Dasar-Dasar Rekayasa
Transportasi
2
Pendahuluan
Tata guna lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan
(intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Vink, 1975).
Tata guna lahan dapat dikelompokkan ke dalam duakelompok besar
yaitu: pengunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan
pertanian.
Menurut Barlowe (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi Tata guna
lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi
dan faktor institusi (kelembagaan). Faktor fisik dan biologis
mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah,
air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan kependudukan. Faktor
pertimbangan ekonomi dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar
dan transportasi. Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertanahan,
keadaan politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat
dilaksanakan.
3
Kaitan Kebijakan Tata Ruang dengan Kebijakan Transportasi
4
Kaitan Kebijakan Tata Ruang dengan Kebijakan Transportasi
6
Kaitan Kebijakan Tata Ruang dengan Kebijakan Transportasi
8
Tata Guna Lahan Menentukan Pergerakan dan Aktivitas
Kebutuhan
Nilai Lahan
Transportasi
Fasilitas
Aksesibilitas
Transpotasi
Catatan:
Angka diluar tanda kurung adalah waktu tempuh semula, angka
didalam kurung adalah waktu tempuh setelah peningkatan
transportasi
11
Tata Guna Lahan Menentukan Pergerakan dan Aktivitas
Jawaban:
Matriks diatas memperlihatkan waktu perjalanan sebelum dan sesudah
peningkatan transportasi. Jumlah baris adalah ukuran aksesibilitas pada
setiap titik. Dapat dilihat semakin kecil waktu tempuh berarti semakin
besar aksesibilitasnya. Pada seluruh kasus, terdapat waktu pengurangan
waktu tempuh; A= -18%, B= -31%, C= -20%, D= -25%. Tampak jelas bahwa
pusat aktivitas B mempunyai keuntungan yang paling banyak, diikuti
oleh D, C, dan A.
12
Tata Guna Lahan Menentukan Pergerakan dan Aktivitas
Contoh 2
Sebuah pusat kota D dihubungkan dengan jalan-jalan arteri ke pusat
aktivitas/permukiman A, B, C dan antara satu jalan dengan lainnya dengan
waktu tempuh diperlihatkan pada penghubung (link). Jalan arteri semakin
padat, terlihat dari waktu tempuh (dalam menit) yang meningkat, seperti
yang diperlihatkan dalam gambar. Hampir semua pusat komersial dan bisnis
yang terletak di pusat kota akan membangun pusat percabangan di A, B, dan
C. Pusat aktivitas manakah yang cenderung paling makmur? Apa tindakan
yang mungkin dilakukan dibagian kota ini yang akan meningkatkan pusta
kota.
D D
9 8
4 4
8 4
A B 7 A B 5
7 6 5 6
C C
13
Tata Guna Lahan Menentukan Pergerakan dan Aktivitas
Dimana:
Ai = aksesibilitas orang i
Oj = jumlah peluang pada jarak d dari rumah orang i
dij = beberapa ukuran rentang antara i dan j (seperti waktu tempuh,
biaya perjalanan, atau hanya jarak saja)
b = sebuah konstanta
15
Tata Guna Lahan Menentukan Pergerakan dan Aktivitas
Contoh 3
Sebuah kota kecil mempunyai tiga daerah permukimanR1, R2, dan R3
dengan masing-masing 1500, 2000, dan 2500 pekerja. Dan dua zona
tempat bekerja E1 dan E2dengan masing-masing 2000 dan 4000 peluang
kerja. Waktu tempuh antar zona (dalam menit) disajikan pada tabel.
Tentukan aksesibilitas zona aktual dan relatif dari daerah-daerah
permukiman tersebut dengan asumsi bahwa b = 1,0.
16
Tata Guna Lahan Menentukan Pergerakan dan Aktivitas
d
1 2 Ro
o
1 10 12 1500
2 7 9 2000
3 6 8 2500
Ed 2000 4000 6000
dimana
d = 1,2
o = 1,2,3
Ed = jumlah pekerjaan di zona d
Tod = fungsi waktu tempuh
17
Tata Guna Lahan Menentukan Pergerakan dan Aktivitas
Pergerakan manusia dan barang disebuah kota, disebut arus lalu lintas
(traffic flow), merupakan konsekuensi gabungan dari aktivitas lahan
(permintaan) dan kemampuan sistem transportasi dalam mengatasi
masalah arus lalu lintas (penawaran).
Hubungan antara transportasi dan pengembangan lahan dapat dijelaskan
dalam tiga konteks sebagai berikut:
1. Hubungan fisik dalam skala makro, yang memiliki pengaruh jangka
panjang dan umumnya dianggap sebagai bagian dari proses
perencanaan.
2. Hubungan fisik dalam skala mikro, yang mempengaruhi pengaruh
jangka pendek dan jangka panjang dan umumnya dianggap sebagai
masalah desain wilayah perkotaan .
3. Hubungan proses, yang berhubungan dengan aspek hukum,
administrasi, keuangan, dan aspek-aspek institusional tentang
pengaturan lahan dan pengembangan transportasi.
19
Tata Guna Lahan dan Transportasi
Potensi tata guna lahan adalah satu ukuran dari skala aktivitas
sosioekonomi yang terjadi pada suatu lahan tertentu. Ciri khas dari tata
guna lahan adalah kemampuan atau potensinya untuk “membangkitkan”
lalu lintas.
Bangkitan perjalanan menyediakan hubungan antara tata guna lahan dan
perjalanan. Tata guna lahan untuk tujuan membangkitkan perjalanan
biasanya dijelaskan dalam bentuk intensitas tata guna lahan, ciri-ciri tata
guna lahan, dan lokasi didalam lingkungan perkotaan. Contoh potensi
tata guna lahan seperti disajikan pada tabel berikut:
20
Tata Guna Lahan dan Transportasi
Contoh
Data untuk perjalanan belanja ke lokasi perbelanjaan diberbagai daerah
dalam sebuah kota dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Jumlah Jumlah Perjalanan
Zona Jenis Lokasi
Karyawan Belanja
1 DPB 3000 7200
2 DPB 1400 2500
3 Pusat Perbelanjaan 1 600 6000
4 Pusat Perbelanjaan 2 1400 12000
5 Pusat Lokal 15 50
6 Pusat Lokal 50 140
7 Pusat Lokal 85 300
8 Pusat Lokal 105 380
21
Tata Guna Lahan Menentukan Pergerakan dan Aktivitas
Jawaban
DPB
Pusat perbelanjaan
Pembahasan:
Perjalanan belanja per karyawan untuk pusat-pusat perbelanjaan adalah yang
tertinggi, diikuti pasar lokas dan DPB. Analisis yang dilakukan tidak perlu
terikat dengan zona, tetapi dapat dilakukan secara individual. Sebagi contoh
ciri-ciri pusat perbelanjaan 1 mungkin sangat berbeda dengan pusat
perbelanjaan 2, disini jelas-jelas lokasi tersebut telah disatukan dan penyatuan
ini dapat menyembunyikan hasilnya.
22
Tata Guna Lahan dan Transportasi
Sistem tata guna lahan/transportasi dapat direpresentasikan oleh suatu
susunan spasial berupa lahan-lahan yang ditempatkan diatas suatu
jaringan yang mempresentasikan sistem transportasi seperti gambar
berikut:
25
Tata Guna Lahan dan Transportasi
Tabel panjang perjalanan rata-rata dari perjalanan orang berdasarkan jenis tata guna lahan
26
Referensi
27