Anda di halaman 1dari 8

VARIASI PERKEMBANGAN EKONOMI WILAYAH

DI PERKOTAAN YOGYAKARTA

Arif Karunia Putra


Arif.karunia.putra@gmail.com

Lutfi Muta’ali
luthfimutaali@ugm.ac.id

Abstract
Yogyakarta city has grown so fast, so its development extends into the surrounding
area. Formation of the Urban Agglomeration of Yogyakarta region to implement a
management policy in particular urban areas, especially in the field of economy. Of course
there are characters that are formed between the city of Yogyakarta in Yogyakarta Urban
fringe areas. The method used in this study is a secondary data analysis and spatial descriptive
using GDP data. The results of the study indicate the occurrence a change the structure of the
economy between 2003 and 2011. Rate of growth in the suburban areas of Yogyakarta urban
are high with an average growth rate of 6.49%, while in the city of Yogyakarta per year
average is 4.78%. Leading economic sector in the suburban areas are still dominated by
primary and secondary sectors, the leading sector of the city area is in the secondary and
tertiary sectors.

Keywords: Variation of Economic, Urban Development, Economic Structural Change.

Abstrak
Kota Yogyakarta sudah berkembang sedemikian pesatnya, sehingga perkembangannya
meluas ke daerah di sekitarnya. Pembentukan kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta
untuk menerapkan kebijakan pengelolaan wilayah perkotaan secara khusus, terutama dalam
bidang perekonomian. Tentu ada karakter yang terbentuk antara Kota Yogyakarta dengan
wilayah pinggiran Perkotaan Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis
data sekunder dan spasial deskriptif dengan menggunakan data PDRB. Hasil dari penelitian
menunjukkan terjadinya perubahan dari struktur perekonomian antara tahun 2003 dan 2011.
Laju pertumbuhan pada wilayah pinggiran Perkotaan Yogyakarta tinggi dengan laju
pertumbuhan rata-rata 6,49%, sedangkan pada Kota Yogyakarta rata-rata pertahunnya sebesar
4,78%. Sektor ekonomi unggulan pada wilayah pinggiran masih didominasi sektor primer dan
sekunder, pada wilayah kota sektor unggulannya ada pada sektor sekunder dan tersier.

Kata kunci: Variasi Perekonomian, Perkembangan Perkotaan, Perubahan Struktur Ekonomi.


PENDAHULUAN sudah berkembang sedemikian pesatnya
Konsep dalam pengembangan hingga pemerintah mengeluarkan
wilayah memiliki konsep yang bertujuan kebijakan penetapan kawasan Aglomerasi
meningkatkan fungsi dan peran dalam Perkotaan Yogyakarta menandakan bahwa
menata kehidupan masyarakat dalam aspek kota Yogyakarta telah memberikan efek
sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kepada wilayah di sekitarnya. Fenomena itu
kesejahteraan. menarik untuk dikaji, secara rinci
Pelaksanaan pembangunan operasional penelitian ini bertujuan untuk:
ekonomi yang baik yaitu mendorong 1. Mengidentifikasi perubahan sektor
produktifitas untuk meningkatkan dominan dalam perekonomian
pendapatan. Pembangunan di suatu wilayah perkotaan Yogyakarta.
tidak mengabaikan pembangunan ekonomi 2. Meganalisis perkembangan
wilayah-wilayah lainnya agar ketimpangan perekonomian perkotaan Yogyakarta
dapat diminimalkan. Isu yang sering terkait dengan karakteristik wilayah
terdengar yaitu terjadinya peningkatan yang dilihat dari struktur perekonomian
pertumbuhan perekonomian namun untuk melihat pola yang terjadi pada
dibarengi dengan jarak yang semakin jauh perkembangan perkotaan Yogyakarta.
antara nilai minimum pendapatan dengan
nilai maksimum pendapatan daerah. Pembangunan Ekonomi Wilayah
Dalam proses perkembangan Secara tradisional pembangunan
wilayah dilihat dari peningkatan dalam segi memiliki arti peningkatan yang terus
perekonomian menjadi hal yang menerus pada PDRB suatu propinsi,
diperhatikan, baik oleh masyarakat maupun kabupaten, atau kota. Definisi ini sering
oleh pemerintah. Pertumbuhan yang terjadi dihubungkan dengan strategi mengubah
dalam sektor perekonomian pada suatu struktur ekonomi primer menjadi struktur
wilayah dapat digunakan sebagai indikator ekonomi sekunder dan tersier. Kontribusi
pembangunan. sektor pertanian dan pertambangan
Tolak ukur keberhasilan digantikan dengan sektor industri.
pembangunan dapat dilihat dari angka Menganalisis suatu wilayah (atau
pertumbuhan ekonomi, perubahan struktur bagian wilayah) secara keseluruhan atau
ekonomi, dan semakin kecilnya melihat berbagai wilayah dengan
ketimpangan pendapatan antar penduduk, potensinya yang beragam dan bagaimana
antar daerah dan antar sektor. Penggunaan mengatur suatu kebijakan yang dapat
data PDRB (Produk Domestik Regional mempercepat pertumbuhan ekonomi
Bruto) sebaga pengukur pertumbuhan seluruh wilayah Tarigan (2005:1).
karena nilai PDRB yang dikelompokkan Menurut Todaro (2000) proses
kedalam 9 sektor menurut lapangan usaha pertumbuhan ekonomi mempunyai kaitan
(sektor pertanian; sektor pertambangan dan erat dengan perubahan struktural dan
penggalian; sektor industri pengolahan; sektoral yang tinggi. Pertumbuhan suatu
sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor perekonomian yang baik adalah suatu
bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan perekonomian yang mampu memberikan
restoran; sektor pengangkutan dan kesejahteraan bagi seluruh penduduk di
komunikasi; sektor keuangan, persewaan, negara atau daerah.
dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa)
dapat menjadi gambaran dari Perubahan Struktur Ekonomi
perekonomian regional. Struktur ekonomi akan mengalami
Sektor ekonomi yang memberikan perubahan dalam proses pembangunan
kontribusi besar terhadap PDRB memiliki ekonomi. Untuk memudahkan dalam
peranan penting dalam pertumbuhan melihat perubahan yang terjadi, maka dapat
ekonomi wilayah. Kota Yogyakarta yang dibedakan oleh sektor primer, sektor
sekunder dan sektor tersier. Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi tidak
penelitian yang dilakukan oleh Clark terlepas dari pertumbuhan nilai tambah
(Sukirno, 2010), yang mengumpulkan data yang dihasilkan oleh unit-unit ekonomi
statistik tenaga kerja yang bekerja di sektor yang dikelompokkan menurut sektor
primer, sekunder dan tersier menunjukkan lapangan usaha. Besarnya peranan setiap
bahwa semakin tinggi pendapatan perkapita sektor menggambarkan struktur ekonomi
suatu Negara maka semakin kecil peranan daerah (BPS, 2012).
sektor pertanian namun peranan sektor
industri semakin besar. Variasi Keruangan Dalam
Prof. Simon Kuznetls dalam Pembangunan
Jhingan (2007) menunjukan salah satu ciri Kajian keruangan sebagai salah satu
dari pertumbuhan ekonomi modern adalah kajian geografi dengan penekanan batasan
meningkatnya produk perkapita serta pada lokasi relatif, ukuran aksesibilitas,
adanya laju pertumbuhan struktural yang trend struktur, aglomerasi, interaksi dan
tinggi. Perubahan struktural dalam relasi. Menurut Alfandi, 2001 meliputi
pertumbuhan ekonomi modern mencakup substansi sebagai berikut
perubahan dari kegiatan pertanian ke non 1. Lokasi absolut dan relatif, ukuran,
pertanian, dari pertanian ke jasa, perubahan morfologi bentang alam fisik.
skala dari unit-unit produktif, dan 2. Aksesibilitas (keterjangkauan),
perubahan dari perusahaan perseorangan distribusi (pembagian sebaran dalam
menjadi perusahaan berbadan hukum serta ruang), kepadatan dan pertumbuhan pola
pembuatan status kerja buruh. gerakan orang, ide dan aglomerasi
pangan, hirarki pusat pelayanan dan
Teori Basis Ekonomi potensi sumberdaya di permukaan bumi
Aktifitas perekonomian regional (konsep hubungan dan sumberdaya).
digolongkan dalam dua sektor kegiatan, 3. Kecenderungan (trend), struktur
yaitu aktivitas basis dan non basis. (pengelompokan dan penyebaran),
Kegiatan basis merupakan kegiatan yang fungsi (produk mekanisme interelasi
berorientasi menjual (barang dan jasa) gejala), dan proses (perkembangan
keluar batas wilayah perekonomian yang gejala dari waktu ke waktu),
bersangkutan, sedangkan kegiatan non perkembangan objek di permukaan
basis merupakan kegiatan berorientasi lokal bumi.
yang menyediakan barang dan jasa untuk 4. Relasi, interelasi, interaksi, integrasi (
kebutuhan masyarakat dalam batas wilayah gerakan, hubungan, senan-akibat) gejala
perekonomian yang bersangkutan. hubungan antar mahluk hidup dengan
Teori basis ekonomi (economic lingkungannya (konsep hubungan dan
base theory) menggunakan pandangan ketergantungan).
bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu 5. Bentuk aplikasinya antara lain :
wilayah ditentukan oleh besarnya perencanaan pembangunan DAS,
peningkatan ekspor hasil produk/jasa dari perencanaan kota dan penataan ruang.
wilayah tersebut . kegiatan ekonomi Interaksi keruangan merupakan
dikelompokkan atas kegiatan suatu sifat atau gejala yang terdapat di
basis/unggulan dan sektor non basis/lokal dalam ruang yang mendorong diperolehnya
(Tarigan, 2005). Konsep basis ekonomi jawaban atas mengapa ada di situ atau
bermula dari kebutuhan untuk memprediksi mengapa ada di sana (Daldjoeni, 1997).
pengaruh aktifitas ekonomi baru dikota dan
didaerah. Menurut Arsyad (2010) Aglomerasi Perkotaan
menyatakan bahwa teori basis ekonomi Munculnya istilah aglomerasi
merupakan faktor penentu utama awalnya berawal dari ide Marshall tentang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. penghematan aglomerasi (agglomeration
economies) yang dalam istilah marshall tahun tertentu dan PDRB pada tahun
disebut dengan industri yang terlokalisir sebelumnya dengan PDRB pada tahun
(localized industries). Montgomery dalam sebelumnya. Formula yang digunakan
Kuncoro (2002), mendefinisikan untuk menentukan laju pertumbuhan
penghematan aglomerasi sebagai ekonomi adalah sebagai berikut:
penghematan akibat adanya lokasi yang
berdekatan (economies of proximity) yang (𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃) − (𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 − 1)
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 𝑥𝑥100
diasosiasikan dengan pengelompokan 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 − 1
perusahaan, tenaga kerja, dan konsumen
LPE =Laju Pertumbuhan Ekonomi
secara spasial untuk meminimalkan biaya-
PDRBx =PDRB tahun x
biaya seperti biaya transportasi, informasi,
PDRBx-1 =PDRB tahun sebelumnya
dan komunikasi.
Sementara itu Markusen Tipologi Klassen
menyatakan bahwa aglomerasi merupakan Untuk melihat pola dan struktur
suatu lokasi yang “tidak mudah berubah” pertumbuhan ekonomi daerah, para ahli
akibat adanya penghematan eksternal yang ekonomi biasanya menggunakan analisis
terbuka bagi semua perusahaan yang Klassen Typology. Alat analisis ini
letaknya berdekatan dengan perusahaan didasarkan pada dua indikator utama, yaitu
lain dan penyedia jasa-jasa, dan bukan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
akibat kalkulasi perusahaan atau para perkapita di suatu daerah. Dengan
pekerja secara individual (Kuncoro, 2002). menentukan rata-rata pertumbuhan
Pengertian ekonomi aglomerasi ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-
juga berkaitan dengan eksternalitas rata pendapatan perkapita sebagai sumbu
kedekatan geografis dari kegiatan-kegiatan horizontal.
ekonomi, bahwa ekonomi aglomerasi Menurut Sjafrizal (1997) melalui
merupakan suatu bentuk dari eksternalitas alat analisis ini dapat diperoleh empat
positif dalam produksi yang merupakan klasifikasi daerah yang masing-masing
salah satu faktor yang menyebabkan mempunyai karakteristik yang
terjadinya pertumbuhan kota. (Bradley and berbeda,yaitu:
Gans, 1996).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif
analitik dengan cara atau metode analisis
data sekunder. Untuk memperoleh
fenomena keruangan digunakan
pendekatan analisis keruangan atau spatial
analysis. Ri=Laju pertumbuhan ekonomi
Penelitian dilakukan di perkotaan Kecamatan i
Yogyakarta, provinsi Daerah Istimewa R =Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Yogyakarta. Perkotaan Yogyakarta yang Yi=PDRB per kapita Kecamatan i
dimaksud adalah kawasan Aglomerasi Y =PDRB per kapita Kabupaten
Perkotaan Yogyakarta yang terdiri dari kota
Yogyakarta (14 kecamatan), sebagian Analisis Location Quotient
kabupaten Sleman (6 kecamatan), dan Analisis LQ merupakan merupakan
sebagian Kabupaten Bantul (3 kecamatan). suatu alat analisis untuk menunjukkan basis
ekonomi wilayah terutama dari kriteria
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) kontribusi (Yusuf,1999). Variabel yang
Laju pertumbuhan ekonomi adalah digunakan dalam perhitungan basis
hasil bagi dari selisih antara PDRB per ekonomi tersebut adalah PDRB wilayah
dari suatu kegiatan yang dititikberatkan di wilayah Perkotaan Yogyakarta memiliki
pada kegiatan dalam struktur ekonomi variasi yang cukup tinggi antara nilai LPE
wilayah. LQ adalah suatu teknik terendah dengan nilai LPE tertinggi. Untuk
perhitungan yang mudah untuk Laju Pertumbuhan Ekonomi tertinggi
menunjukkan spesialisasi relatif sebesar 11,72% terdapat pada Kecamatan
(kemampuan) wilayah. Untuk menghitung Gondokusuman. Untuk Kecamatan dengan
LQ dilakukan dengan formula sebagai nilai terendah dengan persentase sebesar -
berikut: 1,87% terdapat pada Kecamatan
𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌/𝑌𝑌𝑌𝑌 Pakualaman. Untuk klasifikasi tertinggi
𝐿𝐿𝐿𝐿 =
𝑌𝑌𝑌𝑌/𝑌𝑌 lainnya dengan nilai 10,39% pada
Kecamatan Wirobrajan dan dengan nilai
Yij = PDRB Sektor I pada kecamatan ke j 9,54% untuk Kecamatan Gondomanan.
Yj = PDRB daerah kecamatan ke j Terjadi suatu keunikan disini, karena hasil
Yi = PDRB kabupaten sektor i nilai LPE terendah maupun tertinggi,
Y = PDRB kabupaten keduanya terletak di wilayah Kota
Yogyakarta.
Analisis Shift Share Laju Pertumbuhan Ekonomi
Analisis shift-share adalah salah menurut regionalnya, justru Kota
satu teknik kuantitatif yang biasa Yogyakarta mendapat angka pertumbuhan
digunakan untuk menganalisis perubahan ekonomi sebesar 4,78% yang masuk
struktur ekonomi daerah relatif terhadap kedalam klasifikasi sedang dibandingkan
struktur ekonomi wilayah administratif dengan sebagian Kabupaten Bantul dengan
yang lebih tinggi sebagai pembanding atau Laju Pertumbuhan Ekonomi sebesar 6,59%
referensi. dan sebagian Kabupaten Sleman dengan
nilai 6,39%. Kedua wilayah sebagian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Bantul dan Sleman tersebut
Pertumbuhan Ekonomi mendapatkan klasifikasi Laju Pertumbuhan
Perkotaan Yogyakarta memiliki yang tinggi.
angka pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, dari rentang delapan tahun Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi
didapatkan hitungan rata-rata laju No Wilayah Laju Pertumbuhan
pertumbuhan sebesar 4,95% dengan Ekonomi (%)
perincian pada sebagian wilayah 1 Bantul 6.59
Kabupaten Bantul laju pertumbuhan 2 Sleman 6.39
ekonominya 6,59% dan pada sebagian 3 Kota 4.78
Kabupaten Sleman mendapatkan angka laju 4 Perkotaan 4.59
pertumbuhan sebesar 6,39%. Untuk Kota
Yogyakarta sendiri rata-rata laju Pendapatan perkapita
pertumbuhan yang berhasil dicapai selama Hasil perhitungan pendapatan
rentang waktu delapan tahun adalah 4,78%. perkapita di Perkotaan Yogyakarta di tahun
Dimana pendapatan pada tahun 2003, 2003, rata-rata pendapatan perkapita setiap
Perkotaan Yogyakarta membukukan angka kecamatan adalah Rp. 6.827.964,72. Hasil
7,7 Triliun Rupiah dengan pembagian pada klasifikasi terhadap kecamatan di
sebagian Kabupaten Bantul sebesar 1,4 Perkotaan Yogyakarta pada tahun 2003
Triliun Rupiah, sebagian Kabupaten didapatkan 14 kecamatan yang memiliki
Sleman sebesar 2,1 Triliun Rupiah dan klasifikasi pendapatan yang rendah.
pada Kota Yogyakarta mendapat angka 4,1 Tertinggi adalah kecamatan Danurejan
Triliun Rupiah. Rp.22.478.381, dan terendah adalah
Laju Pertumbuhan Ekonomi pada kecamatan Gamping Rp. 3.555.203.
tahun 2011, setiap kecamatan yang berada
Pada tahun 2011 rata-rata Gambar 1.
pendapatan perkapita adalah Rp.7.977.007, Peta Tipologi Klassen
yang terendah ada pada kecamatan
Gamping dengan pendapatan Rp.
4.084.712, dan yang tertinggi ada pada
kecamatan Gondomanan dengan
pendapatan sebesar Rp. 38.717.840.

Perubahan Struktur Ekonomi


Untuk Perkotaan Yogyakarta, pada
tahun 2003, sektor tersier menjadi sektor
penyumbang PDRB terbesar dengan
persentase 69,56% dan mengalami
peningkatan pada tahun 2011 dengan
persentase sebesar 71,15%. Untuk sektor
primer dan sektor sekunder justru
mengalami penurunan nilai kontribusi
terhadap PDRB Perkotaan Yogyakarta.
Kontribusi sektor primer pada tahun 2003
mendapatkan persentase sebesar 6,15%,
dan menurun menjadi 4,99% pada tahun
2011. Begitu juga dengan sektor sekunder,
pada tahun 2003 kontribusi sektor sekunder
mendapatkan persentase 24,29% dan
menurun menjadi 23,86% pada tahun 2011. Dari perhitungan tipologi klassen
pada wilayah Perkotaan Yogyakarta dapat
Tabel 2. Kontribusi Sektor Terhadap diketahui kecamatan – kecamatan mana
PDRB Perkotaan Yogyakarta saja yang termasuk kedalam Daerah Cepat
Maju Cepat Tumbuh, Daerah Berkembang
Sektor
2003 2011 Cepat, Daerah Maju Tapi Tertekan dan
Perekonomian
Daerah Relatif Tertinggal. Untuk
Primer 6.15 4.99 kecamatan yang masuk kedalam daerah
Sekunder 24.29 23.86 cepat maju cepat tumbuh ada Kecamatan
Tersier 69.56 71.15 Gondokusuman, Kecamatan Gondomanan,
Kecamatan Wirobrajan, dan Kecamatan
Perkembangan Ekonomi Wilayah Jetis. Semua kecamatan yang masuk
Kondisi perekonomian pada suatu kedalam Daerah Cepat Maju Cepat
wilayah Perkotaan Yogyakarta dapat dilihat Tumbuh terdapat pada Kota Yogyakarta.
dengan membandingkan antara nilai Laju
Pertumbuhan Ekonomi dengan Pendapatan Analisis Sektor Basis
Perkapita dan disebut sebagai analisis Perubahan dalam sektor basis
Tipologi Klassen. Analisis ini bermanfaat terjadi tidak terlalu signifikan, secara garis
ketika merencanakan strategi besar perubahan antara pinggiran dan kota
pembangunan yang ingin dilakukan untuk Yogyakarta tidak menunjukkan perubahan
mendukung peningkatan perekonomian komposisi.
pada masa depan. Tipologi Klassen Terlihat pada tabel 3, perubahan
ditampilkan dalam suatu bentuk matriks yang terjadi hanya pada nilai basis, tidak
yang terbagi kedalam kuadran tertentu terjadi perubahan pada sektor yang menjadi
sesuai dengan tingkat perekonomiannya. basis ekonominya. Apabila dirinci, pada
sebagian kabupaten Bantul sektor primer
yang menjadi basis hanya pada sektor lainnya unggul di setiap sektor produksi.
perdagangan, hotel, restoran pada Hal ini kemungkinan terpengaruh dari
kecamatan Banguntapan dan Kasihan saja. pertumbuhan pada wilayah sebagian
Tabel 3. Basis Ekonomi Kabupaten Sleman yang sangat pesat,
Perkotaan Yogyakarta sehingga sangat mampu bersaing dengan
Sektor wilayah lainnya. Sektor yang sangat
Kabupaten/
Primer Sekunder Tersier
bersaing yang dimiliki sebagian Kabupaten
Kota
200 201 200 201 200 201 Sleman ada pada sektor bangunan,
3 1 3 1 3 1 sedangkan sektor yang paling sedikit daya
Bantul 2.36 2.54 1.43 1.42 0.73 0.75 saingnya ada pada sektor pertanian.
Sleman 1.90 1.86 1.04 1.10 0.91 0.91 Tabel 5. Nilai Komponen Pertumbuhan
Pangsa Wilayah
Yogyakarta 0.10 0.06 0.83 0.82 1.14 1.13
Perkotaan Yogyakarta
Sektor
Komponen Pertumbuhan Proporsional Ekonomi Bantul Sleman Kota Yogyakarta
Pada sebagian wilayah Kabupaten 1 -0.02 0.06 -0.43
Sleman memiliki banyak sektor yang 2 -0.48 0.24 -0.76
pertumbuhannya cepat, diantaranya yaitu
3 -0.03 0.10 -0.04
sektor pertambangan dan penggalian,
4 -0.01 0.18 -0.07
sektor listrik gas dan air bersih, sektor
5 -0.33 0.33 -0.03
bangunan, sektor perdagangan hotel dan
restoran, sektor pengankutan dan 6 -0.10 0.10 -0.03

komunikasi, sektor keuangan persewaan 7 -0.16 0.10 0.00

dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. 8 -0.04 0.18 -0.06


Sebagian wilayah Kabupaten Bantul hanya 9 -0.06 0.15 -0.04
sektor pengangkutan dan komunikasi, dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi
sektor keuangan persewaan dan jasa Dominasi nilai perubahan tertinggi
perusahaan. Untuk wilayah Kota pada setiap sektor ekonomi ada pada
Yogyakarta sektor yang tumbuh cepat yaitu sebagian wilayah Kabupaten Sleman
sektor bangunan, dan sektor pengangkutan dengan rata-rata perubahan sebesar 0,72%,
dan komunikasi. diikuti sebagian wilayah Kabupaten Bantul
Tabel 4.Nilai Komponen Pertumbuhan dengan perubahan sebesar 0,12%. Dan
Proporsional yang terendah ada pada Kota Yogyakarta
Perkotaan Yogyakarta dengan rata-rata perubahan sebesar 0,07%.
Sektor
Ekonomi Bantul Sleman Kota Yogyakarta
Tabel 6. Nilai Pertumbuhan Ekonomi
(Shift Share) Perkotaan Yogyakarta
1 -0.29 -0.21 -0.71
Sektor Perkotaan Yogyakarta
2 -0.32 0.39 -0.61
Ekonomi Bantul Sleman Kota
3 -0.19 -0.05 -0.20
1 0.09 0.25 -0.75
4 -0.08 0.10 -0.14
2 -0.40 1.02 -0.97
5 -0.13 0.52 0.17
3 0.17 0.45 0.16
6 -0.09 0.12 -0.01
4 0.30 0.67 0.19
7 0.00 0.26 0.16
5 -0.06 1.24 0.54
8 0.01 0.23 -0.01
6 0.20 0.62 0.36
9 -0.11 0.10 -0.09
7 0.23 0.75 0.55
Komponen Pertumbuhan Pangsa 8 0.36 0.81 0.32
Wilayah 9 0.22 0.64 0.27
Pada sebagian Kabupaten Sleman, Rata-rata 0.12 0.72 0.07
daya saing yang dimiliki dengan wilayah
Perubahan positif dimiliki oleh DAFTAR PUSTAKA
sebagian wilayah kabupaten Sleman, nilai Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi
perubahannya semua menunjukkan angka Pembangunan. Sekolah Tinggi
positif. Nilai perubahan yang dimiliki juga Ekonomi. Yogyakarta.
yang terbesar diantara wilayah lainnya, ini BPS. 2014. Struktur Ekonomi Indonesia.
berarti perkembangan wilayah mengarah Yogyakarta: BPS Yogyakarta.
pada kabupaten Sleman. Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi
Pembangunan dan Perencanaan.
KESIMPULAN Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Laju pertumbuhan pada wilayah Kuncoro, Mudrajad, 2002. Analisis Spasial
pinggiran perkotaan Yogyakarta lebih dan Regional. Yogyakarta : UPP
tinggi dibandingkan dengan pusat AMP YKPN
perkotaan Yogyakarta. Rata-rata laju Sukirno, Sadono. 2010. Ekonomi
pertumbuhan pertahun pada bagian Pembangunan: Proses, Masalaah
kabupaten Sleman sebesar 6,39%, dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta:
sedangkan pada bagian kabupaten Bantul Bima Grafika.
sebesar 6,59% dibandingkan dengan laju Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi
pertumbuhan perkotaan Yogyakarta Regional Teori dan Aplikasi Edisi
dengan nilai 4,95%. Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Pada tahun 2003 pendapatan Todaro, MP.2000. Pembangunan Ekonomi
perkapita terendah perkotaan Yogyakarta di Dunia Ketiga. Alih Bahasa, Drs.
sebesar Rp. 3.555.203,46 pada kecamatan Hari Munandar, MS. Penerbit
Gamping, untuk pendapatan perkapita Erlangga. Jakarta.
tertinggi ada pada kecamatan Danurejan
sebesar Rp. 22.478.381,16. Pada tahun
2011, pendapatan perkapita terendah ada
pada kecamatan Gamping sebesar Rp.
4.084.712,55, dan pendapatan perkapita
tertinggi ada pada kecamatan Gondomanan
dengan perolehan sebesar Rp.
38.717.840,07.
Perbedaan dari sektor-sektor
unggulan terjadi antara wilayah pinggiran
Perkotaan Yogyakarta dengan pusat
perkotaan. Pada wilayah pinggiran
perkotaan didominasi dengan sektor primer
dan sekunder, namun ada beberapa
kecamatan yang sektor perekonomiannya
unggul pada sektor sekunder dan tersier.
Untuk pusat perkotaan Yogyakarta, sektor
unggulan didominasi dengan sebagian
besar sektor tersier dan sektor sekunder.
Berarti masih terlihat adanya perbedaan
dalah hal sektor unggulan antara pusat
perkotaan Yogyakarta dengan pinggiran
perkotaan Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai