Anda di halaman 1dari 169

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB IV
HASIL PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN
A.

PENDAHULUAN
Komoditas padi, jagung dan kedelai tetap menjadi tulang punggung pembangunan sub

sektor tanaman pangan, karena selain berperan penting terhadap ketahanan pangan komoditas
PJK ini juga memberikan andil yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Bagi Provinsi NTB peranan komoditas tanaman pangan khususnya padi, jagung dan kedelai masih
sangat dominan dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Diharapkan
upaya-upaya yang dilakukan pada tahun 2013 dan 2014 ini dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi padi dan jagung khususnya di kabupaten
sumbawa secara efisien dan dinamis.
Kondisi sistem produksi padi, jagung dan kedelai di masa mendatang akan semakin
kompleks karena berbagai kepentingan yang saling berbenturan, dengan alasan rasionalisasi dan
tujuan yang berbeda. Terdapat enam aspek penting yang menonjol yaitu : (1) kemiskinan; (2)
ketahanan pangan; (3) keberlanjutan sistem produksi; (4) mutu lingkungan; (5) konservasi
lahan; dan (6) erosi sumberdaya genetik. Hal-hal tersebut perlu mendapat perhatian dan harus
memperoleh penanganan yang seimbang dalam pembangunan.
Swasembada beras, jagung dan kedelai sebagai salah satu program yang digalakkan
merupakan salah satu perwujudan dari kemadirian pangan serta ketahanan pangan nasional.
Perlu diingat bahwa ketahanan pangan nasional merupakan salah satu bagian dari gerakan
revitalisasi pertanian dan ketahanan pangan nasional merupakan kunci dari ketahanan nasional.
Disinilah strategisnya gerakan peningkatan produksi beras dan kedelai nasional.
Gerakan yang selalu didengungkan, yaitu gerakan P2BN merupakan upaya yang
terkoordinasi untuk membangun sistem pertanian tangguh dengan memasyarakatkan teknologi
serta motivasi baru melalui pendekatan sekolah lapang pengelolaan tanaman dan sumberdaya
terpadu (SL-PTT).
Namun yang terjadi dewasa ini masih jauh dari harapan. Menentukan calon lokasi atau
kelompok dan calon petani begitu lambat. Belum lagi menyiapkan rekening kelompok sampai
transfer dananya. Perlu saudara ketahui bahwa pola SL-PTT tahun 2013 ini berbasis kawasan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 1

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

yang didasarkan pada capaian provitas. Adapun kawasan tersebut adalah : Kawasam
pertumbuhan, perkembangan, dan pemantapan.
Untuk tahun 2013, NTB mendapatkan alokasi SL-PTT kawasan pemantapan padi inbrida
171.000 ha, padi lahan kering 30.000 ha, kawasan pertumbuhan padi inbrida 2000 ha, kawasan
pengembangan padi inbrida 5000 ha dan padi hibrida 7.000 ha.
Kawasan SL-PTT jagung pertumbuhan 2000 ha, pengembangan 7.000 ha, dan pemantapan
5000 ha. Kawasan sl-ptt pertumbuhan kedelai 500 ha, pengembangan model 15.000 ha, dan
pengembangan 60.000 ha. Selain dengan program SL-PTT, pada kesempatan ini juga kita
melakukan suatu gerakan tanam padi dengan melibatkan semua komponen, mulai dari
petani/kelompok tani, petugas, dan aparat dalam hal ini tni ad. Sehingga pada saat ini di tengahtengah kita hadir bapak DANREM dengan semua jajarannya yang telah siap untuk mendukung
program pertanian dalam mencapai target produksi.
Angka produksi tersebut harus ditingkatkan guna mencapai sasaran produksi 2013. Peluang
itu terbuka karena penerapan sl-ptt diharapkan produktivitas tentu akan meningkat. Oleh karena
itu setiap lokasi sl-ptt harus dikawal dengan serius, oleh PPL.
Kontribusi penggunaan benih varietas unggul bermutu dalam meningkatkan produktivitas,
produksi bahkan mutu hasil telah terbukti secara signifikan, antara lain dengan keberhasilan
peningkatan produksi komoditas tanaman pangan yang terjadi selama ini. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa ketersediaan dan pengunaan benih varietas unggul bermutu merupakan suatu
syarat keharusan bagi peningkatan ketahanan pangan nasional disamping penyediaan sarana
produksi lainnya.
Untuk mendukung upaya peningkatan

produktivitas/produksi padi, jagung dan kedelai

serta meringankan beban petani dalam rangka peningkatan penggunaan benih varietas unggul
bermutu terutama pada daerah-daerah yang selama ini belum menggunakannya, maka
pemerintah menyediakan anggaran melalui Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) yang berasal
dari APBN TA. 2013, dalam bentuk Program SL-PTT yang dialokasikan kepada petani,sejak tahun
2008.
Untuk tercapainya keberhasilan pelaksanaan kegiatan Bantuan Langsung Benih Unggul
(BLBU) diperlukan adanya koordinasi dan informasi bagi petugas Kabupaten/Kota dan Provinsi
agar bantuan benih padi, jagung dan kedelai dapat dilaksanakan dengan baik sesuai sasaran dan
tujuan.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 2

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Untuk keberhasilan program yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat melalui
Kementerian Pertanian, maka harus dilakukan upaya yang mendukung upaya Akselerasi
Peningkatan produktivitas Padi melalui pembinaan dan bimbingan teknis lapangan. Demikian pula
untuk sinergisitas kegiatan dengan stake holder terkait maka diperlukan berbagai konsultasi
dengan instansi terkait baik Provinsi, Kabupaten maupun Pusat dalam rangka peningkatan
produktivitas padi.
Swasembada beras lestari adalah salah satu perwujudan dari kemandirian pangan dan
ketahanan pangan nasional yang merupakan salah satu tujuan dari gerakan Revitalisasi Pertanian
Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Ketahanan pangan nasional merupakan kunci dari ketahanan
nasional. Peningkatan produksi beras dan surplus 10 (sepuluh) juta ton dan peningkatan produksi
5% per tahun sampai tahun 2013 nanti perlu diupayakan dalam rangka pemantapan ketersediaan
beras yang bersumber dari produksi dalam negeri.
Mengatasi salah satu tantangan yang dihadapi dalam rangka peningkatan produksi padi di
perlukan upaya-upaya dan terobosan peningkatan produksi padi dengan menerapkan inovasi
teknologi yang lebih produktif dan efisien. Guna sosialisasi ke tingkat petani, diperlukan petugas
yang terampil dan mampu memberikaan bimbingan kepada petani dan penyuluh dalam
menerapkan teknologi budidaya, khususnya PTT.
1.2. Tujuan
a. Meningkatkan koordinasi antara petugas pusat, Provinsi maupun Kabupaten / kota se NTB
dalam upaya pencapaian sasaran tanam MT. 2013/2014 dan MT. 2014 guna pemantapan
sasaran produksi dan produktivitas tahun 2014 untuk komoditas padi, jagung, Umbiumbian dan Kacang-kacangan.
b. Meningkatkan dan memantapkan koordinasi dan sinkronisasi dalam pengembangan
agribisnis padi, jagung Umbi-umbian dan Kacang-kacangan melalui pengelolaan POSKO
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
c. Meningkatkan koordinasi antara petugas Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota serta
instansi terkait dalam rangka kelancaran pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai
d. Meningkatkan

koordinasi

tentang

pelaksanaan

Program

Serealia

dan

KABI

di

Kabupaten/Kota se Provinsi NTB


e. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan wawasan pemandu lapang (PL-II) dalam
rangka pelaksanaan SLP-PTT padi, jagung dan kedelai di Kabupaten/Kota se NTB.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 3

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

f. Menyebarluaskan informasi tekhnologi / cara budidaya yang baik dan benar yang
diperlukan dalam peningkatan produksi padi, jagung umbi-umbian dan kacang-kacangan
sehingga produktivitas dan produksi dapat ditingkatkan.
g. Meningkatkan koordinasi, pembinaan, pengawalan, pendampingan dan MONEV tentang
pelaksanaan SL-PTT Padi, Jagung dan kedelai di Kabupaten/Kota se Provinsi NTB
h. Mengkoordinasikan dan merencanakan sasaran tanam, panen dan produksi padi,
jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar Tahun 2014.
1.3. Sasaran
a. Tercapainya pelaksanaan kegiatan, pemecahan masalah dan upaya-upaya yang
dilakukan dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas padi, jagung dan
Kacang-kacangan dan umbi-umbian di Provinsi NTB Tahun 2013
b. Terselenggaranya koordinasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan peningkatan produksi
dan produktivitas padi,

jagung dan Kacang-kacangan dan umbi-umbian di tingkat

provinsi beserta instansi terkait di tingkat provinsi.


c. Tercapainya kesepakatan dalam pelaksanaan kegiatan, pemecahan masalah dan upayaupaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas kacangkacangan dan umbi-umbian di Provinsi NTB
d. Tercapainya pelaksanaan kegiatan pelatihan Pemandu Lapang ( PL ) II, padi, jagung,
kedelai dan Kacang Tanah untuk petugas dari Kabupaten/ Kota se NTB

e. Tercapainya kesepakatan dalam rangka penyusunan sasaran Tanam, panen, produksi


dan produktivitas Padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi
jalar Provinsi NTB Tahun 2013.

Anggaran Kegiatan Tahun Anggaran 2013


Anggaran kegiatan pada Bidang Produksi Tanaman Pangan bersumber dari dana
dekonsentrasi (APBN) dan dana DPA (APBD). Dana APBN disalurkan melalui Satker Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (03) TA. 2013, sedangkan dana APBD melaui
proyek DPA SKPD Tahun 2013.
Selain kegiatan Program yang bersumber dari dana APBN dan APBD yang langsung
melekat pada Lembar Kerja Provinsi, terdapat juga kegiatan/program teknis yang

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 4

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

merupakan program pokok (rutinitas) yang dilaksanakan secara berkala dalam rangka
mendukung Program dan Kegiatan Peningkatan Produksi Tanaman Pangan.
Tabel. IV-1 Kegiatan Teknis yang bersumber dari dana Dekonsentrasi
(APBN) dan DPA SKPD (APBD I) Bidang Produksi Tanaman
Pangan TA. 2013.
Seksi Pembenihan dan Sarana Produksi
No

URAIAN KEGIATAN

TOTAL
PAGU
( Rp )

A.
1
2
3
4
5
6

DEKOSENTRASI TANAMAN PANGAN:


Penyusunan Laporan Pembinaan dan Monev Bantuan Benih
Sosialisasi Subsidi benih
Pertemuan Pemberdayan Penangkar
Pertemuan Evaluasi Bantuan Benih
Bimbingan Teknis Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan
Penyusunan Database Sarana Pascapanen Tanaman pangan

B
1
2
3
4
5

TUGAS PEMBANTUAN PROVINSI


Pemberdayaan Penangkar Benih Padi ( 1 Unit = 50 Ha )
Pemberdayaan Penangkar Benih Kedelai ( 1 Unit = 25 Ha )
Penyusunan Laporan Pembinaan dan Monev Pemberdayaan Penangkar
Bimbingan Teknis Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan
Bantuan Sarana Pasca panen Tanaman Pangan

2.411.690.000
1.400.000.000
480.000.000
116.690.000
35.000.000
380.000.000

APBD I
Perencanaan Kebutuhan Pupuk
Optimalisasi pemanfaatan alat pasca panen TP
Sinkronisasi Pengawasan pupuk dan Pestisida
Peningkatan kemampuan petugas ke pusat penanganan pasca panen
pembinaan kios saprodi
belanja barang alat mesin pertanian

1.474.499.950
64.312.200
124.940.450
120.662.350
98.729.250
48.355.700
1.017.500.000

JUMLAH

LAPORAN TAHUNAN 2013

557.310.000
163.100.000
156.260.000
60.000.000
117.950.000
40.000.000
20.000.000

8.329.689.900

IV - 5

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel IV-2 Seksi Budidaya Serealia dan AKABI


No

Uraian Kegiatan/Program

PAGU
(Rp)

A APBN
1 Persiapan Pelaksanaan SL-PTT Kedelai
2 Pembinaan, Pengawalan, Monev dan Pelaporan Pelaksanaan SL-PTT dan

36.100.000
319.670.000

Pengembangan AKABI
3 Rapat Evaluasi Kinerja Pelaksanaan SL-PTT dan pengembangan AKABI

10.000.000

TA. 2012 dan TA. 2013


4 Gerakan Pengembangan Kawasan Kedelai

80.000.000

5 Koordinasi Kemitraan Stakeholder AKABI

44.110.000

6 Persiapan Pelaksanaan SL-PTT Serealia

66.100.000

7 Rapat Koordinasi Pelaksanaan SL-PTT Serealia

85.600.000

8 Pembinaan, Pengawalan, Monev dan Pelaporan SL-PTT Serealia


9 Rapat Evaluasi Kinerja Pelaksanaan SL-PTT TA. 2013 dan TA. 2013

102.560.000
85.285.000

10 Rapat Koordinasi Pencapaian Produksi Serealia

93.445.000

11 Pertemuan Pengembangan Kemitraan Jagung

70.000.000

12 Identifikasi Potensi Lahan Kering dan Tadah Hujan

34.000.000

13 Persiapan Pelaksanaan Rapat penyusunan Rancangan Pengembangan

49.760.000

Kawasan Padi dan Jagung Serta Pengembangan Serealia Lainnya TA. 2014
14 Operasional Posko P2BN

72.100.000

15 Rapat Koordinasi Instansi Terkait

87.935.000

16 Rapat Koordinasi Penyusunan Sasaran Produksi Tahun 2014

92.095.000

17 Pengawalan, Monev, dan Pelaporan P2BN

70.610.000

18 Pertemuan Evaluasi Teknis Pelaksanaan P2BN

29.385.000

19 Gerakan Tanam Serempak dan Percepatan Tanam

36.065.000

20 Pemantapan Pelaksanaan P2BN

92.095.000

21 Fasilitasi Kemitraan dan Adopsi Teknologi Serealia Lain

82.180.000

22 Pembinaan Ke Kabupaten/Kota
Jumlah APBN

5.890.000
1.644.985.000

B APBD
1 Pertemuan Masyarakat Agribisnis Jagung
2 Pertemuan Perencanaan Pengembangan TP 2014
Jumlah APBD
Total ( APBN + APBD )

LAPORAN TAHUNAN 2013

1.644.985.000

IV - 6

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel. IV-3 Seksi Perlindungan Tanaman dan Penerapan Teknologi

Pagu dana

No.
Kegiatan
I.

Volume

APBN

PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN DARI


A. GANGGUAN OPT/DPI
Pertemuan Koordinasi
1. Penanganan OPT/DFI
Pengelolaan Data OPT/DFI
2. (Padi, Jagung, Kedelai)
BUDIDAYA SEREALIA
B.
Gerakan Panen Padi di Pulau
1. Lombok
Gerakan Tanam Padi di
2. Pulau Sumbawa
Gerakan panen Jagung di
3. Pulau Lombok
Gerakan Tanam Jagung di
4. Pulau Sumbawa
Gerakan Tanam serempak
5. dan Percepatan Tanam
Pertemuan Evaluasi Gerakan
6. Tanam Panen
II.

(Rp.)

Realisasi Keuangan
(Rp.)

Realisasi
Fisik (%)

665.790.000

558.223.875

83,84

100,00

5 Keg

175.000.000

157.230.975

89,85

100,00

1 Keg

73.750.000

66.525.000

90,20

100,00

1 Keg

101.250.000

90.705.975

89,59

100,00

6 Keg

490.790.000

400.992.900

81,70

100,00

1 kali

94.210.000

62.877.100

66,74

100,00

1 kali

138.295.000

120.995.000

87,49

100,00

1 kali

53.855.000

37.370.000

69,39

100,00

1 kali

76.270.000

62.794.000

82,33

100,00

1 kali

36.065.000

29.165.000

80,87

100,00

1 kali

92.095.000

87.791.800

95,33

100,00

2 Keg
1 Keg

116.425.550

107.835.500

92,62

100,00

56.091.500

48.595.500

86,64

100,00

1 Keg

60.334.050

59.240.000

98,19

100,00

782.215.550

666.059.375

85,15

100,00

APBD
PENINGKATAN PRODUKSI,
PRODUKTIVITAS, DAN MUTU
PRODUK PERKEBUNAN, PRODUK
PERTANIAN

1. Pendataan Faktor Iklim dan


Dampak Perubahan Iklim
2. Pemantauan dan Pembinaan
Pengendalian Serangan OPT
TOTAL

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 7

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

B. REALISASI KEGIATAN
I.

SEKSI BUDIDAYA SEREALIA DAN ANEKA KACANG DAN UMBI

1) Persiapan Koordinasi Stake Holder Komoditas Aneka Kacang dan Umbi Non Kedelai
Pertemuan Persiapan Koordinasi Stake Holder Komoditas Aneka Kacang dan Umbi
Non Kedelai TA. 2013

Propinsi Nusa Tenggara Barat diselenggarakan di Mataram pada

Tanggal 25 s/d 27 April 2013, bertempat di Hotel Lombok Raya Jln. Panca Usaha - Mataram.
Peserta Pertemuan Teknis Pengembangan Kabi di Propinsi Nusa Tenggara Barat
adalah Kepala Dinas yang menangani bidang pertanian Kabupaten/Kota se- NTB, Kasubdin
Produksi, Kasubdin Perencanaan, Kasi pada Subdin Produksi Kabupaten se-NTB
Dari Penyampaian Materi-Materi Tersebut diatas setelah diadakan diskusi dan
pembahasan diantara para peserta pertemuan maka dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain sebagai berikut :
1.

Issu strategis tahun 2013 : Naiknya harga kedelai dunia menjadi

Rp. 4.239/kg.

Sebagian importir akan mengurangi impor dan meningkatkan pembelian dalam negeri
serta meningkatkan kemitraan dengan petani, kondisi ini merupakan Golden Moment
untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.
2.

Langkah operasinal yang ditempuh dalam upaya peningkatan produktivitas adalah :


Identifikasi wilayah, revitaliasi kelompok tani/penguatan kelembagaan, Koordinasi denga
instansi terkait/stake holder, penerapan teknoogi sfesifik lokasi, advokais/perlindungan,
suvervisi dan bimbingan serta monitoring dan evaluasi.

3.

Untuk mencapai sasaran produktivitas dan produksi tahun 2013, maka akan ditempuh
langkah-langkah oprasional antara lain :
a. Koordinasi dengan instansi terkait/stake holder untuk penerapan teknologi anjuran
sesuai spesifik lokasi sebagai hasil dari pelaksanaan dem area kedelai dalam MK.
2013
b. Penguatan kelembagaan kelompok tani untuk mengadopsi teknologi yang telah nyata
memberikan

peningkatan

produktivitas

dan

pendapatan

pada

pelaksanaan

laboraturium lapangan (LL) di Peningkatan Mutu Intensifikasi Padi, pengembangan


agribisnis jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau tahun 2002 2013.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 8

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

c. Perbaikan sistem budidaya


d. Pengendalian hama penyakit dan penaganan pasca panen secara tepat dan benar.
2) Gerakan Pengembangan Kawasan Kedelai
Gerakan Pengembangan Kawasan Kedelai dilaksanakan pada Hari Senin tanggal 1 Juli
2013 di Kelompok Tani Lambe Jungge Desa Bontok Ape Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.
Jumlah peserta gerakan pengembangan kawasan kedelai di Kabupaten Bima sebanyak 150
orang yang berasal dari petani dan petugas.
Gerakan pengembangan kawasan kedelai dihadiri juga oleh narasumber dari Direktorat
Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Tim dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pejabat/petugas dari Kabupaten Bima, Aparat TNI
AD (Korem 162/Wira Bhakti, Kodim 1620 Kabupaten Bima, Koramil, Babinsa di lokasi
kegiatan), serta undangan lainnya dan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan dengan jumlah
keseluruhan lebih kurang sebanyak 250 orang.
Narasumber pada kegiatan gerakan pengembangan kawasan kedelai Tahun 2013 yang
dilaksanakan di Kelompok Tani Lambe Jungge Desa Bontok Ape Kecamatan Bolo Kabupaten
Bima Tahun 2013 yaitu:
1. Wakil Bupati Kabupaten Bima
2. Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi
3. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB
4. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bima
Dari pelaksanaan kegiatan gerakan pengembangan kawasan kedelai di Pulau Lombok dan
mencermati sambutan/pengarahan oleh narasumber dan pejabat daerah serta masukan yang
berkembang dalam diskusi/temu wicara antara petani/masyarakat dengan narasumber dan
pejabat diperoleh hasil dan kesimpulan pelaksanaan gerakan panen padi di Pulau Lombok
sebagai berikut:
1.

Gerakan pengembangan kawasan kedelai telah dilaksanakan pada hari Senin tanggal
1 Juli 2013 di Kelompok Tani Lambe Jungge Desa Bontok Ape Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima yang dihadiri oleh peserta sebanyak 150 orang yang terdiri dari
petani/tokoh masyarakat/petugas dari kabupaten Bima. Selain itu kegiatan gerakan
pengembangan kawasan kedelai di Pulau Lombok juga dihadiri oleh narasumber dari
Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Tim dari Dinas Pertanian Tanaman

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 9

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

pangan dan Hortikultura Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pejabat/petugas dari


Kabupaten Bima, Aparat TNI AD (Korem 162/Wira Bhakti, Kodim 1620 Bima, Koramil,
Babinsa di lokasi kegiatan).
2.

Kegiatan gerakan pengembangan kawasan kedelai secara simbolis dilakukan


penanaman secara bersama-sama oleh bupati, para pejabat dan narasumber, diikuti
oleh penanaman bersama-sama oleh babinsa dan petani/ kelompok tani.

3.

Kebutuhan kedelai meningkat setiap tahunnya, seiring dengan bertambahnya jumlah


penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat akan peningkatan gizi makanan,
berkembangnya industri pangan dan pakan ternak.

4.

Peluang pengembangan kedelai di Nusa Tenggara Barat cukup luas yang didukung
dengan kesesuaian iklim, ketersediaan teknologi tepat guna, besarnya permintaan
dalam negeri serta dukungan program pemerintah.

5.

Pemasaran yang tersedia dan harga di tingkat petani yang menarik merupakan salah
satu faktor utama yang mendorong keinginan dan semangat petani dalam menanam
kedelai, disamping bantuan dari pemerintah daerah dan pusat.

6.

Bahwa panen dan pasca panen merupakan komponen rangkaian usaha tani dalam
upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas yang tidak kalah pentingnya
dari komponen usaha tani lainnya. Penanganan panen dan pasca panen selama ini
pada umumnya masih dihadapkan beberapa kendala yaitu terbatasnya tenaga kerja
sehingga penanganan produksi lamban, belum menyentuhnya peralatan pasca panen
secara modern ke tingkat petani dan sampai saat ini masih bersifat tradisional dari
mulai panen, perontokan sampai proses produksi menggunakan tenaga kerja yang
lebih banyak dan dalam waktu yang lama sehingga dirasakan kurang efektif dan
efisien jika dibanding dengan penggunaan alat modern, sehingga losis kehilangan
hasil pada proses kegiatan tersebut cukup tinggi.

7.

Pelaksanaan gerakan tanam kedelai yang dilakukan secara serempak dan bersamasama akan berdampak positif terhadap percepatan proses produksi dari tanam sampai
panen sehingga dapat memperbaiki pola tanam yang akan berdampak pada tanam
serempak, terjadinya percepatan tanam/panen, tanaman lebih terlindungi dari
gangguan serangan organisme pengganggu tumbuhan.

8.

Harapan dari pemerintah agar alat panen modern yang telah dialokasikan ke Nusa
Tenggara Barat dapat dioperasionalkan dengan baik sehingga dapat berkembang yang

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 10

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

akhirnya dapat membuka lapangan kerja, dipelihara dan dirawat dengan baik agar
tahan lama.
9.

Melalui kegiatan gerakan pengembangan kawasan jagung ini yang dilaksanakan oleh
Kelompok Tani Lambe Jungge Desa Bontok Ape Kecamatan Bolo Kabupaten Bima
diharapkan dapat meningkatkan motivasi masyarakat tani untuk melaksanakan
penanaman kedelai secara serentak dalam areal yang luas sehingga dapat
mengamankan produksi dengan cepat, meningkatkan peran serta berbagai elemen
masyarakat dalam upaya peningkatan produksi padi khususnya dengan melibatkan
aparat TNI, mempromosikan kepada petani dan masyarakat tani tentang penggunaan
peralatan panen secara modern dengan proses kegiatannya secara efektif dan efisien
sehingga dapat memacu petani untuk lebih meningkatkan produksi.

3) Rapat Koordinasi Pelaksanaan SL-PTT Serealia


Pertemuan Koordinasi dan Pengawalan SL-PTT Serealia Tingkat Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran 2013, diselenggarakan di Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Barat,
dengan pelaksanaan sebagai Berikut :
1)

Kota Mataram, tanggal 3 Mei 2013

2)

Lombok Barat, Tanggal 1 Mei 2013

3)

Lombok Utara, Tanggal 2 Mei 2013

4)

Lombok Tengah, tanggal 2 Mei 2013

5)

Lombok Timur, tanggal 1 Mei 2013

6)

Sumbawa, tanggal 26 April 2013

7)

Sumbawa Barat, tanggal 23 April 2013

8)

Dompu , tanggal 26 April 2013

9)

Bima, tanggal 18 April 2013

10) Kota Bima, tanggal 23 April 2013


Peserta Pertemuan Koordinasi

dan Pengawalan SL-PTT

Serealia Tingkat

Kabupaten/Kota Se-Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2013, masing-masing


Kabupaten/Kota diikuti sebanyak 30 orang yang berasal dari unsur-unsur petugas Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota, KCD/KUPT, POPT, PBT, Koordinator Penyuluh/BPP dan
Kelompok tani

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 11

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Sebagai narasumber dalam Pertemuan Koordinasi dan Pengawalan SL-PTT


Serealia se NTB Tahun Anggaran 2013 yaitu : Dinas Pertanian Provinsi NTB; BPTP
Provinsi NTB; Bakorluh Provinsi NTB dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Materi yang dibahas dalam pertemuan tersebut yaitu kebijakan pemerintah
mengenai pengembangan padi dan jagung yang berkaitan dengan peningkatan produksi
dan produktivitas antara lain :
a.

Persiapan pelaksanaan kegiatan SL-PTT padi dan jagung Kabupaten/Kota, evaluasi


permasalahan dan upaya penanggulangan-nya.

b. Evaluasi pengembangan padi dan jagung di Kabupaten/Kota yang menyangkut luas


tanam, luas panen, produksi, produktivitas, pelaksanaan kegiatan, evaluasi
permasalahan dan upaya penanggulangannya
c.

Peranan pendampingan BPTP dalam Program SL-PTT

d.

Peran Penyuluh dalam pelaksanaan SL-PTT

e.

Materi lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka pengembangan padi di NTB.
Setelah mendengar, memperhatikan dan mencermati pengarahan dari kepala

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, Dinas Kabupaten/Kota
dan materi yang disampaikan oleh para narasumber, hasil diskusi yang berkembang
selama pertemuan, diperoleh beberapa rumusan hasil pertemuan sebagai berikut :

a. Kota Mataram
1) Kota Mataram pada tahun 2013 mendapat alokasi BLBU SL-PTT padi non hibrida
seluas 1.500 Ha (60 Unit), sampai saat ini baru menanam seluas 1.025 Ha yang
berasal dari bantuan benih CBN.
2) Dari target tanam total padi seluas 4.600 Ha ( MH 2.450 Ha dan MK 2.150 Ha)
sampai dengan bulan Mei 2013 realisasi tanam total padi di Kota Mataram
mencapai 3.786 Ha atau 82.30 %, masih dibawah angka rata-rata Provinsi
sebesar 100.63 %.
4) Untuk menghadapi musim tanam MK, agar benih padi non hibrida yang di droping
oleh PT. SHS (Persero) agar menggunakan prinsip 6 tepat dan benih segera
didroping sehingga bisa ditanam sesuai dengan jadwal.
5) Untuk penyusunan RUK yang dilakukan oleh kelompok tani agar mendapat
bimbingan dari petugas penyuluh dilapangan dan diasistensi oleh Tim Teknis dari
Kabupaten/Kota

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 12

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

6) Dosis pupuk yang digunakan di dalam petak LL, didasarkan pada dosis
rekomendasi spesipik lokasi dan disesuaikan dengan jumlah dana yang tersedia.
7) Untuk mengamankan ketersediaan pupuk di tingkat lapang diharapkan Tim
Pengawas pupuk, agar terus memantau distribusi peredaran pupuk di tingkat
lapang.
8) Diharapkan agar koordinasi terus dibangun antara Dinas pertanian yang
mempunyai program kegiatan dengan Badan penyuluh yang mempunyai
SDM/Penyuluh
9) Laporan perkembangan pelaksanaan SL-PTT agar dibuat secara benar dan dikirim
tepat waktu

b. Kabupaten Lombok Barat


1)

Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah :


a. Dalam pelaksanaan program SL-PTT di Kota Lombok Barat terlalu banyak
permasalahan yang dihadapi diantaranya droping benih yang selalu terlambat
sehingga banyak petani yang menanam benih sendiri, dan varietas yang
diterima petani tidak sesuai dengan dengan CPCL.
b. Masih adanya keterlambatan pengiriman laporan dari kecamatan sehingga
kabupaten juga terlambat melapor ke provinsi.
c.

Adanya serangan OPT di lapangan khususnya tungro dan kresek, sehingga


diperlukan penanganan yang secepatnya dari Provinsi.

d. Diharapkan kabupaten lebih meningkatkan monitoring sehingga sehingga


pengendalian Stop Spot bisa dilaksanakan dengan baik, dan segera melapor
dan meminta pestisida sesuai yang dibutuhkan.
2)

Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013 mendapat alokasi BLBU SL-PTT padi
non hibrida seluas 14.500 Ha, SL-PTT Padi hibrida 9.00 Ha, SL-PTT Padi Lahan
Kering 900 Ha, sampai saat ini sudah tanam 9.450 Ha dengan benih yang
berasal dari benih CBN dan sebagian menggunakan benih sendiri.

3)

Untuk lebih meningkatkan koordinasi, agar BPS diikut sertakan di dalam rapat
koordinasi semacam ini, sehingga diharapkan BPS mengetahui program
pertanian yang dilakukan sehingga pada saat pengambilan ubinan BPS tidak
keliru

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 13

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

4)

Dari target tanam total padi seluas 30.175 Ha ( MH 17.8605 Ha dan MK 12.310
Ha sampai dengan bulan Mei 2013 realisasi tanam total padi di Lombok Barat
mencapai 29.595 Ha atau 98.08 %, masih dibawah angka rata-rata Provinsi
sebesar 100.63% .

5)

Dana yang tertuang didalam DIPA Kabupaten/Kota hanya digunakan untuk


Pertemuan kelompok dan pembelian Saprodi Pupuk dan tidak termasuk benih

6)

Dalam penyusunan CP/CL diutamakan petani yang belum pernah mendapatkan


BLBU dan lahannya masih memungkinkan untuk ditingkatkan provitasnya

7)

Jenis varietas yang dipilih dan tertuang didalam CP/CL, agar dibetul-betul murni
keinginan petani.

8)

BPTP akan melakukan pendampingan pada SL-PTT sebanyak 60 % dalam


bentuk uji VUB dengan luasan 0,25 Ha, yang benihnya akan diberikan secara
gratis tapi tidak mempunyai dana pembelian saprodi.

9)

Apabila di dalam penyusunan CP/CL, nantinya pada saat pelaksanaan ada


perubahan agar dibuatkan revisi perubahan CP/CL

10) Semua petugas dilapangan seperti PPL, PHP, PBT, Koordinator Penyuluh,
Pimpinan BPP/UPTD dan KCD diharapkan dapat mengawal pelaksanaan SL-PTT
sesuai dengan Tupoksi masing-masing
11) Untuk memperlancar pelaksanaan SL-PTT di Kabupaten Lombok Barat, mohon
posko IV dihidupkan kembali dan didukung dana dari provinsi
12) Juknis pelaksanaan SL-PTT agar dibuat secepatnya dan dibagikan kepada
petugas di tingkat Kecamatan
13) Pengawalan diharapkan bukan hanya pada benih saja melainkan juga pada
teknologinya.
14) Laporan pelaksanaan SL-PTT dari Kabupaten Lombok Barat agar dibuat sesuai
ketentuan yang ada dan dikirim tepat waktu dan menggunakan form yang baru
sesuai dengan juklak.

c. Kabupaten Lombok Utara


1)

Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2013 mendapat alokasi BLBU SL-PTT padi
non hibrida seluas 7.500, SL-PTT Padi Lahan Kering 900 Ha, dan SL-PTT jagung
seluas 450 Ha.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 14

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

2)

Dari target tanam total padi seluas 13.375 Ha ( MH 10.875 Ha dan MK 2.500
Ha) sampai dengan bulan Mei realisasi tanam total padi di Lombok Utara
mencapai 11.109 Ha atau 83.06 %, masih di bawah angka rata-rata Provinsi
sebesar 100.63 %. Sampai saat ini di Kabupaten Lombok Utara belum ada
realisasi tanamSL-PTT jagung.

3)

Penentuan Lokasi SL-PTT adalah :


a. Lahan yang produksinya masih dapat ditingkatkan
b. Diperioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari
bencana kekeringan, banjir dan sengketa
c. Unit SL-PTT diupayakan berada dalam satu hamparan yang strategis dan
mudah dijangkau petani serta dipasang papan pelaksanaan SL-PTT
d. Letak lokasi LL seluas minimal 1 ha, ditempat yang sering dilewati petani
sehingga mudah dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya

4)

Penentuan Calon Petani/Kelompok Tani adalah :


a. Kelompoktani/petani bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan
b. Petaninya aktif dan mau menerima teknologi baru
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT
d. Kelompoktani/petani peserta SL-PTT diutamakan yang belum pernah
menerima bantuan SL-PTT dan BLBU tahun sebelumnya
e. Kelompok Tani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas

5)

Alokasi dana yang ada di DIPA Kabupaten/Kota Tahun 2013, hanya digunakan
untuk pembelian saprodi LL (diluar benih atau tidak termasuk benih).

6)

Jumlah Bantuan Benih SL-PTT : padi non hibrida 25 kg/ha, padi hibrida 10
kg/ha, padi gogo 25 kg/ha,.

7)

Jumlah bantuan pupuk untuk LL adalah Urea, NPK, Pupuk Organik dan lainnya
dengan penggunaan sesuai rekomendasi setempat dan sesuai dengan anggaran
yang tersedia.

8)

BPTP Provinsi NTB akan melakukan pendampingan program SL-PTT dengan


cakupan minimal 60 % dari luasan SL-PTT atau 60 % dari seluruh unit SL-PTT di
Lombok Utara

9)

Diharapkan kepada PT. SHS dalam pendropan benih agar menggunakan prinsip
6 tepat

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 15

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

10) Jika nantinya ada kelompok yang menolak menerima benih karena tidak sesuai
dengan keinginan kelompok maka PT. Pertani PT SHS diharapkan dapat
mengganti sesuai permintaan dalam CP/CL
11) Juknis SL-PTT agar dibuat secepatnya dan segera dibagikan kepada petugas di
tingkat lapang
12) Diharapkan untuk segera mencairkan dana ke rekening kelompok.
13) Benih yang didroping oleh PSO sudah tidak tahan hama penyakit sehingga
banyak serangan ulat grayak, penggerek batang, kresek dan tungro.
14) Dana yang tersedia pada DIPA, yang akan di transfer ke rekening kelompok
digunakan untuk pembelian saprodi di luar benih dan untuk pertemuan
kelompok. Untuk kelancaran pertemuan kelompok sebaiknya dana pertemuan
dinaikkan.
15) RUK disusun oleh petani dengan mendapat bimbingan oleh penyuluh dan di
asistensi oleh Tim Teknis Kecamatan maupun Kabupaten
16) Laporan pelaksanaan SL-PTT dari Kabupaten Lombok Utara agar dibuat sesuai
ketentuan yang ada dan dikirim tepat waktu dan sesuai dengan form yang telah
dikirimkan.

d. Kabupaten Lombok Tengah


Dalam pelaksanaan program SL-PTT di Kabupaten Lombok Tengah terlalu banyak
permasalahan yang dihadapi diantaranya droping benih yang selalu terlambat dan
varietas yang diterima petani masi hada tidak sesuai dengan yang diminta (CPCL).
Realisasi tanam padi sampai bulan April 2013 sudah melebihi target yang telah
ditetapkan, sudah mencapai 82.349 Ha (103%) dari sasaran seluas 79.421 HA
sedangkan jagung baru seluas 1.910 Ha dari target 6.530 Ha.
Realisasi SL-PTT padi non hibrida tahun 2013 sampai bulan April sudah mencapai
9.750 (39%) dari target 25.000 Ha, sebagian petani menggunakan benih sendiri
karena terjadi keterlambatan pendropan benih, sedangkan jagung belum ada
penanaman karena jadwal penanaman pada MH seluas 450 HA.
Terjadi keterlambatan penanaman padi hibrida akibat adanya perubahan alokasi
SL-PTT padi hibrida dari 10 kelompok menjadi 5 kelompok, disamping itu masih
terjadi keterlambatan benih.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 16

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Penyakit Blast merupakan penyakit yang endemis di Lombok Tengah, sehingga


diupayakan benih yang didrop tahan terhadap blast.
Dalam pelaksanaan program SL-PTT ,kesalahan seringkali ditimpakan kepada PPL
bukan pejabat kabupaten atau propinsi. Misalnya droping benih yang terlambat, ,
petani menagih janji kepada PPL dan selalu menyalahkan PPL.
Kabupaten Lombok Tengah mengharapkan adanya alokasi SL-PTT full paket
untuk padi hibrida dan komoditas lain sehingga bisa menjadi contoh bagi petani
sekitarnya.
Adanya perubahan RUK menyebabkan terjadinya keterlambatan pelaksanaan
SL-PTT.
Masukan dan Saran
1.

Diharapkan kepada kabupaten/kota tidak merealisaikan SL-PTT padi hibrida


sebelum adanya revisi DIPA dari Pusat.

2.

Diharapkan bila ada serangan OPT langsung melapor ke Provinsi untuk segera
dikirimkan pestisida yang dibutuhkan sehingga pengendalian Spot Spot bisa
diterapkan dan tidak berpengaruh pada penurunan hasil.

3.

Mohon agar varietas unggul padi yang direkomendasikan di lokasi SL-PTT oleh
BPTP-NTB

bukan hanya varietas baru, melainkan varietas lama yang ternyata

dibutuhkan kembali oleh petani untuk mengatasi OPT.

e. Kabupaten Lombok Timur


1)

Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2013 mendapat alokasi BLBU SL-PTT padi
non hibrida seluas 10.500 Ha, padi lahan kering seluas 1.800 Ha dan jagung
1.050 Ha, dan sampai saat ini sudah 1.854 Ha.

2)

Dari target tanam total padi seluas 64.000 Ha ( MH 51.050 Ha dan MK 12.950
Ha ) sampai dengan bulan Mei 2013 realisasi tanam total padi di Kabupaten
Lombok Timur mencapai 64.397 Ha atau 100.62 %, sudah menyamai angka
rata-rata Provinsi sebesar 100.63 %

3)

Permasalahan

utama

SL-PTT

di

Kabupaten

Lombok

Timur

adalah

keterlambatan benih, apalagi PSO untuk Kabupaten Lombok Timur oleh PT.SHS.
akibatnya sebagian petani menggunakan benih sendiri.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 17

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

4)

Bila terjadi keterlambatan pendropan benih harus dicatat oleh kabupaten/kota


dan bisa dilapor ke Malang 081.1425 297 atau menelpon ke PT.SHS Cabang
NTB.

5)

Realisasi tanam padi sampai bulan April sudah mencapai 60.520 Ha atau
94,56% dari sasaran seluas 64.000 Ha, sedangkan jagung 12.101 HA (57,90 %)
dari sasran seluas 20.900 Ha.

6)

Realisasi tanam Padi non hibrida melalui SL-PTT sampai bulan April 2013 baru
mencapai 1.854 Ha (17,65%) dari sasaran seluas 10.500 HA benih melalui CBN.
SL-PTT jagung belum ada realisasi tanam sampai bulan April ini.

7)

Kabupaten Lombok Timur khususnya Kecamatan Terara endemis blas oleh


Karena itu diharapkan benih yg didropkan yang tahan blast dan diharapkan
petani dan POPT lebih

tanggap terhadap serangan OPT dan meningkatkan

monitoring sehingga bisa dikendalikan secara Stop Spot.


8)

Benih yang didrop masih ada yang belum sesuai permintaan petani.

9)

Diharapkan kepada PT. SHS dalam pendropan benih agar menggunakan prinsip
6 tepat

10) Dana yang tersedia untuk pelaksanaan pertemuan sebanyak 8 kali dan untuk
pembelian saprodi dirasakan masih kurang, untuk dimasa yang akan datang
disarankan untuk bisa ditambah dananya
11) Penyusunan RUK oleh petani berdasarkan bimbingan petugas, agar disesuikan
dengan kondisi spesipik lokasi
12) Pilihan paket teknologi yang akan dilaksanakan di petak LL, tergantung
sepenuhnya kepada kelompok tani dengan bimbingan petugas lapangan
13) Jumlah Bantuan Benih SL-PTT : padi non hibrida 25 kg/ha, padi hibrida 10
kg/ha, padi gogo 25 kg/ha,.
14) BPTP Provinsi NTB akan melakukan pendampingan program SL-PTT dengan
cakupan minimal 60 % dari luasan SL-PTT atau 60 % dari seluruh unit SL-PTT di
Lombok Timur
15) Pencairan dana yang dilakukan oleh petani sesuai dengan RUK yang dibuat, dan
no rekening agar secepatnya di serahkan ke Dinas Pertanian kabupaten
16) Laporan pelaksanaan SL-PTT dari Kabupaten Lombok Timur agar dibuat sesuai
ketentuan yang ada dan dikirim tepat waktu

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 18

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

17) Diharapkan penyuluh lapangan diberikan penyegaran dari BPTP tentang paket
teknologi yang akan diterapkan.

f. Kabupaten Sumbawa
1)

Alokasi SL-PTT tahun 2013 di Kabupaten Sumbawa untuk padi non hibrida
19.400 HA.padi lahan kering seluas 9.000 HA, dan jagung 1.500 Ha. Realisasi
sampai bulan Mei 2013 baru mencapai 2.500 Ha.

2)

Dari target tanam total padi seluas 79.250 Ha (MH 62.029 Ha dan MK 17.221 Ha)
sampai dengan bulan Mei 2013 realisasi tanam total padi di Sumbawa mencapai
79.581 Ha atau 100.42 %, masih dibawah angka rata-rata Provinsi sebesar
100.63 %

3)

Permasalahan yang timbul sejak SL-PTT tahun 2011 terulang lagi tahun 2013,
bahkan tahun 2013 permasalahannya menjadi lebih serius yaitu keterlambatan
droping benih BLBU. Kalau pemegang PSO tidak mampu melaksanakan tugasnya
untuk pengadaan benih mengapa pemerintah tidak menyerahkan pengadaan
benih ke masing-masing kabupaten/kota

4)

Selain terlambat, mutu benih juga kurang bagus ditunjukkan dengan daya
kecambah rendah dan banyak campuran varietas lain (CVL), permasalahan ini
sangat mengecewakan dan merugikan petani, sehingga mereka tidak percaya
lagi dengan keunggulan benih BLBU dari pemegang PSO yang ditunjuk.

5)

Mohon agar hasil kajian BPTP NTB dapat ekspose di tingkat kabupaten/kota,
sehingga informasi teknologi terbaru dapat didiseminasi lebih cepat oleh seluruh
penyuluh.

6)

BPTP-NTB diharapkan melakukan pengujian VUB yang tahan terhadap penyakit


virus tungro karena merupakan penyakit yang paling dominan di Kabupaten
Sumbawa dalam beberapa tahun terakhir dengan menggunakan Tukad Balian
sebagai kontrol ketahanan. Karena Tukad Balian tahan tungro walaupun
produktivitasnya dibawah varietas lain. Jika ada VUB yang memiliki ketahanan
sama dengan Tukad Balian dengan produktivitas yang lebih tinggi, tentu petani
akan memilih VUB tersebut.

7)

Di Kecamatan Empang terjadi pendropan benih jagung yang mempunyai kualitas


rendah daya tumbuh kurang baik bahkan sampai 70%.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 19

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

8)

Para Penyuluh KCD dan petugas lain di lapangan telah berkoordinasi dengan
Bapeluh dan Dinas namun perlu ditingkatkan materi dan SDM nya.

9)

Belanja sosial untuk pembelian saprodi diluar benih dan untuk pertemuan
kelompok, sampai saat ini sedang proses untuk masuk ke rekening kelompok.

10) Untuk PT. SHS yang diberikan kewenangan untuk menyalurkan benih PSO,
diharapkan Pendropan benih BLBU SL-PTT dan BLBU Non SL-PTT agar dilakukan
sesuai dengan jadwal dan jenis varietas yang sudah ditetapkan, jangan sampai
terlambat.
11) Untuk daerah yang sudah terserang penyakit Blast, agar tidak diberi BLBU padi
varietas ciherang kalau bisa varietas yang lain
12) Pada petak LL atau di luar LL disarangkan kalau bisa dilakukan perlakuan benih
(seed tretment) dengan menggunakan insektisida, untuk mencegah hama di
persemaian dan dipertanaman muda
13) Penggunaan pupuk organik di petak LL, di Kabupaten Sumbawa ada yang
dikombinasikan antara yang padat dan yang cair.
14) Pada pelaksanaan SL-PTT tahun 2011 diharapkan ada peningkatan produktivitas
sebesar 0,5 1,25 Kw/ha untuk padi non hibrida dan padi lahan kering, 1,0
1,25 kw/ha untuk padi hibrida
15) BPTP Provinsi NTB akan melakukan pendampingan program SL-PTT dengan
cakupan minimal 60 % dari luasan SL-PTT atau 60 % dari seluruh unit SL-PTT di
NTB,
16) Dalam pendampingan untuk 1 Unit LL seluas 0,25 ha, dimana tiap unit LL akan
mendapat bantuan benih 4 Varietas Unggul Baru (VUB) padi dari Litbang melalui
BPTP Provinsi NTB untuk uji adaptasi sehingga di SL-PTT yang 60 % luasnya
menjadi 1,25 ha
17) Dana yang teredia pada DIPA untuk kegiatan pertemuan kelompok dirasakan
masih kurang untuk melakukan pertemuan, untuk itu perlu ditambah untuk
transport petugas ke lokasi

g. Kabupaten Sumbawa Barat


1)

Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2013 mendapat alokasi BLBU SL-PTT padi
non hibrida seluas 7.500 Ha,padi hibrida seluas 450 Ha dan lahan kering 450 Ha.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 20

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Realisasi tanam SLPTT padi sampai saat ini baru mencapai 5.075 Ha yang
bersumber dari bantuan benih CBN.
2)

Dari target tanam total padi seluas 16.225 Ha sampai dengan bulan Mei realisasi
tanam total padi di Sumbawa Barat mencapai 17.770 Ha atau 109.52 %, diatas
angka rata-rata Provinsi sebesar 100.63 %

3) Realisasi tanam jagung sampai bulan Mei 2013 di Kabupaten Sumbawa Barat
sudah mencapai 5.114 (78.56%) masih dibawah rata-rata provinsi sebesar
107.54%.
4)

Penentuan Lokasi SL-PTT adalah :


a. Lahan yang produksinya masih dapat ditingkatkan
b. Diperioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari
bencana kekeringan, banjir dan sengketa
c. Unit SL-PTT diupayakan berada dalam satu hamparan yang strategis dan
mudah dijangkau petani serta dipasang papan pelaksanaan SL-PTT
d. Letak lokasi LL seluas minimal 1 ha, ditempat yang sering dilewati petani
sehingga mudah dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya

5)

Penentuan Calon Petani/Kelompok Tani adalah :


a. Kelompoktani/petani bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan
b. Petaninya aktif dan mau menerima teknologi baru
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT
d. Kelompoktani/petani

peserta SL-PTT diutamakan yang belum pernah

menerima bantuan SL-PTT dan BLBU tahun sebelumnya


e. Kelompok Tani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas
6)

Dengan adanya fasilitasi SL-PTT tersebut diharapkan pada tahun 2010


produtivitas

padi Non Hibrida meningkat 0,5 1,0 ton/ha, Padi Hibrida

meningkat 2 ton/ha, Padi lahan Kering meningkat 0,5 1,0 ton/ha,


7)

Untuk PT.SHS selaku pemenag tender dalam penyaluran benih, diharapkan


Pendropan benih BLBU SL-PTT dan BLBU Non SL-PTT agar dilakukan sesuai
dengan jadwal dan jenis varietas yang sudah ditetapkan, jangan sampai
terlambat.

8)

Untuk PT. SHS sebagai penyalur Benih BLBU, diharapkan dapat mengakomodir
benih yang di produksi oleh penangkar setempat.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 21

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

9)

Jumlah Bantuan Benih SL-PTT : padi non hibrida 25 kg/ha, padi hibrida 10 kg/ha,
padi gogo 25 kg/ha, jagung hibrida 15 kg/ha.

10) Jumlah bantuan pupuk untuk LL adalah Urea, NPK, Pupuk Organik dan lainnya
dengan penggunaan sesuai rekomendasi setempat dan sesuai dengan anggaran
yang tersedia.
11) BPTP Provinsi NTB akan melakukan pendampingan program SL-PTT dengan
cakupan minimal 60 % dari luasan SL-PTT atau 60 % dari seluruh unit SL-PTT di
NTB.
12) Laporan pelaksanaan SL-PTT dari Kabupaten Sumbawa Barat diharap dibuat dan
dikirim tepat waktu sesuai dengan form terbaru yang ada dalam pedum.
13) Hendaknya Posko P2BN di aktifkan sampai tingkat desa.
h. Kabupaten Dompu
1)

Kabupaten Dompu pada tahun 2013 mendapat alokasi BLBU SL-PTT padi non
hibrida seluas 14.400 Ha, sampai saat ini sudah tanam seluas 1.750 Ha benihnya
berasal dari benih CBN.

2)

Melalui program SL-PTT secara nyata dapat meningkatkan produksi sehingga


perlu terus dikembangkan.

3)

Dari target tanam total padi seluas 36.744 Ha ( MH 29.685 Ha dan MK 7.059 Ha )
sampai dengan bulan Mei 2013 realisasi tanam total padi di Kabupaten Dompu
mencapai 34.786 Ha atau 94.67 %, masih dibawah angka rata-rata Provinsi
sebesar 100.63 % .Sedangkan realisasi tanam jagung sampai saat ini sudah
mencapai 27.465 Ha 174.33 % (diatas angka rata-rata provinsi sebesar
107.54%)

4)

Jumlah bantuan pupuk untuk LL adalah Urea, NPK, Pupuk Organik dan lainnya
dengan penggunaan sesuai rekomendasi setempat dan sesuai dengan anggaran
yang tersedia

5)

BPTP Provinsi NTB akan melakukan pendampingan program SL-PTT dengan


cakupan minimal 60 % dari luasan SL-PTT atau 60 % dari seluruh unit SL-PTT di
NTB,

6)

Data menunjukkan persediaan pupuk bersubsidi dilapangan cukup aman,. Untuk


diharapkan Tim pengawas pupuk dan pestisida dapat turun kelapangan untuk
memonetor penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat lapang.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 22

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

7)

SL-PTT dan BLBU dirasakan sangat bermanfaat didalam meningkatkan produksi


dan produktivitas, untuk itu diharapkan dapat terus dilanjutkan dan arealnya di
perluas

8)

Laporan pelaksanaan SL-PTT dari Kabupaten Dompu diharap dibuat dan dikirim
tepat waktu.

9)

disarankan dalam pelaksanaan SL-PTT perlu adanya pilihan varietas dan


diusulkan pembelian saprodi berlaku juga untuk SL.

10) Kabupaten mohon diberikan alat untuk mengubin, Ph meter, BWD dan
penangkap serangga, PUTS
11) Koordinasi sudah berjalan dengan baik
12) Ketersediaan pupuk untyk Msusim Hujan kemungkinan kurang, karena sampai
saat ini sudah terealisasi 67 %, kelangkaan pupuk terjadi disebabkan di tingkat
distributor tidak bisa ditebus.
13) Untuk mengawal tercapainya sasaran produksi padi diharapkan adanya
peningkatan kemampuan dan ketrampilan PPL dan setiap PPL dibekali dengan
buku pintar.
14) Diupayakan posko P2BN diaktifkan sampai tingkat desa.

i. Kabupaten Bima
1) Kabupaten Bima pada tahun 2013 mendapat alokasi BLBU SL-PTT padi non hibrida
seluas 15.000 Ha, padi hibrida seluas 450 Ha, padi lahan kering 9.000 ha sampai
saat ini sudah menanam seluas 2.475 Ha, sebagian berasaldari

benih bantuan

CBN.
2) Dari total alokasi padi seluas 64.098 Ha sudah terealisasi seluas 64.983 (101.38%),
sedangkan jagung sudah mencapai 17.940 (147.05%) dari target seluas 12.200
Ha, sudah diatas rata-rata provinsi sebesar 107.54%.
3) Penentuan Lokasi SL-PTT adalah :
a. Lahan yang produksinya masih dapat ditingkatkan
b. Diperioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana
kekeringan, banjir dan sengketa
c. Unit SL-PTT diupayakan berada dalam satu hamparan yang strategis dan mudah
dijangkau petani serta dipasang papan pelaksanaan SL-PTT

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 23

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

d. Letak lokasi LL seluas minimal 1 ha, ditempat yang sering dilewati petani
sehingga mudah dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya.
4) Masih terjadi keterlambatan pendropan benih seperti tahun lalu, sehingga petani
menyemai sendiri( sebagian menggunakan benih sendiri).
5) Penentuan Calon Petani/Kelompok Tani adalah :
a. Kelompoktani/petani bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan
b. Petaninya aktif dan mau menerima teknologi baru
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT
d. Kelompoktani/petani peserta SL-PTT diutamakan yang belum pernah menerima
bantuan SL-PTT dan BLBU tahun sebelumnya
e. Kelompok Tani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas
6) Penyerapan dana bansos masih rendah sehingga diupayakan percepatan transper
danan untuk padi hibrida.
7) Pencapaian produksi padi optimis bisa dicapai, karena bulan april dianggap sudah
tutup tanam.
8) Ada di beberapa tempat seperti di Palibelo, mantis tidak pernah mengambil ubinan,
padahal provitas padi bisa mencapai 7-8 ton/ha.
9) Untuk PT SHS dalam mendroping benih agar menggunakan prinsip enam tepat,
dan tidak ada kata terlambat.
10) Hasil pantauan dilapangan kondisi pertanaman dilapangan baik, namun masih
ditemukan serangan tungro.
11) Agar pelaksanaan penyaluran pupuk di tingkat lapang berjalan lancar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka untuk itu Tim pengawas pupuk tetap
memantau pendistribusian pupuk
12) Terkait pelaksanaan SL-PTT di Kabupaten Bima, telah dilakukan koordinasi dengan
petugas lapangan seperti KCD, PPL, POPT, PBT, dengan PT. SHS (Persero) untuk
merencanakan/menjadwalkan pendropan benih
13) Diharapkan nantinya pencairan anggaran ke rekening kelompok bisa dipercepat,
sehingga pelaksanaan SL-PTT bisa sesuai dengan jadwal tanam yang ada
dilapangan
14) Agar pelaksanaan SL-PTT dapat berjalan dengan baik, maka pedoman teknis agar
segera dibuat dan dibagikan ke petugas di tingkat lapang

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 24

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

15) Hendaknya laporan SL-PTT dilaporkan setiap bulan secara kontinyu.


16) Pembelian urea masih harus disyaratkan untuk membeli NPK pelangi.
17) Diharapkan adanya bantuan alat ubinan sehingga provitas dapat diukur dengan
tepat.

j. Kota Bima
1) Kota Bima pada tahun 2013 mendapat alokasi BLBU SL-PTT padi non hibrida seluas
2.500 Ha , dan padi lahan kering 900 Ha. Realisasi tanam sampai saat ini 125 Ha,
benih bersumbaer dari benih CBN.
2) Keterlambatan pendropan benih masih terulang seperti tahun lalu.
3) Dari target tanam total padi seluas 7.300 Ha sampai dengan bulan Mei 2013
realisasi tanam total padi di Kota Bima mencapai 6.518 Ha atau 89.29 %, dibawah
angka rata-rata Provinsi sebesar 100.63 % . Realisasi tnam jagung sampaisaat ini
sudah mencapai 1.405 Ha dari target seluas 1.510 Ha, masih dibawah rata-rata
provinsi sebesar 107.54%.
4) Jumlah Bantuan Benih SL-PTT : padi non hibrida 25 kg/ha, padi hibrida 10 kg/ha,
padi gogo 25 kg/ha, jagung hibrida 15 kg/ha, kedelai 40 kg/ha dan kacang tanah
120 kg kg polong kering/ha.
5) Jumlah bantuan pupuk untuk LL adalah Urea, NPK, Pupuk Organik dan lainnya
dengan penggunaan sesuai rekomendasi setempat dan sesuai dengan anggaran
yang tersedia
6) BPTP Provinsi NTB akan melakukan pendampingan program SL-PTT dengan 40-50
% dari luasan SL-PTT di NTB,
7) Peran penyuluh dalam mendukung peningkatan produktivitas tanaman pangan
a. Pendamping pelaku utama dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman
pangan melalui SL-PTT, BLBU dan CBN, sejak dari persiapan sampai dengan
pemasaran
b. Komunikator percepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pelaku utama
dalam meningkatkan produktivitas usahataninya
c. Memfasilitasi aktivitas pelaku utama dalam rangka Kajian Kebutuhan dan
Peluang (KKP), penentuan CP/CL, penyusunan RDKK, dalam kegiatan SL/LL
serta Monev dan Pelaporan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 25

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

d. Menumbuhkembangkan semangat serta unjuk kerja pelaku utama didalam


mencapai target peningkatan produktivitas yang berdayasaing baik mutu
maupun produksinya
e. Meningkatkan aksesbilitas pelaku utama kegiatan pertanian tanaman pangan
terhadap stake holder (perbankan, Lembaga Pemerintah, BUMN maupun
Swasta yang terkait
8) Untuk pelaksanaan SL-PTT, diharapkan semua petugas dilapangan harus
mengawal sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
9) Laporan pelaksanaan kegiatan SL-PTT nantinya agar dibuat dibuat sesuai
ketentuan yang ada.
Kesimpulan dari pelaksanaan Rapat Koordinasi di 10 Kabupaten/Kota adalah
sebagai berikut :
Pembangunan pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan merupakan suatu
keharusan, karena kita sadari bahwa sebagian besar penduduk kita merupakan
petani. Oleh karena itu mandiri pangan merupakan suatu keharusan yang tidak
ada tawar menawar lagi, target-target yang telah ditetapkan bersama perlu
dijabarkan lebih operasional, dan selama ini melalui program SL-PTT secara
nyata mampu meningkatkan produksi tanaman pangan.
Strategi Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013 dilakukan melalui :
a.

Peningkatan Produktivitas

b.

Perluasan Areal Tanamndan Optimasi Lahan

c.

Penurunan Konsumsi Beras danPengembangan diversifkasi PAngan

d.

Peningkatan Management

Upaya peningkatan produksi padi di Provinsi NTB yang terfokus pada penerapan
SL-PTT tahun 2013 untuk padi non hibrida seluas 117.800 Ha, padi hibrida seluas
4.500 Ha, padi gogo seluas 30.000 Ha, SL-PTT Full paket padi non hibrida
spesifik lokasi seluas 1.200 Hadan peningkatan IP seluas 1.000 Ha dan padi
hibrida spesifik lokasi seluas 500 Ha.
Sekenario Peningkatan produksi tahun 2013 selain didukung melalui pelaksanaan
BLBU SL-PTT, APBN-P dan CBN, penyediaan pupuk bersubsidi dan pupuk
berbantuan, bantuan alsintan serta bantuan pestisida bila terjadi eksplosif OPT

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 26

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Agar tindak lanjut kesepakatan pencapaian sasaran produksi tanaman pangan


tahun 2013, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten telah menyusun skenario
pencapaian produksi tanaman pangan tahun 2013 tingkat provinsi dan kabupaten
sebagai bentuk komitmen Provinsi dan Kabupaten
Sasaran produksi padi tahun 2013 diharapkan mencapai 2.106.940 ton.
Selain kegiatan SL-PTT, fasilitasi lainnya untuk mendukung pencapaian produksi
tanaman pangan tahun 2013 adalah Cadangan Beras Nasional (CBN),
peningkatan subsidi pupuk dan pemberian bantuan alsin serta perbaikan regulasi.
Dengan adanya fasilitasi SL-PTT tersebut diharapkan pada tahun 2013
produtivitas

padi Non Hibrida meningkat 0,5 1,0 ton/ha, Padi Hibrida

meningkat 1,0 1,25 ton/ha, Padi lahan Kering meningkat 0,5 1,0 ton/ha,
Untuk mendukung produksi tahun 2013 selain melalui bantuan benih juga melalui
Subsidi pupuk, bantuan peralatan traktor, corn seler, pompa air dan lain-lain
Untuk lebih terarahnya sasaran SL-PTT/bantuan benih kepada kelompok tani,
maka diharapkan semua Kabupaten/Kota membuat peta produktivitas komoditas
tanaman pangan setiap Desa/Kecamatan.
Penentuan Lokasi SL-PTT adalah :
a.

Lahan yang produksinya masih dapat ditingkatkan

b.

Diperioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari


bencana kekeringan, banjir dan sengketa

c.

Unit SL-PTT diupayakan berada dalam satu hamparan yang strategis dan
mudah dijangkau petani serta dipasang papan pelaksanaan SL-PTT

d.

Letak lokasi LL seluas minimal 1 ha, ditempat yang sering dilewati petani
sehingga mudah dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya

Penentuan Calon Petani/Kelompok Tani adalah :


a.

Kelompoktani/petani bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan

b.

Petaninya aktif dan mau menerima teknologi baru

c.

Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT

d.

Kelompoktani/petani peserta SL-PTT diutamakan yang belum pernah


menerima bantuan SL-PTT dan BLBU tahun sebelumnya

e.

Kelompok Tani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 27

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Alokasi dana yang ada di DIPA Kabupaten/Kota Tahun 2011, hanya digunakan
untuk pembelian saprodi LL (diluar benih atau tidak termasuk benih), pertemuan
kelompok dan pelatihan Pemandu lapang
Jumlah Bantuan Benih SL-PTT : padi non hibrida 25 kg/ha, padi hibrida 10 kg/ha,
padi gogo 25 kg/ha,
Jumlah bantuan pupuk untuk LL adalah Urea, NPK, Pupuk Organik dan lainnya
dengan penggunaan sesuai rekomendasi setempat dan sesuai dengan anggaran
yang tersedia dengan menyusun RUK
Untuk mendorong pencapaian sasaran produksi tahun 2013 disepakati untuk
melakukan percepatan realisasi kegiatan dengan langkah tindak lanjut sebagai
berikut :
a.

Percepatan penyusunan data CP/CL BLBU SL-PTT dan pengusulan CBN oleh
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk mengatasi ketelambatan pendropan
benih dari PSO.

b.

Percepatan verifikasi data CP/CL BLBU SL-PTT dan BLBU Non SL-PTT serta
CBN oleh Dinas Pertanian Provinsi, sesuai dengan yang telah diajukan oleh
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

c.

Percepatan realisasi verifikasi dan penyaluran benih CBN sesuai dengan


surat tugas Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang telah diterbitkan dan
BLBU oleh PT. Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero) sesuai
dengan CP/CL yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota yang disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi

Realisasi tanam total padi tahun 2011 di NTB sampai bulan Mei 2013, yaitu
mencapai 397.692 ha atau 100.63 % dari sasaran seluas 395.188 ha.
Permasalahan persiapan pelaksanaan SL-PTT tahun 2013, antara lain sebagai
berikut
a.

Masih adanya keterlambatan dalam menentukan CP/CL, pembukaan


rekening di bank, dll

b.

SDM yang ada di Kabupaten/Kota dalam mendukung administrasi masih


terbatas

c.

Masih lemahnya koordinasi di berbagai tindakan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 28

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Upaya pemantapanan pencapaian produksi tahun 2013 beberapa hal yang bisa
dilakukan melalui :
a.

Penyediaan sarana produksi khususnya benih dan pupuk secara tepat,


termasuk percepatan penyaluran bantuan langsung benih unggul ( BLBU )

b.

Mengamankan dari serangan OPT dan dampak fenomena iklim ( utamanya


kekeringan )

c.

Meningkatkan kemitraan dengan stake holder pada areal SL-PTT

d.

Mengoptimalkan penggunaan peralatan pasca panen seperti terpal, sabit


bergerigi, thresher, dryer dan silo dalam upaya menekan kehilangan hasil
(losses)

e.

Meningkatkan pendampingan/pengawalan khususnya pada areal SL

f.

Meningkatkan

supervisi,

bimbingan

dan

rapat-rapat

koordinasi

dan

pelaporan
g.

Diharapkan daerah menyiapkan dukungan pengganggaran.

Peran penyuluh dalam mendukung peningkatan produktivitas tanaman pangan


a.

Pendamping pelaku utama dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman


pangan melalui SL-PTT, BLBU dan CBN, sejak dari persiapan sampai dengan
pemasaran

b.

Komunikator percepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pelaku utama


dalam meningkatkan produktivitas usahataninya

c.

Memfasilitasi aktivitas pelaku utama dalam rangka Kajian Kebutuhan dan


Peluang (KKP), penentuan CP/CL, penyusunan RDKK, dalam kegiatan SL/LL
serta Monev dan Pelaporan

d.

Menumbuhkembangkan semangat serta unjuk kerja pelaku utama didalam


mencapai target peningkatan produktivitas yang berdaya saing baik mutu
maupun produksinya

e.

Meningkatkan aksesbilitas pelaku utama kegiatan pertanian tanaman pangan


terhadap stake holder (perbankan, Lembaga Pemerintah, BUMN maupun
Swasta yang terkait)

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 29

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

a.

Monitoring dilaksanakan secara periodik dari persiapan sampai dengan


panen yang meliputi perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang dicapai
dan lain-lain

b.

Evaluasi dilaksanakan setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-PTT


selesai dilaksanakan, meliputi 1) Komponen kegiatan pelaksanaan SL-PTT, 2)
Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas
dilokasi SL-PTT dan LL dan 4) Penerapan komponen teknologi PTT yang
digunakan

Dalam upaya pencapaian sasaran produksi P2BN posko P2 BN diaktifkan sampai


tingkat desa.
4) Rapat Evaluasi Kinerja Pelaksanaan SL-PTT TA. 2012 dan TA. 2013
Rapat Pertemuan Evaluasi Kinerja Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2012 dan Tahun 2013
dilaksanakan di Hotel Lombok Raya selama 3 (tiga) hari dari tanggal 15 - 17 Mei 2013.
Peserta pertemuan terdiri dari Kepala Bidang yang menangani produksi Tanaman yang
menangani SL-PTT, Kasi Budidaya Tanaman Pangan yang menangani SL-PTT, Kepala
Bapelluh kabupaten/kota se-Nusa Tenggara Barat masing-masing 1 orang.
Setelah mendengar, memperhatikan dan mencermati pengarahan dari kepala Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, Dinas Kabupaten/Kota dan
materi yang disampaikan oleh para narasumber, baik nara sumber pusat dan daerah, hasil
diskusi yang berkembang selama pertemuan, diperoleh beberapa rumusan hasil
pertemuan sebagai berikut :
1.

Kunci keberhasilan dalam penerapan PTT adalah ketepatan penetapan CPCL,


ketepatan pemilihan paket teknologi, penerapan paket teknologi spesifik lokasi
rekomendasi, peran aktif petani, pengawalan dan pendampingan oleh petugas
pemandu lapangan dan dukungan steakholder.

2.

Tahun 2013 pelaksanaan SL-PTT berdasarkan kawasan yang bagi dalam beberapa
criteria yaitu kawasan pertumbuhan : apabila rata-rata produksi dibawah rata-rata
provinsi, kawasan pengembangan : apabila provitas sama dengan rata-rata provinsi
atau Nasional dan kawasan pemantapan: apabila provitas lebih tinggi dibanding
provitas provinsi.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 30

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

3.

Realisasi bansos sampai bulan Mei 2013 masih rendah, oleh karena itu diharapkan
adanya percepatan realisasi bansos, laporan realisasi bansos dengan melampirkan
SP2D/SPM.

4.
5.

Pengawalan SL-PTT tahun 2013 melibatkan TNI dan petugas dinas.


Pencapaian sasaran tanam dan panen SL-PTT padi non hibrida tahun 2012 mencapai
100% (117.800 Ha) dengan provitas di luar Kabupaten Lombok Barat rata-rata 60,77
Ku/ha dan LL provitas 65,93 Ku/Ha. Untuk komoditi padi hibrida luas tanam panen
100 % dengan provitas rata-rata 42,90 Ku/Ha dengan LL 76,76 Ku/Ha, padi lahan
kering lahan kering tanam panen 100% (31.000 Ha) dengan produktivitas 42,93
Ku/Ha dan LL 47,26 Ku/Ha, komoditi kedelai realisasi tanam panen mencapai 98,5%
% (32.520 Ha) dari target seluas 33.020 Ha, dengan produktivitas 13,01 Ku/Ha, LL
mencapai 13,98 Ku/Ha sedangkan jagung tanam panen mencapai 100% (6.000 Ha)
dengan provitas 69,31Ku/Ha dan LL produktivitas 13,98 Ku/Ha di luar kabupaten
Lombok Barat (samapi saat ini belum ada laporan).

6.

Realisasi pelaksanaan SL-PTT 2013 sampai bulan minggu II bulan Mei relatif kecil,
realisasi padi non hibrida kawasan pertumbuhan sudah mencapai 1.375 Ha (68,75%)
dari target seluas 2.000 Ha, padi non hibrida kawasan pengembangan realisasi tanam
baru 2.00 Ha (40%) dari target seluas 5.000 Ha, pemantapan padi inbrida baru
mencapai 42.797 HA (25%) dari target seluas 171.000 Ha, pengembangan demfarm
padi hibrida realisasi tanam baru 1.000 Ha (14,29%) dari target seluas 7.000 Ha,
pemantapan Lahan Kering belum ada tanam karena kebanyakan ditanam pada MH,
pengembangan jagung hibrida tanam 2.000 Ha (28,57%) dari target seluas 7.000 Ha,
dan pemantapan jagung hibrida baru mencapi 803 HA (16%) dari target seluas 5.000
Ha.

Kedelai kawasan pengembangan sudah mencapai 13.290 HA (22,15%) dari

target seluas 60.000 Ha dan pengembanagn kedelai model tanam baru emncapai
17,98% (2.697 Ha) dari target seluas 15.000 Ha.
7.

CPCL untuk komoditas kedelai belum selesai/belum lengkap dari kabupaten/kota


pelaksana kegiatan.

8.

Permasalahan umum dalam pelaksanaan SL-PTT adalah :


a. Masih ada sebagian kabupaten/kota yang belum membuat juknis dan belum
dibagikan ke petugas lapangan.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 31

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

b. Tahun 2012 Penyaluran benih masih terlambat dan varietas benih masih ada yang
belum sesuai dengan permintaan petani.
c. Sampai saat ini belum ada kejelasan kebijakan subsidi benih, sehingga petani
menunggu, bila menggunakan benih sendiri untuk sebagian varietas ketersediaan
masih terbatas di daerah.
d. Masih kurangnya pemahaman petugas lapangan mengenai konsep SL-PTT
berdasarkan kawasan.
e. CPCL dan SK Kadis Kabupaten/kota masih ada yang terlambat, dan masih sering
revisi.
f. Kebijakan subsidi benih belum jelas.
g. Ketersediaan Varietas padi, jagung dan kedelai di sebagian kabupaten masih
terbatas sehingga terjadi keterlambatan tanam.
h. Masalah ketersediaaan benih untuk kedelai tahun 2013 adalah beberapa daerah
pengembangan kedelai agak mengalmai kesulitan mendapatkan benih varietas
unggul bermasalah, benih terlambat tidak sesuai dengan waktu tanam, kuantitas
kebutuhan benih tidak terpenuhi, kualitas benih kurang bagus dan varietas yang
tidak sesuai dengan kehendak petani sehingga dibutuhkan upaya khusus
penyediaan benih kedelai.
i. Pembinaan belum optimal
j. Laporan

dari kecamatan dan kabupaten belum kontinyu, seperti di Kabupaten

Lombok Barat sampai saat ini belum emlaporkan kegiatan 2012 dan 2013.
k. Koordinasi petugas dinas dan bakorluh belum padu
l. Dukungan APBD belum optimal
m. Masih kurang pembinaan setelah program selesai.
9.

Masalah teknnologi yang dihadapi dalam penerapan SL-PTT adalah :


a. Pemilihan teknologi budidaya yang dilaksanakan belum sepenuhnya spesifik lokasi
b. Varietas yang digunakan hanya berdasarkan kebiasaan petani sehingga perlu
pergantian varietas untuk mengurangi serangan OPT.
c. Kemampuan keuangan petani yang tidak sama, sehingga penerapan paket
teknologi bervariasi antar petani.
d. Pemahaman

tentang

maksud

dan

tujuan

SL-PTT

oleh

aparat

tingkat

Kabupaten/kecamatan masih beragam.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 32

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

10. Upaya yang perlu dilakukan :


a. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis disesuaikan dengan kondisi
masing-masing daerah.
b. Merancang peningkatan produktivitas di lokasi SL-PTT termasuk konstribusinya
terhadap peningkatan produksi.
c. Menyusun rencana tanam SL-PTT maksimal pertanaman dilaksanakan seluruhnya
sampai Bulan September 2013.
d. Diharapkan untuk segera mentransfer bantuan sosial ke rekening kelompoktani.
e. Segera melaksanakan pertanaman di lokasi sesuai jadwal tanam yang telah
disusun, tidak perlu menunggu kebijakan subsidi benih, bisa menggunakan benih
dari swadaya petani atau sumber lain, khusus untuk kedelai bisa menggunakan
benih tidak bersertifikat asalkan asal usul benih sudah jelas.
f. Menyusun Rencana Usaha Kelompok (RUK) sesuai dengan kebutuhan petani di
wilayah masing-masing.
g. Menyelesaikan Rekening Kelompok Tani Pelaksana SL-PTT.
h. Meningkatkan pendampingan dan pengawalan SL-PTT
i. Melakukan

evaluasi

pelaksanaan

pencapaian

sasaran

tanam,

panen

dan

produktivitas.
11. Indikator keberhasilan SL-PTT adalah penerapan budidaya yang baik dan benar,
peningkatan produktivitas dan keberlanjutan dan reflikasi sedangkan indikator
keberhasilan SL-PHT adalah penerapan budidaya sesuai kondisi agroekosistem,
menurunnya luas serangan OPT dan DFI, meningkatkan produktivitas dan kualitas
hasil usaha tani dan keberlanjutan dan reflikasi.
12. Dalam penyusunan RUK hendaknya disesuaikan dengan kondisi wilayah masingmasing.
13. Bantuan benih diarahkan untuk mengganti varietas baru yang memiliki potensi hasil
lebih tinggi dan peningkatan pendampingan dan pengawalan ditingkatkan.
14. Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat yang dibarengi dengan penerapan
teknologi yang tepat secara signifikan mampu memberikan kontribusi dalam
peningkatan produktivitas.
15. Stock padi sampai April 2013 : 436.719 ton, sedangkan kedelai terbatas hanya ada di
Kabupaten Lombok Timur dan Dompu, sedangkan realisasi penyaluran padi sampai

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 33

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

April 2013 506.910 ton dan masih ada stock 2.790,187 ton, jagung tersalur 128,185
ton stock 67,42 ton dan kedelai tersalur 143,40 dan stock 30,640 ton.
16. Untuk memenuhi kebutuhan benih bersubsidi, pengadaan benih untuk SLPTT perlu
dibenahi dengan menekankan pada pengembangan penangkar lokal sehingga bisa
menghasilkan benih-benih sesuai spesifik lokasi.
17. Bentuk kegiatan pendampingan BPTP dalam mendukung kegiatan SL-PTT adalah
menyediakan paket teknologi, penyediaan kalender tanam, penyediaan rekomendasi
varietas unggul spesifik lokasi (berbasisi kecamatan), rekomendasi pemupukan dll.
18. Komponen PTT perlu spesifik lokasi. Dalam hal ini BPTP perlu merumuskan
komponen yang spesifik lokasi. Komponen SLPTT juga perlu disesuaikan dengan
tingkat kemampuan adopsi terhadap teknologi baru (disebut Location Quotion).
Komponen SLPTT perlu lebih disederhanakan pada daerah dengan Location Quotion
yang rendah dan secara gradual di tingkatkan.
19. Peran penyuluh dalam mendukung pelaksanaan SL-PTT adalah:
a. Pendamping pelaku utama dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman
pangan melalui SL-PTT, BLBU dan CBN, sejak dari persiapan sampai dengan
pemasaran
b. Komunikator percepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pelaku utama
dalam meningkatkan produktivitas usahataninya
c. Memfasilitasi aktivitas pelaku utama dalam rangka Kajian Kebutuhan dan Peluang
(KKP), penentuan CP/CL, penyusunan RDKK, dalam kegiatan SL/LL serta Monev
dan Pelaporan
d. Menumbuhkembangkan semangat serta unjuk kerja pelaku utama didalam
mencapai target peningkatan produktivitas yang berdaya saing baik mutu
maupun produksinya
e.

Meningkatkan aksesbilitas pelaku utama kegiatan pertanian tanaman pangan


terhadap stake holder (perbankan, Lembaga Pemerintah, BUMN maupun Swasta
yang terkait).

16. Evaluasi tugas penyuluh di desa sesuai PERMENTAN 45/2011 adalah :


a.

Mendampingi petani dalam menyusun RDKK dan RDK

b.

Membimbing penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pola tanam dan
pola usahatani

c.

Memfasilitasi petani dalam mengakses sarana produksi, permodalan dan


informasi pasar.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 34

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

d.

Mengidentifikasi teknologi spesifik lokasi yang dibutuhkan petani untuk disalurkan


kepada peneliti pendamping.

e.

Melaksanakan

rembug

desa

di

posluhdes

dalam

rangka menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi petani di lokasi SL-PTT


f.

Menfasilitasi para petani untuk menumbuhkembangkan kelembagaan tani dan


kelembagaan ekonomi petani.

17. Pendampingan diperlukan untuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya yang


tersedia secara terpadu, sinergis, spesifik lokasi, efisien dan partisipatif dan
membangun kelompoktani untuk mandiri.
18. Dalam pelaksanaan SL-PTT perlu dilakukan evaluasi pada tahan persiapan,
pelaksanaan dan akhir program.
Kesimpulan
1)

Kunci keberhasilan dalam penerapan PTT adalah ketepatan penetapan CPCL,


ketepatan pemilihan paket teknologi, penerapan paket teknologi spesifik lokasi
rekomendasi, peran aktif petani, pengawalan dan pendampingan oleh petugas dinas
dan aparat TNI dan dukungan steakholder.

2)

Pencapaian sasaran tanam dan panen SL-PTT padi non hibrida tahun 2012 mencapai
100% (117.800 Ha) dengan provitas di luar Kabupaten Lombok Barat rata-rata 60,77
Ku/ha dan LL provitas 65,93 Ku/Ha. Untuk komoditi padi hibrida luas tanam panen
100 % dengan provitas rata-rata 42,90 Ku/Ha dengan LL 76,76 Ku/Ha, padi lahan
kering lahan kering tanam panen 100% (31.000 Ha) dengan produktivitas 42,93
Ku/Ha dan LL 47,26 Ku/Ha, komoditi kedelai realisasi tanam panen mencapai 98,5%
% (32.520 Ha) dari target seluas 33.020 Ha, dengan produktivitas 13,01 Ku/Ha, LL
mencapai 13,98 Ku/Ha sedangkan jagung tanam panen mencapai 100% (6.000 Ha)
dengan provitas 69,31Ku/Ha dan LL produktivitas 13,98 Ku/Ha di luar kabupaten
Lombok Barat (samapi saat ini belum ada laporan).

3)

Realisasi pelaksanaan SL-PTT 2013 sampai bulan minggu II bulan Mei relatif kecil,
realisasi padi non hibrida kawasan pertumbuhan sudah mencapai 1.375 Ha (68,75%)
dari target seluas 2.000 Ha, padi non hibrida kawasan pengembangan realisasi tanam
baru 2.00 Ha (40%) dari target seluas 5.000 Ha, pemantapan padi inbrida baru
mencapai 42.797 HA (25%) dari target seluas 171.000 Ha, pengembangan demfarm
padi hibrida realisasi tanam baru 1.000 Ha (14,29%) dari target seluas 7.000 Ha,

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 35

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

pemantapan Lahan Kering belum ada tanam karena kebanyakan ditanam pada MH,
pengembangan jagung hibrida tanam 2.000 Ha (28,57%) dari target seluas 7.000 Ha,
dan pemantapan jagung hibrida baru mencapi 803 HA (16%) dari target seluas 5.000
Ha.

Kedelai kawasan pengembangan sudah mencapai 13.290 HA (22,15%) dari

target seluas 60.000 Ha dan pengembanagn kedelai model tanam baru emncapai
17,98% (2.697 Ha) dari target seluas 15.000 Ha.
4)

Realisasi bansos sampai Minggu II bulan Mei juga masih kecil dan diharapkan segera
mentransfer dana bansoso ke rekening kelompoktani dan melaporkan setiap dua
minggu dengan melampirkan SP2D dan SPM dan segera dimanfaatkan sesuai RUK.

5)

Dalam penyusunan RUK, penggunaan sarana produksi ditingkat lapangan disesuaikan


dengan kondisi di masing-masing daerah dan telah disetujui oleh PPL, BPTP dan Dinas
Pertanian setempat.

6)

Dukungan pelaksanaan SL-PTT tahun 2013 berbasisi kawasan, sebagai stimulan akan
mendapatkan sarana produksi berupa pupuk NPK, pupuk organik, kapur pertanian,
herbisida, sedangkan pertemuan kelompoktani, insentif bagi pendamping dan papan
nama diberikan pada setiap 25 Ha dalam kawasan 1.000 Habaik pertumbuhan,
pengembangan dan pemantapan.

7)

Permasalahan umum dalam pelaksanaan SL-PTT adalah :


a. Juklak belum dibuat oleh kabupaten/kota dan belum diberikan ke putugas
lapangan.
b. CPCL dan SK Kadis Kabupaten/kota masih ada yang terlambat.
c. Kebijakan benih bersubsidi sampai saat ini belum ada kejelasan.
d. Secara teknis petani belum menerapkan jajar legowo secara menyeluruh.
e. Pembinaan dan pendampingan belum optimal karena keterbatasan SDM.
f.

Konsep SL-PTT berdasarkan kawasan belum dipahami secara utuh oleh petugas
lapangan.

g. Pelaksanaan LL belum sepenuhnya sesuai sehingga masih ada kabupaten yang


dalam pelaksanaan SL dan LL belum menunjukkan perbedaan provitas yang
signifikan.
h. Laporan dari kecamatan dan kabupaten belum kontinyu.
i.

Koordinasi petugas dinas dan bakorluh belum padu

j.

Dukungan APBD belum optimal

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 36

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

k. Masih kurang pembinaan setelah program selesai.

5) Rapat Penyusunan Rancangan SL-PTT dan Pengembangan Serealia TA. 2014


Untuk menyamakan persepsi antara provinsi dan dinas pertanian kabupaten/kota
mengenai penentuan lokasi SL-PTT dan penentuan produksi dan produktivitas SL-PTT tahun
2013 yang akan dicapai, maka perlu dilaksanakan pertemuan penyusunan Rencana SLPTT dan Pengembangan Serealia tahun 2014.
Rapat Pertemuan Penyusunan Rancangan SL-PTT dan Pengembangan Serealia Tahun
2013 dilaksanakan di Hotel Lombok Raya selama 3 (tiga) hari dari tanggal 16-18 Juli 2013.
Peserta pertemuan terdiri dari Kepala Seksi yang menangani SL-PTT, Kepala Bapelluh
kabupaten/kota se-Nusa Tenggara Barat dan Kepala Cabang Dinas (KCD) masing-masing 1
orang.
Setelah mendengar, memperhatikan dan mencermati pengarahan dari kepala Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, Dinas Kabupaten/Kota dan materi
yang disampaikan oleh para narasumber nara sumber pusat dan daerah, hasil diskusi yang
berkembang selama pertemuan, diperoleh beberapa rumusan hasil pertemuan sebagai
berikut:
1.

Pelaksanaan SL-PTT padi, jagung akan berhasil, bila terjadi sinergi program dan
kebijakan yang saling terkait antar instasi, serta komitmen pusat dan daerah. Dengan
pelaksanaan Permentan nomor 45 tahun 2011 diharapkan ke depan hal ini akan
terlaksana.

2.

Basisi penentuan lokasi SL-PTT tahun 2013 merupakan desa atau hamparan terintegrasi
dan produktivotas dibawah rata-rata dan atau indeks pertanaman dibawah rata-rata.

3.

Batasan kawasan PJK ini sebagai batasan minimal.

Dalam 1 kabupaten/kota dapat

melebihi 1 kawasan artinya kelipatan batasan minimal atau dapat merupakan gabungan
luasan dari beberapa kabupaten yang dekat.
4.

Rancangan alokasi SL-PTT padi tahun 2013 adalah :

5.

SL-PTT

padi

kawasan

pertumbuhan

seluas

2.000

Ha,

SL-PTT

padi

kawasan

pegembanganseluas 12.000 HA terdiri dari SL-PTT spesifik lokasi seluas 4.00 Ha dan
denfarm padi hibrida seluas 4.000 HA.
6.

SL-PTT padi kawasan pemantapan seluas 215.000 Ha terdiri dari SL-PTT padi sawah
seluas 171.000 HA, SL-PTT padi lahan kering seluas 30.000 HA

7.

Rancangan alokasi SL-PTT jagung tahun 2013 sebagai berikut :

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 37

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

8.

a. Areal pertumbuhan jagung seluas 2.000 Ha


b. Areal Pengembangan seluas 7.000 Ha
c. Areal Pemantapan Jagung seluas 5.000
Penyusunan CPCL SL-PTT
seawal mungkin, bulan September 2013 CPCL dari
kabupaten/kota sudah diterima pusat.

9.

SLPTT bukan berdasarkan unit tetapi berupa satu hamparan berbasis desa atau satu
kelompok tani secara utuh.

10.

Unit (luasan) SL-PTT disesuaikan dengan luasan lahan yang dikuasai petani/
kelompoktani (berdasarkan CP-CL).

11.

Perhatian lebih pada pemberdayaan kelompok, untuk itu, perlu penelaahan yang
menyeluruh terhadap keberadaan kelompok tani dengan melihat keberagaman anggota
dari sisi status sebagai petani, penguasaan lahan, dan kemampuan dalam adopsi inovasi.

12.

Sistem pengadaan benih untuk SLPTT perlu dibenahi dengan menekankan pada
pengembangan penangkar lokal sehingga bisa menghasilkan benih-benih sesuai spesifik
lokasi

13.

Bentuk kegiatan pendampingan BPTP dalam mendukung kegiatan SL-PTT adalah


menyediakan paket teknologi, penyediaan kalender tanam, penyediaan rekomendasi
varietas unggul spesifik lokasi (berbasisi kecamatan), rekomendasi pemupukan dll.

14.

Strategi Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013 dilakukan melalui :

15.

Peningkatan Produktivitas
Perluasan Areal Tanam dan Optimasi Lahan
Penurunan Konsumsi Beras danPengembangan Diversifkasi Pangan
Peningkatan Management
Komponen PTT perlu spesifik lokasi. Dalam hal ini BPTP perlu merumuskan komponen
yang spesifik lokasi.
Komponen SLPTT juga perlu disesuaikan dengan tingkat
kemampuan adopsi terhadap teknologi baru (disebut Location Quotion). Komponen
SLPTT perlu lebih disederhanakan pada daerah dengan Location Quotion yang rendah
dan secara gradual di tingkatkan.

16.

Untuk lebih terarahnya sasaran SL-PTT/bantuan benih kepada kelompok tani, maka
diharapkan semua Kabupaten/Kota membuat peta produktivitas komoditas tanaman
pangan setiap Desa/Kecamatan.

17.

Peran penyuluh dalam mendukung pelaksanaan SL-PTT adalah:


a. Pendamping pelaku utama dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman pangan
melalui SL-PTT, BLBU dan CBN, sejak dari persiapan sampai dengan pemasaran
b. Komunikator percepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pelaku utama dalam
meningkatkan produktivitas usahataninya

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 38

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

c. Memfasilitasi aktivitas pelaku utama dalam rangka Kajian Kebutuhan dan Peluang
(KKP), penentuan CP/CL, penyusunan RDKK, dalam kegiatan SL/LL serta Monev dan
Pelaporan
d. Menumbuhkembangkan semangat serta unjuk kerja pelaku utama didalam mencapai
target peningkatan produktivitas yang berdaya saing baik mutu maupun produksinya
e. Meningkatkan aksesbilitas pelaku utama kegiatan pertanian tanaman pangan
terhadap stake holder (perbankan, Lembaga Pemerintah, BUMN maupun Swasta
yang terkait)
Kesimpulan yang dihasilkan dari pertemuan penyusunan Rencana SL-PTT dan Pengembangan
Serealia tahun 2013 :
1.

Pelaksanan SL-PTT tahun 2013 berdasarkan kawasan atau berupa hamparan minimal
1.000 ha atau merupakan kelipatannya.

2.

Penyusunan CPCL SL-PTT

seawal mungkin, bulan September 2013 CPCL dari

kabupaten/kota sudah diterima pusat.


3.

Penyusunan CPCL dibuat sampai tingkat desa.

4.

Pelaksanaan SL-PTT padi, jagung akan berhasil, bila terjadi sinergi program dan
kebijakan yang saling terkait antar instasi, serta komitmen pusat dan daerah.

5.

Peran penyuluh pertanian lebih ditingkatkan terutama dalam pendampingan pelaksanaan


SL-PTT, begitu juga instansi lain yang terkait seperti BPTPH, BPTP dan petugas dinas
kabupaten/kota.

6) Rapat Koordinasi Instansi Terkait (P2BN)


Pertemuan Koordinasi Instansi Terkait (P2BN) dilaksanakan di Mataram selama 2 (dua)
hari dari tanggal 10 s/d 11 Juni 2013, bertempat di Hotel Lombok Raya Jln. Panca Usaha No.
11 Mataram Nusa Tenggara Barat.
Peserta Pertemuan Koordinasi P2BN Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah Kepala Dinas yang
menangani bidang pertanian Kabupaten/Kota serta Anggota Tim Pembina P2BN yang berasal
dari instansi/SKPD Lingkup Pemerintah Daerah NTB.
Dari Penyampaian Materi-Materi Tersebut diatas setelah diadakan diskusi dan
pembahasan diantara para peserta pertemuan maka dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain sebagai berikut :

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 39

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(1) Strategi peningkatan produktivitas padi nasional ditempuh melalui peningkatan mutu
intensifikasi, pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, pengembangan padi hibrida, dan
pengembangan kelembagaan tani.
(2) Langkah operasinal yang ditempuh dalam upaya peningkatan produktivitas adalah :
Identifikasi wilayah, revitaliasi kelompok tani/penguatan kelembagaan, Koordinasi denga
instansi terkait/stake holder, penerapan teknoogi spesifik lokasi, advokasi/`perlindungan,
suvervisi dan bimbingan serta monitoring dan evaluasi.
(3) Kebijakan yang mendukung Program P2BN Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
45/Permentan/OT.140/8/2011.
(4) Persyaratan pengembangan padi hibrida di Indonesia adalah : Daerah irigasi terjamin dan
tanah subur, bukan daerah endemic hama wereng coklat, tungro dan ganjr, Ketersediaan
sarana produksi, sangat sfesifik lokais, petani setempat tangap terhadap teknologi baru
dan tingkat hasil padi yang dicapai sudah tinggi.
(5) Pencapaian Luas Areal Tanam sampai dengan Februari 2013 untuk komoditi Padi telah
melampaui sasaran yang ditetapkan. Pencapaian Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
padi tahun 2013 dibandingkan dengan sasaran tahun 2013 Provinsi NTB adalah: realisasi
luas panen Ha (96.96 %) dari sasarana seluas ha , produktivitas sebesar kw/ha dengan
produksi Ton.
(6) Untuk mencapai sasaran produktivitas dan produksi tahun 2013, maka akan ditempuh
langkah-langkah operasional antara lain :
a. Pastikan sasaran luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi tahun 2013 pada
tingkat Kabupaten/ Kota, Kecamatan dan Desa dan terinci atas Musim Tanam (MH &
MK) dan Bulan, telah ditetapkan.
b. Segera lakukan olah tanah dan tanam apabila kondisi ketersediaan air sdh
memungkinkan dengan memanfaatkan brigade tanam/panen jika telah terbentuk.
c. Lakukan koordinasi POSKO P2BN pada tingkat Provinsi (POSKO II) dan pada tingkat
Kabupaten (POSKO III) untuk mengkoordinasikan kesiapan benih, pupuk, paket
teknologi

jajar

legowo,

pestisida,

alsintan,

kesiapan

air

dan

antisipasi

kebanjiran/bencana alam lainnya.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 40

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

d. Tingkatkan Pengawalan dan pendampingan oleh Penyuluh, POPT, PBT dan Peneliti
(bagi lokasi yang telah melakukan pertanaman) dlm memelihara pertanaman
(pemupukan, pengendalian OPT, DPI dan lain-lain).
e. Lakukan koordinasi penanganan panen dan pasca panen scr intensif antara lain dngn
mengoptimalkan peralatan yang dimiliki petani, memobilisasi prasarana yang tersedia
di daerah dan mempercepat alokasi bantuan yang ada.
f.

Dalam rangka percepatan peningkatan produktivitas padi di lahan sawah diawali


dengan pemetaan produktivitas padi dengan kreteria rendah produktivitas < 3,5
ton/ha, sedang 3,6 4,9 ton/ha dan tinggi 5 ton/ha. Dari ketiga kreteria tersebut
masing-masing upaya dilakukan di kawasan yang masih rendah dipercepat dengan
pendekaan sekolah lapang, sedangkan dilahan sedang sampai tinggi dilakukan
pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dengan model SL, didukung dengan
pendampingan oleh petugas teknis dan penyuluh.

g. Tingkatkan komunikasi, sosialisasi, koordinasi dan langkah2 persiapan dngn seluruh


petugas di tingkat kecamatan dan desa serta instansi terkait dan stake holders
termasuk dngn Aparat (TNI-AD).
h. Pastikan CL dan CPCL SL-PTT Padi dan Jagung, telah siap mengimplementasikan
instrumen program sesuai jadwal pelaksanaan.
i.

Tingkatkan koordinasi dan komunikasi

dengan BPS. Pastikan seluruh areal

tanam/panen telah terakomodir dalam laporan BPS.


j.

Pahami Pedoman Teknis SL-PTT dan jabarkan kedalam Juklak dan Juknis sesuai
kondisi daerah masing-masing (spesifik lokasi) agar dapat diimplementasikan dengan
baik, tepat waktu dan tepat sasaran.

k. Laksanakan kegiatan sesuai dengan ROK yang telah disusun dlm rangka percepatan
penyerapan anggaran dan laporkan ke Pusat melalui Mekanisme Pelaporan yang telah
dibangun .
l.

Tingkatkan kualitas kinerja penyampaian laporan guna penerapan azas reward dan
punishment.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 41

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(7) Hujan bulan Maret Agustus 2013 menurut BMKG diperkirakan akan terjadi La Nina
lemah, sehingga volume hujan akan sedikit lebih banyak dari biasanya, sedangkan sifat
hujan tahun 2013 di Provinsi NTB umumnya diperkirakan akan normal, dimana jumlah
curah hujan tahun 2013 akan normal seperti biasa.
7) Rapat Koordinasi Penyusunan Sasaran Produksi Tahun 2014

Rapat Koordinasi Penyusunan Sasaran Produksi Tahun 2014 telah


dilaksanakan selama 3 (tiga) hari pada tgl 3 s/d 5 Juli 2013 di Hotel Lombok Raya
Mataram.
Peserta pertemuan terdiri dari Kepala Bidang/ UPT Lingkup Pertanian Tingkat Propinsi,
Kepala Bidang yang menangani Produksi dan perencanaan pada Dinas Pertanian Kabupaten /
Kota se-Nusa Tenggara Barat, Kepala Bidang pada Bapelluh Kabupaten/Kota, Subag
Perencanaan Dinas Pertanian Propinsi dan Undangan terkait lainnya.
Hasil Pertemuan
Berdasarkan diskusi dengan kabupaten/kota dan mempertimbangkan potensi lahan
yang ada di masing-masing kabupaten, maka telah disepakati angka sasaran tanam tanaman
pangan untuk tahun 2014 sebagai berikut :
Tabel IV-4.

Sasaran Luas Tanam Padi dan Palawija Tahun 2014 di Nusa Tenggara
Barat

13/14

SASARAN 2014 KESEPAKATAN KABUPATEN


TANAM
PANEN
PROV
2014
TOTAL
(HA)
(KW/HA)

PROD
(TON)

1 TOTAL PADI

314.946

121.876

436.822

426.978

54,25

2.316.549

2.191.714

124.835

105,70

2 PADI SAWAH

256.572

121.876

378.448

368.604

56,61

2.086.549

1.953.657

132.892

106,80

3 PADI LADANG

58.374

58.374

58.374

39,40

230.000

238.058

(8.058)

96,62

4 JAGUNG

98.478

23.622

122.100

117.216

65,50

767.757

744.111

23.646

103,18

5 KEDELAI

33.987

59.008

92.995

91.119

14,90

135.765

131.976

3.788

102,87

No.

KOMODITI

Sasaran
2013

+/-

%
2014 dari
2013

6 KACANG TANAH

14.057

16.363

30.420

28.955

16,20

46.900

44.045

2.855

106,48

7 KACANG HIJAU

21.214

20.825

42.039

41.194

12,62

51.975

45.809

6.165

113,46

6.140

1.489

7.629

7.629

141,05

107.604

107.554

50

100,05

510

945

1.455

1.397

125,00

17.460

17.264

196

101,14

8 UBI KAYU
9 UBI JALAR

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 42

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Berdasarkan table tersebut, sasaran produksi tanaman pangan rata-rata mengalami


peningkatan kecuali padi ladang. Hal ini karena munculnya optimisme dari daerah akan
pencapaian luas tanam tahun ini karena harapan dan optimisme petani tentang curah hujan
tahun depan akan sama dengan tahun ini, meskipun berdasarkan ramalan dari BMKG curah
hujan tahun 2014 akan kembali normal, kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun 2013
dimana terjadi hujan dimana-mana.

Angka Sasaran Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Padi Dan Palawija
Tahun 2014
Untuk perhitungan sasaran produksi, luas panen, produktivitas dan produksi padi dan
palawija tahun 2014 dihitung berdasarkan data series angka tetap tahun tahun
sebelumnya

di Nusa Tenggara Barat serta sasaran program-program baik di daerah

maupun di pusat. Berdasarkan kemampuan masing-masing daerah, sasaran luas panen,


provitas dan produksi tanaman pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 adalah
sebagai berikut :
Tabel IV-5.

No

KOMODITI

1. TOTAL PADI
Padi Sawah
Padi Ladang
2. JAGUNG
3. KEDELAI
4. KACANG TANAH
5. KACANG HIJAU
6. UBI KAYU
7. UBI JALAR

Sasaran Luas Panen, Provitas, dan Produksi Tanaman Pangan Tahun


2014 dibandingkan Tahun 2013 di Provinsi NTB

Luas
Panen
(Ha)
426.978
368.604
58.374
117.216
91.119
28.955
41.194
7.629
1.397

Sasaran 2014
Hasil/
Produksi
Hektar
(Ku/Ha)
(Ton)
54,25
56,61
39,40
65,50
14,90
16,20
12,62
141,05
125,00

2.316.549
2.086.549
230.000
767.757
135.765
46.900
51.975
107.604
17.460

Luas
Panen
(Ha)
412.023
357.171
54.852
108.607
78.064
31.678
24.868
4.588
761

Aram I 2013
Hasil/
Produksi
Hektar
(Ku/Ha)
(Ton)
50,04
51,46
40,74
55,78
11,43
17,41
12,52
131,80
123,86

2.061.624
1.838.169
223.455
605.762
89.201
55.164
31.124
60.469
9.426

Luas
Panen
(Ha)
103,63
103,20
106,42
107,93
116,72
91,40
165,65
166,28
183,55

%
Hasil/
Hektar
(Ku/Ha)
108,43
109,99
96,72
117,43
130,39
93,01
100,81
107,02
100,92

Produksi
(Ton)
112,37
113,51
102,93
126,74
152,20
85,02
166,99
177,95
185,23

Untuk pencapaian sasaran produksi tahun produktivitas padi pada tahun 2014 diupayakan
melalui peningkatan produktivitas. Upaya ini didukung dengan adanya bantuan benih yang
berasal dari Pemerintah pusat guna meningkatkan hasil per luas lahan.
Sasaran luas panen, produksi dan produktivitas Padi dan Palawija tahun 2014
diupayakan melalui 2 (dua) program pencapaian produksi, yaitu intensifikasi dan
ekstensifikasi atau perluasan areal tanam.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 43

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Upaya intensifikasi dilakukan diantaranya melalui penggunaan benih varietas


unggul dengan bantuan dari pemerintah untuk peningkatan nproduktivitas lahan,
pemupukan berimbang, pengairan / irigasi teratur, pengolahan lahan yang tepat serta
pengendalian terhadap hama penyakit tanaman dengan tidak merusak agroekosistem tanah,
lingkungan serta hasil budi daya tanaman tersebut, yang diwujudkan dalam Program SL-PTT
sedangkan peningkatan produksi melalui program ekstensifikasi / perluasan areal tanam
dilakukan dengan membuka lahan lahan baru potensial yang dapat menghasilkan produksi
padi dan palawija optimal.

