Anda di halaman 1dari 49

MATA KULIAH

PEMODELAN TRANSPORTASI

MATERI : 2

DOSEN :
S. NURLAILY KADARINI, ST, MT, IPM
2

• Sistem : gabungan beberapa komponen atau


obyek yang saling berkaitan.
• Perubahan salah satu komponen
mempengaruhi komponen yang lain
• Sistem ada yg mekanis dan tidak mekanis,
namun prinsipnya sama.
• Proses perencanaan : proses berdaur dan
tidak pernah berhenti
2

• Pendekatan sistem adalah pendekatan


umum untuk suatu perencanaan atau teknik
dengan menganalisis semua faktor yg
berhubungan dengan permasalahan yang
ada
• Pendekatan sistem mencoba menghasilkan
pemecahan yang terbaik dari beberapa
alternatif pemecahan yg ada dgn batasan
waktu dan biaya
2

Gambar Proses
perencanaan
Sumber: Tamin
2

 Konsep “Sistem Transportasi Makro” adalah


pendekatan dan cara pandang perencanaan
transportasi yang terbagi dalam beberapa sub
komponen atau sistem mikro yg saling berinteraksi
dan saling mempengaruhi di dalam keseluruhan
pola sistem transportasi.
 Komponen yg terdapat dalam sistem transportasi
makro adalah :
a. Sistem Kegiatan
b. Sistem Jaringan
c. Sistem Pergerakan
d. Sistem Kelembagaan.
2

SISTEM KEGIATAN SISTEM JARINGAN

Mengatur tata
ruang/tata guna Digunakan sebagai
lahan disuatu wilayah prasarana
(Nasional, Propinsi, K penghubung atau
abupaten/Kota) fasilitas pergerakan
SISTEM
PERGERAKAN
Pergerakan akan
timbul dengan
Digunakan untuk adanya penataan
mengelola semua ruang untuk kegiatan-
keterkaitan antar kegiatan tertentu
sistem kegiatan,
sistem pergerakan,
SISTEM
dan sistem jaringan KELEMBAGAAN
2

• Sub sistem kegiatan merupakan sistem pola


kegiatan tertentu yang membangkitkan
pergerakan dan dapat menarik pergerakan.
• Berkaitan erat dengan pola tata guna lahan
• Faktor yang mempengaruhi guna lahan :
• Faktor kependudukan (jumlah penduduk,
angka pertumbuhan penduduk, imigrasi)
• Faktor kegiatan penduduk
2

Jaringan transportasi adalah jaringan


prasarana transportasi (lintasan jalan, lintasan
rel, lintasan udara, lintasan air) dan simpul
(terminal, pelabuhan, bandara, stasiun)

JALAN
REL
UDARA
AIR
2
2
2

 Interaksi antara sistem


kegiatan dan sistem
jaringan menghasilkan
sistem pergerakan.
 Besarnya pergerakan
sangat tergantung jenis
intensitas kegiatan yang
dilakukan
 Pergerakan
membutuhkan moda
transportasi (sarana) dan
media (prasarana
tranportasi) tempat moda
tersebut bergerak.
2

Yang terlibat :
Sistem kegiatan :
Bappenas, Bappeda,
Pemda, Bangda
Sistem Jaringan :
Dep. Perhubungan,
Binamarga,
Sistem Pergerakan,
DLLAJ, Polantas,
Organda,
masyarakat
4

L E VEL SISTEM KEGIATAN SISTEM JARINGAN

RTRWN SISTRANAS
N A S I O N AL
(Bappenas) (Dephub)

P R O V I N SI RTRWD SISTRAWIL
(Bappeda Prop) (Dephub Prop)

K A B / K O TA RTRWK SISTRAWIL
(Bappeda Kab/Kota) (Dephub Kab/Kota)

Top Down Guiden-Aspirasi


5

Suatu proses yang tujuannya


mengembangkan sistem transportasi yang
memungkinkan manusia dan barang
bergerak atau berpindah tempat dengan
aman dan murah
(Pignataro,1973 dan Tamin, 2000).
6

5 th 10-20 th 25 th

SHORT M ID D LE L ONG

PA ST P E R E N CA N A AN

PAST NOW FUTURE


2

Skala Panjang ( 25 Tahun)


Perencanaan tata guna lahan
Perkiraan arus lalu lintas ( kota baru)
Perencanaan moda dan rute
Skala menengah ( 10-20 tahun)
evaluasi implementasi kebijakan dan regulasi
Skala pendek ( 5 tahun). Menajemen transportasi
Perubahan rute moda transportasi
Pembatasan atau perubahan arah, dll
2

• Sasaran Umum Perencanaan Transportasi : membuat interaksi


tata guna lahan dan transportasi menjadi semudah dan
seefisiensi mungkin
• Kebijakan yang diambil:
• Sistem Kegiatan : rencana tata guna lahan yang baik (lokasi
toko, sekolah, perumahan dlll) dapat mengurangi
kebutuhan perjalanan yang panjang sehingga interaksi
menjadi mudah
• Sistem Jaringan : meningkatkan kapasitas pelayanan
prasarana (melebarkan jalan, jalan baru dll)
• Sistem Pergerakan : mengatur teknik dan manajemen lalu
lintas (jangka pendek), fasilitas AU yg lebih baik (jangka
pendek dan menengah), dan pembangunan jalan baru
(jangka panjang).
2

• Tujuan :
• Memahami cara kerja sistem tersebut
• Meramalkan dampak lalu lintas beberapa tata guna lahan atau kebijakan
transportasi yang berbeda
• Tahapan hubungan antar sistem:
• Aksesibilitas : ukuran potensial atau kesempatan untuk melakukan
perjalanan
• Pembangkit /tarikan lalu lintas : bagaimana perjalanan dapat bangkit/ditarik
dari/ke suatu tata guna lahan
• Sebaran penduduk : bagaimana perjalanan disebar secara geografi di dalam
daerah kajian
• Pemilihan Moda Transportasi : menentukan faktor yang mempengaruhi
pemilihan moda transportasi untuk tujuan perjalanan
• Pemilihan Rute : menentukan faktor yang mempengaruhi pemilihan rute dari
setiap zona asal ke setiap zona tujuan
2

Aksesibilitas adalah suatu


ukuran kemudahan bagi
pengguna jalan untuk
mencapai suatu pusat
kegiatan (PK) atau simpul-
simpul kegiatan di dalam
wilayah yang dilayani jalan.
Aksesibilitas merupakan
konsep yang • Dengan perkataan lain aksesibilitas adalah suatu
menggabungkan sistem ukuran kenyamanan bagaimana lokasi tataguna
tata guna lahan secara lahan berintekasi satu dengan yang lain dan
geografis dengan sistem bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut
jaringan transportasi yang dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
menghubungkannya ( Black, • Yang menjadi ukuran aksesibilitas adalah jarak,
waktu tempuh, kapasitas kendaraan, frekuensi
1981)
pelayanan, kemudahan cara pembayaran,
kelengkapan dan kualitas dari fasilitas yang tersedia.
2

MOBILITAS adalah suatu ukuran


kemampuan seseorang untuk
bergerak yang biasanya
dinyatakan dengan kemampuan-
nya membayar biaya
transportasi.
Jika aksesibilitas ke suatu tempat
tinggi, maka mobilitas orang ke
tempat tersebut juga tinggi
selama biaya aksesibilitas ke
tempat tersebut mampu
dipenuhi.
2

• Dari tabel diatas menunjukkan suatu tempat dikatakan


”aksesibel” jika sangat dekat dengan tempat lainnya,
dan ”tidak aksesibel” jika berjauhan.
• Konsep ini sangat sederhana dimana hubungan
transportasi dinyatakan dalam jarak (km)
• Saat ini JARAK merupakan suatu variabel yang tidak
begitu cocok, karena orang lebih cenderung
menggunakan variabel waktu tempuh sebagai ukuran
aksesibilitas.
Aksesibilitas
 Kemudahan suatu tempat untuk dicapai
(Semakin tinggi aksesibilitas maka semakin mudah daerah itu dicapai)

