Anda di halaman 1dari 101

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI

BAPPEDA DAN LITBANG


KABUPATEN WONOGIRI
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 4
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam konteks pembangunan wilayah terdapat beberapa kebijakan


pembangunan yang terus berevolusi seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan/atau
dinamika permasalahan yang dihadapi. Secara garis besar kebijakan tersebut dapat
diklasifikasikan atas tiga kelompok, yaitu kebijakan pengembangan dari atas (top
down), kebijakan pengembangan dari bawah (bottom up), dan kebijakan local
economic development (pengembangan ekonomi lokal). Pada dasarnya kebijakan-
kebijakan tersebut saling melengkapi dan menyempurnakan menurut situasi, kondisi,
dan permasalahan yang terjadi. Sesuai dengan tahap keberadaannya, kebijakan yang
muncul setelah kebijakan sebelumnya merupakan reaksi dan kritik atas kebijakan
sebelumnya.

Kebijakan pengembangan dari atas dan kebijakan pengembangan dari bawah


tidak terlepas dari kelemahan sehingga kebijakan local economic development
menjadi alternatif solusi dari dua kebijakan sebelumnya. Kebijakan pengembangan
dari atas memiliki kelemahan karena dapat menimbulkan kesenjangan pada wilayah-
wilayah yang lebih kecil akibat eksploitasi sumberdaya oleh wilayah yang lebih besar.
Sementara itu, kebijakan pengembangan dari bawah secara konsep memiliki muatan
yang ideal namun seringkali lemah dalam implementasi, sehingga kebijakan ini
cenderung bersifat utopia. Oleh karena itu, kebijakan pengembangan ekonomi lokal
dapat dianggap sebagai alternatif dalam mencarikan solusi permasalahan yang terjadi
pada kebijakan pengembangan dari atas dan kebijakan pengembangan dari bawah.
Salah satu misi Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam bidang
pembangunan ekonomi adalah Mewujudkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi
daerah dan IPTEK serta mampu bersaing di pasar global.
Untuk merealisasikan misi tersebut, maka dalam rangka pengembangan
UMKM diperlukan adanya peran serta stakeholder secara luas yang merupakan wujud
kemitraan antara pelaku usaha, masyarakat dan birokrat dalam proses penentuan
kebutuhan pengembangan, perencanaan dan pelaksanaan serta monitoring evaluasi,
dan salah satu upaya yang dilakukan adalah pemberdayaan Forum Pengembangan
Ekonomi dan Sumberdaya atau FEDEP Kabupaten Wonogiri, yang merupakan forum
kemitraan bagi para stakeholder untuk menyuarakan kondisi riil, merumuskan
keinginan bersama, mengemukakan dan mendiskusikan ide, dan bersama-sama
menyusun strategi pembangunan daerah terutama bagi pengembangan ekonomi dan
sumberdaya manusia.

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 5


Fokus kebijakan perekonomian Kabupaten Wonogiri salah satunya adalah
berupa peningkatan dan pengembangan peran UMKM dalam pemenuhan kebutuhan
pasar domestik dan berorientasi ekspor, serta pengembangan kewirausahaan untuk
mendorong daya saing. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan potensi ekonomi
lokal dengan mengembangkan klaster usaha dan kawasan khususnya pertanian,
industri dan pariwisata. Pengembangan klaster usaha ini dilakukan dalam rangka
mendorong penguatan kegiatan bisnis bersama oleh UMKM yang dapat menghasilkan
efisiensi kolektif dalam klaster usaha.
Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten
Wonogiri disamping untuk menciptakan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah,
juga meningkatkan kesempatan berusaha masyarakat serta merupakan sarana
menciptakan demokratisasi ekonomi.
Sejak tahun 2008, program Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten
Wonogiri secara formal diterapkan melalui Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 497
Tahun 2006 tentang Pembentukan Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumber
Daya (FEDEP) Kabupaten Wonogiri serta Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 110
Tahun 2008 tentang Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Klaster-Klaster Unggulan
Daerah di Kabupaten Wonogiri. Keputusan Bupati ini terakhir kali diperbaharui melalui
Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 500/28/HK/2020 tentang Pembentukan Forum
Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya Kabupaten Wonogiri Periode 2020-2024
serta Keputusan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian
Dan Pengembangan Kabupaten Wonogiri Nomor 022 Tahun 2020 tentang
Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Klaster-Klaster Unggulan Daerah di Kabupaten
Wonogiri Periode Tahun 2020-2024.
Program Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Wonogiri juga tidak
terlepas dari berbagai permasalahan. Dengan program pengembangan klaster usaha,
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh program Pengembangan Ekonomi Lokal
di Kabupaten Wonogiri antara lain :
1. Masih kurangnya dukungan Pemerintah Pusat dalam Pengembangan Ekonomi
Lokal, baik dari segi kebijakan maupun rencana aksi;
2. Akses perbankan dan permodalan bagi pelaku usaha masih belum sesuai
dengan yang diharapkan;
3. Belum adanya panduan aplikatif bussines plan pengembangan klaster usaha di
kabupaten/ kota;
4. Sumber daya manusia pelaku Pengembangan Ekonomi Lokal di kabupaten/
kota, baik secara jumlah maupun kompetensi masih terbatas;
5. Hubungan kerja antar pelaku FEDEP sebagai lembaga yang mengawal dan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 6


mendampingi Pengembangan Ekonomi Lokal masih belum harmonis dalam
mendukung keberhasilan Pengembangan Ekonomi Lokal itu sendiri;
6. Data dasar potensi ekonomi masih belum maksimal.
Dengan permasalahan yang ada tersebut, maka rekomendasi ini akan
menelaah implementasi dari kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten
Wonogiri terhadap Pengembangan Klaster Usaha / UMKM. Harapannya adalah akan
didapatkan temuan yang komprehensif tentang realita yang ada dari implementasi
kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal baik dan permasalahan yang
melatarbelakanginya.

BAB II

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 7


GAMBARAN UMUM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

A. PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) hakekatnya merupakan proses yang


mana pemerintah daerah dan atau kelompok berbasis komunitas mengelola
sumberdaya yang ada dan masuk kepada penataan pekerjaan baru dengan sektor
swasta, atau diantara mereka sendiri, untuk menciptakan pekerjaan baru dan
merangsang kegiatan ekonomi wilayah. Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah
daerah dan kelompok masyarakat dituntut untuk mengambil inisiatif dan bukan hanya
berperan pasif saja. Setiap kebijakan dan keputusan publik dan sektor usaha, serta
keputusan dan tindakan masyarakat, harus pro-PEL, atau sinkron dan mendukung
kebijakan pengembangan ekonomi daerah yang telah disepakati.

Pengembangan Ekonomi Lokal juga dapat diartikan sebagai suatu proses


yang mana peran dari pemerintah lokal dan organisasi masyarakat ikut terlibat guna
merangsang, mendorong, dan memelihara aktivitas usaha untuk menciptakan sebuah
lapangan pekerjaan. Pengembangan ekonomi lokal juga merupakan sebuah proses
yang mengaitkan dengan perkembangan industri baru, pembentukan kelembagaan
baru, serta pengembangan kapasitas pekerja menghasilkan produk yang lebih
bermutu identifikasi pasar baru serta pendirian usaha-usaha baru

Dalam pengembangan ekonomi lokal peranan pemerintah daerah sangat


penting, karena dalam hal ini pemerintah daerah berperan untuk menjalankan
fungsinya sebagai pelopor pengembangan, koordinator, fasilitator, dan stimulator.
Selain itu, peranan pemerintah daerah juga sangat diperlukan dalam hal
memperhatikan infrastruktur yang digunakan dalam kegiatan bisnis dan industri, serta
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Selain pemerintah daerah, diperlukan
juga peranan swasta dan kelompok masyarakat dalam kegiatan manajemen wilayah
dan pencarian 16 solusi dalam permasalahan tertentu.

Pengertian potensi ekonomi daerah mendefinisikan sebagai kemampuan


ekonomi yang ada di dalam suatu daerah yang mungkin dan layak untuk
dikembangkan sehingga nantinya akan terus berkembang menjadi sumber dari
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat setempat. Selain itu juga
dapat mendorong perekonomian daerah secara keseluruhan agar nantinya dapat
berkembang dengan sendirinya dan ada kesinambungan.

Pengembangan sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah dapat tercermin

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 8


pada visi dan misi daerah yang ada pada rencana pembangunan jangka panjang
daerah (RPJPD) dan rencana jangka menengah daerah (RPJMD). Hal tersebut
merupakan salah satu upaya pemerintah dalam pengembangan potensi daerah yang
terdapat dalam perencanaan pembangunan daerah. Pada dasarnya penyelenggaraan
pemerintahan di bidang pembangunan merupakan kunci keberhasilan dari
pengembangan potensi ekonomi lokal untuk menguatkan daya saing daerah.

Pengembangan Ekonomi Lokal berupaya melakukan pemanfaatan


sumberdaya lokal yang ada yaitu sumberdaya fisik, manusia dan kelembagaannya.
Dengan demikian, Pengembangan Ekonomi Lokal berintikan pembangunan yang
didasarkan pada kemampuan lokal yang semakin berkembang atau endogenous
development. Dalam istilah lainnya, Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan
pemanfaatan faktor-faktor internal lokal guna pembangunan ekonomi lokal (locally
based development). Pada sisi paradigma berpikir dan bertindak, Pengembangan
Ekonomi Lokal sebagai suatu perencanaan yang berbasis komunitas dengan tujuan
pemberdayaan, mengurangi campur tangan negara, dan perencanaan yang berpihak
untuk kepentingan masyarakat dan komunitas lokal.

Permasalahan program dan kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal juga


terjadi pada tingkat lokal. Program dan kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal di
tingkat lokal relatif terfokus pada investasi publik bagi daerah-daerah sentra produksi
komoditas unggulan dan programnya berorientasi pada sisi penawaran dan produksi,
sementara sisi pemasaran terabaikan. Program dan kegiatan Pengembangan
Ekonomi Lokal di tingkat lokal juga ditandai dengan kurangnya partisipasi masyarakat
dan melibatkan hampir semua dinas terkait sehingga sering terjadi tumpang tindih
program dan tidak adanya kewenangan yang jelas terhadap program yang dibuat.

Pada era otonomi daerah seperti sekarang ini, program dan kegiatan
Pengembangan Ekonomi Lokal sudah seharusnya berkembang seiring dengan
semakin besarnya wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah.. Ruang lingkup
ekonomi memandang bahwa otonomi daerah di satu pihak menjamin lancarnya
pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional dan di pihak lain terbukanya peluang bagi
pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk
mendayagunakan potensi ekonomi daerahnya. Oleh karena itu, otonomi daerah
memberi ruang lahirnya berbagai inisiatif pemerintah daerah untuk menawarkan
fasilitas investasi, memudahkan proses perijinan usaha dan membangun berbagai
infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi daerahnya. Hal ini sejalan dengan
program dan kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal dimana baik otonomi daerah
maupun Pengembangan Ekonomi Lokal mengharuskan secara politik sistem

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 9


pemerintahan yang demokratis.

B. KLASTER UMKM

Dalam bahasa sederhana klaster (cluster) berarti kelompok, namun tidak


semua kelompok industri dapat disebut sebagai klaster. Ciri utama klaster menurut
Schmitz and Nadvi dalam Hartarto (2004) adalah sectoral and spatial concentration of
firms, atau konsentrasi usaha sejenis pada lokasi tertentu.
Pentingnya klaster bagi perkembangan dan pertumbuhan industri kecil
mulai menjadi topik diskusi ilmiah setelah munculnya tesis Flexible Specialization
(Piore dan Sabel, 1984) yang didasari oleh pengalaman sukses industri kecil dan
menengah di Italia Utara (Third Italy) dan jatuhnya sistem produksi massal di Amerika
pada tahun 1970-an dan 1980-an. Italia Utara dan Tengah mempunyai beberapa
indusri, antara lain sepatu, pertenunan, mebel, keramik, alat-alat musik, dan
pengolahan makanan. Porter (1990) dalam bukunya The Competitive Advantages of
Nations kemudian memperkenalkan istilah klaster untuk pengelompokkan industri
sejenis tersebut. Klaster didefinisikan sebagai pemusatan industri sejenis dalam
wilayah geografis yang dilengkapi dengan industri inti dan institusi pendukung.
Klaster-klaster tersebut dapat tumbuh cepat dan berkembang serta melayani pasar
ekspor dan membuka kesempatan kerja baru. (Humphrey & Schmitz, 1995).
Sementara pada saat itu usaha besar di Jerman dan Inggris sedang mengalami
penurunan (Rabellotti,1995). Fenomena klaster juga terdapat di negara-negara
berkembang (Nadvi dan Schmitz, 1994).
Definisi klaster berkembang dari definisi yang sempit (sederhana) sampai
dengan definisi luas dan kompleks. Definisi ini berkembang seiring perkembangan
penelitian tentang klaster dan perkembangan kehidupan klaster itu sendiri. Definisi
klaster secara sederhana adalah kumpulan perusahaan-perusahaan secara sektoral
dan spasial yang didominasi oleh satu sektor. Definisi ini banyak digunakan oleh
peneliti-peneliti klaster yang melakukan penelitian di negara berkembang (Schmitz
dan Nadvi, 1999).
Perkembangan definisi klaster diawali dari penelitian terhadap kisah sukses
Italia Utara pada tahun 1980-an mendorong digunakankannya terminologi industrial
district yang disampaikan oleh Marshall (1920). Berdasarkan fenomena keberhasilan
sukses Italia Utara tersebut dirumuskan karakteristik kunci klaster atau industrial
districts (Schmitz dan Musyck, 1993) sebagai berikut: (1) Didominasi oleh usaha kecil
yang beraktivitas pada sektor yang sama (spesialisasi pada sektor) atau sektor yang
berhubungan; (2) Kolaborasi antar usaha yang berdekatan dengan berbagi peralatan,
informasi, tenaga kerja terampil, dan lain sebagainya; (3) Perusahaan-perusahaan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 10


tersebut saling bersaing dengan lebih berdasarkan pada kualitas produk daripada
menurunkan ongkos produksi termasuk upah; (4) Pengusaha dan pekerja memiliki
sejarah panjang pada lokasi tersebut. Hal ini memudahkan saling percaya dalam
berhubungan baik antara usaha kecil, antara pekerja, dan tenaga kerja terampil; (5)
Pengusaha diorganisir dengan baik dan berpartisipasi aktif dalam organisasi mandiri;
(6) Ada pemerintahan lokal dan regional yang aktif mendukung pengembangan klaster
industri lokal atau daerah.
Selanjutnya definisi klaster berkembang, Porter (1998) menyatakan bahwa
suatu kelompok perusahaan dalam klaster akan terhubung karena kebersamaan dan
saling melengkapi. Kedekatan produk dari perusahaan-perusahaan dalam klaster ini
pada awalnya akan memacu kompetisi, tetapi selanjutnya akan mendorong terjadinya
spesialisasi dan peningkatan kualitas serta mendorong inovasi untuk memenuhi
diferensiasi pasar (Sukuromoto dan Hartarto, 2004).
Dengan definisi tersebut, suatu klaster industri dapat termasuk pemasok
bahan baku dan input yang spesifik, sampai ke hilir (pasar atau para eksportir),
termasuk juga lembaga pemerintah, asosiasi bisnis, penyedia jasa, dan lembaga lain
(universitas, think thank, training provider, standards-setting agencies, trade
association) yang mendukung perusahaan-perusahaan dalam klaster.
Klaster yang didefinisikan Porter menggambarkan bentuk klaster yang paling
maju dan sebagian besar ditemukan di negara maju. Klaster negara maju berbeda
dengan klaster-klaster di negara berkembang yang dapat dijumpai pada klaster sepatu
di Brazil, India, dan Mexico; peralatan bedah di Pakistan; garmen di Peru, dan mebel
di Indonesia (Schmitz dan Nadvi, 1999). Mendasarkan pada teori Scmitz, klaster pada
negara berkembang lebih banyak didominasi oleh usaha kecil yang sering disebut
dengan sentra (JICA, 2004).
Ciri lain dari suatu klaster adalah dalam proses pengorganisasiannya (atau
proses klastering). Sebagai sebuah strategi industrialisasi maka proses klastering
lebih merunjuk pada apakah prosesnya dibentuk secara sadar dan terorganisir atau
terbentuk dengan sendirinya. Proses klastering dengan demikian lebih menunjuk pada
fenomena bahwa keping-keping unit usaha yang ada tersebut, dari segi lokasi,
sebenarnya tidak tersebar secara random/acak begitu saja tetapi memang secara
sengaja diorganisir dalam sebuah wilayah tertentu. Meskipun demikian tidak tertutup
kemungkinan juga bahwa, tetap saja ada kemungkinan bahwa tumbuhnya
pengelompokkan sektoral industri menjadi klaster tersebut terjadi secara alami (tidak
dibentuk).
Klaster mengarahkan jalinan kerjasama industri dengan institusi yang lain
yang bermanfaat dalam kompetisi, antara lain penyedia bahan baku seperti

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 11


komponen, mesin, jasa dan penyedia spesialis infrastruktur. Klaster juga
menghubungkan pembeli, perusahaan komplemen dan perusahaan dalam industri
melalui ketrampilan, teknologi dan bahan baku. Pada akhirnya anggota klaster
termasuk pemerintah dan institusi yang lain, seperti perguruan tinggi, agensi, pemikir
(think thank), pendidikan kejuruan, asosiasi yang menyediakan pelatihan khusus,
pendidikan, informasi, penelitian dan dukungan teknik (Porter, 1998).
Pembentukan klaster (clustering) juga didefinisikan sebagai proses dari unit-
unit usaha dan aktor-aktor terkait untuk membangun usahanya pada lokasi yang sama
dalam area geografis tertentu, yang selanjutnya bekerja sama dalam lingkungan
fungsional tertentu, dengan mewujudkan keterkaitan dan kerjasama yang erat untuk
meningkatkan kemampuan kompetisi bersama (collective competitiveness) dalam
suatu pertalian usaha. Dalam definisinya Porter (1990) juga lebih menekankan pada
konsep pertalian usaha yang bernilai (value chain) dalam rangka menghasilkan suatu
jenis produk. Kedekatan jarak antar kelompok usaha selanjutnya dapat diterjemahkan
menjadi ukuran nilai tambah optimal karena adanya aglomerasi.
Dampak kompetisi dalam klaster menyebabkan peningkatan produktivitas
perusahaan melalui inovasi dan perluasan serta perkuatan perusahaan di dalam
klaster itu sendiri (Porter, 1998).

C. FORUM PENGEMBANGAN EKONOMI DAN SUMBER DAYA (FEDEP)


KABUPATEN WONOGIRI

FEDEP Kabupaten Wonogiri merupakan forum untuk pengembangan ekonomi


lokal dan penciptaan lapangan kerja, dan forum kemitraan yang terlembaga bagi para
pelaku usaha / UMKM / klaster yang relevan untuk mempercepat pembangunan
ekonomi melalui usaha-usaha / kegiatan bersama. Dalam hal ini pembentukan FEDEP
Kabupaten Wonogiri bertujuan untuk memberi rekomendasi ( arahan ) bagi
Pemerintah Daerah dalam menyusun kebijakan pembangunan daerah, membantu
menentukan prioritas dan menggerakkan potensi sumber daya lokal yang ada dalam
rangka penyusunan program pembangunan daerah, serta mengorganisir
aktivitas/kegiatan yang sudah ada untuk lebih dipotimalkan dalam rangka
keterpaduan, keberlanjutan dan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam penyusunan program kerja FEDEP Kabupaten Wonogiri sesuai dengan tujuan,
visi, dan misinya dapat mengacu pada dokumen perencanaan RPJM dan RPJP
Kabupaten Wonogiri.

Dengan melihat tujuan tersebut, fungsi FEDEP Kabupaten Wonogiri adalah


memberikan rekomendasi dan memfasilitasi dalam hal prioritas program peningkatan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 12


perekonomian masyarakat melalui pengembangan potensi lokal dengan pendekatan
klaster, pengembangan dan peningkatan kualitas perijinan dan investasi di Kabupaten
Wonogiri, pengembangan program yang inovatif dan berdaya saing, perkuatan
kerjasama pengembangan ekonomi lokal melalui Forum FEDEP Regional. Oleh
karenanya dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk tindak lanjut
ataupun pelaksanaan kebijakan yang direkomendasikan oleh FEDEP.

Pengurus FEDEP di Kabupaten Wonogiri memiliki latar belakang yang


berbeda-beda dan dari berbagai organisasi, sehingga membutuhkan suatu wahana
untuk penyelarasan visi dan misi, khususnya dalam penyusunan perencanaan yang
partisipatif, mengingat tugas utama dari FEDEP adalah menumbuhkan partisipasi
seluruh komponen masyarakat terutama pelaku usaha dalam proses perencanaan
yang sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing pelaku usaha, sehingga
kesuksesan akan tercapai.

D. PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah usaha mengoptimalkan sumber


daya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal dan
organisasi masyarakat untuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah.
Definisi PEL tersebut memfokuskan kepada : peningkatan kandungan lokal,
pelibatan stakeholder secara substansial dalam suatu kemitraan strategis,
peningkatan ketahanan dan kemandirian ekonomi, pembangunan berkelanjutan,
pemanfaatan hasil pembangunan oleh sebagian besar masyarakat lokal,
pengembangan usaha kecil dan menengah, pertumbuhan ekonomi yang dicapai
secara inklusif, penguatan kapasitas dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, pengurangan kesenjangan antar golongan masyarakat, antar sektor dan
antar daerah, pengurangan dampak negatif dari kegiatan ekonomi terhadap
lingkungan.

Program Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) yang dilaksanakan telah


memberikan dampak bagi pengembangan ekonomi, namun perlu lebih
dioptimalkan sehingga memberikan dampak yang lebih besar. Dimensi atau
batasan PEL adalah sebagai berikut :
1. Pengertian lokal yang terdapat dalam definisi PEL tidak merujuk pada batasan
wilayah administratif tetapi lebih pada peningkatan kandungan komponen
lokal maupun optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal;
2. PEL sebagai inisiatif daerah yang dilakukan secara partisipatif;
3. PEL menekankan pada pendekatan pengembangan bisnis, bukan pada

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 13


pendekatan bantuan sosial yang bersifat karikatif;
4. PEL bukan merupakan upaya penanggulangan kemiskinan secara langsung;
5. PEL diarahkan untuk mengisi dan mengoptimalkan kegiatan ekonomi yang
dilakukan berdasarkan pengembangan wilayah, pewilayahan komoditas, tata
ruang atau regionalisasi ekonomi
Tujuan dan sasaran PEL adalah terlaksananya upaya percepatan
pengembangan ekonomi lokal melalui pelibatan pemerintah, dunia usaha,
masyarakat lokal dan organisasi masyarakat dalam suatu proses yang partisipatif;
terbangun dan berkembangnya kemitraan dan aliansi strategis dalam upaya
percepatan pengembangan ekonomi lokal diantara stakeholder secara sinergis;
terbangunnya sarana dan prasarana ekonomi yang mendukung upaya percepatan
pengembangan ekonomi lokal; terwujudnya pengembangan dan pertumbuhan
UMKM secara ekonomis dan bekelanjutan; terwujudnya peningkatan PAD dan
PDRB; terwujudnya pendapatan masyarakat, berkurangnya pengangguran,
menurunnya tingkat kemiskinan; terwujudnya peningkatan pemerataan antar
kelompok masyarakat, antar wilayah; terciptanya ketahanan dan kemandirian
ekonomi masyarakat lokal.

Faktor penumbuh dari sentra UMKM ke klaster dapat dikelompokkan menjadi


4 (empat) yaitu faktor penyedia daya penggerak, faktor transmisi, faktor
pendukung/penumpu, dan faktor perekat antar anggota klaster. Daya penggerak
adalah kecukupan jumlah, waktu dan durasi dukungan keuangan dan non
keuangan yang diberikan kepada sentra. Faktor transmisi dibentuk oleh kompetensi
daerah dan masyarakat, kualitas SDM pelaksana dukungan, kejelasan dan
kelengkapan peraturan pelaksanaan, kejelasan visi dan kesiapan aparat
pemerintah darah, serta koordinasi dan komunikasi yang efektif antar pelaku.

Kebijakan pengembangan klaster di Kabupaten Wonogiri merupakan sinergi


dengan kebijakan pembangunan daerah, utamanya dalam mendorong
pengembangan ekonomi wilayah, yang berbasiskan potensi sumber daya lokal
(SDA maupun SDM) dimana sektor-sektornya memberikan kontribusi besar
terhadap perekonomian masyarakat dan banyak menyerap tenaga kerja lokal.

Pembentukan kelompok kerja (pokja) klaster-klaster unggulan daerah di


Kabupaten Wonogiri berdasarkan pada Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 110
tahun 2008. Sebagaimana Keputusan Bupati dimaksud maka dibentuk 4 (empat)
kelompok kerja klaster unggulan daerah Kabupaten Wonogiri yaitu Pokja Klaster
Mebel, Pokja Klaster Genteng, Pokja Klaster Mete, Pokja Klaster Tanaman Obat.

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 14


Dalam perkembangannya karena adanya permasalahan pada kepengurusan
klaster mebel dan ada reject ekspor atas produk yang dikirim UMKM mebel ke luar
negeri karena perusahaan eksportir belum menyertakan dokumen V-Legal untuk
produk kayunya yang dipersyaratkan oleh Uni Eropa. Hal ini mengakibatkan klaster
mebel Kabupaten Wonogiri vakum untuk sementara waktu sejak tahun 2013.

Pada tahun 2020 dilakukan pembaruan atas Keputusan Bupati Wonogiri


Nomor 110 Tahun 2008 dengan Keputusan Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Wonogiri
tentang Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Klaster-Klaster Unggulan Daerah di
Kabupaten Wonogiri Periode Tahun 2020-2024. Berdasarkan SK ini maka
ditetapkan ada 8 Pokja Klaster Unggulan Daerah yaitu Klaster Mete, Klaster Ubi
Kayu, Klaster Tanaman Obat, Klaster Batik, Klaster Genteng, Klaster Makanan
Olahan, Klaster Parekraf, Klaster Hortikultura. Pokja Klaster tersebut mempunyai
tugas diantaranya yaitu : mengadakan pertemuan rutin dengan pembahasan
spesifik tentang pengembangan klaster/wilayah tertentu, mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan pelaku usaha dalam klaster. Memfasilitasi kelancaran
pelaksanaan program baik dari pemerintah maupu dari swasta, mencarikan
jaringan kerjasama.

Berikut profil Klaster Unggulan Kabupaten Wonogiri secara ringkas :

1. Klaster Mete

Nama Klaster : Mete


Alamat sekretariat FRK : Tanjungsari, Jatisrono, Wonogiri
Ketua FRK dan No. HP : Suharto / HP 0823 1368 7766
Alamat kontak person / Ketua : Tanjungsari, Jatisrono, Wonogiri / HP
FRK 0823 1368 7766
Nama pendamping klaster dari : Mariana Ambarwati
PEL/Bappeda
No telp dan HP : 0273-321131 / HP 081215042579
Total jumlah : 110
pengusaha/anggota klaster (unit
usaha)
Total jumlah produksi klaster / : 5 ton / bulan
bulan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 15


Nilai rupiah total produk klaster / : 2.500.000
bulan
Bentuk, jenis produksi dan : Mete mentah (90.000/kg)
harga penjualan saat ini Mete Goreng (120.000/kg)
Mete Oven (130.000/kg)
Mete Bakar (130.000/kg)
Susunan kepengurusan : 1. Ketua : Suharto
2. Wakil Ketua : Sumaryanto / HP
0813 2910 9788
3. Sekretaris : Mukino / HP 0813
9373 3122
4. Bendahara : Naning Kartika
Mete / HP 0853 3176 4484
5. Anggota : Mawar Ganish / HP
0852 9366 1234, Suryo Laksana
/ HP. 0852 2908 3900, Bandi /
HP 0852 9058 7385

2. Klaster Tanaman Obat

Nama Klaster : Tanaman Obat


Alamat sekretariat FRK : Pucung, Kismantoro, Wonogiri
Ketua FRK dan No. HP : Tony Fajar Utomo / HP
Alamat kontak person / Ketua : Pucung, Kismantoro, Wonogiri / HP
FRK 0822 4392 0808
Nama pendamping klaster dari : Mariana Ambarwati
PEL/Bappeda
No telp dan HP : 0273-321131 / HP 081215042579
Total jumlah : 90
pengusaha/anggota klaster (unit
usaha)
Total jumlah produksi klaster / : 120 ton/6 bulan
bulan
Nilai rupiah total produk klaster / : 210.000.000
bulan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 16


Bentuk, jenis produksi dan : Jahe (40.000/kg)
harga penjualan saat ini Jahe merah (50.000/kg)
Kencur (30.000/kg)
Kunyit (7.000/kg)
Temulawak (10.000/kg)
Bentuk diversifikasi produk : Jamu instan bubuk, wedang uwuh
klaster
Susunan pengurus : 1. Ketua : Toni Fajar Utomo / HP.
0822 4392 0808
2. Wakil ketua : Sarmin / HP. 0813
2930 5557
3. Sekretaris : Wardi / HP. 0852
9385 9957
4. Anggota : Marju / HP. 0822 2615
6144, Retno Purwanti / HP. 0821
7417 4566, Parli / HP. '0852
2949 2717

3. Klaster Genteng

Nama Klaster : Genteng


Alamat sekretariat FRK : Wiroko, Tirtomoyo, Wonogiri
Ketua FRK dan No. HP : Purwanto / HP. 0813 2923 2949
Alamat kontak person / Ketua : Wiroko, Tirtomoyo, Wonogiri / HP 0813
FRK 2923 2949
Nama pendamping klaster dari : Mariana Ambarwati
PEL/Bappeda
No telp dan HP : 0273-321131 / HP 081215042579
Total jumlah : 45
pengusaha/anggota klaster (unit
usaha)
Total jumlah produksi klaster / : 1.500.000 genteng / bulan
bulan
Nilai rupiah total produk klaster / : 10.080.000
bulan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 17


Bentuk, jenis produksi dan : Genteng plentong (900 / biji)
harga penjualan saat ini Genteng garuda (1.100/kg)
Kencur (30.000/kg)
Kunyit (7.000/kg)
Temulawak (10.000/kg)
Bentuk diversifikasi produk : -
klaster
Susunan pengurus : 1. Ketua : Toni Fajar Utomo / HP.
0822 4392 0808
2. Wakil ketua : Sarmin / HP. 0813
2930 5557
3. Sekretaris : Wardi / HP. 0852
9385 9957
4. Anggota : Marju / HP. 0822 2615
6144, Retno Purwanti / HP. 0821
7417 4566, Parli / HP. '0852
2949 2717

4. Klaster Ubi Kayu

Nama Klaster : Ubi Kayu


Alamat sekretariat FRK : Cengklok, Ngadirojo, Wonogiri
Ketua FRK dan No. HP : P. Suyut / HP. 0852 9356 7046
Alamat kontak person / Ketua : Cengklok, Ngadirojo, Wonogiri / HP
FRK 0852 9356 7046
Nama pendamping klaster dari : Mariana Ambarwati
PEL/Bappeda
No telp dan HP : 0273-321131 / HP 081215042579
Total jumlah : 70
pengusaha/anggota klaster (unit
usaha)
Total jumlah produksi klaster / : 1 ton / panen
bulan
Nilai rupiah total produk klaster / : 60.080.000
bulan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 18


Bentuk, jenis produksi dan : Singkong mentah (1200 / kg)
harga penjualan saat ini Opak singkong mentah ( 7500 / 250g)
Opak singkong mateng (15.000/ 250g)
Bentuk diversifikasi produk : Singkong keju, singkong krispi, gethuk
klaster frozen
Susunan pengurus : 1. Ketua : P. Suyut / HP. 0852 9356
7046
2. Wakil ketua : Sutarno / HP.
'0822 4358 0183
3. Sekretaris : Tardi / HP. 0852
2983 0101
4. Anggota : Handri / HP. 0821
8877 830, Wahyudi / HP. '0812
2600 5484, Sukarno / HP. 0812
8467 1957

5. Klaster Batik

Nama Klaster : Batik


Alamat sekretariat FRK : Sendangmulyo, Tirtomoyo, Wonogiri
Ketua FRK dan No. HP : Sri Purwanto / HP. 0813 2956 4888
Alamat kontak person / Ketua : Sendangmulyo, Tirtomoyo, Wonogiri /
FRK HP 0813 2956 4888
Nama pendamping klaster dari : Mariana Ambarwati
PEL/Bappeda
No telp dan HP : 0273-321131 / HP 081215042579
Total jumlah : 60
pengusaha/anggota klaster (unit
usaha)
Total jumlah produksi klaster / : 1.300 potong / bulan
bulan
Nilai rupiah total produk klaster / : 325.000.000
bulan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 19


Bentuk, jenis produksi dan : Batik tulis (450.000 / potong)
harga penjualan saat ini Batik Cap ( 250.000 / potong)
Batik kombinasi (150.000/ potong)
Bentuk diversifikasi produk : Baju batik, kerudung batik
klaster
Susunan pengurus : 1. Ketua : Sri Purwanto / HP. 0813
2956 4888
2. Wakil ketua : Aris Supriyadi /
HP. 0812 2680 9980
3. Sekretaris : Didik / HP. 0857
2855 8363
4. Anggota : Daryono / HP. 0813
2758 4358, Maryoto/ HP. 0813
2956 9178, Susanto / HP. 0812
8467 1957

6. Klaster Makanan Olahan

Nama Klaster : Batik


Alamat sekretariat FRK : Tanjungsari, Jatisrono, Wonogiri
Ketua FRK dan No. HP : Yadi / HP. 0813 2956 4888
Alamat kontak person / Ketua : Tanjungsari, Jatisrono, Wonogiri / HP
FRK 0812 2561 1461
Nama pendamping klaster dari : Mariana Ambarwati
PEL/Bappeda
No telp dan HP : 0273-321131 / HP 081215042579
Total jumlah : 120 unit usaha
pengusaha/anggota klaster (unit
usaha)
Total jumlah produksi klaster / : -
bulan
Nilai rupiah total produk klaster / : 250.000.000
bulan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 20


Bentuk, jenis produksi dan : Roti gaplek (18.000 / bungkus)
harga penjualan saat ini Tiwul krispi ( 15.000 / bungkus)
Gethuk frozen (15.000/ dus)
Bentuk diversifikasi produk :
klaster
Susunan pengurus : 1. Ketua : Yadi / HP. 0812 2561
1461
2. Wakil ketua : Dini Ambarwati /
HP. 0822 4293 0985
3. Sekretaris : Deby Suratno / HP.
0856 2532 432
4. Anggota : Arin Herlawati W / HP.
0813 2758 4358, Handi Almadina
/ HP. 0813 2812 6675, Siti
Apriliya R / HP. 0812 2836 0606

7. Klaster Parekraf

Alamat sekretariat FRK : Kepuhsari, Manyaran, Wonogiri


Ketua FRK dan No. HP : Retno Lawiyani / HP. 0853 2677 5388
Alamat kontak person / Ketua : Kepuhsari, Manyaran, Wonogiri / HP
FRK 0853 2677 5388
Nama pendamping klaster dari : Mariana Ambarwati
PEL/Bappeda
No telp dan HP : 0273-321131 / HP 081215042579
Total jumlah : 40 unit usaha
pengusaha/anggota klaster (unit
usaha)
Total jumlah produksi klaster / : Wayang Kulit 15 biji per bulan
bulan Kerajinan tangan 100 biji per bulan
paket tamu wisata 50 org per bulan
Nilai rupiah total produk klaster / : 300.000.000
bulan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 21


Bentuk, jenis produksi dan : Wayang kulit (260.000 / bungkus)
harga penjualan saat ini Tiwul krispi ( 15.000 / bungkus)
Gethuk frozen (15.000/ dus)
Bentuk diversifikasi produk :
klaster
Susunan pengurus : 1. Ketua : Retno Lawiyani / HP.
0812 2561 1461
2. Wakil ketua : Giyoto / HP. '0822
2609 9824
3. Sekretaris : Suparman / HP.
0813 2911 8118
4. Anggota : Anggoro Sutrisno / HP.
0812 15552 0550, Sarjiyanto /
HP. 0858 4888 8268, Gamelan
Karya Indah / HP. '0812 2990
9555

8. Klaster Hortikultura
Nama Klaster : Hortikultura
Alamat sekretariat FRK : Beji, Nguntoronadi, Wonogiri
Ketua FRK dan No. HP : Siswarsini / HP. 0822 9837 7689
Alamat kontak person / Ketua : Beji, Nguntoronadi, Wonogiri / HP. 0822
FRK 9837 7689
Nama pendamping klaster dari : Mariana Ambarwati
PEL/Bappeda
No telp dan HP : 0273-321131 / HP 081215042579
Total jumlah : 40 unit usaha
pengusaha/anggota klaster (unit
usaha)
Total jumlah produksi klaster / : 20 ton / bulan
bulan
Nilai rupiah total produk klaster / : 20.000.000.000
bulan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 22


Bentuk, jenis produksi dan : Buah naga (15.000 / kg)
harga penjualan saat ini Melon ( 11.000 / kg)
Cabai (40.000/ kg)
Kopi Arabica (40.000 / 250 gram)
Kopi Robusta (40.000 / 250 gram)
Bentuk diversifikasi produk :
klaster
Susunan pengurus : 1. Ketua : Siswarsini / HP. 0822
9837 7689
2. Wakil ketua : Prapto / HP. 085
4332 1039
3. Sekretaris : Sularti / HP. 0812
2258 1490
4. Anggota : Bagus / HP. '0857
2525 3232, Dwi Sartono / HP.
0812 3853 7777, Chayat / HP.
'0813 9385 5000

E. DAMPAK PANDEMI TERHADAP KLASTER UMKM DI KABUPATEN WONOGIRI

Optimisme yang dibangun, baik dalam RPJMN 2020-2024 maupun 2018-


2023, pada awal tahun 2020 terganggu pandemic COVID-19, yang merupakan
fenomena global, dan menyerang hampir di semua Negara. Dampak yang ditimbulkan
selain timbulnya banyak korban jiwa, juga secara ekonomi dan sosial berdampak
sangat besar, karena berhentinya banyak aktivitas ekonomi, pengangguran yang
meningkat karena PHK atau aktivitas ekonomi yang terhenti, perekonomian yang
merosot, angka kemiskinan yang meningkat, dan permasalahan permasalahan social.
Dampak COVID-19, akhirnya menggerogoti pertumbuhan ekonomi nasional
dan juga Jawa tengah, dimana pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi nasional
mengalami kontraksi atau tumbuh sebesar -2,07% dan perekonomian Jawa Tengan
tumbuh sebesar -2,65%.
Perekonomian Kabupaten Wonogiri pada periode 2016-2019 menunjukkan
kemajuan, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dengan rata
rata pertumbuhan sebesar 5,28% per tahun. Rata-rata pertumbuhan ekonomi ini lebih
tinggi dibandingkan rata rata pertumbuhan ekonomi periode 2010-2015 sebesar

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 23


4,49% per tahun. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam periode 2016-2019 adalah
pertumbuhan tahun 2018 sebesar 5,41% dan pertumbuhan terendah tahun 2019
sebesar 5,14%. Perekonomian Wonogiri pada tahun 2020 mengalami kemunduran,
yang disebabkan imbas dari pandemic Covid-19, yang juga menyerang perekonomian
global, nasional dan regional, sehingga pertumbuhan ekonomi kabupaten Wonogiri
tahun 2020 tumbuh -1,41%.
Seperti yang kita ketahui bahwa bisnis UMKM menjadi salah satu sektor yang
paling merasakan dampak wabah Virus Corona (Covid-19). Berdasarkan info dari
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) (Kompas, 27 Maret 2020),
setidaknya terdapat 949 laporan dari pelaku koperasi serta usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) yang terkena dampak wabah virus Corona (Covid-19).
Krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap
kelangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Berbeda pada saat krisis
moneter tahun 1998 di mana UMKM betul betul menjadi penyelamat ekonomi nasional
yang pada saat itu mampu meningkat hingga 350 persen ketika banyak usaha besar
yang kolaps. Namun pada saat pandemi Covid-19 saat ini, justru UMKM yang sangat
terdampak. Dampak dari sulitnya berusaha mengakibatkan banyaknya tenaga kerja
yang terpaksa di rumahkan.

Di saat masa pandemi terjadi perubahan pola konsumsi barang dan jasa
masyarakat dari offline ke online. Pelaku UMKM pasti kesulitan dalam mencapai
target-target yang harus dicapai saat perekonomian terganggu. Perubahan pola
tersebut, seyogyanya diikuti pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar
dapat survive, serta bisa berkembang sehingga mampu menghadapi kondisi new
normal.

Dalam rangka membantu masyarakat pelaku usaha UMKM yang terdampak


Covid-19 dan menstimulus perekonomian dalam negeri yang terpuruk, Pemerintah
Pusat memberikan bantuan kepada UMKM.

Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 3,6 triliun untuk bantuan presiden


(banpres) produktif usaha mikro atau banpres. Banpres telah diterima oleh 3 juta
penerima. BPUM adalah dukungan yang diberikan untuk menjaga kelompok
masyarakat yang usahanya terdampak akibat pandemi Covid-19.

Adapun BPUM merupakan banpres bagi pelaku mikro tahap kedua.


Sebelumnya, pemerintah telah mencairkan banpres tahap pertama untuk dua periode
sekaligus, yakni Januari-Maret dan Mei-Juni.

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 24


BPUM pada Januari-Juni 2021 lalu telah tersalurkan ke 9,8 juta penerima.
Total anggaran pemerintah untuk BPUM tahap pertama ini sebesar Rp 11,76 triliun.
Sebanyak 30.797 Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM di Kabupaten
Wonogiri menerima Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) tahun 2021. Setiap
UMKM penerima mendapatkan bantuan Rp 1.200.000.

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 25


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL

Pengembangan klaster usaha di Kabupaten Wonogiri meliputi 8 (delapan) klaster


yaitu Klaster Mete, Klaster Ubi Kayu, Klaster Batik, Klaster Tanaman Obat, Klaster Genteng,
Klaster Makanan Olahan,Klaster Parekraf, dan Klaster Hortikultura. Tujuan dari
pengembangan klaster ini adalah diharapkan mampu meningkatkan perekonomian
masyarakat lokal sehingga mendukung tujuan pembangunan di Kabupaten Wonogiri.
Secara garis besar, peta jalan (roadmap) dari kegiatan program Pengembangan
Ekonomi Lokal diejawantahkan dalam tahapan-tahapan kegiatan yang pelaksanaannya
dikawal secara bersama-sama oleh stakeholder yang ada. Tahapan-tahapan tersebut terdiri
dari penyiapan dan penguatan platform kelembagaan , pemetaan dan analisis kondisi
(Pengembangan Ekonomi Lokal), penyusunan rencana tindak Pengembangan Ekonomi
Lokal, rencana bisnis usaha dan internalisasi pada anggaran daerah, pelaksanaan program
(Pengembangan Ekonomi Lokal), serta monitoring, evaluasi, dan perbaikan.

Berdasarkan hasil Forum Rembug Klaster yang telah dilakukan pada tahun 2021
dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Forum Rembuk Klaster Mete
1. Pembahasan :
 Ketua Klaster Mete Kabupaten Wonogiri : Suharto.
1. Harapan para pelaku usaha/UMKM yang tergabung dalam Klaster
Mete Kabupaten Wonogiri untuk memajukan industri mete di
Kabupaten Wonogiri dengan cara meningkatkan inovasi dalam
teknologi pengolahan.
2. Industri mete termasuk industri yang tetap bertahan di masa
pandemi Covid 19 ini
3. Agar pelaku usaha mete dapat bertahan dalam persaingan usaha
diperlukan peningkatan pemasaran dan kualitas produk serta
perluasan jaringan pasar melalui pasar online / marketplace online
4. Klaster mete mengusulkan untuk revitalisasi tanaman mete yaitu
mengganti tanaman mete yang sudah tua dengan bibit yang muda
dengan mengajak peran serta banyak pihak untuk terlibat dalam
pembudidayaan tanaman mete.
 Materi II dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri :
“Revitalisasi Tanaman Mete Tahun 2020”. “Membangun Jejaring

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 26


Kemitraan Pemasaran Mete dengan Retailer Modern.” Disampaikan
oleh Kepala Dinas KUKM dan Perindag Kab. Wonogiri Ibu Bapak
Parno, SP.
Secara ringkas menyampaikan bahwa :
1. Tanaman mete sangat potensial di budidayakan di Kabupaten
Wonogiri;
2. Rata-rata luas produksi mete adalah 20.744 hektar dengan
produksi mete sekitar 12.196 ton per tahun;
3. Upaya Dispertan Kabupaten Wonogiri dalam mempertahankan
dan memajukan usaha budidaya tanaman mete adalah melalui
revitalisasi tanaman mete seperti pemberian bibit tanaman mete
kepada kelompok tani, kegiatan perluasan wilayah tanam mete
untuk peremajaan, meningkatkan output produksi dan
memberikan bimbingan teknis pertanian, pengelolaan sumber
daya genetik dan pelatihan kelompok tani.
 Materi III dari Dinas KUKM dan Perindag Kabupaten Wonogiri :
“Peningkatan Inovasi Produk Olahan Mete Untuk Peningkatan
Pemasaran Mete” Disampaikan oleh Kepala Dinas KUKM dan Perindag
Kab. Wonogiri Ibu Wahyu Widayati, S.E., M.Pd.
Secara ringkas menyampaikan bahwa :
1. Kabupaten Wonogiri memiliki potensi tanaman mete yang tinggi
dimana mete sudah menjadi brand dari Kabupaten Wonogiri;
2. Produk mete di Kabupaten Wonogiri sudah diterima pasar lokal,
regional maupun nasional;
3. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh industri mete di
Kabupaten Wonogiri adalah : jumlah populasi tanaman mete yang
banyak berkurang sehingga membutuhkan peremajaan, belum ada
kerjasama yang bagus antara petani, pengepul dan pedagang,
pangsa pasar mete sebagian besar masih dikuasai oleh pasar lokal,
tata cara pengolahan daging buah mete perlu mendapatkan
perhatian karena selama ini umkm belum ada yang bisa mengolah
dan memanfaatkan daging buah mete dengan lebih maksimal;
4. Produksi mete dari Kabupaten Wonogiri hanya mencakup sekitar
30% permintaan pasar di Wonogiri;
5. Diperlukan pemanfaatan inovasi teknologi pengolahan mete agar
dapat meningkatka produktifitas.
 Materi IV dari Dosen Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 27


Dinas KUKM dan Perindag Kabupaten Wonogiri : “Peningkatan
Agribisnis Tanaman Mete di Kabupaten Wonogiri” Disampaikan oleh
Dr. Ir. Eko Murniyanto.
Secara ringkas menyampaikan bahwa :

1. Kabupaten Wonogiri dengan geografis pegunungannya, pohon


jambu mete dapat tumbuh dengan baik. Membawa manfaat yang
begitu nyata bagi masyarakat Wonogiri pada khususnya juga bagi
semua pada umumnya. Pohon jambu mete yang unggul
menghasilkan biji mete berkualitas, dengan olahan tradisional tanpa
bahan pengawet juga cita rasa yang khas, menghadirkan kacang
mete asli Wonogiri mampu bersaing di pasar Nasional maupun
Manca Negara. Iklim yang mendukung sehingga hasil produksi
melimpah.

2. Dari pohon mete dihasilkan buah jambu mete (cashew aple) dan biji
mete (cashew nut). Buah jambu mete umumnya dikonsumsi
langsung atau dibuat sari buah dan sirup. Sedangkan biji mete
dibuat kacang mete atau minyak kulit mete (Cashew Nut Shell
Liquid/ CNSL). Kacang mete bisa menjadi makanan ringan (snack
food) maupun sebagai penyedap setelah dicampur dengan coklat
atau roti dan kue. Sedangkan buah mete tidak begitu diminati baik
sebagai makanan untuk dimakan langsung maupun setelah diolah
menjadi sirup dan juice. Hal ini disebabkan masih adanya rasa getir
yang sejauh ini belum berhasil dihilangkan

3. Sentra tanaman mete dalam ukuran besar terdapat di 10 provinsi


yakni, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
dan Maluku. dengan sentra utama adalah Propinsi Jawa Tengah.
Propinsi ini memiliki luas 27.881 hektar tanaman Kacang mete dan
menghasilkan 8706 ton kacang mete per tahunnya. 78 persen
jumlah tersebut dihasilkan dari kabupaten Wonogiri.

4. Wonogiri dikenal sejak dulu sebagai salah satu sentra kacang mete
di tanah air. Saking terkenalnya, banyak orang menyebut Wonogiri
sebagai Kota Mete. Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu
daerah penghasil biji jambu mete di Jawa Tengahdengan kondisi
lahan yang sebagian besar berupa lahan kering dengan kandungan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 28


lempung yangcukup tinggi Ada puluhan ribu hektare lahan tanaman
mete dibudidayakan petani. Selama tahun 2019 luas area
perkebunan jambu mete di Kabupaten Wonogiri mencapai 20.746 ha
yang sebagian besar tersebar di Kecamatan Jati roto 3 894 ha,
Kecamatan Ngadirojo 3 493 ha, Kecamatan Sidoharjo 2403 ha,
Kecamatan Jatisrono 1967 ha.

5. Dari total luas area perkebunan mete di Kabupaten Wonogiri, 1.501


ha berkategori tanaman belum menghasilkan (TBM), 14.258 ha
berkategori tanaman menghasilkan, 4.877 ha berkategori tanaman
tidak menghasilkan atau tanaman rusak.

6. Selama tahun 2019, jambu mete merupakan komoditas yang


berproduksi secara signifikan dibandingkan komoditas perkebunan
lainnya. Produksi jambu mete selama 2019 ini mencapai
12.119,30 ton. Produksi komoditas jambu mete terbesar ada di
Kecamatan Ngadirojo 2335 ton, Kecamatan Jatiroto 1925 ton,
Kecamatan Sidoharjo 1471 ton, Kecamatan Jatisrono 1125 ton
(BPS, 2020).

7. Industri mete dapat mendorong berbagai sektor seperti pertanian,


ekonomi dan pariwisata. Para petani di tiap klaster wilayah harus
didukung dan di dorong menjaga kualitas budidaya mete.

8. Petani mete didorong untuk memanfaatkan CSR dan jejaring dengan


swasta dan BUMN, meningkatkan pemanfaatan teknologi
pengolahan biji mete dengan kerjasama dengan berbagai
stakeholder, terus berinovasi dalam peralatan pengolahan mete agar
meningkatkan produktivitas, meningkatkan pemasaran secara
modern, perluasan jejaring dan pemasaran digital, meningkatkan
kualitas lahan, produksi dan tata laksana pertanian.

2. Forum Rembuk Klaster Parekraf


1. Pelaksanaan :
Hari :
Senin
Tanggal :
15 Februari 2021
Pukul 09.00 WIB – 11.00 WIB
:
Tempat :
Ruang Pertemuan Graha Perencana I Bappeda dan Litbang
Kabupaten Wonogiri
2. Pembahasan :
 Ketua Klaster Parekraf Kabupaten Wonogiri : Retno Lawiyani (Upaya

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 29


Desa Wisata Kamoung Wayang Kepuhsari Bertahan di Tengah Covid-
19
1. Wayang kulit merupakan budaya warisan leluhur yang dilestarikan
dalam kondisi apapun
2. Di Desa Kepusari, Kecamatan Manyaran, anak-anak belajar
membuat wayang kulit di sanggar-sanggar wayang yang banyak
terdapat di desa tersebut
3. Salah satu upaya Desa Wisata Kepuhsari bertahan di tengah
pandemi Covid 19 adalah dengan cara mengkreasikan produk tatah
sungging menjadi produk multifungsi seperti membuat souvenir
berbahan kulit, membuat aneka produk miniatur wayang, membuat
lukis kipas tema wayang beber, membuat kerajinan wayang karakter
4. Upaya bertahan di tengan pandemi juga dilakukan dengan
memaksimalkan promosi online melalui media sosial seperti lewat
instagram, mengajukan proposal permohonan untuk memoles wajah
desa wisata sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang di
masa kenormalan baru
5. Desa Wisata Kepuhsari juga melakukan kerjasama dengan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDES) melalui inovasi usaha menciptakan
produk-produk baru seperti : Wisata Alam Kampung Batu, Wisata
Alam Gunung Kotak, Wisata Alam Banyu Nibo, Pembuatan air
minum kemasan, pembuatan batik kampung wayang.
6. Selain itu dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid 19,
Desa Wisata Kepusari juga menerapkan aturan protokol keseshatan
yang sangat ketat kepada para pengunjung.
 Materi II dari Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Wonogiri : “Desa Wisata di Masa Pandemi” disampaikan oleh Kabid
Pariwisata Drs. Agus Sriyanto, M.M. Secara ringkas menyampaikan
sebagai berikut :
1. Pariwisata sebagai penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja
yang paling mudah dan murah. Pariwisata merupakan sektor yang
memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian di Indonesia
dan mempunyai daya ungkit yang kuat dan positif terhadap
pembangunan lainnya.
2. 3 pilar utama dalam mendukung keberhasilan kepariwisataan :
a. Pemerintah : mengeluarkan kebijakan mengenai
pengembangan pariwisata yang diiringi dengan regulasinya

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 30


b. Swasta : pihak swasta yang secara profesional menyediakan
jasa pelayanan bagi pengembangan pariwisata
c. Masyarakat : membangkitkan kesadaran tentang pentingnya
pariwisata dan menumbuhkan kembangkan kreatifitas yang
melahirkan berbagai kreasi segar yang mengundang perhatian
untuk kemudian menjadi daya pikat pariwisataa.
3. Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara potensi daya
tarik wisata alam, wisata budaya dan wisata hasil buatan manusia
dalam satu kawasan tertentu dengan didukung oleh atraksi,
akomodasi dan fasilitas lainnya sesuai kearifan lokal masyarakat.
4. Basis pemberdayaan Desa Wisata : wisata alam, wisata budaya,
wisata hasil buatan, perpaduan anatara basis pemberdayaan
wisata alam, wisata budaya dan wisata bautan manusia.
5. Konsep desa wisata : berawal dari masyarakat, memiliki muatan
lokal, memiliki komitmen bersama masyarakat, memiliki
kelembagaan, adanya keterlibatan anggota masyarakat, adanya
pendampingan dan pembinaan, adanya motivasi dan kemitraan
6. Tujuan pembangunan desa wisata : mendukung program
pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan dengan
menyediakan obyek wisata alternatif, menggali potensi desa untuk
pembangunan masyarakat sekitar desa wisata, memperluas
lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk, mendorong
orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik agar
senang pergi ke desa untuk berkreasi (ruralisasi), menimbulkan
rasa bangga bagi penduduk desa dan untuk tetap tinggal di
desanya sehingga mengurangi urbanisasi, memperkokoh
persatuan bangsa sehingga bisa mengatasi disintegrasi.
7. Manfaat ganda adanya desa wisata :
a. Ekonomi : meningkatkan perekonomian nasional, regional dan
masyarakat lokal
b. Sosial : membuka lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi
masyarakat di desa
c. Pendidikan : memperluas wawasan dan cara berfikir orang-
orang desa, mendidik cara hidup bersih dan sehat,
meningkatkan ilmu dan teknologi bidang kepariwisataan
d. Sosial budaya : menggali dan mengembangankan
kesenianserta kebudayaan asli daerah

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 31


e. Lingkungan : menggugah sadar lingkungan yaitu masyarakat
akan arti pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan
bagi kehidupan
f. Memperkokoh persatuan bangsa, mengatasi disintegrasi
 Materi III dari Dosen FEB UKSW Salatiga : “Upaya Desa Wisata
Bertahan di Tengah Covid-19 dan Strategi Desa Wisata dalam
Menghadapi Tatanan Kenormalan BaruDesa Wisata di Masa Pandemi”
disampaikan oleh EKO SUSENO, HRM, S.E., M.M., PFC. Secara
ringkas menyampaikan sebagai berikut :
1. Indonesia memiliki potensi alam dan budaya yang sangat kaya dan
dapat menjadi modal bagi sektor pariwisata. Dari sekian banyak
jenis pariwisata, pariwisata perdesaan diketahui merupakan jenis
pariwisata yang berkembang pesat di negara berkembang,
termasuk di Indonesia. Hingga saat ini, terdapat 1.734 desa wisata
yang tersebar di seluruh Indonesia.
2. Desa Wisata dianggap menjadi potensi yang dapat memberikan
dampak positif, baik secara ekonomi, sosial-budaya, dan
lingkungan, kepada masyarakat desa yang memiliki keterbatasan
pengetahuan serta sumber pendapatan. Namun, potensi tersebut
tersandung di awal tahun 2019 akibat merebaknya pandemi Covid-
19.
3. Untuk mengantisipasi penyebaran virus ini, tempat-tempat wisata
mau tak mau membatasi bahkan menutup aksesnya dari kunjungan
turis. Hal ini tentunya akan memberikan kerugian yang tidak sedikit
bagi pelaku desa wisata. Oleh karena itu, desa wisata harus
beradaptasi untuk memulihkan kondisi kepariwisataan agar
perekonomian perdesaan tetap menyala dengan tetap
mengutamakan kesehatan dan keselamatan, baik bagi pelaku
usaha maupun masyarakat di desa wisata.
4. Wabah pandemi Covid-19 memberi pengaruh terhadap
keberlangsungan industri pariwisata, termasuk desa wisata. Survei
yang dilakukan Desa Wisata Institute tentang pengaruh wabah
covid-19 terhadap kondisi masyarakat di desa wisata menunjukkan
bahwa seluruh desa wisata yang menjadi responden telah menutup
kegiatan usaha wisatanya karena wabah pandemi covid-19 yang
mengancam kesehatan masyarakat. Namun terdapat satu kekuatan
yang menjadi keuntungan dari desa wisata yaitu tidak hilangnya

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 32


pekerjaan utama masyarakat sebagai upaya bertahan di tengah
Covid-19.
5. Kekuatan dari desa wisata tersebut dapat dibuktikan dengan 89,6
persen masyarakat di desa wisata masih memiliki pekerjaan pokok
di luar pariwisata seperti petani, pekerja swasta, pengrajin, dan
lainnya. Sementara sisanya, sebanyak 11,3 persen masyarakat
yang benar – benar terdampak dan tidak memiliki pekerjaan lain
selain pariwisata di masa pandemi Covid-19 ini. Kekuatan yang
dimiliki desa wisata mengindikasikan karakter kemandirian yang
sebenarnya sudah dimiliki oleh masyarakat di desa wisata, sebelum
adanya pandemi Covid-19.
6. Meskipun destinasi wisata untuk sementara ditutup, namun apabila
dilihat dari sisi positif sebenarnya desa wisata saat ini sedang
dalam tahap pengembangan wisata di tengah wabah pandemi
Covid-19. Adanya wabah pandemi Covid-19 menjadi momentum
bagi desa wisata untuk berupaya mengistirahatkan destinasi,
khususnya yang berbasis alam. Dalam momentum ini bukan berarti
pengelola desa wisata tidak melakukan sesuatu, namun pengelola
desa wisata dituntut untuk dapat mempersiapkan strategi ke depan
pasca wabah pandemi Covid-19.
7. Desa wisata menghadapi new normal :
a. Penutupan desa wisata
 Dampak : pendapatan masyarakat desa wisata berkurang,
warga desa wisata merasakan kelumpuhan perekonomian
(penjualan oleh-oleh, souvenir, jasa transportasi, atau
usaha penginapan/homestay)
 Tindakan: pengelola piket berjaga di lokasi wisata, menjaga
kebersihan obyek wisata, merawat sarana dan prasarana,
memastikan para calon pengunjung desa wisata
b. Kondisi adaptasi
 Persiapan penerapan protokol kesehatan
 Memastikan ketersediaan sarana cuci tangan, sabun, dan
kebutuhan lain
 Mengupayakan komunikasi antar masyarakat dan
melakukan promosi desa wisata
 Peluang : pengembangan inovasi dan kreativitas industri
desa wisata, diversifikasi metode pariwisata, kolaborasi

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 33


dengan komunitas untuk membuka kunjungan wisata
secara virtual, menjelajahi itinerary seluruh tempat wisata di
Desa Wisata
 Kebutuhan : kemampuan terkait teknologi informasi,
kemampuan melayani wisatawan secara daring atau online
tour guide
c. Kondisi pemulihan
 Desa dianggap memiliki modal sosial kemandirian ekonomi
dalam mendukung pariwisata berkelanjutan/suistainable
(tidak tinggal diam/harus bergerak)
 Tahap persiapan untuk pemulihan : penyediaan fasilitas
untuk menunjang protokol kesehatan, pembatasan
pengunjung, pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk reservasi dan pembayaran tiket,
penerapan physical distancing
 Perbaikan manajemen promosi/pemasaran seperti
penggunaan teknologi informasi yang mendukung
pemasaran digtal, menyiapkan konten menarik seperti foto
atau video terkait obyek wisata atau kegiatan pariwisata
dan budaya
8. Strategi pemerintah dalam menyiapkan desa wisata beradaptasi di
era kebiasaan baru :
a. Jangka pendek
 Memperbaiki proses operasi pengelolaan destinasi
pariwisata (berupa pelatihan)
 Mengelola informasi sampai dengan melakukan umpan
balik dari para wisatawan
 Melakukan inovasi produk dengan membuat program digital
tourism dan memperbaiki rantai nilai yaitu bagaimana
mengelola pelanggan internal (karyawan supaya puas) dan
menjadi loyal sehingga dapat memberikan layanan terbaik
kepada wisatawan yang pada akhirnya wisatawan puas dan
menjadi loyal
 Membuat SOP mitigasi bencana pariwisata
 Penguatan informasi terhadap kebersihan dan kesehatan
lingkungan destinasi
 Penguatan destination management organization (DMO)

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 34


terutama terhadap pengelolaan desa wisata
 Dukungan terhadap industri pariwisata di Indonesia
terutama dukungan finasial atau stimulus terhadap biaya
operasional
b. Jangka menengah
 Strategy pentahelik merupakan kolaborasi antara
academic, business, government, costumer dan media
dengan peran yang berimbang di bidangnya masing-
masing :
- Perguruan tinggi mempunyai peran dalam mencetak
SDM dan melakukan riset untuk menjawab kebutuhan
industri bidang pariwisata
- Pemerintah berperan dalam membuat kebijakan
terutama dalam roadmap pengembangan industri
pariwisata secara efektif dan efisien di era digital dengan
menggandeng media
- Pemerintah melibatkan pelanggan atau komunitas dalam
mengembangkan pariwisata
c. Jangka panjang
 Pemerintah mendesain sistem manajemen operasi
(operation management system) industri pariwisata yang
terstruktur dalam input-process-output-outcome
- Input : pembenahan kualitas destinasi, kualitas
sumberdaya manusia (standar kompetensi), penyediaan
fasilitas pendukung yang memadai yang memenuhi
standar keamanan dan kenyamanan
- Process : dukungan kebijakan pemerintah terhadap
industri pariwisata, kualitas layanan internal yang baik
(fasilitas bagi pekerja), kualitas layanan eksternal yang
baik (penyediaan fasilitas untuk wisatawan), perbaikan
program pemasaran yang terintegrasi dengan
melibatkan stakeholder
- Output : kepuasan dan loyalitas wisatawan
- Outcome : kunjungan kembali wisatawan dengan
membawa rupiah yang lebih banyak

9. Potensi Desa Wisata di Kabupaten Wonogiri cukup banyak. Yang

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 35


sudah masuk dalam Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonogiri Nomor 161
Tahun 2012 tentang Pembentukan Desa Binaan Desa Wisata di
Kabupaten Wonogiri sebanyak 22 (Dua Puluh Dua) meliputi wilayah
Kecamatan :
1. Wonogiri;
2. Selogiri;
3. Nguntoronadi;
4. Jatisrono;
5. Jatipurno;
6. Jatiroto;
7. Girimarto;
8. Purwantoro;
9. Slogohimo;
10. Bulukerto;
11. Pracimantoro;
12. Wuryantoro;
13. Eromoko;
14. Manyaran;
15. Baturetno;
16. Batuwarno;
17. Tirtomoyo;
18. Giriwoyo;
19. Giritontro;
20. Karangtengah;
21. Paranggupito.
3. Forum Rembuk Klaster Batik
1. Pelaksanaan :
Hari : Senin
Tanggal : 22 Maret 2021
Pukul : 09:00 WIB – 11:00 WIB
Tempat : Ruang Pertemuan Graha Perencana I Bappeda dan Litbang
Kabupaten Wonogiri
2. Pembahasan
 Pembukaan Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Wonogiri : Heru Utomo,
S.H., M.H. Secara ringkas disampaikan sebagai berikut :
1. UMKM di Kabupaten Wonogiri diharapkan dapat melakukan
pengembangan potensi lokal dan pembenahan manajemen industri batik
2. Pemerintah Kabupaten Wonogiri menjajaki kemungkinan kerjasama

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 36


dengan perguruan tinggi untuk membantu peningkatan produktifitas,
kualitas UMKM yang sudah diawali dengan kerjasama antara UNS dan
Klaster Mete
3. Melalui penyelenggaraan Forum Rembug Klaster ini akan diharapkan
akan ada solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh Klaster UMKM
sehingga dapat melahirkan pengusaha-pengusaha baru / start up bisnis
baru
4. Dekranasda diharapkan bersama-sama dengan pemerintah mencarikan
solusi untuk tersedianya ruang pamer/display yang dapat memajang
karya batik para perajin batik sehingga mendukung promosi produk
terutama jika ada kunjungan kerja dari luar daerah
5. Para UMKM batik diharapkan dapat memanfaatkan teknologi pemasaran
secara online
 Sambutan Ketua Dekranasda Kabupaten Wonogiri : drh. Verawaty Joko
Sutopo, M.Sc. Secara ringkas disampaikan sebagai berikut :
1. Kreatifitas pengrajin batik di Wonogiri sudah sangat bagus dan kompak,
kapasitas perajin bagus
2. Permasalahan yang dihadapi hampir di semua UMKM adalah
menurunnya daya beli konsumen terutama untuk barang-barang
sekunder dan tersier
3. UMKM harus terus punya harapan untuk bertahan dengan usahanya dan
dapat memanfaatkan segala sesuatu yang bersifat positif
4. UMKM harus mulai merencanakan strategi bisnis baru misal membuat
produk pakaian jadi dari bahan kain batik.
5. Perajin batik harus membuat inovasi baru untuk motif batik dengan lebih
kreatif
6. UMKM dan pemerintah sebaiknya bersama-sama bersinergi untuk
bertahan menghadapi pandemi sehingga saat pandemi berakhir maka
UMKM bisa tetap berdiri
7. Hendaknya UMKM memanfaatkan BPUM yang diberikan oleh pemerintah
dengan tepat untuk kebutuhan usaha mereka.
 Materi I dengan tema : “Merangkul UMKM Batik di Kabupaten Wonogiri dan
Strategi Perajin Batik Wonogiri Menghadapi Pandemi Covid-19” disampaikan
oleh Ketua Klaster Batik Wonogiri : Aris Supriyadi (Owner Kartika Batik
Tirtomoyo). Secara ringkas disampaikan sebagai berikut :
 Klaster Batik Wonogiri masih bisa bertahan di masa pandemi
 Sesuai SK Bupati Tahun 1993 Batik Wonogiri dicirikan dengan motif

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 37


remekan / babaran dipecah dengan dasaran kuning kecoklatan
 Di Tirtomoyo ada 7 (tujuh) pembatik diluar Tirtomoyo ada 8 (delapan) yang
tersebar di Kecamatan Kismantoro, Kecamatan Giritontro, Kecamatan
Sidoharjo, Kecamatan Batuwarno
 UMKM Batik di Tirtomoyo sering melakukan sharing dan diskusi kaitannya
dengan perkembangan industri batik di Tirtomoyo tentang produksi dan
pemasaran. UMKM batik saling bekerja sama dalam hal produksi batik
 Materi II dengan tema : “Batik Gemawang Mengatasi Badai Pandemi Covid
19 disampaikan oleh Direktur CV Batik Gemawang Kabupaten Semarang :
Abdul Kholiq Fauzi. Secara ringkas disampaikan sebagai berikut :
1. Kondisi para pelaku usaha batik baik pengrajin maupun penenun di
wilayah Jawa Tengah cenderung "pingsan" karena pandemi Covid-
19.Klaster Batik Wonogiri masih bisa bertahan di masa pandemi
2. kondisi para pengrajin mengalami krisis sudah terasa semenjak bulan
Maret di awal musim pandemi Covid-19 hingga bulan September. Hal ini
ditandai dengan lesunya penjualan dan omzet
3. Omzet menurun drastis, penghasilan terjun bebas sehingga berbagai
cara sudah ditempuh oleh para pengrajin untuk bisa bertahan hidup di
tengah pandemi sekarang ini
4. banyak perajin yang bertahan hidup dengan cara menjual stok yang ada
hingga berwirausaha dengan menjual di luar produk batik, Banyak yang
mengurangi produksi hingga mengurangi karyawan agar pengrajin bisa
tetap eksis di masa pandemi ini
5. saat ini, upaya yang dilakukan Batik Gemawang dengan produk batiknya
untuk mendongkrak penjualan adalah dengan memberikan diskon khusus
untuk batik tulis menarik pelanggan lama dengan memberikan diskon
20% khusus batik tulis Batik nontulis pun ia bandrol harga miring dengan
diskon 10%
6. Sebagai upaya menghidupkan kembali usahanya, Batik Gemawang
menghabiskan stok batik yang telah dibuat selama pandemi namun tidak
laku terjual. Batik Gemawang tetap berproduksi saat pandemi, semata-
mata agar karyawan kami masih bisa bekerja. Dengan menghabiskan
stok yang ada diimbangi diskon diharapkan usaha batik kami kembali
menggeliat
 Materi III dengan tema : “Strategi Pemerintah Untuk Klaster Batik Dalam
Menghadapi Pandemi Covid 19” disampaikan oleh Kepala Dinas KUKM dan
Perindag Kabupaten Wonogiri : Wahyu Widayati, S.E., M.Pd. Secara ringkas

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 38


disampaikan sebagai berikut :
1. UMKM di Kabupaten Wonogiri harus punya harapan dan semangat untuk
tetap bertahan di masa krisis pandemi covid 19 dengan cara harus terus
berkreasi memunculkan desain-desain motif batik yang baru dan kreatif
2. Permasalahan klaster batik dari hulu sampai dengan hilir. Mulai dari
masalah kesediaan bahan baku, pewarnaan hingga permasalahan
pewarnaan
3. Dekranasda dan OPD teknis terkait telah melakukan sinergi agar di
Kabupaten Wonogiri punya 1 (satu) brand batik wonogiren dengan ciri
khasnya adalah remekan
4. Diharapkan adanya kolaborasi antara perajin batik sehingga masing-
masing perajin batik bisa saling menguatkan
5. Pada tanggal 15 Februari 2021 melalui rapat koordinasi ada kesepakatan
pelibatan koperasi dan UMKM dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Oleh karena itu sebaiknya UMKM melengkapi syarat-syarat
perijinan hukum agar dapat mengikuti proses pengadaan barang dan
jasa.
6. Dalam rangka meningkatkan daya saing UMKM perlu diperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut :
 Faktor internal
a. Permintaan pasar yang mendukung eksistensi kontuinitas UMKM
sehingga tetap bertahan
b. Dukungan industri terikat seperti fashion
c. Strategi dalam menghadapi persaingan UMKM harus punya inovasi
dan diversifikasi produk, inovasi dan diversifikasi produk inovasi
penggunaan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kapasitas
produksi
 Faktor eksternal
a. Kondisi suatu daerah merupakan tantangan untuk meningkatkan
kualitas batik
b. Dukungan pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk BPUM dan
program-program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan
kualitas SDM

3. Forum Rembuk Klaster Ubi Kayu


1. Pelaksanaan :
Hari : Kamis
Tanggal : 18 Maret 2021
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 39
Pukul : 09:00 WIB – 11:00 WIB
Tempat : Ruang Pertemuan Graha Perencana I Bappeda dan Litbang
Kabupaten Wonogiri
2. Pembahasan :
 Materi I dengan tema “Mempertahankan Ubi Kayu Dalam Rangka Mendukung
Diversifikasi Pangan Lokal Di Masa Pandemi Covid 19 “. Disampaikan oleh
Ketua Klaster Ubi Kayu Kabupaten Wonogiri.
1. Wonogiri terkenal dengan sebutan Kota Gaplek. Tapi ironisnya,
perkembangan Ubi Kayu di Wonogiri lesu. Bahkan industri lempeng
dengan bahan baku utama Ubi Kayu seringkali terhambat dari sisi bahan
baku. Sejauh ini sudah menjalin kerjasama dengan Gapoktan sebagai
penyedia bahan baku. Tapi belum sepenuhnya mencukupi
2. Klaster Ubi Kayu Kabupaten Wonogiri sejauh ini belum maksimal membaca
peluang, bahkan banyak yang mulai beralih menjadi petani cabe dan pepaya
california. Permasalahan klasik di Klaster Ubi Kayu antara lain :
 Petani, dimana pemahaman/pemikiran terkait jenis tanaman dan pupuk
masih sangat kurang.
 Kurangnya inovasi dan kurangnya semangat untuk menjadi pioneer,
kebanyakan hanya menjadi follower;
 Rotasi penanaman untuk menjamin ketersediaan bahan baku, misal
pembagian masa tanam untuk menjamin kontinuitas;
 Pemilihan bibit unggul, dengan kualitas Ubi kayu yang baik dan masa
panen yang relatif pendek.
3. Padahal peluang bisnis makanan olahan dari singkong masih sangat terbuka
lebar, apalagi modal yang dibutuhkan relatf kecil, namun keuntungannya
banyak. Semisal makanan sederhana semacam : Combro, kroket singkong,
donat singkong, bolu kukus singkong, sentiling, criping singkong presto,
singkong keju dan lain sebagainya.
 Materi II dengan tema “Mempertahankan Ubi Kayu Dalam Rangka Mendukung
Diversifikasi Pangan Lokal Di Masa Pandemi Covid 19”. Disampaikan oleh
owner Singkong Keju D9, Salatiga : Hardadi. Secara ringkas disampaikan
sebagai berikut :
1. Pandemi merupakan tantangan bagi pelaku usaha. Dia mengaku tidak
merumahkan 120 karyawan dan tetap berproduksi, meskipun dengan
berbagai kendala dan hambatan. Berbagai strategi diterapkan dalam masa
pandemi untuk meningkatkan penjualan, termasuk penjualan lewat bisnis
online. Dia juga tetap mempertahankan penggunaan singkong berkualitas,
tanpa menurunkan standar bahan baku, dan strategi lainnya.

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 40


2. Singkong (Manihot esculenta) merupakan tanaman asli Brazil dan Paraguay.
Tanaman singkong mulai dibudidayakan di Indonesia pada sekitar tahun
1810 setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16.
Meskipun sudah ratusan tahun ada di Indonesia, hingga kini singkong masih
seringkali dipandang sebelah mata oleh banyak pihak bahkan oleh
petaninya. Singkong diberi stigma sebagai tanaman kurang berkelas.
Umumnya petani belum membudidayakan tanaman singkong secara serius,
di mana singkong hanya ditanam sebagai tanaman tumpang sari atau kebun
sela.
3. Selama ini singkong umumnya hanya diolah menjadi kripik, ketimus, opak,
singkong goreng ataupun singkong rebus. Untuk meningkatkan nilai tambah
singkong, beberapa warga Salatiga melakukan inovasi kuliner berbahan
singkong. Setelah melakukan berbagai eksperimen, terciptalah produk
kuliner inovatif berbahan singkong, seperti getuk, criping singkong presto,
singkong keju, dsb. Sekarang inovasi tersebut telah dapat menaikkan kelas
singkong dari makanan kelas “ndeso” menjadi oleh-oleh khas Salatiga yang
cukup dikenal.
4. Tak dapat dipungkiri, bisnis kuliner di masa pandemi Covid-19 menjadi
sektor yang ikut terpukul. Catatan dari Asosiasi Pengusaha Kuliner
Indonesia (Apkulindo), selama pandemi bisnis kuliner yang menjual
produknya dengan mengandalkan tatap muka langsung mengalami
penurunan omzet drastis antara 60 hingga 80 persen, tak sedikit pula yang
akhirnya gulung tikar karena adanya pembatasan kegiatan masyarakat atau
PPKM.
5. Penjualan singkong keju D9 juga anjlok hingga 70 persen, namun segala
siasat untuk tetap bertahan dilakukan agar karyawan tetap bisa bekerja dan
tetap ada produksi meski jumlahnya berkurang
6. Bersama tim kreatif D9, mereka mendorong penjualan produk D9 dengan
berpromosi melalui media sosial yakni melalui Instagram dan Youtube.
Dengan cara ini, minimal para konsumen tetap tahu kalau singkong keju D9
masih eksis, dan jadi mengetahui informasi menu baru D9.
7. Adanya penjualan dan promosi secara online sangat membantu bisnis
mereka kembali bangkit bahkan menginspirasi pelaku usaha serupa lainnya.
Dari dapur D9, kini setidaknya tercatat enam ton singkong per hari untuk
memenuhi permintaan konsumen
 Materi III dengan tema : “Strategi Kebijakan Pemerinah Dalam Mendukung
Diversifikasi Pangan Lokal di Masa Pandemi Covid 19 ” Disampaikan oleh Kasi

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 41


Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri : Ir. Shiddiq
Purwanto, M.A.P. Secara ringkas disampaikan sebagai berikut :
1. Diversifikasi pangan adalah program yang dimaksudkan agar masyarakat
tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja dan terdorong untuk juga
mengonsumsi bahan pangan lainnya sebagai pengganti makanan pokok
lainnya yang selama ini dikonsumsi di Indonesia
2. Diversifikasi pangan dimaksudkan agar masyarakat Indonesia tidak
menganggap nasi sebagai satu-satunya makanan pokok yang tidak dapat
digantikan oleh bahan pangan lainnya. Indonesia memiliki beragam hasil
pertanian yang sebenarnya dapat dijadikan makanan pokok seperti sukun,
ubi, talas.
3. Diversifikasi pangan merupakan salah satu cara menuju swasembada beras
dengan mengurangi konsumsi beras sehingga total konsumsi tidak melebihi
produksi
4. Usaha dalam pengembangan diversifikasi pangan : ketahanan pangan yang
harus dijaga dan upaya divesifikasi pangan yang telah dilaksanakan dari
awal tahun 1960-an. Tahun 1974, Inpres 1974, Inpres Nomor 14 Tahun 1974
tentang usaha perbaikan menu makanan rakyat (UPMMR)
5. Tahun 1996, UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan untuk mewujudkan
ketahanan pangan nasional
6. Tahun 2000, UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang propenas yang didalamnya
berisi tentang diversifikasi pangan baik konsumsi maupun produksi
7. Tujuan diversifikasi : mengurangi ketergantungan beras, mencapai pola
konsumsu pangan yang tepat, mewujudkan pola pangan harapan, gizi yang
terjangkau oleh semua kalangan
8. Upaya diversifikasi pangan Kabupaten Wonogiri : disesuaikan dengan
potensi lokal dengan pangan utama beras dan komoditas alternatif adalah
ubi kayu, sorgum, ubi jalar
9. Pembentukan klaster dan korporasi ubi kayu di Kecamatan Girimarto,
Ngadirojo, Sidoharjo, Jatisrono
10. Kendala dalam pertanian ubi kayu : kontinuitas produk, pola usaha,
pemasaran, perubahan mindset. Solusi atas kendala tersebut : menunda
panen, penyuluhan dam pelatihan usaha seperti warung thiwul, beras
singkong, romeo, gethuk, lempeng, keterlibatan seluruh stakeholder

4. Forum Rembuk Klaster Tanaman Obat


1. Pelaksanaan :

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 42


Hari : Senin
Tanggal : 15 Maret 2021
Pukul : 13:00 WIB – 15:00 WIB
Tempat : Ruang Pertemuan Graha Perencana I Bappeda dan
Litbang Kabupaten Wonogiri
2. Pembahasan
 Materi I dengan tema “Menjawab Peluang Bisnis Empon-Empon Di Masa
Pandemi Covid 19” . Disampaikan oleh Ketua Klaster Tanaman Obat Kabupaten
Wonogiri : Tony Fajar Utomo. Secara singkat disampaikan sebagai berikut:
1. Beberapa permasalahan yang masih dihadapi oleh Klaster Tanaman Obat
diantaranya :
 Belum mampu mencukupi kebutuhan pasar apabila ada permintaan yang
besar dan kontinyu;
 Penerapan pasca panen yang masih tradisional
 Kualitas hasil panen yang belum optimal
 Budidaya yang kurang baik
 Belum mampu menembus ke industri-industri besar.
2. Tanaman obat sangat terbatas, sedangkan permintaan pasar baik lokal
maupun ekspor tinggi. Sangat dibutuhkan dukungan pemerintah secara
kontinyu dan pengembangan bibit yang lebih tahan cuaca.
 Materi II dengan tema “Mengoptimalkan Tanaman Obat di Kabupaten Wonogiri
Untuk Mendukung Industri Jamu Tradisional di Masa Pandemi Covid 19 “
Disampaikan oleh PT Deltomed Laboratories : Doddy Setiawan, Apt. Secara
ringkas disampaikan sebagai berikut :
1. Industri jamu dan obat herbal merupakan salah satu dari sedikit industri
yang menggunakan bahan baku asli Indonesia. Berbagai jenis tanaman obat
tersedia berlimpah di bumi Indonesia. Terdapat sekitar 30 ribu jenis tanaman
rempah di mana 350 jenis di antaranya telah sejak lama dikenal dan
dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan jamu dan obat herbal. Saat
ini baru sekitar 500 bahan obat herbal yang telah mendapat izin Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
2. Penggunaan bahan baku dari pemasok lokal memberikan banyak
keuntungan seperti waktu pengiriman dan kemudahan dalam memantau
kualitas bahan baku sejak dari lokasi pemasok. Di sisi lain, kegiatan usaha
Deltomed telah memberikan dampak ekonomi bagi kelompok masyarakat,
termasuk usaha kecil dan menengah, kaum perempuan dan kelompok
marjinal sebagai bagian dari pemasok bahan baku bagi Perusahaan.
3. Untuk menjamin kontinuitas volume dan kualitas bahan baku (simplisia)
yang berasal dari produk pertanian, Deltomed menjalin hubungan kemitraan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 43


dengan para petani rempah yang menjadi bagian dari rantai pasok
perusahaan. Deltomedl membina dan mendampingi para petani empon-
empon untuk memitigasi risiko volatilitas pada rantai pasokan bahan baku
demi kesinambungan usaha jangka panjang.
4. Bahan baku simplisia seperti kunyit, temulawak, jahe dan lain-lain diperoleh
dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara Barat, dan Papua.
Sedangkan bahan baku non-simplisia selain diperoleh melalui impor juga
berasal dari pemasok lokal di daerah Jawa dan Lampung.
5. Untuk bahan baku simplisia dan non-simplisia tertentu yang tidak tersedia di
Indonesia seperti ginseng merah, vitamin, krimer, taurin, citrid acid, sodium
bikarbonat dan lain-lain diimpor melalui perusahaan trading sedangkan
untuk flavor sudah tersedia dari hasil produksi dalam negeri meskipun bahan
baku flavor yang digunakan sebagian masih merupakan material impor
seperti Chocolate Swiss, Luxarom dan lain lain.
6. Untuk menjamin konsistensi kualitas barang dan jasa yang dipasok,
Deltomed memiliki prosedur standar penilaian, audit dan pembinaan
pemasok. Pembinaan pemasok terutama dilakukan terhadap pemasok
simplisia dengan melakukan kunjungan rutin ke lapangan. Perusahaan
melakukan audit secara sampling atas pemasok bahan baku simplisia, non-
simplisia dan material kemasan. Hasil audit diinformasikan kepada pemasok
untuk ditindaklanjuti. Evaluasi dilakukan setiap tahun terhadap seluruh
pemasok. Hasil evaluasi disampaikan kepada pemasok dan menjadi dasar
untuk menentukan kelanjutan hubungan kerja sama
7. PT. Deltomed Wonogiri, sebagai perusahaan jamu/obat di Wonogiri
menggunakan bahan kering karena dari sisi pengemasan dan penyimpanan
lebih efektif dan tahan lama karena stok yang diperlukan 10.000 ton/tahun
dari total bahan baku. Adapun standar bahan di PT Deltomed adalah :
 Kebenaran bahan;
 Kering merata dengan kadar air 10 %;
 Tidak berjamur dan tidak berbau tengik;
 Tidak meremah (bubuken) yang biasanya disebabkan karena benih
kurang bagus, panen muda dan proses yang tidak benar.
 Simplecia bersih;
 Warna sesuai yang dipesan.
8. PT. Deltomed selama ini mendapatkan bahan baku dengan alur : Petani –
Pengepul Kecil – Supplier Besar – Deltomed. Tapi untuk mendapatkan mutu
terbaik PT. Deltomed juga turun langsung ke Kelompok Tani, untuk

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 44


membuka peluang kerjasama langsung dengan Kelompok Tani.
 Materi III dengan tema “Strategi Kebijakan Pemerintah Dalam Mendukung Petani
Empon-Empon” Disampaikan oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten
Wonogiri: Arief Wulandari, S.P. Secara ringkas disampaikan sebagai berikut :
1. Peluang pertanian tanaman obat bagi petani adalah peningkatan
pendapatan petani, peningkatan produksi tanaman obat.
2. Kesadaran masyarakat akan manfaat tanaman obat perubahan pola hidup
menjadi back to nature sehingga kebutuhan tanaman obat meningkat secara
signifikan dan harga tanaman obat meningkat
3. Potensi tanaman obat: penghasil tanaman biofarmaka terbesar di Indonesia
adalah Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Wonogiri. Produksi tanaman
biofarmaka tertinggi ada pada Kecamatan Kismantoro, Paranggupito,
Karang Tengah, Tirtomoyo, Jatisrono, dan Girimarto. Petani biofarmaka
mendapatkan CSR tanaman obat dari PT Deltomed dan PT Sido Muncul
dimana semua bahan baku diambil dari Wonogiri dan produknya sudah
diekspor keluar negeri.
4. Tahun 2019 Kabupaten Wonogiri memiliki luas panen tanaman obat sekitar
769,41 Ha meningkat sekitar 49,95% di tahun 2020 yaitu seluas 1.153,75
Ha. Syarat tumbuh tanaman obat di kondisi wilayah Kabupaten Wonogiri
merupakan daerah tropis dan sub tropis dengan ketinggian berkisar 200-500
mdpl, suhu udara optimum 166,820 C – 36,670 dengan pH tanah sekitar 4,3
– 7,0

5. Permasalahan yang dihadapi oleh petani biofarmaka di Kabupaten Wonogiri:


 Penyelenggaraan budidaya tanaman obat yang belum profesional
(diperkirakan 90% bahan baku masih berasal dari tumbuhan liar, hutan
dan hasil pekarangan)
 Ketidakmampuan petani dalam menjaga kestabilan produksi serta
kualitas dan mutu tanaman obat yang disebabkan oleh minimnya
bimbingan dan pelatihan yang diberikan kepada petani
 Kurangnya dukungan pembiayaan dalam pengembangan usaha
agribisnis terutama petani skala kecil
 Industri obat tradisional mendapatkan bahan baku langsung dari
pengumpul dan pedagang (penyalur) simplisia, sehingga tidak dari petani
langsung akibatya banyak rantai pasar yang membuat petani

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 45


mendapatkan untung sedikit
 Industri obat tradisional masih sangat kurang memperhatikan dan
memanfaatkan hasil-hasil penelitian ilmiah dalam upaya pengembangan
produk dan pasar, dalam era globalisasi upaya standarisasi yang berlaku
secara nasional. Internasional menjadi hal yang sangat penting.
6. Upaya peningkatan pemanfaatan potensi tanaman obat di Kabupaten
Wonogiri memerlukan dukungan pemerintah, perbankan, sarana dan
prasarana, pelaku usaha, SDM petani.
7. Kebijakan pengembangan tanaman obat di Kabupaten Wonogiri :
 Pengembangan kawasan secara berkelanjutan dan berkesinambungan
yang terfokus pada spesifik komoditas dan lokasi
 Penyediaan fasilitas infrastruktur prasarana dan sarana kepada
kelembagaan petani terpilih di kawasan pengembangan (pemberian
bantuan prasarana dan sarana)
 Penguatan akses pasar kepada kelembagaan petani melalui
pembenahan manajemen rantai pasokan dan pengembangan kemitraan
usaha antara industri / eksportir / suplier herbal dengan kelembagaan tani
 Pengembangan kerjasama antar stakeholder tanaman oat dan jamu,
dalam bentuk kegiatan pembinaan dan pendampingan melibatkan
berbagai institusi terkait seperti DKK, Badan POM.
8. Langkah strategis yang diambil pemerintah daerah dalam mendukung
pertanian empon-empon di Kabupaten Wonogiri
 Peningkatan kapabilitas SDM
 Pengembangan kawasan
 Penerapan budidaya sesuai GAP
 Penguatan kelembagaan petani tanaman oba
 Pembentukan / penguatan jejaring komunikasii dan informasi antar pelaku
usaha

5. Forum Rembuk Klaster Genteng


1. Pelaksanaan :
Hari : Senin
Tanggal : 22 Maret 2021
Pukul : 13:00 WIB – 15:00 WIB
Tempat : Ruang Pertemuan Graha Perencana I Bappeda dan Litbang
Kabupaten Wonogiri
2. Pembahasan :
 Materi I dengan tema “Sharing Pengalaman dan Perkembangan Industri

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 46


Kecil Genteng di Kabupaten Wonogiri”. Disampaikan oleh Ketua Klaster
Genteng Kabupaten Wonogiri : Sri Purwanto. Secara singkat disampaikan
sebagai berikut:
1. Industri genteng adalah industri yang masih bisa bersaing dan masih
kompetitif samapai dengan sekarang. Industri genteng ini dapat
memberikan keuntungan lebih apabila usahanya dilakukan secara
profesional
2. Sentra industri genteng di Kabupaten Wonogiri berada di Desa Wiroko,
Kecamatan Tirtomoyo. Sampai sekarang kelompok usaha genteng di
Wiroko masih terus berjalan, masyarakat sekitar masih giat memproduksi
genteng, walaupun tantangan industri juga semakin besar.
3. Untuk menghasilkan Genteng yang berkualitas tinggi, maka diperlukan
adanya kecakapan dan ketelitian yang tinggi dalam memproduksinya.
Kecakapan dan ketelitian ini mutlak adanya dalam menghasilkan genteng
berkualitas tinggi. Untuk menghasilkan genteng berkualitas tinggi tidak
terlepas dari faktor internal dan eksternal produksi genteng.
4. Untuk membuat Genteng yang berkualitas tinggi diperlukan adanya
tahapan-tahapan proses pembuatan genteng. yang runut dan saling
terhubung serta diperlukan adanya ketelitian. Bahan baku pembuatan
Genteng yaitu berupa tanah lempung.
5. Bahan baku menempati peranan yang sangat penting dalam hal
pembuatan Genteng. Peranan penting dari bahan baku yaitu sebagai
penentu apakah bahan baku tersebut layak dipergunakan untuk
membuat genteng atau tidak. Kabupaten Wonogiri merupakan sebuah
Kabupaten yang memiliki bahan baku berupa tanah yang bisa dibuat
untuk kerajinan genteng, tetapi tidak semua wilayah di Kabupaten
Wonogiri tanahnya bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
genteng.
6. Tanah Lempung yang dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan
Genteng yang berkualitas tinggi yaitu tanah lempung yang berada 30 cm
di bawah permukaan tanah, artinya lapisan tanah pertama setebal 30 cm
itu disebut lungka ( banyak memiliki unsur hara) tidak bisa dijadikan
genteng.
7. Sentra pembuatan genteng di Kecamatan Girimarto terletak di Desa
Girimarto. Jumlah perajin genteng di Kecamatan Girimarto cukup banyak
berkisar 400 orang. Genteng-genteng tersebut dijual di sekitar Soloraya
serta Jawa Timur . Dalam sehari, seorang perajin dapat memproduksi

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 47


ratusan unit genteng. Pemasarannya mencapai beragam daerah, seperti
Madiun, Magelang, dan sebagian area di Solo dan sekitarnya
 Materi II dengan tema “Sharing Pengalaman dan Motivasi Industri Kecil
Genteng Bertahan di Tengah Persaingan Industri Genteng Modern”.
Disampaikan oleh Ketua Paguyuban Pengrajin Genteng Sokka Kebumen :
Khafid. S.Ag. Secara singkat disampaikan sebagai berikut :
1. Genteng Sokka merupakan sebuah trade mark genteng berkualitas yang
diproduksi di dusun Sokka (Desa Kedawung) yang menjadi jaminan mutu
genteng. Industri ini mulai ada sejak zaman Belanda 1939 hingga
sekarang masih tetap eksis, sehingga nama genteng Sokka sendiri
terkenal untuk wilayah jawa Tengah. Kualitas genteng yang baik ini
menyebabkan permintaan tidak hanya datang dari wilayah sekitar
Kebumen, tetapi juga dari berbagai daerah lain.
2. Desa Kedawung yang terletak di Kecamatan Pejagoan merupakan pionir
dan pusat dari munculnya industri genteng di kabupeten Kebumen,
Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan pemerintah Hindia Belanda
mendirikan industri genteng Sokka untuk pertama kali di Desa Kedawung,
Kecamatan Pejagoang, Kabupaten Kebumen. Kerajinan genteng muncul
sekitar 1920-an. Saat itu, Pemerintah kolonial Belanda melakukan
penelitian untuk memetakan daerahdaerah yang memiliki tanah bagus
untuk bahan atap bangunan. Kebumen merupakan salah satu dari
sejumlah daerah yang memiliki potensi sentra genteng. Genteng-genteng
tersebut digunakan untuk memenuhi pembangunan infrastrukturserta
dijadikan sebagai atap pabrik gula yang berada di Kecamatan Prembun
dan Kecamatan Kebumen.
3. Jenis genteng Sokka yang kini di Kecamatan Pejagoan menunjukan salah
satu cara masyarakat bertahan di bidang perekonomian. Jenis dan
kualitasnya dianggap memiliki nilai jual sehingga mampu bersaing di
dunia pasar. Keunggulan genteng Sokka yang ada di Kabupaten
Kebumen karena dalam produksi menggunakan teknik pres pertama di
Jawa Tengah pada 1980-an.
4. Dengan metode cetak pres, genteng Sokka bisa dibentuk aneka model.
Selain itu tanah dengan kualitas tinggi yang tersebar seluas 5.162 hektar
di kecamatan Kebumen, Pejagoan, Buayan, Sruweng, Sadang dan
Rowokele menghidupkan industri genteng Sokka sejak dulu yang sudah
terkenal di mana-mana
5. Namun demikian setelah 1990-an, perkembangannya meredup dengan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 48


munculnya jenis genteng dari semen, keramik, beton, dan atap subtitusi
lainnya. Memasuki tahun 2000 selain masalah munculnya genteng dari
semen dan atap subtitusi lainnya, juga dikarenakan semakin sulitnya
bahan baku utama (tanah liat). Penggalian tanah liat di Kabupaten
Kebumen sudah di lakukan oleh masyarakat sejak tahun 1980-an karena
mengikuti kecenderungan meningkatnya industri genteng di daerah
tersebut. Peningkatan secara drastis dalam penjualan genteng
mendorong produsen untuk mensuplai genteng dalam jumlah yang makin
banyak, dan menciptakan peningkatan drastis atas permintaan bahan
mentah utamanya, yakni tanah liat. Akibatnya banyak lahan tanah sawah
yang subur menjadi rusak karena seringnya dilakukan penggalian
6. Permintaan barang yang tinggi akan berpengaruh terhadap penggunaan
jumlah bahan baku. Padahal, bahan baku yang digunakan oleh
pengusaha-pengusaha di Kecamatan Pejagoan adalah tanah liat dari
daerah itu sendiri. Pengambilan tanah liat biasanya dilakukan pada lahan
sawah produktif. Hal itu mreka lakukan dari tahun ke tahun, akibatnya
sawah-sawah di Kecamatan Pejagoan menjadi rusak. Keadaan tersebut
kemudian mempengaruhi produktivitas.
7. Para pengusaha genteng Sokka mulai sulit mencari bahan baku sehingga
mereka harus mencari di luar wilayah Kecamatan Pejagoan. Sulitnya
bahan baku yang diperoleh akan berpengaruh terhadap harga. Padahal
dalam produksi genteng Sokka tidak hanya bahan baku saja yang
dibutuhkan, melainkan juga bahan pendukung. Bahan pendukung yang
digunakan yaitu minyak solar, dan kayu bakar. Bahan pendukung
tersebut harganya juga semakin tinggi. Hal tersebut sangat dirasakan
pengusaha saat memasuki tahun 2000.
8. Tingginya biaya operasional didukung pula dengan adanya persaingan
antar industri genteng dari luar wilayah Kabupaten Kebumen seperti
genteng dari Jariwangi, Majalengka dan Surabaya membuat banyak
pengusaha- genteng Sokka di Kecamatan Pejagoan menutup usahanya.
Hal tersebut terlihat dari jumlah unit usaha genteng Sokka yang semakin
menurun dari tahun ke tahun.
9. Melihat kenyataan tersebut, maka industri kecil harus mendapat perhatian
dalam hal pembinaan dan pengembangan, sehingga diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan perekonomian nasional
daerah dan masyarakat, serta menyerap tenaga kerja untuk mengurangi
tingkat pengangguaran

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 49


 Materi III dengan tema “Strategi Kebijakan Pemerintah Dalam Mendukung
Industri Kecil Genteng di Kabupaten Wonogiri”. Disampaikan oleh Kabid
Perindustrian Dinas KUKM dan Perindag Kabupaten Wonogiri : Joko
Waluyo, M.M. Secara singkat disampaikan sebagai berikut :
1. Industri genteng di Kabupaten Wonogiri masih bisa maju dan kompetitif.
Potensi Kabupaten Wonogiri untuk pengembangan industri genteng
masih sangat besar dimana bahan baku mudah dicari, SDM pengrajin
sudah baik dan pangsa pasar masih luas.
2. Permasalahan yang dihadapi IKM genteng di Kabupaten Wonogiri adalah
hadirnya pesaing produk genteng berupa baja ringan, kualitas genteng
yang perlu ditingkatkan, kurang gencarnya pemasaran terutama
pemasaran online.
3. Tujuan pengembangan produk IKM genteng : mengawetkan, nilai jual
lebih tinggi, lebih menarik konsumen, anti lumut dan bocor.
4. Teknologi yang digunakan untuk pengembangan produk IKM genteng :
pengecatan, clear coating, teknologi glaseur/glasir
5. Inovasi IKM genteng Kabupaten Wonogiri mesti dilakukan untuk mampu
bertahan dan lebih unggul dari kompetitor.
6. Pemerintah Kabupaten Wonogiri memiliki komitmen untuk
mempertahankan sentra usaha genteng asli Wonogiri.

7. Forum Rembuk Klaster Makanan Olahan


1. Pelaksanaan :
Hari : Rabu
Tanggal : 17 Maret 2021
Pukul : 13:00 WIB – 15:00 WIB
Catatan : Ketua Klaster harap mengikutsertakan 30 (Tiga puluh) orang
anggota Kelompok atau rekan usaha masing-masing

2. Pembahasan :
 Materi I dengan tema “Kondisi dan Siasat Klaster UMKM Makanan Olahan
Kabupaten Wonogiri Bertahan di Masa Pandemi Covid 19 dan Era New Normal”
Disampaikan oleh Owner Mamuma Baturetno : Sari Noviatsih Secara singkat
disampaikan sebagai berikut:

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 50


1. Dengan semboyan Kuliner Sehat, Enak dan Unik, Mamuma berkomitmen
untuk mengangkat SDA (Sumber Daya Alam) ke permukaan, dan
memperkenalkannya kepada khalayak. Mengolah dari sesuatu yang tidak
berguna menjadi sesuatu yang BERDAYA GUNA , dan bermanfaat bagi
masyarakat luas.
2. Basic penjualan Mamuma adalah secara online sehingga jangkauan
pemasaran kami tak terbatas oleh jarak, ruang dan waktu. Dan seiring
dengan waktu, pemasaran produk Mamuma pun sudah mencapai tingkat
nasional dan beberapa negara tetangga
3. Permasalahan yang dihadapi Mamuma :
 Terjadinya penurunan penjualan maupun omset.
 Adanya kenaikan bahan baku di pasaran
 Kesulitan menaikkan harga jual jika terjadi kenaikan harga bahan baku
 Kesulitan memasarkan produk dan meraih minat /daya beli konsumen
4. Dan dengan basic penjualan Mamuma yang memang dari awal dijalankan
secara online membuat Mamuma semakin tergerak untuk mensiasati
strategi marketing penjualan di masa pandemi ini.
5. Teknik – teknik yang digunakan untuk pemasaran online adalah :
 Kencangkan iklan di medsos (WA, FB, Instagram, Website, Market Place,
Cloud Market, Gofood, dll)
 Banyak membuka Pre Order (Open PO ) sebelum eksekusi produk
sehingga tidak ada alasan dagangan yang tidak laku, karena produksi
hanya sesuai pesanan yang masuk.
 Keuntungan dari berjualan secara online diantaranya :
- Hanya bermodalkan kuota dan data
- Tidak membutuhkan stock barang / tidak produksi terlebih dahulu.
- Berjualan bisa dari gambar
- Tidak membutuhkan mobilitas yang tinggi
- Jika menerapkan system penjualan yang benar penjual dan pembeli
tidak akan dirugikan.
- Jangkauan pemasaran lebih luas, bisa nasional dan internasional.
 Kurangi jumlah produksi
Jika dulu sering stock barang dalam jumlah banyak, untuk saat seperti ini
lebih ditekan, stock hanya untuk produk – produk best seller, sedangkan
produk yang kurang diminati sebaiknya diproduksi by order (ketika ada
order masuk baru dibuatkan)
 Menambah banyak varian menu.

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 51


Selama masih dalam koridor makanan olahan, sah – sah saja menambah
varian menu – menu yang menarik sehingga customer bisa melakukan
one stop shopping di online shop kita.
 Lebih kreatif dalam berinovasi
 Ambil setiap peluang yang ada.
Usahakan untuk tidak pernah menolak setiap order /permintaan pasar
yang masuk. Sekalipun permintaan tersebut belum pernah kita kerjakan
sebelumnya.
 Lebih memilih penjualan secara cash/ ritel/jual lepas : Sehingga tidak
beresiko penumpukan piutang pada customer. Kurangi/hindari penjualan
secara konsinyasi karena akan menghambat cashflow produksi.
 Perluas jaringan pertemanan dan system penjualan secara Resell :
Reseller akan banyak membantu penjualan kita, sehingga jalin
komunikasi yang baik dan harmonis dengan mereka.
 Sekali waktu perlu adanya diskon harga, promo, cuci gudang, reward
ataupun give away kepada customer : Perbaikan mutu produksi maupun
varian baru bisa dipelajari dari internet, youtube dan trial – trial mandiri.
Di era pandemi dan new normal sangat dibutuhkan pelayanan servis
yang maksimal dari pedagang. Seperti delivery produk sampai ke tangan
customer, pasti akan lebih dipilih oleh customer.
 Materi II dengan tema “Sharing Pengalaman dan Motivasi Strategi UMKM
Makanan Olahan Menghadapi Tantangan Industri Makanan Olahan serta
Kesiapan Penjaminan Keamanan Pangan di Masa Pandemi Covid 19 “.
Disampaikan oleh Direktur Yuafa Food Berkah Makmur Wonosobo. Secara
singkat disampaikan sebagai berikut :
1. Yuafa Food berdiri tahun 2001 bergerak di bidang pemanfaatan tanaman
lokal agro yaitu pemanfaatan buah-buahan lokal menjadi berbagai makan
olahan
2. Di Yuafa Food buah-buahan lokal menjadi aneka makanan olahan yang
memiliki baku mutu nasional dan internasional, Bahan baku seperti buah
pisang, pepaya, melon, salak, jamur yang diolah menjadi manisan, keripik,
selai dengan packaging kualitas terbaik dan kualitas ekspor
3. Produk yang dihasilkan seperti carica, kripik buah, sayur dan makanan
kemasan kaleng
4. Fakta dan realita akibat covid 19 di Indonesia bagi UMKM : pengangguran
meningkat, terhambatnya aktivitas perekonomian, banyak pekerja yang
dirumahkan atau bahkan diberhentikan, berdasarkan data Kementerian

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 52


Tenaga Kerja per 7 April 2020 akibat pandemi covid 19 ini sebanyak 39.977
perusahaan merumahkan dan melakukan PHK, sehingga total ada
1.010.579 orang pekerja yang terkena dampak ini.
5. Inovasi Yuasa Food dalam menghadapi pandemi covid 19 : meningkatkan
produksi produk yang sedang trend seperti sambal, minuman sehat dan
memasarkannya lewat online, ikut promosi produk ke luar negeri,
berkolaborasi dengan pihak etiga
 Materi III dengan tema “Komitmen Pemerintah Hadirkan Pangan Aman dan
Bermutu di Masa Pandemi COVID-19” Disampaikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Wonogiri : Suwarsono, Apt. Secara singkat disampaikan sebagai
berikut :
1. Produk Makanan Olahan di Kabupaten Wonogiri sudah sangat banyak dan
beragam. Namun demikian dari sisi kemasan masih banyak yang belum
memenuhi standar GMP. Selain itu kemasan semestinya juga
mempertimbangkan market yang dibidik dan setidaknya mencantumkan :
PIRT, Expired date, komposisi bahan, harga yang pasti dan sertifikat halal.
2. Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat sebagian sektor usaha
banyak mengalami penurunan pendapatan. Banyak usaha yang akhirnya
terpaksa gulung tikar dan menghentikan produksi akibat sepinya pembeli
3. Sejak awal perkembangan pandemi dan penerapan kebijakan pembatasan
mobilitas masyarakat, bisnis di bidang makanan dan juga kesehatan terbukti
mampu bertahan, sektor usaha ini cenderung tidak mengalami penurunan
omzet yang signifikan.
4. Usaha kecil makanan, misalnya, mampu bertahan. Alasannya banyak rumah
tangga yang tetap memerlukan makanan. Namun karena penghasilan yang
menurun maka mereka cenderung mengurangi belanja di usaha menengah
dan besar ke usaha yang di bawahnya
5. sejumlah inovasi yang saat ini mulai dilakukan oleh UMKM misalnya
menggunakan teknologi pemasaran secara daring serta teknologi
pengawetan untuk produk makanan seperti vacuum pack, merupakan upaya
adaptasi yang baik dan dapat dicontoh oleh banyak pelaku usaha
6. Pendampingan untuk UMK pangan tentunya sangat diperlukan, mengingat
pangan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Setiap
orang berhak atas pangan yang aman, bergizi, dan cukup. Untuk
mewujudkan keamanan pangan, semua pihak baik pemerintah, produsen,
dan konsumen perlu saling bersinergi dan berkontribusi. Konsumsi dan
produksi pangan yang aman memiliki manfaat langsung dan jangka panjang

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 53


untuk masa depan kita bersama
7. Dinas Kesehatan terus melakukan peningkatan pelayanan publik,
pembinaan, dan pendampingan pelaku usaha. Dinas Kesehatan juga selalu
memotivasi pelaku usaha, khususnya UMKM, untuk terus berinovasi dan
meningkatkan kapasitas dalam menerapkan praktik yang baik dari proses
produksi hingga distribusi/peredaran secara konsisten, termasuk di
dalamnya engawasan pre- dan post-market juga terus dilakukan secara rutin
untuk mengawal keamanan, mutu, dan gizi pangan yang bertujuan untuk
melindungi kesehatan masyarakat Indonesia dan sekaligus mendukung
ekonomi rakyat

8) Forum Rembuk Klaster Hortikultura


1. Pelaksanaan :
Hari :
Rabu
Tanggal :
17 Maret 2021
Pukul 09:00 WIB – 11:00 WIB
:
Tempat :
Ruang Pertemuan Graha Perencana Bappeda dan Litbang
Kabupaten Wonogiri
Acara : Forum Rembuk Klaster Hortikultura dengan tema
“Membidik Peluang Bisnis Pertanian Hortikultura Di Masa
Pandemi Covid 19”
2. Pembahasan :
 Materi I dengan tema “Sharing Pengalaman dan Motivasi Memberdayakan
Petani Muda Dalam Peluang Bisnis Hortikultura” Disampaikan oleh Owner Kopi
Wonogirich : Yosep Bagus Adi S. Secara singkat disampaikan sebagai berikut:
1. Potensi kopi di Kabupaten Wonogiri sangat melimpah, akan tetapi petani kopi
belum sepenuhnya paham tentang pemanfaatannya. Daerah-daerah yang
sudah mengalami kemajuan dalam pertanian kopidiantaranya di Desa
Brenggolo Kecamatan Jatiroto, Desa Conto Kecamatan Bulukerto dan Desa
Girimarto Kecamatan Girimarto.
2. Kunci kesuksesan dan bertanam kopi adalah educate, empowerement dan
suistainability.
 Educate : Tidak banyak petani yang tau cara panen kopi sebelumnya.
Proses panen dilakukan secara acak tanpa menunggu buah kopi berwarna
merah dan matang. Setelah terkumpul, kopi kemudian ditumbuk dengan
alu sehingga menyebabkan biji kopi menjadi pipih, pecah dan rusak.
 Empowerement : Pemberdayaan adalah sebuah teori dinamis yang tidak
ada habisnya dimana setiap kelompok sasaran program mempunyai
karakteristik yang beragam. Pada bidang kopi, kami memilih untuk
membersamai dalam proses belajar sehingga secara bersamaan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 54


memunculkan inisiatif mandiri yang berujung pada keinginan berinovasi
dan rasa memiliki.
Jenis inovasi yang dilakukan untuk petani kopi Wonogiri hingga saat ini
adalah :
a. Pembuatan koperasi kopi
b. Generasi muda ingin jadi petani dan barista
c. Aktif belajar jenis pengolahan kopi
d. Keinginan mewujudkan desa wisata kopi
e. Membuka kemitraan dengan sesama petani
 Suistainability : isu sustainability tidak hanya sekedar pencitraan semata.
Bersama petani, Wonogirich sepakat membentuk komitmen bahwa alam
adalah sumber kehidupan untuk semua. Wonogirich menyadari bahwa
apa yang diambil dari alam harus dilandasi dengan kebijaksanaan untuk
turut serta menjaga
3. Menindaklanjuti hasil diskusi dengan petani kopi di Desa Conto, Kecamatan
Bulukerto pada tahun 2017, tercetuslah ide untuk merumuskan program
pemberdayaan kopi lokal Wonogiri ke dalam tiga hal sederhana. Wonogiri
Nduwe Kopi, Wonogiri Nandur Kopi dan Wonogiri Nggone Kopi.
4. Hal ini didasari dari pengamatan bahwa tanaman kopi di Wonogiri masih
cukup banyak yang tersisa dan dalam usia produktif, namun pada proses
panen dan pasca panen masih dilakukan dengan asal dan tidak benar.
 Wonogiri Nduwe Kopi (2018) : Memperkenalkan kopi Wonogiri melalui
beberapa event tematik terkait kopi baik di Wonogiri maupun daerah lain.
 Wonogiri Nandur Kopi (2019-xx) : Menginisiasi penanaman kopi di
berbagai area potensial dengan petani setempat
 Wonogiri Nggone Kopi (2021-~) : Bersama petani, kembali menjadikan
Wonogiri sebagai daerah penghasil kopi dengan varian yang beragam
5. Meningkatkan kualitas kopi :
 Pemetikan : Petani diedukasi untuk melakukan petik buah kopi ketika
kondisi ceri kopi telah merah dan matang.
 Kupas dengan mesin : Untuk efisiensi waktu kerja dan mengurangi jumlah
kopi yang pipih/pecah karena penumbukan, maka diperlukan mesin
pengupas basah atau biasa disebut mesin pulper
 Jemur dengan baik : Setelah dikupas dan difermentasi, maka biji kopi perlu
dijemur dengan baik di atas para-para atau di dalam rumah jemur (drying
house) untuk mencapai kadar air 10-12%.
 Penyimpanan : Setelah biji kopi dikeringkan mencapai KA 10-12%

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 55


selanjutnya dikupas kering dengan mesin huller kemudian disimpan
dengan baik untuk mencegah jamur dan kerusakan karena kelembaban
udara.
6. Melalui program pemberdayaan yang telah dicanangkan, petani kopi
diharapkan dapat mengetahui bagaimana memproses kopi dengan baik dan
benar serta mampu mengolah hasil panen dengan memanfaatkan mesin dan
fasilitas lain pada rumah pemrosesan kopi yang akan dibangun.
7. Peralatan yang dibutuhkan petani kopi Wonogiri :
 Mesin pulper : Mesin kupas buah kopi setelah dipanen
 Mesin huller : Mesin kupas biji kopi kering setelah penjemuran
 Rumah pemrosesan : Sentra pemrosesan terpadu yang dapat
dimanfaatkan anggota kelompok tani untuk efisiensi waktu dan biaya
pemrosesan
 Rumah penjemuran : Rumah jemur berbentuk drying house modern
sekaligus tempat edukasi bagi petani dan juga objek wisata edukasi
8. CSR Program : Bantuan yang diberikan oleh PLN UP3 Sukoharjo melalui
program CSR tahun 2020 diwujudkan dalam pengadaan Rumah Edukasi Kopi
Wonogiri berupa penyediaan beberapa sarana dan prasarana, yaitu :
 Rumah Edukasi Kopi Wonogiri
Terdiri dari rumah proses dan rumah jemur kopi berfungsi sebagai
tempat edukasi bagi petani kopi dan wisatawan yang mengunjungi sub-
kawasan wisata kopi di Desa Conto.
Bagi petani, sentra pemrosesan kopi yang tertata rapi akan lebih
memudahkan alur kerja bagi proses pasca panen. Hal ini diharapkan
mampu menjadi media percontohan (replikasi) oleh petani kopi di wilayah
lainnya.
Rumah Edukasi Kopi Wonogiri yang dibangun dari dana CSR PT. PLN
melalui PLN UP3 Sukoharjo berada di lahan berukuran sekitar 100 meter
persegi milik Pak Sular, salah seorang petani kopi di Dusun Sumber,
Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri.
Rumah Edukasi Kopi yang dibangun dari dana CSR PLN UP3 Sukoharjo
selain untuk pemrosesan biji kopi panenan dari petani juga telah
dimanfaatkan sebagai tempat pelatihan budidaya kopi yang
diselenggarakan oleh Dinas KUKM Disperindag Wonogiri (Bidang
Koperasi) bekerjasama dengan Wonogirich selaku penanggung jawab
Rumah Edukasi Kopi.
 Penyediaan Mesin Huller

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 56


- Pengupas Biji Kering
Digunakan untuk mengupas biji kopi yang telah selesai dijemur dan
mencapai kadar air 10-12%
- Mencegah Kerusakan Biji
Ketika biji dikupas dengan ditumbuk (cara tradisional) maka akan
banyak biji yang rusak (pecah, pipih), dengan huller kerusakan
karena pengupasan sangat minimal.
 Penyediaan Mesin Pulper
- Pengupas Buah Kopi
Pengupas buah kopi matang setelah dipanen. Dilengkapi motor
penggerak dengan daya listrik 750 watt.
- Efisien dan efektif
Mencegah kerusakan buah kopi karena proses pengupasan dengan
ditumbuk. Selain itu juga sangat efisien mempersingkat waktu kerja.
 Materi II dengan tema “Strategi Kebijakan Pemerintah Menyikapi Peluang Bisnis
Hortikultura Di Masa Pandemi Covid 19” Disampaikan oleh Penyuluh Pertanian
pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri : Kukuh Subekti, SP.,
M.M.A. Secara singkat disampaikan sebagai berikut :
1. Kondisi real pasar produk hortikultura di Kabupaten Wonogiri : Untuk
tanaman buah-2an, hampir belum ada brand buah khusus wonogiri, walau
sebenarnya Wonogiri punya buah lokal yang unggul tapi belum punya
brand di luar Wonogiri (terkenal hanya lokal wonogiri). Contoh alpukad di
bulukerto, sawo di manyaran, jeruk besar di paranggupito, durian di
slogohimo dll. Untuk tanaman sayur-sayuran, sebagian besar masih
didatangkan dari luar wonogiri. Buah-buahan yang ada di pedagang buah,
hampir semua didatangkan dari luar daerah wonogiri. Kondisi agroklimat di
wonogiri beragam, yang memungkinkan setiap wilayah dapat mengangkat
komoditas unggulan. Kepemilikan lahan tegal, pekarangan belum
maksimal, ditandai adanya banyak jenis tanaman dalam satu lahan,
sehingga kurang bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan
2. Peluang bisnis hortikultura :
 Pasar lokal laku
 Pasar global sangat mungkin
 Budidaya mudah
 Agroklimat cocok
 Lahan masih memungkinkan
 Dukungan tenaga tehnis dari Dinas Pertanian, SIAP

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 57


3. Peluang bisnis hortikultura di Wonogiri :
 Peluang pembibitan dan pembenihan
 Peluang bisnis tanaman buah-buahan
 Peluang sayuran daun semusim
 Peluang bisnis tanaman hias / bunga
 Peluang bisnis tanaman biofarmaka
4. Kebijakan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri dalam
mendukung pertanian hortikultura
 Peluang bisnis tanaman hortikultura di wonogiri banyak sekali dan sangat
mungkin untuk dilaksanakan/dikembangkan
 Pada masa Covid 19 ini peluang bisnis hortikultura yang cocok untuk
digerakan adalah budidaya tanaman ber umur pendek (<1 tahun)
 Monggo Dinas-2 lain mungkin peluang tersebut bisa ditangkap sebagai
salah satu program pemberdayaan potensi alam, program pengentasan
kemiskinan atau sebagai upaya pemberdayaan pemuda/taruna untuk
mengurangi pengangguran
 Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Wonogiri siap membantu dalam hal
pendampingan teknis budidaya
 Materi III dengan tema “Sharing Pengalaman dan Motivasi Peluang Bisnis
Pertanian Organik Di Masa Pandemi Covid 19” Disampaikan oleh Ketua
Kelompok Tani Al-Barokah Kabupaten : Mustofa. Secara singkat disampaikan
sebagai berikut
1. Dewasa ini pertanian organik semakin populer. Hal ini disebabkan dampak
dari sistem pertanian modern atau sistem pertanian kimiawi yang tidak dapat
berkelanjutan dalam jangka panjang.
2. Terbukti dampak penggunaan pupuk-pestisida kimia sintetis yang
berkepanjangan dalam dosis tinggi, disamping merusak lingkungan adalah
kesehatan manusia tidak terkontrol, menimbulkan berbagai penyakit karena
banyak mengkonsumsi makanan berkadar kimia sintetis tinggi.
3. Salah satu solusi adalah melalui system pertanian organik. Teknologi ini
mengembalikan kesuburan tanah dan lingkungan biologi, Betapa hebatnya
kekuatan Revolusi Hijau dan Revolusi Biologi, sehingga memporak
porandakan sistem lingkungan, sosial, teknologi, serta benih budidaya lokal
yang kita miliki hilang. Kenyataan inilah yang harus segera kita kembalikkan.
Mimpi ini harus kita bangun dengan tetesan keringat dan bahkan dengan
cucuran air mata.
4. Sisitem Klaster salah satu konsep riil dalam membangun ekonomi

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 58


kerakyatan melalui pemberdayaan masyarakat tani.
5. Hal penting dalam bisnis pertanian organik :
 Kondisi produk
- Kualitas
- Kuantitas
- Kontinuitas
 Advertising
- Jejaring
- Mitra kerjasama antar pihak
 Managemen pengelolaan
- Organisasi
- Bisnis
 Solusi (sebuah wacana dan rencana)
- Internal
- Eksternal
6. Bisnis masa pandemi covid 19 :
 Internal
- Membangun semangat baru melalui konsolidasi antar divisi (bagian)
sehingga terntegrasi
- Penguatan jobdiskripsi sesuai tupoksi
- Menjaga dan meningkatkan kualitas, kontinyuitas dan kuantitas
- Mengembangkan kreatifitas dan inovasi produk turunan sesuai standar
(yang memiliki nilai keistimewaan).
 Eksternal
- Selalu berupaya memperluas networking
- Menambah dan meningkatkan advertising dengan mitra lama dan
mencari yang baru (via sosmid)
- Mempererat dan membangunkan jaringan lama yang sudah tertidur
- Mengikuti even-even yang mendukung usaha (via sosmed)
7. Bangunan bisnis umum :
 Membangun dan penguatan network
 Penguatan SPOI (proses produksi)
 Penguatan 3K
 Kelengkapan data base
 Peningkatan advertising
8. Pertanian organik perlu dikembangkan terbukti dari berbagai aspek sanagat

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 59


menguntungkan. Organisasi klaster tetap memiliki usaha riil dlm
pemberdayaan ekonomi dan penguatan idiologi masyarakat mengangkat
harkat dan martabat ummat. Gerakan pengembangan inovasi sangatlah
dibutuhkan disamping memiliki nilai tambah juga sebagai produk unggulan
(OVOP).
9. Dibutuhkan mitra kerjasama yang sinergi dengan berbagai pihak untuk
peningkatan dan pengembangan klaster. Melestarikan kearifan lokal sangat
penting dan tanggung jawab kita semua. Masyarakat (tani) menjadi modal
sosial dalam upaya penumbuhan dan pengembangan usaha klaster.
10. Sudah saatnya petani dijadikan subyek pertanian, dan tidak selamanya
menjadi obyek pertanian dalam menuju ekonomi kreatif. Sistem pertanian
organik akan membawa petani bisa berdaulat

B. PEMBAHASAN

Sebagaimana hasil dari Forum Rembuk Klaster Unggulan Kabupaten Wonogiri


Tahun 2021 dapat dirangkum permasalahan yang dihadapi klaster sebagai berikut :

NO KLASTER PERMASALAHAN

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 60


1 Klaster Mete - Kontinuitas produksi bahan baku terbatas karena
bersifat musiman
- Limbah kulit kacang mete belum dimananfaatkan
secara maksimal
- Pengolahan pasca panen masih anual

2. Klaster Ubi Kayu - Kontinuitas ketersediaan bahan baku belum terjamin


karena panen musiman
- Belum ditemukannya teknologi penyimpanan yang
mampu menjaga kesegaran ubi kayu
- Nilai tambah rendah karena langsung dijual dalam
bentuk mentah
- Pengolahan masih sederhana dan berskala industri
rumah tangga
- Inovasi produk masih rendah
- Penanganan pasca panen masih konvensional

3. Klaster Genteng - Belum ada inovasi produk misalnya mengarah ke


genteng glasur maupun genteng keramik karena
kualitas SDM yang terbatas
- Bahan baku semakin sulit
- Ketersediaan bahan bakar untuk proses pembakaran
yang semakin terbatas
- Belum memiliki tungku yang berstandar SNI

4. Klaster Tanaman - Kontinuitas produk empon-empon belum terjaga


Obat - Pola panen yang bersifat musiman
- Penerapan teknologi pasca panen belum ada
- Belum sinergi dengan pengembangan wisata agro
tanaman obat
- Kualitas hasil panen yang kurang stabil karena proses
budidaya yang kurang optimal

NO KLASTER PERMASALAHAN

5. Klaster Makanan - Packaging kurang menarik


Olahan - Banyak umkm yang belum memiliki sertifikasi
keamanan pangan
- Jaringan pemasaran terbatas

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 61


6. Klaster Parekraf - Kelembagaan pengelolaan (belum memiliki visi yang
sama)
- Keterbatasan kualitas SDM (teknologi informasi dan
bahasa asing)
- Sarana prasarana pendukung yang masih kurang
(homestay yang layak, infrastruktur)
7. Klaster Batik - Fluktuasi dan ketersediaan bahan baku
- Kendala pemasaran
- Berkurangnya tenaga pembatik
- Pembukuan belum tertata dengan baik dan teratur
- Perhitungan biaya produksi berdasarkan perkiraan
- Desain motif batik yang dimiliki dan diproduksi oleh
Nderbolo masih terbatas dan belum bervariatif
8. Klaster hortikultura - Harga tidak sebanding dengan beaya produksi
- Harga pupuk mahal
- Kondisi lingkungan yang semakin rusak
- Tenaga kerja sulit (pemuda) beralih kesektor lain

Dari rangkuman permasalahan yang dihadapi klaster umkm tersebut diatas maka
solusi yang diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan adalah :

NO. KLASTER SOLUSI PERMASALAHAN

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 62


1. Klaster Mete - Mengkoordinasikan pengembangan pola tanam
berkelanjutan
- Pengenalan teknologi pasca panen pengolahan mete
- Pelatihan dan bantuan alat pembuatan minyak CSNL

2. Klaster Ubi Kayu - Mengkoordinasikan kebijakan pola budidaya tanaman


singkong yang berkelanjutan melalui rekayasa varietas
bibit unggul ubi kayu
- Pengadaan mesin oven / pengering tepung mocaf dan
tapioka
- Pelatihan peningkatan produksi mocaf dan tapioka
- Pelatihan pengolahan produk-produk makanan
berbahan baku ubi kayu
- Pengenalan teknologi produksi

3. Klaster Genteng - Pelatihan dan magang pembuatan genteg glasur dan


genteng keramik
- Mengupayakan pengembangan bahan bakar alternatif
- Kerjasama dengan para anggota klaster untuk
penyediaan bahan baku
- Pembuatan tungku berstandar SNI
- Mengefektifkan forum rembug klaster

4. Klaster Tanaman - Mengkoordinasikan kebijakan pengembangan


Obat budidaya tanaman empon-empon
- Mengembangkan inovasi teknologi budidaya emepon-
empon
- Pemberian bantuan peralatan alat pengrajang empon-
empon dan alat packaging
- Meningkatkan efektifitas kelembagaan melalui forum
rembuk klaster
- Pelatihan pasca panen dan packaging untuk simplisia
empon-empon

NO KLASTER - SOLUSI PERMASALAHAN

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 63


5. Klaster Makanan - Pelatihan packaging dan keamanan pangan
Olahan - Fasilitasi sertifikasi keamanan pangan dan sertifikasi
halal
- Mengupayakan kerjasama pemasaran dengan
pengusaha usaha menengah besar
6. Klaster Parekraf - Penguatan kelembagaan pengelola (peyatuan visi)
- Peningkatan kualitas SDM melalui penyediaan fasilitas
pelatihan
- Dukungan penyediaan infratsruktur (jalan dan
homestay yang layak)
- Peningkatan kualitas pemasaran
7. Klaster Batik - Menggiatkan pelatihan membatik bagi generasi muda
- Mengadakan pelatihan pembukuan
- Mengadakan pelatihan pemasaran online
- Mulai diversifikasi produk selain kain batik juga
memproduks baju batik, kerudung batik, syal batik
- Bekerja sama dengan pemerintah daerah agar ASN
membeli batik dari pembatik lokal
8. Klaster Hortikultura - Menjaga dan meningkatkan kualitas, kontinyuitas dan
kuantitas
- Mengembangkan kreatifitas dan inovasi produk turunan
sesuai standar (yang memiliki nilai keistimewaan
- Mengintegrasikan pertanian hortikultura dengan wisata
alam pertanian, wisata produk pertanian organik,
wisata kuliner dan wisata kerajinan

Usulan yang disampaikan untuk klaster inovatif berkembang dan berbasis


teknologi :

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 64


KLASTER DASAR PERTIMBANGAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI

Mete - Merupakan produk unggulan - Teknologi bagi budidaya


daerah tanam (varietas dengan
- Memberikan kontribusi masa tanam pendek)
terbesar terhadap produk guna menjaga
mete Jawa Tengah (81% kesinambungan produksi
tanaman mete Jawa Tengah bahan baku
yang ada di Wonogiri) - Pengenalan teknologi
- Tersebar di 25 kecamatan pasca panen pengolahan
mete
- Pelatihan dan bantuan
alat pembuatan minyak
CNSL

Parekraf (berbasis - Wayang merupakan warisan - Pengetahuan manajemen


wayang Desa budaya, perlu dilestarikan modern pengelolaan
Kepuhsari, namun pasar untuk wayang industri pariwisata
Kecamatan saat ini terbatas sehingga
Manyaran) perlu dilakukan terobosan
dengan menjadikannya desa
wisata (menjual kemampuan
membuat wayang)
- Pasar untuk industri kreatif
ini sudah berkembang
- Mendukung destinasi utama
pariwisata Wonogiri dan
dekat dengan akses
Yogyakarta

KLASTER DASAR PERTIMBANGAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 65


Hortikultura (Kopi) - Kopi adalah salah satu - Teknologi pengolahan
komoditas unggulan pasca panen : Mesin
perkebunan sebagai sumber Pulper (Mesin kupas buah
devisa negara kopi setelah dipanen),
- Sejarah mencatat wilayah Mesin Huller (Mesin
Wonogiri, khususnya kupas biji kopi kering
Kecamatan Bulukerto, setelah penjemuran),
pernah menjadi salah satu Rumah Pemrosesan
pusat lokasi pembibitan dan (Sentra pemrosesan
pembudidayaan perkebunan terpadu yang dapat
kopi yang dipilih oleh dimanfaatkan anggota
Kadipaten Mangkunegaran kelompok tani untuk
pada 1860-an. Artinya, efisiensi waktu dan biaya
Wonogiri memang memiliki pemrosesan), Rumah
kapasitas yang mumpuni Penjemuran (Rumah
untuk menghasilkan kopi jemur berbentuk drying
lokal yang berkualitas. house modern sekaligus
- Kopi mulai ditanam di tempat edukasi bagi
berbagai kecamatan di petani dan juga objek
Kabupaten Wonogiri wisata edukasi)
(Bulukerto, Jatiroto,
Girimarto, Slogohimo,
Jatipurno, Puhpelem,
Karangtengah, Tirtomoyo,
Kismantoro, dan Batuwarno)
- Pemberdayaan petani kopi
dilakukan dengan cara
membersamai dalam proses
belajar sehingga secara
bersamaan memunculkan
inisiatif mandiri yang
berujung pada keinginan
berinovasi dan rasa memiliki.

KLASTER DASAR PERTIMBANGAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 66


- Jenis inovasi yang telah - Rumah Edukasi Kopi
dilakukan oleh Komunitas Wonogiri : Terdiri dari
Pecinta Kopi Wonogiri untuk rumah proses dan rumah
petani kopi diantaranya jemur kopi berfungsi
Pembuatan koperasi kopi, sebagai tempat edukasi
Generasi muda ingin jadi bagi petani kopi dan
petani dan barista, Aktif wisatawan yang
belajar jenis pengolahan mengunjungi sub-
kopi, Keinginan mewujudkan kawasan wisata kopi di
desa wisata kopi , Membuka Desa Conto.
kemitraan dengan sesama -
petani

Rencana tindak lanjut dalam rangka mendukung program pengembangan Klaster


UMKM unggulan daerah Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 adalah sebagai berikut :

NO KLASTER RENCANA TINDAK LANJUT

1. Mete - Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang


anggaran revitalisasi mete di RKPD tahun 2022
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait untuk
fasilitasi bantuan peralatan seperti alat kacip mete dan
oven
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
penyelenggaraan pelatihan pemanfaatan pengolahan
biji mete, pelatihan manajemen pemasaran, pelatihan
ekspor impor, dan pelatihan keamanan pangan
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
proses perijinan yang masih terkendala di beberapa
umkm

2. Parekraf - Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait


dukungan anggaran untuk perbaikan sarana prasarana
pendukung desa wisata / destinasi wisata seperti jalan
dan pembenahan homestay

NO KLASTER RENCANA TINDAK LANJUT

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 67


2 - Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
pelatihan peningkatan kualitas produk, pelayanan dan
SDM pariwisata, pelatihan peningkatan pemasaran
terpadu (inovasi dimasa pandemi untuk publikasi
konten tour wisata virtual)
3. Batik - Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait untuk
peningkatan pemberdayaan pembatik melalui inovasi-
inovasi di bidang pemasaran, inovasi motif dan
diversifikasi produk
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis dan
stakeholder terkait untuk membangun city branding
melalui batik wonogiri
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis dan
stakeholder terkait untuk peningkatan kelembagaan
klaster batik
4. Ubi Kayu - Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
penyuluhan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas
produk, memperbaiki kemasan dan packaging produk
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
arahan pengembangan komoditas ubi kayu yang
terbagi menjadi (a) sentra produsen yang hanya
memproduksi singkong tanpa mengolahnya ke dalam
bentuk lain, (b) sentra pengolah yang memproduksi
komoditas singkong menjadi produk lain dan (c) sentra
produsen dan pengolah yang dapat melakukan kedua
proses diatas. Berdasarkan pada lokasi wilayah lokasi
pemasaran diarahkan di dua wilayah yaitu wilayah
utara di Kecamatan Ngadirojo karena berbatasan
langsung dengan Kabupaten Karanganyar serta
menjadi pusat perdagangan Kabupaten Magetan
Provinsi Jawa Timur, Karanganyar, Sukoharjo dan
wilayah Wonogiri bagian utara dan wilayah selatan
adalah Kecamatan Pracimantoro yang merupakan
pusat perdagangan tiga Provinsi yaitu Kabupaten
Pacitan Jawa Timur, Kabupaten Gunung Kidul

NO KLASTER RENCANA TINDAK LANJUT

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 68


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua pusat
perdagangan tersebut diarahkan karena dengan
kedekatannya dengan wilayah lain akan dapat
mempermudah dalam memperluas jaringan
pemasaran.
5. Tanaman Obat - Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
penyelenggaraan pelatihan budidaya tanaman obat,
teknologi pasca pannen
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
penyelenggaraan pelatihan pemasaran ekspor impor
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis dan
stakeholder terkait tentang penyelenggaraan workshop
SOP simplisia yang dapat diterima industri obat herbal
6. Genteng - Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
penyelenggaraan pelatihan pemasaran, pelatihan
pembuatan genteng glasur dan genteng keramik
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait untuk
fasilitasi bantuan peralatan
- Mengkoordinasikan dengan stakeholder terkait tentang
kemudahan mendapatkan permodalan
7. Makanan Olahan - Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
pelatihan packaging, pelatihan keamanan pangan
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
bantuan fasilitasi sertifikasi halal
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
perijinan
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
kemudahan mendapatkan permodalan
8. Hortikultura - Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
menggiatkan pendampingan teknis budidaya,
pengolahan pasca panen
- Mengkoordinasikan dengan OPD teknis terkait tentang
pelatihan ekspor impor

Untuk menjamin berjalannya program Klaster sesuai dengan yang


diharapkan, kuatnya platform kelembagaan merupakan fondasi awal bagi

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 69


keberhasilan program tersebut. Penguatan platform kelembagaan Klaster di
Kabupaten Wonogiri dilakukan dengan memanfaatkan FEDEP (Forum for
Economic Development and Employment Promotion). Hasil dari kegiatan ini adalah
kesiapan platform kelembagaan yang dibutuhkan untuk pengelolaan Klaster.
Kelembagaan ini terdiri dari lembaga yang berfungsi melakukan eksekusi kegiatan
diantaranya OPD teknis terkait, pelaku usaha, dan Business Development Services
(BDS). BDS bertanggung jawab dalam menyusun target dan strategi jangka panjang
organisasi, membangun hubungan dengan pelanggan, mengidentifikasi peluang
bisnis, melakukan negosiasi bisnis, serta memonitor perkembangan pasar.
Untuk mengevaluasi kesiapan platform kelembagaan Klaster di Kabupaten
Wonogiri, setidaknya terdapat beberapa indikator yang dapat menggambarkan kuat
atau lemahnya kelembagaan Klaster Di Kabupaten Wonogiri. Indikator- indikator
tersebut antara lain intensitas dialog multistakeholder dalam forum rembuk klaster,
tingkat partisipasi anggota klaster, upaya promosi kelembagaan klaster, upaya
promosi klaster, upaya jejaring klaster.
Dialog multistakeholder dalam forum rembug klaster merupakan indikator
untuk melihat keseriusan stakeholders dalam mendukung berjalannya program
klaster dengan baik. Dialog multistakeholder dalam forum rembug klaster diperlukan
untuk menjaring ide atau gagasan terkait dengan kebijakan dari program klaster,
mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan klaster, serta menemukan solusi atas
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan rencana kerja
klaster.
Berdasarkan evaluasi kegiatan forum rembug klaster di Kabupaten Wonogiri
dapat diketahui bahwa intensitas dialog multistakeholder dalam forum rembug
klaster masih tergolong sangat rendah yaitu mayoritas forum rembug klaster
melakukan dialog minimal sekali dalam dua bulan. Intensitas dialog multistakeholder
forum rembug klaster di Kabupaten Wonogiri yang tergolong masih rendah dapat
disebabkan oleh dua hal utama yaitu terbatasnya anggaran yang ada dan masalah
komunikasi antar stakeholder yang belum optimal. Selain itu, permasalahan
intensitas dialog yang masih rendah juga diperparah dengan adanya permasalahan
lainnya yaitu pemahaman anggota tentang peran dan fungsi klaster masih belum
optimal, kurangnya komunikasi dengan sesama pengurus klaster, serta
perencanaan dan pengelolaan kegiatan klaster selama ini belum optimal.
Keseriusan stakeholders dalam mendukung berjalannya program forum
rembuk klaster juga dapat dilihat melalui tingkat partisipasi anggota klaster dalam
setiap dialog yang dilakukan. Tingkat partisipasi anggota klaster juga menunjukkan
kesolidan dalam kelembagaan klaster itu sendiri. Semakin tinggi tingkat partisipasi

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 70


anggota klaster membuka peluang bagi dialog yang dilakukan untuk menghasilkan
ide dan gagasan berharga bagi kebijakan program klaster di Kabupaten Wonogiri.
Tingkat partisipasi anggota klaster FEDEP ini dapat diukur berdasarkan tingkat
kehadiran anggota dalam dialog dan rapat yang dilakukan berkaitan dengan program
klaster.

Untuk menguatkan platform kelembagaan forum rembuk klaster juga dapat


dilakukan melalui upaya promosi baik promosi kelembagaan maupun promosi
klaster. Upaya promosi kelembagaan Klaster ini diperlukan untuk menunjukkan
eksistensi dan memperkuat posisi tawar Klaster tersebut di mata masyarakat dan
stakeholders. Promosi Klaster ditujukan untuk menunjang kinerja Klaster terutama
untuk mendapatkan dukungan baik pendanaan, bantuan peralatan atau teknologi,
maupun jaringan pemasaran. Upaya promosi kelembagaan klaster di Kabupaten
Wonogiri masih didominasi dilakukan melalui media seperti leaflet, booklet atau
banner. Baru sebagian kecil anggota klaster yang mengunakan media internet
seperti website dan sosial media lainnya sebagai media promosi.

Masih sederhananya media promosi klaster lebih utama dikarenakan masih


rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dapat dilihat dari masih
adanya anggota klaster yang belum bisa mengoperasikan komputer dan internet.
Selain itu, belum dipahaminya manfaat media promosi secara optimal dan perasaan
cukup puas dari anggota klaster terhadap capaian promosi selama ini merupakan
penyebab lainnya yang membuat masih sederhananya media promosi.

Indikator penguatan platform kelembagaan klaster di Kabupaten Wonogiri


berikutnya adalah upaya jejaring klaster. Upaya jejaring klaster dilakukan untuk
meningkatkan kinerja program klaster dengan melakukan kerjasama dengan pihak
lain. Jangkauan jejaring yang semakin luas merupakan indikator kuatnya
kelembagaan klaster di mata pihak eksternal. Upaya jejaring klaster ini dapat
dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga lokal kabupaten/ kota, lembaga
regional/ provinsi, lembaga nasional atau dengan lembaga internasional

Keberhasilan klaster dalam melakukan jejaring tidak terlepas dari sosialisasi


dan pembinaan program klaster yang terus menerus, koordinasi dan komunikasi
yang semakin baik dan kesadaran akan pentingnya membangun jejaring itu sendiri.
Adanya leadership kuat dari ‘local champion’ dalam klaster secara voluntary mampu
mendorong pengembangan modal sosial dalam klaster untuk melakukan kerjasama,
jejaring, transfer pengetahuan dan peningkatan usaha bersama klaster.

Setelah dilakukannya penyiapan dan penguatan platform kelembagaan forum

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 71


rembug klaster, tahapan yang dilakukan berikutnya adalah analisis terhadap potensi
lokal. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menentukan produk unggulan.
Faktor-faktor pengungkit Identifikasi ini meliputi potensi lokal, lingkungan strategis
yang diperlukan untuk pengembangan klaster dan produk unggulan.

Dalam rangka penguatan kelembagaan dan eksistensi klaster, maka perlu


dilakukan penyusunan rencana bisnis untuk klaster. Penyusunan rencana bisnis
ditujukan untuk memberikan acuan bagi klaster usaha unggulan untuk
mengembangkan bisnis usaha yang menghasilkan produk unggulan daerah. Untuk
penyusunan rencana bisnis klaster ini diperlukan FGD/workshop terkait penyusunan
rencana bisnis., dokumentasi profl klaster, kesepakatan penentuan manajemen
klaster, kesepakatan atau komitmen kegiatan bisnis bersama antar pelaku usaha/
anggota klaster,dan ada dokumen rencana bisnis klaster yang disepakatai bersama,
dan sudah ada sosialisasi dokumen rencana bisnis.

Penyusunan rencana bisnis klaster yang telah disusun pada tahapan


sebelumnya menjadi acuan bagi pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi
Lokal. Pelaksanaan program Pengembangan Ekonomi Lokal setidaknya harus
mencakup kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dan peningkatan
promosi forum Pengembangan Ekonomi Lokal dan atau klaster usaha dalam
program Pengembangan Ekonomi Lokal.

Sebagai motor penggerak program Pengembangan Ekonomi Lokal , kualitas


Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam klaster usaha memegang peran
penting bagi keberhasilan program tersebut. Peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) ini dilakukan melalui pelatihan, pemberdayaan, pendampingan dan
transfer informasi, pengetahuan dan keterampilan.

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam klaster
usaha di Kabupaten Wonogiri tergolong baik. Hal ini terlihat dari sudah adanya
transfer informasi, pengetahuan, dan keterampilan sebagai hasil dari pelatihan yang
dilakukan di Kabupaten Wonogiri.

Setelah disepakatinya rencana rencana bisnis klaster usaha, salah satu


kegiatan yang dilakukan yaitu peningkatan promosi klaster usaha. Tahapan ini
dilakukan setelah klaster usaha telah melakukan rencana bisnis yang telah dibuat.
Peningkatan promosi tersebut dilakukan melalui pameran, temu usaha dan kegiatan
promosi lainnya yang diharapkan ada tindak lanjut dari kegiatan promosi tersebut.
Keberhasilan dalam melakukan peningkatan promosi klaster disebabkan oleh
pelaksanaanya yang dilakukan terus menerus dan berkelanjutan, dengan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 72


mendorong semua pihak untuk dapat terlibat dan memberikan dukungan untuk ikut
serta mengembangkan kapasitas kelembagaan dan peningkatan kualitas SDM
pelaku klaster serta promosi pemanfaatan teknologi informasi yang terkait hal
tersebut.

Model bisnis atau usaha di sebagian besar klaster di Kabupaten Wonogiri


biasanya masih berbasis keluarga, sehingga membangun trust itu sulit. Paling tidak
pemasaran atau promosi yang dapat dilakukan bersama hanya sebatas pameran
dan untuk proses produksinya masih sendiri-sendiri tidak bersifat klaster. Terkait
dengan klaster, perlu juga dilihat berbagai aspek diantaranya persebaran klaster di
daerah, bantuan yang diterima klaster tersebut, peran bantuan tersebut, dan peran
klaster terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Persebaran klaster yang tidak
merata atau terfokus di beberapa kecamatan menjadi ciri khas pengembangan
klaster di Kabupaten Wonogiri.

Kelemahan yang dihadapi dalam pengembangan program klaster ini adalah


kurangnya pembinaan, kurangnya semangat kewirausahaan, tidak tergalinya dan
terolahnya potensi lokal, kurangnya kualitas produk sesuai kebutuhan pasar,
kurangnya fasilitasi modal, tidak adanya komitmen kepala daerah dan belum adanya
grand kebijakan pengembangan ekonomi lokal sehingga pengembangan ekonomi
lokal tidak terarah.

Pengembangan usaha melalui pendekatan pengembangan klaster


merupakan pendekatan yang cukup menjanjikan. Ciri-cirinya antara lain :

 Berfokus pada klaster terpilih, dengan potensi untuk menjual produknya ke


pasar luar daerah.

 Ditujukan untuk meningkatkan daya saing daerah daerah di tingkat nasional


bahkan internasional.

 Terutama menjanjikan bagi pengembangan produsen skala kecil dan UKM


umumnya

Berdasarkan uraian diatas dalam kaitan menumbuh-kembangkan dunia


usaha klaster ini ada beberapa strategi yang dapat diterapkan di Kabupaten
Wonogiri , antara lain:

1. Perbaikan Iklim Usaha

Dimaksudkan untuk memperbaiki iklim perundangan dan fiskal, namun masih


bersifat umum. Umumnya terbatas pada rencana pendirian untuk perijinan.

2. Pengembangan UKM

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 73


Dibutuhkan lebih banyak perhatian dan pertimbangan kepada sisi pemasaran
dan pengenalan kebutuhan atau selera pembeli sehingga tidak hanya
difokuskan pada sisi supply dan bantuan dalam produksi ( bantuan teknis,
peralatan, kredit, dsb ). Perlu untuk memperluas pelaku ekonomi dan
steakholders yang dilibatkan melalui mengembangan mata rantai klaster

3. Penyaluran Bantuan Modal Usaha / Kredit

Pendekatan program ( subsidi ) kredit ini juga umum dilakukan oleh Pemda
yang mampu atau mempunyai surplus anggaran. Pada kenyataannya, record
pengembaliannya umumnya jelek, dana bergulir banyak yang macet. Selain
masalah masalah mismanagement, ini bias disebabkan oleh karena
masyarakat cenderung melihat Pemda sebagai lembaga pemberi bantuan.

Alternatif yang perlu dipertimbangkan adalah menggunakan bank penyalur,


bekerja sama dengan bank yang berpengalaman seperti BRI Unit Desa,
Lembaga Keuangan Mikro lainnya. Selain itu perlu dibuat agar program kredit
fleksibel sesuai kebutuhan dan kemampuan klaster, dengan meningkatkan
pagu kreditnya secara bertahap. Di beberapa daerah terdapat lembaga
keuangan mikro yang telah berhasil menyalurkan dana ke pihak UKM secara
berkelompok, untuk mengatasi kendala “ persyaratan jaminan “

4. Pengembangan Prinsip Kemitraan

Kemitraan adalah TANGGUNG JAWAB kepada mereka yang diwakilinya.


Pemerintah dan sector swasta BERBAGI tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan. Sektor swasta belajar untuk mengambil PERAN AKTIF tidak
sekedar pasif. Pemerintah Daerah belajar untuk mendengar dan BERESPONS,
tidak sekedar memerintah dan mengontrol. Kemitraan mengandalkan SUMBER
DAYA LOKAL, bukan bantuan dari luar. Inisiatif digerakkan oleh PEMBELI,
PASAR dan PERMINTAAN, bukan produksi atau suplly.

Tujuannya adalah menciptakan kemitraan antara pemerintah daerah dengan


dunia usaha untuk saling berbagi tanggung jawab dalam pengembangan
klaster.

Kegiatannya antara lain :


 Mensosialisasikan kepada stakeholders potensial tentang proposal untuk
rencana klaster.
 Membentuk forum kemitraan stakeholders untuk klaster terpilih.
 Menginventarisasi pelaku ekonomi dalam klaster membuat catalog kapasitas

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 74


dan kualitas produknya.
 Mengorganisir jaringan cabang untuk mencakup wilayah kota/kabupaten.
 Mengembangkan forum dan media komunikasi

5. Pengembangan Prinsip Kelembagaan

Identitifikasi stakeholders ( unsur pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat )


yang terkait dengan klaster yang akan dikembangkan. Fasilitas dialog di antara
mereka untuk menghasilkan ide dan inisiatif. Mobilisasi sumber daya lokal
untuk menunjang inisiatif yang diusulkan. Kembangkan atas dasar
kelembagaan dan kegiatan ekonomi yang ada saat ini

6. Peningkatan nilai kualitas SDM yang terlibat aktif dengan memperkenalkan


inovasi maupun teknologi proses dan desain yang lebih berkualitas dan modern

Tujuannya mengidentifikasi kegiatan ekonomi lokal yang mempunyai potensi


kuat untuk tumbuh ( clasters ), membentuk kerja sama dengan pemerintah
provinsi dan daerah lain yang mempunyai kesamaan kepentingan.

Kegiatannya antara lain :

• Mengidentifikasi kegiatan ekonomi yang menonjol sesuai dengan


keunggulan bersaing dan sumber daya potensial sebagai calon klaster.

• Secara partisipatif memilih klaster pertama untuk mengawali kegiatan.

• Mendorong pemerkuatan BDS (Bussines Development System) pendamping


Klaster ke arah inovasi dan profesionalisme

7. Peningkatan aktivitas promosional dibarengi dengan perbaikan dalam mutu


secara integratif, promotif, sistematis dan berkelanjutan
Tujuannya untuk penguatan kemampuan klaster untuk berkompetisi dalam
pasar nasional dan internasional, meningkatkan penjualan, peningkatan
pendapatan dan menciptakan lapangan kerja produktif.
Kegiatannya antara lain :
 Mengarahkan agar anggota klaster melakukan tindakan konkrit dan
berorientasi hasil bagi usahanya.
 Menyusun rencana pemasaran, termasuk publikasi catalog.
 Mengembangkan merek daerah dan menjaga kualitas melalui sertifikasi.
 Membentuk lembaga semacam trading-house di daerah untuk mendorong
ekspor ke luar daerah
8. Peningkatan peran supporting institutions dan supporting infrastructure (logistic

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 75


system)
Dilakukan dengan cara :
 Meningkatkan akses pelaku usaha utama kepada supporting institutions
(lembaga keuangan, lembaga penelitian dan universitas) untuk mendapatkan
akses pembiayaan maupun inovasi teknologi budidaya terbaru yang mampu
meningkatkan produksi dan efisiensi biaya produksi
 Memfasilitasi perbaikan infrastruktur dalam rangka meningkatkan akses
pelaku usaha/anggota klaster ke pasar output dan input. Dukungan
infrastuktur sebaiknya dilakukan melalui kerja sama dengan institusi/lembaga
yang menangani sistem logistik nasional (Sislognas)

9. Memfasilitasi program pengembangan klaster


Dilakukan dengan cara :
 Memfasiltisi proses perencanaan program klaster oleh Forum Rembug
Klaster bersama dengan FEDEP
 Memfasilitasi hasil perencanaan dari bawah (klaster) dapat diakses dalam
program Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain melalui POKJA-FPESD
 Memfasilitasi promosi dan pameran klaster melalui workshop dan pameran
klaster
 Mendorong FEDEP dan Forum Klaster untuk menghasilkan program
pengembangan klaster yang inovatif (misal : eco-efisiensi, pengembangan
batik network Jateng, BTC-SMK, klaster managemen)
 Mendorong FEDEP melakukan evaluasi pengembangan klaster.

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 76


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemerintah diharapkan melakukan optimalisasi sinkronisasi program


baik secara horizontal di daerah, maupun secara vertikal antara pemerintah
daerah dengan pemerintahan di atasnya. Penguatan kelembagaan dan
pelaksanaan program untuk klaster di Kabupaten Wonogiri harus dioptimalkan,
terutama dengan menyiapkan program klaster yang berkelanjutan.
Peran dan partisipasi masyarakat dalam kemitraan klaster perlu
ditingkatkan terutama dalam menopang pengembangan klaster dan
pembentukan usaha baru, sehingga akan menyerap tenaga kerja yang pada
akhirnya akan menciptakan dampak ganda bagi perekonomian. Pengembangan
klaster usaha sebaiknya tidak hanya dilakukan secara horizontal tetapi juga
secara vertikal melalui kerjasama dengan perusahaan besar atau mapan
sehingga keberlanjutan dan pengembangan klaster usaha tersebut dapat
terjamin.
Berdasarkan pengalaman pendampingan klaster dapat disimpulkan
bahwa :
1. Hubungan antar pelaku usaha belum sepenuhnya didasarkan pada
kebutuhan yang saling melengkapi tapi justru hubungan yang terjadi masih
dimaknai sebagai kompetisi antar pelaku
2. Komitmen pengembangan klaster yang sudah dibangun antar stakeholder
kurang didukung dengan program atau aksi yang nyata. Kalaupun ada
dukungan program, sifatnya masih parsial belum sinergi antar instansi
3. Sebagian klaster memaknai peran pemerintah lebih pada pemberian
berbagai fasilitas bantuan, tapi proses untuk mengembangkan hubungan
antar pelaku masih belum dihargai
4. Belum ada grand strategi (rencana induk) yang melibatkan pelaku pada
klaster yang dikembangkan

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 77


B. SARAN

Rekomendasi kebijakan yang diberikan untuk pengembangan klaster di


Kabupaten Wonogiri :
1. Harus ada rencana induk pengembangan klaster sebagai guidance bagi
seluruh stakeholder dalam pengembangan klaster yang dibuat dengan
menggunakan data dan capaian selama ini, sehingga tidak dimulai dari nol
2. Perbaikan Iklim Usaha
3. Penyaluran Bantuan Modal Usaha / Kredit
4. Pengembangan Prinsip Kemitraan dan Kelembagaan
5. Peningkatan nilai kualitas SDM yang terlibat aktif dengan memperkenalkan
inovasi maupun teknologi proses dan desain yang lebih berkualitas dan
modern
6. Peningkatan aktivitas promosional dibarengi dengan perbaikan dalam mutu
secara integratif, promotif, sistematis dan berkelanjutan
7. Peningkatan peran supporting institutions dan supporting infrastructure
(logistic system)
8. Memfasilitasi program pengembangan klaster

Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 78


Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 79
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 80
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 81
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 82
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 83
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 84
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 85
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 86
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 87
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 88
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 89
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 90
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 91
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 92
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 93
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 94
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 95
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 96
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 97
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 98
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 99
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 100
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 101
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 102
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 103
Laporan Perkembangan Klaster UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2022 104

Anda mungkin juga menyukai