NIM : A1A019004
KELAS :A
Latar Belakang Desa merupakan unit produksi mempunyai peranan yang sangat
penting sebagai penyangga daerah perkotaan. Pembangunan
pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,
merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia
pedesaan dan masyarakat secara umum yang dilakukan secara
berkelanjutan yang berlandaskan kepada potensi dan kemampuan
pedesaan.
Dana desa dikelola secra tertib, taat pada ketentuan peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis,efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan rasa keadilan dan kepatutan serta
mengutamakan kepentingan masyarakat setempat. Berdasarkan
pengalokasian dana desa setiap kabupaten/kota dihitung
berdasarkan jumlah desa, dan dialokasikan secara berkeadilan
berdasarkan alokasi dasar yang dihitung dengan memperhatikan
jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan geografis desa setiap kabupaten.
Dalam upaya mendorong peningkatan partisipasi dan kreativitas
masyarakat, desa memiliki hak untuk mendapatakan dana
perimbangan yang bersumber dari bagian pajak daerah dan
retribusi daerah tertentu dan dana perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah yang dimana diterima oleh pemerintah daerah.
Agar dapat mengelola serta mempertanggungjawabkan dari
penggunaan dana tersebut, tentunya desa harus memahami terkait
bagaimana pengelolaan manajemen keuangan desa.
Namun terdapat keterbatasan pada desa yang mempengaruhi
aktivitas pengelolaan keuangan dana desa. Seperti keterbatasan
yang biasanya dialami oleh aparatur desa terletak pada kualitas
sumber daya manusia yang mengakibatkan rendahnya
kemampuan perencanaan sehingga mengakibatkan kurang
efekttifnya program yang di hasilkan. Kemudian masih ada resiko
pengelolaan keuangan desa yang tidak dapat dilakukan secara
transparan dan akuntabel. Selan itu, belum sempurnanya
kebijakan tentang organisasi Pemerintah Desa mengharuskan
diberlakukannya beberapa aturan pelaksana baik sebagai pedoman
maupun petunjuk operasional (Pratiwi,2016).
Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu komoditas strategis karena
termasuk salah satu 9 bahan kebutuhan pokok. Minyak goreng ini
merupakan bahan yang tidak dapat di gantikan, mengingat di
Indonesia penggunaan minyak goreng merupakan bahan inti
dalam sebuah masakan dan banyak resep makanan atau industri
rumahan yang masih ketergantungan dengan minyak goreng.
Harga minyak goreng kemasan di Indonesia termasuk di NTB
terus melambung. Meski tejadi secara nasional, masyarakat NTB
cukup merasakan dampaknya terutama Ibu Rumah Tangga (IRT),
pedagang gorengan hingga pedagang kecil sangat merasakan
dampak dari kenaikan minyak goreng ini.
Meski untuk jenis makanan tertentu tidak harus menggunakannya,
tetap saja untuk jenis makanan yang lain harus menggunakan
minyak goreng. Begitu juga bagi pedagang gorengan atau
pedagang makanan tetap membutuhkan minyak goreng untuk
memasak dan berusaha.
Naiknya harga minya goreng dari harga Rp.14.000 per liter
melonjak menjadi Rp.22.000 per liter bahkan di pedagang-
pedagang kecil bisa mencapai Rp.26.000 per liter. Kenaikan harga
minyak goreng ini akan mengancam kesejahteraan rakyat, teutama
masyarakat menegah ke bawah. Himpitan ekonomi ditambah
biaya hidup semakin mahal berakibat pada bertambahnya beban
hidup rakyat kecil sekarang ini.