C B

Diketahui:
Diketahui: Ke-1 = 60 km
Ke-1 = 100 km Ke-2 = 50'
Ke-2 = 40' Ke-3 = Rp.8.000
Ke-3 = Rp.40.000
A

Diketahui: Diketahui:
Ke-1 = 20 km Ke-1 (l) = Jarak
Ke-2 = 60'
Ke-2 (t) = Waktu Tempuh
Ke-3 = Rp.10.000
Ke-3 (c) = Biaya Perjalanan

D
2

Jika jarak sebagai ukuran


aksesibilitas, maka AB lebih
tinggi aksesibilitasnya
dibandingkan AC; sebaliknya

jika ukurannya adalah waktu


tempuh, AC > AB (aksesibilitas
AC lebih tinggi dari AB).
26
Tujuan tahapan bangkitan  Variabel yang
pergerakan adalah untuk mempengaruhi zona asal
mendapatkan jumlah cth : jumlah penduduk,
pergerakan yang jumlah pekerja,
dibangkitkan oleh setiap pemilikan kendaraan,
zona asal (Oi) dan jumlah kepadatan penduduk dll
pergerakan yang tertarik  Variabel yang
kesetiap zona tujuan (Dd) mempengaruhi zona
yang ada di dalam daerah tujuan cth :
kajian yang terjadi pada jumlah/luasan toko,
masa sekarang, yang akan jumlah pekerja (pada
digunakan untuk pertokoan), jumlah mhs,
meramalkan pergerkanan dosen, guru, karyawan
di masa yang akan datang (pada sekolah), jumlah
tempat tidur, fasilitas
Perencanaan Transportasi
(pada RS, hotel) dll. 27
Zona i Zona d

Zona Asal Zona Tujuan


Zona Bangkitan Zona Tarikan

 Bangkitan adalah jumlah pergerakan yang berasal dari suatu tata guna lahan
atau zona (lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi )
 Tarikan adalah jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan
atau zona (lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi )
 Bangkitan dan tarikan pergerakan tergantung pada:
1. Jenis tata guna lahan
2. Jumlah aktifitas pada tata guna lahan tersebut (hal 41) 28
Model sebaran pergerakan adalah model yang bertujuan untuk
mendapatkan dan meramalkan pola pergerakan yang terjadi
pada suatu daerah kajian yaitu besarnya jumlah pergerakan yang
terdistribusi dari suatu zona asal ke semua zona tujuan
Hasil model berupa matrik asal tujuan (MAT) atau matrik
perjalanan.

 MAT adalah matrik yang berisi


informasi mengenai pergerakan
antar lokasi (zona) di dalam
daerah tertentu).

29
Zona 1 2 3 ... N Oi

1 T11 T12 T13 ... T1N O1


N N
 Tid Dd =  Tid
2 T21 T22 T23 ... T2N O2
Oi =
d 1 i 1
3 T31 T32 T33 ... T3N O3
N N N N
. . . . ... . . T =  Oi =  Dd =   Tid
i 1 d 1 i 1 d 1
. . . . ... . .
. . . . ... . .

N TN1 TN2 TN3 ... TNN ON

Dd D1 D2 D3 ... DN T

Sumber: Tamin (1985,1986,1988abcd,1997a,2000a,2003)


Zona i Zona d

Zona Asal Zona Tujuan


Zona Bangkitan Zona Tarikan

Untuk setiap pasangan zona (I,d) berapa arus dari zona I ke zona d ?

Perencanaan Transportasi 31
Zona c

50
50 pergerakan

80 pergerakan
80
Zona a 180

Zona b
40 pergerakan

40 Zona d

32
Jika terjadi interaksi antara dua tataguna tanah, seseorang akan memutuskan
bagaimana interaksi tersebut dilakukan
Model ini bertujuan untuk  Pelaku perjalan ( income,
menghitung besarnya kepemilikan kendaraan, social
jumlah pergerakan yang standing)
terdistribusi dari suatu zona  Sistem tranportasi (perbedaan
asal ke semua zona tujuan waktu tempuh, perbedaan
beserta moda yang tingkat pelayanan, perbedaan
digunakan. biaya)
Dasar pemilihan moda :
 Perjalanan (waktu, maksud,
dan jarak perjalanan). 
jalan raya, jalan rel,
kapal/feri, pesawat.
Perencanaan Transportasi 33
Orang yang mempunyai
satu pilihan moda disebut
dengan Captive terhadap
moda tersebut.

Dasar-dasar Rekayasa Transportasi 34


B

Kendaraan pribadi
Zona i Zona d
Kendaraan pribadi akan
mengikuti rute tersingkat
A C D
ABCD

Angkutan umum A C
Angkutan umum akan
Zona i Zona d
memilih rute terpendek
dan tersingkat ABC
B

Perencanaan Transportasi 35
Model ini bertujuan untuk Pada tahap ini permintaan
mengetahui pilihan pelaku perjalan yang diperoleh
perjalan terhadap jalur melalui distribusi
antara sepasang zona pergerakan dibebankan
dengan suatu moda pada jaringan yang ada
perjalanan tertentu sehingga diperoleh
dengan hasil aliran besarnya volume lalu
kendaraan pada jaringan lintas yang membebani
transportasi. masing-masing ruas jalan
yang ada

Perencanaan Transportasi 36
E

B
D
Zona i Zona d
A

Jika arus lalu lintas berubah, rute tercepat untuk mobil dari
zona I ke zona d akan berubah. Rute tercepat akan berubah
dari ABCD menjadi ABED. Hal yang sama juga berlaku untuk
angkutan umum

Perencanaan Transportasi 37
Perencanaan Transportasi 38
Interaksi antara dua tata guna lahan dapat dilakukan
dengan cara :
a) Lewat telepon
b) Perjalanan/pergerakan
terjadi kepatuan pemilihan modaa
 Jalan kaki
 Angkutan : pribadi atau angkutan umum
Captive adalah orang yang hanya mempunyai satu
pilihan moda
Choise adalah orang yang dapat memilih moda.
Angkutan umum
Rute ditentukan berdasarkan moda transportasi yang
dipilih

Kendaraan pribadi

Rute : terpendek, tercepat dan termurah

Analisis pemilihan moda dan rute dilakukan secara


simultan untuk angkutan umum
VOLUME : Arus lalu lintas aktual
Kapasitas : arus maksimum yang dapat melewati suatu
ruas jalan dalam periode waktu tertentu

Tingkat Pelayanan : sangat terkait dengan kecepatan


kendaraan dan derajat kejenuhan arus lalu lintas

Derajat Kejenuhan : nisba antara volume lalu lintas dan


kapasitas
3. Pergerakan berbasis bukan rumah : pergerakan yang
salah satu atau kedua zona adalah bukan rumah
4. Bangkitan pergerakan : pergerakan berbasis rumah
yang mempunyai tempat asal / tujuan adalah
rumah atau pergerakan yang di bangkitkan oleh
pergerakan berbasis bukan rumah
5 Tarikan pergerakan ; pergerakan berbasis rumah
yang mempunyai tempat asal/ tujuan bukan rumah
atau pergerakan yang tertatik oleh pergerakan
berbasis bukan rumah
Bangkitan Tarikan
Rumah Tarikan Tempat Kerja
Bangkitan

Bangkitan Tarikan
Tempat Kerja Bangkitan Tempat Kerja
Tarikan
a) Bangkitan pergerakan manusia :
1. Pendapatan
2.Pemilikan Kendaraan
3. Ukuran rumah tangga
4.Nilai Lahan
5.Kepadatan Daerah Pemukiman
6.Aksebilitas

Anda mungkin juga menyukai