Kabupaten Dairi
BAB
2
Tabel 2.1
Rencana Hirarki dan Fungsi Pusat-Pusat Pelayanan di Kabupaten Dairi
Jalan Jrs Silalahi – (Batas Karo) Link 041 sep. 10,70 Km dan
Jalan Jrs. Silalahi – Binangara Link 142 sep. 8,10 Km (Batas Kab.
Samosir) yaitu jalan lintas kabupaten dan jalan lingkar luar Danau
Jalan Jrs. Sumbul (Sp. Jalan Nasional Km. 14 Sdk) – Parikki (Link.
036) sep. 11,50 Km dan jalan Jrs. Parikki – Pangiringan (Link 035)
sep. 7,20 Km yaitu sebagai jaringan jalan strategis yang
menghubungkan beberapa kabupaten dan menuju Provinsi
Sumatera Barat jalan nasional sekaligus jalan alternatif apabila
jalan nasional kondisi rusak, dengan jumlah panjang jalan 18,70
Km.
2. Jaringan jalan lokal terdistribusi ke seluruh wilayah yang ditetapkan
sebagai kawasan budidaya dan berorientasi ke jaringan jalan arteri
primer maupun kolektor primer, termasuk jaringan jalan lingkar dalam
dan jaringan jalan lingkar luar Kota Sidikalang.
2.3.2 Terminal/Stasiun
Dalam hal ini, terminal dibedakan kedalam tiga jenis yakni: terminal regional,
Terminal dalam kota dan sub terminal. Lokasi terminal angkutan barang dengan
fasilitasnya dan pangkalan truk diarahkan pada terminal terpadu regional Sitinjo
dilengkapi dengan industri/pergudangan. Terminal dalam kota ditetapkan pada
Kota Sidikalang dan sub terminal diarahkan pada tiap pusat kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Dairi.
2.3.3 Pelabuhan
Sumber air baku PDAM Tirta Nciho berasal dari mata air dan air
permukaan (sungai) yang didistribusikan langsung ke pelanggan dengan
menggunakan sistem gravitasi tanpa melalui sistem pengolahan. Kecuali untuk
wilayah pelayanan Kota Sidikalang dan sekitarnya, air baku mengalami
pengolahan dengan Saringan Pasir Cepat (SPC) maupun Saringan Pasir Lambat
(SPL) sebelum didistribusikan.
Tabel 2.2
Potensi dan Sumber Air Baku PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi
Potensi Debit (Liter/Detik) Sistem
No. Kecamatan
Sumber Air Baku Total Produksi Pengolahan
a. Persampahan
b. Air Limbah
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah
yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area
1. RTH Publik sebesar 20 (dua puluh) persen atau seluas 1.595,8 Ha;
3. RTH Taman Lingkungan, yang meliputi : taman RT, taman RW, taman
kelurahan dan taman kecamatan;
6. RTH Jalur Hijau, yang meliputi : jalur hijau jalan dan jalur hijau
sempadan rel KA.
Tabel 2.3
Lokasi Cagar Budaya Di Kabupaten Dairi
NO Kecamatan Nama Cagar Budaya Keterangan
1 Sidikalang 1. Batu Aceh
2. Batu Hija
2 Sumbul 1. Rumah Adat Pakpak
3 Silahisabungan 1. Tugu Silahi Sabungan
2. Aek Sipaulak Hosa
3. Aek Nauli Basa
4. Aek Lae Sabungan
5. Rumah Adat Batak
6. Tenunan Ulos
7. Legenda Rakyat Turi-turian
8. Batu Sigadap Peninggalan Sejarah
4 Silima 1. Batu Perisang Manik
Punggapungga 2. Mejan Marga Cibro
5 Lae Parira Bantun Kerbo Kerbau menjadi Batu
6 Tigalingga Tank Peninggalan Sejarah Pada
Masa Penjajahan Belanda
7 Pegangan Hilir 1. Batu Cumbang
2. Batu Perabun
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka ditetapkan luas kawasan lindung
bencana alam di Kabupaten Dairi adalah seluas 29.229,12 Ha atau 14,69% dari
luas wilayah administrasi Kabupaten Dairi.
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Dairi berada pada ketinggian 1.000
meter dpl dengan kelerengan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi dan mampu
meresapkan air kedalam tanah; termasuk di dalamnya kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung; hutan register, KEL dan kawasan TGHK.
Berdasarkan hasil analisis fisiografi (aspek topografi, jenis tanah, hidrologi/pola
aliran drainase alami dan klimatologi) berada pada sebagian wilayah Kecamatan
Tanah Pinem, Siempat Nempu Hilir, Silima Punggapungga, Lae Parira, Berampu,
Silahisabungan, Gunung Sitember.
Tabel 2.4
Potensi Pertambangan Di Wilayah Kabupaten Dairi
Kabupaten Dairi memiliki berbagai obyek wisata dan cagar budaya yang
menarik dan bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata dalam pembangunan
yang berkelanjutan. Arahan pengembangan obyek wisata yang direkomendasikan
terdiri dari tiga tahapan:
1. Pelestarian (preservasi) terhadap obyek wisata;
2. Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas penunjang obyek wisata;
3. Memantapkan peran obyek wisata, dimana dalam pembinaan dan
pengembangannya dijadikan dalam satu jaringan obyek wisata.
Peta 2.1