan
babi dan sapi potong, tahun 2008 telah dipilih sebanyak 51 LM3 dengan
komoditas sapi potong, tahun 2009 telah dipilih sebanyak 18 LM3 dengan
komoditas sapi potong, tahun 2010 telah dipilih sebanyak 16 LM3 dengan
komoditas Kambing dan Sapi Potong, tahun 2011 telah dipilih sebanyak 12 LM3
dengan komoditas Sapi Potong dan Kambing dan tahun 2012 telah dipilih
sebanyak 6 LM3 dengan komoditas Babi dan Sapi Potong. Untuk tahun 2013
dan 2014 sudah tidak mendapatkan lagi dana untuk LM3 pilihan dari Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI.

Laporan Tahunan 2016 Page 137


Dalam kaitannya untuk menyediakan pangan asal ternak yang cukup
ditinjau dari segi kwalitas, kwantitas, distribusi dan harga yang terjangkau maka
cara yang ditempuh adalah dengan mengembangkan usaha agribisnis
Peternakan berbasis agroinput, teknologi, kelembagaan kelompok tani ternak
dan tenaga kerja yang cukup di sentra-sentra ternak.

Dalam upaya mengawal program tersebut diatas, Direktorat Jenderal


Peternakan Kementerian Pertanian membuat terobosan program / kegiatan
untuk memacu tumbuhnya usahawan muda dibidang peternakan yang berbasis
pedesaan degan membuka lowongan pekerjaan/ kegiatan berupa Sarjana

Membangun Desa ( SMD ) dengan merekrut para Sarjana Peternakan / Dokter


Hewan yang punya jiwa wirausaha dan punya komitmen untuk memajukan
perekonomian pedesaan khususnya dibidang peternakan. Khusus untuk
Provinsi Bali dari tahun 2008 sampai tahun 2012 mendapat 36 kelompok
Program Sarjana Membangun Desa (SMD) dengan perincian tahun 2008
sebanyak 7 kelompok, tahun 2009 sebanyak 8 kelompok, tahun 2010 sebanyak
11 kelompok, tahun 2011 sebanyak 3 kelompok dan tahun 2012 sebanyak 7
kelompok dengan total dana Rp 10.059.250,-. Mulai tahun 2013 sudah tidak
mendapatkan lagi dana untuk perekrutan SMD dari Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI.

4.1.2 Permodalan
Salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan produksi
peternakan di Provinsi Bali adalah terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani
ternak. Oleh karenanya dalam rangka membantu petani mengembangkan
usahanya dilakukan dengan pola kemitraan usaha yang saling menguntungkan
kedua belah pihak baik dari bank sebagai pemberi kredit maupun berupa modal
yang ditawarkan oleh pengusaha-pengusaha yang bergerak di sub sektor
peternakan.

Laporan Tahunan 2016 Page 138


Kemitraan usaha agribisnis dengan ditunjang oleh lembaga terkait
merupakan salah satu instrument kerjasama yang mengacu kepada terciptanya
suasana keseimbangan, keselarasan dan keterampilan yang didasari saling
percaya mempercayai antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra. Dalam
memberdayakan kelompok mitra dalam pembangunan pertanian yang
berorientasi agribisnis khususnya di bidang agribisnis komoditas unggulan
memerlukan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh pengusaha
besar/menengah/BUMN. Pembinaan kemitraan bertujuan untuk mewujudkan
sinergi kemitraan yang dapat menciptakan suatu hubungan yang saling
membutuhkan, saling menguntungkan, dan saling memperkuat.

Kemitraan yang dilaksanakan di Sub Sektor peternakan adalah usaha babi


penggemukan dan pembibitan, usaha ayam ras pedaging maupun petelor serta
penggemukan sapi jantan dengan rnelibatkan petani-petani ternak.
Pelaksanaannya di Provinsi Bali dimulai tahun 1997 hingga sekarang.

Dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan sektor peternakan di


Provinsi Bali, peranan strategis sektor peternakan belum mampu mendorong
partisipasi masyarakat dan swasta antara lain karena manajemen pembangunan
pertanian belum mampu menjawab berbagai permasalahan aktual dalam
pemanfaatan peluang ekonomi yang dapat membawa perubahan dan dinamisasi
kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dan
swasta dihadapkan pada berbagai kendala, untuk itu dalam rangka
pemberdayaan masyarakat tidak saja memerlukan pendekatan teknis seperti
yang telah diterapkan selama ini, tetapi juga pendekatan sosial budaya yang
mampu merangsang perubahan sikap, prilaku dan pola kerja.

Untuk mendukung proses perubahan tersebut, maka peran pemerintah


yang dapat dilakukan antara lain penerapan berbagai pola pemberdayaan
masyarakat pelaku pembangunan peternakan. Pola pemberdayaan dilakukan
guna mengatasi masalah utama di tingkat usaha tani ternak yaitu keterbatasan
modal petani ternak, rendahnya penguasaan teknologi serta sumber daya
manusia dan kelembagaan petani ternak. Salah satu cara mengatasi kebutuhan
modal bagi pelaku usaha, pemerintah baik lembaga keuangan perbankan
maupun lembaga keuangan non perbankan telah menyalurkan beberapa skim

Laporan Tahunan 2016 Page 139


kredit yang dapat dimanfaatkan untuk usaha agribisnis termasuk sub sektor
peternakan antara lain : Kredit Ketahanan Pangan dan Energi ( KKP-E) sampai
dengan tahun 2015 realisasi plafon kredit sebesar Rp. 689.802.001.700,- dengan
nasabah sebanyak 2.406 nasabah, baik kelompok maupun anggota kelompok.
Untuk KKP-E sudah berakhir per 31 Desember 2015. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
bunga 9% sebesar Rp. 21.152.000.000,- dengan 149 nasabah, dan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) bunga 13% sebesar Rp. 8.422.000.000,- dengan 106 nasabah.
Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) sampai dengan tahun 2014 Provinsi Bali
sudah terealisasi sebesar Rp. 60.124.740.575,- untuk 108 debitur. Untuk KUPS
sudah berakhir per 31 Desember 2014, sehingga pada tahun 2015 tidak ada
realisasi. Tetapi pelunasan KUPS masih sampai dengan tahun 2020. Untuk
pengelolaan Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok yang bekerjasama antara
Pemerintah Provinsi Bali dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Bali yang

disebut dengan Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dengan total
plafon kredit sebesar Rp. 10.000.000.000,- sudah realisasi sebanyak Rp.
17.170.392.000,- dari 204 kelompok.

Peranan swasta sangat diperlukan juga dalam pembangunan khusunya


pengembangan peternakan. Melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility)
yang merupakan sebuah program yang mengimplementasikan tanggung jawab
sosial sebuah perusahaan terhadap lingkungannya, khususnya di tempat mereka
melakukan kegiatan usahanya, yang sudah menjadi sebuah etika bisnis,
sehingga sebuah perusahaan yang ingin melakukan kegiatan usahanya secara
berkesinambungan harus mau dan mampu melakukan program – program CSR
dengan sebaik – baiknya, berupa kontribusi perusahaan dalam pembangunan
berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Dana CSR dari PT. Charoen Phokphand Indonesia pada tahun 2015
dialokasi pada masyarakat Rumah Tangga Miskin (RTM) yang memelihara
ternak babi dengan memanfaatkan dana simpan pinjam Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) di Desa Titab, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng sebanyak
15 (lima belas) RTM (dengan nama – nama terlampir) berupa pembuatan

Laporan Tahunan 2016 Page 140


kandang babi masing – masing sebesar Rp. 2.500.000,-. Dana tersebut telah
diserahkan kepada Kepala Desa Titab pada tanggal 30 Desember 2015, dengan
total dana sebesar Rp. 37.500.000,-.

4.2. Pengolahan Hasil Peternakan, Mutu dan Standarisasi Hasil


4.2.1. Pengolahan Hasil Produk Peternakan
Secara umum pengolahan produk asal hewan yang ada di Provinsi Bali
dilakukan baik secara perorangan, kelompok maupun dalam bentuk badan
usaha menjadi produk siap saji. Adapun hasil ternak yang dapat diolah
adalah :

a. Hasil utama berupa daging, telur dan susu yang dapat diolah menjadi :
krupuk daging, sosis, nugget, bakso, telur asin/bekasem, telur
lablabnyah, es krim susu, permen susu, krupuk susu dan sabun susu.
b. Hasil sampingan dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Hasil sampingan untuk dikonsumsi berupa : kulit diolah menjadi


kerupuk kulit, kaki ayam diolah menjadi kerupuk ceker, usus, diolah
menjadi kerupuk usus.
2) Hasil sampingan berupa : tulang, bulu, darah, tanduk dan kotoran
ternak. Bahan-bahan ini dapat diolah menjadi pakan ternak, barang
kerajinan dan sebagai pupuk
Adapun Kelompok yang mendapat pembinaan dan Pengawasan
pengolahan Hasil Peternakan sampai dengan tahun 2016 adalah sebagai
berikut :

No. Nama Kelompok Alamat Pembinaan

(Tahun)

1. Klp. Mekar Sari I Br. Taman, Ds. Darmasaba, 2012


Kec. Abiansemal, Kab.
2015

Laporan Tahunan 2016 Page 141


Badung 2016

2. Klp. Mekar Sari II Br. Taman, Ds. Darmasaba, 2012


Kec. Abiansemal, Kab.
Badung 2015

2016

3. Klp. Mekar Sari III Br. Taman, Ds. Darmasaba, 2012


Kec. Abiansemal, Kab.
Badung

4. Klp. Anyar Sari I Br. Umahanyar, Ds. 2012


Darmasaba, Kec. Abiansemal,
Kab. Badung 2016

5. Klp. Anyar Sari II Br. Umahanyar, Ds. 2012


Darmasaba, Kec. Abiansemal,
Kab. Badung

6. Klp. Nusa Dewata Lingk. Bualu, Kel. Benoa, Kec. 2012


Kuta selatan, Kab. Badung
2016

7. Klp. Darma Asri Ds. Peninjauan, Kec. 2012


Tembuku, Kab. Bangli

8. KWT. Tunas Mekar Ds. Sepang, Kec. Busungbiu, 2012


Kab. Buleleng
2015

2016

9 KTT. Werdhi Gopala Ds. Pucak sari, Kec. 2012


Busungbiu, Kab. Buleleng

Laporan Tahunan 2016 Page 142


10 KTT. Sastra Sari Ds. Bongan Cina, Kec. 2012
Ramban Busungbiu, Kab. Buleleng
2016

11 KWT. Sri Mulya Kel. Lelateng, Kec. Negara, 2012


Kab. Jembrana

12 KTT. Elang Buana Ds. Penatahan, Kec. Penebel, 2012


Kab. Tabanan
2016

13 KTT. Sidhi Karya Ds. Utu, Kec. Penebel, Kab. 2012


Tabanan

14 KTT. Kerta Sari Ds. Munduk Temu, Kec. 2012


Pupuan, Kab. Tabanan

15 Klp. Sari Luwih Ds. Dalung, Kec. Mengwi, 2012


Kab. Badung

16 Klp. Buah Karya Ds. Pucangan Kayubihi, Kec. 2012


Guna Bangli, Kab. Bangli

17 Klp. Mare Asih Ds. Sulahan, Kec. Susut, 2012


Kab. Bangli

18 KTT. Satya Werdi Ds. Munduk Timpag, 2012


Utama Kec. Kerambitan, Kab.
Tabanan

Laporan Tahunan 2016 Page 143


19 Klp. Ingin Maju Ds. Seraya barat, 2012
Kec. Karangasem,
Kab. Karangasem

20 Klp. Satya Darma Ds. Manukaya, 2012


Sesana Kec. Tampaksiring, Kab.
Gianyar

21 Klp. Yuda Pertiwi Ds. Kedewatan, Kec. Ubud, 2012


Kab. Gianyar
2016

22 Klp. Mekar Sari Ds. Gunaksa, Kec. Dawan, 2012


Kab. Klungkung

23 Klp. Satwa Rahayu Ds. Selisihan, Kec. Klungkung, 2012


Kab. Klungkung

24 KWT. Buana Lestari Ds. Pempatan, Kec. Rendang, 2013


Kab. Karangasem

25 KWT. Ratna Sari Ds. Pempatan, Kec. Rendang, 2013


Kab. Karangasem

26 KWT. Rukun Tani Ds. Telaga, Kec. Busungbiu, 2013


Kab. Buleleng

27 Klp. Swagina Widya Ds. Telaga, Kec. Busungbiu, 2013


Adnyana Kab. Buleleng
2015

2016

28 Klp. Gunung Dayuh Ds. Guwang, Kec. Sukawati, 2013

Laporan Tahunan 2016 Page 144


Kab. Gianyar 2016

29 KWT. Wana Lestari Ds. Taro, Kec. Tegalalang, 2013


Kab. Gianyar
2015

2016

30 Klp. Manik Sari Ds. Lepang, Kec. Klungkung, 2013


Kab. Klungkung
2016

31 KTT. Mekar Sari Ds. Selisihan, Kec. Klungkung, 2013


Kab. Klungkung

32 KWT. Mawar Ds. Tiga, Kec. Susut, Kab. 2013


Bangli
2016

33 KWT. Tri Kembang Desa Tiga, Kec. Susut, Kab. 2013


Sari Bangli

34 Klp. Giri Marga Ayu Ds. Darmasaba, Kec. 2013


Abiansemal, Kab. Badung

35 Klp. Gunung Mekar Ds. Darmasaba, Kec. 2013


Abiansemal, Kab. Badung

36 KWT. Amerta Sari Ds. Angkah Pondok, Kec. 2013


Selemadeg Barat, Kab.
2015
Tabanan

Laporan Tahunan 2016 Page 145


37 KWT. Bakti Lestari Ds. Angkah Pondok, Kec. 2013
Selemadeg Barat, Kab.
2015
Tabanan

38 Klp. Celagi Sari Kel. Kerobokan, Kec. 2013


Denpasar Barat, Kota
Denpasar

39 PKK. Desa Ekasari Ds. Candi Kesuma, Kec. 2013


Melaya, Kab. Jembrana

40 Klp. Tirta Kusuma I Desa Candi Kusuma, Kec. 2013


Melaya, Kab. Jembrana
2015

2016

41 Klp. Arta Sedana Desa Pempatan, Kecamatan 2013


Rendang, Kabupaten
Karangasem

42 Klp. Panca Sate Desa Guwang, Kec. Sukawati, 2013


Kab. Gianyar

43 Klp. Gunung Mekar Desa Darmasaba, Kec. 2013


Abiansemal, Kab. Badung

44 KWT. Bakti Lestari Desa Angkah Pondok, Kec. 2013


Selemadeg Barat, Kab.
Tabanan

Laporan Tahunan 2016 Page 146


45 KWT. Teratai Putih Br. Tengah, Desa Nongan, 2013,
Kec. Rendang, Kab.
Karangasem 2014,

2016

46 Klp. Tirta Kusuma I Desa Candi Kusuma, Kec. 2013


Melaya, Kab. Jembrana
2015

47 Klp. Swagina Widya Desa Telaga, Kec. Busungbiu, 2013


Adnyana Kab. Buleleng
2015

48 Klp. Satwa Rahayu Desa Selisihan, Kec. 2013


Klungkung, Kab. Klungkung

49 KWT. Teratai Putih Br. Tengah, Ds. Nongan, Kec. 2014


Rendang, Kab. Karangasem

50 KWT. Sari Nadi Desa Bengkala, Kec. Kubu 2014


Tambahan, Kab. Buleleng
2016

51 Klp. Darma Putra Br. Cengkok, Desa Baha, Kec. 2014


Mengwi, Kab. Badung
2015

2016

52 KTT. Amerta Nadi Ds. Pupuan, Kec. Pupuan, 2014


Kab. Tabanan

Laporan Tahunan 2016 Page 147


53 KTT. Satya Kencana Br. Tebuana, Desa Taro, Kec. 2014
Tegalalang, Kab. Gianyar
2015

2016

54 Klp. Sari Murthi Dsn. Bajing, Ds. Tegak, Kec. 2014


Klungkung, Kab. Klungkung
2016

55 KWT. Bina Amerta Br. Tangimenyeh, Ds. 2014


Berangbang, Kec. Negara,
Kab. Jembrana 2016

56 Klp. Sumber Rejeki. Br. Cengkilung, Ds. 2014


Peguyangan Kangin, Kec.
Denpasar Utara, Kota 2016
Denpasar

57 KWT. Bunga Melati Ds. Bunutin, Kec. Bangli, 2014


Kab. Bangli
2015

2016

58 KWT. Ratna Sari Br. Saren Kaler, Ds. Nongan, 2014


Kec. Rendang, Kab.
Karangasem 2016

59 KWT. Kenanga Jaya Ds. Bila, Kec. Kubu 2014


Tambahan, Kab. Buleleng
2016

60 Klp. Astiti Karya Br. Sayan, Ds. Werdhi Buana, 2014

Laporan Tahunan 2016 Page 148


Lestari Kec. Mengwi, Kab. Badung 2016

61 KWT.Mekar Lestari Br. Angligan, Ds. Timpag, Kec. 2014


Kerambitan, Kab. Tabanan

62 KWT. Wana Lestari Ds. Taro, Kec. Tegalalang, 2014


Kab. Gianyar
2016

63 KTT. Pucak Sari Ds. Selisihan, Kec. Klungkung, 2014


Kab. Klungkung
2015

2016

64 KWT. Bina Mandiri Br. Tangimenyeh, Ds. 2014


Berambang, Kec. Negara,
Kab. Jembrana 2016

65 KWT. Ratna Sari Br. Pelagan, Kelurahan 2014


Penatih, Kec. Denpasar Timur,
Kota Denpasar

66 KWT. Mawar Sari Ds. Bunutin, Kec. Bangli, 2014


Kab. Bangli
2015

2016

67 Kelompok Sedana Br. Tengah, Ds. Sesetan, Kota 2015


Boga Denpasar
2016

Laporan Tahunan 2016 Page 149


68 Gapokwatan Ayu Ds. Angkah, Kec. Selemadeg 2015
Melati Barat, Kab. Tabanan
2016

69 KWT Mekar Tani Br. Pemuteran, Ds. Pempatan, 2015


Kec. Rendang, Kab.
Karangasem

70 Klp. Pitik Jaya Br. Rening, Desa Baluk, Kec. 2015


Negara, Kab. Jembrana
2016

71 KWT Guna Harapan Dusun Perang sari Kelod, 2015


Desa Duda Utara, Kec. Selat,
Kab. Karangasem 2016

72 Kelompok Bintang Desa Loloan Timur, Kec. 2015


Negara, Kab. Jembrana
2016

73 KWT Marga Sari Desa Marga Telu, Kec. 2015


Selemadeg, Kab. Tabanan

74 Klp Bhuana Sari Br. Bhuana Sari, Kelurahan 2015


Boga Kesiman, Kec. Denpasar
Timur, Kota Denpasar

75 KWT Sumber Rejeki Desa Sepang, Kec. 2015


Busungbiu, Kab. Buleleng
2016

76 Warung Ayu Jl. Salak, Desa Subagan, Kec. 2015


Karangasem, Kabupaten
Laporan Tahunan 2016 Page 150
Karangasem

77 RM Nami Rasa Desa Buruan, Kec. Penebel, 2016


Kabupaten Tabanan

78 PU I Made Berata Dauh Peken, Kab. Tabanan 2015

2016

79 PT Ciomas Adisatwa Br. Dauh Yeh, Desa Kaba- 2015


Kaba, Kec. Kediri, Kab.
Tabanan

80 PU Ayam Panggang Br. Pekuwon, Kab. Bangli 2015


I Nyoman Riasa
2016

81 Warung Lastri (PU Ds. Yehembang Kangin, Kab. 2015


Putra Legawa) Jembrana
2016

4.2.2. Penerapan Mutu dan Standarisasi Hasil


Pembinaan Penarapan Mutu dan Standarisasi Hasil dilakukan pada
kelompok/pelaku usaha perorangan yang sudah kontinyu melakukan pengolahan
hasil peternakan, dengan tujuan agar kelompok/pelaku usaha dapat menerapkan
Sistem Jaminan Mutu pada produk olahannya. Dengan diterapkannya sistem
jaminan mutu tersebut maka diharapkan akan menghasilkan produk olahan yang
berkualitas dan tahan lama tanpa bahan pengawet atau bahan kimia lainnya.
Kelompok/Pelaku Usaha yang di berikan Bimtek Jaminan Mutu pada tahun 2012
adalah :

Laporan Tahunan 2016 Page 151


No. Nama Peserta Alamat

1. I Made Sanjaya Jl. Raya Sesetan Gg. Jepun No. 7, Denpasar

2. Teguh Aryanto Jl. Tukad Yeh Biu, No. 20 Denpasar

3. I Made Sendra Br. Taman, Ds. Darmasaba, Kec.


Abiansemal, Kab. Badung.

4. Ni Made Artini Br. Taman, Ds. Darmasaba, Kec.


Abiansemal, Kab. Badung.

5. I Dewa Made Rai Br. Timbul, Desa Pupuan, Kec. Tegalalang,


Kabupaten Gianyar.

6. I Nyoman Merta Br. Tebuana, Ds. Taro, Kec. Tegalalang,


Kab. Gianyar.

7. Ni Wayan Suartini Br. Angkan, Kec. Klungkung, Kab.


Klungkung.

8. Putu Mirah Marliasuari Br. Umasalakan, Ds. Takmung, Kec.


Klungkung, Kab. Klungkung.

9. Nyoman Rencana Br. Tengah, Kab. Bangli.

10. I Nengah Sutama Br. Buungan, Ds. Tiga, Kab. Bangli.

11. I Gst. Ayu Anom Br. Santi, Ds. Selat, Kab. Karangasem.

Laporan Tahunan 2016 Page 152


12. Muhadisin Br. Kecicang Islam, Kab. Karangasem.

13 Made Suarsana Br. Pemaron, Kab. Buleleng.

14. I Wayan Sarma Br. Anggasari, Ds. Munduktemu, Kec.


Pupuan, Kab. Tabanan.

15. I Ketut Suarka Br. Anggasari, Ds. Munduktemu, Kec.


Pupuan, Kab. Tabanan.

