Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PEMBINAAN ANAK JALANAN


DI KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI
diajukan guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Pemerintahan Pada
Institut Pemerintahan Dalam Negeri

oleh
AHMAD DZULFIKARDIN
NPP.30.1329

PROGRAM STUDI PRAKTEK PERPOLISIAN TATA PAMONG


FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia kian meningkat setiap tahunnya,

berdasarkan data proyeksi penduduk interim 2020-2023 oleh Badan Pusat

Statistik jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 2021

sebesar 272,68 juta jiwa. Hal ini berarti meningkat 34,16 juta jiwa

dibandingkan dengan hasil sensus penduduk pada tahun 2010. Dengan

luas daratan Indonesia 1,9 juta km2 sehingga kepadatan penduduknya

sebanyak 142 jiwa per km2. Serta laju pertumbuhan penduduknya 1,22

persen per tahun.

Lonjakan pertumbuhan penduduk ini menimbulkan banyak

permasalahan sosial yang muncul ke permukaan salah satunya adalah

permasalahan ekonomi. Jumlah penduduk yang besar menimbulkan

kecilnya lapangan pekerjaan sehingga menimbulkan masalah baru berupa

pengangguran. Kompleks dari permasalahan pengangguran yang tinggi

ini akan menambah jumlah kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan pada

area perkotaan dan pedesaan di Indonesia pada tahun 2021 meningkat

sejumlah 1,71 juta jiwa dibandingkan dengan tahun 2019 sebelum

pandemi covid.

Terkhusus di Perkotaan jumlah penduduk miskin meningkat 2

juta jiwa dari September 2019 hingga September 2021. Dengan

persentase penduduk miskin pada September 2021 adalah 7,60%. Rata-


rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,50 orang anggota rumah

tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga

miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp2.187.756,-/rumah tangga

miskin/bulan tercatat pada September 2021. Hal ini menunjukkan semakin

meningkatnya persentase jumlah kemiskinan di Indonesia.

Gambar 1. 1
Sebaran Penduduk Sulawesi Tenggara
Menurut Wilayah Tahun 2020

Sumber : zonasultra.com

Kabupaten Kolaka adalah salah satu kabupaten di Provinsi

Sulawesi Tenggara yang dimana Kabupaten Kolaka merupakan

kabupaten penghubung antara Provinsi Sulawesi Tenggara dengan

Provinsi Sulawesi Selatan melalui dua pelabuhan yaitu pelabuhan kapal


fery dan pelabuhan kapal fiber. Selain itu kabupaten Kolaka juga

merupakan jalur trans sulawesi sehingga banyak faktor yang menjadi

pendorong masyarakat untuk menetap atau tinggal di Kabupaten Kolaka.

Tentu saja hal ini menimbulkan lonjakan penduduk akibat dari

faktor urbanisasi. Seperti yang terlihat pada gambar 1.1 di atas Kabupaten

Kolaka merupakan salah satu daerah dengan jumlah penduduk terbanyak

di Provinsi Sulawesi Tenggara. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa

permasalahan kemiskinan pun menjadi permasalahan sosial yang harus

segera ditangani.

Tabel 1. 1
Data Kemiskinan di Kabupaten Kolaka 2016-2021

Garis
Jumlah Persentase
Tahu Kemiskinan
Penduduk Penduduk
n Rp/Kapita/
Miskin Miskin
Bulan

2016 320.897 28.560 15,05


2017 327.329 26.641 13,78
2018 349.388 24.735 12,51
2019 370.036 24.000 11,92
2020 406.919 23.760 11,63
2021 432.858 33.450 12,43
sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka
Dari data tabel 1.1 di atas maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

penurunan jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di

Kabupaten Kolaka dari tahun 2016 sampai dengan 2020 walaupun

kembali meningkat pada tahun 2021 dampak dari pandemi covid-19.

Namun walaupun jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk

miskin sempat menurun, tetapi garis kemiskinan tetap naik mengikuti

jumlah penduduk tiap tahunnya. Artinya jumlah kemiskinan di Kabupaten

Kolaka berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk.

Selain itu, pada tahun 2019 banyak terjadi permasalahan sosial

karena adanya isu-isu dan permasalahan nasional mengenai penularan

Covid-19. Mengakibatkan pemerintah pusat maupun daerah banyak

mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah ini. Diantaranya berupa

Lockdown, Work From Home, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),

dan yang terbaru adalah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Masyarakat (PPKM). Semua kebijakan tersebut berguna untuk membatasi

kegiatan masyarakat di tempat umum sehingga masyarakat lebih terjaga

dan terhindar dari penularan virus ini dan lebih banyak melakukan

kegiatan di dalam rumah. Dampaknya berimbas pada ekonomi

masyarakat, banyak masyarakat kecil yang menggantungkan hidupnya di

usaha kecil ekonomi mikro berupa pedagang kecil-kecilan dan home

industry menjadi kehilangan lapak pekerjaan dan harus menggulung tikar

karena kebijakan ini. Masyarakat ekonomi rendah dengan demikian


semakin bertambah jumlahnya karena tidak ada pemasukan dan

banyaknya pengeluaran demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Faktor di atas menjadi salah satu faktor besar meningkatnya

kemiskinan di Kabupaten Kolaka pada tahun 2019-2021. Berdasarkan

data terbaru dari Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara, jumlah

penduduk miskin September 2021 di daerah perkotaan dan pedesaan

naik sebanyak 5,94 ribu orang di bandingkan September 2020 (dari

317,32 ribu orang pada September 2020 menjadi 323,26 ribu orang pada

September 2021).

Tingginya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan jumlah

lapangan pekerjaan mengakibatkan banyak pengangguran yang menjadi

dasar dari permasalahan kemiskinan. Masalah kemiskinan yang telah

disebutkan diatas mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan lain

di masyarakat, akan timbul masalah-masalah baru diantaranya

menurunnya indeks kesehatan dan pendidikan masyarakat karena tidak

memiliki biaya serta tindak kriminalitas semakin besar karena tuntutan

ekonomi. Semua hal tersebut menyebabkan rendahnya kualitas sumber

daya manusia. Berdampak pada munculnya pengangguran serta semakin

tingginya jumlah keluarga miskin, menyebabkan munculnya anak terlantar

yang kemudian menjadi anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan

pengamen.
Mengenai permasalahan kemiskinan dan anak terlantar telah

diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 34 Ayat (1) menyatakan "Fakir Miskin dan Anak-anak terlantar

dipelihara oleh Negara". Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa bagi fakir miskin dan anak terlantar seperti yang dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan rehabilitasi sosial,

jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sebagai

perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya

hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu.

Di Kabupaten Kolaka fenomena anak jalanan seperti

gelandangan, pengemis, dan pengamen banyak dijumpai di tempat-

tempat umum dan keramaian diantaranya di perempatan lampu lalu lintas

dan pasar serta fasilitas umum lainnya. Anak jalanan di Kabupaten Kolaka

banyak yang putus sekolah dan menjadi gelandangan, pengemis dan juga

pengamen guna memenuhi kebutuhannya serta membantu keuangan

keluarganya atau hanya sekedar menambah uang jajan. Anak jalanan

yang mengamen sering melakukan aktivitas di perempatan lampu lalu

lintas yang kerap kali menimbulkan kemacetan dan terganggunya lalu

lintas jalan raya. Sehingga membuat pengguna lalu lintas yang lain

menjadi tidak nyaman. Ketertiban umum pun kini menjadi perhatian selain

itu banyaknya pengemis dan gelandangan di tempat umum membuat

pemerintah harus bekerja keras untuk memberikan solusi agar ketertiban


dan kenyamanan masyarakat tetap terjaga serta diperlukannya

pembinaan demi terlindunginya hak anak dan masyarakat kecil.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, dijelaskan mengenai urusan

pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Kemudian dalam

urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang

berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak

berkaitan dengan pelayanan dasar. Disebutkan pada pasal 12 ayat (1)

huruf e. bahwa Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan

masyarakat merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan

dengan Pelayanan Dasar.

Pada ayat (2) huruf b. menyebutkan Pemberdayaan perempuan

dan pelindungan anak merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak

berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Berdasarkan pemaparan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah, pasal 12 ayat (1) dan (2) diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

mengenai perihal perlindungan masyarakat serta perlindungan anak

merupakan urusan wajib pemerintah yang artinya hal tersebut harus

menjadi perhatian pemerintah terutama pemerintah daerah.

Perlu diperhatikan bahwa penyelenggaraan perlindungan anak

bukan hanya tugas orang tua namun juga merupakan tugas pemerintah,

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, pada Pasal 20 berbunyi

“Negara, Pemerintah, Pemerintah daerah, Masyarakat, Keluarga, dan

Orang Tua atau Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap

penyelenggaraan Perlindungan Anak”.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35

Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak, Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka

telah membuat dasar hukum, berupa Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka

Nomor 6 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak Terlantar.

Anak jalanan Kabupaten Kolaka banyak yang berprofesi sebagai

pengemis dan pengamen, ada juga yang berjualan tisu, gantungan mobil,

dan pengharum mobil di perempatan lalu lintas. Selain itu ada juga orang

tua yang lanjut usia yang menjadi gelandangan, pengemis, maupun

pengamen. Maka Dinas Sosial dapat menjalankan tugas yang berkaitan

dengan pembiayaan berupa bantuan sosial seperti bantuan PKH ataupun

BNPT kepada keluarga anak jalanan maupun program- program lain

sebagai bentuk perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Beberapa

program yang dapat dilakukan Dinas Sosial diantaranya memberikan

fasilitas panti pembinaan, dimana panti ini nantinya dikelompokkan

misalnya untuk perempuan dan ibu rumah tangga dapat mendapatkan

bimbingan keterampilan, contohnya menjahit, membuat keranjang,

maupun keterampilan lainnya, dan untuk anak-anak dapat dilakukan


bimbingan belajar mingguan maupun kegiatan positif lainya seperti

pengajian atau bimbingan konseling.

Adanya Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka No 6 Tahun 2022

tentang Perlindungan Anak Terlantar, menjadi dasar perlindungan sosial

terhadap masyarakat kecil. Kendati demikian berdasarkan pengamatan

peneliti, masih sangat mudah untuk menemukan anak-anak di sisi jalan

dan di beberapa titik di Kabupaten Kolaka. Berdasarkan data dari Dinas

Sosial Kabupaten Kolaka terdapat peningkatan jumlah anak jalanan. Pada

tahun 2013/2014 anak jalanan Kabupaten Kolaka sejumlah 37 orang yang

terdiri dari pengemis, pengamen, dan gelandangan.

Data terbaru tahun 2020 jumlah anak jalanan yang berkeliaran di

Kabupaten Kolaka sudah mencapai 117 orang, yang tersebar di beberapa

titik Kota seperti di perempatan lampu lalu lintas, taman kota, pantai

mandra, pantai kakao, pasar, dan beberapa tempat umu lainnya di

Kabupaten Kolaka

Tabel 1.2
Data Anak Jalanan Kabupaten Kolaka 2021

NO. Alamat Jumlah Anak

1. Kecamatan Kolaka 69
2. Kecamatan Wundulako 3
3. Kecamatan Baula 2
4. Kecamatan Pomalaa 4
5. Kecamatan Polinggona 5
6. Kecamatan Watubangga 8
7. Kecamatan Toari 8
8. Kecamatan Latambaga 4
9. Kecamatan Samaturu 3
10. Kecamatan Wolo 6
11. Kecamatan Iwoimendaa 5

Jumlah 117

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Kolaka

Berdasarkan data dan informasi yang ada dan telah

dikemukakan oleh peneliti di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa

penanganan anak jalanan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten

Kolaka belum maksimal dan belum efektif. Maka atas dasar tersebut

peneliti tertarik meneliti lebih dalam tentang bagaimana “Implementasi

Kebijakan Pembinaan Anak Jalanan Di Kabupaten Kolaka Provinsi

Sulawesi Tenggara”.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembinaan anak jalanan yang dilakukan oleh Dinas

Sosial di Kabupaten Kolaka?

2. Apa saja hambatan Dinas Sosial dalam pembinaan anak di

Kabupaten Kolaka?

3. Bagaimana solusi Dinas Sosial dalam menyelesaikan hambatan

dalam pembinaan anak jalanan di Kabupaten Kolaka ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pembinaan anak jalanan yang

dilakukan oleh Dinas Sosial di Kabupaten Kolakai;

2. Untuk mengetahui apa saja hambatan Dinas Sosial dalam

pembinaan anak jalanan di Kabupaten Kolaka;


3. Untuk mengetahui bagaimana solusi Dinas Sosial dalam

menyelesaikan hambatan dalam pembinaan anak jalanan di

Kabupaten Kolaka

1.4 Kegunaan Penelitian


1. Kegunaan Teoritis
Secara akademik penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

pengembangan ilmu pengetahuan yang secara umum berkenaan dengan

perlindungan masyarakat khususnya sebagai upaya pengembangan

kinerja Dinas Sosial dalam penyelenggaraan peraturan daerah.

2. Kegunaan Praktis
Dalam hasil pengamatan ini, adapun manfaat yang diharapkan:
a. Bagi Peneliti

Terlaksanannya penelitian ini, berguna untuk meningkatkan

pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan diri peneliti, serta dapat

diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas di dunia kerja pada saat

menjadi Purna Praja nanti.

b. Bagi IPDN

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana tambahan untuk

melengkapi referensi bacaan di lembaga pendidikan terkhusus Institut

Pemerintahan Dalam Negeri. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

tambahan informasi bagi praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.


c. Lokasi Penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini peneliti dapat memberikan

saran dan masukan serta sumbangan pemikiran terhadap Dinas Sosial

khususnya mengenai pembinaan anak jalanan di Kabupaten Kolaka

Provinsi Sulawesi Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai