TINJAUAN PUSTAKA
pergerakan barang atau manusia dari suatu titik ke titik yang lain dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dimana dia berasal. Dari
digunakan pada masa mendatang atau pada tahun rencana untuk digunakan
daerah perkotaan.
lahan dan pengiriman barang serta pelayanannya (Ross dalam Snyder &
Catanese, 1988: 371). Hubungan antara transportasi dan tata guna lahan
7
8
lahan.
guna lahan sebagai masukan (input), dengan memisalkan bahwa tata guna
berbeda pula.
adalah pola tata guna lahan untuk waktu mendatang tertentu diharuskan
diramalkan.
berikut:
g) evaluasi.
kemungkinan perubahan arus lalu lintas sebagai dampak perubahan land use
dan sistem prasarana. Variabel utama yang digunakan dalam model mencakup
guna lahan, sistem jaringan dan lalu lintas yang ada, idealisasi model dilakukan
sebagai submodel dari model yang dibentuk. Model yang menunjukkan interaksi
terhadap kondisi pada masa yang akan datang, sehingga keluaran model akan
Pendekatan sistem merupakan kata kunci dari land use transport sistem,
kondisi yang lain sistem jaringan bukan hanya berfungsi melayani sistem
mendiversikan lalu lintas juga menjadi daya tarik aktivitas penduduk akibat
PERGERAKAN
KENDARAAN
SISTEM INSTITUSI
Organisasi
Peraturan
Keuangan
singkat dapat disimpulkan bahwa potensi permasalahan lalu lintas tidak bisa
lainnya.
11
mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda terkait dengan jumlah
arus lalu lintas, jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil) maupun fluktuasi
lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalu lintas pada
pagi dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu lintas
sepanjang hari). Jumlah dan jenis lalu lintas yang dihasilkan oleh setiap tata
guna lahan merupakan hasil dari fungsi parameter sosial dan ekonomi
(Black, 1978):
hari.
hari.
per hari.
kawasan.
12
Tabel 2.1. Bangkitan dan tarikan pergerakan aktivitas tata guna lahan
Makin tinggi aktivitas suatu tata guna lahan, makin tinggi pula tingkat
penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang
dihasilkan.
pergerakan dalam ruang, tetapi tidak mengurangi jarak. Oleh karena itu
jumlah pergerakan antara dua buah guna lahan bergantung pada intensitas
antar guna lahan dan pemisahan ruang antar kedua zona tersebut.Daya tarik
suatu tata guna lahan akan berkurang seiring dengan meningkatnya jarak.
Interaksi antar daerah sebagai fungsi dari intensitas setiap daerah dan jarak
yang berupa perluasan secara fungsional saja. Suatu kawasan yang diidentifikasi
baru melainkan juga disertai jenis aktivitas lainnya. Penduduk dari kawasan
suburban yang bekerja di kawasan pusat kota setiap hari harus melakukan
perjalanan untuk bekerja, yang biasa disebut commuter. Salah satu kebijakan
dipengaruhi oleh ukuran kawasan tersebut, jumlah dan distribusi spasial dari
sendiri.
industri jauh lebih besar daripada di daerah pertanian. Industri jasa dan
lintas per lapangan kerjanya lebih tinggi dari pada jenis tata guna lahan
lainnya.
15
Tahap analisis tingkat pelayanan ini mengikuti konsep dasar derajat jenuh
nisbah volume terhadap kapasitas jalan. Nilai VCR ini menunjukkan apakah ruas
jalan tersebut mempunyai masalah dengan kapasitas atau tidak jika dihubungkan
kendaraan dan jalan, tidak ada arus lalu lintas yang sama bahkan dalam
kondisi serupa. Karakteristik lalu lintas kendaraan yang melintas pada ruas
jalan terdiri dari tiga komponen yaitu kecepatan, volume dan kepadatan.
Pada saat ruas jalan tidak ada kendaraan (Q = 0 dan D = 0), maka
(kecepatan arus bebas Uf). Ketika kendaraan lain mulai berada di ruas jalan,
maka arus dan kepadatan mulai meningkat dan apabila meningkat terus
maka akan mencapai arus maksimum (Qmax) dan kerapatan kritis (Dcr)
dan arus menurun, sampai terjadi macet total dimana nilai kerapatan akan
bergerak sama sekali (Q = 0 dan Us = 0). Di sebelah kiri Qmax arus lalu-lintas
dalam kondisi stabil dan di sebelah kanan Qmax dalam kondisi tidak stabil.
