PEMODELAN GEOSPASIAL
JUDUL
MODEL TRANSPORTASI MAKROSKOPIK: ANALISIS JARINGAN
(STUDI KASUS: KOTA SURABAYA)
Disusun oleh:
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Transportasi merupakan sarana penting sebagai salah satu faktor pendukung
berkembangnya suatu kota. Oleh karena itu kebutuhan akan jalur transportasi semakin
bertambah. Namun perlu disadari bahwa keadaan ini menimbulkan permasalahan baru.
Permasalahan lalu lintas tersebut menjadi menarik untuk dibahas. Saat ini penelitian arus
lalu lintas yang dilihat dari sisi makroskopik sedang banyak dibahas. Pada dasarnya,
tinjauan secara makroskopik melihat lalu lintas secara global. Hal tersebut digunakan untuk
mempelajari keterkaitan sifat permasalahan yang sedang diselidiki dengan data yang
diperoleh untuk menganalisis dan memprediksi keadaan lalu lintas. Analisis dan prediksi dari
pemodelan tersebut diperlukan untuk menganalisis situasi dan melihat kecenderungan
dalam suatu situasi dan juga memungkinkan untuk membandingkan hasil dari beberapa
kondisi dan situasi. Salah satu kategori model arus lalu lintas untuk mendeskripsikan model
arus lalu lintas yaitu model makroskopik yang memodelkan arus lalu lintas yang terjadi pada
sejumlah besar kendaraan pada suatu ruas jalan.
Sektor transportasi merupakan konsumen yang paling banyak menggunakan BBM,
sehingga kaitan BBM dengan kegiatan transportasi selayaknya mendapat perhatian. Satu
hal penting, yang mendapat banyak perhatian ahli transportasi ialah pemenuhan kebutuhan
BBM. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dalam hal jarak dan waktu tempuh menuju
lokasi. Penggunaan BBM dipengaruhi oleh pola perjalanan perkotaan. Pola perjalanan
dipengaruhi oleh tata letak pusat kegiatan.
Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena
transportasi mempunyai pengaruh besar. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana
penunjang, tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha
pembangunan berbagai aspek dari suatu Negara. Dengan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka perlu untuk membahas lalu lintas transportasi secara makroskopik.
Rumusan Masalah
Pada lingkup makroskopik, transportasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan. Maka, perumusan masalahnya ialah bagaimana hasil analisis jaringan model
transportasi makroskopik di Kota Surabaya?
Tujuan Laporan
Menganalisis jaringan model transportasi makroskopik di Kota Surabaya
Manfaat Laporan
Memberikan informasi terkait model transportasi makroskopik melalui analisis jaringan di
Kota Surabaya
TINJAUAN PUSTAKA
Transportasi
Menurut Morlok (1981), transportasi adalah memindahkan atau mengangkut barang
atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi dikatakan baik, apabila
perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman,
bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai
kondisi yang ideal, sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi komponen
transportasi, yaitu kondisi prasarana (jalan), sistem jaringan jalan, kondisi sarana
(kendaraan) dan sikap mental pemakai fasilitas transportasi tersebut.
Konsep dasar transportasi, yakni saling terkait terlaksananya transportasi dan pola
perjalanan di perkotaan yang dipengaruhi oleh tata letak pusat kegiatan. Dapat disarikan
bahwa sistem transportasi kota di pengaruhi oleh beberapa faktor, manusia sebagai
pengguna jalan, barang yang dibutuhkan manusia, kendaraan yang dipakai sebagai sarana,
jalan sebagai prasarana, dan pengelolaan transportasi kota.
Karakteristik Arus Lalu Lintas
Merupakan hasil interaksi yang kompleks dari 4 elemen utama sistem lalu lintas
(traffic system), yaitu pengemudi, kendaraan, jalan dan lingkungan. Karakteristik diperlukan
sebagai acuan dalam perencanaan lalu lintas. Parameter arus lalu lintas terbagi 2 kategori :
1. Parameter makroskopik, yang mencirikan arus lalu lintas sebagai suatu kesatuan
(sistem), sehingga diperoleh gambaran operasional sistem keseluruhan. Contoh :
tingkat arus (flow rates), kecepatan rata-rata (average speeds), tingkat kepadatan
(density rates). Arus, kecepatan dan kepadatan adalah ukuran makroskopik yang
mana lalu lintas dalam suatu interval waktu tertentu digambarkan dengan nilai
tunggal dari masing-masing yang membentuk aliran lalu lintas secara keseluruhan.
2. Parameter mikroskopik, yang mencirikan perilaku setiap kendaraan dalam arus lalu
lintas yang saling mempengaruhi. Contoh: waktu antara (time headway), kecepatan
masing-masing (individual speed), jarak antara (space headway)
Tabel 1. Karakteristik Dasar Arus Lalu Lintas
Karakteristik Arus Mikroskopik
Makroskopik
Lalu Lintas
(Individu)
(Kelompok)
Arus
Waktu tempuh
Tingkat arus
Kecepatan
Kecepatan individual Kecepatan rata-rata
Kepadatan
Jarak tempuh
Tingkat kepadatan
Sumber: Wahyuni. R (2008)
Pada analisis mikroskopik dilakukan secara individu sedangkan analisis makroskopik
dilakukan dengan cara kelompok. Dalam penelitian ini membahas mengenai analisis
makroskopik, dimana karakteristik ini dapat dinyatakan dengan tingkat arus. Karakteristik
arus secara makroskopik dapat dinyatakan sebagai kecepatan dari kelompok kendaraan
yang melintasi suatu titik pengamatan selama periode waktu tertentu. Secara ideal, model
makroskopik adalah kumpulan dari perilaku yang terlihat pada model mikroskopik. Teori
makroskopik lebih cenderung pada struktur model arus lalu lintas yang mencakup pada
sejumlah besar kendaraan. Pada model ini dapat dilihat sifat-sifat seperti kepadatan lalu
lintas (kendaraan/satuan jarak), arus (kendaraan/satuan waktu) dan kecepatan (satuan
3
Infrastruktur menurut Grigg (1988) adalah "semua fasilitas fisik yang sering disebut
dengan pekerjaan umum". AGCA (Associated General Contractor of America)
mendefinisikan infrastruktur adalah semua aset berumur panjang yang dimiliki oleh
Pemerintah setempat, Pemerintah Daerah maupun Pusat dan utilitas yang dimiliki oleh para
pengusaha.
Seluruh struktur umum ini disebut infrastruktur, fasilitas umum atau terkadang
disebut sebagai fasilitas pelayanan umum, secara umum istilah infrastruktur biasanya
berhubungan dengan air bersih, fasilitas air limbah, jalan raya, dan transportasi umum,
sementara fasilitas umum berhubungan dengan sekolah, taman, dan fasilitas lain yang
sering dikunjungi masyarakat. Terkadang fasilitas umum dapat digunakan secara bergantian
dengan infrastruktur untuk menunjukan segala sesuatu yang terkandung dalam bangunan
umum baik secara fisik maupun sistem pelayanannya. Kita sering menggunakan istilah
fasilitas umum (community facility) guna mempersatukan keduanya, infrastruktur adalah
struktur dan tempat dimana pelayanan masyarakat dilakukan.
Sementara merujuk pada pendapat Kodoatie (2003) dalam Manajemen dan
Rekayasa Infrastruktur, infrastruktur dikatakan merupakan pendukung utama fungsi-fungsi
sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, maka
infrastruktur secara lebih jelas merupakan fasilitas-fasilitas dan struktur-struktur fisik yang
dibangun guna berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi menunjuk pada suatu
keberlangsungan dan keberlanjutan aktivitas masyarakat dimana infrastruktur fisik
mewadahi interaksi antara aktivitas manusia dengan lingkungannya.
Sistem Jaringan Jalan
Jalan adalah suatu prasarana darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian
jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas (Undang-Undang No. 13 tahun 1980). Fungsi jalan adalah untuk pergerakan manusia,
barang dan sumber daya lain secara aman dan efisien dalam kehidupan sosial ekonomi.
Dapat dikatakan bahwa suatu ruang yang disediakan untuk lintasan pergerakan massa lalu
lintas dari suatu tempat (asal) ke tempat lainnya (tujuan) sedemikian rupa sehingga
terwujudlah transportasi jalan yang aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman, dan
efisien. Sementara itu jalan dikategorikan pula dalam klasifikasi berdasarkan hirarki terdiri
dari;
1. Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
Jalan Primer adalah sistem jalan yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi
yang meliputi hubungan kota jenjang satu, kota jenjang dua, kota jenjang tiga dan kota di
bawahnya, dan Jalan Sekunder adalah sistem jalan yang menghubungkan kawasankawasan yang mempunyai fungsi primer, sekunder ke satu, sekunder ke dua, sekunder ke
tiga dan seterusnya (UndangUndang No. 13 tahun 1980). Jalan merupakan prasarana yang
paling penting, dimana data menunjukan bahwa pada jalan raya dapat mencapai 80%
sampai dengan 90% perjalanan masyarakat perkotaan. Jaringan jalan memiliki dan saling
mempengaruhi terhadap fungsi guna lahan dan aktivitas, perkotaan dimana setiap lahan
5
maupun fungsi lahan dan bangunan memiliki akses pada jalan dan setiap aktivitas akan
selalu terhubung oleh jaringan jalan. Pada jaringan jalan pula terdapat berbagai jaringan
utilitas umum, seperti; jaringan pipa distribusi air bersih, air limbah dan drainase, jaringan
listrik dan gas, jaringan telepon dan telekomunikasi lain. Jalan juga merupakan kerangka
dalam perancangan kota serta memiliki hubungan kesejarahan dan simbolisme perkotaan.
Tingkat Pelayanan
Menurut AASHO, A Policy On Design Urban Highway And Arterial Street (1973:108)
dikatakan bahwa tingkat pelayanan adalah seberapa jauh jalan tersebut melayani lalu lintas
yang terjadi pada suatu ruas jalan tertentu, dimana karakteristik tingkat pelayanan jalan
seperti pada Tabel, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain;
a. Derajat kejenuhan (degree of saturation)
b. Jenis permukaan jalan yang ada
c. Hambatan
d. Kenyamanan
e. Mobilitas dan aksesibilitas
Tabel 2. Karakteristik Tingkat Pelayanan Jalan
Guna mengoptimalkan pelayanan jalan dalam suatu jaringan harus dibuat suatu
standar pelayanan, seperti pada tabel berikut ini:
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Kota Surabaya. Batas lokasi sebagai berikut:
1. Sebelah Utara dan Timur: Selat Madura
2. Sebelah Selatan: Kabupaten Sidoarjo
3. Sebelah Barat: Kabupaten Gresik
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yaitu data sekunder yang dikumpulkan dari instansi-instansi terkait
dengan hasil data sebagai berikut :
1. Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah Daerah, Bupati dan Wali Kota yang
berkaitan dengan infrastruktur.
2. Data Jaringan Jalan dan wilayah kota Surabaya;
3. Peta Tata Ruang Kota Surabaya;
a. Peta jaringan jalan
4. Data infrastruktur Kota Surabaya
5. Standar Infrastruktur berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota dan
Rencana Dasar Tata Ruang Kota Surabaya.
6. Bentuk Dokumen, peraturan-peraturan, surat keputusan dan informasi lain yang
relevan dengan penelitian.
No.
1
Identifikasi
Masalah
Perumusan
Masalah
Tinjauan Pustaka
Fakta dan
Fenomena
Pengumpulan
Data
Data Sekunder
Pengolahan dan
Analisis Data
Usulan
Penanganan dan
Rekomendasi
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
Issue
Rumusan Masalah
Research Question
Tujuan, Sasaran
dan Manfaat
Analisis
Pemenuhan
Infrastruktur Jalan
Pembahasan Hasil
Analisis
Kesimpulan Hasil
10
Building Network
Data
(Menggunakan
ArcCatalog)
Network Analysis
menggunakan
ArcMap Route
Analysis
Network Analysis
menggunakan
Service Area
Analysis
Network Analysis
(Menggunakan
ArcMap) Closest
Facility Analysis.
Network Analysis
(Menggunakan
ArcMap) OD
Matrix Analysis.
11
ANALISIS DATA
MACROSCOPIC TRANSPORT MODELING: NETWORK ANALYSIS
Building Network Data (Menggunakan ArcCatalog)
Klik ikon ArcCatalog seperti tampak pad gambar di bawah ini:
Data pada
C:\Network
Analysis SBY
Buat Geo-Database baru dengan tipe File Geodatabase (format Shapefile harus diubah ke
format yang baru yaitu Geo Database) yaitu dengan cara klik kanan pada ruang yang
kosong dan pilih New File Geodatabase
12
Lalu, klik kanan pada file Geo-Database baru tersebut, pilih New Feature Dataset
13
Tuliskan Jalan pada kolom isian nama New Feature Dataset, lalu klik Next.
14
15
Lalu, Finish. Kemudian akan muncul tampilan file Jalan dengan type File Geodatabase
Feature Dataset seperti di bawah ini.
16
Langkah selanjutnya yaitu klik kanan pada Jalan dengan type File Geodatabase Feature
Dataset lalu pilih Import Feature Class (single)
Add Input Features dengan cara buka folder sebelumnya lalu pilih Jalan.shp, setelah diklik
maka Field Map (optional) dengan otomatis akan terisi.
17
Setelah itu OK. Maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini bila proses telah berhasil.
Bila proses telah dinyatakan Completed, maka klik Close. Langkah selanjutnya ialah klik file
Jalan lalu klik Tools Extensions.
Aktivasi Ekstensi
Network Analysis
18
Membuat
Network
Dataset Baru
19
Maka, akan muncul tampilan seperti berikut ini. Lalu, klik Next lagi.
Selanjutnya, akan muncul tampilan New Network Dataset seperti di bawah ini.
20
Klik Next.
Klik Next.
Klik Next. Lalu muncul tampilan New Network Dataset yang mengharuskan kita mengisi
Specify the attributes for the network dataset, dengan cara klik Add lalu lengkapi Add New
Attribute yang ada diantaranya isikan Travel Time pada kolom Name, Cost untuk Usage
Type, Minutes untuk Units dan Double untuk Data Type, lalu klik OK.
21
Maka tampilannya menjadi seperti ini. Lalu klik Evaluators yang berada di sudut kanan
bawah.
22
Tampilan Evaluators menjadi seperti di bawah ini. Lalu, pilih Field untuk masing-masing
Type. Begitupun untuk Value.
Untuk Value jalan dengan Direction From To, pilih FT dan pilih TF untuk Direction To
From. Lalu, OK.
23
Klik Next.
24
Pilih, Yes.
Maka, tahapan Building the Network Dataset (dengan menggunakan ArcCatalog) telah
berhasil.
25
Tahap pertama Network Analysis ialah mempersiapkan data yang akan digunakan karena
data GIS standar dalam bentuk shapefile tidak dapat langsung digunakan sebagai input,
akan tetapi harus diubah ke dalam format khusus. Pada ArcGis, format data yang dapat
digunakan untuk proses Network Analysis ialah format Geodatabase. Setelah data dalam
bentuk Shapefile diubah menjadi geodatabase, langkah berikutnya ialah membuat Network
Dataset dimana kita bisa mensetting data dan parameter yang digunakan untuk Network
Analysis.
Network Analysis menggunakan ArcMap Route and Service Area Analysis
Pada ArcMap, pilih Add Data.
Pilih shapefile Batas Surabaya, SPBU dan Locations. Lalu klik Add.
26
Selanjutnya, klik Add Data. Pilih Jalan Surabaya.gdb (double click) Jalan Jalan (dengan
model gambar seperti di bawah ini). Lalu, pilih Add.
Pilih, Yes.
27
Ubah simbol SPBU dengan cara mengubahnya melalui Symbol Selector. Color: Merah dan
Size: 12.
28
Lakukan hal yang sama pula untuk locations. Color: Biru dan Size: 12.
29
Aktifkan Ekstensi Network Analyst dengan cara mencentang Network Analyst. Lalu Close.
30
Route Analysis
Klik Network Analyst pilih New Route.
Pilih simbol Create Network Location Tool. Tujuannya ialah untuk menambah titik secara
manual.
31
Setelah selesai memilih lima titik secara manual, klik Route Properties.
32
33
34
Maka, diperoleh rute optimal seperti tampak pada gambar di bawah ini.
35
Tambahkan 3 titik lagi secara manual dengan menggunakan Create Network Location To
lalu klik Solve.
Langkah selanjutnya ialah klik kanan di Stops (8) Selection Select All.
36
37
Ubah output shapefile or feature class dengan nama Lokasi_Manual. Lalu klik OK.
Pilih Yes.
Hal yang sama juga dilakukan untuk Routes (1). Dengan cara klik kanan Export Data.
38
39
Ubah simbol Rute dan Lokasi_Manual dengan cara double click untuk memunculkan
Symbol Selector. Lalu pilih Color dan Size masing-masing untuk layer.
40
Analisis rute dapat menentukan rute optimal dimana terdapat dua atau lebih titik yang harus
dilewati. Penentuan rute optimal tersebut dapat berdasarkan jarak, waktu ataupun indikator
lainnya. Hasil analisis rute yaitu memberikan informasi semua rute yang mungkin dari jalan
(start) menuju jalan lain (finish) dengan batasan jarak tertentu dan jumlah frekuensi jalan
yang dilalui.
Service Area Analysis
Klik Network Analyst pilih New Service Area. Maka tampilan layers nya akan tampak
seperti di bawah ini.
Lalu klik Show/Hide Network Analyst Window untuk memunculkan Service Area.
41
Pada Load From pilih SPBU. Lalu centang Only show point layers. Untuk Field Name, pilih
Id. Lalu, OK.
Klik OK
42
43
Tampilan Source.
44
Interval Waktu
Untuk Polygon Generation, pilih Merge by break value untuk Multiple Facilities Options dan
Rings untuk Overlay Type. Centang Generate Polygons dan pilih Generalized untuk Polygon
Type. Uncheck Trim Polygons. Lalu pilih Apply kemudian OK.
45
Tampilan General.
Tampilan Location Snap Options, centang Snap to Position Along Network. Maka dengan
sendirinya akan tercentang pula Offset dan Snap location when.
46
Maka, tampilannya menjadi seperti tampak di bawah ini. Disertai pengaktifan label features
untuk per interval waktu di tiap polygon.
47
Analisis Service Area memperlihatkan area pelayanan fasilitas. Analisis ini memasukkan
jaringan jalan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan batas pelayanan suatu fasilitas.
Network Analysis (Menggunakan ArcMap) Closest Facility and OD Matrix Analysis.
Closest Facility Analysis
Klik Network Analyst, pilih New Closest Facility.
48
Pilih Load From SPBU dan Field Id untuk Name. Kemudian klik OK.
Klik OK
49
Klik OK
50
Tampilan General.
51
Tampilan Layers.
Tampilan Source.
52
Tampilan Analysis Settings. Facilities To Find bernilai 1 untuk mencari satu fasilitas terdekat.
Mencari satu
fasilitas
terdekat
53
Tampilan Network Locations dengan mencentang Middle dan End pada Name jalan. Lalu
klik Appply OK.
54
No/ID
SPBU
Terdekat
Nama
Lokasi
Waktu
Tempuh ke
SPBU
Terdekat
55
Mencari Dua
Fasilitas Terdekat
Lalu klik Solve. Maka hasil dan tampilannya seperti di bawah ini.
56
57
Closest Facility Analysis merupakan analisis ketiga yang terdapat pada ekstensi Network
Analysis dimana kita bisa menentukan fasilitas terdekat dari suatu titik. Untuk menjalankan
analisa ini kita memerlukan dua jenis data yaitu asal dan tujuan (asal dan tujuan dapat
memiliki data yang sama jika kita ingin mencari fasilitas lain yang terdekat). Fasilitas
terdekat yang dicari bisa lebih dari fasilitas, tergantung kebutuhan analisa.
Origin Destination Analysis
Klik Network Analyst pilih New OD Cost Matrix.
58
Pilih locations untuk Load From dan location untuk Field Name. Lalu klik OK.
59
60
61
62
Origin - Destination
Waktu
Tempuh
antar O D
63
Analisa keempat yang dapat dilakukan pada Network Analysis ialah O D Matrix Analysis,
jika kita ingin melihat jarak tempuh, waktu yang dibutuhkan dan lainnya antara tiap
pasangan titik asal dan tujuan.
PEMBAHASAN
1. Analisis Rute (Route Analysis)
Analisis ini dapat menentukan rute optimal dimana terdapat dua atau lebih titik yang
harus dilewati. Penentuan rute optimal tersebut dapat berdasarkan jarak, waktu
ataupun indikator lainnya. Hasil analisis rute yaitu memberikan informasi semua rute
yang mungkin dari jalan (start) menuju jalan lain (finish) dengan batasan jarak
tertentu dan jumlah frekuensi jalan yang dilalui. Jadi, rute optimal mulai dari titik 16
(start) hingga titik 48 (finish) dan ada 8 titik yang harus dilewati/dilalui. Total
perjalanan sekitar 74,05 menit.
64
65
66
67
Output akhir:
68
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
Kesimpulan
Analisis rute menyimpulkan bahwa rute optimal mulai dari titik 16 (start) hingga titik
48 (finish) dan ada 8 titik yang harus dilewati/dilalui. Total perjalanan sekitar 74,05
menit.
Analisis area layanan menyimpulkan bahwa area pelayanan fasilitas terdiri dari 5
lokasi yaitu 0 5, 5 10, 10 15, 15 30 dan 30 60 dengan jaringan jalan sebagai
dasar perhitungan untuk menentukan batas pelayanan suatu fasilitas.
Analisis fasilitas terdekat menyimpulkan dan menghasilkan informasi mengenai
Nomor/ID SPBU terdekat, nama lokasi dan waktu tempuh ke SPBU terdekat. Terlihat
bahwa terminal joyoboyo memiliki waktu tempuh tercepat ke SPBU Nomor/ID 46
yaitu 4,3 menit.
Analisis asal tujuan menyimpulkan dan menghasilkan titik lokasi asal dan tujuan
serta waktu tempuh antara titik asal dan tujuan. Terlihat bahwa jarak tempuh tercepat
dari Rektorat ITS ke Graha ITS, begitupun sebaliknya dengan waktu tempuh sekitar
1,1 menit.
Saran
1. Diperlukan pembenahan dan juga kerjasama yang perlu terus dibina dan
ditingkatkan dari berbagai pihak demi mencapai tingkat efisiensi.
2. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan parameter yang lebih
lengkap, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat kebijakan
69
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Sumarni Hamid. 2012. Model Hubungan Karakteristik Makro Lalu Lintas yang Bersifat
Heterogen di Kota Makassar. Prosiding Hasil penelitian Fakultas Teknik
Anonim. 2009. Rekayasa Lalu Lintas. Diktat Kuliah Teknik Sipil Universitas Widyagama
Malang
Awaludin, Nur. 2010. Geographical Information Systems with ArcGIS 9.x. Penerbit ANDI
Barus, Baba dan Wiradisastra. 2009. Sistem Informasi Geografi: Sarana Manajemen
Sumberdaya. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Handajani, Mudjiastuti. 2011. Analisis Pengaruh Struktur Kota Sistem Transportasi
Konsumsi BBM Kota-Kota di Jawa. Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang
Indriany, Slyvia. 2009. Rekayasa Transportasi. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Universitas Mercu Buana
Nalarsih, Retno Tri. 2007. Analisis Ketersediaan dan Kapasitas Pemenuhan Infrastruktur di
Kawasan Bisnis Beteng Surakarta. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang
Sjafruddin, Ade. 2011. Pembangunan Infrastruktur Transportasi untuk Menunjang
Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Ilmu Pengetahuan. Kelompok Keahlian
Rekayasan Transportasi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB
70