Anda di halaman 1dari 33

Laporan Draft Akhir

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN PEMIKIRAN
Transportasi merupakan prasarana dasar ( basic infrastructure) bagi kegiatan sosial-ekonomi
masyarakat, maka dalam perencanaannya tidak dapat dilepaskan dengan dengan
bagaimana pola kegiatan masyarakat yang dilayaninya tersebut akan dikembangkan. Dalam
menyusun sistem transportasi yang handal dan berkemampuan tinggi akan dihadapkan
pada tantangan, peluang dan kendala akibat perubahan lingkungan strategis yang sangat
dinamis. Perubahan lingkungan ini meliputi otonomi daerah, globalisasi ekonomi, perubahan
perilaku permintaan jasa transportasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup dan keterbatasan sumber daya baik alam
maupun manusia.
Dalam upaya mengantisipasi kondisi tersebut sistem transportasi perlu ditata dan
disempurnakan dengan didukung peningkatan kualitas sumber daya, sehingga terwujud
kehandalan pelayanan dan keterpaduan antar dan intra moda transportasi yang disesuaikan
dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijakan tata ruang,
kelestarian lingkungan dan kebijakan energi nasional. Sehingga selalu memenuhi kebutuhan
pembangunan dan tuntutan masyarakat serta kebutuhan perdagangan nasional dan
internasional, dengan memperhatikan kehandalan serta kelaikan sarana dan prasarana
transportasi. Secara umum konteks pola pikir sistem transportasi digambarkan sebagai
berikut.

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-1


Laporan Draft Akhir

LANDASAN PEMIKIRAN
 Pancasila
 UUD 1945
 Wawasan Nusantara
 Ketahanan Nasional
 UU Terkait

Kepuasan
Pengguna
Jasa (user)
MASUKAN MODA TRANSP. JAR. TRANSP. OPERATOR REGULATOR PELAYANAN
VISI DAN MISI TRANSPORTASI
 IPTEK  Jalan  Jar.Prasarana  Pemerintah
 SDM  KA  Jar.Pelayanan  UPT Pemerintah  Kebijakan  Efektif
 Efisien Ketahanan
 Dana  Sungai & Danau  BUMN  Strategi Nasional yang
 Energi  Penyeberangan  BUMD  Upaya tangguh
 Manajemen &  Laut  Koperasi
Administrasi  Udara  Perorangan
 Pipa

TRI GATRA Lingkungan


Masyrakat
 Geografi
 Kependudukan LINGK. STRATEGIS
 SDA  Internasional Peluang
 Regional &
Kendala
 Lokal

Gambar 2.1. Pola Pikir Konsepsi Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS)

Pola pikir tersebut meliputi moda transportasi, jaringan transportasi, penyelenggaraan


transportasi, landasan pemikiran, Trigatra, lingkungan strategis, lingkungan masyarakat, visi
dan misi, kebijakan, pelayanan, kepuasan pengguna jasa dan ketahanan nasional.

Perencanaan transportasi merupakan bagian tidak terpisahkan dari perencanaan tata ruang.
Perencanaan transportasi tanpa mempertimbangkan pola dan struktur ruang akan
menimbulkan permasalahan lalu lintas. Selain kesesuaian dengan rencana tata guna lahan
harus memperhatikan landasan pengembangan kawasan dengan perkiraan traffic
generate / attractive yang ditimbulkan.

Konsep yang dapat menyatukan hubungan dasar antar ketiga sistem tersebut adalah
aksesibilitas atau daya hubung. Aksesibilitas akan memberikan pengaruh pada beberapa
lokasi kegiatan atau tata guna lahan. Lokasi kegiatan juga memberikan pengaruh pada pola
perjalanan sehari-hari. Pola perjalanan ini mempengaruhi jaringan transportasi dan sistem
transportasi secara keseluruhan. Perubahan tata guna lahan akibat pertumbuhan ekonomi
harus didukung dengan peningkatan jaringan dan sistem transportasi.

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-2


Laporan Draft Akhir

1. Hubungan Sistem Transportasi dan Tata Ruang

Transportasi merupakan kebutuhan turunan yang diakibatkan oleh tersebarnya pola tata
ruang (spasial separation) dimana kebutuhan manusia dan proses produksi (dari penyediaan
bahan mentah sampai dengan pemasaran) tidak dapat dilakukan hanya pada satu lokasi
saja. Dengan kata lain selalu dibutuhkan proses perpindahan yang dalam kajian transportasi
disebut perjalanan. Setiap pengembangan tata ruang akan selalu membutuhkan dukungan
dari penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Demikian juga sebaliknya setiap
pengembangan sistem transportasi akan mempengaruhi pola dan perkembangan tata ruang
di sekitarnya. Interaksi timbal balik antar sistem transportasi dan tata ruang dapat
dijelaskan melalui gambar dibawah ini.

Tata Ruang Aktivitas Sosio- Kebutuhan


(RTRW) ekonomi Transportasi

Arus lalu lintas Supplai Jaringan


(Orang/Barang) transportasi

Perubahan kebijakan
dan perubahan Biaya
perilaku Transportasi
transportasi/ekonomi

: Feed -Forward
: Feed -Back

Gambar 2.2 Keterkaitan Antara Sistem Jaringan Transportasi dan Tata Ruang

Dalam memahami interaksi yang terjadi dalam sistem transportasi dan kaitannya dengan
tata ruang, Tamin (1992) memberikan konsepsi mengenai sistem transportasi makro.
Sistem transportasi maksto tersebut terdiri dari beberapa sub sistem yang masing-masing
saling terkait dan saling mempengaruhi. Sub sistem itu terdiri dari sistem kegiatan,
sistem jaringan parasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas dan sistem
kelembagaan.

Di Indonesia sistem kelembagaan yang berkaitan dengan masalah transportasi secara


umum adalah sebagai berikut :

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-3


Laporan Draft Akhir

a. Sistem Kegiatan, dalam hal ini melibatkan : Bappenas, Bappeda Provinsi, Bappeda
Kabupaten/Kota, yang sangat penting dalam penentuan kebijakan baik yang berskala
nasional, wilayah/regional maupun lokal/sektoral melalui perencanaan tata ruang dan
perencanaan pembangunan lainnya.
b. Sistem jaringan, dalam hal ini melibatkan Kementerian Perhubungan, Dinas
Perhubungan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas
PU / Bina Marga Provinsi dan Kabupaten/kota, sebagai lembaga yang menyusun dan
melaksanakan kebijakan mengenai pengembangan dan penyelenggaraan sistem
jaringan transportasi secara nasional, wilayah (regional) maupun lokal.
c. Sistem Pergerakan, dalam hal ini melibatkan Kementerian Perhubungan dan Dinas
Perhubungan, Organda, Polantas, masyarakat yang berkaitan dengan teknis
operasiaonal penyelenggaraan transportasi dilapangan.

Permasalahan transportasi dimulai dari suatu pergerakan untuk memenuhi segala macam
kebutuhan. Kegiatan transportasi yang terwujud pergerakan lalu lintas antara dua guna
lahan yang timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi di tempat asal. Permasalahan transportasi dapat dengan mudah dipahami dan
dicari alternatif pemecahannya secara baik melalui suatu pendekatan sistem transportasi.
Sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa
sistem yang lebih kecil (mikro) yang masing-masing saling terkait dan saling
mempengaruhi. Sistem transportasi mikro tersebut terdiri dari sistem kegiatan, sistem
jaringan prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas, dan sistem kelembagaan
Setiap sistem kegiatan atau tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang
akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses
pemenuhan kebutuhan. Sistem ini merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang
terdiri sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan yang
timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan
yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut.
Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan/atau barang tersebut membutuhkan
moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi bergerak
yang dikenal dengan sistem jaringan. Sistem mikro kedua ini sistem jaringan jalan raya,
terminal bis dan kereta api, bandara, dan pelabuhan laut Interaksi antara sistem kegiatan
dan sistem jaringan ini menghasilkan pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk
pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki). Jika pergerakan tersebut diatur
oleh sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik akan tercipta suatu sistem
pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal, dan sesuai dengan

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-4


Laporan Draft Akhir

lingkungannya. Permasalahan kemacetan yang sering terjadi biasanya timbul karena


kebutuhan akan transportasi lebih besar daripada prasarana transportasi yang tersedia
(deman > supply).
Sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan akan saling mempengaruhi.
Perubahan pada sistem kegiatan mempengaruhi sistem jaringan melalui perubahan pada
tingkat pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga perubahan sistem jaringan akan
dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari
sistem pergerakan tersebut Sistem pergerakan memegang peranan penting dalam
menampung pergerakan agar terciptanya pergerakan yang lancar yang akhirnya
mempengaruhi kembali sistem kegiatan dan sistem jaringan yang ada dalam bentuk
aksesibilitas dan mobilitas. Ketiga sistem mikro ini saling berinteraksi dalam sitem
transportasi makro seperti pada gambar dibawah ini :

(1) Sistem Kegiatan


Lembaga : Bappenas, Bappeda Propinsi dan
Kabupaten/Kota
Tugas : Merencanakan ruang kegiatan
skala wilayah, regional, sektoral,
melalui RTRW dan kebijakan
Sistem Sistem
Kegiatan Jaringan (2) Sistem Jaringan
Lembaga : Kemhub/Dinas Perhubungan,
Kem PU /Dinas PU
Tugas : menyusun dan melaksanakan
Sistem kebijakan pengembangan dan
penyelenggaraan sistem jaringan
Pergerakan transportasi

(3) Sistem Pergerakan


Lembaga : Kemhub/Dinas Perhubungan,
Organda, Polantas, masyarakat.
Tugas : Aspek teknis operasional
Sistem Kelembagaan penyelenggaraan transportasi di
lapangan

Gambar 2.3. Sistem Transportasi Makro

2. Sistem Transportasi dalam Kaitannya dengan Kebijakan Tata Ruang

Dalam merencanakan sistem transportasi di suatu wilayah diperlukan adanya analisis


mengenai pola dan intensitas kegiatan di pusat – pusat kegiatan sebagai lokasi yang
membangkitkan dan / atau menarik perjalanan. Dalam sistranas rencana pusat kegiatan
nasional diakomodir sebagai masukan dalam merencanakan jaringan transportasi
nasional secara multimoda dimana penyediaan sarana dan prasarana tranporasi
diharapkan mampu mendorong perkembangan kegiatan ekonomi di wilayah-wilayah
unggulan.

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-5


Laporan Draft Akhir

Dalam sistem transportasi regional kabupaten/kota tersebut menjadi acuan bagi


sistem yang lebih kecil yaitu sistem transportasi kawasan yang juga diharuskan mengacu
pada rencana tata ruang kawasan. Secara umum keterkaitan antaran RTRW dan sistem
transportasi disajikan pada Gambar 2.4. Secara terstruktur kerangka pikir penyusunan
sistem transportasi wilayah di harapkan memberikan gambaran mengenai rencana sistem
transportasi dalam skala wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota) yang mampu
mencerminkan keterpaduan antara berbagai perencanaan pengembangan wilayah
dengan kebutuhan penyediaan pelayanan transportasi di wilayah yang bersangkutan.

RENCANA TATA RUANG TATARAN TRANSPORTASI


WILAYAH NASIONAL (RTRWN) NASIONAL (TATRANAS)

RENCANA TATA RUANG


TATARAN TRANSPORTASI
PULAU/PROV/KAWASAN
WILAYAH (TATRAWIL)
(RTRWP)

RENCANA TATA RUANG TATARAN TRANSPORTASI


KABUPATEN/KOTA (RTRWK) LOKAL (TATRALOK)

Gambar 2.4. Keterkaitan RTRW dan Sistem Transportasi


Pada Berbagai Tingkat Wilayah

B. TATARAN TRANSPORTASI
Pergeseran paradigma dari pemerintahan sentralistik menjadi desentralistik termasuk
pelimpahan sebagian besar kewenangan disektor transportasi dari pemerintahan pusat
kepada pemerintahan propinsi dan pemerintahan kabupaten/kota, membawa konsekuensi
pembagian tataran transportasi sesuai dengan kewenangan masing-masing. Sistranas
diwujudkan dalam 3 tataran yaitu tataran transportasi nasional (Tatranas), tataran
transportasi wilayah (Tatrawil) dan tataran transportasi lokal (Tatralok).

1. Tataran Transportasi Nasional (Tatranas)


Tatranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisiteman terdiri dari
transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-6


Laporan Draft Akhir

penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara dan transportasi pipa, yang saling
berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu
sistem pelayanan jasa transportasi yang efisien dan efektif, yang berfungsi melayani
perpindahan orang dan atau barang antar simpul atau Kabupaten nasional (SKN), dan dari
simpul atau Kabupaten nasional ke luar negeri atau sebaliknya.

2. Tataran Tranportasi Wilayah (Tatrawil)


Tatrawil adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari
transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi
penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara dan transportasi pipa, yang saling
berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu
sistem pelayanan jasa transportasi yang efisien dan efektif, yang berfungsi melayani
perpindahan orang dan atau barang antar simpul atau Kabupaten wilayah (SKW), dan dari
simpul atau Kabupaten wilayah ke simpul atau Kabupaten nasional atau sebaliknya.

3. Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)


Tatralok adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisiteman terdiri dari
transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi
penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara dan transportasi pipa yang saling
berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu
sistem pelayanan jasa transportasi yang efisien dan efektif, yang berfungsi melayani
perpindahan orang dan atau barang antar simpul atau Kabupaten lokal (SKL), dan dari
simpul lokal ke simpul wilayah dan simpul nasional terdekat atau sebaliknya, dan dalam
Kabupaten.

Ketiga tataran transportasi tersebut saling terkait satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan
karena pelayanan perpindahan orang dan/atau barang dari Kabupaten wilayah maupun
Kabupaten lokal ke Kabupaten nasional tidak dapat dilakukan dengan salah satu tataran
transportasi saja melainkan harus terpadu dengan tataran transportasi lainnya. Demikian
sebaliknya orang dan/atau barang dari Kabupaten nasional menuju Kabupaten wilayah dan
Kabupaten lokal harus dilayani dengan ketiga tataran transportasi di atas.

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-7


Laporan Draft Akhir

Hubungan dan keterikatan Tatranas, Tratawil dan Tatralok dalam sistem transportasi
nasional adalah sebagai hubungan kesisteman dan keterpaduan. Hubungan secara
kesisteman pada dasarnya adalah suatu tatanan transportasi yang terorganisasi secara
kesisteman membentuk sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu
dan harmonis yang diwujudkan dalam Tatranas, Tatrawil dan Tatralok. Di dalam Tatranas,
Tatrawil dan Tatralok mempunyai hubungan kesisteman, fungsional serta struktural dalam
membentuk sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan
harmonis. Selain hubungan secara kesisteman, juga sebagai keterpaduan di dalam Tatranas,
Tatrawil dan Tatralok yang terintegrasi, harmonis dan bersinergi membentuk suatu sistem
pelayanan jasa transportasi yang efektif, efisien dan terpadu dalam melayani perpindahan
orang dan barang. Seperti pada gambar berikut, dimana SKN ( simpul kegiatan nasional),
SKW (simpul kegiatan wilayah) dan SKL (simpul kegiatan lokal).

Gambar 2.5. Posisi Tatralok dan Tatrawil dalam Sistranas

C. REVIEW DOKUMEN PERENCANAAN TERKAIT


1. RPJPD Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan sebuah dokumen
perencanaan komprehensif/perencanaan induk. Perencanaan dengan wawasan waktu dua
puluh tahunan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang
merupakan satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah.
Penyusunannya dilakukan secara terencana, bertahap, dan sistematis yang didasarkan pada

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-8


Laporan Draft Akhir

kondisi, potensi, dan proyeksi sesuai dengan kebutuhan dalam kurun waktu dua puluh
tahun.
Dalam RPJPD Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025, Pembangunan sistem jaringan
transportasi diarahkan bagi terwujudnya sistem jaringan jalan yang efektif dan efisien sesuai
dengan hirarki dan fungsi jalan, dengan penjelasan sebagai berikut:

I. Meningkatkan produktivitas ekonomi melalui penyediaan jasa transportasi yang


menunjang dan menggerakkan interaksi ekonomi masyarakat, secara terpadu, tertib,
lancar, dan efisien.
1) Meningkatkan keandalan dan kemampuan angkutan umum dengan:
a) Melaksanakan peningkatan manajeman (perencanaan, dan operasi),
b) Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan, terutama
penggunaan transportasi umum massal ( rapid mass transport) di perkotaan yang
padat, terjangkau dan efisien, berbasis masyarakat dan terpadu dengan
pengembangan wilayah.
2) Pengaturan Angkutan Barang melalui :
a) Penetapan jaringan lintas,
b) Perumusan manajemen lalu lintas dan bongkar muat angkutan barang.
3) Peningkatan kelancaran lalu lintas melalui upaya optimalisasi penggunaan ruang
jalan dan kapasitas ruas-ruas jalan yang ada melalui :
a) Peningkatan kapasitas persimpangan,
b) Peningkatan kapasitas ruas jalan,
c) Peningkatan kapasitas jaringan jalan,
d) Pengadaan jalur dan jalan khusus bus kota,
e) Perbaikan/pemeliharaan jalan secara rutin dan berkala.
4) Melakukan pengendalian lalu lintas kendaraan melalui :
a) Pengendalian dan pengawasan lalu lintas,
b) Pajak/distribusi penggunaan jalan,
c) Kebijakan parkir (aturan tentang garasi penyimpanan kendaraan, standar fasilitas
parkir dan peraturan perparkiran),
d) Pengaturan jam kerja yang berbeda.
5) Meningkatkan keterpaduan antar pembangunan kawasan dan gedung dengan
transportasi melalui :
a) Penyusunan rencana induk transportasi dan jaringan trayek angkutan umum yang
terpadu serta menunjang perwujudan rencana tata ruang urban dan sub urban,

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-9


Laporan Draft Akhir

b) Melakukan analisis dampak lalu lintas untuk pembangunan kawasan dan gedung
baru,
c) Pembangunan jaringan jalan baru,
d) Pembangunan jalan lingkar luar (outer ring road),

II. Menunjang mobilitas masyarakat melalui peningkatan dan pemerataan penyediaan akses
untuk segenap lapisan masyarakat dalam mencapai pusat-pusat kegiatan dan pelayanan
perkotaan (central business district) melalui :
1) Pengaturan dan pengadaan fasilitas pejalan kaki,
2) Pengaturan dan pengadaan fasilitas pengguna kendaraan tidak bermotor,
3) Pengaturan dan pengadaan fasilitas untuk orang tua dan orang cacat,
4) Penetapan jaringan jalan (arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, dan kolektor
sekunder) yang diselesaikan dengan konfigurasi jaringan jalan yang ditentukan.

III. Memelihara dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup melalui penyediaan sarana
dan prasaran transportasi yang berwawasan lingkungan dan mendukung kebijakan
energi nasional.
1) Meningkatkan keselamatan berlalu lintas melalui :
a) Penyediaan marka dan rambu-rambu jalan yang mudah dimengerti,
b) Melaksanakan kampanye dan pendidikan berlalu lintas,
c) Peningkatan ketertiban pengemudi dan pejalan kaki,
d) Peraturan tentang sekolah mengemudi,
e) Pengaturan tentang batas kendaraan bermotor.
2) Pengaturan kelaikan kendaraan melalui :
a) Standar kendaraan (termasuk emisi gas buang)
b) Sistem registrasi kendaraan,
c) Sistem pengujian kendaraan bermotor.
3) Memelihara estetika kota.
4) Konservasi dan diversifikasi energi.

IV. Memantapkan ketersediaan dan sumber pembiayaan kebutuhan penyedia jasa dan
pembangunan prasarana transportasi, terutama melalui penggalangan potensi
masyarakat dan menciptakan iklim yang mendorong dan merangsang peran serta
sektor swasta melalui :
1) Pembinaan sumber penerimaan dari masyarakat berupa tarif parkir, retribusi
penggunaan jalan, dan retribusi penggunaan terminal.
2) Kerjasama dengan pihak swasta (public private partnership)

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-10


Laporan Draft Akhir

V. Memantapkan kerangka kelembagaan serta meningkatkan koordinasi antar instansi dan


kualitas aparat pemerintah, dalam rangka memantapkan manajemen pembangunan
transportasi dan mewujudkan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada
daerah secara nyata, dinamis, dan bertanggung jawab.
1) Memantapkan kerangka kelembagaan dan meningkatkan koordinasi antar instansi
melalui :
a) Tanggung jawab dan wewenang pemerintah daerah,
b) Lebaga keuangan khusus di bawah pemerintah daerah yang bertanggung jawab
mengelolan sumber-sumber penerimaan dari masyarakat untuk pembiayaan
sarana dan prasaran transportasi,
c) Keterlibatan pemerintah daerah dalam pengembangan jaringan kereta api.
2) Meningkatkan profesionalisme SDM (petugas, operator dan pengguna jalan),
meningkatkan kemampuan manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pembinaan
teknis tentang pelayanan operasional transportasi

VI. Meningkatkan kinerja peraturan dan kelembagaan melalui: (a) penataan sistem
transportasi jalan sejalan dengan sistem transportasi kota, diantaranya melalui
penyusunan Rancangan Umum Jaringan Transportasi Jalan Kota (RUJTJK) meliputi
penataan simpul, ruang kegiatan, ruang lalu lintas serta penataan pola distribusi lokal
(kota) dan antar daerah sesuai dengan rencana kelas jalan; dan (b) peningkatan
pembinaan teknis transportasi di daerah dengan mangadaptasikan sistem standar
pelayanan minimal dan standar teknis di bidang LLAJ serta skema untuk peningkatan
pelaksanaan pengendalian dan pengawasan LLAJ kota.

VII. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu: (a) penataan
sistem jaringan dan terminal; (b) manajemen lalu lintas; (c) pemasangan fasilitas dan
rambu jalan; (d) penegakan hukum dan disiplin di jalan; (e) mendorong efisiensi
transportasi barang dan penumpang di jalan melalui deregulasi pungutan dan retribusi
di jalan, penataan jaringan dan ijin trayek; (f) kerjasama antarlembaga pemerintah
baik dengan instansi yang terkait dengan lalu lintas maupun dengan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah lainnya.

VIII. Rencana Jalan Menurut Fungsi


Berdasarkan fungsi suatu jalan yang dilihat dari tingkat hubungan antar pusat
pelayanan penduduk, prospek pengembangan dan tingkat kemudahannya terdapat tiga
kategori jalan yang antara lain sebagai berikut:

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-11


Laporan Draft Akhir

a. Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna. Dimensi jaringan jalan arteri direncanakan sbb: Rumaja = 18
M, Rumija = 23 M, Ruwasja = 30 M
b. Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang,
dan jumlah jalan masuk dibatasi. Dimensi jaringan jalan kolektor direncanakan sbb:
Rumaja = 9 M, Rumija = 14 M, Ruwasja = 18 M.
c. Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat. Dimensi jaringan jalan lokal direncanakan sbb: Rumaja
= 5 M, Rumija = 10 M, Ruwasja = 14 M.

Berdasarkan katagori fungsi jalan tersebut di atas, maka bagi wilayah perencanaan
dapat ditentukan memiliki fungsi jalan sebagai berikut:

1.a. Jalan Arteri primer, meliputi:


 ruas jalan Medan – Batas Kabupaten Simalungun
 ruas jalan Parapat Simpang Dua – batas Kabupaten Simalungun
1.b. Jalan Kolektor primer, meliputi:
 ruas jalan Saribudolok Simpang Dua - batas Kabupaten Simalungun
sebagai Kolektor 1
 ruas jalan Melanton Siregar – batas Kabupaten Simalungun sebagai
Kolektor 2
 ruas jalan Bombongan – batas Kab. Simalungun sebagai Kolektor 2
 ruas jalan Sidamanik – batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor 3

2.a. Jalan arteri sekunder, meliputi:


 ruas jalan Sisingamangaraja;
 ruas jalan Merdeka;
 ruas jalan Sutomo;
 ruas jalan Sudirman;
 ruas jalan Gereja;
 ruas jalan DI Panjaitan

2.b. Jalan Kolektor sekunder, meliputi:

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-12


Laporan Draft Akhir

 ruas jalan Seram


 ruas jalan Rajimin Purba
 ruas jalan Dahlia
 ruas jalan Kartini
 ruas jalan Sudirman
 ruas jalan Merdeka Lapangan Merdeka
 ruas jalan DR. Sutomo Lapangan Merdeka
 ruas jalan Ade Irma Suryani
 ruas jalan Pendidikan
 ruas jalan Patuan Anggi
 ruas jalan HOS Cokroaminoto,
 ruas jalan Sibolga
 ruas jalan Numuronda
 ruas jalan Pendeta J Sihombing
 ruas jalan Rakuta Sembiring
 ruas jalan AMD 1981

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara


Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan rencana susunan
pusat-pusat permukiman/kegiatan dan sistem jaringan prasarana serta sarana (terutama
sistem jaringan transportasi) yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional. Pusat permukiman tersebut
mempunyai fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi komoditas/jasa dan tumbuh secara
berjenjang/berhierarki sesuai dengan fungsi dan perannya, baik sebagai pusat
pengembangan maupun pusat kegiatan.

Rencana struktur pusat kegiatan di Provinsi Sumatera Utara sampai tahun 2033 terdiri dari 1
(satu) PKN, 9 (sembilan) PKW, 39 (tiga puluh sembilan) PKL, dan 2 (dua) PKWp.

Tabel 2.1 Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara


No Hierarki Kota Status Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan
1. PKN Kawasan Perkotaan Eksisting dan Revitalisasi  Pusat pemerintahan Provinsi
Medan-Binjai-Deli Sedang  Pusat perdagangan dan jasa
Serdang-Karo berkembang regional
(Mebidangro)  Pusat distribusi dan kolektor
barang & jasa regional
 Pusat pelayanan jasa pariwisata

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-13


Laporan Draft Akhir

No Hierarki Kota Status Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan


 Pusat transportasi darat, laut,
dan udara regional
 Pendidikan tinggi
 Industri

2. PKW Tebingtinggi Eksisiting Revitalisasi  Pemerintahan Kota


 Perdagangan dan jasa
3. Sidikalang, Kab. Dairi Sedang Revitalisasi  Pusat pemerintahan Kabupaten
berkembang  Industri pengolahan hasil
pertanian
 Perdagangan
4. Pematangsiantar Eksisiting Revitalisasi  Pemerintahan Kota
 Perdagangan dan jasa
 Industri
 Pendidikan
5. Balige, Kab. Toba Sedang Revitalisasi  Pusat pemerintahan Kabupaten
Samosir berkembang  Perdagangan
 Industri pengolahan hasil
pertanian tanaman pangan dan
hasil perikanan
 Pelayanan jasa pariwisata
 Pendidikan Tinggi
6. Rantau Prapat, Kab. Sedang Revitalisasi  Pusat pemerintahan Kabupaten
Labuhan Batu berkembang  Perdagangan dan Jasa
 Pengolahan hasil perkebunan
7. Kisaran, Kab. Asahan Sedang Revitalisasi  Pusat pemerintahan Kabupaten
berkembang  Industri pengolah hasil
perkebunan dan pertanian
tanaman pangan
 Perdagangan dan Jasa
8. Gunung Sitoli Sedang Revitalisasi  Pusat pemerintahan Kabupaten
berkembang  Pariwisata Bahari
 Pengolahan hasil perikanan
9. Padangsidimpuan Eksisiting Revitalisasi  Pusat pemerintahan Kabupaten
 Pengolahan hasil pertanian
tanaman pangan dan hasil hutan
 Perdagangan dan Jasa
10. Sibolga Eksisiting Revitalisasi  Pemerintahan Kota
 Pusat perdagangan dan jasa
regional
 Pusat pelayanan jasa pariwisata
 Pengolahan hasil perikanan
 Pusat transportasi laut
 Pusat pendidikan

11. PKL Pangkalan Brandan, Revitalisasi  Pengolahan hasil pertambangan


Kab. Langkat  Pengolahan hasil pertanian
 Perikanan
12. Stabat, Kab. Langkat Revitalisasi  Pengolahan Hasil Pertanian
Tanaman Pangan
 Industri Pengolahan hasil
Pertanian
13. Parbaungan, Kab. Pengembangan  Permukiman Perkotaan
Serdang Bedagei baru  Industri
 Perdagangan
14. Sei Rampah, Kab. Pengembangan  Permukiman Perkotaan
Serdang Bedagei baru  Pusat Pemerintahan
 Perdagangan dan Jasa
15. Limapuluh, Kab. Pengembangan - Permukiman perkotaan
Batubara baru - Perdagangan dan Jasa
16. Indrapura, Kab. Pengembangan  Perikanan
Batubara baru  Pelabuhan
 Pengolahan hasil pertanian
 Pendidikan kejuruan
17. Perdagangan, Kab. Pengembangan  Pengolahan Hasil Perkebunan
Simalungun baru  Perdagangan

18. Saribudolok, Kab. Pengembangan  Pertanian tanaman pangan


Simalungun baru  Pendidikan kejuruan

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-14


Laporan Draft Akhir

No Hierarki Kota Status Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan


19. Pematang Raya, Kab. Revitalisasi  Permukiman perkotaan
Simalungun  Pendidikan
20. Parapat, Kab. Revitalisasi  Pariwisata
Simalungun  Perkebunan
21. Simpang Empat, Kab. Pengembangan  Permukiman Perkotaan
Asahan baru  Pengolahan Hasil perikanan
22. Aek Kanopan, Kab. Revitalisasi  Pengolahan hasil perkebunan
Labuhan Batu Utara  Pengolahan hasil pertanian
23. Labuhan Bilik, Kab. Revitalisasi  Industri Pengolahan hasil
Labuhan Batu Perikanan
 Jasa
24. Aek Nabara, Kab. Pengembangan  Perkebunan
Labuhan Batu baru  pertanian tanaman pangan
25. Kota Pinang, Kab. Revitalisasi  Pertanian tanaman pangan
Labuhan Batu Selatan  Perkebunan
26. Gunung Tua, Kab. Revitalisasi  Pertanian tanaman pangan
Padang Lawas Utara  Perkebunan
27. Sipirok, Kab. Tapanuli Revitalisasi  Pengolahan hasil perkebunan
Selatan dan hutan
 Pendidikan kejuruan
28. Batang Toru, Kab. Pengembangan  Pengolahan hasil perkebunan
Tapanuli Selatan baru dan hutan
 Pendidikan kejuruan
29. Siabu, Kab. Mandailing Pengembangan  Pengolahan hasil pertanian
Natal baru  Pendidikan kejuruan
30. Kotanopan, Kab. Revitalisasi  Pengolahan hasil pertanian
Mandailing Natal  Pendidikan kejuruan
31. Natal, Kab. Mandailing Revitalisasi  Perikanan
Natal  Pertanian tanaman pangan
32. Panyabungan, Kab. Revitalisasi  Pengolahan Hasil Hutan dan
Mandailing Natal perkebunan
 Pertanian tanaman pangan
33. Sibuhuan, Kab. Padang Pengembangan  Perkebunan
Lawas baru  pertanian tanaman pangan
34. Pandan, Kab. Tap. Pengembangan  Permukiman perkotaan
Tengah baru  Perdagangan dan Jasa
35. Barus, Kab. Tap. Pengembangan  Perikanan tangkap
Tengah baru  Perkebunan
 Jasa
36. Pangururan, Kab. Pengembangan  Pariwisata
Samosir baru  Jasa
 Pengolahan Hasil pertanain
37. Porsea, Kab. Toba Pengembangan  pertanian tanaman pangan
Samosir baru  Pengolahan hasil hutan
38. Dolok Sanggul, Kab. Revitalisasi  pertanian tanaman pangan
Humbang Hasundutan  Pengolahan hasil hutan
 Pengolahan Hasil perkebunan
39. Siborong-borong, Kab. Pengembangan  Pertanian Tanaman Pangan
Tapanuli Utara baru  Pengolahan hasil perkebunan
40. Kabanjahe, Kab. Karo Revitalisasi  Agroindustri
 Pengolahan hasil perkebunan
41. Berastagi, Kab. Karo Revitalisasi  Pengolahan hasil pertanian
tanaman pangan
 Pariwisata
 Agroindustri

42. Merek, Kab. Karo Revitalisasi  Pertanian tanaman pangan


 Perkebunan
 Pengolahan hasil pertanian
tanaman pangan
43. Tiga Binanga, Kab. Pengembangan  Pertanian tanaman pangan
Karo baru  Perkebunan
44. Kutabuluh, Kab. Karo Pengembangan  Pertanian tanaman pangan
baru  Perkebunan
 Pengolahan hasil pertanian
tanaman pangan
45. Salak, Kab. Pakpak Revitalisasi  Pertanian tanaman pangan
Bharat  Pendidikan kejuruan
46. Gido, Kab. Nias Pengembangan  Pusat pemerintahan Kabupaten

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-15


Laporan Draft Akhir

No Hierarki Kota Status Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan


baru  Pengolahan hasil perikanan
 Perkebunan
47. Lotu, Kab. Nias Utara Pengembangan  Perikanan
baru  perkebunan
 Peternakan
48. Teluk Dalam, Kab. Nias Revitalisasi  Perikanan tangkap
Selatan  Pariwisata Bahari
49. Lahomi, Kab. Nias Pengembangan  Perikanan tangkap
Barat baru  Perkebunan

50. PKW p Tanjung Balai Revitalisasi  Pengolahan Hasil perikanan


Pelabuhan
 Permukiman perkotaan
51. Tarutung Revitalisasi  pertanian tanaman pangan
 Pengolahan hasil hutan
 Pengolahan Hasil perkebunan

Untuk mewujudkan sistem jaringan transportasi darat yang melayani pergerakan orang dan
barang antar wilayah maka rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat yang
berada diwilayah atau berdampak terhadap wilayah Kota Pematangsiantar, terdiri dari :

1. Rencana pengembangan sistim jaringan jalan adalah:


 Jaringan jalan nasional yang ada dalam wilayah provinsi yakni Jalan Arteri Primer :
Jln. Ke Medan (Pematangsiantar), Jln. Sisingamangaraja (Pematangsiantar)
 Jalan Strategis Provinsi, yakni : Rawasaring (Tanjung Morawa - Saribu Dolok –
Tongging)
2. Rencana pengembangan sistem jaringan jalur kereta api meliputi:
a. Pemantapan jalur kereta api antar kota, Tebing Tinggi – Pematangsiantar, Kisaran –
Tanjungbalai, Medan – Deli Tua, Merek – Pematangsiantar, dan Medan – Pancur
Batu;
b. Pengembangan jalur kereta api antar kota bagian barat yang menghubungkan batas
Aceh – Sibolga – batas Sumatera Barat;
c. Pengembangan jalur kereta api Medan – Belawan – Gabion (Pelabuhan Peti Kemas),
Bandar Tinggi – Pelabuhan Kuala Tanjung, Kisaran – Pelabuhan Tanjung Tiram,
Rantauprapat – Aek Nabara – Negeri Lama – Labuhan Bilik, Perlanaan – Gunung
Bayu (Sei Mangkei), Aras Kabu – Bandara Kuala Namu;
d. Pengembangan simpul kereta api di stasiun kereta api di Medan, Sibolga,
Pematangsiantar, Tebingtinggi, Kisaran, dan Rantauprapat; dan
e. Pengembangan perpotongan antara jalur kereta api dan jalan yang tidak sebidang.
3. Pengembangan sistem jaringan angkutan penumpang diarahkan pada :
a. Penataan pelayanan angkutan umum yang disesuaikan dengan hierarki jalan;
b. Pengembangan terminal penumpang tipe A

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-16


Laporan Draft Akhir

Pengembangan terminal penumpang tipe A berada di Kota Medan (Terminal Amplas


dan Pinang Baris), Kota Tebing Tinggi (Terminal Tebing Tinggi), Kota
Pematangsiantar (Terminal Pematangsiantar), Kabupaten Toba Samosir (Terminal
Balige), Kabupaten Tapanuli Utara (Terminal Tarutung), Kabupaten Asahan
(Terminal Kisaran), Kabupaten Labuhanbatu (Terminal Rantau Prapat), Kabupaten
Mandailing Natal (Terminal Panyabungan), Kota Padangsidimpuan (Terminal Batu
Nadua), Kabupaten Karo (Terminal Kabanjahe), dan Kabupaten Dairi (Terminal
Sitinjo).
c. Pengembangan Terminal Penumpang C tersebar pada seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara.

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pematangsiantar


a. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai di atas, maka kebijakan penataan
ruang Kota Pematangsiantar dirumuskan, sebagai berikut :

1. Pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan perdagangan


dan jasa skala regional;

2. Peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mendorong pemerataan


pembangunan, meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan
Kabupaten/Kota di sekitarnya;

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan;

4. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung yang mampu mempertahankan kelestarian


fungsi lingkungan hidup;

5. Pengembangan kawasan budidaya yang mendorong pemerataan pembangunan;

6. Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan sosial budaya; dan

7. Pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Adapun strategi perwujudan kebijakan penataan ruang Kota Pematangsiantar tersebut


adalah sebagai berikut ini :

1. Strategi pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan


perdagangan dan jasa skala regional, meliputi :

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-17


Laporan Draft Akhir

a. Menetapkan pusat pelayanan lingkungan, sub pusat pelayanan lingkungan, dan pusat
lingkungan yang berhierarki;

b. Mengarahkan kawasan pusat kota menjadi pusat pemerintahan kota, pusat kegiatan
perdagangan dan jasa; dan

c. Mengarahkan sub pusat kota menjadi kawasan pengembangan kegiatan


perekonomian.

2. Strategi peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mendorong pemerataan


pembangunan, meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan
Kabupaten/Kota disekitarnya :

a. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang efektif dan efisien di seluruh


wilayah kota;

b. Mendukung pengembangan jaringan jalan lingkar luar;

c. Meningkatkan efektivitas jaringan jalan kolektor dan lokal; dan

d. Menata kembali sistem angkutan umum kota.

3. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan, meliputi :

a. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi;

b. Meningkatkan jangkauan pelayanan air minum;

c. Mengembangkan jaringan energi/kelistrikan secara merata;

d. Meningkatkan kualitas sumber daya air kota; dan

e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur perkotaan.

4. Strategi penetapan dan pengelolaan kawasan lindung yang mampu mempertahankan


kelestarian fungsi lingkungan, meliputi :

a. Mengembangkan ruang terbuka hijau (RTH) kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen
dari luas wilayah kota;

b. Mengelola kawasan hutan kota;

c. Mengembangkan kawasan sempadan sungai dan sempadan rel kereta api sebagai
kawasan lindung;

d. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah beralih fungsi;

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-18


Laporan Draft Akhir

e. Melestarikan daerah resapan air dan daerah irigasi teknis;

f. Mempertahankan dan merevitalisasi kawasan cagar budaya; dan

g. Mengembangkan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Simalungun dalam rangka


meningkatkan fungsi lindung.

5. Strategi pengembangan kawasan budidaya yang mendorong pemerataan pembangunan,


meliputi :

a. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara merata;

b. Mengembangkan kawasan pendidikan skala regional;

c. Mendorong perkembangan perumahan vertikal di kawasan pusat kota;

d. Mengembangkan fasilitas kesehatan skala regional;

e. Mengembangkan kawasan pariwisata;

f. Mengembangkan kawasan industri kota;

g. Memberikan alokasi ruang yang memadai bagi sektor informal;

h. Mengendalikan kegiatan budidaya yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan;


dan

i. Mempertahankan kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis.

6. Strategi penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan sosial budaya,
meliputi :

a. Mengalokasikan ruang untuk kegiatan industri produk lokal untuk mendorong


penguatan ekonomi kreatif; dan

b. Mengembangkan kegiatan dan kawasan wisata dan budaya yang menjadi salah satu
daya tarik kota.

7. Strategi pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara, meliputi :

a. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan


pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;

b. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di


sekitar kawasan pertahanan, sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan
tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-19


Laporan Draft Akhir

c. Turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.

b. Rencana Sistem Pusat Kegiatan

Berdasarkan identifikasi pada sistem pusat kegiatan Kota Pematangsiantar saat ini
(existing), menunjukkan bahwa :

1) Pusat primer adalah Kawasan Jl. Sutomo – Jl. Merdeka


2) Pusat sekunder antara lain adalah Parluasan, USI, sentra kegiatan Jl. Asahan
3) Pusat lingkungan antara lain adalah Lapangan Bola Atas.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka disusun rencana hirarki pusat pelayanan pada
Kota Pematangsiantar sebagai berikut :

a. Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani seluruh
wilayah kota dan hinterland kota. Pusat pelayanan kota ditetapkan 1 buah, yaitu di
Kawasan Jalan Sutomo - Jalan Merdeka.
b. Sub Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani sub
wilayah kota. Sub pusat pelayanan kota ditetapkan ada 5 buah yaitu di Kawasan
Tanjung Pinggir, Kawasan Gurilla, Kawasan Tojai, Kawasan Simpang Dua, Kawasan
Megaland Asahan.
c. Pusat Lingkungan, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani skala
lingkungan. Pusat lingkungan ditetapkan sebanyak 9 buah yaitu di Kelurahan Tambun
Nabolon, Kelurahan Nagapita, Kelurahan Tanjung Pinggir, Kelurahan Gurilla, USI,
Kelurahan Setia Negara, Kelurahan Simarimbun, Kelurahan Marihat Jaya, Lapangan Bola
Atas.

Setiap pusat kegiatan di Kota Pematangsiantar tersebut mempunyai fungsi-fungsi tersendiri


sesuai dengan hirarkinya. Semakin tinggi hirarki pusat permukiman, maka semakin
kompleks fungsi sebagai pusat pelayanan dan semakin rendah hirarki pusat permukiman,
maka semakin kecil fungsi sebagai pusat pelayanan.

Tabel 2.2 Rencana Hirarki dan Fungsi Pusat-Pusat Pelayanan di Kota Pematangsiantar

Hirarki Pusat
No. Lokasi Fungsi Arahan Kegiatan
Kegiatan
1. Pusat Kelurahan Melayu,  Perdagangan dan jasa  Pusat perbelanjaan
Pelayanan Kelurahan Dwikora, skala regional; (pasar dan pertokoan)
Kota (PPK) Kelurahan Proklamasi,  Pelayanan kesehatan skala  Pasar regional agro
Kelurahan regional;  Jasa hotel dan wisata
Simalungun,  Simpul transportasi  Bank, asuransi
Kelurahan Baru, regional;  Rumah Sakit
Kelurahan Sukadame,  Perkantoran; dan  Kantor pemerintahan

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-20


Laporan Draft Akhir

Kelurahan Banjar,
Kelurahan
Timbanggalung,
Kelurahan Teladan,  Perumahan kepadatan
kota dan swasta
Kelurahan Karo, tinggi.
 Lapangan Olah Raga
Kelurahan Pahlawan,
Kelurahan
Pardomuan,
Kelurahan Martoba
 pusat perdagangan skala
sebagian Kelurahan kota,  Pasar
Sub Pusat
Tanjung Pinggir dan  simpul transportasi  Rumah Sakit
Pelayanan
sebagian Kelurahan regional  Terminal Angkutan
2. Kota (SPPK)
Tambun Tonga,  pendidikan menengah Penumpang Tipe C
Tanjung
Kecamatan Siantar  pelayanan kesehatan  Perdagangan retail
Pinggir
Martoba  perumahan kepadatan  SLTA/SMK
rendah - sedang
 Perkantoran;
sebagian Kelurahan  Kantor pemerintahan
 Budaya dan olah raga;
Gurila Kecamatan  Gedung serba guna
Sub Pusat  Pendidikan menengah dan
Siantar Sitalasari dan  Stadion olahraga
Pelayanan tinggi;
3. sebagian Kelurahan  SLTA/SMA
Kota (SPPK)  Pelayanan kesehatan; dan
Tanjung Pinggir,  Perguruan tinggi
Gurila  Perumahan kepadatan
Kecamatan Siantar  Puskesmas
rendah – sedang.
Martoba  Perumahan
 Perumahan kepadatan
Sebagian Keurahan
rendah-sedang;
Sub Pusat Gurila, sebagian
 Pendidikan menengah dan  Perguruan Tinggi
Pelayanan Kelurahan Bah Sorma
tinggi;  SLTA/SMK
4. Kota (SPPK) dan sebagian
 Perdagangan dan jasa;  Rumah Sakit
Perumahan Kelurahan Bah Kapul,
 Pelayanan kesehatan skala  Perumahan
Tojai Kecamatan Siantar
kota;
Sitalasari
 Perkantoran
 Perdagangan skala kota
sebagian Kelurahan  perdagangan dan jasa
 Perkantoran
Sub Pusat Nagahuta, sebagian  pendidikan menengah
 Pendidikan menengah dan
Pelayanan Nagahuta Timur, dan tinggi
5. tinggi
Kota (SPPK) sebagian Tong  pelayanan kesehatan
 Pelayanan kesehatan
Simpang Dua Marimbun dan  perumahan kepadatan
 Perumahan kepadatan
Simarimbun rendah – sedang
rendah-sedang
 perdagangan dan jasa
 perkantoran
Sub Pusat  Perdagangan grosir
Kelurahan Siopatsuhu,  pendidikan menengah dan
Pelayanan  Perguruan Tinggi
6. Kecamatan Siantar tinggi
Kota (SPPK)  SLTA/SMK
Timur  pelayanan kesehatan
Megaland  Puskemas
 perumahan kepadatan
sedang - tinggi
 pendidikan dasar,
Pusat
 perdagangan skala
Pelayanan Kelurahan Tambun  SD
7. kelurahan, pelayanan
Lingkungan Nabolon  Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 1
 perumahan
 pendidikan dasar,
Pusat
 perdagangan skala
Pelayanan  SD
8. Kelurahan Nagapita kelurahan, pelayanan
Lingkungan  Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 2
 perumahan
 pendidikan dasar,
Pusat Sebagian Kelurahan
 perdagangan skala
Pelayanan Tanjung Pinggir dan  SD
9. kelurahan, pelayanan
Lingkungan sebagian Kelurahan  Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 3 Pondok Sayur
 perumahan
10. Pusat Kelurahan Gurilla  pendidikan dasar,  SD

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-21


Laporan Draft Akhir

 perdagangan skala
Pelayanan
kelurahan, pelayanan
Lingkungan  Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 4
 perumahan
Kawasan USI,  pendidikan dasar,
Pusat
sebagian Kelurahan  perdagangan skala
Pelayanan  SD
11. Bah Kapul dan kelurahan, pelayanan
Lingkungan  Puskesmas Pembantu
sebagian Kelurahan kesehatan
(PPL) 5
Bukit Sofa  perumahan
Rindam, sebagian  pendidikan dasar,
Pusat
Kelurahan Setia  perdagangan skala
Pelayanan  SD
12. Negara dan sebagian kelurahan, pelayanan
Lingkungan  Puskesmas Pembantu
Kelurahan Sipinggol- kesehatan
(PPL) 6
pinggol  perumahan
 pendidikan dasar,
Pusat
 perdagangan skala
Pelayanan  SD
13. Kelurahan Simarimbun kelurahan, pelayanan
Lingkungan  Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 7
 perumahan
Sebagian Kelurahan  pendidikan dasar,
Pusat
Marihat Jaya, sebagian  perdagangan skala
Pelayanan  SD
14. Kelurahan Pematang kelurahan, pelayanan
Lingkungan  Puskesmas Pembantu
Marihat, dan sebagian kesehatan
(PPL) 8
Kelurahan Sukaraja  perumahan
Pusat Lapangan Bola Atas,  pendidikan dasar,
Pelayanan sebagian Kel.  perdagangan skala  SD
15.
Lingkungan Pardamean, Sukamaju, kelurahan, pelayanan  Puskesmas Pembantu
(PPL) 9 Kel. Toba kesehatan
Sumber: RTRW Kota Pematangsiantar

c. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

Jaringan transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu
wilayah, yaitu memberi kemudahan atau meningkatkan interaksi antar wilayah / pusat
pelayanan. Dengan demikian akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan kewilayahan
(membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya), karena hubungan antar wilayah yang
semakin mudah akan mendorong pergerakan penduduk. Dengan terbukanya wilayah yang
terisolasi maka wilayah tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan
meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.

Tujuan pengembangan sistem transportasi di wilayah Kota Pematangsiantar adalah :

1. Menciptakan aksesibilitas dan mobilitas yang sesuai untuk pertumbuhan aktifitas.


2. Meningkatkan kemudahan pergerakan antar lokasi.
3. Menyediakan kegiatan transportasi yang murah, aman, nyaman dan cepat dengan
menata sistem transportasi angkutan umum.
4. Meningkatkan fungsi sarana transportasi yang ada dengan memperbaiki dan melengkapi
prasarana dan sarana pendukungnya.

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-22


Laporan Draft Akhir

5. Menyusun pengelolaan sistem pergerakan di wilayah perencanaan lalu lintas dengan


mengintegrasikan tiap elemen transportasi.

c.1. Rencana Sistem Jaringan Jalan

a. Tinjauan Konsep Hirarki Jalan


Pengaturan hirarki fungsi dan status (kewenangan penyelenggaraan) untuk jaringan jalan
seyogyanya mengadopsi kebutuhan hubungan antar pusat kegiatan sebagaimana
disampaikan dalam rencana tata ruang wilayah kota. Konsep terbaru mengenai hirarki
fungsi dan status jalan yang dimuat dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan secara
ringkas disampaikan pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Hirarki Fungsi dan Status Jalan

Kewenangan
Level
Penyelenggaraan Fungsi Jalan yang Dilingkupi Status Jalan
Pemerintahan
Status Jalan
(a) Jalan arteri primer dan kolektor primer yang
Jalan Nasional
menghubungkan antar ibukota provinsi,
Pemerintah/ (ref: ps 14 (1) UU No 38
(b) jalan strategis nasional,
Pusat Tahun 2004 tentang
(c) jalan toll
Jalan)
(ref: ps 9 (2) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan)
(a) Jalan kolektor primer yang menghubungkan
Jalan Provinsi
ibukota provinsi dengan ibukota kab/kota, antar
Pemerintah (ref: ps 15 (1) UU No 38
ibukota Kab/Kota,
Provinsi Tahun 2004 tentang
(b) Jalan strategis provinsi
Jalan)
(ref: ps 9 (2) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan)
1. (a) Jalan lokal primer yang menghubungkan:
ibukota Kab dgn ibukota kecamatan dan
1. Jalan Kabupaten PKL, antar ibukota kecamatan, antara PKL,
2. Jalan desa (b) Jalan sekunder dalam wilayah kabupaten
Pemerintah
(ref: ps 16 (1) UU No 38 (c) Jalan strategis kabupaten
Kabupaten
Tahun 2004 tentang 2. (a) Jalan yang menghubungkan kawasan
Jalan) dan/atau antar permukiman di dalam desa,
(b) Jalan lingkungan
(ref: ps 9 (4 dan 6) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan)
(a) Jalan sekunder yang menghubungkan antar
Jalan Kota
pusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan
Pemerintah (ref: ps 16 (2) UU No 38
dengan persil, antar persil, antar pusat
Kota Tahun 2004 tentang
permukiman di dalam kota
Jalan)
(ref: ps 9 (5) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan)

Berdasarkan analisis terhadap kondisi existing dan tantangan pengembangan spasial di


masa mendatang, maka dirumuskan konsep pengembangan jaringan jalan Kota
Pematangsiantar sebagai berikut:

 Pengembangan jaringan jalan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas di Pusat


Kota dengan Pusat Kegiatan Wilayah yang lainnya di Provinsi Sumatera Utara;

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-23


Laporan Draft Akhir

 Pengembangan jaringan jalan diarahkan untuk mengembangkan aksesibilitas jalur


outer ringroad (Siantar Martoba – Siantar Sitalasari – Siantar Marimbun);
 Pengembangan jalan lokal (feeder road) menuju Pusat Lingkungan dan sentra-sentra
pertanian, perdagangan dan jasa demi meningkatkan aksesibilitas internal dan
memperlancar arus pergerakan komoditas.

Dalam menerjemahkan konsep tersebut, maka disusun rencana fungsi, status,


kewenangan dan pengembangan jaringan jalan secara berurut berikut ini.

b. Rencana Jalan Menurut Sistem


Berdasarkan status jalan dilihat dari pelayanan distribusi barang maka Kota
Pematangsiantar direncanakan atas :

 Sistem jaringan jalan primer, merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan.
 Sistem jaringan jalan sekunder, merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan lokal.

c. Rencana Jalan Menurut Fungsi


Berdasarkan fungsi suatu jalan yang dilihat dari tingkat hubungan antar pusat pelayanan
penduduk, prospek pengembangan dan tingkat kemudahannya terdapat tiga kategori
jalan yang antara lain sebagai berikut:

 Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna. Dimensi jaringan jalan arteri direncanakan sbb: Rumaja = 18
M, Rumija = 23 M, Ruwasja = 30 M.
 Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi. Dimensi jaringan jalan kolektor direncanakan sbb:
Rumaja = 9 M, Rumija = 14 M, Ruwasja = 18 M.
 Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat. Dimensi jaringan jalan lokal direncanakan sbb: Rumaja =
5 M, Rumija = 10 M, Ruwasja = 14 M.

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-24


Laporan Draft Akhir

Berdasarkan katagori fungsi jalan tersebut di atas, maka bagi wilayah perencanaan
dapat ditentukan memiliki fungsi jalan sebagai berikut:

1.a. Jalan Arteri primer, meliputi:

 ruas jalan Medan – Batas Kabupaten Simalungun

 ruas jalan Parapat Simpang Dua – batas Kabupaten Simalungun

1.b. Jalan kolektor primer, meliputi:

 Ruas Jalan Sangnaualuh - batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor


Primer 1;

 Ruas Jalan Saribudolok Simpang Dua - batas Kabupaten Simalungun


sebagai Kolektor Primer 2;
 Ruas Jalan Melanton Siregar – batas Kabupaten Simalungun sebagai
Kolektor Primer 2; dan
 Ruas Jalan Sidamanik – batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor
Primer 3.

2.a. Jalan arteri sekunder, meliputi:


 ruas jalan Sisingamangaraja;
 ruas jalan Merdeka;
 ruas jalan Sutomo;
 ruas jalan Sudirman;
 ruas jalan Gereja;
 ruas jalan DI Panjaitan

2.b. Jalan Kolektor sekunder, meliputi:


 ruas jalan Seram
 ruas jalan Rajimin Purba
 ruas jalan Dahlia
 ruas jalan Kartini
 ruas jalan Sudirman
 ruas jalan Merdeka Lapangan Merdeka
 ruas jalan DR. Sutomo Lapangan Merdeka
 ruas jalan Ade Irma Suryani

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-25


Laporan Draft Akhir

 ruas jalan Pendidikan


 ruas jalan Patuan Anggi
 ruas jalan HOS Cokroaminoto,
 ruas jalan Sibolga
 ruas jalan Numuronda
 ruas jalan Pendeta J Sihombing
 ruas jalan Rakuta Sembiring
 ruas jalan AMD 1981
 ruas jalan Pendeta Wismar Saragih.

2.c. Jalan lokal dan lingkungan, meliputi seluruh jaringan jalan di luar jalan arteri
dan kolektor sekunder yang ada, yang disebutkan pada poin 2a dan 2b diatas.

c.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Untuk memberikan pelayanan pergerakan dan angkutan penumpang dan


barang di dalam Kota Pematangsiantar yang lebih baik disusun rencana sistem
jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, yang terdiri dari :
1. Terminal penumpang

2. Terminal barang

3. Jalur angkutan umum

Berdasarkan permasalahan yang ada dan antisipasi kebutuhan bagi


perkembangan kota maka, maka rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri dari :

a. Terminal Penumpang

Berdasarkan permasalahan tersebut serta dengan melihat rencana


struktur ruang kota, maka rencana pengembangan terminal dan sub terminal
meliputi:
a. Terminal penumpang tipe A Sarantama di Kelurahan Tanjung Tonga;
b. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat;
c. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Tojay Kecamatan Siantar
Sitalasari;

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-26


Laporan Draft Akhir

d. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Sihopat Suhu Kecamatan Siantar


Timur;
e. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Gurilla Kecamatan Siantar
Sitalasari;
f. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Simpang Dua Kecamatan Siantar
Marimbun.

b. Terminal barang

Terminal barang sebagaimana meliputi Terminal Regional Agribisnis Perluasan di


Kelurahan Sukadame, Kecamatan Siantar Barat.
Pemanfaatan terminal masih berpusat di Parluasan dan Pasar Horas, dimana hal
ini menyebabkan tingginya beban pergerakan kawasan pusat kota. Di sisi lain,
Terminal Parluasan akan diarahkan sebagai pusat terminal agropolitan.

c. Jaringan angkutan umum

Pengembangan sarana dan moda angkutan dalam rangka pengembangan Kota


Pematangsiantar perlu dilakukan mengingat tingginya arus pergerakan komoditas
dan orang terutama pada pusat-pusat pelayanan (kota). Permasalahan dalam
sistem angkutan umum selama ini adalah:

 Moda angkutan umum masih berorientasi pada angkutan skala kecil,


sementara bangkitan pergerakan yang terjadi sudah dalam skala massal
yang merupakan akumulasi dari pergerakan regional maupun lokal
 Pemilihan rute yang melalui semua hirarki jalan (arteri, kolektor dan lokal)
dimana semuanya melalui kawasan pusat kota. Hal ini menyebabkan tidak
berkembangnya moda transportasi skala lokal (mis. becak motor) dan
kemacetan di kawasan pusat kota.

Berdasarkan permasalahan tersebut serta dengan melihat rencana struktur ruang


kota, maka rencana pengembangan sistem jaringan angkutan umum meliputi:

a. rute angkutan umum penumpang Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) melalui
ruas Jalan Parapat - Jalan Lingkar Barat – Jalan ABRI Manunggal Desa –
Jalan Medan

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-27


Laporan Draft Akhir

b. rute angkutan umum penumpang Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) melalui
ruas jalan Jalan Parapat - Jalan Lingkar Barat – Jalan AMD – Jalan Medan,
Jalan Sangnaualuh, Jalan Bongbongan
c. rute angkutan barang regional diarahkan untuk melayani pusat
pergudangan di Kawasan Megaland Kecamatan Siantar Timur, Kawasan
Terminal Agrobisnis (Sukadame) dan Kawasan Stasiun KA melalui alan
Parapat - Jalan Lingkar Luar Barat - Jalan AMD - Jalan Medan - Jalan
Lingkar Luar Timur - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Ade Irma Suryani
d. rute angkutan umum ukuran kecil, meliputi :
1. Terminal Sarantama – Jalan AMD – Jalan Rakuta Sembiring – Jalan
Patuan Nagari – Jalan Mojopahit – Jalan Sutomo – Terminal C
Dwikora – Jalan Merdeka – Jalan Diponegoro – Jalan Gereja – Jalan
DI Panjaitan – Terminal C Simpang Dua
2. Terminal C Siopat Suhu – Jalan Sutomo – Terminal C Dwikora – Jalan
Ade Irma Suryani – Jalan Patuan Nagari – Jalan Sisingamangaraja –
Jalan Seram – Jalan Rajiman Purba – Jalan Batu-batu – Terminal C
Gurila – jalan Lingkar Luar Barat – Terminal Sarantama
3. Terminal C Tojay – jalan Handayani – Jalan Sisingamangaraja –
Terminal C Simpang Dua – Jalan Sisingamangaraja – Jalan Rajiman
Purba – Jalan Kartini – Jalan AD Irma Suryani – Jalan Patuan Nagari –
Jalan Mohopahit – Jalan Sutomo – Terminal C Dwikora – Jalan
Sudirman – kembali melalui Jalan Kartini
e. rute angkutan umum massal bus melalui – Jalan Parapat (Kelurahan
Simarimbun) – Terminal C Simpang Dua - jalan DI Panjaitan – jalan Gereja
– Jalan Diponegoro –Jalan Merdeka – Jalan Sutomo
f. rute angkutan umum massal bus Terminal C Siopat Suhu – Jalan Sutomo -
Terminal C Dwikora – Jalan Sangnaualuh – Jalan Medan – Jalan AMD –
Terminal Sarantama.

c.3 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Perkeretaapian

Sistem Rel Kereta Api merupakan moda transportasi dengan multi keunggulan komparatif:
hemat lahan & energi, rendah polusi, besifat massal dan adaptif dengan perubahan
teknologi. Memasuki era kompetisi, potensinya diharapkan dapat dimobilisasi dalam skala

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-28


Laporan Draft Akhir

nasional, sehingga mampu menciptakan keunggulan kompetitif terhadap produksi dan jasa
domestik di pasar global.

Jaringan kereta api Kota Pematangsiantar merupakan bagian dari jalur keretaapi Kota
Medan - Tebing Tinggi - Pematangsiantar. Keberadaannya bermanfaat untuk meningkatkan
aksesibilitas dengan pusat pertumbuhan primer provinsi, yaitu Kota Medan.

Sesuai dengan rencana pengembangan jaringan jalan kereta api pada RTRW Provinsi
Sumater Utara untuk mendorong pengembangan kawasan agropolitan Dataran Tinggi
diperluas jaringan kereta api dari pusat kawasan agropolitan Merek melalui Pematangsiantar
menuju Kota Medan dan pusat pemasaran dan distribusi produk agropolitan lainnya.

Dengan pertimbangan tersebut maka rencana pengembangan sistem jaringan prasarana


perkeretaapian meliputi:
a. Peningkatan kualitas pelayanan Stasiun Kereta Api Kota Pematangsiantar ahan di
Kelurahan Proklamasi Kecamatan Siantar Barat.
b. Pengembangan sistem jaringan pelayanan kereta api yang terkoneksi dengan sistem
angkutan umum penumpang dan barang,
c. Pengembangan jaringan kereta api ruas Kota Pematangsiantar – Perlanaan – Sei
Mangke;
d. Pengembangan jaringan kereta api ruas Merek, Kabupaten Karo – Kota
Pematangsiantar – Kota Tebingtinggi;
e. Pengembangan stasiun kereta api khusus barang regional di Kecamatan Siantar
Martoba.

4. Renstra Kementerian Perhubungan 2015-2019

a. Arah Kebijakan Dan Strategi Nasional


Sejalan dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019
diarahkan untuk mencapai sasaran utama, yang salah satu sasaran pembangunan sektor
unggulan adalah aspek maritim dan kelautan yang memuat upaya membangun konektivitas
nasional.
Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dijabarkan kembali kedalam
agenda pembangunan nasional, khususnya agenda pembangunan transportasi nasional,

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-29


Laporan Draft Akhir

diantaranya adalah membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan


pembangunan dan membangun transportasi massal perkotaan.

Isu Strategis 1 : Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai


Keseimbangan Pembangunan

Kebijakan strategis untuk mewujudkan konektivitas nasional adalah:


1. Mempercepat pembangunan sistem transportasi multimoda;
2. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional
untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam
kerangka mendukung kerjasama regional dan global;
3. Menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan
transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan;
4. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung
investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-
pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi;
5. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan
mempertimbangkan daya dukung lingkungan melalui mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
maupun peningkatan keselamatan dan kualitas kondisi lingkungan;
6. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi
serta pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi;
7. Meningkatkan kapasitas dan kualitas lembaga pengembangan sumber daya manusia.

Isu Strategis 2 : Membangun Transportasi Umum Massal Perkotaan


Pembangunan perkotaan Indonesia kedepan diarahkan pada peningkatan peran perkotaan
sebagai basis pembangunan dan kehidupan yang layak huni, berkeadilan, mandiri, berdaya
saing, dan berkelanjutan, sesuai dengan karakter potensi dan budaya lokal. Arah kebijakan
pembangunan perkotaan pada berfokus pada pengembangan kota sebagai suatu kesatuan
kawasan/wilayah, yaitu kota sebagai pendorong pertumbuhan nasional dan regional serta
kota sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada kebutuhan penduduk kota. Walaupun
demikian, pembangunan perkotaan ke depan akan lebih difokuskan pada pelaksanaan
pengendalian pembangunan kota-kota besar dan metropolitan serta percepatan
pembangunan kota-kota menengah dan kecil.
Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan transportasi umum massal perkotaan,
pembangunan sistem angkutan umum modern yang saling terintegrasi seperti BRT dan MRT

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-30


Laporan Draft Akhir

diharapkan dapat meningkatkan peran angkutan umum dalam melayani kebutuhan


perjalanan penduduk perkotaan serta menciptakan transportasi perkotaan yang praktis,
efisien, ramah lingkungan, dan berkeadaban. Arah kebijakan dan strategi yang disusun lima
tahun kedepan adalah :

1. Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan
orientasi kepada bus maupun rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu;
2. Mengembangkan manajemen transportasi perkotaan yang berimbang dengan
memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan;
3. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan.

b. Arah Kebijakan Dan Strategi Kementerian Perhubungan


Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dalam
pembangunan sektor transportasi merujuk pada arah kebijakan pembangunan transportasi
nasional yang tertuang didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019. Kebijakan dan strategi tersebut juga disinergikan dengan arah kebijakan
pembangunan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kementerian
Perhubungan 2005-2025 yang menjadi salah satu alur logis perencanaan pembangunan
sektor transportasi berkelanjutan.
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dikelompokkan
menjadi 3 aspek, meliputi keselamatan dan keamanan, pelayanan, serta kapasitas
transportasi.

1) Keselamatan dan Keamanan


Keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi ditujukan untuk
meningkatkan rasa aman dan nyaman pengguna transportasi serta menurunkan jumlah dan
tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi transportasi jalan, kereta api, pelayaran, dan
penerbangan. Tingkat keselamatan dan keamanan transportasi diwujudkan melalui dua
sasaran yaitu menurunnya angka kecelakaan transportasi, dan menurunnya jumlah
gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi.

2) Pelayanan Transportasi
Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi ditetapkan 7 sasaran, yaitu : (1)
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, (2) Terpenuhinya SDM
transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan, (3) Meningkatnya

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-31


Laporan Draft Akhir

kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, (4) Meningkatnya kinerja Kementerian


Perhubungan dalam mewujudkan good governance, (5) Meningkatnya penetapan dan
kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan, (6) Menurunnya emisi
gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada
sektor tansportasi, dan (7) Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka
mewujudkan clean governance.

3) Kapasitas Transportasi
Dalam rangka meningkatkan kapasitas transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan
5 (lima) sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kapasitas sarana sarana dan prasarana
transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda (2)
Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang, (3) Meningkatnya layanan
transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di
wilayah timur Indonesia, (4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan,
dan (5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen
transportasi perkotaan.

c. Kegiatan Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019


Dalam rangka mewujudkan sasaran dalam Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2015-
2019, ditetapkan target Program Strategis Kementerian Perhubungan meliputi :
 Perhubungan Darat
1. Pengadaan sarana BRT s
2. Pengadaan sarana Bus Pemadu Moda
3. Pengadaan sarana ATCS (Area Traffic Control System)
4. Pengadaan Bus Angkutan Umum/Pelajar/ Mahasiswa
5. Pengadaan fasilitas perlengkapan jalan di wilayah perkotaan
6. Pembangunan prasarana fasilitas pendukung BRT
7. Pemeliharaan/ Rehabilitasi Fasilitas Perlengkapan Jalan LLAJ
8. Pengembangan Pengujian Kendaraan Bermotor
9. Pengadaan dan Pemasangan Alat PKB
10. Pengembangan Fasilitas Perlengkapan Jalan
11. Rehabilitasi/ Peningkatan Pembangunan Terminal
12. Pengadaan Bus Perintis
13. Subsidi Operasional Keperintisan Angkutan Jalan dan Operasional Keperintisan
Angkutan Barang

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-32


Laporan Draft Akhir

 Perkeretaapian
1. Pengadaan sarana KA untuk angkutan perintis, kereta ekonomi untuk angkutan
lebaran termasuk kereta kerja
2. Pengadaan sarana Kereta Rel Listrik (KRL)
3. Subsidi angkutan kereta api
4. Rehabilitasi dan peningkatan jalur KA sepanjang
5. Pembangunan jalur KA yang dibangun termasuk jalur ganda dan reaktivasi
6. Pembangunan Kereta Api Ringan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas
transportasi di perkotaan
7. Rehabilitasi dan peningkatan jembatan/ underpass/flyover KA sebanyak 269 unit;
8. Pembangunan jembatan/underpass/flyover KA sebanyak 344 unit;
9. Pengadaan material rel dan wesel
10. Rehabilitasi dan peningkatan stasiun/bangunan operasional KA untuk meningkatkan
keandalan
11. Pembangunan stasiun/bangunan operasional KA
12. Rehabilitasi dan peningkatan persinyalan dan telekomunikasi KA
13. Pembangunan persinyalan dan telekomunikasi KA
14. Rehabilitasi dan peningkatan listrik aliran atas KA
15. Pembangunan listrik aliran atas KA (termasuk gardu listrik)
16. Pembangunan elektrifikasi jalur KA
17. Pengamanan perlintasan sebidang KA

Studi Penyusunan Tatralok Kota Pematangsiantar 2-33

Anda mungkin juga menyukai