BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN PEMIKIRAN
Transportasi merupakan prasarana dasar ( basic infrastructure) bagi kegiatan sosial-ekonomi
masyarakat, maka dalam perencanaannya tidak dapat dilepaskan dengan dengan
bagaimana pola kegiatan masyarakat yang dilayaninya tersebut akan dikembangkan. Dalam
menyusun sistem transportasi yang handal dan berkemampuan tinggi akan dihadapkan
pada tantangan, peluang dan kendala akibat perubahan lingkungan strategis yang sangat
dinamis. Perubahan lingkungan ini meliputi otonomi daerah, globalisasi ekonomi, perubahan
perilaku permintaan jasa transportasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup dan keterbatasan sumber daya baik alam
maupun manusia.
Dalam upaya mengantisipasi kondisi tersebut sistem transportasi perlu ditata dan
disempurnakan dengan didukung peningkatan kualitas sumber daya, sehingga terwujud
kehandalan pelayanan dan keterpaduan antar dan intra moda transportasi yang disesuaikan
dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijakan tata ruang,
kelestarian lingkungan dan kebijakan energi nasional. Sehingga selalu memenuhi kebutuhan
pembangunan dan tuntutan masyarakat serta kebutuhan perdagangan nasional dan
internasional, dengan memperhatikan kehandalan serta kelaikan sarana dan prasarana
transportasi. Secara umum konteks pola pikir sistem transportasi digambarkan sebagai
berikut.
LANDASAN PEMIKIRAN
Pancasila
UUD 1945
Wawasan Nusantara
Ketahanan Nasional
UU Terkait
Kepuasan
Pengguna
Jasa (user)
MASUKAN MODA TRANSP. JAR. TRANSP. OPERATOR REGULATOR PELAYANAN
VISI DAN MISI TRANSPORTASI
IPTEK Jalan Jar.Prasarana Pemerintah
SDM KA Jar.Pelayanan UPT Pemerintah Kebijakan Efektif
Efisien Ketahanan
Dana Sungai & Danau BUMN Strategi Nasional yang
Energi Penyeberangan BUMD Upaya tangguh
Manajemen & Laut Koperasi
Administrasi Udara Perorangan
Pipa
Perencanaan transportasi merupakan bagian tidak terpisahkan dari perencanaan tata ruang.
Perencanaan transportasi tanpa mempertimbangkan pola dan struktur ruang akan
menimbulkan permasalahan lalu lintas. Selain kesesuaian dengan rencana tata guna lahan
harus memperhatikan landasan pengembangan kawasan dengan perkiraan traffic
generate / attractive yang ditimbulkan.
Konsep yang dapat menyatukan hubungan dasar antar ketiga sistem tersebut adalah
aksesibilitas atau daya hubung. Aksesibilitas akan memberikan pengaruh pada beberapa
lokasi kegiatan atau tata guna lahan. Lokasi kegiatan juga memberikan pengaruh pada pola
perjalanan sehari-hari. Pola perjalanan ini mempengaruhi jaringan transportasi dan sistem
transportasi secara keseluruhan. Perubahan tata guna lahan akibat pertumbuhan ekonomi
harus didukung dengan peningkatan jaringan dan sistem transportasi.
Transportasi merupakan kebutuhan turunan yang diakibatkan oleh tersebarnya pola tata
ruang (spasial separation) dimana kebutuhan manusia dan proses produksi (dari penyediaan
bahan mentah sampai dengan pemasaran) tidak dapat dilakukan hanya pada satu lokasi
saja. Dengan kata lain selalu dibutuhkan proses perpindahan yang dalam kajian transportasi
disebut perjalanan. Setiap pengembangan tata ruang akan selalu membutuhkan dukungan
dari penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Demikian juga sebaliknya setiap
pengembangan sistem transportasi akan mempengaruhi pola dan perkembangan tata ruang
di sekitarnya. Interaksi timbal balik antar sistem transportasi dan tata ruang dapat
dijelaskan melalui gambar dibawah ini.
Perubahan kebijakan
dan perubahan Biaya
perilaku Transportasi
transportasi/ekonomi
: Feed -Forward
: Feed -Back
Gambar 2.2 Keterkaitan Antara Sistem Jaringan Transportasi dan Tata Ruang
Dalam memahami interaksi yang terjadi dalam sistem transportasi dan kaitannya dengan
tata ruang, Tamin (1992) memberikan konsepsi mengenai sistem transportasi makro.
Sistem transportasi maksto tersebut terdiri dari beberapa sub sistem yang masing-masing
saling terkait dan saling mempengaruhi. Sub sistem itu terdiri dari sistem kegiatan,
sistem jaringan parasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas dan sistem
kelembagaan.
a. Sistem Kegiatan, dalam hal ini melibatkan : Bappenas, Bappeda Provinsi, Bappeda
Kabupaten/Kota, yang sangat penting dalam penentuan kebijakan baik yang berskala
nasional, wilayah/regional maupun lokal/sektoral melalui perencanaan tata ruang dan
perencanaan pembangunan lainnya.
b. Sistem jaringan, dalam hal ini melibatkan Kementerian Perhubungan, Dinas
Perhubungan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas
PU / Bina Marga Provinsi dan Kabupaten/kota, sebagai lembaga yang menyusun dan
melaksanakan kebijakan mengenai pengembangan dan penyelenggaraan sistem
jaringan transportasi secara nasional, wilayah (regional) maupun lokal.
c. Sistem Pergerakan, dalam hal ini melibatkan Kementerian Perhubungan dan Dinas
Perhubungan, Organda, Polantas, masyarakat yang berkaitan dengan teknis
operasiaonal penyelenggaraan transportasi dilapangan.
Permasalahan transportasi dimulai dari suatu pergerakan untuk memenuhi segala macam
kebutuhan. Kegiatan transportasi yang terwujud pergerakan lalu lintas antara dua guna
lahan yang timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi di tempat asal. Permasalahan transportasi dapat dengan mudah dipahami dan
dicari alternatif pemecahannya secara baik melalui suatu pendekatan sistem transportasi.
Sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa
sistem yang lebih kecil (mikro) yang masing-masing saling terkait dan saling
mempengaruhi. Sistem transportasi mikro tersebut terdiri dari sistem kegiatan, sistem
jaringan prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas, dan sistem kelembagaan
Setiap sistem kegiatan atau tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang
akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses
pemenuhan kebutuhan. Sistem ini merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang
terdiri sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan yang
timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan
yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut.
Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan/atau barang tersebut membutuhkan
moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi bergerak
yang dikenal dengan sistem jaringan. Sistem mikro kedua ini sistem jaringan jalan raya,
terminal bis dan kereta api, bandara, dan pelabuhan laut Interaksi antara sistem kegiatan
dan sistem jaringan ini menghasilkan pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk
pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki). Jika pergerakan tersebut diatur
oleh sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik akan tercipta suatu sistem
pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal, dan sesuai dengan
B. TATARAN TRANSPORTASI
Pergeseran paradigma dari pemerintahan sentralistik menjadi desentralistik termasuk
pelimpahan sebagian besar kewenangan disektor transportasi dari pemerintahan pusat
kepada pemerintahan propinsi dan pemerintahan kabupaten/kota, membawa konsekuensi
pembagian tataran transportasi sesuai dengan kewenangan masing-masing. Sistranas
diwujudkan dalam 3 tataran yaitu tataran transportasi nasional (Tatranas), tataran
transportasi wilayah (Tatrawil) dan tataran transportasi lokal (Tatralok).
penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara dan transportasi pipa, yang saling
berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu
sistem pelayanan jasa transportasi yang efisien dan efektif, yang berfungsi melayani
perpindahan orang dan atau barang antar simpul atau Kabupaten nasional (SKN), dan dari
simpul atau Kabupaten nasional ke luar negeri atau sebaliknya.
Ketiga tataran transportasi tersebut saling terkait satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan
karena pelayanan perpindahan orang dan/atau barang dari Kabupaten wilayah maupun
Kabupaten lokal ke Kabupaten nasional tidak dapat dilakukan dengan salah satu tataran
transportasi saja melainkan harus terpadu dengan tataran transportasi lainnya. Demikian
sebaliknya orang dan/atau barang dari Kabupaten nasional menuju Kabupaten wilayah dan
Kabupaten lokal harus dilayani dengan ketiga tataran transportasi di atas.
Hubungan dan keterikatan Tatranas, Tratawil dan Tatralok dalam sistem transportasi
nasional adalah sebagai hubungan kesisteman dan keterpaduan. Hubungan secara
kesisteman pada dasarnya adalah suatu tatanan transportasi yang terorganisasi secara
kesisteman membentuk sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu
dan harmonis yang diwujudkan dalam Tatranas, Tatrawil dan Tatralok. Di dalam Tatranas,
Tatrawil dan Tatralok mempunyai hubungan kesisteman, fungsional serta struktural dalam
membentuk sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan
harmonis. Selain hubungan secara kesisteman, juga sebagai keterpaduan di dalam Tatranas,
Tatrawil dan Tatralok yang terintegrasi, harmonis dan bersinergi membentuk suatu sistem
pelayanan jasa transportasi yang efektif, efisien dan terpadu dalam melayani perpindahan
orang dan barang. Seperti pada gambar berikut, dimana SKN ( simpul kegiatan nasional),
SKW (simpul kegiatan wilayah) dan SKL (simpul kegiatan lokal).
kondisi, potensi, dan proyeksi sesuai dengan kebutuhan dalam kurun waktu dua puluh
tahun.
Dalam RPJPD Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025, Pembangunan sistem jaringan
transportasi diarahkan bagi terwujudnya sistem jaringan jalan yang efektif dan efisien sesuai
dengan hirarki dan fungsi jalan, dengan penjelasan sebagai berikut:
b) Melakukan analisis dampak lalu lintas untuk pembangunan kawasan dan gedung
baru,
c) Pembangunan jaringan jalan baru,
d) Pembangunan jalan lingkar luar (outer ring road),
II. Menunjang mobilitas masyarakat melalui peningkatan dan pemerataan penyediaan akses
untuk segenap lapisan masyarakat dalam mencapai pusat-pusat kegiatan dan pelayanan
perkotaan (central business district) melalui :
1) Pengaturan dan pengadaan fasilitas pejalan kaki,
2) Pengaturan dan pengadaan fasilitas pengguna kendaraan tidak bermotor,
3) Pengaturan dan pengadaan fasilitas untuk orang tua dan orang cacat,
4) Penetapan jaringan jalan (arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, dan kolektor
sekunder) yang diselesaikan dengan konfigurasi jaringan jalan yang ditentukan.
III. Memelihara dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup melalui penyediaan sarana
dan prasaran transportasi yang berwawasan lingkungan dan mendukung kebijakan
energi nasional.
1) Meningkatkan keselamatan berlalu lintas melalui :
a) Penyediaan marka dan rambu-rambu jalan yang mudah dimengerti,
b) Melaksanakan kampanye dan pendidikan berlalu lintas,
c) Peningkatan ketertiban pengemudi dan pejalan kaki,
d) Peraturan tentang sekolah mengemudi,
e) Pengaturan tentang batas kendaraan bermotor.
2) Pengaturan kelaikan kendaraan melalui :
a) Standar kendaraan (termasuk emisi gas buang)
b) Sistem registrasi kendaraan,
c) Sistem pengujian kendaraan bermotor.
3) Memelihara estetika kota.
4) Konservasi dan diversifikasi energi.
IV. Memantapkan ketersediaan dan sumber pembiayaan kebutuhan penyedia jasa dan
pembangunan prasarana transportasi, terutama melalui penggalangan potensi
masyarakat dan menciptakan iklim yang mendorong dan merangsang peran serta
sektor swasta melalui :
1) Pembinaan sumber penerimaan dari masyarakat berupa tarif parkir, retribusi
penggunaan jalan, dan retribusi penggunaan terminal.
2) Kerjasama dengan pihak swasta (public private partnership)
VI. Meningkatkan kinerja peraturan dan kelembagaan melalui: (a) penataan sistem
transportasi jalan sejalan dengan sistem transportasi kota, diantaranya melalui
penyusunan Rancangan Umum Jaringan Transportasi Jalan Kota (RUJTJK) meliputi
penataan simpul, ruang kegiatan, ruang lalu lintas serta penataan pola distribusi lokal
(kota) dan antar daerah sesuai dengan rencana kelas jalan; dan (b) peningkatan
pembinaan teknis transportasi di daerah dengan mangadaptasikan sistem standar
pelayanan minimal dan standar teknis di bidang LLAJ serta skema untuk peningkatan
pelaksanaan pengendalian dan pengawasan LLAJ kota.
VII. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu: (a) penataan
sistem jaringan dan terminal; (b) manajemen lalu lintas; (c) pemasangan fasilitas dan
rambu jalan; (d) penegakan hukum dan disiplin di jalan; (e) mendorong efisiensi
transportasi barang dan penumpang di jalan melalui deregulasi pungutan dan retribusi
di jalan, penataan jaringan dan ijin trayek; (f) kerjasama antarlembaga pemerintah
baik dengan instansi yang terkait dengan lalu lintas maupun dengan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah lainnya.
a. Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna. Dimensi jaringan jalan arteri direncanakan sbb: Rumaja = 18
M, Rumija = 23 M, Ruwasja = 30 M
b. Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang,
dan jumlah jalan masuk dibatasi. Dimensi jaringan jalan kolektor direncanakan sbb:
Rumaja = 9 M, Rumija = 14 M, Ruwasja = 18 M.
c. Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat. Dimensi jaringan jalan lokal direncanakan sbb: Rumaja
= 5 M, Rumija = 10 M, Ruwasja = 14 M.
Berdasarkan katagori fungsi jalan tersebut di atas, maka bagi wilayah perencanaan
dapat ditentukan memiliki fungsi jalan sebagai berikut:
Rencana struktur pusat kegiatan di Provinsi Sumatera Utara sampai tahun 2033 terdiri dari 1
(satu) PKN, 9 (sembilan) PKW, 39 (tiga puluh sembilan) PKL, dan 2 (dua) PKWp.
Untuk mewujudkan sistem jaringan transportasi darat yang melayani pergerakan orang dan
barang antar wilayah maka rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat yang
berada diwilayah atau berdampak terhadap wilayah Kota Pematangsiantar, terdiri dari :
Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai di atas, maka kebijakan penataan
ruang Kota Pematangsiantar dirumuskan, sebagai berikut :
6. Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan sosial budaya; dan
a. Menetapkan pusat pelayanan lingkungan, sub pusat pelayanan lingkungan, dan pusat
lingkungan yang berhierarki;
b. Mengarahkan kawasan pusat kota menjadi pusat pemerintahan kota, pusat kegiatan
perdagangan dan jasa; dan
a. Mengembangkan ruang terbuka hijau (RTH) kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen
dari luas wilayah kota;
c. Mengembangkan kawasan sempadan sungai dan sempadan rel kereta api sebagai
kawasan lindung;
6. Strategi penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan sosial budaya,
meliputi :
b. Mengembangkan kegiatan dan kawasan wisata dan budaya yang menjadi salah satu
daya tarik kota.
7. Strategi pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara, meliputi :
Berdasarkan identifikasi pada sistem pusat kegiatan Kota Pematangsiantar saat ini
(existing), menunjukkan bahwa :
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka disusun rencana hirarki pusat pelayanan pada
Kota Pematangsiantar sebagai berikut :
a. Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani seluruh
wilayah kota dan hinterland kota. Pusat pelayanan kota ditetapkan 1 buah, yaitu di
Kawasan Jalan Sutomo - Jalan Merdeka.
b. Sub Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani sub
wilayah kota. Sub pusat pelayanan kota ditetapkan ada 5 buah yaitu di Kawasan
Tanjung Pinggir, Kawasan Gurilla, Kawasan Tojai, Kawasan Simpang Dua, Kawasan
Megaland Asahan.
c. Pusat Lingkungan, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani skala
lingkungan. Pusat lingkungan ditetapkan sebanyak 9 buah yaitu di Kelurahan Tambun
Nabolon, Kelurahan Nagapita, Kelurahan Tanjung Pinggir, Kelurahan Gurilla, USI,
Kelurahan Setia Negara, Kelurahan Simarimbun, Kelurahan Marihat Jaya, Lapangan Bola
Atas.
Tabel 2.2 Rencana Hirarki dan Fungsi Pusat-Pusat Pelayanan di Kota Pematangsiantar
Hirarki Pusat
No. Lokasi Fungsi Arahan Kegiatan
Kegiatan
1. Pusat Kelurahan Melayu, Perdagangan dan jasa Pusat perbelanjaan
Pelayanan Kelurahan Dwikora, skala regional; (pasar dan pertokoan)
Kota (PPK) Kelurahan Proklamasi, Pelayanan kesehatan skala Pasar regional agro
Kelurahan regional; Jasa hotel dan wisata
Simalungun, Simpul transportasi Bank, asuransi
Kelurahan Baru, regional; Rumah Sakit
Kelurahan Sukadame, Perkantoran; dan Kantor pemerintahan
Kelurahan Banjar,
Kelurahan
Timbanggalung,
Kelurahan Teladan, Perumahan kepadatan
kota dan swasta
Kelurahan Karo, tinggi.
Lapangan Olah Raga
Kelurahan Pahlawan,
Kelurahan
Pardomuan,
Kelurahan Martoba
pusat perdagangan skala
sebagian Kelurahan kota, Pasar
Sub Pusat
Tanjung Pinggir dan simpul transportasi Rumah Sakit
Pelayanan
sebagian Kelurahan regional Terminal Angkutan
2. Kota (SPPK)
Tambun Tonga, pendidikan menengah Penumpang Tipe C
Tanjung
Kecamatan Siantar pelayanan kesehatan Perdagangan retail
Pinggir
Martoba perumahan kepadatan SLTA/SMK
rendah - sedang
Perkantoran;
sebagian Kelurahan Kantor pemerintahan
Budaya dan olah raga;
Gurila Kecamatan Gedung serba guna
Sub Pusat Pendidikan menengah dan
Siantar Sitalasari dan Stadion olahraga
Pelayanan tinggi;
3. sebagian Kelurahan SLTA/SMA
Kota (SPPK) Pelayanan kesehatan; dan
Tanjung Pinggir, Perguruan tinggi
Gurila Perumahan kepadatan
Kecamatan Siantar Puskesmas
rendah – sedang.
Martoba Perumahan
Perumahan kepadatan
Sebagian Keurahan
rendah-sedang;
Sub Pusat Gurila, sebagian
Pendidikan menengah dan Perguruan Tinggi
Pelayanan Kelurahan Bah Sorma
tinggi; SLTA/SMK
4. Kota (SPPK) dan sebagian
Perdagangan dan jasa; Rumah Sakit
Perumahan Kelurahan Bah Kapul,
Pelayanan kesehatan skala Perumahan
Tojai Kecamatan Siantar
kota;
Sitalasari
Perkantoran
Perdagangan skala kota
sebagian Kelurahan perdagangan dan jasa
Perkantoran
Sub Pusat Nagahuta, sebagian pendidikan menengah
Pendidikan menengah dan
Pelayanan Nagahuta Timur, dan tinggi
5. tinggi
Kota (SPPK) sebagian Tong pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan
Simpang Dua Marimbun dan perumahan kepadatan
Perumahan kepadatan
Simarimbun rendah – sedang
rendah-sedang
perdagangan dan jasa
perkantoran
Sub Pusat Perdagangan grosir
Kelurahan Siopatsuhu, pendidikan menengah dan
Pelayanan Perguruan Tinggi
6. Kecamatan Siantar tinggi
Kota (SPPK) SLTA/SMK
Timur pelayanan kesehatan
Megaland Puskemas
perumahan kepadatan
sedang - tinggi
pendidikan dasar,
Pusat
perdagangan skala
Pelayanan Kelurahan Tambun SD
7. kelurahan, pelayanan
Lingkungan Nabolon Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 1
perumahan
pendidikan dasar,
Pusat
perdagangan skala
Pelayanan SD
8. Kelurahan Nagapita kelurahan, pelayanan
Lingkungan Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 2
perumahan
pendidikan dasar,
Pusat Sebagian Kelurahan
perdagangan skala
Pelayanan Tanjung Pinggir dan SD
9. kelurahan, pelayanan
Lingkungan sebagian Kelurahan Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 3 Pondok Sayur
perumahan
10. Pusat Kelurahan Gurilla pendidikan dasar, SD
perdagangan skala
Pelayanan
kelurahan, pelayanan
Lingkungan Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 4
perumahan
Kawasan USI, pendidikan dasar,
Pusat
sebagian Kelurahan perdagangan skala
Pelayanan SD
11. Bah Kapul dan kelurahan, pelayanan
Lingkungan Puskesmas Pembantu
sebagian Kelurahan kesehatan
(PPL) 5
Bukit Sofa perumahan
Rindam, sebagian pendidikan dasar,
Pusat
Kelurahan Setia perdagangan skala
Pelayanan SD
12. Negara dan sebagian kelurahan, pelayanan
Lingkungan Puskesmas Pembantu
Kelurahan Sipinggol- kesehatan
(PPL) 6
pinggol perumahan
pendidikan dasar,
Pusat
perdagangan skala
Pelayanan SD
13. Kelurahan Simarimbun kelurahan, pelayanan
Lingkungan Puskesmas Pembantu
kesehatan
(PPL) 7
perumahan
Sebagian Kelurahan pendidikan dasar,
Pusat
Marihat Jaya, sebagian perdagangan skala
Pelayanan SD
14. Kelurahan Pematang kelurahan, pelayanan
Lingkungan Puskesmas Pembantu
Marihat, dan sebagian kesehatan
(PPL) 8
Kelurahan Sukaraja perumahan
Pusat Lapangan Bola Atas, pendidikan dasar,
Pelayanan sebagian Kel. perdagangan skala SD
15.
Lingkungan Pardamean, Sukamaju, kelurahan, pelayanan Puskesmas Pembantu
(PPL) 9 Kel. Toba kesehatan
Sumber: RTRW Kota Pematangsiantar
Jaringan transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu
wilayah, yaitu memberi kemudahan atau meningkatkan interaksi antar wilayah / pusat
pelayanan. Dengan demikian akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan kewilayahan
(membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya), karena hubungan antar wilayah yang
semakin mudah akan mendorong pergerakan penduduk. Dengan terbukanya wilayah yang
terisolasi maka wilayah tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan
meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Kewenangan
Level
Penyelenggaraan Fungsi Jalan yang Dilingkupi Status Jalan
Pemerintahan
Status Jalan
(a) Jalan arteri primer dan kolektor primer yang
Jalan Nasional
menghubungkan antar ibukota provinsi,
Pemerintah/ (ref: ps 14 (1) UU No 38
(b) jalan strategis nasional,
Pusat Tahun 2004 tentang
(c) jalan toll
Jalan)
(ref: ps 9 (2) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan)
(a) Jalan kolektor primer yang menghubungkan
Jalan Provinsi
ibukota provinsi dengan ibukota kab/kota, antar
Pemerintah (ref: ps 15 (1) UU No 38
ibukota Kab/Kota,
Provinsi Tahun 2004 tentang
(b) Jalan strategis provinsi
Jalan)
(ref: ps 9 (2) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan)
1. (a) Jalan lokal primer yang menghubungkan:
ibukota Kab dgn ibukota kecamatan dan
1. Jalan Kabupaten PKL, antar ibukota kecamatan, antara PKL,
2. Jalan desa (b) Jalan sekunder dalam wilayah kabupaten
Pemerintah
(ref: ps 16 (1) UU No 38 (c) Jalan strategis kabupaten
Kabupaten
Tahun 2004 tentang 2. (a) Jalan yang menghubungkan kawasan
Jalan) dan/atau antar permukiman di dalam desa,
(b) Jalan lingkungan
(ref: ps 9 (4 dan 6) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan)
(a) Jalan sekunder yang menghubungkan antar
Jalan Kota
pusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan
Pemerintah (ref: ps 16 (2) UU No 38
dengan persil, antar persil, antar pusat
Kota Tahun 2004 tentang
permukiman di dalam kota
Jalan)
(ref: ps 9 (5) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan)
Sistem jaringan jalan primer, merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan.
Sistem jaringan jalan sekunder, merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan lokal.
Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna. Dimensi jaringan jalan arteri direncanakan sbb: Rumaja = 18
M, Rumija = 23 M, Ruwasja = 30 M.
Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi. Dimensi jaringan jalan kolektor direncanakan sbb:
Rumaja = 9 M, Rumija = 14 M, Ruwasja = 18 M.
Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat. Dimensi jaringan jalan lokal direncanakan sbb: Rumaja =
5 M, Rumija = 10 M, Ruwasja = 14 M.
Berdasarkan katagori fungsi jalan tersebut di atas, maka bagi wilayah perencanaan
dapat ditentukan memiliki fungsi jalan sebagai berikut:
2.c. Jalan lokal dan lingkungan, meliputi seluruh jaringan jalan di luar jalan arteri
dan kolektor sekunder yang ada, yang disebutkan pada poin 2a dan 2b diatas.
c.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
2. Terminal barang
a. Terminal Penumpang
b. Terminal barang
a. rute angkutan umum penumpang Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) melalui
ruas Jalan Parapat - Jalan Lingkar Barat – Jalan ABRI Manunggal Desa –
Jalan Medan
b. rute angkutan umum penumpang Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) melalui
ruas jalan Jalan Parapat - Jalan Lingkar Barat – Jalan AMD – Jalan Medan,
Jalan Sangnaualuh, Jalan Bongbongan
c. rute angkutan barang regional diarahkan untuk melayani pusat
pergudangan di Kawasan Megaland Kecamatan Siantar Timur, Kawasan
Terminal Agrobisnis (Sukadame) dan Kawasan Stasiun KA melalui alan
Parapat - Jalan Lingkar Luar Barat - Jalan AMD - Jalan Medan - Jalan
Lingkar Luar Timur - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Ade Irma Suryani
d. rute angkutan umum ukuran kecil, meliputi :
1. Terminal Sarantama – Jalan AMD – Jalan Rakuta Sembiring – Jalan
Patuan Nagari – Jalan Mojopahit – Jalan Sutomo – Terminal C
Dwikora – Jalan Merdeka – Jalan Diponegoro – Jalan Gereja – Jalan
DI Panjaitan – Terminal C Simpang Dua
2. Terminal C Siopat Suhu – Jalan Sutomo – Terminal C Dwikora – Jalan
Ade Irma Suryani – Jalan Patuan Nagari – Jalan Sisingamangaraja –
Jalan Seram – Jalan Rajiman Purba – Jalan Batu-batu – Terminal C
Gurila – jalan Lingkar Luar Barat – Terminal Sarantama
3. Terminal C Tojay – jalan Handayani – Jalan Sisingamangaraja –
Terminal C Simpang Dua – Jalan Sisingamangaraja – Jalan Rajiman
Purba – Jalan Kartini – Jalan AD Irma Suryani – Jalan Patuan Nagari –
Jalan Mohopahit – Jalan Sutomo – Terminal C Dwikora – Jalan
Sudirman – kembali melalui Jalan Kartini
e. rute angkutan umum massal bus melalui – Jalan Parapat (Kelurahan
Simarimbun) – Terminal C Simpang Dua - jalan DI Panjaitan – jalan Gereja
– Jalan Diponegoro –Jalan Merdeka – Jalan Sutomo
f. rute angkutan umum massal bus Terminal C Siopat Suhu – Jalan Sutomo -
Terminal C Dwikora – Jalan Sangnaualuh – Jalan Medan – Jalan AMD –
Terminal Sarantama.
Sistem Rel Kereta Api merupakan moda transportasi dengan multi keunggulan komparatif:
hemat lahan & energi, rendah polusi, besifat massal dan adaptif dengan perubahan
teknologi. Memasuki era kompetisi, potensinya diharapkan dapat dimobilisasi dalam skala
nasional, sehingga mampu menciptakan keunggulan kompetitif terhadap produksi dan jasa
domestik di pasar global.
Jaringan kereta api Kota Pematangsiantar merupakan bagian dari jalur keretaapi Kota
Medan - Tebing Tinggi - Pematangsiantar. Keberadaannya bermanfaat untuk meningkatkan
aksesibilitas dengan pusat pertumbuhan primer provinsi, yaitu Kota Medan.
Sesuai dengan rencana pengembangan jaringan jalan kereta api pada RTRW Provinsi
Sumater Utara untuk mendorong pengembangan kawasan agropolitan Dataran Tinggi
diperluas jaringan kereta api dari pusat kawasan agropolitan Merek melalui Pematangsiantar
menuju Kota Medan dan pusat pemasaran dan distribusi produk agropolitan lainnya.
1. Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan
orientasi kepada bus maupun rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu;
2. Mengembangkan manajemen transportasi perkotaan yang berimbang dengan
memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan;
3. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan.
2) Pelayanan Transportasi
Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi ditetapkan 7 sasaran, yaitu : (1)
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, (2) Terpenuhinya SDM
transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan, (3) Meningkatnya
3) Kapasitas Transportasi
Dalam rangka meningkatkan kapasitas transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan
5 (lima) sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kapasitas sarana sarana dan prasarana
transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda (2)
Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang, (3) Meningkatnya layanan
transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di
wilayah timur Indonesia, (4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan,
dan (5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen
transportasi perkotaan.
Perkeretaapian
1. Pengadaan sarana KA untuk angkutan perintis, kereta ekonomi untuk angkutan
lebaran termasuk kereta kerja
2. Pengadaan sarana Kereta Rel Listrik (KRL)
3. Subsidi angkutan kereta api
4. Rehabilitasi dan peningkatan jalur KA sepanjang
5. Pembangunan jalur KA yang dibangun termasuk jalur ganda dan reaktivasi
6. Pembangunan Kereta Api Ringan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas
transportasi di perkotaan
7. Rehabilitasi dan peningkatan jembatan/ underpass/flyover KA sebanyak 269 unit;
8. Pembangunan jembatan/underpass/flyover KA sebanyak 344 unit;
9. Pengadaan material rel dan wesel
10. Rehabilitasi dan peningkatan stasiun/bangunan operasional KA untuk meningkatkan
keandalan
11. Pembangunan stasiun/bangunan operasional KA
12. Rehabilitasi dan peningkatan persinyalan dan telekomunikasi KA
13. Pembangunan persinyalan dan telekomunikasi KA
14. Rehabilitasi dan peningkatan listrik aliran atas KA
15. Pembangunan listrik aliran atas KA (termasuk gardu listrik)
16. Pembangunan elektrifikasi jalur KA
17. Pengamanan perlintasan sebidang KA