Anda di halaman 1dari 15

Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan

Vol. 5 No. 1, Maret 2023

Vol. 5 No. 1, Maret 2023

Potensi Sektor Unggulan Serta Kontribusinya Dalam Menciptakan


Kesempatan Kerja di Kabupaten Lombok Barat

Hailuddin*1, Akung Daeng2, Mahyuddin Nasir3, Alamsyah AB4, Irwan Suriadi5


1,2,3,4,5Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Correspondence Email: didin@unram.ac.id


Info Artikel ABSTRAK
Kata Kunci: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji berbagai potensi ekonomi yang menjadi
Sektor unggulan/ dominasi serta memiliki keunggulan terutama dalam penyerapan tenaga kerja di
basis,Tipologi Klassen, Kabupaten Lombok Barat. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif
Location Quotient, Rasio dengan menggunakan data sekunder time series. Selanjutnya data dianalisis
Pertumbuhan. dengan memakai Tipologi Klassen, Location Quotient (LQ); Model Rasio
Pertumbuhan (MRP); dan analisis kesempatan kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan analisis Location Quotient (LQ),
Kabupaten Lombok Barat memiliki 12 sektor yang masuk katageri sektor basis
(unggulan). Sedangkan berdasar analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP),
terdapat 6 sektor ekonomi yang menonjol dengan ratio pertumbuhan (RPs) yang
posistif dan lebih besar dari 1. Dengan dasar 2 analisis tersebut dan mengacu
pada kajian tipologi Klassen, Lombok Barat termasuk dalam klasifikasi Tipe II
yaitu ‘daerah tertinggal dan dalam proses membangun’. Ini terjadi karena
sektor-sektor pendukung pertumbuhannya masih didominasi oleh sektor
sekunder yang mulai mengarah ke sektor tersier, seperti sektor penyediaan
akomodasi makan minum, Industri pengolahan, Pengadaan air & pengelolaan
sampah, Konstruksi, Jasa pendidikan dan jasa lainnya, Perdagangan besar dan
eceran, serta sektor Transportasi dan pergudangan. Selanjutnya dari aspek
kesempatan kerja didominasi oleh 5 sektor ekonomi utama yaitu sektor
Pertanian, kehutanan, dan perikanan; Industri pengolahan; Perdagangan besar
dan eceran; Transportasi dan pergudangan serta Jasa keuangan dan asuransi
perusahaan, dan sosial. Sedangkan sektor lain relative masih kecil
kontribusinya. Karenanya eksistensi sektor-sektor potensial yang ada harus tetap
dijaga, dengan melakukan pemetaan potensi yang dimiliki yang diekspos secara
luas. Promosi dan inovasi periodik terhadap hasil produksi/industri dan jasa di
tingkat lokal/nasional maupun internasional, mesti terus digalakkan dan
dikembangkan.

1. PENDAHULUAN kesejahteraan masyarakat. Semua hal tersebut


Pada dasarnya pembangunan ekonomi tentu akan dapat berjalan, apabila sumber
merupakan usaha untuk meningkatkan dan daya (alam dan manusia), tingkat teknologi,
mempertahankan kenaikan pendapatan keadaan pasar serta sifat dari output itu
perkapita dengan memperhatikan sendiri dapat dialokasikan dengan optimal.
pertumbuhan penduduk serta memperbaiki Berbagai upaya dilakukan suatu negara demi
struktur ekonomi untuk mencapai memenuhi harapan tersebut untuk

Hailuddin, dkk 56
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

mengembangkan kegiatan ekonominya, maka secara spasial dapat diketahui sektor


seperti perbaikan aspek kelembagaan, dan potensi-potensi dominan yang mendorong
perubahan struktur ekonomi, paket kebijakan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
dan dukungan permodalan agar kesejakteraan Pertumbuhan PDRB yang dikuti oleh
masyarakat terwujud. Semua itu dituangkan perubahan laju pertumbuhan ekonomi
dalam kebijakan-kebijakan pembangunan persektor, tentu akan mempengaruhi
untuk menciptakan lapangan kerja baru dan pembangunan ekonomi daerah (BPS NTB,
peningkatan kegiatan ekonomi yang 2021).
didasarkan pada kekhasan wilayah yang Keberhasilan pembangunan ekonomi
bersangkutan dengan memperhatikan potensi- dengan mengutamakan potensi dan kekhasan
potensi yang ada. daerah akan berdampak pada pembangunan
Selaras dengan hal diatas, pembangunan daerah, terutama pada daerah yang sedang
daerah juga tentu penekanannya pada berkembang. Perbaikan kualitas sumberdaya
kebijakan-kebijakan pembangunan yang manusia, pembangunan infrastruktur dan
didasarkan pada kekhasan daerah yang sarana pendukung lainnya dengan tepat
bersangkutan dengan menggunakan potensi sasaran akan menjadi daya dorong dalam
sumber daya manusia, kelembagaan, dan mendukung perkembangan suatu daerah.
sumber daya fisik lokal. Orientasi ini Hasil dari kegiatan tersebut tentu akan
mengarahkan pada pengambilan inisiatif- berdampak positif terhadap penciptaan
inisiatif yang berasal dari daerah tersebut lapangan kerja. Efek selanjutnya adalah akan
dalam proses pembangunan untuk membantu mengurangi jumlah
menciptakan kesempatan kerja baru dan penggangguran serta perputaran roda
merangsang peningkatan kegiatan ekonomi perekonomian akan menjadi lebih baik. Hal
masyarakatnya ini berarti mencerminkan perekonomian
Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat sudah makin membaik pula.
pembangunan ekonomi suatu daerah antara Hal lain yang mendorong
lain ketersediaan modal yang cukup sehingga perkembangan ekonomi daerah adalah adanya
kegiatan pembangunan akan dapat berjalan otonomi daerah. Penerapan otonomi daerah
dengan lancar. Modal tersebut akan lebih banyak berpengaruh terhadap kelembagaan
bermakna jika diinvestasikan pada sektor- yang ada, baik yang sudah lama maupun yang
sektor yang memiliki potensi untuk menjadi baru. Peningkatan efektifitas pelayanan
sektor unggulan dan memiliki daya dorong kepada masyarakat menjadi salah satu alasan
bagi sektor lainnya sehingga dapat utama dari adanya perubahan dan pemekaran,
meningkatkan pembangunan ekonomi dengan disamping alasan-alasan lain seperti
lebih cepat. Salah satu tolok ukur pemerataan pembangunan, peningkatan
pembangunan ekonomi daerah adalah aksesibilitas, dan kemudahan operasional
pertumbuhan Produk Domestik Regional pembangunan (BPS NTB, 2021). Otonomi
Bruto (PDRB), yang merupakan semua juga sangat memungkinkan akan
barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan- meningkatkan investasi karena proses
kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah perijinan yang lebih mudah. Mekanisme
domestik selama satu tahun, tanpa perijinan yang demikian memberikan peluang
memperhatikan apakah faktor produksinya bagi investor mempercepat realisasi
berasal dari atau dimiliki oleh penduduk investasinya, meminimalkan pengeluaran
daerah tersebut (Sukirno, 2013). Dengan yang tidak terarah dan meminimalkan
memperhitungkan laju pertumbuhannya, terjadinya konflik dengan lingkungan daerah

Hailuddin, dkk 57
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

tujuan. Dengan mekanisme tersebut akan yang memiliki prospek baik kedepan, serta
memperkuat posisi tawar kabupaten/kota dan sejauh manakah kontribusi sektor unggulan
berdampak pada peningkatan pendapatan asli tersebut dalam menciptakan kesempatan kerja
daerah setempat (Sudantoko, 2003). bagi perekonomian daerah.
Kabupaten Lombok Barat sebagai salah
satu daerah otonom di Nusa Tenggara Barat, 2. TINJAUAN PUSTAKA
telah mengidentifikasi dan menganalisis Pertumbuhan Ekonomi
masalah dan potensi yang ada didaerah. Banyak teori yang menjelaskan tentang
Kebijakan ini dianggap tepat untuk pertumbuhan ekonomi. Mazhab Historians
menjadikan daerah semakin baik dari tahun misalnya, menggambarkan perkembangan
ke tahun. Pembangunan yang dilakukan tentu ekonomi merupakan sebuah fenomena yang
dengan memperhatikan semua aspek yang unik dan tidak berlaku secara universal. Oleh
ada, seperti letak geografis, sumberdaya alam, karena itu, anggapan tentang adanya hukum
sumberdaya manusia, maupun sosial budaya alam di bidang ekonomi sulit diterima.
masyarakatnya, sehingga kebijakan-kebijakan Friedrich List, tokoh utama paham ini
yang dibuat oleh Pemda akan lebih tepat menyatakan bahwa sistem libralisme yang
sasaran. Hal positif lain dengan otonomi ini laissez-faire tidak dapat menjamin alokasi
adalah daerah akan memiliki kesempatan sumberdaya secara optimal (Arsyad, 2010).
untuk mengembangkan potensi unggulan Dalam praktiknya, perkembangan ekonomi
kekhasan daerah, sebagai upaya optimalisasi tergantung pada peran pemerintah, dunia
pemanfaatan sumber daya daerah yang dapat bisnis dan lingkungan budaya. Kasus di
memperluas lapangan kerja dan mempercepat beberapa negara, terdapat dua sektor utama
proses peningkatan kesejahteraan rakyat. yang sangat menentukan perekonomian
Dengan gambaran diatas, maka nasionalnya yaitu sektor pertanian dan
Kabupaten Lombok Barat perlu mengarahkan industri. Sektor pertanian diperlukan sebagai
pembangunan pada semua sektor/subsektor, pemasok bahan pangan bagi masyarakat,
dengan penekanan pada sektor prioritas tetapi tidak bisa diandalkan dalam memacu
seperti agribisnis, kelautan/perikanan, pertumbuhan ekonomi, sehingga suatu negara
pariwisata dan jasa-jasa. Pariwisata tidak akan pernah mencapai kemajuan apabila
merupakan andalan karena potensinya yang negara tersebut hanya bertumpu pada
cukup besar di daerah ini, baik wisata kekuatan pertanian saja. Oleh karena itu,
pantai/gili, pegunungan/lembah, alam/hutan industrialisasi merupakan langkah awal untuk
serta wisata budayanya. Pengembangan membawa perekonomian kearah yang lebih
agribisnis ditujukan untuk memanfaatkan maju. Perubahan struktural ini melibatkan
peluang pasar potensial, antaranya jagung, seluruh fungsi ekonomi termasuk
tembakau, sayur/buah, perikanan dan transformasi produksi dan perubahan dalam
peternakan. Demikian juga untuk sektor jasa komposisi permintaan konsumen,
yang akan sangat mendukung sektor perdagangan internasional dan sumberdaya
pariwisata dan sektor-sektor lainnya. Semua serta perubahan faktor-faktor sosio-ekonomi
itu muaranya tentu akan makin terbukanya seperti urbanisasi, pertumbuhan dan distribusi
kesempatan kerja yang lebih luas bagi penduduk (Todaro, 2010).
masyarakat. Dengan dasar tersebut menjadi Disisi lain Robert Malthus
sangat strategis untuk mengkaji menitikberatkan perhatiannya pada
sektor/subsektor ekonomi yang menjadi perkembangan kesejahteraan suatu negara,
potensi unggulan di Kabupaten Lombok Barat yaitu pembangunan ekonomi yang dapat

Hailuddin, dkk 58
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan ilmu pengetahuan memiliki muatan


suatu negara. Pertumbuhan penduduk akan pengembalian yang semakin menurun. Oleh
meningkatkan kesejahteraan hanya apabila karena itu teori pertumbuhan endogen
pertumbuhan tersebut akan meningkatkan mempunyai tiga elemen dasar yaitu: a).
effective demand. Peningkatan permintaan Adanya perubahan teknologi yang bersifat
efektif tersebut pada gilirannya akan endogen melalui sebuah proses akumulasi
meningkatkan kesejahteraan. Produksi dan ilmu pengetahuan, b). Adanya penciptaan ide-
distribusi sebagai dua unsur utama ide baru oleh perusahaan sebagai akibat dari
kesejahteraan dapat dicapai dalam jangka mekanisme luberan pengetahuan, c). Produksi
pendek, asal dikombinasikan pada proporsi barang-barang konsumsi yang dihasilkan oleh
yang besar. Faktor- faktor yang menentukan faktor produksi ilmu pengetahuan akan
pembangunan ekonomi adalah tergantung tumbuh tanpa batas.
pada tenaga kerja, modal, dan organisasi
(Suryana, 2000). Basis Ekonomi
Kajian dari aspek yang berbeda Pada prinsifnya teori ini menyatakan
diungkapkan Teori Pertumbuhan Endogen. bahwa faktor penentu utama pertumbuhan
Teori ini mencoba untuk mengidentifikasi dan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung
menganalisis faktor-faktor yang dengan permintaan akan barang dan jasa dari
mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi luar daerah. Pertumbuhan industri-industri
yang berasal dari dalam (endogenous) sistem yang menggunakan sumberdaya lokal,
ekonomi itu sendiri. Kemajuan teknologi termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk
dianggap hal yang bersifat endogen, dimana kemudian diekspor, sehingga akan
pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari menghasilkan kekayaan daerah dan
keputusan para pelaku ekonomi dalam penciptaan peluang kerja baru (Arsyad, 2010).
berinvestasi di bidang ilmu pengetahuan. Hal senada diungkapkan Glasson (dalam
Selain itu pengertian modal di sini bersifat Irawan MS, 2012), bahwa kegiatan basis
lebih luas, bukan hanya sekedar modal fisik merupakan kegiatan mengekspor barang-
tetapi juga mencakup modal insani (Arsyad, barang dan jasa keluar batas perekonomian
2011). Selanjutnya dijelaskan faktor utama masyarakatnya atau memasarkan barang dan
penyebab terjadinya perbedaan tingkat jasa mereka kepada orang yang datang dari
pendapatan perkapita antar negara adalah luar perbatasan perekonomian masyarakat
karena adanya perbedaan mekanisme alih yang bersangkutan.
pengetahuan, kapasitas investasi modal Tarigan (2014) juga mengungkapkan
fisikal, modal insani, dan infrastruktur. pandangannya bahwa laju pertumbuhan
Karenanya teori ini menggunakan asumsi ekonomi suatu daerah ditentukan oleh
increasing returns to capital investment pada besarnya peningkatan ekspor dari daerah
fungsi produksi aggregatnya. sumber. Karena itu ekonomi basis didasarkan
Model ini menganggap ilmu pada asumsi bahwa lokal ekonomi dapat
pengetahuan sebagai salah satu bentuk modal, dibagi menjadi dua sektor besar yaitu:
dan merupakan input terpenting dalam proses a. Sektor basis (non-lokal sektor), yaitu
produksi. Hanya berkat ilmu pengetahuan sektor atau kegiatan ekonomi yang
orang dapat menciptakan metode baru dalam melayani baik pasar domestik maupun
berproduksi sehingga diperoleh keuntungan- pasar luar daerah itu sendiri yang berarti
keuntungan ekonomis tertentu. Oleh karena daerah secara tidak langsung mempunyai
itu, kurang realistis jika kita mengasumsikan kekuatan memenuhi kebutuhan dalam

Hailuddin, dkk 59
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

daerah serta mampu mengekspor barang produksi barang tersebut. Faktor-faktor


maupun jasa keluar daerah itu sendiri. seperti iklim, keterampilan tenaga kerja,
b. Sektor non basis (lokal sektor), yaitu kapital, dan sumber daya alam yang tersedia,
sektor atau kegiatan yang hanya mampu masing-masing daerah tertentu di dunia
melayani pasar dalam daerah tersebut. mempunyai keunggulan komparatifnya
Analisis basis dan non basis pada masing-masing.
umumnya didasarkan atas nilai tambah atau Dengan dasar tersebut sektor unggulan
lapangan kerja. Karena itu analisis merupakan sektor yang memiliki keunggulan
menggunakan variabel lapangan kerja, komparatif (Comparative adventage) dan
pendapatan atau ukuran lain, tetapi yang keunggulan kompetitif (Competitive
umum di pakai adalah lapangan kerja atau adventage) dengan produk sektor sejenis dari
pendapatan. Secara logika penggunaan daerah lain serta mampu memberikan nilai
variabel pendapatan lebih mengena kepada manfaat yang lebih besar (Marhamah, 2000).
sasaran. Peningkatan pendapatan di sektor Syarat suatu sektor tertentu untuk menjadi
basis akan mendorong kenaikan pendapatan sektor unggulan adalah:
disektor non basis dalam bentuk korelasi yang a. Sektor tersebut harus menghasilkan
lebih ketat dibandingkan dengan produk yang mempunyai permintaan yang
menggunakan variabel lapangan kerja cukupbesar, sehingga pertumbuhan cepat
(Tarigan, 2005). akibat dari efek permintaan tersebut.
b. Adanya perubahan teknologi yang
Sektor Unggulan teradopsi secara kreatif, maka fungsi
Suatu komoditi memiliki keunggulan produksibaru bergeser dengan
bagi suatu wilayah apabila komoditi itu lebih pengembangan kapasitas yang lebih luas.
unggul secara relatif dibanding komoditi lain. c. Harus terjadi peningkatan investasi
Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam kembali dari hasil-hasil sektor yang
bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk menjadi prioritas tersebut, baik swasta
nilai tambah riil. Apabila keunggulan itu maupun pemerintah.
dalam bentuk nilai tambah riil maka d. Sektor tersebut harus berkembang
dinamakan keunggulan absolut. Komoditi sehingga mampu memberi pengaruh
yang memiliki keunggulan walaupun hanya terhadap sektor-sektor lainnya.
dalam bentuk perbandingan, lebih Sehubungan dengan itu, suatu daerah
menguntungkan untuk dikembangkan harus memiliki kemampuan untuk
dibandingkan dengan komoditi lain yang menganalisis potensi ekonominya. Hal ini
sama- sama diproduksi oleh suatu wilayah terkait dengan penentuan sektor-sektor riil
(Tarigan, 2005). yang perlu dikembangkan agar perekonomian
Mc.Eacheen (2000) mengungkapkan daerah tumbuh cepat dan di sisi lain mampu
keunggulan dari aspek lain yaitu keunggulan mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat
komparatif, dimana individu yang mempunyai potensi sektor tertentu rendah dan menentukan
opportunity cost lebih rendah untuk apakah prioritas untuk menanggulangi
memproduksi suatu output tertentu harus kelemahan tersebut. Kemampuan pemerintah
berspesialisasi pada output tersebut. Hukum daerah untuk melihat sektor yang memiliki
keunggulan komparatif menyatakan bahwa keunggulan, memiliki prospek yang lebih
perusahaan, daerah, atau negara yang baik untuk dikembangkan dan diharapakan
mempunyai opportunity cost atas produksi dapat mendorong sektor-sektor lain untuk
suatu barang harus berspesialisasi dalam berkembang (Tarigan, 2005).

Hailuddin, dkk 60
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

memberikan kontribusi lebih besar pada


3. METODE PENELITIAN pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Penelitian ini bersifat deskriptif 5. Pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten
kuantitatif yang meneliti status kelompok Lombok Barat yang merupakan
manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu perkembangan dinamis setiap
sistem pemikiran ataupun suatu kelas sektor/subsektor ekonomi dari waktu ke
peristiwa pada masa sekarang guna membuat waktu dalam kurun waktu tertentu.
deskripsi, gambaran atau lukisan secara 6. Kesempatan kerja secara sektoral,
sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta, merupakan tenaga kerja yang mampu
sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena diserap oleh setiap sektor ekonomi di
yang diselidiki, dianalisis, kemudian Lombok Barat.
menyimpulkannya (Nazir, 2009). Selanjutnya analisis data menggunakan
Jenis data yang digunakan adalah data alat analisis antara lain:
sekunder, yaitu data yang perolehan dan Location Quotient (LQ)
penyajiannya dilakukan oleh pihak lain yang Analisis ini digunakan untuk mengkaji
berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan sektor/subsektor dengan klasifikasi unggulan.
institusi pengumpulnya, dalam bentuk Dalam hal ini akan mengukur konsentrasi dari
laporan, booklet, file dan lainnya (Arikunto S, suatu kegiatan dalam suatu daerah dengan
2002). Sumbernya adalah instansi terkait cara membandingkan perannya dalam
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan perekonomian daerah tersebut dengan peran
Perencanaan Pembangunan Daerah kegiatan sejenis dalam perekonomian
(BAPPEDA) baik tingkat Provinsi Nusa diatasnya (regional atau nasional), dengan
Tenggara Barat dan Kabupaten Lombok formulasi (Azis, 1994) sebagai berikut:
Barat, serta instansi lain disamping sumber di mana:
data on-line. Tehnik pengumpulannya melalui LQiR = ViR / VR
observasi dan dokumentasi, kemudian dicatat Vi / V
dan dianalisa.
i V R = pendapatan dari sektor i di wilayah
Variable utama yang terkait dengan
Kabupaten Lombok Barat.
penelitian ini adalah sebagai berikut: R
V = pendapatan total di wilayah Kabupaten
1. PDRB dan PDRB perkapita Provinsi Nusa
Lombok Barat.
Tenggara Barat dan Kabupaten Lombok
Vi = pendapatan dari sektor i di wilayah
Barat. PDRB merupakan jumlah nilai
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
tambah yang timbul dari semua unit
V = pendapatan total di wilayah Provinsi
produksi yang ada disetiap daerah.
Nusa Tenggara Barat.
2. Laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB
Kriteria pengukurannya sebagai berikut:
dan Kabupaten Lombok Barat. Laju
a. LQ = 1, berarti produk domestik yang
pertumbuhan PDRB merupakan tingkat
dimiliki daerah tersebut habis dikonsumsi
pertumbuhan PDRB setiap tahun masing-
sendiri.
masing sektor di daerah.
b. LQ > 1, berarti sektor yang ada di daerah
3. Jumlah penduduk dan laju
tersebut merupakan sektor basis yang
pertumbuhannya setiap tahun selama
mampumengekspor hasil/produknya ke
periode analisis.
daerah lain.
4. Sektor-sektor unggulan Kabupaten
c. LQ < 1, berarti sektor yang ada di daerah
Lombok Barat. Sektor unggulan
tersebut bukan merupakan sektor basis dan
merupakan sektor yang mampu

Hailuddin, dkk 61
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

cendrung untuk mengimpor dari daerah Kriteria yang dipakai sebagai tolok
lain. ukur kedua Ratio diatas (RPs) dan (RPr)
adalah sebagai berikut:
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) a. Bila nilai RPr > 1 dan positif (+),
Model ini digunakan untuk menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor
membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan tertentu dalam wilayah referensi lebih
baik dalam skala yang lebih kecil maupun tinggi dari pertumbuhan total wilayah
dalam skala yang lebih luas. Ada dua rasio referensi.
pertumbuhan dalam analisis ini (Imelia, b. Bila nilai RPr < 1 dan negatif (-),
2006), yaitu: menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor
a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs), tertentu dalam wilayah referensi lebih
yaitu wilayah Kabupaten Lombok Barat. kecil dari pertumbuhan total wilayah
b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi referensi.
(RPr), yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat. c. Bila nilai RPs > 1 dan positif (+),
Dengan demikian formula menghitung MRP menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor
adalah; tertentu ditingkat wilayah studi lebih
Rasio Pertumbuhan Wilayah Prov. NTB (RPr) tinggi dibandingkan dengan wilayah
= ΔEir / Eir(t) referensi.
Rasio Pertumbuhan Wilayah Kab.Lobar(RPs) d. Bila nilai RPs < 1 dan negatif (-), artinya
= ΔEr / Er(t) ΔEij / Eij(t) Δ Eir / Eir(t) pertumbuhan sektor tertentu pada tingkat
Dimana : wilayah studi lebih rendah dibandingkan
ΔEir = Eir(t+1) - Eir(t) adalah perubahan dengan pertumbuhan sektor wilayah
PDRB Provinsi NTB di sektor i. referensi.
Eir(t) = PDRB Provinsi NTB di sektor i awal
periode. Typology Klassen
ΔEr = Er(t+1) - Er(t) perubahan PDRB Teknik ini dipakai untuk
Provinsi NTB. membandingkan tingkat dan laju
Er(t) = PDRB Provinsi NTB pada awal pertumbuhan pendapatan kabupaten tertentu
periode. dengan tingkat dan laju pertumbuhan
ΔEij = Eij(t+1) - Eij(t) adalah perubahan pendapatan Provinsi. Karenanya typology
PDRB Kabupaten Lombok Barat disektor i Klassen menganalisis pola pertumbuhan
Eij(t) = PDRB Kabupaten Lombok Barat di ekonomi, yang dikelompokkan menjadi 4 tipe
sektor i awal periode. yaitu Tipe I daerah makmur, Tipe II daerah
ΔEj = Ej(t+1) - Ej(t) perubahan PDRB tertinggal dalam proses membangun, Tipe III
Kabupaten Lombok Barat. daerah makmur yang sedang menurun
Ej(t) = PDRB Kabupaten Lombok Barat pada (potensial untuk tertinggal), dan Tipe IV
awal periode. daerah tertinggal, seperti nampak pada tabel
berikut (Arsyad, 2010);

Hailuddin, dkk 62
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

Tabel 1. Typology Klassen Dengan 4 Type Pembangunan Daerah


Tingkat pertumbuhan pendapatan Tingkat pendapatan Kabupaten dibandingkan
Kabupaten dibandingkan tingkat tingkat pendapatan Provinsi
pertumbuhan pendapatan Provinsi Tinggi (>1) Rendah (<1)
Tinggi (>1) Tipe I : Daerah makmur Tipe II: Daerah tertinggal
dalam proses membangun
Tipe III: Daerah makmur
Rendah (<1) sedang menurun (potensial Tipe IV: Daerah tertinggal
untuk tertinggal)

Analisis Peluang/Kesempatan Kerja Oleh karena itu menjadi sangat urgen untuk
Analisis ini menggunakan Rasio mengdiidentifikasi berbagai sektor yang
Penduduk Pengerjaan (RPP), untuk memiliki potensi dan keunggulan yang ada
mengetahui kemampuan setiap sektor dalam disuatu daerah sebagai penentu penggerak
perekonomian dalam menciptakan peluang/ ekonominya. Untuk mendapatkan gambaran
kesempatan kerja. Rumus yang digunakan tersebut, beberapa model analisis untuk
untuk perhitungan ini adalah sebagai berikut mengidentifikasi potensi-potensi ekonomi
(Arsyad, 2010): yang memiliki peluang sebagai penentu
Rasio Penduduk-Pengerjaan = Jumlah pertumbuhan ekonomi antaranya sebagai
penduduk suatu daerah berikut.
Jumlah pekerja secara sektoral
Analisis Location Quotient (LQ)
4. HASIL PENELITIAN Analisis ini menggambarkan suatu
Barometer untuk melihat tingkat sektor, apakah termasuk dalam sektor basis
perkembangan ekonomi dan sektor potensial (mampu memenuhi kebutuhan sendiri serta
suatu daerah tentu dengan mencermati berkontribusi pada daerah lain) atau non-
pertumbuhan Produk Domestik Regional basis dalam perekonomian. Mengacu pada
Bruto (PDRB) dan potensi-potensi ekonomi variabel Produk Domestik Regional Bruto
yang dimiliki daerah tersebut. Pertumbuhan (PDRB) Kabupaten Lombok Barat dan
PDRB yang terus membaik dibarengi dengan dibandingkan dengan PDRB Provinsi Nusa
keberadaan potensi-potensi ekonomi suatu Tenggara Barat, akan diperoleh klasifikasi
daerah, muaranya tentu akan mampu posisi tersebut, sebagaimana disajikan dalam
mendorong penciptaan lapangan kerja baru. tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Sektor Basis Kabupaten Lombok Barat Tahun 2017-2021
No Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 2021 Rata2 Tanda
1 Pertanian,Kehutanan,dan Perikanan 0.9299 0.8905 0.8882 0.9622 0.9507 0.9243 (-) NB
2 Pertambangan dan Penggalian 0.3268 0.4679 0.4963 0.3969 0.3995 0.4175 (-) NB
3 Industri Pengolahan 1.1285 1.0325 1.0419 1.1300 1.1177 1.0901 (+) B
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1.2499 1.1847 1.1733 1.2289 1.2047 1.2083 (+) B
5 Pengadaan Air & PengelolaanSampah 1.4213 1.3920 1.4081 1.5259 1.5056 1.4506 (+) B
6 Konstruksi 1.4528 1.3248 1.2822 1.2716 1.2280 1.3119 (+) B
7 Perdagangan Besar dan Eceran 1.0141 0.9195 0.9277 0.9757 0.9620 0.9598 (-) NB
8 Transportasi dan Pergudangan 1.4677 1.4345 1.4307 1.8660 2.0091 1.6416 (+) B
9 Penyediaan Akomodasi Makan Minum 3.8513 3.4684 3.3870 3.2204 3.1881 3.4230 (+) B
10 Informasi dan Komunikasi 1.1259 1.0681 1.0684 1.1247 1.1127 1.1000 (+) B

Hailuddin, dkk 63
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

No Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 2021 Rata2 Tanda


11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0.9478 0.8857 0.8877 1.0001 1.0066 0.9456 (-) NB
12 Real Estate 1.2451 1.0318 1.0320 1.0969 1.0863 1.0984 (+) B
13 Jasa Perusahaan 0.6910 0.5514 0.5448 0.5372 0.5316 0.5712 (-) NB
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 1.1633 1.0688 1.0504 1.0774 1.0786 1.0877 (+) B
15 Jasa Pendidikan 1.1985 1.0543 1.0375 1.1037 1.0896 1.0967 (+) B
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.0974 0.9640 0.9641 1.0661 1.0555 1.0294 (+) B
17 Jasa Lainnya 1.2877 1.0356 1.0146 1.0574 1.0445 1.0880 (+) B
Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: B = sektor basis; NB = sektor non-basis

Secara umum berdasarkan hasil ditumbuh-kembangkan sehingga menjadi


perhitungan dalam tabel diatas terlihat bahwa sektor basis pada masa berikutnya.
12 sektor dari 17 sektor ekonomi (70,59%)
Kabupaten Lombok Barat sudah masuk dalam Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
katagori sektor basis. Ke-12 sektor tersebut Analisis MRP ini pada dasarnya untuk
antaranya adalah sektor Industri Pengolahan; melihat sektor ekonomi yang memiliki
Pengadaan Air & Pengelolaan Sampah; potensi berdasarkan kriteria pertumbuhan
Pengadaan Listrik dan Gas; Konstruksi; struktur ekonomi disebuah wilayah. Oleh
Transportasi dan Pergudangan; Informasi dan karena itu acuannya adalah pada dua model
Komunikasi, Real Estate, Jasa Pendidikan dll. rasio pertumbuhan yaitu Rasio Pertumbuhan
Sedangkan 5 sektor lainnya tidak termasuk Wilayah Referensi (RPr) yaitu wilayah
dalam sektor basis seperti sektor Pertanian, diatasnya, dalam hal ini Provinsi Nusa
Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Tenggara Barat (NTB) dan Rasio
Penggalian; Perdagangan Besar dan Eceran; Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs), yaitu
Jasa Keuangan dan Asuransi serta Jasa daerah Kabupaten Lombok Barat itu sendiri.
Perusahaan. Dengan dasar tersebut maka dapat
Dengan gambaran tersebut dapat diklasifikasikan pertumbuhan daerah seperti
dijelaskan bahwa produk barang dan jasa berikut ini:
yang dihasilkan oleh sektor-sektor basis Klasifikasi I: Jika sektor tersebut memiliki
tersebut mampu men-support wilayah sendiri nilai RPr dan RPs positif (+) berarti
(Lombok Barat) untuk memenuhi kegiatannya pada tingkat provinsi maupun
kebutuhannya, disamping memiliki kontribusi kabupaten mempunyai pertumbuhan yang
untuk mendukung daerah lainnya termasuk menonjol, dan hal ini disebut dominan
Propinsi NTB. Hal ini perlu menjadi bahan pertumbuhan.
pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dalam Klasifikasi II: Selanjutnya jika nilainya
menentukan arah kebijakan pembangunan bervariasi, dimana RPr positif (+) dan RPs
daerahnya, sehingga kedepan sektor basis ini negatif (-) memberi makna bahwa kegiatan
akan menjadi rujukan dan perhatian dalam tersebut pada tingkat provinsi mempunyai
menentukan sektor prioritas untuk pertumbuhan menonjol, tapi di tingkat
dikembangkan, mengingat multiplier effect kabupaten belum menonjol.
yang diciptakannya. Meskipun demikian
Klasifikasi III: Sebaliknya kalau nilai RPr
sektor-sektor lainnya yang non basis, tetap
negatif (-) sedangkan RPs positif (+) berarti
harus mendapatkan perhatian pula untuk

Hailuddin, dkk 64
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

kegiatan tersebut pada tingkat provinsi maupun kabupaten mempunyai pertumbuhan


mempunyai pertumbuhan tidak menonjol yang rendah.
namun ditingkat kabupaten termasuk Berdasarkan klasifikasi diatas, dari hasil
menonjol. perhitungan model rasio pertumbuhan posisi
Klasifikasi IV: Terakhir, jika sektor dengan ke 17 sektor ekonomi Kabupaten Lombok
nilai RPr dan RPs negatif (-), menunjukkan Barat, terlihat dalam tabel berikut.
kegiatan tersebut pada tingkat provinsi
Tabel 3. Hasil Perhitungan Model Ratio Pertumbuhan Lombok Barat Persektor Ekonomi
2018/2019 2019/2020 2020/2021 Rata-Rata Tanda
No Sektor Ekonomi
RPr RPs RPr RPs RPr RPs RPr RPs RPr RPs
1 Pertanian,Kehutanan,da 0.3533 0.2747 0.6661 -0.1309 0.4958 0.2960 0.5051 0.1466 (+) (+)
n Perikanan
2 Pertambangan dan 0.0472 1.6181 -44.4905 0.6406 -0.0666 0.4624 -14.8366 0.9070 (-) (+)
Penggalian
3 Industri Pengolahan 1.0448 1.2910 3.8726 0.1398 0.9112 0.6101 1.9429 0.6803 (+) (+)
4 Pengadaan Listrik dan 2.8243 2.5743 -14.2681 -0.9480 3.3565 1.9833 -2.6958 1.2032 (-) (+)
Gas
5 Pengadaan Air dan 0.9336 1.2446 -6.7353 -0.7988 0.2140 0.0631 -1.8626 0.1697 (-) (+)
Pengelolaan Sampah
6 Konstruksi 3.1324 2.2237 22.9443 2.9085 3.8814 1.8613 9.9861 2.3312 (+) (+)
7 Perdagangan Besar dan 1.6339 1.8873 8.0069 0.9242 0.7489 0.4020 3.4632 1.0712 (+) (+)
Eceran
8 Transportasi dan 0.3431 0.2625 50.4440 2.3104 0.9303 3.2832 17.2392 1.9520 (+) (+)
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi -0.0079 -0.6339 45.4209 5.1425 0.5875 0.4154 15.3335 1.6413 (+) (+)
dan Makan
10 Informasi dan 1.0555 1.0632 -19.9092 -1.5164 2.1608 1.4620 -5.5643 0.3362 (-) (+)
Komunikasi
11 Jasa Keuangan dan 0.3588 0.4077 -17.8825 -2.4333 1.9045 1.8200 -5.2064 -0.0685 (-) (-)
Asuransi
12 Real Estate 1.2208 1.2294 -1.6707 -0.0661 0.6403 0.4606 0.0635 0.5413 (+) (+)
13 Jasa Perusahaan 1.2848 0.9640 5.5381 1.5551 0.1451 0.1054 2.3226 0.8748 (+) (+)
14 Adm. Pemerintahan, 0.9315 0.4664 -4.6944 0.1775 0.7563 0.8670 -1.0022 0.5036 (-) (+)
Pertahanan dan
15 Jasa Pendidikan 1.8055 1.3723 -1.3123 -0.0467 0.7239 0.4249 0.4057 0.5835 (+) (+)
16 Jasa Kesehatan dan 1.5658 1.5759 3.8317 -0.1396 3.4160 2.3354 2.9378 1.2573 (+) (+)
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya 1.4033 0.8512 9.9689 1.2144 0.7160 0.4344 4.0294 0.8333 (+) (+)
Sumber: Data Sekunder Diolah
Dengan hasil seperti dalam tabel diatas, referensi). Ke enam sektor tersebut antaranya
dapat dijelaskan bahwa terdapat 6 sektor adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas,
(35,29%) dari 17 sektor ekonomi yang Konstruksi, Penyediaan Akomodasi dan
memiliki nilai lebih besar dari 1 dan positif. Makan Minum, Perdagangan Besar dan
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, dan
sektor-sektor tersebut sangat baik di Lombok Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Barat, meskipun wilayah referensi yaitu Sedangkan sisanya masih terdapat 6 sektor
Provinsi Nusa Tenggara Barat juga memiliki yang bernilai positif meskipun kurang dari 1,
nilai yang lebih besar dari 1. Ini namun nilainya lebih tinggi dari nilai wilayah
menggambarkan bahwa sektor tersebut referensi. Ini mencerminkan sektor-sektor ini
tumbuh secara simultan dan saling memiliki peluang dan potensi untuk tumbuh
mendukung dikedua daerah (daerah studi dan lebih baik kedepan, seperti sektor

Hailuddin, dkk 65
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

Pertambangan dan Penggalian, Pengadaan Air menurun kontribusinya dalam perekonomian


dan Pengelolaan Sampah, Informasi dan global. Demikian pula dengan sektor jasa-
Komunikasi, Real Estate, Adm. jasa, seperti diketahui Kabupaten Lombok
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Barat sebagai penyangga ibu kota propinsi
Wajib serta Jasa Pendidikan. (Mataram), dan relative dekat jarak ibu kota
Dengan hasil diatas menunjukkan keduanya, tentu kegiatan bidang jasa-jasa ini
bahwa Kabupaten Lombok Barat, disamping (para pelaku usaha) lebih memilih kota
sebagai penyangga ibu kota propinsi juga Mataram sebagai basis tempat kegiatannya,
sebagai pusat kegiatan ekonomi dan karena disamping akses yang mudah dalam
pembangunan, terutama bidang pariwisata. berkegiatan juga jangkauan dalam
Sehingga perkembangan basis ekonomi lebih pemasarannya yang lebih luas.
mengarah pada bidang industri, jasa
pendidikan, transportasi, dan Analisis Tipology Klassen
telekonomunikasi. Dan semakin maju suatu Analisis ini menggambarkan tentang
wilayah, maka kebutuhan-kebutuhan akan hal tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan
tersebut semakin besar diperlukan Kabupaten Lombok Barat dengan tingkat dan
masyarakatnya. laju pertumbuhan pendapatan Provinsi NTB.
Sebaliknya sektor-sektor seperti sektor Dengan kata lain menggambarkan pola
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, industri pertumbuhan ekonomi antar kedua wilayah.
pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, jasa Berdasarkan nilai variabel laju pertumbuhan
perusahaan dan jasa lainnya, dalam analisis PDRB dan nilai pendapatan perkapita
ini menunjukkan perkembangan yang lebih Kabupaten Lombok Barat dan Nusa Tenggara
lambat jika dibandingkan dengan wilayah Barat diperoleh hasil seperti dalam tabel
referensi. Ini tentunya terkait dengan kondisi berikut.
secara umum, dimana sektor pertanian makin

Tabel 4. Tipologi Klassen Kabupaten Lombok Barat 2017–2021.


Laju Pertumbuhan (%) PDRB Perkapita (Juta)
Tahun Lombok Katagori Lombok Katagori
NTB NTB
Barat Barat
2017 6.54 0,09 Tinggi (+) 15.450 19.090 Rendah (-)
2018 0.57 -4,50 Tinggi (+) 15.313 18.020 Rendah (-)
2019 3.84 3,90 Rendah (-) 15.425 18.513 Rendah (-)
2020 -7.08 -0,62 Rendah (-) 14.082 17.535 Rendah (-)
2021 3,40 2,30 Tinggi (+) 14.310 17.517 Rendah (-)
Rata-rata 0.77 0.23 Tinggi (+) 14.916 18.135 Rendah (-)
Sumber: Data sekunder diolah.
Dari hasil perhitungan seperti dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Namun di
tabel diatas, ternyata laju pertumbuhan tahun 2019 keadaan sudah mulai membaik
ekonomi Kabupaten Lombok Barat cukup yang ditandai dengan pertumbuhan yang
bervariasi/fluktuatif selama 5 tahun analisis. meningkat menjadi 3,84%. Hanya saja
Diawali tahun 2017 dengan nilai positif cukup keadaan tersebut tidak dapat dipertahankan,
tinggi diangka 6,54%, kemudian turun tajam karena di tahun 2020 pertumbuhan ekonmi
ditahun 2018 dibawah 1%. Hal ini terjadi Lombok Barat terjun bebas mencapai -7,08%.
karena efek gempa bumi yang sangat dahsyat Kondisi ini tidak mengherankan karena pada
melanda Lombok yang berdampak pula pada kurun waktu 2020- 2021, wabah virus covid-

Hailuddin, dkk 66
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

19 sedang melanda dunia yang berdampak NTB kisarannya antara Rp17.517.000,-


pada merosotnya perekonimian masyarakat. sampai dengan Rp18.513.000,- dengan rata-
Karena itu secara rata-rata pertumbuhan rata Rp18.135.000,-
ekonomi Lombok Barat selama 5 tahun Dengan demikian mengacu pada
analisis masih positif 0,77%, meskipun dalam Tipology Klassen, maka Kabupaten Lombok
suasana prihatin. Barat selama tahun pengamatan (2017-2021)
Kondisi yang tidak jauh beda terlihat jika dilihat dari laju pertumbuhan
di level NTB yang perubahannya juga tidak ekonominya masuk dalam katagori tinggi (+)
terjadi secara drastis, namun tetap fluktuatif dibandingkan daerah NTB. Artinya selama
(plus minus). Dimulai tahun 2017 dengan waktu tersebut laju pertumbuhan ekonomi
nilai 0,09%, turun menjadi -4,50% pada 2018. Kabupaten Lombok Barat lebih baik dari
Namun di tahun 2019 naik lagi menjadi daerah NTB. Namun sebaliknya dari sisi
3,90%, dan karena efek covid-19, maka tahun pendapatan perkapita, Kabupaten Lombok
2020 mengalami pertumbuhan negative lagi. Barat memiliki tingkat pendapatan perkapita
Meskipun demikian secara rata-rata selama 5 relatif lebih rendah dibandingkan dengan
tahun, nilai pertumbuhan ekonomi NTB pendapatan perkapita Propinsi NTB. Dengan
masih positif diangka 0,23% dan nilai hasil tersebut, maka Kabupaten Lombok
tersebut dibawah rata-rata nilai pertumbuhan Barat dari aspek pertumbuhan ekonominya
Kabupaten Lombok Barat. tergolong dalam katagori tinggi (+),
Dari aspek pendapatan perkapita juga sedangkan dari sisi pendapatan perkapita
mencerminkan kondisi yang relatif sama termasuk dalam katagori rendah (-). Oleh
polanya dengan pertumbuhan ekonomi. karena itu, dengan hasil perhitungan rata-rata
Selama 5 tahun pengamatan, pendapatan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
perkapita Kabupaten Lombok Barat rata-rata perkapita, kondisi perekonomian Lombok
lebih rendah dengan pendapatan perkapita Barat termasuk dalam tipe II, yaitu daerah
Propinsi NTB. Kisaran pendapatan perkapita Tertinggal dan Dalam Proses Membangun,
Kabupaten Lombok Barat berada pada angka sebagaimana dapat dilihat pada matrik
Rp14.916.000,- Sedangkan untuk Propinsi berikut.

Tabel 5. Klasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Lombok Barat Berdasar Tipology Klassen
Tingkat pertumbuhan pendapatan Tingkat pendapatan Kabupaten/Kota dibandingkan dengantingkat
Kabupaten/Kota dibandingkan pendapatan Provinsi.
dengan tingkat pertumbuhan Tinggi (>1) Rendah (<1)
pendapatan Provinsi
Tipe I Daerah makmur. Tipe II
Tinggi (>1) (Kabupaten Lombok Barat)
Daerah tertinggal & dalam proses
membangun
Tipe III Tipe IV Daerah tertinggal
Rendah (<1) Daerah makmur yang sedang
menurun (potensial untuk
tertinggal)
Sumber: Data sekunder diolah
Dari matrik diatas terlihat bahwa dengan pola pertumbuhan ekonomi yang
Kabupaten Lombok Barat dalam rentang cenderung berkembang. Hal ini merujuk pada
waktu 2017-2021 masih merupakan daerah pola perekonomiannya selama 5 tahun

Hailuddin, dkk 67
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

pengamatan. Kalau dilihat secara partial, pendukung utama pertumbuhannya adalah


perkembangan tahunannya memang sektor tertier dan sekunder.
fluktuatif. Keadaan ini tentu tidak lepas dari
masalah perekonomian regional maupun Analisis Peluang/Kesempatan Kerja
global yang melanda selama pengamatan. Apabila mengacu pada analisis diatas
Demikian juga dengan pertumbuhan tentang potensi beberapa sektor ekonomi
pendapatan perkapitanya mengalami pasang yang ada di Lombok Barat, ternyata dalam
surut. Selama periode 2017-2019 terjadi menciptakan peluang kerja setiap sektor
kenaikan, namun di tahun 2020 turun lagi dan potensial tersebut memiliki kemampuan yang
di priode berikutnya secara bertahap berbeda. Dengan pendekatan rumus Rasio
mengalami kenaikan. Hanya saja yang Penduduk Pengerjaan (RPP), dapat dijelaskan
menjadi catatan disini adalah pertumbuhan bahwa dari 17 sektor ekonomi yang ada,
ekonomi Kabupaten Lombok Barat secara setiap sektor memiliki peluang dan
rata-rata lebih baik dan dinamis dibandingkan kemampuan serapan tenaga kerja yang
dengan Propinsi NTB. berbeda. Berdasarkan hasil analisis, peluang
Dengan gambaran tersebut, dapat kesempatan kerja pada sektor ekonomi
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi Lombok Barat, didominasi (90,06%) oleh 5
Kabupaten Lombok Barat relatif lebih baik sektor utama. Kelima sektor tersebut adalah
jika dibandingkan dengan Propinsi NTB.Hal Pertanian, kehutanan, dan perikanan, Industri
ini tentu disebabkan karena sektor-sektor pengolahan, Perdagangan besar dan eceran,
pendukung pertumbuhannya seperti sektor Transportasi dan pergudangan serta Jasa
jasa, industri pengolahan, real estate, keuangan dan asuransi perusahaan, dan sosial.
pariwisata dan lainnya cukup stabil dan makin Sedangkan sektor lain diluar sektor tersebut,
berkembang. Kondisi ini tidak lepas dari ciri- relative masih kecil kontribusinya dalam
ciri ekonomi daerah penyangga ibukota penciptaan kesempatan kerja, sebagaimana
propinsi (Mataram) pada umumnya, dimana tergambar dalam tabel berikut.

Tabel 6. Persentase Kesempatan Kerja Berdasar Lapangan Usaha di Kabupaten Lombok Barat
No Kesempatan kerja sesuai Lapangan Usaha 2018 2019 2020 Rata2
1 Pertanian,Kehutanan,dan Perikanan 22.1 22.11 22.45 22.22
2 Industri Pengolahan 12.9 16.11 13.55 14.19
3 Perdagangan Besar dan Eceran 29.4 10.16 17.41 18.99
4 Transportasi dan Pergudangan 3.9 22.56 15.69 14.05
5 Jasa Keuangan dan Asuransi, Perusahaan, dan sosial 17.3 22.54 22.0 20.61
6 Sektor lainnya 9,94
Sumber : Data primer diolah.

Atas dasar data tabel tersebut dapat termasuk tidak menonjol. Namun karena
dijelaskan bahwa sektor Pertanian, untuk bekerja di sektor ini tidak memerlukan
Kehutanan, dan Perikanan sebenarnya bukan keterampilan dan persyaratan khusus, maka
termasuk sektor basis di Lombok Barat, sangat mudah untuk menampung tenaga kerja
karena memang kontribusinya terhadap yang berlebihan dimasyarakat.
PDRB terus menurun tiap tahun. Demikian Sedangkan sektor Jasa-jasa, Perdagangan
juga nilai ratio pertumbuhannya (MRP) Besar dan Eceran, Transportasi dan
relative kecil dibawah propinsi NTB sehingga Pergudangan serta Industri Pengolahan adalah

Hailuddin, dkk 68
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

4 sektor ekonomi Lombok Barat yang sektor sekunder dan mulai mengarah ke
belakangan ini terus tumbuh dengan baik. Hal sektor tersier, seperti sektor jasa, penyediaan
ini terlihat dari 3 diantaranya sudah termasuk akomodasi makan minum, transportasi dan
dalam sektor basis. Demikian juga ratio pergudangan, industri pengolahan, real estate,
pertumbuhannya sudah posistif yang dan lainnya. Sedangkan dari sisi
mencerminkan bahwa sektor tersebut peluang/kesempatan kerja, saat ini masih
termasuk dalam katagori sektor ekonomi yang didominasi oleh 5 sektor ekonomi utama yaitu
menojol di Lombok Barat. Kondisi yang baik sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,
ini tidak lepas dari pertumbuhan pariwisata Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan
daerah yang terus berkembang, yang Eceran, Transportasi dan Pergudangan serta
mendorong sektor-sektor tertier seperti jasa Jasa Keuangan dan Asuransi, Perusahaan, dan
terus tumbuh dengan pesat. Disamping juga sosial. Untuk sektor lain diluar yang lima
posisi strategis Kabupaten Lombok Barat sektor tersebut, relative masih kecil
sebagai wilayah penyangga ibu kota Propinsi kontribusinya dalam penciptaan kesempata
Nusa Tenggara Barat, Mataram. kerja.
Dengan posisi Kabupaten Lombok
5. KESIMPULAN Barat sebagai daerah tertinggal dan dalam
Dari hasil analisis Location Quotient proses membangun, maka menjadi tugas
(LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP), cukup berat bagi pemerintah daerah untuk
sektor ekonomi yang memiliki potensi baik meningkatkan statusnya menjadi daerah
untuk tumbuh dan berkembang di Lombok makmur. Upaya yang bisa dilakukan
Barat antaranya sektor penyediaan akomodasi antaranya pemetaan potensi ekonomi yang
makan minum, Industri Pengolahan, selanjutnya disosialisasikan kepada
Pengadaan Air & Pengelolaan Sampah, masyarakat dan dunia usaha, yang membuka
Konstruksi, Jasa Pendidikan dan jasa lainnya, peluang untuk investasi. Selanjutnya lebih
Perdagangan Besar dan Eceran, serta sektor aktif melakukan kegiatan promosi secara
Transportasi dan Pergudangan. Potensi periodik terhadap hasil produksi/industri dan
tersebut terlihat dari posisi sektor-sektor jasa-jasa melalui pameran-pameran dagang
dimaksud sebagai sektor basis, disamping baik di tingkat lokal maupun
juga nilai ratio pertumbuhannya yang posistif nasional/internasional, serta membangun
dan lebih besar dari 1. Oleh karena itu ke-7 suasana nyaman dan aman di daerah, yang
sektor diatas akan menjadi sektor andalan menciptakan ketenangan bagi para investor
untuk perekonomian Lombok Barat kedepan. dalam berkiprah membangun dan
Selanjutnya mengacu pada pola pertumbuhan mengembangkan bisnisnya.
ekonomi dan pendapatan perkapita selama
periode 2017–2021, dengan tipologi Klassen
termasuk dalam klasifikasi Tipe II yaitu
‘daerah tertinggal dan dalam proses
membangun’. Hasil ini tentu selaras dengan
pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Lombok Barat yang relatif lebih rendah dan
dalam proses pengembangan jika
dibandingkan dengan Propinsi NTB. Keadaan
ini berkaitan juga dengan sektor pendukung
pertumbuhannya yang masih didominasi oleh

Hailuddin, dkk 69
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 5 No. 1, Maret 2023

DAFTAR PUSTAKA Suryana, 2000. “Ekonomi pembangunan:


Problematika dan Pendekatan”.
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian. SalembaEmpat. Jakarta,
Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Tarigan, R. 2005. “Ekonomi Regional Teori
Arsyad, L. 2010. Ekonomi Pembangunan. dan Aplikasi”, Bumi Aksara. Jakarta,
Edisi ke Lima. UPP STIM YKPN. . 2014. “Ekonomi Regional Teori dan
Yogyakarta. Aplikasi, Edisi Revisi”, Bumi Aksara.
2011. Pengantar Jakarta,
Perencanaan Pembangunan Ekonomi Todaro, M, P. 2010. “Pembangunan
Daerah. Cetakan Keempat. BPFE, Ekonomi di Dunia Ketiga”, Edsi
Yogyakarta. kedelapan,Erlangga, Jakarta.
Aziz, I. J., 1994, “Ilmu Ekonomi Regional McEacheen, W. A. 2000. “Ekonomi Makro:
dan Beberapa Aplikasinya di Pendekatan Kontemporer”, Salemba
Indonesia”,FEUI, Jakarta. Empat, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Lombok barat, 2021,
“Lombok Barat Dalam Angka Sumber on-line:
2015/2020”,Katalog BPS. 1403.5202. https://petatematikindo.wordpress.com.
, 2021, “Produk Domestik Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Barat (bps.go.id) Badan Pusat Statistik
LombokBarat”, Gerung. Kabupaten Lombok Barat (bps.go.id)
, 2021, “Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Provinsi Nusa
TenggaraBarat”, Mataram.
Imelia, E., 2006. “Modul Ekonomi
Regional”. Jurusan Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi Universitas Jambi,
Jambi.
Irawan, M. S., 2012, “Ekonomika
Pembangunan”, Edisi Keenam,: BPFE.
Yogyakarta. Marhamah. 2000.
“Pertumbuhan Ekonomi dan
Identifikasi Sektor Unggulan Provinsi
Sumatra Utara Periode 1993-1997”. Tesis.:
Program Pascasarjana Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Nazir, M., 2009, “Metode Penelitian”, Ghalia
Indonesia. Jakarta. Sudantoko. H. D,
2003, “Dilema Otonomi Daerah”,
ANDI, Yogyakarta:
Sukirno, S. 2013. “Ekonomi Pembangunan:
Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan”, Kencana Prenada Media
Grup, Jakarta.

Hailuddin, dkk 70

Anda mungkin juga menyukai