TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 Pengertian
Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan dan keterkaitan antara suatu variabel
dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, sedangkan transportasi itu
tempat lain. Dari dua pengertian di atas, sistem transportasi dapat diartikan sebagai
bentuk keterkaitan dan keterikatan yang integral antara berbagai variabel dalam suatu
kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain
(Munawar, 2005).
Bentuk fisik dari sistem transportasi tersusun atas 4 (empat) elemen dasar,
1. Sarana Perhubungan (link) : jalan raya atau jalur yang menghubungkan dua
titik atau lebih pipa, jalur darat, jalur laut, dan jalur penerbangan juga dapat
2. Kenderaan : alat yang memindahkan manusia dan barang dari satu titik ke
titik lainnya di sepanjang sarana perhubungan. Mobil, bis, kapal, dan pesawat
3. Terminal : titik titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai atau
Kempat elemen di atas berinteraksi dengan manusia, sebagai pengguna maupun non
pergerakan, dan lalu lintas yang saling berkaitan satu sama lain. Lalu lintas tebentuk
Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan kenderaan
yang melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan
sifat yang berbeda maka perilaku kenderaan arus lalu lintas tidak dapat diseragamkan
lebih lanjut, arus lalu lintas akan mengalami perbedaan karakteristik akibat dari
perilaku pengemudi yang berbeda yang dikarenakan oleh karakteristik lokal dan
kebiasaan pengemudi. Arus lalu lintas pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan
bervariasi baik berdasar lokasi maupun waktunya. Oleh karena itu perilaku
Dalam menggambarkan arus lalu lintas secara kuantitatif dalam rangka untuk
perlu suatu parameter. Parameter tersebut harus dapat didefenisikan dan diukur oleh
menjelaskan karakteristik arus lalu lintas. Tiga variabel utama (makroskopis) adalah
kecepatan (v), volume (q), dan kepadatan/density (k). Tiga variabel lain
(mikroskopis) yang digunakan dalam analisis arus lalu lintas adalah headway (h),
spacing (s), dan lane occupancy (R). Serta dua parameter lain yang berhubungan
dengan spacing dan headway yaitu, clearance (c) dan gap (g). (Khisty, 2003)
1. Kecepatan (v)
2. Volume (q)
3. Kepadatan (k)
kenderaan yang menempati suatu panjang tertentu dari lajur atau jalan,
suatu aliran lalu lintas yang diukur dari bemper depan satu kenderaan ke
kenderaan yang berurutan ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan. Baik
kepadatan.
Lane occupancy (tingkat hunian lajur) adalah salah satu ukuran yang
Demikian pula, selisih antar headway dan gap adalah ekuivalen waktu dari
Volume lalu lintas pada dasarnya terbagi atas waktu dan ruang, yang
biasanya lebih difokuskan pada volume jam puncak seperti jam sibuk kerja atau
perjalanan sibuk lainnya. Permintaan lalu lintas dapat bervariasi berdasarkan musim
dalam setahun, bulanan dalam setahun, hari dalam sebulan, hari dalam seminggu,
maupun jam-jaman dalam sehari. Permintaan lalu lintas juga dapat bervariasi dari
homogen. Terdapat berbagai jenis, ukuran dan sifat kenderaan yang berbeda-beda
dalam membentuk suatu karakteristik lalu lintas untuk setiap komposisi dan
seperti ini, diperlukan suatu besaran yang menyatakan pengaruh sebuah jenis
pengguna, kenderaan dan jalan yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau pejalan kaki yang
bermotor maupun tak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan
untuk mampu mengalirkan lalu lintas dengan lancar dan mampu mendukung beban
muatan sumbu kenderaan serta aman, sehingga dapat meredam angka kecelakaan
lalu lintas.
maupun jalan antar kota sesuai dengan tata cara pelaksanaan survei dan perhitungan
lalu lintas disebutkan bahwa jumlah kenderaan yang diambil dalam penelitian ini
adalah seluruh kenderaan yang lewat. Menurut Direktoral Jenderal Bina Marga, arus
lalu lintas adalah jumlah kenderaan bermotor yang melalui titik tertentu per satuan
waktu, dinyatakan dalam kenderaan per jam atau smp/jam, arus lalu lintas perkotaan
Meliputi kendaraan motor dengan jarak as lebih dari 3.5 m biasanya beroda
lebih dari empat (termasuk bis, truk 2 as, truk tiga as, dan truk kombinasi).
Meliputi kendaraan bermotor roda 2 atau tiga (termasuk sepeda motor dan
Data hasil survei yang dilakukan di lapangan merupakan jumlah dan waktu
dinyatakan dalam satuan yang sama. Oleh karena itu, dilakukan suatu proses
pengubahan satuan atau yang disebut dengan proses pengkonversian menjadi satu
satuan yang sama. Satuan dasar yang digunakan adalah Satuan Mobil Penumpang
(smp). Menurut Manual Kapasitas Jalan Raya Indonesia (MKJI) Tahun 1997 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Bina Marga dijelaskan pengertian dasar dari satuan
mobil penumpang (smp) yaitu sebuah besaran yang menyatakan ekivalensi pengaruh
suatu tipe kenderaan dibandingkan terhadap arus lalu lintas secara keseluruhan.
mobil penumpang (smp) untuk masing-masing kenderaan tergantung pada tipe jalan
Tabel 2.1 Daftar emp untuk Jalan Empat Lajur dua Arah tak Terbagi
emp
Arus Lalu
MC
Tipe Jalan tak lintas Total
Lebar jalur lalu lintas Wc
Terbagi dua Arah HV
(m)
(kend/jam)
≤6 >6
demikian pula halnya dengan pengumpulan data-data lau lintas. Data mengenai lalu
melakukan survei secara efisien maka maksud dan tujuan survei haruslah jelas dan
biasanya metode survei ditetapkan sesuai dengan tujuan, waktu, dana dan peralatan
yang tersedia.
Survei lalu lintas dilakukan dengan cara menghitung jumlah lalu lintas
kenderaan yang lewat di depan suatu pos survei pada ruas jalan yang ditetapkan.
dapat juga menggunakan berbagai peralatan otomatis seperti alat penghitung lalu
lintas (traffic counting), detektor, atau peralatan listrik lain yang kesemuanya
jumlah volume dilakukan pada jam sibuk (peak hour) pada hari-hari yang mewakili
volume lalu lintas dalam seminggu. Sedangkan untuk data waktu tempuh kendaraan
karakteristik kecepatan pada lokasi tertentu pada lalu lintas. Jenis kendaraan
lapangan.
melalui suatu titik tinjau dalam interval waktu tertentu di jalan untuk masing-masing
1. Manual count
formulir, tiap kali sebuah kenderaan lewat dicatat pada kertas formulir.
2. Detector
Detector adalah alat yang dapat mendeteksi adanya kenderaan yang lewat dan
sentuhan dari gilasan roda kenderaan, induksi pada gulungan kabel yang
Keuntungan metode ini adalah setiap kali kenderaan yang melewati alat dapat
dicatat.
3. Automatic count
Dalam survei waktu tempuh kenderaan dikenal 3 (tiga) jenis kecepatan yaitu
(running speed) dan kecepatan rata-rata kenderaan yang dihitung dari dari jarak
tempuh dibagi dengan waktu tempuh (journey speed) jadi termasuk waktu kenderaan
1. Manual count
dan stopwatch dimatikan tepat pada saat roda kenderaan tersebut melewati
2. Enescope
jalan untuk membelokkan garis pandangan ke arah tegak lurus jalan. Dalam
enescope.
3. Radar meter
Radar meter bekerja menurut prinsip efek Doppler, yang mana kecepatan
4. Pemotretan
Dalam metode ini, kamera foto mengambil gambar pada interval waktu yang
dapat dihitung.
daerah tersebut, dan hampir setiap orang menggunakan transportasi. Oleh sebab itu,
wilayah. Masalah dalam pergerakan lalu lintas, khususnya pada jam jam sibuk, yang
negatif, baik terhadap pengemudinya sendiri maupun ditinjau dari segi ekonomi dan
(stress). Selain itu juga akan menimbulkan kerugian berupa kehilangan waktu karena
waktu perjalanan yang lama serta bertambahnya biaya operasi kenderaan karena
seringnya kenderaan berhenti. Selain itu timbul pula dampak negatif terhadap
jaringan lalu lintas. Secara teori, kemacetan disebabkan oleh tingkat kebutuhan
perjalanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Hal lain
penyempitan jalan maka jaringan tidak dapat lagi menampung jumlah kapasitas
mengapa sampai saat ini kemacetan lalu lintas tidak dapat diatasi. Persoalan-
persoalan yang terkait ternyata sangat banyak, seperti disiplin lalu lintas, penegakan
hukum, sosial ekonomi, tenaga kerja, dan lain sebagainya, sehingga persoalannya
menjadi kompleks dan tidak ada satupun solusi tunggal yang dapat diterapkan untuk
Contoh keterkaitan dengan aspek-aspek yang lain adalah pedagang kaki lima,
keberadaan pedagang kaki lima otomatis mengurangi kebebasan samping dan bahkan
kapasitas jalan yang pada tingkat tertentu berdampak pada kemacetan lalu lintas.
Namun demikian, kalau dilakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima, yang
terjadi tentu bukan persoalan lalu lintas, tetapi akan merembet ke persoalan sosial
dan ekonomi. Demikian pula dengan keberadaan angkot, mikrolet dan sejenisnya.
berikut:
(Frazilla, 2002)
perjalanan /pergerakan /lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu zona (kawasan) per
satuan waktu (per detik, menit, jam, hari, minggu dan seterusnya). Dari pengertian
transportasi yang bertugas untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal atau
meninggalkan dari suatu zona atau kawasan yang datang atau tertarik menuju ke
suatu zona pada masa yang akan datang (tahun rencana) per satuan waktu.
sangat ditentukan oleh karateristik tata guna lahan serta karateristik sosial ekonomi
Secara sederhana dapat diartikan bahwa jumlah perjalanan adalah fungsi dari
tata guna lahan atau kawasan yang menghasilkan perjalanan tersebu dapat pula kita
Dimana :
Qtrip = jumlah perjalanan yang timbul sari suatu tata guna lahan atau zona per
satuan waktu.
f = fungsi matematik.
Bangkitan perjalanan ini dianalisis secara terpisah menjadi dua bagian yaitu :
lahan/zona/kawasan.
perjalanan/pergerakan/arus lalu lintas yang menuju atau datang kesuatu lokasi tata
guna lahan/zona/kawasan.
memperkirakan, jumlah pergerakan yang berasal dari satu zona atau tata guna,lahan
dan jumlah,pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau,zona. Pergerakan
lalu lintas,merupakan merupakan fungsi tata guna lahan yang yang menghasilkan
Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa
jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya
kendaraaan/jam. ita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau kendaraan
yang masuk atau eluar dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari (atau satu jam)
untuk endapatkan tarikan dan bangkitan pergerakan. Bangkitan dan tarikan tersebut
3) Lalu lintas pada waktu tertentu (misalkan pertokoan akan menghasilkan arus
Tabel 2.2 bangkitan dan tarikan pergerakan dari beberapa aktivitas tata guna lahan
lahan tetapi juga tingatan aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang
tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkan. Salah satu ukuran
Menurut Salter (1989), hubungan antara lalu-lintas dengan tata guna lahan
jalan suatu perjalanan yang akan dibuat. Pemilihan moda, suatu keputusan yang
dibuat untuk memilih moda perjalanan yang akan digunakan oleh pelaku perjalanan.
Volume lalu-lintas ruas jalan adalah jumlah atau banyaknya kendaraan yang
melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan dalam suatu satuan waktu tertentu
(MKJI, 1997). Volume lalu-lintas dua arah pada jam paling sibuk dalam sehari
dipakai sebagai dasar untuk analisa unjuk kerja ruas jalan dan persimpangan yang
ada.
ruang keseluruhan jenis kendaraan. Untuk keperluan ini, MKJI (1997) telah
Menurut MKJI (1997), kinerja ruas jalan dapat diukur berdasarkan beberapa
parameter, diantaranya :
1. Derajad Kejenuhan (DS), yakni rasio arus lalu-lintas (smp/jam) terhadap kapasitas
dihitung dari panjang jalan dibagi waktu tempuh rata-rata yang melalui segmen.
Dalam MKJI (1997) kecepatan arus bebas kendaraan ringan (FV) dinyatakan
dengan persamaan :
adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melintasi suatu penampang pada
suatu jalur atau jalan selama 1 (satu) jam, dalam keadaan jalan dan lalu-lintas yang
mendekati ideal dapat dicapai. Besarnya kapasitas jalan dapat dijabarkan sebagai
berikut
Co = kapasitas dasar
Besarnya kapasitas dasar jalan kota yang dijadikan acuan adalah sebagai
berikut :
Faktor penyesuaian kapasitas jalan antar kota terhadap lebar jalan dihitung
- Tabel tersebut di atas menganggap bahwa lebar bahu di kiri dankanan jalan sama,
bila lebar bahu kiri dan kanan berbeda maka digunakan nilai rata-ratanya.
- Lebar efektif bahu adalah lebar yang bebas dari segala rintangan, bila di tengah
tingkat kinerja segmen jalan. Nilai DS menunjukan apakah segmen jalan tersebut
DS = Q/C ( 2.13 )
jalan/LoS (level of service). Tingkat pelayanan jalan adalah ukuran yang menyatakan
kualitas pelayanan yang disediakan oleh suatu jalan dalam kondisi tertentu.
Perhitungan LoS ini akan menjadi justifikasi adanya permasalahan kemacetan lalu
kendaraan, volume lalu lintas, kapasitas jalan dan hambatan samping. Beberapa
aspek yang dapat mempengaruhi tingkat pelayanan (LoS) secara langsung berkaitan
kondisi operasi lalu lintas pada suatu ruas jalan. Tingkat pelayanan jalan dapat
LoS = V/C
dimana :
C = Kapasitas jalan
Indonesia (MKJI) adalah Tabel 2.12 dibawah ini menunjukkan beberapa batas
karakteristiknya.
Sumber : MKJI
dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada, baik pada saat sekarang
terhadap tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimumkan
[210], yaitu Single family detached housing. Besarnya nilai perjalanan tersebut
dikalikan dengan faktor penyesuaian berdasar ukuran dari unit perumahan yang
dibangun.
rumah tinggal ditunjukkan sebagai berikut. Dimana nilai x merupakan jumlah unit
=
Ln(T) 0,858Ln(x) − 0, 464
=
Ln(T) 0,892Ln(x) − 0,59
Faktor Penyesuaian
Rumah kecil 0,644
Rumah sedang 0,812
Rumah besar 1,000
apartemen mengacu pada ITE [222], yaitu High-rise Apartment. Nilai bangkitan dan
tarikan (T) dihitung berdasar variabel unit kamar yang dibangun (x). Adapun pada
perhitungan ini, luas 1 unit kamar diasumsikan 100m2 dan kamar-kamar tesebut
mengisi 80% dari luas lantai gedung apartemen. Persamaan yang digunakan
=
Ln(T) 0,935Ln(x) − 0, 706
=
Ln(T) 0,914Ln(x) − 0, 404
=
Ln(T) 0,934Ln(x) − 0,535
C. Rumah Susun
bangkitan dan tarikan mengacu pada ITE [223], yaitu Mid-rise Apartment. Nilai
bangkitan dan tarikan (T) dihitung berdasar variabel unit kamar yang dibangun (x).
Adapun pada perhitungan ini, luas 1 unit kamar diasumsikan 100m2 dan kamar-
kamar tesebut mengisi 80% dari luas lantai gedung. Persamaan yang digunakan
T = 0,35(x)
T = 0,44(x)
A. Gedung Perkantoran
Perkiraan total perjalanan pada area gedung perkantoran mengacu pada persamaan
ITE [710], yaitu General Office Building. Berdasar persamaan tersebut, besarnya
perjalanan (T) dihitung untuk setiap 1000 kaki2 lantai bangunan/Gross Floor Area
=
Ln(T) 0,737Ln(x) + 1,831
=
Ln(T) 0,814Ln(x) − 0,115
acuan persamaan ITE [310], yaitu Hotel. Besarnya bangkitan dan tarikan dihitung
tingkat kepadatan karyawan adalah 0,5 karyawan per kamar hotel. Luas kamar hotel
diasumsikan 20m2 dan memenuhi 70% dari luas lantai bangunan. Berikut merupakan
=T 0,392(x) + 67,885
Besarnya bangkitan dan tarikan pada kawasan pusat hiburan dan pusat konvensi
dihitung dengan pendekatan hasil studi tingkat perjalanan pada kawasan Mall
Pondok Indah Jakarta. Hasil studi tersebut menunjukkan besarnya bangkitan dan
tarikan (T) untuk setiap 100m2 Gross Leasable Area (x). Besarnya pergerakan pada
jam-jam sibuk untuk kawasan pusat hiburan ditunjukkan pada persamaan berikut.
T ( in=
) 1,17 × (x)
T ( out
= ) 0, 76 × (x)
Untuk Hari Kerja di sore hari dan Akhir Minggu:
T ( in=
) 1,38 × (x)
T ( out
= ) 1,16 × (x)