Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nyiluh Rahajeng Sofia Undari

NIM : 25210005

Mata Kuliah : Perencanaan Infrastruktur Wilayah

Tanggal : Rabu, 5 April 2023

TPUUTS

Rangkuman pemanfaatan LUTI dalam konteks perencanaan strategis berdasarkan


jurnal “Integration of LUTI Models in Sustainable Urban Mobility Plans”

Model LUTI (Land Use and Transport Integrated) adalah alat untuk mendukung
perencanaan strategis melalui estimasi tren pilihan lokasi dan perkiraan pola penggunaan lahan
dengan menggabungkan fitur seperti pola mobilitas, karakteristik sosio-demografis, alokasi
industri, faktor geomorfologi dan lingkungan, ketersediaan jaringan perkotaan dan terakhir
kerangka kelembagaan dan kebijakan (Pozoukidou, 2010). Komisi Eropa mempromosikan
model LUTI sebagai alat untuk mobilitas perkotaan dalam kerangka Rencana Mobilitas
Perkotaan Berkelanjutan (SUMPs). SUMP dapat didefinisikan sebagai kerangka perencanaan
strategis, yang diusulkan oleh Komisi Eropa, untuk sistem transportasi multimoda perkotaan
yang menggabungkan perencanaan antar-disiplin dan analisis kebijakan dengan pengambilan
keputusan. Tujuannya adalah aksesibilitas untuk semua, layanan mobilitas yang efisien dan
terjangkau, peningkatan keselamatan dan keamanan, penurunan emisi dan peningkatan
efisiensi energi serta peningkatan lingkungan perkotaan.

Dalam rangka integrasi model LUTI ke dalam siklus SUMP, terdapat empat tahap,
yaitu (1) Mempersiapkan dengan baik, (2) Penetapan tujuan yang rasional dan transparan, (3)
Menguraikan rencana, dan (4) Melaksanakan rencana. Tahap-tahap tersebut terdiri dari
sejumlah tindakan yang penting untuk mengatasi tonggak yang sesuai. Kerangka integrasi
model LUTI didasarkan pada ruang lingkup memaksimalkan kontribusi potensial dari model
penggunaan lahan untuk keberhasilan konduksi kegiatan tersebut di atas. Terdapat sebelas
elemen SUMP yang terhubung dengan kegiatan yang sesuai, dan setiap tahap memiliki satu set
elemen. Dalam kerangka integrasi ini, hasil dari aktivitas siklus SUMP dapat digunakan
sebagai input untuk tindakan yang sesuai untuk integrasi model LUTI atau tindakan LUTI
dapat memberikan output untuk mendukung aktivitas SUMP, seperti yang dijelaskan dalam
sub-bab berikut:

Fase 1. Prediktif (berorientasi strategi)


Tahap pertama dari kerangka integrasi yang diusulkan adalah tahap prediktif
yang berorientasi strategi. Tahap ini bertujuan untuk memilih dan menyiapkan model
LUTI yang sesuai dan mengembangkan skenario strategis. Skenario strategis ini dapat
digunakan untuk mendukung analisis masalah dan peluang dalam SUMP. Terdapat
beberapa tindakan yang harus dilakukan dalam tahap ini. Tindakan pertama adalah
mendefinisikan ruang lingkup model LUTI yang akan digunakan, termasuk prinsip-
prinsip mobilitas berkelanjutan yang akan diadopsi oleh rencana. Tindakan kedua
melibatkan analisis prioritas kebijakan transportasi dan penggunaan lahan yang harus
diperhitungkan dalam model. Tindakan terakhir adalah mendefinisikan jaringan
pemangku kepentingan dari berbagai sektor terkait transportasi.
Setelah itu, dilakukan pemilihan model LUTI yang paling cocok dan
disesuaikan dengan tujuan rencana. Pemilihan model ini tergantung pada ruang lingkup
yang telah didefinisikan serta pengaturan garis waktu rencana yang akan menentukan
karakteristik dinamis waktu dari model dan referensi waktu dari perkiraan jangka
pendek dan jangka panjang. Selanjutnya, dilakukan perumusan skenario berbasis
strategi, yaitu serangkaian skenario berdasarkan pendekatan strategis. Namun, untuk
merumuskan skenario yang tangguh dan realistis, harus dipertimbangkan dengan
cermat analisis masalah dan peluang yang dilakukan.
Tindakan terakhir dari tahap ini adalah penilaian skenario berbasis strategi yang
diharapkan dapat mengarah pada perkiraan umum pola pembangunan perkotaan sesuai
dengan strategi mobilitas perkotaan yang telah diperiksa. Prakiraan ini dapat
dimanfaatkan dalam konteks kegiatan identifikasi arah strategis dan penetapan prioritas
khusus untuk perencanaan mobilitas perkotaan yang berkelanjutan. Selain itu,
kemampuan demonstratif dari model ini dapat menciptakan ruang untuk diskusi antara
para pemangku kepentingan dan publik.

Fase 2. Prediktif (target oriented)


Pada fase kedua dari SUMP, model LUTI (Land Use and Transport Interaction)
dapat diperbarui berdasarkan target terukur yang ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk
memberikan perkiraan yang lebih rinci tentang cara langkah-langkah yang dipilih untuk
peningkatan mobilitas perkotaan dan mempengaruhi sistem penggunaan lahan. Tujuan
dari aktivitas fase 2 adalah untuk mengembangkan serangkaian target SMART melalui
pemilihan indikator, dan LUTI Action akan memperbarui model sesuai dengan target
tersebut agar dapat menghasilkan estimasi nilai indikator terutama yang terkait dengan
dampak transportasi terhadap penggunaan lahan dalam proyeksi waktu yang berbeda.
Setelah perumusan skenario, model berbasis target dapat digunakan untuk
memperkirakan dampak dari langkah-langkah yang diambil pada sistem penggunaan
lahan dan mendukung pengambilan keputusan identifikasi langkah-langkah yang
paling efektif.

Fase 3. Evaluasi
Pada tahap ketiga dari SUMP, tujuannya adalah untuk memperbarui model
LUTI berdasarkan data nyata yang berasal dari pemantauan rutin indikator selama tahap
elaborasi SUMP. Hal ini bertujuan untuk memberikan estimasi yang akurat yang dapat
digunakan untuk memeriksa kemajuan selama tahap implementasi SUMP dan tonggak
adopsi dokumen rencana. Aktivitas SUMP 8.1 merupakan kegiatan pemantauan rutin
terhadap serangkaian indikator inti yang dapat diukur untuk evaluasi elaborasi rencana.
Data pengukuran tersebut dapat dijadikan input dalam Tindakan LUTI untuk
memperbarui model. Selanjutnya, model pendidikan dapat digunakan untuk penilaian
ulang skenario berbasis target sesuai dengan data nyata. Hasil penilaian ulang tersebut
dapat memberikan kesimpulan tentang kemajuan implementasi rencana dan pencapaian
tujuannya, terutama yang terkait dengan pembangunan perkotaan. Peninjauan hasil
penilaian model selama skenario strategis, target, dan berbasis data nyata harus
dilakukan untuk mengevaluasi kemajuan rencana menuju pencapaian tujuan terkait
penggunaan lahan.

Fase 4. Validasi
Pada tahap keempat dari SUMP, tujuannya adalah untuk melakukan validasi
keseluruhan terhadap model LUTI agar dapat berkontribusi pada pengambilan
kesimpulan dari penilaian dampak akhir dan membuat perubahan dan penyesuaian yang
diperlukan untuk implementasinya di UMP berikutnya. Untuk mencapai tujuan ini,
hasil dan kesimpulan dari Kegiatan SUMP seperti 10.3 (Periksa kemajuan menuju
pencapaian tujuan) dan 11.1 (Perbarui paket saat ini secara teratur), harus disematkan
dalam Tindakan LUTI untuk validasi model. Proses ini akan memastikan bahwa model
akan mengikuti seluruh siklus SUMP dan siap untuk digunakan pada masa mendatang.
Berdasarkan paparan di atas jurnal ini menyimpulkan bahwa model LUTI dapat
diintegrasikan ke dalam keempat fase proses SUMP sebagai alat untuk analisis, sintesis, dan
pengujian rencana mobilitas alternatif. Integrasi model LUTI ke dalam siklus SUMP
merupakan faktor kunci dalam mencapai tujuan strategis SUMP. Menilai dampak dari Rencana
mobilitas alternatif pada pilihan lokasi telah menjadi inti dari pendekatan interdisipliner yang
sangat diinginkan dan dibahas dalam perencanaan transportasi berkelanjutan. Oleh karena itu,
kesempatan dan tantangan untuk mengintegrasikan model LUTI ke dalam SUMP ada di depan
kita.

Apakah konsep SUMP bisa diterapkan di Indonesia? Jelaskan!

Konsep SUMP (Sustainable Urban Mobility Plan) dapat diterapkan di Indonesia.


Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami urbanisasi yang signifikan dan
menyebabkan masalah mobilitas perkotaan yang kompleks, seperti kemacetan, kualitas udara
buruk, dan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Oleh karena itu, perencanaan mobilitas perkotaan
yang berkelanjutan menjadi semakin penting.

Namun, implementasi SUMP di Indonesia tentu akan menjadi tantangan tersendiri.


Beberapa faktor seperti regulasi yang belum mencukupi, kurangnya sumber daya manusia
terlatih, dan pengelolaan anggaran yang terbatas dapat menjadi hambatan. Oleh karena itu,
pendekatan partisipatif dan kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat
sangat penting dalam mengimplementasikan SUMP di Indonesia.

Dalam konteks Indonesia, perencanaan mobilitas perkotaan yang berkelanjutan harus


mengakomodasi kebutuhan yang beragam dari masyarakat, terutama di daerah-daerah
perkotaan yang masih berkembang. Selain itu, juga harus mempertimbangkan aspek keamanan
dan keselamatan bagi pengguna jalan, seperti pengendara sepeda motor dan pejalan kaki.
Integrasi transportasi yang lebih baik dan pengembangan infrastruktur transportasi yang ramah
lingkungan juga harus menjadi fokus utama di SUMP Indonesia.

Dalam kesimpulannya, konsep SUMP dapat diterapkan di Indonesia dengan beberapa


tantangan yang perlu diatasi. Dalam mewujudkan rencana mobilitas perkotaan yang
berkelanjutan, integritas antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat penting
untuk mencapai tujuan bersama.

Anda mungkin juga menyukai