Anda di halaman 1dari 21

Laporan Akhir

PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

BAB 4
ANALISIS SWOT DAN SKENARIO
PENGEMBANGAN WILAYAH KAPET DAS
KAKAB

4.1 ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN WILAYAH KAPET DAS KAKAB

Beberapa faktor yang digunakan dalam analisis SWOT untuk Kawasan Ekonomi Terpadu
(Kapet) DAS Kakab adalah sebagai berikut (diadaptasi dari Dong Sung Cho dalam ”Peta
Jalan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah”, 2007), yaitu:
1. Sumberdaya alam
2. Infrastruktur dan Struktur Pelayanan
3. SDM dan Tenaga Kerja
4. Wirausahawan baik IKM dan Perusahaan Besar
5. Industri terkait dan usaha pendukung
6. Lingkungan bisnis
7. Politisi dan Birokrat.
8. Kelembagaan
9. Permintaan
10. Sosial Budaya

Faktor-faktor tersebut selanjutnya akan disesuaikan dengan kondisi nyata dan analisa
yang telah dirumuskan sebelumnya yang ada di wilayah KAPET Das Kakab, dan akan
dipaparkan kondisinya menurut tipologi kekuatan, kelemahan (internal), dan peluang,
ancaman (eksternal). Dalam analisis SWOT yang dilakukan yang dimaksud dengan
faktor internal adalah, kondisi dan kinerja nyata yang ada dalam pengembangan
perekonomian wilayah Kapet Das Kakab yang disesuikan dengan penataan ruang. Di sisi
lain yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah kondisi dan kinerja nyata yang ada

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-1
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

dan mampu mempengaruhi dalam meningkatkan perekonomian wilayah Kapet Das


Kakab yang disesuikan dengan penataan ruang.
Dengan dasar ini maka yang termasuk faktor internal adalah :
Sumberdaya alam
Infrastruktur dan Struktur Pelayanan
SDM dan Tenaga Kerja
Wirausahawan baik IKM dan Perusahaan Besar
Industri terkait dan usaha pendukung
Profitabilitas Usaha
Sosial Budaya
Yang termasuk faktor eksternal adalah :
Sumberdaya alam
Lingkungan bisnis
Kelembagaan
Permintaan
Selanjutnya nama dan konteks faktor-faktor yang disebutkan diatas tersebut akan
disesuaikan (diubah namanya dan ditambahkan jenis-jenisnya) dengan kondisi yang ada
di wilayah Kapet DAS Kakab.
A. FAKTOR INTERNAL:
1. KEKUATAN. Beberapa aspek yang diidentifikasi sebagai kekuatan untuk
pengembangan Wilayah KAPET DAS KAKAB adalah :
Sumber Daya Alam.
- Terdapat potensi pengembangan komoditi unggulan nasional (komoditi
unggulan utama) yang terdapat di KAPET DAS KAKAB yaitu untuk komoditi
karet (yang merupakan komoditi pengembangan HTI) yang memiliki potensi
pengembangan ..... ha dan komoditi kelapa sawit yang memiliki potensi ..... ha
untuk dikembangkan baik oleh swasta maupun masyarakat.
- Selain komoditi unggulan utama KAPET DAS KAKAB merupakan potensi
pengembangan komoditi unggulan skala lokal yaitu komoditi yang merupakan
sektor basis untuk pelayanan provinsi dan kabupaten yaitu komoiti padi, kelapa,
rotan, komoditi perikanan (pengembangan minapolitan di Kabupaten Pulang
Pisau) dan komoditi peternakan meliputi sapi dan ayam petelur.
- Ketersediaan air juga telah merupakan unsur kekuatan karena kawasan Kapet
DAS KAKAB mempunyai kecukupan air.
- Terkait dengan sumberdaya alam di sektor energi, wilayah KAPET DAS KAKAB
berpotensi besar dalam kandungan energi fosil (batubara) dan Energi Baru
Terbarukan (EBT) untuk jangka panjang yaitu pemanfaatan gambut sebagai
sumber energi dan keberadaan potensi bagi pengembangan sumber energi

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-2
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

yang dapat memanfaatkan aliran-aliran sungai yang ada terutama di bagian


hulu untuk pengembangan mikro/mini hydro. Untuk jangka panjang diharapkan
Wilayah KAPET DAS KAKAB merupakan wilayah yang mandiri dari sektor
energi.
SDM dan Tenaga Kerja
- Skala usaha petani dari peternak dan nelayan pada umumnya relatif kecil,
sehingga budidaya komoditas unggulan dalam wilayah pengembangan
merupakan padat karya.
- Petani , peternak dan nelayan pada umumnya telah memiliki pengalaman yang
relatif lama dalam membudidayakan komoditas-komoditas unggulan nasional
dan lokal terutama pada karakterisitik lahan gambut.
- Secara umum, petani peternak dan nelayan mengikuti sebuah strategi
menurunkan risiko melalui diversifikasi pertanian yang tidak bergantung dari
satu jenis pertanian saja.
Profitabilitas Usaha Komoditi Unggulan Nasional an Lokal
- Keuntungan Finansial. Berdasarkan B/C rasio usaha semua komoditi unggulan
nasional dan lokal diatas 1, memperlihatkan suatu usaha yang menguntungkan.
Struktur Pelayanan dan Infrstruktur
- Keberadaan Kota Palangkaraya sebagai PKN, Kota Kapuas dan Buntok
sebagai PKW mengindikasikan bahwa struktur pelayanan nasional-regional
terdapat di Wilayah KAPET DAS KAKAB. Secara strategi pengembangan kota-
kota tersebut harus tetap didukung untuk mengoptimalkan fungsinya yang
secara langsung memberikan dampak pada kota atau kawasan dengan fungsi
pelayanan yang lebih rendah untuk berkembang.
- Wilayah KAPET DAS KAKAB dilalui oleh berbagai jaringan primer uantuk
berbagai moda yaitu jaringan jalan arteri primer (Palangkaraya – Pulang Pisau
– Kapuas – Bajarmasin) yang dapat mengakses provinsi Kalimantan Selatan,
jarigan kolektor primer, moda penerbangan dengan adanya bandara di
Palangkaraya (fungsi jaringan pelayanan transportasi sekunder) dan Bandar
udara kelas tiga di Sanggu di Buntok (fungsi jaringan pelayanan transportasi
terseier). Angkutan laut yang memfasilitasi perdagangan regional di Pulang
Pisau.
- Terus berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana lainnya yaitu air
bersih, sanitasi, darinase, listrik dan telekomunikasi terutama pada kawasan
perkotaan dan pedesaan. Dan beberapa progfram pengembangan infrstruktur
pedesaaan telah berkembang.
- Jumlah penduduk yang menjadi salah satu ukuran struktur pelayanan masih
rendah yaitu masih 27 jiwa/ km2, . Rendahnya jumlah dan kepadatan penduduk
sangat memberikan peluang yang besar bagi pengembangan sarana dan
prasarana yang lebih memadai.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-3
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

Wirausahawan baik IKM dan Perusahaan Besar


- Telah tumbuhnya wirausahawan dalam memanfaatkan potensi komoditas
unggulan nasional dan lokal baik sektor hulu (budidaya) maupun sektor hilirnya
(pengolahan hasil).
- Untuk berbagai komoditas unggulan nasional (karet dan usaha turunannya,
serta kelapa sawit dan usaha turunanya) telah memiliki IKM (tersebar sebanyak
1,369 unit dengan serapan tenaga kerja sebesar 9,993 orang) dan usaha besar
khususnya untuk karet (rubber) dan kelapa sawit.
Sosial budaya, dan Kelembagaan
- Masyarakat Dayak, banjar, dan masyarakat Transmigrasi telah memilki
pengetahuan tradisional tentang lingkungan lahan dan hutan gambut (sesuai
dengan praktek pertanian, variasi perkebunan, cara bercocok tanam, produk
hutan non kayu, dan pengelolaan air; dan diversifikasi sistem pertanian dan
strategi sumber pencaharian keluarga.
- Ketua Suku dan Kelompok tani memiliki peran penting dalam mengelola
berbagai macam konflik yang masih berjalan baik.
- Secara kelembagaan Gubernur Kalimantan Tengah telah meluncurkan sebuah
program pembangunan masyarakat terpadu di provinsi yaitu Mamangun dan
Mahaga Lewu. Diawali dari kerja di satu desa setiap kecamatan, program ini
bertujuan untuk menciptakan desa teladan yang memiliki kemampuan dalam
menangani pembangunan berkelanjutan oleh mereka sendiri dengan
menggunakan sumber daya yang ada
2. KELEMAHAN. Beberapa aspek yang diidentifikasi sebagai kelemahan untuk
pengembangan Wilayah KAPET DAS KAKAB adalah :
Sumber Daya Alam
- Kawasan gambut yang masih tidak di rehabilitasi akan mengakibatkan
beberapa ancaman lingkungan yaitu overdrainase secara terus-menerus, banjir
yang sudah terjadi di beberapa kawasan hilir sepanjang sungai terutama di
daerah barat, kebakaran hutan, dan emisi karbon yang terus meningkat.
- Wilayah KAPET DAS KAKAB sebagian besar (hampir 48 % merupakan
Kawasan Gambut – eks PLG) secara sumber daya alam memiliki keterbatasan
untuk pengembangan pertanian dalam arti luas. Perlu investasi untuk
meningkatkan pengelolaan lahan, air dan usaha tani yang cukup besar.
- Peningkatan pembukaan lahan perkebunan swasta di areal kawasan gambut
yang sekarang ini sudah ada yang beroperasi dan telah memiliki ijin lokasi akan
memperparah kondisi daya dukung lingkungan dan mengakibatkan berbagai
bencana lingkungan yaitu overdrainase secara terus-menerus, banjir,
kebakaran hutan, dan emisi karbon yang terus meningkat.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-4
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

SDM dan Tenaga Kerja


- Pendidikan. Pendidikan petani dari peternak dan nelayan pada umumnya relatif
rendah karena mengikuti pendidikan formal kurang dari 10 tahun..
- Upah tenaga kerja rendah.
Industri terkait dan usaha pendukung
- Hubungan dengan pasar. Unsur ini merupakan kelemahan, karena petani dari
peternak dan nelayan pada umumnya tidak mempunyai kemampuan
melakukan hubungan dengan pasar dan pasar konsumsi secara langsung.
Mereka sangat tergantung dengan para pedagang.
- Prasarana dan pelayanan pendukung yang buruk, termasuk kurangnya
lembaga keuangan dan pelayanan pengembangan bisnis.
- Akses bahan baku dari luar wilayah. petani, peternak dan nelayan tidak
mempunyai organisasi yang dapat memberikan pelayanan penyediaan hmt dari
luar wilayah. Pada sisi lain belum ada organisasi yang mengatur penawaran
hmt. Para petani secara individu, mempunyai kelemahan dalam pekersediaan
tenaga kerja keluarga dan modal untuk mendapatkan hmt dari luar wilayah.
- Sifat ekonomi bibit bibit. Untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi
diperlukan bibit yang baik. Pada kenyataannya petani dari peternak dan
nelayan tidak melakukan seleksi bibit. petani dari peternak dan nelayan juga
mengabaikan kenyataan bahwa, bibit yang buruk tidak perlu dibudidayakan
karena tidak memberikan hasil yang menguntungkan.
Wirausahawan baik IKM dan Perusahaan Besar
- Skala usaha rata-rata relatif kecil, kecuali untuk perkebunan karet dan
rotankarena ukurannya sangat ditentukan oleh ketersediaan tanaga kerja
keluarga. Hubungan antara skala usaha dengan jumlah tenaga keluarga adalah
semakin tinggi jumlah tenaga kerja keluarga semakin besar skala usaha.
- Pola pengembangan Mitra masih belum dilakukan dan hanya pada kawasan
transmigrasi di daerah Lamunti, dimana telah ada konsep inti plasma komoditi
perkebunan kelapa sawit yang telah dikembangkan.
- Lemahnya kelompok produsen, asosiasi dan koperasi dan asosiasi usaha untuk
peningkatan akses pasar, penambahan rantai nilai dan pemasaran; dan
Sosial budaya, dan Kelembagaan
- Hubungan lembaga eksternal yang lemah di tingkat lokal, termasuk lemahnya
keterwakilan masyarakat lokal dan lembaga pertanian atau sumber daya alam
dan non pertanian dalam proses pembuatan kebijakan dan keputusan.
- Meskipun pemerintah telah menetapkan lembaga dan program khusus seperti
PMD dan PNPM untuk memberikan dukungan perencanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat kepada lembaga desa ini, dukungan ini diberikan

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-5
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

sangat jarang dan memiliki dampak yang sangat minim terhadap peningkatan
kualitas pemerintah desa.
- Di banyak desa, baik desa transmigrasi dan tradisional, organisasi-organisasi
masyarakat seperti kelompok wanita (PKK), karang taruna dan lain-lain tidak
berfungsi secara efektif.
Struktur Pelayanan dan Infrstruktur
- Rendahnya tingkat ketersediaan prasarana transportasi baik dalam lingkup
internal wilayah maupun keterhubungan dengan wilayah luar (eksternal).
- Ketersediaan sarana prasarana wilayah dengan jumlah dan kualitas yang
masih sangat rendah dan belum merata. Pemenuhan sarana dan prasrana (air
bersih, utilitas, drainase, listrik dan telekomunikasi) masih terbatas pada
kawasan-kawasan perkotaan.
- Tidak adanya multiplier effect yang signifikan terhadap pengembangan ekonomi
wilayah untuk membangkitkan kegiatan ekonomi hulu sampai hilir tanpa adanya
infrstruktur pemasaran regional yang menunjang, dimana permasalahan pasar
merupakan permasalahan utama dalam pengembangan ekonomi KAPET.
- Karena tidak adanya infrastruktur perdagangan regional yang layak maka
kegiatan fungsional utama pusat-pusat pelayanan (Utama, Primer dan
Sekunder) sangat lambat terjadi dengan hanya mengandalkan kepada
interaksi perdagangan regional yang sangat terbatas.
- Akan sulit terwujudnya pusat pengembangan wilayah (PKW) baru tanpa adanya
intervensi untuk menimbulkan fungsi pelayanan regional baru yang akan secara
langsung memperkuat pusat pelayanan wilayah yang ada sekarang (Pulang
Pisau, Kapuas dan Buntok).

