Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTAR KOTA


DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

DISUSUN OLEH:
SIMON SAREMBEN YOGI
219213007 218213018

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
2024
DAFTAR ISI

JUDUL..…………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................3
1.5 Batasan Masalah..........................................................................3
1.6 Metode Penulisan........................................................................4
1.7 Sistematika Penulisan.................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................5
2.1 Sistem Transportasi......................................................................5
2.2 Definisi Angkutan Pemadu Moda................................................6
2.3 Metode Analytical Hierarchy Process.........................................7
2.4. Metode Kerja Analyctical Hierarchy Process (AHP)..................8
2.5 Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)......9
2.6 Penyusunan Prioritas.................................................................12
2.7 UJi Konsistensi dan Rasio.........................................................14
2.8 Pemilihan Moda Transportasi....................................................18
2.9 Transportasi Yang Digunakan Dalam Penelitian......................19
2.10 Expert Choice...........................................................................20
BAB III......................................................................................................22
METODOLOGI PENELITIAN...................................................................22
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.........................................22
3.2 Metodologi Penelitian................................................................22
3.3 Bagan Alir Penelitian.................................................................23
3.4 Tahapan Penelitian....................................................................24
3.5 pelaksanaan survei pengumpulan data...................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi pada hakikatnya mengandung unsur-unsur
keterpaduan yang memiliki fungsi utama dalam memperlancar
pelaksanaan berbagai kegiatan sehingga diharapkan pelayanannya
merupakan kesatuan utuh baik intra maupun antarmoda. Namun
kondisi saat ini pelayanan jasa transportasi yang ada belum dapat
mengakomidir semua kebutuhan jasa angkutan baik intramoda dan
antarmoda. Secara umum integrasi memiliki arti pembauran atau
keterpaduan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
Sedangkan moda adalah bentuk atau jenis pelayanan angkutan,
Indonesia merupakan Negara Kepulauan sehingga tidak bisa dihindari
perlunya pertukaraan moda transportasi dalam suatu perjalanan, baik
untuk penumpang maupun barang dari tempat asal ketempat tujuan
ini merupakan kombinasi dari biaya transportasi setiap moda
ditambah dengan biaya transit dari suatu moda ke moda lainnya.
Menurut Tamin (2000).
Menurut Sinolingga (1999) transportasi bisa dikatakan baik apabila
perjalanan yang ditempuh dikategorikan cepat, tidak mengalami
kemacetan, Frekuensi pelayanan cukup. Aman serta bebas dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan kondisi pelayanan yang
nyaman. Factor-faktor yang menjadi penentu terwujudnya kondisi ideal
tersebut yaitu: kondisi prasana (jalan). System jaringan jalan, kondisi
sarana (kendaraan), dan sikap mental pemakai transportasi tersebut.
Transportasi adalah pemindahan manusia, hewan atau barang dari
suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah
wahana yang di gerakkan. Oleh manusia atau mesin, transportasi
digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Menurut Salim (1993)

1
Sarana transportasi merupakan urat nadi perekonomian yang
mempunyai peran penting dalam membantu Pembangunan. Nasional
yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi, social, serta
menciptakan persatuan dan kesatuan serta stabilitas Nasional. Selam
aini Transportasi udara telah terbukti mampu memberikan konstribusi
yang besar di sektor perhubungan karena terbukti telah
mempermudah dan memperlancar distribusi, arus pergerakkan dan
perpindahan baik orang maupun barang dari wilayah yang satu ke
wilayah yang lain khususnya untuk angkutan jarak jauh baik
pergerakkan lokal antara kota dalam provinsi maupun pergerakkan
regional dan international.
Kinerja pelayanan angkutan umum dapat dilihat dari efektivitas
dan efisensinya suatu pengoperasian angkutan umum. Banyaknya
pilihan moda transportasi membuat pelaku perjalanan dihadapkan
pada masalah pemilihan, pelaku perjalanan harus mempertimbangkan
interaksi antara dua moda.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian, serta membahasnya dalam tugas akhir dengan judul:
“ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARKOTA
DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS”

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana faktor-faktor karakteristik perjalanan dalam pemilihan
moda. Dengan menggunakan metode AHP (Analytic Hiearchy
Process)?
2. Bagaimana tingkatan kriteria atau alasan yang dipilih pelaku
perjalanan dalam memilih angkutan umum?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas
adalah sebagai berikut:’
1. Mengetahui factor-faktor karakteristik perjalanan dalam pemilihan
moda dengan menggunakan metode AHP (Analytic Hiearchy
Process).
2. Mengetahui tingkatan kriteria atau alasan yang dipilih pelaku
perjalanan dalan memilih angkutan umum.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahann dan tujuan
penelitian, maka penelitian ini akan bermanfaat untuk:
1. Secara teoritis meningkatkan pemahaman dalam menganalisa dan
pembahasan data untuk mengetahui perbedaan atau perbandingan
dari hasil yang dikaji secara umum.
2. Secara praktis dapat mengetahui masalah kinerja angkutan
penumpang umum.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini terpusat pada terminal dan halte bus Kota Rantepao
2. Penelitian ini hanya menganalisis perbandingan moda.
3. Penelitian ini hanya menganalisis angkutan bus.

3
4. Penelitian ini dilakukan hanya mengambil pergerakan dari toraja –
makassar
5. Dalam analisa data menggunakan Analisa metode AHP (analytic
hierarchy process)
1.6 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah:
1. Studi kepustakaan, dengan mencari dan mempelajari data-data dari
buku literatur, karya-karya ilmiah dan browsing di internet yang
berkaitan dengan topik yang di bahas.
2. Studi lapangan, menggumpulkan data dengan melakukan
observasi atau penggamatan secara langsung di lapangan yang
berkaitan dengan topik yang di bahas.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah,
manfaat penelitian, tujuan penelitian,Batasan masalah, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini mengguraikan tentang pengertian-pengertian dasar dan
teori-teori yang dipergunakan untuk menganalisa pemilihan moda
transportasi sebagai dasar terhadap beberapa rumusan masalah atau
penerapan yang diajukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian,
Metode penelitian bagan alir penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Transportasi


Sistem transportasi meliputi
beberapa sistem yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi.
Sistem-sistem yang membentuk
sistem transportasi antara lain sistem
pergerakan, sistem jaringan, dan
sistem aktivitas. Selain itu, terdapat
pula sistem kelembagaan yang
berfungsi sebagai penunjang dan
yang mempengaruhi hubungan
berbagai sistem tersebut. Sistem
kelembagaan ini dituangkan dalam
bentuk peraturan dan perundang-
undangan.Keseluruhan komponen
tersebut juga dipengaruhi oleh
karakteristik lingkungan yang meliputi
aspek fisik, ekonomi, sosial budaya,
dan teknologi dimana sistem
transportasi tersebut berada. Lingkup
perwilayahan yang meliputi wilayah
kota, regional, nasional, dan
internasional juga berpengaruh besar
terhadap sistem transportasi. Menurut
Kusbiantoro, (1996) dalam penelitian
Fadiah, (2003).
Sistem transportasi didukung
oleh alat pendukung untuk menjamin

5
lancarnya proses perpindahan sesuai
dengan waktu yang diinginkan
sehingga memberikan optimalisasi
proses pergerakan tersebut. Alat
pendukung ini berupa sarana dan
prasarana yang meliputi ruang untuk
bergerak (jalan raya), tempat awal
atau akhir pergerakan (terminal),
yang bergerak (alat angkut atau
kendaraan dalam bentuk apapun),
dan pengelolaan unsur tersebut.
Menurut Morlok dalam
penelitian Wanuhsurya, R (2021).
Transportasi adalah perpindahan
orang atau barang dari satu tempat
ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan yang dioperasikan oleh
orang atau mesin. Transportasi
digunakan untuk memudahkan
aktivitas masyarakat sehari-hari.
Pengertian transportasi berani adalah
memindahkan atau mengangkut dari
satu tempat ke tempat lain.
Sarana transportasi dipilih
berdasarkan faktor jarak waktu
tersingkat dan terendah. Faktor lain
yang mempengaruhi adalah
keamanan dan kerusakan. Menurut
Tamini Bana, (2017) Faktor-faktor
yang mempengaruhi 5 evaluasi moda
transportasi dapat dikelompokkan

6
dalam empat karakteristik termasuk;
Karakteristik pengguna jalan,
karakteristik pengguna, karakteristik
sarana transportasi dan karakteristik
kota atau daerah.
Menurut Saaty (1993), untuk
proses pengambilan keputusan di
mana salah satu atau semua yang
terkait. Untuk mendapatkan hasil
yang tepat, penyelesaian dilakukan
pada elemen itu hingga tidak ada lagi
penyelesaian yang memungkinkan,
sehingga diperoleh tingkatan
permasalah yang harus diselesaikan.
Struktur hierarki keputusan dapat
diklasifikasikan sebagai lengkap dan
tidak lengkap.

2.2 Definisi Angkutan Pemadu Moda


Transportasi atau
pengangkutan dapat didefenisikan
sebagai suatu proses pergerakan
atau perpindahan orang/barang dari
suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan suatu teknik atau cara
tertentu untuk maksud dan tujuan
tertentu. Menurut Miro (1997).
Suatu transportasi dikatakan
baik apabila waktu perjalanan cukup
cepat dan tidak mengalami
kecelakaan, frekuensi pelayanan

7
cukup, serta aman (bebas dari
kemungkinan kecelakaan), dan
kondisi pelayanan yang
nyaman.Menurut Morlok (1998)
mengungkapkan transportasi
bukanlah tujuan akhir, tapi merupakan
suatu alat untuk mencapai maksud
lain dan sebagai akibat adanya
pemenuhan kebutuhan (devided
demand) karena keberadaan
kegiatan manusia yang timbul dari
permintaan atas komoditas jalan.
Untuk mencapai kondisi yang
ideal sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yang menjadi
komponen transportasi, yaitu kondisi
prasarana jalan serta sistem jaringan
dan kondisi sarana (kendaraan). Dan
yang tidak kalah pentingnya ialah
sikap mental pemakai fasilitas
transportasi tersebut. Menurut Tamin
(1997) Transportasi diselenggarakan
dengan tujuan:
1. Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman,
cepat, lancar,tertib dan teratur.
2. Memadukan transportasi lainnya dalam suatu kesatuan sistem
transportasi nasional.
3. Menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang
pemerataan perturnbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong,
penggerak, dan penunjang pembangunan nasional.

8
Sarana transportasi
merupakan kebutuhan utama dalam
bidang sosial, ekonomi, maupun
pendidikan. Penyediaan sarana
angkutan umum merupakan 7 faktor
pendukung utama kelancaran
aktivitas masyarakat, baik untuk
captive travellers maupun choice
travellers. Bagi captive travellers
perjalanan menggunakan angkutan
umum merupakan pilihan satu-
satunya, sedangkan bagi choice
travellers pemilihan moda angkutan
umum akan memberikan banyak
manfaat jika dibandingkan dengan
menggunakan kendaraan pribadi
yang dimiliki.

2.3 Metode Analytical Hierarchy Process


Analisa data yang digunakan
pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) untuk
mengetahui bobot atau nilai
optimalnya masing – masing moda
Analytical Hierarchy Process (AHP)
adalah salah satu metode yang
digunakan dalam menyelesaikan
masalah yang mengandung banyak
kriteria (multi – criteria decision
making). AHP bekerja dengan cara

9
memberi prioritas kepada alternatif
yang penting mengikuti kriteria yang
telah ditetapkan lebih tepatnya, AHP
memecah berbagai peringkat struktur
hirarki berdasarkan tujuan, kriteria,
sub – kriteria, dan pilihan atau
alternatif (decompotition).
Prinsip kerja AHP adalah
menyederhanakan suatu masalah
yang kompleks, tidak terstruktur, dan
dinamis menjadi bagian-bagian dalam
suatu hirarki. Tingkat signifikansi
masing-masing variabel kemudian
diberi nilai numerik subjektif dari
tingkat signifikansi variabel tersebut
relatif terhadap variabel lainnya.
Berdasarkan aspek-aspek yang
berbeda tersebut kemudian dibuat
sintesis untuk menentukan variabel
yang memiliki prioritas tinggi dan
mempengaruhi hasil sistem (Marimin
dalam penelitian Bana, A (2017).
AHP memperlihatkan
kecenderungan alami pemikiran untuk
mengurutkan jenis-jenis dari suatu
sistem ke dalam tingkatan yang
berbeda, untuk mengelompokkan
elemen yang serupa pada setiap
tingkatan, dan untuk menyediakan
model yang terpadu, mudah
dipahami, dan komprehensif untuk

10
masalah yang tidak terstruktur. AHP
secara menyeluruh mengevaluasi
keuntungan dan kerugian dari setiap
alternatif, dengan mempertimbangkan
prioritas relatif dan berbagai faktor,
dan memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan keputusan. Hal-
hal tersebut menjadikan metode AHP
sebagai cara yang efisien untuk
mengambil keputusan dan dapat
digunakan secara luas.
AHP menghasilkan penilaian
menyeluruh atas kelebihan dan
kekurangan masing-masing alternatif,
dengan mempertimbangkan prioritas
relatif dan berbagai faktor dan
memilih opsi terbaik berdasarkan
tujuan keputusan. Halhal tersebut
menjadikan metode AHP sebagai
cara yang efisien untuk mengambil
keputusan dan dapat digunakan
secara luas.

2.4. Metode Kerja Analyctical Hierarchy Process (AHP)


Tahapan pengambilan keputusan
dengan AHP adalah sebagai berikut:
Menurut Suryadi dan
Ramdhani(1998), dalam penelitian
Syaifullah (2010)
a. Mendefinisikan Masalah Dan Menentukan Solusi Yang Diinginkan
Menentukan masalah yang akan di pecahkan secara jelas, detail,

11
dan mudah di pahami.dari masalah yang ada kita coba tentukan
solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari
masalah mungkin berjumlah lebih dari satu.
b. Membuat Struktur Hierarki Diawali Dengan Tujuan Utama Struktur
hierarki berupa jaringan yang diawali dengan tujuan umum,
dilanjutkan dengan kriteria – kriteria dan alternatif – alternatif pilihan
yang ingin di ranking. Jaringan yang dibuat atas dasar struktur
komprehensif berkaitan dengan masalah yang di kembangkan.
Menurut Baidya (2015).
c. Skala perbandingan berpasangan di perkenalkan oleh thomas lorie
saaty perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari
pengambil keputusan . keputusan bersifat kualitatif dilakukan
dengan memberikan persepsi perbandingan yang diskalakan
secara berpasangan (pairwase comparison) yang menjadi penilaian
kuantitatif dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibandingkan elemen lainnya.
d. Matrik Respirokal perhitungan dalam metode AHP menggunakan
suatu matriks perbandingan (respirokal) jika Aij = a maka Aji = 1
untuk semua i.
e. Menghitung Nilai Eigen Dan Menguji Konsistensinya Prinsip
transivitas atau konsistensi 100% tidak menjadi syarat dalam AHP,
karena perhitungan elemen menurut pengambil keputusan kadang
– kadang berubah. Syarat konsistensinya ialah nilai CR ≤ 0,1, jika
lebih maka penilaian pairwase comparison perlu diulangi. Adapun
rumus pengecekan nilai konsistensi sebagai berikut:
Berikut :
CI
CR=
RI
Keterangan: CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
RI = Random Index

12
2.5 Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam menyelesaikan
persoalan dengan metode AHP ada
beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami antara lain:
1. Decomposition
Pengertian decomposition
adalah memecahkan atau membagi
problema yang utuh menjadi unsur–
unsurnya ke bentuk hirarki proses
pengambilan keputusan, dimana
setiap unsur atau elemen saling
berhubungan. Untuk mendapatkan
hasil yang akurat, pemecahan
dilakukan terhadap unsur–unsur
sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut, sehingga
didapatkan beberapa tingkatan dari
persoalan yang hendak dipecahkan.
Struktur hirarki keputusan tersebut
dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete.
Suatu hirarki keputusan
disebut complete jika semua elemen
pada suatu tingkat memiliki hubungan
terhadap semua elemen yang ada
pada tingkat berikutnya, sementara
hirarki keputusan incomplete
kebalikan dari hirarki yang complete
yakni tidak semua unsur pada
masing-masing jenjang mempunyai

13
hubungan lihat Gambar 2.1 dan 2.2.
Pada umumnya masalah nyata
mempunyai karakteristik struktur yang
incomplete. Bentuk decomposition
yakni:

 Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)


 Tingkat kedua : Kriteria–kriteria
 Tingkat ketiga : Alternatif–alternatif

Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria N

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Gambar 2.1: Bagan struktur hirarki yang lengkap (Saaty,2001).

14
Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria N

Alternatif1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 Alternatif M

Sub-alternatif 1 Sub-alternatif
- 2 Sub-alternatif 3

Gambar 2.2: Bagan struktur hirarki yang tidak lengkap (Saaty, 2001).

Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan


keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang
terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk
diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang
masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.

2. Comparative Judgement

Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang


kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam
kaitannya dengan tingkatan di atasnya. penilaian ini merupakan inti dari
AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen–
elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk
matrix pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan
memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala
preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang
paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang
menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).

15
3. Synthesis of Priority

Dari setiap matriks perbandingan berpasangan kemudian dicari


nilai eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks-
matriks perbandingan berpasangan terdapat pada setiap tingkat, maka
untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis antara local
priority. Pengurutan elemenelemen menurut kepentingan relatif melalui
prosedur sintesis dinamakan priority setting.

4. Logical Consistency

Logical Consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini


dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari
berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vector
composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.

2.6 Penyusunan Prioritas


Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun
perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk
berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Perbandingan
tersebut ditransformasikan dalam bentuk matriks. Contoh, terdapat n objek
yang dinotasikan dengan (A1, A2, …, An) yang akan dinilai berdasarkan
pada nilai tingkat kepentingannya antara lain Ai dan Aj dipresentasikan
dalam matriks perbandingan berpasangan.

Tabel 2.1: Matriks perbandingan berpasangan (Saaty, 1994).

A1 A2 … An
A1 a11 a12 … a1n
A2 a21 a22 … a2n
: : : : :
An am1 am2 : Amn
Nilai a11 adalah nilai
perbandingan elemen A1 (baris)

16
terhadap A1 (kolom) yang
menyatakan hubungan:

1. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C


dibandingkan dengan A1 (kolom) atau
2. Seberapa jauh dominasi Ai (baris) terhadap Ai (kolom) atau
3. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris)
dibandingkan dengan A1 (kolom).

Tabel 2.2: Skala


penilaian elemen hirarki
(Saaty, 1993).

Intensitas Definisi verbal Penjel


Kepentingan asan
1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai
pengaruh yang sama

Sedikit lebih Penilai


an
sedikit
memih
ak
pada
3 salah
Penting
satu elemen dibandingkan
pasangannya
5 Lebih
Penilaian
penting sangat memihak
pada salah satu elemen
dibandingkan pasangannya
7 Sangat
Salahpenting
satu elemen sangat
berpengaruh dan
dominasinya tampak secara

17
nyata
Mutlak lebih Bukti
bahwa
salah
satu
eleme
9 n lebih
Penting pentin
g dari
pasan
ganny
a
sangat
jelas
Nilai tengah dari Nilai
yang
diberik
an jika
terdap
2, 4, 6, 8 at
penilaian diatas keragu
an
diantar
a dua
penilai
an
Tabel 2.2: Lanjutan.

Intensitas Penjelasan

Kepentingan
Resiprokal
Jika perbandingan antara elemen i terhadap j

18
menghasilkan salah satu nilai diatas maka
perbandingan antara elemen j terhadap i akan
menghasilkan nilai kebalikan
Nilai numerik yang dikenakan
untuk seluruh perbandingan diperoleh
dari skala perbandingan 1 sampai 9
yang telah ditetapkan oleh Saaty.

Model AHP didasarkan pada pair-


wise comparison matrix, dimana
elemenelemen pada matriks tersebut
merupakan judgement dari decision
maker. Seorang decision maker akan
memberikan penilaian,
mempersepsikan, ataupun
memperkirakan kemungkinan dari
suatu hal/peristiwa yang dihadapi.
Matriks tersebut terdapat pada setiap
level of hierarchy dari suatu struktur
model AHP yang membagi habis
suatu persoalan.

2.7 UJi Konsistensi dan Rasio


Salah satu utama model AHP
yang membedakannya dengan model
pengambilan keputusan yang lainnya
adalah tidak adanya syarat
konsistensi mutlak. Pengumpulan
pendapat antara satu faktor dengan
yang lain adalah bebas satu sama
lain, dan hal ini dapat mengarah
kepada ketidakkonsistenan jawaban

19
yang diberikan responden. Namun,
terlalu banyak ketidakkonsistenan
juga tidak diinginkan. Pengulangan
wawancara pada sejumlah responden
yang sama kadang diperlukan apabila
derajat tidak konsistensinya besar.

