Anda di halaman 1dari 24

II.

PENDEKATAN MODEL TRANSPORTASI


Rabu 26 September 2018

PEMILIHAN PENDEKATAN MODEL

Dalam Kebijakan Transportasi harus


memperhitungkan irri -faktor sebagai berikut:
 Faktor lingkungan
 Keamanan
 Pertahanan
 Ekonomi dan Sosial Budaya

Pendekatan Model yang dipakai dalam Transportasi adalah


pendekatan Analitis dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Pengambilan Keputusan
Maksudnya dalam setiap keputusan untuk menentukan
tingkat kedalaman analisis yang diambil perlu melihat pada
sifat Strategis, taktis atau operasional dengan
pertimbangan:
 apakah faktornya hanya transportasi saja dan yang
mempengaruhinya
 apakah hanya pada tingkat kebutuhan pergerakan
saja atau termasuk juga system prasarananya, dll.
 dan berapabanyak pilihan yang
harus dipertimbangkan

2. Persyaratan Ketepatan

1
Ketepatan hasil kajian perencanaan dan pemodelan
tergantung pada tujuan kajian tersebut dan ini selalu
didukung ketepatan data yang bergantung pada kualitas
peretan yang digunakan dalam mendapatkan data tersebut

3. Ketersediaan data yang dibutuhkan


Data yang menjadi masalah utama dalam pemodelan
dikarenakan keterbatasannya dari sisi kualitas dan
kuantitas yang menyebabkan hasil pemodelan tidak
memiliki ketepatan yang tinggi

4. Kemutakhiran Pemodelan
Pemodelan adalah pencerminan dan penyederhanaan
realita maksudnya dengan makin dapat mencerminkan
realita model akan semakin baik jadidalam mencapainya
perlu dana besar dan data yang sangat banyak
Dalam penentuan model haruslah tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi tertentu

5. Sumber Daya yang Tersedia


Dalam hal ini menyangkut dana, data, perangkat komputer
termasuk paket program yang tersedia, kemampuan
peneliti, dan yang paling perlu diperhatikan ada dua bagian
terpenting adalah waktu dan tingkat komunikasi dengan
para pengambil keputusan atau yang berwenang dan
masyarakat pengguna. Dengan batasan waktu dapat
dilakukan pemodelan yang lebih sesuai

6. Persyaratan Proses Data

2
Dalam proses data ini yang perlu diperhatikan adalah
kemampuan dari perangkat komputer yang digunkan dalam
pemodelan. Kendala yang paling perlu diperhatikan adalah
kemampuan manusia dalam mengumpulkan,
mengkodifikasi,memasukkan data, menjalankan program
dan menafsirkan keluaran dari program tersebut.

7. Tingkat Kemampuan Perencana dan Peneliti


Dengan biaya yang sangat tinggi untuk pelatihan maka
dapat dilakukan dengan menggunakan model yang sudah
ada seefisien mungkin dan sambil mempelajari serta
memahami model lainnya yang lebih baik.

 FAKTOR DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI

1. Spesifikasi Model
Dalam irri ini mempertimbangkan beberapa hal
penting yang harus di jabarkan lebih lanjut yakni:
 Struktur Model
 Bentuk Fungsional
 Spesifikasi Peubah

2. Kalibrasi dan Pengabsahan Model


Suatu model dalam bentuk sederhana dapat dinyatakan
sebagai fungsi matematika dari beberapa peubah x dan
parameter z seperti berikut: Y = f{x, z}

3. Ciri Dasar Perencanaan Transportasi

3
Kajian Perencanaan Transportasi mempunyai cirri yang
berbeda dengan kajian bidang lain yakni luas beragam dan
melibatkan asfek yang cukup banyak dan beragam pula
yang ditandai dengan multimode, multi disiplin,
multisektoral dan multimasalah.

4. Ciri Pergerakan Non-Spasial


Maksudnya semua irri pergerakan yang berkaitan
dengan aspek non-spasial seperti:
 sebab terjadinya pergerakan
 waktu terjadinya pergerakan
 dan jenis moda yang digunakan.

