Anda di halaman 1dari 11

Analisis Pembangunan Ekonomi Di Kabupaten/Kota Pada

Provinsi Gorontalo Tahun 2018-2022

Dosen Pengampu:
Fivien Muslihatinningsih, S.E, M.Si.

Oleh Kelompok 1:
Marta Uli Manurung (220810101042)
Muhammad Dwi Dava Januar (220810101049)
Joe Ibrahim Aqilla (220810101057)
Nanda Kartika Putri (220810101058)
Maldino Rauf Pramono (220810101061)
Sefhia Diffa Syaira (220810101068)
Pinasty Arwinda (220810101072)

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHALUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Gorontalo adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utar
a Pulau Sulawesi. Provinsi ini memiliki luas wilayah 11.257,07 km² dan jumlah penduduk se
kitar 1,2 juta jiwa. Provinsi ini terdiri dari lima kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Gor
ontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Go
rontalo Utara, dan Kota Gorontalo. Provinsi ini memiliki potensi sumber daya alam yang mel
impah, seperti pertanian, perikanan, kehutanan, dan pertambangan (Nugraha, & Hall, 2018).
Analisis data dari provinsi Gorontalo dari tahun 2018-2022 bertujuan untuk mengkaji
perkembangan dan dinamika pembangunan di provinsi ini dalam kurun waktu lima tahun tera
khir. Analisis ini akan menggunakan data statistik yang diperoleh dari berbagai sumber, seper
ti Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, instansi pemerintah, lembaga penelitian, d
an media massa. Analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif dan
objektif tentang kondisi dan tantangan yang dihadapi oleh provinsi Gorontalo, serta memberi
kan rekomendasi dan saran untuk perbaikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di pro
vinsi ini (Machmud, Wuryaningrat, & Mutiarasari, 2022).
Publikasi Statistik Keuangan Pemerintah Provinsi Gorontalo dan Kabupaten/Kota se-
Provinsi Gorontalo 2022 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo meru
pakan publikasi yang memuat gambaran umum tentang sumber-sumber penerimaan maupun
pos belanja Pemerintah Provinsi Gorontalo dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Goro
ntalo. Sumber data Statistik Keuangan ini diperoleh dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Data tersebut dikumpulkan berdasarkan hasil pendataan Statistik Keuangan
Pemerintah yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota se-Provinsi Gorontalo
(Azizah, Kusuma, & Arifin, 2022).
Salah satu faktor utama perkembangannya adalah fokus yang kuat pada pengembanga
n infrastruktur. Pembangunan jaringan jalan yang lebih baik telah meningkatkan konektivitas
antarwilayah, memperlancar aksesibilitas bagi petani untuk mengirimkan hasil pertanian mer
eka ke pasar dan memperluas distribusi produk. Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi fak
tor penting dalam perkembangan provinsi ini. Potensi alamnya yang menakjubkan, seperti kei
ndahan pantai dan keragaman budaya, telah menarik minat wisatawan, menggerakkan pertum
buhan sektor pariwisata dan berkontribusi pada perekonomian local (Chan, Lam, Chan, Cheu
ng, & Ke, 2010).
Pemerintah Provinsi Gorontalo telah mengambil berbagai langkah untuk meningkatka
n kualitas sumber daya manusia di daerah ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah denga
n meningkatkan akses pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat. Peningkatan kualitas pendi
dikan dan pelatihan di Gorontalo diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih tera
mpil dan berdaya saing, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan sektor ekonomi
lainnya di daerah ini. Selain itu, pemerintah juga telah memperkuat kelembagaan pendidikan
dan pelatihan di Gorontalo. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kualitas fasilitas dan tena
ga pengajar di lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan di daerah ini. (Alam, 2016).
Makalah ini memberikan informasi yang sangat penting bagi pembaca yang ingin me
ngetahui tentang keadaan keuangan daerah di Provinsi Gorontalo. Dalam publikasi ini, terdap
at informasi mengenai sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah di Pro
vinsi Gorontalo. Data yang ditampilkan dalam publikasi ini mencakup data Realisasi Anggara
n Pendapatan dan Belanja Tahun 2021 dan Anggaran Tahun 2022 Pemerintah Provinsi serta P
emerintah Kabupaten/Kota. Selain itu, publikasi ini juga memberikan informasi mengenai su
mber data Statistik Keuangan Pemerintah yang diperoleh dari Pemerintah Provinsi dan Pemer
intah Kabupaten/Kota. Data tersebut dikumpulkan berdasarkan hasil pendataan Statistik Keua
ngan Pemerintah yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota se-Provinsi Gor
ontalo (de Archellie, Holil, & Waworuntu, 2020).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis pembangunan ekonomi di Kabupaten/Kota pada Provinsi Goronta
lo tahun 2018-2022?
2. Apa saja kebijakan yang diciptakan oleh pemerintah untuk mengatasi kekurangan pad
a pembangunan ekonomi dan keterkaitannya dengan teori tokoh ekonom?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan:
2. Untuk mengetahui keadaan pembangunan ekonomi secara keseluruhan yang berada di
Provinsi Gorontalo, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumb
uhan ekonomi di daerah tersebut, terutama pada hal-hal yang berkaitan investasi, kem
iskinan, pertumbuhan ekonomi, PDRB, teknologi, ekonomi kreatif, populasi, tenaga k
erja, dan pengangguran.
3. Untuk melakukan kajian dan evaluasi terhadap kinerja pembangunan ekonomi di ting
kat kabupaten/kota di provinsi Gorontalo selama lima tahun terakhir, dalam hal invest
asi, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, PDRB, teknologi, ekonomi kreatif, populasi,
tenaga kerja, dan pengangguran.
1.3.2 Manfaat:
2. Untuk memberikan informasi dan rekomendasi yang bermanfaat bagi pemerintah daer
ah, stakeholder, dan masyarakat dalam menetapkan dan melaksanakan strategi pemba
ngunan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif, dan berdaya saing di kabupaten/kota pa
da provinsi Gorontalo.
3. Makalah ini dapat memberikan informasi yang akurat dan terkini tentang kinerja pem
bangunan ekonomi di kabupaten/kota pada provinsi Gorontalo, yang dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi dan perbaikan kebijakan pembangunan ekonomi di daerah ters
ebut.
4. Makalah ini juga dapat memberikan kontribusi ilmiah dan praktis bagi pengembangan
pengetahuan dan pemahaman tentang pembangunan ekonomi di kabupaten/kota pada
provinsi Gorontalo, yang dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan bahan diskusi
bagi peneliti, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum.
1.4 Metode Penelitian
BAB II

LANDASAN TEORI
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan kesej
ahteraan, kesetaraan, dan daya saing masyarakat di suatu negara melalui peningkatan pendap
atan total dan pendapatan per kapita, perubahan struktur ekonomi, dan pemerataan distribusi
pendapatan. Pembangunan ekonomi juga memperhatikan aspek-aspek kualitatif, seperti kualit
as sumber daya manusia, lingkungan hidup, kelembagaan, dan tata kelola pemerintahan. Pem
bangunan ekonomi berbeda dengan pertumbuhan ekonomi, yang hanya mengukur kenaikan k
uantitatif output atau produk nasional suatu negara tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lai
n yang memengaruhi kualitas hidup masyarakat (Fauzi & Oxtavianus, 2014).
Pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun ekster
nal, yang saling berinteraksi dan mempengaruhi kinerja pembangunan ekonomi. Faktor intern
al meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, teknologi, infrastruktur, dan kele
mbagaan. Faktor eksternal meliputi permintaan pasar, kebijakan pemerintah, lingkungan mak
roekonomi, dan globalisasi (Kuncoro, 2010).
Pembangunan ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa teori pemban
gunan ekonomi, antara lain: Adam Smith, Schumpeter, Rostow, dan Robert Malthus. Selain it
u, topik yang akan dibahas juga mencakup teori tentang teknologi yang diajukan oleh Marsha
ll McLuhan dan Everett Rogers. Teori-teori ini dapat memberikan kerangka konseptual dan m
etodologis untuk mengkaji dan mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi, serta untuk me
ngidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2018).
