Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS DAMPAK KOMODITAS TEMBAKAU TERHADAP PEREKONOMIAN

WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh
Nadia Asalia Fathimah Zahra
NIM 160810101026

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara mempunyai tujuan dalam pembangunan ekonomi termasuk
Indonesia. Pembangunan ekonomi sendiri adalah usaha meningkatkan taraf hidup riil per
kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk menaikkan pendapatan riil
suatu negara juga meningkatkan produktivitas penduduk suatu negara (Irawan dan
Suparmoko.2002).

Arsyad (1999), menyatakan pembangunan ekonomi wilayah diartikan suatu proses


dimana pemerintah daerah serta masyaraat mengelola sumber daya yang ada di daerah
tersebut untuk membentuk pola kemitraan terhadap pemerintah daerah serta sektor swasta
untuk nantinya dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat menumbukan
perekonomian wilayah tersebut. Disisi lain pembangunan ekonomi adalah suatu proses
multimensional,karena pembangunan ekonomi sendiri bukan hanya bermakna perubahan
dalam struktur ekonomi suatu negara yang lihat dari menurunnya peranan sektor pertanian
dan meningkatnya peran sektor industri, Menurut Kuncoro (2010).

Dengan adanya pembangunan ekonomi,maka pertumbuhan perekonomian wilayah


pastinya juga akan meningkat. Pengertian pertumbuhan menurut Kuznet (1995)
mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu kemampuan negara dalam
menyediakan barang- barang dan jasa. Suatu negara harus memiliki kemampuan
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh penduduknya .

Di Indonesia,khususnya wilayah Provinsi Jawa timur merupakan salah satu


wilayah Provinsi yang besar. Dengan jumlah penduduk sebanyak 39,5 juta jiwa di tahun
2018,Jawa Timur memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah dan sangat
kaya serta beragam. Salah satunya yaitu Pengembangan sektor pertanian yang cukup
memiliki nilai produksi yang timggi. Sektor Pertanian masih menjadi leading sector bagi
perekonomian Jawa Timur di era digital seperti sekarang ini. Setiap wilayah jawa timur
juga pastinya memiliki hasil pertaniannya sendiri yang begitu besar. Sektor Pertanian
menjadi sektor yang sangat besar sebagai penyumbang PDRB paling tinggi di Provinsi
Jawa Timur.
Pada PDRB Jawa Timur Harga Konstan 2010 menurut lapangan usaha pada tahun
2013-2017 pertanian menduduki peringkat 3 , yang pertama Industri pengolahan tiap
tahunnya mengalami kenaikan dari 397997.72 sampai 586258.60 pada tahun 2017 . lalu di
susul oleh sektor perdagangan besar dari 244743.87 sampai 367185.20 . selanjutnya sektor
pertanian menduduki pada posisi ke tiga dari 186038.31 menuju ke 258428.10 dari tahun
2013 sampai tahun 2017.
Di dalam sektor pertanian mengalami kenaikan yaitu berupa, tanaman pangan,
peternakan,perkebunan,hortikultural,perikanan dan kelautan dan lain sebagainya.
Ditunjakan bahwa pertanian menghasilkan produksi yang tinggi dan berperan besar pada
PDRB . salah satu sektor pertanian yang paling berpengaruh yaitu komoditas tembakau
Menurut BPS 2018,Tembakau adalah salah satu komoditas perkebunan yang memiliki
peranan strategis dalam perekonomian nasional yaitu komoditas tembakau merupakan
salah satu komoditas sumber pendapatan negara melalui devisa,cukai,pajak,serta sumber
pendapatan petanin,serta komoditas tembakau juga berperan dalam menciptakan dan
menambah lapangan kerja.
Menurut Hanum (2008),Tanaman tembakau (Nicotiana tobacum. L.) adalah tanaman
semusim,tetapi di dunia pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak
termasuk golongan tanaman pangan. Tembakau (daunnya) digunakan sebagai lahan
pembuatan rokok.
Produksi dari tembakau yang sering kita kenal yaitu rokok,dimana rokok itu sendiri
salah satu konsumsi masyarakat yang terbuat dari daun tembakau. Beberapa tahun
terakhir,olahan rokok mulai di tentang oleh sebagian masyarakat karna sebagian
masyarakat sudah mengerti akibat dari rokok khususnya pada kesehatan (Markus et
al,2015).Oleh sebab itu pemerintah mengambil keputusan untuk mengeluarkan peraturan
terhadap konsumsi produk tembakau. Keputusan ini tercantum pada peraturan pemerintah
nomor 109 tahun 2012 yang mengatur terkait dengan produk rokok,pencantuman
informasi,peringatan kesehatan,penjualan,serta pengendalian media iklan. Ada pula
menurut UU nomo 36 tahun 2009 dan permenkes nomor 28 tahun 2013 tentang
pencantuman peringatan kesehatan dan informasi serta kesehatan pada kemasan produk
tembakau.serta pemerintah juga menaikkan tentang cukai pada hasil tembakau yang
nantinya agar produksi tembakau dapat dikendalikan serta turunnya konsumsi pada rokok.
Disisi lain meskipun rokok yang diproduksi melalui daun tembakau sebagian
masyarakat ada yang bertentangan tidak menutup celah bahwa komoditas tembakau sendiri
khususnya di Provinsi Jawa Timur pada industri pengelolaan tembakau merupakan salah
satu pernyumbang pendapatan terbesar terhadap PDRB sektor industri pengelolaan. Rata
rata sumbangan yang diberikan oleh industri pengelolaan tembakau yaitu 24,27% atau
sebesar 84.655,12 miliar rupiah pada periode 2011-2015 (BPS Jatim,2016).
Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2010-2016 terdapat empat daerah Provinsi Jawa
Timur yang memiliki dan menghasilkan produksi tembakau cukup tinggi yaitu daerah
Jember,Probolinggo,Situbondo,dan Bojonegoro. Pada Kabupaten tersebut sekiranya
menyumbang sebesar 2,01% terhadap PDRB Jawa Timur pada tahun 2016 dengan nilai
tambah bruto sebesar Rp. 27,321miliar
Di Provinsi Jawa Timur sendiri tidak semua daerah memiliki produksi tembakau yang
cukup tinggi dikarenakan komoditas tembakau sendiri jika ingin memproduksi harus
berhati hati karena tembakau merupakan komoditas yang cukup sensitif terhadap
budidaya,lokasi tanam,musim atau cuaca,serta cara pengelolaan pada tembakau. Maka dari
itu di Provinsi Jawa Timur sendiri produksi tembakau berfluktuasi dari tahun ke tahun di
karenakan hal tersebut.
Komoditas pada tembakau serta produknya yang diolah mempunyai nilai ekonomi yang
cukup tinggi,dimana sumber pendapatan yang tinggi baik bagi masyarakat dan pemerintah.
Hasil tembakau dalam industri,tembakau merupakan bahan baku utama sehingga pasokan
bahan baku tembakau harus tetap terjafa untuk keberlakuan industri. Untuk menjaga
kualitas tembakau agar tetap bagus,standarisasi produk tetap dilakukan untuk menjaga
produk olahan serta tembakau itu sendiri.
Perusahaan perkebunan terutama tembakau ini di Provinsi Jawa Timur berdasarkan
direktori perusahaan perkebunan BPS saat ini hanya 2 perusahaan yang masi aktif yaitu
pada daerah Kabupaten Jember. Selain perusahaan perkebunan ada juga perkebunan rakyat
yang masih cukup banyak khususnya di wilayah Tapal Kuda seperti Madura, Gresik,
Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo, Bondowoso. Hingga saat ini perkebunan
rakyat lebih besar dibandingkan dengan perusahaan perkebunan yaitu dengan adanya
perbandingan luas perkebunan rakyat sebesar 97,43% dan perusahaan perusahaan
perkebunan sebesar 2,57%. Luas areal tanaman tembakau menurut data Direktoral Jendral
Perkebunan bahwa luas areal tanamana tembakau di Jawa Timur pada tahun 2018 sebesar
105,4 ribu hektar dengan produksi sebesa 84,01ribu ton.
Pada gambar 1.1 kita melihat luas areal tanam,luas panen,dan produktivitas tembakau pada
tahun 2011 – 2018

Tahun Luas areal Luas areal Produktivitas Produksi


tanam panen
Ha Ha Ton/Ha Ton
130,824 130,312 0,78 101,777
2011
153,561 147,515 0,92 135,412
2012
95,818 95,382 0,71 67,861
2013
119,471 119,110 0,91 108,136
2014
119,361 108,524 0,93 100,414
2015
119,206 47,643 0,89 42,191
2016
100,750 98,874 0,82 79,442
2017
105,429 105,429 0,81 84,015
2018
BPS, Analisis Data Tembakau Jawa Timur 2018
Hasil dari gambar 1.3 menyatakan bahwa ada naik turunnya tingkat luas areal tanam,luas
areal panen,serta produksi. Jika dilihat dari tabel penurunan yang cukup tajam pada tahun 2016
mengalami penurunan pada produksi sebesar 42,191 Ton padahal luas areal tanam mencapai
119,206 Ha ,secara teoritis hal ini dapat diakibatkan karena petani tidak berproduksi secara
efisien. Ketidakefisienan ini menjadi cerminan terdapatnya gap antara produksi rata rata yang
dihasilkan oleh petani tembakau dengan potensi produksi maksimal yang dapat dihasilkan.
Dapat di akibatkan juga dengan teknik penanaman yang tertentu ternyata petani juga masih
belum dapat menghasilkan produksi yang paling maksimun. Serta dengan ketidakefisienan
juga dapat mengakibatkan tembakau juga menghasilkan produksi yang menurun.

Menurut pertumbuhan jalur cepat yang disinergikan (samuelson,1955), teori ini


menekankan bahwa setiap daerah perlu mengetahui sektor ataupun komoditi apa yang memiliki
potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena
sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan.

Tembakau salah satu komoditas yang memiliki potensi dan dapat dikembangkan dengan
cepat serta tembakau harus memiliki competitive advantage . dengan kebutuhan modal yang
sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam
waktu relatif singkat dan sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar. Cara
mensinergikan yaitu membuat sektor lain juga harus saling terikat dan saling mendukung
menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait
akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat. Selain itu perlu diperhatikan pandangan
beberapa ahli ekonomi (Schumpeter dan ahli lainnya) yang mengatakan bahwa kemajuan
teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha (entrepreneurship) dalam masyarakat. Jiwa usaha
berarti pemilik modal mampu melihat peluang dan mengambil resiko untuk membuka lapangan
kerja baru untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.

Menurut Widyawati 2017, dalam perekonomian pasti memiliki keterkaitan antar sektor
satu dengan yang lainnya. Keterkaitan pada komoditas atau sektor akan tejadi jika sektor
tersebut membutuhkan input dari sektor lainnya. Seperti sektor pertanian dengan sektor
pengolahan industri yang memiliki keterkaitan yang tidak langsung ke depan yang tinggi.
Sehingga pembangunan yang diarahkan kepada pengembangan sektor industri pengolahan
akan berdampak tidak langsung terhadap pembangunan sektor ekonomi.

Berdasarkan pada uraian di atas serta fenomena yang dijelaskan pada latar belakang, maka
peneliti ingin menganalisis seberapa besar dampak komoditas tembakau terhadap sektor-
sektor lainnya di Provinsi Jawa Timur. Pada segi multiplier sektor pertanian memiliki
pengganda yang terdapat pada segi tenaga kerja,output,pendapatan. Mengingat juga besarnya
pengaruh komoditas tembakau terhadap konsumsi masyarakat sehingga menghasilkan PDRB
yang cukup tinggi terhadap perekonomian Provinsi Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas,maka dapat disimpulkan suatu rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana keterkaitan kebelakang dan ke depan (Backward and forward linkage)


komoditas tembakau dengan sektor ekonomi lainnya ?
2. Berapa besar efek pengganda (multiplier ) yang ditimbulkan oleh sektor pertanian
di Provinsi Jawa Timur ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui keterkaitan kebelakang dan ke depan (Backward and forward linkage)
komoditas tembakau dengan sektor ekonomi lainnya
2. Mengetahui Berapa besar efek pengganda (multiplier) yang ditimbulkan oleh
komoditas tembakau jika dilihat dari efek multiplier pendapatan dan output
1.4 Kegunaan Penelitian

Penulis berharap hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
masukkan dalam pembuat kebijakan dan mengambil keputusan dalam merencanakan serta
merumuskan arah pembangunan pertanian khususnya pada komoditas tembakau di wilayah
provinsi Jawa Timur,serta dapat berguna sebagai literatur untuk penelitiannya lainnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pembangunan Wilayah
Menurut Kuncoro (2010) pembangunan ekonomi adalah suatu proses
multimensional,karena pembangunan ekonomi sendiri bukan hanya bermakna perubahan
dalam struktur ekonomi suatu negara yang lihat dari menurunnya peranan sektor pertanian
dan meningkatnya peran sektor industri .

Pembangunan ekonomi wilayah diartikan suatu proses dimana pemerintah daeraj


serta masyarakat mengelola sumberdaya yang ada di daerah tersebut untuk membentuk
pola kemitraan terhadap pemerintah daerah serta sektor swasta untuk nantinya dapat
menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat menumbuhkan kegiatan ekonomi dalam
wilayah tersebut (Arsyad, 1999). Kemudian menurut Hadi dan Friyanto (2008)
pembangunan ekonomi wilayah merupakan proses yang mencangkup pembentukkan
institusi baru, pembangunan industri alternatif, serta perbaikan kapasitas tenaga kerja untuk
nantinya dapat menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik dari sebelumnya, serta
identifikasi pasar baru, Ilmu pengetahuan, dan perkembangan perusahaan baru.

Konsep perencanaan wilayah merumuskan kebijakan yang akan di tempuh agar


kegiatan yang ada di wilayah dapat di bangun serta adanya persebarluasan kebijakan di
seluruh wilayah,dengan cara mengoptimalkan potensi yang ada dapat meningkatkan
perekonomian yang ada di wilayah tersebut. Perencanaan sektoral akan berjalan baik jika
pertumbuhan dan pemerataan dapat di manfaatkan secara optimal. Konsep perencanaan
wilayah ini di ciptakan guna menunjang konsep perencaan sektoral, jika hal tersebut
tercapai kebijakan pertumbuhan dan pemerataan akan dapat di rumuskan.

Pembangunan wilayah ini dilakukan dengan pendekatan potensi wilayah yang


mengarah pada spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi efesiensi terhadap perdagangan
dan pengalokasian sumber daya akan berkembang dengan lebih baik lagi baik itu di wilayah
sendiri maupun antar wilayah. Jika perdagangan antar wilayah maupun di wilayah itu
sendiri telah berjalan dengan baik, lalu juga adanya peningkatan efesiensi alokasi sumber
daya akhirnya akan menciptakan dan peningkatan perekonomian nasional.
Provinsi Jawa Timur sendiri untuk komoditas tembakau serta olahan produknya
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,bagi masyarakat dan pemerintah komoditas
tembakau merupakan sumber pendapatan yang tinggi. Di dalam industri,komoditas
tembakau merupakan bahan baku utama sehingga pasokkan bahan baku tembakau harus
tetap ada dan terjaha kualitasnya untuk keberlakuan industri. Dalam hal standarisasi
tembakau harus di terapkan dengan baik begitu pula juga produk olahan tembakau. Hal ini
dibuat agar menjaga kualitas tembakau serta menjaga kepuasan konsumen yang mengkonsi
tembakau seperti halnya rokok, cerutu.

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

2.1.2.1 Teori Neoklasik ( Robert M Solow)

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari


Amerika Serikat dan T.W. Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan
unsur pertumbuhan penduduk,akumulasi kapital,kemajuan teknologi dan besarnya output
yang saling berinterakasi. Solow-swan menggunakan model fungsi produksi yang
memungkinkan adanya subsitusi antara kapital (K) dengan tenaga kerja (L). Dengan
demikian syarat syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model solow-swan
restriktif disebabkan kemungkinan subsitusi antara modal dan tenaga kerja. Hal ini berarti
adanya flesibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal tenaga kerja dapat
menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak memengaruhi
urusan pasar (Robinso Tarigan,2005) .

2.1.2.2 Adam Smith

Adam smith (1723-1790) “nabi” dari ilmu ekonomi modern, sebernarnya lebih
terkenal dengan teori nilainya yaitu (yaitu teori yang menyelidiki faktor faktor yang
menentukan nilai atau harga suatu barang). Namun dalam bukunya An Inquiry into the
nature and causes of the wealth of nations (1776) yang sangat terkenal itu dapat dilihat tema
pokoknya adalah mengenai bagaimana perekonomian kapitalis tumbuh. Di dalam buku
tesebut beliau yang mengungkapkan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang secara sistematis. Oleh sebab itu teori Adam Smith sering disebut sebagai awal
dari pengkajian masalah pertumbuhan secara sistematis.
Garis besar proses pertumbuhan ekonomi menurut adam smith dibedakan menjadi
2 aspek yaitu :

1. Pertumbuhan output (GDP) total dan

2. Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan output

Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu :

a. Sumber sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah)


b. Sumber manusiawi (jumlah penduduk)
c. Stok barang kapital yang ada

Adam smith mengatakan sumber alam yang tersedia merupakan wadah yang
paling mendasar dari kegiatan produksi di dalam masyarakat . Jumlah yang untuk
sumber daya alam yang tersedia di wilayah adalah batas maksimal bagi pertumbuhan
perekonomin tersebut. Jika sumber sumber alam belum tersedia serta pemanfaatan
kurang maka yang memegang peranan proses produksi yaitu jumlah penduduk serta
stok kapital yang ada. Besarnya output masyarakat yang menentukan adalah dua unsur
ini yaitu jumlah penduduk serta stok kapital selama tiap tahunnya. Jika output semakain
meningkat, sumber alam akhirnya akan sepenuhnya dimanfaatkan (dieksplotir), dan
pada tahapan ini sumber sumber alam akan membatasi output. Unsur sumber alam
tersebut menjadi batas atas dari pertumbuhan suatu perekonomian. Pertumbuhan
ekonomi akan berhenti apabila bata bata tersebut tercapai.

Unsur yang kedua sumber manusiawi atau jumlah penduduk. Dalam proses
pertumbuhan output unsur ini di sebut mempunyai peranan yang kurang atau
pasif,diartikan bahwa jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan
akan tenaga kerja dari masyarajat.

Untuk unsur yang ketiga yaitu stok kapital unsur produksi, disini stok kapitak
mennetukan rigkat output. Disini smit memberikan peranan sentral kepada
pertumbuhan stok kaiptal. smith memberikan hal tesrbut karena stok kapital dalam
proses pertumbuhan output. Tingkat output tergantung pada apa yang terjadi pada stok
kapital,serta lanu pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital.
Pertumbuhan penduduk

Aspek kedua dari pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk. Diatas


disebut penduduk bersifat pasif dalam proses pertumbuhan output,diartikan dalam
jangka panjang berapapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh proses produksi
akan tersedia melalui pertumbuhan penduduk.

Smith mengatakan,penduduk meningkat apabila tingkat upah yang berlaku


lebih tinggi daripada tingkat upah subsistensi,yaitu tingkat upah yang sedikit untuk
seseorang agar bisa mempertahakna hidupnya. Apabila tingkat upah berada diatas
tingkat subsistensi maka orang akan kawin pada umur muda, lalu kematian anak anak
berkurang dan jumlah kelahiran anak bertambah (Boediono.1981).

2.1.3 Teori Pembangunan Pertanian

Pengertian pertanian yang dalam arti luas tidak hanya mencakup pembudidayaan
tanaman saja melainkan membudidayakan serta mengelola dibidang perternakan seperti
merawat dan membudidayakan hewan ternak yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan
masyarakat banyak seperti: ayam, bebek, angsa. Serta pemanfaatan hewan yang dapat
membantu tugas para petani kegiatan ini merupakan suatu cakupan dalam bidang pertanian
(Bukhori, 2014).

Pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di Negara-Negara Berkembang.


Peran atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara
menduduki posisi yang penting sekali. Hal ini antara lain disebabkan beberapa faktor
(Totok Mardikanto, 2007:3).

Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal.

a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian
meningkat.
b. Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong
keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier.
c. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi
pembangunan melalui eksport hasil pertanian terus-menerus.
d. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah.
e. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Peran nyata sektor pertanian sebagai tumpuan pembangunan ekonomi nasional
pada masa krisis dan selama pemulihan ekonomi, maka sektor pertanian perlu
diposisikan sebagai sektor andalan dan didukung secara konsisten dengan
mengembangkan ekonomi yang bersifat resource based. Atas dasar tersebut, potensi
perekonomian pedesaan diharapakan akan menjadi determinan dari perekonomian
nasional secara keseluruhan dan dengan demikian perubahan yang terjadi pada struktur
perekonomian pedesaan perlu dicermati terutama dampaknya terhadap struktur
kesempatan kerja dan pendapatan di wilayah pedesaan (Resthiningrum, 2011).

Adanya strategi pembangunan ekonomi yang berbasis pada prioritas pertanian serta
ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap yaitu : (1) memerlukan
percepetan output melalui serangkaian dan peningkatan teknologi,instistusional, dan
insentif herga yang khusus untuk meningkatkan petani kecil, (2) peningkatan
permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari startegi
pembangunan ekonomi di wilayah perkotaan yang berorientasi pada upaya pembinaan
ketenegakerjaan, (3) diversifikasi kegiatan pembangunan daerah yang pemilihannya
yaitu padat karya,yaitu nonpertanian dimana secara langsung serta tidak langsung akan
menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian. Untuk skala yang lebih luas
pembangunan dalam sektor pertanian diyakini inti dari pembangunan nasional secara
menyeluruh khusus di Indonesia dan di wilayah Jawa Timur. Jika tidak adanya
pembangunan untuk sektor pertanian maka pertumbuhan industri tidak akan bisa maju
dan jikapun tetap berjalan pertumbuhan industri akan memunculkan ketimpangan
internal yang sangat parah dalam perekonomian seta akan muncuk masalah masalah
kemiskinan,ketimpangan pendapatan , serta penagangguran (Todaro,2014).

Menurut Analisis klasik dari Kuznets (1964) dalam tambunan T (2003), sektor
pertanian di Negara sedang berkembang adalah suatu sektor ekonomi yang sangat
potensial . ada 4 bentuk kontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi yaitu :

1. Ekspansi dari sektor ekonomi bukan pertanian sangat membutuhkan dan tergantung
pada produk sektor pertanian,ini dikarenakan karena penyediaan bahan baku untuk
keperluan kegiatan produksi.seperti hal industri pengolahan makanan serta
minuman , pakaian jadi,perabotan rumah tangga. Hal ini dapat disebut sebagai
kontribusi produk
2. Karena sangat kuatnya sektor pertanian di tahap awal pembangunan,maka populasi
di sektor pertanian membentuk bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan)
domestik untuk produk dari industri dan sektor lain di dalam negeri,baik untuk
barang konsumen serta produsen.hal seperti ini dapat disebut sebagai kontribusi
pasar
3. Sangat bermanfaatnya pertanian (dapat dilihat melalui sumbangan outputnya
terhadap pembentukkan PDB serta pada penyerapan tenaga kerja) dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat,sektor pertanian dijadikan sebagai
sumber modal untuk investasi didalam perekonomian. Pembangunan ekonomi
melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor bukan pertanian.
Hal di atas ini dapat kita sebut sebagai komoditas tembakau terhadap pertanian
kontribusi faktor produksi
4. Sektor pertanian sebagai saah satu sumber penting untuk surplus neraca
perdagangan serta neraca pembayaran (sumber devisa), dapat dilakukan dengan
ekspor hasil pertnian atau peningkatan prosuksi komoditi pertanian menggantikan
impor (sunsitusi impor). Hal ini merupakan kontribusi devisa
2.1.4 Pengembangan Komoditas Unggulan

Komoditas Unggulan adalah komoditi potensial yang dipandang dapat


dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki
keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi (Ely,2014).

Komoditas unggulan merupakan hasil usaha masyarakat di setiap wilayah


yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi
masyarakat . beberapa ciri ciri dari komoditas unggulan yaitu :

1. Mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (ciri


spesifik,kualitas bagus, serta harga yang terjangkau atau
murah)
2. Wilayah tersebut memanfaatkan potensi sumberdaya lokal
dan dapat dikembangkan
3. Mempunyai nilai tambah yang cukup tinggi untuk
masyarakat
4. Secara ekonomi pastinya mendapatkan keuntungan serta
manfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan
sumber daya manusia
5. Layak di dukung oleh modal bantuan serta kredit
2.1.4.1 Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang disinergikan (Samuelson)
Teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson pada
tahun 1955 (Tarigan, 2005 : 54). Inti dari teori ini adalah menekankan bahwa setiap
daerah perlu mengetahui sektor ataupun komoditi apa yang memiliki potensi besar
dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena
sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan
kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang
lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan sumbangan untuk
perekonomian juga cukup besar. Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus bisa
diekspor (keluar daerah atau luar negeri). Perkembangan sektor tersebut akan
mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara
keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor adalah membuat sektor-sektor
saling terkait dan saling mendukung. menggabungkan kebijakan jalur cepat dan
mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat
perekonomian tumbuh cepat. Selain itu perlu diperhatikan pandangan beberapa ahli
ekonomi (Schumpeter dan ahli lainnya) yang mengatakan bahwa kemajuan
teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha (entrepreneurship) dalam masyarakat.
Jiwa usaha berarti pemilik modal mampu melihat peluang dan mengambil resiko
untuk membuka lapangan kerja baru untuk menyerap angkatan kerja yang
bertambah setiap tahunnya.
Sedangkan competitive advantage sendiri diperkenalkan oleh Michael
Porter,Profesor Ilmu Ekonomi dan ahli Manajemen strategi dari Harvard University
(1990) berusaha untuk mengkaji daya saing (competitiveness) dari segi mikro
kepada daya saing bangsa. Dimana competitive advantage merupakan kritik untuk
teori keunggulan absolut adam smith yang kemudian disempurnakan oleh teori
komparatif ricardo yang untuk pada zaman sekarang ini sudah tidak relevan
meskipun perdagangan dengan kebijakan ini masi dapat dilakukan selama rasio
harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan .
Pengertian dari competitive advantage sendiri yaitu menurut daya Mangkuprawira
(2007) mengemukakan keunggulan kompetitif sebagai kemampuan perusahaan
untuk memformulasi strategi pencapaian peluang profit melalui maksimisasi
penerimaan dari investasi yang dilakukan. Sekurang-kurangnya ada dua prinsip
pokok yang perlu dimiliki perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif yaitu
adanya nilai pandang pelanggan dan keunikan produk. Salah satu keberhasilan
untuk mampu bertahan di tengah persainagn perusahaan dalam mengembangkanya
yaitu dengan cara inovasi. Wahyono (2002) menyebutkan tujuan dari inoasi adalah
untuk memenuhi permintaan pasar sehingga nantinya produk yang dilakukan
perubahan sesuai dengan keadaan pasar yang dapat memenuhi permintaan pasar.
Salah satu komoditas di Indonesia khususnya wilayah Provinsi Jawa Timur
yaitu dari sektor perkebunan adalah komoditas tembakau. Yang dimana tembakau
merupakan salah satu dari tujuh komoditas unggulan dari beberapa komoditas
disektor perkebunan Provinsi Jawa Timur yaitu tebu, kopi, cengkeh, kakao, jambu
mente, kelapa.
2.1.5 Analisis Model Input – Output
Pada tahun 1930-an pertaman kalinya alat analisis Input-Output dikembangkan
oleh Wassily Leontief. Alat analisis Input-output ini merupakan ide sangat sederhana
yang di ciptakan oleh Wassily Leontief namun analisis ini merupakan alat analisis yang
ampuh dalam melihat hubungan anatara sektor dalam suatu perekonomian. Di
pertengahan abad ini hubungan antar sektor mulai menjadi penting,sejak analisis
pembangunan ekonomi tidak lagi hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi saja
namun juga melihat disisi pembagian pertumbuhan antar faktor-faktor produksi, dan
juga sumber pertumbuhan itu sendiri (Nazara,2005).
Menurut Boumal (1972) dalam Nazara (2005) menyatakan bahwa analisis
input-output ini sebagai usaha memasukkan fenomena keseimbangan umum dalam
analisis empiris sisi produksi. Analisis input-output ini dilihat dari sisi perekonomian
dimana dilihat pada keseimbangan yang didasarkan pada arus transaksi antarpelaku
perekonomian. Penekanan yang paling utama pada analisis ini adalah sisi produksi.
Teknologi produksi digunakan oleh perekonomian tersebut yang memegang peranan
penting,naman teknologi lah yang memegang peranan besar jika dikaitkan dengan
pernggunaan input anatara.
Analisis input-output (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas
perekonomian wialayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antarsektor
ekonomi diwilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi
perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu,dampaknya terhadap sektor lain dapat
lihat. Selain itu, analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di
wilayah tersebut melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat
produksi sektor-sektor tersebut,dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat
bertambah/berkurang. Setiap produk pasti membutuhkan input agar produk tersebut
dapat dihasilkan. Hasil produk dapat langsung dikonsumsi atau sebagai input untuk
menghasilkan produk lain atau input untuk produk yang sama pada putaran
berikutnya,misalnya bibit. Input dapat berupa output dari sektor lain (termasuk sektor
sendiri tetapi dari putaran sebelumnya) yang sering disebut input antara berupa bahan
baku dan input primer berupa tenaga kerja, keahlian, peralatan, dan modal.
Keikutsertaan faktor faktor produksi akan mendapat imbalan yang menjadi pendapatan
masyarakat sesuai dengan peran atau keterlibatannya. Hal itu menggambarkan bahwa
sektor dalam perekonomian wilayah saling terkait satu dengan yang lainnya dan bersifat
langsung maupun tidak langsung. ( Robinson Tarigan,2005)
2.1.5.1 Manfaat atau Kegunaan Analisis Input Output

( Robinson Tarigan,2005) Dapat disimpulkan tentang kegunaan analisis input-output


yaitu :

1. Menggambarkan kaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan terhadap


perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian wilayah bukan lagi
sebagai kumpulan sektor-sektor, melainkan merupakan satu sistem yang saling
berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan langdung memengaruhi
keselruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi secara bertahap.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui yang menarik (backward linkage) dan daya
mendorong (forward lingkage) dari setiap sektor sehingga mudah menetapkan
sektor mana saja yang dijadikan sebagai sektor startegis dalam perencanaan
pembangunan perekonomian wilayah.
3. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran,
seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui akan meningkat. Hal
ini dapat dianalisis melalui kenaikan input anatara dan kenaikan output
4. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan
ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif.
5. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan
modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah, seandainya input-nya
dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja atau modal.
Kegunaan alat analisis input-output diatas menunjukan bahwa analisis input-output
sangat berguna untuk diterapkan kedalam perencanaan pembangunan perekonomian
wilayah. Pada masa lalu penerapan analisis input-output mengalami hambatan karena
terkadang tebel input-output untuk wilayah yang bersangkutan belum tersedia nantinya
akan susah menyiapkan tabel analisisnya. Namun saaat ini, input-output tingkat
provinsi atau kabupaten sudah dapat diolah dengan mudah ( Robinson Tarigan,2005)

2.1.5.2 Tabel dasar transaksi dalam metode input-output

Alokasi Output

Sumber input Permintaan antara Permintaan Total penyediaan


akhir
Impor Jumlah output
Input antara Sektor produksi kuadran I Kuadran II
Sektor 1 X1l ... X1j ... X1m F1 M1 X1

Sektor 2 X2l ... X2j ... X2m F2 M2 X2

... ... ... ... ... ... ... ... ...

Sektor i xil ... xij ... Xim Fi Mi Xi

... ... ... ... ... ... ... ... ...

Sektor n xnl ... xnj ... Xnm Fn Mn Xn

Kuadran III Kuadran IV


2.Input primer Vl ... Vj ... Vm
Jumlah input Xl ... Xj ... Xm

Tabel transaksi input-output terdiri atas 4 kuadran yang isi masing masing kuadranya
akan di uraikan berikut ini :

