Anda di halaman 1dari 15

Nama : Nyiluh Rahajeng Sofia Undari

NIM : 25210005
Mata Kuliah : Ekologi Perkotaan
Tanggal : Kamis, 30 Maret 2023
UTS
Developed countries – Asia

Kota di Negara Berkembang Asia yang mengalami penurunan populasi

1. Tursunzoda, Tajikistan
Tajikistan adalah sebuah negara yang terletak di Asia Tengah. Wilayahnya
terdiri dari pegunungan tinggi dan dataran yang luas. Pada tahun 2021 Tajikistan
memiliki populasi sekitar 9 juta orang (Agency on Statistics of Tajikistan), dengan
tingkat pertumbuhan penduduk sekitar 0,7% per tahun. Sebagian besar penduduk
Tajikistan adalah suku Tajik (84,3%). Ada juga minoritas Uzbek (13,8%) dan
minoritas lainnya seperti Kyrgyz, Rusia, dan Kazakh. Bahasa resmi negara ini adalah
Tajik, meskipun sebagian besar penduduk juga berbicara bahasa Rusia. Mayoritas
penduduk Tajikistan menganut agama Islam Sunni, sekitar 98 persen dari total
populasi. Sementara itu, minoritas kelompok agama lainnya termasuk Ortodoks
Rusia, Yahudi, dan Gereja Apostolik Armenia.
Kondisi sosial ekonomi di Tajikistan relatif lemah. Negara ini termasuk
sebagai negara berpenghasilan rendah, dengan sekitar 30 persen penduduk hidup di
bawah garis kemiskinan. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian yang
bergantung pada irigasi, sementara sektor industri, perdagangan, dan jasa masih
berkembang dengan lambat. Edukasi dan kesehatan juga masih menjadi masalah di
Tajikistan, dengan tingkat buta huruf dan angka kematian bayi yang tinggi. Tajikistan
merupakan negara yang memiliki tingkat urbanisasi yang rendah. Kurang dari
seperempat penduduknya tinggal di kota-kota besar. Penduduk di wilayah perkotaan
terpusat di kota-kota seperti Dushanbe (ibu kota Tajikistan), Khujand, dan Kulob.
Tajikistan menghadapi beberapa tantangan demografi yang signifikan, seperti
angka kelahiran yang tinggi (sekitar 3,4 bayi per perempuan) dan harapan hidup yang
rendah (sekitar 68 tahun). Selain itu, negara ini juga menghadapi migrasi besar-
besaran penduduk ke luar negeri, terutama ke Rusia, untuk mencari pekerjaan yang
lebih baik. Kesimpulannya, Tajikistan adalah negara yang masih menghadapi banyak
tantangan demografi. Meskipun tingkat urbanisasi rendah dan sebagian besar
penduduk adalah suku Tajik, negara ini menghadapi masalah dengan angka kelahiran
yang tinggi, harapan hidup yang rendah, dan migrasi besar-besaran.
Walaupun Tajikistan mengalami pertumbuhan penduduk sekitar 0,7% per
tahun, namun di beberapa kota Tajikistan berbeda. Hal ini dikarenakan tingkat
urbanisasi Tajikistan yang rendah, di mana penduduk Tajikistan terpusat di kota-kota
Penduduk di wilayah perkotaan terpusat di kota-kota seperti Dushanbe (ibu kota
Tajikistan), Khujand, dan Kulob. Salah satu kota di Tajikistan yang mengalami
penurunan penduduk adalah Tursunzoda.
Tursunzoda adalah sebuah kota di Tajikistan barat, yang dikenal sebagai
tempat berdirinya smelter aluminium TadAZ. Kota ini terletak 60 km di sebelah
barat Dushanbe di dekat perbatasan dengan Uzbekistan, berada di dekat Sungai
Shirkent dan Karatag. Kota ini memiliki populasi sekitar 40.000 penduduk dengan
mayoritas penduduknya berasal dari suku Tajik. Populasinya mencapai 40.600 dalam
sensus 1989, turun menjadi 39.000 pada 2000, dan diperkirakan sebesar 37.000 pada
2025 (Buku Tahunan Statistik Dushanbe, 2007).
Latar belakang perkembangan kota Tursunzoda bisa ditelusuri dari zaman
Soviet. Pada masa itu, kota ini menjadi pusat industri metalurgi terbesar yang
menyuplai bahan mentah bagi produksi mesin-mesin dan mesin berat di Uni Soviet.
Demikian pula, kota ini memiliki sejumlah sumber daya air dan tenaga listrik yang
menjadikannya sebagai pusat produksi energi. Namun, setelah kemerdekaan
Tajikistan pada tahun 1991, Tursunzoda mengalami kemunduran industri, ke depan
telah menurun akibat kekurangan modal dan teknologi modern.
Penyebab shrinking/declining population di Tursunzoda adalah kurangnya
kesempatan kerja, pendidikan dan perawatan kesehatan. Kondisi ini terjadi karena
industri di kota mengalami kemunduran. Hal ini membuat para penduduk atau pekerja
industri di kota mencari pekerjaan di tempat lain.
Konsekuensi dari kondisi ini adalah penurunan pendapatan masyarakat dan
meningkatnya tingkat kemiskinan, jumlah penduduk yang turun, kepemilikan rumah
yang tidak terawat dan dipenuhi rumah kosong. Kemerosotan lingkungan dapat
mempengaruhi pula kesehatan masyarakat, yang juga cenderung tidak terjaga akibat
tidak adanya fasilitas kesehatan yang memadai.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah lokal dan pemerintah pusat di
Tajikistan telah mencoba untuk meningkatkan sektor industri kembali di Tursunzoda,
dengan membangun kembali pabrik dan pabrik terbaik mereka dan menciptakan
lapangan kerja baru dengan memberikan subsidi kepada pengusaha lokal agar
berinvestasi di kota. Selain itu mereka juga mencoba meningkatkan pendidikan dan
fasilitas kesehatan. Kondisi saat ini mungkin masih jauh dari baik, namun upaya
pemerintah dapat menjadikan Tursunzoda lebih baik di masa depan.

2. Oymayakon, Siberia, Rusia


Rusia adalah negara terbesar di dunia dan memiliki populasi sekitar 144 juta
orang. Siberia, yang merupakan wilayah terluas di Rusia yang terletak di Asia utara,
memiliki populasi sekitar 33 juta orang. Dalam beberapa dekade terakhir, Siberia
telah mengalami perubahan demografis besar-besaran, termasuk penurunan populasi,
pertumbuhan usia dan peningkatan mobilitas. Penurunan populasi Siberia terutama
disebabkan oleh migrasi dari pedesaan ke kota-kota besar dan negara bagian lain di
Rusia. Selain itu, beberapa orang meninggalkan Siberia untuk mencari pekerjaan atau
pendidikan di luar Rusia. Namun, beberapa daerah Siberia tetap menarik imigran dari
Asia Tengah dan Asia Timur.
Dalam beberapa dekade terakhir, usia rata-rata penduduk Siberia meningkat
secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh beberapa faktor, termasuk
penurunan kelahiran dan peningkatan harapan hidup. Meningkatnya mobilitas juga
telah mempengaruhi demografi Siberia. Banyak orang kini lebih mudah bergerak di
antara kota-kota Siberia dan ke kota-kota besar Rusia lainnya. Selain itu, ada juga
mobilitas internasional, yang telah membawa banyak orang dari luar negeri ke
Siberia. Dalam beberapa tahun terakhir, Siberia telah menjadi tujuan populer bagi
para pencari suaka, terutama dari Asia Tengah dan Timur Tengah. Faktor-faktor
seperti pemanasan global dan bencana alam juga telah mempengaruhi demografi
Siberia. Secara keseluruhan, demografi Siberia terus berubah dan perubahan-
perubahan itu akan terus berlanjut di masa depan. Salah satunya terdapat pada Kota
Oymayakom.
Kota Oymayakom adalah kota terisolasi yang terletak di region Siberia, Rusia.
Identitas kota ini termasuk sebagai salah satu kota terdingin di dunia dengan suhu
rata-rata -20 derajat Celsius dan memiliki populasi sekitar 500 orang. Penduduk di
kota ini mayoritas adalah pemilik ternak rusa untuk diambil bulu, daging, dan
susunya.
Sejarah perkembangan kota Oymayakom dimulai dengan diresmikannya jalur
kereta api di daerah tersebut pada tahun 1949 oleh pemerintah Rusia. Namun, ketika
Uni Soviet runtuh, investasi untuk mempertahankan jalur kereta api tersebut semakin
berkurang hingga membuat kota ini hanya memiliki beberapa penghubung
transportasi.
Shrinking/declining population di kota Oymayakom terjadi karena beberapa
faktor. Pertama, cuaca yang ekstrem membuat banyak penduduk kota ini
meninggalkannya untuk mencari kondisi hidup yang lebih stabil di lingkungan yang
lebih hangat. Kondisi cuaca yang ekstrem juga membuat infrastruktur dan
aksesibilitas komunikasi menjadi sangat sulit. Kedua, pemerintah federal Rusia
mengurangi pembiayaan untuk kota ini, sehingga membuat kota ini kekurangan
dukungan finansial dan infrastruktur.
Konsekuensi dari kondisi ini adalah penurunan ekonomi dan pertumbuhan
populasi, serta ketidakstabilan sosial di kota. Seiring dengan penurunan populasi,
sebagian besar toko dan bisnis bersiap-siap untuk menghentikan operasi mereka.
Kondisi ini bisa menjadi bahaya besar bagi kelangsungan hidup kota.
Pemerintah Rusia telah melakukan upaya untuk meningkatkan infrastruktur di
kota Oymayakom. Pemerintah telah membangun bandara dan jalan raya baru untuk
membangun konektivitas antara kota tersebut dan kota-kota terdekat. Selain itu,
pemerintah juga berupaya meningkatkan akses sumber daya air dan listrik, serta
mengimplementasikan program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja untuk
pemangku kepentingan lokal. Lebih lanjut, pemerintah Rusia juga berupaya untuk
memberikan kemudahan untuk mendirikan bisnis dan mendorong pertumbuhan
ekonomi di kota Oymayakom. Program ini akan memberikan tanto bagi masyarakat
dan pelaku bisnis untuk membangun kembali ekonomi dan pertumbuhan populasi di
kota Oymayakom.

3. Kandahar, Afganistan
Afganistan merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tengah. Negara
ini memiliki populasi sekitar 39 juta orang, dengan mayoritas penduduknya beragama
Islam. Meskipun Afganistan memiliki kekayaan alam yang berlimpah seperti minyak,
gas, dan logam, negara ini termasuk ke dalam negara yang termasuk ke dalam
kategori negara miskin. Hal ini dikarenakan adanya perang yang terjadi di negeri ini
pada dekade terakhir. Menurut PBB, tingkat kelahiran di Afganistan masih tinggi,
yaitu sekitar 4,2 anak per wanita. Namun, tingkat kematian ibu melahirkan di negara
ini masih tinggi, yaitu sekitar 638 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sebab utama
dari angka kematian ibu melahirkan ini adalah karena keterbatasan akses ke layanan
medis dan kondisi sanitasi yang buruk.
Selain itu, program keluarga berencana juga belum sepenuhnya menjadi
budaya di Afganistan, sehingga angka kelahiran yang tinggi masih terjadi. Hal ini
juga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang reproduksi
serta kurangnya akses ke metode kontrasepsi. Meskipun demikian, ada beberapa
upaya yang dilakukan pemerintah Afganistan untuk meningkatkan pendidikan dan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan reproduksi serta ketersediaan akses ke
layanan medis. Pemerintah juga berusaha melakukan batasan dalam segi demografis
dengan program pengurangan jumlah kelahiran per perorangan yang diadakan di
beberapa wilayah.
Secara umum, meskipun masih banyak tantangan yang harus diatasi,
Afganistan terus berusaha untuk meningkatkan kondisi kesehatan reproduksi dan
mengurangi angka kelahiran yang tinggi. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa
dalam beberapa tahun ke depan, tingkat kelahiran di negara ini akan terus menurun
mengikuti program-program keluarga yang diadakan pemerintah. Meskipun
Afganistan mengalami pertumbuhan penduduk, hal ini berbeda dengan beberapa kota
di Afganistan. Salah satunya adalah Kota Kandahar.
Kota Kandahar adalah salah satu kota terbesar di Afghanistan. Secara
geografis, kota ini terletak di selatan negara itu, dekat dengan perbatasan Pakistan.
Identitas kota ini sangat dipengaruhi oleh budaya dan tradisi Pashtun, suku mayoritas
di wilayah tersebut. Dalam hal demografi, Kandahar memiliki populasi sekitar
557.118 jiwa, menurut sensus yang dilakukan pada tahun 2019. Mayoritas penduduk
di kota ini adalah pengikut agama Islam dan fasilitas transportasi di kota ini terdiri
dari jalan raya dan jalan raya yang menghubungkan antara Afghanistan dan Pakistan.
Sejarah Kandahar dapat dilacak kembali ke masa lalu, ketika kota ini menjadi
pusat perdagangan dan kepentingan strategis di wilayah itu. Pada era modern,
Kandahar dikenal sebagai salah satu kota terbesar dan terpenting di Afghanistan. Kota
ini memainkan peran penting dalam pemberontakan dan peperangan dalam beberapa
dekade terakhir. Meskipun Kandahar memiliki sejarah yang kaya, kota ini mengalami
shrinking/declining population beberapa tahun terakhir. Ada banyak faktor yang
menyebabkan fenomena ini, seperti perang dengan Taliban dan konflik lainnya,
ketidakstabilan politik di negara tersebut, dan masalah ekonomi yang kronis yang
telah menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi dan kemiskinan.
Konsekuensi dari shrinking/declining population di Kandahar sangat beragam,
antara lain adalah kurangnya ketersediaan infrastruktur, perumahan yang kosong, dan
masalah sosial ekonomi yang sering menyebabkan peningkatan masalah sosial seperti
kejahatan dan pengangguran.
Pemerintah kota dan negara telah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi
isu shrinking/declining population di Kandahar. Salah satu tindakan yang diambil
adalah dengan mempromosikan program pembangunan ekonomi dan sosial, termasuk
inisiatif untuk membuat lapangan kerja baru dan bisnis lokal, serta pembangunan
proyek infrastruktur seperti jalan dan trotoar. Selain itu, pemerintah kota dan negara
juga bekerja sama dengan organisasi internasional untuk memajukan pertanian dan
kelautan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Diharapkan bahwa upaya ini dapat membantu meningkatkan kondisi ekonomi dan
sosial di Kota Kandahar dan membalikkan tren shrinking/declining population yang
sedang terjadi.

Kesamaan dan perbedaan karakteristik antara kota di negara berkembang Asia


dengan penurunan populasi

Kota Tursunzoda, Kota Oymayakom, dan Kota Kandahar memiliki karakteristik


pertumbuhan hampir mirip. Di mana ketiga kota tersebut memiliki karakteristik dalam
penurunan penduduk. Untuk lebih lanjur, berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
persamaan dan perbedaan tersebut.

Karakteristik pertumbuhan kota Tursunzoda ditandai dengan adanya pertumbuhan


yang lambat. Kota ini mengalami kemunduran industri, ke depan yang telah menurun akibat
kekurangan modal dan teknologi modern.

Sama seperti kota Tursunzoda, karakteristik pertumbuhan kota Oymayakom ditandai


dengan pertumbuhan yang lambat dan terbatas. Kota ini hanya memiliki populasi sekitar
8.000 jiwa dan ekonominya sangat bergantung pada pertanian. Namun, kota Oymayakom
memiliki lingkungan yang sehat dan indah, serta menjadi tujuan wisata yang menarik.
Karakteristik pertumbuhan kota Kandahar, di sisi lain, ditandai dengan adanya
pertumbuhan yang sangat sulit dan terhambat oleh berbagai faktor, seperti konflik dan
ketidakstabilan keamanan. Kota ini memiliki populasi yang besar, tetapi sumber daya dan
infrastruktur yang terbatas. Namun, Kandahar memiliki potensi bisnis yang besar, terutama di
sektor pertanian dan perdagangan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan karakteristik pertumbuhan ketiga kota tersebut


meliputi:

1. Infrastruktur: Kota Tursunzoda memiliki infrastruktur yang cukup baik namun sudah
tua, sedangkan kota Oymayakom dan Kandahar memiliki infrastruktur yang terbatas.

2. Stabilitas keamanan: Kandahar mengalami konflik dan ketidakstabilan keamanan,


sementara Tursunzoda dan Oymayakom relatif aman dan stabil.

3. Sumber daya: Kandahar memiliki sumber daya yang terbatas, sementara Tursunzoda
memiliki sumber daya yang melimpah berasal dari peninggalan industri.

4. Kemajuan teknologi: Kandahar memiliki kemajuan teknologi yang belum


berkembang, sementara Tursunzoda dan Oymayakom telah mengalami kemajuan
teknologi yang signifikan.

5. Kondisi lingkungan: Oymayakom memiliki kondisi lingkungan yang sehat dan indah,
sementara Tursunzoda dan Kandahar memiliki kondisi lingkungan yang buruk.

Dari faktor-faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa infrastruktur dan stabilitas keamanan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perbedaan karakteristik pertumbuhan ketiga
kota tersebut.

Kota di Negara Berkembang Asia yang mengalami pertumbuhan populasi yang pesat

1. Mumbai, India
India adalah negara terpadat kedua di dunia setelah China, dengan populasi
sekitar 1,3 miliar jiwa. Pada tahun 2021, angka harapan hidup di India adalah sekitar
69 tahun, sedangkan jumlah kelahiran rata-rata per wanita masih tinggi yaitu, sekitar
4,2 anak. Perkiraan pertumbuhan populasi India pada tahun 2021 adalah sekitar 1,05
persen, yang berarti populasi India dapat mencapai 1,6 miliar pada tahun 2050. Ada
perbedaan besar dalam distribusi populasi di India, dengan daerah-daerah perkotaan
seperti Mumbai dan Delhi yang sangat padat sementara daerah-daerah pedesaan
memiliki kurang dari separuh penduduknya. Selain itu, ada juga perbedaan besar
dalam hal kesenjangan pendapatan dan kesejahteraan antara daerah perkotaan dan
pedesaan.
Masalah demografi yang dihadapi India termasuk pengendalian pertumbuhan
populasi, kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan, serta mengatasi kesenjangan
pendidikan dan kesehatan. Namun, pemerintah India telah mengambil langkah-
langkah untuk mengurangi tekanan terhadap populasi melalui program-program
bantuan sosial dan program pengendalian kelahiran.
Meskipun masih ada banyak tantangan yang dihadapi oleh India dalam hal
demografi, negara ini telah membuat kemajuan signifikan dalam meningkatkan
kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan bagi populasi yang lebih miskin. Hal ini
dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dengan tantangan demografi yang
serupa. Sebagai salah satu kota terbesar di India, Mumbai juga mengalami
pertumbuhan penduduk.
Mumbai adalah salah satu kota terbesar di India dan merupakan pusat
keuangan, perdagangan, dan hiburan yang penting di Asia Selatan. Kota ini memiliki
banyak identitas yang unik, termasuk ikon-ikon seperti Gateway of India, Marine
Drive, dan Chhatrapati Shivaji Terminus. Mumbai juga dikenal dengan julukan "kota
yang tidak pernah tidur" karena aktivitas 24 jam di sana.
Menurut sensus terbaru yang dilakukan pada tahun 2011, populasi Mumbai
mencapai sekitar 18,4 juta orang. Namun, jumlah penduduk sebenarnya diperkirakan
lebih tinggi karena ada banyak penduduk yang tidak terdaftar dalam sensus resmi.
Laju pertumbuhan penduduk di Mumbai telah meningkat secara signifikan selama
beberapa dekade terakhir, dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 2,5-3% setiap
tahunnya. Meskipun angka ini telah melambat sedikit dalam beberapa tahun terakhir,
Mumbai masih menjadi salah satu kota yang paling padat di dunia. Pertumbuhan
populasi yang cepat telah menyebabkan tekanan pada sumber daya kota dan
infrastruktur yang ada, dan menjadi tantangan besar bagi pemerintah kota dan negara
dalam memenuhi kebutuhan warga. Demografi Mumbai sangat beragam, terdiri dari
berbagai kelompok agama, bahasa, dan budaya. Mayoritas penduduk Mumbai adalah
orang Marathi, tetapi ada juga orang-orang dari kelompok etnis Gujarati, Punjabi, dan
Tamil. Mumbai juga memiliki komunitas besar dari orang asing, terutama dari
negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.
Sejarah perkembangan kota Mumbai dapat ditelusuri kembali ke abad ke-2
SM, ketika daerah ini dikuasai oleh Kekaisaran Maurya. Namun, perkembangan
modern kota dimulai pada abad ke-17 ketika Inggris mendirikan East India Company
di sana. Sejak saat itu, Mumbai telah menjadi pusat perdagangan penting bagi Inggris
di India.
Penyebab pertumbuhan penduduk yang cepat di Mumbai adalah karena kota
ini adalah pusat ekonomi dan perdagangan yang penting di India. Penduduk datang ke
Mumbai dalam pencarian pekerjaan dan kesempatan ekonomi yang lebih baik.
Konsekuensi dari pertumbuhan penduduk yang cepat termasuk krisis perumahan,
kemacetan lalu lintas, dan peningkatan tingkat kejahatan.
Pemerintah kota Mumbai telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
masalah yang terkait dengan pertumbuhan penduduk yang cepat. Salah satu upaya
utama adalah pengembangan infrastruktur, termasuk pembangunan jalan tol dan
sistem transportasi massal seperti kereta api dan bus cepat. Pemerintah juga telah
mencoba untuk mengatasi krisis perumahan dengan membangun perumahan yang
terjangkau bagi penduduk berpenghasilan rendah. Selain itu, pemerintah juga telah
meluncurkan program pemberdayaan ekonomi bagi penduduk setempat untuk
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

2. Dhaka, Bangladesh
Bangladesh adalah negara berpenduduk padat di Asia Selatan, terletak di
sebelah timur India dan barat laut Myanmar. Negara ini memiliki wilayah seluas
sekitar 147.570 kilometer persegi dan memiliki populasi sekitar 166,4 juta orang
menurut sensus terakhir pada tahun 2021. Demografi Bangladesh sangat beragam,
terdiri dari berbagai kelompok etnis, bahasa, dan agama. Bahasa resmi negara adalah
Bahasa Bengali, yang juga merupakan bahasa yang paling banyak digunakan oleh
penduduk Bangladesh. Mayoritas penduduk Bangladesh adalah Muslim, tetapi ada
juga minoritas Hindu, Buddha, Kristen, dan lainnya. Lebih dari 90% penduduk
Bangladesh tinggal di daerah pedesaan dan bergantung pada pertanian sebagai mata
pencaharian. Laju pertumbuhan penduduk Bangladesh telah menurun dalam beberapa
dekade terakhir, tetapi masih tinggi dibandingkan dengan standar internasional.
Menurut data Bank Dunia, laju pertumbuhan penduduk Bangladesh pada tahun 2020
adalah sekitar 1,0%. Namun, meskipun laju pertumbuhan telah menurun, jumlah
penduduk Bangladesh tetap meningkat secara signifikan. Pada tahun 2000, jumlah
penduduk Bangladesh sekitar 131 juta orang, tetapi pada tahun 2021, jumlah
penduduk telah meningkat menjadi 166,4 juta orang.
Kondisi geografis Bangladesh terdiri dari lembah yang luas dan dataran
rendah yang terletak di sepanjang delta Sungai Ganges-Brahmaputra. Banyak daerah
di Bangladesh sering terkena banjir dan cuaca ekstrem lainnya seperti siklon tropis
dan badai. Kondisi geografis ini berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi di
Bangladesh, termasuk masalah ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk, dan
kemiskinan yang tinggi.
Karena pertumbuhan penduduk yang tinggi, pemerintah Bangladesh terus
mencari cara untuk mengatasi tantangan sosial dan ekonomi yang terkait dengan
jumlah penduduk yang terus bertambah. Beberapa program pemerintah yang
diluncurkan meliputi upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
penduduk, pendidikan dan pelatihan keterampilan, dan dukungan untuk sektor
pertanian dan industri. Pemerintah Bangladesh juga telah berupaya untuk
meningkatkan akses ke layanan kesehatan, sanitasi, dan infrastruktur untuk
meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Sebagai ibu kota negara, Dhaka juga
mengalami pertumbuhan penduduk. Di mana Dhaka sebagai kota terbesar di negara
Banglades, terlihat dari pusat kota yang sibuk dengan berbagai jenis transportasi,
bangunan-bangunan megah, pasar yang sibuk, serta keragaman budaya dan agama
yang menarik.
Menurut sensus terakhir pada tahun 2021, jumlah penduduk Dhaka mencapai
sekitar 21,7 juta orang. Laju pertumbuhan penduduk kota ini sangat tinggi, dengan
pertumbuhan rata-rata sekitar 4% setiap tahun. Pertumbuhan penduduk yang sangat
cepat telah menyebabkan banyak tantangan bagi pemerintah kota dalam memenuhi
kebutuhan dasar warga seperti akses ke infrastruktur dasar, layanan kesehatan,
sanitasi dan perumahan.
Sejarah perkembangan Dhaka dimulai pada abad ke-7, ketika kota ini menjadi
pusat perdagangan penting di wilayah tersebut. Dhaka kemudian menjadi ibu kota
provinsi Bengal di bawah pemerintahan Mughal pada abad ke-17, dan kemudian
menjadi bagian dari kekuasaan Inggris pada abad ke-18. Setelah kemerdekaan
Bangladesh pada tahun 1971, Dhaka menjadi ibu kota negara baru.
Penyebab terbesar laju pertumbuhan penduduk di Dhaka adalah migrasi dari
daerah pedesaan dan perkotaan lainnya di Bangladesh. Banyak penduduk yang
bermigrasi ke Dhaka untuk mencari pekerjaan dan kesempatan ekonomi lainnya, yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cepat di kota ini. Namun, pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat telah menyebabkan tekanan besar pada sumber daya kota
dan infrastruktur yang ada, dan menjadi tantangan besar bagi pemerintah kota dan
negara dalam memenuhi kebutuhan warga.
Konsekuensi dari pertumbuhan penduduk yang cepat di Dhaka termasuk
masalah ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk, kemacetan lalu lintas, dan polusi
udara yang tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah kota dan negara telah
meluncurkan berbagai program dan proyek infrastruktur besar, seperti peningkatan
sistem transportasi publik, pengembangan sistem air dan sanitasi, dan perumahan
yang terjangkau. Selain itu, pemerintah juga mencoba untuk mendorong
perkembangan ekonomi dan peluang kerja di daerah lain di Bangladesh untuk
mengurangi tekanan pada Dhaka.
Namun, tantangan yang dihadapi Dhaka masih sangat besar dan akan
memerlukan upaya yang berkelanjutan dan terkoordinasi dari pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat secara keseluruhan untuk mengatasi masalah yang ada dan
memastikan kualitas hidup yang lebih baik bagi penduduk kota ini.

3. Jakarta, Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia
Tenggara dan mencakup sekitar 17.500 pulau. Negara ini memiliki kondisi geografis
yang unik dengan berbagai jenis cuaca dan iklim serta beragam keanekaragaman
hayati.
Menurut sensus terakhir pada tahun 2020, jumlah penduduk Indonesia mencapai
sekitar 270 juta jiwa, menjadikannya negara keempat terbesar di dunia dalam hal
jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 1,06% setiap tahun.
Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa, dengan sekitar 146 juta
jiwa, diikuti oleh Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. Indonesia memiliki
keragaman etnis dan budaya yang sangat besar, dengan lebih dari 300 kelompok etnis
dan 700 bahasa yang berbeda. Bahasa resmi negara ini adalah bahasa Indonesia, yang
digunakan di seluruh Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa internasional.
Mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam, diikuti oleh agama Kristen,
Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisasi yang tinggi telah
menyebabkan banyak tantangan bagi Indonesia, termasuk masalah keterbatasan
sumber daya, kesehatan, dan lingkungan hidup. Pemerintah Indonesia telah
meluncurkan berbagai program dan proyek untuk mengatasi tantangan ini, termasuk
pengembangan infrastruktur, program keluarga berencana, dan pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Dengan potensi ekonomi yang besar, Indonesia terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas hidup penduduknya dengan membangun infrastruktur dasar,
mengembangkan sektor industri, dan meningkatkan akses ke layanan kesehatan dan
pendidikan yang berkualitas. Walaupun masih banyak tantangan yang harus diatasi,
Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi negara maju dan modern
yang sejahtera.
Jakarta adalah ibu kota dan kota terbesar di Indonesia. Kota ini memiliki
identitas sebagai pusat politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan di Indonesia. Seiring
dengan kemajuan ekonomi Indonesia, Jakarta menjadi tujuan utama bagi orang-orang
dari seluruh Indonesia untuk mencari pekerjaan dan mengejar mimpi mereka.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2020, jumlah penduduk
Jakarta mencapai sekitar 10,6 juta jiwa, menjadikannya salah satu kota terpadat di
dunia. Laju pertumbuhan penduduk Jakarta mencapai sekitar 1,3% per tahun.
Sebagian besar penduduk Jakarta adalah pendatang dari luar kota, yang datang ke
Jakarta untuk mencari pekerjaan dan mengejar kehidupan yang lebih baik.
Sejarah Jakarta dapat ditelusuri kembali ke abad ke-4 Masehi, ketika kota ini
dikenal dengan nama Sunda Kelapa. Pada abad ke-16, Jakarta menjadi pusat
perdagangan bagi bangsa Belanda di wilayah Indonesia. Setelah kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1945, Jakarta menjadi ibu kota negara dan mengalami
pertumbuhan pesat dalam beberapa dekade terakhir.
Penyebab pertumbuhan penduduk Jakarta yang cepat adalah urbanisasi yang
tinggi, pertumbuhan ekonomi, dan pusat politik dan bisnis nasional yang ada di kota
ini. Konsekuensi dari pertumbuhan penduduk yang cepat adalah masalah infrastruktur
yang besar, krisis transportasi, dan kemacetan yang parah. Pemerintah kota dan
negara telah meluncurkan berbagai program dan proyek untuk mengatasi masalah ini,
seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan transportasi massal, dan program
penataan kembali kota.
Selain itu, pemerintah kota dan negara juga berupaya meningkatkan kualitas
hidup penduduk Jakarta dengan meningkatkan akses ke layanan kesehatan,
pendidikan, dan perumahan yang terjangkau. Secara keseluruhan, Jakarta adalah kota
yang penting bagi Indonesia dan terus berkembang sebagai pusat kegiatan ekonomi
dan politik di Indonesia. Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi,
pemerintah kota dan negara terus berupaya untuk mengatasi masalah infrastruktur dan
meningkatkan kualitas hidup penduduk Jakarta.

Kesamaan dan perbedaan karakteristik antara kota di negara berkembang Asia


dengan pertumbuhan populasi

Kota Mumbai, Dhaka, dan Jakarta adalah kota-kota yang memiliki pertumbuhan
penduduk yang cepat dan memiliki banyak persamaan dalam karakteristik pertumbuhan
populasi, tetapi juga memiliki perbedaan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tersebut.

Persamaan:

1. Urbanisasi Tinggi: Semua tiga kota mengalami urbanisasi yang tinggi, dengan orang
dari daerah sekitarnya bermigrasi ke kota-kota ini untuk mencari pekerjaan dan
kehidupan yang lebih baik.
2. Pusat Ekonomi: Mumbai, Dhaka, dan Jakarta adalah pusat ekonomi dari negara
mereka masing-masing. Karena itu, mereka menarik banyak orang untuk mencari
pekerjaan dan bisnis di kota tersebut.
3. Masalah Infrastruktur: Ketiga kota ini menghadapi masalah infrastruktur yang serupa,
seperti kemacetan lalu lintas, kekurangan air bersih, dan sanitasi yang buruk.
4. Pertumbuhan Ekonomi Cepat: Ketiga kota ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang
cepat dan menjadi pusat bisnis nasional, menarik lebih banyak orang ke kota-kota
tersebut.

Perbedaan:

1. Jumlah Penduduk: Mumbai adalah kota terbesar dengan populasi sekitar 20 juta,
diikuti oleh Dhaka dengan populasi sekitar 10 juta dan Jakarta dengan populasi sekitar
10,6 juta.
2. Sejarah dan Budaya: Mumbai memiliki sejarah yang lebih lama dibandingkan dengan
Dhaka dan Jakarta yang mempengaruhi karakteristik kota seperti bahasa, seni, dan
budaya.
3. Letak Geografis: Mumbai adalah kota pesisir, sedangkan Dhaka dan Jakarta terletak
di daerah sungai yang mempengaruhi kondisi lingkungan, serta dapat berdampak pada
kebijakan pembangunan kota.
4. Tingkat Pertumbuhan: Dhaka memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih
tinggi dibandingkan dengan Mumbai dan Jakarta, mencapai 3,5% per tahun,
sedangkan Mumbai mencapai sekitar 2,2% per tahun, dan Jakarta sekitar 1,3% per
tahun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persamaan dan perbedaan tersebut adalah pertumbuhan


ekonomi, pusat bisnis nasional, dan urbanisasi. Ketiga kota ini mengalami pertumbuhan
ekonomi yang cepat dan menjadi pusat bisnis nasional, sehingga menarik lebih banyak orang
untuk pindah ke kota tersebut. Urbanisasi adalah faktor penting yang mempengaruhi
karakteristik pertumbuhan di ketiga kota. Sedangkan faktor-faktor seperti sejarah dan budaya,
letak geografis, dan tingkat pertumbuhan mempengaruhi perbedaan karakteristik di antara
ketiga kota tersebut.

Perubahan lingkungan perkotaan di kota Jakarta dalam beberapa dekade terakhir

Kota Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, mengalami perubahan signifikan dalam
beberapa dekade terakhir dalam hal lingkungan perkotaan. Perubahan tersebut terjadi secara
bertahap dan tidak terelakan akibat dari pertumbuhan populasi dan ekonomi yang pesat.

Perubahan tutupan lahan di kota Jakarta dapat diamati dari pemakaian lahan
komersial dan perumahan yang semakin luas, terutama di wilayah-wilayah pinggiran kota.
Pada saat yang sama, terjadi perubahan pada sebagian besar kawasan hijau kota, seperti
taman dan hutan kota yang telah berkurang atau bahkan hilang. Bangunan-bangunan
pencakar langit semakin banyak dibangun di kota Jakarta dalam beberapa dekade terakhir.
Beberapa gedung pencakar langit seperti Wisma 46 dan Menara BCA menjadi ikon kota
Jakarta. Namun, pembangunan gedung-gedung tinggi tersebut juga berdampak pada
perubahan karakteristik lingkungan perkotaan, seperti terjadinya peningkatan suhu udara dan
kemacetan lalu lintas yang semakin parah.

Peta Jakarta juga menunjukkan perubahan yang signifikan dalam hal pola pemukiman
dan jaringan transportasi. Selama beberapa dekade terakhir, kota Jakarta telah melihat
pembangunan jalan tol dan layanan transportasi publik yang lebih baik, seperti TransJakarta
dan MRT Jakarta.
Gambar 1 Peta Permukiman Jakarta 1972 - 2002

Gambar 2 Peta Integrasi Transportasi Umum Jakarta

Kesimpulannya, kota Jakarta mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa


dekade terakhir dalam hal lingkungan perkotaan. Terjadi perubahan dalam pemakaian lahan,
pembangunan gedung pencakar langit, penurunan kawasan hijau, dan peningkatan jaringan
transportasi. Namun, hal ini juga menyebabkan dampak negatif seperti kemacetan lalu lintas,
peningkatan suhu udara, dan polusi udara. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu
bekerja sama untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan
lingkungan perkotaan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai