PENDAHULUAN
Proses globalisasi dan otonomi daerah telah memunculkan paradigma baru didalam
tatanan pemerintahan, yaitu mendorong pemerintah untuk lebih menfokuskan diri berperan
sebagai fasilitator, akselerator dan regulator, agar mampu menjawab tantangan, perubahan
lingkungan guna mendorong munculnya daya saing daerah, melalui proses kreatif masyarakat
dalam mengelola sumber daya tersedia.
Selanjutnya di era reformasi ini, peran pemerintah selalu diawasi dengan ketat, baik
melalui pengawasan internal dan eksternal maupun masyarakat, sehingga pemerintah harus
membangun akuntabilitas, transparansi dan partisipasi secara konsisten dan berkelanjutan.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam kapasitasnya sebagai fasilitator,
akselerator dan regulator urusan dan kewenangan pemerintah pada sektor peternakan di Jawa
Barat, dalam mendorong kinerja peternakan ditempuh melalui berbagai kebijakan dan
program yang mengacu ke pada dokumen perencanaan pembangunan.
Sampai saat ini pembangunan peternakan belum sepenuhnya mampu memberikan
kesejahteraan bagi para peternak serta terhadap masyarakat secara wajar dan merata. Dalam
penyediaan kebutuhan masyarakat terhadap komoditas telur, daging dan susu sampai saat ini
baik jumlah maupun keterjangkauan masih memerlukan pasokan dari luar, karena produksi
dan distribusi produk masih terkendala berbagai faktor. Dilain pihak melihat laju
pertumbuhan penduduk di Jawa Barat relatif tinggi dibandingkan dengan daerah lain yaitu
tercatat laju pertumbuhan penduduk selama 10 (sepuluh) tahun terakhir yaitu pada tahun
2000-2010 adalah sebesar 1,90%, demikian pula pengaruh dari income per capita Jawa Barat
serta tingkat pendidikan, akan mendorong permintaan konsumsi produk peternakan secara
terus meningkat. Apabila mengacu kepada Standar Gizi Nasional rekomendasi Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (1993) konsumsi protein minimal masyarakat adalah sebesar 39
gr/kap/hr asal nabati dan 18 gr/kap/hr asal hewani (termasuk ikan). Sedangkan untuk protein
hewani asal ternak sebesar 6,00 gr protein/hari. pada tahun 2012* tingkat konsumsi protein
yang berasal dari ternak di Jawa Barat baru mencapai konsumsi rata-rata 6,71 gr prot/kap/hr.
Apabila melihat populasi ternak, Jawa Barat mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan provinsi lain, antara lain dapat dilihat pada tahun 2012 populasi ternak ayam ras
pedaging tercatat sebanyak 610.436.303 ekor, ayam buras sebanyak 27.224.219 ekor, ayam
ras petelur sebanyak 12.271.938 ekor, dan Itik sebanyak 8.773.043 ekor,. Adapun ternak
lainnya seperti ternak domba tercatat sebanyak 8.249.844 ekor, kambing sebanyak 2.303.256
ekor, sapi potong sebanyak 429.637 ekor, dan sapi perah sebanyak 136.054 ekor. (sumber :
Statistik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012)
Komoditi ternak unggas (ayam ras, ayam buras dan itik), mempunyai kontribusi besar
sebagai penghasil daging unggas yang cukup dapat diandalkan, hal ini terlihat dari total
produksi daging unggas yang berasal dari komoditi tersebut pada tahun 2012 tercatat
sebanyak 537.023 ton (82,86%) dari total produksi daging secara keseluruhan sebesar
648.112 ton. Sedangkan untuk produk susu, Jawa Barat pada tahun 2012 mampu
menghasilkan 281.438 ton susu, dan untuk produk telur Jawa Barat sebanyak 194.699 ton.
(Sumber : Statistik Peternakan Jawa Barat Tahun 2012)
Selain dari hal-hal tersebut diatas, Berdasarkan angka BPS menurut harga konstan,
pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2011** sebesar Rp.
343,11 trilyun termasuk minyak dan gas bumi. Kontribusi sektor Pertanian mencapai sebesar
Rp. 42,10 trilyun atau sekitar 12,27%. (sumber data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Barat 2012) ** angka sementara
Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya menyumbang sekitar 5,53 Trilyun atau sekitar
13,14% terhadap sektor pertanian. Secara keseluruhan kondisi peternakan Jawa Barat
didalam perspektif pembangunan ekonomi di Jawa Barat, masih belum menjadi prioritas
utama dalam menunjang pencapaian sasaran Indeks Pembangunan Manusia, khususnya pada
indeks daya beli. Hal ini antara lain fokus pembangunan sampai saat ini masih dititik
beratkan kepada sektor pendidikan, kesehatan dan penyediaan infrastruktur. Sehingga dengan
keterbatasan anggaran pemerintah pada sektor pertanian tersebut, maka diperlukan
peningkatan partisipasi dunia usaha dan industri untuk berperan dalam menghela
pembangunan, dilain pihak sampai saat ini segmentasi sektor peternakan masih didominasi
oleh para peternak kecil di pedesaan, yang belum berorientasi kepada industri sehingga
output input produksi berjalan dengan skala kecil-kecil dan tersebar diberbagai tempat serta
dalam satuan waktu dan standar produksi yang berbeda, sehingga distribusi input output tidak
efisien dalam meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelakunya.
Peran terbesar dari pembangunan memang berasal dari masyarakat dan swasta, namun
peran pemerintah walaupun persentasenya kecil sangat berpengaruh dalam menunjang laju
pertumbuhan ekonomi. Fasilitasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdampak luas terhadap Potensi Sumber Daya yang
dibutuhkan dalam pengembangan peternakan di Jawa Barat, sebenarnya cukup tersedia, baik
sumber daya ternak, lahan, manusia maupun teknologi, dengan ketersediaan akses
kelembagaan pembiayaan cukup terbuka. Demikian pula melihat peluang kebutuhan akan
produk peternakan bagi masyarakat Jawa Barat yang cukup tinggi, dengan melihat proyeksi
jumlah penduduk menurut kelompok umur di Jawa Barat pada tahun 2012** tercatat
sebanyak 44.316.790 jiwa merupakan peluang pasar yang sangat tinggi untuk menjaga
ketahanan pangan asal protein hewani. (Jawa Barat dalam angka 2012)
Melihat berbagai peluang, potensi dan permasalahan pada sektor peternakan di Jawa
Barat tersebut diatas, maka melalui perubahan kebijakan menjadi Agent Of Development akan
memberikan atmosfir yang lebih fokus peran pemerintah dan penentu akomodatif bagi para
pemangku peran peternakan untuk lebih berkiprah dalam pembangunan peternakan di Jawa
Barat, menunjang tercapainya Visi Jawa Barat.
Tuntutan perubahan pembangunan memerlukan perubahan sikap dari birokrasi
peternakan untuk lebih menjadi fasilitator pembangunan dan pelayan masyarakat agar
mampu merubah masyarakat dan swasta untuk lebih partisipatif dalam pembangunan
peternakan. Sejalan dengan kebijakan Pusat melalui Departemen Pertanian dan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat melalui Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), acuan
pembangunan pada sektor peternakan dilaksanakan melalui 4 Program, yaitu melalui
Program Peningkatan Produksi Pertanian. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian.
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak Dan ikan. Serta
Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan
Kehutanan. Untuk APBD Program yang dilaksanakan adalah: Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Aparatur, Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, Program
Peningkatan Sarana & Prasarana, Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan, Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik, Program
Peningkatan Produksi Pertanian, Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, Program
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan, dan Program
Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan
Kehutanan.
Alokasi anggaran untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
pada sub sektor peternakan di Jawa Barat pada tahun 2012 melalui sumber dana APBD
Provinsi Jawa Barat adalah sebesar Rp. 67.836.768.222,50 yang terdiri atas Belanja Tidak
Langsung untuk Gaji sebesar Rp 26.489.569.520,50 dan Belanja Langsung sebesar Rp.
41.347.198.702,- yang digunakan untuk membiayai sebanyak .... kegiatan.
Selain dari dana APBD, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat juga mendapat alokasi
anggaran APBN dari Kementerian Pertanian RI sebesar Rp 201.212.209.000,- yang berasal
dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebesar Rp. 93.706.347.000,- yang
terdiri dari dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 11.985.347.000,- dan Tugas Pembantuan sebesar
Rp. 81.721.000.000,- ; Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
dengan jumlah sebesar Rp. 4.902.110.000,- yang terdiri dari dana Dekonsentrasi sebesar Rp.
1.427.110.000,- dan Tugas Pembantuan sebesar Rp. 3.475.000.000,- ; Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Rp. 740.295.000,- untuk dana Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan sebesar Rp. 3.255.000.000,-
BAB II
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN
Mengacu kepada Visi Jawa Barat yang ditetap Dalam rancangan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Barat 2005-2025, tercantum visi jangka panjang Jawa
Barat yaitu Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Provinsi Termaju di Indonesia.
Selanjutnya di dalam RPJMD (2008-2013) yang merupakan tahapan kedua RPJPD, arah
kebijakan pembangunan ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan kesempatan lapangan kerja,
peningkatan aksebilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan
infrastruktur strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing,
rehabilitasi dan koservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah yang
menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat, meningkatkan aksesibilitas dan kualitas
pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, revitalisasi
pertanian, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan
konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintahan daerah untuk menyiapkan
kemandirian masyarakat Jawa Barat.
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada
di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka Visi
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008 2013 yang hendak dicapai dalam
tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah
Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera.
Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan
tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan Misi
Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 (lima)
Misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera.
1. Misi Pertama, Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan
Berdaya Saing.
2. Misi Kedua, Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi
Lokal.
3. Misi Ketiga, Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah.
4. Misi Keempat, Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan.
5. Misi Kelima, Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi.
Bidang Peternakan yang termasuk dalam Misi ke 2 Meningkatkan pembangunan
perekonomian regional berbasis potensi lokal, dalam Bidang Pertanian melalui kebijakan
dan program sebagai berikut :
Meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil pertanian, yang dilaksanakan melalui
program-program sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Produksi Pertanian, dengan sasaran:
A. Meningkatnya produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian, perkebunan,
dan peternakan;
B. Meningkatnya pengembangan benih/bibit unggul pertanian, perkebunan, dan
peternakan;
C. Meningkatnya pendapatan usaha tani komoditas pertanian, perkebunan dan
peternakan;
D. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja pertanian, perkebunan dan peternakan;
E. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian,
perkebunan, dan peternakan;
F. Meningkatnya diversifikasi produk usaha pertanian, perkebunan, peternakan, dan
kehutanan
G. Berkembangan Kawasan Agribisnis melalui penerapan model pengembangan
kawasan yang teruji, seperti: Agropolitan, Gerakan Multi Aktivitas Agribisnis
(GEMAR), dlsb.
H. Terlaksananya inovasi dan teknologi pertanian, perkebunan, dan peternakan yang
ramah lingkungan;
I. Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca panen.
2. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, dengan sasaran:
A. Meningkatnya kinerja sumber daya pertanian Jawa Barat;
B. Meningkatnya penyuluhan terhadap petani, peternak, dan pekebun;
C. Meningkatnya kemampuan peran kelembagaan usaha agribisnis;
D. Meningkatnya kualitas tata guna lahan dan air, terkendalinya konversi lahan
pertanian serta pencetakan lahan persawahan.
3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan, dengan
sasaran Terkendalinya hama dan penyakit tanaman, ternak, dan ikan.
4. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Perikanan dan Kehutanan, dengan sasaran:
A. Meningkatnya sarana pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan;
B. Meningkatnya pengembangan usaha pemasaran;
C. Meningkatnya sarana pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan;
D. Meningkatnya pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan;
E. Meningkatnya margin pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan;
F. Meningkatnya nilai tambah pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan.
Dari tabel tersebut diatas terlihat jumlah Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 berkurang 20 orang
dibandingkan dengan Tahun 2011, terjadi perubahan jumlah yaitu adanya 7 orang
alih tugas, juga terdapat pengurangan sebanyak 13 orang yang pensiun, dengan
rincian sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.2. Alih tugas dan Pensiun pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012
Pangkat
No. Nama/NIP Keterangan
Golongan Ruang
1 Ir. Zurmida IV/a Pensiun bulan Januari 2012
19551223 198303 2 002
2 Didin Hermawan III/b Pensiun bulan Februari 2012
19560110 198103 1 009
3 H. Endang Djaenudin II/c Pensiun bulan Maret 2012
19560228 198003 1 008
4 Ir. Ruhiyat Hendra Supena III/d Pensiun bulan Mei 2012
19560401 198203 1 010
5 Kartawi II/a Pensiun bulan Mei 2012
19560415 199003 1 006
6 Ir. Hj. Yenni Rochyani Gustiani III/d Pensiun bulan Juni 2012
19560503 198203 2 003
7 Ir. Suyud III/d Pensiun bulan Juni 2012
19560507 198603 1 002
8 Yusup II/b Pensiun bulan Juli 2012
19560605 198703 1 010
9 Pandi Sunarya II/a Pensiun bulan Agustus 2012
19560704 198303 1 007
Pangkat
No. Nama/NIP Keterangan
Golongan Ruang
10 Endang Suherman III/d Pensiun bulan September 2012
19560817 197710 1 001
11 Hj. Endang Setiarini III/d Pensiun bulan September 2012
19560812 198203 2 009
12 Ir. H. Dade Soedjana Priya IV/b Pensiun bulan Oktober 2012
19560921 198603 1 006
13 Eddy Syamsudin III/b Pensiun bulan Oktober 2012
19560903 198603 1 004
14 Rizka Siti Zakiyya, A.Md.Ak II/c Alih Tugas ke Dinas Kesehatan
19860207 201001 2 010 Prov.Jabar
15 Dinar Djuliawati II/b Alih Tugas ke BKD Prov.Jabar
19760729 200701 2 012
16 Tahyudin II/b Alih Tugas ke Biro Keuangan
19770310 200701 1 007 Setda Prov.Jabar
17 Otong Supriatman II/b Alih Tugas ke Dinas Kesehatan
19761212 200701 1 005 Prov.Jabar
18 Asep Mu'min II/a Alih Tugas ke Dinas Satpol PP
19800412 201001 1 006 Prov.Jabar
19 Yudiah Sri Purnawanti, SE, MM III/b Alih Tugas ke Diskominfo
19700315 199401 2 002 Prov.Jabar
20 R. Nani Sumarni III/a Alih Tugas ke KPID Prov.Jabar
19660620 198703 2 003
2. Mutasi Kepangkatan
A. Kenaikan Pangkat
Kenaikan pangkat merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan
oleh pemerintah kepada pegawai, dalam rangka memberikan penghargaan
dan pembinaan tersebut serta untuk lebih meningkatkan motivasi yang lebih
baik kepada pegawai yang berprestasi, maka tahun 2012 telah dilaksanakan
proses kenaikan pangkat, diberikan secara langsung kepada 60 orang,
dengan rincian pada tabel berikut ini :
Tabel 3.3. Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang Naik
Pangkat/ Golongan pada Tahun 2012
No Golongan Jumlah Pegawai (orang)
1 IV/c IV/d -
2 IV/b IV/c -
3 IV/a IV/b 2
4 III/d IV/a 2
5 III/c III/d 4
6 III/b III/c 2
7 III/a III/b 6
8 II/d III/a 1
9 II/c II/d 6
10 II/b II/c 1
11 II/a II/b 24
12 I/d II/a -
13 I/c I/d 3
14 I/b I/c -
15 I/a I/b 9
Jumlah 60
Dengan perubahan kepangkatan tersebut diatas, maka jumlah Pegawai
Negeri Sipil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sampai dengan bulan
Desember 2012, berdasarkan pangkat dan golongan sebagaimana tertera
pada tabel dibawah ini.
B. Mutasi Jabatan
Dalam Tahun 2012 di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat terdapat mutasi jabatan berupa rotasi jabatan maupun promosi
sebanyak 12 orang dapat dilihat pada Lampiran 2.
D. Cuti
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang
Cuti Pegawai Negeri Sipil, pada tahun 2012 telah diberikan Cuti sesuai
dengan haknya atas dasar permohonan masing masing, seperti tertera pada
tabel berikut ini :
Tabel 3.7. Jumlah Pagu Anggaran Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2011 dibandingkan dengan Tahun 2012
Tahun/Persentase
No. Anggaran Sumber
2012 2011 %
A APBD 67.836.768.222.50,- 60.324.690.714,- 4,4 %
(Naik)
B APBN Dana 101.837.752.000,- 56.898.702.000,- 55,87%
Dekonsentrasi dan (Naik)
Dana Tugas
Pembantuan
Jumlah 169.674.520.222,- 117.223.392.714,- 4,20%
2. Anggaran Pendapatan
Tahun 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat memiliki potensi PAD
sebesar Rp. 2.527.335.000,- yang bersumber dari :
A. Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah;
B. Retribusi Pemeriksaan Hewan dan BAH antar Provinsi, Makanan Ternak
serta Penyidikan Penyakit Hewan.
Awal tahun 2012 Anggaran Pendapatan Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat ditargetkan sebesar Rp. 2.517.335.000,- setelah perubahan menjadi
Rp.2.527.335.000,-. Adapun pencapaian PAD Dinas Peternakan Tahun 2012
Tabel 4.1. Lokasi titik tumbuh pada wilayah kawasan peternakan di Jawa Barat
Selatan Sejak tahun 2009
No Kabupaten Titik Tumbuh Kawasan
1. Sukabumi Kec. Surade
2. Cianjur Kec. Agrabinta
3. Garut Kec. Caringin, Kec. Mekar Mukti, Kec. Pameungpeuk
4. Tasikmalaya Kec. Cipatujah, Kec. Panca Tengah
5. Ciamis Kec. Cijulang
2. Pengembangan Kawasan Ternak Domba dan Sapi
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Bantuan Sosial atau
Hibah instalasi Pengolahan Pakan dan limbah Pertanian serta instalasi Pengolahan
Limbah Peternakan dilaksanakan sosialisasi serta pembekalan pengetahuan dan
keterampilan bagi para peternak. Kegiatan pembekalan ini dilaksanakan melalui
pelatihan teknis pada kelompok bantuan hibah Pengolahan Pakan dan Limbah
Pertanian dan bantuan hibah Pengolahan Limbah Peternakan dilaksanakan pada 5
Kelompok pada 4 kabupaten yang sudah dipilih sesuai hasil CPCL dari
kabupaten.
Tujuan dari pelatihan teknis ini agar para anggota kelompok memahami
teknis operasional instalasi Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian serta
Pengolahan Limbah Peternakan, dan dapat memanfaatkan semaksimal mungkin
alat dan mesin yang diberika sehingga dapat berdayaguna dan berhasilguna sesuai
dengan sasaran yang diharapkan dan anggota kelak dapat merasakan dan
menikmati hasil dari kegiatan pengolahan tersebut baik bagi dirinya sendiri
maupun kemajuan kelompoknya.
Adapun kelompok penerima bantuan Hibah Instalasi Pengolahan Pakan dan
Limbah Pertanian serta Pengolahan Limbah Peternakan sebagai berikut :
Tabel 4.2. Kelompok penerima bantuan Hibah Instalasi Pengolahan Pakan dan
Limbah Pertanian serta Pengolahan Limbah Peternakan
Dengan adanya paket hibah dalam bentuk bahan bangunan, alat dan mesin
serta bahan-bahan perlengkapan pendukung, maka kewajiban kelompok penerima
adalah berperan aktif, baik dalam menyediakan tenaga kerja maupun swadaya
untuk membangun instalasi tersebut.
4.2. KEGIATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN ALAT MESIN
PETERNAKAN TAHUN 2012
1. Koordinasi Kerjasama Teknologi dalam Program Hibah Kompetisi Berbasis
Institusi (PHK-I) dengan Perguruan Tinggi.
Kegiatan PHKI-Unpad merupakan bentuk kerjasama antara Unpad,
Bappeda Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai
manifestasi dari kegiatan pembangunan daerah yang mengintegrasikan peran
perguruan tinggi dan daerah.
Kegiatan integrasi yang dilakukan adalah pemberdayaan dan pembelajaran
masyarakat melalui introduksi pejantan unggul pada populasi domba lokal di
kelompok ternak, introduksi itik Rambon, pemanfaatan limbah peternakan untuk
produksi gas, introduksi teknologi pembuatan pakan ternak, introduksi teknologi
penetasan telur itik, dan pemanfaatan kaliandra untuk meningkatkan produktivitas
lahan dan diversitas produk pangan sumber protein nabati.
Integrasi pertanian-peternakan dalam konsep pembagunan peternakan
merupakan konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan masud perubahan
kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Subang, Indramayu dan
Cirebon dalam peningkatan calon kelompok baru.
A. Data kelompok Ternak domba pada pelaksanaan kegiatan PHK-I, adalah :
a. KAB. INDRAMAYU :
Nama Kelompok : Gebang Sari
Lokasi : Desa Longok, Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu
Ketua : Wardono
Sekretaris : Carwaji
Bendahara : Kumedi
b. KAB. CIREBON :
Nama Kelompok : Gimbal Jaya
Lokasi : Desa Slendra, Kec. Gegesik, Kab. Cirebon
Ketua : Muhadi
Sekretaris : Junaedi
c. KAB. SUBANG :
Nama Kelompok : Sugih Mukti
Lokasi : Desa Sadawarna, Kec. Cibogo, Kab. Subang
Ketua : Main
Sekretaris : Sarmin
Bendahara : Rustawan
Tabel 4.3. Potensi Limbah Sapi Perah di Sentra Utama Sapi Perah di Bandung
Utara dan Bandung Selatan
Potensi Kotoran
Uraian Populasi (ekor)
Ternak (kg/hr)
Kawasan Bandung Utara
- Kec. Lembang 21.437 535.925
- Kec. Cisarua 11.406 285.150
- Kec. Parongpong 5.784 144.600
Kab. Bandung Barat 40.818 1.020.450
Kawasan Bandung Selatan
- Kec. Pangalengan 16.235 405.875
- Kec. Kertasari 7.228 180.700
- Kec. Pasir Jambu 5.236 130.900
Kab. Bandung 36.403 910.075
Jawa Barat 139.970 3.499.250
Selain itu dengan teknologi biogas. Biogas adalah gas yang mudah terbakar
(flammable), yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh
bakteri anaerob. Secara umum, semua bahan organik dapat diproses menjadi
biogas, namun salah satu yang paling baik dijadikan biogas adalah bahan organik
dari kotoran ternak (berbentuk padat dan cair). Teknologi biogas adalah teknologi
fermentasi bahan organik sehingga menghasilkan gas metana untuk kebutuhan
sehari-hari di dalam alat berupa penghasil biogas.
Tabel 4.6. Pencapaian Populasi Ternak Tahun 2011 2012 di Jawa Barat
R
Realisasi Target R/T
No Jenis Ternak 11-12
2011 2012 2012 (%) (%)
1. Sapi Potong 422.989 429.637 345.318 124,42 1,57
2. Sapi Perah 139.970 136.054 121.180 112,27 (2,80)
3. Kerbau 130.157 121.854 153.496 79,39 (6,38)
4. Kuda 14.080 14.418 13.283 108,54 2,40
5. Kambing 2.016.867 2.303.256 1.603.365 143,65 14,20
R
Realisasi Target R/T
No Jenis Ternak 11-12
2011 2012 2012 (%) (%)
6. Domba 7.041.437 8.249.844 6.847.862 120,47 17,16
7. Babi 9.846 7.620 7.575 100,59 (22,61)
8. Ayam Buras 27.396.416 27.224.219 31.301.374 86,97 (0,63)
9. Ayam Ras Petelur 11.930.515 12.271.938 12.882.470 95,26 2,86
10. Ayam Ras Pedaging* 97.210.574 101.739.384 97.163.863 104,71 4,66
11. Itik 9.310.715 8.773.043 11.756.314 74,62 (5,77)
*) 1 periode (dalam 1 tahun ada 6 periode sehingga populasi ayam ras pedaging
dalam 1 tahun sebanyak 610.436.303 ekor)
B. Produksi Telur
Produksi telur secara keseluruhan pada tahun 2012 mengalami
penurunan sebesar (2,48%) dibandingkan tahun 2011. Laju pertumbuhan
telur yang meningkat hanya telur ayam ras petelur sekitar 3,74%, sedangkan
produksi telur lainnya mengalami penurunan diantaranya telur itik turun
menjadi (13,60%) dan ayam buras sekitar (3,15%). Penurunan produksi
telur itik sangat erat kaitannya dengan populasi itik yang memang saat ini
populasinya turun dibandingkan tahun 2011. Kontribusi produksi telur
tahun 2012 dari jumlah 219.407 ton, sekitar 61,70% bersumber dari ayam
ras petelur yaitu sebesar 131.346 ton; dari itik sekitar 28,19% atau sebesar
68.929 ton dan dari ayam buras sekitar 10,11% atau sebesar 19.132 ton.
C. Produksi Susu
Produksi susu yang dihasilkan pada tahun 2012 sebesar 265.778 ton,
dengan laju pertumbuhan menurun sebesar (6,99%) dibandingkan dengan
data pada tahun 2011. Penurunan produksi susu ini berkatan erat dengan
menurunnya populasi sapi perah pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011.
Adapun rincian keragaman produksi hasil ternak terlihat sebagaimana
Tabel dibawah ini :
Tabel 4.7. Perkembangan Produksi Hasil Ternak Tahun 2011 s/d 2012 di
Jawa Barat
R
Realisasi Target R/T
No Jenis Ternak 11-12
2011 2012 2012 (%) (%)
R
Realisasi Target R/T
No Jenis Ternak 11-12
2011 2012 2012 (%) (%)
I. Daging 646.582 648.112 732.106 88,53 0,24
1. Sapi Lokal 63.475 64.589 53.956 119,71 1,75
2. Sapi Import 15.000 9.723 37.628 25,84 (35,18)
3. Kerbau 2.557 3.268 3.858 84,70 27,80
4. Kuda 30 39 342 11,30 30,93
5. Kambing 4.660 5.822 10.990 52,98 24,94
6. Domba 26.459 26.340 36.150 72,86 (0,45)
7. Babi 1,847 1.309 2.059 63,55 (29,16)
8. Ayam Buras 27.320 25.683 29.683 86,53 (5,99)
9. Ayam Ras Petelur 6.404 6.585 6.968 94,50 2,83
10. Ayam Ras Pedaging 492.413 498.862 543.752 91,74 1,31
11. Itik 6.417 5.892 6.720 87,68 (8,17)
C. Konsumsi Susu
Konsumsi susu pada tahun 2012 rata-rata mencapai mencapai 6,09
kg/kap/th. Pencapaian konsumsi susu tersebut dibandingkan dengan target
norma gizi sebesar 6,10 kg/kap/th telah mencapai 99,84%.
1 Kab. Bandung Barat UPTD BPTSP & HMT Cikole (Provinsi) 50 ekor
2 Kab. Cianjur UPTD BPPIBTSP Bunikasih Cianjur 50 ekor
(Provinsi)
3 Kab. Bandung UPTD Perbibitan Pasir Jambu, Disnakkan 30 ekor
Kab. Bandung
Kelompok Cikoneng 45 ekor
Kelompok Bina Warga 50 ekor
Kelompok Barokah 25 ekor
4 Kab. Bandung Barat Kelompok Mekar Rahayu 25 ekor
Kelompok Mekar Saluyu 25 Ekor
5 Kab. Garut Kelompok Sumber Sejahtera 50 Ekor
Kelompok Mekar Saluyu 50 Ekor
6 Kab. Sumedang UPTD Perbibitan Disnakan Kab. Sumedang 50 Ekor
1. Kabupaten Bandung 32
2. Kabupaten Bandung Barat 30
3. Kabupaten Bogor 5
4. Kabupaten Ciamis 18
5. Kabupaten Cianjur 10
6. Kabupaten Garut 26
7. Kabupaten Indramayu 6
8. Kabupaten Kuningan 10
9. Kabupaten Majalengka 6
10. Kabupaten Purwakarta 5
11. Kabupaten Subang 6
12. Kabupaten Sukabumi 5
13. Kabupaten Sumedang 9
14. Kabupaten Tasikmalaya 7
Tabel 5.3. Jumlah Perolehan Juara Setiap kabupaten/kota pada Kontes Ternak
Jabar Tahun 2012
1 Kabupaten Bandung 1 2 6 9
2 Kabupaten Bandung Barat 5 4 2 11
3 Kabupaten Bekasi
4 Kabupaten Bogor
5 Kabupaten Ciamis 1 1 2
6 Kabupaten Cianjur
7 Kabupaten Garut 2 1 1 4
8 Kabupaten Indramayu 1 1
9 Kabupaten Kuningan 1 1
10 Kabupaten Majalengka
11 Kabupaten Purwakarta 2 2
12 Kabupaten Subang 1 1
13 Kabupaten Sukabumi 1 1
14 Kabupaten Sumedang 1 1 2
15 Kabupaten Tasikmalaya 1 2 3
16 Kota Bandung
17 Kota Bekasi
18 Kota Bogor
19 Kota Tasikmaya
20 Kota Banjar 1 1 2
Jumlah 13 13 13 39
c. Pemeriksaan Label
Pada umumnya seluruh box DOC sudah berlabel, hanya ada
beberapa perusahaan pembibit yang warna dasar label masih tidak
sesuai dengan ketentuan SNI, dan ada pula yang tidak memakai Merk
Dagang karena dipakai untuk kalangan sendiri dan tidak
diperdagangkan seperti Nuyan Farm di Cianjur. Untuk DOC yang
diperdagangkan telah berisi keterangan sebagai berikut :
- Tanggal dan jam keluar dari mesin tetas
- Galur/Strain
- Nama dagang
- Tipe ayam bibit
- Jumlah isi kemasan
- Nama dan alamat perusahaan peternakan ayam bibit
- Tanggal vaksinasi marek (untuk ayam ras petelur)
Pada tahun 2012 rencana pengeluaran bibit ternak dari provinsi Jawa Barat
tidak tercatat, karena semenjak terbitnya Peraturan Gubernur No. 49 tahun 2011
perihal petunjuk pelaksanaan peraturan daerah Provinsi Jawa Barat nomor 7
tahun 2010 tentang penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu (berita daerah
Provinsi Jawa Barat tahun 2011 nomor 48 seri E) maka pemasukan/pengeluaran
benih/bibit ternak antar pulau atau antar provinsi tidak melalui mekanisme
penerbitan rekomendasi teknis dari OPD teknis atau Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat, melainkan langsung diterbitkan rekomedasinya oleh Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Pergub 49, 2011
tersebut rekomendasi pemasukan/pengeluaran benih/bibit antar pulau atau antar
provinsi masuk dalam kategori izin insidentil dengan durasi pelayanan selama 1
(satu) hari.
Pengawasan lalu lintas ternak khususnya pemasukan/ pengeluaran bibit dari
Jawa Barat ke luar provinsi atau pulau lain banyak mengalami kendala, salah
satunya adalah klausul dalam Pergub 49, 2011 tersebut. Selain itu belum adanya
kesepakatan bersama antar satu provinsi dengan provinsi lainnya mengenai
persyaratan pemasukan atau pengeluaran bibit ternak. Sehingga banyak
pemasukan maupun pengeluaran benih/bibit ternak tanpa penerbitan rekomendasi
dari Dinas Peternakan Provinsi yang berakibat benih/bibit yang masuk/keluar
tidak terpantau dan tercatat.
Berdasarkan hasil rekapitulasi surat rekomendasi Pemasukan dan
Pengeluaran Bibit Ternak tahun 2012 telah diterbitkan sebanyak 56 buah surat
pertimbangan teknis pemasukan benih/bibit ternak oleh Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat dengan rincian untuk pemasukan bibit ternak 56 buah surat dan
penundaan pemasukan bibit ternak sebanyak 1 buah surat.
Keterangan: n = 51 ekor
PB = Panjang Badan
TP = Tinggi Pundak
LD = Lingkar Dada
Lingkar PDepan = Lingkar Paha Depan
Lingkar Pbelakang = Lingkar Paha Belakang
Ukuran-ukuran tubuh sapi rancah dara disajikan pada Tabel 5.5. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa umur dan semua ukuran tubuh yang diamati
termasuk kategori seragam.
Tabel 5.5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Variasi Umur dan
Ukuran-ukuran Tubuh Sapi Rancah Dara
Ukuran-ukuran Tubuh
Umur Lingkar Lingkar
Statistik PB TP LD
(bulan) PDepan PBelakang
(cm) (cm) (cm)
(cm) (cm)
Rataan 22,15 113,26 120,59 150,89 75,15 78,74
Simpangan Baku 2,05 7,35 5,76 8,00 5,25 5,62
Koefisien Variasi (%) 0,09 6,49 4,78 5,30 6,99 7,14
Keterangan: n = 27 ekor
PB = Panjang Badan
TP = Tinggi Pundak
LD = Lingkar Dada
Lingkar PDepan = Lingkar Paha Depan
Lingkar Pbelakang = Lingkar Paha Belakang
Ukuran-ukuran tubuh sapi rancah dewasa disajikan pada Tabel 5.6. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa umur dan semua ukuran tubuh yang diamati
termasuk kategori seragam.
Keterangan: n = 23 ekor
PB = Panjang Badan
TP = Tinggi Pundak
LD = Lingkar Dada
Lingkar PDepan = Lingkar Paha Depan
Lingkar Pbelakang = Lingkar Paha Belakang
pH Daging
pH daging sapi Rancah setelah pemotongan mencapai 6,2. Rendahnya pH
daging berpengaruh terhadap nilai daya ikat air daging serta daya awet
daging tersebut.
Susut Masak
Nilai susut masak daging sapi Rancah berkisar 25-45%, hal ini
menunjukkan bahwa daging sapi rancah mengalami penyusutan yang cukup
besar pada proses pemasakan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya nilai daya
ikat air dan tingginya kandungan air pada daging.
Keempukan
Nilai keempukan daging sapi Rancah berkisar 35-96 mm/10 detik/gram.
Faktor yang mempengaruhi keempukan dapat digolongkan menjadi faktor
antemortem seperti genetik termasuk bangsa, spesies dan fisiologi, faktor
umur, jenis kelamin, dan stres dan faktor postmortem yang diantaranya
meliputi pemasakan, faktor lama dan temperatur penyimpanan, serta metode
pengolahan (Soeparno, 2005). Kesan keempukan secara keseluruhan
meliputi tekstur dan melibatkan tiga aspek pertama, kemudahan awal
penetrasi gigi ke dalam daging; kedua, mudahnya daging dikunyah menjadi
fragmen/potongan-potongan yang lebih kecil; dan ketiga jumlah residu yang
tertinggal setelah pengunyahan (Soeparno, 2005). Keempukan merupakan
salah satu indikator dan faktor utama pertimbangan bagi konsumen
dalam memilih daging yang berkualitas baik (Bredahl dan Poulsen, 2002
dalam Komariah dkk, 2009). Menurut Lawrie (1995), daya terima
konsumen terhadap daging dipengaruhi oleh keempukan, juiciness, dan
selera. Peningkatan DIA akan diikuti dengan peningkatan keempukan
(Ockerman, 1983).
1. Lumbung Pakan
Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khususnya
dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Dari aspek ekonomi biaya
pakan memberikan kontribusi hingga 70% dari seluruh biaya produksi, sedangkan
dari aspek teknis, kualitas pakan akan sangat berpengaruh kepada tingkat produksi
ternak (daging, telur, susu) dan produktivitas ternak. Fungsi pakan juga diarahkan
pada upaya pemeliharaan daya tahan tubuh dan kesehatan sehingga ternak tumbuh
sehat dan kuat. Upaya-upaya peningkatan produksi ternak ruminansia dan
Uunggas tidak akan terlepas dari perencanaan sistem manajemen ternak yang
Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 19
akan diterapkan, termasuk perencanaan penyediaan pakan. Dengan perencanaan
penyediaan pakan yang memadai dalam kuantitas dan kualitas untuk sepanjang
tahun, akan dapat dicapai efektivitas dan efisiensi biaya produksi usaha
peternakan. Pakan ternak ruminansia umumnya dikelompokan menjadi 2 (dua),
yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat serta tambahan vitamin dan mineral
sebagai suplemen (tambahan) pakan. Selama ini sebagian besar pakan hijauan
yang diberikan kepada ternak berupa rumput lokal atau rumput alam, baik yang
berasal dari padang penggembalaan umum maupun dari tempat-tempat lain
seperti pematang sawah, pinggir jalan, pinggir hutan, saluran irigasi atau
perkebunan. Jawa Barat memiliki potensi limbah pertanian dan hasil samping
agroindustri dengan jenis dan jumlah yang melimpah dan sangat potensial untuk
mengatasi permasalahan pakan. Disisi lain limbah tersebut banyak menjadi beban
bagi lingkungan. bahkan menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan,
terutama limbah tanaman pangan pada musin panen. Padahal saat musim
kemarau, pada saat produksi rumput dan hijauan lainnya menurun, hasil samping
tanaman pangan sangat dibutuhkan sebagai pakan. Pemanfaatan limbah pertanian
dan limbah agroindustri belum banyak dilakukan dan diketahui oleh para
peternak.
Tabel 5.7. Lokasi Lumbung Pakan Ternak Ruminansia dan Lumbung Pakan
Unggas.
Jawa Barat sampai saat ini memiliki beberapa Unit Pengolah Pakan
Ruminansia dan Unit Pengolah Pakan Unggas di beberapa kabupaten antara lain :
I. UPP Ruminansia
1. Purwakarta Taruna Karya Desa Warung Jeruk
Kecamatan Tegalwaru
Purwakarta **)
Perkembangan dan permintaan yang luar biasa ini, dari para petani
mengupayakan terpenuhinya bibit. Untuk antisipasi hal tersebut, petani sudah
menyiapkan bibit berupa stek batang yang siap untuk ditanam. Tanaman rumput
ini sudah menyebar di daerah Blitar, Kediri, Jawa Barat bahkan ada permintaan
dari Kalimantan.
Tabel 5.10. Distribusi Semen Beku dan Nitrogen Cair Tahun 2012
Semen Beku Sapi Potong
No Kabupaten/Kota N2 Cair
Brahman PO Simental Limousin Jumlah
1 Ciamis 1.490 1.600 1.300 3.200 7.590 4.980
2 Tasikmalaya 1.880 2.300 1.500 3.800 9.480 5.960
3 Garut 700 600 500 1.100 2.900 1.800
4 Cianjur 840 1.100 600 1.700 4.240 2.565
5 Sukabumi 700 1.000 500 1.100 3.300 1.580
B. Up Grading SIMI
Hasil dari pelaksanaan Up Grading SIMI adalah meningkatnya jumlah
petugas Inseminator baik wawasan maupun kemampuan petugas
Inseminator sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Inseminasi
Buatan, sehingga berdampak terhadap peningkatan jumlah pelayanan,
jumlah kebuntingan dan jumlah ternak-ternak yang lahir.
Surat Izin Melakukan Inseminasi (SIMI) mulai diterbitkan Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007. Jumlah SIMI Sapi Potong
yang telah diterbitkan sampai dengan 2012 tercatat sebanyak 216 buah.
1 Kab. Bandung 4 2 1 7
2 Kab. Ciamis 14 6 3 23
3 Kab. Cianjur 26 4 3 33
4 Kab. Garut 10 8 3 21
5 Kab. Karawang 6 6 2 14
6 Kab. Kuningan 8 4 2 14
7 Kab. Majalengka 11 4 2 17
8 Kab. Purwakarta 7 6 2 15
9 Kab. Subang 19 5 4 28
10 Kab. Sukabumi 12 3 2 17
11 Kab. Sumedang 20 7 5 32
12 Kab. Tasikmalaya 26 20 10 56
13 Kota Cirebon 2 2 1 5
14 Kota Tasikmalaya 2 1 1 4
15 Kab. Cirebon 7 6 5 18
16 Kab. Bekasi 9 5 2 16
17 Kab. Indramayu 8 4 2 14
18 Kab. Bandung Barat 3 3 4 10
19 Kab. Bogor 5 4 1 10
20 Kota Banjar 1 1 1 3
Tabel 5.14. Perkembangan Impor Sapi dan Kerbau Provinsi Jawa Barat
Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011 2012
A SAPI
1 Rencana Pemasukan 164.250 340.000 482.050 440.250 343.000
2 Realisasi Pemasukan 80.597 183.785 136.509 90.000 111.091
B KERBAU
1 Rencana Pemasukan - 6.600 3.000 5.100 5.850
2 Realisasi Pemasukan - 1.304 - 330 -
Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai dua tugas
pokok yaitu pembinaan di bidang kesehatan hewan (keswan) dan kesehatan masyarakat
veteriner (kesmavet). Kesehatan Hewan diartikan sebagai segala urusan yang berkaitan
dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian
dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik produksi, medik konservasi,
obat hewan dan peralatan kesehatan hewan serta keamanan pakan. Ruang lingkup keswan
dijabarkan melalui beberapa fungsi antara lain penolakan, pencegahan dan pemberantasan
penyakit hewan serta pelayanan kesehatan hewan. Sedangkan Sistem Kesehatan Hewan
Nasional (Siskeswanas) dilaksanakan dengan pendekatan 4 sub sistem yaitu sub sistem
pelayanan kesehatan hewan, pengamanan lingkungan budidaya, pengamanan sumber daya
serta pengamanan produksi/hasil ternak, dimana didalamnya terdapat perubahan paradigma
mengenai wawasan terhadap kesehatan hewan dari animal disease menjadi animal health.
Pelaksanaan program keswan dilakukan dengan misi :
1. Mengoptimalkan produktifitas dan reproduktifitas ternak menuju pemenuhan
kecukupan gizi masyarakat yang sehat dan berkualitas;
2. Mewujudkan status kesehatan hewan yang kondusif untuk menjamin kestabilan usaha
bidang peternakan yang lestari dan berdaya saing;
3. Melindungi ternak dari penyakit yang mengancam kelestarian sumber daya hewan dan
lingkungan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. Mewujudkan pelayanan kesehatan hewan yang profesional, efektif dan efisien.
Pengendalian penyakit hewan yang menjadi tugas Pemerintah terutama diarahkan pada
penyakit hewan yang mempunyai dampak kerugian ekonomi tinggi, penyebaran cepat serta
mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) yang tinggi.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor
59/Kpts/PD.610/05/07 tanggal 9 Mei 2007 ada 13 (tiga belas) penyakit hewan menular
strategis (PHMS) yang menjadi prioritas pengendalian di Indonesia yaitu Rabies, Avian
Influenza (AI), Brucellosis, Anthrax, Hogh Cholera, Salmonellosis, New Castle Disease
(ND), Jembrana, Infectiouse Bursal Disease (IBD), Septichaemia Epizootica (SE), Infectiouse
Bovine Rhinotracheitis (IBR), Bovine Viral Diareheae (BVD) dan Surra. Dari 13 PHMS
tersebut hanya 4 PHMS yang menjadi prioritas pengendalian di Jawa Barat yaitu AI, rabies,
anthrax dan brucellosis.
Pengawasan lalu lintas hewan dari, ke atau melalui Jawa Barat dilakukan di
daerah perbatasan dengan provinsi lain. Saat ini Jawa Barat memiliki 3 pos
pemeriksaan kesehatan hewan (check point) di perbatasan antarprovinsi yaitu :
A. Check Point Losari di Kab Cirebon yang berbatasan dengan Provinsi Jawa
Tengah bagian utara;
B. Check Point Banjar di Kota Banjar yang berbatasan dengan Provinsi Jawa
Tengah bagian selatan;
C. Check Point Gunung Sindur di Kec. Gunung Sindur Kab Bogor dimana
sampai saat ini masih dalam tahap sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku
usaha peternakan.
Tabel 6.2. Perbandingan Jumlah Hewan Qurban di Jawa Barat pada Tahun
2008 s.d 2012 (1429-1433 H)
Hewan Jumlah (ekor) Perbandingan
No
Qurban 2008 2009 2010 2011 2012 2011/2012
1. Sapi 24.010 26.812 38.280 48.568 70.433
2. Kerbau 535 301 513 654 803
Naik 4,1
3. Domba 135.845 154.763 177.947 176.269 140.177
%
4. Kambing 60.178 61.037 39.088 49.391 72.668
JUMLAH Ekor 220.568 242.612 255.828 274.882 284081
5. Pengamatan Rabies
Setelah sempat dinyatakan sebagai daerah bebas Rabies melalui Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 566/Kpts/PD.640/10/2004 tanggal
6 Oktober 2004 tentang Pernyataan Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat
Bebas dari Penyakit Anjing Gila (Rabies). Namun kasus positif rabies pada
anjing muncul kembali di Jawa Barat pada tahun 2005 (1 kasus), 2006 (3 kasus),
2007 (6 kasus), 2008 (6 kasus), 2009 ( 2 kasus), 2010 ( 1 kasus) dan 2012 ( 1
kasus) yang terjadi di Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan
Kota Sukabumi. Hasil surveilans Rabies yang dilakukan oleh BPPV Subang
adalah sebagaimana tabel berikut :
Tabel 6.3. Hasil Pengujian Titer Antibodi Rabies oleh BPPV Subang
Tahun 2012
Serologis Rabies
No. Kab./Kota
Jumlah Sampel Sero Positif
1 Kota Cirebon 1 -
2 Kota Bandung 1 1
8 Kab. Bandung 85 62
9 Kab. Cirebon 1 -
10 Kota Tasikmalaya 24 20
Dari 651 sampel yang diuji , 337 (51,77 %) sampel diantaranya menujukkan titer
positif rabies.
Dari Uji FAT yang dilakukan terhadap 61 ekor anjing dari 5 (lima) kab/kota,
diperoleh hasil 1 (satu) sampel positif FAT dan 61 sampel negtif FAT.
7. Pengamatan Brucellosis
Pengujian Brucellosis di Pulau Jawa dilakukan pada sapi perah, sapi potong,
kerbau, kambing, dan domba. Namun berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan, diperoleh hasil bahwa kasus Brucellosis di Jawa Barat masih terbatas
pada ternak sapi perah. Hasil pengujian brucellosis pada tahun 2012 yang
dilakukan oleh BPPV Subang, BP3HK Cikole, Lab Keswan Tipe C Kab.
Tasikmalaya, dan Bbalitvet Bogor adalah sebagai berikut :
A. Dari 8.818 spesimen darah sapi perah yang diuji , sebanyak 342 sampel
(3,88 %) positif RBT; dan dari 520 sampel yang diuji elisa sebanyak 144
(27,69 %) menunjukan hasil positif serta dari 86 sampel yang diuji CFT 62
(72,09%) menunjukan positif Brucellosis
Tabel 6.6. Hasil Pengujian Brucellosis Pada Sapi Perah Di Jawa Barat
Tahun 2012
Hasil Pengujian
Rbt Elisa Cft
No Kab./Kota
Jumlah Jumlah Jumlah
Positif Positif Positif
Sampel Sampel Sampel
1. Kab. Tasikmalaya 246 11 - - 22 9
2. Kab. Bekasi - - - - - -
3. Kab. Cianjur 663 13 5 0 2 2
4. Kab. Cirebon - 0 6 2 - -
5. Kab. Sukabumi 499 13 - - 2 2
6. Kab. Kuningan 551 0 - - - -
7. Kab. Bandung Barat 1.705 150 400 110 26 18
8. Kab. Subang 294 9 - - - -
9. Kab. Sumedang 2.447 42 82 5 13 13
10. Kab. Bandung 1.203 36 1 1 - -
11. Kab. Garut 806 8 - - 6 6
12. Kab. Majalengka 5 0 - - - -
13. Kab. Bogor 249 45 26 26 - -
14. Kota Bogor 150 15 - - 15 12
JUMLAH 8.818 342 520 144 86 62
Tabel 6.7. Hasil Pengujian Brucellosis Pada Sapi Potong di Jawa Barat
Tahun 2012
Pengujian
RBT ELISA CFT
No. Kab./Kota
Jumlah Jumlah Jumlah
Positif Positif Positif
Sampel Sampel Sampel
1 Kab. Tasikmalaya 103 0 0 0 0 0
2 Kab. Bekasi 101 0 0 0 0 0
3 Kab. Cianjur 93 0 0 0 0 0
5 Kab. Sukabumi 33 0 0 0 0 0
6 Kab. Karawang 134 0 0 0 0 0
Tabel 6.11. Pengujian IBR pada Ternak Sapi di Jawa Barat Tahun 2012
Sapi Perah Sapi Potong Total
No. Kabupaten
Positif Negatif Positif Negatif Jml Spl Positif
1 Bandung Barat 132 4 132 4
2 Bogor 169 46 39 7 208 53
3 Ciamis 134 17 134 17
4 Garut 139 17 139 17
5 Kuningan 184 7 56 0 240 7
6 Purwakarta 130 22 130 22
Hasil pengujian terhadap penyakit BVD yang dilakukan oleh BPPV Subang
dari 564 sampel yang diuji, 349 sampel (61,88 %) menunjukkan titer positif
antibodi terhadap BVD.
Tabel 6.12. Hasil Pengujian Titer Antibodi Terhadap BVD Tahun 2012
Elisa BVD
No. Kab./Kota
Jumlah Sampel Positif
1 Kab. Garut 37 37
2 Kab. Sumedang 31 21
3. Kab. Bandung Barat 62 46
4 Kab. Sukabumi 99 60
5 Kab. Bogor 83 58
6 Kab. Kuningan 77 19
7 Kab. Bandung 47 31
8 Kab. Cirebon 31 -
9 Kab. Cianjur 31 19
10 Kab. Subang 35 34
11 Kota Bogor 31 24
JUMLAH 564 349
Tabel 6.16. Alokasi distribusi vaksin Avian Influenza (di Jawa Barat)
tahun 2012
Jumlah Vaksin
No. Kabupaten
(Dosis)
1 Kab. Sukabumi 45.000
2 Kota Sukabumi 10.000
3 Kab. Cianjur 60.000
4 Kab. Garut 45.000
5 Kab. Tasikmalaya 50.000
6 Kab. Subang 30.000
Tabel 6.17. Alokasi distribusi desinfektan (di Jawa Barat) tahun 2012
Jumlah Desinfektan
No. Kabupaten
(Liter)
1 Kab. Sukabumi 75
2 Kota Sukabumi 30
3 Kab. Cianjur 50
4 Kab. Garut 50
5 Kab. Tasikmalaya 75
6 Kab. Subang 50
7 Kab. Majalengka 57
8 Kab.Kuningan 75
9 Kab.Bandung 60
10 Kota Bandung 50
11 Kota Cimahi 25
12 Kab. Sumedang 50
13 Kota Tasikmalaya 30
14 Kab Ciamis 75
15 Kota Banjar 30
16 Kab.Bogor 25
17 Kota Bogor 25
18 Kota Depok 25
19 Kab. Bekasi 50
20 Kota Bekasi 25
21 Kab. Purwakarta 50
2. Pemberantasan Rabies.
Dengan munculnya kasus rabies di Kabupaten Garut pada bulan November
2012 menyebabkan Jawa Barat Bebas Rabies menuju Pulau Jawa Bebas
Rabies menjadi terhambat. Beberapa hambatan yang menyebabkan diantaranya
adalah masih rendahnya coverage vaksinasi terhadap HPR.
Situasi penyakit Rabies di Jawa Barat selama 12 tahun terakhir adalah
sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut :
Tahun Kabupaten
2001 Kota Sukabumi (1) dan Kab. Cinajur (1)
2002 Kab. Bandung (2 kasus)
2003 Nol Kasus
2004 Nol Kasus
2005 Kab. Garut (1 kasus)
2006 Kab. Tasikmlaya (1 kasus)
Berdasarkan hasil diatas kiranya perlu tindak lanjut tindakan yang lebih
kongkrit dari seluruh jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
Fokus kegiatanpemberantasan rabies yang perlu ditingkatkan di Jawa Barat
adalah :
A. Intensifikasi Pengawasan HPR dan kasus-kasus penggigitan pada kegiatan
pemberantasan rabies di 5 daerah tertular atau berisiko tinggi yaitu
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut dan Kabupaten
Tasikmalaya serta Kota Sukabumi
B. Peningkatan kewaspadaan di 10 daerah terancam yaitu Kabupaten Subang,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Sumedang dan Ciamis serta Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota
Tasikmalaya dan Kota Banjar.
C. Pengamatan rabies dengan menginventarisir kasus-kasus penggigitan di 10
daerah bebas yaitu Kabupaten Bogor, Bekasi, Purwakarta, Karawang,
Cirebon dan Indramayu serta Kota Bogor, Depok, Bekasi dan Cirebon.
Pada tahun 2012 di Jawa Barat diperkirakan terdapat 125.114 ekor anjing
dengan perincian :
A. Di daerah tertular rabies (Kab Sukabumi, Cianjur, Garut dan Tasikmalaya
serta Kota Sukabumi), populasi anjing sebanyak 31.178 ekor terdiri dari
17.340 ekor anjing piara dan 14.838 ekor anjing liar/diliarkan.
B. Di daerah terancam rabies (Kab. Subang, Majalengka, Kuningan, Bandung,
Bandung Barat, Sumedang dan Ciamis serta Kota Bandung, Cimahi,
Tasikmalaya dan Banjar), populasi anjing sebanyak 75.039 ekor terdiri dari
48.254 ekor anjing piara dan 26.785 ekor anjing liar/diliarkan.
C. Di daerah bebas rabies, populasi anjing sebanyak 18.897 ekor terdiri dari
14.550 ekor anjing piara dan 4.347 ekor anjing liar/diliarkan.
3. Pencegahan Anthrax.
Berdasarkan situasi dan kondisi kejadian anthrax pada hewan dan manusia
dalam kurun waktu 1950 ~ 2008, maka ancaman terhadap penyakit anthrax akan
selalu ada.
Lokasi kejadian anthrax di Jawa Barat di 7 Kab./Kota Tahun 2012 dapat
dilihat pada lampiran ...
Dikarenakan sifat dan jenis dari bakteri penyebab Anthrax, maka suatu
daerah yang telah terjadi anthrax akan menjadi daerah endemis, yang mempunyai
ancaman terhadap kejadian anthrax di tahun-tahun berikutnya. Upaya yang dapat
dilakukan adalah melokalisir area, agar area endemis tidak meluas dan melakukan
tindak pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya anthrax pada hewan ternak
dan manusia.
Tabel 6.22. Distribusi vaksin Anthrax APBN dan APBD tahun 2012
No. Kabupaten Jumlah Vaksin (Dosis )
4. Pengendalian Brucellosis.
Pengendalian Brucellosis pada ternak sapi perah di Jawa Barat dilaksanakan
sebagai upaya membebaskan Pulau Jawa dari Brucellosis. Di Jawa Barat tercatat
populasi sapi perah sebanyak139.970 ekor ternak sapi perah yang terdiri dari
29.194 ekor jantan dan 110.776 ekor betina, dimana terdapat 71.160 ekor betina
dewasa, 21.373 ekor sapi dara dan 18.243 ekor pedet betina.
Vaksinasi brucella dilaksanakan minimal 1 kali seumur hidup dengan
booster 1 kali. Kegiatan pada tahun 2012 merupakan lanjutan dari tahun
sebelumnya, namun sulit untuk mengetahui jumlah ternak sapi perah yang telah
divaksinasi.
Pemberian vaksin secara full dosis diberikan pada sapi dengan status dara,
sedangkan pada sapi-sapi dengan status pernah melahirkan diberikan sebanyak
0,02 dosis. Hal ini menerangkan, mengapa mengapa hasil vaksinasi pada tabel 39
di bawah lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan banyaknya vaksin
yang didistribusikan.
HYPO
20% CLP
CYSTE
49% ENDO
8%
REPEAT BREEDER
DLL*
7%
4%
11%
Keterangan :
Hypo : Hipofungsi ovarium;
CLP : Corpus Luteum Persisten;
Cyste : Cistic Ovarium;
Endo : Endometritis;
Repeat Breeder : Kawin berulang
Dalam rangka mendapatkan kualitas produk peternakan (daging, susu dan telur)
yang Aman, Sehat Utuh dan Halal, (ASUH) memerlukan penerapan hygiene sanitasi
Produk hewan, khususnya pangan asal hewan, adalah produk yang berpotensi
berbahaya atau potentially hazardous foods, dapat mengandung bibit penyakit
(kuman/bakteri, virus, cacing, racun, dll)
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, dalam Bab III, Pasal (4) bahwa Hak konsumen adalah hak atas
kenyamanan, keamanan & keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa.
Disamping itu dalam Deklarasi FAO/WHO (1992) pada International Conference on
Nutrition bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh pangan yang cukup bergizi dan
aman dikonsumsi.
Pangan, termasuk pangan asal hewan, harus aman (safe) dan layak (suitable for
human consumption) (Code of Hygienic Practice, Codex Alimentarius Commission)
Untuk mendapatkan Produk Hewan yang HAUS maka seluruh tahapan
produksinya dilaksanakan dengan memenuhi kaidah Good Manufacturing Practices
(GMP) yang meliputi terpenuhinya persyaratan bangunan dan peralatan, higien dan
sanitasi serta proses produksi yang baik dan benar.
Tabel 6.32. Jumlah Unit Pangan Asal Hewan yang Sudah Mendapat Sertifikat
NKV di Jawa Barat Tahun 2006 sd. 2012
Jumlah yang mendapat NKV (unit)
No. Unit Pangan Asal Hewan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-
Pemerintah - - - 1 -
1. RPH- Ruminansia
-
Swasta 2 1 2 2 -
8. Retail Swasta 1 - - - 1 13 2
JUMLAH 5 4 12 20 11 35 37
Jumlah importir daging dari tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami
peningkatan sejalan dengan penurunan jumlah importasi daging yaitu pada
tahun 2010 sebesar 53 %, tahun 2011 sebesar 34,9 %, dan tahun 2012
sebesar 18,63 %. Daftar importir daging di Jawa Barat tahun 2010-2012
dapat dilihat pada lampiran ...
B. Importasi produk olahan susu sebanyak 266.629 ton kepada 28 perusahaan
importir hasil olahan susu di Jawa Barat yaitu :
a. PT. Abbott di Kota Depok (importir produk susu kemasan)
b. PT. Anta Tirta Kirana di Kabupaten Bogor (importir produk olahan
susu)
c. PT. Arnotts Indonesia di Kabupaten Bekasi (importir produk olahan
susu untuk diolah kembali menjadi biscuit, dll)
d. PT. Brenntag do Kabupaten Bekasi (importir produk olahan susu
kemasan/merk Promilk, dll)
e. PT. Ceres di Kabupaten Bandung (importir produk olahan susu untuk
diolah kembali menjadi permen coklat, biscuit, dll)
f. PT. Dairygold Indonesia di Kabupaten Bekasi (importir produk olahan
susu berupa bahan keju untuk diolah kembali).
g. PT. Foodindo Dwivestamas di Kabupaten Bekasi (importir produk
keju dan tepung bumbu untuk diolah kembali)
D. Importasi Produk Hewan Non Pangan olahan sebanyak 4.920,2 ton dari 7
unit usaha yaitu :
a. PT. Bahama Pelita Abadi di Kabupaten Bogor (importir kulit sapi
mentah garaman)
b. PT. Cahaya Kurnia Permai di Kabupaten bandung Barat (importir
Harden Fats/minyak bulu domba)
c. PT. Goo. Indonesia Chemical di Kabupaten Bekasi (importir
Hidrogenated Tallow)
d. PT. Victory Garmintex di Kabupaten Bandung Barat (importir
wool/Scoured Bulu Domba)
e. PT. Ceto Sukses Abadi di Kabupaten Bogor (importir Kulit Sapi
Mentah Garaman/BrinecuredCow/Ox Hides)
f. PT. Segara Banyu Perkasa di Kota Bekasi (importie Kulit Sapi
Mentah Garaman/Dry Wessalted)
Pada bulan Mei tahun 2011 telah terjadi penghentian importasi sapi potong
dari Australia yang disebabkan oleh beredarnya rekaman pemotongan hewan
dibeberapa Rumah Potong Hewan Ruminansia Pemerintah di Indonesia. Pada
rekaman kegiatan pemotongan di beberapa RPH Ruminansia menunjukkan
bagaimana perilaku para pemotong terhadap ternak dengan tidak memperhatikan
kesejahteraan hewan. Tayangan ini mengakibatkan masyarakat Australia marah
dan melarang pemerintah Australia mengirimkan sapi potong ke Indonesia.
Namun dengan berbagai upaya yang dilakukan akhirnya pada bulan September
2011 pemerintah Australia menyepakati akan membuka kembali importasi sapi
potong ke Indonesia dengan syarat bahwa sapi-sapi dari Australia harus dipotong
di Rumah Potong Hewan yang sudah memenuhi persyaratan Kesejahteraan
Hewan. Untuk memastikan apakah RPH tersebut sudah menerapkan kesejahteraan
hewan maka harus di audit oleh pihak-pihak yang sudah diakreditasi oleh lembaga
akreditasi yang disetujui oleh pemerintah Australia.
Sehubungan dengan adanya suplaychain yang ditetapkan oleh pemerintah
Australia maka dilakukan peningkatan pembinaan, pengawasan dan fasilitasi
penerapan Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) di Rumah Potong Hewan
Ruminansia terutama yang akan dijadikan sebagai lokasi pemotongan sapi impor
dari Australia. Beberapa RPH yang sudah di audit dapat dilihat pada lampiran ....
WilayahPurwasuka
11 Kab. Purwakarta 16 38
12 Kab. Subang 34 41
13 Kab. Karawang 30 61
14 Kota Bekasi 42 81
15 Kab. Bekasi 21 126
Wilayah Bogor
16 Kota Bogor 8 87
17 Kab. Bogor 23 0
18 Kab. Cianjur 11 40
19 Kota Depok 9 10
20 Kota Sukabumi 8 25
21 Kab. Sukabumi 44
Wilayah Cirebon
22 Kota Cirebon 9 55
23 Kab. Cirebon 30 90
24 Kab. Majalengka 41 61
25 Kab. Kuningan 27 43
26 Kab. Indramayu 38 80
Keterangan :
Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat
Kasus tersebut diatas terjadi karena kurangnya kesadaran dari pelaku usaha
dan minimnya tenaga pengawas dari berbagai pihak terkait. Pelaku usaha pada
umumnya bukan lalai melainkan sengaja melakukan pemalsuan produk
peternakan yang sangat merugikan konsumen namun masih ada ditemukan pelaku
yang memang tidak mengerti akan bahaya penambahan bahan kimia pada pangan
sehingga perlu peningkatan pengawasan dan pembinaan kepada pelaku usaha.
Salah satu aspek dalam pengawasan kesmavet adalah pengawasan peredaran
produk asal hewan baik yang berasal dari dalam negeri mau pun eks impor.
Namun pada tahun 2012 tidak ditemukan adanya kasus pemalsuan daging sapi
dengan daging babi atau celeng.
Pada tahun 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan
sertifikat kesehatan Produk Hewan antar Pulau antar Provinsi diantaranya dengan
tujuan Provinsi Jawa Timur, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi
Sulawesi Selatan dan Provinsi Kepulauan Riau, Rekap PAH se Jawa Barat dapat
dilihat pada lampiran ....
Tabel 6.35. Perbandingan Jumlah Hewan Qurban di Jawa Barat pada tahun
1427 ~ 1433 H.
Hewan Jumlah (ekor) Perbandingan
No
Qurban 1427 H 1428 H 1429 H 1430 H 1431 H 1432 H 1433 H 1433 H/1432 H
1. Sapi 26.729 30.644 24.010 26.812 38.280 48.568 48.480
2. Kerbau 604 785 535 301 513 654 735
3. Domba 170.227 192.293 135.845 154.763 177.947 176.269 129.680 Turun 15,21%
4. Kambing 43.344 37.061 60.178 61.037 39.088 49.391 54.175
JML Ekor 240.904 260.783 220.568 242.612 255.828 274.882 233.070
Sedangkan Sasaran dari kegiatan ini adalah Kader PKK dan masyarakat
umum serta anak-anak Sekolah dasar kabupaten/kota di Jawa Barat dengan materi
yang disampaikan pada Sosialisasi Pangan Asal Hewan HAUS adalah :
A. Penanganan Pangan Asal Hewan yang HAUS
B. Pangan Asal Hewan yang Halaal dan Thoyyib
C. Kandungan gizi pada Pangan Asal Hewan (Daging, Susu dan Telur)
D. Ketersediaan Pangan Asal Hewan yang HAUS
500.00
400.00
Rp. Milyar
300.00
200.00
100.00
-
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PMA 264.58 179.80 23.38 15.75 35.00 - 118.11
PMDN 524.86 93.75 - - - 62.15 -
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
-
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PMA 73.10 76.80 30.18 0.07 47.04 47.05 -
PMDAN 5.02 - - 147.62 - 46.21 86.21
Gambar 7.C. Realisasi Investasi PMDN dan PMA dalam Bidang Peternakan Tahun 2006-2011
Realisasi investasi PMA dan PMDN dalam bidang peternakan di Jawa Barat
dalam kurun waktu 2006 2007 secara total sebesar 559,28 milyar terdiri dari
investasi PMDN 50,97 % dan PMA 49,03 %. Rata-rata investasi rata-rata 79,90
milyar/tahun dengan laju pertumbuhan realisasi investasi dalam kurun waktu
tersebut sebesar 3,31 % per tahun. Jumlah tenaga kerja yang terserap dari
realisasi investasi tersebut adalah 14,890 orang, berasal dari penyerapan tenaga
kerja dari PMA 13.261 orang dan dari PMDN 1.629 orang. Besaran Investasi
PMA dan PMDN bidang peternakan di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada saat ini peran pemerintah masih diperlukan dalam mendukung KKP-E
terutama dalam penyediaan subsidi suku bunga. Suku bunga yang dibayar
petani/peternak peserta KKP-E adalah sebesar suku bunga komersial dikurangi
subsidi yang dibayar oleh pemerintah. Suku bunga bersubsidi yang dibayar oleh
peternak adalah sebesar 7% pertahun, dengan jangka waktu kredit disesuaikan
dengan siklus usaha, paling lama 5 tahun.
Besarnya KKP-E maksimal untuk peternak, yaitu ayam buras Rp. 100 juta,
ayam ras petelur Rp. 100 juta, ayam ras pedaging Rp. 100 juta, Itik Rp. 100 juta,
burung puyuh Rp. 100 juta, kelinci Rp. 100 juta, sapi potong dan sapi perah Rp.
100 juta, penggemukan sapi perah jantan/sapi potong Rp. 100 juta,
kambing/domba Rp. 100 juta, kerbau Rp. 100 juta, dan babi Rp. 100 juta per
satuan unit usaha. Sementara itu besaran KKP-E untuk kelompoktani dalam
rangka pengadaan/peremajaan alat dan mesin untuk mendukung usaha tanaman
pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan setinggi-tingginya Rp. 500 juta
Disamping itu model pembiayaan lain yang dapat dimanfaatkan oleh
kegiatan sektor peternakan yaitu Kredit Usaha Rakyat ( KUR) hingga Oktober
2011, penyerapan KUR hanya Rp3,76 triliun atau 49% dari plafon Rp. 7,79
triliun,"
(Humas Kantor Bank Indonesia Bandung) Dari total 8 juta pelaku usaha
UMKM di Jabar hanya sekitar 790.317 pelaku yang memanfatkan KUR. Padahal,
program tersebut mempunyai tujuan untuk membantu dan meningkatkan para
pelaku UMKM Jabar. "Selama ini perbankan dan para pelaku UMKM belum
terkoneksi. Mereka perlu pendamping agar sesuai kriteria perbankan."
Jumlah pemohon KUPS yang masuk ke Dinas Peternakan Jawa Barat Tahun
2012 adalah sebanyak 2(dua) pengusul :
A. PT ANZINDO Gratia Internasional dengan alamat di Jl. S Parman Kav 22-
24 Gedung Grand Slipi Lt 6 E-F Jakarta Barat dengan alamat Farm di
Kecamatan Tanjung Sari dan di Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor.
Proposal permohonan usulan Kredit Usaha Pembibitan Sapi PT
Anzindo Gratia Internasional melampirkan :
a. Surat Rekomendasi dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor.
b. Nota Kesepakatan kerjasama antara PT Anzindo Gratia Internasional
dengan Dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor.
c. Surat Perjanjian Kerjasama dengan Kelompok Tani Mekar Buana
Desa Buana Jaya Kecamatan tanjung Sari Kabupaten Bogor.
d. Rekapitulasi Perkembangan Definitif Kebutuhan Usaha Pembibitan
Sapi PT Anzindo Gratia Internasional.
e. Akta Notaris tentang Pendirian Perusahaan.
f. Surat Izin Usaha perdagangan bidang Pertanian/Peternakan.
g. Keputusan Menteri Hukum dan HAM .
h. Surat Keterangan Terdaftar dari Kementrian Keuangan RI Direktorat
Jenderal Pajak.
i. Tanda daftar Perusahaan Perseroan terbatas.
j. Profil Perusahaan dan.
k. NPWP.
B. GAPOKTAN MITRA TANI MANDIRI dengan alamat Kampung
Sumurjaya Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang
Proposal permohonan usulan Kredit Usaha Pembibitan Sapi dari Gapoktan
Mitra Tani Mandir melampirkan :
a. Akta Pendirian Gapoktan dari Notaris dan PPAT
b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), TDP Perorangan dan Ijin
Gangguan Sekala Besar dari Kantor Badan Penanaman Modal dan
Perijinan Kabupaten Subang
c. Peraturan Daerah Kabupaten Subang nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang
d. Peta Kelompok tani Pusaka Alam beserta foto copy KTP anggota
Gapoktan
e. Dokumen Perjanjian Kemitraan antara Gapoktan dengan Kelomok
Mawar Bodas
Tabel. 7.1. Jumlah Investasi / Kredit dari Perbankan yang Diserap Oleh
Masyarakat di Jawa Barat Sampai Dengan Bulan November
2012
Growth
2011 2012
SEKTOR PERTANIAN/PERTERNAKAN (%)
Nov Nov y-o-y
PERTANIAN, PERBURUAN DAN 2,143,742.92 3,747,099.42 74.79
KEHUTANAN
Pembibitan dan Budidaya Sapi Potong 356,575.47 369,066.28 3.50
Pembibitan dan Budidaya Domba dan 7,075.06 18,718.67 164.57
Kambing Potong
Pembibitan dan Budidaya Ternak Perah 207,658.67 292,076.20 40.65
Pembibitan dan Budidaya Babi 14,297.59 13,740.67 (3.90)
Pembibitan dan Budidaya Unggas 394,079.49 507,815.97 28.86
Pembibitan dan Budidaya Ternak Lainnya 19,839.90 33,083.55 66.75
Kombinasi Pertanian Atau Perkebunan 27,376.88 45,948.88 67.84
Dengan Peternakan (Mixed Farming)
Jasa Pertanian, Perkebunan dan Peternakan 111,128.77 191,906.36 72.69
Perburuan Penangkapan dan Penangkaran 501.04 1,593.02 217.94
Satwa Liar
Hadiah
No Komoditi Nama Kelompok Peringkat Tabungan
(Rp)
Kelompok Karang Rasa Desa
Sindangjaya Kecamatan Cipunegara I 15.000.000
Kabupaten Subang
Kelompok Mekar Sejahtera Desa
1 Sapi Potong Benteng Kecamatan Campaka II 12.500.000
Kabupaten Purwakarta
Kelompok Sugih Mukti Desa
Langgalaksana Kecamatan Cikatomas III 10.000.000
Kabupaten Tasikmalaya
Kelompok Mekar Rahayu Desa
Sukajaya Kecamatan Lembang I 15.000.000
Kabupaten Bandung Barat
Kelompok Mekar Asih Desa
2 Sapi Perah Margajaya Kecamatan Tanjungsari II 12.500.000
Kabupaten Sumedang
Kelompok Riung Gunung Desa
Cicadas Kecamatan Sagalaherang III 10.000.000
Kabupaten Subang
Kelompok Peternak Tawakal Desa
Cimande Hilir Kecamatan Caringin I 10.000.000
Kabupaten Bogor
Kelompok Yuda Perana Desa
3 Domba Nangelang Kecamatan Cipeundeuy II 7.500.000
Kabupaten Bandung Barat
Kelompok Lestari Desa Nagrak Utara
Kecamatan Nagrak Kabupaten III 5.000.000
Sukabumi
Hadiah
No Komoditi Nama Kelompok Peringkat Tabungan
(Rp)
Kelompok Ampera Mekar Desa
Sukaharja Kecamatan Sariwangi I 10.000.000
Kabupaten Tasikmalaya
Kelompok Taruna Mekar Muda Desa
4 Kambing Ciparigi Kecamatan Sukadana II 7.500.000
Kabupaten Ciamis
Kelompok Grees PE Desa Narimbang
Kecamatan Conggeang Kabupaten III 5.000.000
Sumedang
Kelompok Remaja Berkah Desa
Parungseah Kacamatan Sukabumi I 7.500.000
Kabupaten Sukabumi
Kelompok Saluyu II Desa Lebaksiuh
Kecamatan Jatigede Kabupaten II 5.000.000
5 Ayam Buras
Sumedang
Kelompok Barokah Desa Sukamulya
Kecamatan Sukamulya Kabupaten
III 2.500.000
Cianjur
Output kegiatan ini adalah meningkatnya konsumsi susu bagi anak sekolah.
Tujuan Kegiatan adalah Pengadaan Susu Sterilisasi sebanyak 4.000 botol.
Pengadaan susu sterilisasi ini dilaksanakan oleh CV Nakula Sadewa. Distribusi
susu dilaksanakan pada 4 (empat) Sekolah Dasar di Kabupaten Ciamis yang
diserahkan kepada UPTD Pendidikan Kecamatan Pangandaran sebanyak 960
botol, untuk selanjutnya diserahkan kepada Sekolah Dasar Negeri 1 Wonoharjo,
Sekolah Dasar Negeri 2 Wonoharjo, Sekolah Dasar Negeri 1 Pananjung dan
Sekolah Dasar Negeri 1 Pangandaran. Dan sebanyak 1.540 botol diserahkan pada
anak-anak dan masyarakat pada acara kontes ternak tingkat Provinsi Jawa Barat di
Pangandaran Kabupaten Ciamis. Serta sebanyak 1.500 botol diberikan pada acara
Hari Anak Nasional tahun 2012 Tingkat Provinsi Jawa Barat di Sabuga Bandung.
Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan motivasi pelaku usaha
dalam meningkatkan kinerja pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian melalui penerapan sistem manajemen mutu untuk mendorong perbaikan
mutu produk secara terus menerus sesuai dengan permintaan pasar dala negeri
maupun luar negeri sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas
yang mempunyai nilai tambah dan daya saing.
Kegiatan Lomba Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tingkat Jawa Barat Tahun
2012 dilaksanakan pada bulan Juli Tahun 2012. Kegiatan Lomba Pelaku Usaha
Hasil Peternakan dilaksanakan di 11 (sebelas) Kabupaten/Kota di Jawa Barat
antara lain Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung,
Kabupaten Bogor, Kab. Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten.
Dari hasil penilaian lomba pelaku usaha produk peternakan oleh Tim di
tingkat provinsi yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor : 524/194 Pengemb/2012 tentang Juara
Lomba Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tahun 2012 Tingkat Jawa Barat dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 7.4. Daftar Juara Lomba Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tingkat Provinsi
Jawa Barat Tahun 2012.
No Komoditi Nama Kelompok Juara
1 Susu Kelompok Tani Makmur Agro Satwa I
Kel. Limbangan RT 02 RW 01, Kec. Sukaraja, Kab. Sukabumi
HAUS MILK II
Jl. HOS Cokroaminoto Gg. Raweta RT 04 RW 12 Kel. Solokpandan
Kec. Cianjur, Kab. Cianjur
Kelompok Harja Rahayu III
Dusun Sirah Cai Ds. Raharja, Kec. Tanjungsari Kab. Sumedang
2 Daging Kelompok Tani Cilangkap I
Jl. Pelabuhan II KM 19 Kp. Cilangkap
RT 02 RW 05 Ds. Cikembar Kec. Cikembar, Kab. Sukabumi
Kelompok Aster Mekar II
Kp. Babakan Cimahi RT 03 RW 06, Ds. Giri Mekar Kec.
Cilengkrang, Kab. Bandung
CV. Sinar Bhuwana III
Jl. Ciroyom Barat No. 8, Kec. Andir Kota Bandung
3 Telur Kelompok Wanita Tani Sri Rahayu I
Blok Kiara Bandung RT 02 RW 01, Dusun Manganti, Ds.
Sidarahayu, Kec. Purwadadi Kab. Ciamis
Kelompok Karya Muda II
Dusun Dayeuh RT 04 RW 02 Ds. Ciwiru, Kec. Pasawahan, Kab.
Kuningan
Kelompok Wanita Tani Harum Sari III
Desa Jamblang Kec. Jamblang, Kab. Cirebon
Para pemenang lomba pelaku usaha di atas ditetapkan pula dengan
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 002/Kep.1032-BKD/2012 tanggal 3
September 2012 tentang Pemberian Penghargaan Kepada Pemenang Lomba
Kelompok Agribisnis dan Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tingkat Provinsi Jawa
Barat Tahun 2012. Pemenang tingkat Provinsi diajukan ke tingkat Nasional dan
Kelompok Makmur Agro Satwa menjadi juara pertama untuk Kategori Produk
Inovasi Pemasaran Berdaya Saing sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor
6202/Kpts/KP.450/12/2012 tentang Penerima Penghargaan Citra Produk
Pertanian Berdaya Saing Tahun 2012. Selain itu, Kelompok Makmur Agro Satwa
juga memperoleh juara pertama untuk Kategori Pengembangan Industri dan
Perakit Teknologi dalam rangka Adhikarya Pangan Nusantara tahun 2012 sesuai
dengan keputusan Menteri Pertanian selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan
Pangan Nomor 5993/KPTS/KP.450/11/2012 tentang Penerima Penghargaan
Adhikarya Pangan Nusantara Tahun 2012 dan berhak menerima trophy langsung
dari Presiden Republik Indonesia di Istana Negara.
Tabel 7.7. Prediksi Kebutuhan Dan Penyediaan Daging Sapi Menghadapi Hari
Besar Keagamaan Tahun 2012
Untuk konsumsi daging sapi, pada hari-hari biasa konsumsi daging sapi 50-
60% untuk keperluan industri dan pengolahan baso, dan perbandingan permintaan
daging dan jeroan berimbang, sedangkan pada hari-hari besar keagamaan
konsumsi sebagian besar untuk keperluan rumah tangga sehingga permintaan
daging meningkat dan permintaan jeroan menurun.
Tabel 7.9. Prediksi Kebutuhan dan Penyediaan Telur Ayam Menghadapi Hari
Besar Keagamaan Tahun 2012
Prediksi HBKN 2012
Jan - Des 2012 Juli-Des 2012 (6 bln)
URAIAN (63 hari)
Butir Ton Butir Ton Butir Ton
SUPPLY
A. 2.704.503.390 150.478 1.419.864.280 79.001 534.764.101 29.754
(PRODUKSI)
- Ayam Buras 478.300.000 19.132 251.107.500 10.044 94.574.727 3.783
- Ayam Ras
2.226.203.390 131.346 1.168.756.780 68.957 440.189.374 25.971
Petelur
DEMAND
B. 4.890.682.203 287.491 2.567.608.157 150.933 1.110.112.938 65.256
(KONSUMSI)
- Ayam Buras 55.750.000 2.230 29.268.750 1.171 11.023.502 441
- Ayam Ras
4.834.932.203 285.261 2.538.339.407 149.762 956.015.874 56.405
Petelur
C. SELISIH (2.186.178.814) (137.013) (1.147.743.877) (71.932) (575.348.837) (35.502)
Kebutuhan telur ayam pada hari besar keagaamaan tahun 2012 sebanyak
65.256 ton, sedangkan penyediaan sebesar 29.754 ton, sehingga terdapat
defisit/kekurangan sebanyak 35.502 ton. Kekurangan penyediaan telur ayam
tersebut dipenuhi diantaranya melalui telur breeding (hatching egg) yang
dijadikan telur konsumsi yang pada hari-hari biasa telur ayam ditetaskan untuk
keperluan pemenuhan kebutuhan bibit/DOC, sedangkan pada hari-hari besar
keagamaan produksi DOC dikurangi, dan telur tidak ditetaskan tetapi dijadikan
telur konsumsi, dan pemasukan telur ayam dari pulau Sumatera (Medan dan
Lampung), Jawa Tengah (Solo dan Semarang) dan Jawa Timur (Blitar, Kediri dan
Gresik).
7.4. PENGAWALAN PASAR TERNAK
Pada tanggal 11-12 Oktober 2012 telah dilaksanakan pertemuan Rapat Koordinasi
Pasar Ternak bertempat di Hotel Topaz Galeria Bandung, yang dihadiri oleh 20
Kabupaten/Kota di Jawa Barat dari 26 Kabupaten/Kota yang diundang, dengan
narasumber dari Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat, Fakultas Peternakan UNPAD dan Kabupaten Tasikmalaya,
Subang, Bogor.
1. Tujuan pendirian Pasar ternak adalah untuk mengendalikan proses pemasaran
ternak agar hanya ternak yang legal dan sehat yang beredar di tengah masyarakat,
melalui pasar ternak pemerintah dapat memamtau proses jual beli dan
pemanfaatan ternak.
2. Sasaran pendirian pasar ternak adalah terjadinya kegiatan pemasaran ternak yang
legal dan sehat di tengah masyarakat serta terjaminnya keamanan peredaran
ternak dan hasil ternak yang layak konsumsi bagi masyarakat.
3. Manfaat pendirian pasar ternak adalah mencegah peredaran ternak yang tidak
legal dan tidak sehat di tengah masyarakat, memberikan perlindungan kepada
konsumen dari kemungkinan mendapatkan ternak tidak legal dan tidak sehat, serta
mendukung pergerakan dan kelancaran penjualan ternak bagi pemilik ternak dan
konsumen ternak.
4. Syarat pendirian pasar ternak adalah berlokasi di tempat yang telah mapan dan
reguler menjadi lokasi transaksi ternak, mendapat dukungan dari mayoritas pihak
pelaku kegiatan dan masyarakat yang berada di lokasi transaksi, memiliki sistem
dan kelembagaan pengelolaan pasar yang kompeten dan mendapatkan dana
operasionalisasi dari PEMDA setempat.
5. Kab/Kota agar segera mempersiapkan fasilitasi pasar ternak untuk membina
peningkatan produksi dan konsumsi protein hewani dalam mewujudkan
ketersediaan pangan bergizi seimbang bagi masyarakat dengan tetap
meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha peternakan.
6. Program/Kebijakan Pasar Ternak di Ditjen PPHP yaitu Revitalisasi untuk
memperbaiki/menyempurnakan sarana untuk pemasaran ternak di lokasi jual-beli
ternak, Rehabilitasi untuk memperbaiki sarana pasar yang telah rusak agar
kembali kepada keadaan aslinya, optimalisasi yaitu meningkatkan kinerja
operasionalisasi pasar ternak melalui penyempurnaan kelengkapan sarana
pendukung pemasaran ternak serta pembangunan pasar ternak yang baru yaitu
membangun pasar yang baru, di lokasi baru yang belum pernah dimanfaatkan
sebagai tempat kegiatan jual-beli ternak sebelumnya.
7. Manajemen pengelolaan pasar hewan harus lebih profesional, struktur organisasi
dan tupoksi yang jelas, terdapatnya indikator kinerja/sasaran mutu, adanya
program kerja yang jelas serta adanya evaluasi pencapaian sasaran mutu.
Sedangkan kondisi Pasar Hewan saat ini Visi Misi belum jelas, pengelola pasar
belum berfungsi secara efektif, Standar Operating Procedure Pasar Hewan belum
jelas, Sarana fisik kurang terpelihara, kurang tertib, tidak ada standarisasi
ukuran/timbangan, penataan/lay out.
8. Standar Operating Procedure Manajemen Pasar terdiri dari Manajamen Collecting
Fee,Hak pakai, Keamanan dan Ketertiban, Kebersihan dan Pengelolaan Sampah,
Pengelolaan parkir, pemeliharaan sarana pasar, penteraan timbangan dan
penanganan distribusi.
9. Indikator kinerja keberhasilan pengelolaan pasar terdiri dari manajemen yang
transparan, keamanan, kebersihan, ketertiban, pemeliharaan sarana prasarana,
fungsi interaksi sosial, pemeliharaan pelanggan, penyelenggaraan event khusus,
promosi dan hari pelanggan
7. Bazaar Ramadhan
Setiap bulan ramadhan (menjelang iedul Fitri) Dinas Perdagangan dan
Perindustrian melaksanakan Bazaar Ramdhan dengan melibatkan OPD terkait
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan, Perikanan, Perum Bulog, serta
pelaku usaha lainnya. Bazar Ramadhan dilaksanakan di Halaman parkir timur
Gedung Sate, IBCC, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat, Bakorwil (Wilayah Cirebon, Garut, Purwakarta dan Bogor).
Bazar Ramdhan ini dilakukan dalam rangka membantu masyarakat guna
memenuhi kebutuhan pokok khususnya dalam mengisi bulan suci ramadhan dan
menghadapi hari raya iedul fitri 1433 H dalam menyediakan sarana pemasaran
berbagai kebutuhan dengan harga terjangkau, serta sebagai implementasi bentuk
kesalehan sosial sekaligus sebagai upaya peningkatan pemberdayaan ekonomi
sesuai potensi yang dimiliki dengan melibatkan pelaku usaha mikro kecil dan
menengah. Dalam bazaar ramadhan ini ditekankan kepada produk-produk pangan
kebutuhan pokok masyarakat (beras, gula pasir, minyak goreng, daging, telur,
sayuran, produk ikan, dll), produk makanan dan minuman olahan, tekstil, sayuran,
produk ikan, dll), produk makanan dan minuman olahan, tekstil, peralatan rumah
tangga, dll . Dinas Peternakan menyediakan produk pangan berupa daging ayam,
daging sapi dan telur dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga
yang beredar di pasaran.
BAB VIII
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
8.1. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan makanan Ternak (BPTSP
dan HMT) Cikole
Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole,
berlokasi di Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat dengan luasan areal 9,885 hektar,
yang dimanfaatkan untuk areal kebun rumput, perkandangan ternak sapi perah,
bangunan kantor, bangunan pengolahan air susu, perumahan pegawai serta tempat
pelatihan lapangan dan lain-lain. UPTD BPT Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak
Cikole memiliki Instalasi (Sub Unit Pelayanan) Pengembangan Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak yang berlokasi di Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang yaitu di
Desa Bunihayu seluas 8,166 hektar yang saat ini lahannya dimanfaatkan untuk areal
kebun rumput, bangunan kantor, perkandangan, gudang pakan, dan sarana penunjang
teknis lainnya, serta lokasi yang berada di Kecamatan Sagalaherang yaitu di Desa
Sukamandi 10,678 hektar dan di desa Dayeuhkolot seluas 9,063 hektar.
Keadaan jumlah pegawai hingga akhir tahun 2012 sebanyak 38 orang PNS
serta 28 Tenaga Harian Lepas.
Sarana dan prasarana yang dimiliki UPTD BPT Sapi Perah dan Hijauan Makanan
Ternak Cikole adalah :
1. Kebun rumput yang efektif di lahan Desa Cikole Kecamatan Lembang terdapat 5
hektar; di desa Dayeuhkolot Kecamatan Sagalaherang kab. Subang 6 hektar; di
Desa Sukamandi di Kec. Sagalaherang Kab. Subang 2,79 hektar dan 4 hektar
berada di Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak Kab. Subang; serta 2 hektar di
Desa Kumpay kecamatan jalancagak Kab. Subang.
2. Kendaraan operasional dan alsintan : truk, minibus, mobil box, traktor besar dan
kecil, alat dan mesin perah, alat dan mesin pengolahan susu, alat-alat peternakan
dan lain-lain;
3. Bangunan kantor, ruang pertemuan, perkandangan ternak, bangunan pengolahan
susu, gudang pakan dan pengolahan pakan, mess pegawai, sarana tempat
pelatihan lapangan dan lain-lain.
1. Produksi dan Produktivitas
A. Populasi Ternak
Perkembangan populasi ternak sapi perah di UPTD BPT Sapi Perah
dan Hijauan Makanan Ternak Cikole pada tahun 2012 sebagaimana termuat
pada tabel berikut :
Keadaan populasi ternak sapi perah pada akhir tahun 2012 terdapat
216 ekor ternak sapi perah atau meningkat sebanyak 70 ekor (47,95%) bila
dibandingkan dengan populasi ternak akhir tahun 2011. Dinamika populasi
ternak pada tahun 2012 bila dilihat tanpa adanya penjualan ternak
bertambah dari 146 ekor pada awal tahun 2012 menjadi 246 ekor pada akhir
tahun 2012 yang berasal dari adanya kelahiran sebanyak 50 ekor dan
dropping ternak sapi dara impor 50 ekor. Selama tahun 2012 terdapat
pengurangan jumlah ternak atau pengeluaran ternak yang merupakan hasil
pelaksanaan program seleksi dan culling sebanyak 30 ekor yang terdiri
dari 21 ekor sapi dewasa afkir dan 9 ekor pedet jantan dimana hasil dari
penjualan tersebut dikontribusikan sebagai pendapatan asli daerah (PAD) ke
kas daerah.
Kemampuan
Tahun (%)
No Kriteria Bibit Prod.Susu R
(kg/ek/lak) 2011 2012 (%)
1. Bibit dasar > 6.000 13,33 15 37
(foundation stock)
2. Bibit induk > 5.000-6.000 21,67 26,67 46,15
(breeding stock)
3. Bibit sebar > 4.000-5.000 46,67 35 -14,29
(commercial stock)
4. Belum memenuhi < 4.000 18,33 23,33 36,36
sebagai kriteria bibit
Jumlah 100,00 100,00
Ket : Induk sapi perah yang beranak akhir tahun 2011 sd triwulan ke-3
tahun 2012
Tabel Parameter Teknis Reproduksi, Jumlah Bakteri Air Susu dan Kasus
Mastitis Tahun 2011 dan 2012
Tahun
No Uraian r (%)
2011 2012
1. S/C (kali) 1,9 1,8 -5,56
2. CR (%) 52,6 55,3 4,88
3. Calving interval (bln) 14,00 13,7 -2,19
4. Jumlah Bakteri per Milliliter air susu
a. susu segar 3,78 x 105 4,9 x 105 41,29
b. susu pasteurisasi - 5,42 x 103 -
5. Kasus mastitis sub klinis (%) 5,22 5,22 0.0
6. Kasus mastitis klinis (%) 0,20 0,8 0,75
Luasan Prod.
Prod. Segar
No Lokasi Efektif Jenis HMT BK
(kg/tahun)
(hektar) (kg/thn)
1. Desa Cikole 4,8 rumput gajah cv. 1.520.400
Kecamatan Lembang Taiwan (pennisetum
Kabupaten Bandung purpureum); 43-56 hari
Barat
2. Desa Bunihayu 2,2 rumput benggala cv. 105.000
Kecamatan gatton (panicum
Jalancagak Kabupaten maximum)
Subang 1,8 rumput gajah cv. 202.000
Taiwan (pennisetum
purpureum); 56 hari
3. Desa Sukamandi 2,0 rumput gajah cv. 365.000
kecamatan Taiwan (pennisetum
Sagalaherang purpureum); 56 hari
kabupaten Subang
4. Desa Dayeuhkolot 5,75 rumput gajah cv. 682.000
kecamatan Taiwan (pennisetum
Sagalaherang dari purpureum); 56 hari
luasan
0,25 rumput bintang 7.500
(african stargrass)
5. Desa Kumpay Kec. 2,0 Rumput gajah
Jalancagak kab.
Subang
Jumlah 2.875.150
Keadaan jumlah pegawai pada akhir tahun 2012 sebanyak 40 orang terdiri
atas 25 orang PNS dan 15 orang Tenaga Harian Lepas.
Sarana dan prsarana yang dimiliki UPTD BPPT Unggas Jatiwangi sampai
akhir tahun 2012 :
2.232 m2
Lahan sewa dari PT. KAI (Persero)
168.127 m2
Jumlah
2) Kandang Itik
- Kandang Starter (DOD) 134 m2
- Kandang Grower 376 m2
- Kandang Layer 1.162 m2
Jumlah 1.672 m2
2. Populasi Ternak
A. Ternak Ayam Buras
Jumlah ternak ayam buras pada akhir tahun 2011 adalah sebanyak
7.220 ekor, sedangkan pada akhir tahun 2012 sebanyak 10.694 ekor. Dari
data tersebut, dapat digambarkan bahwa terjadi peningkatan populasi
ternak ayam buras pada tahun 2012 sebanyak 3.474 ekor atau sebesar
48,17% dibandingkan akhir tahun 2011. Adapun rincian populasi setiap
periode pemeliharaan adalah sebagai berikut :
a. Starter (0-6 minggu) : 653 ekor (6,11% dari total populasi)
b. Grower (> 6-18 minggu) : 3.812 ekor (35,65% dari total populasi)
c. Layer (> 18 minggu) : 6.229 ekor (58,25% dari total populasi)
Total Populasi : 10.694 ekor
B. Ternak Itik
Jumlah ternak itik lokal pada akhir tahun 2011 adalah sebanyak 3.204
ekor, sedangkan pada akhir tahun 2012 sebanyak 4.922 ekor. Dari data
tersebut, dapat digambarkan bahwa terjadi peningkatan populasi ternak itik
lokal pada tahun 2012 sebanyak 1.718 ekor atau sebesar 53,62%
dibandingkan akhir tahun 2011. Adapun rincian populasi setiap periode
pemeliharaan adalah sebagai berikut :
a. Starter (0-6 minggu) : 468 ekor (9,51% dari total populasi)
b. Grower (>6-18 minggu) : 663 ekor (13,47% dari total populasi)
c. Layer (>18 minggu) : 3.791 ekor (77,02% dari total populasi)
Total Populasi : 4.922 ekor
B. Telur Itik
Total produksi telur itik lokal di BPPT Unggas Jatiwangi pada tahun
2012 adalah sebanyak 116.345 butir, meningkat sebesar 157,68%
dibandingkan tahun 2011. Berikut ini rincian perbandingan perkembangan
produksi telur itik lokal di BPPT Unggas Jatiwangi tahun 2011 dan tahun
2012 yang dapat dilihat pada tabel 4.
Peningkatan produksi telur itik lokal pada tahun 2012 disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu :
1. Perbaikan kualitas pakan, kesesuaian jumlah pemberian pakan,
pencapaian kebutuhan nutrisi periode layer (bertelur)
2. Peningkatan populasi itik betina yang produktif dan itik jantan unggul
3. Peningkatan status kesehatan ternak dan pengurangan faktor
predisposisi stress
4. Manajemen reproduksi yang baik, seperti perbaikan perbandingan
jumlah jantan dan betina dalam satu kandang (sex ratio) serta seleksi
pejantan unggul dan betina produktif rutin.
C. Produksi DOC/DOD
Total produksi DOC pada tahun 2012 adalah sebanyak 32.406 ekor,
produksi DOD pada tahun 2012 adalah sebanyak 4.119 ekor. Angka
tersebut menurun dibandingkan dengan tahun 2011, dimana produksi DOC
pada tahun 2011 adalah sebanyak 45.739 ekor dan produksi DOD pada
tahun 2011 adalah sebanyak 4.186 ekor. Berikut ini rincian perbandingan
perkembangan produksi DOC dan DOD tahun 2011 dan tahun 2012, yang
dapat dilihat pada tabel berikut.
4. Produktivitas Ternak
A. Ternak Ayam Buras
Nilai produktivitas ternak (ayam buras) yang diukur di BPPT Unggas
Jatiwangi adalah jumlah produksi telur ayam buras dalam satu periode
dibandingkan terhadap jumlah ayam buras betina produktif (umur mulai
produksi sampai dengan 50% masa produksi) atau disebut Hen Days
Production. Jumlah betina produktif (ayam buras) di BPPT Unggas
Jatiwangi adalah sebanyak 2.393 ekor atau 62,16% dari total betina ayam
buras atau 22,38% dari total populasi ayam buras. Dengan menggunakan
Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 7
perhitungan tersebut didapatkan hasil produktivitas ternak ayam buras,
beserta perbandingannya antara tahun 2011 dan tahun 2012 melalui rincian
sebagai berikut :
5. Kesehatan Ternak
Sebagai salah satu upaya pelaksanaan program pengendalian dan
penanggulangan penyakit hewan menular, penyakit hewan strategis dan zoonosis
pada ternak, maka dilakukan berbagai kegiatan dalam bentuk pengamatan,
pengidentifikasian, pencegahan, pemberantasan dan pengobatan.
Grafik. Angka Mortalitas Ayam Buras BPPT Unggas Jatiwangi Tahun 2012
40,00
35,00 %
Mortalitas
30,00
Starter
25,00
%
20,00
Mortalitas
15,00
Grower
10,00
5,00
-
16
%
14 Mortalit
as
12
Starter
10 %
8 Mortalit
as
6 Grower
4 %
Mortalit
2 as Layer
Dari gambaran data tersebut, angka kematian ternak tertinggi terjadi pada
ternak ayam buras periode starter, hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan
populasi DOC (periode starter) namun ketersediaan kandang periode starter yang
representatif tidak memadai, sehingga populasi DOC dalam kotak
indukan/brooder cukup padat, yang menyebabkan kematian DOC cukup tinggi.
Pada akhir tahun 2012, tepatnya bulan November-Desember, kondisi cuaca/iklim
cukup fluktuatif (pagi-siang hari suhu udara panas, malam hari suhu udara dingin
disertai angin kencang), menyebabkan angka kematian ternak cukup tinggi
terutama pada periode starter dan grower. Berbagai faktor lainnya yang
menyebabkan angka kematian tinggi adalah :
A. Suhu pemanas yang tidak stabil dalam kotak indukan/brooder, karena hanya
menggunakan lampu 60watt/100 watt ;
B. Kondisi kandang terutama periode grower yang kurang representatif/ideal ;
C. Kanibalisme cukup tinggi pada ayam periode grower ;
D. Ketersediaan air minum bersih untuk ternak cukup sulit di musim kemarau ;
E. Bobot badan yang kurang seragam dalam satu kandang
Jumlah (Kg)
No. Uraian Keterangan
Thn 2011 Thn 2012
1. Pakan Starter Ayam Buras 5.000 12.000 Ada peningkatan jumlah
2. Konsentrat Layer Ayam 16.000 27.000 bahan baku pakan
3. Pakan Starter Itik 3.200 9.999 sebanyak 157.564 kg
4. Konsentrat Layer Itik 10.240 17.400
5. Dedak 49.200 102.900
6. Jagung Giling 63.551 111.150
7. Tepung Ikan 13.202 33.375
8. Grit 1 559 3.379
9. Mineral 2.059 4.372
Jumlah 164.011 321.575
Rata-rata persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test dari 2
angkatan, maupun rata-rata setiap angkatan mampu melebihi target
yang ditetapkan (35%).
Rata-rata persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test dari 2
angkatan, maupun rata-rata setiap angkatan mampu melebihi target
yang ditetapkan (35%).
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Kenaikan
Tes Awal Tes Akhir
No Angkatan Nilai %
(Pre test) (Post test)
1 Angkatan I 49,80 67,80 18,00 36,14
2 Angkatan II 50,20 68,40 18,20 36,25
Rataan : 50,00 68,10 18,10 36,20
Rata-rata persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test dari 2
angkatan, maupun rata-rata setiap angkatan mampu melebihi target
yang ditetapkan (35%).
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Kenaikan
Tes Awal Tes Akhir
No Angkatan Nilai %
(Pre Test) (Post Test)
1 Angkatan I 67,12 91,40 24,28 36,17
2 Angkatan II 67,28 91,12 23,84 35,43
Rataan : 67,20 91,26 24,06 35,80
Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu
melebihi target yang ditetapkan (35%).
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
- Pre test : 59,80
- Post test : 81,40
- Peningkatan : 21,60 (36,12 %)
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tes Awal Tes Akhir Kenaikan
No Angkatan
(Pre test) (Post Test) Nilai %
1 Angkatan I 53,40 72,40 19,00 35,58
2 Angkatan II 61,45 87,83 26,37 42,91
Rataan : 57,43 80,12 22,69 39,24
Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu
melebihi target yang ditetapkan (35%).
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu
melebihi target yang ditetapkan (35%).
Angkt
Angkt I Angk II Jumlah
No. Kabupaten/Kota III
(org) (org) (org)
(org)
1. Kab. Bandung 3 3 - 6
2. Kab. Bandung Barat 2 2 1 5
3. Kab. Cirebon 2 - - 2
4. Kab. Purwakarta 4 - - 4
5. Kab. Karawang 3 - - 3
6. Kab. Subang 4 - 2 6
7. Kab. Cianjur 2 3 - 5
8. Kab, Indramayu 2 - - 2
9. Kab. Bekasi 3 - - 3
10. Kota Bandung - 3 - 3
11. Kota Sukabumi - 3 - 3
12. Kab. Sukabumi - 4 - 4
13. Kab. Majalengka - 1 4 5
14. Kab. Sumedang - 2 - 2
15. Kab. Bogor - 3 - 3
16. Kab. Kuningan - 1 1 2
17. Kab. Tasikmalaya - - 6 6
18. Kab. Ciamis - - 4 4
19. Kab. Garut - - 4 4
20. Kota Bogor - - 2 2
21. Kota Banjar - - 1 1
Total 25 25 25 75
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Kenaikan
No. Angkatan Tes Awal Tes Akhir Nilai %
Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu
melebihi target yang ditetapkan (35%).
Tabel Dinamika Populasi ternak sapi potong di BPPT Sapi Potong Ciamis tahun
2012
Bulan
Uraian JK Akhir
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Des
Dewasa JT 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
APBD BT 87 87 84 79 72 68 68 61 54 54 48 48 46
Dewasa JT
APBN BT 100 100 99 99 99 98 98 98 98 98 97 97 97
Jumlah JT 55 55 60 63 75 84 95 98 97 90 88 79 79
BT 232 236 238 235 238 240 241 236 231 228 221 222 220
Total 287 291 298 298 313 324 336 334 328 318 309 301 299
Berdasar pada tabel diatas , tampak bahwa populasi ternak pada akhir tahun 2011
sebanyak 287 ekor dalam setiap bulannya terjadi kenaikan dan penurunan populasi hal
ini berkaitan dengan penjualan ternak untuk memenuhi PAD sehingga pada akhir tahun
2012 jumlah ternak sebanyak 299 ekor, sehingga dengan demikian terdapat kenaikan
populasi sebesar 11.24 %.
a. Berat Lahir
Berat lahir yang dihasilkan di BPPT Sapi Potong Ciamis pada tahun 2012
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Rataan Berat Lahir Anak Hasil Silangan di BPPT Sapi Potong Ciamis
Tahun 2012
Rataan Berat Lahir (Kg)
No Hasil IB
Jantan Betina
1. Simmental 31,67 30,65
2. Limousine 30,98 30,53
3. Brahman 28,85 27,84
4. PO 25,58 24,62
Berdasar tabel diatas dapat dilihat, bahwa rataan berat lahir tertinggi baik
jantan maupun betina diperoleh pada keturunan Simmental, disusul dengan
Limousine, Brahman dan PO.
Secara keseluruhan masih menunjukan persilangan antara ras ternak yang
berasal dari daerah sub tropis dengan ternak local (tropis) menunjukkan adanya
perbaikan berat lahir yang cukup signifikan dibandingkan dengan persilangan
ternak sapi potong yang berasal dari satu ras/bangsa ternak tropis.
Dari tabel tersebut diatas menunjukan bahwa rataan berat sapih anak hasil
silangan tertinggi baik jantan maupun betina dari keturunan ras limousine,
berikutnya Simmental, Brahman dan PO.
c. Reproduksi Ternak
Model reproduksi ternak di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi
Potong Ciamis, yaitu dengan menggunakan sistem Inseminasi Buatan (IB),
sekalipun terdapat 6 (enam) ekor pejantan yaitu 1 ekor Simmental, 1 ekor
Brahman dan 4 ekor PO, akan tetapi tidak dilakukan kawin alam. Pejantan yang
tersedia tersebut diperuntukkan guna memproduksi semen beku dengan harapan
dapat berkontribusi terhadap program swasembada Daging Sapi melalui
penyediaan straw semen beku khususnya untuk ras PO, Brahman dan Simental.
Adapun penggunaan straw semen beku di Balai Pengembangan Perbibitan
Ternak Sapi Potong Ciamis tahun 2012 ini tampak pada table dibawah ini.
Tabel Jenis semen beku yang digunakan di BPPT Sapi Potong Ciamis tahun
2012
Tahun
No Jenis
2011 2012
1. Simmental 14 1
2. Limousine 24 1
3. Brahman 81 77
4. PO 62 122
Jumlah 181 201
Berdasar tabel diatas, dapat dilihat bahwa penggunaan straw untuk tahun
2012 lebih didominasi oleh PO dan Brahman, hal ini berkaitan dengan arahan dari
Pusat untuk lebih mengembangkan sapi putih di BPPT Sapi Potong Ciamis.
Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Secara keseluruhan penggunaan straw di BPPT sapi Potong dari tahun 2011 ke
tahun 2012 menunjukkan peningkatan sebesar 11.05 %
Sedangkan penggunaan semen beku di balai berasal dari produksi BPPT
Sapi Potong, BIBD Ungaran Jawa Tengah dan BET Cipelang Bogor. Dari BPPT
Sapi Potong Ciamis terdiri dari semen beku jenis limousine, simmental, ongole
dan Brahman; dari BIBD Ungaran Jawa Tengah digunakan semen beku jenis
Brahman. Sedangkan dari BET Cipelang Bogor digunakan straw TE jenis
Brahman. Penggunaan semen beku di BPPT Sapi Potong Ciamis selama tahun
2012 seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan tabel diatas, penggunakan semen beku dari BPPT Sapi Potong
Ciamis lebih banyak digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa baik dari segi
kualitas maupun kuantitas semen beku produksi BPPT Sapi Potong Ciamis sudah
memenuhi standar dan layak untuk digunakan serta disebarkan guna memenuhi
kebutuhan semen beku khususnya wilayah Ciamis, Banjar, Tasikmalaya juga
wilayah Jawa Barat pada umumnya.
d. Kelahiran
Angka kelahiran di BPPT Sapi Potong Ciamis menunjukkan peningkatan
dari tahun 2011 ke tahun 2012 seperti terlihat pada tabel dibawah ini
Tabel Kelahiran Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis tahun 2012
No. Ternak Tahun/Jenis Kelamin 2011 2012 %
1. APBD Jantan 12 20 66.67
Betina 16 22 37.50
Jumlah 28 42 50
2. APBN Jantan 42
Betina 45
Jumlah 87
e. Kematian
Pada tahun 2012 terdapat kematian ternak sebanyak 13 (tiga belas) ekor
yang terdiri dari Ternak APBD dan ternak APBN sebagaimana tampak pada tabel
berikut :
2. APBN Anak - 5
Dewasa - 3
JUMLAH - 13
Tabel. Jumlah Sampel Pakan Pelayanan Aktif Servis dan Pasif Servis di BPMPT
Cikole Tahun 2012
Jenis Jumlah Sampel Bulan ke-
No
Pelayanan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Aktif Servis 28 96 38 32 15 95 51 22 96 53 30 77 633
2 Pasif Servis 21 22 10 12 10 23 18 17 15 39 16 16 219
Jumlah () 49 118 48 44 25 118 69 39 111 92 46 93 852
Perbandingan antara sampel aktif dan sampel pasif di BPMPT Cikole adalah
74,06% : 25,94% yang menunjukkan bahwa jumlah sampel pasif lebih sedikit dari pada
sampel aktif. Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari data tersebut, yaitu :
1. Masih rendahnya partisipasi produsen pakan ternak skala kecil untuk
memeriksakan pakan ternak yang diproduksi, hal ini karena anggapan bahwa
biaya pengujian mutu pakan relatif cukup tinggi yang mana jika pengujian
dilakukan maka akan menambah biaya produksi yang berakibat tingginya harga
pakan ternak yang dijual.
2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat peternakan akan pentingnya pengujian
mutu pakan ternak.
3. Belum terakreditasinya laboratorium BPMPT Cikole sehingga produsen pakan
skala besar dalam melakukan sertifikasi produknya tidak memeriksakan
produknya akibat adanya aturan yang mengharuskan pengujian mutu pakan
dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi . Namun demikian hal ini tidak
mengurangi tingkat kepercayaan terhadap keakuratan hasil pengujian di
laboratorium BPMPT Cikole. Saat ini BPMPT Cikole melakukan persiapan dan
pembenahan sistem manajemen untuk akreditasi laboratorium sehingga
diharapkan pada tahun 2013 BPMPT Cikole dapat mengajukan proses akreditasi
ke KAN.
Jenis dan jumlah sampel pakan yang diuji di BPMPT Cikole selama tahun 2012
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel. Jenis dan Jumlah Sampel Pakan Pelayanan Aktif Servis yang diuji di BPMPT
Cikole Tahun 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 633 sampel aktif servis terdapat dua jenis
konsentrat/pakan yang menduduki peringkat jumlah terbanyak dalam pengujian yaitu
konsentrat Sapi Perah 78 sampel (12.32%), pakan ayam 160 sampel (25.28%)
Konsentrat Sapi Potong 31 Sampel (4.90%), Pakan Itik/Bebek 24 Sampel (3.79%),
Konsentrat Domba/Kambing 3 Sampel (0.47%), Pakan Ikan 6 Sampel (0.95%), Pakan
Burung 8 Sampel (1.26%), Hijauan 22 Sampel (3.48%), Dedak 108 Sampel (17.06%),
Jagung 41 Sampel (6.48%), Tepung Ikan 11 Sampel (1.74%), Pollard 11 Sampel
(1.58%), Bungkil 29 Sampel (4.58%) dan Sampel Lain-lain seperti Mineral, Susu BS,
Gaplek, Kerang dan Lain-lain Sebanyak 102 Sampel (16.11%).
Tabel. Jenis dan Jumlah Sampel Pakan Pelayanan Pasif Servis yang diuji di BPMPT
Cikole Tahun 2012
Tabel. Hasil Pengujian Kadar Protein Kasar Pada Sampel Pakan di BPMPT Cikole
Tahun 2012
Hasil Pengujian Kadar Protein Kasar (%)
Hasil Hasil Tak
No. Jenis Sampel SNI Sesuai
Rataan paling paling Sesuai
(min) SNI
rendah tinggi SNI
1 Konsentrat sapi perah 10,69 14 3,35 18,77 12 74
2 Konsentrat sapi potong 12,83 13 6,37 23,27 18 22
Konsentrat domba dan
3 9,52 - 3,9 15,46 - -
kambing
4 Pakan ayam 21,18 14 5,76 81,71 154 49
5 Pakan itik 20,91 14 5,86 38,31 35 11
6 Pakan ikan 24,71 12,84 17,82 - -
7 Dedak 12,17 8 - 12 1,54 36,48 105 25
8 Tepung Jagung 9,85 7,5 1,92 19,92 51 15
9 Tepung Ikan 36,15 45 - 65 3,41 62,17 16 11
Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk konsentrat sapi
perah dari 89 sampel yang diuji terdapat 12 sampel (5,02%) yang sudah memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI), begitu pula dengan konsentrat sapi potong dari 45
sampel yang diuji terdapat 18 sampel (45,00%) yang memenuhi SNI, hal ini
menandakan bahwa pakan yang beredar masih banyak yang memiliki kualitas rendah.
Hal ini dikarenakan konsentrat sapi perah dan konsentrat sapi potong diproduksi oleh
produsen pakan skala kecil yang mana proses kontrol mutu pakan oleh produsen belum
dilaksanakan secara reguler.
Pakan ayam yang diuji sebanyak 203 sampel, 154 sampel (75,86%) memenuhi
SNI dikarenakan pakan ayam sudah banyak diproduksi oleh produsen skala besar yang
telah menerapkan sistem kontrol mutu yang dilaksanakan secara reguler. Sedangkan
untuk pakan itik dari 46 sampel yang diuji sebanyak 35 sampel (76,09%) memenuhi
SNI. Saat ini produsen pakan skala besar sudah ada yang memproduksi pakan itik
sehingga kualitas pakan itik yang beredar sudah mulai meningkat.
Kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh BPMPT Cikole adalah koordinasi
dengan Bidang Produksi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengenai peredaran
pakan di Jawa Barat serta sebagai tempat pelatihan/magang bagi siswa/mahasiswa SMK
analis Kimia dan Perguruan Tinggi, juga sebagai tempat studi banding bagi
laboratorium pakan daerah.
8.6. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner Cikole Lembang
Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Cikole adalah
salah satu UPTD Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Perda
No 113 Tahun 2009, mempunyai kewenangan melaksanakan pengujian dan penyidikan
penyakit hewan dan pangan asal hewan antar Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 51 tahun 2010, pelaksanaan
kegiatan pelayanan di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet
(BP3HK ) didukung oleh empat Sub Unit Pelayanan yaitu:
1. Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari, Kabupaten Cirebon
2. Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari, Kabupaten Cirebon
3. Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Banjar, Kota Banjar
4. Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
Fasilitas yang dimiliki meliputi bangunan kantor dan laboratorium seluas 430 m2,
peralatan laboratorium untuk pengujian parasitologi, patologi, virology, serologi,
histopatologi, bakteriologi, jamur dan kapang, hematologi, cemaran mikroba, residu
antibiotika, kualitas pangan asal hewan (daging, telur, susu) dan ruangan pengujian PCR
dengan standar Laboratorium Biosafety Level 2. Kemampuan pengujian meliputi
pengujian patologi, bakteriologi, parasitologi, serologi, hematologi, cemaran mikroba,
residu antibiotika, mikologi, beberapa virologi dan bakteriologi dengan teknik ELISA
dan pengujian Avian Influenza metode Polymerase Chain Reaction (PCR) real time.
Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari Kabupaten Cirebon
dilengkapi dengan fasilitas pengujian untuk parasit, serologi, patologi anatomi dan
bakteria serta bangunan kantor dan laboratorium baru seluas 330 m2 dan 1 unit
kendaraan operasional kendaraan roda empat.
Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari dibangun diatas tanah seluas
6.000 M2, dilengkapi dengan sarana pemeriksaan hewan/ternak, area parkir, kandang
isolasi, bangunan kantor seluas 250 m2, rumah dinas karyawan tipe 36 sebanyak dua
unit, satu unit kendaraan operasional roda empat, satu unit kendaraan operasional
kendaraan roda dua dan musholla.
Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Banjar dilengkapi dengan sarana
yang terbatas, yaitu sarana pemeriksaan hewan, bangunan kantor seluas 50 m2, satu unit
kendaraan operasional roda empat, satu unit kendaraan operasional roda dua dan
kandang isolasi sederhana.
Jenis dan jumlah sampel penyakit hewan yang diperiksa di Balai Pengujian
dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet selama tahun 2012 dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Tabel 8.6.1. Kasus Penyakit Hewan Hasil Pengujian di Balai Pengujian dan
Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet dan Sub Unit Pelayanan
Laboratorium Kesehatan Hewan Losari Tahun 2007 2012
Juamlah Kasus Penyakit
No Jenis Kasus Penyakit
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Brucellosis (RBT) 172 135 82 207 110 282
3 MRT - 7
- - - -
4 Helmintiasis 405 578 375
- -
5 Toxoplasmosis 3 2 1 2
- 1
6 Staphylococcosis 4 11 1 8 4 8
7 Anaplasma 1 23 4 14 29 23
8 Teleria sp. 29 5 9 20
-
Infectious Bovine Rhinotracheitis
9 1 2
(IBR) - - - -
185 232 226 21 30
10 Avian Influenza (AI) 28
(PCR) (PCR) (PCR) (PCR) (PCR)
11 CRD Komplex 26 11 1 3 -
13 Salmonellosis 1 2
- - - 8
14 Haemo pylus sp. 2
- - - - -
15 Pasteurella sp 1
- - - - -
16 Coryne Bakterium sp. 3
- - - - -
17 Micro coccus sp 3
- - - - -
18 Clostridium sp 1
- - - - 3
19 Ketosis - 1 - - - -
23 Psedomonas 1
- - - - -
24 Leucocytozoon 2
- - - - -
25 Streptococcus 7 9 5 1 8
-
26 Mycoplasma Galisepticum 56 9 11
- - -
27 Coliform 5 6 2
- - -
28 Shigella sp 3
- - - - -
29 Pneumonia 1
- - - - -
30 Demodex canis 2
- - - - -
31 Aspergillus niger 11
- - - - -
32 Enterobacter sp 3
- - - - -
33 intoksikasi 2
- - - - -
34 Equine Piroplasmosis 2
- - - - -
35 Bronchitis 3
- - - - -
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tahun 2012 masih ditemukan reaktor
Brucellosis (286 kasus), konfirmasi HPAI dengan uji PCR (28 kasus) dan
kejadian/infestasi parasit darah Anaplasma sp (23 kasus), terjadi penurunan
dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu 29 kasus. Selain itu ditemukan pula
adanya penyakit bakterial seperti Saphylococcus sp, Streptococcus sp,
Mycobacterium sp, Clostridium sp, Pasteurella sp. dengan intensitas kejadian
relatif rendah.
Adapun jenis dan jumlah sampel pangan asal hewan dan Hasil Uji Cemaran
Mikroba yang diuji di BP3HK selama tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran 2
dan Lampiran 3.
Tabel 8.6.2. Hasil Uji Residu Antibiotika Kualitatif (bioassay) di Balai
Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Tahun
2012
Jenis Jumlah Hasil Pengujian (diatas Batas Maksimum Residu)
No
Sampel Sampel Peniciline Erytrhomycine Kanamycine Tetracycline
1. Daging 77 3 0 0 1
2. Telur 62 8 0 0 0
3. Susu 116 44 5 0 0
4. Produk Olahan BAH 6 0 0 0 0
Jumlah 261 55 5 0 1
Grafik lalulintas Ternak dan PAH di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Losari
Grafik lalulintas Ternak dan PAH di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Banjar
SUPPTD Trijaya
Struktur Populasi Tahun r
2011 2012 %
Instalasi Bunihayu
Struktur Populasi Tahun r
2011 2012 %
Selain itu BPPIB TSP Bunikasih juga mempunyai fungsi sebagai tempat
percontohan, uji coba teknologi terapan, tempat pelatihan/magang bagi petugas,
peternak, mahasiswa, siswa maupun masyarakat umum.
BPPIB TSP Bunikasih berada pada posisi geografis 10703 BT dan 650 LS
dengan ketinggian 900 m dari permukaan laut. Suhu berkisar 18 ~ 22C dan
kelembaban 85%. Curah hujan 266 mm/tahun (musim hujan) dan 51 mm/tahun (musim
kemarau).
Lahan BPPIB TSP Bunikasih seluas 22,22 ha berada di dalam dua wilayah
administratif yaitu :
1. Kampung Padalengsar Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur seluas 162.290 m,
2. Desa Padaluyu Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur seluas 59.930 m.
Ada pun pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut :
1. Bangunan (kantor, kandang, perumahan karyawan, dll) seluas 1,3 ha (5,91%)
2. Jalan lokasi 0,45 ha (2,05%)
3. Kebun rumput seluas 19,9 ha (90,45%), hampir 50% bertopografi bukit
4. Lahan exercise seluas 0,26 ha (1,18%)
Secara umum lahan yang baru dimanfaatkan secara efektif hanya seluas 4,1 ha
(18,45%) dan semi efektif, seluas 10,2 ha (46,36%). Sedangkan lahan berbukit seluas
5,6 ha (25,45%) dengan topografi yang berbukit belum digunakan secara efektif.
Pada awal tahun 2012 kekuatan SDM BPPIB TSP Bunikasih sebanyak 55 orang
terdiri dari 21 orang PNS dan 34 orang Tenaga Harian Lepas (THL), namun pada akhir
tahun jumlahnya berkurang menjadi 53 orang karena ada 2 orang PNS yang pensiun.
Jumlah kandang sebanyak 16 unit dengan kondisi normal, rusak ringan sampai
rusak berat, dengan daya tampung sebanyak 259 ekor ternak sapi perah setara 159,5
Satuan Ternak (ST).
BPPIB TSP Bunikasih memanfaatkan potensi SDM, SDA dan sarana prasarana
yang ada untuk pengembangan perbibitan ternak sapi perah dan hijauan makanan
ternak, yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Kegiatan pengembangan dan penguatan perbibitan ternak sapi perah di BPPIB
TSP Bunikasih pada tahun 2012 difokuskan pada kegiatan peningkatan penerapan Good
Farming Practices mendukung Good Breeding Practices dalam rangka pencapaian visi
dan misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Adapun hasil yang diharapkan dari
kegiatan ini adalah meningkatnya produksi, produktifitas atau penampilan ternak sapi
perah serta terinformasikannya teknologi terapan di bidang sapi perah.
1. Perbibitan Ternak.
A. Dinamika Populasi Ternak.
Walaupun kapasitas kandang 259 ekor namun populasi ternak sapi
perah pada awal tahun 2012 hanya 85 ekor. Populasi tersebut bertambah
menjadi 153 ekor pada akhir tahun 2012. Ada pun dinamika populasi ternak
sapi perah pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :
- Jumlah ternak sapi perah yang berasal dari hasil kelahiran IB
sebanyak 34 ekor dengan perbandingan betina 8 ekor (17,65%) dan
jantan 28 ekor (82,35%).
- Jumlah ternak sapi perah yang dikeluarkan (culling) melalui seleksi
sebanyak 48 ekor sapi yang terdiri 25 ekor pedet dan 18 ekor sapi
muda umur 6 - 12 bulan serta 5 ekor sapi dewasa afkir.
- Jumlah yang mati sebanyak 7 ekor.
Produksi (ton)
No Jenis Rumput
2011 2012
King Grass 626,39 557,896
Rumput gajah 626,39 750,987
Panicum sp. 0,1125 0,872
Produksi
1. BD 0,1125 0,200
HPT
Setaria 0,1125 0,325
Stargrass 0,1125
Jumlah 1.253.23 1.310.280
Stek King Grass -
Pols rumput raja 5,0
Lain-lain : pools stargrass, -
Penyebaran setaria, brachia decumbens
2.
HPT Stargrass 3.125 pols
Setaria 1.562 pols
Panicum 1.562 pols
Jumlah 129.585
D. Pengembangan Ternak.
Alih janin, transfer embrio atau TE adalah salah satu cara untuk
meningkatkan mutu genetik ternak sapi perah menuju kelas foundation
stock. Sifat kegiatan TE masih merupakan kaji terap yang dilakukan
bekerjasama dengan Balai Besar Embrio Transfer (BBET) Cipelang Bogor.
Dalam kerja sama ini BPPIB TSP Bunikasih bertindak sebagai penyedia
sapi perah betina resipien dan membantu teknis kegiatan di lapangan.
Sedangkan BBET Cipelang memproduksi embrio serta juga melaksanakan
pekerjaan teknis TE di lapangan.
Pada tahun 2012 baru dapat dilaksanakan persiapan resipien. Namun
ternak sapi jantan hasil ET yang lahir pada tanggal 4 Pebruari 2012 akan
dibesarkan sebagai bakal calon pejantan. Pedet tersebut akan dinilai oleh
Komisi Bibit Nasional pada bulan Pebruari 2013.
2011 2012
Komoditas Jual
Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)
Susu segar 128.161 396.648.750 75.250 268.658.104
SUSU Susu olahan - -
(liter)
Sub Jumlah 128.161 396.648.750 75.250 268.658.104
Pedet 4 10.000.000 20
Sapi dara 15 57.000.000 15
SAPI Sapi dewasa 5 31.376.000 12
(ekor) Sapi jantan 10 39.000.000 1
Sub Jumlah 34 137.376.000 198.600.000
Jumlah 485.055.500 467.258.104
Jabatan
No N a m a / NIP
Lama Baru
1 Ir. Nenny Fasyaini, MM Kasubag Kepegawaian dan Umum Kasi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
19700428 199703 2 004
2 H. Budiansyah, S.Sos Kasubag Tata Usaha pada BPT SP & HMT Cikole Kasubag Kepegawaian dan Umum
19650910 198803 1 013
3 Ir. Raden Roro Kudriani, MS Kasi Pengujian pada BPT SP & HMT Cikole Kasubag Tata Usaha pada BPT SP & HMT Cikole
19590729 198603 2 003
4 Yustini Elinda, S.Pt, M.Si Kasi Pengembangan pada BPT SP & HMT Cikole Kasi Pengujian pada BPT SP & HMT Cikole
19680611 199802 2 004
5 Ir. Asep Ali Fuad Hartanto Kasi Perencanaan dan Evaluasi pada BPP Cikole Kasi Pengembangan pada BPT SP & HMT Cikole
19660109 199503 1 002
6 Ir. Rahma Dewi Pelaksana pada Bidang Prasarana dan Sarana Kasi Perencanaan dan Evaluasi pada BPP Cikole
19680924 199803 2 003
7 Ir. Hj. Mia Mei Prihatni Kepala BPPT Unggas Jatiwangi Majalengka Kepala BPP Cikole Lembang
19600506 198603 2 006
8 Ir. Indriati, MM Kepala BPP Cikole Lembang Kepala BPPT Unggas Jatiwangi Majalengka
19601003 198303 2 010
9 Pepen Effendi, S.Pt, MP Kasi Budidaya Kasi Penataan Kawasan
19580712 197903 1 009
10 Amirudin, S.Pt Kasi Pengujian pada BPPT Unggas Jatiwangi Kasi Budidaya
19700523 199803 1 007
11 Nugraha Widiana, S.Pt, MP Pelaksana pada Bidang Pengembangan Usaha Kasi Pengujian pada BPPT Unggas Jatiwangi
19720329 199803 1 005
12 Siswoyo, A.Md Pelaksana pada BPPPHK Cikole Lembang Kasi Pengembangan pada BPPT Domba Margawati
19630416 199003 1 008
Lampiran 3.
Jenis dan Jumlah Sampel Penyakit Hewan yang Diuji di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet dan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari pada
Tahun 2012
J e n i s S a m pe l P e n g u ji a n
No Jenis Ternak/ Hewan Ulas Swab Swab Swab Hewan Kerokan JUMLAH
Darah Feces Susu Urine Organ Sperma Cairan lainnya
Darah Cloaca Trachea Uterus Utuh Kulit
1 Sapi 17.645 2.204 292 40 - - - - 9 - - - 2 2 20.194
2 Kerbau 256 - - - - - - - - - - - - - 256
3 Domba 286 438 10 - - - - - - - - - - - 734
4 Kambing 358 85 93 - - - - - - - - - - - 536
5 Kuda 159 - - - - - 31 - - - - - 190
6 Anjing 2 2 - - - - - - - 2 3 - - - 9
7 Kucing 1 - - - - - - - 1 - - - - 2
8 Ayam Ras 312.697 23 - - 572 4 - - 14 25 - - - 11 313.346
9 Ayam Buras 2.372 22 - - 76 8 - - - - - - - 5 2.483
10 Entog 94 - - 24 6 - - - - - - - - 124
11 Itik 201 5 - - 25 10 - - 4 - - - - 4 249
12 Burung - - - - 18 - - - 1 - - - 1 20
13 Puyuh 30 - - - 2 - - - 25 - - - - 57
14 Lainnya - - - - - - - - - - - - - 69 69
JUMLAH 334.101 2.779 395 40 717 28 - 31 27 54 3 - 2 92 338.269
Lampiran 4.
Jenis dan Jumlah Sampel Pangan Asal Hewan yang Diuji di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Tahun 2012
4 Produk Olahan PAH 168 148 88,1 3 1,8 1 0,6 12 7,1 - 0 - 0,0
Kategori Kontes
JUMLAH
SPOT A
SPOT H
SPOT B
SPER A
SPER D
SPER B
SPER C
DG A
DG D
DG B
DG C
PE A
PE B
No Nama Kabupaten
1. Kabupaten Bandung 4 8 3 9 2 2 5 4 4 2 - - - 43
2. Kabupaten Bandung Barat 3 2 5 5 1 - 5 4 6 6 - 1 2 40
3. Kabupaten Bogor - - - - 2 2 1 - 2 - - - - 7
4. Kabupaten Ciamis 3 3 3 2 2 - - - - 2 2 2 19
5. Kabupaten Cianjur 3 4 2 2 2 - - - - - - - 13
6. Kabupaten Garut 2 2 2 5 2 2 2 1 2 5 2 2 1 30
7. Kabupaten Indramayu - - - - 2 - - - - - 1 1 2 6
8. Kabupaten Kuningan - - - - - - 3 3 2 3 - - - 11
9. Kabupaten Majalengka - - - - - - 1 1 1 1 1 1 1 7
10. Kabupaten Purwakarta - - - - - - - - - - 2 2 1 5
11. Kabupaten Subang - - - - - - - - - - 2 2 2 6
12. Kabupaten Sukabumi - - - - - 2 1 1 1 - - - - 5
13. Kabupaten Sumedang - - - - - - 2 1 1 - 1 2 2 9
14. Kabupaten Tasikmalaya - - - - 2 2 - - - - 2 2 - 8
15. Kota Bandung - 6 3 3 - - - - - - - - - 12
16. Kota Banjar - - - - 2 2 - - - - - - - 4
17. Kota Tasikmalaya - - - - 2 2 - - - - 1 1 2 8
Grand Total 15 22 16 27 19 18 20 15 19 17 14 16 15 233
Lampiran 9.
Hasil Kontes Komoditas Sapi Potong Tahun 2012
Identitas
No. Kategori Peringkat Pemilik Alamat
Ternak
1. Keturunan Brahman Umur 06 09 bulan Juara I Puspa Ano Priana Blok Pasir Muncang RT 02/04, Kel. Balareja, Kec. Gantar, Kab. Indramayu
Juara II Patio Agus Kp. Sukasari RT 01/02, Ds. Cibanteng, Kec. Parungponteng, Kab.Tasikmalaya
Juara III Manis Sahro Kp. Cicariu, Ds. Bunihayu, Kec. Jalan Cagak, Kab. Subang
2. Keturunan PO Umur 10 12 bulan Juara I Lastri Damin Kp. Cijauh RT 12/RW 04 Desa Benteng, Kec. Campaka, Kab. Purwakarta
Juara II Soyan Ngadiman Kp. Sidomulyo RT 01/RW 01 Ds. Sidomulyo Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis
Juara III Kunti Didin Jalaludin Kp. Pulosari RT 02/RW 01 Desa Selaawi, Kec. Selaawi, Kab. Garut
3. Keturunan PO Umur 18 24 bulan Juara I Satria Siti Rahayu Kp. Sukamulya RT 04/RW06 Desa Ciseureuh, Kec. Purwakarta, Kab. Purwakarta
Juara II Rendi Nandang Darmawan Dusun Cipeureu RT 03/RW 01 Desa Tanjungmulya Kec. Tanjungkerta, Kab. Sumedang
Juara III MS 11 Theo RM Maluntas Kp. Pasir ipis RT 02/RW 03 Desa Kertawangi, Kec. Cisarua Kab. Bandung Barat
Lampiran 10.
Hasil Kontes Komoditas Sapi Perah Tahun 2012
Identitas
No. Kategori Peringkat Pemilik Alamat
Ternak
1. Keturunan FH Umur 06 08 bulan Juara I Mona Entis Kp. Lapang, RT 03 RW 15, Ds. Cikole, Kec. Lembang Kab. Bandung Barat
Juara II 3398 Dadi Kp. Cigeureung 2, Ds. Cigugur, Kec. Cigugur, Kab. Kuningan
Juara III Bona Wawan Cikeruh RT 05 RW 10, Ds. Cikeruh, Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang
2. Keturunan FH Umur 09 12 bulan Juara I Wulan Dana Supriatna Kampung Cipulus RT 03 RW 02, Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung
Juara II Bunga Oman Kampung Panyandaan, Padaasih, Cisarua, Kab. Bandung Barat
Juara III Jelita Ayi Maman Kp. Karyawangi RT 02 RW 07, Ds. Karyawangi, Kec. Parongpong, Kab. Bandung
Barat
3. Keturunan FH Umur 13 15 bulan Juara I Manis Suganda Kp. Pamecelan RT 03 RW 06, Sukajaya, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat
Juara II Ledy Dede Yandi Kp. Cibojong, Balewangi, Cisurupan, Kab. Garut
Juara III Mayang Dede Suhana Kampung Cipulus RT 02 RW 04, Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung
4. Keturunan FH Umur 24 36 bulan Juara I Dolar Yaya Balewangi, Kec. Cisurupan, Kab. Garut
Juara II Bentang Dayat Tuloh Kp. Citespong RT 04 RW 05, Sukajaya, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat
Juara III Si Belang Anen Haridiyansah Kp. Leuwiliang RT 03 RW 11, Mekarsari, Kec. Pasir Jambu, Kab. Bandung
Lampiran 11.
Hasil Kontes Komoditas Kambing PE Tahun 2012
Identitas
No. Kategori Peringkat Pemilik Alamat
Ternak
1. Raja Pejantan Umur 24 36 bulan Juara I Jaguar Paiman Dsn. Cikulu RT 02 RW 03, Ds. Sukahurip, Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis
Juara II Prabu Panji Kp. Simpang, RT 13/07, Ds. Simpang, Kec. Bantarkalong Kab. Tasikmalaya
Juara III Si Untung Narno Bojongkantong, Ds. Bojongkantong, Kec. Langensari, Kota Banjar
2. Ratu Bibit Umur 24 36 bulan Juara I Ratu H. Tatang Kp. Simpang, RT 13 RW 07, Ds. Simpang, Kec. Bantarkalong, Kab. Tasikmalaya
Juara II Lasmini Mastuhin Bojongkantong, Ds. Bojongkantong, Kec. Langensari, Kota Banjar
Juara III Manis Hendi Kp. Sukagalih, Ds. Cipeuteuy, Kec. Kabandungan, Kab. Sukabumi
Suryana
Lampiran 12.
Hasil Kontes Komoditas Domba Garut Tahun 2012
Identitas
No. Kategori Peringkat Pemilik Alamat
Ternak
1. Ratu Bibit; Juara I Nunung Ruhiyat Ds. Mekar Asih, Kec. Malangbong, Kab. Garut
Juara III Cantik H. Tata Cipada Girang, Mekarjaya, Kec. Cikalong Wetan
Kab. Bandung Barat
2. Raja Pejantan; Juara I Raja Tresna Joesandi Graha Puspa, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat
Juara II Sultan H. Tata Cipada Girang, Mekarjaya, Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat
Juara III Hegar Cucu Kp. Sangkan, RT 02 RW 02, Ds. Laksana, Kec. Ibun Kab. Bandung
3. Raja Pedaging; Juara I Mido Edi Junaedi Laksana Mekar, Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat
Juara II Laksana H. Tata Cipada Girang, Mekarjaya, Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat
Juara III Mayar H. Ade Yusuf Lebak Gede, Ds. Cireet, Kec. Ibun, Kab. Bandung
4. Petet Jantan; Juara I Royal H. Tata Cipada Girang, Mekarjaya, Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat
Juara II Jinggo Risman Daryusman Kp. Sawah Lega Rt 02 Rw 09, Ds. Laksana, Kec. Ibun Kab. Bandung
Juara III Gembang Dedi Rusamsi Komp. Giri Jagabaya B-5/13 Rt 05 / Rw 13, Ds. Jagabaya, Kec. Cimaung,
Kab. Bandung
Lampiran 13.
Hasil Pemeriksaan Sesuai Ketentuan SNI Nomor 01-4868.1-2005, Tipe Pedaging dan SNI Nomor 01-4868.2-2005 Tipe Petelur.
Berat DOC
Kabupaten/ Tanggal Nama Perusahaan Merk DOC (Ekor) Hasil Pemeriksaan
No. Alamat Strain (gr/ekor) Rekomendasi
Dagang
Kota Pengawasan GPS PS Produksi Sample Petelur Pedaging Fisik Kemasan Label
1 Kt. Bandung 01/03/2012 CV. Missouri Jl.Sindanglaya 50 Bandung Cobb FS CM 398 20.400 20 49 + + + Sesuai SNI
Hy Line
01/03/2012 CV. Missouri Jl.Sindanglaya 50 Bandung HM 800 30.600 30 38 + + + Sesuai SNI
FS
Hy Line 3.000
02/03/2012 CV. Missouri Jl.Sindanglaya 50 Bandung HM 800 10 41
PS betina
450
10 41 + + + Sesuai SNI
jantan
PT Silga Silga
2 Kt.Sukabumi 05/03/2012 Jl. Pelabuan II No.385 Lohmann 25.500 50 42 + + + Sesuai SNI
Perkasa Perkasa
PT Multi- Ds.Parigimulya
3 Subang 06/03/2012 Lohmann MB 402 255.000 150 48 + + + Sesuai SNI
breeder AI Kc.Cipunagara
PT Central
08/03/2012 Jl.Raya Subang Pagaden Cobb CP 707 734.400 150 48 + + + Sesuai SNI
Agromina
Km 9,5 Ross
PT Leong PT Malindo
5 Subang 19/03/2012 Kamarung Pagaden Subang Cobb 142.800 150 48 + + + Sesuai SNI
Ayam Satu F.
PT Bibit
19/03/2012 Ds.Cilameri Kec.Cisaga Cobb PS Cobb 500 31.824 45 + + + Sesuai SNI
Indonesia 100
PT Cibadak
7 Subang 22/03/2012 Cerelek Gunung Sembung Ross Jumbo 747 326.400 100 45 + + + Sesuai SNI
Indah SF
Pagaden
PT Pet.Ayam
8 Cianjur 24/03/2012 Ds.Jamali, Kec.Mande Cobb AM 888 44.880 40 49 + + + Sesuai SNI
Manggis
PT Super Jl.Raya Kota Bunga
27/03/2012 Ross Super Chick 25.500 41 + + + Sesuai SNI
Unggas Jaya Cipanas 20
PT Central Ds.Sukamulya
9 Subang 03/04/2012 Cobb Cobb 1.536.000 160 44 + + + Sesuai SNI
Avian Pertiwi Kec.Pagaden
Ross Ross
PT. Kerta
Kp.Parigi RT 05/04
11 Sukabumi 12/06/2012 Mulya Cobb Big Top 71.400 80 44 + + + Sesuai SNI
Ds.Palasari
Sejahtera
Hilir Kec.Parungkuda
Cisepe, Bojongjengkol PT Asia
19/06/2012 PT Asia Afrika Cobb BPS 7.225 80 44 + + + Sesuai SNI
RT11/03 Afrika
Kec. Jampang Tengah
Jl.Alternatif Nagrak Ross 308
25/06/2012 PT CJ - PIA CJ - PIA 10.164 60 48 + + + Sesuai SNI
Kp.Pesantren PS
Ds.Balekambang
Kec.Nagrak
Berat DOC
Kabupaten/ Tanggal Nama Perusahaan Merk DOC (Ekor) Hasil Pemeriksaan
No. Alamat Strain (gr/ekor) Rekomendasi
Dagang
Kota Pengawasan GPS PS Produksi Sample Petelur Pedaging Fisik Kemasan Label
PT
Big Top
12 Bogor 04/09/2012 Kertamulya Ds.Kertajaya Kec.Rumpin Cobb 71.400 70 49 + + + Sesuai SNI
Broiler
Sejahtera
PT Patriot Ds.Cimandi Hilir
06/09/2012 Ross BI Broiler 102.000 100 47 + + + Sesuai SNI
Intan Abadi Kec.Caringin
PT Super
21/12/2012 Jl.Raya Sudamanik Km 12 Ross Super Chick 40.800 40 50 + + + Sesuai SNI
Unggas Jaya
JUMLAH 1.740
Lampiran 14.
Hasil Test After Thawing 3/40 Layak untuk IB
22 Bogor 04/12/2011 XT 34 Sapi Potong Simmental Omega SJ 001 BBIB Singosari 3/50 1 Layak IB
Pigor (Persatuan Inseminator Bogor) 60869 SJ 001 BBIB Singosari 3/60 1 Layak IB
Ongole Owen AJ 111 BIB Lembang 3/60 1 Layak IB
20244 AJ 111 BIB Lembang 3/45 1 Layak IB
AJ 111 BIB Lembang 3/60 1 Layak IB
Hasil Pengujian
No Tanggal Asal Sampel Jenis Sampel Kadar Air Kadar Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca P
Sni Sni Sni Sni Sni
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sni Sampel Sni
(Max) (Max) (Min) (Max) (Max)
PT. Japfa Comfeed BR 0/BR1/Broiler Starter 1-10
1 21-Mar-12 10.44 14 6.5 8 23.85 19 6.08 7.4 3.33 6 1.04 0,90-1,20 0.64 0,60-1,00
Indonesia hari
MS 44+/BR2/Broiler Finisher
10.29 14 4.9 8 20.70 18 6.81 8 3.90 6 0.86 0,90-1,20 0.47 0,60-1,00
22 hari-panen
SB 12/BR2/Broiler Finisher 22
10.25 14 4.8 8 20.84 18 6.59 8 3.62 6 0.87 0,90-1,20 0.31 0,60-1,00
hari-panen
PT. Japfa Comfeed par S LB NC/ PSP1/ Breeder
2 4-Apr-12 10.54 13 5.7 8 18.96 19 4.59 3 3.57 6 1.04 0,9-1,2 0.71 0,6-0,9
Indonesia starter 0-3 minggu
par L 0 LB/ PSP5/ petelur 22-
9.87 13 6.7 14 15.46 16 4.87 3 4.22 6.5 1.38 2,7-4,0 0.74 0,6-0,9
26 minggu
PT. Universal Agri
3 10-Apr-12 CON 5/KP3 7.68 14 26.1 35 36.23 30 4.72 5 6.34 8 7.82 9,0-12,0 1 1,0-2,0
Bisnisindo
CK 88 NEO/KP3 7.03 14 31.8 35 33.07 30 4.31 5 4.89 8 10.57 9,0-12,0 0.95 1,0-2,0
181/BR 1 9.46 14 5.9 8 22.37 19 7.08 7.4 3.78 6 1.11 0,90-1,20 0.66 0,60-1,00
BRO 11/BR 1 9.46 14 5.7 8 21.12 19 7.06 7.4 2.72 6 1.08 0,90-1,20 0.66 0,60-1,00
Dinas Peternakan
4 13-Apr-12 sapi potong 23 14 15 12 11 13 7 7 14.02 1.9 0,8-1,0 0.8 0,6-0,8
Prov. Jawa Barat
sapi perah 26 14 30 10 8.7 16 3 7 27.17 3 0,8-1,0 0.4 0,6-0,8
Dinas Peternakan
5 9-May-12 KPSJ (1) / sapi perah 19 14 20 10 14 16 5 7 17.54 1.1 0,8-1,0 0.6 0,6-0,8
Prov. Jawa Barat
KPSJ (2) / sapi perah 11 14 13 10 12 16 8 7 17.91 0.6 0,8-1,0 0.6 0,6-0,8
Dinas Peternakan
Dan Perikanan pakan itik/tunas bangsa (kering
6 12-May-12 7.5 14 6.3 14 17.2 15 7.8 7 4.7 8 0.34 3,00-4,00 0.72 0,60-1,00
Kabupaten oven)
Purwakarta
pakan itik/tunas bangsa (basah) 84.58 1.1 2.87 1.3 0.78 0.06 0.12
pakan ayam buras (kering
7.8 14 8.2 14 17 14 9 7 8 7 0.5 3,2-4,0 0.7 0,6-1,0
oven)
pakan itik/tunas bangsa (kering
84.63 1.4 2.84 1.44 1.38 0.08 0.12
oven)
Hasil Pengujian
No Tanggal Asal Sampel Jenis Sampel Kadar Air Kadar Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca P
Sni Sni Sni Sni Sni
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sni Sampel Sni
(Max) (Max) (Min) (Max) (Max)
Dinas Peternakan,
Perikanan Dan
7 12-May-12 konsentrat sapi perah 12 14 13 10 9.7 16 11 7 16.92 2.3 0,8-1,0 0.3 0,6-0,8
Kelautan Kabupaten
Tasikmalaya
Konsentrat sapi potong 10 14 21 12 13 13 2 7 23.77 1.3 0,8-1,0 0.5 0,6-0,8
Dinas Peternakan
8 20-May-12 Pakan sapi perah / KSP4 11 14 16 10 17 16 7 7 11.29 5.1 0,8-1,0 0.8 0,6-0,8
Kabupaten Bandung
Konsentrat (pellet) kelinci 12 14 11 14 16 12 4 2.4 20 16-22 1.38 0,40-0,75 0.60 0,20-0,50
Dinas Pertanian,
Perkebunan,
DOD jantan / penggemukan
9 23-May-12 Peternakan Dan 11 14 5.5 8 17.8 16 5.3 8 2.2 8 0.84 0,90-1,20 0.69 0,60-1,00
itik / IPB3
Kehutanan
Kabupaten Cirebon
pakan itik berproduksi/ IP3 10 14 17.6 14 21.6 15 3.5 7 3.4 8 4.94 3,00-4,00 0.91 0,60-1,00
PT Cargill
10 31-May-12 Indonesia / Up. BF K/ BR2/ broiler finisher 10.78 14 5.6 8 21.79 18 5.75 8 3.55 6 1.11 0,90-12,0 0.63 0,60-1,00
Bapak Faudel
BSK/ BR 1/ BROILER
10.3 14 5.2 8 21.44 19 5.24 7.4 2.92 6 0.98 0,90-12,0 0.62 0,60-1,00
STARTER
BR I X/ BR 1/BROILER
10.97 14 5.4 8 20.16 19 6.04 7.4 3.21 6 0.9 0,90-12,0 0.63 0,60-1,00
STARTER
TOP 36/ KP3/
6.36 14 33.9 35 34.39 30 3.88 5 4.14 8 11.63 9,0-12,0 0.97 1,0-2,0
KONSENTRAT LAYER
MAX BRO/ BR 1/ BROILER
10.08 14 5.3 8 22.75 19 6.82 7.4 3.42 6 1.07 0,90-12,0 0.57 0,60-1,00
STARTER
BBS NM/ PSBR2 bibit ayam
10.8 13 6.6 8 19.19 17 5.06 3 3.93 5 1.14 0,9-1,2 0.7 0,6-0,8
ras pedaging starter-2
LBL NM/ PSP 5/ bibit ayam
9.89 13 14.2 8 17.72 16 5 3 4.14 6.5 4.38 2,7-4,0 0.66 0,6-0,9
ras petelur layer
Customix 36/KP3/Konsentrat
6.51 14 32.9 35 34.2 30 4.06 5 3.65 8 11.01 9,0-12,0 0.95 1,0-2,0
Layer
QL/PP3/Puyuh Petelur 10.02 14 11.4 14 21.69 17 5.1 7 4.99 7 3.09 2,5-3,5 0.73 0,6-1,0
UNIGRO/P2/Ayam Ras
9.83 14 6.2 8 16.25 15 5.21 7 4.9 7 1.23 0,9-1,2 0.72 0,6-1,0
Petelur Dara
Dinas Peternakan
11 27-Jun-12 konsentrat sapi potong/ KSPT1 3.95 14 16.1 12 11.55 13 5.48 7 3.24 0,8-1,0 0.43 0,6-0,8
Prov. Jawa Barat
12 .
LM3/ kelinci pedaging/ PK 1 5.44 14 11.00 14 17.80 16 10.52 2.6 14.74 0.39 0,4-0,75 0.87 0,2-0,5
16
Hasil Pengujian
No Tanggal Asal Sampel Jenis Sampel Kadar Air Kadar Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca P
Sni Sni Sni Sni Sni
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sni Sampel Sni
(Max) (Max) (Min) (Max) (Max)
Konsentrat Cikole
21.78 14 15.6 10 14.52 16 1.73 7 0.59 0,8-0,1 0.51 0,6-0,8
1/Konsentrat Sapi Perah/KSP4
Konsentrat Cikole
2/Konsentrat Sapi 19.43 14 11.7 10 15.53 16 1.77 7 1.01 0,8-1,0 0.51 0,6-0,8
Perah/KSP4/Kandang II
Konsentrat Sapi Perah/KSP 4 9.94 14 14.5 10 13.7 16 7.89 7 1.9 0,8-1,0 0.76 0,6-0,8
Konsentrat Sapi potong
3.5 14 14.6 12 12.95 13 7.87 7 1.53 0,8-1,0 0.39 0,6-0,8
Trisila/KSPT 1
Konsentrat Sapi
11.59 14 14.9 12 13.78 13 9.31 7 1.82 0,8-1,0 0.41 0,6-0,8
Potong+Ampas Tahu/KSPT1
Konsentrat Sapi Perah Laktasi
4.22 14 14.3 10 13.25 18 8.83 7 1.51 1,0-1,2 0.41 0,6-0,8
Tinggi/KSP5
M6/Putih/KSP6 9.31 14 15.8 10 10.84 14 6.81 7 1.54 0,6-0,8 0.61 0,6-0,8
M2/Kuning/KSP4 8.97 14 9.7 10 17.66 16 7.01 7 1.56 1,0-1,2 0.76 0,6-0,8
Dinas Peternakan Sampel I/Pakan Sapi
12 7-Aug-12 14.9 14 13.9 12 6.78 13 0.77 7 28.17 1.19 0,8-1,0 0.22 0,6-0,8
Prov. Jawa Barat Potong/KSPT 1/Klp Kertasaba
Sampel II/Pakan Sapi
15.42 14 18.2 12 6.64 13 1.19 7 26.6 1.16 0,8-1,0 0.24 0,6-0,8
Potong/KSPT1/Klp Sukakarya
Dinas Peternakan rumput gajah taiwan/BPPT
13 2-Oct-12 84.2 15.30 16.18 1.68 28.36 0.61 0.22
Prov. Jawa Barat Sapi Potong Ciamis
rumput raja/BPPT Sapi Potong
83.49 12.20 12.21 1.54 17.29 0.32 0.20
Ciamis
rumput stargrass/BPPT Sapi
70.39 9.2 15.34 0.92 27.92 0.49 0.24
Potong Ciamis
konsentrat sapi potong/BPPT
9.66 15.8 11.26 3.82 24.29 1.39 0.43
Sapi Potong Ciamis
12- Dinas Peternakan
14 pakan sapi perah 26 14 23 10 10 16 2 7 16.05 6.3 0,8-1,0 0.3 0,5-0,8
November-12 Prov. Jawa Barat
12 .
pakan kelinci 11 14 12 14 18 17 1 3.6 17 1.2 0,75-1,20 0.6 0,60-1,00
18
pakan sapi 10 14 12.8 14 14.4 15 6.4 7 11.6 8 1.9 3,00-4,00 1.1 0,60-1,00
pakan itik pedaging 10.49 7.5 10.04 7.78 9.49 0.03 0.88
Lampiran 16.
Hasil Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) Sapi Potong di Masing-masing Kabupaten/Kota Tahun 2012
Realisasi
Inseminasi Inseminasi 2 Bulan Lalu Jumlah
Target Pkb
No Kabupaten
Akseptor Akseptor % Jumlah Jumlah
I II III I II III Ekor
Dosis Dosis
1 Ciamis 12.205 10.889 89,22 10.889 2.291 401 13.581 10.940 2.345 471 13.756 10.820
2 Tasikmalaya 15.180 15.242 100,41 15.242 2.997 483 18.722 15.015 2.936 433 18.384 14.886
3 Garut 3.500 2.564 73,26 2.564 530 99 3.193 2.287 522 111 2.920 2.859
4 Cianjur 5.690 4.163 73,16 4.163 512 89 4.764 4.064 481 71 4.616 2.980
5 Sukabumi 3.656 2.963 81,04 2.963 810 189 3.962 2.880 810 190 3.880 2.686
6 Bogor 2.100 1.470 70,00 1.470 110 4 1.584 1.448 2.711 5 1.501 724
7 Bekasi 3.000 1.499 49,97 1.499 244 32 1.775 1.450 240 44 1.734 1.224
8 Karawang 2.846 2.361 82,96 2.361 298 - 2.659 2.499 304 - 2.803 1.940
9 Purwakarta 2.066 2.605 126,09 2.605 225 203 3.033 2.810 251 187 3.248 2.809
10 Subang 5.879 3.370 57,32 3.370 504 100 3.974 3.257 488 98 3.843 2.904
11 Indramayu 2.175 1.329 61,10 1.329 292 41 1.662 1.297 276 43 1.616 1.028
12 Sumedang 11.000 8.930 81,18 8.930 1.096 181 10.207 8.637 1.045 167 9.849 8.807
13 Majalengka 2.202 2.480 112,62 2.480 472 105 3.057 2.448 461 113 3.022 2.071
14 Kuningan 5.091 3.128 61,44 3.128 361 84 3.573 3.038 340 72 3.450 3.026
15 Cirebon 749 1.088 145,26 1.088 216 18 1.322 1.053 181 14 1.248 1.054
16 Bandung 1.500 359 23,93 359 48 6 413 318 47 6 371 373
17 Kota Banjar 560 225 40,18 225 88 28 341 223 93 36 352 257
18 Kota Tasikmalaya 634 224 35,33 224 16 5 245 217 17 6 240 212
19 Kota Cirebon 150 130 86,67 130 100 53 283 144 111 60 315 108
20 Bandung Barat 416 303 72,84 303 63 3 369 289 82 3 374 300
JUMLAH TOTAL 80.599 65.322 81,05 65.322 11.273 2.124 78.719 64.314 13.741 2.130 77.522 61.068
Tabel dilanjutkan...
Tabel Lanjutan...
Sc Dari
Jumlah Bunting Dari Inseminasi Perhitungan Cr Realisasi Kelahiran
Target
No Kabupaten Total Abortus
Total Pkb Kelahiran
Target Kebuntin Cr Bunting
I II III Ekor Cr Jantan Betina Jumlah
Bunting gan Bunting
1 Ciamis 7.289 1.774 292 9.355 9.154 85,5 66,6 86,5 1,5 1,5 5.299 3.652 8.951 7.242 -
2 Tasikmalaya 8.594 2.807 411 11.812 11.385 78,7 57,2 79,3 1,6 1,7 5.398 5.882 11.280 8.663 -
3 Garut 1.436 347 82 1.865 2.625 81,5 62,8 65,2 1,6 2,0 720 707 1.427 2.100 -
4 Cianjur 2.015 380 20 2.415 4.267 59,4 49,6 81,0 1,9 1,5 1.936 1.196 3.132 3.414 -
5 Sukabumi 1.240 344 43 1.627 2.797 56,5 43,1 60,6 2,4 2,2 614 527 1.141 2.238 19
6 Bogor 665 59 - 724 1.575 50,0 45,9 100,0 2,1 1,1 187 528 715 1.260 -
7 Bekasi 827 150 23 1.000 2.250 69,0 57,0 81,7 1,7 1,5 282 189 471 1.800 -
8 Karawang 1.327 - - 1.327 2.135 53,1 53,1 68,4 2,1 1,5 531 796 1.327 1.708 -
9 Purwakarta 2.179 141 119 2.439 1.972 86,8 77,5 86,8 1,3 1,3 1.288 1.220 2.508 1.578 25
10 Subang 2.380 142 - 2.522 5.174 77,4 73,1 86,8 1,5 1,2 1.160 973 2.133 4.139 -
11 Indramayu 576 148 29 753 1.631 58,1 44,4 73,2 2,1 1,8 228 219 447 1.305 -
12 Sumedang 6.806 725 109 7.640 7.604 88,5 78,8 86,7 1,3 1,3 3.203 3.135 6.338 6.083 -
13 Majalengka 1.291 246 64 1.601 1.651 65,4 52,7 77,3 1,9 1,6 937 602 1.539 1.321 8
14 Kuningan 1.907 234 53 2.194 3.859 72,2 62,8 72,5 1,6 1,6 806 823 1.629 3.087 -
15 Cirebon 786 - - 786 602 74,6 74,6 74,6 1,6 1,3 107 84 191 482 -
16 Bandung 231 17 - 248 1.125 78,0 72,6 66,5 1,5 1,6 83 73 156 900 37
17 Kota Banjar 122 56 21 199 167 89,2 54,7 77,4 1,8 2,1 62 86 148 134 -
18 Kota Tasikmalaya 190 - - 190 505 87,6 87,6 89,6 1,3 1,1 93 90 183 404 -
19 Kota Cirebon 48 24 8 80 50 55,6 33,3 74,1 3,9 2,3 25 29 54 40 -
20 Bandung Barat 164 46 3 213 334 73,7 56,7 71,0 1,8 1,8 129 120 249 267 -
JUMLAH TOTAL 40.073 7.640 1.277 48.990 60.862 76,2 62,31 80,2 1,61 1,5 23.088 20.931 44.019 48.165 89
Lampiran 17.
Situasi Penyakit Hewan Menular di Jawa Barat Tahun 2012
Hewan
No Penyakit Hewan Kabupaten/Kota
Jenis Jumlah (ekor)
Kasus PHM
1. Avian Influenza Ayam buras 2.696 17 kabupaten/kota kecuali Kota Bekasi, Kota Sukabumi, Ciamis, Kota Tasikmalaya,
Karawang, Garut, Purwakarta dan Cianjur
Itik 3.789 59 kecamatan, 73 desa/kel
2. Rabies Anjing 1 kasus positif Desa Purbayani Kec. Caringin dan Desa Sinarjaya Kec. Bungbulang Kab.Garut (1)
3. Brucellosis Sapi perah 194 Sukabumi (2)
Bandung Barat (116)
Garut (6)
Tasikmalaya (9)
Bandung (1)
Cirebon (2)
Bogor (26)
Sumedang (18)
Kota Bogor (12)
Cianjur (2)
4. Pullorum Unggas 284 Kota Bandung (8)
Cianjur (63)
Garut (16)
Hewan
No Penyakit Hewan Kabupaten/Kota
Jenis Jumlah (ekor)
Majalengka (17)
Tasikmalaya (17)
Cirebon (49)
Bandung (33)
Kota Bekasi (30)
Ciamis (11)
Purwakarta (37)
Karawang (3)
5. Mycoplasma gallisepticum Kota Bandung (7)
Cianjur (40)
Garut (15)
Majalengka (3)
Sumedang (1)
Tasikmalaya (30)
Cirebon (21)
Bandung (72)
Kota Bekasi (31)
Ciamis (21)
Purwakarta (31)
Karawang (2)
6. Salmonellosis Unggas 5 Majalengka (3)
Bandung Barat (2)
Hewan
No Penyakit Hewan Kabupaten/Kota
Jenis Jumlah (ekor)
7. Colibaciilosis Unggas 3 Majalengka (3)
Surveilans PHM
4. Infectiouse Bovine Sapi Potong 57 sampel dari 272 Bogor (7/39), Kuningan (0/56)
Rhinotracheitis sampel berstatus Sumedang (3/3), Cirebon (8/42)
(IBR) serologis tinggi (20,95%) Karawang (35/44), Tasikmalaya (4/37)
Sapi Perah 261 sampel dari 1647 Bandung (4/32), Bogor (46/169)
sampel berstatus Ciamis (17/134), Garut (17/139)
serologis tinggi (15,85%) Kuningan (7/184), Purwakarta
(22/130), Sukabumi (64/240),
Sumedang (18/134), Bandung
((44/96), Subang (4/40), Cianjur
(2/44), Kota Bogor (10/47),
Tasikmalaya(6/154)
5. Bovine Viral Sapi Potong 64 sampel dari 159 Bogor (57/82)
Diarhea (BVD) sampel berstatus Kuningan (7/46)
serologis tinggi (40,25%) Cirebon (0/31)
Sapi Perah 285 sampel dari 405 Garut (37/37), Sumedang (21/31)
sampel berstatus KBB (46/62), Sukabumi (60/99)
serologis tinggi (70,37%) Bogor (1/1), Kuningan (12/31)
Bandung (31/47), Cianjur (19/31)
Subang (34/35), Bogor (24/31)
6. Enzootic Bovine Sapi Potong 10 sampel dari 121 Tasikmalaya (0/37), Bogor (2/39)
Hewan
No Penyakit Hewan Kabupaten/Kota
Jenis Jumlah (ekor)
Leucosis (EBL) sampel berstatus Kuningan (2/55), Cirebon (2/68)
serologis tinggi (8,26%) Indramayu (0/43), Ciamis (4/39)
Sapi Perah 12 sampel dari 254 Garut (1/35), Sumedang (0/38)
sampel berstatus KBB (3/38), Sukabumi (3/29)
serologis tinggi (4,72%) Bogor (0/1), Kuningan (0/39)
Bandung (0/37), Cianjur (5/37)
7. Infectious Bronchitis Unggas 30 sampel dari 38 smpl Kota bandung (10/10)
Virus (IBV) menujukkkan hasil Bogor (20/28)
positif
8. Hoc Cholera Babi 170 sampel dari 670 Bekasi (44/130), Karawang
(Sampar Babi) sampel berstatus (44/163), Kuningan (37/277)
serologis tinggi (25,37%) Bogor (45/100)
Lampiran 18.
Unit Farm dari Breeding Farm di Jawa Barat tahun 2012
Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
Kabupaten Bogor
1965 Kambing
1. Citeureup Hambalang
2001 Manusia Hewan Penderita Tidak Diketahui
2. Bojong Gede Citayam 1968 Kambing
1978 Kambing
3. Cibinong Karadenan 1979
2003
4. Kalapanunggal Linggarmukti 1985 Kambing
5. Jonggol Sirnagalih 1986 Kambing
2001 Kambing
Citaringgul
2004
Kadumanggu 2002 Kambing
6. Babakan Madang
Cipambuan 2002 Kambing
Babakan Madang 2003 Kambing, Manusia
Karang Tengah 2007 Kambing, Manusia
Cijujung 1971 Kambing
7. Sukaraja
Cilebut Barat 2008 Sapi
Kota Bogor
8. Bogor Utara Kedung Badak 1971 Kambing Dulu Masuk Kec Kedung Halang Kab Bogor
Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
Bantarjati 1972 Sapi Perah Milik H Badi
Ciparigi 1981 Domba
Ciluar 1981 Sapi Dulu Masuk Kec Sukaraja Kab Bogor
Tegalgundil 1984 Domba
9. Bogor Timur Baranangsiang 1974 Domba Milik H Acep
Domba Milik LPP Balitnak
10. Bogor Tengah Babakan 1977 Domba, Sapi
Sapi Milik Fapet IPB
11. Bogor Barat Menteng 1983 Domba Milik Ikin
Batutulis 1974 Sapi Perah
12. Bogor Selatan
Lawanggintung 1976 Sapi Perah Milik PPLG
1978 Sapi Perah Hewan Dari Cibinong, Dipotong Di RPH
Tanah Sereal
13. Tanah Sereal 1980 Kerbau
Kebon Pedes 2001 Sapi Perah
Kota Depok
14. Pancoran Mas Pancoran Mas 1968 Kambing
Harjamukti 1974 Kambing
15. Cimanggis
Cilangkap 2006 Sapi, Manusia
Kabupaten Bekasi
Sukamahi 1983 Domba, Kambing
16. Cikarang Pusat 1985 Domba
Pasir Ranji
1986 Domba
Sukasari 1984 Kambing
17. Serang Baru
Nagasari 1985 Kambing
18. Muara Pantai Mekar 1985 Kerbau
Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
Gembong Pantai Bahagia 1985 Kerbau, Kambing
Pantai Bakti 1985 Kerbau
19. Bojongmanggu Karang Indah 1985 Sapi
Kota Bekasi
20. Bekasi Barat Kranji 1972 Sapi Dulu Masuk Kab Bekasi
Purwakarta
Sindangkasih 1961 Manusia
Nagrikaler 1961 Sapi, Kambing
21. Purwakarta
Tegal Muncul 1963 Sapi
Ciseureuh 1968 Kambing
21. Jatiluhur Bunder 1965 Domba
1963 Kerbau
22. Campaka Cireundeu
1985 Kambing
1961 Kerbau
24. Bungursari Bungur
1972 Sapi
1966
Cikubakamanah 1975 Kerbau
25. Cibatu 1983
Cirangkong 1985 Kambing
Ciparungsari 1999 Burung Unta, Manusia Dulu Masuk Kec Campaka
Maracam 1961 Domba
26. Babakan Cikao
Cigelam 1962 Kambing
1972 Sapi
27. Pasawahan Selaawi
1975 Sapi
Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
Cibogo Hilir 1966 Manusia
28. Plered
Cibogo Hilir 1972 Kambing
Citalang 1966 Kuda
29. Tegal Waru
Karoya 1968 Sapi
30. Maniis Citamiang 1975 Manusia
Subang
Marengmang 1961 Sapi
Dawuan Kaler
1962 Sapi
31. Kalijati Dawuan Kidul
Cisampih 1962 Sapi
Rawalele 1962 Domba
Dandeur 1961 Sapi
32. Subang Balendung 1962 Kambing
Sukamelang 1962 Kerbau
33. Jalan Cagak Cisaat 1961 Sapi
Cupunagara 1961 Kuda
34. Cisalak
Darmaga 1962 Tanah
Sawangan 1961 Sapi
35. Cipeundeuy Cipeundeuy 1965 Manusia
Wantilan - Tanah
Karawang
Cimahi 1950 Sapi
36. Klari Duren 1952 Sapi
Balendung 1967 Kerbau
Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
37. Purwasari Darawolong 1954 Sapi Dulu Masuk Kec. Klari
38. Teluk Jambe Timur Pinayungan 1958 Sapi
39. Tegalsari Cadas Kertajaya 1959 Kerbau
Ciptasari 1960 Kerbau
Mulyasari 1963 Sapi
Cintalanggeng 1974 Sapi
40. Pangkalan
Cintaasih 1974 Sapi
1982 Tanah
Medalsari
1984 Kambing
Margakarya 1960 Sapi
41. Teluk Jambe Barat Dulu Masuk Kec. Teluk Jambe
Karang Mulya 1964 Sapi
42. Batujaya Batujaya 1968 Kerbau
43. Pakisjaya Tanjungbungin 1963 Kerbau
Rengasdengklok
44. Rengasdengklok 1985 Kerbau Dulu Masuk Kec Rngsdengklok
Selatan
45. Karawang Barat Karawang Kulon 1986 Kambing Dulu Masuk Kec Karawang
Kab. Bandung Barat
46. Lembang Jayagiri 1973 Sapi Perah
Lampiran 20.
Distribusi Sarana Pengendalian Gangguan Reproduksi (Dalam Dosis)
Anti-
Prostaglandin Oksitocyn AB bolus AB LA AD-E Anti bloat Robo Multivit Iod Pov.
No. Kab./Kota HCG (Box) inflms
(Vial) (Vial) (box) inj Botol) (Botol) (Botol) (botol) (Botol) (Botol)
(Vial)
1 Kab. Tasikmalaya 10 10 15 30 30 30 30 30 30 30 30
2 Kab. Sumedang 10 10 15 30 30 30 30 30 30 30 30
3 Kab. Ciamis 10 10 15 30 30 30 30 30 30 30 30
4 Kab. Cianjur 10 10 10 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Kab. Kuningan 10 10 10 30 30 30 30 30 30 30 30
6 Kab. Bogor 10 10 10 30 30 30 30 30 30 30 30
7 Kab. Bekasi 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
8 Kab. Garut 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
9 Kab. Subang 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
10 Kab. Sukabumi 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
11 Kab. Karawang 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
12 Kab. Majalengka 10 10 10 30 20 30 20 20 30 30 20
13 Kab. Purwakarta 10 10 10 30 20 30 20 20 20 30 20
14 Kab. Indramayu 10 10 10 30 20 30 20 20 20 30 20
15 Kab. Cirebon 10 10 10 30 20 30 20 20 20 30 20
16 Kab. Bandung 10 10 30 20 30 20 20 20 30 20
17 Kab. Bandung Barat 10 10 20 20 20 20 20 20 20 20
Jumlah 150 170 185 500 450 500 400 400 460 500 400
Lampiran 21.
Hasil Pengendalian Penyakit Gangguan Reproduksi Tahun 2012
Keterangan : Hypo = Hypofungsi; CLP = Corpus Luteum Persisten; Cyste = Sistic; Endo=Endometritis
Lampiran 22.
Lampiran Daftar Importir Daging di Jawa Barat tahun 2010-2012
Tahun
No.
2009 2010 2011 2012
1. PT. Mitra Sarana Purnama PT. Mitra Sarana Purnama PT. Bina Mentari Tunggal PT. Bina Mentari Tunggal
QQ PT. Hero Supermarket Tbk. QQ PT. Hero Supermarket Tbk.
2. PT. Sukanda Djaya PT. Sukanda Djaya PT. Sukanda Djaya PT. Sukanda Djaya
3. CV. Sumber Laut Perkasa PT. San Miguel Pure Foods Indonesia PT. Madusari Nusaperdana PT. Madusari Nusaperdana
4. CV. Septia Anugerah PT. Bina Mentari Tunggal PT. Bumi Maestroayu PT. Bumi Maestroayu
5. CV. Cahaya Sakti CV. Surya Cemerlang Abadi PT. Impexindo Pratama CV. Surya Cemerlang Abadi
6. PT. Madusari Nusaperdana PT. Madusari Nusaperdana CV. Surya Cemerlang Abadi PT. Mitra Sarana Purnama
7. PT. Bumi Maestro Ayu - PT. Mitra Sarana Purnama PT. San Miguel Pure Foods Indonesia
QQ PT. Hero Supermarket Tbk.
8. PT. San Miguel Pure Foods Indonesia - PT. San Miguel Pure Foods Indonesia PT. Indobaru Utama Sejahtera
9. PT. Bina Mentari Tunggal - PT. Beeffood Indonesia PT. Beeffood Indonesia
Daging Daging
Daging Sapi Daging Babi Susu Telur Bakso Sosis Nugget Dendeng Usus
Positif Ayam Domba
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
TPC 136 136 2 2 19 20 37 3 3 3 3
E. Coli 64 68 1 - 9 6 4 - 4 1 1
Coliform 68 68 1 1 33 9 2 1 3 1 -
Salmonella sp. 11 6 1 - - - - - 3 - 1
Staphylococcus sp. 42 52 - 1 10 10 13 - 1 2 -
Formalin 2 3 - - - - - - - - 2
Keterangan :
1. SNI Daging Sapi 3932-2008 : TPC maksimal 1.000.000 cgu/g
2. SNI Daging Ayam 3924-2009 : TPC maksimal 1.000.000 cfu/g
3. SNI Susu Sapi : TPC maksimal 1.000.000 cfu/g
4. SNI Telur : TPC maksimal 100.000 cfu/g
Lampiran 24.
Daftar RPH yang sudah memenuhi Kesrawan
Keterangan/Approve
No. PERUSAHAAN Alamat Perusahaan RPH Alamat RPH
DGLS AQIS
1. PT. Santosa Agrindo Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav. RPH UPTD Pancoran Mas Jln. Caringin No. 83 Kp. Kekupu, Kelurahan Rangkepan
16 Jakarta Selatan (KUPU ?) Jaya,
2. PT. Austasia Stockfeed Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav. Kota Depok - Jawa Barat
16 Jakarta Selatan
3. PT. Santosa Agrindo Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav. RPH Tapos Jln. Raya Tapos, Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos,
16 Jakarta Selatan Kota Depok - Jawa Barat
4. PT. Austasia Stockfeed Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav.
16 Jakarta Selatan
5. PT. Widodo Makmur Ruko Cibubur Indah Blok F. 16 Lapangan
Perkasa Tembak, Jakarta Timur
6. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung
Semesta
7. PT. Pasir Tengah Ds. Cinangsi Kec. Cikalong Kulon, Cianjur
8. PT. Santosa Agrindo Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav. RPH Darmaga Elders Jln. Agatis Lingkar Kampus IPB - Fakultas Peternakan
16 Jakarta Selatan IPB, Bogor
9. PT. Austasia Stockfd Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav.
16 Jakarta Selatan
10. PT. Agro Giri Perkasa Jl. Raya Natar No. 257 Rt.05/Rw.02 Dusun I
Natar (II) Desa Natar, Kecamatan Natar -
Lampung Selatan
Keterangan/Approve
No. PERUSAHAAN Alamat Perusahaan RPH Alamat RPH
DGLS AQIS
11. PT. Elders Indonesia Wisma Raharja Lt. 8 TB Simatupang Kav 1,
Cilandak, Jakarta Selatan
12. PT. Agrisatwa Jaya Jl. Komplek Bidex Blok F 16 CBD City
Kencana Tangerang Selatan Banten 15321
13. PT. Lembu Jantan Jl. Wirajati 7 Blok A4 Komp TNI AU
Perkasa Waringin Permai Kel. Cipinang Melayu,
Kec. Makasar, Jakarta 13620
14. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung
Semesta
15. PT . Andini Persada Jl.Ruko Madison Blok B 4 No.23 Cibubur
Sejahtera Timer Square Kel.Jatikarya Kec.Jati
sampurna Bekasi
16. PT. Great Giant Livestock Terbanggi Besar - Lampung Tengah RPH Bubulak Jln. KH. R. Abdullah Bin Nuh, Kelurahan Bubulak,
Kecamatan Bogor Barat, Bogor - Jawa Barat
17. PT . Andini Persada Jl.Ruko Madison Blok B 4 No.23 Cibubur
Sejahtera Timer Square Kel.Jatikarya Kec.Jati
sampurna - Bekasi
18. PT. Great Giant Livestock Terbanggi Besar - Lampung Tengah RPH H. Sidik Jln. Caringin Kp. Kepupu, Kelurahan Rangkapan Jaya,
Kecamatan Pancoran Mas, Depok - Jawa Barat
19. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung
Semesta
20. PT. Great Giant Livestock Terbanggi Besar - Lampung Tengah RPH H. Mamat = TPH Primkopad
_
21. PT. Agro Giri Perkasa Jl. Raya Natar No. 257 Rt.05/Rw.02 Dusun I RPH Bogor Jonggol / PT Jln. SMPN 1 Jonggol Kp. Menan, Desa Sukamaju,
Natar (II) Desa Natar, Kecamatan Natar - Sinar Daging Perdana Kecamatan Jonggol, Bogor - Jawa Barat
Keterangan/Approve
No. PERUSAHAAN Alamat Perusahaan RPH Alamat RPH
DGLS AQIS
Lampung Selatan
22. PT. Widodo Makmur Ruko Cibubur Indah Blok F. 16 Lapangan
Perkasa Tembak, Jakarta Timur
23. PT. Pasir Tengah Ds. Cinangsi Kec. Cikalong Kulon, Cianjur
24. PT. Lembu Jantan Jl. Wirajati 7 Blok A4 Komp TNI AU
Perkasa Waringin Permai Kel. Cipinang Melayu,
Kec. Makasar, Jakarta 13620
25. PT. Andini Karya Gedung Pesona Lt. 2 Suite 216 Jl. Ciputat RPH Cijapati Jl. Raya Cijapati Km 4,5 Kab. Bandung
Makmur Raya No. 20 Kebayoran Lama Utara, Jakarta
Selatan
26. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung UPTD RPH Kota Jln. Letjen Ibrahim Adjie Km 7, Kelurahan Sukamaju
Semesta Tasikmalaya Kaler, Kecamatan Indihiang , Kota Tasikmalaya - Jawa
Barat
27. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung RPH Padalarang Jln. Komplek Cimareme RT 04/RW 01, Desa Cimareme,
Semesta Kecamatan Ngampah, Kabupaten Bandung Barat - Jawa _
Barat
28. PT. Agrisatwa Jaya Jl. Komplek Bidex Blok F 16 CBD City RPH Sinar Kulon Desa Parung Panjang, Parung Panjang, Bogor
Kencana Tangerang Selatan Banten 15321
29. PT. Agro Giri Perkasa Jl. Raya Natar No. 257 Rt.05/Rw.02 Dusun I RPH Hasindo / Jln. Andini Sakti Km 44, Kp. Cibitung Bojong RT 005 RW
Natar (II) Desa Natar, Kecamatan Natar - PT Husada Sejahtera 002,
Lampung Selatan Indonesia Kelurahan Gandasari, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi -
Jawa Barat
30. PT. Bina Mentari Tunggal Jl. Industri Utama Blok RR 2 F-G Kawasan RPH PT. Bina Mentari Dusun Kaliangsana RT 006 RW 001 Desa Kaliangsana
Industri Jababeka II Desa Pasir Sari Tunggal / KIBIFF Kec.Kalijati, Kab. Subang, Jawa Barat
Keterangan/Approve
No. PERUSAHAAN Alamat Perusahaan RPH Alamat RPH
DGLS AQIS
Cikarang Selatan
31. PT. Sadajiwa Niaga Ruko Kalimalang Square Blok QRS Jl. KH.
Indonesia Nur Ali, RT. 007 RW. 003, Kec. Bekasi
Selatan, Kota Bekasi
32. PT. Rumpinary Agro Jl. Raya Kalimalang Blok E No. 4F Kel.
Industry Duren Sawit, Kec. Duren Sawit, Jakarta
Timur
33. PT. Septia Anugerah Jl. RS Fatmawati Kav 26D Pondok Labu,
Jakarta Selatan
34. PT . Andini Persada Jl.Ruko Madison Blok B 4 No.23 Cibubur
Sejahtera Timer Square Kel.Jatikarya Kec.Jati
sampurna Bekasi
35. PT. Lembu Jantan Jl. Wirajati 7 Blok A4 Komp TNI AU RPH Banjaran Jl. Bale Endah Banjaran Km 12 KP Cinagrek,
Perkasa Waringin Permai Kel. Cipinang Melayu, Desa Pamengpeuk, Banjaran, Jawa Barat
Kec. Makasar, Jakarta 13620
36. PT. Septia Anugerah Jl. RS Fatmawati Kav 26D Pondok Labu, RPH Cibinong Kab. Bogor, Jawa Barat
Jakarta Selatan
Lampiran 25.
Rekap Lalu Lintas Asal Produk Hewan Antar Daerah/Pulau Se-Jawa Barat Tahun 2012
Jawa Timur 202.100 4.140 - 150 - 69.105 69.470 - 140 82.295 - 128.400 135.900 1.357.789 - - 20.224 2.069.713
Denpasar,
255.410 82.915 - 3.380 2.925 22.275 20.000 50 - 146.975 40.015 7.500 109.910 102.000 - - - 793.355
Bali
Lombok,
61.870 4.950 - - - 34.825 30.540 - - 37.490 - 3.600 13.840 - - - - 187.115
NTB
Total 519.380 92.005 150 3.530 2.925 126.205 120.010 50 140 266.760 40.015 139.500 259.650 2.268.789 - - 20.224 3.859.333