disusun oleh :
karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai
wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk
harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang
merupakan suatu proses perubahan yang terencana dalam upaya mencapai sasaran
1-1
dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang di dalamnya
sektor. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi
pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-
masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada menjadi kurang optimal.
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terus menerus untuk
erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
1-2
Pertumbuhan ekonomi dalam sistem pemerintahan daerah biasanya di
indikasikan dengan meningkatnya produksi barang dan jasa yang diukur melalui
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Tahun 2009–2012 (Dalam
Persen)
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011*) 2012**) Rata-
rata
Pertanian, Peternakan, 3,03 3,42 10,01 2,87 4,27 4.72
Kehutanan & Perikanan
Pertambangan & Penggalian - - - - - -
Industri Pengolahan 2,20 2,81 4,23 4,55 2,83 3,32
Listrik, Gas, & Air Minum (1,06) 5,89 6,09 3,05 5,50 3,89
Bangunan & Konstruksi 10,26 10,69 9,28 8,67 8,81 9,54
Perdagangan, Hotel & Restoran 12,44 7,16 8,35 8,72 9,74 9,28
Angkutan & Komunikasi 8,04 11,17 12,30 10,49 10,36 10,47
Keuangan, Persewaan, & Jasa 14,87 14,23 6,91 7,37 8,00 10,28
Perusahaan
Jasa-jasa 11,60 7,94 4,71 9,20 8,82 8,45
LPE Kota Tangerang 6,37 5,74 6,68 6,84 6,41 6,41
LPE Provinsi Banten 5,77 4,71 6,11 6,39 6,15 5,83
LPE Nasional 6,47 5,00 6,60 6,98 6,81 6,37
Sumber: BPS Kota Tangerang
Catatan: * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
yang diperoleh dari pembagian angka PDRB dengan penduduk Kota Tangerang.
1-3
Hal ini menandakan masih rendahnya upaya pemerintah Kota Tangerang dalam
meningkat dan mantap dari tahun ke tahun, karena pertumbuhan ekonomi yang
ekonomi.
konsep dan kewenangan daerah yang ada selama ini. Undang-undang ini memiliki
atas dasar porsi kebijakan pusat yang menonjol dalam pembagian kewenangan
potensi dan keanekaragaman daerah. Oleh karena itu sudah menjadi tuntutan
1-4
Ada tiga faktor atau komponen utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan
baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta yang ditanamkan dengan
bentuk tanah, peralatan fisik, dan modal sumber daya. Akumulasi modal akan
hanya mekanisme pasar yang mampu mengalokasikan sumber daya secara efisien.
kelemahan yaitu gagal mencapai alokasi yang efisien disebabkan oleh adanya
dalam perekonomian agar alokasi sumber ekonomi dapat tercapai secara efisien.
dibahas dalam teori ekonomi publik. Selama ini banyak diperdebatkan mengenai
seberapa jauh peranan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah. Hal ini
1-5
yang diperoleh dari program yang dibuat oleh pemerintah. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa kehidupan masyarakat selama ini sangat bergantung kepada jasa
Pemerintah harus diakui dan dipercaya untuk memikul peranan lebih besar
daerahnya.
diharapkan melalui pengenaan pajak progresif yaitu relatif beban pajak yang
1-6
lebih besar bagi yang mampu dan meredistribusikan bagi yang kurang
mampu.
bersumber dari bantuan pusat dan Pendapatan Asli Daerah merupakan bentuk dari
ekonomi suatu daerah. Peranan strategis dari investasi pemerintah ini sasaran
masyarakat.
pendapatan asli daerah dapat dilakukan pada kondisi dan item tertentu saja, karena
secara umum upaya tersebut justru dapat meningkatkan beban yang harus
ditanggung masyarakat.
Salah satu sudut pandang kebijakan yang dapat dilakukan adalah melalui
1-7
bentuk pembangunan prasarana ekonomi dan sosial seperti jalan, jembatan dan
langsung dan belanja tidak langsung Pemerintah Kota Tangerang dari tahun 2002
Tabel 1.2. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2002 – 2012
(Dalam Juta Rupiah)
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
No Tahun
Realisasi Pertumbuhan Realisasi Pertumbuhan
1 2002 130.243,02 - 86.902,04 -
2 2003 69.487,80 -46,65% 471.658,20 442,75%
3 2004 90.899,27 30,81% 468.441,62 -0,68%
4 2005 91.203,21 0,33% 495.588,35 5,80%
5 2006 121.136,40 32,82% 676.898,92 36,58%
6 2007 290.395,47 139,73% 530.746,01 -21,59%
7 2008 396.247,89 36,45% 600.425,73 13,13%
8 2009 446.262,12 12,62% 657.343,72 9,48%
9 2010 598.697,93 34,16% 797.035,90 21,25%
10 2011 717.932,74 19,92% 917.741,21 15,14%
11 2012 815.995,55 13,66% 1.109.250,56 20,87%
Rata-rata 27,39% 54,27%
Sumber: DPKD Kota Tangerang (diolah)
langsung dari tahun 2002 s.d 2012 mengalami peningkatan rata-rata sebesar
1-8
program yang telah ditetapkan lebih besar dibandingkan pengeluaran tidak
memiliki nilai investasi dan output/produksi yang lebih besar dan selanjutnya
pada khususnya. Investasi swasta sendiri adalah segala bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing.
Kondisi perkembangan invetasi swasta di kota Tangerang dapat dilihat pada Tabel
1.3
Tabel 1.3. Investasi Swasta di Kota Tangerang Tahun 2002 s.d 2012 (dalam Juta
Rupiah)
No Tahun Investasi Laju
1 2002 10.922.054,85 -
2 2003 10.946.054,85 0,22%
3 2004 10.976.055,05 0,27%
4 2005 11.231.454,89 2,33%
5 2006 11.266.329,44 0,31%
6 2007 11.266.454,85 0,00%
7 2008 11.421.580,77 1,38%
8 2009 11.781.799,27 3,15%
9 2010 11.889.000,64 0,91%
10 2011 12.437.654,17 4,61%
11 2012 17.456.639,88 40,35%
Rata-rata 5,35%
Sumber: BPPMPT Kota Tangerang
1-9
Berdasarkan Tabel 1.3 di atas terlihat bahwa perkembangan investasi swasta
di Kota Tangerang pada tahun 2002 s.d 2012 rata-rata sebesar 5,35%. Besarnya
tahun 2012, sehingga hal ini belum dapat mencerminkan besaran yang sebenarnya
dari penanaman modal mengingat selama kurun waktu 2002 s.d 2011 rata-rata
sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah. Penduduk yang bertambah dari
menambah produksi. Namun di sisi lain, akibat buruk dari pertambahan penduduk
pertumbuhan ekonominya masih rendah. Hal ini berarti bahwa kelebihan jumlah
penduduk tidak seimbang dengan faktor produksi lain yang tersedia dimana
1-10
Tabel 1.4. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang Tahun 2002 -
2012
No Tahun Jumlah Laju
1 2002 1.416.842 -
2 2003 1.466.577 3,51%
3 2004 1.488.666 1,51%
4 2005 1.407.084 -5,48%
5 2006 1.481.591 5,30%
6 2007 1.508.414 1,81%
7 2008 1.531.666 1,54%
8 2009 1.652.590 7,89%
9 2010 1.798.601 8,84%
10 2011 1.847.341 2,71%
11 2012 1.918.556 3,86%
Rata-rata 3,15%
Sumber: BPS Kota Tangerang
Tangerang tahun 2002 s.d 2012 rata-rata sebesar 3,15%. Hal ini menunjukkan
pada daerah perkotaan saja sebagai akibat dari cepatnya laju migrasi dari desa ke
kota. Namun demikian jumlah penduduk yang cukup dengan tingkat pendidikan
yang tinggi dan memiliki skill akan mampu mendorong laju pertumbuhan
ekonomi.
1-11
Melihat fenomena dari Kota Tangerang yang memiliki laju pertumbuhan
pasar kerja dan jumlah investasi swasta yang dinilai belum optimal, maka kiranya
perlu diteliti lebih mendalam tentang pengaruh yang timbul dari pengeluaran
Kota Tangerang.
Kota Tangerang.
1-12
1. Mengukur dan menganalisis besarnya pengaruh belanja langsung terhadap
ekonomi.
4. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti yang ingin melakukan
penelitian selanjutnya.
1-13
BAB 2. KERANGKA TEORI
mengapa peranan sektor publik diperlukan dan apa peranan sektor publik dalam
bahwa divided the economic role of government into allocation, distribution, and
stabilization. Allocation refers to anything the government does that affects the
mixture (quantity and quality) of goods and services that the economy produces,
illegal activities. Distribution refers to anything the government does that affects
the distribution of income and wealth. Just about everything the government does,
from locating roads to tax cuts to school vouchers and college scholarships to
alokasi sumberdaya berasal dari pertukaran sukarela antara barang dan uang pada
harga pasar akan menghasilkan kuantitas maksimum barang dan jasa dari segenap
sumber daya yang tersedia dalam perekonomian tersebut. Kenyataan yang ada,
pasar tidak selalu hadir dalam wujudnya yang ideal. Perekonomian pasar
seringkali terlilit polusi dan monopoli seiring dengan melonjaknya inflasi atau
1-14
pengangguran dan pada prakteknya pula bahwa distribusi pendapatan dalam
bahwa dalam perekonomian kapitalis, setiap individu yang paling tahu apa yang
paling baik bagi dirinya, sehingga dia akan melaksanakan apa yang dianggap
terbaik bagi dirinya sendiri. Setiap individu akan melaksanaskan aktivitas yang
harmonis seakan-akan diatur oleh invisible hand. Karena itu perekonomian dapat
pekerjaan umum.
1-15
Menurut Jones (1996, 54) peran pemerintah dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu secara langsung dan secara tak langsung. Pengendalian secara langsung
tukar.
regulate private economic activities and use taxes and subsidies to affect
barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, akan tetapi tidak seorangpun
yang bersedia menghasilkannya atau mungkin dihasilkan oleh pihak swasta akan
tetapi dalam jumlah yang terbatas. Barang publik mempunyai ciri-ciri : 1) tidak
1-16
Pada sistem perekonomian campuran, pemerintah berpartisipasi dalam pasar
sebagai pembeli barang dan jasa. Pemerintah membeli input dari rumah tangga
dan mendapatkan hak kepemilikan dari sumber produktif (modal dan tanah).
Pemerintah menggunakan input untuk menghasilkan barang dan jasa yang tidak
dijual kepada sektor rumah tangga dan perusahaan, tetapi disediakan melalui
distribusi tanpa melalui pasar. Namun demikian pemerintah juga memiliki dan
menjalankan perusahaan, seperti jasa pelayanan pos, kereta api dan lain-lain.
daya yang produktif untuk menghasilkan barang dan jasa termasuk pertahanan,
pada saat itu. Menurut Sukirno (2000, 15) persoalan pokok dalam perekonomian
melalui pasar modal (loanable fund); dan 2) meminjam dari bank sentral melalui
pencetakan uang baru. Penurunan pajak yang dilakukan oleh pemerintah dapat
1-17
dilakukan dengan : 1) menurunkan sejumlah pajak tertentu; dan 2) menurunkan
Yo = 1/(1-b(1-t)) = (a + Io + Go)...............................................................(2.1)
nasional yang baru (ΔY = Yt – Yo), maka besarnya ΔY dapat ditentukan dengan :
atau
ΔY = 1/(1-b(1-t)) . ΔG..............................................................................(2.3)
tabungan (S) dan permintaan modal untuk Investasi (I). Keseimbangan awal
dicapai pada Eo, yang berarti pada tingkat suku bunga ro dan dana yang
ΔG. Besarnya pergeseran ini dapat ditentukan dengan fiskal multiplier, 1/(1-C)
S tetap. Dengan demikian keseimbangan baru tercapai pada E1, dimana suku
namun karena hasrat investasi masyarakat telah merosot dari Io menjadi I1,
1-18
sebagai akibat kenaikan suku bunga dari ro menjadi r1, dan pengeluaran
- So, maka kenaikan pengeluaran pemerintah akan berdampak pada kenaikan suku
bunga dan selanjutnya menurunkan tingkat investasi swasta, kondisi ini disebut
pemerintah, akan tetapi efeknya tergantung juga kepada bentuk kurva agregat
supply. Dalam kasus klasik semua efeknya akan terjadi pada harga dan
semua efeknya hanya akan jatuh kepada output, sementara harga-harga dianggap
tetap. Dalam kasus keynesian secara umum, efeknya terdistribusi antara kenaikan
yang memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk
Kabupaten/Kota).
keputusan akhir proses pembuatan yang berbeda, dan hanya beberapa hal
1-19
pemerintahan yang dibawahnya dapat dipengaruhi oleh pemerintahan yang lebih
tinggi.
tersebut.
Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah, semakin besar pula pengeluaran
terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan
yang sudah semakin besar pula. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, aktivitas
1-20
pemerintah beralih pada bentuk pengeluaranpengeluaran untuk aktivitas-aktivitas
sosial.
2. Hukum Wagner
sebagai berikut :
𝑃𝑃𝑃ଵ
.........................................................................
𝑃𝑃𝐾ଵ < 𝑃𝑃𝐾ଶ
𝑃𝑃𝐾ଶ + ⋯
𝑃𝑃𝐾𝑛𝑃𝑃𝐾𝑛 (2.4)
Keterangan :
1-21
membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah
yaitu:
kemasyarakatan.
perundangundangan
1-22
1. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak
Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri
dari:
a. Belanja pegawai;
tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan
perundang¬undangan.
b. Belanja bunga;
c. Belanja subsidi;
d. Belanja hibah;
1-23
digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang,
barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan
peruntukannya.
e. Bantuan sosial;
kesejahteraan masyarakat.
g. Bantuan keuangan;
merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
1-24
sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas
Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja
a. belanja pegawai;
c. belanja modal.
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap
lainnya.
1-25
Faktor yang menentukan pengeluaran pemerintah adalah 1) pajak yang
Y = C + I + G.............................................................................................(2.5)
Dimana :
C + I + G = C + S + T atau I + G = S + T.................................................(2.6)
Y=C+I+G
Y = a + b Yd + Io + Go
Y = a + b (Y – To) + Io + Go
Y – bY = a – bTo + Io + Go
Y (1-b) = a – bTo + Io + Go
ΔY = Y1 – Yo = 1/(1-b). ΔG...................................................................(2.7)
1-26
α = ΔY/ΔG = 1 / (1-b)...............................................................................(2.8)
Pengeluaran Agregat F1
F0
∆
Y0 Y1 Pendapatan Nasional
produksi.
akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar dengan
sumber daya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternal
1-27
menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Implikasi
yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa
yang akan datang. Investasi ini memiliki 3 (tiga) peran : 1) merupakan salah satu
sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi di masa depan dan
1-28
Investasi merupakan salah satu faktor yang krusial bagi kelangsungan proses
infrastruktur yang dibiayai melalui investasi baik berasal dari pemerintah maupun
swasta.
Domar. Teori Harord Domar (dikemukakan oleh Evsey Domar dan R.F. Harrod)
dari Teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan
2005, 74). Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa : 1)
perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan perusahaan,
berarti sektor pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada. 3) Besarnya
berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol). 4) Kecenderungan untuk
rasio antara modal dan output (Capital Output Ratio) dan ratio penambahan
1-29
Dalam Teori Harrod-Domar investasi dan the incremental output ratio
atau :
It = ΔKt
It = Kt – Kt-1....................................................................................(2.9)
barang modal dan pertumbuhan output, atau melihat seberapa besar peningkatan
berikut :
Y = y.K
1/y = K.Y...........................................................................................(2.10)
Keterangan :
Argumen utama dari hasil studi tersebut adalah bahwa investasi menambah
jumlah stok kapital per pekerja oleh karenanya menaikkan produktivitas. Teori ini
1-30
modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka panjang demikian
pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak konstan, harga selalu
berubah dan suku bunga dapat berubah dan selanjutnya akan mempengaruhi
investasi.
agregat yang sifatnya tidak stabil, dan menjadi salah satu sumber penting dari
diterangkan dalam analisis hubungannya dengan tingkat suku bunga, apabila suku
bunga rendah lebih banyak investasi yang akan dilakukan, dan sebaliknya
masyarakat.
Salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
yang kondusif dan menarik bagi berkembangnya industri dalam negeri dan
1-31
masuknya investasi asing. Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 25
yang luas. Sejalan dengan semakin meningkatnya investasi yang berasal dari
swasta baik investasi dengan fasilitas PMDN maupun non fasilitas, diharapkan
Malthusian yang dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, kedua aliran Neo
Malthusian yang dipelopori oleh Gareth Hardin dan Paul Ehlich dan ketiga terdiri
teori kependudukan yang ada, beberapa pakar yang terlibat dalam teori ini adalah
dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat
1-32
dan memenuhi dengan cepat permukaan bumi. Tingginya pertumbuhan penduduk
ini disebabkan karena hubungan badan antara laki-laki dan perempuan tidak bisa
dihentikan.
penduduk maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan, hal inilah
merupakan sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Hal ini dijelaskan
ini merupakan kutipan asli dari pernyataan Malthus. Untuk dapat keluar dari
melalui penekanan kelahiran. Preventive Checks dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Moral Reistraint (Pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang hawa
check dapat dibagi menjadi dua yaitu : Vice dan misery. Vice (kejahatan) adalah
1-33
segala keadaan yang menyebabkan kematian, sedangkan misery merupakan
Teori Malthus mendapat pro dan kontra dari berbagai ahli lainnya, karena
berikut:
4. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standar hidup
restrasint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, aliran ini menganjurkan
1-34
kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan
Menurut kelompok ini pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru
yang pada jamannya Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan
manusia. Dunia baru sudah tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk
yang selalu bertambah. Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada
tahun 1971, menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa
ini yakni pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan
makanan sangat terbatas, dan ketiga karena terlalu banyak manusia sehingga
Jhon Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Ingris
demikian Jhon Stuart Mill berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat
1-35
kedaerah lain. Jhon Stuart Mill menyarankan peningkatan pendidikan sehingga
2. Arsene Dumont
Arsene Dumont merupakan seorang ahli demografi dari Prancis, pada tahun
merupakan beban. Teory kapaliritas sosial dapat berkembang dengan baik pada
bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu
negara atau wilayah, jika kepadatan penduduk tinggi maka daya produksi rendah,
dengan teory sadler, hanya titik tolak yang berbeda, jika Sadler mengatakan
terbalik dengan makanan yang tersedia, jika suatu jenis makluk diancam bahaya,
1-36
mereka akan mempertahankan diri dengan daya yang mereka miliki, mereka akan
perkembangan penduduk.
besarnya kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar. Sebagai contoh
daerah lain (daerah Y) pada periode tahun 1980-1990, jumlah migran masuk jauh
melebihi jumlah migran keluar sehingga migran netto positif. Untuk Indonesia
jumlah penduduk Indonesia yang menetap di luar negeri jumlahnya sedikit (tidak
signifikan dalam artian statistik) begitu pula warga negara asing yang menetap di
dalam negeri.
1-37
sebelumnya, diukur dengan persentase (%). Atau dapat diringkas dengan rumus
rumus berikut :
GP ୲ = 𝑇𝑃ିି𝑇𝑃షభ 𝑥 ͳͲͲΨ......................................................................................................(2.11)
𝑇𝑃షభ
Dimana :
namun juga modal dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi dengan syarat penduduk
buruh maupun dalam hal pembentukan modal, yang pada akhirnya pertumbuhan
1-38
Jumlah penduduk yang besar berdampak langsung terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) berupa tersedianya tenaga kerja yang sangat
perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun. Untuk
ekonomi suatu daerah dapat dihitung melalui indikator perkembangan PDRB dari
ekonomi masa sekarang lebih tinggi daripada yang dicapai pada masa
sebelumnya.
1-39
Ada dua konsep pertumbuhan ekonomi, yaitu :
terjadi pertumbuhan output riil. Output riil suatu perekonomian bisa juga
negatif.
diukur dengan output total riil perkapita. Oleh karena itu pertumbuhan
ekonomi terjadi apabila tingkat kenaikan output total riil > daripada tingkat
laju kenaikan jumlah penduduk lebih cepat daripada laju pertambahan output
total riil.
wilayah tersebut (Arsyad, 2005, 45). Pada saat ini tidak ada satupun teori yang
1-40
beberapa teori yang secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting
pembangunan ekonomi daerah. Pada hakekatnya inti dari teori ekonomi regional
tersebut berkisar pada metode dalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan
mengandung arti yang lebih luas. Proses pembangunan mencakup perubahan pada
pelayanan kesehatan.
pembangunan ekonomi.
Mazhab Historimus yang antara lain terdiri dari : Teori Friedrich List, Bruno
1-41
Hildebrand, Karl Bucher, Walt Whitman Rostow dan Mazhab Analistis yang
terdiri dari : Teori Pertumbuhan Klasik, David Ricardo, Neo Klasik dan
Keynesian.
1. Mazhab Historimus
masyarakat.
tahap yaitu masyarakat tradisional (the traditional society), pra syarat untuk
tinggal landas (the preconditions for take off), tinggal landas (the take-off),
menuju kedewasaan (the drive to maturity) dan masa konsumsi tinggi (the age of
1-42
perbedaan tahap pembangunan ekonomi tersebut adalah karakteristik perubahan
4. Mazhab Analitis
pertumbuhan ekonomi secara logis dan konsisten, tetapi sering bersifat abstrak
Robert Malthus, Adam Smith dan David Ricardo. Terdapat empat faktor yang
barang modal, luas tanah, kekayaan alam dan teknologi yang digunakan.
lebih banyak.
ekonomi pada akhirnya akan kembali ke tingkat subsisten. Pada mulanya ketika
1-43
penduduk/tenaga kerja akan menurunkan produksi per kapita dan taraf
kemakmuran masyarakat.
the law of diminishing return yang pada gilirannya akan memperlambat pula
6. Teori Solow-Swan
akumulasi modal) serta tingkat kemajuan tekhnologi. Dengan kata lain, sampai
1-44
dimana perekonomian akan berkembang bergantung pertambahan penduduk,
tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga
kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula sesuai dengan yang dibutuhkan. Model
Q = A.Kα. L β.........................................................................................(2.12)
adalah tenaga kerja, α dan β adalah proporsi (share) input. Model Solow dapat
panjang yang ditentukan oleh peranan tenaga kerja dan kemajuan tekhnologi yang
semakin luas.
peranan stok modal dalam pertumbuhan ekonomi dengan asumsi tanpa adanya
telah dicapai hanya karena adanya perubahan jumlah modal (K) dan jumlah
tenaga kerja (L). Hubungan kedua faktor tersebut dengan pertumbuhan ekonomi
1-45
Y = f (K,L).......................................................................................(2.13)
Jika jumlah modal naik sebesar ΔK unit, jumlah output akan meningkat
MPK = f (K + 1, L) – f (K,L)..................................................................(2.14)
Jika tenaga kerja meningkat sebesar ΔL unit, maka jumlah output akan
Perubahan ini akan lebih realistis apabila kedua faktor produksi ini berubah,
yaitu terjadi perubahan modal sebesar ΔK serta terjadi perubahan jumlah tenaga
kerja sebesar ΔL. Kita dapat membagi perubahan ini dalam dua sumber
perubahan kapital, dan dalam kurung yang kedua adalah perubahan output yang
Dimana ΔY/Y adalah laju pertumbuhan output, MPK x K adalah total return
to capital, (MPK x K/Y) adalah share dari modal pada output, ΔK/K adalah
tingkat pertumbuhan dari modal, MPL x L adalah total kompensasi yang diterima
1-46
oleh tenaga kerja, (MPL x L/Y) adalah share dari tenaga kerja pada output, dan
ΔL/L adalah tingkat pertumbuhan dari tenaga kerja. Dengan asumsi bahwa fungsi
produksi dalam keadaan skala hasil tetap, maka teorema Euler menyatakan bahwa
kedua share tersebut apabila dijumlahkan akan sama dengan 1 (satu) (Mankiw,
Dimana α adalah share dari modal dan (1 – α) adalah share dari tenaga kerja.
Y = A f (K,L)................................................................................(2.19)
Dimana A adalah tingkat tekhnologi pada saat sekarang atau yang disebut
karena adanya peningkatan dari modal dan tenagta kerja, tetapi juga karena
akan menjadi :
Dimana ΔA/A adalah pertumbuhan dari total factor productivity atau juga
sering disebut sebagai Solow residual (Mankiw, 2012, 265). Karena pertumbuhan
total factor productivity tidak bisa dilihat secara langsung, maka diukur secara
1-47
ΔA/A = ΔY/Y – α ΔK/K – (1 – α) ΔL/L..........................................(2.21)
pekerja akan menjadi lebih produktif, dan output juga akan meningkat, yang
7. Teori Harrod-Domar
penawaran
1-48
Dengan demikian :
𝐼
𝐶𝑂𝑅 = 1 Ǥ ο𝐼
𝑀𝑃𝑆
ο𝐼
𝐼 = 𝑀𝑃𝑆
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.23)
𝐶ை𝑅
tambahan modal dalam suatu periode t menjadi sumber dasar bagi bertambahnya
hasil produksi di periode tertentu (t + 1). Investasi pada saat ini meningkatkan
ekonomi adalah proses inovasi yang dilakukan oleh para innovator dengan
Teori ini pada awalnya dikemukakan oleh Myrdal (1977, 72) yang
1-49
mendominasi “spread effect” dan proses pertumbuhan ekonomi regional
merupakan proses yang tidak equilibrium. Perbedaan utama dari teori neoklasik
dan myrdal adalah yang pertama menggunakan constant return to scale dan yang
antar wilayah mungkin akan menjadi sangat besar jika increasing return to scale
terbatas dari suatu daerah terbelakang (backward region), seperti tenaga kerja
endogen atau eksogen, yakni faktor-faktor yang terdapat pada daerah yang
1-50
Faktor-faktor penentu penting dari dalam daerah meliputi distribusi faktor-
faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja dan modal. Sedangkan salah satu faktor
penentu dari luar daerah yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain
ekonomi makro. Model ini berorientasi pada segi penawaran dan berusaha
masing dapat dianalisa secara sendiri-sendiri dan dapat dituliskan sebagai berikut :
Keterangan :
K : Modal (Kapital)
L : Tenaga Kerja
Q : Tanah
T : Tekhnologi
berikut :
On = a n k n + (1-an) ln + tn...................................................................(2.25)
1-51
Keterangan :
modal)
tersebut. Menurut teori ini, semua pembangunan regional ditentukan oleh sektor
uang masuk agar dapat tumbuh dan satu satunya cara yang efektif adalah
menambah ekspor.
Konsep kunci dari teori ini adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin
suatu basis, maka satuan ukuran yang dipilih dapat berupa pendapatan daerah,
basis ada dua, yaitu pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan
langsung dilakukan dengan cara mengukur aliran komoditi dan uang, serta
1-52
melakukan survai tentang perekonomian lokal. Sedangkan pendekatan tidak
sedangkan sektor lainnya diasumsikan non basis. Dalam metode ini memiliki
kelemahan karena dalam penentuan asumsi dapat salah. Metode LQ yang sangat
yaitu :
(produk dari merk yang satu diekspor, sedang produk yang sama dengan
penelitian ini adalah jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi dalam suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
1-53
Pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang digambarkan dalam PDRB atas dasar
harga konstan 2000 karena data ini menunjukkan pertumbuhan riil daerah.
tidak langsung dalam penelitian ini adalah besarnya realisasi belanja tidak
langsung dalam penelitian ini adalah besarnya realisasi belanja langsung yang
ini adalah jumlah penduduk Kota Tangerang pada akhir tahun, dinyatakan
sebagai berikut.
Keterangan :
α0 = Konstanta
1-54
α1, α2, α3, α4 , α5 = Parameter yang diestimasi
Pertumbuha
n Ekonomi
Investasi Swasta
(Y)
(IS)
Jumlah Penduduk
(JP)
2.4 HIPOTESIS
1-55
Peran pemerintah daerah dapat dilihat dari besar kecilnya pengeluaran
pemerintah yang mencerminkan kebijakan untuk membeli barang dan jasa serta
perkapita. Dana pembangunan juga merupakan salah satu input yang dapat
tergantung dari fasilitas dan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah berupa
sarana dan prasarana yang merangsang guna menarik investor asing maupun
dalam negeri.
tekhnologi sumber daya alam dan kapasitas produksi. Pertumbuhan penduduk dan
ekonomi.
1-56
Jumlah penduduk yang besar dapat berarti menambah jumlah tenaga kerja
pula PDRB.
1-57
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
pemerintah (belanja langsung dan belanja tidak langsung), investasi swasta dan
data sekunder runtun waktu (time series) tahunan dari tahun 2002 – 2012 yang
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Produk Domestik Regional Bruto dari tahun 2002 sampai dengan 2012
(variabel dependen).
2. Realisasi Belanja Langsung dari tahun 2002 sampai dengan 2012 (Variabel
independen).
3. Realisasi Belanja Tidak Langsung dari tahun 2002 sampai dengan 2012
(Variabel independen).
4. Investasi Swasta di Kota Tangerang dari tahun 2002 sampai dengan tahun
5. Jumlah Penduduk dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 (Variabel
independen).
1-58
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
yang bersumber dari publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
Penanaman Modal (BKPM), Bank Indonesia (BI) dan terbitan resmi pemerintah
maupun dengan cara studi pustaka dari literatur dan jurnal-jurnal yang berkaitan
dan proporsi belanja tidak langsung dan langsung dari tahun ke tahun)
ekonomi daerah.
tahun 2002 sampai dengan 2012, yang meliputi proporsi dan pertumbuhan
1-59
pengeluaran pemerintah sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah
2. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
bantuan perangkat lunak SPSS 22. Dari analisis ini diharapkan dapat
belanja langsung, investasi swasta dan jumlah penduduk) serta untuk mengetahui
sejauh mana besar dan arah dari hubungan variabel tersebut digunakan analisis
regresi.
tingkat/derajat keeratan antara variabel yang ada. Model adalah ringkasan teori
kuadrat terkecil (Method of Ordinary Least Square) OLS. Metode ini diyakini
mempunyai sifat-sifat yang dapat diunggulkan yaitu secara teknis sangat akurat,
1-60
mudah dalam menginterprestasikan perhitungannya serta sebagai alat estimasi
Q = f (K, L)...............................................................................................(3.1)
Keterangan :
Q = Produksi
K = Kapital, dan
L = tenaga kerja
terdiri dari belanja tidak langsung (BTL), belanja langsung (BL), investasi swasta
Keterangan :
α0 = Konstanta
1-61
LYnt = Pertumbuhan ekonomi pada tahun t
daerah, maka digunakan beberapa variabel lain (investasi swasta dan jumlah
yakni uji keeratan hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen
serta Uji model (statistik dan asumsi klasik) terhadap model yang digunakan.
(uji t), simultan (uji F), uji R square dan uji tanda koefisien yang dihasilkan
(uji orde I)
1-62
3. Ketiadaan penyimpangan terhadap asumsi-asumsi klasik, yang meliputi uji
Untuk model-model yang telah melewati uji signifikansi dan uji asumsi
klasik baru dapat dipergunakan untuk uji hipotesis. Penjelasan dari uji yang
a. Uji t
dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan menggunakan dua arah pada derajat
kritis atau dengan kata lain bahwa nilai t-statistik lebih besar dari nilai t-tabel, hal
ini berarti terdapat pengaruh yang cukup berarti dari variabel independen terhadap
variabel dependen. Begitu sebaliknya apabila nilai t-statistik lebih kecil dari nilai
1-63
Ha : α1 > 0 Belanja tidak langsung berpengaruh positif dan signifikan
b. Uji F
(simultan) terhadap variabel tak bebas. Nilai F statistik dapat dihitung dengan
melihat nilai dari F tabel. Nilai F statistik dikatakan signifikan apabila nilainya
terletak di dalam daerah kritis, atau hipotesisnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Ho : α1 ; α2 ; α3 ; α4 = 0
1-64
Jumlah belanja tidak langsung, belanja langsung, investasi swasta dan
2. Ha : α1 ; α2 ; α3 ; α4 ≠ 0
n = jumlah observasi
R2 = koefisien determinan
1. Quick look = bila nilai F lebih besar dari 4, maka Ho ditolak dengan derajat
1-65
2. Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Bila nilai F hitung lebih besar
daripada nilai F tabel, maka hipotesis daripada nilai F tabel, maka hipotesis
alternatif diterima.
kemampuan suatu model dalam menerangkan variabel dependen atau dengan kata
lain untuk mengukur tingkat hubungan antara variabel dependen dengan semua
ଶ 𝐸𝑆𝑆 ሺ ͳ െ 𝑅ଶሻ Ȁ ሺ𝑘 െ ͳ ሻ
R = +
𝑇𝑆𝑆 ሺ ͳ െ 𝑅ଶሻ Ȁ ሺ𝑛 െ 𝑘ሻ
Persamaan di atas menunjukan proporsi total jumlah kuadrat (TSS) yang
diterangkan oleh variabel bebas dalam model. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh
1-66
2. Pengujian secara Ekonometrik (Orde II)
a. Uji Normalitas
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residul berdistribusi normal atau tidak dengan analisis grafis
dan uji statistik. Dalam penelitian ini, uji statistik yang digunakan untuk menguji
(KS).
a. Jika Probabilitas (Asymp.sig) < 0,05 , maka data berdistribusi tidak normal.
b. Uji Heterokedasitas
homokedasitas. Di dalam regresi linear berganda, salah satu asumsi yang harus
dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (Best,
Linear, Unbiased dan ewstimator) adalah var (μi) =σ2 yang mempunyai variasi
1-67
yang sama (homokedasitas). Pada kasus lain dimana μi tidak konstan disebut
melalui Park test (Uji Park). Uji ini terdapat 2 (dua) tahapan yaitu : pertama
Ln ei2 = α + β Ln Xi + vi
c. Uji Autokorelasi
diurutkan menurut waktu (seperti data time series) atau ruang (seperti data cross
section). Uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya autokorelasi yaitu uji
tabel Durbin Watson. Di dalam tabel dimuat 2 nilai, yaitu nilai batas atas (du)
dan nilai batas bawah (dl) untuk berbagai nilai n dan k. Di dalam model tidak
1-68
d. Uji Multikolinearitas
diantara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Pada
2. Metode yang digunakan dalam uji multikolinearitas ini adalah metode Klein
dan kesepakatan Gujarati terhadap nilai korelasi antar variabel, yaitu dengan
correlation matrics, dimana apabila correlation matrics lebih besar daripada 0,8
1-69
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, Kota Tangerang Dalam Angka (berbagai tahun penerbitan),
The McGraw-HillCompanies.
Glasson, Jhon and Marshall, Tim, (2007), Regional Planning, New York,
Routledge.
Learning.
Press.
ICSA Publishing.
BPFE-UGM.
Mankiw, N Gregory, (2012), Macroeconomics, (eight edition), New York, Worth
Publisher Inc.
Myrdal, Gunar, (1977), An Inquiry into the Poverty of Nations, London, Pelican
Books.
Persada.