Rencana Indikatif Kebutuhan Benih Tanaman Pangan MT. 2013/2014 dan MT.
2014
Rencana indikatif kebutuhan benih tahun 2014 mengalami peningkatan dibanding
tahun 2013, hal ini selaras dengan peningkatan luas tanam yang terjadi tiap tahunnya dan
adanya program bantuan benih dari pemerintah melalui Sekolah Lapang Penguntuk komoditi
padi, jagung, dan kedelai. Bahkan pada tahun 2014 akan diperluas lagi dengan program
Adapun rekomendasi kebutuhan benih padi 25 kg / ha, jagung 20 kg/ ha dan kedelai
40 kg / ha.
Sasaran penggunaan kebutuhan benih bersertifikat di Nusa Tenggara Barat
ditetapkan berdasarkan tingkat penggunaan benih yang telah dicapai tahun sebelumnya dan
bantuan benih yang telah diprogramkan pemerintah.
Sasaran kebutuhan benih aktual dapat mencapai angka yang jauh lebih besar. Namun
mengingat masih banyaknya petani yang belum menggunakan benih bersertifikat, maka
diasumsikan petani yang menggunakan benih bersertifikat akan meningkat dari tahun ke
tahun. Mengingat banyaknya bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah, maka pada tahun
2014 diharapkan mencapai 85% untuk penggunaan benih bersertifikat untuk tanaman padi,
70% untuk tanaman jagung, dan 50% untuk tanaman kedelai.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 44

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel IV-6.

No

Rencana Indikatif Kebutuhan Benih Tahun 2014 di Provinsi Nusa


Tenggara Barat

KOMODITI
MT. 2013/2014

PADI
PADI SAWAH
PADI LADANG

JAGUNG

KEDELAI

KACANG TANAH

KACANG HIJAU

UBI KAYU

UBI JALAR

% PENGGUNAAN

SASARAN KEBUTUHAN BENIH

6.692,60
5.452,16
1.240,45
2.092,66
722,22
298,71
450,80
130,48
10,84

MT. 2014

2.589,87
2.589,87
501,97
1.253,92
347,71
442,53
31,64
20,08

TOTAL

9.282,47
8.042,02
1.240,45
2.594,63
1.976,14
646,43
893,33
162,12
30,92

PER 1 HA

TON
TON
TON
TON
TON
TON
TON
RIBU STEK
RIBU STEK

25
30
20
40
120
25
10.000
50.000

KG
KG
KG
KG
KG
KG
STEK
STEK

BENIH BERSERTIFIKAT

85
80
75
50
5
5
-

Kendala Dan Upaya Upaya Khusus Yang Dilakukan Propinsi / Kabupaten, Dalam
Rangka Pencapaian Sasaran Produksi Tanaman Pangan Tahun 2014
Beberapa kendala dan permasalahn yang terjadi dalam usaha budi daya pertanioan di Nusa
Tenggara Barat adalah sebagai berikut :
1. Alih fungsi lahan pertanian sebagai akibat pesatnya pembangunan diluar sektor
pertanian, menyebabkan beberapa luasan lahan yang sangat subur tidak berfungsi
sesuai dengan harapan pembangunan pertanian. Dilain pihak upaya perluasan areal
melalui percetakan sawah baru memerlukan dana yang tidak sedikit dan juga tidak
tersedianya sumber air yang memadai;
2. Menurunnya dukungan Sumberdaya Lahan sebagai akibat dari teknik budidaya yang
tidak memperhatikan kaidah konservasi.
3. Menurunnya dukungan sumberdaya air, terbatasnya jumlah mata air, curah hujan
yang semakin menurun setiap tahunnya, sehingga teknologi pertanian tidak dapat
diterapkan secara optimal.
4. Beberapa OPT penting masih menjadi kendala yang serius dalam upaya peningkatan
produksi tanaman pangan. Misalnya tungro, penggerek batang, tikus, Wereng coklat,
dan blast pada padi.
5. Pemilikan modal petani yang sangat terbatas, penyediaan Kredit Usaha Tani yang
semakin terbatas pula, menyebabkan para petani kesulitan menyediakan sarana
produksi dan pada akhirnya petani menggunakan anjuran teknologi sesuai dengan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 45

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

kemampuannya. Demikian pula dalam hal kegiatan pengolahan hasil produksi


pertaniannya;
6. Penggunaan sarana produksi on farm yang masih sangat minimal seperti penggunaan
benih/varietas unggul bersertifikat, pupuk yang dianjurkan,

serta obat

obatan atau pestisida alami maupun kimia yang bersifat tidak resisten
7. Masih tingginya tingkat kehilangan hasil, yang disebabkan oleh penanganan panen dan
pasca panen yang belum memadai (Tingkat kehilangan hasil pada komoditas Padi saat
ini mencapai 10,48 % dari total produksi);
8. Harga sarana produksi yang sangat tinggi dibandingkan dengan harga gabah maupun
komoditas lainnya pada saat panen;
9. Ketersediaan Infra struktur seperti pelabuhan laut, pelabuhan udara jalan yang belum
tersedia secara memadai

Upaya Upaya Khusus Yang Dilakukan Per Kabupaten Untuk Peningkatan


Produksi
Beberapa upaya khusus yang dilakukan untuk peningkatan produksi secara umum
untuk masing masing kabupaten / kota di Nusa Tenggara Barat antara lain sebagai
berikut:
1.

Untuk meningkatkan produksi tanaman pangan telah dilakukan beberapa Program


Perluasan Areal Tanam melalui kegiatan optimalisasi pemanfaatan lahan, rehabilitasi
dan konservasi lahan, dan penambahan baku lahan sehingga berdampak positif dalam
penaambahan areal panen.

2.

Mengoptimalkan penggunaan lahan lahan baru yang telah diusahakan melalui


kegiatan perluasan areal tanam sehingga berdampak positif dalam penambahan areal
panen dan produksi tanaman pangan pada tahun 2013 dan 2014

3.

Meningkatkan jalinan kerjasama kemitraan dengan pihak swasta untuk mengatasi


keterbatasan modal petani seperti pola kemitraan yang telah dilaksanakan untuk
pengembangan komoditi jagung hibrida

dengan pihak Perhimpunan Masyarakat

Madani
4.

Mempersiapkan sarana produksi secara enam tepat (Tepat harga, jenis, jumlah, mutu,
tempat dan sasaran)

5.

Melakukan pemantauan, pembinaan dan bimbingan

teknis yang intensif terutama

dalam upaya peningkatan produktivitas padi dan palawija dengan memberikan


bimbingan teknis seperti pemupukan berimbang.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 46

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

6.

Peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui program intensifikasi dengan


meningkatkan penggunaan benih varietas unggul berproduksi tinggi

yang dilakukan

melalui kegiatan demplot demplot benih unggul bersertifikat, denfarm padi tipe baru,
pemupukan berimbang, serta dengan program ekstensifikasi melalui kegiatan perluasan
areal tanam ( PAT )
7.

Mengupayakan

percepatan

pertanaman

menjelang

musim

kemarau

dengan

mengoptimalkan penggunaan alsintan


8.

Meminimalisasi kerusakan / puso tanaman baik akibat serangan OPT, Kekeringan


maupun banjir melalui peningkatan pemantauan dan pengamatan OPT lebih intensif
dan pengendalian dini terhadap sumber serangan dan pemantauan informasi iklim.

9.

Pengembangan penggunaan agensia hayati, pestisida nabati serta musuh alami


tanaman untuk menekan penurunan produksi tanaman pangan dan tetap ramah
lingkungan.
Berdasarkan pengarahan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan hortikultura

Provinsi NTB, pembahasan materi serta diskusi maka disimpulkan rumusan sementara sebagai
berikut :
1. Sasaran produksi komoditi utama tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar) tahun 2014 adalah :
Tabel. IV-7
No.

KOMODITI
13/14

SASARAN 2014 KESEPAKATAN KABUPATEN


TANAM
PANEN
PROV
2014
TOTAL
(HA)
(KW/HA)

PROD
(TON)

Mengetahui / Menyetujui
Dinas Pertanian Kabupaten/
Kota
1. Rina Tri Sakti,P

1 TOTAL PADI

314.946

121.876

436.822

426.978

54,25

2.316.549

2. H.Suhaili,SP.M.Si

2 PADI SAWAH

256.572

121.876

378.448

368.604

56,61

2.086.549

3. Sugiartadi,SP

3 PADI LADANG

58.374

58.374

58.374

39,40

230.000

4. Zaenal Arifin,S.ST

4 JAGUNG

98.478

23.622

122.100

117.216

65,50

767.757

5. Darajata,S.Pt

5 KEDELAI

33.987

59.008

92.995

91.119

14,90

135.765

6 KACANG TANAH

14.057

16.363

30.420

28.955

16,20

46.900

6. Abdul Muis, SP

7 KACANG HIJAU

21.214

20.825

42.039

41.194

12,62

51.975

7. Juni Yastati,SP

6.140

1.489

7.629

7.629

141,05

107.604

8. Ir.Rantiono

510

945

1.455

1.397

125,00

17.460

9. Erlindi,SP

8 UBI KAYU
9 UBI JALAR

2. Untuk komoditi kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar mengalami penurunan sasaran dari
tahun sebelumnya karena terjadinya alih komoditi yang memiliki nilai ekonomi dan
agronomis yang lebih menguntungkan seperti jagung.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 47

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

3. Sasaran Kebutuhan benih potensial Untuk Nusa Tenggara Barat berdasarkan

sasaran

areal tanam tersebut adalah :


Padi

13.104

TON

Jagung

2.442

TON PK

Kedelai

3.720

TON BK

Kacang Tanah

1.825

TON BK

Kacang Hijau

1.051

TON BK

Ubi Kayu

76.290

RIBU STEK

Ubi Jalar

72.750

RIBU STEK

4. Dinas Pertanian Kabupaten hendaknya meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan


BPS di masing-masing Kabupaten/Kota untuk mendapatkan akurasi data yang lebih
maksimal dan menghindari adanya bias angka antara Dinas dan BPS.
5. Upaya yang dilakukan untuk mencapai sasaran produksi tanaman pangan pada tahun
2014 antara lain :
-

Peningkatan Produktivitas dan Produksi melalui Program SL-PTT dan SRI, SL-PHT dan
SLI, .

Mengatur pola tanam untuk meminimalkan serangan OPT dengan gerakan Spot Stop.

Penggunaan pupuk berimbang.

Melakukan penanaman dengan sistem jajar legowo

Mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering dengan menanam palawija di areal lahan


kering dengan penggunaan varietas produksi tinggi.

Meminimalisir terjadinya ledakan hama karena penanaman varietas yang sama secara
terus menerus.

Perbaikan Jaringan irigasi (JITUT, JIDES, Embung, dll).

6. Kondisi iklim perlu diinformasikan kepada para petani agar dalam melakukan budidaya
suatu komoditi dapat dikerjakan dengan tepat waktu dengan segala kemungkinannya
sehingga dalam hal ini masing-masing daerah diminta untuk selalu berkoordinasi dengan
BMKG.
7. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa :

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 48

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Pada tahun 2013 Provinsi NTB akan mengalami Musim Hujan dan Musim Kemarau
yang normal sehingga curah hujan cenderung normal.
Sesuai dengan informasi tersebut, diperkirakan pola tanam akan kembali normal,
namun petani perlu waspada untuk penanaman padi pada peghujung musim hujan
dikarenakan curah hujan yang tidak lagi penuh seperti tahun sebelumnya.
8.

Data Sasaran berdasarkan Kecamatan dan Desa agar segera di jabarkan di Kabupaten
sebagai acuan bagi petugas kabupaten dan untuk memudahkan para petugas sampai
tingkat penyuluh dan diserahkan paling lambat pada akhir Juli 2013.

9.

Untuk meningkatkan produktivitas kecamatan, diharapkan kepada petugas kecamatan


baik Mantis dan Mantan untuk berkoordinasi dengan petugas Dinas dan BP4K untuk
dapat memberikan data ubinan yang lebih akurat sebagai data penunjang dalam
pembahasan dan penetapan angka di tingkat Badan Pusat Statistik.

10.

Bagi kabupaten/kota yang merasa di daerahnya diperkirakan akan mengalami


kekurangan alokasi pupuk agar segera membuat surat permintaan penambahan.

11.

untuk mendapatkan akurasi data ketersediaan dan pengeluaran pupuk dimasing-masing


Kabupaten/Kota se NTB dengan jalan memantau perkembangannya sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan laporan.

12.

untuk mengurangi ketergantungan akan pupuk kimia (pabrik), maka penggunaan pupuk
organik alternatif dipandang perlu untuk dikembangkan dan disosialisasikan, namun
tetap mengacu pada pupuk yang sudah terdaftar. Untuk mengurangi ketergantungan
akan pupuk kimia (pabrik), maka penggunaan pupuk ORGANIK dipandang perlu untuk
dikembangkan dan disosialisasikan.

8) Pertemuan Pemantapan P2BN


Pertemuan Pemantapan P2BN dilaksanakan di Mataram selama 3 ( tiga ) hari dari
tanggal 10 s/d 12 Juni 2013, bertempat di Hotel Lombok Raya Jln. Panca Usaha No. 11
Mataram Nusa Tenggara Barat. Peserta Pertemuan Pemantapan P2BN Propinsi Nusa Tenggara
Barat adalah Kepala Bidang yang menangani pertanian tanaman pangan, Kepala Badan yang
menangani Penyuluhan Kabupaten/Kota, dan Petugas OPT Kabupaten/Kota se- Nusa
Tenggara Barat.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 49

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Hasil Yang Dicapai

(1) Evaluasi Tanam Padi, Jagung dan Kedelai


Kondisi perkembangan pertanian di NTB saat ini, untuk realisasi tanam sampai
dengan bulan Mei komoditi padi adalah seluas 404.333 HA (95,94 %) dari sasaran
421.424 Ha, dan Jagung 103.863 HA (86,36 %) dari sasaran 120.265 Ha. Sedangkan
kedelai baru mencapai 42.151 Ha (45,68 %) dari sasaran 92.280 Ha.
Berdasarkan ARAM I tahun 2013 produksi padi diperkirakan MENINGKAT menjadi
2.030.661 ton gkg; dengan provitas 49,29 kw/ha, produksi jagung mencapai 589.501 ton
PK dengan provitas 54,71 kw/ha; dan kedelai diperkirakan meningkat tajam menjadi
90.592 bk dengan provitas 11,60 kw/ha
Lengkapnya dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel IV-8.

NO
1

KABUPATEN/
KOTA
2

1 MATARAM
2 LOMBOK BARAT
3 LOMBOK UTARA
4 LOMBOK TENGAH
5 LOMBOK TIMUR
6 SUMBAWA
7 SUMBAWA BARAT
8 DOMPU
9 BIMA
10 KOTA BIMA
NTB

Target dan Realisasi Tanam Padi di Nusa Tenggara Barat


sampai bulan Mei 2013.
MT. 2012/2013 (HA)
Target
Realisasi
3
4
2.440
18.370
11.103
60.567
54.500
64.236
11.332
30.479
49.605
5.300
307.932

2.078
18.572
9.894
57.570
52.392
67.366
11.020
28.922
55.667
4.471
307.952

%
5
85,16
101,10
89,11
95,05
96,13
104,87
97,25
94,89
112,22
84,36
100,01

Target
7
2.660
12.221
2.247
22.674
16.581
21.582
6.898
7.102
19.327
2.200
113.492

MT. 2013 (HA)


Realisasi
8
1.862
10.229
701
31.224
12.117
11.225
7.464
6.815
12.890
1.854
96.381

%
9
70,00
83,70
31,20
137,71
73,08
52,01
108,21
95,96
66,69
84,27
84,92

Target
10
5.100
30.591
13.350
83.241
71.081
85.818
18.230
37.581
68.932
7.500
421.424

TOTAL (HA)
Realisasi
11
3.940
28.801
10.595
88.794
64.509
78.591
18.484
35.737
68.557
6.325
404.333

%
12
77,25
94,15
79,36
106,67
90,75
91,58
101,39
95,09
99,46
84,33
95,94

Realisasi tanam padi sampai bulan Mei 2013 telah mencapai 87,61 % dari sasaran
Tahun 2013, dan masih ada 5 bulan untuk merealisasikan sasaran tanam hingga mencapai
100% pada bulan September 2013.
Pada tahun 2013 Provinsi Nusa Tenggara Barat mendapatkan alokasi Program SLPTT Padi sebagai salah satu program pendukung P2BN guna mendapatkan produksi sesuai
target yang sudah disepakati bersama.
Pada tahun 2013 sasaran produksi padi dan jagung NTB tetap harus naik karena
tuntutan kebutuhan nasional dan komitmen bersama. Tetapi upaya tetap menyemangati
petani dan mensosialisasikan program-program yang dapat mendukung peningkatan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 50

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

produksi karena pada tahun 2013 kondisi iklim lebih baik, program SL-PTT tetap berjalan
yang akan didukung dengan subsidi benih.
Tabel IV-9.

No
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

KABUPATEN/
KOTA
2
MATARAM
LOMBOK BARAT
LOMBOK UTARA
LOMBOK TENGAH
LOMBOK TIMUR
SUMBAWA
SUMBAWA BARAT
DOMPU
BIMA
KOTA BIMA
NTB

Target dan Realisasi Tanam Jagung di Nusa Tenggara Barat


sampai bulan Mei 2013.
MT. 2012/2013 (HA)
Target
Realisasi
3
4
1.355
4.918
4.075
11.000
30.900
5.010
22.640
15.335
1.510
96.743

1.706
4.483
1.902
9.785
31.865
4.982
20.065
14.868
587
90.243

%
5
#DIV/0!
125,90
91,15
46,67
88,95
103,12
99,44
88,63
96,96
38,87
93,28

Target
7

MT. 2013 (HA)


Realisasi
8

2.285
1.161
2.155
4.500
5.000
511
5.350
2.560
23.522

236
4.483
464
1.883
3.938
1.115
888
613
13.620

%
9
10,33
386,13
21,53
41,84
78,76
218,20
16,60
23,95
#DIV/0!
57,90

Target
10
3.640
6.079
6.230
15.500
35.900
5.521
27.990
17.895
1.510
120.265

TOTAL (HA)
Realisasi
11
1.942
8.966
2.366
11.668
35.803
6.097
20.953
15.481
587
103.863

%
12
#DIV/0!
53,35
147,49
37,98
75,28
99,73
110,43
74,86
86,51
38,87
86,36

Realisasi tanam jagung sampai bulan Mei 2013 mencapai 78,67 % dari sasaran
120.265 Ha. Puncak tanam jagung yang biasanya terjadi pada musim penghujan bulan
Nopember sampai Januari telah terlampaui. Namun dengan tingginya curah hujan tahun
2013 ini diharapkan mampu mendongkrak animo petani untuk kembali menanam jagung
di lahan kering sampai akhir musim tanam bulan september nanti.
Tabel IV-10.

KABUPATEN/
KOTA
1
2
1 MATARAM
2 LOMBOK BARAT
3 LOMBOK UTARA
4 LOMBOK TENGAH
5 LOMBOK TIMUR
6 SUMBAWA
7 SUMBAWA BARAT
8 DOMPU
9 BIMA
10 KOTA BIMA

NO

NTB

Target dan Realisasi Tanam Kedelai di Nusa Tenggara Barat


sampai bulan Mei 2013.
MT. 2012/2013 (HA)
Target
Realisasi
3
4
350
572
3
9.350
2.359
100
189
1.500
2.737
305
24
8.500
4.079
15.882
9.313
1.500
37.487

19.276

%
5
163,43
25,23
189,00
182,47
7,87
47,99
58,64
51,42

MT. 2013 (HA)


Target Realisasi
7
8
1.900
3.791
262
20.000
10.225
1.350
86
2.500
344
2.528
18
8.880
3.901
12.844
7.957
1.000
82
54.793

22.875

6,91
51,13
6,37
13,76
0,71
43,93
61,95
8,20

Target
10
1.900
4.141
29.350
1.450
4.000
2.833
17.380
28.726
2.500

TOTAL (HA)
Realisasi
11
834
3
12.584
275
3.081
42
7.980
17.270
82

20,14
#DIV/0!
42,88
18,97
77,03
1,48
45,91
60,12
3,28

41,75

92.280

42.151

45,68

%
9

%
12

Untuk tahun 2013, NTB mendapatkan alokasi SL-PTT kawasan pemantapan padi
inbrida 171.000 ha, padi lahan kering 30.000 ha, kawasan pertumbuhan padi inbrida 2000
ha, kawasan pengembangan padi inbrida 5000 ha dan padi hibrida 7.000 ha.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 51

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Kawasan SL-PTT jagung pertumbuhan 2.000 ha, pengembangan 7.000 ha, dan
pemantapan 5.000 ha. Kawasan SL-PTT pertumbuhan kedelai 500 ha, pengembangan
model 15.000 ha, dan pengembangan 60.000 ha.
Adapun Realisasi Panen sampai bulan Mei ini dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel IV-11.

NO

Target dan Realisasi Panen Padi, Jagung, dan Kedelai di


Nusa Tenggara Barat sampai bulan Mei 2013.

KABUPATEN/

PADI

JAGUNG

KEDELAI

KOTA

Target

Realisasi

Target

Realisasi

Target

Realisasi

10

11

12

1 MATARAM

4.845

2.372

48,96

1.862

2 LOMBOK BARAT
3 LOMBOK UTARA

29.537

18.142

61,42

3.458

1.642

47,48

4.058

560

13.042

10.112

77,53

5.775

4.959

85,87

4 LOMBOK TENGAH
5 LOMBOK TIMUR

80.045

54.712

68,35

5.981

1.885

31,52

28.763

69.772

47.423

67,97

14.725

8.708

59,14

6 SUMBAWA
7 SUMBAWA BARAT

82.212

66.800

81,25

34.105

31.711

92,98

17.523

10.552

60,22

5.245

4.711

8 DOMPU
9 BIMA

37.009

25.415

68,67

26.591

67.893

54.631

80,47

7.356

4.267

58,01

409.234

294.426

71,95

10 KOTA BIMA
NTB

13,80
-

2.251

7,83

1.421

149

10,49

3.920

2.177

55,54

89,82

2.776

11

0,40

19.986

75,16

17.032

4.074

23,92

17.000

13.521

79,54

28.151

11.580

41,14

1.435

412

28,71

2.450

366

14,94

114.315

87.535

76,57

90.434

21.171

23,41

Dengan pertanaman padi, jagung, dan kedelai sampai bulan Mei tersebut,
diharapkan pertanaman dapat terjaga sampai waktu panen dengan serangan OPT minimal
dan berharap tidak lagi terjadi puso ataupun banjir serta kekeringan, karena menjelang
musim kemarau.
Sebagai upaya meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai tersebut, dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut :
a. Melakukan penyuluhan dan pembinaan ke daerah sebagai upaya memperbaiki sistem
budidaya ataupun mempertahankan yang telah dilakukan petani sebagai motivasi
petani untuk budidaya yang lebih baik.
b. Monitoring peredaran pupuk sebagai upaya memenuhi kebutuhan pupuk bagi petani,
khususnya tepat jumlah dan tepat waktu agar tidak lagi menjadi kendala dalam
budidaya pertanian.
c. Menekankan agar petani tidak lagi tergantung pada bahan kimia, agar petani mulai
menggunakan pupuk organik, pestisida nabati sebagai upaya mengurangi bahan kimia
dalam budidaya pertanian.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 52

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(2) Pengendalian OPT dan DFI


Permasalahan yang kita ketahui umum terjadi dan di lapangan karena perubahan iklim
yang terjadi beberapa tahun ini khususnya di Nusa Tenggara Barat adalah :
1. Minimnya petugas OPT yang handal dan berkualitas karena petugas handal umumnya
sudah memasuki masa pensuin sehingga pengendalian masih belum optimal karena
kurangnya pemahaman petugas OPT.
2. Eradikasi tanaman terserang belum optimal.
3. Terjadinya mutasi petugas perlintan khususnya POPT-PHP ke struktural sehingga
tenaga POPT-PHP yang handal di tingkat lapangan semakin berkurang.
4. Penerapan PHT

dengan sistim budadaya sehat belum sepenuhnya dilaksanakan

misalnya dalam pemilihan varietas, pola tanam, penggunaan pupuk berimbang, tandur
jajar/jajar legowo, dan pengendalian gulma.
5. Pengolahan tanah kurang sempurna sesuai tahapan proses pengolahan tanah sehingga
sumber inokulum masih tersedia di tanah maupun sisa tanaman.
Pada bulan April ini terjadi serangan Tungro di Kabupaten Sumbawa barat seluas 340
Ha telah cukup meresahkan karena akan berdampak pada produksi yang dihasilkan.
Sebagai upaya pengendalian telah dilakukan eradikasi pada pertanaman yang terkena dan
melakukan penanaman ulang pada daerah terkena.
Untuk mengantisipasi perkembangan hama dan penyakit pada tanaman pangan
disarankan kepada petugas dan petani/kelompok tani agar melakukan langkah langkah
operasional pengendalian antara lain dengan melakukan :
a. Meningkatkan pengamatan mingguan, berkala perkembangan OPT dengan melakukan
pengendalian dini dan melaporkan hasilnya secara kontinyu, rutin, dan berjenjang.
b. Petugas dinas agar segera mengkoordinasikan dengan petugas lapangan dan petani
untuk mengadakan gerakan pengendalian vector wereng hijau khususnya serangan
penyakit virus tungro.
c. Koordinasi antara POPT-PHP, Penyuluh, KCD, agar terus ditingkatkan untuk
mendukung pelaksanaan Gerakan pengendalian OPT di tingkat kabupaten supaya
dikoordinasikan dengan BPTPH Provinsi NTB dan Dinas Pertanian Provinsi dengan
memanfaatkan sarana pengendalian yang ada di provinsi, kabupaten dan swadaya
petani.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 53

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

d. Penggunaan pestisida karbofuron sangat dianjurkan baik pada persemaian maupun


pada pertanaman yang diaplikasikan pada awal pertanaman.
e. Bantuan sarana pengendalian yang telah dialokasikan agar dimanfaatkan sebaik
mungkin, apabila terjadi kendala dalam penyediaan sarana pengendalian disarankan
agar segera menghubungi Dinas Pertanian Provinsi.
f.

Meningkatkan penyuluhan kepada petani, kelompok tani untuk melakukan eradikasi


sumber inokulum baik pada tanaman maupun pada singgang, tertib pola tanam dan
merencanakan tanam serempak dalam areal yang luas.

g. Pentingnya dilakukan upaya pergiliran varietas terhadap tanaman padi yang tahan
terhadap serangan hama dan penyakit.

(3) Penyaluran dan Ketersediaan Pupuk


Realisasi penyaluran pupuk bersubsidi sampai 30 April 2013 adalah sebagai
berikut:
Tabel IV-12. Realisasi dan Stok pupuk Bersubsidi per 30 April 2013
No Jenis Pupuk
1
2
3
4
5

UREA
SP-36
ZA
NPK
ZEORGANIK

Alokasi
126.000,00
20.000,00
7.500,00
30.000,00
11.700,00

Realisasi
Jan s.d. April 2013
45.018,25
7.489,00
8.109,00
18.992,00
3.347,98

%
35,73
37,45
108,12
63,31
28,62

Stok
14.072,85
1.395,10
1.174,22

Melihat stok pupuk yang masih ada, untuk sementara tidak ada kekhawatiran akan
kekurangan pupuk di lapangan.
Sebagai upaya mempermudah petani dalam mendapatkan pupuk bersubsidi, telah
diatur perubahan kebijakan dalam pelaksanaan kebijakan subsidi pupuk antara lain :
a. Pupuk Urea : warna berubah dari putih menjadi pink, karung diseragamkan.
b. Terjadi perubahan Rayonisasi penyaluran pupuk yang semula ditetapkan dalam
Peraturan Menteri perdagangan, sejak tahun 2012 rayonisasi ditetapkan oleh pupuk
Indonesia.
c. Rayonisasi diberlakukan untuk standar mutunya sama.
d. Stok pupuk harus disediakan di tingkat distributor dan di kios. Rapat Pemantapan dan
workshop dilaksanakan pada tanggal 10 12 Juni 2013 bertempat di Hotel Lombok
Raya Mataram.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 54

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Dari Penyampaian Materi-Materi Tersebut diatas setelah diadakan diskusi dan


pembahasan diantara para peserta pertemuan maka dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain sebagai berikut :
(1) Kondisi perkembangan pertanian di NTB saat ini, untuk realisasi tanam sampai
dengan bulan Mei komoditi padi adalah seluas 404.333 HA (95,94 %) dari sasaran
421.424 Ha, dan Jagung 103.863 HA (86,36 %) dari sasaran 120.265 Ha. Sedangkan
kedelai baru mencapai 42.151 Ha (45,68 %) dari sasaran 92.280 Ha.
(2) Berdasarkan ARAM I tahun 2013 produksi padi diperkirakan MENINGKAT menjadi
2.030.661 ton gkg; dengan provitas 49,29 kw/ha, produksi jagung mencapai 589.501
ton PK dengan provitas 54,71 kw/ha; dan kedelai diperkirakan meningkat tajam
menjadi 90.592 bk dengan provitas 11,60 kw/ha
(3) Strategi peningkatan produktivitas padi nasional ditempuh melalui peningkatan mutu
intensifikasi, pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, pengembangan padi hibrida,
dan pengembangan kelembagaan tani.
(4) Langkah operasinal yang ditempuh dalam upaya peningkatan produktivitas adalah :
Identifikasi wilayah, revitaliasi kelompok tani/penguatan kelembagaan, Pemantapan
denga

instansi

terkait/stake

holder,

penerapan

teknoogi

spesifik

lokasi,

advokasi/`perlindungan, suvervisi dan bimbingan serta monitoring dan evaluasi.


(5) Kebijakan yang mendukung Program P2BN tetap berpegang pada Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 45/Permentan/OT.140/8/2011.
(6) Persyaratan pengembangan padi hibrida di Indonesia adalah : Daerah irigasi terjamin
dan tanah subur, bukan daerah endemic hama wereng coklat, tungro dan ganjr,
Ketersediaan sarana produksi, sangat sfesifik lokais, petani setempat tangap terhadap
teknologi baru dan tingkat hasil padi yang dicapai sudah tinggi.
(7) Untuk mencapai sasaran produktivitas dan produksi tahun 2013, maka akan ditempuh
langkah-langkah operasional antara lain :
a) Penyuluhan dan pengawalan SL-PTT secara lebih intensif untuk budidaya yang
lebih baik seperti :
Tanam jajar legowo
Penggunaan pupuk organic dan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang
semakin terbatas

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 55

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Meminimalisir penyemprotan dengan menggunakan pestisida kimia


b) Guna mencegah meluasnya serangan OPT, perlu dianjurkan oleh petugas kepada
para petani antara lain :
Tertib pola tanam
Penggantian varietas/Diversifikasi
Pengamatan rutin agar dilakukan lebih intensif
Eradikasi seletif bila perlu terhadap tanaman terserang penyakit yang
penularannya relaif cepat, seperti blast dan tungro.
Pengendalian dini terhadap serangan menggunakan agensia hayati,
pestisida nabati, dan bila sudah tidak efektif seminimal mungkin menggunakan
pestisida kimia.
c) Lebih intensif melakukan pembinaan dan pengawalan ke lapangan
(8) Dalam rangka percepatan peningkatan produktivitas padi di lahan sawah diawali
dengan pemetaan produktivitas padi dengan kreteria rendah produktivitas < 3,5
ton/ha, sedang 3,6 4,9 ton/ha dan tinggi 5 ton/ha. Dari ketiga kreteria tersebut
masing-masing upaya dilakukan di kawasan yang masih rendah dipercepat dengan
pendekaan sekolah lapang, sedangkan dilahan sedang sampai tinggi dilakukan
pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dengan model SL, didukung dengan
pendampingan oleh petugas teknis dan penyuluh.
(9) Hujan bulan Juni Agustus 2013 menurut BMKG diperkirakan akan terjadi La Nina
lemah, sehingga volume hujan akan sedikit lebih banyak dari biasanya.
(10) Untuk memperoleh produksi padi di NTB tersebut, dilakukan dengan skenario sebagai
berikut :
Langkah-langkah operasional antisipasi perubahan iklim
Menyampaikan informasi keadaan iklim secara periodik ke masyarakat tani melalui
petugas lapangan.
Meningkatkan pengamatan dini terhadap serangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) dan bencana alam oleh PPOPT.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 56

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Meningkatkan kualita laporan Luas Tanam, Luas Panen dan Hail Ubinan yang
dilakukan oleh PPL, KCD, dan KSK untuk menekan terjadinya perbedaan data.
Melakukan

perubahan

jadwal

tanam,

penanaman

kembali

dan

gerakan

pengendalian OPT secara massal sesuai dengan perkembangan kondisi lapangan.


Memberikan bantuan paket teknologi budidaya, pompa air, dan alat pengering
gabah .
Optimalisasi pemanfaatan lahan kering dengan pola tumpang gilir sesuai curah
hujan lokal spesifik.
Misalnya setelah panen padi GOGO atau sebelum panen jagung segera menanam
kedelai/kacang hijau
Peningkatan pengelolaan pasca panen untuk pengurangan kehilangan hasil,
perbaikan kualitas serta penggunaan dryer di puncak panen yang berbarengan
musim hujan.
9) Fasilitasi Kemitraan dan Adopsi Teknologi Serealia Lain
Pertemuan Fasilitasi Kemitraan dan Adopsi Teknologi Serealia Lain Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2013
diselenggarakan dari tanggal 25 s/d 27 September 2013 yang bertempat di Hotel Lombok
Raya, Jalan Panca Usaha Nomor 11 Mataram.
Peserta Pertemuan Fasilitasi Kemitraan Pengembangan Pangan Alternatif Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Nusa Tenggara Barat dihadiri oleh 25
(dua puluh lima ) orang peserta yang berasal dari 10 (sepuluh) kabupaten/kota se- Provinsi
Nusa Tenggara Barat yang membidangi serealia lainnya.
Setelah mendengarkan pengarahan dari Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi NTB dan dari seluruh Narasumber yang memberikan materi pada acara
pertemuan maupun diskusi, maka hasil yang dicapai dalam pertemuan ini adalah :
1. Perlunya menetapkan areal pengembangan serealia lainnya di kabupaten/ kota di Provinsi
Nusa Tenggara Barat.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 57

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

2. Sorgum dan gandum dikembangkan melalui pola kemitraan.


3. Prospek pengembangan sorgum dan gandum cukup baik karena memiliki nilai ekonomis
yang tinggi, gizinya lengkap dan diminati negara maju seperti Jepang, Korea dan banyak
pengusaha yang sudah aktif mengembangkannya kedepan.
4. Apabila dikembangkan di Provinsi NTB pola kemitraan hal yang harus diperhatikan :
a. Uji adaptasi/ multi lokasi;
b. Soialisasi;
c. Pengembangan benih dan varietas;
d. Pengusaha yang jelas;
e. Dikoordinasikan dengan Kementerian Pertanian di Jakarta;
f.

Harga saling menguntungkan (bila perlu ada jaminan pasar).

5. Peningkatan

produksi

melalui

penerapan

teknologi

budidaya

yang

baik

dan

menguntungkan dan perluasan areal tanam di lahan kering.


6. Serta kegiatan-kegiatan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang dapat mendukung
melalui :
a. Promosi/ pameran;
b. Misi dagang/ pasar lelang;
c. Sistem resi gudang dan
d. Identifikasi produk sangat diperlukan.
Kesimpulan yang dapat disampaikan pada acara pertemuan ini adalah :
1. Sejalan dengan penurunan konsumsi beras (catur strategi) yang didukung adanya
Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Perpres No 22 Tahun 2009 tentang
Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal,
maka konsumsi akan serealia lainnya terus digalakkan.
2. Produksi dalam negeri (sorgum dan gandum) yang belum mampu mencukupi kebutuhan
sampai saat ini masih dilakukan impor untuk memenuhi sumber pangan sebagai konsumsi
harian, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya program pengembangan serealia lainnya di
dalam negeri.
3.

Pengawalan dan pendampingan dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan


kebijakan program pengembangan serealia lainnya melalui :
a. Peningkatan produksi (produktivitas, penerapan teknologi anjuran, penggunaan
varietas ungul, dan pemupukan berimbang).

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 58

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

b. Perluasan areal tanam (optimalisasi lahan, pengembangan di lahan kering, dan


peningkatan IP).
c. Penanganan pasca panen (pengolahan dan penyimpanan guna meningkatkan mutu
hasil).
d. Kelembagaan petani (penguatan kelembagaan dan pendampingan).
e. Mengembangkan dan memfasilitasi sistem permodalan petani.
f.

Mengembangkan usaha serealia lainnya dengan pola kemitraan yang saling


menguntungkan.

4. Peran penting serealia lainnya sebagai pangan alternatif dalam mendukung diversifikasi
pangan dan juga sebagai bahan baku pakan ternak.
5. Dimasa yang akan datang kebutuhan akan aneka serealia lainnya akan lebih bertambah
lagi seiring meningkatnya daya konsumsi masyarakat perkotaan sampai pedesaan
terhadap bahan pangan non beras.
10)

Rapat Koordinasi Persiapan Pencapaian Produksi Serealia


Rapat Koordinasi Pencapaian Produksi Serealia tahun 2013 dilaksanakan pada
tanggal 21 s/d 23 Oktober 2013 bertempat di Hotel Lombok Raya, Mataram, yang
pembukaannya dilakukan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi NTB dengan peserta pertemuan sebanyak 36 orang, meliputi 10 Kepala seksi
yang menangani tanaman pangan, 10 Orang Koordinator POPT dan 10 Orang Koordinator
peyuluh dari Kabupaten/Kota Se-NTB.
Sesuai dengan arahan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi NTB dan Direktur Budidaya Serealia/yang mewakili, para narasumber serta hasil
diskusi dalam pertemuan tersebut, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Agar upaya peningkatan produksi padi dan jagung lebih Fokus dan terpadu di NTB
telah dibuat Sasaran peningkatan Produksi padi dan jagung dan terinci atas musim
tanam (MH dan MK) dan Bulan beserta skenario untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan.
2. Melihat begitu berat tugas peningkatan produksi yang akan dicapai, maka pada
tahun 2013 merupakan tahun peningkatan produktivitas melalui kerja keras, kerja
cerdas dan kerja ihlas dalam rangka pencapaian sukses pembangunan pertanian.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 59

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Dengan

suksesnya

pembangunan

pertanian

diharapkan

pendapatan

dan

kesejahteraan petani terus dapat ditingkatkan.


3. Pembangunan pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan merupakan suatu keharusan,
karena perlu disadari bahwa sebagian besar penduduk kita merupakan petani. Oleh
karena itu mandiri pangan merupakan suatu keharusan yang tidak ada tawar
menawar lagi, target-target pencapaian produksi yang telah ditetapkan bersama
perlu dijabarkan lebih operasional
4. Strategi Pencapaian Sasaran Produksi diatas dilakukan melalui :
a. Peningkatan Produktivitas
b. Perluasan Areal dan optimasi lahan
c. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan
d. Peningkatan Manajemen
5. Untuk mencapai sasaran produksi padi dan jagung, maka diharapkan semua instansi
terkait untuk dapat :
a. Merubah pola pikir, dari bekerja terkotak-kotak menjadi bekerja yang terintegrasi
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing serta saling memberikan informasi
b. Peningkatan

produksi

dan

produktivitas

untuk

meningkatkan

pendapatan/kesejahtraan petani menjadi niat kita semua sehingga kita semua


diharapkan betul-betul dapat melakukan pengawalan pengelolaan saprodi,
pengawalan pertanaman dan pengawalan pasca panen
c. Tingkatkan sinergitas dari semua stakeholder terkait dan mengumpulkan data
indikatif dan definitif dalam rangka perencanaan peningkatan produksi padi
d. Mengkopilasi dan mengolah laporan dari Kabupaten/Kota tentang pelaksanaan
peningkatan produksi padi
e. Melakukan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan peningkatan Produksi padi
dan Jagung di wilayah yang menjadi tanggungjawabnya serta melakukan
koordinasi dengan anggota Tim di tingkat Provinsi
f. Menginventarisir, menganalisa dan memecahkan permasalahan yang timbul selama
pelaksanaan program di lapangan
6. Tugas Dinas yang membidangi Tanaman Pangan, yaitu :
a. Merumuskan, merencanakan dan menetapkan target produksi padi, jagung dan
kedelai

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 60

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

b. Mengkoordinasikan dan menyusun rencana kebutuhan sarana produksi dan


prasarana kebutuhan untuk mencapai target produksi padi, jagung dan kedelai
c. Menetapkan sentra produksi padi, jagung dan kedelai berdasarkan luas areal, luas
tanam dan luas panen
d. Melaksanakan pemantauan pengawalan pupuk bersubsidi dan pestisida sesuai
prinsip 6 tepat
e. Mengusulkan kebutuhan teknologi spesipik lokasi
f. Mengusulkan kebutuhan penyuluh pada lokasi sentra produksi padi, jagung dan
kedelai
g. Mengusulkan dan menetapkan calon petani/calon lokasi SL-PTT yang diusulkan
Kabupaten/kota
h. Meningkatkan

indeks

pertanaman

(IP)

padi

melalui

pengembangan

dan

pengelolaan jaringan irigasi (JITUT/JIDES), embung dan pompanisasi serta binaan


terhadap perkumpulan petani pemakai air (P3A)
7. Pelaksana SL-PTT tahun 2013 adalah pelaksana SL-PTT 2013 sehingga ddiharapkan
penyusunan CPCL sesuai form BPS segera diselesaikan oleh Kabupaten/Kota.
8. Dalam rangka peningkatan produksi khusunya padi maka pada Sl-PTT padi kawasan
pengembangan diwajibkan menerapkan jajar legowo 2:1 dan akan diberikan fasilitas
untuk pelaksanaan serempak adalah bantuan upah tanam sebesar Rp.220.000,- yang
dialokasikan di Provinsi.
9. Kunci keberhasilan pencapaian produksi adalah
a. Niat yang tulus dari seluruh stake holders
b. Pola gerakan mulai tingkat pusat sampai lapangan.
c. Kecepatan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah.
d. Komitmen seluruh stake holder
10. Adanya kejadian OPT di Lapangan yang melebihi angka prakiraan disebabkan antara
lain :
a. Adanya dampak perubahan iklim (DPI) yang berpengaruh terhadap meningkatnya
serangan beberapa OPT.
b. Informasi prakiraan serangan OPT belum dapat dimanfaatkan secara optimal
dalam menyusun strategi dan antisipasi serta koordinasi dalam menyikapi
kemungkinan terjadinya serangan OPT di lapangan.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 61

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

11. Tugas balai Pengkajian Teknologi Pertanian, yaitu :


a. Menyediakan rekomendasi teknologi spesipik lokasi sesuai usulan Dinas Teknis
yang membidangi tanaman pangan
b. Menyediakan kalender dan pola tanam menurut lokasi sentra produksi
c. Menyediakan informasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim
d. Merancang dan menyediakan benih untuk display dan uji adaptasi varietas serta
merekomendasikan penggunaan varietas unggul spesipik lokasi
e. Menempatkan peneliti di kabupaten/kota untuk mengawal penerapan teknologi
rekomendasi spesipik lokasi
f. Menyediakan publikasi dan menyampaikan teknologi tepat guna kepada sekretaris
Bakorluh/bapeluh sebagai bahan materi penyuluhan
12. Dukungan penyuluh adalah pada tahap pengawalan dan pendampingan dengan
menerapkan Tugas dan fungsinya.
13. Sembilan Indikator keberhasilan penyuluh antara lain :
a. Tersusunya programa penyuluhan
b. Tersusunya rencana kerja tahunan penyuluh pertanian.
c. Tersusunya Peta Wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi
d. Terdiseminasinya informasi teknologi pertanian secara merata
e. Tumbuh

kembangnya

keberdayaan

dan

kemandirian

pelaku

utama

yang

menguntungkan
f. Terwujudnya akses pelaku utama pelaku usaha ke lembaga keuangan, informasi
dan sarana produksi
g. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di wilayahnya
h. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama.
14. Awal musim hujan 2013/2014 di NTB secara umum diperkirakan akan masuk mulai
Oktober III hingga Desember II dengan sifat hujan berkisar antara noemal (N) hingga
atas normal (AN) selama musim hujan.
15. Kondisi iklim di tahun 2014 diprediksi akan berada pada kisaran normal hingga El Nino
lemah
16. Prospek awal musim kemarau tahun 2014 secara umum mengikuti kondisi dinamika
atmosfer hingga buletin prakiraan musim kemarau tahun 2014 direalease pada bulan
Februari 2014.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 62

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

17. Pencapaian produksi padi berdasarkan ARAM II tahun 2013 untuk komoditas padi
2.162.553 Ton dengan provitas 50.05 Ku/Ha, jagung 624.606 Ton pipilan kering
dengan provitas 56.74 Ku/Ha, kedelai 97.007 Ton dengan provitas 11.38 Ku/Ha.
18. Upaya pemantapan pencapaian produksi tahun 2013 beberapa hal yang sudah dan
akan dilakukan yaitu :
a. Penyediaan sarana produksi khususnya benih dan pupuk secara tepat
b. Mengamankan tanaman dari serangan OPT dan dampak fenomena iklim
c. Meningkatkan kemitraan dengan stake holder khususnya pada areal SL-PTT
d. Mengoptimalkan penggunaan peralatan pasca panen seperti terpal, sabit
bergerigi, thresher, dryer dan silo dalam upaya menekan kehilangan hasil
e. Meningkatkan pendampingan/pengawalan
f. Meningkatkan supervisi dan bimbingan
g. Pengamanan tanaman melalui upaya penyediaan pengairan yang terjamin
dengan berkoordinasi dengan jajaran PU Pengairan
h. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi disemua tingkatan antara Dinas teknis,
penyedia dan penyebar sumber teknologi, BPS dan Badan/Kantor yang
menangani penyuluhan.
Kesimpulan
1. Strategi

pencapaian

sasaran

produksi

antara

lain

melalui

peningkatan

produktivitas, perluasan areal dan optimasi lahan, penurunan konsumsi beras


dan pengembangan diversifikasi lahan dan peningkatan manajemen.
2. Kunci keberhasilan pencapaian produksi adalah niat yang tulus dari semua stake
holder, pola gerkan mulai dari pusat sampai ke lapangan, kecepatan
pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah dan komitmen.
3. Pencapaian produksi padi berdasarkan ARAM II tahun 2013 untuk padi sebesar
2.162.553 Ton dengan provitas 50,05 Ku/Ha, jagung 624.606 Ton dengan
provitas 56,74 Ku/Ha dan kedelai 97.007 Ku/Ha dengan provitas 11,38 Ku/Ha.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 63

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

11)

Pertemuan Masyarakat Agribisnis Jagung


Kegiatan pertemuan Kemitraan Jagung dilaksanakan selama 2 ( Dua ) hari, yaitu
dari tanggal 19 s/d 20 Juni 2013. Pertemuan dilaksanakan di Hotel Sentosa Senggigi,Km.8
Senggigi Lombok.
Peserta Kegiatan pertemuan Kemitraan Jagung

adalah

Kepala Dinas Yang

membidangi Tanaman Pangan, Ketua/pengurus MAJ kabupaten/kota dan peserta dari


Provinsi termasuk pelaku bisnis dan Stakeholder, dengan total peserta sebanyak 30 ( Tiga
Puluh ) orang dari Kabupaten/Kota dan Stake Holder (MAJ).
Setelah mendengar, memperhatikan dan mencermati pengarahan dari Direktur
Jenderal Tanaman Pangan dan Direktur Budidaya Serealia serta materi yang disampaikan
oleh para narasumber baik narasumber Pusat maupun daerah, hasil diskusi yang
berkembang selama pertemuan, diperoleh beberapa rumusan hasil pertemuan sebagai
berikut :
1)

Momentum peningkatan luas tanam dan produksi jagung di NTB harus diselamatkan
dengan menyeesaikan permasalahan transportasi yang masih menjadi kendala.
Diusulkan pemerintah daerah NTB membenahi sarana transportasi antara lain:
a.

Membangun sarana jalan di NTB yang mampu dilewati truk pengankut kontainer
dengan bobot hingga 22 ton. Sarana jalan tersebut diharapkan sampai lokasilokasi sentra produksi jagung (tanpa membedakan jenis jalan nasional, jalan
propinsi, jalan kabupaten).

b. Modernisasi pelabuhan untuk mempercepat waktu loading dan unloading kapal


bisa lebih cepat (baik untuk kapal curah maupun kapal container), sandar paralel:
a. Kapasitas transportasi untuk membawa jagung dari NTB saat ini masih
terbatas sehingga biaya ongkos transportasi sangat tinggi.

Diusulkan, jika

pemda NTB menangani hal ini, perlu biaya transportasi dapat diturunkan
sehingga nilai tambah dapat dinikmati petani
b. Gagasan Pemerintah daerah untuk mengundang industri membangun pabrik
pakan ternak di NTB perlu segera direalisasikan dengan langkah konkret oleh
Pemda dengan menyediakan lokasi yang tepat.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 64

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

c. Industri sangat mengharapkan pemerintah daerah dalam rangka PIJAR tidak


sekedar pada peningkatan produksi tetapi juga pada aspek pasca panen
(dryer) serta transportasi.
d. Pemda Harus lebih kreatif mendorong dan memfasilitasi pengembangan
agribisnis jagung di NTB.
2)

Potensi lahan untuk pengembangan jagung di NTB cukup besar dan untuk
peningkatan produktivitas telah dilakukan pengembangan jagung komposit dan
jagung hibrida yang mempunyai potensi hasil cukup besar dan dalam rangka
percepatan perluasan areal tanam jagung maka bantuan-bantuan benih jagung
diarahkan kepada Perluasan Areal Tanam

3)

Untuk lebih menyakinkan pelaku investor dalam melakukan investasi, masing-masing


Kabupaten/Kota hendaknya membuat / menyusun rencana pengembangan jagung
per Kecamatan / Desa / kelompok tani, yang dijadikan dasar bagi pengusaha /
investor dalam melakukan kemitraan.

4)

Perlu adanya dukungan politik yang tegas dan fokus dari Pemerintah Daerah pada
pengembangan Agribisnis Jagung. Komitmen tersebut harus dijabarkan lebih detail
dalam kebijakan yang jelas dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan di lapangan
dan Kebijakan tersebut agar bisa dilaksanakan oleh seluruh aparat Pemerintah
Daerah sampai di tingkat desa. Kebijakan yang dimaksud adalah :
a. Perlu disusun kebijakan harga dasar jagung
b. Perlu disiapkan dana talangan untuk menampung jagung pada saat harga jagung
rendah
c. Perlu dipersiapkan dana untuk subsidi biaya transportasi
d. Infrastruktur pelabuhan dan jalan yang ada sekarang perlu dibenahi agar
pengangkutan lewat pelabuhan ke luar daerah dapat menggunakan kapal laut
yang mempunyai kapasitas minimal 5.000 ton
e. Untuk pengriman jagung keluar daerah dengan tranportasi laut dapat dilakukan
koordinasi dengan Lanal Angkatan laut Ampenan
f.

Membuat surat ke pemerintah pusat agar sebelum melakukan impor jagung


terlebih dahulu harus mengambil jagung produksi NTB

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 65

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

g. Pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan subsidi bunga, agar petani


tidak dikenakan bunga pinjaman, atau pemerintah menjadi penjamin kredit
petani dengan menyimpan uang Pemda di Bank
5)

Perlu adanya perlindungan baik bagi pengusaha yang menginvestasikan modalnya


maupun bagi petani terutama pada saat pemasaran hasil agar bisa saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Untuk itu maka sejak awal mulai dilakukan
kerjasama perlu adanya kesepakatan harga yang disesuaikan dengan komoditi
lapangan.

6)

Perlu adanya pengusaha di daerah yang aktif dalam pengembangan agribisnis


jagung di NTB dengan sistem sewa yang juga petani sebagai tenaga kerja. Bila
kemitraan sudah berjalan baik baru dikembangkan ke system bagi hasil.

7)

Pemasaran produk jagung melalui i-Pasar lebih menjamin stabilitas harga serta dapat
memotong rantai pemasaran terutama untuk menghindari permaian harga dari para
tengkulak

8)

Untuk menunjang perkembangan areal jagung dalam rangka meningkatkan produksi


dan produktivitas produksi maka dukungan sarana produksi ( benih, pupuk dan
peralatan pasca panen) agar direncanakan dengan baik, untuk menghindari
permasalahan di lapangan.

9)

Swasta yang berminat investasi jagung sangat banyak dan serius, tetapi mengingat
tahapan dan biaya yang besar perlu dukungan: teknologi, pembinaan petani plasma,
prasarana.

10) Swasta akan dapat berperan sebagai alternatif pasar bagi pengembangan jagung.
Namun swasta jangan diminta menangani semuanya
11) Swasta (PT. Rajawali Corporate) mengajak menjadikan Indoensia sebagai eksportir
jagung dunia.
12) Kemitraan harus disusun berlandaskan pendekatan bisnis yaitu semua mendapat
manfaat dan keuntungan
13) Swasta mau berinvestasi ke suatu daerah tetapi harus mendapat insentif lahan
sebagai HGU.
14) Untuk mengundang investor, agar semua daerah pro aktif

menawarkan potensi

wilayahnya dan insentif yang ditawarkan.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 66

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

15) Pengusaha memiliki sumberdaya uang yang sangat besar, daerah agar menyusun
proposal investasi yang layak ditawarkan.
16) Jangan menuntut pengusaha memberikan jaminan harga, pengusaha harus berpikir
keuntungan.

Biaya-biaya umumnya akan ditanggung (dibebankan) ke petani

(menekan harga di tingkat petani.


17) Bantuan pemerintah (pengering dll) diusulkan diserahkan kepada pengusaha yang
ahli dan businessman sehingga benar bermanfaat dengan cara tender.

Jika

diserahkan kepada petani atau pengusaha yang tidak paham atau tidak berperilaku
bisnis maka akan tidak berkelanjutan.
18) Industri pakan ternak jika dibangun harus bisa hidup sepanjang masa dan harus
menguntungkan. Oleh sebab itu maka perlu pertimbangkan dengan matang.
19) Minimum skala ekonomi pabrik pakan minimum 20 ribu ton per bulan. Jika di
Lombok konsumsinya masih kurang dari 20 ribu ton per bulan maka pabrik pakan
belum bisa dibangun.

Saat ini sudah terdapat 68 pabrik pakan tetapi kapasitas

masih idle sekitar 30%.


20) Diperkirakan 2017 permintaan daging ayam akan duakali lipat dari sekarang (15 kg
per tahun per kapita). Maka diperkirakan permintaan jagung akan menjadi 8 juta
ton per tahun.
21) Industri mengusulkan agar membangun terlebih dahulu infrastruktur terlebih dulu
baru undang investor. Karena infrastruktur dan makro ekonomi yang kacau, harga
biaya produksi per kg daging ayam Indonesia masih tertinggi di wilayah Asia. Belum
ada kemajuan teknologi pasca panen jagung dalam 50 tahun terakhir ini.

Perlu

solusi jangka pendek dan jangka panjang untuk mendukung investasi hulu hilir.
22) Stakeholder yang lain (seperti Pelindo) diundang ikut membicarakan penyelesaian
jagung NTB.
23) NTB masih harus dibenahi lebih dalam lagi melibatkan stake holder lainnya untuk
mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu.
24) Permodalan didukung KKPE, yang sudah dilakukan beberapa kali pembicaraan tapi
belum deal/konkret.
25) Perlu sistem informasi pasar jagung yang terbuka sehingga mendukung tataniaga.
26) Perlu jaminan harga jagung sebelum petani menanam jagung.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 67

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

27) NTB ingin mengembangkan industri hilir jagung. Yang sudah dikaji kelayaknnya
adalah industri pakan, industri tepung jagung dan industri minyak jagung.
28) Perindustrian menggalakkan proses industri hilir.

Industri rumah tangga skala kecil jagung harus dikembangkan dan didukung oleh
pemda khususnya di aspek pengemasan sehingga attractive dan marketable

Kebijakan jagung harus supportive, tidak boleh melarang-larang, karena in fact


infrastructure kita masih tidak bagus.

Industri home jagung (KWT) sebaiknya berkembang dengan didukung pasar


bebas. Bantuan pemerintah cukup sebagai stater.

Kesimpulan
(1) Potensi lahan untuk pengembangan jagung di NTB cukup besar dan untuk
peningkatan produktivitas telah dilakukan pengembangan jagung komposit dan
jagung hibrida yang mempunyai potensi hasil cukup besar dan dalam rangka
percepatan perluasan areal tanam jagung maka bantuan-bantuan benih jagung
diarahkan kepada Perluasan Areal Tanam.
(2) Kemitraan harus disusun berlandaskan pendekatan bisnis yaitu semua mendapat
manfaat dan keuntungan
(3) Industri pakan ternak jika dibangun harus bisa hidup sepanjang masa dan harus
menguntungkan. Oleh sebab itu maka perlu pertimbangkan dengan matang.
(4) Minimum skala ekonomi pabrik pakan minimum 20 ribu ton per bulan. Jika di
Lombok konsumsinya masih kurang dari 20 ribu ton per bulan maka pabrik pakan
belum bisa dibangun.

Saat ini sudah terdapat 68 pabrik pakan tetapi kapasitas

masih idle sekitar 30%.


(5) Industri mengusulkan agar membangun terlebih dahulu infrastruktur terlebih dulu
baru undang investor. Karena infrastruktur dan makro ekonomi yang kacau, harga
biaya produksi per kg daging ayam Indonesia masih tertinggi di wilayah Asia.
(6) Perlu sistem informasi pasar jagung yang terbuka sehingga mendukung tataniaga.
Perlu jaminan harga jagung sebelum petani menanam jagung.
(7) NTB ingin mengembangkan industri hilir jagung. Yang sudah dikaji kelayaknnya
adalah industri pakan, industri tepung jagung dan industri minyak jagung.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 68

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

12)

Pertemuan Perencanaan Pengembangan Tanaman Pangan 2014


Pertemuan

Perencanaan

Pengembangan

Tanaman

Pangan

Tahun

2014

dilaksanakan selama 3 (tiga) hari pada tgl 21 s/d 23 Oktober 2013 di Hotel Lombok Raya
Mataram.

Hasil Pertemuan
(1) Angka Sasaran Luas Tanam Padi Dan Palawija Tahun 2014
Program peningkatan produksi tanaman pangan sangat terkait erat dengan
luas lahan yang dapat digunakan untuk pelaksanaannya. Perencanaan yang cermat
akan menghasilkan realisasi yang lebih mendekati target.
Berdasarkan diskusi dengan kabupaten/kota dan mempertimbangkan potensi
lahan yang ada di masing-masing kabupaten, maka telah disepakati angka sasaran
tanam tanaman pangan untuk tahun 2014 sebagai berikut :
Tabel IV-13.

KOMODITI

NO

Sasaran Luas Tanam Padi dan Palawija Tahun 2014 di Nusa


Tenggara Barat
2013/2014

2014

TOTAL

Sasaran 2013

+/-

(Okt - mar)

( Apr - Sep )

2014

(Ha)

(Ha)

(Ha)

(Ha)

(Ha)

PADI

314.946

121.876

436.822

421.334

15.488

3,68

PADI SAWAH

256.572

121.876

PADI LADANG

58.374

378.448

365.284

13.164

3,60

58.374

56.050

2.324

4,15

JAGUNG

98.478

23.622

122.100

120.265

1.835

1,53

KEDELAI

33.987

59.008

92.995

92.280

715

0,77

KACANG TANAH

14.057

16.363

30.420

29.730

690

2,32

KACANG HIJAU

21.214

20.825

42.039

45.068

-3.029

-6,72

UBI KAYU

6.140

1.489

7.629

7.629

0,00

UBI JALAR

510

945

1.455

1.455

0,00

Berdasarkan tabel tersebut, sasaran luas tanam tanaman pangan rata-rata


mengalami peningkatan kecuali kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Hal ini karena
munculnya optimisme dari daerah akan pencapaian luas tanam tahun ini karena
berdasarkan ramalan dari BMKG curah hujan tahun ini akan kembali normal, bahkan di
beberapa daerah cenderung berlebihan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun
2013 dimana terjadi kekeringan dimana-mana.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 69

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(2) Angka Sasaran Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Padi Dan Palawija
Tahun 2014
Untuk perhitungan sasaran produksi, luas panen, produktivitas dan produksi
padi dan palawija tahun 2014 dihitung berdasarkan data series angka tetap tahun
tahun sebelumnya di Nusa Tenggara Barat serta sasaran program-program baik di
daerah maupun di pusat. Berdasarkan kemampuan masing-masing daerah, sasaran
luas panen, provitas dan produksi tanaman pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel IV-14. Sasaran Luas Panen, Provitas, dan Produksi Tanaman Pangan Tahun
2014 dibandingkan ARAM I Tahun 2013 di Provinsi NTB

No

KOMODITI

1. TOTAL PADI
Padi Sawah
Padi Ladang
2. JAGUNG
3. KEDELAI
4. KACANG TANAH
5. KACANG HIJAU
6. UBI KAYU
7. UBI JALAR

Luas
Panen
(Ha)
426.978
368.604
58.374
117.216
91.119
28.955
41.194
7.629
1.397

Sasaran 2014
Hasil/
Produksi
Hektar
(Ku/Ha)
(Ton)
54,25
56,61
39,40
65,50
14,90
16,20
12,62
141,05
124,98

2.316.549
2.086.549
230.000
767.757
135.765
46.900
51.975
107.604
17.460

Luas
Panen
(Ha)

Aram I 2013
Hasil/ Produksi
Hektar
(Ku/Ha)
(Ton)

412.023
357.171
54.852
108.607
78.064
31.678
24.868
4.588
761

50,04
51,46
40,74
55,78
11,43
17,41
12,52
131,80
123,86

2.061.624
1.838.169
223.455
605.762
89.201
55.164
31.124
60.469
9.426

Luas
Panen
(Ha)
103,63
103,20
106,42
107,93
116,72
91,40
165,65
166,28
183,57

%
Hasil/ Produksi
Hektar
(Ku/Ha) (Ton)
108,43
109,99
96,72
117,43
130,39
93,01
100,81
107,02
100,90

112,37
113,51
102,93
126,74
152,20
85,02
166,99
177,95
185,23

Untuk pencapaian sasaran produksi tahun produktivitas padi pada tahun 2014
diupayakan melalui peningkatan produktivitas. Upaya ini didukung dengan adanya
bantuan benih yang berasal dari Pemerintah pusat guna meningkatkan hasil per luas
lahan.
Sasaran luas panen, produksi dan produktivitas Padi dan Palawija tahun 2014
diupayakan melalui 2 (dua) program pencapaian produksi, yaitu intensifikasi melalui
penerapan program SL-PTT dan ekstensifikasi atau perluasan areal tanam.
Upaya intensifikasi dilakukan diantaranya melalui penerapan teknologi dan
program SL-PTT, penggunaan benih varietas unggul dengan bantuan subsidi benih
dari pemerintah untuk peningkatan nproduktivitas lahan, pemupukan berimbang,
pengairan / irigasi teratur, pengolahan lahan yang tepat serta pengendalian terhadap

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 70

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

hama penyakit tanaman dengan tidak merusak agroekosistem tanah, lingkungan serta
hasil budi daya tanaman tersebut, sedangkan peningkatan produksi melalui program
ekstensifikasi / perluasan areal tanam dilakukan dengan membuka lahan lahan baru
potensial yang dapat menghasilkan produksi padi dan palawija optimal.
(3) Rencana
Indikatif
Kebutuhan
MT. 2013/2014 dan MT. 2014
Rencana indikatif

Benih

Tanaman

Pangan

kebutuhan benih tahun 2014 mengalami peningkatan

dibanding tahun 2014, hal ini selaras dengan peningkatan luas tanam yang terjadi tiap
tahunnya dan adanya program bantuan benih dari pemerintah melalui Sekolah Lapang
Penguntuk komoditi padi, jagung, dan kedelai. Bahkan pada tahun 2014 akan
diperluas lagi dengan program Adapun rekomendasi kebutuhan benih padi 25 kg /
ha, jagung 20 kg/ ha dan kedelai 40 kg / ha.
Sasaran penggunaan kebutuhan benih bersertifikat di Nusa Tenggara Barat
ditetapkan berdasarkan tingkat penggunaan benih yang telah dicapai tahun
sebelumnya dan bantuan benih yang telah diprogramkan pemerintah.
Tebel IV-15.

No

Rencana Indikatif Kebutuhan Benih Tahun 2014 di Provinsi Nusa


Tenggara Barat
% PENGGUNAAN

KOMODITI
TOTAL

PADI
PADI SAWAH
PADI LADANG

JAGUNG

KEDELAI

KACANG TANAH

KACANG HIJAU

UBI KAYU

UBI JALAR

9.443,00
8.042,02
1.400,98
2.442,00
1.859,89
182,52
716,27
76.290,00
72.765,00

PER 1 HA

TON
TON
TON
TON
TON
TON
TON
RIBU STEK
RIBU STEK

25
30
20
40
60
25
10.000
50.000

KG
KG
KG
KG
KG
KG
STEK
STEK

BENIH BERSERTIFIKAT

85
80
75
50
10
10
-

Sasaran kebutuhan benih aktual dapat mencapai angka yang jauh lebih
besar. Namun mengingat masih banyaknya petani yang belum menggunakan benih
bersertifikat, maka diasumsikan petani yang menggunakan benih bersertifikat akan
meningkat dari tahun ke tahun. Mengingat banyaknya bantuan yang telah diberikan
oleh pemerintah, maka pada tahun 2014 diharapkan mencapai 85 % dari luas tanam
untuk padi sawah dan 80 % untuk penggunaan benih bersertifikat untuk padi ladang.
(4) Kendala Dan Permasalahan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 71

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Beberapa kendala dan permasalahn yang terjadi dalam usaha budi daya pertanioan di
Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut :
Alih fungsi lahan pertanian sebagai akibat pesatnya pembangunan diluar sektor
pertanian, menyebabkan beberapa luasan lahan yang sangat subur tidak
berfungsi sesuai dengan harapan pembangunan pertanian. Dilain pihak upaya
perluasan areal melalui percetakan sawah baru memerlukan dana yang tidak
sedikit dan juga tidak tersedianya sumber air yang memadai;
Menurunnya dukungan Sumberdaya Lahan sebagai akibat dari teknik budidaya
yang tidak memperhatikan kaidah konservasi.
Menurunnya dukungan sumberdaya air, terbatasnya jumlah mata air, curah
hujan yang semakin menurun setiap tahunnya, sehingga teknologi pertanian
tidak dapat diterapkan secara optimal.
Beberapa OPT penting masih menjadi kendala yang serius dalam upaya
peningkatan produksi tanaman pangan. Misalnya tungro, penggerek batang,
tikus, Wereng coklat, dan blast pada padi.
Pemilikan modal petani yang sangat terbatas, penyediaan Kredit Usaha Tani
yang semakin terbatas pula, menyebabkan para petani kesulitan menyediakan
sarana produksi dan pada akhirnya petani menggunakan anjuran teknologi
sesuai dengan kemampuannya. Demikian pula dalam hal kegiatan pengolahan
hasil produksi pertaniannya;
Penggunaan sarana produksi on farm yang masih sangat minimal seperti
penggunaan benih/varietas unggul bersertifikat, pupuk yang dianjurkan,
serta obat obatan atau pestisida alami maupun kimia yang bersifat tidak
resisten
Masih tingginya tingkat kehilangan hasil, yang disebabkan oleh penanganan
panen dan pasca panen yang belum memadai (Tingkat kehilangan hasil pada
komoditas Padi saat ini mencapai 10,48 % dari total produksi);
Harga sarana produksi yang sangat tinggi dibandingkan dengan harga gabah
maupun komoditas lainnya pada saat panen;
Ketersediaan Infra struktur seperti pelabuhan laut, pelabuhan udara jalan yang
belum tersedia secara memadai

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 72

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(5) Upaya Upaya Khusus Yang Dilakukan Per Kabupaten Untuk Peningkatan
Produksi
Beberapa upaya khusus yang dilakukan untuk peningkatan produksi secara
umum untuk masing masing kabupaten / kota di Nusa Tenggara Barat antara lain
sebagai berikut :
Untuk meningkatkan produksi tanaman pangan telah dilakukan beberapa
Program Perluasan Areal Tanam melalui kegiatan optimalisasi pemanfaatan
lahan, rehabilitasi dan konservasi lahan, dan penambahan baku lahan sehingga
berdampak positif dalam penaambahan areal panen.
Mengoptimalkan penggunaan lahan lahan baru yang telah diusahakan melalui
kegiatan

perluasan

areal

tanam

sehingga

berdampak

positif

dalam

penambahan areal panen dan produksi tanaman pangan pada tahun 2014 dan
2014
Meningkatkan jalinan kerjasama kemitraan dengan pihak swasta untuk
mengatasi keterbatasan modal petani seperti pola kemitraan yang telah
dilaksanakan untuk pengembangan komoditi jagung hibrida

dengan pihak

Perhimpunan Masyarakat Madani


Mempersiapkan sarana produksi secara enam tepat (Tepat harga, jenis, jumlah,
mutu, tempat dan sasaran)
Melakukan pemantauan, pembinaan dan bimbingan

teknis yang intensif

terutama dalam upaya peningkatan produktivitas padi dan palawija dengan


memberikan bimbingan teknis seperti pemupukan berimbang.
Peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui program intensifikasi
dengan meningkatkan penggunaan benih varietas unggul berproduksi tinggi
yang dilakukan melalui kegiatan demplot demplot benih unggul bersertifikat,
denfarm padi tipe baru, pemupukan berimbang, serta dengan program
ekstensifikasi melalui kegiatan perluasan areal tanam ( PAT )
Mengupayakan percepatan pertanaman menjelang musim kemarau dengan
mengoptimalkan penggunaan alsintan
Meminimalisasi kerusakan / puso tanaman baik akibat serangan OPT,
Kekeringan maupun banjir melalui peningkatan pemantauan dan pengamatan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 73

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

OPT lebih intensif dan pengendalian dini terhadap sumber serangan dan
pemantauan informasi iklim.

Kesimpulan
Berdasarkan pengarahan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan hortikultura
Provinsi NTB, pembahasan materi serta diskusi maka disimpulkan rumusan sementara
sebagai berikut :
(1) Sasaran produksi komoditi utama tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar) tahun 2014 adalah :
Tabel IV-16.

No.

KOMODITI
13/14

SASARAN 2014 KESEPAKATAN KABUPATEN


PANEN
PROV
TANAM
2014
TOTAL
(HA)
(KW/HA)

PROD
(TON)

1 TOTAL PADI

314.946

121.876

436.822

426.978

54,25

2.316.549

2 PADI SAWAH

256.572

121.876

378.448

368.604

56,61

2.086.549

3 PADI LADANG

58.374

58.374

58.374

39,40

230.000

4 JAGUNG

98.478

23.622

122.100

117.216

65,50

767.757

5 KEDELAI

33.987

59.008

92.995

91.119

14,90

135.765

6 KACANG TANAH

14.057

16.363

30.420

28.955

16,20

46.900

7 KACANG HIJAU

21.214

20.825

42.039

41.194

12,62

51.975

6.140

1.489

7.629

7.629

141,05

107.604

510

945

1.455

1.397

125,00

17.460

8 UBI KAYU
9 UBI JALAR

(2) Dinas Pertanian Kabupaten hendaknya meningkatkan koordinasi dan komunikasi


dengan BPS di masing-masing Kabupaten/Kota untuk mendapatkan akurasi data yang
lebih maksimal dan menghindari adanya bias angka antara Dinas dan BPS.
(3) Sasaran Kebutuhan benih potensial Untuk Nusa Tenggara Barat berdasarkan sasaran
areal tanam tersebut adalah :
Padi

13.104 TON

Jagung

2.442 TON PK

Kedelai

3.720 TON BK

Kacang Tanah

1.825 TON BK

Kacang Hijau

1.051 TON BK

Ubi Kayu

76.290 RIBU STEK

Ubi Jalar

72.750 RIBU STEK

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 74

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai sasaran produksi tanaman pangan pada tahun
2014 antara lain :
-

Peningkatan Produktivitas dan Produksi melalui Program SL-PTT dan SRI, SL-PHT
dan SLI, .

Mengatur pola tanam untuk meminimalkan serangan OPT dengan gerakan Spot
Stop.

Penggunaan pupuk berimbang.

Melakukan penanaman dengan sistem jajar legowo

Mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering dengan menanam palawija di areal


lahan kering dengan penggunaan varietas produksi tinggi.

Meminimalisir terjadinya ledakan hama karena penanaman varietas yang sama


secara terus menerus.

Perbaikan Jaringan irigasi (JITUT, JIDES, Embung, dll).

(5) Kondisi iklim perlu diinformasikan kepada para petani agar dalam melakukan budidaya
suatu komoditi dapat dikerjakan dengan tepat waktu dengan segala kemungkinannya
sehingga dalam hal ini masing-masing daerah diminta untuk selalu berkoordinasi
dengan BMKG.
(6) Berdasarkan informasi dari

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

bahwa :
-

Pada tahun 2013 Provinsi NTB akan mengalami Musim Hujan dan Musim
Kemarau yang normal sehingga curah hujan cenderung normal.

Sesuai dengan informasi tersebut, diperkirakan pola tanam akan kembali


normal, namun petani perlu waspada untuk penanaman padi pada peghujung
musim hujan dikarenakan curah hujan yang tidak lagi penuh seperti tahun
sebelumnya.

(7) Untuk meningkatkan produktivitas kecamatan, diharapkan kepada petugas kecamatan


baik Mantis dan Mantan untuk berkoordinasi dengan petugas Dinas dan BP4K untuk
dapat memberikan data ubinan yang lebih akurat sebagai data penunjang dalam
pembahasan dan penetapan angka di tingkat Badan Pusat Statistik.
(8) Dinas Pertanian Kabupaten hendaknya meningkatkan koordinasi dan komunikasi
dengan BPS di masing-masing kabupaten untuk mendapatkan akurasi data yang lebih
maksimal dan menghindari adanya bias angka yang cukup tinggi antara dinas dan BPS.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 75

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(9) Untuk mencapai sasaran produksi tanaman pangan khususnya padi, jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau yang pada tahun 2014 mendapatkan alokasi SL-PTT telah
dilancarakan dengan gerakan nasional yang dijadikan acuan oleh daerah didalam
meningkatkan produksi yaitu:
-

Peningkatan Produktivitas dan Produksi melalui Program SL-PTT, Bantuan benih


(BLBU).

mengganti dan melakukan pergiliran varietas dari produksi rendah ke produksi


tinggi.

Mengatur pola yanam untuk meminimalkan serangan OPT.

mengembangkan pupuk berimbang, diperlukan pengertian dari semua pihak


tentang pupuk berimbang, dimana pupuk berimbang adalah penggunaan pupuk
yang sesuai dengan yang direkomendasikan.

Pengembangan padi gogo dengan pola PTT untuk meningkatkan produksi padi
ladang mendukung penambahan produksi padi.

Mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering dengan menanam palawija di areal


kering dengan penggantian varietas produksi rendah.

(10) Kondisi iklim perlu diinformasikan kepada para petani agar dalam melakukan
budidaya suatu komoditi dapat dikerjakan dengan tepat waktu dengan segala
kemungkinannya sehingga dalam hal ini masing-masing daerah diminta untuk selalu
berkoordinasi dengan BMG.
(11) untuk mendapatkan akurasi data ketersediaan dan pengeluaran pupuk dimasingmasing Kabupaten/Kota se NTB dengan jalan memantau perkembangannya sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan laporan.
(12) untuk mengurangi ketergantungan akan pupuk kimia (pabrik), maka penggunaan
pupuk organik alternatif dipandang perlu untuk dikembangkan dan disosialisasikan,
namun tetap mengacu pada pupuk yang sudah terdaftar.
(13) Bagi kabupaten/kota yang merasa di daerahnya diperkirakan akan mengalami
kekurangan alokasi pupuk agar segera membuat surat permintaan penambahan.
(14) untuk mengurangi ketergantungan akan pupuk kimia (pabrik), maka penggunaan
pupuk ORGANIK dipandang perlu untuk dikembangkan dan disosialisasikan.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 76

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

13)

Rapat Koordinasi Pencapaian Produksi Serealia


Kegiatan Rapat Koordinasi Pencapaian Produksi Serealia dilaksanakan selama 3
(Tiga) hari, yaitu dari tanggal

21 - 23 Oktober 2013. Kegiatan Rapat Koordinasi

Pencapaian Produksi Serealia dilaksanakan di Hotel Lombok Raya, Mataram


Kegiatan Rapat Koordinasi Pencapaian Produksi Serealia diikuti oleh Kepala seksi
yang membidangi tanaman pangan kabupaten/kota, Koordinator POPT dan Koordinator
penyuluh kabupaten/kota dan peserta provinsi dengan total peserta sebanyak 36 ( Tiga
Pulh Enam ) orang.

Hasil Yang dicapai


Rapat Koordinasi Pencapaian Produksi Serealia tahun 2013 dilaksanakan pada
tanggal 21 s/d 23 Oktober 2013 bertempat di Hotel Lombok Raya, Mataram, yang
pembukaannya dilakukan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi NTB dengan peserta pertemuan sebanyak 36 orang, meliputi 10 Kepala seksi
yang menangani tanaman pangan, 10 Orang Koordinator POPT dan 10 Orang Koordinator
peyuluh dari Kabupaten/Kota Se-NTB.
Sesuai dengan arahan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi NTB dan Direktur Budidaya Serealia/yang mewakili, para narasumber serta hasil
diskusi dalam pertemuan tersebut, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
(1) Agar upaya peningkatan produksi padi dan jagung lebih Fokus dan terpadu di NTB
telah dibuat Sasaran peningkatan Produksi padi dan jagung dan terinci atas musim
tanam (MH dan MK) dan Bulan beserta skenario untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan.
(2) Melihat begitu berat tugas peningkatan produksi yang akan dicapai, maka pada tahun
2013 merupakan tahun peningkatan produktivitas melalui kerja keras, kerja cerdas
dan kerja ihlas dalam rangka pencapaian sukses pembangunan pertanian. Dengan
suksesnya pembangunan pertanian diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani
terus dapat ditingkatkan.
(3) Pembangunan pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan merupakan suatu keharusan,
karena perlu disadari bahwa sebagian besar penduduk kita merupakan petani. Oleh
karena itu mandiri pangan merupakan suatu keharusan yang tidak ada tawar menawar

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 77

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

lagi, target-target pencapaian produksi yang telah ditetapkan bersama perlu dijabarkan
lebih operasional
(4) Strategi Pencapaian Sasaran Produksi diatas dilakukan melalui :
a. Peningkatan Produktivitas
b. Perluasan Areal dan optimasi lahan
c. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan
d. Peningkatan Manajemen
(5) Untuk mencapai sasaran produksi padi dan jagung, maka diharapkan semua instansi
terkait untuk dapat :
-

Merubah pola pikir, dari bekerja terkotak-kotak menjadi bekerja yang terintegrasi
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing serta saling memberikan informasi

Peningkatan

produksi

dan

produktivitas

untuk

meningkatkan

pendapatan/kesejahtraan petani menjadi niat kita semua sehingga kita semua


diharapkan betul-betul dapat melakukan pengawalan pengelolaan saprodi,
pengawalan pertanaman dan pengawalan pasca panen
-

Tingkatkan sinergitas dari semua stakeholder terkait dan mengumpulkan data


indikatif dan definitif dalam rangka perencanaan peningkatan produksi padi

Mengkopilasi dan mengolah laporan dari Kabupaten/Kota tentang pelaksanaan


peningkatan produksi padi

Melakukan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan peningkatan Produksi padi


dan Jagung di wilayah yang menjadi tanggungjawabnya serta melakukan
koordinasi dengan anggota Tim di tingkat Provinsi

Menginventarisir, menganalisa dan memecahkan permasalahan yang timbul selama


pelaksanaan program di lapangan

(6) Tugas Dinas yang membidangi Tanaman Pangan, yaitu :


-

Merumuskan, merencanakan dan menetapkan target produksi padi, jagung dan


kedelai

Mengkoordinasikan dan menyusun rencana kebutuhan sarana produksi dan


prasarana kebutuhan untuk mencapai target produksi padi, jagung dan kedelai

Menetapkan sentra produksi padi, jagung dan kedelai berdasarkan luas areal, luas
tanam dan luas panen

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 78

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Melaksanakan pemantauan pengawalan pupuk bersubsidi dan pestisida sesuai

prinsip 6 tepat
-

Mengusulkan kebutuhan teknologi spesipik lokasi

Mengusulkan kebutuhan penyuluh pada lokasi sentra produksi padi, jagung dan
kedelai
Mengusulkan dan menetapkan calon petani/calon lokasi SL-PTT yang diusulkan

Kabupaten/kota
Meningkatkan

indeks

pertanaman

(IP)

padi

melalui

pengembangan

dan

pengelolaan jaringan irigasi (JITUT/JIDES), embung dan pompanisasi serta binaan


terhadap perkumpulan petani pemakai air (P3A)
(7) Pelaksana SL-PTT tahun 2014 adalah pelaksana SL-PTT 2013 sehingga ddiharapkan
penyusunan CPCL sesuai form BPS segera diselesaikan oleh Kabupaten/Kota.
(8) Dalam rangka peningkatan produksi khusunya padi maka pada Sl-PTT padi kawasan
pengembangan diwajibkan menerapkan jajar legowo 2:1 dan akan diberikan fasilitas
untuk pelaksanaan serempak adalah bantuan upah tanam sebesar Rp.220.000,- yang
dialokasikan di Provinsi.
(9) Kunci keberhasilan pencapaian produksi adalah
-

Niat yang tulus dari seluruh stake holders

Pola gerakan mulai tingkat pusat sampai lapangan.

Kecepatan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah.

Komitmen seluruh stake holder

(10) Adanya kejadian OPT di Lapangan yang melebihi angka prakiraan disebabkan antara
lain :
Adanya

dampak

perubahan

iklim

(DPI)

yang

berpengaruh

terhadap

meningkatnya serangan beberapa OPT.


Informasi prakiraan serangan OPT belum dapat dimanfaatkan secara optimal

dalam menyusun strategi dan antisipasi serta koordinasi dalam menyikapi


kemungkinan terjadinya serangan OPT di lapangan.
(11)

Tugas balai Pengkajian Teknologi Pertanian, yaitu :


-

Menyediakan rekomendasi teknologi spesipik lokasi sesuai usulan Dinas Teknis


yang membidangi tanaman pangan

Menyediakan kalender dan pola tanam menurut lokasi sentra produksi

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 79

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Menyediakan informasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim

Merancang dan menyediakan benih untuk display dan uji adaptasi varietas
serta merekomendasikan penggunaan varietas unggul spesipik lokasi

Menempatkan peneliti di kabupaten/kota untuk mengawal penerapan teknologi


rekomendasi spesipik lokasi

Menyediakan publikasi dan menyampaikan teknologi tepat guna kepada


sekretaris Bakorluh/bapeluh sebagai bahan materi penyuluhan

(12)

Dukungan penyuluh adalah pada tahap pengawalan dan pendampingan dengan


menerapkan Tugas dan fungsinya.
Sembilan Indikator keberhasilan penyuluh antara lain :
-

Tersusunya programa penyuluhan

Tersusunya rencana kerja tahunan penyuluh pertanian.

Tersusunya Peta Wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi

Terdiseminasinya informasi teknologi pertanian secara merata

Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama yang


menguntungkan

Terwujudnya akses pelaku utama pelaku usaha ke lembaga keuangan,


informasi dan sarana produksi

Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di wilayahnya

Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama.

Awal musim hujan 2013/2014 di NTB secara umum diperkirakan akan masuk
mulai Oktober III hingga Desember II dengan sifat hujan berkisar antara
noemal (N) hingga atas normal (AN) selama musim hujan.

(13)

Kondisi iklim di tahun 2014 diprediksi akan berada pada kisaran normal hingga El
Nino lemah

(14)

Prospek awal musim kemarau tahun 2014 secara umum mengikuti kondisi
dinamika atmosfer hingga buletin prakiraan musim kemarau tahun 2014 direalease
pada bulan Februari 2014.

(15)

Pencapaian produksi padi berdasarkan ARAM II tahun 2013 untuk komoditas padi
2.162.553 Ton dengan provitas 50.05 Ku/Ha, jagung 624.606 Ton pipilan kering
dengan provitas 56.74 Ku/Ha, kedelai 97.007 Ton dengan provitas 11.38 Ku/Ha.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 80

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(16)

Upaya pemantapan pencapaian produksi tahun 2013 beberapa hal yang sudah dan
akan dilakukan yaitu :
a. Penyediaan sarana produksi khususnya benih dan pupuk secara tepat
b. Mengamankan tanaman dari serangan OPT dan dampak fenomena iklim
c. Meningkatkan kemitraan dengan stake holder khususnya pada areal SL-PTT
d. Mengoptimalkan penggunaan peralatan pasca panen seperti terpal, sabit
bergerigi, thresher, dryer dan silo dalam upaya menekan kehilangan hasil
e. Meningkatkan pendampingan/pengawalan
f.

Meningkatkan supervisi dan bimbingan

g. Pengamanan tanaman melalui upaya penyediaan pengairan yang terjamin


dengan berkoordinasi dengan jajaran PU Pengairan
h. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi disemua tingkatan antara Dinas teknis,
penyedia dan penyebar sumber teknologi, BPS dan Badan/Kantor yang
menangani penyuluhan

Kesimpulan
(1) Strategi pencapaian sasaran produksi antara lain melalui peningkatan produktivitas,
perluasan

areal

dan

optimasi

lahan,

penurunan

konsumsi

beras

dan

pengembangan diversifikasi lahan dan peningkatan manajemen.


(2) Kunci keberhasilan pencapaian produksi adalah niat yang tulus dari semua stake
holder, pola gerkan mulai dari pusat sampai ke lapangan, kecepatan pengambilan
keputusan dalam menyelesaikan masalah dan komitmen.
(3) Pencapaian produksi padi berdasarkan ARAM II tahun 2013 untuk padi sebesar
2.162.553 Ton dengan provitas 50,05 Ku/Ha, jagung 624.606 Ton dengan provitas
56,74 Ku/Ha dan kedelai 97.007 Ku/Ha dengan provitas 11,38 Ku/Ha.

14)

Pertemuan Evaluasi Teknis P2BN


Pertemuan Evaluasi Teknis P2BN dilaksanakan di Mataram selama 2 (dua) hari
dari tanggal 10 - 11 Desember 2013, bertempat di Hotel Lombok Raya Jln. Panca Usaha
No. 11 Mataram Nusa Tenggara Barat. Peserta Pertemuan Evaluasi Teknis P2BN Propinsi
Nusa Tenggara Barat adalah Kepala Dinas yang menangani bidang pertanian dan Kepala
Badan yang menangani Penyuluhan Kabupaten/Kota se- NTB.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 81

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Hasil Pelaksanaan
Salah satu agenda Pemerintah Pusat melalui Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II
dalam pelaksanaan program pembangunan adalah Revitalisasi Sektor Pertanian dan
Perdesaan agar mampu berperan dalam pengentasan kemiskinan. Program ini merupakan
suatu langkah yang menempatkan kembali dan membangun komitmen tentang arti
penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual
Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan agar produksi beras dalam
negeri harus ditingkatkan sehingga diperoleh cadangan pangan yang cukup dan
diharapkan Indonesia bisa surplus beras 10 juta ton tahun 2014
Untuk mencapai surplus beras 10 juta ton tersebut telah ditandatangani
kesepahaman bersama antara Menteri Pertanian Republik Indonesia dan Gubernur Nusa
Tenggara Barat tentang P2BN yang dilanjutkan kemudian lebih teknis telah ditandatangani
perjanjian dukungan program/kegiatan untuk menunjang pencapaian sasaran produksi
dimaksud antara Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian dan Kepala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, antara Gubernur NTB
dan Bupati/Walikota se-NTB serta antara Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura

Provinsi

dan

Kepala

Dinas

yang

membidangi

Tanaman

Pangan

Kabupaten/Kota Se NTB
Agar upaya peningkatan produksi padi lebih fokus dan terpadu dalam pencapaian
surplus 10 Juta Ton Nasional, di NTB telah dibuat Road Map peningkatan Produksi Beras
sebanyak 2,106.940 ton GKG tahun 2013 dan pada tahun 2014 diikhtiarkan bisa mencapai
2,300.851 ton GKG
Dalam rangka mendukung Program Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN) di Nusa Tenggara Barat, maka telah dibentuk Tim Pelaksana P2BN provinsi yang
diketuai oleh Gubernur NTB dan Tim Pendamping di masing-masing kabupaten dengan
SK. Gubernur nomor Tahun 102 tahun 2013 tanggal, 8 Februari 2013.
Untuk mempercepat dan membantu petani dalam mencapai sasaran meningkatkan
produktivitas tanaman pangan, secara nasional telah diprogramkan bantuan benih pada
tahun 2013. Di Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Pertanian, bantuan benih kepada
petani telak dialokasikan dalam program SL-PTT padi, jagung, dan kedelai. Menghadapi
program bantuan benih kepada petani tersebut diharapkan agar mengoptimalkan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 82

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

penggunaan benih yang ada. Hal ini dimaksudkan agar program ini memberikan dampak
yang positif terhadap penggunaan benih unggul bermutu, dengan tetap menjaga
mutu/kualitas komoditi yang dihasilkan.
Target dan realisasi tanam dan panen padi tahun 2013 sebagai berikut :
Tabel IV-17. Target dan Realisasi Tanam Padi di NTB Tahun 2013
NO
1

KABUPATEN/
KOTA
2

1 MATARAM
2 LOMBOK BARAT
3 LOMBOK UTARA
4 LOMBOK TENGAH
5 LOMBOK TIMUR
6 SUMBAWA
7 SUMBAWA BARAT
8 DOMPU
9 BIMA
10 KOTA BIMA
NTB

Target
3

MT. 2012/2013 (HA)


Realisasi
4

2.440
18.370
11.103
60.567
54.500
64.236
11.332
30.479
49.605
5.300
307.932

2.053
18.323
10.188
56.710
51.257
66.629
10.763
26.192
55.321
4.461
301.897

%
5

Target
7

84,14
99,74
91,76
93,63
94,05
103,73
94,98
85,93
111,52
84,17
98,04

2.660
12.221
2.157
22.674
16.581
21.582
6.898
7.102
19.327
2.200
113.402

MT. 2013 (HA)


Realisasi
8
3.266
14.785
2.313
32.077
21.964
24.159
8.292
9.211
20.937
2.798
139.802

%
9
122,78
120,98
107,23
141,47
132,46
111,94
120,21
129,70
108,33
127,18
123,28

Target
10
5.100
30.591
13.260
83.241
71.081
85.818
18.230
37.581
68.932
7.500
421.334

TOTAL (HA)
Realisasi
11
5.319
33.108
12.501
88.787
73.221
90.788
19.055
35.403
76.258
7.259
441.699

%
12
104,29
108,23
94,28
106,66
103,01
105,79
104,53
94,20
110,63
96,79
104,83

Keterangan : Data dari Oktober 2012 s/d September 2013


Realisasi tanam padi sampai dengan bulan September 2013 telah mencapai 123,28 %
melebihi sasaran Tahun 2013.
Tabel IV-18. Target dan Realisasi Panen Padi di NTB Tahun 2013
No
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

KABUPATEN/
KOTA
2
MATARAM
LOMBOK BARAT
LOMBOK UTARA
LOMBOK TENGAH
LOMBOK TIMUR
SUMBAWA
SUMBAWA BARAT
DOMPU
BIMA
KOTA BIMA
NTB

Bulan Januari s/d Juni


Target
Realisasi
%
3
4
5
2.318
17.759
10.840
58.278
53.523
61.709
10.901
30.049
48.953
5.020
299.350

2.504
18.323
10.400
58.601
51.262
66.626
10.285
25.195
54.386
4.375
301.957

108,02
103,18
95,94
100,55
95,78
107,97
94,35
83,85
111,10
87,15
100,87

Bulan Juli s/d Desember


Target Realisasi
%
7
8
9
2.527
11.777
2.202
21.767
16.249
20.503
6.622
6.960
18.940
2.134
109.681

2.089
12.639
1.776
26.776
17.251
24.068
7.800
8.567
14.129
1.986
117.081

82,67
107,32
80,65
123,01
106,17
117,39
117,79
123,09
74,60
93,06
106,75

Target
10
4.845
29.536
13.042
80.045
69.772
82.212
17.523
37.009
67.893
7.154
409.031

TOTAL (HA)
Realisasi
11
4.593
30.962
12.176
85.377
68.513
90.694
18.085
33.762
68.515
6.361
419.038

%
12
94,80
104,83
93,36
106,66
98,20
110,32
103,21
91,23
100,92
88,92
102,45

Keterangan : Data dari Januari 2013 s/d Oktober 2013

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 83

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Kesimpulan
Sejak pelaksanaan P2BN tahun 2007 s/d 2012 produksi padi NTB meningkat ratarata 6,24 % pertahun ( dari 1.526.347 ton GKG menjadi 2.067.137 ton GKG). Dimana
kontribusi dari perluasan areal mencapai 4,27 % (dari 331.916 ha menjadi 416.062 ha),
sedangkan produktivitas hanya 1,76 % (dari 45,99 kw/ha menjadi 49,45 kw/ha)
Upaya pencapaian produksi tahun 2013 dan pemantapan tanam 2013/2014, ada beberapa
hal yang sudah dan akan dilakukan, yaitu :
a. Penyediaan sarana produksi khususnya benih dan pupuk secara tepat, termasuk
percepatan penyaluran bantuan langsung benih unggul ( BLBU ), penyaluran
Cadangan Benih Nasional (CBN) dan penyaluran dana bansos kepada kelompok tani
untuk peningkatan produktivitas dan peningkatan IP melalui kegiatan SL-PTT
c.

Perbaikan sistem budidaya melalui adopsi teknologi dan sosialisasi teknologi tanam
tepat guna seperti ; Sistem tanam jajar legowo, penggunaan pupuk berimbang,
penggunaan bibit muda dll.

d.

Meningkatkan kemitraan dengan stake holder khususnya pada areal Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)

e.

Meningkatkan pendampingan/pengawalan, supervisi dan bimbingan

f.

Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi disemua tingkatan antara Dinas teknis, penyedia
dan penyebar sumber teknologi, BPS dan Badan/Kantor yang menangani penyuluhan
Tabel IV-19. Target Tanam, Panen, Produksi Padi di NTB Tahun 2014
No

SASARAN 2014 KESEPAKATAN KABUPATEN


TANAM
PANEN
PROV
2014
TOTAL
(HA)
(KW/HA)

KABUPATEN/
KOTA
13/14

PROD
(TON)

2 LOMBOK BARAT

45

115

160

154

123,83

1.902

3 LOMBOK UTARA

110

90

200

192

121,98

2.342

15

205

220

211

130,02

2.746

5 LOMBOK TIMUR

150

150

300

288

130,90

3.770

P. LOMBOK

320

560

880

845

127,37

10.760

747

1 MATARAM

4 LOMBOK TENGAH

6 SUMBAWA

20

40

60

58

129,69

7 SUMBAWA BARAT

20

30

50

48

122,29

587

8 DOMPU

50

50

100

96

118,13

1.134

100

215

315

302

121,63

3.678

50

50

48

115,42

554

190
510

385
945

575
1.455

552
1.397

121,38
125,00

6.700
17.460

9 BIMA
10 KOTA BIMA
P. SUMBAWA
TOTAL NTB

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 84

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Dengan Sasaran Produksi dan Produktivitas tersebut, diharapkan pada tahun 2014
nanti Provinsi NTB mampu berkontribusi dalam mensukseskan sasaran surplus beras
10 juta ton.

Kesimpulan
Dari

hasil

pemaparan Narasumber dan diskusi

peserta, maka dapat

disimpulkan beberapa poin sebagai berikut :


(1) Strategi peningkatan produksi dan produktivitas padi nasional ditempuh melalui
kawasan pertumbuhan, kawasan pengembangan, dan kawasan pemantapan
dengan program SL-PTT yang dikawal oleh petugas dari Dinas, Penyuluhan, dan
Badan Penelitian.
(2) Persyaratan pengembangan padi hibrida di Indonesia adalah : Daerah irigasi
terjamin dan tanah subur, bukan daerah endemic hama wereng coklat, tungro
dan ganjr, Ketersediaan sarana produksi, sangat sfesifik lokais, petani setempat
tangap terhadap teknologi baru dan tingkat hasil padi yang dicapai sudah tinggi.
(3) Sejak pelaksanaan P2BN tahun 2007 s/d 2012 produksi padi NTB meningkat ratarata 6,24 % per tahun (dari 1.526.347 ton GKG menjadi 2.067.137 ton GKG)
Dimana kontribusi dari perluasan areal panen mencapai 4,27 % (dari 331.916 ha
menjadi 416.062 ha) sedangkan produktivitas hanya 1,76 % (dari 45,99 kw/ha
menjadi 49,45 kw/ha) sedangkan peningkatan produktivitas dari tahun 2012 ke
2013 hanya 11 kg/ha

(1 %). Pencapaian Luas Areal Tanam sampai dengan

September 2013 untuk komoditi Padi telah melampaui sasaran yang ditetapkan.
(4) Pembangunan Tanaman Pangan merupakan suatu keharusan, karena perlu
disadari bahwa sebagian besar penduduk Provinsi NTB merupakan petani. Oleh
karena itu kemandirian pangan merupakan suatu keharusan yang tidak ada
tawar menawar lagi, target-target pencapaian produksi yang telah ditetapkan
bersama perlu dijabarkan lebih operasional, agar dapat dicapai
(5) Diharapkan kepada Dinas Kabupaten/Kota untuk segera membuat Nota
Kesepakatan dengan Aparat di tingkat Kabupaten (KODIM) menindaklanjuti nota
kesepakatan yang telah ditanda tangani gubernur dengan Komandan KOREM
1602 Wira Bhakti.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 85

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(6) Untuk mencapai sasaran produktivitas dan produksi tahun 2013, maka akan
ditempuh langkah-langkah operasional antara lain :
a)

Penguatan kelembagaan kelompok tani untuk mengadopsi teknologi yang


telah nyata memberikan peningkatan produktivitas dan pendapatan pada
pelaksanaan laboraturium lapangan (LL) di wilayah SL-PTT Padi,

b)

Perbaikan sistem budidaya melalui adopsi teknologi dan sosialisasi teknologi


tanam tepat guna, seperti jajar legowo, penggunaan pupuk berimbang,
penggunaan bibit muda dll.

c)

Pengendalian hama penyakit dan penanganan pasca panen secara tepat dan
benar.

(7) Dalam rangka percepatan peningkatan produktivitas padi di lahan sawah diawali
dengan pemetaan produktivitas padi dengan kriteria rendah produktivitas < 3,5
ton/ha, sedang 3,6 4,9 ton/ha dan tinggi 5 ton/ha. Dari ketiga kriteria tersebut
masing-masing upaya dilakukan di kawasan yang masih rendah dipercepat
dengan pendekatan sekolah lapang kawasan pertumbuhan, sedangkan dilahan
sedang

sampai

tinggi

dilakukan

pendekatan

kawasan

pengembangan

pengelolaan tanaman terpadu (PTT), dan di wilayah dengan produksi tinggi


dikawal dengan kawasan pemantapan didukung dengan pendampingan oleh
petugas teknis dan penyuluh.
II.

SEKSI PEMBENIHAN DAN SARANA PRODUKSI

1) Penyusunan Laporan Pembinaan dan Monev Bantuan Benih


Pelaksana kegiatan subsidi benih Tahun Anggaran 2013 yaitu Produsen Benih pelaksana
PSO subsidi benih, sesuai Surat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara kepada Menteri
Pertanian Nomor : S-39/MBU/03/2013 tanggal 23 Januari 2013, hal Persetujuan
Penugasan Public Service Obligation (PSO) dalam

rangka Pelaksanaan Subsidi Benih

Tahun Anggaran 2013. Apabila ada produsen benih swasta/penangkar benih yang ingin
ikut serta dalam pelaksanaan subsidi benih, dapat dimungkinkan dengan di bawah
koordinasi Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih.
A. Perencanaan Kebutuhan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 86

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Jumlah/volume benih bersubsidi ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

berdasarkan kebutuhan kegiatan SLPTT dan/atau di luar SLPTT disesuaikan dengan


kemampuan keuangan negara.
Alokasi benih bersubsidi untuk masing-masing provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan

oleh

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, yaitu untuk kegiatan SLPTT dan/atau di

luar SLPTT.
-

Alokasi benih bersubsidi Tahun Anggaran 2013 untuk masing-masing Produsen Benih
pelaksana PSO subsidi benih, ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan
berdasarkan kemampuan produksi Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih. pada
Tabel IV-20.
Tabel 1. Alokasi Benih Bersubsidi TA 2013 Untuk Masing-Masing Produsen Benih
Pelaksana PSO Subsidi Benih di Nusa Tenggara Barat

NO

1
2
3
4
5

KOMODITAS

Padi Inbrida
Padi Hibrida
Jagung Hibrida
Jagung Komposit
Kedelai

PT SANG HYANG SERI


(PERSERO)
AREAL
(HA)
226.000
3.000
33.000
1.500
15.000

VOLUME
(KG)
3.237.500
45.000
495.000
37.500
600.000

PT PERTANI
(PERSERO)
AREAL
(HA)
96.500
4.000
19.975
1.500
40.500

VOLUME
(KG)
2.412.500
60.000
299.625
37.500
1.620.000

JUMLAH
AREAL
(HA)
322.500
7.000
52.975
3.000
55.500

VOLUME
(KG)
5.650.000
105.000
794.625
75.000
2.220.000

Kriteria Petani/Kelompok Tani Pembeli Benih Bersubsidi adalah:.


a). Petani/kelompok tani pembeli benih padi (inbrida dan hibrida), jagung (komposit dan
hibrida) dan kedelai bersubsidi yaitu petani/kelompok tani pelaksana SLPTT dan/atau di
luar SLPTT yang tidak mendapatkan benih dari sumber pendanaan lainnya dari
pemerintah, kecuali bantuan bencana.
b). Petani/kelompok tani pembeli benih bersubsidi untuk pertanaman di luar SLPTT diatur
sebagai berikut :

Untuk benih padi inbrida diutamakan pada daerah yang masih mempunyai potensi
dapat ditingkatkan produktivitasnya.

Untuk benih padi hibrida diutamakan pada daerah yang mempunyai potensi
keberhasilan dalam pertanaman padi

hibrida.

Untuk benih jagung hibrida diutamakan pada daerah yang belum terbiasa menanam
jagung hibrida atau daerah pengembangan baru.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 87

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Untuk benih jagung komposit diutamakan pada

daerah yang mempunyai potensi

untuk pengembangan tanaman jagung komposit dan mempunyai potensi yang masih
dapat ditingkatkan produktivitasnya.

Untuk benih kedelai diutamakan pada daerah yang masih mempunyai potensi untuk
ditingkatkan produktivitasnya.

Prosedur Penetapan Petani/Kelompok Tani Pembeli Benih Bersubsidi.


a. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan sosialisasi subsidi benih kepada Dinas
Pertanian Provinsi dan Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih. Selanjutnya, Dinas
Pertanian Provinsi melakukan sosialisasi kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan
unsur terkait di wilayahnya dan Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota melakukan sosialisasi
dengan unit kerja, stake holder dan petugas lapangan terkait di wilayahnya.
b. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dapat menugaskan kepada petugas pertanian
lapangan, seperti Kepala Cabang Dinas (KCD) Kepala Pertanian Kecamatan (KPK), Mantri
Tani atau Petugas Pertanian Lainnya untuk mengetahui dan menandatangani DU-PBB
yang diusulkan oleh kelompok tani. Contoh format surat penugasan.
c. Kelompok tani menyusun DU-PBB, ditandatangani oleh ketua/pengurus kelompok tani dan
diketahui oleh petugas pertanian lapangan seperti dimaksud pada butir b.
merupakan

turunan dari daftar CPCL yang telah

DU-PBB

ditetapkan, baik untuk pelaksanaan

SLPTT maupun di luar SLPTT.


d. Petugas pertanian

lapangan seperti dimaksud pada butir b menyampaikan DU-PBB

tersebut kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan selanjutnya dilakukan


rekapitulasi di tingkat Kabupaten/Kota yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota,
Harga benih (HB), subsidi benih dan harga eceran tertinggi (HET) benih bersubsidi ditetapkan
oleh Menteri Pertanian.
a. Harga Benih (HB)
Harga Benih (HB) bersubsidi sampai tingkat kelompok tani untuk masing-masing komoditas
adalah sebagai berikut: padi inbrida sebesar Rp. 8.097,-/kg, padi hibrida sebesar Rp.
48.077,-/kg, jagung komposit sebesar Rp.9.978,-/kg, jagung hibrida sebesar Rp. 25.294,/kg, dan kedelai sebesar Rp.12.899,-/kg.
b. Subsidi Benih

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 88

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Subsidi benih untuk masing-masing komoditas adalah sebagai berikut: padi inbrida sebesar
Rp. 6.073,-/kg, padi hibrida sebesar Rp. 43.750,-/kg, jagung komposit sebesar Rp. 7.683,/kg, jagung hibrida sebesar Rp. 12.647,-/kg, dan kedelai sebesar Rp. 9.803,-/kg.

c. Harga Eceran Tertinggi


Harga Eceran Tertinggi (HET) benih bersubsidi untuk masing-masing komoditas adalah
sebagai berikut: padi inbrida sebesar Rp. 2.024,-/kg, padi hibrida sebesar Rp. 4.327,-/kg,
jagung komposit sebesar

Rp. 2.295,-/kg, jagung hibrida sebesar Rp.12.647,-/ kg, dan

kedelai sebesar Rp. 3.096,-/kg.

PENYEDIAAN,

PENJUALAN

DAN

PENYALURAN,

SERTA

PENGAWASAN

BENIH

BERSUBSIDI

1. Penyediaan
Benih bersubsidi disediakan oleh Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih. Benih bersubsidi
tersebut dapat berasal dari areal penangkaran milik Produsen Benih pelaksana PSO subsidi
benih, areal penangkaran kerjasama produksi atau kerjasama pemasaran dengan penangkar
benih/produsen benih swasta.

2. Penjualan dan Penyaluran


Mekanisme pelaksanaan penjualan dan penyaluran benih bersubsidi dengan pola tertutup yaitu
Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih akan menjual dan menyalurkan benih bersubsidi
sampai ke kelompok tani pelaksana SLPTT dan/atau di luar SLPTT. Mekanismenya adalah
sebagai berikut :
a. DU-PBB yang sudah disahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau yang
ditugaskan

mewakili diajukan ke Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih untuk

segera menjual dan menyalurkan benih bersubsidi kepada kelompok tani pembuat DU-PBB
dimaksud.
b. Kelompok tani membeli benih bersubsidi kepada Produsen Benih pelaksana PSO subsidi
benih. Tanda bukti pembelian benih bersubsidi tersebut berupa faktur penjualan yang
ditandatangani petugas Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih dan kelompok tani
serta diketahui oleh

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau petugas yang

ditugaskan mewakili (atas nama Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota).

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 89

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

c. Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih melakukan rekapitulasi penjualan benih
bersubsidi berdasarkan faktur penjualan tingkat kabupaten, ditandatangani oleh Produsen
Benih pelaksana PSO subsidi benih, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan diketahui
oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan disertakan masing-masing faktur penjualan.
d. Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih sebagai penjual dan penyalur menyampaikan
rekapitulasi penjualan benih (seperti pada butir 3), yang disertai dokumen DU-PBB dan
masing-masing faktur penjualan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan sebagai dasar
permintaan pembayaran benih bersubsidi yang telah dijual dan disalurkan.
e. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan verifikasi terhadap DU-PBB, faktur
penjualan dan rekapitulasi penjualan benih yang disampaikan oleh Direksi Produsen Benih
pelaksana PSO subsidi benih kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA). Untuk selanjutnya dilakukan proses pembayaran kepada
Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih.
3. Pengawasan
Pengawasan penjualan dan penyaluran benih bersubsidi meliputi jenis benih, volume benih,
mutu benih, dan HET sampai ke kelompok tani.
a. Jenis benih
Jenis benih yang diawasi adalah benih padi (inbrida dan hibrida), jagung (komposit dan
hibrida) dan kedelai bersubsidi yang dijual dan disalurkan oleh Produsen Benih pelaksana
PSO subsidi benih.
b. Volume Benih
Volume benih yang diawasi adalah volume benih bersubsidi yang dijual dan disalurkan oleh
Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih ke kelompok tani.
c. Mutu Benih
Mutu benih yang diawasi meliputi kondisi fisik benih, kemasan benih serta label benih.
Label benih memuat data mutu benih antara lain: Kadar Air, Daya Tumbuh, Campuran
Varietas Lain, Kotoran Benih dan Masa Kadaluwarsa Benih. Disamping itu perlu dilakukan
pengecekan terhadap kebenaran label benih.
BPSBTPH berkewajiban dan bertanggung jawab

melakukan: 1) sertifikasi

terhadap produksi

benih di wilayah masing-masing kecuali untuk benih yang disertifikasi secara mandiri, dan 2)
pengawasan peredaran benih, terutama terhadap benih bersubsidi yang didatangkan dari luar
provinsi.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 90

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Untuk benih bersubsidi yang berasal dari luar provinsi sebelum dijual dan disalurkan ke kelompok
tani terlebih dahulu dilakukan pengecekan fisik benih oleh BPSBTPH di provinsi penerima, dan
apabila diragukan mutunya maka perlu dilakukan pengujian laboratorium. Apabila hasil pengujian
tersebut masih memenuhi standar mutu benih yang berlaku, maka benih bersubsidi tersebut
dapat dijual dan disalurkan, tetapi apabila tidak memenuhi standar mutu yang berlaku maka
benih bersubsidi tersebut tidak dapat dijual dan disalurkan.
1. Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih wajib memberitahukan pemasukan benih
bersubsidi dari satu provinsi ke provinsi lain kepada BPSBTPH provinsi tujuan.
2. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berkewajiban dan bertanggung jawab

melakukan

pengawasan terhadap penjualan dan penyaluran benih bersubsidi, baik yang diproduksi di
dalam provinsi maupun yang didatangkan dari provinsi lain, sesuai dengan DU-PBB.
3. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan

a. Apabila di dalam pelaksanaan pengawasan penjualan dan penyaluran benih bersubsidi


ditemukan ketidaksesuaian jenis, volume, mutu benih, dan HET, maka Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota wajib menegur Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih untuk
mengganti benih tersebut sesuai persyaratan.

b. Kebenaran dokumen, fisik penjualan dan penyaluran benih bersubsidi menjadi tanggung
jawab Produsen Benih pelaksana PSO subsidi benih.
Pelaksanaan Benih Subsidi yang sedianya dimulai awal Januari 2013, namun penetapan Petunjuk
Teknis yang menjadi acuan pelaksanaan,

pengawasan, penjualan, dan penyaluran benih

bersubsidi Tahun Anggaran 2013 ditetapkan pada tanggal 5 Juli 2013 dengan Nomor : 39/HK
310/C/7/2013 dan pelaksanaan di lapangan termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Barat dimulai
pada tanggal 1 September 2013 dimana pelaksanaan di lapangan masih mengalami hambatan
dikarenakan sosialisasi mengenai Benih Bersubsidi 2013 ini belum sepenuhnya diterima baik
petugas lapangan maupun petani dikarenakan para petani masih mengharapkan benih bantuan
atau BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul).
Dengan ditetapkannya petunjuk teknis benih bersubsidi 2013 oleh pemerintah pusat mau tidak
mau petani harus sudah siap menggunakan benih bersubsidi dan dimulai pada MH 2013 ini. Ini
terlihat dari hasil monitoring dan evaluasi benih bersubsidi pada tanggal 31 Desember 2013 untuk
komoditi padi diperoleh hasil sebagai berikut:

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 91

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel.IV-21. Realisasi Penjualan dan Penyaluran Benih Padi Inbrida Bersubsidi di Nusa
Tenggara Barat sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.
PT. PERTANI (Persero)
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kabupaten

Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Lombok Utara
Kab. Sumbawa
Kab. Sumbawa Barat
Kab. Dompu
Kab. Bima
Kota Bima
JUMLAH

ALOKASI
(KG)

PT. SANG HYANG SERI (Persero)


ALOKASI
(KG)

DUPBB
(KG)

REALISASI
(KG)

TOTAL
ALOKASI
(KG)

DUPBB
(KG)

REALISASI
(KG)

% REALISASI
% REALISASI
DARI
DARI DUPBB
ALOKASI

DUPBB (KG)

REALISASI
(KG)

625.000
725.000
300.000
700.000
62.500

345.051
607.200
207.620
640.670
59.875

340.336
582.690
207.620
629.720
59.875

62.500
1.000.000
1.025.000
275.000
875.000
-

34.600
920.925
950.000
108.000
875.000
-

21.690
146.955
913.245
89.925
871.460
-

62.500
625.000
1.000.000
725.000
300.000
1.025.000
275.000
700.000
875.000
62.500

34.600
345.051
920.925
607.200
207.620
950.000
108.000
640.670
875.000
59.875

21.690
340.336
146.955
582.690
207.620
913.245
89.925
629.720
871.460
59.875

34,70
54,45
14,70
80,37
69,21
89,10
32,70
89,96
99,60
95,80

62,69
98,63
15,96
95,96
100,00
96,13
83,26
98,29
99,60
100,00

2.412.500

1.860.416

1.820.241

3.237.500

2.888.525

2.043.275

5.650.000

4.748.941

3.863.516

68,38

81,36

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 Kabupaten-kabupaten yang

mengajukan DU-PBB

(Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi) padi inbrida adalah Kabupaten Lombok Barat
mengusulkan DU-PBB sebanyak 345.051 Kg atau 55,21 % dan dengan realisasi 340. 336 Kg atau
54,45 % dari alokasi 625.000 Kg atau 98,63 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Lombok
Timur mengusulkan DU-PBB sebanyak 607.200 Kg atau 83,75 % dan dengan realisasi 582.690 Kg
atau 80,37 % dari alokasi 725.000 Kg atau 95,96 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten
Lombok Utara sebanyak 207.620 Kg atau 69,21 % dari alokasi dengan realisasi sebesar 207.620
Kg atau 69,21 % dan 100 % dari DU-PBB yang dibuat, Kabupaten Dompu sebanyak 640.670 Kg
atau 91,52 % dari alokasi 700.000 Kg dengan realisasi sebesar 629.720 Kg atau 89,96 % dan
98,29 % dari DU-PBB yang dibuat, dan Kota Bima sebanyak 59.875 Kg atau 95,80 % dari alokasi
62.500 Kg dengan realisasi sebesar 59.875 Kg atau 95,80 % dan 100 % dari DU-PBB yang dibuat
dari PSO PT. PERTANI (Persero). Kota Mataram mengusulkan DU-PBB sebanyak 34.600 Kg atau
55,36 % dan dengan realisasi 21. 690 Kg atau 34,70 % dari alokasi 62.500 Kg atau 62,69 % dari
DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Lombok Tengah mengusulkan DU-PBB sebanyak 920.925 Kg
atau 92,09 % dan dengan realisasi 146.955 Kg atau 14,70 % dari alokasi 1.000.000 Kg atau
15,96 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Sumbawa sebanyak 950.000 Kg atau 92,68 %
dengan realisasi sebesar 913.245 Kg atau 89,10 % dari alokasi 1.025.000 Kg dan 96,13 % dari
DU-PBB yang dibuat, Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 108.000 Kg atau 39,27 % dengan
realisasi sebesar 89.925 Kg atau 32,70 % dari alokasi 275.000 Kg dan 83,26 % dari DU-PBB
yang dibuat, dan Kabupaten Bima sebanyak 875.000 Kg atau 100 % dengan realisasi sebesar

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 92

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

971.460 Kg atau 99,60 % dari alokasi 875.000 Kg dan 99,60 % dari DU-PBB yang dibuat dari
PSO PT. SANG HYANG SERI (Persero).
Padi inbrida yang telah dibuatkan DU-PBB sampai dengan 31 Desember 2013 sebesar 4,748.941
Kg atau sebesar 84,05 % dari alokasi dengan realisasi sebesar 3.863.516 Kg atau sebesar 68,38
% dari alokasi atau 81,36 % dari DU-PBB yang diusulkan oleh petani. Terlihat bahwa realisasi
masih rendah, ini disebabkan karena mulai diberlakukannya benih subsidi ini adalah pada MH
2013, sehingga dua musim sebelumnya tidak dilakukan realisasi penjualan, namun DU-PBB yang
sudah masuk jauh lebih besar, ini disebabkan banyaknya kelompok-kelompok yang mengajukan
DU-PBB namun belum di SK kan dari Kabupaten/Kota sehingga banyak juga yang tidak dapat
direalisasikan. Khusus padi inbrida pemenuhan benih dapat terpenuhi dari para penangkar yang
berada di sekitar wilayah tersebut ataupun penangkar dari kabupaten sebelahnya.
Kabupaten yang realisasi penjualan benih subsidi padi inbrida hampir 100 % adalah Kabupaten
Bima dan Kota Bima, sedangkan yang realisasinya masih rendah adalah Kabupaten Lombok
Tengah sebesar 14,70 %, hal ini disebabkan rancunya DU-PBB yang masuk dikarenakan
banyaknya kelompok-kelompok tani yang diajukan tidak sesuai dengan SK CPCL yang ditetapkan,
sehingga hanya kelompok tani yang sesuai dengan SK CPCL-lah yang berhak untuk di
realisasikan, di sisi lain waktu yang sudah mendesak untuk ditanami, bila terlambat menanam
biasanya cepat terserang hama dan penyakit dan dapat menggagalkan panen. Kabupaten Kota
yang realisasinya rendah adalah Kota Mataram 34,70 % dan Kabupaten Sumbawa Barat 32,70 %
kedua Kabupaten Kota ini kebanyakan disebabkan oleh kesiapan penangkar dan PSO yang
ditunjuk, belum dapat berkomitmen dengan baik sehingga benih yang sedianya akan dibayar oleh
PSO pada penangkar tidak segera di realisasikan oleh penangkar karena belum jelasnya MOU
yang akan disepakati disamping itu juga varietas-varietas yang ditawarkan baik oleh PSO dan
penangkar belum banyak diminati oleh petani bila dilihat dari cuaca pada tahun 2013 atau MH
tahun ini.
Varietas yang diberikan kepada petani sangat bervarisasi, seperti ciherang, situbagendit, inpari 4,
7, 10, 13, inpari sidenuk, PEPE, IR-64, mekongga, ciliwung, cilosari, tukad balian dan cigeulis
harga subsidi benih per Kg adalah Rp. 2.020,-

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 93

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel.IV-22. Realisasi Penjualan dan Penyaluran Benih Padi Hibrida Bersubsidi di Nusa
Tenggara Barat sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.
PT. PERTANI (Persero)
No.

Kabupaten

1 Kota Mataram
2 Kab. Lombok Barat
3 Kab. Lombok T engah
4
5
6
7
8
9
10

Kab. Lombok T imur


Kab. Lombok Utara
Kab. Sumbawa
Kab. Sumbawa Barat
Kab. Dompu
Kab. Bima
Kota Bima
JUMLAH

ALOKASI
(KG)

PT. SANG HYANG SERI (Persero)

ALOKASI
(KG)

DUPBB
(KG)

TOTAL

REALISASI
(KG)

ALOKASI
(KG)

DUPBB
(KG)

REALISASI
(KG)

% REALISASI
% REALISASI
DARI
DARI DUPBB
ALOKASI

DUPBB (KG)

REALISASI
(KG)

15.000

9.915

8.975

15.000

9.915

8.975

59,83

90,52

15.000
30.000
-

15.000
30.000
-

15.000
30.000
-

15.000
15.000
15.000
-

15.000
15.000
15.000

15.000
15.000
15.000
-

15.000
30.000
15.000
15.000
15.000

15.000
30.000

15.000
30.000

100,00
100,00

100,00
100,00

15.000

15.000

100,00

100,00

15.000
15.000

15.000
15.000

100,00
100,00

100,00
100,00

60.000

54.915

53.975

45.000

45.000

45.000

105.000

99.915

98.975

94,26

99,06

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 Kabupaten-kabupaten yang

mengajukan DU-PBB

(Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi) padi hibrida adalah Kabupaten Lombok Barat
mengusulkan DU-PBB sebanyak 9.915 Kg atau 66,10 % dan dengan realisasi 8. 975 Kg atau
59,83 % dari alokasi 15.000 Kg atau 90,52 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Lombok
Tengah mengusulkan DU-PBB sebanyak 15.000 Kg atau 100 % dan dengan realisasi 15.000 Kg
atau 100 % dari alokasi 15.000 Kg atau 100 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Lombok
Timur sebanyak 30.000 Kg atau 100 % dari alokasi dengan realisasi sebesar 30.000 Kg atau 100
% dan 100 % dari DU-PBB yang dibuat, dari PSO PT. PERTANI (Persero). Kabupaten Sumbawa
mengusulkan DU-PBB sebanyak 15.000 Kg atau 100 % dan dengan realisasi 15. 000 Kg atau 100
% dari alokasi 15.000 Kg atau 100 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Dompu
mengusulkan DU-PBB sebanyak 15.000 Kg atau 100 % dan dengan realisasi 15. 000 Kg atau 100
% dari alokasi 15.000 Kg atau 100 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Bima sebanyak
15.000 Kg atau 100 % dan dengan realisasi 15. 000 Kg atau 100 % dari alokasi 15.000 Kg atau
100 % dari DU-PBB yang diajukan dari PSO PT. SANG HYANG SERI (Persero).
Padi hibrida yang telah dibuatkan DU-PBB sampai dengan 31 Desember 2013 sebesar 99,915 Kg
atau sebesar 95,16 % dari alokasi dengan realisasi sebesar 98.975 Kg atau sebesar 94,96 % dari
alokasi sebesar 98.975 Kg atau 99,06 % dari DU-PBB yang diusulkan oleh petani. Hampir sama
dengan padi inbrida, padi hibrida juga yang dijadwalkan MH 2013, terlihat bahwa padi hibrida
hampir semuanya terealisasi, ini juga karena alokasi padi hibrida dari kedua PSO jumlahnya
sedikit.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 94

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Hanya Kabupaten Lombok Barat yang realisasinya masih rendah sebesar 59,83 %, hal ini
disebabkan para petani menggunakan/membeli sendiri benih padi hibrida dengan varietas yang
lebih bagus, dan petani di Lombok Barat ini sudah terbiasa menggunakan varietas yang baik padi
hibrida sehingga pengalaman-pengalaman ini yang menyebabkan pilihan varietas yang ditawarkan
oleh para PSO sangat-sangat selektif.
Varietas yang diterima petani kebanyakan Sembada 168 dengan harga per Kg adalah Rp. 4.320,Tabel.IV-23. Realisasi Penjualan dan Penyaluran Benih Jagung Komposit Bersubsidi di
Nusa Tenggara Barat sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.
PT. PERTANI (Persero)
No.

Kabupaten

1 Kota Mataram
2 Kab. Lombok Barat
3 Kab. Lombok T engah
4
5
6
7
8
9
10

Kab. Lombok T imur


Kab. Lombok Utara
Kab. Sumbawa
Kab. Sumbawa Barat
Kab. Dompu
Kab. Bima
Kota Bima
JUMLAH

ALOKASI
(KG)

PT. SANG HYANG SERI (Persero)


ALOKASI
(KG)

DUPBB
(KG)

TOTAL

DUPBB (KG)

REALISASI
(KG)

REALISASI
(KG)

12.500
25.000
-

9.500
-

9.500
-

37.500
-

37.500

9.500

9.500

37.500

ALOKASI
(KG)

DUPBB
(KG)

REALISASI
(KG)

% REALISASI
% REALISASI
DARI
DARI DUPBB
ALOKASI

12.500
25.000
37.500

9.500

9.500

38,00

100,00

75.000

9.500

9.500

12,67

100,00

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 Kabupaten-kabupaten yang

mengajukan DU-PBB

(Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi) Jagung Komposit adalah Kabupaten Lombok Dompu
dimana mengusulkan DU-PBB sebanyak 9.500 Kg atau 38 % dan dengan realisasi 9.500 Kg atau
38 % dari alokasi 25.000 Kg atau 100 % dari DU-PBB yang diajukan dari PSO PT. PERTANI
(Persero).
Jagung Komposit yang telah dibuatkan DU-PBB sampai dengan 31 Desember 2013 sebesar 9.500
Kg atau sebesar 12,67 % dari alokasi dengan realisasi sebesar 9.500 Kg atau sebesar 12,67 %
dari alokasi sebesar 75.000 Kg atau 100 % dari DU-PBB yang diusulkan oleh petani.
Sebagian besar petani jagung untuk jagung komposit ini kurang peminatnya, dikarenakan harga
jual panennya yang rendah, tapi bila ditawarkan jagung hibrida tentu semua petani akan
berlomba-lomba untuk menanam.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 95

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel.IV-24. Realisasi Penjualan dan Penyaluran Benih Jagung Hibrida Bersubsidi di Nusa
Tenggara Barat sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.
PT. PERTANI (Persero)
No.

Kabupaten

1 Kota Mataram
2 Kab. Lombok Barat
3 Kab. Lombok Tengah
4
5
6
7
8
9
10

Kab. Lombok Timur


Kab. Lombok Utara
Kab. Sumbawa
Kab. Sumbawa Barat
Kab. Dompu
Kab. Bima
Kota Bima
JUMLAH

ALOKASI
(KG)

PT. SANG HYANG SERI (Persero)


ALOKASI
(KG)

DUPBB
(KG)

TOTAL

DUPBB (KG)

REALISASI
(KG)

REALISASI
(KG)

ALOKASI
(KG)

45.000

45.000

45.000
59.625
150.000
-

1.329
20.430
-

1.329
15.190
-

150.000
37.500
180.000
120.000
7.500

30.000
60.000
16.000
-

7.055
16.000
-

45.000
150.000
59.625
150.000
37.500
180.000
120.000
7.500

299.625

21.759

16.519

495.000

106.000

23.055

794.625

DUPBB
(KG)

REALISASI
(KG)

% REALISASI
% REALISASI
DARI
DARI DUPBB
ALOKASI

30.000
1.329
20.430

1.329
15.190

2,23
10,13

100,00
74,35

60.000
16.000

7.055
16.000

3,92
13,33

11,76
100,00

127.759

39.574

4,98

30,98

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 Kabupaten-kabupaten yang mengajukan DUPBB (Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi) jagung hibrida adalah Kabupaten Lombok
Utara mengusulkan DU-PBB sebanyak 1.329 Kg atau 2,23 % dan dengan realisasi 1.329
Kg atau 2,23 % dari alokasi 59.625 Kg atau 100 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten
Sumbawa mengusulkan DU-PBB sebanyak 20.430 Kg atau 13,62 % dan dengan realisasi
15.190 Kg atau 10,13 % dari alokasi 150.000 Kg atau 74,35 % dari DU-PBB yang
diajukan, dari PSO PT. PERTANI (Persero). Kabupaten Lombok Timur mengusulkan DUPBB sebanyak 30.000 Kg atau 20 % dari alokasi 150.000 dan dengan tidak ada realisasi
atau 0 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Dompu mengusulkan DU-PBB sebanyak
60.000 Kg atau 33,33 % dan dengan realisasi 7.055 Kg atau 3,92 % dari alokasi 180.000
Kg atau 11,76 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Bima sebanyak 16.000 Kg atau
13,33 % dan dengan realisasi 16. 000 Kg atau 13,33 % dari alokasi 120.000 Kg atau 100
% dari DU-PBB yang diajukan dari PSO PT. SANG HYANG SERI (Persero).
Padi hibrida yang telah dibuatkan DU-PBB sampai dengan 31 Desember 2013 sebesar
127,759 Kg atau sebesar 15,91 % dari alokasi dengan realisasi sebesar 39.574 Kg atau
sebesar 4,98 % dari alokasi sebesar 794.625 Kg atau 30,98 % dari DU-PBB yang diusulkan
oleh petani. Dari data terlihat bahwa masih rendahnya realisasi pembelian oleh petani, hal
ini disebabkan oleh kebanyakan para petani sudah trauma dan harus pandai-pandai
memilih varietas benih jagung hibrida yang akan ditanam, sehingga dari kedua PSO yang
ditunjuk para petani tersebut tidak berminat terhadap varietas benih-benih yang

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 96

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

ditawarkan, dari pada merugi akibat salah memilih benih lebih baik mereka tidak
menanam di tahun 2013 ini.
Pemilihan terhadap varietas-varietas unggul yang baik dapat terlihat di Kabupaten Dompu
yang mana realisasi pembelian sebelumnya 20.375 Kg oleh PSO PT. Sang Hyang Seri,
dikembalikan sebanyak 13.320 Kg oleh petani, ini disebabkan petani didak mau dengan
varietas yang diberikan oleh PT. Sang Hyang Seri seperti SH-4, petani menginginkan
varietas BISI dan PIONIR sehingga realisasi yang masuk adalah sebesar 7.055 Kg.
Kabupaten yang realisasinya kecil juga terdapat di Kabupaten Lombok Utara sebesar 2,23
% hal ini disebabkan kesiapan petani dan petugas lapangan serta PSO dari PT. Pertani
tidak menanggapi jadwal tanam jagung di Kabupaten Lombok Utara dan alokasi yang
dijadwalkan, sehingga permintaan akan jagung hibrida tersisih dengan permintaan padi.
Akan tetapi secara keseluruhan provinsi Nusa Tenggara Barat permintaan DU-PBB nya
sangat rendah 15,91 %, ini disebabkan dari kedua PSO yang ditunjuk varietas-varietas
yang ditawarkan banyak tidak diminati oleh para petani.
Varietas jagung yang ditawarkan adalah N-37, SH-4 dengan harga per Kg adalah Rp.
12.640,- .
Tabel.IV-25. Realisasi Penjualan dan Penyaluran Benih Kedelai Bersubsidi di Nusa
Tenggara Barat sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.
PT. PERTANI (Persero)
No.

Kabupaten

1 Kota Mataram
2 Kab. Lombok Barat
3 Kab. Lombok Tengah
4
5
6
7
8
9
10

Kab. Lombok Timur


Kab. Lombok Utara
Kab. Sumbawa
Kab. Sumbawa Barat
Kab. Dompu
Kab. Bima
Kota Bima
JUMLAH

ALOKASI
(KG)

PT. SANG HYANG SERI (Persero)

ALOKASI
(KG)

DUPBB
(KG)

TOTAL

DUPBB (KG)

REALISASI
(KG)

REALISASI
(KG)

ALOKASI
(KG)

60.000
60.000

20.000

20.000

60.000
60.000

720.000
20.000
280.000
480.000
-

2.000
242.360
153.100
-

202.040
153.100
-

20.000
560.000
20.000

282.500
-

209.400
-

720.000
20.000
280.000
20.000
480.000
560.000
20.000

1.620.000

417.460

375.140

600.000

282.500

209.400

2.220.000

DUPBB
(KG)

REALISASI
(KG)

20.000

20.000

2.000

242.360

% REALISASI
% REALISASI
DARI
DARI DUPBB
ALOKASI

33,33

100,00

202.040

72,16

83,36

153.100
282.500
-

153.100
209.400
-

31,90
37,39

100,00
74,12

699.960

584.540

26,33

83,51

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 Kabupaten-kabupaten yang mengajukan DUPBB (Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi) kedelai adalah Kabupaten Lombok Barat
mengusulkan DU-PBB sebanyak 20.200 Kg atau 33,33 % dan dengan realisasi 20.000 Kg
atau 33,33 % dari alokasi 60.000 Kg atau 100 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten
Lombok Tengah mengusulkan DU-PBB sebanyak 2.000 Kg atau 0,28 % dan dengan tidak

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 97

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

terjadi realisasi atau 0 % dari DU-PBB yang diajukan, Kabupaten Sumbawa sebanyak
242.360 Kg atau 86,56 % dari alokasi 280.000 Kg dengan realisasi sebesar 202.040 Kg
atau 72,16 % dan 83,36 % dari DU-PBB yang dibuat, Kabupaten Dompu sebanyak
153.100 Kg atau 31,90 % dari alokasi 480.000 Kg dengan realisasi sebesar 153.100 Kg
atau 31,90 % dan 100 % dari DU-PBB yang dibuat dari PSO PT. PERTANI (Persero).
Kabupaten Bima mengusulkan DU-PBB sebanyak 282.500 Kg atau 50,45 % dan dengan
realisasi 209.400 Kg atau 37,39 % dari alokasi 560.000 Kg atau 74,12 % dari DU-PBB
yang diajukan dari PSO PT. SANG HYANG SERI (Persero).
Kedelai yang telah dibuatkan DU-PBB sampai dengan 31 Desember 2013 sebesar 699,960
Kg atau sebesar 31,53 % dari alokasi dengan realisasi sebesar 584.540 Kg atau sebesar
26,33 % dari alokasi sebesar 2.220.000 Kg atau 83,51 % dari DU-PBB yang diusulkan oleh
petani. Terlihat bahwa realisasi rendah sekali dibandingkan DU-PBB yang masuk, ini
disebabkan keberadaan benih yang ada di PSO tidak ada, begitu juga para penangkar
benih kedelai yang ada tidak dimiliki stok.

Menyebabkan kebutuhan petani terhadap

kedelai ini meningkat, namun bila dilihat dari tiap-tiap kabupaten kota kebutuhan akan
benih kedelai untuk MH memang tidak diminta dikarenakan hujan akan turun otomatis
kedelai tidak dapat tumbuh, khusus untuk lahan-lahan sawah, namun untuk ladang atau
daerah pegunungan yang mana air tidak tergenang pasti kedelai menjadi pilihan untuk
ditanam.
Dari data diperoleh bahwa kebutuhan benih kedelai di akhir MK dan memasuki MH 2013
ini sebesar 31,53 ini berarti bahwa petani pada musim ini tidak berani untuk mengambil
resiko gagal panen dalam berusaha tani kedelai, disamping itu juga hujan yang
diperkirakan akan turun di awal Oktober 2013 lebih baik mereka menanam padi.
Varietas kedelai yang ditawarkan adalah anjasmoro dengan harga per Kg adalah Rp. 3.095

2) Pertemuan Pemberdayaan Penangkar


Pertemuan Pemberdayaan Penangkar dilaksanakan di Hotel Lombok Raya Jalan Panca Usaha
no. 11 Mataram, selama 3 (tiga) hari,dari tanggal 24 s/d 26 Juni 2013. Pertemuan diikuti
oleh 25 orang peserta yang terdiri dari 20 orang peserta berasal dari 10 kabupaten/kota
dengan jumlah peserta masing-masing satu orang peserta petugas dinas dan satu orang
penangkar, serta 5 (lima) orang peserta provinsi. Materi dan Pembicara/Narasumber dalam
pertemuan ini adalah;

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 98

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

1. Evaluasi Kegiatan Perbenihan Tanaman Pangan TA. 2012 dan Rencana TA.2013 (Kepala
Dinas Pertanian TPH).

2. Peranan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam
Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih dalam Upaya Pemberdayaan Penangkar Benih
Tanaman Pangan (BPSB TPH).

3. Kesiapan BBI PPH dalam Mendukung Kegiatan Pemberdayaan Penanagkar Benih Tanaman
Pangan 2013 (BBI PPH).

4. Penjelasan Pedoman Teknis Pemberdayaan Penangkar Benih Tanaman Pangan TA. 2013
(Kabid Produksi TP).

5. Workshop
Berdasarkan materi yang disampaikan narasumber dan hasil diskusi yang berkembang selama
pertemuan, maka dapat disajikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam rangka mempercepat pengembangan kelembagaan dan industri perbenihan
tanaman pangan di daerah, maka pemerintah pusat, sejak dua tahun terakhir
mengalokasikan dana bantuan sosial kepada penangkar/ kelompok penangkar. Tujuan
Kegiatan pemberdayaan penangkar adalah untuk menumbuhkembangkan penangkar lokal
dan meningkatkan kemampuan penangkar benih dalam pengelolaan produksi dan
pemasaran benih.
2. Mengingat pentingnya benih dalam peningkatan produksi dan produktivitas hasil
pertanian, maka pemerintah pada tahun 2013 tetap memberikan bantuan benih seperti
bantuan benih yang bersumber dari Cadangan BenihNasional (CBN) dan subsidi benih.
Untuk tahun 2013 ,pemerintah tidak lagi memberikan bantuan benih berupa Bantuan
Langsung Benih Unggul, tetapi bantuan benih diberikan dalam bentuk subsidi benih.
3. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah persediaan benihpadi, jagung dan kedelai yang
diperuntukkan bagi

program

pemantapan ketahanan pangan melalui

pemulihan,

pengembangan serta peningkatan produktivitas dan produksi.


4. Sehubungan dengan adanya subsidi benih dan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan
di lapangan, maka PT. PertanidanPT. Sang Hyang Seri selaku BUMN yang ditugaskan
untuk menyalurkan benih subsidi akan diminta untuk melakukan sosialisasi kepada petani
dan petugas di daerah agar kita dapat mengetahui stock benih khususnya varietas yang
dimiliki.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 99

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

5. Dengan adanya kegiatan pemberdayaan penangkar benih tanaman pangan ini, diharapkan
kepada penangkar yang telah mendapat BANSOS untuk dapat memanfaatkan dana
bantuan sosial yang dialokasikan oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kebutuhan di lapangan. Dana yang dialokasikan harus dipergunakan untuk kegiatan yang
mendukung tumbuh dan berkembangnya penangkaran.
6. Dana yang dialokasikan untuk agroinput pada kegiatan pemberdayaan penangkar
sejumlah Rp. 2.500.000/Ha untuk penangkaran padi dan Rp. 2.000.000/Ha untuk
penangkaran kedelai, hanya bersifat stimulan. Oleh karena itu penangkar yang mendapat
bantuan harus memanfaatkan dana tersebut secara cermat dan dipergunakan untuk
membiayai proses budidaya sampai dengan prosesing benih.
7. Hasil evaluasi terhadap kegiatan pemberdayan penangkar tahun 2012, beberapa
penangkar yang mendapat bantuan, menjual benihnya yang masih berupa calon benih.
Hal tersebut diharapkan tidak terulang lagi pada penangkar/kelompok penangkar yang
mendapat bantuan benih pada tahun 2013. Penangkar/kelompok penangkar harus
mempunyai tekad yang kuat dalam menumbuhkembangkan diri, sehingga apa yang kita
cita-citakan selama ini agar kelembagan perbenihan di daerah dapat maju dan
berkembang.
8. Untuk penangkaran Kedelai diharapkan kepada penangkar agar menggunakan benih kelas
BR (label biru), jangan sampai memakai BR1. Kalaupun penangkar kesulitan memperoleh
benih label ungu untuk kedelai, diusahakan untuk minimal menggunakan BR kalau tidak
bisa label Ungu. Nanti di SL-PTT bisa menggunakan BR-1.
9. Dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas padi, jagung dan kedelai, maka
pada tahun 2013 pemerintah tetap melaksanakan kegiatan SL-PTT. Penggunaan benih
pada areal SL-PTT harus menggunakan benih yang bersertifkat.
10. Kepada penangkar yang mendapat alokasi dana bantuan sosial kegiatan pemberdayaan
penangkar, agar betul-betul menyusun RUK dengan sebaik-baiknya dan apa yang
dicantumkan dalam RUK tersebut, itu yang dibeli, demikian juga apa yang dibeli itu yang
ditulis. Jangan sampai berbeda apa yang di RUK dengan yang dibeli. Kalau ada perubahan
RUK agar dibuat revisi dan disampaikan kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk
diteruskan ke Provinsi. Alat yang dibeli betul-betul dibutuhkan agar dapat termanfaatkan
dengan optimal.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 100

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

11. Kegiatan penangkaran benih tanaman pangan (PadidanKedelai) tahun 2013 sudah mulai
dilaksanakan oleh beberapa penangkar di kabupaten. Sehubungan dengan hal tersebut
diminta agar kabupaten membuat laporan awal kegiatan pemberdayaan penangkar benih
tanaman pangan yang dilaksanakan.
12. Untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan penangkar tahun 2013, BBI PPH menyiapkan
beberapa jenis varietas padi dan kedelai(benih pokok) sebagai berikut :
a. Ciheurang dengan jumlah stock 38.430 kg.
b. Cigeulis dengan jumlah stock 4.000 kg.
c. Ciliwung dengan jumlah stock 7.110 kg.
d. Mekongga dengan jumlah stock 5.840 kg.
e. IR 64 dengan jumlah stock 7.410 kg.
f.

Inpari Sidenuk dengan jumlah stock 3.090 kg.

g. Situbagendit dengan jumlah stock 6.440 kg.


13. Untuk dapat mempersiapkan kebutuhan penangkar dengan benih pokok tanaman pangan
untuk musim tanam berikutnya dan untuk database areal penanangkaran, BBI PPH telah
bersurat ke ASBENINDO Kabupaten/Kota untuk dilanjutkan ke penangkar anggotanya.
Surat tersebut berisi Format Pengusulan Kebutuhan Benih Pokok ; Varietas, Jumlah
Kebutuhan dan Rencana Bulan Semai. Sedangkan untuk format database areal
penangkaran berisi ; Lokasi Penangkaran/Kecamatan/Desa, Nama Penangkar, Luas Areal
Penangkaran (MH dan MK).
14. Peran

utama

BBI

padaawal

dibentuk

sebagai

penyedia benih bagi

penangkar

dikabupaten/kota, tetapi seiring dengan perkembangan kebutuhan daerah dalam


menyediakan PAD, maka peran BBI bertambah sebagai sumber PAD. Hal tersebut
berdampak terhadap kegiatan-kegiatan BBI dalam pengembangan benih induk.
15. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura memiliki
beberapa peranan diantaranya adalah menyusun rencana dan persiapan varietas,
pengujian dan penerapan pengembangan metode pengujian/analisa padi dan palawija,
melaksanakan kebijakan teknis penilaian penyebaran varietas padi dan palawija,
pelaksanaan setifikasi benih dan pengawasan pemasaran benih berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
16. Kebutuhan dan realisasi produksi benih padi dan jagung tiga tahun terakhir menunjukkan
peningkatan. Kebutuhan dan realisasi benih padi sejak tahun 2010 s/d 2012 berturut-

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 101

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

turut; 11.333,910 ton dengan realisasi 8.123,218 ton, 11.679,150 ton dengan realisasi
8.830,174 ton, 11.855,640 ton dengan realisasi 10.856,489. Kebutuhan dan realisai benih
jagung sejak tahun 2010 s/d 2012 berturut-turut; 3.758,200 dengan realisasi 14,140,
3.884,800 ton dengan realisasi 39,270 ton, 4.039,000 ton dengan realisasi 43,145 ton.

3) Evaluasi Bantuan Benih


Pertemuan Evaluasi Bantuan Benih dilaksanakan di Hotel Lombok Raya Jalan Panca Usaha no.
11 Mataram dilaksanakan dilaksanakan selama 2 (dua) hari, dari tanggal 25 s/d 26 November
2013.
Pertemuan diikuti oleh 30 orang peserta yang terdiri dari 20 orang peserta berasal dari Dinas
Pertanian 10 kabupaten/kota dengan jumlah peserta masing-masing dua orang peserta, dan
orang peserta dari Provinsi, dengan materi dan Pembicara/Narasumber dalam pertemuan
Evaluasi Bantuan Benih ini adalah;
a. Kebijakan Subsi Benih dan CBN Tanaman Pangan Tahun 2013 dan 2014 (Narasumber dari
Direktorat Perbenihan Dirjen Tanaman Pangan ).
b. Program Perbenihan Tanaman Pangan Provinsi NTB Tahun 2013 (Kepala Dinas Pertanian
TPH Provinsi NTB).
c. Kesiapan Benih Dalam Menghadapi Musim Tanam 2013/2014 (BPSB TPH).
d. Realisasi dan Permasalahan Penyaluran Bantuan Benih Bersubsidi danCBN oleh BUMN (PT.
Sang Hyang Sri Persero).
e. Realisasi dan Permasalahan Penyaluran Bantuan Benih Bersubsidi dan CBN oleh BUMN
(PT. Pertani Persero).
f.

Workshop Pemberdayaan Penangkar


Beberapa hal yang dapat di rumuskan dari hasil diskusi dan pemaparan Narasumber,

sebagai berikut:
1. Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan nomer 39/HK.310/C/7/2013 tanggal
5 Juli 2013 tentang Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran 2013. Alokasi subsidi
benih untuk kabupaten/kota se-NTB sejumlah padi inbrida :
5.650.000 kg (226.000 Ha), padi hibrida : 105.000 kg (7.000 Ha), jagung hibrida 794.625
kg ( 52.975 Ha), jagung komposit 75.000 kg (3.000 Ha) dan kedelai 2.220.000 kg (55.500
Ha).

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 102

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

2. Realisasi penyaluran benih bersubsidi sampai dengan tanggal 25 Nopember masih rendah.
Dari daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi

yang disampaikan oleh kelompok tani

maka realisasi penyaluran :


a. Padi Inbrida : 1.184.117 kg
b. Padi Hibrida : 20.650 kg
c. Jagung Hibrida:
d. Jagung Komposit:
e. Kedelai: 67.800 kg
3. Apabila kebutuhan benih untuk areal SL-PTT sudah terpenuhi baik itu berasal dari benih
subsidi maupun swadaya,

maka

kalau alokasi subsidi benih masih tersedia, bisa

dimanfaatkan untuk areal diluar SL-PTT dengan persyaratan sebagaimana yang tercantum
dalam Petunjuk Teknis Subsidi Benih dan

tetap membuat CPCL dan dibuatkan

Surat

Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.


4. Permasalah yang terjadi ditingkat lapang antara lain adalah beberapa Daftar Usulan
Pembelian Benih Bersubsidi (DUPBB) yang diusulkan, tidak sesuai dengan SK CPCL SLPTT
yang sudah ada. Oleh karena itu diminta bagi kabupaten/kota yang mengajukan DUPBB
untuk areal di luar SL-PTT agar membuat CPCL dan di SK kan melalui SK Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota.

DUPBB dapat dibuat

dalam satu kesatuan antara petani

pelaksana SLPTT maupun di Luar SL-PTT. Tetapi untuk memudahkan dalam melakukan
evaluasi terhadap pelasanaan SL-PTT dan non SL-PTT dapat dibuat terpisah.
5. Dalam penyaluran benih bersubsidi, maka BUMN dapat bekerjasama dengan penangkar
lokal. Kerjasama dapat dilakukan sejak awal dimana

pendaftaran untuk proses sertifikasi

benih tetap dilakukan atas nama BUMN atau kerjasama dalam pemasaran. Kerjasama
pemasaran artinya

dimana semua proses sejak awal (pendaftaran)

sampai

proses

menjadi benih atas nama penangkar, kemudian benih disalurkan oleh BUMN tetapi dalam
label ditambahkan kerjasama pemasaran antara BUMN dengan

penangkar yang

memproduksi benih.
6. Dari diskusi yang berkembang dan hasil evaluasi terhadap Daftar Usulan Pembelian Benih
Bersubsidi, dibandingkan dengan penyaluran BUMN, maka realisasi penyaluran masih
sangat rendah dan

komoditi khususnya jagung hibrida tidak diminati karena varietas

yang ada berbeda dengan yang diinginkan petani.


7. Batas akhir penyaluran benih bersubsidi sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.
8. Mengingat hujan sudah mulai turun dan beberapa daerah sangat membutuhkan benih,
maka diminta agar BUMN segera menyalurkan benih bersubsidi sesuai dengan DUPBB
yang diusulkan kelompok tani.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 103

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

9. Beberapa kabupaten sudah siap DUPBB dan uang untk pembelian benih bersubsidi, tetapi
pendistribusian benih terlambat.
10. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam administrasi, maka diminta kepada semua
pihak yang terkait dengan penyaluran benih bersubsidi maupun CBN agar cermat dan teliti
dalam melakukan verifikasi terhadap dokumen yang terkait dengan bantuan benih.
11. Varietas yang dominan dimiliki oleh Pertani adalah Inpari, Cigeulis : total stock benih :
288 ton. Dibandingkan dengan DUPBB yang sudah masuk, maka dapat memenuhi
kebutuhan benih petani.
12. DUPBB diharapkan sudah masuk ke PT. Pertani terakhir tanggal 15 Desember 2013.
13. Dokumen subsidi terlambat untuk penagihan, karena ada perubahan faktur pembelian
(ada poktan yang berhalangan dan juga ada mutasi petugas yang menandatangani).
14. Pada Kegiatan penangkaran di kabupaten Bima ada kelompok penangkar kedelai yang
dananya sudah terealisasi semuanya, tetapi tidak melakukan proses sertifikasi untuk
semua areal seluas 25 Ha, karena petani tidak tahan menunggu lamanya proses sertifikasi.
Yang disertifikasi hanya untuk areal seluas 10 Ha.
15. Kabupaten Sumbawa untuk penangkaran padi, ada yang di jual untuk konsumsi dari
jumlah calon benih, hanya 30 ton yang disertifikasi.

Sebagian dijual untuk konsumsi

karena harga lebih mahal dibandingkan dengan harga kesepakatan. Selain itu juga ada
sisa dana sebanyak kurang lebih 4,5 juta sisa setelah semua kebutuhan pemberdayaan
penangar dibeli.
16. Penangkar kesulitan untuk meng opkup hasil kerjasamanya dengan kelompok-kelompok
lain/mitranya karena keterbatasan modal yang dimiliki.
17. Data realisasi penyaluran dari BUMN sudah di cros cek dengan kabupaten/Kota. Dan
jumlahnya sudah sesuai dengan yang diterima oleh kabupaten/kota.
18. Stok benih padi di Kabupaten Bima sudah ada sekitar 500 ton yang disertifikasi.
Kebutuhan Bima sekitar 800 ton masih kurang. Masih banyak penangkar yang dalam
proses sertifikasi (menurut BPSB sudah ada 800 ton).
19. Di Kabupaten Dompu target untuk kedelai 12.000 Ha yang diprioritaskan untuk SL-PTT
6.000 Ha sudah dilaksanakan , sisa 6.000 Ha tidak mungkin ditanam musim hujan
sehingga aka nada CPCL lain di luar SL-PTT.
20. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga pengawas benih, maka diharapkan BPSB
untuk bersurat ke kabupaten agar menyiapkan tenaga dan nanti dari BPSPTPH yang
melatih dan menyiapkan dana BOPnya.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 104

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

21. Bagi kabupaten/kota yang mengajukan bantuan benih melalui CBN, hendaknya betul-betul
selektif dalam mendata kelompok tani yang akan diusulkan untuk mendapat bantuan
benih melalui CBN.
22. Bantuan benih yang bersumber dari CBN diperuntukkan untuk pemulihan, pengembangan
serta peningkatan produktivitas dan produksi.
4) Bimbingan Teknis Penanganan pasca panen
Bimbingan teknis adalah kegiatan pemberian bimbingan secara sistematis kepada individu
maupun kelompok agar mengetahui dan memahami serta mampu mengembangkan,
mengimplementasikan dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Bimbingan teknis
merupakan sarana manajemen sebagai proses berkesinambungan yang mempengaruhi
perilaku. Bentuk bimbingan teknis berupa pertemuan dan atau koordinasi tingkat lapang.
Kegiatan bimbingan teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan meliputi kegiatan rapat
koordinasi, rapat penyusunan data base sarana pasca panen, penggandaan dan pengiriman
laporan ke provinsi, pengawalan dan monev bantuan sarana pasca panen dan pemutahiran
data. Tujuan dari bimbingan teknis penanganan pasca panen yaitu : (1)Melakukan bimbingan
teknis kepada kelompok tani penerima bantuan pasca panen tanaman pangan baik yang
bersumber dari

APBN maupun APBD; (2)Menginventarisasi sarana pasca panen tanaman

pangan yang digunakan petani serta permasalahan dalam penggunaan alat pasca panen TP.
Bimbingan teknis penanganan pasca panen tanaman pangan dilaksanakan di Kabupaten/Kota,
dengan mengiventarisir jenis alat pasca panen yang digunakan petani sebagaimana terlampir.
Permasalahan yang dijumpai dalam penggunaan alat pasca panen yaitu;
-

Sumberdaya petani masih kurang sehingga perlu dilakukan pelatihan penggunaan alat
pasca panen.

Untuk alat pasca panen bed drayer penggunaannya masih belum optimal hanya terbatas
pada musim penghujan.

5) Penyusunan Database
Dalam pelaksanaan penyusunan database sarana pascapanen tanaman pangan
dilakukan melalui pengisian formulir, sebagai dasar pendataan ke kabupaten/ kota se Nusa
Tenggara Barat. Adapun pelaksana penyusunan database sarana pascapanen tanaman
pangan ini adalah tim yang beranggotakan beberapa staf pada Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Nusa Tenggara Barat.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 105

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Dalam pelaksanaan pengumpulan data sarana pascapanen dilakukan dengan cara


pengisian formulir sebagaimana yang telah disiapkan. Data Kebutuhan, ketersediaan sarana
pascapanen tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu,
ubi jalar) di kabupaten/ kota se NTB sampai dengan tahun 2013 terlampir, Data
perkembangan penggilingan padi di wilayah kabupaten/ kota se Nusa Tenggara Barat sampai
dengan tingkat kecamatan.
6) Pemberdayaan Penangkar Padi dan kedelai
Pemberdayaan penangkar padi dialokasikan di kabupaten/kota dalam bentuk traspert
uang ke rekening kelompok. Kegiatan pemberdayaan penangkar benih padi dan kedelai yang
telah dilaksanakan pada 7 (tujuh) kabupaten yaitu: Kabupaten Lombok Barat ; dua
penangkar padi yaitu UD. Narmada Tani Desa Dasan Tereng Kecamatan Narmada dan UD.
Karya Tani Desa Rumak Kecamatan Kediri serta satu penangkar kedelai yaitu UD. Sumber
Makmur Desa Rumak Kecamatan Kediri. Kabupaten Lombok Utara satu penangkar padi yaitu
UD. Surya Tani Desa Gondang Kecamatan Gangga. Kabupaten Lombok Tengah satu
penangkar padi yaitu UD.Tani Amar Maruf Desa Aik Bukak Kecamatan Batukliang Utara serta
dua penangkar kedelai yaitu UD. Jiwa Tani Desa Nyerot Kecamatan Jonggat dan Urip Tani
Desa Mujur Kecamatan Praya Timur. Kabupaten Lombok Timur satu penangkar padi yaitu
UD. Hanif Tani Desa Pandang Wangi Kecamatan Jrowaru serta satu penangkar kedelai yaitu
Kelompok Tani Pade Angen Desa Lando Kecamatan Terara. Kabupaten Sumbawa satu
penangkar padi yaitu UD. Kokar Maras Desa Leseng Kecamatan Moyohulu. Kabupaten Dompu
satu penangkar padi yaitu PB. Suka Maju Desa Ranggo Kecamatan Pajo serta satu penangkar
kedelai yaitu UD. Putera Desa Daha Kecamatan Huu. Kabupaten Bima satu penangkar padi
yaitu UD. Sukarabi Desa Tonggorisa Kecamatan Palibelo serta satu penangkar kedelai yaitu
UD. Hidayah Desa Nggembe Kecamatan Bolo.
Dana bantuan sosial (bansos) yang diberikan pada penangkar benih padi dan kedelai
adalah berupa bantuan biaya Agroinput dan pembelian peralatan. Luas areal penanagkaran
benih padi 50 Ha dan luas penangkaran benih kedelai 25 Ha. Untuk kegiatan pemberdayaan
benih padi mendapatkan dana sejumlah Rp. 175.000.000,- dengan rincian Rp. 125.000.000,untuk agroinput dan Rp. 50.000.000,- untuk pembelian peralatan. Untuk kegiatan
pemberdayaan benih kedelai mendapatkan dana sejumlah Rp. 80.000.000 dengan rincian Rp.
50.000.000,- untuk agroinput dan Rp.30.000.000,- untuk pembelian peralatan. Dana yang
diberikan pada kegiatan pemberdayaan penangkar benih padi dan kedelai telah digunakan
oleh penangkar baik untuk pembelian agroinput maupun untuk pembelian peralatan.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 106

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

7) Pertemuan Monev Pemberdayaan Penangkar


Pertemuan Monev Pemberdayaan Penangkar dilaksanakan di Hotel Lombok Raya Jalan
Panca Usaha no. 11 Mataram selama 3 (tiga) hari,dari tanggal 16 s/d 18 Desember

2013

yang diikuti oleh 25 orang peserta yang terdiri dari petugas dinas 11 orang peserta berasal
dari 7 (tujuh) kabupaten yang mendapatdan alokasi bansos kegiatan pemberdayaan
penangkar benih padi dan kedelai, 4 (empat) orang peserta petugas provinsi serta 14 orang
penangkar benih padi dan kedelai. Adapun materi yang disampaikan : (1) Kebijakan
Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2014 (Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan).(2) Hasil Evaluasi BPSB TPH Terhadap Potensi Penangkar Benih Tanaman
Pangan Dalam Penyiapan Benih di NTB (BPSB TPH) (3) Evalauasi Kegiatan Pemberdayaan
Penangkar Benih Tanaman Pangan Tahun 2013

(Kepala Bidang Produksi Tanaman

Pangan).(4) Workshop dan Evaluasi Penangkar Benih Padi dan Kedelai Kabupaten (Kasi
Perbenihan dan Sarana Produksi).
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanan kegiatan pemberdayaan penangkar benih
tanaman pangan Tahun Anggaran 2013 telah dilaksanakan Pertemuan Monev Pemberdayaan
Penangkar pada tanggal 16 s/d 18

Desember 2013 bertempat di Hotel Lombok Raya -

Mataram.
Pertemuan dihadiri oleh petugas yang menangani kegiatan pemberdayaan penangkar
benih tanaman pangan (padi dan kedelai) tahun 2013 dari 7 kabupaten pelaksana kegiatan
pemberdayaan penangkar benih padi dan kedelai tahun anggaran 2013. Narasumber berasal
dari Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
RI, Balai Pengawans dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan & Hortikultura (BPSB TPH) NTB
dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB.
Dari pemaparan Narasumber dan Evaluasi Kegiatan Pemberdayaan Penangkar Benih
Tanaman Pangan TA. 2013 serta

diskusi yang berkembang selama pertemuan, dapat

dirumuskan beberapa hal sebagai berikut :


1.

Kegiatan Pemberdayaan penangkar benih padi dan kedelai yang dilaksanakan di 7


kabupaten sudah dilaksanakan, namun ada

pertanaman yang baru dilaksanakan pada

Musim Hujan, sehingga hasil panen (benih yang dihasilkan dari hasil kegiatan
penangkaran) belum semuanya dapat dilaporkan baik itu padi maupun kedelai. Laporan
perkembangan kegiatan terlampir.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 107

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

2.

Dana yang dialokasikan untuk pembelian peralatan padi dan kedelai sudah dimanfaatkan
untuk pembelian beberapa jenis peralatan sebagaimana terlampir.

3.

Permasalahan umum kegiatan pemberdayaan penangkar benih

padi dan kedelai di

Nusa Tenggara Barat adalah :


a) Keterbatasan sarana penyimpanan benih (gudang). Gudang yang ada di beberapa
penangkar tidak mencukupi untuk menampung benih yang dihasilkan. Dengan ratarata hasil benih sejumlah 3 ton/Ha untuk padi, penangkar kesulitan untuk
menampung hasil panen dari areal seluas 50 ha atau sejumlah lebih kurang 150 ton
benih padi. Oleh karena itu dalam pengembangan

penangkaran ke depan perlu

dipertimbangkan sarana penyimpanan (gudang penyimpanan)


b) Pada saat panen musim hujan, penangkar kesulitan untuk mengeringkan benihnya
karena keterbatasan daya tampung lantai jemur yang dimiliki, hal tersebut
berdampak terhadap kualitas benih yang dihasilkan.
c) Terbatasnya modal penangkar untuk meng opkup hasil penangkaran dari anggota.
Dengan jumlah dana Rp. 2.500.000,-/Ha yang diberikan untuk pembelian Agroinput
sampai dengan proses sertifikasi benih, masih belum cukup untuk mendanai seluruh
proses kegiatan pemberdayaan penangkar baik itu padi maupun kedelai

sampai

benih siap dipasarkan. Jumlah modal yang diinvestasikan dari proses budidaya
sampai benih siap dipasarkan untuk penangkaran padi berkisar Rp. 10.000.000 s/d
Rp. 12.500.000,- /Ha. Dengan luas areal 50 Ha, maka penangkar yang mendapatkan
alokasi bantuan kegiatan pemberdayan penangkar setidaknya mempersiapkan dana
tambahan sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) agar semua proses
dapat terlaksana dengan baik.
d) Kurangnya informasi pasar yang diperoleh

penangkar, sehingga seringkali benih

yang dihasilkan pada panen musim hujan sampai dengan bulan Maret, baru dapat
dipasarkan pada musim hujan berikutnya atau dapat dikatakan bahwa selang waktu
antara panen benih dengan saat jualnya cukup lama. Dengan rentang waktu yang
cukup lama tersebut menyebabkan modal yang dimiliki penangkar mengendap. Hal
tersebut menjadi salah satu penyebab terhambatnya perkembangan usaha
penangkaran.
e) Kerjasama antara penangkar dengan BUMN yang ditugaskan oleh pemerintah dalam
menyalurkan bantuan benih, baik itu Bantuan Langsung Benih Unggu (BLBU) dan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 108

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

untuk tahun aggaran 2013 Subsidi Benih, kurang berjalan lancar disebabkan
pembayaran dari pihak BUMN ke penangkar diselesaikan dalam waktu yang cukup
lama.
4.

Kegiatan pemberdayaan penangkar bukan semata-mata yang dilihat hanya dari


produksi yang dihasilkan pada saat diberikan bantuan, tetapi diharapkan dapat
berkembang secara berkelanjutan sehingga benar benar mantap dan terjadi kompetisi
harga benih yang sehat.

5.

Laporan perkembangan penangkaran yang dilaksanakan dilaporkan secara rutin ke


Dinas Pertanian Kabupaten/kota dan disampaikan juga ke provinsi untuk dilanjutkan
ke Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan di Jakarta. Laporan tersebut digunakan
sebagai bahan evaluasi untuk pengambilan kebijakan.

6.

Dari hasil evaluasi terhadap laporan yang disampaikan ke Dinas Pertanian Provinsi,
laporan belum menggambarkan secara detail perkembangan kegiatan penangkaran
yang dilaksanakan. Laporan yang disampaikan hanya memuat data jumlah produksi
yang dihasilkan. Ke depan diharapkan agar penangkar dapat menyampaikan secara
rinci tentang tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan. Dengan demikian
Dinas Pertanian Kabupaten maupun Provinsi dapat mengetahui secara jelas
perkembagan kegiatan penangkaran yang dilaksanakan.

7.

Kegiatan penangkaran kedelai yang dilaksanakan oleh UD. Sumber Makmur di Desa
Rumak Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat seluas 18,5 Ha (yang ditanam
pada bulan

awal Agustus

2013)

tidak lulus uji lapang. Hal tersebut disebabkan

karena adanya serangan ulat pada saat sudah pengisian polong. Terjadinya serangan
OPT disebabkan karena keterlambatan tanam, yang semestinya tanam pada MK I,
penangkar baru bisa tanam pada bulan

Agustus 2013 karena kesulitan mendapat

benih sumber.
8.

Jumlah penangkar yang menjadi produsen benih di NTB 310 dan penyalur benih 56.
Dengan jumlah yang cukup banyak tersebut diharapkan kedepan organisasi penangkar
yang ada menjadi kuat. Penangkar yang ada didaerah diharapkan bergabung dengan
ASBENINDO yang ada di daerah masing-masing.

9.

Kebutuhan benih petani di Nusa Tenggara Barat diharapkan dapat dipenuhi sendiri
oleh penangkar lokal. Dengan jumlah kebutuhan benih yang cukup tinggi di NTB,

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 109

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan bagi penangkar yang ada. Demikian
juga untuk memenuhi

kebutuhan subsidi benih tahun 2014, diharapkan BUMN

yang ditunjuk dapat mengambil benih dari penangkar setempat.


10.

Dengan beragamnya varietas yang telah dilepas oleh pemerintah, maka diharapkan
agar penangkar dapat berperan aktif dalam pengembangan berbagai varietas yang
ada.

11.

Pemerintah tidak manambah stock Cadangan Benih Nasional pada tahun 2013 dan
2014, dan stock yang ada saat ini adalah stock cadangan benih yang sudah ada.

12.

Kegiatan Pemberdayaan Penangkar untuk tahun 2014 NTB mendapat alokasi Padi 5
Unit dan Kedelai 10 unit.

13.

Jumlah Petugas Pengawas Benih Tanaman yang ada di Kabupaten/Kota (NTB) yang
ada saat ini tidak sebanding dengan luas areal yang diawasi. Diharapkan agar ke
depan ada penambahan tenaga PBT, sehingga pelaksanaan pengawasan benih dapat
dilakukan secara optimal. Demikian juga dengan penangkar yang ada, perlu ada
peningkatan kemampuan atau kapasitas bagi penangkar.

8) Bantuan Sarana Pasca Panen Tanaman Pangan


Pembangunan tanaman pangan berorientasi pada peningkatan produksi dan
peningkatan pendapatan petani. Untuk itu faktor peningkatan produktivitas, peningkatan
kapasitas usaha, optimalisasi efisiensi usaha, nilai tambah dan daya saing menjadi indikator
penting dalam mewujudkan kedua orientasi tersebut. Keberhasilan pembangunan tanaman
pangan juga akan berdampak langsung terhadap ketahanan pangan dan keamanan
nasional. Hal ini sesuai dengan salah satu butir dari Catur Strategi Tanaman Pangan yakni
pengamanan produksi. Dalam program pembangunan pertanian, pemerintah telah
menetapkan beberapa komoditas menjadi prioritas untuk sub sektor tanaman pangan
diantaranya adalah padi, jagung dan kedelai disamping komoditas kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Secara nasional sasaran produksi komoditas utama tanaman
pangan tahun 2013, produksi padi sebesar 72,063 juta ton Gabah Kering giling (GKG);
Jagung sebesar 19,831 juta ton pipilan kering; Kedelai 1,500 juta ton biji kering; Kacang
Tanah sebesar 1,197 juta ton biji kering; Kacang Hijau sebesar 410 ribu ton biji kering; Ubi
kayu sebesar 26,300 juta ton umbi basah dan ubi jalar sebesar 2,450 juta ton umbi basah.
Dari sasaran produksi nasional tersebut diatas kemudian dibreakdown ke sasaran

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 110

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

NTB tahun 2013 seperti ; produksi padi sebesar 2.191.714 ton Gabah Kering Panen (GKP);
Jagung sebesar 744.111 ton pipilan kering; Kedelai 131.976 ton biji kering; Kacang Tanah
sebesar 44.045 ton biji kering; Kacang Hijau sebesar 45.809 ton biji kering; Ubi kayu
sebesar 107.554 umbi basah dan ubi jalar sebesar 17.264 ton umbi basah.
Pada Tahun Anggaran 2013 untuk mendukung kegiatan penanganan pascapanen
tanaman pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengalokasikan dana Dekonsentrasi
Tugas Pembantuan di provinsi untuk komoditi padi yang dialokasikan di kabupaten Lombok
Utara meliputi kegiatan Bantuan Sarana Pascapanen.
Tujuan kegiatan ini adalah : memberikan bantuan sosial kepada poktan/gapoktan
penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan guna untuk penanganan pasca
panen.
Untuk kegitan tugas pembantuan bantuan sarana pasca panen tanaman pangan
diberikan kepada 2 poktan/gapoktan masing-masing senilai Rp 190.000.000,- (seratus
sembilan puluh juta rupiah). Pemberian bantuan ini adalah dalam bentuk alat bukan dalam
bentuk transper uang. Pembelian sarana pascapanen setiap komoditas harus sesuai dengan
pilihan jenis sarana. Ada beberapa pilihan alat mesin pertanian diantaranya :
a. Sarana Pascapanen Padi
NO
1

PILIHAN JENIS SARANA


SARANA PANEN
a. Paddy Mower
b. Reaper
c. Sabit Bergerigi
SARANA PERONTOKAN
a. Power Thresher + Terpal 2 buah (ukuran minimal 6x6 m)
b. Pedal Thresher Bermotor + Terpal 2 buah (ukuran minimal 6x6 m)
SARANA PENGERING
Flat Bed Dryer bahan bakar sekam/biomassa kapasitas 3-3,5 ton, dengan
kelengkapan : Paddy cleaner kapasitas 1-5 ton, Mesin jahit karung, moisture
tester, timbangan duduk digital kapasitas 300-500 kg, pemadam api
portable 6 kg 2 unit, sekop 4 unit.
PENGGILINGAN/REVITALISASI PPK
a. Husker/Polisher/komponen polisher ( screen, milling, spiral) tanpa atau
dengan engine yang besaran HPnya disesuaikan
b. Paddy Cleaner
c. Separator
d. Elevator
e. Moisture Tester.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 111

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan identifikasi calon penerima dan calon


lokasi (CPCL) bantuan sarana pascapanen tanaman pangan APBN Tahun Anggaran 2013
berdasarkan

proposal

yang

dibuat

poktan/gapoktan

dan

menganalisa

serta

memverifikasi secara obyektif dengan memperhatikan kriteria yang dipersyaratkan.


Kemudian Dinas Kabupaten merekap dan mengirim Proposal dan Calon poktan/gapoktan
penerima, kemudian Dinas Provinsi melakukan verifikasi calon kelompok penerima
bantuan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh kelompok penerima
diantaranya:
-

Poktan/gapoktan penerima bantuan berada di lokasi sentra produksi padi.

Penerima bantuan sarana pascapanen padi dapat mendukung program Peningkatan


Produksi Beras Nasional (P2BN).

Poktan/gapoktan Penerima bantuan aktif dan mempunyai komitmen serta mau


bekerjasama baik dengan lingkungan maupun dengan Pemerintah dalam mendukung
pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan.

Bersedia, mampu dan mengoptimalkan bantuan.

Bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat bantuan sarana pascapanen


tanaman pangan yang diterimanya dengan baik.

Bantuan sarana pascapanen harus dapat dimanfaatkan bagi seluruh anggota kelompok
dan dapat dikembangkan untuk poktan/gapoktan disekitarnya.

Dapat mengelola bantuan sarana pascapanen tersebut secara profesional sehingga


memberikan keuntungan bagi poktan/ gapoktan.

Belum pernah menerima bantuan sarana pascapanen dari Direktorat Jenderal


Tanaman Pangan.

Memiliki biaya operasional kegiatan usaha sarana pascapanen tersebut.

Poktan/gapoktan memiliki luas lahan minimal 100 Ha,

Tersedia lahan untuk penempatan sarana pascapanen dengan ukuran yang telah
ditetapkan, lahan tersebut tidak bermasalah yang dikuatkan dengan surat pernyataan
tentang status dan pemanfaatan lahan tersebut.

Dari kriteria diatas, maka ditentukan kelompok penerima bantuan pasca panen padi
melalui Surat Keputusan Pejabat pembuat Komitmen Satker Dinas pertanian TPH prov.
NTB No: Prod.841.1/131 b/VI/2013 tentang penetapan kelompok penerima bantuan sosial

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 112

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

sarana pasca panen padi dalam bentuk barang/jasa di Kabupaten Lombok Utara, sebagai
berikut:
No.

Nama
Poktan/Gapoktan

Nama Ketua

1.

Poktan Seruni

Kartono Indrawan

2.

Gapoktan Tumpang Mudjiono


Sari

Alamat
Desa Jenggala Kecamatan
Tanjung Kabupaten Lombok
Utara
Desa Senaru Kecamatan Bayan
Kabupaten Lombok Utara

Adapun jenis dan jumlah alat pascapanen yang diterima oleh kelompok tani seruni
No

Nama Alsintan

Jumlah

Kondisi Sarana

Unit
1.

Paddy Mower

10

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

2.

Power Tresher

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

3.

Pedal Tresher Bermotor

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

4.

Husker(Pengupas Kulit)

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

5.

Poliser (Pemutih Beras)

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

Sabit Bergerigi

34

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

Terpal 6 x 8 m

10

Baru, Baik

Jenis dan jumlah alat pascapanen yang diterima oleh ke Gapoktan Tumpang Sari :
No

Nama Alsintan

Jlh Unit

Kondisi Sarana

1.

Paddy Mower

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

2.

Power Tresher

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

3.

Pedal Tresher Bermotor

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

4.

Reaper

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

5.

Sabit Bergerigi

23

Baru, Baik, lengkap dan siap operasional

6.

Terpal

18

Baru, Baik

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 113

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

9) Perencanaan Kebutuhan Pupuk


Pertemuan dilaksanakan di Hotel Lombok Raya Mataram selama 2 (dua) hari, pada
tanggal 3 s.d. 4 Juli 2013 yang dihadiri oleh 40 (empat puluh) orang peserta terdiri dari Dinas
Pertanian kabupaten/kota Se-NTB, Badan Penyuluh Kabupaten/Kota Se NTB, instansi terkait
Tingkat Provinsi, serta stake holder. Berdasarkan hasil diskusi selama pertemuan, maka dapat
disajikan beberapa rumusan sebagai berikut:

1.

Sesuai dengan Amanat UndangUndang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman Pasal 37, dinyatakan bahwa pupuk yang beredar didalam wilayah Negara
Republik Indonesia wajib memenuhi standar mutu dan terjamin efektivitasnya serta
diberi label, serta harus didaftarkan ke Kementerian Pertanian untuk memperoleh nomor
pendaftaran. Oleh karena itu apabila ditemukan adanya pupuk dan pestisida beredar
tidak sesuai dengan peraturan yang ada, maka pelaku dapat dikenakan sanksi.

2.

Meningkatnya jenis serta jumlah pupuk dan pestisida yang beredar dipasaran, maka
pembinaan dan pengawasan dibidang pupuk dan pestisida di lapangan menjadi bagian
yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian baik pemerintah maupun produsen
pupuk dan pestisida.

3.

Kesiapan PT. Pupuk

Kalimantan Timur dan PT. Petrokimia Gresik dalam penyediaan

pupuk bersubsidi agar terus ditingkatkan agar tidak terjadi permasalahan kelangkaan
pupuk pada saat puncak musim tanam. Dan diharapkan juga bagi produsen untuk
berperan aktif bersama Dinas Pertanian/Instansi yang menangani penyuluhan

untuk

mensosialisasikan pemupukan secara berimbang.

4.

Untuk optimalisasi penyerapan pupuk bersubsidi di tingkat petani, sangat ditentukan


adanya koordinasi antar instansi terkait. Untuk itu diharapkan setiap instansi maupun
stakeholders terkait dapat melaksanakan tupoksinya masing-masing yang mendukung
lancarnya

penyaluran pupuk sehingga pupuk dapat sampai di tingkat petani saat

dibutuhkan.

5.

Keberhasilan

dalam

mapping/pemetaan

penataan

pupuk

bersubsidi

sangat

tergantung

dari

wilayah kerja kios dengan petani melalui RDKK, maka diperlukan

dukungan perencanaan kebutuhan pupuk bersubsidi dengan menyusun RDKK (Rencana


Definitif Kebutuhan Kelompok) dengan akurat.

6.

Data RDKK yang tersedia saat ini cenderung hanya untuk kebutuhan pupuk sub sektor
tanaman pangan, padahal pupuk subsidi dialokasikan untuk kebutuhan perkebunan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 114

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

rakyat, hortikultura, perikanan dan peternakan. Untuk itu koordinasi secara intensif
antar instans erkait sangat dibutuhkan, sehingga RDKK dapat tersusun secara akurat
untuk semua subsector yang mendapat alokasi pupuk besubsidi.

7.

Mekanisme pengawasan sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Permentan No


42/Permentan/SR.140/5/2007 tentang Pengawasan Pestisida dan Keputusan Menteri
tentang pedoman pengawasan pengadaan, peredaran dan penggunaan pupuk,
dilaksanakan secara berjenjang. Hasil pengawasan yang dilakukan oleh petugas
pengawas

dilaporkan

kepada

pimpinan

masing-masing

yang

selanjutnya

dalam

peningkatan

dikomunikasikan dengan KP3 agar dapat ditindak lanjuti.

8.

Peran

serta

Pemerintah

Daerah

Provinsi,

Kabupaten/Kota

pengawasan pupuk dan pestisida melalui pembentukan dan optimalisasi kinerja Komisi
Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) dan PPNS, pemberdayaan PPNS serta dukungan
anggaran APBD untuk pengawasan pupuk dan pestisida. Anggaran untuk operasional
pengawasan pupuk dan pestisida selama ini sangat terbatas.

9.

KP3 dan PPNS merupakan ujung tombak dalam pengawasan pengadaan, peredaran
dan penggunaan pupuk dan pestisida dilapangan, namun belum didukung dengan dana
operasional yang cukup dari daerah (APBD).

10. Mengingat seringnya tejadi mutasi di daerah, maka perlu adanya pelatihan secara rutin
bagi petugas yang menangani pupuk dan pestisida, agar petugas dapat mengetahui dan
memahami secara mendalam tentang hal-hal yang terkait dengan aturan-aturan
dibidang pupuk dan pestisida.

11. Dalam rangka peningkatan pengawasan pupuk dan pestisida sangat diperlukan adanya
koordinasi antar instansi terkait, dukungan sarana dan prasarana yang memadai baik
jumlah maupun kualitasnya dimasing-masing wilayah seperti petugas pengawas/PPNS,
penyebarluasan serta pemahaman peraturan perundang-undangan dibidang pupuk dan
pestisida .

12. Penindakan yang tegas merupakan kunci untuk memberikan efek jera bagi pihak-pihak
yang melakukan/mencoba untuk melakukan tindakan penyelewengan penyaluran pupuk
bersubsidi dan peredaran pupuk/pestisida pada umumnya. Penanganan kasus-kasus
pupuk bersubsidi oleh KP3 agar dilakukan sampai tuntas dan ditetapkan sanksi hukum
kepada para pelaku penyimpangan penyaluran pupuk tersebut.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 115

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

13. Dalam rangka pengamanan

ketersediaan dan pengamanan pupuk bersubsidi, maka

pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Perdagangan RI melakukan revisi terhadap
Permentag 17 tahun 2011 . Revisi Permendag Nomer 17 tahun 2011

menjadi

Permendag nomer: 15/M-DAG/PER/4/2013 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk


bersubsidi tanggal 1 April 2013. Perubahan nama PT. Pupuk Sriwijaya (Persero) menjadi
PT. Pupuk Indonesia (Persero) diatur dalam Permendag 15/M-DAG/PER/4/2013 tanggal
1 April 2013

14. Mengingat pentingnya peranan pupuk dalam upaya peningkatan provitas dalam upaya
mencapai sasaran produksi yang telah ditargetkan pada tahun 2014 yaitu 2.3 juta ton
untuk NTB, maka menjadi tugas kita bersama untuk mengamankan pupuk bersubsidi
agar target produksi kita dapat tercapai.

15. Untuk pengamanan ketersedian dan penyaluran pupuk pupuk bersubsidi, perlu dilakukan
koordinasi secara intensif dengan produsen dan distributor pupuk bersubsidi dan pihakpihak terkait di provinsi dan kabupaten/kota.

16. Permasalahan penyediaan pupuk subsidi bukan hanya urusan dari Dinas Pertanian dan
Perdagangan saja, tetapi

melibatkan banyak pihak, termasuk Perhubungan atau

Perusahaan Pelayaran Indonesia menyangkut

kapasitas sandar kapal di pelabuhan,

pergudangan, dan lain lain yang harus dikoordinasikan dengan baik antar semua pihak
yang terkait.

17. Dari pemaparan Produsen (PT. Pupuk Kalimantan Timur dan PT. Petrokimia Gresik)
dapat disimpulkan bahwa ketersediaan pupuk Urea dan Non Urea memasuki

musim

tanam pada MK I, cukup aman. Sotock pupuk Urea pada akhir bulan April 2013 sekitar
20.000 ton. Stock tersebut dapat mencukupi kebutuhan petani untuk 2 bulan ke depan.

18. Persoalan pangan adalah persoalan dunia, sehingga pemerintah berusaha dengan
berbagai upaya untuk mengamankan produksi pangannya termasuk beras.

Langkah

yang ditempuh oleh pemerintah dalam rangka memenuhi capaian target produksi beras
nasional sebesar 10 juta ton pada tahun 2014 adalah pengamanan ketersediaan pupuk
subsidi. Peningkatan provitas adalah salah satu solusi dalam mencapi target yang telah
ditetapkan.

19. Permendag No; 16 tentang warna pupuk bersubsidi.


a. Urea

: Putih berubah ke pink

b. ZA : Putih berubah menjadi warna orange

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 116

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

20. Penggunaan pupuk organin di tingkat lapang masih rendah. Oleh karena itu pengunaan
pupuk organic, perlu terus kita tingkatkan penggunaannya melalui sosialisasi dan
demplot-demplot percontohan.

21. Gudang penyangga (merupakan milik produsen) sehingga bisa didistribusikan sesuai
dengan kebutuhan petani dimana saja. Bisa dibawa ke luar kabupaten/kota.

22. Perlu di verifikasi kembali RDKK yang masuk karena seringkali terjadi RDKK yang
diterima produsen (seperti PT. Pupuk Kaltim) double.

23. Kapasitas kemampuan gudang PT. Pupuk Kalimantan Timur yang ada di NTB Urea:
42.760 ton

24. Jumlah pegecer PT. Pupuk Kalimantan Timur di NTB 1.369 yang tersebar di Pulau
Lombok :769 pengecer dan Pulau Sumbawa 600 pengecer.

10)

Optimalisasi pemanfaatan alat pasca panen TP


Pertemuan

Optimalisasi

Pemanfaatan

Alat

Pascapanen

Tanaman

Pangan

dilaksanakan selama 2 (dua) hari,dari tanggal 18 s/d 19 November 2013 di Hotel Lombok
Raya Jalan Panca Usaha no. 11 Mataram, dengan peserta diikuti oleh 40 orang peserta
yang terdiri dari 10 orang petugas dinas kabupaten/kota, 9 orang KCD dan 19 orang
kelompok tani/Gapoktan penerima peralatan

pascapanen serta 2 (dua) orang peserta

provinsi.
Materi dan Pembicara/Narasumber dalam pertemuan ini adalah;

a. Kebijakan

Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan (Kepala Dinas). B. Evaluasi

Kegiatan

Pascapanen Tanaman Pangan (Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan).c. Pemanfaatan


Bantuan Peralatan Pascapanen Tanaman Pangan (Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten
Lombok Timur dan Kabupaten Dompu).d.Ekspose Kelompok Tani/Gapoktan Penerima
Bantuan Perlatan Pascapanen Tanaman Pangan (10 Kabupaten/Kota).
Dari ekspose pemanfaatan peralatan pascapanen tanaman pangan dan hasil
diskusi yang berkembang selama pertemuan dirumuskan beberapa hal sebagai berikut:

1.

Alsintan pasca panen yang dialokasikan ke poktan /gapoktan perlu dikelola secara
baik melalui unit

usaha atau bisa dikelola dalam wadah Usaha Pelayanan Jasa

Asintan (UPJA).

2.

Perlu perbaikan dalam pengelolaan/managemen kelompok tani, sehingga peralatan


yang ada bisa termanfaatkan secara optimal.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 117

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

3.

Dalam rangka meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan

petugas yang

mengoperasionalkan alsintan pascapanen khususnya operator Combine, maka perlu


dilakukan pelatihan .

4.

Combine Harvester yang dialokasikan di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa


berkembang dengan sangat baik dan sudah disewakan ke kelompok lain dengan biaya
sewa Rp. 1.500.000/ Ha. Dari sewa tersebut

buruh tani mendapat

Rp. 100

.000/orang per Ha dan operator mendapat upah Rp. 200.000/orang/Ha. Pembayaran


sewa juga dapat dengan hasil panen dengan perbandingan pembayaran 6 : 1 yaitu 6
ton untuk yang punya lahan dan 1 ton untuk yang panen. Dari hasil usaha penyewaan
Combine Harvester seluas 1 Ha, kelompok tani/gabungan kelompok tani bisa
menyisihkan untuk kas kelompok sekitar Rp. 750.000 sd Rp. 900.000,- per Ha.

5.

Dari laporan poktan pengelola, diperoleh infomasi bahwa pemanfaatan Combine


Harvester di kabupaten Lombok Barat sudah baik dan sudah bekerjasama dengan
pihak swasta yaitu PT. Bisi dalam mengoperasionalkan combinenya. Dalam 1 kali
musim panen dapat melayani areal sekitar 50 Ha dengan hasil panen sejumlah lebih
kurang 250 ton.

6.

Beberapa kelompok tani/gabungan kelompok tani yang mendapat bantuan peralatan


pascapanen telah melakukan kerjasama dengan kelompok tani/gabungan kelompok
tani lain yang ada di daerahnya. Adapun sewa peralatan di masing-masing kelompok
tani/Gabungan kelompok tani (gapoktan) bervariasi tergantung jenis peralatan dan
kesepakatan antara poktan/gapoktan dengan penyewa (konsumen).

7.

Pemanfaatan Vertical Dryer , flat bad drayer dan paddy mower yang dialokasikan di
beberapa kelompok tani/gapoktan belum optimal, oleh karena itu diharapkan bagi
poktan/gapoktan penerima untuk memanfaatkan secara optimal. Khusus dryer dapat
digunakan untuk mengeringkan hasil panen pada saat-saat musim hujan.

8.

Perlu melibatkan buruh tani dalam mengelola combine harvester, sehingga combine
yang telah dialokasikan ke kelompok dapat dimanfaatkan .

9.

Apabila terjadi kerusakan Combine Harvester, Kelompok Tani/Gabungan Kelompok


Tani masih kesulitan untuk memperoleh spare part karena tidak tersedianya toko
yang menjual spare part untuk Combine Harvester. Selama ini masih memesan
kepada perusahaan yang ada di Surabaya.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 118

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

10. Diharapkan ke depan ada cabang atau perwakilan dari perusahaan yang memproduksi
Combine Harvester di daerah yang banyak menggunakan combine.

11. Kelompok Tani/gapoktan kelompok tani yang mendapat bantuan diharapkan dapat
memanfaatkan secara maksimal alat pasca panennya, dan diharapkan ke depan
peralatan yang sudah diberikan dapat bertambah.

12. Dalam rangka menurunkan susut

hasil pasca panen peralatan yang sudah

dialokasikan segera dimanfaatkan agar target penurunan losses dapat tercapai.

13. Untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan peralatan yang dialokasikan di kelompok


tani/gabungan kelompok tani, maka apabila peralatan yang dialokasikan tidak
dimanfaatkan selama 1 tahun, maka kabupaten/kota dapat melakukan realokasi ke
kelompok tani/gapoktan lain.

14. Beberapa kelompok tani/gabungan kelompok tani lebih menyukai alat pemipil jagung
(corn seller) yang lebih besar (mobile) daripada yang kecil.

11)

Peningkatan kemampuan petugas ke pusat penanganan pasca panen


Tempat

pelaksanaan

kunjungan

peningkatan

kemampuan

petugas

dalam

penanganan pasca panen yaitu di PT. Pura Barutama Semarang dan PT. Yanmar Indonesia
yang dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, yaitu pada tanggal 2 s.d. 4 Desember 2013.
Peserta yang mengikuti kunjungan dalam peningkatan kemampuan petugas dalam
penanganan pasca panen dihadiri oleh 12 (Dua belas) orang peserta yang berasal dari
Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB. Adapun Hasil Kunjungan sebagai berikut:

1. PT. Pura Barutama berdiri pada 1908, Pura Group (Perseroan) hanyalah usaha
percetakan kecil dengan karyawan yang berjumlah tidak lebih dari 8 orang. Namun
saat ini, Perseroan telah bertumbuh menjadi salah satu nama yang cukup disegani di
industri percetakan & pengepakan di seantero Asia Tenggara. Menyusul ekspansi
secara perlahan namun pasti dan terarah selama bertahun-tahun, Perseroan kini
merupakan kelompok usaha yang terintegrasi secara vertikal dan terdiri dari berbagai
divisi/ unit bisnis, yang bergerak di bidang-bidang usaha sebagai berikut:

Sistem Anti Pemalsuan.


Pembuatan Kertas Security & Kertas Uang.
Konversi Kertas & Film.
Percetakan & Pengepakan.
Teknologi Identifikasi Tingkat Tinggi.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 119

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Rekayasa.
2. Devisi Engineering memiliki 4 departemen utama :
a. INARI Agricultural Machinery :
Produknya adalah :
o Grain Dryer
o Husk burner
o Rice Milling Unit
o Cleaner
o Silo
o Sealing & Packaging
o Corn Sheller
o Power Thresher
b. KOOREI Fishery Machinery
Produknya adalah :
Ice Flake Machine
Cool Room / Cool Storage
c. PARTS & MACHINERY
o
o

Produknya adalah :

Mesin Cetak seperti mesin rotogravure, mesin offset , mesin lamianasi , dll
Mesin Rokok , mesin label , dll
Tab inserter, Rounder book, dll.
Roll & Spare-part
Machine Services

d. ENERGY Machinery
Oil Press & Filter
SJO Plant, Screw Press, Manual Press
Wind Power
3. PT. Kubota Indonesia adalah pelopor dari perusahaan mesin diesel yang bermutu tinggi
o
o
o

di Indonesia yang telah dan terus mendukung pengembangan industri pertanian


nasional. Adapun produk-produk dari PT. Yanmar Indonesia sbb:
a. Mesin Diesel Horisontal
b. Generator ( Impor CBU dari Kubota Japan )
c.Mesin Diesel Vertikal ( Impor dari Kubota Japan )
d.Aplikasi Mesin Kubota :
1. Traktor Tangan
2. APPO
3. Power Thresher
4. Mesin Konstruksi
5. Vibration Roller
6. Generator Set
7. Pompa Air

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 120

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

4. PT. Kubota memilik 507 dealer/toko yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia
dengan rincian :
Pulau

Dealer

301
79
78
25
12
5
5
2
5. Untuk menunjang layanan purna jual,PT Kubota mempunyai bengkel resmi Kubota

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Jawa
Sumatera
Sulawesi
Kalimantan
NTB
NTT
Maluku
Bali

sebanyak 349 bengkel resmi yang tersebar di seluruh Indonesia.


Pulau
Jawa
Sumatera
Sulawesi
Kalimantan
NTB
NTT
Maluku
12)

Bengkel
201
79
44
20
3
1
1

Pembinaan Kios Saprodi


Kios saprodi sebagai salah satu unit usaha dalam agribisnis, mempunyai peranan yang
sangat strategis dalam penyediaan sarana produksi. Jumlah usaha dibidang kios saprodi di
Provinsi Nusa Tenggara Barat terutama di daerah sentra produksi pertanian terus meningkat.
Namun di lapangan berbagai permasalahan yang dijumpai diantaranya sebagian besar kios
saprodi tergolong tipe A (tahap pertumbuhan), SDM pengelola minim, kurangnya permodalan
kios.
Dari fenomena tersebut diperlukan pembinaan dan pengaturan sedini mungkin untuk
meningkatkan peran dan fungsi kios saprodi tersebut.
Tujuan dari pembinaan kios saprodi sebagai berikut :
1.

Menumbuh kembangkan usaha kios saprodi agar mampu menyediakan sarana produksi
yang lengkap, berkualitas dan berkesinambungan.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 121

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

2.

Memantau ketersediaan pupuk, pestisida dan benih serta memberikan informasi tentang
pupuk dan pestisida yang terdaftar kepada pengelola kios saprodi.

3.

Mendorong penyediaan sarana produksi yang sesuai dengan prinsip 6 tepat ( jumlah,
jenis, mutu, waktu, tempat dan harga).

13)

Melakukan monitoring ke kabupaten/kota se Nusa Tenggara Barat


Pelaksanaan kegiatan melalui pembinaan ke petugas yang menangani sarana
produksi dan monitoring ke beberapa Kios saprodi di kabupaten/kota se Nusa Tenggara
Barat. Kegiatan Pembinaan kios saprodi sangat penting dilaksanakan mengingat kios
saprodi merupakan sarana yang sangat pital dalam penyedia sarana produksi untuk
petani, oleh karena itu keberadaannya harus tersedia cukup dan berada di dekat petani.
Disamping itu untuk kelancaran penyediaan sarana produksi, maka pengelola kios sarana
produksi harus memiliki modal yang cukup agar sarana produksi (pupuk, pestisida dan
benih) dapat tersedia secara cukup dan petani dapat memperoleh sarana produksi yang
dibutuhkan pada saat yang tepat. Adapun jenis barang/produk yang diperjual belikan di
kios saprodi adalah; pupuk bersubsidi (pupuk urea, SP-36, ZA, NPK dan Organik),
pestisida, benih padi, kedelai, kacang tanah dll.
Berdasarkan data dari PT. Pupuk Kalimantan Timur dan PT. Petrokimia Gresik
bahwa dalam menyalurkan pupuk bersubsidi ke petani, produsen pupuk tersebut
menunjuk distributor dan pengecer pupuk

bersubsidi untuk menyalurkan pupuk ke

petani. Jumlah distributor yang tersebar di Kabupaten/Kota Se NTB sebanyak 25


distributor PT. Pupuk Kalimantan Timur dan 22 distributor PT. Pupuk Petrokimia Gresik.
Sedangkan jumlah kios pengecer pupuk bersubsidi yang tersebar di Kab/Kota se NTB
sebanyak 1.357 pengecer pt. Pupuk Kaltim dan 911 pengecer PT. Pupuk Petrokimia.
Rrincian distributor dan pengecer

pupuk bersubsidi masing-masing Kab/Kota seperti

Tabel.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 122

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel.IV-26. Sebaran Distributor


se NTB Tahun 2013
KABUPATEN/ KOTA
KOTA MATARAM
LOMBOK BARAT

LOMBOK UTARA
LOMBOK TENGAH

LOMBOK TIMUR

SUMBAWA BARAT
SUMBAWA
BIMA

pupuk

bersubsidi

NAMA DISTRIBUTOR
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
1.
2.
1.
2.

FORTUNA, CV
PETROSIDA, PT
PETROSIDA, PT
PERTANI, PT (cab. NTB)
FORTUNA, CV
PUSKUD NTB
PPI, PT
SURYA TANI, CV
ILHAM TANI, CV
FORTUNA, CV
SARI SENTOSA, CV
DEWI TANI JAYA, CV
PERTANI, PT (cab. NTB)
ILHAM TANI, CV
HIDAYAT, CV
BINTANG TIMUR, CV
CINTANI, CV
AGRO SELAPARANG, PD
GUNUNG MAS
ILHAM TANI, CV
HERRY ABADI & CO
PESONA, CV
SUBUR MAKMUR, CV
SUBUR MAKMUR, CV
PESONA, CV
MULYA JAYA, UD.
MEGA RIA, CV

di

Kabupetan/Kota

PRODUSEN
PT. KALTIM PT. PETRO

Tabel IV-27. Keragaan Kios pengecer pupuk bersubsidi di Kabupaten/Kota Se


NTB Tahun 2013
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

KABUPATEN/ KOTA
KOTA MATARAM
LOMBOK BARAT
LOMBOK UTARA
LOMBOK TENGAH
LOMBOK TIMUR
SUMBAWA BARAT
SUMBAWA
DOMPU
BIMA
KOTA BIMA
JUMLAH

JUMLAH KIOS PENGECER


PT. KALTIM
PT. PETRO..
14
14
101
81
50
35
282
169
325
289
30
26
223
133
64
43
253
120
15
1
1.357
911

Dari beberapa kios pengecer pupuk bersubsidi yang dikunjungi, bahwa masih ada
kios pengecer resmi pupuk bersubsidi yang hanya menyediakan pupuk bersubsidi saja,
sedangkan pupuk alternatif lainnya serta pestisida tidak disediakan. Ada beberapa alasan
kios pengecer tidak menyediakan sarana produksi secara lengkap yaitu keterbatasan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 123

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

modal usaha. Disamping itu juga berdasarkan pantauan bahwa ada beberapa kios yang
sudah menyediakan pupuk dan pestisida, kios dimaksud dapat di lihat pada lampiran 1.
Adapun jenis pupuk dan pestisida yang diperjual belikan di kios saprodi seperti pada
lampiran 2.
Dari kios saprodi yang dikunjungi rata-rata masih dalam kriteria kios saprodi tahap

Pertumbuhan ( belum berkembang ) namun sedikit sekali kios yang tergolong kriteria kios
tahap Pemantapan ( berkembang ).
Berdasarkan luas areal layanan, volume penjualan, kemapuan modal dan system
pengelolaan maka kios saprodi dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe sebagai berikut :
1). Kios Saprodi Tipe A (Tahapan Pertumbuhan atau Belum Berkembang )
Kios Saprodi dapat dikatakan berada pada tahap pertumbuhan/belum berkembang
apabila, kriterianya sebagai berikut :
-

Belum memiki toko dan gudang secara khusus, luas bangunan 24 M2

Luas areal pelayanan < 100 Ha

Volume penyaluran pupuk urea < 50 ton

Volume penjualan pupuk SP -36 < 10 ton

Jenis dan volume pestisida yang disediakan terbatas

Kemampuan modal masih terbatas

Pengelolaan masih sederhana

2). Kios Saprodi Tipe B ( Tahap Pemantapan / Berkembang )


Kios pada tahap pemantangan/berkembang memiliki kriteria atau persyaratan sebagai
berikut :
-

Belum memiliki toko dan gudang yang relative sederhana, luas bangunan 60 m2

Luas areal pelayanan 100 200 Ha

Volume penyaluran pupuk urea < 25 - 50 ton

Volume penjualan pupuk SP -36 < 20 ton

Jenis dan volume pestisida yang akan disediakan terbatas

Kemampuan modal masih terbatas

Pengelolaan belum sepenuhnya professional.

3). Kios Saprodi Tipe C ( Tahap Mandiri )


Kios pada tahap kemandirian/maju apabila memenuhi kriteria atau sebagai berikut :
-

Memiliki toko dan gudang yang permanen, luas bangunan 100 m2

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 124

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Letak kios relative dekat dengan lahan usaha tani

Luas areal pelayanan > 200 Ha

Volume penjualan pupuk urea > 50 ton

Volume penjualan pupuk SP-36 > 20 ton

Jenis dan volume pestisida yang akan disediakan tidak terbatas ( kecuali jenis
pestisida terbatas )

Memiliki modal yang cukup

Pengelolaan secara professional

Memiliki tenaga yang memahami penggunaan pupuk dan pestisida yang baik dan
benar

14)

Monitoring Penyediaan Pupuk Bersubsidi


Pengawalan, penyediaan dan pengawasan pupuk bersubsidi dilakukan mulai dari
Lini II produsen, Lini III (distributor) dan LIni IV (Pengecer). Pada lini II pengawalan
secara langsung yang dilakukan dengan mengunjungi dan melihat ketersediaan pupuk
yang ada di gudang produsen.
Selama tahun 2013 ketersediaan pupuk di gudang cukup tersedia, namun ada
beberapa permasalahan terkait dengan quota pupuk untuk provinsi dimana beberapa kali
terjadi realokasi/revisi Keputusan tentang kebutuhan pupuk bersubsidi, sehingga terjadi
kepanikan oleh produsen, distributor dan petani di akhir tahun. Sesuai dengan realokasi
terakhir

berdasarkan

Permentan

Nomor

122/Permentan/SR.130/11/2013

tentanng

perubahan atas Permentan nomor 69/Permentan/SR.11/12 tentang kebutuhan dan HET


pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian TA. 2013, maka alokasi pupuk untuk NTB
mengalami penurunan dari alokasi sebelumnya. Sedangkan pengawalan secara tidak
langsung dilakukan dari laporan bulanan pupuk yang dikirim oleh produsen ke dinas
provinsi. Rencana dan realisasi penyaluran pupuk bersubsidi di kabupaten/kota Se- NTB
sebagai tabel berikut :

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 125

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel IV-28. Alokasi dan Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi Di Kabupaten/Kota Se-Prov. NTB Tahun 2013
UREA
NO.

KAB/KOTA

Alokasi

Realisasi

(Ton)

(Ton)

SP-36
%

ZA

Alokasi

Realisasi

(Ton)

(Ton)

NPK

Alokasi

Realisasi

(Ton)

(Ton)

Alokasi

Realisasi

(Ton)

(Ton)

ORGANIK
%

Alokasi

Realisasi

(Ton)

(Ton)

1 MATARAM

2,024.79

2,024.00

99.96

433.67

275.00

63.41

229.28

95.00

41.43

536.85

260.00

48.43

139.17

75.00

53.89

2 LOBAR)*

13,834.29

13,553.45

97.97

2,272.23

1,725.00

75.92

1,260.00

775.00

61.51

2,960.00

2,299.90

77.70

925.39

824.40

89.09

3 LOMBOK UTARA

5,342.05

4,897.50

91.68

812.34

855.00

105.25

561.00

670.00

119.43

1,552.03

1,642.50

105.83

1,527.08

1,070.18

70.08

4 LOTENG

22,843.47

22,520.25

98.59

6,202.64

5,800.00

93.51

3,519.92

3,705.00

105.26

6,558.48

6,750.30

102.92

3,253.20

2,337.52

71.85

5 LOTIM

31,529.68

31,076.65

98.56

7,209.94

6,172.80

85.62

3,337.70

4,500.00

134.82

8,429.00

10,076.70

119.55

2,486.71

2,535.51

101.96

6 SUMBAWA

22,969.24

22,952.85

99.93

838.24

540.00

64.42

2,476.63

2,647.00

106.88

8,401.25

10,584.05

125.98

1,808.25

387.72

21.44

7 SMB. BRT

4,313.11

4,308.35

99.89

107.51

20.00

18.60

376.00

15.00

3.99

1,905.88

410.20

21.52

166.08

8 DOMPU

11,668.01

11,594.40

99.37

949.35

243.00

25.60

1,790.20

1,166.00

65.13

3,874.53

3,863.00

99.70

620.03

313.20

50.51

9 BIMA

19,127.38

18,919.10

98.91

1,450.96

837.00

57.69

2,401.85

2,544.00

105.92

5,242.25

5,281.10

100.74

930.42

707.56

76.05

10 KOTA BIMA

1,648.00

1,620.35

98.32

223.14

138.00

61.84

47.42

52.00

109.67

539.75

657.35

121.79

143.68

95.28

66.31

135,300.02

133,466.90

98.65

20,500.00

16,605.80

81.00

16,000.00

16,169.00

101.06

40,000.01

41,825.10

104.56

12,000.00

8,346.37

69.55

TOTAL NTB

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 126

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel IV-28. menunjukkan bahwa realisasi penyaluran pupuk

urea sebesar

133.466,9 ton (98,65%) dan pupuk SP-36 sebesar 16.605,8 ton (81 %), ZA
16.169 ton (101,06 %), NPK sebesar 41.825,10 ton (104,56%) dan organik
sebesar 8.346,37 ton (69,568%).
Pada tahun 2013 penyediaan dan pengadaan pupuk bersubsidi

disediakan

oleh 2 (dua) Produsen pupuk yaitu PT. Pupuk Kaltim dan PT. Petrokimia
Gresik. Untuk memperlancar penyaluran ke kab/kota maka produsen
menunjuk distributor untuk menyalurkan pupuk bersubsidi ke pengecer resmi,
dengan rincian nama dan jumlah distributor pupuk bersubsidi pengecer seperti
pada lampiran 1.
Agar pupuk bersubsidi sampai di tingkat petani sesuai azas 6 tepat yaitu
tepat jenis, jumlah, harga, dosis, tempat, dan mutu, maka telah dilakukan
pengawasan yang intensif ke tingkat lapang, dengan hasil pengawasan
sebagai berikut:
1. Harga pupuk bersubsidi di tingkat petani berdasarkan Permentan Nomor:
87/Permentan/SR.130/12/2011

Tentang

Tentang

Keb.&HET

Pupuk

bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2012


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis Pupuk
Urea
ZA
SP-36
NPK
Organik

Harga
Rp. 1. 800,Rp. 1. 400,Rp. 2. 000,Rp. 2. 300,Rp.
500,-

per
per
per
per
per

kg
kg
kg
kg
kg

Harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi berlaku dalam kemasan 50 kg, 40


kg atau 20 kg yang dibeli petani, pekebun, peternak, pembudidayaan ikan
di penyalur lini IV secara tunai.
2. Harga pupuk bersubsidi di tingkat kios pengecer (Lini IV) Tahun 2013.
Hasil pemantauan harga pupuk bersubsidi di tingkat lapang sebagai
berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis Pupuk
Urea
SP-36
ZA
NPK
ORGANIK

HET
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

1.800
2.000
1.400
2.300
500

LAPORAN TAHUNAN 2013

/
/
/
/
/

kg
kg
kg
kg
kg

Harga Tingkat Lapang


Rp. 1.800 2.000/kg
Rp. 2.000 2.500/kg
Rp. 1.400 1.750/kg
Rp. 2.300 2.750/kg
Rp.
500 750/kg

IV - 127

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Harga eceran pupuk di tingkat pengecer bervariasi, pada saat ketersediaan


pupuk di lapangan cukup tersedia, maka harga pupuk bersubsidi di tingkat
petani masih sesuai HET, namun jika pupuk kurang tersedia akibat distribusi
yang tidak lancar, sementara petani pada waktu itu sangat membutuhkan,
maka akan terjadi harga pupuk di atas HET yang ditetapkan. Beberapa hal
yang memicu harga pupuk diatas HET, yaitu :
- Petani membeli pupuk secara eceran.
- Adanya sistem pembelian pupuk secara paket.
- Pengelola kios penyalur (Lini IV) kurang memahami aturan penyaluran
pupuk bersubsidi.
- Beberapa kios tidak mendata ulang pembeli pupuk, yang menyebabkan
pupuk bersubsidi tidak tersalur sesuai RDKK yang telah disusun oleh
kelompok.

15)

Pengadaan Alat Dan Mesin Pertanian


Tujuan pengadaan alat dan mesin pertanian ini adalah untuk membantu
petani dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja dan mempercepat penanganan
pasca panen khususnya komoditi tanaman jagung.
Jagung merupakan komoditi andalan NTB, untuk menunjang kegiatan PIJAR
maka pemerintah provinsi melalui dana APBD I TA. 2013 mengalokasikan dana
pengadaan alat pertanian seperti corn sheler dan hand traktor yang diberikan
kepada kelompok tani.
Sebelum penentuan kelompok penerima alat, terlebih dahulu provinsi
memverifikasi dan merekapitulasi usulan/proposal dari kelompok atau Dinas
Pertanian kabupaten dan langsung melakukan visitasi ke kelompok. Hasil finalisasi
usulan tersebut selanjutnya akan ditetapkan sebagai penerima alat mesin pertanian
(corn sheller

dan handtraktor) tahun 2013 melalui Surat Keputusan Penetapan

Penerima Bantuan alat mesin pertanian (handtraktordan corn sheller) oleh Kepala
Dinas TPH Provinsi sebagai mana terlampir. Adapaun kelompok tani penerima
sebagai berikut:

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 128

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel. IV-29. Nama kelompok tani penerima corn sheler


NO

KABUPATEN

`LOMBOK BARAT

LOMBOK UTARA

LOMBOK TENGAH

LOMBOK TIMUR

SUMBAWA

SUMBAWA BARAT

DOMPU

8
BIMA
KOTA BIMA

NAMA KELOMPOK
1 Poktan Mulajati
2 Poktan Pohdana Selatan
1 Pade Mele
2 Karya Tani II
1 Poktan Sekunyit
1 Kubur Boyot
2 Rumpang II
3 Poktan Jambuk Bawang 1b
4 Lenek Bara II
1 Kuang Lenek
2 Poktan Raja Borang
3 Koptan Unter kapuk
4 Poktan Penyempeng
5 Poktan Mekar Tani
1 Poktan Prapat Nungal
1 Poktan Tolo Wau
2 Poktan Sambi Maci
3 Poktan Kesi Utara
4 Poktan Teka Mpolo
1 Poktan Firi Nara
2 Poktan O'i Lanco
3 Poktan Mekar
1 Co'o Oi
JUMLAH

Jumlah Corn Sheler


Kecil
Besar
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
13
10
unit
unit

Tabel.IV-30. Nama kelompok tani penerima hand traktor

NO

KABUPATEN

LOMBOK BARAT

2
3

LOMBOK TENGAH
LOMBOK TIMUR

NAMA KELOMPOK
UPJA Oryza
Poktan Tani Mandiri
Poktan Bao Daye I
Poktan Kembang Nenamo
JUMLAH

LAPORAN TAHUNAN 2013

Jlh Traktor
Roda 2
1
unit
1
unit
1
unit
1
unit
4
unit

IV - 129

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

III.

SEKSI PERLINDUNGAN
PERTANIAN

TANAMAN

DAN

PENERAPAN

TEKNOLOGI

1) Pertemuan Koordinasi Penanganan OPT/DFI


Pertemuan Koordinasi Penanganan OPT/DFI pada Tanaman Pangan (padi,
jagung, dan kedelai) Provinsi NTB dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, yaitu dari
tanggal 26 s/d 28 Juni 2013 bertempat di Hotel Lombok Raya - Mataram.
Pertemuan koordinasi dilaksanakan dengan tujuan :
1. Menyamakan persepsi semua pihak yang terkait dalam usaha pengendalian
OPT/penanganan DFI pada tanaman pangan khususnya pada tanaman padi,
jagung, dan kedelai.
2. Melakukan evaluasi terhadap luas dan intensitas serangan OPT, luas
pengendalian OPT dan luas dampak perubahan iklim khususnya banjir dan
kekeringan pada tanaman pangan.
3. Meningkatkan upaya penanggulangan serangan OPT/ penanganan dampak
perubahan iklim pada tanaman pangan khususnya padi, jagung, dan kedelai.
Sasaran kegiatan rapat ini adalah para koordinator POPT-PHP dan petugas
yang menangani Perlindungan Tanaman Pangan di kabupaten/kota se NTB serta
beberapa unsur/instasi terkait dalam penanganan OPT/DFI di Provinsi Nusa
Tenggara Barat.

Kegiatan Pertemuan Koordinasi Penanganan OPT/DFI pada Tanaman


Pangan (padi, jagung, dan kedelai) Provinsi NTB Tahun 2013 diikuti oleh peserta
sebanyak 35 (tiga puluh lima) orang dimana 30 (tiga puluh) orang berasal dari
petugas Dinas/Mantri tani/KCDK dan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu
Tumbuhan (POPT) dari kabupaten/kota se-NTB dan 5 (lima) orang berasal dari
Dinas/Instansi terkait tingkat provinsi.
Narasumber Pertemuan Koordinasi berasal dari : Dinas Pertanian TPH Provinsi
NTB, Balai Pengkajian Teknologi Tanaman Pangan Provinsi NTB, BMKG Stasiun
Klimatologi Kediri dan Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Adapun materi yang
disampaikan dan dibahas yaitu dalam rapat koordinasi sebagai berikut :
1. Upaya Peningkatan Produksi Padi, jagung, dan Kedelai di Provinsi NTB Tahun
2013 (Dinas Pertanian TPH NTB).

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 130

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

2. Teknologi Budidaya Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai menghadapi Dampak


Perubahan Iklim (BPTP Provinsi NTB).
3. Hasil-Hasil Penelitian Teknologi Penanggulangan OPT Utama pada Tanaman
Padi, Jagung, dan Kedelai (Fakultas Pertanian Universitas Mataram).
4. OPT penting Tahun 2013 pada tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai dan Upaya
Penanggulangannya (BPTPH Provinsi NTB).
5. Evaluasi Luas serangan OPT dan Dampak Perubahan Iklim di Provinsi NTB dan
Upaya Penanggulangannya (Diperta TPH NTB)
6. Prakiraan Iklim dan Pemanfaatannya di sektor Pertanian Tanaman Pangan
(BMKG Stasiun Klimatologi Kediri).
Beberapa rumusan hasil pertemuan Pertemuan Koordinasi Penanganan
OPT/DFI pada Tanaman Padi, Jagung, dan kedelai Tahun 2013 sebagai berikut :
1. Pencapaian produksi tanaman padi, jagung, dan kedelai
berikut :

Provinsi NTB sebagai

angka tetap Tahun 2012 produksi padi sebesar 2.114.231 ton GKG,

atau meningkat 2,28% dari angka tetap Tahun 2011 (produksi Tahun 2011
sebesar 2.067.137 ton GKG).

Berdasarkan Angka Ramalan I tahun 2013

produksi padi NTB sebesar 2.035.573 ton GKG berarti

terjadi penurunan

sebesar 3,72 % dibandingkan pencapaian produksi padi Tahun 2012. Jagung :


produksi Tahun 2012 sebesar 642.674 ton pipilan kering,

lebih tinggi dari

produksi Tahun 2011 sebesar 456.915 ton pipilan kering (meningkat 40,66%).
Berdasarkan Angka Ramalan I Tahun 2013 produksi jagung mencapai 583.668
ton, berarti mengalami penurunan sebesar 21,56 % dibandingkan dengan
peroduksi Tahun 2012. Kedelai : pencapaian produksi Tahun 2012

sebesar

74.156 ton biji kering, atau lebih rendah dari angka tetap Tahun 2011 sebesar
88.099 ton (turun 15,83 %).

berdasarkan Angka Ramalan I Tahun 2013

produksi kedelai NTB sebesar 90.551 ton yang berarti terjadi peningkatan
dibandingkan dengan produksi Tahun 2012 (meningkat 22,11 %). Berkaitan
dengan pencapaian produksi padi, jagung, dan kedelai tersebut maka
pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI menjadi sangat penting.
Pertanaman yang ada mulai dari bulan ini sampai dengan Bulan desember 2013
harus dilakukan pengawalan dan pengamanan secara intensif dan ketat dan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 131

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

apabila terlihat gejala serangan yang kecenderungan meningkat agar segera


dilakukan tindakan pengendalian.
2. Dampak perubahan iklim telah nyata kita hadapi, yang ditunjukkan dengan
terjadinya peningkatan suhu udara, perubahan pola hujan, dan peningkatan
frekuensi terjadinya iklim ekstrim berpengaruh nyata terhadap perkembangan
OPT dan kejadian kekeringan dan banjir, yang merupakan ancaman bagi
ketahanan pangan nasional sehingga diperlukan upaya yang serius untuk
menghadapi tantangan tersebut. Selama Tahun 2013 sebagai dampak iklim
ekstrim telah terjadi bencana alam banjir dan kekeringan di beberapa daerah di
NTB. Luas areal tanaman pangan

yang

terkena banjir Tahun 2013 seluas

1.434 Ha, yang mengalami puso seluas 824 Ha dengan rincian pada tanaman
padi terkena 1.378 Ha, puso 783 Ha, pada tanaman jagung terkena 56 Ha, puso
41 Ha sedangkan pada tanaman kedelai tidak ada yang terkena banjir. Luas
kekeringan pada tanaman pangan Tahun 2013 seluas5.591 Ha dan yang puso
seluas 203 Ha dengan

rincian

pada

tanaman padi terkena 4.873 Ha, puso

180 Ha, pada tanaman jagung terkena 718 Ha dan puso 23 Ha, sedangkan pada
tanaman kedelai tidak terjadi kekeringan. Komulatif luas tambah serang OPT
pada tanaman padi, jagung, dan kedelai Tahun 2013 seluas 14.213,9 Ha dan
yang puso seluas 9 ha dengan rincian pada tanaman padi terkena seluas
10.594,6 Ha dan yang puso 9 ha, pada tanaman jagung seluas 3.151,3 ha, dan
pada tanaman kedelai seluas 468 Ha. Apabila dibandingkan dengan luas tambah
serang OPT Tahun 2012 maka pada Tahun 2013 luas tambah serang OPT
mengalami peningkatan.
3. Beberapa jenis OPT yang dominan menyerang tanaman dan perlu mendapat
perhatian seksama dan terus diwaspadai antara lain tungro, penggerek batang,
kresek, blas, tikus,

dan wereng coklat pada tanaman padi sedangkan pada

tanaman jagung yaitu busuk pangkal batang.


4. Hama wereng coklat pada MH. 2012/2013 dan MT. 2013 di beberapa daerah
sudah terlihat populasi dan serangannya bahkan dengan luasan dan intensitas
yang cukup tinggi terutama terjadi di Kabupaten Bima, Lombok Tengah, Lombok
barat, dan Lombok Timur sehingga perlu dilakukan pengendalian dengan serius
agar jangan sampai berkembang lebih lanjut. Kabupaten/kota yang memerlukan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 132

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

bantuan sarana pengendalian agar segera menyampaikan informasi dan


permohonan bantuan ke provinsi untuk segera ditindaklanjuti.
5. Untuk pengendalian serangan virus tungro maka eradikasi pada tanaman
terserang dan singgang perlu dilaksanakan. Selain itu pengolahan tanah agar
dilakukan sesegera mungkin setelah panen, pengolahan tanah lebih sempurna,
penggunaan benih tahan dan penggunaan karbofuran di pesemaian dan segera
setelah tanam.
6. Untuk pengendalian hama tikus, kunci keberhasilan apabila dilaksanakan secara
serentak dan bersama-sama. Dalam hal ini gerakan pengendalian OPT perlu
ditingkatkan dan dalam waktu dekat akan dilaksanakan di Kabupaten Lombok
Tengah.
7. Penyakit busuk pangkal batang pada tanaman jagung yang terjadi di Kabupaten
Dompu,

Sumbawa,

dan

Sumbawa

Barat

disebabkan

karena

terjadinya

penambahan areal tanam yang cukup luas dengan jarak tanam cukup rapat
sehingga kelembaban di dalam areal pertanaman tinggi yang mendorong
perkembangan penyakit tersebut (jamur fusarium). Diharapkan perhatian
berbagai pihak, baik dinas, BPTPH, BPTP, dan perguruan tinggi untuk dapat
melakukan pengkajian. Salah satu cara pengendalian yang dapat dianjurkan
yaitu pengaturan jarak tanam (sistem jajar legowo).
8. Berkaitan terjadinya peningkatan serangan OPT Tahun 2013 maka selain
tindakan pengendalian maka pengamatan rutin oleh petani maupun petugas
perlu ditingkatkan.
9. Peran Penyuluh dalam upaya pengendalian OPT masih dirasakan kurang baik
sehingga hal ini perlu dibahas di tingkat provinsi untuk melakukan koordinasi
agar di tingkat lapang koordinasi dan kerjasama antara tri partit (KCD, POPT,
PPL) dapat lebih mantap.
10. Kebijakan perlindungan tanaman dalam Pengendalian OPT yaitu dengan
pendekatan/mengelola SPOT-STOP dengan sistem PHT. Agar SPOT tidak terjadi
maka dilakukan upaya preemtif agar ekosistem kuat, toleran terhadap serangan
OPT antara lain dengan pengaturan pola tanam dan budidaya tanaman sehat.
Pengendalian SPOT (STOP) merupakan upaya responsif dengan gerakan
deteksi/pengamatan dini dan pengendalian dini. Pelaksanaan SPOT-STOP tetap

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 133

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

mengedepankan prinsip pengendalian hama terpadu dan disesuaikan juga


dengan ambang pengendalian. Dikaitkan dengan rekomendasi pengendalian
dalam buku putih maka ambang pengendalian yang digunakan yaitu pada
ambang/titik awal. Dalam hal ini maka rekomendasi pengendalian OPT di dalam
buku putih perlu dilakukan revisi.
11. Terjadinya pengurangan jumlah petugas perlindungan tanaman terutama POPTPHP yang disebabkan antara lain oleh pemekaran kabupaten, alih tugas POPTPHP ke jabatan struktural menyebabkan semakin banyaknya kekurangan tenaga
POPT-PHP di kacamatan dan hal ini sangat mengganggu kinerja dan kelancaran
kegiatan perlindungan tanaman.Permasalahan SDM perlindungan tanaman di
daerah baik kualitas maupun kuantitasnya perlu diselesaikan secara bersamasama antara pusat, Provinsi dan kabupaten. Strategi penyelesainnya ditempuh
melalui inventarisasi PNS dan non PNS sesuai dengan kualifikasinya serta
menyusun upaya dan langkah penyelesaiannya antara lain dengan melakukan
koordinasi dengan Pemda setempat agar tidak melakukan mutasi tenaga POPTPHP ke jenjang struktural, mengusahakan dapat disediakan dana untuk
melaksanakan kegiatan pelatihan atau peningkatan kapasitas POPT-PHP baru
dalam waktu yang cukup lama baik di Jatisari maupun di BPTPH Provinsi NTB.
12. Peran petani dalam pengamatan, analisis serangan OPT dan pengambilan
keputusan dalam pengendalian serangan OPT khususnya pada tingkat petak /
satuan pemilikan lahan perlu terus ditingkatkan melalui pembinaan dengan
melaksanakan SLPHT.
13. Kegiatan-kegiatan SLPHT tanaman tanaman pangan sebagian besar telah
dilaksanakan di tingkat kabupaten/kecamatan namun dijumpai permasalahan
serius dalam pendanaannya setelah anggarannya disatukan dalam Satker Dinas
Pertanian Provinsi yaitu sebagian besar masih belum dibayar. Hal ini sangat
mengganggu pelaksanaan tugas jajaran perlindungan tanaman di daerah. Oleh
karena itu perlu dibahas dan dilakukan langkah-langkah penanggulangan nya.
14. Pengendalian OPT tetap berpedoman pada prinsip pengendalian hama terpadu
(PHT)

dengan

mengutamakan

pengendalian

secara

alami,

pengelolaan

ekosistem melalui cara bercocok tanam serta secara fisik dan mekanis.
Pengendalian dengan pestisida dilaksanakan bila pengendalian secara non

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 134

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

pestisida tidak dapat menekan perkembangan serangan OPT dan intensitas


serangan OPT sudah di batas ambang pengendalian.
15. Petani

dalam

aturannya /

menggunakan

pestisida

agar benar-benar

memperhatikan

6 tepat yaitu tepat jenis dan mutu pestisida, tepat dosis, tepat

waktu, tepat cara, tepat alat dan tepat sasaran. Selain itu faktor keamanan dan
keselamatan kerja harus diterapkan dengan baik.
16. Penggunaan

pestisida

nabati

seperti

daun/buah

nimba,

umbi

gadung,

daun/batang tembakau sangat dianjurkan untuk mengendalikan sehingga perlu


dikembangkan.
17. Walaupun telah diterapkan prinsip PHT dalam pengendalian OPT namun
penyediaan/stok

pestisida

di

tingkat

kabupaten

dan

lapangan

untuk

pengendalian dini dan antisipasi berkembangnya serangan OPT masih sangat


diperlukan dan perlu disiagakan.
18. Regu Pengendalian Hama perlu dibentuk dan dibina untuk membantu Brigade
Proteksi Tanaman dalam pengendalan OPT.
19. Apabila ada alokasi pestisida ataupun pengadaan pestisida agar disesuaikan
dengan kondisi serangan OPT di daerah, dalam hal ini diutamakan pengadaan
fungisida.
20. Penerapan

pola

tanam

untuk

memutuskan

siklus

hidup

OPT

perlu

disosialisasikan lagi kepada masyarakat karena beberapa tahun terakhir pola


tanam di beberapa daerah tampaknya tidak ditepati lagi. Untuk itu perlu
dilakukan peninjauan kembali UU No. 12 Tahun 1992 dengan memberikan
kewenangan pemerintah daerah untuk membuat Peraruran daerah tentang Pola
tanam.
21. Penggunaan pupuk kurang berimbang (dominan urea) dan penyaluran benih
yang rentan serangan OPT merupakan faktor yang memicu perkembangan
serangan OPT. Oleh karena itu penggunaan pupuk berimbang ( NPK) perlu
ditingkatkan dan di Balai benih Induk, Balai Benih Utama agar mengurangi
perbanyakan benih tersebut seperti Ciherang dan diganti dengan varietas lain
yang tahan serangan OPT.
22. Sistem penganggaran dari dana dekonsentrasi di tingkat kabupaten/kota agar
lebih memperhatikan faktor pengamanan produksi sehingga dalam DIPA/RKAKL

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 135

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

kabupaten/kota agar dimasukkan kegiatan berupa pembinaan, bimbingan


pengendalian serangan OPT.
23. Format laporan perkembangan OPT perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut
karena di tingkat lapang masih dihadapi kesulitan dan keragaman dalam
pengisiannya.
24. Strategi antisipasi dan mitigasi variabilitas dan perubahan iklim sampai saat ini
sudah banyak dilakukan antara lain pengembangan sistem jaringan iklim,
penyiapan tool dan pedoman, pengembangan infra struktur, SLI, teknologi TOT,
penyediaan benih tahan kering, tahan genangan, tahan serangan OPT dan
irigasi berselang. Hal tersebut di atas agar disebarluaskan guna mempercepat
penerapannya melalui koordinasi intansi terkait di daerah.
25. Menghadapi dampak perubahan iklim maka sarana pertanian yang perlu terus
diadakan, dibangun antara lain pengadaan mesin pompa air, perbaikan saluran
irigasi tersier dan saluran cacing (diharapkan semua dapat permanen).
26. Dalam pengembangan tanaman jagung dilahan marginal disarankan agar
digunakan jagung komposit karena lebih tahan terhadap ancaman kekurangan
air maupun hara.
27. Berkaitan dengan issu emisi gas rumah kaca maka sebagai tindak lanjut dari
RAN GRK telah diterbitkan Pergub tentang RAD GRK untuk ditindak lanjuti oleh
instansi terkait dan kabupaten kota.
28. Prakiraan

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika - Stasiun Klimatologi

Kediri bahwa pada Tahun 2013 terjadi musim kemarau basah yang mana curah
hujan diprakirakan masih terjadi sampai dengan bulan Agustus 2013 dan awal
musim hujan 2013/2014 diprakirakan mulai terjadi pada Bulan Oktober 2013.
29. Menghadapi perubahan iklim dengan pola hujan yang semakin tidak menentu
maka untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim yang terjadi (banjir dan
kekeringan), beberapa upaya yang dilakukan antara lain :

Melakukan sosialisasi kondisi iklim, awal dan akhir musim hujan, jalur aman
tanam padi. Untuk itu diharapkan agar BMKG dapat menyampaikan
informasi iklim per zonasi secara berkesinambungan.

Pemanfaatan dan penguatan sistem peramalan iklim tradisional yang ada


di masyarakat

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 136

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Melakukan

pandataan/inventarisasi

daerah-daerah

terkena

dampak

perubahan iklim (banjir dan kekeringan) untuk dapat melakukan langkahlangkah antisipasi dan penyesuaian pola tanam.

Tetap

melakukan

sosialisasi

dan

penyuluhan

pola

tanam

untuk

mengantisipasi terjadinya bencana alam (kekeringan/banjir) dan pemutusan


siklus hidup OPT.

Melakukan

koordinasi

dengan

instansi

terkait

khususnya

Dinas

PU

(Pengairan) dan kabupaten/kota dalam melakukan distribusi air secara


bergilir, terencana dan terarah dengan pengarian sistem gilir-giring.

Perbaikan/pengelolaan jaringan irigasi baik yang ditangani oleh Dinas


pekerjaan Umum maupun Dinas pertanian. Kegiatan pelebaran saluran
irigasi, pembersihan dan pendalamam saluran di beberapa daerah terbukti
sangat efektif mengantisipasi dampak negative dari perubahan iklim.

Pembuatan embung, sumur bor, pompa air tanah dangkal.

Melakukan Optimasi lahan Pertanian dan konservasi lahan pertanian.

Mobilisasi dan optimalisasi penggunaan pompa air. Oleh karena itu perlu di
perbanyak pengadaan mesin pompa air dan didirtribusikan ke tingkat
kabupaten/kota.

2) Gerakan Panen Padi di Pulau Lombok


Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan :
a. Meningkatkan motivasi masyarakat tani untuk melaksanakan panen padi secara
serentak dalam areal yang luas sehingga proses produksi dari tanam sampai
panen dapat dipercepat.
b. Meningkatkan peran serta berbagai elemen masyarakat dalam upaya peningkatan
produksi padi khususnya dengan melibatkan aparat TNI AD.
c. Memperkenalkan alat mesin panen yang memikili kapasitas lebih tinggi dan dapat
menekan terjadinya kehilangan hasil saat panen.
d. Memberikan semangat kepada masyarakat tani untuk melaksanakan program
peningkatan produksi padi.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 137

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Sasaran kegiatan yaitu terlaksananya gerakan panen padi di salah satu kelompok tani
atau gabungan kelompok tani di Kabupaten Lombok Tengah selama 1 (satu) hari
dengan jumlah peserta sebanyak 140 orang yang terdiri atas unsur-unsur
petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani dan petugas dari kabupaten se Pulau
Lombok, tokoh masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, petugas/penyuluh dan aparat
TNI AD di lokasi kegiatan/kabupaten/ Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Gerakan Panen Padi di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaksanakan
pada Hari Selasa tanggal 26 Maret 2013 berlokasi di Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) Golepar Desa Ranggagata Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten
Lombok Tengah.
Jumlah peserta gerakan panen padi di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 140
orang yang berasal dari unsur-unsur : Petani/petugas, tokoh masyarakat, tokoh
agama

dari

Kabupaten

Lombok

Tengah,

Petugas

dinas/petani

mewakili

kabupaten/Kota Se Pulau Lombok.


Selain peserta sejumlah tersebut di atas, gerakan panen padi dihadiri juga oleh
narasumber dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Tim Pembina dan Tim
Pelaksana Pemantauan Wilayah Pelaksanaan Gerakan Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tim dari Dinas Pertanian TPH Provinsi
NTB, Pejabat/petugas dari Kabupaten Lombok Tengah, Aparat TNI AD (Korem
162/Wira Bhakti, Kodim 1620 Lombok Tengah, Koramil, Babinsa di lokasi kegiatan),
serta undangan lainnya dan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan dengan jumlah
keseluruhan lebih kurang sebanyak 250 orang
Narasumber pada kegiatan gerakan panen padi di Pulau Lombok yang
dilaksanakan di Gapoktan Galepar Desa Ranggagata Kecamatan Praya Barat
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2013 yaitu:
1.

Gubernur Nusa Tenggara Barat

2.

Bupati Kabupaten Lombok Tengah

3.

Direktur Pasca Panen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

4.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB

Beberapa hal yang diperoleh sebagai hasil dan kesimpulan pelaksanaan gerakan
panen padi di Pulau Lombok sebagai berikut:

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 138

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

1. Kegiatan gerakan panen padi diawali dengan panen padi bersama oleh para
pejabat dan narasumber yaitu Gubernur Nusa Tenggara Barat, Direktur Pasca
Panen yang mewakili Direktur Jenderal Tanaman pangan, Bupati Lombok Tengah,
Komandan Korem 162 / Wira Bhakti, Ketua DPRD Provinsi NTB, Ketua DPRD
Kabupaten Lombok Tengah, Kepala Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB dan diikuti
oleh panen menggunakan combine harvester dan alat panen manual oleh
gapoktan/petani.
2. Sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan memiliki peranan yang
penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, karena
berperan sebagai penyedia bahan pangan untuk ketahanan pangan nasional,
penyedia lapangan pekerjaan, pengentasan kemisknan, penghasil devisa serta
sumber pendapatan masyarakat. Untuk itu maka sektor pertanian terus dibangun
dan dikembangkan. Swasembada beras lestari adalah salah satu perwujudan dari
kemandirian pangan serta ketahanan pangan nasional disamping berbagai upaya
yang terus dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas komoditi
pangan lainnya yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan umbiumbian.
3.

Produksi tanaman padi di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2012 mencapai
2.114.231 ton GKG meningkat 2,67 % dari Produksi tahun 2011. Peningkatan
produksi ini dikarenakan luas areal panen mencapai 425.448Ha yang berarti lebih
luas 2,19 % dari tahun 2011. Faktor pendukung utama sehingga meningkatnya
produksi padi tahun 2012 tersebut adalah penambahan luas tanam dan jumlah
curah hujan yang cukup signifikan. Sedangkan posisi stok pupuk sampai dengan
28 Pebruari guna mendukung gerakan peningkatan produksi beras Nasional
(P2BN) adalah : Urea sebanyak 9.259 ton, SP 36 1.305 ton, Za 968 ton dan pupuk
NPK dan phonska sebanyak 7.044 ton, dan diharapkan dengan kondisi ini sudah
cukup aman untuk kebutuhan pertanaman tahun ini sehingga tidak lagi menjadi
gejolak seperti yang terjadi akhir-akhir ini.

4. Realisasi tanam pada bulan Februari 2013 untuk 3 komoditi utama adalah padi
seluas 272.993 Ha mencapai 64,78 % dari total sasaran 421.424 Ha, jagung
seluas 87.777 Ha mencapai 72,99 % dari total sasaran 120.265 Ha dan kedelai
seluas 18.097 Ha dari total sasaran. Diharapkan nanti pada bulan Maret realisasi

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 139

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

tanam dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Meningkatnya
realisasi tanam padi dan jagung karena curah hujan di awal januari pada tahun ini
relatif tinggi sehingga petani dapat memanfaatkan air yang tersedia terutama
petani yang memanfaatkan lahan kering.
5. Bahwa panen dan pasca panen merupakan komponen rangkaian usaha tani dalam
upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas yang tidak kalah
pentingnya dari komponen usaha tani lainnya.

Penanganan panen dan pasca

panen selama ini pada umumnya masih dihadapkan beberapa kendala yaitu
terbatasnya tenaga kerja sehingga penanganan produksi lamban, belum
menyentuhnya peralatan pasca panen secara modern ke tingkat petani dan
sampai saat ini masih bersifat tradisional dari mulai panen, perontokan sampai
proses produksi menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak dan dalam waktu
yang lama sehingga dirasakan kurang efektif dan efisien jika dibanding dengan
penggunaan alat modern, sehingga losis kehilangan hasil pada proses kegiatan
tersebut cukup tinggi. Besarnya kehilangan hasil panen padi (lossis) secara
nasional sebesar 10,43% sehingga apabila diperhitungkan dari pencapaian
produksi gabah nasional sebesar 69,03 juta ton berarti hasil yang hilang/tercecer
dalam proses panen sekitar 6,9 juta ton adalah suatu jumlah yang sangat besar
yang perlu dilakukan upaya upaya untuk memperkecil kehilangan hasil tersebut.
6. Proses panen dengan menggunakan combine harvester akan memberikan manfaat
yang cukup banyak bagi petani dan negara kita. Data yang diperoleh dari
beberapa lokasi bahwa panen menggunakan combine harvester akan memberikan
hasil 18 20 % lebih tinggi dibandingkan menggunakan cara panen tradisional
sehingga di beberapa provinsi permintaan panen dengan alat ini cukup banyak
dan semakin berkembang. Dengan diperkenalkannya panen dengan combine
harvester diharapkan di Nusa Tenggara Barat masyarakat tani bisa memahaminya.
Dari hasil wawancara dan evaluasi dengan masyarakat yang hadir dalam kegiatan
gerakan panen padi, banyak yang tertarik terutama masyarakat di sekitar lokasi
gerakan dan memesan kepada manager agar panen di lajan sawahnya dapat
dilakukan dengan combine harvester.
7. Beberapa keuntungan dilakukannya panen dengan combine harvaster antara lain :
hasil panen yang diperoleh lebih banyak karena kehilangan hasil dapat ditekan,

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 140

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

panen dapat dilakukan dengan lebih cepat sehingga gerakan panen serempak
dapat dilakukan yang akan berdampak pada percepatan proses produksi padi,
tanam serempak lebih bisa dilakukan, permasalahan kekurang tenaga kerja saat
panen dapat di atasi, jerami setelah panen sudah terpotong-potong sekitar 4 5
cm sehingga lebih mudah diproses menjadi bahan organik yang berdampak pada
berkurangnya pembakaran jerami sehingga kondisi lingkungan lebih baik karena
berkurangnya polusi dan efek gas rumah kaca, pengendalian gulma lebih mudah
dilaksanakan.
8. Pelaksanaan panen padi yang dilakukan secara serempak dan bersama-sama akan
berdampak positif terhadap percepatan proses produksi dari tanam sampai panen
sehingga dapat memperbaiki pola tanam yang akan berdampak pada tanam
serempak, terjadinya percepatan tanam/panen, tanaman lebih terlindungi dari
gangguan serangan organisme pengganggu tumbuhan.
9. Harapan dari pemerintah agar alat panen modern yang telah dialokasikan ke Nusa
Tenggara Barat dapat dioperasionalkan dengan baik sehingga dapat berkembang
yang akhirnya dapat membuka lapangan kerja, dipelihara dan dirawat dengan
baik agar tahan lama. Apabila alat ini dapat berkembang dan semakin dirasakan
manfaatnya bagi masyarakat maka Direktorat Jenderal Tanaman Pangan akan
berupaya untuk melakukan penambahan jumlah unitnya ke Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
10. Terkait dengan hal tersebut dalam upaya mendukung peningkatan produksi beras
Nasional tahun 2014, maka Gubernur Nusa Tenggara Barat bersama TNI AD telah
melakukan penandatanganan surat kesepakatan kerjasama untuk mendukung
peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman pangan padi,
jagung dan kedelai yang dilanjutkan dengan penandatanganan kerjasama antara
Bupati dengan Komandan Kodim di Kabupaten.
11. Melalui kegiatan gerakan panen yang telah dilakukan di Gapoktan Golepar
kelompok tani Bun Sorak Desa Ranggagata Kecamatan Praya Barat Daya
Kabupaten Lombok Tengah diharapkan dapat meningkatkan motivasi masyarakat
tani untuk melaksanakan gerakan panen padi secara serentak dalam areal yang
luas sehingga dapat mengamankan produksi dengan cepat, meningkatkan peran
serta berbagai elemen masyarakat dalam upaya peningkatan produksi padi

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 141

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

khususnya dengan melibatkan aparat TNI, mempromosikan kepada petani dan


masyarakat tani tentang penggunaan peralatan panen secara modern dengan
proses kegiatannya secara efektif dan efisien sehingga dapat memacu petani
untuk lebih meningkatkan produksi.

3) Gerakan Tanam Padi di Pulau Sumbawa


Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan :
a. Meningkatkan motivasi masyarakat tani untuk melaksanakan tanam padi secara
serentak dalam areal yang luas sehingga proses produksi dari tanam sampai panen
dapat dipercepat.
b. Meningkatkan peran serta berbagai elemen masyarakat dalam upaya peningkatan
produksi padi khususnya dengan melibatkan aparat TNI AD.
c. Memperkenalkan

teknologi

cara

tanam

padi

direkomendasikan

untuk

meningkatkan produktivitas.
d. Memberikan semangat kepada masyarakat tani untuk melaksanakan program
peningkatan produksi padi.

Sasaran kegiatan yaitu terlaksananya gerakan tanam padi di salah satu kelompok tani
atau gabungan kelompok tani di Kabupaten

selama 1 (satu) hari dengan jumlah

peserta sebanyak 140 orang yang terdiri atas unsur-unsur petani/kelompok


tani/gabungan kelompok tani dan petugas dinas/penyuluh/kecamatan dari beberapa
kecamatan di kabupaten Sumnawa, petani dan tokoh masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan, serta aparat TNI AD di lokasi kegiatan/kabupaten Sumbawa/ Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Gerakan Tanam Padi di Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaksanakan
pada Hari Selasa tanggal 4 Juni

2013 bertempat di Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) Kokar Maras Desa Leseng Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa.
Jumlah peserta gerakan tanam padi di Kabupaten Sumbawa sebanyak 140 orang
yang terdiri atas unsur-unsur : Petani/petugas, aparat TNI AD dari Kecamatan di
Kabupaten Sumbawa, Petani/gapoktan, petugas/penyuluh, aparat TNI AD, tokoh

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 142

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

agama, tokoh masyarakat Kecamatan Moyo Hulu, Petugas/Pejabat dari Pemerintah


Kabupaten Sumbawa, Dinas Pertanian, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian.
Selain peserta sejumlah tersebut di atas, gerakan tanam padi dihadiri juga oleh
narasumber dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Tim dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, Pembina dan Tim Pelaksana
Pemantauan Wilayah Pelaksanaan Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tim dari Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB,
aparat TNI AD dari Korem 162 Wira Bhakti, dan Pejabat/undangan dari dinas/instasi
lingkup Pemerintah Kabupaten Sumbawa serta undangan lainnya dengan jumlah
keseluruhan lebih kurang sebanyak 60 orang.
Narasumber pada kegiatan gerakan tanam padi di Pulau Sumbawa yang dilaksanakan
di Gapoktan Kokar Maras Desa Leseng Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa
Tahun 2013 yaitu:
1. Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa
2. Kepala Sub Direktur pada Direktorat Budidaya serealia Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan.
3. Korem 162 Wira Bhakti
4. Kodim 1607 Sumbawa.
5. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB.
6. Kepala Dinas Pertanian Tanaman pangan Kabupaten Sumbawa.

Dari pelaksanaan kegiatan gerakan tanam padi di Pulau Sumbawa dan mencermati
sambutan/pengarahan oleh narasumber dan pejabat daerah serta masukan yang
berkembang dalam diskusi/temu wicara antara petani/masyarakat dengan narasumber
dan pejabat diperoleh hasil dan kesimpulan pelaksanaan gerakan tanam padi di Pulau
Sumbawa sebagai berikut:
1. Kegiatan gerakan tanam padi diawali dengan tanam padi bersama oleh para
pejabat dan narasumber yaitu Bupati Sumbawa bersama Pejabat yang mewakili
Direktur Budidaya serealia Direktorat Jenderal Tanaman pangan,

Komandan

Korem 162 / Wira Bhakti, Kepala Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB, Komandan
Kodim 1607 Sumbawa, dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Sumbawa, dilanjutkan dengan pengarahan/sambutan dari para narasumber dan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 143

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

pejabat daerah, temuwicara dan pelaksanaan gerakan tanam padi oleh para
petani/peserta kegiatan.
2. Gambaran pencapaian sasaran produksi padi di Nusa Tenggara Barat sebagai
berikut : Produksi padi Tahun 2012 mencapai 2.114.231 ton GKG meningkat
2,67 % dari Produksi tahun 2011. Peningkatan produksi ini dikarenakan luas areal
panen

mencapai 425.448 Ha yang berarti lebih luas 2,19 % dari tahun 2011.

Faktor pendukung utama sehingga meningkatnya produksi padi tahun 2012


tersebut adalah penambahan luas tanam dan jumlah curah hujan yang cukup
signifikan. Berdasarkan Angka Ramalan I Tahun 2013 produksi padi kita sebesar
2.035.573 ton GKG berarti

terjadi penurunan sebesar 3,72 % dibandingkan

pencapaian produksi padi Tahun 2012. Permasalahan ini tentunya menjadi beban
dan tugas bersama seluruh komponen bangsa untuk melakukan berbagai upaya
agar sasaran produksi padi yang telah ditetapkan dapat dicapai.
3. Realisasi tanam padi Tahun 2013 di provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan
bulan April 2013 yaitu seluas 369.190 Ha atau mencapai

87,61 % dari total

sasaran 421.424 Ha. Diharapkan nanti pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan
september

realisasi tanam padi dapat tercapai sesuai dengan target yang telah

ditetapkan atau bisa ditingkatkan lagi sesuai dengan potensi dan kondisi lahan dan
ketersediaan air irigasi dan sarana produksi.
4. Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu penyumbang produksi padi yang
cukup besar bagi Provinsi NTB. Dari sasaran luas tanam padi Provinsi NTB Tahun
2013 seluas 421.424 Ha maka kabupaten Sumbawa ditetapkan sasaran luas tanam
padi 85.818 Ha atau 20,36 % dari total sasaran luas tanam padi NTB. Dengan
demikian maka upaya peningkatan produksi padi di kabupaten sumbawa perlu
terus ditingkatkan baik melalui pertambahan luas tanam maupun peningkatan
produktivitas.
5. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran produksi padi Tahun 2013, Provinsi
Nusa Tenggara Barat mendapatkan alokasi SL-PTT kawasan pemantapan padi
inbrida seluas 171.000 Ha, padi lahan kering seluas 30.000 Ha, kawasan
pertumbuhan padi inbrida 2.000 ha, kawasan pengembangan padi Inbrida 5.000
Ha dan padi hibrida 7.000 Ha. Dari alokasi tersebut, kabupaten Sumbawa
mendapatkan alokasi SL-PTT kawasan pemantapan padi inbrida seluas 28.000 Ha,

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 144

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

kawasan pemantapan padi lahan kering seluas 9.000 ha, kawasan pertumbuhan
padi inbrida seluas 1.000 Ha, dan kawasan pengembangan padi hibrida seluas
1.000

Ha.

Dukungan

kegiatan

tersebut

diharapkan

dapat

dipercepat

pelaksanaannya dan dapat direalisasikan paling lambat sampai dengan bulan


September 2013. Dengan demikian maka dalam sisa waktu yang ada kepada
semua unsur terkait, baik petani/kelompok tani, gabungan kelompok tani, P3A,
penyuluh, petugas bekerjasama dengan aparat TNI AD dan stake holders terkait
khususnya di Kabupaten Sumbawa dapat bekerja sama saling mendukung untuk
mensukseskan pencapaian pelaksanaan kegiatan yang semuanya bertujuan untuk
mempercepat pencapaian sasaran produksi yang telah ditetapkan.
6. Di Pulau Sumbawa khususnya dan di Nusa Tenggara Barat pada umumnya setelah
panen raya padi pertanaman musim hujan masih tersedia air irigasi untuk
pertanaman musim berikutnya (musim kemarau I dan II) namun tidak sebanyak
ketersediaan pada musim hujan. Keterbatasan ketersediaan air irigasi ini perlu
diantisipasi lebih dini agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Permasalahan
lain yang dihadapi yaitu masih dirasakan kurang optimalnya pemanfaatan sumber
air irigasi yang ada setelah panen raya antara lain karena tenaga kerja dan alat
mesin pertanian pra tanam, keterlambatan penanaman kembali sehingga air irigasi
yang ada masih banyak yang terbuang ke laut . Oleh karena itu sangat diperlukan
adanya gerakan-gerakan ditingkat lapang dengan meningkatkan kesiagaan dan
koordinasi antar berbagai unsur terkait agar ketersediaan air irigasi dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin yang didukung dengan penyediaan sarana
produksi yang memadai yaitu dengan melaksanakan gerakan tanam padi sehingga
terjadi percepatan proses tanam dan proses produksi yang berdampak pada
peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi.
7. Untuk meningkatkan produktivitas padi

selain melalui penyiapan air irgasi dan

sarana produksi yang memadai, maka penerapan teknologi budidaya/cara tanam


yang tepat juga sangat mendukung peningkatan produktivitas. Sistim tanam padi
dengan jajar legowo yang dilaksanakan dan disosialisasikan di dalam gerakan
tanam padi merupakan cara tanam yang direkomendasikan dan terbukti dapat
meningkatkan produktivitas, selain itu juga pemeliharaan tanaman lebih mudah
dan pengendalian serangan organisme pengganggu tumbuhan juga lebih mudah.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 145

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Diharapkan kepada semua petugas, penyuluh, petani, dan aparat TNI AD yang
hadir dalam gerakan tanam ini dapat melakukan sosialisasi di daerah masingmasing dan dapat diterapkan pada

pertanaman padi di daerah masing-masing.

8. Selain teknologi cara tanam maka berbagai aspek teknologi lainnya seperti
penggunaan

benih

varietas

unggul

baru

berproduksi

tinggi,

pemupukan

berimbang, teknologi pengendalian OPT perlu disosialisasikan kepada petani.


Untuk itu maka perlu diperbanyak kegiatan demplot di tingkat usaha tani dibawah
bimbingan peneliti dan penyuluh.
9. Permasalahan lainnya yang dihadapi di tingkat lapang yaitu masih banyaknya
saluran irigasi yang ke petak sawah (saluran cacing) yang kurang baik sehingga
diperlukan adanya dukungan pendanaan dan kegiatan untuk perbaikan saluran
tersebut.
10. Kesepakatan kesepakatan upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman
pangan khususnya padi di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten diharapkan dapat
diteruskan dan ditindaklanjuti sampai tingkat kecamatan, desa, dan kelompok tani.
11. Pelaksanaan gerakan tanam padi yang dilakukan secara serempak dan bersamasama dengan sistim tanam jajar legowo akan berdampak positif terhadap
percepatan proses produksi dari tanam sampai panen sehingga dapat memperbaiki
pola tanam yang akan berdampak pada tanam serempak, terjadinya percepatan
tanam/panen, tanaman lebih terlindungi dari gangguan serangan organisme
pengganggu tumbuhan.
12. Melalui kegiatan gerakan tanam yang telah dilakukan di Gapoktan Kokar Maras
Desa Leseng Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa diharapkan dapat
meningkatkan motivasi masyarakat tani untuk melaksanakan gerakan tanam padi
secara serentak dalam areal yang luas sehingga dapat mengamankan produksi,
meningkatkan peran serta berbagai elemen masyarakat dalam upaya peningkatan
produksi padi khususnya dengan melibatkan aparat TNI, melakukan penyuluhan
kepada

petani

dan

masyarakat

tani

tentang

teknologi

budidaya

yang

direkomendasikan dengan proses kegiatannya secara efektif dan efisien sehingga


dapat memacu petani untuk lebih meningkatkan produksi.

4) Gerakan Panen Jagung di Pulau Lombok


Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan :

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 146

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

a. Meningkatkan motivasi masyarakat tani untuk melaksanakan panen jagung secara


serentak dalam areal yang luas sehingga proses produksi dari tanam sampai
panen dapat dipercepat.
b. Meningkatkan peran serta berbagai elemen masyarakat dalam upaya peningkatan
produksi jagung khususnya dengan melibatkan aparat TNI AD.
c. Meningkatkan

koordinasi

dengan

berbagai

elemen

bangsa

dalam

upaya

pengembangan jagung dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi


d. Memberikan semangat kepada masyarakat tani untuk melaksanakan program
peningkatan produksi jagung di Nusa Tenggara Barat.

Sasaran kegiatan yaitu Terlaksananya gerakan panen jagung di salah satu kelompok
tani di Kabupaten

Lombok Barat selama 1 (satu) hari dengan jumlah peserta

sebanyak 75 orang yang terdiri atas unsur-unsur petani/kelompok tani dan petugas
dinas/penyuluh/kecamatan dari beberapa kecamatan di kabupaten Lombok Barat,
petani dan tokoh masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, serta aparat TNI AD di lokasi
kegiatan.
Gerakan Panen Jagung di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaksanakan
pada Hari Kamis tanggal 7 November 2013 bertempat di Kelompok Tani Gapuk II Desa Gapuk - Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat.
Jumlah peserta gerakan panen jagung sebanyak 75 orang yang terdiri atas unsur
unsur :

Petani/petugas, aparat TNI AD dari beberapa Kecamatan di Kabupaten

Lombok Barat, Petani/ petugas/penyuluh, aparat TNI AD, tokoh agama, tokoh
masyarakat Kecamatan Gerung. Selain peserta sejumlah tersebut di atas, gerakan
tanam padi dihadiri juga oleh narasumber dari Direktorat Budidaya Serealia Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, Tim dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi NTB, aparat TNI AD dari Korem 162 Wira Bhakti, Tim dari Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Barat,

Pejabat/undangan dari

dinas/instasi lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, pengusaha jagung serta


para petani lainnya dengan jumlah keseluruhan lebih kurang sebanyak 115 orang.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 147

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Narasumber pada kegiatan gerakan panen jagung di Pulau Lombok yang


dilaksanakan di Kelompok Tani Gapuk II Desa Gapuk Kecamatan Gerung Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2013 yaitu berasal dari :
1. Pejabat yang Bupati Lombok Barat
2. Direktorat Budidaya serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
3. Korem 162 Wira Bhakti, Kodim 1606 Lombok Barat.
4. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB

Dari pelaksanaan kegiatan gerakan panen jagung di Pulau Lombok dan mencermati
sambutan/pengarahan oleh narasumber dan pejabat daerah serta masukan yang
berkembang

dalam

diskusi/temu

wicara

antara

petani/masyarakat

dengan

narasumber dan pejabat diperoleh hasil dan kesimpulan pelaksanaan gerakan panen
jagung di Pulau Lombok sebagai berikut:
1. Kegiatan gerakan panen jagung diawali dengan panen jagung bersama oleh para
pejabat dan narasumber yaitu pejabat yang mewakili : Bupati Lombok barat
bersama Pejabat yang mewakili : Direktur Budidaya serealia Direktorat Jenderal
Tanaman pangan, Komandan Korem 162 / Wira Bhakti, Kepala Dinas Pertanian
TPH Provinsi NTB, Komandan Kodim 1606 Lombok Barat, dan Kepala Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Barat, dilanjutkan dengan
pengarahan/sambutan dari para narasumber dan pejabat daerah, temuwicara dan
pelaksanaan gerakan panen oleh para petani/peserta kegiatan.
2. Jagung merupakan komoditas tanaman pangan utama bagi Indonesia, khususnya
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjadikan jagung sebagai komoditas
unggulan daerah, karena saat ini jagung juga dikonsumsi oleh sebagian
masyarakat Indonesia sebagai sumber karbohidrat utama. Selain itu juga secara
tidak langsung berkontribusi sebagai sumber protein karena jagung menjadi
bahan baku pakan ternak unggas. Saat ini jagung juga menjadi salah satu
komoditas pangan yang diperdagangkan melalui pasar lelang serta perdagangan
berjangka sehingga nilai komersial juga semakin meningkat dan hal ini telah
dirasakan oleh masyarakat tani di Nusa Tenggara Barat sebagai pendongkarak
perekonomian masyarakat. Oleh karena itu pemerintah pusat maupun pemerintah

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 148

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

daerah memberikan perhatian yang tinggi kepada ketersediaan jagung nasional


dan menjadikan jagung sebagai komoditas strategis nasional.
3. Produksi jagung di Nussa Tenggara Barat menunjukkan perkembangan yang
sangat menggembirakan. Gambaran pencapaian

produksi jagung

Tenggara Barat selama lima tahun terakhir sebagai berikut : Produksi

di Nusa
jagung

Tahun 2009 sebesar 308.863 ton pipilan kering meningkat menjadi 371.828 ton
pada Tahun 2010, meningkat menjadi 456.915 pada Tahun 2011 dan pada Tahun
2012

mencapai 962.674 ton pipilan kering.

Berdasarkan Angka Ramalan II

Tahun 2013 produksi jagung NTB mencapai 624.606 ton yang kemungkinan besar
dapat ditingkatkan lagi karena produktivitas jagung yang dicapai pada periode
panen bulan September sampai dengan Desember 2013 jauh lebih tinggi
dibandingkan angka ramalan II pada periode tersebut.
4. Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu penyumbang produksi jagung
yang cukup besar bagi Provinsi NTB khususnya di Pulau Lombok yang pada Tahun
2013 menunjukkan perkembangan yang sangat besar. Dari sasaran luas tanam
jagung Lombok Barat seluas 3.604 Ha realisasi tanamnya sampai dengan Bulan
September telah mencapai 6.229 Ha atau mencapai 171,13 %. Kecamatan Gerung
merupakan salah satu kecamatan yang realisasi tanamnya pada Tahun 2013
melebihi target yang ditetapkan.
5. Dalam upaya meningkatkan produksi jagung, Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pertanian telah mencanangkan Program Pengembangan Agribisnis Jagung yang
dimulai sejak tahun 2009. Program peningkatan produksi jagung tersebut
ditempuh melalui perluasan areal tanam dengan mamanfaatkan lahan yang ada,
serta peningkatan produktivitas melalui perbaikan teknologi dan pemakaian benih
unggul bermutu khususnya benih hibrida. Dukungan pihak swasta sangat
diharapkan dalam pencapaian Program Pengembangan Agribisnis Jagung tersebut
melalui pola kemitraan. Tahun 2013 pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Kementerian Pertanian telah mengalokasikan bantuan benih
jagung di Kab/Kota melalui Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SL-PTT) Kawasan Pengembangan Jagung Hibrida pada areal seluas
7.000 Ha, Kawasan Pemantapan Jagung Hibrida 5.000 Ha sehingga total 12.000
Komposit 2.000 Ha sehingga total SL-PTT Provinsi NTB adalah 14.000 Ha. Dari

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 149

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Alokasi tersebut, Kabupaten Lombok Barat mendapatkan alokasi SL-PTT Kawasan


Pengembangan Jagung Hibrida seluas 1.000 Ha.
6. Momen Gerakan Panen Jagung merupakan salah satu pijakan untuk menuju
perbaikan kesejahteraan petani sesuai yang diharapkan. Oleh karena kepada
semua lapisan/komponen masyarakat, alim ulama, cendikiawan, para Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, Dinas/Instansi, Lembaga Penelitian, untuk tetap
mendukung program Pengembangan Agribisnis Jagung (PAJ) yang telah
dicanangkan, untuk selanjutnya keberhasilan ini dijadikan wacana dalam
memperbaiki prospek pengembangan jagung yang lebih cerah.
7. Diharapkan

program-program

memanfaatkan

sumberdaya

pemerintah
yang

ada

di

di

bidang

daerah,

pertanian

sehingga

dapat

mendorong

berkembangnya sektor penyedia jasa pertanian seperti penangkar benih, UPJA,


dan kios saprodi.
8. Beberapa permasalahan utama yang dihadapi petani jagung di lapangan adalah
pemasaran. Disamping itu dan beberapa hal yang sering dijumpai antara lain :
gudang penyimpanan yang belum memadai, pabrik olahan yang akan segera
menampung hasil panen yang belum ada, dryer pada musim hujan yang masih
kurang.
9. Untuk meningkatkan produktivitas jagung

selain melalui sarana produksi yang

memadai, maka penerapan teknologi budidaya/cara tanam yang tepat juga sangat
mendukung peningkatan produktivitas. Selain itu juga pemeliharaan tanaman dan
pengendalian serangan organisme pengganggu tumbuhan juga lebih dintensifkan.
Diharapkan kepada semua petugas, penyuluh, petani, dan aparat TNI AD yang
hadir dalam gerakan panen ini dapat dapat bekerja sama saling mendukung untuk
mensukseskan pencapaian pelaksanaan kegiatan yang semuanya bertujuan untuk
mempercepat pencapaian sasaran produksi yang telah ditetapkan.
10. Kesepakatan kesepakatan upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman
pangan khususnya jagung di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten diharapkan
dapat diteruskan dan ditindaklanjuti sampai tingkat kecamatan, desa, dan
kelompok tani.
11. Agar

pengembangan

pertanaman

jagung

dapat

dilaksanakan

secara

berkelanjutan maka diharapkan kepada pemerintah untuk menekan impor dan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 150

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

menjamin adanya harga dasar atau harga pembelian pemerintah untuk komoditas
jagung.
12. Alat pasca panen (power threser) sangat diharapkan oleh petani untuk
mempercepat proses panen.
13. Untuk mendukung pengembangan jagung di Nusa Tenggara Barat khususnya di
Pulau Lombok Pemerintah akan terus mengalokasikan program-program yang
relevan antara lain SLPTT, bantuan benih bersubsidi, serta program lain seperti
pengembangan

pasca

panen,

perbenihan,

pemasaran,

dan

sebagainya.

Pemerintah tidak akan berhenti sampai pada hal tersebut, Pemerintah akan
mengundang investor lainnya untuk mendukung kegiatan di sektor hilir termasuk
mendorong industri pasca panen dan industri pakan ternak akan langsung
dibangun di Nusa Tenggara Barat sehingga pengembangan jagung menjadi
terpadu hulu hilir dan nilai tambah akan terus meningkat.
14. Pada Tahun 2013 pemerintah sudah mulai mengembangkan pengembangan
jagung berbasis kawasan melalui program SLPTT jagung. Setiap kawasan minimal
memiliki lahan seluas 1.000 ha. Kegiatan ini akan dialokasikan juga di Pulau
Lombok sehingga pulau Lombok juga akan menjadi daerah pengembangan
jagung.
15. Melalui kegiatan gerakan panen jagung yang dilaksanakan di Kelompok Tani
Gapuk II Desa Gapuk Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat diharapkan
dapat meningkatkan motivasi masyarakat tani untuk melaksanakan gerakan
tanam dan panen

secara serentak dalam areal yang luas sehingga dapat

mengamankan produksi, meningkatkan peran serta berbagai elemen masyarakat


dalam upaya peningkatan produksi padi khususnya dengan melibatkan aparat
TNI, melakukan penyuluhan kepada petani dan masyarakat tani tentang teknologi
budidaya yang direkomendasikan dengan proses kegiatannya secara efektif dan
efisien sehingga dapat memacu petani untuk lebih meningkatkan produksi
tanaman pangan khususnya jagung.

5) Gerakan Tanam Jagung di Pulau Sumbawa


Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan :

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 151

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

a. Meningkatkan motivasi masyarakat tani untuk melaksanakan tanam jagung secara


serentak dalam areal yang luas sehingga proses produksi dari tanam sampai
panen dapat dipercepat.
b. Meningkatkan peran serta berbagai elemen masyarakat dalam upaya
peningkatan produksi jagung khususnya dengan melibatkan aparat TNI AD.
c. Meningkatkan koordinasi dengan berbagai elemen bangsa dalam upaya
pengembangan jagung dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi
d. Memberikan semangat kepada masyarakat tani untuk melaksanakan program
peningkatan produksi jagung di Nusa Tenggara Barat.
Sasaran kegiatan yaitu : Terlaksananya gerakan tanam jagung di pulau Sumbawa
terdapat di salah satu kelompok tani di Kabupaten

Dompu selama 1 (satu) hari

dengan jumlah peserta sebanyak 75 orang yang terdiri atas unsur-unsur


petani/kelompok

tani

dan

petugas

dinas/penyuluh/kecamatan

dari

beberapa

kecamatan di Kabupaten Dompu, petani dan tokoh masyarakat di sekitar lokasi


kegiatan, serta aparat TNI AD.
Gerakan Tanam Jagung di Pulau Sumabwa Provinsi NTB dilaksanakan pada Hari Rabu
tanggal 20 November

2013 bertempat di Kelompok Tani Sugih Makmur, Desa

Kampasi Meci Kecamatan Manggelewa, Kabupaten Dompu.


Jumlah perserta gerakan tanam jagung sebanyak 75 orang yang terdiri atas unsurunsur: Petani/petugas, aparat TNI-AD dari beberapa Kecamatan di Kabupaten
Dompu, petani/petugas/penyuluh, aparat TNI-AD, toko agama, tokoh masyarakat
Kecamatan Manggelewa. Selain peserta sejunlah tersebut di atas, gerakan tanam
jagung dihadiri juga oleh narasumber dari Direktorat Budidaya Searealia Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, Bupati Dompu, Tim dari Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, aparat TNI-AD dan Korem 162 Wira Bhakti,
Tim dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dompu, pejabat/undangan
dari dinas/instansi lingkup Pemerintah Kabupaten Dompu, pengusaha jagung serta
para petani lainnya dengan jumlah keseluruhan lebih kurang 225 orang sehingga
jumlah seluruh peserta Gerakan Tanam Jagung sekitar 300 orang.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 152

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Narasumber pada kegiatan gerakan tanam Jagung di Pulau Sumbawa yang


dilaksanakan di Kelompok Tani Sugih Makmur, Desa Kampasi Meci Kecamatan
Manggelewa, Kabupaten Dompu 2013 yaitu:
1. Bupati Dompu.
2. Direktur Budidaya serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
3. Komandan Korem 162/Wira Bhakti.
4. Kepala Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB

Dari pelaksanaan kegiatan gerakan tanam jagung di Desa Kampasi Meci Kecamatan
Manggelewa Kabupaten Dompu dan mencermati
narasumber

dan

pejabat

daerah

serta

masukan

sambutan/pengarahan oleh
yang

berkembang

dalam

diskusi/temu wicara antara petani/masyarakat dengan narasumber dan pejabat


diperoleh hasil dan kesimpulan pelaksanaan gerakan tanam jagung di Pulau
Sumbawa sebagai berikut:
1. Kegiatan gerakan tanam jagung diawali dengan tanam jagung bersama oleh
para pejabat dan narasumber yaitu

Bupati Kabupaten Dompu

bersama

Direktur Budidaya serealia Direktorat Jenderal Tanaman pangan, Komandan


Resort Militer 162/Wira Bhakti, Komandan Distrik Militer 1614 Dompu, Kepala
Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Dompu, Kepala Dinas Badan Instansi satuan kerja Kabupaten
Dompu, para alim ulama, tokoh masyarakat, kelompok tani, aparat TNI-AD, dan
waga masyarakat tani, dilanjutkan dengan pengarahan/sambutan dari para
narasumber dan pejabat daerah dan temuwicara.
2. Jagung merupakan komoditas tanaman pangan utama bagi Indonesia,
khususnya Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjadikan jagung sebagai
komoditas unggulan daerah, karena saat ini jagung juga dikonsumsi oleh
sebagian masyarakat Indonesia sebagai sumber karbohidrat utama. Selain itu
juga secara tidak langsung berkontribusi sebagai sumber protein karena jagung
menjadi bahan baku pakan ternak unggas. Saat ini jagung juga menjadi salah
satu komoditas pangan yang diperdagangkan melalui pasar lelang serta
perdagangan berjangka sehingga nilai komersial juga semakin meningkat dan
hal ini telah dirasakan oleh masyarakat tani di Nusa Tenggara Barat sebagai

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 153

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

pendongkarak perekonomian masyarakat. Oleh karena itu pemerintah pusat


maupun pemerintah daerah memberikan perhatian yang tinggi kepada
ketersediaan jagung nasional dan menjadikan jagung sebagai komoditas
strategis nasional.
3. Produksi jagung di Nusa Tenggara Barat menunjukkan perkembangan yang
sangat menggembirakan. Gambaran pencapaian

produksi jagung

di Nusa

Tenggara Barat selama lima tahun terakhir sebagai berikut : Produksi jagung
Tahun 2009 sebesar 308.863 ton pipilan kering meningkat menjadi 371.828 ton
pada Tahun 2010, meningkat menjadi 456.915 pada Tahun 2011 dan pada
Tahun 2012 mencapai 962.674 ton pipilan kering. Berdasarkan Angka Ramalan
II Tahun 2013 produksi jagung NTB mencapai 624.606 ton yang kemungkinan
besar dapat ditingkatkan lagi karena produktivitas jagung yang dicapai pada
periode panen bulan September sampai dengan Desember 2013 jauh lebih
tinggi dibandingkan angka ramalan II pada periode tersebut.
4. Kabupaten Dompu merupakan salah satu penyumbang produksi jagung yang
cukup besar bagi Provinsi NTB khususnya di Pulau Sumbawa yang pada Tahun
2013 menunjukkan perkembangan yang sangat besar dan sekaligus merupakan
salah satu Kabupaten penyumbang produksi jagung terbesar di tingkat Nasional
sehingga Pemerintah Pusat menjuluki Kabupaten Dompu adalah Kabupaten
jagung. Seiring dengan semakin meningkatnya luas tanam jagung di Kabupaten
Dompu maka pemerintah Kabupaten Dompu akan terus meningkatkan luas
tanam yaitu dari realisasi tanam seluas 27.000 Ha akan dikembangkan menjadi
40.000 Ha.
5. Dalam upaya meningkatkan produksi jagung, Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pertanian telah mencanangkan Program Pengembangan Agribisnis Jagung yang
dimulai sejak tahun 2009. Program peningkatan produksi jagung tersebut
ditempuh melalui perluasan areal tanam dengan mamanfaatkan lahan yang ada,
serta peningkatan produktivitas melalui perbaikan teknologi dan pemakaian
benih unggul bermutu khususnya benih hibrida. Dukungan pihak swasta sangat
diharapkan dalam pencapaian Program Pengembangan Agribisnis Jagung
tersebut melalui pola kemitraan. Tahun 2013 pemerintah pusat melalui
Direktorat

Jenderal

Tanaman

Pangan

LAPORAN TAHUNAN 2013

Kementerian

Pertanian

telah

IV - 154

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

mengalokasikan bantuan benih jagung di Kab/Kota melalui Program Sekolah


Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Kawasan Pengembangan
Jagung Hibrida pada areal seluas 7.000 Ha, Kawasan Pemantapan Jagung
Hibrida 5.000 Ha, Komposit 2.000 Ha sehingga total SL-PTT Provinsi NTB adalah
14.000 Ha. Dari Alokasi tersebut, Kabupaten Dompu mendapatkan alokasi SLPTT

Kawasan

Pengembangan

Jagung

Komposit

1000

Ha,

Kawasan

Pengembangan jagung Hibrida seluas 1000 Ha dan Kawasan Pemantapan


jagung Hibrida 3000 Ha sehingga Total seluas 5000 Ha.
6. Momen Gerakan Tanam Jagung merupakan salah satu pijakan untuk menuju
perbaikan kesejahteraan petani sesuai yang diharapkan. Oleh karena kepada
semua lapisan/komponen masyarakat, alim ulama, cendikiawan, para Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, Dinas/Instansi, Lembaga Penelitian, untuk tetap
mendukung program Pengembangan Agribisnis Jagung (PAJ) yang telah
dicanangkan, untuk selanjutnya keberhasilan ini dijadikan wacana dalam
memperbaiki prospek pengembangan jagung yang lebih cerah.
7. Memperhatikan

masih

luasnya

potensi

lahan

kering

yang

masih

bisa

dimanfaatkan untuk pengembangan jagung yaitu saat ini sebagian besar masaih
satu kali tanam dalam setahun maka pemerintah akan melakukan berbagai
upayah agar indeks pertanaman bisa menjadi dua kali dalam setahun atau lebih
antara lain dengan mengupayakan pembuatan/perbaikan jaringan irigasi dan
pengembangan alat dan mesin pertanian.
8. Dampak dari pengembangan jagung di Kabupaten Dompu dalam meningkatkan
produksi jagung juga secara nyata dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat tani, mengurangi angka kemiskinan. Tumbuh
kembangnya usaha pasca panen serta meningkatkan penerapa tenaga kerja.
9. Diharapkan

program-program

pemerintah

di

bidang

pertanian

dapat

memanfaatkan sumberdaya yang ada di daerah, sehingga mendorong


berkembangnya sektor penyedia jasa pertanian seperti penangkar benih, UPJA,
dan kios saprodi.
10. Beberapa permasalahan utama yang dihadapi petani jagung di lapangan adalah
pemasaran. Disamping itu dan beberapa hal yang sering dijumpai antara lain :
gudang penyimpanan yang belum memadai, pabrik olahan yang akan segera

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 155

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

menampung hasil panen yang belum ada, dryer pada musim hujan yang masih
kurang. Selain itu dengan semakin banyaknya kendaraan terutama truck puso
yang mengangkut jagung juga menimbulkan permasalahan akses jalan yang
dilalui.
11. Untuk meningkatkan produktivitas jagung selain melalui sarana produksi yang
memadai, maka penerapan teknologi budidaya/cara tanam yang tepat juga
sangat mendukung peningkatan produktivitas. Selain itu juga pemeliharaan
tanaman dan pengendalian serangan organisme pengganggu tumbuhan juga
lebih dintensifkan. Diharapkan kepada semua petugas, penyuluh, petani, dan
aparat TNI AD yang hadir dalam gerakan tanam ini dapat bekerja sama saling
mendukung untuk mensukseskan pencapaian pelaksanaan kegiatan yang
semuanya bertujuan untuk mempercepat pencapaian sasaran produksi yang
telah ditetapkan.
12. Kesepakatan kesepakatan upaya peningkatan produksi dan produktivitas
tanaman pangan khususnya jagung di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten
diharapkan dapat diteruskan dan ditindaklanjuti sampai tingkat kecamatan,
desa, dan kelompok tani.
13. Untuk mendukung pengembangan jagung di Nusa Tenggara Barat khususnya di
Pulau Sumbawa Pemerintah akan terus mengalokasikan program-program yang
relevan antara lain SLPTT, bantuan benih bersubsidi, serta program lain seperti
pengembangan pasca panen,

perbenihan,

pemasaran,

dan

sebagainya.

Pemerintah tidak akan berhenti sampai pada hal tersebut, Pemerintah akan
mengundang investor lainnya untuk mendukung kegiatan di sektor hilir
termasuk mendorong industri pasca panen dan industri pakan ternak akan
langsung dibangun di Nusa Tenggara Barat sehingga pengembangan jagung
menjadi terpadu hulu hilir dan nilai tambah akan terus meningkat.
14. Melalui kegiatan gerakan tanam jagung yang dilaksanakan di Kelompok Tani
Sugih Makmur, Desa Kampasi Meci Kecamatan Manggelewa, Kabupaten Dompu
diharapkan dapat meningkatkan motivasi masyarakat tani untuk melaksanakan
gerakan tanam dan panen

secara serentak dalam areal yang luas sehingga

dapat mengamankan produksi, meningkatkan peran serta berbagai elemen


masyarakat dalam upaya peningkatan produksi jagung khususnya dengan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 156

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

melibatkan aparat TNI, melakukan penyuluhan kepada petani dan masyarakat


tani tentang teknologi budidaya yang direkomendasikan dengan proses
kegiatannya secara efektif dan efisien sehingga dapat memacu petani untuk
lebih meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya jagung.

6) Gerakan Tanam Serempak dan Percepatan tanam


Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan :
a. Menggerakkan dan memotivasi masyarakat tani untuk melakukan penanaman
padi secara serempak dan percepatan tanam padi dalam kawasan yang
cukup luas.
b. Memberdayakan dan meningkatkan kepedulian dan partisipasi TNI AD dalam
kegiatan tanam serempak dan percepatan tanam padi.
c. Memberikan semangat kepada masyarakat tani untuk melaksanakan program
peningkatan produksi padi.
Sasaran kegiatan yaitu Terlaksananya gerakan tanam serempak dan percepatan
tanam padi di salah satu kelompok tani atau gabungan kelompok tani di
Kabupaten/kota selama 1 (satu) hari dengan jumlah peserta keseluruhan sebanyak
150 orang yang terdiri atas unsur-unsur petani/kelompok tani dan petugas
dinas/penyuluh/kecamatan dari beberapa kecamatan di Kota Mataram, petani dan
tokoh masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, aparat TNI AD di lokasi kegiatan/Kota
Mataram / Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta pejabat/narasumber dari pemerintah
pusat, provinsi, dan kota Mataram.
Gerakan Tanam Serempak dan Percepatan Tanam Padi di Provinsi Nusa Tenggara
Barat dilaksanakan pada Hari Senin tanggal 23 Desember

2013 bertempat di

Kelompok Tani Tegal Jaya Kelurahan Selagalas Kecamatan Sandubaya Kota Mataram.

Jumlah peserta gerakan tanam serempak dan percepatan tanam sebanyak 150
orang yang terdiri atas unsur unsur : Petani/petugas, aparat TNI AD dari beberapa
Kecamatan di Kota Mataram, Petani/ petugas/penyuluh, aparat TNI AD, tokoh
agama, tokoh masyarakat Kecamatan Sandubaya, petugas, pejabat/narasumber dari
Direktorat Budidaya Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Tim dari Dinas

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 157

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, aparat TNI AD dari Korem
162 Wira Bhakti, Pejabat dari Pemerintah Kota Mataram dan SKPD terkait, Tim dari
Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Kota Mataram,

Pejabat/undangan dari

dinas/instasi lingkup Pemerintah Kota Mataram.


Narasumber pada kegiatan gerakan tanam serempak dan percepatan tanam yang
dilaksanakan di Kelompok Tani

Tegal Jaya Kelurahan Selagalas Kecamatan

Sandubaya Kota Mataram Tahun 2013 yaitu:


1. Walikota Mataram
2. Direktur Budidaya serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
3. Korem 162 Wira Bhakti, Kodim 1606 Lombok Barat.
4. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB
5. Kepala Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Kota Mataram.

Dari pelaksanaan kegiatan gerakan tanam serempak dan percepatan tanam di Kota
Mataram dan mencermati sambutan/pengarahan oleh narasumber dan pejabat
daerah serta masukan yang berkembang dalam diskusi/temu wicara antara
petani/masyarakat dengan narasumber dan pejabat diperoleh hasil dan kesimpulan
pelaksanaan gerakan tanam serempak dan percepatan tanam sebagai berikut:
1. Kegiatan gerakan tanam serempak dan percepatan padi diawali dengan tanam
padi bersama oleh para pejabat dan narasumber yaitu Walikota Mataram
bersama Direktur Budidaya Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Kepala Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB, Komandan Kodim 1606 Lombok Barat,
dan Kepala Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan, dilanjutkan dengan
pengarahan/sambutan dari para narasumber dan pejabat daerah, temuwicara
dan pelaksanaan gerakan tanam padi oleh para petani/peserta kegiatan.
2. Gambaran pencapaian sasaran produksi padi di Nusa Tenggara Barat sebagai
berikut : Produksi padi Tahun 2012 mencapai 2.114.231 ton GKG meningkat
2,67 %

dari Produksi tahun 2011. Peningkatan produksi ini dikarenakan luas

areal panen mencapai 425.448 Ha yang berarti lebih luas 2,19 % dari tahun
2011.

Faktor pendukung utama sehingga meningkatnya produksi padi tahun

2012 tersebut adalah penambahan luas tanam dan jumlah curah hujan yang
cukup signifikan. Berdasarkan Angka Ramalan II Tahun 2013 produksi padi NTB

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 158

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

sebesar 2.162.553 ton GKG berarti

terjadi peningkatan sebesar 2,29 %

dibandingkan pencapaian produksi padi Tahun 2012.


3. Realisasi tanam padi Tahun 2013 di provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan
bulan November 2013 yaitu seluas 444.952 Ha atau mencapai 105,61 % dari
total sasaran 421.424 Ha. Kota Mataram masih cukup berperan dalam pencapaian
sasaran produksi padi di NTB yaitu dari sasaran luas tanam Tahun 2013 seluas
5.100 Ha telah dapat direalisasikan seluas 5.392 Ha atau 105,75 %. Dengan
demikian maka upaya peningkatan produksi padi di kota Mataram perlu terus
ditingkatkan terutama melalui peningkatan intensitas tanam, percepatan tanam
dan tanam serempak serta peningkatan produktivitas.
4. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran produksi padi Tahun 2013, Provinsi
Nusa Tenggara Barat mendapatkan alokasi SL-PTT kawasan pemantapan padi
inbrida seluas 171.000 Ha, padi lahan kering seluas 30.000 Ha, kawasan
pertumbuhan padi inbrida 2.000 ha, kawasan pengembangan padi Inbrida 5.000
Ha dan padi hibrida 7.000 Ha. Dari alokasi tersebut, Kota Mataram mendapatkan
alokasi SL-PTT kawasan pemantapan padi inbrida seluas 2.000 Ha.
5. Momen kegiatan tanam serempak dan percepatan tanam dirasakan sangat penting
karena pemerintah tetap komitmen untuk mandiri pangan secara berkelanjutan.
Tantangan dari negara lain yaitu ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar
komoditinya terlebih lagi dengan adanya kesepakatan dalam pertemuan AFTA
2013 maka semua komponen bangsa harus meningkatkan kinerjanya dalam
meningkatkan produksi pangan terutama beras karena pangan saat ini bukan
hanya berpengaruh dalam ketahanan pangan saja tetapi juga berpengaruh pada
berbagai aspek kehidupan yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan. Di Kota Mataram intensitas penanaman padi cukup
tinggi dan banyak areal persawahan yang intensitas pertanamannya mencapai
300 persen. Permasalahan umum yang dihadapi yaitu terjadinya alih fungsi lahan
pertanian yang cukup tinggi, masih dijumpai keterbatasan tenaga kerja dan alat
tanam/alat panen sehingga selesai musim panen penanaman berikutnya agak
terlambat padahal air irigasi masih cukup tersedia terlebih lagi pada MH.
2013/2014 curah hujan cukup tinggi sementara masih banyak lahan sawah yang
belum dilakukan pengolahan tanah. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 159

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

gerakan-gerakan

ditingkat

lapang

dengan

meningkatkan

kesiagaan

dan

koordinasi antar berbagai unsur terkait agar ketersediaan air irigasi dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin yang didukung dengan penyediaan sarana
produksi yang memadai yaitu dengan melaksanakan gerakan tanam serempak
dan percepatan tanam sehingga terjadi percepatan proses tanam dan proses
produksi

yang

berdampak

pada peningkatan

produksi

tanaman pangan

khususnya padi.
6. Untuk meningkatkan produktivitas padi

selain melalui penyiapan air irgasi dan

sarana produksi yang memadai, maka penerapan teknologi budidaya/cara tanam


yang tepat juga sangat mendukung peningkatan produktivitas. Sistim tanam padi
dengan jajar legowo yang dilaksanakan dan disosialisasikan di dalam gerakan
tanam serempak dan percepatan tanam padi merupakan cara tanam yang
direkomendasikan dan terbukti dapat meningkatkan produktivitas, selain itu juga
pemeliharaan tanaman lebih mudah dan pengendalian serangan organisme
pengganggu tumbuhan juga lebih mudah. Diharapkan kepada semua petugas,
penyuluh, petani, dan aparat TNI AD yang hadir dalam gerakan tanam ini dapat
melakukan sosialisasi di daerah masing-masing dan dapat diterapkan pada
pertanaman padi di daerah masing-masing.
7. Selain teknologi cara tanam maka berbagai aspek teknologi lainnya seperti
penggunaan benih varietas unggul baru berproduksi tinggi, pemupukan
berimbang, teknologi pengendalian OPT perlu disosialisasikan kepada petani.
Sistim tanam terbaru yang disosialisikan dalam acara gerakan tanam serempak
dan percepatan tanam yaitu penanaman dengan jumlah bibit lebih kurang
sebanyak 20 bibit per lubang tanam. Dengan sistim tanam ini maka pertumbuhan
tanaman akan lebih serempak, kematangan bulir lebih cepat dan serempak,
panen lebih merata dan lebih mudah dilakukan, rendeman gabah akan lebih baik
dan tanaman dapat dipanen beberapa kali. Cara tanam ini perlu dilakukan
percontohan terlebih dahulu dalam demplot-demplot sebelum dilaksanakan
secara luas oleh petani.
8. Permasalahan lainnya yang dihadapi di tingkat lapang yaitu masih banyaknya
saluran irigasi yang ke petak sawah (saluran cacing) yang kurang baik, jalan

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 160

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

usaha tani masih kurang sehingga diperlukan adanya dukungan pendanaan untuk
kegiatan tersebut.
9. Walikota Mataram beserta seluruh jajarannya sangat komitmen untuk tetap
menjadikan Kota Mataram sebagai penyumbang pangan Nusa Tenggara Barat
ditengah-tengah semakin berkembangnya berbagai aspek kehidupan diperkotaan.
Adanya regulasi mengenai lahan pertanian abadi akan ditindak lanjuti selain
berbagai upaya untuk terus meningkatkan produksi pertanian terutama melalui
peningkatan produktivitas dan intensitas tanam serta pengamanan produksi dari
gangguan organisme pengganggu tumbuhan dan dampak perubahan iklim.
10. Melalui kegiatan gerakan tanam serempak dan percepatan tanam dan dengan
telah ditandatanganinya kesepakatan kerjasama antara Pemerintah Kota Mataram
dengan Komando Resort Militer 1606 Lombok Barat (dengan wilayah kerja Kota
Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara) dalam upaya meningkatkan produksi
pertanian

akan

dapat

meningkatkan

motivasi

masyarakat

tani

untuk

melaksanakan gerakan tanam padi secara serempak dalam areal yang luas dan
percepatan tanam panen, meningkatkan peran serta berbagai elemen masyarakat
dalam upaya peningkatan produksi padi khususnya dengan melibatkan aparat
TNI, melakukan penyuluhan kepada petani dan masyarakat tani tentang teknologi
budidaya yang direkomendasikan dengan proses kegiatannya secara efektif dan
efisien sehingga dapat memacu petani untuk lebih meningkatkan produksi hasilhasil pertanian.

7) Pertemuan Evaluasi Gerakan Tanam Panen


Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan :
a.

Meningkatkan koordinasi dan menyamakan persepsi semua pihak terkait dari


tingkat pusat sampai tingkat daerah dalam pelaksanaan gerakan tanam panen
khususnya pada tanaman padi, jagung dan kedelai.

b.

Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan gerakan tanam panen, antara lain


dari pelaksanaan, keterlibatan

petani, petugas, aparat TNI AD, hasil yang

diperoleh, permasalahan yang dihadapi dan upaya penanggulangannya.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 161

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

c. Merumuskan kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam upaya peningkatan


kerjasama dengan TNI AD dan upaya peningkatan produksi tanaman pangan
khususnya padi dan jagung.
Sasaran kegiatan pertemuan yaitu Sasaran dari kegiatan pertemuan evaluasi ini
adalah para petugas/kepala cabang dinas kecamatan/penyuluh/aparat TNI-AD yang
menangani kegiatan pengembangan/pendampingan tanaman pangan khususnya
padi, jagung dan kedelai di kabupaten/kota se Nusa Tenggara Barat dan unsur
terkait di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pertemuan Evaluasi Gerakan Tanam Panen di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dilaksanakan pada tanggal 25 s/d 27 November 2013 bertempat di Hotel Lombok
Raya, Jln. Panca Usaha No. 11 Mataram - NTB.
Peserta Pertemuan sebanyak 40 orang yang terdiri dari Peserta dari kabupaten/kota
se NTB sebanyak 30 orang yang terdiri dari unsur-unsur : petugas dinas/kepala
cabang dinas kecamatan, penyuluh, aparat TNI-AD.
Petugas Provinsi sebanyak 10 orang yang berasal dari Dinas Pertanian TPH Provinsi
NTB, Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Provinsi NTB, aparat TNI - AD dari Korem 162 Wirabhakti.
Narasumber pada kegiatan pertemuan evaluasi gerakan tanam panen di Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2013, yang dilaksanakan di Hotel Lombok Raya yaitu
berasal dari :
1. Direktur Budidaya Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
2. Korem 162 Wira Bhakti
3.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB

4. Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian Provinsi NTB


5. Sekretaris Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Provinsi NTB
6. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB
Materi yang disampaikan dan dibahas pada Pertemuan Evaluasi Gerakan
Tanam Panen pada tanaman padi, jagung dan kedelai di Provinsi NTB tahun 2013
yaitu :

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 162

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

1. Program Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi NTB Tahun
2013
2. Kebijakan Gerakan Tanam Panen Kerjasama dengan TNI-AD dalam mendukung
Ketahanan Pangan Nasional
3. Pengawalan/Pendampingan Penyuluh dalam gerakan tanam panen di lokasi SLPTT
4. Dukungan TNI-AD dalam upaya Peningkatan Produksi Tanaman Pangan
5. Strategi Tanam dan Tanam Serempak untuk meningkatkan Produksi dan
Produktivitas Tanaman Pangan
6. Pengamanan Produksi Tanaman Pangan melalui Penerapan Pola Tanam dan
Gerakan Tanam Serempak
Dari pengarahan dan paparan Direktorat Budidaya Serealia, Dinas Pertanian
TPH Provinsi NTB dan Narasumber lainnya, pelaksanaan workshop, serta dari hasil
diskusi yang berkembang selama pelaksanaan pertemuan, dapat dihasilkan beberapa
rumusan sebagai berikut :
1. Kebutuhan pangan setiap tahun semakin meningkat sejalan dengan laju
pertumbuhan penduduk. Produksi pangan
mampu

mengimbangi

laju

sudah cukup baik namun belum

pertumbuhan

penduduk.

Menyikapi

berbagai

permasalahan tersebut maka upaya peningkatan produksi pangan khususnya


padi, jagung, dan kedelai harus dilaksanakan. Produksi pangan dalam negeri
harus

ditingkatkan

sehingga

diperoleh

cadangan

pangan

yang

cukup.

Swasembada pangan saja tidak cukup tetapi kita harus menuju pada kemandirian
pangan.
2. Pencapaian produksi padi, jagung, dan kedelai di Nusa Tenggara Barat sebagai
berikut :
Padi

angka tetap Tahun 2012 produksi padi NTB sebesar 2.114.231 ton GKG,

atau meningkat 2,28% dari angka tetap Tahun 2011 (produksi tahun 2011
sebesar 2.067.137 ton gkg).

Berdasarkan Angka Ramalan II Tahun 2013

produksi padi NTB sebesar 2.162.553 ton GKG berarti

terjadi peningkatan

sebesar 2,29 % dibandingkan pencapaian produksi padi Tahun 2012.


Jagung : produksi Tahun 2012 sebesar 642.674 ton pipilan kering, lebih tinggi
dari produksi tahun 2011 sebesar 456.915 ton pipilan kering (meningkat
40,66%). Berdasarkan Angka Ramalan II Tahun 2013 produksi jagung

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 163

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

mencapai

624.606 ton, berarti mengalami penurunan sebesar 2,81 %

dibandingkan dengan peroduksi tahun 2012.


Kedelai : pencapaian produksi Tahun 2012

sebesar 74.156 ton biji kering,

atau lebih rendah dari angka tetap Tahun 2011 sebesar 88.099 ton (turun
15,83 %). Berdasarkan Angka Ramalan II Tahun 2013 produksi kedelai kita
sebesar 97.007 ton yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan dengan
produksi Tahun 2012 (meningkat 30,81 %).
3. Untuk memotivasi masyarakat tani dalam

upaya mempercepat peningkatan

produksi tanaman pangan khususnya padi, jagung, dan kedelai maka dilakukan
kegiatan gerakan tanam dan gerakan panen yang dihadiri oleh berbagai
komponen bangsa antara lain pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan
dan desa, aparat TNI-AD, petugas dinas, penyuluh, POPT-PHP, para distributor
pupuk, pengusaha serta stake holders lainnya.
4. Gerakan tanam panen yang dilakukan secara seremonial lebih bersifat
pencanangan untuk memotivasi kerja semua komponen bangsa yang terlibat
dalam upaya peningkatan produksi pangan, namun yang lebih penting adalah
tindak lanjutnya yaitu pelaksanaan gerakan tanam panen

yang dilakukan di

tingkat lapang yaitu di kelompok tani pelaksana SLPTT padi, jagung dan kedelai,
baik di kawasan pertumbuhan, pengembangan, dan pemantapan melalui
pendampingan dan pengawalan oleh penyuluh, peneliti, POPT-PHP, dan aparat
TNI AD.
5. Gerakan tanam panen yang dilaksanakan oleh provinsi di kabupaten yang dihadiri
oleh pejabat dan berbagai elemen bangsa serta masyarakat tani berdampak
positif yaitu dapat memotivasi kelompok tani untuk melaksanakan gerakan tanam
dan atau panen di tingkat lapang. Pengarahan dari para pejabat, narasumber,
tokoh masyarakat, dan hal-hal yang disepakati selama pelaksanaan gerakan
ternyata mendapat respon yang positif oleh para petani untuk mengembangkan
produksi pangan di wilayah masing-masing.
6. Perencanan kegiatan dan penyampaian informasi kegiatan kepada berbagai pihak
terkait jauh hari sebelum pelaksanaan gerakan berdampak positif untuk
meningkatkan peran berbagai elemen bangsa untuk turut serta di dalam upaya
pengembangan produksi pertanian.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 164

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

7. Kesepakatan kerjasama di bidang pertanian antara Gubernur dengan Komandan


Korem 162 Wira Bhakti yang dilanjutkan dengan kesepakatan kerjasama antara
Bupati dengan Komandan Kodim juga berdampak positif dalam memotivasi
pengembangan komoditi pangan di daerah. Adanya disiplin yang kuat serta
kesetiaan di jajaran TNI AD maka kesepakatan kerjasama di tingkat provinsi dan
kabupaten dilanjutkan dengan semangat kerja yang cukup tinggi di jajaran
Koramil dan Babinsa dengan melaksanakan kegiatan dan koordinasi bersama
penyuluh dan petugas dinas.
8. Aparat TNI AD siap membantu pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan
dan ketahanan pangan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki,
yang saat ini sudah sangat dirasakan yaitu dalam memanfaatkan lahan-lahan
yang tidak produktif atau lahan tidur untuk dikembangkan menjadi kawasan
pertanian.
9. Dengan dilaksanakannya gerakan tanam panen dapat meningkatkan kerjasama
dan koordinasi antara dinas, aparat TNI AD, dan penyuluh baik ditingkat provinsi,
kabupaten/kota, maupun kecematan/desa, karena melalui kegiatan tersebut
terjadinya silaturahim dan saling mengenal satu dengan lainnya yang selama ini
jarang terjadi, walaupun koordinasi tersebut belum seintensif sesuai dengan yang
diharapkan namun telah terjadi peningkatan yang cukup baik.
10. Partisipasi pemerintah daerah dan pihak swasta dalam pelaksanaan gerakan
tanam panen dirasakan cukup baik sehingga pencanangan yang dilakukan dapat
berjalan lancar dan dihadiri oleh peserta yang lebih banyak dari yang
direncanakan dan hal tersebut berdampak positif dalam memotivasi petani untuk
meningkatkan pengembangan komoditi tanaman pangan.
11. Keterlibatan aparat TNI AD dan penyuluh dalam pembinaan gerakan tanam
panen dirasakan cukup baik.
12. Ketersediaan alat mesin pertanian seperti traktor roda dua, power threser,
combine harvester merupakan sarana pertanian yang sangat diperlukan dalam
pelaksanaan gerakan tanam panen di tingkat lapang.
13. Gerakan

tanam

peningkatan

panen

produksi

yang
dapat

dilaksanakan
dicapai

perlu

melalui

ditingkatkan

peningkatan

sehingga

produktivitas,

peningkatan indeks pertanaman, dan perluasan areal tanam.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 165

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

14. Melalui kegiatan gerakan tanam khususnya pada tanaman padi dengan
memperkenalkan dan melakukan sosialisasi cara tanam sistim jajar legowo akan
berdampak positif dalam pengembangan cara tanam tersebut dalam kawasan
yang lebih luas dan hal ini agar terus ditingkatkan pelaksanaannya. Untuk
memperlancar pengembangan cara tanam sistim jajar legowo maka perlu
disiapkan caplak jajar legowo.
15. Perlu adanya pembentukan dan pembinaan regu tanam dan regu panen untuk
mengatasi keterbatasan tenaga kerja waktu tanam serempak dan panen raya.
16. Kesepakatan yang telah ditetapkan dalam penentuan calon lokasi kegiatan
diharapkan jangan sampai dibatalkan atau dialihkan tempatnya karena dapat
menciderai tanggapan masyarakat terhadap kinerja aparat.
17. Penyuluhan kepada petani merupakan pilar gerakan yaitu suatu kegiatan yang
Nampak segera hasilnya di lapangan. Penyuluhan menjadi ujung tombak di
tingkat lapang sehingga perlu terus ditingkatkan agar dapat berjalan lebih efektif.
18. Jumlah aparat penyuluh untuk melakukan pembinaan di setiap desa sudah cukup
namun untuk mendukung pelaksanaan SLPTT satu penyuluh untuk areal tanam
150 Ha dirasakan masih ada kekurangan. Sedangkan jumlah

BABINSA untuk

dapat membina satu desa satu BABINSA masih kurang jumlahnya sebanyak 178
orang. Kekurangan ini terjadi di Kabupaten Bima, Sumbawa, Sumbawa Barat,
Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
19. Kalender tanam yang dapat memberikan kapan jadwal/waktu tanam dan luas
areal tulan tertentu perlu disebarluaskan ke tingkat BPP dan dijadikan pedoman
dalam melaksanakan gerakan tanam panen.
20. Selama beberapa tahun terakhir pola tanam kurang tertib sehingga dapat
meningkatkan serangan OPT. Pada MT. 2013/2014 perkiraan luas serangan OPT
meningkat sehingga perlu diwaspadai. Beberapa jenis

OPT yang perlu

diwaspadai yaitu : blas, kresek, penggerek batang, tikus, tungro dan wereng
batang coklat. Melalui peningkatan gerakan tanam panen dan dibarengi dengan
gerakan pengendalian serangan OPT akan dapat menekan perkembangan
serangan OPT sehingga sasaran produksi yang ditetapkan dapat diamankan.
21. Beberapa

permasalahan

yang

dihadapi

dan menjadi

kendala

di

dalam

pelaksanaan gerakan tanam panen di tingkat lapang antara lain :

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 166

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Ketersediaan benih masih belum sesuai dengan yang diharapkan, varietas


benih yang diharapkan tidak sesuai dengan benih yang disediakan.

Subsidi benih jagung yang ditetapkan dengan harga beli benih yang tidak
sesuai dengan varietas unggul yang dibutuhkan petani dapat menghambat
pelaksanaan gerakan tanam di tingkat lapang.

Ketersediaan pupuk saat diperlukan sering terlambat terutama di pulau


sumbawa.

Keterbatasan traktor roda dua dan tenaga kerja untuk melaksanakan gerakan
tanam serempak. Demikan juga untuk melaksanakan gerakan panen masih
dijumpai hambatan dalam penyediaan alsin panen (power threser).

Sebagian besar BABINSA di lapangan masih kurang memahami dan memiliki


keterampilan yang sesuai untuk melaksanakan pembinaan usahatani karena
pendidikan dan pelatihan teknis pertanian yang diterima masih sangat kurang.

Kesadaran petani untuk melaksanakan tanam serempak dan tertib pola tanam
masih kurang baik.

22. Untuk meningkatkan pelaksanaan gerakan tanam panen di masa yang akan
datang maka beberapa hal yang perlu disiapkan antara lain :

Ketersediaan benih dan pupuk secara tepat (6 tepat) perlu terus diupayakan
karena sangat mempengaruhi kegiatan gerakan tanam dan panen.

Adanya

kegiatan

pelatihan

untuk

meningkatkan

pengetahuan

dan

keterampilan aparat TNI AD dalam melakukan pembinaan kepada kelompok


tani.

Pengelolaan traktor roda dua dan alat mesin pertanian lainnya agar dilakukan
oleh suatu kelembagaan yang lebih profesional.

Koordinasi yang mulai terjalin antara petugas dinas, penyuluh, dan aparat
TNI AD perlu terus ditingkatkan. Di tingkat Kecamatan (Balai Penyuluhan
Pertanian) ada kegiatan pertemuan koordinasi rutin yang dilaksanakan setiap
minggu dan diharapkan dapat diinformasikan kepada aparat TNI dan dihadiri
secara pro aktif oleh aparat TNI sehingga berbagai informasi dapat diketahui
lebih

awal

dan

dapat

lebih

cepat

diambil

langkah-langkah

penanggulangannya.

LAPORAN TAHUNAN 2013

IV - 167

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Perlu adanya jaminan harga tiga komoditi utama (padi, jagung, dan kedelai)
yaitu adanya standar harga pembelian pemerintah.

Combine harvester sangat dirasakan manfaatnya dalam melaksanakan


gerakan panen sehingga perlu diperbanyak jumlahnya. Combina harvester
yang telah ada agar dilakukan pembinaan lebih intensif sehingga semuanya
dapat berkembang jumlahnya.

Perlu terus dilakukan pendekatan dan pembinaan ke kelompok tani agar


dapat menerapkan pola tanam yang tepat dan tanam serempak dalam areal
yang cukup luas.

Perlu dibentuk, ditumbuhkan dan dilakukan pembinaan regu tanam/regu


panen.

8) Perbandingan Luas Serangan OPT dan DPI terhadap Luas tanam


Perbandingan luas tambah serang OPT dan luas dampak perubahan iklim
terhadap luas tambah tanam pada tanaman pangan Tahun 2013 disajikan pada table
berikut :
Tabel IV-31. Perbandingan Puso akibat Dampak Perubahan Iklim pada Tanaman
Pangan Tahun 2013 di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Luas
No

Komoditi

tanam
(Ha)

1 Padi
2 Jagung
3 Kedelai
JUMLAH

Luas puso akibat :


Luas Banjir

Luas Kekeringan
(Ha)

Jumlah DPI

(Ha)

Ha

462,838
135,576
89,478

2,134
34
575

0.46
0.02
0.64

234
23
-

0.05
0.02
-

2,368
57
575

%
0.51
0.04
0.64

687,892

2,742

0.40

257

0.04

2,999

0.44

Tabel IV-32. Perbandingan Puso akibat Dampak Perubahan Iklim dan Serangan OPT
Tahun 2013 di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Luas
No Komoditi
1 Padi
2 Jagung
3 Kedelai
JUMLAH

Luas puso akibat :

tanam

DPI

OPT

(Ha)

(Ha)

462,838
135,576
89,478

2,368
57
575

0.51
0.04
0.64

687,892

2,999

0.44

LAPORAN TAHUNAN 2013

(Ha)

OPT/DPI
%

Ha

9
32

0.00
0.04

2,377
57
607

0.51
0.04
0.68

41

0.01

3,041

0.45

IV - 168

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Tabel IV-33. Perbandingan Luas Terkena Dampak Perubahan Iklim pada Tanaman
Pangan Tahun 2013 di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Luas
No Komoditi

tanam

Luas terkena (Ha)


Luas Banjir

Luas Kekeringan

Jumlah DPI

(Ha)

(Ha)

(Ha)

Ha

1 Padi

462.838

4.526

0,98

1.686

0,36

6.212

1,34

2 Jagung

135.576

219

0,16

726

0,54

945

0,70

3 Kedelai

89.478

671

0,75

671

0,75

687.892

5.416

0,79

2.412

0,35

7.828

1,14

JUMLAH

Tabel IV-34. Perbandingan Terkena Dampak Perubahan Iklim dan Serangan


OPT Tahun 2013 di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Luas
No

Komoditi

tanam

DPI

OPT

OPT/DPI

(Ha)

(Ha)

(Ha)

1 Padi

462.838

6.212

1,34

6.455

1,39

12.667

2,74

2 Jagung

135.576

945

0,70

2.902

2,14

3.847

2,84

3 Kedelai

89.478

671

0,75

1.193

1,33

1.864

2,08

687.892

7.828

1,14

10.551

1,53

18.379

2,67

JUMLAH

Luas Terkena ( Ha ) :

LAPORAN TAHUNAN 2013

Ha

IV - 169

Anda mungkin juga menyukai