2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Klasik Adam Smith
Teori Pembangunan Ekonomi Klasik Adam Smith adalah teori yang mengusung kons
ep kebebasan individu dalam beraktivitas ekonomi tanpa campur tangan pemerintah. Teori ini
berangkat dari kritik terhadap faham merkantilisme yang mengutamakan persediaan emas da
n mengorbankan kesejahteraan individu. Teori ini mengklasifikasikan pembangunan ekonomi
ke dalam empat tahap, yaitu tahap pemburu, tahap peternak, tahap pertanian, dan tahap perda
gangan (Smith, [1762–63] 1982). Teori ini juga menjelaskan tiga aspek penting dalam pemba
ngunan ekonomi, yaitu hukum alam, pembagian kerja, dan proses pemupukan modal.
Hukum alam adalah doktrin yang menyatakan bahwa setiap orang berhak dan bebas
memenuhi kebutuhan untuk keuntungan individu. Dalam hal ini, Adam Smith mengemukaka
n konsep “the invisible hand” atau tangan tak terlihat yang akan membimbing pelaku ekonom
i mencapai kesejahteraan maksimum dengan cara mengatur mekanisme pasar secara alami (S
mith, [1776] 1981).
Pembagian kerja adalah proses dimana setiap pekerja melakukan spesialisasi dalam bi
dang tertentu sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Hal ini akan meningkatkan produk
tivitas, efisiensi, dan keterampilan tenaga kerja, serta mendorong penemuan mesin dan teknol
ogi baru yang dapat menghemat biaya produksi. Pembagian kerja akan semakin luas seiring d
engan perkembangan pasar, penduduk, transportasi, dan modal (Smith, [1776] 1981).
Proses pemupukan modal adalah proses dimana sebagian dari pendapatan yang dipero
leh digunakan untuk menambah modal yang dapat digunakan untuk produksi di masa depan.
Modal adalah faktor produksi yang penting untuk meningkatkan skala produksi dan pertumbu
han ekonomi. Adam Smith menekankan pentingnya menabung sebagai cara untuk memupuk
modal (Smith, [1776] 1981).
2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Schumpeter
Teori Pembangunan Ekonomi Schumpeter adalah salah satu teori klasik yang mengan
ggap bahwa pembangunan ekonomi adalah hasil dari proses inovasi yang dilakukan oleh para
wirausaha (entrepreneur) yang berani mengambil risiko dan menciptakan kombinasi baru dal
am produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa (Schumpeter, 1934).
Schumpeter membedakan antara pertumbuhan ekonomi yang bersifat statis dan dinam
is. Pertumbuhan ekonomi statis adalah pertumbuhan yang terjadi dalam kondisi keseimbanga
n sempurna, di mana tidak ada laba, tidak ada pengangguran, tidak ada suku bunga, tidak ada
tabungan, dan tidak ada investasi. Pertumbuhan ekonomi dinamis adalah pertumbuhan yang t
erjadi karena adanya gangguan atau perubahan pada keseimbangan tersebut, yang disebabkan
oleh faktor inovasi (Schumpeter, 1939).
Schumpeter mengidentifikasi lima jenis inovasi yang dapat memicu pembangunan ek
onomi, yaitu:
Memperkenalkan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya, atau memperbaiki
produk lama.
Memperkenalkan metode produksi baru, atau menggunakan metode lama dengan cara
yang lebih efisien.
Membuka pasar baru, baik domestik maupun internasional, atau memasuki pasar yang
sebelumnya didominasi oleh produsen lain.
Mengeksplorasi sumber bahan baku baru, atau menggunakan sumber yang sudah ada
dengan cara yang lebih hemat.
Perubahan organisasi industri, seperti pembentukan monopoli, kartel, atau trust, atau p
erubahan struktur pasar.
Schumpeter berpendapat bahwa inovasi-inovasi tersebut akan memberikan keuntunga
n sementara bagi para wirausaha yang berhasil melaksanakannya, berupa laba luar biasa (sup
ernormal profit) yang melebihi biaya produksi dan biaya modal. Laba ini akan menarik para
wirausaha lain untuk meniru atau menyaingi inovasi tersebut, sehingga laba akan menurun da
n kembali ke tingkat normal. Proses ini akan terus berulang dan menciptakan siklus bisnis (bu
siness cycle) yang terdiri dari fase kemajuan (prosperity), kemunduran terdiri dari fase kemaj
uan (prosperity), kemunduran (recession), depresi (depression), dan pemulihan (recovery). Sc
humpeter menyebut siklus ini sebagai proses destruksi kreatif (creative destruction), di mana
inovasi-inovasi baru akan menggantikan inovasi-inovasi lama yang sudah usang atau tidak efi
sien (Schumpeter, 1942).
2.3 Teori Pembangunan Model Rostow
Teori Pembangunan Model Rostow adalah salah satu teori klasik yang mengemukaka
n bahwa setiap negara harus melewati lima tahap pertumbuhan ekonomi untuk mencapai ting
kat kemajuan dan kesejahteraan yang tinggi. Teori ini dikembangkan oleh Walt W. Rostow, se
orang ekonom dan sejarawan Amerika Serikat, pada tahun 1960 dalam bukunya yang berjudu
l "The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto" (Rostow, 1960).
Teori ini bertujuan untuk memberikan alternatif bagi negara-negara berkembang yang
ingin menghindari sistem komunis yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi d
an kebebasan. Lima tahap pertumbuhan ekonomi menurut Rostow adalah sebagai berikut:
Tahap masyarakat tradisional. Tahap ini ditandai oleh rendahnya produktivitas, tinggi
nya ketergantungan pada sektor pertanian, kurangnya penerapan ilmu pengetahuan dan teknol
ogi modern, dan dominasinya nilai-nilai tradisional dan adat istiadat dalam kehidupan masyar
akat. Pada tahap ini, investasi produktif sangat rendah, sehingga pertumbuhan ekonomi stagn
an atau lambat (Todaro, & Smith, 2015).
Tahap prasyarat untuk lepas landas. Tahap ini ditandai oleh adanya perubahan-peruba
han yang mulai terjadi dalam masyarakat, baik dari segi sosial, politik, maupun ekonomi. Per
ubahan-perubahan ini meliputi peningkatan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, perdaganga
n, dan administrasi publik; pengembangan sektor industri dan jasa; dan munculnya kelas men
engah dan wirausaha yang berorientasi pada kemajuan dan inovasi. Pada tahap ini, investasi p
roduktif mulai meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi mulai terasa (Kuncoro, 2009).
Tahap lepas landas. Tahap ini ditandai oleh adanya lonjakan pertumbuhan ekonomi ya
ng signifikan dan berkelanjutan, yang dipicu oleh adanya sektor-sektor unggulan yang menja
di motor penggerak perekonomian. Sektor-sektor unggulan ini biasanya berupa industri-indus
tri baru yang menggunakan teknologi modern dan menghasilkan barang-barang yang diminati
pasar domestik maupun internasional. Pada tahap ini, investasi produktif mencapai 10-20 per
sen dari produk domestik bruto (PDB), sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi cepat dan sta
bil (Mankiw, 2015).
Tahap gerak menuju kematangan. Tahap ini ditandai oleh adanya diversifikasi dan pen
yebaran kegiatan ekonomi ke berbagai sektor dan wilayah, yang menunjukkan bahwa pereko
nomian sudah mencapai tingkat kedewasaan dan kemandirian. Pada tahap ini, investasi produ
ktif tetap tinggi, namun tidak lagi terpusat pada sektor-sektor unggulan, melainkan lebih mera
ta dan seimbang. Pada tahap ini, pertumbuhan ekonomi masih tinggi, namun mulai menurun s
ecara bertahap (Todaro, & Smith, 2015).
Tahap konsumsi massa tinggi. Tahap ini ditandai oleh adanya peningkatan kesejahtera
an dan konsumsi masyarakat, yang mencerminkan tingginya pendapatan per kapita dan distri
busi pendapatan yang merata. Pada tahap ini, investasi produktif lebih ditujukan untuk mengh
asilkan barang-barang konsumsi tahan lama dan jasa-jasa sosial, seperti pendidikan, kesehata
n, rekreasi, dan lingkungan. Pada tahap ini, pertumbuhan ekonomi menjadi rendah, namun tet
ap positif (Todaro, & Smith, 2015).
2.4 Teori Pembangunan Ekonomi Robert Malthus
Teori pembangunan ekonomi Robert Malthus adalah salah satu teori klasik yang men
gemukakan hubungan antara pertumbuhan penduduk dan produksi makanan. Malthus berpen
dapat bahwa pertumbuhan penduduk akan selalu lebih cepat daripada pertumbuhan produksi
makanan, sehingga akan menimbulkan masalah kelaparan dan kemiskinan. Malthus menyata
kan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (geometrik), yaitu 1, 2, 4, 8, 16, dst.
Sedangkan pertumbuhan produksi makanan mengikuti deret hitung (aritmetik), yaitu 1, 2, 3,
4, 5, dst. Dengan demikian, akan ada kesenjangan yang semakin melebar antara jumlah pend
uduk dan jumlah makanan yang tersedia (Muna & Qomar, 2020).
Malthus juga mengidentifikasi dua jenis hambatan yang dapat membatasi pertumbuha
n penduduk, yaitu hambatan positif dan hambatan preventif. Hambatan positif adalah faktor-f
aktor yang menyebabkan kematian penduduk, seperti bencana alam, wabah penyakit, perang,
dan kelaparan. Hambatan preventif adalah faktor-faktor yang menyebabkan penurunan laju k
elahiran, seperti penundaan pernikahan, abstinensi seksual, kontrasepsi, dan aborsi (Suparmo
ko, 2002). Malthus menyarankan agar masyarakat menggunakan hambatan preventif untuk m
engendalikan pertumbuhan penduduk dan mencapai keseimbangan dengan produksi makanan
(Suparmoko, 2002).
Teori Malthus mendapat banyak kritik dari para ekonom dan ilmuwan lainnya. Bebera
pa kritik yang sering diajukan adalah sebagai berikut:
Teori Malthus tidak memperhitungkan kemajuan teknologi dan inovasi yang dapat me
ningkatkan produktivitas pertanian dan industri, sehingga dapat memenuhi kebutuhan makan
an penduduk yang semakin banyak (Arsyad, 2017).
Teori Malthus tidak mempertimbangkan adanya perubahan struktur ekonomi dan sosi
al yang dapat mempengaruhi tingkat fertilitas dan mortalitas penduduk, seperti urbanisasi, pe
ndidikan, kesadaran kesehatan, dan pemberdayaan perempuan (Arsyad, 2017).
Teori Malthus terlalu pesimis dan fatalistik, karena menganggap bahwa pertumbuhan
penduduk selalu berdampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat, padahal pertumbuhan
penduduk juga dapat menjadi sumber daya manusia yang potensial untuk pembangunan ekon
omi (Arsyad, 2017).
2.5 Teori Determinisme Teknologi Marshall Mcluhan
Teori determinisme teknologi Marshall McLuhan adalah teori yang menyatakan bahw
a media komunikasi memiliki pengaruh yang besar dan menentukan terhadap bentuk dan isi d
ari budaya dan masyarakat. McLuhan berpendapat bahwa setiap media komunikasi, baik ceta
k, elektronik, maupun digital, memiliki karakteristik dan efek tersendiri yang dapat memperlu
as, memperkuat, atau mengubah kemampuan manusia dalam berkomunikasi, berpikir, dan be
rtindak. Media komunikasi tidak hanya merupakan alat atau sarana, tetapi juga merupakan pe
san dan lingkungan yang membentuk persepsi dan pengalaman manusia (McLuhan, 2017).
McLuhan membagi sejarah media komunikasi menjadi empat zaman, yaitu zaman sua
ra, zaman tulisan, zaman cetak, dan zaman elektronik. Zaman suara adalah zaman sebelum ad
anya tulisan, di mana manusia berkomunikasi secara lisan dan mengandalkan pendengaran se
bagai indera utama. Zaman tulisan adalah zaman ketika manusia mulai menciptakan simbol-s
imbol visual untuk merepresentasikan suara dan makna. Zaman cetak adalah zaman ketika te
knologi cetak memungkinkan reproduksi tulisan secara massal dan murah, sehingga meningk
atkan literasi dan rasionalitas. Zaman elektronik adalah zaman ketika media elektronik, sepert
i radio, televisi, dan internet, memungkinkan komunikasi yang cepat, simultan, dan global, se
hingga menciptakan desentralisasi dan keragaman (McLuhan, Gordon, Lamberti, & Scheffel-
Dunand, 2011).
McLuhan juga memperkenalkan konsep medium panas dan medium dingin untuk me
nggambarkan tingkat partisipasi yang dituntut dari pengguna media. Medium panas adalah m
edia yang memberikan informasi yang lengkap, jelas, dan intens, sehingga tidak memerlukan
usaha atau keterlibatan yang besar dari pengguna, seperti film, radio, dan cetak. Medium ding
in adalah media yang memberikan informasi yang tidak lengkap, samar, dan rendah intensitas
nya, sehingga memerlukan usaha atau keterlibatan yang besar dari pengguna, seperti komik, t
elepon, dan televisi (McLuhan, 2017).
2.6 Teori Difusi Inovasi Everett Rogers
Teori difusi inovasi Everett Rogers adalah teori yang menjelaskan bagaimana suatu in
ovasi, yaitu ide, produk, atau praktik baru, dapat tersebar dan diterima oleh anggota suatu sist
em sosial. Rogers berpendapat bahwa ada empat elemen utama yang mempengaruhi proses di
fusi inovasi, yaitu karakteristik inovasi, karakteristik komunikasi, karakteristik waktu, dan kar
akteristik sistem sosial (Rogers, 2003).
Karakteristik komunikasi adalah proses dan saluran yang digunakan untuk menyampa
ikan informasi tentang inovasi kepada individu atau kelompok. Rogers berpendapat bahwa ko
munikasi yang efektif dalam proses difusi inovasi harus memenuhi tiga syarat, yaitu homofili,
heterofili, dan kredibilitas sumber (Rogers, 2003).
Karakteristik waktu adalah durasi dan urutan yang dibutuhkan untuk mengadopsi inov
asi oleh individu atau kelompok. Rogers mengidentifikasi tiga aspek waktu dalam proses difu
si inovasi, yaitu inovasi-decision process, rate of adoption, dan adopter categories (Rogers, 20
03).
Karakteristik sistem sosial adalah struktur dan norma yang ada dalam suatu kelompok
atau organisasi yang menjadi tempat berlangsungnya proses difusi inovasi. Rogers berpendap
at bahwa sistem sosial dapat mempengaruhi proses difusi inovasi melalui dua faktor, yaitu pe
ran dan fungsi agen perubahan dan sistem inovasi (Rogers, 2003).
Teori difusi inovasi Everett Rogers adalah teori yang banyak digunakan dan diaplikasi
kan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, komunikasi, dan teknol
ogi informasi. Teori ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif dan sistematis untuk
memahami dan menganalisis fenomena difusi inovasi dalam konteks sosial yang beragam (Sa
hin, 2006).
Nugraha, AMS, & Hall, R. (2018). Paleogeografi Kenozoikum Akhir di Sulawesi, Indonesia.
Paleogeografi, Palaeoklimatologi, Palaeoekologi , 490 , 191-209.
Machmud, R., Wuryaningrat, NF, & Mutiarasari, D. (2022). Daya Saing dan Inovasi Berbasis
Technopreneurship pada Usaha Kecil di Kota Gorontalo. Jurnal Internasional Pemban
gunan & Perencanaan Berkelanjutan , 17 (4).
Azizah, N., Kusuma, H., & Arifin, Z. (2022). Apakah Desentralisasi Fiskal Meningkatkan Per
tumbuhan Ekonomi di Pulau Sulawesi?. Jurnal Analisis Pembangunan Ekonomi , 11
(1), 61-74.
Yusuf, IDS, Rostitawati, T., & Obie, M. (2019). Sumber Daya Budaya dan Alam Sebagai Tuj
uan Pariwisata di Kabupaten Gorontalo-Indonesia: Potensi, Permasalahan, dan Perke
mbangannya. Jurnal Internasional Ulasan Pariwisata & Perhotelan , 6 (2), 01-07.
Alam, HV (2016). Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Desa dalam Mew
ujudkan Tata Kelola Desa yang Efektif di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Ju
rnal Internasional Teknik dan Sains (IJES) , 5 (3), 43-47.
Fauzi, A., & Oxtavianus, A. (2014). The measurement of sustainable development in Indonesi
a. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan Pembangunan, 15(1),
68-83.
Abdullah, H. (2014). Realokasi Kebijakan Fiskal: Implikasi Peningkatan Sumber Daya Manu
sia dan Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraa
n Masyarakat. Jurnal Bina Praja: Jurnal Tata Kelola Dalam Negeri , 6 (2), 117-128.
Mankiw, N. G. (2018). Principles of economics. Cengage Learning.
Medema, SG (2003). Peran ekonomi pemerintah dalam sejarah pemikiran ekonomi. Pendamp
ing sejarah pemikiran ekonomi , 428-444.
Jauhari, I. (2010). Pengantar manajemen.
Dekan, A., & Kretschmer, M. (2007). Bisakah ide menjadi modal? Faktor-faktor produksi dal
am perekonomian pasca-industri: Tinjauan dan kritik. Tinjauan Akademi Manajemen , 32 (2),
573-594.
Acemoglu, D. (2012). Pengantar pertumbuhan ekonomi. Jurnal teori ekonomi , 147 (2), 545-5
50.
Schütz, M., & Rainer, A. (2016). JA Schumpeter dan TB Veblen tentang evolusi ekonomi: dik
otomi antara statika dan dinamika. Jurnal Eropa Sejarah Pemikiran Ekonomi , 23 (5),
718-742.
Harley, CK (2012). Apakah perubahan teknologi pada awal Revolusi Industri bersifat Schum
peterian? Bukti profitabilitas tekstil kapas. Eksplorasi dalam sejarah ekonomi , 49 (4),
516-527.
Rostow, W. W. (1960). The stages of economic growth: A non-communist manifesto. Cambri
dge University Press.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2015). Economic development (12th ed.). Pearson Education
Limited.
Rostow, WW (2013). Tahapan pertumbuhan ekonomi. Dalam Dunia Sosiologis (hlm. 130-13
4). Routledge.
Mankiw, N. G. (2015). Principles of economics (8th ed.). Cengage Learning.
Muna, T. I., & Qomar, M. N. (2020). Relevansi Teori Scarcity Robert Malthus Dalam Perspek
tif Ekonomi Syariah. SERAMBI: Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis Islam, 2(1),
1-14.
Parente, SL, & Prescott, EC (2002). Hambatan menuju kekayaan . pers MIT.
McLuhan, M. (2017). The medium is the message. In Communication theory (pp. 390-402).
Routledge.
McLuhan, M., Gordon, W. T., Lamberti, E., & Scheffel-Dunand, D. (2011). The Gutenberg ga
laxy: The making of typographic man. University of Toronto Press
Rogers, EM, Medina, UE, Rivera, MA, & Wiley, CJ (2005). Sistem adaptif yang kompleks da
n difusi inovasi. Jurnal inovasi: jurnal inovasi sektor publik , 10 (3), 1-26.
Sahin, I. (2006). Detailed review of Rogers' diffusion of innovations theory and educational t
echnology-related studies based on Rogers' theory. The Turkish Online Journal of Edu
cational Technology-TOJET, 5(2), 14-23.

Anda mungkin juga menyukai