1. Kuadran I
Kuadran I ini terdiri dari transaksi antarsektor/kegiatan,yaitu arus barang atau jasa yang
dihasilkan oleh suatu sektor nantinya digunakan untuk sekrtor lain maupun sektor itu
sendiri,baik bahan penolong dan juga bahan baku. Artinya disini barang dan jasa itu
dibeli untuk kebutuhan proses produksi yang hasil akhirnya akan dijual kembali pada
putaran berikutnya. Unsur impor yang terdapat di input di keluarkan lalu dihitung
sendiri. Matriks yang ada dalam kuadran I meruapakan sistem produksi dan bersifat
endogen,sedangkan matriks yang berada diluar Kuadran I (Kuadran II.III.IV) bersifat
eksogen. Endogen artinya tidak mampu berubah karena pengaruh dari dalam diri
sendiri, perubahan hanya terjadi karena pengaruh dari luar.
2. Kuadran II
Kuadran II sendiri terdiri atas permintaan akhir,dimana barang dan jasa yang dibeli oleh
masyarakat untuk konsumsi (habis pakai) dan untuk investasi. disini permintaan akhir
termasuk barang atau jasa yang dibeli oleh masyarakat umum,dibeli oleh pemerintah,
dipergunakan untuk investasi, diekspor ke luar negeri atau ke luar wilayah,dan jika
tidak lagi berada di dalam negeri atau wilayah dianggap habis terpakai.
3. Kuadran III
Kuadran III disini berisikan input primer,yaitu semua daya dan dana yang diperlukan
untuk menghasilkan produk tetapi diluar kategori input antara. Ada sekitar 6 kategori
yang masuk ke dalam kudran III yaitu tenaga kerja, keahlian, modal, peralatan,
bangunan,dan tanah. Sumbangan yang diberikan kepada masing masing pihak dilihat
dan dihitung sesuai dengan balas jasa yang diterimanya karena ikutnya mereka dalam
proses produksi. Contohnya yaitu keahlian mendapatkan bonus dari atasan,tenaga kerja
mendapatkan pendapatan berupa gaji. Di dalam kuadran III yang tertera adalah balas
jasa bagi faktor produksi dan merupakan medapatan yang menggambarkan
kemakmuran.
4. Kuadran IV
Kuadran IV disini menjelaskan bagaimana balas jasa yang diterima oleh input primer
yang didistribusikan kepada permintaan akhir. Karena tidak dibutuhkan dalam analisis
input-output sedangkan dalam pengumpulan data dibutuhkan survei yang
rumit,kuadran IV biasanya sering di abaikan pada tabel input-output. (Robinson
Tarigan,2005)

2.1.5 Analisis Pengganda (Multiplier )

Menurut Ismayanti,2010 mengatakan bahwa proses multiplier effect


merupakan proses menunjukkan sejauh mana pendapatan nasional akan berubah efek
dari perubahan dalam pengeluarab agregat. Tujuan dari Multiplier sendiri adalah untuk
menerangkan pengaruh dari kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat ke
atas tingkat keseimbangan dan terutama ke atas tingkat pendapatan nasional.
Menurut BPS Jawa timur tentang input – output(2015) ,Di dalam tabel I-O
menjelaskan bagaimana efek dari perubahan permintaan akhir output perekonomian.
Komponen permintaan akhir biasanya terdiri dari komponen pengeluarab konsumsi
pemerintag, konsumsi rumah tangga, ekspo- impor serta investasi. analisis seperti ini
biasanya di sebut analisis pengganda. Pada analisis ini ada 3 analisis yaitu pengganda
output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja.
1. Pengganda output
Analisis pengganda output bertujuan agar dapat melihat dampak dari perubahan
permintaan akhir suatu sektor terhadap seluruh sektor yang per satuan peruabahan
suatu jenis pengganda. Jika ada peningkatan permintaan akhir disuatu sektor,disini
tidak hanya meningkatkan output tersebut namun berefek pada peningkatan output
sektor lainnya di dalam perekonomian.
2. Pengganda pendapatan
Analisis pendapatan adalah alay analisis untuk dapat melihat pengaruh dari
perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap pendapatan sektor tesebut di
dalam suatu perekonomian. Nilai di dalam angka penggada pendapatan suatu sektor
dapat dilihat dari jumlah pendapatan rumah tangga total yang tercipta akibat adanya
tambahan satu unit permintaan akhir di sektor tersebut. Pengaruh seperti ini disebut
dengan pengganda pendapatan rumah tangga atau biasanya disebut dengan efek
pendapatan
3. Pengganda tenaga kerja

Pengganda tenaga kerja melihat dari efek total dari adanya perubahan menurut
lapangan pekerjaan akibatnya yaitu adanya satu unit perubahan permintaan akhir di
suatu sektor tertentu. Dalam efek pengganda tenaga kerja ini digunakan untuk
melihat peran suatu sektor dalam meningkatkan tenaga kerja yang berapa besar
jumlahnya dan terserap oleh perekonomian.
2.2 Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
1. Suseno aji deky Multiplier Effect Tujuan penelitian ini adalah untuk Input output Hasil penelitian menunjukkan
(2017) Sektor Basis menganalisis dan mengetahui bahwa sektor basis mempunyai
Terhadap seberapa besar pengaruh ekonomi dampak pengganda terhadap
Perekonomian yang ditimbulkan oleh sektor output, pendapatan dan tenaga
Daerah Provinsi industri pengolahan dalam kerja. Sektor industri pengolahan
Jawa Tengah memiliki angka multiplier output
sebesar 2,02060. Hasil analisis
multiplier pendapatan, sektor jasa-
jasa memiliki nilai pengganda
pendapatan tertinggi, yaitu
0,59764. Hasil analisis multiplier
tenaga kerja terbesar adalah pada
sektor pertanian, yaitu 0,30992.

2. Haris azman wilaga Analisis Peranan Tujuan menganalisis peranan, Input output nilai sektor tanaman pangan
menganalisis keterkaitan subsektor
(2017) Subsektor Tanaman terdapat di peringkat 6 pada
tanaman pangan dengan sektor
Pangan terhadap lainnya, dan menganalisis dampak struktur output dan peringkat 5
Perekonomian Jawa multiplier yang ditimbulkan dari pada struktur nilai tambah bruto.
perubahan permintaan akhir
Barat Secara lebih terperinci, sektor
subsektor tanaman pangan
terhadap sektor perekonomian industri pengolahan lebih
Jawa Barat.
memberikan manfaat kepada
masyarakat daripada sektor
tanaman pangan
3. Oktavia Fajar H,et Peran Sektor Melihat peran sektor pertanian Input-Output Komoditas unggulan sektor
al.2016 Pertanian dalam dalam pembangunan ekonomi pertanian, yaitu: komoditas ikan
Pembangunan Provinsi Jawa Timur laut dan hasil perikanan lainnya,
Ekonomi di menggunakan Input Output komoditas ikan darat dan hasil
Provinsi Jawa perikanan lainnya, komoditas
Timur padi, komoditas jagung,
komoditas sayur-sayuran,
komoditas buah-buahan,
komoditas kedelai, komoditas
telur, komoditas sapi, komoditas
ayam, komoditas susu segar,
komoditas ternak lainnya,
komoditas domba dan kambing,
komoditas tebu, komoditas
tembakau.
4. Wijaya agung raka Analisis Input bertujuan untuk mengetahui Input-output Hasil penelitian menunjukkan
iswin,at al. (2014) Output Tembakau kecenderungan perkembangan bahwa luas tanam tembakau
di Provinsi Jawa komoditas tembakau dan cenderung menurun sedangkan
Timur agroindustri tembakau di Provinsi jumlah perusahaan, tenaga kerja,
Jawa Timur; mengetahui dan nilai ouput agroindustri
keterkaitan ke belakang (backward tembakau cenderung meningkat.
linkage) dan keterkaitan ke depan Keterkaitan ke belakang sektor
(forward linkage) sektor agroindustri rokok termasuk rendah sedangkan
tembakau terhadap sektor lainnya sektor tembakau olahan termasuk
dalam struktur ekonomi Provinsi tinggi. Keterkaitan ke depan
Jawa Timur; dan mengetahui besaran kedua sektor tersebut termasuk
dampak ekonomi yang ditimbulkan rendah. Sektor rokok termasuk ke
oleh sektor agroindustri tembakau, dalam sektor dengan dampak
ditinjau berdasarkan multiplier effect output dan pendapatan yang
terhadap output, pendapatan, dan rendah, namun memiliki dampak
penyerapan tenaga kerja di Provinsi tenaga kerja yang tinggi.
Jawa Timur.

5. Guo dan Planting Using input output Untuk meningkatkan struktur Input output Perekonomian AS telah
(2000) analysis to measure ekonomi selama dua setangah mengalami transformasi
US economic dekade terakhir. Interdepensi signifikan dalam struktur
structural chane antara industri domestik telah ekonomi selama dua setangah
over A 24 Year menurun sesuai dengan penurunan dekade terakhir. Interdepensi
Period total pengganda. antara industri domestik telah
menurun sesuai dengan
penurunan total pengganda.
2.3 Kerangka konseptual
Kerangka Konseptual digunakan sebagai pedoman atau sebagai gambaran alur dari pemikiran
dalam fokus pada tujuan penelitian.

Kondisi ekonomi
pertanian di Provinsi
Jawa Timur

Teori Pertumbuhan Jalur


Cepat yang di Sinergikan
(Samuelson)

Peranan Komoditas
Tembakau

Analisis Input Output

Backward and Multiplier Effect


forward linkage (efek pengganda)

Perekonomian Provinsi Jawa Timur


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada skripsi penulis adalah deskriptif kuantitatif,metode yang
menggunakan analisa data dengan menggunakan data dalam bentuk angka atau nilai
yang dimana kemudian di analisa serta menjabarkan melalui kalimat pada data
kuantitatif.
Penjelasan lain tentang pengertian deskriptif kuantitatif yaitu pendekatan
dengan cara sistematis yang menghubungkan fenomena dengan prespektif sebab
akibat, biasanya menggunakan variabel tertentu, hipotesis, survei, pengukuran
observasi atau berhubungan dengan strategi penelitian postpositve knowledge
claim, dan pre posttest measures of attitudes, experimental strategy of inquiry yang
selanjutnya akan dimodelkan berdasarkan teori perhitungan matematis atau statistik
(cresswell,2003)

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini


menggunakan data sekunder dengan data Input-Output pada tahun 2015.
3.3 Sumber data dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Biro Statistik Provinsi Jawa Timur, Badan Pusat statistik
Indonesia.
3.4 Metode Analisis
3.4.1 Analisis Input Output
Alat analisis yang digunakan oleh penelitian ini adalah analisis input output.
Dimana alat ini digunakan untuk mempelajari dampak komoditas tembakau
dalam peranan sektor pertanian terhadap perekonomian di sektor lainnya.
Dengan model Input-Output ini,dampak komoditas tembakau di sektor
pertanian terhadap output,pendapatan,kesempatan kerja,dan nilai tambah dapat
diketahui berdasarkan matriks permintaan akhir. Sedangkan dalam dampak
penyebarannya sektor terhadap sektor lainnya dapat dikaji dengan koefisien
penyebaran dan kepekaan penyebaran yang dapat diketahui berdasarkan
koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran yang dapat diketahui
berdasarkan matriks kebalikan leontif terbuka.
Persamaan dasar pada analisis input-output yaitu:
𝑋1 = 𝑋11 + 𝑋12 +𝑋13 +...+𝑋1𝑛 +𝑌1

𝑋2 = 𝑋21 + 𝑋22 +𝑋23 +...+𝑋2𝑛 +𝑌2

𝑋3 = 𝑋31 + 𝑋32 +𝑋33 +...+𝑋3𝑛 +𝑌3


. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .

𝑋𝑛 = 𝑋𝑛1 + 𝑋𝑛2+𝑋𝑛3 +...+𝑋𝑛𝑛 +𝑌𝑛 ........................................(1)

Jika diketahui matriks koefisien input :


𝑥𝑖𝑗
𝑎𝑖𝑗 = ................................................................................(2)
𝑋𝑗

Jika persamaan 2 disubtitusikan ke persamaan 1, maka didapat persamaan :


𝑋1 = 𝑎11 𝑋1 + 𝑎12 𝑋2+ 𝑎13 𝑋3 +...+ 𝑎1𝑛 𝑋𝑛 +𝑌1
𝑋2 = 𝑎21 𝑋1 + 𝑎22 𝑋2+ 𝑎23 𝑋3 + ...+ 𝑎2𝑛 𝑋𝑛 +𝑌2
𝑋3 = 𝑎31 𝑋1 + 𝑎32 𝑋2+ 𝑎33 𝑋3 +...+ 𝑎3𝑛 𝑋𝑛 +𝑌3
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .

𝑋𝑛 = 𝑎𝑛1 𝑋1 + 𝑎𝑛2 𝑋2+ 𝑎𝑛3 𝑋3 +...+ 𝑎𝑛𝑛 𝑋𝑛 +𝑌𝑛 ....................(3)

Persamaan aljabar diatas dapat diubah ke dalam bentuk matriks :


Maka persamaan matriks di atas ditulis menjadi:
X = AX +Y
Y = X – AX
Y= (I-A) X
Berdasarkan kaidah matriks,persamaan di atas dapat diubah menjadi :
X= (𝐼 − 𝐴)−1 Y ......................................................................(4)
Dimana : I = Martriks identitas
A = Matriks Koefisien teknis
X = Jumlah Output
Y = Matriks dari jumlah permintaan akhir di setiap sektor

(I-A) = Matriks Leontief

(𝐼 − 𝐴)−1 = Matriks Kebalikan Leontief terbuka


3.4.2 Analisis keterkaitan
Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor
Perekonomian lain. Teori keterkaitan ini meliputi keterkaitan kedepan
(forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan sektor
dalam pemakaian output oleh sektor lain. Kemudian keterkaitan
kebelakang (backward linkage) menunjukkan hubungan antar sektor
terhadap pembelian input dari sektor lain dan keterkaitan ke belakang
tidak langsung
a. Keterkaitan langsung ke depan (Direct forward linkage effect)
Keterkaitan langsung kedepan digunakan untuk mengetahui
keterkaitan dalam suatu sektor yang menghasilkan suatu output,yang
digunakan sebagai input sektor lain. Dengan demikian output sektor i
meningkat maka besarnya output sektor ini yang diberikan ke sektor
lainnya (sebagai input) akan meningkat.
Dirumuskan :

K(𝐷𝐼 ) =

Dimana :

K(𝐷𝐼 ) = keterkaitan ke depan

𝑎𝑖𝑗 = unsur matriks koefisien teknis

a. Keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage effect)


Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan keterkaitan
yang bersumber dari mekanisme yang digunakan dalam input
produksi.keterkaitan langsung ke belakang digunakan untuk
mengetahui keterkaitan suatu sektor yang menggunakan output
sektor lain untuk digunakan sebagai input produksi bagi sektor
tersebut.
Dapat di rumuskan :

Dimana :

K(𝐵𝐼 ) = Keterkaitan kebelakang


𝑎𝑖𝑗 = unsur koefisien

b. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan (direct indirect


forward linkage effect)
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan digunakan
untuk mengetahui kepekaan suatu sektor tertentu terhadap sektor yang
menggunakan output sektor,baik secara langsung maupun tidak
langsung. Hasil tersebut dapat diketahui dengan menjumlahkan baris
elemen matriks kebalikan Leontief dan merumuskan sebagai berikut :
Dimana :

F(d+i) =keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i


𝑎𝑖𝑗 = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka
c. Keterkaitan langsung dan tidak langsung kebelakang (direct
indirect backward linkage effect)
Keterkaitan langsung dan tidak langsung kebelakang digunakan
untuk mengetahui penyebab dari suatu sektor terhadap seluruh sektor
ain yang menyediakan input bagi sektor tersebut baik keterkaitan
langsung maupun tidak langsung . nilai tersebut dapat diketahui dengan
menunjukkan kolom elemn matriks kebalikan leontief dirumuskan
sebagai berikut L

Dimana :
B (d) j = keterkaitan langsung ke belakang sektor j
Aij = matrik koefisien input
3.4.3 Analisis Pengganda (Multiplier)

Salah satu jenis analisis yang umum dilakukan dalam rangka kerangka analisis input
output adalah analisis pengganda (multiplier). Pada intinya,analisis pengganda
mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel endogen tertentu terhadap
perubahan variabel eksogen seperti permintaan akhir,didalam perekonomian
Rumusan analisis pengganda output,pendapatan,tenaga,kerja

Sumber : Miller dan Blar,1985

Keterangan :
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan uraian yang terbatas pada setiap variabel yang
digunakan dalam penelitian dengan makna tunggal dan terukur. Dalam penelitian
ini definisi variabel operasional yang digunakan sebagai berikut :
a. Output
Output Adalah nilai produksi barang dan jasa (produk) yang dihasilkan seluruh
sektor ekonomi yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur. Dalam
Mengestimasi output sektoral, ada tigas jenis produk yang dicakup :
1. Produk utama (main product), yaitu produk yang memberikan nilai terbesar
dari keseluruhan aktivitas produksi di dalam suatu perusahaan
2. Produk Ikutan (by product), yaitu produk yang dihasilkan bersamaan
terhadap produksi uatama (didalam suatu proses yang tunggal). Contoh
jerami yang dihasilkan bersama padi
3. Produk sampingan (secondary product) adalah produk yang dihasilkan
bersamaan dengan adanya produk utama,namun tidak dari proses yang sama
b. Input Antara
Input antara ini mencakup penggunaan barang serta jasa oleh suatu sektor
tertentu didalam proses produksinya. Barang serta jasa ini adalah hasil produksi
sektor lain maupun hasil produksi sendiri. Barang yang digunakan untuk input
antara yaitu kebanyakan habis dalam sekali pakai misalnya, bahan penolong,
bahan baku, serta sejenisnya.
c. Permintaan Antara
Permintaan antara adalah permintaan barang dan jasa guna memenuhi proses
produksi oleh sektor lain, dimana permintaan antara merupakan jumlah
penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain untuk digunakan dalam proses
produksi.
d. Input Primer (Nilai tambah )
Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor- faktor produksi yang
terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan. Input primer dapat
disebut juga nilai tambah bruto yang terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha,
penyusutan, pajak tak langsung dan subsidi.
e. Permintaan Akhir
Permintaan akhir adalah pemintaan barang dan jasa yang terdiri dari permintaan
output untuk input produksi sektor lain dan permintaan untuk konsumsi akhir.
Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan
ekspor- impor.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan Robinson,2005.Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi.Jakarta:PT Bumi
Aksara
BPS Provinsi Jawa Timur.2018.Analisis Data Tembakau Jawa Timur 2018.Surabaya : PT Sinar
Murni indoprinting
Boediono DR.1981.Teori Pertumbuhan Ekonomi.Yogyakarta: BPFE
Pribadhi Bagus.2019.Analisis Dampak Komoditas Padi Terhadap Perekonomian Jawa Timur
: Pendekatan Input Output [Skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember
Priyono Hadi Teguh.2001.Ekonomi Tembakau Kabupaten Jember.Jurnal Agribis, V(1),27-29.
Mu’min S.M., & Anggara P.Y., & Maulana B.R.2018. Identifikasi Pengembangan Industri
Tembakau Di Jawa Timur : Pendekatan Model Dinamis Dan Penerapan The Triple Layered
Business Model Canvas. Pembangunan Pertanian dan Peran Pendidikan Tinggi Agribisnis:
Peluang dan Tantangan di Era Industri 4.0.575-591.
BPS Provinsi Jawa Timur. 2016. Tabel Input Output Provinsi Jawa Timur 2015.Surabaya:
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
Wijaya, A.,R.,I,& Masyuri.,& Irham.,Hartono, S.2014.Analisis Input Output Pengolahan
Tembakau di Provinsi Jawa Timur.Agro Ekonomi,24(1),1-9.
Rofiuddin, M.2018.Pengolahan Tembakau & Pembangunan Ekonomi di Kabupaten
Pamekasan.Media ekonomi dan manajemen,33(1),40-43
Rachmat,M., &Aldilaflah.,R.2010.Agribisnis tembakau di Indonesia: Kontroversi & Prospek.
Forum penelitian agro ekonomi,28(1),69-80.
Oktavia,F.,H., &Hanani,N., &Suhartini.2016. peran sektor pertanian dalam pembangunan
ekonomi di Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Input-Output),27(2),72-84
Haris,A.,W.,&Sarma.,&Falatehah, F.,A.2018. Analisis Peranan Subsektor tanaman pangan
tehadap perekonomian Jawa Barat.Journal of regional and rural planning,1(3),231-242.
Susenti, A., D & Anas,A., M. 2017. Multiplier effect sektor Provinsi Jawa Tengah.Jurnal riset
ekonomi pembangunan,2(2),1-14.

Anda mungkin juga menyukai