Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR PERDAGANGAN TERHADAP

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN AGAM PERIODE


TAHUN 2010-2014

PROPOSAL MINI

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah Metodologi Penelitian

Oleh:
DZIKRA
NIM: 1713060261

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG

TAHUN AJARAN 1441/2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan dari aktifitas pembangunan
ekonomi didalamnya. Otonomi daerah memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengelola
sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.
Menurut Walt W. Rostow, transisi dari keterbelakangan ke perekonomian maju dapat
diuraikan dalam serangkaian langkah atau tahap yang harus dilalui semua Negara. Dan
menurutnya, sebuah Negara bergerak melalui tahapan berurutan dalam upaya mencapai
kemajuan. Tahap-tahap pembangunan ekonomi menurut Walt W. Rostow ada lima tahap
yakni : 1) masyarakat tradisional, 2) masyarakat prasyarat untuk lepas landas, 3) masyarakat
lepas landas, 4) masyarakat menuju kematangan, 5) masyarakat konsumsi yang berlebih.
Pembangunan ekonomi memiliki dua tujuan, yaitu untuk meningkatkan pendapatan riil
perkapita dan perbaikan taraf keadilan dalam distribusi pendapatan.
Upaya yang dapat dilakukan guna peningkatan sumber-sumber pendapatan untuk
pembiayaan daerah dilakukan dengan cara diantaranya adalah dengan menggali potensi
sumber daya alam yang sangat berarti sebagai sumber penerimaan daerah. Jika masyarakat
mampu menggunakan sumber daya alam dengan baik maka pendapatannya akan bertambah,
sehingga sebagian dari hasil pendapatan itu dapat digunakan untuk pembiayaan
pembangunan daerah .
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola setiap sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru
dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah
tersebut. Dan pembangunan ekonomi daerah juga sebagai alternative solusi dalam
menghadapi masalah atau tantangan yang harus dihadapi. Dan PDRB merupakan salah satu
alat ukur yang digunakan untuk menggambarkan tingkat keberhasilan pembangunan.
Pembangunan kewilayaan atau bisa disebut dengan pembangunan regional dimaksudkan
agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata sesuai
dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut. Menurut Soekartawi(1990), pembangunan
kewilayaan ditujukan untuk mewujudkan pemerataan dan perluasaan pembangunan dari
pusat kedaerah atau yang biasa dikenal dengan istilah (spread effect). Bila pembangunan
regional berjalan dengan baik, maka diharapkan daerah-daerah mengalami pembangunan
yang mandiri didasarkan potensi sumber daya yang dimiliki wilayah tersebut. 1
Produk domestik regional bruto atau pendapatan regional adalah merupakan nilai tambah
yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan
usahanya di daerah atau wilayah tertentu tanpa memperhatikan kepemilikan faktor-faktor
produksi.
Kemajuan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi secara
agregat yang dapat dihitung melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang rata-rata
tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektornya, artinya apabila suatu sektor mempunyai
kontribusi besar dan pertumbuhan sangat lambat maka hal ini dapat menghambat tingkat
pertumbuhan ekonomi secara agregatif. Sebaliknya, apabila sektor tersebut mempunyai
tingkat pertumbuhan yang tinggi dan sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Analisis kontribusi digunakan untuk mengetahui PDRB sebagai salah satu indikator yang
menunjukan kemampuan sumber daya yang dihasilkan suatu daerah.2
Untuk meningkatkan pendapatan daerah pemerintah perlu melakukan analisis potensi-
potensi yang ada didaerah dan mengembangkan potensi tersebut sebagai pemasukan daerah.
Jika potensi tersebut meningkat maka akan berpengaruh terhadap peningkatan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), sehingga akan menciptakan kesejahteraan masyarakat
yang meningkat, infrastruktur dan kemakmuran masyarakat dalam suatu daerah akan
terpenuhi.
Menurut BPS, PDRB dibentuk oleh sembilan sektor yaitu sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, serta
sektor jasa-jasa.3
Pembangunan daerah sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan-keunggulan dan
karakteristik khusus suatu daerah. Pembangunan juga harus dapat meningkatkan pendapatan
perkapita dari penduduk tersebut dan akan meningkatkan daya tarik daerah untuk menarik
investor- investor baru untuk menanamkan modalnya di daerah, yang pada akhirnya akan
mendorong kegiatan ekonomi yang lebih tinggi.4
1
Nurman, “strategi pembangunan daerah”, hlm 152
2
Gusti Gde Oka Pradnyana, “ Pengaruh Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap
PDRB Kota Denpasar” Volume 10, Nomor 1, Tahun 2012, hlm. 75
3
Bps Kabupaten Agam
4
Merlinawati Umar Amiri, “Pengaruh Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran Dan Jasa- Jasa Terhadap PDRB
Kota Manado”, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Vol. 15 No. 04 Tahun 2015.
Sejalan dengan pembangunan ekonomi daerah salah satu daerah yang sedang melakukan
pembangunan ekonomi daerah adalah Kabupaten agam Provinsi Sumatra Barat yang
sebagian besar penduduk setempat bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor
pertanian merupakan sektor terbesar dalam pembentukan PDRB dikabupaten Agam.
Kabupaten Agam merupakan penghasil produksi padi dimana banyak terdapat lahan
persawahan, dengan produksi padi tersebut masyarakat mendapatkan penghasilan sehingga
dengan hasil yang diperoleh dari produksi padi dapat meningkat pendapatan daerah.
Tabel 1.1
Produk Domestik Regional Broto Kabupaten Agam Atas Dasar Harga Konstan menurut
Lapangan Usaha 2010-2014
Tahun PDRB (Rp) Sektor Pertanian (Rp) Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran (Rp)
2010 8 918 878.40 3 055 014 1 595 854.40
2011 9 454 744.50 3 186 933.56 1 699 383.41
2012 10 038 747.70 3 278 038.81 1 858 461.09
2013 10 656 539.10 3 416 820.11 1 991 378.13
2014 11 287 816.35 3 600 943.87 2 110 837.55
Sumber data Badan Pusat Statistik Kabupten Agam

Tabel diatas menjelaskan bahwa menurut Produk Domestik Regional Bruto


Kabupaten Agam atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha pada tahun 2010-2014.
PDRB Kabupaten Agam mengalami peningkatan yang berjumlah 11 287 816.35 pada tahun
2014. Pada tahun 2010 sektor pertanian berjumlah 3 055 014, pada tahun 2011 berjumlah 3
186 933.56, pada tahun 2012 berjumlah 3 278 038.81, pada tahun 2013 berjumlah 3 416
820.11 dan tahun 2014 berjumlah 3 600 943.87, ini menunjukkan sektor pertanian di
Kabupaten Agam mengalami peningkatan dari tahun 2010-2014. Sedangkan sektor
perdagangan besar dan eceran juga mengalami peningkatan dari tahun 2010-2014. Dilihat
sektor pertanian dan perdagangan semakin mendominasi di Kabupaten Agam sehingga dapat
meningkatkan pendapatan daerah dengan ini kesejahteraan masyarakat dapat terjamin.
Penduduk di Kabupaten Agam bermata pencaharian utama sebagai pertani dan
pedagang. Pasar tenaga kerja Kabupaten Agam cukup baik, hal ini ditandai dengan tingginya
angka kesempatan kerja dapat dilihat dari persentase penduduk yang bekerja menurut
lapangan usaha.

Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha


Lapangan Usaha Persentase (%)
Pertanian 44.59 %
Industri pengolahan 10.28%
Perdagangan Besar 20.95%
Jasa Kemasyarakatan 14.24%
Lainnya 9.94%
Sumber Data Katalog BPS Kabupaten Agam

Kegiatan pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan adalah sektor terbesar yang
menyerap para pekerja 44.59% sedangkan sektor yang terkecil adalah sektor lainnya, (yang
meliputi Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Bangunan, Angkutan,
Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan
Jasa Perusahaan yaitu 9.94%. Jika dilihat menurut jenis kelamin, baik laki-laki dan
perempuan lebih banyak bekerja disektor pertanian, kehutanan, dan perburuan, dan sektor
perdagangan. dapat dilihat bahwa banyak yang bekerja disektor pertanian dan perdagangan.
Sektor pertanian terdiri dari lima sub sektor yaitu sub sektor tanaman pangan, sub
sektor perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan.
5
Tanaman pangan merupakan sub sektor yang paling penting diantara sub sektor lainnya,
karena mampu menghasilkan bahan pangan untuk kelangsungan hidup. Pada sektor
pertanian, salah satu output yang menjadi andalan dari tanaman pangan adalah beras (padi).
Padi (Oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang penting bagi rakyat Indonesia,
karena sebagian besar wilayah di Indonesia masih menjadikan beras sebagai makanan pokok.
Dalam teori merkantilisme yang menganggap pertumbuhan ekonomi suatu negara
tumbuh sebagai akibat adanya pengeluaran dari negara lain. suatu negara dapat mempertinggi
kekayaan dengan cara menjual barang-barangnya ke luar negeri. Teori keunggulan absolut
(absolut advantage) dibangun oleh Adam Smith sebagai perbaikan atas merkantilisme.
Menurut Adam Smith, bahwa perdagangan akan meningkatkan kemakmuran dalam
pembangunan. Sektor perdagangan Kabupaten Agam didalamnya mencakup beberapa sub
sektor yaitu perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor, hotel dan restoran.
Dalam teori Analisis basis ekonomi yaitu berkenaan dengan identifikasi pendapatan
basis ekspor dikatakan bahwa bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan
menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan yang selanjutnya
menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut sehingga pada
akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Dan sebaliknya,

5
Dumairy, Perekonomian Indonesia, (Jakarta Erlangga 1996) hlm. 204-205
berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir
ke dalam suatu wilayah sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari
aktivitas non basis.
Pelaksanaan pembangunan akan selalu berkesinambungan setiap periode dengan
mengikuti tahap demi tahap yang telah direncanakan. Pada akhirnya perkembangan dan
kemajuan pembangunan daerah itu diperlukan kontrol dan evaluasi untuk meninjau kembali.
Pembanguan daerah dalam hal ini Kabupaten Agam yang perkembangan ekonominya
digerakan oleh sektor-sektor seperti sektor pertanian, perdagangan, jasa-jasa dan lainnya,
dimana kontribusinya sektor tersebut terhadap produk domestik regional bruto adalah seperti
tabel berikut:
Tabel 1.2

Sektor PDRB Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2014 2013 2012 2011 2010
Pertambangan dan Penggalian 5.39 4.23 2.86 4.32 4.32

Industri Pengolahan 5.32 5.51 6.24 4.84 4.84

Pengadaan Listrik dan Gas 4.97 5.54 6.95 5.56 5.56

Pengadaan Air, Pengelolaan 15.16 1.81 5.66 6.63 6.63


Sampah, Limbah dan Daur Ulang
4.64 4.63 2.86 3.06 3.06
Konstruksi
7.92 8.02 7.55 6.77 6.77
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6 7.15 9.36 6.49 6.49
Transportasi dan Pergudangan 7.75 10.53 9.34 9.01 9.01
Penyediaan Akomodasi dan Makan
4.61 5.07 4.63 4.42 4.42
Minum
Informasi dan Komunikasi 9.20 10.64 11.59 9.76 9.76

Jasa Keuangan dan Asuransi 4.62 6.83 9.15 5.97 5.97

Real Estate 5.40 4.60 4.78 4.54 4.54

Jasa Perusahaan 4.97 4.30 4.95 5.67 5.67

Administrasi Pemerintahan, 2.89 2.61 2.09 9.51 9.51


Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
6.24 8.55 7.27 7.78 7.78
Jasa Pendidikan
8.97 8.76 9.43 9.65 9.65
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
6.52 6.30 7.41 6.64 6.64
Jasa lainnya
5.92 6.15 6.18 6.01 6.01
PDRB
5.92 6.15 6.18 6.01 5.46
PDRB Tanpa Minyak dan Gas

Sumber Data BPS Kabupaten Agam


Berdasarkan data BPS diatas di Kabupaten Agam perkembangan tingkat Produk
Domestik Regional Bruto dari tahun 2010-2014 mengalami penurunan setiap tahunnya, dapat
dilihat bahwa pada tahun 2010 mencapai 6.01, tahun 2011 mencapai 6.01, tahun 2012
mencapai 6.18, tahun 2013 mencapai 6.15, dan tahun 2014 mencapai 5.92. Jika bandingkan
dibandingkan dengan sektor pertanian yang mengalami peningkatan dari tahun 2010-2014
yang dapat dilhat pada tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto atau pendapatan daerah
yang menurun maka pembangunan daerah di Kabupaten Agam juga mengalami penurunan
sehingga kesejahteraan masyarakat masyarakat menurun.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah sektor pertanian secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Agam periode 2010-2014?
2. Apakah sektor perdagangan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Agam Periode 2010-2014?
3. Apakah sektor pertanian dan sektor perdagangan berpengaruh secara simultan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten agam periode 2010-
2014?

C. Batasan Masalah Penelitian


Permasalahan yang dibatasi dalam penelitian ini yang terkait dengan PDRB adalah sektor
pertanian dan sektor perdagangan yang digunakan adalah data kabupaten agam pada tahun
2010 sampai 2014.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan skripsi pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah sektor pertanian secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kabupaten Agam periode 2010-
2014.
2. Untuk mengetahui apakah sektor perdagangan secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kabupaten Agam periode 2010-
2014.
3. Untuk mengetahui apakah sektor pertanian dan sektor perdagangan berpengaruh
secara simultan terhadap variabel tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
kabupaten Agam periode 2010-2014.

BAB II
PEMBAHASAN
Kerangka Teori

A. Poduk Domestik Regional Bruto(PDRB)


1. Pengertian Produk Dpmestik Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan data dan informasi
dasar tentang kegiatan ekonomi suatu daerah. Secara definitif, PDRB adalah jumlah nilai
produksi barang dan jasa yang hasilkan pada suatu daerah pada periode tertentu. Data PDRB
sudah tersedia hampir seluruh daerah provinsi, kabupaten, dan kota di Indonsia yang
dipublikasikan oleh BPS setempat setiap tahunnya. Analisis dan perencanaan pembangunan
yang menyangkut denga perekonomian daerah, seperti struktur perekonomian daerah,
pertumbuhan ekonomi,dan tingkat kemakmuran daerah, umumnya menggunakan PDRB
sebagai data dan informasi dasar.6

2. Metode Cara Penghitungan PDRB


1. Pendekatan produksi
yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
produksi/sektor dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun), yaitu:

PDRB= ∑piqi i=1,2......n (9.1)

Dimana pi adalah harga komoditi idan qi adalah jumlah produksi komoditi yang bersangkutan.
Nilai produksi tersebut tidak hanya untuk barang seperti komoditi pertanian, pertambangan
dan industri, tetapi juga untuk produksi jasa seperti perdagangan, transportasi dan komoditi
serta jasa.
Akan tetapi, sistem perhitungan niilai produksi barang dan jasa seperti pada
persamaan (9.1) mengandung kemungkinan terjadinya perhitungan berganda (Double
Counting). Alasannya adalah karena perhitungan tersebut termasuk pula nilai sektor lainyang
terkait.
Untuk menghindari terjadinya perhitungan berganda tersebut maka PDRB harus
dilakukan berdasarkan nilai tambah (value-added) dari masing-masing sektor dan subsektor.
Dengan demkian, perhitungan PDRB dapat dlakukan dengan formula berikut:
PDRB=∑ QiPi - Nilai Input Antara (9.2)

Ini berarti bila pendekatan produksi digunakan berarti PDRB adalah penjumlahan dari nilai
tambah untuk masing-masing sektor. Sedangkan pengertian input adalah input yang
diperlukan dalam proses produksi dan distribusi produk yang berasal dari sektor lain.
2. Pendekatan pengeluaran
yaitu penjumlahan dari nilai pengeluaran yang dilakukan pada daerah yang
bersangkutan.Secara umum pengeluaran tersebut meliputi pengeluaran konsumsi (C),
investasi swasta (I), pengeluaran pemerintah (G), dan impor (M). Dengan demikian PDRB
suatu daerah akan dapat dihitung melalui formula berikut:

