Anda di halaman 1dari 36

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil

Kabupaten Dairi

BAB
2

2.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN DAIRI


Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan
Kecamatan Silima Pungga-Pungga ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari
RTRW Kabupaten Dairi. Sehubungan dengan hal tersebut maka RDTR Kawasan
Perkotaan Kecamatan Silima Pungga-Pungga ini berpedoman kepada
kebijaksanaan-kebijaksanaan rencana tata ruang dan kebijakan regional yang
telah disusun sebelumnya

Tujuan penataan ruang Kabupaten Dairi mencerminkan arah spesifik yang


akan dituju dalam proses penataan ruang di masa mendatang. Tujuan penataan
ruang tersebut juga dirumuskan berdasarkan isu pokok kota sebagaimana telah
diuraikan pada bagian sebelumnya. Dengan pertimbangan tersebut maka tujuan
penataan ruang Kabupaten Dairi adalah:

“Mewujudkan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan


berkelanjutan berbasis agribisnis dan pariwisata yang berwawasan
lingkungan.”

2.1.1 Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai di atas, maka


kebijakan penataan ruang Kabupaten Dairi dirumuskan, sebagai berikut :
1. pengurangan kesenjangan pembangunan dan perkembangan antar
wilayah;

Laporan Pendahuluan II-1


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

2. pengembangan wilayah pusat-pusat pemukiman untuk mendukung


pengembangan ekonomi sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, pariwisata, pertambangan dan agroindustri sesuai daya
dukung wilayah;
3. peningkatan fungsi Kawasan Perkotaan Sidikalang sebagai PKW dan
Kawasan Perkotaan Sumbul, Tigalingga dan Parongil sebagai PKLp;
4. penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi
hutan lindung, kawasan lindung dan lain-lainnya;
5. peningkatan produktifitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan
modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan;
6. mendorong bertumbuhnya sektor ekonomi sekunder dan tersier
berbasis agro dan pariwisata sesuai keunggulan kawasan yang bernilai
ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah
lingkungan.
Adapun strategi perwujudan kebijakan penataan ruang Kabupaten Dairi
tersetbut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Strategi mengurangi kesenjangan pembangunan dan perkembangan


wilayah sebagaimana dimaksud dalam dilakukan melalui peningkatan
interaksi kawasan untuk perkembangan ekonomi dengan
pengembangan jaringan jalan, sarana dan prasarana daerah lainnya.
2. Strategi mengembangkan wilayah pusat-pusat pemukiman untuk
mendukung pengembangan ekonomi sektor pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, pariwisata, pertambangan dan agroindustri
sesuai daya dukung wilayah meliputi :
a. peningkatan kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, pariwisata, pertambangan dan agroindustri melalui
pola intensifikasi dengan tetap mempertahankan ekosistem
lingkungan;

Laporan Pendahuluan II-2


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

b. peningkatan pengembangan kawasan agropolitan dengan


melengkapi fasilitas perdagangan, pusat koleksi distribusi dan jasa
pendukung komoditas pertanian;
c. peningkatan pengembangan agroindustri berupa perlengkapan
saprodi dan sarana pendukungnya;
d. peningkatan pengembangan kegiatan jasa perdagangan untuk
mendukung kegiatan sektor primer dan sekunder, serta
menciptakan lapangan kerja;
3. Strategi meningkatkan fungsi Kawasan Perkotaan Sidikalang sebagai
PKW dan Kawasan Perkotaan Sumbul, Tigalingga dan Parongil sebagai
PKLp meliputi :
a. pengembangan fungsi pusat-pusat kegiatan sesuai dengan potensi
kegiatan wilayah;
b. pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan fungsi pusat
kegiatan baik internal maupun eksternal;
c. peningkatan prasarana transportasi dalam rangka untuk
menunjang pengembangan ekonomi daerah.
4. Strategi memperkuat dan memulihkan fungsi kawasan lindung yang
meliputi hutan lindung, kawasan lindung dan lain-lainnya meliputi:
a. penetapan tata batas kawasan lindung dan budidaya untuk
memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi;
b. penyusunan dan pelaksanaan program rehabilitasi lingkungan,
terutama pemulihan fungsi hutan lindung yang berbasis
masyarakat;
c. peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian
kerusakan dan pencemaran lingkungan;
d. penggalangan kerjasama regional, nasional dan internasional
dalam rangka pemulihan fungsi kawasan lindung terutama hutan
lindung;
e. pengaturan penduduk yang berada dalam kawasan lindung dalam
bentuk enclave dan relokasi;
f. melarang aktifitas penduduk dalam hutan lindung.

Laporan Pendahuluan II-3


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

5. Strategi mendorong peningkatan produktifitas wilayah melalui


intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan
yang ramah lingkungan meliputi:
a. peningkatan produktifitas hasil pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan dan kehutanan melalui intensifikasi lahan;
b. pemanfaatan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi
peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan
masyarakat;
c. peningkatan teknologi pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi
dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi;
d. penguatan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan
sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi
yang dibutuhkan.
6. Strategi mendorong bertumbuhnya sektor ekonomi sekunder dan
tersier berbasis agro dan pariwisata sesuai keunggulan kawasan yang
bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan
ramah lingkungan meliputi:
a. pengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro
sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar
(agroindustri dan agribisnis);
b. peningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan
prasarana dan sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang
lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif;
c. peningkatan keterkaitan fungsional pengembangan kegiatan
pariwisata dengan sektor lainnya terutama pertanian untuk
memberikan nilai efisiensi yang tinggi dan percepatan
pertumbuhan ekonomi wilayah;
d. pembangun prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas
untuk pemenuhan hak dasar dalam rangka pewujudan tujuan

Laporan Pendahuluan II-4


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta


mitigasi bencana;
e. pembangunan utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional
sesuai kebutuhan masyarakat pada pusat permukiman;
f. pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan
berimbang

2.2 STRUKTUR RUANG KABUPATEN DAIRI


2.2.1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten Dairi
Kabupaten Dairi memiliki rencana hirarki pusat pelayanan sebagai berikut:
a. PKW ditetapkan di kawasan perkotaan Sidikalang.
b. PPK ditetapkan di kawasan perkotaan Bunturaja, Sumbul, Paronggil, dan
Tigalingga;
c. PPL ditetapkan di:
 Kutabuluh di Kecamatan Tanah Pinem;
 Silalahi di Kecamatan Silahisabungan;
 Sigalingging di Kecamatan Parbuluan;
 Berampu di Kecamatan Berampu;
 Lae Parira di Kecamatan Lae Parira;
 Silumboyah di Kecamatan Siempat Nempu Hulu;
 Tigabaru di Kecamatan Pegagan Hilir;
 Sopobutar di Kecamatan Siempat Nempu Hilir; dan
 Gunung Sitember di Kecamatan Gunung Sitember.
d. PKLp sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf d diusulkan di
kawasan perkotaan Sumbul, Parongil dan Tigalingga.

Setiap pusat kegiatan di Kabupaten Dairi tersebut mempunyai fungsi-fungsi


tersendiri sesuai dengan hirarkinya. Semakin tinggi hirarki pusat permukiman,
maka semakin kompleks fungsi sebagai pusat pelayanan dan semakin rendah
hirarki pusat permukiman, maka semakin kecil fungsi sebagai pusat pelayanan.

Laporan Pendahuluan II-5


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Secara lengkap fungsi pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Dairi digambarkan


dalam Tabel 2.1 dan Peta 2.1.

Tabel 2.1
Rencana Hirarki dan Fungsi Pusat-Pusat Pelayanan di Kabupaten Dairi

Hirarki Sistem Perkotaan Fungsi Utama


I. PKW Kawasan Perkotaan  Pusat Pemerintahan Kabupaten Dairi
Sidikalang  Pusat Perdagangan dan Jasa Regional
 Pusat Koleksi dan Distribusi Barang dan Jasa
 Pusat Pelayanan Jasa Pariwisata
 Pusat Pendidikan Umum dan Kejuruan
 Pusat Agro-Industri, Pariwisata
 Pusat Pengolahan Hasil Pertanian Tanaman
Pangan
 Pusat Permukiman Perkotaan
II. PKLp Sumbul  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pusat Koleksi dan Distribusi Perikanan
 Sub Pusat Perdagangan dan Jasa
 Pendidikan Kejuruan, Permukiman Perkotaan
 Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan
III. PPK 1. Tigalingga  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Sub Pusat Perdagangan dan Jasa
 Pendidikan Kejuruan, Permukiman Perkotaan
 Pengolahan Hasil Perkebunan
2. Parongil  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pusat Pertambangan
 Sub Pusat Perdagangan/Jasa, Permukiman
Perkotaan
 Pendidikan Kejuruan, Pengolahan Hasil
Perkebunan
IV. PPL 1. Silalahi  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pariwisata, Pelabuhan Danau, Pengolahan
Perikanan Tangkap, Pengolahan Hasil Pertanian
Holtikultura
2. Sigalingging  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan Hasil Perkebunan
 Pengolahan Hasil Budidaya Kehutanan
3. Tiga Baru  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan Hasil Pertanian
 Pengolahan Hasil Budidaya Kehutanan
4. Berampu  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan Hasil Pertanian Tanaman Pangan
5. Silumboyah  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan Hasil Pertanian
 Pengolahan Hasil Budidaya Kehutanan, Pariwisata
6. Lae Parira  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan Hasil Pertanian Tanaman Pangan
 Pengolahan Hasil Budidaya Perikanan

Laporan Pendahuluan II-6


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Hirarki Sistem Perkotaan Fungsi Utama


7. Bunturaja  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan Hasil Perkebunan, Permukiman
Perdesaan
8. Sopobutar  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan Hasil Perkebunan, Permukiman
Perdesaan
9. Gunung Sitember  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan Hasil Perkebunan
 Pengolahan Hasil Budidaya Kehutanan
10. Kuta Buluh  Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan Hasil Perkebunan
 Pengolahan Hasil Budidaya Kehutanan
Sumber: Perda RTRW Kabupaten Dairi 2013

2.3 RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA WILAYAH


2.3.1 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan

Jaringan transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam


pengembangan suatu wilayah, yaitu memberi kemudahan atau meningkatkan
interaksi antar wilayah / pusat pelayanan. Dengan demikian akan diperoleh
manfaat ekonomi, sosial, dan kewilayahan (membuka keterisolasian dengan
wilayah lainnya), karena hubungan antar wilayah yang semakin mudah akan
mendorong pergerakan penduduk. Dengan terbukanya wilayah yang terisolasi
maka wilayah tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan
meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.

Tujuan pengembangan sistem transportasi di wilayah Kabupaten Dairi


adalah :

1. Menciptakan aksesibilitas dan mobilitas yang sesuai untuk


pertumbuhan aktifitas;
2. Meningkatkan kemudahan pergerakan antar lokasi;
3. Menyediakan kegiatan transportasi yang murah, aman, nyaman dan
cepat dengan menata sistem transportasi angkutan umum;
4. Meningkatkan fungsi sarana transportasi yang ada dengan
memperbaiki dan melengkapi prasarana dan sarana pendukungnya;

Laporan Pendahuluan II-7


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

5. Menyusun pengelolaan sistem pergerakan di wilayah perencanaan


lalu lintas dengan mengintegrasikan tiap elemen transportasi..
Berdasarkan fungsi suatu jalan yang dilihat dari tingkat hubungan antar
pusat pelayanan penduduk, prospek pengembangan dan tingkat kemudahannya
terdapat tiga kategori jalan yang antara lain sebagai berikut:
a. Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi,
dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Dimensi
jaringan jalan arteri direncanakan sbb: Rumaja = 18 M, Rumija = 23 M,
Ruwasja = 30 M.
b. Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Dimensi
jaringan jalan kolektor direncanakan sbb: Rumaja = 9 M, Rumija = 14
M, Ruwasja = 18 M.
c. Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat. Dimensi jaringan jalan
lokal direncanakan sbb: Rumaja = 5 M, Rumija = 10 M, Ruwasja = 14
M.
Rencana pengembangan jaringan jalan baru sampai saat ini masih
dipercaya untuk dapat mengembangkan pusat-pusat kegiatan baru. Selain itu,
juga diarahkan rencana peningkatan fungsi jalan dan peningkatan kelas jalan.
Adapun rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Dairi berdasarkan
fungsinya antara lain :

1. Peningkatan fungsi jaringan jalan kolektor (jalan kabupaten) menjadi


arteri sekunder (jalan provinsi), meliputi:

 Jalan Jrs Silalahi – (Batas Karo) Link 041 sep. 10,70 Km dan
Jalan Jrs. Silalahi – Binangara Link 142 sep. 8,10 Km (Batas Kab.
Samosir) yaitu jalan lintas kabupaten dan jalan lingkar luar Danau

Laporan Pendahuluan II-8


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Toba untuk mendukung kawasan pariwisata Danau Toba serta


berfungsi sebagai jalan alternatif lintas kendaraan untuk jalan
nasional dengan jumlah panjang jalan 18,80 Km;
 Jalan Jrs. Sumbul (Sp. Jalan Nasional Km 14,0 Sdk) – Hutamanik
(Link 037) sep. 4,50 Km, Jalan Jrs. Hutamanik – Tigabaru (Link 039)
sep. 6,10 Km, Jalan Jrs. Tigabaru – Sumbul Jehe (Link 040) (Jalan
Nasional) sep. 18,90 Km yaitu sebagai jalan lingkar strategis (Ring
Road) berfungsi sebagai jalan alternatif yang menghubungkan
jalan nasional dan menghubungkan 3 (Tiga) kecamatan serta
menuju Provinsi Aceh dengan panjang jalan 29,50 Km;

 Jalan Jrs. Simpang Pamah (Sp. Jalan Nasional Km. 48 Sdk) –


Simpang Lau Paski (Link. 005) sep. 8,25 Km, Simpang Lau Paski –
Simpang Mangan Molih (Link. 002) sep. 5,90 Km dan Jalan Jrs.
Simpang Mangan Molih – Batas Kabupaten Karo (Link. 001) sep 3,0
Km serta jalan menuju Provinsi Aceh menghubungkan beberapa
kabupaten difungsikan sebagai jalan alternatif apabila jalan
nasional kondisi rusak, dengan jumlah panjang jalan 17,10 Km;

 Jalan Jrs. Sumbul (Sp. Jalan Nasional Km. 14 Sdk) – Parikki (Link.
036) sep. 11,50 Km dan jalan Jrs. Parikki – Pangiringan (Link 035)
sep. 7,20 Km yaitu sebagai jaringan jalan strategis yang
menghubungkan beberapa kabupaten dan menuju Provinsi
Sumatera Barat jalan nasional sekaligus jalan alternatif apabila
jalan nasional kondisi rusak, dengan jumlah panjang jalan 18,70
Km.
2. Jaringan jalan lokal terdistribusi ke seluruh wilayah yang ditetapkan
sebagai kawasan budidaya dan berorientasi ke jaringan jalan arteri
primer maupun kolektor primer, termasuk jaringan jalan lingkar dalam
dan jaringan jalan lingkar luar Kota Sidikalang.

Laporan Pendahuluan II-9


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

2.3.2 Terminal/Stasiun

Dalam hal ini, terminal dibedakan kedalam tiga jenis yakni: terminal regional,
Terminal dalam kota dan sub terminal. Lokasi terminal angkutan barang dengan
fasilitasnya dan pangkalan truk diarahkan pada terminal terpadu regional Sitinjo
dilengkapi dengan industri/pergudangan. Terminal dalam kota ditetapkan pada
Kota Sidikalang dan sub terminal diarahkan pada tiap pusat kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Dairi.

2.3.3 Pelabuhan

Pengembangan pelabuhan berupa pelabuhan danau di Kecamatan


Silahisabungan beserta fasilitas pendukungnya, meliputi:

 Menentukan rute pelayaran sehingga tidak mengganggu budidaya


perikanan;

 Mengembangkan moda transport sesuai dengan karakter alur


pelayaran Danau.

2.3.4 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi

Rencana pengembangan sistem jaringan energi dalam hal ini adalah


jaringan listrik, dimana tujuan pengembangannya yaitu tersedianya energi listrik
untuk memenuhi kebutuhan listrik domestik, instansi pemerintah/swasta,
industri dan lain-lain. Rencana pengembangan dilakukan melalui:
 Menjamin penyediaan daya, mutu dan keandalan tenaga listrik;
 Menjaga keselamatan di sepanjang jalur transmisi listrik tegangan
tinggi;
 Memperluas pengadaan transmisi tegangan tinggi baik melalui
saluran udara, gardu induk dan gardu distribusi;
 Pengembangan jaringan distribusi listrik diarahkan mengikuti pola
jaringan jalan melalui saluran udara;

Laporan Pendahuluan II-10


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Pada pusat-pusat kota kecamatan, pengembangan infrastruktur


listrik diarahkan sesuai dengan skala potensi ekonomi yang dimiliki
dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut;

 Pengembangan jaringan infrastruktur diarahkan kekota yang


mempunyai fungsi pelayanan lokal di kawasan-kawasan tertentu
yang memiliki potensi ekonomi yang memerlukan dukungan
penyediaan listrik yang terhubungkan dengan sistem jaringan Kota
Sidikalang;

 Menciptakan pengelolaan ruang yang terpadu bagi pemanfaatan


air dan udara untuk pembangkit dengan pelestarian lingkungan,
kegiatan sosial masyarakat, pertanian, industri, perdagangan dan
pariwisata.

 Pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hydro pada


kawasan yang potensial yaitu Lae Simbelin dan Lau Gunung.

 Pengembangan jaringan listrik pada desa-desa terpencil yang


belum dijangkau oleh jaringan listrik.

2.3.5 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air


2.3.5.1 Jaringan Air Baku
Potensi sumber air baku di Kabupaten Dairi dalam pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) selanjutnya secara umum tidak
mengalami kendala. Sumber air baku yang dapat dimanfaatkan, yaitu:
 Air permukaan seperti sungai;
 Mata air;
 Air tanah dangkal;
 Air tanah sedang.

Laporan Pendahuluan II-11


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Wilayah yang memerlukan upaya khusus dalam pengelolaan air baku


untuk memenuhi kebutuhan air minumnya, yaitu Kota Sidikalang, Sumbul,
Tigalingga dan Silima Punggapungga serta beberapa IKK (ibukota kecamatan) dan
perdesaan. Wilayah Kota Sidikalang yang memerlukan upaya khusus dalam
pengelolaan air baku untuk memenuhi kebutuhan air minumnya terdapat 4
(empat) kawasan yang kondisi air tanah dangkal dan air tanah sedang relatif tidak
baik, yaitu berada pada:
 Kawasan Bintang;
 Kawasan Panji Bako;
 Kawasan Juma Takkar;
 Kawasan Km-2.

Sumber air baku PDAM Tirta Nciho berasal dari mata air dan air
permukaan (sungai) yang didistribusikan langsung ke pelanggan dengan
menggunakan sistem gravitasi tanpa melalui sistem pengolahan. Kecuali untuk
wilayah pelayanan Kota Sidikalang dan sekitarnya, air baku mengalami
pengolahan dengan Saringan Pasir Cepat (SPC) maupun Saringan Pasir Lambat
(SPL) sebelum didistribusikan.

Faktor utama yang cukup mempengaruhi sumber air baku di Kabupaten


Dairi lebih disebabkan belum tersedianya kebijakan dalam bentuk Peraturan
Daerah (Perda) yang mengatur tentang konservasi sumber daya air, sehingga
eksistensi dan kelestarian air baku (khususnya mata air) perlu perlindungan
khusus dari aktifitas penduduk.

Minimnya upaya perlindungan terhadap sumber air baku terlihat dari


semakin memburuknya kondisi sungai Lae Nuaha, Lae Mbulan dan Lae Sitio-tio
dengan debit yang sangat fluktuatif (tergantung musim), potensial tercemar
limbah domestik dan bahan kimia khususnya pestisida, karena kawasan disekitar
sumber air baku dimanfaatkan untuk mengairi lahan persawahan, perladangan
dan kebutuhan domestik lainnya.

Laporan Pendahuluan II-12


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Tabel 2.2
Potensi dan Sumber Air Baku PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi
Potensi Debit (Liter/Detik) Sistem
No. Kecamatan
Sumber Air Baku Total Produksi Pengolahan

1. Sidikalang  Lae Nuaha 90 60 SPC


 Lae Mbulan 20 15 SPL
 Mata Air Sitio-tio 20 15 SPL
2. Sumbul  Lae Sikuniken 15 *) Belum Ada
 Lae Impaliden 15 8 Belum Ada
3. Silima Punggapungga  Lae Huta Ginjang 20 *) Belum Ada
 Lae Puncung 25 8 Belum Ada
 Lae Sibalanga *) *) Belum Ada
4. Lae Parira  Lae Kentara 20 3 Belum Ada
 Lae Pandiangan 15 3 Belum Ada
 Sungai Lae Cih *) *) Belum Ada
5. Siempat Nempu Hulu  Mata Air 20 5 Belum Ada
6. Tigalingga  Lau Sigara-gara 20 5 Belum Ada
 Lau Kersik 20 2 Belum Ada
 Lau Sibengkurung 15 2 Belum Ada
 Lau Lubuk 20 *) Belum Ada
7. Tanah Pinem  Mata Air 20 2 Belum Ada
8. Gunung Sitember  Mata Air 10 2 Belum Ada
Jumlah 365
130
Total Debit Sumber Air Baku Tereksploitasi
Sumber: Perencanaan Pembangunan Jaringan Air Bersih/Air minum Kota Sidikalang Kabupaten Dairi
Keterangan : *) Belum Diketahui

2.3.5.2 Jaringan Irigasi

Rencana pengembangan sistem irigasi di Kabupaten Dairi antara lain


adalah: peningkatan sistem irigasi sederhana menjadi semi teknis, semi teknis
menjadi teknis, dimana sumber air yang dominan adalah sungai disamping mata
air , air tanah ataupun air hujan. Irigasi ini dimanfaatkan untuk pertanian
tanaman pangan yang menyebar di hampir semua kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Dairi. Adapun kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
penanganan jaringan irigasi yang dilaksanakan di Kabupaten Dairi adalah:

 Kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi: proses perbaikan sistem jaringan


yang meliputi perbaikan fisik atau non fisik untuk mengembalikan tingkat
pelayanan sesuai desain semula, maksimum yang pernah dicapai atau
sesuai dengan kondisi lapangan;

Laporan Pendahuluan II-13


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi: upaya menjaga dan mengamankan


jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya
melalui perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus
dilakukan terus menerus.

2.3.6 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Kebutuhan sambungan telepon menggunakan standard proporsi kapasitas


sambungan per 50 penduduk yaitu minimal 1 SST. Kebutuhan sambungan
telepon untuk kegiatan lain adalah sebagai berikut :

 Kebutuhan sambungan telepon untuk sarana umum/sosial adalah


1 SST untuk 250 jiwa;
 Kebutuhan sambungan telepon untuk kegiatan komersial adalah 1
SST setiap 150 jiwa;
 Kebutuhan untuk telepon umum adalah 1 SST setiap 1000 jiwa.

Pada beberapa desa-desa terpencil yang belum terjangkau jaringan telepon


direncanakan akan dilakukan pemantapan jaringan telepon khususnya jaringan
telepon nirkabel pada desa/dusun:
- Dusun Sitiotio dan dusun Binangara (Desa Silalahi II Kecamatan
Silahisabungan);
- Sebagian besar wilayah Kecamatan Parbuluan;
- Dusun Liang Jering, Dusun Alur Subur, Dusun Sukadame, Dusun
Lau Juhar, Dusun Mangan Mulih (Kecamatan Tanah Pinem);
- Desa Pardomuan, Desa Lae Luhung, Desa Lae Hitam, Desa Lae
Markelang, Desa Lae Haporas (Kecamatan Siempat Nempu Hilir);
- Desa Tigalingga, Desa Lau Bagot, Desa Lau Sermei (Kecamatan
Tigalingga).
Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi meliputi :

Laporan Pendahuluan II-14


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

a. Penyediaan dan pemanfaatan menara BTS (base transceiver station)


yang digunakan secara bersama menjangkau seluruh wilayah kota;
b. Penyebaran jaringan internet hotspot pada pusat-pusat kegiatan dan
kawasan strategis;
c. Pengaturan zona/kawasan dan lokasi sebaran dan peletakan menara
bersama telekomunikasi.

2.3.7 Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya


2.3.7.1 Prasarana Pengelolaan Lingkungan

a. Persampahan

Arahan pengelolaan persampahan bertujuan untuk merubah kebiasaan


masyarakat yang selalu membuang sampah secara sembarangan dan membuang
limbah cair melalui aliran air/sungai. Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
Kabupaten Dairi diarahkan di Desa Karing Kecamatan Berampu dengan luas areal
4 Ha dengan sistem pengelolaan sampah yang direkomendasikan adalah sistem
sanitary landfill. Kawasan-kawasan yang diprioritaskan penangan sampahnya
secara terpadu adalah tiap ibukota kecamatan dan kawasan perkotaan Sidikalang
dengan fokus utama pelayanan adalah kawasan permukiman diperkotaan
terutama yang padat penduduk.

Cara pembuangan sampah di Kabupaten Dairi terutama pada kawasan-


kawasan perkotaan diarahkan secara kolektif atau pengelolaan dengan
menyediakan tempat sampah umum yang akan dibuang bersama pada lokasi
yang ditentukan. Untuk menunjang sistem pembuangan sampah secara kolektif,
perlu direncanakan sistem pengumpulan sampah. Jenis pengumpulan sampah
terdiri dari:
1. Pengumpulan sampah rumah tangga (house hold / domestic waste);
2. Pengumpulan sampah pasar (market waste);
3. Pengumpulan sampah pertokoan dan jalan.

Laporan Pendahuluan II-15


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Peralatan yang digunakan untuk pengumpulan sampah terdiri dari:


1. Keranjang sampah dengan volume 25 liter.
2. Gerobak pengumpul sampah dengan volume 720 liter.
3. Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dengan volume 10 m3;
4. Truk.

b. Air Limbah

Prasarana drainase meliputi sistem pembuangan air hujan maupun


pembuangan air limbah cair dari rumah tangga (domestic) dan sistem
pengendalian banjir. Pengembangan jaringan drainase diarahkan di Pusat ibukota
kabupaten dan pusat ibukota kecamatan dalam upaya untuk mengantisipasi
wilayah-wilayah yang rawan bencana seperti banjir, erosi dan sebagainya.

Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan memanfaatkan


karakter topografi dan pola jaringan jalan sehingga pembuangan air dapat
dialirkan secara cepat dan bebas gangguan air tergenang atau banjir dengan
membagi beberapa jenis saluran penampung, saluran pengumpul serta saluran
pembuang sekunder dan primer/utama dengan mempertimbangkan:
 Saluran terbuka untuk memudahkan perawatan dan pembersihan;
 Bentuk saluran trapesium, kecuali pada tempat tertentu dipasang dengan
kemiringan slope yang sesuai agar tidak terjadi pengendapan dalam
saluran.

2.4 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN DAIRI


2.4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

A. Kawasan Hutan Lindung


Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu memberikan keadaan kawasan sekitarnya maupun bawahannya sebagai
pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

Laporan Pendahuluan II-16


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah


terjadinya erosi, banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologi untuk
menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan.
Kawasan resapan air di Kabupaten Dairi telah disatukan dalam kawasan hutan
lindung. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan
tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air
bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan
resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air
hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah
dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan
yang bersangkutan. Kawasan hutan lindung/kawasan konservasi/resapan air
dengan nama Delleng Simbelin, Adian Tinjoan, Dairi, Batu Redan, Sibuatan
Selatan, Sungai Siempat, Delleng Cengkeh, Sembahbala Selatan dengan luas
44.419,19 Ha. Dalam penanganan rehabilitasi kedepannya kawasan hutan ini
perlu melibatkan masyarakat yang didukung oleh pemerintah kabupaten dan
pengamanan hutan dari pencurian kayu maupun perambah melalui peran aparat
dan pemerintah kabupaten.

B. Kawasan Perlindungan Setempat

Secara keseluruhan, jumlah total kawasan perlindungan setempat yang


ditetapkan di Kabupaten Dairi adalah seluas 4.248,88 Ha, dimana rinciannya
diuraikan sebagai berikut:

 Kawasan Sepadan Sungai


Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk
sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan
untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengamankan aliran
sungai.
Kawasan sempadan sungai dengan lebar 100 meter di kiri-kanan sungai
besar dan 50 meter di kiri-kanan anak sungai yang berada di luar permukiman.

Laporan Pendahuluan II-17


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Garis sempadan sungai di kawasan permukiman diperkirakan cukup untuk


membangun jalan inspeksi yaitu antara 10 – 15 meter.
Di Kabupaten Dairi terdapat sungai-sungai yang mengalir ke arah pantai
Barat Sumatera Utara antara lain Lae Renun, Lae Simbelin, Lau Gunung, Lau
Belulus dan sungai lainnya. Sungai-sungai ini telah digunakan untuk irigasi ½
teknis, dimana sebagian besar sudah dimanfaatkan untuk keperluan sawah
(pengairan), permukiman dan kebutuhan air minum. Diantara sungai-sungai
tersebut yang terpanjang adalah:
Lae Renun terbentang di daerah Kecamatan Parbuluan, Sumbul,
Tigalingga dan Kecamatan Tanah Pinem yang selanjutnya menuju
Aceh Tenggara (panjang = 120 km)
Lae Belulus, terbentang di Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan
Tanah Pinem serta bermuara di Lae Renun (panjang = 22 km)
Lae Simbelin, terbentang di Kecamatan Sidikalang menuju perbatasan
Kec. Siempat Nempu/Kec. Silima Pungga-Pungga mengalir ke Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (panjang = 60 km).
Lae Manalsal, terbentang di Kecamatan Sumbul dan bermuara di Lae
Renun (panjang = 20 km)
Kawasan sempadan sungai yang ditetapkan/diarahkan sebagai kawasan
lindung dapat digunakan untuk kegiatan budidaya sejauh tidak
mengganggu fungsi lindungnya, misalnya digunakan untuk lapangan olah
raga, kawasan rekreasi, dan sebagainya.

 Kawasan Sempadan Mata Air


Kawasan sekitar mata air yang meliputi kawasan sekurang-kurangnya
radius 200 meter di sekitar mata air. Kawasan ini berada di Kecamatan Parbuluan.

2.4.2 Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah
yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area

Laporan Pendahuluan II-18


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada


dasarnya tanpa bangunan. Kawasan ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai
paru-paru kota, juga berfungsi sebagai salah satu unsur pembentuk struktur tata
ruang kota.

Ditinjau dari fungsinya, maka RTH memiliki fungsi sebagai:


a. Fungsi orologi, yakni sebagai pencegah erosi, debu dan longsor;
b. Fungsi hidrologi, dapat menjgga kestabilan dari tanah dimana dalam
hal ini permukaan tanah bebas dari perkerasan;
c. Fungsi estetika, dapat membentuk nilai pandang yang indah;
d. Fungsi klimatologi dapat menciptakan iklim mikro yang sejuk dan
nyaman oleh adanya faktor air dan vegetasi alam;
e. Fungsi ekologi dapat menciptakan keserasian hubungan antara
manusia dan sekitarnya;
f. Fungsi kesehatan yakni dapat mengurangi pencemaran;
g. Fungsi sosial dapat menciptakan suasana lingkungan sehat dan
nyaman serta dapat mengurangi ketegangan.

Ruang Terbuka Hijau dipersyaratkan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang


penataan ruang, bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota, yang terdiri
dari :

1. RTH Publik sebesar 20 (dua puluh) persen atau seluas 1.595,8 Ha;

2. RTH Private sebesar 10 10 (sepuluh) persen atau seluas 797,9 Ha.

RTH Publik pada Kabupaten Dairi terwujud dalam bentuk :

1. RTH Hutan Kota;

2. RTH Taman Kota;

3. RTH Taman Lingkungan, yang meliputi : taman RT, taman RW, taman
kelurahan dan taman kecamatan;

Laporan Pendahuluan II-19


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

4. RTH Taman Pemakaman Umum;

5. RTH Kawasan Sempadan, yang mencakup : sempadan sungai,


sempadan mata air dan area penyangga pada kawasan TPA;

6. RTH Jalur Hijau, yang meliputi : jalur hijau jalan dan jalur hijau
sempadan rel KA.

2.4.3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

a. Kawasan Suaka Alam


Kawasan suaka alam di Kabupaten Dairi adalah hutan wisata atau taman
hutan wisata di danau Sicike-cike seluas 575 Ha, berada di Kecamatan Parbuluan.

b. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Kawasan cagar budaya berada pada beberapa Kecamatan seperti


diuraikan pada Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3
Lokasi Cagar Budaya Di Kabupaten Dairi
NO Kecamatan Nama Cagar Budaya Keterangan
1 Sidikalang 1. Batu Aceh
2. Batu Hija
2 Sumbul 1. Rumah Adat Pakpak
3 Silahisabungan 1. Tugu Silahi Sabungan
2. Aek Sipaulak Hosa
3. Aek Nauli Basa
4. Aek Lae Sabungan
5. Rumah Adat Batak
6. Tenunan Ulos
7. Legenda Rakyat Turi-turian
8. Batu Sigadap Peninggalan Sejarah
4 Silima 1. Batu Perisang Manik
Punggapungga 2. Mejan Marga Cibro
5 Lae Parira Bantun Kerbo Kerbau menjadi Batu
6 Tigalingga Tank Peninggalan Sejarah Pada
Masa Penjajahan Belanda
7 Pegangan Hilir 1. Batu Cumbang
2. Batu Perabun

Laporan Pendahuluan II-20


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Sumber : Hasil Analisis

c. Kawasan Lindung Bencana Alam

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka ditetapkan luas kawasan lindung
bencana alam di Kabupaten Dairi adalah seluas 29.229,12 Ha atau 14,69% dari
luas wilayah administrasi Kabupaten Dairi.

Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Dairi berada pada ketinggian 1.000
meter dpl dengan kelerengan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi dan mampu
meresapkan air kedalam tanah; termasuk di dalamnya kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung; hutan register, KEL dan kawasan TGHK.
Berdasarkan hasil analisis fisiografi (aspek topografi, jenis tanah, hidrologi/pola
aliran drainase alami dan klimatologi) berada pada sebagian wilayah Kecamatan
Tanah Pinem, Siempat Nempu Hilir, Silima Punggapungga, Lae Parira, Berampu,
Silahisabungan, Gunung Sitember.

2.5 RENCANA KAWASAN BUDIDAYA


Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar
kawasan lindung. Penetapan kawasan budidaya dititikberatkan pada usaha untuk
memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan
fungsi sumberdaya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya.
Pengarah kawasan budidaya dalam rencana tata ruang wilayah
Kabupaten ditujukan untuk:
1. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara
optimal, berdayaguna dan berhasil guna, serasi, seimbang dan
berkelanjutan;
2. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang antar
kegiatan budidaya yang berbeda;
3. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis
kegiatan budidaya terutama ke jenis yang lain.

Laporan Pendahuluan II-21


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Proses penentuan kawasan budidaya ini mengacu kepada:


1. Kawasan lindung yang telah ditetapkan sebelum dan menjadi pembatas
bagi penetapan kawasan budidaya;
2. Rencana struktur tata ruang yang dituju;
3. Kriteria penetapan kawasan budidaya berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007;
4. Rencana Strategi Program Pembangunan Daerah (Renstra Propeda);
5. Hasil Masukan analisis fisik, sosial, ekonomi dan struktur tata ruang.

Berdasarkan pedoman-pedoman di atas, maka kawasan budidaya yang


direncanakan di Kabupaten Dairi adalah:
1. Kawasan hutan produksi
2. Kawasan pertanian:
 Kawasan pertanian lahan basah
 Kawasan pertanian lahan kering
 Kawasan pertanian hortikultura
 Kawasan perkebunan
 Kawasan perikanan
3. Kawasan pertambangan
4. Kawasan perindustrian
5. Kawasan pariwisata
6. Kawasan permukiman

2.5.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Berdasarkan kebijaksanaan Nasional tentang konversi hutan saat ini


adalah menghentikan sementara pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan
sampai tersusunnya National Forestry Program yang tertuang dalam Surat
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 603/Menhutbun-VIII/2000 tanggal 22
Mei 2000 kepada seluruh Gubernur dan Bupati di Indonesia. Surat tersebut
sudah ditindaklanjuti oleh Gubernur Sumatera Utara melalui Surat No.

Laporan Pendahuluan II-22


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

522/8352/Binekda/2000 kepada Bupati, Walikota serta instansi terkait lainnya se-


Sumatera Utara yang pada intinya menekankan tidak ada lagi penerbitan
rekomendasi.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, maka kawasan hutan
produksi yang ditetapkan di wilayah Kabupaten Dairi adalah seluas 23.708,69 Ha
atau setara dengan 11,91% dari luas Kabupaten Dairi yang tersebar di kecamatan
Sumbul, Parbuluan, Sitinjo, Sidikalang, Pegagan Hilir, Tigalingga, Tanah Pinem,
Siempat Nempu Hilir.

2.5.2 Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian yang dimaksud adalah tanaman pangan


berupa kawasan tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering dan
tanaman hortikultura. Pengembangan tanaman pangan lahan basah guna
mendukung peningkatan swasembada pangan. Beberapa cara dapat dilakukan,
terutama dengan program intensifikasi sehingga produksi per hektar semakin
meningkat.
Ekstensifikasi berupa perluasan kawasan tanaman pangan lahan basah
terutama untuk mengimbangi penyempitan/pengurangan areal tanaman akibat
lahan sawah berubah fungsi untuk kegiatan lainnya.

2.5.2.1 Peruntukan Pertanian Lahan Basah

Kawasan tanaman lahan basah adalah kawasan yang dipergunakan bagi


tanaman pengan lahan basah dimana pengairannya dapat diperoleh secara
alamiah maupun teknis. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan, maka kawasan ini
direncanakan berlokasi menyebar hampir di seluruh wilayah kecamatan baik
dalam skala besar maupun kecil dengan luas total 2.958,56 Ha yang secara
dominan berlokasi pada Kecamatan Lae Parira.

Laporan Pendahuluan II-23


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

2.5.2.2 Peruntukan Pertanian Lahan Kering

Kawasan tanaman pangan lahan kering adalah kawasan yang


diperuntukan bagi tanaman pangan lahan kering berupa tanaman palawija,
holtikultura, atau tanaman pangan lainnya.
Tanaman pangan lahan kering tidak memerlukan sistem pengairan
irigasi. Sedangkan kawasan tanaman lahan kering direncanakan menyebar
hampir diseluruh Kecamatan Kabupaten Dairi baik dalam skala besar mapun kecil
dengan luas total 52.014,63 Ha.

2.5.2.3 Peruntukan Hortikultura

Prosfek hortikultura diperkirakan akan semakin baik. Tanaman ini


terdapat pada semua kecamatan di Kabupaten Dairi, namun dominan di
Kecamatan Tanah Pinem, Gunung Sitember, Tiga Lingga, Berampu, Lae Parira dan
Siempat Nempu dan akan dikembangkan disemua kecamatan disamping padi dan
palawija, baik dilahan basah maupun kering.

Melihat bahwa tanaman palawija dan hortikultura dapat ditanam baik


di lahan basah maupun lahan kering, maka lahan yang ada seluas 9.216,69 Ha
perlu dipertahankan untuk pengembangannya. Tanaman sayuran dan buah-
buahan di Kabupaten Dairi untuk tujuan konsumsi lokal, regional maupun ekspor
dapat dikembangkan diseluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Lae Parira, hal ini
disebabkan karena kecamatan tersebut didominasi lahan persawahan.

2.5.3 Kawasan Peruntukan Perkebunan

Pengembangan kawasan tanaman tahunan di Kabupaten Dairi berupa


perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Seiring dengan usaha perluasan
kawasan tanaman tahunan, maka jaringan jalan yang ada harus ditingkatkan.
Kabupaten Dairi terdapat lahan tidur yang dapat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu lahan tidur yang telah dimiliki oleh perorangan dan lahan tidur yang
merupakan hak pemerintah setempat. Kedua jenis lahan tidur tersebut diatas

Laporan Pendahuluan II-24


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

masih banyak terdapat di Kabupaten Dairi yang menyebar diseluruh kecamatan.


Lahan tidur tersebut diprioritaskan dalam pengembangannya untuk kawasan
tanaman tahunan.
Berdasarkan rencana pengembangan perkebunan, dan melihat
ketersediaan lahan serta potensinya, maka Kabupaten Dairi sesuai bagi
pengembangan perkebunan, utamanya di Kecamatan Gunung Sitember, Tanah
Pinem dan Tigalingga. Kondisi infrastruktur yang masih terbatas sangat
mempengaruhi minat swasta untuk investasi. Luas kawasan perkebunan ini
adalah 30.909,56 Ha.

2.5.4 Kawasan Peruntukan Perikanan

Pengembangan kawasan perikanan dimaksudkan untuk memenuhi


kebutuhan ikan, baik pasar lokal daerah sekitar Kabupaten Dairi. Untuk mencapai
arahan ini perlu ditindak lanjuti dengan menyediakan sarana dan prasarana
pembangunan perikanan, terutama perikanan darat.
Penetapan wilayah pengembangan perikanan didasarkan pada
kecenderungan potensi yang dimiliki suatu kawasan baik dalam kondisi
eksistingnya maupun kecenderungan perkembangannya dimasa yang akan
datang. Jenis potensi bidang perikanan ini terdiri dari perikanan darat dan
perikanan danau.
Kawasan yang memiliki potensi pengembangan dibidang perikanan di
wilayah Kabupaten Dairi adalah pada Kecamatan Silima Pungga-pungga, Pegagan
Hilir, Lae Parira untuk perikanan darat serta Kecamatan Silahisabungan untuk
perikanan danau.

2.5.5 Kawasan Peruntukan Pertambangan Non Logam

Kawasan pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi


industri pertambangan, baik wilayah yang sedang maupun akan segera dilakukan
kegiatan penambangan. Kriteria lokasi sesuai dengan yang ditetapkan oleh
Departemen Pertambangan dan Energi untuk daerah masing-masing, yang
mempunyai potensi bahan tambang yang bernilai tinggi.

Laporan Pendahuluan II-25


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Untuk pengembangan potensi bahan galian yang terdapat di wilayah


Kabupaten Dairi, perlu disusun skala prioritas terhadap bahan galian yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Ketersediaan bahan galian dan lokasinya;
2. Kondisi dan kebutuhan daerah;
3. Pangsa pasar.
Beberapa komoditi yang menonjol untuk dikembangkan selain bahan
galian untuk konstruksi adalah bahan galian industri dan energi, diantaranya:

1. Batu Kapur dan Lempung terutama untuk bahan baku semen;


2. Kalsit, Kaolin, Pasir Kwarsa, Zeolit, bentonit, Mar-mar, Dolomit, Mika,
Granit dan Felspar untuk bahan baku industri dan bangunan;
3. Emas dalam bentuk penambangan skala kecil dan menengah;
4. Timah Hitam, Seng, Mineral dan Logam Lainnya sebagai bahan energi.

Kecamatan Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu Hilir dan Tanah


Pinem beserta kecamatan-kecamatan lainnya yang terdapat di Kabupaten Dairi
berpotensi untuk pengembangan dan mempunyai prospek yang cerah sebagai
pusat pengembangan pertambangan umum. Kendala yang dihadapi adalah
tingkat pengetahuan geologi belum cukup disamping informasi pangsa pasar
serta infrastruktur yang belum mendukung.

Kawasan pertambangan merupakan kawasan budidaya yang


mempunyai kriteria berpotensi mineral yang sudah atau belum dibudidayakan.
Berpedoman kepada kriteria tersebut, maka potensi yang ada dan mendapat
prioritas pengembangan dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.4
Potensi Pertambangan Di Wilayah Kabupaten Dairi

No. Kecamatan Potensi Keterangan

1. Sidikalang Batu Kapur, Granit, Batu Gamping, Marmer, Sirtu


2. Sitinjo Pasir Sedimen, Batu Padas
3. Berampu Sirtu

Laporan Pendahuluan II-26


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

No. Kecamatan Potensi Keterangan

4. Parbuluan Pasir Sedimen


5. Sumbul Batu Padas, Sirtu
6. Silahisabungan Sirtu
7. Silima Punggapungga Timah Hitam, Pasir Kwarsa, Emas, Seng, Batu Sumberdaya Pb dan Zn
Gamping, Sirtu sebesar 6,324 juta ton biji.
8. Lae Parira Batu Gamping, Batu Padas, Pasir Sedimen
9. Siempat Nempu Batu Kapur, Batu Gamping, Batu Padas, Tanah Liat, Sekitar 688 ton
Pasir Sedimen
10. Siempat Nempu Hulu Batu Gamping, Sirtu
11. Siempat Nempu Hilir Timah Hitam, Dolomit, Seng, Sirtu
12. Tigalingga Timah Hitam, Seng, Batu Gamping, Tanah Liat, Batu
Padas, Sirtu
13. Gunung Sitember Batu Gamping, Sirtu
14. Pegangan Hilir Emas, Sirtu
15. Tanah Pinem Timah Hitam, Seng, Batu Kapur, Batu Gamping, Batu Sekitar 135.576 m3
Lempung, Marmer, Batu Pualam, Dolomit, Sirtu
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Dairi

2.5.6 Kawasan Peruntukan Industri

Pengembangan kawasan perindustrian diarahkan pada industri yang


tidak merusak lingkungan. Penekanan kegiatan industri adalah industri kecil dan
kerajinan yang tersebar di berbagai kecamatan serta industri yang berbasis
agroindustri atau industri yang mengelola hasil pertanian. Tidak ada peruntukan
kawasan industri khusus untuk menampung kegiatan industri kecil dan kerajinan.
Kawasan industri pertambangan diarahkan sesuai dengan lokasi bahan baku
berada.
Secara garis besar, pengembangan industri diarahkan pada:
a. Pengembangan industri yang memiliki hubungan dan keterkaitan erat
dengan sektor pertanian dan pariwisata;
b. Memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha dan meningkatkan
volume ekspor;
c. Peningkatan kualitas produksi dan daya saing;
d. Menciptakan iklim usaha yang tetap untuk mendorong investasi lokal.

Didalam pengembangan sektor industri di Kabupaten Dairi, penentuan


lokasi pengembangan merupakan salah satu faktor penting karena kesalahan
pemilihan lokasi akan berakibat terhambatnya perkembangan yang ingin dicapai.

Laporan Pendahuluan II-27


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Teori lokasi menyatakan bahwa variabel-variabel yang perlu mendapat


penilaian atas potensi lokasi industri adalah:
1. Ketersediaan prasarana dan sarana penunjang pada lokasi atau
daerah sekitarnya;
2. Kemudahan mendapat material dari sumbernya ditinjau dari segi
waktu, biaya dan mutu;
3. Ketersediaan tenaga kerja yang potensial bagi kegiatan industri;
4. Sarana lingkungan yang menunjang bagi perkembangan kegiatan
industri.
Dari pertimbangan faktor-faktor diatas disimpulkan bahwa beberapa
kecamatan di Kabupaten Dairi dipandang memenuhi syarat sebagai lokasi
pengembangan agro industri yang dinilai berdasarkan ketersediaan potensi
bahan baku pada hinterlandnya.
1. Kecamatan Sidikalang, jenis industri adalah industri
menengah dan industri kecil/rumah tangga seperti; pengolahan kopi,
kerajinan/anyam-anyaman, kentang, pembuatan saos tomat, industri
pembuatan detergen, pengolahan hasil tambang Golongan C seperti
batako dan lain-lain;
2. Kecamatan Sumbul, jenis industri adalah industri skala
menengah dan industri kecil/rumah tangga seperti; kilang padi,
pengepakan beras, pengalengan ikan dan lain-lain;
3. Kecamatan Tigalingga, jenis industri adalah industri besar
(ramah lingkungan), menengah dan kecil/rumah tangga seperti agro-
industri pembibitan jagung, pengolahan ketela pohon dan lain-lain;
4. Kecamatan Silima Punggapungga, jenis industri adalah
industri besar, sedang dan kecil/rumah tangga seperti industri pengolah
hasil tambang, Pabrik Kelapa Sawit, penyulingan nilam, kerajinan/anyam-
anyaman dan lain-lain.

2.5.7 Kawasan Peruntukan Pariwisata

Laporan Pendahuluan II-28


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Kabupaten Dairi memiliki berbagai obyek wisata dan cagar budaya yang
menarik dan bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata dalam pembangunan
yang berkelanjutan. Arahan pengembangan obyek wisata yang direkomendasikan
terdiri dari tiga tahapan:
1. Pelestarian (preservasi) terhadap obyek wisata;
2. Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas penunjang obyek wisata;
3. Memantapkan peran obyek wisata, dimana dalam pembinaan dan
pengembangannya dijadikan dalam satu jaringan obyek wisata.

Program pengembangan pariwisata yang paling perlu diperhatikan adalah:


1. Pengembangan kemitraan;
2. Pengembangan pemasaran pariwisata;
3. Pengembangan destinasi pariwisata.

2.5.7.1 Peruntukan Pariwisata Budaya

Kawasan cagar budaya adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil


budaya manusia bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami khas berada dan
kawasan ini sangat bermanfaat jika dikembangkan sebagai kawasan pariwisata.
Dalam pengembangan kawasan pariwisata berupa kawasan cagar budaya ini
direncanakan di obyek peninggalan bersejarah yang terdapat di Kecamatan
Sidikalang, Sitinjo, Silahisabungan, Sumbul, Silima Punggapungga, Lae Parira,
Tigalingga, Pegagan Hilir.

2.5.7.2 Peruntukan Pariwisata Alam


Obyek wisata yang dapat dikembangkan untuk konsumsi regional dan
nasional/ internasional saat ini terbatasnya pengembangan obyek wisata yang
ada hanya berlingkup lokal atau belum dikelola dengan baik. Jenis obyek wisata
yang dapat dikembangkan di Kabupaten Dairi adalah
1. Wisata Danau diarahkan di Kecamatan Silahisabungan;
2. Ekowisata (wisata berwawasan lingkungan) diarahkan di Kecamatan
Parbuluan, Sumbul, Silahisabungan, Tanah Pinem.

Laporan Pendahuluan II-29


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

2.5.8 Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan permukiman terdiri dari permukiman perkotaan dan


permukiman pedesaan. Pengembangan Permukiman pada hakekatnya bertujuan
untuk mewujudkan kondisi permukiman perkotaan dan perdesaan yang sehat
dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan sehingga
tercipta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan pengembangan
permukiman, Pemerintah Kabupaten Dairi merencanakan penetapan Desa Pusat
Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi dan Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Dalam proses penetapannya dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti
potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana dasar serta
potensi-potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan mampu meningkatkan
kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang.
Di sisi lain, terdapat lingkungan permukiman yang telah berkembang
relatif sangat cepat dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi sehingga
cenderung mengakibatkan lingkungan permukiman menjadi kumuh (slum area)
karena keterbatasan ketersediaan prasarana dan sarana dasar.
Pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan yang telah dilakukan di
Kabupaten Dairi selama ini meliputi:
 Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar di Perumnas Kalang Simbara
Kota Sidikalang dan Perumnas Panji Asri di Kota Sitinjo;

 Penataan dan Peremajaan Kawasan Pusat Kota Sidikalang, Kota Sitinjo,


Kota Sumbul, Kota Tigalingga, Kota Parongil dan Ibukota Kecamatan
(IKK) lainnya berupa pelebaran jalan dan peningkatan akses jaringan
jalan, air minum, drainase dan sanitasi lingkungan;

 Peningkatan kualitas permukiman;

Laporan Pendahuluan II-30


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Pengembangan kawasan perbatasan antara Kabupaten Dairi dengan


kabupaten sekitarnya, yaitu:
Perbatasan Kabupaten Dairi dengan Kabupaten Samosir di Desa
Parbuluan I Simalopuk Kecamatan Parbuluan;
Perbatasan Kabupaten Dairi dengan Kabupaten Samosir di Desa
Binangara Kecamatan Silahisabungan;
Perbatasan Kabupaten Dairi dengan Kabupaten Karo di Desa Paropo
Kecamatan Silahisabungan;
Perbatasan Kabupaten Dairi dengan Kabupaten Pakpak Bharat di
Kelurahan Panji Dabutar Kecamatan Sidikalang;
Perbatasan Kabupaten Dairi dengan Kabupaten Karo di Kecamatan
Tanah Pinem;
Perbatasan Kabupaten Dairi dengan Kabupaten Aceh Tenggara
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di Kecamatan Tanah Pinem.

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan


dan perdesaan tetap dilakukan seimbang sesuai dengan skala prioritas kawasan
sehingga antar kawasan dapat saling mendukung dan melengkapi. Berdasakan
hasil analisis kesesuaian lahan, maka luas lahan yang direkomendasikan sebagai
kawasan permukiman di Kabupaten Dairi adalah seluas 1.940,75 Ha yang
tersebar di seluruh kecamatan sebagaimana digambarkan pada peta rencana
pola ruang.

2.5.8.1 Peruntukan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan pada daerah pusat-


pusat pelayanan, yaitu pada setiap ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan
permukiman perkotaan utama akan direncanakan pada kota Sidikalang.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan tersebut dilakukan dengan
meningkatkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang seharusnya ditempatkan sesuai
dengan fungsi kotanya, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan perdagangan,
perekonomian, pemerintahan, jasa dan lain sebagainya.

Laporan Pendahuluan II-31


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Dairi


diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan
rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta
peningkatan kualitas permukiman.

Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan


prasarana dan sarana dasar (PSD) untuk meningkatkan kualitas permukiman
selama ini telah dilakukan, namun belum seluruh kawasan permukiman dapat
terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan peran serta masyarakat/swasta
dalam memenuhi tuntutan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat
dan layak huni.
Diharapkan dengan adanya program/kegiatan ini dapat meningkatkan
kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan khususnya masyarakat miskin serta dapat
mengurangi jumlah penduduk miskin secara signifikan.

Tingginya kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan


membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh yang baru.
Hal ini menggambarkan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat
tinggal dan kegiatan usaha semakin meningkat sedangkan ketersediaan lahan
dan ruang di perkotaan semakin terbatas, disisi lainnya tingginya kecenderungan
masyarakat yang ingin berdomisili dekat dengan pusat kota. Konsekuensi logisnya
pusat kota tidak mampu lagi mengakomodir aktifitas masyarakat sehingga
berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah
sosial semakin kompleks. Untuk mengantisipasi fenomena ini, Pemerintah
Kabupaten Dairi berupaya membuka akses ke pinggiran kota dengan membuka
prasarana jalan baru, menata lingkungan kumuh berbasis komunitas dengan
menciptakan kemandirian masyarakat dalam memeliharan lingkungan
permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni.

Laporan Pendahuluan II-32


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

2.5.8.2 Peruntukan Permukiman Perdesaan

Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Dairi


diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
(KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan. Kawasan permukiman
pedesaan juga dikembangkan dengan melengkapi fasilitas yang diperlukan
sebagai syarat suatu permukiman perdesaan yang baik.

Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)


merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara
mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik
yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa
sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang
difokuskan pada kemandirian masyarakat, yaitu pemberdayaan masyarakat,
ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman. Pembangunan
dan pengembangan pusat pertumbuhan permukiman perdesaan dan kawasan
agropolitan perlu dilakukan secara bertahap sehingga nantinya antar kawasan
memiliki potensi dan karakteristik khas yang saling mendukung dan melengkapi.
Keterpaduan antar kawasan akan lebih efisien dan efektif dalam penyediaan
prasarana dan sarana dasar perdesaannya.

Laporan Pendahuluan II-33


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Peta 2.1

Rencana Struktur Ruamg Kabupaten Dairi

Laporan Pendahuluan II-41


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Laporan Pendahuluan II-42


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Laporan Pendahuluan II-43

Anda mungkin juga menyukai