TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Dalam bab ini akan di uraikan beberapa teori yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan. Teori-teori tersebut dikutip dari referensi
dalam bentuk buku, jurnal atau tulisan ilmiah lainnya.
Penggunaan lahan pada suatu kota umumnya berbentuk tertentu dan pola
perkembangannya dapat diestimasikan. Keputusan-keputusan pembangunan kota
biasanya berkembang bebas, tetapi diupayakan sesuai dengan perencanaan
penggunaan lahan. Motif ekonomi biasanya menjadi motif utama dalam
pembentukan struktur penggunaan lahan di suatu kota dengan adanya pusat-pusat
bisnis yang strategis. Selain motif bisnis terdapat pula motif politik, bentuk fisik
kota, seperti topografi, drainase. Meskipun struktur kota tampak tidak beraturan,
namun kalau dilihat secara seksama memiliki keteraturan pola tertentu.
Bangunan-bangunan fisik membentuk zona-zona intern kota. Teori-teori struktur
kota yang ada digunakan untuk mengkaji bentuk-bentuk penggunaan lahan yang
biasanya terdiri dari penggunaan tanah untuk perumahan, bisnis, industri,
pertanian dan jasa (Koestoer, 2001:33).
Tata guna lahan campuran atau mixed use adalah penggunaan campuran
berbagai tata guna lahan atau fungsi dalam bangunan (Dimitri Procos, Mixed
Land Use from Revival Too Innovation, Stroud’s burg, Pennsylavia : Dowding
Hutchinson & Ross. Inc, 1976). Namun fungsi campuran ini bila dikaitkan dengan
bangunan disebut sebagai Mixed Use Building. Mixed Use Building adalah salah
satu usaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian area
suatu kota ( luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi
tinggi) sehingga terjadi satu struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan
fasilitas saling berkaitan menjadi kerangka integrasi yang kuat (Meyer, 1984).
Dapat disimpulkan bahwa pengertian definisi Mixed Use Building adalah sebuah
bangunan yang didalamnya terdapat beberapa fungsi yang berbeda
jenisnya sehingga perlu adanya organisasi ruang yang baik dan berpengaruh
pada struktur bangunan tersebut (Endy Marlina, 2008)
Kinerja suatu ruas jalan tergantung pada karakteristik utama suatu jalan,
yaitu kapasitas perjalanan rata-rata dan tingkat pelayanannya Ketika dibebani oleh
lalu lintas. Hal-hal yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut.
.................................................
Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
C0 = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Tabel 2.2 Tingkat Pelayanan Jalan Utama dan Sub-Urban Berdasarkan Rasio V/C
Tingkat Rasio Keterangan
Pelayanan (V/C)
Jalan
A 0,60 Aliran lalu lintas bebas, tanpa hambatan
B 0,70 Aliran lalu lintas baik, kemungkinan terjadi kasus-kasus
perlambatan
C 0,80 Aliran lalu lintas masih baik dan stabil, dengan perlambatan
yang masih dapat diterima
D 0,90 Mulai dirasakan gangguan dalam aliran, aliran lalu lintas
mulai stabil
E 1 Volume pelayanan berada pada kapasitas, aliran lalu lintas
tidak stabil
F >1 Volume pelayanan lebih besar dari kapasitas, aliran lalu
lintas telah mengalami kemacetan
Sumber: Manual Kapasitas Jalan (1997)
2.4 Sistem dan Interaksi antara Guna Lahan dan Transportasi
Konsep dasar dari interaksi atau hubungan antara tata guna lahan dan
transportasi adalah aksesibilitas (Peter, 1975). Aksesibilitas adalah suatu ukuran
kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi
satu sama lain dan “mudah” atau “susahnya” lokasi tersebut dicapai melalui
sistem jaringan transportasi (Black dalam Tamin, 2000:32). Maka aksesibilitas
adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara
geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Gerak
manusia kota dalam kegiatannya adalah dari rumah ke tempat kerja, ke sekolah,
ke pasar, ke toko, ke tempat liburan, kemudahan bagi penduduk atau
menjembatani jarak antara berbagai pusat kegiatan disebut tingkatan daya jangkau
atau aksesibilitas (Jayadinata, 1999:156).
2.5 Konsep Bangkitan dan Tarikan Lalu Lintas
a) Home base trip, pergerakan yang berbasis rumah. Artinya perjalanan yang
dilakukan berasal dari rumah dan kembali ke rumah.
b) Non home base trip, pergerakan berbasis bukan rumah. Artinya perjalanan
yang asal dan tujuannya bukan rumah .
Pernyataan di atas menyatakan bahwa ada dua jenis zona yaitu zona yang
menghasilkan pergerakan (trip production) dan zona yang menarik suatu
pergerakan (trip attraction). Defenisi trip attraction dan trip production adalah :
a) Bangkitan perjalanan (trip production) adalah suatu perjalanan yang
mempunyai tempat asal dari kawasan perumahan ditata guna tanah
tertentu.
b) Tarikan perjalanan (trip attraction) adalah suatu perjalanan yang berakhir
tidak pada kawasan perumahan tata guna tanah tertentu.
a) Tempat bekerja
b) Kawasan perbelanjaan
c) Kawasan pendidikan
d) Kawasan usaha (bisnis)
e) Kawasan hiburan
Konsep perencaan transportasi telah berkembang hingga saat ini, dan yang
paling populer adalah model perencaan 4 (empat) tahap. Model ini memiliki
beberapa seri sub-model yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan
berurutan. Menurut Tamin (2000), konsep perencanaan transportasi paling
populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap, yang terdiri dari :
MAT adalah matriks dua dimensi di mana setiap baris dan kolomnya
menggambarkan zona asal dan zona tjuan di dalam daerah kajian. Setiap sel
matriks berisi informasi pergerakan antar zona.
Tujuan
(ke) Zona 1 Zona 2 Zona J .... Total Oi
Asal
Zona 1 T11 T12 .... .... O1
Zona 2 T21 T22 .... .... O2
Zona i .... .... Tij .... O3
.
.... .... .... .... ....
.
Total Dj D1 D2 Dj .... T
Keterangan :
Y = a+bX ......................................................................................
(2.2)
Keterangan :
a = konstanta
Analisa regresi linear berganda adalah suatu metode dalam ilmu Statistik.
Untuk menggunakannya, terdapat beberapa asumsi yang perlu diperhatikan :