B. FAKTOR EKSTERNAL :
1. PELUANG. Beberapa aspek yang diidentifikasi sebagai peluang untuk
pengembangan Wilayah KAPET DAS KAKAB adalah :
Sumber Daya Alam
- Memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekonomi wilayah hiterland
(khususnya wilayah utara yaitu Kabupaten Kabupaten Barito Timur, Kabupaten
Barito Utara, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Gununga Mas, dan
Kabupaten Katingan) yaitu pertambangan – batubara (990 juta ton yang diukur
dan diproyeksikan potensi volume transportasi sekitar 10 -20 juta ton per
tahun), kehutanan dan perkebunan khususnya sebagai outlet-inlet utama yang
akan menumbukan pusat-pusat perdagangan dan jasa baru.
- Dengan memanfaatkan potensi SDA tersebut, maka akan memberikan
pendapatan bruto wilayah (baik swasta maupun pemerintah) KAPET DAS
KAKAB yang cukup besar.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-6
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

- Cadangan batubara di Kalimantan Tengah yang cukup besar dapat digunakan


sebagai sumber energi listrik sekaligus merupakan suatu peluang investasi di
bidang sumber daya energi dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya
energi di wilayah KAPET DAS KAKAB.
- Keberadaan sungai-sungai besar merupakan potensi tersendiri bagi
pengembangan energi listrik alternatif, yaitu sebagai Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Potensi listrik
tenaga air yang akan dikembangkan antara lain ialah : PLTA Riam Jerawi, serta
anak-anak sungai Barito (Sungai Tuhup, Sungai Juloi, Sungai Lahei, dan
Sungai Teweh), dengan total potensi 1.315 MW.
Permintaan Pasar
- Permintaan pasar terhadap komoditi unggulan utama (skala nasional) yaitu
karet dan kelapa sawit sangat besar untuk tingkat domestik maupun ekspor.
Hal ini didasarkan bahwa ke tiga komoditi tersebut beserta hasil turunannya
merupakan salah satu kmoditi strategis nasional yang memiliki orientasi ekspor.
- Untuk komoditias unggulan lokal yaitu komoiti padi, kelapa, rotan, komoditi
perikanan budidaya darat dan tambak serta komoditi peternakan meliputi sapi
dan ayam petelur memiliki permintaan pasar domestik yang cukup besar. Padi
merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia permintaan
dalam negeri untuk padi sangat besar, untuk komoditas sapi dan ikan
permintaan pasar domestik dan ekspor juga sangat besar. Permintaan dalam
negeri untuk komoditas kelapa termasuk besar tetapi tumbuhan ini tumbuh dan
dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Lingkungan Bisnis
- Kerjasama kemitraan dalam usaha budidaya karet, rotan, peternakan dan
perikanan mengalami perkembangan positip. Perkembangan memperlihatkan
bahwa semakin banyak pemilik modal menggunakan uangnya untuk bermitra
dengan petani, peternak dan nelayan. Kemitraan suatu hal yang positip bagi
pengembangan usaha rakyat, masalahnya adalah apakah kemitraan itu berlaku
adil. Pada umumnya, kemitraan yang telah berlangsung menempatkan petani
atau peternak sebagai penanggung resiko. Sehingga kerjasama ini hanya
membutuhkan suatu aturan yang lebih baik, tetapi pada batas-batas pemilik
modal tetap bersedia melakukan kemitraan.
2. ANCAMAN. Beberapa aspek yang diidentifikasi sebagai ancaman untuk
pengembangan Wilayah KAPET DAS KAKAB adalah :
Lingkungan Bisnis
- Wilayah KAPET DAS KAKAB belum memiliki fasilitas perdagangan regional
yang memiliki kapasitas yang layak. Oleh karena itu kaan terjadi Hilangnya
potensi pendapatan bruto wilayah (capital outflow baik swasta maupun
pemerintah) KAPET DAS KAKAB yang cukup besar karena baik produksi lokal

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-7
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

dan wilayah sekitar akan disalurkan dan sangat tergantung ke wilayah lain yang
lebih layak yang memiliki infrastruktur regional yang lebih baik (Banjarmasin
atau Sampit).
Kelembagaan
- Undang-undang dan Peraturan. Di Indonesia, hampir sebagian besar Undang-
Undang Peraturan tidak merupakan faktor pelindung pada usaha agribisnis,
bahkan banyak di antaranya justru menghambat. Undang-undang no 6 Tahun
1970 Peternakan sebagai contoh, tidak lagi sesuai bagi pengembangan
peternakan. Peraturan pemerintah daerah pada umumnya bersifat
menghambat seperti penarikan pajak dan retribusi.
- Kebijakan Tarif Impor dan Ekspor. Dalam era perdagangan bebas, sangat sulit
mencari alasan untuk menghambat impor yang akan menjadi faktor utama
ancaman daya saing produk.
Dari penjelasan mengenai SWOT yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
digambarkan matriks SWOT pengembangan wilayah KAPET DAS KAKAB seperti pada
Gambar di bawah ini.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-8
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

Tabel 4.1 Matriks SWOT Pengembangan Wilayah KAPET DAS KAKAB


FAKTOR INTERNAL KEKUATAN (S)
KELEMAHAN (W)
 Potensi komoditi karet (pengembangan HTI) seluas 226,736 ha dan kelapa sawit
 Sebagian besar wilayah merupakan lahan gambut yang memiliki keterbatasan untuk
seluas 362,849 Ha yang menjadi komoditi unggulan utama.
pengembangan pertanian dalam arti luas (biaya investasi, produksi tinggi dan
 Potensi pengembangan komoditi unggulan skala lokal yaitu komoiti padi, kelapa, produktivitas rendah)
rotan, komoditi perikanan budidaya darat dan komoditi peternakan meliputi sapi
 Adanya ancaman ekologi (kebakaran dan banjir) dari rusaknya ekosistem gambut
dan ayam petelur
 Adanya pembukaan lahan untuk komoditi unggulan utama di lahan gambut.
 Potensi Pengembangan energi khusunya EBT
 Pendidikn SDM secara keseluruhan relatif masih rendah
 SDM dan tenaga kerja yang terampil dalam pengolahan komoditi unggulan
 Belum danya cluster industri yang terpadu khususnya untuk komoditas unggulan
terutama pada karakteristik lahan gambut dan terbiasa dengan diversifikasi
utama dan lokal.
pertanian
 Belum adanya pola kemitraan yang komprehensif
 Pengembangan komoditas unggulan utama yang menguntungkan (B/C ratio >1)
FAKTOR  Hubungan dengan pasar regional masih rendah karena belum adanya infrastruktur
 Terdapat struktur pelayanan dan koleksi distribusi nasional – regional
EKSTERNAL koleksi dan distribusi regional yang memadai
 Telah tumbuh wirausahawan dalam memanfaatkan potensi komoditas unggulan
 Ketersediaan sarana prasarana wilayah dengan jumlah dan kualitas yang masih
nasional dan lokal baik sektor hulu (budidaya) maupun sektor hilirnya (pengolahan
sangat rendah dan belum merata
hasil) baik IKM maupun perusahaan besar.
PELUANG (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
 Permintaan pasar internasional terhadap komoditi unggulan  Pengembangan ekonomi yang berorientasi pada pengembangan komoditas  Rehabilitasi lahan gambut
utama(karet dan kelap sawit) masih tinggi dan komoditi unggulan lokal unggulan nasional yang ditunjang oleh pengembangan komoditas unggulan lokal  Pengembangan strategi pengendalian kegiatan pembangunan melalui
(padi, kelapas, rotan, perikanan, sapi dan ayam petelur) masih tinggi yang berkelanjutan dengan revitalisasi pertanian. mekanisme development control, carbon swap dan transfer of development rights
terutama domestik  Pengembangan kegiatan pengolahan atau industri dari produk turunan komoditas sebagai upaya menjaga kualitas lingkungan hidup di KAPET DAS KAKAB.
 Pengembangan outlet-inlet regional yang memanfaatkan peluang unggulan nasional (karet dan kelapa sawit) baik dalam perwujudan kawasan/zona  Penggunan teknologi ramah lingkungan yang lebih produktif dalam pengusahaan
koleksi dan distribusi SDA di wilayah hiterland yaitu batubara (990 juta maupun diluar kawasan. komoditi unggulan nasional
ton yang diukur dan diproyeksikan potensi volume transportasi sekitar  Penggunan teknologi ramah lingkungan yang lebih produktif dalam pengusahaan  Peningaktan produktivitas, efesiensi biaya dalam strategi revitalisasi pertanian
10 -20 juta ton per tahun), kehutanan dan perkebunan komoditi unggulan nasional  Pengembangan dan peningaktan akses terhadap lembaga keuangan dan pasar
 Pemenuhan kebutuhan Energi dari Potensi pengembangan energi di  Pengembangan Jalur Kereta Api Puruk Cahu – bangkuang untuk mengotimalkan yang terintegrasi
wilayah Hiterland (batubara, PLTA, Minihidro) SDA dan mengefesienkan pola perjalanan dan perdagangan dengan  Membentuk cluster industri komoditi unggulan nasionald an lokal
 Teknologi ramah lingkungan (eco hydro) semakin berkembang mengembangkan dan menciptakan fungsi-fungsi ekonomi baru  Membentuk dan mengiplementasikan pola pengembangan kerjasama (inti plasma)
khsusnya teknologi pengembangan lahan gambut  Pembangunan outlet-inlet regional dalam perwujudan pelabuhan regional yang dalam strategi pola kelembagaan pengembangan komoditas unggulan nasional dan
 Kebijakan pola pengembangan kerjasama (inti-plasma) yang telah memadai dalam menunjang komoditi unggulan nasional (internal) dan lokal
ditetapkan oleh pemerintah pemanfaatan peluang koleksi dan distribusi SDA wilayah hiterland.  Pengembangunan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kualitas hidup
 Memperkuat fungsi PKN (Palangkawraya) dan PKW (Kuala Kapuas dan Buntok) dengan mendistribusikan secara proporsional fasilitas-fasilitas pendukung (pada
 Peningkatan kapasitas energi dalam pembangunan jalur distribusi dengan berbagai jenjang dan tingkatan) pada tingkat utama, primer, sekunder, lokal dan
memanfaatkan potensi energi wilayah hiterland. pedesaan.
 Pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang berfokus kepada komoditi  Pembangunan sarana dan prasarana sesusi dengan SPM baik di kawasan
unggulan: sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor perkotaan maupun pedesaan.
jasa-jasa.
ANCAMAN (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
 Ketergantungan jalur distribusi dan koleksi regional dengan wilayah lain  Perlu pengembangan dan pembangunan outlet-inlet regional dalam perwujudan  Perlu pengembangan dan pembangunan outlet-inlet regional dalam perwujudan
(Banjarmasin dan Sampit) yang lebih memiliki infrastruktur pelayanan pelabuhan regional yang memadai agar tidak terjadinya capital outflowI ke luar pelabuhan regional yang memadai agar tidak terjadinya capital outflowI ke luar
perdagangan regional yang lebih baik mengakibatkan terjadinya capital kawasan KAPET DAS KAKAB. kawasan KAPET DAS KAKAB.
outflow  Memperkuat dan mengembangakan linkage industri hulu dan hilir untuk komoditas  Memperkuat dan mengembangakan linkage industri hulu dan hilir untuk komoditas
 Lemahnya linkage industri hulu dan hilir untuk komoditas unggulan unggulan nasional dan lokal unggulan nasional dan lokal
nasional dan lokal.  Mengintegrasikan berbagai level akses lembaga jasa keuangan dalam setiap SWP  Mengintegrasikan berbagai level akses lembaga jasa keuangan dalam setiap SWP
 Dukungan Akses lembaga permodalan yang rendah terutama untuk (satuan Wwilayah Pengembangan KAPET DAS KAKAB) (satuan Wwilayah Pengembangan KAPET DAS KAKAB)
IKM  Meningkatkan dan melakukan standarisasi produk terutama hasil turunan kelapa  Meningkatkan dan melakukan standarisasi produk terutama hasil turunan kelapa
 Adanya persyaratan yang semakin ketat dari pasar internasional sawit dengan melakukan sertifikasi agar dapat meningkatkan pangsa pasar sawit dengan melakukan sertifikasi agar dapat meningkatkan pangsa pasar
terutama produk turunan kelapa sawit internasional internasional
 Pengembangan kerjasama antar kabupaten/kota dengan provinsi sebagai  Pengembangan kerjasama antar kabupaten/kota dengan provinsi sebagai
koordinator dan mediasi untuk penetapan kawasan-kawasan prioritas dan koordinator dan mediasi untuk penetapan kawasan-kawasan prioritas dan
pengembangan ekonomi terpadu yang berbasiskan pada komoditas-komoditas pengembangan ekonomi terpadu yang berbasiskan pada komoditas-komoditas
unggulan. unggulan nasional dan lokal.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB IV-9
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

4.2 SKENARIO PENGEMBANGAN KAPET DAS KAKAB

Masa depan Kawasan KAPET DAS KAKAB akan tergantung kepada beberapa
penggerak perubahan yang secara bersama-sama akan menentukan kondisi dan sifat
area studi di masa mendatang. Sebuah penggerak perubahan adalah faktor apa saja
yang menciptakan perubahan sistem dan dapat mempengaruhi sistem tersebut secara
langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan sebelumnya
khususnya dalam isu penggerak perubahan pengembangan pola ruang dan penggerak
perubahan struktur ruang KAPET DAS KAKAB maka dapat dikembangkan menjadi
beberapa skenario utama Pengembangan KAPET DAS KAKAB yang akan dijelaskan
pada bagian dibawah ini.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (pada bagian gambaran umumdan SWOT)
terdapat dua isu besar dalam pengembangan ekonomi KAPET DAS KAKAB yaitu :
1. Terjadi konflik penggunaan lahan antara Pengembangan Komoditi unggulan nasional
(karet dan kelapa sawit) di KAPET AS KAKAB yang sebagian besar saat ini
pembukaan lahan pengembangan berada pada kawasan konservasi lahan gambut
(berdasarkan hasil analisis dan INPRES No. 2 Tahun 2007 mengenai penetapan
kawasan konservasi lahan gambut).
2. Potensi komoditi SDA wilayah hiterland yang kaya (khususnya wilayah utara yaitu
Kabupaten Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung
Raya, Kabupaten Gununga Mas, dan Kabupaten Katingan) tidak dimanfaatkan secara
maksimal karena belum adanya infrastruktur perdagangan regional di wilayah KAPET
DAS KAKAB yang memadai sehingga outlet dan inlet utama masih tergantung dari
pelabuhan regional di Banjarmasin dan Sampit
Dua isu besar diatas akan menjadi bahasan skenario pengembangan KAPET DAS
KAKAB kedepan.
A. Skenario Pengembangan Pola Ruang
Pada skenario pengembangan pola ruang diasumsikan terdapat dua skenario utama
yang akan dikembangkan pada masa yang akan datang yaitu :
a. Mempertahankan Pengembangan Komoditi Unggulan Nasional (Karet dan
kelapa sawit) Pada Lahan Gambut. Beberapa asumsi dasar yang dapat
mempengaruhi dalam pengembilan skenario ini adalah sebagai berikut :
- Sebagian besar wilayah selatan KAPET DAS KAKAB (Blok C dan Blok B pada
PLG sebelah barat dan selatan wilayah KAPET DAS KAKAB) pola ruangnya
sebagian besar dikonversi menjadi area perkebunan swasta (yang telah

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-10
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

mendapat ijin yang sebagian besar kelapa sawit) dengan luas pengembangan
hampir mencapai 971,868 Ha.
- Di luar area konsesi, tidak ada rehabilitasi lahan gambut dan kondisi tetap
overdrainase hingga saat ini.
- Jumlah penduduk bertambah secara alami dengan beberapa imigrasi pekerja di
sektor perkebunan.
- Kondisi pasar, ilmu pengetahuan dan pelayanan pemerintah tetap stabil.
- REDD tidak tidak dibuat sebagai sebuah opsi.
- Kebakaran besar terjadi satu kali setiap 10 tahun di luar areal perkebunan dan
satu kali setiap 20 tahun di dalam areal perkebunan.
b. Merehabilitasi Lahan Gambut dengan Pengembangan Komoditi Unggulan
Nasional (Karet dan kelapa sawit) dilakukan di luar Konservasi Lahan
Gambut.
- Lahan gambut direhabilitasi, penutup/pelindung hutan mulai diciptakan kembali
(prospek terbaik untuk rehabilitasi mungkin melalui penanaman hutan tanaman
industri yang sesuai yang memerlukan drainase sedikit, terutama di areal
gambut tipis) di lahan gambut dalam permukaan air dinaikkan pada titik di mana
penurunan permukaan tanah akan secara bertahap berhenti secara bersama.
- Pengembangan tertentu di lahan gambut dangkal dan di perbatasan gambut
dilakukan oleh sebagian besar petani dan perusahaan swasta (misalnya
drainase terbatas) untuk perkebunan tanaman industri (karet) mencapai luasan
226.736 Ha.
- Pengembangan lahan sawit yang dapat diusahakan mencapai luasan 369.788
Ha.
- Diberikan lahan pengganti (konsesi) di luar lahan gambut untuk pihak
perkebunan yang terlanjur memiliki hak ijin ataupun pada taraf opersional.
- Jumlah penduduk bertambah secara alami
- Pelayanan pertanian meningkat dengan pengembangan pertanian yang
didasarkan pada pengembangan komoditas unggulan (karet, rotan, kelapa sawit
padi, kelapa, peternakan, perikanan, dll) melalui pembauran strategi pertanian
(intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi) yang dilakukan oleh para petani
dan sektor swasta.
- REDD/dana karbon berhasil dikembangkan sebagai sebuah opsi sebagai
sumber daya pendanaan yang lebih besar untuk pembangunan lokal.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-11
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

B. Skenario Pengembangan Strutktur Ruang


Pada skenario pengembangan pola ruang diasumsikan terdapat dua skenario utama
yang akan dikembangkan pada masa yang akan datang yaitu :
a. Pengembangan infrastruktur perdagangan regional tidak dilakukan dan
hanya peningkatan dari infrastruktur yang ada
- Hanya mengandalkan pelabuhan Pulang Pisau sebagai outlet-inlet regional
dengan kapasitas terbatas dan daya pengembangan fisik pelabuhan yang juga
terbatas (kurang sesuai untuk dijadikan pelabuhan utama sekunder)
- Tidak memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekonomi wilayah hiterland
(khsusunya wilayah utara) yaitu pertambangan – batubara, kehutanan dan
perkebunan khususnya sebagai outlet-inlet utama yang akan menumbukan
pusat-pusat perdagangan dan jasa baru.
- Hilangnya potensi pendapatan bruto wilayah (capital outflow) baik swasta
maupun pemerintah) KAPET DAS KAKAB yang cukup besar karena baik
produksi lokal dan wilayah sekitar akan disalurkan dan sangat tergantung ke
wilayah lain yang lebih layak yang memiliki infrastruktur regional yang lebih baik
(Banjarmasin atau Sampit).
- Hanya memanfaatkan potensi sumber daya lokal KAPET DAS KAKAB yaitu
bidang pertanian dan kehutanan dengan skala pengembangan yang terbatas.
- Tidak adanya multiplier effect yang signifikan terhadap pengembangan ekonomi
wilayah untuk membangkitkan kegiatan ekonomi hulu sampai hilir tanpa adanya
infrstruktur pemasaran regional yang menunjang, dimana permasalahan pasar
merupakan permasalahan utama dalam pengembangan ekonomi KAPET.
- Karena tidak adanya infrastruktur perdagangan regional yang layak maka
kegiatan fungsional utama pusat-pusat pelayanan (Utama, Primer dan
Sekunder) sangat lambat terjadi dengan hanya mengandalkan kepada interaksi
perdagangan regional yang sangat terbatas.
- Akan sulit terwujudnya pusat pengembangan wilayah (PKW) baru tanpa adanya
intervensi untuk menimbulkan fungsi pelayanan regional baru yang akan secara
langsung memperkuat pusat pelayanan wilayah yang ada sekarang (Pulang
Pisau, Kapuas dan Buntok).
b. Pembangunan infrastruktur perdagangan regional khususnya pelabuhan
utama sekunder di Batanjung sebagai penggerak perekonomian regional
dan lokal.
- Memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekonomi wilayah hiterland
(khsusunya wilayah utara) yaitu pertambangan – batubara, kehutanan dan
perkebunan khususnya sebagai outlet-inlet utama yang akan menumbukan
pusat-pusat perdagangan dan jasa baru.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-12
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

- Memberikan pendapatan bruto wilayah (baik swasta maupun pemerintah)


KAPET DAS KAKAB yang cukup besar karena baik produksi lokal dan wilayah
sekitar akan disalurkan dan akab lebih efesien melalui pembangunan pelabuhan
utama sekunder di Batanjung
- Terjadinya multiplier effect yang signifikan terhadap pengembangan ekonomi
wilayah untuk membangkitkan kegiatan ekonomi hulu sampai hilir dengan
adanya infrstruktur pemasaran regional yang menunjang, dimana permasalahan
pasar merupakan permasalahan utama dalam pengembangan ekonomi KAPET
dapat diselesaikan.
- Terjadinya aglomerasi kegiatan ekonomoi yang cukup besar sehingga fungsi-
fungsi regional pengolahan, perdagangan dan jasa regional menjadi layak untuk
dikembangkan. Potensi pengembangan industri di Lamunti, Bangkuang dan
pengembangan minapolitan di Pulang Pisau akan sangat mendukung dengan
adanya pengembangan infrastruktur ini.
- Dengan adanya intervensi dengan menciptakan fungsi regional baru maka akan
memperkuat pusat-pusat pelayanan (Utama, Primer dan Sekunder) yang ada.
- Menciptakan kegiatan ekonomi-ekonomi baru terutama dalam sektor
perdagangan dan jasa baik dari tingkat lokal sampai regional.
- Terciptanya fungsi-fungsi pelayanan yang terpadu dan kompak baik itu pada
tingakat kawasan sentra produksi, industri pengolahan, perdagangan dan jasa
lokal sampai regional.
Dari skenario pola dan struktur ruang diatas, maka terdapat empat skenario besar dalam
pengembangan wilayah KAPET DAS KAKAB masa yang akan datang yaitu :
1. Skenario I, Tanpa Perubahan dengan Mempertahankan Pengembangan
Komoditi Unggulan Nasional (Karet dan kelapa sawit) Pada Lahan Gambut dan
tidak dilakukannya pengembangan infrastruktur perdagangan regional.
2. Skenario II, Mempertahankan Pengembangan Komoditi Unggulan Nasional
(Karet dan kelapa sawit) Pada Lahan Gambut dengan pembangunan
infrastruktur perdagangan regional.
3. Skenario III, Merehabilitasi Lahan Gambut dengan Pengembangan Komoditi
Unggulan Nasional (Karet dan kelapa sawit) dilakukan di luar Konservasi Lahan
Gambut dan tidak dilakukannya pengembangan infrastruktur perdagangan
regional.
4. Skenario IV, Merehabilitasi Lahan Gambut dengan Pengembangan Komoditi
Unggulan Nasional (Karet dan kelapa sawit) dilakukan di luar Konservasi Lahan
Gambut dengan pembangunan infrastruktur perdagangan regional.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-13
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

4.3 ANALISIS KOMPARATIF SKENARIO DAN PILIHAK KEBIJAKAN

Skenario ini memberikan sebuah cara untuk menanyakan dan menilai “apa yang akan
terjadi jika”. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menemukan berbagai jenis
pemanfaatan lahan secara optimal yang didasarkan pada rencana yang ada dan
pembangunan untuk sebuah pengembangan area berkelanjutan dalam jangka panjang
dalam kerangka pengembangan ekonomoi. Bagian dari laporan ini membandingkan dan
menganalisis skenario tersebut dalam konteks apa yang diketahui tentang area
perencanaan dan menyajikan opsi utama dan keputusan-keputusan bagi para pembuat
kebijakan.

Tabel 4.2 Analisis Komparatif Skenario Dan Pilihak Kebijakan


SKENARIO
Mempertahankan Merehabilitasi Lahan Merehabilitasi Lahan
Pengembangan Gambut dengan Gambut dengan
Komoditi Unggulan Pengembangan Pengembangan Komoditi
Parametetr
Tanpa Perubahan Pada Lahan Gambut Komoditi Unggulan di Unggulan di luar kawasan
Dengan luar kawasan koservasi koservasi Dengan
Pembangunan Tanpa Penambahan Pembangunan
Infrastruktur Regional Infrstruktur Regional Infrastruktur Regional
- penggunaan lahan yang
menciptakan kembali
- Pembauran penggunaan
- Perluasan areal - Perluasan areal hutan, hutan tanaman
lahan yang menciptakan
perkebunan dengan perkebunan dengan kayu, pengembangan HTI
kembali hutan, hutan
perkebunan rakyat perkebunan rakyat (khususnya karet), hutan
tanaman kayu,
(smallholder (smallholder agro industri dan
pengembangan HTI
agriculture) di lahan agriculture) di lahan revitalisasi perkebunan
(khususnya karet), hutan
gambut yang gambut yang rakyat (smallholder
agro industri dan
mengalami degradasi mengalami degradasi agriculture)
revitalisasi perkebunan
- Penggunaan lahan - Penggunaan lahan - Lahan gambut rusak akan
rakyat (smallholder
tetap kurang optimal tetap kurang optimal lebih sedikit karena
Penggunaan agriculture)
karena masalah karena masalah peningkatan prasarana
Lahan dan - Lahan gambut rusak
pengelolaan lahan dan pengelolaan lahan dan dan praktek pengolahan
Optimasi SDA akan lebih sedikit karena
air yang terus terjadi air yang terus terjadi lahan dan air
peningkatan prasarana
- Penurunan tanah akan - Penurunan tanah akan - Skala pemanfaatan lahan
dan praktek pengolahan
relatif tinggi relatif tinggi semakin tinggi yang
lahan dan air
- Tidak mengoptimalkan - Sebagai pusat koleksi melibatkan swasta dan
- Tidak mengoptimalkan
potensi lahan di wilayah distribusi regional petani dan ditambah
potensi lahan di wilayah
hiterland dengan akan memaksimalkan dengan kontribusi potensi
hiterland dengan
pengembangan penggunaan SDA baik wilayah hiterland
pengembangan
infrstruktur internal dan ekternal menjadikan KAPET DAS
infrstruktur perdagangan
perdagangan regional KAKAB memiliki potensi
regional
perdagangan regional
yang cukup kuat
Lingkungan - Pengurangan EGS hutan dengan sebagian besar - Tekanan terhadap hutan alam mungkin masih
masalah banjir parah yang berkaitan dengan menimbulkan penurunan EGS hutan, masalah banjir
penurunan tingkat permukaan tanah yang terbatas di area Jenamas
- Emisi karbon jangka panjang yang lebih tinggi dari - Pengurangan emisi karbon dalam volume besar.
drainase untuk areal perkebunan. - Kebakaran lokal masih menjadi masalah akibat dari
- Kebakaran akan tetap menjadi masalah yang tak tingginya pertumbuhan penduduk
pernah tuntas di areal gambut yang mengalami
degradasi (kebakaran besar terjadi sekali setiap
10 tahun) dan areal perkebunan (kebakaran besar
terjadi sekali setiap 20 tahun)
Pendapatan - Peningakatan - Peningakatan - Potensi pendapatan - Potensi pendapatan
Masyarakat pendapatan pendapatan masyarakat melalui masyarakat melalui
masyarakat masyarakat peningkatan hasil peningkatan hasil panen,
memungkinkan namun memungkinkan namun panen, penyediaan penyediaan lapangan kerja
terkait dengan harga terkait dengan harga lapangan kerja dan dan peningkatan asset

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-14
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

SKENARIO
Mempertahankan Merehabilitasi Lahan Merehabilitasi Lahan
Pengembangan Gambut dengan Gambut dengan
Komoditi Unggulan Pengembangan Pengembangan Komoditi
Parametetr
Tanpa Perubahan Pada Lahan Gambut Komoditi Unggulan di Unggulan di luar kawasan
Dengan luar kawasan koservasi koservasi Dengan
Pembangunan Tanpa Penambahan Pembangunan
Infrastruktur Regional Infrstruktur Regional Infrastruktur Regional
kelapa sawit dan kelapa sawit dan peningkatan asset alam. alam.
kinerja perusahaan. kinerja perusahaan - Tidak menimbulkan efek - menimbulkan efek
walaupun infrastruktur kegiatan hilir yang tinggi kegiatan hilir yang tinggi
regional atau pasar karena tidak efesiennya (perdagangan tingkat lokal
telah dibangun akses perdagangan dan wilayah yang diikuti
yang terjadi kegiatan penunjang
lainnya) karena akses
perdagangan regional
semakin efesien.
Pembangunan - pertumbuhan ekonomi - pertumbuhan ekonomi - Pertumbuhan ekonomi - Pertumbuhan ekonomi
Wilayah 6 % + 971,868 Ha 6 % + 971,868 Ha tahunan sebesar 6 % tahunan sebesar > 7 %
perkebunan sawit perkebunan sawit + selama 20 tahun plus selama 20 tahun
(diperkirakan lebih dari Memanfaatkan potensi pendapatan dari (pendapatan dari 226.736
6 %) ekonomi hiterland dan 226.736 ha HTI + ha HTI + 369.788 Ha
- Hilangnya potensi menjadikan potensi 369.788 Ha perkebunan kelapa sawit
ekonomi (capital flow) ekonomi di bidang perkebunan kelapa sawit + Memanfaatkan potensi
yang tinggi dari potensi industri pengolahan, dan 400.000 ha ekonomi hiterland).
hiterland khusunya perdagangan dan jasa penurunan emisi dari - Pembauran antara
sektor industri (diperkirakan lebih dari lahan gambut pengembangan
pengolahan, 7 %) - Pembauran antara perkebunan rakyat dan
perdagangan dan jasa - Pengembangan pengembangan perkebunan swasta
- Pengembangan perkebunan dapat perkebunan rakyat dan menciptakan prospek
perkebunan dapat meningkatkan perkebunan swasta ekonomi yang baik dengan
meningkatkan pengeluaran publik menciptakan prospek karbon memberikan
pengeluaran publik yang akan datang ekonomi yang baik potensi untuk sumber daya
yang akan datang untuk (a) memelihara dengan karbon pendanaan yang lebih
untuk (a) memelihara jalan dan prasarana memberikan potensi besar untuk pembangunan
jalan dan prasarana lainnya dan (b) untuk sumber daya lokal.
lainnya dan (b) mengatasi banjir pendanaan yang lebih - Terjadinya multiplier effect
mengatasi banjir tambahan akibat dari besar untuk yang signifikan untuk
tambahan akibat dari penurunan permukaan pembangunan lokal. membangkitkan kegiatan
penurunan permukaan tanah di areal gambut - Hilangnya potensi ekonomi hulu sampai hilir
tanah di areal gambut terutama terkait ekonomi (capital flow) dengan adanya infrstruktur
terutama terkait dengan dengan risiko yang tinggi dari potensi pemasaran regional yang
risiko kenaikan kenaikan permukaan hiterland khusunya menunjang.
permukaan air laut air laut akibat dari sektor industri - Terjadinya aglomerasi
akibat dari perubahan perubahan iklim. pengolahan, kegiatan ekonomoi yang
iklim. perdagangan dan jasa cukup besar sehingga
- Penignaktan fungsi-fungsi regional
pendapatan pemda pengolahan, perdagangan
terbatas dan jasa regional menjadi
layak untuk
dikembangkan. Potensi
pengembangan industri di
Lamunti, Bangkuang dan
pengembangan
minapolitan di Pulang
Pisau akan sangat
mendukung dengan
adanya pengembangan
infrastruktur ini.
Optimasi - Kegiatan fungsional - Terjadi percepatan - Kegiatan fungsional - Dengan adanya intervensi
Struktur utama pusat-pusat Kegiatan fungsional utama pusat-pusat dengan menciptakan
Pelayanan pelayanan (Utama, utama pusat-pusat pelayanan (Utama, fungsi regional baru maka
Primer dan Sekunder) pelayanan (Utama, Primer dan Sekunder) akan memperkuat pusat-
sangat lambat terjadi Primer dan Sekunder) sangat lambat terjadi pusat pelayanan (Utama,

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-15
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

SKENARIO
Mempertahankan Merehabilitasi Lahan Merehabilitasi Lahan
Pengembangan Gambut dengan Gambut dengan
Komoditi Unggulan Pengembangan Pengembangan Komoditi
Parametetr
Tanpa Perubahan Pada Lahan Gambut Komoditi Unggulan di Unggulan di luar kawasan
Dengan luar kawasan koservasi koservasi Dengan
Pembangunan Tanpa Penambahan Pembangunan
Infrastruktur Regional Infrstruktur Regional Infrastruktur Regional
dengan hanya akan tetapi terjadi dengan hanya Primer dan Sekunder)
mengandalkan kepada over capacity pada mengandalkan kepada yang ada.
interaksi perdagangan saat sektor hulu (SDA) interaksi perdagangan - Terciptanya fungsi-fungsi
regional yang sangat mengalami penurunan regional yang sangat pelayanan yang terpadu
terbatas. karena faktor terbatas. dan kompak baik itu pada
- Akan sulit terwujudnya degradasi lingkungan. - Akan sulit terwujudnya tingakat kawasan sentra
pusat pengembangan pusat pengembangan produksi, industri
wilayah (PKW) baru wilayah (PKW) baru pengolahan, perdagangan
tanpa adanya intervensi tanpa adanya intervensi dan jasa lokal sampai
untuk menimbulkan untuk menimbulkan regional.
fungsi pelayanan fungsi pelayanan - Adanya sustainability dari
regional baru yang regional baru yang akan fungsi pusat pelayanan
akan secara langsung secara langsung karena fungsi ini adalah
memperkuat pusat memperkuat pusat turunan dari sustainability
pelayanan wilayah pelayanan wilayah yang kegiatan sektor hulu.
yang ada sekarang ada sekarang (Pulang
(Pulang Pisau, Kapuas Pisau, Kapuas dan
dan Buntok). Buntok).
RANGKUMAN ‘Pertumbuhan Tinggi, Pertumbuhan Tinggi, Sebuah ‘Keseimbangan Sebuah ‘Keseimbangan
strategi pengurangan strategi pengurangan Strategi Pembangunan’ Strategi Pembangunan’
risiko yang lebih tinggi’ risiko yang lebih dengan dampak dan optimasilisasi
dengan dampak tinggi’ dengan lingkungan yang positif struktur ruang dengan
lingkungan negatif dan dampak lingkungan dan penurunan angka dampak lingkungan yang
potensi penurunan negatif dan potensi kemiskinan tanpa positif dan penurunan
angka kemiskinan penurunan angka otimaslisasi struktur angka kemiskinan
tanpa otimaslisasi kemiskinan ruang
struktur ruang maksimalisasi
struktur ruang yang
tidak sustainaable.

Berdasarkan hasil Analisis Komparatif Skenario diatas, maka pilihan kebijakan yang
optimis untuk dilakukan adalah :

Skenario IV, Merehabilitasi Lahan Gambut dengan Pengembangan Komoditi


Unggulan Nasional (Karet dan kelapa sawit) dilakukan di luar Konservasi Lahan
Gambut dengan pembangunan infrastruktur perdagangan regional.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-16
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

Gambar 4.1 Skenario 1 Pengembangan KAPET DAS KAKAB

Pengembangan Perkebunan Pada Lahan Gambut


· Pengurangan EGS hutan dengan sebagian besar
masalah banjir parah yang berkaitan dengan
penurunan tingkat permukaan tanah · Tidak memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekonomi wilayah
· Emisi karbon jangka panjang yang lebih tinggi dari hiterland
drainase untuk areal perkebunan. · Fungsional utama pusat-pusat pelayanan (Utama, Primer dan Sekunder)
· Kebakaran akan tetap menjadi masalah yang tak sangat lambat terjadi dengan hanya mengandalkan kepada interaksi
pernah tuntas di areal gambut yang mengalami perdagangan regional yang sangat terbatasmultiplier effect yang signifikan
degradasi (kebakaran besar terjadi sekali setiap 10 untuk membangkitkan kegiatan ekonomi
tahun) dan areal perkebunan (kebakaran besar · sulit terwujudnya pusat pengembangan wilayah (PKW) baru
terjadi sekali setiap 20 tahun) · Hilangnya potensi pendapatan bruto wilayah (adanya capital outflow)

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Sekunder
Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Wilayah

Menuju Sampit
Jasa, Perdagangan,
dengan Koleksi dan Distribusi
Kapasitas Lokal
Perdagangan
yang Lebih
besar

Jasa, Perdagangan,
Pendidikan Koleksi
dan Distribusi Utama
Regional Banjir Parah
· OM Infrastruktur
sangat besar

OUT LET – INLET


REGIONAL

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
skala Industri yang
kecil
Pengembangan HTI · OM Infrastruktur
pada kawasan hutan dan sangat besar
gambut dangkal dengan
pola kemitraan
Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
wilayah

· OM Infrastruktur
sangat besar

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
wilayah

· OM Infrastruktur
sangat besar

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi, Banjir Parah
Industri perikanan
Wilayah

· OM Infrastruktur
sangat besar

Hanya mengandalkan pelabuhan


Pulang Pisau sebagai outlet-inlet
regional dengan kapasitas Inlet – out let utama di BANJARMASIN
terbatas
· OM Infrastruktur sangat besar
Arah Koleksi dan distribusi regional
Arah Koleksi dan distribusi lokal

Inlet - outlet

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-17
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

Gambar 4.2 Skenario 2 Pengembangan KAPET DAS KAKAB

Pengembangan Perkebunan Pada Lahan Gambut · Memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekonomi wilayah hiterland
· Pengurangan EGS hutan dengan sebagian besar · Menciptakan pusat-pusat perdagangan dan jasa yang lebih luas dan besar
masalah banjir parah yang berkaitan dengan · multiplier effect yang signifikan untuk membangkitkan kegiatan ekonomi
penurunan tingkat permukaan tanah · Terjadinya aglomerasi kegiatan ekonomoi yang cukup besar
· Emisi karbon jangka panjang yang lebih tinggi dari · Memberikan pendapatan bruto wilayah yang cukup besar
drainase untuk areal perkebunan.
· Kebakaran akan tetap menjadi masalah yang tak
pernah tuntas di areal gambut yang mengalami
degradasi (kebakaran besar terjadi sekali setiap 10
tahun) dan areal perkebunan (kebakaran besar
terjadi sekali setiap 20 tahun)

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Sekunder Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Regional

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Sekunder

Jasa, Perdagangan,
Pendidikan Koleksi
dan Distribusi Utama
Regional - Nasional
· OM Infrastruktur
sangat besar
· Over capacity pada
Banjir Parah
saat SDA
mengalami
degradasi
lingkungan

OUT LET – INLET Jasa, Perdagangan,


REGIONAL Koleksi dan Distribusi,
Industri Sekunder
· OM Infrastruktur sangat
besar
· Over capacity pada saat
SDA mengalami
degradasi lingkungan

Jasa, Perdagangan, Koleksi dan


Distribusi, Primer
· OM Infrastruktur sangat besar
· Over capacity pada saat SDA
mengalami degradasi
lingkungan

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
Primer

· OM Infrastruktur
sangat besar
· Over capacity pada
saat SDA
mengalami
Jasa, Perdagangan, degradasi
Banjir Parah
Koleksi dan Distribusi, lingkungan
Industri perikanan
Regional Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
· OM Infrastruktur
Industri Utama
sangat besar
Regional - Nasional
· Over capacity pada
saat SDA · OM Infrastruktur
mengalami sangat besar
degradasi · Over capacity pada
lingkungan saat SDA
mengalami
degradasi
lingkungan
Kawasan Pengembangan
Terpadu Perikanan
KAWASAN PENGEMBANGAN TERPADU
· PPI
· Pelabuhan Utama Sekunder (Inlet-
· TPI
Outlet)
· Industri Perikanan
· Jasa Kepabeanan
· Perdagangan – Koleksi
· Industri
Distribusi (Pelabuhan
· Perdagangan
Penyeberangan
· OM Infrastruktur sangat besar · OM Infrastruktur sangat besar
· Over capacity pada saat SDA · Over capacity pada saat SDA mengalami
mengalami degradasi lingkungan degradasi lingkungan

Arah Koleksi dan distribusi regional


Arah Koleksi dan distribusi lokal

Inlet - outlet

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-18
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

Gambar 4.3 Skenario 3 Pengembangan KAPET DAS KAKAB

· Tidak memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekonomi wilayah


Pengembangan Kawasan Konservasi hiterland
PROSPEK PEREKONOMIAN YANG BAIK DENGAN · Fungsional utama pusat-pusat pelayanan (Utama, Primer dan Sekunder)
ADANYA ALTERNATIF PEMBIAYAAN sangat lambat terjadi dengan hanya mengandalkan kepada interaksi
PEMBANGUNAN DARI PEMBIAYAAN KARBON perdagangan regional yang sangat terbatasmultiplier effect yang signifikan
(MEKNISME CDM ATAU REDD) untuk membangkitkan kegiatan ekonomi
· sulit terwujudnya pusat pengembangan wilayah (PKW) baru
· Hilangnya potensi pendapatan bruto wilayah (adanya capital outflow)

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Sekunder
Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Wilayah

Menuju Sampit
Jasa, Perdagangan,
dengan Koleksi dan Distribusi
Kapasitas Lokal
Perdagangan
yang Lebih
besar

Jasa, Perdagangan,
Pendidikan Koleksi
dan Distribusi Utama
Banjir dapat
Regional ditangulangi

OUT LET – INLET


REGIONAL

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
skala Industri yang
Pengembangan HTI kecil
pada kawasan hutan dan
gambut dangkal dengan
pola kemitraan
Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
wilayah

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
wilayah

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
Industri perikanan
Wilayah

Hanya mengandalkan pelabuhan


Pulang Pisau sebagai outlet-inlet
regional dengan kapasitas Inlet – out let utama di BANJARMASIN
terbatas

Arah Koleksi dan distribusi regional


Arah Koleksi dan distribusi lokal

Inlet - outlet

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-19
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

Gambar 4.4 Skenario 4 Pengembangan KAPET DAS KAKAB

· Memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekonomi wilayah hiterland


· Menciptakan pusat-pusat perdagangan dan jasa yang lebih luas dan besar
Pengembangan Kawasan Konservasi
· multiplier effect yang signifikan untuk membangkitkan kegiatan ekonomi
PROSPEK PEREKONOMIAN YANG BAIK DENGAN
· Terjadinya aglomerasi kegiatan ekonomoi yang cukup besar
ADANYA ALTERNATIF PEMBIAYAAN
· Memberikan pendapatan bruto wilayah yang cukup besar
PEMBANGUNAN DARI PEMBIAYAAN KARBON
(MEKNISME CDM ATAU REDD)

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Sekunder
Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Regional

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi
Sekunder

Jasa, Perdagangan,
Pendidikan Koleksi
dan Distribusi Utama
Regional - Nasional

Banjir dapat
ditangulangi

OUT LET – INLET


REGIONAL

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
Industri Sekunder
Pengembangan HTI
pada kawasan hutan dan
gambut dangkal dengan
pola kemitraan
Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
Primer

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
Primer

Jasa, Perdagangan,
Koleksi dan Distribusi,
Jasa, Perdagangan, Industri Utama
Koleksi dan Distribusi, Regional - Nasional
Industri perikanan
Regional

Kawasan Pengembangan
Terpadu Perikanan KAWASAN PENGEMBANGAN TERPADU
· PPI · Pelabuhan Utama Sekunder (Inlet-
· TPI Outlet)
· Industri Perikanan · Jasa Kepabeanan
· Perdagangan – Koleksi · Industri
Distribusi (Pelabuhan · Perdagangan
Penyeberangan

Arah Koleksi dan distribusi regional Arah Koleksi dan distribusi lokal Inlet - outlet

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-20
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

ANALISIS SWOT DAN SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH KAPET DAS


KAKAB........................................................................................................................................................
KAKAB
4.1 ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN WILAYAH KAPET DAS KAKAB 1
Tabel 4.1 Matriks SWOT Pengembangan Wilayah KAPET DAS KAKAB 9
FAKTOR INTERNAL..................................................................................................................................
FAKTOR...................................................................................................................................................
EKSTERNAL...........................................................................................................................................
KEKUATAN (S)..............................................................................................................................................
STRATEGI S-O....................................................................................................................................
STRATEGI W-O..................................................................................................................................
STRATEGI S-T....................................................................................................................................
STRATEGI W-T...................................................................................................................................
4.2 SKENARIO PENGEMBANGAN KAPET DAS KAKAB 10
4.3 ANALISIS KOMPARATIF SKENARIO DAN PILIHAK KEBIJAKAN 14
Tabel 4.2 Analisis Komparatif Skenario Dan Pilihak Kebijakan 14
Gambar 4.1 Skenario 1 Pengembangan KAPET DAS KAKAB 17
Gambar 4.2................................................................................................................................. Skenario 2 Pen
18
Gambar 4.2 Skenario 2 Pengembangan KAPET DAS KAKAB 18
Gambar 4.3................................................................................................................................. Skenario 3 Pen
18
Gambar 4.3 Skenario 3 Pengembangan KAPET DAS KAKAB 19
Gambar 4.4................................................................................................................................. Skenario 4 Pen
19
Gambar 4.4 Skenario 4 Pengembangan KAPET DAS KAKAB 20
...................................................................................................................................................................

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
IV-21

Anda mungkin juga menyukai