5. Ciri Pergerakan Spasial


Konsep dasar yang menjelaskan terjadinya pergerakan
atau perjalanan selalu dikaitkan dengan pola hubungan
antara distribusi spasial perjalan dengan distribusi spasial
tata guna lahan yang terdapat dalam satu wilayah, dimana
kegiatan tersebut ditentukan pola tata guna lahan atau
sangat berperan yang terdiri dari:
 pola perjalanan orang
 pola perjalanan barang

6. Campur Tangan Manusia Pada Sistem Transportasi


Permasalahan Transportasi atau
ketidakefisienan transportasi merupakan pemborosan
besar.
Pada dasarnya masalah transportasi menurut Wells (1970)
sangat sederhana “ terlalu besar kebutuhan
akan
4
pergerakan irri ding dengan prasana yang tersedia”.
Usaha pemecahannya yang dapat dilakukan adalah:
a) Membangun prasarana transpotasi dengan dimensi
yang lebih besar sehingga kapasitasnya sesuai
dengan atau melebihi kebutuhan
b) Mengurangi tuntutan akan pergerakan dengan
mengurangi kendaraan pemakai jalan
c) Menggabungkan pembangunan dan pengurangan
pergerakan pada poin (a dan b) sekaligus
mengadakan pengawasan dengan kata lain
mengoptimalkan prasarana transportasi

Cara pertama pada poin “a” tidak mungkin dilakukan


secara terus menerus tanpa batas sebab itu sangat mahal
dan tidak ekonomis dan sering menumbulkan masalah
sosial

Cara kedua poin “b” mengurangi atau membatasi jumlah


kendaraan sngat tidak mungkin sebab setiap orang berhak
menikmati kesejahteraan dan tidak ada dasar hukumnya
melarang orang memiliki kendaraan bermotor yang
diperoleh secara sah.

Cara umum yang dapat dilakukan secara umum bentuk


campur tangan manusia pada system transportasi yang
mungkin dengan cara:
 Mengubah teknologi transportasi
 Mengubah ciri kendaraan
 Mengubah ciri ruas jalan

5
 Mengubah konfigurasi jaringan transportasi
 Mengubah kebijakan operasional, organisasi dan
kelembangan
 Mengubah prilaku perjalan
 Mengubah pilihan kegiatan
 Mengubah teknologi informasi

7. Perencanaan Transportasi Sebagai Bentuk Campur Tangan


Manusia

8. Pihak Yang Terlibat dalam Perencanaan Transportasi


 Penyelenggara kajian; orang atau lembaga yang
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan
dari hasil kajian
 Profesional atau pakar; pihak yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan kajian
 Masyarakat; mencakup anggota
sekelompok masyarakat yang
dipilih
masyarakat umumuntuk mewakili
dalam proses pengkajian

Dalam pelaksanaan kajian pihak penyelenggara dan


masyarakat selanjutnya berfungsi sebagai pihak yang
mengawasi atau mengarahkan pelaksanaan kajian
oleh
pihak professional yang dikelompokkandalam tiga komite
yaitu:
 Komite eksekutif
 Komite pengarah teknis
 Komite perwakilan masyarakat

6
III. PENDEKATAN PERENCANAAN
TRANSPORTASI
Rabu 24 Oktober 2018

Tujuan dasar perencanaan transportasi adalah:


Memperkirakan jumlah serta
lokasi kebutuhan transportasi baik
angkutan umum maupun angkutan pribadi pada masa
mendatang atau pada tahun rencana yangakan
digunakan untuk berbagai investasi
perencanaan transportasi.

Teori model pendekatan melihat hubungan tata guna lahan


(kegiatan) dalam memperkirakan besarnya kebutuhan
pergerakan(transportas). Model tersebut harus dengan mudah
dapat dimodifikasi dan diperbaiki secara terus menerus.
Pendekatan Sistem untuk Perencanaan Transportasi
Pendekatan sistem adalah:
Pendekatan umum untuk suatu perencanaan atau teknik
dengan menganalisis semua faktor yang berhubungan
dengan permaslahan

Contoh: kemacetan local akibat penyempitan lebar jalan yang


dapat dipecahkan dengan melakukan
perbaikansecara lokal
Dalam pendekatan sistem akan mengkaitkan permasalahan
yang ada seperti:

7
apakah disebakan terlalu banyak lalu lintas di daerah
tersebut ?
kalau iya, mengapa lalu lintas tersebut terlalu banyak ?
Mungkin karena terlalu banyak kantor yang sangat
berdekatan letaknya atau karena ruang gerak lalu lintas
sangat sempit
Akan dapat dipecahkan secara lokal dengan:
 manejemen lalu lintas secara local
 pembangunan jalan baru
 peningkatan pelayanan angkutan umum
atau perencanaan tata guna lahn yang baru
Pendekatan sistem akan selalu mencari pemecahan
yang terbaik

A. PENGERTIAN SISTEM
SISTEM adalah: gabungan beberapa komponen atau
objek yang saling berkaitan
Bentu sistem ada dua jenis:
1. sistem mekanis adalah:
perubahan pada salah satu
komponen dapat
merubah komponen lainnya dan
berhubungan secara langsung
2. sistem tidak-mekanis adalah:
perubahan yang terjadi tidak berhubungan secara
langsung

8
Perencanaan transportasi dalam proses perencanaan ada
beberapa komponen yang saling berhubungan seperti dalam
bagan alir dibawah.

SASARAN,
TUJUAN,
TARGET
RUMUSAN
SASARAN,
PEM
TUJUAN,
ANTA
UAN
TARGET
&
EVA DATA
LUA
DATA
SI
PERENCANAAN

ALTERNATIF
RANCANA
PELAKSANAAN

DATA
PROSES
DAUR PENILAIAN

ALTERNMATIF
TERBAIK

DATA

Gambar 3.1 Proses perencanaan


PERENCANAAN
Sumber: Tamin (1997)

9
B. SISTEM TRANSPORTASI MAKRO
Sistem Transporatsi Makro yang terdiri dari beberapa sistem
transportasi mikro sperti diperlihatkan pada gambar di
bawah
ini:

Sistem Sistem
Kegiatan Jaringan

Sistem
Pergerakan

Sistem Kelembagaan

Gambar 3.2 Sistem Transportasi Makro


Sumber Tamin (1997)

`1. SISTEM KEGIATAN meliputi:


 Bappenas
 Bappeda Tk. I, II
 Bangda
 Pemda
2. SISTEM JARINGAN meliputi:
 Departemen Perhubungan (Darat,
Laut, Udara)
10
 Bina Marga (Dinas Jalan Jembatan)
3. SISTEM PERGERAKAN
 DLLAJ,Organda
 Polantas dan
 Masyarakat

C. SISTEM TATA GUNA LAHAN-TRANSPORTASI

Sistem transportasi perkotaan yang terdiri dari berbagi aktivias


sperti:
 Bekerja
 Sekolah
 Olahraga
 Belanja dan
 Bertamu

Yang berlangsung diatas sebidang tanah seperti:


 Kantor
 Pabrik
 Pertokoan
 Rumah dan lain-lain

Kegiatan yang berlangsung semua dalam memenuhi kebutuhannya


dengan mengunakan sistem jaringan (supplay) dan sarana baik itu
berjalan kaki maupun naik angkutan umum tentunya menimbulkan
pergerakan manusia, kendaraan dan barang.

Pergerakan yang terjadi akan mengakibatkan berbagai interaksi


seperti:

11
 Antara pekerja dengan tempat bekerja
 Antara ibu rumah tangga dan pasar
 Antara pelajar dan sekolah dan
Antara pabrik dan lokasi bahan mentah serta pasar
Dalam perencanaan transportasi sasaran yang ingin dicapai adalah:
membuat interaksi tersebut semudah dan seefisien mungkin
dengan menetapkan kebijakan tentang hal berikut ini:
1. Sistem Kegiatan; dengan rencana tata guna lahan yang baik
yaitu: lokasi toko, sekolah, perumahan, pekerjaan dan lain-lain
dengan benar yang bertujuan; dapat mengurangi kebutuhan
akan perjalanan yang panjang sehingga interaksi dapat lebih
mudah
2. Sistem Jaringan; dengan meningkatkan kapasitas pelayanan
prasarana yang ada yaitu: melebarkan jalan, menambah
jaringan jalan baru dan lain-lain
3. Sistem Pergerakan (arus lalu lintas): dengan mengatur teknik
dan manajemen lalu lintas (jangka Pendek), fasilitas angkutan
umum yang lebih baik (jangka pendek dan menengah),
pembangunan jalan (jangka panjang).

Sebaran geografis antara tata guna lahan (sistem kegiatan) serta


kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan)
digabungkan untuk mendapatkan arus dan pola pergerakan lalu
lintasdi daerah perkotaan tersebut (sistem pergerakan)

Besarnya arus dan pola pergerakan lalu lintas sebuah kota dapat
memberikan umpan-balik untu menentukan lokasi tata guna lahan
yang membutuhkan prasarana baru dan lain-nya.

12
D. ANALISIS INTERAKSI SISTEM KEGIATAN
DENGAN SISTEM JARINGAN

Tujuan utama dari analisis ini oleh para perencana


adalah :
a. Memahami cara kerja sistem tersebut
b. Menggunakan hubungan analisis komponen sistem
untuk meramalkan dampak lalu lintas pada beberapa
tata guna lahan dan atau kebijakan transportasi yang
berbeda.

Hubungan dasar dari analisis antara ketiga sistem dapat


disatukan dalam urutan beberapa tahapan yang sering
digunakan secara berurutan sebagai berikut:
a. Aksesibilitas dan mobilitas;
kesempatanuntuk melakukanukuran potensial yang
perjalanan, atau

bersifat abstrak dan digunakan


mengalokasikan masalah yang terdapat untuk
sistem transportasi dan mengevaluasi pemecahan
alternatif. dalam
b. Pembangkit lalu lintas; bagaimana perjalanan dapat
bangkit dari suatu tata guna lahan atau dapat
tertarik ke suatu tata guna lahan
c. Sebaran penduduk; bagaimana perjalanan tersebut
disebarkan secara geografis di dalam daerah
perkotaan (daerah kajian)

13
d. Pemilihan moda transportasi; menentukan faktor
yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi
untuk tujuan perjalanan tertentu.
e. Pemilihan rute; menentukan faktor yang
mempengaruhi pemilihan rute dari setiap zona asal
dan ke setiap zona tujuan.

Catatan: disini terdapat hubungan antara waktu tempuh,


kapasitas dan arus lalu lintas dimana waktu
tempuh sangat dipengaruhi oleh kapasitas rute
yang ada dan jumlah arus lalu lintas yang
menggunakan rute tersebut.

14
E. AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS
Rabu 10 Oktober 2018

A.1. Aksesibilitas dengan hubungannya:


Aksesibilitas merupakan konsep yang menggabungkan
sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan
sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya

Menurut Black, 1981, “ Aksesibiltas adalah suatu ukuran


kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata
guna lahan berinteraksi dan mudah atau susahnya lokasi
tersebut

Aksesibilitas dan transportasi seperti dalam tabel


Aksesibilitas Aksesibilitas
Jauh
rendah menengah
Jarak
Aksesibilitas
Dekat Aksesibilitas tinggi
menengah

Kondisi prasarana Sangat Jelek Sangat baik

A.2. Aksesibilitas berdasarkan tujuan dan kelompok sosial


Kelompok populasi yang berbeda, atau orang sama
pada saat waktu yang berbeda akan tertarik pada
aksesibilitas yang berbeda-beda.

contoh:

15
 Keluarga pada waktu yang berbeda-beda, tertarik
akan aksesibilitas ke tempat pekerjaan, pendidikan,
belanja, pelayanan kesehatan, dan fasilitas rekreasi.
 Sedangkan pedagang akan lebih tertarik pada
aksesibilitas untuk pelanggan
 Sedangkan industri lebih tertarik pada aksesibilitas
untuk tenaga kerja dan bahan mentah.

3. Aksesibilitas dalam model perkotaan


“Setiap orang menginginkan aksesibilitas yang baik”

Model yang mempergunakan stetmen ini dalam model


penentuan lokasi tata guna lahan di daerah perkotaan
adalah model Lowry (Lowry, 1964)

4. Pengukuran aksesibilitas di daerah perkotaan


Menurut Black dan Conroy (1977) telah membuat
ringkasan tentang cara mengukur aksesibilitas di
dalam daerah perkotaan dengan mengasumsikan
bahwa daerah perkotaan dipecah menjadi N zone dan
semua aktivitas terjadi di pusat zona.
Dalam hal ini dibuatkan hubungan antara aktivitas
dengan aksesibilitas yang diberi notasi A dan K sebagai
ukuran intensitas di lokasi tata guna lahan (misal
lapangan kerja)pada setiap zona didalam kota tersebut

16
dan kemudahan mencapai zona tersebut melalui sistem
jarngan transportasi.
 Ukuran grafis aksesibilitas dengan membuat sebaran
frekuensi yang memperlihatkan jumlah kesempatan
yang tersedia dalam jarak, waktu, dan biaya tertentu
dari zona i, sebagai hal yang menunjukkan
aksesibilitas zona i untuk aktivitas tertentu (missal
pekerjaan)
 Ukuran fisik aksesibilitas oleh ukuran Hansen
(1959)yang mengatakan “How Accessibility Shapes
Land Use, dengan rumusan sebagai berikut:

Ki =  Aj /T ij

Ki = aksesibilitas zona i ke zona lainnya


Aj = ukuran aktivitas pada setiap zona j
(misalnya jlh. Lapangan kerja)
Tij = ukuran waktu atau biaya dari zona asal i
ke zona tujuaan j

 Aksesibilitas perumahan sebagai fungsi tersedianya


fasilitas transportasi
Ukuran fisik aksesibilitas menerangkan struktur
perkotaan secara spasial tanpa melihat adanya
perbedaan yang disebabkan oleh keragaman moda

17
transportai yang tersedia seperti adanya mobil peribadi
dan angkutan umum.

A.5. Aksesibilitas dan prilaku perjalanan


Aksesibilitas sebagai ukuran untuk menghitung potensial
perjalanan dibandingkan dengan jumlah perjalanan, dapat
digunakan untuk menghitung jumlah perjalanan yang
sebenarnya berhubungan dengan potensial tersebut

Contoh:
Dengan memperlihatkan secara grafis proporsi
penghuni yang mencapai tujuannya dibandingkan
dengan jumlah kumulatif aktivitas
Hal ini dapat menunjukkan jumlah kesempatan yang
sebenarnya didapat

18
F. KONSEP PERENCANAAN TRANSPORTASI
Rabu 24 Oktober 2018

Konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang dan


popular saat ini adalah model perencanaan transportasi empat
tahap yang terdiri dari:
1. Trip Generation: pergerakan secara umum yang terjadi
terdiri dari:
 Trip production ( bangkitan ) tahapan yang
memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal
dari suatu zona atau tata guna lahan tanpa
melihat kemana tujuannya
 Trip Attraction ( tarikan ) tahapan
memperkirakan jumlah pergerakan yang tertarik
pada ke suatu tata guna lahan atau zona tanpa
melihat dari mana asalnya

i j

Pergerakan yang berasal Pergerakan yang


dari zona i menuju zona j

19
Bangkitan dan tarikan yang terjadi tergantung pada dua
aspek tata guna lahan yakni:
 Jenis tata guna lahan maksudnya: jenis tata guna
lahan yang berbeda-beda akan memberikan ciri
pergerakan yang berbeda-beda pula terutama pada:
 Jumlah arus lalu-lintasnya
 Jenis lalulintas (pejalan kaki, truk, mobil)
dan
 Waktu terjadinya

Sebagai contoh:
Untuk daerah permukiman, pendidikan, dan
komersil akan memberikan ciri pergerakan
yang berbeda
 Jumlah dan jenis lalulintas yang akan dihasilkan oleh
setiap tata guna lahan merupakan hasil dari fungsi
parameter sosial dan ekonomi

 Jumlah Aktivitas dan intensitas pada tata guna lahan


Bangkitan pergerakan disamping beragam dalam tata
guna lahan juga oleh tingkat aktivitasnya.
“ semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah
semakin tinggi pergerakan arus lalulintas yang
dihasilkannya”

20
IV. MODEL BANGKITAN/TARIKAN
PERGERAKAN
Rabu 24 Oktober 2018

Tujuan dasar tahap bangkitan pergerakan adalah


menghasilkan model hubungan yang mengaitkan tata guna
lahan dengan jumlah pergerakan yang menuju atau
meninggalkan suatu zona tanpa melihat kemana dan dari
mana asalnya, dimana zona asal dan tujuan menggunakan
istilah trip end.

Model ini pada penggunaan efek tata guna lahan dan


pemilikan pergerakan berpengaruh terhadap besarnya
bangkitan dan tarikan berubah sebagai fungsi waktu.
Tahapan bangkitan ini meramalkan jumlah pergerakan
yang akan dilakukan seseorang pada setiap zona
asal
dengan menggunakan data rinci mengenai
bangkitan pergerakan, tingkat atribut sosio-
guna lahan. ekonomi, serta tata

Tahapan ini mempelajari dan meramalkan besarnya tingkat


bangkitan da tarikan dengan mempelajari beberapa variasi
hubungan antara ciri pergerakan dengan lingkungan tata
guna lahan dengan identifikasi korelasi besar pergerakan

21
dengan peubah atau variable bebas dan korelasi sesama
peubah atau variabel.
Dalam tahapan ini menggunakan data berbasis zona untuk
memodel besarnya pergerakan yang terjadi (baik bangkitan
maupun tarikan) dengan variabel peubah misalnya:
 Tata guna lahan
 Pemilikan kendaraan
 Populasi
 Jumlah pekerja
 Kepadatan penduduk
 Pendapatan dan
 Moda yang digunakan

Khusus mengenai angkutan barang bangkitan dan tarikan


diramalkan dengan menggunakan atribut sektor industri
dan sektor lain yang terkait.

22
V. METODA TRIP DISTRIBUTION
(SEBERAN PERGERAKAN)

1. Metode seberan pergerakan adalah metode yang


memperkirakan besarnya pergerakan yang terjadi dari
suatu daerah asal ke daerah tujuan, dalam hal ini
pergerakan yang terjadi diketahui dari mana dan
kemana pergerakannya.
2. Tujuannya adalah dengan metode ini dapat diperkirakan
sebaran pergerakan yang terjadi saat sekarang dan
prediksi sebaran yang terjadi pada masa mendatang dari
daerah asal ke daerah tujuan.

i j

Pergerakan yang berasal Pergerakan yang


dari zona i menuju zona j

Metode Sebaran Pergerakan dengan pendekatan Analogi


adalah metode yang memperkirakan sebaran pergerakan
masa mendatang dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan atau

23
peningkatan aktivitas dari setiap zona yang terdiri dari lima
(5) jenis yakni: secara umum
Tij = tij . E
a. Metode pendekatan seragam adalah metode yang
mengasumsikan bahwa dari setiap daerah asal dan
tujuan terjadi pertumbuhan sama atau seragam yang
dirumuskan sbb:
Tij = tij . Eij
Dimana: Tij = total pergerakan dari daerah asal i ke
daerah tujuan j pada masa mendatang
Tij = total pergerakan dari daerah asal i ke
daerah tujuan j saat sekarang
Eij = faktor pertumbuhan zona asal dan
tujuan

a.1. Metode Pendekatan Uniform (seragam) Dari dasar


pergerakan sekarang dalam kajian sebagai O-D Matrik atau
disebut matrik asal tujuan

24

Anda mungkin juga menyukai