BAB 2
Arah Pemanfaatan Ruang Wilayah KAPET DAS
KAKAB
Kebijakan dan strategi yang menyangkut pembangunan kota secara spasial perlu
dijabarkan ke dalam bentuk program-program yang merupakan perwujudan struktur
wilayah kota. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan
rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama kabupaten dalam
jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:
a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman pemanfaatan
ruang;
b. sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program utama (indikasi program,
lokasi, besaran, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan tahap pelaksanaan);
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
pertama; dan
d. sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan:
a. rencana struktur ruang dan pola ruang;
b. ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan
d. prioritas pengembangan wilayah kabupaten dan pentahapan rencana pelaksanaan
program sesuai dengan RPJPD.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria:
a. mendukung perwujudan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis kabupaten;
Indikasi program ini sangat berhubungan dengan arah pemanfaatan Struktur Ruang
dan Pola Ruang yang akan dijelaskan secara rinci pada bagian selanjutnya.
Arah pemanfaatan atau indikasi program Struktur Ruang Wilayah KAPET DAS KAKAB
didasarkan kepada strategi dan arah pemanfaatan pengembangan ekonomi yang telah
dirumuskan diatas. Oleh karena itu dalam penjabaran indikasi program struktur ruang
lebih didasarkan kepada perwujudan tahapan (staging) dari pengembangan ekonomi.
Arah pemanfaatan Rencana Struktur Ruang Wilayah KAPET DAS KAKAB Tahun 2011-
2030 meliputi:
1. Program pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan; dan
2. Program pengembangan sistem jaringan prasarana dan sarana transportasi, sebagai
jaringan utama pembentuk struktur dan penghubung antar pusat-pusat kegiatan
pelayanan perkotaan.
Atas dasar hirarki dan skala pelayanannya, pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan di
wilayah KAPET DAS KAKAB dibedakan atas Pusat Pelayanan Utama, Pusat Pelayanan
Utama Primer, Pusat Pelayanan Sekunder, dan Pusat Pelayanan Lingkungan Kawasan.
Pusat Pelayanan Utama pusat pelayanan hirarki ke 1 (satu) dengan skala pelayanan
seluruh wilayah KAPET dan Provinsi, termasuk fungsi koleksi dan distribusi dengan skala
regional - nasional yang merupakan pintu gerbang perdagangan dan perhubungan dari
dan ke luar wilayah provinsi. Pusat Pelayanan Primer merupakan pusat pelayanan hirarki
ke 2 (dua) kegiatan perdagangan dan jasa serta permukiman dalam skala wilayah
provinsi atau antar kabupaten. Pusat Pelayanan Sekunder merupakan pusat pelayanan
hirarki ke 3 (tiga) sebagai pusat pelayanan untuk kawasan dan kota-kota kecamatan yang
berdekatan, perdagangan dan jasa skala kawasan dan regional, dan Pusat Pelayanan
Lingkungan merupakan pusat pelayanan hirarki ke 4 (empat) dengan dengan fungsi
sebagai pusat produksi dan koleksi hasil pertanian dengan skala pelayanan lokal.
Untuk Pusat Pelayanan Utama, Primer dan Pusat Pelayanan Sekunder, berdasarkan
jenis dan sasaran pelayanannya dapat dibedakan lagi sebagai berikut.
A. Pusat Pelayanan Utama, yang meliputi :
1. Kota PKN (Pusat Kegiatan Nasional)
2. Pusat Pemerintahan Propinsi
3. Pintu primer transportasi udara regional-nasional
4. Pusat jasa bisnis/kegiatan MICE regional-nasional (meeting,
information, conference, entertainment)
Kebijakan dan strategi yang terkait dengan sistem perkotaan antara lain :
1. Optimalisasi fungsi dan pelayanan pusat Utama, Primer dan Sekunder terutama di
Bangkuang, lamunti, Batanjung dan Bahaur . Program yang akan dilaksanakan
antara lain :
Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan
Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan atau rencana teknik ruang
kota atau panduan rancang kota untuk setiap subpusat.
4. Pembagian wilayah KAPET DAS KAKAB menjadi subwilayah pengembangan
(SWP), masing-masing dilayani oleh satu subpusat pelayanan kota.
Menyediakan pemberhentian untuk angkutan umum bus maupun non bus yang
memadai
Pengembangan dan penataan pelayanan angkutan paratransit;
Terminal Tipe C yaitu terminal angkutan antar kawasan dengan pergerakan lokal
yang akan dikembangkan di Pusat-Pusat Sekuner yaitu Bukit Liti, Pangkoh,
Bahaur, Lamunti – Mentangai, Timpah, dan Bangkuang.
c. Program perwujudan sistem transportasi di sektor kereta api, yaitu :
Pengembangan Tahap Pertama diarahkan kepada Pengemabangan jalur Kereta Api
Palaci-Purukcahu-Bangkuang (L=185km) dengan dilanjutkan oleh sistem
transportasi sungai dari Bangkuang ke Lupakdalam – Batanjung sepanjang
175km. Volume angkutan komoditi pada jalur kereta api ini diperkirakan mencapai 10
juta ton/tahun dari 10 tahun pertama dan meningkat sebesar 20 juta ton/tahun dalam
10 tahun berikutnya.
Pengembangan sistem transportasi kereta api didasarkan kepada meningkatkan
efesiensi pergerakan barang yang memiliki nilai strategis dan optimalisasi berbagai
potensi internal dan ekternal di wilayah hiterland yang kaya akan sumberdaya alam
terutama batubara, baik sebagai sumber energi.
d. Program perwujudan sistem transportasi di sektor sungai, yaitu :
Normalisasi atau pembersihan alur sungai pada anjir kelampan, basarang, terusan
raya, terusan batu, Tumbang Nusa, Terusan Sumpur sungai kahayan, Kapuas dan
barito serta anak sungai d di bagian hulu untuk alur pergerakan utama.
Normaslisasi dan pembersihan Pemberihan alur sungai dan normalisasi sungai
pada anak-anak sungai Kahayam, anank-anak sungai Kapuas dan anak-anak
sungai Barito yaitu Sungai Maliau, Jalang, Bakuku, Puning Pulo, Sari Panji, Babai,
Damparan, Tabuk, Bonto – Parigi, Muangun Muara Telang, Mapaku – Muara
Paken, Pancalang, Tampirai Buntok, Surapanji, dan Sungai Mengkatip. Kegiatan
ini untuk melancarkan alur pergerakan lokal sampai ke pusat-pusat sentra
produksi.
Pembangunan dan Peningkatan perambuan angkutan sungai pada ruas-ruas
sungai untuk memperingatkan kondisi arus dan hamabtan sungai
e. Program perwujudan sistem angkutan transportasi di sektor sungai dan
penyeberangan, yaitu :
Pengembangan Dermaga Utama dengan Fungsi pengumpul atau konektor di
arahkan di Dermaga K. Bengkirai (Palangkaraya), Dermaga D. Mare (Kuala
Kapuas) dan Dermaga Bangkuang.
Pengembangan Dermaga Lokal dengan Fungsi lokal
- Pengembangan dermaga lokal diarahkan kepada peningaktan kualitas fisik
dermaga di berbagai Kabupaten/kota yaitu untuk Kota Palangkaraya (Dermaga
Rambang, tangkiling dan B. Bengkel), Kabuapten Pulang Pisau (Pasar
Patanak, Mintim, Maliku, Pangkoh, Pasar Pangkoh, Bahaur, Bukit Rawi, Bawan,
Sebangau Kuala, Gandang, Jibiren, Buntoi, dan Bandirih) Kabupaten Kapuas
(Dermaga Patih Rumbih, Dermaga A. Serapat, Dermaga A. Tamban, Dermaga
Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan yaitu:
Lokasi pelabuhan harus terlindung dari gelombang laut yang besar, sedapat
mungkin terletak pada daerah teluk dengan kedalaman perairan yang memadai
bagi kapal-kapal yang dilayani;
Perencanaan kawasan pelabuhan hendaknya bebas dari gangguan bencana
badai dan gelombang laut, dekat dengan tempat pengisian bahan bakar, dapat
melakukan kegiatan bongkar muat barang dan penumpang dengan aman, dapat
melakukan perbaikan dan mensuplai barang untuk keperluan perdagangan;
Pelabuhan hendaknya dibangun di lokasi yang jauh dan muara sungai, untuk
mencegah pendangkalan alur pelayaran akibat sedimentasi sungai;
Tersedianya areal penambatan kapal (anchorage area) yang memadai dan aman
juga selama kapal menunggu giliran untuk berlabuh. Tempat pembuangan jangkar
ini harus melindungi kapal dari gangguan gelombang dan angin topan, dan
sedapat mungkin diIetakkan di dekat alur pelayaran utama untuk memudahkan
pergerakan kapal;
Pelabuhan harus memiliki daerah untuk pemutaran kapal sebelum dan sesudah
kegiatan bongkar muat barang dan penumpang;
Pelabuhan harus memiliki areal di daratan untuk menunjang operasi bongkar muat
penumpang dan barang dari dan ke kapal. Terdapat dua macam peruntukan areal
bagi kegiatan pelabuhan di daratan, yaitu:
o Areal untuk menampung kegiatan administrasi meliputi kantor otorita
pelabuhan (syahbandar), kantor untuk kegiatan komersial, seperti pengurusan
ekspor and impor (EMKL), kantor imigrasi, kantor keamanan pelabuhan
(KP3), kantor bea dan cukai (termasuk areal untuk karantina), kantor
departemen perhubungan dan komunikasi, kantor pemadam kebakaran, dan
klinik kesehatan.
o Areal untuk menampung kegiatan teknis meliputi dermaga, gedung terminal
penumpang, areal bongkar muat barang, gudang tertutup lini satu dan dua,
terminal peti kemas, gudang terbuka (open storage), depot bahan bakar,
bangunan utilitas berupa gardu listrik, pembangkit tenaga listrik cadangan,
sarana telekomunikasi, jaringan air bersih, jaringan drainase, dan jaringan
jalan di dalam kawasan pelabuhan.
Sistem jaringan prasarana terdiri dari sistem jaringan air bersih, jaringan drainase, air
limbah, dan persampahan. Agar sistem jaringan prasarana terintegrasi dengan skala
pelayanan kawasan dan terkait dengan pusat-pusat pengembangan lainnya yang ada di
KAPET DAS KAKAB, diperlukan strategi sebagai berikut:
Program Pengembangan kawasan pelabuhan dilakukan secara terintegrasi
dengan sistem jaringan jalan primer dan sekunder
Program Peningkatan jaringan telekomunikasi yang menjangkau semua pusat
kegiatan
Program Perluasan jaringan distribusi energi pada semua wilayah perkotaan
dalam kawasan
Program Penambangan dan peningkatan jaringan transmisi dan distribusi air
baku untuk pemenuhan kebutuhan dalam kawasan
Program Perluasan, peningkatan, dan pengembangan akses jaringan distribusi
air bersih dalam kawasan (kontinu, kuantitas dan kualitas)
Program Perencanaan sistem pengolahan limbah domestik dengan model
gabungan on-site dan off-site persampahan dengan pendekatan good
housekeeping (reduksi di sumber sistem)
Program Pengembangan dan perbaikan sistem pengendalian drainase secara
utuh dari hulu sampai hilir melalui pendekatan “satu sungai, satu rencana, dan
satu pengelolaan terpadu”
Program Perencanaan sistem persampahan dengan pendekatan good
housekeeping (reduksi di sumber)
Sebagai sebuah Pusat Kegiatan wilayah dan pusat pelayanan lingkungan, listrik
merupakan komponen yang sangat vital harus disediakan untuk mendukung kegiatan
jasa dan perdagangan, selain telekomunikasi dan IT. Pelayanan listrik 24 jam merupakan
hal yang mutlak dan menjadi keunggulan Kawasan Perdagangan & Jasa kota-kota
kecamatan di wilayah KAPET DAS KAKAB.
Untuk itu, upaya peningkatan kebutuhan akan listrik diarahkan melalui:
a. Upaya dan rencana aksi konservasi energi yang berkelanjutan yaitu upaya
penghematan-penghematan pemakaian energi listrik terutama yang bersumber
dari energi fosil.
b. Program Peningkatan daya tenaga listrik melalui peningkatan kapasitas
pembangkit yang ada saat ini.
c. Pengembangan energi yang bersumber dari batubara, dimana wilayah hiterland
KAPET DAS KAKAB memiliki cadangan batubara yang jumlahnya sangat besar
yang akan dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
- Tahap I Pengembangan PLTU Batubara di Buntoi (Kab. Pulang Pisau) dengan
kapasitas 2 x 68 MW. Pengembangan PLTU tersebut memiliki potensi
perluasan jangkauan pelayanan listrik dengan potensi 62.000 pelanggan RT
dan kawasan komersial serta untuk pengembangan kawasan industri di
Bahaur, Lamunti dan di Batanjung
- Tahap II Pembangunan PLTU di wilyah sekitar Buntok dengan potensi
kapasitas 100 MW.
d. Pengembangan energi yang bersumber energi baru terbarukan (EBT). Untuk
mendukung program pemerintah dalam penerapan Economic Low Emission ,
maka pengembangan EBT sangat strategis untuk dikembangkan dalam
pemenuhan kebutuhan energi terutama listrik di wilayah KAPET DAS KAKAB,
mengingat sanagt beragamnya energi EBT yang terdapat di wilayah KAPET DAS
KAKAB. Pengembangan EENT untuk tenaga listrik dapat dilakukan yaitu :
- Pembangunan PLTA di kawasan Riam Jerawi dan beberapa anak sungai
Barito yang bisa membangkitkan 500 MW listrik (pada kawasan hiterland
KAPET DAS KAKAB bagian utara).
- Perluasan pengembangan biomass pada unit-unit pengembangan pertanian
dan Perluasan Pengembangan PLTS pada daerah-daerah pedalaman yang
belum terkoneksi dengan jaringan listrik. Kedua jenis pengembangan ini dapat
dilkaukan dengan sistem kelembagaan Desa Mandiri Energi.
- Pengembangan teknologi dan pilot project untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Angin
- Pengembangan teknologi dan pilot project untuk Pembangkit Listrik Biogass
terutama yang bersumber dari gambut – gas metan.
e. Pada beberapa kawasan yang strategis, PT. PLN (Persero) menyediakan listrik
melalui program pengembangan power plant. Jumlah listrik yang akan
disediakan bergantung pada jumlah dan jenis kegiatan yang akan dilayani.
Keberadaan power plant didukung oleh penyediaan generator. Program Power
plant ini mensuplai listrik ke masing-masing kawasan dengan sistem jaringan
distribusi meliputi:
o Gardu induk (GI), merupakan gardu listrik tegangan tinggi, untuk mensuplai
kebutuhan listrik seluruh Kawasan Perdagangan & Jasa, Pusat Kegiatan
wilayahl KAPET DAS KAKAB.
o Jaringan tegangan tinggi, yang merupakan jaringan utama dan berfungsi
untuk menyalurkan daya listrik.
o Jaringan tegangan menengah, yang merupakan jaringan transmisi
menengah yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari GI ke gardu
distribusi (GD) atau ke kawasan-kawasan tertentu (industri, & perkantoran).
o Gardu distribusi (GD), berfungsi sebagai penurun tegangan untuk melayani
kebutuhan sehari-hari seluruh Kawasan Perdagangan & Jasa.
o Jaringan tegangan rendah, merupakan jaringan jaringan distribusi dari GD
ke masing-masing kawasan perumahan yang menggunakan kabel tanah
sebagai penyalur.
f. Selain pola on grid diatas, mungkin untuk beberapa wilayah pedalaman dapat
menggunakan sistem isolated (PLTS atau minihydro) dalam kapasitas energi
yang mencukupi.
g. Pengembangan berbagai sumber energi diatas diharapkan bahwa wilayah
KAPET DAS Kakab khususnya dan wilayah Kalimatan Tengah umumnya telah
mandiri secara energi dan tidak lagi tergantung dari interkoneksi PLTU Asam-
asam di Banjarmasin dan mampu memenuhi target pencapaian EBT sebesar 25
% dari total penggunaan energi final KAPET DAS KAKAB pada akhir tahun ke
20.
Program penyediaan sistem jaringan air bersih di Kawasan perkotaan dan pedesaan
KAPET DAS KAKAB diarahkan terintegrasi dengan sistem penyediaan air bersih, melalui
upaya-upaya :
a. Peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA) pada sumber-sumber
air baku yang sudah ada di wilayah KAPET DAS KAKAB.
b. Pengembangan alternatif sumber-sumber air baku baru di beberapa sumber
aliran sungai dan air tanah untuk daerah pedalaman yang didukung oleh
pengembangan IPA.
c. Pengembangan Water Treatment Plant (WTP) atau IPA baru, dengan
memanfaatkan sumber-sumber air baku yang baru. Kapasitas disesuaikan
dengan kemampuan sumber dan kebutuhan pelayanan, didukung oleh proses
pengolahan sebagai berikut:
Proses pra sedimentasi, berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel
kasar yang dapat mengendap sendiri tanpa bantuan bahan kimia.
Proses koagulasi dan flokulasi, yang dapat menghilangkan kekeruhan air
yang banyak dijumpai pada air sungai atau air saluran irigasi, yaitu dengan
cara pengendapan atau penyaringan secara langsung.
Proses sedimentasi, berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang
terbentuk pada proses koagulasi dan flokulasi.
Proses filtrasi, berfungsi untuk memisahkan sisa-sisa flok yang tidak dapat
terendapkan pada proses sedimentasi, terutama flok-flok dengan ukuran
yang lebih kecil.
Proses desinfeksi, merupakan pembubuhan kaporit yang dibutuhkan untuk
membunuh bakteri paktogen yang masih terdapat dalam air, agar didapat
air yang memenuhi syarat bakteriologis.
d. Penyaluran air bersih ke pusat pelayanan wilayah KAPET DAS KAKAB
menggunakan sistem perpipaan yang penempatannya memperhatikan tempat
peletakan, penyebaran aktivitas, dan energi pengaliran. Sistem perpipaan
yang digunakan adalah menggunakan pipa transmisi. Pipa ini digunakan
untuk mengalirkan air dari areal bendungan ke zona pelayanan. Pipa yang
digunakan haruslah pipa yang tahan terhadap tekanan. Memperhatikan jenis
tanah di kawasan ini yang relatif dekat dengan laut, maka jenis pipa yang
digunakan adalah DCIP (Duct Cast Iron Pipe) dan ACP (Asbestos Cement
Pipe).
Dengan mempertimbangkan struktur jaringan jalan, maka sistem perpipaan transmisi
dibagi atas :
Jaringan primer, adalah pipa yang menyalurkan air dari WTP ke blok-blok
peruntukan.
Jaringan sekunder, adalah pipa yang menyalurkan air dari jaringan primer ke
petak-petak di masing-masing blok peruntukan.
Pengembangan sistem jaringan air bersih didukung pula oleh pengembangan hidran
kebakaran, untuk mendukung pelayanan utilitas pemadam kebakaran. Lokasi hidran
kebakaran ditentukan oleh luas daerah yang akan dilayani, dengan memperhatikan hal-
hal berikut :
Penempatan hidran minimal berjarak 100 meter dari bangunan perdagangan
atau komersial. Penempatannya harus di tempat yang mudah terlihat dan
dicapai oleh unit pemadam kebakaran.
Hidran sebaiknya diletakkan berjarak 60-180 cm dari tepi jalan untuk
menghindari gangguan arus lalu lintas.
Hidran sebaiknya diletakkan berjarak 1 meter dari bangunan permanen atau
gerbang pintu keluar masuk yang jauh dari traffic light.
Hidran akan lebih efektif diletakkan di persimpangan jalan, karena jangkauan
daerahnya akan lebih luas.
Agar program pengembangan sistem jaringan air bersih memperoleh hasil optimal, maka
dalam perencanaan dan pelaksanaannya harus memperhatikan hal-hal berikut:
Menghindari melintasi jalan raya untuk memudahkan pengerjaan.
Penertiban sumber air yang berasal dari sumber air tanah dalam, terutama
yang digunakan oleh industri
Memperbaiki jaringan pipa air bersih yang ada secara bertahap dan
mengkatkan manajemen operasi dan pemeliharaan pelayanan air bersih
Mengembangkan kemitraan dengan pihak swasta dan atau masyaraakat
dalam memperluas wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan air
bersih.
b. Program pengembangan prasarana air limbah adalah :
Pembuatan Masterplan Air Limbah wilayah KAPET DAS KAKAB
Pembuatan saluran drainase tersier di sisi kiri kanan ruas jalan dipadukan
dengan drainase sekunder dan utama pada tempat-tempat yang belum
terlayani
Evaluasidan pembangunan saluran drainase serta penyediaan fasilitas
resapan dan penahan air hujan di kawasan banjir
Penerbitan jaringan utilitas lain yang menghambat fungsi drinase
Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan lindung dan
kawasan budidaya sebagaimana ketetapan UU Nomor 26 Tahun 2007, PP Nomor 26
Tahun 2008, dan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 dengan batasan sebagai berikut :
Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya binaan, nilai
sejarah, dan budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang
berkelanjutan.
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
binaan, dan sumberdaya manusia.
Pengelolaan kawasan lindung dan budidaya tersebut mencakup kegiatan perencanaan,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian atas pemanfaatan ruang. Penetapan kawasan
lindung merupakan perwujudan dari pengembangan struktur tata ruang wilayah yang
berlandaskan pada prinsip pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung ditetapkan
sebagai wilayah limitasi atau kendala bagi pengembangan wilayah budidaya.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk penetapan kawasan lindung KAPET
DAS KAKAB, meliputi hal-hal sebagai berikut :
Hasil analisis kesesuaian lahan
untuk memenuhi ketentuan-ketentuan teknis, daya dukung, kesesuaian lahan dan bebas
bencana alam.
Pemanfaatan tanah yang belum terdapat di dalam rencana rinci tata ruang
yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan criteria dan standar
pemanfaatan ruang.
e. Program penataangunaan air adalah sebagai berikut :
Pemeliharaan air baku, permukaan dan air tanah dapat dilakukan oleh
masyarakat dan badan usaha sesuai dengan peraturan yang berlaku
Penertiban pemanfaatan air baku dan badan air sungai dan danau di atas
ambang batas yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku
f. Program penataan udara antara lain :
Pemeliharaan kualitas udara wajib dilakukan oleh masyarakat dan badan
usaha
Penertiban pemanfaatan udara di atas ambang batas yang ditetapkan dalam
peraturan yang berlaku
Penertiban pemanfaaatan ruang udara di atas tanah yang dikuasai
masyarakat dan badan usaha harus seijin pemilik hak atas tanah yang
bersangkutan.