Anda di halaman 1dari 284

BAB I

PENDAHULUAN

Proses globalisasi dan otonomi daerah telah memunculkan paradigma baru didalam
tatanan pemerintahan, yaitu mendorong pemerintah untuk lebih menfokuskan diri berperan
sebagai fasilitator, akselerator dan regulator, agar mampu menjawab tantangan, perubahan
lingkungan guna mendorong munculnya daya saing daerah, melalui proses kreatif masyarakat
dalam mengelola sumber daya tersedia.
Selanjutnya di era reformasi ini, peran pemerintah selalu diawasi dengan ketat, baik
melalui pengawasan internal dan eksternal maupun masyarakat, sehingga pemerintah harus
membangun akuntabilitas, transparansi dan partisipasi secara konsisten dan berkelanjutan.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam kapasitasnya sebagai fasilitator,
akselerator dan regulator urusan dan kewenangan pemerintah pada sektor peternakan di Jawa
Barat, dalam mendorong kinerja peternakan ditempuh melalui berbagai kebijakan dan
program yang mengacu ke pada dokumen perencanaan pembangunan.
Sampai saat ini pembangunan peternakan belum sepenuhnya mampu memberikan
kesejahteraan bagi para peternak serta terhadap masyarakat secara wajar dan merata. Dalam
penyediaan kebutuhan masyarakat terhadap komoditas telur, daging dan susu sampai saat ini
baik jumlah maupun keterjangkauan masih memerlukan pasokan dari luar, karena produksi
dan distribusi produk masih terkendala berbagai faktor. Dilain pihak melihat laju
pertumbuhan penduduk di Jawa Barat relatif tinggi dibandingkan dengan daerah lain yaitu
tercatat laju pertumbuhan penduduk selama 10 (sepuluh) tahun terakhir yaitu pada tahun
2000-2010 adalah sebesar 1,90%, demikian pula pengaruh dari income per capita Jawa Barat
serta tingkat pendidikan, akan mendorong permintaan konsumsi produk peternakan secara
terus meningkat. Apabila mengacu kepada Standar Gizi Nasional rekomendasi Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (1993) konsumsi protein minimal masyarakat adalah sebesar 39
gr/kap/hr asal nabati dan 18 gr/kap/hr asal hewani (termasuk ikan). Sedangkan untuk protein
hewani asal ternak sebesar 6,00 gr protein/hari. pada tahun 2012* tingkat konsumsi protein
yang berasal dari ternak di Jawa Barat baru mencapai konsumsi rata-rata 6,71 gr prot/kap/hr.
Apabila melihat populasi ternak, Jawa Barat mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan provinsi lain, antara lain dapat dilihat pada tahun 2012 populasi ternak ayam ras
pedaging tercatat sebanyak 610.436.303 ekor, ayam buras sebanyak 27.224.219 ekor, ayam
ras petelur sebanyak 12.271.938 ekor, dan Itik sebanyak 8.773.043 ekor,. Adapun ternak
lainnya seperti ternak domba tercatat sebanyak 8.249.844 ekor, kambing sebanyak 2.303.256
ekor, sapi potong sebanyak 429.637 ekor, dan sapi perah sebanyak 136.054 ekor. (sumber :
Statistik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012)
Komoditi ternak unggas (ayam ras, ayam buras dan itik), mempunyai kontribusi besar
sebagai penghasil daging unggas yang cukup dapat diandalkan, hal ini terlihat dari total
produksi daging unggas yang berasal dari komoditi tersebut pada tahun 2012 tercatat
sebanyak 537.023 ton (82,86%) dari total produksi daging secara keseluruhan sebesar
648.112 ton. Sedangkan untuk produk susu, Jawa Barat pada tahun 2012 mampu
menghasilkan 281.438 ton susu, dan untuk produk telur Jawa Barat sebanyak 194.699 ton.
(Sumber : Statistik Peternakan Jawa Barat Tahun 2012)
Selain dari hal-hal tersebut diatas, Berdasarkan angka BPS menurut harga konstan,
pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2011** sebesar Rp.
343,11 trilyun termasuk minyak dan gas bumi. Kontribusi sektor Pertanian mencapai sebesar
Rp. 42,10 trilyun atau sekitar 12,27%. (sumber data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Barat 2012) ** angka sementara
Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya menyumbang sekitar 5,53 Trilyun atau sekitar
13,14% terhadap sektor pertanian. Secara keseluruhan kondisi peternakan Jawa Barat
didalam perspektif pembangunan ekonomi di Jawa Barat, masih belum menjadi prioritas
utama dalam menunjang pencapaian sasaran Indeks Pembangunan Manusia, khususnya pada
indeks daya beli. Hal ini antara lain fokus pembangunan sampai saat ini masih dititik
beratkan kepada sektor pendidikan, kesehatan dan penyediaan infrastruktur. Sehingga dengan
keterbatasan anggaran pemerintah pada sektor pertanian tersebut, maka diperlukan
peningkatan partisipasi dunia usaha dan industri untuk berperan dalam menghela
pembangunan, dilain pihak sampai saat ini segmentasi sektor peternakan masih didominasi
oleh para peternak kecil di pedesaan, yang belum berorientasi kepada industri sehingga
output input produksi berjalan dengan skala kecil-kecil dan tersebar diberbagai tempat serta
dalam satuan waktu dan standar produksi yang berbeda, sehingga distribusi input output tidak
efisien dalam meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelakunya.
Peran terbesar dari pembangunan memang berasal dari masyarakat dan swasta, namun
peran pemerintah walaupun persentasenya kecil sangat berpengaruh dalam menunjang laju
pertumbuhan ekonomi. Fasilitasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdampak luas terhadap Potensi Sumber Daya yang
dibutuhkan dalam pengembangan peternakan di Jawa Barat, sebenarnya cukup tersedia, baik
sumber daya ternak, lahan, manusia maupun teknologi, dengan ketersediaan akses
kelembagaan pembiayaan cukup terbuka. Demikian pula melihat peluang kebutuhan akan
produk peternakan bagi masyarakat Jawa Barat yang cukup tinggi, dengan melihat proyeksi
jumlah penduduk menurut kelompok umur di Jawa Barat pada tahun 2012** tercatat
sebanyak 44.316.790 jiwa merupakan peluang pasar yang sangat tinggi untuk menjaga
ketahanan pangan asal protein hewani. (Jawa Barat dalam angka 2012)
Melihat berbagai peluang, potensi dan permasalahan pada sektor peternakan di Jawa
Barat tersebut diatas, maka melalui perubahan kebijakan menjadi Agent Of Development akan
memberikan atmosfir yang lebih fokus peran pemerintah dan penentu akomodatif bagi para
pemangku peran peternakan untuk lebih berkiprah dalam pembangunan peternakan di Jawa
Barat, menunjang tercapainya Visi Jawa Barat.
Tuntutan perubahan pembangunan memerlukan perubahan sikap dari birokrasi
peternakan untuk lebih menjadi fasilitator pembangunan dan pelayan masyarakat agar
mampu merubah masyarakat dan swasta untuk lebih partisipatif dalam pembangunan
peternakan. Sejalan dengan kebijakan Pusat melalui Departemen Pertanian dan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat melalui Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), acuan
pembangunan pada sektor peternakan dilaksanakan melalui 4 Program, yaitu melalui
Program Peningkatan Produksi Pertanian. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian.
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak Dan ikan. Serta
Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan
Kehutanan. Untuk APBD Program yang dilaksanakan adalah: Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Aparatur, Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, Program
Peningkatan Sarana & Prasarana, Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan, Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik, Program
Peningkatan Produksi Pertanian, Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, Program
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan, dan Program
Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan
Kehutanan.
Alokasi anggaran untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
pada sub sektor peternakan di Jawa Barat pada tahun 2012 melalui sumber dana APBD
Provinsi Jawa Barat adalah sebesar Rp. 67.836.768.222,50 yang terdiri atas Belanja Tidak
Langsung untuk Gaji sebesar Rp 26.489.569.520,50 dan Belanja Langsung sebesar Rp.
41.347.198.702,- yang digunakan untuk membiayai sebanyak .... kegiatan.
Selain dari dana APBD, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat juga mendapat alokasi
anggaran APBN dari Kementerian Pertanian RI sebesar Rp 201.212.209.000,- yang berasal
dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebesar Rp. 93.706.347.000,- yang
terdiri dari dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 11.985.347.000,- dan Tugas Pembantuan sebesar
Rp. 81.721.000.000,- ; Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
dengan jumlah sebesar Rp. 4.902.110.000,- yang terdiri dari dana Dekonsentrasi sebesar Rp.
1.427.110.000,- dan Tugas Pembantuan sebesar Rp. 3.475.000.000,- ; Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Rp. 740.295.000,- untuk dana Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan sebesar Rp. 3.255.000.000,-
BAB II
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN

Mengacu kepada Visi Jawa Barat yang ditetap Dalam rancangan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Barat 2005-2025, tercantum visi jangka panjang Jawa
Barat yaitu Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Provinsi Termaju di Indonesia.
Selanjutnya di dalam RPJMD (2008-2013) yang merupakan tahapan kedua RPJPD, arah
kebijakan pembangunan ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan kesempatan lapangan kerja,
peningkatan aksebilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan
infrastruktur strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing,
rehabilitasi dan koservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah yang
menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat, meningkatkan aksesibilitas dan kualitas
pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, revitalisasi
pertanian, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan
konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintahan daerah untuk menyiapkan
kemandirian masyarakat Jawa Barat.
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada
di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka Visi
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008 2013 yang hendak dicapai dalam
tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah
Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera.
Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan
tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan Misi
Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 (lima)
Misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera.
1. Misi Pertama, Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan
Berdaya Saing.
2. Misi Kedua, Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi
Lokal.
3. Misi Ketiga, Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah.
4. Misi Keempat, Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan.
5. Misi Kelima, Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi.
Bidang Peternakan yang termasuk dalam Misi ke 2 Meningkatkan pembangunan
perekonomian regional berbasis potensi lokal, dalam Bidang Pertanian melalui kebijakan
dan program sebagai berikut :
Meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil pertanian, yang dilaksanakan melalui
program-program sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Produksi Pertanian, dengan sasaran:
A. Meningkatnya produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian, perkebunan,
dan peternakan;
B. Meningkatnya pengembangan benih/bibit unggul pertanian, perkebunan, dan
peternakan;
C. Meningkatnya pendapatan usaha tani komoditas pertanian, perkebunan dan
peternakan;
D. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja pertanian, perkebunan dan peternakan;
E. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian,
perkebunan, dan peternakan;
F. Meningkatnya diversifikasi produk usaha pertanian, perkebunan, peternakan, dan
kehutanan
G. Berkembangan Kawasan Agribisnis melalui penerapan model pengembangan
kawasan yang teruji, seperti: Agropolitan, Gerakan Multi Aktivitas Agribisnis
(GEMAR), dlsb.
H. Terlaksananya inovasi dan teknologi pertanian, perkebunan, dan peternakan yang
ramah lingkungan;
I. Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca panen.
2. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, dengan sasaran:
A. Meningkatnya kinerja sumber daya pertanian Jawa Barat;
B. Meningkatnya penyuluhan terhadap petani, peternak, dan pekebun;
C. Meningkatnya kemampuan peran kelembagaan usaha agribisnis;
D. Meningkatnya kualitas tata guna lahan dan air, terkendalinya konversi lahan
pertanian serta pencetakan lahan persawahan.
3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan, dengan
sasaran Terkendalinya hama dan penyakit tanaman, ternak, dan ikan.
4. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Perikanan dan Kehutanan, dengan sasaran:
A. Meningkatnya sarana pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan;
B. Meningkatnya pengembangan usaha pemasaran;
C. Meningkatnya sarana pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan;
D. Meningkatnya pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan;
E. Meningkatnya margin pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan;
F. Meningkatnya nilai tambah pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan.

Visi menggambarkan pencapaian sebuah organisasi di masa depan, setelah berhasil


mengimplementasikan strategi dalam menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk
memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan. Dengan demikian, visi juga merefleksikan
tujuan akhir dari organisasi yang bersangkutan.
Visi Dinas Peternakan Jawa Barat dibangun berdasarkan hasil diskusi, masukan, dan
kesepakatan pelaku dibidang peternakan dengan bunyi sebagai berikut Menjadi Dinas yang
memberdayakan sumberdaya domestik menuju ketahanan pangan serta kesejahteraan
masyarakat Jawa Barat.
Visi Dinas Peternakan dirumuskan dengan tetap mengacu kepada visi Jawa Barat
sebagai induk organisasinya.
Dengan tiga Misi utama yang diemban oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat :
1. Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat dengan profesional melalui kemitraan
strategis.
2. Memfasilitasi pengembangan kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan.
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan status kesehatan masyarakat
veteriner, ketahanan dan keamanan pangan asal hewan.

Sedangkan untuk sasaran pembangunan peternakan adalah sebagai berikut :


1. Terwujudnya mitra strategis diantara seluruh pemangku kepentingan disektor
peternakan di Jawa Barat.
2. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan peternakan yang
efektif.
3. Terwujudnya keterkaitan kawasan peternakan dalam suatu system ekonomi yang saling
menguntungkan.
4. Meningkatkan ketersediaan bibit ternak.
5. Terwujudnya ketersediaan pasokan pakan ternak sepanjang tahun.
6. Meningkatnya produktivitas budidaya peternakan.
7. Meningkatnya nilai tambah usaha peternakan.
8. Terkendalinya penyakit Hewan menular Strategis.
9. Terwujudnya sistem jaminan mutu pangan asal hewan.

Selanjutnya dalam upaya memberikan kontribusi terhadap pencapaian keberhasilan


pembangunan di Jawa Barat, sekaligus untuk menunjang sasaran-sasaran pemerintah pusat
(Kementrian Pertanian), maka telah ditetapkan Kebijakan Pembangunan Peternakan yang
didasarkan atas kondisi dan sasaran pembangunan peternakan di Jawa Barat, maka kebijakan
dalam memanfaatkan potensi dasar wilayah secara optimal adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya koordinasi dan kebersamaan pada pemangku kepentingan di sektor
peternakan.
2. Mendorong Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
3. Meningkatkan perencanaan partisipatif dan akurasi data informasi serta peningkatan
koordinasi pelaksanaan pemantauan dan evaluasi.
4. Mendorong terwujudnya tata ruang peternakan dan pengembangan prioritas komoditas
unggulan.
5. Pengembangan pembibitan ternak dan rearing.
6. Koordinasi pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan dan mendorong kegiatan usaha
multiaktifitas.
7. Penerapan teknologi tepat guna dan lokal spesifik.
8. Mendorong produksi peternakan yang berorientasi pasar.
9. Biosecurity yang ketat berkaitan dengan kesehatan hewan dan ternak, kesehatan
masyarakat veteriner, keamanan produk dan pangan/pakan ternak.
10. Mendorong penerapan sistem jaminan Mutu.

Untuk mendukung tujuan sasaran pembangunan tersebut, terdapat 4 strategi


pembangunan peternakan yaitu :
1. Arah pengembangan budidaya dan wilayah peternakan secara komprehensif.
Melalui penetapan wilayah pengembangan prioritas komoditas unggulan yang
didukung melalui pengembangan sarana dan prasarana penunjang serta petugas teknis
atau kader peternakan, sebagai wilayah-wilayah basis produksi peternakan yang
terintegrasi dalam keselarasan sistem agribisnis, dari sub sistem hulu sampai sub sistem
hilir.
2. Arah pengembangan kelembagaan peternakan.
Garis besar domain strategi yang relevan dengan tahapan pengembangan ini
meliputi komponen-komponen berikut ini :
A. Pembentukan dan peningkatan kinerja serta peran kelompok ternak, gabungan
kelompok ternak dan koperasi di dalam konteks peningkatan hubungan antara
peternak, lembaga, pasar (linking farmers to market), jumlah permodalan.
B. Peningkatan keragaan infrastruktur, terutama infrastruktur regulasi dan informasi.
Termasuk di dalamnya, upaya-upaya untuk menciptakan status legalitas (legal
framework) yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya peternakan demi
menjamin keberlangsungan insentif.

3. Arah pengembangan produk peternakan bernilai tambah.


Garis besar domain strategi yang relevan dengan arah pengembangan ini meliputi
komponen-komponen berikut ini:
A. Penginisiasian tumbuhnya pusat-pusat bisnis produk pangan berbasis ternak
dengan tujuan mereduksi sekecil mungkin perdagangan ternak hidup antar
wilayah.
B. Memperluas upaya standarisasi produk-produk industri pengolahan pangan sesuai
dengan standard mutu, kesehatan, dan keamanan pangan.
C. Penumbuhan mekanisme market intelligence. Mekanisme ini mencakup
pemanfaatan sub terminal, terminal agribisnis, informasi pasar dan nice market.

4. Arah peningkatan profesionalisme dan kompetensi SDM peternakan diarahkan


kepada peningkatan pengetahuan dan kompetensi untuk menunjang pelayanan
pada masyarakat.
Selanjutnya operasional kebijakan pembangunan peternakan di Jawa Barat,
dilaksanakan melalui program-program pembangunan, dimana program tersebut secara
teknis sejalan dengan program Kementerian Pertanian, serta program pembangunan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Adapun program tersebut adalah :
A. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
B. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
C. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
D. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur
E. Program, Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
F. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah
G. Program Peningkatan Produksi Pertanian,
H. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian,
I. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan
J. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Perikanan dan Kehutanan.
BAB III
ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN

3.1. ORGANISASI DAN TATALAKSANA


Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang
organisasi dan tatakerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2009, telah ditetapkan
Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat, dengan struktur organisasi sebagaimana dalam
Lampiran 1.
Adapun Susunan Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat terdiri atas :
1. Kepala Dinas.
2. Sekretariat membawahi 3 (tiga) Sub Bagian terdiri dari :
A. Sub Bagian Perencanaan dan Program.
B. Sub Bagian Keuangan.
C. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum.
3. Bidang Prasarana dan Sarana membawahi 3 (tiga) Seksi terdiri dari :
A. Seksi Penataan Kawasan.
B. Seksi Teknologi Alat Mesin.
C. Seksi Data dan Informasi.
4. Bidang Produksi membawahi 3 (tiga) Seksi terdiri dari :
A. Seksi Pembibitan.
B. Seksi Pakan Ternak.
C. Seksi Budidaya.
5. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet membawahi 3 (tiga) Seksi terdiri dari :
A. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan.
B. Seksi Pengamatan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan.
C. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner.
6. Bidang Pengembangan Usaha membawahi (tiga) Seksi terdiri dari :
A. Seksi Fasilitasi Usaha dan Kelembagaan.
B. Seksi Pascapanen dan Pengolahan.
C. Seksi Distribusi dan Pemasaran Hasil.
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
8. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit pelaksana Teknis Dinas dan Badan di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, maka Kelembagaan Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) dengan status esselon III, di lingkungan Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat sebanyak 8 buah, yaitu UPTD :
1. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas di Jatiwangi Kab. Majalengka;
2. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak di Cikole
Lembang. Kab. Bandung Barat;
3. Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah di
Bunikasih Kab. Cianjur;
4. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong di Kab. Ciamis;
5. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba di Margawati Kab. Garut dengan
Sub Unit Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Trijaya di Kab. Kuningan dan
Sub Unit Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Bunihayu di Kab. Subang;
6. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner di Cikole Lembang Kab. Bandung Barat, dengan instalasi :
A. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan (Check Point) Banjar di Kota Banjar;
B. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan (Check Point) Losari di Kab. Cirebon;
C. Sub Unit Laboratorium Kesehatan Hewan di Losari Kab. Cirebon;
D. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan (Check Point) Gunungsindur di Kab
Bogor;
7. Balai Pelatihan Peternakan di Cikole Lembang Kab. Bandung Barat;
8. Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak di Cikole Lembang Kab. Bandung Barat.

3.2. ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN


1. Kekuatan Pegawai
Pegawai Negeri Sipil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada Tahun
2011 berjumlah 313 orang terdiri dari Golongan I, II, III dan IV. Adapun rincian
jumlah pegawai dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Jumlah Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Jumlah Pegawai (orang)
Unit Kerja 2011 2012
IV III II I IV III II I
1. Provinsi 15 54 37 3 15 49 36 3

2. BPT SP & HMT Cikole Lembang 3 7 14 16 3 7 13 15


Jumlah Pegawai (orang)
Unit Kerja 2011 2012
IV III II I IV III II I
3. BPP IBT SP Bunikasih Cianjur 1 6 6 8 1 5 5 8

4. BPPT Unggas Jatiwangi 1 6 8 11 1 7 6 9

5. BPPT Domba Margawati 1 6 10 5 1 6 10 5

6. BPPT Sapi Potong Ciamis 1 7 5 7 1 6 9 3

7. BPPPHK Cikole Lembang 2 7 6 1 2 7 5 1

8. BPMPT Cikole Lembang 2 5 2 1 1 5 2 1

9. Balai Pelatihan Peternakan Cikole 1 7 4 3 1 6 3 2

10. Sub Unit PPT Domba Trijaya - 2 4 6 - 1 4 5

11. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Losari - 1 8 - - 1 6 -

12. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Banjar - 1 5 - - 1 5 -

13. Sub Unit Lab Keswan Losari - 1 1 1 - 1 1 1


14. Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan
- 2 3 1 - 2 3 2
Gunung Sindur
27 112 111 63 26 104 108 55
Total
313 293

Dari tabel tersebut diatas terlihat jumlah Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 berkurang 20 orang
dibandingkan dengan Tahun 2011, terjadi perubahan jumlah yaitu adanya 7 orang
alih tugas, juga terdapat pengurangan sebanyak 13 orang yang pensiun, dengan
rincian sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2. Alih tugas dan Pensiun pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012
Pangkat
No. Nama/NIP Keterangan
Golongan Ruang
1 Ir. Zurmida IV/a Pensiun bulan Januari 2012
19551223 198303 2 002
2 Didin Hermawan III/b Pensiun bulan Februari 2012
19560110 198103 1 009
3 H. Endang Djaenudin II/c Pensiun bulan Maret 2012
19560228 198003 1 008
4 Ir. Ruhiyat Hendra Supena III/d Pensiun bulan Mei 2012
19560401 198203 1 010
5 Kartawi II/a Pensiun bulan Mei 2012
19560415 199003 1 006
6 Ir. Hj. Yenni Rochyani Gustiani III/d Pensiun bulan Juni 2012
19560503 198203 2 003
7 Ir. Suyud III/d Pensiun bulan Juni 2012
19560507 198603 1 002
8 Yusup II/b Pensiun bulan Juli 2012
19560605 198703 1 010
9 Pandi Sunarya II/a Pensiun bulan Agustus 2012
19560704 198303 1 007
Pangkat
No. Nama/NIP Keterangan
Golongan Ruang
10 Endang Suherman III/d Pensiun bulan September 2012
19560817 197710 1 001
11 Hj. Endang Setiarini III/d Pensiun bulan September 2012
19560812 198203 2 009
12 Ir. H. Dade Soedjana Priya IV/b Pensiun bulan Oktober 2012
19560921 198603 1 006
13 Eddy Syamsudin III/b Pensiun bulan Oktober 2012
19560903 198603 1 004
14 Rizka Siti Zakiyya, A.Md.Ak II/c Alih Tugas ke Dinas Kesehatan
19860207 201001 2 010 Prov.Jabar
15 Dinar Djuliawati II/b Alih Tugas ke BKD Prov.Jabar
19760729 200701 2 012
16 Tahyudin II/b Alih Tugas ke Biro Keuangan
19770310 200701 1 007 Setda Prov.Jabar
17 Otong Supriatman II/b Alih Tugas ke Dinas Kesehatan
19761212 200701 1 005 Prov.Jabar
18 Asep Mu'min II/a Alih Tugas ke Dinas Satpol PP
19800412 201001 1 006 Prov.Jabar
19 Yudiah Sri Purnawanti, SE, MM III/b Alih Tugas ke Diskominfo
19700315 199401 2 002 Prov.Jabar
20 R. Nani Sumarni III/a Alih Tugas ke KPID Prov.Jabar
19660620 198703 2 003

2. Mutasi Kepangkatan
A. Kenaikan Pangkat
Kenaikan pangkat merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan
oleh pemerintah kepada pegawai, dalam rangka memberikan penghargaan
dan pembinaan tersebut serta untuk lebih meningkatkan motivasi yang lebih
baik kepada pegawai yang berprestasi, maka tahun 2012 telah dilaksanakan
proses kenaikan pangkat, diberikan secara langsung kepada 60 orang,
dengan rincian pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3. Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang Naik
Pangkat/ Golongan pada Tahun 2012
No Golongan Jumlah Pegawai (orang)
1 IV/c IV/d -
2 IV/b IV/c -
3 IV/a IV/b 2
4 III/d IV/a 2
5 III/c III/d 4
6 III/b III/c 2
7 III/a III/b 6
8 II/d III/a 1
9 II/c II/d 6
10 II/b II/c 1
11 II/a II/b 24
12 I/d II/a -
13 I/c I/d 3
14 I/b I/c -
15 I/a I/b 9
Jumlah 60
Dengan perubahan kepangkatan tersebut diatas, maka jumlah Pegawai
Negeri Sipil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sampai dengan bulan
Desember 2012, berdasarkan pangkat dan golongan sebagaimana tertera
pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4. Rekapitulasi Kekuatan Pegawai Dinas Peternakan Provinsi


Jawa Barat pada Tahun 2012
Golongan Jumlah (orang)
D -
C 1
IV
B 11
A 14
Sub Jumlah 26
D 26
C 18
III
B 35
A 25
Sub Jumlah 104
D 11
C 16
II
B 58
A 23
Sub Jumlah 108
D 5
C 9
I
B 24
A 17
Sub Jumlah 55
Jumlah 293

B. Mutasi Jabatan
Dalam Tahun 2012 di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat terdapat mutasi jabatan berupa rotasi jabatan maupun promosi
sebanyak 12 orang dapat dilihat pada Lampiran 2.

C. Kenaikan Gaji Berkala


Pada Tahun 2012 telah diberikan kenaikan gaji berkala kepada
Pegawai Negeri Sipil sebanyak 124 orang, secara rinci dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3.5. Jumlah Kenaikan Gaji Berkala Pegawai Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2012
No Golongan Jumlah (orang)
1. IV/d -
2. IV/c -
3. IV/b 8
4. IV/a 8
5. III/d 11
6. III/c 9
7. III/b 18
8. III/a 9
9. II/d 3
10. II/c 12
11. II/b 30
12. II/a 28
13. I/d -
14. I/c 9
15. I/b 5
16. I/a 10
Jumlah 124

D. Cuti
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang
Cuti Pegawai Negeri Sipil, pada tahun 2012 telah diberikan Cuti sesuai
dengan haknya atas dasar permohonan masing masing, seperti tertera pada
tabel berikut ini :

Tabel 3.6. Jumlah Pegawai Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat


yang memperoleh Cuti selama Tahun 2012
Jenis Cuti
No. Golongan
Tahunan MPP/Ibadah Haji Bersalin
1 IV 4 0 0
2 III 13 0 0
3 II 12 1 0
4 I 0 0 0
Jumlah 29 1 0

3.3. ADMINISTRASI KEUANGAN


1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Pada Tahun 2012 Anggaran Dinas Peternakan memperoleh dana dari 2
(dua) sumber yaitu :
A. Anggaran APBD Murni sebesar Rp. 74.672.376.073,50 ,- dan setelah
perubahan menjadi 67.836.768.222.50,- serta penyerapan keuangannya
sampai dengan 31 Desember 2012 sebesar Rp. 65.635.443.256,- ( 96,75%).
B. Anggaran APBN terdiri dari 3 satker yaitu Satker Direktorat Jenderal
Peternakan (020007.06), Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
(020007.07) dan Ditjen Pengelolaan Lahan Dan Air (020007.08) anggaran
ini terdiri dari 2 dana yaitu dana Dekonsentrasi dan dana Tugas
Pembantuan, untuk dana Dekonstrasi dari 3 satker berjumlah Rp.
14.152.752.000,- yang terealisasi Rp. 11.446.756.250,- (80,88%) dan
untuk dana Tugas Pembantuan dari 2 satker yaitu 029096.06, 029007.07,
dan 029008.08 Rp.87.685.000.000,- yang terealisasi Rp. 83.530.574.075,-
(95,26 %).

Melihat perbandingan jumlah Pagu APBD tahun 2011 dengan jumlah


Pagu APBD tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 32.506.911.432,- ,
Kenaikan pagu anggaran tersebut dikarenakan adanya:
A. Naiknya Pagu Anggaran untuk Tahun 2012;
B. Naiknya Belanja Tidak Langsung dikarenakan penambahan pegawai.

Sedangkan untuk anggaran APBN jumlah dana mengalami kenaikan


50,00% dari tahun sebelumnya. Adapun perbandingan pagu APBD dan APBN
tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.7. Jumlah Pagu Anggaran Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2011 dibandingkan dengan Tahun 2012
Tahun/Persentase
No. Anggaran Sumber
2012 2011 %
A APBD 67.836.768.222.50,- 60.324.690.714,- 4,4 %
(Naik)
B APBN Dana 101.837.752.000,- 56.898.702.000,- 55,87%
Dekonsentrasi dan (Naik)
Dana Tugas
Pembantuan
Jumlah 169.674.520.222,- 117.223.392.714,- 4,20%

2. Anggaran Pendapatan
Tahun 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat memiliki potensi PAD
sebesar Rp. 2.527.335.000,- yang bersumber dari :
A. Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah;
B. Retribusi Pemeriksaan Hewan dan BAH antar Provinsi, Makanan Ternak
serta Penyidikan Penyakit Hewan.
Awal tahun 2012 Anggaran Pendapatan Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat ditargetkan sebesar Rp. 2.517.335.000,- setelah perubahan menjadi
Rp.2.527.335.000,-. Adapun pencapaian PAD Dinas Peternakan Tahun 2012

Tabel 3.8. Pencapaian Pendapatan Asli Daerah Dinas Peternakan Provinsi


Jawa Barat Tahun 2012
Uraian Target Realisasi
Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
1. BPPT Sapi Perah Cikole Lembang 900.000.000,- 910.336.750,-
2. BPPT Sapi Perah Bunikasih 466.720.000,- 467.258.104,-
3. BPPT Unggas Jatiwangi 210.000.000,- 234.594.500,-
4. BPPT Domba Margawati Garut 316.300.000,- 316.650.000,-
5. BPPT Sapi Potong Ciamis 320.000.000,- 320.183.000,-
6. Instalasi SPTD Trijaya Kuningan 120.315.000,- 120.700.000,-
Jumlah I 2.333.335.000,- 2.369.722.354,-
Retribusi Pemeriksaan hewan dan Bahan Asal Hewan
antar Provinsi, Makanan Ternak serta Penyidikan
Penyakit Hewan
1. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan 170.000.000,- 202.714.500,-
Kesmavet Cikole Lembang
2. Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Cikole Lembang 24.000.000,- 24.660.000,-

Jumlah II 194.000.000,- 227.374.500,-


Jumlah Keseluruhan I dan II 2.527.335.000,- 2.597.096.854,-

Potensi Pendapatan yang dimiliki oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa


Barat dari target keseluruhan sebesar Rp. 2.527.335.000,- , telah direalisasi
sebesar Rp. 2.597.096.854,- atau 102,76 % . Realisasi pendapatan tersebut sudah
melebihi 100% dari target penerimaan yang dilaksanakan di UPTD :
A. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak
Cikole Sapi Perah Cikole Lembang;
B. Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah
Bunikasih Kabupaten Cianjur.
C. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi di Kabupaten
Majalengka;
D. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati Garut;
E. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis Kabupaten
Ciamis;
F. Instalasi SPTD Trijaya Kuningan di Kabupaten Kuningan;
G. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner Cikole Lembang;
H. Balai Pengujian Sarana dan Prasarana Peternakan di Cikole Lembang.
BAB V
PERKEMBANGAN PRODUKSI TERNAK

4.1. KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN DI JAWA


BARAT TAHUN 2012
Pembangunan Peternakan yang dinamis diantaranya menuntut daya saing yang
tinggi serta memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Sub
sektor peternakan dapat menunjang penyerapan dan penciptaan lapangan kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat bahkan perolehan devisa.
Sumberdaya peternakan berpotensi sebagai penggerak utama perekonomian
nasional yang berbasis sumberdaya lokal. Akan tetapi saat ini impor untuk produk
peternakan tidak sedikit jumlahnya, seperti impor daging sapi yang mencapai 30% dari
kebutuhan nasional dan susu sekitar 70%. Hal ini berarti bahwa peran dan potensi
peternakan saat ini belum teroptimalkan dengan baik, sehingga berakibat kepada kinerja
sector ekonomi berbasis peternakan relatif rendah.
Beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh peternak antara lain biaya
produksi yang masih tinggi, kurangnya infrastruktur, sulitnya mendapatkan pasokan
bahan baku yang berkualitas secara berkesinambungan, lemahnya permodalan,
lemahnya kemampuan teknis pembudiyaan ternak, kurangnya standar kualitas dan
keamanan pangan yang berasal dari hewan ternak dan penanganan pascapanen yang
tidak memadai.
Untuk memperbaiki kinerja tersebut, semua pelaku usaha pembangunan
peternakan perlu berupaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan daya saing
komoditas serta produk-produk peternakan.
Adapun dari hasil identifikasi permasalahan yang mendasar dalam penyusunan
kebijakan dan program pembangunan peternakan adalah terbatasnya sumber daya yang
dimiliki pemerintah serta kewenangan Provinsi Jawa Barat. Dilain pihak dengan
melihat karakteristik pelaku usaha peternakan di Jawa Barat yang sebagian besar adalah
para peternak kecil, maka kebijakan dan program yang disusun harus mampu menjadi
pelindung bagi peternak kecil tersebut dan memberikan akses yang sebesar-besarnya
bagi para peternak yang berkeinginan untuk maju dan berkembang, serta mampu
menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam memotivasi dunia usaha dan investasi.
Oleh karena itu, diperlukan perencanaan fasilitasi dan regulasi dari pemerintah yang
terintegrasi dan berkesinambungan namun harus dapat dipertanggungjawabkan secara
akuntabel sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999.
Salah satu misi penting dalam pengembangan peternakan adalah menggerakkan
berbagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya peternakan secara optimal dan
menerapkan teknologi tepat spesifik serta menciptakan peternakan yang ramah
lingkungan diantaranya melalui pemanfaatan limbah pertanian dan limbah peternakan
dengan menghasilkan nilai tambah untuk meningkatkan produktivitas komoditi.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, untuk mengatasi masalah tersebut di atas
secara bertahap melaksanakan inventarisasi pembangunan di Jawa Barat Selatan
khususnya di Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Selain itu
sebagai unit percontohan akan melaksanakan bantuan hibah Pengolahan Pakan dan
limbah pertanian serta Pengolahan Limbah Peternakan.
Melalui Kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat tersebut,
terdapat beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan diantaranya Inventarisasi
Pembangunan Kawasan Peternakan di Jawa Barat Selatan, Pengembangan Kawasan
Ternak Domba dan Sapi, Pendampingan Ban-Gub, Fasilitasi Instalasi Pengolahan
Limbah Peternakan, Biogas, Pupuk Organik, dan ikutannya.
1. Inventarisasi Pembangunan Peternakan di Jawa Barat Selatan
Terinventarisasinya pembangunan peternakan di Jawa Barat Selatan pada 5
kabupaten.Salah satu prioritas pengembangan kawasan peternakan sapi potong
adalah wilayah Jawa Barat Selatan yang meliputi Kabupaten Sukabumi, Cianjur,
Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Untuk mengetahui potensi wilayah dan kegiatan
pembangunan yang sudah dilaksanakan pada wilayah Jawa Barat Selatan tersebut,
dilaksanakan inventarisasi pembangunan peternakan.
Dari kegiatan ini diperoleh hasil Invertarisasi pembangunan peternakan di
Jawa Barat Selatan yaitu kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan
Ciamis atau sebagai basic data, untuk bahan kajian lebih lanjut dalam
pengembangan peternakan, khususnya sapi potong pada perencanaan mendatang.
Lokasi titik tumbuh pada wilayah kawasan peternakan di Jawa Barat Selatan
yang telah dirintis sejak tahun 2009 sebagai berikut :

Tabel 4.1. Lokasi titik tumbuh pada wilayah kawasan peternakan di Jawa Barat
Selatan Sejak tahun 2009
No Kabupaten Titik Tumbuh Kawasan
1. Sukabumi Kec. Surade
2. Cianjur Kec. Agrabinta
3. Garut Kec. Caringin, Kec. Mekar Mukti, Kec. Pameungpeuk
4. Tasikmalaya Kec. Cipatujah, Kec. Panca Tengah
5. Ciamis Kec. Cijulang
2. Pengembangan Kawasan Ternak Domba dan Sapi
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Bantuan Sosial atau
Hibah instalasi Pengolahan Pakan dan limbah Pertanian serta instalasi Pengolahan
Limbah Peternakan dilaksanakan sosialisasi serta pembekalan pengetahuan dan
keterampilan bagi para peternak. Kegiatan pembekalan ini dilaksanakan melalui
pelatihan teknis pada kelompok bantuan hibah Pengolahan Pakan dan Limbah
Pertanian dan bantuan hibah Pengolahan Limbah Peternakan dilaksanakan pada 5
Kelompok pada 4 kabupaten yang sudah dipilih sesuai hasil CPCL dari
kabupaten.
Tujuan dari pelatihan teknis ini agar para anggota kelompok memahami
teknis operasional instalasi Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian serta
Pengolahan Limbah Peternakan, dan dapat memanfaatkan semaksimal mungkin
alat dan mesin yang diberika sehingga dapat berdayaguna dan berhasilguna sesuai
dengan sasaran yang diharapkan dan anggota kelak dapat merasakan dan
menikmati hasil dari kegiatan pengolahan tersebut baik bagi dirinya sendiri
maupun kemajuan kelompoknya.
Adapun kelompok penerima bantuan Hibah Instalasi Pengolahan Pakan dan
Limbah Pertanian serta Pengolahan Limbah Peternakan sebagai berikut :

Tabel 4.2. Kelompok penerima bantuan Hibah Instalasi Pengolahan Pakan dan
Limbah Pertanian serta Pengolahan Limbah Peternakan

No Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten Komoditi


1 Tegal Amba Sumber Wetan Jatitujuh Majalengka Domba
2 Manahijul Huda Sukaraja Raja Polah Tasikmalaya Sapi Potong
3 Mekar Tani Sindang Kasih Majalengka Majalengka Sapi Potong
4 Bungbulang Neglasari Purabaya Sukabumi Sapi Potong
Mekar Asih Sunten Jaya Lembang Bandung Barat Sapi Perah

Untuk meningkatkan wawasan, kompetensi dan kinerja para petugas


pelaksana kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat maka
dilaksanakan kunjungan kerja ke dalam rangka Pengamatan Model Kawasan
Peternakan Terpadu ke Nusa Tenggara, peserta juga melibatkan petugas Balai
Perbibitan dan Pengembangan Sapi Potong Ciamis serta petugas kabupaten
Tasikmalaya dan Ciamis.
3. Instalasi Pengolahan Limbah Peternakan, Biogas, Pupuk Organik dan
Ikutannya (dihibahkan kepada Kelompok Masyarakat)
Instalasi Pengolahan Limbah Peternakan, Biogas, pupuk Organik dan
Ikutannya terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu :
A. Instalasi Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian, sebanyak 4 (empat)
paket
B. Instalasi Pengolahan Limbah Peternakan sebanyak 1 (satu) paket.

Paket Instalasi Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian serta Instalasi


Pengolahan Limbah Peternakan, maka bentuk hibah yang dilaksanakan berupa
Bahan Bangunan, Alat dan Mesin, Kendaraan Roda 3 serta Bahan-bahan dan
Perlengkapan Pendukung dengan rincian :
A. Bantuan Pengolahan Pakan dan Limbah Pertanian :
a. Bahan bangunan Gudang (Batu, pasir, semen, kayu, asbes, dll)
b. Alat dan Mesin (chopper)
c. Bahan-bahan dan perlengkapan pendukung (drum plastik, starter,
plastik lembaran dan bahan lainnya)
B. Bantuan Pengolahan Limbah Peternakan :
a. Bahan bangunan Gudang
b. Bahan Bak Fermentasi
c. Alat dan Mesin :
- Alat Pengolah Pupuk Organik
- Mesin Pengayak/sortir
- Mesin Grandul
- Mesin Pengaduk/pencampur
- Mesin Penepung
- Mesin jahit karung
d. Kendaraan Roda 3
e. Bahan-bahan dan perlengkapan pendukung (drum plastik, Plastik
sealer, bioaktivator, dll

Dengan adanya paket hibah dalam bentuk bahan bangunan, alat dan mesin
serta bahan-bahan perlengkapan pendukung, maka kewajiban kelompok penerima
adalah berperan aktif, baik dalam menyediakan tenaga kerja maupun swadaya
untuk membangun instalasi tersebut.
4.2. KEGIATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN ALAT MESIN
PETERNAKAN TAHUN 2012
1. Koordinasi Kerjasama Teknologi dalam Program Hibah Kompetisi Berbasis
Institusi (PHK-I) dengan Perguruan Tinggi.
Kegiatan PHKI-Unpad merupakan bentuk kerjasama antara Unpad,
Bappeda Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai
manifestasi dari kegiatan pembangunan daerah yang mengintegrasikan peran
perguruan tinggi dan daerah.
Kegiatan integrasi yang dilakukan adalah pemberdayaan dan pembelajaran
masyarakat melalui introduksi pejantan unggul pada populasi domba lokal di
kelompok ternak, introduksi itik Rambon, pemanfaatan limbah peternakan untuk
produksi gas, introduksi teknologi pembuatan pakan ternak, introduksi teknologi
penetasan telur itik, dan pemanfaatan kaliandra untuk meningkatkan produktivitas
lahan dan diversitas produk pangan sumber protein nabati.
Integrasi pertanian-peternakan dalam konsep pembagunan peternakan
merupakan konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan masud perubahan
kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Subang, Indramayu dan
Cirebon dalam peningkatan calon kelompok baru.
A. Data kelompok Ternak domba pada pelaksanaan kegiatan PHK-I, adalah :
a. KAB. INDRAMAYU :
Nama Kelompok : Gebang Sari
Lokasi : Desa Longok, Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu
Ketua : Wardono
Sekretaris : Carwaji
Bendahara : Kumedi
b. KAB. CIREBON :
Nama Kelompok : Gimbal Jaya
Lokasi : Desa Slendra, Kec. Gegesik, Kab. Cirebon
Ketua : Muhadi
Sekretaris : Junaedi
c. KAB. SUBANG :
Nama Kelompok : Sugih Mukti
Lokasi : Desa Sadawarna, Kec. Cibogo, Kab. Subang
Ketua : Main
Sekretaris : Sarmin
Bendahara : Rustawan

B. Data kelompok Ternak Itik pada pelaksanaan kegiatan PHK-I, adalah:


a. KAB. INDRAMAYU :
Nama Kelompok : Sub Kelompok Gebang Sari (Siwalan Jaya)
Lokasi : Desa Longok, Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu
Ketua : Karta
Sekretari : Tinsar
b. KAB. CIREBON :
Nama Kelompok : Tigan Mekar
Lokasi : Ds. Karang Anyar, Kec. Panguragan, Kab.Cirebon
Ketua : Abdul Wakhid
Sekretaris : Umar Anas
Bendahara : Nadi
c. KAB. SUBANG :
Nama Kelompok : Sumber Makmur
Lokasi : Desa Rancadaka, Kec. Pusakanagara, Kab. Subang
Ketua : Selamet
Sekretaris : Nurhendi
Bendahara : Kursin

Kelompok tani ternak menjalankan usaha pokok sebagai pembibit (VBC),


yaitu menghasilkan ternak itik dan domba sebagai bibit . Kegiatan kedua adalah
budidaya ternak seperti penggemukan, produksi telur, penetasan, pengolahan
bahan pakan hasil ikutan pertanian menjadi pakan ternak melalui amoniasi,
pengeringan, hay dan wafering dan mixing bahan pakan, pengolahan limbah
peternakan untuk produksi pupuk organik.
Hasil dari kegiatan ini ternyata peternak sangat memerlukan teknologi yang
tepat guna dan mudah dilaksanakan didaerahnya dengan mengunakan potensi
lokal yang ada di daerah masing-masing. Kegiatan ini diharapkan terus
berlangsung untuk mendampingi para peternak dalam menggelola budidaya
ternaknya supaya hasil ternak yang didapat efisien dan efektif terutama dalam
penyediaan pakan, sehingga pendapatan peternak akan meningkat sehingga
kesejahteraan peternak dan keluarganya meningkat. Pendampingan dari pihak
Dinas Peternakan yang bekerjasama dengan perguruan tinggi merupakan langkah
yang baik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak untuk
menggunakan potensi bahan pakan lokal.

2. Teknologi Pengembangan BIOGAS


Berbagai upaya Pembangunan khususnya yang berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi, dicirikan melalui pemanfaatan sumber daya t telah dirintis
dengan titik sentral pemanfaatan limbah ternak yang tidak hanya untuk
pengendalian pencemaran lingkungan, namun menghasilkan sumber energi
alternatif serta ikutan lainnya yang berkontribusi positif terhadap peningkatan
pendapatan. Melalui pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, maka dapat
terdongkrak kehidupannya dengan potensi sumber energi rumah tangga yang
dimiliki, potensi ekonomi dan peningkatan kesuburan tanah dari pupuk kompos
limbah biogas serta mampu menghindarkan diri dari stigma pencemar lingkungan
maupun penyumbang pemanasan global yang besar.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus melakukan berbagai
terobosan untuk memfasilitasi pencapaian hal tersebut. Dengan
mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang
ada, serta sejalan dengan budaya hidup masyarakat, maka diluncurkan Program
Pengembangan Peternakan Ramah Lingkungan Melalui Pengembangan
Biogas yang diharapkan sebagai salah satu jalan keluar yang efektif dimana bisa
dicapai dengan potensi limbah peternakan.

Tabel 4.3. Potensi Limbah Sapi Perah di Sentra Utama Sapi Perah di Bandung
Utara dan Bandung Selatan
Potensi Kotoran
Uraian Populasi (ekor)
Ternak (kg/hr)
Kawasan Bandung Utara
- Kec. Lembang 21.437 535.925
- Kec. Cisarua 11.406 285.150
- Kec. Parongpong 5.784 144.600
Kab. Bandung Barat 40.818 1.020.450
Kawasan Bandung Selatan
- Kec. Pangalengan 16.235 405.875
- Kec. Kertasari 7.228 180.700
- Kec. Pasir Jambu 5.236 130.900
Kab. Bandung 36.403 910.075
Jawa Barat 139.970 3.499.250

Sumber : Disnak Jabar, diolah

Selain itu dengan teknologi biogas. Biogas adalah gas yang mudah terbakar
(flammable), yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh
bakteri anaerob. Secara umum, semua bahan organik dapat diproses menjadi
biogas, namun salah satu yang paling baik dijadikan biogas adalah bahan organik
dari kotoran ternak (berbentuk padat dan cair). Teknologi biogas adalah teknologi
fermentasi bahan organik sehingga menghasilkan gas metana untuk kebutuhan
sehari-hari di dalam alat berupa penghasil biogas.

Tabel 4.4. Pemanfaatan Biogas di Masyarakat


Jumlah Unit Jumlah KK
Tahun Lokasi (Kab/Kota)
Biogas Penerima
2006 Kuningan, Sumedang 199 200
2007 Bandung, Garut, Tasikmalaya 350 400
2008 Ciamis, Majalengka, Tasikmalaya 300 300
2009 Bogor, Bandung, Tasikmalaya 600 600
2010 Bandung Barat, Bandung, Sumedang 177 177
Jumlah 1.626 1.661
Sumber : Dinas ESDM, diolah
Adapun manfaat dari Biogas adalah sebagai berikut :
A. Sebagai Bahan Bakar (Energi Alternatif)
Pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk organik
memberikan berbagai keuntungan yang sangat signifikan, utamanya
masyarakat tidak perlu membeli gas untuk keperluan memasak,
menghindari pembuangan kotoran sapi ke sungai, menciptakan lingkungan
pemukiman yang bersih/sehat serta mendukung program pengembangan
ternak sapi/kerbau.
Pada beberapa literatur disebutkan bahwa nilai kalori 1 m3 biogas
sekitar 6.000 watt jam atau setara dengan setengah liter minyak diesel.
Dengan demikian biogas dapat menjadi bahan bakar alternatif pengganti
minyak tanah, LPG, butana, batubara dan lainnya yang bersumber fosil.

Tabel 4.5. Perbandingan Biogas dengan Bahan Bakar Lain


Biogas Bahan Bakar Lainnya
1 m3 biogas setara dengan LPG 0,46 kg
Minyak tanah 0,62 liter
Minyak solar 0,52 liter
Bensin 0,80 liter
Gas kota 1,50 m3
Kayu bakar 3,50 kg
Sumber : Dinas ESDM, Disnak Jabar & Hivos.

Misalkan, sebuah rumah tangga untuk keperluan memasak dalam satu


bulan menghabiskan satu tabung LPG 12 kg atau 0,4 kg LPG/hari. Apabila
rumah tangga tersebut memiliki satu unit biogas dengan ukuran reaktor 4
m3 (setara ternak 2-3 ekor), maka dapat menghasilkan gas 1m3/hari yang
setara LPG 0,46 kg, sehingga biogas dapat mensubstitusi gas LPG.

B. Sebagai pupuk organik


Limbah/sisa biogas yang telah hilang gasnya, sehingga berbentuk
lumpur (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-
unsur yang dibutuhkan tanaman, bahkan terdapat unsur-unsur seperti
protein, selulosa, lignin dan lain-lain yang tidak bisa tergantikan oleh pupuk
kimia.

C. Pengendalian pencemaran lingkungan


a. Gas metan yang dihasilkan secara alami oleh kotoran ternak yang
menumpuk tanpa diolah, saat ini dipandang sebagai penyumbang
terbesar efek rumah kaca (lebih besar dibanding CO2 yang dihasilkan
pembakaran bahan bakar fosil). Dengan diolah menjadi biogas, maka
gas metan yang terbuang ke udara akan berkurang.
b. Kotoran ternak yang dibuang langsung akan mencemari sungai
terutama oleh racun dan bakteri e.coli yang dibawanya. Dengan diolah
jadi biogas, maka pada sisa biogas / slurry terdapat penurunan COD
90% dari kondisi bahan awal dan perbandingan BOD/COD sebesar
0,37 lebih kecil dari kondisi normal limbah cair BOD/COD = 0,5.
Pembangunan instalasi biogas di kawasan ternak sapi perah
Bandung Utara erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran di
Sub DAS Cikapundung, dan di kawasan ternak sapi perah Bandung
Selatan erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran di hulu
Sungai Citarum
Pengembangan Biogas dalam rangka Kali Bersih dan
Peningkatan Pendapatan Masyarakat diharapkan dapat
mensinergiskan berbagai program di bidang pertanian, peternakan,
energi dan lingkungan, dalam mendukung upaya peningkatan IPM
dan Jawa Barat sebagai Green Province.

4.3. PENGEMBANGAN DATA DAN PENYEDIAAN INFORMASI BIDANG


PETERNAKAN
Pembangunan sektor peternakan saat ini menghadapi tantangan yang cukup besar
dengan terbukanya pasar era globalisasi, yang berdampak terhadap mobilitas barang dan
jasa yang semakin cepat dan persaingan yang semakin meningkat. Agar memiliki
kemampuan bersaing, maka Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dituntut harus
mampu mempertinggi daya saing produk peternakan.
Dalam upaya meningkatkan daya saing tersebut, data dan informasi yang
menyangkut kondisi sumber daya sektor peternakan harus akurat, tepat, objektif, dan
komprehensif (ATOK), sehingga dapat digunakan untuk merumuskan langkah-langkah
strategis guna mengarahkan pembangunan sektor peternakan dimasa mendatang.
Data dan informasi sub sektor peternakan yang dijadikan acuan untuk
pembangunan sektor peternakan, diantaranya data populasi ternak dari 11 komoditas
yaitu ternak sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras,
ayam ras petelur, ayam ras pedaging dan itik. Sedangkan produksi hasil ternak terdiri
dari produksi daging, telur dan susu serta konsumsi masyarakat terhadap produk hasil
peternakan tersebut.
1. Pencapaian Populasi Ternak
Pertumbuhan populasi ternak memiliki peranan yang cukup penting dalam
kegiatan ekonomi sub sektor peternakan. Laju Pertumbuhan populasi ternak besar
di Jawa Barat pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 berkisar antara
17,16% sampai (22,61%). Laju pertumbuhan tertinggi ada di komoditas ternak
domba sekitar 17,16%, sedangkan terendah di komoditas babi sekitar (22,61%).
Populasi ternak babi pada tahun 2011 pertumbuhannya sekitar 14,73% menurun
drastis menjadi (22,61%) pada tahun 2012, kondisi ini seiiring dengan kebijakan
pemerintah Provinsi Jawa Barat yang akan menghapuskan budidaya ternak babi di
masyarakat. Pertumbuhan ternak yang meningkat setelah domba yaitu ternak
kambing sekitar 14,20%, ternak kuda sekitar 2,40%, dan ternak sapi potong
sekitar 1,57%. Relatif kecilnya peningkatan populasi ternak sapi potong
dikarenakan permintaan akan daging sapi pada tahun 2012 meningkat, sedangkan
ketersediaan daging sapi terbatas, yang disebabkan karena adanya pembatasan
ternak sapi impor menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap sapi lokal yang
ada.
Ternak besar yang mengalami penurunan populasi yaitu ternak sapi perah
sekitar (2,80%) dan ternak kerbau yang laju pertumbuhannya dari tahun ke tahun
cenderung menurun (6,38%). Populasi sapi perah mengalami penurunan
dikarenakan peternak sapi perah banyak yang menjual ternak sapinya untuk
dipotong, selain dikarenakan harga ternak per berat hidup cukup tinggi, juga
dikarenakan mahalnya harga pakan yang berkualitas sedangkan harga jual
produksi susu masih rendah. Turunnya populasi sapi perah ini juga dikarenakan
banyaknya pengeluaran sapi perah yang sudah tidak produktif lagi, untuk
dipotong.
Populasi kerbau menurun setiap tahunnya dikarenakan peternak pada
dasarnya memelihara kerbau untuk membajak sawah. Dengan semakin
berkembangnya kemajuan teknologi (yang mana dewasa ini sudah menggunakan
traktor untuk mengolah sawah), peternak mulai malas memelihara kerbau dan
akhirnya menjual kerbaunya sehingga dari tahun ke tahun populasi kerbau
semakin menurun.
Untuk komoditas unggas, laju pertumbuhannya berkisar antara 4,66%
sampai (5,77%). Laju pertumbuhan tertinggi pada ternak ayam ras pedaging yang
meningkat sekitar 4,66% dan ayam ras petelur meningkat sekitar 2,86%,
sedangkan populasi unggas lainnya mengalami penurunan diantaranya ayam
buras sekitar (0,63%), dan populasi itik menurun sekitar (5,77%). Populasi ayam
buras mengalami penurunan dari tahun 2011 seperti halnya di Kota Sukabumi
yang populasinya sekitar 1.508.330 ekor menjadi 1.184.469 ekor pada tahun
2012. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan permintaan ayam buras baik
dalam bentuk karkas maupun ternak, selain itu peningkatan populasi berjalan
lambat karena manajerial pemeliharaan masih dikelola secara sederhana.
Perusahaan yang sudah dapat mengelola secara semi modern lebih banyak untuk
memenuhi kebutuhan nasional. Di kabupaten Purwakarta penurunan ayam buras
dikarenakan adanya kematian akibat virus Avian dan Influenza. Sedangkan di
kabupaten Majalengka dan Indramayu, populasi ayam buras menurun
dibandingkan dengan populasi tahun 2011, disebabkan karena masyarakat lebih
banyak memilih ayam pedaging dibandingkan ayam buras baik untuk dikonsumsi
maupun untuk diternakkan, karena dari segi harga lebih murah. Dibeberapa
tempat terjangkitnya wabah AI dan banyak ternak yang mati. Di Kabupaten
Cirebon menurunnya populasi ternak ayam buras disebabkan adanya isu flu
burung dan kondisi iklim musim penghujan yang menyebabkan unggas cenderung
mudah sakit sehingga peternak lebih banyak menjual ternaknya.
Sejak terjadinya wabah Flu Burung di Jawa Barat pada tahun 2009, telah
terjadi kematian unggas yang cukup tinggi, namun dengan berbagai upaya yang
ditempuh bersama seluruh stake holder, industri perunggasan melalui penanganan
dan pengendalian wabah virus flu burung pada hewan dan restrukturisasi
perunggasan telah mulai bangkit lagi sekalipun saat ini belum mengalami
peningkatan yang menggembirakan.
Rincian pencapaian populasi ternak tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 4.6. Pencapaian Populasi Ternak Tahun 2011 2012 di Jawa Barat
R
Realisasi Target R/T
No Jenis Ternak 11-12
2011 2012 2012 (%) (%)
1. Sapi Potong 422.989 429.637 345.318 124,42 1,57
2. Sapi Perah 139.970 136.054 121.180 112,27 (2,80)
3. Kerbau 130.157 121.854 153.496 79,39 (6,38)
4. Kuda 14.080 14.418 13.283 108,54 2,40
5. Kambing 2.016.867 2.303.256 1.603.365 143,65 14,20
R
Realisasi Target R/T
No Jenis Ternak 11-12
2011 2012 2012 (%) (%)
6. Domba 7.041.437 8.249.844 6.847.862 120,47 17,16
7. Babi 9.846 7.620 7.575 100,59 (22,61)
8. Ayam Buras 27.396.416 27.224.219 31.301.374 86,97 (0,63)
9. Ayam Ras Petelur 11.930.515 12.271.938 12.882.470 95,26 2,86
10. Ayam Ras Pedaging* 97.210.574 101.739.384 97.163.863 104,71 4,66
11. Itik 9.310.715 8.773.043 11.756.314 74,62 (5,77)
*) 1 periode (dalam 1 tahun ada 6 periode sehingga populasi ayam ras pedaging
dalam 1 tahun sebanyak 610.436.303 ekor)

2. Pencapaian Produksi Hasil Ternak


Produksi daging, telur dan susu pada tahun 2012 menunjukkan adanya
penurunan dibandingkan dengan data tahun 2011. Produksi daging naik sekitar
0,24%, produksi telur turun menjadi sekitar (2,48%) dan produksi susu turun
menjadi sekitar (6,99%).
A. Produksi Daging
Produksi daging Jawa Barat pada tahun 2012 sebesar 648.112 ton
meningkat sekitar 0,24% dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 646.582
ton. Produksi tersebut bersumber dari kontribusi daging unggas sebesar
82,86% atau sebanyak 537.023 ton, daging ternak besar sebesar 11,98%,
atau sebanyak 77.618 ton dan daging ternak kecil sekitar 5,16% atau
sebanyak 33.471 ton.
Produksi daging yang dihasilkan sebagian besar berasal dari ternak
yang dihasilkan Jawa Barat, kecuali daging yang bersumber dari ternak sapi
selain dipenuhi dari ternak sapi luar Jawa Barat juga dipenuhi dari
pemotongan sapi import, untuk memenuhi permintaan produksi daging sapi
di Jawa Barat pada tahun 2012.
Ketergantungan Jawa Barat terhadap daging sapi yang berasal dari
pemotongan ternak sapi impor pada tahun 2012 terus mengalami penurunan
dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sekitar (35,18%). Pemotongan pada
tahun 2011 untuk ternak sapi impor sekitar 56.052 ekor atau sekitar 15,20%
dari total pemotongan pada tahun 2011 yang sebesar 368.668 ekor
(termasuk pemotongan sapi perah afkir). Sedangkan pada tahun 2012
pemotongan ternak sapi impor sebesar 36.331 ekor atau sekitar 10,34 % dari
total pemotongan sapi potong, sapi perah dan kerbau yang sekitar 351.263
ekor. Pemotongan ternak impor yang berkurang ini dikarenakan mulai
diterapkannya kebijakan pemerintah pusat untuk mengurangi impor dan
memberdayakan ternak lokal.
Dengan berkurangnya pemotongan ternak impor ternyata berpengaruh
pula terhadap penyediaan ternak lokal yang pada tahun 2011 Jawa Barat
baru dapat memenuhi sekitar 27,45% untuk pemenuhan kebutuhan daging
sapi, pada tahun 2012 mengalami peningkatan sekitar 3,33% menjadi
30,78% (termasuk pemenuhan kebutuhan daging dari ternak sapi perah
jantan dan afkir serta kerbau).
Adapun sapi potong dari luar Jawa Barat mengalami peningkatan
sekitar 1,53% yaitu dari 57,34% pada tahun 2011 menjadi sekitar 58,87%
pada tahun 2012.

B. Produksi Telur
Produksi telur secara keseluruhan pada tahun 2012 mengalami
penurunan sebesar (2,48%) dibandingkan tahun 2011. Laju pertumbuhan
telur yang meningkat hanya telur ayam ras petelur sekitar 3,74%, sedangkan
produksi telur lainnya mengalami penurunan diantaranya telur itik turun
menjadi (13,60%) dan ayam buras sekitar (3,15%). Penurunan produksi
telur itik sangat erat kaitannya dengan populasi itik yang memang saat ini
populasinya turun dibandingkan tahun 2011. Kontribusi produksi telur
tahun 2012 dari jumlah 219.407 ton, sekitar 61,70% bersumber dari ayam
ras petelur yaitu sebesar 131.346 ton; dari itik sekitar 28,19% atau sebesar
68.929 ton dan dari ayam buras sekitar 10,11% atau sebesar 19.132 ton.

C. Produksi Susu
Produksi susu yang dihasilkan pada tahun 2012 sebesar 265.778 ton,
dengan laju pertumbuhan menurun sebesar (6,99%) dibandingkan dengan
data pada tahun 2011. Penurunan produksi susu ini berkatan erat dengan
menurunnya populasi sapi perah pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011.
Adapun rincian keragaman produksi hasil ternak terlihat sebagaimana
Tabel dibawah ini :

Tabel 4.7. Perkembangan Produksi Hasil Ternak Tahun 2011 s/d 2012 di
Jawa Barat
R
Realisasi Target R/T
No Jenis Ternak 11-12
2011 2012 2012 (%) (%)
R
Realisasi Target R/T
No Jenis Ternak 11-12
2011 2012 2012 (%) (%)
I. Daging 646.582 648.112 732.106 88,53 0,24
1. Sapi Lokal 63.475 64.589 53.956 119,71 1,75
2. Sapi Import 15.000 9.723 37.628 25,84 (35,18)
3. Kerbau 2.557 3.268 3.858 84,70 27,80
4. Kuda 30 39 342 11,30 30,93
5. Kambing 4.660 5.822 10.990 52,98 24,94
6. Domba 26.459 26.340 36.150 72,86 (0,45)
7. Babi 1,847 1.309 2.059 63,55 (29,16)
8. Ayam Buras 27.320 25.683 29.683 86,53 (5,99)
9. Ayam Ras Petelur 6.404 6.585 6.968 94,50 2,83
10. Ayam Ras Pedaging 492.413 498.862 543.752 91,74 1,31
11. Itik 6.417 5.892 6.720 87,68 (8,17)

II. Telur 199.640 194.699 219.407 88,74 (2,48)


1. Ayam Buras 20.330 19.690 19.132 102,92 (3,15)
2. Ayam Ras 115.787 120.123 131.346 91,46 3,74
3. Itik 63.523 54.886 68.929 79,63 (13,60)

III. Susu 302.603 281.438 265.778 105,89 (6,99)

3. Pencapaian Konsumsi Hasil Ternak


Pencapaian konsumsi Hasil Ternak selama tahun 2012 berdasarkan
perhitungan Susenas 2009 telah melampaui angka yang ditetapkan 6,71 gr
prot/kap/hari sedangkan standar norma gizi adalah sebesar 6 gr prot/kap/hr.
A. Konsumsi Daging
Konsumsi daging pada tahun 2012 mencapai 7,48 kg/kap/th,
pencapaian konsumsi daging ini bila dibandingkan dengan target norma gizi
sebesar 10,10 kg/kap/th baru mencapai 74,06%, hal ini antara lain
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang masih rendah dibandingkan
dengan semakin tingginya harga daging, terutama daging asal ternak sapi
yang dipengaruhi oleh meningkatnya harga ternak sapi dipengaruhi oleh
harga pasaran sapi dunia.
Preferensi konsumsi daging tertinggi pada tahun 2012 ada pada ayam
ras yakni sebesar 69,08%, diikuti oleh daging sapi sebesar 24,27%, daging
ayam buras sebesar 4,73%, daging kambing/domba sebesar 1,46%, daging
itik sebesar 0,36%, daging kerbau sebesar 0,09%, dan daging babi sebesar
0,03%.
B. Konsumsi Telur
Konsumsi telur pada tahun 2012 rata-rata mencapai 6,94 kg/kap/th,
pencapaian konsumsi telur ini bila dibandingkan dengan target norma gizi
sebesar 4,70 kg/kap/th sudah mencapai 147,66%.
Preferensi konsumsi telur tertinggi pada tahun 2012 ada pada telur
ayam ras yakni sebesar 95,71%, telur itik 3,38%; telur ayam buras sebesar
0,72%, dan telur puyuh sekitar 0,18%.

C. Konsumsi Susu
Konsumsi susu pada tahun 2012 rata-rata mencapai mencapai 6,09
kg/kap/th. Pencapaian konsumsi susu tersebut dibandingkan dengan target
norma gizi sebesar 6,10 kg/kap/th telah mencapai 99,84%.

Tabel 4.8. Pencapaian Penyediaan Konsumsi Hasil Ternak di Jawa Barat


Tahun 2011 dan 2012
Tahun Pencapaian
Norma Gizi r
No Komoditas thd Norma
(kg/kap/thn) 2011 2012 (11-12)
Gizi
1. Daging 10,10 7.47 7.48 74.06 0,13
2. Telur 4,70 6.90 6.94 147.66 0,58
3. Susu 6,10 5.92 6.09 99.84 2,87
Gr Prot/Kap/Hr 6,00 6.69 6.71 111.83 0,60
BAB V
PERKEMBANGAN PRODUKSI TERNAK

5.1. PENGENDALIAN MUTU BIBIT TERNAK


1. Penetapan Rumpun/Galur Ternak
Penetapan rumpun atau galur ternak adalah pengakuan pemerintah terhadap
suatu rumpun atau galur ternak yang telah ada di suatu wilayah sumber bibit yang
secara turun temurun dibudidayakan peternak dan menjadi milik masyarakat.
Dasar pelaksanaan penetapan rumpun/galur ternak adalah Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 19/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Penetapan dan
Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak. Jawa Barat memiliki banyak sumber daya
genetik hewan lokal yang harus segera ditetapkan/diakui sebagai suatu rumpun,
setelah tahun 2011 berhasil menetapkan rumpun ayam pelung dan domba garut
sebagai rumpun ternak asli Jawa Barat maka Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012
melalui Gurbernur mengajukan permohonan penetapan rumpun ternak ayam
sentul dan itik rambon melalui surat permohonan pentetapan rumpun ternak
kepada menteri pertanian dengan Nomor : 524/4224/II/Binprod, tanggal 28 April
2012 perihal penetapan rumpun ternak ayam sentul dan itik rambon. Ayam Sentul
merupakan ayam lokal yang berasal dari daerah Ciamis dan berkembang di
kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Barat. Penampilan fisik ayam ini tergolong
tipe aduan, tetapi kini kebanyakan dipelihara sebagai penghasil telur dan daging.
Sedangkan itik rambon merupakan itik yang berasal dari Kabupaten Cirebon dan
kemudian berkembang ke kabupaten lainnya di Jawa Barat. Itik rambon
merupakan itik tipe petelur yang potensial. Itik ini memiliki keunggulan konsumsi
pakan rendah dan ukuran telur sedang.
Permohonan penetapan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,
memiliki asal usul/silsilah ternak yang jelas, harus diketahui metoda dan cara
mendapatkan rumpun, memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif yang jelas, dan
wilayah sebaran untuk penetapan (tercantum pada proposal). Sifat kualitatif
meliputi ciri khas suatu rumpun atau galur ternak, antara lain penampilan luar
seperti warna, bentuk, yang dapat dibedakan dengan rumpun atau galur ternak
lainnya. Sedangkan sifat kuantitatif meliputi sifat produksi dan reproduksi.
Setelah dilakukan observasi terhadap rumpun ternak ayam sentul dan itik
rambon oleh Komisi Penilaian, Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur
Ternak (KP3RGT), maka ayam sentul dan itik rambon dinyatakan memenuhi

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 1


persyaratan dan layak untuk diajukan sebagai rumpun ternak asli Jawa Barat.
Proses selanjutnya adalah penilaian dan evaluasi oleh Komisi Penilaian,
Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak melalui presentasi dan
pemaparan dokumen ilmiah dari masing-masing rumpun ternak yang akan
ditetapkan.
Setelah melalui penilaian dan evaluasi secara komprehensif, maka Komisi
Penilaian, Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak menetapkan
ayam sentul sebagai rumpun ayam sentul melalui Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 698/Kpts/PD.410/2/2013 tanggal 13 Februari 2013 dan itik rambon
melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 700/Kpts/PD.410/2/2013 tanggal
13 Februari 2013. Adapun deskripsi rumpun ayam sentul dan itik rambon adalah
sebagai berikut :
Deskripsi rumpun ayam sentul :
1. Nama rumpun : Ayam sentul
2. Karakteristik rumpun
A. Sifat kualitatif (dewasa)
a. Warna
- Bulu : Jantan : abu-abu dengan bergaris
di ujung setiap helai bulu,
memberi kesan sisik ikan, dihiasi
dengan warna merah, kuning, dan
hijau
Betina : dominan abu-abu dengan
variasi abu kehitaman, abu
keemasan, dan abu putih
- Kepala : Jantan : abu-abu dilapisi warna
khas merah kuning keemasan
Betina : abu-abu kehitaman
- Jengger : Merah
- Paruh : Putih
- Kaki : Kekuningan
- Kulit : Putih
b. Bentuk
- Kepala : Jantan : lurus dan pipih

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 2


Betina : pipih
- Jengger : Jengger pea
- Pial : Ganda
- Paruh : Jantan : panjang
Betina : panjang dan runcing
- Badan : Ramping
- Ekor : Jantan : panjang
Betina : terbuka dan lebar
B. Sifat kuantitatif
a. Bobot badan : Jantan : 2,0-2,6 kg
Betina : 1,3-1,6 kg
b. Bobot telur : 40,7 3,8 g
c. Produksi telur : 118-140 butir/tahun
d. Umur dewasa kelamin : 6 1 bulan
e. Umur bertelur pertama : 5-6 bulan
f. Konversi pakan : 2,5 - 3,2
g. Kepala : Jantan : panjang 39,0 2,2 mm,
lebar 33,4 5,1 mm
Betina : panjang 38,6 4,0 mm,
lebar 30,3 2,8 mm
h. Jengger : Jantan : tinggi 34,9 15,7 mm,
lebar 58,7 30,7 mm, tebal 14,5
11,9 mm
Betina : tinggi 17,3 11,6 mm,
lebar 35,0 18,2 mm, tebal 3,9
1,7 mm
i. Paruh : Jantan : panjang 33,5 3,6 mm,
lebar 17,2 2,2 mm, tebal 12,6
1,7 mm
Betina : panjang 32,2 3,0 mm,
lebar 16,2 1,9 mm, tebal 10,6
1,3 mm
j. Dada : Jantan : panjang 13,2 1,2 cm,
lingkar dada 34,0 2,8 cm

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 3


Betina : panjang 11,3 0,9 cm,
lingkar dada 31,0 1,5 cm

Deskripsi rumpun Itik Rambon :


1. Nama rumpun : Itik Rambon
2. Asal-usul : Hasil persilangan Itik Tegal
dengan Itik Magelang
3. Wilayah sebaran asli geografis : Kabupaten Cirebon, Provinsi
Jawa Barat
4. Wilayah sebaran : Pulau Jawa dan Sumatera
5. Karakteristik :
A. Sifat kualitatif :
1. Warna :
a. Bulu : Jantan : cokelat tua di bagian
kepala, sepanjang tulang
belakang dan ekor
Betina : cokelat atau tutul cokelat
agak jelas pada kepala, dada,
punggung, sayap dan leher
b. Kulit tubuh : Putih
c. Kerabang telur : Hijau kebiruan
2. Bentuk badan : Langsing tegak
B. Sifat Kuantitatif :
1. Bobot badan : Jantan : 1,6 - 1,7 kg
Betina : 1,4 - 1,5 kg
2. Bobot telur : 55 - 65 g
3. Produksi telur : 220 - 260 butir/tahun
4. Puncak produksi telur : 70 5%
5. Umur dewasa kelamin : 180 31 hari
6. Lama produksi telur : 18 - 24 bulan
7. Konversi pakan : 4 - 4,5

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 4


2. Pelaksanaan Uji Zuriat/Progeny test Sapi Perah
Kegiatan Uji Zuriat di Jawa Barat tahun 2012 merupakan tahap VIII yaitu
Penentuan Pejantan Unggul Uji Zuriat Sapi Perah Nasional (launching) yang
dilaksanakan di BPPTU Sapi Perah Baturraden tanggal 8 Desember 2012. Uji
Zuriat di Provinsi Jawa Barat melibatkan 5 (lima) Koperasi/KUD Persusuan dan 2
(dua) perusahaan, yaitu KPSBU Lembang Kabupaten Bandung Barat, KPBS
Pangalengan Kabupaten Bandung, KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang,
KPGS Cikajang dan KUD Mandiri Cisurupan Kabupaten Garut serta PT. Taurus
Dairy Farm Sukabumi dan Yayasan Pesantren Indonesia Al Zaitun Indramayu.
Recording/pencatatan merupakan proses yang sangat penting untuk menentukan
keberhasilan dari kegiatan Uji Zuriat ini, dimana metode analisa data dilaksanakan
dengan metode Modified Contemporary Comparision (MCC) dan selanjutnya
menghasilkan ranking pejantan unggul sapi perah.
Dalam setiap tahap pelaksanaan tersebut dilakukan koordinasi monitoring
dan evaluasi secara kontinyu agar Uji Zuriat Sapi Perah Nasional berjalan dengan
efektif, efisien dan terarah. Berdasarkan hasil analisa data produksi susu dan data
pendukung lainnya diperoleh informasi untuk menentukan pejantan mana yang
paling baik dan seberapa besar tingkat kelebihan produktivitasnya. Pejantan yang
ditetapkan sebagai pejantan unggul tersebut selanjutnya dilepas sebagai pejantan
unggul sapi perah Indonesia untuk dipergunakan dalam rangka meningkatkan
kemampuan genetik sapi perah Indonesia.
Hasil launching Uji Zuriat Nasional yang dilaksanakan oleh Kementerian
Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan & Kesehatan Hewan menetapkan 4
(empat) pejantan unggul kedua, yaitu :
1. Flaunt (30694) lahir 8 Juni 2006
2. Hostromsy (30664) lahir 11 September 2006
3. Florean (30691) lahir 8 September 2006
4. Fokker (30697) lahir 6 Agustus 2006

3. Penambahan Indukan Sapi Perah


Bibit ternak sapi perah merupakan salah satu sarana produksi yang memiliki
peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya meningkatkan jumlah dan
mutu produksi ternak, dan sebagai salah satu faktor dalam penyediaan pangan asal
ternak yang berdaya saing tinggi. Bibit sapi perah diperoleh dari produksi dalam
negeri dan impor dari luar. Produksi dalam negeri belum mampu memenuhi

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 5


kebutuhan pasar dalam upaya penyediaan bibit baik kualitas dan kuantitasnya
dikarenakan sebagian besar usaha pembibitan dilakukan oleh peternak yang
berskala kepemilikan yang sangat kecil. Untuk dapat menghasilkan bibit ternak
yang unggul dan bermutu tinggi diperlukan proses manajemen pemeliharaan,
peningkatan nilai genetik, pakan dan kesehatan hewan ternak yang terarah dan
berkesinambungan.
Upaya untuk memenuhi kekurangan bibit sapi perah dan peningkatan
kegiatan pembibitan, maka penambahan indukan sapi perah merupakan salah satu
solusi dalam upaya pemenuhan bibit tersebut. Penambahan indukan sapi perah
dalam hal ini adalah penambahan yang berasal dari luar negeri atau impor yaitu
Australia. Indukan sapi perah yang didatangkan merupakan sapi perah betina siap
kawin (unjoint).
Penambahan indukan sapi perah ini diharapkan akan meningkatkan mutu
bibit sapi perah di Jawa Barat, mengembangkan kelompok peternak menjadi
kelompok pembibitan, menyediakan bibit sapi perah di UPTD atau kelompok
peternak dalam rangka pengembangan pembibitan berbasis kawasan,
meningkatkan populasi ternak melalui kontribusi kelahiran yang berasal dari
penambahan indukan sapi perah.
Penerima indukan sapi perah ini terdiri dari UPTD Perbibitan daerah dan
kelompok peternak yang diarahkan pada usaha perbibitan (tabel 5.1.)

Tabel 5.1. Alokasi Penerima Indukan Sapi Perah Tahun 2012

No Lokasi Penerima Jumlah

1 Kab. Bandung Barat UPTD BPTSP & HMT Cikole (Provinsi) 50 ekor
2 Kab. Cianjur UPTD BPPIBTSP Bunikasih Cianjur 50 ekor
(Provinsi)
3 Kab. Bandung UPTD Perbibitan Pasir Jambu, Disnakkan 30 ekor
Kab. Bandung
Kelompok Cikoneng 45 ekor
Kelompok Bina Warga 50 ekor
Kelompok Barokah 25 ekor
4 Kab. Bandung Barat Kelompok Mekar Rahayu 25 ekor
Kelompok Mekar Saluyu 25 Ekor
5 Kab. Garut Kelompok Sumber Sejahtera 50 Ekor
Kelompok Mekar Saluyu 50 Ekor
6 Kab. Sumedang UPTD Perbibitan Disnakan Kab. Sumedang 50 Ekor

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 6


4. Kegiatan Kontes Tingkat Jawa Barat Tahun 2012
Pada tahun 2012 penyelenggaraan Kontes Ternak Tingkat Provinsi Jawa
Barat dilaksanakan pada tanggal 12 13 Juni 2012 yang berlokasi di Jalan
Pamugaran RT 02 RW 17 Desa Wonoharjo Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis.
Kegiatan Kontes Ternak diikuti oleh 190 orang pemilik ternak (tabel 5.2.)
dengan jumlah ternak yang dikonteskan 233 ekor (sapi perah, sapi potong, domba
garut dan kambing PE). Event lainnya yang merupakan rangkaian acara Kontes
Ternak diantaranya adalah Kegiatan Pameran Peternakan (pameran ternak, produk
olahan hasil ternak, peralatan peternakan dan lain-lain) yang diikuti oleh 23
peserta/stand dari berbagai perusahaan maupun organisasi; dan acara temu-temu
yang berkaitan dengan penambahan wawasan peternak maupun pembangunan
peternakan di Jawa Barat.
Hasil pelaksanaan kegiatan utama ini secara umum adalah
terapresiasikannya peternak-peternak di 17 kab/kota peserta kontes dalam bentuk
penghargaan dan hadiah di 13 katagori kontes ternak. Peserta Kontes Ternak Jawa
Barat adalah Peternak yang berasal dari kabupaten/kota dan KUD/Koperasi
Persusuan di Jawa Barat yang secara keseluruhan memiliki potensi sebagai
sumber ternak bibit dan budidaya ternak dengan hasil yang baik. Rekapitulasi
Jumlah Peserta Kontes Bibit (ekor) Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 5.2. Peserta kontes (peternak) tahun 2012

No. Nama Kabupaten Peserta (orang)

1. Kabupaten Bandung 32
2. Kabupaten Bandung Barat 30
3. Kabupaten Bogor 5
4. Kabupaten Ciamis 18
5. Kabupaten Cianjur 10
6. Kabupaten Garut 26
7. Kabupaten Indramayu 6
8. Kabupaten Kuningan 10
9. Kabupaten Majalengka 6
10. Kabupaten Purwakarta 5
11. Kabupaten Subang 6
12. Kabupaten Sukabumi 5
13. Kabupaten Sumedang 9
14. Kabupaten Tasikmalaya 7

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 7


No. Nama Kabupaten Peserta (orang)

15. Kota Bandung 5


16. Kota Banjar 4
17. Kota Tasikmalaya 6
Grand Total 190

Sebagaimana sasaran yang ingin dicapai melalui kegiatan ini, Kontes


Ternak Tahun 2012 melahirkan juara-juara untuk setiap katagori yang
dikonteskan. Peserta kontes yang mendapat peringkat terbaik pertama, kedua dan
ketiga direpresentasikan oleh peringkat Juara I, Juara II dan Juara III, berdasarkan
hasil penilaian oleh Tim Juri yang telah ditunjuk, yang kemudian disahkan dalam
suatu Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Nomor
524/Kep.175/Prod/2012 tentang Kejuaraan Kontes Ternak Tingkat Provinsi Jawa
Barat Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 9 s.d tabel 12. Sedangkan Jumlah
Perolehan Juara Setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3. Jumlah Perolehan Juara Setiap kabupaten/kota pada Kontes Ternak
Jabar Tahun 2012

No Kab/Kota Juara I Juara II Juara III Jumlah

1 Kabupaten Bandung 1 2 6 9
2 Kabupaten Bandung Barat 5 4 2 11
3 Kabupaten Bekasi
4 Kabupaten Bogor
5 Kabupaten Ciamis 1 1 2
6 Kabupaten Cianjur
7 Kabupaten Garut 2 1 1 4
8 Kabupaten Indramayu 1 1
9 Kabupaten Kuningan 1 1
10 Kabupaten Majalengka
11 Kabupaten Purwakarta 2 2
12 Kabupaten Subang 1 1
13 Kabupaten Sukabumi 1 1
14 Kabupaten Sumedang 1 1 2
15 Kabupaten Tasikmalaya 1 2 3
16 Kota Bandung
17 Kota Bekasi

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 8


No Kab/Kota Juara I Juara II Juara III Jumlah

18 Kota Bogor
19 Kota Tasikmaya
20 Kota Banjar 1 1 2
Jumlah 13 13 13 39

5. Pengawasan Mutu Bibit


A. Pengawasan Peredaran Mutu Bibit DOC
Pengawasan Mutu Bibit Ayam Ras telah dilakukan di beberapa
hatchery/Unit Penetasan perusahaan pembibitan ayam ras di Kab. Subang (2
GP/4 PS), Kota Bandung (2 GP/1 PS), Cianjur (1 GP/5 PS), Purwakarta (2
PS), Bogor (3 PS), Sukabumi (2 GP/1 PS), Kota Sukabumi (1 PS).
Pemeriksaan meliputi :
a. Pemeriksaan Individu DOC
Jumlah DOC FS per kemasan rata-rata 102 ekor, telah sesuai
dengan SNI yakni 100 ekor dan jaminan kematian 2 ekor (Kota
Bandung, Kota Sukabumi, Subang, Cianjur, Purwakarta, Sukabumi
dan Bogor); DOC PS Female Line per kemasan 82 ekor dan Male
Line 70 ekor per kemasan (17%). Berat DOC FS Broiler/Pedaging
bervariasi antara 40 50 gram dengan rata-rata berat per ekor 46 gram
yaitu terdiri dari strain Lohmann berat rata-rata per ekor 46 gram,
strain Cobb 47 gram dan strain Ross 45 gram, sedangkan menurut SNI
Nomor 01-4868.1-2005 (DOC FS Pedaging) 37 gram per ekor. Berat
DOC FS Layer/Petelur strain Hy Line sebesar 38 gram per ekor dan
PS Petelur strain Hy Line berat DOC 41 gram per ekor telah sesuai
SNI 01-4868.2-2005 (DOC FS Petelur) yakni 33 gram per ekor.
Kondisi Fisik dan Bulu sesuai standar (SNI), yaitu :
- Kondisi fisik sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, tampak
segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan
tidak cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering.
- Warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan
kondisi bulu kering dan berkembang.
- Jaminan kematian 2%

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 9


b. Pemeriksaan Kemasan Kosong
Berat kemasan kosong rata-rata 0,8 kg telah sesuai dengan SNI.
Berat kemasan isi untuk ayam ras pedaging 5,39 kg dan berat kemasan
isi untuk ayam ras petelur 4,78 kg. Bahan dasar dari kertas karton
tahan terhadap tekanan yang merusak. Bentuk trapesium bagian dalam
ada sekat pemisah, bagian atas ada tonjolan, ventilasi cukup.
Frekuensi pemakaian satu kali.
Ukuran panjang bagian bawah minimal 64 cm dan atas minimal
60 cm; lebar bagian bawah minimal 48 cm dan atas minimal 44 cm;
tinggi kotak kemasan minimal 15 cm; tinggi tonjolan minimal 3 cm.

c. Pemeriksaan Label
Pada umumnya seluruh box DOC sudah berlabel, hanya ada
beberapa perusahaan pembibit yang warna dasar label masih tidak
sesuai dengan ketentuan SNI, dan ada pula yang tidak memakai Merk
Dagang karena dipakai untuk kalangan sendiri dan tidak
diperdagangkan seperti Nuyan Farm di Cianjur. Untuk DOC yang
diperdagangkan telah berisi keterangan sebagai berikut :
- Tanggal dan jam keluar dari mesin tetas
- Galur/Strain
- Nama dagang
- Tipe ayam bibit
- Jumlah isi kemasan
- Nama dan alamat perusahaan peternakan ayam bibit
- Tanggal vaksinasi marek (untuk ayam ras petelur)

Pengawasan mutu DOC Ayam ras petelur dan pedaging serta


pemeriksaan kemasan dan label dengan hasil pemeriksaan sesuai
ketentuan SNI Nomor : 01-4868.1-2005, tipe pedaging dan SNI
Nomor : 01-4868.2-2005 tipe petelur. Untuk lebih rinci dapat dilihat
pada lampiran 1.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 10


B. Pengawasan Mutu Semen
Pemeriksaan Mutu Semen Sapi Potong, Sapi Perah dan Domba
dilaksanakan di 17 Lokasi kabupaten/kota dan depo Provinsi Jawa Barat
serta Koperasi Persusuan. Rekapitulasi hasil pemeriksaan mutu semen di
Jawa Barat tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran 8.
Dari hasil pemeriksaan semen sapi potong di 15 kabupaten/kota yaitu
Cianjur, Garut, Kuningan, Majalengka, Sumedang, Purwakarta, Karawang,
Subang, Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, Bogor, Ciamis, Kota Banjar,
Depo Provinsi dan Sukabumi Jenis semen sapi potong yang diperiksa, yaitu
Brahman, Limousine, Simmental dan Ongole, Dari hasil pemeriksaan secara
mikroskopis, maka semen beku yang beredar di kabupaten/kota dan provinsi
tersebut rata-rata mempunyai motilitas dan persentase sperma yang cukup
baik dan masih layak untuk digunakan IB, namun Brahman dari Depo
Provinsi kondisi kurang layak IB (hasil 2/20) yang artinya gerakan individu
sperma sedang dan persentase hidup/gerak maju spermatozoa hanya 20%.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa untuk semen beku yang kurang
layak perlu dikaji ulang dengan pemeriksaan mikroskopis kemungkinan
terjadi salah penanganan N2 cair. Kondisi N2 Cair didalam Container harus
selalu penuh atau minimal 2/3 container terisi N2 Cair karena tingkat
penguapannya yang cukup tinggi. Untuk itu setiap dua hari sekali
dikontrol/diisi N2 Cair.
Pemeriksaan semen sapi perah dilaksanakan di 7 kabupaten yaitu
Cianjur, Garut (KUD Mandiri Cisurupan dan KPGS Cikajang), Kuningan,
Sumedang (KSU Tandangsari), Tasikmalaya, Bandung (KPBS
Pangalengan) dan Bandung Barat (KPSBU Lembang) dengan jenis semen
yang diperiksa yaitu FH Filmore, Felish, Felicia, Creton, Holstein Sparta,
Maloya Laser, Markwell Elitist, Mayerlane Vista, Frime, Fervent, Justin,
Forsa, Yacosy, Starlight, Rodgar. Dari hasil pemeriksaan mutu semen sapi
perah tersebut secara mikroskopis (test after thawing) rata-rata gerak
individu spermatozoa cepat (3) dan gerak maju spermatozoa bagus (43%),
maka semen beku tersebut masih layak digunakan Inseminasi Buatan.
Pemeriksaan semen domba dilaksanakan di 3 kabupaten yaitu Cianjur,
Kuningan, Indramayu dan Depo Provinsi, jenis Batara, Indrajit dan Garut
dengan hasil test after thawing 3/40 layak untuk IB.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 11


Pemeriksaan semen Kambing dilaksanakan di Depo Provinsi, dengan
jenis semen Kambing Boer dan Etano dengan hasil test after thawing 3/40
layak untuk IB (lampiran 2.)

6. Pemasukan dan Pengeluaran Bibit


Pada tahun 2012 tercatat rencana pemasukan bibit ternak ke Jawa Barat
sebagai berikut :
A. Pemasukan/import ternak DOC Ayam Ras GPS (Grand Parent Stock)
Broiler/Pedaging ke Jawa Barat sebanyak 833.356 ekor (jantan 239.148
ekor dan betina 594.208 ekor) dimana negara asal impor dari Amerika
Serikat, Inggris dan Australia dengan perusahaan/pengimpor ternak adalah
CV. Missouri, PT. Hybro Indonesia, PT. CJ-PIA, PT. Central Avian Pertiwi,
PT. Bibit Indonesia, PT. Multibreeder AI, Tbk, PT. Cibadak Indah Sari
Farm, PT. Galur Prima Cobbindo, PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi,
PT. Taat Indah Bersinar dan PT. Cipendawa Agriindustri.
B. Pemasukan/impor ternak DOC Ayam Ras GPS (Grand Parent Stock) Layer
ke Jawa Barat sebanyak 515.631 ekor (jantan 72.522 ekor dan Betina
443.109 ekor) dengan pengusaha/ pengimpor CV. Missouri, PT. Isa
Indonesia dan PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. dari Negara Amerika
Serikat, Belanda, dan Jerman.
C. Pemasukan/impor ternak DOC Ayam Ras PS (Parent Stock) Layer ke Jawa
Barat sebanyak 7.447 ekor (Jantan 1.063 ekor dan Betina 6.384 ekor)
dengan pengimpor PT. Isa Indonesia dengan negara asal impor Belanda.
D. Pemasukan/impor Telur Tetas (Hatching Egg) Ayam Ras Parent Stock
Layer sebanyak 1.029.280 butir (128.880 butir jantan dan 900.400 butir
betina) yang berasal dari negara Belanda dengan pengimpor PT. ISA
Indonesia.
E. Pemasukan/impor DOD Itik PS (Parent Stock) sebanyak 12.799 ekor (jantan
2.281 ekor dan betina 10.518 ekor) dari Negara Jerman dan Malaysia
dengan perusahaan pengimpor PT. Central Avian Pertiwi dan PT. Quality
Indonesia.
F. Pemasukan/impor semen beku (straw) sapi potong dan sapi perah sebanyak
11.813 dosis yang berasal dari negara Amerika Serikat, dan Australia
dengan pengimpor KPBS Pangalengan dan PT. Lunar Chemplast.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 12


G. Pemasukan/impor bibit sapi perah dan sapi potong sebanyak 450 ekor
(betina 450 ekor) yaitu dari Negara Australia dengan perusahaan pengimpor
PT. Usaha Tani Lestari.

Pada tahun 2012 rencana pengeluaran bibit ternak dari provinsi Jawa Barat
tidak tercatat, karena semenjak terbitnya Peraturan Gubernur No. 49 tahun 2011
perihal petunjuk pelaksanaan peraturan daerah Provinsi Jawa Barat nomor 7
tahun 2010 tentang penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu (berita daerah
Provinsi Jawa Barat tahun 2011 nomor 48 seri E) maka pemasukan/pengeluaran
benih/bibit ternak antar pulau atau antar provinsi tidak melalui mekanisme
penerbitan rekomendasi teknis dari OPD teknis atau Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat, melainkan langsung diterbitkan rekomedasinya oleh Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Pergub 49, 2011
tersebut rekomendasi pemasukan/pengeluaran benih/bibit antar pulau atau antar
provinsi masuk dalam kategori izin insidentil dengan durasi pelayanan selama 1
(satu) hari.
Pengawasan lalu lintas ternak khususnya pemasukan/ pengeluaran bibit dari
Jawa Barat ke luar provinsi atau pulau lain banyak mengalami kendala, salah
satunya adalah klausul dalam Pergub 49, 2011 tersebut. Selain itu belum adanya
kesepakatan bersama antar satu provinsi dengan provinsi lainnya mengenai
persyaratan pemasukan atau pengeluaran bibit ternak. Sehingga banyak
pemasukan maupun pengeluaran benih/bibit ternak tanpa penerbitan rekomendasi
dari Dinas Peternakan Provinsi yang berakibat benih/bibit yang masuk/keluar
tidak terpantau dan tercatat.
Berdasarkan hasil rekapitulasi surat rekomendasi Pemasukan dan
Pengeluaran Bibit Ternak tahun 2012 telah diterbitkan sebanyak 56 buah surat
pertimbangan teknis pemasukan benih/bibit ternak oleh Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat dengan rincian untuk pemasukan bibit ternak 56 buah surat dan
penundaan pemasukan bibit ternak sebanyak 1 buah surat.

7. Identifikasi Sapi Lokal Jawa Barat


Pada tahun 2012 telah dilaksanakan pengkajian identifikasi sapi lokal Jawa
Barat dilaksanakan bekerja sama dengan para pakar dan tenaga ahli dari
perguruan tinggi Universitas Padjadjaran (UNPAD).

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 13


Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

A. Eksistensi dan Agroekosistem Populasi Sapi Rancah atau Sapi Lokal


Jawa Barat
Sapi Lokal Jawa Barat sering disebut sebagai sapi kacang. Istilah sapi
kacang merupakan predikat atas karakter kuantitatif yang relatif lebih kecil
di banding sapi potong lainnya di Jawa Barat khususnya di wilayah Rancah.
Sapi dari spesies Bos sondaicus ini memiliki ciri eksterior yang mirip
dengan sapi Jawa, yakni pada betina tidak berponok, ukuran tubuh relatif
kecil dibanding bos indicus dan bos taurus, berwarna merah bata dan atau
merah tua, kepala kecil, tanduk kecil mengarah ke dalam, pada bagian perut
(abdomen), pantat (thick) dan kaki (tarsal, metatarsal, carpus dan
metatarsus) berwarna putih dan sebagian memiliki garis belut di sepanjang
punggung. Pada jantan memiliki kesamaan dengan betina, namun warna
tubuh sebagian agak gelap.
Eksistensi populasi sapi ini berada di peternakan rakyat Jawa Barat.
Wilayah-wilayah populasi sapi ini antara lain Ciamis, Tasikmalaya, Garut,
Cianjur, Purwakarta, Subang, Indramayu, Sumedang, Majalengka dan
Kuningan. Ciri pola pemeliharaan di wilayah-wilayah tersebut memiliki
kesamaan yakni orientasi pemeliharaan untuk menghasilkan pedet (non
artificial breeding), akan tetapi pola pemeliharaan terdapat perbedaan yakni
pola ekstensif, semi intensif dan intensif.

B. Karakter Kualitatif Sapi Lokal di Jawa Barat


Karakter kualitatif pada sapi tersebut yaitu mempunyai warna merah
bata atau merah sawo matang (melahonais), pada ternak betina warna
tersebut tetap, sedang pada jantan kerena pengaruh hormon androgen
berubah menjadi kehitaman. Keempat kakinya mulai dari sendi tarsus dan
carpus ke bawah sampai kuku berwarna putih, atau mirip berkaos kaki,
bagian belakang pelvis atau daerah pantat putih seperti bulan sabit. Begitu
pula bagian bibir bawah, tepi dan bagian dalam daun telinga memiliki bulu
putih dan pada sepanjang punggungnya memiliki garis belut (allstreep).

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 14


Pada tiap-tiap daerah di Jawa Barat, sapi lokal ini mengalami variasi
sifat kualitatif. Variasi tersebut muncul karena sapi lokal dalam perjalanan
kehidupannya diduga mengalami perlakuan yang berbeda, sehingga muncul
berbagai variasi sebagai berikut :
a. Sapi lokal mengalami percampuran secara sengaja dalam program IB.
Percampuran tersebut antara lain dengan Bos indicus seperti Ongole,
PO dan Brahman dan dengan Bos taurus seperti Simmental dan
Limousin.
b. Sapi lokal memiliki variasi yang mengarah ke PO seperti memiliki
ponok walaupun kecil dan gelambir
c. Sapi lokal yang secara kualitatif konsisten dengan karakter Bos
sondaicus.
Variasi sifat kualitatif sebagai konsekuensi dari sistem perkawinan
yang tidak teratur di lapangan memunculkan bentuk atau tanda-tanda yang
mengikuti lingkungan sosial dan antropologisnya.

C. Karakter Kuantitatif Sapi Lokal


Ukuran-Ukuran Tubuh Sapi Rancah
Sapi yang diteliti sebanyak 51 ekor terdiri atas 10 ekor betina dan 41 ekor
jantan dengan kisaran umur dari 17-32 bulan. Apabila mengacu pada
standar umur sapi dari Deptan, maka sapi yang diteliti ini termasuk katagori
pedet = 1 ekor, sapi dara = 27 ekor dara dan sisanya sebanyak 23 ekor
adalah sapi dewasa. Rataan umur sapi Rancah yang diteliti adalah 24,35
3,38 bulan dengan koefisien variasi sebesar 13,86 persen. Rataan Panjang
Badan adalah 117,76 9,66 cm dengan koefisien variasi sebesar 8,20
persen, sedangkan rataan Tinggi Pundak adalah 122,04 6,10 cm dengan
koefisien variasi sebesar 4,99 persen. Rataan lingkar dada adalah 153,25
10,12 cm dengan koefisien variasi (KV) sebesar 6,61 persen sedangkan
rataan, simpangan baku dan koefisien variasi Lingkar paha depan dan
lingkar paha belakang berurutan adalah sebagai berikut: 74,02 5,13 KV
6,93 (%); 78,67 5,96 KV 7,58 (%) (Tabel 5.4.).

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 15


Tabel 5.4. Rataan, Simpangan Baku Dan Koefisien Variasi Ukuran-Ukuran
Tubuh Sapi Rancah
Ukuran-ukuran Tubuh
Umur Lingkar Lingkar
Statistik PB TP LD
(bulan) PDepan Pbelakang
(cm) (cm) (cm)
(cm) (cm)
Rataan 24,35 117,76 122,04 153,25 74,02 78,67
Simpangan
Baku 3,38 9,66 6,10 10,12 5,13 5,96
Koefisien
Variasi (%) 13,86 8,20 4,99 6,61 6,93 7,58

Keterangan: n = 51 ekor
PB = Panjang Badan
TP = Tinggi Pundak
LD = Lingkar Dada
Lingkar PDepan = Lingkar Paha Depan
Lingkar Pbelakang = Lingkar Paha Belakang

Ukuran-ukuran tubuh sapi rancah dara disajikan pada Tabel 5.5. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa umur dan semua ukuran tubuh yang diamati
termasuk kategori seragam.

Tabel 5.5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Variasi Umur dan
Ukuran-ukuran Tubuh Sapi Rancah Dara
Ukuran-ukuran Tubuh
Umur Lingkar Lingkar
Statistik PB TP LD
(bulan) PDepan PBelakang
(cm) (cm) (cm)
(cm) (cm)
Rataan 22,15 113,26 120,59 150,89 75,15 78,74
Simpangan Baku 2,05 7,35 5,76 8,00 5,25 5,62
Koefisien Variasi (%) 0,09 6,49 4,78 5,30 6,99 7,14

Keterangan: n = 27 ekor
PB = Panjang Badan
TP = Tinggi Pundak
LD = Lingkar Dada
Lingkar PDepan = Lingkar Paha Depan
Lingkar Pbelakang = Lingkar Paha Belakang
Ukuran-ukuran tubuh sapi rancah dewasa disajikan pada Tabel 5.6. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa umur dan semua ukuran tubuh yang diamati
termasuk kategori seragam.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 16


Tabel 5.6. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Variasi Umur dan
Ukuran-ukuran Tubuh Sapi Rancah Dewasa
Ukuran-ukuran Tubuh
Umur Lingkar Lingkar
Statistik PB TP LD
(bulan) PDepan Pbelakang
(cm) (cm) (cm)
(cm) (cm)
Rataan 27,26 123,09 123,74 156,22 72,65 78,43
Simpangan
Baku 1,91 9,68 6,30 11,85 4,86 6,55
Koefisien
Variasi (%) 7,01 7,86 5,09 7,59 6,69 8,35

Keterangan: n = 23 ekor
PB = Panjang Badan
TP = Tinggi Pundak
LD = Lingkar Dada
Lingkar PDepan = Lingkar Paha Depan
Lingkar Pbelakang = Lingkar Paha Belakang

D. Karakter Kualitatif Sapi Lokal di Jawa Barat


Warna Daging dan Lemak
Sapi Rancah sangat potensial dikembangkan sebagai sapi pedaging dengan
beberapa keunggulan dari kualitas daging yang dimilikinya. Karkasnya
mengandung porposi tulang yang lebih sedikit, sehingga menghasilkan
persentase daging yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis sapi yang
lainnya. Persentase daging sapi Rancah dapat mencapai lebih dari 50% dari
bobot potong.
Pengujian terhadap warna daging dan lemak secara organoleptik dengan
menggunakan indra penglihatan. Daging sapi Rancah termasuk dalam
kategori mutu 1 dengan nilai skor warna 3. Warna daging merah cerah,
sedangkan warna lemak masuk dalam kategori mutu 1 dengan skor warna
lemak 3 (warna lemak putih). Warna daging dipengaruhi oleh faktor-faktor
antara lain : pakan, spesies, bangsa, umur, jenis kelamin, stres, pH, dan
oksigen.

pH Daging
pH daging sapi Rancah setelah pemotongan mencapai 6,2. Rendahnya pH
daging berpengaruh terhadap nilai daya ikat air daging serta daya awet
daging tersebut.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 17


Daya Ikat Air (Water Holding Capacity)
Nilai Daya Ikat Air daging sapi Rancah berkisar antara 23-30%. Daya ikat
air merupakan kemampuan untuk mempertahankan kandungan air selama
mengalami perlakuan dari luar seperti pemotongan, pemanasan,
penggilingan, dan pengolahan.

Susut Masak
Nilai susut masak daging sapi Rancah berkisar 25-45%, hal ini
menunjukkan bahwa daging sapi rancah mengalami penyusutan yang cukup
besar pada proses pemasakan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya nilai daya
ikat air dan tingginya kandungan air pada daging.

Keempukan
Nilai keempukan daging sapi Rancah berkisar 35-96 mm/10 detik/gram.
Faktor yang mempengaruhi keempukan dapat digolongkan menjadi faktor
antemortem seperti genetik termasuk bangsa, spesies dan fisiologi, faktor
umur, jenis kelamin, dan stres dan faktor postmortem yang diantaranya
meliputi pemasakan, faktor lama dan temperatur penyimpanan, serta metode
pengolahan (Soeparno, 2005). Kesan keempukan secara keseluruhan
meliputi tekstur dan melibatkan tiga aspek pertama, kemudahan awal
penetrasi gigi ke dalam daging; kedua, mudahnya daging dikunyah menjadi
fragmen/potongan-potongan yang lebih kecil; dan ketiga jumlah residu yang
tertinggal setelah pengunyahan (Soeparno, 2005). Keempukan merupakan
salah satu indikator dan faktor utama pertimbangan bagi konsumen
dalam memilih daging yang berkualitas baik (Bredahl dan Poulsen, 2002
dalam Komariah dkk, 2009). Menurut Lawrie (1995), daya terima
konsumen terhadap daging dipengaruhi oleh keempukan, juiciness, dan
selera. Peningkatan DIA akan diikuti dengan peningkatan keempukan
(Ockerman, 1983).

E. Kajian Asal Usul Sapi Lokal Di Jawa Barat


Populasi sapi potong yang tersebar di Pulau Jawa asal-usulnya belum jelas,
akan tetapi baru ada tafsiran bahwa sapi yang di pulau Jawa diduga berasal
dari hasil persilangan Bos sondaicus atau Bos banteng dengan sapi Bos
indicus. Bos banteng atau bos bibos atau Bos sondaicus, ternak ini asli

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 18


berasal dari Indonesia dan pada saat ini nenek moyangnya masih terdapat di
Ujungkulon Jawa Barat, hutan lindung Baluran dan Blambangan Jawa
Timur berupa banteng liar.
Asal usul (rekam arkeologis) Sapi Rancah ada tiga macam, yaitu : (1) Sapi
Jawa yang tidak mengalami Ongolisasi dari dulu dan tidak pernah
disilangkan dengan bangsa lain, (2) Sapi Jawa yang pada akhir-akhir ini
disilangkan dengan bangsa lain, dan (3) Sapi Peranakan Ongole yang
karakter Ongole-nya pudar akibat inbreeding bertahun-tahun.

5.2. PAKAN TERNAK


Perkembangan ternak di Jawa Barat tidak terlepas dari ketersediaan pakannya,
karena pakan merupakan komponen penting bagi kehidupan, pertumbuhan dan
produktivitas ternak yang bersangkutan. Dalam suatu budidaya, pakan juga memberikan
kontribusi biaya yang paling tinggi, yaitu lebih dari 70%, sehingga suatu usaha
budidaya akan menguntungkan jika pakan dapat tersedia dengan jumlah yang cukup dan
mutu yang baik serta harga yang sesuai.
Banyak permasalahan timbul dalam penyediaaan pakan yang disebabkan karena
peternak kurang bisa menghitung suplai-demand serta mengantisipasi ketersediaan
pakan dalam waktu-waktu yang sulit, misalnya pada musim kemarau yang
berkepanjangan dan mutu pakan yang kurang baik. Oleh karenanya diperlukan
antisipasi penyediaan pakan yang dapat menjamin penyediaan pakan secara
kontinyu/sepanjang tahun, antara lain melalui pembangunan sarana pengolahan pakan
dari tingkat yang paling bawah yaitu tingkat peternak atau kelompok berupa lumbung
pakan, unit pengolah pakan, unit pengolah bahan pakan, pengembangan HPT di lahan
kehutanan, pengawasan mutu pakan, dan hijauan pakan ternak.

1. Lumbung Pakan
Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khususnya
dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Dari aspek ekonomi biaya
pakan memberikan kontribusi hingga 70% dari seluruh biaya produksi, sedangkan
dari aspek teknis, kualitas pakan akan sangat berpengaruh kepada tingkat produksi
ternak (daging, telur, susu) dan produktivitas ternak. Fungsi pakan juga diarahkan
pada upaya pemeliharaan daya tahan tubuh dan kesehatan sehingga ternak tumbuh
sehat dan kuat. Upaya-upaya peningkatan produksi ternak ruminansia dan
Uunggas tidak akan terlepas dari perencanaan sistem manajemen ternak yang
Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 19
akan diterapkan, termasuk perencanaan penyediaan pakan. Dengan perencanaan
penyediaan pakan yang memadai dalam kuantitas dan kualitas untuk sepanjang
tahun, akan dapat dicapai efektivitas dan efisiensi biaya produksi usaha
peternakan. Pakan ternak ruminansia umumnya dikelompokan menjadi 2 (dua),
yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat serta tambahan vitamin dan mineral
sebagai suplemen (tambahan) pakan. Selama ini sebagian besar pakan hijauan
yang diberikan kepada ternak berupa rumput lokal atau rumput alam, baik yang
berasal dari padang penggembalaan umum maupun dari tempat-tempat lain
seperti pematang sawah, pinggir jalan, pinggir hutan, saluran irigasi atau
perkebunan. Jawa Barat memiliki potensi limbah pertanian dan hasil samping
agroindustri dengan jenis dan jumlah yang melimpah dan sangat potensial untuk
mengatasi permasalahan pakan. Disisi lain limbah tersebut banyak menjadi beban
bagi lingkungan. bahkan menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan,
terutama limbah tanaman pangan pada musin panen. Padahal saat musim
kemarau, pada saat produksi rumput dan hijauan lainnya menurun, hasil samping
tanaman pangan sangat dibutuhkan sebagai pakan. Pemanfaatan limbah pertanian
dan limbah agroindustri belum banyak dilakukan dan diketahui oleh para
peternak.

Keuntungan dari pemanfaatan limbah ini antara lain :


A. Efisiensi penggunaan lahan,
B. Efisiensi tenaga kerja dan komponen produksi lainnya,
C. Mengurangi ketergantungan sumber daya dari luar,
D. Terjadinya perbaikan lingkungan hidup.

Di beberapa daerah diketahui bahwa secara bertahap para peternak sudah


mulai menggantungkan penyediaan pakan ternaknya dari limbah pertanian dan
agroindustri, sehingga dimasa mendatang limbah memegang peran penting. Agar
limbah tersebut dapat tersedia dan dapat dimanfaatkan sepanjang tahun diperlukan
pengolahan/pengawetan dan tempat penyimpanan. Untuk itu pemerintah telah
memfasilitasi kegiatan melalui pengembangan lumbung pakan ternak ruminansia
di kelompok, yang ditujukan untuk penyediaan pakan sepanjuang tahun dengan
aplikasi teknologi tepat guna sehingga kebutuhan pakan di kelompok dan
kelompok sekitar dapat terpenuhi.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 20


Jawa Barat sampai dengan tahun 2012 memiliki 6 lumbung pakan ternak
ruminansia sebanyak 6 unit di 5 kabupaten dan lumbung pakan unggas sebanyak
3 unit di 3 kabupaten sebagaimana tabel 5.7.

Tabel 5.7. Lokasi Lumbung Pakan Ternak Ruminansia dan Lumbung Pakan
Unggas.

No. Kabupaten Nama Kelompok Alamat

I. Lokasi Lumbung Pakan Ternak Ruminansia


1. Bandung Mitra Raharja Ihsani Kec. Arjasari
2. Sukabumi Kel. Tani Barokah Kp. Sukalarang RT 06/06, Ds.
Sukalarang,
3. Majalengka KUB Mandiri Rahayu Kec. Kulur
Kel. Kondangsari Ds. Kondangmekar, Kec.
Cingambul
4. Cianjur Kel. Mekarlaksana Mandiri Ds. Mekarlaksana, Kec. Cikadu
5. Indramayu Kel. Gebang Sari Ds. Longok, Kec. Sliyeg
6. Purwakarta Mekar Sejahtera Desa Benteng Kecamatan
Campaka Purwakarta **)
II. Lokasi Lumbung Pakan Ternak Unggas
1. Bandung Barat Kel. Ternak Unggas Family Ds. Pangauban, Kec. Batujajar
2. Sukabumi Kel. Makmur Ds. Wangunjaya, Kec. Ciambar
3. Sumedang KWITAB Mekar Harapan Kp. Cibeureum RT 06/02, Ds.
Tegal Panjang, Kec. Cireunghas
**) Satker sendiri

2. Unit Pengolah Pakan


Masalah utama kesediaan pakan ternak di Jawa Barat maupun nasional
adalah ketergantungan terhadap bahan pakan impor, sehingga apabila terjadi
gejolak ekonomi ditingkat global atau regional, akan sangat mempengaruhi
kinerja usaha peternakan. Penyediaan pakan yang murah, dari bahan pakan lokal
yang tersedia secara terus menerus di sekitar tempat usaha budidaya serta dapat
memenuhi kebutuhan gizi ternak, perlu diupayakan untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya yang
dilakukan.
Pemerintah telah mengupayakan beberapa program terobosan yang
mengarah kepada ketahanan pakan lokal, agar kedepan ketergantungan terhadap
bahan impor dapat semakin berkurang dan pada akhirnya harapan untuk mandiri
dengan menggunakan bahan pakan lokal dapat tercapai.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 21


Optimalisasi pemanfaatan bahan pakan substitusi merupakan salah satu
alternatif untuk penyediaan bahan pakan yang berasal dari hasil samping industri
hasil pertanian atau agroindustri yang selama ini belum banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pakan, tetapi dari kandungan nutrisinya masih memadai untuk
diolah menjadi pakan.
Salah satu fasilitasi pemerintah dalam upaya pengembangan ketersediaan
pakan lokal, adalah melalui pengembangan unit pengolah pakan. Untuk itu
diperlukan pedoman umum terkait dengan pengembangan unit pengolah pakan,
agar pelaksanaan di lapangan sesuai dengan yang direncanakan.
Tujuan dari pengembangan unit pengolah pakan unggas dan ruminansia
adalah :
A. Meningkatkan kemampuan para peternak, kelompok peternak, dalam
memproduksi pakan yang memenuhi standar kebutuhan ternak baik
kuantitas maupun kualitasnya dengan harga murah dan tersedia sepanjang
tahun
B. Meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan pakan yang digunakan
untuk memproduksi pakan ternak
C. Meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.

Jawa Barat sampai saat ini memiliki beberapa Unit Pengolah Pakan
Ruminansia dan Unit Pengolah Pakan Unggas di beberapa kabupaten antara lain :

Tabel 5.8. Lokasi Unit Pengolah Pakan Unggas di Jawa Barat

No Kabupaten Nama Kelompok Alamat

I. UPP Ruminansia
1. Purwakarta Taruna Karya Desa Warung Jeruk
Kecamatan Tegalwaru
Purwakarta **)

**) Satker sendiri

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 22


3. Unit Pengolah Bahan Pakan
Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya lokal
sangat besar yang dapat digunakan sebagai bahan pakan lokal di tiap-tiap dearah.
Potensi bahan baku pada setiap daerah tersebut baik yang berasal dari hasil
pertanian, maupun agroindustri dapat diinventarisir dan dimanfaatkan untuk
menyusun formula pakan ternak dengan harga yang lebih murah dan memenuhi
kecukupan gizi sehingga dapat meningkatkan keuntungan peternak.
Dalam rangka mendorong kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pakan
maka salah satu solusinya adalah melalui kegiatan penyediaan bahan baku pakan
ternak yang berkesinambungan tersedia sepanjang tahun dengan memanfaatkan
sumber daya lokal yang tersedia di tiap-tiap daerah, dengan demikian peternak
mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan pakan untuk ternaknya.
Mencermati situasi pada masa sekarang dimana permasalahan kesulitan
dalam penyediaan bahan baku pakan ternak maka pada tahun 2012, kegiatan
Pengembangan Unit Usaha Bahan Pakan dalam rangka memperkuat penyediaan
bahan pakan lokal pada daerah-daerah yang disekitarnya mempunyai potensi
sumber bahan baku yang berlimpah seperti jagung, ikan, bulu ayam, hijauan
pakan ternak atau jenis bahan baku lainnya. Peternak diberikan fasilitasi untuk
membangun unit pengolahan bahan baku pakan dengan memanfaatkan potensi
bahan baku pakan yang tersedia di sekitar lokasi tersebut.
Tujuan dari kegiatan pengembangan unit usaha bahan pakan adalah :
A. Meningkatkan pemanfaatan bahan baku pakan lokal yang ada di sekitar
lokasi kelompok dalam upaya penyediaan pakan lokal secara
berkesinambungan,
B. Optimalisasi pemanfaatan bahan baku pakan lokal melalui pengolahan
bahan baku pakan yang memenuhi standar kebutuhan gizi secara kuantitas
maupun kualitasnya dengan harga terjangkau dan tersedia sepanjang tahun.

Jawa Barat memiliki Unit Pengolahan Bahan Pakan berupa pengolahan


limbah dari bulu ayam menjadi tepung bulu ayam yang berlokasi di Desa Sancang
Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut. Hasil pengolahan limbah berupa
tepung bulu telah banyak dipergunakan sebagai campuran formulasi pakan ternak
di Jawa Tengah Jawa Timur dan sekitarnya.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 23


4. Pengembangan HPT di Lahan Kehutanan
Lahan kehutanan yang masih belum termanfaatkan oleh penanaman
tanaman produksi masih sangat luas, oleh karenanya diperlukan koordinasi untuk
dapat memanfaatkan lahan-lahan kehutananan yang dekat dengan pemukiman
penduduk agar produktf dan bisa memberi manfaat bagi masyarakat sekitar hutan
tersebut. Salah satu kegiatan yang dicobakan dalam rangka pemanfaatan hutan
sekitar pemukiman yang terjangkau untuk suatu kegiatan produksi adalah
pengembangan komoditas peternakan, baik ternak sapi potong, kambing/domba
atau unggas lokal.
Upaya tersebut telah dimulai dalam skala kecil pada tahun 2011 untuk
memantapkan pola pengembangannya dalam skala yang lebih besar. Tahun 2012
Jawa Barat mendapat dana bantuan sosial di satu lokasi yaitu Kabupaten Subang
menjadi demplot pengembangan ternak dan pemanfaatan lahan kehutanan. Pola
yang diterapkan sebetulnya tidak jauh berbeda dengan pola integrasi ternak
dengan tanaman yang ditambah dengan kegiatan untuk mengelola lahan
kehutanan. Diharapkan agar pola ini dapat mendukung pengembangan sapi
potong.
Kegiatan pemanfaatan lahan kehutanan bagi pengembangan ternak ini
adalah untuk dalam upaya mendukung program pengembangan peternakan,
khususnya program swasembada daging sapi dan kerbau tahun 2014. Pola yang
diterapkan dimodifikasi dari pola integrasi tenak yang dilaksanakan di lokasi
perkebunan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatnya populasi ternak sapi potong
yang dikontribusikan dari kegiatan pengembangan ternak melalui pemanfaatan
lahan kehutanan serta adanya lahan yang bisa dimanfaatkan bagi kegiatan usaha
peternakan dan penanaman hijauan pakan ternak.
Pelaksanaan kegiatan Pengembangan HPT di Jawa Barat. (tabel 5.9.)

Tabel 5.9. Pengembangan HPT di Jawa Barat.

No Kabupaten Nama Kelompok Alamat

1. Subang Kel. Mitra Jaya Kp.Lemah Duhur Ds.


(Yuyun) Cibodas, Kec. Pacet

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 24


5. Pengawasan Mutu Pakan Ternak
Seiring dengan kebutuhan peningkatan produksi ternak maka tidak lepas
dari kebutuhan pakan yang berkualitas karena itu kegiatan ini terdiri dari apresiasi
pakan ternak dan operasional pengawasan mutu pakan ternak sebagai kontrol
peredaran pakan yang berkualitas di Provinsi Jawa Barat.
Pakan yang dibuat dan diedarkan/diperdagangkan oleh kelompok/peternak
maupun produsen pakan sangat perlu dilakukan pengawasan secara menyeluruh
sebagai suatu sistem manajemen mutu yang dimulai dari pengadaan bahan baku
pakan, penyiapan bahan baku pakan, penyimpanan bahan baku pakan,
penggilingan, pencampuran, pembuatan pellet, pengepakan, pelabelan,
penyimpanan pakan dan pengeluaran pakan/pendistribusian, hal tersebut sangat
essensial dalam upaya agar konsumen mempergunakan pakan yang memenuhi
standar mutu sesuai persyaratan teknis yang ditetapkan.
Pengawasan mutu pakan yang baik akan dapat mencegah terjadinya
kerugian bahkan sebaliknya akan memberikan keuntungan ekonomis yang
signifikan baik bagi pemerintah, produsen maupun konsumen dalam hal ini
peternak. Hanya dengan pakan yang bermutu saja yang akan dapat bersaing dan
berperan dalam transaksi pasar.
Pengawasan Lalu Lintas Pakan dilaksanakan di 15 Kabupaten di Jawa
Barat, yang dilakukan di kelompok/peternak, produsen, distributor pakan ternak.
Hal ini dilakukan untuk menjaga apabila dalam pengawasan mutu pakan
ditemukan pakan yang tidak sesuai dengan standar atau persyaratan teknis
minimal yang ditetapkan sehingga harus ditindaklanjuti melalui pembinaan.
Salah satu cara pengawasan mutu pakan ternak yang dilakukan salah satunya
adalah dengan melaksanakan pengujian sampel bahan baku/konsentrat di
laboratorium pakan ternak yang terakreditasi yaitu ke Balai Pengujian Mutu
Pakan Ternak di Setu-Bekasi. Dari hasil pengamatan konsentrat ruminansia yang
dikelola oleh penyedia pakan ternak sampai saat ini sebagian besar belum
memenuhi standar sesuai dengan SNI yang diharapkan dan sampai saat ini
pengelola pakan ruminansia belum ada yang mendaftarkan usaha pakannya sesuai
dengan Permentan No. 19/Permentan/OT.140/4/2009 tentang Syarat dan Cara
Pendaftaran Pakan. Pada Tahun 2012 telah dilakukan pengujian sampel pakan
yang dilaksanakan di BPMPT Setu Bekasi baik itu dari kelompok ternak,
produsen ataupun distributor pakan dengan hasil sebagaimana lampiran 3.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 25


6. Hijauan Pakan Ternak (HPT)
HMT atau hijauan makanan ternak adalah hijauan atau rumput-rumputan
yang memiliki angka kecukupan gizi yang tepat untuk ternak ruminansia, tidak
semua rumput dapat dikatagorikan hijauan makanan ternak.
Pakan adalah sumber gizi bagi ternak dan pakan ini merupakan kebutuhan
primer satu-satunya pada ternak berbeda dengan manusia yang memiliki tiga
kebutuhan primer, Pakan ini berguna untuk pertumbuhan serta produksi. Pakan
yang bisa dikatagorikan HMT adalah rumput atau hijauan yang memiliki nilai
kandungan gizi yang cukup sesuai kebutuhan ternak khususnya ruminansia.
Secara garis besar pakan ternak ruminansia bisa dibedakan menjadi dua yaitu
pakan serat dan pakan penguat, pakan serat ini diantaranya adalah rumput (HMT)
dan penguat adalah konsentrat. HMT sebaiknya dipotong pada usia yang tepat,
sebab jika Hijauan Makan Ternak tersebut terlalu tua maka kualitasnya akan
semakin buruk.
Beberapa rumput unggul yang dapat digunakan untuk hijauan makanan
ternak ruminansia : Rumput Benggala atau bahasa latinnya Panicum maximum,
rumput gajah, Setaria, King Gress dan lain sebagainya, saat ini ada rumput Gajah
tetapi pendek yang banyak menyebutnya adalah Rumput Odot. Ciri-ciri rumput
ini adalah
A. Panjang ruas batang sekitar 1 cm,
B. Daun seperti pita berwarna hijau,
C. Ketinggian panen tidak lebih dari 80 cm.
D. Perawakan pendek, sehingga cocok untuk hiasan ataupun ditanam dimuka
rumah, atau sebagai tanaman sela atau samping pagar rumah.
E. Untuk pemanenan diperlukan waktu sekitar 26 sampai dengan 32 hari.
F. Dalam satu larik sepanjang satu meter memiliki berat tanaman sekitar 15
kg, tergantung dari besarnya rumpun.

Perkembangan dan permintaan yang luar biasa ini, dari para petani
mengupayakan terpenuhinya bibit. Untuk antisipasi hal tersebut, petani sudah
menyiapkan bibit berupa stek batang yang siap untuk ditanam. Tanaman rumput
ini sudah menyebar di daerah Blitar, Kediri, Jawa Barat bahkan ada permintaan
dari Kalimantan.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 26


5.3. PENGENDALIAN PELAKSANAAN BUDIDAYA TERNAK
1. Pelaksanaan Inseminasi Buatan
A. Alokasi dan Distribusi Semen Beku Sapi Potong dan Nitrogen Cair
Dalam rangka mendukung program Percepatan Pencapaian
Swasembada Daging Sapi (PSDSK) tahun 2013, Provinsi Jawa Barat
termasuk kedalam kelompok daerah prioritas Inseminasi Buatan (IB)
disamping Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Bali.
Dasar Pelaksanaan PSDSK di Jawa Barat Tahun 2012 adalah :
a. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 59/Permentan/HK.060/8/2007
tentang Pedoman Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi;
b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 25/Permentan/OT.140/4 /2011
tentang Unit Manajemen Program Swasembada Daging Sapi Tahun
2014;
c. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 524.13/Kep.907-
Disnak/2011 tentang Unit Manajemen Program Swasembada Daging
Sapi Dan Kerbau;
Tahun 2012 Jawa Barat merencanakan pengalokasian semen beku sapi
potong sebanyak 63.700 dosis yaitu 22.500 dosis dari bantuan BIB
Lembang, 24.000 dosis bantuan dari BIB Singosari, 17.200 dosis dari
pengadaan APBN TA. 2012 dan 300 straw Brahman impor bersumber dari
dana APBD serta dilengkapi Nitrogen Cair sebanyak 54.000 liter yang
bersumber dari dana APBN sebanyak 48.000 Liter dan APBD Provinsi Jawa
Barat Tahun 2012 sebanyak 6.000 Liter.
Realisasi pendistribusian straw sebanyak 60.700 dosis dan Nitrogen
Cair 34.000 liter dengan rincian distribusi untuk masing-masing
kabupaten/kota sebagaimana tabel berikut ini. Stock untuk mengantisipasi
kebutuhan awal tahun 2013 sebanyak 3.000 dosis straw sapi PO dan 20.000
liter Nitrogen cair.

Tabel 5.10. Distribusi Semen Beku dan Nitrogen Cair Tahun 2012
Semen Beku Sapi Potong
No Kabupaten/Kota N2 Cair
Brahman PO Simental Limousin Jumlah
1 Ciamis 1.490 1.600 1.300 3.200 7.590 4.980
2 Tasikmalaya 1.880 2.300 1.500 3.800 9.480 5.960
3 Garut 700 600 500 1.100 2.900 1.800
4 Cianjur 840 1.100 600 1.700 4.240 2.565
5 Sukabumi 700 1.000 500 1.100 3.300 1.580

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 27


Semen Beku Sapi Potong
No Kabupaten/Kota N2 Cair
Brahman PO Simental Limousin Jumlah
6 Bogor 560 700 400 500 2.160 1.060
7 Bekasi 650 600 500 750 2.500 1.290
8 Karawang 650 800 500 850 2.800 1.250
9 Purwakarta 550 700 400 600 2.250 1.060
10 Subang 890 1.000 600 1.600 4.090 2.300
11 Indramayu 570 700 500 600 2.370 980
12 Sumedang 1.540 1.700 1.100 2.800 7.140 4.265
13 Majalengka 570 700 400 600 2.270 880
14 Kuningan 930 1.100 600 1.400 4.030 1.950
15 Cirebon 110 150 100 400 760 590
16 Bandung 200 250 100 400 950 515
17 Bandung Barat 80 100 100 150 430 295
18 Kota Tasikmalaya 110 150 100 200 560 285
19 Kota Banjar 110 150 100 150 510 285
20 Kota Cirebon 70 100 100 100 370 110
Jumlah 13.200 15.500 10.000 22.000 60.700 34.000

B. Pelaksanaan Inseminasi Buatan Sapi Potong


Hasil perkembangan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) Sapi Potong
di Jawa Barat Tahun 2012 yang dilaksanakan di 20 kabupaten/kota (17
kabupaten dan 3 kota) yaitu Kab. Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya,
Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang,
Purwakarta, Karawang, Bekasi, Bogor, Bandung, Bandung Barat, Kota
Banjar, Kota Cirebon, dan Kota Tasikmalaya tercatat sebagaimana tertera
pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.11. Hasil Pelaksanaan IB Sapi Potong Tahun 2011 2012


Tahun
No. Komponen
2011 2012
1 Akseptor (ekor)
a. Target 76.811 80.599
b. Realisasi 68.129 65.322
2 Inseminasi (dosis) 83.769 78.719
3 Kebuntingan (ekor) 50.913 48.990
4 Kelahiran (ekor) 41.712 44.019
5 S/C 1,60 1,61
6 CR (%) 60,50 62,31

Berdasarkan data pelaksanaan Inseminasi Buatan pada sapi potong


dapat dilihat bahwa kinerja pelaksanaan Inseminasi Buatan Tahun 2012
dengan jumlah akseptor sebanyak 65.322 ekor, diperoleh angka Service per
Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 28
Conception (S/C) 1,61; CR 62,31% dan kelahiran 44.019 ekor terdiri dari
jantan 23.088 ekor dan betina 20.931 ekor.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tahun 2012 terjadi
penurunan jumlah akseptor yang dilayani sebesar 4,12%, dan jumlah
kelahiran meningkat 5,53%, dan CR mengalami kenaikan dari 60,50%
menjadi 62,31%. Dan dapat dilihat realisasi Tahun 2012 jumlah akseptor
yang dilayani baru mencapai 81,05% dari target 80.599 ekor, tingkat
kelahiran yang dicapai baru 91,39% dari target 48.165 ekor. Hal ini
dirasakan masih belum optimal karena seluruh data pelayanan Inseminasi
Buatan belum dilaporkan secara lengkap oleh masing-masing petugas
inseminator di Kabupaten/Kota kepada Dinasnya, serta tingginya tingkat
mutasi ternak. Secara rinci gambaran hasil pelaksanaan Inseminasi Buatan
(IB) Sapi Potong di masing-masing kabupaten/kota tahun 2012 dapat dilihat
pada lampiran 4.

C. Inseminasi Buatan Pada Sapi Perah


Pelaksanaan Inseminasi Buatan pada sapi perah sepenuhnya
dilaksanakan oleh Koperasi/KUD Sapi perah mulai dari penyediaan sarana
IB, petugas IB maupun operasional petugas IB.
Inseminasi Buatan pada sapi perah dilaksanakan di 9 kabupaten dan 2
kota, yaitu Kab. Bandung, Bandung Barat, Garut, Sumedang, Kuningan,
Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Cianjur dan Kota (Bogor dan Bandung).

2. Penyebaran dan Penguatan Ternak


Penyebaran dan penguatan ternak merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pengembangan
ternak secara terencana.
Selama tahun 2012 penyebaran dan penguatan ternak dilaksanakan melalui
dana bantuan sosial yang bersumber dari APBN TP meliputi :
A. Budidaya Aneka Ternak (kelinci) sebanyak 2 kelompok di Kab. Bogor dan
Kab. Bandung Barat dengan masing-masing dana Rp.55.500.000,-
B. Pengembangan Budidaya Sapi Perah sebanyak 9 kelompok (Kab. Bogor,
Cianjur, Bandung Barat, Sukabumi, Subang, Kuningan, Majalengka, Garut
dan Sumedang) dengan masing-masing dana Rp262.900.000,-.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 29


C. Pengembangan Budidaya Kambing/Domba sebanyak 2 kelompok (Kab.
Karawang) dengan masing-masing dana Rp116.500.000,-.
D. Pengembangan Budidaya Kambing Perah sebanyak 6 kelompok (Kab.
Bogor, Cianjur, Bandung Barat, Sukabumi, Garut dan Kota Banjar) dengan
masing-masing dana Rp117.000.000,-.
E. Pengembangan Budidaya Kerbau sebanyak 1 kelompok di Kab. Sukabumi
dengan dana Rp261.950.000,-.
F. Pengembangan Budidaya Unggas Lokal (Ayam Buras) sebanyak 8
kelompok (Kab. Bogor, Cianjur, Bandung Barat, Sukabumi, Ciamis,
Indramayu, Bekasi dan Kuningan) dengan masing-masing dana
Rp117.000.000,-.

3. Peningkatan Perizinan dan Sumber Daya Peternak dan Petugas Inseminasi


Buatan (IB)
A. Pelatihan Petugas IB
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, maka pada bulan
September 2012 dilaksanakan pelatihan bagi kader petugas Inseminator
yang berjumlah 25 orang dan pelatihan Asisten Teknis Reproduksi (ATR)
sebanyak 36 orang, bertempat di Grand Hotel Lembang.

B. Up Grading SIMI
Hasil dari pelaksanaan Up Grading SIMI adalah meningkatnya jumlah
petugas Inseminator baik wawasan maupun kemampuan petugas
Inseminator sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Inseminasi
Buatan, sehingga berdampak terhadap peningkatan jumlah pelayanan,
jumlah kebuntingan dan jumlah ternak-ternak yang lahir.
Surat Izin Melakukan Inseminasi (SIMI) mulai diterbitkan Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007. Jumlah SIMI Sapi Potong
yang telah diterbitkan sampai dengan 2012 tercatat sebanyak 216 buah.

Tabel 5.l2. Jumlah petugas Inseminasi Buatan yang Aktif

No Kab/Kota Inseminator PKB ATR TOTAL

1 Kab. Bandung 4 2 1 7
2 Kab. Ciamis 14 6 3 23
3 Kab. Cianjur 26 4 3 33
4 Kab. Garut 10 8 3 21

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 30


No Kab/Kota Inseminator PKB ATR TOTAL

5 Kab. Karawang 6 6 2 14
6 Kab. Kuningan 8 4 2 14
7 Kab. Majalengka 11 4 2 17
8 Kab. Purwakarta 7 6 2 15
9 Kab. Subang 19 5 4 28
10 Kab. Sukabumi 12 3 2 17
11 Kab. Sumedang 20 7 5 32
12 Kab. Tasikmalaya 26 20 10 56
13 Kota Cirebon 2 2 1 5
14 Kota Tasikmalaya 2 1 1 4
15 Kab. Cirebon 7 6 5 18
16 Kab. Bekasi 9 5 2 16
17 Kab. Indramayu 8 4 2 14
18 Kab. Bandung Barat 3 3 4 10
19 Kab. Bogor 5 4 1 10
20 Kota Banjar 1 1 1 3

JUMLAH 167 78 41 286

C. Lomba Petugas Inseminator Berprestasi


Untuk meningkatkan motivasi kinerja para petugas Inseminator dalam
memberikan pelayanan Inseminasi Buatan kepada masyarakat sehingga
dapat mendukung percepatan pencapaian swasembada daging sapi, serta
dalam rangka turut serta berpartisipasi dalam Lomba Petugas Teknis
Inseminator Berprestasi Tahun 2012 yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, maka Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat mengadakan melaksanakan lomba petugas Inseminator
tingkat Jawa Barat dengan tujuan untuk menyeleksi calon peserta yang akan
diikutsertakan Lomba Inseminator Tingkat Nasional Tahun 2012.
Penyeleksian peserta dimulai bulan April 2012 melalui
pendistribusian pedoman teknis penilaian kinerja petugas teknis
(Inseminator) dan kuesioner lomba Inseminator, yang ditindaklanjuti oleh
para petugas Inseminator melalui pengembalian Kuesioner, terdapat 10
petugas yang mengisi kuesioner, dan dari hasil evaluasi kuesioner secara
administrasi oleh Provinsi dipilih 9 orang yang memenuhi persyaratan
sebagai nominasi yaitu untuk Inseminator sapi potong terdiri dari Kab.
Cianjur (Cepi Maulana), Kab. Ciamis (Nanang Suwarlan dan Rasda Tatang
Permana), Kab. Tasikmalaya (Hendra Waluya), Kab. Sumedang (Suryadi),
Kab. Sukabumi (Nanan), Kab. Bandung Barat (Aang Sopian) dan untuk
Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 31
Inseminator Sapi Perah terdiri dari Kab. Bandung (Sopiyan dan Dodi
Gunawan). Peserta yang masuk nominasi dipanggil untuk melaksanakan
evaluasi tahap berikutnya melalui ekspose/paparan dari masing-masing
peserta yang dinilai oleh Tim Juri Provinsi.
Dari hasil evaluasi tersebut dipilih 3 orang peserta terbaik yaitu Kab.
Bandung (Sopiyan), Kab. Sumedang (Suryadi) dan Kab. Ciamis (Nanang
Suwarlan). Berdasarkan hasil wawancara dan peninjauan ke lapangan
ditetapkan 3 petugas Inseminator Terbaik Tingkat Jawa Barat dengan Surat
Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Nomor :
524/Kep.177/ Prod/2012 tanggal 8 Juni 2012 yaitu Juara I dari Kab.
Bandung (Sopiyan), Juara II dari Kab. Sumedang (Suryadi) dan Juara III
dari Kab. Ciamis (Nanang Suwarlan). Dan pada penilaian Lomba
Inseminator Tingkat Nasional peserta dari Jawa Barat tidak masuk nominasi
juara sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Nomor : 802/Kpts/Kp.450/F/11/2012 tanggal
9 Nopember 2012 tentang Penetapan Pemenang Lomba Kelompok Peternak
dan Petugas Berprestasi/Penerima Penghargaan Ketahanan Pakan Tingkat
Nasional Tahun 2012.

4. Pertimbangan Teknis Izin Pemasukan dan Pengeluaran Ternak Potong


Selama tahun 2012 tercatat sebanyak 37 buah Pertimbangan teknis izin
pemasukan ternak bakalan yang diterbitkan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat untuk 10 perusahaan feedlotter, yang secara rinci terlihat pada Tabel
berikut :

Tabel 5.13. Daftar Perusahaan Feedlotter yang mendapat Rekomendasi


Pemasukan Bakalan Sapi Potong dan Kerbau
Jumlah
No. Nama Perusahaan Alamat
Rekom
Jl. Arjuna No.28 Tomang Tol, Jakarta Barat
1 PT. Bina Mentari Tunggal 4
11470
PT. Sadajiwa Niaga Kalimalang Squere Blok QRS Lt. 2, Jl. KH.
2 3
Indonesia Nur Ali No. 17 Bekasi Selatan
PT. Widodo Makmur Ruko Cibubur Indah Blok E No.16, Jl.
3 3
Perkasa Lapangan Tembak Jaktim
4 PT. Citra Agro Buana S. Jalan Dipati Ukur No. 71 Bandung 5
Ds. Mentengsari Kec. Cikalong Kulon
5 PT. Pasir Tengah 3
Kab. Cianjur
PT. Agrisatwa Jaya Golden Madrid I/B-15, Jl. Letjen Soetopo
6 4
Kencana BSD City Tangerang 15322

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 32


Jumlah
No. Nama Perusahaan Alamat
Rekom

Gd. Pesona Lt. 2/216, Jl. Ciputat Raya No.


7 PT. Andini Karya Makmur 6
20, Kebayoran Lama Jakarta Selatan
PT. Rumpinary Agro Jl. Cisangiri V No. 4 Kebayoran Baru
8 3
Industry Jakarta Selatan 12170
PT. Green Global Kp. Pasir Reungit Rt.04/Rw.05, Kel. Bantar
9 2
Multifarm Lestari Gadung, Kec. Warungkiara, Kab. Sukabumi
Graha Induk KUD Lt.3, Jl. Warung Buncit
10 PT. Catur Mitra Taruma 4
Raya No. 18 -20 Pejaten, Jakarta Selatan.
TOTAL 37

5. Pengawasan Lalulintas Ternak Potong


Berdasarkan rekomendasi yang diterbitkan oleh Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Provinsi Jawa Barat, rencana pemasukan ternak impor sapi bakalan
tercatat sebanyak 343.000 ekor, realisasi pemasukan ternak impor sapi bakalan
selama tahun 2012 sebanyak 111.091 ekor, Kerbau sebanyak 5.850 ekor dan
realisasi Kerbau sebanyak 0 ekor, yang dilaksanakan oleh 10 perusahaan
penggemukan sapi potong (feedlotter) yang berada di Jawa Barat. Rencana dan
realisasi Impor Bakalan Sapi Potong Tahun 2008 s.d 2012 sebagaimana tabel di
bawah ini.

Tabel 5.14. Perkembangan Impor Sapi dan Kerbau Provinsi Jawa Barat
Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011 2012
A SAPI
1 Rencana Pemasukan 164.250 340.000 482.050 440.250 343.000
2 Realisasi Pemasukan 80.597 183.785 136.509 90.000 111.091
B KERBAU
1 Rencana Pemasukan - 6.600 3.000 5.100 5.850
2 Realisasi Pemasukan - 1.304 - 330 -

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 33


BAB VI
BIDANG KESEHATAN HEWAN DAN KESMAVET

Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai dua tugas
pokok yaitu pembinaan di bidang kesehatan hewan (keswan) dan kesehatan masyarakat
veteriner (kesmavet). Kesehatan Hewan diartikan sebagai segala urusan yang berkaitan
dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian
dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik produksi, medik konservasi,
obat hewan dan peralatan kesehatan hewan serta keamanan pakan. Ruang lingkup keswan
dijabarkan melalui beberapa fungsi antara lain penolakan, pencegahan dan pemberantasan
penyakit hewan serta pelayanan kesehatan hewan. Sedangkan Sistem Kesehatan Hewan
Nasional (Siskeswanas) dilaksanakan dengan pendekatan 4 sub sistem yaitu sub sistem
pelayanan kesehatan hewan, pengamanan lingkungan budidaya, pengamanan sumber daya
serta pengamanan produksi/hasil ternak, dimana didalamnya terdapat perubahan paradigma
mengenai wawasan terhadap kesehatan hewan dari animal disease menjadi animal health.
Pelaksanaan program keswan dilakukan dengan misi :
1. Mengoptimalkan produktifitas dan reproduktifitas ternak menuju pemenuhan
kecukupan gizi masyarakat yang sehat dan berkualitas;
2. Mewujudkan status kesehatan hewan yang kondusif untuk menjamin kestabilan usaha
bidang peternakan yang lestari dan berdaya saing;
3. Melindungi ternak dari penyakit yang mengancam kelestarian sumber daya hewan dan
lingkungan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. Mewujudkan pelayanan kesehatan hewan yang profesional, efektif dan efisien.

Pengendalian penyakit hewan yang menjadi tugas Pemerintah terutama diarahkan pada
penyakit hewan yang mempunyai dampak kerugian ekonomi tinggi, penyebaran cepat serta
mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) yang tinggi.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor
59/Kpts/PD.610/05/07 tanggal 9 Mei 2007 ada 13 (tiga belas) penyakit hewan menular
strategis (PHMS) yang menjadi prioritas pengendalian di Indonesia yaitu Rabies, Avian
Influenza (AI), Brucellosis, Anthrax, Hogh Cholera, Salmonellosis, New Castle Disease
(ND), Jembrana, Infectiouse Bursal Disease (IBD), Septichaemia Epizootica (SE), Infectiouse
Bovine Rhinotracheitis (IBR), Bovine Viral Diareheae (BVD) dan Surra. Dari 13 PHMS
tersebut hanya 4 PHMS yang menjadi prioritas pengendalian di Jawa Barat yaitu AI, rabies,
anthrax dan brucellosis.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 93


Kesmavet diartikan sebagai segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan
produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.
Ruang lingkup kesmavet dijabarkan melalui fungsi peningkatan kualitas Bahan Asal Hewan
(BAH), khususnya upaya untuk meningkatkan status Halal, Aman, Utuh dan Sehat (HAUS)
dari Produk Pangan Asal Hewan (PPAH) melalui Sistem Jaminan Mutu Keamanan Pangan
serta meningkatkan kualitas dan kesehatan Produk Hewan Non Pangan (PHNP).
Penjabaran dari kegiatan pembinaan kesehatan hewan dan kesmavet di Jawa Barat
adalah :
1. Pembinaan Kesehatan Hewan :
A. Prioritas pertama adalah pengendalian PHMS yang meliputi :
a. Pengendalian AI pada unggas;
b. Pemberantasan Rabies pada Hewan Penular Rabies (HPR) anjing, kucing,
kera/monyet dan hewan sebangsanya (tikus, kelelawar, musang, dll.);
c. Pencegahan Anthrax pada hewan khususnya ternak ruminansia;
d. Pengendalian Brucellosis pada ternak sapi perah.
B. Prioritas kedua merupakan kegiatan untuk mengantisipasi timbulnya wabah
penyakit baru dan mengendalikan penyakit yang sudah ada tetapi tidak
memberikan dampak yang luas :
a. Pengamatan penyakit parasiter;
b. Pengawasan kesehatan hewan di breeding farm, feedlotter maupun pada
ternak qurban;
c. Pengamatan penyakit Infectiouse Bovine Rhinotracheitis.
C. Prioritas ketiga merupakan kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan hewan :
a. Pembinaan pelayanan kesehatan hewan di lokasi pengembangan ternak sapi
potong, sapi perah, domba, kambing dan unggas;
b. Pembinaan penanganan gangguan reproduksi pada ternak sapi potong;
c. Pengawasan obat hewan.
2. Pembinaan Kesmavet yang diprioritaskan pada fasilitasi penerapan keamanan PPAH :
A. Pengendalian zoonosis dan penerapan kesejahteraan hewan (kesrawan) pada unit
PAH terutama di Rumah Potong Hewan (RPH), Rumah Potong Unggas
(RPU)/Tempat Pemotongan Unggas (TPU) atau RPU Skala Kecil (RPU-SK);
B. Pembinaan penerapan higiene sanitasi dan Nomor Kontrol Veteriner (NKV) pada
Unit PAH;

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 94


Seluruh aktifitas tersebut diatas tercakup dalam 3 (tiga) kegiatan utama yaitu Kegiatan
Pengamatan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan, Kegiatan Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Hewan serta Kegiatan Kesmavet.

6.1. PENGAMATAN PENYAKIT DAN PENGAWASAN OBAT HEWAN


1. Situasi Penyakit Hewan Menular
Berdasarkan laporan kasus penyakit serta dara surveilans yang dilakukan
oleh Balai Penyidikan dan Pengujian (BPPV) Subang, BP3HK Cikole dan
Laboratorium Keswan Losari serta Karantina, pada tahun 2012 di Jawa Barat
tercatat muncul 6 jenis penyakit hewan menular. Secara umum dibandingkan
dengan keadaan pada tahun 2011 :
A. Tetap dapat dipertahankannya kasus nol positif anthrax pada hewan
B. Munculnya satu (1) kasus positif rabies pada hewan
C. Peningkatan kasus AI karena munculnya wabah AI pada itik.
Hal yang harus diwaspadai adalah meningkatnya spesimen positif
Brucellosis dan ditemukannya titer antibodi positif terhadap penyakit IBR, BVD
dan EBL pada ternak ruminansia.
Situasi penyakit hewan menular di Jawa Barat Tahun 2012 dapat dilihat
pada lampiran ....

2. Pengawasan Kesehatan Hewan di Breeding Farm


Semua perusahaan pembibitan (breeder) ayam petelur atau ayam pedaging
wajib menyelenggarakan pengujian penyakit pullorum sesuai Surat Keputusan
Direktur Jenderal Peternakan Nomor 26/TN 530/Kpts/ DJP/Deptan/86 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengujian Penyakit Pullorum,
Pada tahun 2012 BP3HK Cikole melaksanakan pengujian pullorum pada
1.628.910 ekor ayam ras dari 41 unit farm di Kab. Purwakarta, Subang, Bandung
Barat, Garut dan Majalengka dengan hasil negatif.
Pada tahun 2012 di Jawa Barat sekurang-kurangnya terdapat 119 unit
breeding farm tersebar di 104 kelurahan/desa, 55 kecamatan dan 14
kabupaten/kota. Kabupaten Majalengka, Indramayu, Kuningan dan Ciamis
merupakan daerah baru untuk pengembangan unit-unit farm dari breeding farm.
Unit Farm dari Breeding Farm di Jawa Barat tahun 2012 seperti terlihat
pada Lampiran.....

3. Pengawasan Lalu Lintas Hewan

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 95


Pengawasan lalu lintas dilakukan sejak proses perizinan sampai pada
pemeriksaan di lapangan. Sesuai dengan kewenangannya, pada tahun 2012 Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan berapa perizinan yaitu :
A. SKKH untuk pengeluaran burung kucer dari Kota Bandung ke Banjarmasin
sebanyak 2 ekor.
B. SKKH untuk pengeluaran burung anis merah dari Kota Bandung ke
Banjarmasin sebanyak 1 ekor.
C. SKKH untuk pengeluaran burung kenari dari Kota Bandung ke
Gunungsitoli Nias sebanyak 20 ekor.
D. SKKH untuk pengeluaran kucing dari Kota Bandung ke Tapanuli Utara
sebanyak 1 ekor.
E. SKKH untuk pengeluaran kucing persia dari Kota Bandung ke Pangkalan
Bun Kalimatan Tengah sebanyak 1 ekor.
F. SKKH untuk pengeluaran 3.728.838 ekor DOC PS/GPS terdiri dari
3.256.680 ekor DOC betina dan 473.158 ekor DOC jantan.
DOC tersebut dikirim ke luar Provinsi Jawa Barat (Jawa Timur, Bali,
Lampung, Sumatera Utara, NTT, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan dan Papua) dengan perincian sebagaimana terlihat pada
Lampiran 2 Pengiriman GPS/PS Broiler dan Layer ke Luar Provinsi Jawa
Barat tahun 2011 (Berdasarkan daerah Tujuan) dan Lampiran 3 Pengiriman
GPS/PS Broiler dan Layer ke Luar Provinsi Jawa Barat tahun 2011
(Berdasarkan Bulan )

Pengawasan lalu lintas hewan dari, ke atau melalui Jawa Barat dilakukan di
daerah perbatasan dengan provinsi lain. Saat ini Jawa Barat memiliki 3 pos
pemeriksaan kesehatan hewan (check point) di perbatasan antarprovinsi yaitu :
A. Check Point Losari di Kab Cirebon yang berbatasan dengan Provinsi Jawa
Tengah bagian utara;
B. Check Point Banjar di Kota Banjar yang berbatasan dengan Provinsi Jawa
Tengah bagian selatan;
C. Check Point Gunung Sindur di Kec. Gunung Sindur Kab Bogor dimana
sampai saat ini masih dalam tahap sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku
usaha peternakan.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 96


4. Pengawasan Penyakit pada Hewan Qurban
Pengawasan kesehatan hewan qurban dilaksanakan dalam upaya menjamin
ketenteraman umat Islam yang akan menyelenggarakan ibadah qurban agar ternak
yang akan disembelih memenuhi syarat sesuai dengan syariat agama Islam.
Ternak yang akan dijadikan sebagai hewan qurban disamping sehat juga tidak
cacat, cukup umur, tidak kurus dan jantan yang tidak dikebiri. Penentuan sehat ini
pun harus didasarkan atas rekomendasi dan pemeriksaan kesehatan dari dokter
hewan atau paramedis kesehatan hewan. Mengingat Jawa Barat merupakan
daerah Anthrax dan kasus Anthrax pada tahun sebelumnya muncul menjelang
Idhul Adha maka kewaspadaan harus terus ditingkatkan.
Hari Raya Qurban 1433 H jatuh pada tanggal 26 Oktober 2012.
Berdasarkan hal tersebut diatas dilaksanakan kegiatan pengawasan kesehatan
hewan qurban 1 minggu sebelum dan sesudah hari H. Ada pun rincian kegiatan
pemeriksaan kesehatan hewan qurban bersumber APBD Prov. T.A. 2012 adalah
sebagai berikut :
A. Persiapan kegiatan berupa pengadaan dan distribusi bahan sosialisasi (2.000
ekspl leaflet) dan tanda sehat hewan qurban (8.000 ekspl);
B. Kegiatan Pencanangan Pemeriksaan Kesehatan Hewan Qurban Tingkat
Provinsi Jawa Barat Tahun 2012/1433 H pada tanggal 16 Oktober 2012
dilaksanakan di halaman Gedung Pakuan, dipimpin langsung oleh Gubernur
Jawa Barat. Acara ini dihadiri oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Hewan
Qurban (TPHQ) yang berasal dari :
a. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat;
b. Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bandung;
c. Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bandung Barat;
d. Dinas Pertanian Kota Bandung;
e. Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, Perdagangan dan Pertanian
Kota Cimahi;
f. Dinas Peternakan Kabupaten Subang
g. PDHI Cabang Jawa Barat I.
C. Selesai melaksanakan kegiatan tersebut, tim dari Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat bersama-sama dengan tim lainnya melaksanakan pengawasan
kesehatan hewan qurban ke kabupaten/kota, termasuk ke Kota Bandung.
Hasil pemeriksaan kesehatan hewan qurban adalah sebagai berikut :

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 97


a. Pemeriksaan hewan qurban dilakukan terhadap 284.081 ekor terdiri
dari 70.433 ekor sapi, 803 ekor kerbau, 140.177 ekor domba dan
72.668 ekor kambing;
b. Secara umum jumlah hewan qurban pada tahun 1433 H relatif lebih
tinggi 4,1 % dibandingkan dengan kondisi 1432 H;
c. Tidak ditemukan tanda-tanda penyakit hewan menular. Hanya
ditemukan ternak qurban yang menderita penyakit individual atau
cacat serta yang belum layak dijadikan hewan qurban karena umur
muda;
d. Arus lalu lintas ternak qurban adalah dari arah timur (Tasikmalaya,
Garut, Ciamis, Sumedang dan Jawa Tengah) ke arah barat (Bandung,
Bogor). Kecil kemungkinan terjadi arus lalu lintas ternak dari daerah
Bogor (daerah anthrax) ke arah Priangan. Namun pada umumnya
persyaratan administrasi berupa SKKH dari daerah asal belum
dipenuhi oleh para pedagang ternak.

Tabel 6.1. Pemeriksaan hewan Qurban Di Jawa Barat Tahun 2012


(1433H)
Antemortem
No Kabupaten / Kota Jumlah Hewan Qurban (ekor)
Sapi Kerbau Domba Kambing Jumlah
1 Bogor 3.335 164 6.899 16.032 26.430
2 Kota Bogor 1.678 - 4.380 178 6.236
3 Kota Depok 10.883 55 4.851 18.442 34.231
4 Sukabumi -
5 Kota Sukabumi 1.470 5 2.256 50 3.781
6 Cianjur 329 7 405 117 858
7 Bekasi 4.171 6.276 7.960 18.407
8 Kota Bekasi 5.145 3 1.525 18.504 25.177
9 Purwakarta 3.637 169 12.090 489 16.385
10 Subang 2.500 12.500 15.000
11 Karawang 2.287 23 10.797 350 13.457
12 Cirebon 2.061 6.589 908 9.558
13 Kota Cirebon 220 2.780 40 3.040
14 Majalengka 1.133 1 8.338 85 9.557
15 Kuningan -
16 Indramayu 111 729 9 849
17 Bandung 10.483 - 8.313 - 18.796
18 Bandung Barat 2.113 7.373 18 9.504
19 Kota Bandung 4.111 21.108 25.219
20 Kota Cimahi 537 3.978 4.515

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 98


Antemortem
No Kabupaten / Kota Jumlah Hewan Qurban (ekor)
Sapi Kerbau Domba Kambing Jumlah
21 Sumedang 222 9.811 981 11.014
22 Garut 5.225 287 8.065 222 13.799
23 Tasikmalaya 5.366 89 86 7.871 13.412
24 KotaTasikmalaya 1.543 103 1.646
25 .iamis 1.263 - 305 412 1.980
26 Kota Banjar 610 620 1.230
JUMLAH 70.433 803 140.177 72.668 284.081

Tabel 6.2. Perbandingan Jumlah Hewan Qurban di Jawa Barat pada Tahun
2008 s.d 2012 (1429-1433 H)
Hewan Jumlah (ekor) Perbandingan
No
Qurban 2008 2009 2010 2011 2012 2011/2012
1. Sapi 24.010 26.812 38.280 48.568 70.433
2. Kerbau 535 301 513 654 803
Naik 4,1
3. Domba 135.845 154.763 177.947 176.269 140.177
%
4. Kambing 60.178 61.037 39.088 49.391 72.668
JUMLAH Ekor 220.568 242.612 255.828 274.882 284081

5. Pengamatan Rabies
Setelah sempat dinyatakan sebagai daerah bebas Rabies melalui Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 566/Kpts/PD.640/10/2004 tanggal
6 Oktober 2004 tentang Pernyataan Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat
Bebas dari Penyakit Anjing Gila (Rabies). Namun kasus positif rabies pada
anjing muncul kembali di Jawa Barat pada tahun 2005 (1 kasus), 2006 (3 kasus),
2007 (6 kasus), 2008 (6 kasus), 2009 ( 2 kasus), 2010 ( 1 kasus) dan 2012 ( 1
kasus) yang terjadi di Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan
Kota Sukabumi. Hasil surveilans Rabies yang dilakukan oleh BPPV Subang
adalah sebagaimana tabel berikut :

Tabel 6.3. Hasil Pengujian Titer Antibodi Rabies oleh BPPV Subang
Tahun 2012
Serologis Rabies
No. Kab./Kota
Jumlah Sampel Sero Positif
1 Kota Cirebon 1 -

2 Kota Bandung 1 1

3 Kab. Garut 105 2

4 Kab. Tasikmalaya 174 124

6 Kab. Bandung Barat 54 25

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 99


7 Kab. Sukabumi 206 103

8 Kab. Bandung 85 62

9 Kab. Cirebon 1 -

10 Kota Tasikmalaya 24 20

JUMLAH 651 337

Dari 651 sampel yang diuji , 337 (51,77 %) sampel diantaranya menujukkan titer
positif rabies.

Tabel 6.4. Hasil Pengujian Fluoresent Antibodi Technique (FAT)


Rabies oleh BPPV Subang Tahun 2012
FAT Rabies
No. Kab./Kota
Jumlah Sampel Positif
1 Kab. Garut 17 1
2 Kab. Tasikmalaya 18 0
3 Kab. Bandung Barat 5 0
4 Kab. Sukabumi 20 0
5 Kota Tasikmalaya 2 0
JUMLAH 62 1

Dari Uji FAT yang dilakukan terhadap 61 ekor anjing dari 5 (lima) kab/kota,
diperoleh hasil 1 (satu) sampel positif FAT dan 61 sampel negtif FAT.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 100


6. Pengamatan Anthrax
Daerah tertular anthrax atau daerah endemis anthrax di Jawa Barat sejak
tahun 1950 sampai 2008 setidak-tidaknya terjadi 97 kasus anthrax di 9
kabupaten/kota, 47 kecamatan dan 85 kelurahan/desa. Pada tahun 2009, 2010,
2011 dan 2012 tidak dilaporkan kasus anthrax pada hewan.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh BPPV Subang dan BP3HK Cikole
pada Tahun 2012 dari 10 sampel tanah yang diuji satu (1) sampel menunjukkan
hasil positif Anthrax, dan dari 2 sampel swab ternak menunjukkan hasil negatif,
sedang 809 sampel darah yang diuji 187 sampel menunjukkan titer positif.
Pengujian Anthrax yang dilaksanakan adalah sebagaimana tabel berikut :

Tabel 6.5. Hasil Pengujian Spesimen Anthrax Tahun 2012


Uji Elisa
No Kab/Kota Jenis Sampel Jml Hasil
Sampel Positif
1. Kota Depok Tanah 10 1
Darah Hewan 88 47
2. Kota Bandung Darah Hewan 19 0
3. Subang Darah Hewan 229 61
4. Garut Darah Hewan 85 0
5. Majalengka swab 2 0
6. Bogor Darah Hewan 132 25
7. Bandung Barat Darah Hewan 194 0
8. Bandung Darah Hewan 62 54
Jumlah 821 188

7. Pengamatan Brucellosis
Pengujian Brucellosis di Pulau Jawa dilakukan pada sapi perah, sapi potong,
kerbau, kambing, dan domba. Namun berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan, diperoleh hasil bahwa kasus Brucellosis di Jawa Barat masih terbatas
pada ternak sapi perah. Hasil pengujian brucellosis pada tahun 2012 yang
dilakukan oleh BPPV Subang, BP3HK Cikole, Lab Keswan Tipe C Kab.
Tasikmalaya, dan Bbalitvet Bogor adalah sebagai berikut :
A. Dari 8.818 spesimen darah sapi perah yang diuji , sebanyak 342 sampel
(3,88 %) positif RBT; dan dari 520 sampel yang diuji elisa sebanyak 144
(27,69 %) menunjukan hasil positif serta dari 86 sampel yang diuji CFT 62
(72,09%) menunjukan positif Brucellosis

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 101


B. Dari 11.433 sampel darah sapi potong yang diuji, sebanyak 16 sampel (0,14
%) positif RBT; dan dari 67 sampel yang diuji Elisa tidak ditemukan hasil
positif
C. Dari 453 spesimen darah kerbau yang diuji, tidak ditemukan hasil positif
RBT,
D. Dari 419 sampel darah kambing dan domba yang diuji RBT 1 sampel
(0,24%) menunjukkan hasil positif dan 1 sampel yang diuji elisa
menunjukan hasil negatif.

Tabel 6.6. Hasil Pengujian Brucellosis Pada Sapi Perah Di Jawa Barat
Tahun 2012
Hasil Pengujian
Rbt Elisa Cft
No Kab./Kota
Jumlah Jumlah Jumlah
Positif Positif Positif
Sampel Sampel Sampel
1. Kab. Tasikmalaya 246 11 - - 22 9
2. Kab. Bekasi - - - - - -
3. Kab. Cianjur 663 13 5 0 2 2
4. Kab. Cirebon - 0 6 2 - -
5. Kab. Sukabumi 499 13 - - 2 2
6. Kab. Kuningan 551 0 - - - -
7. Kab. Bandung Barat 1.705 150 400 110 26 18
8. Kab. Subang 294 9 - - - -
9. Kab. Sumedang 2.447 42 82 5 13 13
10. Kab. Bandung 1.203 36 1 1 - -
11. Kab. Garut 806 8 - - 6 6
12. Kab. Majalengka 5 0 - - - -
13. Kab. Bogor 249 45 26 26 - -
14. Kota Bogor 150 15 - - 15 12
JUMLAH 8.818 342 520 144 86 62

Tabel 6.7. Hasil Pengujian Brucellosis Pada Sapi Potong di Jawa Barat
Tahun 2012
Pengujian
RBT ELISA CFT
No. Kab./Kota
Jumlah Jumlah Jumlah
Positif Positif Positif
Sampel Sampel Sampel
1 Kab. Tasikmalaya 103 0 0 0 0 0
2 Kab. Bekasi 101 0 0 0 0 0
3 Kab. Cianjur 93 0 0 0 0 0
5 Kab. Sukabumi 33 0 0 0 0 0
6 Kab. Karawang 134 0 0 0 0 0

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 102


Pengujian
RBT ELISA CFT
No. Kab./Kota
Jumlah Jumlah Jumlah
Positif Positif Positif
Sampel Sampel Sampel
7 Kab. Kuningan 100 0 0 0 0 0
8 Kab. Ciamis 191 0 0 0 0 0
9 Bandung Barat 659 0 1 0 0 0
10 Kab. Purwakarta 7.411 0 0 0 0 0
11 Kab. Subang 729 0 0 0 0 0
12 Kab. Sumedang 908 14 2 0 0 0
13 Kab. Indramayu 150 0 0 0 0 0
14 Kab. Bandung 254 2 62 0 0 0
15 Kab. Garut 40 0 2 0 0 0
16 Kab. Majalengka 142 0 0 0 0 0
17 Kab. Bogor 250 0 0 0 0 0
18 Kota Depok 135 0 0 0 0 0
Jumlah 11.433 16 67 0 0 0

Tabel 6.8. Hasil Pengujian Brucellosis Pada Domba dan Kambing


di Jawa Barat Tahun 2012
Hasil Pengujian
RBT ELISA CFT
No. Kab./Kota
Jumlah Positif Jumlah Positif Jumlah Positif
Sampel Sampel Sampel
1 Bandung Barat 27 1 1 0 0 0
2 Kab. Subang 130 0 0 0 0 0
3 Kab. Sumedang 33 0 0 0 0 0
4 Kab. Indramayu 92 0 0 0 0 0
5 Kab. Bandung 45 0 0 0 0 0
6 Kab. Bogor 92 0 0 0 0 0
Jumlah 419 1 1 0 0 0

Tabel 6.9. Hasil Pengujian Brucellosis Pada Kerbau Di Jawa Barat


Tahun 2012
Hasil Pengujian
RBT ELISA CFT
No. Kab./Kota
Jumlah Jumlah Jumlah
Positif Positif Positif
Sampel Sampel Sampel
1. Kab. Purwakarta 431 0 - - - -
2. Kab. Subang 22 0 - - - -
Jumlah 453 0 0 0 0 0

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 103


8. Pengamatan Avian Influenza.
Kasus kematian unggas akibat AI terjadi sejak akhir tahun 2003. Sejak
saat itu Jawa Barat berstatus sebagai provinsi tertular AI.
Pada tahun 2012 terjadi kenaikan kasus AI pada unggas dari 65 kasus pada
tahun 2011 menjadi 76 kasus pada tahun 2012 dan kenaikan daerah sebaran
kasus dari 18 kabupaten/kota 53 kecamatan dan 65 desa/ kelurahan menjadi 17
kab/kota, 59 kecamatan dan 75 desa/kelurahan. Namun terjadi kenaikan jumlah
kematian unggas dari 35.308 ekor pada tahun 2010 menjadi 6.493 ekor tahun
2012

Tabel 6.10. Kasus AI di Jawa Barat dari Tahun 2007- 2012


Jumlah Kasus
No. Bulan Kasus Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah Kasus AI 344 170 199 141 65 76
2 Kematian Ternak 48.931 10.292 5.528 13.145 35.308 6.493
3 Kab/Kota Tertular 21 24 21 22 18 17
4 Kecamatan Tertular 198 107 59 119 53 59
5 Desa/Kelurahan Tertular 301 157 73 193 65 73

9. Pengamatan IBR dan BVD


Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) dan Bovine Viral Diarhea
(BVD) termasuk ke dalam klasifikasi PHMS yang menjadi prioritas pengendalian
di Indonesia. Sampai saat ini belum dilaporkan munculnya IBR secara klinis dan
tidak ada laporan perlakuan vaksinasi. Namun hasil uji titer antibodi terhadap
IBR yang dilakukan oleh BPPV Subang dan BP3HK Cikole pada ternak sapi
perah dan sapi potong menunjukan hasil sebanyak 314 spesimen atau 16,68 %
dari 1.882 ekor menunjukan sero positif titer antibodi. Berkaitan dengan hasil
tersebut perlu kewaspadaan yang tinggi serta perlu ditindaklanjuti dengan
surveilans yang lebih mendalam.

Tabel 6.11. Pengujian IBR pada Ternak Sapi di Jawa Barat Tahun 2012
Sapi Perah Sapi Potong Total
No. Kabupaten
Positif Negatif Positif Negatif Jml Spl Positif
1 Bandung Barat 132 4 132 4
2 Bogor 169 46 39 7 208 53
3 Ciamis 134 17 134 17
4 Garut 139 17 139 17
5 Kuningan 184 7 56 0 240 7
6 Purwakarta 130 22 130 22

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 104


Sapi Perah Sapi Potong Total
No. Kabupaten
Positif Negatif Positif Negatif Jml Spl Positif
7 Sukabumi 240 64 240 64
8 Sumedang 134 18 3 3 137 21
9 Bandung 96 44 1 0 97 44
10 Karawang 44 35 44 35
11 Cirebon 42 8 42 8
12 Indramayu 42 0 42 0
13 Subang 40 4 8 0 48 4
14 Cianjur 44 2 44 2
15 Kota Bogor 47 10 47 10
16 Depok 4 - 4 0
17 Tasikmalaya 154 6 154 6
Jumlah 1493 255 389 59 1882 314

Hasil pengujian terhadap penyakit BVD yang dilakukan oleh BPPV Subang
dari 564 sampel yang diuji, 349 sampel (61,88 %) menunjukkan titer positif
antibodi terhadap BVD.

Tabel 6.12. Hasil Pengujian Titer Antibodi Terhadap BVD Tahun 2012
Elisa BVD
No. Kab./Kota
Jumlah Sampel Positif
1 Kab. Garut 37 37
2 Kab. Sumedang 31 21
3. Kab. Bandung Barat 62 46
4 Kab. Sukabumi 99 60
5 Kab. Bogor 83 58
6 Kab. Kuningan 77 19
7 Kab. Bandung 47 31
8 Kab. Cirebon 31 -
9 Kab. Cianjur 31 19
10 Kab. Subang 35 34
11 Kota Bogor 31 24
JUMLAH 564 349

10. Pengawasan Obat Hewan


Pengawasan obat hewan di Jawa Barat fokuskan pada tertib administrasi
dan tertib teknis perijinan obat hewan serta tertib teknis penggunaan obat hewan
di lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pengawas Obat Hewan. Pada tahun
2012 terjadi pengurangan 1 orang pengawasan obat hewan dari Kab. Sumedang
dan 1 orang pengawas obat hewan dari provinsi karena memasuki masa pensiun.
Sehingga jumlah Pengawas Obat Hewan menjadi 41 orang.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 105


Tabel 6.13. Pengawas Obat Hewan di Jawa Barat Tahun 2012
Peserta Pelatihan
No Kabupaten/Kota Jumlah
Nama
(orang)
Drh. Winda SR
1. Sukabumi 3 Drh. Asep Kurnadi
Drh. Budiana Eka Prasetya
2. Kota Sukabumi 1 Drh. Riki Barata
3. Kota Depok 1 Drh. Nurtantio
4. Cianjur 1 Drh. Devi Yanti Sari
5. Bekasi 2 Drh. Asep Adjit
Drh. Dwiyan Sugiharto
6. Purwakarta 2 Drh. Sri Wuryasturati
Drh. Ari Citra Utami JM
7. Karawang 1 Drh. Sri Hardiati
8. Kota Cirebon 1 Drh. Dyah Komala Laksmiwati
9. Kuningan 1 Drh. Rofiq
10. Bandung 1 Drh. Euis Rohayani
Drh. Suhendra
11. Bandung Barat 2
Drh.Doni Setiawan
Drh. Seno Prihandoko
12. Sumedang 2
Drh. Lia Indrawati
13. Tasikmalaya 2 Drh. Idik Abdullah
Drh. Fifit
14. Ciamis 1 Drh. Asri Kurnia
15. Kota Bogor 1 Drh. Bambang Arif Mukti
16. Kota Tasikmalaya 1 Drh. Rini
17. Bogor 2 Drh. Soetrisno
Drh. Hardiwan
18. Kota Bekasi 1 Drh. Satia
19. Garut 1 Drh. Dyah Savitri
20. Cirebon 1 Drh. Didi Syamsulhasi
21. Kota Bandung 2 Drh. Liesmiarsih
Drh. Heni Mulyani
22. Subang 1 Drh. Agus Sugama
23. Majalengka 1 Drh. Hari Iman S
24. Kota Banjar 1 Drh. Aswin Buhedi
Drh. Endang P
Drh. Indriantari
Drh. Arif Hidayat
Drh. Budhy Surjaprijadhy
25. Provinsi Jawa Barat 9
Drh. Supriyanto
Drh. Nani Hendrayani
Drh. Iin Indahsari
Drh. Kustini
Jumlah 41

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 106


Berkaitan dengan pengawasan obat hewan, telah dikeluarkan rekomendasi
ijin usaha obat hewan sebagaimana tabel berikut :

Tabel 6.14. Rekomendasi Ijin Bidang Obat Hewan Tahun 2012


No Nama Perusahaan Alamat Kantor Alamat Pabrik/Gudang
1. PT. VAKSINDO SATWA Graha Darya Varia Jl. Pembangunan II
NUSANTARA Jl. Melawai Raya Nomor 93 Desa Cicadas, Kec.
(distributor) Kebayoran Baru, Jakarta Gunung Putri
Selatan Kab. Bogor 16964
Telp. 021-7257981 Telp. 021-8670414
Faks. 021-7257980 Faks. 021-8672501

2. PT. FARMA SEVAKA Kompleks Plaza Niaga I Kompleks Plaza Niaga I


NUSANTARA Blok A No. 38, Sentul City Blok A No. 38, Sentul City
( importir dan distributor) Bogor Bogor

Tabel 6.15. Pelaku Usaha Obat Hewan di Kabupaten/Kota Tahun 2012


Usaha Obat Hewan (unit)
No Kabupaten/Kota
P PED PID PD I ID D PP PS TO Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Kab Bogor 4 4 3 5 3 4 6 30
2. Kota Bogor 3 3 6
3. Kota Depok 3 3
4. Kab Sukabumi 1 6 7
5. Kota Sukabumi 3 3
6. Cianjur 1 3 4
7. Kab Bekasi 2 4 2 1 3 12
8. Kota Bekasi 2 1 2 5
9. Purwakarta 4 4
10. Subang 1 10 11
11. Karawang 1 2 3
12. Kab Cirebon 2 3 5
13. Kota Cirebon 3 3
14. Majalengka 3 3
15. Kuningan 4 4
16. Indramayu 4 4
17. Kab Bandung 1 8 9
18. Kab Bandung Barat 2 1 8 11
19. Kota Bandung 2 4 11 5 22
20. Kota Cimahi 1 6 7
21. Sumedang 7 7
22. Garut 7 7
23. Kab Tasikmalaya 15 15
24. Kota Tasikmalaya 1 2 3
25. Ciamis 15 15
26. Kota Banjar 2 2
Jumlah 17 10 3 3 0 8 17 1 6 137 204
P, Produsen;
PED, Produsen merangkap Eksportir dan Distributor;
PID, Produsen merangkap Importir dan Distributor;
PD, Produsen merangkap Distributor;
I, Importir;
ID, Importir merangkap Distributor;

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 107


D, Distributor;
PP, Pencampuran obat dalam pakan ternak
PS, Popultry Shop;
TO, toko obat hewan.

6.2. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN.


Prioritas utama pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan adalah terhadap
Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) di Jawa Barat yaitu Avian Influenza,
Rabies, Anthrax dan Brucellosis. Serta prioritas kedua adalah pengendalian gangguan
reproduksi, pengendalian parasiter dan kematian pedet yang dilaksanakan dalam rangka
peningkatan produksi dan produktifitas ternak mendukung pencapaian swasembada
daging sapi tahun 2014.
1. Pengendalian Avian Influenza.
Kegiatan pengendalian AI telah dilaksanakan berkesinambungan sejak
tahun 2004 yang didasarkan pada :
A. Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penanganan dan
Pengendalian Virus Flu Burung (Avian Influenza);
B. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2007 tentang Intensifikasi
Penanganan dan Pengendalian Virus Flu Burung;
C. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443.05/Kep.678-Yansos/2010
tentang Tim Koordinasi Pengendalian Penyakit Menular.
D. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443/Kep.449-yansos/2012tentang
Komisi Pengendalian Zoonosis

Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan


Nomor 17/Kpts/PD.640/F/02/04 tentang Pedoman Pencegahan, Pengendalian dan
Pemberantasan Penyakit Hewan Menular Influenza pada Unggas, sampai saat ini
telah dilaksanakan 9 langkah penanggulangan AI :
A. Peningkatan penerapan biosekuriti dengan kegiatan utama higien personal,
sanitasi dan desinfeksi
B. Vaksinasi pada unggas.
C. Depopulasi (pemusnahan unggas secara terbatas dalam satu flock).
D. Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas dan limbah peternakan
unggas
E. Surveilans dan penelusuran penyakit (tracing back)

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 108


F. Pengisian kandang kembali (restocking) dengan fokus kegiatan sanitasi dan
desinfeksi kandang
G. Stamping out (pemusnahan unggas secara menyeluruh) di daerah tertular
baru.
H. Peningkatan kesadaran masyarakat (public awarness) melalui kegiatan
sosialisasi melalui penyuluhan dan penyebaran leaflet, poster, dll.
I. Monitoring dan Evaluasi.

Sembilan (9) langkah pengendalian AI ini kemudian disempurnakan


menjadi 8, yaitu :
A. Peraturan Perundangan
B. Public Awareness
C. Biosekuriti (di farm dan rantai pemasaran unggas)
D. Depopulasi (secara terbatas di daerah endemis, stamping out di daerah
bebas)
E. Surveilans (Partisipatif, Prevalensi, Pembebasan dan monitoring dinamika
virus)
F. Pengawasan lalu lintas
G. Vaksinasiyang dilaksanakan secara tertarget.
H. Restrukturisasi perunggasan

Implementasi kegiatan pengendalian AI pada unggas di Jawa Barat tahun


2012 adalah sebagai berikut :
A. Penyebaran Sarana sosialisasi berupa leaflet sebanyak 5.000 lembar yang
didistribusikan ke kabupaten/kota di Jawa Barat.
B. Penyediaan vaksin Avian Influenza dan desinfektan melalui anggaran
APBD Provinsi dan APBN, dengan distribusi sebagaimana dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 6.16. Alokasi distribusi vaksin Avian Influenza (di Jawa Barat)
tahun 2012
Jumlah Vaksin
No. Kabupaten
(Dosis)
1 Kab. Sukabumi 45.000
2 Kota Sukabumi 10.000
3 Kab. Cianjur 60.000
4 Kab. Garut 45.000
5 Kab. Tasikmalaya 50.000
6 Kab. Subang 30.000

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 109


Jumlah Vaksin
No. Kabupaten
(Dosis)
7 Kab. Majalengka 25.000
8 Kab.Kuningan 35.000
9 Kab.Bandung 40.000
10 Kota Bandung 10.000
11 Kota Cimahi 10.000
12 Kab. Sumedang 35.000
13 Kota Tasikmalaya 10.000
14 Kab Ciamis 45.000
15 Kota Banjar 10.000
16 Kab.Bogor 25.000
17 Kota Bogor 10.000
18 Kota Depok 10.000
19 Kab. Bekasi 35.000
20 Kota Bekasi 10.000
21 Kab. Purwakarta 35.000
22 Kab.Karawang 25.000
23 Kab. Cirebon 25.000
24 Kota Cirebon 10.000
25 Kab. Indramayu 35.000
26 Provinsi 20.000
Total 700.000
Sisa 20.000

Tabel 6.17. Alokasi distribusi desinfektan (di Jawa Barat) tahun 2012
Jumlah Desinfektan
No. Kabupaten
(Liter)
1 Kab. Sukabumi 75
2 Kota Sukabumi 30
3 Kab. Cianjur 50
4 Kab. Garut 50
5 Kab. Tasikmalaya 75
6 Kab. Subang 50
7 Kab. Majalengka 57
8 Kab.Kuningan 75
9 Kab.Bandung 60
10 Kota Bandung 50
11 Kota Cimahi 25
12 Kab. Sumedang 50
13 Kota Tasikmalaya 30
14 Kab Ciamis 75
15 Kota Banjar 30
16 Kab.Bogor 25
17 Kota Bogor 25
18 Kota Depok 25
19 Kab. Bekasi 50
20 Kota Bekasi 25
21 Kab. Purwakarta 50

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 110


Jumlah Desinfektan
No. Kabupaten
(Liter)
22 Kab.Karawang 50
23 Kab. Cirebon 50
24 Kota Cirebon 25
25 Kab. Indramayu 50
26 Kab. Bandung Barat 25
27 Provinsi 18
Total 1200
Sisa 18

Tabel 6.18. Hasil Pelaksanaan Vaksinasi Avian Influenza di Jawa Barat


tahun 2012 (Ekor)
Hasil Vaksinasi
No. Kab/Kota Ayam Ayam Itik/
Burung Puyuh
Ras Buras Entog
1. Kota Depok 4.399 436 120
2. Kota Bekasi 11.132 7.414 3.638 905 26.008
3. Kab. Bekasi 15.451 3.849 1.800
4. Kab. Karawang * 85.793 12.306 901
5. Kab. Subang 111.773 99.058 77
6. Kota Cimahi 24.950 6.156 7.434
7. Kab. Sumedang 104.239 4.707 4
8. Kota Tasikmalaya 207.098
9. Kab. Ciamis * 25.000 7.400
10. Kab. Majalengka 42.291 14.701 2.069 9.380
11. Kab. Indramayu 13.430 60 200 40
12. Kab. Cirebon 150.401
Jumlah 91.853 733.679 132.419 18.861 27.808
*Tidak melaksanakan vaksinasi

2. Pemberantasan Rabies.
Dengan munculnya kasus rabies di Kabupaten Garut pada bulan November
2012 menyebabkan Jawa Barat Bebas Rabies menuju Pulau Jawa Bebas
Rabies menjadi terhambat. Beberapa hambatan yang menyebabkan diantaranya
adalah masih rendahnya coverage vaksinasi terhadap HPR.
Situasi penyakit Rabies di Jawa Barat selama 12 tahun terakhir adalah
sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut :
Tahun Kabupaten
2001 Kota Sukabumi (1) dan Kab. Cinajur (1)
2002 Kab. Bandung (2 kasus)
2003 Nol Kasus
2004 Nol Kasus
2005 Kab. Garut (1 kasus)
2006 Kab. Tasikmlaya (1 kasus)

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 111


2007 Kota Sukabumi (1 kasus) dan Kab. Garut (5 kasus)
2008 Kab. Sukabumi (5 kasus) dan kab Cinajur (1 kasus)
2009 Kab. Garut (2 kasus)
2010 Kab. Sukabumi (1 kasus: Desa Calincing Kec. Tegalbuleud)
2011 Nol Kasus
2012 Kab. Garut (1 kasus; di Ds. Sinar Jaya Kec. Bungbulang dan Ds. Purbayani Kec.
Caringin)

Hasil surveilance Rabies yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan


FKH-UGM adalah sebagai berikut :
A. Virus rabies masih bersirkulasi ke Provinsi Jawa Barat.
B. Cakupan vaksinasi terhadap rabies masih cukup rendah yaitu 31,2%
sedangkan kekebalan kelompok secara keseluruhan (herd immunity) adalah
54,7% berasal dari HPR yang divaksinasi maupun yang tidak diketahui
sejarah vaksinasinya.
C. Faktor yang mendukung data hasil terbentuknya seropositif adalah data
cakupan vaksinasi Kabupaten Tasikmalaya, dan data seropositip pada anijng
dewasa lebih dari 1 tahun.
D. Faktor yang menghambat terbentuknya seropositif adalah vaksinasi terakhir
lebih dari 6 bulan.

Berdasarkan hasil diatas kiranya perlu tindak lanjut tindakan yang lebih
kongkrit dari seluruh jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
Fokus kegiatanpemberantasan rabies yang perlu ditingkatkan di Jawa Barat
adalah :
A. Intensifikasi Pengawasan HPR dan kasus-kasus penggigitan pada kegiatan
pemberantasan rabies di 5 daerah tertular atau berisiko tinggi yaitu
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut dan Kabupaten
Tasikmalaya serta Kota Sukabumi
B. Peningkatan kewaspadaan di 10 daerah terancam yaitu Kabupaten Subang,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Sumedang dan Ciamis serta Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota
Tasikmalaya dan Kota Banjar.
C. Pengamatan rabies dengan menginventarisir kasus-kasus penggigitan di 10
daerah bebas yaitu Kabupaten Bogor, Bekasi, Purwakarta, Karawang,
Cirebon dan Indramayu serta Kota Bogor, Depok, Bekasi dan Cirebon.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 112


D. Intensifikasi program vaksinasi rabies sehingga respon kebal optimum pada
populasi dapat mencapai lebih dari 70% baik di daerah tertular, terancam
maupun daerah yang sudah tidak ada kasus (bebas)

Pada tahun 2012 di Jawa Barat diperkirakan terdapat 125.114 ekor anjing
dengan perincian :
A. Di daerah tertular rabies (Kab Sukabumi, Cianjur, Garut dan Tasikmalaya
serta Kota Sukabumi), populasi anjing sebanyak 31.178 ekor terdiri dari
17.340 ekor anjing piara dan 14.838 ekor anjing liar/diliarkan.
B. Di daerah terancam rabies (Kab. Subang, Majalengka, Kuningan, Bandung,
Bandung Barat, Sumedang dan Ciamis serta Kota Bandung, Cimahi,
Tasikmalaya dan Banjar), populasi anjing sebanyak 75.039 ekor terdiri dari
48.254 ekor anjing piara dan 26.785 ekor anjing liar/diliarkan.
C. Di daerah bebas rabies, populasi anjing sebanyak 18.897 ekor terdiri dari
14.550 ekor anjing piara dan 4.347 ekor anjing liar/diliarkan.

Untuk tahun 2012 beberapa kegiatan pemberantasan rabies dilakukan


dengan cara :
A. Sosialisasi kepada masyarakat. melalui penyebaran leaflet sebanyak 3.000
lembar.
B. Fasilitasi sarana :
a. Penyediaan vaksin rabies sebanyak 22.500 dosis dengan perincian dari
APBN (20.000 dosis), dan beberapa kabupaten yang mengalokasikan
yang berasal dari APBD II (2.500 dosis).

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 113


Tabel 6.19. Penyediaan Vaksin Rabies (dalam dosis)
Alokasi Vaksin
No. Kab/Kota
APBD II APBD I APBN Jumlah
1 Kab. Sukabumi - - 2.000 2.000
2 Kota Sukabumi - - 1.500 1.500
3 Kab.Cianjur - - 3.000 3.000
4 Kab. Garut 500 - 2.000 2.500
5 Kab. Tasikmalaya - - 700 700
6 Kab. Subang - - 700 700
7 Kab.Majalengka - - 750 750
8 Kab.Kuningan - - 500 500
9 Kab. Bandung - - 2.000 2.00
10 Kab. Bandung Barat - - 750 750
11 Kota Bandung - - 600 600
12 Kota Cimahi - - 500 500
13 Kab. Sumedang - - 1.000 1.000
14 Kota Tasikmalaya - - 500 500
16 Kota Banjar - - 500 500
17 Kab. Bogor 2.000 - - 2.000
JUMLAH 2.500 - 20.000 17.500

b. Penyediaan strichnine sebanyak 11,5 kg berasal dari APBN (6 kg),


APBD I(5 kg) dan APBD II (0,5 kg).
c. Penyebaran Kartu vaksinasi HPR sebanyak 5.000 exp.

Hasil kegiatan pemberantasan rabies adalah sebagai berikut :


A. Realisasi vaksinasi rabies di Jawa Barat sebanyak 38.902 ekor yang
dilaksanakan di 26 kabupaten/kota
B. Realisasi eliminasi anjing liar/diliarkan di Jawa Barat sebesar 10.347 ekor
dilaporkan oleh 7 kabupaten/kota di Jawa Barat.

Tabel 6.20. Realisasi Vaksinasi dan Eliminasi di Kabupaten/Kota


di Jawa Barat
Realisasi Vaks Eliminasi
No Kabupaten/Kota
(Ekor) (Ekor)
1 Kab. Sukabumi 4.139 1.980
2 Kota Sukabumi 1.500 1.000
3 Kab. Cianjur 2.990 2.000
4 Kab. Garut 2.923 2.000
5 Kab. Tasikmalaya 6.882 394
6 Kab. Subang 526
7 Kab. Majalengka 750

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 114


Realisasi Vaks Eliminasi
No Kabupaten/Kota
(Ekor) (Ekor)
8 Kab. Kuningan 500
9 Kab. Bandung 1.750
10 Kab. Bandung Barat 1.500
11 Kota Bandung 600
12 Kota Cimahi 500
13 Kab. Sumedang 1.000
14 Kota Tasikmalaya 761
15 Kab. Ciamis 3.345 1.514
16 Kota Banjar 500
17 Kab. Bogor 2.209
18 Kota Bogor 1.003
19 Kota Depok 1.400
20 Kab. Bekasi 604
21 Kota Bekasi 547
22 Kab. Purwakarta 400
23 Kab. Karawang 400
24 Kab. Cirebon 1.459 1.459
25 Kota Cirebon 642
26 Kab. Indramayu 72
Jumlah 38.902 10.347

Berdasarkan kajian repon kebal Vaksinasi di Jawa Barat masih belum


optimal, masih di bawah 70% sehingga hal ini menyebabkan resiko yang
masih tinggi terhadap infeksi virus rabies.

3. Pencegahan Anthrax.
Berdasarkan situasi dan kondisi kejadian anthrax pada hewan dan manusia
dalam kurun waktu 1950 ~ 2008, maka ancaman terhadap penyakit anthrax akan
selalu ada.
Lokasi kejadian anthrax di Jawa Barat di 7 Kab./Kota Tahun 2012 dapat
dilihat pada lampiran ...
Dikarenakan sifat dan jenis dari bakteri penyebab Anthrax, maka suatu
daerah yang telah terjadi anthrax akan menjadi daerah endemis, yang mempunyai
ancaman terhadap kejadian anthrax di tahun-tahun berikutnya. Upaya yang dapat
dilakukan adalah melokalisir area, agar area endemis tidak meluas dan melakukan
tindak pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya anthrax pada hewan ternak
dan manusia.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 115


Tabel 6.21. Jumlah Daerah Tertular dan Terancam Anthrax di Jawa
Barat Tahun 1950 ~ 2007.
Jumlah Daerah Tertular
Kabupaten/ Jumlah
No Kelurahan/ Keterangan
Kota Kasus Kecamatan
Desa
1. Kab. Bogor 15 7 11 1965 ~ 2008
2. Kota Bogor 13 6 12 1971 ~ 2001
3. Kota Depok 3 2 3 1968 ~ 2006
4. Kab Bekasi 9 4 8 1983 ~ 1986
5. Kota Bekasi 1 1 1 1972
6. Kab. Purwakarta 23 10 18 1961 ~ 1999
7. Kab. Subang 14 5 14 1961 ~ 1965
8. Kab. Karawang 18 10 17 1950 ~ 1986
9. Kab. Bandung Barat 1 1 1 1973
Jumlah 97 46 85 1950 ~ 2008

Oleh karena itu fokus kegiatan adalah mencegah munculnya kejadian


anthrax pada hewan dan manusia. Fokus kegiatan pencegahan anthrax di Jawa
Barat dititikberatkan pada kegiatan :
A. Sosialisasi melalui penyebaran leaflet (4.500 ekspl)
B. Sosialisasi langsung kepada masyarakat di 3 Kabupaten/kota yaitu
kabupaten Bogor, Bekasi dan Kota Bekasi
C. Fasilitasi sarana prasarana berupa Vaksin anthrax sebanyak 85.000 dosis
yang berasal dari APBN dan APBD
D. Pengamatan anthrax :
a. Terus melaksanakan pengamatan terhadap kelurahan/desa dan
kecamatan tertular dan terancam dan antisipasi terhadap terjadinya
pemekaran wilayah administratif.
b. Lokasi kegiatan difokuskan pada desa tertular anthrax
E. Pencegahan anthrax dengan cara vaksinasi.

Di kabupaten/kota endemis anthrax terdapat populasi 117.501 ekor sapi


potong, 11.798 ekor sapi perah, 42.826 ekor kerbau, 1.330.143 ekor kambing, dan
3.137.392 ekor domba. Sehingga total populasi ternak rentan anthrax adalah
4.639.660 ekor.
Penyediaan vaksin tahun 2012 hanya 85.000 dosis dengan distribusi
sebagai berikut :

Tabel 6.22. Distribusi vaksin Anthrax APBN dan APBD tahun 2012
No. Kabupaten Jumlah Vaksin (Dosis )

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 116


1 Kota Bogor 10.000
2 Kab. Bekasi 5.000
3 Kota Bekasi 2.000
4 Kab. Karawang 5.000
5 Kab. Purwakarta 20.000
6 Kab. Subang 10.000
7 Kota Depok 5.000
8 Kab. Karawang 5.000
9 Provinsi 15.000
Jumlah 85.000

Berdasarkan laporan yang diterima oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa


Barat, realisasi Vaksinasi Anthrax di kabupaten/kota seperti tercantum pada tabel
berikut ini :

Tabel 6.23. Realisasi Vaksinasi Anthrax tahun 2012


Jumlah
No. Kabupaten/Kota Jumlah
Sapi Kerbau Domba Kambing
1 Kab. Subang 1.409 55 800 13.834 16.098
2 Kab. Bekasi 1.905 3.486 109 5.500
3 Kab. Purwakarta 4.261 1.724 7.494 3.833 17.312
4 Kota Depok 1.603 7 507 1.072 3.189
5 Kab. Bogor 3.314 10.255 13.569
6 Kota Bogor 616 4.875 95 5.586
7 Kab. Karawang 1.221 3.360 472 5.053
Jumlah 14.329 1.786 20.522 29.670 66.307

4. Pengendalian Brucellosis.
Pengendalian Brucellosis pada ternak sapi perah di Jawa Barat dilaksanakan
sebagai upaya membebaskan Pulau Jawa dari Brucellosis. Di Jawa Barat tercatat
populasi sapi perah sebanyak139.970 ekor ternak sapi perah yang terdiri dari
29.194 ekor jantan dan 110.776 ekor betina, dimana terdapat 71.160 ekor betina
dewasa, 21.373 ekor sapi dara dan 18.243 ekor pedet betina.
Vaksinasi brucella dilaksanakan minimal 1 kali seumur hidup dengan
booster 1 kali. Kegiatan pada tahun 2012 merupakan lanjutan dari tahun
sebelumnya, namun sulit untuk mengetahui jumlah ternak sapi perah yang telah
divaksinasi.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 117


Fokus kegiatan pengendalian brucellosis di Jawa Barat pada tahun 2012
berupa kegiatan sosialisasi dan penyediaan sarana vaksinasi berupa vaksin RB-51
sebanyak 810 vial setara dengan 4.050 dosis (full dosis) beserta pelarutnya.
Distribusi vaksin brucella tercantum dalam tabel berikut :

Tabel 6.24. Daftar Distribusi Vaksin Brucella 2012


Kab / Kota Jumlah Vaksin (APBD dan APBN)
Kab. Bandung Barat 850 dosis
Kota Depok 400 dosis
Kab. Kuningan 700 dosis
Kab. Tasikmalaya 700 dosis
Kab. Sukabumi 700 dosis
Kab. Bogor 700 dosis
Jumlah 4.050 dosis

Pemberian vaksin secara full dosis diberikan pada sapi dengan status dara,
sedangkan pada sapi-sapi dengan status pernah melahirkan diberikan sebanyak
0,02 dosis. Hal ini menerangkan, mengapa mengapa hasil vaksinasi pada tabel 39
di bawah lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan banyaknya vaksin
yang didistribusikan.

Tabel 6.25. Hasil Vaksinasi Brucellosis 2012

No. Kabupaten/Kota Jumlah

1 Kab. Bogor 1.548 ekor


2 Kab. Bandung 1.680 ekor
3 Kab. Tasikmalaya 700 ekor
4 Kab. Bandung Barat 500 ekor
5 Kab. Kuningan 700 ekor
6 Kota Depok 400 ekor
Jumlah 5.528 ekor

5. Pembinaan Penanganan Gangguan Reproduksi.


Jawa Barat dan DKI Jakarta merupakan daerah target tataniaga ternak
potong (terutama sapi potong) bagi daerah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah
dan Lampung.Sampai saat ini Jawa Barat memang belum mampu memenuhi
kebutuhanternak sapi potong penghasil daging sehingga pengembangan ternak
sapi potong menjadi salah satu program prioritas Jawa Barat yang sejalan dengan

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 118


kebijakan Pemerintah Pusat tentang kecukupan daging yaitu Program
Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK).
Hanya ternak sehat saja yang dapat berproduksi dengan baik. Adanya
penyakit, dalam hal ini gangguan reproduksi, dapat menyebabkan gangguan
produktivitas ternak. Dalam upaya mendukung program tersebut diatas maka
dilaksanakan pembinaan penanganan gangguan reproduksi pada ternak sapi
potong.
Kegiatan tersebut diatas dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
A. Penyediaan sarana melalui anggaran APBN Dekonsentrasi untuk Kegiatan
Penanggulangan Gangguan Reproduksi berupa obat-obatan penanganan
gangguan reproduksi, berupa hormon prostaglandin 150 vial, HCG 170 box,
Oksitosin 185 vial, antibiotik 910 botol, vitamin ADE 500 botol, anti
kembung 400 botol, anti inflamasi 400 vial, roboransia 500 botol,
multivitamin 460 botol, iodine povidone 400 botol.
Sarana Pengendalian Gangguan Reproduksi tersebut telah
didistribusikan, Distribusi obat-obatan dilaksanakan tidak ke seluruh
kabupaten/kota tetapi hanya kabupaten yang merupakan kantong-kantong
pengembangan sapi potong di Jawa Barat (Lampiran....)
B. Pembuatan sarana sosialisasi beruapa pembuatan Flip Chart Penanganan
Gangguan Reproduksi yang bisa digunakan oleh petugas lapang untuk
pelaksanaan Sosialisasi kepada peternak.
C. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Dari sekian banyak penyakit yang berhubungan dengan gangguan


reproduksi, ada 5 penyakit yang menjadi fokus perhatian yaitu Hypofungsi
ovarium, Corpus Luteum Persisten (CLp), Cyste Ovari, endometritis dan Repeat
Breeder (kawin berulang).

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 119


Gambar : Grafik rekapitulasi Gangguan Reproduksi di Jawa Barat

HYPO
20% CLP
CYSTE
49% ENDO
8%
REPEAT BREEDER
DLL*
7%
4%
11%

Keterangan :
Hypo : Hipofungsi ovarium;
CLP : Corpus Luteum Persisten;
Cyste : Cistic Ovarium;
Endo : Endometritis;
Repeat Breeder : Kawin berulang

Hasil lengkap kegiatan pengendalian Gangguan Reproduksi di


Kabupaten/Kota di Jawa Barat pada Tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran
..........

6. Pembinaan Penanganan Gangguan Parasiter dan Kematian Pedet.


Penanganan Gangguan Parasiter dan Kematian Pedet merupakan salahsatu
program yang berkaitan dengan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau
(PSDSK). Hal ini dilaksanakan berkaitan dengan dugaan tingginya angka
gangguan parasiter dan kematian pedet pada sapi potog sehingga terganggunya
proses produksi dan reproduksi pada sapi potong.
Sarana Penanganan Gangguan Parasiter berupa Obat Cacing sebanyak 450
dosis, Anti mikroba sebanyak 400 dosis, obat kembung sebanyak 1.000 dosis, anti
anemia sebanyak 500 dosis dan anti parasit darah sebanyak 400 dosis.
Adapun distribusi obat-obatan sarana penanganan gangguan parasiter dan
kematian pedet adalah sebagai berikut :

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 120


Tabel 6.26. Distribusi Obat-obatan sarana Penanganan Gangguan Parasiter dan
Kematian pedet APBN 2012 (dalam dosis)
Multi-
Leva- Zodal- Kaloxy Hema- Introvit B
No. Kabupaten Baycox vitamin Tryponil
nium ben Vet topan Compx
Inj
1 Tasikmalaya 10 25 10 20 15 40 250
2 Sumedang 10 25 10 20 15
3 Ciamis 10 25 10 15 15
4 Cianjur 10 25 10 15 10 15 25 140
5 Kuningan 10 10 10 10 10 10
6 Bogor 15 10 15 10 10
7 Bekasi 10 15 10 15 10 15
8 Garut 10 10 10 10 10 10 30 140
9 Subang 25 10 15 10 15
10 Sukabumi 25 10 10 10 10 20 95
11 Karawang 10 10 10 10 10 10
12 Majalengka 10 10 10 10
13 Purwakarta 10 10 10 10 10 10 10 50
14 Indramayu 10 10 10 10 10 10 50
15 Kab. Cirebon 10 10 10 10 10 20
16 Kota Banjar 5 5
Jumlah 110 250 150 200 100 180 150 750

Sedangkan untuk sarana pengobatan penyakit parasiter dan kematian pedet


yang bersumber dari APBD, distribusinya tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.27. Distribusi Obat-obatan sarana Penanganan Gangguan Parasiter dan


Kematian pedet APBN 2012 (dalam dosis)
Albendazole (16%)
No. Kab / Kota Domba dan
Sapi
Kambing
1 Kab. Bogor 354 174
2 Kab. Sukabumi 736 100
3 Kab. Cianjur 600 174
4 Kab. Bandung 372 150
5 Kab. Tasikmalaya 442 300
6 Kab. Kuningan 204 150
7 Kab. Cirebon 165 10
8 Kab. Sumedang 222 214
9 Kab. Indramayu 350 50
10 Kab. Subang 374 150
11 Kab. Bandung Barat 550 26
12 Kota Bogor 20 6
13 Kota Sukabumi 10 6
14 Kota Depok 16 19
15 Kota Cimahi 20 -

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 121


Albendazole (16%)
No. Kab / Kota Domba dan
Sapi
Kambing
16 Kota Banjar 26 6
17 Kab. Garut 1.489 261
18 Kab. Ciamis 344 250
19 Kab. Majalengka 654 56
20 Kab. Purwakarta 1.470 55
21 Kab. Karawang 1.460 50
22 Kota Cirebon 20 9
23 Kota Tasikmalaya 26 20
24 Kota Bekasi 15 5
25 Kota Bandung 38 6
26 Kab. Bekasi 350 63
27 Kelompok Ternak - 2
28 Balai Bunikasih Cianjur - 1
Jumlah 10.327 2.313

7. Pembinaan Pelayanan Keswan.


Secara umum kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan hewan bertujuan
untuk mengetahui sampai sejauhmana kegiatan pelayanan kesehatan hewan
dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota. Propinsi jawa Barat mempunyai sarana
Kesehatan Hewan berupa :
A. Unit pelayanan kesehatan hewan (Puskeswan) berjumlah 72 unit,
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) atau setidak-tidaknya
setingkat eselon IV, dengan kondisi :
a. Sebanyak 33 unit belum memiliki bangunan sendiri, masih bersatu
dengan unit kerja lain dalam satu atap
b. Sebanyak 39 unit sudah memiliki bangunan sendiri, terdiri dari 36 unit
Puskeswan dan 3 unit Klinik Hewan
B. Laboratorium Keswan dan Kesmavet Tipe B (Balai Penyidikan dan
Pengujian Penyakit Hewan dan Kesmavet/BP3HK), yang memiliki 4 Sub-
Unit Pelayanan (SUP) :
a. SUP laboratorium Kesehatan Hewan Losari
b. SUP Pos Pemeriksaan Lalu Lintas Hewan Banjar
c. SUP Pos Pemeriksaan Lalu Lintas Hewan Losari
d. SUP Pos Pemeriksaan Lalu Lintas Hewan Gunung Sindur

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 122


Jumlah SDM yang ber-profesi sebagai dokter hewan di Jawa Barat seperti
tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.28. SDM Dokter Hewan di Jawa barat


Dokter Hewan (Orang)
No. Kab./ Kota THL
PNS CPNS Sukwan JML
Pusat
1. Kab. Bogor 14 - 5 - 19
2. Kota Bogor 3 - 3 - 6
3. Kota Depok 3 - 3 1 7
4. Kab. Sukabumi 5 2 1 - 8
5. Kota Sukabumi 2 - - - 2
6. Kab. Cianjur 4 - 1 - 5
7. Kab. Bekasi 4 - 2 - 6
8. Kota Bekasi 2 - - - 2
9. Kab. Purwakarta 6 - - - 6
10. Kab. Subang 4 - 1 - 5
11. Kab. Karawang 6 - - - 6
12. Kab. Cirebon 6 - - 1 7
13. Kota Cirebon 3 - - - 3
14. Kab. Majalengka 2 - - - 2
15. Kab. Kuningan 2 1 2 - 5
16. Indramayu 1 - 3 - 4
17. Kab. Bandung 5 - 1 - 6
18. Kbb 5 - - - 5
19. Kota Bandung 5 - 1 - 6
20. Kota Cimahi 3 - - - 3
21. Kab. Sumedang 6 - 1 - 7
22. Kab. Garut 2 1 2 - 5
23. Kab. Tasikmalaya 3 - 1 - 4
24. Kota Tasikmalaya 3 - - - 3
25. Kab. Ciamis 3 - 1 - 4
26. Kota Banjar 3 - - - 3
27. Disnak Jabar 24 - 1 - 25
Jumlah 128 4 29 2 167

Salah satu upaya untuk memperkuat pelayanan Kesehatan Hewan adalah


melengkapi sarana di unit-unit Puskeswan, pada tahun 2012 telah disalurkan
sebanyak 3 (tiga) paket alat-alat untuk memperkuat puskeswan yang diserahkan
untuk Puskeswan kuningan di Kabupaten Kuningan, Puskeswan Cikijing di
Kabupaten Majalengka dan Puskeswan Panijahan di Kabupaten Bogor. Selain itu,
guna mendukung pengembangan sapi perah, diserahkan pula peralatan untuk
puskeswan di wilayah pengembangan sapi perah kepada 5 kabupaten yaitu :
Kabuapten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang,
kabupaten Garut dan Kabupten Subang.
Dengan pertimbangan untuk memperluas pelayanan di daerah-daerah padat
ternak, pada tahun 2012 dilakukan pembangunan fisik Puskeswan sebanyak 2
unit. Pembangunan Puskeswan dilakukan di 2 kabupaten yaitu : Puskeswan jalan

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 123


Cagak di Kabupaten Subang dan Puskeswan Kertasari di pangalengan Kabupaten
Bandung.

Tabel 6.29. Unit Pusat Kesehatan Hewan di Jawa Barat


No Unit Kerja Lainnya di Kabupaten/Kota No Unit Kerja Lainnya di Kabupaten/Kota

1 Kabupaten Bogor 13 Kuningan


UPT Puskeswan Wilayah I Ciseeng UPTD Puskeswan Kuningan
UPT PuskeswanIIPamijahan UPTD Puskeswan Cilimus
UPT Puskeswan III Jonggol UPTD Puskeswan Ciawigebang
UPT Puskeswan IV Cibinong UPT Puskeswan Darma
UPT Puskeswan V Jasinga 14 Indramayu
UPT Puskeswan VI Ciomas Puskeswan Karangampel
UPT Puskeswan VII Ciawi Puskeswan Indramayu
UPT Puskeswan VIII Bbk Madang Puskeswan Jatibarang
2 Kota Depok Puskeswan Kandanghaur
Puskeswan Sawangan Puskeswan Cikedung
3 Kabupaten Sukabumi Puskeswan Haurgeulis
UPTD Laboratorium & Poskeswan 15 Kabupaten Bandung
UPTD Peternakan & Keswan Puskeswan Katapang
UPTD P&K Wil. II Cibadak Puskeswan Pasirjambu
UPTD P&K Wil. III Cicurug 16 Kab Bandung Barat
UPTD P&K Wil. IV Pelabuhan Ratu Puskeswan Cisarua
UPTD P&K Wil. V Jampang Tengah Puskeswan Lembang
UPTD P&K Wil. VI Jampang Kulon 17 Kota Bandung
UPTD P&K Wil. VII Sagaranten Klinik Hewan Kota Bandung
4 Cianjur 18 Kota Cimahi
Puskeswan Sukanagara Puskeswan dan Lab. Kota Cimahi
Poskeswan Pacet 19 Sumedang
UPTD Pusat Pelayanan Peternakan &
Pos Pelayanan Terpadu Agrabinta
Perikanan (P4) Wil. Sumedang Kota
5 Kabupaten Bekasi UPTD P4 Wil. Tanjungsari
Puskeswan & Lab Kesmavet Setu UPTD P4Wilayah Tanjungkerta
6 Kota Bekasi UPTD P4Wilayah Tomo
UPTD Klinik Hewan UPTD P4Wilayah Wado
7 Purwakarta UPTD P4 Wilayah Situraja
Puskeswan Bungursari UPTD P4 Wilayah Cimalaka
8 Karawang UPTD P4 Wilayah Conggeang
Klinik Hewan dan Ikan UPTD P4 Wilayah Pamulihan

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 124


No Unit Kerja Lainnya di Kabupaten/Kota No Unit Kerja Lainnya di Kabupaten/Kota

9 Kabupaten Cirebon 20 Garut


UPT Puskeswan Tengahtani UPTD Klinik Hewan
UPT Puskeswan Kaliwedi Puskeswan Cikajang,Cikajang
UPT Puskeswan Ciledug Puskeswan RRMC - Malangbong
10 Kota Cirebon 21 Ciamis
Lab. Kesmavet dan Klinik Kalijaga UPTD Puskeswan Ciamis
11 Kab Tasikmalaya Puskeswan Rancah
Puskeswan Pagerageung Puskeswan Banjarsari
Puskeswan Cikatomas Puskeswan Cimerak
Puskeswan Cipatujah 22 Majalengka
12 Kota Banjar Puskeswan Dawuan
UPTD Poskeswan & Perlindungan
Puskeswan Cikijing
Tanaman

Pembangunan Puskeswan pada tahun 2012.


1. Kabupaten Bandung 2. Kabupaten Subang
Puskeswan Kertasari - Pangalengan Puskeswan Jalan Cagak

6.3. KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


Fungsi Kesehatan Masyarakat Veteriner untuk melindungi konsumen-konsumen
dari bahaya yang dapat mengganggu kesehatan akibat menggunakan baik untuk dipakai
atau dimakan bahan makanan asal hewan, melindungi dan menjamin ketentraman batin
masyarakat dari kemungkinan-kemungkinan penularan zoonosa yang sumbernya
berasal dari hewan.
Secara umum fungsi kesmavet adalah :
1. Menjamin ketenteraman bathin masyarakat dari :
A. Ketidakhalalan Produk Pangan Asal Hewan (PPAH) atau Produk Hewan
Non Pangan (PHNP)
B. Penularan zoonosa bersumber produk hewan
2. Melindungi konsumen dari bahaya yang dapat mengganggu kesehatan akibat
mengkonsumsi PPAH atau menggunakan PHNP.
3. Melindungi peternak dari kerugian sebagai akibat penurunan kualitas atau
pengafkiran produk hewan

Dalam rangka mendapatkan kualitas produk peternakan (daging, susu dan telur)
yang Aman, Sehat Utuh dan Halal, (ASUH) memerlukan penerapan hygiene sanitasi

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 125


sejak dari proses awal di RPH/RPU/TPS sampai ke penjaja di pasar serta penanganan
rantai dingin yang memadai.
Di Jawa Barat yang mayoritas penduduknya beragama Islam, syarat Produk
Pangan Asal Hewan (PPAH) adalah Halal, Aman, Utuh dan Sehat, (HAUS).
1. Halal yaitu tidak bertentangan dengan syariat Islam. Proses produksi Produk
Hewan dilaksanakan secara halal. Sebelum, selama dan sesudah produksi Produk
Hewan tersebut tidak mengandung atau tidak bersentuhan dengan barang atau zat
yang diharamkan.
2. Aman yaitu tidak mengandung bahaya yang dapat mengganggu atau
membahayakan kesehatan manusia :
A. Bahaya fisik (debu, bulu, rambut, pecahan gelas, klip, dll.)
B. Bahaya biologi (virus, bakteri, parasit, dll)
C. Bahaya kimia (pestisida, logam berat, racun, residu antibiotika, residu
hormon, dll )
3. Utuh murni atau wholesome yaitu tidak dikurangi atau tidak ditambah sesuatu zat
apapun;
4. Sehat yaitu berpenampilan baik, tidak menyimpang, etis, dapat diterima oleh
masyarakat, layak dikonsumsi dan mengandung zat gizi dalam jumlah yang
cukup.

Produk hewan, khususnya pangan asal hewan, adalah produk yang berpotensi
berbahaya atau potentially hazardous foods, dapat mengandung bibit penyakit
(kuman/bakteri, virus, cacing, racun, dll)
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, dalam Bab III, Pasal (4) bahwa Hak konsumen adalah hak atas
kenyamanan, keamanan & keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa.
Disamping itu dalam Deklarasi FAO/WHO (1992) pada International Conference on
Nutrition bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh pangan yang cukup bergizi dan
aman dikonsumsi.
Pangan, termasuk pangan asal hewan, harus aman (safe) dan layak (suitable for
human consumption) (Code of Hygienic Practice, Codex Alimentarius Commission)
Untuk mendapatkan Produk Hewan yang HAUS maka seluruh tahapan
produksinya dilaksanakan dengan memenuhi kaidah Good Manufacturing Practices
(GMP) yang meliputi terpenuhinya persyaratan bangunan dan peralatan, higien dan
sanitasi serta proses produksi yang baik dan benar.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 126


Sejalan dengan meningkatnya pendidikan, pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat maka kebutuhan Produk Hewan yang HAUS akan semakin meningkat.
Namun kualitas Produk Hewan terutama Pangan Asal Hewan (PAH) sampai dengan
saat ini dalam proses mencapai standar HAUS yang diharapkan karena belum
optimalnya penerapan GMP atau Sistem Jaminan Mutu Produk Peternakan pada unit
usaha Pangan Asal Hewan. Hal ini disebabkan masih ada peternak/produsen yang
belum menghasilkan Produk Hewan yang HAUS, masih sedikitnya sarana prasarana
yang memadai serta masih perlunya pembinaan dan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petugas.
Adanya efek pasar global akibat diberlakukannya kesepakatan umum tentang tarif
dan perdagangan (General Agreement on Tariff and Trade/GATT) yang ditandatangani
125 negara termasuk Indonesia menyebabkan Produk Hewan dari luar negeri dapat
masuk ke Indonesia termasuk ke Jawa Barat dan dapat mengancam pasar di dalam
negeri. Oleh karena itu peningkatan sarana prasarana kesmavet serta peningkatan SDM
petugas dan peternak/produsen Produk Hewan merupakan sasaran utama pembinaan
kesmavet di Jawa Barat.
1. Sarana Prasarana Kesmavet.
Kondisi sarana prasarana kesmavet yang meliputi Rumah Pemotongan
Hewan (RPH), Tempat Pemotongan Hewan (TPH), Rumah Pemotongan Unggas
(RPU), RPU Skala Kecil (RPU-SK) dan Tempat Pemotongan Unggas (TPU) serta
Tempat Penampungan Susu (TPS) yang sudah memenuhi syarat keamanan
pangan adalah sebagai berikut :

Tabel 6.30. Sarana Prasarana Kesmavet di Jawa Barat Tahun 2010-2012


JUMLAH (unit)
No. SARANA Tahun Tahun Tahun Keterangan
2010 2011 2012
NKV 1 1 2
Pemerintah
Belum NKV 29 26 27
RPH NKV 5 5 5
1. Swasta
Belum NKV - 2 2
Pemerintah 30 24 22
TPH NKV =
Swasta 124 217 217
NKV 7 9 12 Nomor
RPU Swasta Kontrol
Belum NKV 12 38 36
Pemerintah 7 7 7 Veteriner
RPU-
2.
SK Swasta 22 4 6
Pemerintah 2 - -
TPU
Swasta 964 1.167 1.167
Berpendingin 7 13 16
3. TPS
Tidak berpendingin 188 265 262

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 127


2. Penerapan Higiene Sanitasi pada Unit Pangan Asal Hewan.
Dalam upaya meningkatkan penerapan higiene sanitasi pada unit usaha
Pangan Asal Hewan di Jawa Barat maka pada tahun 2012 dilaksanakan
pembinaan serta pembangunan beberapa unit RPH-Ruminansia, RPH-Unggas,
Kios Daging dan TPS di Kabupaten/Kota. Petugas Kesmavet Kabupaten/Kota
merupakan aparat pembina terhadap unit usaha Pangan Asal Hewan (PAH)
sehingga bersama-sama melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penerapan higiene sanitasi pada unit RPH-R/TPH, RPH-U dan kios daging yang
dilanjutkan dengan sosialisasi dan bimbingan kepada produsen/pelaku usaha.
Sosialisasi dilaksanakan melalui pertemuan dan pembinaan pada unit usaha
daging, susu dan telur yang meliputi RPH-R/TPH, RPH-U/RPU-SK, kios daging,
unit usaha pengolahan daging, TPS dan tempat pemrosesan telur. Beberapa aspek
yang disosialisasikan dalam penerapan higiene sanitasi antara lain fasilitas
konstruksi bangunan utama, peralatan, perlengkapan pegawai dan higiene
personal terutama untuk pembangunan dan renofasi yang diberasal dari anggaran
pemerintah baik APBD maupun APBN. Adapun hasil identifikasi kondisi higiene
sanitasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6.31. Status Higiene Sanitasi Unit Pangan Asal Hewan


Unit Pangan
No. Kondisi
Asal Hewan
A. 26 unit RPH-R yang dikelola olah Pemerintah berdasarkan Permentan
No. 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong
Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant)
maka tidak seluruhnya memenuhi persyaratan lagi sehingga perlu
dilakukan pembinaan dan fasilitasi agar fungsinya dapat berjalan.
Tahun 2012 dibangun 2 unit RPH-R baru yaitu dari anggaran bantuan
keuangan/DAK di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Kuningan.
B. Saat ini Kabupaten/Kota yang belum memiliki RPH-R adalah Kab.
RPH
1. Sumedang, Kota Cimahi dan Kab. Bandung Barat.
Ruminansia
C. Dengan adanya kebijakan pemerintah Indonesia untuk membatasi
importasi ternak sapi dan daging sapi sebagai upaya pencapaian
Program Swasembada daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014 maka
pemotongan banyak dilakukan terhadap ternak sapi lokal dan masih
ditemukan pemotongan ternak betina dengan alasan bahwa harganya
lebih murah dari ternak jantan dan mengandung banyak lemak dan
jeroan yang dibutuhkan oleh konsumen (kebutuhan daging masih
didominasi oleh kebutuhan rumah tangga dan penjual makanan bakso

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 128


Unit Pangan
No. Kondisi
Asal Hewan
dan soto) kecuali pada hari-hari besar keagamaan pemotongan lebih
banyak ternak jantan karena kebutuhan akan daging (tanpa lemak)
lebih tinggi.
D. Bangunan RPH milik Pemerintah pada umumnya permanen (100%),
lantai/dinding cukup baik (88,89%), namun ruang bersih dan ruang
kotor belum terpisah (65,56%), memiliki kandang penampungan
(100%), gangway (92%), sarana pengelolaan limbah (75,56%), sarana
air bersih (87,02%). Hanya 45,17% RPH Pemerintah yang memiliki
sarana penggantung karkas dan melaksanakan penyelesaian
pemotongan dengan cara digantung. Sisanya masih melaksanakan
penyelesaian pemotongan di lantai.
E. Pemeriksaan post mortem masih sulit dilaksanakan secara kontinyu
hanya dilakukan terbatas secara inspeksi, jarang sekali dilakukan
insisi. Hal ini disebabkan antara lain terbatasnya petugas terutama
Dokter Hewan. Jumlah petugas meat inspector sedikit, berkisar 1 - 2
orang/RPH
F. RPH Pemerintah pada umumnya belum memenuhi persyaratan sesuai
Permentan No. 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan
Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging
(Meat Cutting Plant) atau SNI RPH Nomor 01-6159-1999. Kondisi
diatas berpengaruh terhadap proses pemotongan ternak dan
berdampak terhadap kualitas daging yang dihasilkan.
G. Pada tahun 2012 RPH Pemerintah (2 unit) dan RPH swasta (5 unit)
telah memenuhi standar minimal higiene dan sanitasi serta telah
memiliki NKV, namun 2 unit RPH swasta sudah tidak ditarik
sertifikat NKV karena 1 unit sudah tidak beroperasional dan 1 unit
pindah ke Provinsi lain.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 129


Unit Pangan
No. Kondisi
Asal Hewan
- Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan kebutuhan daging ayam. Hal
ini merupakan peluang bagi pelaku usaha skala kecil di sektor hilir.
Namun pesatnya perkembangan usaha produksi daging ayam skala
kecil tidak diimbangi dengan peningkatan aspek kualitas. Bahkan
cenderung mengabaikankannya. Belum ada kesadaran bahwa
konsumen berhak mendapatkan pangan yang aman dan layak
dikonsumsi.
- Pemotongan ayam yang dilakukan di pasar tradisional cenderung tidak
memperhatikan aspek higiene sanitasi, bahkan aspek halal masih ada
yang diragukan. Selain itu terjadi praktek buruk yang bertentangan
dengan etika bisnis seperti ayam berformalin, ayam bangkai (ayam
tiren, ayam duren), penyuntikan air kedalam karkas, dll.
- Jumlah RPU pada tahun 2012 mengalami kenaikan dibanding pada
tahun 2011, hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan akan
kebutuhan daging unggas untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya
2. RPU (karena pemotongan di Jawa Barat juga untuk memenuhi kebutuhan
DKI Jakarta dan beberapa Provinsi lain terutama yang berasal dari
RPU Swasta) serta upaya perbaikan kualitas daging ayam yang
dihasilkan.
- Daging ayam produksi RPU relatif lebih baik dari yang diproduksi di
RPU-SK apalagi dari TPU. Namun hanya 63% daging yang berasal
dari RPU-SK dan TPU yang memenuhi syarat SNI, sebanyak 37%
masih tercemar mikroba sehingga masih perlu peningkatan pembinaan
untuk penerapan higiene sanitasi
- Permasalahan lainnya adalah aspek kehalalan pemotongan ayam di
pasar-pasar tradisional masih menjadi permasalahan karena
pengawasannya belum optimal.
- Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas karkas dan daging unggas
maka pada tahun 2012 dilakukan pembangunan 2 unit RPH-U dan
tempat penampungan unggan (TPnU) yang berasal dari anggaran
APBN TP (2 unit) yaitu di Kabupaten Cirebon dan Kab. Ciamis.
- Kondisi kios daging di pasar tradisional pada umumnya masih belum
memenuhi persyaratan higiene sanitasi diantaranya adalah lingkungan
yang kotor, tempat dan peralatan yang tidak memadai serta pelaku
Kios usaha (pekerja) yang tidak memperhatikan aspek higiene sanitasi.
3.
Daging - Sebagian kecil pedagang daging di kios daging memakai wadah dari
stainless, selebihnya menggunakan plastik, melamin, kayu, bahkan
sebahagian tidak menggunakan wadah dan bercampur dengan jeroan
dan tanpa wadah namun tidak bercampur dengan jeroan

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 130


Unit Pangan
No. Kondisi
Asal Hewan
- Kios daging pada umumnya bercampur dengan komoditas lain dan
keterbatasan persediaan air bersih sehingga sulit untuk menghindari
kontaminasi dan penerapan higiene sanitasi.
- Masih ada kios daging yang memakai dinding dari triplek/kayu.
Lantai yang digunakan sebagian besar sudah berkeramik namun masih
ada yang dari ubin, kayu, semen bahkan tanah. Sebagian besar kios
sudah beratap tertutup namun masih ada yang terbuka, berlokasi di tepi
jalan raya atau di emper kios resmi.
- Fasilitas mencuci tangan pada umumnya hanya berupa ember plastik
yang berisi air dan jarang diganti. Perlengkapan kebersihan lainnya
adalah sabun batang, sabun cair dan hanya sedikit yang memakai
desinfektan
- Kios daging sapi di pasar-pasar besar pada umumnya memiliki freezer.
Namun penggunaan freezer tidak untuk menyimpan daging yang baru
tetapi justru menyimpan daging yang sudah seharian dipajang dan
tidak terjual, hal ini yang mengakibatkan konsumen enggan membeli
daging dingin.
- Kios daging sapi pada umumnya sudah dilengkapi dengan
penggantung daging. Ada beberapa yang memakai showcase. Ada
penghalang antara pembeli dan penjual terutama pada beberapa kios
daging yang sudah mendapat anggaran renovasi bersumber dari
anggaran APBN. Penggantung daging pada umumnya terbuat dari
besi yang di tidak dicat.
- Air bersih hanya sebagian kecil dari PAM. Pada umumnya berasal
dari air sumur yang tidak pernah diuji kualitasnya serta jumlahnya
terbatas. Hal ini yang menyulitkan penerapan higiene sanitasi baik
personal maupun sarana dan prasarananya.
- Talenan daging yang dipakai pada umumnya masih terbuat dari kayu
namun ada juga yang menggunakan marmer dan nillon (kios daging
ayam).
- Penjualan daging pada umumnya diletakkan diatas meja terbuka
(terutama daging/karkas ayam) dan sebahagian yang digantung
(daging sapi). Pada umumnya penempatan daging sudah terpisah
dengan jeroan.
- Untuk meningkatkan kualitas daging yang dijual di kios daging maka
pada tahun anggaran 2012 telah dibangun 1 unit kios daging di
Kabupaten Cirebon dengan anggaran yang bersumber dari APBN
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 131


Unit Pangan
No. Kondisi
Asal Hewan
- Secara keseluruhan terdapat 278 TPS yang berlokasi di 10 Kabupaten
namun hanya 2 unit yang memenuhi standar hygiene sanitasi (sudah
memiliki sertifikasi NKV)
- Masih ada TPS yang belum memiliki bangunan yang permanen dan
hanya merupakan lokasi tempat pengambilan susu dengan
menggunakan drum plastik, sebahagian bangunan hanya berupa pos
dengan dinding dan lantai dari keramik serta belum memiliki fasilitas
pendingin. Kondisi bangunan TPS belum memenuhi persyaratan karena
masih merupakan satu ruangan terbuka tidak ada pembagian ruang
bersih dan kotor dimana ruang bersih untuk menyimpan susu dan ruang
kotor untuk tempat pencucian milkcan susu belum dilakukan sehingga
memungkinkan peningkatan cemaran pada saat penyetoran
- TPS digunakan pada saat Penyetoran susu dan biasanya dilakukan
sebanyak 2 kali sehari, pada pagi hari (pukul 05.00-07.00) dan sore hari
(pukul 15.00-17.00).
- Kurang lebih 24% Peternak menyetorkan susunya masih menggunakan
Tempat ember tertutup, sehingga belum seluruhnya menggunakan milk can dari
Penampung- stainless/aluminium.
4.
an Susu - Pada saat penyetoran dilakukan pengujian alkohol dan berat jenis, dan
(TPS) susu dituangkan ke tangki dengan disaring terlebih dahulu
menggunakan kain kasa namun perlakuannya belum memenuhi
persyaratan higiene sanitasi.
- Kondisi dinding dan lantai sebahagian besar sudah menggunakan bahan
kedap air berupa keramik namun dalam kondisi kotor dan tidak
dipelihara dengan baik sehingga masih banyak yang berlubang dan
tidak diperbaiki yang mengakibatkan tumpahan susu tertinggal dan
menimbulkan bau serta mengundang lalat dan tikus.
- Sarana air bersih belum cukup tersedia dan pembersihan alat-alat
dilakukan setiap hari 2 kali setelah susu dipindahkan ke tangki susu,
sedangkan pembersihan milk can dilakukan di rumah masing-masing
peternak tidak di TPS sehingga sulit dilaksanakan pengawasan terhadap
kebersihannya.
- Sosialisasi higiene sanitasi kepada para petugas di TPS dan peternak
masih harus lebih ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan nilai jual
susu.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 132


3. Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner.
Nomor Kontrol Veteriner (NKV) merupakan registrasi atau sertifikasi
kelayakan usaha dibidang pengumpulan, penampungan, penyimpanan,
pengolahan dan pengawetan Pangan Asal Hewan yang diterbitkan oleh instansi
yang bertanggung jawab dalam bidang kesmavet. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor
381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit
Usaha Pangan Asal Hewan maka sejak tahun 2006-2012 di Jawa Barat sudah
memiliki 9 (sembilan) orang auditor NKV. Auditor bertugas melaksanakan audit
penerapan higiene sanitasi pada unit usaha pangan asal hewan untuk kemudian
memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Peternakan untuk memberikan
sertifikat NKV kepada unit usaha yang sudah memenuhi syarat penerapan higiene
sanitasi di unit usahanya
Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) bertujuan untuk :
A. Memberikan jaminan dan perlindungan kepada masyarakat, baik pelaku
usaha maupun konsumen, bahwa Pangan Asal Hewan (PAH) atau hasil
olahan yang dihasilkan telah memenuhi syarat sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
B. Terlaksananya tertib hukum dan tertib administrasi.
C. Mempermudah pelaksanaan sistem pengawasan usaha Pangan Asal Hewan
(PAH)
D. Meningkatkan daya guna, hasil guna dan produktifitas dalam mencapai
mutu produk yang memenuhi standar sehingga adanya jaminan keamanan
pangan produk hewan.

Pemberian sertifikasi Kontrol Veteriner harus dapat menjamin bahwa


produk peternakan berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga
harus dilakukan peninjauan dan evaluasi secara periodik agar Nomor Kontrol
Veteriner (NKV) yang diberikan dapat dilaksanakan, dipertahankan bahkan
ditingkatkan.
Selama 6 (enam) tahun berturut turut telah dilaksanakan sosialisasi kepada
para pelaku usaha pangan asal hewan yang ada di Jawa Barat tentang prosedur
sertifikasi NKV dan kewajiban sertifikasi NKV sudah harus diterapkan sesuai
dengan amanat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 133


Kesehatan Hewan pada Pasal 60 (1) Setiap orang yang mempunyai unit usaha
produk hewan wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh nomor kontrol
veteriner kepada pemerintah daerah provinsi berdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh menteri, serta Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012
tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan Pasal 23 (1)
Setiap Unit Usaha produk Hewan wajib mengajukan permohonan untuk
memperoleh Nomor Kontrol Veteriner kepada pemerintah provinsi berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
Sampai dengan tahun 2012 telah diterbitkan 125 sertifikat NKV terhadap
unit usaha pangan asal hewan dari 168 unit usaha yang mengajukan dengan
pelaksanaan audit kepada unit usaha Pangan Asal Hewan (PAH) yang ada di
wilayah Jawa Barat.

Tabel 6.32. Jumlah Unit Pangan Asal Hewan yang Sudah Mendapat Sertifikat
NKV di Jawa Barat Tahun 2006 sd. 2012
Jumlah yang mendapat NKV (unit)
No. Unit Pangan Asal Hewan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-
Pemerintah - - - 1 -
1. RPH- Ruminansia
-
Swasta 2 1 2 2 -

2. RPH- Unggas Swasta 1 1 2 2 1 2 3


Tempat Pemrosesan Daging
3. Swasta - - 2 2 2 3 3
(TPD)
Tempat Penampungan Susu
4. Swasta - - - 2 - - -
(TPS)
5. Unit Pemrosesan Susu (UPS) Swasta - - - 1 2 4 9

6. Industri Telur (IT) Swasta - - - 1 - 1 3


Pengolahan Produk Hewan
7. Swasta - - - - - - -
(PPH)
8. Gudang Swasta 1 2 8 9 5 12 16

8. Retail Swasta 1 - - - 1 13 2
JUMLAH 5 4 12 20 11 35 37

Pada tahun 2012 kegiatan sertifikasi NKV diawali dengan sosialisasi


sertifikasi NKV kepada pelaku usaha pangan asal hewan di Jawa Barat yang
dilaksanakan di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya kegiatan yang
sama dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota diantaranya oleh Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor dan Dinas Perekonomian Kota Bekasi dengan
mengundang pelaku usaha Pangan Asal Hewan diwilayah kerjanya. Selain
sosialisasi Kabupaten/Kota juga melaksanakan pembinaan kepada pelaku usaha

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 134


pangan asal hewan agar memenuhi syarat untuk mengajukan sertifikasi Nomor
Kontrol Veteriner (NKV).

Pembinaan NKV yang dilaksanakan pada tahun 2012 diantaranya :


A. Sosialisasi kepada pelaku usaha Pangan Asal Hewan (daging, susu dan
telur).
B. Sosialisasi NKV oleh Kabupaten/kota kepada unit usaha pangan asal hewan
dimasing-masing lokasi.
C. Pembinaan bersama Dinas yang membidangi fungsi Kesehatan Masyarakat
Veteriner di Kabupaten/Kota.
D. Pelatihan pasca panen pangan asal hewan terutama dalam penerapan higiene
sanitasi.
E. Pembinaan penerapan higiene sanitasi di Rumah Potong Hewan.

Tabel 6.33. Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner Tahun 2006 2012


No.
Jenis Usaha Pengajuan Sertifikat Proses
1. Gudang 67 54 13
2. RPH-R 9 7 2
3. RPH-U 19 12 7
4. TPD 13 12 1
5. TPS 2 2 0
6. UPS 20 17 3
7. IT 6 5 1
8. Retail 32 16 16
Total 168 125 43

4. Peningkatan Pelayanan Kesmavet.


Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/Permentan/ OT.140 /
4/2009 tentang Pemasukan dan Pengawasan Peredaran Karkas, Daging dan/atau
Jeroan dari Luar Negeri, pada tahun 2012 diterbitkan pertimbangan teknis untuk
importasi produk hewan berupa :
A. Importasi daging dan olahannya sebanyak 78.350 ton kepada 15 perusahaan
importir daging dan hasil olahannya di Jawa Barat yaitu :
a. PT Mitra Sarana Purnama di Kab. Bekasi (importir daging).
b. PT. Sukanda Jaya di Kab. Bekasi (importir daging dan olahan susu).
c. PT. Madusari Nusa Perdana di Kab. Bekasi (importir daging).

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 135


d. PT. Bumi Maestroayu di Kab. Bogor (importir daging).
e. PT. San Miguel Pure Foods Indonesia di Kota Depok (importir
daging).
f. PT. Bina Mentari Tunggal di Kab. Bekasi (importir daging).
g. CV. Surya Cemerlang Abadi di Kota Bandung (importir daging).
h. PT. Impexindo Pratama di Kab. Bogor (importir daging)
i. PT. Beeffood Indonesia di Kab. Bogor (importir daging)
j. PT. Suri Nusantara Jaya di Kota Bekasi (importir daging)
k. PT. Dua Putra Perkasa Pratama di Kota Bekasi (importir daging)
l. PT. Pangan Sehat Sejahtera di Kab. Bekasi (importir olahan daging)
m. PT. Penta Buana Jaya di Kabupaten Bekasi (importir daging)
n. CV. Sumber Laut Perkasa di Kabupaten Bogor (importir daging)
o. PT. Sarimelati Kencana di Kota Bekasi (importir produk olahan
daging)

Jumlah importir daging dari tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami
peningkatan sejalan dengan penurunan jumlah importasi daging yaitu pada
tahun 2010 sebesar 53 %, tahun 2011 sebesar 34,9 %, dan tahun 2012
sebesar 18,63 %. Daftar importir daging di Jawa Barat tahun 2010-2012
dapat dilihat pada lampiran ...
B. Importasi produk olahan susu sebanyak 266.629 ton kepada 28 perusahaan
importir hasil olahan susu di Jawa Barat yaitu :
a. PT. Abbott di Kota Depok (importir produk susu kemasan)
b. PT. Anta Tirta Kirana di Kabupaten Bogor (importir produk olahan
susu)
c. PT. Arnotts Indonesia di Kabupaten Bekasi (importir produk olahan
susu untuk diolah kembali menjadi biscuit, dll)
d. PT. Brenntag do Kabupaten Bekasi (importir produk olahan susu
kemasan/merk Promilk, dll)
e. PT. Ceres di Kabupaten Bandung (importir produk olahan susu untuk
diolah kembali menjadi permen coklat, biscuit, dll)
f. PT. Dairygold Indonesia di Kabupaten Bekasi (importir produk olahan
susu berupa bahan keju untuk diolah kembali).
g. PT. Foodindo Dwivestamas di Kabupaten Bekasi (importir produk
keju dan tepung bumbu untuk diolah kembali)

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 136


h. PT. Fonterra Brands Indonesia di Kabupaten Bogor (importir produk
olahan susu)
i. PT. Freyabadi Indotama di Kabupaten Karawang (importir produk
olahan susu untuk diolah kembali menjadi produk coklat)
j. PT. Indesso Aroma di Kabupaten Bogor (importir untuk produk
olahan susu berupa keju untuk diolah kembali)
k. PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia di Kabupaten Bandung (importir
produk olahan susu untuk diolah kembali menjadi biscuit)
l. PT. Kievit Indonesia di Kabupaten Bekasi (importir produk olahan
susu berupa casein)
m. PT. Kraf Foods Company Indonesia di Kabupaten Karawang (importir
produk olahan susu untuk diolah kembali menjadi biscuit, dll)
n. PT. Kraf Ultrajaya di Kabupaten Bandung Barat (importasi produk
olahan susu untuk diolah kembali)
o. PT. Mayora Indah Tbk di Kabupaten Bekasi (importir produk olahan
susu untuk diolah kembali menjadi biscuit, dll)
p. PT. Mead Johnson di Kabupaten Bekasi 9 importir produk olahan
susu kemasan/produk Mead Johnson)
q. PT. Milko Beverage Industry di Kabupaten Bogor (importir produk
olahan susu untuk diolah menjadi minuman susu)
r. PT. Mulia Boga Raya di Kabupaten Bekasi (importir produk olahan
susu)
s. PT. Mulia Wahana Mandiri di Kota Bandung (importir produk olahan
susu kambing)
t. PT. Nestle Indonesia di Kabupaten Bekasi (importir produk olahan
susu kemasan/produk Nestle)
u. PT. Nitrifood Indonesia di Kota Bogor (importir untuk produk olahan
susu untuk diolah kembali)
v. PT. Qualimas Indonesia di Kabupaten Bogor (importir produk olahan
susu)
w. PT. Sarimelati Kencana di Kota Bekasi (importir produk olahan susu
pemenuhan kebutuhan Pizza Hut)
x. PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. di Kabupaten
Bandung Barat (importir produk olahan susu untuk diolah kembali)

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 137


y. PT. Unilever Indonesia di Kabupaten bekasi (importir produk olahan
susu untuk diolah menjadi ice cream/merl Walls)
z. PT. Wyeth Indonesia di Kota bekasi (importir produk olahan susu
kemasan/produksi Wyeth)
. PT. Yakult Indonesia di Kabupaten Sukabumi (importir produk olahan
susu untuk diolah kembali)
. PT. Foodex Inti Ingredients di Kabupaten bekasi (importasi produk
olahan susu)
C. Importasi Produk Pangan Asal Hewan olahan sebanyak 1.683 ton dari 6 unit
usaha di Jawa Barat yaitu :
a. PT. Bukit Baros Cempaka di Kabupaten Sukabumi (importir produk
enzyme/rennet untuk bahan baku pembuatan keju)
b. PT. Capsugel Indonesia di Kabupaten bogor (importasi gelatin untuk
bahan capsul)
c. PT. Foodex Inti Ingredients di Kabupaten bekasi (importasi produk
tepung telur)
d. PT. Yupi Indo Jelly Gum di Kabupaten bekasi (importir produk
gelatin untuk diolah menjadi permen)
e. PT. Al Mahmoud Indonesia di Kota Bekasi (importir produk madu)
f. PT. Lantabura International di Kota Depok (importir produk madu)

D. Importasi Produk Hewan Non Pangan olahan sebanyak 4.920,2 ton dari 7
unit usaha yaitu :
a. PT. Bahama Pelita Abadi di Kabupaten Bogor (importir kulit sapi
mentah garaman)
b. PT. Cahaya Kurnia Permai di Kabupaten bandung Barat (importir
Harden Fats/minyak bulu domba)
c. PT. Goo. Indonesia Chemical di Kabupaten Bekasi (importir
Hidrogenated Tallow)
d. PT. Victory Garmintex di Kabupaten Bandung Barat (importir
wool/Scoured Bulu Domba)
e. PT. Ceto Sukses Abadi di Kabupaten Bogor (importir Kulit Sapi
Mentah Garaman/BrinecuredCow/Ox Hides)
f. PT. Segara Banyu Perkasa di Kota Bekasi (importie Kulit Sapi
Mentah Garaman/Dry Wessalted)

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 138


g. PT. Va-Vite Indonesia di Kabupaten Bandung (importir Kulit Biri-biri
Mentah Garaman)

5. Pengendalian Produk Hewan.


Produk Hewan terutama Pangan Asal Hewan merupakan produk yang
bersifat mudah rusak dan dapat menjadi sumber penularan penyakit hewan kepada
manusia (zoonosa) apabila tidak dikelola dengan baik. Pengendalian zoonosa
agar tidak menular kemanusia dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut :
A. Pengawasan Pengendalian Zoonosis di RPU/TPU
B. Pengujian Kualitas dan Zoonosis pada bahan asal hewan yang dilakukan
oleh Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet
(BP3HK) Cikole Lembang.
C. Pengujian kualitas BAH berupa uji cemaran mikroba dan residu antibiotika
serta pengujian zoonosa berupa uji salmonella pada spesimen daging dan
telur serta pengujian Escherichia coli dan Staphylococus aureus pada
spesimen daging, telur dan susu.

Pengujian kualitas produk hewan juga dilakukan untuk mengetahui cemaran


mikroba terhadap spesimen daging sapi, daging ayam, susu sapi, telur ayam, telur
itik, dari wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
Hasil uji sampel untuk penyakit zoonosis dan cemaran mikroba terhadap
produk hewan berupa daging, susu dan telur beserta olahannya dapat dilihat pada
lampiran....

6. Pembinaan Kesejahteraan Hewan.


Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang yang berhubungan dengan
keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu
diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang
yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Kesejahteraan
hewan merupakan upaya Pemenuhan Kebutuhan Dasar Hewan agar hewan
memperoleh 5 (lima) kebebasan/sejahtera (Five Freedom), yaitu (a) bebas dari
rasa lapar dan haus; (b) bebas dari rasa tidak nyaman; (c) bebas dari rasa sakit,
luka dan penyakit; (d) bebas dari rasa takut dan tertekan; dan (e) bebas untuk
menampilkan eprilaku alaminya.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 139


Secara kodrati hewan diciptakan untuk kesejahteraan manusia sehingga
semua hewan bisa diambil manfaatnya oleh manusia, sesuai dengan slogan :
A. Mensejahterakan hewan dengan tujuan untuk mensejahterakan manusia
(ANIMALLIUM HOMNIQUE SALUTI).
B. Manusia mengelola hewan untuk kesejahteraan (MANUSYA MRIGA
SATWA SEWAKA).

Pada bulan Mei tahun 2011 telah terjadi penghentian importasi sapi potong
dari Australia yang disebabkan oleh beredarnya rekaman pemotongan hewan
dibeberapa Rumah Potong Hewan Ruminansia Pemerintah di Indonesia. Pada
rekaman kegiatan pemotongan di beberapa RPH Ruminansia menunjukkan
bagaimana perilaku para pemotong terhadap ternak dengan tidak memperhatikan
kesejahteraan hewan. Tayangan ini mengakibatkan masyarakat Australia marah
dan melarang pemerintah Australia mengirimkan sapi potong ke Indonesia.
Namun dengan berbagai upaya yang dilakukan akhirnya pada bulan September
2011 pemerintah Australia menyepakati akan membuka kembali importasi sapi
potong ke Indonesia dengan syarat bahwa sapi-sapi dari Australia harus dipotong
di Rumah Potong Hewan yang sudah memenuhi persyaratan Kesejahteraan
Hewan. Untuk memastikan apakah RPH tersebut sudah menerapkan kesejahteraan
hewan maka harus di audit oleh pihak-pihak yang sudah diakreditasi oleh lembaga
akreditasi yang disetujui oleh pemerintah Australia.
Sehubungan dengan adanya suplaychain yang ditetapkan oleh pemerintah
Australia maka dilakukan peningkatan pembinaan, pengawasan dan fasilitasi
penerapan Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) di Rumah Potong Hewan
Ruminansia terutama yang akan dijadikan sebagai lokasi pemotongan sapi impor
dari Australia. Beberapa RPH yang sudah di audit dapat dilihat pada lampiran ....

7. Pembinaan Pemerikaan Ante Mortem dan Post Mortem.


Hasil pembinaan kegiatan pembinaan antemortem dan post mortem di RPH
adalah sebagai berikut :
A. Dilaksanakan di RPH Ruminansia dan Unggas pemerintah maupun swasta
dengan melibatkan petugas pemerintah dan pelaksana teknis sebagai
penanggungjawab pemeriksaan antemortem dan postmortem.
B. Sebagian RPH Ruminansia Pemerintah melaksanakan kegiatan tersebut
namun belum tertib terutama untuk pemeriksaan post mortem, tidak
melakukan pencatatan sehingga tidak ada laporan dan sulit untuk

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 140


melaksanakan penelusuran apabila ditemukan hal-hal yang tidak diinginkan
misalnya adanya penularan penyakit zoonosa kepada pelaku pemotongan,
pedagang daging, pengolah ataupun konsumen. Sedangkan RPH swasta
sudah melaksanakan dan melaporkan secara berkala kepada dinas yang
membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota.
C. Sebahagian besar TPH sama sekali tidak melaksanakan pemeriksaan
antemortem dan postmortem sehingga perlu pembinaan dan pengawasan
yang lebih insentif.

Kendala utama adalah kurangnya tenaga dokter hewan dan paramedis di


Kabupaten/Kota terutama yang ditugaskan sebagai penanggungjawab di
RPH/TPH dan RPU/TPU sehingga pelaksanaan pemeriksaan antemortem dan
postmortem tidak dapat dilaksanakan secara optimal bahkan di TPU tidak
dilaksanakan sehingga belum adanya jaminan terhadap keamanan pangan
terhadap produknya.
Pembinaan pemeriksaan antemortem dan postmortem terus dilakukan
terutama di Rumah Potong Hewan Ruminansia dan pada saat hari-hari besar
keagamaan dimana banyak dilakukan pemotongan ternak. Pembinaan
dilaksanakan melalui penyebaran leaflet dan poster, langsung berinteraksi dengan
petugas dan pelaku usaha melalui kunjungan langsung, pelatihan, serta melalui
sosialisasi tatacara pemotongan hewan qurban dan penyebaran VCD.

8. Pengawasan Produk Peternakan.


Pengawasan produk peternakan (daging, telur dan susu serta hasil
olahannya) dilakukan bersama instansi terkait (Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Agama dan Bina Produksi
Sekretarian Daerah Provinsi Jawa Barat) di Provinsi dan Kabupaten/Kota
terutama menjelang hari besar keagamaan (Idul Fitri dan Idul Adha). Pada saat
itu kebutuhan terhadap produk peternakan, khususnya daging dan telur, meningkat
sehingga dikhawatirkan adanya pemotongan ternak yang tidak terawasi oleh
petugas di Kabupaten/Kota serta adanya peredaran daging ilegal dan produk
olahan yang dapat menyebabkan masuknya penyakit eksotik .
Pengawasan produk hewan dilaksanakan mulai di rumah potong, tempat
pengolahan hingga tempat penjualan di pasar tradisional dan pasar modern.
Jumlah pasar tradisional dan pasar modern di Jawa Barat sebagai berikut :

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 141


Tabel 6.34. Jumlah Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Jawa Barat
No. Kab/ Kota Pasar Tradisional Pasar Modern
Wilayah Priangan :
1 Kota Bandung 49
2 Kab. Bandung 58 119
3 Kab. Bandung Barat 9
4 Kota Cimahi 12 37
5 Kab. Garut 16 37
6 Kab. Tasikmalaya 67 39
7 Kota Tasikmalaya 7 23
8 Kab. Ciamis 9 17
9 Kab. Sumedang 28 23
10 Kota Banjar 4 8

WilayahPurwasuka
11 Kab. Purwakarta 16 38
12 Kab. Subang 34 41
13 Kab. Karawang 30 61
14 Kota Bekasi 42 81
15 Kab. Bekasi 21 126

Wilayah Bogor
16 Kota Bogor 8 87
17 Kab. Bogor 23 0
18 Kab. Cianjur 11 40
19 Kota Depok 9 10
20 Kota Sukabumi 8 25
21 Kab. Sukabumi 44

Wilayah Cirebon
22 Kota Cirebon 9 55
23 Kab. Cirebon 30 90
24 Kab. Majalengka 41 61
25 Kab. Kuningan 27 43
26 Kab. Indramayu 38 80
Keterangan :
Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 142


Hasil pengawasan produk peternakan pada tahun 2012 di Kabupaten/Kota
adalah masih ditemukannya produk peternakan yang tidak memenuhi syarat
antara lain :
A. Pemanfaatan sisa kulit dari industri yang diolah menjadi bahan pangan
B. Penjualan daging yang sudah tidak layak dikonsumsi
C. Daging sapi, karkas dan usus ayam yang diberi formalin sebagai upaya
mempertahankan agar karkas terlihat masih segar dan kenyal.
D. Penanganan produk hewan yang tidak memenuhi aspek kemanan pangan.

Kasus tersebut diatas terjadi karena kurangnya kesadaran dari pelaku usaha
dan minimnya tenaga pengawas dari berbagai pihak terkait. Pelaku usaha pada
umumnya bukan lalai melainkan sengaja melakukan pemalsuan produk
peternakan yang sangat merugikan konsumen namun masih ada ditemukan pelaku
yang memang tidak mengerti akan bahaya penambahan bahan kimia pada pangan
sehingga perlu peningkatan pengawasan dan pembinaan kepada pelaku usaha.
Salah satu aspek dalam pengawasan kesmavet adalah pengawasan peredaran
produk asal hewan baik yang berasal dari dalam negeri mau pun eks impor.
Namun pada tahun 2012 tidak ditemukan adanya kasus pemalsuan daging sapi
dengan daging babi atau celeng.
Pada tahun 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan
sertifikat kesehatan Produk Hewan antar Pulau antar Provinsi diantaranya dengan
tujuan Provinsi Jawa Timur, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi
Sulawesi Selatan dan Provinsi Kepulauan Riau, Rekap PAH se Jawa Barat dapat
dilihat pada lampiran ....

9. Pengawasan pada Hari Besar Keagamaan.


Pada tahun 2012 dilaksanakan kegiatan dalam rangka pengawasan
peredaran produk pada menjelang dan hari besar keagamaan yaitu Idul Fitri dan
Idul Adha 1433 H antara lain sebagai berikut :
A. Pelatihan tata cara pemotongan hewan qurban yang dilaksanakan di UPTD
Balai Pelatihan Peternakan Cikole yang diikuti oleh 60 orang (2 angkatan)
peserta dari DKM, pemotong dan panitia pelaksana pemotongan hewan
qurban di kabupaten/kota

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 143


B. Sebagai dampak pelaksanaan Sosialisasi dan Apresiasi Tatacara
Pemotongan Hewan Qurban yang dilaksanakan di Kabupaten/Kota dan
pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi terkait seperti Kementerian
Agama dan UPTD BPP Cikole maka pada tahun 2012 beberapa
Kabupaten/Kota secara rutin setiap tahun melaksanakan kegiatan yang sama
bersumber APBD II diantaranya adalah Kota Bekasi, Kab. Bekasi, Kota
Depok, Kota Bogor dan Kab. Bogor serta beberapa Mesjid di Kota
Bandung dengan narasumber dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Selanjutnya pemeriksaan antemortem dilaksanakan di tempat-tempat


pelaksanaan pemotongan hewan qurban pada H-1. Sedangkan pemeriksaan post
mortem dilaksanakan pada hari H hingga H+3 (hari Tasrik). Pemeriksaan ini
dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Provinsi
dan Kabupaten/Kota dibantu oleh para mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan
IPB, PDHI dan beberapa petugas dari Direktorat Kesmavet Direktorat Jenderal
Patternmaking dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian terutama di daerah
endemis Anthrax serta beberapa masyarakat yang sudah mendapat pelatihan. Data
pemotongan hewan qurban pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6.35. Perbandingan Jumlah Hewan Qurban di Jawa Barat pada tahun
1427 ~ 1433 H.
Hewan Jumlah (ekor) Perbandingan
No
Qurban 1427 H 1428 H 1429 H 1430 H 1431 H 1432 H 1433 H 1433 H/1432 H
1. Sapi 26.729 30.644 24.010 26.812 38.280 48.568 48.480
2. Kerbau 604 785 535 301 513 654 735
3. Domba 170.227 192.293 135.845 154.763 177.947 176.269 129.680 Turun 15,21%
4. Kambing 43.344 37.061 60.178 61.037 39.088 49.391 54.175
JML Ekor 240.904 260.783 220.568 242.612 255.828 274.882 233.070

Catatan : 3 Kab/Kota belum melaporkan.

10. Sosialisasi PPAH yang HAUS.


Kegiatan sosialisasi Pangan Asal Hewan yang HAUS Tahun 2012
dilaksanakan dalam bentuk pertemuan, penyampaian materi dan diskusi serta
praktek oleh pembicara/narasumber. Pembicara/Narasumber berasal dari Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat, Kantor Wilayah Kementrian Agama, Dinas
Kesehatan Dinas Pendidikan serta para praktisi.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 144


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Sosialisasi Pangan Asal Hewan
yang HAUS adalah meningkatkan pengetahuan kader dan tim penggerak PKK di
wilayah Jawa Barat bekerjasama dengan media massa seperti TVRI Jawa Barat
dan RRI Bandung serta anak-anak Sekolah Dasar di Kabupaten Indramayu dan
Kabupaten Sumedang bekerjasama dengan UKS (Unit Kesehatan Sekolah) untuk
dapat berperan serta dalam penyebaran informasi dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat terhadap Penanganan dan manfaat Pangan Asal Hewan sehingga dapat
meningkatkan kualitas Pangan Asal Hewan yang beredar di Jawa Barat.

Tujuan dari pelaksanaan sosialisasi PPAH HAUS adalah :


A. Meningkatkan sosialisasi agar masyarakat mengetahui Produk Hewan
terutama Pangan Asal Hewan yang HAUS
B. Menambah pengetahuan Kader PKK terhadap Pangan Asal Hewan yang
HAUS
C. Meningkatkan pengetahuan anak-anak Sekolah dasar tentang Pangan Asal
Hewan yang HAUS

Sedangkan Sasaran dari kegiatan ini adalah Kader PKK dan masyarakat
umum serta anak-anak Sekolah dasar kabupaten/kota di Jawa Barat dengan materi
yang disampaikan pada Sosialisasi Pangan Asal Hewan HAUS adalah :
A. Penanganan Pangan Asal Hewan yang HAUS
B. Pangan Asal Hewan yang Halaal dan Thoyyib
C. Kandungan gizi pada Pangan Asal Hewan (Daging, Susu dan Telur)
D. Ketersediaan Pangan Asal Hewan yang HAUS

11. Peningkatan SDM.


Pada tahun 2012 dilaksanakan pelatihan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas kesmavet antara lain :
A. Pelatihan Tatacara Pemotongan Hewan Qurban yang diselenggarakan oleh
UPTD Balai Pelatihan Peternakan Cikole Lembang, diikuti 60 orang
petugas di RPH Kabupaten/Kota (2 angkatan).
B. Pelatihan Pengawas Kesmavet (1 orang) yang diselenggarakan oleh
Direktorat Kesmavet dan Pasca Panen
C. Pelatihan Keurmaster (2 orang) yang diselenggarakan oleh Direktorat
Kesmavet dan Pasca Panen dan 30 orang oleh Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 145


D. Pelatihan Juru Sembelih Halal kepada 150 orang penyembelih di RPH 9
Kabupaten/kota.
E. Sosialisasi tatacara pemotongan hewan qurban 300 orang yang
diselenggarakan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan
kabupaten/kota.
F. Apresiasi Penerapan Kesejahteraan Hewan (15 orang) yang diselenggarakan
oleh Direktorat Kesmavet dan Pasca Panen, PB PDHI dan lembaga terkait.
G. Pelatihan PPNS (1 orang) yang diselenggarakan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan bekerjasama dengan Kepolisian RI.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 146


BAB VII
PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN

7.1. PENGEMBANGAN FASILITASI USAHA DAN KELEMBAGAAN


1. Fasilitasi Usaha Peternakan Tahun 2012
Jawa Barat merupakan salah satu tujuan utama para penanam modal baik
yang tergolong PMA maupun PMDN, terbukti dari besaran nilai investasi yang
menempati urutan kedua setelah DKI Jakarta. Total investasi yang masuk ke
Indonesia pada tahun 2011 untuk DKI Jakarta sebesar 4,8 miliar dolar AS, disusul
Jawa Barat 3,8 miliar dolar AS, Banten 2,2 miliar dolar AS, Papua 1,3 miliar
dolar AS, dan Jawa Timur 1,3 miliar dolar AS. Investasi yang masuk ke Indonesia
dari investor yang berasal dari Negara Singapura sebesar 5,1 miliar dolar AS,
Amerika Serikat 1,5 miliar dolar AS, Belanda 1,4 miliar dolar AS, dan Korea
Selatan 1,2 miliar dolar AS. Pada tahun 2011 tersebut kinerja investasi
memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja Indonesia mencapai
404.039 orang terdiri atas 137.217 orang bekerja pada proyek PMDN, dan
266,822 orang pada proyek PMA.
Survey UNCTAD terhadap para perusahaan/ pelaku usaha, menunjukan
bahwa Indonesia masih merupakan negara bagi para penanam modal. Hasil
surveynya menujukkan bahwa Indonesia masuk kedalam 20 besar negara tujuan
investasi menempati ranking ke-9. Hasil survey ini memberikan indikasi terhadap
peningkatan investasi PMA pada tahun-tahun mendatang, hal ini juga akan
berdampak positif terhadap peningkatan jumlah investasi di Jawa Barat. Hasil
survey UNCTAD dapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 7.A. Dua Puluh Negara Tujuan Investasi PMA

Kondisi berbeda diungkapkan oleh Deininger, K & Byerlee, D. (2011), hasil


penelitiannya menujukkan bahwa beberapa proyek pertanian yang didanai oleh
investasi asing di negara-negara berkembang telah gagal karena negara tuan
rumah tidak memiliki kapasitas untuk memproses dan mengelola investasi skala
besar, karena usulan investasi tidak layak secara teknis. Kelayakan teknis yang
dimaksud antara lain adalah penyediaan lahan untuk aktivitas investasi, beberapa
transaksi tanah di Negara-negara berkembang banyak yang batal, seperti di
Madagaskar, Indonesia dan Filipina. Kegagalan ini karena tidak mendapat
persetujuan dari penduduk setempat, artinya penduduk setempat menolak
kehadiran investasi d wilayahnya.

2. Investasi Bidang Peternakan


600.00

500.00

400.00
Rp. Milyar

300.00

200.00

100.00

-
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PMA 264.58 179.80 23.38 15.75 35.00 - 118.11
PMDN 524.86 93.75 - - - 62.15 -

Sumber : BKMD Jawa Barat, 2012


Gambar 7.B. Minat Investasi PMDN dan PMA dalam Bidang Peternakan Tahun 2006-2011

Investasi di bidang peternakan di Indonesia dalam kurun waktu 2008 sampai


dengan 2011, baik investasi darbel di PMA maupun PMDN mengalami
pertumbuhan positif. Invetasi PMA untuk bidang peternakan tumbuh sebesar
63,48 %, sedangkan investasi dari PMDN tumbuh lebih rendah hanya sebesar
24,74%. Pertumbuhan investasi bidang peternakan kalau dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Indonesia nilainya masih lebih besar angka pertumbuhan
investasi bidang peternakan.
Para investor dari dalam maupun luar negeri dalam kurun waktu 2006
sampai dengan 2012 menujukan minatnya untuk berinvestasi dalam bidang
peternakan. Minat investasi di bidang peternakan untuk PMA berkisar antara
23,38 m sampai dengan 264,5 milyar dengan total proyek 22 buah, dan rencana
penyerapan tenaga kerja 955 orang, namun tahun 2011 tidak ada PMA yang
berminat investasi di bidang peternakan di Jawa Barat. Investasi yang tergolong
PMDN beberapa perusahaan berminat menanamkan modalnya di Jawa Barat
untuk bidang peternakan pada tahun 2006, 2007, dan 2012 masing-masing sebesar
524,8 milyar, 93,75 milyar, dan 62,15 milyar (Gambar 12). Minat PMD tersebut
tersebar pada 10 proyek, dan potensial menyerap tenaga kerja sebanya 1.488
orang.

REALISASI INVESTASI PMDN DAN PMA


BIDANG PETERNAKAN
160.00
140.00
120.00
Rp. milyar

100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
-
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PMA 73.10 76.80 30.18 0.07 47.04 47.05 -
PMDAN 5.02 - - 147.62 - 46.21 86.21

Sumber : BKMD Jawa Barat, 2012

Gambar 7.C. Realisasi Investasi PMDN dan PMA dalam Bidang Peternakan Tahun 2006-2011

Realisasi investasi PMA dan PMDN dalam bidang peternakan di Jawa Barat
dalam kurun waktu 2006 2007 secara total sebesar 559,28 milyar terdiri dari
investasi PMDN 50,97 % dan PMA 49,03 %. Rata-rata investasi rata-rata 79,90
milyar/tahun dengan laju pertumbuhan realisasi investasi dalam kurun waktu
tersebut sebesar 3,31 % per tahun. Jumlah tenaga kerja yang terserap dari
realisasi investasi tersebut adalah 14,890 orang, berasal dari penyerapan tenaga
kerja dari PMA 13.261 orang dan dari PMDN 1.629 orang. Besaran Investasi
PMA dan PMDN bidang peternakan di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 3.

3. Fasilitasi Permodalan Bidang Peternakan Tahun 2012


Pengembangan usaha peternakan merupakan bagian penting dari
pembangunan pertanian yang disamping bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan gizi masyarakat luas juga harus mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat peternak. Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah berupaya
melaksanakan serangkaian kebijakan dan program, namun demikian kendala yang
dihadapi cukup besar sehingga beberapa target belum tercapai seperti yang
diharapkan. Hal ini terlihat perkembangan populasi dan produktivitas ternak yang
ditunjang oleh pemberian pakan yang belum memadai sehingga belum
tercapainya kesejahteraan peternak sebagai subyek pembangunan. Kondisi ini
terjadi akibat belum tercapainya keserasian antara penyediaan sarana produksi
dengan tingkat pengetahuan/keterampilan masyarakat dalam manajemen usaha
peternakan, sedangkan permintaan pangan hewani saat ini terus meningkat dari
tahun ketahun, hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Kendala utama yang dihadapi sektor peternakan saat ini meliputi kendala
dari faktor: pakan, struktur genetik, kesehatan hewan, faktor teknis lain seperti air,
sosio-ekonomi dan kelembagaan (kepemilikan lahan, kebijakan ekonomi seperti
kebijakan harga dan perdagangan, kekurangan modal investasi).
Dana investasi untuk sektor peternakan tersedia dari berbagai sumber,
diantaranya: perbankan, pemerintah pusat, pinjaman eksternal dan sumber lainnya
(LSM, hibah, lembaga keuangan lainnya)
Pembangunan pertanian tetap memegang peran strategis dalam
perekonomian nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi
yang nyata melalui pembentukan kapital, penyediaan bahan pangan, bahan baku
industri, pakan dan bio energi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara dan
sumber pendapatan serta pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang
ramah lingkungan. Pembangunan pertanian diharapkan dapat memperbaiki
pendapatan penduduk secara merata dan berkelanjutan, karena sebagian besar
penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian di sektor pertanian.
Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam hal
pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah melalui
penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah, fasilitas Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan tahun 1998 dan subsidi sarana produksi
(benih, pupuk dan pestisida). Semenjak diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia maka tidak tersedia lagi sumber dana dari KLBI, oleh
karena itu mulai tahun 2000 telah diluncurkan Skim Kredit Ketahanan Pangan
(KKP) yang sumber dananya berasal dari Perbankan dengan subsidi suku bunga
bagi petani dan peternak yang disediakan oleh pemerintah.
Program Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014 difokuskan pada 5 (lima)
komoditas pangan utama yaitu : padi (beras), jagung, kedelai, tebu (gula) dan
daging sapi.
Dalam rangka mencukupi kebutuhan bahan pangan utama dalam negeri dan
mengurangi ketergantungan impor pangan maka pemerintah telah mencanangkan
program pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan. Swasembada
berkelanjutan ditargetkan untuk komoditas padi dan jagung, dengan sasaran
peningkatan produksi dapat dipertahankan minimal sesuai dengan pemenuhan
kebutuhan dalam negeri. Sedangkan pencapaian swasembada yang ditargetkan
untuk Tahun 2014, untuk tiga komoditas pangan utama yaitu kedelai, gula dan
daging sapi.
Upaya untuk percepatan swasembada daging sapi dan kerbau melalui :
A. Peningkatan produksi daging sapi, unggas dan ketersediaan susu dalam
negeri;
B. Peningkatan ketersediaan pakan dan bibit sapi;
C. Peningkatan mutu bibit ternak sapi potong dan sapi perah ditempuh dengan
pengembangan mutu genetik dengan pendekatan bioteknologi, inseminasi
buatan dan atau embrio transfer;
D. Peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia melalui
penerapan Good Farming Practices (GFP);
E. Pengembangan pakan sapi potong melalui perbaikan padang
penggembalaan dan pemanfaatan hasil samping pertanian serta hasil
samping industri pertanian maupun pengembangan industri pakan ternak.
F. Pengendalian gangguan reproduksi dan penyakit hewan menular melalui
pemantauan terhadap kesehatan ternak khususnya kesehatan reproduksinya,
serta penanganan kesehatan hewan mulai dari pedet hingga ternak
melahirkan.
G. Peningkatan mutu daging sapi potong dengan melengkapai sarana
pendukung Rumah Potong Hewan (RPH) dengan melengkapi sarana
pendukungnya dalam upaya penyediaan Aman Sehat Utuh Dan Halal
(ASUH).
H. Pencegahan pemotongan sapi betina produktif.
I. Optimalisasi pemanfaatan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK),
Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun
Desa (SMD)/Pemuda Membangun Desa (PMD), Kredit Usaha Pembibitan
Sapi (KUPS) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).

4. Kredit Ketahanan Pangan & Energi (KKPE)


KKP-E adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh
Bank Pelaksana kepada petani/peternak melalui kelompok tani atau koperasi. Pola
penyalurannya bersifat executing dimana sumber dana berasal 100% dari
perbankan dan resiko ditanggung oleh perbankan. Sasaran KKP-E di sektor
peternakan antara lain petani sapi potong, sapi perah, pembibitan sapi, ayam ras,
ayam buras dan burung puyuh.
Tujuan penyelenggaraan KKP-E adalah:
A. Meningkatkan ketahanan pangan nasional dan mendukung program
pengembangan tanaman bahan baku bakar nabati, dan
B. Membantu petani/peternak di bidang permodalan untuk dapat menerapkan
teknologi yang direkomendasikan sehingga produktivitas dan pendapatan
petani menjadi lebih baik

Penyaluran KKPE dapat dilakukan secara mandiri melalui kelompok


tani/koperasi atau bekerjasama dengan mitra usaha:

Gambar 7.D. Prosedur Penyaluran KKPE Melalui Kelompok Tani/Koperasi

A. Kelompok Tani menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan


Kelompok) dibantu oleh Petugas Dinas Teknis setempat/PPL.
B. Dinas Teknis/PPL terkait mensahkan RDKK.RDKK yang sudah disahkan
diajukan langsung ke Bank Pelaksana.
C. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen RDKK, dan apabila dinilai
layak kemudian bank menandatangani akad kredit dengan Kelompok tani,
selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada Kelompok Tani.
D. Kelompok Tani meneruskan KKP-E kepada petani anggota kelompok.
E. Petani mengembalikan kredit kepada kelompok tani.
F. Kelompok tani mengembalikan KKP-E langsung kepada Bank Pelaksana
sesuai jadwal yang disepakati dalam akad kredit.
Gambar 7.E. Prosedur Penyaluran KKPE Bekerjasama dengan Mitra Usaha

A. Kelompok Tani menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan


Kelompok) dibantu oleh Petugas Dinas Teknis setempat/PPL.
B. Dinas Teknis/PPL terkait mensahkan RDKK.
C. RDKK yang sudah disahkan diajukan langsung ke Bank Pelaksana.
D. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen RDKK, dan apabila dinilai
layak kemudian bank menandatangani akad kredit dengan Kelompok tani,
selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada Kelompok Tani.
E. Dalam hal Kelompok Tani/koperasi bekerjasama dengan Mitra Usaha
(Perusahaan BUMN, BUMD, Swasta lain yang memiliki usaha bidang
pertanian), maka mitra usaha dapat bertindak sebagai penjamin pasar atau
kredit (avalis) sesuai perjanjian pihak yang bermitra. Mitra Usaha bias
menyediakan sarana produksi yang dibutuhkan kelompok tani .
F. Mitra usaha menjamin pemasaran hasil produksi kelompok tani/koperasi
dan membantu kelancaran pengembalian kreditnya yang berkoordinasi
dengan Bank Pelaksana.
G. Kelompok tani mengembalikan KKP-E langsung kepada Bank pelaksana
sesuai jadwal yang disepakati dalam akad kredit.

Pada saat ini peran pemerintah masih diperlukan dalam mendukung KKP-E
terutama dalam penyediaan subsidi suku bunga. Suku bunga yang dibayar
petani/peternak peserta KKP-E adalah sebesar suku bunga komersial dikurangi
subsidi yang dibayar oleh pemerintah. Suku bunga bersubsidi yang dibayar oleh
peternak adalah sebesar 7% pertahun, dengan jangka waktu kredit disesuaikan
dengan siklus usaha, paling lama 5 tahun.
Besarnya KKP-E maksimal untuk peternak, yaitu ayam buras Rp. 100 juta,
ayam ras petelur Rp. 100 juta, ayam ras pedaging Rp. 100 juta, Itik Rp. 100 juta,
burung puyuh Rp. 100 juta, kelinci Rp. 100 juta, sapi potong dan sapi perah Rp.
100 juta, penggemukan sapi perah jantan/sapi potong Rp. 100 juta,
kambing/domba Rp. 100 juta, kerbau Rp. 100 juta, dan babi Rp. 100 juta per
satuan unit usaha. Sementara itu besaran KKP-E untuk kelompoktani dalam
rangka pengadaan/peremajaan alat dan mesin untuk mendukung usaha tanaman
pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan setinggi-tingginya Rp. 500 juta
Disamping itu model pembiayaan lain yang dapat dimanfaatkan oleh
kegiatan sektor peternakan yaitu Kredit Usaha Rakyat ( KUR) hingga Oktober
2011, penyerapan KUR hanya Rp3,76 triliun atau 49% dari plafon Rp. 7,79
triliun,"
(Humas Kantor Bank Indonesia Bandung) Dari total 8 juta pelaku usaha
UMKM di Jabar hanya sekitar 790.317 pelaku yang memanfatkan KUR. Padahal,
program tersebut mempunyai tujuan untuk membantu dan meningkatkan para
pelaku UMKM Jabar. "Selama ini perbankan dan para pelaku UMKM belum
terkoneksi. Mereka perlu pendamping agar sesuai kriteria perbankan."

Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS)


Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), adalah kredit yang diberikan bank
pelaksana kepada Pelaku Usaha Pembibitan Sapi yang memperoleh subsidi bunga
dari Pemerintah. Tingkat bunga KUPS ditetapkan sebesar tingkat bunga pasar
yang berlaku untuk kredit sejenis, dengan ketentuan paling tinggi sebesar suku
bunga penjaminan simpanan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh Lembaga
Penjamin Simpanan ditambah 6%. Dengan adanya subsidi pemerintah, beban
bunga KUPS kepada pelaku usaha ditetapkan sebesar 5%. Obyek yang dibiayai
oleh KUPS, yaitu kegiatan usaha pembibitan sapi untuk produksi bibit sapi potong
atau bibit sapi perah yang dilengkapi dengan nomor identifikasi berupa
microchips.
KUPS memiliki jangka waktu kredit paling lama enam tahun, dengan masa
tenggang paling lama 24 bulan. Mekanisme pengajuan bagi pelaku usaha adalah
menyusun rencana definitif kebutuhan kredit dalam satu periode, dan mengajukan
permohonan KUPS langsung kepada bank pelaksana. Nantinya bank pelaksana
akan memeriksa kelayakan kredit.
Bank pelaksana KUPS yang ditunjuk antara lain BRI, BNI, Mandiri, Bank
Bukopin dan BPD. Wilayah yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan KUPS
adalah Jawa Timur, Yogyakarta, Sumatera Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
Jawa Tengah.
Manfaat yang diharapkan dari KUPS atara lain:
A. Tersedianya bibit sapi berkelanjutan bagi pelaku usaha pembibitan sapi.
B. Berkembangnya usaha pembibitan sapi pola kemitraan.
C. Terciptanya peluang usaha dan kesempatan kerja bagimasyarakat.
D. Mempercepat upaya swasembada daging sapi.
E. Menghasilkan daging, susu, energi berupa gas bio dan pupuk organik

Jumlah pemohon KUPS yang masuk ke Dinas Peternakan Jawa Barat Tahun
2012 adalah sebanyak 2(dua) pengusul :
A. PT ANZINDO Gratia Internasional dengan alamat di Jl. S Parman Kav 22-
24 Gedung Grand Slipi Lt 6 E-F Jakarta Barat dengan alamat Farm di
Kecamatan Tanjung Sari dan di Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor.
Proposal permohonan usulan Kredit Usaha Pembibitan Sapi PT
Anzindo Gratia Internasional melampirkan :
a. Surat Rekomendasi dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor.
b. Nota Kesepakatan kerjasama antara PT Anzindo Gratia Internasional
dengan Dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor.
c. Surat Perjanjian Kerjasama dengan Kelompok Tani Mekar Buana
Desa Buana Jaya Kecamatan tanjung Sari Kabupaten Bogor.
d. Rekapitulasi Perkembangan Definitif Kebutuhan Usaha Pembibitan
Sapi PT Anzindo Gratia Internasional.
e. Akta Notaris tentang Pendirian Perusahaan.
f. Surat Izin Usaha perdagangan bidang Pertanian/Peternakan.
g. Keputusan Menteri Hukum dan HAM .
h. Surat Keterangan Terdaftar dari Kementrian Keuangan RI Direktorat
Jenderal Pajak.
i. Tanda daftar Perusahaan Perseroan terbatas.
j. Profil Perusahaan dan.
k. NPWP.
B. GAPOKTAN MITRA TANI MANDIRI dengan alamat Kampung
Sumurjaya Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang
Proposal permohonan usulan Kredit Usaha Pembibitan Sapi dari Gapoktan
Mitra Tani Mandir melampirkan :
a. Akta Pendirian Gapoktan dari Notaris dan PPAT
b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), TDP Perorangan dan Ijin
Gangguan Sekala Besar dari Kantor Badan Penanaman Modal dan
Perijinan Kabupaten Subang
c. Peraturan Daerah Kabupaten Subang nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang
d. Peta Kelompok tani Pusaka Alam beserta foto copy KTP anggota
Gapoktan
e. Dokumen Perjanjian Kemitraan antara Gapoktan dengan Kelomok
Mawar Bodas

Proposal tersebut diusulkan ke BRI Pusat Divisi Agribisnis, namun


pada perjalanannya terbit surat nomor 524.2/2842-Binus tanggal 13 Oktober
2012 tentang Pencabutan Rekomendasi KUPS untuk PT Anzindo Gratia
Internasional dari Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
dengan demikian perjalan usulan pengajuan PT Anzindo Gratia
Internasional tidak dapat dilanjutkan, sementara perkembangan usulan dari
Gapoktan Mitra Tani Mandiri ke BRI Pusat mendapat respons pada tanggal
14 September 2012, yang menyatakanbahwa permohonan tersebut belum
bisa diproses oleh BRI Pusat karena terkait teknis perbankan. Sehingga pada
Tahun 2012 di Jawa Barat tidak ada usulan KUPS yang disetujui oleh Bank
Pelaksana.
Posisi Pinjaman / Kredit yang disalurkan oleh Bank Pemerintah, Bank
Swasta Nasional, Bank Asing dan bank Campuran, Bank Perkreditan
Rakyat di Jawa Barat disampaikan oleh Bank Indonesia adalah sebesar Rp.
330,807,594 Milyard sementara dari jumlah tersebut yang tersalur ke sektor
Pertanian, Peternakan, kehutanan dan Perikanan adalah sebesar
Rp.5,796,686 Milyar
Kredit Investasi yang disalurkan oleh Bank Pemerintah, Bank Swasta
Nasional, Bank asing dan bank Campuran, Bank Perkreditan Rakyat di Jawa
Barat adalah sebesar Rp.41,936,026 Milyard sementara dari jumlah tersebut
yang tersalur ke sektor Pertanian, Peternakan, kehutanan dan Perikanan
adalah sebesar Rp.1,488,987 Milyar. Sementara Kredit Modal Kerja yang
disalurkan oleh Bank Pemerintah, Bank Swasta Nasional, Bank asing dan
bank Campuran, Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Barat adalah sebesar
Rp.146,940,273 Milyard sementara dari jumlah tersebut yang tersalur ke
sektor Pertanian, Peternakan, kehutanan dan Perikanan adalah sebesar
Rp.4,261,240 Milyar.
Dari hasil analisa yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia Kantor
Bandung Bulan Januari 2013 dilaporkan jumlah investasi / kredit dari
Perbankan yang diserap oleh masyarakat di Jawa Barat sampai dengan
Bulan November 2012 dapat dilihat pada data dibawah ini (dalam Milyard
Rupiah) :

Tabel. 7.1. Jumlah Investasi / Kredit dari Perbankan yang Diserap Oleh
Masyarakat di Jawa Barat Sampai Dengan Bulan November
2012
Growth
2011 2012
SEKTOR PERTANIAN/PERTERNAKAN (%)
Nov Nov y-o-y
PERTANIAN, PERBURUAN DAN 2,143,742.92 3,747,099.42 74.79
KEHUTANAN
Pembibitan dan Budidaya Sapi Potong 356,575.47 369,066.28 3.50
Pembibitan dan Budidaya Domba dan 7,075.06 18,718.67 164.57
Kambing Potong
Pembibitan dan Budidaya Ternak Perah 207,658.67 292,076.20 40.65
Pembibitan dan Budidaya Babi 14,297.59 13,740.67 (3.90)
Pembibitan dan Budidaya Unggas 394,079.49 507,815.97 28.86
Pembibitan dan Budidaya Ternak Lainnya 19,839.90 33,083.55 66.75
Kombinasi Pertanian Atau Perkebunan 27,376.88 45,948.88 67.84
Dengan Peternakan (Mixed Farming)
Jasa Pertanian, Perkebunan dan Peternakan 111,128.77 191,906.36 72.69
Perburuan Penangkapan dan Penangkaran 501.04 1,593.02 217.94
Satwa Liar

5. Kelembagaan Peternakan Tahun 2012


A. Lomba Kelompok Agrbisnis Peternakan Tahun 2012
Program utama pembangunan pertanian adalah peningkatan ketahanan
pangan dan pengembangan agribisnis. Kedua program tersebut pada
dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan ketersediaan pangan
menuju ketahanan pangan nasional maupun daerah, melalui penyediaan
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu serta merata dengan harga
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat ditingkat rumah tangga.
Ketahanan pangan tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat.
Agribisnis merupakan rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri
dari 4 (empat) sub system, yaitu (a) sub system hulu yaitu kegiatan ekonomi
yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) sub system
pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana
produksi yang dihasilkan sub system hulu; (c) sub system agribisnis hilir
yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas pertanian; (d) sub system
penunjang yaitu yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan,
teknologi, dan lain-lain.
Pengembangan Agribisnis Peternakan dimaksudkan untuk
mengoperasionalkan pembangunan sistem dan usaha-usaha agribisnis, yang
mengarahkan seluruh sub sistem agribisnis dapat secara produktif dan
efisien menghasilkan berbagai produk peternakan yang memiliki nilai
tambah dan daya saing yang tinggi, baik di pasar domestik maupun pasar
internasional.
Salah satu langkah untuk mewujudkan ketahanan pangan adalah
dengan adanya kelembagaan pertanian yang mampu meningkatkan daya
saing dan nilai tambah. Pemberdayaan kelompok tani sebagai suatu lembaga
yang merupakan kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan skala ekonomi dan
mengembangkan usaha anggotanya, sangat berperan untuk mewujudkan
ketahanan pangan.
Pengembangan kelompoktani diarahkan pada peningkatan
kemampuan dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan pada
anggota dalam mengembangkan agribisnis.
Sebagai suatu upaya dalam melaksanakan pemantauan terhadap
seberapa jauh indikator sistem dan usaha agribisnis peternakan mampu
diimplementasikan oleh kelompok-kelompok yang ada merupakan besaran
yang harus dipantau sebagai bahan evaluasi kinerja pengembangan
agribisnis itu sendiri, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai
fasilitator pembangunan peternakan di Jawa Barat untuk melaksanakan
evaluasi pengembangan agribisnis berbasis peternakan dengan melakukan
lomba kelompok tani ternak tingkat Jawa Barat yang diikuti kelompok tani
ternak yang sudah mengembangkan sistem dan usaha agribisnis. Kegiatan
tersebut diharapkan dapat memotivasi peternak dan atau kelompok ternak
dalam meningkatkan produktivitas dan produksi pangan asal ternak.
Disamping itu untuk komoditi tertentu turut dilombakan di tingkat nasional
yang memberi rangsangan bagi petani ternak untuk lebih memacu
perkembangan usahanya serta menuntut peran pemerintah daerah untuk
memfasilitasi dan membina secara lebih pro aktif.
Demi menggerakkan dan meningkatkan kinerja kader-kader
perekonomian rakyat yang berwawasan agribisnis agar dapat terus
mendukung operasionalisasi sumberdaya-sumberdaya tersebut di atas, perlu
diberikan penghargaan kepada para kelompok-kelompok tani/ternak dan
yang berprestasi setelah melalui seleksi dan penilaian secara bertahap.
Ruang Lingkup pelaksanaan Lomba Kelompok Ternak berupa
penilaian kinerja kelompoktani yang menerapkan aspek-aspek pengusahaan
ternak secara terpadu dan berkesinambungan dalam memfasilitasi
kebutuhan anggotanya untuk bekerjasama dan berdinamika
mengembangkan usahanya adalah sebagai berikut :
a. Persiapan dan Penyusunan kuisioner dan panduan lomba kelompok
serta persiapan pelaksanaan penilaian dan kelengkapannya yang
dilaksanakan oleh Panitia Lomba Kelompok Agribisnis Peternakan
2012 Tingkat Jawa Barat yang ditunjuk berdasarkan Surat Tugas
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang bertempat di
Kantor Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
b. Penyebaran kuesioner dan penilaian hasil kuesioner yang masuk
(Penilaian Tahap I) untuk menentukan nominasi tiap komoditinya.
c. Kegiatan Penilaian Kelompok di lapangan (Penilaian Tahap II).
d. Penentuan juara Lomba Kelompok Agribisnis Peternakan Tingkat
Jawa Barat Tahun 2012 untuk komoditi sapi perah, sapi potong,
kambing, domba, ayam buras, dan itik.

Persyaratan Peserta Lomba Kelompok Agribisnis Peternakan Tingkat


Jawa Barat Tahun 2012 ditetapkan harus memenuhi beberapa persyaratan
sebagai berikut :
a. Peserta Lomba Kelompoktani Agribisnis Peternakan Tingkat Jawa
Barat adalah Kelompok yang telah mendapatkan penetapan kelompok
di tingkat Kabupaten/Kota.
b. Peserta Lomba Kelompoktani Agribisnis Peternakan Tingkat Jawa
Barat :
a) Peserta Lomba Kelompoktani Agribisnis Peternakan Tingkat
Kabupaten/Kota adalah:
- Kelompok Tani yang melaksanakan usaha agribisnis
berbasis sapi perah, sapi potong, kambing, domba, ayam
buras, dan itik.
- Kelompok sudah berdiri minimal 3 tahun.
- Mempunyai anggota minimal 20 orang, dan berprestasi
dalam kegiatan usahanya.

- Kepemilikan ternak tiap kelompok minimal :


Sapi Perah 40 ekor laktasi
Sapi Potong Pembibitan 40 ekor induk
Sapi Potong Penggemukan 100 ekor
Kambing 100 ekor
Domba 100 ekor
Ayam Buras 1.000 ekor induk
Itik 1.000 ekor induk
b) Peserta adalah pemenang pertama lomba/penilaian/evaluasi
antar kelompok tani ternak tingkat Kabupaten/Kota. Apabila
salah satu jenis lomba belum pernah diperlombakan sebelumnya
di tingkat Kabupaten/Kota, maka Kabupaten/Kota yang
bersangkutan dapat mengajukan kelompok dari hasil
evaluasi/penilaian/pembinaan yang dilakukan selama 3 tahun
terakhir.
c) Kelompok belum pernah mencapai prestasi Tingkat Jawa Barat
(peringkat pertama dalam 3 tahun terakhir).
d) Peserta Lomba Kelompoktani Agribisnis Peternakan Tingkat
Provinsi adalah Pemenang pertama lomba/penilaian/evaluasi
antar kelompoktani ternak dalam kabupaten/kota.
Adapun peserta yang mengikuti kegiatan lomba kelompok pada tahun
ini sebanyak 26 peserta, yang berasal dari 11 kabupaten yaitu Kabupaten
Ciamis, Cianjur, Subang, Sukabumi, Tasikmalaya, Cirebon, Purwakarta,
Sumedang, Bogor, Bandung, Bandung Barat.
Komoditi sapi potong sebanyak 5 kelompok, sapi perah 4 kelompok,
kambing 3 kelompok, domba 6 kelompok, ayam buras 4 kelompok, itik 4
kelompok.
Dari ke- 26 kelompok tersebut, sebanyak 18 kelompok dinilai
kelapangan, untuk menentukan kejuaraan. Masing-masing 3 kelompok dari
6 komoditi selajutnya setelah dilakukan penilaian administrasi dan lapangan
, ditetapkan juara lomba kelompok Tingkat Provinsi Jawa Barat melalui
Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat nomor :
14/524.5/Pengemb/2012 tanggal 14 Mei 2012 dengan hasil sebagai
berikut :

Tabel. 7.2. Juara Lomba Kelompok Tingkat Provinsi Jawa Barat


Tahun 2012

Hadiah
No Komoditi Nama Kelompok Peringkat Tabungan
(Rp)
Kelompok Karang Rasa Desa
Sindangjaya Kecamatan Cipunegara I 15.000.000
Kabupaten Subang
Kelompok Mekar Sejahtera Desa
1 Sapi Potong Benteng Kecamatan Campaka II 12.500.000
Kabupaten Purwakarta
Kelompok Sugih Mukti Desa
Langgalaksana Kecamatan Cikatomas III 10.000.000
Kabupaten Tasikmalaya
Kelompok Mekar Rahayu Desa
Sukajaya Kecamatan Lembang I 15.000.000
Kabupaten Bandung Barat
Kelompok Mekar Asih Desa
2 Sapi Perah Margajaya Kecamatan Tanjungsari II 12.500.000
Kabupaten Sumedang
Kelompok Riung Gunung Desa
Cicadas Kecamatan Sagalaherang III 10.000.000
Kabupaten Subang
Kelompok Peternak Tawakal Desa
Cimande Hilir Kecamatan Caringin I 10.000.000
Kabupaten Bogor
Kelompok Yuda Perana Desa
3 Domba Nangelang Kecamatan Cipeundeuy II 7.500.000
Kabupaten Bandung Barat
Kelompok Lestari Desa Nagrak Utara
Kecamatan Nagrak Kabupaten III 5.000.000
Sukabumi
Hadiah
No Komoditi Nama Kelompok Peringkat Tabungan
(Rp)
Kelompok Ampera Mekar Desa
Sukaharja Kecamatan Sariwangi I 10.000.000
Kabupaten Tasikmalaya
Kelompok Taruna Mekar Muda Desa
4 Kambing Ciparigi Kecamatan Sukadana II 7.500.000
Kabupaten Ciamis
Kelompok Grees PE Desa Narimbang
Kecamatan Conggeang Kabupaten III 5.000.000
Sumedang
Kelompok Remaja Berkah Desa
Parungseah Kacamatan Sukabumi I 7.500.000
Kabupaten Sukabumi
Kelompok Saluyu II Desa Lebaksiuh
Kecamatan Jatigede Kabupaten II 5.000.000
5 Ayam Buras
Sumedang
Kelompok Barokah Desa Sukamulya
Kecamatan Sukamulya Kabupaten
III 2.500.000
Cianjur

Kelompok Jambul Putih Muda Desa


MalakasariKecamatan Sukamulya I 7.500.000
Kabupaten Cirebon
Kelompok Tunas Bangsa Desa
6 Itik KaroyaKecamatan Tegalwaru II 5.000.000
Kabupaten Purwakarta
Kelompok Sekarwangi Desa Jayagiri
Kecamatan Panumbangan Kabupaten III 2.500.000
Ciamis

B. Penilaian dan evaluasi di Tingkat Nasional


Penilaian dan evaluasi dilakukan dengan 2 tahap :
a. Penilaian tahap 1 yaitu dengan penilaian data profil dan kuisioner oleh
Tim Penilai Pusat dan akan ditetapkan 10 nominasi kelompok tani
ternak sapi potong, kambing, dan unggas lokal (ayam buras dan itik).
b. Penilaian tahap 2 dilaksanakan oleh Tim Pusat dengan melakukan
kunjungan lokasi kelompok tani ternak yang masuk nominasi serta
melakukan wawancara terhadap kelompok tani ternak dan
pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan masing-masing
kelompok.

Penetapan peringkat melalui data yang diperoleh dari hasil wawancara


dan pengamatan langsung dilapangan, diolah oleh Tim Penilai Pusat untuk
kemudian ditetapkan score masing-masing kelompok. Penentuan nilai akhir
kelompok tani agribisnis peternakan ditetapkan berdasarkan jumlah total
dari persentase kelompok yang diperoleh. Berdasarkan evaluasi tahap ke
dua tersebut ditentukan 5 kelompok tani ternak terbaik untuk sapi potong, 5
kelompok tani ternak terbaik untuk kambing, 5 kelompok tani ternak terbaik
untuk ayam buras, dan 5 kelompok tani ternak terbaik untuk itik tingkat
Naional 2012 sebagai calon Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat
Nasional Tahun 2012.
Melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Nomor : 802/Kpts/Kp.450/F/11/2012 tentang Penetapan Lomba
Kelompok Peternak dan Petugas Berprestasi/Penerima Penghargaan
Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2012, tanggal 9 November 2012
ditetapkan pemenang lomba kelompok peternak sapi potong, kambing,
ayam buras dan itik untuk peringkat I (satu) sampai dengan V (lima) tingkat
Nasional tahun 2012.
Kriteria Penilaian
a) Aspek Usaha Agribisnis Hulu
- Kemampuan pengadaan bibit
- Kemampuan Pengadaan Pakan
- Kemampuan pengadaan obat, vaksin dan sarana penunjang
b) Aspek Budidaya
- Sistem dan kondisi perkandangan
- Skala Usaha per kelompok
- Asal Bibit
- Cara seleksi bibit/bakalan
- Tatacara pemberian pakan secara efisien dan ekonomis
- Penanganan dan pencegahan penyakit
- Penanganan reproduksi
- Aktivitas dan rencana kegiatan kelompok
- Mitra Kerjasama
c) Aspek Usaha Agribisnis Hilir
- Sistem pengolahan pasca panen
- Pemanfaatan Limbah
- Pemasaran Hasil
- Pengembangan Kemitraan dan perkembangan pendapatan dan
modal kelompok dalam 3 tahun terakhir
d) Aspek Pendukung
- Kemampuan dalam peningkatan pemanfaatan sumber-sumber
permodalan kelompok
- Tingkat Keuntungan
- Manfaat Usaha Bagi Penduduk sekitar
- Program Pengembangan Pelatihan

Dari hasil kriteria penialan diatas kelompok tani ternak Tingkat


Provinsi Jawa Barat yang menerima Penghargaan Ketahanan Pangan di
Istana Negara untuk komoditi sapi potong, kambing, ayam buras dan itik
dikukuhkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Nomor : 802/Kpts/Kp.450/F/11/2012, tanggal9 November adalah
sebagai berikut :

Tabel 7.3. Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan untuk Komoditi Sapi


Potong, Kambing, Ayam Buras dan Itik

No Komoditi Nama Kelompok Peringkat

Kelompok Ampera Mekar Desa Sukaharja Kecamatan


1 Kambing I (satu)
Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya
Kelompok Jambul Putih Muda Desa Malakasari II (dua)
2 Itik
Kecamatan Sukamulya Kabupaten Cirebon
Kelompok Remaja Berkah Desa Parungseah III (tiga)
3 Ayam Buras
Kacamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi

Sementara untuk peringakat satu lomba masing-masing Eselon I di


lingkungan Kementrian Pertanian mendapat Penghargaan dari Menteri
Pertanian Republik Indoinesia pada acara Penghargaan Adi Karya Pangan
Nusantara Tahun 2012 pada tanggal 13 -14 Desember 2012 yang tertuang
dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia selaku Ketua
Harian Dewan Ketahanan Pangan nomor 5992/Kpts/Kp.450/F/2012 tanggal
30 November 2012, dari Provinsi Jawa Barat berhasil mendapat
penghargaan tersebut adalah Kelompok Ampera Mekar Desa Sukaharja
Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya

C. Sarjana Membangun Desa


Kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD) merupakan salah satu
kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian dalam upaya pemberdayaan kelompok tani ternak yang dilakukan
dengan menempatkan tenaga Sarjana Peternakan dan Kedokteran Hewan
maupun D-3 Ilmu-ilmu Peternakan dan Kedokteran Hewan di kelompok
tani. Dengan penempatan SMD di pedesaan diharapkan dapat melakukan
transfer teknologi dari Perguruan Tinggi ke masyarakat dan meningkatkan
jiwa kewirausahaan. Kegiatan SMD telah dilaksanakan sejak tahun 2007
dengan focus pada pengembangan usaha sapi potong untuk mendukung
program swasembada daging sapi 2010 (PSDS). Pada tahun 2011 masih
difokuskan pada pengembangan sapi potong dalam rangka mendukung
program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK) 2014, disamping
komoditas lain seperti sapi perah, kambing/domba dan ayam lokal/itik,
dimana keempat komoditi tersebut dapat meningkatkan usaha ekonomi di
pedesaan dan memperkuat program diversifikasi pangan.
Permintaan konsumsi daging dan produk-produk peternakan dalam
negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk, peningkatan pendapatan dan daya beli serta meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi. Dengan meningkatnya
permintaan tersebut, memberikan peluang untuk berkembangnya usaha
agribisnis peternakan. Usaha agribisnis peternakan berbasis sumberdaya
lokal mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena
berbagai sarana pendukung seperti agroinput, teknologi, kelembagaan dan
tenaga kerja tersedia di seluruh wilayah provinsi. Salah satu potensi yang
perlu dikembangkan adalah tenaga terdidik lulusan perguruan tinggi bidang
peternakan dan kesehatan hewan melalui program Sarjana Membangun
Desa (SMD). Berdasarkan masukan dan pertimbangan dari berbagai
kalangan, baik internal maupun ekternal Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, dengan memperhatikan:
a) Aspek potensi pengembangan pada masing-masing wilayah/provinsi;
b) Prospek pasar pada masing-masing komoditi ternak dan;
c) Sebaran Fakultas Ilmu-ilmu Peternakan dan Kedokteran
Hewan/Fakultas yang membidangi Jurusan Peternakan pada
Perguruan Tinggi, maka pelaksanaan kegiatan Sarjana Membangun
Desa (SMD) mencakup beragam komoditi, yaitu sapi potong, kerbau,
sapi perah, kambing, domba, unggas lokal (ayam buras, itik).
Pada prinsipnya tujuan dari kegiatan SMD ini adalah untuk
membentuk calon-calon wirausahawan di bidang peternakan dengan
komoditi yang diprioritaskan yaitu sapi dan kerbau untuk mendukung
Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014.
Program SMD merupakan pemberdayaan kelompok peternak melalui
pengembangan kewirausahaan SMD dan kelompok sekaligus penyaluran
dana penguatan modal usaha, bertujuan untuk :
a) Mendorong tumbuh dan berkembangnya pelaku agribisnis yang
terdidik pada usaha peternakan;
b) Memperkuat modal usaha, sarana dan prasarana di kelompok yang
akan dikelola oleh seorang SMD agar usaha peternakan bisa lebih
berkembang;
c) Meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan peternak;
d) Mengembangkan sentra-sentra kawasan usaha peternakan.

Pada tahun 2012 penerima Bantuan Sosial melalui program Sarjana


Membangun Desa tertuang dalam 4 buah Surat keputusan, untuk penerima
SMB di Jawa Barat dapat terlihat dalam lampiran surat keputusan Menteri
Pertanian nomor : 686/Kpts/OT.160/F/06/2012, tanggal 13 Juni 2012
tentang Pengembangan Sarjana Membangun Desa, Kelompok dan Lokasi
Penerima Dana Bantuan Sosial Tahun 2012 (terlampir).

6. Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Agribisnis Lembaga Mandiri


Yang Mengakar di Masyarakat
Salah satu strategi pembangunan pertanian yang dilaksanakan Kementerian
Pertanian sejak beberapa tahun yang lalu, yaitu pemberdayaan dan pengembangan
usaha agribisnis berbasis pada Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat
(LM3). Pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3 tahun 2011
merupakan kelanjutan pemberdayaan LM3 sebelumnya. Secara formal
pemberdayaan terhadap LM3 dilakukan sejak diterbitkannya Surat Keputusan
Bersama antara Menteri Pertanian dan Menteri Agama Nomor 346/1991 dan
Nomor 94/1991 tentang Pengembangan Agribisnis di Pondok Pesantren.
Selanjutnya, sejak tahun 1996 pemberdayaan terhadap pengembangan agribisnis
lebih ditingkatkan lagi yaitu dengan diterbitkannya Surat Menteri Dalam Negeri
Nomor 412.25/1141/PMD tanggal 21 Oktober 1996 dan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 555/Kpts/OT.210/6/97 serta Surat Sekretaris Jenderal
Departemen Pertanian Nomor RC.220/720/B/VI/1998 tentang Pengembangan
Agribisnis melalui Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat.
Pada awalnya LM3 yang diberdayakan dan difasilitasi adalah lembaga
Pondok Pesantren. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga yang difasilitasi
mencakup: seminari, paroki, pasraman, gereja, subak dan vihara,dan lembaga
pendidikan keagamaan yang mempunyai potensi agribisnis dan strategis melalui
kegiatan pendidikan moral dan sosial di dalam masyarakat, serta mempunyai
kekuatan dan potensi untuk dikembangkan sebagai penggerak pembangunan
perdesaan.
Potensi LM3 yang dapat dimanfaatkan sebagai penggerak pengembangan
agribisnis antara lain:
1. Mempunyai sumberdaya lahan pertanian yang cukup potensial dan
masyarakat di sekitarnya yang berusaha di bidang pertanian;
2. Mempunyai sumberdaya manusia, dalam hal ini tokoh agama
yangkharismatik, yang menjadi panutan bagi warga LM3 dan masyarakat
sekitarnya;
3. Merupakan kelembagaan yang strategis untuk mendesiminasikan berbagai
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agribisnis; dan
4. Merupakan pasar potensial hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan sendiri
dan masyarakat sekitarnya.

Pada tahun 2011 Kementerian Pertanian akan melanjutkan fasilitasi LM3


untuk mengembangkan usaha agribisnis yang telah dirintis melalui pemberdayaan
SDM, penguatan kelembagaan dan fasilitasi Bantuan Sosial (BANSOS)
penguatan modal usaha agribisnis serta pendampingan, yang dilaksanakan oleh
berbagai unit kerja Eselon I Kementerian Pertanian sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing masing.
Untuk itu Kementerian Pertanian merencanakan alokasi dana sebesar Rp
200 Milyar untuk kegiatan pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis di
33 provinsi. Pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3 dilakukan
secara terpadu mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi yang didasarkan pada indicator kinerja, sehingga
program pembangunan agribisnis dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan
akuntabel. Pemberdayaan LM3 dimaksudkan untuk mengatasi rendahnya
penguasaan teknologi dan manajemen serta lemahnya SDM dan kelembagaan
LM3, sedangkan fasilitasi dana bantuan sosial penguatan modal LM3
dimaksudkan untuk mengatasi masalah dalam pengembangan usaha agribisnis di
LM3, seperti keterbatasan modal untuk pengembangan usaha hulu, budidaya, hilir
dan jasa penunjang. Dana BANSOS penguatan modal usaha ditransfer melalui
rekening lembaga untuk dikelola secara terorganisir dengan mekanisme,
berdasarkan petunjuk pelaksanaan kegiatan yang diterbitkan oleh masing-masing
eselon I terkait.
Pola pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis di LM3 seperti ini
diharapkan dapat merangsang tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis di
perdesaan. Pengelola LM3 diarahkan agar mampu memilih usaha yang produktif
guna menunjang target utama pembangunan pertanian, yaitu: (1) swasembada
(kedelai, gula, dan daging sapi) dan swasembada berkelanjutan (padi dan jagung);
(2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing,
dan ekspor; serta (4) peningkatan kesejahteraan petani.
Agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, maka
diperlukan pedoman pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis di LM3
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Daftar Penerima Bantuan Soasial Lembaga Mandiri Yang Mengakar Pada
Masyarakat (LM3) Di Jawa Barat Tahun 2012 (sebagaimana terlampir).

7.2. PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN


Hasil pelaksanaan kegiatan Seksi Pasca Panen dan Pengolahan selama satu
tahun sampai dengan Desember 2012 adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan Teknis dan Manajemen Agroindustri Peternakan
Bimbingan Teknis Dan Manajemen Agroindustri Peternakan Kegiatan
Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian tahun 2012 dilaksanakan di Hotel
Karang Setra, Jl. Bungur No. 2 Sukajadi Bojonagara, Bandung. Bimbingan Teknis
Dan Manajemen Agroindustri Peternakan dilaksanakan dari tanggal 12 s/d 13
April 2012. Peserta Bimbingan Teknis Dan Manajemen Agroindustri Peternakan
Tahun 2012 adalah sebanyak 25 orang petugas/pelaku usaha pengolahan produk
hasil peternakan di Jawa Barat. Materi yang disampaikan Kebijakan
Pembangunan Peternakan di Jawa Barat, Kebijakan Penanganan Pasca Panen
Produk Peternakan Kredit Cinta Rakyat, Teknologi dan Industri Pengolahan Hasil
Peternakan, Teknologi Desain Produk Peternakan, Penerapan Jaminan Mutu
Produk Peternakan, Succes Story Pengolahan Susu (Keju) dan Teknologi
Pengepakan Produk Peternakan.

2. Pertemuan Koordinasi/Sosialisasi Pengolahan Hasil Peternakan


Pertemuan Koordinasi/Sosialisasi Pengolahan Hasil Peternakan Kegiatan
Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian tahun 2012 dilaksanakan di Hotel
Karang Setra, Jl. Bungur No. 2 Sukajadi Bojonagara, Bandung, Jawa Barat.
Pertemuan Koordinasi/Sosialisasi Pengolahan Hasil Peternakan dilaksanakan dari
tanggal 12 s/d 13 April 2012. Peserta Pertemuan Koordinasi/Sosialisasi
Pengolahan Hasil Peternakan adalah sebanyak 25 orang petugas/pelaku usaha
pengolahan produk hasil peternakan di Jawa Barat. Materi yang disampaikan
Kebijakan Pembangunan Peternakan di Jawa Barat, Kebijakan Penanganan Pasca
Panen Produk Peternakan, Teknologi Pengolahan Susu, Teknologi Pengolahan
Telur, Teknologi Pengolahan Daging, Wirausaha Pengolahan Daging, Telur Dan
Susu, Succes Story Pengolahan Telur (Telur Asin), Succes Story Pengolahan
Daging (Nugget, Sosis, dan lain-lain) dan Trik Pengolahan Daging Domba.

3. Hari Susu Nusantara


A. Seminar Persusuan
Seminar Persusuan dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober di Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat. Tema seminar persusuan ini adalah
Pengembangan dan Penerapan Sistem Identifikasi dan Informasi Sapi Perah
di Indonesia. Peserta seminar ini dari berbagai stakeholder persusuan yang
berjumlah berjumlah 50 orang antara lain Kepala dinas yang membidangi
fungsi peternakan di Jawa Barat, Kepala Direktorat Perbibitan Ternak
Kementan RI, Ketua KUD persusuan di Jawa Barat, Kepala BIB Lembang,
Dekan Fakultas Peternakan Unpad, Dekan Fakultas Peternakan IPB, Ketua
GKSI Jawa Barat, Industri Pengolahan Susu, dan Kepala UPTD lingkup
Dinas Peternakan. Narasumber pada workshop ini antara lain Robert (Bob)
Lang, Mike McMorris, Kepala UPBS Pangalengan, KPBS, KPSBU dan drh
Pammusureng.
Materi workshop yang disampaikan antara lain: Peran Sistem
Identifikasi dan Informasi dalam Pengembangan Sapi Perah di Canada,
BIOs Database system of Traceability, Genetic advisory, Genomics
Linkages and Management Support System, Pengalaman KPBS
Pangalengan dalam Penerapan SISI & Sistem SMS Gateaway, Penerapan
SISI dan Ricek Populasi serta Sistem Informasi Manajemen di KPSBU,
Fitur-Fitur Database SISI dalam mendukung Identifikasi dan Manajemen
Peternakan Sapi Perah, Sistem Recording di Perusahaan Peternakan UPBS.

B. Peringatan Hari Susu Nusantara


Peringatan Hari Susu Nusantara dilaksanakan pada tanggal 31 Mei
hingga 1 Juni 2012 di DI Yogyakarta. Dalam rangka peringatan Hari Susu
Nusantara diselenggarakan Seminar di Hotel Jayakarta dan Pameran Produk
Olahan Susu di Jogja Expo Center. Peringatan Hari Susu merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
minum susu segar, dan sekaligus mendorong percepatan pengembangan
industri sapi perah nasional yang harapannya akan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan peternakan.

4. Gerakan Minum Susu Bagi Anak Sekolah

Output kegiatan ini adalah meningkatnya konsumsi susu bagi anak sekolah.
Tujuan Kegiatan adalah Pengadaan Susu Sterilisasi sebanyak 4.000 botol.
Pengadaan susu sterilisasi ini dilaksanakan oleh CV Nakula Sadewa. Distribusi
susu dilaksanakan pada 4 (empat) Sekolah Dasar di Kabupaten Ciamis yang
diserahkan kepada UPTD Pendidikan Kecamatan Pangandaran sebanyak 960
botol, untuk selanjutnya diserahkan kepada Sekolah Dasar Negeri 1 Wonoharjo,
Sekolah Dasar Negeri 2 Wonoharjo, Sekolah Dasar Negeri 1 Pananjung dan
Sekolah Dasar Negeri 1 Pangandaran. Dan sebanyak 1.540 botol diserahkan pada
anak-anak dan masyarakat pada acara kontes ternak tingkat Provinsi Jawa Barat di
Pangandaran Kabupaten Ciamis. Serta sebanyak 1.500 botol diberikan pada acara
Hari Anak Nasional tahun 2012 Tingkat Provinsi Jawa Barat di Sabuga Bandung.

5. Koordinasi Teknis dan Manajemen Penanganan Pasca Panen Hasil Ternak


(Susu, Telur, Daging)

Rapat Koordinasi Teknis dan Manajemen Penanganan Pasca Panen Hasil


Ternak (Susu, Telur, Daging) dilaksanakan pada tanggal 25 September 2012 di
Ruang Amphiteater Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran. Rapat dihadiri
oleh pelaku usaha hasil peternakan dan petugas yang menangani bidang
pengolahan dan pasca panen dari 18 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Narasumber
yang hadir antara lain dari Ditjen PPHP, Ibu Dr. Irma Isnafia Arief, SPt, Msi
(Departemen Ilmu Produksi & Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan - IPB ),
Bapak Prof. Kusmajadi Suradi (Guru Besar Fakultas Peternakan UNPAD), serta
beberapa dosen di Lab Teknologi Hasil Peternakan Fakultas Peternakan Unpad).
Rapat Koordinasi Teknis dan Manajemen Penanganan Pasca Panen Hasil Ternak
(Susu, Telur, Daging) dibuka oleh Kepala Bidang Pengembangan usaha Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat.

6. Lomba Pelaku Usaha (Pasca Panen, Pengolahan dan Penerapan Jaminan


Mutu).

Dalam rangka evaluasi terhadap pengembangan pelaku usaha pengolahan


hasil peternakan, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, melaksanakan lomba
Pelaku Usaha Pengolahan Hasil Peternakan tingkat Jawa Barat. Pelaku Usaha
Pengolahan Hasil Peternakan yang dilombakan antara lain Pelaku Usaha
Komoditi Susu, Pelaku Usaha Komoditi Daging, dan Pelaku Usaha Komoditi
Telur.

Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan motivasi pelaku usaha
dalam meningkatkan kinerja pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian melalui penerapan sistem manajemen mutu untuk mendorong perbaikan
mutu produk secara terus menerus sesuai dengan permintaan pasar dala negeri
maupun luar negeri sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas
yang mempunyai nilai tambah dan daya saing.

Kegiatan Lomba Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tingkat Jawa Barat Tahun
2012 dilaksanakan pada bulan Juli Tahun 2012. Kegiatan Lomba Pelaku Usaha
Hasil Peternakan dilaksanakan di 11 (sebelas) Kabupaten/Kota di Jawa Barat
antara lain Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung,
Kabupaten Bogor, Kab. Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten.

Jumlah peserta penilaian Lomba Pelaku Usaha Produk Hasil Peternakan


Tingkat Jawa Barat Tahun 2012 sebanyak 14 pelaku usaha daging, telur dan susu
yang berasal dari Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
Tabel 7.3. Peserta Lomba Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tingak Jawa Barat
Berdasarkan Komoditi yang Diusulkan Kabupaten/Kota Tahun
2012.

No Komoditi Nama Kelompok Kab/Kota


1 Susu Haus Milk Kab. Cianjur
Kelompok Tani Makmur Agro Satwa Kab.Sukabumi
Kelompok Tani Cipta Priangan Kab.Sukabumi
Kelompok Harja Rahayu Kab. Sumedang
KUPS Barokah (BR-Milk) KBB
DH Organik Kab. Bogor
2 Daging Kelompok Tani Cilangkap Kab. Sukabumi
Mulyasari Kab. Purwakarta
Kelompok Aster Mekar Kab.Bandung
CV. Sinar Bhuwana Kota Bandung
3 Telur Srikandi Kab. Cianjur
Kelompok Wanita Tani Sri Rahayu Kab. Ciamis
Kelompok Karya Muda Kab. Kuningan
Kelompok Wanita Tani Harum Sari Kab. Cirebon

Dari hasil penilaian lomba pelaku usaha produk peternakan oleh Tim di
tingkat provinsi yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor : 524/194 Pengemb/2012 tentang Juara
Lomba Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tahun 2012 Tingkat Jawa Barat dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 7.4. Daftar Juara Lomba Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tingkat Provinsi
Jawa Barat Tahun 2012.
No Komoditi Nama Kelompok Juara
1 Susu Kelompok Tani Makmur Agro Satwa I
Kel. Limbangan RT 02 RW 01, Kec. Sukaraja, Kab. Sukabumi
HAUS MILK II
Jl. HOS Cokroaminoto Gg. Raweta RT 04 RW 12 Kel. Solokpandan
Kec. Cianjur, Kab. Cianjur
Kelompok Harja Rahayu III
Dusun Sirah Cai Ds. Raharja, Kec. Tanjungsari Kab. Sumedang
2 Daging Kelompok Tani Cilangkap I
Jl. Pelabuhan II KM 19 Kp. Cilangkap
RT 02 RW 05 Ds. Cikembar Kec. Cikembar, Kab. Sukabumi
Kelompok Aster Mekar II
Kp. Babakan Cimahi RT 03 RW 06, Ds. Giri Mekar Kec.
Cilengkrang, Kab. Bandung
CV. Sinar Bhuwana III
Jl. Ciroyom Barat No. 8, Kec. Andir Kota Bandung
3 Telur Kelompok Wanita Tani Sri Rahayu I
Blok Kiara Bandung RT 02 RW 01, Dusun Manganti, Ds.
Sidarahayu, Kec. Purwadadi Kab. Ciamis
Kelompok Karya Muda II
Dusun Dayeuh RT 04 RW 02 Ds. Ciwiru, Kec. Pasawahan, Kab.
Kuningan
Kelompok Wanita Tani Harum Sari III
Desa Jamblang Kec. Jamblang, Kab. Cirebon
Para pemenang lomba pelaku usaha di atas ditetapkan pula dengan
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 002/Kep.1032-BKD/2012 tanggal 3
September 2012 tentang Pemberian Penghargaan Kepada Pemenang Lomba
Kelompok Agribisnis dan Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tingkat Provinsi Jawa
Barat Tahun 2012. Pemenang tingkat Provinsi diajukan ke tingkat Nasional dan
Kelompok Makmur Agro Satwa menjadi juara pertama untuk Kategori Produk
Inovasi Pemasaran Berdaya Saing sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor
6202/Kpts/KP.450/12/2012 tentang Penerima Penghargaan Citra Produk
Pertanian Berdaya Saing Tahun 2012. Selain itu, Kelompok Makmur Agro Satwa
juga memperoleh juara pertama untuk Kategori Pengembangan Industri dan
Perakit Teknologi dalam rangka Adhikarya Pangan Nusantara tahun 2012 sesuai
dengan keputusan Menteri Pertanian selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan
Pangan Nomor 5993/KPTS/KP.450/11/2012 tentang Penerima Penghargaan
Adhikarya Pangan Nusantara Tahun 2012 dan berhak menerima trophy langsung
dari Presiden Republik Indonesia di Istana Negara.

7.3. DISTRIBUSI DAN PEMASARAN HASIL


1. Pengembangan Informasi Pasar (PIP)
Penyebaran Informasi Pasar Melalui media Massa dilaksanakan
bekerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung setiap hari
Sabtu jam 06.15 pagi dalam acara Informasi Harga. Adapun informasi harga yang
dibacakan meliputi harga eceran di Kota Bandung meliputi harga Daging Sapi
(Has Dalam, Bistik, Murni), daging kambing, daging domba, karkas ayam broiler,
karkas ayam buras, DOC Layer, DOC Broiler, Telur ayam ras, telur ayam buras,
telur itik, Susu pasteurisasi, pakan broiler, dan pakan konsentrat layer.
A. Perkembangan Harga Grosir Komoditas Peternakan
Tabel 7.5. Daftar Juara Lomba Pelaku Usaha Hasil Peternakan Tingkat
Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.
Karkas Karkas DOC DOC Telur Pakan Kons.
BULAN
Sapi Broiler Layer Broiler Ayam Ras Broiler Layer
Januari 51,000 22,524 7,363 3,886 15,705 5,800 5,000
Februari 51,000 23,000 8,267 4,400 15,790 5,800 5,000
Maret 52,750 22,571 8,971 4,429 14,710 5,800 5,000
April 53,000 22,300 9,000 3,940 13,815 5,030 5,110
Mei 53,000 22,455 9,532 4,073 14,500 5,100 5,600
Juni 53,000 22,944 9,878 4,856 15,328 5,100 5,600
Juli 56,900 25,696 10,000 5,304 17,565 5,100 5,600
Agustus 61,100 26,783 10,000 2,696 14,744 5,448 6,035
Karkas Karkas DOC DOC Telur Pakan Kons.
BULAN
Sapi Broiler Layer Broiler Ayam Ras Broiler Layer
September 61,500 24,600 9,600 2,465 14,000 5,500 6,100
Oktober 65,100 24,773 6,841 2,718 14,023 5,500 6,100
November 63,119 21,762 6,500 2,400 14,352 5,500 6,100
Desember 66,000 24,158 6,500 2,400 15,474 5,500 6,100

Rata-rata Harga Grosir Hasil Ternak 2012


70,000
60,000
Karkas Sapi
50,000
Karkas Broiler
40,000
DOC Layer
30,000
20,000 DOC Broiler
10,000 Telur Ayam Ras
- Pakan Broiler
Kons. Layer

Gambar 7.F. Prosedur Grafik Perkembangan Harga Grosir Komoditas Peternakan


B. Perkembangan Harga Eceran Komoditas Peternakan
Tabel 7.6. Perkembangan Harga Eceran Komoditas Peternakan
Karkas Telur
Daging DOC DOC
BULAN Bistik Murni Ayam Ayam
Has Dalam Layer Broiler
Ras Ras
Januari 85,000 75,000 66,429 5,238 7,367 3,848 16,195
Februari 85,000 75,000 70,000 25,000 8,267 4,353 16,195
Maret 85,000 75,000 70,000 25,238 8,971 4,428 15,257
April 85,000 75,000 70,000 25,300 9,000 3,940 14,100
Mei 85,000 75,000 70,000 25,454 9,531 4,072 14,886
Juni 85,000 75,000 70,000 26,333 9,878 4,867 15,733
Juli 88,939 8,126 71,356 29,334 10,000 5,304 18,152
Agustus 87,165 80,652 75,330 27,587 10,000 2,696 15,596

September 86,300 79,950 73,980 25,330 9,550 2,505 14,738


Oktober 86,182 79,659 73,564 25,686 6,841 2,718 14,734
November 87,976 81,193 76,624 22,976 6,500 2,400 15,090
Desember 90,800 83,900 80,300 25,133 6,500 2,400 16,426
Rata-rata Harga Eceran Hasil Ternak 2012
100,000
90,000
80,000 Daging Has Dalam
70,000
60,000 Bistik
50,000 Murni
40,000
30,000 Karkas Ayam Ras
20,000
DOC Layer
10,000
- DOC Broiler
Telur Ayam Ras

Gambar 7.G. Grafik Perkembangan Harga Eceran Komoditas Peternakan

C. Perkembangan Harga Karkas Sapi, Daging Sapi Has Dalam, Daging


Sapi Bistik, dan Daging Sapi Murni.
Perkembangan harga karkas sapi pada triwulan I Januari sd Maret
antara Rp. 51.000,-/kg sampai dengan Rp. 52.750,-/kg , terjadi kenaikan Rp.
1.750,- dari mulai bulan Februari ke Bulan Maret 2012. Pada triwulan II
April sd Juni terjadi kenaikan lagi menjadi Rp. 53.000,-/kg. Kemudian pada
triwulan III terjadi kenaikan lagi menjadi antara Rp. 56.900,-/kg pada bulan
Juli dan pada bulan September menjadi Rp. 61.500,-. Pada bulan November
yaitu menjadi Rp. 63.000,-/kg. Terjadi puncaknya pada bulan Desember
sebesar Rp. 66.000,-/kg.
Perkembangan harga daging sapi has dalam dari triwulan I sd triwulan
II tetap yaitu sebesar Rp. 85.000,-/kg, terjadi fluktuasi harga mulai bulan
Juli sd Desember 2012, puncaknya itu pada bulan Desember sebesar Rp.
90.800,-/kg.
Perkembangan daging sapi bistik juga hampir sama dengan
perkembangan daging sapi has dalam yaitu mulai triwulan I sd triwulan II
tetap sebesar Rp. 75.000,-/kg, berfluktuasi mulai bulan Juli dan terjadi
puncaknya pada bulan Desember menjadi Rp. 83.900,-/kg.
Perkembangan daging sapi murni pada bulan Januari Rp. 66.429,-/kg,
terjadi kenaikan sebesar Rp, 3.571,-/kg menjadi Rp. 70.000,-/kg sampai
dengan akhir triwulan II Juni 2012, dan terus mengalami kenaikan dan
puncaknya yaitu pada bulan Desember menjadi Rp. 80.300,-/kg.
Terjadinya kenaikan karkas tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Adanya Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Timur, yang memberlakukan pembatasan ternak yang keluar dari
Provinsi Jawa Timur pada tanggal 9 November 2012, no
524.3/7706/115.02/2012 tentang Pembatasan Sementara Pengeluaran
Sapi dari Jawa Timur, dimana pengeluaran ternak sapi hasil IB
(Limousine, Simmental, dll) dan sapi Madura dengan berat badan sapi
IB berat hidup minimal 400 kg, dan sapi Madura minimal 250 kg.
Sementara sapi ras PO tidak diperbolehkan keluar dari Provinsi Jawa
Timur dan hanya untuk memenuhi kebutuhan Provinsi Jawa Timur
saja, maka hal tersebut akan berdampak berkurangnya pasokan ternak
di Jawa Barat, yang biasanya kebutuhan Jawa Barat sebagian besar
dipasok dari Jawa Timur, selain Jawa Tengah, Lampung dan lain-lain.
Dengan demikian hal tersebut berdampak adanya kelangkaan
penyediaan ternak sapi potong di beberapa tempat, sehingga terjadi
kenaikan harga daging sapi di Jawa Barat.
2. Adanya isue pemogokan pemotongan di RPH R Wilayah
Jabodatebek
3. Ada informasi kesulitan sapi lokal karena ada kenaikan harga untuk
ternak hidup yang mencapai Rp. 34.000 Rp. 36.000,-/kg bahkan
akan mencapai Rp. 40.000,- di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

D. Perkembangan Harga Karkas Ayam Ras


Perkembangan harga karkas ayam ras ditingkat eceran, pada triwulan I
pada bulan Januari RP. 25.238,-/kg dan turun sebesar Rp.238,- di bulan
Februari menjadi Rp. 25.000,- dan terjadi kenaikan lagi sebesar Rp. 238,-
menjadi RP. 25.238 di Bulan Maret. Dan terus mengalami kenaikan sampai
akhir triwulan II, dan puncaknya terjadi dibulan Juli mencapai RP. 29.334,-
/kg. Bahkan ada beberapa hari di bulan Juli harganya mencapai Rp.
32.000,-/kg di beberapa pasar di Kota Bandung. Kemudian pada bulan
Agustus sampai November terus menurun dan pada bulan November
menjadi hanya Rp. 22.976,-/kg. Dan pada bulan Desember menjadi
25.133,-/kg.
Kenaikan harga yang sangat tinggi di Bulan Juli disebabkan karena
beberapa hal sebagai berikut :
a. Ramainya pemberitaan di media massa baik cetak maupun elektronik
yang memberitakan tentang melonjaknya harga DOC dan pakan
ternak ayam yang berdampak terhadap naiknya harga daging ayam.
b. Kenaikan harga daging ayam dikarenakan kenaikan harga pakan
ternak, karena Harga Pokok Produksi (HPP) budidaya ternak tertinggi
ada di pakan sampai mencapai 70%.
c. Para pedagang daging ayam dinilai sering memanfaatkan situasi,
demo yang dilakukan tidak sepenuhnya untuk kepentingan stabilisasi
harga, contohnya sewaktu harga daging ayam anjlok di tingkat
peternak, mereka diam-diam saja, kalau harga daging ayam dari
pemasok besar diturunkan, pedagang tetap menjual mahal menjelang
puasa dan lebaran.

E. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras Grosir dan Eceran


Perkembangan harga telur ayam ras grosir, pada triwulan I Januari sd
Maret 2012 berkisar antara Rp. 14.710 sd Rp. 15.705,- tertinggi pada bulan
Februari yaitu sebesar Rp. 15.970 dan terendah terjadi di bulan Maret
sebesar Rp. 14.710. Terjadi penurunan pada dua bulan pertama di Triwulan
II yaitu sebesar RP. 895,- menjadi Rp. 13.815,-/kg di bulan April dan
merangkak naik menjadi Rp.14.500 di bulan Mei dan Rp. 15.328 di bulan
Juni 2012. Terjadi puncak kanaikan harga pada awal triwulan III yaitu di
bulan Juli 2012 yaitu sebesar Rp. 17.565,- hal ini disebabkan oleh adanya
moment bulan puasa dan kurangnya pasokan telur dari luar Jawa Barat.
Kemudian terjadi penurunan lagi di bulan Agustus sampai November
dengan harga Rp. 14.352,-/kg. Pekembangan harga telur ditingkat grosir
signifikan dengan kenaikan harga telur di tingkat eceran, dan pada
puncaknya di bulan Juli harga eceran telur ayam ras mencapai Rp. 18.152,-
/kg.

F. Pekembangan Harga DOC


Perkembangan harga DOC layer, pada triwulan I, mulai bulan Januari
Rp. 7.363,-, naik di bulan Februari menjadi Rp. 8.267,-/ekor dan di bulan
Maret Rp. 8.971,-/ekor. Pada triwulan II terus naik sampai dengan bulan
Juni menjadi Rp. 9.878,-/ekor. Dan puncak kenaikan di bulan Juli dan
Agustus 2012 mencapai Rp. 10.000,-/ekor, kemudian turun di bulan
September dan seterusnya sampai bulan Desember menjadi Rp. 6.500,-
/ekor.
Perkembangan harga DOC broiler, pada triwulan I Januari Rp.
3.886,-/ekor, Februari Rp. 4.400,-/ekor dan di bulan Maret Rp. 4.429,-
/ekor. Terjadi penurunan pada bulan April menjadi Rp. 3.940,-/ekor, di
bulan Mei Rp. 4.073,-/ekor dan di bulan Juni Rp. 4.856,-/ekor. Pada
bulan Juli terjadi puncak kenaikan menjadi Rp. 5.304,-/ekor. Dari bulan
Agustus sd Desember terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp.
2.400,-/ekor.

G. Perkembangan Harga Pakan


Perkembangan harga pakan ternak broiler pada triwulan I, dari
Januari sd Maret tetap sebesar Rp. 5.800,-/kg, dan terjadi penurunan di
bulan April sd Juli menjadi Rp. 5.100,-/kg. terjadi kenaikan di triwulan III
menjadi Rp. 5.448,-/kg dan di bulan Desember Rp. 5.500,-/kg.
Pakan konsentrat layer pada triwulan I, dari Januari sd Maret tetap
sebesar Rp. 5.000,-/kg, terjadi kenaikan pada triwulan II menjadi Rp.
5.100,-/kg di bulan April, dan sd bulan Juli menjadi Rp. 5.600,-/kg, pada
bulan Agustus Rp. 6.035 dan terjadi kenaikan sampai dengan Desember Rp.
6.100,-/kg.

2. Supply Demand Ternak dan Hasil Ternak


Konsumsi daging sapi pada tahun 2012 adalah sebesar 1,8143 kg/kap/tahun,
sedangkan konsumsi daging kerbau sebesar 0,0066 kg/kap/tahun. Dengan jumlah
penduduk sekitar 44.316.790 jiwa, maka kebutuhan Jawa Barat akan daging sapi
sebesar 80.699 ton per tahun atau setara dengan 500.652 ekor sapi, dan
kebutuhan akan daging kerbau sebesar 294 ton atau setara dengan 2.356 ekor
kerbau. Total kebutuhan daging 80.699 ton per tahun atau setara dengan 503.007
ekor ternak potong. Pemotongan ternak di Jawa Barat berdasarkan estimasi pada
tahun 2012 sebesar 388.480 ekor, dipenuhi dari 30,78% dari potensi lokal Jawa
Barat, 54,63% dari sapi lokal luar Jawa Barat (212.242 ekor setara dengan 31.385
ton), dan 14,59% dari sapi impor (56.668 ekor setara dengan 9.822 ton).
Penyediaan daging yang dapat dipenuhi dari pemotongan di Jawa Barat
diperkirakan sekitar 30,78% dari pemotongan : sapi lokal Jawa Barat sebesar
82.736 ekor atau setara dengan 12.234 ton, sapi perah sebesar 18.273 ekor atau
setara dengan 2.702 ton dan kerbau sebesar 18.560 ekor atau setara dengan 2.315
ton. Dalam hal ini masih terdapat kekurangan ternak sapi potong/daging sapi,
dimana penyediaan 388.480 ekor (setara 58.458 ton), kebutuhan konsumsi 80.699
ton (503.007 ekor), sehingga kekurangan daging 22.242 ton atau setara dengan
114.527 ekor. Kekurangan tersebut dipenuhi dari antar pulau (Jawa Timur, Jawa
Tengah, DIY, NTB, NTT, Bali dll).
Dalam menghadapi hari besar keagamaan tahun 2012, maka diperlukan
perhitungan penyediaan daging sapi, daging ayam dan telur ayam di Jawa Barat.
Untuk itu telah diprediksikan bahwa hari-hari khusus (hari besar Keagamaan
tahun 2012 dan 2013), diprediksikan selama 63 hari, dimana pada hari besar
tersebut biasanya terjadi fluktuasi harga (kenaikan harga), yaitu :

Hari-hari khusus yang merupakan hari-hari besar keagamaan 2012-2013,


sebanyak 63 hari:
A. Pra bulan ramadhan sebanyak 7 hari, tanggal 12 18 Juli 2012
B. Bulan ramadhan sebanyak 31 hari, tanggal 19 juli 19 agustus 2012
C. Idul Fitri dan Pasca Idul Fitri sebanyak 7 hari, tanggal 20 26 agustus 2012
D. Pra Idul Adha sebanyak 3 hari, tanggal 23 25 oktober 2012
E. Idul Adha dan Pasca Idul Adha sebanyak 3 hari, tanggal 26 28 oktober
2012.
F. Pra hari natal dan pra tahun baru sebanyak 3 hari, tanggal 23 25 Desember
2012.
G. Pasca Hari Natal dan Pra Tahun Baru Masehi sebanyak 6 hari, tanggal 26
31 Desember 2012.
H. Pasca tahun baru masehi sebanyak 3 hari, tanggal 1 3 Januari 2013.

3. Kebutuhan dan Penyediaan Daging Sapi Menghadapi Hari Besar


Keagamaan Tahun 2012

Tabel 7.7. Prediksi Kebutuhan Dan Penyediaan Daging Sapi Menghadapi Hari
Besar Keagamaan Tahun 2012

Juli - Des 2012 Prediksi HBKN 2012


Jan - Des 2012 reguler
URAIAN (6 bln) (63 hari)
Ekor Ton Ekor Ton Ekor Ton
A. SUPPLY (PRODUKSI) 388.480 58.458 219.157 33.070 82.541 12.458
1. Sapi Lokal 331.812 48.636 187.092 27.520 70.465 10.365
Juli - Des 2012 Prediksi HBKN 2012
Jan - Des 2012 reguler
URAIAN (6 bln) (63 hari)
Ekor Ton Ekor Ton Ekor Ton
a. Lokal Jawa Barat 119.569 17.251 66.999 9.761 25.234 3.676
- Sapi Potong 82.736 12.234 46.814 6.923 17.632 2.607
- Sapi Perah Afkir 18.273 2.702 10.339 1.529 3.894 576
- Kerbau 18.560 2.315 9.845 1.310 3.708 493
b. Lokal Luar Jabar 212.243 31.385 120.093 17.758 45.231 6.688
2. Sapi Impor 56.668 9.822 32.064 5.557 12.076 2.093
B. DEMAND (KONSUMSI) 503.007 80.699 251.504 40.349 108.738 17.445
1. Sapi 500.652 80.405 250.326 40.202 94.280 15.141
2. Kerbau 2.356 294 1.178 147 444 55
C. SELISIH (114.527) (22.242) (32.347) (7.272) (26.197) (4.987)

Untuk konsumsi daging sapi, pada hari-hari biasa konsumsi daging sapi 50-
60% untuk keperluan industri dan pengolahan baso, dan perbandingan permintaan
daging dan jeroan berimbang, sedangkan pada hari-hari besar keagamaan
konsumsi sebagian besar untuk keperluan rumah tangga sehingga permintaan
daging meningkat dan permintaan jeroan menurun.

4. Kebutuhan dan Penyediaan Daging Sapi Menghadapi Hari Besar


Keagamaan Tahun 2012
Tabel 7.8. Prediksi Kebutuhan dan Penyediaan Daging Ayam Menghadapi Hari
Besar Keagamaan Tahun 2012
Prediksi Juli - Des 2012 Prediksi HBKN 2012
Jan - Des 2012
URAIAN (6 bln) (63 hr)
Ekor Ton Ekor Ton Ekor Ton
A. SUPPLY (PRODUKSI) 727.991.497 580.403 382.195.536 304.712 143.946.471 114.764
- Ayam Buras 42.163.352 29.683 22.135.760 15.584 8.337.001 5.869
-Ayam Ras Petelur +
Ayam Ras Pedaging 685.828.144 550.720 360.059.776 289.128 135.609.470 108.894
DEMAND
B. (KONSUMSI) 307.294.968 244.553 161.329.858 128.390 60.761.735 48.356
- Ayam Buras 22.271.307 15.679 11.692.436 8.231 4.403.727 3.100
- Ayam Ras Petelur +
Ayam Ras Pedaging 285.023.661 228.874 149.637.422 120.159 56.358.007 45.255
C. SELISIH 420.696.529 335.850 220.865.678 176.321 83.184.736 66.408
- Ayam Buras 19.892.045 14.004 10.443.324 7.352 3.933.274 2.769
- Ayam Ras Petelur +
Ayam Ras Pedaging 400.804.483 321.846 210.422.354 168.969 79.251.463 63.639

Kebutuhan daging ayam menghadapi hari besar kegamaan tahun 2012


adalah sebesar 60.761.735 ekor atau setara dengan daging 48.356 ton, sedangkan
penyediaan sebesar 143.946.471 ekor atau setara dengan daging 114.764 ton,
sehingga masih terjadi surplus sebanyak 66.408 ton.
Untuk konsumsi daging ayam, pada hari-hari biasa permintaan ayam
pedaging (potongan kecil) dan ayam pejantan (potongan besar) tetap, sedangkan
untuk hari-hari besar keagamaan permintaan ayam pedaging meningkat
sedangkan ayam pejantan berkurang seiring menurunnya permintaan (misalnya
RM. Padang).

5. Kebutuhan dan Penyediaan Telur Ayam Menghadapi Hari Besar


Keagamaan Tahun 2012.

Tabel 7.9. Prediksi Kebutuhan dan Penyediaan Telur Ayam Menghadapi Hari
Besar Keagamaan Tahun 2012
Prediksi HBKN 2012
Jan - Des 2012 Juli-Des 2012 (6 bln)
URAIAN (63 hari)
Butir Ton Butir Ton Butir Ton
SUPPLY
A. 2.704.503.390 150.478 1.419.864.280 79.001 534.764.101 29.754
(PRODUKSI)
- Ayam Buras 478.300.000 19.132 251.107.500 10.044 94.574.727 3.783
- Ayam Ras
2.226.203.390 131.346 1.168.756.780 68.957 440.189.374 25.971
Petelur
DEMAND
B. 4.890.682.203 287.491 2.567.608.157 150.933 1.110.112.938 65.256
(KONSUMSI)
- Ayam Buras 55.750.000 2.230 29.268.750 1.171 11.023.502 441
- Ayam Ras
4.834.932.203 285.261 2.538.339.407 149.762 956.015.874 56.405
Petelur
C. SELISIH (2.186.178.814) (137.013) (1.147.743.877) (71.932) (575.348.837) (35.502)

- Ayam Buras 422.550.000 16.902 221.838.750 8.874 83.551.225 3.342


- Ayam Ras
(2.608.728.814) (153.915) (1.369.582.627) (80.805) (515.826.500) (30.434)
Petelur

Kebutuhan telur ayam pada hari besar keagaamaan tahun 2012 sebanyak
65.256 ton, sedangkan penyediaan sebesar 29.754 ton, sehingga terdapat
defisit/kekurangan sebanyak 35.502 ton. Kekurangan penyediaan telur ayam
tersebut dipenuhi diantaranya melalui telur breeding (hatching egg) yang
dijadikan telur konsumsi yang pada hari-hari biasa telur ayam ditetaskan untuk
keperluan pemenuhan kebutuhan bibit/DOC, sedangkan pada hari-hari besar
keagamaan produksi DOC dikurangi, dan telur tidak ditetaskan tetapi dijadikan
telur konsumsi, dan pemasukan telur ayam dari pulau Sumatera (Medan dan
Lampung), Jawa Tengah (Solo dan Semarang) dan Jawa Timur (Blitar, Kediri dan
Gresik).
7.4. PENGAWALAN PASAR TERNAK
Pada tanggal 11-12 Oktober 2012 telah dilaksanakan pertemuan Rapat Koordinasi
Pasar Ternak bertempat di Hotel Topaz Galeria Bandung, yang dihadiri oleh 20
Kabupaten/Kota di Jawa Barat dari 26 Kabupaten/Kota yang diundang, dengan
narasumber dari Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat, Fakultas Peternakan UNPAD dan Kabupaten Tasikmalaya,
Subang, Bogor.
1. Tujuan pendirian Pasar ternak adalah untuk mengendalikan proses pemasaran
ternak agar hanya ternak yang legal dan sehat yang beredar di tengah masyarakat,
melalui pasar ternak pemerintah dapat memamtau proses jual beli dan
pemanfaatan ternak.
2. Sasaran pendirian pasar ternak adalah terjadinya kegiatan pemasaran ternak yang
legal dan sehat di tengah masyarakat serta terjaminnya keamanan peredaran
ternak dan hasil ternak yang layak konsumsi bagi masyarakat.
3. Manfaat pendirian pasar ternak adalah mencegah peredaran ternak yang tidak
legal dan tidak sehat di tengah masyarakat, memberikan perlindungan kepada
konsumen dari kemungkinan mendapatkan ternak tidak legal dan tidak sehat, serta
mendukung pergerakan dan kelancaran penjualan ternak bagi pemilik ternak dan
konsumen ternak.
4. Syarat pendirian pasar ternak adalah berlokasi di tempat yang telah mapan dan
reguler menjadi lokasi transaksi ternak, mendapat dukungan dari mayoritas pihak
pelaku kegiatan dan masyarakat yang berada di lokasi transaksi, memiliki sistem
dan kelembagaan pengelolaan pasar yang kompeten dan mendapatkan dana
operasionalisasi dari PEMDA setempat.
5. Kab/Kota agar segera mempersiapkan fasilitasi pasar ternak untuk membina
peningkatan produksi dan konsumsi protein hewani dalam mewujudkan
ketersediaan pangan bergizi seimbang bagi masyarakat dengan tetap
meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha peternakan.
6. Program/Kebijakan Pasar Ternak di Ditjen PPHP yaitu Revitalisasi untuk
memperbaiki/menyempurnakan sarana untuk pemasaran ternak di lokasi jual-beli
ternak, Rehabilitasi untuk memperbaiki sarana pasar yang telah rusak agar
kembali kepada keadaan aslinya, optimalisasi yaitu meningkatkan kinerja
operasionalisasi pasar ternak melalui penyempurnaan kelengkapan sarana
pendukung pemasaran ternak serta pembangunan pasar ternak yang baru yaitu
membangun pasar yang baru, di lokasi baru yang belum pernah dimanfaatkan
sebagai tempat kegiatan jual-beli ternak sebelumnya.
7. Manajemen pengelolaan pasar hewan harus lebih profesional, struktur organisasi
dan tupoksi yang jelas, terdapatnya indikator kinerja/sasaran mutu, adanya
program kerja yang jelas serta adanya evaluasi pencapaian sasaran mutu.
Sedangkan kondisi Pasar Hewan saat ini Visi Misi belum jelas, pengelola pasar
belum berfungsi secara efektif, Standar Operating Procedure Pasar Hewan belum
jelas, Sarana fisik kurang terpelihara, kurang tertib, tidak ada standarisasi
ukuran/timbangan, penataan/lay out.
8. Standar Operating Procedure Manajemen Pasar terdiri dari Manajamen Collecting
Fee,Hak pakai, Keamanan dan Ketertiban, Kebersihan dan Pengelolaan Sampah,
Pengelolaan parkir, pemeliharaan sarana pasar, penteraan timbangan dan
penanganan distribusi.
9. Indikator kinerja keberhasilan pengelolaan pasar terdiri dari manajemen yang
transparan, keamanan, kebersihan, ketertiban, pemeliharaan sarana prasarana,
fungsi interaksi sosial, pemeliharaan pelanggan, penyelenggaraan event khusus,
promosi dan hari pelanggan

7.5. PROMOSI DALAM NEGERI


1. Pameran Agrinex Expo
A. Pameran Agrinex Expo ke-6 dilaksanakan pada tanggal 30 Maret sampai
dengan 1 April 2012, oleh Performax dan institut Pertanian Bogor (IPB)
dengan dukungan penuh dari Kementrian Pertanian, Kementrian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, Kementrian Riset dan Teknologi, Yayasan Coop
Indonesia Foundation serta stakeholder terkait lainnya. Pelaksanaan
pameran dilaksanakan di Jakarta Convention Center. Agrinex expo
dilaksanakan sebagai dukungan terhadap pemerintah dalam rangka
menyukseskan ketersediaan pangan, kesejahteraan petani dan investasi di
bidang agribisnis serta agro-tourism. Saat ini produk agribisnis memiliki
banyak fungsi dan ketersediaan serta keamanan pangan merupakan prioritas
utama pembangunan sektor pertanian di Indonesia. Hasil ini didukung oleh
kemampuan atas tersedianya pasokan bahan pangan, kemampuan bangsa,
keadaan ekonomi nasional dan yang paling penting kesejahteraan bagi para
petani, peternak dan nelayan.
B. Indonesia sama sekali masih tergantung akan ketersediaan bahan pangan,
terlebih lagi kesejahteraan petaninya. Potensi terbaik ada pada sektor agro
tourisme dan dengan jumlah petani yang besar serta luas lahan yang subur
akan menjadi masalah jika Indonesia masih bergantung kepada hasil
pertanian luar.
C. Tujuan dari Agrinex Expo ke 6 tahun 2012 ini adalah menjadikan agribisnis
Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri serta untuk mencari solusi
bagi permasalahan kesejahteraan petani. Menurut Ketua Panitia
Penyelenggara Agrinex Expo berbeda dengan expo biasa. Dimana melalui
tampilan booth peserta, talkshow dan berbagai demo, masyarakat diajak
mengenal, memahami dan mencintai produk agribisnis dan industri olahan
berbagai produk agribisnis lokal.
D. Dalam sambutannya, Menteri Pertanian, Suswono mengatakan paradigma
pertanian sekarang ini berubah, dari yang hanya memenuhi pangan untuk
konsumsi menjadi pemenuhan pangan untuk industri. Saatnya petani kita
mengenal dan mengelola agribisnis untuk meningkatkan produksi dan
kesejahteraan petani. Indonesia memiliki potensi pangan berlimpah,
sehingga kesempatan untuk diversifikasi pangan dan merubah produksi
pangan olahan sangat besar. Saat ini produksi bergantung dari konsumsi
masyarakat, keberpihakan ke petani sangat penting salah satunya dengan
membeli produk petani lokal dan menolak produk agribisnis impor.
E. Berbagai acara ditampilkan mulai dari talkshow pertanian, seminar
pertanian, games dan penjualan produk agribisnis. Melalui agrinex expo ini
masyarakat diharapkan bisa meningkatkan konsumsi agribisnis lokal dengan
harga yang tinggi agar petani bisa meraup untung. Hal ini dilakukan agar
mandiri pangan Indonesia bisa tercapai dan petani bisa sejahtera. Pameran
Agrinex ini diikuti oleh Pemerintah, Perusahaan lokal, pelaku usaha
nasional dan internasional, BUMN, Perusahaan swasta, Perguruan Tinggi,
Koperasi dan UKM, Perbankan, Perusahaan Ekspor-Impor, Lembaga
Penelitian dan semua lembaga yang terkait dari hulu sampai ke hilir.
F. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat membuka stand bergabung dengan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan dan BPPMD Jawa
Barat. Adapun produk yang ditampilakan adalah produk dari KPSBU
Lembang yaitu susu sterilisasi Freshtime, CV. Bukit Baros Cempaka
menampilkan keju dan olahannya merk Natura, kelompok Pengolahan
daging sapi Alif yaitu produsen abon daging sapi, olahan dari kelompok
Makmur Agro Satwa Kabupaten Sukabumi yaitu pengolahan susu berupa
yoghurt, susu pasteurisasi, karamel, ager, susu pasteurisasi; dan kelompok
UD Surya Abadi dari Kabupaten Karawang yaitu produsen telur bebek asin
dengan kapasitas produksi 30.000 butir/hari.

2. Agro and Food Expo 2011


Agro and Food Expo dilaksanakan pada tanggal 31 Mei sd 3 Juni 2012 di
Jakarta Convention Centre. Dilaksanakan atas kerjasama Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dengan PT. Wahyu Promocitra.
Adapun kelompok yang diikutsertakan dalam pameran adalah :
A. Kelompok Wanita Tani Kania dari Kabupaten Bogor untuk produk kerupuk
susu, karamel, stick susu, dodol susu, pangsit susu dengan kapasitas
produksi susu per tahun 1.440 liter.
B. Tyara Anisa untuk telur fermentasi (Kanicua) dari Kabupaten Bogor.
C. Al Rasha Berjaya produk yoghurt, es cream dari susu sapi dengan produksi
6.240 liter per tahun.
D. Kelompok P4S Pandanwangi untuk produk abon ayam dan abon kelinci dari
kabupaten Bogor.
E. Kelompok Asih Mekar untuk produk abon dan dendeng ayam dari
Kabupaten Bandung.
F. Koperasi Karya Nugraha kabupaten Kuningan untuk susu rempah-rempah.

3. Pameran Indolivestock Expo and Forum


Pameran Indolivestock Expo and Forum tahun 2012 dilaksanakan di Jakarta
Convention Center pada tanggal 4 6 Juli 2012. Pameran ini diikuti oleh seluruh
pelaku bisnis peternakan dari dalam dan luar negeri baik pengusaha, peneliti,
produsen, konsumen, pengamat, maupun lembaga-lembaga pemerintah yang
bergerak di sektor Peternakan. Indolivestock juga menyajikan beragam seminar
teknis dari perusahaan peserta pameran. Bahkan berbeda dari tahun sebelumnya,
Indolivestock 2012 menggelar seminar bekerjasama dengan Direktorat Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Seminar menghadirkan semua stakeholder yang terlibat di
peternakan untuk duduk bersama mencari solusi dari berbagai masalah peternakan
yang ada saat ini khususnya di bidang kebijakan pemerintah.
Pada acara Indolivestock ini juga dilaksanakan kampanye SDTI (Susu,
Daging, Telur dan Ikan) dengan tujuan peningkatan konsumsi gizi melalui protein
hewani. Kampanye ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan tingkat
konsumsi protein di masyarakat. Dengan konsumsi protein susu, daging, telur dan
ikan yang meningkat diharapkan pasar untuk pelaku peternakan dan perikanan
juga akan semakin besar. Dalam kampanye SDTI, menyusung tema Food
education Campaign ada sekitar 100.000 pengunjung umum. Pada kampanye
SDTI dilaksanakan beragam area permainan untuk anak antara lain panggung
utama, beragam lomba, aksi tari dan juga acara memasak santapan bergizi susu,
daging, telur, ikan . Dengan slogan Membangun generasi cerdas dan Sehat, di
masa sekarang dan masa depan, diharapkan kampanye ini dapat meningkatkan
konsumsi susu, daging, telur dan ikan lebih banyak.
Adapun dalam acara Indolivestock Expo dan Forum tahun 2012, Provinsi
Jawa Barat telah memperoleh penghargaan :
A. Gubernur memperoleh penghargaan Wanasara atas komitmennya dalam
peningkatan gizi masyarakat melalui protein hewani yang dikenal dengan
kampanye SDTI (Susu, Daging, Telur dan Ikan).
B. Kategori Adiguna Satwa Nugraha (kategori inovasi produk) diberikan
kepada pelaku usaha di bidang peternakan yang secara spesifik
menghasilkan jenis pangan baru yang berbahan baku produk peternakan,
sehingga mampu meningkatkan konsumsi pangan sumber protein hewani di
dalam negeri dan meningkatkan devisa negara melalui export produk
peternakan ke manca negara. Penghargaan kategori Adiguna Satwa Nugraha
diberikan kepada PT. Bukit Baros Cempaka, Kabupaten Sukabumi untuk
pengolahan keju.
C. Kategori Cipta Piranti Satwa Nugraha (Katagori Rekayasa Input), diberikan
kepada pelaku usaha di bidang peternakan yang telah menerapkan dan
secara terus menerus mengembangkan sarana prasarana seperti bibit, pakan,
obat-obatan, dan atau alat mesin sehingga mampu menghasilkan produk
berkualitas dan lebih menekankan penggunaan kandungan berbahan loka.
Penghargaan ini diberikan kepada PT. IPB Shigeta dari Kabupaten Bogor.
D. Kategori Praja Mukti Satwa Nugraha (Kategori Kelembagaan), diberikan
kepada Institusi atau Lembaga Pemerintah, Swasta, atau Lembaga Swadaya
Masyarakat yang mampu menghasilkan cara-cara terobosan sehingga dapat
memacu pembangunan peternakan di Indonesia baik di sektor off farm (hulu
dan hilir) maupun on farm (budidaya), yang pada akhirnya menjadikan
usaha peternakan sebagai usaha yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi
masyarakat. Penghargaan ini diberikan kepada Asep Rabbit Project dari
Kabupaten Bandung Barat.
Dalam pameran Indolivestock and Forum 2012 Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat membuka stand pameran dengan menampilkan kelompok
Makmur Agro Satwa (dari Kabupaten Sukabumi), dengan program Gerakan
Minum Susu bagi Usia Sekolah (GERIMIS BAGUS) untuk kampanye
peningkatan gizi anak usia sekolah melalui minum susu segar. Produk yang
ditampilkan kelompok adalah yoghurt, susu pasteurisasi dan ager susu.
Kelompok pengolahan daging ayam Kota Bogor berupa ayam ungkeb,
nugges, baso dll. Pengolahan daging sapi menjadi daging asap, sosis, baso
dll dari Dagsap Kabupaten Bogor, PT. Bukit Baros Cempaka, Kabupaten
Sukabumi untuk pengolahan keju, stick susu, dll serta kelompok pengolahan
telur itik asin organik, telur ayam kampung, dll.

4. Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS)


Hari Pangan Sedunia (HPS) ke XXXII dilaksanakan pada tanggal 18 21
Oktober 2012 di Temanggung Tilung, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Pelaksanaan HPS secara nasional dimaksudkan sebagai wahana meningkatkan
pemahaman, kepedulian serta menggalang kerjasama dengan pihak-pihak terkait
dalam meningkatkan sinergi menangani masalah pangan. Di masa mendatang,
upaya tersebut akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Isu dampak
perubahan iklim yang saat ini menjadi pembicaraan dan perhatian dunia
internasional membuktikan bahwa iklim sangat berpengaruh besar terhadap
keberlanjutan kehidupan manusia. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk selalu
diiringi oleh meningkatnya kebutuhan hidup, sementara ketersediaan lahan dan air
tidak berkembang, sehingga menyebabkan tekanan terhadap kedua sumberdaya
ini semakin berat.
Peringatan Hari Pangan Sedunia dibuka oleh Bapak Wakil Presiden RI.
Dalam pidatonya beliau menyatakan bahwa hampir 1 Milyat umat manusia setiap
harinya hidup dalam kondisi kekurangan pangan dan bahkan kelaparan.
Kebanyakan dari mereka tinggal di negara-negara berkembang dan terutama di
negara-negara yang mengalami konflik dan peperangan yang berkepanjangan.
Penyebab nomor satu dari masalah kelaparan di dunia adalah masalah politik dan
keamanan yang tidak memungkinkan penduduk bekerja dan memenuhi kebutuhan
pangannya. Penyebab utama kedua timbulnya kekurangan pangan atau kelaparan
adalah karena kebijakan sektor pertanian, khususnya pertanian pangan yang salah
arah. Walau tidak ada konflik atau peperangan, tetapi bangsa itu tidak dapat
menghasilkan pangan yang cukup bagi rakyatnya, meskipun sebenarnya memiliki
lahan pertanian yang cukup. Hal ini disebabkan karena pemerintahnya tidak
membangun infrastruktur yang dibutuhkan, tidak mengembangkan lembaga-
lembaga pendukung pertanian yang seharusnya ada, tidak memberikan insentif
yang cukup kepada petani-petaninya untuk mengusahakan pertanian pangan yang
produktif, tidak mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan untuk
meningkatkan produktifitas pertanian pangan. Bangsa itu kekurangan pangan
karena salah urus. Penyebab utama ketiga dari kelaparan adalah bencana alam,
kekeringan, banjir, kerusakan lingkungan, serangan hama dan sebagainya.
Bencana alam menjadi penyebab kekurangan pangan yang makin menonjol
karena perubahan iklim yang menimbulkan cuaca dan iklim ekstrim di berbagai
bagian dunia. Dan juga karena terjadinya lingkungan yang rusak karena dirusak
oleh manusia. Penyebab kerawanan pangan yang keempat adalah ketergantungan
yang terlalu besar pada impor pangan pokok. Kerawanan pangan ini terjadi
sewaktu produksi pangan dunia mengalami gangguan misalnya iklim, atau
sewaktu tiba-tiba ada gangguan terhadap arus perdagangan pangan dunia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, maka :
A. Jangan menempatkan bangsa kita pada posisi yang terbuka terhadap resiko
ketidakstabilan politik dan keamanan.
B. Pemerintah, dunia usaha dan petani bersama-sama mengawal kebijakan
pertanian pangan dengan sebaik-baiknya.
C. Anggaran negara digunakan dengan tertib dan efisien untuk meningkatkan
produktifitas pangan dengan membangun infrastruktur, memberdayakan
institusi-institusi pendukung pertanian dan meningkatkan penelitian dan
pengembangan di bidang pangan, dan bukan untuk subsidi yang tidak tepat
sasaran atau kegiatan-kegiatan lain yang rawan penyelewengan.
D. Menerapkan sistem insentif yang rasional bagi para pelaku pertanian pangan
sehingga bergairah untuk mengembangkan usahanya, untuk berinvestasi dan
berinovasi untuk meningkatkan produktifitas dan untuk memperoleh nilai
tambah dari produk-produk pangan melalui pengembangan agroindustri
pangan modern.
E. Ancaman bencana alam semakin besar. Oleh karena itu harus dibangun
sistem antisipasi dan penanggulangan bencana yang efektif, termasuk
sistem asuransi pertanian yang efektif. Sementara itu kita jangan merusak
alam dan lingkungan yang menjadi hak dari anak cucu.
F. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak tergantung kepada pasar
dunia bagi kebutuhan pangan. Dan bagi pangan pokok, kita bahkan harus
menargetkan posisi surplus yang aman. Upaya untuk mencapai swasembada
beras, gula, jagung, kedelai dan daging harus dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh dan dengan komitmen tinggi oleh semua pihak.
G. Sasaran-sasaran harus tetap realistis, tidak hanya sekedar melarang impor
tanpa memperhatikan kecukupan suplai dan kestabilan harganya di dalam
negeri. Karena apabila terjadi kelangkaan pangan dan gejolak harga,
meskipun dalam waktu singkat, maka kerawanan pangan di dalam negeri
akan timbul dengan konsekwensi selanjutnya berupa gejolak sosial yang
akan sulit dikendalikan.
H. Dalam situasi dunia dan iklim yang serba tidak pasti stok pangan nasional
harus cukup setiap saat. Untuk pengaman stok kran impor tidak boleh
ditutup, karena impor adalah satu-satunya katup pengaman apabila karena
berbagai sebab produksi dalam negeri tiba-tiba turun. Tapi memang impor
harus ditargetkan secara bertahap menurun, seiring dengan keberhasilan
meningkatkan produksi dalam negeri. Dalam upaya swasembada harus
selalu diamankan agar pangan di dalam negeri selalu tersedia cukup dan
harganya tetap terjangkau oleh mayoritas konsumen.

Untuk memperingati Hari Pangan Nasional telah dilaksanakan kegiatan


sebagai berikut :
A. Pameran dan Bazar. Kegiatan ini merupakan wadah promosi dan upaya
menggalangkan kebersamaan seluruh pemangku kepentingan dan
masyarakat dalam mengembangkan kebersamaan seluruh pemangku
kepentingan dan masyarakat dalam mengembangkan kemandirian pangan,
dan untuk memotivasi dan mengkomunikasikan pemantapan pembangunan
ketahanan pangan.
B. Tour Diplomatik
C. Gelar Teknologi, bertujuan mendiseminasikan hasil-hasil
penelitian/pengkajian bidang pertanian, perikanan. Dan kehutanan secara
langsung kepada pengguna dan masyarakat untuk dapat mengaplikasikan
inovasi teknologi dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
D. Perlombaan, berupa Lomba Cipta Menu Beragam Bergizi Seimbang dan
Aman (B2SA), mewarnai gambar, dan makan buah Nusantara.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat membuka stand pameran HPS


bergabung dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Badan
Ketahanan pangan, Biro Bina Produksi dalam satu stand Pemerintah Provinsi
Jawa Barat. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengikutsertakan produk
olahan dari pelaku usaha diantaranya keju dan margarine dari KSU Tandangsari
Sumedang, dodol susu, stick susu, permen susu, krupuk susu dari Serba Susu
Kabupaten Bandung Barat, abon daging sapi, abon ayam dari Bandung Barat,
telur bebek asin organik, telur ayam kampungku, telur Kanicua (rempah-rempah),
dan lain-lain. Dalam pameran tersebut, stand Pemerintah Provinsi Jawa Barat
memperoleh penghargaan stand terbaik ke 1.

5. Pameran Batam Agribusiness Expo


Pelaksanaan pameran Batam Agribusiness Expo berlokasi di Batam Mega
Mall Center. Pelaksanaan pameran dilaksanakan pada tanggal 2-5 Nopember
2012, dibuka oleh Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi pada tanggal 2
Nopember 2012 di Ballroom Hotel Harris Batam Center. Untuk peserta pameran
dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yaitu berbagai macam olahan susu sapi
produksi serba susu Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Telur bebek asin
organik dari Kabupaten Subang, Hasjmilk sebagai produsen berbagai olahan
kering seperti Systick, Karamel Susu dsb. Kelompok Pengolahan Daging sapi dan
ayam Aster yaitu produsen Abon Daging Sapi dan Daging Ayam serta keju dan
butter yaitu Yonghman dari KUD Tanjungsari Kabupaten Sumedang.

6. Bazaar Produk Dalam Negeri


Bazar produk dalam negeri dilaksanakan setiap hari Jumat minggu kedua
atau minggu ketiga setiap bulan, bertempat di halaman parkir timur gedung sate,
yang dimulai dari pukul 08.00 sampai selesai dan dikoordinir oleh Dinas
Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat. Tenda yang disediakannya
setiap bulannya kurang lebih 185 unit, dimanfaatkan oleh 150 pelaku usaha, yang
terdiri dari binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan
UMKM, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan,
Dinas Perikanan, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat serta pelaku usaha umum.
Untuk Dinas Peternakan setiap bulannya mengikutsertakan 6-8 pelaku usaha
pengolahan secara bergiliran. Jumlah pengunjung rata-rata setiap bulannya kurang
lebih 1.500 orang terdiri dari karyawan di lingkungan Gedung Sate juga OPD
Provinsi Jawa Barat serta masyarakat umum.

7. Bazaar Ramadhan
Setiap bulan ramadhan (menjelang iedul Fitri) Dinas Perdagangan dan
Perindustrian melaksanakan Bazaar Ramdhan dengan melibatkan OPD terkait
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan, Perikanan, Perum Bulog, serta
pelaku usaha lainnya. Bazar Ramadhan dilaksanakan di Halaman parkir timur
Gedung Sate, IBCC, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat, Bakorwil (Wilayah Cirebon, Garut, Purwakarta dan Bogor).
Bazar Ramdhan ini dilakukan dalam rangka membantu masyarakat guna
memenuhi kebutuhan pokok khususnya dalam mengisi bulan suci ramadhan dan
menghadapi hari raya iedul fitri 1433 H dalam menyediakan sarana pemasaran
berbagai kebutuhan dengan harga terjangkau, serta sebagai implementasi bentuk
kesalehan sosial sekaligus sebagai upaya peningkatan pemberdayaan ekonomi
sesuai potensi yang dimiliki dengan melibatkan pelaku usaha mikro kecil dan
menengah. Dalam bazaar ramadhan ini ditekankan kepada produk-produk pangan
kebutuhan pokok masyarakat (beras, gula pasir, minyak goreng, daging, telur,
sayuran, produk ikan, dll), produk makanan dan minuman olahan, tekstil, sayuran,
produk ikan, dll), produk makanan dan minuman olahan, tekstil, peralatan rumah
tangga, dll . Dinas Peternakan menyediakan produk pangan berupa daging ayam,
daging sapi dan telur dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga
yang beredar di pasaran.
BAB VIII
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS

8.1. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan makanan Ternak (BPTSP
dan HMT) Cikole
Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole,
berlokasi di Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat dengan luasan areal 9,885 hektar,
yang dimanfaatkan untuk areal kebun rumput, perkandangan ternak sapi perah,
bangunan kantor, bangunan pengolahan air susu, perumahan pegawai serta tempat
pelatihan lapangan dan lain-lain. UPTD BPT Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak
Cikole memiliki Instalasi (Sub Unit Pelayanan) Pengembangan Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak yang berlokasi di Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang yaitu di
Desa Bunihayu seluas 8,166 hektar yang saat ini lahannya dimanfaatkan untuk areal
kebun rumput, bangunan kantor, perkandangan, gudang pakan, dan sarana penunjang
teknis lainnya, serta lokasi yang berada di Kecamatan Sagalaherang yaitu di Desa
Sukamandi 10,678 hektar dan di desa Dayeuhkolot seluas 9,063 hektar.
Keadaan jumlah pegawai hingga akhir tahun 2012 sebanyak 38 orang PNS
serta 28 Tenaga Harian Lepas.
Sarana dan prasarana yang dimiliki UPTD BPT Sapi Perah dan Hijauan Makanan
Ternak Cikole adalah :
1. Kebun rumput yang efektif di lahan Desa Cikole Kecamatan Lembang terdapat 5
hektar; di desa Dayeuhkolot Kecamatan Sagalaherang kab. Subang 6 hektar; di
Desa Sukamandi di Kec. Sagalaherang Kab. Subang 2,79 hektar dan 4 hektar
berada di Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak Kab. Subang; serta 2 hektar di
Desa Kumpay kecamatan jalancagak Kab. Subang.
2. Kendaraan operasional dan alsintan : truk, minibus, mobil box, traktor besar dan
kecil, alat dan mesin perah, alat dan mesin pengolahan susu, alat-alat peternakan
dan lain-lain;
3. Bangunan kantor, ruang pertemuan, perkandangan ternak, bangunan pengolahan
susu, gudang pakan dan pengolahan pakan, mess pegawai, sarana tempat
pelatihan lapangan dan lain-lain.
1. Produksi dan Produktivitas
A. Populasi Ternak
Perkembangan populasi ternak sapi perah di UPTD BPT Sapi Perah
dan Hijauan Makanan Ternak Cikole pada tahun 2012 sebagaimana termuat
pada tabel berikut :

Tabel . Perkembangan Populasi Ternak di BPT Sapi Perah dan


HMT Cikole Tahun 2011 - 2012

Tahun 2011 Tahun 2012 r


No Uraian
Jantan Betina Jml. Jantan Betina Jml. (%)
1. Populasi Awal 12 180 192 12 134 146 -23,96
- Dewasa 0 65 65 0 71 71 9,23
- Muda 0 70 70 1 47 48 -31,43
- Anak 12 45 57 11 16 27 -52,63
2. Kelahiran 18 8 26 28 22 50 92,31
3. Dropping 0 0 0 0 50 50 -
4. Kematian 1 1 2 0 0 0 -100,00
5. Jual 25 45 70 9 21 30 -57,14
- Dewasa 0 7 7 0 21 21 200,00
- Muda 0 38 38 0 0 0 -100,00
- Anak 25 0 25 9 0 9 -64,00
6. Populasi Akhir 12 134 146 12 134 216 47,95
- Dewasa 0 71 71 0 66 66 -7,04
- Muda 1 47 48 1 98 99 106,25
- Anak 11 16 27 30 21 51 88,89

Keadaan populasi ternak sapi perah pada akhir tahun 2012 terdapat
216 ekor ternak sapi perah atau meningkat sebanyak 70 ekor (47,95%) bila
dibandingkan dengan populasi ternak akhir tahun 2011. Dinamika populasi
ternak pada tahun 2012 bila dilihat tanpa adanya penjualan ternak
bertambah dari 146 ekor pada awal tahun 2012 menjadi 246 ekor pada akhir
tahun 2012 yang berasal dari adanya kelahiran sebanyak 50 ekor dan
dropping ternak sapi dara impor 50 ekor. Selama tahun 2012 terdapat
pengurangan jumlah ternak atau pengeluaran ternak yang merupakan hasil
pelaksanaan program seleksi dan culling sebanyak 30 ekor yang terdiri
dari 21 ekor sapi dewasa afkir dan 9 ekor pedet jantan dimana hasil dari
penjualan tersebut dikontribusikan sebagai pendapatan asli daerah (PAD) ke
kas daerah.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2


B. Perkembangan Produksi Susu dan Kemampuan Produksi Susu Per
Individu
Produksi susu yang dihasilkan Balai selama tahun 2012 sebanyak
245.823 liter atau terjadi peningkatan sebesar 24.743 liter (11,19%)
dibanding produksi susu yang dihasilkan pada tahun 2011 (221.080 liter).
Pemanfaatan air susu yang dihasilkan pada tahun 2012 antara lain
untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi ternak pedet sebanyak 69.180 liter
(28,14%), penjualan susu segar (fresh milk) 143.830 liter (58,51%), susu
pasteurisasi 18.840 liter (7,66%) serta sebagian lagi digunakan untuk
kegiatan-kegiatan sosial dan promosi produk yaitu susu segar 2.773 liter
(1,13%) dan susu pasteurisasi 3.228 liter (1,31%), uji coba pengolahan susu
kental manis dan sample pengujian 549 liter (0,22%), penyusutan susu segar
pada saat collecting, distribusi dan proses pendinginan di colling unit 5.323
liter (2,17%) dan penyusutan/penguapan selama proses produksi susu
olahan di mesin pasteurizer dan filling/packaging serta instalasinya sebesar
2.300 liter (0,94 %).
Gambaran kemampuan produksi susu per laktasi dari sapi perah
produktif di BPT Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole tahun
2012, yaitu dari 69 ekor induk yang dihitung kemampuan produksinya
menggunakan metoda two point, 54 ekor (76,7%) induk sapi perah telah
memenuhi klasifikasi bibit, sedangkan sisanya 15 ekor (23,3%) masih
berada pada kemampuan produksi dibawah 4.000 kg per laktasi.
Klasifikasi kemampuan produksi susu per laktasi dari sapi perah tersebut
didasarkan atas kriteria bibit dasar (foundation stock) dengan kemampuan
produksi susu > 6.000 kg/laktasi, bibit induk (breeding stock) dengan
kemampuan produksi susu 5.000 - 6.000 kg per laktasi dan bibit sebar
(commercial stock) dengan kemampuan produksi susu > 4.000 - 5.000
kg/laktasi, gambaran kemampuan produksi susu per individu ternak sapi
perah tahun 2012 sebagaimana berikut :

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 3


Tabel Gambaran Kemampuan Produksi Susu per Individu Ternak Sapi
Perah tahun 2012

Kemampuan
Tahun (%)
No Kriteria Bibit Prod.Susu R
(kg/ek/lak) 2011 2012 (%)
1. Bibit dasar > 6.000 13,33 15 37
(foundation stock)
2. Bibit induk > 5.000-6.000 21,67 26,67 46,15
(breeding stock)
3. Bibit sebar > 4.000-5.000 46,67 35 -14,29
(commercial stock)
4. Belum memenuhi < 4.000 18,33 23,33 36,36
sebagai kriteria bibit
Jumlah 100,00 100,00

Ket : Induk sapi perah yang beranak akhir tahun 2011 sd triwulan ke-3
tahun 2012

C. Penampilan Reproduksi, Jumlah Bakteri Air Susu dan Kasus Mastitis


Produktivitas ternak dipengaruhi oleh penampilan reproduksi ternak,
sedangkan kualitas air susu yang diperoleh juga akan dipengaruhi oleh
sejauhmana kandungan bakteri dalam air susu tersebut disamping faktor
terjadinya kasus mastitis pada ternak. Sampai sejauhmana faktor-faktor atau
parameter teknis tersebut terjadi dan diperoleh pada tahun 2012 yang
dibandingkan dengan tahun 2011, diperlihatkan pada tabel berikut :

Tabel Parameter Teknis Reproduksi, Jumlah Bakteri Air Susu dan Kasus
Mastitis Tahun 2011 dan 2012

Tahun
No Uraian r (%)
2011 2012
1. S/C (kali) 1,9 1,8 -5,56
2. CR (%) 52,6 55,3 4,88
3. Calving interval (bln) 14,00 13,7 -2,19
4. Jumlah Bakteri per Milliliter air susu
a. susu segar 3,78 x 105 4,9 x 105 41,29
b. susu pasteurisasi - 5,42 x 103 -
5. Kasus mastitis sub klinis (%) 5,22 5,22 0.0
6. Kasus mastitis klinis (%) 0,20 0,8 0,75

Berdasarkan tabel diatas, angka parameter reproduksi yang


dicerminkan oleh angka service per conception (S/C) rata-rata pada sapi
perah yang diperoleh pada tahun 2012 adalah 1,8 kali atau terjadi
peningkatan kinerja IB sebesar 5,56% dibanding tahun 2011 dengan angka
conception rate (CR) pada tahun 2012 sebesar 55,3%. Selanjutnya rataan

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 4


calving interval atau jarak beranak pada tahun 2012 yaitu berada pada angka
13,7 bulan atau mengalami perbaikan jarak beranak dibandingkan dengan
rata-rata jarak beranak pada tahun 2011. Rataan jumlah bakteri (TPC) yang
terkandung pada air susu segar per mililiter-nya pada tahun 2012 telah
sesuai dengan standar SNI Nomor 01-3141-1998 yaitu berada dibawah 1 x
106,. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah
bakteri (TPC) yang ditunjukkan oleh rataan angka bakteri sebesar 5,9 x 105
per mililiter air susu sedangkan tahun sebelumnya 3,78 x 105 per mililiter air
susu. Pada kasus mastitis sub klinis yang terjadi pada tahun 2012
memperlihatkan kondisi yang sama dengan tahun 2011 yaitu sebesar 5,22%,
sedangkan kasus mastitis klinis yang terjadi yaitu sebesar 0,8% atau terjadi
sedikit peningkatan dibanding tahun 2011 sebesar 0,2%. Rataan jumlah
bakteri (TPC) susu olahan pasteurisasi pada tahun 2012 yaitu 5,42 x 103 per
ml air susu dan telah memenuhi standar SNI Nomor 01-3951-1995 dengan
angka TPC 3 x 104 per ml air susu.

2. Pelayanan kepada Masyarakat


Pelayanan Balai kepada publik/masyarakat antara lain melalui fasilitasi
kegiatan praktek kerja lapangan, magang, penelitian, penerimaan tamu kunjungan
dalam rangka studi banding, studi tour dan lain-lain. Materi yang disampaikan
dalam pelayanan publik tersebut secara umum diantaranya terkait tatalaksana
pembibitan dan budidaya ternak sapi perah serta pasca panen yang meliputi
tatalaksana pakan dan pemberiannya, tatalaksana produksi hijauan makanan
ternak dan pemanfaatannya, tatalaksana pemerahan dan kesehatan susu,
tatalaksana reproduksi ternak, pasca panen hijauan makanan ternak dan limbah
(silase, hay, amoniasi pakan, biogas, kompos, dll), pasca panen susu olahan, serta
sosialisasi peningkatan sadar gizi masyarakat melalui kebiasaan minum susu.
Gambaran jumlah tamu kunjungan ke Balai pada tahun 2012 adalah
sebanyak 17.172 orang atau menurun 27.43% dibanding tahun 2011 (21.882
orang). Berdasarkan asalnya tamu kunjungan tersebut antara lain berasal dari
perguruan tinggi sebanyak 363 orang (2.11 %), Instansi Pemerintah 392 orang
(2.28%), Swasta/Koperasi/BUMN 129 orang (0.75%), tamu luar negeri/asing
281orang (1.64%), Siswa sekolah SLTA/ MA 4.380 orang (25.51%), SLTP 7462
orang (43.45%), SD 3902 orang (22.72%) dan TK 263 orang (1.53%). Fasilitasi

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 5


terhadap kegiatan praktek kerja lapangan/magang 98 orang (0.5%) dari berbagai
perguruan tinggi nasional dan sekolah menengah kejuruan.
Disamping itu pada tahun 2012 dilakukan pelayanan aktif ke masyarakat
melalui pembinaan lanjutan bimbingan teknis terhadap Delapan (8) kelompok
peternak binaan yang terdapat di Enam (6) kabupaten, antara lain kelompok
Wargi Asih Desa Pada Asih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat,
kelompok Marga Jaya Desa Cinangsih Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang,
kelompok Mekar Saluyu Desa Cipangramatan Kecamatan Cikajang Kabupaten
Garut dan kelompok Kiara Sanding Desa Pulosari Kecamatan Pangalengan
Kabupaten Bandung, kelompok Baru Jaya II Desa Kp. Cisaat Desa Cisaat Kec.
Ciater kab. Subang, kelompok Kelompok Mitra Sawargi yang berlokasi di Kp.
Tewel Desa Guranteng Kec. Pagerageung Kab. Tasikmalaya. Serta kelompok
peternak binaan baru pada tahun 2012 yaitu 2 kelompok peternak di Kab.
Bandung Barat pada kelompok Cipeusing Mandiri berlokasi di Kp. Cipeusing RT
02 RW 04 Desa Kertawangi Kec. Cisarua Kab. Bandung Barat dan kelompok
Maju Jaya II berlokasi di desa Cikole Kec. Le mbang Kab. Bandung Barat.

3. Produksi Hijauan Makanan Ternak


Produksi hijauan makanan ternak dari jenis rumput gajah yang berada di
lokasi Cikole pada tahun 2012 adalah sebanyak 1.520.400 kg (1,520 ton) per
tahun dari luas areal kebun rumput 5 hektar. Sedangkan produksi hijauan
makanan ternak yang berasal dari lokasi Sub Pelayanan (SUP) Subang a) lokasi
desa Bunihayu kecamatan jalan Cagak kabupaten Subang produksi hijauan
makanan ternak yang dihasilkan adalah sebanyak 307 ton yang dihasilkan dari 4
hektar luasan kebun rumput efektif (80 persen ditanami jenis rumput pannicum
maximum dan 20 persen jenis rumput gajah); b) Lokasi desa Sukamandi
kecamatan Sagalaherang kabupaten Subang dari luas lahan yang dimiliki 10,678
hektar kebun rumput efektif seluas 2 hektar dengan produksi hijauan makanan
ternak yang dihasilkan jenis rumput gajah sebanyak 385 ton per tahun; c) lokasi
desa Dayeuhkolot kecamatan Sagalaherang dari luasan lahan yang dimiliki 9,03
hektar, kebun rumput efektifnya sebesar 6 hektar (5,75 hektar ditanami rumput
gajah dan 0,25 hektar jenis rumput african stargrass) dengan produksi hijauan
makanan ternak yang dihasilkan rumput gajah sebanyak 683 ton dan rumput
african stragrass 7,5 ton per tahun (lahan kebun baru dilakukan peremajaan).

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 6


Produksi hijauan makanan ternak olahan pada tahun 2012 yaitu rumput
kering (hay) sebesar 19,3 ton per tahun yang di produksi dari jenis rumput
pannicum maximum, rumput african star grass, dan lain-lain. Sedangkan hijauan
makanan ternak olahan lainnya yaitu silase dari limbah daun jagung telah di
produksi sebanyak 100 ton.
Gambaran produksi hijauan makanan ternak berdasarkan lokasi dan
jenisnya disajikan pada tabel berikut :
Tabel. Gambaran Produksi Hijauan Makanan Ternak berdasarkan Lokasi pada
UPTD BPT Sapi Perah dan HMT Cikole Tahun 2012

Luasan Prod.
Prod. Segar
No Lokasi Efektif Jenis HMT BK
(kg/tahun)
(hektar) (kg/thn)
1. Desa Cikole 4,8 rumput gajah cv. 1.520.400
Kecamatan Lembang Taiwan (pennisetum
Kabupaten Bandung purpureum); 43-56 hari
Barat
2. Desa Bunihayu 2,2 rumput benggala cv. 105.000
Kecamatan gatton (panicum
Jalancagak Kabupaten maximum)
Subang 1,8 rumput gajah cv. 202.000
Taiwan (pennisetum
purpureum); 56 hari
3. Desa Sukamandi 2,0 rumput gajah cv. 365.000
kecamatan Taiwan (pennisetum
Sagalaherang purpureum); 56 hari
kabupaten Subang
4. Desa Dayeuhkolot 5,75 rumput gajah cv. 682.000
kecamatan Taiwan (pennisetum
Sagalaherang dari purpureum); 56 hari
luasan
0,25 rumput bintang 7.500
(african stargrass)
5. Desa Kumpay Kec. 2,0 Rumput gajah
Jalancagak kab.
Subang
Jumlah 2.875.150

Berdasarkan tabel 2, produksi hijauan makanan ternak dalam bentuk segar


pada tahun 2012 sebesar 2.875.150kg ....kg bahan kering. Bila dibandingkan
dengan kebutuhan pakan berdasarkan keadaan populasi ternak (Satuan Ternak)
per Desember 2012 berdasarkan kebutuhan bahan kering (BK) dari pakan hijauan
yaitu sebesar .....kg, maka ketersedian pakan hijauan masih tercukupi.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 7


8.2. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak (BPPT) Unggas Jatiwangi berdiri sejak
tahun 1952 dengan nama Taman Ternak dan pada Tahun 1980 diubah dengan nama
Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Jatiwangi sampai
dengan tahun 1999. Pada tanggal 7 September 1999 diubah lagi menjadi Balai
Pembibitan Ternak (BPT) Unggas Jatiwangi sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 40 Tahun 1999 tanggal 7 September 1999.
Pada tahun 2002 sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2002 diubah
lagi menjadi UPTD Balai Pengembangan Perbibitan Ternak (BPPT) Unggas Jatiwangi.
BPPT Unggas Jatiwangi merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Gubernur
(PERGUB) Nomor 36 Tahun 2009 tentang Tupoksi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Provinsi Jawa Barat, Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang
Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Unit Pelaksana Teknis Dinas di
lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Dalam pengelolaannya diarahkan
pada pola pengembangan Perbibitan Ternak Unggas khususnya ayam buras dan itik.
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 113 tahun 2009
tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Unit Pelaksana Teknis di
Lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, tugas pokok Balai
Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi adalah Melaksanakan
sebagian Fungsi Dinas di Bidang Pengujian dan Pengembangan Perbibitan
Tenak Unggas.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Balai Pengembangan
Perbibitan Ternak (BPPT) Unggas Jatiwangi memiliki fungsi yaitu :
A. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pengujian dan
pengembangan perbibitan ternak unggas.
B. Penyelenggaraan pengujian dan pengembangan perbibitan ternak unggas.

Keadaan jumlah pegawai pada akhir tahun 2012 sebanyak 40 orang terdiri
atas 25 orang PNS dan 15 orang Tenaga Harian Lepas.
Sarana dan prsarana yang dimiliki UPTD BPPT Unggas Jatiwangi sampai
akhir tahun 2012 :

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 1


1. Luas Lahan
Lahan kantor dan peternakan 17.802 m2
Lahan pemeliharaan ternak ayam buras 24.750 m2
Lahan pemeliharaan ternak itik 25.974 m2

Lahan sawah/ladang 88.480 m2

Lahan dipakai PUSKESMAS 1.392 m2

Lahan tidak tergarap (Tebing, dll) 7.497 m2


2.232 m2
Lahan sewa dari PT. KAI (Persero)
168.127 m2
Jumlah

2. Bangunan kandang dan penetasan


1) Kandang Ayam Buras
- Kandang Ayam Starter (DOC) 465 m2
- Kandang Ayam Grower 2.901 m2
- Kandang Ayam Layer
Kandang Ranch 578 m2
Kandang Postal 1.753 m2
Kandang Battery 371 m2
Jumlah 6.068 m2

2) Kandang Itik
- Kandang Starter (DOD) 134 m2
- Kandang Grower 376 m2
- Kandang Layer 1.162 m2
Jumlah 1.672 m2

3) Ruang Penetasan 105 m2


Jumlah 105 m2

3. Bangunan Kantor dan Fasilitas lainnya


1) Kantor 2 Unit 240 m2
2) Perumahan Pegawai 4 Unit 288 m2
3) Rumah Dinas 2 Unit 141 m2
4) Pondok Latihan 1 Unit 50 m2
5) Gudang Pakan 1 Unit 95 m2
Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 2
6) Gudang Tempat telur, dll 1 Unit 30 m2
7) Mushola 1 Unit 36 m2
8) Ruang Genset 6 m2
9) Pagar keliling 1 unit 888,5 m
10) Pos Satpam 4 M2
11) Bak Penampungan air

2. Populasi Ternak
A. Ternak Ayam Buras
Jumlah ternak ayam buras pada akhir tahun 2011 adalah sebanyak
7.220 ekor, sedangkan pada akhir tahun 2012 sebanyak 10.694 ekor. Dari
data tersebut, dapat digambarkan bahwa terjadi peningkatan populasi
ternak ayam buras pada tahun 2012 sebanyak 3.474 ekor atau sebesar
48,17% dibandingkan akhir tahun 2011. Adapun rincian populasi setiap
periode pemeliharaan adalah sebagai berikut :
a. Starter (0-6 minggu) : 653 ekor (6,11% dari total populasi)
b. Grower (> 6-18 minggu) : 3.812 ekor (35,65% dari total populasi)
c. Layer (> 18 minggu) : 6.229 ekor (58,25% dari total populasi)
Total Populasi : 10.694 ekor

Tabel. Perbandingan Keadaan Populasi Ternak Ayam Buras


Tahun 2011 dengan Tahun 2012 di BPPT Unggas Jatiwangi

Akhir Tahun Akhir Tahun Kenaikan


Uraian
2011 (Ekor) 2012 (Ekor) Ekor %
Populasi Ternak (Ayam Buras) 7.220 10.694 3.474 48,17

Meningkatnya populasi ayam buras pada tahun 2012 disebabkan oleh


beberapa faktor yaitu :
a. Manajemen pemeliharaan ternak ayam buras terutama dari aspek
pemberian pakan telah berjalan dengan optimal sesuai dengan standar
ideal kebutuhan nutrisi setiap periode pemelliharaan, yang erat
kaitannya dengan peningkatan pencapaian produksi ternak, kualitas
bibit, performa fisik dan reproduksi.
b. Manajemen kesehatan ternak telah berjalan dengan optimal, melalui
pelaksanaan program medikasi, vaksinasi dan desinfeksi rutin ternak

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 3


(ayam buras), sehingga dapat mengurangi tingkat morbiditas dan
mortalitas ternak baik periode starter, grower ataupun layer.
c. Penjualan ternak terutama ayam dewasa (umur 3 bulan) di BPPT
Unggas Jatiwangi selama 12 bulan terhitung tidak ada. Hal ini
disebabkan karena pencapaian balai akan target populasi bibit ayam
buras tahun 2012 dan peningkatan kualitas bibit baik dari performa
fisik, produksi, reproduksi dan status kesehatan ternak yang baik serta
perhitungan replacement stock bibit ayam buras.

B. Ternak Itik
Jumlah ternak itik lokal pada akhir tahun 2011 adalah sebanyak 3.204
ekor, sedangkan pada akhir tahun 2012 sebanyak 4.922 ekor. Dari data
tersebut, dapat digambarkan bahwa terjadi peningkatan populasi ternak itik
lokal pada tahun 2012 sebanyak 1.718 ekor atau sebesar 53,62%
dibandingkan akhir tahun 2011. Adapun rincian populasi setiap periode
pemeliharaan adalah sebagai berikut :
a. Starter (0-6 minggu) : 468 ekor (9,51% dari total populasi)
b. Grower (>6-18 minggu) : 663 ekor (13,47% dari total populasi)
c. Layer (>18 minggu) : 3.791 ekor (77,02% dari total populasi)
Total Populasi : 4.922 ekor

Tabel. Perbandingan Keadaan Populasi Ternak Itik Lokal Tahun


2011 dengan Tahun 2012 di BBPT Unggas Jatiwangi
Akhir Tahun Akhir Tahun Kenaikan
Uraian
2011 (Ekor) 2012 (Ekor) Ekor %
Populasi Ternak
3.204 4.922 1.718 53,62
(Itik Lokal)

Meningkatnya populasi itik lokal pada tahun 2012 disebabkan oleh


beberapa faktor yaitu :
a. Manajemen pemeliharaan ternak itik lokal terutama dari aspek
pemberian pakan, ketersediaan dan kualitas bahan baku pakan telah
berjalan dengan optimal sesuai dengan standar ideal kebutuhan nutrisi
setiap periode pemelliharaan, yang erat kaitannya dengan pencapaian
produksi ternak, kualitas bibit, performa fisik dan reproduksi.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 4


b. Manajemen kesehatan ternak telah berjalan dengan optimal, melalui
pelaksanaan program medikasi, vaksinasi dan desinfeksi rutin ternak
(itik lokal), sehingga dapat mengurangi tingkat morbiditas dan
mortalitas ternak baik periode starter, grower ataupun layer.
c. Penjualan ternak terutama itik dewasa (umur >3 bulan) dan itik afkir
di BPPT Unggas Jatiwangi selama 12 bulan terhitung tidak ada. Hal
ini disebabkan karena pencapaian balai akan target populasi bibit itik
lokal tahun 2012 dan peningkatan kualitas bibit baik dari performa
fisik, produksi, reproduksi dan status kesehatan serta perhitungan
replacement stock bibit itik lokal.

3. Produksi Hasil Ternak


A. Telur Ayam Buras
Total produksi telur ayam buras di BPPT Unggas Jatiwangi pada
tahun 2012 adalah sebanyak 144.107 butir, meningkat sebesar 41,30%
dibandingkan tahun 2011. Berikut ini rincian perbandingan perkembangan
produksi telur ayam buras di BPPT Unggas Jatiwangi tahun 2011 dan tahun
2012 yang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel. Perbandingan Perkembangan Produksi Telur Ayam Buras Tahun


2011 dan Tahun 2012 di BPPT Unggas Jatiwangi
Produksi Telur (Butir) Kenaikan
No Uraian Tahun Tahun
Butir %
2011 2012
1. Produksi Telur Ayam Buras 101.985 144.107 42.122 41,30
2. Penjualan Telur Ayam Buras 20.023 45.696 25.673 128,22

Peningkatan produksi telur ayam buras pada tahun 2012 disebabkan


oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :
a. Perbaikan kualitas pakan, kesesuaian jumlah pemberian pakan,
pencapaian kebutuhan nutrisi periode layer (bertelur)
b. Peningkatan status kesehatan ternak. Melalui perlakuan pemberian
multivitamin asam amino rutin sesuai dengan dosis yang ditentukan
dengan aplikasi pemberian melalui pakan, meningkatkan produksi
telur ayam buras yang cukup signifikan.
c. Manajemen reproduksi yang baik, seperti perbaikan perbandingan
jumlah jantan dan betina dalam satu kandang (sex ratio), pelaksanaan

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 5


inseminasi buatan rutin, pengujian mikroskopis kualitas spermatozoa
jantan unggul, seleksi pejantan unggul dan betina produktif rutin.

B. Telur Itik
Total produksi telur itik lokal di BPPT Unggas Jatiwangi pada tahun
2012 adalah sebanyak 116.345 butir, meningkat sebesar 157,68%
dibandingkan tahun 2011. Berikut ini rincian perbandingan perkembangan
produksi telur itik lokal di BPPT Unggas Jatiwangi tahun 2011 dan tahun
2012 yang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel. Perbandingan Perkembangan Produksi Telur itik Lokal


Tahun 2011 dan Tahun 2012 di BPPT Unggas Jatiwangi
Produksi Telur (Butir) Kenaikan
No Uraian Tahun Tahun
Butir %
2011 2012
1. Produksi Telur Itik Lokal 45.151 116.345 71.194 157,68
2. Penjualan Telur Itik Lokal 28.260 89.119 60.859 215,35

Peningkatan produksi telur itik lokal pada tahun 2012 disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu :
1. Perbaikan kualitas pakan, kesesuaian jumlah pemberian pakan,
pencapaian kebutuhan nutrisi periode layer (bertelur)
2. Peningkatan populasi itik betina yang produktif dan itik jantan unggul
3. Peningkatan status kesehatan ternak dan pengurangan faktor
predisposisi stress
4. Manajemen reproduksi yang baik, seperti perbaikan perbandingan
jumlah jantan dan betina dalam satu kandang (sex ratio) serta seleksi
pejantan unggul dan betina produktif rutin.

C. Produksi DOC/DOD
Total produksi DOC pada tahun 2012 adalah sebanyak 32.406 ekor,
produksi DOD pada tahun 2012 adalah sebanyak 4.119 ekor. Angka
tersebut menurun dibandingkan dengan tahun 2011, dimana produksi DOC
pada tahun 2011 adalah sebanyak 45.739 ekor dan produksi DOD pada
tahun 2011 adalah sebanyak 4.186 ekor. Berikut ini rincian perbandingan
perkembangan produksi DOC dan DOD tahun 2011 dan tahun 2012, yang
dapat dilihat pada tabel berikut.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 6


Tabel. Perbandingan Perkembangan Produksi DOC dan DOD
Tahun 2011 dan Tahun 2012 di BPPT Unggas Jatiwangi
Produksi DOC (Ekor) Penurunan/Kenaikan
No Uraian
Tahun 2011 Tahun 2012 Ekor %
1. Produksi DOC 45.739 32.406 13.333 29,15
2. Produksi DOD 4.186 4.119 67 1,60

Faktor-faktor penyebab penurunan produksi DOC dan DOD di BPPT


Unggas Jatiwangi tahun 2012 adalah sebagai berikut :
a. Telur ayam dan itik yang diproduksi dari betina produktif di BPPT
Unggas Jatiwangi sebagian besar difokuskan pada penjualan telur
(penjualan telur ayam buras tahun 2012 : 31,71% dari total produksi
telur ayam buras dan penjualan telur itik tahun 2012 : 76,6% dari total
produksi telur itik), sehingga telur ayam dan itik yang seharusnya
ditetaskan di Hatchery (telur tetas), dialihkan dengan penjualan
kepada masyarakat (menjadi telur konsumsi). Hal ini berkaitan dengan
meningkatnya permintaan pasar akan telur konsumsi ayam buras dan
itik lokal khususnya dari area lokal Majalengka.
b. Pada bulan Januari dan Februari tahun 2012, produksi DOC
dihentikan untuk sementara. Hal ini disebabkan karena sedang
mewabahnya penyakit NewCastle Disease (ND) di BPPT Unggas
Jatiwangi yang menyerang ayam periode starter dan grower. Sehingga
tidak ada kandang ayam periode starter dan grower yang kosong untuk
pemeliharaan periode tersebut, karena kandang dalam masa
pengosongan (hanya berlangsung kegiatan desinfeksi-isolasi-
pengapuran).

4. Produktivitas Ternak
A. Ternak Ayam Buras
Nilai produktivitas ternak (ayam buras) yang diukur di BPPT Unggas
Jatiwangi adalah jumlah produksi telur ayam buras dalam satu periode
dibandingkan terhadap jumlah ayam buras betina produktif (umur mulai
produksi sampai dengan 50% masa produksi) atau disebut Hen Days
Production. Jumlah betina produktif (ayam buras) di BPPT Unggas
Jatiwangi adalah sebanyak 2.393 ekor atau 62,16% dari total betina ayam
buras atau 22,38% dari total populasi ayam buras. Dengan menggunakan
Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 7
perhitungan tersebut didapatkan hasil produktivitas ternak ayam buras,
beserta perbandingannya antara tahun 2011 dan tahun 2012 melalui rincian
sebagai berikut :

Tabel. Perbandingan Nilai Produktivitas Ternak Ayam Buras


Tahun 2011 dan Tahun 2012 di BPPT Unggas Jatiwangi
Produksi Telur Nilai Produktivitas
Betina Produktif
Tahun Ayam Buras Ternak
Ayam Buras (Ekor)
(Butir) Ayam Buras (%)
Tahun 2011 2.599 101.985 11,68
Tahun 2012 3.850 144.107 11,14

Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa nilai produktivitas


ternak ayam buras pada tahun 2012 menurun sebesar 0,54% dibandingkan
tahun 2011. Hal ini secara umum disebabkan karena kurangnya jumlah
ayam betina produktif, dominan umur betina di BPPT Unggas Jatiwangi
tahun 2012 adalah umur awal bertelur sehingga berpengaruh terhadap
produktivitas ternak. Nutrisi yang diberikan nampaknya belum cukup
memberikan pengaruh yang cukup besar pada bibit tersebut, kualitas
individu dalam produksi telur masih belum maksimal.
Pada periode penetasan di Hatchery, nilai produktivitas dapat diukur
dari persentase daya tetas telur. Daya tetas telur dapat diketahui melalui
perbandingan antara jumlah DOC yang menetas dibandingkan dengan
jumlah telur fertil. Dengan menggunakan perhitungan tersebut didapatkan
rata-rata persentase daya tetas telur ayam buras tahun 2011 adalah sebesar
65,34% sedangkan rata-rata persentase daya tetas telur ayam buras tahun
2012 adalah sebesar 60,40%. Terjadi penurunan sebesar 1,14%
dibandingkan tahun 2011. Faktor penyebabnya adalah karena kondisi mesin
tetas ayam kapasitas 6.000 butir (mesin lama tahun 2003)yang kurang
optimal, terutama berkaitan dengan suhu dan kelembaban dalam mesin
penetasan. Meskipun dengan pemeliharaan mesin, namun daya kerja mesin
berjalan kurang baik. Hal ini dapat digambarkan dengan telur telah mulai
retak (pipping) namun tetap tidak menetas, ini disebabkan karena tingkat
kelembaban dalam mesin tetas tidak optimal.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 8


B. Ternak Itik
Nilai produktivitas ternak (itik lokal) yang diukur di BPPT Unggas
Jatiwangi adalah jumlah produksi telur itik dalam satu periode dibandingkan
terhadap jumlah itik betina produktif (umur mulai produksi sampai dengan
50% masa produksi) atau disebut Hen Days Production. Jumlah itik betina
produktif di BPPT Unggas Jatiwangi adalah sebanyak 1.262 ekor atau
40,63% dari total itik betina layer atau 25,64% dari total populasi itik.
Dengan menggunakan perhitungan tersebut didapatkan hasil produktivitas
ternak itik, beserta perbandingannya antara tahun 2011 dan tahun 2012
melalui rincian sebagai berikut :

Tabel. Perbandingan Nilai Produktivitas Ternak Itik Lokal


Tahun 2011 dan Tahun 2012 di BPPT Unggas Jatiwangi
Produksi Telur Nilai Produktivitas
Itik Betina
Tahun Itik Ternak
Produktif (Ekor)
(Butir) Itik Lokal (%)
Tahun 2011 2.021 45.151 6,65
Tahun 2012 3.106 116.345 11,15

Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa nilai produktivitas


ternak itik pada tahun 2012 meningkat sebesar 4,5% dibandingkan tahun
2011. Hal ini secara umum disebabkan karena keberhasilan manajemen
pemeliharaan itik secara keseluruhan baik pakan, reproduksi dan kesehatan.
Persentase daya tetas telur itik tahun 2011 adalah sebesar 60,85%
sedangkan rata-rata persentase daya tetas telur itik tahun 2012 adalah
sebesar 26,53%. Terjadi penurunan sebesar 34,72% dibandingkan tahun
2011. Hal ini disebabkan karena adanya manajemen penetasan telur yang
kurang baik (mesin tetas menggunakan mesin tetas ayam buras, tidak ada
mesin tetas itik khusus), namun demikian telah dilakukan berbagai upaya
seperti rutinitas penyemprotan air dengan handspray dan penambahan
jumlah air dalam bak.

5. Kesehatan Ternak
Sebagai salah satu upaya pelaksanaan program pengendalian dan
penanggulangan penyakit hewan menular, penyakit hewan strategis dan zoonosis
pada ternak, maka dilakukan berbagai kegiatan dalam bentuk pengamatan,
pengidentifikasian, pencegahan, pemberantasan dan pengobatan.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 9


Pada bulan Januari 2012, UPTD BPPT Unggas Jatiwangi telah melakukan
pengujian terhadap bakteri Salmonella pullorum (dua kali pengujian di UPTD
BP3HK Cikole Lembang) dan mendapatkan sertifikat/surat keterangan bebas
pullorum (ayam dan itik).
Untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian penyakit hewan,
dilakukan kegiatan kesehatan ternak rutin yang telah ditetapkan dalam jadwal
vaksinasi dan medikasi. Jadwal vaksinasi dan medikasi rutin yang dilakukan di
BPPT Unggas Jatiwangi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. Jadwal Vaksinasi dan Medikasi Ayam Buras


JADWAL VAKSINASI DAN MEDIKASI AYAM DI BPPT UNGGAS JATIWANGI
Umur Perlakuan Dosis Aplikasi
1 hari Vaksinasi Marek 1ds Suntik
Antibiotik + Vitamin
1-4 hari Sesuai Anjuran Dosis Air minum
Elektrolit
4 hari ND-IB Live/ND Live 1ds Tetesmata
12-15 hari IBD +Vitamin 1ds Air minum
3 minggu Vaksinasi AI 1 0,3ml Suntik
4 minggu ND-IB Kill 0,3ml Suntik
5 minggu Anthelmentik 1 SesuaiAnjuranDosis Air minum
7 minggu Vaksinasi AI 2 0,5ml Suntik IM
9 minggu Anticoccidia SesuaiAnjuranDosis Air minum
Anticoccidia Ulangan + Air minum
10 minggu SesuaiAnjuran Dosis0,5ml
Coryza 1 Suntik IM
12 minggu ND + IB Live 1ds Air minum
13 minggu Anthelmentik 2 SesuaiAnjuranDosis Air minum
14 minggu Vaksinasi AI 3 0,5ml Air minum
16 minggu Antibiotik SesuaiAnjuranDosis Air minum
16 minggu ND - IB- EDS 0,5ml Suntik IM
18 minggu Coryza 2 1ml Suntik IM
20 minggu ND + IB Live 1ds Air minum
23 minggu ND + IB Kill 0,5ml Suntik IM

Pengulangan VaksinaVaksinasi AI setelah umur 23 minggu (periode Layer)


dengan aplikasi injeksi/suntik pada otot dada, dosis 0,5cc dilakukan setiap 2-3
bulan sekali.

Tabel. Jadwal Vaksinasi dan Medikasi Itik


JADWAL VAKSINASI DAN MEDIKASI ITIK
Umur Perlakuan Dosis Aplikasi
1 hari Vaksinasi ND-IB Live 1 ds Tetes Mata
3 minggu Vaksinasi ND 1 ds Air Minum

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 10


JADWAL VAKSINASI DAN MEDIKASI ITIK
4 minggu Vaksinasi AI 0,3 cc SC
5 minggu Anthelmentik Sesuai Anjuran Dosis Air Minum
8 minggu Vaksinasi AI 0,5 cc IM
13 minggu Vaksinasi AI 0,5 cc IM
16 minggu Vaksinasi ND-IB Live 1 ds Air Minum

Pengulangan Vaksinasi AI setelah umur 16 minggu (periode Layer) dengan


aplikasi injeksi/suntik pada otot dada, dosis 0,5cc dilakukan setiap 2-3 bulan
sekali. Perlakuan dan kegiatan lainnya adalah :
A. Water Treatment (pemberian kaporit pada sumber air minum ternak)
B. Desinfeksi kandang, peralatan kandang (tempat pakan, minum, seng
brooder, terpal, sekam), gudang pakan dan ruang penetasan
C. Nekropsi/bedah bangkai dalam rangka peneguhan diagnosa penyakit
D. Pengambilan sampel darah rutin untuk monitoring status kesehatan ternak,
2-3 bulan sekali pasca vaksinasi via injeksi/suntikan, yang diujikan di
Instalasi Laboratorium Keswan Losari ;
E. Pengujian mikroskopis dari sampel darah/feses/spermatozoa ternak
Angka mortalitas ternak (ayam dan itik) pada tahun 2012, dapat
diuraikan secara rinci sebagai berikut :

Tabel. 10 Mortalitas pada ternak ayam buras dan itik


Periode Starter Periode Periode Angka Mortalitas
Ternak
(%) Grower (%) Layer (%) Ternak Rata-Rata (%)
Ayam 14,90 10,56 4,17 8,95
Itik 6,86 2,76 0,95 1,96

Grafik. Angka Mortalitas Ayam Buras BPPT Unggas Jatiwangi Tahun 2012
40,00
35,00 %
Mortalitas
30,00
Starter
25,00
%
20,00
Mortalitas
15,00
Grower
10,00
5,00
-

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 11


Grafik 2. Mortalitas Ternak Itik Lokal BPPT Unggas Jatiwangi Tahun 2012

16
%
14 Mortalit
as
12
Starter
10 %
8 Mortalit
as
6 Grower

4 %
Mortalit
2 as Layer

Dari gambaran data tersebut, angka kematian ternak tertinggi terjadi pada
ternak ayam buras periode starter, hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan
populasi DOC (periode starter) namun ketersediaan kandang periode starter yang
representatif tidak memadai, sehingga populasi DOC dalam kotak
indukan/brooder cukup padat, yang menyebabkan kematian DOC cukup tinggi.
Pada akhir tahun 2012, tepatnya bulan November-Desember, kondisi cuaca/iklim
cukup fluktuatif (pagi-siang hari suhu udara panas, malam hari suhu udara dingin
disertai angin kencang), menyebabkan angka kematian ternak cukup tinggi
terutama pada periode starter dan grower. Berbagai faktor lainnya yang
menyebabkan angka kematian tinggi adalah :
A. Suhu pemanas yang tidak stabil dalam kotak indukan/brooder, karena hanya
menggunakan lampu 60watt/100 watt ;
B. Kondisi kandang terutama periode grower yang kurang representatif/ideal ;
C. Kanibalisme cukup tinggi pada ayam periode grower ;
D. Ketersediaan air minum bersih untuk ternak cukup sulit di musim kemarau ;
E. Bobot badan yang kurang seragam dalam satu kandang

Untuk keberhasilan dalam hal manajemen kesehatan ternak di tahun


berikutnya, maka faktor-faktor yang menjadi kendala/penyebab meningkatnya
angka mortalitas dan morbiditas, hendaknya dapat diminimalisir melalui
manajemen pemeliharaan/budidaya yang baik sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 49 Tahun 2006 mengenai Pedoman Budidaya Ayam Lokal Yang
Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 12
Baik (Good Farming Practices) dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35 dan
36 Tahun 2007 mengenai Pedoman Budidaya Itik Pedaging dan Petelur Yang
Baik (Good Farming Practices), sosialisasi dan pelaksanaan sistem biosecurity
agar lebih diperketat serta dukungan akan ketersediaan sarana dan prasarana
utama (pakan, kandang, obat-obatan) dan sarana prasarana lainnya yang
mendukung kegiatan budidaya ternak unggas lokal.

6. Penyebaran Bibit Ternak


Tabel. Jumlah dan Lokasi Penyebaran Bibit Ternak Ayam Buras dan Itik pada
Tahun 2012
Volume Lokasi
No Bulan Jenis Bibit Satuan
(ekor) Penyebaran
1. Januari Ayam Muda Ekor 46 Kab. Majalengka
DOC Ekor 1.695 Kab. Majalengka
Telur Ayam Butir 3.424 Kab. Majalengka
Telur Itik Butir 1.414 Kab. Majalengka
2. Februari Telur Ayam butir 1.441 Kab. Majalengka
Telur Itik butir 422 Kab. Majalengka
DOC Ekor 510 Bandung
DOD Ekor 232 Cirebon
Ayam Muda Ekor 209 Kab. Majalengka
Ayam Afkir Ekor 31 Kab. Majalengka
3. Maret Telur Ayam Butir 4.616. Kab. Majalengka
Telur Itik Butir 7.902 Kab. Majalengka
DOC Ekor 600 Kab. Majalengka
Itik Muda Ekor 116 Kab. Majalengka
Ayam Muda Ekor 28 Kab. Majalengka
Ayam Afkir Ekor 24 Kab. Majalengka
4. April DOD Jantan Ekor 132 Kab. Cirebon
Itik Muda Ekor 4 Kab. Cirebon
Ayam Muda Ekor 36 Kab. Majalengka
Ayam Afkir Ekor 25 Kab. Majalengka
Telur Ayam Butir 3.727 Kab. Majalengka
Telur Itik Butir 18.034 Kab. Majalengka
DOC Ekor 1.552 Kab. Majalengka
5. Mei DOC Ekor 341 Kab. Majalengka
DOC Ekor 700 Kab. Sumedang
DOC Ekor 964 Kab. Purwakarta
DOC Ekor 950 Bandung
DOD Ekor 60 Kab. Sumedang
Itik Muda Ekor 35 Kab. Cirebon
Ayam Muda Ekor 46 Kab. Majalengka
Ayam Muda Ekor 204 Kab. Sumedang
Telur Ayam Butir 7.378 Kab. Majalengka
Telur Itik Butir 13.416 Kab. Majalengka
Ayam Afkir Ekor 10 Kab. Majalengka
6. Juni Ayam Muda Ekor 11 Kab. Sumedang
Ayam Afkir Ekor 23 Kab. Sumedang
Ayam Afkir Ekor 110 Kab. Majalengka
Itik Muda Ekor 30 Kab. Cirebon
Telur Ayam Butir 7.313 Kab. Majalengka
Telur Itik Butir 23.011 Kab. Majalengka

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 13


Volume Lokasi
No Bulan Jenis Bibit Satuan
(ekor) Penyebaran
7. Juli Telur Itik Butir 6.109 Kab. Majalengka
Telur Ayam Butir 12.647 Kab. Majalengka
DOC Ekor 705 Purwakarta
Ayam Muda Ekor 111 Kab. Majalengka
Ayam Afkir Ekor 180 Kab. Kuningan
Ayam Afkir Ekor 36 Kab. Majalengka
8 Agustus DOC Ekor 1.500 Bandung
DOC Ekor 1.600 Kab. Majalengka
DOD Ekor 25 Bandung
Telur Ayam Butir 2.979 Kab. Majalengka
Telur Itik Butir 6.778 Kab. Majalengka
9. September Telur Itik Butir 3.006 Kab. Majalengka
Telur Ayam Butir 4.958 Kab. Majalengka
Ayam Muda Ekor 100 Kab. Majalengka
10. Oktober DOC Ekor 1.000 Kab. Majalengka
Telur Ayam Butir 4.014 Kab. Majalengka
Telur Itik Butir 5.227 Kab. Majalengka
11. Nopember DOC Ekor 400 Kab. Ciamis
DOC Ekor 750 Kab. Kuningan
DOC Ekor 2.000 Kab. Kuningan
DOC Ekor 1.000 Kab. Ciamis
Telur Itik Butir 2.831 Kab. Majalengka
Telur Ayam Butir 3.735 Kab. Majalengka
12. Desember Telur Ayam Butir 2.828 Kab. Majalengka
Telur Itik Butir 3.393 Kab. Sumedang

7. Bahan Baku Pakan


Pengadaan bahan baku pakan ternak unggas (ayam buras dan itik) di Balai
Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi sesuai dengan DPA Tahun
Anggaran 2012 yang bersumber dari APBD sebanyak 255.176 kg terdiri dari
pakan jadi ternak ayam buras komplit sebanyak 39.000 kg dan pakan jadi ternak
itik sebanyak 27.399 kg. Rincian pengadaan bahan baku pakan ternak unggas
yang bersumber dari APBD rinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. Pengadaan Bahan Baku Pakan Ternak di BPPT Unggas Jatiwangi


Tahun 2012

Jumlah (Kg)
No. Uraian Keterangan
Thn 2011 Thn 2012
1. Pakan Starter Ayam Buras 5.000 12.000 Ada peningkatan jumlah
2. Konsentrat Layer Ayam 16.000 27.000 bahan baku pakan
3. Pakan Starter Itik 3.200 9.999 sebanyak 157.564 kg
4. Konsentrat Layer Itik 10.240 17.400
5. Dedak 49.200 102.900
6. Jagung Giling 63.551 111.150
7. Tepung Ikan 13.202 33.375
8. Grit 1 559 3.379
9. Mineral 2.059 4.372
Jumlah 164.011 321.575

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 14


Berdasarkan tabel 28 tersebut di atas, ada perbedaan volume pengadaan
bahan baku pakan ternak pada tahun 2011 dan 2012, hal ini disebabkan perbedaan
jumlah dan struktur populasi ternak (ayam buras dan itik).

8. Pelayanan Kepada Masyarakat


Pelayanan yang telah dilaksanakan oleh Balai Pengembangan Perbibitan
Ternak (BPPT) Unggas Jatiwangi terhadap masyarakat (stakeholder) pada tahun
2012 yaitu dengan pelayanan penjualan produk BPPT Unggas Jatiwangi antara
lain telur ayam buras dan itik, DOC/DOD, bibit ayam buras/itik, ayam buras/itik
dara / muda, dan ayam buras/itik afkir. Selain itu Balai juga memberikan jasa
mengenai pola breeding, pemuliaan, pelayanan teknis (kesehatan, IB, pakan),
peningkatan keterampilan, penelitian/ uji coba dan magang, serta konsultasi teknis
perunggasan lainnya.
Sebagai informasi terhadap masyarakat, BPPT Unggas Jatiwangi telah
membuat dan menyebarkan leaflet sebanyak 8.180 lembar yang terdiri dari leaflet
profil BPPT Unggas Jatiwangi 2.180 lembar, leaflet Kesehatan dan Penyakit
Ternak Unggas 2.000 lembar, leaflet Manajemen Pemeliharaan Ternak Ayam
Buras 2.000 lembar dan leaflet Manajemen Pemeliharaan Ternak Itik Lokal
sebanyak 2.000 lembar.
Adapun peserta latihan PKL/Magang, kunjungan dan study banding di
BPPT Unggas Jatiwangi tahun 2012 sebanyak 705 orang yang berasal dari Kab.
Majalengka, Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bandung, Sumedang, Ciamis,
Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Banten, Prov. Jawa Tengah, Sulawesi Utara,
dan lain-lain.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Hal : 15


8.3. BALAI PELATIHAN PETERNAKAN
Balai Pelatihan Peternakan (BPP) Cikole - Lembang mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang pelatihan peternakan.
Pada tahun anggaran 2012 melalui kegiatan Pelatihan Inseminasi Buatan
dan Teknis Peternakan di Balai Pelatihan Peternakan Cikole - Lembang,
BPP melaksanakan 10 jenis pelatihan melibatkan 450 orang peserta
pelatihan yang berasal dari seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Peserta
pelatihan adalah peternak, petugas dan masyarakat.
Secara terperinci pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Pelatihan Budidaya Ternak Domba
Pelatihan budidaya ternak domba dilaksanakan sebanyak 2 angkatan,
masing-masing selama 3 hari dan jumlah peserta sebanyak 50 orang
(masing-masing sebanyak 25 orang setiap angkatan).
Fasilitator berasal dari Fakultas Peternakan UNPAD dan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lembang.
Alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :
Angkt I Angkt II Jumlah
No. Kabupaten/Kota
(org) (org) (org)
1. Kab. Sukabumi 6 - 6
2. Kab. Karawang 3 - 3
3. Kab. Tasikmalaya 6 - 6
4. Kab. Kuningan 2 - 2
5. Kab. Majalengka 1 4 5
6. Kab. Cianjur 2 - 2
7. Kab. Bandung Barat 2 - 2
8. Kab. Indramayu 2 - 2
9. Kab. Bekasi 1 - 1
10. Kab. Bandung - 3 3
11. Kota Bandung - 5 5
12. Kota Cimahi - 2 2
13. Kab. Subang - 5 5
14. Kab. Purwakarta - 1 1
15. Kota Sukabumi - 2 2
16. Kab. Ciamis - 3 3
Total : 25 25 50

Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut :


- Angkatan I : 21 - 22 Februari 2012
- Angkatan II : 06 - 08 Maret 2012

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 1


Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tes Awal Tes Akhir Kenaikan
No Angkatan Nilai %
(Pre test) (Post test)
1 Angkatan I 58,80 80,20 21,40 36,39
2 Angkatan II 57,80 78,80 21,00 36,33
Rataan : 58,30 79,50 21,20 36,36

Rata-rata persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test dari 2
angkatan, maupun rata-rata setiap angkatan mampu melebihi target
yang ditetapkan (35%).

2. Pelatihan Budidaya Ternak Sapi Potong


Pelatihan budidaya ternak sapi potong dilaksanakan sebanyak 2
angkatan, masing-masing selama 3 hari dan jumlah peserta sebanyak
50 orang (masing-masing sebanyak 25 orang setiap angkatan).
Fasilitator berasal dari Fakultas Peternakan UNPAD dan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lembang.
Alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :
Angkt I Angkt II
No. Kabupaten/Kota Jumlah (org)
(org) (org)
1. Kab. Karawang 2 - 2
2. Kab. Cirebon 3 - 3
3. Kab. Bandung 4 - 4
4. Kab. Cianjur 2 - 2
5. Kab. Bandung Barat 2 - 2
6. Kab. Majalengka 2 - 2
7. Kab. Bekasi 2 - 2
8. Kab. Subang 3 2 5
9. Kab. Indramayu 2 - 2
10. Kab. Kuningan 1 - 1
11. Kab.Garut 1 - 1
12. Kota Bekasi 1 - 1
13. Kota Sukabumi - 3 3
14. Kab. Sukabumi - 4 4
15. Kab. Ciamis - 4 4
16. Kab. Tasikmalaya - 6 6
17. Kab. Bandung - 2 2
18. Kab. Purawakarta - 4 4
Total : 25 25 50

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2


Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
- Angkatan I : 20 - 22 Maret 2012
- Angkatan II : 3 - 5 Maret 2012
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :

Tes Awal Tes Akhir Kenaikan


No Angkatan Nilai %
(Pre Test) (Post Test)
1 Angkatan I 56,20 76,00 19,80 35,23
2 Angkatan II 56,40 76,80 20,40 36,17
Rataan : 56,30 76,40 20,10 35,70

Rata-rata persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test dari 2
angkatan, maupun rata-rata setiap angkatan mampu melebihi target
yang ditetapkan (35%).

3. Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan (PKB) Sapi Potong


Pelatihan PKB diperuntukkan bagi tenaga inseminator agar lebih
meningkat keterampilannya dalam hal penentuan status kebuntingan
ternak sapi dan juga dalam menentukan umur kebuntingan ternak sapi.
Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 2 angkatan, dengan jumlah
peserta sebanyak 50 orang (masing-masing sebanyak 25 orang yang
terdiri dari 10 orang inseminator PNS dan 15 orang inseminator non
PNS), yang berasal dari 16 Kabupaten/Kota.
Tenaga pelatih, instruktur dan pembantu instruktur untuk pelatihan
Pemeriksa Kebuntingan (PKB) Sapi Potong berasal dari Fakultas
Kedokteran Hewan IPB, Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang -
Kementrian Pertanian RI, praktisi, serta tenaga Inseminator senior
(untuk praktek tandem).

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 3


Alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :
Angkt I Angkt II Jumlah
No. Kabupaten/Kota
(org) (org) (org)
1. Kab. Cianjur 2 2 4
2. Kab. Majalengka 2 2 4
3. Kab. Bandung Barat 3 3 5
4. Kab. Indramayu 2 - 2
5. Kab. Karawang 2 - 2
6. Kab. Subang 2 1 3
7. Kab. Bekasi 2 - 2
8. Kab. Kuningan 3 - 3
9. Kab.Cirebon 6 - 6
10. Kab. Purwakarta 1 - 1
11. Kab. Garut - 4 4
12. Kab. Ciamis - 1 1
13. Kota Sukabumi - 1 1
14. Kota Cimahi - 2 2
15. Kab. Tasikmalaya - 6 6
16. Kab. Bandung - 3 3
Total 25 25 50

Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut :


- Angkatan I : 11 April - 26 April 2012
- Angkatan II : 1 Mei - 16 Mei 2012

(masing-masing angkatan selama 16 hari, terdiri dari teori dan praktek


klasikal selama 5 hari, praktek di RPH selama 5 hari, dan praktek
tandem di lapangan selama 6 hari).

Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :

Kenaikan
Tes Awal Tes Akhir
No Angkatan Nilai %
(Pre test) (Post test)
1 Angkatan I 49,80 67,80 18,00 36,14
2 Angkatan II 50,20 68,40 18,20 36,25
Rataan : 50,00 68,10 18,10 36,20

Rata-rata persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test dari 2
angkatan, maupun rata-rata setiap angkatan mampu melebihi target
yang ditetapkan (35%).

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 4


Sedangkan untuk praktek pemeriksaan kebuntingan di RPH para
peserta dapat menentukan kebuntingan sapi dalam jangka waktu
kurang dari 5 menit dan dapat menentukan umur kebuntingan sapi.

4. Pelatihan Petugas Kesehatan Hewan


Pelatihan petugas kesehatan hewan dilaksanakan sebanyak 1
angkatan, dengan peserta sebanyak 25 orang. Peserta berasal dari 18
Kabupaten/Kota. Tenaga fasilitator, instruktur dan pembantu
instruktur untuk pelatihan petugas kesehatan hewan berasal dari BPPV
Subang.
Alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :
No. Kabupaten/Kota Jumlah (org)
1. Kab. Sukabumi 1
2. Kab. Bandung 1
3. Kab. Bekasi 1
4. Kab. Cianjur 1
5. Kab. Subang 2
6. Kab. Bandung Barat 3
7. Kab. Tasikmalaya 2
8. Kab. Garut 2
9. Kab. Cirebon 2
10. Kab. Majalengka 2
11. Kota Bandung 1
12. Kab. Ciamis 1
13. Kota Sukabumi 1
14. Kab. Purwakarta 1
15. Kab. Karawang 1
16. Kota Bekasi 1
17. Kota Cimahi 1
18. Kota Tasikmalaya 1
Total 25

Adapun waktu pelaksanaannya adalah tanggal 22 - 24 Mei 2012.


Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan diperoleh hasil sebagai berikut :
- Pre test : 59,80
- Post test : 81,40
- Peningkatan : 21,60 (36,12 %)

Persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu


melebihi target yang ditetapkan (35%).

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 5


5. Pelatihan Teknologi Sapi Perah
Pelatihan teknologi sapi perah dilaksanakan sebanyak 1 angkatan,
selama 3 hari dan jumlah peserta sebanyak 25 orang.
Fasilitator berasal dari BPTP Lembang dan KPSBU Lembang.

Secara rinci alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :


No. Kabupaten/Kota Peserta (org)
1. Kab. Bandung 3
2. Kab. Bandung Barat 5
3. Kab. Garut 3
4. Kab. Cianjur 3
5. Kab. Kuningan 3
6. Kab. Tasikmalaya 3
7. Kab. Majalengka 2
8. Kab. Subang 1
9. Kab. Sukabumi 2
Total : 25

Adapun waktu pelaksanaannya adalah tanggal 06 - 08 Juni 2012.


Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan diperoleh hasil sebagai berikut :
- Pre test : 48,33
- Post test : 69,13
- Peningkatan : 20,80 (43,04 %)
Persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu
melebihi target yang ditetapkan (35%).

6. Pelatihan Pasca Panen Daging, Telur dan Susu


Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 2 angkatan, dengan jumlah
peserta sebanyak 50 orang (masing-masing angkatan jumlah peserta
25 orang) yang berasal dari 19 Kabupaten/Kota.
Fasilitator berasal dari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Secara rinci alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :

No. Kabupaten/Kota Angkt I (org) Angkt II (org) Jumlah (org)


1. Kab. Garut 2
2. Kab. Subang 2
3. Kab. Bandung Barat 4 4
4. Kota Cimahi 2 3
5. Kab. Cianjur 2

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 6


No. Kabupaten/Kota Angkt I (org) Angkt II (org) Jumlah (org)
6. Kab. Majalengka 1 3 4
7. Kab. Ciamis 2 - 2
8. Kab. Tasikmalaya 2 - 2
9. Kota Bandung 2 - 2
10. Kab. Bandung 3 2 5
11. Kota Tasikmalaya 2 - 2
12. Kota Cimahi 1 - 1
13. Kota Bogor - 2 2
14. Kab. Kuningan - 1 1
15. Kab. Indramayu - 2 2
16. Kab. Karawang - 2 2
17. Kota Cirebon - 2 2
18. Kota Sukabumi - 2 2
19. Kab. Sukabumi - 2 2
Total 25 25 50

Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut :


- Angkatan I : 19 - 21 Juni 2012
- Angkatan II : 26 - 28 Juni 2012

Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :

Kenaikan
Tes Awal Tes Akhir
No Angkatan Nilai %
(Pre Test) (Post Test)
1 Angkatan I 67,12 91,40 24,28 36,17
2 Angkatan II 67,28 91,12 23,84 35,43
Rataan : 67,20 91,26 24,06 35,80

Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu
melebihi target yang ditetapkan (35%).

7. Pelatihan Asisten Teknis Reproduksi (ATR)


Pelatihan petugas ATR dilaksanakan sebanyak 1 angkatan, dengan
peserta sebanyak 25 orang (berasal dari 11 Kabupaten/Kota).
Tenaga pelatih, instruktur dan pembantu instruktur untuk pelatihan
ATR berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Balai Inseminasi
Buatan (BIB) Lembang - Kementrian Pertanian RI, praktisi, serta
tenaga ATR senior (untuk praktek tandem).

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 7


Alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :
No. Kabupaten/Kota Jumlah (org)
1. Kab. Bandung Barat 3
2. Kab. Bandung 5
3. Kab. Garut 3
4. Kab. Kuningan 2
5. Kab. Cianjur 3
6. Kab. Majalengka 3
7. Kab. Karawang 1
8. Kab. Tasikmalaya 1
9. Kab. Cirebon 1
10. Kab. Ciamis 2
11. Kab. Subang 1
Total : 25

Adapun waktu pelaksanaannya adalah pada tanggal 03 18 Juli 2012


(selama 16 hari, terdiri dari teori dan praktek klasikal selama 5 hari,
praktek di RPH selama 5 hari, dan praktek tandem di lapangan selama
6 hari).

Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
- Pre test : 59,80
- Post test : 81,40
- Peningkatan : 21,60 (36,12 %)

Persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu


melebihi target yang ditetapkan (35%).
Sedangkan untuk praktek melakukan pendeteksian kelainan dan
penyakit reproduksi di RPH, seluruh peserta telah dapat melakukan
nya dengan baik.

8. Pelatihan Pengolahan Limbah Kotoran Ternak


Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 2 angkatan, dengan jumlah
peserta sebanyak 50 orang (masing-masing angkatan jumlah peserta
25 orang) yang berasal dari 22 Kabupaten/Kota.
Fasilitator berasal dari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 8


Secara rinci alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :
Angkt I Angkt II Jumlah
No. Kabupaten/Kota
(org) (org) (org)
1. Kab. Bandung 3 - 3
2. Kota Bandung 3 - 3
3. Kab. Garut 2 - 2
4. Kab. Ciamis 2 - 2
5. Kab. Subang 3 - 3
6. Kab. Tasikmalaya 2 - 2
7. Kab. Cianjur 2 - 2
8. Kab. Bandung Barat 4 - 4
9. Kota Tasikmalaya 2 - 2
10. Kota Cimahi 2 - 2
11. Kab. Cirebon - 2 2
12. Kab. Indramayu - 2 2
13. Kab. Sukabumi - 2 2
14. Kab. Karawang - 2 2
15. Kota Bekasi - 2 2
16. Kab. Majalengka - 3 3
17. Kab. Kuningan - 2 2
18. Kota Sukabumi - 2 2
19. Kota Bogor - 2 2
20. Kab. Bekasi - 2 2
21. Kota Cirebon - 2 2
22. Kab. Sumedang - 2 2
Total 25 25 50

Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut :


- Angkatan I : 04 - 06 September 2012
- Angkatan II : 11 - 13 September 2012

Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tes Awal Tes Akhir Kenaikan
No Angkatan
(Pre test) (Post Test) Nilai %
1 Angkatan I 53,40 72,40 19,00 35,58
2 Angkatan II 61,45 87,83 26,37 42,91
Rataan : 57,43 80,12 22,69 39,24

Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu
melebihi target yang ditetapkan (35%).

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 9


9. Pelatihan Seleksi dan Tatacara Pemotongan Hewan Ternak
Pelatihan seleksi dan tatacara pemotongan hewan qurban dilaksanakan
sebanyak 2 angkatan, selama 3 hari dan jumlah peserta sebanyak 50
orang (masing-masing angkatan jumlah peserta 25 orang).
Fasilitator berasal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat,
Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, Direktorat
Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan - Kementerian Pertanian RI, Balai Penyidikan
Kesehatan Hewan - Kementrian Pertanian RI (Subang), Pesatuan
Dokter Hewan Indonesia Cabang Jawa Barat.

Secara rinci alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :


Angkt I Angkt II Jumlah
No. Kabupaten/Kota
(org) (org) (org)
1. Kab. Indramayu 2 - 2
2. Kab. Subang 1 2 3
3. Kota Tasikmalaya 1 2 3
4. Kab. Ciamis 4 2 6
5. Kab. Cianjur 2 - 2
6. Kab. Bandung 2 2 4
7. Kota Bandung 3 - 3
8. Kab. Bogor 2 1 3
9. Kota Cimahi 2 - 2
10. Kab. Bandung Barat 2 2 4
11. Kab. Subang 2 2 4
12. Kab. Kuningan 2 - 2
13. Kab. Garut - 3 3
14. Kota Depok - 1 1
15. Kab. Bekasi - 3 3
16. Kab. Purwakarta - 1 1
17. Kab. Majalengka - 2 2
18. Kab. Sukabumi - 2 2
Total 25 25 50

Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut :


- Angkatan I : 18 - 20 September 2012
- Angkatan II : 25 - 27 September 2012

Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 10


Tes Awal Tes Akhir Kenaikan
No Angkatan
(Pre Test) (Post Test) Nilai %
1 Angkatan I 62,40 86,00 23,60 37,82
2 Angkatan II 63,20 86,80 23,60 37,73
Rataan : 62,80 86,40 23,60 35,92

Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu
melebihi target yang ditetapkan (35%).

10. Pelatihan Teknologi Inseminasi Buatan Ternak Domba


Pelatihan Teknologi Inseminasi Buatan Ternak Domba dilaksanakan
sebanyak 3 angkatan, selama 10 hari dan jumlah peserta sebanyak 75
orang (masing-masing angkatan jumlah peserta 25 orang).
Fasilitator dan instruktur berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan
IPB, Balai Inseminasi Buatan Lembang dan Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran.
Secara rinci alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut :

Angkt
Angkt I Angk II Jumlah
No. Kabupaten/Kota III
(org) (org) (org)
(org)
1. Kab. Bandung 3 3 - 6
2. Kab. Bandung Barat 2 2 1 5
3. Kab. Cirebon 2 - - 2
4. Kab. Purwakarta 4 - - 4
5. Kab. Karawang 3 - - 3
6. Kab. Subang 4 - 2 6
7. Kab. Cianjur 2 3 - 5
8. Kab, Indramayu 2 - - 2
9. Kab. Bekasi 3 - - 3
10. Kota Bandung - 3 - 3
11. Kota Sukabumi - 3 - 3
12. Kab. Sukabumi - 4 - 4
13. Kab. Majalengka - 1 4 5
14. Kab. Sumedang - 2 - 2
15. Kab. Bogor - 3 - 3
16. Kab. Kuningan - 1 1 2
17. Kab. Tasikmalaya - - 6 6
18. Kab. Ciamis - - 4 4
19. Kab. Garut - - 4 4
20. Kota Bogor - - 2 2
21. Kota Banjar - - 1 1
Total 25 25 25 75

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 11


Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
- Angkatan I : 1 - 10 Oktober 2012
- Angkatan II : 9 - 18 Oktober 2012
- Angkatan III : 1 - 10 November 2012

Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta
pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Kenaikan
No. Angkatan Tes Awal Tes Akhir Nilai %

1 Angkatan I 55,80 75,80 20,00 35,84


2 Angkatan II 54,60 75,20 20,60 37,73
3 Angkatan III 56,80 77,20 20,40 35,92
Rataan : 55,73 76,07 20,33 36,50

Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu
melebihi target yang ditetapkan (35%).

11. Evaluasi Lapangan Pelatihan dan Monitoring Peserta pelatihan IB


dilakukan ke 26 Kabupaten/Kota dan di Kabupaten tempat
dilaksanakan praktek lapangan (tandem peserta pelatihan petugas PKb
dan ATR).

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 12


8.4. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis.
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong merupakan salah satu
UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, yang berlokasi di Dusun Kidul
RT 11 RW 04, Desa Cijeungjing, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis dengan
ketinggian 312 meter diatas permukaan laut, suhu udara berkisar antara 28-32C,
kelembaban rata-rata 62-71% dan curah hujan berkisar 22.414 mm/tahun. Luas lahan
yang tersedia 130.360 m. Dari luas lahan 130.360 m tersebut digunakan untuk kebun
rumput sekitar 10 ha, emplasemen sekitar 2,1 ha dan sisanya merupakan lahan (area)
yang kurang maksimal untuk ditanami sebagai akibat kemiringan tanah yang kurang
mendukung.
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang pengujian dan pengembangan perbibitan
ternak sapi potong. Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut , Balai mempunyai
fungsi yaitu penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pengujian dan
pengembangan perbibitan ternak sapi potong dan Penyelenggaraan pengujian dan
pengembangan perbibitan ternak sapi potong.
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis bertujuan untuk
meningkatkan kontribusi Jawa Barat dalam pemenuhan kebutuhan bibit ataupun produk
dari ternak sapi potong, sebagai salah satu upaya Jawa Barat dalam mengurangi
ketergantungan dari luar provinsi/import, sekaligus meningkatkan pendapatan bagi
peternak melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia.
Jenis ternak yang ada di BPPT Sapi Potong Ciamis yaitu PO, Brahman,
Simental dan Limousin. Pada tahun 2012 ini lebih dikembangkan ternak jenis PO.
Sapi jenis PO ini merupakan plasma nutfah Indonesia yang harus dikembangkan
dikarenakan beberapa keunggulan yang dimilikinya. Jumlah populasi ternak pada akhir
tahun 2012 seperti tampak pada tabel dibawah ini.

Tabel Dinamika Populasi ternak sapi potong di BPPT Sapi Potong Ciamis tahun
2012

Bulan
Uraian JK Akhir
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Des
Dewasa JT 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
APBD BT 87 87 84 79 72 68 68 61 54 54 48 48 46
Dewasa JT
APBN BT 100 100 99 99 99 98 98 98 98 98 97 97 97

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Bulan
Uraian JK Akhir
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Des
Muda JT 9 9 9 9 9 8 8 8 20 15 12 5 5
BT 6 6 6 6 6 4 4 4 4 4 4 4 4
Dara JT 7 7 7 7 7 7 7 7 7 5 5 5 5
BT 9 9 9 9 9 9 9 9 9 6 6 6 6
Anak JT 32 32 37 27 27 28 30 33 21 21 22 20 20
APBD BT 30 34 40 19 19 19 19 20 21 21 21 22 22
Anak JT 13 25 34 43 43 42 42 42 42 42
APBN BT 23 33 42 43 44 45 45 45 45 45

Jumlah JT 55 55 60 63 75 84 95 98 97 90 88 79 79
BT 232 236 238 235 238 240 241 236 231 228 221 222 220
Total 287 291 298 298 313 324 336 334 328 318 309 301 299

Berdasar pada tabel diatas , tampak bahwa populasi ternak pada akhir tahun 2011
sebanyak 287 ekor dalam setiap bulannya terjadi kenaikan dan penurunan populasi hal
ini berkaitan dengan penjualan ternak untuk memenuhi PAD sehingga pada akhir tahun
2012 jumlah ternak sebanyak 299 ekor, sehingga dengan demikian terdapat kenaikan
populasi sebesar 11.24 %.

a. Berat Lahir
Berat lahir yang dihasilkan di BPPT Sapi Potong Ciamis pada tahun 2012
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Rataan Berat Lahir Anak Hasil Silangan di BPPT Sapi Potong Ciamis
Tahun 2012
Rataan Berat Lahir (Kg)
No Hasil IB
Jantan Betina
1. Simmental 31,67 30,65
2. Limousine 30,98 30,53
3. Brahman 28,85 27,84
4. PO 25,58 24,62

Berdasar tabel diatas dapat dilihat, bahwa rataan berat lahir tertinggi baik
jantan maupun betina diperoleh pada keturunan Simmental, disusul dengan
Limousine, Brahman dan PO.
Secara keseluruhan masih menunjukan persilangan antara ras ternak yang
berasal dari daerah sub tropis dengan ternak local (tropis) menunjukkan adanya
perbaikan berat lahir yang cukup signifikan dibandingkan dengan persilangan
ternak sapi potong yang berasal dari satu ras/bangsa ternak tropis.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


b. Berat Sapih
Berat sapih yang dihasilkan di BPPT Sapi potong Ciamis tahun 2012 seperti
terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Rataan Berat Sapih Anak Hasil Silangan di BPPT Sapi Potong Ciamis
Tahun 2012
Rataan Berat Sapih (Kg)
No Hasil IB
Jantan Betina
1. Simmental 143,57 137,23
2. Limousine 145,68 140,22
3. Brahman 139,33 132,59
4. PO 124,27 119,31

Dari tabel tersebut diatas menunjukan bahwa rataan berat sapih anak hasil
silangan tertinggi baik jantan maupun betina dari keturunan ras limousine,
berikutnya Simmental, Brahman dan PO.

c. Reproduksi Ternak
Model reproduksi ternak di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi
Potong Ciamis, yaitu dengan menggunakan sistem Inseminasi Buatan (IB),
sekalipun terdapat 6 (enam) ekor pejantan yaitu 1 ekor Simmental, 1 ekor
Brahman dan 4 ekor PO, akan tetapi tidak dilakukan kawin alam. Pejantan yang
tersedia tersebut diperuntukkan guna memproduksi semen beku dengan harapan
dapat berkontribusi terhadap program swasembada Daging Sapi melalui
penyediaan straw semen beku khususnya untuk ras PO, Brahman dan Simental.
Adapun penggunaan straw semen beku di Balai Pengembangan Perbibitan
Ternak Sapi Potong Ciamis tahun 2012 ini tampak pada table dibawah ini.

Tabel Jenis semen beku yang digunakan di BPPT Sapi Potong Ciamis tahun
2012
Tahun
No Jenis
2011 2012
1. Simmental 14 1
2. Limousine 24 1
3. Brahman 81 77
4. PO 62 122
Jumlah 181 201

Berdasar tabel diatas, dapat dilihat bahwa penggunaan straw untuk tahun
2012 lebih didominasi oleh PO dan Brahman, hal ini berkaitan dengan arahan dari
Pusat untuk lebih mengembangkan sapi putih di BPPT Sapi Potong Ciamis.
Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Secara keseluruhan penggunaan straw di BPPT sapi Potong dari tahun 2011 ke
tahun 2012 menunjukkan peningkatan sebesar 11.05 %
Sedangkan penggunaan semen beku di balai berasal dari produksi BPPT
Sapi Potong, BIBD Ungaran Jawa Tengah dan BET Cipelang Bogor. Dari BPPT
Sapi Potong Ciamis terdiri dari semen beku jenis limousine, simmental, ongole
dan Brahman; dari BIBD Ungaran Jawa Tengah digunakan semen beku jenis
Brahman. Sedangkan dari BET Cipelang Bogor digunakan straw TE jenis
Brahman. Penggunaan semen beku di BPPT Sapi Potong Ciamis selama tahun
2012 seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Penggunaan Semen Beku di BPPT Sapi Potong Tahun 2012.


BPPT SPt
No. Penggunaan Semen Beku BIBD Ungaran BET Cipelang
Ciamis
1. Limousin 1 - -
2. Simental 1 - -
3. Ongole 122 - -
4. Brahman 72 4 1

Berdasarkan tabel diatas, penggunakan semen beku dari BPPT Sapi Potong
Ciamis lebih banyak digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa baik dari segi
kualitas maupun kuantitas semen beku produksi BPPT Sapi Potong Ciamis sudah
memenuhi standar dan layak untuk digunakan serta disebarkan guna memenuhi
kebutuhan semen beku khususnya wilayah Ciamis, Banjar, Tasikmalaya juga
wilayah Jawa Barat pada umumnya.

d. Kelahiran
Angka kelahiran di BPPT Sapi Potong Ciamis menunjukkan peningkatan
dari tahun 2011 ke tahun 2012 seperti terlihat pada tabel dibawah ini

Tabel Kelahiran Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis tahun 2012
No. Ternak Tahun/Jenis Kelamin 2011 2012 %
1. APBD Jantan 12 20 66.67
Betina 16 22 37.50
Jumlah 28 42 50

2. APBN Jantan 42
Betina 45
Jumlah 87

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Berdasarkan tabel diatas, terjadi kenaikan angka kelahiran. Untuk ternak
APBD, jenis kelamin jantan menunjukkan kenaikan sebesar 66.67% sedangkan
jenis kelamin betina menunjukkan kenaikan sebesar 37.5%. Secara keseluruhan
ternak APBD menunjukkan kenaikan angka kelahiran sebesar 50%. Sedangkan
untuk ternak APBN selama tahun 2012 terjadi angka kelahiran sebesar 87 ekor.
Hal ini disebabkan karena Induk ternak APBN ini sudah bunting dan siap untuk
melahirkan.

e. Kematian
Pada tahun 2012 terdapat kematian ternak sebanyak 13 (tiga belas) ekor
yang terdiri dari Ternak APBD dan ternak APBN sebagaimana tampak pada tabel
berikut :

Tabel Jumlah Kematian Ternak Sapi Potong Tahun 2012


Tahun
No. Ternak Jenis
2011 2012
1. APBD Anak 2 5
Dewasa 1 -
Jumlah 3 5

2. APBN Anak - 5
Dewasa - 3
JUMLAH - 13

Kematian ternak dewasa disebabkan terjangkit penyakit Cacing Hati (Fasciolosis)


kronis, traumatic fisik, obstruksi rumen dan abortus, sedangkan kematian pada pedet
disebabkan oleh diare, pneumoni dan thympani.
.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


8.7. BALAI PENGUJIAN MUTU PAKAN TERNAK (BPMPT) CIKOLE LEMBANG
Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT) Cikole Lembang merupakan salah
satu UPTD Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jl. Raya
Tangkuban Perahu KM 22 Cikole Lembang. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa
Barat Nomor 113 Tahun 2009 BPMPT Cikole Lembang memiliki kewenangan dalam
melaksanakan pengujian mutu pakan ternak.
Fasilitas yang dimiliki BPMPT Cikole meliputi tanah seluas 1300 m yang
dipergunakan untuk bangunan kantor seluas 176m serta laboratorium seluas 80m,
peralatan laboratorium untuk pengujian proksimat serta mineral kalsium dan fosfor.
Jenis pengujian meliputi analisa proksimat yang terdiri dari analisa kadar air, analisa
kadar abu, analisa kadar protein kasar (PK), analisa kadar lemak kasar (LK), analisa
serat kasar (SK), pengujian mineral untuk kadar kalsium (Ca) dan kadar fosfor (P),
analisa gross energi serta analisa aflatoksin dalam pakan ternak.
Kegiatan pengujian mutu pakan yang dilaksanakan oleh BPMPT Cikole
merupakan kegiatan pelayanan dalam mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan
peternakan Provinsi Jawa Barat, yang diantaranya adalah meningkatkan jaminan mutu
produksi peternakan yang aman-sehat-utuh dan halal serta meningkatkan perlindungan
sumber daya peternakan yaitu melalui pengujian mutu pakan ternak yang beredar di
pasaran. Kegiatan ini sekaligus membantu dalam pelaksanaan Peraturan Daerah No. 14
Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. Pelayanan pengujian mutu pakan ternak
dilaksanakan melalui kegiatan aktif servis dan pasif servis.
1. Aktif servis yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara terencana sebagai bentuk
pelayanan publik dan sosialisasi pengujian mutu pakan, juga sebagai penunjang
pengawasan dan pengendalian mutu pakan yang beredar melalui kegiatan
pengambilan sampel pakan yang berasal dari produsen pakan ternak skala kecil,
UPTD di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, KUD sapi perah serta
konsumen/masyarakat yang berkecimpung dalam dunia peternakan di 26
kabupaten/kota di Jawa Barat untuk kemudian dilakukan analisa secara
laboratoris. Terhadap sampel aktif servis dilakukan analisa kadar air dan kadar
protein kasar.
2. Pasif servis yaitu kegiatan penerimaan sampel pakan dari produsen pakan ternak
skala kecil, distributor pakan ternak/bahan baku pakan, konsumen/masyarakat
yang berkecimpung dalam dunia peternakan.
Pelayanan pengujian mutu pakan ternak di BPMPT Cikole selama tahun 2012
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. Jumlah Sampel Pakan Pelayanan Aktif Servis dan Pasif Servis di BPMPT
Cikole Tahun 2012
Jenis Jumlah Sampel Bulan ke-
No
Pelayanan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Aktif Servis 28 96 38 32 15 95 51 22 96 53 30 77 633
2 Pasif Servis 21 22 10 12 10 23 18 17 15 39 16 16 219
Jumlah () 49 118 48 44 25 118 69 39 111 92 46 93 852

Perbandingan antara sampel aktif dan sampel pasif di BPMPT Cikole adalah
74,06% : 25,94% yang menunjukkan bahwa jumlah sampel pasif lebih sedikit dari pada
sampel aktif. Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari data tersebut, yaitu :
1. Masih rendahnya partisipasi produsen pakan ternak skala kecil untuk
memeriksakan pakan ternak yang diproduksi, hal ini karena anggapan bahwa
biaya pengujian mutu pakan relatif cukup tinggi yang mana jika pengujian
dilakukan maka akan menambah biaya produksi yang berakibat tingginya harga
pakan ternak yang dijual.
2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat peternakan akan pentingnya pengujian
mutu pakan ternak.
3. Belum terakreditasinya laboratorium BPMPT Cikole sehingga produsen pakan
skala besar dalam melakukan sertifikasi produknya tidak memeriksakan
produknya akibat adanya aturan yang mengharuskan pengujian mutu pakan
dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi . Namun demikian hal ini tidak
mengurangi tingkat kepercayaan terhadap keakuratan hasil pengujian di
laboratorium BPMPT Cikole. Saat ini BPMPT Cikole melakukan persiapan dan
pembenahan sistem manajemen untuk akreditasi laboratorium sehingga
diharapkan pada tahun 2013 BPMPT Cikole dapat mengajukan proses akreditasi
ke KAN.

Jenis dan jumlah sampel pakan yang diuji di BPMPT Cikole selama tahun 2012
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. Jenis dan Jumlah Sampel Pakan Pelayanan Aktif Servis yang diuji di BPMPT
Cikole Tahun 2012

Jumlah Jenis Pengujian


No Jenis Sampel
Sampel Air Abu PK LK SK Ca P
1 Konsentrat sapi perah 78 78 4 76 4 4
Jumlah Jenis Pengujian
No Jenis Sampel
Sampel Air Abu PK LK SK Ca P
2 Konsentrat sapi potong 31 31 3 31 1 1 1 1
3 Konsentrat 3 3 1 3 1 1 1 1
4 domba/kambing
Pakan ayam 160 154 9 154 9 8 7 7
5 Pakan itik dan bebek 24 24 3 24 3 2 3 3
6 Pakan ikan 6 6 6
7 Hijauan 22 22 22
8 Dedak 108 108 93 108 89 88 90 92
9 Jagung 41 40 13 41 12 12 13 13
10 Tepung Ikan 11 11 11
11 Pakan Burung 8 8 1 8 1 1
12 Pollard 10 10 10
13 Bungkil 29 29 5 29 2 2 1 1
14 Lain-lain 102 92 9 93 7 8 12 10
Jumlah 633 616 141 616 129 127 128 128

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 633 sampel aktif servis terdapat dua jenis
konsentrat/pakan yang menduduki peringkat jumlah terbanyak dalam pengujian yaitu
konsentrat Sapi Perah 78 sampel (12.32%), pakan ayam 160 sampel (25.28%)
Konsentrat Sapi Potong 31 Sampel (4.90%), Pakan Itik/Bebek 24 Sampel (3.79%),
Konsentrat Domba/Kambing 3 Sampel (0.47%), Pakan Ikan 6 Sampel (0.95%), Pakan
Burung 8 Sampel (1.26%), Hijauan 22 Sampel (3.48%), Dedak 108 Sampel (17.06%),
Jagung 41 Sampel (6.48%), Tepung Ikan 11 Sampel (1.74%), Pollard 11 Sampel
(1.58%), Bungkil 29 Sampel (4.58%) dan Sampel Lain-lain seperti Mineral, Susu BS,
Gaplek, Kerang dan Lain-lain Sebanyak 102 Sampel (16.11%).

Tabel. Jenis dan Jumlah Sampel Pakan Pelayanan Pasif Servis yang diuji di BPMPT
Cikole Tahun 2012

Jumlah Jenis Pengujian


No Jenis Sampel
Sampel Air Abu PK LK SK Ca P
1 Konsentrat sapi perah 11 10 6 11 7 6 4 4
2 Konsentrat sapi potong 14 14 3 14 6 6 1 1
3 Konsentrat domba/kambing 2 2 2 2 2 2 1 1
4 Pakan ayam 34 33 15 30 13 14 4 3
5 Pakan itik dan bebek 20 19 5 20 4 5
6 Pakan ikan 15 13 11 10 6 6
7 Hijauan 21 21 17 21 12 12 6 7
8 Dedak 22 22 8 22 8 9 8 8
9 Jagung 22 22 3 22 3 3
10 Bungkil kelapa 18 18 3 18 3 6 2 2
11 Tepung ikan 15 15 1 15 1 1 1 1
12 Pollard 6 6 6
13 Lain-lain 19 16 8 16 8 10 6 6
Jumlah 219 211 82 207 73 80 33 33
Adapun hasil pengujian kadar protein kasar terhadap sampel pakan yang diuji di
BPMPT Cikole selama tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. Hasil Pengujian Kadar Protein Kasar Pada Sampel Pakan di BPMPT Cikole
Tahun 2012
Hasil Pengujian Kadar Protein Kasar (%)
Hasil Hasil Tak
No. Jenis Sampel SNI Sesuai
Rataan paling paling Sesuai
(min) SNI
rendah tinggi SNI
1 Konsentrat sapi perah 10,69 14 3,35 18,77 12 74
2 Konsentrat sapi potong 12,83 13 6,37 23,27 18 22
Konsentrat domba dan
3 9,52 - 3,9 15,46 - -
kambing
4 Pakan ayam 21,18 14 5,76 81,71 154 49
5 Pakan itik 20,91 14 5,86 38,31 35 11
6 Pakan ikan 24,71 12,84 17,82 - -
7 Dedak 12,17 8 - 12 1,54 36,48 105 25
8 Tepung Jagung 9,85 7,5 1,92 19,92 51 15
9 Tepung Ikan 36,15 45 - 65 3,41 62,17 16 11

Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk konsentrat sapi
perah dari 89 sampel yang diuji terdapat 12 sampel (5,02%) yang sudah memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI), begitu pula dengan konsentrat sapi potong dari 45
sampel yang diuji terdapat 18 sampel (45,00%) yang memenuhi SNI, hal ini
menandakan bahwa pakan yang beredar masih banyak yang memiliki kualitas rendah.
Hal ini dikarenakan konsentrat sapi perah dan konsentrat sapi potong diproduksi oleh
produsen pakan skala kecil yang mana proses kontrol mutu pakan oleh produsen belum
dilaksanakan secara reguler.
Pakan ayam yang diuji sebanyak 203 sampel, 154 sampel (75,86%) memenuhi
SNI dikarenakan pakan ayam sudah banyak diproduksi oleh produsen skala besar yang
telah menerapkan sistem kontrol mutu yang dilaksanakan secara reguler. Sedangkan
untuk pakan itik dari 46 sampel yang diuji sebanyak 35 sampel (76,09%) memenuhi
SNI. Saat ini produsen pakan skala besar sudah ada yang memproduksi pakan itik
sehingga kualitas pakan itik yang beredar sudah mulai meningkat.
Kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh BPMPT Cikole adalah koordinasi
dengan Bidang Produksi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengenai peredaran
pakan di Jawa Barat serta sebagai tempat pelatihan/magang bagi siswa/mahasiswa SMK
analis Kimia dan Perguruan Tinggi, juga sebagai tempat studi banding bagi
laboratorium pakan daerah.
8.6. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner Cikole Lembang
Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Cikole adalah
salah satu UPTD Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Perda
No 113 Tahun 2009, mempunyai kewenangan melaksanakan pengujian dan penyidikan
penyakit hewan dan pangan asal hewan antar Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 51 tahun 2010, pelaksanaan
kegiatan pelayanan di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet
(BP3HK ) didukung oleh empat Sub Unit Pelayanan yaitu:
1. Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari, Kabupaten Cirebon
2. Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari, Kabupaten Cirebon
3. Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Banjar, Kota Banjar
4. Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
Fasilitas yang dimiliki meliputi bangunan kantor dan laboratorium seluas 430 m2,
peralatan laboratorium untuk pengujian parasitologi, patologi, virology, serologi,
histopatologi, bakteriologi, jamur dan kapang, hematologi, cemaran mikroba, residu
antibiotika, kualitas pangan asal hewan (daging, telur, susu) dan ruangan pengujian PCR
dengan standar Laboratorium Biosafety Level 2. Kemampuan pengujian meliputi
pengujian patologi, bakteriologi, parasitologi, serologi, hematologi, cemaran mikroba,
residu antibiotika, mikologi, beberapa virologi dan bakteriologi dengan teknik ELISA
dan pengujian Avian Influenza metode Polymerase Chain Reaction (PCR) real time.
Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari Kabupaten Cirebon
dilengkapi dengan fasilitas pengujian untuk parasit, serologi, patologi anatomi dan
bakteria serta bangunan kantor dan laboratorium baru seluas 330 m2 dan 1 unit
kendaraan operasional kendaraan roda empat.
Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari dibangun diatas tanah seluas
6.000 M2, dilengkapi dengan sarana pemeriksaan hewan/ternak, area parkir, kandang
isolasi, bangunan kantor seluas 250 m2, rumah dinas karyawan tipe 36 sebanyak dua
unit, satu unit kendaraan operasional roda empat, satu unit kendaraan operasional
kendaraan roda dua dan musholla.
Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Banjar dilengkapi dengan sarana
yang terbatas, yaitu sarana pemeriksaan hewan, bangunan kantor seluas 50 m2, satu unit
kendaraan operasional roda empat, satu unit kendaraan operasional roda dua dan
kandang isolasi sederhana.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur Kabupaten Bogor,
dilengkapi dengan sarana pemeriksaan hewan, sarana laboratorium dan bangunan
kantor seluas 500 M2
BP3HK Cikole pada Tahun Anggaran 2012 mengemban tugas untuk
melaksanakan pembangunan Rumah Sakit Hewan (RSH) Provinsi Jawa Barat yang
dibiayai dari APBD Provinsi Jawa Barat dalam DPA Kegiatan Pembangunan Rumah
Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat senilai Rp. 6.500.000.000,- (Enam Milyar Lima
Ratus Juta Rupiah).
Adapun rencana lokasi pembangunan RSH Provinsi Jawa Barat semula di tanah
milik Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat yang telah diserahterimakan kepada Dinas
Peternakan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Nomor 593/07/PBD, tanggal 21
Pebruari 2012 dan Surat Pernyataan Aset Pemerintah Provinsi Jawa Barat Nomor
591/21/PBD, tanggal 21 Pebruari 2012. Tanah seluas 8.000 m2 terletak di Jalan
tangkuban Perahu km 22, Nomor 89, Cikole Lembang.
Pada proses permohonan ijin penetapan lokasi pembangunan Rumah Sakit
Hewan, dalam Rapat Pokja Teknis BKPRD Provinsi Jawa Barat mengenai
Rekomendasi Gubernur terhadap Rencana Pembangunan Rumah Sakit Hewan di Cikole
maka berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 dan
Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2011, tidak diperkenankan menambah kawasan
wilayah terbangun (KWT) dan hanya diperkenankan renovasi vertikal bangunan yang
sudah ada tanpa menambah luasan terbangun dengan melakukan revisi site plan.
Menindaklanjuti hal tersebut maka pembangunan RSH direncanakan kembali dibangun
pada tahun 2013. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2012 adalah sebagai
berikut :
1. Belanja Perencanaan (DED) Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat
2. Review design Perencanaan Rumah sakit Hewan Provinsi Jawa Barat
3. Belanja Penyusunan UKL UPL Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat
Selanjutnya pembangunan konstruksi Gedung Rumah Sakit Hewan dan peralatan
pendukung dianggarkan pada DPA Pembangunan Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2013.
Pelaksanaan kegiatan dievaluasi setiap tahun dengan tolok ukur sebagai berikut :
1. Peningkatan jumlah sampel (pasif dan aktif) yang diuji
2. Jumlah ternak dan bahan asal hewan yang diperiksa di Pos Pemeriksaan Hewan
3. Terlaksananya surveillans penyakit hewan menular
4. Pengawasan residu pada pangan asal hewan melalui pelayanan aktif

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


5. Peningkatan peran serta masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya
pelayanan pasif dan pelayanan semi aktif
6. Bertambahnya kemampuan pengujian

Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat


Veteriner Cikole Lembang bertujuan meningkatnya ketersedian pangan yang layak
konsumsi, perlindungan pemberdayaan peternak dan pengendalian penyakit hewan.
Dengan sasaran : Mendorong peningkatan ketersediaan pangan yang Halal, Aman, Utuh
dan Sehat (HAUS); Terkendalinya distribusi pangan asal ternak; Mewujudkan
sumberdaya peternakan yang bebas penyakit; serta Terkendalinya penyakit strategis.
1. Pelayanan Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Obat hewan
Pelayanan Pengujian dan Penyidikan penyakit hewan dilaksanakan secara
terencana melalui kegiatan pelayanan aktif di 26 Kabupaten/Kota dan pelayanan
pasif. Pelayanan aktif berupa :
1. Pengambilan sampel untuk pengujian
2. Pengujian (lapangan, laboratorium)
3. Analisa hasil pengujian
4. Memberikan saran/rekomendasi kepada Dinas yang membidangi fungsi
peternakan di Kabupaten/Kota tentang tindakan yang dilaksanakan.

Jenis pengujian yang telah dilaksanakan meliputi :


1. PA dan Histopatologi
2. Identifikasi endoparasit, ektoparasit dan parasit darah
3. Identifikasi Bakteri
4. MRT, RBT dan Elisa untuk Brucellosis
5. HA dan HI Test ND dan AI
6. PCR (Polymerase Chain Reaction) AI
7. Rapid Test AI
8. Mycoplasma Test (Aglutinasi cepat)
9. Toxoplasma Test
10. Pengujian Kimia darah
11. Pengujian Hematologi umum dan Toksikologi
12. Identifikasi Kapang dan Yeast/Ragi
13. IBR, IBD dan AI Test dengan Elisa
14. Mastitis Test, SCC (Somatic Cell Count)

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


15. Cemaran Mikroba (TPC dan Identifikasi Salmonella, E. coli,Coliform,Staph
aureus dan Campylobacter)
16. Pullorum Test

Jenis dan jumlah sampel penyakit hewan yang diperiksa di Balai Pengujian
dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet selama tahun 2012 dapat dilihat
pada Lampiran 1.

Adapun kasus-kasus penyakit hewan yang ditemukan berdasarkan data hasil


pengujian laboratorium di BP3HK dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8.6.1. Kasus Penyakit Hewan Hasil Pengujian di Balai Pengujian dan
Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet dan Sub Unit Pelayanan
Laboratorium Kesehatan Hewan Losari Tahun 2007 2012
Juamlah Kasus Penyakit
No Jenis Kasus Penyakit
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Brucellosis (RBT) 172 135 82 207 110 282

2 Brucellosis (Elisa) 14 26 26 29 127

3 MRT - 7
- - - -
4 Helmintiasis 405 578 375
- -
5 Toxoplasmosis 3 2 1 2
- 1
6 Staphylococcosis 4 11 1 8 4 8

7 Anaplasma 1 23 4 14 29 23

8 Teleria sp. 29 5 9 20
-
Infectious Bovine Rhinotracheitis
9 1 2
(IBR) - - - -
185 232 226 21 30
10 Avian Influenza (AI) 28
(PCR) (PCR) (PCR) (PCR) (PCR)
11 CRD Komplex 26 11 1 3 -

12 New Castle Disease (ND) 109 15 196 55 12 31

13 Salmonellosis 1 2
- - - 8
14 Haemo pylus sp. 2
- - - - -
15 Pasteurella sp 1
- - - - -
16 Coryne Bakterium sp. 3
- - - - -
17 Micro coccus sp 3
- - - - -
18 Clostridium sp 1
- - - - 3
19 Ketosis - 1 - - - -

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Juamlah Kasus Penyakit
No Jenis Kasus Penyakit
2007 2008 2009 2010 2011 2012
20 IBD 4
- - - - -
21 Scabies 1 12 1 4 7
-
22 E. Coli 5 15 1 18 15 42

23 Psedomonas 1
- - - - -
24 Leucocytozoon 2
- - - - -
25 Streptococcus 7 9 5 1 8
-
26 Mycoplasma Galisepticum 56 9 11
- - -
27 Coliform 5 6 2
- - -
28 Shigella sp 3
- - - - -
29 Pneumonia 1
- - - - -
30 Demodex canis 2
- - - - -
31 Aspergillus niger 11
- - - - -
32 Enterobacter sp 3
- - - - -
33 intoksikasi 2
- - - - -
34 Equine Piroplasmosis 2
- - - - -
35 Bronchitis 3
- - - - -

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tahun 2012 masih ditemukan reaktor
Brucellosis (286 kasus), konfirmasi HPAI dengan uji PCR (28 kasus) dan
kejadian/infestasi parasit darah Anaplasma sp (23 kasus), terjadi penurunan
dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu 29 kasus. Selain itu ditemukan pula
adanya penyakit bakterial seperti Saphylococcus sp, Streptococcus sp,
Mycobacterium sp, Clostridium sp, Pasteurella sp. dengan intensitas kejadian
relatif rendah.

2. Pengujian dan Penyidikan Kesehatan Masyarakat Veteriner


Pengujian dan Penyidikan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)
dilaksanakan dalam bentuk pelayanan aktif dan pelayanan pasif.
A. Pelayanan aktif dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Surveilens Penyakit
Hewan dan Kesmavet dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data base survailens dari kabupaten/kota.
b. Penghitungan dan penetapan sampling size.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


c. Koordinasi dengan kabupaten/kota, BPMPP dan BPPV Subang dalam
hal penentuan lokasi sampling.
d. Penetapan jadwal sampling dan penyampaian informasi kegiatan
surveilens ke kabupaten/kota.
e. Sampling.

B. Pelayanan Pasif dilaksanakan dengan cara menerima dan menguji sampel


produk asal hewan yang dibawa oleh pelanggan laboratorium dengan
dikenakan biaya mengacu pada Perda Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Retribusi Jasa Pengujian Penyakit Hewan, Bahan Asal Hewan dan Mutu
Pakan/Bahan Baku Pakan

Adapun pengambilan sampel dilaksanakan secara terencana di RPH,


RPA/TPA, pasar tradisional/kios daging, supermarket, perusahaan, peternak/farm
dan koperasi persusuan di 26 kabupaten/kota, dengan obyek sampling menetap
yang telah dimulai pada tahun 2010. Pelayanan aktif berupa :
Jenis pengujian yang dilaksanakan adalah :
A. Uji kualitas daging, telur dan susu serta hasil olahan
B. Uji cemaran mikroba dengan identifikasi bakteri : Salmonella sp, E.coli,
Coliform, Staphylococcus aureus dan Listeria monocytogenes
C. Uji residu antiobitika kualitatif (bioassay)
D. Uji kesempurnaan pengeluaran darah
E. Uji formalin dan boraks pada pangan asal hewan
F. Uji identifikasi spesies daging babi dengan metode ELISA

Adapun jenis dan jumlah sampel pangan asal hewan dan Hasil Uji Cemaran
Mikroba yang diuji di BP3HK selama tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran 2
dan Lampiran 3.
Tabel 8.6.2. Hasil Uji Residu Antibiotika Kualitatif (bioassay) di Balai
Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Tahun
2012
Jenis Jumlah Hasil Pengujian (diatas Batas Maksimum Residu)
No
Sampel Sampel Peniciline Erytrhomycine Kanamycine Tetracycline
1. Daging 77 3 0 0 1
2. Telur 62 8 0 0 0
3. Susu 116 44 5 0 0
4. Produk Olahan BAH 6 0 0 0 0
Jumlah 261 55 5 0 1

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Tabel diatas menunjukkan bahwa :
A. Dari 475 sampel daging yang diuji cemaran mikroba terdapat 339 sampel
(71,4 %) yang melebihi batas maksimum cemaran mikroba (BMCM), 60
sampel (12,6 %) positif E.coli, 77 sampel (16,2 %) positif Coliform, 43
sampel (9,1%) positif Staphylococcus aureus, dan 17 Sampel (3,6 %)
posiitif Salmonella sp.
B. Dari 192 sampel telur yang diuji cemaran mikroba terdapat 17 sampel (8,9
%) yang melebihi BMCM.
C. Dari 169 sampel susu yang diuji cemaran mikroba terdapat 128 sampel
(75,7 %) yang melebihi BMCM, 19 sampel (11,2 %) positif E.coli, 24
sampel (14,2 %) positif Coliform dan 3 sampel (1,8 %) positif
Staphylococcus aureus.
D. Dari 168 sampel produk olahan Pangan Asal Hewan yang diuji cemaran
mikroba terdapat 148 sampel (88,1 %) yang melebihi BMCM, 3 sampel (1,8
%) positif E.coli, 1 sampel (0,6 %) positif Coliform, dan 12 sampel (7,1 %)
positif Staphylococcus aureus.
E. Dari 77 sampel daging yang diuji Residu Antibiotika Bioassay terdapat 3
sampel (3,9%) positif mengandung Peniciline, 1 sampel (1,3%) positif
mengandung Tetracyline.
F. Dari 62 sampel telur yang diuji Residu Antibiotika Bioassay terdapat 8
sampel (12,9%) positif mengandung Peniciline.
G. Dari 116 sampel susu yang diuji Residu Antibiotika Bioassay terdapat 44
sampel (37,9%) positif mengandung Peniciline dan 5 sampel (4,3%)
mengandung erythromicyn
H. Dari 6 sampel produk olahan Pangan Asal Hewan yang diuji Residu
Antibiotika Bioassay seluruhnya negatif residu antibiotika.

3. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan


Pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan dilaksanakan di Sub Unit
Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari dan Sub Unit Pelayanan Pos
Pemeriksaan Hewan Banjar dan Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan
Gunung Sindur terhadap semua hewan/ternak yang masuk, keluar atau melalui
wilayah Jawa Barat.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Urutan pemeriksaan adalah sebagai berikut :
A. Penelitian SKKH dari daerah asal
B. Pemeriksaan klinis
C. Tindakan penyemprotan desinfektan
D. Isolasi serta pengobatan terhadap hewan/ternak yang berdasarkan hasil
pemeriksaan mengidap penyakit atau diduga menderita suatu penyakit.

Dalam rangka pengendalian penyakit hewan menular terutama penyakit


Anthrax dimana beberapa kabupaten di Jawa Barat merupakan daerah endemis
Anthrax, Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Cikole
bersama-sama dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (Bidang kesehatan
Hewan dan Kesmavet) melaksanakan monitoring pemeriksaan hewan qurban di
kabupaten/kota endemis Anthrax. Hasil monitoring dan pemeriksaan hewan
qurban tahun 2012 tidak ditemukan reaktor Anthrax pada hewan qurban yang
diperiksa. Kasus yang ditemukan pada pemeriksaan hewan kurban tahun 2012
adalah : Luka atau ulcer pada ternak besar; Kemerahan pada kornea mata (pink
eye); Orf pada domba serta Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan.
Kegiatan surveilans dilaksanakan bersama dengan Bidang Keswan dan
Kesmavet, Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari, Sub Unit
Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari, Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan
Hewan Banjar dan Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur
serta Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan kabupaten/kota. Kegiatan ini meliputi : 1. Surveilans penyakit
hewan menular (Brucellosis, Anthrax, AI, Rabies dan IBR); 2.Surveilans penyakit
zoonosis dari bahan asal hewan; 3. Pengawasan lalu lintas hewan dan bahan asal
hewan di Pos Pemeriksaan Hewan dan 4. Peningkatan kesadaran masyarakat
melalui penyebaran brosur dan leaflet.

A. Kegiatan Pengamatan Brucellosis


Program penanggulangan Brucellosis pada sapi perah di Jawa Barat
dilaksanakan setiap tahun dengan pengambilan sampel darah dan susu untuk
mengetahui adanya reaktor positif. Pada tahun 2012 telah diperiksa darah
sebanyak 10.702 sampel, terjadi penurunan jumlah pemeriksaan sampel
darah untuk uji RBT dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebanyak
129,7% dan susu sebanyak 30 sampel dari beberapa Koperasi/KUD sapi
perah dan peternak.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Hasil pengujian adalah sebagai berikut :
a. Positif MRT sebanyak 7 sampel (12. %)
b. Positif RBT sebanyak sampel 282 (1,6 %)
c. Positif ELISA Brucellosis adalah 127 sampel (0,7%) dibandingkan
dengan RBT positif.

Kegiatan ini dilaksanakan bersama Bidang Kesehatan Hewan dan


Kesmavet Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Hasil pengamatan
Brucellosis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

B. Pengujian Avian Influenza (AI)


Selama tahun 2010 telah dilakukan pengujian terhadap sampel
berbagai jenis unggas untuk mendeteksi dan mendiagnosa kasus penyakit
Avian Influenza dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat. Pengujian yang
dilakukan meliputi :
a. Pengujian cepat (rapid tes) di lapangan
b. Pengujian serologis dengan HA/HI test, bertujuan untuk :
- Diagnosa kasus AI dengan melihat titer antibodi serum unggas
yang berasal dari lokasi kasus
- Uji seromonitoring terhadap serum unggas pada kelompok
unggas yang divaksinasi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program vaksinasi pada sektor perunggasan komersial (sektor 1,
2 dan 3)
c. Realtime PCR (Polymerase Chain Reaction), uji diagnostik untuk
konfirmasi virus AI pada sampel ulas trachea atau ulas cloaca dengan
tingkat sensitivitas pengujian yang tinggi.

Hasil pengujian Avian Influenza (AI) dan Newcastle Desease (ND) di


BP3HK Cikole selama tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Hasil sero monitoring penyakit AI selama tahun 2012 pada 10.613


sampel ditemukan 80,77% dibandingkan pada tahun 2011 sebanyak 80,06%
titer antibodi protektif pada ayam ras 87,06% titer protektif pada ayam buras
dan 32,98% pada unggas air. Data tersebut juga menunjukkan bahwa
vaksinasi yang dilaksanakan pada ayam buras dan unggas air belum
memberikan kekebalan yang protektif (minimal 70%).

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


C. Pengujian Pullorum
Sesuai dengan SK. Dirjen Peternakan No. 274/KPTS/DJP/
Deptan/1980 tentang Syarat-syarat Teknis pada Perusahaan Peternakan
Ayam Bibit pasal 12 dan 14, setiap perusahaan ayam bibit (breeding farm)
harus bebas dari kasus penyakit Pullorum.
Pengujian Pullorum dilaksanakan BP3HK Cikole bekerja sama
dengan Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota dimana lokasi breeding farm berada.
Hasil pengujian Pullorum tahun 2012 semuanya menunjukkan hasil negatif
pullorum.

4. Pengawasan Keluar Masuk Ternak Melalui Pos Pemeriksaan Hewan


Kegiatan yang dilaksanakan berupa pemeriksaan kesehatan hewan dan PAH
yang akan masuk, melalui atau keluar Jawa Barat di perbatasan antar provinsi.
Hasil pemeriksaan pada tahun 2012 disajikan pada tabel berikut.

Tabel Hasil Pemeriksaan Ternak di Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan


Hewan Losari Tahun 2010 2012
CP. Losari Kenaikan
No Jenis Ternak Satuan
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (%)
1 Ternak Besar Ekor 156.679 500.897 486.716 (2,83)
2 Ternak Kecil + Babi Ekor 331.728 444.308 423.598 (4,66)
4 Unggas Ekor 6.621.245 5.818.527 5.457.986 (6,20)
5 DOC Ekor 402.581 1.424.260 1.207.501 (15,22)
6 Anjing Ekor 269 163 213 30,67
7 Daging Kg 1.550 200 130 (35,00)
8 Telur Kg 100.378.698 116.651.091 7.590.931 (93,49)
Rata- Rata Kenaikan ( % ) (15,84)

Grafik lalulintas Ternak dan PAH di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Losari

Keterangan: Data berdasarkan jumlah Kendaraan pengangkut ternak/BAH

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Tabel Hasil Pemeriksaan Ternak di Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan
Hewan Banjar Tahun 2010 2012
CP. Banjar Kenaikan
No Jenis Ternak Satuan
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (%)
1 Ternak Besar Ekor 56.935 96.552 91.445 (5,29)
2 Ternak Kecil + Babi Ekor 58.332 72.373 73.730 1,88
4 Unggas Ekor 765.465 1.508.194 1.335.247 (11,47)
5 DOC Ekor 5.917.512 7.387.751 8.388.914 13,55
6 Anjing Ekor 1.835 7 - (100,00)
7 Telur Kg 13.090.842 16.763.067 19.886.539 18,63
Rata- Rata Kenaikan ( % ) (10,34)

Grafik lalulintas Ternak dan PAH di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Banjar

Keterangan: Data berdasarkan jumlah Kendaraan pengangkut ternak/BAH

Tabel Hasil Pemeriksaan Ternak di Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan


Hewan Gunung Sindur Tahun 2011-2012

CP. Gunung Sindur Kenaikan


No Jenis Ternak Satuan
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (%)
1 Ternak Besar Ekor - - 105 -
2 Ternak Kecil + Babi Ekor - - 197 -
4 Unggas Ekor - 371.451 1.183.597 219
5 DOC Ekor - 306.674 528.290 72,26
6 Anjing Ekor - - - -
7 Daging Kg - - - -
Telur Kg - 2.400 112.200 4.575
Rata- Rata Kenaikan ( % ) 1.622

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


Grafik lalulintas Ternak dan PAH di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Gunung
Sindur

Keterangan: Data berdasarkan jumlah Kendaraan pengangkut ternak/BAH

5. Akreditasi Pengujian Penyakit Hewan dan Bahan Asal Hewan


Laboratorium Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan
Kesmavet secara resmi telah mendapatkan status akreditasi terhadap 8 jenis
pengujian dengan Surat Keputusan Akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional
(KAN) Nomor : 2261.a/3.a2/LP/09/06 tanggal 29 September 2006. Jenis
pengujian yang telah terakreditasi meliputi :
A. Milk Ring Test (MRT)
B. Rose Bengal Test (RBT)
C. Elisa Brucellosis
D. Pullorum test
E. Haemaglutination Inhibition Test Avian Influenza (HI Test AI)
F. Haemaglutination Inhibition Test Newcastle Disease (HI Test ND)
G. Total Plate Count (TPC)
H. Identifikasi telur cacing

Sesuai dengan ketentuan KAN bahwa setelah suatu pengujian terakreditasi,


KAN melaksanakan kunjungan pengawasan (asesmen surveilan) dua kali dalam
rentang waktu empat tahun sejak pengujian terakreditasi sampai reakreditasi yaitu
bulan ke-12 setelah pengujian terakreditasi dan antara bulan ke-24 sampai dengan
bulan ke-36 serta asesmen reakreditasi paling lambat pada bulan ke-42. Jadwal
pelaksanaan surveilans akreditasi di BP3HK dilaksanakan pada Bulan September
2012.

Laporan Tahunan 2012 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat


8.7. BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK (BPPT) DOMBA
MARGAWATI
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (BPPTD) Margawati berlokasi di
Kel. Sukanegla Kec. Garut Kota Kab. Garut dengan luas lahan 26 Ha yang status
lahannya milik Pemerintah Kab. Garut dengan izin penggunaan sesuai dengan Surat
Penetapan Bupati Garut Nomor 749/A.12/1975 tanggal 15 Mei 1975. Pada Tahun 2010
lahan tersebut telah dilakukan proses pemindahtanganan dalam bentuk hibah dari
Pemerintah Kabupaten Garut kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tertuang
dalam Keputusan Bupati Garut Nomor: 028/Kep.531-DPPKA/2010 tanggal 16
Desember 2010 tentang Hibah Barang Milik Daerah Kabupaten Garut berupa Tanah di
Blok Margawati dan Blok Sukanegla Kecamatan Garut Kota Kepada Pemerintah
Provinsi Jawa Barat. Adapun lahan tersebut dipergunakan untuk areal perkantoran,
perumahan (mess), perkandangan, gudang dan kebun rumput. Sedangkan lahan yang
digunakan oleh Sub Unit Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (SUPPTD) Trijaya
593.1/01/I/11/Pem
Kuningan seluas 18 Ha adalah milik Pemerintah Desa Trijaya Kec. Mandirancan Kab.
593.1/03A/Disnak/2011

Kuningan dengan perjanjian sewa No tanggal 3 Januari 2011


dengan nilai sewa Rp. 10.000.000,00/tahun. Pada Tahun 2010 telah dilaksanakan
perluasan pengembangan ternak domba dengan dibukanya instalasi Bunihayu Subang
dengan menggunakan lahan Sub Unit Hijauan Makanan Ternak Bunihayu Subang Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat seluas 26,5 Ha.
Pelaksanaan kegiatan didukung oleh personalia sebanyak 103 orang yaitu di
BPPTD Margawati sebanyak 39 orang ( PNS 19 orang, dan THL 20 orang) dan di
SUPPTD Trijaya sebanyak 23 orang (PNS 9 orang, THL 14 orang) dan SUPPTD
Bunihayu Subang sebanyak 41 orang (4 orang PNS dan 37 orang THL) .
Adapun ternak domba yang dikembangkan di BPPT Domba Margawati adalah
domba ras garut yang merupakan salah satu upaya dalam pelestarian plasma nutfah
Jawa Barat, di SUPPTD Trijaya Kuningan dikembangkan domba komposit (persilangan
domba ras garut dengan domba Import) yang memungkinkan untuk dilakukan berbagai
kajian guna mengetahui berbagai hasil silangan terbaik untuk dikembangkan lebih
lanjut, sedangkan di Instalasi Bunihayu dikembangkan ternak domba peranakan ekor
gemuk (PEG) dan domba ekor tipis (DET) yang di datangkan dari luar Jawa Barat
(Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY)
Perkembangan populasi ternak domba di BPPTD Margawati Garut, SUPPTD
Trijaya Kuningan dan Instalasi Bunihayu Subang seperti tercantum pada tabel berikut :

Tabel. Dinamika Populasi Ternak di BPPTD Margawati, SUPPTD Trijaya dan


Instalasi Bunihayu Tahun 2012 (ekor)
BPPTD Margawati
Struktur Populasi Tahun r
2011 2012 %

Dewasa Jantan 35 39 11,43


Betina 732 672 (8,20)
Muda Jantan 2 28 1.300
Betina 10 64 540
Anak Jantan 18 125 594
Betina 36 87 142

Jumlah 833 1.015 21,85

SUPPTD Trijaya
Struktur Populasi Tahun r
2011 2012 %

Dewasa Jantan 35 30 (14,29)


Betina 360 296 (17,78)
Muda Jantan 9 4 (55,56)
Betina 10 16 60,00
Anak Jantan 23 25 8,70
Betina 24 47 95,83

Jumlah 461 478 3,69

Instalasi Bunihayu
Struktur Populasi Tahun r
2011 2012 %

Dewasa Jantan 101 121 19,80


Betina 1.552 1.479 (4,70)
Muda Jantan 0 0 0
Betina 0 0 0
Anak Jantan 30 95 217
Betina 28 65 132

Jumlah 1.711 1.760 2,86

Dari tabel diatas nampak bahwa pertumbuhan populasi ternak domba di


Margawati, Trijaya dan Bunihayu menunjukkan peningkatan (BPPTD Margawati
terjadi peningkatan populasi sebesar 21,85%, SUPPTD Trijaya terjadi peningkatan
populasi sebesar 3,69% dan SUPPTD Bunihayu Subang terjadi peningkatan populasi
sebesar 2,86%), namun terjadinya dinamika populasi disebabkan adanya penambahan
(kelahiran) maupun pengurangan (penjualan, penyebaran dan kematian).
Kelahiran/ Produksi
Kelahiran ternak domba di BPPTD Margawati Garut selama tahun 2012 sebanyak
907 ekor dengan rincian jantan 473 ekor (52,15%) dan betina 434 ekor (47,85%).
Kelahiran ternak domba di SUPPTD Trijaya selama tahun 2012 sebanyak 337 ekor
dengan rincian jantan 121 ekor (53,12%) dan betina 117 ekor (46,89%), sedangkan
kelahiran ternak domba di SUPPTD Bunihayu Subang selama tahun 2012 sebanyak 718
ekor dengan rincian jantan 196 ekor (27,30%) dan betina 522 ekor (72,70%).
8.8. Balai Perbibitan dan Pengembangan IB Ternak Sapi Perah Bunikasih.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi
Jawa Barat dan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 119 Tahun 2010 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) di Lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, telah ditetapkan
diantaranya keberadaan Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak
Sapi Perah (BPPIB TSP) Bunikasih sebagai salah satu UPTD di lingkungan Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Desa Bunikasih Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tersebut diatas, tugas pokok BPPIB
TSP Bunikasih adalah melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang perbibitan dan
teknologi serta pengembangan IB sapi perah; sedangkan fungsinya adalah :
1. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis perbibitan dan pengembangan
IB ternak sapi perah.
2. Penyelenggaraan perbibitan dan pengembangan Inseminsi Buatan (IB) ternak
sapi perah.

Selain itu BPPIB TSP Bunikasih juga mempunyai fungsi sebagai tempat
percontohan, uji coba teknologi terapan, tempat pelatihan/magang bagi petugas,
peternak, mahasiswa, siswa maupun masyarakat umum.
BPPIB TSP Bunikasih berada pada posisi geografis 10703 BT dan 650 LS
dengan ketinggian 900 m dari permukaan laut. Suhu berkisar 18 ~ 22C dan
kelembaban 85%. Curah hujan 266 mm/tahun (musim hujan) dan 51 mm/tahun (musim
kemarau).
Lahan BPPIB TSP Bunikasih seluas 22,22 ha berada di dalam dua wilayah
administratif yaitu :
1. Kampung Padalengsar Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur seluas 162.290 m,
2. Desa Padaluyu Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur seluas 59.930 m.
Ada pun pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut :
1. Bangunan (kantor, kandang, perumahan karyawan, dll) seluas 1,3 ha (5,91%)
2. Jalan lokasi 0,45 ha (2,05%)
3. Kebun rumput seluas 19,9 ha (90,45%), hampir 50% bertopografi bukit
4. Lahan exercise seluas 0,26 ha (1,18%)

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 1


5. Kebun bambu seluas 0,025 ha (0,11%)
6. Lain-lain seluas 0,065 ha (0,30%)

Secara umum lahan yang baru dimanfaatkan secara efektif hanya seluas 4,1 ha
(18,45%) dan semi efektif, seluas 10,2 ha (46,36%). Sedangkan lahan berbukit seluas
5,6 ha (25,45%) dengan topografi yang berbukit belum digunakan secara efektif.
Pada awal tahun 2012 kekuatan SDM BPPIB TSP Bunikasih sebanyak 55 orang
terdiri dari 21 orang PNS dan 34 orang Tenaga Harian Lepas (THL), namun pada akhir
tahun jumlahnya berkurang menjadi 53 orang karena ada 2 orang PNS yang pensiun.
Jumlah kandang sebanyak 16 unit dengan kondisi normal, rusak ringan sampai
rusak berat, dengan daya tampung sebanyak 259 ekor ternak sapi perah setara 159,5
Satuan Ternak (ST).
BPPIB TSP Bunikasih memanfaatkan potensi SDM, SDA dan sarana prasarana
yang ada untuk pengembangan perbibitan ternak sapi perah dan hijauan makanan
ternak, yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Kegiatan pengembangan dan penguatan perbibitan ternak sapi perah di BPPIB
TSP Bunikasih pada tahun 2012 difokuskan pada kegiatan peningkatan penerapan Good
Farming Practices mendukung Good Breeding Practices dalam rangka pencapaian visi
dan misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Adapun hasil yang diharapkan dari
kegiatan ini adalah meningkatnya produksi, produktifitas atau penampilan ternak sapi
perah serta terinformasikannya teknologi terapan di bidang sapi perah.
1. Perbibitan Ternak.
A. Dinamika Populasi Ternak.
Walaupun kapasitas kandang 259 ekor namun populasi ternak sapi
perah pada awal tahun 2012 hanya 85 ekor. Populasi tersebut bertambah
menjadi 153 ekor pada akhir tahun 2012. Ada pun dinamika populasi ternak
sapi perah pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :
- Jumlah ternak sapi perah yang berasal dari hasil kelahiran IB
sebanyak 34 ekor dengan perbandingan betina 8 ekor (17,65%) dan
jantan 28 ekor (82,35%).
- Jumlah ternak sapi perah yang dikeluarkan (culling) melalui seleksi
sebanyak 48 ekor sapi yang terdiri 25 ekor pedet dan 18 ekor sapi
muda umur 6 - 12 bulan serta 5 ekor sapi dewasa afkir.
- Jumlah yang mati sebanyak 7 ekor.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2


- Pemasukan ternak sapi dara sebanyak 89 ekor terdiri dari 39 ekor sapi
dara bunting (APBD TA 2019) dan 50 ekor sapi dara siap kawin (eks
impor, bersumber APBN TA 2012).

Berdasarkan hal tersebut diatas maka struktur populasi ternak sapi


perah pada bulan Desember 2012 berjumlah 153 ekor dengan perincian :
a. Pedet jantan sebanyak 15 ekor (9,8%)
b. Sapi betina sebanyak 138 ekor (90,2%) terdiri dari :
- Sapi dewasa sebanyak 43 ekor (28,10%) terdiri sapi laktasi
bunting (4 ekor), sapi laktasi tidak bunting (23 ekor) dan sapi
kering kandang (9 ekor)
- Sapi dara sebanyak 88 ekor (57,51%)
- Pedet betina sebanyak 14 ekor (9,15%)

Tabel Dinamika Populasi Ternak sapi Perah di BPPIB TSP


Bunikasih Tahun 2012.
Populasi ternak (ekor)
No Bulan Awal Akhir
Lahir Pengadaan Jual Mati
bulan bulan
1. Januari 85 0 0 0 0 85
2. Pebruari 85 4 0 1 0 88
3. Maret 88 2 0 0 0 90
4. April 90 2 0 0 1 91
5. Mei 91 0 0 0 2 89
6. Juni 89 5 0 2 0 92
7. Juli 92 2 0 0 0 94
8. Agustus 94 4 39 7 0 130
9. September 130 0 0 24 1 105
10. Oktober 105 2 0 1 0 106
11. Nopember 106 6 0 - 1 111
12. Desember 111 7 50 13 2 153
Jumlah 34 89 48 7

B. Produksi dan Produktifitas Ternak.


Pada tahun 2012 akseptor sapi dewasa berjumlah 40 ekor. Hasil
koreksi data produksi susu menunjukkan bahwa hanya 16 ekor berstatus
bibit sebar. Sedangkan 24 ekor sapi dewasa lainnya belum dapat dimasukan
ke dalam kriteria bibit.
Pedet hasil kelahiran IB dan TE yang berjumlah 36 ekor tersebut
diatas berasal dari 8 pejantan dengan rata-rata berat lahir 42,3 kg. Berat
lahir pedet betina rata-rata 41,23 kg dan pedet jantan rata-rata 43,375 kg.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 3


Tabel Bobot Lahir Pedet berdasarkan Pejantan yang Dipakai di
BPPIB TSP Bunikasih Tahun 2011.
PEDET
Jantan Betina Total
No Pejantan Berat Berat Berat
Jmlh Jmlh Jmlh
rata-rata rata-rata rata-rata
(ekor) (ekor) (ekor)
(kg) (kg) (kg)
1. Fortuner 2 42 2 41 4 41,5
2. Frevent - - 1 42 1 42
3. Goldys B 1 40 - - 1 40
4. SG Endo 4 43,5 2 42 6 43
5. Sanry 2 40,5 - - 2 40,5
6. Bayu 1 40 - - 1 40
7. SG Anata 1 50 1 40 2 45
8. Top Wine 3 40 - - 3
9. TE 1 51 - - 1 51
Jumlah dan Berat rata2 15 43,375 6 41,25 21 42,3

Produksi susu meningkat 5,9% dari 145.019 liter (tahun 2010)


menjadi 153.660 liter (tahun 2011) yang diakibatkan salah satunya oleh
meningkatnya produktifitas ternak dari 10,4 liter/ekor/hari (tahun 2010)
menjadi 10,8 liter/ekor/hari (tahun 2011).
Akibat jumlah sapi laktasi menurun maka produksi susu tahun 2012
hanya mencapai 106.034 liter. Susu tersebut dikonsumsi pedet sebanyak
26.554 liter (25,04%), dijual dalam bentuk segar sebanyak 74.918 liter
(70,65%) sedangkan sisanya untuk keperluan sosial sebanyak 1.432 liter
(1,35%) dan rusak 3.130 liter (2,95%).

C. Perkembangan Produksi Hijauan Makanna Ternak (HMT).


Produksi hasil panen HPT tahun 2012 sebanyak 1.310.280 kg yang
terdiri dari rumput raja/King Grass (557,896 ton) dan rumput gajah
(750,387 ton) serta rumput BD, setaria dan stargrass (1,45 ton) yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan ternak sapi perah di BPPIBTSP Bunikasih dan
penyebaran ke luar Balai sebagaimana terlihat pada Tabel di bawah ini.
Walaupun produksi HPT sudah mencukupi untuk kebutuhan ternak, namun
masih diperlukan HPT dari luar Balai yaitu limbah jagung sebagai variasi
hijauan sekaligus menambah nilai pakan HMT.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 4


Tabel 92. Produksi Hijauan Makanan Ternak dan Penyebaran Bibit HMT
di BPPIB TSP Bunikasih Tahun 2012.

Produksi (ton)
No Jenis Rumput
2011 2012
King Grass 626,39 557,896
Rumput gajah 626,39 750,987
Panicum sp. 0,1125 0,872
Produksi
1. BD 0,1125 0,200
HPT
Setaria 0,1125 0,325
Stargrass 0,1125
Jumlah 1.253.23 1.310.280
Stek King Grass -
Pols rumput raja 5,0
Lain-lain : pools stargrass, -
Penyebaran setaria, brachia decumbens
2.
HPT Stargrass 3.125 pols
Setaria 1.562 pols
Panicum 1.562 pols
Jumlah 129.585

D. Pengembangan Ternak.
Alih janin, transfer embrio atau TE adalah salah satu cara untuk
meningkatkan mutu genetik ternak sapi perah menuju kelas foundation
stock. Sifat kegiatan TE masih merupakan kaji terap yang dilakukan
bekerjasama dengan Balai Besar Embrio Transfer (BBET) Cipelang Bogor.
Dalam kerja sama ini BPPIB TSP Bunikasih bertindak sebagai penyedia
sapi perah betina resipien dan membantu teknis kegiatan di lapangan.
Sedangkan BBET Cipelang memproduksi embrio serta juga melaksanakan
pekerjaan teknis TE di lapangan.
Pada tahun 2012 baru dapat dilaksanakan persiapan resipien. Namun
ternak sapi jantan hasil ET yang lahir pada tanggal 4 Pebruari 2012 akan
dibesarkan sebagai bakal calon pejantan. Pedet tersebut akan dinilai oleh
Komisi Bibit Nasional pada bulan Pebruari 2013.

E. Pendapatan Asli Daerah.


Pada tahun 2012 BPPIB TSP Bunikasih ditargetkan mendapatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 466.720.000,- Ada pun realisasi
PAD tahun 2012 tersebut adalah sebesar Rp 467.258.104,- atau 100,01%
dari target, yang berasal dari penjualan 75.250 liter susu segar sebesar
Rp. 268.658.104,- dan dari penjualan 48 ekor sapi sebesar Rp. 198.600.000
,-.

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 5


Tabel. Pendapatan Asli Daerah BPPIB TSP Bunikasih Tahun 2011
dan 2012.

2011 2012
Komoditas Jual
Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)
Susu segar 128.161 396.648.750 75.250 268.658.104
SUSU Susu olahan - -
(liter)
Sub Jumlah 128.161 396.648.750 75.250 268.658.104
Pedet 4 10.000.000 20
Sapi dara 15 57.000.000 15
SAPI Sapi dewasa 5 31.376.000 12
(ekor) Sapi jantan 10 39.000.000 1
Sub Jumlah 34 137.376.000 198.600.000
Jumlah 485.055.500 467.258.104

Laporan Tahunan 2011 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 6


Lampiran 1.

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT


Lampiran 2.
Mutasi Jabatan Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2012

Jabatan
No N a m a / NIP
Lama Baru
1 Ir. Nenny Fasyaini, MM Kasubag Kepegawaian dan Umum Kasi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
19700428 199703 2 004
2 H. Budiansyah, S.Sos Kasubag Tata Usaha pada BPT SP & HMT Cikole Kasubag Kepegawaian dan Umum
19650910 198803 1 013
3 Ir. Raden Roro Kudriani, MS Kasi Pengujian pada BPT SP & HMT Cikole Kasubag Tata Usaha pada BPT SP & HMT Cikole
19590729 198603 2 003
4 Yustini Elinda, S.Pt, M.Si Kasi Pengembangan pada BPT SP & HMT Cikole Kasi Pengujian pada BPT SP & HMT Cikole
19680611 199802 2 004
5 Ir. Asep Ali Fuad Hartanto Kasi Perencanaan dan Evaluasi pada BPP Cikole Kasi Pengembangan pada BPT SP & HMT Cikole
19660109 199503 1 002
6 Ir. Rahma Dewi Pelaksana pada Bidang Prasarana dan Sarana Kasi Perencanaan dan Evaluasi pada BPP Cikole
19680924 199803 2 003
7 Ir. Hj. Mia Mei Prihatni Kepala BPPT Unggas Jatiwangi Majalengka Kepala BPP Cikole Lembang
19600506 198603 2 006
8 Ir. Indriati, MM Kepala BPP Cikole Lembang Kepala BPPT Unggas Jatiwangi Majalengka
19601003 198303 2 010
9 Pepen Effendi, S.Pt, MP Kasi Budidaya Kasi Penataan Kawasan
19580712 197903 1 009
10 Amirudin, S.Pt Kasi Pengujian pada BPPT Unggas Jatiwangi Kasi Budidaya
19700523 199803 1 007
11 Nugraha Widiana, S.Pt, MP Pelaksana pada Bidang Pengembangan Usaha Kasi Pengujian pada BPPT Unggas Jatiwangi
19720329 199803 1 005
12 Siswoyo, A.Md Pelaksana pada BPPPHK Cikole Lembang Kasi Pengembangan pada BPPT Domba Margawati
19630416 199003 1 008
Lampiran 3.
Jenis dan Jumlah Sampel Penyakit Hewan yang Diuji di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet dan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari pada
Tahun 2012

J e n i s S a m pe l P e n g u ji a n
No Jenis Ternak/ Hewan Ulas Swab Swab Swab Hewan Kerokan JUMLAH
Darah Feces Susu Urine Organ Sperma Cairan lainnya
Darah Cloaca Trachea Uterus Utuh Kulit
1 Sapi 17.645 2.204 292 40 - - - - 9 - - - 2 2 20.194
2 Kerbau 256 - - - - - - - - - - - - - 256
3 Domba 286 438 10 - - - - - - - - - - - 734
4 Kambing 358 85 93 - - - - - - - - - - - 536
5 Kuda 159 - - - - - 31 - - - - - 190
6 Anjing 2 2 - - - - - - - 2 3 - - - 9
7 Kucing 1 - - - - - - - 1 - - - - 2
8 Ayam Ras 312.697 23 - - 572 4 - - 14 25 - - - 11 313.346
9 Ayam Buras 2.372 22 - - 76 8 - - - - - - - 5 2.483
10 Entog 94 - - 24 6 - - - - - - - - 124
11 Itik 201 5 - - 25 10 - - 4 - - - - 4 249
12 Burung - - - - 18 - - - 1 - - - 1 20
13 Puyuh 30 - - - 2 - - - 25 - - - - 57
14 Lainnya - - - - - - - - - - - - - 69 69
JUMLAH 334.101 2.779 395 40 717 28 - 31 27 54 3 - 2 92 338.269
Lampiran 4.
Jenis dan Jumlah Sampel Pangan Asal Hewan yang Diuji di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Tahun 2012

Jenis dan Jumlah Sampel


Daging Produk Produk non
No Lokasi Jumlah
Susu Telur Pangan Asal Pangan Asal
Ayam Sapi Domba Kambing Sampel
Hewan Hewan
1 Kabupaten Bandung 28 16 - - 167 18 29 - 258
2 Kabupaten Bandung Barat 88 88 5 - 265 63 180 - 689
3 Kota Bandung 18 4 - - 11 48 19 1 100
4 Kota Cimahi - - - - 6 - 10 - 16
5 Kabupaten Garut - - - - 216 - 115 - 331
6 Kabupaten Sumedang 20 15 - - 4 10 29 - 78
7 Kabupaten Tasikmalaya 72 27 - - - 36 51 - 186
8 Kota Tasikmalaya 17 2 - - - - 16 12 35
9 Kota Banjar - - - - - - - - -
10 Kabupaten Ciamis 5 - - - - - - - 5
11 Kabupaten Kuningan - - - - - - - - -
12 Kabupaten Cirebon 4 2 - - - - 3 6 9
13 Kota Cirebon - - - - - - - - -
14 Kabupaten Indramayu 36 15 - 10 - 27 39 - 127
15 Kabupaten Majalengka - - - - - - - - -
16 Kabupaten Subang 15 20 15 - 2 8 - - 60
17 Kabupaten Purwakarta - - - - - - 18 2 18
18 Kabupaten Cianjur - - - - 22 - - - 22
19 Kabupaten Sukabumi - - - - - - - - -
Jenis dan Jumlah Sampel
Daging Produk Produk non
No Lokasi Jumlah
Susu Telur Pangan Asal Pangan Asal
Ayam Sapi Domba Kambing Sampel
Hewan Hewan
20 Kota Sukabumi - - - - - - - - -
21 Kabupaten Bogor 33 41 - - 40 26 21 - 161
22 Kota Bogor 34 24 - - 10 20 13 - 101
23 Kabupaten Karawang 40 54 - - - 39 40 - 173
24 Kabupaten Bekasi - - - - - - - - -
25 Kota Bekasi - - - - - - - - -
26 Kota Depok 50 48 - - - 30 71 - 199
JUMLAH 460 356 20 10 743 325 654 21 2.589
Lampiran 5.
Hasil Uji Cemaran Mikroba di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Tahun 2012

Hasil melebihi Batas Minimal Cemaran Mikroba ( BMCM )


Jenis Jumlah
No TPC(+) E. coli (+) Coliform (+) S. Auereus (+) Salmonella (+) Listeria (+)
Sampel Sampel
Jl. Spl (% ) Jl. Spl (% ) Jl. Spl (% ) Jl. Spl (% ) Jl. Spl (% ) Jl. Spl (% )
1 Daging 475 339 71,4 60 12,6 77 16,2 43 9,1 17 3,6 0 0,0

2 Telur 192 17 8,9 - 0,0 - 0,0 - 0,0 - 0 - 0,0

3 Susu 169 128 75,7 19 11,2 24 14,2 3 1,8 0 0,0 - 0,0

4 Produk Olahan PAH 168 148 88,1 3 1,8 1 0,6 12 7,1 - 0 - 0,0

Jumlah 1004 632 82 102 58 17 0


Lampiran 6.
Kegiatan Pengamatan Brucellosis di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet dan Sub Unit Pelayanan Lab. Keswan Losari Tahun 2012
Tahun 2011 Tahun 2012
Jenis Sampel Hasil Pengujian Jenis Sampel Hasil Pengujian
No Lokasi
Positif Elisa Positif Elisa
Darah Susu Positif MRT Positif RBT Darah Susu Positif MRT Positif RBT
Brucellosis Brucellosis
1 Kabupaten Bandung 275 - - 3 - 549 - - 3 1
2 Kabupaten Bandung Barat 2.557 387 248 68 6 3.737 - - 153 104
3 Kota Bandung 746 - - 23 - 24 - - 1 -
4 Kota Cimahi - - - - - - - - - -
5 Kabupaten Garut 513 - - 8 1 435 50 7 4 -
6 Kabupaten Sumedang 167 - - 1 - 1.738 - - 39 20
7 Kabupaten Tasikmalaya - - - - - 309 - - - -
8 Kota Tasikmalaya - - - - - - - - - -
9 Kota Banjar 35 - - - - 246 - - - -
10 Kabupaten Ciamis 39 - - - - 191 - - - -
11 Kabupaten Kuningan - - - - - 161 - - - -
12 Kabupaten Cirebon 40 - - - 4 8 - - - 2
13 Kota Cirebon - - - - - - - - - -
14 Kabupaten Indramayu 148 - - 9 - 206 - - 5 -
15 Kabupaten Majalengka - - - - - - - - - -
16 Kabupaten Subang 485 - - - - 435 - - 1 -
17 Kabupaten Purwakarta 18.659 - - 160 - 8.742 - - 45 -
18 Kabupaten Cianjur 202 57 57 - - 295 7 - 5 -
19 Kabupaten Sukabumi 153 - - 15 - 186 - - - -
20 Kota Sukabumi - - - - - - - - - -
21 Kabupaten Bogor - - - - - 119 - - 26 -
22 Kota Bogor 8 - - - - - - - - -
23 Kabupaten Karawang - - - - - - - - - -
24 Kabupaten Bekasi - - - - - 101 - - - -
25 Kota Bekasi - - - - - - - - - -
26 Kota Depok 557 - - 21 22 - - - - -
JUMLAH 24.584 444 305 308 33 17.482 57 7 282 127
Lampiran 7.
Hasil Pengujian Avian Influenza di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet dan Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari
Tahun 2012

Hasil Pengujian/ Diagnosa Titer Antibodi


PCR AI Rapid Test AI Serologi AI Sero Monitoring AI
No Jenis Ternak
Jumlah Hasil Hasil Jumlah Hasil Hasil Jumlah Hasil Hasil Jumlah Jumlah Protektif
Sampel (+) (-) Sampel (+) (-) Sampel (+) (-) Sampel Protektif %
1 Ayam Ras 9 5 4 90 - 90 208 5 203 9.449 8.226 87,06
2 Ayam Buras 90 16 74 - - - 727 29 698 1049 346 32,98
3 Burung 35 - 35 - - - - - - - - -
4 Itik 37 3 34 - - - 218 15 203 50 - -
5 Entog 30 1 29 - - - 15 11 4 60 - -
6 Puyuh 2 2 - - - - 10 - 10 5 - -
JUMLAH 203 27 176 90 - 90 1.178 60 1.118 10.613 8.572 80,77
JUMLAH TOTAL 12.084
Lampiran 8.
Rekapitulasi Jumlah Peserta Kontes Bibit (ekor) Tahun 2012

Kategori Kontes

JUMLAH
SPOT A

SPOT H
SPOT B
SPER A

SPER D
SPER B

SPER C
DG A

DG D
DG B

DG C

PE A

PE B
No Nama Kabupaten

1. Kabupaten Bandung 4 8 3 9 2 2 5 4 4 2 - - - 43
2. Kabupaten Bandung Barat 3 2 5 5 1 - 5 4 6 6 - 1 2 40
3. Kabupaten Bogor - - - - 2 2 1 - 2 - - - - 7
4. Kabupaten Ciamis 3 3 3 2 2 - - - - 2 2 2 19
5. Kabupaten Cianjur 3 4 2 2 2 - - - - - - - 13
6. Kabupaten Garut 2 2 2 5 2 2 2 1 2 5 2 2 1 30
7. Kabupaten Indramayu - - - - 2 - - - - - 1 1 2 6
8. Kabupaten Kuningan - - - - - - 3 3 2 3 - - - 11
9. Kabupaten Majalengka - - - - - - 1 1 1 1 1 1 1 7
10. Kabupaten Purwakarta - - - - - - - - - - 2 2 1 5
11. Kabupaten Subang - - - - - - - - - - 2 2 2 6
12. Kabupaten Sukabumi - - - - - 2 1 1 1 - - - - 5
13. Kabupaten Sumedang - - - - - - 2 1 1 - 1 2 2 9
14. Kabupaten Tasikmalaya - - - - 2 2 - - - - 2 2 - 8
15. Kota Bandung - 6 3 3 - - - - - - - - - 12
16. Kota Banjar - - - - 2 2 - - - - - - - 4
17. Kota Tasikmalaya - - - - 2 2 - - - - 1 1 2 8
Grand Total 15 22 16 27 19 18 20 15 19 17 14 16 15 233
Lampiran 9.
Hasil Kontes Komoditas Sapi Potong Tahun 2012

Identitas
No. Kategori Peringkat Pemilik Alamat
Ternak
1. Keturunan Brahman Umur 06 09 bulan Juara I Puspa Ano Priana Blok Pasir Muncang RT 02/04, Kel. Balareja, Kec. Gantar, Kab. Indramayu

Juara II Patio Agus Kp. Sukasari RT 01/02, Ds. Cibanteng, Kec. Parungponteng, Kab.Tasikmalaya

Juara III Manis Sahro Kp. Cicariu, Ds. Bunihayu, Kec. Jalan Cagak, Kab. Subang

2. Keturunan PO Umur 10 12 bulan Juara I Lastri Damin Kp. Cijauh RT 12/RW 04 Desa Benteng, Kec. Campaka, Kab. Purwakarta

Juara II Soyan Ngadiman Kp. Sidomulyo RT 01/RW 01 Ds. Sidomulyo Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis

Juara III Kunti Didin Jalaludin Kp. Pulosari RT 02/RW 01 Desa Selaawi, Kec. Selaawi, Kab. Garut

3. Keturunan PO Umur 18 24 bulan Juara I Satria Siti Rahayu Kp. Sukamulya RT 04/RW06 Desa Ciseureuh, Kec. Purwakarta, Kab. Purwakarta

Juara II Rendi Nandang Darmawan Dusun Cipeureu RT 03/RW 01 Desa Tanjungmulya Kec. Tanjungkerta, Kab. Sumedang

Juara III MS 11 Theo RM Maluntas Kp. Pasir ipis RT 02/RW 03 Desa Kertawangi, Kec. Cisarua Kab. Bandung Barat
Lampiran 10.
Hasil Kontes Komoditas Sapi Perah Tahun 2012

Identitas
No. Kategori Peringkat Pemilik Alamat
Ternak
1. Keturunan FH Umur 06 08 bulan Juara I Mona Entis Kp. Lapang, RT 03 RW 15, Ds. Cikole, Kec. Lembang Kab. Bandung Barat

Juara II 3398 Dadi Kp. Cigeureung 2, Ds. Cigugur, Kec. Cigugur, Kab. Kuningan

Juara III Bona Wawan Cikeruh RT 05 RW 10, Ds. Cikeruh, Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang

2. Keturunan FH Umur 09 12 bulan Juara I Wulan Dana Supriatna Kampung Cipulus RT 03 RW 02, Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung

Juara II Bunga Oman Kampung Panyandaan, Padaasih, Cisarua, Kab. Bandung Barat

Juara III Jelita Ayi Maman Kp. Karyawangi RT 02 RW 07, Ds. Karyawangi, Kec. Parongpong, Kab. Bandung
Barat
3. Keturunan FH Umur 13 15 bulan Juara I Manis Suganda Kp. Pamecelan RT 03 RW 06, Sukajaya, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat

Juara II Ledy Dede Yandi Kp. Cibojong, Balewangi, Cisurupan, Kab. Garut

Juara III Mayang Dede Suhana Kampung Cipulus RT 02 RW 04, Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung

4. Keturunan FH Umur 24 36 bulan Juara I Dolar Yaya Balewangi, Kec. Cisurupan, Kab. Garut

Juara II Bentang Dayat Tuloh Kp. Citespong RT 04 RW 05, Sukajaya, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat

Juara III Si Belang Anen Haridiyansah Kp. Leuwiliang RT 03 RW 11, Mekarsari, Kec. Pasir Jambu, Kab. Bandung
Lampiran 11.
Hasil Kontes Komoditas Kambing PE Tahun 2012

Identitas
No. Kategori Peringkat Pemilik Alamat
Ternak
1. Raja Pejantan Umur 24 36 bulan Juara I Jaguar Paiman Dsn. Cikulu RT 02 RW 03, Ds. Sukahurip, Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis

Juara II Prabu Panji Kp. Simpang, RT 13/07, Ds. Simpang, Kec. Bantarkalong Kab. Tasikmalaya

Juara III Si Untung Narno Bojongkantong, Ds. Bojongkantong, Kec. Langensari, Kota Banjar

2. Ratu Bibit Umur 24 36 bulan Juara I Ratu H. Tatang Kp. Simpang, RT 13 RW 07, Ds. Simpang, Kec. Bantarkalong, Kab. Tasikmalaya

Juara II Lasmini Mastuhin Bojongkantong, Ds. Bojongkantong, Kec. Langensari, Kota Banjar

Juara III Manis Hendi Kp. Sukagalih, Ds. Cipeuteuy, Kec. Kabandungan, Kab. Sukabumi
Suryana
Lampiran 12.
Hasil Kontes Komoditas Domba Garut Tahun 2012

Identitas
No. Kategori Peringkat Pemilik Alamat
Ternak
1. Ratu Bibit; Juara I Nunung Ruhiyat Ds. Mekar Asih, Kec. Malangbong, Kab. Garut

Juara II Serina Pandi Sangkan, Ibun, Kec. Ibun, Kab. Bandung

Juara III Cantik H. Tata Cipada Girang, Mekarjaya, Kec. Cikalong Wetan
Kab. Bandung Barat
2. Raja Pejantan; Juara I Raja Tresna Joesandi Graha Puspa, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat

Juara II Sultan H. Tata Cipada Girang, Mekarjaya, Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat

Juara III Hegar Cucu Kp. Sangkan, RT 02 RW 02, Ds. Laksana, Kec. Ibun Kab. Bandung

3. Raja Pedaging; Juara I Mido Edi Junaedi Laksana Mekar, Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat

Juara II Laksana H. Tata Cipada Girang, Mekarjaya, Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat

Juara III Mayar H. Ade Yusuf Lebak Gede, Ds. Cireet, Kec. Ibun, Kab. Bandung

4. Petet Jantan; Juara I Royal H. Tata Cipada Girang, Mekarjaya, Kec. Cikalong Wetan Kab. Bandung Barat

Juara II Jinggo Risman Daryusman Kp. Sawah Lega Rt 02 Rw 09, Ds. Laksana, Kec. Ibun Kab. Bandung

Juara III Gembang Dedi Rusamsi Komp. Giri Jagabaya B-5/13 Rt 05 / Rw 13, Ds. Jagabaya, Kec. Cimaung,
Kab. Bandung
Lampiran 13.
Hasil Pemeriksaan Sesuai Ketentuan SNI Nomor 01-4868.1-2005, Tipe Pedaging dan SNI Nomor 01-4868.2-2005 Tipe Petelur.

Berat DOC
Kabupaten/ Tanggal Nama Perusahaan Merk DOC (Ekor) Hasil Pemeriksaan
No. Alamat Strain (gr/ekor) Rekomendasi
Dagang
Kota Pengawasan GPS PS Produksi Sample Petelur Pedaging Fisik Kemasan Label
1 Kt. Bandung 01/03/2012 CV. Missouri Jl.Sindanglaya 50 Bandung Cobb FS CM 398 20.400 20 49 + + + Sesuai SNI
Hy Line
01/03/2012 CV. Missouri Jl.Sindanglaya 50 Bandung HM 800 30.600 30 38 + + + Sesuai SNI
FS
Hy Line 3.000
02/03/2012 CV. Missouri Jl.Sindanglaya 50 Bandung HM 800 10 41
PS betina
450
10 41 + + + Sesuai SNI
jantan

PT Silga Silga
2 Kt.Sukabumi 05/03/2012 Jl. Pelabuan II No.385 Lohmann 25.500 50 42 + + + Sesuai SNI
Perkasa Perkasa

PT Multi- Ds.Parigimulya
3 Subang 06/03/2012 Lohmann MB 402 255.000 150 48 + + + Sesuai SNI
breeder AI Kc.Cipunagara

PT Central
08/03/2012 Jl.Raya Subang Pagaden Cobb CP 707 734.400 150 48 + + + Sesuai SNI
Agromina
Km 9,5 Ross

CV Intan Jaya Kp.Mariwati


4 Cianjur 12/03/2012 Ross CV Intan JA 51.000 50 40 + + + Sesuai SNI
Abadi Kec.Sukaresmi
PT Nuyan Jl.Arief Rahman Hakim, Dipakai
15/03/2012 Cobb - 20.000 20 44 + - -
Farm Cianjur sendiri

PT Leong PT Malindo
5 Subang 19/03/2012 Kamarung Pagaden Subang Cobb 142.800 150 48 + + + Sesuai SNI
Ayam Satu F.
PT Bibit
19/03/2012 Ds.Cilameri Kec.Cisaga Cobb PS Cobb 500 31.824 45 + + + Sesuai SNI
Indonesia 100

PT Hybro Ds.Cisarandi PT Hybro 9.000


6 Cianjur 19/03/2012 Cobb PS 20 49 + + + Sesuai SNI
Indonesia Kc.Wr.Kondang Ind. betina
16%
jantan
Berat DOC
Kabupaten/ Tanggal Nama Perusahaan Merk DOC (Ekor) Hasil Pemeriksaan
No. Alamat Strain (gr/ekor) Rekomendasi
Dagang
Kota Pengawasan GPS PS Produksi Sample Petelur Pedaging Fisik Kemasan Label
PT QL Ds. Kertamukti Magnum
20/03/2012 Cobb 92.820 90 47 + + + Sesuai SNI
Trimitra Kec.Haurwangi 500

PT Cibadak
7 Subang 22/03/2012 Cerelek Gunung Sembung Ross Jumbo 747 326.400 100 45 + + + Sesuai SNI
Indah SF
Pagaden

PT Pet.Ayam
8 Cianjur 24/03/2012 Ds.Jamali, Kec.Mande Cobb AM 888 44.880 40 49 + + + Sesuai SNI
Manggis
PT Super Jl.Raya Kota Bunga
27/03/2012 Ross Super Chick 25.500 41 + + + Sesuai SNI
Unggas Jaya Cipanas 20

PT Central Ds.Sukamulya
9 Subang 03/04/2012 Cobb Cobb 1.536.000 160 44 + + + Sesuai SNI
Avian Pertiwi Kec.Pagaden
Ross Ross

PT Metro Inti Kp.Tegalsapi RT12/06


10 Purwakarta 24/05/2012 Lohmann MF 88 61.200 60 47 + + + Sesuai SNI
Purnama Ds.Negla
sari Kec. Bojong Ross
PT Agrobis
24/05/2012 Jl.Raya Sawit Bojong Km 4 Ross Super Chick 82.008 80 42 + + + Sesuai SNI
Panca Eka
tama

PT. Kerta
Kp.Parigi RT 05/04
11 Sukabumi 12/06/2012 Mulya Cobb Big Top 71.400 80 44 + + + Sesuai SNI
Ds.Palasari
Sejahtera
Hilir Kec.Parungkuda
Cisepe, Bojongjengkol PT Asia
19/06/2012 PT Asia Afrika Cobb BPS 7.225 80 44 + + + Sesuai SNI
RT11/03 Afrika
Kec. Jampang Tengah
Jl.Alternatif Nagrak Ross 308
25/06/2012 PT CJ - PIA CJ - PIA 10.164 60 48 + + + Sesuai SNI
Kp.Pesantren PS
Ds.Balekambang
Kec.Nagrak
Berat DOC
Kabupaten/ Tanggal Nama Perusahaan Merk DOC (Ekor) Hasil Pemeriksaan
No. Alamat Strain (gr/ekor) Rekomendasi
Dagang
Kota Pengawasan GPS PS Produksi Sample Petelur Pedaging Fisik Kemasan Label
PT
Big Top
12 Bogor 04/09/2012 Kertamulya Ds.Kertajaya Kec.Rumpin Cobb 71.400 70 49 + + + Sesuai SNI
Broiler
Sejahtera
PT Patriot Ds.Cimandi Hilir
06/09/2012 Ross BI Broiler 102.000 100 47 + + + Sesuai SNI
Intan Abadi Kec.Caringin
PT Super
21/12/2012 Jl.Raya Sudamanik Km 12 Ross Super Chick 40.800 40 50 + + + Sesuai SNI
Unggas Jaya
JUMLAH 1.740
Lampiran 14.
Hasil Test After Thawing 3/40 Layak untuk IB

Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah


No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
1 Cianjur 02/04/2012 XT 34 Sapi Perah Filmore BIB Lembang
Depo Dinas Peternakan dan Perikanan 30687 AF 122 3/40 1 Layak IB
30687 AF 125 2/40 1 Layak IB
Domba Batara BIB Lembang
Garut 190505 AJ 057 4/40 1 Layak IB
Sapi Potong Brahman Broandah BIB Lembang
40886 AJ 089 3/40 1 Layak IB
Brahman Tomini BBIB Singosari
40145 JJ 816 4/40 1 Layak IB
Limousine Liben BIB Lembang
80640 AJ 118 3/40 1 Layak IB

2 Garut 03/04/2012 XT 34 Sapi Potong Simmental Detroid BBIB Singosari


Depo Dinas Peternakan Perikanan dan 60863 - 3/40 1 Layak IB
Kelautan Simmental Zephir BIB Lembang
68086 - 3/40 1 Layak IB
Simmental Wiro BPPTSP
60604 - Ciamis 3/40 1 Layak IB
Limousine Vulkan BPPTSP
80001 - Ciamis 3/40 1 Layak IB

3 Kuningan 04/04/2012 XT 34 Sapi Potong Limousine Zephir Yr BIB Lembang


Depo Dinas Pertanian Peternakan dan 80869 AJ 034 4/40 1 Layak IB
Perikanan UPTD PKH Limousine Zephir BIB Lembang
80869 AJ 034 3/40 1 Layak IB
Simmental Detroit BBIB Singosari
60863 JJ 816 4/40 1 Layak IB
Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah
No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
Simmental Detroit BBIB Singosari
60863 JJ 016 3/40 1 Layak IB
Brahman Basoka BIB Lembang
40680 AJ 086 3/40 1 Layak IB
Brahman Basoka BIB Lembang
40660 AJ 086 3/40 1 Layak IB
Ongole Orlon BIB Lembang
20345 AI 232 3/40 1 Layak IB
Domba Indrajit BIB Lembang
Garut 1800SWI IBR 37 2/35 1 Layak IB
Indrajit BIB Lembang
1800SWI IBR 32 2/35 1 Layak IB
Sapi Perah FH Felist BBIB Singosari
38775 JJ 865 4/40 1 Layak IB
FH Felist BBIB Singosari
30775 JJ 065 3/40 1 Layak IB
FH Felist BBIB Singosari
30775 JJ 065 3/40 1 Layak IB

4 Majalengka 17/04/2012 XT 34 Sapi Potong Brahman Broanda BIB Lembang


Depo Dinas Kehutanan Perkebunan 40886 AI 240 3/40 1 Layak IB
dan Peternakan Brahman Basoka
40680 AJ 086 3/40 1 Layak IB
Limousine Zephir BIB Lembang
80869 AJ 034 3/40 1 Layak IB
Limousine Zephir Yr BIB Lembang
80869 AJ 021 3/40 1 Layak IB
Ongole Orlone BIB Lembang
20345 AI 232 3/40 1 Layak IB
Simmental Sumares
60045 AJ 246 3/40 1 Layak IB
Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah
No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
5 Sumedang 02/05/2012 XT 34 Sapi Potong Brahman Basoka BIB Lembang
Depo Dinas Peternakan dan Perikanan 40680 AJ 086 3/40 1 Layak IB
Ongole Owen BIB Lembang
20244 AE 73 3/40 1 Layak IB
Ongole Orlone BIB Lembang
20345 AI 232 3/40 1 Layak IB
Simmental Bucho BIB Lembang
60654 AH 146 3/40 1 Layak IB
Simmental Detroit BBIB Singosari
60863 JJ 016 3/40 1 Layak IB
Limousine Mc Kay BIB Lembang
89917 AH 147 3/40 1 Layak IB

6 Purwakarta 24/05/2012 XT 34 Sapi Potong Limousine Coole BIB Lembang


Depo UPTD Rektek dan Keswan 80756 AI 220 4/45 1 Layak IB
Limousine Minang BIB Lembang
80344 JJ 013 4/40 1 Layak IB
Limousine BIB Lembang
80749 AK 009 3/40 1 Layak IB
Limousine Dragon BIB Lembang
80872 AI 207 3/40 1 Layak IB
Limousine BIB Lembang
80749 AK 016 4/40 1 Layak IB
Limousine BIB Lembang
80749 AK 016 4/45 1 Layak IB
Simmental Satya
69935 AH 146 3/45 1 Layak IB
Simmental Domihate BBIB Singosari
60865 AI 171 3/40 1 Layak IB
Simmental Dorak BBIB Singosari
60871 AI 218 4/40 1 Layak IB
Ongole Orlone BIB Lembang
20345 AE 119 3/40 1 Layak IB
Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah
No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
7 Karawang 01/06/2012 XT 34 Sapi Potong Limousine Bundy BIB Lembang
Depo Dinas Perikanan Kelautan dan 80639 AI 170 3/43 1 Layak IB
Peternakan Limousine Tan C BIB Lembang
80244 AI 111 3/45 1 Layak IB
Ongole Orlon BIB Lembang
20345 AG 120 3/40 1 Layak IB
Simmental Brock
60653 AI 171 3/40 1 Layak IB
Simmental Drovin BBIB Singosari
60873 AI 235 3/40 1 Layak IB
Simmental Buldust BBIB Singosari
60652 AI 135 3/40 1 Layak IB

8 Subang 05/06/2012 XT 34 Sapi Potong Limousine Talcteen BIB Lembang


Depo Dinas Peternakan 80749 AK 021 3/45 1 Layak IB
Limousine BIB Lembang
80033 AI 014 3/40 1 Layak IB
Ongole Orlon BIB Lembang
20345 AI 225 3/45 1 Layak IB
Simmental Bremen BBIB Singosari
60655 AK 017 3/45 1 Layak IB
Simmental Brent BBIB Singosari
60368 JJ 005 3/40 1 Layak IB
Brahman Bondan
49078 JBR 37 3/40 1 Layak IB

9 Cirebon 07/06/2012 XT 34 Sapi Potong Brahman Jonty BIB Lembang


Depo Dinas Pertanian Perkebunan 40546 - 3/40 1 Layak IB
Peternakan dan Kehutanan Limousine Madoc BIB Lembang
80536 - 3/40 1 Layak IB
Simmental Saguna BIB Lembang
60869 - 3/40 1 Layak IB
Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah
No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
Brahman Bestari BIB Lembang
49773 AI 014 3/40 1 Layak IB
Limousine Ulyses BIB Lembang
89919 AH 47 3/40 1 Layak IB
Simmental Saguna BIB Lembang
69938 AH 146 3/40 1 Layak IB

10 Indramayu 08/06/2012 XT 34 Sapi Potong Simmental Aldwin BBIB Singosari


Depo Dinas Pertanian dan Peternakan 60536 HH 060 3/40 1 Layak IB
Simmental Ulanda BIB Lembang
60549 - 3/40 1 Layak IB
Limousine Madoc BIB Lembang
80639 AI 064 3/40 1 Layak IB
Brahman Bravo BIB Lembang
40784 AI 062 3/40 1 Layak IB
Brahman Barda BIB Lembang
40681 AH 02 3/40 1 Layak IB
Domba Batara BIB Lembang
Garut 190505 JBR 20 3/40 1 Layak IB

11 Tasikmalaya 03/07/2012 XT 34 Sapi Potong Simmental Ubeaut BBIB Singosari


Depo Dinas Peternakan Perikanan dan 69919 AH 12 3/40 2 Layak IB
Kelautan Limousine Leader BIB Lembang
80712 JBR 29 3/40 2 Layak IB
Sapi Perah Felicia BIB Lembang
39970 AI 151 3/40 2 Layak IB
12 Bandung 27/07/2012 XT 34 Sapi Perah FH Creton BIB Lembang
KPBS Pangalengan 307104 AK 046 D 3/40 2 Layak IB
FH Creton BIB Lembang
307104 AK 054 D 3/40 1 Layak IB
FH Creton BIB Lembang
307104 AK 051 D 3/40 1 Layak IB
Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah
No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
Holstein Sparta D BIB Lembang
308107 AJ 195 C 3/45 1 Layak IB
Holstein Sparta D BIB Lembang
306107 AJ 202 C 3/45 1 Layak IB
Holstein Sparta D BIB Lembang
306107 AJ 230 C 3/45 1 Layak IB

13 Bogor 03/09/2012 XT 34 Sapi Potong Limousine Timor BIB Lembang


Depo UPT Puskeswan dan Ikan III 80753 AI 217 3/40 2 Layak IB
Simental Saumares BIB Lembang
60043 AI 235 3/40 2 Layak IB
Ongole Orlon BIB Lembang
20345 AB 22 3/40 2 Layak IB

14 Ciamis 04/09/2012 XT 34 Sapi Potong Limousine Madoc BIB Lembang


Depo Dinas Peternakan 80639 AI 217 4/40 2 Layak IB
Limousine H. BIB Lembang
80642 AI 235 4/45 1 Layak IB
Brahman
40784 AI 042 3/40 1 Layak IB
40680 AI 043 3/40 1 Layak IB
Simmental Ubeaut
69919 AI 062 4/40 2 Layak IB
Ongole Orlon
20245 AH 171 3/40 1 Layak IB
Ongole Owen
20244 AH 171 3/40 1 Layak IB

15 Sumedang 13/09/2012 XT 34 Sapi Perah FH Maloya Laser Canada


Depo KSU Tandangsari 072H00791 - 4/45 1 Layak IB
FH Maloya Latitude Canada
071H01314 - 3/40 1 Layak IB
Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah
No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
Markwell Elitist Canada
071H01384 - 3/40 1 Layak IB
Markwell Elitist Canada
071H01384 - 3/40 1 Layak IB
Mayerlane Vista Canada
070H00730 - 4/45 1 Layak IB
FH Maloya Latitude Canada
071H01314 - 3/40 1 Layak IB

16 Kota Banjar 14/09/2012 XT 34 Sapi Potong Brahman


Depo Dinas Pertanian Perikanan dan 40784 AI 042 3/40 1 Layak IB
Kehutanan Simmental
60549 AI 063 4/45 1 Layak IB
Simmental Ubeaut
60652 AI 062 4/45 1 Layak IB
Limousine BIB Lembang
89918 4/40 1 Layak IB
Ongole Orlon
20245 AH 175 3/40 1 Layak IB
Ongole Owen
20244 AH 171 3/40 1 Layak IB

17 Bandung 01/10/2012 XT 34 Sapi Potong Brahman Broandah BIB Lembang


Depo Dinas Peternakan Provinsi 40886 AK 105 3/40 1 Layak IB
Jawa Barat Brahman Broandah BIB Lembang
40886 AK 117 2/20 1 Kurang Layak IB
Brahman Broandah BIB Lembang
40886 AK 117 2/20 1 Kurang Layak IB
PO Oportunate BIB Lembang
20947 AK 050 3/40 1 Layak IB
Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah
No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
PO Oportunate BIB Lembang
20947 AK 050 3/40 1 Layak IB
Kambing Boer BBIB Singosari
210504 HH 023 3/40 1 Layak IB
Etano BIB Lembang
200301 AF 23 3/40 1 Layak IB
Etano BIB Lembang
200301 AF 23 3/40 1 Layak IB
Etano BIB Lembang
200301 AF 18 3/40 1 Layak IB
Domba Garut BIB Lembang
190504 AH 170 3/40 1 Layak IB
Garut BIB Lembang
190504 AH 170 3/45 1 Layak IB

18 Garut 13/11/2012 XT 34 Sapi Perah FH Felish -


Depo KUD Mandiri Cisurupan 30775 JJ 057 3/40 1 Layak IB
FH Frime -
30781 KK 003 3/45 1 Layak IB
Fervent -
30693 AG 48 3/45 1 Layak IB
Justin BIB Lembang
308103 AJ 127 3/45 1 Layak IB
Filmore BIB Lembang
30687 AI 028 3/43 1 Layak IB
Felish BBIB Singosari
30775 JJ 057 3/40 1 Layak IB
Frime BBIB Singosari
30781 KK 003 3/45 1 Layak IB
Filmore BIB Lembang
30687 AI 054 3/44 1 Layak IB
Fervent BIB Lembang
30693 AG 48 3/45 1 Layak IB
Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah
No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
19 Garut 19/11/2012 XT 34 Sapi Perah FH Forsa BIB Lembang
Depo Koperasi Peternak Garut 30698 - 3/40 1 Layak IB
Selatan FH Creton BBIB Singosari
307104 - 4/43 1 Layak IB
Justine BIB Lembang
308103 - 4/44 1 Layak IB
Tynho BBIB Singosari
30783 - 3/40 1 Layak IB
Filmore BIB Lembang
30687 - 4/45 1 Layak IB
Yacosy BIB Lembang
30045 - 3/40 1 Layak IB
Creton BBIB Singosari
307104 KK 003 4/45 1 Layak IB
Starlight BIB Lembang
307105 AI 054 3/40 1 Layak IB
Justine BIB Lembang
308103 AG 48 4/43 1 Layak IB

20 Sukabumi 22/11/1900 XT 34 Sapi Potong Limousine Beagle BIB Lembang


Dinas Peternakan 80642 AH 149 3/40 1 Layak IB
Limousine Uranus
89926 AI 111 3/40 1 Layak IB
Simmental Ubeaut BIB Lembang
69919 JBR 30 3/45 1 Layak IB
Simmental Sandya
69833 AI 110 3/40 1 Layak IB
Brahman Barda BIB Lembang
40681 AH 62 3/45 1 Layak IB
PO Orlon
20345 AH 130 3/45 1 Layak IB
Waktu Nomor Jenis, Nama Hasil Test After Jumlah
No. Lokasi Komoditas Batch Number Produksi Rekomendasi
Pemeriksaan Container No.Pejantan Thawing (dosis)
21 Bandung Barat 04/12/2011 XT 34 Sapi Perah FH Rodgar BIB Lembang
Koperasi Peternak Sapi Bandung 30156 - 3/40 1 Layak IB
Utara (KPSBU) Prime BIB Lembang
30781 KK 003 4/44 1 Layak IB
Justine BIB Lembang
308103 AJ 127 3/40 1 Layak IB
Prime BIB Lembang
30781 KK 003 4/42 1 Layak IB
Fervent BIB Lembang
30893 AG 48 3/40 1 Layak IB
Felish BBIB Singosari
30775 JJ 057 4/44 1 Layak IB
Filmore BIB Lembang
30687 AI 028 4/42 1 Layak IB
Creton BBIB Singosari
307104 AI 250 4/43 1 Layak IB
Tynho -
30783 II 038 4/40 1 Layak IB

22 Bogor 04/12/2011 XT 34 Sapi Potong Simmental Omega SJ 001 BBIB Singosari 3/50 1 Layak IB
Pigor (Persatuan Inseminator Bogor) 60869 SJ 001 BBIB Singosari 3/60 1 Layak IB
Ongole Owen AJ 111 BIB Lembang 3/60 1 Layak IB
20244 AJ 111 BIB Lembang 3/45 1 Layak IB
AJ 111 BIB Lembang 3/60 1 Layak IB

Brahman Broandan AJ 017 BIB Lembang 3/30 1 Layak IB


40886 AJ 017 BIB Lembang 3/40 1 Layak IB
AJ 017 BIB Lembang 3/40 1 Layak IB
Jumlah 160
Lampiran 15.
Rekap Hasil Uji Mutu Pakan Tahun 2012 di BPMPT Bekasi

Hasil Pengujian

No Tanggal Asal Sampel Jenis Sampel Kadar Air Kadar Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca P
Sni Sni Sni Sni Sni
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sni Sampel Sni
(Max) (Max) (Min) (Max) (Max)
PT. Japfa Comfeed BR 0/BR1/Broiler Starter 1-10
1 21-Mar-12 10.44 14 6.5 8 23.85 19 6.08 7.4 3.33 6 1.04 0,90-1,20 0.64 0,60-1,00
Indonesia hari
MS 44+/BR2/Broiler Finisher
10.29 14 4.9 8 20.70 18 6.81 8 3.90 6 0.86 0,90-1,20 0.47 0,60-1,00
22 hari-panen
SB 12/BR2/Broiler Finisher 22
10.25 14 4.8 8 20.84 18 6.59 8 3.62 6 0.87 0,90-1,20 0.31 0,60-1,00
hari-panen
PT. Japfa Comfeed par S LB NC/ PSP1/ Breeder
2 4-Apr-12 10.54 13 5.7 8 18.96 19 4.59 3 3.57 6 1.04 0,9-1,2 0.71 0,6-0,9
Indonesia starter 0-3 minggu
par L 0 LB/ PSP5/ petelur 22-
9.87 13 6.7 14 15.46 16 4.87 3 4.22 6.5 1.38 2,7-4,0 0.74 0,6-0,9
26 minggu
PT. Universal Agri
3 10-Apr-12 CON 5/KP3 7.68 14 26.1 35 36.23 30 4.72 5 6.34 8 7.82 9,0-12,0 1 1,0-2,0
Bisnisindo
CK 88 NEO/KP3 7.03 14 31.8 35 33.07 30 4.31 5 4.89 8 10.57 9,0-12,0 0.95 1,0-2,0
181/BR 1 9.46 14 5.9 8 22.37 19 7.08 7.4 3.78 6 1.11 0,90-1,20 0.66 0,60-1,00
BRO 11/BR 1 9.46 14 5.7 8 21.12 19 7.06 7.4 2.72 6 1.08 0,90-1,20 0.66 0,60-1,00
Dinas Peternakan
4 13-Apr-12 sapi potong 23 14 15 12 11 13 7 7 14.02 1.9 0,8-1,0 0.8 0,6-0,8
Prov. Jawa Barat
sapi perah 26 14 30 10 8.7 16 3 7 27.17 3 0,8-1,0 0.4 0,6-0,8
Dinas Peternakan
5 9-May-12 KPSJ (1) / sapi perah 19 14 20 10 14 16 5 7 17.54 1.1 0,8-1,0 0.6 0,6-0,8
Prov. Jawa Barat
KPSJ (2) / sapi perah 11 14 13 10 12 16 8 7 17.91 0.6 0,8-1,0 0.6 0,6-0,8
Dinas Peternakan
Dan Perikanan pakan itik/tunas bangsa (kering
6 12-May-12 7.5 14 6.3 14 17.2 15 7.8 7 4.7 8 0.34 3,00-4,00 0.72 0,60-1,00
Kabupaten oven)
Purwakarta
pakan itik/tunas bangsa (basah) 84.58 1.1 2.87 1.3 0.78 0.06 0.12
pakan ayam buras (kering
7.8 14 8.2 14 17 14 9 7 8 7 0.5 3,2-4,0 0.7 0,6-1,0
oven)
pakan itik/tunas bangsa (kering
84.63 1.4 2.84 1.44 1.38 0.08 0.12
oven)
Hasil Pengujian

No Tanggal Asal Sampel Jenis Sampel Kadar Air Kadar Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca P
Sni Sni Sni Sni Sni
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sni Sampel Sni
(Max) (Max) (Min) (Max) (Max)
Dinas Peternakan,
Perikanan Dan
7 12-May-12 konsentrat sapi perah 12 14 13 10 9.7 16 11 7 16.92 2.3 0,8-1,0 0.3 0,6-0,8
Kelautan Kabupaten
Tasikmalaya
Konsentrat sapi potong 10 14 21 12 13 13 2 7 23.77 1.3 0,8-1,0 0.5 0,6-0,8
Dinas Peternakan
8 20-May-12 Pakan sapi perah / KSP4 11 14 16 10 17 16 7 7 11.29 5.1 0,8-1,0 0.8 0,6-0,8
Kabupaten Bandung
Konsentrat (pellet) kelinci 12 14 11 14 16 12 4 2.4 20 16-22 1.38 0,40-0,75 0.60 0,20-0,50
Dinas Pertanian,
Perkebunan,
DOD jantan / penggemukan
9 23-May-12 Peternakan Dan 11 14 5.5 8 17.8 16 5.3 8 2.2 8 0.84 0,90-1,20 0.69 0,60-1,00
itik / IPB3
Kehutanan
Kabupaten Cirebon
pakan itik berproduksi/ IP3 10 14 17.6 14 21.6 15 3.5 7 3.4 8 4.94 3,00-4,00 0.91 0,60-1,00
PT Cargill
10 31-May-12 Indonesia / Up. BF K/ BR2/ broiler finisher 10.78 14 5.6 8 21.79 18 5.75 8 3.55 6 1.11 0,90-12,0 0.63 0,60-1,00
Bapak Faudel
BSK/ BR 1/ BROILER
10.3 14 5.2 8 21.44 19 5.24 7.4 2.92 6 0.98 0,90-12,0 0.62 0,60-1,00
STARTER
BR I X/ BR 1/BROILER
10.97 14 5.4 8 20.16 19 6.04 7.4 3.21 6 0.9 0,90-12,0 0.63 0,60-1,00
STARTER
TOP 36/ KP3/
6.36 14 33.9 35 34.39 30 3.88 5 4.14 8 11.63 9,0-12,0 0.97 1,0-2,0
KONSENTRAT LAYER
MAX BRO/ BR 1/ BROILER
10.08 14 5.3 8 22.75 19 6.82 7.4 3.42 6 1.07 0,90-12,0 0.57 0,60-1,00
STARTER
BBS NM/ PSBR2 bibit ayam
10.8 13 6.6 8 19.19 17 5.06 3 3.93 5 1.14 0,9-1,2 0.7 0,6-0,8
ras pedaging starter-2
LBL NM/ PSP 5/ bibit ayam
9.89 13 14.2 8 17.72 16 5 3 4.14 6.5 4.38 2,7-4,0 0.66 0,6-0,9
ras petelur layer
Customix 36/KP3/Konsentrat
6.51 14 32.9 35 34.2 30 4.06 5 3.65 8 11.01 9,0-12,0 0.95 1,0-2,0
Layer
QL/PP3/Puyuh Petelur 10.02 14 11.4 14 21.69 17 5.1 7 4.99 7 3.09 2,5-3,5 0.73 0,6-1,0
UNIGRO/P2/Ayam Ras
9.83 14 6.2 8 16.25 15 5.21 7 4.9 7 1.23 0,9-1,2 0.72 0,6-1,0
Petelur Dara
Dinas Peternakan
11 27-Jun-12 konsentrat sapi potong/ KSPT1 3.95 14 16.1 12 11.55 13 5.48 7 3.24 0,8-1,0 0.43 0,6-0,8
Prov. Jawa Barat
12 .
LM3/ kelinci pedaging/ PK 1 5.44 14 11.00 14 17.80 16 10.52 2.6 14.74 0.39 0,4-0,75 0.87 0,2-0,5
16
Hasil Pengujian

No Tanggal Asal Sampel Jenis Sampel Kadar Air Kadar Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca P
Sni Sni Sni Sni Sni
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sni Sampel Sni
(Max) (Max) (Min) (Max) (Max)
Konsentrat Cikole
21.78 14 15.6 10 14.52 16 1.73 7 0.59 0,8-0,1 0.51 0,6-0,8
1/Konsentrat Sapi Perah/KSP4
Konsentrat Cikole
2/Konsentrat Sapi 19.43 14 11.7 10 15.53 16 1.77 7 1.01 0,8-1,0 0.51 0,6-0,8
Perah/KSP4/Kandang II
Konsentrat Sapi Perah/KSP 4 9.94 14 14.5 10 13.7 16 7.89 7 1.9 0,8-1,0 0.76 0,6-0,8
Konsentrat Sapi potong
3.5 14 14.6 12 12.95 13 7.87 7 1.53 0,8-1,0 0.39 0,6-0,8
Trisila/KSPT 1
Konsentrat Sapi
11.59 14 14.9 12 13.78 13 9.31 7 1.82 0,8-1,0 0.41 0,6-0,8
Potong+Ampas Tahu/KSPT1
Konsentrat Sapi Perah Laktasi
4.22 14 14.3 10 13.25 18 8.83 7 1.51 1,0-1,2 0.41 0,6-0,8
Tinggi/KSP5
M6/Putih/KSP6 9.31 14 15.8 10 10.84 14 6.81 7 1.54 0,6-0,8 0.61 0,6-0,8
M2/Kuning/KSP4 8.97 14 9.7 10 17.66 16 7.01 7 1.56 1,0-1,2 0.76 0,6-0,8
Dinas Peternakan Sampel I/Pakan Sapi
12 7-Aug-12 14.9 14 13.9 12 6.78 13 0.77 7 28.17 1.19 0,8-1,0 0.22 0,6-0,8
Prov. Jawa Barat Potong/KSPT 1/Klp Kertasaba
Sampel II/Pakan Sapi
15.42 14 18.2 12 6.64 13 1.19 7 26.6 1.16 0,8-1,0 0.24 0,6-0,8
Potong/KSPT1/Klp Sukakarya
Dinas Peternakan rumput gajah taiwan/BPPT
13 2-Oct-12 84.2 15.30 16.18 1.68 28.36 0.61 0.22
Prov. Jawa Barat Sapi Potong Ciamis
rumput raja/BPPT Sapi Potong
83.49 12.20 12.21 1.54 17.29 0.32 0.20
Ciamis
rumput stargrass/BPPT Sapi
70.39 9.2 15.34 0.92 27.92 0.49 0.24
Potong Ciamis
konsentrat sapi potong/BPPT
9.66 15.8 11.26 3.82 24.29 1.39 0.43
Sapi Potong Ciamis
12- Dinas Peternakan
14 pakan sapi perah 26 14 23 10 10 16 2 7 16.05 6.3 0,8-1,0 0.3 0,5-0,8
November-12 Prov. Jawa Barat
12 .
pakan kelinci 11 14 12 14 18 17 1 3.6 17 1.2 0,75-1,20 0.6 0,60-1,00
18
pakan sapi 10 14 12.8 14 14.4 15 6.4 7 11.6 8 1.9 3,00-4,00 1.1 0,60-1,00
pakan itik pedaging 10.49 7.5 10.04 7.78 9.49 0.03 0.88
Lampiran 16.
Hasil Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) Sapi Potong di Masing-masing Kabupaten/Kota Tahun 2012

Realisasi
Inseminasi Inseminasi 2 Bulan Lalu Jumlah
Target Pkb
No Kabupaten
Akseptor Akseptor % Jumlah Jumlah
I II III I II III Ekor
Dosis Dosis

1 Ciamis 12.205 10.889 89,22 10.889 2.291 401 13.581 10.940 2.345 471 13.756 10.820
2 Tasikmalaya 15.180 15.242 100,41 15.242 2.997 483 18.722 15.015 2.936 433 18.384 14.886
3 Garut 3.500 2.564 73,26 2.564 530 99 3.193 2.287 522 111 2.920 2.859
4 Cianjur 5.690 4.163 73,16 4.163 512 89 4.764 4.064 481 71 4.616 2.980
5 Sukabumi 3.656 2.963 81,04 2.963 810 189 3.962 2.880 810 190 3.880 2.686
6 Bogor 2.100 1.470 70,00 1.470 110 4 1.584 1.448 2.711 5 1.501 724
7 Bekasi 3.000 1.499 49,97 1.499 244 32 1.775 1.450 240 44 1.734 1.224
8 Karawang 2.846 2.361 82,96 2.361 298 - 2.659 2.499 304 - 2.803 1.940
9 Purwakarta 2.066 2.605 126,09 2.605 225 203 3.033 2.810 251 187 3.248 2.809
10 Subang 5.879 3.370 57,32 3.370 504 100 3.974 3.257 488 98 3.843 2.904
11 Indramayu 2.175 1.329 61,10 1.329 292 41 1.662 1.297 276 43 1.616 1.028
12 Sumedang 11.000 8.930 81,18 8.930 1.096 181 10.207 8.637 1.045 167 9.849 8.807
13 Majalengka 2.202 2.480 112,62 2.480 472 105 3.057 2.448 461 113 3.022 2.071
14 Kuningan 5.091 3.128 61,44 3.128 361 84 3.573 3.038 340 72 3.450 3.026
15 Cirebon 749 1.088 145,26 1.088 216 18 1.322 1.053 181 14 1.248 1.054
16 Bandung 1.500 359 23,93 359 48 6 413 318 47 6 371 373
17 Kota Banjar 560 225 40,18 225 88 28 341 223 93 36 352 257
18 Kota Tasikmalaya 634 224 35,33 224 16 5 245 217 17 6 240 212
19 Kota Cirebon 150 130 86,67 130 100 53 283 144 111 60 315 108
20 Bandung Barat 416 303 72,84 303 63 3 369 289 82 3 374 300

JUMLAH TOTAL 80.599 65.322 81,05 65.322 11.273 2.124 78.719 64.314 13.741 2.130 77.522 61.068

Tabel dilanjutkan...
Tabel Lanjutan...

Sc Dari
Jumlah Bunting Dari Inseminasi Perhitungan Cr Realisasi Kelahiran
Target
No Kabupaten Total Abortus
Total Pkb Kelahiran
Target Kebuntin Cr Bunting
I II III Ekor Cr Jantan Betina Jumlah
Bunting gan Bunting

1 Ciamis 7.289 1.774 292 9.355 9.154 85,5 66,6 86,5 1,5 1,5 5.299 3.652 8.951 7.242 -
2 Tasikmalaya 8.594 2.807 411 11.812 11.385 78,7 57,2 79,3 1,6 1,7 5.398 5.882 11.280 8.663 -
3 Garut 1.436 347 82 1.865 2.625 81,5 62,8 65,2 1,6 2,0 720 707 1.427 2.100 -
4 Cianjur 2.015 380 20 2.415 4.267 59,4 49,6 81,0 1,9 1,5 1.936 1.196 3.132 3.414 -
5 Sukabumi 1.240 344 43 1.627 2.797 56,5 43,1 60,6 2,4 2,2 614 527 1.141 2.238 19
6 Bogor 665 59 - 724 1.575 50,0 45,9 100,0 2,1 1,1 187 528 715 1.260 -
7 Bekasi 827 150 23 1.000 2.250 69,0 57,0 81,7 1,7 1,5 282 189 471 1.800 -
8 Karawang 1.327 - - 1.327 2.135 53,1 53,1 68,4 2,1 1,5 531 796 1.327 1.708 -
9 Purwakarta 2.179 141 119 2.439 1.972 86,8 77,5 86,8 1,3 1,3 1.288 1.220 2.508 1.578 25
10 Subang 2.380 142 - 2.522 5.174 77,4 73,1 86,8 1,5 1,2 1.160 973 2.133 4.139 -
11 Indramayu 576 148 29 753 1.631 58,1 44,4 73,2 2,1 1,8 228 219 447 1.305 -
12 Sumedang 6.806 725 109 7.640 7.604 88,5 78,8 86,7 1,3 1,3 3.203 3.135 6.338 6.083 -
13 Majalengka 1.291 246 64 1.601 1.651 65,4 52,7 77,3 1,9 1,6 937 602 1.539 1.321 8
14 Kuningan 1.907 234 53 2.194 3.859 72,2 62,8 72,5 1,6 1,6 806 823 1.629 3.087 -
15 Cirebon 786 - - 786 602 74,6 74,6 74,6 1,6 1,3 107 84 191 482 -
16 Bandung 231 17 - 248 1.125 78,0 72,6 66,5 1,5 1,6 83 73 156 900 37
17 Kota Banjar 122 56 21 199 167 89,2 54,7 77,4 1,8 2,1 62 86 148 134 -
18 Kota Tasikmalaya 190 - - 190 505 87,6 87,6 89,6 1,3 1,1 93 90 183 404 -
19 Kota Cirebon 48 24 8 80 50 55,6 33,3 74,1 3,9 2,3 25 29 54 40 -
20 Bandung Barat 164 46 3 213 334 73,7 56,7 71,0 1,8 1,8 129 120 249 267 -

JUMLAH TOTAL 40.073 7.640 1.277 48.990 60.862 76,2 62,31 80,2 1,61 1,5 23.088 20.931 44.019 48.165 89
Lampiran 17.
Situasi Penyakit Hewan Menular di Jawa Barat Tahun 2012

Hewan
No Penyakit Hewan Kabupaten/Kota
Jenis Jumlah (ekor)
Kasus PHM
1. Avian Influenza Ayam buras 2.696 17 kabupaten/kota kecuali Kota Bekasi, Kota Sukabumi, Ciamis, Kota Tasikmalaya,
Karawang, Garut, Purwakarta dan Cianjur
Itik 3.789 59 kecamatan, 73 desa/kel
2. Rabies Anjing 1 kasus positif Desa Purbayani Kec. Caringin dan Desa Sinarjaya Kec. Bungbulang Kab.Garut (1)
3. Brucellosis Sapi perah 194 Sukabumi (2)
Bandung Barat (116)
Garut (6)
Tasikmalaya (9)
Bandung (1)
Cirebon (2)
Bogor (26)
Sumedang (18)
Kota Bogor (12)
Cianjur (2)
4. Pullorum Unggas 284 Kota Bandung (8)
Cianjur (63)
Garut (16)
Hewan
No Penyakit Hewan Kabupaten/Kota
Jenis Jumlah (ekor)
Majalengka (17)
Tasikmalaya (17)
Cirebon (49)
Bandung (33)
Kota Bekasi (30)
Ciamis (11)
Purwakarta (37)
Karawang (3)
5. Mycoplasma gallisepticum Kota Bandung (7)
Cianjur (40)
Garut (15)
Majalengka (3)
Sumedang (1)
Tasikmalaya (30)
Cirebon (21)
Bandung (72)
Kota Bekasi (31)
Ciamis (21)
Purwakarta (31)
Karawang (2)
6. Salmonellosis Unggas 5 Majalengka (3)
Bandung Barat (2)
Hewan
No Penyakit Hewan Kabupaten/Kota
Jenis Jumlah (ekor)
7. Colibaciilosis Unggas 3 Majalengka (3)
Surveilans PHM
4. Infectiouse Bovine Sapi Potong 57 sampel dari 272 Bogor (7/39), Kuningan (0/56)
Rhinotracheitis sampel berstatus Sumedang (3/3), Cirebon (8/42)
(IBR) serologis tinggi (20,95%) Karawang (35/44), Tasikmalaya (4/37)
Sapi Perah 261 sampel dari 1647 Bandung (4/32), Bogor (46/169)
sampel berstatus Ciamis (17/134), Garut (17/139)
serologis tinggi (15,85%) Kuningan (7/184), Purwakarta
(22/130), Sukabumi (64/240),
Sumedang (18/134), Bandung
((44/96), Subang (4/40), Cianjur
(2/44), Kota Bogor (10/47),
Tasikmalaya(6/154)
5. Bovine Viral Sapi Potong 64 sampel dari 159 Bogor (57/82)
Diarhea (BVD) sampel berstatus Kuningan (7/46)
serologis tinggi (40,25%) Cirebon (0/31)
Sapi Perah 285 sampel dari 405 Garut (37/37), Sumedang (21/31)
sampel berstatus KBB (46/62), Sukabumi (60/99)
serologis tinggi (70,37%) Bogor (1/1), Kuningan (12/31)
Bandung (31/47), Cianjur (19/31)
Subang (34/35), Bogor (24/31)
6. Enzootic Bovine Sapi Potong 10 sampel dari 121 Tasikmalaya (0/37), Bogor (2/39)
Hewan
No Penyakit Hewan Kabupaten/Kota
Jenis Jumlah (ekor)
Leucosis (EBL) sampel berstatus Kuningan (2/55), Cirebon (2/68)
serologis tinggi (8,26%) Indramayu (0/43), Ciamis (4/39)
Sapi Perah 12 sampel dari 254 Garut (1/35), Sumedang (0/38)
sampel berstatus KBB (3/38), Sukabumi (3/29)
serologis tinggi (4,72%) Bogor (0/1), Kuningan (0/39)
Bandung (0/37), Cianjur (5/37)
7. Infectious Bronchitis Unggas 30 sampel dari 38 smpl Kota bandung (10/10)
Virus (IBV) menujukkkan hasil Bogor (20/28)
positif
8. Hoc Cholera Babi 170 sampel dari 670 Bekasi (44/130), Karawang
(Sampar Babi) sampel berstatus (44/163), Kuningan (37/277)
serologis tinggi (25,37%) Bogor (45/100)
Lampiran 18.
Unit Farm dari Breeding Farm di Jawa Barat tahun 2012

Lokasi Breeding Farm Jumlah


No Kabupaten/Kota
Kecamatan Kelurahan/Desa Unit Farm Unit Tetas
Jasinga Curug 1 -
Pingku 1 -
Parungpanjang Gorowong 1 -
Lumpang 1 1
Sukamulya 1 -
1. Kab. Bogor Rumpin
Tamansari 1 -
Gunung Sindur Cibinong 1 1
Tamansari Sukamantri 1 -
Cijeruk Palasari 1 -
Cigudeg Argapura 1 -
Makasari 1 1
Kalapanunggal
Gunung Endut 1 -
Cibadak Pamuruyan 2 1
Darmareja 1 -
Balekambang - 1
Nagrak
2. Kab. Sukabumi Nagrak Utara 1 -
Cisarua 2 1
Kapalarea Kalaparea 1 -
Nyalindung Mekarsari 1 1
Bojonggenteng Bojonggenteng 2 -
Cicurug Benda 1 -
Lokasi Breeding Farm Jumlah
No Kabupaten/Kota
Kecamatan Kelurahan/Desa Unit Farm Unit Tetas
Tenjolaya 1 1
Nyangkowek 1 -
Nangerang 1 -
Cijulang 3 -
Jampang Tengah Bojongjengkol 1 -
Bojongtipar 1 -
Gegerbitung Gegerbitung 1 1
Sukaraja 1 -
Sukaraja Selaawi 1 -
Margaluyu 1 -
Sundawenang 1 1
Parungkuda
Kompa - 1
Bojong 1 1
Kertaraharja 1 -
Cikembar Parakanlima 3 2
Cibatu 1 -
Cikembar 1 1
Purabaya Cimerang 1 -
Munjul 3 -
Ciambar 2 -
Ciambar
Wangunjaya 1 -
Cibunarjaya 1 -
Cibolang 1 -
Gunungguruh
Cikujang 1 -
Lokasi Breeding Farm Jumlah
No Kabupaten/Kota
Kecamatan Kelurahan/Desa Unit Farm Unit Tetas
Pabuaran Pabuaran 1 -
Sukalarang Cimangkok 1 -
Sukabumi Sukajaya - 1
3. Kota Sukabumi Cikondang 1 -
Pacet Sukatani 1 1
Warungkondang Cisarandi 1 1
4. Cianjur
Cibeber 1 -
Mande Jamali 1 1
5. Kab. Bekasi Cibarusah Wibawamulya - 1
Taringgultengah 2 2
Wanayasa
Taringgultonggoh 1 1
Kiarapedes Margaluyu 1 1
Cigoel 3 3
6. Purwakarta
Cilingga 1 -
Bojong Cipeundeuy 2 -
Sindangsari 1 -
Pangkalan 1 -
Sadarkarya 1 1
Linggasari 1 -
Darangdan Neglasari 2 1
Nanggewer 1 -
Cilingga 1 -
Wanasari 1 -
7. Subang Cipunagara
Jati 3 1
Lokasi Breeding Farm Jumlah
No Kabupaten/Kota
Kecamatan Kelurahan/Desa Unit Farm Unit Tetas
Tanjung 5 -
Parigimulya 1 -
Padaasih 3 -
Cibogo
Cisaga - 1
Cikaum Cikaum Timur 1 1
Kalijati Marengmang 1 -
Sukamulya - 1
Gunung Sembung 1 1
Pagaden Sumbersari 1 -
Gunungsari - 2
Kamarung - 1
Pagaden Barat Cidahu - 1
Sukasari 1 -
Dawuan
Jambelaer 1 -
Patokbeusi Rancabango 2 -
8. Majalengka Ligung Kodasari 1 -
Cilimus Setianagara 1 -
Cidahu Cikeusik 1 -
9. Kuningan
Darma Windusari 1 -
Nusaherang Haurkuning 1 -
10. Indramayu Gantar Bantarwaru 1 -
Cikalongwetan Mandalamukti 1 -
11. Kab. Bandung Barat
Cipeundeuy Ciharahas 1 -
12. Kota Bandung Arcamanik Cisaranten - 2
Lokasi Breeding Farm Jumlah
No Kabupaten/Kota
Kecamatan Kelurahan/Desa Unit Farm Unit Tetas
Tanjungsari Margajaya 1 -
13. Sumedang
Pamulihan Cigendel 1 -
Sindangmukti 1 1
14. Ciamis Panumbangan
Sindangherang 1 1
Lampiran 19.
Lokasi kejadian anthrax di Jawa Barat di 7 Kab./Kota Tahun 2012.

Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
Kabupaten Bogor
1965 Kambing
1. Citeureup Hambalang
2001 Manusia Hewan Penderita Tidak Diketahui
2. Bojong Gede Citayam 1968 Kambing
1978 Kambing
3. Cibinong Karadenan 1979
2003
4. Kalapanunggal Linggarmukti 1985 Kambing
5. Jonggol Sirnagalih 1986 Kambing
2001 Kambing
Citaringgul
2004
Kadumanggu 2002 Kambing
6. Babakan Madang
Cipambuan 2002 Kambing
Babakan Madang 2003 Kambing, Manusia
Karang Tengah 2007 Kambing, Manusia
Cijujung 1971 Kambing
7. Sukaraja
Cilebut Barat 2008 Sapi

Kota Bogor
8. Bogor Utara Kedung Badak 1971 Kambing Dulu Masuk Kec Kedung Halang Kab Bogor
Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
Bantarjati 1972 Sapi Perah Milik H Badi
Ciparigi 1981 Domba
Ciluar 1981 Sapi Dulu Masuk Kec Sukaraja Kab Bogor
Tegalgundil 1984 Domba
9. Bogor Timur Baranangsiang 1974 Domba Milik H Acep
Domba Milik LPP Balitnak
10. Bogor Tengah Babakan 1977 Domba, Sapi
Sapi Milik Fapet IPB
11. Bogor Barat Menteng 1983 Domba Milik Ikin
Batutulis 1974 Sapi Perah
12. Bogor Selatan
Lawanggintung 1976 Sapi Perah Milik PPLG
1978 Sapi Perah Hewan Dari Cibinong, Dipotong Di RPH
Tanah Sereal
13. Tanah Sereal 1980 Kerbau
Kebon Pedes 2001 Sapi Perah
Kota Depok
14. Pancoran Mas Pancoran Mas 1968 Kambing
Harjamukti 1974 Kambing
15. Cimanggis
Cilangkap 2006 Sapi, Manusia
Kabupaten Bekasi
Sukamahi 1983 Domba, Kambing
16. Cikarang Pusat 1985 Domba
Pasir Ranji
1986 Domba
Sukasari 1984 Kambing
17. Serang Baru
Nagasari 1985 Kambing
18. Muara Pantai Mekar 1985 Kerbau
Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
Gembong Pantai Bahagia 1985 Kerbau, Kambing
Pantai Bakti 1985 Kerbau
19. Bojongmanggu Karang Indah 1985 Sapi
Kota Bekasi
20. Bekasi Barat Kranji 1972 Sapi Dulu Masuk Kab Bekasi
Purwakarta
Sindangkasih 1961 Manusia
Nagrikaler 1961 Sapi, Kambing
21. Purwakarta
Tegal Muncul 1963 Sapi
Ciseureuh 1968 Kambing
21. Jatiluhur Bunder 1965 Domba
1963 Kerbau
22. Campaka Cireundeu
1985 Kambing
1961 Kerbau
24. Bungursari Bungur
1972 Sapi
1966
Cikubakamanah 1975 Kerbau
25. Cibatu 1983
Cirangkong 1985 Kambing
Ciparungsari 1999 Burung Unta, Manusia Dulu Masuk Kec Campaka
Maracam 1961 Domba
26. Babakan Cikao
Cigelam 1962 Kambing
1972 Sapi
27. Pasawahan Selaawi
1975 Sapi
Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
Cibogo Hilir 1966 Manusia
28. Plered
Cibogo Hilir 1972 Kambing
Citalang 1966 Kuda
29. Tegal Waru
Karoya 1968 Sapi
30. Maniis Citamiang 1975 Manusia
Subang
Marengmang 1961 Sapi
Dawuan Kaler
1962 Sapi
31. Kalijati Dawuan Kidul
Cisampih 1962 Sapi
Rawalele 1962 Domba
Dandeur 1961 Sapi
32. Subang Balendung 1962 Kambing
Sukamelang 1962 Kerbau
33. Jalan Cagak Cisaat 1961 Sapi
Cupunagara 1961 Kuda
34. Cisalak
Darmaga 1962 Tanah
Sawangan 1961 Sapi
35. Cipeundeuy Cipeundeuy 1965 Manusia
Wantilan - Tanah
Karawang
Cimahi 1950 Sapi
36. Klari Duren 1952 Sapi
Balendung 1967 Kerbau
Daerah Tertular
No. Tahun Kejadian Penderita Anthrax Keterangan
Kecamatan Kelurahan/Desa
37. Purwasari Darawolong 1954 Sapi Dulu Masuk Kec. Klari
38. Teluk Jambe Timur Pinayungan 1958 Sapi
39. Tegalsari Cadas Kertajaya 1959 Kerbau
Ciptasari 1960 Kerbau
Mulyasari 1963 Sapi
Cintalanggeng 1974 Sapi
40. Pangkalan
Cintaasih 1974 Sapi
1982 Tanah
Medalsari
1984 Kambing
Margakarya 1960 Sapi
41. Teluk Jambe Barat Dulu Masuk Kec. Teluk Jambe
Karang Mulya 1964 Sapi
42. Batujaya Batujaya 1968 Kerbau
43. Pakisjaya Tanjungbungin 1963 Kerbau
Rengasdengklok
44. Rengasdengklok 1985 Kerbau Dulu Masuk Kec Rngsdengklok
Selatan
45. Karawang Barat Karawang Kulon 1986 Kambing Dulu Masuk Kec Karawang
Kab. Bandung Barat
46. Lembang Jayagiri 1973 Sapi Perah
Lampiran 20.
Distribusi Sarana Pengendalian Gangguan Reproduksi (Dalam Dosis)

Anti-
Prostaglandin Oksitocyn AB bolus AB LA AD-E Anti bloat Robo Multivit Iod Pov.
No. Kab./Kota HCG (Box) inflms
(Vial) (Vial) (box) inj Botol) (Botol) (Botol) (botol) (Botol) (Botol)
(Vial)
1 Kab. Tasikmalaya 10 10 15 30 30 30 30 30 30 30 30
2 Kab. Sumedang 10 10 15 30 30 30 30 30 30 30 30
3 Kab. Ciamis 10 10 15 30 30 30 30 30 30 30 30
4 Kab. Cianjur 10 10 10 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Kab. Kuningan 10 10 10 30 30 30 30 30 30 30 30
6 Kab. Bogor 10 10 10 30 30 30 30 30 30 30 30
7 Kab. Bekasi 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
8 Kab. Garut 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
9 Kab. Subang 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
10 Kab. Sukabumi 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
11 Kab. Karawang 10 10 10 30 30 30 20 20 30 30 20
12 Kab. Majalengka 10 10 10 30 20 30 20 20 30 30 20
13 Kab. Purwakarta 10 10 10 30 20 30 20 20 20 30 20
14 Kab. Indramayu 10 10 10 30 20 30 20 20 20 30 20
15 Kab. Cirebon 10 10 10 30 20 30 20 20 20 30 20
16 Kab. Bandung 10 10 30 20 30 20 20 20 30 20
17 Kab. Bandung Barat 10 10 20 20 20 20 20 20 20 20
Jumlah 150 170 185 500 450 500 400 400 460 500 400
Lampiran 21.
Hasil Pengendalian Penyakit Gangguan Reproduksi Tahun 2012

Diagnosa Penyakit Hasil Penanganan


No. Kabupaten Jumlah Repeat Tidak
Hypo Clp Cyste Endo Dll* Sembuh
Breeder Sembuh
1 Sumedang 210 34 6 3 3 15 149 202 8
2 Cirebon 150 65 9 6 13 31 26 147 3
3 Indramayu 150 2 8 2 2 1 135 148 2
4 Kuningan 200 128 14 22 28 - 8 200 -
5 Karawang 150 18 46 14 5 7 60 140 10
6 Bandung Barat 150 54 5 2 - 69 20 146 4
7 Majalengka 150 - 4 - 10 33 103 128 22
8 Cianjur 212 81 9 12 - 82 28 183 29
9 Bogor 200 - - - 14 - 186 200 -
10 Tasikmalaya 250 24 4 6 28 - 188 246 4
11 Subang 311 40 15 20 72 - 164 278 33
12 Purwakarta 150 - 16 - 6 11 117 144 6
13 Ciamis 360 98 99 24 33 5 101 341 19
14 Bekasi 211 8 26 6 11 8 152 204 7
15 Sukabumi 204 40 4 6 6 41 107 179 25
16 Garut 207 54 6 7 9 51 80 197 10
17 Bandung 162 38 6 4 14 30 70 147 15
Jumlah 3.427 684 277 134 254 384 1.694 3.230 197

Keterangan : Hypo = Hypofungsi; CLP = Corpus Luteum Persisten; Cyste = Sistic; Endo=Endometritis
Lampiran 22.
Lampiran Daftar Importir Daging di Jawa Barat tahun 2010-2012

Tahun
No.
2009 2010 2011 2012
1. PT. Mitra Sarana Purnama PT. Mitra Sarana Purnama PT. Bina Mentari Tunggal PT. Bina Mentari Tunggal
QQ PT. Hero Supermarket Tbk. QQ PT. Hero Supermarket Tbk.
2. PT. Sukanda Djaya PT. Sukanda Djaya PT. Sukanda Djaya PT. Sukanda Djaya

3. CV. Sumber Laut Perkasa PT. San Miguel Pure Foods Indonesia PT. Madusari Nusaperdana PT. Madusari Nusaperdana

4. CV. Septia Anugerah PT. Bina Mentari Tunggal PT. Bumi Maestroayu PT. Bumi Maestroayu

5. CV. Cahaya Sakti CV. Surya Cemerlang Abadi PT. Impexindo Pratama CV. Surya Cemerlang Abadi

6. PT. Madusari Nusaperdana PT. Madusari Nusaperdana CV. Surya Cemerlang Abadi PT. Mitra Sarana Purnama

7. PT. Bumi Maestro Ayu - PT. Mitra Sarana Purnama PT. San Miguel Pure Foods Indonesia
QQ PT. Hero Supermarket Tbk.
8. PT. San Miguel Pure Foods Indonesia - PT. San Miguel Pure Foods Indonesia PT. Indobaru Utama Sejahtera

9. PT. Bina Mentari Tunggal - PT. Beeffood Indonesia PT. Beeffood Indonesia

10. - - PT. Suri Nusantara Jaya PT. Suri Nusantara Jaya

11. - - PT. Dua Putra Perkasa Pratama -

12. - - PT. Canning CV. Sumber Laut Perkasa

13. - - - PT. Dua Putra Perkasa Pratama

14. - - - PT. Penta Buana Jaya

15. - - - PT. Nuansa Alam Abadi


Lampiran 23.
Hasil Pengujian Kualitas Produk Hewan Tahun 2012.

Daging Daging
Daging Sapi Daging Babi Susu Telur Bakso Sosis Nugget Dendeng Usus
Positif Ayam Domba
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
TPC 136 136 2 2 19 20 37 3 3 3 3
E. Coli 64 68 1 - 9 6 4 - 4 1 1
Coliform 68 68 1 1 33 9 2 1 3 1 -
Salmonella sp. 11 6 1 - - - - - 3 - 1
Staphylococcus sp. 42 52 - 1 10 10 13 - 1 2 -
Formalin 2 3 - - - - - - - - 2

Keterangan :
1. SNI Daging Sapi 3932-2008 : TPC maksimal 1.000.000 cgu/g
2. SNI Daging Ayam 3924-2009 : TPC maksimal 1.000.000 cfu/g
3. SNI Susu Sapi : TPC maksimal 1.000.000 cfu/g
4. SNI Telur : TPC maksimal 100.000 cfu/g
Lampiran 24.
Daftar RPH yang sudah memenuhi Kesrawan

Keterangan/Approve
No. PERUSAHAAN Alamat Perusahaan RPH Alamat RPH
DGLS AQIS
1. PT. Santosa Agrindo Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav. RPH UPTD Pancoran Mas Jln. Caringin No. 83 Kp. Kekupu, Kelurahan Rangkepan
16 Jakarta Selatan (KUPU ?) Jaya,
2. PT. Austasia Stockfeed Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav. Kota Depok - Jawa Barat
16 Jakarta Selatan
3. PT. Santosa Agrindo Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav. RPH Tapos Jln. Raya Tapos, Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos,
16 Jakarta Selatan Kota Depok - Jawa Barat
4. PT. Austasia Stockfeed Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav.
16 Jakarta Selatan
5. PT. Widodo Makmur Ruko Cibubur Indah Blok F. 16 Lapangan
Perkasa Tembak, Jakarta Timur
6. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung
Semesta
7. PT. Pasir Tengah Ds. Cinangsi Kec. Cikalong Kulon, Cianjur

8. PT. Santosa Agrindo Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav. RPH Darmaga Elders Jln. Agatis Lingkar Kampus IPB - Fakultas Peternakan
16 Jakarta Selatan IPB, Bogor
9. PT. Austasia Stockfd Wisma Milenia Lt. 6, Jl. MT. Haryono Kav.
16 Jakarta Selatan
10. PT. Agro Giri Perkasa Jl. Raya Natar No. 257 Rt.05/Rw.02 Dusun I
Natar (II) Desa Natar, Kecamatan Natar -
Lampung Selatan
Keterangan/Approve
No. PERUSAHAAN Alamat Perusahaan RPH Alamat RPH
DGLS AQIS
11. PT. Elders Indonesia Wisma Raharja Lt. 8 TB Simatupang Kav 1,
Cilandak, Jakarta Selatan
12. PT. Agrisatwa Jaya Jl. Komplek Bidex Blok F 16 CBD City
Kencana Tangerang Selatan Banten 15321
13. PT. Lembu Jantan Jl. Wirajati 7 Blok A4 Komp TNI AU
Perkasa Waringin Permai Kel. Cipinang Melayu,
Kec. Makasar, Jakarta 13620
14. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung
Semesta
15. PT . Andini Persada Jl.Ruko Madison Blok B 4 No.23 Cibubur
Sejahtera Timer Square Kel.Jatikarya Kec.Jati
sampurna Bekasi
16. PT. Great Giant Livestock Terbanggi Besar - Lampung Tengah RPH Bubulak Jln. KH. R. Abdullah Bin Nuh, Kelurahan Bubulak,
Kecamatan Bogor Barat, Bogor - Jawa Barat
17. PT . Andini Persada Jl.Ruko Madison Blok B 4 No.23 Cibubur
Sejahtera Timer Square Kel.Jatikarya Kec.Jati
sampurna - Bekasi
18. PT. Great Giant Livestock Terbanggi Besar - Lampung Tengah RPH H. Sidik Jln. Caringin Kp. Kepupu, Kelurahan Rangkapan Jaya,
Kecamatan Pancoran Mas, Depok - Jawa Barat
19. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung
Semesta
20. PT. Great Giant Livestock Terbanggi Besar - Lampung Tengah RPH H. Mamat = TPH Primkopad
_

21. PT. Agro Giri Perkasa Jl. Raya Natar No. 257 Rt.05/Rw.02 Dusun I RPH Bogor Jonggol / PT Jln. SMPN 1 Jonggol Kp. Menan, Desa Sukamaju,
Natar (II) Desa Natar, Kecamatan Natar - Sinar Daging Perdana Kecamatan Jonggol, Bogor - Jawa Barat
Keterangan/Approve
No. PERUSAHAAN Alamat Perusahaan RPH Alamat RPH
DGLS AQIS
Lampung Selatan
22. PT. Widodo Makmur Ruko Cibubur Indah Blok F. 16 Lapangan
Perkasa Tembak, Jakarta Timur
23. PT. Pasir Tengah Ds. Cinangsi Kec. Cikalong Kulon, Cianjur
24. PT. Lembu Jantan Jl. Wirajati 7 Blok A4 Komp TNI AU
Perkasa Waringin Permai Kel. Cipinang Melayu,
Kec. Makasar, Jakarta 13620
25. PT. Andini Karya Gedung Pesona Lt. 2 Suite 216 Jl. Ciputat RPH Cijapati Jl. Raya Cijapati Km 4,5 Kab. Bandung
Makmur Raya No. 20 Kebayoran Lama Utara, Jakarta
Selatan
26. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung UPTD RPH Kota Jln. Letjen Ibrahim Adjie Km 7, Kelurahan Sukamaju
Semesta Tasikmalaya Kaler, Kecamatan Indihiang , Kota Tasikmalaya - Jawa
Barat
27. PT. Citra Agro Buana Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung RPH Padalarang Jln. Komplek Cimareme RT 04/RW 01, Desa Cimareme,
Semesta Kecamatan Ngampah, Kabupaten Bandung Barat - Jawa _
Barat

28. PT. Agrisatwa Jaya Jl. Komplek Bidex Blok F 16 CBD City RPH Sinar Kulon Desa Parung Panjang, Parung Panjang, Bogor
Kencana Tangerang Selatan Banten 15321

29. PT. Agro Giri Perkasa Jl. Raya Natar No. 257 Rt.05/Rw.02 Dusun I RPH Hasindo / Jln. Andini Sakti Km 44, Kp. Cibitung Bojong RT 005 RW
Natar (II) Desa Natar, Kecamatan Natar - PT Husada Sejahtera 002,
Lampung Selatan Indonesia Kelurahan Gandasari, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi -
Jawa Barat
30. PT. Bina Mentari Tunggal Jl. Industri Utama Blok RR 2 F-G Kawasan RPH PT. Bina Mentari Dusun Kaliangsana RT 006 RW 001 Desa Kaliangsana
Industri Jababeka II Desa Pasir Sari Tunggal / KIBIFF Kec.Kalijati, Kab. Subang, Jawa Barat
Keterangan/Approve
No. PERUSAHAAN Alamat Perusahaan RPH Alamat RPH
DGLS AQIS
Cikarang Selatan

31. PT. Sadajiwa Niaga Ruko Kalimalang Square Blok QRS Jl. KH.
Indonesia Nur Ali, RT. 007 RW. 003, Kec. Bekasi
Selatan, Kota Bekasi
32. PT. Rumpinary Agro Jl. Raya Kalimalang Blok E No. 4F Kel.
Industry Duren Sawit, Kec. Duren Sawit, Jakarta
Timur
33. PT. Septia Anugerah Jl. RS Fatmawati Kav 26D Pondok Labu,
Jakarta Selatan
34. PT . Andini Persada Jl.Ruko Madison Blok B 4 No.23 Cibubur
Sejahtera Timer Square Kel.Jatikarya Kec.Jati
sampurna Bekasi
35. PT. Lembu Jantan Jl. Wirajati 7 Blok A4 Komp TNI AU RPH Banjaran Jl. Bale Endah Banjaran Km 12 KP Cinagrek,
Perkasa Waringin Permai Kel. Cipinang Melayu, Desa Pamengpeuk, Banjaran, Jawa Barat
Kec. Makasar, Jakarta 13620
36. PT. Septia Anugerah Jl. RS Fatmawati Kav 26D Pondok Labu, RPH Cibinong Kab. Bogor, Jawa Barat
Jakarta Selatan
Lampiran 25.
Rekap Lalu Lintas Asal Produk Hewan Antar Daerah/Pulau Se-Jawa Barat Tahun 2012

Jumlah Produk Hewan (kg)


Daging
Olahan
Tujuan
Daging Daging Daging Daging Daging Olahan Olahan Olahan Olahan Butter/ Susu (Sosis, Jeroan PAH Olahan Jumlah (kg)
Akhir Yoghurt Susu
Sapi Kambing Ayam Bebek Kalkun Sapi Ayam Bebek Babi Cheese Olahan Bakso, Cold Sapi Lainnya Telur
Cuts &
Nugget)

Jawa Timur 202.100 4.140 - 150 - 69.105 69.470 - 140 82.295 - 128.400 135.900 1.357.789 - - 20.224 2.069.713

Denpasar,
255.410 82.915 - 3.380 2.925 22.275 20.000 50 - 146.975 40.015 7.500 109.910 102.000 - - - 793.355
Bali
Lombok,
61.870 4.950 - - - 34.825 30.540 - - 37.490 - 3.600 13.840 - - - - 187.115
NTB

Yogyakarta - - - - - - - - - - - - - 707.000 - - - 707.000

Medan - - - - - - - - - - - - - 51.000 - - - 51.000

Makasar - - - - - - - - - - - - - 51.000 - - - 51.000

Batam - - 150 - - - - - - - - - - - - - - 150

Total 519.380 92.005 150 3.530 2.925 126.205 120.010 50 140 266.760 40.015 139.500 259.650 2.268.789 - - 20.224 3.859.333

Anda mungkin juga menyukai