16. I Made Ardana Putra Kabupaten Jembrana

17. Nurmubayina Ds. Lelateng, Kec. Negara, Kab. Jembrana.

18. Retno Denpasar

Kelompok/Pelaku Usaha yang di berikan Bimtek Jaminan Mutu pada


tahun 2013 adalah :

No. Nama Peserta Alamat

1. I Made Yama UD. Nicepro, Jl. Nuansa Hijau Utama V


Denpasar

2. I Wayan Putra Yasa UD. Dwi Boga Utama, Jl. Buana Raya No.
89 Denpasar

3. Ni Nengah Sutami KWT. Mawar, Br. Pengelumbaran Kangin,


Ds. Tiga, Kec. Susut, Kab. Bangli.

Laporan Tahunan 2016 Page 153


4. Ni Wayan Novriani KWT. Kamboja Br. Pengelumbaran Kangin,
Ds. Tiga, Kec. Susut, Kab. Bangli.

5. Ni Made Artini Klp. Mekar Sari II, Br. Taman, Ds.


Darmasaba, Kec. Abiansemal, kab. Badung.

6. I Nyoman Suarjana Putra Klp. Anyar Sari I, Br. Umahanyar, Ds.


Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung.

7. I Dewa Putu Raka Pelaku Usaha Telur Asin, Lingkungan Kelod


Kauh, Abianbase, Kab. Gianyar.

8. I Made Astika Pelaku Usaha Kerupuk Babi, Jl. Mawar, Kec.


Blahbatuh, Kab. Gianyar.

9. Gst. Ayu Yantarini Pelaku Usaha Abon Ayam, Dsn. Sumbul,


Desa Yeh Embang Kangin, Kec. Mendoyo,
Kab. Jembrana.

10. Ni Ketut Kusmiati Pelaku Usaha Krupuk Babi, Dsn. Sumbul,


Desa Yeh Embang Kangin, Kec. Mendoyo,
Kab. Jembrana.

11. I Wayan Selamet Klp. Swagina Widya Adnyana, Ds. Telaga,


Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng.

12. Heryani KWT. Rukun Tani, Desa Banyupoh, Kec.


Gerogak, Kab. Buleleng.

Laporan Tahunan 2016 Page 154


13 I Wayan Sarma Klp. Tani Kertasari, Br. Anggasari, Dusun
Munduk Temu, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan.

14. Ni Wayan Darmini Pelaku Usaha Kerupuk ceker dan kulit ayam,
Desa Denbantas, Kec. Tabanan, Kab.
Tabanan.

15. Ni Wayan Sukani Klp. Karya Mandiri, Dsn. Tulang Nyuh, Desa
Tegak, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung.

16. Wayan Widi Wirawan Pelaku Usaha Telur Asin Intan Sari, Dsn
Umasalakan, Ds. Takmung, Kec.
Banjarangkan, Kab. Klungkung.

17. Ni Kadek Ari Darmayani KTT. Asram Satya Loka Parama Sidhi, Br.
Belatung, Ds. Menanga, Kec. Rendang, Kab.
Karangasem.

18. I Putu Simpen Klp. Mekar Nadi, Br. Tiyingan, Ds.


Darmayasa Bebandem, Kab. Karangasem.

Kelompok/Pelaku Usaha yang di berikan Bimtek Jaminan Mutu pada


tahun 2014 adalah :

No. Nama Peserta Alamat

1. Ni Made Suarni KWT. Ratna Sari, Br. Pelagan, Kelurahan Penatih, Kec.
Denpasar Timur, Kota Denpasar.

Pelaku Usaha Krupuk Ceker ayam cap JAGO.

Laporan Tahunan 2016 Page 155


2. Nyoman Polytriani

KWT. Celagi Sari,Ds. Kerobokan, Kec. Denpasar Barat,


Kota Denpasar.
3. Ni Ketut Sriasih

Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan


Kota Denpasar.
4. Drh. Ni Made Suparmi

5. Ir. I Ketut Sumartana, M.Si. Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Badung.

I Nyoman Suma
UD. Darma Putra, Br. Cengkok, Ds. Baha, Kec.
6. Mengwi, Kab. Badung.

I Wayan Arka UD. Sari Luwih, Ds. Dalung, Kec. Mengwi, Kab.
7. Badung.

Ni Made Artini UD. Setia Boga, Ds. Blahkiuh, Kec. Abiansemal, Kab.
Badung.
8.

9. Ir. Ida Bagus Surya Wesnawa Petugas Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan.

Ni wayan Rentini KWT. Bakti Lestari, Ds. Angkah, Kec. Selemadeg


Barat, Kabupaten Tabanan.
10.

KWT. Kerta Sari, Anggasari Kaja, Ds. Munduk


Ni Made Pikawati Temu,Kecamatan Pupuan, Kab. Tabanan.
11.

KTT. Nandini Asri, Br. Sangging, Ds. Kelating, Kec.

Laporan Tahunan 2016 Page 156


A.A. Nyoman Wijana Kerambitan, Kab. Tabanan.

12.

13. I Made Ardhana, SST. Petugas Dinas Pertanian, Perkebunan dan


Peternakan Kabupaten Jembrana

Pelaku Usaha Krupuk Paru dan Rambak Sapi, Ds.


14. Pauryah Loloan Timur, Kec. Jembrana, Kab. Jembrana

Pelaku Usaha Abon Sapi, Ds. Loloan Timur, Kec.


Jembrana, Kab. Jembrana

15. Juhriah

16. I Made Sudiarta Petugas Dinas Pertanian dan Peternakan


Kabupaten Buleleng.

KWT. Tunas Mekar, Desa Sepang, Kec. Busungbiu,


17. Nyoman Mawini
Kab. Buleleng.

Pelaku Usaha Bakso Kembang, Kec. Kubu Tambahan,


18. Nyoman Sukapada Kab. Buleleng.

19. Ir. A.A. Sri Inten Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Gianyar

Pelaku Usaha Krupuk Ceker Ayam, Br. Kebon,


20. Ni Wayan Astiani

Laporan Tahunan 2016 Page 157


Blahbatuh, Kab. Gianyar.

21. I Made Winata Pelaku Usaha betutu ayam D’ POON Crispy, Br.
Pekandelan, Ds. Abianbase, Kec. Gianyar, Kab.
Gianyar.

22. Ir. Kadek Sri Mulyani Petugas Dinas Peternakan, Perikanan Darat,
Kabupaten Bangli.

KWT. Bunga Melati, Ds. Bunutin, Kec. Bangli, Kab.


23. Jero Ketut Parwati Bangli.

KWT. Mawar Sari, Ds. Bunutin, Kec. Bangli, Kab.


24. Dw. Ayu Ketut Arini Bangli.

25. Drh. IGA. Mirah Trimastuti Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Klungkung.

Kelompok Kusuma Mesari, Kelurahan Semara Pura


26. Eni Kusumawati Klod Kangin, Kab. Klungkung.

Klp. Pucak Sari, Ds. Selisihan, Kec. Klungkung, Kab.


27. Mangku Sudiana Klungkung.

Petugas Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan

Laporan Tahunan 2016 Page 158


28. Dr. Luh Sri Ekawathi. Kabupaten Karangasem.

KWT. Sari Rahayu, Kec. Rendang, Kab. Karangasem.

29. Ni Kadek Ayu Kartini

Pelaku Usaha krupuk ceker dan usus ayam,


Lingkungan Telaga Mas, Kelurahan Karangasem, Kec.
Karangasem, Kab. Karangasem.
30. Salmah

Kelompok/Pelaku Usaha yang di berikan Bimtek Jaminan Mutu pada tahun 2015
adalah :

No NAMA PESERTA ALAMAT

Laporan Tahunan 2016 Page 159


1 Drh. Ni Made Suparmi Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Kota Denpasar

KWT Sumber Rejeki, Denpasar


2 Ni Wayan Murni

Pelaku Usaha Krupuk Ceker Dharma Nadi


3 Desak Ketut Rai, SE (Koky), Denpasar

Kelompok Sedana Boga, Denpasar


4 I Gede Suartama

5 Anak Agung Mas Parwati Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan


Kelautan Kabupaten Badung

Ketua Kelompok Mekarsari I, Kab. Badung


6 I Wayan Arka

Ketua Kelompok Mekarsari II, Kab. Badung


7 Ni Made Artini

UD. Sari Luwih, Ds. Dalung, Kab. Badung


8 A.A. Mirah Dyah Witari

9 Ir. I Gusti Agung Sunarjaya Petugas Dinas Peternakan Kab. Tabanan

10 CV Ayudya

Laporan Tahunan 2016 Page 160


11 I Made Berata Pelaku Usaha Krupuk Babi

12 I Made Ardhana Putra Petugas Dinas Pertanian, Perkebunan dan


Peternakan Kabupaten Jembrana

Pelaku Usaha Bakso, Jembrana


13 Ardania

Pelaku Usaha, Jembrana


14 Putra Legawa

15 I Wayan Walia Petugas Dinas Pertanian dan Peternakan


Kabupaten Buleleng

Site Manager Kelompok Swagina Widya


16 Ketut Suliada Kusana, ST Adnyana, Kab. Buleleng

KWT Tunas Mekar, Desa Sepang, Buleleng


17 I Wayan Wardana

18 A.A. Sri Inten, SE Petugas Dinas Pertanian, Peternakan dan


Perikanan Kabupaten Gianyar

Pelaku Usaha Krupuk Ceker Ayam, Gianyar


19 Ni Wayan Astiani

Pelaku Usaha Telor Asin, Kab. Gianyar


20 Jero Griya Astuti

Pelaku Usaha Krupuk Babi, Kab. Gianyar

Laporan Tahunan 2016 Page 161


21 I Made Astika

22 Agung Dewanto Petugas Dinas Peternakan dan Perikanan


Darat Kabupaten Bangli

KWT Mawar Sari, Kabupaten Bangli


23 Putu Eka Suprapti

KWT Bunga Melati, Kabupaten Bangli


24 Ni Ketut Parwati

25 I Nyoman Mudiartha Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan


Kelautan Kabupaten Klungkung

Pelaku Usaha Kabupaten Klungkung


26 I Wayan Seregig

Klp Pucak Sari, Ds. Selisihan, Kabupaten


27 Mangku Sudiarna Klungkung

28 Drh. Luh Sri Ekawathi Petugas Dinas Peternakan, Kelautan dan


Perikanan Kabupaten Karangasem

Pelaku Usaha Telor Asin, Kab. Karangasem


29 Gede Edyana

Pelaku Usaha Abon Ayam, Kab. Karangasem


30 Gusti Ayu Ardi

Laporan Tahunan 2016 Page 162


Kelompok/Pelaku Usaha yang di berikan Bimtek Jaminan Mutu pada tahun 2016
adalah :

No NAMA PESERTA ALAMAT

1 Drh. Ni Made Suparmi Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan


Kelautan Kota Denpasar

KWT Sumber Rejeki, Denpasar


2 Ni Wayan Murni

Pelaku Usaha Krupuk Ceker Dharma Nadi


3 Desak Ketut Rai, SE (Koky), Denpasar

Kelompok Sedana Boga, Denpasar


4 I Made Sanjaya

UD Supra Dynasti
5 Indra

Klp Bhuana Sari Boga


6 Ni Nyoman Arthini

7 Ir. I Ketut Sumertana, M.si Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan


Kelautan Kabupaten Badung

Pelaku Usaha di Kab. Badung


8 J Suryawan Pantja L

Ketua Kelompok Darma Putra, Kab. Badung


9 I Nyoman Suma

Laporan Tahunan 2016 Page 163


10 I Gst AA Dyah Wintari Pelaku Usaha Telur Asin, Kab. Badung

11 I Ketut Sukarta Kelompok Astiti Karya Lestari

12 I Made Yadnya Kelompok Astiti Karya Lestari

13 Ir. I Gusti Agung Sunarjaya Petugas Dinas Peternakan Kab. Tabanan

14 Ni Ketut Nortini Pelaku Usaha di Kab. Tabanan

15 I Made Berata Pelaku Usaha Krupuk Babi

16 Ayu Ratnawati Pelaku Usaha di Kab. Tabanan

17 Drh. I Gede Putu Kastama, Petugas Dinas Pertanian, Perkebunan dan


M.Si Peternakan Kabupaten Jembrana

I Made Ardhana Putra Petugas Dinas Pertanian, Perkebunan dan


18 Peternakan Kabupaten Jembrana

Pelaku Usaha Krupuk Babi, Jembrana


I Gusti Putu Putra Legawa
19

Pelaku Usaha Krupuk Babi, Jembrana


Dewa Ayu Kt.Budi Cahyani
20

21 Luh Pastiniasih Petugas Dinas Pertanian dan Peternakan

Laporan Tahunan 2016 Page 164


Kabupaten Buleleng

22 I Wayan Selamet Ketua Kelompok Swagina Widya Adnyana,


Kab. Buleleng

KWT Tunas Mekar, Desa Sepang, Buleleng


23 Nyoman Mawini

KWT Kenanga Jaya, Buleleng


24 Luh Arini

25 A.A. Sri Inten, SE Petugas Dinas Pertanian, Peternakan dan


Perikanan Kabupaten Gianyar

Pelaku Usaha Bakso Babi, Gianyar


26 I Wayan Suastika

KWT Wana Lestari, Kab. Gianyar


27 Nyoman Ermawati

Pelaku Usaha Krupuk Babi, Kab. Gianyar


28 I Made Astika

29 Agung Dewanto Petugas Dinas Peternakan dan Perikanan


Darat Kabupaten Bangli

KWT Mawar Sari, Kabupaten Bangli


30 Ni Nengah Sutami

Kelompok Mupu Merta, Kabupaten Bangli


31 Ketut Sukerni

Laporan Tahunan 2016 Page 165


32 Ni Putu Yuliani KWT Sari Nadi, Kabupaten Bangli

33 Drh. Mirah Trimastuti Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan


Kelautan Kabupaten Klungkung

Kelompok Sari Murti, Kabupaten Klungkung


34 I Wayan Kertiasa

Klp Pucak Sari, Ds. Selisihan, Kabupaten


35 Mangku Sudiarna Klungkung

Klp Pucak Sari, Ds. Selisihan, Kabupaten


36 Luh Wilatini Klungkung

37 Drh. Luh Sri Ekawathi Petugas Dinas Peternakan, Kelautan dan


Perikanan Kabupaten Karangasem

KWT Putri Mandiri, Kab. Karangasem


38 Ni Wayan Murdani

KWT Artha Sari, Kab. Karangasem


39 Ni Wayan Asih

KWT Guna Harapan, Kab. Karangasem


40 Ni Kadek Sri Widari

Laporan Tahunan 2016 Page 166


4.3. Pemasaran
4.3.1 Pasar Hewan
Jual beli ternak baik untuk bibit maupun dipotong untuk keperluan
konsumsi lokal dan antar pulau umumnya dilakukan di Pasar Hewan.
Jumlah pasar hewan yang ada di Bali sebanyak 11 buah. Pasar Hewan
Beringkit merupakan pasar hewan terbesar di Propinsi Bali. Pasar Hewan
dibuka sejak tahun 1971 dengan luas 9.200 m² dan mampu menampung
pedagang sapi 1.750 ekor dan 150 orang pedagang umum.

4.3.2 Harga Produksi Peternakan, Hasil Ternak dan Makanan Ternak


Harga sarana produksi peternakan, hasil ternak dan makanan ternak
yang berupa bibit ternak, bahan asal hewan, makanan ternak dan bahan
baku dalam tahun 2015 berfluktuasi seperti terlampir.

4.4. Masalah Dan Pemecahan


4.4.1 Masalah
Beberapa permasalahan yang dihadapi para pelaku agribisnis
peternakan di Provinsi Bali antara lain :

b. Belum adanya jaminan yang memadai terhadap daya serap hasil


produksi peternakan masyarakat disamping fluktuasi harga pasar yang
tak stabil.
c. Terbatasnya kemampuan petani ternak dalam menyerap informasi
teknologi dan management usaha peternakan serta pemasarannya.

Laporan Tahunan 2016 Page 167


d. Terbatasnya modal usaha, belum optimalnya sosialisasi informasi Skim
Kredit kepada Kelompok tani ternak.
e. Produk olahan hasil peternak oleh pengusaha lokal belum mampu
bersaing dengan produk luar baik menyangkut kuantitas maupun
kualitasnya.
f. Sarana produksi peternakan seperti pakan ternak, bibit dan obat-obatan
jumlahnya masih terbatas serta masih didatangkan dari Pulau Jawa. Hal
ini menyebabkan semakin tingginya biaya produksi yang mengakibatkan
para petani ternak tidak menikmati hasil produksi yang memadai.

4.4.2 Upaya Pemecahan


Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Perlu diterapkan sistem agribisnis peternakan dengan menciptakan


iklim usaha yang kondusif serta memperhatikan keseimbangan supply
dan demand sehingga ada jaminan pasar terhadap hasil produksi
peternakan serta harga yang stabil.
2. Perlu pemberdayaan terhadap kinerja para pelaku agribisnis peternakan
melalui forum temu usaha, pameran produksi peternakan dan latihan
keterampilan dan penyampaian informasi harga produksi secara berkala
melalui media cetak dan elektronik.
3. Diharapkan pemerintah dapat mengucurkan fasilitas kredit dengan suku
bunga rendah serta persyaratan yang sederhana sehingga tidak
menyulitkan petani ternak.
4. Produk olahan hasil peternak oleh pengusaha lokal perlu ditingkatkan
baik dari segi mutu, jaminan kesehatan dan kemasannya.
5. Perlu dilakukan pengembangan industri pakan ternak sehingga dapat
tersedia pakan dengan jumlah yang memadai dan harga yang lebih
murah sehingga dapat menekan biaya produksi.
Tabel. 1.

Laporan Tahunan 2016 Page 168


1) Pemenang Lomba Kelompok Tani Ternak Sapi Potong Tingkat Provinsi Bali
Tahun 2016
No. Juara Nama Kelompok Alamat

1. I KTT. Sari Buana Banjar Dinas Karang, Desa


Pejukutan, Kecamatan Nusa
Penida, Kabupaten Klungkung

2. II KTT. Artha Sadhaya Banjar Dinas Pebantenan, Desa


Ambengan, Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng

3. III KTT. Mekar Sari - A Banjar Bunteh, Desa Kertha,


Kecamatan Payangan, Kabupaten
Gianyar

2) Pemenang Lomba Kelompok Tani Ternak Ayam Buras Tingkat Provinsi Bali
Tahun 2016

No. Juara Nama Kelompok Alamat

1. I KTT. Jaya Mandiri Banjar Tabah, Desa Taman,


Perkasa Kecamatan Abiansemal,
Kabupaten Badung

2. II KTT. Karya Bersama Banjar Dinas Kajanan, Desa


Madenan, Kecamatan Tejakula
Kabupaten Buleleng

3. III KTT. Tunas Baru Banjar Babahan Kanginan, Desa


Babahan, Kecamatan Penebal,
Kabupaten Tabanan

Laporan Tahunan 2016 Page 169


3) Pemenang Lomba Kelompok Tani Ternak Kambing Tingkat Provinsi Bali
Tahun 2016

No. Juara Nama Kelompok Alamat

1. I KTT. Bina Artha Banjar Dinas Bukit, Desa Bengkel,


Kecamatan Busungbiu, Kabupaten
Buleleng

2 II KTT. Mula Sejati Banjar Dinas Jempanang, Desa


Belok / Sidan, Kecamatan Petang,
Kabupaten Badung

3. III KTT. Giri Arsana Dana Banjar Dinas Asah Panji, Desa
Wanagiri, Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng

Tabel. 2.

1) Pemenang Lomba Kelompok Tani Tingkat Nasional Tahun 2015

No. Komoditas Juara Nama Kelompok Alamat

1. Sapi V KTT. Satwa Murti Banjar Dinas Antap Delod


– ST. AMP Sema, Desa Antap,
Kecamatan Selemadeg,
Kabupaten Tabanan

2. Ayam IV KTT. Sato Nadi Banjar Jehem Kaja, Desa


Buras Jehem, Kecamatan
Tembuku, Kabupaten
Bangli

Laporan Tahunan 2016 Page 170


BAB VII

KESEHATAN HEWAN

Peranan bidang kesehatan hewan di Provinsi Bali sudah dirasakan


manfaatnya dalam upaya meningkatkan populasi dan produksi ternak, yang pada
akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan peternak,. kesempatan kerja serta
menunjang perbaikan iklim investasi. Melalui penerapan teknologi kesehatan hewan
dapat menurunkan biaya produksi, menekan angka kematian akibat penyakit,
meningkatkan angka kelahiran ternak, mengurangi resiko usaha serta memberikan
jaminan kesehatan dan keamanan bagi konsumen serta pengguna bahan asal
hewan/hasil bahan asal hewan.

Hal ini dapat dicapai melalui pemanfaatan teknologi kesehatan hewan guna
meningkatkan status kesehatan hewan, status kesehatan lingkungan budidaya
peternakan dan status keamanan bahan pangan asal hewan. Sasaran akhir yang
ingin dicapai dibidang kesehatan hewan ini adalah kondisi ternak di Kabupaten
Badung tetap sehat, Lingkungan budidaya peternakan tetap bersih dan bebas dari
penyakit hewan menular, serta hasil produksi ternak yang sehat dan aman
dikonsumsi.

Dalam rangka lebih meningkatkan pemahaman tentang penyakit hewan


beberapa istilah yang perlu di ketahui antara lain:

a. Epidemik : ialah suatu kejadian penyakit pada suatu tempat tertentu, yang
terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas yang sangat tinggi dan
penyebaran penyakitnya relatif cepat.
b. Endemik : Suatu kejadian penyakit pada suatu tempat tertentu, yang terjadi
dengan frekwensi yang teratur sepanjang tahun dengan intensitas
yang rendah.
c. Sporadik : ialah suatu kejadian penyakit pada suatu tempat tertentu yang
terjadi dengan frekwensi yang jarang, tidak beraturan dengan
intensitas yang rendah.
d. Kasus : ialah individu (ternak) di dalam suatu populasi yang di diagnosa.

Laporan Tahunan 2016 Page 171


Pengamatan, Pencegahan dan Pembeantasan Penyakit Hewan

Selama tahun 2016 di Provinsi Bali dilaporkan adanya beberapa jenis


penyakit hewan menular strategis yang berdampak ekonomis, yang disebabkan
oleh virus, bakteri dan parasit (endoparasit dan ectoparasit).

Adapunjenis-jenis penyakit hewan yang dilaporkan dari wilayah kecamatan


selama tahun 2016 adalah sebagai berikut:

6.1.1 Penyakit yang Disebabkan oleh Virus

i. Penyakit Jembrana (JA)


Adalah penyakit menular startegis yang bersifat endemis di
Provinsi Bali. Selama tahun 2013 s/d Bulan Desember 2016 tidak
terdapat laporan penyakit jembrana di Provinsi Bali.

ii. Penyakit Bovine Emphemeral Fever (BEF/Demarn Tiga Hari)


Penyakit ini menyerang ternak sapi dan ditularkan rnelalui
gigitan serangga. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan kelompok
Arbovirus dan bersifat tidak menular. Ternak yang terserang
menunjukkan gejala demam secara mendadak, tiba-tiba pincang,
namun biasanya sembuh dalam beberapa hari. Jumlah kasus penyakit
BEF pada tahun 2016 sebanyak 1.255 kasus.

iii. Penyakit Diarhea Ganas Sapi (Bovine Virhall Diarhea)


Penyakit BVD adalah penyakit yang menyerang sapi pada
semua umur (dan anak sapi sampai dewasa). Kasus Diarhea Ganas
Sapi di Provinsi Bali tahun 2016 terjadi sebanyak 87 kasus.

iv. Penyakit Hog Cholera (Clasical Swine Fever)

Laporan Tahunan 2016 Page 172


Merupakan penyakit yang menyerang babi dengan angka
kesakitan dan kematian yang tinggi, penyakit ini bersifat endemis,
kejadian penyakit ini pada tahun 2016 di Provinsi Bali dilaporkan
terjadi 244 kasus dan kejadian sebanyak 186 ekor kematian.

v. Penyakit ND (Tetelo)
ND adalah penyakit menular pada unggas yang disebabkan
paramyxovirus 1, dan bersifat endemis dengan angka kesakitan dan
angka kematian yang tinggi yang menyerang pada semua umur.
Kasus penyakit ND pada tahun 2016 sebanyak 2.364 kasus ND dan
kematian 1.238 ekor.

vi. Avian Influenza (flu unggas)


Avian influenza adalah penyakit infeksius pada unggas yang
disebabkan oleh virus strain AI tipe A yang menyerang berbagai jenis
unggas termasuk kalkun, ayam mutiara, burung puyuh, angsa dan Itik.
Pada tahun 2016 di Provinsi Bali hanya terjadi 1 kasus positif pada
ayam dan tidak ada korban meninggal pada manusia.

vii. Penyakit Rabies


Rabies/penyakit anjing gila adalah penyakit hewan menular,
disebabkan oleh Virus kelompok Rabdovirus dan bersifat akut serta
menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas maupun
manusia. Di Provinsi Bali kejadian penyakit rabies muncul pertama kali
pada bulan Nopember tahun 2008. Sampai saat ini (21 Desember
2016) jumlah Desa yang terjangkit Rabies sebanyak 202, Hasil
Vaksinasi massal Rabies dan vaksinasi penyisiran tahun 2016
sebanyak 455.280 dosis ( cakupan vaksinasi sebesar 86,07% dari
estimasi populasi 411.153 ekor). Total vaksinasi dari bulan Nopember

Laporan Tahunan 2016 Page 173


2008 s/d 31 Desember 2015 sebanyak 2.403.151 dosis. Hasil
Eutanasia/Eliminasi selektif dan targeted tahun 2016 sebanyak 13.500
ekor total euthanasia/eliminasi dari bulan Nopember 2008 s/d 31
Desember 2015 sebanyak 245.869 ekor. Jumlah sampel positif tahun
2014 adalah 132 meningkat dibandingkan jumlah sampel positif tahun
2015 sebanyak 531.

6.1.2 Penyakit Bakterial


a. Penyakit septicaemia Epizootica (SE)
Penyakit SE atau yang sering juga disebut penyakit ngorok
disebabkan oleh kuman Pasteurella multosida merupakan penyakit
hewan menular yang bersifat sub acut sampai kronis, penyakit ini
terutama menyerang ternak sapi dan kerbau pada semua umur.
Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi karena
angka mortalitasnya yang tinggi. Di Provinsi Bali kasus SE pada tahun
2016 terjadi kasus 137 kasus.

b. Penyakit Colibacillosis (White Scour)


Colibacillosis adalah penyakit hewan menular yang disebabkan
oleh kuman Escherichia colli, yang biasanya menyerang ternak babi
terutama anak babi. Selama tahun 2016 pada sapi 46 kasus dan pada
babi 14.597 kasus. kematian 1.165

6.1.3 Penyakit Parasiter


a. Ectoparasit
1. Scabies (S.C)
Penyakit Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan
oleh kelompok parasit jenis tungau. Parasit luar (ecto parasit) yang
sering menimbulkan scabies adalah dari species Sarcoptes scabii.
Penyakit yang menginfestasi kulit ini biasanya cepat menular
Laporan Tahunan 2016 Page 174
dengan angka morbilitas tinggi, tetapi kematian hampir tidak ada.
Pada tahun 2016 terdapat kasus 205 kasus pada sapi, 9 kasus
pada kerbau, , 491 pada kambing 391 dan 6.246 pada babi.

2. Penyakit Bali Ziekte (B.Z)


Bali Ziekte merupakan penyakit kulit yang sampai saat ini
diketahui hanya menyerang sapi Bali. Beberapa peneliti
menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan karena terjadinya
peningkatan kepekaaan individu terhadap fotosensitisasi pada
ternak yang memakan tanaman Lantana camara (krasi). Kasus Bali
Ziekte pada tahun 2016 sebanyak 142 tidak terjadi kematian.

b. Protozoa
1. Penyakit Coccidiosis
Kejadian penyakit ini disebabkan oleh Eimeria Sp protozoa
saluran pencernaan yang umumnya menyerang hewan-hewan
muda terutama sapi. Pada tahun 2015 terjadi 1.015 kasus pada
sapi, dengan kematian. 16 ekor.

6.2 Pelayanan Kesehatan Hewan


Pelayanan kesehatan hewan di Provinsi Bali pelaksanaannya meliputi
pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan dimana kegiatannya adalah
pelayanan kesehatan hewan terpadu. Kebijakan Pemerintah Provinsi Bali
memprioritaskan pelayanan kesehatan hewan ditujukan kepada penyakit
strategis yang berdampak ekonomis terutama pada peternakan rakyat,
sedangkan untuk kasus-kasus penyakit strategis pada peternakan skala usaha
baik ayam ras, babi dan sapi dilakukan secara swadaya oleh peternak.

Laporan Tahunan 2016 Page 175


Kegiatan pelayanan kesehatan hewan dalam tahun 2015meliputi
Vaksinasi SE pada sapi, AI dan ND pada ayam, CSF pada babi, Rabies pada
anjing, kucing dan kera, sedangkan pengendalian Vektor penyakit, berupa
penyemprotan insektisida dan berupa penyemprotan desinfektan, pengendalian
dan pembrantasan Rabies, selain vaksinasi juga dilaksanankan secara aktif
maupun pasif oleh tiem aktif servis kabupaten dan kecamatan juga dilakukan
pengawasan peredaran dan penggunaan obat secara berkala.

1. Vaksinasi Rabies.
Kegiatan Vaksinasi Rabies di Provinsi Bali dilaksanakan secara
massal dan kegiatan ini dengan membentuk 98 tim dengan anggota berkisar
6 orang. Sasaran dari vaksinasi Rabies adalah seluruh masyarakat yang
memelihara anjing, kucing dan kera (HVR), dengan dukungan dana
pembelian vaksin Rabies dari APBN dan Operasional vaksinasi rabies
bersumber dari APBN dan APBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

2. Vaksinasi SE
Kegiatan vaksinasi SE di Provinsi Bali dilaksanakan oleh tenaga medis
dan paramedis veteriner di masing-masing kecamatan dengan sasaran
adalah masyarakat petani peternak secara umum, kelompok ternak sapi dan
sentra pengembangan ternak sapi. Dukungan untuk pembelian vaksin SE
tahun 2016 bersifat suadana.

3. Vaksinasi CSF (Classical Swine Fever)


Dalam upaya Pemerintah Pusat membebaskan Bali dari CSF maka
dilaksanakan kegiatan vaksinasi CSF di Provinsi Bali dilaksanakan oleh
tenaga medis dan paramedis di masing-masing kecarnatan dengan sasaran
adalah kelompok ternak babi dan sentra pengembangan ternak babi, namun
pembelian vaksin CSF tahun 2016 bersifat suadana.

Laporan Tahunan 2016 Page 176


4. Vaksin Jembrana
Kegiatan vaksinasi Jembrana pada sapi Bali di Provinsi Bali tahun
2016, tidak adanya dukungan dana dari APBN, kegiatan ini ke depan akan
deprogram untuk pembebasan, karena sampai saat ini tidak ada dilaporkan
kasus.

5. Vaksin lainnya.
Kegiatan vaksinasi lainnya seperti Vaksinasi ND, Gumboro dan
Vaksinasi Pullorum bersifat suadana.

Pengawasan Obat Hewan

Pemanfaatan obat hewan dalam usaha budi daya peternakan


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha peternakan dalam
upaya peningkatan produksi. Pada saat ini telah terdaftar depo obat
hewan yang beroperasi di Provinsi Bali. Setiap depo obat hewan
diwajibkan untuk memiliki konsultan tenaga medisveteriner (Dokter
Hewan) sebagai pengawas penggunaan obat hewan. Disamping itu
secara berkala dilakukan pembinaan dan pengawasan mutu obat hewan
yang dijual oleh pedagang pengecer dan Depo obat hewan serta Vet shop
yang menjual obat hewan dan makanan ternak. pengawasan terhadap
peredaran obat hewan dilakukan agar obat hewan yang dijual terjamin
mutunya dan tidak dijumpai adanya obat hewan ilegal dan kadaluarsa
yang beredar dimasyarakat.

Dalam tahun 2016 Dinas Peternakan telah mengalokasikan obat-


obat hewan kemasing-masing kecamatan yang bersumber dari dana
APBN. Obat-obatan tersebut hanya diprioritaskan pada pelayanan
kesehatan hewan di Puskeswan, peternakan rakyat dan pada

Laporan Tahunan 2016 Page 177


pengobatan-pengobatan penyakit strategis berdampak ekonomis serta
peternakan SIMANTRI. Pemanfaatan di lapangan sepenuhnya berada di
bawah pengawasan Kabupaten dan pemanfaatannya dilakukan secara
revolving. Pengawasan Obat Hewan dilapangan dilakukan oleh Tim
Pengawasan Peredaran Obat Hewan melalui keputusan Gubernur nomor
1068/03-N/HK/2015, tentang Pembentukan dan Susunan Keanggotaan
Tim Pembinaan Pengawasan Peredaran Obat Hewan.

Permasalahan-permasalahan dibidang pelaksanaan kesehatan hewan

1) Peternak masih banyak menangani kesehatan hewannya sendiri,


dengan mengunakan obat-obat hewan klasifikasi obat-obat keras
(daftar G) karena kurangnya pengetahuan obat hewan.
2) Peternak masih banyak menggunakan jasa mantri hewan yang ada di
lingkungannya sehingga sering terjadi pemberian obat yang tidak
sesuai dengan dosis, karena kurangnya pengetahuan mengenai dosis
obat-obatan sehingga menimbulkan resistensi kuman sehingga
menyulitkan pembrantasan penyakit hewan yang ada.
3) Pedagang/Pengecer Obat hewan kebanyakan tidak memakai
konsultan Dokter hewan karena konsultan yang dipakai langsung
dokter hewan /konsultan dari Distributor obat atau PS yang langsung
datang ke Toko atau ke peternakan, sehingga banyak pedagang yang
tidak memiliki ijin penjualan obat hewan melainkan hanya ijin
penjualan makanan ternak dan produk peternakan lainnya.

7.4. Pengawasan Lalulintas Hewan

Dalam upaya tetap mempertahan Provinsi Bali agar tetap bebas dari penyakit
hewan menular Strategis dan zoonosis dilakukan pengawasan lalulintas hewan,
produk asal hewan dan media pembawa penyakit hewan lainnya diluar wilayah kerja

Laporan Tahunan 2016 Page 178


Karantina, serta menjaga populasi dan kelestarian Sapi Bali yang merupakan
Plasma Nuftah Pulau Bali melalui pengaturan pengeluaran Sapi potong Antar Pulau
yang dikeluaran dengan Peraturan Gubernur Nomor : 102 Tahun 2015, tanggal 29
Desember 2015 tentang jumlah ternak potong sapi Bali antar pulau semester
pertama tahun 2016 sejumlah 22.500 ekor. Sedangkan pada semester kedua diatur
dengan Peraturan Gubernur Nomor : 39 Tahun 2016, tanggal 17 Juni 2016 tentang
jumlah ternak potong sapi Bali antar pulau semester kedua tahun 2016 sejumlah
22.500 ekor. Pengawasan lalulintas dilakukan secara terpadu bekerjasama dengan
Instansi terkait melalui Tim Monitoring pengawasan lalulintas hewan/ternak/hewan
yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor : 1037/N/HK/2016,
tanggal 22 Maret 2016. Pencegahan penyakit hewan yang masuk dan keluar dari/ke
Provinsi Bali dapat dilakukan melalui penutupan daerah, pembatasan lalulintas
hewan, pengebalan hewan pengisolasian hewan sakit atau terduga sakit,
pemusnahan bangkai, pengeradikasian penyakit hewan dan pendepopulasian
hewan.

7.5. Pengamatan Penyakit Hewan ( P2H ).


Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan ( P2H ).

A. Latar Belakang.
Program peningkatan produksi hasil peternakan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pembangunan peternakan, dimana salah satu
tujuannya adalah memenuhi kebutuhan protein hewani serta memberikan
rasa aman kepada masyarakat yang mengkonsumsi produk hewan/ternak dari
penyakit zoonosis dan Food Borne Disease. Seperti kita ketahui bahwa
hewan/ternak maupun produknya merupakan pembawa hama penyakit hewan
menular khususnya zoonosis, sehingga pada era pasar bebas ini dimana arus
lalu lintas barang termasuk didalamnya hewan/ternak dan produk hewan
sangat sulit dibendung, hanya penyakitlah yang menjadi barrier kita dalam

menolak hewan/ternak dan produknya dari luar negeri. Sehingga melalui


kegiatan Pengamatan dan penyidikan Penyakit Hewan dan sub-sub

Laporan Tahunan 2016 Page 179


kegiatannya berupaya memfasilitasi penyediaan produk-produk peternakan
khususnya daging, telur, susu yang ASUH (Aman, Sehat Utuh dan Halal).
Penyediaan pangan khususnya daging yang ASUH tersebut tidak dapat
dilepaskan dari salah satu komponen agribisnis peternakan di sektor hilir yang
memiliki peranan sangat penting dalam memutus/mencegah penularan
penyakit hewan menular yaitu Rumah Potong Hewan (RPH), Rumah Potong
Ayam/Unggas (RPH-U). Sehingga dalam proses produksi daging harus
menerapkan sistem pengawasan internal atau manajemen Pengawasan
kualitas yang dapat mengontrol mutu produk daging sejak awal proses
pemotongan sampai produk tersebut beredar dimasyarakat. Adapun proses
pengawasan diawali dari pemeriksanaan ante dan post mortem,
penerapan kesrawan sebelum pemotongan serta memperhatikan hygiene
dan sanitasi pada saat pemotongan terhadap sarana prasarana dan petugas
pemotongan serta dalam proses penyimpanan sampai peredaran. Pada saat
pemeriksaan ante mortem disamping memeriksa kesehatan Sapi yang akan
dipotong juga dilakukan pemeriksaan terhadap sapi betina produktif, sehingga
secara tidak langsung dapat mencegah pemotongan sekaligus
menyelamatkan sapi betina produktif sebagai sumber bibit dan sebagai
plasma nutfah Indonesia.

B. Maksud dan Tujuan Kegiatan


Maksud dan tujuan dari kegiatan Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan
adalah :
a. Meningkatnya kesehatan hewan/ternak/satwa dan kematian
hewan/ternak/satwa akibat penyakit zoonosis dan penyakit hewan menular
strategis dapat ditekan.
b. Mencegah secara dini penularan penyakit hewan menular strategis dan
zoonosis dari ternak/hewan dan produknya ke manusia dan sebaliknya.
c. Meningkatkan kualitas daging melalui proses pemotongan ternak yang
menerapkan aspek kesejahteraan hewan (kesrawan).
d. Menurunnya pemotongan sapi betina produktif.

Laporan Tahunan 2016 Page 180


e. Daging yang dihasilkan di RPH/RPU memenuhi syarat aman, sehat, utuh
dan halal (ASUH) dengan memperhatikan persyaratan teknis hygiene dan
sanitasi.
f. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa Pangan Asal Hewan
(PAH) yang dikonsumsi adalah PAH yang ASUH.
g. Meningkatnya pengetahuan petugas RPH/RPU dalam menyiapkan daging
yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).
h. Untuk melindungi masyarakat dan mencegah terjadinya penularan
penyakit zoonosis akibat mengkonsumsi produk pangan asal hewan (PAH)
yang tidak ASUH;

C. Penerima Manfaat.
 RPH-R / RPH-U dan TPH
 Pasar tradisional
 Unit usaha/pelaku usaha.
 Unit usaha pengolahan pangan asal hewan.
 Unit usaha yang mengelola gudang pendingin.
 Unit usaha distributor Pangan asal hewan, Ritail, Kios daging/meat
shop.
 Unit usaha yang mengelola unit pendingin susu.
 Unit usaha pengepul, pengemas dan pelabel telur.
 Unit usaha pemotong.
 Kabupaten/Kota yang menangani fungsi Peternakan

D. Hasil Yang Diharapkan

o Terkendalinya penyakit zoonosis pada hewan/ternak dan produknya.


o Meningkatnya kesadaran pelaku unit usaha, jagal dan petugas RPH untuk
menerapkan kesejahteraan hewan (Kesrawan) di RPH dan berkurangnya
jumlah pemotongan sapi betina produktif.
o Tersedianya Pangan Asal Hewan (PAH) yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal
(ASUH) untuk dikonsumsi masyarakat.

Laporan Tahunan 2016 Page 181


o Memberikan kepercayaan/jaminan mutu kepada masyarakat terhadap produk
pangan asal hewan yang dihasilkan.
o Dimilikinya Nomor Kontrol Veteriner (NKV) oleh unit usaha pangan asal
hewan (PAH).
o Diterapkannya higiene sanitasi pada produk pangan asal hewan dan
olahannya yang dijual dipasar tradisional sehingga produk yang dihasilkan
terbebas dari penyakit zoonosis dan food borne disease.
o Diketahuinya jenis dan jumlah ternak yang dipotong di RPH/TPH dan tempat
pemotongan lainnya pada saat hari raya besar keagamaan, seingga daging
yang dihasilkan memenuhi syarat aman, sehat, utuh dan halal (ASUH)
dengan memperhatikan persyaratan tehnis higiene dan sanitasi serta
mencegah secara dini penularan penyakit hewan menular khususnya
zoonosis dari ternak/hewan dan produknya ke manusia dan sebaliknya.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari kegiatan Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan


adalah :
1. Pembinaan, pengamatan dan penyidikan penyakit hewan menular strategis
(PHMS).
2. Pengendalian pemotongan sapi betina produktif di RPH dalam rangka
menjaga keseimbangan populasi dan menyelamatkan sapi betina produktif.
3. Penerapan kesejahteraan hewan (Kesrawan) di TPH/RPH.
4. Pengamatan dan penyidikan penyakit hewan zoonosis dan food borne
disease dalam rangka penyediaan pangan asal hewan (PAH) yang Aman,
Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) untuk masyarakat.
5. Pembinaan kepada pelaku unit usaha PAH untuk penerapan higiene sanitasi
dalam rangka sertifikasi NKV di 9 (sembilan) Kota/Kabupaten.
6. Pembinaan dan surveilans peredaran pangan asal hewan (PAH) dipasar
tradisional terkait penerapan higiene sanitasi dan penyakit zoonosis dan food
borne disease.
7. Pengawasan pemotongan ternak dalam rangka hari raya besar keagamaan.

Laporan Tahunan 2016 Page 182


8. Penerapan higiene sanitasi produk pangan asal hewan (PAH) di unit
usaha/kelompok.

DASAR HUKUM PELAKSANAAN

Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pelaksanaan


Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD) Dinas Peternakan
Provinsi Bali Nomor : 918/03/DPA/2016, Tanggal 29 Desember 2015.

PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Jenis-jenis Program dan Kegiatan

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka tujuan diatas antara


lain :

 Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan


1. Pembinaan, pengamatan dan penyidikan Penyakit Hewan Menular
Strategis (PHMS), penyakit hewan zoonosis dan food borne disease.
Dengan semakin berkembangnya perdagangan bebas antar Negara
khususnya antar provinsi yang hampir tidak mengenal batas, perlu mendapat
perhatian yang serius terhadap kemungkinan penyebaran dan penularan
penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis dan eksotik disease dari
hewan ke manusia dan sebaliknya melalui hewan/ternak dan produk pangan
asal hewan dan non pangan. Beberapa penyakit zoonosis yang perlu
diwaspadai yang cenderung meningkat akhir-akhir ini di beberapa provinsi
Indonesia adalah Flu Burung bahkan yang mulai merebak adalah
mewabahnya penyakit AI/Flu Burung pada itik di beberapa provinsi di
Indonesia bahkan di Provinsi Bali kejadian mulai akhir bulan Desember 2012
yang dilaporkan di kabupaten Buleleng. Penyakit zoonosis lain yaitu Rabies
dan Anthrax serta ditemukannya kuman salmonella pada pangan asal hewan

Laporan Tahunan 2016 Page 183


yang menyebabkan diare, Keracunan akibat minum susu, dsbnya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap semua komponen, baik pelaku usaha, masyarakat
konsumen dan aparat/petugas tentang bahaya penyakit Zoonosis. Dalam
penetapan kebijakan teknis dibidang pemetaan penyakit zoonosis diperlukan
masukan dan pengumpulan data informasi dari petugas Laboratorium, BBV
Denpasar, petugas PDSR, petugas Dinas yang menangani fungsi
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota serta instansi terkait
lainnya.

2. Pembinaan dan Pengawasan terhadap Pemotongan Hewan/Ternak di


Rumah Potong Hewan (RPH) dan Penerapan Kesejahteraan Hewan
(Kesrawan).

Dalam rangka pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau tahun


2020, pemerintah memandang pemotongan sapi betina produktif sebagai
permasalahan strategis nasional yang perlu segera diatasi. Masih tingginya
pemotongan sapi betina secara nasional, berdampak pada penurunan
populasi sapi secara nasional. Oleh karena itu pemerintah Provinsi Bali
sebagai salah satu daerah produsen ternak di Indonesia yang mensuplai
kebutuhan sapi potong maupun sapi bibit untuk keperluan nasional,
mengambil langkah-langkah antisipasi dengan menetapkan kegiatan
pembinaan dan pengawasan pemotongan sapi betina produktif sebagai
kegiatan yang harus dilaksanakan secara efektif dan terprogram.

Amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 jo Undang-Undang


Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan,
khususnya pada pasal 18 ayat 2 dan ayat 3 terkait dengan pelarangan
pemotongan ternak ruminansia betina produktif serta pasal 86 terkait dengan
ketentuan pidana atas pelarangan Pasal 18 ayat 2 dan ayat 3 tersebut.

Laporan Tahunan 2016 Page 184


Penyelamatan sapi betina produktif di Rumah potong Hewan (RPH)
merupakan langkah pertahanan terakhir dalam proses penyelamatan betina
produktif setelah langkah-langkah penyelamatan di kelompok peternak dan di
pasar hewan. Pelaksanaan penyemalatan sangat terkait erat dengan adanya
pemeriksaan ante mortem di RPH dimana setiap hewan yang akan dipotong
harus diperiksa oleh Dokter Hewan atau petugas yang ditunjuk dibawah
pengawasan Dokter Hewan maksimal 24 jam sebelum ternak dipotong.

Ketentuan sanksi dan pidana pelanggaran pemotongan ruminansia


betina produktif tersebut telah diamanatkan pada pasal 86 yaitu pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) dan paling
banyak Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah). Amanat Undang-
Undang tersebut harus implementasikan pelaksanaannya dengan
pembinaan terhadap para pelaku usaha terutama para jagal dan penegakan
hukum.
Tahapan pelaksanaan kegiatan terdiri dari :
a. Persiapan
b. Sosialisasi
c. Pembinaan/Pengawasan
d. Tindakan/Penegakan Hukum
e. Pelaporan.

a. Persiapan.
Sebelum kegiatan pembinaan dan pengawasan pemotongan sapi betina
produktif dan penerapan kesrawan dilaksanakan, maka dilakukan persiapan
antara lain :
 Mempersiapkan Tim.
Anggota Tim yang akan ikut dalam kegiatan ini terdiri dari :
- Pengarah : Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali
- Ketua : Kepala Bidang Kesehatan Hewan
- Sekretaris : Kepala Seksi Pengamatan Penyakit

Laporan Tahunan 2016 Page 185


Hewan
- Anggota : 1. Subdit Reskrimsus Polda Bali
2. Subdit Dirbinmas Polda Bali
3. Staf Bidang Kesehatan Hewan
4. PPNS Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali
Tim yang bertugas ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Bali
dan setiap melaksanakan tugas didasarkan pada Perintah Tugas
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.
 Persiapan Adminisrasi berupa surat menyurat, mempersiapkan berita
acara pengawasan, administrasi lainnya.
 Pembuatan jadwal pelaksaan (untuk intern Tim).

b. Sosialisasi.
Kegiatan sosialisasi pencegahan pemotongan ternak ruminansia
betina produktif dilaksanakan bekerjasama dengan jajaran Kepolisian
Daerah Bali, Polres, Polsek sampai ke tingkat desa (Bhabinkamtibmas),
Dinas yang menangani fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kabupaten/Kota di Seluruh Bali dengan mengundang seluruh pelaku usaha
(jagal, petugas RPH, tukang potong, petugas butcher, petugas AM/PM).
Dalam kegiatan sosialisasi disampaikan dalam bentuk tatap muka dan
tanya jawab serta dialokasikan leaflet/buklet/spanduk pelarangan
pencegahan pemotongan sapi betina produktif.

c. Pembinaan/Pengawasan.
Pembinaan dan pengawasan terhadap pemotongan ternak baik itu
sapi, babi dan ayam dilaksanakan di Rumah Potong Hewan Ruminansia
(RPH-R/TPH) Rumah Potong babi (RPH-B/TPB) dan RPH-U/TPU, juga pada
tempat-tempat pemotongan sementara pada hari-hari Raya tertentu, seperti
Hari Raya Idhul Adha, Galungan dan Hari-Hari Besar Keagamaan lainnya.
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan pada malam hari sampai pagi
Laporan Tahunan 2016 Page 186
(dari awal proses pemotongan sampai selesai) untuk sapi dan babi,
sedangkan terhadap unggas dilakukan pada pagi sampai siang hari. Untuk
Pengawasan di tempat-tempat pemotongan sementara dilakukan pada pagi
hingga selesai proses pemotongan.

Hal ini dilakukan agar :

- Pemeriksaan ante Mortem dan post mortem dilakukan rutin setiap hari
sebelum hewan dipotong dan dan setelah dipotong.
- Proses pemotongan dilaksanakan dengan menerapkan Higiene sanitasi,
dalam rangka menghasilkan daging hasil pemotongan memenuhi syarat
ASUH, yang bertujuan untuk menjamin ketentraman bathin masyarakat
yang mengkonsumsi daging.

- Agar proses pemotongan dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip


Kesejahteraan Hewan/Kesrawan. (Hewan tidak menderita saat dipotong
dan lain-lain ).
- Agar jagal tidak melakukan pemotongan terhadap sapi betina produktif.

Dalam kegiatan ini juga berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota


khususnya Bidang Kesmavet. Dari Hasil Sidak terhadap pemotongan sapi di
RPH masih ditemukan pemotongan sapi betina produktif. Dalam
rangka mendukung Kabupaten/Kota dalam penyedia daging ASUH maka
melalui dana Dekon tahun 2016 telah dibantu pengadaan peralatan AWO
(Animale Welfare Officer) untuk Rumah Potong Hewan Kota Denpasar (RPH
Pesanggaran), Rumah Potong Hewan Kabupaten Badung (RPH Mambal)
dan Rumah Potong Hewan Kabupaten Karangasem (RPH Tumbu).

Kegiatan dilaksanakan pada malam hari dari jam 23.00 WITA – selesai
pemotongan. Kegiatan malam ini dilaksanakan dalam
rangka pembinaan dan pengawasan terhadap pemotongan sapi

Laporan Tahunan 2016 Page 187


betina produktif oleh jagal di RPH. Jika dalam pelaksanaan ditemukan ada
sapi betina produktif yang sudah dipotong, maka yang bersangkutan
langsung dibina serta menanda tangani surat pernyataan bahwa
bersangkutan tidak akan memotong sapi betina produktif, dan bila yang
bersangkutan melanggar maka bersedia dikenakan sanksi sesuai peraturan
yang berlaku.

d. Tindakan/Penegakan Hukum.
Dalam tahun 2016 masih dilakukan kegiatan sosialisasi, pembinaan dan
pengawasan terhadap pemotongan sapi betina ptoduktif sedangkan pada
tahun 2017 perlu tindakan represif (penegakan hukum) untuk memberikan
efek jera (shock theraphy) oleh PPNS dan/atau Polri terhadap pelaku
pelanggaran Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan jo. Undang-Undang 41 tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan terkait pemotongan ternak ruminansia betina produktif.
Ketentuan sanksi dan pidana pelanggaran pemotongan ruminansia
betina produktif tersebut telah diamanatkan pada pasal 86 yaitu pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) dan paling
banyak Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah). Amanat Undang-
Undang tersebut harus implementasikan pelaksanaannya dengan
pembinaan terhadap para pelaku usaha terutama para jagal dan penegakan
hukum.

 Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan


o Pembinaan dan Pengawasan Praktek Higiene dan Sanitasi
Tujuan kegiatan ini adalah agar pelaku unit usaha baik itu produsen,
distributor, Ritail, RPH, TPH, RPU dan seluruh unit usaha yang bergerak
dalam produk bahan asal hewan harus menerapkan hygiene dan sanitasi
dalam proses produksi, penangannya juga peralatan dan personilnya,
sehingga produk yang dihasilkan, didistribusikan dan dijual benar-benar
produk yang ASUH. Sebagai bukti tertulis bahwa Unit Usaha telah

Laporan Tahunan 2016 Page 188


menerapkan Higiene sanitasi adalah didapatkannya Sertifikat Nomor Kontrol
Veteriner (NKV). Bagi Unit Usaha yang sudah memiliki NKV, secara rutin
akan dilakukan surveilans sesuai dengan level yang didapat dalam 1
bulanan, 4 bulanan, Enam bulanan dan 1 tahun. Level NKV menentukan
distribusi produk yang diperbolehkan, baik itu untuk distribusi lokal, antar
provinsi dan untuk Eksport. Sedangkan yang belum memiliki NKV tetap harus
secara terus menerus dibina sampai Unit usaha tersebut memiliki NKV.
Dalam Tahun Anggaran 2015 Jumlah Unit Usaha yang telah dibina sebanyak
11 unit usaha dan telah memiliki NKV sebanyak 7 unit usaha.

Kegiatan dilaksanakan di unit usaha/pelaku usaha pangan asal hewan


di 9 (Sembilan) Kabupaten/Kota se–Bali dengan melalui tahapan :

a. Pembinaan/Bimbingan Sertifikasi.
- Pada tahapan pembinaan/bimbingan dilakukan identifikasi unit usaha
pangan asal hewan dengan meninjau ke lokasi unit usaha di 9
(Sembilan) Kab/Kota. Identifikasi dimaksudkan untuk mencari data
-

unit usaha yang belum dan telah memiliki NKV, komoditi, bangunan,
sarana dan prasarana unit usaha, higiene sanitasi, tenaga
kerja/penanggung jawab teknis, proses penanganan atau pengolahan,
upaya pengelolaan limbah dan lain-lain.

- Setelah identifikasi unit usaha pangan asal hewan dilakukan,


selanjutnya diadakan rapat persiapan sertifikasi dengan mengundang
petugas di 9 (Sembilan) Kabupaten/Kota dengan menyertakan pelaku
usaha di wilayahnya.

b. Fasilitasi Sertifikasi.

Laporan Tahunan 2016 Page 189


- Mengunjungi unit usaha/pelaku usaha pangan asal hewan untuk
membina kearah sertifikasi NKV bagi unit usaha yang belum
memiliki NKV.

- Menilai pemenuhan persyaratan higiene sanitasi suatu unit usaha


pangan asal hewan sesuai dengan pedoman (Administrasi dan teknis)
dan menggunakan daftar penilaian (Audi Check List) dan selanjutnya
menerbitkan sertifikat NKV

- Bagi Unit usaha yang telah menerapkan higiene dan sanitasi dan telah
dinyatakan memenuhi syarat oleh Auditor maka diberikan Sertifikat
NKV sebagai bukti tertulis oleh Kepala Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan provinsi Bali.

c. Surveilans.

- Melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring, surveilans (terhadap


unit usaha yang telah memiliki NKV) serta Audit dilakukan oleh Auditor
NKV bersama–sama dengan petugas yang menangani fungsi
Kesmavet di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi dan
didampingi oleh petugas Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

- Pengawasan (surveilans) dilakukan bagi unit usaha yang telah


memiliki NKV dengan melihat penerapan higiene sanitasi,
pencantuman NKV pada produk, masa berlaku dan perubahan NKV
serta Audit bagi unit usaha yang telah siap untuk diaudit.

Daftar Perusahaan yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV)

di Provinsi Bali

Laporan Tahunan 2016 Page 190


PERUSAHAAN YANG BER-NKV DI PROVINSI BALI

NO. KAB/KOTA NAMA PERUSAHAAN UNIT USAHA ALAMAT LEVEL NO/TGL NKV

1 Tabanan

1 PT. Ciomas Adisatwa Rumah Pemotongan Br. Dauh Yeh, Kaba-Kaba, II RPU-5102040-09

Unggas Kaba-Kaba, Kediri, Tabanan 02 Juli 2009

2 UD. Rasmin Jaya Rumah Pemotongan Desa Dauh Pala, II RPU-5103030-23

Unggas Kec. Tabanan 16 Januari 2012

3 PT. Epikure RPU Br. Apuan, Baturiti, Tabanan II RPU-5102060-35

19 Maret 2015

2 Badung

1 Aerowisata Catering Jasa Boga Kuta, Badung II ID-5103020-01

Service

2 PT. Clasic Fine Foods Distributor/Pengimpor/ Jl. Br. Pengubengan Kauh II ID-5103030-05

Indonesia Ritel Kios Daging & No. 38 Kerobokan, Badung 16 Maret 2008

Hasil Olahan

3 PT. Lotustrad Distributor/Pengimpor/ Jl. ByPass Ngurah Rai No. 18 I ID-5103010-12

Ritel Kios Daging & Jimbaran 6 September 2012

Hasil Olahan

4 PT. Wahana Boga Distributor/Pengimpor/ Jl. ByPass Ngurah Rai No. 18 II ID-5103010-12

Nusantara Ritel Kios Daging & Jimbaran 31 Agustus 2009

Hasil Olahan

5 PT. Satria Pangan Sejati Tempat Pengolahan Jl. Kediri 36 A, Kelurahan II TPD-5103020-10

Daging Tuban, Kuta, Badung 31 Agustus 2009

Laporan Tahunan 2016 Page 191


6 CV. Megah Food Trading Distributor/Pengimpor/ Jl. Dewi Sri II No. 168 X, II ID-5103020-13

Ritel Kios Daging & Kel. Kuta, Badung 16 Desember 2009

Hasil Olahan

7 PT. Lotte Shopping Distributor/Pengimpor/ Jl. Bypass Ngurah Rai II ID-5109010-14

Indonesia Ritel Kios Daging & No. 222X, Suwung, Denpasar 16 Desember 2009

(PT. Makro Indonesia) Hasil Olahan

8 PT. Matahari Putra Distributor/Pengimpor/ Jl. Bypass I Gst. Ngr. Rai I KD-5103020-19

Prima Ritel Kios Daging & Simpang Siur Kuta, Bali 26 September 2011

Hasil Olahan

9 CV. Bayu Lestari Distributor/Pengimpor/ Jl. Uluwatu I No. 37 I ID-5103010-18

Ritel Kios Daging & Kel. Jimbaran, Kuta Selatan 11 Juli 2011

Hasil Olahan

10 PT. Sukanda Djaya Distributor/Pengimpor/ Jl. Raya I Gst. Ngr. Rai II ID-5103020-22

Ritel Kios Daging & Tuban, Kuta 6 Desember 2011

Hasil Olahan

11 PT. Bali Kulina Utama Distributor/Pengimpor/ Jl. Raya Kampus No. 88 II ID-5103010-08

Ritel Kios Daging & Jimbaran 6 Nopember 2012

Hasil Olahan

12 UD. Giok Emas Distributor/Chiler Jl. By Paas Ngurah Rai II ID-5103010-29

Lingk. Bualu, Kel. Benoa,

Kuta Selatan, Badung

13 RPH-R Mambal Rumah Potong Hewan Br. Undagi, Mambal, II RPH-R-5103050-32

Abiansemal, Badung 7 Oktober 2013

14 PT. Bahana Gourmet Importir susu dan Jl. Taman Giri No. 9, II IS-5103010-37

Indonesia hasil olahan susu Br. Mumbul, Nusa Dua 07 September 2015

Laporan Tahunan 2016 Page 192


15 PT. Eloda Mitra Distributor makanan Jl. Muding Mundeh II/234 II ID-5103030-38

dalam kemasan Kerobokan Kaja, Kuta Utara

16 PT. Hartanta Jaya Importir Jl. Perum Puri Tegal Jaya II ID-5103030-39

Food Service No. 2 Dalung, Kuta Utara 08 Oktober 2015

17 PT. Clasic Fine Foods Importir/Eksportir/ Jl. Br. Pengubengan Kauh II IS-5109031-46

Indonesia Distributor Susu dan hasil No. 38 Kerobokan, Badung 26 Juli 2016

olahan susu

18 UD. Matu Pedagang Eceran Jl. Cargo Pasar No. 16 II IT-5109031-47

(pelabelan telur) Ubung Kaja, Denpasar 10 Oktober 2016

NO. KAB/KOTA NAMA PERUSAHAAN UNIT USAHA ALAMAT LEVEL NO/TGL NKV

3 Denpasar

Laporan Tahunan 2016 Page 193


1 PT. Aromaduta Rasa Tempat Pemrosesan Jl. Bypass Ngurah Rai II TPD.A-5109010-15

Prima Daging No. 555X, Br. Pesanggaran, 20 April 2010

Pedungan, Densel

2 PT. Soejasch Bali Prossesing Daging Jl. Gunung Patas No. 1 II TPD-5109030-25

Padangsambian 13 Agustus 2012

3 PT. Canning Indonesia Prossesing Daging Jl. Diponogoro No. 101 II TPD-51030-17

Product (CIP) Denpasar 17 Pebruari 2011

4 PT. Alamboga Internusa Distributor/Pengimpor/ Jl. Sunia Negara No. 33 II ID-5171010-03

Ritel Kios Daging & Suwung, Denpasar 25 Oktober 2012

Hasil Olahan

5 UD. Titiles Prossesing Daging Jl. Diponogoro Gg. VIII No. 06 III TPD.B-5109030-16

Dauh Puri, Denpasar Barat 3 Desember 2012

6 PT. Usikada Prossesing Daging Jl. Cokroaminoto No. 209 TPD.A-517103-4

Denpasar

7 PT. Sapimas Harmonis Prossesing Daging Jl. Mertasari No. 61 TPD.B-517103-7

Denpasar

8 UD. Sapi Bali Prossesing Daging Jl. Cokroaminoto No. 80 TPD.B-517103-10

Denpasar

9 CV. Positive Image Distributor Forzen Food Jl. Sekar Sari Gg. Nusa ID-5171020-02

Indah No. 6 Sanur 2006

10 PT. Primafood Distributor Makanan Jl. Gatot Subroto No. 330 E III ID-5171020-04

International dalam kemasan Kesiman, Denpasar 31 Mei 2007

11 UD. Budijaya Rumah Potong Unggas Jl. A. Yani 195/215 III RPU-5109031-20

Denpasar 28 Nopember 2011

Laporan Tahunan 2016 Page 194


12 Titilestari Tempat Pengolahan Jl. Mertasari No. 88 II TPD-5109010-21

Daging Sidakarya, Densel 24 Nopember 2011

13 UD. Dwi Boga Tempat Pengolahan Jl. Buana Raya No. 89 III TPD-5109030-24

Daging Padangsambian, Denbar 26 Juli 2012

14 PT. Boost Jus Indonesia Distributor/Pengimpor/ Jl. Danau Poso No. 35 II ID-5109020-30

Ritel Kios Daging & Sanur 29 Agustus 2013

Hasil Olahan

15 PT. Karya Luhur Ritail Jl. Mayjen Sutoyo 55 II KD-5109030-27

Permai (Tiara Dewata) Denpasar 3 Mei 2013

16 PT. Puri Pangan Distributor/Coldstorage Jl. By Pass Ngurah Rai II ID-5109010-28

Utama No. 555 X, Pesanggaran,

Pedungan, Densel

17 PT. Karya Jati Ritail Denbar II KD-5109030-31

Megatama (Tiara

Grosir)

18 PT. Mitra Sarana Importir Jl. Bedahulu No. 44 II ID-5109010-33

Globalindo Lingk Prajasari, Peguyangan 19 Maret 2015

Denpasar Utara

19 UD. Setya Boga TPD Jl. Oleg, Br. Batanbuah, III TPD-5103050-34

Laporan Tahunan 2016 Page 195


Abiansemal, Badung 19 Maret 2015

20 PT. Karunia Megah Importir susu dan hasil Jl. Sunset Garden Gg.Nangka II IS-5109010-36

Boga Perkasa olahan susu No. 168 Pemogan 01 Juni 2015

Jl. Merta Sari Gang


21 UD. Adi Surya Distributor/Suplier Daging Laksamana II ID-5109010-41

No. 1 Sidakarya, Densel 21 Januari 2016

22 UD. Jaya Baru Perdagangan Eceran Jl. Gunung Unggaran II No. 7 II IT-5109030-42

Telur Ayam Pemecutan Klod, Denbar 03 Pebruari 2016

23 PT. Havi Indonesia Dstributor Jl. Mahendradata No. 105 II ID-5109030-43

Padangsambian, Denbar 03 Pebruari 2016

24 RPH-R Kota Denpasar RPH-R Jl. Raya Benoa 133 X III RPH-R-5109010-44

Denpasar 30 Mei 2016

25 UD. Dewi Unggas Distributor/Suplier Daging Jl. Katrangan No. 15, II ID-5109020-45

Sumerta, Dentim 02 Juni 2016

26 PT. Dineta Jaya Distributor/Suplier Daging Jl. Sunia Negara No. 45, II ID-5109010-48

Br. Sakah, Ds. Pemogan, 29 Nopember 2016

Kec. Densel

4 Gianyar

1 RPH Mergantaka Rumah Potong Hewan Kel. Temesi, Gianyar II RPH-5104030-07

Mandala Temesi 25 Juni 2008

Laporan Tahunan 2016 Page 196


o Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Peredaran Produk Pangan Asal
Hewan (PAH) dan Produk Hewan Non Pangan.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran Unit usaha pangan asal hewan,
pasar tradisional, retail, supermarket, RPH/TPH dan RPU/TPU.

Adapun tujuan kegiatan ini adalah :

- Agar PAH dan Produk Hewan Non Pangan yang diproduksi, beredar dan
dijual memenuhi syarat Mutu (ASUH).
- Bahwa Produk yang diedarkan dan dijual terbebas dari penyakit Zoonosis.
- Menjamin ketentraman bathin masyarakat dalam mengkonsumsi PAH dan
Produk Hewan Non Pangan.

Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali


dan UPT Lab Keswan. Kegiatan ini meliputi pembinaan dan pemeriksaan baik
secara klinis, Laboratorium maupun uji cepat berupa test Formalin. Dari Hasil
Uji Formalin terhadap PAH (daging ayam, daging sapi dan babi) dan Produk
Olahan (Bakso ayam, sosis dan lain-lain) yang dilaksanakan di pasar
tradisional seluruh Kabupaten/Kota hasilnya Negatif, sedangkan uji kuman
pada beberapa Unit Usaha dan di pasar tradisional seluruh Bali masih
ditemukan kandungan kuman Coliform cukup tinggi. Sebagai tindak lanjut hasil
pemeriksaan ini telah dilakukan pembinaan agar meningkatkan hygiene

Laporan Tahunan 2016 Page 197


sanitasi dalam penanganan Pangan Asal Hewan, Produk Olahan serta
peningkatan hygiene sanitasi personal dan peralatan.

o Pembinaan dan Pengawasan terhadap lalu lintas Produk Pangan Asal


Hewan dan Produk Hewan Non Pangan.
Kegiatan ini berkoordinasi dengan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Provinsi Bali, dimana untuk melalulintaskan Produk Pangan Asal
Hewan dan Produk Hewan Non Pangan sebelum mendapat perizinan dari
KPPT maka harus ada pesetujuan teknis dari Dinas Peternakan Provinsi Bali.
Hal ini terkait dengan kewenangan dari Pemerintah Daerah untuk
memproteksi wilayahnya terhadap masuknya penyakit hewan menular

khususnya penyakit Zoonosis dan Food Born Disease. Mengingat Produk


Pangan Asal Hewan dan Produk Hewan Non Pangan merupakan pembawa
hama penyakit. Adapun Produk Pangan Asal Hewan dan Produk Hewan Non
Pangan yang dilalu lintaskan antara lain :

- Daging olahan sapi


- Daging olahan babi
- Daging olahan ayam
- Chicken nugget
- Sosis
- Bakso
- Telur omega tiga
- Susu dan olahannya

BAB IV PEMBAHASAN

1. Masalah dan Pemecahan


Secara umum Kegiatan Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan
tahun 2016 dapat terlaksana dengan baik namun ada beberapa permasalahan
yang dihadapi antara lain :

Laporan Tahunan 2016 Page 198


1. Dalam setiap pengawasan/sidak di Rumah Potong Hewan (RPH) masih
saja ditemukan adanya pemotongan sapi betina produktif, yang dilakukan
oleh pelaku usaha, hal ini disebabkan karena sulitnya mendapat sapi
jantan dan harga sapi betina lebih rendah dari sapi jantan, sehingga perlu
secara terus menerus dilakukan pembinaan dan pengawasan secara
berkesinambungan tidak hanya dilakukan oleh provinsi tetapi lebih fokus
oleh Kabupaten/kota. Kedepan perlu segera dilakukan Penerapan
Peraturan sesuai Perundangan yang berlaku.
2. RPH yang ada saat ini sebagian besar kondisinya masih memprihatinkan
dan belum memenuhi persyaratan teknis dalam penyediaan Pangan Asal
Hewan khususnya daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).
Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah
Kabupaten/Kota, sehingga perlu dilakukan Rehabilitasi/perbaikan RPH dan
bila memungkinkan dibangun RPH yang baru agar tujuan kegiatan
menghasilkan Pangan Asal Hewan (PAH) yang Aman Utuh dan Halal
(ASUH) dapat diwujudkan.
3. Masih terbatasnya tenaga pengawas Kesmavet dan tenaga Keurmaster
(pemeriksa daging di RPH) bahkan beberapa RPH belum memiliki tenaga
tersebut, sehingga di RPH belum maksimal dilakukan pemeriksaan Ante
mortem dan Post mortem, sehingga masih berpeluang terpotongnya sapi
betina produktif dan lolosnya hewan/ternak sapi sakit ikut dipotong.
4. Pemotongan hewan/ternak pada saat hari besar keagamaan belum
memenuhi hygiene sanitasi dengan benar, sehingga perlu dilakukan
pembinaan lebih lanjut oleh Kabupaten/Kota.
5. Sulitnya Kabupaten untuk melaporkan hasil pemotongan tepat waktu,
sehingga sampai akhir tahun anggaran belum semua data hasil
pemotongan dilaporkan.
6. Sulitnya merubah kebiasaan pedagang di pasar tradisional dalam
menerapkan hygiene sanitasi.
7. Masih adanya pelaku unit usaha khususnya retail, Distributor dan RPH/RPU
yang perlu pembinaan lebih intensif baik oleh Dinas Kabupaten/Kota
maupun Provinsi dalam penanganan hygiene sanitasi.

Laporan Tahunan 2016 Page 199


8. Masih ada pelaku pelaku unit usaha khususnya retail, Distributor dan
RPH/RPU yang belum memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sehingga
perlu pembinaan yang lebih intensif baik oleh Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
9. Pemeriksaan ante mortem dan post mortem pada ternak yang akan
dipotong menjelang hari raya besar keagamaan masih banyak yang belum
dilaksanakan dan penanganan daging kurang menerapkan hygiene sanitasi.
10. Masyarakat belum memiliki pengetahuan yang cukup dalam menilai produk
peternakan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
11. Masih adanya pemasukan bahan asal hewan (daging) tanpa dokumen ke
Provinsi Bali.

Dalam upaya pemecahan permasalahan-permasalahan diatas perlu koordinasi


antara Dinas-Dinas dan komponen pelaku peternakan sehingga ada kegiatan
secara terpadu.

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan antara lain :

1. Pembinaan
Ditujukan kepada Pelaku Unit Usaha Pangan Asal Hewan dan Produk Hewan
Non Pangan, Pedagang dan konsumen yang meliputi materi pengenalan
penyakit hewan zoonosis dan Food Borne Disease dan penerapan hygiene
sanitasi.

2. Sosialisasi
Khusus untuk aturan-aturan pemotongan (pelarangan pemotongan betina
produktif), penerapan Kesrawan dan lain-lain. Sosialisasi dilakukan secara
tatap muka juga melalui penyebaran brosur maupun leaflet.

Laporan Tahunan 2016 Page 200


3. Koordinasi
Khusus untuk sarana prasarana yang harus diperbaiki dan diadakan seperti
RPH, RPU serta peralatan dan sarana pendukung dilakukan koordinasi
dengan Kabupaten/Kota untuk bisa menganggarkan dari APBD II, juga
mengajukan proposal untuk didukung oleh Pemerintah Pusat.

Laporan Tahunan 2016 Page 201


BAB VIII.

UPT BALAI INSEMINASI BUATAN DAERAH (BIBD)

8.1 Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi UPT BIBD

8.1.1 Struktur Organisasi

Ka UPTBIBD

Kasubbag TU

Kasi Produksi Kasi Sumber


dan Distribusi Daya dan
Semen Kelembagaan
IB

8.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi UPT BIBD

1) Kepala UPT mempunyai tugas :

a. Menyusun Rencana Kerja dan Program Kerja UPT

b. Mengkoordinasikan program kerja Sub Bagian dan Seksi

c. Mengkoordinasikan Kepala Sub bagian dan eksi

d. Menilai Prestasi kerja bawahan

e. Membimbing dan member petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan


Kepala Seksi

f. Melakukan koordinasi dengan Sekretaris dan Kepala Bidang

g.Mengkoordinir pelaksanaan program Inseminasi Buatan untuk


meningkatkan mutu genetic ternak

Laporan Tahunan 2016 Page 202


h. Mengkoordinir produksi dan distribusi semen dan pelaksanaan
Inseminasi Buatan

i. Melaksanakan pengawasan produksi dan semen, distribusi semen, dan


pelaksanaan Inseminasi Buatan

j. Melaksanakan monitoring, mengevaluasi dan merumuskan hasil


pelaksanaan Inseminasi Buatan di UPT

k. Menyiapkan sumberdaya dan kelembagaan pelaksanaan Inseminasi


Buatan

l. Melaksanakan system pengendalian intern

m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

a. Menyusun rencana dan program kerja UPT

b. Memberikan petunjuk kepada bawahan

c. Menilai prestasi kerja bawahan

d. Mengelola urusan surat menyurat

e. Membuat, menghimpun dan memelihara administrasi umum dn


kepegawaian

f. Mengelola, memelihara, dan mendistribusikan barang

g. Memelihara gedung , perlengkapan kantor, dan sarana prasarana


kantor

h. Mengadakan buku-buku dan bahan bacaan untuk perpustakaan

i. Melaksanakan system pengendalian intern

Laporan Tahunan 2016 Page 203


j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan

k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT

3. Kepala Seksi Produksi dan Distribusi Semen

a. Menyusun rencana dan program kerja seksi

b. Memberikan petunjuk kepada bawahan

c. Menilai prestasi kerja bawahan

d. Memelihara dan merawat ternak yang dimiliki serta lingkungannya

e. Merawat dan memelihara pejantan sebagai sumber produksi semen

f. Melakukan penampungan semen ternak dan memrosesnya menjadi


semen cair maupun semen beku yang siap untuk digunakan

g.Melakukan produksi dan distribusi semen untuk pelaksanaan inseminasi


buatan

h. Menyimpan dan merawat semen hasil produksi

i. Melakukan monitoring dan evaluasi kualitas semen

j. melakukan pengawasan terhadap distribusi dan penggunaan semen

k. Mengolah, menanam, dan merawat kebun hijauan untuk kebutuhan


pakan ternak yang dimiliki

l. Melaksanakan evaluasi dan peremajaan pejantan ternak yang digunakan


untuk sumber produksi semen

m. Merancang kebutuhan dan produksi semen

n. Menyediakan , menggunakan dan pemeliharaan sarana, peralatan dan


bahan yang diperlukan untuk memproduksi semen

o. Melaksanakan system pengendalian intern

p. Melaksanakan tugas kedinasan lainnyayang ditugaskan oleh atasandan

q. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT.

Laporan Tahunan 2016 Page 204


4.Kepala Seksi Sumberdaya dan Kelembagaan IB

a. Menyusun rencana dan program kerja seksi

b. Memberikan petunjuk kepada bawahan

c. Menilai prestasi bawahan

d. Menyiapkan dan membina sumberdaya manusia untuk pelaksanaan


inseminasi buatan

e. Menyiapkan Unit lokasi untuk pelaksanaan inseminasi bauatn

f. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan kelembagaan untuk


pelaksanaan inseminasi buatan

g. Menyiapkan sarana dan prsarana yang diperlukan untuk pelayanan


inseminasi bauatn

h. Melakukan pendataan dan penyelamatan terhadap hasil-hasil ternak


bibit yang bermutu

i. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan inseminasi buatan

j. Melaksanakan system pengendalian intern

k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan

l. Malaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT

8.2. KEGIATAN UPT- BIBD DAN HASIL KEGIATAN

Kegiatan kegiatan di UPT BIBD terdiri dari kegiatan Rutin yang


dilaksanakan oleh Kasubbag Tata Usaha . Kegiatan ini bertujuan untuk
mendukung kelancaran seluruh kegiatan di UPT BIBD, dan beberapa Kegiatan
teknis yaitu Kegiatan Poduksi dan Distribusi Semen dan Kegiatan
Pengembangan Pelayanan IB

8.2.1. Kegiatan Produksi dan Distibusi Semen

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari Seksi Produksi dan
Distribusi Semen adalah memproduksi dan menyebarkan semen beku
sapi bali, memproduksi dan menyebarkan semen cair babi,
Laporan Tahunan 2016 Page 205
menghasilkan dan menyebarkan bibit babi unggul , menghasilkan dan
menyebarkan bibit sapi ke masyarakat. Kegiatan ini sepenuhnya
dilaksanakan oleh Seksi Produksi dan Distribusi Semen, yang mana
seksi ini memegang peranan dalam melakukan seluruh kegiatan yang
merupakan dari kegiatan yang ada di UPT BIBD. Adapun Kegiatan
Seksi Produksi dan Distribusi Semen sebagai berikut :

1). Pemeliharaan Pejantan Sapi Bali (Bull).

Untuk memenuhi target produksi semen beku sebanyak


100.000 dosis tahun 2016, UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah
Provinsi Bali memelihara 12 ekor pejantan sapi Bali unggul yang
dipelihara sesuai dengan standar pemeliharaan sapi yang baik
sesuai prinsip Good Farming Practisis (GFP). Pemeliharaan
pejantan sapi bali

dilaksanakan oleh petugas khusus yang dididik dan dilatih khusus


untuk menangani pemeliharaan pejantan sapi bali sebagai donor
semen beku. Pemeliharaan sapi pejantan dipelihara dengan
penanganan dan perawatan khusus untuk mendapatkan hasil
semen segar yang memenuhi standar baik kuantitas maupun
kualitas. Sapi pejantan sebagai sumber donor semen beku juga
diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan penyakit untuk
memastikan bahwa sapi sapi yang diambil semennya bebas dari
penyakit menular. Uji penyakit yang dipersyaratkan untuk sapi bali
sebanyak dua belas macam uji penyakit meliputi penyakit IBR, BVD,
EBL, Leptospira, BGC, Trichomonas, Para TB, Anaplasma, Babesia,
Theleria, Brucellosis dan penyakit Jembrana

Nama Pejantan dan Asal Pejantan Sapi di UPT BIBD Tahun 2016

No Nama Kode Asal


Pejantan

1 Metro 19903 Desa Taro, Tegalalang, Gianyar

2 Arikuta J 11408 Desa Tajen, Penebel Tabanan

3 Brani 10321 Desa Belantih, Kintamani, Bangli

Laporan Tahunan 2016 Page 206


4 Mertasari 10424 Panca Sari, Buleleng

5 Nitih 10525 Desa Belantih , Kintamani, Bangli

6 Arjuna 10628 BPTU Pulukan

7 Blandar 10932 Blantih, Kintamani

8 Bulba Kanta 10933 Babakan, Buleleng,

9 Buana Merta 10934 Wanagiri,Buleleng

10 Buga Manta 10835 Pegayaman, Buleleng

11 Bangkardi 11037 Kayuamba, Bangli

12 Tamara 11240 Marga, Tabanan

13 Bangtidar 11341 Blantih, Kintamani,Bangli

2) Prosessing Semen Beku

Kegiatan prosessing semen beku adalah kegiatan untuk membuat


semen beku sapi bali mulai dari penampungan sampai menjadi
semen beku yang siap untuk disebarkan melalui tahapan tahapan
sesuai dengan SOP untuk menghasilkan semen beku yang
berkualitas. Tahapan pembuatan semen beku meliputi :
penampungan sapi pejantan, Pemeriksaan kualitas semen,
pengenceran semen, pengemasan semen, pembekuan dan
penyimpanan.

a. Penampungan dilakukan oleh tenaga-tenaga yang terlatih dan


terampil serta memiliki keahlian khusus untuk mendapatkan
semen segar yang berkualitas sesuai standar.

Laporan Tahunan 2016 Page 207


b. Prosessing semen dilakukan oleh tenaga yang bertanggungjawab
yang telah dilatih mengenai teknik laborant. Prosessing semen
dilakukan dengan prosedur yang ketat sesuai dengan standar
dengan menggunakan peralatan otomatik dan dikerjakan sesuai
standar operasional prosedur prosessing semen beku sesuai
dengan SNI. Target kinerja yang ditetapkan dalam rencana kerja
tahunan UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali
menargetkan jumlah produksi semen beku tahun 2016 sebanyak
100.000 dosis. Semen beku yang dihasilkan adalah semen beku
dengan kualitas yang sesuai dengan standar SNI, dan telah diuji di
Laboratorium pengujian yang terakreditasi di BBIB Lembang
sebagai uji banding .

Hasil produksi semen beku Sapi Bali Murni tahun 2016 sebagai
berikut :

No Nama Pejantan Jml Produksi (dss)

1 Brani 8.717

2 Mertasari 11.929

3 Nitih 6.917

4 Arjuna 8.735

5 Sahadewa 2.703

6 Blandar 8.058

7 Bulbakanta 10.003

9 Buana Merta 16.904

10 Bugamanta 6.857

11 Bangkardi 10.103

12 Tamara 2.369

13 Bangtidar 2.477

Laporan Tahunan 2016 Page 208


Jumlah 100.159

3. Distribusi Semen Beku

Distribusi semen beku sapi Bali produksi UPT BIBD Provinsi Bali
memenuhi SOP yang sudah ditetapkan agar memenuhi prinsip tepat
waktu artinya selalu tersedia setiap dibutuhkan di lapangan , tepat jumlah
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan di masing-masing pemohon
serta sarana prasarana yang memadai dan memenuhi persyaratan
keamanan sebagai transportasi di lapangan. tepat jenis artinya mengatur
pendistribusian masing-masing pejantan yang dialokasikan ke masing-
masing Kabupaten/Kota sehingga pejantan berasal dari desa A tidak
kembali ke desa A dan seterusnya. Pengaturan tersebut dilakukan dalam
uapaya untuk menghindari terjadi inbreeding. Satu jenis pejantan hanya
diperbolehkan didistribusikan selama tidak lebih dari 2 (dua) tahun secara
berturut-turut di tempat yang sama.

Adapun lokasi distribusi sesuai pejantan :

NO KABUPATEN/KOTA NAMA PEJANTAN

Buwana Merta, Sadewa,


1 Denpasar
Nitih

Arjuna, Bulbakanta,
2 Badung
Buwana Merta

3 Gianyar Nitih, Brani, Bugamanta

Busanta, Bugamanta,
4 Klungkung
Mertasari

5 Karangasem Bulbakanta, Brani, Tamara

Bugamanta, Buwana
6 Bangli
Merta, Sadewa

7 Buleleng Arjuna, Blandar,

Laporan Tahunan 2016 Page 209


Bangkardi

8 Jembrana Bugamanta, Nitih, Blandar

Bangkardi, Bulbakanta,
9 Tabanan
Arjuna

8.2.2 Kegiatan Prosessing Semen Babi

Meningkatnya animo masyarakat untuk memelihara babi pada tahun 2016


perlu diikuti dengan mempersiapkan jumlah produksi semen cair babi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Bali. Pada tahun 2016 target
produksi semen cair babi sebanyak 10.000 dosis. Untuk memudahkan
jangkauan pelayanan akan permintaan semen beku di Kabupaten/Kota di
Bali, UPT BIBD melaksanakan kegiatan Prosessing semen babi di dua unit
pelayanan yaitu di UPT BIBD induk di baturiti dan di Unit Pelayanan Buruan
di Bahbatuh.

Maksud dari pengembangan produksi adalah untuk memperluas dan


memudahkan jangkauan pelayanan penyebaran semen cair babi untuk
wilayah Bali. Untuk melayani wilayah Bali bagian Timur seperti Gianyar,
Bangli, Klungkung dan Karangasem dipenuhi dari produksi di lokasi
Stasiun Buruan, sedangkan untuk lokasi produksi di Baturiti adalah untuk
melayani Bali Bagian Tengah dan Barat seperti Tabanan, Badung,
Denpasar, Jembrana dan Singaraja.

Jumlah Produksi Semen cair babi tahun 2016

Bangsa Jml Keterangan


No Nama Pejantan
/Ras Produksi

1 DR Pit Chapet 01 Duroc Pitrin 795 12

2 LR Subang 01 landrace 770 24

3 LR Subang 02 landrace 846 -

4 LR Sebatu Landrace 752 -

Laporan Tahunan 2016 Page 210


5 LR Bar Junior Landrace 698 14

6 LR Sebatu JR Landrace 815 -

7 LR Malet Landrace - -

8 LR Bangsal Landrace 707 12

9 LR Martab Landrace 726 12

10 DR Malet 01 Duroc 860 -

11 DR Malet 02 Duroc 268 -

12 LR Apoh .01 Landrace 286 -

13 LR Apoh .02 Landrace 139 14

14 LR Kosala Landrace 1,134 -

15 LR Batukarang Landrace 530 -

16 LR Mubang Landrace 986 -

17 Musala 01 Landrace 1,035 -

18 Musala 02 Landrace 549 -

19 BS Bat Turiri Backshire 986

20 LR Baturi Landrace 430 -

Jumlah 13.312 88

8.2.3. Kegiatan Pembibitan Ternak Babi dan Ternak Sapi

Kegiatan pembibitan ternak sapi dan babi adalah untuk pengujian hasil benih
(sperma cair babi dan sperma beku sapi) yang dihasilkan oleh UPT BIBD ,

Laporan Tahunan 2016 Page 211


sebagai salah satu cara untuk mengetahui fertilitas dari benih yang
dihasilkan. Pada tahun 2016 UPT BIBD memelihara ternak sapi sebanyak
14 ekor induk sapi bali dan 16 ekor induk babi. Pemeliharaan babi tahun
2016 mengalami permasalahan dimana adanya beberapa anak hasil
kelahiran induk babi mengalami kematian dan adanya ternak babi yang
mengalami premature sehingga jumlah anak yang lahir pada akhir bulan
Nopember belum mencapai target sebanyak 200 ekor sesuai dengan yang
telah ditetapkan namun untuk pemeliharaan ternak sapi menghasilkan anak
sesuai dengan target sebanyak 3 ekor yang sudah siap untuk disebarkan, 2
ekor yang belum sapih dan masih ada 2 ekor yang masih kondisi bunting

8.2.4. Pemeliharaan Hijauan Pakan Ternak

Luas kebun Hijauan Pakan Ternak (HPT) yang dikelola UPT BIBD seluas
lebih kurang 3,5 Ha dikelola untuk pakan ternak sapi jantan dan sapi betina
yang dipelihara di UPT BIBD. Kebun Hijauan Pakan ternak tahun 2016
sudah mulai mengalami penurunan produksi sehingga di tahun 2016 melalui
dana APBN dilakukan pembongkaran dengan membuat teras dan penataan
seluas satu hektar dan melakukan penggemburan serta penanaman kembali
pada sekitar dua hektar kebun HPT. Dengan adanya pembongkaran pada
lahan kebun HPT menyebabkan produksi HPT pada kebun Pakan Hijauan
untuk sementara waktu tidak berproduksi. Untuk memenuhi kebutuhan
pakan ternak sapi pejantan dan sapi betina yang dipelihara di UPTdipenuhi
dengan menganggarkan pakan ternak melalui anggaran APBD sebanyak
294.600 kg. Dengan anggaran sebanyak Rp. 176.760.000,- . Jenis

tanaman hijauan sebagai koleksi kebun HPT meliputi rumput raja, gamal,
kalihandra dan ada beberapa legum lainnya.

8.2.5.Kegiatan Seksi Sumber Daya Kelembagaan Inseminasi Buatan.

Seksi Sumberdaya dan Kelembagaan pada UPT Balai Inseminasi Buatan


berperan dalam mendukung pendistribusian hasil benih dan bibit yang
Laporan Tahunan 2016 Page 212
dihasilkan pada UPT BIBD, disamping itu juga dalam mengkoordinir
kelembagaan Inseminasi Buatan di Kecamatan maupun di Kabupaten agar
pelaksanaan Inseminasi Buatan pada sapi dan babi dapat terlaksana sesuai
target. Dalam mendukung kelancaran pelaksanaan IB untuk tahun 2016
ditetapkan tarrget pelayanan sebagai berikut :

- Akseptor : 75.000 ekor

- Semen Beku : 90.000 dosis

- S/C : 1,2

Target ditetapkan sesuai dengan potensi dari masing-masing


Kabupaten/Kota dan dukungan sarana dan prasarana. berupa operasional
Pelayanan IB yaitu untuk kegiatan PKB, ATR, Recording dan subsidi N2 cair
untuk distribusi semen beku ke seluruh Kabupaten/kota serta untuk
pemeliharaan semen beku di depo di Baturiti dan masing-masing
Kabupaten/Kota .

Realisasi Pelaksanaan PKB, ATR dan Distribusi N2 Cair Tahun 2016

Laporan Tahunan 2016 Page 213


No Kabupaten/Kota PKB ATR N2 Cair (ltr)

1 Denpasar - - 0

2 Badung - - 0

3 Gianyar 1,717 - 2.730

4 Klungkung 107 - 2.120

5 Karangasem - - 2.925

6 Bangli - - 2.190

7 Buleleng 3,760 - 3.335

8 Jembrana - - 2.300

9 Tabanan 1,467 - 3.135

10 Depo Prov 1.265

Jumlah 7.051 - 20.000

Sarana dan Prasarana yang dialokasikan adalah untuk mendukung


pelaksanaan IB di masing- masing Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Hasil
Pelaksanaan IB dapat dilihat pada tabel Berikut :

Tabel Hasil Pelaksanaan Pelayanan IB Tahun 2016 di Provinsi Bali

Jml
No Kabupaten/Kota Jml Semen Ket
Akseptor

1 Denpasar 2,680 2,765

2 Badung 9,637 10,146

3 Gianyar 9,178 10,030

4 Klungkung 10,390 10,625

5 Karangasem 11,023 11,755

6 Bangli 7,617 7,813

7 Buleleng 9,804 10,178

Laporan Tahunan 2016 Page 214


8 Jembrana 1,677 1,815

9 Tabanan 6,982 7,317

Jumlah 68,988 72,444

Jumlah semen beku yang didistribusikan ke Kabupaten/Kota sampai dengan


bulan Nopember 2016 sebanyak 95.189 dosis sedangkan pelayanan yang
terlaporkan dari Kabupaten sebanyak 72.444 dosis dan pengiriman luar
daerah sebanyak 1.500 dosis.

8.3. Kegiatan Subbag Tata Usaha

7.3.1 Subag Tata Usaha UPT BIBD melaksanakan tugas tugas rutin ketata
usahaan meliputi urusan kepegawaian, keuangan, lingkungan kerja, sarana
prasarana gedung kantor, sarana prasarana peralatan kantor dan sarana
prasarana perlengkapan kantor

- Pegawai

Jumlah Pegawai UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali


tahun 2016 sebanyak 19 (sembilan belas) orang pegawai negeri sipil dan
11 (sebelas) orang tenaga kontrak dan dua orang sopir.

Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, kepangkatan/golongan


dan umur seperti pada tabel berikut :

a) Tabel Jumlah Pegawai UPT BIBD tahun 2016 berdasarkan Jenjang


Pendidikan:
Status Kepegawaian
Jenjang
No PNS Tenaga Jumlah Ket
Pendidikan
Organik Kontrak

1 Pasca Sarjana 1 1
2 Dokter Hewan 3 3
3 Sarjana S1 4 - 4
4 Sarjana Muda - - -

Laporan Tahunan 2016 Page 215


5 SMA 11 12 24
6 SMP - - -
7 SD - - -
19 13 32

b) Jumlah Pegawai UPT BIBD Provinsi Bali Berdasarkan Golongan


Kepangkatan

Jenjang Golongan Kepegawaian


No Ket
Pendidikan IV III II I

1 Pasca Sarjana 1 - - -
2 Sarjana (S1) 3 - -
3 Dokter Hewan 2 1 - -
4 Sarjana Muda - - - -
5 SMA - 6 6 -
6 SMP - - - -
7 SD - - - -
Jumlah 3 10 6 -

8.3.2 Surat Menyurat

Tahun 2016 arus surat masuk dan surat keluar di UPT Balai Inseminasi Buatan
Daerah Provinsi Bali sebanyak masing-masing 387 buah surat masuk dan
sebanyak 1.276 surat keluar

8.3.3 Bangunan Gedung

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di UPT Balai Inseminasi


Buatan Daerah Provinsi Bali dan untuk kenyamanan dalam penyelesaian tugas
tugas beberapa bangunan yang dimiliki UPT BIBD diantaranya :

Laporan Tahunan 2016 Page 216


- Gedung Kantor 2 unit yang berlokasi di Desa Pekarangan Baturiti Tabanan
dan di Stasiun Unit Buruan Kabupaten Gianyar
- Aula (ruang pertemuan ) 1 unit, berlokasi di Kantor UPT BIBD Pekarangan
Baturiti dengan sumber dana dari DAK tahun 2014
- Tempat Sembahyang (Padmasana) 2 unit, berlokasi di Kantor UPT BIBD
Baturiti Tabanan dan di Stasiun Buruan Gianyar

- Kandang Ternak terdiri dari :


 Kandang sapi pejantan sebanyak 3 unit dengan kapasitas untuk 18 ekor
 Kandang sapi betina dengan kapasitas 15 ekor
 Kandang karantina kapasitas 8 ekor
 Kandang babi 2 unit berlokasi di Kantor UPT BIBD Baturiti Tabanan dan
di Stasiun Buruan Gianyar
8.3.4. Sarana Prasarana Peralatan/Perlengkapan kantor

Sarana prasarana peralatan/perlengkapan kantor milik UPT BIBD bersumber


dari dana APBD dan APBN. Beberapa peralatan/perlengkpan kantor :

Barang Peralatan/Perlengkapan Kantor Pengadaan Tahun 2016

Sumber
No Nama Barang Merk Anggaran Vol
APBD APBN

1 Komputer PC HP 20 WD √ 4

2 Printer Apson L 200 √ 4

3 Minitor HP 20 WD √ 1
Komputer

4 Kontainer Depo HP 20 WD √ 4
Straw

5 Kontainer Depo Cryoseal √ 5

Laporan Tahunan 2016 Page 217


N2 Cair

6 Fotometer SDM Minitube √ 2


6

7 Sterilisator Alat Mermet √ 1

8 Sterilisator Minitube √ 1
Vagina Buatan

9 Mikroskop Olympus √ 1
Trinokuler

10 Layar Monitor LG √ 1

11 Tool Kit Krisbow √ 1

12 Pompa Air √ 1

13 Gerobak Dorong √ 6

14 Papan Informasi √ 6

15 Podium √ 1

16 Alat Pemotong √ 1
Kuku (Hidrolik)

17 Karosel √ 2

18 Dumy Saw √ 2

8.4. Kegiatan Sertifikasi SNI 1.4869:2008

Sesuai Peraturan Menteri Pertanian tentang peredaran benih dan bibit dimana
mengamanatkan bahwa bibit/benih yang beredar harus bersertifikat SNI (Standar
Nasional Indonesia). Untuk menyikapi hal tersebut sebagai penghasil benih
khususnya penghasil semen beku sapi bali merupakan keharusan bagi UPT untuk
melakukan sertifikasi terhadap produksi semen beku yang dihasilkan agar dapat
diedarkan. Sertifikasi produk semen beku di UPT Balai Inseminasi Buatan daerah

Laporan Tahunan 2016 Page 218


telah dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2016, sedangak untuk sertifikat ISO
.9001:2008 sudah dilaksanakan pada tahun 2015

8.4. Pendapatan Asli Daerah

Unit Pelayanan Teknis Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali , selain
merupakan Unit Pelaksanan Teknis Dinas sebagai fungsi pelayanan juga diharapkan
dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah dimana untuk tahun
2016 target PAD yang ditargetkan untuk Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali sebanyak Rp. 551.850.000 PAD . Sampai dengan bulan Nopember 2016
telah mencapai target sebesar Rp. 661.028.000,- (110,36%). Adapun realisasi
Pendapatan Asli Daerah UPT. BIBD seperti disajikan dalam tabel berikut :

Laporan Tahunan 2016 Page 219


ngan luas 2060 m2. UPT. Laboratorium Keswan Dalam rangka
menjalankan tugas pokok dan fungsi tersebut Kepala UPT membawahi 3
Kepala Seksi (kasi) yaitu Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Epidemiologi
dan Pelayanan Lapangan serta Kepala Seksi Pengujian dan Pemeriksaan
Laboratorium. UPT Laboratorium Keswan mempunyai kewenangan
melaksanakan pemeriksaan, penyidikan dan pengujian penyakit hewan dan
bahan asal hewan.

Kegiatan dari tahun 2008 sampai dengan 2010 mempersiapkan sarana


dan prasaran serta SDM sedangkan pemeriksaan dan pengujian mulai
dilaksanakan tahun 2011. Seiring dengan waktu UPT. Laboratorium
Kesehatan hewan di tuntut untuk menjadi laboratorium yang mandiri dan
melaksanakan tugas secara profesional di dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat terutama dalam melindungi hak konsumen. Maka pada
tahun 2015 dilaksanakan persiapan akreditasi SNI ISO/IEC 17025 tahun 2008
untuk diakui/diakreditasi untuk melaksanakan kegiatan standarisasi tertentu
oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan pada tanggal 28 Juli 2016 UPT.
Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali telah terakrediatsi dengan Nomor LP-1027-IDN untuk ruang
lingkup pengujian Total Plate Count (TPC), Pullorum Test dan Rose Bengal
Test (RBT) Brucellosis.

UPT Laboratorium Kesehatan Hewan mempunyai peranan yang


sangat penting khususnya dalam memberikan pelayanan laboratorium dan
diagnosa penyakit hewan dan bahan asal hewan secara benar dan akurat
sesuai dengan standar diagnosa laboratorium kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner nasional. Sampai Tahun 2016 UPT.
Laboratorium Kesehatan Hewan telah mampu melaksanakan pengujian untuk
penyakit hewan : Identifikasi telur cacing gastrointestinal dengan teknik apung
dan sedimen, Pullorum Test, Rose Bengal Test (RBT) untuk penyakit
Brucellosis, Rapid Avian Influenza Virus, dan untuk bahan asal hewan jenis
pengujian TPC, Coliform, E. Coli, Staphylococus aureus, Salmonella Sp.,
Borak-kualitatif, Formalin-kualitatif, Kualitas air susu dengan uji organoleptik,
alkohol, BJ, waktu reduktase, pH.
Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016
ii
Secara umum UPT Laboratorium Kesehatan Hewan juga
melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat dalam kegiatan surveilans dan
monitoring penyakit hewan dan bahan asal hewan. Secara khusus UPT
Laboratorium Keswan merupakan tempat yang digunakan untuk kegiatan
pemeriksaan contoh yang berasal dari hewan maupun Bahan Asal Hewan
(BAH) untuk menetapkan diagnosa.

Kebijakan Mutu manajemen UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan


adalah melaksanakan pelayanan pengujian dengan menerapkan SNI ISO
/ IEC 17025 dengan kejujuran teknis , cepat dan akurat serta dilakukan
oleh SDM yang kompeten. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
harus mempunyai nilai manfaat untuk kepentingan masyarakat, jawaban
pemeriksaan laboratorium diterima tepat waktu dan akurat. Sampai dengan
tahun 2016 bagi konsumen yang memanfaatkan jasa pelayanan pengujian
penyakit hewan dan bahan asal hewan di UPT. Laboratorium Kesehatan
Hewan belum dipungut biaya (belum ada perda yang mengatur tentang
pemungutan jasa layanan).

Visi, misi dan motto UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan adalah


sebagai berikut :

Visi : Menjadi laboratorium Pengujian yang Handal Mendukung Peternakan


yang Maju, Tangguh Menuju Bali Mandara.

Misi :

1. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja aparat untuk


memberikan hasil uji laboratorium cepat, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Meningkatkan pelayanan pengamatan, penelusuran, penyidikan
dan pengujian penyakit veteriner.
3. Melengkapi sarana dan prasarana serta SDM yang berkualitas
untuk meningkatkan pelayanan, penyidikan dan pengujian
penyakit veteriner serta pengembangan laboratorium.
Moto : Handal dan Terpercaya.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
Sesuai Peraturan Gubernur Nomor 98 Tahun 2011 UPT. Laboratorium
Kesehatan Hewan mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembinaan, pengawasan terhadap penerapan standar


teknis laboratorium veteriner.
2. Melaksanakan pembinaan, pengawasan terhadap pengujian veteriner.
3. Melaksanakan pembinaan teknis operasional penyidikan, pemeriksaan,
pengujian dan sertifikasi veteriner.
4. Pembinaan terhadap pelaksanaan surveilans dan investigasi penyakit
veteriner wilayah Provinsi Bali.
5. Pemetaan hasil pengujian dan menyampaikan kepada bidang teknis atau
stake holder terkait.

1.1. Maksud dan Tujuan

Maksud :

 Memenuhi kaidah sistem pelayanan prima (mempunyai nilai


manfaat untuk kepentingan masyarakat) di dalam pengendalian
penyakit hewan dan mengetahui status keamanan, kesehatan,
keutuhan serta kehalalan bahan asal hewan yang layak
dikonsumsi serta perlindungan terhadap konsumen dan
pemberdayaan peternak.
 Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana laboratorium.

 Meningkatkan kemampuan (kompetensi) pengujian dalam pemeriksaan


dan pengujian laboratorium.

Tujuan :

 Meningkatkan status kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat


veteriner melalui pelayanan pemeriksaan dan pengujian laboratorium.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
 Mengawasi dan mencegah beredarnya produk hewan yang mengandung
unsur bahaya yang dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan
manusia.

 Memproleh data hasil monitoring, surveilans dan pengujian untuk


memetakan kejadian penyakit serta derajat pencemaran pada hewan dan
produk hewan.

 Memberikan rekomendasi teknis kepada penentu/penetap kebijakan


untuk ditindaklanjuti dengan melaksanakan pembinaan secara terus
menerus dan berkelanjutan sehingga kesehatan hewan/ternak dan Bahan
Asal Hewan/ternak dapat selalu di monitoring.

 Terlaksananya pengadaan sarana dan prasarana serta pemeliharaan


pelengkapan kantor.

 Terlaksananya pengadaan bahan dan alat-alat laboratorium.

 Terpenuhnya persyaratan tentang peningkatan kompetensi pengujian dan


pengembangan metode uji.

1.2. Hasil Yang Diharapkan

 Terujinya contoh aktif maupun pasif untuk penyakit Identifikasi telur


cacing gastrointestinal dengan teknik apung dan sedimen, Pullorum Test,
Rose Bengal Test (RBT) untuk penyakit Brucellosis, Rapid Avian
Influenza Virus, TPC, Coliform, E. Coli, Staphylococus aureus, Salmonella
Sp., Borak-kualitatif, Formalin-kualitatif, Kualitas air susu dengan uji
organoleptik, alkohol, BJ, waktu reduktase, pH.

 Memperoleh data/informasi hasil pemeriksaan, penyidikan dan pengujian


sesuai dengan target realisasi pengujian sebanyak 13.400 contoh (berupa
jawaban laboratorium) yang tepat waktu dan akurat sebagai bahan

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
rekomendasi untuk melakukan pengawasan dan pembinaan pada
kelompok ternak dan pelaku usaha bahan asal hewan.

 Memperoleh data dan informasi hasil pemeriksaan residu antibiotika


sebanyak 75 contoh dan hasil pengujian FAT untuk penyakit Rabies 345
contoh yang pengujiannya disubkontrakkan dengan BBVet Denpasar.

 Memperoleh sarana dan prasarana kebutuhan kantor serta terpeliharanya


perlengkapan kantor.

 Dengan pengadaan bahan dan alat-alat laboratorium yang memadai


diharapkan mampu melaksanakan operasional pengujian yang lebih
akurat sesuai standar yang ditetapkan.

 Dengan peningkatan kompetensi SDM dan metode uji diharapkan dapat


meningkatkan jaminan hasil pengujian UPT. Laboratorium Kesehatan
Hewan dan mempertahankan status akreditasi.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan UPT. Laboratorium Kesehatan hewan Tahun


2016 meliputi :

1.3.1.1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.

1.3.1.2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.

1.3.1.3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.

1.3.1.4. Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis


Peternakan Rakyat.

II.ORGANISASI

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
2.1. Organisasi

Berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2011, UPT. Laboratorium Kesehatan


Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali mempunyai
kewenangan melaksanakan pengujian dan penyidikan penyakit hewan.

Struktur organisasi UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan adalah sebagai


berikut :

Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 98 Tahun 2011 tentang


Organisasi Serta Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis di
Lingkungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, maka :

1. Kepala UPT mempunyai tugas :

- Menyusun rencana dan program kerja UPT.


- Mengkoordinasikan program kerja Sub Bagian dan Seksi.
- Mengkoordinasikan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi.
- Menilai prestasi kerja bawahan.
- Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian, Kepala
Seksi.
- Melakukan koordinasi dengan Sekretaris dan para Kepala Bidang.
- Melaksanakan pembinaan, pengawasan terhadap penerapan standar
teknis laboratorium veteriner.
- Melaksanakan pembinaan, pengawasan terhadap pengujian veteriner.
- Pembinaan hasil pengujian dan menyampaikan kepada bidang teknis.
- Pembinaan terhadap pelaksanaan surveilans dan investigasi penyakit
veteriner wilayah Provinsi.
- Melaksanakan sistem pengendalian intern.
- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan.
- Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas.

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas:

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
- Menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian.
- Memberikan petunjuk kepada bawahan.
- Menilai prestasi kerja bawahan.
- Mengelola urusan surat menyurat.
- Membuat, menghimpun dan memelihara administrasi umum dan
kepegawaian.
- Mengelola, memelihara, dan mendistribusikan barang.
- Memelihara gedung, perlengkapan kantor dan sarana prasarana kantor.
- Mengadakan buku-buku dan bahan bacaan untuk perpustakaan.
- Melaksanakan sistem pengendalian intern.
- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan.
- Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT.

3. Kepala Seksi Epidemiologi dan Pelayanan Lapangan mempunyai tugas:


- Menyusun rencana dan program kerja Seksi.
- Memberikan petunjuk kepada bawahan.
- Menilai prestasi kerja bawahan.
- Melaksanakan investigasi dan pengambilan bahan pengujian penyakit
veteriner wilayah Provinsi.
- Melaksanakan pencatatan dan pemetaan terhadap hasil pengujian
penyakit veteriner wilayah Provinsi.
- Melaksanakan sistem pengendalian intern.
- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan.
- Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT.

4. Kepala Seksi Pengujian dan Pemeriksaan Laboratorium mempunyai


tugas:

- Menyusun rencana dan program kerja Seksi.

- Memberikan petunjuk kepada bawahan.


- Menilai prestasi kerja bawahan.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
- Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian laboratorium terhadap
penyakit veteriner wilayah Provinsi.

- Melaksanakan sertifikasi terhadap hasil pengujian penyakit veteriner


wilayah Provinsi.

- Melaksanakan sistem pengendalian intern.

- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan.

- Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT.

2.2. Kepegawaian

UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan


Hewan memiliki 27 (dua puluh tujuh) orang tenaga, yaitu :

- 11 (sebelas) orang tenaga PNS yang terdiri dari 7 (tujuh) orang Pegawai
Negeri Sipil Struktural dan 4 (empat) orang Pegawai Negeri Sipil
Fungsional.
- 15 (lima belas) orang tenaga kontrak daerah : dengan rincian 6 (enam)
orang tenaga Medik Veteriner dan 6 (enam) orang tenaga Paramedik, 1
(satu) orang tenaga sopir, 2 (dua) orang tenaga penjaga kantor.
- 1(

IV.PROGRAM DAN KEGIATAN

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
4.1. Jenis-Jenis Program dan Kegiatan

4.1.1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Adapun alokasi dana untuk program pelayanan administrasi


perkantoran yang berasal dari dana APBD Provinsi Bali sebesar
Rp.393.618.920,- (tiga ratus sembilan puluh tiga juta enam ratus delapan
belas sembilan ratus dua puluh rupiah) yang terdiri dari 11 (sebelas)
kegiatan :

- Penyediaaan jasa surat menyurat (materai, perangko dan


pengiriman surat/paket) Rp. 2.300.000,-

- Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik


Rp.220.000.000,-.

- Penyediaan jasa kebersihan kantor (honorarium pejabat


pengadaan barang dan jasa, belanja alat kebersihan dan bahan
pembersih, belanja jasa clening service, belanja pemeliharaan
taman) Rp.60.221.000,-.

- Penyediaan alat tulis kantor Rp.14.989.000,-.

- Penyediaan barang cetakan dan penggandaan (pembuatan


leaflet, pengadaan laporan akhir, foto copy) Rp. 6.000.000,-.

- Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang undangan


(surat kabar) Rp.1.800.000,-.

- Penyediaan makanan dan minuman (belanja makanan dan


minuman rapat dan tamu) Rp.4.250.000,-.

- Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar dan dalam daerah


Rp.25.305.000,-.

- Upacara keagamaan (banten sehari-hari, rerahinan purnama


dan tilem, banten odalan) Rp. 15.000.000,-.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
- Penyediaan jasa pengamanan kantor (honor tenaga penjaga
kantor, BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan) Rp.43.753.920,-.

4.1.2. Program Peningkatan Sarana dan Prasaran Aparatur


Adapun alokasi anggaran untuk program peningkatan sarana dan
prasarana aparatur sebesar Rp. Rp. 291.700.000,- (dua ratus sembilan
puluh satu juta tujuh ratus ribu rupiah) terdiri dari 4 (empat) kegiatan :

- Pengadaan perlengkapan gedung kantor ( pengadaan peralatan


kantor : tangga duduk, perlengkapan kantor : lemari, korden
exhaust fan, pengadaan alat-alat studio : sound system,
pengadaan istalasi lstrik : stabilator) Rp.98.500.000,-.
- Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor Rp.50.000.000,-
- Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas ( jasa service,
penggantian suku cadang, belanja bahan bakar minyak/gas dan
pelumas, samsat kendaraan) Rp. 93.200.000,-.
- Pemeliharaan rutin/berkala peralatan kantor (pemeliharaan
peralatan dan mesin : genzet, pemeliharaan lemari es/freezer,
pemeliharaan AC, pemeliharaan komputer, pemeliharaan
laboratorium, pemeliharaan alat-alat laboratorium)
Rp.50.000.000,-.

4.1.3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak


Alokasi anggaran untuk program kegiatan pencegahan dan
penanggulangan penyakit ternak sebesar Rp. 1.410.000.000,- (satu
milyar empat ratus sepuluh juta rupiah) yang terdiri dari 1 (satu) kegiatan
yaitu : Pemeriksaan, pengujian, identifikasi dan pemetaan kasus penyakit
hewan dan bahan asal hewan.

4.1.4. Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan


Rakyat

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
Alokasi anggaran untuk program pemenuhan pangan asal ternak
dan agribisnis peternakan rakyat dengan dana Dekonsentrasi sebesar
Rp.400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) dan dana Tugas Pembantu
(TP) sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang terdiri dari
kegiatan : pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan dan
penjaminan produk hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).

4.2. Persiapan Pelaksanaan

Berdasarkan program yang telah ditetapkan, selanjutnya dibuat ROK,


juklak dan juknis sebagai pedoman dan dapat memberikan gambaran dalam
pelaksanaan kegiatan. Tahap persiapan kegiatan yang dilaksanakan antara
lain adalah :

- Membuat surat-surat terkait dengan kegiatan yang akan


dilaksanakan (koordinasi pelaksanaan kegiatan).

- Survei harga.

- Persiapan draf SK untuk tenaga kontrak.

- Persiapan dokumen-dokumen pengadaan.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
V.PEMBAHASAN

5.1.Target dan Realisasi Kegiatan

i.Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Target dan realisasi kegiatan program pelayanan administrasi


perkantoran dengan total anggaran sebesar Rp.393.618.920,- selama 1
(satu) tahun melalui belanja langsung dan sesuai dengan revisi DPPA
dengan nomor : 918/67/DPPA/2016 tanggal 31 Oktober 2016 terjadi
penguranganan anggaran/ rasionalisasi menjadi Rp. 349.849.759,- .
Sampai dengan bulan Desember 2016 untuk kegiatan program pelayanan
administrasi perkantoran realisasi fisik 100 % dan realisasi keuangan
Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016
ii
94,31% (Rp.329.927.341,-). Sisa anggaran sebesar Rp.19.922.418,-
dikembalikan ke kas daerah. Rincian realisasi kegiatan sampai bulan
Desember 2016 antara lain :

- Penyediaaan jasa surat menyurat (materai, perangko dan


pengiriman surat/paket) alokasi dana selama setahun sebesar
Rp. 2.300.000,- dan realisasi fisik sebesar 100% dan realisasi
keuangan 96,98% (Rp. 2.230.625,-), terdapat efisiensi sebesar
Rp.69.375,- di kembalikan ke kas daerah.
- Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik alokasi
dana selama setahun Rp.220.000.000,-, pada bulan Oktober
2016 terjadi perubahan jumlah anggaran menjadi
Rp.187.000.000,-. Realisasi fisik sebesar 100% dan realisasi
keuangan 97,44% (Rp.182.204.957,-). Terjadi efisiensi anggaran
sebesar Rp.4.795.043,- di kembalikan ke kas daerah.
- Penyediaan jasa kebersihan kantor (honorarium pejabat
pengadaan barang dan jasa, belanja alat kebersihan dan bahan
pembersih, belanja jasa clening service, belanja pemeliharaan
taman) Rp.60.221.000,-, pada bulan Oktober 2016 terjadi
perubahan jumlah anggaran menjadi Rp.59.766.000,-. Realisasi
fisik sebesar 100% dan realisasi keuangan 74,74%
(Rp.44.670.000,-), terdapat sisa anggaran sebesar
Rp.15.096.000,- dikembalikan ke kas daerah.
- Penyediaan alat tulis kantor Rp.14.989.000,- pada bulan
Oktober 2016 terjadi perubahan jumlah anggaran menjadi
Rp.13.155.600,-. Realisasi fisik sebesar 100% dan realisasi
keuangan 100% (Rp.13.155.600,-).
- Penyediaan barang cetakan dan penggandaan (pembuatan
leaflet, pengadaan laporan akhir, foto copy) Rp. 6.000.000,-.
Realisasi fisik sebesar 100% dan realisasi keuangan 100 %
(Rp.6.000.000,-).

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
- Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang undangan
(surat kabar) Rp.1.800.000,- Realisasi fisik sebesar 100% dan
realisasi keuangan 100% (Rp.1.800.000,-).
- Penyediaan makanan dan minuman (belanja makanan dan
minuman rapat dan tamu) Rp.4.250.000,-. Realisasi fisik
sebesar 100% dan realisasi keuangan 100% (Rp.4.250.000,-)
- Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar dan dalam daerah
Rp.25.305.000,-. Pada bulan Oktober 2016 terjadi perubahan
jumlah anggaran menjadi Rp.11.676.719,-. Realisasi fisik
sebesar 100% dan realisasi keuangan 100% (Rp.11.676.719,-).
- Upacara keagamaan (banten sehari-hari, rerahinan purnama
dan tilem, banten odalan) Rp. 15.000.000,- Realisasi fisik
sebesar 100% dan realisasi keuangan 100% (Rp.15.00.000,-).
- Penyediaan jasa pengamanan kantor (honor tenaga penjaga
kantor, BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan) Rp.43.753.920,-.
Pada bulan Oktober 2016 terjadi perubahan jumlah anggaran
menjadi Rp.48.901.440,-. Realisasi fisik sebesar 100% dan
realisasi keuangan 100% (Rp.48.901.440,-).

5.1.2. Program Peningkatan Sarana dan Prasaran Aparatur


Target dan realisasi program peningkatan sarana dan prasarana
aparatur dengan total anggaran sebesar Rp. 291.700.000,- selama 1
(satu) tahun melalui belanja langsung dan sesuai dengan revisi DPPA
dengan nomor : 918/67/DPPA/2016 tanggal 31 Oktober 2016 terjadi
penguranganan anggaran/ rasionalisasi menjadi Rp. 267.939.660,- .
Sampai dengan bulan Desember 2016 untuk kegiatan program
peningkatan sarana dan prasarana aparatur realisasi fisik 100% dan
realisasi keuangan 99,86% (Rp.267.577.370,-). Sisa anggaran sebesar
Rp.154.000,- dikembalikan ke kas daerah. Rincian realisasi kegiatan
sampai bulan Desember 2016 antara lain terdiri dari kegiatan :

- Pengadaan perlengkapan gedung kantor (pengadaan peralatan


kantor : tangga duduk, perlengkapan kantor : lemari, korden,
Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016
ii
exhaust fan, pengadaan alat-alat studio : sound system,
pengadaan istalasi lstrik : stabilator) Rp.98.500.000,-. Pada
bulan Oktober 2016 terjadi perubahan jumlah anggaran menjadi
Rp.95.571.050,-. Realisasi fisik sebesar 100% dan realisasi
keuangan 99,84% (Rp.95.417.050,-), terdapat efisiensi
anggaran Rp.154.000,- dikembalikan ke kas daerah.
- Pemeliharaan rutin/berkala peralatan kantor Rp.50.000.000,-
Pada bulan Oktober 2016 terjadi perubahan jumlah anggaran
menjadi Rp.48.504.850,-. Realisasi fisik sebesar 100% dan
realisasi keuangan 100% (Rp.48.504.850,-).
- Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas ( jasa service,
penggantian suku cadang, belanja bahan bakar minyak/gas dan
pelumas, samsat kendaraan) Rp. 93.200.000,-. Pada bulan
Oktober 2016 terjadi perubahan jumlah anggaran menjadi
Rp.95.773.760,-. Realisasi fisik sebesar 100% dan realisasi
keuangan 99,78% (Rp.95.565.470,-) tedapat sisa anggaran
sebesar Rp.208.290,- dikembalikan ke kas daerah.
- Pemeliharaan rutin/berkala peralatan kantor (pemeliharaan
peralatan dan mesin : genzet, pemeliharaan lemari es/freezer,
pemeliharaan AC, pemeliharaan komputer, pemeliharaan
laboratorium, pemeliharaan alat-alat laboratorium)
Rp.50.000.000,-. Pada bulan Oktober terjadi pengurangan
anggaran dan rasionalisasi menjadi Rp.28.090.000,-. Realisasi
fisik sebesar 100% dan realisasi keuangan 100% (Rp.
28.090.000,-).

5.1.3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak


Target dan realisasi program kegiatan pencegahan dan
penanggulangan penyakit ternak dengan anggaran sebesar
Rp.1.410.000.000,- dan sesuai dengan revisi DPPA dengan nomor :
918/67/DPPA/2016 tanggal 31 Oktober 2016 terjadi penguranganan
anggaran/rasionalisasi menjadi Rp.1.246.091.070,-. Sampai bulan

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
Desember 2016 untuk program kegiatan pencegahan dan
penanggulangan penyakit ternak realisasi fisik 100% dan realisasi
keuangan 92,26% (Rp.1.149.602.050,-). Sisa anggaran sebesar
Rp.96.489.020,- dikembalikan ke kas daerah dengan rincian :

1. Belanja Pegawai Rp. 339.986.320,- yang terdiri dari Honorarium PNS


dan Honorarium pegawai honorer/tidak tetap (dokter hewan,
paramedis, BPJS kesehatan dan ketenaga kerjaan) dengan realisasi
fisik 100% dan realisasi keuangan 100% (Rp.339.986.320,-).

2. Belanja barang dan Jasa Rp. 483.204.750,- realisasi fisik 100% dan
realisasi keuangan 99,26% (Rp.479.636.250,-). Sisa anggaran
Rp.3.568.500,- (terjadi efisiensi DAK Rp. 2.968.500,- dan Efisiensi
biaya transfortasi Rp. 600.000,-) dikembalikan ke kas daerah.
Kegiatan belanja barang dan jasa terdiri dari :

- Belanja bahan pakai habis Rp. 9.960.000,-.


- Belanja bahan material Rp. 230.106.200,-.
- Belanja jasa kantor (belanja transportasi, akomodasi dan uang
saku dalam rangka Bimtek Gugus Kendali Mutu, belanja
dokumentasi, dekorasi, belanja jasa narasumber) Rp. 29.596.000,-.
- Belanja cetak dan penggandaan (cetak : brosur, banner, blanko,
informasi pelayanan laboratorium ; penggandaan : pembuatan
buku laporan akhir kegiatan, pelatihan GKM, Laporan DAK dan
pembuatan profil ; fotocopy) Rp. 12.120.000,-.
- Belanja makanan dan minuman (dalam rangka rapat, bimtek GKM)
Rp. 5.600.000,-.
- Belanja perjalanan dinas Rp. 195.822,550,-, dengan rincian
kegiatan :
5.1.3.1. Belanja perjalanan dinas dalam daerah Rp.
146.100,000,- realisasi fisik dan keuangan 100%, dengan
target contoh 13.400 contoh pada 9 kabupaten/kota dengan
rincian kegiatan :

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
 Dalam rangka pengambilan contoh feses untuk uji
endoparasit.
 Dalam rangka pengujian cepat penyakit zoonosis (flu burung).
 Dalam rangka pengambilan contoh untuk pengujian cemaran
mikroba.
 Dalam rangka pengambilan contoh untuk pengujian Pullorum.
 Dalam rangka pemeriksaan penggunaan bahan kimia
berbahaya pada pangan asal hewan.
 Pengambilan contoh dalam rangka uji Brucellosis.
 Pembinaan ke laboratorium Type C/Puskeswan di
Kabupaten/kota.
b. Belanja perjalanan dinas luar daerah Rp.49.722.550,-

3.Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium (lemari asam,


meja laboratorium, mikropipet, sterilizer, loker personal
equiepment, referigator, pH meter waterfrof, pH meter schot, rak
patologi) Rp. 422.900.000,-. Realisasi fisik 100% dan keuangan
78,03 % (Rp.329.979.480). Terjadi efisiensi sebesar
Rp.92.920.520,- di kembalikan ke kas daerah.

5.1.4. Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan


Rakyat
Target dan realisasi anggaran pada program pemenuhan
pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat dengan dana
Dekonsentrasi sebesar Rp.400.000.000,- dan dana Tugas Pembantu (TP)
sebesar Rp.500.000.000,-, pada bulan Agustus terjadi perubahan
anggaran sesuai dengan revisi DIPA Nomor : SP DIPA-
018.06.4.229102/2016 dengan anggaran Tugas Pembantu (TP) menjadi
sebesar Rp.414.000.000.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
Sumber Dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 400.000.000,- :

Sampai dengan bulan Desember 2016 realisasi fisik sebesar 100% dan
realisasi keuangan Rp.305.786.350,- (76,45%).

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan terjadi efisiensi


sebesar Rp.43.666.600,- dengan kegiatan :

 Pembinaan dan Koordinasi Kesehatan Hewan dengan anggaran


sebesar Rp. 100.000.000,- dan rincian kegiatan antara lain :
Monitoring evaluasi pelaporan surveilance dan pelayanan kesehatan
hewan : belanja bahan, belanja barang non operasional (biaya
pemeriksaan contoh kepala dan otak uji Rabies, operasional
pengambilan contoh), belanja barang persediaan barang konsumsi,
belanja perjalanan dinas investigasi/surveillans penyakit Rabies/Flu
Burung, belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota. Realisasi
fisik 88,63% dan realisasi keuangan 79,53% (Rp.74.358.000,-). Sisa
dana sebesar Rp.25.642.000,- dikembalikan ke kas negara antara
lain:

 Belanja bahan terjadi efisiensi sebesar Rp. 349.000,-.


 Belanja barang non operasional (biaya pemeriksaan contoh
kepala dan otak uji Rabies, operasional pengambilan contoh)
dana dikembalikan sebesar Rp. 15.365.000,- karena ada
berlakunya PP 35 tahun 2016 tentang perubahan tarif pengujian.
 Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota terjadi efisiensi
sebesar Rp.9.928.000,-.
 Operasional Pengujian Veteriner di Lab. Veteriner Daerah dengan
anggaran sebesar Rp. 50.000.000,- dan rincian kegiatan antara lain :
Surveilance penyakit hewan : belanja bahan : antigen RBT dan
antigen Pullorum, Belanja perjalanan dinas biasa dalam rangka
surveilance Brucellosis, belanja perjalanan dinas paket meeting luar

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
kota. Terjadi efisiensi sebesar Rp.18.024.600,- dikembalikan ke kas
negara antara lain:

 Belanja bahan : antigen RBT dan antigen Pullorum terjadi


efisiensi sebesar Rp. 6.024.600,-.
 Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota dikembalikan
sebesar Rp. 12.000.000,- karena Rakonteknas II di laksanakan
di Denpasar-Bali.

Penjaminan produk hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal)
terjadi efisiensi sebesar Rp. 50.397.050,- dan rincian kegiatan antara
lain :

- Monitoring dan surveilans residu dan cemaran mikroba


dengan target 300 contoh dan kegiatan terdiri dari belanja
bahan, belanja bahan non operasional lainnya : belanja
bahan, pembelian contoh, belanja barang untuk keperluan
konsumsi, belanja jasa pegujian contoh pemeriksaan residu
antibiotika, belanja perjalanan dinas pengambilan contoh di
RPH/TPH/ laboratorium, belanja perjalanan dinas paket
meeting luar kota. Terjadi efisiensi sebesar Rp. 22.560.800,-
antara lain :
 Belanja bahan : terjadi efisiensi pada belanja
pengambilan sampel dan pengadaan glassware sebesar
Rp.13.626.000,- dikembalikan ke kas negara.
 Belanja perjalanan dinas biasa : pada peningkatan
kompetensi SDM laboratorium terjadi efisiensi sebesar
Rp. 1.868.400,- dikembalikan ke kas negara.
 Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota terjadi
efisiensi Rp.7.066.400,- di kembalikan ke kas negara.
 Penguatan manajemen laboratorium Kesmavet dengan anggaran
sebesar Rp.100.000.000,- dan kegiatannya antara lain : belanja
Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016
ii
bahan, honor output kegiatan, belanja barang non operasional
lainnya ( uji profisiensi/uji banding, biaya analisa statistik, biaya
kalibrasi peralatan laboratorium), belanja barang untuk persediaan
barang konsumsi, belanja jasa profesi (nara sumber), belanja
perjalanan dinas, belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota.
Terjadi efisiensi sebesar Rp.27.986.250,- dikembalikan ke kas
negara.

Sumber Dana Tugas Pembantu (TP) sebesar Rp.414.000.000,-


dengan kegiatan antara lain :

 Pengadaan sarana dan prasarana laboratorium Kesmavet dengan


anggaran Rp. 414.000.000,-. Realisasi fisik 100% dan realisasi
keuangan Rp.98,90% (Rp.409.446.800,-). Terjadi efisiensi anggaran
sebesar Rp.4.553.200,- dikembalikan ke kas negara.

b. Sistem Pelayanan dan Jenis Pengujian di UPT. Laboratorium Keswan


i. Sistem Pelayanan Pengujian

Pelayanan Pengujian penyakit hewan dan bahan asal hewan &


hasil bahan asal hewan dilaksanakan secara terencana melalui
kegiatan pelayanan aktif di 9 Kabupaten/Kota dan pelayanan pasif.

1. Pelayanan Aktif :

Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan laboratorium secara


aktif ke lokasi atau pengujian langsung lapangan di lakukan di
kabupaten/kota wilayah kerja laboratorium sesuai dengan pagu
anggaran yang tersedia.

2. Pelayanan Pasif :

Kegiatan pelayanan pemeriksaan contoh yang dikirim oleh


peternak, perseorangan/perusahaan, kiriman dinas peternakan
Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016
ii
kabupaten/kota, juga termasuk contoh on farm testing (pullorum
test).

ii. Jenis Pengujian

Jenis pengujian yang telah ditawarkan UPT Laboratorium


Kesehatan Hewan kepada konsumen antara lain :

a. Laboratorium Parasitologi
 Identifikasi telur cacing gastrointestinal dengan teknik
sedimentasi dan apung.
b. Laboratorium Serologi
 Uji Rose Bengal Test (RBT) untuk diagnosa Brucellosis (sudah
terakreditasi KAN).
 Uji rapid aglutinasi Pullorum untuk diagnosa Pullorum (sudah
terakreditasi KAN).
 Uji rapid test untuk diagnosa AI (Avian Influenza/Flu Burung)
masih dilaksanakan dengan leader laboratorium serologi.
c. Laboratorium Kesmavet
 Pemeriksaan formalin - kualitatif.
 Pemeriksaan boraks - kualitatif.
 Pemeriksaan cemaran mikroba :
 TPC / Total Plate Count (sudah terakreditasi KAN) .
 Coliform (MPN).
 E.coli (MPN).
 Staphylococus sp.
 Salmonella sp.
 Kualitas air susu dengan uji warna, bau, rasa dan kekentalan.
 Kualitas air susu dengan uji alkohol, BJ, waktu reduktase, pH.
d. Pengujian yang disubkontrakkan ke laboratorium tipe A (BBvet
Denpasar) :
 Uji FAT / Rabies.
 Uji Residu Antibiotika (Screening Antibiotika).
c. Hasil Pengujian Contoh Aktif dan Pasif :

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
Hasil pengujian UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan sampai dengan
bulan

Total pengujian contoh penyakit hewan dan bahan asal hewan serta hasil
bahan asal hewan tahun 2016, baik contoh aktif maupun pasif yang meliputi
contoh yang diuji di UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali (uji di laboratorium dan uji di lapangan)
dan contoh yang disubkontrakkan di BBVet Denpasar s/d bulan Nopember
2016 sebanyak 42.184 contoh.

Berdasarkan hasil pengujian contoh penyakit hewan dan bahan pangan


asal hewan & hasil bahan asal hewan sebanyak 42.184 contoh dari target UPT.
Laboratorium Kesehatan Hewan tahun 2016 sebanyak 13.400 contoh diperoleh
gambaran hasil sebagai berikut :

1. Pengujian Identifikasi Telur Cacing Gastrointestinal.

Pengujian contoh feses untuk identifikasi telur cacing gastrointestinal


menggunakan teknik apung dan sedimen dengan metode IKMP-PARA-01,
tujuannya adalah untuk melihat/mengetahui status kesehatan
hewan/ternak dari gangguan parasit baik terhadap ternak pemerintah yang
ada dikelompok Simantri/kelompok ternak masyarakat dan hewan/ternak
konservasi. Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing saluran
pencernaan secara umum dapat menimbulkan kerugian pada peternak
yaitu terhambatnya pertumbuhan, turunnya berat badan dan kadang-
kadang pada kasus yang berat dapat mengakibatkan terjadinya kematian.

Contoh aktif untuk uji identifikasi telur cacing gastrointestinal berasal


dari 65 kelompok simantri di kabupaten/kota se-Bali. Selain dari kelompok
ternak simantri contoh aktif untuk uji identifikasi telur cacing gastrointestinal
juga berasal dari 5 daerah konservasi/kebun binatang yang ada di Bali
diantaranya adalah : PT. Bali Safari & Marine Park, PT. Bakas Aneka Citra
Wisata Tirta, PT. Wisata Reksa Gajah Perdana, Bali Elephant

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
Camp/PT.Kasianan dan True Bali Experience. Untuk contoh pasif berasal
dari 47 kelompok ternak simantri dan 1 konservasi / kebun binatang.

Hasil pengujian contoh Identifikasi Telur Cacing Gastrointestinal


(parasit gastrointestinal) pada tahun 2016 s/d bulan Nopember 2016
sebanyak 2.952 contoh dari target UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan
tahun 2016 sebanyak 300 contoh (1.427 contoh surveilans aktif
menggunakan anggaran APBD dan 1.525 contoh pasif).

Hasil pengujian contoh sebanyak 2.952 sampai bulan Nopember 2016


masih ada infestasi telur cacing pada beberapa ternak simantri dan daerah
konservasi/kebun binatang (500 contoh positif telur cacing Termatoda dan
168 contoh positif telur cacing Nematoda). Sehingga perlu dilaksanakan
tindakan pengobatan dan pencegahan dengan pemberian obat cacing
secara rutin dengan dosis dan jenis obat cacing yang tepat.

2. Pengujian Rose Bengal Test (RBT) Untuk Penyakit Brucellosis

Pengujian Rose Bengal Test (RBT) untuk penyakit Brucellosis


menggunakan metode OIE 2012, Chapter 2.4.3, dengan tujuan untuk
mengantisipasi dan mengetahui secara dini kemungkinan adanya kejadian
penyakit Brucellosis, mengingat Provinsi Bali sampai saat ini masih bebas
penyakit Brucellosis sehingga hal tersebut perlu dipertahankan. Penyakit
Brucellosis merupakan penyakit ternak yang menjadi problem nasional baik
untuk kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak.
Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme yang termasuk dalam genus
Brucella. Sasaran lokasi pengambilan aktif dan pengujian adalah pada
kelompok simantri/kelompok ternak masyarakat. Jumlah contoh aktif untuk
pengujian penyakit Brucellosis adalah 1.028 contoh (70 kelompok Simantri
yang di sampling) dari target contoh UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan
tahun 2016 sebanyak 300 contoh (810 contoh surveilans aktif
menggunakan anggaran APBD dan 218 contoh surveilans aktif
menggunakan anggaran APBN). Dari 1.028 contoh yang diuji Rose Bengal
Test (RBT) hasilnya negatif terhadap kuman Brucella abortus.
Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016
ii
1. Pengujian Rapid Avian Influenza Virus
Seiring dengan merebaknya penyakit AI (Avian Influenza/Flu Burung)
dan untuk menekan penyebaran virus ini salah satu yang bisa dilakukan
UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan adalah pengujian Rapid Avian
Influenza Virus dengan metode Chromatographic Immunoassay Anigen
Rapid AIV Ag Test Kit melalui pemeriksaan contoh swab trachea dan kloaka
pada unggas yang dijual dipasar tradisional dan pengepul unggas yang ada
dikabupaten/kota di Bali. Salah satu lokasi target tujuan surveilans AI/Blu
Burung adalah pasar unggas karena merupakan tempat berisiko tinggi
dalam penyebaran penyakit AI/Flu Burung sehingga dapat mendeteksi
secara dini kemungkinan adanya virus tersebut. Jumlah contoh yang diuji
Rapid Avian Influenza Virus adalah 360 contoh (dari 32 pasar di kabupaten
/Kota di Bali) dari target contoh UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan tahun
2016 sebanyak 125 contoh (surveilans aktif dengan menggunakan anggaran
APBD sebanyak 301 contoh dan APBN sebanyak 59 contoh) dengan hasil
positif sebanyak 2 contoh berasal dari Pasar Galiran - Kabupaten Klungkung
dan dilakukan uji lanjutan di Bbvet Denpasar dengan uji AI Isolasi dan
hasilnya negatif.

2. Pengujian Pullorum
Penyakit Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang
menimbulkan kerugian ekonomi yang besar yang meliputi penurunan
produksi telur, penurunan daya tetas, kematian embrio dan anak-anak ayam
sampai umur 3 minggu. Penyebab penyakit adalah Salmonella Pullorum.
Pengujian Salmonella Pullorum dengan metode uji OIE 2012, chapter
2.3.11. Selama tahun 2016 UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan
melaksanakan pengujian Pullorum di PT. Japfa Comfeed Indonesia-
Tabanan, PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit I-Jembrana, PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit II Bali-Jembrana dan peternakan ayam petelur di
kabupaten Tabanan dan Bangli, dengan total contoh yang diuji sampai bulan
Nopember 2016 sebanyak 36.547 contoh (contoh aktif sebanyak dengan
menggunakan anggaran APBD sebanyak 500 contoh dan contoh pasif

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
sebanyak 36.047 contoh) dari target UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan
tahun 2016 sebanyak 11.835 contoh. Dari 36.547 contoh yang telah diuji
dengan hasil pengujian Salmonella Pullorum menggunakan metode uji OIE
2012, chapter 2.3.11 positif sebanyak 63 contoh, hasil positif di uji lanjutan
dengan metode Isolasi dan Identifikasi Bakteri Salmonella Pullorum di BBvet
Denpasar dengan hasil uji negatif.

3. Pengujian Fluorescent Antibody Technique (FAT) untuk Penyakit


Rabies ( Pengujian Di Subkontrakkan Dengan BBVet Denpasar).
Pengujian FAT merupakan terbentuknya ikatan antara antigen (virus
Rabies) dengan spesifik antibodi virus Rabies yang telah dikonjugasi dengan
zat flurorescan sehingga muncul agregat yang berpendar hijau pada contoh
yang diamati menggunakan mikroskop flurorescant. Kegiatan pengujian
penyakit Rabies dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat paparan
virus Rabies di lapangan melalui pengambilan contoh otak/kepala anjing
yang terindikasi suspect rabies. Contoh aktif untuk uji Rabies (FAT) berasal
dari kasus gigitan dan hasil eliminasi dari masing-masing kabupaten/kota se
Bali yang pengirimannya melalui UPT Laboratorium Kesehatan Hewan untuk
diuji di Balai Besar Veteriner Denpasar. Jumlah contoh yang telah diambil
dan diuji FAT berdasarkan biaya operasional tersebut adalah 211

: Br. Tinyeb, Banjar Tengah, Negara dan Br. Taman, Tuwed, Melaya.

4. Pengujian Screening Test Residu Antibiotika (Pengujian Di


Subkontrakkan Dengan BBVet Denpasar).

Residu adalah bahan induk atau metabolit yang terakumulasi atau


tersimpan dalam sel atau jaringan. Pemberian antibiotik secara tidak
terkontrol pada ternak, sangat berisiko sebagai penyebab keberadaan
residu antibiotik pada produk yang dihasilkan, termasuk produk hasil
olahannya. Secara umum dampak negatif residu antibiotik pada produk
hewan adalah dampak kesehatan (bahaya toksikologik, mikrobiologik, dan
imonopatologik) dan dampak ekonomi. Untuk mengantisipasi dan

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
mencegah hal tersebut, kegiatan monitoring dan surveilans residu
antibiotika ini dilakukan.
Pengujian screening test residu antibiotik dengan metode SNI 7424 :
2008 untuk golongan Aminoglikosida, Makrolida, Penisilin dan Tetrasiklin
disubkontrakkan di BBVet Denpasar. Surveilans dilaksanakan di Pasar
Tradisional di 9 Kab/kota di Bali dengan jumlah 75 contoh dari target 75
contoh (surveilans aktif dari anggaran APBN) dan hasilnya negatif terhadap
residu antibiotika.

5. Pengujian Penyalahgunaan Bahan Kimia Berbahaya (Formalin dan


Boraks).
Formaldehid merupakan senyawa kimia yang salah satu
kegunaanya adalah sebagai pengawet mayat, desinfektan kandang dan
lingkungan. Formaldehid dilarang digunakan sebagai bahan pengawet
produk pangan karena sangat mengganggu kesehatan manusia. Bahaya
penggunaan formaldehid pada bahan pangan asal hewan bagi kesehatan
manusia diantaranya yaitu bila mengonsumsi dalam jangka panjang dapat
menyebabkan carcinoma (kanker) hati dan paru, gangguan darah dan
syaraf, inkoordinasi, dll.
Borak (sinonimnya natriumbiborat, natriumpiroborat, natriumtetrabor
a) adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam
pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar.
Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih,
pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa. Boraks tidak aman
untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis berlebihan.
Mengkonsumsi makanan berboraks dalam jumlah berlebihan akan
menyebabkan gangguan otak, hati dan ginjal. Dalam jumlah banyak,
boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma,
merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis,
tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Batas
aman/legal penggunaan boraks dalam makanan adalah 1 gram / 1 kg
pangan.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
Kegiatan monitoring dan surveilans bahan kimia berbahaya
(formalin dan boraks) dilakukan untuk melindungi keamanan masyarakat
konsumen dalam mengkonsumsi produk pangan asal hewan yang
beredar dimasyarakat terhadap bahaya penyimpangan penggunaan
bahan kimia berbahaya (formalin dan boraks). Pengujian Contoh untuk uji
bahan kimia berbahaya (Formalin dan Boraks) berasal dari pasar
tradisional di kabupaten/kota se Bali dengan tes cepat lapangan.
Formalin-kualitatif menggunakan metode uji IKMP.KESM-12 dan Borak-
kualitatif dengan metode test kit boraks ET (Easy Test). Jumlah contoh
yang diuji formalin dan borak sebanyak 506 contoh dari target 210 contoh
dengan rincian 444 contoh uji formalin dan 11 contoh uji boraks dari
surveilans aktif anggaran APBD ; 14 contoh uji formalin dan 26 contoh uji
boraks dari surveilans aktif anggaran APBN serta 11 contoh pasif. Hasil
pengujian negatif terhadap penyimpangan penggunaan bahan kimia
berbahaya (formalin dan boraks).

6. Pengujian Cemaran Mikroba (TPC, Coliform, E.Coli, Staphylococus


Aureus dan Salmonella. Sp.)

Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam bahan asal


hewan & hasil bahan asal hewan mencerminkan kualitas sanitasi dan
hygine pada proses produksi, distribusi dan transportasi produk bahan
asal hewan tersebut. Kegiatan monitoring dan surveilans pangan asal
hewan ini bertujuan untuk melindungi keamanan masyarakat konsumen
dalam mengkonsumsi bahan pangan asal hewan yang beredar dipasaran.
Contoh uji diambil dari unit usaha (importir/distributor), RPH/TPH,
RPU/TPA dan swalayan untuk selanjutnya dilakukan pengujian terhadap
TPC (Total Plate Count), Coliform, E.Coli, Salmonella Sp.dan
Staphylococus Aureus.

Jumlah contoh pengujian cemaran mikroba (Total Plate Count,


Coliform, E.Coli, Salmonella Sp.dan Staphylococus Aureus) tahun 2016
sampai bulan Nopember 2016 sebanyak 454 contoh dari target 2016
Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016
ii
sebanyak 210 contoh (72 contoh hasil surveilans aktif dari dana APBD
dan 225 contoh hasil surveilans aktif menggunakan dana APBN) serta
157 contoh pasif. Pengujian dilakukan di UPT. Laboratorium Kesehatan
Hewan dengan menggunakan metode cemaran mikroba sesuai dengan
SNI 2897: 2008 dan hasil pengujiannya berpedoman pada batas
maksimum cemaran mikroba dalam pangan SNI 7388, tahun 2009. Dari
hasil pengujian, data menunjukkan nilai TPC/Total Plate Count dan
Coliform paling banyak yang melebihi BMCM (Batas Maksimal Cemaran
Mikroba). Sehingga bagi para pelaku usaha baik dari hulu ke hilir perlu
memperhatikan

, bau, rasa, kekentalan, uji alkohol, BJ, waktu reduktase dan pH dengan
metode SNI.01-2782-1998. Contoh pasif yang diuji kualitas air susu di
UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan sampai bulan Nopember 2016
adalah 51 contoh yang merupakan contoh pasif. Hasil pengujian contoh
ditetapkan sesuai Standar Mutu Susu Segar SNI 01-3141-1998. Hasil
pengujian dari 51 contoh yang diuji 14 contoh nilai BJ dan 4 contoh nilai
pH yang tidak memenuhi SNI 10-3141-1998.

5.4. Pembinaan Puskeswan / Laboratorium Type C


Puskeswan merupakan garda terdepan pelayanan veteriner untuk
deteksi dini penyakit dan pengendalian penyakit hewan menular dilapangan,
sehingga puskeswan yang maju serta memiliki SDM yang berkualitas sangat
diperlukan. Kegiatan pembinaan puskeswan /laboratorium tipe C antara lain
memberikan cara mendiagnosa dan melakukan pengobatan praktis dilapangan,
memberika teknik pengambilan dan pengemasan contoh keswan dan
kesmavet, serta memberikan teknik pengujian sederhana di lapangan.

5.5. Fungsi Unit Pendidikan

Dalam rangka fungsi UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan sebagai unit


pendidikan terkait kegiatan surveilance dan pengujian di UPT. Laboratorium
Kesehatan Hewan, maka UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan selalu
Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016
ii
menerima mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL). Tahun 2016 UPT.
Laboratorium Kesehatan Hewan menerima mahasiswa PKL dari Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada sebanyak 6 orang dan Universitas
Airlangga sebanyak 6 orang dalam rangka melaksanakan PPDH / koasistensi
dalam bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner.

VI. PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Permasalahan

Beberapa permasalahan yang dihadapi UPT. Laboratorium Kesehatan


Hewan dalam realisasi anggaran serta kegiatan pengambilan dan pengujian
contoh penyakit hewan dan pangan asal hewan adalah :

 Kegiatan surveilans dan investigasi lapangan tidak bisa dilakukan secara


optimal karena keterbatasan kendaraan roda 4 (mobil operasional).

 Ditetapkannya PP Nomor 35 tahun 2016 tentang perubahan tarif pengujian


sehingga target contoh untuk pengujian FAT (Rabies) sebanyak 345 tidak
bisa terealisasi secara optimal.

 Masih kurangnya pemanfaatan layanan laboratorium, baik oleh


kabupaten/kota maupun masyarakat umum.

6.2. Pemecahan Masalah

Upaya pemecahan masalah yang dilakukan adalah

a. Mengajukan anggaran untuk pengadaan kendaraan pada tahun berikutnya.


b. Pemerintah kabupaten/kota diharapkan dapat melaksanakan pembinaan
terhadap pentingnya kesehatan hewan dan kesehatan pangan asal hewan
sehingga dapat membina unsur-unsur yang terkait didalamnya sehingga
output yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
c. Mensosialisasikan kepada kabupaten/kota serta para peternak pentingnya
fungsi pemeriksaan dan pengujian laboratorium guna mendukung
peningkatan program kesehatan hewan dan kesehatan pangan asal hewan.
d. Mempublikasikan keberadaan UPT Laboratorium Kesehatan Hewan Provinsi
Bali sehingga dapat berfungsi secara maksimal.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan UPT. Laboratorium Kesehatan


Hewan pada tahun 2016 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kegiatan dibandingkan sasarannya secara fisik hampir


keseluruhan dapat tercapai (100%).
2. Jumlah keuangan dan realisasi keuangan tahun 2016 yang bersumber dari
APBD dan APBN adalah sebagai berikut :
- Dana APBD
 Program Peningkatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Ternak :
Jumlah anggaran Rp.1.246.091.070,-, realisasi fisik (100%) dan
realisasi keuangan Rp.1.149.602.050,- (92,26%).

 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran


Jumlah anggaran Rp.349.849.759,-, realisasi fisik (100%). Realisasi
keuangan Rp.329.927.341,- (94,31%).

 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur


Jumlah anggaran Rp.267.939.660,-, realisasi fisik (100%). Realisasi
keuangan Rp.267.577.370,- (99,86%).

- Dana APBN

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan

 Dana Dekonsentrasi Jumlah anggaran Rp.400.000.000,-, realisasi fisik


(100%), Realisasi keuangan Rp.305.786.350,- (76,45%).
 Dana Tugas Pembantu (TP) jumlah anggaran Rp 414.000.000,-
realisasi fisik (100%). Realisasi keuangan Rp.409.446.800,- (98,90 %).
3. Total pengujian contoh penyakit hewan dan bahan asal hewan serta olahan
bahan asal hewan sampai bulan Nopember 2016 adalah 42.184 contoh,
dari target 13.400 contoh.
4. Hasil pengujian contoh Identifikasi Telur Cacing Gastrointestinal (parasit
gastrointestinal) pada tahun 2016 sampai bulan Nopember 2016 sebanyak
2952 contoh. Sebanyak 2.818 contoh dari kelompok ternak
simantri/kelompok ternak masyarakat, 134 contoh dari kawasan konsevasi
hewan. Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada
beberapa kabupaten yang infestasi telur cacing tinggi dan perlu perhatian
dari kabupaten.
5. Pengujian Brucellosis/Rose Bengal Test dengan mengambil contoh darah
dari kelompok ternak sapi simantri/kelompok ternak masyarakat yang diuji
pada tahun 2016 adalah sebanyak 1.028 contoh. Hasil pengujiannya
melalui uji RBT menunjukkan bahwa dari hasilnya negatif antibodi Brucella.
6. Pengujian Penyakit AI dengan Rapid Avian Influenza Virus dengan
mengambil contoh di seluruh pasar unggas/pengepul di seluruh Bali
Jumlah contoh yang diuji sebanyak 360 contoh dengan hasil 2 contoh
positif rapid AI dan diuji AI Isolasi di Bbvet Denpasar dengan hasil negatif.
7. Pengujian Penyakit Rabies (FAT), yang disubkontrakkan dengan BBVet
Denpasar sebanyak 211 contoh dan hasil pengujian menunjukkan bahwa
dari contoh yang dikirim melalui UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan ada
19 contoh yang positif.
8. Pengujian Salmonella Pullorum dilakukan dengan total contoh yang diuji
sampai Nopember 2016 sebanyak 36.547 contoh dengan hasil pengujian
positif 63 contoh terhadap infeksi kuman Salmonella pullorum dan
dilakukan uji lanjutanan dengan Isolasi identifikasi dengan hasi negatif.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
9. Pengujian residu antibiotik (Screening test) untuk golongan tetrasiklin,
penisilin, aminoglikosida dan makrolida pada produk bahan asal hewan
dimana pengujiannya disubkontrakkan di BBVet Denpasar. Dari 75 contoh
yang disampling dan diuji screening antibiotika dengan hasil negatif residu
antibiotika.
10. Pengujian untuk penambahan bahan kimia berbahaya (Formalin dan
Boraks) pada bahan asal hewan dan olahan bahan asal hewan di
kabupaten/kota se Bali dengan metode tes cepat lapangan dengan jumlah
contoh 469 untuk uji formalin dan 37 untuk uji boraks, dimana hasilnya
negatif terhadap penyimpangan penggunaan bahan kimia berbahaya
(formalin dan boraks).
11. Jumlah contoh cemaran mikroba sampai bulan Nopember 2016 sebanyak
454 contoh, data hasil pengujian menunjukkan nilai TPC/Total Plate Count
dan Coliform paling banyak yang melebihi BMCM (Batas Maksimal
Cemaran Mikroba). Hasil uji TPC 215 contoh nilai melebihi BMCM, semua
contoh negatif Salmonella sp., hasil uji Coliform 121 contoh nilai melebihi
BMCM, hasil uji E.coli 2 contoh melebihi nilai BMCM dan semua contoh
untuk uji Staphylococcus sp nilai memenuhi BMCM.
12. Pengujian kualitas air susu dengan uji warna, bau, rasa dan kekentalan, uji
reduktase, uji BJ sebanyak 14 contoh dan uji pH sebanyak 4 contoh dari 51
contoh yang diuji menunjukkan hasil tidak sesuai dengan SNI.
13. Target pengujian contoh FAT (Rabies) sebanyak 345 tidak terealisasi
karena ada perubahan PP Nomor 35 tahun 2015 tentang perubahan biaya
pengujian.

2.2.Saran

1. Manajemen UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan mempunyai komitmen


untuk melakukan pengkajian manajemen dalam rangka peningkatan kinerja
laboratorium secara berkesinambungan.
2. Peningkatan kemampuan SDM UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan dengan
merancang program pelatihan, magang/inhouse traning dan studi banding
yang berbasis pada kompetensi laboratorium.
Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016
ii
3. Pengembangan laboratorium dengan penambahan sarana dan prasarana
serta dukungan dana yang cukup untuk pengembangan metode uji dalam
pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian, sehingga dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat (Public Service).
4. Basis pelayanan tidak hanya menekankan pada jumlah contoh yang dapat
diuji tetapi pada kualitas hasil pemeriksaan dan pengujian yang dihasilkan.

VIII.PENUTUP

Demikian laporan ini disusun sebagai pertanggungjawaban UPT.


Laboratorium Kesehatan Hewan terhadap tupoksi dan alokasi anggaran sesuai
dengan DPA/DPPA dan DIPA/Revisi DIPA tahun 2016. Meskipun terdapat berbagai
kekurangan, laporan ini dapat dijadikan pedoman dan bahan evaluasi dalam
pelaksanaan kegiatan pada tahun berikutnya.

Akhirnya, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu kelancaran pelaksanan kegiatan pada UPT.
Laboratorium Keswan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun
2016, semoga Ida Sang Hyang Widi/Tuhan Yang Maha senantiasa selalu
melimpahkan rahmatnya kepada kita sekalian.

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii
BAB X
PENUTUP

Faktor utama yang menunjang berbagai hasil yang telah dicapai sepanjang
tahun 2016 adalah adanya komitmen dan dukungan dari pimpinan serta seluruh
jajaran staf Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dalam upaya
meningkatkan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Selain itu walaupun secara
kwantitas masih terbatas, dukungan kemampuan personil yang memadai juga menjadi
salah satu penentu keberhasilan pencapaian kinerja di tahun 2016.

Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Tahun
2016 diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja
bagi pihak yang membutuhkan, untuk penyempurnaan dokumen perencanaan,
pelaksanaan program, kegiatan serta penyempurnaan berbagai kebijakan yang
diperlukan.

Denpasar, Juni 2017

Kepala Dinas Peternakan dan


Kesehatan Hewan Provinsi Bali,

Ir. I Putu Sumantra, M.App.Sc

Pembina Utama Madya

Nip. 19580919 198503 1 016

Laporan Tahunan Dinaskkeswan Prov.Bali Tahun 2016


ii

Anda mungkin juga menyukai