Anda di halaman 1dari 94

NERACA SATELIT PARIWISATA DAERAH

(NESPARDA) KABUPATEN BADUNG


TAHUN 2010

.id
. go
ps
b.b
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Badung, 2011
.id
go
.
NERACA SATELIT PARIWISATA DAERAH
ps
.b
(NESPARDA) KABUPATEN BADUNG
b
ka

TAHUN 2010
ng
du
ba
://
tp
ht
NERACA SATELIT PARIWISATA DAERAH
(NESPARDA) KABUPATEN BADUNG
TAHUN 2010

ISBN :-
No. Publikasi : 51035.11.03
Katalog BPS : 8401007.5103

.id
Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm

go
Jumlah Halaman : 87 + v halaman

.
ps
b .b
Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan
ka

Analisis Statistik
ng
du

Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan


ba

Analisis Statistik
://
tp
ht

Diterbitkan oleh :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung
Jln. Mulawarman No. 11, Telp (0361) 437519, Fax (0361) 411887,
Denpasar 80111
E-mail : bps5103@bps.go.id

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya


KATA SAMBUTAN

“Om, Swastyastu”

Dengan menghaturkan angayubagya puja astuti kehadapan Ida


Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung
Kertha Wara Nugraha-Nya publikasi “N
NERACA SATELIT PARIWISATA
DAERAH (NESPARDA) KABUPATEN BADUNG TAHUN 2010” dapat
disusun sesuai dengan rencana.

Publikasi ini menyajikan informasi tentang dampak pengeluaran

.id
wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegera serta biaya

go
promosi dan investasi terhadap perekonomian Kabupaten Badung.

.
Gambaran dampak yang disajikan ini nantinya diharapkan dapat

ps
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan pembangunan,
pengembangan wilayah dan .b
mengantisipasi
b
pembangunan
kepariwisataan kedepan, dalam kerangka strategi dan kebijakan
ka

pembangunan wilayah di Kabupaten Badung.


ng
du

Penyusunan Nesparda Kabupaten Badung Tahun 2010 ini,


disadari perlu banyak penyempurnaan, untuk itu saran dan masukan
ba

demi penyempurnaannya sangat kami harapkan.


://
tp

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,


ht

disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih, semoga kerjasama


ini dapat berkesinambungan pada masa yang akan datang.

“Om, Santi, Santi, Santi, Om”

Mangupura, Desember 2011


Kepala Bappeda Litbang
Kabupaten Badung

I Wayan Suambara, SH, MM


Pembina Utama Muda
NIP. 19631025 198810 1 002

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 ii


KATA PENGANTAR

“Om, Swastyastu”

Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang


Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, “N NERACA SATELIT PARIWISATA
DAERAH (NESPARDA) KABUPATEN BADUNG TAHUN 2010” ini dapat
disusun dan dipublikasikan dengan baik.
Penyusunan buku Neraca Satelit pariwisata Daerah (Nesparda)
Kabupaten Badung Tahun 2010 ini merupakan kerjasama antara
Bappeda Kabupaten Badung dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Badung. Perlu diketahui bahwa Neraca Satelit pariwisata Daerah

.id
(Nesparda) merupakan alat untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan

go
oleh kegiatan pariwisata terhadap perekonomian secara keseluruhan.

.
Dengan demikian maka isu yang akan dibahas lebih lanjut dalam

ps
perangkat ini adalah yang berkaitan dengan besarnya dampak yang
.b
ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata terhadap output, Nilai Tambah
b
Bruto (NTB), Upah/Gaji, Pajak Tak Langsung dan tenaga kerja.
ka

Buku ini berisikan tentang laporan penelitian ilmiah yang


ng

dilakukan dalam mengkaji besarnya konsumsi wisatawan nusantara


du

(wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman) menurut jenis


pengeluaran atau menurut sektor serta pengeluaran untuk promosi dan
ba

investasi menurut sektor. Selanjutnya dalam buku ini dijelaskan besarnya


://

dampak yang ditimbulkan berdasarkan jenis pengeluaran yang ada serta


tp

dampak secara total terhadap kegiatan ekonomi Kabupaten Badung.


ht

Penelitian ini hanya mencakup data selama satu titik yaitu tahun 2010,
dimana pada tahun tersebut perangkat data I-O juga tersedia.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
dan penerbitan publikasi ini, disampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih.

“Om, Santi, Santi, Santi, Om”

Badung, Desember 2011


Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Badung

Ir. Dewa Made Suambara, MMA


NIP. 19661003 199212 1 001
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA SAMBUTAN .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 2
1.2. Permasalahan ............................................................................ 6
1.3. Tujuan ........................................................................................... 6

.id
1.4. Ruang Lingkup .......................................................................... 7
1.5. Metodologi ................................................................................... 7

. go
BAB II PEMAHAMAN PENYUSUNAN DAN SUMBER DATA

ps
NESPARDA b .b
2.1. Pengertian Umum ................................................................... 10
2.2. Pemahaman Supply dan Demand ..................................... 12
ka

2.3. Penyusunan Pengeluaran Terkait Pariwisata ............ 18


ng

BAB III METODOLOGI PENGHITUNGAN


du

3.1. Kerangka Umum Tabel Input-Output ............................. 29


ba

3.2. Model Input-Output ................................................................ 33


3.3. Pengukuran Dampak Ekonomi Pariwisata ................... 40
://
tp

BAB IV DAMPAK PARIWISATA DAERAH KABUPATEN BADUNG


ht

4.1. Pengeluaran Wisatawan ......................................................... 46


4.2. Dampak Terhadap Output ..................................................... 50
4.3. Dampak Terhadap Nilai Tambah Bruto ........................ 54
4.4. Dampak Terhadap Upah/Gaji ............................................ 57
4.5. Dampak Terhadap Pajak Tak Langsung ......................... 60
4.6. Dampak Terhadap Tenaga Kerja ...................................... 63
4.7. Dampak Total Pengeluaran Pariwisata .......................... 66
4.8. Ringkasan Dampak Ekonomi Pariwisata ....................... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1. Simpulan ....................................................................................... 71
5.2. Saran .............................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA
TABEL-TABEL LAMPIRAN

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 iv


BAB I Pendahuluan

.id
. go
ps
b .b
BAB I
PENDAHULUAN
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 1


BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Pergerakan manusia yang dinamis, ditambah dengan akses
terhadap modal angkutan yang memadai telah berdampak pada
berkembangnya kegiatan pariwisata yang cukup pesat. Dinamika
yang terjadi ternyata juga menciptakan berbagai pola perjalanan
yang bervariasi dari waktu ke waktu. Ini merupakan peluang
sekaligus tantangan bagi pengembangan kepariwisataan di
Indonesia.
Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar

.id
dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling

go
pesat di dunia saat ini. Bersama dengan industri teknologi dan

.
ps
informasi, industri pariwisata diperkirakan menjadi prime mover
.b
perekonomian abad 21. Organisasi pariwisata dunia, dalam hal ini
b
UNWTO memperkirakan pada tahun 2020 international tourist
ka

akan mencapai 1,6 milyar. Secara total, tingkat pertumbuhan


ng

kunjungan wisatawan diperkirakan 4,1 persen per tahun. Untuk


du

wilayah Asia Timur dan Pasifik diperkirakan dapat dicapai


ba

pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu 6,5 persen. Bahkan di negara


://
tp

tertentu pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dapat tercapai.


ht

Angka estimasi WTO ini sudah tentu sangat menggiurkan


pelaku usaha pariwisata. Potensi itu tak boleh hanya dibiarkan
menjadi peluang liar yang sulit ditangkap. Oleh sebab itu banyak
negara terutama di Asia Pasifik berpacu dan berbenah diri untuk
membangun industri pariwisatanya.
Di tengah kompetisi dunia yang sangat ketat, ditambah
dengan ancaman krisis ekonomi global yang dialami oleh banyak
negara di dunia, maka dibutuhkan inovasi dan strategi yang tepat
dan produktif untuk merebut pasar pariwisata. Keterkaitan lintas
sektor pariwisata akan menjadi mata rantai pendukung bagi gerak
ke depan (moving forward) pembangunan nasional.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 2


BAB I Pendahuluan

Menangani industri pariwisata memang lebih rumit dari pada


menangani industri pesawat terbang. Industri pesawat terbang
memerlukan teknologi canggih dan modal besar namun tidak
melibatkan multi sektor. Sedangkan industri pariwisata melibatkan
hampir semua sektor ekonomi baik yang tergolong tourism
characteristic industry seperti hotel dan restoran maupun tourism
connected industry yaitu industri yang sepintas tak berkaitan
dengan industri pariwisata namun sebagian demand-nya berasal
dari pariwisata. Jumlah industri yang terkait dan menerima

.id
dampak multiplier dari pariwisata sungguh tak terbilang.

go
Terkait perkembangan pariwisata yang ada di Kabupaten

.
ps
Badung melalui upaya promosi, peningkatan pelayanan, dan
.b
membaiknya situasi keamanan, walaupun sempat diterpa krisis
b
ekonomi global yang banyak dialami negara-negara Eropa, statistik
ka

kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada tahun


ng

2010 khususnya Kabupaten Badung mengalami peningkatan


du

dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 jumlah wisman


ba

yang datang ke Badung diperkirakan mencapai 1,67 juta, naik 5,42


://

persen dibanding jumlah wisman tahun 2009.


tp
ht

Di samping peningkatan jumlah kunjungan wisman, faktor


lain yang juga sangat berpengaruh terhadap industri pariwisata
Kabupaten Badung adalah pergerakan wisatawan nusantara
(wisnus). Disadari bahwa, peranan wisnus juga besar dalam
menciptakan dampak ekonomi. Pada tahun 2009 diperkirakan
jumlah perjalanan domestik mencapai 1,69 juta meningkat menjadi
1,79 juta atau 6,30 persen di tahun 2010.
Dengan makin giatnya promosi dari pemerintah daerah
dibantu dengan instansi terkait untuk mengenalkan daerah serta
tempat-tempat wisata lainnya, serta didukung oleh prasarana dan
sarana yang ada, maka diharapkan jumlah pergerakan wisnus
semakin meningkat. Di sisi lain, dengan adanya kegiatan perjalanan

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 3


BAB I Pendahuluan

wisata, diharapkan akan tercipta konsumsi wisatawan. Konsumsi


atau belanja wisatawan tersebut menjadi faktor pendorong bagi
pengembangan sarana dan prasarana pariwisata yang pada
akhirnya menuju pada perkembangan pariwisata khususnya dan
perekonomian pada umumnya.
Nilai ekonomi dari hasil penjualan jasa pariwisata kadang
kala tidak dapat diukur secara nyata dalam bentuk nominal
langsung. Nilai ekonomi tersebut seringkali terkesan hanya
langsung berhubungan dengan para pelaku pariwisata itu sendiri.

.id
Namun sesungguhnya nilai ekonomi dari kegiatan pariwisata tidak

go
hanya dinikmati oleh suatu sektor tersendiri, tapi juga dinikmati

.
ps
oleh berbagai sektor. Sebagai contoh, seorang wisatawan membeli
.b
sebuah cinderamata, maka yang akan menikmati rantai dari
b
pembelian tersebut adalah penjual, pembuat cinderamata,
ka

distributor dan bahkan pembuat bahan baku cinderamata tersebut


ng

yang dalam kegiatan ekonomi dikelompokkan dalam industri.


du

Dengan meningkatnya jumlah konsumsi wisatawan, tentu akan


ba

semakin besar dampak ekonomi yang dinikmati, dan semakin


://

banyak sektor yang terkait.


tp
ht

Untuk melihat keterkaitan antar sektor serta dampak


ekonomi yang diciptakan oleh kegiatan pariwisata, dibutuhkan
data yang akurat, terpercaya, terkini, dan konsisten yang meliputi
aspek-aspek yang terkait dengan dunia pariwisata. Di samping itu,
agar terlihat asas manfaat untuk masyarakat luas, perlu penyajian
informasi yang jelas dan menyeluruh dalam bentuk laporan yang
mudah dipahami. Hal ini sejalan dengan dinamika masyarakat
sekarang ini, di mana tuntutan transparansi dan akuntabilitas
publik menjadi suatu keharusan. Dengan adanya informasi
pariwisata yang komprehensif, masyarakat dan dunia usaha
diharapkan akan lebih memberikan perhatiannya dan bersedia

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 4


BAB I Pendahuluan

bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan sektor


pariwisata.
Untuk dapat menjawab tantangan tersebut, maka perlu
disusun suatu sistem yang dapat memperlihatkan peranan
pariwisata secara komprehensif. Neraca Satelit Pariwisata Daerah
atau yang disingkat dengan Nesparda adalah suatu sistem neraca
terpadu sektor pariwisata yang mampu menjawab tuntutan
tersebut di atas. Kajian dan analisis hasil pembangunan
kepariwisataan yang selama ini baru mencakup sebagian aspek dan

.id
dilakukan secara terpisah-pisah, diharapkan pada masa mendatang

go
menjadi kajian yang lebih menyeluruh dan konsisten dengan

.
ps
diterapkannya metode Nesparda yang dilakukan
berkesinambungan.
b .b
Penerapan metode Nesparda ini merupakan kegiatan
ka

perdana yang bertujuan agar dapat tersusun informasi pariwisata


ng

dan kegiatan yang terkait pariwisata secara lengkap, baik dari sisi
du

permintaan maupun penawaran. Nesparda merupakan suatu


ba

konsep dan metode tampilan informasi kuantitatif sektor


://

pariwisata yang menyediakan perangkat analisis yang menyeluruh


tp
ht

(comprehensive), kompak (compact), saling berkait


(interconnected), konsisten (consistent) dan terkontrol
(controllable). Sistem ini terbilang ampuh dan handal dalam
menjawab tantangan penyediaan informasi kuantitatif dan
kualitatif yang dapat digunakan untuk mengkaji dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan kepariwisataan pada masa lalu serta
sekaligus menjawab tantangan dan permasalahan pariwisata di
masa datang.
Mengingat hal-hal tersebut di atas, penyusunan Nesparda
setiap tahunnya menjadi sangat penting untuk dilakukan dan
diselesaikan mengingat kebutuhan mendesak baik dalam
menetapkan arah kebijakan dan program pembangunan pariwisata

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 5


BAB I Pendahuluan

maupun kebutuhan analisis yang lebih luas mengenai kinerja


sektor pariwisata di Kabupaten Badung dan dampak ekonomi yang
diciptakannya.

1.2. Permasalahan
Permasalahan pokok dalam menjawab tantangan di atas
adalah bagaimana menyusun dan membentuk sistem dan kerangka
informasi kuantitatif kepariwisataan Kabupaten Badung yang
akurat, handal, konsisten, dan komprehensif, mencakup aspek

.id
mikro dan makro ekonomi, serta akomodatif terhadap

go
rekomendasi Badan-Badan Dunia (UNWTO, WTTC).

.
ps
Dalam perumusan masalah di atas, sub masalah yang
.b
diangkat dalam tahapan kegiatan saat ini, yang merupakan
b
kelanjutan dan melengkapi kegiatan tahun sebelumnya adalah
ka

bagaimana melengkapi data dasar, seperti jumlah wisatawan


ng

nusantara, tenaga kerja dan investasi baik langsung maupun tidak


du

langsung terkait dengan kegiatan pariwisata dan pengeluaran


ba

dunia usaha untuk pariwisata atau yang terkait.


://
tp
ht

1.3. Tujuan
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menyusun Nesparda
dan mempertajam data-data pokok yang akan digunakan dalam
menyusun tabel-tabel dalam Nesparda. Nesparda disusun dalam
bentuk set data kuantitatif dan kualitatif yang berfungsi sebagai
kerangka dasar pengembangan subsistem informasi untuk melihat
kegiatan kepariwisataan dalam dimensi sektor ekonomi dan
wilayah. Nesparda disusun dengan tujuan untuk melihat peranan
atau sumbangan pariwisata terhadap perekonomian Badung. Dari
hasil tersebut diharapkan dapat dibuat kebijakan yang tepat dan
terarah.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 6


BAB I Pendahuluan

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup kegiatan mencakup dua hal:
A. Kegiatan penyusunan Nesparda mencakup dua sisi dari
kegiatan pariwisata yaitu sisi permintaan yang mencakup
konsumsi wisatawan, investasi, dan promosi, serta sisi
penawaran yang meliputi penyediaan sarana dan prasarana
pariwisata.
B. Kegiatan pengumpulan data dunia usaha pariwisata dalam
pengumpulan data tenaga kerja dan pengeluaran dunia usaha

.id
untuk pariwisata dalam rangka penyusunan Nesparda dan

go
membuat tabel-tabel yang sesuai dengan rekomendasi yang

.
ps
ada, meliputi dua hal; pertama, data tenaga kerja dari
.b
kegiatan dunia usaha yang terkait dengan kegiatan
b
pariwisata, kedua data pengeluaran dunia usaha untuk
ka

pariwisata.
ng
du

1.5. Metodologi
ba

A. Metodologi Penyusunan Nesparda


://
tp

1) Pengumpulan data mengenai jumlah dan konsumsi


ht

wisatawan diperoleh dari data sekunder, yaitu untuk


jumlah dan konsumsi wisatawan nusantara diperoleh
dari pendekatan hasil Survei Rumah Tangga (Modul
Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan
SUSENAS, jumlah dan konsumsi wisatawan
mancanegara diperoleh dari hasil Passenger Exit Survey,
dan konsumsi wisatawan Badung ke luar negeri
diperoleh dari data sekunder Survey Outbound yang
merupakan proxy dari hasil survei provinsi.
2) Dalam mengukur dampak atau peranan pariwisata
terhadap perekonomian digunakan model Input Ouput.
Model ini menggunakan Tabel Input Output (I-O) yang
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 7
BAB I Pendahuluan

berupa suatu matriks yang menyajikan informasi


tentang transaksi barang dan jasa serta saling
keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi dalam suatu
wilayah dan periode tertentu. Permintaan akhir yang
terdiri dari konsumsi wisatawan, investasi sektor
pariwisata dan promosi pariwisata di dalam Tabel I-O
merupakan faktor eksogen yang mendorong penciptaan
nilai produksi barang dan jasa. Selanjutnya masing-
masing struktur pengeluaran dari permintaan akhir

.id
tersebut diklasifikasikan kembali mengikuti klasifikasi

go
sektor I-O dan mengalikannya dengan koefisien

.
ps
multiplier Leontief untuk memperoleh dampaknya.
b .b
B. Metodologi Pengumpulan Data Pengeluaran Dunia Usaha
ka

untuk pariwisata dilakukan dengan pengumpulan data


ng

primer melalui wawancara langsung terhadap responden


du

terpilih dari beberapa survei yang berkaitan.


ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 8


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

.id
. go
ps
BAB II b .b
PEMAHAMAN, PENYUSUNAN
ka
ng

DAN SUMBER DATA


du

NESPARDA
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 9


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

2.1. Pengertian Umum


Nesparda merupakan perangkat neraca yang berisikan data
tentang peran kegiatan pariwisata dalam tatanan ekonomi
nasional. Disebut sistem karena terdiri dari berbagai elemen
neraca, di mana satu dengan lainnya saling terkait dan saling
mempengaruhi, yang digambarkan melalui keterkaitan berbagai
jenis transaksinya. Secara spesifik Nesparda berisikan data tentang
perilaku pariwisata dalam melakukan transaksi ekonomi dengan
berbagai institusi ataupun pelaku ekonomi domestik dalam bentuk

.id
neraca dan matriks.

go
Nesparda menggambarkan semua kegiatan dan transaksi

.
ps
ekonomi yang berhubungan dengan barang-barang dan jasa
.b
pariwisata, baik sisi produksi (supply) maupun sisi permintaan
b
(demand). Sebagai suatu sistem data yang komprehensif, cakupan
ka

Nesparda meliputi: (1) struktur ekonomi dari sektor pariwisata, (2)


ng

struktur pengeluaran wisatawan dan besarannya, (3) struktur


du

sektor yang terkait pariwisata, (4) struktur investasi pariwisata


ba

dan kontribusinya dalam investasi daerah, (5) struktur pekerja di


://
tp

sektor pariwisata dan kontribusinya pada pekerja daerah dan (6)


ht

peran sektor pariwisata pada perekonomian daerah.


Sebagai perluasan dari Sistem Neraca Nasional (SNN),
Nesparda dapat digunakan antara lain untuk melihat keterkaitan
transaksi yang terjadi antara pelaku pariwisata dengan pelaku-
pelaku ekonomi lainnya (termasuk penyedia jasa pariwisata)
secara mutual. Di samping itu dapat mengetahui bagaimana peran
dan berapa besar kontribusi kegiatan pariwisata dalam sistem
ekonomi secara keseluruhan. Meskipun secara konsep sangat
dimungkinkan membangun neraca-neraca pendukung lainnya
dalam Nesparda dengan mengikuti struktur dan konsep SNN, tetapi
kesulitan utama yang dihadapi adalah ketersediaan data dasar.
Dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 10


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

tersedia, Nesparda yang dibangun di sini hanya akan difokuskan


pada kegiatan di sektor produksi atau yang umumnya disebut
sebagai sektor riil. Melalui perangkat ini dapat diketahui dampak
kegiatan pariwisata dalam tatanan ekonomi nasional, yang juga
bermanfaat bagi perbandingan di tingkat interdaerah.
Dengan demikian, maka perangkat Nesparda yang akan
disajikan dalam kajian ini hanya berisikan informasi tentang
hubungan antara kegiatan pariwisata dengan kegiatan proses
produksi barang dan jasa, dalam wilayah ekonomi Indonesia.

.id
Hubungan tersebut merupakan interaksi antara pelaku pariwisata

go
dengan produsen pariwisata, dan antar produsen pariwisata itu

.
ps
sendiri. Beberapa analisis akan diturunkan dari perangkat tersebut,
.b
diantaranya analisis tentang nilai tambah yang diturunkan ataupun
b
analisis tentang dampak pariwisata terhadap kegiatan ekonomi di
ka

sektor riil.
ng

Hubungan transaksi antara pelaku pariwisata (fungsi


du

konsumsi) dengan pelaku ekonomi (fungsi produksi) domestik


ba

tersebut dalam konteks makro disebut sebagai interaksi antara


://

Supply dan Demand. Apabila pada keseimbangan makro Supply


tp
ht

harus sama dengan Demand, maka hukum ini tidak berlaku


sepenuhnya bagi kegiatan ekonomi pariwisata. Tidak semua
produk kegiatan ekonomi tersebut langsung dikonsumsi habis oleh
pariwisata, karena ada kegiatan diluar pariwisata yang juga
mengkonsumsi produk tersebut. Produk barang dan jasa yang
dihasilkan di wilayah ekonomi domestik tersebut apabila
dikonsumsi oleh wisatawan mancanegara (non-resident) maka
akan dicatat sebagai ekspor suatu negara. Begitu pula berlaku
sebaliknya apabila produk negara lain dikonsumsi oleh wisatawan
nusantara (resident) akan dicatat sebagai impor.
Kemudian untuk selanjutnya struktur neraca yang akan
disajikan dalam Nesparda disini adalah keterkaitan Demand

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 11


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

pariwisata terhadap Supply pariwisata yang diturunkan dari neraca


produksi, tabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) serta tabel
Input-Output. Dari neraca produksi dapat dilihat struktur neraca
kegiatan ekonomi khusus yang layanan/produknya memang
sebagian besar ditujukan bagi permintaan wisatawan, baik dalam
negeri (wisnus) maupun luar negeri (wisman). Hubungan tersebut
menggambarkan transaksi langsung yang terjadi antara Supply
dengan Demand. Sedangkan hubungan secara tidak langsung akan
disajikan dalam tabel Input-Output. Tabel Input-Output yang

.id
disajikan dalam bentuk matriks tersebut juga akan menghitung

go
dampak kegiatan pariwisata terhadap tatanan ekonomi, khususnya

.
ps
yang berkaitan dengan kegiatan di sektor riil (multiplier effect).
.b
Oleh sebab itu untuk lebih memahami pengertian Nesparda,
b
disini difokuskan pada kegiatan produksi pariwisata yang
ka

berkaitan dengan sektor riil, yang diantaranya menghasilkan


ng

parameter-parameter ekonomi makro seperti tentang output yang


du

dihasilkan, struktur biaya antara, nilai tambah yang diturunkan,


ba

investasi fisik yang direalisasikan, serta ekspor dan impor.


://

Informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel


tp
ht

maupun sel-sel matriks, yang semuanya merupakan bagian tidak


terpisahkan dari Nesparda. Dengan demikian makna esensi
Nesparda sebenarnya adalah ingin melihat keseimbangan yang
terjadi antara sisi penyediaan dan sisi permintaan jasa pariwisata
dalam arti yang lebih spesifik. Selain itu juga untuk melihat
kontribusi kegiatan pariwisata dalam mendukung sistem
perekonomian daerah.

2.2. Pemahaman Supply dan Demand


Meskipun mengacu pada konsepsi yang sama, Supply
(penyediaan atau penawaran) dan Demand (permintaan) bagi
kegiatan pariwisata disini mempunyai arti yang lebih spesifik.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 12


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

Interaksi ini lebih menggambarkan tentang keseimbangan


transaksi ekonomi antara industri pariwisata dengan wisatawan
dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. Meningkatnya jumlah
wisatawan secara luar biasa dalam satu dekade terakhir
memberikan dampak bagi pertumbuhan industri pariwisata, baik
secara kuantitas maupun kualitas. Penyelenggaraan paket-paket
wisata yang ditawarkan oleh agen perjalanan wisata atau biro
perjalanan merupakan salah satu contoh bagaimana industri
pariwisata selalu berusaha untuk memberikan layanan yang lebih

.id
baik sehingga wisatawan dapat menikmati layanan yang agak

go
berbeda, bahkan jika dilihat dari segi biaya juga bisa lebih murah.

.
ps
Dari sisi penyediaan produk jasa pariwisata, terdapat
.b
berbagai aktivitas seperti hotel, restoran, transportasi, agen
b
perjalanan, rekreasi dan hiburan, objek wisata, serta kegiatan
ka

penunjang seperti persewaan, money changer, pusat industri


ng

kerajinan, pusat pertokoan, dan sebagainya. Termasuk juga disini


du

penyediaan layanan pemerintah dalam hal keimigrasian,


ba

kepabeanan, informasi pariwisata, keamanan dan sejenisnya.


://

Sedangkan sisi permintaan atau tourist demand merupakan


tp
ht

permintaan akan barang dan jasa oleh wisatawan untuk tujuan


dikonsumsi langsung yang jenisnya merupakan produk yang
dihasilkan oleh industri pariwisata tersebut. Secara sederhana
pemisahan antara sisi permintaan (demand) dan penawaran
(supply) dapat dilihat dalam Diagram 2.1.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 13


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

Diagram 2.1. Ruang Lingkup Ekonomi Pariwisata dari Sisi Supply


dan Demand

PARIWISATA

PERMINTAAN PENAWARAN

Investasi dan
Konsumsi Barang dan Jasa
Pengembangan Barang Modal

.id
Pariwisata yang dikonsumsi
Pariwisata

. go
ps
Pengeluaran Hotel dan Industri
Wisman
Pembentukan
Modal
b .b Restoran mesin, alat
transpor dan
ka

peralatan
ng

Pengeluaran Angkutan dan


Wisnus Promosi
Komunikasi
du

Bangunan/
kontsruksi
ba

Biro
Perjalanan
://
tp
ht

Rekreasi dan
Hiburan

Souvenir

Kesehatan
dan Jasa
Lainnya

Produk Industri
bukan makanan

Produk
Pertanian

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 14


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

2.2.1. Supply (Penyediaan/Penawaran)


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009,
usaha pariwisata meliputi tiga belas jenis utama, yaitu: daya
tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata,
jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman,
penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan
dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan
insentif, konferensi dan pameran, jasa informasi pariwisata,
jasa konsultan pariwisata, wisata tirta, dan spa. Sedangkan

.id
yang dimaksud dengan usaha adalah kegiatan menghasilkan

go
barang atau jasa untuk dijual dalam suatu lokasi tertentu,

.
ps
mempunyai catatan administrasi tersendiri dan ada salah
.b
satu orang yang bertanggung jawab.
b
Untuk kepentingan analisis, telah disusun Klasifikasi
ka

Lapangan Usaha Pariwisata Indonesia (KLUPI) berdasarkan


ng

rekomendasi dari badan-badan internasional (UN, dan


du

UNWTO), seperti: Standard International Classification of


ba

Tourism Activity (SICTA), Tourism Specific Product (TSP) dan


://

International Standard of Industrial Classification (ISIC).


tp
ht

Sehingga klasifikasi tersebut sudah merupakan


penggolongan operasional bagi kegiatan industri pariwisata
yang telah berkembang di Indonesia selama ini. Klasifikasi ini
lebih menekankan pada penggolongan kegiatan ekonomi
menurut pelaku produksi (produsen).

2.2.2. Demand (Permintaan)


a. Klasifikasi
Dari sisi permintaan terdapat aktivitas ekonomi
konsumsi yang dilakukan oleh para wisatawan
mancanegara (wisman atau inbound tourist),
wisatawan nusantara (wisnus), wisatawan lokal ke luar

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 15


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

wilayah (outbond tourist). Sisi permintaan juga


mencakup investasi dan promosi di sektor pariwisata
yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Konsep
yang digunakan dalam penyusunan Nesparda adalah
permintaan pariwisata dan bukan konsumsi pariwisata
karena Nesparda mencoba untuk mencakup lebih
banyak kegiatan pariwisata.
b. Konsep Wisatawan Nusantara, Wisatawan
Mancanegara dan Penduduk Lokal yang melakukan

.id
perjalanan ke luar wilayah.

go
Dengan demikian maka konsep dan definisi wisatawan

.
ps
apabila dilihat dari sisi permintaan adalah sebagai
berikut:
b .b
Wisatawan nusantara
ka

Adalah penduduk Indonesia yang melakukan


ng

perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia


du

(perjalanan dalam negeri) secara sukarela kurang dari


ba

6 bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah atau


://

bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat


tp
ht

perjalanannya bukan rutin, dengan kriteria:


 Mereka yang melakukan perjalanan ke objek
wisata komersial, tidak memandang apakah
menginap atau tidak menginap di
hotel/penginapan komersial serta apakah
perjalanannya lebih atau kurang dari 100 km
pp.
 Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke
objek wisata komersial tetapi menginap di
hotel/penginapan komersial, walaupun jarak
perjalanannya kurang dari 100 km pp.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 16


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

 Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke


objek wisata komersial dan tidak menginap di
hotel/penginapan komersial tetapi jarak
perjalanannya lebih dari 100 km pp.

Wisatawan mancanegara (inbound)


Sesuai dengan rekomendasi World Tourism
Organization (WTO) dan International Union Office
Travel Organization (IUOTO) batasan/definisi

.id
wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang

go
mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya,

.
ps
didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa
.b
bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang
b
dikunjungi. Wisman pada dasarnya dibagi dalam dua
ka

golongan:
ng

1) Wisatawan (Tourist), yaitu pengunjung yang


du

tinggal di negara yang dituju paling sedikit 24


ba

jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam)


://

bulan, dengan tujuan (a) berlibur, rekreasi dan


tp
ht

olah raga, (b) bisnis, mengunjungi teman dan


keluarga, misi, menghadiri pertemuan,
konferensi, kunjungan dengan alasan
kesehatan, belajar, dan keagamaan.
2) Pelancong (Excursionist), yaitu pengunjung
yang tinggal di negara yang dituju kurang dari
24 jam, termasuk cruise passanger yang
berkunjung ke suatu negara dengan kapal
pesiar untuk tujuan wisata, lebih atau kurang
dari 24 jam tetapi tetap menginap di kapal
bersangkutan.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 17


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

Wisatawan Lokal yang ke luar wilayah (outbound)


Konsep wisatawan lokal yang pergi ke luar wilayah
adalah penduduk lokal yang melakukan perjalanan ke
luar wilayah bukan untuk bekerja atau memperoleh
penghasilan di luar wilayah dan tinggal tidak lebih dari
6 bulan dengan maksud kunjungan antara lain: (a)
berlibur, (b) bisnis, (c) kesehatan, (d) pendidikan, (e)
misi/pertemuan/kongres, (f) mengunjungi teman/
keluarga, (g) keagamaan, (h) olahraga, dan (i) lainnya.

.id
go
2.3. Penyusunan Pengeluaran Terkait Pariwisata

.
ps
Dalam menyusun Nesparda dibutuhkan berbagai jenis data
.b
baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan sektor
b
pariwisata maupun data makro. Jenis data dalam Nesparda pada
ka

umumnya berupa data kuantitatif yang bisa dipakai untuk


ng

mengukur kinerja sektor pariwisata dalam suatu perekonomian.


du

2.3.1. Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara


ba

Pengeluaran yang dicatat dalam pengumpulan data


://

wisatawan nusantara adalah seluruh pengeluaran yang


tp
ht

dilakukan oleh penduduk Indonesia yang melakukan


perjalanan di wilayah Indonesia. Peningkatan mobilitas
penduduk ini mengindikasikan adanya peningkatan
penduduk yang melakukan perjalanan “wisata” dalam
pengertian luas. Karena seperti dijelaskan sebelumnya,
perjalanan “wisata” yang digunakan sebagai konsep dasar
dalam mengumpulkan data wisnus tidak hanya mencakup
mereka yang melakukan perjalanan untuk tujuan berekreasi
atau berlibur saja tetapi juga termasuk mereka yang
melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis, keagamaan,
kesehatan, olah raga, seminar/pertemuan maupun
mengunjungi teman/keluarga. Semua orang yang melakukan

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 18


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

perjalanan dengan tujuan tersebut bisa dikategorikan


sebagai wisnus apabila perjalanan tidak dilakukan lebih dari
6 bulan, perjalanannya bukan merupakan lingkungan sehari-
hari, dan bukan untuk tujuan memperoleh penghasilan di
tempat yang dikunjungi.
Pengumpulan data wisnus selama ini dilakukan dengan
pendekatan rumahtangga melalui Survei Sosial Ekonomi
Daerah (Susenas) dengan metode sampel. Adapun rincian
tentang pengeluaran yang ditanyakan mencakup biaya-biaya

.id
untuk:

go
1) Akomodasi

.
ps
2) Makan dan minum
.b
3) Angkutan, baik angkutan darat, angkutan air, maupun
b
angkutan udara
ka

4) Paket perjalanan
ng

5) Pemandu wisata
du

6) Karcis masuk ke tempat hiburan


ba

7) Cinderamata atau oleh-oleh


://

8) Kesehatan dan salon kecantikan


tp
ht

9) Lain-lain

Semua rincian biaya di atas adalah seluruh


pengeluaran yang dilakukan oleh penduduk selama
melakukan perjalanan, baik yang dibayar sendiri maupun
yang dibayar oleh pihak lain. Disini juga termasuk kewajiban-
kewajiban yang harus dibayar oleh penduduk yang
melakukan perjalanan yang sudah menikmati barang atau
jasa selama dalam perjalanan namun pembayaran atas
barang atau jasa tersebut dilakukan setelah selesai
melakukan perjalanan. Bahkan secara konsep pengeluaran
perjalanan juga termasuk pengeluaran yang dilakukan

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 19


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

sebelum melakukan perjalanan tetapi akan digunakan dalam


perjalanan, seperti membeli film untuk kamera yang akan
digunakan dalam perjalanan. Dalam hal ini termasuk juga
pengeluaran yang dilakukan setelah melakukan perjalanan
yang masih berkaitan dengan perjalanan yang telah
dilakukan, seperti biaya cuci cetak film.

2.3.2. Struktur Pengeluaran Wisatawan Lokal ke luar wilayah


Pengumpulan data wisatawan lokal juga dilakukan

.id
dengan pendekatan rumahtangga melalui Survei Sosial

go
Ekonomi Daerah (Susenas) dengan metode sampel. Adapun

.
ps
rincian tentang pengeluaran yang ditanyakan mencakup
biaya-biaya untuk:
b .b
1) Akomodasi
ka

2) Makan dan minum


ng

3) Angkutan, baik angkutan darat, angkutan air, maupun


du

angkutan udara
ba

4) Paket perjalanan
://

5) Pemandu wisata
tp
ht

6) Karcis masuk ke tempat hiburan


7) Cinderamata atau oleh-oleh
8) Kesehatan dan salon kecantikan
9) Lain-lain

Dalam rincian pengeluaran di atas juga termasuk


pengeluaran sebelum maupun sesudah melakukan
perjalanan dari luar negeri yang masih berkaitan dengan
perjalanannya seperti contoh dalam wisnus.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 20


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

2.3.3. Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara


Secara konsep penghitungan wisman dilakukan
berdasarkan rekomendasi World Tourism Organization
(UNWTO) yaitu melalui UPT Imigrasi. Untuk memilah siapa
saja yang termasuk sebagai wisman berdasarkan konsep
tersebut, maka digunakan jenis visa yang dipakai bagi
mereka yang berkewarganegaraan asing (WNA) dan jenis
paspor bagi mereka warga negara Indonesia (WNI). Tidak

.id
semua WNA yang datang ke Indonesia adalah wisman,

go
karena WNA yang telah tinggal di Indonesia lebih dari 1

.
ps
(satu) tahun sudah tercatat sebagai penduduk Indonesia.
.b
Sehingga apabila mereka ingin pergi ke negara asal mereka
b
kemudian kembali lagi ke Indonesia, mereka tidak dicatat
ka

sebagai wisman saat kembali ke Indonesia. Dokumen yang


ng

mereka gunakan bukan visa tetapi Exit Reentry Permit (ERP)


du

atau Multiple Exit Reentry Permit (MERP). Sebaliknya, tidak


ba

semua WNI yang datang dari luar negeri tidak termasuk


://

sebagai wisman. Bagi mereka yang sudah tinggal di luar


tp
ht

negeri lebih dari 1 (satu) tahun atau berniat untuk tinggal


lebih dari 12 bulan, mereka dicatat sebagai wisman saat
datang ke Indonesia.
Untuk mendeteksi mana yang sebagai penduduk luar
negeri dan mana yang bukan, dari pencatatan laporan UPT
Imigrasi mereka itu sudah dipisahkan dalam kelompok
Penduduk Luar Negeri (Penlu/Pendul) bagi mereka yang
menggunakan paspor biasa termasuk di dalamnya Tenaga
Kerja Indonesia (TKI). Namun TKI yang bekerja di luar negeri
pada saat datang ke Indonesia perlu dicermati kembali
apakah mereka masih akan kembali ke luar negeri lagi atau
tidak, karena apabila tidak seharusnya mereka sudah tidak

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 21


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

masuk sebagai wisman. Sedangkan bagi mereka yang


menggunakan paspor dinas dan paspor diplomatik tidak
dipisahkan antara mereka yang berdomisili di luar negeri
atau di Indonesia. Untuk itu hanya digunakan perkiraan
persentase (rule of thumb) bagi pemegang paspor dinas 10
persennya adalah wisman dan bagi pemegang paspor
diplomatik 50 persennya adalah wisman. Besarnya
persentase ini masih perlu dikaji kembali.
Sebagai dasar penghitungan devisa yang diterima

.id
melalui wisman, tidak hanya jumlah wismannya saja, namun

go
juga diperlukan rata-rata pengeluaran mereka selama di

.
ps
Indonesia. Untuk mendapatkan rata-rata pengeluaran ini
.b
diperoleh dari hasil Passenger Exit Survey (PES) yang
b
dilakukan oleh Kemenbudpar.
ka

Secara ideal penghitungan devisa pariwisata baik yang


ng

diterima maupun yang dikeluarkan seperti yang dilakukan


du

dalam penghitungan ekspor dan impor barang melalui


ba

dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) atau


://

Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Setiap barang yang


tp
ht

keluar masuk dari dalam dan luar negeri harus mengisi


daftar PEB atau PIB yang mencantumkan jenis barang,
volume dan nilai dari barang tersebut. Sedangkan pencatatan
lalulintas manusia yang datang dan pergi dari dan ke luar
negeri harus mengisi A/D card. A/D card tersebut harus diisi
oleh setiap orang yang akan memasuki Indonesia, di mana
isiannya antara lain: kebangsaan, negara tempat tinggal, jenis
kelamin, maksud kunjungan, dan jenis pekerjaan.
Tujuan utama dalam PES ini adalah untuk mengetahui
rata-rata pengeluaran wisman selama di Indonesia menurut
negara tempat tinggal mereka, selain rata-rata lama tinggal
mereka di Indonesia. Untuk melengkapi keakuratan hasil

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 22


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

survei tersebut juga dilakukan studi mendalam ke biro-biro


perjalanan wisata yang menyelenggarakan paket inbound
guna lebih mencermati distribusi pengeluaran wisman.

2.3.4. Struktur Investasi Pariwisata


Investasi diartikan sebagai suatu kegiatan penanaman
modal pada berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan
untuk memperoleh benefit atau manfaat pada masa yang
akan datang. Investasi dibutuhkan untuk mendukung

.id
keberlangsungan pembangunan ekonomi suatu negara. Dari

go
informasi yang tersedia menunjukkan bahwa tren investasi

.
ps
menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, sejalan
.b
dengan pembangunan yang dilaksanakan di berbagai bidang.
b
Dari studi empiris yang dilakukan di berbagai negara
ka

hampir dipastikan bahwa keberhasilan pembangunan suatu


ng

negara akan sangat dipengaruhi oleh pola dan struktur


du

investasinya, bahkan juga sumber investasi tersebut apakah


ba

dari dana domestik atau dari luar negeri. Investasi dapat


://

terbentuk karena terjadinya surplus usaha yang pada


tp
ht

gilirannya akan membentuk tabungan yang merupakan


sumber dana utama investasi.
Secara konsep investasi dibedakan menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu “investasi finansial” dan “investasi non-
finansial”. Investasi finansial lebih dititik beratkan pada
investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti
uang tunai, emas, tabungan, deposito, saham dan sejenisnya.
Sedangkan investasi fisik lebih menekankan pada realisasi
berbagai jenis investasi fisik seperti bangunan, kendaraan,
mesin-mesin dan sejenisnya. Untuk selanjutnya yang
dimaksud dengan investasi dalam kaitannya dengan sektor
pariwisata disini adalah investasi fisik saja.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 23


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

Secara definitif yang dimaksud dengan investasi


pariwisata adalah pengeluaran dalam rangka pembentukan
modal yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi yang
bertujuan untuk mendukung kegiatan pariwisata baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pelaku investasi tersebut
adalah produsen penghasil produk barang dan jasa, baik
pemerintah, BUMN/BUMD maupun pihak swasta (termasuk
rumah tangga). Investasi fisik tersebut berupa pembuatan
bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal

.id
(hotel, kantor, tempat hiburan dan sebagainya),

go
pembangunan infrastruktur, pembelian mesin, kendaraan

.
ps
dan barang modal lainnya, termasuk juga perbaikan besar
.b
yang dilakukan guna meningkatkan kapasitas barang modal
b
atau memperpanjang umur pemakaian barang modal
ka

tersebut.
ng

Selanjutnya untuk mengukur besarnya investasi di


du

sektor pariwisata baik secara langsung maupun tidak


ba

langsung tersebut digunakan data Pembentukan Modal Tetap


://

Bruto (PMTB) yang diturunkan dari data PDRB (Produk


tp
ht

Domestik Regional Bruto) Kabupaten Badung. Estimasi yang


ada menunjukkan bahwa dari total investasi yang ada, sekitar
50 - 60 persen yang ditujukan untuk mendukung kegiatan
pariwisata. Investasi tersebut direalisasikan dalam bentuk
berbagai jenis barang modal, diberbagai kegiatan ekonomi
dan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Badung.
Sumber data utama yang digunakan dalam menyusun
investasi pariwisata adalah data nilai penyediaan domestik
maupun impor yang diturunkan dari tabel Input-Output
2010 dan PDRB tahun 2010. Sebagai data banding digunakan
data investasi yang dikompilasi oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) dalam bentuk persetujuan

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 24


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

investasi berdasarkan fasilitas yang diberikan yang


dibedakan menurut asal modal perusahaan, yaitu PMA dan
PMDN.
Secara umum, pihak swasta paling banyak melakukan
PMTB di sektor pariwisata pada jenis barang modal
bangunan hotel dan akomodasi lainnya, sedangkan
pemerintah tidak melakukan PMTB pada jenis barang modal
tersebut. Selanjutnya PMTB berupa bangunan bukan tempat
tinggal yang mencakup bangunan kantor, bangunan pabrik

.id
dan sebagainya merupakan jenis barang modal terbesar

go
kedua yang dibentuk oleh swasta Jenis barang modal alat

.
ps
angkutan serta bangunan restoran dan sejenisnya
b .b
menempati urutan ketiga dan keempat. Pemerintah baik
pusat maupun daerah melakukan PMTB terbesar pada jenis
ka

barang modal mesin dan peralatan. PMTB pada jenis barang


ng

modal alat angkutan merupakan PMTB terbesar kedua.


du

Selain jenis barang modal bangunan, hotel dan akomodasi


ba

lainnya, pemerintah juga tidak melakukan PMTB pada jenis


://

barang modal bangunan restoran dan sejenisnya serta


tp
ht

bangunan lainnya.

2.3.5. Struktur Pengeluaran Lainnya


Pengeluaran lainnya terkait pariwisata yang dilakukan
oleh pemerintah, mencakup pengeluaran promosi,
pembinaan serta pengeluaran lainnya yang bersifat non
investasi atau modal. Pengeluaran ini terdiri dari
pengeluaran promosi, periklanan pada kegiatan yang terkait
dengan pariwisata seperti kegiatan perhotelan, restoran,
industri pengolahan dan pertanian yang terkait dengan
pariwisata, serta sektor jasa yang terkait dengan pariwisata.
Secara garis besar pengeluaran ini akan tergambar dalam

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 25


BAB II Pemahaman, Penyusunan dan Sumber Data

belanja barang dalam pengeluaran rutin pemerintah.


Termasuk pula balas jasa dalam rangka pembinaan pegawai
pemerintah yang bergerak di sektor pariwisata yang
tercermin dari belanja pegawai dari anggaran rutin
pemerintah. Sumber data yang dipergunakan dalam
penyusunan pengeluaran lainnya terkait pariwisata
pemerintah berasal dari pengeluaran rutin APBN untuk
pemerintah pusat, serta pengeluaran rutin APBD provinsi
dan APBD Kabupaten Badung.

.id
Pengeluaran pemerintah (current expenditure) dalam

go
promosi dan pembinaan pariwisata adalah cerminan dari

.
ps
pelaksanaan sebagian besar anggaran rutin yang berasal dari
.b
APBN maupun APBD yang dilakukan oleh pemerintah pusat
b
maupun daerah, termasuk di dalamnya kegiatan yang
ka

dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata


ng

beserta seluruh jajarannya, dan Dinas Kebudayaan dan


du

Pariwisata pemerintah di provinsi dan pemerintah


ba

kabupaten/kota, yang berhubungan dengan sektor


://

kepariwisataan khususnya semua kegiatan yang


tp
ht

diselenggarakan di Kabupaten Badung. Jadi lingkup


pengeluaran ini lebih luas dari lingkup investasi pariwisata
yang dilakukan oleh pemerintah yang telah dibicarakan
sebelumnya.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 26


BAB III Metodologi Penghitungan

.id
. go
ps
b .b
BAB III
METODOLOGI
ka
ng

PENGHITUNGAN
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 27


BAB III Metodologi Penghitungan

Kegiatan pariwisata menimbulkan permintaan akan barang dan


jasa pada industri pariwisata dan industri terkait. Dorongan dari
permintaan yang ditimbulkan oleh pariwisata menjadi faktor penting
pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Dampak kegiatan pariwisata
terhadap perekonomian daerah dan nasional sejatinya adalah dampak
dari pengeluaran wisatawan mancanegara dan nusantara terhadap
sejumlah variabel makro ekonomi, di samping dampak dari pengeluaran
pemerintah pusat dan daerah untuk promosi dan pembinaan pariwisata;
dan investasi pemerintah dan swasta di bidang pariwisata.

.id
Teori ekonomi makro menyatakan bahwa jika terjadi perubahan

go
permintaan, maka output dan variabel ekonomi lainnya dari setiap sektor

.
ps
penyedia juga akan mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi melalui
.b
pengaruh langsung dan tidak langsung permintaan pada seluruh sektor
b
penyedia. Jadi tambahan permintaan akan menghasilkan tambahan
ka

output yang lebih besar dari jumlah permintaan itu sendiri. Lebih
ng

konkritnya, kinerja ekonomi kepariwisataan yang diukur dengan


du

pengeluaran wisatawan akan mempengaruhi output, nilai tambah bruto,


ba

upah dan gaji, pajak tak langsung dan tenaga kerja.


://

Untuk mengetahui dampak pariwisata terhadap perekonomian


tp
ht

nasional, digunakan Model Input Output. Analisis input – output


merupakan adaptasi persamaan umum teori neo klasik tentang
ketergantungan kuantitatif antara kegiatan ekonomi yang berdasarkan
studi empiris saling berhubungan. Analisis input output pada dasarnya
mencoba menyoroti struktur internal ekonomi dan tingkat
ketergantungannya. Misal output suatu industri menjadi input industri
lain. Hal ini juga terjadi pada Industri pariwisata yang banyak menerima
input dari berbagai industri lain.
Dengan menggunakan analisis input output dampak dari
permintaan akhir ( final demand ) terhadap beberapa peubah ekonomi
dari sisi penawaran dapat diukur. Model ini didasarkan pada keterkaitan
antar sektor ekonomi yang memiliki asumsi homogenitas (kesatuan

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 28


BAB III Metodologi Penghitungan

output), proporsionalitas (hubungan linear input dan ouput) dan


aditivitas.

3.1. Kerangka Umum Tabel Input - Output


Tabel Input-Output (I-O) merupakan suatu sistem informasi
statistik yang disusun dalam bentuk matriks yang menyajikan
informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling
keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor lainnya (inter-
industry relationship), dalam suatu wilayah pada suatu periode

.id
waktu tertentu. Keterkaitan itu tergambarkan oleh besarnya input

go
yang digunakan dalam proses produksi. Dengan menggunakan

.
ps
Tabel I-O dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor
.b
ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana
b
pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-
ka

sektor lainnya.
ng

Dalam suatu model input-output yang bersifat terbuka dan


du

statis, transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan


ba

Tabel Input-Output harus memenuhi tiga asumsi atau prinsip


://
tp

dasar, yaitu:
ht

1) Keseragaman (homogeneity), yaitu asumsi bahwa


setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output
(barang dan jasa) dengan struktur input tunggal
(seragam) dan tidak ada substitusi otomatis antar
output dari sektor yang berbeda.
2) Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa
kenaikan/penurunan jumlah input yang digunakan
oleh suatu sektor akan sebanding dengan
kenaikan/penurunan output yang dihasilkan.
3) Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah
pengaruh kegiatan produksi di berbagai sektor

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 29


BAB III Metodologi Penghitungan

merupakan penjumlahan dari pengaruh pada masing-


masing sektor tersebut.
Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana suatu
Tabel I-O disusun, maka pada Tabel 3.1. disajikan contoh Tabel I-O
untuk sistem perekonomian yang terdiri dari tiga sektor produksi,
yaitu sektor 1, 2 dan 3. Sektor 1 meliputi sektor pertanian dan
pertambangan, sektor 2 meliputi sektor industri pengolahan,
listrik, gas dan air minum, dan bangunan; dan sektor 3 adalah
sektor lainnya.

.id
Tabel 3.1.

go
Tabel Input – Output
Sistem Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi

.
ps
b .b
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Isian sepanjang baris pada Tabel 3.1. memperlihatkan


bagaimana output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian
untuk memenuhi permintaan antara (digunakan dalam sistem
produksi) dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir
(digunakan di luar sistem produksi). Sedangkan isian sepanjang
kolomnya menunjukkan pemakaian input antara (input dari dalam
sistem produksi/sektor endogen) dan input primer (input dari luar
sistem produksi/sektor eksogen) oleh suatu sektor.
Berdasarkan cara pengisian angka-angka ke dalam sistem
matriks, maka dapat dilihat bahwa angka-angka setiap sel pada

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 30


BAB III Metodologi Penghitungan

tabel tersebut memiliki makna ganda. Angka dari suatu sel pada
transaksi antara, misalnya x12, jika dilihat menurut baris maka
angka tersebut menunjukkan besarnya output sektor 1 yang
dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara di sektor 2.
Sedangkan jika dilihat menurut kolom, maka x12 menunjukkan
besarnya input yang digunakan oleh sektor 2 yang berasal dari
sektor 1.
Dari gambaran tersebut tampak bahwa penyusunan angka-
angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang

.id
saling mengait dari berbagai kegiatan antar sektor. Sebagai

go
ilustrasi dapat diamati proses pengalokasian output pada Tabel 3.1.

.
ps
Output sektor 1 pada tabel tersebut adalah sebesar X1 dan
.b
didistribusikan sepanjang baris sebesar x11, x12, dan x13 masing-
b
masing untuk memenuhi permintaan antara sektor 1, 2 dan 3,
ka

sedangkan sisanya sebesar F1 digunakan untuk memenuhi


ng

permintaan akhir. Begitu juga dengan output sektor 2 dan 3


du

masing-masing sebesar X2 dan X3, dapat dilihat dengan cara yang


ba

sama dengan proses pengalokasian output sektor 1. Alokasi output


://

pada masing-masing sektor tersebut dapat dituliskan sebagai


tp
ht

berikut:

Atau dalam persamaan umum umum dapat ditulis sebagai:

dimana:
xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j
Fi = permintaan akhir terhadap sektor i
Xi = jumlah output sektor i

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 31


BAB III Metodologi Penghitungan

Apabila angka-angka dibaca menurut kolom, khususnya pada


transaksi antara, maka angka pada kolom (sektor) tertentu
menunjukkan berbagai input yang diperlukan dalam proses
produksi pada sektor tersebut. Apabila Tabel 3.1 digunakan
sebagai ilustrasi, maka persamaan aljabar untuk input yang
digunakan oleh masing-masing sektor dapat dituliskan sebagai
berikut:

.id
go
Atau dalam persamaan umum dapat ditulis sebagai:

.
ps
b .b
ka

dimana:
ng

Vi = nilai tambah atau input primer sektor j


du
ba

Persamaan-persamaan tersebut merupakan persamaan


://

dasar yang sangat penting, khususnya untuk melakukan analisis


tp

perekonomian dengan model input-output.


ht

Catatan :
1) Dalam penyusunan tabel I-O, pada tahap awal harus dilakukan
terlebih dulu klasifikasi sektor atau pengelompokan barang dan
jasa. Tabel I-O dapat dibuat dengan klasifikasi 19 sektor, 66
sektor, 85 sektor, 175 sektor dan sebagainya sesuai kebutuhan
dan ketersediaan data.
2) Tabel I-O dapat disajikan dalam 4 jenis transaksi yaitu transaksi
atas dasar harga pembeli, transaksi atas dasar produsen,
transaksi total (produksi dalam negeri dan impor), dan transaksi
domestik (produksi dalam negeri saja).

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 32


BAB III Metodologi Penghitungan

3.2. Model Input-Output


Dalam model ekonomi makro dikenal istilah pengganda
(multiplier) yang dipakai untuk menjelaskan dampak yang dialami
suatu variabel endogen akibat terjadinya perubahan pada variabel
eksogen. Dalam model I-O multiplier ini dapat disajikan secara
simultan dalam bentuk matriks pengganda. Matriks pengganda
digunakan untuk melakukan analisis dampak yaitu analisis dampak
terhadap Output, Nilai Tambah Bruto, Upah/Gaji dan Tenaga Kerja;
dan analisis keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and

.id
backward linkages).

go
Matriks pengganda dihitung dari matriks koefisien input

.
ps
antara (A) yang dapat diturunkan dari tabel transaksi total atau
.b
tabel transaksi domestik. Sebagai contoh akan digunakan tabel
b
transaksi domestik atas dasar harga produsen.
ka

Tabel 3.2.
ng

Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen


du
ba
://
tp
ht

Koefisien input antara ( aij ) adalah hasil bagi antara masing masing
komponen input antara ( xij ) dengan jumlah output. Sesuai dengan
prinsip tabel I-O, jumlah output sama dengan jumlah inputnya ( Xj )
maka aij = xij / Xj . Koefisien input antara dari tabel di atas adalah :

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 33


BAB III Metodologi Penghitungan

Tabel 3.3.
Matriks Koefisien Input Domestik (Ad)

Matriks pengganda adalah matriks kebalikan ( inverse matrix ) dari


matriks ( I - Ad ) yang diperoleh dengan mengurangkan matriks I
dengan matriks Ad . Matriks pengganda ( I - Ad )-1 yang diperoleh :

.id
go
Tabel 3.4.

.
Matriks Pengganda ( I - Ad )-1

ps
b .b
ka
ng
du
ba

Selanjutnya matriks pengganda ini akan digunakan dalam model


://

analisis I-O berikut ini.


tp
ht

1. Dampak terhadap Output


Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal
balik dengan permintaan akhir. Artinya jumlah output yang
dapat diproduksi tergantung dari jumlah permintaan
akhirnya. Namun demikian dalam keadaan tertentu, output
justru yang menentukan besarnya permintaan akhir.
Output dalam model I-O dapat dihitung dengan rumus:

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 34


BAB III Metodologi Penghitungan

Rumusan ini sekaligus mencerminkan bahwa


pembentukan output (X) dipengaruhi oleh permintaan akhir
(F-M) atau Fd , di mana M adalah impor yang disediakan
untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir.
Output yang terbentuk sebagai akibat dari permintaan
akhir total (XFT) akan sama dengan output yang terbentuk
sebagai akibat permintaan akhir domestik (XFD). Dalam
banyak analisis yang lebih sering digunakan adalah XFD.
Penggunaan kedua persamaan diatas untuk

.id
menghitung porsi output yang terbentuk sebagai dampak

go
dari masing-masing komponen permintaan akhir dan

.
ps
memperkirakan output yang terbentuk sebagai dampak
permintaan akhir
b .byang diproyeksikan. Dengan
mempergunakan matriks pengganda di atas, dapat dihitung
ka

dampak kenaikan permintaan akhir terhadap output.


ng

Kenaikan satu unit F1 (permintaan akhir produk sektor


du

1) akan menimbulkan dampak terhadap :


ba

X1 ( Output sektor 1 ) sebesar 1,1162


://

X2 ( Output sektor 2 ) sebesar 0,0848


tp
ht

X3 ( Output sektor 3 ) sebesar 0,0856


Kenaikan satu unit F2 (permintaan akhir produk sektor
2) akan menimbulkan dampak terhadap :
X1 ( Output sektor 1 ) sebesar 0,2600
X2 ( Output sektor 2 ) sebesar 1,2507
X3 ( Output sektor 3 ) sebesar 0,2317
Kenaikan satu unit F3 (permintaan akhir produk sektor
3) akan menimbulkan dampak terhadap :
X1 ( Output sektor 1 ) sebesar 0,1067
X2 ( Output sektor 2 ) sebesar 0,2041
X3 ( Output sektor 3 ) sebesar 1,3148

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 35


BAB III Metodologi Penghitungan

Ilustrasi di atas menunjukkan adanya keterkaitan ke


belakang (backward linkages) dari perubahan permintaan
akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi.
Bila F1, F2, dan F3 masing masing sebesar 128, 304, dan
317 maka output yang terbentuk sebagai dampak
permintaan akhir adalah sebagai berikut :
X1 = 1,1162 x 128 + 0,2600 x 304 + 0,1067 x 317 = 255
X2 = 0,0848 x 128 + 1,2507 x 304 + 0,2041 x 317 = 456
X3 =0,0856 x 128 + 0,2317 x 304 + 1,3148 x 317 = 498

.id
Kedua persamaan di atas yang masih bersifat umum

go
tersebut dapat dirinci lagi menjadi beberapa formula sesuai

.
ps
dengan banyaknya komponen permintaan akhir, yaitu
.b
pengeluaran konsumsi rumah tangga (301), pengeluaran
b
konsumsi pemerintah (302), pembentukan modal tetap
ka

(303), perubahan stok (304) dan ekspor barang dan jasa


ng

(305+306). Andaikan persamaan kedua digunakan dalam


du

analisis, maka pengembangannya akan menjadi lima buah


ba

formula sebagai berikut:


://
tp
ht

Dengan
XFD = X301 + X302 + X303 + X304 + X(305+306)
X301 = Output yang terbentuk akibat dampak
pengeluaran konsumsi rumah tangga (Fd301)
X302 = Output yang terbentuk akibat dampak
pengeluaran konsumsi pemerintah (Fd302)

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 36


BAB III Metodologi Penghitungan

X303 = Output yang terbentuk akibat dampak


pembentukan modal tetap (Fd303)
X304 = Output yang terbentuk akibat dampak
perubahan stok (Fd304)
X305+306 = Output yang terbentuk akibat ekspor (Fd305+306)

2. Dampak terhadap Nilai Tambah Bruto


Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang
merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai

.id
dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan

go
tabel I-O, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat

.
ps
linear. Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti
.b
secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB.
b
Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam persamaan
ka

berikut:
ng
du

Dengan
ba

V = matriks NTB
://

= matriks diagonal koefisien NTB


tp
ht

X = atau
Isian sel-sel diagonal adalah NTB sektor yang
bersangkutan dibagi dengan outputnya, sedangkan sel-sel di
luar diagonal adalah 0. Jadi, bentuk matriks adalah:

Dengan

Berdasarkan tabel 3.5 dapat dihitung tiap sel matriks


diagonal NTB.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 37


BAB III Metodologi Penghitungan

Tabel 3.5.
Matriks Diagonal Koefisien NTB

Dengan menggunakan dampak terhadap output yang telah


dihitung yaitu X1 = 255, X2 = 456 dan X3 = 498 diperoleh :

.id
V1 = 0,8103 x 255 = 194

go
V2 = 0,5176 x 456 = 236

.
V3 = 0,6179 x 498 = 308

ps
b .b
3. Dampak terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja
ka

Dalam suatu proses produksi tenaga kerja merupakan


ng

salah satu faktor produksi yang memiliki peranan cukup


du

penting. Balas jasa atau pengeluaran untuk tenaga kerja oleh


ba

produsen merupakan salah satu komponen input primer,


://

yang antara lain berupa upah dan gaji, tunjangan dan bonus.
tp

Definisi tenaga kerja dalam tabel I-O pada dasarnya


ht

sama dengan definisi yang digunakan dalam Sensus


Penduduk. Dalam banyak analisis makro, tenaga kerja sering
juga disebut dengan kesempatan kerja atau lapangan kerja.
Koefisien tenaga kerja (labour coefficient) adalah suatu
bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja
yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran
(output). Sesuai dengan pengertian ini maka koefisien tenaga
kerja dapat dihitung menggunakan persamaan:

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 38


BAB III Metodologi Penghitungan

Dengan
li = Koefisien tenaga kerja sektor i
Li = Jumlah tenaga kerja sektor i
Xi = Output sektor i

Sesuai dengan asumsi dasar model I-O, tenaga kerja


memiliki hubungan linear dengan output. Hal ini berarti
bahwa naik turunnya output di suatu sektor akan
berpengaruh terhadap naik turunnya jumlah tenaga kerja di

.id
sektor tersebut. Hubungan antara tenaga kerja dengan

go
output sebenarnya telah digambarkan dalam rumus

.
ps
penghitungan koefisien tenaga kerja pada persamaan di atas.
.b
Dalam persamaan tersebut koefisien tenaga kerja dihitung
b
dengan rumus li = Li/Xi, sehingga dalam hal ini Li = li Xi. Jika
ka

persamaan terakhir ini diuraikan untuk masing-masing


ng

sektor maka diperoleh:


du
ba
://
tp
ht

Dalam bentuk matriks menjadi:

Dengan L adalah matriks jumlah tenaga kerja.

Sementara itu pada persamaan dampak output, telah


pula dikemukakan bahwa output yang terbentuk sebagai
akibat permintaan akhir dapat dihitung dengan X = (I-Ad)-1Fd.
Sehingga jika persamaan ini disubstitusikan ke dalam
persamaan akan diperoleh:

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 39


BAB III Metodologi Penghitungan

Dengan:
L = kebutuhan tenaga kerja yang dipengaruhi
oleh permintaan akhir
= Matriks diagonal koefisien tenaga kerja

= Output yang dipengaruhi permintaan akhir

3.3. Pengukuran Dampak Ekonomi Pariwisata

.id
Dalam analisis dampak pariwisata terhadap kinerja ekonomi

go
daerah dan nasional, permintaan akhir menjadi faktor eksogen

.
yang mendorong penciptaan nilai produksi barang dan jasa. Dalam

ps
kaitannya dengan dampak pariwisata, faktor pendorong
.b
(exogenous variable) berupa konsumsi wisatawan mancanegara
b
ka

(inbound), wisatawan nusantara (wisnus), wisatawan lokal ke luar


ng

negeri (outbound) terhadap produk dalam negeri, investasi


du

pariwisata dan pengeluaran pemerintah untuk pariwisata (APBD)


ba

serta lembaga-lembaga nirlaba yang ikut andil dalam kegiatan


://

pariwisata. Dengan model I-O dampak kepariwisataan dapat


tp

diuraikan sebagai berikut.


ht

1. Dampak Terhadap Output


Pengeluaran konsumsi pariwisata akan berdampak
terhadap penciptaan nilai produksi barang dan jasa sektoral.
Hubungan antara konsumsi kepariwisataan dengan nilai
output dapat diformulasikan sebagai berikut:
Xi = (I-Ad)-1 Wi
dimana:
Xi = output yang diciptakan akibat konsumsi
kepariwisatawaan.
(I-Ad)-1 = invers matriks berfungsi sebagai koefisien
regresi dalam model.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 40


BAB III Metodologi Penghitungan

Wi = konsumsi kepariwisataan, mencakup 1) inbound,


2) outbound, 3) wisnus, 4)investasi pariwisata
dan 5) lainnya (pemerintah dan nirlaba).
i = 1,2,3,4,5.

Persamaan di atas mendasarkan hubungan linear antara


permintaan akhir, dalam hal ini konsumsi pariwisata dengan
output. Semakin besar jumlah permintaan terhadap produk
barang dan jasa maka output yang harus disediakan harus

.id
bertambah mengikuti matriks pengganda sebagai koefisien

go
regresinya. Persamaan di atas menghasilkan nilai output

.
ps
barang dan jasa setiap sektor akibat dari konsumsi
.b
pariwisata. Dapat diketahui dampak output akibat masing-
b
masing komponen konsumsi pariwisata terhadap sektor-
ka

sektor ekonomi. Misalkan, pengeluaran wisman di Indonesia


ng

akan berdampak terhadap penambahan nilai produksi


du

barang dan jasa. Demikian pula akibat wisnus, investasi


ba

pariwisata dan pengeluaran pemerintah untuk


://

pengembangan pariwisata.
tp
ht

2. Dampak Terhadap Nilai Tambah Bruto


Nilai tambah bruto merupakan bagian dari nilai output
sektor ekonomi. Sebagai balas jasa atas faktor produksi, nilai
tambah bruto mencakup upah dan gaji, surplus usaha,
penyusutan, pajak tak langsung dan subsidi. Sebagaimana
model I-O untuk menghasilkan nilai output akibat konsumsi
pariwisata, nilai tambah yang diciptakan juga berbanding
lurus dengan permintaan atau konsumsi kepariwisataan.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 41


BAB III Metodologi Penghitungan

Formulasi yang menunjukkan hubungan tersebut adalah


sebagai berikut:
Vi = v (I-Ad)-1 Wi
= v Xi
dimana:
Vi = nilai tambah bruto karena dampak konsumsi
kepariwisataan.
v = matriks diagonal koefisien nilai tambah bruto, yaitu
rasio antara nilai tambah bruto sektor tertentu

.id
dengan outputnya.

go
i = 1) inbond, 2) outbond, 3) wisnus, 4) investasi

.
ps
pariwisata dan 5) lainnya (pemerintah dan nirlaba).
b .b
Persamaan di atas menunjukkan hubungan searah antara
ka

nilai tambah bruto dengan nilai outputnya. Ini juga berarti


ng

bahwa terdapat hubungan antara konsumsi kepariwisataan


du

dengan penciptaan nilai tambah sektor-sektor ekonomi, yaitu


ba

pengeluaran wisman, wisnus, investasi pariwisata dan


://

lainnya.
tp
ht

3. Dampak Terhadap Upah/Gaji


Salah satu komponen nilai tambah bruto adalah
upah/gaji. Dari model I-O dapat diturunkan hubungan antara
upah/gaji dengan konsumsi kepariwisataan. Hubungan
tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
Gi = g (I-Ad)-1 Wi
= g Xi
dimana:
Gj = Upah/gaji akibat konsumsi kepariwisataan.
gj = matriks diagonal koefisien upah/gaji, yaitu rasio
antara upah/gaji sektor tertentu dengan outputnya.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 42


BAB III Metodologi Penghitungan

Persamaan ini mengindikasikan adanya keterkaitan antara


konsumsi kepariwisataan dengan upah/gaji para pekerja
pada sektor-sektor ekonomi.

4. Dampak terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja


Dalam industri pariwisata, tenaga kerja merupakan
salah satu faktor produksi yang memiliki peranan cukup
penting. Sesuai dengan asumsi dasar model I-O, tenaga kerja
industri pariwisata memiliki hubungan linear dengan output.

.id
Hubungan antara tenaga kerja dengan output dinyatakan

go
dalam koefisien tenaga kerja dengan rumus li = Li/Xi,

.
ps
sehingga Li = li Xi.
Lj = Kebutuhan
b .b
tenaga kerja akibat konsumsi
kepariwisataan.
ka

lj = matriks diagonal koefisien tenaga kerja, yaitu rasio


ng

antara tenaga kerja sektor tertentu dengan outputnya.


du
ba

Persamaan ini mengindikasikan adanya keterkaitan antara


://

konsumsi kepariwisataan dengan kesempatan kerja pada


tp
ht

sektor-sektor ekonomi.

5. Dampak Terhadap Pajak Tidak Langsung


Komponen nilai tambah bruto yang lain adalah pajak
tidak langsung. Dari model I-O dapat diturunkan hubungan
antara pajak tidak langsung dengan konsumsi
kepariwisataan. Hubungan tersebut dapat disajikan sebagai
berikut:
Pi = p (I-Ad)-1 Wi
= p Xi
dimana:
Pj = pajak tidak langsung akibat konsumsi kepariwisataan.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 43


BAB III Metodologi Penghitungan

pj = matriks diagonal koefisien pajak tidak langsung, yaitu


rasio antara pajak tidak langsung dari sektor tertentu
dengan outputnya.

Persamaan ini mengindikasikan adanya keterkaitan antara


konsumsi kepariwisataan dengan besarnya penerimaan
pajak tidak langsung oleh pemerintah dari sektor-sektor
ekonomi.

.id
. go
ps
b .b
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 44


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

.id
. go
ps
b .b
BAB IV
DAMPAK PARIWISATA DAERAH
ka
ng

KABUPATEN BADUNG
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 45


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

4.1. Pengeluaran Wisatawan


Perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kegiatan
ekonomi suatu sektor misalnya kegiatan industri pariwisata. Hal ini
dikarenakan kegiatan pariwisata baik secara langsung maupun tidak
langsung memiliki nilai ekonomi yang memberikan efek terhadap
putaran ekonomi suatu daerah. Sebagai contoh, dalam kegiatan
pariwisata terjadi berbagai transaksi ekonomi seperti pembayaran tiket
masuk daya tarik wisata, jual beli cinderamata, belanja makanan dan
minuman, pembayaran tarif akomodasi, pembayaran jasa perjalanan

.id
wisata, dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan

go
pendapatan di sektor lainnya sehingga terjadi arus kegiatan ekonomi di

.
ps
sektor-sektor yang menjadi pendukung kegiatan di sektor lainnya begitu
seterusnya.
b .b
Peningkatan pendapatan di berbagai sektor akan meningkatkan
ka

pendapatan masyarakat sehingga daya beli juga akan meningkat.


ng

Meningkatnya daya beli masyarakat ini mengakibatkan tingkat konsumsi


du

masyarakat juga akan meningkat dan pada akhirnya perekonomian


ba

daerah juga akan meningkat. Oleh karena itu semakin banyak wisatawan
://

yang berkunjung ke suatu daerah diiringi dengan peningkatan tingkat


tp
ht

konsumsinya tentunya semakin besar pula dampak ekonomi yang


ditimbulkan.
Pada tahun 2010 tercatat bahwa jumlah wisatawan nusantara
(wisnus) yang datang ke Kabupaten Badung sebanyak 1,795 juta orang
atau meningkat sebesar 6,30 persen dibandingkan tahun 2009 yang
mencapai 1,689 juta. Berdasarkan hasil beberapa survei yang dilakukan
untuk mengetahui jumlah pengeluaran yang dilakukan wisnus tercatat
bahwa pada tahun 2010 pengeluaran per hari wisnus yang datang ke
Badung sebesar Rp. 409 ribu dengan lama tinggal di Kabupaten Badung
selama 5,06 hari. Dengan mempertimbangkan ketiga hal tersebut maka
pada tahun 2010 total pengeluaran yang dapat dihimpun dari pergerakan
wisnus yang ada sebesar Rp. 3,72 trilyun. Bila dirinci menurut jenis

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 46


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

pengeluaran yang ada maka 47,32 persen pengeluaran terbesar


digunakan untuk belanja angkutan udara diikuti biaya untuk akomodasi
sebesar 22,53 persen (selengkapnya lihat Tabel 4.1.).
Tabel 4.1.
Struktur Pengeluaran Wisnus ke Kabupaten Badung menurut Jenis
Pengeluaran Tahun 2010
(juta rupiah)

No. Rincian Pengeluaran Jumlah Distribusi


1 Akomodasi 838.733,99 22,53
2 Makanan & Minuman 259.080,14 6,96

.id
3 Angkutan Darat 135.672,39 3,64

go
4 Angkutan K.A. 852,81 0,02
5 Angkutan Air 13.547,87 0,36

.
ps
6 Angkutan Udara 1.761.823,99 47,32
7 Bahan Bakar Pelumas .b 123.649,15 3,32
8 Sewa Kendaraan 29.084,26 0,78
b
ka

9 Jasa Perbaikan Kendaraan 7.323,31 0,20


ng

10 Paket Perjalanan 222.177,22 5,97


11 Pramuwisata 1.040,01 0,03
du

12 Pertujukan Seni 402,70 0,01


ba

13 Museum & jasa Kebudayaan 8.969,30 0,24


14 Jasa Hiburan Rekreasi 46.989,90 1,26
://

15 Belanja / Cinderamata 207.488,36 5,57


tp

16 Lainnya 66.522,93 1,79


ht

Total 3.723.358,32 100,00

Urutan ketiga pengeluaran terbesar yang dilakukan wisnus adalah


untuk paket perjalanan sebesar 5,97 persen dan diikuti oleh pengeluaran
untuk belanja cinderamata sebesar 5,57 persen atau mencapai Rp. 207,49
milyar. Tingginya pengeluaran untuk pembelian cinderamata ini
tentunya menjadi modal yang cukup baik bagi pemerintah Kabupaten
Badung untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dalam berperan aktif dalam industri pariwisata.
Sementara itu jumlah wisatawan mancanagera (wisman) yang ke
Kabupaten Badung pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,67 juta

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 47


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

orang atau meningkat sebesar 5,42 persen dibandingkan tahun 2009


yang mencapai 1,58 juta orang. Pengeluaran yang dilakukan oleh wisman
per hari tercatat sebesar 128,14 US $ dan lama tinggal di Kabupaten
Badung selama 6,08 hari. Dengan mengasumsikan bahwa rata-rata kurs
selama tahun 2010 sebesar Rp. 9.000,- per dollar maka total pengeluaran
wisman pada tahun 2010 di Kabupaten Badung mencapai Rp. 13,08
trilyun. Suatu pengeluaran yang cukup besar bahkan mencapai 87,65
persen dari PDRB Kabupaten Badung tahun 2010 yang mencapai Rp.
14,93 trilyun.

.id
Tabel 4.2.

go
Struktur Pengeluaran Wisman ke Kabupaten Badung menurut Jenis
Pengeluaran Tahun 2010

.
ps
(juta rupiah)
No. Rincian Pengeluaran
b .b Jumlah Distribusi
1 Akomodasi 5.570.074,41 42,57
ka

2 makanan dan minuman 941.291,55 7,19


ng

3 penerbangan domestik 4.515.304,21 34,51


du

4 transport lokal 166.872,95 1,28


5 belanja 619.297,25 4,73
ba

6 hiburan 212.144,61 1,62


://

7 kesehatan dan kecantikan 138.146,99 1,06


tp

8 pendidikan 14.392,28 0,11


ht

9 paket wisata lokal 61.043,62 0,47


10 tamasya 97.066,05 0,74
11 pramuwisata 41.909,85 0,32
12 souvenir 475.480,78 3,63
13 lainnya 230.228,91 1,76
Total 13.083.253,47 100,00

Berdasarkan struktur pengeluaran wisman yang ada terlihat


bahwa pengeluaran untuk akomodasi merupakan pengeluaran terbesar
yang mencapai Rp. 5,57 trilyun atau 42,57 persen diikuti oleh
pengeluaran penerbangan domestik sebesar Rp. 4,52 trilyun atau 34,51
persen. Cukup menarik dan perlu mendapat perhatian serius oleh
pemerintah daerah adalah pengeluaran wisman untuk belanja makanan

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 48


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

dan minuman mencapai Rp. 941,29 milyar atau 7,19 persen. Ini
memberikan ruang untuk menciptakan wisata baru seperti wisata
“kuliner” sehingga penyerapan pengeluaran wisman dapat dioptimalkan
lagi yang pada akhirnya akan menambah diversifikasi pariwisata di
Badung selain wisata alam.
Selain dari pengeluaran wisnus dan wisman tercatat bahwa
pengeluaran untuk kegiatan pariwisata di Kabupaten Badung juga
dihasilkan oleh kegiatan promosi dan investasi baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun pihak swasta. Pada tahun 2010 tercatat bahwa total

.id
kegiatan promosi untuk pariwisata mencapai Rp. 74,46 milyar sedangkan

go
investasi yang dilakukan sebesar Rp. 369,46 milyar. Melihat beberapa

.
ps
sumber pengeluaran untuk kegiatan industri pariwisata maka total
.b
pengeluaran wisata tahun 2010 di Kabupaten Badung mencapai
b
Rp. 17,25 trilyun. Suatu “kue” ekonomi yang cukup potensial untuk terus
ka

ditingkatkan.
ng

Apabila pengeluaran wisnus, wisman, promosi dan investasi


du

pariwisata yang dilakukan di Kabupaten Badung dijabarkan menurut


ba

sektor maka terlihat bahwa sektor hotel memiliki porsi yang paling besar
://

yaitu mencapai 37,35 persen diikuti oleh sektor angkutan udara sebesar
tp
ht

36,40 persen, industri pengolahan (7,53 persen), sektor restoran, rumah


makan, warung (6,05 persen) dan sektor jasa pemerintahan dan lainnya
sebesar 5,37 persen.
Untuk kegiatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan
swasta terlihat bahwa hanya dua sektor yang merupakan alokasi
kegiatan ini yaitu industri pengolahan sebesar 31,12 persen dan sektor
bangunan/konstruksi sebesar 68,88 persen. Sedangkan untuk promosi
kegiatan yang terbesar dilakukan pada sektor hotel sebesar 45,95 persen
dan sektor jasa pemerintahan dan lainnya sebesar 38,97 persen
(selengkapnya lihat Tabel 4.3.).

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 49


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

Tabel 4.3.
Struktur Konsumsi Wisatawan, Promosi dan Investasi Pariwisata di
Kabupaten Badung menurut sektor Tahun 2010
(persen)

SEKTOR Wisnus Wisman Promosi Investasi Total

Tanaman bahan makanan 0,45 0,01 - - 0,10


Perkebunan - - 0,00 - 0,00
Peternakan - - - - -
Kehutanan - - - - -
Perikanan 0,81 0,25 - - 0,36
Pertambangan - - - - -

.id
Industri Pengolahan 8,85 6,51 4,37 31,12 7,53

go
Listrik dan Air minum - - 0,00 - 0,00
Bangunan - - - 68,88 1,48

.
ps
Perdagangan - - - - -
Restoran, rumah makan, warung
b .b
5,87 6,27 7,09 - 6,05
Hotel 22,53 42,57 45,95 - 37,35
ka

Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya


2,72 1,54 1,34 - 1,76
ng

Angkutan udara 47,32 34,51 1,74 - 36,40


du

Angkutan Lainnya 3,52 0,81 0,02 - 1,38


Komunikasi, pos, giro 2,68 1,03 0,23 - 1,36
ba

Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 2,84 0,34 0,28 - 0,87
://

Jasa Pemerintahan dan Lainnya 2,41 6,17 38,97 - 5,37


tp

TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


ht

4.2. Dampak terhadap Output


Secara umum pengeluaran untuk kegiatan pariwisata (konsumsi
wisnus, wisman, promosi dan investasi) berdampak terhadap output
Kabupaten Badung di berbagai sektor, baik sektor yang terkait langsung
dengan pariwisata maupun sektor-sektor lain yang tidak terkait langsung
seperti pertanian, pertambangan, industri pengolahan dan lainnya.
Besarnya nilai dampak output yang dihasilkan berbeda-beda untuk tiap
sektor sesuai dengan besarnya kontribusi pengeluaran untuk sektor
tersebut dan juga matrik pengganda yang dihasilkan dari tabel I-O. Nilai
dampak output di sektor menggambarkan sejauh mana pengaruh
pengeluaran pariwisata terhadap sektor tersebut sehingga semakin besar
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 50
BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

dampak output yang dihasilkan oleh pengeluaran pariwisata maka


semakin besar peranan pariwisata dalam sektor tersebut.

4.2.1. Dampak Pengeluaran Wisatawan Nusantara (Wisnus)


Pengeluaran wisnus yang mencapai Rp. 3,72 trilyun ternyata
memberikan dampak terhadap output Kabupaten Badung sebesar
Rp. 5,71 trilyun atau 1,5 kali lipat dari pengeluaran wisnus yang ada.

Tabel 4.4.

.id
Dampak Konsumsi Wisatawan Nusantara
Terhadap Output Ekonomi Kabupaten Badung Tahun 2010

. go
Pengeluaran Nilai

ps
SEKTOR %
(Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan
b .b 16.841,70 87.181,44 1,53
Perkebunan 0,00 2.497,98 0,04
ka

Peternakan 0,00 118.343,50 2,07


ng

Kehutanan 0,00 5,38 0,00


du

Perikanan 30.164,90 30.327,71 0,53


Pertambangan 0,00 667,20 0,01
ba

Industri Pengolahan 329.457,18 416.265,63 7,29


://

Listrik dan Air minum 0,00 53.732,58 0,94


tp

Bangunan 0,00 248.088,20 4,35


ht

Perdagangan 0,00 438.806,40 7,69


Restoran, rumah makan, warung 218.452,49 669.003,48 11,72
Hotel 838.733,99 984.205,50 17,25
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 101.409,30 171.002,78 3,00
Angkutan udara 1.761.823,99 1.930.075,19 33,82
Angkutan Lainnya 130.959,17 178.206,02 3,12
Komunikasi, pos, giro 99.848,91 131.545,38 2,30
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 105.784,30 123.203,92 2,16
Jasa Pemerintahan dan Lainnya 89.882,40 123.917,17 2,17
TOTAL PARIWISAWA 3.723.358,32 5.707.075,46 100,00
DAMPAK TOTAL (kali lipat) 1,53

Sektor angkutan udara merupakan sektor yang mendapatkan


dampak yang cukup besar yaitu sebesar 33,82 persen atau mencapai
Rp. 1,93 trilyun. Dampak output sektor angkutan udara tidak hanya
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 51
BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

berasal dari jasa angkutan penumpang tetapi juga jasa angkutan barang
di dalamnya yang dikonsumsi oleh wisnus. Di samping sektor angkutan
udara, sektor lain yang juga menghasilkan dampak output yang cukup
besar adalah sektor hotel sebesar Rp. 984,20 milyar atau 17,25 persen
yang diikuti oleh sektor restoran, rumah makan, warung sebesar Rp.
669,00 milyar atau 11,72 persen. Ketiga sektor ini merupakan sektor
yang berkenaan langsung dengan pengeluaran wisnus dengan total
dampak sebesar 62,79 persen.
Sedangkan sektor yang tidak langsung terkena dampak konsumsi

.id
wisnus, misalnya sektor industri pengolahan menghasilkan dampak

go
output sebesar Rp. 416,27 milyar atau 7,29 persen, sektor peternakan

.
ps
sebesar Rp. 118,34 milyar atau 2,07 persen dan sektor tanaman bahan
.b
makanan sebesar Rp. 87,18 milyar atau 1,53 persen.
b
ka

4.2.2. Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara (Wisman)


ng

Pengeluaran wisman yang mencapai Rp. 13,08 trilyun ternyata


du

memberikan dampak terhadap output Kabupaten Badung sebesar


ba

Rp. 20,47 trilyun atau 1,56 kali lipat dari pengeluaran wisman yang ada
://

atau bahkan melebihi PDRB Kabupaten Badung tahun 2010 yang


tp
ht

mencapai Rp. 14 trilyun.


Untuk sektor yang mendapatkan dampak yang cukup besar oleh
pengeluaran wisman adalah sektor hotel yaitu sebesar 29,30 persen atau
mencapai Rp. 5,999 trilyun. Besarnya dampak yang diperoleh seiring
dengan banyaknya hotel yang ada di Badung bahkan sepertiga hotel yang
ada di Bali berada di Badung. Tempat kedua diduduki oleh sektor
angkutan udara yaitu sebesar 24,83 persen atau Rp. 5.08 trilyun. Posisi
ketiga diduduki oleh sektor restoran, rumah makan, warung sebesar
Rp. 1,890 trilyun atau 11,59 persen. Seperti halnya dampak yang
diberikan oleh konsumsi wisnus, untuk konsumsi wisman juga sangat
mempengaruhi ketiga sektor ini yang merupakan sektor yang berkenaan
langsung dengan pariwisata.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 52


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

Tabel 4.5.
Dampak Konsumsi Wisatawan Mancanegara
Terhadap Output Ekonomi Kabupaten Badung Tahun 2010

Pengeluaran Nilai
SEKTOR %
(Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan 988,98 298.844,14 1,46
Perkebunan 0,00 7.918,39 0,04
Peternakan 0,00 517.639,87 2,53
Kehutanan 0,00 16,87 0,00
Perikanan 32.218,38 32.966,46 0,16
Pertambangan 0,00 2.201,93 0,01

.id
Industri Pengolahan 851.788,24 1.176.003,73 5,74
Listrik dan Air minum 0,00 226.766,25 1,11

go
Bangunan 0,00 837.898,06 4,09

.
ps
Perdagangan 0,00 1.890.999,74 9,24
Restoran, rumah makan, warung 819.744,84 2.373.185,04 11,59
Hotel
b .b 5.570.074,41 5.999.777,69 29,30
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 201.607,90 478.185,22 2,34
ka

Angkutan udara 4.515.304,21 5.083.649,46 24,83


ng

Angkutan Lainnya 106.354,50 243.452,19 1,19


du

Komunikasi, pos, giro 134.115,84 262.026,63 1,28


Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 43.934,16 112.466,48 0,55
ba

Jasa Pemerintahan dan Lainnya 807.122,02 930.415,39 4,54


://

TOTAL PARIWISAWA 13.083.253,47 20.474.413,57 100,00


tp

DAMPAK TOTAL (kali lipat) 1,56


ht

Sedangkan sektor yang tidak langsung terkena dampak konsumsi


wisnus, misalnya sektor industri pengolahan menghasilkan dampak
output sebesar Rp. 1,18 trilyun atau 5,74 persen, sektor peternakan
sebesar Rp. 517,64 milyar atau 2,53 persen dan sektor tanaman bahan
makanan sebesar Rp. 298,84 milyar atau 1,46 persen. Melihat besarnya
dampak yang diberikan terhadap sektor pertanian seperti tanaman
pangan dan peternakan maka pemerintah daerah Kabupaten Badung
dapat mengembangkan sektor pertanian yang khususnya tanaman
pangan dan peternakan sehingga mampu seiring sejalan dengan
perkembangan sektor pariwisata.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 53


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

4.2.3. Dampak Promosi dan Investasi


Pengeluaran untuk promosi dan investasi yang mencapai masing-
masing sebesar Rp. 110,22 milyar atau 1,48 kali lipat dari pengeluaran
untuk promosi dan Rp. 569,20 milyar atau 1,54 kali lipat dari
pengeluaran untuk investasi. Untuk promosi dampak yang dihasilkan
cukup besar terjadi pada sektor hotel sebesar 33,69 persen dan pada
pengeluaran untuk investasi terjadi pada sektor bangunan/konstruksi
sebesar 54,76 persen.
Tabel 4.6.

.id
Dampak Promosi dan Investasi
Terhadap Output Ekonomi Kabupaten Badung Tahun 2010

. go
Promosi Investasi

ps
SEKTOR Pengeluaran Nilai Pengeluaran Nilai
% %
(Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan
Perkebunan
b 0,00
0,00
.b 1.602,31
34,93
1,45
0,03
0,00
0,00
9.117,44
526,08
1,60
0,09
ka
Peternakan 0,00 2.726,35 2,47 0,00 2.220,70 0,39
Kehutanan 0,00 0,08 0,00 0,00 3,08 0,00
ng

Perikanan 0,00 4,08 0,00 0,00 5,57 0,00


Pertambangan 0,00 11,55 0,01 0,00 750,74 0,13
Industri Pengolahan 3.256,79 4.854,53 4,40 114.974,26 129.979,72 22,84
du

Listrik dan Air minum 0,00 1.205,15 1,09 0,00 2.894,30 0,51
Bangunan 0,00 4.521,99 4,10 254.489,51 311.712,19 54,76
ba

Perdagangan 0,00 10.190,73 9,25 0,00 56.958,12 10,01


Restoran, rumah makan, warung 5.282,82 10.677,17 9,69 0,00 12.604,42 2,21
://

Hotel 34.219,98 37.128,11 33,69 0,00 11.886,30 2,09


tp

Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 997,94 2.457,76 2,23 0,00 10.022,90 1,76
Angkutan udara 1.298,61 3.360,84 3,05 0,00 10.168,51 1,79
ht

Angkutan Lainnya 15,27 338,67 0,31 0,00 1.537,73 0,27


Komunikasi, pos, giro 169,26 868,17 0,79 0,00 2.648,43 0,47
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 205,80 569,69 0,52 0,00 2.075,40 0,36
Jasa Pemerintahan dan Lainnya 29.017,87 29.668,78 26,92 0,00 4.091,53 0,72
TOTAL PARIWISAWA 74.464,35 110.220,90 100,00 369.463,76 569.203,16 100,00
DAMPAK TOTAL (kali lipat) 1,48 1,54

4.3. Dampak terhadap Nilai Tambah Bruto


Dampak yang tercipta sebagai respon atas pengeluaran wisatawan
juga terjadi pada Nilai Tambah Bruto (NTB) Kabupaten Badung.
Pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) yang mencapai
Rp. 3,72 trilyun ternyata mampu mendorong terciptanya NTB sebesar
Rp. 2,44 trilyun dan bila dibandingkan dengan pengeluaran yang
dilakukan tersebut ternyata dampaknya mencapai 65,46 persen. Sektor
angkutan udara mendapatkan dampak penciptaan NTB yang terbesar

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 54


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

yaitu mencapai Rp. 1,08 trilyun atau 44,28 persen dari total dampak
pengeluaran wisnus yang ada. Selanjutnya posisi kedua diduduki oleh
sektor hotel sebesar Rp. 428,63 milyar atau 17,59 persen diikuti sektor
industri pengolahan sebesar Rp. 189,97 milyar atau 7,79 persen. Sektor
pertanian secara keseluruhan mendapatkan dampak NTB sebesar Rp.
149,91 milyar atau 6,15 persen dengan sektor tanaman pangan yang
mendapatkan dampak tertinggi yaitu sebesar Rp. 79,72 milyar atau 3,27
persen dari total dampak pengeluaran wisnus yang ada.
Tabel 4.7.

.id
Dampak Konsumsi Wisatawan Nusantara
Terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB) Kabupaten Badung Tahun 2010

. go
Pengeluaran Nilai

ps
SEKTOR %
(Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan
b .b 16.841,70 79.724,25 3,27
Perkebunan 0,00 2.109,05 0,09
ka

Peternakan 0,00 46.989,28 1,93


ng

Kehutanan 0,00 5,23 0,00


du

Perikanan 30.164,90 21.077,91 0,86


Pertambangan 0,00 600,64 0,02
ba

Industri Pengolahan 329.457,18 189.968,62 7,79


://

Listrik dan Air minum 0,00 33.010,45 1,35


tp

Bangunan 0,00 43.934,93 1,80


ht

Perdagangan 0,00 41.449,46 1,70


Restoran, rumah makan, warung 218.452,49 179.275,81 7,36
Hotel 838.733,99 428.633,71 17,59
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 101.409,30 48.128,28 1,97
Angkutan udara 1.761.823,99 1.079.107,52 44,28
Angkutan Lainnya 130.959,17 55.001,86 2,26
Komunikasi, pos, giro 99.848,91 41.765,39 1,71
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 105.784,30 43.453,67 1,78
Jasa Pemerintahan dan Lainnya 89.882,40 102.926,04 4,22
TOTAL PARIWISAWA 3.723.358,32 2.437.162,10 100,00
DAMPAK TOTAL (persen) 65,46

Untuk pengeluaran wisatawan mancanegara (wisman) yang


mencapai Rp. 13,08 trilyun ternyata dapat menciptakan NTB Kabupaten
Badung sebesar Rp. 8,71 trilyun atau 66,57 persen dari total pengeluaran
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 55
BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

yang ada. Seperti halnya pengeluaran wisnus ternyata sektor angkutan


udara menduduki peringkat teratas terhadap dampak yang diberikan
pengeluaran wisman. Dari total pengeluaran wisman tersebut dampak
NTB yang diperoleh sektor angkutan udara mencapai Rp. 2,84 trilyun
atau 32,63 persen diikuti oleh sektor hotel sebesar Rp. 2,61 trilyun atau
30,00 persen.
Tabel 4.8.
Dampak Konsumsi Wisatawan Mancanegara
Terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB) Kabupaten Badung Tahun 2010

.id
Pengeluaran Nilai
SEKTOR %
(Juta Rp.) (Juta Rp.)

go
Tanaman bahan makanan 988,98 273.282,07 3,14

.
ps
Perkebunan 0,00 6.685,49 0,08
Peternakan 0,00 205.533,24 2,36
Kehutanan
b .b 0,00 16,38 0,00
ka

Perikanan 32.218,38 22.911,86 0,26


Pertambangan 0,00 1.982,28 0,02
ng

Industri Pengolahan 851.788,24 536.685,70 6,16


du

Listrik dan Air minum 0,00 139.313,17 1,60


Bangunan 0,00 148.386,72 1,70
ba

Perdagangan 0,00 178.623,01 2,05


://

Restoran, rumah makan, warung 819.744,84 635.952,83 7,30


tp

Hotel 5.570.074,41 2.612.977,64 30,00


ht

Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 201.607,90 134.583,97 1,55
Angkutan udara 4.515.304,21 2.842.274,95 32,63
Angkutan Lainnya 106.354,50 75.139,57 0,86
Komunikasi, pos, giro 134.115,84 83.192,93 0,96
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 43.934,16 39.666,61 0,46
Jasa Pemerintahan dan Lainnya 807.122,02 772.806,34 8,87
TOTAL PARIWISAWA 13.083.253,47 8.710.014,78 100,00
DAMPAK TOTAL (persen) 66,57

Sementara peringkat ketiga diduduki oleh sektor jasa


pemerintahan dan lainnya sebesar Rp. 772,81 milyar atau 8,87 persen
dan kemudian sektor restoran, rumah makan, warung sebesar Rp. 635,95
milyar atau 7,30 persen. Untuk sektor pertanian dari total pengeluaran
wisman yang mencapai Rp. 13,08 trilyun dampak yang diterima hanya
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 56
BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

sebesar Rp. 508,43 milyar atau hanya sebesar 5,84 persen dari total
dampak yang diciptakan terhadap NTB Kabupaten Badung.
Untuk kegiatan promosi dan investasi, maka dampak yang
diciptakan terhadap NTB Kabupaten Badung masing-masing sebesar Rp.
54,135 milyar atau 72,70 persen total promosi dan Rp. 369,463 milyar
atau 41,83 total investasi. Sektor jasa pemerintahan dan lainnya
merupakan sektor yang memperoleh dampak NTB tertinggi untuk
kegiatan promosi yang dilakukan yaitu dengan penciptaan NTB sebesar
Rp. 24,64 milyar atau 45,52 persen dari total penciptaan NTB promosi

.id
yang ada. Sedangkan sektor industri pengolahan dan bangunan

go
merupakan sektor yang mendapat penciptaan NTB tertinggi dari

.
ps
kegiatan investasi yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak
swasta.
b .b
Tabel 4.9.
ka

Dampak Promosi dan Investasi


ng

Terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB) Kabupaten Badung Tahun 2010


du

Promosi Investasi
SEKTOR Pengeluaran Nilai Pengeluaran Nilai
ba

% %
(Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan 0,00 1.465,25 2,71 0,00 8.337,57 5,40
://

Perkebunan 0,00 29,49 0,05 0,00 444,17 0,29


tp

Peternakan 0,00 1.082,52 2,00 0,00 881,75 0,57


Kehutanan 0,00 0,08 0,00 0,00 2,99 0,00
ht

Perikanan 0,00 2,83 0,01 0,00 3,87 0,00


Pertambangan 0,00 10,40 0,02 0,00 675,85 0,44
Industri Pengolahan 3.256,79 2.215,43 4,09 114.974,26 59.318,06 38,39
Listrik dan Air minum 0,00 740,38 1,37 0,00 1.778,10 1,15
Bangunan 0,00 800,82 1,48 254.489,51 55.202,36 35,72
Perdagangan 0,00 962,61 1,78 0,00 5.380,24 3,48
Restoran, rumah makan, warung 5.282,82 2.861,21 5,29 0,00 3.377,66 2,19
Hotel 34.219,98 16.169,75 29,87 0,00 5.176,63 3,35
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 997,94 691,73 1,28 0,00 2.820,92 1,83
Angkutan udara 1.298,61 1.879,05 3,47 0,00 5.685,23 3,68
Angkutan Lainnya 15,27 104,53 0,19 0,00 474,61 0,31
Komunikasi, pos, giro 169,26 275,64 0,51 0,00 840,87 0,54
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 205,80 200,93 0,37 0,00 731,99 0,47
Jasa Pemerintahan dan Lainnya 29.017,87 24.642,99 45,52 0,00 3.398,44 2,20
TOTAL PARIWISAWA 74.464,35 54.135,66 100,00 369.463,76 154.531,30 100,00
DAMPAK TOTAL (persen) 72,70 41,83

4.4. Dampak terhadap Upah/Gaji


Upah atau gaji juga mendapat dampak sebagai respon dari
pengeluaran wisatawan. Hal ini berkenaan upah/gaji merupakan bagian

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 57


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

dari Nilai Tambah Bruto (NTB) sehingga dampak terhadap NTB otomatis
juga merupakan dampak terhadap upah/gaji. Dampak yang diciptakan
akibat konsumsi wisnus Rp. 3,72 trilyun terhadap upah/gaji adalah
sebesar Rp. 466,69 milyar atau 12,53 persen dari total konsumsi wisnus.
Pekerja sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mendapat
dampak penciptaan upah/gaji terbesar yaitu 31,13 persen disusul
pekerja di sektor jasa pemerintahan dan lainnya (15,89 persen) dan
pekerja sektor angkutan udara sebesar 13,99 persen (selengkapnya lihat
Tabel 4.10.).

.id
Tabel 4.10.

go
Dampak Konsumsi Wisatawan Nusantara
Terhadap Nilai Upah/Gaji Kabupaten Badung Tahun 2010

.
ps
Pengeluaran Nilai
SEKTOR
b .b(Juta Rp.) (Juta Rp.)
%
ka

Tanaman bahan makanan 16.841,70 17.293,98 3,71


Perkebunan 0,00 428,91 0,09
ng

Peternakan 0,00 12.686,27 2,72


du

Kehutanan 0,00 4,89 0,00


ba

Perikanan 30.164,90 3.979,69 0,85


Pertambangan 0,00 71,34 0,02
://

Industri Pengolahan 329.457,18 145.272,19 31,13


tp

Listrik dan Air minum 0,00 4.395,12 0,94


ht

Bangunan 0,00 16.390,39 3,51


Perdagangan 0,00 15.205,06 3,26
Restoran, rumah makan, warung 218.452,49 29.805,76 6,39
Hotel 838.733,99 56.311,86 12,07
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 101.409,30 4.267,40 0,91
Angkutan udara 1.761.823,99 65.271,87 13,99
Angkutan Lainnya 130.959,17 4.876,86 1,04
Komunikasi, pos, giro 99.848,91 3.524,60 0,76
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 105.784,30 12.749,11 2,73
Jasa Pemerintahan dan Lainnya 89.882,40 74.156,29 15,89
TOTAL PARIWISAWA 3.723.358,32 466.691,59 100,00
DAMPAK TOTAL (persen) 12,53

Untuk konsumsi wisatawan mancanegara (wisman) dampak


upah/gaji yang ditimbulkan dari konsumsi Rp. 13,08 trilyun adalah
sebesar Rp. 1,89 trilyun atau 14,41 persen dari total konsumsi. Sektor
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 58
BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

jasa pemerintahan dan lainnya merupakan sektor dengan dampak


upah/gaji terbesar yang mencapai Rp. 556,79 milyar atau 29,53 persen
diikuti sektor industri pengolahan sebesar Rp. 410,41 milyar (21,77
persen) dan sektor hotel sebesar Rp. 343,28 milyar atau 18,21 persen.
Tabel 4.11.
Dampak Konsumsi Wisatawan Mancanegara
Terhadap Nilai Upah/Gaji Kabupaten Badung Tahun 2010

Pengeluaran Nilai
SEKTOR %
(Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan 988,98 59.281,04 3,14

.id
Perkebunan 0,00 1.359,62 0,07

go
Peternakan 0,00 55.490,30 2,94
Kehutanan 0,00 15,33 0,00

.
ps
Perikanan 32.218,38 4.325,96 0,23
Pertambangan
Industri Pengolahan
b .b 0,00
851.788,24
235,44
410.412,55
0,01
21,77
ka

Listrik dan Air minum 0,00 18.548,62 0,98


ng

Bangunan 0,00 55.357,23 2,94


Perdagangan 0,00 65.524,93 3,48
du

Restoran, rumah makan, warung 819.744,84 105.731,26 5,61


ba

Hotel 5.570.074,41 343.280,61 18,21


Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 201.607,90 11.933,18 0,63
://

Angkutan udara 4.515.304,21 171.920,40 9,12


tp

Angkutan Lainnya 106.354,50 6.662,41 0,35


ht

Komunikasi, pos, giro 134.115,84 7.020,69 0,37


Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 43.934,16 11.638,00 0,62
Jasa Pemerintahan dan Lainnya 807.122,02 556.792,52 29,53
TOTAL PARIWISAWA 13.083.253,47 1.885.530,09 100,00
DAMPAK TOTAL (persen) 14,41

Sementara itu, untuk kegiatan promosi dan investasi yang


dilakukan maka dampak terhadap penciptaan upah/gaji sebesar
Rp. 23,68 milyar atau 31,81 persen dari total promosi dan sebesar
Rp. 74,99 milyar atau 20,30 persen dari total investasi. Penciptaan
upah/gaji tertinggi dari kegiatan promosi terjadi pada sektor jasa
pemerintahan dan lainnya dan untuk kegiatan investasi penciptaan
upah/gaji tertinggi terjadi pada sektor industri pengolahan.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 59
BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

Tabel 4.12.
Dampak Promosi dan Investasi
Terhadap Nilai Upah/Gaji Kabupaten Badung Tahun 2010

Promosi Investasi
SEKTOR Pengeluaran Nilai Pengeluaran Nilai
% %
(Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan 0,00 317,85 1,34 0,00 1.808,61 2,41
Perkebunan 0,00 6,00 0,03 0,00 90,33 0,12
Peternakan 0,00 292,26 1,23 0,00 238,06 0,32
Kehutanan 0,00 0,07 0,00 0,00 2,80 0,00
Perikanan 0,00 0,54 0,00 0,00 0,73 0,00
Pertambangan 0,00 1,24 0,01 0,00 80,27 0,11
Industri Pengolahan 3.256,79 1.694,18 7,15 114.974,26 45.361,51 60,48
Listrik dan Air minum 0,00 98,58 0,42 0,00 236,74 0,32
Bangunan 0,00 298,75 1,26 254.489,51 20.593,82 27,46

.id
Perdagangan 0,00 353,12 1,49 0,00 1.973,65 2,63
Restoran, rumah makan, warung 5.282,82 475,69 2,01 0,00 561,56 0,75
Hotel 34.219,98 2.124,31 8,97 0,00 680,08 0,91

go
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 997,94 61,33 0,26 0,00 250,12 0,33
Angkutan udara 1.298,61 113,66 0,48 0,00 343,88 0,46

.
ps
Angkutan Lainnya 15,27 9,27 0,04 0,00 42,08 0,06
Komunikasi, pos, giro 169,26 23,26 0,10 0,00 70,96 0,09
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan
Jasa Pemerintahan dan Lainnya
TOTAL PARIWISAWA
b205,80
29.017,87
74.464,35
.b 58,95
17.754,82
23.683,87
0,25
74,97
100,00
0,00
0,00
369.463,76
214,76
2.448,51
74.998,49
0,29
3,26
100,00
ka
DAMPAK TOTAL (persen) 31,81 20,30
ng

4.5. Dampak terhadap Pajak Tak Langsung


du

Pajak tak langsung merupakan pajak yang harus dibayar oleh


ba

sektor-sektor ekonomi, baik produknya berupa barang maupun jasa.


://

Pajak ini biasanya dibebankan kepada konsumen pada saat


tp
ht

mengkonsumsi barang atau jasa tersebut. Oleh karena itu pengeluaran


wisatawan, promosi dan investasi juga akan berdampak pada pajak tak
langsung. Semakin besar permintaan dari kegiatan pariwisata terhadap
produk barang dan jasa maka semakin besar pula pajak tak langsung
yang harus dibayarkan oleh sektor-sektor penghasil barang dan jasa
tersebut.
Pajak tak langsung yang dihasilkan sebagai dampak pengeluaran
wisnus sebesar Rp. 77,37 milyar atau 15,77 persen bila dibandingkan
pengeluaran wisnus. Pajak tak langsung terbesar akibat pengeluaran
wisnus diberikan oleh sektor hotel yaitu Rp. 35,62 milyar disusul sektor
angkutan udara (Rp. 19,20 milyar), sektor restoran, rumah makan,
warung (Rp. 10,42 milyar) dan sektor industri pengolahan sebesar

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 60


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

Rp. 4,19 milyar atau 5,41 persen dari total penciptaan pajak tak langsung
dari pengeluaran wisnus.
Tabel 4.13.
Dampak Konsumsi Wisatawan Nusantara
Terhadap Pajak Tak Langsung Kabupaten Badung Tahun 2010

Pengeluaran Nilai
SEKTOR %
(Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan 16.841,70 756,35 0,98
Perkebunan 0,00 15,37 0,02
Peternakan 0,00 361,81 0,47

.id
Kehutanan 0,00 0,00 0,00
Perikanan 30.164,90 143,50 0,19

go
Pertambangan 0,00 8,33 0,01

.
Industri Pengolahan 329.457,18 4.188,62 5,41

ps
Listrik dan Air minum 0,00 325,84 0,42
Bangunan
b .b 0,00 465,71 0,60
Perdagangan 0,00 1.017,35 1,31
ka

Restoran, rumah makan, warung 218.452,49 10.415,94 13,46


ng

Hotel 838.733,99 35.622,36 46,04


Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 101.409,30 1.802,73 2,33
du

Angkutan udara 1.761.823,99 19.202,99 24,82


ba

Angkutan Lainnya 130.959,17 1.265,16 1,64


://

Komunikasi, pos, giro 99.848,91 696,55 0,90


tp

Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 105.784,30 405,21 0,52


Jasa Pemerintahan dan Lainnya 89.882,40 673,44 0,87
ht

TOTAL PARIWISAWA 3.723.358,32 77.367,27 100,00


DAMPAK TOTAL (persen) 2,08

Untuk pengeluaran wisman, pajak tak langsung yang dihasilkan


mencapai Rp. 341,84 milyar atau 2,61 persen dari total pengeluaran
wisman. Penyumbang pajak tak langsung terbesar diberikan oleh sektor
hotel yang mencapai Rp. 217,16 milyar disusul sektor angkutan udara
sebesar Rp. 50,58 milyar, sektor restoran, rumah makan, warung
(Rp. 36,95 milyar) dan sektor industri pengolahan sebesar Rp. 11,83
milyar atau 3,46 persen.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 61


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

Tabel 4.14.
Dampak Konsumsi Wisatawan Mancanegara
Terhadap Pajak Tak Langsung Kabupaten Badung Tahun 2010

Pengeluaran Nilai
SEKTOR %
(Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan 988,98 2.592,64 0,76
Perkebunan 0,00 48,71 0,01
Peternakan 0,00 1.582,58 0,46
Kehutanan 0,00 0,01 0,00
Perikanan 32.218,38 155,99 0,05
Pertambangan 0,00 27,49 0,01

.id
Industri Pengolahan 851.788,24 11.833,40 3,46
Listrik dan Air minum 0,00 1.375,14 0,40

go
Bangunan 0,00 1.572,90 0,46

.
ps
Perdagangan 0,00 4.384,20 1,28
Restoran, rumah makan, warung 819.744,84 36.948,92 10,81
Hotel
b .b 5.570.074,41 217.156,09 63,53
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 201.607,90 5.041,07 1,47
ka

Angkutan udara 4.515.304,21 50.579,01 14,80


ng

Angkutan Lainnya 106.354,50 1.728,37 0,51


du

Komunikasi, pos, giro 134.115,84 1.387,46 0,41


Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 43.934,16 369,90 0,11
ba

Jasa Pemerintahan dan Lainnya 807.122,02 5.056,47 1,48


://

TOTAL PARIWISAWA 13.083.253,47 341.840,32 100,00


tp

DAMPAK TOTAL (persen) 2,61


ht

Sementara itu, pengeluaran untuk kegiatan promosi dan investasi


memberikan penciptaan pajak tak langsung sebesar Rp. 1,85 milyar dari
promosi dan Rp. 3,03 milyar dari kegiatan investasi. Sektor yang
memberikan sumbangan pajak tak langsung terbesar dari kegiatan
promosi adalah sektor hotel sebesar Rp. 1,34 milyar dari dari kegiatan
investasi adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp. 1,31 milyar serta
sektor bangunan sebesar Rp. 585,15 juta.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 62


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

Tabel 4.15.
Dampak Promosi dan Investasi
Terhadap Pajak Tak Langsung Kabupaten Badung Tahun 2010

Promosi Investasi
SEKTOR Pengeluaran Nilai Pengeluaran Nilai
% %
(Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.) (Juta Rp.)
Tanaman bahan makanan 0,00 13,90 0,75 0,00 79,10 2,61
Perkebunan 0,00 0,21 0,01 0,00 3,24 0,11
Peternakan 0,00 8,34 0,45 0,00 6,79 0,22
Kehutanan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Perikanan 0,00 0,02 0,00 0,00 0,03 0,00
Pertambangan 0,00 0,14 0,01 0,00 9,37 0,31
Industri Pengolahan 3.256,79 48,85 2,64 114.974,26 1.307,91 43,19
Listrik dan Air minum 0,00 7,31 0,39 0,00 17,55 0,58
Bangunan 0,00 8,49 0,46 254.489,51 585,15 19,32

.id
Perdagangan 0,00 23,63 1,28 0,00 132,05 4,36
Restoran, rumah makan, warung 5.282,82 166,24 8,98 0,00 196,24 6,48
Hotel 34.219,98 1.343,82 72,62 0,00 430,21 14,21

go
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 997,94 25,91 1,40 0,00 105,66 3,49
Angkutan udara 1.298,61 33,44 1,81 0,00 101,17 3,34

.
ps
Angkutan Lainnya 15,27 2,40 0,13 0,00 10,92 0,36
Komunikasi, pos, giro 169,26 4,60 0,25 0,00 14,02 0,46
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan
Jasa Pemerintahan dan Lainnya
TOTAL PARIWISAWA
b205,80
29.017,87
74.464,35
.b 1,87
161,24
1.850,40
0,10
8,71
100,00
0,00
0,00
369.463,76
6,83
22,24
3.028,47
0,23
0,73
100,00
ka
DAMPAK TOTAL (persen) 2,48 0,82
ng

4.6. Dampak terhadap Tenaga Kerja


du

Konsumsi wisatawan, kegiatan promosi dan investasi tidak hanya


ba

berdampak pada output, NTB, upah/gaji dan pajak tetapi juga berdampak
://

pada tersedianya kesempatan kerja bagi penduduk di Kabupaten Badung.


tp
ht

Hal ini dikarenakan pengeluaran wisatawan, promosi dan investasi untuk


barang konsumsi dan jasa akan meningkatkan barang tersebut sehingga
produksi barang dan jasa meningkat dan pada akhirnya untuk
memproduksi lebih banyak barang dan jasa memerlukan tambahan
tenaga kerja. Dengan kata lain, kesempatan kerja akan terbuka lebar
seiring dengan meningkatnya pengeluaran wisatawan, besarnya biaya
promosi serta meningkatnya investasi.
Dengan pengeluaran wisnus sebesar Rp. 3,72 trilyun telah mampu
menciptakan kesempatan kerja bagi 39,17 ribu orang yang terserap di
seluruh sektor ekonomi. Penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi pada
sektor industri pengolahan sebanyak 13,19 ribu orang atau 33,67 persen
diikuti sektor perdagangan sebanyak 4,16 ribu orang atau 10,61 persen,

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 63


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

sektor hotel sebanyak 4,11 ribu orang (10,78 persen), sektor tanaman
pangan sebanyak 2,98 ribu orang (7,61 persen) dan sektor jasa
pemerintahan dan lainnya sebanyak 2,94 ribu orang atau 7,50 persen.

Tabel 4.16.
Dampak Konsumsi Wisatawan Nusantara
Terhadap Tenaga Kerja Kabupaten Badung Tahun 2010

Pengeluaran Tenaga Keja


SEKTOR %
(Juta Rp.) (rb. orang)
Tanaman bahan makanan 16.841,70 2,98 7,61

.id
Perkebunan 0,00 0,27 0,70

go
Peternakan 0,00 1,85 4,72
Kehutanan 0,00 0,00 0,01

.
ps
Perikanan 30.164,90 1,03 2,62
Pertambangan
Industri Pengolahan
b .b 0,00
329.457,18
0,02
13,19
0,04
33,67
ka

Listrik dan Air minum 0,00 0,15 0,38


Bangunan 0,00 1,49 3,81
ng

Perdagangan 0,00 4,16 10,61


du

Restoran, rumah makan, warung 218.452,49 2,76 7,04


Hotel 838.733,99 4,11 10,48
ba

Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 101.409,30 0,40 1,03
://

Angkutan udara 1.761.823,99 1,74 4,45


tp

Angkutan Lainnya 130.959,17 0,84 2,16


ht

Komunikasi, pos, giro 99.848,91 0,32 0,82


Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 105.784,30 0,92 2,34
Jasa Pemerintahan dan Lainnya 89.882,40 2,94 7,50
TOTAL PARIWISAWA 3.723.358,32 39,17 100,00

Untuk pengeluaran wisman yang mencapai Rp. 13,08 trilyun


ternyata mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 146,43 ribu orang.
Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mampu memberikan
kesempatan kerja tertinggi yaitu sebanyak 37,26 ribu orang atau 25,45
persen disusul sektor hotel sebanyak 25,03 ribu orang (17,10 persen),
sektor jasa pemerintahan dan lainnya sebanyak 22,06 ribu orang (15,06
persen), sektor perdagangan sebanyak 17,91 ribu orang (12,23 persen)

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 64


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

dan sektor tanaman bahan makanan sebanyak 10,22 ribu orang atau
6,98 persen.
Tabel 4.17.
Dampak Konsumsi Wisatawan Mancanegara
Terhadap Tenaga Kerja Kabupaten Badung Tahun 2010

Pengeluaran Tenaga Keja


SEKTOR %
(Juta Rp.) (rb. orang)
Tanaman bahan makanan 988,98 10,22 6,98
Perkebunan 0,00 0,87 0,59
Peternakan 0,00 8,09 5,53

.id
Kehutanan 0,00 0,01 0,01

go
Perikanan 32.218,38 1,12 0,76
Pertambangan 0,00 0,05 0,04

.
ps
Industri Pengolahan 851.788,24 37,26 25,45
Listrik dan Air minum
Bangunan
b .b 0,00
0,00
0,62
5,04
0,42
3,44
ka

Perdagangan 0,00 17,91 12,23


Restoran, rumah makan, warung 819.744,84 9,79 6,68
ng

Hotel 5.570.074,41 25,03 17,10


du

Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 201.607,90 1,13 0,77
Angkutan udara 4.515.304,21 4,59 3,13
ba

Angkutan Lainnya 106.354,50 1,15 0,79


://

Komunikasi, pos, giro 134.115,84 0,64 0,44


tp

Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 43.934,16 0,84 0,57


ht

Jasa Pemerintahan dan Lainnya 807.122,02 22,06 15,06


TOTAL PARIWISAWA 13.083.253,47 146,43 100,00

Untuk kegiatan promosi dan investasi, kesempatan kerja yang


tercipta mencapai 8,53 ribu orang yang terdiri dari 1,30 ribu orang akibat
adanya promosi dan 7,23 orang akibat adanya investasi. Sektor jasa
pemerintahan dan lainnya merupakan sektor yang mampu menyerap
tenaga kerja terbesar sebanyak 0,70 ribu orang akibat adanya promosi
sedangkan sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mampu
menyerap tenaga kerja terbanyak akibat adanya investasi.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 65


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

Tabel 4.18.
Dampak Promosi dan Investasi
Terhadap Tenaga Kerja Kabupaten Badung Tahun 2010

Promosi Investasi
SEKTOR Pengeluaran Tenaga Keja Pengeluaran Tenaga Keja
% %
(Juta Rp.) (rb. orang) (Juta Rp.) (rb. orang)
Tanaman bahan makanan 0,00 0,05 4,21 0,00 0,31 4,31
Perkebunan 0,00 0,00 0,30 0,00 0,06 0,80
Peternakan 0,00 0,04 3,27 0,00 0,03 0,48
Kehutanan 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,04
Perikanan 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00
Pertambangan 0,00 0,00 0,02 0,00 0,02 0,26
Industri Pengolahan 3.256,79 0,15 11,82 114.974,26 4,12 56,97
Listrik dan Air minum 0,00 0,00 0,25 0,00 0,01 0,11
Bangunan 0,00 0,03 2,09 254.489,51 1,88 25,96
Perdagangan 0,00 0,10 7,42 0,00 0,54 7,46

.id
Restoran, rumah makan, warung 5.282,82 0,04 3,38 0,00 0,05 0,72
Hotel 34.219,98 0,15 11,90 0,00 0,05 0,69

go
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 997,94 0,01 0,45 0,00 0,02 0,33
Angkutan udara 1.298,61 0,00 0,23 0,00 0,01 0,13

.
ps
Angkutan Lainnya 15,27 0,00 0,12 0,00 0,01 0,10
Komunikasi, pos, giro 169,26 0,00 0,16 0,00 0,01 0,09
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 205,80 0,00 0,33 0,00 0,02 0,21
Jasa Pemerintahan dan Lainnya
TOTAL PARIWISAWA
29.017,87
b
74.464,35
.b 0,70
1,30
54,04
100,00
0,00
369.463,76
0,10
7,23
1,34
100,00
ka
ng

4.7. Dampak Total Pengeluaran Pariwisata


du

Pengeluaran untuk pariwisata baik pengeluaran/konsumsi


ba

wisatawan maupun pengeluaran untuk kegiatan promosi dan investasi


://

memberikan dampak pada perekonomian Kabupaten Badung. Dampak


tp

tersebut meliputi dampak terhadap output, Nilai Tambah Bruto (NTB),


ht

upah/gaji, pajak tak langsung (PTL) dan tenaga kerja (TK).


Secara total, pengeluaran untuk kegiatan pariwisata di Kabupaten
Badung tahun 2010 mencapai Rp. 17,25 trilyun baik yang berasal dari
pengeluaran wisatawan, kegiatan promosi maupun investasi. Dari total
pengeluaran tersebut dampak yang ditimbulkan terhadap output
mencapai Rp. 26,86 trilyun atau 69,08 persen dari total output, dampak
terhadap NTB sebesar Rp. 11,36 trilyun atau 76,08 persen dari total NTB
tahun 2010, dampak terhadap upah/gaji sebesar Rp. 2,45 trilyun atau
68,27 persen, dampak terhadap pajak tak langsung (PTL) sebesar Rp.
424,09 milyar atau 86,48 persen dan dampak terhadap tenaga kerja
sebanyak 194,13 ribu orang atau 67,56 persen dari total tenaga kerja
yang ada.
Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 66
BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

Tabel 4.19.
Dampak Total Pengeluaran Pariwisata
Terhadap Output, NTB, Upah/Gaji, Pajak Tak Langsung dan Tenaga Kerja
Kabupaten Badung Tahun 2010

Dampak
Total Dampak Terhadap (juta rp.)
SEKTOR thd TK
Pengeluaran
Output NTB Upah/Gaji PTL (rb. orang)
Tanaman bahan makanan 17.830,68 396.745,33 362.809,14 78.701,47 3.441,98 13.564
Perkebunan 0,00 10.977,39 9.268,20 1.884,87 67,53 1.207
Peternakan 0,00 640.930,42 254.486,79 68.706,89 1.959,51 10.018
Kehutanan 0,00 25,41 24,68 23,09 0,01 22
Perikanan 62.383,28 63.303,82 43.996,48 8.306,91 299,54 2.145
Pertambangan 0,00 3.631,42 3.269,16 388,28 45,33 91

.id
Industri Pengolahan 1.299.476,46 1.727.103,62 788.187,82 602.740,44 17.378,78 54.719
Listrik dan Air minum 0,00 284.598,29 174.842,11 23.279,07 1.725,84 780

go
Bangunan 254.489,51 1.402.220,44 248.324,83 92.640,19 2.632,24 8.441
Perdagangan 0,00 2.396.954,99 226.415,32 83.056,75 5.557,24 22.704

.
Restoran, rumah makan, warung 1.043.480,15 3.065.470,11 821.467,50 136.574,28 47.727,34 12.640

ps
Hotel 6.443.028,37 7.032.997,60 3.062.957,73 402.396,86 254.552,47 29.343
Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya
Angkutan udara
Angkutan Lainnya
304.015,14
6.278.426,82
b
237.328,93
.b661.668,66
7.027.254,00
423.534,62
186.224,91
3.928.946,75
130.720,57
16.512,03
237.649,81
11.590,62
6.975,37
69.916,61
3.006,85
1.566
6.345
2.008
ka

Komunikasi, pos, giro 234.134,01 397.088,61 126.074,84 10.639,51 2.102,63 969


Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 149.924,26 238.315,50 84.053,19 24.660,82 783,81 1.772
ng

Jasa Pemerintahan dan Lainnya 926.022,29 1.088.092,87 903.773,82 651.152,14 5.913,39 25.796
TOTAL PARIWISAWA 17.250.539,91 26.860.913,08 11.355.843,83 2.450.904,03 424.086,46 194.128
du

TOTAL EKONOMI 38.881.167,62 14.926.782,41 3.590.276,65 490.409,38 287.355


Persentase 69,08 76,08 68,27 86,48 67,56
ba
://

Melihat dampak yang cukup signifikan ini menunjukkan bahwa


tp
ht

kegiatan pariwisata di Kabupaten Badung sangat dominan dalam


memegang perekonomian yang ada. Sebagai contoh, apabila kegiatan
pariwisata terganggu maka dampak yang ditimbulkan sebesar 76 persen
terhadap nilai tambah bruto Kabupaten Badung atau dengan kata lain
PDRB Kabupaten Badung akan terkuras sebesar 76 persen jika terjadi
“chaos” terhadap pariwisata. Untuk penciptaan kesempatan kerja
demikian juga, karena 65,56 persen penciptaan tenaga kerja yang ada di
Kabupaten Badung dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata yang ada.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 67


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

4.8. Ringkasan Dampak Ekonomi Pariwisata


Kegiatan pariwisata memiliki dampak ekonomi yang cukup besar.
Kegiatan pariwisata di Kabupaten Badung telah mendorong output
ekonomi Badung sebesar 69 persen dan juga PDRB sebesar 76 persen.
Selain itu kegiatan pariwisata juga memberikan kontribusi terhadap total
upah/gaji Kabupaten Badung sebesar 68 persen. Sementara sumbangan
terhadap total pajak Kabupaten Badung yang berasal dari dampak
pengeluaran pariwisata terhadap pajak tak langsung sebesar 86 persen
serta memberikan dampak terhadap tenaga kerja sebesar 67 persen.

.id
Besarnya dampak pengeluaran pariwisata terhadap beberapa

go
indikator ekonomi menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi memiliki

.
ps
peranan sangat penting dalam menunjang perekonomian Kabupaten
.b
Badung. Oleh karena itu, kegiatan pariwisata Kabupaten Badung tidak
b
hanya sebagai sumber devisa tetapi juga merupakan “penyangga” bagi
ka

peningkatan pendapatan pendapatan yang pada akhirnya akan


ng

meningkatkan taraf hidup. Secara keseluruhan dampak ekonomi


du

pariwisata dapat dilihat pada diagram berikut.


ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 68


BAB IV Dampak Pariwisata Daerah

Diagram 4.1.
Dampak Ekonomi Pariwisata di Kabupaten Badung Tahun 2010

.id
. go
ps
b .b
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 69


BAB V Simpulan dan Saran

.id
. go
ps
b .b
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 70


BAB V Simpulan dan Saran

5.1. Simpulan
1) Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar
dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan
paling pesat di dunia saat ini.
2) Neraca Satelit Pariwisata Daerah Kabupaten Badung atau yang
disingkat dengan Nesparda Kabupaten Badung adalah suatu
sistem neraca terpadu sektor pariwisata yang mampu
menjawab permasalahan yang terkait dengan sektor
pariwisata di Kabupaten Badung.

.id
3) Nesparda menggambarkan semua kegiatan dan transaksi

go
ekonomi yang berhubungan dengan barang-barang dan jasa

.
ps
pariwisata, baik sisi produksi (supply) maupun sisi permintaan
.b
(demand). Sebagai suatu sistem data yang komprehensif,
b
cakupan Nesparda meliputi: (1) struktur ekonomi dari sektor
ka

pariwisata, (2) struktur pengeluaran wisatawan dan


ng

besarannya, (3) struktur sektor yang terkait pariwisata, (4)


du

struktur investasi pariwisata dan kontribusinya dalam


ba

investasi daerah, (5) struktur pekerja di sektor pariwisata dan


://

kontribusinya pada pekerja daerah dan (6) peran sektor


tp
ht

pariwisata pada perekonomian daerah.


4) Pada tahun 2010, tercatat bahwa jumlah wisatawan nusantara
(wisnus) yang data ke Kabupaten Badung sebanyak 1,795 juta
orang atau meningkat sebesar 6,30 persen dibandingkan tahun
2009 yang mencapai 1,689 juta. Sementara itu jumlah
wisatawan mancanagera (wisman) yang ke Kabupaten Badung
pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,67 juta orang atau
meningkat sebesar 5,42 persen dibandingkan tahun 2009 yang
mencapai 1,58 juta orang.
5) Total pengeluaran yang dapat dihimpun dari pergerakan
wisnus yang ada sebesar Rp. 3,72 trilyun dan total

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 71


BAB V Simpulan dan Saran

pengeluaran wisman pada tahun 2010 di Kabupaten Badung


mencapai Rp. 13,08 trilyun.
6) Penciptaan pengeluaran wisnus untuk output sebesar 153,28
persen, NTB (65,45 persen), upah/gaji (12,53 persen), pajak
tak langsung (2,08 persen) dan tenaga kerja sebesar 39,17 ribu
orang.
7) Penciptaan pengeluaran wisman untuk output sebesar 156,49
persen, NTB (66,57 persen), upah/gaji (14,41 persen), pajak
tak langsung (2,61 persen) dan tenaga kerja sebesar 146,43

.id
ribu orang.

go
8) Penciptaan promosi untuk output sebesar 148,02 persen, NTB

.
ps
(72,70 persen), upah/gaji (31,81 persen), pajak tak langsung
.b
(2,48 persen) dan tenaga kerja sebesar 1,30 ribu orang.
b
9) Penciptaan investasi untuk output sebesar 154,06 persen, NTB
ka

(41,83 persen), upah/gaji (20,30 persen), pajak tak langsung


ng

(0,82 persen) dan tenaga kerja sebesar 7,23 ribu orang.


du

10) Dampak total pengeluaran pariwisata untuk output sebesar


ba

69,08 persen, NTB (76,08 persen), upah/gaji (68,27 persen),


://

pajak tak langsung (86,48 persen) dan tenaga kerja sebesar


tp
ht

67,56 persen.

5.2. Saran
1) Hasil Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) diharapkan
lebih memperkaya Kabupaten Badung dalam mengoptimalkan
industri pariwisata yang merupakan industri terbesar dalam
menunjang perekonomian.
2) Sektor pariwisata merupakan sektor masa depan yang mampu
menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat seharusnya
harus terus dikembangkan serta diversifikasi pariwisata harus
terus diupayakan.

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 72


BAB V Simpulan dan Saran

3) Kerja sama lintas sektor dalam peningkatan aksesbilitas


pariwisata merupakan prioritas utama sehingga tercipta
kenyamanan dan keamanan dalam mobilitas wisatawan.
4) Kegiatan pariwisata Badung memberikan dampak yang sangat
signifikan bagi sektor pertanian. Untuk itu, pengembangan
sektor pertanian yang mampu seiring sejalan dengan industri
pariwisata perlu dikembangkan lagi, misalnya agrowisata,
wisata kuliner berbasis hasil-hasil pertanian lokal.
5) Perlu pengembangan yang lebih diversifikasi industri

.id
pengolahan khususnya industri yang berbasis UMKM karena

go
dampak pengeluaran pariwisata memberikan dampak positif

.
ps
bagi penciptaan lapangan kerja di sektor industri pengolahan
ini.
b .b
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 73


.id
. go
ps
DAFTAR PUSTAKA b .b
TABEL – TABEL LAMPIRAN
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 73


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output,


Jakarta, November 2008

---------------, Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, Jakarta,


Desember 2009

Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya, Klasifikasi Lapangan Usaha


Pariwisata Indonesia (KLUPI) 1999, Jakarta, Desember 1999

.id
United Nations and World Tourism Organization, Recommendations on

go
Tourism Statistics, New York, 1994

.
ps
UN-Statistics Divison, Central Product Classification (CPC), Version 1.0,
series M, No. 77, Ver. 1.0, New York 1998
b .b
---------------, System of National Accounts 1993. Prepared by ISWGNA
ka

(Eurostat, IMF, OECD, UN, World Bank), Washington DC,


ng

1993.
du

World Tourism Organization, Concepts, Definitions and Classifications for


ba

Tourism Statistics, Technical Manual No. 1, Madrid, Spain,


1994
://
tp

---------------, Collection of Tourism Expenditure Statistics, Technical


ht

Manual No. 2, Madrid, Spain, 1994

---------------, Collection of Domestic Tourism Statistics, Technical Manual


No. 3, Madrid, Spain, 1994

---------------, Collection and Compilation of Tourism Statistics, Technical


Manual No. 4, Madrid, Spain, 1994

---------------, Tourism Highlights, Edition 2005, Madrid, Spain, 2005

---------------, Tourism Satellite Accounts, The Conceptual Framework,


Madrid, Spain, 1999

---------------, Tourism Satellite Accounts, Measuring Visitor Final


Consumption Expenditure in cash, Technical Document No. 1,
2000

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 74


---------------, Understanding Tourism and Designing Strategies,
Conference co-organized with Argentina, Brazil and
Paraguay, 3-6 October 2005

World Travel and Tourism Council, Industri Pariwisata Pembuka


Lapangan Kerja, London, UK, 1997

.id
. go
ps
b .b
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 75


.id
. go
ps
b .b
TABEL – TABEL LAMPIRAN
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 76


Lampiran 1. Pengeluaran Wisatawan Nusantara Tahun 2010

Jumlah
No. Rincian Pengeluaran Distribusi
(juta rupiah)
1 Akomodasi 838.733,99 22,53
2 Makanan & Minuman 259.080,14 6,96
3 Angkutan Darat 135.672,39 3,64
4 Angkutan K.A. 852,81 0,02
5 Angkutan Air 13.547,87 0,36
6 Angkutan Udara 1.761.823,99 47,32
7 Bahan Bakar Pelumas 123.649,15 3,32
8 Sewa Kendaraan 29.084,26 0,78

.id
9 Jasa Perbaikan Kendaraan 7.323,31 0,20

go
10 Paket Perjalanan 222.177,22 5,97
11 Pramuwisata 1.040,01 0,03

.
ps
12 Pertujukan Seni 402,70 0,01
13 Museum & jasa Kebudayaan
b .b 8.969,30 0,24
14 Jasa Hiburan Rekreasi 46.989,90 1,26
ka

15 Belanja / Cinderamata 207.488,36 5,57


ng

16 Lainnya 66.522,93 1,79


Total
du

3.723.358,32 100,00
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 77


Lampiran 2. Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Tahun 2010

Jumlah
No. Rincian Pengeluaran Distribusi
(juta rupiah)
1 Akomodasi 5.570.074,41 42,57
2 makanan dan minuman 941.291,55 7,19
3 penerbangan domestik 4.515.304,21 34,51
4 transport lokal 166.872,95 1,28
5 belanja 619.297,25 4,73
6 hiburan 212.144,61 1,62
7 kesehatan dan kecantikan 138.146,99 1,06
8 pendidikan 14.392,28 0,11

.id
9 paket wisata lokal 61.043,62 0,47

go
10 tamasya 97.066,05 0,74

.
11 pramuwisata 41.909,85 0,32

ps
12 souvenir 475.480,78 3,63
13 lainnya
b .b 230.228,91 1,76
Total 13.083.253,47 100,00
ka
ng
du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 78


Lampiran 3. Konsumsi Pariwisata Tahun 2010 (juta rupiah)

Kode SEKTOR Wisnus Wisman Promosi Investasi Total


1 Tanaman bahan makanan 16.841,70 988,98 - - 17.830,68
2 Perkebunan - - 0,00 - 0,00
3 Peternakan - - - - -
4 Kehutanan - - - - -
5 Perikanan 30.164,90 32.218,38 - - 62.383,28
6 Pertambangan - - - - -
7 Industri Pengolahan 329.457,18 851.788,24 3.256,79 114.974,26 1.299.476,46
8 Listrik dan Air minum - - 0,00 - 0,00
9 Bangunan - - - 254.489,51 254.489,51

.id
10 Perdagangan - - - - -
11 Restoran, rumah makan, warung 218.452,49 819.744,84 5.282,82 - 1.043.480,15

go
12 Hotel 838.733,99 5.570.074,41 34.219,98 - 6.443.028,37
13 Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 101.409,30 201.607,90 997,94 - 304.015,14

.
ps
14 Angkutan udara 1.761.823,99 4.515.304,21 1.298,61 - 6.278.426,82
15 Angkutan Lainnya 130.959,17 106.354,50 15,27 - 237.328,93
16 Komunikasi, pos, giro
b .b
99.848,91 134.115,84 169,26 - 234.134,01
17 Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 105.784,30 43.934,16 205,80 - 149.924,26
ka

18 Jasa Pemerintahan dan Lainnya 89.882,40 807.122,02 29.017,87 - 926.022,29


ng

TOTAL 3.723.358,32 13.083.253,47 74.464,35 369.463,76 17.250.539,91


du
ba
://
tp
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 79


Lampiran 4. Tabel Input-Output Domestik Atas Dasar Harga Produsen

(jutaan rupiah)
sektor 1 2 3 4
1 Ta na ma n ba ha n ma ka na n 8.148,39 - 3.109,39 -

2 Perkebuna n 0,87 19,29 289,50 -

3 Peterna ka n 768,89 11,42 192.658,42 -

4 Kehuta na n 0,06 0,04 1,70 0,00

5 Peri ka na n - - - -

6 Perta mba nga n - - - -

7 Indus tri Pengol a ha n 2.345,17 92,14 12.786,74 0,19

8 Li s tri k da n Ai r mi num - 1,62 1.569,07 -

.id
9 Ba nguna n 3.018,34 514,64 7.234,67 1,05

go
10 Perda ga nga n 11.299,67 273,71 208.779,20 0,19

11 Res tora n, ruma h ma ka n, wa rung 2.817,84 371,69 2.958,86 0,48

.
ps
12 Hotel - - - -

13 Angkuta n umum da ra t da n a ngkuta n da ra t l a i nnya

14 Angkuta n uda ra
b .b 4.850,02

1.839,72
97,51

44,56
18.787,13

33.991,78
0,29

0,03
ka

15 Angkuta n La i nnya 164,56 3,99 3.968,98 0,00


ng

16 Komuni ka s i , pos , gi ro - 0,00 233,74 -

17 Keua nga n, rea l es ta te da n ja s a perus a ha a n 150,20 23,30 356,11 0,01


du

18 Ja s a Pemeri nta ha n da n La i nnya 782,98 14,23 2.500,89 0,11


ba

190 Jumlah input antara 36.186,73 1.468,15 489.226,19 2,36

200 Impor 22.495,99 843,04 110.479,49 4,09


://

201 Upa h da n ga ji 136.091,21 2.548,75 106.623,34 202,71


tp

202 Surpl us us a ha 478.634,74 9.808,66 265.349,55 13,72


ht

203 Penyus uta n 6.694,59 83,91 19.913,61 0,09

204 Pa ja k ti da k l a ngs ung 5.951,90 91,31 3.040,88 0,11

205 Subs i di - - - -

209 Ni l a i ta mba h bruto 627.372,44 12.532,62 394.927,38 216,63

210 Juml a h i nput 686.055,16 14.843,82 994.633,05 223,08

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 80


Lanjutan lampiran 4.

(jutaan rupiah)
sektor 5 6 7 8
1 Ta na ma n ba ha n ma ka na n 16,50 - 61.697,03 -

2 Perkebuna n - - 3.749,66 -

3 Peterna ka n 0,03 - 1.523,90 -

4 Kehuta na n - - 7,10 -

5 Peri ka na n 2,46 - 23,46 -

6 Perta mba nga n - - 212,61 -

7 Indus tri Pengol a ha n 1.239,35 42,14 30.031,73 7.646,13

8 Li s tri k da n Ai r mi num 9,59 1,07 10.943,86 2.417,51

.id
9 Ba nguna n 1.899,74 722,11 3.424,46 1.755,86

go
10 Perda ga nga n 2.244,19 26,01 101.664,68 157,62

11 Res tora n, ruma h ma ka n, wa rung 53,57 4,01 16.780,45 1.399,95

.
ps
12 Hotel - - 28.463,32 9.977,25

13 Angkuta n umum da ra t da n a ngkuta n da ra t l a i nnya

14 Angkuta n uda ra
b .b 178,52

365,38
22,59

4,23
28.042,30

18.585,29
286,75

2.697,14
ka

15 Angkuta n La i nnya 33,01 1,22 2.250,69 89,37


ng

16 Komuni ka s i , pos , gi ro 13,52 27,47 4.133,76 132,60

17 Keua nga n, rea l es ta te da n ja s a perus a ha a n 7,42 0,36 1.396,35 250,49


du

18 Ja s a Pemeri nta ha n da n La i nnya 2.700,14 5,72 2.474,06 1.632,16


ba

190 Jumlah input antara 8.763,43 856,93 315.404,72 28.442,82


://

200 Impor 16.470,01 1.086,76 204.441,26 167.976,16

201 Upa h da n ga ji
tp

10.856,60 2.083,31 333.717,03 41.660,07

202 Surpl us us a ha 44.085,75 14.560,27 66.728,81 232.980,33


ht

203 Penyus uta n 2.166,72 653,64 26.325,10 35.167,44

204 Pa ja k ti da k l a ngs ung 391,47 243,22 9.622,04 3.088,55

205 Subs i di - - - -

209 Ni l a i ta mba h bruto 57.500,54 17.540,45 436.392,99 312.896,39

210 Juml a h i nput 82.733,98 19.484,14 956.238,97 509.315,38

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 81


Lanjutan lampiran 4.

(jutaan rupiah)
sektor 9 10 11 12
1 Ta na ma n ba ha n ma ka na n - 103,02 90.207,83 202.764,76

2 Perkebuna n - - 4.316,16 625,58

3 Peterna ka n - - 367.411,88 239.186,33

4 Kehuta na n 29,93 - 2,02 0,35

5 Peri ka na n - - 468,71 542,79

6 Perta mba nga n 10.270,49 - - -

7 Indus tri Pengol a ha n 121.463,80 155.476,64 103.572,16 112.862,60

8 Li s tri k da n Ai r mi num 5.348,43 32.115,74 125.208,44 139.108,91

.id
9 Ba nguna n 641.810,16 1.048.326,53 131.368,28 191.057,80

10 Perda ga nga n 496.659,27 278.298,09 1.020.663,81 1.042.270,91

go
11 Res tora n, ruma h ma ka n, wa rung 21.194,42 557.809,41 141.003,44 625.256,44

.
ps
12 Hotel 33.879,71 471.348,64 8.240,01 108.186,95

13 Angkuta n umum da ra t da n a ngkuta n da ra t l a i nnya 45.426,57 257.765,62 79.616,46 101.724,48

14 Angkuta n uda ra
b .b 80.862,14 45.310,30 168.383,41 191.708,29
ka
15 Angkuta n La i nnya 9.786,14 10.411,83 15.320,60 24.458,49

16 Komuni ka s i , pos , gi ro 11,24 201.545,28 13.836,09 50.406,35


ng

17 Keua nga n, rea l es ta te da n ja s a perus a ha a n 9.884,13 118.781,55 8.519,51 19.253,56


du

18 Ja s a Pemeri nta ha n da n La i nnya 27.099,37 108.361,44 19.107,56 36.833,61

190 Jumlah input antara 1.503.725,82 3.285.654,09 2.297.246,37 3.086.248,21


ba

200 Impor 2.145.977,86 2.456.400,15 535.672,18 1.180.819,50


://

201 Upa h da n ga ji 293.015,44 219.722,49 172.416,82 432.503,12


tp

202 Surpl us us a ha 414.128,34 294.367,57 698.639,49 2.477.154,83


ht

203 Penyus uta n 69.967,35 70.178,97 105.744,19 108.864,72

204 Pa ja k ti da k l a ngs ung 8.325,63 14.701,39 60.252,90 273.597,41

205 Subs i di - - - -

209 Ni l a i ta mba h bruto 785.436,76 598.970,42 1.037.053,40 3.292.120,09

210 Juml a h i nput 4.435.140,43 6.341.024,65 3.869.971,96 7.559.187,80

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 82


Lanjutan lampiran 4.

(jutaan rupiah)
sektor 13 14 15 16
1 Ta na ma n ba ha n ma ka na n - - - -

2 Perkebuna n - - - -

3 Peterna ka n - - - -

4 Kehuta na n - - - -

5 Peri ka na n - - - -

6 Perta mba nga n - - - -

7 Indus tri Pengol a ha n 19.813,88 53.586,21 4.892,73 5.536,01

8 Li s tri k da n Ai r mi num 1.465,18 9.310,23 1.195,95 15.171,39

.id
9 Ba nguna n 26.102,20 54.436,74 121.146,15 112.527,03

go
10 Perda ga nga n 5.531,86 14.198,28 7.809,92 1.899,02

11 Res tora n, ruma h ma ka n, wa rung 55.537,16 1.105.001,24 17.111,34 19.086,39

.
ps
12 Hotel 10.898,47 45.787,31 135.473,64 36.689,41

13 Angkuta n umum da ra t da n a ngkuta n da ra t l a i nnya 4.712,86 1.060,55 1.864,11 31.561,27

14 Angkuta n uda ra
b .b 1.019,10 346.545,08 11.954,38 17.394,43
ka
15 Angkuta n La i nnya 11.673,00 132.683,25 11.909,80 81,46

16 Komuni ka s i , pos , gi ro 4.843,20 4.799,59 3.506,84 15.179,53


ng

17 Keua nga n, rea l es ta te da n ja s a perus a ha a n 1.898,12 8.274,66 439,65 738,58


du

18 Ja s a Pemeri nta ha n da n La i nnya 56.081,32 4.957,81 541,40 933,50


ba

190 Jumlah input antara 199.576,35 1.780.640,95 317.845,90 256.798,01

200 Impor 370.820,94 1.653.127,33 147.736,31 325.499,30


://

201 Upa h da n ga ji 19.809,74 263.380,71 18.429,40 22.859,94


tp

202 Surpl us us a ha 160.027,68 2.779.397,57 153.445,97 193.885,45


ht

203 Penyus uta n 35.211,04 1.234.078,15 31.192,87 49.619,99

204 Pa ja k ti da k l a ngs ung 8.368,46 77.486,65 4.780,97 4.517,68

205 Subs i di - - - -

209 Ni l a i ta mba h bruto 223.416,93 4.354.343,08 207.849,21 270.883,06

210 Juml a h i nput 793.814,21 7.788.111,36 673.431,42 853.180,37

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 83


Lanjutan lampiran 4.

(jutaan rupiah)
sektor 17 18 180
1 Ta na ma n ba ha n ma ka na n - 1.323,71 367.374,64

2 Perkebuna n - 5,89 9.014,95

3 Peterna ka n - 17,68 801.590,54

4 Kehuta na n - 0,07 57,28

5 Peri ka na n - 0,00 1.057,42

6 Perta mba nga n 1,08 - 10.508,18

7 Indus tri Pengol a ha n 3.517,01 6.215,50 641.148,14

8 Li s tri k da n Ai r mi num 6.530,90 2.014,12 352.444,00

.id
9 Ba nguna n 135.418,80 37.492,55 2.518.293,10

go
10 Perda ga nga n 3.684,16 12.338,94 3.207.839,56

.
11 Res tora n, ruma h ma ka n, wa rung 19.137,91 17.857,11 2.603.425,70

ps
12 Hotel 167.490,95 90.449,38 1.146.933,04
b .b
13 Angkuta n umum da ra t da n a ngkuta n da ra t l a i nnya 2.245,19 1.944,57 580.238,79

14 Angkuta n uda ra 9.714,97 9.591,70 940.067,92


ka

15 Angkuta n La i nnya 311,94 935,63 224.143,98


ng

16 Komuni ka s i , pos , gi ro 10.118,72 2.142,88 310.994,81


du

17 Keua nga n, rea l es ta te da n ja s a perus a ha a n 9.047,29 1.584,84 180.674,16


ba

18 Ja s a Pemeri nta ha n da n La i nnya 4.879,26 818,84 269.796,39

190 Jumlah input antara 372.098,17 184.733,42 14.165.602,60


://

200 Impor 233.071,94 216.544,30 9.790.266,61


tp

201 Upa h da n ga ji 96.744,26 1.417.611,70 3.591.080,65


ht

202 Surpl us us a ha 197.337,94 482.654,78 8.964.009,45

203 Penyus uta n 32.583,09 54.449,44 1.883.706,93

204 Pa ja k ti da k l a ngs ung 3.074,87 12.873,93 491.225,38

205 Subs i di - - 820,00

209 Ni l a i ta mba h bruto 329.740,17 1.967.589,84 14.927.618,41

210 Juml a h i nput 934.910,28 2.368.867,55 38.882.007,62

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 84


Lanjutan lampiran 4.

(jutaan rupiah)
sektor 301 302 303 304
1 Ta na ma n ba ha n ma ka na n 488.318,64 - 5.669,92 (211.983,23)

2 Perkebuna n 39.003,61 - 9.409,80 (89.432,29)

3 Peterna ka n 622.614,84 - 22.390,59 (539.821,24)

4 Kehutana n 27,08 - - (80,15)

5 Peri ka na n 81.221,39 - - (195.863,08)

6 Pertamba nga n - - - (16.711,60)

7 Indus tri Pengol a ha n 503.490,27 - 109.157,05 (1.573.777,62)

8 Li s tri k da n Ai r mi num 156.903,38 - - -

.id
9 Ba nguna n - - 1.916.883,34 -

10 Perda ga nga n 527.806,03 - 53.898,28 -

go
11 Res tora n, ruma h ma ka n, wa rung 401.234,33 - - -

.
ps
12 Hotel 15.369,00 - - -

13 Angkutan umum da ra t da n a ngkutan da ra t l a i nnya 37.514,44 - 1.889,87 -

14 Angkutan uda ra
b .b266.790,27 - 181.823,88 -
ka
15 Angkutan La i nnya 187.642,66 - 4.122,75 -

16 Komuni ka s i , pos , gi ro 146.780,12 - - -


ng

17 Keua nga n, rea l es tate da n ja s a perus a ha a n 428.074,76 - - -


du

18 Ja s a Pemeri ntaha n da n La i nnya 42.572,22 185.530,52 91.139,34 -

Jumlah 3.945.363,03 185.530,52 2.396.384,82 (2.627.669,20)


ba

Keterangan:
301 : pengeluaran rumah tangga
://

302 : pengeluaran pemerintah


tp

303 : pembentukan modal tetap bruto


304 : perubahan stok
ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 85


Lanjutan lampiran 4.

(jutaan rupiah)
sektor 305 309 310 409
1 Ta na ma n ba ha n ma ka na n 36.679,19 318.685,52 686.060,16 -

2 Perkebuna n 46.855,75 5.838,87 14.853,82 -

3 Peterna ka n 87.870,32 193.057,51 994.648,06 -

4 Kehutana n 234,87 185,80 243,08 -

5 Peri ka na n 196.338,25 81.701,56 82.758,98 -

6 Pertamba nga n 25.711,56 9.005,96 19.514,14 -

7 Indus tri Pengol a ha n 1.276.249,13 315.125,83 956.273,97 -

8 Li s tri k da n Ai r mi num - 156.911,38 509.355,38 -

.id
9 Ba nguna n - 1.916.892,34 4.435.185,43 -

10 Perda ga nga n 2.551.520,77 3.133.235,08 6.341.074,65 -

go
11 Res tora n, ruma h ma ka n, wa rung 865.355,93 1.266.601,26 3.870.026,96 -

.
12 Hotel 6.396.933,77 6.412.314,77 7.559.247,81 -

ps
13 Angkutan umum da ra t da n a ngkutan da ra t l a i nnya 174.223,10 213.640,42 793.879,21 -

14 Angkutan uda ra

15 Angkutan La i nnya
b .b6.399.485,29

257.582,04
6.848.113,44

449.362,44
7.788.181,36

673.506,42
-

-
ka

16 Komuni ka s i , pos , gi ro 395.469,44 542.265,56 853.260,37 -


ng

17 Keua nga n, rea l es tate da n ja s a perus a ha a n 326.229,35 754.321,11 934.995,28 -

18 Ja s a Pemeri ntaha n da n La i nnya 1.779.901,09 2.099.161,17 2.368.957,55 -


du

Jumlah 20.816.639,85 24.716.420,02 38.882.022,62 -


ba

Keterangan:
305 : ekspor barang dan jasa
309 : permintaan akhir
://

310 : permintaan
tp

409 : impor barang dan jasa


ht

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 86


Lanjutan lampiran 4.

(jutaan rupiah)
sektor 509 600 700
1 Ta na ma n ba ha n ma ka na n - 686.060,16 686.061,16

2 Perkebuna n - 14.853,82 14.855,82

3 Peterna ka n - 994.648,06 994.651,06

4 Kehutana n - 243,08 247,08

5 Peri ka na n - 82.758,98 82.763,98

6 Pertamba nga n - 19.514,14 19.520,14

7 Indus tri Pengol a ha n - 956.273,97 956.280,97

.id
8 Li s tri k da n Ai r mi num - 509.355,38 509.363,38

go
9 Ba nguna n - 4.435.185,43 4.435.194,43

10 Perda ga nga n - 6.341.074,65 6.341.084,65

.
ps
11 Res tora n, ruma h ma ka n, wa rung - 3.870.026,96 3.870.037,96

12 Hotel
b .b - 7.559.247,81 7.559.259,81

13 Angkutan umum da ra t da n a ngkutan da ra t l a i nnya - 793.879,21 793.892,21


ka

14 Angkutan uda ra - 7.788.181,36 7.788.195,36


ng

15 Angkutan La i nnya - 673.506,42 673.521,42


du

16 Komuni ka s i , pos , gi ro - 853.260,37 853.276,37


ba

17 Keua nga n, rea l es tate da n ja s a perus a ha a n - 934.995,28 935.012,28


://

18 Ja s a Pemeri ntaha n da n La i nnya - 2.368.957,55 2.368.975,55


tp

Jumlah - 38.882.022,62 38.882.193,62


Keterangan:
ht

509 : margin perdagangan


600 : output/input
700 : penyediaan

Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Kabupaten Badung Tahun 2010 87

Anda mungkin juga menyukai