Menurut Saaty (1994) telah


membuktikan bahwa Indeks
Konsistensi dari matriks berordo n
dapat diperoleh dengan rumus:

CI = (Λ max - n)
(2.21)

(n - 1)

Keterangan:

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index) Λ


max = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n

n = Ordo matriks

Apabila CI bernilai nol, maka


matriks perbandingan berpasangan
tersebut konsisten. Batas
ketidakkonsistenan yang telah
ditetapkan oleh (Saaty, 1997)
ditentukan dengan menggunakan
Rasio Konsistensi (CR), yaitu
perbandingan indeks konsistensi
dengan nilai Random Indeks (RI)
yang didapatkan dari suatu
eksperimen oleh Oak Ridge National

20
Laboratory kemudian dikembangkan
oleh Wharton School dan
diperlihatkan seperti Tabel 2.3. Nilai
ini bergantung pada ordo matriks n.
Dengan demikian, Rasio Konsistensi
dapat dirumuskan sebagai berikut:

CR =

Keterangan:

CR = Rasio Konsistensi

RI = Indeks Random

CI =Rasio penyimpangan (deviasi) Konsistensi (consistency


index)

Tabel 2.3: Nilai indeks random (Saaty, 2001).

Ukura

matrik

21
3

10

11

Tabel 2.3: Lanjutan.

Ukura Nilai RI

Matrik

22
Bila matriks perbandingan
berpasangan dengan nilai CR lebih
kecil dari 0, 100 maka ketidak
konsistenan pendapat dari unsur
manusia (responden) masih dapat
diterima, jika tidak maka penilaian
perlu diulang.

Secara rinci, prosedur perhitungan


dapat diuraikan dalam langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Perbandingan antar kriteria yang dilakukan untuk seluruh hirarki


akan menghasilkan beberapa matriks perbandingan
berpasangan. Setiap matriks akan mempunyai beberapa hal
sebagai berikut:
 Satu kriteria yang menjadi acuan, perbandingan antara
kriteria pada tingkat hirarki di bawahnya.
 Nilai bobot untuk kriteria tersebut, relatif terhadap kriteria
di tingkat yang lebih tinggi.
 Nilai indeks konsistensi (CI) untuk matriks perbandingan
berpasangan tersebut.
 Nilai indeks random (RI) untuk matriks perbandingan
berpasangan tersebut.

23
2. Untuk setiap matriks perbandingan, kalikan nilai CI dengan
bobot kriteria acuan. Jumlahkan semua hasil perkalian tersebut,
maka akan didapatkan indeks konsistensi hirarki (CI).
3. Untuk setiap matriks perbandingan, kalikan nilai RI dengan
bobot acuan. Jumlahkan semua hasil perkalian tersebut, maka
akan didapatkan indeks random hirarki (RI).
4. Nilai CR didapatkan dengan membagi CI dengan RI. Sama
halnya dengan konsistensi matriks perbandingan berpasangan,
suatu hirarki disebut konsisten bila nilai CR tidak lebih dari 10%.

2.8 Pemilihan Moda Transportasi


Pemilihan moda adalah
tahapan di mana proses perencanaan
transportasi bertanggung jawab untuk
menentukan beban perjalanan atau
mengetahui jumlah orang dan barang,
kemudian memilih model transportasi
yang tersedia yang berfungsi sebagai
titik awal tujuan. Menurut Warpani
(2002) menyatakan bahwa pilihan
transportasi bagi seseorang
dipengaruhi oleh usia dan status
sosial ekonomi. Menurut Miro (2005),
saat ini terdapat sekelompok faktor
perjalanan yang memiliki pengaruh
kuat terhadap perilaku perjalanan
seseorang, (trip maker behavior).
Menurut Morlok (1978),
pemilihan moda adalah ketika jumlah
total dari asal ke tujuan diperkirakan
untuk setiap tujuan dan perjalanan.

24
Faktor yang menentukan pemilihan
moda transportasi diantaranya waktu
perjalanan, biaya total perjalanan,
kenyamanan, dan keselamatan.
Masalah Pemilihan moda
transportasi sulit ditentukan karena
pilihan sarana transportasi
mempengaruhi kepuasan,
kenyamanan dan kebutuhan orang
yang berbeda. Pemilihan moda
adalah proses pemisahan
penumpang berdasarkan moda untuk
memahami hubungan antara moda
dan faktorfaktor yang mempengaruhi
pemilihan moda transportasi. (Minal
dan Sekhar dalam belajar
Wanuhsurya, R (2021).
Menurut (Saaty 1993), untuk
proses pengambilan keputusan di
mana salah satu atau semua yang
terkait. Untuk mendapatkan hasil
yang tepat, penyelesaian dilakukan
pada elemen itu hingga tidak ada lagi
penyelesaian yang memungkinkan,
sehingga diperoleh tingkatan
permasalah yang harus diselesaikan.
Struktur hierarki keputusan dapat
diklasifikasikan sebagai lengkap dan
tidak lengkap
2.8.1 Hubungan Kriteria Alasan Dan Pemilihan Moda

25
Kriteria alasan dan pemilihan
moda dihubungkan dengan perkalian
vektor prioritas masing – masing
kriteria yang nantinya sebagai hasil
AHP. Dengan rumusan penyelesaian:
Menurut Saaty (1990)

Μ =¿ }] X {Y N }
Μ =¿ +( X 2M X Y 2)+( X 3M X Y 3)+…+

( X NM X Y N )]

Dengan:
M =Model Moda
X =Rekapitulasi Vektor Prioritas Dari Pemilihan Moda Berdasarkan Kriteria
alasan, Konstanta
Y = Kriteria Alasan, Variabel

2.9 Transportasi Yang Digunakan Dalam Penelitian


2.9.1 Angkutan Bus
Bus adalah kendaraan
dengan kapasitas angkut besar
banyak digunakan sebagai angkutan
umum penumpang di perkotaan. Bus
merupakan salah satu transportasi
darat yang masih banyak digunakan
masyarakat hingga saat ini. Bus
penumpang termasuk
dalam kendaraan bermotor umum,
yakni setiap kendaraan yang
digunakan untuk angkutan barang

26
dan/atau orang dengan dipungut
bayaran.
Bus merupakan salah satu
transportasi darat yang masih banyak
digunakan masyarakat hingga saat
ini. Bus penumpang termasuk
dalam kendaraan bermotor umum,
yakni setiap kendaraan yang
digunakan untuk angkutan barang
dan/atau orang dengan dipungut
bayaran.

Bus umumnya bertumbuh dari


produsen kereta atau kendaraan kecil
kemudian barulah mobil dan truk.
Bus-bus awal hanyalah badan bus
yang dirakit pada sasis truk.
Pengembangan bodi dan sasis ini
terus berlanjut dengan pabrikan
spesialis, walaupun ada juga desain
integral seperti Leyland National yang
keduanya praktis tidak dapat
dipisahkan. Karoseri spesialis juga
ada dan berkonsentrasi pada
pembuatan bus untuk keperluan
khusus atau memodifikasi bus
standar menjadi produk khusus.

Desain integral memiliki


keuntungan bahwa mereka telah
teruji untuk kekuatan dan stabilitas,
dan memiliki nilai komersial. Namun,

27
dua insentif menyebabkan
penggunaan model sasis dan bodi.
Pertama, pembelian sasis+bodi
membuat produsen dapat
memberikan penawaran terbaik untuk
kebutuhan operator—tetapi apabila
pembeli merasa harus puas dengan
satu desain yang membosankan,
pembeli dapat memilih bodi dan sasis
secara terpisah. Kedua, masa pakai
kendaraan (dalam layanan konstan
dan lalu lintas padat), kemungkinan
akan mengalami kerusakan kecil,
sehingga mengecat ulang atau
mengganti panel atau jendela bodi
dll., dapat meningkatkan masa pakai
dan menghemat biaya dan tidak
terburu-buru menghapusnya dari
layanan.

2.10 Expert Choice


Merupakan suatu program
aplikasi yang dapat digunakan
sebagai salah satu tool untuk
membantu para pengambil keputusan
dalam menentukan keputusan.
Expert Choice menawarkan beberapa
fasilitas mulai dari input data – data
kriteria, dan beberapa alternatif
pilihan, sampai dengan tujuan.
Expert Choice mudah
dioperasionalkan demgan interface

28
yang sederhana. Kemampuan lain
yang disediakan adalah mampu
melakukan analisis secara kuantitatif
dan kualitatif sehingga hasilnya
rasional. Didukung dengan gambar
grafik dua dimensi membuat Expert
Choice semakin menarik. Expert
Choice didasarkan pada
metode/proses hirarki analitik
(Analytic Hierarchy Process/AHP).
Menurut magdalena (2012:52)
mengemukakan bahwa “Metode yang
digunakan pada program Expert
Choice adalah analytic hierarchy
process(AHP).” Expert Choice 11
menyediakan struktur utnuk seluruh
proses pengambilan keputusan,
yaitu :
1. Sebuah tool yang memfasilitasi kerjasama antara beberapa
pihak yang berkepentingan
2. Analisis pengambil keputusan
3. Meningkatkan komunikasi
4. Memberi keputusan yang lebih cepat
5. Dokumentasi proses pengambilan keputusan
6. Sebuah konsensus keputusan
7. Keputusan akhir yang lebih baik dan dapat dibenarkan.
Hasil perhitungan dengan
geometric mean tiap responden,
akhirnya akan digabungkan dan nilai
hasil penggabungan tersebut akan

29
dihitung tingkat consistency ratio (CR)
menggunakan tool expert choice.

30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Kec. Tallunglipu ,Kabupaten Toraja
Utara, Sulawesi Selatan. alasan memilih lokasi tersebut karena
sebelumnya belum pernah ada yang melakukan penelitian dilokasi
tersebut.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian


3.2 Metodologi Penelitian
Metode penentuan tujuan
dilakukan setelah diketahui
permasalahan yang akan dibahas.
Adapun tujuan akhir dari penelitian
adalah dengan menentukan faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan
moda serta besar pengaruhnya,
berbagai alternatif dan kebijakan
dapat dilakukan untuk meningkatkan
sistem transportasi khususnya
tentang kriteria-kriteria apa saja yang
dibutuhkan pengguna angkutan.

31
3.3 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

Data Sekunder:

1.Jumlah BRT
Data Primer:
2.Jumlah angkutan umum
Kuesioner
3. Jadwal Keberangkatan
Bus terkait

4. Data lainnya yang


berhubungan dengan
penelitian

Penggolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

32
Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

3.4 Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian dilakukan
sesuai dengan bagan alir penelitian
yang telah digambarkan dalam
bentuk flow chart, agar dapat
dilaksanakan secara sistematis dan
memperoleh hasil analisis yang
akurat.
3.4.1 Tahapan Pendahuluan/Mulai
Penelitian ini di mulai dengan
tahap pendahuluan, yaitu tahap
kegiatan yang meliputi daftar pustaka
mengenai kerangka konseptual
permasalahan penelitian, penentuan
tujuan dan ruang lingkup penelitian
serta penyusunan
metodologi/program kerja penelitian.
3.4.2 Pengumpulan Data
 data primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari data
primer. Data primer terdiri dari data pilot survey dan kuesioner. Pilot
survey dilakukan untuk penentuan sampel dan karakteristik yang
dipilih pelaku perjalanan dalam pemilihan moda. Sedangkan
kuesioner dibagikan kepada responden dari pihak pengguna bus
dengan menggunakan konsep perbandingan berpasangan (pair-
wise comparison). Kriteria-kriteria yang mempengaruhi pemilihan

33
moda transportasi Toraja-Makassar adalah: biaya, waktu, headway,
kemudahan, keamanan,dan kenyamanan.
 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari instansi terkait berupa
data jumlah BRT, jumlah angkutan umum,jadwal keberangkatan
bus terkait, dan data lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
3.4.3 Pembahasan/pengolahan data
pada tahap ini data yang telah
diambil yaitu data primer dan
sekunder akan diolah. Pada tahap ini
akan diuji apakah data yang diperoleh
sudah mencakupi secara keseluruhan
untuk menggambarkan kondisi yang
ada di lapangan. Kumpulan data-data
mengenai preferensi pemilihan moda
transportasi antarkota tersebut
kemudian di analisa dengan
menggunakan metode AHP.
Secara umum pengambilan
keputusan dengan metode AHP
didasarkan pada Langkah-langkah
berikut;
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang di awali dengan tujuan umum
dilanjutkan dengan kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkat
kriteria paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang
menggambarkan kontribusi relative atau penggaruh setiap elemen
terhadap setiap tujuan dan kriteria yang setingkat diatasnya.
Perbandingan dilakukan dengan menilai tingkat kepentingan suatu
elemen dengan elemen lainnya

34
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh
judgement sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah
banyaknya elemen yang dibandingkan
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak
konsisten penggambilan data harus diulangi.
6. Menggulangi langkah 3,4,dan 5 untuk semua tingkat hirearki
7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan
berpasangan. Nilai vector eigen merupakan bobot dari setiap
elemen.
8. Memeriksa konsisten hirearki, jika tidak konsisten penilaian data
judgement harus diperbaiki.
3.4.4 Analisa Data
Analisa data merupakan
bagian evaluasi yang akan
membahas mengenai hasil-hasil yang
diperoleh, serta segala macam
hambatan dan keterbatasan yang
akan dialami selama melakukan
kegiatan.
Analisa terhadap hasil
penggolahan data yang diperoleh
sebelumnya meliputi hal-hal berikut;
 Perhitungan rasio konsistensi
 Perhitungan konsistensi vektor
 Rata-rata entri ( Z max)
 Consistency index (CI)
 Consistency ratio (CR)
3.4.5 Kesimpulan dan saran
Berdasarkan analisis kinerja
pelayanan angkutan umum Toraja-
Makassar yang diperoleh dengan

35
menggunakan metode AHP diperoleh
beberapa kesimpulan menjadi hirearki
(tingkatan) dari kriteria alasan yang
dipilih penumpang dalam memilih
angkutan umum yang diwakili oleh
responden. Setelah diperoleh
kesimpulan hasil penelitian,
serlanjutnya dapat diberikan
rekomendasi dalam penentuan
pemilihan moda angkutan umum.
3.5 pelaksanaan survei pengumpulan data
Data-data yang dibutuhkan
dari pihak responden diperoleh di
terminalterminal atau langsung di
dalam moda angkutan umum saat
responden melakukan perjalanan
dengan rute Toraja-Makassar atau
sebaliknyaMakassar-Toraja.
Pelaksanaan survei ini dilakukan
selama awal januari 2024 sampai
maret 2024.
Lembaran kuisioner langsung
diisi sehingga diharapkan dapat lebih
memperjelas maksud yang
terkandung dalam kuisioner dibawa
oleh tenaga survei (surveyor), selain
itu juga surveyor bertindak sebagai
pewawancara. Sedangkan dari pihak
pemerintah diperoleh langsung dari
kantornya.
3.5.1 Pengumpulan Data

36
Penelitian ini membahas
bagaimana untuk mengetahui bobot
dari faktor-faktor (kriteria-kriteria)
yang akan digunakan untuk pemilihan
moda dan bobot dari berbagai
alternatif angkutan umum yang
melayani ruteToraja-Makassar.
Metode yang digunakan penulis untuk
menganalisis faktor (kriteria) tersebut
sebagai suatu pendukung keputusan
yaitu dengan menggunakan AHP,
oleh karenanya penyebaran kuisioner
dibutuhkan untuk pengambilan data
yang dibutuhkan.

Kuisioner AHP disebarkan kepada responden tertentu, setelah itu


data yang diperoleh akan dibuat kedalam matriks perbandingan
berpasangan. Hal ini dilakukan untuk menganalisis sumber data dan
memberikan hasil akhir berupa nilai bobot terhadap faktor-faktor (kriteria-
kriteria), sehingga memberikan suatu keputusan yang terbaik didalam
menganalisis kinerja angkutan umum Toraja-Makassar.
3.5.2 Langkah-langkah Mewawancarai
Langkah-langkah mewawancarai diusahakan bertemu dengan
responden yang telah dewasa untuk menghindari salah pengertian
dengan menunjukkan surat izin penelitian, kemudian dilakukan
pembicaraan yang menerangkan maksud dan tujuan serta cara pengisian
kuisioner.
3.5.3 Pembuatan Daftar Kuisioner
Formulir kuisioner
ini dirancang agar mudah

37
dipahami dan tidak
menimbulkan kerancuan.
Daftar yang dibuat
berdasarkan variabel-variabel
yang terdiri dari:
1. Daftar karakteristik responden yang menggunakan
moda transportasi Toraja-Makassar berisi:
 Nama
 Alamat
 Jenis kelamin
2. Daftar kriteria-kriteria untuk menganalisis kinerja
pelayanan angkutan umum Toraja-Makassar berisi:
 Waktu perjalanan
 Biaya
 Headway (Selisih waktu keberangkatan angkutan
umum)
 Kenyamanan
 Aksesibilitas (Kemudahan)
 Keamanan

3.5.4 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengumpulan data
penelitian ini membahas bagaimana
untuk mengetahui bobot dari alasan–
alasan (kriteria-kriteria) yang akan
digunakan untuk pemilihan moda dan
bobot dari berbagai alternatif
angkutan umum yang melayani rute
Toraja-Makassar. metode yang
digunakan penulis untuk menganalisis

38
alasan (kriteria) tersebut sebagai
suatu pendukung keputusan yaitu
dengan menggunakan Analytic
Hierarchy process (AHP), oleh
karenanya penyebaran kuisioner
dibutuhkan untuk pengambilan data
yang dibutuhkan. Kuisioner AHP
disebarkan kepada responden ,
setelah itu data yang diperoleh akan
di buat ke dalam matrik perbandingan
berpasangan. Hal ini dilakukan untuk
menganalisis sumber data dan
memberikan hasil akhir berupa nilai
bobot terhadap alasan-alasan
(kriteria-kriteria) sehingga
memberikan suatu keputusan yang
terbaik didalam pemilihan moda
transportasi dari Toraja-Makassar.
Menurut Saaty (1994),
mengambil sampel untuk 30 orang
sebagai data masukan sudahlah
mencukupi, apabila responden
tersebut mengetahui permasalahan
yang dihadapi. Metode AHP memiliki
cara khusus untuk menentukan
apakah data yang didapat valid
(layak), yaitu dengan menghitung
konsistensi rasionya. Tingkat
inconsistency rationya jika lebih dari
10% maka dilakukan perbaikan

39
sehingga inconsistency rationya
kurang dari 10%.

40
DAFTAR PUSTAKA
Aji Sasongko, Indah Fitri Astuti dan Septya Maharani 2017. Pemilihan
Karyawan Baru Dengan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process).
Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 12, No. 2 . E-Issn 2597-4963
Dan PIssn 1858-4853
Annisaa Putri Hardiyanti 2016. Model Pemilihan Moda Dengan Metode
AHP (Analytical Hierarchy Process) (Studi Kasus: Perumnas Palur,
Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
Dali Kesuma Wicaksana 2015 .Analisa Sensitivitas Dan Karakteristik
Masyarakatdi Kota Palembang Dalam Memilih Moda Transportasi
Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Jurnal Teknik
Sipil Dan Lingkungan Vol. 3, No. 1, Issn : 2355-374x

Debi Irawan Sipangkar dan Charles Sitindaon 2018. Kajian Pemilihan


Moda Transportasi Rute Bandara Kuala Namu – Medan) Jurnal
Rekayasa Konstruksi Mekanika Sipil Vol. 1 No.2 . Issn 2614-5707
(Cetak)
Fedrickson Haradongan 2014. Analisis Tingkat Kepentingan Pemilihan
Moda Transportasi Dengan Metode AHP (Studi Kasus: Rute
JakartaYogyakarta) Volume 16, Nomor 4.
Maria Krisnawati , Annisa Dyah Larasati, dan Raden Beniadi Setiawan
2016. Evaluasi Pemilihan Moda Transportasi Personel
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Ahp) Studi
Kasus Santos (Sampang) Pty Ltd). Prosiding Seminar Nasional
Dan Call For Papers ”Pengembangan Sumberdaya Perdesaan Dan
Kearifan Lokal Berkelanjutan Ix” 19 – 20 November 2019
Purwokerto. Saaty 1994,
Latifah, Siti. "Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process." (2005).

41
Rudi N. (2020) Analisa Pemilihan Moda Transportasi. Skripsi. Tidak di
Terbitkan. Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan.

42

Anda mungkin juga menyukai