6
Sjafrizal, Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi, (PT. Raja Grafindo Persada : 2014) hlm
181-182
PDRB=∑Ci+Ii+Gi+Mi i=1,2......n (9.3)

3. Pendekatan pendapatan
yaitu penjumlahan dari unsur-unsur pendapatan yang diterima oleh seluruh
masyarakat. Unsur pendapatan masyarakat tersebut adalah sewa (s) untuk para pemilik
tangha dan bangunan, gaji dan upah (w), untuk para pekerja, tingkat pengembalian modal
atau bunga (r), untuk para pemilik modal dan keuntungan (π), untuk para wirausahawan.
Dengan demikian, PDRB dapat dihitung dengan formula berikut:

PDRB=∑ si+wi+ri+πi (9.4)7

Untuk mendukung analisis, hasil perhitungan PDRB ditampilkan dalam beberapa bentuk.
Pertama, adalah dalam bentuk PDRB dengan harga berlaku, yaitu nimali produksi barang dan
jasa yang dihitung dengan harga pada tahun bersangkutan. Ke dalam perhitungan ini tentunya
termasuk kenaikan harga yang biasanya berubah setiap tahunnya. Kedua, adalah PDRB
dengan harga konsta, yang nilai dengan harga pada tahun tertentu (tahun dasar). PDRB ini
diperlukan dalam menghitung pertumbuhan ekonomi daerah agar kenaikan harga tidak
termasuk ke dalamnya. Ketiga, adalah dalam bentuk PDRB Non Migas, yaitu nilai produksi
barang dan jasa diluar minyak dan gas bumi. PDRB ini diperlukan dalam menghitung
Pendapatan Perkapita yang merupakan ukuran kemakmuran ekonomi daerah. Hal ini
dilakukan mengingat sebagian besar nilai produksi minyak dan gas bumi dikuasai oleh
pemerintah pusat untuk kesejahteraan bersama.8

3. Wilayah Domestik dan Regional


Pengertian domestik/regional merupakan provinsi atau Daerah Kabupaten/Kota.
Transaksi Ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi di wilayah domestik
suatu daerah tanpa memperhatikan apakah transaksi dilakukan oleh masyarakat (residen)
dari daerah tersebut atau masyarakat lain (non-residen).

4. Produk Domestik
Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi
di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau

7
Produk domestik regional bruto: Gross regional domestic product Kabupaten Agam 1993-1996, hlm 4
8
Ibid. hlm 184-185
dimiliki oleh penduduk dareha tersebut, merupakan produk domestik daerah yang
bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut
merupakan pendapatan domestik. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor
produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain
atau dari luar negeri, demikian juga sebaliknya faktor produksi yang dimilki oleh
penduduk daerah tersebut ikut serta dalam proses produksi di daerah lain atau di luar
negeri. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di suatu daerah tidak
sama dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut. Dengan adanya arus
pendapatan yang mengalir antar daerah ini (termasuk juga dari da ke luar negeri) yang
pada umumnya berupa upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka timbul perbedaan
antara produk domestik dan produk regional.

5. Produk Regional

Produk regional merupakan produk domestik ditambah dengan pendapatan dari faktor
produksi yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan pendapatan dari faktor
produksi yang dibayarkan ke luar daerah/negeri. Jadi produk regional merupakan produk
yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh residen.

6. Residen dan Non-Residen

Unit institusi yang mencakup penduduk/rumah tangga, perusahaan, pemerintah


lembaga non-profit, dikatakan sebagai residen bila mempunyai/melakukan kegiatan
ekonomi di suatu wilayah (Indonesia). Suatu rumah tangga, perusahaan, lembaga non
profit tersebut mempunyai/melakukan kegiatan ekonomi di suatu wilayah jika memiliki
tanah/bangunan atau melakukan kegiatan produksi di wilayah tersebut dalam jangka
waktu tertentu (minimal satu tahun).

Hal-hal yang perlu diperhatikan tentang konsep residen dan non-residen suatu unit
institusi adalah antara lain,

a. Penduduk suatu daerah adalah individu-individu atau anggota rumah tangga yang
bertempat tinggal tetap di wilayah domestik daerah tersebut, kecuali :

i. wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus)


daerah lain yang tinggal di wilayah domestik daerah tersebut kurang dari 1
tahun yang bertujuan untuk bertamasya atau berlibur, berobat, beribadah,
kunjungan keluarga, pertandingan olahraga nasional/internasonal dan
konferensi-konferensi atau pertemuan lainnya, dan kunjungan dalam
rangka belajar atau melakukan penelitian;

ii. awak kapal laut dan pesawat udara luar negeri/luar daerah yang kapalnya
sedang masuk dok atau singgah di daerah tersebut;

iii. pengusaha asing dan pengusaha daerah lain yang berada di daerah tersebut
kurang dari 1 tahun, pegawai perusahaan asing dan pegawai perusahaan
daerah lainnya yang berada di wilayah domestik daerah tersebut kurang
dari1 tahun, misalnya untuk tujuan memasang jembatan atau peralatan
yang dibeli dari mereka;

iv. pekerja musiman yang berada dan bekerja di wilayah domestik daerah
tersebut, yang bertujuan sebagai pegawai musiman saja;

v. anggota Korps Diplomatik, konsulat, yang ditempatkan di wilayah


domestik daerah tersebut;

b. Organisasi internasional adalah bukan residen di wilayah dimana organisasi


tersebut berada namun pegawai badan internasional/nasional tersebut adalah
bukan penduduk daerah tersebut jika melakukan misi kurang dari 1 tahun.

7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah
bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah.
Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan
baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah nilai produksi (output)
dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-komponen
pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan
pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai tambah bruto dari masing-
masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan
diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.

8. Produk Domestik Regional Neto (PDRN)Atas Dasar Harga Pasar

Perbedaan antara konsep neto di sini dan konsep bruto di atas, ialah karena pada
konsep bruto di atas; penyusutan masih termasuk di dalamnya, sedangkan pada konsep
neto ini komponen penyusutan telah dikeluarkan. Jadi Produk Domestik Regional Bruto
atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional
Neto atas dasar harga pasar. Penyusutan yang dimaksud di sini ialah nilai susutnya
(ausnya) barang-barang modal yang terjadi selama barang-barang modal tersebut ikut
serta dalam proses produksi. Jika nilai susutnya barang-barang modal dari seluruh sektor
ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud di atas.

9. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor

Perbedaan antara konsep biaya faktor di sini dan konsep harga pasar di atas, ialah
karena adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang diberikan
oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak
penjualan, bea ekspor dan impor, cukai dan lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan
pajak perseorangan. Pajak tidak langsung dari unit-unit produksi dibebankan pada biaya
produksi atau pada pembeli hingga langsung berakibat menaikkan harga barang.
Berlawanan dengan pajak tidak langsung yang berakibat menaikkan harga tadi, ialah
subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit-unit produksi, yang bisa mengakibatkan
penurunan harga. Jadi pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh terhadap
harga barang-barang, hanya yang satu berpengaruh menaikkan sedang yang lain
menurunkan harga, hingga kalau pajak tidak langsung dikurangi subsidi akan diperoleh
pajak tidak langsung neto. Kalau Produk DOmestik Regional Neto atas dasar harga pasar
dikurangi dengan pajak tidak langsung neto, maka hasilnya adalah Produk Domestik
Regional Neto atas dasar biaya faktor.

10. Pendapatan Regional

Dari konsep-konsep yang diterangkan di atas dapat diketahui bahwa Produk


DOmestik Regional Neto atas dasar biaya faktor itu sebenarnya merupakan jumlah balas
jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu daerah. Produk
Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan yang
berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul atau merupakan
pendapatan yang berasal dari daerah tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan
tadi, tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk daerah itu, sebab ada sebagian
pendapatan yang diterima oleh penduduk daerah lain, misalnya suatu perusahaan yang
modalnya dimiliki oleh orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi di daerah tersebut,
maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan menjadi milik orang
luar yaitu milik orang yang mempunyai modal tadi. Sebaliknya kalau ada penduduk
daerah ini yang menambahkan modalnya di luar daerah maka sebagian keuntungan
perusahaan akan mengalir ke dalam daerah tersebut, dan menjadi pendapatan dari pemilik
modal. Kalau Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor dikurangi dengan
pendapatan yang mengalir ke luar dan ditambah dengan pendapatan yang mengalir ke
dalam, maka hasilnya akan merupakan Produk Regional Neto yaitu merupakan jumlah
pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh yang tinggal di daerah yang
dimaksud. Produk Regional Neto inilah yang merupakan Pendapatan Regional.

11. Pendapatan Regional Perkapita

Bila pendapatan regional ini dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah
itu, maka akan dihasilkan suatu Pendapatan Perkapita9

B. Sektor pertanian
1. Pengertian Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam
perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangan
terhadap PDB, Penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri 10.Pertanian
adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia mengahasilkan
bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan
hidup.
Menurut Mosher pertanian adalah suatu bentuk produksi yang khas yang didasarkan pada
proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani mengelola dan merangsang pertumbuhan
tanaman dalam suatu usaha tani, dimana kegiatan produksi merupakan bisnis, sehingga
pengeluaran dan pendapatan sangat penting artinya.
Menurut Van Aarsten pertanian adalah digunakan kegiatan manusia untuk memperoleh
hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang pada mulanya dicapai dengan

9
BPS Kabupaten Agam
10
Julius r latumaresa, Perekonomian Indonesia Dan Dinamika Ekonomi Global.(Jakarta: Mitra Wacana Media,
2015), hlm. 308
jalan sengaja menyempurnakan segala kemungkinan yang telah diberikan oleh alam guna
mengembangkan tumbuhan dan hewan tersebut.
Oleh karenanya sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian
yang merupakan penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya seperti subsektor
perikanan, subsektor perkebunan, subsektor perternakan11.
Pembangunan di bidang pertanian adalah suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi,
karena sebagian besar rakyat indonesia mengkonsumsi beras dan bekerja di sektorpertanian.
Sedangkan peranan penting dari sektor pertanian itu sendiri adalah dalam membentuk
penyediaan kesempatan kerja dan berkontribusi terhadap pembentukan produk domestik
bruto dan ekspor.12
Sektor pertanian adalah kegiatan bercocok tanam yang menjadi lahan usaha bagi manusia
di bidang bercocok tanam. Dimana sektor pertanian adalah suatu lahan usaha yang mana
kegiatannya mendapatkan hasil yang berasal dari tanaman atau hewan yang awalnya dicapai
dengan sengaja meningkatkan kemungkinan yang telah diberikan oleh alam untuk
berkembang biak tanaman dan hewan.
Menurut Y.W.Wartaya Ray Griffin dimana sektor pertanian adalah suatu pengembangan
substansial, yaitu sebagai kebutuhan pangan, penyedia bahan baku industri, pengusaha dan
penyumbang devisa. Sektor pertanian yang dimaksudkan dalam konsep pendapatan nasional
menurut lapangan usaha atau sektor produksi ialah pertanian dalam arti luas. Di Indonesia,
sektor pertanian dalam arti luas ini dipilah-pilah menjadi lima subsektor yaitu Tanaman
pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
1. Tanaman pangan.
Tanaman pangan sering disebut subsektor pertanian rakyat yang mencakup komoditas
bahan makanan seperti: padi, jagung, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, sayuran dan
buah- buahan.
2. Perkebunan.
Perkebunan dapat dibedakan atas dua yaitu:
a. Perkebunan rakyat yaitu perkebunan yang diusahakan sendiri oleh rakyat dalam
skala kecil-kecilan dengan teknologi yang sederhana. Hasil tanamannya berupa:
karet, kopral, teh, kopi, tembakau, cengkeh, kapas, coklat dan rempah-rempah.

11
Iskandar Putong, Teori Ekonomi Mikro,( Jakarta: Mitra Wacana Media,2005), hlm 93
12
Tulus T.H Tambunan, Perkembangan Sektor Pertanian Indonesia,(Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006), hlm 23.
b. Perkebunan besar yaitu kegiatan perkebunan yang dijalankan oleh perusahaan yang
berbadan hukum. Hasil tanamannya berupa: karet, teh, kopi, kelapa sawit, coklat,
kina, tebu dan berbagai serat.
3. Kehutanan.
Hasil hutan terdiri dari tiga kegiatan yaitu:
a. Penebangan kayu menghasilkan kayu glondongan, kayu bakar, arang dan bambu.
b. Hasil hutan lain menghasilkan rotan, getah kayu, kulit kayu serta akar-akar dan
umbi- umbian.
4. Peternakan.
Subsektor ini meliputi produksi ternak-ternak besar dan kecil seperti: telur, susu
segar, wool, dan hasil pemotongan hewan.
5. Perikanan.
Subsektor ini meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan umum, kolam,
tambak, sawah dan keramba.13

C. Sektor Perdagangan
1. Pengertian Sektor Perdagangan
Perdagangan adalah kegiatan yang dilakukan antara dua negara atau daerah ataupun lebih
yang saling menjual atau membeli suatu barang. Perdagangan akan terjadi jika kedua negara
atau kedua daerah tersebut mendapatkan keuntungan. Jika salah satu negara atau daerah
tersebut tidak mendapatkan keuntungan maka perdagangan di antara negara atau daerah
tersebut tidak akan tejadi.
Sejalan dengan laju pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi nasional, maka
peranan dan sumbangan sektor perdagangan menjadi penting pula. Peranan sektor
perdagangan antara lain telah berhasil memperlancar arus barang dan jasa, mengusahakan
dan menjaga tingkat harga menjadi relatif stabil, dan peningkatan nilai tambah yang
dihasilkan dengan menyerap tenaga keja yang cukup besar karena sektor perdagangan dapat
memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi seluruh anggota masyarakat
dengan imbalan berupa penghasilan atau pendapatan (Lemhannas, 1997).
Perdagangan dibedakan atas perdagangan besar dan perdagangan kecil/eceran. Dalam
perdagangan besar jual beli berlangsung secara besar-besaran. Dalam perdagangan besar,
barang tidak dijual/disampaikan langsung kepada konsumen atau pengguna, sedangkan dalam

13
Dumairy, “Perekonomian Indonesia”, (Jakarta : Erlangga, 1996), hlm. 204-205
perdagangan kecil/eceran, jual beli berlangsung secara kecil-kecilan dan barang dijual
langsung kepada konsumen.14

1. Perdagangan besar (wholesale)


adalah kegiatan perdagangan dari tangan produsen atau importir, pada
umumnya dalam partai besar kepada pedagang eceran, perusahaan industri, rumah
sakit, usaha penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum, maupun kepada
pedagang besar lainnya.15
Perdagangan besar tidak menjual barang dagangan kepada konsumen rumah tangga.
Pedagang besar adalah perorangan atau badan usaha yang bertindak atas nama sendiri,
dan atau nama pihak lain yang menunjuknya untuk menjalankan kegiatan dengan cara
membeli, menyimpan dan menjual barang dalam partai besar. Pedagang besar
(wholesaler) terdiri dari:16
a. Distributor utama adalah perantara yang melakukan fungsi dalam menyalurkan
barang-barang dari produsen ke konsumen.
b. Perkulakan/grosir,
c. Subdistributor,
d. Pemasok besar/main supplier adalah perusahaan yang secara teratur melengkapi
perusahaan lain dengan barang-barang, bahan baku, atau jasajasa. Usaha pemasok
meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan penjualan barang atau jasa kepada
mereka yang membeli dengan tujuan untuk menjualnya kembali atau digunakan
dalam bisnis mereka. Sumber barang berasal dari hasil produksi sendiri atau dari
pabrik lain.
e. Dealer besar
f. Agen tunggal pemegang merk adalah perorangan atau badan usaha yang ditunjuk
untuk dan atas nama pabrik pemilik merek barang tertentu untuk melakukan
penjualan dalam partai besar barang dari pabrik tersebut, termasuk agen
pemegang lisensi.
g. Eksportir adalah perusahaan perdagangan yang melaksanakan kegiatan
perdagangan ekspor.

14
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) . 1997. Pembangunan Nasional Jakarta : PT. Balai Pustaka.
15
Lia Amelia, Ekonomi Pembangunan. (Graha Ilmu. Yogyakarta, 2007), hlm. 15
16
Basalamah Salim, Murdifin Haming, Syafri Syam, Penilaian kelayakan rencana penanaman modal, (cet.
Pertama; Yogyakarta: Gadja mada university press, 1994), hlm. 38
h. Importir adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan dengan cara
memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku/perusahaan-perusahaan berbadan hukum, yang
telah memenuhi ketentuan-ketentuan Departemen Perdagangan yaitu harus
memiliki API (Angka Pengenal Impor) atau APIS (Angka Pengenal Impor
Sementara) atau APIT (Angka Pengenal Impor Terbatas).17

2. Perdagangan Eceran
Perdagangan eceran (ritel) adalah kegiatan perdagangan yang umumnya
melayani konsumen rumah tangga atau konsumen perorangan.
Pedagang Eceran Perdagangan eceran terbagi atas 2 jenis yaitu:
1) Swalayan
a. Supermarket
Supermarket merupakan unit kegiatan perdagangan eceran berskala besar,
biasanya menjual makanan/minuman, bahan makanan/minuman dan tembakau dari
berbagai merek yang bervariasi dengan harga yang sudah tetap atau fixed price, dan
harga yang relatif murah bila dibandingkan dengan tempat perdagangan biasa.
b. Department Store/Toserba
Department store/toserba merupakan usaha perdagangan yang berskala besar
dan lengkap dengan aneka barang dagangan, seperti barang-barang yang khusus yang
utamanya adalah bukan makanan/minuman, perlengkapan pakaian, barang pecah
belah, perlengkapan rumah tangga dan alat kantor.
2) Bukan swalayan
Toko/kios adalah usaha perdagangan yang khusus memperdagangkan
komoditi yang sejenis, yang terdiri dari komoditi makanan, minuman dan tembakau
dari hasil industri pengolahan dan komoditi bukan makanan, minuman dan tembakau.
Pedagang pengecer adalah perorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya
melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir dalam partai kecil.

Hubungan Antar Variabel


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) (Y), sektor pertanian (X1), sektor perdagangan (X2).
Hubungan antar variabel tersebut adalah sebagai berikut:
17
Roeslan Zaris, Prespektif Daerah dalam Pembangunan Nasional(Jakarta: LPFE, 1987), hal 128.
1. Hubungan antara sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto
memiliki hubungan positif karena apabila sektor pertanian meningkat maka
Produk Domestik Regional Bruto akan meningkat pula. Dan sebaliknya apabila
sektor pertanian menurun maka Produk Domestik Regional Bruto akan menurun.
Karena sektor pertanian dapat mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto.
2. Hubungan antara sektor perdagangan dengan Produk Domestik Regional Bruto
memiliki hubungan positif karena apabila sektor perdagangan meningkat maka
Produk Domestik Regional Bruto akan meningkat pula. Dan sebaliknya apabila
sektor perdagangan menurun maka Produk Domestik Regional Bruto akan
menurun. Karena sektor pertanian dapat mempengaruhi Produk Domestik
Regional Bruto.
3. Hubungan antara sektor pertanian dan sektor perdagangan memiliki hubungan
positif.

Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian sebelumnya dijelaskan ada beberapa hal adalah sebagai berikut:

1. Avinda Violita Ovilia pada tahun 2018, dengan judul “Pengaruh Sektor Pertanian dan
Sektor Perdagangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Prisengwu Periode 2008-2016” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh sektor industri dan sektor perdagangan terhadap PDRB Kabupaten
Prisengwu, kalau ada seberapa besar pengaruh sektor pertanian dan sektor
perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Prisengwu baik secara simultan maupun
parsial dan sektor apakah yang mempunyai pengaruh yang besar. Menggunakan
pendekatan kuantitatif. Teknis analisis data yang digunakan adalah regresi linear
berganda. Hasil dari penelitian adalah bahwa sektor pertanian dan sektortor
perdagangan berpengaruh secara simultan terhadap PDRB.
2. Akhmad Riyanto pada tahun 2015, dengan judul “Pengaruh Sektor Pertanian,
Industri, dan Perdagangan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Semarang” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara
sektor pertanian, sektor industri, dan sektor perdagangan terhadap PDRB Kota
Semarang, kalau ada seberapa besar pengaruh sektor pertanian, sektor industri, dan
sektor perdagangan terhadap PDRB Kota Semarang baik secara simultan maupun
parsial dan sektor manakah yang mempunyai pengaruh paing besar. Menggunakan
pendekatan kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Hasil dari penelitian adalah bahwa secara simultan sektor pertanian, sektor
industri, dan sektor perdagangan berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB Kota
Semarang yang memberikan pengaruh sebesar 87,6% sedangkan 12,4% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak termasuk dari ketiga sektor tersebut, artinya bahwa
penghasilan dari sektor pertanian, sektor industri, dan sektor perdagangan mengalami
kenaikan dikarenakan jumlah penduduk Kota Semarang yang meningkat seiring
dengan kebutuhan.
3. Akhmad Ghofir Afandi dan Yoyok Soesatyo pada tahun 2014, dengan judul
“Pengaruh Industri Pengoahan, Perdagangan, Hotel, dan Restoran, dan Pertanian
Terhadap PDRB Kabupaten Mojokerto” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, dan pertanian
terhadap PDRB Kabupaten Mojokerto baik secara parsial maupun simultan.
Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu derah yang memiliki pertumbuhan
ekonomi yang cukup baik dilihat dari pertumbuhan PDRB Kabupaten Mojokerto serta
dari sektor-sektor pembentuk PDRB. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan ada pengaruh positif industri pengolahan terhadap PDRB
sebesar 0,4%.regresi linier berganda. Perdagangan, hotel, dan restoran berpengaruh
positif sebesar 1,3%. Sedangkan pertanian berpengaruh positif sebesar 2,3%.69
Perbedaan dalam penelitian ini yaitu variabel yang digunakan dan objekpenelitian.
Dan pada penelitian ini hanya membahas mengenai sektor-sektor ekonomi dan PDRB
secara umum, tidak membahas dari segi perspektif ekonomi islam.

Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.


Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah, belum jawaban yang empirik.18

18
Sugiono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, (Bandung : Alfabeta,2014), hlm. 13
Berdasarkan kajian teoritis dan empiris maka ditetapkan hipotesis penelitian sebagai
berikut :

a. Ho : Tidak terdapat pengaruh pada sektor pertanian terhadap Produk Domestik


Regional Bruto (PDRB).
H1 : Terdapat pengaruh pada sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
b. Ho : Tidak terdapat pengaruh pada sektor perdagangan terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
H2 : Terdapat pengaruh pada sektor perdagangan terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
c. Ho : Tidak terdapat pengaruh sektor pertanian dan sektor perdagangan secara
simultan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
H3 : Terdapat pengaruh sektor pertanian dan sektor perdagangan berpengaruh secara
simultan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Kerangka Berfikir/ Paradigma Penelitain.


Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun
dari berbagai teori yang dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan
selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa atau tentang
hubungan antar variabel yang ditelti.

Sektor Pertanian
(X1)
PDRB
(Y)
Sektor
Perdagangan (X1)

Dari kerangka berfikir diatas dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara variabel
independen adalah sektor pertanian(X1) dan sektor perdagangan(X2) terhadap variabel
dependen adalah Produk Domestik Regional Bruto (Y). PDRB dipengaruhi oleh sektor
pertanian dan pedagangan.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam proposal ini adalah penelitian kuantitatif.
Metode penelitian kuantitaf merupakan sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Analisis yang digunakan dalam skripsi ini
adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan teknik analisis yang memberikan
informasi mengenai data yang diamati dan bertujuan menguji hipotesa dan menarik
kesimpulan yang digeneralisasikan terhadap populasi.19
19
Ibid. hlm 19
B. Jenis dan sumber data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data atau data yang diperoleh peneliti
dari sumber yang ada. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data-data sekunder dari
buku-buku instansi pemerintah yang diterbitkan oleh BPS ( Badan Pusat Statistik )
Kabupaten Agam. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2010-2014,
Bentuk data yang digunakan dalam variabel ini adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), Sektor pertanian, dan Sektor Perdagangan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi diartikan sebagai wilayah generasi yang terdiri atas: atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk kemudian
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah
data yang dikumpulkan dari laporan data produktifitas pertanian dan perdagangan serta laju
pertumbuhan PDRB dari sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Kabupaten
Agam, yang telah dipublikasikan oleh Dinas Pertanian, BPS Provinsi Sumatra Barat dan BPS
Kabupaten Agam. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu. Populasi itu misalnya
penduduk di wilayah tertentu, jumlah produktivitas barang di toko tertentu dan sebagainya.

Sampel dalam penelitian ini adalah 5 (lima) tahun yaitu tahun 2010-2014.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, misalnya orang tersebut yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga aakan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek/situasi sosial yang diteliti.

D. Teknik Pengumpulan data


1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-
lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,
patung, film, dan lain-lain serta data yang tersimpan di website, Penulis menggunakan teknik
ini untuk mendapatkan data-data resmi yang diterbitkan dari BPS (Badan Pusat Statistik)
Kabupaten Agam.
2. Studi kepustakaan
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari dan mengambil data dari literature
terkait dan sumber-sumber lain seperti buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian
terdahulu yang di anggap dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini.

E. Instrumen Pengumpulan Data


Intrumen Pengumpulan Data adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tabel, komputer.

F. Alat Analisis Data


Setelah data sudah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data untuk
mendapatkan kesimpulan. Data diolah menggunakan statistik dan dapat digunakan untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Alat yang digunakan untuk menganalisis data
adalah IBM SPSS Statistics 23.
Alat uji analisis data menggunakan analisis regresi berganda yaitu analisis bentuk dan
tingkat hubungan antara satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel dependen. Untuk
mendapatkan keabsahan data digunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

1. ANALISIS REGRESI BERGANDA


Analisis Tabel Model Summary

a. R atau Multiple R= 0,878

R atau Multiple R menunjukkan korelasi antara variabel bebas dengan variabel


tergantung sebesar 0,878. Dalam hal ini, karena regresi linier berganda dengan dua variabel
bebas maka dikatakan bahwa korelasi berganda antara sektor pertanian dan sektor
perdagangan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sebesar 0,878.

b. R Square = 0,771

R Square atau koefisien determinasi sebesar 0,771 berarti bahwa variasi PDRB dapat
dijelaskan oleh variasi sektor pertanian dan sektor perdagangan sebesar 77,1 % atau variabel
sektor pertanian dan sektor perdagangan mampu mempengaruhi PDRB sebesar 77,1 %.
Koefisien determinasi sebesar 0,771 merupakan kuadrat dari multiple R (0,878 × 0,878 =
0,771).

c. Adjusted R Square = 0,541

Adjusted R Square merupakan koefisien determinan yang telah dikoreksi dengan jumlah
variabel dan ukuran sampel sehingga dapat mengurangi unsur bias jika terjadi penambahan
variabel maupun penambahan ukuran sampel. Adjested R Square sebesar 0,541 berarti variasi
PDRB dapat dijelaskan oleh variasi sektor pertanian dan sektor perdagangan sebesar 54,1 %
atau variabel sektor pertanian dan sektor perdagangan memengaruhi PDRB sebesar 54,1 %.
Koefisien Adjusted R Square sebesar 54,1 diperoleh dari perhitungan berikut :

2(1−0,771)
R2 adj=0,771− =¿0,541
5−2−1

d. Std Error of the Estimate = 7,335

Std Error of The Estimate merupakan penyimpangan antara persamaan regresi dengan
nilai dependent riilnya yaitu sebesar 7,335 satuan variabel depedent (jika PDRB dalam satuan
juta maka besarnya penyimpangan adalah sebesar 7,335). Semakin kecil nilai standar error,
semakin baik persamaan regresi tersebut sebagai alat prediksi.

Analisi Tabel Anova

a. Sum Of Square Regression = 361,598


Sum Of Square Regression merupakan nilai yang menunjuukan jumlah kuadrat dari
selisih antara nilai prediksi dengan nilai rata-rata prediksi, diperoleh dengan formula
∑(Ŷ-Ȳ)2.
b. Sum of Square Residual = 107,602
Sum of Square Residual merupakan nilai yang menunjukkan jumlah kuadrat dari
selisih antara nilai riil dengan nilai prediksi, diperoleh dengan formula∑(Ŷ-Ȳ)2.
c. Sum of Square Total = 469,200
Sum of Square total merupakan nilai yang menunjukkan jumlah kuadrat dari selisih
antara nilai riil dengan nilai rata-rata Y riil, diperoleh dengan formula∑(Ŷ-Ȳ)2.
d. Df Regression = 2
nilai Df regression sebesar 2. Hal ini karena nilai k-1, jumlah variabel dikurangi 1(3-
1)=2
e. Df Residual =2
Nilai Df Residual sebesar 2. Hal ini karena n-k, jumlah pengamatan dikurani jumlah
variabel (5-3 = 2).
f. Df Total = 4
Nilai Df Total sebesar 4. Hal ini karena nilai n-1, juml pengamatan dikurangi 1(5-1)
=4 atau merupakan penjmlahan dari Df Regression dengan Df Residual (2+2 =4).
g. Mean Square Regression = 180,799
Mean Square Regression merupakan hasil pembagian dari Sum Square Regression
dengan Degree of Freedom Regression, diperoleh dengan formula

Mean Square Regression ¿


∑ Sq uare Regression = 361,598 =180,799
df Regression 2
h. Mean Square Residual = 53,801
Mean Square Regression merupakan hasil pembagian dari Sum Square Regression
dengan Degree of Freedom Regression, diperoleh dengan formula

Mean Square Residual ¿


∑ Square Residual = 107,602 =53,801
df Residual 2
i. F hitung = 3,361
Nilai F hitung diperoleh dari formula :
Mean Square Regression 180,799
F= = =3,361
Mean Square Residual 53,801
j. Sig = 0,000
Sig. Merupakan nilai yang menunjukkan titik kesalahan yang terjadi jika nilai F
hitung sebesar 3,361. Ternyata tingkat kesalahan atau probabilitas sebesar 0,229 yang
berarti lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara
simultan tidak mampu menjelaskan perubahan pada variabel tergantung atau model
dinyatakan tidak cocok atau tidak fit.

Analisis Tabel Coefficients


a. Unstandardize Coefficients (Constants) = 622,927
Unstandardize Coefficients (Constants) merupakan konstanta yang berarti jika sektor
pertanian dan sektor perdagangan sama dengan 0 maka PDRB akan sebesar 622,927.
b. Unstandardize Coefficients sektor pertanian = -0,059
Unstandardize Coefficients sektor pertanian merupakan koefisien regresi variabel
sektor pertanian. Jika pendapatan naik sebesar satu satuan, maka PDRB akan turun
sebesar
-0,059.
c. Unstandardize Coefficients sektor perdagangan = 0,013
Unstandardize Coefficients sektor perdagangan merupakan koefisien regresi variabel
sektor perdagangan yang berarti jika sektor perdagangan meningkat sebesar satu
satuan, maka PDRB akan meningkat sebesar 0,013
d. Standar Error (Constan) = 56,220l
Standar Error (Constan) merupakan penyimpangan dari konstanta yang ada dalam
model persamaan regresi.
e. Std. Error Sektor pertanian = 0,099
Std. Error sektor pertanian menunjukkan penyimpangan koefisien regresi variabel
sektor pertanian. Semakin kecil penyimpangan dalam koefisien regresi tersebut maka
semakin berarti kontribusi variabel tersebut terhadap variabel tergantungnya.
f. Std. Error sektor perdagangan = 0,026
standard error sektor perdagangan menunjukkan penyimpangan koofesien regresi
variabel sektor perdagangan. Semakin kecil penyimpangan dalam koofesien regresi
tersebut maka semakin berarti konstribusi variabel tersebut terhadap variabel
tergantungnya.
g. Standardized Coefficients (Beta) sektor pertanian
Standardized Coefficients (Beta) sektor pertanian merupakan koefisien jalur atau
koefisien regresi tetapi semua variabelnya telah ditransformasi terlebih dahulu
kedalam bentuk standardized dengan menggunakan rumus berikut :
X 1i
Zsektor pertanian = = -0.492

h. Standardized Coefficients (Beta) Sektor Perdagangan
Standardized Coefficients (Beta) Sektor Perdagangan merupakan koefisien jalur atau
koefisien regresi tetapi semua variabelnya telah ditransformasi terlebih dahulu
kedalam bentuk standardized dengan menggunakan rumus berikut :

Zsektor perdagangan = ❑
❑ = 0,406
i. t-Constant
t-Constant digunakan untuk mengetahui apakah intercept tersebut signifikan atau
tidak. Namun nilai intercept biasanya tidak diuji. Yang diuji adalah nilai t-koofesien
regresinya. T constant dihitung dengan formula sebagai berikut :
unstandaridized Coeficie nts Constant 622,927
t-Constant = = = 11,080
Std . Error Unstandardized Constant 56,220
j. t-sektor pertanian
t-sektor pertanian digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas tersebut
signifikan atau tidak. Dalam uji satu ujung, ujung sebelah kiri, jika nilai t-stat lebih
kecil dari nilai t-tabel dengan df: α ,(n−k ) , maka variabel tersebut memiliki
pengaruh yang signifkan terhadap variabel tergantung.
Unstandardized Coefficients sektor pertanian −0,059
t-sektor pertanian = = = -0,596
Standard Error sektor perdagangan 0,099
k. t-sektor perdagangan
t-sektor perdagangan digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas tersebut
signifikan atau tidak. Dalam uji satu ujung, ujung sebelah kanan, jika nilai t-stat lebih
kecil dari nilai t-tabel dengan df: α ,(n−k ) , maka variabel tersebut memiliki
pengaruh yang signifkan terhadap variabel tergantung.
Unstandardized Coefficients sektor perdagangan 0.013
t-sektor perdagangan= = =
Standard Error sektor perdagangan 0.026
0,492
l. Sig.(Constant)
Sig.(Constant) adalah angka yang menunjukkan besarnya tingkat kesalahan pada nilai
t-Constant yang diperoleh (0,008). Jika nilai t-stat intercept semakin besar maka nilai
kesalahan Sig. Akan semakin kecil. Jika nilai Sig. Lebih kecil dari α(0,05) maka
dikatakan signifikan. Pada output diatas ternyata Sig. Lebih besar dari 0,05 sehingga
constant signifikan. Namun demikian dalam analisis regresi hal ini tidak dianalisis
karena yang lebih penting adalah signifikan dari variabel bebasnya.
m. Sig.sektor pertanian
Sig.sektor pertanian adalah angka yang menunjukkan besarnya tingkat kesalahan pada
nilai t-sektor pertanian yang diperoleh (-0,596). Karena nilai Sig. Variabel sektor
pertanian (0,611) lebih besar dari 0,05 dan arah koofisien negatif , maka disimpulkan
variabel sektor pertanian memiliki pengaruh negatif terhadap PDRB.
n. Sig. Sektor perdagangan
Sig. Sektor perdagangan adalah angka yang menunjukkan besarnya tingkat kesalahan
pada nilai t-sektor perdagangan yang diperoleh (0,492). Karena nilai Sig. Variabel
sektor perdagangan (0,671) lebih besar dari 0,05 dan arah koofisien positif, maka
disimpulkan variabel sektor pertanian memiliki pengaruh positif terhadap PDRB.

KESIMPULAN
a. Karena nilai t-hitung (-0,596) < nilai t-tabel (2,353) , atau karena nilai
Sig.variabel sektor pertanian (0,611) lebih besar dari 0,05 dan arah koofesien
negatif maka dapat disimpulkan variabel sektor pertanian mempunyai
pengaruh negatif terhadap PDRB.
b. Karena nilai t-hitung (0,492) < nilai t-tabel (2,353) , atau karena nilai
Sig.variabel Sektor Perdagangan (0,611) lebih besar dari 0,05 dan arah
koofesien positif maka dapat disimpulkan variabel jumlah anggota keluarga
mempunyai pengaruh positif terhadap PDRB.
2. UJI ASUMSI KLASIK
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y), maka peneliti menggunakan analisis regresi untuk memperoleh
model regresi yang bisa dipertanggungjawabkan, maka asumsi-asumsi berikut harus
terpenuhi:
1. UJI ASUMSI KLASIK NORMALITAS
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distibusi data yang digunakan dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian apakah berdistribusi normal atau tidak.
Peneliti melakukan pengujian pada SPSS, dan mengambil uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov.

Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan output diatas terlihat bahwa nilai sig (2-tailed) sebesar 0,200 > 0,05 oleh
sebab itu Ho tidak dapat ditolak. Hal itu berarti nilai residual terstandarisasi
dinyatakan menyebar secara normal.

2. UJI ASUMSI KLASIK MULTIKOLINIERITAS


Multikolonieritas adalah kondisi adanya hubungan linear antar variabel independen.
Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikolonieritas tidak akan
terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan
satu variabel independen).
Kondisi terjadinya multikolinieritas ditunjukkan dengan berbagai informasi berikut :
1. Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak sinifikan.
2. Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila
koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinieritas.
3. Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi jenis ini dapat digunakan untuk
mngetahui hubungan antara dua (atau lebih) variabel independen yang
secarabersamasama (misalnya X2 dan Xa) mempengaruhi satu variabel independen
yang lain (misalnya X1). Jika nilai Fhitung > Fkritis pada a dan derajat kebebasan
tertentu, maka model kita mengandung unsur multikolinieritas.
Uji yang diambil adalah uji multikolinieritas dengan korelasi parsial.

Uji Multikolinieritas dengan Korelasi Parsial

Analisis :
1. Model summary
Berdasarkan output pada model summary terlihat bahwa koefisien determinasi R 2
secara keseluruhan adalah sebesar 0,771.
2. Coefficients
Berdasarkan output pada coefficient, nilai correlation partsial yaitu pada kolom
ke-8 terlihat bahwa korelasi parsials sektor pertanian sebesar -0,059, sedangkan
korelasi parsial sektor perdagangan sebesar 0,013.

Kesimpulan:

Dengan melihat koefisien determinasi R2 secara keseluruhan sebesar 0,771 lebih


besar dari korelasi parsial sektor pertanian dan sektor perdagangan yang masing-
masing sebesar -0,059 dan 0,013 maka pada model regresi yang terbentuk tidak terjadi
multikolinier.

3. UJI ASUMSI KLASIK HETEROSKEDASTISITAS


Uji Heteroskidastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dan residual suatu pengamatan ke periode pengamatan lain.
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam uji ini adalah uji heteroskedastisisitas
dengan metode glejser.

Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser

Analisis Coefficient:
Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi dari masing-
masing variabel bebas terhadap nilai absolute nilai residualnya |e|. jika nilai
probabilitas lebih besar dari nilai alfa (sig > α), maka dapat dipastikan model tidak
mengandung gejala heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas
apabila t hitung kecil dari t tabel.
Berdasarkan output diatas diketahui bahwa pada model regresi tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas. Hal ini karena Sig. variabel sektor pertanian terhadap
absolute residual sebesar 0,073 > 0,05, sedangkan Sig. variabel sektor perdagangan
terhadap absolute residual sebesar 0,071 > 0,05.
4. UJI ASUMSI KLASIK AUTOKORELASI
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu
pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Metode yang digunakan dalam uji asumsi autokorelasi adalah metode lagrange
multiplier (LM Test)
Uji autokolerasi dengan Metode Lagrange Multiplier (LM Test)

Analisis Model Summary :


Pada output model summary diatas terlihat bahwa nilai R 2 sebesar 1,000. Nilai R2 ini
digunakan sebagai dasar untuk menghitung nilai X2 hitung dengan rumus X2 = (n-
1)*R2.
Jika nilai X2 hitung ≤ X2 tabel, hal itu menunjukkan tidak terjadi masalah otokorelasi.
Kesimpulannya, berdasarkan output diatas diperoleh nilai R2 sebesar 1,000 dan
jumlah pengamatan sebanyak 5 maka X2 sebesar :
(4 x 1,000) = 4. Sedangkan nilai X 2 tabel dengan df (1 : 0,05) sebesar 9,488. Karenan
nilai X2 hitung (4) < X2 tabel (9,488) maka model persamaan regresi tidak
mengandung masalah otokolerasi

3. MODEL REGRESI DAN INTERPRETASI MODEL

Persamaan Regresi Y= a+b1X1+b2X2+....bnXn+£

Y= 622,927+(-0,059)X1+(0,013)X2+£

Persamaan regresi diatas dapat di jelaskan sebagai berikut:

- Konstanta sebesar 622,927 artinya jika sektor pertanian dan sektor perdagangan
nilainya adalah 0, maka PDRB nilainya adalah 622,927.
- Koefisien regresi variabel sektor pertaanian sebesar -0,059 artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan sektor pertanian mengalami kenaikan 1% maka
PDRB (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,059. Koefisien berniali nefgatif
artinya terjadinya hubungan negatif antara sektor pertanian dengan PDRB,
senmakin naik sektor petanian maka semakin turun PDRB.
- Koefisien regresi variabel sektor perdagangan sebesar 0,013 artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan sektor perdagangan mengalami kenaikan 1%
maka PDRB (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,013. Koefisien berniali
positif artinya terjadinya hubungan positif antara sektor pertanian dengan PDRB,
senmakin naik sektor perdagangan maka semakin naik PDRB.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh angka R sebesar 0,878, hal ini menunjukkan
bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara sektor pertanian dan sektor perdagangan
terhadap PDRB. R Square sebesar 0,771, Adjusted R Square sebesar 0,541 dan standar error
of estimate sebesar 7,335.

UJI F

Tahap-Tahap malakukan uji f sebagai berikut

1. Merumuskan Hipotesis

Ho: Tidak berpengaruh secara signifikan antara sektor pertanian dan sektor
perdagangan secara bersama-sama terhadap PDRB

Ha: Ada pengaruh secara signifikan antara sektor pertanian dan sektor perdagangan
secara bersama-sama terhadap PDRB
2. Menentukan signifikansi tingkat signifikansi menggunakan a=5% (signifikansi 5%
atau0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian.

Kesimpulan:

Berdasarkan tabel output SPSS diatas, diketahui nilai sig adalah sebesar 0,229.
Karena nilai sig 0,299>0,05, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam
uji f dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak artinya tidak ada pengaruh signifikan
antara sektor pertanian dan perdagangan secara bersama-sama terhadap PDRB. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian dan sektor perdagangan secara bersama-
sama tidak berpengaruh terhadap PDRB.

3. Menentukan Fhitung

Berdasarka tabel diperoleh Fhitung sebesar 3,361

4. Menentukan F tabel

Dengan menggunakan F Tabel

Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a=5%, df 1 (jumlah variabel-1)=2, dan


df 2 (n-k-1) atau (5-2-1=2) hasil yang diperoleh untuk f tabel 19,000

Kesimpulan

Oleh karena itu nilai F hitung< F tabel (3,361<19,000) maka Ho ditolak, artinya tidak
ada pengaruh signifikan antara sektor pertanian dan perdagangan secara bersa-sama
terhadap PDRB. Jadi dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian dan sektor
perdagangan secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap PDRB.
UJI T

Uji ini digunakan mengetahui apaka model regresi variabell dependent secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.

Pengujian koefisien regresi variabel sektor pertanian

1. Merumuskan Hipotesis

Ho:Secara parsial tidak berpengaruh antara sektor pertanian terhadap PDRB

Ha: Secara parsial ada pengaruh secara signifikan antara sektor perdagangan
terhadap PDRB.

2. Menentukan signifikansi tingkat signifikansi menggunakan a=5% (signifikansi 5%


atau0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian.

Kesimpulan:

Berdasarkan tabel output SPSS diatas, diketahui nilai sig adalah sebesar 0,611.
Karena nilai sig 0,611>0,05, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan
dalam uji t dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak artinya secara parsial tidak
ada pengaruh signifikan sektor pertanian terhadap PDRB. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sektor pertanian secara parsial tidak berpengaruh terhadap PDRB.

3. Menentukan t hitung
Berdasarka tabel diperoleh t hitung sebesar -0,596

4. Menentukan t tabel

Tabel distribusi tdicari pada a=5%:2= 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan
(df) n-k-1 atau 5-2-1=2. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi= 0,025) hasil yang
diperoleh dari t tabel sebesar 4,303.

Kesimpulan

Oleh karena itu nilai t hitung< t tabel (-0,596<4,303) maka Ho ditolak, artinya
secara parsial tidak ada pengaruh signifikan sektor pertanian terhadap PDRB. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian secara parsial tidak berpengaruh
terhadap PDRB.

Pengujian koefisien regresi variabel sektor perdagangan

1. Merumuskan Hipotesis

Ho:Secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan antara sektor perdagangan


terhadap PDRB

Ha: Secara parsial ada pengaruh secara signifikan antara sektor perdagangan
terhadap PDRB.

2. Menentukan signifikansi tingkat signifikansi menggunakan a=5% (signifikansi 5%


atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian.
Kesimpulan:
Berdasarkan tabel output SPSS diatas, diketahui nilai sig adalah sebesar 0,671.
Karena nilai sig 0,671>0,05, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan
dalam uji f dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak artinya secara parsial tidak
ada pengaruh signifikan sektor perdagangan terhadap PDRB. Jadi dapat
disimpulkan bahwa sektor perdagangan secara parsial tidak berpengaruh terhadap
PDRB.
3. Menentukan t hitung
Berdasarka tabel diperoleh t hitung sebesar 0,492
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi tdicari pada a=5%:2= 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan
(df) n-k-1 atau 5-2-1=2. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi= 0,025) hasil yang
diperoleh dari t tabel sebesar 4,303.
Kesimpulan
Oleh karena itu nilai t hitung< t tabel (0,492<4,303) maka Ho ditolah, artinya
secara parsial tidak ada pengaruh signifikan sektor perdagangan terhadap PDRB.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sektor perdagangan secara parsial tidak
berpengaruh terhadap PDRB.

Daftar Pustaka

Nurman, strategi pembangunan daerah, Jakarta : 1997

Gusti Gde Oka Pradnyana, “ Pengaruh Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran Terhadap PDRB Kota Denpasar” Volume 10, Nomor 1, Tahun 2012

Bps Kabupaten Agam

Merlinawati Umar Amiri, “Pengaruh Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran Dan Jasa-
Jasa Terhadap PDRB Kota Manado”, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Vol. 15 No. 04 Tahun
2015.

Dumairy, Perekonomian Indonesia, (Jakarta Erlangga 1996)

Sjafrizal, Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi, PT. Raja Grafindo
Persada: 2014

Produk domestik regional bruto: Gross regional domestic product Kabupaten Agam
1993-1996

Julius r latumaresa, Perekonomian Indonesia Dan Dinamika Ekonomi Global.(Jakarta:


Mitra Wacana Media, 2015),

Iskandar Putong, Teori Ekonomi Mikro,( Jakarta: Mitra Wacana Media,2005)


Tulus T.H Tambunan, Perkembangan Sektor Pertanian Indonesia,(Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2006)

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) . 1997. Pembangunan Nasional Jakarta :


PT. Balai Pustaka.

Lia Amelia, Ekonomi Pembangunan. (Graha Ilmu. Yogyakarta, 2007)

Basalamah Salim, Murdifin Haming, Syafri Syam, Penilaian kelayakan rencana


penanaman modal, (cet. Pertama; Yogyakarta: Gadja mada university press, 1994)

Roeslan Zaris, Prespektif Daerah dalam Pembangunan Nasional(Jakarta: LPFE, 1987)

Sugiono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, (Bandung :


Alfabeta,2014)

Anda mungkin juga menyukai