Anda di halaman 1dari 25

Spent Bleaching Earth

PROPOSAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit


(BPDPS)

Karakterisasi dan Analisis Pemanfaatan Spent


Bleaching Earth, Hasil Samping Proses Pemurnian
Minyak Sawit,
untuk Mengurangi Beban Lingkungan
dan Meningkatkan Citra Unggul Industri Sawit
Fresh Bleaching Earth
• BE atau fuller earth merupakan sejenis
tanah liat dengan komposisi utamanya
terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO,
dan MgO. BE sangat aktif berperan
sebagai absorben pada proses
SBE
bleaching untuk meningkatkan
tampilan, aroma, rasa dan stabilitas
(Majid & Mat, 2018)
• BE merupakan Ca-bentonit yang
mempunyai sifat menyerap sedikit air,
cepat mengendap tanpa membentuk
suspensi, pH sekitar 4.0–7.1, dan daya
tukar ion cukup besar.
• BE yang digunakan pada proses
bleaching CPO berkisar 0,6 – 2%
dari total minyak sawit yang
KARAKTERISTIK DAN JUMLAH SBE DI
INDONESIA
SBE merupakan campuran antara bleaching Produksi SBE di Indonesia
earth dan senyawa organik yang berasal dari

Produksi (ton)
minyak yang di-bleaching (senyawa trigliserida 778,894

(fat), digliserida, asam lemak bebas, protein, zat


637,476
warna alami, dan wax).
SBE yang dihasilkan dari proses
pemurnian minyak sawit mengandung sisa
minyak sekitar 20-40% (Aziz et al., 2001,
Loh et al., 2006)
Selain itu dalam spent bleaching earth juga 184,162

masih terkandung komponen asam fosfat. Asam


fosfat ini berasal dari proses degumming yang
terbawa oleh minyak ke unit bleaching 2017 2018 2019

(Wahyudi, 2000). Tahun

Sumber : Siraja Limbah, 2020


SBE Berbahaya??
 Dalam PP Nomor 101 Tahun 2014, SBE termasuk dalam kategori limbah B3 dengan
kode limbah B413, dengan sumber limbah berasal dari proses industri oleochemical
dan/atau pengolahan minyak hewani atau nabati dengan kategori bahaya 2 (limbah B3
kategori 2 merupakan limbah B3 yang memiliki efek tunda (delay effect), dan berdampak
tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki toksisitas sub-
kronis atau kronis).
 Limbah SBE tersusun dari beberapa komposisi kimia yang salah satunya berupa SiO2 dengan
prosentase mencapai 60-80% (w/w di abu). Debu silika (SiO2) berpotensi menyebabkan
penyakit silikosis, apabila terlalu sering dihirup oleh pekerja.
 Selain itu, alasan SBE masuk ke dalam kategori limbah B3 karena bahan tersebut
mengandung residu minyak (sekitar 20-40%) dan asam. Kandungan logam dan residu
minyak sawit dalam SBE dalam jumlah/kuantitas yang besar, menjadi argumen bahwa
limbah tersebut merupakan limbah kategori limbah B3 yang dianggap memiliki resiko
mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif dan beracun.
 PP Nomor 22 Tahun 2021, menetapkan SBE yang mempunyai kandungan minyak
dibawah 3% tidak termasuk limbah B3.
PENGELOLAAN SBE SAAT INI DI INDONESIA
TOTAL

Lainnya

Di-dumping TAHUN 2020


TAHUN 2019
Ditimbun
TAHUN 2018
Diolah TAHUN 2017

Untuk Bahan Baku

Untuk Bahan Bakar

Disimpan di TPS

0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000


900.000

( Ton )
PENGELOLA Spent Bleaching Earth

70 61,41
60
48,47
50 44,64
41,03
39,43
40 29,85 29,11 28,45
Jumlah

25,74
30 23,08
15,93
20
(%)

12,85

10
0
2017 2018 2019 2020
Tahun
DIKELOLA SENDIRI PIHAK KETIGA DISIMPAN DI TPS

Sumber : Ditjen PSLB3, 2020


STUDI
PUSTAKA
PENGELOLAAN
SBE
Teknologi yang ditawarkan/dikembangkan

S.K. Loh et al. / Industrial Crops and Products


49 (2013) 775–781

Pemanfaatan spent bleaching earth sebagai bahan baku


briket (Manik, 2010)
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62208/1/F10fsm.pdf
PERMASALAHAN
 Pemanfaatan SBE sebagai media tanam (Bio-organic fertilizer)
dapat mengurangi beban pencemaran lingkungan akibat SBE
 Pemanfaatan SBE sebagai media tanam memerlukan tambahan
bahan organik dan nutrisi dalam jumlah besar agar layak untuk
ditanamai
 Sumber bahan organik tidak selalu ada berdekatan dengan
industry refinery minyak sawit (misalnya: pabrik/kebun kelapa sawit
sebagai sumber bahan organik)
 Co-composting SBE dan bahan organik limbah pabrik sawit juga
masih memerlukan kajian teknis dan ekonomis yang mendalam
bila akan dilakukan pemanfaatan dalam sekala besar
 Dampak akumulatif penambahan SBE atau DSBE masih perlu
dikaji
Pemanfaatan spent bleaching earth sebagai bahan baku briket (Manik, 2010)
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62208/1/F10fsm.pdf

 Berdasarkan hasil karakteristisasi sampel bleaching earth diketahui bahwa


spent bleaching earth mengandung kadar minyak sebesar 26,325% b/b,
kadar air sebesar 3,727% b/b, kadar zat mudah menguap 32,230% b/b, kadar
abu 68,416% b/b, kadar karbon terikat 0,354% b/b, dan nilai kalor sebesar
6796 kal/gram.
 Perlakuan terbaik adalah briket dengan konsentrasi perekat 2% dan
konsentrasi arang tempurung kelapa sawit 75%. Briket ini menghasilkan kadar
zat mudah menguap paling rendah yaitu 18,021% b/b, kadar abu terendah
20,1% b/b, kadar karbon terikat tertinggi 61,879% b/b, dan nilai kalor sebesar
6528 kal/gram.

Masih perlu kajian mendalam bila mau diterapkan pada skala


komersial, mengingat tambahan bahan lain (tempurung kelapa)
masih sangat dominan dan kadar abu yang sangat tinggi dan
perlu penanganan lanjutan.
Teknologi Solvent Extraction (SE).
 Pada umumnya SBE mengandung 20-40% (b/b) sisa
minyak, pigment, produk-produk oksidasi, asam lemak
bebas, phospatida, dan logam-logam dalam jumlah
sangat kecil (Pollard et al., 1991).
 Dengan Teknologi solvent extraction dapat menghasilkan
dua produk dengan dua fase berbeda yakni fase cair yaitu
Recovered Oil (R-Oil) dan fase padat yaitu De-oiled
Bleaching Earth (De-Obe) dengan kandungan minyak
kurang dari 3 persen
 Minyak hasil recovery tidak termasuk dalam golongan
food grade, karena kadar asam lemak bebasnya tinggi,
tetapi sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan
baku biodiesel/pelumas/biolubricant atau produk
oleokimia lainnya.
 Potensi minyak = Apabila diekstraksi maka akan
didapatkan minyak sekitar 150 – 600 ton/hari.
Penelitian yang
sudah dilakukan:

Produksi
Biodiesel Secara
Insitu
Dan
Reactivated
BE (RBE)
(Sugiharto, R.
dkk, 2019)
PRODUKSI BIODIESEL SECARA INSITU DARI SBE

Reactivated
BE

Yield = 70-75 %
Sebagai
Adsorben
(RBE)
dan Regenerasi Bentonit Bekas Secara Kimia Fisika Dengan

Katalis Aktivator Asam Klorida Dan Pemanasan Pada Proses


Pemucatan CPO

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bleached palm oil (CPO


yang telah dikontakkan dengan bentonit) memiliki kualitas
terbaik setelah melewati proses pemucatan dengan
menggunakan bentonit hasil regenerasi pada perlakuan
konsentrasi HCl 8% dan temperatur 190 oC dengan persen
3. Meningkatnya citra unggul industri kelapa sawit
     
  1. Mengurangai limbah yang dihasilkan oleh industri minyak sawit.
2. Meningkatkan nilai tambah limbah (spent bleaching earth/SBC) industri kelapa
DAMPAK (IMPACT) sawit
3. Meningkatnya peran lembaga riset/perguruan tinggi dan industri kelapa sawit
dalam menyelesaikan masalah nasional
     
  1. Dihasilkan biodiesel dan produk oleokimia lainnya dari SBE.
2. Dihasilkan Reactivated Bleaching earth (RBE) sebagai adsoben pada proses
pemucatan Crude Palm Oil (CPO)
HASIL (OUTCOME) 3. Memberikasn rekomendasi terhadap Kebijakan baru dalam hal penanganan dan
pengelolaan penggunaan SBE
4. Meningkatnya sinergi lembaga riset/perguruan tinggi dengan industri kelapa sawit
dalam negeri.
     

Tujuan dan   1. Informsi karakteristik Spent Bleaching earth (SBE), Deoiled Bleaching earth
(DBE), dan Minyak dari SBE, dan hubungannnya dengan lingkungan dan
pemanfaatan kembali (reused)

Manfaat LUARAN (OUTPUT)


2.

3.
Teknologi (paremeter) proses pemisahan (ekstraksi) minyak (non edible oil) dalam
SBE
Teknologi (parameter) pemanfaatan minyak dari SBE.
Penelitian 4.
5.
Teknologi penggunaan kembali (reused) DBE.
Publikasi tingkat nasional atau internasional dan dokumen kelayakan bisnis.

     
  1. Penelitian tahan I (tahun I).
AKTIVITAS (ACTIVITY) 2. Penelitian tahap II (tahun II).
3. Analisis dapak lingkungan dan kelayakan ekonomi (bisnis).
     
  SDM (periset, mahasiswa, teknisi), laboratorium dan pilot plant, dana penelitian,
MASUKAN (INPUT) program penelitian dan pengembangan, serta kerja sama dengan industri kelapa sawit.

Gambar 3.2. Kerangka berfikir (logical framework) penelitian.


Rencana Riset
yang akan
dijalankan

TARGET
Analisis yang dilakukan adalah:

a) Analisis komposisi SBE (XRF), analisis kadar air, kadar


minyak (CPO), kadar asam lemak bebas, dan bilangan
penyabunan,
 b) Analisis efek SBE landfill terhadap lingkungan, yang
meliputi titik bakar (flash point) dan runoff leachate
analysis. Sifat thermal diamati dengan menggunakan TG-
Karakterisasi DTA instrument.
VBE dan SBE  c) Analisis struktur permukaan, yang meliputi X-Ray Difraction
Analysis (XRD) untuk mempelajari struktur kristal SBE,
Scanning Electron Microscope Analysis (SEM) untuk
mengetahui struktur mikro dan komposisi kimia pada
permukaan SBE, dan Brunauer Emmett Teller Analysis (BET)
untuk menentukan volume pori dan luas area permukaan
SBE.
 Hasil analisis karakterisasi SBE digunakan sebagai dasar
untuk menentukan metode penanganan (handling) dan
pemanfaatan (utilization) SBE.
Ekstraksi RO dalam SBE Menggunakan
Metode Solvent Extraction
 Ekstraksi dilakukan secara batch dengan menggunakan pelarut heksana. Pada
penelitian ini akan divariasikan suhu ekstraksi, tahapan (waktu) ekstraksi, dan
perbandingan (rasio, v/b) pelarut heksana dengan SBE yang menghasilkan
rendemen minyak tertinggi. Varibel yang akan dilakukan tdd :

 a) Suhu ekstraksi (°C): 30; 40; 50; dan 60.


 b) Tahapan ekstraksi (tahap): 3; 4; 5; dan 6.
 c) Rasio (nisbah) pelarut dengan SBE (heksana : SBE, v/b): 2; 3; 4; dan 5.

 Hasil proses ekstraksi adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Deoiled Bleaching Earth
(DBE). Selanjutnya masing-masing produk hasil ekstraksi akan dihitung
rendemennya (berat CPO dan DBE yang dihasilkan) dan dianalisis lebih lanjut
untuk mengetahui kadar asam lemak bebas CPO, bilangan pengabunan
CPO, kadar minyak DBE, dan struktur permukaan DBE.
Reaktivasi SBE (RBE)
 proses reaktivasi DBE untuk menghasilkan regenerated bleaching earth (RBE). Penelitian
ini untuk menentukan jenis dan konsentrasi asam sebagai aktivator, serta suhu dan waktu
pemanasan yang menghasilkan rendemen RBE tertinggi dan kualitas RBE yang memenuhi
SNI. Penelitian fase keempat tahun pertama akan mengevaluasi empat faktor yaitu:

 a) Jenis aktivator: H2SO4; HCl; dan HNO3.

 b) Konsentrasi aktivator (%): 5; 10; 15; dan 20.

 b) Suhu pemanasan (°C): 300; 400; 500; dan 600.

 c) Waktu pemanasan (menit): 30; 60; 90; dan 120.

 RBE hasil penelitian akan dihitung rendemenennya dan dianalisis kualitasnya menurut
SNI 13-6336-2000. RBE hasil penelitian akan dibandingkan dengan bleaching earth (BE)
komersial untuk proses pemucatan (bleaching) CPO.
Produksi katalis KOH/RBE untuk Produksi
Biodiesel
 RBE yang akan digunakan sebagai katalis untuk pembuatan biodiesel di
impregnasi dengan menggunakan larutan KOH yang divariasikan konsentrasi yaitu
: 10, 15, 20, 25 % dengan variasi ratio RBE/KOH sebesar1:2, 1:4, 1:6, 1:8.

 Proses impregnasi dilaksanakan pada temperature 60℃ selama 24 jam dengan


menggunakan labu leher tiga yang dilengkapi reflux condenser.

 Katalis selanjutnya dianalisis luas permukaannya dengan metode BET, struktur


kristalnya dengan menggunakan XRD, dan dianalisis komposisi mineralnya
dengan menggunakan XRF
Produksi Biodiesel
 Penelitian fase ketiga untuk menentukan konsentrasi katalis, waktu reaksi, suhu reaksi, dan perbandingan
(rasio, v/b) pelarut metanol dengan CPO yang menghasilkan rendemen biodiesel tertinggi dan kualitas
biodiesel yang memenuhi SNI. Penelitian fase ketiga tahun kedua akan mengevaluasi empat faktor yaitu:

 a) Konsentrasi katalis : 3, 5, 7, dan 9,0% terhadap berat RO

 b) Suhu reaksi (°C): 45; 50; 55; dan 60.

 c) Waktu reaksi (menit): 60; 90; 120; dan 150.

 d) Rasio (nisbah) metanol dengan RO (v/v): 4,0; 6,0; 8,0; dan 10,0.

 Pada akhir waktu reaksi transesterifikasi, produk dipisahkan (centrifuge) untuk memisahkan produk dari katalisnya.
Selanjutnya dilakukan pemisahan antara lapisan glyserin dan biodiesel. Fasa biodiesel selanjutnya dicuci dengan
menggunakan air. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan biodiesel.

 Biodiesel atau fatty acid methyl ester (FAME) hasil penelitian akan dihitung rendemenennya dan dianalisis
kualitasnya menurut SNI 7182-2015..
Roadmap Penelitian SBE
NO KOMPONEN BIAYA TAHUN KE-1 TAHUN KE-2

1 176.900.000 225.000.000
Gaji/upah dan honor
narasumber
2 599.245.000 605.245.000
Biaya pembelian bahan
dan/atau peralatan
produksi termasuk sewa
RINCIAN laboratorium dan uji
pasar
KEBUTUHAN 3
Biaya perjalanan 109.970.000 98.970.000
DANA dalam/luar negeri

PENELITIAN 4
Biaya operasional
institusi
44.305.000 46.460.750

(management fee)
TOTAL (Rp) 930.420.750 975.675.750
TERIMA KASIH
Pemanfaatan BE sebagai katalis proses transesterifikasi

Anda mungkin juga menyukai