Anda di halaman 1dari 70

SKRIPSI

ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH MELALUI PUSAT


PUSAT PERTUMBUHAN BARU DI WILAYAH PESISIR
KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH

SIGIT DIAN SASMITA SIREGAR


120501066

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
1

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH MELALUI PUSAT PUSAT


PERTUMBUHAN BARU DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN

DELI SERDANG

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan tentang pengembangan wilayah


Kabupaten Deli Serdang melalui pusat pusat pertumbuhan yang baru. tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengembangan wilayah melalui
penentuan lokasi pusat pusat pertumbuhan di daerah pesisir Kabupaten Deli
Serdang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
menggunakan analisis skalogram untuk mengetahui lokasi pusat pusat
pertumbuhan berdasarkan ketersediaan sarana pendidikan, kesehatan, ekonomi
dan komunikasi. Serta Indeks Sentralisasi Marshal untuk menentukan bobot dari
Infrastruktur tiap wilayah yang ada di pesisir Kabupaten Deli Serdang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Berdasarkan Analisis Skalogram Kecamatan
Hamparan Perak dan Labuhan Deli menempati orde pertama dengan jumlah 16
yang berarti ini menjelaskan bahwa Kecamatan Hamparan Perak dan Labuhan
Deli sesuai untuk menjadi lokasi pusat pusat pertumbuhan. Serta Berdasarkan
Analisis Indeks Sentralitas Marshal Kecamatan Hamparan Perak dan Percut Sei
Tuan menempati orde I yang berarti ini menjelaskan bahwa kedua kecamatan
tersebut sebagai lokasi pusat pusat pertumbuhan dilihat dari bobot infrastruktur
yang ada, dibandingkan dengan kedua kecamatan lainnya.

Kata Kunci : Deli Serdang, Pusat Pertumbuhan, Analisis Skalogram, Indeks


Sentralisasi Marshal

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

ANALYSIS OF REGIONAL DEVELOPMENT THROUGH THE NEW


GROWTH CENTER IN THE COASTAL DISTRICT REGION
DELI SERDANG

This research was motivated by problems regarding the development of the Deli
Serdang Regency area through a new center of growth. the purpose of this study
was to analyze regional development through the determination of the location of
the center of the growth center in the coastal area of Deli Serdang Regency.

This study uses descriptive qualitative research by using a scalogram analysis to


determine the central location of the growth center based on the availability of
means of education, health, economy and communication and the Marshal
Centralization Index to determine the weight of infrastructure in each region in
the Deli Serdang Regency Coastal Area.

The results showed that, 1). Based on the Scalogram Analysis: Hamparan Perak
Subdistrict and Labuhan Deli occupy the first order with a number of 16 which
means that it explains that Hamparan Perak and Labuhan Deli Subdistricts are
suitable to be the center of growth centers. 2) Based on the Analysis of the
Marshal Centrality Index: Hamparan Perak District and Percut Sei Tuan occupy
this meaningful first order, explaining that the two sub-districts as the centers of
growth centers were seen from the existing infrastructure, compared to the other
two sub-districts.

Keywords: Deli Serdang, Growth Center, Scalogram Analysis, Index


Centralization of Marshal

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beriring salam selalu

tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

Sarjana dari Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah:

“Analisis Pengembangan Wilayah melalui Pusat Pusat Pertumbuhan Baru di

Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang”.

Skripsi ini saya persembahkan khusus untuk orang tua tercinta. Ayah Alm

Ramli Siregar SH M.Hum dan Ibu Susila Wardhani SH dan ketiga saudara saya

Akhmad Baja Siregar SE, Wesi Swara Gumilang Siregar SH, M.H, dan Galih Ari

Wirawan Siregar S.Pt.,M.Si yang selama pengerjaan penelitian ini selalu

memberikan doa, nasihat serta bimbingannya. Terima kasih atas doa dan

dukungan yang selama ini menyertai saya.

Penulis menyadari terdapat keterbatasan pengetahuan dalam

menyelesaikan skripsi ini, sehingga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

maka dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

iii

Universitas Sumatera Utara


1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE,. MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier HSB, MP dan Ibu Inggrita Gusti Sari

Nst, SE., M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program studi S1 Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. lic rer. reg. Sirojuzilam Hasyim,SE selaku Dosen

Pembimbing, atas waktu, kesabaran, bimbingan dan perbaikan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, Msi selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs.

Rahmad Sumanjaya, M.Si selaku Dosen Penguji II saya yang telah

memberi saran-saran dalam penulisan ini.

5. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi

Pembangunan untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.

6. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman angkatan 2012

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang namanya

tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan

memberikan kritik dan sarannya selama pengerjaan skripsi ini.

7. Beserta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima

kasih atas segala bentuk bantuan yang diberikan kepada saya.

Semoga Allah SWT membalas budi dan pengorbanan yang diberikan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu peneliti

mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang dapat membangun untuk

iv

Universitas Sumatera Utara


menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, peneliti

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya rekan-rekan

mahasiswa/i Ekonomi Pembangunan.

Medan, 15 Januari 2019

Peneliti,

Sigit Dian Sasmita Siregar

NIM: 120501066

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL........................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ............................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pembangunan Ekonomi .................................... 8
2.2. Wilayah Pesisir................................................... 9
2.3. Pengembangan Wilayah ..................................... 12
2.4. Teori Tempat Sentral.......................................... 13
2.5. Pusat Pertumbuhan ............................................. 16
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu ................................. 18
2.7. Kerangka Konseptual ......................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian ................................................... 22
3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian ........................... 22
3.3. Batasan Operasional ........................................... 22
3.4. Definisi Operasional........................................... 23
3.5. Jenis Data Dan Sumber Data.............................. 23
3.6. Metode Analisis Data ......................................... 24
3.6.1.Metode Skalogram .................................... 24
3.6.2.Metode Indeks Sentralitas Marshall .......... 27
3.6.3.Orde Kota .................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Keadaan Geografi Kabupaten Deli Serdang ...... 29
4.2. Gambaran kondisi Infrastruktur Wilayah Pesisir
Kabupaten Deli Serdang .................................... 30
4.3. Gambaran Kondisi Wilayah Pesisir Kabupaten
Deli Serdang Berdasarkan Data Olahan
Skalogram .......................................................... 31
4.4. Gambaran Kondisi Wilayah Pesisir Kabupaten
Deli Serdang Berdasarkan Data Olahan
vi

Universitas Sumatera Utara


Indeks Sentralitas Marshal ................................. 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ........................................................ 46
5.2. Saran................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 48


LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Keadaan Geografi Wilayah Pesisir Kabupaten


Deli Serdang berdasarkan Luas Wilayah, Jumlah
Penduduk dan Jarak ke Ibukota............................................ 29
4.2 Panjang Jalan (km) Menurut Kecamatan dan
Pemerintahan yang Berwenang di Kabupaten Deli
Serdang tahun 2016 ............................................................. 31
4.3 Panjang Jalan (km) Menurut Kecamatan dan Jenis
Permukaan Jalan di Kabupaten Deli Serdang tahun 2016 ... 31
4.4 Analisis Skalogram .............................................................. 32
4.5 Analisis Skalogram .............................................................. 34
4.6 Analisis Skalogram .............................................................. 35
4.7 Hasil Range Orde Skalogram ............................................... 37
4.8 Hasil Penilaian Analisis Skalogram ..................................... 38
4.9 Hierarki Kecamatan Berdasarkan Analisis Skalogram ........ 39
4.10 Bobot Tiap fasilitas Dalam Indeks Sentralitas Marshal ....... 40
4.11 Jumlah Real Bobot ............................................................... 41
4.12 Hasil Range Orde Marshal ................................................... 43
4.13 Hasil Penilaian Indeks Sentralitas Marshal .......................... 44
4.14 Hierarki Kecamatan Berdasarkan Analisis
Indeks Sentralitas Marshal ................................................... 44

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Peta Infrastruktur Kabupaten Deli Serdang ........................... 3


2.1 Kerangka Konseptual ............................................................. 21

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
1. Analisis Skalogram
2. Analisis Indeks Sentralitas Marshal
3. Peta Infrastruktur Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah merupakan suatu proses

kontinyu sebagai hasil dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun

yang mempengaruhi suatu wilayah (Sirojuzilam dan Bahri, 2014). Pengembangan

wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi

masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni,

dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata – rata membaik, disamping

menunjukan lebih banyak sarana/ prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan

kegiatan usaha – usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis,

intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam, 2008).

Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif

yangmenggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-

pengalaman praktissebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis. Dengan

kata lain, konseppengembangan wilayah di Indonesia merupakan penggabungan

dari berbagai teori danmodel yang senantiasa berkembang yang telah

diujiterapkan dan kemudian dirumuskankembali menjadi suatu pendekatan yang

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhanpembangunan di Indonesia.

Pengembangan wilayah dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat harus dilakukan dengan suatu pembangunan yang berkelanjutan.

Tingkat daya saing (competitiveness) merupakan salah satu parameter dalam

konsep kota berkelanjutan. Semakin tinggi tingkat daya saing suatu kota, maka

1
Universitas Sumatera Utara
2

tingkat kesejahteraan masyarakatnya pun semakin tinggi (Huda dan Santoso,

2014).Menurut Pane., dkk (2013), aspek-aspek yang mempengaruhi

perkembangan suatu wilayah terdiri atas aspek fisik, sosial, ekonomi, sarana dan

prasarana yang terdapat di wilayah tersebut, selain itu perkembangan suatu

wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Salah satu bentuk usaha dalam kegiatan pembangunan wilayah adalah

melaksanakan kebijaksanaan pengembangan wilayah.Kebijaksanaan

pengembangan wilayah berkenaan dengan lokasi dimana pembangunan ekonomi

dilakukan. Wilayah nasional tidak homogen, dan kegiatan pembangunan tidak

terjadi pada tiap bagian wilayah dengan merata. Peranan kebijaksanaan

pengembangan wilayah adalah untuk menghubungkan kegiatan yang terpisah-

pisah sehingga diharapkan akan tercapai tujuan pembangunan nasional secara

keseluruhan.

Untuk penyesuaian ekonomi antar wilayah dalam suatu daerah,

konseppendekatan yang sering digunakan adalah konsep wilayah pengembangan

daerah-daerahadministratif. Daerah kecamatan yang ada pada tiap kota atau

kabupaten dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat

pertumbuhan selain itu juga pendekatan ruang lingkup kecamatan dimaksudkan

agar pemerataan pembangunan antar kecamatan dapat lebih merata.

Infrastruktur merupakan komponen dasar perekonomian dan merupakan

aspek utama di dalam kondisi wilayah yang beragam. Pembangunan Infrastruktur

merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses

pembangunan wilayah. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai

Universitas Sumatera Utara


3

salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tidak dapat

dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi,

sanitasi dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari

pembangunan ekonomi selanjutnya (Sirojuzilam, 2008).

Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang

telah memperlihatkan kemajuan pembangunan ekonomi yang cukup cepat.

Pembangunan ekonomi di Deli Serdang disertai pula dengan adanya transformasi

ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Pada tahun 2009

transformasi struktural ekonomi Deli Serdang di sektor industri lebih cepat bila

dibandingkan dengan Sumatera Utara. Tetapi untuk sektor jasa Sumatera Utara

secara keseluruhan lebih cepat dari Deli Serdang (Rujiman, 2011).

Gambar 1.1
Peta Infrastruktur Kabupaten Deli Serdang
Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum, 2012

Universitas Sumatera Utara


4

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak pada 2°57” – 3°16”

Lintang Utara serta pada 98°33” – 99°27” Bujur Timur dengan luas wilayah

Kabupaten Deli Serdang 2.497,72 , yang mencapai 3.34 persen dari luas

Sumatera Utara dan berbatasan langsung dengan Bagian Utara berbatas dengan

Kab. Langkat dan Selat Malaka, bagian selatan berbatasan dengan Kab. Karo dan

Kab. Simalungun, bagian barat berbatasan dengan Kab.Langkat dan Kab. Karo,

dan bagian timur berbatasan dengan Kab. Serdang Bedagai (Deli Serdang Dalam

Angka 2017). Wilayah Deli Serdang memiliki topografi kontur dan iklim yang

bervariasi.Berdasarkan topografi wilayah Deli Serdang dibagi menjadi 3 (tiga)

bagian yaitu:

Dataran Pantai : meliputi 4 kecamatan (Kecamatan Hamparan Perak,

Labuhan Deli, Percut Sei Tuan dan Pantai Labu ), dengan luas 65.690 ha (26,30%

dari luas Kab. Deli Serdang).

Dataran Rendah: meliputi 11 kecamatan (Kecamatan Sunggal, Pancur Batu,

Namorambe, Deli Tua, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin,

Pagar Merbau, Galang dan Batang Kuis), dengan luas 71.934 ha (28,80 % dari

luas kab. Deli Serdang).

Dataran Tinggi: meliputi 7 kecamatan (Kecamatan Biru-biru, STM Hilir,

STM Hulu, Gunung Meriah, Sibolangit, Kutalimbaru dan Bangun Purba), dengan

luas 112.147 ha (44,90% dari luas kab. Deli Serdang).

Secara administratif Wilayah Kabupaten Deli Serdang terbagi dalam 22

wilayah kecamatan, 389 desa dan 14 kelurahan. Jarak antara masing-masing

kecamatan dengan pusat pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, Kota Lubuk

Universitas Sumatera Utara


5

Pakam adalah bervariasi antara 4 hingga 61 kilometer.Ibukota Kecamatan pada

dataran pesisir yang paling jauh ke Ibukota Kabupaten adalah Hamparan perak

yakni 52 Km.

Pemahaman tentang jumlah, struktur, dan pertumbuhan serta distribusi

penduduk sangat menentukan arah pembangunan di suatu daerah. Kondisi

kependudukan akan mempengaruhi berbagai kebijaksanaan pembangunan dari

berbagai sektor-sektor pelayanan dan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah.

Jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang terus tumbuh secara relatif cepat dan

hal ini akan membawa perubahan pada sistem pelayanan pemerintah secara

keseluruhan.

Jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang TA. 2015 tercatat sebanyak

2.029.308 jiwa, kemudian meningkat menjadi 2.072.521 jiwa pada Tahun

2016(dengan peningkatan sebesar 2,13%) dengan cangkupan wilayah seluas

2.497,72 . Jumlah penduduk laki – laki sebesar 1.043.114 dan jumlah

penduduk perempuan sebesar 1.029.407 dengan rasio jenis kelamin sebesar

101,33. Dimana perkiraan jumlah penduduk menurut umur sebagai berikut :

penduduk kelompok umur 0 s/d 14 Tahun sebanyak 629.893 jiwa (30,39 %) dan

penduduk kelompok umur 15 s/d 64 Tahun sebanyak 1.371.366 jiwa (66,17 %),

sedangkan jumlah penduduk kelompok umur 65 Tahun keatas sebesar 71.262 jiwa

(3,44 %). Maka dapat dilihat jumlah penduduk yang berusia berkisar 15 – 65

tahun disebut kelompok umur produktif dan penduduk yang berusia berkisar 0 –

14 tahun dan usia 65+ merupakan kolompok umur tidak produktif. Perbandingan

penduduk produktif dan tidak produktif merupakan angka ketergantungan yang

Universitas Sumatera Utara


6

disebut dengan dependency ratio.Dengan jumlah penduduk Kabupaten Deli

Serdang yang berusia produktif sebesar66,17 % merupakan potensi sumber daya

manusia yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Hal ini akan dapat memperkuat

SDM Kabupaten Deli Serdang dimasa yang akan datang guna mempercepat

pengembangan daerah Kabupaten Deli Serdang.

Dilihat dari distribusi dan kepadatan penduduk, maka rata-rata kepadatan

penduduk telah mencapai 830 jiwa/km2. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di

Kecamatan Percut Sei Tuan yaitu 21,48% , sedangkan jumlah penduduk terendah

terdapat di Kecamatan Gunung Meriah yaitu 0,14%. Untuk Kecamatan terpadat

urutan pertama adalah Kecamatan Sunggal dengan kepadatan diatas

3.048jiwa/km2dan yang terjarang adalah kecamatan Gunung Meriah sebesar 38

jiwa/km2(Deli Serdang Dalam Angka 2017).

Dari permasalahan diatas tentang pengembangan wilayah Kabupaten Deli

Serdang melalui pusat-pusat pertumbuhan yang baru, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Pengembangan Wilayah Melalui

Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus

masalah penelitian ini dapat dirumuskan yaitu : Apakah pusat pusat pertumbuhan

baru mempengaruhi pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


7

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

pengembangan wilayah melalui penentuan lokasi pusat pusat pertumbuhan di

daerah pesisir Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan terhadap pengembangan wilayah dan pusat pusat

pertumbuhan baru diwilayah pesisir Deli Serdang.

2. Menambah referensi terkait masalah pengembangan wilayah dan pusat pusat

pertumbuhan baru.

Universitas Sumatera Utara


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Ekonomi

Menurut Sirojuzilam dan Bahri (2014), pembangunan ekonomi bertujuan

untuk menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan

sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan,

dan pengangguran. Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan ekonomi

menghendaki adanya kerjasama diantara pemerintah (public), sektor swasta

(private) dan masyarakat (people) dalam mengelola sumber daya (resources) dan

lapangan kerja seluas – luasnya. Indikator keberhasilan pembangunan ditunjukan

oleh pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya ketimpangan baik di dalam

distribusi pendapatan penduduk maupun antar wilayah.

Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita dan

pendapatan nasional. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk

suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-

barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa

satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari masa

ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga

perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah (Nainggolan, 2014).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta

8
Universitas Sumatera Utara
9

untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Salah satu aspek pembangunan wilayah (regional) adalah pembangunan

ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perubahan

struktur. Perubahan struktur ekonomi dapat berupa peralihan dari kegiatan

perekonomian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-

unit produksi, serta perubahan status kerja buruh. Karena itu konsep

pembangunan wilayah (regional) sangat tepat bila didukung dengan teori

pertumbuhan ekonomi, teori basis ekonomi, pusat pertumbuhan dan teori

spesialisasi (Nainggolan, 2014).

Adisasmita (2005), menyatakan bahwa pembangunan wilayah (regional)

merupakan fungsi dari sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia,

investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

komposisi industri, tehnologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah,

kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan,

kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

2.2 Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir merupakan salah satu wilayah yang kaya akan

sumberdaya alam dan cukup berpotensi bagi upaya mendukung program

pembangunan yang berkelanjutan. Sumberdaya alam pesisir akan menjadi sumber

pertumbuhan baru serta menjadi tumpuan utama bagi kesinambungan kiprah

pembangunan nasional di masa mendatang. Hal ini mengingat luasnya wilayah

Universitas Sumatera Utara


10

maritim Indonesia dengan wilayah pesisir yang kaya akan sumberdaya alam

(Lestari dan Nahor, 2013).

Kawasan pesisir mempunyai potensi pembangunan yang sangat tinggi.

Perencanaan pengembangan pesisir dan pembangunan wilayah pesisir

memerlukan perhatian yang cukup serius. Pengembangan kawasan pesisir juga

perlu didukung oleh ketersediaan infrastruktur (Ekosafitri dkk., 2017).

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang berdasarkan analisa

Geographical Information System (GIS) memiliki luas 31.441,024 ha. Namun

menurut BPS (2015) luas wilayah Kecamatan Hamparan Perak adalah 230,15 km2

atau 23.015 ha dan Suhedi (2015) mengatakan luas wilayah ini lebih kurang

22.611,57 hektar. Dari luasan tersebut, seluas 7.048 ha adalah lahan sawah dan

3.998 ha adalah lahan kering yang belum dimanfaatkan secara optimal. Luas lahan

pertanian potensial di Kecamatan Hamparan Perak ± 11.046 ha atau 48, 9 % dari

luas Kecamatan ini (Nora, 2016).

Kelurahan Labuhan Deli merupakan kelurahan yang berada di dalam

kecamatan Medan Marelan, Kota Medan Provinsi Sumatera Utara memiliki luas

area tambak udang sekitar 170 hektar dan potensi yang cukup besar terhadap

komoditas udang, khususnya udang windu. Sebagian besar masyarakatnya

membudidayakan udang windu secara tradisional dalam tambak. Kecamatan

Labuhan Deli hanya terdiri dari 4 (empat) Desa yaitu Desa Helvetia, Desa

Pematang Johar, Desa Telaga Tujuh dan Desa Karang Gading. Kemudian pada

tahun 2995 Desa Helvetia dimekarkan menjadi 2 (dua) Desa yaitu

DesaManunggal dan Desa Helvetia sehingga dari tahun 1995 sampai sekarang

Universitas Sumatera Utara


11

Kecamatan Labuhan Deli menjadi 5 (lima) Desa yaitu Desa Helvetia, Manunggal,

Pematang Johar, Telaga Tujuh dan Desa Karang Gading (Saragih., dkk, 2015).

Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79 Km 2 yang

terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan. 5 Desa dari wilayah Kecamatan merupakan

Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut berkisar dari 10 - 20 m

dengan curah hujan rata - rata 243 %. Secara umum dapat dikatakan bahwa

masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan termasuk masyarakat yang sudah maju

dalam bidang pendidikan, hal ini dibuktikan dengan rata - rata anggota

masyarakatnya telah menempuh pendidikan formal berbagai tingkat pendidikan,

baik itu pendidikan pada tingkat dasar, menengah pertama, menengah atas,

bahkan juga telah sampai pada pendidikan tinggi baik pada jenjang sarjana starata

satu (S1) dan banyak masyarakatnya sudah mulai minat untuk melanjutkan

pendidikan hingga Pasca Sarjana (S2), hal ini ditandai jenjang pendidikan dengan

fasilitas TK sampai perguruan tinggi.

Asal mula nama Pantai Labu adalah dahulunya karena daerah ini terletak

di pinggir pantai yang daratannya banyak ditimbuhi pohon labu yang buahnya

besar – besar. Sehingga orang tua dahulu menyebut daerah ini dengan nama

Pantai Labu. Semula Ibu Kota Kecamatan Pantai Labu adalah di Desa Pantai

Labu Pekan tetapi karena adanya proyek pembebasan tanah lokasi pengganti

Bandara Polonia Medan dan kantor Camat Pantai Labu terkena proyek tersebut,

maka sejak tahun 2000 kantor Camat Pantai Labu dipindahkan ke Desa Kelambir.

Universitas Sumatera Utara


12

2.3 Pengembangan Wilayah

Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan

struktural. Wilayah tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor

(sektor theory) dan teori tahapan perkembangan (development stages theory).

Teori sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang mengemukakan bahwa

berkembangnya wilayah, atau perekonomian nasional, dihubungan dengan

transformasi struktur ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni sektor primer

(pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian ), sector sekunder

(Industri pengolahan, listrik, air, dan gas) serta sektor tertier (perdagangan, hotel,

restoran, transportasi, keuangan dan jasa). Perkembangan ini ditandai oleh

penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di sektor primer,

meningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu di

sektor sekunder.

Secara singkat bidang kajian perencanaan dan pengembangan wilayah

merupakan bidang yang mengintegrasikan berbagai cabang ilmu untuk

memecahkan masalah – masalah pembangunan serta aspek-aspek proses politik,

manajemen dan administrasi perencanaan pembangunan yang berdimensi ruang

atau wilayah. Dalam perspektif ilmu pengetahuan, sampai dengan sebelum tahun

1996 objek kajian ilmu wilayah dianggap ilmu yang sering memodelkan

keterkaitan integral komponen-komponen wilayah serta banyak melakukan

kegiatan prediksi dan peramalan, secara tradisi kajian – kajian kuantitatif

merupakan alat (tools) yang sangat penting. Walaupun falsafah – falsafah

ekonomi sangat dominan mewarnai kerangka pemikiran ekonomi ini, namun pada

Universitas Sumatera Utara


13

praktiknya lebih menekankan keperpihakan pada publik dibanding individu –

individu (private). Dengan demikian kajian ekonomi publik berperan sangat

penting. Ilmu – Ilmu atau kajian – kajian mengenai Perencanaan Pengembangan

Wilayah secara umum ditunjang oleh empat pilar pokok yaitu 1. Inventarisasi,

Klasifikasi, dan evaluasi sumberdaya 2. Aspek ekonomi 3. Aspek kelembagaan (

institusional), dan 4. Aspek lokasi/ spasial. (Rustiadi dkk., 2011).

Kebijakan pengembangan wilayah juga dapat dilakukan melalui

pengelompokan wilayah. Pengelompokan wilayah merupakan alat untuk

menganalisis pengembangan wilayah berdasar keunggulan sektor di wilayah

tersebut. Pengelompokan wilayah berdasarkan sektor unggulan wilayah dapat

menjadi penentu kebijakan dalam pengembangan suatu wilayah. Variabel lain

yang digunakan dalam pengelompokan wilayah adalah kelengkapan infrastruktur.

Ketersediaan infrastruktur juga memiliki keterkaitan ke belakang yang lebih

tinggi daripada keterkaitan ke depannya yang berarti ketersediaan infrastruktur

lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulu dibandingkan dengan sektor

hilir sehingga infrastruktur mempunyai peranan penting dalam perkembangan

ekonomi wilayah (Ekosafitridkk., 2017).

2.4 Teori Tempat Sentral

Pada tahun 1993, Walter Christaller memperkenalkan Teori Tempat

Sentral (Central Place Theory) yang selanjutnya dikembangkan oleh Lorsch,

Berry dan Garrison. Walter Christraller 1933 dalam bukunya Central Place In

Southern Germany yang diterjemahkan dalam bahasa inggris oleh C.W. Baski

Universitas Sumatera Utara


14

pada tahun 1966 mengemukakan konsep konsep dasar atau unsur-unsur pokok

Tempat Sentral (TS) adalah sebagai berikut:

1. Wilayah yang dilayani oleh tempat sentral merupakan wilayah komplemen

bagi tempat sentral.

2. Tempat sentral mempunyai kegiatan sentral, yaitu yang melayani wilayah

terluas disebut tempat sentral orde tertinggi sedangkan tempat sentral yang

melayani orde terkecil disebut tempat sentral orde rendah.

3. Batas pelayanan dari tiap kegiatan sentral digambarkan sebagai batas

jangkauan dari komoditi tersebut.

4. Permintaan terhadap komoditi sentral tersebut tergantung secara timbal balik

terhadap distribusi dan variasi kondisi sosial ekonomi penduduk serta

konsentrasi penduduk di tiap tempat sentral.

5. Permintaan terhadap tempat kegiatan sentral tergantung pada jarak dan usaha

konsumen untuk memperoleh komoditi tersebut. Diasumsikan permintaan

terhadap komoditi tersebut akan semakin berkurang hingga titik nol yaitu

berdasarkan pertambahan jarak dari tempat sentral.

Kegiatan-kegiatan pelayanan tempat sentral yang terdiri atas berbagai

komoditi tersebut bervariasi dalam skala, hierarki, batas ambang dan jangkauan.

Dari setiap kegiatan pelayanan tersebut mempunyai: (a) Ambang Penduduk

(Threshold Population) dan (b) Jangkauan Pasar (Market Range).

1. Batas Ambang Penduduk; merupakan jumlah penduduk minimum yang

menunjang atau membutuhkan adanya suatu kegiatan pelayanan. Di bawah

batas ambang tersebut, kegiatan pelayanan dari tiap komoditi tidak akan ada.

Universitas Sumatera Utara


15

2. Jangkauan Pasar; merupakan suatu jarak yang ditempuh dan diinginkan oleh

konsumen untuk memperoleh suatu pelayanan atau komoditi. Di luar batas

tersebut, konsumen yang bersangkutan akan mencari tempat sentral lain.

Walter Christraller 1933 dalam bukunya Central Place In Southern

Germany yang diterjemahkan dalam bahasa inggris oleh C.W. Baski pada tahun

1966 mengemukakan teori tempat pemusatan yang dikenal dengan central place

theory yang menjelaskan struktur tata ruang suatu sistem ekonomi yang mendasari

ukuran, jumlah, lokasi dan penyebaran serta pengelompokan ekonomi dan tempat

pemukiman. Selain itu, studi Christaller mengidentifikasikan tujuh tempat sentral

mulai dari dukuh atau kampung sampai kota metropolitan. Jarak tujuh kilometer

merupakan jarak diantara pusat terkecil berdasarkan asumsi bahwa jarak sekitar

empat kilometer merupakan jarak tempuh seseorang berjalan dalam satu jam

Hanafiah (1986). Untuk keperluan praktis, hierarki tempat sentral dapat ditelaah

berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

1. Prinsip pemasaran dan penawaran, yaitu berdasarkan prinsip bahwa setiap

tempat sentral hanya dapat melayani secara maksimum sepertiga dari enam

sub tempat ditambah dengan tempat sentral itu sendiri.

2. Prinsip transportasi, yaitu berdasarkan prinsip jarak minimum antara tempat

utama dan sub tempat sentral yang dilayani dan terletak pada jalurjalur lalu

lintas di antara tempat sentral utama.

3. Prinsip administrasi, yaitu berdasarkan prinsip kontrol atau pengelolaan dan

pemerintahan dalam pengertian bahwa fungsi tempat-tempat sentral yang

mengelilinginya.

Universitas Sumatera Utara


16

Teori tempat sentral sangat relevan untuk digunakan didalam perencanaan

wilayah, hal ini dikarenakan teori tempat sentral menjelaskan tiga konsep dasar

yang sangat penting peranannya dalam membangun wilayah yakni ambang

(threshold), lingkup (range) dan hierarki (hierarchy). Ketiga konsep tersebut,

dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan ketergantungan antara

pusat-pusat konsentrasi dan wilayah-wilayah disekitarnya (Adisasmita, 2005).

