PENDAHULUAN
perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan
Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk
suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk
1999; Blakely, 1989). Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari
sebab itu sangat diperlukan suatu indikator sebagai tolak ukur untuk menilai
1
terjadi di suatu wilayah akan berdampak tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi
baik barang maupunjasa atau Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.
(Tambunan, 2001).
2
sektor unggulan.Termasuk bagaimana memasarkan dan mempromosikan sektor
tersebut, sehingga diketahui dan menarik minat pihak luar (investor) untuk turut
ekonomi suatu daerah adalah adanya permintaan terhadap barang dan jasa,
sumber daya lokal baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia
daya lokal yang merupakan potensi ekonomi harus dapat dikembangkan secara
mempunyai arti bagi pembangunan ekonomi daerah tersebut jika tidak ada
prioritas utama untuk digali dan dikembvangkan dalam rangka mencapai tujuan
bersangkutan sehingga dapat menciptakan manfaat yang lebih besar dari efek
3
pertumbuhan yang diperoleh semata - mata mencerminkan pertumbuhan PDRB
riil yang dihasilkan oleh aktivitas perekonomian suatu wilayah pada periode
berbasis potensi lokal ini, penentuan sektor unggulan sebagai prioritas patut
alokasi sumber daya, tata ruang wilayah, dan lain lainnya sejauh mungkin
kesempatan atau peluang kerja sehingga dapat menampung tenaga kerja atau
bahkan memasarkan sektor tersebut sehingga diketahui dan menarik minat pihak
dapatdikatakan berhasil dari segi pandangan nasional tetapi gagal dari dalam
tertujupada beberapa tempat saja bila tidak hati-hati dapat memperbesar jurang
yangberada di luarnya.
4
didasarkan kepada limpahan sumberdaya dari daerah yang unggul, tetapi
dengan mengikuti arah kebijakan yang telah lalu maka prioritas pembangunan
potensi keunggulan alami yang paling menjanjikan (baik dari segi demografi,
untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dan penetapan sektor
5
pendukung (non basic sector) sebagai sektor yang berfungsi mendorong dan
lain.
Untuk dapat tumbuh dengan cepat, suatu daerah perlu memiliki satu atau
Apabila daerah ini kuat maka akan terjadi perembetan pertumbuhan bagi daerah-
yang kuat akan menyerap potensi kerja ataumungkin daerah yang lemah dapat
daerah kuat.Selain itu, perlu juga ditentukan hubunganpusat dan daerah yang
6
penggerak pembangunan ekonomi. Secara umum tujuan pembangunan bidang
sehat dan dinamis, dan tercipta kemakmuran dan kesejahteraan yang dinikmati
menghimpun dana yang berasal dari daerah itu sendiri, sehingga pembangunan
7
pendapatan perkapita di setiap kabupaten dan mengurangi ketimpangan yang
sebagai berikut:
Tidore Kepulauan?
Tidore Kepulauan.
diharapkan:
Tidore Kepulauan.
8
2. Memberikan informasi tentang keunggulan sektor – sektor ekonomi di
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
masyarakat.
10
Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi.Pertama, darisegi
yangterbatas.
11
Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor unggulan adalah sektor yang
daerah, diantaranya:
dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan
12
6. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitassecara
sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sekor tersebut secara
13
Menurut Glasson (1977) semakin banyak sektor basis dalam suatu
volume sektor non basis. Dengan kata lain sektor basis berhubungan langsung
dengan permintaan dari luar, sedangkan sektor non basis berhubungan secara
tidak langsung, yaitu melalui sektor basis terlebih dahulu. Dengan demikian
Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah
atau lapangan kerja. Penggabungan lapangan kerja basis dan lapangan kerja
non basis merupakan total lapangan kerja yang tersedia untuk wilayah tersebut.
Demikian pula penjumlahan pendapatan sektor basis dan pendapatan sektor non
basis (Tarigan, 2005). Menurut Richarson (2001), konsep ekonomi basis pada
dasarnya pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah terjadi karena ada efek
penyediaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah dan dipasarkan keluar
wilayah.
14
faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam
Model analisis ini dapat disebut juga sebagai industrial mixanalysis, karena
periode lainnya; tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antarsektor selain
15
2.1.4. Konsep Analisis Location Quotient
daerah yang tingkatannya lebih tinggi atau sektor lainyang memiliki kategori yang
berkembang,sedangkan bagi sektor baru atau sedang tumbuh apalagi selama ini
apabila digunakan dalam bentuk one shot analysis, manfaatnya jugatidak begitu
besar, yaitu hanya melihat apakah LQ berada di atas 1 atautidak. Akan tetapi
analisis LQ bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk analisis runtun
maka dikaji faktor-faktor yang membuat daerah itu tumbuh lebih cepatlebih cepat
16
dari rata-rata nasional. Kalau terjadi penurunan, maka dikajifaktor-faktor apa
denganwilayah lain yang lebih luas. Potensi yang positif digunakan dalam
LQsederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis
dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja disetiap
nasional. Selain itu metode ini berasumsi bahwa tingkatekspor tergantung pada
17
wilayahyang belum diketahui secara pasti dapatmenghambat
yangmenunjangnya (Arsyad,2010).
dua Negara. Dalam teori tersebut, Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua
diri untuk mengeskpor barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan
komparatif maka kedua negara tersebut akan beruntung. Ternyata ide tersebut
Pada saat ini istilah yang sering dipakai adalah competitive advantage
apakah produk yang kita hasilkan bisa dijual di pasar global secara
menguntungkan. Jadi, kita tidak lagi membandingkan potensi komoditi yang sama
18
Namun demikian, manfaat analisis keunggulan kompetitif bagi suatu wilayah
tingkat harga yang sedang berlaku di pasar global padahal di sisi lain harga di
fluktuasi harga yang sama maka angka perbandingan tidak berbeda jauh dalam
berbagai tingkat harga. Banyak komoditi yang hanya diproduksi untuk kebutuhan
lokal atau ada yang dipasarkan ke wilayah tetangga tetapi pada saat ini belum
tetap dapat digunakan untuk melihat apakah komoditi itu memiliki prospek untuk
komparatif dapat dijadikan pertanda awal bahwa komoditi itu punya prospek untuk
tetangga.
Daerah
19
mengarahkan padapengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah
ekonomi di daerahyang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan
alam. Hingga tingkat tertentu,anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian
sumber daya alam harus dilihatsebagai modal awal untuk pembangunan yang
(Tambunan, 2001:198).
20
primer.Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow balleffect)
maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika
sektortersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.
yang sama yangdihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun
domestik.
empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadisektor prioritas, yakni (1) sektor
tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yangteradopsi secara kreatif, maka
21
tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberipengaruh terhadap
sektor-sektor lainnya.
Dalam dunia nyata, tidak ada negara yang benar-benar otonom dan
dipahami semata-mata sebagai refleksi dari apa yang terjadi di luar batas-batas
22
negara dan tak dapat dicangkokkan dari luar. Kekuatan luar seyogyanya
tidak mengganti. Bantuan luar negeri hanya dapat mengawali atau merangsang
pembangunan harus datang dari dalam, tanpa itu prakarsa pembangunan akan
terbuang percuma dan akan segera padam. Terlalu banyak tergantung pada
yang telah dipersiapkan. Hal ini dikarenakan pembangunan tidak mungkin bisa
mencapai hasil yang optimal tanpa adanya suatu perencanaan yang mantap.
Namun pembangunan itu bisa efektif apabila didukung oleh perencanaan yang
yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta
23
keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang di dalamnya
dibedakan menjadi daerah kaya dan miskin. Jika perbedaan antara kedua
daerah tersebut semakin menyempit berarti terjadi imbas yang baik karena
perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin jauh berarti terjadi proses
Keadaan seperti itu dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan antar daerah, yang
tidak jarang akan mengarah pada ketidakstabilan politik bagi negara. Oleh
24
kemakmuran antar daerah, melestarikan kebudayaan setempat, dapat juga
Tabel 2.2.
Penelitian Terdahulu
Nama Dan
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Nasaruddin Dkk, Analisis Potensi Hasil analisis Location Quotient (LQ), di ketahui bahwa
(2020) Sektor Basis dan sektor ekonomi yang tergolong sektor basis Kabupaten
Ashabul Kahfi Analisi Potensi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari sisi
Kabupaten Wajo ( dan Gas; dan Sektor Perdagangan. Sedangkan dari sisi
25
Ekonomi). Sektor Perdagangan; Sektor Akomodasi; Sektor
Perdagangan.
dkk, (2017) Unggulan dan wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan
Timur. peluang.
(2016) Pengaruh Sektor analisis Location Quotients (LQ) diperoleh bahwa sektor
26
Kabupaten perekonomian yang lebih luas (share) maka digunakan
Sektor Potensial setiap 100 lapangan kerja pada sektor ekonomi dapat
Moh. Dede Dkk, Analisis Potensi Berdasarkan analisis ini diketahui bahwa pemanfaatan
(2016) Perekonomian sumber daya darat dan perairan di berbagai sektor yang
Perikanan Serta multiplier effect (LQ), RPs, dan RPr selama lima tahun
Pertambangan sebesar 22,50 (1,87), 1,40, dan -0,15. Hal ini berarti
Barat.
Provinsi Maluku Utara untuk memberikan nilai tambah secara ekonomi baik lokal
27
Pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah dapat dilihatdari
Provinsi Maluku Utara terdiri dari sembilan sektor antara lain : sektor
28
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Pembangunan Wilayah
Kabupaten/Kota
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Maluku Utara, memiliki karakteristik dan potensi sumberdaya alam baik laut dan
daratan yang besar.Namun faktanya potensi ini belum secara maksimal dikelola
dan dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan sektor swasta sehingga dapat
uraian, tetapi fokusnya terletak pada analisis hubungan antara variabel (Hadari,
antara berbagai gejala sosial, dimana hal tersebut tidak dapat dicapai oleh
30
Data yang digunakan dalam studi ini bersifat sekunder yang bersumber
dari Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Tidore Kepulauan, berbagai publikasi dan
laporan Pemerintah daerah Kota Tidore Kepulauan, serta instansi lainnya. Selain
data sekunder, digunakan pula data primer yang bersumber dari berbagai laporan
semua data dan informasi diperoleh, kemudian dilakukan analisis kuantitatif dan
kualitatif atas data tersebut. Analisis kuantitatif menggunakan metode Shift Share
ekonomi yang bekerja di sektor andalan dan institusi atau Pemerintah Daerah
masyarakat di sektor andalan tersebut. Data primer juga dapat diperoleh lewat
lembaga riset, data dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan lain-lain.Dari kedua
31
3.4. Metode Analisis Data
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja
berbagai sekor (industri) di daerah kita dengan wilayah nasional. Analisis ini
kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor
dengan ekonomi nasional. Ada juga yang menamakan model analisis ini
sebagai industrial mix analysis, karena komposisi industri yang ada sangat
secara nasional memang berkembang pesat dan bahwa industri tersebut cocok
berlokasi di wilayah itu atau tidak. Analisis shift share dapat menggunakan
variabel lapangan kerja atau nilai tambah. Akan tetapi, yang terbanyak
diurai menjadi komponen shift dan komponen share. Komponan share sering
32
pula disebut komponen national share. Komponen national share (N) adalah
Hal ini dapat dipakai sebagai kriteria bagi daerah yang bersangkutan untuk
mengukur apakah daerah itu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari
daerah yang tumbuh lebih cepat dan negatif di daerah-daerah yang tumbuh lebih
nasional. Bagi setiap daerah, shift netto dapat dibagi menjadi dua komponen,
yaitu proportional shift component (P) dan differential shift component (D).
komponen struktural atau industrial mix, mengukur besarnya shift regional netto
tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan
Jadi, suatu daerah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti sumber daya
33
yang melimpah/efisien, akan mempunyai differential shift component yang
regional yang bersifat ekstern dan yang bersifat intern. Proportional shift adalah
akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja secara nasional, sedangkan
differential shift adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja khusus di
Pertambahan lapangan kerja regional sektor i dapat diperinci atas pengaruh dari
National Share,Proportional Share, dan Differential shift, dalam notasi aljabar hal
itu adalah
pertumbuhan lapangan kerja sektor i pada region yang dianalisis. Hal ini dapat
( )
ΔE N , i, t ΔE N , t
− E
E N , i, t−n E N , t−n r ,i , t−n
P r,i,t =
34
Differential shift menggambarkan penyimpangan antara pertumbuhan sektor i di
wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat
( )
ΔEr , i ,t ΔE N , i , t
− xE
Er , i, t−n E N , i ,t−n r , i, t−n
D r,i,t =
Dimana:
= Pertambahan,angka akhir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun
t - n)
N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya
r = Region atau wilayah analisis
E = Employment atau banyaknya lapangan kerja
i = Sektor industri
t = Tahun
t-n = Tahun awal
qi/qr
LQ=
Qi/Qn
Keterangan:
LQ = koefisien Location Quotient
Qi = output sektor i Maluku Utara
qi = output sektor i Kabupaten/Kota
35
Qn = output total Maluku Utara
qr = output total Kabupaten/Kota
Menurut metode ini, bila koefisien LQ >1, maka sektor tersebut cenderung
akan mengekspor outputnya ke wilayah lain, atau mungkin ekspor ke luar negeri,
sedangkan jika nilai koefisien LQ < 1, ini berarti sektor tersebut cenderung
mengimpor dari wilayah lain atau dari luar negeri. Menurut Kadariah (1985), dasar
mempunyai makna sebagai berikut : karena industri basis itu menghasilkan barang
dan jasa baik untuk pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah, rnaka
penjualan hasil ke luar daerah akan mendatangkan pendapatan daerah itu. Arus
1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas
Dasar Harga Konstan merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir
(tahun sesuai dengan referensi waktu yang diinginkan). PDRB juga sering
disebut dengan NTB (Nilai Tambah Bruto). PDRB Atas Dasar Harga
36
Berlaku digunakan untuk menghitung kontribusi sektor ekonomi setiap
domestik regional bruto per penduduk pada suatu wilayah, dalam suatu
waktu tertentu, pada analisis ini digunakan pendekatan PDRB atas dasar
harga konstan. Nilai PDRB per kapita ini diperoleh dengan cara membagi
nilai PDRB atas dasar harga konstan di suatu wilayah pada jangka waktu
yang lebih besar pada suatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang
37
6. Ketimpangan Pembangunan Wilayah (RD) Ketimpangan wilayah
Dimana :
PDRB p.c it = PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota
PDB p.c Nal,t = PDB per kapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Destrika, Elka. 2006. Skripsi. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PAD
dan Komponen PAD Provinsi Jawa Barat.Departemen Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Manajemen.IPB. Bogor.
40
Mellor, John. 1987. Pertanian dalam Perjalanan ke Industrialisasi. Dalam Lewis,
John P. dan Valeriana Kallab. 1987 (Eds). Mengkaji Ulang
Strategi-Strategi Pembangunan. UI – Press, Jakarta.
Nadira, St. 2012. Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten
Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Periode 2004-2009.Universitas
Hasanuddin Makassar.
Purliana, Indah. 2003. Analisis Sektor Basis Perekonomian dan Peranan Fasilitas
Pelayanan Terhadap Pembangunan Wilayah Kota Tegal. Skripsi.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
41
Sjafrizal, 2012, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional
WilayahIndonesia Bagian Barat, Jakarta, Jurnal Buletin Prisma.
Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional,Teori dan Aplikasi. Penerbit PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
Wibowo, Rudi & Soetriono., 2004.Konsep, Teori, dan Landasan Analisis Wilayah.
Penerbit Bayumedia, Malang.
42
Yustika, Ahmad Erani, 2007. Perekonomian Indonesia; Satu Dekade Pasca
Krisis Ekonomi. Penerbit BPFE – Universitas Brawijaya, Malang.
43