PENDAHULUAN
bermanfaat sebagai pangan, pakan dan bahan bakar (food, feed, and fuel).
Selain dikonsumsi langsung dalam bentuk biji muda, juga dikonsumsi sebagai
nasi jagung. Sebagai bahan baku industri, jagung diolah untuk berbagai
menjadi bahan baku utama industri pakan ternak. Komponen utama (54 s.d
60%) dalam rangsum pakan ternak adalah jagung (Sinjal, 2009). Sebagian
besar (55%) produksi jagung nasional digunakan sebagai pakan, sisanya 30%
untuk konsumsi pangan dan 15% untuk kebutuhan industri lain dan benih
Laju peningkatan permintaan jagung lebih besar bila dibandingkan dengan laju
terus meningkat dari tahun ke tahun (Ferrianta, 2011). Produksi jagung dalam
Produksi jagung nasional diproyeksikan tumbuh 4,63% per tahun. Pada tahun
2015 produksi jagung diharapkan telah mencapai 17,93 juta ton (Suharjito,
melalui perluasan areal dan peningkatan produktivitas. Salah satu daerah yang
(NTB). Dalam program kerja pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
NTB periode 2008 s.d 2013 telah menetapkan pengembangan komoditas jagung
sebagai program unggulan, bersama sapi dan rumput laut yang dikenal dengan
beralasan, sebab Provinsi NTB sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki
lahan kering disajikan pada Tabel 1.1. Selain itu, kondisi agroklimat wilayah
iklim tropis, jenis tanah gromosol dan topografi landai sampai bergelombang
Tabel 1.1 Luas Lahan Kering (ha) Yang Potensial Sebagai Lokasi
Pengembangan Luas Areal Tanaman Jagung Tahun 2003
peningkatan. Pada tahun 2008 produksi mencapai 196.263 ton dengan luas
panen 59.078 ha, pada tahun 2009 produksi jagung meningkat menjadi 308.863
ton dengan luas panen 81.543 ha, dan terus meningkat menjadi 371.205 ton
dengan luas panen 64.529 ha pada tahun 2010 (BPS NTB, 2011).
tahun 2013 sebesar 613.496 ton dengan luas panen sebesar 116.268 ha
(Pemda NTB, 2009). Target produksi tersebut sangat realistis karena produk-
tivitas jagung pada saat itu masih rendah, yaitu 33,22 ku/ha tahun 2008 dan
37,88 ku/ha tahun 2009 (BPS NTB, 2010) dan secara teknis masih sangat
ku/ha pada tahun 2013 dengan penerapan iptek pada teknik budidaya dan
daerah perdesaan masih miskin, karena peningkatan produksi itu dinikmati oleh
pihak lain di luar petani, seperti pedagang dan konsumen pengguna jagung.
(NTB) menunjukkan peningkatan (Tabel 1.2) dari 419.310 orang menjadi 439.450
orang pada bulan Maret 2012 s.d 2013, serta dari 412.940 orang menjadi
438.370 orang pada bulan September 2012 s.d 2013. Oleh karena sebagian
perdesaan, maka dapat diartikan bahwa jumlah petani miskin juga meningkat.
petani yang miskin, maka diperlukan strategi yang dapat melindungi petani dari
tuntutan akan pelayanan yang bermutu dan koordinasi lintas organisasi serta
kebutuhan akan kelancaran aliran produk dan aliran modal dalam siklus lengkap
kompetitif produk pada semua level lembaga yang terlibat dalam rantai pasok
karakteristik unik (unique) pada harga yang direspon positif oleh konsumen.
posisi tawar (bargaining position) petani. Perubahan kearah lebih baik hanya
terjadi apabila petani mengubah dirinya sendiri menjadi lebih baik melalui
koordinasi lintas organisasi yang didukung oleh sistem informasi dan pembagian
share insentif yang adil sesuai dengan rantai nilai dari fungsi-fungsi pemasaran.
dan transportasi, informasi dan modal) dan surplus konsumen bagi para
Mengacu pada teori kolaborasi rantai pasok (the supply chain collaboration
pelaku utama penghasil bahan baku dan merupakan lembaga yang terlibat di
sebagai mana yang diterima oleh pedagang perantara dan konsumen pengguna.
diperkuat oleh Spekman, et al. (2001) bahwa introduksi integrasi proses bisnis
upaya minimalisasi biaya proses. Integrasi proses bisnis terdiri atas integrasi
tentang manajemen rantai pasok dan integrasi proses bisnis dalam upaya
Provinsi Nusa Tenggara Barat telah diintroduksi suatu konsep manajemen rantai
kepastian bahwa seluruh produksi jagung yang dihasilkan oleh petani memiliki
kepastian pembeli dengan harga yang wajar serta insentif berusaha bagi
lembaga yang terlibat. Gagasan ini akan lebih mudah dicapai apabila produk
konsumen.
pasok jagung dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, sehingga berpotensi
kepada petani berupa pengutan bagi hasil. Ke depan dibutuhkan regulasi yang
keunggulan kompetitif produk pada setiap lembaga yang terlibat dalam rantai
sebagai outcome dari kolaborasi (kerjasama) antar lembaga dalam rantai pasok.
Keragaan organisasi yang terdiri atas keragaan pasar dan keragaan keuangan
stream) dengan peningkatan kesejahteraan petani di sisi hilir (up stream) . Oleh
et al., 2001). Integrasi proses bisnis adalah suatu konsep yang memobilisasi
Pemerintah Daerah dan petani, serta perusahaan yang berperan sebagai avalis
petani jagung.
jagung;
1. Manfaat Praktis
avalis dan kelompok tani (petani) dalam memilih alternatif strategi prioritas
rantai pasok, manajemen rantai pasok dan integrasi proses bisnis dengan
outcome;
kolaborasi dan manajemen rantai pasok, integrasi proses bisnis, dan keungulan
variabel yang dianalisis bersifat laten dan skala pengukuran ordinal, sehingga
1. Tidak dianalisis perilaku pasar input dan pasar output serta struktur pasar
3. Fokus penelitian dibatasi pada variabel yang berpengaruh langsung dan tidak
parametrik, maka hasil analisis yang diperoleh berupa kondisi statis (potret),
model.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
ini. Yang membedakan suatu penelitian dengan penelitian lainnya ialah produk,
keragaan keuangan perusahaan. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan oleh
Hamid (2011) tersebut berbeda dengan penelitian ini dari aspek produk, indikator
dan variabel yang digunakan. Penelitian ini fokus pada rantai pasok jagung,
pasok (Susiana dan Ritonga, 2005 cit. Prihatiningsih, 2007). Dalam penelitian
ini tidak tampak marjin laba dan marjin biaya, karena telah diinklusifkan dalam
14
penelitian ini koordinasi, aliran produk, aliran pelayanan, dan aliran modal
bisnis menjadi semakin ketat dan nyata, buktinya adalah tingkat kompetisi yang
tingkat loyalitas konsumen, dan semakin singkatnya siklus hidup produk. Salah
manajemen rantai pasok mengarah pada dua hal, yaitu kemampuan respon dan
point dan sangat sesuai dengan strategi LSC (lean supply chain) dan strategi
biaya tanpa mengurangi kualitas produk. Oleh karenanya dalam penelitian ini
mengkaji keragaan lembaga yang terlibat dalam satu segmen rantai pasok,
15
maka dinilai kurang tepat jika menggunakan metode EOQ dan reorder point
penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Permana
menggunakan teknik lot sizing, yaitu Lot for Lot (LFL), Economic Order Quantity
(EOQ), Periode Order Quantity (POQ) dan Part Periode Balancing (PPB). Dari
teknik lot sizing lainnya, namun pada bahan baku yang berbeda.
kemitraan sebagai ukuran keragaan manajemen rantai pasok. Oleh karena itu
kuantitatif dan proxy sebagai mana pengukuran yang dilakukan dalam penelitian
Dari tiga faktor tersebut ditemukan bahwa komitmen jangka panjang merupakan
dasar bagi perusahaan mitra kerja PT Indonesia Power Unit Bisnis Perusahaan
rantai pasok, integrasi proses bisnis dan keunggulan kompetitif dengan tingkat
bahwa struktur rantai pasok pada pola kemitraan (kolaborasi) dilakukan dengan
merupakan kunci sukses dalam rantai pasok jagung, namun di sisi lain
(kerjasama) antar lembaga dalam rantai pasok, karena inklusif terdapat indikator
kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok terhadap manajemen rantai pasok.
dalam penelitian ini merupakan pilihan yang tepat, karena didukung oleh hasil
Dari hasil identifikasi yang dilakukan oleh Tanaya (2010) terhadap rantai
pasok jagung di Pertanian Lahan Kering di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat
Gambar 2.1 Keterlibatan Petani Kecil dan Besar dalam Rantai Pasok Jagung di
Pertanian Lahan Kering di Lombok
Sumber : Tanaya (2010).
18
Pada Gambar 2.1 tampak bahwa petani kecil memilih menjual langsung
antara 47% sampai 70% (Gambar 2.1). Satu di antara sejumlah kelemahan
fasilitas, dan modal dari Avalis - Pembina Wilayah / Koperasi – Kelompok Tani
yang erat dengan keragaan manajemen rantai pasok; atau memperbaiki kualitas
kerjasama yang kurang baik di antara seksi-seksi yang terkait dalam menangani
(Kamaludin, et al., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Hervani, et al. (2005)
ini koordinasi antar lembaga dijadikan sebagai indikator manajemen rantai pasok.
koordinasi dapat menimbulkan misinformasi sebagai efek dari apa yang disebut
bullwhip effect (Anatan dan Elitan, 2008), yaitu permintaan yang meningkat
Rantai Pasok adalah suatu sistem jaringan dan saluran distribusi sejak dari
pasok (supply chain) adalah suatu jaringan fasilitas dan saluran distribusi yang
meliputi pengadaan dari bahan baku, produksi, perakitan dan pengiriman produk
20
(2011) menegaskan bahwa rantai pasok (supply chain) adalah sebuah sistem
yang tersusun oleh sejumlah lembaga yang saling berinteraksi melalui pola
demikian lembaga menunjuk pada suatu mata rantai kegiatan dari pemasok,
akhir (Anatan dan Ellitan, 2008). Pada penelitian ini rantai pasok diartikan
sebagai aliran produk jagung, aliran pelayanan dan aliran modal dari petani
Lin, et al. (2006) cit. Utomo (2011) menyatakan bahwa pelaku bisnis tersebut
dan produk jadi mengalir dari satu fasilitas ke fasilitas lainnya. Dalam penelitian
ini, rantai pasok dibatasi dalam aliran produk, aliran pelayanan dan aliran modal
jagung.
oleh para pelaku bisnis dalam satu aliran material dan informasi dari sejak
pasok (supply chain) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan
terbentuk akibat adanya kebutuhan dari para pelaku bisnis dalam rangka
menciptakan nilai guna, yaitu guna bentuk, guna tempat dan guna waktu, serta
guna milik. Tiap-tiap pelaku bisnis menciptakan nilai guna yang apabila
namun menurut Tunggal (2011) istilah jejaring logistik berbeda dengan rantai
Rantai pasok (supply chain) lebih difokuskan pada jaringan fisik para
baku dan barang jadi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan mengirimkan
barang jadi tersebut kepada pemakai akhir (Thomas dan Grifin, 1996), sehingga
antara lembaga sebagai bentuk hubungan antara penjual dan pembeli yang di
penjual-pembeli, yaitu (1) kesadaran, (2) eksplorasi, (3) ekspansi, (4) komitmen,
sebagai serangkaian aktivitas penciptaan nilai guna (manfaat) bagi para pelaku
aliran material dan informasi dalam suatu rantai pasok sehingga menjamin
proses produksi dan distribusi secara ajek dan kontinyu dalam suatu mekanisme
manajemen rantai pasok (supply chain management, SCM). Dengan kata lain,
business).
manajemen terhadap aliran material dan aliran informasi serta modal yang
mengikutinya dari awal sampai akhir mata rantai bisnis untuk mengoptimalkan
23
(2011) mengutip definisi manajemen rantai pasok dari Ross (2008) adalah filosofi
yang kompeten untuk digabungkan baik yang ada di dalam perusahaan maupun
di luar perusahaan seperti mitra bisnis yang berada dalam satu rantai pasok
aliran produk, jasa, dan informasi untuk menciptakan sumber nilai pelanggan
adanya koordinasi dan keterikatan antar pelaku-pelaku bisnis dalam satu rantai
pasok, yaitu suatu kesadaran bersama untuk membangun jaringan bisnis yang
saling membantu, saling menguntungkan dan terikat satu sama lain dalam satu
dari persaingan internal dalam satu rantai pasok, namun membangun keung-
gulan kompetitif dengan produk sejenis atau produk subtitusinya (Widodo, et al.,
2011).
terakhir atau pelanggan. Childerhouse dan Topwill (2002) dan Huang, et al.
24
dengan avalis.
penjualan, pengurangan biaya transaksi, kontrol yang lebih baik dari kualitas dan
seluruh rantai untuk menjamin optimal keragaan rantai pasok (Roekel, et al.,
2002). Dalam penelitian ini, keragaan manajemen rantai pasok ditunjukkan oleh
indikator koordinasi, aliran produk, aliran pelayanan dan aliran modal yang
dan variasi dalam produksi. Sifat-sifat ini akan berpengaruh dalam rantai
pasoknya.
yang cukup lama untuk disesuaikan dengan permintaan konsumen. Juga produk
pertanian dihasilkan dari kebun atau ladang petani yang letaknya tersebar
biaya dalam manajemen yang berbasis rantai pasok (Widodo, et al., 2011).
Ada enam faktor kunci yang harus diperhatikan dalam manajemen rantai
mengefisiensikan biaya proses, biaya angkut dan biaya simpan per unit,
keuntungan (laba) bagi perusahaan dan seluruh lembaga dalam rantai pasok
keterkaitan antara manajemen rantai pasok dan integrasi proses bisnis terhadap
mengendalikan keragaan manajemen rantai pasok pada masa yang akan datang
terdiri atas 5 (lima) aspek yaitu: loyalitas pelanggan, prosedur rantai pasok,
sistem indek ini diintroduksi dengan mengambil salah faktor kunci sebagai
mengadopsi manajemen rantai pasok yang mana pada akhir-akhir ini mulai
Keragaan
Pasar
Keragaan
Organisasi
Keragaan
Keruangan
Keunggulan
Kolaborasi Rantai
Kompetitif
Pasok
Ketidak Pastian
Lingkungan :
• Ketidak Pastian
Pelanggan
• Ketidak Pastian
Supplier Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
BIF SNK KSI
Keterangan :
BIF = Berbagi informasi Y1 = Rasio Harga/Biaya
SNK = Singkronisasi keputusan Y2 = Kualitas produk
KSI = Keselarasan insentif Y3 = Ketergantungan pengiriman
Y4 = Inovasi produk
Y5 = Waktu tempuh ke pasar
Gambar 2.2 Konsep Model Teoritis Kolaborasi Antar Lembaga Dalam Rantai
Pasok
Sumber : Mathuramaytha (2011).
investasi besar, resiko, dan sumber daya, serta meningkatkan pertumbuhan yang
wajar dan laba atas investasi. Kolaborasi telah terbukti sebagai kekuatan
pendorong yang efektif bagi organisasi rantai pasok, sehingga dapat dianggap
sebagai kemampuan inti. Kolaborasi antar lembaga yang terlibat dalam rantai
kebutuhan pada level antara agar dapat membantu para anggota berhasil dalam
dalam penelitian ini akan dielaborasi kolaborasi antar lembaga dalam rantai
yang lebih besar serta dicapainya kepuasan konsumen akhir yang lebih tinggi
28
pesaing. Keunggulan kompetitif terdiri atas 5 (lima) demensi yaitu : harga yang
Konsep model teoritis kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok ini
diadopsi dalam sistem indek pengukuran keragaan rantai pasok dari Guangyin,
et al. (2010) dan indikator keragaan keuangan dari Safiee, et al. (2011). Lebih
kepuasan pelanggan dari Mentzer, et al. (2001) cit. Ballau (2004) surplus
Irmawati (2007) dan Adinugroho (2010). Oleh karena itu, pada penelitian ini
diintroduksi dari Thomas dan Grifin (1996) dan Widodo et al., (2011); dan
melakukan koordinasi dalam suatu jaringan bisnis yang komplek tentang aktivitas
merupakan satu di antara pelaku dalam rantai pasok jagung, sehingga tidak saja
pasok, namun melihat pengaruh kolaborasi antar lembaga dan manajemen rantai
sebagai balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi langka (input) dan
hasil produksi (output). Oleh karena surplus produsen dapat digunakan untuk
harga yang sebenarnya (harga pasar) dengan harga yang bersedia diterima oleh
produsen:
Keterangan :
SP = surplus produsen QS = jumlah penawaran
H = harga b = dasar (basis)
s = skenario
30
P
MC, S
P0 ATC
AVC
P1
MR
q0 q
Keterangan:
P = harga
q = kuantitas produksi
dijelaskan melalui pendekatan biaya marjinal (MC) dan biaya rata-rata total
(ATC), biaya rata-rata variabel (AVC) dan marginal revenue (MR) sebagai mana
Dalam pasar persaingan sempurna, tidak ada timbul surplus produsen bagi
produsen individu, dengan kata lain keuntungan ekonomi didorong menjadi nol.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang diukur surplus produsennya adalah
usahatani dengan asumsi struktur pasar persaingan sempurna, maka lebih tepat
diarsir, karena profit pada p0 yang lebih besar dari pada p1. Pada sisi lain,
equivalent variation yaitu jumlah uang yang jika diberikan kepada produsen tidak
daerah di atas kurve penawaran S=MC (supply) dengan batas tertinggi harga
dengan batas bawah kurve AVC (kurve biaya variabel rata-rata minimum).
kesejahteraan para pemilik faktor produksi berupa sewa bagi pemilik faktor
produksi tetap, upah bagi tenaga kerja dan bunga bagi pemilik modal dan
merupakan akumulasi dari rantai nilai yang dihasilkan oleh pihak yang terlibat
Yang membedakan rantai pasok dengan bukan rantai pasok terletak pada
kuantitas produk yang tepat, harga yang tepat dan waktu yang tepat yang
sebagai strategi yang tepat. Teori strategi kompetitif dikembangkan oleh Michael
F. Porter dari Harvard Business School. Teori strategi kompotetif ini selanjutnya
dikenal dengan analisis lima kekuatan Porter (Porter’s five forces analysis), yaitu
model (five forces model) analisis menurut Porter yaitu (Porter, 1988)
baru:
a. Skala ekonomi, apabila dapat diproduksi dengan skala kecil, maka dengan
yang tinggi, maka semakin cepat datangnya ancaman dari pesaing baru;
c. Biaya yang tidak terkait dengan skala produksi, jika memiliki softasset,
seperti hak paten, merek dagang, akses ke bahan baku, hak manajemen /
yang relatif kecil untuk mencapai skala yang efisien, maka ancaman
baru;
f. Biaya perpindahan, adalah biaya yang dibutuhkan untuk pindah dari satu
pesaing baru;
hal ini apakah menganut prinsip close distribution channel atau open
distribution chanel.
terhadap datangnya pesaing baru, namun bila pangsa pasar relatif kecil,
lebih tinggi. Oleh karena itu terjadi nego dalam menentukan harga, atau
maksimal 2 bulan;
delivery, juga menerima discount sales yang besarnya antara 1 s.d 5%.
dan sebaliknya bila persaingan antar pemasok relatif ketat dan bargaining
Efisiensi dalam rantai pasok akan berdampak pada harga beli. Pembeli
hubungan antara produk atau jasa yang ditawarkan dengan produk atau jasa
produk dengan elastisilas silang yang elastis, maka perubahan harga yang
kecil dari produk pengganti akan berdampak pada perubahan kuantias yang
relatif besar.
Semakin banyak produk atau jasa subtitusi yang tersedia di pasar, maka
membeli produk atau jasa yang tersedia. Di antara produk subtitusi dari
jagung adalah beras, kacang kedele, kacang tanah dan kacang hijau.
harga jagung, sebab jagung merupakan subtitusi dari beras dan kedele.
yang cenderung kearah monopoli atau monopsoni. Hal ini harus dicegah
baru. Tetapi bagi perusahaan memerlukan suatu keunikan produk agar tetap
pada posisi struktur pasar yang monopolitik. Bagi perusahaan dapat memilih
produk lain yang telah memiliki pangsa pasar yang luas, misalnya
2. Deferensiasi dalam produk, yaitu memiliki keunikan produk yang tidak dapat
ditiru oleh firm lain dalam industri, sehingga memiliki pelanggan yang loyal;
Produksi jagung di Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak tahun 2001 s.d 2010
menunjukkan trend yang meningkat (BPS NTB, 2011). Menurut pendapat Sjah
jagung yang diterima relatif rendah bila dibandingkan dengan biaya sosial yang
agribisnis jagung, baik sebagai pelaku pasar input, maupun pelaku pasar output.
Juga keuntungan yang diterima petani jagung di NTB lebih rendah daripada
dan mekanisme pasar ketika itu berdampak negatif terhadap struktur biaya
38
produksi, sebab biaya yang diinvestasikan petani lebih besar daripada tambahan
pasar dan informasi pasar (Anonimous, 2012). Akibatnya adalah apabila harga
disampaikan ke petani, sebaliknya bila harga turun, maka segera para pedagang
Rendahnya harga yang diterima oleh petani tidak terlepas dari kondisi
persaingan di antara para petani, di mana struktur pasar di tingkat petani yang
atribut yang hampir sama, berhadapan dengan sejumlah kecil pembeli. Dengan
demikian posisi tawar (bargaining position) petani menjadi relatif rendah. Solusi
efisien atau dibuat memiliki keunggulan kompetitif. Banyak hasil penelitian telah
manajemen rantai pasok (Hamid, 2011; Anatan dan Elitan, 2008). Kolaborasi
telah disebut sebagai kekuatan pendorong yang efektif untuk mencapai tujuan
39
(Mathuramaytha, 2011).
dalam rantai pasokan melalui penciptaan nilai (Anatan dan Elitan, 2008).
dari serangan para pesaing. Untuk menguatkan keunggulan kompetitif ini Porter
(1988) mengajukan teori strategi kompetitif (the strategy competitive theory) yang
dikenal dengan analisis lima kekuatan Porter (Porter’s five forces analysis), yaitu:
berlaku dalam satu rantai pasok. Petani sebagai penjual mengharapkan harga
pedagang perantara akan menuntut harga jual yang lebih tinggi untuk
perusahaan industri pengolah menghendaki harga beli yang lebih rendah untuk
pasok.
PELANGGAN
Menemukan manfaat
yang dapat memenuhi
kebutuhan pada harga
yang dapat diterima
ORGANISASI
PESAING
RANTAI PASOK
Kemampuan proteksi
dari serangan pesaing Asset dan
pemanfaatannya
Gambar 3.1 Pertalian Manejemen Rantai Pasok (Anatan dan Elitan, 2008)
41
sesuai dengan daya belinya, pengiriman tepat waktu, dan responsif terhadap
kebutuhan dan keluhan konsumen (Spekman, et al., 2001 cit. Anatan dan
Elitan, 2008).
rantai pasok agar dapat berproses pada biaya yang rendah dan memberikan
manajemen rantai pasok jagung merupakan satu upaya dalam manajemen yang
faktor kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok, manajemen rantai pasok,
42
tiga grand teori yang menjadi acuan dalam membuktikan hipotesis, yaitu teori
kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok, teori strategi kompetitif dan teori
Teori
Kolaborasi
Rantai
Pasok
Goal
Penelitian
"Peningkatan
Kesejahteraan
Petani" Teori
Teori
Strategi Surplus
Kompetitif Produsen
Gambar 3.2 Grand Teori Sebagai Kerangka Teoritis Untuk Mencapai Goal
Penelitian Peningkatan Kesejahteraan Petani Jagung
Kebutuhan rumah tangga petani terdiri atas kebutuhan jangka pendek dan
memenuhi konsumsi rumah tangga yang terdiri atas kebutuhan pangan, dan non
X6 X8 Y6 Y7 Y8 Y9 Z5 Z6 Z7
X5 X7 X9
Manajem en Rantai Kesejahter aan
Pasok Petani Pr odusen
Integr asi
Pr oses Bisnis
Keunggulan
Kom petitif
X1 X2 X3 X4
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Ketidak Pastian Kolabor asi Antar Lem baga
Lingkungan : Dalam Rantai Pasok
• Ketidak Pastian
Pelanggan
• Ketidak Pastian
Supplier BIF SNK KSI
Keter angan :
X1 = Kesam aan Tujuan Y1 = Efisiensi Z5 = Sur plus pr odusen
X2 = Pem bagian Per an & Tanggungjawab Y2 = Kualitas pr oduk Z6 = Pengeluar an konsum si r um ah tangga petani
X3 = Pem bagian Resiko Y3 = Keter gantungan pengir im an Z7 = Pengeluar an investasi r um ah tangga petani
X4 = Fasilitator Y4 = Diver sifikasi pr oduk BIF = Ber bagi infor m asi
=X5 = Hubungan baik dengan pelanggan Y5 = Waktu tem puh ke pasar SNK=Sinkr onisasi keputusan
X6 = Pr osedur oper asional biaya r endah Y6 = Koor dinasi antar lem baga KSI = Keselar asan Insentif
X7 = Pengem bangan ke depan Y7 = Alir an pr oduk
X8 = Kesehatan alir an kas Y8 = Alir an pelayanan
X9 = Penyer apan tenaga ker ja Y9 = Alir an m odal
kerjasama yang telah terbangunan antar petani dalam kelompok tani dan
avails. Introduksi manajemen rantai pasok dan integrasi proses bisnis sebagai
didasarkan pada teori kolaborasi rantai pasok (the supply chain collaboration
pasok dan integrasi proses binsis masing-masing didasarkan dari hasil penelitian
Dewi (2013) dan pernyataan dari Bartezzaghi (1998) dan Spekman, et al. (2001).
keunggulan kompetitif.
kesejahteraan petani, sehingga cenderung tidak adil. Oleh karena itu paradigma
kesejahteraan petani.
perpaduan antara kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok dan integrasi
ini telah dibuktikan oleh penelitian Mathuramaytha (2011) sebagai mana telah
karena itu cukup beralasan untuk menduga bahwa integrasi proses bisnis dan
harga jagung dunia tidak ditransmisi sempurna ke harga pasar jagung domestik.
tingkat petani tidak mengikuti perubahan harga jagung tingkat dunia. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Sadikin (1999) di Provinsi Nusa Tenggara yang
usahatani jagung (on farm dan outfarm). Melalui mekanisme kolaborasi antar
lembaga dalam rantai pasok, manajemen rantai pasok dan integrasi proses
dan perbaikan manajemen dan kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok
sebagai berikut:
pasok;
proses bisnis.
1. Rantai pasok adalah aliran produk, aliran informasi, aliran pelayanan dan
aliran modal dari petani selaku produsen jagung sampai dengan peternak
dan aliran informasi serta modal yang mengikutinya dari awal sampai akhir
47
dicapai dari hasil manajemen lembaga yang terlibat dalam rantai pasok
manajemen rantai pasok adalah koordinasi (Y6), aliran produk (Y7), aliran
menggunakan skala likert dari 1 (sangat tidak setuju) s.d 5 (sangat setuju),
peran dan tanggung jawab (X2), pembagian resiko (X3), fasilitator / pembina
lapang (X4);
5. Kesamaan tujuan (X1) adalah kesesuain tujuan antara petani dan pedagang
11. Keselarasan insentif (KSI) adalah kerelaan anggota rantai pasok berbagi
insentif harga beli jagung petani dibandingkan harga pasar dan/atau dapat
juga berupa hadiah atau penghargaan materi (skala). Indikator KSI adalah
harga input (W1), harga output (W2), dan berbagi biaya (W3).
untuk penciptaan nilai guna (manfaat) bagi para pelaku bisnis dari
Dalam penelitian ini integrasi proses bisnis diukur dari indikator hubungan
15. Hubungan baik dengan pelanggan (X5) adalah membina hubungan yang
(skala).
16. Prosedur operasi biaya rendah (X6) adalah jumlah biaya produksi per unit
pascaproduksi (skala);
18. Kesehatan aliran kas (X8) adalah pengawasan atas biaya dan menjaga
aliran masuk dan keluar kas yang aman dari resiko kekurangan dana tunai.
Kesehatan aliran kas diukur dari ratio likuiditias, yaitu ratio aktiva lancar
19. Penyerapan tenaga kerja (X9) adalah jumlah tenaga kerja yang terserap
pengiriman (Y3), diversifikasi produk (Y4), dan waktu tempuh ke pasar (Y5);
21. Efisiensi pada level petani atau usahatani (Y1) diukur dari produktivitas per
(skala);
22. Kualitas produk (Y2) adalah kualitas jagung dengan mengacu pada deskripsi
24. Diversifikasi produk (Y4) adalah banyak variasi produk yang dihasilkan
25. Waktu tempuh ke pasar (Y5) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan
perantara (skala);
26. Manajemen rantai pasok (MRP) adalah suatu proses pengelolaan sumber
daya yang tersedia di internal dan eksternal rantai pasok dari produsen
51
menghasilkan nilai bagi pelanggan (Widodo, et. al., 2011; Anatan dan Elitan,
antar lembaga (Y6), aliran produk (Y7), aliran pelayanan (Y8) dan aliran
modal (Y9);
organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien. Koordinasi ini diukur dari
28. Aliran produk (Y7) adalah arus perpindahan produk jagung dari petani ke
29. Aliran pelayanan (Y8) adalah tindakan memenuhi harapan pelanggan dalam
30. Aliran modal (Y9) adalah persentase pembiayaan yang ditransfer dari pihak
petani (Z7);
32. Surplus produsen (Z5) adalah besaran keuntungan yang diterima oleh
produsen dengan menjual pada mekanisme harga pasar yang lebih tinggi
q
SP = (H – BVR) x ___
2
Keterangan : SP = surplus produsen (Rp)
H = harga pasar (Rp/kg)
BVR = biaya variabel rata-rata (Rp/kg)
q = produktivitas (kg/ha)
34. Pengeluaran Investasi rumah tangga (Z7) adalah jumlah penghasilan yang
dinyatakan dalam satuan rupiah per orang per bulan, selanjutnya diklasifikasi
36. Strategi prioritas terbaik adalah pemilihan alternatif jalur yang pengaruhnya
dengan jalur lainnya. Strategi prioritas terbaik dipilih dari koefisien jalur dan
diterminan lainnya.
BAB IV. METODE PENELITIAN
disusun dan dihubungkan antara satu atau beberapa variabel dengan variabel
lainnya untuk diinterpretasi secara tepat dan rasional. Penelitian bertujuan untuk
meliputi koordinasi, aliran produk, aliran pelayanan, aliran modal ke / dari petani
Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) karena merupakan daerah
sentra produksi jagung berdasarkan indikator luas panen dan produksi tertinggi
pemasaran jagung di NTB. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung per
kabupaten tahun 2010 disajikan pada Lampiran 1.1. Peta lokasi penelitian dapat
sekunder dan primer sebagai bahan penyusunan proposal, hasil penelitian dan
pembahasannya.
sentra budidaya jagung di lahan sawah. Data statistik luas panen, produksi dan
Lampiran 1.2.
55
panen dan produksi serta jumlah petani lebih banyak bila dibandingkan desa
terdapat Desa Bebidas yang memiliki luas panen dan produksi dan jumlah petani
Populasi dalam penelitian ini adalah lembaga yang terlibat dalam satu
segmen rantai pasok jagung dari petani, pedagang perantara / pemasok dan
1. Sampel Petani
Unit analisis pada penelitian ini adalah rumah tangga petani yang
kelembagaan petani sebagai hulu (up stream) dari rantai pasok jagung. Jumlah
unit populasi di lokasi penelitian sebanyak 3.098 rumah tangga petani terdiri dari
jumlah unit populasi di Desa Bebisas sebanyak 1.167 dan di Desa Pringgabaya
Utara sebanyak 1.931 unit rumah tangga petani jagung. Jumlah unit populasi
et al., 1973):
56
2 2
NZ σ
n = ________________ ……………………………………. (4. 1)
N.d + Z
2 2
σ2
Keterangan:
n = jumlah unit sampel
N = jumlah unit populasi
d = simpangan maksimum yang bisa ditoleri = 0,05
Z = tingkat kepercayaan 95% = 1,96 menurut tabel distribusi-z
2
σ = varians populasi luas lahan usahatani jagung
Oleh karena varians populasi (σ2) tidak diketahui, maka digunakan
penaksirnya dengan cara menghitung varians sampel (S2) luas lahan usahatani
a. Data luas lahan usahatani dari 10 unit rumah tangga petani di Desa Bebidas
et al. (1973). Hasil perhitungannya dapat dibaca pada Lampiran 1.3. Dari
hasil perhitungan pada Lampiran 1.3 dan Tabel 4.1 diperoleh penaksir jumlah
unit sampel sebanyak 45 unit rumah tangga petani. Untuk mencukupi jumlah
mencapai 45 unit rumah tangga petani jagung dengan teknik simple random
sampling.
57
b. Di Desa Pringgabaya Utara digunakan data dari 13 unit rumah tangga petani
untuk menaksir jumlah unit sampelnya. Hasil penaksiran jumlah unit sampel
Hasil perhitungannya dapat dibaca pada Lampiran 1.4 dan Tabel 4.1. Untuk
teknik snowball sampling, karena tidak diketahui jumlah unit populasinya. Teknik
lembaga yang terlibat dalam rantai pasok termasuk lembaga penunjang seperti
aliran produk dari petani, juga dapat diperoleh informasi tentang aliran pelayanan
dan pedagang pengumpul yang berasal dari luar desa yang melakukan
masing;
snowball sampling, karena tidak diketahui jumlah unit populasinya. yaitu dengan
pedagang pengecer.
et al., 2005) dengan para petani, pedagang perantara (pemasok) dan konsumen
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian
yang dikumpulkan oleh peneliti dari hasil observasi dan/atau survei (Suryabrata,
1983). Data primer yang dikumpulkan terdiri atas data kuantitatif dan data
kualitatif.
Data kuantitatif yang dikumpulkan terdiri atas luas lahan garapan, produksi,
harga jual jagung, penggunaan sarana produksi, tenaga kerja dari dalam dan luar
keluarga , peralatan, harga sarana produksi, upah tenaga kerja laki-laki dan upah
pengeluaran sosial (zakat, infak dan sadakah), jenis kelamin, usia, pendidikan
genggam (handphone).
penyempurnaan. Lebih lanjut dilakukan uji coba untuk menilai efektivitas dan
durasi waktu yang diperlukan untuk memperoleh semua data yang dibutuhkan.
Hasil uji coba ini dijadikan bahan evaluasi untuk menyempurnakan kuesioner
pengolahan dan analisis data dan panduan supervisi bagi keperluan petugas
dan validitas yang handal, maka pembantu peneliti didampingi oleh peneliti
interview). Data kualitatif yang dikumpulkan terdiri atas: (1) Jalur rantai pasok dari
jawab; dan sharing pembiayaan; (3) Usahatani jagung meliputi: sistem tanam,
61
lokasi penanaman, jadwal tanam, hak atas lahan usahatani, posisi tawar petani,
komplik dan cara penyelesaian komplik antara Petugas Lapang (PL) dengan
petani, metode penetapan harga pasar, sistem bagi hasil, konvensasi biaya
diperoleh dari pengutipan data pada dinas instansi yang terkait dengan agribisnis
jagung. Data sekunder berupa data time series harga jagung pipilan kering di
beberapa level (grosir dan pengecer), produksi, luas panen dan produktivitas
diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB
dan kabupaten yang wilayahnya terpilih sebagai lokasi penelitian. Data harga
yang dikumpulkan adalah data dari hasil pencatatan di level konsumen di pasar
lokal, serta harga di pedagang besar antar pulau) dari tahun 2001 s.d 2012,
Produksi (kg)
____________________________________
Produktivitas (kg/ha) = ………..…… (4.2)
Luas Lahan Garapan (ha)
Harga adalah nilai jual produk jagung tongkol kering panen dalam satuan
rupiah per kilogram (Rp/kg) atau rupiah per kuintal (Rp/ku). Hasil kali harga
Biaya produksi terdiri atas biaya produksi tetap dan biaya produksi
Keterangan:
TBT = Total Biaya Produksi (Rp/ha); TBT = Total Biaya Tetap (Rp/ha)
TBV = Total Biaya Variabel (Rp/ha); BVR = Biaya Variabel Rata-rata (Rp/ha)
q = Produksi (kg/ha)
dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar. Pendapatan usahatani dihitung dari
produsen dengan menjual produk (barang) hasil produksi atau jasanya melalui
mekanisme harga pasar yang lebih tinggi bila dibandingkan harga minimal yang
mereka bersedia untuk menjualnya. Harga minimal sama dengan biaya variabel
(H – BVR) x q
_________________________
ΔSP (Rp/ha) = = MK x ½ q ……………. (4.6)
2
Keterangan:
ΔSP = Perubahan Surplus Produsen (Rp/ha); H = Harga (Rp/kg)
BVR = Biaya Variabel Rata-rata (Rp/ha);
q = Produktivitas (kg/ha); MK = Marjinal Kontribusi = H - BVR
2
BVR = b1 – b2 q + b3 q ……………………………………………(4.8)
Keterangan:
ΔSP = Perubahan Surplus Produsen (Rp/ha);
BM = Biaya Marjinal (Rp/kg/ha)
BVR = Biaya Variabel rata-rata per hektar (Rp/kg/ha)
q1 = Produktivitas Optimal (kg/ha).
q0 = Produktivitas pada Biaya Variabel Rata-rata Minimal (Rp/kg/ha)
Kontribusi (TMK) dan perubahan surplus produsen. TMK adalah hasil kali
minimal (q0). Surplus produsen adalah jumlah uang jika diberikan kepada
pasar sampai dengan biaya variabel rata-rata minimal (Just, et al., 2004).
histogram, dan narasi serta penjelasan hubungan suatu variabel dengan variabel
atau tidak langsung. Analisis SEM-PLS digunakan bagi semua skala data baik
ratio, interval, ordinal, dan nominal; tidak membutuhkan asumsi penyebaran data
berdistribusi normal, jumlah unit sampel tidak mesti besar, serta memiliki
fleksibilitas yang lebih tinggi bagi peneliti untuk menghubungkan antara teori dan
rantai pasok dari petani sampai dengan pedagang perantara, yaitu menelaah
keterkaitan petani dengan kelompok tani, kelompok tani dengan perusahaan atau
koperasi penyedia teknologi dan input pertanian, serta pihak lain yang membeli
dan lain-lainnya.
koordinasi, aliran produk, aliran pelayanan, dan aliran modal. Tiap indikator
Nilai eigen diberikan dengan teknik perbandingan dari nilai 1 s.d 9 dan
6. Mengulangi langkah (3), (4) dan (5) untuk seluruh tingkat hierarki.
menjumlahkan seluruh nilai eigen pada setiap baris dan setiap kolom, serta
8. Memeriksa konsistensi hiararki dari langkah (1) sampai dengan (7) dengan
menggunakan konsistensi ratio < 10%. Bila belum memenuhi syarat, maka
konsistensi ratio < 10%. Alat analisis yang dipakai adalah AHP Calculator
Online (BPMSD).
Tabel 4.5 Nilai Indek Keunggulan Kompetitif di Level Petani s.d Pedagang
Perantara
(IKK1) diidentifikasi pada salah satu kelas dengan interval sebagai berikut:
sementara jumlah skor berkisar -30 s.d +30. Selanjutnya diklasifikasi sebagai
berikut:
digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama s.d kelima dan menguji
model analisis data dan keharusan tersedianya grand theory dan konsep
Rancangan
Model
Interoretasi
Diagram
dan
Jalur
Modifikasi
Menilai
Masalah Matriks
Input
Teridentifikasi
MRP
IRP KSP
KRP KKP
• KPP
• KPS
Keterangan :
KPP = Ketidakpastian pelanggan
KKS = Ketidakpastian pemasok
BIF = Berbagi informasi
SNK = Singkronisasi keputusan
KSI = Keselarasan insentif
IRP = Integrasi proses bisnis
KRP = Kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok
KKP = Keunggulan kompetitif
MRP = Manajemen rantai pasok
KSP = Kesejahteraan petani jagung
intermediasi. Dalam hal ini SEM yang digunakan adalah yang berbasis
kompenen atau varians yang dikenal dengan Partial Least Square (PLS).
71
digunakan atau tidak dapat digunakan. Ada beberapa alat uji dalam
evaluasi goodness of fit, yaitu: uji model overall, uji model structural, dan uji
model pengukuran (uji validitas dan reliabilitas), serta uji efektivitas model
(model fit).
likert. Satu dari sejumlah cara adalah metode rata-rata skor indikator
(Solimun. 2010):
𝑛 𝑋 𝑖𝑗
X.𝑗 = 𝑖=1 𝑛𝑗 …………………………………………………………… (4. 10)
Keterangan :
X .𝑗 = variabel laten ke-j
72
X1 + X 2 + X 3 + X 4
KRP =
4
X5 + X6 + X7 + X8 + X9
IRP =
5
Y1 + Y2 + Y3 + Y4 + Y5
KKP =
5
Y6 + Y7 + Y8 + Y9
MRP =
4
Z5 + Z6 + Z7
KSP =
3
Keterangan:
𝛾𝑖 = component loading ke indikator
𝑣𝑎𝑟(𝜕𝑖 ) = 1 - 𝜕𝑖2
3) Reliabilitas Komposit (Composite Reliability)
Ada dua macam ukuran blok indikator, yaitu konsistensi internal
(internal consistensy) dan Cronbach’s Alpha. Dengan output yang
dihasilkan PLS, maka reliabilitas komposit dihitung dengan rumus :
( ni=1 γ i )2
rk = n γ )2 + n var (∂ ) ……………………………………. (4.12)
( i=1 i i=1 i
Keterangan:
rk = reliabilitas komposit
𝛾𝑖 = loading komponen ke indikator
𝑣𝑎𝑟(𝜕𝑖 ) = 1 - 𝜕𝑖2
b. Goodness of Fit Inner Model atau Model Persamaan Struktural
2
R digunakan untuk mengevaluasi konstruk dependen pada model
uji Stone Geisser q-Square dan uji-t untuk mengetahui signifikansi dari
R 2inc − R 2exc
q2 = …………………………………………………… (4.13)
1+ R 2inc
1) R2inc dan R2exc adalah R square dari variabel laten dependen ketika
predictor variabel laten digunakan atau dikeluarkan dari dalam
persamaan struktural.
2) Nilai q2 = 0,02, 0,15 dan 0,35 diprediksikan bahwa prediktor variabel
laten memiliki pengaruh yang kecil, menengah dan besar.
4. Uji Validitas
Ada beberapa aspek yang mesti dipenuhi agar diperoleh model yang dapat
dihandalkan, yaitu:
diestimasi secara tepat mengukur konsep yang diuji. Menurut Anderson dan
74
memiliki critical ratio lebih besar dari 2 (dua) kali standard error-nya
(Utomo,..2011).
mengukur apa yang hendak diukur secara tepat sesuai dengan maksud
adanya uji validitas dan uji reliabilitas data. Ada dua pendekatan yang dipakai
Validitas konstruk didasarkan atas asumsi bahwa alat ukur yang dipakai
mengandung suatu definisi operasional yang tepat dari suatu konsep teoritis,
sehingga peneliti harus dapat mengetahui dengan jelas sikap atau perilaku
pertanyaan. Dengan kata lain, peneliti harus dengan hati-hati dan cermat
responden sesuai dengan apa yang diramalkan dengan tepat atau tidak.
Jika ternyata tepat. maka alat ukur dinyatakan valid. Di sini akan digunakan
pre dan post kuesioner yang mana datanya akan diperbandingkan dengan
5. Uji Reliabilitas
berulang, artinya bila dilakukan pengukuran pertama memberikan hasil data yang
sama pada pengukuran yang kedua ataupun yang ketiga. Dengan kata lain
reliabel artinya suatu teknik yang dipakai berulang kali terhadap obyek yang
sama akan menghasilkan data yang sama pula (Vredenbregt, 1978). Perbedaan
dalam skor tidak boleh melebihi batas tertentu. Uji reliabilitas dilakukan sbb:
c. Composite Reliability
instrument, yaitu composite reliability dari model SEM yang dianalisis dengan
sd 2
Reliability Konstruk = …………………………………… (4.14)
sd 2 + ∈j
Keterangan:
1) Sd (standar deviasi) diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-
tiap indikator.
2) ∈ 𝑗 = adalah measurement error (kesalahan pengukuran) dari tiap-tiap
indikator.
76
penilaian yang dilakukan bersifat eksploratif, maka nilai lebih kecil daripada 0,70
interpretasi reliabilitas bahwa nilai ≥ 0,5 cukup reliabel untuk menjustifikasi suatu
hasil penelitian.
(Vredenbregt. 1978):
a) Metode test retest, yaitu suatu ukuran yang sama pada kesatuan yang sama
pada keadaan yang sama diadakan pada waktu yang berbeda. Metode ini
responden sebagai akibat telah terjadinya perubahan pada diri responden dan
lingkungannya.
alat yang sama oleh peneliti yang berbeda. Pengukuran dilakukan pada
c) Split half method, yaitu item-item dalam daftar pertanyaan dibagi dua dan
coefficient dinilai sebagai indikator konsistensi internal dari alat ukur yang
dipakai. Jelas bahwa pembagian alat ukur tersebut harus menghasilkan dua
yang diuji.
metode ketiga yaitu split half method, sebab paling memungkinkan untuk
dan alpha crombach sebagai alat uji untuk menilai reliabilitas dan validitas
terobservasi yang tidak terukur secara langsung tetapi dihitung dari beberapa
item kuesioner.
n( XY )−( X. Y)
rxy = …………………………. (4.15)
{n X 2 − ( X)2 }{n Y 2 − ( Y)2 }
0,05 dapat dijadikan standard validitas suatu data dan reliabilitas alat pengukur
sepanjang nilai koefisien korelasi tersebut positif. Dalam penelitian ini pengujian
software SPSS 13 for windows dimana reliabilitas diuji jika semua item valid.
tabel pada taraf nyata 0,05. Dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel
product moment pearson pada taraf nyata α 0,05 (r α 0,05 (N=120) = 0,120).
Item yang non-signifikan didroup dan selanjutnya apabila semua item telah
signifikan, maka dilanjutkan dengan uji alpha crombach terhadap r tabel product
0,05 dapat dijadikan standard validitas suatu data dan reliabilitas alat pengukur
e. Cronbach’s Alpha
1) Apabila nilai αcr positif > r tabel maka variabel pada item tersebut reliabel
2) Apabila nilai αcr positif < r tabel maka variabel pada item tersebut non-reliabel.
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,5 (Nunnaly, 1967 cit. Anatan dan Ellitan
2008).
f. Chi Square
Uji Chi Square merupakan salah satu tipe yang digunakan untuk menguji
banyaknya yang diamati (observed) dari objek atau jawaban yang masuk dalam
sesuai dengan frekuensi yang diharapkan. artinya tidak ada perbedaan matriks
79
varians populasi dengan varians sampel. Oleh karena itu nilai chi square yang
Bila t-statistik > t-tabel 0,10 maka dinyatakan instrument tidak reliabel.
Keterangan :
BIF = Berbagi informasi KRP = Kolaborasi rantai pasok
SNK = Singkronisasi Keputusan KKP = Keunggulan kompetitif
KSI = Keselarasan insentif MRP = Manajemen rantai pasok
KPP = Ketidakpastian pelanggan KSP = Kesejahteraan petani jagung
KPS = Ketidak pastian pemasok a, α, β, 𝜌, 𝜕, Ω = parameter
IRP = Integrasi proses bisnis ε = error
Hi diterima apabila zhit > z-tabel pada taraf nyata = 1% atau 5%.
Hi diterima apabila zhit > z-tabel pada taraf nyata = 1% atau 5%.
Hi diterima apabila zhit > z-tabel pada taraf nyata = 1% atau 5%.
Hi diterima apabila zhit > z-tabel pada taraf nyata = 1% atau 5%.
struktural (4,21), (4.22) dan (4.23) yang lulus validasi dan memenuhi kriteria
mana kriteria yang telah ditetapkan di atas pada point 4) Uji validitas dan 5)
Uji reliabilitas.
strategi prioritas terbaik apabila diaplikasikan pada masa yang akan datang.
(Jogiyanto, 2011).
82
software SPPS for Windows versi 17.0. Oleh karena variabel dalam
penelitian ini berupa variabel kualitatif yang bersifat laten, maka yang
ordinal Likert. Agar data dengan skala ordinal dapat digunakan untuk
115º 30' s.d 119º 30' BT. Batas wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah
sebelah utara Laut Flores, sebelah timur Selat Sape, sebelah selatan Samudra
atas dua pulau besar yaitu Pulau Lombok di wilayah barat dan Pulau Sumbawa
2
di wilayah timur (Lampiran 2). Luas Pulau Lombok 4.736,65 km (23,5%),
2
sementara luas Pulau Sumbawa 15.416,50 km (75,5%). Secara administratif,
Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima dan 2 (dua) kota, yaitu Kota Mataram
4.500.212 jiwa terdiri atas perempuan 2 316 566 jiwa dan laki-laki 2 183 646 jiwa
dengan ratio jenis kelamin (sex ratio) 106,09. Ratio jumlah penduduk dengan
2
luas wilayah adalah 223,1 jiwa/ km . Jumlah rumah tangga sebanyak 1.248.115
kepala keluarga dengan rata-rata anggota rumah tangga 3,61 orang. Dari jumlah
penduduk tersebut yang tergolong usia produktif (usia 15 s.d 64 tahun) sebanyak
artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 55,55 orang
Jumlah penduduk usia 15 tahun lebih sebanyak 3.380.129 jiwa terdiri atas
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja sebanyak
2.252.076 jiwa terdiri dari penduduk yang bekerja 2.132 933 jiwa dan mencari
kerja 119.143 jiwa. Jumlah penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja
seperti perdagangan 17,47%, jasa 12,86% dan industri 9,57%. Walau persentase
Tenggara Barat menempati urutan kedua setelah pertambangan dari tahun 2004
sementara pertambangan 34,68% pada tahun 2010 (BPS NTB, 2010). Dengan
85
pertanian relatif lebih kecil bila dibandingkan penduduk yang bekerja di luar
perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB), serta secara tidak langsung ikut
menciptakan nilai tambah di dalam suatu wilayah atau Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
antar sektor yang saling terkait antara akumulasi modal, tenaga kerja dan
hilir (forward lankages). Perputaran perekonomian dalam satu periode atau satu
dijadikan tolak ukur kemampuan daya beli masyarakat serta dipakai sebagai
struktur perekonomian yang sudah terjadi dalam wilayah NTB dan proyeksi
Tabel 5.1 Perkembangan PDRB Provinsi NTB atas dasar harga konstan tahun
2000 menurut sektor lapangan usaha tahun 2004 s.d 2009
(xRp milyar)
Pada Tabel 5.1 bahwa PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun
migas Rp 14,461 triliyun lebih. Pada tahun 2008 dan 2009 sektor pertanian
merupakan penyumbang terbesar yaitu Rp 4,460 triliyun atau skitar 30,84 persen
antar provinsi, maka dampak pembentukan nilai tambah jagung ke hilir relatif
kecil. Untuk meningkatkan dampak ke hilir dari produksi jagung, maka sebaiknya
di NTB perlu dikembangkan usaha peternakan ayam terutama ayam petelur yang
tambah PDRB terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor
ini menyumbang Rp 2,783 triliyun atau sekitar 19,24 persen dari PDRB tanpa
pertambangan non migas. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran ini
didukung oleh semakin diminatinya NTB sebagai tujuan wisata yang mana pada
tahun 2012 menembus angka 1 (satu) juta wisatawan. Pembangunan ruko, hotel
adalah sektor keuangan dan persewaan diikuti oleh sektor industri pengolahan.
(Tabel 5.1).
Dilihatat dari aspek pendapatan per kapita penduduk Nusa Tenggara Barat
yang berjumlah 4.500.212 jiwa, maka pendapatan per kapita penduduk NTB
atas dasar harga yang berlaku relatif kecil bila dibandingkan dengan Indonesia.
88
kriteria BPS, sebab pendapatan rata-rata penduduk NTB di atas garis kemiskinan
pula apabila menggunakan ukuran Sajogyo setara 360 kg beras untuk daerah
miskin. Jumlah penduduk miskin di perdesaan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
dari eksisting sektor lainnya, seperti sektor keuangan, persewaan dan jasa, serta
Ada dua jenis bank yang beroperasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB), yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Pada tahun 2010, jumlah
bank umum 23 unit dengan jumlah kantor 208, terdiri atas bank umum devisa
sebanyak 14 unit dan bank umum biasa (commercial non forex banks) sebanyak
NTB. Bank Perkreditan Rakyat disingkat BPR adalah bank yang melayani
kebutuhan nasabah kecil, seperti petani, nelayan, buruh, pedagang eceran dan
pedagang bakulan. BPR disebut juga rural banks terdiri dari Bank Perkreditan
Rakyat dan Lumbung Kredit Pedesaan. Lumbung Kredit Pedesaan atau rural
credits telah bermigrasi menjadi BPR. Jumlah BPR di NTB pada tahun 2010
Dengan tersedia dan menyebarnya kantor cabang bank umum dan bank
Tabel 5.3 Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Menurut Kabupaten Tahun 2010
umum nasional yang membuka kantor cabang di NTB, seperti Bank Mega, Bank
Central Asia, Bank Mualamat, Bank Seri Partha, dan Bank Intenasional
Indonesia (BII), Bank Tabungan Pensiun Negara, dll, serta semua bank
Dengan demikian tampak persaingan antar bank kian ketat dalam menggait
kredit sebanyak Rp.117.697 milyar atau sekitar 1,26 persen dari jumlah
penyaluran kredit sebesar Rp 9,352 triliyun pada tahun 2010, jauh di bawah
karena skala usaha yang kecil dan lokasinya yang tersebar, sehingga
kredit yang meliputi 5’C, yaitu: character, capital, capacity, collateral dan
condition (Riyanto, 19990). Oleh karena itu, bagi petani kecil yang membutuhkan
penjamin pinjaman pada bank, seperti PT Pertani dan PT Sang Hiyang Seri dan
Menengah (Koperasi dan UKM) dilihat dari sisi jumlah telah menunjukkan
perkembangan dengan trend yang meningkat dari tahun 2008 hingga tahun
2010. Pekembangan jumlahnya mencapai 11,44 persen, yaitu dari 2.898 unit
tahun 2008 menjadi 3.007 unit tahun 2009 dan 3.351 unit tahun 2010. Pada
jumlah koperasi (NTB Dalam Angka 2011). Untuk membangun koperasi yang
Koperasi Unit Desa (KUD) yang dibangun selama Pemerintahan Orde Baru
dihapusnya Program Bimas, Inmas dan Insus. Kegiatan KUD semakin terbatas,
pertanian, petani lebih sering berhubungan dengan kios sarana produksi di kota
Nusa Tenggara Barat (BPS NTB, 2011). Sejak tahun 2001 s.d 2010 produksi
jagung di Nusa Tenggara Barat terus meningkat sebesar 22,36% lebih tinggi bila
luas areal panen dan peningkatan produktivitas (Tabel 5.4). Luas areal panen
meningkat 12,08 persen dari 24.969 ha tahun 2001 menjadi 64.529 ha tahun
2010, sementara produktivitas meningkat dari 20,34 ku/ha menjadi 38,09 ku/ha
pada periode yang sama (BPS NTB, 2011; Putra, et al., 2005; Putra, 2006).
peningkatan luas aral panen dengan koefisien korelasi 0,9815, artinya terdapat
hubungan yang kuat antara laju peningkatan luas areal panen terhadap laju
dapat dikatakan bahwa baik luas panen maupun produktivitas secara bersama-
karena itu program peningkatan produksi jagung telah berhasil baik dari aspek
produksi yang mencapai 22,36 persen (Sjah, 2011). Ini memberi indikasi ke
depan, bahwa produksi jagung diestimasikan akan terus meningkat pada tahun
2011 dan 2012. Untuk mempertegas uraian di atas, Tabel 5.4 berikut
93
diusahakan pada tiga musim tanam, yaitu pada musim penghujan ditanam di
lahan kering baik ladang maupun tegal. Pada musim kemarau tanaman jagung
diusahakan oleh para petani di lahan sawah dan lahan kering dengan irigasi
produktivitas meningkat 2 kali lipat dan luas panen meningkat 2,5 kali lipat
dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak bidang
blogspot.com/2012/09/program-jagung-tahun-2011.html.
Pada Program GP3K, ada tiga aspek penting yaitu: pemberian pinjaman
(KKPE) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Kemitraan Bina
PT.Pertani cabang Nusa Tenggara Barat. Besarnya skrim kredit bagi usahatani
disesuaikan dengan paket teknologi dan harga satuan input produksi. Skim kredit
adalah 0,5 s.d 1 (satu) persen per bulan dengan masa tenggang 6 (enam)
bulan. Skim kredit ini disalurkan melalui bank milik pemerintah antara lain Bank
Negara Indonesia (BNI) 1946, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri.
Gambar 5.3 Areal Pertanaman Jagung di Lahan Sawah Skim Bantuan Langsung
Benih Unggul (BLBU) di Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB
Tahun 2012
Semua kabupaten dan 1 (satu) kota (Bima) dalam wilayah Provinsi Nusa
kecuali kota Mataram yang tidak menghasilkan jagung. Pada Tabel 5.5
96
kabupaten Lombok Timur sebagai penghasil jagung terbanyak (67.628 ton) jika
Kota Bima (2.909 ton). Pada Gambar 5.3 tampak lokasi pengembangan areal
Tabel 5.5 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung per Kabupaten / Kota
Tahun 2010
Oleh karena produksi jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif lebih
Tenggara Barat (NTB), maka lebih dari separuh produksi jagung asal NTB pada
tahun 2010 dikirim ke luar provinsi untuk memenuhi kebutuhan jagung di wilayah
lain di Indonesia, seperti Bali dan Jawa Timur. Produk jagung asal NTB mampu
bersaing secara nasional baik harga maupun kualitas, sehingga pedagang dari
Bali dan Jawa Timur datang ke NTB untuk membeli jagung sebagai bahan
keperluan pangan lokal dan benih relatif kecil bila dibandingkan dengan jumlah
97
jagung yang dikirim ke luar provinsi NTB yang diperuntukkan bagi keperluan
Pangan
Pakan
Benih
keluar NTB
Gambar 5.4 Perbandingan Persentase Jumlah Jagung Yang Dikirim Keluar NTB
dan Pemenuhan Kebutuhan Lokal Tahun 2010.
Kuantitas jagung yang dikirim keluar provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
meningkat dari tahun 2001 s.d. 2009 diikuti oleh peningkatan jumlah jagung yang
dikirim ke luar NTB, demikian pula ketika produksi jagung tahun 2010 menurun
dibanding tahun 2009 sebesar 19,38% (Tabrl 5.4) diikuti oleh penurunan jumlah
jagung yang dikirim keluar NTB dari 253.223,74 fon tahun 2009 menjadi
Jumlah pengiriman jagung asal NTB keluar provinsi terus meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2001 sebesar 33,40 persen dari 50.778 ton
meningkat menjadi 76,71 persen dari produksi sebesar 245.805 ton pada tahun
2010. Perkembangan persentase jagung yang dikirim ke luar NTB lebih dari 2
(dua) kali lipat dari tahun 2001 sampai dengan 2010 (Tabel 5.6).
98
Bangli dan Negara; sementara jagung yang dihasilkan di Pulau Sumbawa selain
dikirim ke Bali untuk memenuhi kebutuhan peternak ayam petelur, juga untuk
jagung Nusa Tenggara Barat dikirim ke beberapa kota di Jawa Timur, yaitu
jagung asal Nusa Tenggara Barat antara lain : PT Cargil Indonesia, PT Panca
Patriot Prima, PT Reza Perkasa, PT Suri Tani Pemuka, PT Wirifa Sakti, dan PT
pada musim penghujan dan di sawah pada musim kemarau ke-2, maka panen
99
raya jagung terjadi pada bulan Maret sehingga terjadi peningkatan supply yang
pada gilirannya berakibat pada fluktuasi harga di tingkat petani. Pada bulan
Oktober s.d Maret di mana harga jagung relatif rendah, harga tertinggi terjadi
pada bulan Mei s.d September, yaitu ketika jagung yang ditanam di sawah belum
2012 dari bulan ke bulan dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut:
1450
1400
1350
1300
1250 Lotim
1200
1150
1100
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Agust Sept Okt Nov Des
Gambar 5.5 Fluktuasi Harga Jagung di Level Petani di Kabupaten Lombok Timur
(Lotim) Tahun 2012
keluar provinsi Nusa Tenggara Barat adalah harga jagung yang terus membaik
dalam negeri. Peningkatan harga jagung tidak saja terjadi pada level konsumen
3000
2500
2000
Harga (Rp/kg)
1500
1000
500
0
1990 1995 2000 2005 2010 2015
Tahun
Gambar 5.6 Perkembangan Harga Jagung di Level Petani Tahun 1995 s.d 2012
Sumber: Diolah Dari Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
dan Berbagai Sumber Lainnya.
Sebagai mana tampak pada Gambar 5.6 bahwa trend harga jagung terus
meningkat dalam kurun waktu tahun 1995 s.d 2012, kecuali pada tahun 2009
pasar, di mana kenaikan harga direspon positif dengan memperluas areal tanam,
sebaliknya apabila harga turun, petani akan menyesuaikan luas areal panen
pada tahun berikutnya. Dengan menghubungkan data pada Tebel 5.4 dan
Gambar 5.6 tampak ada korelasi positif antara harga dengan luas panen.
jagung level grosir dan di level eceran (konsumen). Gambar 5.7 memperlihatkan
adanya perubahan harga yang konsisten antara harga di level eceran dengan
harga di level petani dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun). Pada gambar
yang sama terlihat marjin pemasaran yang mengalami perubahan dari waktu ke
waktu di mana pada tahun 2006 marjin pemasaran tidak terlampau lebar, pada
101
4,000
3,500
3,000
Harga (Rp/kg)
2,500
Level Petani
2,000
Level Grosir
1,500
Level Eceran
1,000
500
-
2006 2007 2008 2009 2010 2011
samping faktor jarak yang lebar antara lokasi sentra produksi dengan sentra
konsumen, dan waktu tempuh yang tidak singkat, sebagai akibat kondisi jalan di
Pelajaran lain yang dapat ditarik dari Gambar 5.7 di atas adalah
kenaikan produksi justru lebih banyak dinikmati oleh para pedagang dan
konsumen, karena dapat menekan harga beli di tingkat petani, justru petani
memperoleh keuntungan yang lebih besar jika produksi secara nasional atau
regional tidak terlalu banyak, sebab para pembeli telah berebut mendapatkan
pasokan dengan menaikkan harga beli di level petani sebagai mana tampak
pada tahun 2010 ketika produksi jagung menurun bila dibandingkan tahun 2009.
Pada tahun 2010, harga beli jagung di level petani meningkat, sehingga marjin
pemasaran antara pedagang grosir dan eceran tampak kecil, namun marjin
Perusahaan / Avalis dan Bank Umum, Peternak Ayam Petelur (Layer) dan
petani. Sementara kredit yang melalui pedagang perantara yang mana alur
modal langsung ke petani, sehingga jalur aliran modalnya lebih pendek. Arus
PERUSAHAAN
(INTEGRATOR / BANK UMUM
AVALIS)
KELOMPOK
KOPERASI / LSM /
TANI KOORDINATOR
LAPANG
PETERNAK /
INDUSTRI
PENGOLAHAN
PETANI JAGUNG
PEDAGANG
MITRA PERANTARA
Gambar 5.8 Skema Keterkaitan Antar Lembaga Dalam Kolaborasi Rantai Pasok
Jagung
Keterangan :
= aliran modal
= aliran modal dan pelayanan teknologi
= aliran produk dan pengembalian pinjaman (modal)
= aliran pengembalian pinjaman (modal)
karena paket kredit mengikuti paket teknologi terutama input / sarana produksi
pertanian.
pengolahan, ada juga yang melalui pedagang perantara. Bagi petani yang
atau industri pengolahan pangan maupun pakan ternak. Yang berperan sebagai
Setiap jalur aliran modal, teknologi dan produk mengikuti alur informasi dan
koordinasi. Alur informasi dan koordinasi merupakan inti dari manajemen rantai
pasok.
Dari Gambar 5.8 di atas diketahui bahwa jalur aliran modal, teknologi/
perantara lebih pendek, sehingga mereka mengelola rantai pasok lebih efektif
3. Jaminan (agunan) dari kelompok berupa sertifikat tanah atau Buku Pemiliki
Kendaraan Bermotor (BPKB) asli dari Ketua Kelompok Tani atau salah
b. mengecek luas lahan yang dimiliki dengan mencocokkan luas lahan pada
c. pengecekan lokasi lahan usahatani dan kondisi pengairan, kelas tanah, dan
tinggalnya.
diperoleh informasi yang akurat, karena jumlah petani yang banyak, lokasi dan
tempat tinggal petani dengan jarak yang jauh, petani lebih banyak waktunya di
informasi yang diperoleh dari ketua kelompok atau PPL (Lampiran 20).
Kelompok Tani. Atas dasar rekomendasi dari PPL, maka manajer dapat
sebelum musim tanam. Hanya kelompok tani yang memenuhi syarat saja yang
disetujui usulan pinjaman modal /kredit. Penyaluran kredit berupa natura seperti
benih, pupuk, herbisida, pestisida; berupa innatura adalah biaya pembukaan dan
innatura diantar langsung oleh Pembina Lapang (PL) ke tempat tinggal ketua
kelompok tani.
jadwal panen;
pinjaman dengan cara didebet langsung oleh perusahaan, hanya sisa nilai
petani, yaitu:
tinggal petani;
c. membeli dan membayar seluruh hasil produksi petani atau sesuai dengan
d. tempat penyerahan hasil produksi adalah di tepi jalan umum yang dapat
dilalui kendaraan bermotor roda empat terdekat dari lokasi usahatani atau
swasta) dengan petani mitra di mana perjanjian dilakukan secara lisan atas dasar
saling percaya tanpa dilengkapi dengan surat perjanjian kontraktual dan tanpa
agunan. Namun karena mereka telah saling mengenal dengan baik (face to
face), dan bertempat tingggal di lokasi yang sama sehingga memungkinkan bagi
mengetahui kapan panen. Perusahaan swasta yang bermitra dengan petani lebih
panjang dan proses pengambilan keputusan lebih mudah dan cepat, serta jumlah
diantaranya adalah (1) keingkaran petani untuk melunasi hutangnya, (2) hasil
produksi yang tidak sesuai harapan, (3) petani menghindari pemotongan nilai
penjualan untuk menutupi pinjamannya, (4) luasan areal tanam yang tidak sesuai
dengan yang dilaporkan pada RDKK, (5) kegagalan panen karena faktor cuaca
dan gangguan hama penyakit, (6) tertarik dengan tawaran harga yang lebih
(Lampiran..20).
sesuai Gambar 5.11, namun terjadi penyimpangan bagi petani yang ingkar janji
atas surat kontrak yang telah disepakati, yang mana petani tidak menyetorkan
seperti makelar atau pedagang pengumpul yang menawarkan harga lebih tinggi
daripada harga pembelian perusahaan mitra. Dua dari tiga orang petani yang
tidak mampu menutupi biaya overhead dan biaya operasional (Lampiran 20).
rantai pasok. Selain menghadapi persoalan dengan petani, juga persoalan yang
109
peminjaman living cost petani dari ketua kelompok dan pelunasan hutangnya
(Lampiran 20) dengan Ketua Kelompok Tani, karena perbuatan Pembina Lapang
(PL) tersebut, maka PL tidak berani datang lagi mendampingi kelompok, dan ada
juga PL yang diberhentikan oleh perusahaan. Hal ini dibenarkan oleh manajer
sebanyak Rp.2,844 milyar, sekitar 2/3 dari jumlah kredit yang disalurkan
pembinaan adalah sekitar 562,10 ha pada PT Pertani (Lampiran 13) dan 409 ha
pada PT Sang Hyang Seri dengan jumlah 971,10 ha luas lahan usahatani.
Jumlah kredit yang disalurkan untuk usahatani jagung mencapai Rp 2,836 milyar
pada PT Pertani dan Rp 1,43 milyar pada PT Sang Hyang Seri dengan paket
misalnya tanaman rusak karena serangan hama penyakit, cuaca kering, atau
hasil produksi yang rendah, sehingga nilai produksi tidak mampu menutupi
dirinya ada pengingkaran akad kredit. Bila terjadi tunggakan karena faktor yang
kepada petani untuk membayarnya pada musim tanam yang akan datang;
atau biaya tambahan akibat menunggak. Bila tunggakan disebabkan oleh faktor
yang kedua, maka yang mengalami kerugian hanya pihak perusahaan. Dalam
konteks ini, perusahaan dapat menempuh jalur hukum atau melakukan tekanan
pendekatan personal dengan menagih ketua kelompok tani atau petani yang
sampai dengan ayat ke-8 sebagai berikut: ‘sesungguhnya manusia itu sangat
dipahami bahwa pengingkaran terhadap janji itu karena sangat kuat cintanya
terhadap harta, sehingga menjadikan manusia itu bakhil, tidak memberikan apa
yang menjadi hak orang lain, bahkan mengambil yang bukan haknya. Sementara
bakhil artinya kikir (medit), yaitu suatu sikap dan perilaku yang sangat kikir, tidak
Data yang dianalisis pada penelitian ini bersumber dari data primer yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan data sekunder yang
diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Badan
analisis.
handpon dan jumlah tenaga kerja usia produktif anggota rumah tangga
mana 90,83% dari 120 responden adalah laki-laki, sisanya 9,17% responden
umumnya berstatus janda atau ditinggal suaminya mencari kerja ke luar negeri
112
sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke negeri jiran Malaysia atau negara
responden 47,25 tahun. Yang tergolong usia produktif sebanyak 101 orang,
Usia 65 tahun lebih tergolong usia non produktif, namun dalam kenyataannya
dan ada juga yang bekerja di luar usahatani. Dengan demikian hampir semua
sumberdaya manusia para petani, seperti aktivitas belajar pada kelompok tani,
serta adanya anak yang telah berpendidikan formal, sedikit banyak turut
penduduk usia produktif sebanyak 1 s.d 2 orang, jumlah rumah tangga dengan
anggota usia produktif 3 s.d 5 orang sebanyak 54 rumah tangga dan yang
memiliki anggota rumah tangga usia produktif lebih dari 6 orang sebanyak 6
rumah tangga. Rata-rata jumlah anggota keluarga 3,6 orang per rumah tangga.
114
butuhkan. Tiap 4 (empat) orang petani jagung terdapat 1 (satu) orang petani
dengan keluarga dan masyarakat untuk mendapatkan informasi jenis input dan
pertaniannnya.
responden ditemukan adanya variasi yang terkait langsung atau tidak langsung
mendapatkan kejelasan yang menjadi alasan logis atas kondisi tersebut. Lebih
teknik snowball sampling. Dari petani ditelusuri aliran produk melalui pedagang
karena memiliki level pendidikan yang baik bila dibandingkan dengan petani,
Selain usia, para pedagang ditunjang oleh jenjang pendidikan yang mana
pedagang.
memerlukan tenaga kerja luar keluarga, sebab jumlah anggota rumah tangga
usia produktif umumnya dua orang. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga
pengemasan.
yaitu 80%, artinya dalam setiap 5 (lima) orang pedagang terdapat 4 (empat)
orang yang memiliki telepon genggam. Para pedagang relatif lebih banyak
pasar oleh para pedagang lebih baik daripada para petani (Tanaya,
et..al.,2002).
51,74 tahun. Jumlah peternak ayam yang berusia produktif 53 orang, sebagian
sebagai peternak, namun relatif lebih tua bila dibandingkan dengan pedagang
dan petani, dan didukung oleh kondisi kesehatan fisik dan mental.
118
(delapan) orang dengan rata-rata 3,67 orang. Bila dibandingkan dengan petani
Dilihat dari level pendidikan yang memadai, maka lebih mudah dalam
Dari hasil ubinan yang dilakukan di lahan usahatani milik salah seorang
responden diperoleh 138,4 kg/are atau 13,84 ton/ha tongkol kering panen.
tongkol per pohon. Berat tongkol berkisar 153 s.d 302 g/tongkol dengan rata-
119
rata 212 g/tongkol kering panen. Dengan asumsi konversi 60% dari tongkol
kering panen menjadi jagung pipil kering simpan (kadar air 18 s.d 20%)
diperkirakan produksi sebesar 8,3 ton/ha jagung pipil kering. Hasil ubinan ini
depan.
hibrida dan hasil ubinan di atas. Sebab tidak semua petani menanam jagung
kondisi kesuburan tanah dan ketersediaan air irigasi yang terbatas di lahan
Tabel 6.4 Produktivitas (ku/ha) Usahatani Jagung Musim Tanam Tahun 2012
Kecamatan
No Uraian Agregat
Wanasaba Pringgabaya
(n=45) (n=75) (N=120)
1 Maksimum 140,00 118,50 140,00
2 Rata-rata 72,10 62,03 65,81
3 Minimum 14,80 10,50 10,50
4 Standar Deviasi 30,31 25,54 27,73
Sumber: Lampiran 16.1 dan Lampiran 17.1
sebagian besar ditanam di lahan sawah irigasi teknis dan ½ teknis pada musim
Tabel..6.5.
Kecamatan Agregat
No Produktivitas (ku/ha)
Wanasaba Pringgabaya Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
1 100,00 ≥ 10 22,22 11 14,67 21 17,50
2 75,00 s.d 99,99 12 26,67 10 13,33 22 18,33
3 50,00 s.d 74,99 11 24,44 32 42,67 43 35,83
4 25,00 s.d 49,99 10 22,22 19 25,33 29 24,17
5 ≤ 24,99 2 4,44 3 4,00 5 4,17
Jumlah 45 100,00 75 100,00 120 100,00
sebesar 17,50 persen terdiri atas 22,22 persen di Kecamatan Wanasaba, dan
karena faktor alam (cuaca dan kondisi lahan), juga terkait dengan penggunaan
usahatani.
sistem bagi hasil atau membebani biaya operasional dalam pembinaannya dan
fleksibel dalam mengakses teknologi. Selain itu, pada tahun 2012 petani di
Tabel 6.6 Nilai Produksi (Rp/ha) Pada Usahatani Jagung Musim Tanam
Tahun 2012
juta/ha.
122
produktivitas per hektar (Tabel 6.4), juga disebabkan oleh harga jual yang lebih
tinggi. Petani di kecamatan Wanasaba panen jagung di luar musim panen raya
(Gambar 5.5). Pada Juli s.d. September harga jagung tongkol kering panen
raya, yaitu bulan Februari dan Maret yang mana harga jagung berfluktuasi
Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Jumlah dan Persentase Petani Menurut Nilai
Produksi Usahatani Jagung Musim Tanam Tahun 2012
Kecamatan Agregat
No Nilai Produksi (Rp/ha)
Wanasaba Pringgabaya Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
1 ≥13 000 000 8 17,78 7 9,33 15 12,50
2 9 750 0000 s.d 12 999 999 11 24,44 17 22,67 28 23,33
3 6 750 000 s.d 9 249 999 11 24,44 23 30,67 34 28,33
4 3 250 000 s.d 6 749 999 13 28,89 25 33,33 38 31,67
5 ≤3 249 999 2 4,45 3 4,00 5 4,17
Jumlah 45 100,00 75 100,00 120 100,00
Pada Tabel 6.7 tampak bahwa nilai produksi per hektar usahatani jagung
jagung lebih besar pada musim tanam penghujan daripada musim tanam
123
atau dengan menunda waktu jual selama 1 s.d. 2 bulan (April s.d. Mei).
Biaya produksi total usahatani jagung terdiri atas biaya tetap total dan
biaya variabel total (Lampiran 16.2 dan 17.2). Biaya tetap total adalah biaya
yang jumlahnya tidak berubah meskipun produksi berubah. Biaya tetap total
terdiri atas sewa lahan, penyusutan (deprensiasi) peralatan tahan lama, biaya
modal, dan gaji / upah petani selaku pengelola usahatani. Biaya variabel total
adalah jumlah biaya yang terdiri atas biaya sarana produksi, biaya tenaga
produksi. Pada Tabel 6.8 ditampakkan biaya produksi total usahatani jagung.
Tabel 6.8 Biaya Produksi Total Usahatani Jagung (Rp/ha) Musim Tanam
Tahun 2012
Kecamatan
No Uraian Agregat
Wanasaba Pringgabaya
(n=45) (n=75) (N=120)
1 Maksimum 19 366 108 15 540 787 19 366 108
2 Rata-rata 5 096 428 5 395 733 5 283 493
3 Minimum 1 171 665 1 169 529 1 169 529
4 Standar Deviasi 3 284 743 2 629 024 2 882 474
Sumber: Lampiran 16.2 dan Lampiran 17.2
nilai produksi (Tabel 6.6). Nilai produksi usahatani jagung di lahan sawah lebih
tinggi daripada nilai produksi usahatani jagung di lahan ladang, namun biaya
usahatani jagung di lahan sawah lebih rendah daripada biaya usahatani jagung
di lahan ladang (Tabel 6.8). Efek langsung yang ditimbulkan dari efisiensi
usahatani ini adalah pendapatan usahatani jagung yang lebih tinggi di lahan
Dari data dan uraian di atas disimpulkan bahwa produktivitas dan nilai
produksi usahatani jagung dilahan sawah lebih tinggi daripada di lahan ladang,
usahatani jagung.
Kecamatan
No Uraian Agregat
Wanasaba Pringgabaya
(n=45) (n=75) (N=120)
1 Nilai Produksi 9 296 575 8 100 901 8 549 279
2 Total Biaya 5 096 428 5 395 733 5 283 493
3 Total Biaya Variabel 4 137 648 4 717 163 4 499 845
4 Pendapatan Usahatani 4 200 147 2 705 168 3 265 786
5 Surplus Produsen 2 579 446 1 696 907 2 027 859
Sumber: Lampiran 16.2, 16.3, 16.4 dan Lampiran 17.2, 17.3, 17.4
dengan pengeluaran biaya sarana produksi dan upah tenaga kerja luar
kontribusi merupakan selisih antara harga jual produk dengan biaya variabel
rata-rata.
bagi petani yang luas lahannya kurang dari 1 (satu) hektar maka berpeluang
untuk memperoleh pendapatan yang lebih rendah dan sebaliknya bagi yang
125
misalnya sebagai buruh tani pada lahan pertanian orang lain, atau bekerja
produsen usahatani jagung pada musim tanam tahun 2012. Surplus produsen
maka penggunaan teknologi dan alokasi input optimal akan berdampak pada
3000
BM=S
2000
BVR
1490
a d
1000
432
b
0
10378 12500 q=Produktivitas
q = jagung tongkol kering panen (kg/ha)
adalah harga output dan harga input. Harga output berbanding lurus dengan
biaya variabel rata-rata. Apabila petani bersedia menjual jagung lebih rendah
terjual tercapai ketika harga sama dengan biaya variabel rata-rata minimalnya.
Selisih antara harga pasar dengan biaya variabel minimum disebut marjin
dihitung dari hasil kali marjin kontribusi dengan setengan kali produktivitas.
Rp.432/kg yaitu jumlah uang yang jika diberikan kepada petani sebesar
usahataninya menjadi 12.500 kg/ha jagung tongkol kering panen pada harga
(area..a minum area b), artinya jika uang sejumlah Rp.5.472.780,67 diberikan
dengan luas lahan garapan lebih luas daripada satu hektar. Semakin besar
luas lahan garapan, maka semakin besar pula tambahan surplus produsen
dan berbagai alasan lainnya di samping adanya exess supply, karena petani
kuantitas penawaran. Exess supply ini yang mesti dibeli oleh pemerintah, agar
harga jagung di tingkat petani tidak turun bebas, sebab penurunan harga
Apabila harga jagung terus turun, dan pemerintah tidak melakukan aksi
pasar, maka surplus produsen juga akan turun. Hal ini sudah disadari oleh
h & c (Rp/kg)
3000
2408
2000 BM=S
1490
d
1000
432
| ! | q (kg/ha)
0 2500 5000 7500
biaya variabel rata-rata, maka usahatani yang tidak efisien akan gulung tikar,
hanya usahatani yang efisien saja yang terus bertahan, sehingga secara mikro
(Rp..432/kg pada Gambar 6.1), maka tidak ada petani yang secara sukarela
bila dibulatkan = Rp 2,0 juta/ha, artinya petani bersedia secara sukarela tidak
per musim tanam. Ditinjau dari aspek kolaborsi dan manajemen rantai pasok
bahwa petani akan bersedia sebagai anggota rantai pasok apabila petani
dan biaya pembinaan (system bagi hasil atau biaya operasional) akan
kesejahteraan petani. Kenyataan ini disadari oleh para petani, sehingga dalam
penetapan harga input dan harga output kerap terjadi perbedaan atau
seperti Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan pupuk bersubsidi, serta
bersedia membeli excess supply pada musim panen raya, agar harga jagung
kesejahteraan petani.
Kecamatan
No Uraian Agregat
Wanasaba Pringgabaya
(n=45) (n=75) (N=120)
1 Maksimum 226,67 365,00 365,00
2 Rata-rata 91,28 60,54 72,07
3 Minimum 30,00 15,59 15,59
4 Standar Deviasi 50,43 46,00 49,79
Sumber: Lampiran 16.5 dan Lampiran 17.5
132
kisaran 15,59 s.d 365,00 hari kerja orang (HKO) per hektar. Variasi
penggunaan tenaga kerja tampak sangat lebar dengan standar deviasi 49,79.
jagung tanpa olah tanah (Gambar 6.3) cenderung menggunakan tenaga kerja
berlerang menyulitkan bagi tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mesin
Besarnya upah tenaga kerja luar keluarga berkisar Rp 30.000 s.d Rp 50.000
per hari tergantung berat ringannya pekerjaan dan jauh dekatnya lokasi
Kecamatan
No Uraian Agregat
Wanasaba Pringgabaya
(n=45) (n=75) (N=120)
1 Maksimum 3 641 667 4 366 667 4 366 667
2 Rata-rata 1 660 626 1 459 254 1 534 768
3 Minimum 454 167 270 000 270 000
4 Standar Deviasi 652 363 783 923 2 115 427
Sumber: Lampiran 16.7 dan Lampiran 17.7
Wanasaba. Bila dikaitkan dengan besar anggota rumah tangga sebanyak 3,6
maupun sekunder. Pada tingkat ekonomi rumah tangga yang paling rendah,
Kecamatan Agregat
No Persentase
Pengeluaran Pangan Wanasaba Pringgabaya Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
1 60% ≥ 37 82,22 22 29,33 59 49,17
2 < 60% 8 17,78 53 70,67 61 50,83
Jumlah 45 100,00 75 100,00 120 100,00
Sumber: Diolah dari Lampiran 16.7, 16.8 dan Lampiran 17.7, 17.8
sebagai batas tingkat kesejahteraan, maka 61 (50,83%) dari 120 rumah tangga
petani yang tergolong sejahtera dan sekitar 49,17% yang tergolong belum
justru lebih sejahtera daripada daerah yang lebih subur (Wanasaba). Dengan
lahan semi basah (sawah). Dari uraian ini diyakini bahwa rumah tangga petani
di lahan kering lebih berhemat dalam pengeluaran konsumsi pangan, dan lebih
wilayah perdesaan dengan kondisi alam yang kering untuk melakukan upaya
penyelamatan ekonomi rumah tangga mereka di masa depan. Juga perlu dikaji
dan validitasnya.
ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik sebagai ambang batas tingkat kemiskinan
Kecamatan Agregat
No Pengeluaran
(Rp/kapita/bln) Wanasaba Pringgabaya Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
1 240 441 ≥ 42 93,33 67 89,33 109 90,83,
2 < 240.441 3 6,67 8 10,67 11 9,17
Jumlah 45 100,00 75 100,00 120 100,00
tergolong miskin sebesar 9,17 persen dari 120 rumah tangga (Tabel 6.13). Bila
136
Kecamatan
No Uraian Agregat
Wanasaba Pringgabaya
(n=45) (n=75) (N=120)
1 Maksimum 5 025 000 8 208 000 8 208 000
2 Rata-rata 816 885 1 134 289 1 015 263
3 Minimum 5 000 11 667 5 000
4 Standar Deviasi 1 010 777 1 654 928 1 413 371
Sumber: Lampiran 16.8 dan Lampiran 17.8
Apabila Tabel 6.11 dan 6.14 bila dipersandingkan akan tampak bahwa
Kecamatan
No Jenis Pengeluaran Agregat
Wanasaba Pringgabaya
(n=45) (n=75) (N=120)
1 Pangan 1 098 444 1 012 400 1,044,667
2 Non Pangan 562 182 446 854 490,102
3 Investasi 797 685 1 113 013 994,765
4 Zakat, Infaq, Sadakah 19 200 21 276 20,498
Jumlah Pengeluaran 2,477,511 2,593,543 2,550,031
Sumber: Lampiran 16.6; 16.7; 16.8 dan Lampiran 17.6; 17.7; 17.8
pendapatan, selain dari pendapatan sebagai buruh tani, atau usaha produktif
pangan.
138
penghasilan dari luar usahatani, karena memiliki waktu lebih banyak untuk
perdesaan, maka rumah tangga petani jagung tergolong tidak miskin. Demikian
tergolong tidak miskin. Persentase rumah tangga petani jagung yang miskin
surplus konsumen dihitung dari selisih harga pasar dengan harga tertinggi
Tabel 6.16.
Konsumen Pengguna
No Uraian
Surplus (S) Pengeluaran (P)
1 Maksimum 30 375 000 141 750 000
2 Rata-rata 2 151 992 8 084 545
3 Minimum 2 100 147 000
4 Standar Deviasi 131 271 538 485 072 675
Sumber: Lampiran 18
di bawah 1.000 ekor dengan peternak besar dengan skala usaha di atas
dengan kadar air 16% s.d 18% atau setara dengan Rp 1 500/kg tongkol kering
dengan penerimaan petani jagung. Dari hasil analisis surplus produsen tampak
bahwa bagi petani yang mengusahakan jagung pada musim tanam kemarau
Tabel 6.17 Perbandingan Berat Telur Ayam Arab Yang Menggunakan dan
Yang Tidak Menggunakan Jagung Sebagai Campuran Rangsum
Pakan Ternak
jagung, yaitu peternak ayam petelur. Bagi ayam petelur, menggunakan jagung
141
layer dan meningkatkan kualitas telur dan memperbesar ukuran telur. Pada
Tabel 6.17 di atas tampak bahwa telur ayam arab yang menggunakan jagung
lebih berat daripada telur ayam arab yang tidak menggunakan jagung dalam
berat terlur maupun perbedaan kualitas telur yang dihasilkan (Tabel 6.17 dan
Gambar 6.4).
Gambar 6.4 Perbedaan Warna Telur Ayam Arab Yang Menggunakan dan
Tidak Menggunakan Jagung Sebagai Campuran Pakan Ternak
Dilihat dari kualitas juga tampak perbedaan yang jelas, bahwa ayam arab
tidak menggunakan jagung (warna pucat) dalam campuran pakan ternak ayam
142
petelur (Gambar 6.4). Karena perbedaan kualitas dan berat telur tersebut,
maka telur ayam arab yang diberi jagung sebagai pakan lebih mahal jika
dibandingkan dengan telur ayam arab tampa jagung dalam pakannya. Harga
sedangkan yang tidak menggunakan jagung Rp 900 s.d. RP 1 200,- per butir.
Pada Gambar 6.5 ditampilkan foto ayam arab petelur yang menggunakan
Gambar 6.5 Ayam Arab Petelur Sebagai Pengguna Jagung di Desa Ungga
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2013.
Variasi harga pasar telur selain dipengaruhi oleh ukuran berat telur dan
bulan Ramadhan dan Rabiul Awal (hari besar ummat Islam). Perubahan harga
ternak merupakan keharusan yang tidak bisa diabaikan, sebab dapat merusak
ditampilkan foto ayam broiler cokelat yang diberikan rangsum yang dicampur
dengan jagung.
ayam arab dan peternak ayam ras warna cokelat. Dari hasil observasi di lokasi
Kecamatan
No Uraian Agregat
Wanasaba Pringgabaya
(n=45) (n=75) (N=120)
1 Sangat Setuju 4,50 10,00% 9,25 12,33% 13,75 11,46%
2 Setuju 13,25 29,44% 22,25 29,67% 35,50 29,58%
3 Netral 17,50 38,89% 24,25 32,33% 41,75 34,79%
4 Tidak Setuju 8,25 18,33% 13,25 17,67% 21,50 17,92%
5 Sangat Tidak
Setuju 1,50 3,33% 6,00 8,00% 7,50 6,25%
Jumlah 45,00 100,0% 75,00 100,0% 120,00 100,0%
Sumber: Lampiran 6.
dikelompokkan ke dalam lima aras, yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak
setuju, sangat tidak setuju. Sangat setuju dan setuju adalah petani yang
manajemen rantai pasok, sedangkan tidak setuju dan sangat tidak setuju
manajemen rantai pasok adalah petani yang merasakan manfaat dan kebaikan
atas indikator yang digunakan sebagai tolak ukur keragaan manajemen rantai
Pada Tabel 6.18 di atas bahwa jumlah petani yang sangat setuju dan
setuju sebanyak 41,04%, tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak
kecamatan tampak bahwa persentase petani yang sangat setuju dan setuju
Pandangan yang cenderung lebih banyak tidak setuju dan sangat tidak
setuju terdapat pada indikator koordinasi, aliran produk, aliran pelayanan dan
tinggi adalah aliran pelayanan. Di pihak lain, nilai tertimbang tertinggi diperoleh
koordinasi, setelah itu aliran pelayanan, aliran modal dan aliran produk.
keuntungan dan saling berbagi resiko serta keselarasan insentif. Yang terjadi
justru cenderung sebaliknya, yaitu menjual harga input lebih tinggi daripada
harga pasar dan membeli output hasil petani dengan harga di bawah harga
Dari sisi kelompok tani, tampak bahwa kelompok tani tidak terbuka atas
luas lahan yang dimiliki dan jumlah produksi yang dicapai. Dalam Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang diajukan oleh kelompok tani tidak
sesuai dengan kenyataan, yaitu luas lahan usahatani yang diajukan lebih
banyak dari yang semestinya dengan maksud agar memperoleh kredit lebih
oleh Kelompok Tani lebih banyak dari yang semestinya, sebagian dari input
Bagi petani yang berpandangan sangat setuju dan setuju adalah para
petani yang loyal terhadap perjanjian kontrak dan merasakan manfaat atas
kasih atas bantuan pembiayaan yang disalurkan perusahaan. Bagi petani yang
kelompok tani dan koodinator lapangan, sehingga mengetahui secara jelas isi
yang terkandung dalam kontrak baik yang menyangkut kewajiban dan hak-hak
Apabila koordinasi lemah, maka banyak tugas dan pekerjaan bersama tidak
dapat terselesaikan dan hasil yang dicapai dibawah target yang ditetapkan.
pelayanan. Pelayanan adalah sikap ramah dan empati dari para Pembina
petani dan sebagai pelayan adalah Pembina Lapang. Pelayanan ini meliputi
pelayanan informasi yang akurat dan pelayanan teknologi yang telah lulus uji
teknologi yang sudah kedaluarsa sangat merugikan petani (seperti benih yang
mengakibatkan sikap apatis para petani bahkan dapat berlanjut sampai pada
pada semua pengamatan (observasi). Hasil kali bobot dengan rata-rata indikator
diperoleh nilai tertimbang. Dari jumlah nilai tertimbang diperoleh Indek Keragaan
Tabel 6.19.
Pada Tabel 6.19 tampak bahwa Indek Kinerja Manajemen Rantai Pasok
(IKMRP) sebesar 3,212 berada pada kisaran dari 2,6 sampai 3,6 dengan kriteria
Bila hasil analisis pada Tabel 6.19 dilihat secara cermat menunjukkan
terbesar adalah aliran pelayanan. Sehubungan dengan hasil analisis ini, maka
perusahaan yang berperan sebagai avalis dalam manajemen rantai pasok dan
koordinasi antar lembaga yang mesti harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum
149
keragaan manajemen rantai pasok yang ditunjukkan oleh banyaknya aspek yang
Oleh karena IKMRP berada pada kisaran dari 2,6 sampai 3,6 maka
keragaan manajemen rantai pasok jagung hampir baik disebabkan masih ada
pasok pada sisi perusahaan maupun pada sisi petani. Hasil analisis distribusi
frekuensi jumlah dan persentase petani menurut klasifikasi IKMRP disajikan pada
Tabel 6.20.
Pada Tabel 6.20 tampak bahwa dari 120 petani yang diobservasi
dan sangat baik sebanyak 40,00% atau kurang dari separuh, yang memberikan
penilaian sangat buruk dan buruk sebanyak 22,50%. Yang memberikan penilaian
sangat buruk dan buruk adalah para petani yang memiliki pengalaman tidak
selaku avalis bermitra tidak langsung dengan petani, yaitu menggunakan jasa
hasil 65% berbanding 35% dari keuntungan bersih usahatani (net profit) pada
Hyang Seri, sementara modal berupa kredit yang diberikan kepada petani
mengakibatkan petani keluar dari kolaborasi rantai pasok dan beralih ke rantai
pasok lainnya yang tidak menerapkan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil
yang keluar (exit) dari dari kolaborasi kolaborasi rantai pasok, maka pada
pada PT Pertani.
2. Harga input yang dimaksukkan pada paket kredit lebih tinggi dari harga pasar,
terutama herbisida dan pertisida yang dihargakan 2 s.d 3 kali lebih mahal dari
harga pasar.
menerapkan teknologi;
rata-rata 65,81 ku/ha (6,581 ton/ha) jagung tongkol kering panen (Tabel 6.4);
rendah. Benih jagung N-10 tidak sesuai dengan harapan petani yang
menghendaki jagung varietas Bisi-2 atau Bisi 16, Bisi-18. Benih jagung bisi
6. Pada musim panen perusahaan membeli jagung di bawah harga pasar atau di
adalah:
1. Tidak sepakatnya petani tentang makna harga pasar. Bagi petani harga pasar
sehingga antara petani dan petugas lapang perusahaan kerap cekcok dalam
maksimal dan membeli produksi jagung petani dengan harga yang rendah.
kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok atau keluar dari kolaborasi dan
berpindah ke rantai pasok lain yang menjanjikan perolehan insentif yang lebih
baik.
terhambatnya aliran produk dan aliran modal dari petani ke perusahaan yang
yang semestinya diterima utuh oleh petani dan pengembalian kredit petani
penilaian petani atas aliran modal dari perusahaan ke petani dan aliran modal
7. Dari sisi perusahaan juga kecewa atas kolaborasi yang dibangun dengan
perusahaan menilai petani ingkar janji, karena mereka tidak menjual produksi
lain yang bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi. Di sisi lain, petani
menilai bahwa perusahaan yang lalai dalam menjemput hasil produksi petani.
menyalurkan paket teknologi dan bantuan pinjaman, serta tidak terikat dengan
kontrak formal, yaitu kolaborasi rantai pasok yang dibangun atas dasar tolong
diperhitungkan sesuai harga pasar, juga output dibeli sesuai harga pasar
(Lampiran 20).
dibayar pada musim tanam yang akan datang, dan perusahaan tetap
proses dan output dari suluruh sumberdaya yang tersedia. Dalam penelitian ini
koordinasi, aliran produk, aliran pelayanan dan aliran modal (Irmawati, 2007;
Adinugroho, 2010).
penelitian: (1) Hayman dan Saosaovaphak (2012) tentang rantai pasok benih
menerapkan manajemen rantai pasok memiliki tingkat resiko yang moderat. Hal
pertanian yang sulit. (2) Dengan menggunakan metode balanced scorecard pada
perusahaan sebesar 58,13 persen dari target; kondisi ini menunjukkan keragaan
perusahaan masih belum optimal dan belum mencapai target yang ditentukan.
(3) Sayaka (2005) dalam penelitiannya tentang perilaku pasar benih jagung
antara lain :
jagung dimungkinkan untuk digeser kepada pihak lain dalam rantai pasok
Michael F.Porter dari Harvard Business School, di mana pada akhir-akhir ini
dikenal sebagai analisis lima kekuatan Porter (Porter’s five forces analysis),
bahwa suatu produk “cocok” dengan pasar apabila lima kekuatan tersebut
tahun (Tabel 5.6) dan jagung cepat laku terjual di pasar (dalam tempo satu
minggu laku terjual) membuktikan bahwa produk jagung telah diterima oleh
pasar dan memberikan keuntungan bagi para pihak yang terlibat dalam rantai
pemasaran jagung di Aceh belum efisien ditinjau dari aspek return on capital
(ROC). Hal ini terjadi karena saluran pemasaran tersebut lebih panjang dan
harga jagung, sehingga pendapatan yang diterima oleh petani lebih rendah
(disinsentif) terhadap petani jagung di NTB, yang mana nilai tambah yang
Fluktuasi harga yang terjadi dalam kurun waktu 1995 sampai dengan 2012
(Gambar 5.7) sebagai akibat dari kekuatan tarik menarik antara permintaan dan
penawaran jagung di pasar lokal, regional dan nasional. Trend naiknya harga
musiman atau bulanan disebabkan oleh faktor musim tanam dan gap time
periode antara musim panen dan di luar musim panen (Gambar 5.4).
157
memungkinkan petani menerima harga jual yang rendah, karena harga lebih
policy) penetapan harga jagung untuk melindungi petani dari anjloknya harga
kurang pas bila ditinjau dari konsep keunggulan kompetitif yang menghendaki
harga premium, yaitu harga yang menyenangkan atau harga yang dapat diterima
premium jagung pipil kering simpan dicapai antara Rp 2 500/kg di tingkat petani
premium jagung tercapai pada bulan Mei s.d Agustus tahun 2012 di mana pada
jagung pipil kadar air 16 sampai dengan18 persen sebesar 60%, maka harga
jagung Rp 1 500/kg tongkol kering panen sama dengan Rp 2 500/kg pipil kering
simpan.
ada kepastian pasar, namun karena penetapan harga sesuai mekanisme harga
pasar, maka posisi tawar (bargaining power) petani tetap rendah, karena harga
158
ditentukan oleh perusahaan atau pedagang (Putra, 2006), harga yang diterima
petani bergantung pada musim dan pedagang yang membelinya (Hadijah, 2009).
Rp 426 500/bulan; 79,17% tergolong belum sejahtera dan sekitar 20,83% yang
rantai pasok masuk pada klasifikasi hampir baik. Hasil penelitian ini didukung
sepertiga dari jumlah petani, sementara 2 dari 3 orang petani mengemplang dan
yang berkolaborasi dengan perusahaan, selain karena sistem bagi hasil yang
dinilai merugikan petani, juga karena benih yang diberikan kepada petani sudah
kedaluarsa, juga karena penetapan harga input yang terlalu tinggi jika
kesejahteraan yang masih rendah, dan faktor-faktor lain yang belum diketahui
dengan pasti. Oleh karena itu diperlukan penelitian dengan tujuan khusus untuk
sawah.
Diakui bahwa sebagian petani tingkat pendidikannya rendah dan ada yang
tidak pernah sekolah (Tabel 6.1) serta tidak memiliki ijazah dan penyandang tuna
Efek perlakuan yang demikian akan berimbas balik kepada perusahaan, berupa
utama keunggulan
Keunggulan kompetitif dapat dikaji pada aspek produk dan aspek jasa.
Dari aspek produk menggunakan tiga indikator, yaitu efisiensi, kualitas produk
dan diversifikasi produk, sementara dari aspek jasa menggunakan dua indikator,
sebagai mana tampak pada Tabel 6.21, yang mana efisiensi memperoleh bobot
dari 2,6 sampai 3,6 masuk dalam klasifikasi keunggulan kompetitif moderat. Ada
panen (Lampiran 20) dan masih rendahnya ratio harga/biaya variabel. Dari
120 unit usahatani jagung yang dianlisis sebagian besar (82,50%) mencapai
2. Kualitas produk yang dihasilkan masih rendah yaitu sebagian terbesar petani
menghasilkan jagung tongkol kering panen dengan kadar air berkisar 18%
sampai dengan 22%. Belum ada petani yang menghasilkan jagung kualitas
pembeli, atau menggunakan jasa ojek atau buruh tani untuk mengangkut dari
4. Produk yang dihasilkan oleh petani masih relatif homogen. Diverfikasi produk
dengan menghasilkan jagung muda, jagung bayi, jagung manis dan jagung
ketan masih sangat sedikit dari keseluruhan jumlah petani. Sebagian besar
petani.
5. Ditinjau dari aspek waktu tempuh ke pasar berkisar antara 1 (satu) sampai 2
Bila cuaca cerah hanya membutuhkan waktu satu minggu, sedangkan bila
tempuh ini relatif cepat, karena telah tersedia infrastruktur jalan yang relatif
baik dan kendaraan pengangkut yang mudah didapat dengan cara menyewa
Seiring dengan uraian di atas, tampak pada Gambar 5.16 bahwa sebagai
50
40
30
20 Keunggulan Kompetitif
10
0
Sangat Tinggi Moderat Rendah Sangat
Tinggi Rendah
dibuktikan secara empiris pada Gambar 5.17. Sementara dari hasil analisis
keduanya berada pada kisaran 2,6 sampai 3,6 dengan klasifikasi masing-masing
hampir baik dan moderat. Beberapa hasil penelitian yang dihimpun oleh Majeed
Untuk melengkapi analisis deskripsi pada hasil penelitian ini, maka secara
Kekuatan Porter (Strategic Planning Tools Porter’s 5 Forces), yaitu alat analisis
kekuatan pembeli dalam rantai pasok yang sama, serta kondisi aktual persaingan
dari tingkat persaingan sangat rendah (-30) sampai dengan tingkat persaingan
sangat tinggi (+30). Dari hasil analisis pada Tabel 6.22 dan Lampiran 9 diperoleh
nilai +22 dan -8 dan total +14. Oleh karena nilai positif (+) berada pada kisaran
+11 s.d +20, maka dikategorikan memiliki tingkat persaingan tinggi di mana
menunjukkan persaingan yang tinggi pada lingkungan eksternal rantai pasok dan
kepemilikan hak paten, juga tidak ada pembatasan perizinan. Selain itu, kegiatan
modal yang cukup besar (lebih dari Rp 500 juta) untuk memulai usaha. Pada
lebih dariRp 1 milyar termasuk barang-barang modal atau total seluruh asset
empat.
2. Kekuatan Pemasuk
Dilihat dari aspek kekuatan pemasok tampak adanya variasi pada aspek
kesulitan beralih kepada perusahaan lain (Lampiran 9), satu-satunya yang dapat
lantai jemur atau dengan kata lain sharing dalam pemanfaatan barang-barang
165
modal (integrasi horizontal). Oleh karena itu bagi perusahaan yang memiliki
pemasok adalah skala usaha dari para pemasok yang relatif kecil bila
pemasok.
3. Kekuatan Pembeli
dengan kondisi persaingan dari sisi kekuatan pemasok (Lampiran 9). Yang
pemasok, sehingga (3) mereka tunduk pada harga yang ditetapkan oleh pembeli.
dengan para pembeli, namun akhirnya karena persaingan yang tinggi, yang
dengan mudah beralih kepada perusahaan lain, maka harga lebih banyak
kitidaknyamanan dari para pembeli, kecuali pada musim di luar panen raya di
pada semua kelembagaan, mulai dari petani, pemasok, pedagang perantara dan
para pembeli, sehingga menjadi satu pertimbangan bagi para pelaku usaha
pertanian. Sebagian kecil perusahaan yang konsen dan ingin tetap berusaha
pemasaran jagung di sekitar lokasi perusahaan, dan (2) kualitas produk yang
hampir sama, serta (3) tidak adanya ciri khas yang khusus pada produk jagung
jagung pecah, dan dua perusahaan yang langsung membeli jagung dari petani
dan menjual langsung ke konsumen penguna. Upaya yang dilakukan oleh empat
karena itu strategi dengan memperpendek rantai pasok atau dengan kata lain
167
rantai pasok.
rivalitas antar pesaing yang ada, yaitu: (1) terjadinya kerjasama yang saling
atau pun dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja, dan (2) pengusaha tidak
tampak saling meremehkan atau saling merendahkan melalui media atau iklan.
perpindahan buruh atau karyawan antar perusahaan dan merupakan suatu yang
dinilai lumrah; (2) tidak lazim bagi perusahaan melakukan promosi melalui
melalui penawaran on-line; (3) serta mudah bagi perusahaan lain untuk
akses yang terbuka terhadap teknologi dansumber modal; dan (4) sebagian kecil
memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan berpeluang sebagai ancaman bagi
bahwa tingkat persaingan yang tinggi tersebut statis, melainkan dapat berubah
penelitian ini terdapat 9 (sembilan) variabel yang terdiri atas 5 (lima) variabel
Tabel 6.23.
lain dalam model. Yang tergolong variabel endogen adalah kolaborasi antar
lembaga dalam rantai pasok, integrasi proses bisnis, manajemen rantai pasok,
dihasilkan oleh petani selalu ada pedagang yang bersedia membeli, demikian
169
pula jagung pipil yang telah kering langsung dibeli oleh pedagang perantara dan
dikirim ke konsumen pengguna. Produk jagung selalu laku terjual dalam waktu
satu minggu bila kondisi cuaca cerah dan membutuhkan waktu 2 (dua) minggu
s.d 10 indikator di mana tiap indikator membutuhkan dukungan teori atau logical
construct yang jelas (Jogiyanto, 2011). Dalam penelitian ini setiap variabel laten
dan median masih berada pada kisaran rata-rata +/- 1 x (satu kali) standar
masing variabel laten dapat diterima, yaitu nilai modus dan median hampir
mendekati nilai rata-rata atau nilai tengah. Dengan kata lain tidak ditemukan data
analisis statistik inferensi. Demikian pula nilai standar deviasi terletak dari 0,83
s.d 1,08. Memberi indikasi bahwa nilai indikator variansnya tidak terlalu lebar
dengan kata lain penyebaran data cenderung homogen. Petunjuk yang dapat
digunakan untuk menetukan homogenitas adalah standar deviasi < dari rata-rata
dalam analisis SEM-PLS, namun akan sangat membantu dalam analisis inferensi
dan interpretasinya.
Tabel 6.24 Distribusi Frekuensi Jumlah dan Persentase Petani Menurut Level
Nilai Indikator Variabel Laten
sedang dan rendah. Nilai rata-rata indikator ≥ 3,75 dikategorikan tinggi, dari
2,26 s.d < 3,75 dikategorikan sedang, dan < 2,26 dikategorikan rendah.
sedang, sementara jumlah frekuensi dengan kategori tinggi dan rendah hampir
modal serta penyediaan fasilitas pasar input dan output pertanian cenderung
memberikan penilaian yang relatif tinggi, sebaliknya yang merasa dirugikan atau
relasional dan kausal. Untuk memperoleh justifikasi atas model analisis Partial
Least Square (PLS) harus melalui verifikasi. Verifikasi tersebut meliputi validitas
1. Validitas Konstruk
Kekuatan hubungan diukur dari koefisien korelasi antar konstruk. Semakin baik
sesuai dengan teori-teori yang diacunya (Jogiyanto, 2011). Dari hasil uji korelasi
nilai t-statistik lebih besar daripada 1,6449 dengan p-value ≤ 0,05. Dilihat pada
indikator. Oleh karena itu disyaratkan bahwa Outer Loading di atas 0,7,
Oleh karena semua nilai Outer Loading lebih besar dari 0,7 serta Cross
Loading lebih kecil daripada Outer Loading konstruk yang bersangkutan, maka
perumusan indikator sesuai dengan konsep teori. Semakin tinggi nilai Outer
matrik indikator. Oleh karena nilai outer loading semuanya di atas 0,7 maka
b. Validitas Diskriminan
silang (cross correlation) antra konstrak. Nilai AVE dan Communality disajikan
Pada Tabel 6.26 tampak bahwa Average Variance Extacted (AVE) dan
silang antar variabel laten yang dibandingkan dengan akar rata-rata varian
ekstrakted. Koefisien korelasi silang antar variabel laten disyaratkan < akar AVE
terlalu besar terhadap koefisien jalur lainnya. Hasil analisis akar AVE dan
Tabel 6.27 Komparasi Akar AVE Dengan Korelasi Silang Antar Variabel Laten
AKAR
BIF SNK KSI KRP KKP IRP MRP KSP
AVE
BIF 0,950 - 0,672 0,839 0,712 0,783 0,812 0,846 0,850
SNK 0,884 0,672 - 0,675 0,663 0,656 0,742 0,747 0,638
KSI 0,933 0,839 0,675 - 0,718 0,728 0,812 0,872 0,860
KRP 0,917 0,712 0,663 0,718 - 0,681 0,737 0,750 0,729
KKP 0,915 0,783 0,656 0,728 0,681 - 0,752 0,766 0,752
IRP 0,895 0,812 0,742 0,812 0,737 0,752 - 0,894 0,798
MRP 0,898 0,846 0,747 0,872 0,750 0,766 0,894 - 0,859
KSP 0,937 0,850 0,638 0,860 0,729 0,752 0,798 0,860 -
Pada Tabel 6.27 tampak bahwa semua akar AVE variabel laten >
dengan variabel lainnya yang sebaris. Dengan demikian bahwa semua variabel
2. Reliabilitas Instrumen
jawaban secara tepat. Selain itu, kondisi dan situasi ketika wawancara juga
item pertanyaan lainnya. Sopan santun dan tata kerama dalam wawancara juga
data dilakukan dua tahap, yaitu (1) pengumpulan data usahatani, (2)
data yang diperoleh telah valid dan konsisten, maka dilakukan uji reliabilitas
instrumen.
versi.13.
minimal 0,6; lebih baik apabila nilainya di atas 0,7. Nilai koefisien Cronbach’s
mendeskripsikan hubungan satu set data sebagai satu kelompok dan skala yang
karena nilai masing-masing di atas 0,7 (Tabel 6.28), maka instrumen yang
petani atas kuesioner yang digunakan memiliki konsistensi antar satu item
dengan item lainnya dan skala yang digunakan masuk pada demensional
176
homogen, bebas dari skala yang ekstrim. Reliabilitas instrumen dibuktikan juga
oleh hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa pengelompokkan data
Model persamaan struktural dibangun atas dasar teori. Pada penelitian ini
dibangun dari teori kolaborasi rantai pasok yang dicetuskan oleh Mathuramaytha
antara satu variabel dengan variabel lainnya dan ditinjau dari pengetahuan logis
Spekman (2001) bahwa integrasi proses bisnis dalam rantai pasok dapat
rantai pasok dengan pernyataan Bartezzaghi (1999) dan Spekman (2001) di atas
kausalitas antar variabel dalam model dan menguji hipotesis. Evaluasi teori dan
menguji hipotesis menggunakan statistik inferensi atas data empiris yang diambil
atau meningkatkan laba seluruh anggota dalam rantai pasok. Oleh karena petani
uji efektivitas model persamaan struktural dan uji koefisien jalur. Uraian masing-
Uji efektivitas model meliputi uji model persamaan struktural dan uji model
structural (R2) dan Geisser q-Square Test disajikan pada Tabel 6.29, sementara
Tabel 6.29 Nilai Koefisien Diterminan (R2) dan Stone Geisser q-Square Test
ekogen yang keluarkan dari model adalah jalur yang non-siginifikan. Dari hasil
perhitungan q2 di atas diperoleh nilai 0,003 atau kurang dari 0,02; maka
mengeluarkan variabel eksogen dari model memiliki dampak yang sangat kecil
(Ferdinand, 2002; Utomo, 2011). Oleh karena itu yang digunakan dalam
178
elaborasi koefisien diterminan adalah R2 exc dan jalur IRP-> KSP dikeluarkan
dari model.
Dari hasil uji model persamaan struktural pada Tabel 6.30 di atas tampak
bahwa nilai R2 > 0,5 (Jogiyanto, 2011), maka disimpulkan bahwa semua model
hipotesis.
Untuk keperluan aplikasi model membutuhkan uji lebih lanjut, yaitu uji
efektivitas model parsial (model fit). Model fit yang digunakan adalah koefisien
diterminan parsial (r2i) ≥ 0,1. Hasil uji model parsial ditampakkan pada
Tabel..6.30.
terdapat 12 jalur yang signifikan (Tabel 6.30), sedangkan 1 (satu) jalur tidak
signifikan. Jalur yang tidak signifikan yaitu IRP KSP. Jalur yang tidak
signifikan dikeluarkan dari model, karena lulus uji Stone Geisser q-Square Test.
Hasil uji menunjukkan bahwa q2 < 0,02, sehingga pengeluaran jalur IRP KSP
antara nilai cross correlation dan akar AVE (Tabel 6.26). Apabila nilai cross
correlation < akar AVE, maka penghapusan suatu jalur dari model tidak besar
yang memungkinkan untuk dilakukan penghapus suatu jalur pada diagram path.
Tabel 6.31 Hasil Uji Koefisien Jalur atau Koefisien Regresi Standard
berikut nilai koefisien jalur ditunjukkan pada kolom estimasi sampel original1).
Dari hasil evaluasi terhadap model persamaan struktural dan koefisien jalur
outer model maupun inner model dan memenuhi reliabilitas instrumen, sehingga
koordinasi dan aliran produk, aliran pelayanan dan aliran modal, maka
integrasi proses bisnis dan kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok
antara integrasi proses bisnis dengan manajemen rantai pasok. Dengan nilai
Ariani dan Dwiyanto (2013) bahwa integrasi proses bisnis berpengaruh positif
kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok yang dimoderasi oleh variabel
t-statistik 3,467 lebih besar dari nilai t-tabel = 2,3263 dan p-value = 0,0067.
rantai pasok. Fenomena ini tampak jelas dari dari persamaan identitas
sebesar Rp.2 juta/ha (Gambar 6.2) menjadi bukti bahwa manajemen rantai
bisnis dan kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok secara bersama-
proses bisnis dan kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok dan variabel
sementara 18,3 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Dengan
demikian, hipotesis ke-1 diterima, yaitu integrasi proses bisnis dan kolaborasi
rantai pasok.
Apabila asosiasi antara dua variabel atau lebih belum diyakini saling
berpengaruh satu terhadap yang lain, atau belum memiliki dasar teori yang
(Shaban, 2005).
adanya hubungan kausalitas antara dua variabel atau lebih dengan syarat
linear tersebut dapat dilihat dari sebaran data di sekitar kurva garis penduga
baik ke arah positif (searah) maupun ke arah negatif (tidak searah). Oleh
dalam rantai pasok, yaitu semakin baik kolaborasi antar lembaga dalam rantai
0,737 (Tabel 6.30) dengan t-statistik = 21,392 (p-value = 0,000). Hasil uji
bahwa koefisien korelasi lebih besar dari 0,5 dan lebih kecil dari 0,8
Ditinjau dari aspek teori dan logical construct bahwa antara variabel
kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok dengan integrasi proses bisnis
pasok, sehingga tidak ada variabel dependen dan independen pada dua
variabel tersebut. Hal ini dibuktikan dari koefisien korelasi sama dengan
koefisien jalur atau koefisien regresi standardnya, artinya tidak ada interaksi
antara kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok dengan integrasi proses
bisnis.
rantai pasok dengan integrasi proses bisnis, sehingga tesis yang menyatakan
semakin baik kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok maka integrasi
antar lembaga dalam rantai pasok diikuti oleh peningkatan integrasi proses
bisnis.
mendapatkan harga jual jagung yang lebih tinggi, sementara bagi peternak
tanggung renteng. Hubungan baik dengan mitra bisnis menjadi kunci sukses
baik dengan mitra bisnis memiliki dua arah, yaitu kearah pemasok (hulu atau
up stream) dan kearah pembeli (hilir atau down stream). Hubungan baik dua
arah tersebut berdampak pada memperbaiki kesehatan aliran kas masuk dan
kas keluar. Oleh karena itu tampak adanya scientific rational bahwa semakin
pedagang besar antar pulau, dan pedagang besar antar pulau menjual
yang tidak kalah pentingnya melalui integrasi horizontal ini adalah pembelian
memproteksi diri dari serangan para pesaing. Indikator yang digunakan untuk
oleh integrasi proses bisnis, manajemen dan kolaborasi antar lembaga dalam
(Gambar..6.3).
187
variasi integrasi proses bisnis, dan 79,85% dijelaskan oleh variasi variabel lain
hubungan segi tiga kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok, integrasi
188
variabel dan konstruk ini memiliki keeratan hubungan yang tertinggi bila
dibandingkan dengan konstruk lain dalam model. Oleh karena itu, kedudukan
2,551 (p-value= 0,0091) dan koefisien diterminan parsial = 0,2880. Hasil uji
sedangkan 71,20% dijelaskan oleh variasi variabel lain di dalam dan di luar
model.
Implikasi dari hasil penelitian ini bagi perusahaan yang bertindak selaku
tampak bahwa variabel kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok memiliki
yaitu sebesar 0,202. Setelah dilakukan uji t-student distribution diperoleh nilai
skala ekonomi yang efisien tentu akan memberikan efek positif bagi
tani yang sudah ada. Hal ini telah dibuktikan oleh Mathuramaytha (2011)
atas produksinya dari para pesaing. Selain itu kinerja operasi yang didukung
oleh strategi kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok diperlukan saling
beberapa sumber daya yang ada di dalam perusahaan dan mitranya. Pada
kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok serta variabel mederasi berbagi
Dari hasil analisis dan uraian di atas, maka hipotesis-3 diterima yaitu
rantai pasok.
petani jagung di satu sisi, namun dipengaruhi oleh variabel berbagi informasi,
kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok tidak saja sebagai penentu inti
konsep teoritis kolaborasi rantai pasok (the supply chain collaboration theory)
menggeser surplus produsen pihak lainnya. Petani sebagai pihak yang paling
lemah bargaining power-nya selalu menjadi pihak yang paling dirugikan baik
jagung.
panen optimal bagi petani adalah dari bulan Agustus s.d. September dengan
waktu tanam dari bulan Mei s.d Juni. Dengan demikian, bagi petani yang
pompa air tanah. Bagi petani yang berusahatani pada agroekosistem sawah
dengan sistem irigasi teknis atau 1/2 teknis memungkinkan untuk menanam
menggunakan surat kontrak bagi BUMN adalah memiliki alat bukti yang dapat
administratif formal. Kalau pun ada surat kontrak, namun tidak dilengkapi
lebih luas (Pawisari, 2011), serta tidak tersedianya bukti tertulis atas
endogen kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok yang ditunjukkan oleh
hasil uji keseluruhan maupun hasil uji parsial. Hasil uji keseluruhan
variabel kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok dapat dijelaskan oleh
persen dijelaskan oleh variasi variabel lain di luar model. Sementara hasil uji
berpengaruhnya signifikan.
yang mana hasil uji t-statistik : (1) Berbagi informasi (BIF) sebesar 2,700 lebih
195
lembaga dalam rantai pasok. Hubungan kausalitas positif juga terjadi pada
petani.
196
yaitu 0,605 dan koefisien diterminan sebesar 0,5203 (Tabel 6.30); artinya
efektivitas model (model fit) dengan tingkat kepercayaan 99% (Tabel 6.29,
jalur sebesar 0,188 dan koefisien diterminan sebesar 0,141 (Tabel 6.31),
sebesar..0,188%.
pembeli. Pada musim panen, jagung laku terjual dalam tempo maksimal 2
petani sebesar 0.141%. Efektivitas ini jauh lebih kecil bila dibandingkan
efektivitas model (model fit) dengan signifikansi sebesar 0,009 dan model
(Tabel 6.22 dan Lampiran 9), karena semua daerah sebagai penghasil
jagung pada waktu yang bersamaan dengan jenis dan kualitas yang
beberapa Negara Asia dan Amerika ke dalam pasar jagung dalam negeri
Nuryanti, 2009).
Nusa Tenggara Barat mampu bersaing ditinjau dari aspek harga dengan
jagung sejenis dari daerah lain seperti Jawa Timur dan Bali.
200
lebih fokus daripada indicator lainnya, sebab indikator efisiensi dan kualitas
kompetitif.
dengan produktivitas tinggi, tahan kering, tahan hama dan penyakit, respon
varietas jagung hibrida naik secara bertahap yaitu lebih dari satu juta orang
varietas yang disukai oleh petani untuk diadopsi adalah Bisi 2, Bisi 222,
Bisi 16 dan Bisi 18, juga disukai konsumen pengguna jagung, sehingga
harga jualnya lebih mahal bila dibandingkan dengan varietas lainnya. Pada
Rp..2.juta/ha/musim tanam (Tabel 6.9; Gambar 6.1 dan 6.2), artinya bahwa
pendidikan yang relatif rendah telah ditemukan sebagai faktor penting yang
Produktivitas rata-rata sebesar 40,43 ku/ha pada tahun 2010 (Tabel 5.4)
tongkol kering panen (Tabel 6.4) atau setara dengan 39,48 ku/ha jagung
data sekunder yang dikutip dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
(Tabel 5.4).
serta antara musim hujan dan musim kemarau memberi efek penggunaan
teknologi dan jumlah input optimum yang bervariasi, sehingga petani sering
kecewa dengan hasil panen yang diperolehnya di mana hasil panen jauh di
bawah harapan dan informasi yang diterimanya dari Petugas Lapang yaitu
input yang minimal dengan biaya minimal pula serta kendala cuaca dan
sementara petani lain dengan keuntungan netto nihil beralih dan keluar
pengaruh yang signifikan dari harga input dan upah tenaga kerja terhadap
kenaikan harga input dan upah tenaga kerja akan mengurangi pendapatan
bagi perusahaan lebih leluasa dalam menetapkan harga input bagi petani
usahatani jagung. Manajemen rantai pasok yang baik adalah yang mampu
kepada petani.
pelengkap tersebut.
dengan pendapatan dari usahatani jagung kurang dari US$ 2 kapita-1 hari-1
konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga sebesar Rp 1,5 juta
bulan-1 (Tabel 6.11), atau hanya seperlima dari jumlah pengeluran rumah
produk yang dihasilkan dijual ketika harga pasar di bawah harga rata-rata
Rp.3.173.000), terdiri atas kerugian petani Rp.726 158 (23%) dan dinikmati
pihak lain Rp.418 842 (13%). Surplus produsen yang diterima oleh petani
Rp..2.028.000 (64%).
Peramalan ini efektif, karena didukung oleh uji efektivitas model (model fit)
Koefisien
No Variabel
Jalur *) Diterminan (%)
1 MRP 0,605 52,03
2 KKP 0,188 14,14
3 KRP 0,148 10,79
Jumlah 76,96
Sumber : Diolah dari Tabel 6.27 dan Tabel 6.30.
Keterangan : MRP = manajemen rantai pasok
KKP = keunggulan kompetitif
KRP = kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok
207
sementara 23,04 persen dijelaskan oleh variasi dari variabel lain di luar
kompetitif dan kolaborasi antar lembaga dalam rantai rantai pasok, dan
(Gambar 6.8). Dari semua koefisien jalur kolaborasi antar lembaga dalam
sebab tanpa kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok sulit untuk
kesejahteraan petani.
keberlanjutan kerjasama, hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar atau dua
(Lampiraan..20).
kelompok tani tidak dapat memenuhi kewajiban aliran produk dan aliran
modal kembali. (1) Tingkat produksi yang dicapai di bawah target 10 ton
perusahaan, dengan kalimat lain bahwa petani mengingkari isi kontrak atau
pasok. Oleh karena itu dinilai logis apabila kolaborasi antar lembaga dalam
kesejahteraan petani sebagai mana telah terbukti dari hasil uji hipotesis
pada p-value 0,000 < 0,05 sebagai mana tampak pada Gambar 6.8 dan
Tabel 6.30.
tersebut didukung oleh fakta empiris sebagai mana telah dibahas di depan.
211
itu yang perlu dilakukan adalah pembatasan luas areal penanaman jagung,
agar harga jagung berada di atas biaya produksi, sehingga petani dapat
perubahan harga. Juga hasil penelitian Mason dan Myers (2013) di Zambia
212
rumah tangga petani di lokasi penelitian, yaitu petani dengan luas lahan
pendapatan per kapita kurang dari 2 (dua) dolar Amereika per hari,
kesejahteraan petani.
ini disebabkan karena koefisien jalur antara integrasi proses bisnis dengan
Pada Tabel 6.33 tampak bahwa variabel integrasi proses bisnis (IRP)
maka secara otomatis pengaruh tidak langsung sebesar 0,451 juga signifikan.
petani sebesar 0,451%. Berdasarkan hasil uji efektivitas model (Lampiran 15)
dalam rantai pasokan melalui penciptaan nilai (Anatan dan Elitan, 2008).
pengaruhnya, sebab integrasi proses bisnis hanya bisa terjadi apabila ada
karena itu dari tinjauan konstruk logika dengan menggunakan primis mayor
dan primis minor dapat diterima, sebagai berikut: apabila manajemen rantai
kesejahteraan petani jagung (Tabel 6.9; 6.11; 6.12, 6.13, 6.14 dan 6.15)
bagi petani berlahan sempit. Sebaliknya bagi petani dengan lahan usahatani
karena luas usahatani kurang dari satu hektar, maka pengelolaan usahatani
216
saja pihak yang terlibat dalam pasar lelang berjangka tersebut bukanlah
petani melainkan para pedagang antar pulau. Semestinya yang terlibat dalam
pasar lelang tersebut adalah para petani, sehingga petani dapat langsung
Yang diuntungkan dari pasar lelang berjangka tersebut adalah para pedagang
antar provinsi.
jagung. Rantai pasok jagung bergerak dari sentra produksi menuju sentra
petelur (layer), dan sebagian digunakan sebagai bahan baku industri (pabrik)
bahwa rantai pasok (supply chain) adalah suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para konsumen. Rantai pasok
ini juga merupakan jaringan atau jejaring (networks) dari berbagai organisasi
yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik
2007).
tak langsung. Pengaruh total sama dengan koefisien jalur langsung ditambah
No Jalur Koefisien*)
Jalur Diterminan(%)
1 KRP -> KKP->KSP 0,1860 12,73
2 KRP -> MRP->KSP 0,2690 18,59
3 KRP -> IRP -> MRP->KSP*) 0,4802 29,61
4 KRP-> IRP -> KKP->KSP 0,1851 12,33
5 KRP -> MRP-> KKP->KSP 0,1621 11,40
6 KRP -> IRP -> MRP -> KKP->KSP 0,1868 13,67
Jumlah 98,33
Sumber : *) Diolah Dari Tabel 6.26 dan Tabel 6.29.
Keterangan : *) terbesar
dalam model bersesuaian antara teori dengan data empiris yang digunakan
dalam analisis, di mana variasi variabel yang ada di dalam model mampu
sebesar 1,77 persen dijelaskan oleh variasi lain di luar model. Dengan demikian
219
oleh hasil uji efektivitas model (model fit) dengan tingkat kepercayaan 99%
(Lampiran 15).
diuraikan di atas, bahwa pada Gambar 6.8 diperlihatkan hasil analisis jalur antar
tidak langsung (Tabel 6.32 dan Tabel 6.33). Adapun variabel yang berpengaruh
dalam model persamaan struktural keseluruhan (ovel all model) dapat ditentukan
lembaga dan manajemen rantai pasok, integrasi proses bisnis dan keunggulan
220
kompetitif secara serentak. Pengaruh terbesar terjadi pada jalur KRP -> IRP ->
MRP-> KSP (Prioritas ke-1), dan diikuti KRP -> MRP -> KSP (Perioritas ke-2)
dan jalur KRP -> IRP -> MRP -> KKP ->KSP (Periotas ke-3).
dan kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok. Oleh karena itu terbuka
lebih efektif dari beberapa alternatif yang tersedia pada Tabel 6.35.
antar lembaga dalam rantai pasok, serta peningkatan integrasi proses bisnis,
sebab secara langsung atau tidak langsung akan berdampak simultan terhadap
Keterangan
BIF = Berbagi informasi KRP = Kolaborasi antar lembaga KKP = Keunggulan kompetitif
U1 = Informasi harga dalam rantai pasok Y1 = Efisiensi
U2 = Informasi teknologi X1 = Kesamaan tujuan Y2 = Kualitas produk
U3 = Informasi skim kredit X2 = Peran&tanggung jawab Y3 = Ketergantungan pengiriman
SNK = Sinkronisasi X3 = Pembagian resiko Y4 = Diversifikasi produk
keputusan X4 = Fasilitator Y5 = Waktu tempuh ke pasar
V1 = Jenis input produksi IRP = Integrasi proses bisnis MRP = Aktivitas manajemen rantai pasok
V2 = Kualitas input X5 = Hubungan baik dengan Y6 = Koordinasi antar lembaga
V3 = Biaya modal pelanggan Y7 = Aliran produk
KSI = Keselarasan Insentif X6 = Operasional biaya rendah Y8 = Aliran pelayanan
W1 = Harga input X7 = Pengembangan ke depan Y9 = Aliran modal
W2 = Harga output X8 = Kesehatan aliran kas KSP = Kesejahteraan petani
W3 = Berbagi biaya X9 = Penyerapan tenaga kerja Z5 = Surplus produsen
Z6 = Pengeluaran rumah tangga
Z7 = Tabungan investasi
222
6.15.1 Peningkatan Kesejahteraan Petani Melalui Jalur KRP -> IRP -> MRP
-> KSP
Pada Gambar 6.9 telah ditampakkan jalur yang efektif dalam upaya
yang terpendek namun koefisien jalur dan koefisien diterminannya paling besar
(optimum).
jalur yang paling efektif, yaitu jalur dengan koefisien jalur dan koefisien
diterminan terbesar. Satu dari 6 (enam) alternatif jalur yang paling besar peluang
MRP
IRP KSP
KRP
Gambar 6.9 Jalur Yang Paling Besar Peluangnya Untuk Terpilih Sebagai
Strategi Prioritas Terbaik Dalam Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Petani Jagung di Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
.
Dari berbagai hasil studi terdahulu yang telah dilakukan di berbagai tempat
kompetitif perusahaan (Ariani dan Dwiyanto, 2013; Bagchi, et al., 2007; Sachan,
et al., 2006).
223
Pada diagram jalur (Gambar 3.3 dan Gambar 6.8) tampak bahwa
kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok, manajemen rantai pasok dan
integrasi proses bisnis sebagai variabel eksogen di satu pihak dan keunggulan
petani. Oleh sebab variabel keunggulan kompetitif menjadi variabel yang unik
(spesifik) jika dibandingkan dengan variabel lainnya, yaitu sebagai output dari
proses interaksi intra manajemen rantai pasok, integrasi proses bisnis dan
integrasi variabel kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok, integrasi proses
bisnis dan manajemen rantai pasok. Untuk memperkuat argumentasi ini, maka
dibangun premis mayor dan presmis minor sebagai berikut: apabila kolaborasi
antar lembaga dalam rantai pasok, integrasi proses bisnis dan manajemen rantai
lembaga dalam rantai pasok, integrasi proses bisnis dan manajemen rantai
perbaikan manajemen dan kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok serta
harga input yang sama dengan harga pasar, paket teknologi yang telah teruji
konsep rantai pasok, serta membeli jagung dengan harga di bawah harga
bahan baku.
mekanisme harga input dan ouput serta pembebanan biaya operasional atau
penyangga harga atas produk pertanian, khususnya pada musim panen raya
ketika harga jagung berada pada limit rendah. Perusahaan mestinya bersedia
membeli dengan harga di atas harga pasar agar petani tidak terdegradasi
tidak menderita rugi, sebab kerugian dalam jangka panjang akan berdampak
kepada kerugian perusahaan atau pedagang, karena bila petani merugi terus
225
kepada petani dinilai sebagai upaya berbagi informasi secara akurat untuk
semakin lebar jarak antara sumber dengan sasaran semakin besar peluang
biaya operasional kepada petani sebagai imbalan pelayanan jasa yang belum
diketahui oleh petani, dan ketidakjelasan bagi petani tentang teknis bagi
hasil. Juga keinginan petani tidak diketahui secara tepat oleh pimpinan
menanam sama sekali, karena petani menyadari bahwa apabila petani tidak
dan informasi dapat ditingkatkan pada masa yang akan datang atau musim
tanam berikutnya.
kemampuan organisasi agar memiliki daya saing yang kuat. Solusi yang
main stream logika rasional, sebab kolaborasi antar lembaga dalam rantai
produksi jagung menyerap lapangan kerja pada level usahatani (in farm),
pasca produksi (on farm) dan industri pengolahan (out farm). Dengan
jual beli mempengaruhi kesehatan aliran kas masuk dan kas keluar.
kendaraan pick up (open cup) milik sendiri, sebagai bagian dari proses
operasional biaya rendah. Hal yang sama juga dilakukan oleh pedagang
baik di dalam provinsi maupun di luar provinsi (Bali). Bila menggunakan jasa
(Lampiran 20).
228
keuntungan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usaha lainnya seperti
usaha beras, kacang tanah dan kedele. Oleh karena itu hampir semua petani
6.15.2 Peningkatan Kesejahteraan Petani Melalui Jalur KRP -> MRP -> KSP
memilih jalur yang lebih sederhana (simple), yaitu melalui perbaikan kolaborasi
dan manajemen rantai pasok. Pilihan ini menempati ranking-2 dengan koefisien
Gambar 6.10 Jalur Yang Paling Simpel Sebagai Alternatif Strategi Dalam
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Jagung di Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
229
dalam rantai pasok diperlukan tiga tahapan kegiatan, yaitu (Marqui, et al.,
Perusahaan (Lampiran 20) diperoleh informasi bahwa dari tiga tahapan yang
yaitu tahap pertama tidak dilakukan sama sekali, yang dilakukan adalah
tahapan kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan: (1) kurangnya pengetahuan
para pengelola dan Petugas Lapang (PL) akan tahapan kegiatan yang mesti
antar lembaga yang terlibat dan tersedianya media untuk berubah (Knoppen
mark-up harga input dan pembebanan biaya kepada petani, serta kurangnya
berkelanjutan.
kendala dan kesulitan yang mesti harus diatasi. Satu diantaranya adalah
mewujudkan integrasi proses bisnis. Manzoni dan Islam (2007) dan Bayazit
Pemilikan handpon sebanyak 25,38 persen (Tabel 6.1) terkait erat dengan
perilaku petani dalam kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok. Bagi
petani yang tidak memiliki handpon dan kurang informasi menjadi sasaran
harga di tingkat petani. Oleh sebab itu, peranan informasi menjadi inti
penentu efektivitas dan efisiensi manajemen rantai pasok (Bititci, et al., 1997;
Kabayashi, et al., 2002), namun bisa informasi pasar yang transparan bias
Jalur ini kurang efisien, sebab dengan memilih dua jalur sebelumnya, maka
merupakan output dari kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok, integrasi
KRP KSP
Gambar 6.11 Jalur Yang Paling Lengkap Sebagai Alternatif Strategi Dalam
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Jagung di Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
2. Oleh karena petani sebagai anggota atau bagian dari rantai pasok dan masuk
sebagai mana telah dibuktikan pada hasil uji model (model fit) pada
mekanisme pasar dan melalui kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok.
yang mencari cara untuk menangkap keuntungan dari inovasi mereka dalam
produk baru; (2) melalui kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok dengan
pangsa pasar atas benih, pupuk dan pestisida. Kekuatan pasar dapat
lebih besar dan inelastik. Menurut Hagedorn, et al. (2004) bahwa kerugian
jagung, yaitu sebagian besar produk yang dihasilkan dijual ketika harga pasar
resi gudang. Sertifikat resi gudang dapat dijadikan agunan kredit pada bank
belum sepenuhnya direspon positif oleh petani. Petani lebih memilih menjual
produksi jagung segera setelah panen, yaitu ketika harga berada pada limit
pada umumnya menjual jagung mereka jauh lebih awal jika dibandingkan
kesempatan untuk memperoleh harga jual yang lebih tinggi, demikian juga
rumah tangga yang ada anggota keluarganya menderita sakit sejak tahun
5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarti dan Khomsan (?) menyimpulkan
bahwa kesulitan dan tekanan ekonomi yang dialami keluarga petani miskin
pada upaya bertahan bagai mana agar mereka tetap hidup, sehingga rumah
tangga petani sulit bebas dari himpitan sosial ekonomi yang menderanya.
rantai pasok akibat bersinergi dengan semua anggota dalam rantai pasok,
pasok dinilai gagal. Oleh karena nilai indek keragaan manajemen rantai pasok
berada pada skala dari 2,6 s.d 3,6 dengan kategori hampir baik (moderat),
termasuk gagal dan belum termasuk berhasil. Oleh karena itu masih ada
sehingga ke depan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi petani
dan perusahaan.
kepada kelompok tani. Namun hal yang paling penting adalah apapun
meninggalkan usahatani jagung dengan beralih keusaha lain, serta tetap loyal
7.1 Kesimpulan
jagung di Nusa Tenggara Barat masuk dalam klasifikasi hampir baik, artinya
telah berlangsung koordinasi antar pelaku dalam rantai pasok mulai dari
dan pemantauan panen; serta aliran produk berupa pembelian hasil panen
disebabkan masih adanya keluhan petani atas koodinasi dan pelayanan yang
perusahaan kepada petani atas aliran produk dan aliran pengembalian modal
moderat, artinya proses produksi usahatani jagung belum efisien, karena rata-
rata produktivitas yang dihasilkan baru mencapai 6,581 ton/ha dari target 10
produk jagung tongkol kering panen dengan kadar air 18% s.d 22% dari yang
seharusnya 14% jagung pipil kering panen; jagung yang dihasilkan homogen
masuk dalam klasifikasi tinggi, artinya terjadi persaingan yang ketat antar
3. Kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok dan integrasi proses bisnis
dalam rantai pasok, artinya semakin baik kerjasama antar lembaga dalam
rantai pasok diikuti oleh peningkatan integrasi proses bisnis. Hubungan positif
antara integrasi proses bisnis dan kolaborasi antar lembaga dalam rantai
modal, seperti lantai jemur, mesin pemipil, dan kendaraan angkutan barang,
5. Kolaborasi antar lembaga dalam rantai pasok, integrasi proses bisnis dan
rantai pasok dan integrasi proses bisnis serta manajemen rantai pasok
7.2 Saran
2. Persentase petani yang menyimpang dari perjanjian kontrak relatif lebih besar
mitra.
pada penghapusan sistem bagi hasil atas dasar net profit (laba usahatani
bersih) menjadi bagi hasil atas dasar gross revenue (penerimaan kotor), serta
menjual input sesuai harga pasar dan membeli output minimal sama dengan
harga pasar.
2. Perusahan yang berperan sebagai avalis atau leader dalam manajemen rantai
kepuasan konsumen pengguna. Oleh karena itu strategi prioritas terbaik yang
tani dan gabungan kelompok tani agar dapat setara dengan perusahaan,
Daerah adalah membeli exess supply jagung pada musim panen dan
petelur) tidak melampaui harga tertinggi yang mampu dibeli oleh peternak.
DAFTAR PUSTAKA
Jamess E.. Baartt, J.E. Joe W.. Kottrlliikk, and C. C. Hiiggiinss, 2001.
Organizational Research: Determining: Appropriate Sample Size in
Survey Research. Information Technology, Learning, and Performance
Journal, Vol. 19, No. 1, Spring
Jarrar, Y.F. and Aspinwall, E.M., 1999. Integrating total quality management
and business process re-engineering: is it enough ?. Total Quality
Management Journal. VOL. 10, NOS 4&5, 1999, S584± S593
Jogiyanto, 2011. Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling Berbasis
Varian Dalam Penelitian Bisnis. UPP STMIK YKPN. Yogyakarta.
Just,R.E., D.L. Hueth dan A.Schmitz, 2004. The Welfare Economics of Public
Policy. Edward Elgar. Northamton. USA.
Kamalabadi,N. A.Bayat, A.Ebrahimi dan M.S.Kahreh, 2008. Presentation a New
Algorithm for Performance Measurement of Supply Chain by using
FMADM Approach. World Aopplied Sciences Journal 5(5): ISSN 1818-
4952. p.582-589
Kamaludin,A., A.Budiman dan A.Y.Widiastuti, 2010. Pengaruh Motivasi,
Koordinasi, dan ketepatan Penempatan Pegawai Terhadap Kepuasan
Kinerja Pada Dinas, Badan dan Kantor Di Lingkungan Pemerintahan
Kota Tasikmalaya. Program Magister Manajemen Program Pascasarna
Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Kariyasa, K dan B.M.Sinaga, 2004. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Pasar Jagung di Indonesia.Jurnal Agro Ekonomi Vol.22.No.2.p.167-194.
Khomsan, A., 2009. Garis Kemiskinan Yang Baru. Jakarta 45. Politikan
Konstitusi Pancasila Indonesia. Jakarta.
Knoppen, D., and M.J. Saenz, 2009. Collaboration simulation through supply
chain simulation. Internastional Journal of Procurement Management.
Vol 2 No.4.p.403-414.
Kobayashia,T, Tamakia, M., Komodab, N., 2002. Business process integration
as a solution to the implementation of supply chain management
systems, Journal Information & Management 40 (2003) 769–780,
Koutsoyiannis, A. 1982. Modern Microeconomic. Second Edition. The
Macmillan Press, Ltd. Hongkong.
Kurniawan,F., 2006. Efektivitas Kolaborasi Antara Perum Perhutani dengan
Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan kasus PHBM di KPH Madiun
dan KPH Nganjuk , Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kustiari, R. dan N. Nuryanti, 2009. Perubahan Tingkat Harga Komoditi Pangan
di Pasar Dunia dan Dampaknya Terhadap Konsumsi dan Harga di
Pasar Domestik. Seminar Dinamika Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan : Tantangan dan Peluang Bagi Kesejahteraan Petani. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen
Pertanian. Bogor.
Lam, JSL., 2013. Benefits and barriers of supply chain integrastion: empirical
analysis of liner shipping. Internasional Journal of Shipping and
Transport Loistics. Vol 5 No.1 p.13-30.
247
Mentzer, J., DeWitt, W., Keebler, J., Min, S., Nix, N., Smith, C. and Zacharia, Z.,
2001. “Defining supply chain management”, Journal of Business
Logistics, Vol. 22, no. 2, pp. 1-24.
Nazir, Moh., 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nugraha,A., 2001. Doversifikasi Pangan Pokok di Indonesia: Penerapan Model
AIDS untuk Permintaan Pangan.Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
Nugroho,H.A., 2005. Analisis Kinerja Rantai pasokan dengan Pendekatan
Inventory dan Peranannya Terhadap Keunggulan Kompetitif : Studi
Kasus di PT Capsugel Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurhasanah, 2012. Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Jagung Hibdrida
Pendekatan Stochastic Production Frontier di Desa Sukolilo Kecamatan
Wajak Kabupaten Malang. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.
Ogunsumi, L.O., S.O. Ewuola, and A.G.Daramola, 2005. Socio Economic
Impact Assessment of Maize Production Technology on Farmers’
Welfare in Southwest – Nigeria. Journal Central European Agriculture.
Vol 6 (2005) p.15-26.
Ong, J.W. and Ismail, 2012. Competitive Advantage and Firm Performance :
Evidence from small and medium enterprises. International Journal of
Bsiness and Globalisation. Vol 9 No.2 p.195-206.
Parel,C.P.P., P.L. Ferrer, G.C. Caldito, 1973. Sampling Design and Procedures.
The Agricultural Development Council. New York.
Pawisari, 2011. Sistem Manajemen Mutu Pada Rantai Pasok Komoditi Jagung.
Manajemen dan Bisnis -Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pemda NTB, 2009. Grand Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung. Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Bappeda Provinsi NTB. Mataram.
Pemda NTB, 2011. Evaluasi Program Pijar Nusa Tenggara Barat. Bappeda
Provinsi NTB. Mataram.
Permana,H.P.P., 2011. Analisis Pengadaan Bahan Baku Sebagai Bagian Dari
Internal Supply Chain Management PT Hadinata Brother. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Pindyck, R.S. and D.L.Rubinfield, 1991. Econometric Modells and Economic
Forecast. Third Edition.McGraw-Hill International Edition. Singapore.
Porter, M.E., 1998. Competitive Strategy: Techniques For Analysis Industries
and Competitors With A New Intruduction. The Free Press. New York.
Prasetya, GLH., 2008. Membangun Keunggulan Kompetitif Melalui Aliansi
Stratejik Untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Program Magister
Manajemen. Universitas Diponegoro. Semarang.
Prihatiningsih,N., 2007. Analisis Efisiensi Rantai Rasokan Komoditi Bawang
Merah: Studi Kasus di Kota Madya Bogor. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pujawan, I.Y.,2005. Supply Chain Management. Edisi I.Guna Widya. Surabaya.
Puspita,K.T., 2007. Perancangan Balanced Scorcard Sebagai Instrumen
Pengukuran Kinerja pada PT Unitek,Tbk. Departemen manajemen.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Instutut Pertanian Bogor. Bogor.
249
Vuuren, T, Lambard, M.R., and Tonder, E., 2012. Customer satisfaction, trust
and commitment. the Department of Marketing Management, University
Johannesburg.Southern African Business Review.Volume 16 Number.3..
Walter,A., Mueller, Thilo A., Helfert, G., 2008. The Impact of Satisfaction, Trust,
and Relationship Value on Commitment: Theoretical Considerations
and Empirical Results. Organizacija, Volume 41. Number 5, September-
October 2008.
Warning,M. dan N.Key, 2002. The Social Performance and Distributional of
Consequences of Contract Farming: An Equilibriym Analysis of
Arachide de Bouche Program and Sinegal, Word Development
30(2).255-63.
Wenno, D., 2010. Analisis Pendapatan Petani Jagung Peserta Program
Agribisnis Pedesaan di Kabupaten Nabire. Journal Agroforestry. Vol.V
No. 2 Juni 2010. p.156-164.
Whang,S. dan Cheung,W., 2004. E-Business Adoption by Travel Agencies :
Prime candidates for Mobile e-Business. International Journal of
Electronic Comerce. Vol.8 (3) pp.43-63.
Widodo,K.H., K.Pramudya, A.Abdullah dan N.Pujawan, 2011. Supply Chain
Management Agroindustri yang Berkelanjutan. Lubuk Agung. Bandung.
Wilson,D.T., 1995. An Integrated Model of Buyer-Seller Relationships. Journal
of The Academy of Marketing Science, 23(4) p.335-346.
Winter, P., Phil Simmons, dan I.Patrick, 2005. Evaluation of a Hybrid Seed.
Contract between Smalholders and Multinasional Company in East
Java-Indonesia. The Journal of Development Studies, 41.p.62-89.
Yahya,M. dan Y.Agunggunanto, 2011, Teori Bagi Hasil dan Perbankan Syariah
Dalam Ekonomi Syariah.
Yamin, S. dan H.Kurniawan, 2009. Structural Equation Modeling: Belajar Lebih
Mudah Teknik Analisis Data Kuesioner dengan Kisrel – PLS. S lemba
Infotek. Jakarta.
Yacoub, Amak M., 2012. Pengaruh Mediasi Kepercayaan pada Hubungan
Antara Kolaborasi Supply Chain dan Kinerja Operasi. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan.Vol.14 No.2 September 2012. p.138-
146.
Yusuf,P., 2009. Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Pengusaha
di Kawasan Berikat Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai Tipe A2 Tangerang. FISIP Universitas Indonesia. Jakarta.
Zhao, Y., 2012. A Study of Strategic Orientation and Products. International
Journal of Quality and Innovation. Vol.2 No.1 Inderscience Enterprises
Ltd. p.44-60
Zulganef, 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta.