DI PERKOTAAN YOGYAKARTA
Lutfi Muta’ali
luthfimutaali@ugm.ac.id
Abstract
Yogyakarta city has grown so fast, so its development extends into the surrounding
area. Formation of the Urban Agglomeration of Yogyakarta region to implement a
management policy in particular urban areas, especially in the field of economy. Of course
there are characters that are formed between the city of Yogyakarta in Yogyakarta Urban
fringe areas. The method used in this study is a secondary data analysis and spatial descriptive
using GDP data. The results of the study indicate the occurrence a change the structure of the
economy between 2003 and 2011. Rate of growth in the suburban areas of Yogyakarta urban
are high with an average growth rate of 6.49%, while in the city of Yogyakarta per year
average is 4.78%. Leading economic sector in the suburban areas are still dominated by
primary and secondary sectors, the leading sector of the city area is in the secondary and
tertiary sectors.
Abstrak
Kota Yogyakarta sudah berkembang sedemikian pesatnya, sehingga perkembangannya
meluas ke daerah di sekitarnya. Pembentukan kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta
untuk menerapkan kebijakan pengelolaan wilayah perkotaan secara khusus, terutama dalam
bidang perekonomian. Tentu ada karakter yang terbentuk antara Kota Yogyakarta dengan
wilayah pinggiran Perkotaan Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis
data sekunder dan spasial deskriptif dengan menggunakan data PDRB. Hasil dari penelitian
menunjukkan terjadinya perubahan dari struktur perekonomian antara tahun 2003 dan 2011.
Laju pertumbuhan pada wilayah pinggiran Perkotaan Yogyakarta tinggi dengan laju
pertumbuhan rata-rata 6,49%, sedangkan pada Kota Yogyakarta rata-rata pertahunnya sebesar
4,78%. Sektor ekonomi unggulan pada wilayah pinggiran masih didominasi sektor primer dan
sekunder, pada wilayah kota sektor unggulannya ada pada sektor sekunder dan tersier.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif
analitik dengan cara atau metode analisis
data sekunder. Untuk memperoleh
fenomena keruangan digunakan
pendekatan analisis keruangan atau spatial
analysis. Ri=Laju pertumbuhan ekonomi
Penelitian dilakukan di perkotaan Kecamatan i
Yogyakarta, provinsi Daerah Istimewa R =Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Yogyakarta. Perkotaan Yogyakarta yang Yi=PDRB per kapita Kecamatan i
dimaksud adalah kawasan Aglomerasi Y =PDRB per kapita Kabupaten
Perkotaan Yogyakarta yang terdiri dari kota
Yogyakarta (14 kecamatan), sebagian Analisis Location Quotient
kabupaten Sleman (6 kecamatan), dan Analisis LQ merupakan merupakan
sebagian Kabupaten Bantul (3 kecamatan). suatu alat analisis untuk menunjukkan basis
ekonomi wilayah terutama dari kriteria
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) kontribusi (Yusuf,1999). Variabel yang
Laju pertumbuhan ekonomi adalah digunakan dalam perhitungan basis
hasil bagi dari selisih antara PDRB per ekonomi tersebut adalah PDRB wilayah
dari suatu kegiatan yang dititikberatkan di wilayah Perkotaan Yogyakarta memiliki
pada kegiatan dalam struktur ekonomi variasi yang cukup tinggi antara nilai LPE
wilayah. LQ adalah suatu teknik terendah dengan nilai LPE tertinggi. Untuk
perhitungan yang mudah untuk Laju Pertumbuhan Ekonomi tertinggi
menunjukkan spesialisasi relatif sebesar 11,72% terdapat pada Kecamatan
(kemampuan) wilayah. Untuk menghitung Gondokusuman. Untuk Kecamatan dengan
LQ dilakukan dengan formula sebagai nilai terendah dengan persentase sebesar -
berikut: 1,87% terdapat pada Kecamatan
𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌/𝑌𝑌𝑌𝑌 Pakualaman. Untuk klasifikasi tertinggi
𝐿𝐿𝐿𝐿 =
𝑌𝑌𝑌𝑌/𝑌𝑌 lainnya dengan nilai 10,39% pada
Kecamatan Wirobrajan dan dengan nilai
Yij = PDRB Sektor I pada kecamatan ke j 9,54% untuk Kecamatan Gondomanan.
Yj = PDRB daerah kecamatan ke j Terjadi suatu keunikan disini, karena hasil
Yi = PDRB kabupaten sektor i nilai LPE terendah maupun tertinggi,
Y = PDRB kabupaten keduanya terletak di wilayah Kota
Yogyakarta.
Analisis Shift Share Laju Pertumbuhan Ekonomi
Analisis shift-share adalah salah menurut regionalnya, justru Kota
satu teknik kuantitatif yang biasa Yogyakarta mendapat angka pertumbuhan
digunakan untuk menganalisis perubahan ekonomi sebesar 4,78% yang masuk
struktur ekonomi daerah relatif terhadap kedalam klasifikasi sedang dibandingkan
struktur ekonomi wilayah administratif dengan sebagian Kabupaten Bantul dengan
yang lebih tinggi sebagai pembanding atau Laju Pertumbuhan Ekonomi sebesar 6,59%
referensi. dan sebagian Kabupaten Sleman dengan
nilai 6,39%. Kedua wilayah sebagian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Bantul dan Sleman tersebut
Pertumbuhan Ekonomi mendapatkan klasifikasi Laju Pertumbuhan
Perkotaan Yogyakarta memiliki yang tinggi.
angka pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, dari rentang delapan tahun Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi
didapatkan hitungan rata-rata laju No Wilayah Laju Pertumbuhan
pertumbuhan sebesar 4,95% dengan Ekonomi (%)
perincian pada sebagian wilayah 1 Bantul 6.59
Kabupaten Bantul laju pertumbuhan 2 Sleman 6.39
ekonominya 6,59% dan pada sebagian 3 Kota 4.78
Kabupaten Sleman mendapatkan angka laju 4 Perkotaan 4.59
pertumbuhan sebesar 6,39%. Untuk Kota
Yogyakarta sendiri rata-rata laju Pendapatan perkapita
pertumbuhan yang berhasil dicapai selama Hasil perhitungan pendapatan
rentang waktu delapan tahun adalah 4,78%. perkapita di Perkotaan Yogyakarta di tahun
Dimana pendapatan pada tahun 2003, 2003, rata-rata pendapatan perkapita setiap
Perkotaan Yogyakarta membukukan angka kecamatan adalah Rp. 6.827.964,72. Hasil
7,7 Triliun Rupiah dengan pembagian pada klasifikasi terhadap kecamatan di
sebagian Kabupaten Bantul sebesar 1,4 Perkotaan Yogyakarta pada tahun 2003
Triliun Rupiah, sebagian Kabupaten didapatkan 14 kecamatan yang memiliki
Sleman sebesar 2,1 Triliun Rupiah dan klasifikasi pendapatan yang rendah.
pada Kota Yogyakarta mendapat angka 4,1 Tertinggi adalah kecamatan Danurejan
Triliun Rupiah. Rp.22.478.381, dan terendah adalah
Laju Pertumbuhan Ekonomi pada kecamatan Gamping Rp. 3.555.203.
tahun 2011, setiap kecamatan yang berada
Pada tahun 2011 rata-rata Gambar 1.
pendapatan perkapita adalah Rp.7.977.007, Peta Tipologi Klassen
yang terendah ada pada kecamatan
Gamping dengan pendapatan Rp.
4.084.712, dan yang tertinggi ada pada
kecamatan Gondomanan dengan
pendapatan sebesar Rp. 38.717.840.