Anda di halaman 1dari 45

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas segala

nikmat dan karunia-Nya sehingga Buku Profil Ekonomi Kabupaten

Tulang Bawang Tahun 2021 ini dapat selesai tanpa hambatan berarti.

Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan agung

Rosululloh Muhammad SAW. Dokumen ini merupakan basis data

perkembangan sektor-sektor perekonomian yang selama ini menjadi

motor penggerak pembangunan ekonomi daerah.

Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penyusunan buku Profil Ekonomi Kabupaten Tulang Bawang ini, untuk

itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan guna

perbaikan dan pengembangan kedepan agar tersusun dokumen yang

lebih tajam dari aspek analisis maupun penyusunan deskripsinya.

Selanjutnya atas bantuan dari berbagai pihak dalam penyelesaian

buku ini kami ucapkan terima kasih.

Menggala, September 2023


Kepala Bappeda Kabupaten Tulang Bawang,

Dicky Soerachman, S.E.


NIP. 19730811 199902 1 001

i
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keinginan kuat dari pemerintah daerah untuk membuat

strategi pengembangan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut

serta membentuk bangunan perekonomian daerah yang dicita-citakan.

Pembangunan ekonomi daerah yang terencana, pembayar pajak dan

penanam modal juga dapat tergerak untuk mengupayakan peningkatan

ekonomi. Kebijakan pertanian yang mantap, misalnya, akan membuat

pengusaha dapat melihat ada peluang untuk peningkatan produksi

pertanian dan perluasan ekspor. Dengan peningkatan efisiensi pola

kerja pemerintahan dalam pembangunan, sebagai bagian dari

perencanaan pembangunan, pengusaha dapat mengantisipasi bahwa

pajak dan retribusi tidak naik, sehingga tersedia lebih banyak

modal bagi pembangunan ekonomi daerah pada tahun berikutnya.

Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menginisiasi

penguatan ekonomi melalui berbagai pengembangan yang diarahkan

pada keunggulan kompetitif (competitive advantages). Pengembangan

dilakukan dengan melakukan berbagai inovasi produk yang dimulai

dari hilir pada level produsen hingga hulu pada level konsumen.

Porter (1990 dalam Wang, 2014) menyatakan bahwa faktor keunggulan

komparatif telah dikalahkan oleh kemajuan teknologi. Namun

demikian, setiap wilayah masih mempunyai faktor keunggulan khusus

bukan didasarkan pada biaya produksi yang murah saja, tetapi lebih

dari itu, yaitu adanya inovasi (innovations). Pemerintah Daerah

dihadapkan pada sebuah pilihan yang berat dimana, peningkatan

perekonomian, yang dalam hal ini umum dikatakan pertumbuhan

ekonomi selama ini selalu dilandaskan atas keunggulan komparatif.

Hal yang selalu menjadi ujung tombak bagi pembangunan daerah

adalah aspek potensi unggulan daerah yang melimpah, lokasi yang

1
strategis, serta biaya produksi yang masih sangat murah yang

diikuti dengan jumlah tenaga kerja tak terdidik yang melimpah.

Jika pemerintah daerah sadari, ilmu pengetahuan yang mampu

melahirkan sebuah inovasi merupakan hal yang tidak dapat

dikesampingkan.

Pembangunan dikatakan berhasil apabila tingkat perekonomian

secara makro berimbang dengan tingkat perekonomian pada level

industri, rumah tangga dan masyarakat yang dikenal dengan istilah

ekonomi sektoral atau sektor ril. Pembangunan ekonomi yang hanya

mengejar pertumbuhan tinggi dengan mengandalkan keunggulan

komparatif semata berupa kekayaan alam yang berlimpah, upah tenaga

kerja murah, dan posisi strategis, saat ini sulit untuk

dipertahankan lagi. Menurut Romer (1990) daya saing tidak dapat

diperoleh dari misalnya faktor upah rendah atau tingkat bunga

rendah, tetapi harus pula diperoleh dari kemampuan untuk melakukan

perbaikan dan inovasi secara berkesinambungan. Besarnya potensi

sumber daya, tanpa diikuti dengan peningkatan ilmu pengetahuan

adalah hal yang sia-sia belaka (Hoff, 2016).

Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada pada

penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang

berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous

development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia,

kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah) dengan

Ilmu pengetahuan sebagai pembangkit pembangunan daerah. Pemerintah

daerah berserta seluruh pihak terkait perlu melakukan pengambilan

inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses

pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang

kegiatan ekonomi (Arsyad, 2010).

Geliat program pembangunan melalui pemberdayaan dan

penguatan ekonomi masyarakat menjadi motor penggerak utama

2
pemerintah daerah dalam menyusun dan menata kembali perekonomian

masyarakat Tulang Bawang. Salah satu upaya penguatan yang

dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah

mengedukasi masyarakat melalui pendampingan baik pendampingan

pengetahuan maupun pendampingan permodalan bagi para pelaku usaha

mikro kecil dan menengah. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang

Bawang meyakini bahwa masyarakat pelaku UMKM masih mampu melakukan

kegiatan produksi, sehingga perekonomian di level terbawah tetap

berjalan seperti biasanya. Pemerintah daerah Kabupaten Tulang

Bawang juga menerapkan mekanisme stimulan berupa pemciptaan

beberapa sentra ekonomi baru melalui pembangunan beberapa tugu

yang dipusatkan di beberapa titik strategis. Tujuan utamanya

tidak lain adalah agar roda perekonomian tetap berjalan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dirasa perlu untuk

membuat sebuah dokumen yang mampu menyajikan berbagai informasi

penting terkait dengan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten

Tulang Bawang dalam bentuk Profil Ekonomi Kabupaten Tulang Bawang.

1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup

Tujuan dari penyusunan Profil Ekonomi Kabupaten Tulang

Bawang Tahun 2023 adalah mengidentifikasi dan memperbaharui

perkembangan perekonomian Tulang Bawang serta memberikan Informasi

sekaligus rujukan dalam pengambilan kebijakan pembangunan daerah

bidang ekonomi.

Profil Ekonomi Kabupaten Tulang Bawang ini disusun secara

sistematis dan terstruktur. Ruang lingkup kegiatan penyusunan

buku ini adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan kerangka piker (Outline);

2. Pengumpulan Data yang terdiri dari updating dan pengolahan;

3
3. Analisis data baik berupa data primer dan data sekunder yang

diperoleh dari berbagai sumber;

4. Penyusunan draft Profil Ekonomi Kabupaten Tulang Bawang; serta

5. Penyusunan buku profil ekonomi Kabupaten Tulang Bawang.

4
II. LANDASAN KONSEPTUAL

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan

utama yaitu termanfaatkannya seluruh faktor produksi (full

employment) sehingga tingkat kesejahteraan meningkat yang

ditandai dengan menurunnya tingkat pengangguran, menurunnya angka

kemiskinan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya daya

beli masyarakat dan terkendalinya tingkat inflasi.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah

daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil

inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah

(beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan setiap

sumber daya yang ada) harus mampu menaksir potensi setiap

sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun

perekonomian daerah (Osborn dan Gaebler, 1992).

2.1 Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan

yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki

segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan

itu di diharapkan terdapat kenaikan pendapatan ril masyarakat yang

berlangsung untuk jangka panjang. Pembangunan ekonomi merupakan

suatu proses pembangunan yang terjadi terus-menerus yang bersifat

dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat dari sifat dan proses

pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi

bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan

ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini

ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total

atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan

5
jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total

dibagi dengan jumlah penduduk.

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses

multidimensional yang mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang

komprehensif baik ekonomi maupun non ekonomi (Arsyad, 2010). Tiga

nilai inti pembangunan (Todaro dan Smith, 2006) sekaligus

merupakan sasaran pembangunan utama yang minimal dan pasti ada

adalah:

1. Sustenance, Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian

atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup,

seperti perumahan, kesehatan dan lingkungan.

2. Self esteem, Mengangkat taraf hidup temasuk menambah dan

mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja,

pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang lebih besar

terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata bukan

hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, akan tetapi untuk

meningkatkan kesadaran akan harga diri baik individu maupun

nasional.

3. Freedom, Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi

semua individu dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari

sikap budak dan ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan

orang lain dan negara lain, tetapi dari sumber-sumber kebodohan

dan penderitaan.

Terdapat empat model pembangunan berdasarkan teori

pembangunan ekonomi yaitu (1) model pembangunan ekonomi yang

beorientasi pada pertumbuhan; (2) model pembangunan ekonomi yang

berorientasi pada penciptaan lapangan kerja; (3) model pembangunan

ekonomi yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan; serta (4)

model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan dasar. Berdasarkan empat model pembangunan tersebut,

6
semuanya bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan

barang-barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah

yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk

semua rumah tangga yang kemudian sampai batas maksimal (Dang dan

Peng, 2015).

2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu

proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan

industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada

untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar-

pasar baru, dan transformasi pengetahuan (Adisasmita, 2005:19).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan

sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)

dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan

pertumbuhan ekonomi wilayah. Hal yang mampu mendorong terjadinya

percepatan pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatnya

pertumbuhan ekonomi wilayah, atau dengan kata lain terjadinya

pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah,

yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di

wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Terdapat beberapa teori

pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah sebagai berikut:

a. Teori Pertumbuhan Klasik

Adam Smith adalah orang pertama yang membahas pertumbuhan

ekonomi secara sistematis. Inti ajaran Smith adalah agar

masyarakat diberi kebebasan yang seluas-luasnya dalam menentukan

7
kegiatan ekonomi yang terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith

sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa

ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan

ekonomi sampai tercapai posisi stationer (stationary state).

Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan

perekonomian. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan

menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optiml

dalam perekonomian.

Pemerintah tidak perlu terjun langsung dalam kegiatan

produksi dan jasa. Sementara peranan pemerintah adalah menjamin

keamanan dan ketertiban serta memberi kepastian hukum dan keadilan

bagi para pelaku ekonomi. John Maynard Keynes mengoreksi pandangan

Smith dengan mangatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang

stabil pemerintah perlu menerapkan kebijaksanaan fiskal,

kebijaksanaan moneter, dan

pengawasan langsung. Adam Smith

dan John Maynard Keyneys tetap

mengandalkan mekanisme pasar.

Perbedaanya adalah ada yang

menginginkan peran pemerintah

yang cukup besar tetapi ada pula

yang menginginkan peran


Wista 21, Makarti Tama
pemerintah haruslah sekecil

mungkin.

b. Teori Harrod-Domar dalam sistem regional

Teori pertumbuhan ekonomi harrod-domar, secara jelas

menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP (ΔY / Y) ditentukan

secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s) serta rasio

modal-output nasional. Secara lebih spesifik, persamaan itu

8
menyatakan bahwa tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat

pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara

positif berbanding lurus dengan rasio tabungan (yakni, semakin

banyak bagian-bagian GDP yang ditabung dan di investasikan, maka

akan lebih besar lagi pertumbuhan GDP yang dihasilkannya) dan

secara negative atau berbanding terbalik terhadap rasio modal-

output dari suatu perekonomian (yakni semakin besar rasio modal

out-put nasional atau k, maka tingkat pertumbuhan GDP akan semakin

rendah) (michael p.todaro, stephen c smith. 2003).

Teori ini dikembangkan pada waktu yang hamper bersamaan

oleh Roy F. Harrod (1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di

Amerika Serikat. Teori ini didasarkan atas asumsi: (a)

Perekonomian bersifat tertutup, (b) Hasrat menabung (MPS = s)

adalah konstan, (c) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap,

serta (d) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan

dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Atas dasar asumsi-

asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan

bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan

produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila

terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :

g = k= n,

Dimana:

g = growth (tingkat pertumbuhan output)

k = capital (tingkat pertumbuhan modal)

n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Dalam Model ini, kelebihan atau kekurangan tabungan dan

dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau arus

masuk. Pertumbuhan yang mantap tergantung pada apakah arus modal

9
dan tenaga kerja interregional bersifat menyeimbangkan atau tidak.

Pada model ini arus modal dan tenaga kerja searah karena

pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang (Robinson

Tarigan, 2004).

c. Teori Basis Ekonomi Teori basis ekspor murni dikembangkan


pertama kali oleh Tiebout.

Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang

terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non

basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous

artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah

dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan

lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat di Daerah itu sendiri. Analisis

basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan

basis (Richardson, 1991).

Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan

menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang

selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam

wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan

volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis

akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam

suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan

produk dari aktivitas non basis. Teori basis ekonomi mendasarkan

pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah

ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.

Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,

termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan

menghasilkan kekayaan Daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad,

1999).

10
Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu Daerah akan

mempunyai sektor unggulan apabila Daerah tersebut dapat

memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan Daerah lain

sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis basis

ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan

adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient

digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi

sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors). Dalam teknik

LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator

pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.

d. Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis).

Model pertumbuhan ini adalah perluasan dari teori basis

ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen.

Selain itu model basis ekspor hanya membahas Daerah itu sendiri

tanpa memperhatikan dampak dari Daerah tetangga. Model ini

memasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya maka

dinamakan model interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa

selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat

eksogen dan Daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri

dari beberapa Daerah yang berhubungan erat (Tarigan, 2004).

Dalam penelitian ini digunakan teori basis ekonomi karena

teori ini adalah bentuk model pendapatan yang paling sederhana dan

dapat bermanfaat sebagai sarana untuk memperjelas struktur daerah

yang bersangkutan, teori ini juga memberikan landasan yang kuat

bagi studi pendapatan regional dan juga dapat digunakan untuk

melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan

wilayah (Adisasmita, 2005).

11
2.3 Konsep dan Definisi Indikator Makroekonomi

Indikator makro ekonomi adalah statistik yang digunakan

untuk melihat perkembangan ekonomi saat ini dan saat yang akan

datang. Statistik tersebut diterbitkan secara periodik (umumnya

harian, bulanan, maupun tahunan) oleh pemerintah, lembaga-lembaga

ataupun organisasi-organisasi swasta. Indikator makro ekonomi

tersebut dipublikasikan berdasarkan atas pengamatan terhadap

industri-industri, wilayah/daerah, ataupun negara.

Fungsi utama indikator makro ekonomi adalah untuk

menganalisis

perkembangan ekonomi

saat ini dan untuk

memprediksi

perkembangan ekonomi

di masa yang akan

datang. Fungsi lain

dari indikator makro

ekonomi adalah untuk

mengatur atau mengubah

ekspektasi pasar. Oleh sebab itu, indikator makro ekonomi dapat

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pasar barang dan jasa,

pasar tenaga kerja, pasar valuta asing, pasar saham, dan pasar

bursa berjangka. Secara lebih spesifik, dalam rangka mencapai

tujuan penulisan buku ini, maka terdapat indikator-indikator makro

ekonomi yang perlu untuk diamati. Indikator-indikator dimaksud

adalah (1) Pertumbuhan Ekonomi, (2) PDRB per kapita, dan (3)

Inflasi.

12
1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat keberhasilan

pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu atau bisa

juga digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi suatu daerah pada

suatu periode tertentu. LPE ini dihitung berdasarkan data PDRB

atas dasar harga konstan. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Yit x 100%
r = - 100
Yit-1 %
Dimana:

r = laju pertumbuhan (%)


Yit = PDRB adhk tahun ke-t (nominal)
Yit-1 = PDRB adhk tahun sebelumnya (nominal)

Peranan/kontribusi sektor ekonomi: persentase (proporsi)

masing-masing sektor terhadap total PDRB ADHB, peran/kontribusi

masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai

tambah; melihat struktur perekonomian suatu wilayah. Sumber

pertumbuhan ekonomi: seberapa besar bagian dari masing-masing

sektor dalam penciptaan total laju pertumbuhan ekonomi. Rumus yang

digunakan adalah:

Yit - Yit-1
SOGit = x 100%
∑ Yit-1

SOGit = laju pertumbuhan sektor ke i pada tahun ke t (%)


Yit = PDRB adhk sektor ke-i pada tahun ke t (nominal)
Yit-1 = total PDRB adhk pada tahun sebelumnya (nominal)

PDRB perkapita: merupakan besaran untuk menunjukkan

besarnya pendapatan yang dapat dinikmati oleh setiap penduduk

secara rata-rata selama satu tahun. PDRB per kapita diperoleh

13
dari hasil bagi PDRB total Atas Dasar Harga Berlaku dengan jumlah

penduduk pada pertengahan tahun.

2. Produk Domestik Regional Bruto perkapita (PDRB perkapita)

Secara umum Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan

nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau

dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat

berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa

memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau

non-residen. PDRB disajikan atas dasar harga konstan dan atas

dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku menceritakan

nilai ekonomi yang tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan volume

produksi tetapi juga dipengaruhi oleh inflasi (harga).

Melalui distribusi nilai PDRB atas dasar harga berlaku

dapat diketahui struktur perekonomian suatu wilayah. Selain itu

kinerja perekonomian daerah yang dinilai dari pertumbuhan

ekonominya dapat diketahui melalui perkembangan nilai PDRB atas

dasar harga konstannya. Tiga pendekatan yang digunakan dalam

penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB):

a. Pendekatan produksi :

PDRB = Nilai Tambah Bruto (NTB) tujuh belas kategori

lapangan usaha

b. Pendekatan pendapatan :

PDRB = Balas jasa faktor produksi dalam suatu wilayah

c. Pendekatan pengeluaran :

PDRB = Permintaan akhir (konsumsi rumah tangga dan


lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, PMTB,
perubahan inventori, ekspor dan impor).

Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat dihitung

dengan menggunakan metode penghitungan NTB dengan cara:

14
a. Revaluasi: perkalian kuantum pada tahun berjalan dengan harga

pada tahun dasar;

b. Ekstrapolasi: perkalian nilai produksi pada tahun dasar dengan

indeks kuantum atau indeks produksi;

c. Deflasi: membagi nilai produksi pada tahun berjalan dengan

indeks harga tahun berjalan;

d. Double Deflasi : membagi nilai produksi dan biaya antara pada

tahun berjalan dengan indeks harga tahun berjalan.

Ada beberapa manfaat dari penghitungan PDRB antara lain,

untuk melihat keterbandingan antar daerah, untuk melihat

kesenjangan ekonomi antar daerah dan antar sektor, untuk melihat

potensi ekonomi yang masih bisa dikembangkan untuk meningkatkan

perekonomian di masing-masing daerah, PDRB juga digunakan sebagai

salah satu komponen dalam pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU).

Untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu wilayah umumnya

digunakan perhitungan PDRB perkapita baik atas dasar harga berlaku

maupun atas dasar harga konstan. Secara makro, indikator tersebut

cukup mewakili capaian pembangunan suatu wilayah. Perhitungan

PDRB perkapita adalah dengan membandingkan antara output yang

dihasilkan pada seluruh sektor ril dengan jumlah penduduk dalam

wilayah tersebut.

3. Inflasi

Untuk mengukur perubahan harga dari dua periode waktu yang

berbeda digunakan angka indeks harga. Angka indeks harga adalah

angka yang menunjukkan perbandingan harga dalam dua waktu yang

berbeda, sehingga angka indeks harga didefinisikan sebagai angka

perbandingan antara harga komoditi atau kelompok komoditi yang

terjadi pada suatu periode waktu dengan periode waktu yang telah

ditentukan. Karena data harga yang digunakan adalah harga

15
konsumen, maka indeks harga yang digunakan adalah Indeks Harga

Konsumen (IHK).

Untuk menghitung angka Indeks Harga Konsumen (IHK) ada

beberapa formula atau rumusan indeks yang dapat digunakan, seperti

indeks paasche, indeks fisher, indeks laspeyres, indeks berantai

dan sebagainya. Dalam penghitungan, rumusan indeks yang digunakan

adalah rumusan indeks laspeyres, karena dalam rumusan indeksnya

menggunakan kuantum yang tetap sesuai tahun dasar. Rumusan indeks

laspeyres dituliskan sebagai berikut:

∑ PnQ0
In = x 100%
∑ P0Q0

Dimana:
In = indeks bulan ke-n
Pn = harga jenis komoditi bulan ke-n
P0 = harga jenis komoditi tahun dasar
Q0 = kuantum jenis komoditi tahun dasar

Dengan pertimbangan bahwa perhitungan dilakukan secara

bulanan, serta dapat mengakomodir perubahan relatif dari setiap

harga komoditi yang termasuk dalam paket dari penghitungan IHK,

maka rumusan indeks laspeyres diatas dimodifikasi sedemikian rupa

sehingga menghasilkan rumusan indeks (Modified Laspeyres) (BPS,

2008) sebagai berikut:

16
Tahapan untuk menghitung inflasi, dimulai dengan menghitung

relatif harga (RH), kemudian menghitung nilai konsumsi (NK),

menghitung IHK, dan terakhir menghitung angka inflasi kabupaten.

Sedangkan untuk menghitung inflasi atau deflasinya digunakan

rumusan di atas.

17
III. PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG

Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses

multidimensi dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu

lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

(Pertumbuhan ekonomi, inflasi, PDRB perkapita,penurunan tingkat

kemiskinan dan pengangguran, meningkatnya Indeks Pembangunan

Manusia).

3.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ril PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan

ekonomi (economic growth), yang menggambarkan kinerja pembangunan

di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Tulang Bawang dari tahun

2018 sampai 2022 secara rata-rata mencapai 3,25 persen, dengan

masing-masing pertumbuhan sebesar 5,42 persen (2018); 5,41 persen

(2019); -1,34 persen (2020); 2,88 persen (2021); dan 3,92 persen

(2022).

Berdasarkan harga konstan, angka PDRB mengalami

peningkatan, dari 16,06 triliun rupiah pada tahun 2021 menjadi

16,69 triliun rupiah pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa

selama tahun 2022 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang

tumbuh sebesar 3,92 persen.

Pada tahun 2022, secara umum perekonomian Kabupaten Tulang

Bawang tumbuh dengan pertumbuhan yang positif, namun ada beberapa

kategori lapangan usaha yang mengalami kontraksi (pertumbuhannya

negatif). Lapangan usaha yang mengalami kontraksi yaitu kategori

Jasa Keuangan dan Asuransi serta kategori Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Pertumbuhan

tertinggi dicapai oleh sektor jasa lainnya sebesar 31,08 persen.

18
Hal ini sejalan dengan
Gamabr 1. Kontribusi per Lapangan Usaha Terhadap
PDRB Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2022
fenomena yang terjadi di
8,96%
10,81%
Kabupaten Tulang Bawang 35,70%

25,21%
seperti meningkatnya

pengunjung tempat-tempat

rekreasi dibandingkan
Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan Konstruksi

tahun 2021 dan penambahan

pusat jajanan serba ada di beberapa daerah di Kabupaten Tulang

Bawang (BPS Tulang Bawang, 2023:90).

Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tulang Bawang


Menurut lapangan usaha 2018-2022
Komponen 2018 2019 2020 2021 2022
Pertanian, kehutanan, dan perikanan 1,49 1,16 0,56 0,01 0,70
Pertambangan dan penggalian 7,45 2,18 3,04 0,13 2,26
Industri Pengolahan 9,99 12,93 -2,89 6,82 4,73
Pengadaan Listrik dan Gas 6,06 5,80 3,67 2,20 3,12
Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, 4,22 9,90 5,62 9,41 2,90
dan daur ulang
Konstruksi 8,20 2,61 -4,47 2,51 5,33
Perdagangan besar dan eceran. Reparasi 6,90 7,22 -6,85 4,68 9,09
mobil dan sepeda motor
Transportasi dan pergudangan 5,67 3,47 -3,57 4,54 10,67
Penyediaan akomodasi makan minum 9,91 6,11 -2,78 0,94 7,28
Informasi dan komunikasi 8,11 9,97 8,82 4,10 6,04
Jasa keuangan dan asuransi 1,39 1,56 8,45 0,66 -0,72
Real estate 3,35 3,67 -3,10 1,87 5,19
Jasa perusahaan 2,04 3,97 -1,39 1,02 9,29
Administrasi pemerintahan, pertahanan dan 5,62 4,78 3,48 2,94 -0,78
jaminan sosial
Jasa pendidikan 9,08 8,22 0,45 2,55 3,69
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 6,24 2,95 7,29 4,03 0,78
Jasa lainnya 9,06 6,45 -4,63 -2,38 31,08
Pertumbuhan Ekonomi 5,42 5,41 -1,34 2,88 3,92
Sumber: BPS Tulang Bawang, 2023

Struktur perekonomian Kabupaten Tulang Bawang pada tahun

2022 masih didominasi oleh kategori pertanian, kehutanan, dan

perikanan dengan distribusi mencapai 35,70 persen, kemudian

disusul oleh kategori industri pengolahan sebesar 25,21 persen.

Kategori perdagangan serta konstruksi secara berturut-turut

menyumbangkan angka sebesar 10,81 persen dan 8,96 persen.

Sementara itu, peranan sektor lainnya masing-masing masih di bawah

5 persen.

19
Tabel 3.2 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Tulang Bawang 2018-2022
Komponen 2018 2019 2020 2021 2022
Pertanian, kehutanan, dan perikanan 38,92 37,48 38,30 37,30 35,70
Pertambangan dan penggalian 1,11 1,07 1,12 1,08 1,08
Industri Pengolahan 23,18 24,57 24,23 25,05 25,21
Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Konstruksi 9,30 9,05 8,60 8,73 8,96
Perdagangan besar dan eceran. Reparasi mobil dan sepeda motor 10,11 10,49 10,00 10,15 10,81
Transportasi dan pergudangan 3,87 3,75 3,68 3,87 4,35
Penyediaan akomodasi makan minum 1,41 1,41 1,37 1,33 1,38
Informasi dan komunikasi 3,24 3,34 3,61 3,47 3,54
Jasa keuangan dan asuransi 1,20 1,15 1,24 1,26 1,23
Real estate 2,01 2,04 2,03 1,98 1,98
Jasa perusahaan 0,05 0,05 0,05 0,04 0,05
Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial 2,81 2,76 2,88 2,83 2,70
Jasa pendidikan 1,82 1,88 1,91 1,91 1,96
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 0,42 0,41 0,44 0,45 0,44
Jasa lainnya 0,40 0,40 0,38 0,36 0,47
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Tulang Bawang, 2023

3.2 Inflasi

Inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan

terus-menerus. Inflasi yang tinggi dan tidak stabil menyebabkan

pendapatan riil masyarakat turun, menciptakan ketidakpastian

pengambilan keputusan pelaku ekonomi, dan menciptakan ekonomi

biaya tinggi. Melalui peran Tim Pengendalian Inflasi di pusat dan

TPID di seluruh provinsi dan di kabupaten/kota diharapkan kenaikan

harga yang mengarah ke inflasi lebih cepat dikenali dan diatasi.

Salah satu ciri inflasi, khususnya komoditas pangan adalah

karena kurangnya pasokan yang disebabkan oleh gangguan produksi,

distribusi, dan perubahan kebijakan pemerintah. Dari karakteristik

ini, maka cara yang cukup efektif untuk mengatasinya adalah kerja

sama dan koordinasi antara Bank Indonesia dan pemerintah dalam hal

harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan.

20
Nilai PDRB

Kabupaten Tulang

Bawang atas dasar

harga berlaku pada

tahun 2022 mencapai 26

triliun rupiah.

Secara nominal, nilai

PDRB ini mengalami

peningkatan 1,83

triliun rupiah

dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 24,16 triliun rupiah.

Naiknya nilai PDRB ini dipengaruhi oleh fluktuasi harga yang

cenderung meningkat.

Secara umum perkembangan tingkat inflasi di Kabupaten

Tulang Bawang periode tahun 2018 hingga 2022 secara rata-rata

sebesar 2,24 persen. Berikut disajikan data laju inflasi Kabupaten

Tulang Bawang yang dihitung berdasarkan PDRB Deflator.

Tabel 3.3 Laju Inflasi Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2018-2022

Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK PDRB Deflator Inflasi

2017 19.861.020,48 14.242.028,88 139,453589


2018 21.481.669,90 15.014.468,80 143,073126 2,60
2019 23.063.585,90 15.826.209,50 145,730321 1,86
2020 23.082.157,30 15.614.891,90 147,821435 1,43
2021 24.164.764,60 16.064.500,90 150,423376 1,76
2022 25.998.560,80 16.694.180,60 155,734273 3,53
Sumber: BPS Tulang Bawang, 2020 (data diolah)

Tahun 2019, Kabupaten Tulang Bawang mengalami deflasi

sebesar 0,52 persen dengan nilai sebesar 1,86 persen. Kemudian

terjadi kontraksi hebat pada tahun 2020 yang menyebabkan deflasi

dengan nilai 1,43. Kondisi tersebut terjadi karena penurunan

pertumbuhan pada beberapa sektor ril, seperti konstruksi,

21
transportasi, sektor jasa seperti jaminan sosial, kasehatan, jasa

pendidikan, dan jasa lainnya. Selain itu dari aspek pengeluaran,

tingkat konsumsi masyarakat juga mengalami pertumbuhan yang

menurun pada tahun 2020 dengan tingkat pertumbuhan konsumsi rumah

tangga perkapita sebesar 3,11 persen atau turun sebesar 13,84

persen dari tahun 2019.

Hingga triwulan III tahun 2022, perekonomian Kabupaten

Tulang Bawang berangsur meningkat yang berdampak pada meningkatnya

daya beli masyarakat, sehingga laju inflasi pada tahun tersebut

meningkat diatas 100 persen dengan tingkat inflasi sebesar 3,53

persen (inflasi ringan).

3.3 PDRB Perkapita

Tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum bisa

ditunjukkan dengan

tinggi rendahnya
Gambar 2 Inflasi Kabupaten Tulang
tingkat pendapatan Bawang 3,53
perkapita suatu
2,6
wilayah. Semakin
1,86 1,76
tinggi tingkat
1,43
pendapatan perkapita

suatu wilayah
2018 2019 2020 2021 2022
menunjukkan semakin

tinggi pula tingkat kesejahteraan penduduknya. Sebaliknya,

semakin rendah pendapatan perkapita suatu wilayah menunjukkan

semakin rendah tingkat kesejahteraan penduduknya.

22
Tabel 3.4 PDRB Perkapita Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2018-2022 (Juta Rp)
PDRB 2018 2019 2020 2021 2022
PDRB ADH Berlaku 21.481.669,86 23.063.585,89 23.082.157,34 24.164.764,55 25.998.560,09
Penduduk 445.797 451.646 429.925 430.630 431.208
PDRB Perkapita 48,19 51,07 53,69 56,11 60,29
PDRB ADH Konstan 15.014.468,79 15.826.209,47 15.614.891,94 16.064.500,85 16.694.180,63
Penduduk 445.797 451.646 429.925 430.630 431.208
PDRB Perkapita 33,68 35,04 36,32 37,30 38,71
Sumber: BPS Tulang Bawang, 2023

PDRB Per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai

PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. PDRB perkapita

Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2018 sampai 2022 terus

mengalami peningkatan. Pada tahun 2022, PDRB perkapita ADHB

Kabupaten Tulang Bawang mengalami peningkatan 7,44 persen dengan

nilai PDRB perkapita sebesar 60,29 Juta Rupiah. Sedangkan PDRB

perkapita ADHK Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2022 sebesar 38,71

Juta Rupiah, dengan peningkatan sebesar 3,78 persen.

PDRB perkapita Kabupaten Tulang Bawang menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan kenaikan jumlah

penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap

penduduk Tulang Bawang rata-rata mampu menciptakan PDRB atau

(nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun

tersebut.

3.4 Indikator Lainnya


3.4.1 Kemiskinan
Perkembangan kesejahteraan masyarakat dapat tercermin dalam

angka kemiskinan yang merupakan salah satu persoalan serius dan

tidak diharapkan oleh semua orang. Selama kurun waktu 2018-2022

persentase penduduk miskin di Kabupaten Tulang Bawang cenderung

mengalami penurunan, hal ini menunjukkan adanya keberhasilan

pemerintah dalam penanganan kemiskinan.

Pada tahun 2022 prosentase penduduk miskin turun 12,93

persen dengan nilai sebesar 8,42 persen. Untuk lebih jelasnya

23
gambaran umum mengenai angka kemiskinan di Kabupaten Tulang Bawang

dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tulang Bawang 2018-2022


No Uraian Tahun
2018 2019 2020 2021 2022
1. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) 43.100 42.060 42.430 44.530 39.190
2. Angka Kemiskinan (%) 9,70 9,35 9,33 9,67 8,42
3. Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bln) 384.465 393.676 438.744 456.567 486.739
Sumber: BPS Tulang Bawang, 2023 (diolah)

Secara umum, pada periode 2018 sampai 2022, perkembangan

penduduk miskin di Kabupaten Tulang Bawang cenderung mengalami

penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase. Pada tahun

2020, persentase penduduk miskin menurun

menjadi 9,33 persen. Namun secara absolut, jumlah penduduk miskin

sedikit bertambah menjadi 42,43 ribu orang dibandingkan dengan

tahun 2019 yang sebanyak 42,06 ribu orang.

Tahun 2021 persentase penduduk miskin meningkat sebesar

3,64 persen. Kenaikan tersebut dipicu oleh kenaikan harga

kebutuhan pokok yang terlihat dari garis kemiskinan yang meningkat

cukup signifikan yaitu mencapai 11,45 persen pada tahun 2021.

Selanjutnya di akhir
Gambar 3. Persentase Penduduk Miskin
tahun 2022, angka

kemiskinan kembali turun


9,7 9,67
yang diikuti dengan
9,35 9,33
meningkatnya pertumbuhan

konsumsi rumah tangga

sebesar 4,43 persen 8,42


serta meningkatnya upah

minimum Tulang Bawang


2018 2019 2020 2021 2022
tahun 2022. Penggunaan

konsumsi akhir rumah tangga meningkat terutama dipicu oleh

24
meningkatnya konsumsi makanan, minuman, dan rokok sebesar 56,47

persen dan konsumsi transportasi, komunikasi, dan rekreasi sebesar

20,02 persen.

3.4.2 Ketenagakerjaan

Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang secara

berkesinambungan melakukan mobilisasi mengenai pentingnya

pemberdayaan mengingat tujuan akhir dari pemberdayaan adalah

menciptakan masyarakat yang berdaya secara ekonomi. Perkembangan

beberapa indikator ketenagakerjaan sepanjang tahun 2018 s.d. 2022

menunjukkan kemajuan.

Tabel 3.6 Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Tulang Bawang


Indikator 2018 2019 2020 2021 2022
Angkatan Kerja (Orang) 215.379 223.99 232,47 230.773 225.601
Bekerja 210.149 215,02 221,23 221.307 217.660
Pengangguran Terbuka 5.230 8.989 11.240 9.466 7.941
Bukan Angkatan Kerja (Orang) 90.990 104.03 100.450 107.030 117.027
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 70,30 68,29 69,83 65,51 71,04
Tingkat Pengangguran (%) 2,01 4,01 4,84 2,80 2,59
Sumber: TBDA 2023, BPS Tulang Bawang (diolah)

Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2022 sebanyak 225,6 ribu

orang, turun sebanyak 5.172 orang dibanding Agustus 2021.

Komponen pembentuk Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan

pengangguran. Pada Agustus 2021, sebanyak 217,6 ribu orang

penduduk bekerja, sedangkan sebanyak 7,9 ribu orang penduduk

menganggur. Dibandingkan dengan Agustus 2021, Penduduk yang

bekerja mengalami peningkatan sebanyak 77 orang dan pengangguran

terbuka turun sebanyak 1.744 pengangguran.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Agustus 2021

tercatat sebesar 65,51 persen, turun 6,18 persen dari Agustus

2020. Angka TPAK ini masih lebih kecil dari TPAK Provinsi Lampung

yang mencapai 70,16 persen, yang meningkat sebesar 1,09 persen

poin dari Agustus 2020. Kemudian meningkat kembali sebesar 8,44

persen atau sebesar 71,04 persen.

25
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang

dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang

tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. Tingkat

Pengangguran Terbuka Kabupaten Tulang bawang pada Agustus 2022

sebesar 2,59 persen turun sebesar 7,5 persen dari tahun 2021.

Gambar 4. Tingkat Pengangguran Terbuka 2018 - 2022

4,67

4,04 4,03
4,69 4,52
4,84

4,01

Tulang
2,8
2,59 Bawang

2,01
Lampung

2018 2019 2020 2021 2022


Tulang Bawang 2,01 4,01 4,84 2,8 2,59
Lampung 4,04 4,03 4,67 4,69 4,52

Sumber: BPS Tulang Bawang, 2023

3.4.3 Incremental Capital Output Ratio

”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan

rasio investasi kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh

(output) dengan menggunakan investasi tersebut. ICOR juga bisa

diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan

sejumlah output (keluaran).

Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat

oleh manusia dari sumber daya alam untuk digunakan secara terus

menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan output

adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi

(produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter ”Nilai

26
Tambah”. Dengan menggunakan rasio ini maka ICOR mampu menjelaskan

perbandingan antara penambahan kapital terhadap output atau yang

diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu unit nilai output

(keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit.

Gambar 5. Incremental Capital Output Ratio

6,74
6,78 12,55

9,19
2018
2019
2020
2021
2022

-25,42

Sumber: BPS Tulang Bawang, 2023

Besaran ICOR pada tahun 2018-2019 terus mengalami

peningkatan yaitu sebesar 6,74 dan 6,78. Pada tahun 2020 besaran

ICOR menyentuh angka negatif, yaitu sebesar -25,42. Perubahan yang

menurun ini disebabkan oleh menurunnya besaran nilai PDRB ADHK

2010 akibat wabah Covid-19. Kenyataan yang terjadi Kabupaten

Tulang Bawang masih sangat membutuhkan banyak investasi untuk

mendongkrak perekonomian Tulang Bawang. Kabupaten Tulang Bawang

kaya akan potensi sumber daya alam, namun pemanfaatannya masih

kurang optimal karena kurangnya investasi yang masuk. Investasi di

semua sektor seperti pariwisata, angkutan, dan pertanian selain

mampu meningkatkan produksi, juga dapat menyerap tenaga kerja.

Pada tahun 2021, besaran ICOR sebesar 12,55. Hal ini

berarti bahwa untuk meningkatkan satu satuan output PDRB

27
diperlukan investasi sebesar 12,55 satuan. Berdasarkan nilai ICOR,

dapat dikatakan bahwa perekonomian Tulang Bawang di tahun 2021

belum efisien karena masih membutuhkan banyak investasi untuk

mendongkrak perekonomian Tulang Bawang. Namun pada tahun 2022

nilai ICOR justru mengalami penurunan menjadi 9,19. Tulang Bawang

kaya akan potensi sumber daya alam, investasi yang masuk

diharapkan mendukung hilirisasi produk agar meningkatkan nilai

tambah komoditas.

3.4.4 Indeks Pembangunan Manusia

Pengeluaran perkapita penduduk tahun 2022 mengalami

peningkatan sebesar 3,5 persen dari tahun sebelumnya sebesar

10.735.000 rupiah pertahun menjadi 11.114.000 rupiah pertahun.

Kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya nilai IPM di Kabupaten

Tulang Bawang.

Gambar 6. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tulang Bawang

70,45

69,9
69,57 69,69
69,53

69,02
Tulang Bawang 68,73
68,52
Provinsi 68,23

67,7

2018 2019 2020 2021 2022

Indikator lain pembentuk Indeks Pembangunan Manusia yang

mengalami peningkatan adalah angka harapan lama sekolah yang

meningkat sebesar 5,27 persen dengan nilai 12,53 tahun atau hingga

jenjang pendidikan menengah atas. Selain itu angka harapan hidup

28
juga meningkat sebesar 0,299 persen. Tahun 2021 angka harapan

hidup masyarakat sebesar 70,01 tahun kemudian tahun 2022 menjadi

70, 22 tahun. Nilai indeks pembangunan manusia Kabupaten Tulang

Bawang meningkat 1,16 persen pada tahun 2022 dengan nilai indeks

sebesar 69.53.

29
IV. EKONOMI SEKTORAL

Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Tulang Bawang akibat

proses pembangunan ekonomi yang terjadi pada periode 2018 sampai

2022, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan

maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran

akhir. Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh

perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat

peningkatan perdagangan internasional.

4.1 Aspek Permintaan (Demand Sides)

PDRB yang disusun melalui pendekatan pengeluaran

menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah digunakan atau

dimanfaatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di dalam

wilayah maupun untuk memenuhi kebutuhan di luar wilayah. PDRB

menurut penggunaan atau pengeluaran biasa disebut sebagai PDRB

yang ditinjau dari sisi permintaan (demand sides).

Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB

adalah pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan

ekonomi (economic growth), yang menggambarkan kinerja pembangunan

di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Tulang Bawang dari tahun

2018 sampai 2022 secara rata-rata mencapai 3,26 persen, dengan

masing masing pertumbuhan sebesar 5,42 persen (2018); 5,41 persen

(2019); -1,34 persen (2020); 2,88 persen (2021); dan 3,92 persen

(2022). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2018 yakni

sebesar 5,42 persen, sebaliknya yang terendah sebesar (-1,34) yang

terjadi pada tahun 2022.

30
4.1.1 Konsumsi Akhir Rumah Tangga

Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ADH Konstan

selama tahun 2018-2019 berfluktuatif yaitu sebesar 5,95 - 5,67

persen. Namun pada tahun 2020, ketidakstabilan kondisi

perekonomian akibat pandemi Covid-19 sangat dirasakan oleh rumah

tangga sehingga konsumsi rumah tangga sebagai penopang utama

perekonomian melambat secara signifikan di tahun 2020 yaitu

mengalami kontraksi sebesar 1,08. Dan pada tahun 2021 konsumsi

rumah tangga perlahan tumbuh sebesar 2,37 persen seiring dengan

mulai berangsur pulihnya perekonomian. Tahun 2022 tumbuh lebih

tinggi lagi sebesar 4,43 persen.

Gambar 7. Pertumbuhan Konsumsi Akhir Rumah Tangga

5,95
5,67

4,43

2,37

-1,08

2018 2019 2020 2021 2022

31
Gambar 8. Pertumbuhan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Kabupaten Tulang Bawang 2018-2022

Makanan

Pakaian

Perumahan

Kesehatan Pendidikan

Transportasi

Hotel Restoran 2018 2019 2020 2021


Lainnya 2022
2018 2019 2020 2021 2022
Makanan 54,4 54,63 55,39 55,47 56,47
Pakaian 3,92 3,82 3,65 3,66 3,52
Perumahan 9,48 9,42 9,52 9,63 9,38
Kesehatan Pendidikan 4,57 4,49 4,74 4,72 4,49
Transportasi 21,3 21,4 20,57 20,21 20,02
Hotel Restoran 1,61 1,65 1,57 1,54 1,51
Lainnya 4,72 4,59 4,57 4,77 0

Mulai tahun 2020 terjadi pergeseran proporsi, dimana

kelompok makanan, minuman, dan rokok; perumahan, perkakas,

perlengkapan dan penyelenggaraan rumah tangga; kesehatan dan

pendidikan menjadi meningkat. Sedangkan kelompok lain yang

sebagian besar merupakanpengeluaran pada kelompok “leissure”,

proporsinya cenderung berkurang. Pengurangan aktivitas di luar

rumah dan adaptasi normal baru serta meningkatnya kesadaran akan

kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan proporsi kelompok

makanan, minuman, dan rokok; perumahan, perkakas, perlengkapan dan

penyelenggaraan rumah tangga; kesehatan dan pendidikan.

4.1.2 Konsumsi Akhir Pemerintah

Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah

menunjukan peningkatan baik untuk ADH Berlaku maupun ADH Konstan

2010. Pada tahun 2018 total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah

32
ADH Berlaku sebesar Rp 1.051.335,00 juta, kemudian terus mengalami

peningkatan hingga pada tahun 2022 nilainya mencapai

Rp1.156.523,00 juta. Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah

ADH Konstan 2010, yang juga mengalami peningkatan pada masing-

masing tahun, kecuali di tahun 2020 dan 2022 yang mengalami

penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa secara riil terjadi

kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas selama tahun

2018, 2019, dan 2021 dan mengalami penurunan di tahun 2020 dan

2022.

Gambar 9. Pertumbuhan Konsumsi Akhir Pemerintah

4,89
4,85
4,79
4,74

4,45

2018 2019 2020 2021 2022

Menarik untuk dicermati lebih lanjut, berbeda dengan jumlah

total pengeluaran konsumsi pemerintah yang terus mengalami

peningkatan, ternyata proporsi pengeluaran akhir pemerintah

terhadap PDRB justru terus mengalami penurunan. Pada tahun 2018

proporsi konsumsi pemerintah mencapai 4,89 persen yang kemudian

terus menurun mencapai 4,79 persen di tahun 2019. Pada tahun 2020,

proporsi terhadap pdrb meningkat menjadi 4,85 persen, dan menurun

kembali di tahun 2021 dan 2022 menjadi 4,74 persen dan 4,45

persen.

33
4.1.3 Pembentukan Modal Tetap Bruto

Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian

PDRB menurut pengeluaran lebih menjelaskan tentang bagian dari

pendapatan (income) yang direalisasikan menjadi investasi (fisik).

Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran

dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan

sebagai investasi fisik (kapital). Fungsi kapital adalahsebagai

input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi

pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari

produksi domestik maupun dari impor.

Pada periode 2018-2022, pertumbuhan komponen PMTB cukup

berfluktuatif. Pertumbuhan PMTB pada masing-masing komponen sangat

bervariasi antar tahunnya. Sub komponen bangunan merupakan

komponen dengan proporsi terbesar dalam pembentukan modal tetap

yaitu sekitar 63,29-63,96 persen. Proporsi non bangunan terhadap

total PMTB relatif berfluktuasi selama periode 2018–2022 sebesar

36,22-37,04 persen (tabel 12). Perubahan yang terjadi pada

proporsi tersebut tidak lepas dari pengaruh pertumbuhan yang

terjadi pada masing masing sub komponen PMTB tersebut. Pertumbuhan

“riil” sub komponen bangunan pada tahun 2018 sebesar 9,97 persen,

menurun menjadi 5,65 persen (2019) kemudian melambat 5,17 persen

(2019). Tahun 2020, sub komponen bangunan mengalami kontraksi

sebesar 1,66 persen. Hal ini dipengaruhi oleh penundaan proyek

pembangunan konstruksi akibat pandemi Covid-19. Seiring

berjalannya waktu pada tahun 2021, sub komponen bangunan mengalami

peningkatan sebesar 4,99 persen karena mulai berjalan kembali

proyek pembangunan konstruksi yang sempat tertunda pada tahun

2020. Dan pada tahun 2022 sub komponen bangunan tumbuh sebesar

2,03 persen.

34
Gambar 10. Pertumbuhan PMTB
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2018-2022

7,89 6,55 5,11 3,5

9,97
4,99
5,17
2,03
Non Bangunan

Bangunan
2018 2019 2020 2021 2022

-1,66

-3,62

4.2 Aspek Penawaran (Supply Sides)

Seluruh barang dan jasa yang dihasilkan (output) dalam

sebuah wilayah merupakan barang dan jasa akhir yang siap

digunakan. Dalam beberapa literatur dikatakan bahwa barang dan

jasa yang dihasilkan merupakan penyediaan produk akhir yang

diproduksi dalam upaya pemenuhan permintaan dalam suatu wilayah

maupun di luar wilayah. Nilai akumulasi dari seluruh produk akhir

dari barang dan jasa merupakan Produk Domestik Regional Bruto dari

sisi penawaran (supply sides). Peningkatan PDRB berdasarkan

lapangan usaha umumnya terjadi karena adanya peningkatan dari

faktor-faktor produksi seperti Tenaga Kerja (L), Modal (K), serta

adanya penurunan biaya produksi sebagai dampak dari pemanfaatan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

35
4.2.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan kategori

dengan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Tulang Bawang.

Terbukti selama 5 tahun terakhir kategori ini mendominasi

perekonomian Kabupaten Tulang Bawang dengan kontribusi di atas 30

persen. Kontribusi kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

terhadap PDRB pada tahun 2022 atas dasar harga berlaku mencapai

9,28 triliun rupiah atau sebesar 35,70 persen.

Sejak tahun 2018 kontribusi kategori Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan terhadap PDRB relative menurun. Tercatat dalam

rentang waktu 2018 hingga 2019 kontribusi kategori Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan terhadap PDRB menurun dari 38,93 persen

menjadi 37,48 persen. Pada tahun 2020 kontribusi kategori

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terhadap PDRB mengalami

peningkatan menjadi 38,30 persen. Pada tahun 2021, kontribusi

kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan kembali mengalami

penurunan menjadi 37,30 persen.

Gambar 11. Pertumbuhan Sektor Pertanian,


Kehutanan dan Perikanan
1,49

1,16

0,7
0,56

0,01

2018 2019 2020 2021 2022

36
Pertumbuhan ril sektor pertanian sejak tahun 2018 hingga

tahun 2021 mengalami penurunan, dimana penurunan tajam terjadi

pada tahun 2021 sebesar 98 persen. Terjadinya penurunan laju

pertumbuhan didorong oleh turunnya produktivitas untuk beberapa

komoditas unggulan seperti komoditas perkebunan sawit turun

sebesar 46 persen dan karet turun sebesar 25,34 persen.

4.2.2 Industri Pengolahan

Industri pengolahan merupakan kategori dengan kontribusi

terbesar kedua setelah kategori Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan. Kontribusi kategori Industri pengolahan terhadap PDRB

pada tahun 2022 atas dasar harga berlaku mencapai 6,55 triliun

rupiah atau sebesar 25,21 persen. Sejak tahun 2018 kontribusi

kategori Industri pengolahan terhadap PDRB memiliki tren yang

meningkat. Pada tahun 2018 hingga 2022 kontribusi kategori

Industri pengolahan terhadap PDRB meningkat dari 23,18 menjadi

25,21 persen.

Gambar 12. Pertumbuhan Ril Industri Pengolahan


12,93

9,99

6,82

4,73

-2,89

2018 2019 2020 2021 2022

Selain kontribusinya yang meningkat, Laju pertumbuhan

kategori industri pengolahan dari tahun 2018-2019 juga meningkat.

Pada tahun 2020, kategori industri pengolahan menurun menyebabkan

37
pertumbuhannya negative sebesar 2,89 persen. Penurunan ini

disebabkan karena dampak dari pandemi covid-19 yang mengakibatkan

turunnya permintaan sehingga produksi menurun. Pada tahun 2022,

pertumbuhan kategori ini perlahan mulai membaik sehingga dapat

tumbuh sebesar 4,73 persen.

4.2.3 Perdagangan

Selama 5 tahun terakhir, Kategori Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor menyumbang hampir 10

persen tiap tahun terhadap perekonomian Kabupaten Tulang Bawang.

Pada tahun 2022, kontribusi kategori ini sebesar 10,81 persen.

Laju pertumbuhan kategori ini selama lima tahun terakhir (2018-

2022) yaitu berturut-turut sebesar 6,90 persen; 7,22 persen; -6,85

persen; 4,68 persen; dan 9,09 persen. Berdasarkan tren tersebut,

terlihat bahwa pertumbuhan perdagangan besar dan eceran; reparasi

mobil dan sepeda motor di Tulang Bawang mengalami fluktuasi.

Gambar 13. Pertumbuhan Sektor Perdagangan

9,09

6,9 7,22

4,68

2018 2019 2020 2021 2022

-6,85

Laju pertumbuhan pada tahun 2020 mengalami kontraksi. Hal

ini disebakan karena pandemi covid-19 yang mengakibatkan aktivitas

terbatas sehingga minimnya pembeli dan pelanggan. Kategori

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

38
merupakan sektor yang paling terdampak akibat covid-19 dengan

kontraksi tertinggi mencapai 6,85 persen diantara kategori

lainnya. Pada tahun 2021, laju pertumbuhan sektor ini perlahan-

lahan mulai membaik sehingga dapat tumbuh sebesar 4,68 persen, dan

pada tahun 2022 sebesar 9,09 persen.

39
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Pada tahun 2022, secara umum perekonomian Kabupaten Tulang

Bawang tumbuh dengan pertumbuhan yang positif. Berdasarkan harga

konstan, angka PDRB meningkat dari 16,06 triliun rupiah pada tahun

2021 menjadi 16,69 triliun rupiah pada tahun 2022. Hal ini

menunjukkan bahwa selama tahun 2022 pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Tulang Bawang tumbuh sebesar 3,92 persen.

Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tulang

Bawang pada tahun 2022 dihasilkan oleh lapangan usaha Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan, yaitu mencapai 35,70 persen. Angka ini

menurun dari tahun sebelumnya. Lapangan usaha pemberi kontribusi

terbesar kedua adalah Industri Pengolahan sebesar 25,21 persen.

Lapangan usaha pemberi kontribusi terbesar ketiga adalah

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

sebesar 10,81 persen. Berikutnya lapangan usaha Konstruksi sebesar

8,96 persen. Lapangan usaha lainnya memberikan kontribusi dibawah

5 persen.

Berdasarkan aspek pengeluaran, nampak bahwa konsumsi Rumah

Tangga memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB

Kabupaten Tulang bawang tahun 2022 yaitu sebesar 60,41 persen.

Kemudian urutan kedua ditempati oleh PMTB yang memberikan

kontribusi sebesar 36,32 persen. Sedangkan Konsumsi Pemerintah,

konsumsi LNPRT, perubahan inventori dan net ekspor menempati

urutan ketiga dengan kontribusi sebesar 3,27 persen.

PDRB per kapita Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2018

sampai 2022 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2022, PDRB

per kapita ADHB Kabupaten Tulang Bawang sebesar 60,29 juta rupiah.

40
Sedangkan PDRB per kapita ADHK Kabupaten Tulang Bawang sebesar

38,71 juta rupiah.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Agustus 2021

tercatat sebesar 65,51 persen, turun 6,18 persen dari Agustus

2020. Angka TPAK ini masih lebih kecil dari TPAK Provinsi Lampung

yang mencapai 70,16 persen, yang meningkat sebesar 1,09 persen

poin dari Agustus 2020. Kemudian meningkat kembali sebesar 8,44

persen atau sebesar 71,04 persen di tahun 2022. Tingkat

Pengangguran Terbuka Kabupaten Tulang bawang pada Agustus 2022

sebesar 2,59 persen turun sebesar 7,5 persen dari tahun 2021.

Tingkat kemiskinan secara persentase mengalami penurunan

pada tahun 2022 sebesar 12,92 persen. Kondisi tersebut terjadi

karena jumlah penduduk miskin pada tahun 2022 turun sejumlah 5.340

orang.

5.2 Saran

Perekonomian Kabupaten Tulang Bawang yang semakin membaik

menunjukkan bukti bahwa berbagai kebijakan yang dilakukan

pemerintah daerah bersama masyarakat berangsur memberikan dampak

positif. Hal yang menjadi penting adalah bagaimana secara

bersama-sama (pemerintah daerah dan masyarakat) membangun komitmen

kuat untuk terus meningkatkan pembangunan ekonomi di Kabupaten

Tulang Bawang melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

sehingga tercipta berbagai cara baru (inovasi) dalam mempercepat

proses pembangunan.

Perlu dilkukan sebuah terobosan dalam menggenjot

perekonomian khususnya pengembangan sektor-sektor yang terlihat

kurang produktif pada struktur PDRB Kabupaten Tulang Bawang.

Salah satu diantaranya adalah sektor jasa lainnya. Pengembangan

destinasi wisata, pengembangan pengelolaan serta pembinaan

41
industri pengolahan, manajemen perdagangan, serta pendampingan

terhadap seluruh pelaku ekonomi menengah ke bawah dirasakan perlu

dilakukan sebagai stimulant.

Aspek terakhir yang tidak kalah penting dalam pembangunan

ekonomi daerah adalah kualitas Sumber Daya Manusia yang

berkualitas dimana kebutuhan akan pendidikan dan kesehatan harus

dioptimalkan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan, Edisi 5. UPP STIM YKPN. Yogyakarta;

----------. 2016. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi 3. BPFE.


Yogyakarta;

Baland, Jean-Marie et al. 2009. Governance and Development. Papers as a chapter in


Handbook of Development Economics. Harvard University, Department of
Government and IQSS, 1737 Cambridge St., Cambridge MA02138;

Statistik, Badan Pusat. 2020. Produk Domestik Regional Bruto Tulang Bawang
Berdasarkan Lapangan Usaha 2016-2020. BPS Kabupaten Tulang Bawang,
Lampung;

Statistik, Badan Pusat. 2020. Produk Domestik Regional Bruto Tulang Bawang
Berdasarkan Pengeluaran 2016-2020. BPS Kabupaten Tulang Bawang, Lampung;

Dang, G. dan Peng, L. Sue. 2015. (Chapter 2: Theoriest of Economic Development),


dalam Dang G dan L Sue Peng (Eds). Infrastructure Investment in Developing
Economies. DOI 10.1007/978-981-287-248-7_2. Springer Science Bussiness Media.
Singapore;

Hagemann, Harald. 2013. Schumpeter’s Theory of Economic Development. Material’s


Colledge Study of University of Hohenheim. Stuttgart;

Hidayatulloh, ND. Bait. 2016. Analisis Pelayanan Publik Setelah Pemekaran Wilayah di
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2016. Tesis tidak dipublikasikan, Program
Perencanaan Pembangunan Daerah, Magister Ekonomika Pembangunan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta;

Hoff, Karla and Stiglitz E. Joseph. 2016. Modern Economic Theory and Development.
Economic Development Documents;

Osborn, David dan Gaebler Ted. 1992. Reinventing Government: How the
Enterpreuneurial Spirit Is Transforming the Public Sector, dalam Addison Wesley
(Eds.). Restructuring Local Government. Departement of City and Regional
Planning and Cornell Cooperative Extension, Cornell University, New York.
Tersedia di http://cms.mildredwarner.org. Diakses pada 22 Oktober 2016;

Pranab, Bardhan. 2002. Decentralization of Governance and Development. Journal


Economic Perspectives, Vol.16, No.4 :185-205;
Romer, Paul M. 1990. Endogenous Technological Change. The Journal of Political
Economy, Vol. 98 No.5, part 2: The Problem of Development: A Conference of
Institute for the Study of Free Enterprise Systems: S71-S102;

--------. 1994. The Origin of Endogenous Growth. Journal of Economic Perspective.


Volume 8 No. 1: 3-22;

43
Rondinelli, Dennis A., McCullogh, S. James, dan Ronald, W. Johnson. 1989. Analysing
Decentralization Policies in Developing Countries: a Political-Economy Framework.
Development and Change (SAGE, London, Newburry Park and New Delhi), Vol. 20 :
57-87;

Schumpeter, Joseph A. 1939. Bussiness Cycles A Theoretical, Historical and Statistical


Analysist of the Capitalist Process. McGraw-Hill Book Company. New York
Toronto London;

Solow, M. Robert. 1956. A Contribution to the Theory of Economic Growth. The


Quarterly Journal of Economics, Vol. 70. No.1: 65-94;

Todaro, M.P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi 5. Trans. Haris
Munandar. Erlangga. Jakarta;

Todaro, M.P. dan Smith, S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi, Edisi 9. Trans. Haris
Munandar. Erlangga. Jakarta;

Wang, Hui-Ling. 2014. Theories For Competitive Advantage, Papers, Faculty of


Bussiness, University of Wollongong. Australia.

44

Anda mungkin juga menyukai