Oleh:
Ratna Rizkiana , Danang Akbar Riano 2), Aziz Ardiansyah 3)
1)
1) 2) 3)
JUDUL
Oleh:
Ratna Rizkiana1), Danang Akbar Riano 2), Aziz Ardiansyah 3)
1) 2) 3)
Email: ratna.rizkiana@mail.ugm.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
setiap provinsi dengan menggunakan data yang dihasilkan industri yang mengelola potensi
yang ada, dengan demikian investor dapat secara jelas mendapat informasi tentang peluang
perkembangan modal investasi yang mereka gelontorkan.
b.
c.
d.
Jenis industri apakah yang berpangaruh signifikan pada setiap provinsi di Indonesia?
e.
b.
c.
d.
e.
Memberi informasi bagi pemerintah tentang cara lain pemetaan potensi industri
provinsi di Indonesia
b.
c.
d.
e.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Kajian Teori
A. Analisis Cluster
Analisis multivariat berhubungan erat dengan metode-metode statistik yang secara
bersama-sama (simultan) melakukan analisis terhadap lebih dari dua variabel pada
setiap objek. Pada umumya analisis multivariat menggunakan beberapa metode
statistik multivariabel yang paling banyak dipakai, diantaranya yaitu: analisis faktor
(factor analysis), analisis cluster atau analisis gerombol, dan analisis diskriminan
(discriminant analysis). Adapun peneliti hanya ingin mengelompokkan jalan
berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimiliki, maka yang digunakan dalam
penelitian ini hanyalah analisis cluster.
Analisis cluster adalah suatu analisis statistika peubah ganda yang bertujuan untuk
mengklasifikasikan sekelompok objek atau amatan ke dalam beberapa segmen
berdasarkan ukuran kemiripan atau ciri-ciri umum antar objek-objek yang berbeda
dalam segmen yang sama serta memuliki kemiripan yang lebih besar dibandingkan
dengan antar objek pada segmen yang berbeda.
Analisis cluster atau analisis gerombol dalam prosesnya menggunakan ukuran
kedekatan atau kemiripan antar objek sebagai basis segmentasinya. Pada saat ini
terdapat banyak ukuran kedekatan yang digunakan sesuai dengan jenis atau skala data
yang digunakan. Dalam hal ini berdasarkan ukuran kemiripan antar objek jenis data
dibedakan menjadi data kuantitatif dan data biner. Manfaat segmentasi atau
pengclusteran antara lain untuk mengeksplorasi data, mereduksi data serta pelapisan
data. Eksplorasi data dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang informasi yang
ada dalam himpunan data tersebut, bahkan sampai pada pembangkitan hipotesis untuk
melihat struktur populasinya. Reduksi data memungkinkan suatu ringkasan cluster
untuk mewakili seluruh anggota cluster. Dari hasil analisis ini, segmentasi atau
pengclusteran dapat digunakan sebagai pelapisan atau stratifikasi dalam penarikan
contoh atau tipe objek.
cluster yang lebih dekat dengan cara menghitung kembali pusat cluster setelah
objek dialokasikan ulang.
2) Algoritma II
Metode yang digunakan untuk membentuk cluster seeds terpilih untuk
memaksimumkan jarak antar seeds dan mean cluster dihitung kembali setelah
semua objek dialokasikan ulang.
3) Algoritma III
Untuk memilih seeds awal digunakan analisis cluster hierarki (pengalokasian) dan
aturan penyusukan ulang dengan meminimalkan error (ESS).
daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi
dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu:
1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan,
2) pertambangan dan penggalian,
3) industri pengolahan,
4) listrik, gas dan air bersih,
5) konstruksi,
6) perdagangan, hotel dan restoran,
7) pengangkutan dan komunikasi,
8) keuangan, real estate dan jasa perusahaan,
9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).
b. Pendekatan Pengeluaran Produk Domestik Regional Bruto adalah semua
komponen permintaan akhir yang terdiri dari:
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba,
2) konsumsi pemerintah,
3) pembentukan modal tetap domestik bruto,
4) perubahan inventori dan
5) ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).
c. Pendekatan Pendapatan Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas
jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas
jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung
lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak
langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan dalam 9 sektor ekonomi sesuai
dengan International Standard Industrial Classification of All Economic Activities
(ISIC) sebagai berikut:
a. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
1) Subsektor Tanaman bahan makanan
2) Subsektor Tanaman perkebunan
3) Subsektor Peternakan
4) Subsektor Kehutanan
5) Subsektor Perikanan
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
1) Subsektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
2) Subsektor Pertambangan Bukan Migas
3) Subsektor Penggalian
c. Sektor Industri Pengolahan
1) Subsektor Industri Migas
Angkutan Rel
Angkutan Laut
Angkutan Udara
2) Subsektor Komunikasi
h. Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
1) Subsektor Bank
2) Subsektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank
3) Subsektor Jasa Penunjang Keuangan
4) Subsektor Real Estate
2.1
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan tingkat ekonomi antar
provinsi yang ada di Indonesia atau tingkat ekonomi di Indonesia sudah merata.
Sedangkan hipotesis alternatifnya adalah adanya perbedaan tingkat ekonomi antar
provinsi yang ada di Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian dalam permasalahan ini adalah Penelitian deskriptif dan kuantitatif yakni
suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan suatu variabel yang berupa
data kuantitatif, dalam hal ini adalah nilai dari pendapatan domestik regional bruto yang
terbagi atas pendapatan tiap provinsi dan berdasarkan lapangan usaha yang nantinya dapat
menunjukkan potensi daerah yang paling berpengaruh signifikan dalam memajukan
perekonomian regional.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di Kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3.3
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari awal Juli hingga awal Agustus 2016
3.4
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Badan Pusat
Statistik dan Bank Indonesia yakni data mengenai pendapatan domestik regional bruto yang
terbagi atas lapangan usaha dan provinsi.
3.5
Instrumen Penelitian
Data diperoleh dari data sekunder sehingga tidak ada instrumen penelitian secara
langsung. Akan tetapi data diperoleh berdasarkan studi literatur dari beberapa Buku ataupun
Dokumen yang berkaitan.
3.6
3.7
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Ketimpangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sudah menjadi rahasia umum.
Perbedaan tingkat pendapatan begitu nampak antara warga yang hidup di wilayah perkotaan
dengan masyarakat pedesaan. Tidak hanya nampak dari kehidupan sehari-hari rakyat
Indonesia, perbedaan pemasukan kas antara daerah juga sangat mencolok. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari peta pemasukan dareah yang dirancang berdasarkan data PDRB
sebagai berikut.
Berdasarkan data nilai PDRB untuk wilayah Indonesia, provinsi DKI Jakarta
menempati urutan pertama dengan angka PDRB mencapai lebih dari 1,3 Trilliun Rupiah.
Jika dibandingkan dengan provinsi Kalimantan Selatan yang menempati urutan ke-6,
perbedaan sudah nampak begitu jelas. Nilai PDRB yang dihasilkan provinsi Kalimantan
Selatan hanya 32% dari PDRB milik DKI Jakarta. Kondisi PDRB milik daerah lain yang
peringkatnya di bawah Kalimantan Selatan tentunya akan memilik total nilai PDRB yang
jauh dari DKI Jakarta. Hal tersebut menunjukkan ketimpangan pendapatan antar daerah.
PDRB merupakan sumber dana yang diterima pemerintah daerah yang berasal dari berbagai
sumber. Salah satu sumber dana terbesar yang diterima pemerintah daerah tentu saja berasal
dari industri yang tumbuh dan beroperasi di daerah tersebut. Adapun setiap industri atau
lapangan usaha di setiap provinsi akan menyumbang PDRB yang berbeda pula. Berikut
merupakan provinsi dengan penyumbang PDRB terbesat berdasarkan lapangan usaha atau
industri.
Setiap jenis industri pasti memliki kecenderungan berkembang lebih baik pada
wilayah tertentu. Seperti yang tersaji pada Gambar 4.2, dimana tertera daftar beberapa
provinsi beserta industri yang memberikan PDRB terbesar pada masing-masing sektornya.
Jenis industri yang berkembang disetiap daerah tentu dipengaruhi oleh potensi-potensi yang
tersimpan di wilayahnya. Jika perkembangan industri di setiap provinsi di Indonesia telah
berjalan maksimal seharusnya tingkat pendapatan PDRB antar satu provinsi dengan provinsi
lainnya bisa merata atau tidak berbeda terlalu ekstrim. Namun fakta menunjukan seperti
yang telah diulas sebelumnya dengan membandingkan PDRB DKI Jakarta dengan
Kalimantan Selatan, perbedaan pendapatan setiap daerah di Indonesia terlalu jauh sehingga
antar provinsi di Indonesia terjadi pengkotak-kotakan yang sebaiknya tidak terjadi disuatu
negara. Setelah diteliti lebih lanjut dari 34 provinsi yang ada di Indonesia terdapat 5 cluster
jenis kondisi pendapatan perekonomian daerah berdasarkan lapangan usaha yang ada.
masing-masing mengalami peningkatan. Tidak hanya pada satu sektor namun pada
keseluruhan sektor yang dapat membantu meningkatkan pendapatan daerah.
4.2
industri yang secara garis besar tergabung dalam International Standard Industrial
Classification of All Economic Activities (ISIC). 17 Variabel yang digunakan untuk
pengelompokan provinsi dengan tingkat pemerataan pendapatan pada tiap lapangan usaha
atau sector diuji terlebih dahulu apakah variabel tersebut mampu membedakan antar cluster
yang diperoleh.
Tabel 4.1 ANOVA
Hipotesis
H0: variabel LU_i tidak membedakan karakteristik kelima cluster
H1: variabel LU_i dapat membedakan karakteristik kelima cluster
Dengan i = 1, 2, 3, 4, .. , 17
Tingkat Signifikansi
= 0.05
Statistik Uji
P-value untuk semua LU_i dengan i = 1, 2, 3, .., 17 menunjukkan nilai 0.000.
Maka, p-value = 0.000 untuk setiap sektor
Daerah Kritik
H0 ditolak jika p-value <
Kesimpulan
Karena p-value (0.000) < (0.05). Maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel LU_1 hingga LU_17 dapat membedakan karakteristik kelima cluster.
Sehingga dapat dilakukan analisis cluster dengan variabel tersebut.
2)
3)
Industri Pengolahan
4)
5)
6)
Konstruksi
7)
8)
9)
bagi pendapatan regional. Adapun karakteristik dari setiap cluster dapat dilihat melalui tabel
berikut:
2
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Berdasarkan Tabel 4.2 mengenai karakteristik cluster, terlihat bahwa cluster dengan
tingkat pemerataan pendapatan provinsi Tinggi memiliki pendapatan yang relatif tinggi
dan merata untuk setiap lapangan usaha jika dibandingkan dengan provinsi pada cluster
lainnya. Hal inilah yang sebenarnya diharapkan untuk setiap provinsi yang ada di Indonesia.
Namun, tercatat hanya dua provinsi yakni Jawa Timur dan Jawa Barat yang mampu
menggali potensi untuk setiap lapangan usaha yang pada akhirnya membantu peningkatan
pendapatan pada setiap lapangan usaha dan nantinya berpengaruh besar pada pendapatan
regional keseluruhan.
Berbeda halnya dengan provinsi DKI Jakarta sebagai satu-satunya provinsi yang
masuk pada cluster dengan tingkat pemerataan pendapatan provinsi Cukup Tinggi. DKI
Jakarta menunjukkan pemerataan pada hamper semua bidang lapangan usaha, namun tidak
untuk lapangan usaha pertanian, kehutanan dan pertanian serta pertambangan dan
penggalian. Hal ini diakibatkan pertumbuhan industri yang sangat pesat namun tidak
diimbangi dengan pertumbuhan potensi alamnya. Lain halnya dengan provinsi-provinsi
yang termasuk dalam cluster dengan tingkat pemerataan pendapatan provinsi Cukup.
Pertanian, kehutan, dan perikanan serta lapangan usaha real estat menjadi tumpuan ekonomi
provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Banten sebagai penyumbang
terbesar pendapatan daerah dengan memanfaatkan potensi yang ada dalam bidang tersebut.
Namun masih terbilang sangat kurang memanfaatkan potensi di luar bidang agrobisnis dan
real estat. Hal ini mengakibatkan empat provinsi tersebut memiliki pendapatan yang tidak
merata antar lapangan usaha yang ada, meskipun pendapatan total daerah dapat tertutupi
oleh pemasukan yang diperoleh melalui bidang agrobisnis dan real estat.
Provinsi Riau dan Kalimantan memiliki ketimpangan dalam hal pemanfaatan potensi
yang ada di daerahnya sehingga mengakibatkan kedua provinsi tersebut termasuk dalam
cluster dengan tingkat pemerataan pendapatan provinsi Cukup Rendah. Hal ini
diakibatkan pemanfaatan potensi yang sangat tinggi pada bidang pertambangan dan
penggalian pada wilayah tersebut tanpa memandang potensi lainnya yang kiranya dapat
meningkatkan pendapatan daerah. Sehingga potensi selain pertambangan dan penggalian
minim pengaruhnya terhadap pemasukan kas daerah.
Adapun provinsi yang tidak disebutkan diatas termasuk dalam cluster dengan tingkat
pemerataan pendapatan provinsi Rendah. Potensi yang ada tidak dikembangkan dengan
baik sehingga pemasukan tiap lapangan usaha minim berakibat pemasukan daerah yang juga
minim. Sehingga pemetaan potensi yang diuraikan berikutnya akan menjadi batu loncatan
bagi provinsi di Indonesia untuk meningkatkan potensi melalui alokasi dana yang tepat dari
pemerintah daerah sehingga potensi yang dikembangkan dapat menarik investor untuk
menyumbangkan dananya bagi daerah. Berikut merupakan pemetaan potensi daerah di
Indonesia:
Berdasarkan gambar 4.5 tampak bahwa pulau jawa sebagian besar memanfaatkan
sektor industri pengolahan sebagai basis perekonomian daerahnya. Hanya satu dari enam
provinsi yang memanfaatkan sektor perdagangan besar dan eceran sebagai pemasukan
terbesar bagi daerahnya yakni provinsi DKI Jakarta. Tidak lain karena DKI Jakarta sebagai
pusat perdagangan bagi Indonesia sehingga masyarakat luar daerah turut menyumbang
pemasukan provinsi melalui pembelian yang dilakukan pada wilayah tersebut.
Sedangkan pada Gambar 4.6 menunjukkan potensi provinsi di pulau sumatera. 6 dari
10 provinsi memanfaatkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai tumpuan
perekonomian daerah yakni provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,
Bengkulu dan Lampung. Sedangkan provinsi Sumatera Selatan mengunggulkan sektor
pertambangan dan penggalian dimana hasil tambang pada daerah Sumatera Selatan memiliki
nilai jual yang tinggi sehingga penjualan hasil tambang tersebut ikut andil dalam pemasukan
daerahnya. Berbeda dengan Riau, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung yang
memiliki kemampuan mengolah potensi yang ada wilayahnya dengan baik sehingga industri
pengolahan mampu menyokong perekonomian pada provinsi tersebut.
Lapangan usaha yang mempunyai andil besar dalam pemasukan daerah di pulau
Maluku dan Papua yakni industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta pertanian,
kehutanan, dan perikanan. Pemasukan dana terbesar pada provinsi Papua berasal dari sektor
pertambangan dan penggalian, hal ini tentunya disokong dengan kekayaan hasil tambang
yang luar biasa. Namun, daerah dengan kekayaan hasil tambang ini tidak dapat
memanfaatkan potensi alam yang ada dengan baik lantaran adanya kekuasaan dari pihak lain
yakni PT. Freeport yang memiliki hak lebih untuk memanfaatkan hasl tambang jika
dibandingkan dengan masyarakat lokal. Padahal akan sangat baik jika potensi yang ada
mampu dikelola oleh masyarakat lokal guna meningkatkan perekonomian daerah Papua
umumnya maupun masyarakat sekitar wilayah tambang pada khususnya. Sehingga
pemerintah perlu memikirkan upaya yang kiranya dapat mengembalikan asset pendapatan
terbesar daerah maupun nasional tersebut agar asset tidak dimanfaatkan seenaknya oleh
pihak luar. Adapun sector penyumbang dana terbesar di pulau Maluku dan Papua dapat
dilihat pada gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 Lapangan Usaha Penyumbang PDRB Terbesar di Pulau Maluku dan
Papua
Jika Papua kaya akan hasil tambangnya, Papua Barat memiliki industri pengolahan
yang dimana hasil dari industri yang ada dapat memberikan kontribusi lebih pada kas daerah
jika dibandingkan sektor lainnya. Berbeda pula dengan daerah Maluku Utara dan Maluku
yang sebagian besar memanfaatkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai
tumpuan utama penghasilan warga daerah.
Gambar 4.8 menyatakan bahwa keseluruhan provinsi yang ada di Pulau Sulawesi yakni
Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan. Pemanfaatan lahan pertanian dan alokasi dana pemerintah akan pembangunan
sektor agrobisnis akan membantu kemajuan perekonomian daerah. Namun, potensi selain
agrobisnis tentunya perlu diperhatikan. Sebuah daerah dengan ekonomi yang baik tidak
bertumpu pada satu sektor namun segala sector berkontribusi besar pada pemasukan daerah
yang nantinya turut membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tidak hanya menjadi poros perekonomian
di pulau Sulawesi namun juga di pulau Nusa Tenggara. Tampak pada Gambar 4.9 bahwa
provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat mengunggulkan sektor berbasis
agrobisnis
sebagai
roda
perekonomian
masyaratnya.
Sementara
provinsi
Bali
mengedepankan lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebagi pemasok
pendapatan daerah. Hal ini didukung daya tarik wisata yang mampu menggaet wisatawan
lokal maupun mancanegara dimana peningkatan jumlah wisatawan berkorelasi positif
dengan peningkatan pendapatan asli daerah dan berakibat pada meningkatnya pendapatan
domestik regional bruto di provinsi Bali. Banyaknya wisatawan lokal maupun asing tentunya
memaksa pemerintah daerah untuk membangun fasilitas pendukung dan sarana pendukung
lainnya baik hotel, restoran, ataupun hal lainnya yang kiranya mampu menjaga minat
wisatawan untuk tetap berwisata di provinsi Bali yang tentunya akan sangat membantu
daerah untuk menambah pendapatan daerah ataupun warga lokal.
Gambar 4.9 Lapangan Usaha Penyumbang PDRB Terbesar di Pulau Bali dan Nusa
Tenggara
Potensi terbesar di pulau Kalimantan terletak pada sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan serta pertambangan dan pengalian. Kemajuan suatu ekonomi daerah tidak hanya
dilihat dari satu sektor yang berpengaruh. Pemerataan kemajuan berbagai sektor sangatlah
diperlukan sehingga tidak akan terjadinya ketimpangan pertumbuhan antar sektor dan
mengatasi kemungkinan hilangnya sektor dengan kontribusi rendah.
Kalimantan unggul dalam sektor kehutanan karena didukung dengan luasnya lahan
untuk pengebangan komoditas. Daerah Kalimantan berhasil mengembangkan produk
komoditas berupa karet, kelapa hybrida, kelapa sawit, kopi, lada, cengkeh, kakao, jarak, nira,
serta beberapa tanaman farmasi yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi di pasar lokal
maupun pasar internasional. 4,7 juta Ha dari seluruh kawasan budidaya non kehutanan yang
ada di salah satu provinsi di pulau Kalimantan dikembangkan sebagai perkebunan kelapa
sawit dan sisanya dipergunakan sebagai lahan perkebunan produk komoditas lainnya.
Pemetaan potensi diatas tentunya dapat dipergunakan sebagai acuan bagi pemerintah
daerah untuk menentukan skala prioritas pembangunan daerah yang nantinya dapat
menyumbang pendapatan secara maksimal. Tentunya tidak hany berfokus pada sektor yang
memilik potensial lebih, namun juga pada sektor yang masih minim kontribusi pada
pemasukan kas daerah. Sehingga nantinya pemerataan tidak hanya sebatas merata antar
provinsi. Namun, pendapatan yang diperoleh suatu daerah juga melibatkan semua sektor
dengan kontribusi yang merata.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh 5 cluster yakni provinsi
dengan tingkat pendapatan tinggi, cukup tinggi, cukup, cukup rendah, dan rendah.
Pengelompokan dalam hal ini tidak hanya berdasarkan jumlah PDRB pada masing-masing
provinsi, namun melibatkan tingkat pendapatan dari lapangan usaha atau industri artinya
provinsi dengan tingkat pendapatan tinggi dalam hal ini adalah provinsi dengan pendapatan
yang merata dan tinggi untuk setiap lapangan usahanya jika dibandingkan dengan provinsi
pada cluster tingkat pendapatan cukup tinggi, cukup, cukup rendah ataupun rendah.
Lapangan Usaha sebagai penyumbang PDRB terbesar di Indonesia adalah sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Terhitung 18 Provinsi menjadikan sektor ini sebagai
pemasok pendapatan daerah terbesar. Selain itu, Industri pengolahan menjadi sekor utama
penyumbang PDRB terbesar, terhitung 9 provinsi menjadi sektor industri pengolahan
sebagai roda perekonomian daerahnya. Sektor unggulan bagi 5 provinsi lainnya yakni sektor
pertambangan dan penggalian dimana potensinya dimanfaatkan dengan sebaik mungkin
sehingga menghasilkan suatu nilai tersendiri yang mapu meningkatkan ekonomi daerah.
Sebaran provinsi dengan tingkat pemerataan pendapatan yang tinggi, cukup tinggi,
cukup, cukup rendah maupun rendah untuk setiap lapangan usaha atau potensi industry
masih belum merata. Sehingga masih perlu dilakukan pembenahan pada setiap lapangan
usaha di provinsi pada cluster rendah. Hal ini perlu dilakukan agar pertumbuhan ekonomi
regional pada masing-masing mengalami peningkatan. Tidak hanya pada satu sektor namun
pada keseluruhan sektor yang dapat membantu meningkatkan pendapatan daerah.
5.2
Saran
Pemerintah sebaiknya melakukan pembangunan lapangan usaha didaerah luar pulau
Jawa. Karena daerah diluar Jawa memiliki nilai PDRB dibawah rata-rata yang seharusnya
didahulukan pembangunannya. Selain itu potensi-potensi daerah luar Jawa terbilang lebih
menarik bagi para investor karena potensi alam yang menarik seperti bahan tambang,
mineral bumi, dan perkebunan semua terdapat di luar pulau Jawa. Adapun fokus
pembangunan provinsi dapat ditekankan pada potensi penyumpang pendapatan terbesar bagi
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Air,
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan Pengelolaan
Listrik
Sampah,
dan Gas
Limbah
dan Daur
Ulang
Aceh
29669
12946
8224
145
32
Sumatera Utara
104270
5489
83042
552
396
Sumatera Barat
32061
5974
15172
132
134
Riau
108698
116377
122443
212
61
Jambi
31962
30848
13571
56
160
Sumatera Selatan
46612
53180
44659
212
278
Bengkulu
10956
1442
2274
30
86
Lampung
61656
11592
33415
195
196
8256
6353
10281
34
Kepulauan Riau
5379
22835
57382
1247
188
DKI Jakarta
1355
2977
178117
3743
633
Jawa Barat
92747
27293
502124
6297
896
Jawa Tengah
106029
15543
274971
837
568
DI Yogyakarta
7507
471
10470
120
83
Jawa Timur
155924
61205
372267
4490
1234
Banten
19493
2839
129812
4333
329
Bali
18160
1546
8237
258
281
Kep. Bangka
Belitung
Nusa Tenggara
17693
11259
3725
63
64
15611
781
675
34
39
Kalimantan Barat
24952
4584
18046
88
155
Kalimantan Tengah
16048
12458
11242
45
63
Kalimantan Selatan
15453
30689
13577
94
391
Kalimantan Timur
26535
230801
86687
153
185
Kalimantan Utara
8021
15252
4430
23
32
Sulawesi Utara
14231
3234
7141
69
95
Sulawesi Tengah
24718
7333
4274
34
110
Sulawesi Selatan
68437
22508
41279
193
355
Sulawesi Tenggara
16922
14149
4121
34
139
Gorontalo
7698
283
844
15
10
Sulawesi Barat
9760
516
2674
14
39
Maluku
5856
819
1286
25
119
Maluku Utara
4651
1930
1054
15
17
Papua Barat
5347
11009
16317
19
56
Papua
14453
48219
2500
40
69
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Lampiran 2
Provinsi
Perdagangan Transportasi
Konstruksi
Besar dan
dan
Eceran
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
Informasi dan
dan Makan
Komunikasi
Minum
Aceh
10396
17024
8764
1196
4112
Sumatera Utara
51411
73818
19107
9225
10321
Sumatera Barat
11537
20472
14919
1329
8319
Riau
32375
37976
3581
1986
3454
Jambi
8661
10662
3669
1227
3876
28375
23675
4385
2753
7381
Bengkulu
1617
5167
2797
526
1520
Lampung
17024
22714
8758
2416
7585
3552
6105
1573
1001
791
26075
10767
3932
2983
3077
DKI Jakarta
187587
228818
41774
68995
128574
Jawa Barat
92603
183626
51562
27545
36005
Jawa Tengah
76682
110357
24802
23466
30130
DI Yogyakarta
7509
6540
4378
7414
8459
Jawa Timur
116498
229304
36433
62808
69455
Banten
32091
47062
22087
8226
18119
Bali
11441
10687
8999
23738
7854
7202
9603
5318
1329
1685
Sumatera
Selatan
Kep. Bangka
Belitung
Kepulauan
Riau
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
5733
6112
2702
318
4595
11694
16183
4492
2448
4410
6197
7978
4220
1218
891
7676
8605
5907
1926
3529
30877
20914
11946
2994
5666
5436
4805
2735
561
1124
8401
8528
5586
1425
2948
8791
7407
3079
397
2916
35963
37624
13345
4106
14594
8381
8139
2949
392
1540
Gorontalo
2470
2152
1208
447
587
Sulawesi Barat
1850
2461
394
59
1038
Maluku
1622
3317
1296
424
900
Maluku Utara
1207
3377
1068
85
813
Papua Barat
5491
2859
1138
248
834
Papua
12857
9691
5010
825
4553
Timur
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Kalimantan
Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Lampiran 3
Provinsi
Administrasi
Jasa
Keuangan
Real
Jasa
dan
Estat
Perusahaan
Asuransi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jasa Pendidikan
Jaminan Sosial
Wajib
Aceh
1753
3906
671
8487
2307
Sumatera Utara
13100
17132
3625
13836
8478
Sumatera Barat
4069
2610
586
7506
4627
Riau
4237
3717
22
7882
2015
Jambi
2772
1733
1230
4141
3694
Sumatera Selatan
6401
6873
254
7728
6863
Bengkulu
1294
1614
786
3066
2259
Lampung
4043
5710
264
5851
5027
771
1414
116
2162
970
Kepulauan Riau
3969
2245
3240
1905
DKI Jakarta
141289
93399
98965
61594
66798
Jawa Barat
27546
13121
4561
23677
29425
Jawa Tengah
20208
13777
2535
21076
27466
DI Yogyakarta
2855
5735
924
5972
6939
Jawa Timur
32562
21998
9815
28730
33291
Banten
9364
27862
3464
6308
10104
Bali
5233
5894
1314
7322
6290
2287
2206
132
4207
3352
2071
1403
158
6786
4770
Kep. Bangka
Belitung
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan Barat
3873
3237
515
5039
4662
2454
1473
27
4273
3187
3377
2300
576
5560
4305
6341
3793
911
7710
5200
Kalimantan Utara
523
463
145
2440
1063
Sulawesi Utara
2422
2422
54
4639
1650
Sulawesi Tengah
1668
1540
205
4509
2990
Sulawesi Selatan
10877
11523
1297
13294
15498
1480
1177
141
3828
3220
Gorontalo
748
396
20
1907
895
Sulawesi Barat
479
687
21
1958
1281
Maluku
875
85
250
4515
1273
Maluku Utara
549
22
65
3132
659
Papua Barat
685
529
52
4006
1193
Papua
1863
2939
1426
10140
2528
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Sulawesi
Tenggara
Lampiran 4
Jasa Lainnya
Aceh
2828
1376
Sumatera Utara
3803
2043
Sumatera Barat
1750
2044
Riau
746
1836
Jambi
1269
1162
Sumatera Selatan
1638
1962
Bengkulu
530
252
Lampung
1782
1582
504
282
Kepulauan Riau
1312
624
DKI Jakarta
21775
47954
Jawa Barat
7781
22138
Jawa Tengah
5908
11918
DI Yogyakarta
2063
2119
Jawa Timur
8213
18474
Banten
4020
5186
Bali
2666
1859
1511
1652
1149
1172
Kalimantan Barat
1560
1154
Kalimantan Tengah
1258
703
Kalimantan Selatan
1762
1095
Kalimantan Timur
1938
1843
Kalimantan Utara
408
224
Kep. Bangka
Belitung
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Sulawesi Utara
2485
1029
Sulawesi Tengah
1074
634
Sulawesi Selatan
5509
3722
Sulawesi Tenggara
678
1008
Gorontalo
726
374
Sulawesi Barat
483
455
Maluku
517
408
Maluku Utara
414
153
Papua Barat
360
128
Papua
1825
1278
Lampiran 5
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik
dan Gas
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang
Sumatera
23.19
14.09
20.6
0.15
0.08
Jawa
7.69
2.21
29.46
0.4
0.08
20.65
5.45
5.07
0.14
0.15
Kalimantan
11.67
37.67
17.18
0.05
0.11
Sulawesi
25.63
8.3
10.81
0.08
0.14
14.21
29.06
9.92
0.05
0.12
Lampiran 6
Perdagangan Transportasi
Konstruksi
Besar dan
dan
Eceran
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Sumatera
10.08
12.05
3.77
1.3
2.66
Jawa
10.3
16.17
3.63
3.98
5.84
9.78
10.6
6.83
10.19
5.67
Kalimantan
7.93
7.5
3.76
1.17
Sulawesi
11.85
12.58
4.5
1.22
4.86
9.93
9.02
3.99
0.74
3.33
Lampiran 7
Pulau
Administrasi
Jasa
Keuangan
Real
Jasa
dan
Estat
Perusahaan
Asuransi
Pemerintahan,
Pertahanan
dan Jaminan
Jasa
Pendidikan
Sosial Wajib
Sumatera
2.24
2.48
0.4
3.37
2.01
Jawa
4.69
3.53
2.41
2.96
3.49
3.85
3.81
0.64
7.35
5.78
Kalimantan
2.12
1.44
0.28
3.21
2.36
Sulawesi
3.07
3.05
0.3
5.61
4.64
1.86
1.68
0.84
10.22
2.65
Lampiran 8
Jasa Lainnya
Sumatera
0.85
0.69
Jawa
2.16
2.14
1.88
Kalimantan
0.89
0.64
Sulawesi
2.04
1.33
1.46
0.92
Lampiran 9
Kode Lapangan
Usaha
LU_1
LU_2
LU_3
Industri Pengolahan
LU_4
LU_5
LU_6
Konstruksi
LU_7
LU_8
LU_9
LU_10
LU_11
LU_12
Real Estat
LU_13
Jasa Perusahaan
LU_14
LU_15
Jasa Pendidikan
LU_16
LU_17
Jasa Lainnya
Cluster
Lapangan Usaha
1
Industri Pengolahan
Konstruksi
Real Estat
Jasa Perusahaan
Jasa Pendidikan
Jasa Lainnya
Skoring
38
52 72 73 20
Cluster 1
Cluster 2
Cluster 3
Cluster
Cluster 5
4
Riau
Kalimantan
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Timur
DKI
Jawa
Jakarta
Barat
Jawa
Aceh
Sumatera Barat
Timur
Banten
Jambi
Sulawesi Selatan
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka
Belitung
Kepulauan Riau
DI Yogyakarta
Bali
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua