Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI

ANTAR PULAU DI KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA (MBD) GUNA MENUNJANG


KONSEP TRANS MALUKU

Lodewyk M. Kelwulan*

Abstract

The South West of Maluku Region had needs an enhancement concept of its transportation system. This
system should be able to support the transportation concept in provincial and the national domain. The
position of this region in the crossing line of the South Arc of Indonesia and Trans Maluku create many
access to any other region in this country. Originally, the sea transportation especially intercoastal
transportation in this area was well established and expanded in traditional pattern. This system should
be integrated into the concept of Trans Maluku and the South Arc of Indonesia Transportation system so
that can produce a better transportation system. This integrated system will be increased the passenger
and cargo traffic from and to this region. The gravitational method based on the direction and purposes of
travelling has been using to generate the volume of passenger and cargo movements and to design of the
integrated transportation system. The interaction of intercoastal people in this region became more
increased as well as the economic development.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep trans maluku dimaksudkan untuk
Arah Pembangunan Perhubungan Nasional memperpendek jaringan transportasi antar pusat-
sampai dengan tahun 2010 adalah “Terwujudnya pusat kabupaten/kota ataupun pusat-pusat
pelayanan perhubungan yang semakin efisien kecamatan, yang secara tidak langsung mengurangi
dan efektif dan memberikan nilai tambah.” waktu pergerakan orang dan barang dalam satu
Pelayanan perhubungan yang efisien dan, kesatuan multi moda. Konsep Trans Maluku secara
diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan filosofis menerapkan konsep land-bridge dan
yang semakin pendek dari sisi jarak dan waktu mobile-bridge.
disertai dengan pola operasi yang aman (security), Kabupaten Maluku Barat Daya
selamat (safety), tepat waktu (punctuality), merupakan salah satu kabupaten yang baru
terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau dimekarkan dengan tingkat ketergantungan
seluruh kabupaten serta mampu mendukung terhadap moda transportasi laut yang cukup tinggi
pembangunan nasional dalam wadah Negara mengingat kondisi geografis kabupaten ini yang
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pelayanan terdiri dari kurang lebih 48 pulau besar dan kecil.
perhubungan yang memberikan nilai tambah Persebaran penduduk cukup merata di 8 kecamatan
diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan dan 117 desa, dengan pusat bangkitan di kota
yang mampu mendorong pertumbuhan produksi Wonreli pulau Kisar yang merupakan kota
dan ekonomi wilayah melalui iklim usaha yang kabupaten sementara.
kondusif bagi berkembangnya peran serta Untuk pergerakan internal (antar pulau) moda
masyarakat, usaha kecil, menengah dan koperasi, transportasi laut merupakan moda unggulan
dan dapat mengendalikan laju inflasi melalui kabupaten ini, ditunjang oleh moda angkutan udara
kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang ke dan penyeberangan. Keberadaan konsep Trans
seluruh 9 (sembilan) Kabupaten dan 2 (dua) Kota Maluku dan Busur Selatan Indonesia, seharusnya
yang berada dalam wilayah administratif Provinsi memberikan peluang terbukanya akses-akses
Maluku. Hal ini dapat dicapai melalui konsep multi- transportasi dari dan ke wilayah ini secara lebih
gate dengan baik sehingga dapat mendorong pertumbuhan
kluster kewilayahan utara-selatan dan penerapan pembangunan wilayah.
konsep Trans-Maluku yang menghubungkan
seluruh titik-titik kota kabupaten dan kecamatan di
propinsi Maluku.

*
Lodewyk M. Kelwulan, Dosen Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Unpatti
Lodewyk M. Kelwulan; Strategi Pengembangan SistemTransportasi Di 599
Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Guna Menunjang Trans Maluku

II. II. TINJAUAN PUSTAKA beberapa parameter zona asal, misalnya populasi
dan nilai sel MAT yang berkaitan juga dengan
2.1 Analisis Interaksi Sistem aksesibilitas sebagai fungsi jarak, waktu, ataupun
biaya.
Tujuan utama dilakukannya analisis Persamaan Newton yang digunakan adalah
interaksi sistem ini adalah untuk : (Tamim, 2000) :
 Memahami cara kerja sistem tersebut.
F  G mi. m d
 Menggunakan hubungan analisis antar id 2

komponen sistem untuk meramalkan dampak


d id

Dimana,
lalulintas atau kebijakan transportasi yang
Fid = gaya tarik atau tolak antara 2 kutub
berbeda.
massa
Hubungan dasar antara sistem kegiatan,
G = Konstanta gravitasi
sistem jaringan, dan sistem pergerakan dapat
mimd = massa
disatukan dalam beberapa urutan tahapan, yang
did = jarak antara kedua masa tersebut
biasanya dilakukan secara berurutan sebagai berikut
:
untuk keperluan transportasi, model GR dinyatakan
 Aksesibilitas dan mobilitas.
sebagai (Tamim, 2000) :
 Pembangkit lalulintas.
 Sebaran penduduk. T id
 k Oi . D
2
d

 Pemilihan moda transportasi. d id


 Pemilihan rute. dengan k adalah konstanta.

2.2 Model Sebaran Pergerakan a. Derivasi dari model gravitasi

Pola pergerkan dalam sitem transportasi Model gravitasi dalam bentuk umumnya
laut sering dijelaskan dalam bentuk arus pergerakan menyatakan bahwa jumlah trip antara zona asal
(kapal, penumpang dan barang) yang bergerak dari (origin) dan zona tujuan (destination) adalah
zona asal ke zona tujuan di dalam daerah tertentu proporsional terhadap tiga faktor berikut :
dan selama periode waktu tertentu. Matriks a. Sebuah faktor untuk zona asal (the production
Pergerakan atau Matriks Asal-Tujuan (MAT) sering ability)
digunakan untuk menggambarkan pola pergerakan b. Sebuah faktor untuk zona tujuan (the attraction
dimaksud. ability)
Pola pergerakan dapat dihasilkan jika suatu c. Sebuah faktor yang tergantung dari biaya
MAT dibebankan ke suatu sistem jaringan berlayar antara zona asal dan zona tujuan.
transportasi. Dengan mempelajari pola pergerakan Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut
yang terjadi, dapat diidentifikasi permasalahan (Bovy, 1998) :
yang timbul sehingga beberapa solusi segera dapat
dihasilkan.
T ij   Q X j F iji

Beberapa metode telah dikembangkan dan


setiap metode berasumsi bahwa pola pergerakan Dimana :
pada saat sekarang dapat diproyeksikan ke masa Tij = jumlah trip dari zona i ke zona j
mendatang dengan menggunakan tingkat Qi = kemampuan bangkitan zona i
pertumbuhan zona yang berbeda-beda. Semua Xi = kemampuan tarikan zona j
metode mempunyai persamaan umum : Fij = aksesibilita j dari i (tergantung dari
Tid = tid . E biaya berlayar cij)
(3.1) μ = ukuran intensitas trip rata-rata dalam
Tid = pergerakan pada masa mendatang dari wilayah tersebut.
zona asal i ke zona tujuan d.
tid = pergerakan pada masa sekarang dari b. Fungsi Hambatan
zona asal i ke zona tujuan d.
E = tingkat pertumbuhan Hal yang terpenting untuk diketahui adalah
fid harus dianggap sebagai ukuran aksesibilitas
1. Model gravitasi (kemudahan) antara zona i dengan zona d. Hyman
(1969) menyarankan 3 jenis fungsi hambatan yang
Model gravitasi merupakan salah satu dapat digunakan dalam model Gravitasi, yaitu
model yang digunakan dalam metode sintetis (Tamim, 2000) :
(interaksi spasial), yang mempertimbangkan  f (C )  C  (fungsi pangkat)
id id
perubahan aksesibilitas, selain juga faktor 
pertumbuhan. Metode ini berasumsi bahwa ciri
 f (C id )  e C id (fungsi eksponensial-
bangkitan dan tarikan pergerakan berkaitan dengan negatif
600 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 6 Nomor 2, 2009;599 - 607

 
 f (C id )  C id .e C id (fungsi Tanner) memperhatikan Konsep Trans Maluku dan Konsep
Busur Selatan Nasional.
2.3 Pemilihan Rute IV. III. METODE PENELITIAN
a. Model Pemilihan Rute Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menerapkan dua kelompok utama yaitu kerangka
Sisi kebutuhan akan transportasi terdiri konseptual dan metode penerapan model dan
dari indikator sejumlah pergerakan (bisa dalam analisis perencanaan berdasarkan fungsi
bentuk MAT) moda transportasi tertentu yang kewilayahan, tipe trafik dan pergerakan, serta
dilakukan untuk tingkat pelayanan tertentu. jaringan transportasi eksis. Kerangka konseptual
Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan digunakan untuk menjabarkan rangkaian isu dan
turunan akibat adanya proses usaha pemenuhan item-item penting yang menjadi fokus pekerjaan.
kebutuhan. Salah satu unsur utama yang Sedang metode penerapan merupakan serangkaian
menyatakan tngkat pelayanan adalah waktu tempuh, perangkat alur pikir serta formulasi yang
biaya perjalanan (tarif dan bahan bakar), dan juga dibutuhkan sebagai penjabaran lebih detail dari
hal lain seperti kenyamanan dan keamanan pokok-pokok parameter yang telah ditetapkan pada
penumpang. aplikasi kerangka konseptual.
Secara detail, penelitian ini menggunakan Metoda
b. Proses Pemilihan Rute Analisis Potensi dan Pengembangan Transportasi
yang dapat dilihat dalam Gambar 1.
Arus lalulintas pada suatu segmen
pelayaran dalam satu jaringan dapat diperkirakan Pola operasi armada
persinggahan

sebagai hasil proses pengkombinasian informasi Pola kunjungan alat


transportasi antar pulau masa
Analisis lingkungan
Strategis dan Potensi
Pengembangan
MAT, deskripsi sistem jaringan dan pemodelan lalu dan saat ini

Potensi Transportasi:
pemilihan rute. Hal utama dalam proses  Kapasitas (eksis dan
potensial)
Analisis jaringan dan
pola pergerakan

pembebanan rute adalah memperkirakan asumsi 



Tipe
Trafik penumpang dan
barang Proyeksi Trafik
Arah
pengembangan


Moda Unggulan
Jaringan
transportasi antar
Penumpang dan
pengguna jasa transportasi laut mengenai Barang
moda unggulan dan
jaringan transportasi 
pulau
Simpul-simpul
Jaringan dan infrastruktur antar pulau Transportasi antar
pilihannya yang terbaik. Untuk transportasi laut transportasi eksis dan rencana
Identifikasi peluang
pulau

dan permasalahan
dengan kapal adalah satu-satunya pilihan moda Kondisi wilayah :
 Perekonomian
transportasi

 Kependudukan dan Sosial


transportasi, waktu tempuh, jarak dan biaya 
Budaya
Geografis
Kesesuaian kebijakan
dan peraturan

merupakan parameter yang sangat mempengaruhi Peraturan dan kebijakan


tentang transportasi

transportasi daerah (eksis)


pemilihan rute.
Salah satu pendekatan yang paling sering DATA & INFORMASI ANALISIS FORMULASI RENCANA REKOMENDASI
digunakan adalah mempertimbangkan dua faktor & DISAIN

utama dalam pemilihan rute, yaitu biaya Gambar 1. Metoda Analisis Potensi dan
pergerakan dan nilai waktu – biaya pergerakan Pengembangan Transportasi
dianggap proporsional dengan jarak tempuh.
Dalam beberapa model pemilihan rute Beberapa Teknik analisa kualitatif seperti
dimungkinkan penggunaan bobot yang berbeda SWOT analysis, Statistic Analyses, Matematical
bagi faktor waktu tempuh dan faktor jarak tempuh modelling dan Gravity Transport routes analysis
untuk menggambarkan persepsi pengguna jasa akan digunakan untuk merancang distribusi dan
transportasi dalam kedua faktor tersebut. Terdapat penciptaan jaringan transportasi baru berdasarkan
bukti kuat yang menunjukkan bahwa waktu tempuh fokus dari para stake-holder jasa transportasi di
mempunyai bobot lebih dominan daripada jarak wilayah kabupaten MBD. Proyeksi pertumbuhan
tempuh bagi pergerakan dalam satu wilayah. pergerakan penumpang dan barang menggunakan
Waktu pelayaran untuk transportasi laut pendekatan statistik (metode smoothing average –
sangat dominan dalam pemilihan rute pelayaran. metode satu parameter dari Brown) untuk
Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi waktu mengestimasi kuantitas parameter 5 tahun ke depan
pelayaran semakin besar biaya yang harus guna menggambarkan target besaran trafik dan
dikeluarkan oleh pengguna jasa maupun oleh pihak volume jasa transportasi sebagai masukan (input)
penyedia jasa pelayaran (kapal). Biaya operasional pemodelan jaringan.
kapal akan meningkat seiring dengan meningkatnya Metode pemodelan menggunakan metode gravitasi.
waktu berlayar dan konsumsi bahan bakar. Model Pemilihan Rute; Kebutuhan akan
transportasi merupakan kebutuhan turunan akibat
III. Tujuan Penelitian adanya proses usaha pemenuhan kebutuhan. Salah
satu unsur utama yang menyatakan tingkat
Penelitian ini bertujuan untuk mendisain pelayanan adalah waktu tempuh, biaya perjalanan
sistem jaringan transportasi laut antar pulau di (tarif dan bahan bakar), dan juga hal lain seperti
wilayah kabupaten MBD secara terpadu dengan kenyamanan dan keamanan penumpang.
Lodewyk M. Kelwulan; Strategi Pengembangan SistemTransportasi Di 601
Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Guna Menunjang Trans Maluku

Pada tahap pembebanan rute, beberapa  Gugus pulau XI, Kepulauan Babar dengan
prinsip digunakan untuk membebankan MAT pada Pusat Pelayanan Kota Tepa
jaringan yang akhirnya menghasilkan informasi  Gugus pulau XII, Kepulauan terselatan dengan
arus lalulintas penumpang dan barang. Informasi Pusat Pelayanan Kota Serwaru
lainnya yang bisa dihasilkan adalah : Konsep tata ruang kabupaten Maluku
 Primer; Taksiran biaya (waktu) perjalanan Tenggara Barat (MTB) sebelum dimekarkan
antar pulau (antar-zona) untuk tingkat menetapkan ruang wilayahnya menjadi atas 4
kebutuhan pergerakan tertentu. (empat) Gugus Pulau. Setelah pemekaran kabupaten
 Sekunder; Taksiran rute yang digunakan oleh MTB hanya terdiri atas 1 (satu) gugus pulau,
antar-pasangan-zona, serta Pola pergerakan sedangkan 3 (tiga) gugus pulau lainnya menjadi
penumpang dan barang ruang wilayah kabupaten MBD, masing-masing :
Informasi utama yang dibutuhkan oleh model  Gugus Pulau II; Kepulauan Babar dengan
pembebanan rute adalah : Pusat Pelayanan Kota Tepa
 MAT yang menyatakan kebutuhan akan  Gugus Pulau III; Kepulauan Lemola dengan
pergerakan. Pusat Pelayanan Kota Serwaru
 Ciri jaringan  Gugus Pulau IV; Kepulauan Terselatan
 Prinsip atau pola pemilihan rute yang sesuai dengan Pusat Pelayanan Kota Wonreli.
atau relevan dengan permasalahan. Pembagian ruang wilayah kabupaten MBD
Proses Pemilihan Rute; Arus lalulintas dalam 4 (empat) Gugus Pulau ini dapat dilihat pada
pada suatu segmen pelayaran dalam suatu jaringan Gambar 1.
dapat diperkirakan sebagai hasil proses
pengkombinasian informasi MAT, deskripsi sistem W
N

E
Kabupaten Maluku Tenggara Barat
GP I
jaringan dan pemodelan pemilihan rute. Prosedur S
Damer
Wuar
Labobar
Yaru

GP IV Tanimbar

pemilihan rute bertujuan untuk memodel perilaku GP II Wermaktian Nirunmas

Kormomolin
Utara

Pp.Babar

pelaku pergerakan dalam memilih rute yang Wetar


Pp.Terselatan
Moa Lakor
Mdona Hiera
Babar Timur Wertamrian

Tanimbar Selatan

menurut mereka merupakan rute terbaiknya. Leti


GP III Selaru

Salah satu pendekatan yang paling sering PETA PEMBAGIAN RUANG


LEGENDA : Kota Kecamatan
Pp.Terselatan : Wonreli
Tan. Selatan
Wertamrian
: Saumlaki
: Lorulung
Hibah Penelitian Strategis Wetar : Ilwaki

digunakan adalah mempertimbangkan dua faktor


Wermaktian : Seira
WILAYAH KABUPATEN Damer : Wulur Selaru : Adaut

MALUKU TENGGARA BARAT Nasional Tahun 2009 Leti


Moa Lakor
: Serwaru
: Weet
Tan. Utara : Larat
Yaru : Romean
(Sebelum Pemekaran) Pp. Babar
Mdona Hiera
: Tepa
: Lelang
Wuar Labobar : Wunlah

utama dalam pemilihan rute, yaitu biaya


Nirunmas : Tutukembong
Babar Timur : Letwurung Kormomolin : Alusi Kelaan

pergerakan dan nilai waktu – biaya pergerakan Gambar 1. Peta Pembagian Ruang Wilayah
dianggap proporsional dengan jarak tempuh. Kabupaten MBD (sebelum Pemekaran)
Dalam beberapa model pemilihan rute
dimungkinkan penggunaan bobot yang berbeda Kabupaten MBD terdiri atas 8 Kecamatan yaitu :
bagi faktor waktu tempuh dan faktor jarak tempuh 1) Kecamatan Pp. Terselatan
untuk menggambarkan persepsi pengguna jasa 2) Kecamatan Wetar
transportasi dalam kedua faktor tersebut. Terdapat 3) Kecamatan Damer
bukti kuat yang menunjukkan bahwa waktu tempuh 4) Kecamatan Leti
mempunyai bobot lebih dominan daripada jarak 5) Kecamatan Moa Lakor
tempuh bagi pergerakan dalam satu wilayah. 6) Kecamatan Pulau-Pulau Babar
7) Kecamatan Mdona Hiera
V . HASIL DAN PEMBAHASAN 8) Kecamatan Babar Timur
V.1 Tata Ruang Wilayah Perencanaan Dan Pengembangan Jaringan,
Sarana Dan Prasarana
A. Konsep Gugus Pulau Provinsi Maluku dan
Kabupaten MBD Perencanaan dan pengembangan sistem
transportasi laut di Kabupaten Maluku Barat Daya
Keterkaitan wilayah Propinsi Maluku didasarkan pada Visi Transportasi Lokal Kabupaten
secara internal diwujudkan dalam pola interaksi Maluku Tenggara Barat :
antar pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman di “Terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang
wilayah yang memiliki hirarki / jenjang sehingga andal, berdaya saing, dan memberikan nilai tambah
membentuk pola jaringan transportasi wilayah sebagai infrastruktur dan tulang punggung
secara regional. Pada lingkup struktur tata ruang kehidupan berbangsa dan bernegara di kabupaten
wilayah propinsi yang terdiri dari 12 (dua belas) Maluku Tenggara Barat”.
gugus pulau, masing-masing gugus pulau akan
memiliki pusat perkembangan wilayah atau kota Strategi Pengembangan Jaringan Berbasiskan
yang dijadikan orientasi bagi kota-kota lainnya Konsep Trans-Maluku
yang hierarkinya lebih rendah. Dalam konsep
provinsial ruang wilayah kabupaten MBD dibagi Jaringan transportasi di wilayah Kabupten
atas 2 (dua) Gugus Pulau yakni : MBD di masa 10 tahun ke depan diharapkan akan
602 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 6 Nomor 2, 2009; 599 - 607

membentuk suatu sistem jaringan transportasi laut, tahun 2007 dan 2008 adalah sebagai berikut (Tabel
udara, jalan raya dan penyeberangan secara terpadu 1).
yang memungkin terhubungnya antar gugus pulau
melalui pusat kota dari gugus pulau tersebut yang Tabel 1. Jumlah Angkutan dan Produksi Kapal
diusulkan dengan istilah Trans-Maluku. Dengan Perintis
konsep ini maka diperkirakan bahwa kombinasi
moda penyeberangan dan darat akan menjadi tulang TAHUN Rati
Satua
Uraian o
punggung pelayanan transportasi di wilayah n 2007 2008 (%)
kabupaten kepulauan terbesar di provinsi ini, baik Passenger
115,
untuk hubungan antar pulau maupun antar pusat On Board Pax 25.131 29.063 65
permukiman di dalam pulau yang sama. (POB)
Jumlah 118,
Penumpang
Pax 12.950 15.295 11
Analisis Jaringan Transportasi Laut Produksi Pax. 238.464. 281.642. 118,
Jasa Kapal mile 062 130 11
Trafik penumpang, secara kuantitatif
jumlah POB yang bergerak ke dan dari wilayah Dari tabel 1 terlihat bahwa produksi kapal
kabupaten MBD pada tahun 2007 sebanyak 25.131 perintis tahun 2008, mengalami peningkatan
orang dan mengalami peningkatan di tahun 2008 15,65% untuk Penumpang di atas kapal (POB) dan
sebesar 15,65% yakni sebesar 29.098 orang. 18,11% untuk arus penumpang yang naik kapal
Distribusi arus penumpang total per tahun pada perintis.
pelabuhan singgah dapat dilihat pada menunjukan
bahwa tidak ada pelabuhan di wilayah kabupaten Waktu Operasi Kapal Perintis
MBD dengan jumlah total keluar-masuk
penumpang diatas 7.500 orang tahun pada tahun Perbandingan antara waktu berlayar (sea time)
2007, dan hanya pelabuhan Kisar memberikan dengan waktu di pelabuhan (port time) masing-
kontribusi penumpang lebih dari 5.000 orang. masing kapal untuk tahun 2008 dapat dilihat pada
Sebanyak 38,10% jumlah pelabuhan yang Tabel 2, yang mengindikasikan belum optimalnya
memberikan kontribusi penumpang kurang dari 500 pengoperasian kapal-kapal perintis di wilayah
orang per tahun 2007. kabupaten ini. Waktu kapal di pelabuhan sangat
Tahun 2008 tidak mengalami perubahan tinggi bahkan hampir sama dengan waktu berlayar.
yang signifikan. Pelabuhan Kisar tetap merupakan
pelabuhan dengan kontribusi penumpang tertinggi. Tabel 2. Waktu Operasi Per Voyage
Namun terjadi peningkatan yang cukup signifikan
pada 5 pelabuhan masing-masing Pelabuhan WAKTU OPERASI RATA-RATA PER
Lelang, Lakor, Damer, Moa, dan Romang dengan VOYAGE
pertumbuhan jumlah penumpang rata-rata sebesar Port
57%. Pertumbuhan negatif tertinggi terjadi di KAPAL Sea Tim Sea Port
Total
pelabuhan Luang dan Arwala. Time e Time Time
(Jam)
4 pelabuhan dengan kontribusi (Jam) (Jam Ratio Ratio
penumpang lebih dari 2.500 orang masing-masing )
pelabuhan Kisar, Tepa, Leti dan Lelang meliputi Pangrang 171.2 217.2 78.83 21.17
46
o 7 7 % %
58% jumlah orang yang bergerak dalam wilayah ini
Bandanai 321.2 577.2 55.65 44.35
pada tahun 2008. Disisi lain, terdapat 9 (sembilan) ra 5
256
5 % %
pelabuhan dengan kontribusi penumpang kurang 295.2 553.2 53.37 46.63
dari 500 orang (3,76% dari total jumlah orang yang Maloli 258
5 5 % %
bergerak di wilayah kabupaten MTB). 403.7 577.7 69.88 30.12
Data kontribusi pelayaran dalam orientasi Wetar 174
5 5 % %
antar kota dalam gugus pulau di kabupaten MBD Alken 672.5 54.80 45.20
368.5 304
didominasi oleh angkutan perintis. Angkutan Pelni Pratama 0 % %
hanya pada kota-kota tertentu yang merupakan kota Abadi 283.7 505.7 56.10 43.90
222
pusat gugus pulau. Dengan demikian pergerakan Permai 5 5 % %
orang dan barang selebihnya menggunakan kapal- Abadi 393.7 601.7 65.43 34.57
208
kapal rakyat (KLM). Sejahtera 5 5 % %

Load Factor dan Load Degree


Produksi Kapal (Jarak tempuh, POB dan Pass-
Mile)
Load factor merupakan perbandingan
antara jumlah penumpang di kapal (POB) dengan
Berdasarkan tabel O/D silang kapal
kapasitas muat penumpang kapal. Load factor
perintis diketahui produksi pelayanan kapal perintis
kapal sesuai rute eksis menunjukan fluktuasi
pemanfaatan ruang muat kapal-kapal yang melayari
Lodewyk M. Kelwulan; Strategi Pengembangan SistemTransportasi Di 603
Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Guna Menunjang Trans Maluku

pelabuhan-pelabuhan dalam wilayah kabupaten


MBD. Untuk 5 (lima) pelabuhan utama di Untuk merubah harga load factor ada dua
kabupaten ini (Tepa, Kisar, Kaiwatu, Tomra, dan variabel yang berperan yaitu jumlah dan kapasitas
Ilwaki), terjadi kecenderungan peningkatan turun kapal. Dengan dasar ini, dapat dibuat hubungan
naik penumpang dari pelabuhan-pelabuhan ini, kapasitas armada kapal dengan jumlah armada
kecuali pada pelabuhan Kaiwatu (Pulau Moa) untuk berbagai faktor muatan. Untuk load factor
mengalami penurunan sebesar 7%. kapal rata-rata 80%, total jumlah penumpang yang
Rata-rata utilitas kapal-kapal yang dapat diangkut sebanyak 23.250 orang. Jika terjadi
melayari wilayah kabupaten MBD untuk setiap penambahan jumlah armada 1 atau 2 unit dari
segmen lintasan tahun 2007 dan 2008. Untuk R- jumlah yang ada sekarang, dengan asumsi
25 nilai LD terbesar pada segmen lintasan Larat – kapasitas kapal baru sama dengan kapasitas kapal
Ambon (2007) dan Ambon – Larat (2008), R-29 yang ada, maka untuk LF 80%, jumlah
memiliki nilai LD terbesar pada segmen lintasan penumpang yang dapat diangkut meningkat sebesar
Ambon – Saumlaki, sedangkan R-26 pada segmen 3,52% dan 3,40%.
lintasan Kisar – Ambon.
c. Port Zoning
H. Analisis Lintasan Kapal perintis
Dalam analisis ini dibagi dalam 3 zona sesuai
a. Analisis Marginal Output pembagian gugus pulau Kabupaten Maluku
Tenggara Barat, sebagai berikut :
Analisis pasar penumpang berdasarkan Zona 1 : meliputi 7 pelabuhan di gugus
marginal output dari masing-masing pelabuhan pulau Babar; masing-masing
singgah dilakukan untuk melihat kontribusi masing- pelabuhan Tepa, Kroing, Marsela,
masing pelabuhan terhadap pertumbuhan lalulintas Dawera/Dawelor, Lelang,
penumpang di wilayah lintasan kapal perintis. Mahaleta/Elo, dan Dai.
Hasil perhitungan marginal output untuk tahun Zona 2 : meliputi 3 pelabuhan di gugus
2007, menunjukan maksimum pergerakan pulau Lemola; masing-masing
penumpang 5.307 orang yang bergerak melalui pelabuhan Lakor, Kaiwatu, dan
pelabuhan Kisar, minimal 87 yang bergerak Tomra.
melalui pelabuhan Dai. Dari jumlah total Zona 3 : meliputi 9 pelabuhan di wilayah
pergerakan penumpang yang menggunakan moda gugus pulau-pulau Terselatan;
angkutan laut di kabupaten MBD 46,2% berada masing-masing pelabuhan Wonreli,
pada tiga pelabuhan utama di wilayah ini, yakni Bebar, Wulur, Romang, Arwala,
pelabuhan Kisar, pelabuhan Leti dan pelabuhan Eray, Lerokis, Ilwaki, dan Upisera.
Tepa.
Marginal output untuk tahun 2008, Pembagian kelompok zona ini dilakukan untuk
dimana maksimum pergerakan penumpang 6.860 melihat proporsi jumlah penumpang dan barang
orang yang bergerak melalui pelabuhan Kisar, dimasing-masing wilayah serta pola pergerakan
minimal 35 orang yang bergerak melalui pelabuhan penumpang baik inter maupun intra wilayah gugus
Eray. Dari jumlah total pergerakan penumpang pulau. Proporsi pergerakan penumpang kapal
yang menggunakan moda angkutan laut di perintis pada 21 pelabuhan singgah sesuai
kabupaten MBD 58% berada pada empat pembagian zona dapat dilihat pada Tabel 3.
pelabuhan utama di wilayah ini, yakni pelabuhan
Kisar, Tepa, Leti, dan Lelang. 44,6% penumpang Tabel 3. Pola Pergerakan Penumpang Di 21
yang menggunakan moda laut di wilayah kabupaten Pelabuhan Sesuai Pembagian Zona Wilayah/Gugus
MBD berada pada Gugus Pulau IV : Pulau-pulau Pulau MBD
Terselatan.
Dari 21 pelabuhan laut yang ada di Zona Proporsi Pergerakan Penumpang
wilayah ini, hanya 2 pelabuhan yang memberikan Wilayah 2007 2008
kontribusi > 50%. Hal ini mengindikasikan I 6.386 27,4% 10.259 35,7%
hinterland wilayah ketiga pelabuhan ini cukup II 6.517 28,0% 7.194 25,1%
potensial untuk peningkatan dan pengembangan III 10.406 44,6% 11.255 39,2%
kualitas pelayanan jasa angkutan laut. Disamping 23.309 28.709
itu terdapat 3 pelabuhan penunjang yang juga
memberikan kontribusi signifikan, yaitu pelabuhan Tabel 3 menunjukan bahwa lebih dari 39%
Leti. Ketiga pelabuhan ini memberikan kontribusi pergerakan penumpang kapal perintis berada di
MO > 10%. zona wilayah IV (gugus pulau Pp. Terselatan).
Namun pertumbuhan pergerakan penumpang
b. Hubungan Antara Jumlah Armada Dengan tertinggi justru terjadi di zona I (8,34%). Sedangkan
Kecepatan Kapal pada zona II dan III terjadi penurunan yakni 2,9%
604 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 6 Nomor 2, 2009; 599 - 607

dan 5,44%. Pola pergerakan penumpang kapal antar Seluruh pelabuhan ini memiliki marginal output
pelabuhan utama yang disinggahi dimana marginal lebih besar dari 10%, kecuali pelabuhan Ilwaki
output lebih besar dari 50% sesuai wilayah yang dalam RTRW Kabupaten MBD diproyeksikan
operasinya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel ini pengembangannya sebagai salah satu pusat
menunjukan pertumbuhan positif kontribusi gravitasi wilayah, dan pelabuhan Kaiwatu sebagai
penumpang di pelabuhan-pelabuhan laut dalam pintu masuk ke kota kabupaten (Tiakur).
wilayah kabupaten MBD untuk MO>10%, hanya
terjadi dalam zona I, sedangkan zona lainnya b. Sistem Jaringan Darat dan
mengalami pertumbuhan negatif. Penyeberangan

Sistem jaringan jalan raya secara eksis


Tabel 4. Pola Pergerakan Penumpang Di yang berfungsi sebagai pengakses pergerakkan
Pelabuhan-pelabuhan dengan MO>10% barang dan penumpang di dalam pulau belum dapat
menghubungkan seluruh pusat-pusat pemukiman
Zona Proporsi Pergerakan Penumpang yang ada. Umumnya jaringan jalan yang sudah
Wilayah 2006 2007 diaspal hanya terdapat di Pulau-pulau besar seperti
I 3.023 17,9% 6.388 33,7% di pulau Tepa, Moa, Leti, Kisar, dan Wetar. Dan
faktanya format jaringan jalan utama di Kabupaten
II 6.517 38,7% 5.693 30,1%
MBD membentuk pola membusur kecuali di pulau
III 7.314 43,4% 6.860 36,2% Moa yang membentuk pola tulang ikan. Format
16.854 18.941 jaringan jalan membusur relatif dominan hanya
menghubungkan pusat-pusat permukiman yang
berada di sekeliling pulau, walaupun belum
I. Model Hub Untuk Kapal Non-Perintis dan sepenuhnya terhubungkan.
Kapal-kapal Rakyat Moda Penyeberangan sebagai “jembatan
bergerak” dari jaringan jalan raya antar gugus pulau
Model Hub dimaksudkan untuk memerankan fungsi penghubung yang penting.
menentukan lokasi simpul (nodes) sehingga Untuk trafik penumpang dan barang inter/intra
diperoleh jarak yang minimum dan dapat Gugus Pulau di wilayah kabupaten MBD
memberikan biaya transportasi yang rendah bagi direkomendasikan armada penyeberangan (Ferry
pengguna jasa transportasi laut. Titik-titik yang Passenger) konvensional.
dipilih adalah pelabuhan-pelabuhan utama yang Jalan yang ditetapkan sebagai jalan
memberikan marginal output lebih besar dari 10%. kolektor primer :
Kriteria analisa ialah jarak antar pulau-pulau  Pulau Babar : Tepa – Letwurung
terdekat. Dari pembagian zona pergerakan orang  Pulau Moa : Tiakur – Kaiwatu –
dan barang yang menggunakan moda transportasi Weet
laut, ditetapkan 3 (tiga) lokasi Hub yang mewakili  Pulau Wetar : Ilwaki – Lurang
ketiga zona wilayah tersebut. Pelabuhan Tepa
merupakan simpul kecamatan Pulau-pulau Babar, K. Analisa Pembukaan Rute Baru Transportasi
Mdona Hiera, dan Babar Timur, sedangkan Laut
pelabuhan Kaiwatu merupakan simpul kecamatan
Leti dan Moa-Lakor. Pelabuhan Kisar merupakan Pembentukan rute baru pada prinsipnya
simpul kecamatan pulau-pulau Terselatan dan adalah pemodelan ulang jaringan transportasi laut
Damer. Pelabuhan Ilwaki sesuai rencana eksis (KLM, perintis dan non perintis) didasarkan
pembangunan dan pengembangan wilayah pada nilai marginal output dan kondisi geografis
diproyeksikan sebagai simpul untuk kecamatan pulau-pulau dalam satu gugus pulau. Pembuatan
Wetar, sekaligus sebagai hub port nasional di model rute kapal lebih difokuskan untuk
bagian selatan provinsi Maluku. meningkatkan frekuensi kunjung kapal dan
aksesibilitas terhadap pusat-pusat gravitasi wilayah.
a. J. Analisis Struktur Lintasan Pembentukan model menggunakan metode
shortest-path-route yang memperhitungkan jarak
Analisis struktur lintasan kapal yang terdekat antara titik asal dan titik tujuan.
dilakukan dalam penelitian ini meliputi variasi rute Pemodelan terhadap jaringan transportasi laut
dan interkoneksi jaringan yang dirancang perintis menghasilkan 5 model jaringan yang dapat
terkoneksi dengan sistem Trans Maluku. Untuk dilihat pada Gambar 2.
wilayah kabupaten MBD terdapat 5 pelabuhan
wajib singgah, masing-masing 1 pelabuhan di zona
I (pelabuhan Tepa), 2 pelabuhan di zona II
(pelabuhan Kaiwatu dan Tomra), dan 2 pelabuhan
di zona III (pelabuhan Wonreli dan Ilwaki).
Lodewyk M. Kelwulan; Strategi Pengembangan SistemTransportasi Di 605
Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Guna Menunjang Trans Maluku

N N

W E W E

S S
P. SERAM P. SERAM
P.BURU P.BURU
Geser
AMBON
Geser
Gorom AMBON Gorom

Kesui
Kesui BANDA
BANDA
Tior
Tior
Route-3 Kaimeer
Kaimeer Alt-1
Tual Kur Tual Elat
Route-2 Kur Elat Alt-2
PROVINSI MALUKU Toyando PROVINSI MALUKU Toyando

Alt-4 Dobo
Ke
Route-1 Dobo Benjina
Makassar Route-5
Benjina Alt-3
Kalar-Kalar
Kalar-Kalar
Bt. goyang
NILA Bt. goyang
Wulur
TEUN Romang Larat
Wulur
Romang Larat
Lurang Arwala Dai
Ke Ilwaki Tepa
Dawera Kaiwatu
Kalabahi, Eray Tepa Kisar
Surabaya
Ilwaki
Kisar Kaiwatu
Dawelor
Kroing
SAUMLAKI
Marsela SAUMLAKI Tomra Mahaleta
Serwaru Luang Lelang
Route-4
Lakor ur
- Tim
Adaut

- Ti mur Timor
Timor

LEGENDA :
LEGENDA : KUPANG MODEL PENGEMBANGAN MODA R-1 : Ambon-Damer-Kaiwatu-Tomra-Romang-Kisar-Arwala-Lerokis-Eray-Makassar, PP.
KUPANG MODEL PENGEMBANGAN MODA R-1 : Ambon-Damer-Kaiwatu-Tomra-Romang-Kisar-Arwala-Lerokis-Eray-Makassar, PP.
ANGKUTAN LAUT NON PERINTIS R-2 : Ambon-Saumlaki-Tepa-Mahaleta-Wulur-Kaiwatu-Tomra-Kisar-Ilwaki-Uspisera-Kupang, PP.
ANGKUTAN LAUT PERINTIS R-2 : Ambon-Saumlaki-Tepa-Mahaleta-Wulur-Kaiwatu-Tomra-Kisar-Ilwaki-Uspisera-Kupang, PP. R-3 : Ambon-Larat-Saumlaki-Marsela-Tepa-Mahaleta-Kaiwatu-Tomra-Kisar-Ilwaki-Eray-Kalabahi-
Surabaya, PP.
R-3 : Ambon-Larat-Saumlaki-Marsela-Tepa-Mahaleta-Kaiwatu-Tomra-Kisar-Ilwaki-Eray-Kalabahi-
Surabaya, PP. R-4 : Saumlaki-Kroing-Marsela-Tepa-Mahaleta-Luang-Lakor-Kaiwatu-Tomra-Romang-Arwala-Lerokis-
Hibah Penelitian Strategis Eray-Kalabahi-Surabaya, PP.
R-4 : Saumlaki-Kroing-Marsela-Tepa-Mahaleta-Luang-Lakor-Kaiwatu-Tomra-Romang-Arwala-Lerokis-
Hibah Penelitian Strategis Eray-Kalabahi-Surabaya, PP. Nasional Tahun 2009 R-5 : Tual-Dobo-Benjina-Kalar-Kalar-Bt.Goyang, PP.
Molu-Larat-Saumlaki-Dawera/Dwlr-Dai-Tepa-Wulur-Kaiwatu-Tomra-Kisar-Ilwaki-Uspisera-Kupang, PP.
Nasional Tahun 2009 R-5 : Tual-Dobo-Benjina-Kalar-Kalar-Bt.Goyang, PP.
Molu-Larat-Saumlaki-Dawera/Dwlr-Dai-Tepa-Wulur-Kaiwatu-Tomra-Kisar-Ilwaki-Uspisera-Kupang, PP.

Gambar 2. Usulan Model Jaringan Transportasi Laut Gambar 3. Usulan Model Jaringan Transportasi Laut
Perintis Non-Perintis

Dengan menggunakan pemodelan Gravitasi Kinerja operasional penugasan kapal pada rute yang
(UCGR), dapat diketahui kinerja operasional kapal baru dengan alternatifnya, memperhitungkan
perintis sesuai disain rute seperti terlihat pada Tabel pelabuhan tujuan yang masuk dalam perencanaan
5. jaringan. Dari hasil perhitungan terdapat 4
alternatif pola lintasan. Analisis masing-masing
Tabel 5. Kinerja Operasional Model Pelayaran alternatif adalah sebagai berikut :
Perintis  Alternatif rute model A-1, memiliki jumlah
produksi terbesar (63.261 mil/tahun), RTPA
ALTERNATIF RUTE PELAYARAN PERINTIS 27, jumlah POB/rute/ kunjungan kapal
NO. PARAMETER
I II III IV V
terendah (25 orang), dan profit (bruto) pada
Sea 253 256 427 313 288
kecepatan 14 knot sebesar 225 juta rupiah.

Oper
ation Alternatif rute model A-2, memiliki jumlah
1 Transit 208 156 136 220 244
al produksi sebesar 63.134 mil/tahun, RTPA 30,
Time Port 24 24 24 24 24
jumlah POB/rute/ kunjungan kapal sebanyak
Number Of
2
Dest.Ports
19 19 25 29 35 29 orang, namun pada kecepatan 14 knot
3 Total Time 485 436 587 557 556 mengalami kerugian sebesar 211 juta rupiah.
4 Day/ Trip 20 18 24 23 23  Alternatif rute model A-3, memiliki jumlah
5 CD 340 340 340 340 340
produksi sebesar 59.888 mil/tahun, RTPA 32,
jumlah POB/rute/ kunjungan kapal sebanyak
6 Rtpa 17 19 14 15 15
26 orang, namun pada kecepatan 14 knot
7 Call / Tahun 320 356 348 425 514
mengalami kerugian sebesar 234 juta rupiah.
8 Jarak 2,020 2,046 3,416 2,502 2,300  Alternatif rute model A-4, memiliki jumlah
9 Jarak/ Tahun 34,021 38,314 47,486 36,671 33,786 produksi sebesar 60.818 mil/tahun, RTPA 29,
10 POB/ Trip 1,525 1,304 1,221 1,082 736 jumlah POB/rute/ kunjungan kapal sebanyak
11 POB 25,682 24,414 16,966 15,853 10,814 26 orang, dan profit (bruto) pada kecepatan
Kapasitas 14 knot sebesar 351 juta rupiah.
12 5,053 5,618 4,170 4,397 4,407
Angkut
13 POB/Route/Trip 1,511 1,285 1,305 1,057 721
Dari 4 (empat) alternatif rute pelayaran
14 POB/Route/SC 80 69 49 37 21 non perintis diketahui alternatif rute R-4 memiliki
Maks 0.6061 1.4284 1.5466 0.7195 1.0802 kinerja keuangan yang lebih baik, dan trafik
Load
15 Degr Min 0.0031 0.0097 0.0103 0.0022 0.0017 penumpang yang melalui rute ini cukup baik (POB
ee Rata-
0.0821 0.0968 0.1294 0.0690 0.0821
= 14.267 orang per tahun).
rata
Dengan pertumbuhan rata-rata 20% diproyeksikan
untuk tahun 2019 jumlah penumpang yang
Pemodelan jaringan transportasi laut non-perintis menggunakan moda angkutan laut akan meningkat
menggunakan beberapa alternatif jaringan seperti menjadi 38.399 orang. Berdasarkan proyeksi
terlihat pada Gambar 3. Tujuan pemodelan jaringan jumlah penumpang, kebutuhan armada transportasi
transportasi laut non-perintis difokuskan pada laut di kabupaten MBD untuk tahun 2009 hingga
optimum profit. tahun 2019 perlu ditambah. Penambahan armada
juga disesuaikan dengan penyesuaian rute Trans
Maluku.
606 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 6 Nomor 2, 2009; 599 - 607

Tabel 6. Kebutuhan Armada Kapal Hingga Tahun disusul rute dari MBD ke Kupang dan ke
2019 Ambon.
 Penilaian rute pelayaran menurut Swasta yang
JUMLAH KAPAL paling menguntungkan adalah rute pelayaran
Tipe Kapal Exist Kebutuhan Armada Total POB
2009 Jumlah Kelas Armada adalah dari wilayah kabupaten MBD ke
Pax 500 1 - Pax 500 1 19.331 Ambon dengan nilai prioritas sebesar 2.8%,
Penumpang Penumpang
Barang
3 3
Barang
6 18.073 disusul ke Saumlaki dengan nilai prioritas
General
3
General
3 4.790 sebesar 1.4%. Pelabuhan Surabaya dan
Cargo Cargo
Kupang masing-masing memiliki nilai
prioritas ketiga dan keempat.
Dari tabel 6 diketahui dengan adanya
Pergerakan orang dan barang inter gugus
tambahan 3 unit kapal maka jumlah Passenger On
pulau, lebih di arahkan ke pusat-pusat gravitasi
Board (POB) mengalami peningkatan yang cukup
zona wilayah. Perencanaan jaringan pelayaran
signifikan.
rakyat tetap mengikuti pola pelayaran yang ada,
hanya dimodelkan mengikuti pusat-pusat gravitasi
a . Angkutan Penyeberangan
wilayah.
Secara mendasar jaringan angkutan penyeberangan
di Kabupaten MBD diarahkan untuk implementasi N
USULAN PELABUHAN
RAKYAT KABUPATEN MBD
konsep Trans-Maluku secara bertahap dengan W

S
E

berorientasi pada pusat-pusat gugus pulau agar


dapat terhubungkan. Selain rute-rute eksis, Damer

dirancang 24 rute baru dalam periode 5 – 10 tahun


Pp.Babar

ke depan guna memenuhi target Trans-Maluku. Wetar


Pp.Terselatan
Moa Lakor Babar Timur

Leti
Mdona Hiera

W E
KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT
S
Gambar 5. Usulan Pelabuhan Rakyat Kabupaten MBD
Romang
Damer

Larat hingga 2014.


Wetar Tepa
Kisar Kroing

P. Atauro
(Timor Leste)
Serwaru Moa
Lakor
Lelang
Saumlaki
V. Kesimpulan dan Rekomendasi
LEGENDA :
DISAIN MODA PENYEBERANGAN
INTER & ANTAR GP DI
KABUPATEN MTB
Hibah Penelitian Strategis
Nasional Tahun 2009
Dermaga Penyeberangan Eksis dan usulan pembangunan
Proyeksi Pembangunan Tahap Berikutnya
Jaringan (Rancangan) Penyeberangan Trans Maluku
Jaringan (Rancangan) Penyeberangan Inter & Antar Gugus Pulau
A. Kesimpulan Dan Rekomendasi
Jembatan

Gambar 4. Model Pengembangan Moda Penyeberangan


Beberapa poin yang dapat dijadikan
b. Angkutan Laut Tradisional kesimpulan dan rekomendasi sesuai hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut :
.Angkutan laut tradisional menggunakan a. Strategi Pengembangan dan penyedian sarana,
kapal-kapal layar motor dengan ukuran kurang dari prasarana maupun jaringan angkutan laut
30 GT secara alami telah menentukan arah diarahkan kepada pembentukan jaringan
pergerakannya sendiri tergantung pada kebutuhan. penyanggah (feeder) pada titik-titik pusat
Pola pergerakan kapal-kapal rakyat umumnya gravitasi jaringan Trans Maluku (hub).
dipicu oleh faktor konsumsi, pemerintahan, b. Kapal-kapal yang sesuai untuk melayani rute-
pendidikan dan kesehatan. Perencanaan jaringan rute eksis maupun rancangan adalah kapal-
yang dilakukan dalam penelitian ini lebih diarahkan kapal tipe perintis tipe cargo-passenger dan
pada penilaian subyektif pemerintah, pengusaha general cargo, dan ferry penyeberangan. Tipe
kapal rakyat, tokoh masyarakat, dan pengguna jasa kapal pelayaran rakyat yang terbuat dari bahan
moda ini. Dengan menggunakan Expert Choice 9.0 kayu dengan bobot di bawah 15 GT (Gross
diperoleh hasil sebagai berikut: Tonnage) juga memberi kontribusi yang
relative dominan yaitu sekitar 22,5% dari total
 Prioritas kebijakan penentuan rute pelayaran
volume transportasi di kabupaten MBD dan
berdasarkan preferensi judgement pelaku
diarahkan pengembangannya ke pelabuhan-
Pemda, kriteria armada dan sub-kriteria
pelabuhan utama Trans Maluku.
kapasitas di kabupaten Maluku Barat Daya
c. Untuk mempertemukan Busur Trans Maluku
adalah rute A (MBD - Ambon). Indeks
dan Busur Selatan Transportasi Nasional, perlu
konsistensi keputusan yang dihasilkan 91 %
dibuka jalur penyeberangan dari Kisar-Ilwaki-
dengan inconsistency ratio 9%.
Kupang, yang pengelolaannya di bawah
 Persepsi HUBLA mengenai rute pelayaran
Departemen Perhubungan.
untuk wilayah Kabupaten MBD menetapkan d. Kapasitas kapal yang umumnya dibutuhkan
MBD – Saumlaki sebagai pilihan utama berdasarkan kondisi kebutuhan real adalah
dengan nilai vektor prioritas sebesar 3.1%, kapal penyeberangan dengan kemampuan muat
Lodewyk M. Kelwulan; Strategi Pengembangan SistemTransportasi Di 607
Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Guna Menunjang Trans Maluku

penumpang pada kisaran 200-300 penumpang Da fta r P u sta ka


sedangkan untuk kapal barang pada kisaran
500-750 GT. 1. BPS Propinsi Maluku, (2009), Maluku Dalam
e. Dengan load factor rata-rata per tahun sekitar Angka, BPS Propinsi Maluku, Ambon
35%-40% pada waktu normal, dan sekitar 80% 2. Lapin L.L, (1976), Quantitative Methods For
pada waktu puncak, khususnya di beberapa Business Decision, San Jose State Univesity,
hari-hari raya besar (seperti pada bulan-bulan Duxbury press.
Nopember dan Desember), maka perlu lebih 3. Nasution H.M.N, (1987), Manajemen
menambah jumlah armada dengan maksud Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta
menaikkan tingkat ketersediaan kapal, dengan 4. Makridakis, (2000), Metode dan Aplikasi
tetap memperhatikan kelengkapan keselamatan Peramalan Edisi Revisi, Interaksara, Jakarta.
kapal yang standar. 5. Salim H.A. Abbas, (2002), Manajemen
f. Tipikal rute lebih direkomendasikan dengan Transportasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
tipe bandul selain ujung ke ujung (end to end). 6. Suyono R.P., (2001), Shipping : Pengangkutan
Tipe routing seperti ini dianggap telah Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, PPM,
Jakarta.
memenuhi syarat efektifitas dan efisiensi jasa 7. Taha Hamdy A. (1997), Operation Research An
pelayanan. Bila dibandingkan dengan tipikal Introduction, Prentice-Hall, Inc., London.
routing yang lain seperti melingkar (round) dan 8. Tamin O.Z, (2000), Perencanaan dan Pemodelan
ujung ke ujung (end-to-end), tipe bandul adalah
lebih baik bila dipertimbangkan dari aspek
tingkat distribusi ketersediaan jasa adalah lebih
baik.
g. Pada level penyediaan, pola cross-route perlu
diterapkan sehingga angka ketersediaan dapat
meningkat yang akan berimbas pada
menaiknya frekuensi jasa angkutan yang lebih
baik, dan utilitas kapal yang lebih ekonomis.
h. Kecepatan rata-rata kapal sekitar 7-8 knot
(untuk kapal penumpang). Tingkat kecepatan
eksis yang ada diperkirakan perlu ditingkatkan
hingga pada level sekitar 12-14 knot. Hal
ditujukan guna menaikan tingkat ketersediaan
dan sekaligus menaikan total trip atau utilitas
kapal

Anda mungkin juga menyukai