Nampak juga bahwa dua nilai ekstrim kerapatan kendaraan, yaitu D = 0 dan
D = Dj yang memberikan nilai arus dan kecepatan yang sama dengan nol
Volume lalu lintas adalah ukuran jumlah kendaraan pada suatu badan
jalan selama periode tertentu. Arus lalu lintas pada suatu jalan terdiri dari
Volume lalu lintas bervariasi dalam ruang dan waktu, variasi volume lalu
perencanaan dan desain serta evaluasi kinerja jalan. Arus lalu lintas selalu
bervariasi berdasarkan waktu (jam, hari, bulan). Arus lalu lintas juga
jalur/jalan, lalu lintas, pengendalian lalu lintas dan kondisi cuaca yang
yang nilainya ditentukan berdasarkan tipe jalan, lebar jalan, pemisahan arah,
ukuran kota dan hambatan samping seperti ditampilkan pada Tabel 2.3
Tabel 2.9
dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
C0 = Kapasitas Dasar
Lebar Jalan
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Efektif (m)
2/2 0,66 0,83 1,00 1,07 1,14 1,21 1,43
Ukuran Kota
< 0,5 0,5 1,0 1,0 3,0 > 3,0
(Juta orang)
Pjlkk menyeberang
2. 0 0-200 200-500 500-300 >1300
(org /jam/km)
3. Angkutan kota Berhenti 0 0-100 100-300 300-700 > 700
Pada suatu keadaan dengan volume lalu lintas yang rendah, pengemudi
berada pada daerah tersebut dengan volume lalu lintas yang lebih besar.
pelayanan jalan kolektor atas 6 keadaan seperti pada Tabel 2.10 berikut.
Tingkat Batas
Karakteristik
Pelayanan Lingkup V/C
2.5. Zoning
model, sistem zona sangat terkait dengan kondisi tata guna pada masing-masing
lokasi. Basis dari pembagian zona untuk studi ini akan disesuaikan pula dengan
PDRB, income per kapita dan parameter lainnya serta data tata guna lahan pada
lokasi studi.
Garis batas zona yang biasa disebut cordon memerlukan informasi pola
taga guna lahan saat ini dan masa yang akan datang, peta guna lahan yang
bagus merupakan petunjuk yang sangat berguna dalam penentuan garis cordon.
perjalanan.
Setelah penentuan garis cordon maka zona dapat dibagi menjadi zona
eksternal dan zona internal. Zona eksternal mencakup seluruh wilayah di luar
sebaiknya memperhatikan homogenitas guna lahan dan tidak sejajar rute utama
Fixed Route
Sumber: Tamin, 2000
Arus pada jaringan
perjalanan dari suatu zona dan yang tertarik ke suatu zona, jenis kendaraan yang
berdasarkan hasil pengumpulan data dengan tahapan sesuai bagan alir pada
Gambar 2.3.
a) Pembagian zona
kondisi yang ada. Pemilihan variasi urutan pemodelan yang tepat akan
penggunaannya.
23
No Urutan Penjelasan
1 G-MS D A Pada jenis I, perhitungan bangkitan/tarikan dilakukan dengan memisahkan moda yang digunakan antara
kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Dari pernyataan di atas maka peubah dan parameter yang
digunakan berbeda untuk bangkitan/tarikan dan setiap moda transportasi. Jenis I mengasumsikan bahwa
peubah sosio-ekonomi sangat mempengaruhi proses dari pemilihan moda.
2 G MS D A Jenis II ini lebih banyak digunakan untuk pengkajian perencanaan angkutan jalan raya, yang berarti
untuk perencanaan angkutan umum diabaikan. Konsep dari jenis II ini adalah proses sebaran pergerakan
langsung terkonsentrasi pada angkutan pribadi.
Pada pendekatan ini juga diasumsikan bahwa setiap moda dianggap saling bersaing dalam merebut
pangsa pasar sehingga penentu jenis pergerakan menjadi faktor penting dalam penting dalam pemilihan
moda.
3 G D-MS A Jenis III mengkombinasikan model pemilihan moda dengan model gravity dari pesebaran pergerakan
yang dilakukan secara bersamaan. Hal ini menandakan bahwa dalam pemilihan moda ikut
mempertimbangkan jenis pergerakan dan bentuk pergerakannya.
4 G D MS A Pemodelan jenis IV ini menggunakan pendekatan nisbah atau selisih hambatan antara dua moda yang
bersaing dan menggunakan variasi dari model III.
lainnya untuk masa yang akan datang sesuai dengan kebutuhan data
bersifat rencana.
dijalankan untuk mendapatkan pembebanan arus lalu lintas pada jaringan jalan
di masa yang akan datang dengan tahapan sesuai bagan alir pada Gambar 2.4.
25
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah
pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona seperti diilustrasikan
pada Gambar 2.5. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang
Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi (traffict production atau trip
production)
Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi ((traffict attraction atau trip
attraction)
26
i d
tata guna lahan atau zona. Sedangkan bangkitan pergerakan digunakan untuk suatu
pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan atau tujuan adalah
Keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa jumlah
kendaraan, orang atau angkutan barang per satuan waktu serta jumlah orang atau
kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu luasan tanah tertentu dalam satuan
pergerakan untuk manusia yang perlu diperhatikan (Tamin, O.Z, 2000) adalah:
- Pendapatan
- Pemilikan kendaraan
- Nilai lahan
- Aksesibiltas
27
pergerakan yang berasal dari suatu zona (bangkitan pergerakan/oi) dan jumlah
ruma, yaitu pergerakan yang salah satu atau kedua zonanya (asal dan/atau
suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan/atau tujuan
rumah.
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan agama. Jika ditinjau lebih jauh lagi
akan dijumpai kenyataan bahwa lebih dari 90% perjalanan berbasis tempat
menjadi pergerakan pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk. Proporsi
jenis moda yang akan digunakan. Dalam menentukan pilihan moda yang
arus pergerakan yang bergerak dari zona asal ke zona tujuan selama periode waktu
tertentu. Matriks asal tujuan (MAT) yang berisi informasi mengenai besar pergerakan
antar lokasi di dalam daerah tertentu sering digunakan untuk menggambarkan pola
pergerakan dimana baris menyatakan zona asal dan kolom menyatakan zona tujuan.
dan zona tujuan secara bergantian sampai total sel MAT untuk setiap arah sesuai
dengan total sel MAT yang diinginkan seperti contoh pada Tabel 2.14. Pembentukan
MAT melalui iterasi dengan metode Furness ini lebih efisien dibandingkan metode
Penggunaannya fleksibel
30
1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 1 1 20 26 26 1,00
2 0 0 0 2 0 0 3 2 0 8 5 5 4 31 31 1,00
3 1 0 0 1 0 0 1 0 0 2 3 4 23 35 35 1,00
4 1 0 1 0 0 0 1 1 1 16 10 2 8 41 41 1,00
5 0 0 0 1 0 1 7 1 0 4 2 2 28 46 46 1,00
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 29 32 32 1,00
7 1 2 0 4 0 0 0 5 1 17 11 10 48 99 99 1,00
8 2 1 1 2 0 0 3 0 1 9 6 5 5 35 35 1,00
11 0 1 0 2 1 0 22 4 1 12 0 7 33 84 84 1,00
Ed 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
31
mendapatkan arus di ruas jalan dan/atau total biaya perjalanan di dalam jaringan
yang ditinjau. Dalam tahap ini terjadi interaksi langsung antara permintaan dan
sediaan, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam penilaian kinerja
dan/atau sediaan. Tahap ini menyangkut tiga komponen utama, yaitu matriks
kondisi lalu lintas yang ada, sehingga mereka akan memilih rute dengan
tersebut.
paket kedalam lintasan minimum, kemudian akan menghasilkan suatu pola lalu
lintas tertentu pada jaringan yang digunakan untuk iterasi berikutnya ketika
Data yang di butuhkan Untuk aplikasi contram ialah data nyata yang di
kinerja jaringan jalan bila tidak dilakukan penanganan serta kondisi dengan
lintasan minimum, dimana hal ini akan menghasilkan suatu pola lalu lintas
tertentu pada jaringan yang kemudian digunakan untuk iterasi berikutnya ketika
Diperlukan beberapa iterasi agar dapat dicapai pola arus lalu lintas yang
setimbang (stabil), yaitu suatu pola dimana semua kendaraan yang dibebankan
pada jaringan jalan akan menggunakan rute yang sama pada 2 (dua) buah iterasi
diri dari para pengemudi terhadap kondisi jaringan jalan dan kondisi lalu lintas.
33
data input yang diberikan yaitu berupa data jaringan jalan (supply) dan data
permintaan lalu lintas (demand). CONTRAM memerlukan data input yang rinci
mengenai kondisi lalu lintas yang ada, untuk memodelkan lalu lintas pada
jaringan jalan sesuai pada berbagai variasi waktu dengan keluaran yang
dihasilkan berupa prediksi arus lalu lintas, rute dan waktu perjalanan pada masa
yang akan datang dengan dasar biaya perjalanan dan waktu tempuh minimum.
mulai awal tahun 1970 untuk memodelkan skema manajemen lalu lintas
digunakan dalam lingkup yang lebih luas. Contram sudah memasuki versi
peta jaringan jalan (format gambar) untuk memudahkan penyusunan links dan
nodes. Node merupakan simpul jaringan jalan yang dihubungkan dengan jalan
(link) menuju simpul lainnya. Contram bekerja dengan melakukan iterasi atas
rute paling optimal dari segi waktu dan biaya perjalanan. Keluaran yang
analisis yang akan dipergunakan pada penelitian ini di antaranya adalah sebagai
berikut:
A.H. Nasution Medan (outer ring road) Kota Medan terhadap kinerja ruas jalan
lintas lokal dan pencacahan lalu lintas, sementara data sekunder yang
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa 27,05% lalu lintas merupakan
pergerakan lokal dan pada diprediksikan pada jangka waktu lima tahun
besarnya tarikan sebagai variabel tetap. Dari hasil analisis didapatkan bahwa
tarikan pergerakan pada jam puncak pagi sebesar 524 sepeda motor dan 137
Penelitian yang dilakukan pada Jalan KH. Abdul Fatah dan Jalan Kapten
ruas jalan akibat guna lahan yang ada sekaligus menghitung biaya kemacetan
diantaranya volume lalu lintas, guna lahan, luas parkir serta geometrik jalan,
0,682+5,35X3. Dari hasil analisis diketahui bahwa biaya kemacetan pada ruas
Kawasan Sekitar Jalan Lingkar Utara Kota Batu. Penelitian ini bertujuan untuk
akibat perubahan guna lahan di sekitar wiayah studi. Metode penelitian pada
Y = jumlah pergerakan
Y = jumlah pergerakan
Contents
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 7
2.1. Perencanaan transportasi............................................................................ 7
2.1.1. Landasan teoritis perencanaan transportasi ...................................... 7
2.1.2. Proses perencanaan transportasi ......................................................... 8
2.2. Interaksi tata guna lahan dan transportasi ............................................. 9
2.2.1. Land use transport system...................................................................... 9
2.2.2. Hubungan tata guna lahan dan transportasi .................................... 11
2.2.3. Intensitas tata guna lahan...................................................................... 12
2.3. Pengembangan kota dan transportasi ................................................... 13
2.3.1. Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi ........................................... 13
2.3.2. Perkembangan bentuk perkotaan........................................................ 14
2.3.3. Perkembangan jenis aktivitas/tata guna lahan ................................ 14
2.4. Kinerja jaringan jalan .................................................................................. 15
2.4.1. Karakteristik lalu lintas ........................................................................... 15
2.4.2. Volume Lalu Lintas .................................................................................. 16
2.4.3. Kapasitas Jalan ........................................................................................ 16
2.4.4. Tingkat Pelayanan Jalan ........................................................................ 19
2.5. Zoning ............................................................................................................. 19
2.6. Pemodelan Transportasi Empat tahap ................................................... 21
2.6.1. Variasi Urutan Konsep Utama Pemodelan 4 Tahap ........................ 22
2.6.2. Prediksi kebutuhan transportasi.......................................................... 24
2.7. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan ......................................................... 25
2.7.1. Tinjauan teori pergerakan ...................................................................... 27
2.7.2. Klasifikasi pergerakan ............................................................................ 27
2.8. Distribusi Perjalanan (Metode Furness)................................................. 29
2.9. Model pembebanan jaringan ..................................................................... 31
2.10. Software Contram .................................................................................... 33
2.11. Studi terdahulu ......................................................................................... 35
Tabel 2.1. Bangkitan dan tarikan pergerakan aktivitas tata guna lahan ...... 12
39