2.5 Pusat Pertumbuhan

Pada prinsipnya, konsep pusat pertumbuhan dilandasi oleh konsep ruang

ekonomi (economic space) yang dikemukakan oleh Francois Perroux. Teori

Perroux yang dikenal dengan istilah pusat pertumbuhan (growth of pole)

merupakan teori yang menjadi dasar strategi kebijaksanaan pembangunan industri

daerah yang banyak diterapkan di berbagai negara dewasa ini. Perroux

menyatakan bahwa, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu

yang bersamaan, pertumbuhan akan muncul pada kutub-kutub pertumbuhan

dengan intensitas yang berbeda dan dengan akibat yang berbeda pula (Perroux

dalam Muta’ali,1999:2). Selain Perroux, para ahli seperti Myrdal (1957),

Hirschman (1958), Boudville (1966), dan Friedmann (1972) juga mengemukakan

berbagai konsep tentang pusat pertumbuhan.

Pusat pertumbuhan dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara

fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah

suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industry yang karena sifat

hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi

Universitas Sumatera Utara


17

kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah belakangnya). Secara

geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas

dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang

menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan

masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut,

walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut. Tidak

semua kota generatif dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan. Pusat

pertumbuhan harus memiliki empat ciri, yaitu adanya hubungan intern antara

berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, adanya multiplier effect

(unsur pengganda), adanya konsentrasi geografis, dan bersifat mendorong

pertumbuhan daerah belakangnya (Ernawati, 2010).

Pusat pertumbuhan dapat diartikan melalui dua cara, yakni pendekatan

fungsional dan geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan merupakan

sekelompok usaha atau kegiatan ekonomi lainnya yang terkonsentrasi pada suatu

daerah dan memiliki hubungan yang dinamis, dan saling mendorong sehingga

dapat mempengaruhi perekonomian daerah itu maupun daerah belakangnya.

Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki

fasilitas sehingga menjadi pusat daya tarik bagi berbagai macam dunia usaha.

Menurutnya, pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri yaitu adanya

hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi,

adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi geografis, dan

bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya

Universitas Sumatera Utara


18

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

Ardila (2012) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui

kecamatan-kecamatan pusat pertumbuhan, interaksi antara kecamatan pusat

pertumbuhan dengan kecamatan hinterlandnya, kondisi perekonomian kecamatan

dan sektor ekonomi potensial di setiap kecamatan di Kabupaten Banjarnegara.

Populasi penelitian ini adalah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Analisis

yang digunakan adalah analisis skalogram dan indeks sentralitas, metode

gravitasi, analisis tipologi klassen dan analisis Location Quotient. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh enam kecamatan yang termasuk kecamatan pusat

pertumbuhan yaitu Kecamatan Banjarnegara, Madukara, Purwanegara, Mandiraja,

Purwareja Klampok dan Susukan. Terdapat interaksi dan angka interaksi antara

kecamatan pusat pertumbuhan dengan kecamatan hinterlandnya berbeda-beda.

Lestari (2015) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui pusat

dan unit pengembangan wilayah di deli serdang, dengan mengetahui kondisi

sosial ekonomi masyarakat pada setiap kecamatan selatan Kabupaten Deli

Serdang saat ini, dan menganalisis komoditas unggulan di Wilayah Kabupaten

Deli Serdang dan persebarannya di masing – masing kecamatan. Mengidentifikasi

ketersediaan fasilitas agribisnis dan pemukiman pada setiap kecamatan di wilayah

selatan Kabupaten deli serdang. Dan menganalisis dan penetapan kecamatan yang

menjadi pusat dan unit kawasan pengembangan agropolitan di wilayah selatan

Kabupaten Deli Serdang.

Dalam penelitian Husna dkk (2016) yang bertujuan menganalisis

pengembangan potensi ekonomi lokal di Kabupaten Gresik. Upaya pemerintah

Universitas Sumatera Utara


19

daerah Kabupaten Gresik dalam mendukung pengembangan potensi ekonomi

lokal unggulan untuk memperkuat daya saing daerah. Pendekatan yang digunakan

adalah kuantitatif deskriptif, dengan metode Locaion Quotient dan Shift Share.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sektor yang paling potensial

dikembangkan di Kabupaten Gresik yaitu, sektor industri pengolahan; listrik, gas,

dan air bersih; serta sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan dukungan

Pemerintah Kabupaten Gresik dilihat dari RPJPD dan RPJMD serta alokasi

APBD cenderung memprioritaskan pada sektor yang kurang potensial seperti

perdagangan, hotel, dan restoran; serta pertanian.

Sedangkan Adhitama (2012) dalam penelitiannya yang bertujuan

mengidentifikasi dan menentukan perencanaan sektoral mengenai sektor unggulan

dan menyusun strategi pengembangan di tiap kecamatan di Kabupaten Magelang.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Location Quotient

(LQ), Shift-Share, dan Klassen Tipologi Pendekatan Sektoral. Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh 9 kecamatan yang memiliki sektor unggulan disektor jasa

yaitu Kecamatan Windusari, Dukun, Ngluwar, Salaman, Muntilan, Secang,

Tegalrejo, Ngablak, dan Pakis, 8 kecamatan yang memiliki keunggulan disektor

pertanian yaitu Kecamatan Kajoran, Bandongan, Borobudur, Tegalrejo,

Sawangan, Pakis, Srumbung dan Ngablak dan 7 kecamatan yang memiliki

keunggulan disektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu Kecamatan Borobudur,

Mungkid, Candimulyo, Mertoyudan, Sawangan dan Kecamatan Secang.

Universitas Sumatera Utara


20

2.7 Kerangka Konseptual

Maksud dari adanya kerangka konseptual adalah untuk memberikan

gambaran dan sebagai skema penelitian untuk dijadikan acuan penelitian yang

akan dilakukan. Tahap awal dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang

bersumber dari data sekunder yang berkaitan dengan pengembangan wilayah di

Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini, pengembangan

wilayah dapat dilihat dengan analisis skalogram untuk menganalisa calon lokasi

berdasarkan infrastruktur, untuk menetukan wilayah yang layak menjadi lokasi

pusat pusat pertumbuhan baru berdasarkan ketersediaan infrastruktur, lalu dengan

metode Indeks Sentralisasi Marshall untuk menilai bobot dari suatu fasilitas , dan

penentuan orde sehingga menghasilkan pembangunan wilayah di Wilayah Pesisir

Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


21

Wilayah Pesisir Deli Serdang

Hamparan Perak Labuhan Deli Percut Sei Tuan Pantai Labu

Pusat – pusat
Pertumbuhan

Infrasturktur :

- Pendidikan
- Kesehatan
- Ekonomi
- Komunikasi
Metode Skalogram Metode Marshal

Pengembangan
Wilayah

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara


22

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan

menggunakan analisis skalogram untuk mengetahui lokasi pusat pusat

pertumbuhan berdasarkan ketersediaan sarana pendidikan, kesehatan, ekonomi

dan komunikasi dan Indeks Sentralisasi Marshal untuk menentukan bobot dari

Infrastruktur tiap wilayah yang ada di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian akan di mulai dari awal Desember 2016 sampai dengan

2018. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

Sumatera Utara, Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan di wilayah pesisir Deli

Serdang yang terdiri dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Hamparan Perak,

Labuhan Deli, Percut Sei Tuan dan Pantai Labu.

3.3 Batasan Operasional

Dalam penelitian ini batasan yang akan diteliti peneliti mencakup wilayah

pesisir Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan

Hamparan Perak, Kecamatan Labuhan Deli, Kecamatan Percut Sei Tuan dan

Kecamtan Pantai Labu. Permasalahan dalam penelitian ini, peneliti akan melihat

pengembangan wilayah Pesisir di Kabupaten Deli Serdang di tinjau berdasarkan

lokasi pusat pusat pertumbuhan baru Kabupaten Deli Serdang

22
Universitas Sumatera Utara
23

3.4 Defenisi Operasional

Dalam definisi operasional ini akan menjabarkan pengertian dari topik inti

yang diangkat penulis sebagai judul penelitian, yaitu: Analisis pengembagan

wilayah melaluli pusat pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir Kabupaten Deli

Serdang ,sampel penelitian pada 4 kecamatan di daerah Deli serdang. Pada

penelitian ini dilihat pada aspek infrastruktur yang ada pada wilayah pesisir di

Kabupaten Deli Serdang seperti, infrastruktur pendidikan (TK, SD, SMP, SMA);

kesehatan (rumah sakit, puskesmas, pustu, poliklinik, BPU, posyandu); ekonomi

(pasar, koperasi, bank, pegadaian); dan komunikasi (kantor pos, menara

pemancar).

3.5 Jenis Data dan Sumber

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Infrastruktur yang

ada di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dengan aspek infrastruktur yang

dilihat ialah pendidikan, kesehatan, ekonomi dan komunikasi, seluruh data yang

didapat diambil dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Deli

Serdang dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Data pendukung dari internet,

buku, dan lain sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, luas

wilayah, data Infrastruktur , panjang jalan dan waktu tempuh dari satu ibukota

kecamatan ke Ibukota kabupaten yang ada di Daerah Pesisir Kabupaten Deli

Serdang.

Universitas Sumatera Utara


24

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Metode Skalogram

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pusat pelayanan berdasarkan

jumlah dan jenis unit fasilitas pelayanan yang ada dalam setiap daerah. Asumsi

yang digunakan apabila suatu wilayah memiliki ranking tertinggi maka lokasi atau

wilayah tersebut dapat ditetapkan menjadi suatu pusat pertumbuhan (Amas

Yamin, 2008). Dalam analisis skalogram ini subyek diganti dengan pusat

permukiman. Sedangkan objek diganti dengan fungsi atau kegiatan.Indikator yang

digunakan adalah jumlah penduduk, jumlah unit serta kualitas fungsi pelayanan

yang dimiliki masing-masing daerah.

Dalam analisis skalogram ini ada tahapan-tahapan dalam metodenya

yaitu:

1. Identifikasi semua kawasan wilayah pesisir Deli Serdang yang ada.

2. Buat urutan permukiman berdasarkan jumlah penduduk pada bagian sebelah

kiri tabel kerja.

3. Membuat urutan fasilitas yang ditemukan berdasarkan frekuensi yang

ditemukan, pada bagian atas.

4. Membuat garis baris dan kolom sehingga lembar kerja tersebut membentuk

matriks yang menampilkan fasilitas yang ada pada masing-masing pusat

pelayanan daerah.

5. Menggunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas,

dan tanda (0) pada sel yang menyatakan ketiadaan suatu fasilitas.

Universitas Sumatera Utara


25

6. Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas,

semakin banyak fasilitas yang didapati pada suatu permukiman maka

permukiman tersebut berada pada urutan atas.

7. Mengidentifikasi peringkat atau hirarki pemukiman yang dapat

diinterpretasikan berdasarkan presentase keberadaan fasilitas pada suatu

pemukiman. Semakin tinggi prosentasenya, maka hirarki pemukiman tersebut

akan semakin tinggi.

Untuk menguji kelayakan skalogram maka ada rumus yang digunakan

yaitu coeffisien of reproducibility (COR) sebagai berikut:

Keterangan:

e = jumlah kesalahan
N = jumlah subyek/kota
K = jumlah obyek/ fasilitas
Dalam hal ini koefisien dianggap layak apabila bernilai 0,9-1

Lebih lanjut dalam perhitungan metode ini dikenal cara penyusunan tabel

skala Guttman dengan tahapan sebagai berikut : 1) menyiapkan matriks data

dasar, yang mengandung jumlah objek penelitian dengan jumlah variabel yang

digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian, tingkat pelayanan masyarakat,

dan tingkat sumberdaya manusia; 2) perhitungan dengan menggunakan titik

potong (cutting point). Titik potong adalah suatu nilai tertentu (ditentukan) untuk

menetapkan batas antara kelompok-kelompok objek penelitian yang

memperlihatkan tingkatan tiap objek penelitian terhadaap variabel-variabel yang

ada. Jadi, tingkat tiap-tiap objek penelitian ditentukan oleh besarnya jumlah tiap-

Universitas Sumatera Utara


26

tiap variabel yang dimiliki pada objek-objek penelitian tersebut. Dalam studi ini

tingkatan tiap-tiap objek penelitian terhadap variabel-variabelnya dibagi menjadi

tiga tingkatan, yaitu tingkat tinggi, tingkat sedang dan tingkat rendah.

Interval Nilai = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

Selanjutnya, nilai masing-masing objek dimasukkan ke dalam tabel skala

Guttman. Sebelumnya tabel skala Guttman dibagi atas tiga kolom penilaian, yaitu

tinggi-sedang-rendah, dengan objek penelitian sebagai barisnya. Tiap tingkatan

nilai tinggi-sedang-rendah memiliki skor tertentu. Susunan variabel dari masing-

masing kolom klasifikasi dapat diubah penempatannya, tergantung hasil yang

paling baik. Hasil dikatakan paling baik jika memiliki coefficient of

reproducibility yang mendekati 1 (atau > 0,9). Pada kenyataannyaa, pola skala

Guttman yang sempurna jarang sekali terjadi, dikarenakan adanya penyimpangan-

penyimpangan dan penyimpangan ini disebut error. Sempurna atau tidaknya skala

Guttman dapat ditunjukkan oleh coefficient of reproducibility, yaitu merupakan

suatu koefisien yang menunjukkan seberapa jauh suatu skor yang diperoleh suatu

objek penelitian benar-benar dapat memberikan prediksi terhadap reaksi-reaksi

objek-objek penelitian dalam skala yang bersangkutan. Nilai dari koefisien ini

bervariasi dari 0 sampai 1. Menurut Soenjoto (2004:40), nilai koefisien yang

makin mendekati nilai 1, akan menunjukkan skala Guttman yang semakin

sempurna, dan biasanya koefisien yang bernilai lebih besar dari 0,9 dianggap

menunjukkan suatu skala yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


27

Tabel 3.1
Contoh Tabel Skalogram

Jumlah Jenis Prasarana ∑ Jenis ∑ Unit


No Kecamatan Ranking
Penduduk SD RSU ... Dst Prasarana Prasarana
1
2
...
Dst
∑ Jenis Prasarana
∑ Unit Prasarana
Penyebaran (%)
Ranking
Sumber : Perencanaan Pembangunan Daerah, Jakarta 2003:119

3.6.2 Metode Indeks Sentralisasi Marshall

Matriks Indeks Sentralitas Marshal merupakan bagian dari matriks fungsi

wilayah atau yang sering disebut dengan analisis fungsi yang merupakan analisis

terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah studi dalam kaitannya

dengan berbagai aktivitas penduduk/ masyarakat untuk memperoleh/

memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut (Riyadi, 2003:110).

Indeks sentralitas Marshal dimaksudkan untuk mengetahui

struktur/hierarki pusat-pusat pelayanan yang ada dalam suatu wilayah

perencanaan pembangunan, seberapa banyak fungsi yang ada, berapa jenis fungsi

dan berapa jumlah penduduk yang dilayani serta seberapa besar frekuensi

keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah permukiman.

Dalam analisis sistem pusat permukiman juga menggunakan analisis

indeks sentralitas marshal. Indeks sentralitas marshal ini digunakan untuk menilai

kemampuan dan hirarki pusat pelayanan, seperti halnya analisis skalogram

guttman. Setelah disusun tabel urutan kecamatan dihitung nilai skornya dengan

Universitas Sumatera Utara


28

menjumlahkan nilai indeks sentralitas dari tiap fasilitas yang dimiliki. Persamaan

yang dipergunakan untuk menilai bobot dari suatu fasilitas adalah sebagai berikut:

C= t/T
Keterangan:

C = Bobot dari atribut fungsional suatu fasilitas


t = Nilai Sentralitas Gabungan Dalam Hal Ini 100
T = Jumlah Total Dari Atribut Dalam Sistem

Setelah mengetahui nilai sentralitas, kita dapat menentukan indeks

sentralitas dengan mengalikanya dengan jumlah fasilitas yang ada. Berdasarkan

range yang kemudian dapat ditentukan hierarki (tingkatan) masing-masing

wilayah.

3.6.3 Orde Kota

Tempat-tempat konsentrasi yang umumnya berupa daerah perkotaan

tersebar di suatu wilayah/negara dengan penduduk (besarnya kota) yang tidak

sama. Setiap kota memiliki daerah belakang atau wilayah pengaruhnya. Makin

besar suatu kota makin beragam fasilitas yang disediakan sehingga makin luas

wilayah pengaruhnya. Suatu kota yang besar selain memiliki daerah belakang

berupa daerah pertanian juga memiliki beberapa kota kecil. Apabila kota kecil

banyak tergantung dari kota besar maka kota kecil termasuk di dalam daerah

pengaruh dari kota yang lebih besar. Biasanya kota yang paling besar wilayah

pengaruhnya, diberikan rangking satu atau kota orde kesatu, yang lebih kecil

berikutnya diberi rangking dua dan seterusnya Robinson Tarigan (2004).

Universitas Sumatera Utara


29

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Geografi Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak pada wilayah

Pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi kontur dan

iklim yang bervariasi. Secara administratif Wilayah Kabupaten Deli Serdang

terbagi dalam 22 wilayah kecamatan, 389 desa dan 14 kelurahan. Pada Wilayah

Pesisir terbagi atas Kecamatan Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan

dan Pantai Labu yang dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 4.1
Keadaan Geografi Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang berdasarkan
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jarak ke Ibukota

Luas Wilayah Jumlah Penduduk Jarak ke Ibukota


Kecamatan
(Km2) (Jiwa) (Km)

Hamparan Perak 230,15 173708 52


Labuhan Deli 127,23 69655 50
Percut Sei Tuan 190,79 445223 41
Pantai Labu 81,85 49938 10
Sumber : Deli Serdang dalam Angka 2017

Berdasarkan jarak tiap Kecamatan dengan jarak ke Ibukota Kabupaten

dapat dilihat bahwa Kecamatan Pantai Labu memiliki jarak terdekat dengan

Ibukota Kabupaten yang diharapkan kegiatan ekonomi dan jarak tempuh yang

semakin singkat dapat mendorong kegiatan ekonomi yang lebih baik. Disisi lain

dilihat Kecamatan Hamparan Perak memiliki jarak yang terjauh dari Ibukota

Kabupaten, hanya saja Hamparan Perak memiliki luas wilayah terluas dan jumlah

penduduk terbanyak. Diharapkan kegiatan Ekonomi dari masyarakat lebih besar

29
Universitas Sumatera Utara
30

didapatkan melalui Kecamatan Hamparan Perak, Karena jumlah penduduk

menjadi poin penting dalam kegiatan ekonomi.

Wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah dengan

beberapa wilayah yang berbatasan langsung dengan Ibukota Deli Serdang yang

merupakan pusat ekonomi, perdagangan, perindustrian bahkan pemerintahan.

Wilayah pesisir Deli Serdang adalah salah satu wilayah penyangga (hinterland)

yang potensial bagi terjadinya penghisapan atau eksploitasi (backwash effects)

dari pembangunan di Kabupaten Deli Serdang, atau sebaliknya menjadi daerah

yang mempunyai efek penyebaran (spread effect) pembangunan bagi

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang itu sendiri. Keberadaaan

wilayah pesisir Deli Serdang yang mengelilingi Kabupaten Deli Serdang

tentunya juga akan berperan atau mendapat dampak positif maupun negatif.

4.2 Gambaran Kondisi Infrastruktur Wilayah Pesisir Kabupaten Deli


Serdang

Jalan sebagai komoditas utama sebagai penunjang pergerakan

perekonomian suatu daerah, sebagai penghubung antara satu satu tempat dengan

tempat lainnya. Diharapkan kegiatan ekonomi pada pengiriman dan jasa akan

lebih baik jika memiliki ketersediaan infrastruktur jalan yang baik. Maka dapat

dilihat panjang jalan pada Wilayah Pesisir Deli Serdang yaitu :

Universitas Sumatera Utara


31

Tabel 4.2
Panjang Jalan (km) Menurut Kecamatan dan Pemerintahan yang
Berwenang di Kabupaten Deli Serdang tahun 2016

Pemerintahan yang Berwenang Mengelola


Kecamatan Jumlah
Negara Provinsi Kabupaten
Hamparan Perak 11,069 - 501,302 512,371
Labuhan Deli - - 131,307 131,307
Percut Sei Tuan 18,721 - 306,328 325,049
Pantai Labu - - 113,934 113,934
Sumber : Deli Serdang dalam Angka 2017

Jenis permukaan jalan pun menjadi aspek yang harus di perhitungkan


sebagai daya tarik dan tolak ukur apakah daerah tersebut termasuk daerah yang
baik dijadikan sebagai komoditas ekonomi, sebagai penghubung utama antara satu
kecamatan dengan kecamatan lainnya, maka panjang jalan dan jenis permukaan
jalan di wilayah pesisir Deli Serdang yaitu :
Tabel 4.3
Panjang Jalan (km) Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan di
Kabupaten Deli Serdang tahun 2016

Jenis Permukaan
Kecamatan Jumlah
Aspal Kerikil Batu Beton Tanah

Hamparan Perak 205,383 8,679 0,484 0,211 222,573 437,330

Labuhan Deli 85,012 1,058 4,367 5,203 58,299 153,939

Percut Sei Tuan 298,621 4,810 - 5,916 136,006 445,353

Pantai Labu 57,015 3,488 - 0,179 50,586 111,268

Sumber : Deli Serdang dalam Angka 2017

4.3 Gambaran Kondisi Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang


Berdasarkan Data Olahan Skalogram

Selanjutnya gambaran kondisi wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang

dengan merujuk pada variabel-variabel dan indikator-indikator Skalogram dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


32

Tabel 4.4
Analisis Skalogram

Fasilitas

Menara Pemancar
Rumah Sakit

Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Koperasi
Kecamatan

Pustu
SMA

Bank
Pasar
SMP

BPU
TK

SD
Hamparan 108 97 43 22 1 2 7 14 4 109 26 24 7 2 1 32
Perak
36 30 16 31 1 2 3 4 2 51 3 13 5 2 1 13
Labuhan Deli
236 170 68 32 3 3 10 0 0 199 23 58 9 2 0 45
Percut Sei Tuan
32 31 12 4 0 1 5 2 22 43 9 22 0 0 0 15
Pantai Labu
Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

32
Universitas Sumatera Utara
33

Analisis Skalogram digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Infrastruktur / fasilitas yang ada di suatu wilayah dalam menentukan lokasi pusat

pusat pertumbuhan. Selain itu juga untuk mengetahui kelengkapan fasilitas suatu

wilayah.

Menurut Nainggolan (2017), fasilitas - fasilitas yang digunakan di dalam

analisis skalogram yakni fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan sosial,

ekonomi dan pemerintahan. Fasilitas sosial yang digunakan terdiri dari fasilitas

untuk pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu,

posyandu), untuk pelayanan pendidikan (SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi)

dan pelayanan keagamaan (mesjid, mushola, langgar, gereja, klenteng). Fasilitas

yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang digunakan antara lain: pasar,

supermarket, KUD, non KUD, bank dan non bank serta objek wisata. Sementara

itu, untuk menggambarkan pelayanan pemerintahan diwakili oleh keberadaan

kantor pos dan kantor pemerintahan.

Berdasarkan tabel analisis skalogram diurutkan dari yang tertinggi

jumlahnya serta dapat diinterpretasikan bahwa angka 1 menunjukkan di tiap

kecamatan tersebut terdapat fasilitas/lnfrastruktur. Sedangkan angka 0

menunjukkan bahwa di tiap kecamatan tidak ada fasilitas/lnfrastruktur.

Metode Skalogram adalah metode paling sederhana yang dapat digunakan

untuk melakukan analisis fungsi wilayah, karena hanya menunjukkan daftar dari

Komponen - komponen pendukungnya. Analisis skalogram digunakan untuk

mengetahui hirarki kota berdasarkan kelengkapan fasilitas yang dimiliki. Hierarki

kota akan berfungsi sebagai pusat pelayanan baik skala regional maupun lokal.

Universitas Sumatera Utara


27

Tabel 4.5
Analisis Skalogram

Fasilitas

Menara Pemancar
Rumah Sakit

Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Koperasi
Kecamatan Jumlah

Pustu
SMA

Bank
Pasar
SMP

BPU
TK

SD

Hamparan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Perak 16
Labuhan Deli 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
Percut Sei Tuan 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 13
Pantai Labu 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12
Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

34
Universitas Sumatera Utara
27

Tabel 4.6
Analisis Skalogram

Fasilitas

Menara Pemancar

Jumlah
Rumah Sakit

Error
Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Koperasi
Kecamatan

Pustu
SMA

Bank
Pasar
SMP

BPU
TK

SD

Hamparan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Perak 16 0
Labuhan 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Deli 16
Percut Sei
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1
Tuan 13 2
Pantai
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1
Labu 12 2
Jumlah 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 4 57 4
Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

35
Universitas Sumatera Utara
36

Berdasarkan perhitungan skalogram yang telah dilakukan, jumlah error yang

didapat dari 4 Kecamatan (N) dan 16 fasilitas (k) di Wilayah Pesisir Kabupaten

Deli Serdang yaitu 4. Sedangkan untuk jumlah fasilitas tertinggi 16 ada di

Kecamatan Hamparan Perak dan Labuhan Deli dan terkecil 12 ada di Pantai Labu.

Perhitungan COR

COR = 0,9375

Berdasarkan ketentuan, nilai Coeffisien of Reproducibility (COR) yang

layak untuk dianalisis adalah bernilai ≥ 0,9. Sehingga data tersebut dapat

dilanjutkan untuk dianalisis. Hal ini di dukung oleh penelitian Gaffara dkk (2016)

yang melakukan penelitan di Kabupaten Simalungun menyatakan bahwa

berdasarkan hasil analisis Skalogram, setelah datanya diurutkan berdasakan

jumlah penduduk tertinggi dan banyaknya fasilitas yang ada maka didapatkan eror

(kesalahan) sebesar 38 dengan jumlah total dari fasilitas yang ada sebesar 364.

Dengan demikian setelah dilakukan perhitungan COR dengan rumus yang ada

didapatkan COR sebesar 0.989 yang artinya bahwa analisis skalogram ini

dianggap layak untuk menentukan orde pusat permukiman.

Perhitungan jumlah orde

Jumlah Orde = 1+3,3 Log n

= 1+3,3 Log 4

=3

Universitas Sumatera Utara


37

Berarti jumlah orde yang ada di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang adalah 3

orde Perhitungan interval

Range = (Nilai Tertinggi-Nilai Terendah)/(Jumlah orde)

= (16-12)/3

= 1,33

Maka pembagian orde berdasarkan jumlah fasilitas yang dimiliki sebagai berikut:

Tabel 4.7
Tabel Hasil Range Orde Skalogram

Range 1,33
Orde I ≥ 14,67 – 16
Orde II ≥ 13,33 - 14,66
Orde III ≥ 11,99 -13,32
Sumber : Data diolah oleh penulis (2017)

Berdasarkan pembagian orde tersebut diharapkan wilayah kecamatan yang

menempati Orde I dapat menjadi wilayah yang lebih baik dari orde lainnya,

dilihat berdasarkan aspek kelengkapan infrastruktur di daerah tersebut. Utari

(2015) menyatakan bahwa infrastruktur memainkan peran penting dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang memberikan kontribusi terhadap

pengurangan kesenjangan ekonomi, kemiskinan dan perampasan di suatu negara.

Universitas Sumatera Utara


27

Tabel 4.8
Hasil Penilaian Analisis Skalogram

Fasilitas

Menara Pemancar

Jumlah
Rumah Sakit

Orde
Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Koperasi
Kecamatan

Pustu
SMA

Bank
Pasar
SMP

BPU
TK

SD

Hamparan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 I
Perak
Labuhan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 I
Deli
Percut Sei
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 13 II
Tuan
Pantai
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 III
Labu
Jumlah 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 4 57
Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

38
Universitas Sumatera Utara
39

Tabel 4.9
Hierarki Kecamatan Berdasarkan Analisis Skalogram

Orde Kecamatan Jumlah

I Hamparan Perak, Labuhan Deli 16

II Percut Sei Tuan 13

III Pantai Labu 12

Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

Berdasarkan tabel diatas hierarki Kecamatan berdasarkan analisis


Skalogram Hamparan Perak dan Labuhan Deli menempati orde I dengan skor 16
yang berarti memiliki seluruh fasilitas dan dengan demikian Hamparan Perak dan
Labuhan Deli memang sesuai umtuk menjadi lokasi pusat pusat pertumbuhan di
wilayah pesisir Deli Serdang. Hal sesuai dengan peryataan Poetra (2016), bahwa
dengan menggunakan analisis skalogram dapat ditentukan kecamatan yang dapat
dijadikan sebagai pusat pertumbuhan. Kecamatan yang memiliki kelengkapan
fasilitas tertinggi dapat ditentukan sebagai pusat pertumbuhan.
Berdasarkan analisis Skalogram serta wilayah kecamatan lainnya
berada di orde ke II yaitu Kecamatan Percut Sei Tuan dan di orde ke III yaitu
Pantai Labu.
4.4 Gambaran Kondisi Wilayah Pesisir Deli Serdang Berdasarkan Data
Olahan Indeks Sentralitas Marshal

Analisis Indeks Sentralitas Marshal dilakukan dengan menggunakan angka


jumlah fasilitas yang ada kemudian ditentukan bobot dari masing-masing fasilitas
tersebut. Dalam menentukan bobot masing-masing fasilitas menggunakan rumus
C = yang dimana C sebagai bobot, t nilai sentralitas dan T jumlah total

infrastruktur.

Universitas Sumatera Utara


27

Tabel 4.10
Bobot Tiap fasilitas Dalam Indeks Sentralitas Marshal

Menara Pemancar
Rumah Sakit

Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Koperasi
Pustu

Pasar
SMA

Bank
SMP

BPU
TK

Fasilitas
SD

T 412 328 139 89 5 8 25 20 28 402 61 117 21 6 2 105


T 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
C 0,24 0,30 0,71 1,12 20 12,5 4 5 3,57 0,24 1,63 0,85 4,76 16,67 50 0,95

Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

40
Universitas Sumatera Utara
41

Berdasarkan tabel diatas dabat dilihat bobot dari tiap-tiap fasilitas dalam Indeks

Sentralitas Marshal yang datanya sama dengan Analisis Skalogram dalam hal ini

bobot ditentukan oleh total jumlah keseluruhan yang ada di Wilayah Pesisir

Kabupaten Deli Serdang

Tabel 4.11
Tabel Jumlah Real Bobot

TK SD SMP
SMP
Jumlah Jumlah Jumlah
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Bobot Real x Bobot Real x Bobot Real x
Real Real Real
Bobot Bobot Bobot
Hamparan
108 0,24 25,92 97 0,30 29,1 43 0,71 30,53
Perak
Labuhan Deli 36 0,24 8,64 30 0,30 9 16 0,71 11,36
Percut Sei
236 0,24 56,64 170 0,30 51 68 0,71 48,28
Tuan
Pantai Labu 32 0,24 7,68 31 0,30 9,3 12 0,71 8,52

SMA RS Puskesmas
Jumlah
Jumlah Jumlah
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Real
Bobot Real x Bobot Real x Bobot
Real Real Real x
Bobot Bobot
Bobot
Hamparan
22 1,12 24,64 1 20 20 2 12,4 25
Perak
Labuhan
31 1,12 34,72 1 20 20 2 12,4 25
Deli
Percut Sei
32 1,12 35,84 3 20 60 3 12,4 37,5
Tuan
Pantai
4 1,12 4,48 0 20 0 1 12,4 12,5
Labu

Pustu Poliklinik BPU


Jumlah Jumlah Jumlah
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Bobot Real x Bobot Real x Bobot Real x
Real Real Real
Bobot Bobot Bobot
Hamparan
7 4 28 14 5 70 4 3,57 14,28
Perak
Labuhan
3 4 12 4 5 20 2 3,57 7,14
Deli
Percut Sei
10 4 40 0 5 0 0 3,57 0
Tuan
Pantai
5 4 20 2 5 10 22 3,57 78,54
Labu

Kecamatan Posyandu Pasar Koperasi

Universitas Sumatera Utara


42

Jumlah Jumlah Jumlah


Jumlah Jumlah Jumlah
Bobot Real x Bobot Real x Bobot Real x
Real Real Real
Bobot Bobot Bobot
Hamparan
109 0,24 26,16 26 1,63 42,38 24 0,85 20,4
Perak
Labuhan
51 0,24 12,24 3 1,63 4,89 13 0,85 11,05
Deli
Percut Sei
199 0,24 47,76 23 1,63 37,49 58 0,85 49,3
Tuan
Pantai
43 0,24 10,32 9 1,63 14,67 22 0,85 18,7
Labu

Bank Pegadaian Kantor Pos


Jumlah Jumlah Jumlah
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Bobot Real x Bobot Real x Bobot Real x
Real Real Real
Bobot Bobot Bobot
Hamparan
7 4,76 33,32 2 16,67 33,34 1 50 50
Perak
Labuhan
5 4,76 23,8 2 16,67 33,34 1 50 50
Deli
Percut Sei
9 4,76 42,84 2 16,67 33,34 0 50 0
Tuan
Pantai
0 4,76 0 0 16,67 0 0 50 0
Labu

Menara
Pemancar
Kecamatan Jumlah Total jumlah
Jumlah
Bobot Real x
Real
Bobot
Hamparan
32 0,95 30,4 503,37
Perak
Labuhan
13 0,95 12,35 295,53
Deli
Percut Sei
45 0,95 42,75 582,74
Tuan
Pantai
15 0,95 14,25 208,96
Labu
Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

Universitas Sumatera Utara


43

Setelah diketahui bobot dari masing-masing fasilitas kemudian mengalikan

bobot dengan jumlah fasilitas untuk setiap kecamatan. Kemudian hasilnya

dijumlahkan per kecamatan untuk digunakan sebagai penentu orde. Hasilnya

dapat dilihat dibawah ini:

Range = jumlah tertinggi – jumlah terendah


= 582,74- 208,96
= 373,78

Sama seperti analisis Skalogram sebelumnya, dalam analisis ISM ini

menggunakan tiga orde dengan asumsi semua nilai masuk ke dalam kelas.

Interval kelas = range : orde


= 373,78 : 3
= 124,59

Maka pembagian orde berdasarkan jumlah fasilitas yang dimiliki sebagai berikut:

Tabel 4.12
Tabel Hasil Range Orde Marshal

Range 124,59
Orde I ≥ 458,15 – 582,74
Orde II ≥ 333,55 – 458,14
Orde III ≥ 208,95 -333,54
Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

Hasil dari penentuan kelas tersebut kemudian digunakan untuk menentukan orde

dari masing-masing Kecamatan dengan hasil sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara


44

Tabel 4.13
Hasil Penilaian Indeks Sentralitas Marshal

No Kecamatan Jumlah Orde

1 Percut Sei Tuan 582,74 I

2 Hamparan Perak 503,37 I

3 Labuhan Deli 295,53 III

4 Pantai Labu 208,96 III

Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

Dari tabel diatas terlihat bahwa orde pertama di tempati oleh kecamatan

Percut Sei Tuan dan Hamparan Perak dengan jumlah 582,74 dan 503,37 dan

lainnya berada pada orde ke III dengan jumlah terendah di Kecamatan Pantai

Labu dengan jumlah 208,96 yang menggambarkan berdasarkan analisis indeks

sentralitas marshal bahwa Kecamatan Percut Sei Tuan dan Hamparan Perak

memiliki nilai bobot yang baik pada tiap infrastruktur nya.

Kemudian, setiap kecamatan yang mempunyai orde yang sama

dikelompokan menjadi seperti yang di bawah ini.

Tabel 4.14
Hierarki Kecamatan Berdasarkan Analisis Indeks Sentralitas Marshal

Orde Kecamatan Jumlah

I Hamparan Perak, Percut Sei Tuan 582,74 , 503,37

II

III Labuhan Deli ,Pantai Labu 295,53 , 208,96

Sumber : Diolah oleh penulis (data 2017)

Universitas Sumatera Utara


45

Berdasarkan tabel diatas hierarki Kecamatan berdasarkan Analisis Indeks

Sentralitas Marshal, Kecamatan Hamparan Perak dan Percut Sei Tuan menempati

orde I dengan jumlah yang berarti memiliki seluruh fasilitas dan dengan demikian

Hamparan Perak, dan Percut Sei Tuan memang sesuai untuk menjadi lokasi pusat

pertumbuhan baru berdasarkan analisis isndeks Sentralitas Marshal, dengan

menyisakan Labuhan Deli dan Pantai Labu di orde ke III. Hal ini didukung oleh

pernyataan Poetra (2016), bahwa indeks sentralitas dapat ditentukan dengan

mengalikan nilai sentralitas dengan jumlah fasilitas yang ada. Berdasarkan range

yang kemudian dapat ditentukan hierarki (tingkatan) masing - masing kecamatan,

semakin tinggi jumlahnya maka pusat pelayanan tersebut hirarkinya semakin

tinggi atau berada diurutan paling atas.

Universitas Sumatera Utara


46

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran tentang Analisis Pengembangan Wilayah Dengan

Pusat Pusat Pertumbuhan Baru di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang

dengan memakai Analisis Skalogram Dan Indeks Sentralitas Marshal secara

kualitatif deskriptif, maka peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang

diperoleh selama melakukan Analisis. Adapun yang menjadi kesimpulan adalah

sebagai berikut:

1. Berdasarkan Analisis Skalogram Kecamatan Hamparan Perak dan

Labuhan Deli menempati orde pertama dengan jumlah 16 yang berarti ini

menjelaskan bahwa Kecamatan Hamparan Perak dan Labuhan Deli Sesuai

untuk menjadi Lokasi pusat pusat pertumbuhan karena dalam Analisis

Skalogram sudah dibandingkan dengan kedua kecamatan lainnya dan

menghasilkan Kecamatan Hamparan Perak dan Labuhan Deli menempati

orde pertama dan mengungguli kecamatan lainnya.

2. Berdasarkan Analisis Indeks Sentralitas Marshal Hamparan Perak, dan

Percut Sei Tuan menempati orde I yang berarti ini menjelaskan bahwa

secara analisis Indeks Sentralitas Marshal kedua kecamatan tersebut

sebagai lokasi pusat pusat pertumbuhan dilihat dari bobot infrastruktur

yang ada, dibandingkan dengan kedua kecamatan lainnya

Universitas Sumatera Utara


47

Setelah Penulis selesai mengolah data, penulis dapat menilai bahwa

Kecamatan Hamparan Perak Ialah Kecamatan Unggulan dibandingkan ketiga

Kecamatan lainnya, sebab Hamparan Perak dapat menduduki Orde I pada

Analisis Skalogram maupun Marshal. Diharapkan Hamparan Perak dapat menjadi

pusat kegiatan di dalam Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang.

5.2 Saran

1. Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberi perhatian lebih kepada

kecamatan-kecamatan yang berada di Wilayah Pesisir Deli Serdang, dan

membangun fasilitas publik di kecamatan Pesisir, diharapkan akan

mendorong perkembangan dan pertumbuhan kecamatan yang ada di

Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang serta dapat mempermudah

masyarakat kabupaten Deli Serdang yang jauh dari ibukota dalam

memperoleh fasilitas publik.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan adanya respesifikasi dari model

bagi peneliti selanjutnya dengan mengganti atau menambah variable-

variabel lainnya yang lebih relevan. Seperti Variabel transportasi, variablel

kepemilikan lahan, dsb. Diharap kan penelitian analisis skalogram dan

Indeks Sentralitas Marshal dapat digunakan dengan lebih Optimal dalam

mencari pusat pusat pertumbuhan dalam pengembangan wilayah dsb.

Universitas Sumatera Utara


48

DAFTAR PUSTAKA
Adhitama, R. 2012. Pengembangan Sektor-Sektor Ekonomi di Tiap
Kecamatan
di Kabupaten Magelang. Economics Development Analysis Journal. 1 (2).
Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Ardila, R. 2012. Analisis Pengembangan Pusat Pertumbuhan


Ekonomi di
Kabupaten Banjarnegara. Economics Development Analysis Journal. 1 (2).
Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Ekosafitri, K. H., E. Rustiadi dan F. Yulian. 2017. Pengembangan Wilayah


Pesisir Pantai Utara Jawa Tengah Berdasarkan Infrastruktur Daerah: Studi
Kasus Kabupaten Jepara. Journal of Regional and Rural Development
Planning 1 (2): 145-157. ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930

Gaffara, G. R., A. Fathu dan Fatih. 2016. Kajian Skalogram Guttman Dan
Indeks
Sentralitas Marshall Untuk Penentuan Pusat - Pusat Pelayanan
Wilayah
(Studi Kasus: Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara).
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Sleman.

Hanafiah, T. 1988. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Dan Pelayanan Kecil


Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Pedesaan.

Huda, M., dan E. B. Santoso. 2014. Pengembangan Daya Saing Daerah


Kabupaten / Kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan Potensi
Daerahnya. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 3 No. 2. Hlm 81.

Husnah, N., I. Noor dan M. Rozikin. 2013. Analisis Pengembangan Poyensi


Ekonomi Lokal untuk Menguatkan Daya Saing Daerah di Kabupaten
Gresik: Jurnal Administrasi Publik 1 (1): 189. Universitas Brawijaya,
Malang.

Lestari, I.K . 2015. Analisis Penetapan Pusat dan Unit Kawasan Pengembangan
Agropolitan di Wilayah Selatan Kabupaten Deli Serdang. [Skripsi].
Universitas Diponegoro, Semarang.

Lestari, M., dan N.M. Simanungkalit. 2015. Analisis Perubahan Penggunaan


Lahan Wilayah Pesisir Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang (1990-2011). Universitas Negeri Medan, Medan.

Marcus, George, W. Russell Neuman & Michael MacKuen. 2000. Affective


Intelligence and Political Judgment, Chicago: University of Chicago
Press. Chapitres 3 et 4.

48
Universitas Sumatera Utara
49

Nainggolan, R.O. 2014. Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di Kota


Medan. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nainggolan, P.T.P. 2017. Analisis Pusat – Pusat Pertumbuhan Ekonomi di


Kabupaten Simalungun. Jurnal Ekonomi dan Keungan, Vol. 1 No. 12.

Nora, S. 2016. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kering di Kecamatan Hamparan Perak


Kabupaten Deli Serdang. Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian, Medan.

Pane, T.A., M. Sihombing., dan H.B. Tarmizi. 2013. Kajian Pengembangan Pusat
– Pusat Pelayanan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal
Ekonom, Vol.16 No. 4. Hlm 193-194.

Patton, Michael Quinn. (1997). Utilization-focused _3rd edition. United States of


Amerika: SAGE Publications.

Poetra, A.P. 2016. Analisis Penentuan Pusat – Pusat Pertumbuhan Ekonomi


dan Interaksi Antar Kecamatan di Kabupaten Pringsewu. [Skripsi].
Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Riyadi, M. 2003. Pembangunan Daerah melalui Pengembangan Wilayah.


Bappenas, Jakarta.

Rujiman. 2011. Perubahan Demografi dan Transformasi Struktural Ekonomi


Wilayah Deli Serdang. [Disertasi]. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rustiadi, E., Sunsun, S., dan Dyah, R.P. 2011. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Crespent Press, Jakarta.

Sirojuzilam. 2008. Ekonomi dan Perencanaan Regional : Ketimpangan Ekonomi


Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara. Pustaka
Bangsa Press , Medan.

Sirojuzilam dan S. Bahri. 2014. Pembangunan Ekonomi Wilayah Sumatera Utara.


USU Press, Medan.

Utari, M.G.E.S. 2015. Analisis Sistem Pusat Pelayanan Permukiman di Kota


Yogyakarta tahun 2014. Journal of Economic and Policy. ISSN 1979-
715X.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN
Analisis Skalogram

Fasilitas

Menara Pemancar
Rumah Sakit

Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Koperasi
Kecamatan

Pustu
SMA

Bank
Pasar
SMP

BPU
TK

SD

Hamparan 108 97 43 22 1 2 7 14 4 109 26 24 7 2 1 32


Perak
36 30 16 31 1 2 3 4 2 51 3 13 5 2 1 13
Labuhan Deli
236 170 68 32 3 3 10 0 0 199 23 58 9 2 0 45
Percut Sei Tuan
32 31 12 4 0 1 5 2 22 43 9 22 0 0 0 15
Pantai Labu

Fasilitas

Menara Pemancar
Rumah Sakit

Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Kecamatan Jumlah
Koperasi
Pustu

Pasar
SMA

Bank
SMP

BPU
TK

SD

Hamparan Perak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
Labuhan Deli 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
Percut Sei Tuan 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 13
Pantai Labu 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12

Universitas Sumatera Utara


Fasilitas

Menara Pemancar

Jumlah
Rumah Sakit

Orde
Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Koperasi
Kecamatan

Pustu
SMA

Bank
Pasar
SMP

BPU
TK

SD

Hamparan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 I
Perak
Lbuhan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 I
Deli
Percut Sei
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 13 II
Tuan
Pantai
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 III
Labu

Jumlah 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 4 57

Universitas Sumatera Utara


Fasilitas

Menara Pemancar

Jumlah
Rumah Sakit

Error
Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Koperasi
Kecamatan

Pustu
SMA

Bank
Pasar
SMP

BPU
TK

SD
Hamparan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Perak 16 0
Labuhan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Deli 16 0
Percut Sei
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1
Tuan 13 2
Pantai
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1
Labu 12 2
Jumlah 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 4 57 4

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS INDEKS SENTRALITAS MARSHAL

Menara Pemancar
Rumah Sakit

Kantor Pos
Puskesmas

Pegadaian
Poliklinik

Posyandu

Koperasi
Pustu
SMA

Bank
Pasar
SMP

BPU
TK

SD

Fasilitas

T 412 328 139 89 5 8 25 20 28 402 61 117 21 6 2 105

T 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
C 0,24 0,30 0,71 1,12 20 12,5 4 5 3,57 0,24 1,63 0,85 4,76 16,67 50 0,95

Universitas Sumatera Utara


TK SD SMP
SMP

Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah


Jumlah Jumlah Jumlah
Bobot Real x Bobot Real x Bobot Real x
Real Real Real
Bobot Bobot Bobot

Hamparan
108 0,24 25,92 97 0,30 29,1 43 0,71 30,53
Perak

Labuhan Deli 36 0,24 8,64 30 0,30 9 16 0,71 11,36

Percut Sei
236 0,24 56,64 170 0,30 51 68 0,71 48,28
Tuan

Pantai Labu 32 0,24 7,68 31 0,30 9,3 12 0,71 8,52

SMA RS Puskesmas
Jumlah
Jumlah Jumlah
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Real
Bobot Real x Bobot Real x Bobot
Real Real Real x
Bobot Bobot
Bobot
Hamparan
22 1,12 24,64 1 20 20 2 12,4 25
Perak
Labuhan
31 1,12 34,72 1 20 20 2 12,4 25
Deli
Percut Sei
32 1,12 35,84 3 20 60 3 12,4 37,5
Tuan
Pantai
4 1,12 4,48 0 20 0 1 12,4 12,5
Labu

Pustu Poliklinik BPU


Jumlah Jumlah Jumlah
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Bobot Real x Bobot Real x Bobot Real x
Real Real Real
Bobot Bobot Bobot
Hamparan
7 4 28 14 5 70 4 3,57 14,28
Perak
Labuhan
3 4 12 4 5 20 2 3,57 7,14
Deli
Percut Sei
10 4 40 0 5 0 0 3,57 0
Tuan
Pantai
5 4 20 2 5 10 22 3,57 78,54
Labu

Universitas Sumatera Utara


Posyandu Pasar Koperasi
Jumlah Jumlah Jumlah
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Bobot Real x Bobot Real x Bobot Real x
Real Real Real
Bobot Bobot Bobot
Hamparan
109 0,24 26,16 26 1,63 42,38 24 0,85 20,4
Perak
Labuhan
51 0,24 12,24 3 1,63 4,89 13 0,85 11,05
Deli
Percut Sei
199 0,24 47,76 23 1,63 37,49 58 0,85 49,3
Tuan
Pantai
43 0,24 10,32 9 1,63 14,67 22 0,85 18,7
Labu

Bank Pegadaian Kantor Pos


Jumlah Jumlah Jumlah
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Bobot Real x Bobot Real x Bobot Real x
Real Real Real
Bobot Bobot Bobot
Hamparan
7 4,76 33,32 2 16,67 33,34 1 50 50
Perak
Labuhan
5 4,76 23,8 2 16,67 33,34 1 50 50
Deli
Percut Sei
9 4,76 42,84 2 16,67 33,34 0 50 0
Tuan
Pantai
0 4,76 0 0 16,67 0 0 50 0
Labu

Menara
Pemancar
Kecamatan Jumlah Total jumlah
Jumlah
Bobot Real x
Real
Bobot
Hamparan
32 0,95 30,4 503,37
Perak
Labuhan
13 0,95 12,35 295,53
Deli
Percut Sei
45 0,95 42,75 582,74
Tuan
Pantai
15 0,95 14,25 208,96
Labu

Universitas Sumatera Utara


No Kecamatan Jumlah Orde

1 Percut Sei Tuan 582,74 I

2 Hamparan Perak 503,37 I

3 Labuhan Deli 295,53 III

4 Pantai Labu 208,96 III

PETA INFRASTRUKTUR KABUPATEN DELI SERDANG

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai