Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beton adalah batuan buatan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu

campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton

didapatkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil),

atau jenis agregat lain, semen portland atau semen hidrolik yang lain, dan air,

kadang-kadang dengan bahan tambahan (admixture atau additif) yang bersifat

kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu, sampai menjadi satu kesatuan

yang homogen. Campuran tersebut kemudian akan mengeras seperti batuan.

Pengerasan ini terjadi karena adanya reaksi kimia antara semen dengan air. Beton

yang sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan, dengan rongga-

rongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah), dan diisi oleh

batuan kecil (agregat halus atau pasir), dan pori-pori antara agregat halus diisi

oleh semen dan air (pasta semen). Pasta semen juga berfungsi sebagai perekat atau

pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran-butiran agregat saling terekat

dengan kuat sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang padat dan tahan lama.

Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan di daerah sekitaran laut

seperti jembatan, dermaga, pemecah gelombang (break water), piers, jetties dan

sebagainya. Beton dipilih karena banyaknya keunggulan beton bila dibandingkan

dengan bahan konstruksi lainnya. Selain karena memiliki kekuatan tekan yang

tinggi, beton juga tidak membutuhkan biaya yang besar serta proses

Universitas Sumatera Utara


pembuatannya dapat dikatakan mudah. Hal inilah yang menjadi sebab mengapa

beton menjadi pilihan pertama sebagai bahan konstruksi terutama di daerah

sekitar laut.

Dalam pembuatan beton, perawatan (curing) yang baik sangat

mempengaruhi kekuatan (durabilitas) beton. Cara dan bahan serta alat yang

digunakan untuk perawatan akan menentukan sifat dari beton yang akan dibuat,

terutama durabilitasnya. Waktu-waktu yang dibutuhkan untuk merawat beton pun

harus terjadwal dengan baik agar beton bisa mencapai kekuatan sesuai dengan

yang direncanakan. Perawatan dimaksudkan untuk mengisi pori-pori kapiler

dengan air karena terjadi reaksi hidrasi. Hal ini dilakukan agar beton tidak

mengalami tegangan tarik akibat beton yang mengering yang dapat menimbulkan

kerusakan pada beton (retak). Perawatan beton tidak hanya dimaksudkan untuk

mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk

memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan

terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur. (Tri Mulyono, 2004). Metoda

dan lama pelaksanaan curing tergantung dari :

• Jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan, termasuk bahan

tambahan atau pengganti yang dipakai

• Jenis / tipe dan luasan elemen struktur yang dilaksanakan

• Kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan

• Penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik

beton (28 hari atau selain 28 hari, tergantung dari spesifikasi yang

ditentukan oleh Konsultan Perencana/ Desain)

Universitas Sumatera Utara


Perawatan (curing) beton yang baik pada umumnya menggunakan air

bersih/ air normal (air yang tidak mengandung senyawa-senyawa atau mineral-

mineral yang dapat merusak beton) sebagai air perendamannya. Akan tetapi, pada

pembuatan bangunan-bangunan yang menggunakan beton di daerah pantai,

kontak dengan air laut terkadang tidak dapat dihindari, dimana air laut

mengandung senyawa-senyawa yang akan mengurangi durabilitas beton. Hal ini

disebabkan klorida (Cl) yang terdapat pada air laut merupakan garam yang

bersifat agresif terhadap bahan lain, termasuk beton. Kontak dengan air laut

berbahaya karena ketika dalam masa perawatan (curing), beton akan selalu

berinteraksi dengan air laut. Garam laut meresap ke dalam beton dengan aksi

kapiler dan mengisi rongga-rongga yang ada. Senyawa-senyawa kimia ini akan

menggerogoti beton hingga beton rapuh dan rusak. Hal ini akan menyebabkan

durabilitas yang diperoleh tidak akan sesuai dengan yang diprediksi semula.

Untuk mencegah peresapan air laut ke dalam beton, diperlukan bahan yang

mampu menutup pori beton. Pori (rongga udara) yang terdapat pada beton

memberi kesempatan kepada air laut untuk masuk dan merusak beton. Untuk itu,

pada campuran beton dapat ditambahkan bahan campuran (admixture).

Admixture adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran

beton pada saat atau selama pencampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini

adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk

pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya. Jenis admixture yang dapat

digunakan pada kasus ini adalah waterproofing. Bahan kimia waterproofing

berfungsi untuk mengurangi permeabilitas melalui kapiler dari pasta semen keras.

Universitas Sumatera Utara


Waterproofing biasanya mengandung mineral filler yang halus sehingga mampu

mengisi rongga pada beton untuk menhentikan air pori.

Salah satu waterproofing yang dapat digunakan adalah lateks emulsi.

Lateks emulsi (styrene butadiene) adalah lateks hasil proses dari karet sintetis

dalam bentuk cair. Lateks emulsi berupa cairan kental berwarna putih, memiliki

ukuran butiran yang lebih kecil dari ukuran butiran semen. Lateks emulsi

memiliki ukuran butiran sekitar 0,05 – 5 micron atau 50 – 5000 nanometer. Hal

ini memungkinkan lateks emulsi masuk ke pori-pori semen sehingga mengurangi

udara yang ada di dalam beton yang sebelumnya bisa saja terisi oleh air laut.

Selain itu, lateks merupakan bahan alam yang ketersediaannya melimpah,

bersifat lengket (tacky) dan keplastisitasannya tergolong baik. Penggunaan bahan

admixture (lateks emulsi) disini diharapkan mampu mencegah terjadinya

kerusakan dan meningkatkan durabilitas beton agar sesuai dengan yang

diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

pengaruh curing air laut terhadap beton serta pengaruh penambahan lateks emulsi

terhadap beton dengan curing air laut.

Beberapa penelitian yang menjadi dasar dari tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Pengaruh Air Laut Pada Perawatan (Curing) Beton Terhadap Kuat Tekan

Dan Absorpsi Beton Dengan Variasi Faktor Air Semen Dan Durasi

Perawatan oleh Ristinah Syamsuddin, Agung Wicaksono, Fauzan Fazairin

M , tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara


a. Variasi faktor air semen 0,45 ; 0,50; dan 0,55 memberikan perbedaan

pengaruh terhadap kuat tekan beton benda uji silinder 15 x 30 cm

dengan air curing berbeda. Kuat tekan beton yang menggunakan air

bersih lebih tinggi dibandingkan dengan curing yang menggunakan air

laut. Absorpsi yang terjadi pada beton dipengaruhi oleh variasi durasi

curing air laut selama 1, 2, dan 3 hari dan variasi faktor air semen 0,45,

0,5 dan 0,55. Semakin lama masa curing dan semakin besar faktor air

semen maka semakin besar pula absorpsi yang terjadi.

2. Pengaruh Variasi Campuran Dan Lama Perendaman Spesi Dalam Air

Laut Terhadap Kuat Tekan Dan Kedalaman Intrusinya oleh Retno

Anggraini, Herlien Indrawahyuni, Prastumi, Agoes SMD, Lilya Susanti,

Saifuddin Akhmad, tahun 2011.

a. Benda uji yang digunakan adalah kubus 5 x 5 x 5 cm dan silinder 8 x 16

cm. Nilai kuat tekan rata-rata dari hasil pengujian mortar yang

direndam air laut 28 hari untuk variasi campuran spesi 1 : 4 sebesar

125,094 kg/cm2, spesi 1 : 5 sebesar 144,692 kg/cm2, dan spesi 1 : 6

sebesar 61,423 kg/cm2. Nilai kuat tekan rata-rata dari hasil pengujian

mortar yang direndam air laut untuk variasi campuran spesi 1 : 4

dengan variasi waktu perendaman 7 hari sebesar 127,247 kg/cm2,

perendaman 14 hari sebesar 133,224 kg/cm2, perendaman 21 hari

sebesar 150,653 kg/cm2, dan perendaman 28 hari sebesar 125,094

kg/cm2.

Universitas Sumatera Utara


3. Efek Air Laut Terhadap Kekuatan Beton Lateks-Emulsion oleh Utari

Khatulistiani, tahun 2004.

a. Uji coba dilakukan dengan curing air normal selama 28 hari, kemudian

dilakukan perendaman benda uji dengan air laut selama 120 hari

dengan benda uji silinder 10 x 20 cm. Hasil menunjukkan sebelum

terkena pengaruh air laut, nilai kuat tekan beton normal rata-rata 38%

lebih besar dari beton lateks emulsi. Setelah mencapai usia 56 hari di

lingkungan air laut, beton lateks emulsi 15% menunjukkan kenaikan

kuat tekan yang cukup signifikan dan stabil sampai usia 120 hari,

sedangkan beton normal mulai mengalami penurunan hingga usia 120

hari. Nilai kuat tekan semua beton lateks emulsi pada usia 120 hari di

lingkungan air laut mendekati nilai beton normal. Variasi persentase

lateks emulsi untuk campuran beton yang menghasilkan kekuatan beton

optimal adalah 10% dan 15%.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Bagaimanakah pengaruh perawatan (curing) air laut terhadap

durabilitas beton?

• Bagaimanakah pengaruh penambahan bahan admixture lateks emulsi

terhadap durabilitas beton yang mengalami perawatan (curing) air

laut?

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Mengetahui pengaruh curing air laut terhadap durabilitas beton.

• Mengetahui pengaruh penambahan lateks emulsi dalam upaya perbaikan

durabilitas beton yang dicuring dengan air laut yaitu dengan pengujian

kuat tekan beton, kuat tarik belah beton dan absorpsi beton serta melalui

pola retak yang terjadi pada beton.

• Mengetahui persentase kadar penambahan lateks emulsi pada campuran

beton untuk menghasilkan durabilitas beton yang optimal pada beton yang

dicuring dengan air laut.

1.4. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian yang dilakukan ini, ada beberapa masalah yang dibatasi

agar cakupannya tidak terlalu luas. Pembatasan masalah meliputi:

a. Beton yang direncanakan adalah beton f’c = 19,3 Mpa tanpa tulangan.

b. Air laut untuk proses curing diambil dari daerah Pantai Cermin.

c. Bahan material yang digunakan adalah:

• Agregat kasar (batu pecah) dari quarry sei Wampu, Binjai.

• Agregat halus (pasir)

• Semen tipe I produksi Semen Padang.

• Air bersih dari Laboratorium Beton.

• Admixture waterproofing lateks emulsi produksi Sika.

Universitas Sumatera Utara


d. Penambahan kadar lateks emulsi yang digunakan adalah sebanyak 5%,

10%, 15% , 20% dan 25% dari jumlah air bersih campuran beton.

e. Beton mix design bentuk silinder ø15 cm dan tinggi 30 cm (Total Benda

Uji = 84).

f. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 hari dan 90 hari untuk

semua variasi.

g. Pengujian kuat tarik belah dilakukan pada umur 28 hari dan 90 hari untuk

semua variasi.

h. Pengujian absorpsi dilakukan setelah umur 28 hari dan 90 hari untuk

semua variasi.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika Pembahasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara


garis
besar isi setiap bab yang dibahas pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah,
sistematika penulisan dari tugas akhir ini.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi uraian tentang beton, bahan-bahan pembuat beton, beton yang
dirawat (curing) dengan air laut, penggunaan bahan tambahan (admixture) pada
beton, serta durabilitas beton.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Bab ini berisi uraian tentang apa dan bagaimana metode yang akan digunakan
dalam penelitian ini.

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Bab ini berisi analisa dan hasil pengujian benda uji dalam penelitian yakni
durabilitas beton yang meliputi hasil pengujian kuat tekan beton, kuat tarik beton
dan absorpsi beton.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini akan dirangkum kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dalam
Tugas Akhir ini, dan saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan perbaikan
penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai