ACARA I
ANALISIS KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
Disusun oleh:
Nama : Bima Oktavian
NIM : 19/441751/GE/09090
Hari/Tanggal : Jum’at, 16 Oktober 2020
Waktu : 12.35 ̶ 14.15
Asisten : 1. Septian Galuh Hujianto
2. Syifa Hana Agristya
LABORATORIUM KEWILAYAHAN
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
A. TUJUAN
1. Menghitung jumlah dan distribusi penduduk menurut ruang dan kepadatan (kepadatan
penduduk agraris dan permukiman).
2. Menganalisa keterkaitan antara jumlah dan kepadatan penduduk, baik kepadatan kasar,
kepadatan agraris maupun kepadatan permukiman.
3. Menghitung jumlah penduduk pada akhir tahun tertentu dengan mempertimbangkan
angka kelahiran, kematian, dan migrasi.
4. Menghitung tingkat pertumbuhan penduduk suatu wilayah.
5. Membuat proyeksi terhadap peerkembangan jumlah penduduk dengan menggunakan
tiga metode dan membandingkan hasilnya.
6. Menghitung waktu yang diperlukan masing-masing wilayah jika jumlah penduduk
berlipat dua kali lipat.
7. Menganalisa keterkaitan dan implikasi-implikasi yang akan ditimbulkan dari hasil
perhitungan terhadap pembangunan wilayah.
B. PEMBAHASAN
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu Kabupaten yang berada di bagian timur
Provinsi D.I. Yogyakarta. Sebagai kabupaten yang memiliki luas wilayah cukup besar,
jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2015 hanya berjumlah 688.144 jiwa.
Data statistik dan data kependudukan yang berupa data ilmiah dapat digunakan untuk
proses analisis kependudukan serta perekonomian masyarakat. Sensus besar-besaran yang
dilakukan pada tahun 2015 membuat tingkat akurasi data yang diperoleh tinggi dan valid,
hal tersebut menjadi alasan digunakannya data tersebut sebagai acuan analisis
kependudukan dan ketenagakerjaan Kabupaten Gunungkidul. Data kependudukan yang
dihasilkan juga memiliki berbagai macam data dan spesifikasi data yang dapat digunakan
dalam berbagai analisis kependudukan pada suatu wilayah. Kecamatan Wonosari menjadi
kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Gunungkidul yaitu 75.836 jiwa.
Hal tersebut disebabkan karena Kecamatan Wonosari merupakan pusat keramaian dimana
terdapat kantor-kantor pemerintahan serta kegiatan ekonomi yang berkembang pesat di
wilayah ini. Selain itu, Kecamatan Wonosari menjadi salah satu wilayah akses penghubung
masyarakat yang ingin bepergian dari/ke Kota Yogyakarta, sehingga banyak masyarakat
yang tinggal di Kecamatan Wonosari dengan pertimbangan akses ke Kota Yogyakarta yang
lebih dekat dibandingkan wilayah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan
wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk paling rendah di Kabupten Gunungkidul
adalah Kecamatan Girisubo dengan jumlah penduduk berjumlah 23.873 jiwa. Berdasarkan
Peta RBI Provinsi DIY, Kecamatan Girisubo terletak sangat jauh dari pusat Kota
Yogyakarta maupun Ibukota Wonosari, tepatnya berada di wilayah paling timur Kabupaten
Gunungkidul di perbatasan antara Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Lokasi yang sangat
jauh dari pusat kota menyebabkan mayoritas penduduk yang tinggal di wilayah tersebut
merupakan penduduk asli daerah tersebut.
Analisis kepadatan penduduk dapat dilalukan dengan menggunakan data Kepadatan
Penduduk Kasar (KPK), Kepadatan Penduduk Agraris (KPA), dan Kepadatan Lingkungan
Permukiman (KLP). Kepadatan penduduk kasar (KPK) merupakan data yang
menggambarkan banyaknya penduduk persatuan wilayah. Angka kepadatan penduduk
kasar tertinggi terdapat di kecamatan Wonosari, yaitu sebesar 10 jiwa/Km2. Angka tersebut
memiliki arti setiap 1 Km2 luas wilayah terdapat 10 jiwa penduduk. Luas wilayah Wonosari
adalah 7.892 Km2, dengan luas wilayah yang relatif berada pada rata-rata luas wilayah di
Gunungkidul namun dengan jumlah penduduk yang tinggi menjadi salah satu faktor KPK
Wonosari yang tinggi. Faktor lainnya adalah Kecamatan Wonosari menjadi ibukota
Kabupaten Gunungkidul, sehingga pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor formal
lebih pesat ketimbang di wilayah kecamatan lainnya, sehingga cenderung penduduk memilih
untuk tinggal di wilayah ini. Selain itu, Kecamatan Wonosari merupakan wilayah yang
menjadi penghubung antara kecamatan-kecamatan lain di Gunungkidul, terutama yang
terletak di sisi timur dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul dengan adanya Jalan
Wonosari sebagai jalur utama. Dampak yang dapat terlihat dari kepadatan penduduk yang
tinggi adalah harga lahan yang menjadi tinggi, kebutuhan pelayanan jasa meningkat, serta
lalu lintas yang cenderung semakin padat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Kualitas hidup masyarakat pada wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi sendiri
akan cenderung bervariasi, namun masalah yang sering timbul akibat kepadatan penduduk
pada umumnya adalah kemiskinan, lapangan kerja yang kurang memadai, pendapatan yang
rendah, masalah kesehatan, pendidikan, dll. Masalah-masalah yang timbul akibat kepadatan
penduduk tersebut akan berimbas kepada menurunnya kualitas hidup masyarakat. Angka
kestabilan penduduk kasar terendah Kabupaten Gunungkidul terdapat di kecamatan
Purwosari yaitu sebesar 2 jiwa/km2. Angka yang rendah tersebut disebabkan oleh jumlah
penduduk yang tidak sebanding dengan luas wilayahnya. Luas Kecamatan Purwosari adalah
8.012 km2, sedikit lebih luas dibandingkan Kecamatan Wonosari, namun dengan jumlah
penduduk yang jauh dibawah Kecamatan Wonosari. Rendahnya jumlah penduduk di
kecamatan Purwosari disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu Kecamatan Purwosari terletak
di ujung bagian selatan Provinsi D.I. Yogyakarta dan jauh dari Kota Yogyakarta maupun
Kecamatan Wonosari sebagai ibukota kecamatan, selain itu pembangunan Jalur Lintas
Selatan (JLS) yang belum selesai hingga saat ini membuat arus lalu lintas yang melewati
wilayah ini cenderung sepi karena bukan merupakan jalur utama penghubung antara
Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Wonosari dan hanya didominasi oleh kendaraan-
kendaraan penduduk lokal.
Penduduk Agraris (KPA) Merupakan jumlah petani yang menempati tiap satuan luas
lahan pertanian. Kecamatan yang memiliki nilai KPA tertinggi di Kabupaten Gunungkidul
adalah Kecamatan Gedangsari dengan jumlah sebesar 492 jiwa/km2. Nilai KPA berbanding
lurus dengan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian. Hal tersebut dapat
mengakibatkan overpopulation sumber daya lahan untuk menyediakan suplai pangan dan
menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Lahan pertanian yang
tidak terlalu luas di wilayah ini kesulitan untuk mengakomodir penduduk yang bermata
pencaharian mayoritas sebagai petani. Kecamatan yang memiliki nilai KPA paling rendah
adalah Kecamatan Purwosari. Hal tersebut disebabkan karena jumlah petani di suatu daerah
termasuk berjumlah lebih sedikit dibandingkan dengan luas lahan pertanian yang tersedia,
begitu pula sebaliknya.
Kepadatan Lingkungan Permukiman (KLP) merupakan gambaran tentang kemampuan
suatu wilayah dalam menampung ruang didalamnya. KLP tertinggi di Kabupaten Gunung
kidul terdapat di kecamatan Wonosari sebesar 30.334 jiwa/km2. Hal ini menunjukkan
bahwa kecamatan Wonosari merupakan kecamatan dengan pemukiman yang paling padat.
Besar-kecilnya KLP akan menentukan kualitas lingkungan permukiman, tingkat
kenyamanan, sanitasi, dan sarana permukiman. Pada umumnya, KLP yang semakin besar
akan membuat tingkat kenyamanan semakin tinggi, sanitasi baik, serta sarana prasarana di
sekitar lingkungan pemukiman yang memadai. Kepadatan lingkungan pemukiman terendah
terdapat di kecamatan Purwosari sebesar 7.524 jiwa/km2. Angka tersebut mengatakan
bahwa kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Purwosari masih rendah. Hal
tersebut tentu berpengaruh pada tingkat kenyamanan, dan sarana prasarana lainnya yang
cenderung kurang memadai.
Proyeksi penduduk adalah perhitungan yang didasari oleh laju pertumbuhan penduduk,
yaitu angka kelahiran, kematian, dan migrasi. Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi
pada tahun 2010 di Kabupaten Gunungkidul adalah Kecamatan Wonosari, dengan jumlah
78.464 jiwa. Angka kelahiran yang besarnya hampir tiga kali lipat angka kematian serta
migrasi masuk yang besarnya dua kali lipat migrasi keluar menyebabkan Kecamatan
Wonosari menjadi salah satu kecamatan dengan pertumbuhan penduduk yang tertinggi di
Kabupaten Gunungkidul sebesar -0,01%. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi
akan beresiko menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, seperti berkurangnya
lapangan pekerjaan sehingga angka pengangguran semakin meningkat akibat jumlah
penduduk yang juga semakin meningkat. Dampaknya adalah meningkatnya kemiskinan
serta menurunnya persediaan pangan dan segala resiko penyakit akibat kurang gizi.
Jumlah penduduk serta komposisinya dapat diperkirakan di masa yang akan datang
menggunakan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk untuk tahun 2020, 2025 dan 2030
normalnya akan mengalami peningkatan dengan pengecualian terjadinya kejadian tidak
terduga yang tidak dapat dihindari seperti bencana alam besar. Fungsi aplikatif proyeksi
penduduk dalam dunia nyata adalah dapat digunakan sebagai pendukung program
transmigrasi serta perencanaan pembangunan sarana dan prasarana di suatu wilayah.
Perhitungan proyeksi penduduk dapat dilakukan dengan menggunakan metode geometrik.
Metode ini berlangsung si bahwa pendudukan penduduk adalah konstan atau sama setiap
tahun, yaitu to r% atau menggunakan dasar bunga majemuk, sehingga metode ini hanya
dapat diterapkan pada suatu wilayah dengan tahun-tahun awal observasi pertambahan
penduduknya sedikit dan menjadi semakin banyak pada tahun-tahun terakhir. Kelebihan
dari penggunaan metode ini adalah kemudahannya untuk digunakan sebagai metode
penghitungan proyeksi.
Penduduk produktif merupakan penduduk dengan rentang usia 15-64 tahun yang sudah
dapat melakukan kegiatan produktif atau bekerja. Jika seseorang masih dapat bekerja
dengan baik untuk menghasilkan suatu produk atau jasa, maka dapat dikatakan bahwa dia
adalah penduduk produktif. Seorang individu dapat dikatakan sebagai usia produktif jika
sudah melewati batas minimum usia yang ditentukan dan tidak melampaui batas
maksimum. Sedangkan penduduk non produktif adalah penduduk yang berusia kurang dari
15 tahun atau lebih dari 64 tahun. Jumlah penduduk produktif tertinggi di Kabupaten
Gunungkidul terletak di Kecamatan Wonosari dengan jumlah mencapai 48.951 jiwa.
Karena wilayah ini memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Sedangkan jumlah penduduk
produktif terendah terdapat di kecamatan Gedangsari.
Dependency ratio digunakan sebagai acuan untuk menunjukkan keadaan ekonomi suatu
wilayah dan digambarkan dengan perbandingan jumlah penduduk produktif dan
nonproduktif. Nilai Rasio ketergantungan seluruh kecamatan di Kabupaten Gunungkidul
memiliki rata-rata keseluruhan sebesar 46%. Artinya tiap 100 orang yang produktif di setiap
Kecamatan menanggung 46 orang yang non produktif. Namun rasio ketergantungan di
Kecamatan Wonosari memiliki angka yang cukup tinggi, yaitu 55%, yang berarti setiap 100
orang yang produktif di Kecamatan Wonosari harus menanggung 55 orang yang non
produktif. Semakin besar nilai DR, semakin besar beban tanggungan kelompok produktif
yang berarti produktivitas semakin menurun. Persentase dependency ratio yang semakin
rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk produktif
untuk membiayai penduduk yang belum dan tidak produktif lagi. Hal tersebut dapat
digunakan sebagai indicator ekonomi suatu negara. Hal tersebut disebabkan karena suatu
negara dengan penduduk usia produktif lebih banyak dan cenderung lebih menghasilkan
suatu keadaan yang seimbang dari pendapatan nasional.
Tingkat Partisipasi Peningkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) di Kabupaten Gunungkidul memiliki tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh
secara keseluruhan. Angka TPAK digunakan sebagai dasar untuk mengetahui penduduk
yang aktif bekerja maupun mencari pekerjaan. Pada tingkat partisipasi angkatan kerja di
seluruh kecamatan berada dalam kelas tertinggi, yaitu 76,84% hingga 76,87% dengan rata-
ratanya 76,85%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten
Gunungkidul telah berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memperoleh
kehidupan yang layak. Nilai TPAK yang tinggi menunjukkan pasukan tenaga kerja yang
tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam perekonomian semakin tinggi.
Berbanding terbalik dengan TPAK Kabupaten Gunungkidul yang berada pada kelas
tinggi, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada seluruh kecamatan berada dalam kelas
rendah, yaitu berkisar antara 5,99%-6,02%. Semakin rendah angka pengangguran terbuka
akan menyebabkan potensi kerawanan sosial yang ditimbulkan semakin rendah, sehingga
kondisi sosial dalam masyarakat semakin stabil. Selain itu, TPT dapat digunakan untuk
menunjukkan Tingkat keberhasilan Ketenagakerjaan dari tahun ketahun dan juga dapat
digunakan untuk bahan keberhasilan pembangunan perekonomian.
C. KESIMPULAN
1. Kepadatan penduduk Kasar di Kabupaten Gunungkidul tertinggi adalah Kecamatan
Wonosari sedangkan nilai terendah pada kecamatan Purwosari. Nilai KPK tertinggi
dapat terjadi karena jumlah penduduk yang besar di suatu kecamatan tidak diimbangi
dengan wilayah yang sangat luas, Begitupun sebaliknya. Kepadatan penduduk Agraris
tertinggi di Kabupaten Gunungkidul terdapat di kecamatan Gedangsari dan terendah di
kecamatan Purwosari. Nilai KPA yang rendah berarti jumlah petani di suatu daerah
berjumlah lebih sedikit dibandingkan dengan luas lahan pertanian yang tersedia, begitu
pula sebaliknya. Kepadatan lingkungan permukiman tertinggi di kecamatan Wonosari
dan terendah di kecamatan Purwosari. KLP tinggi berarti daerah tersebut merupakan
daerah padat lingkungan permukimannya, begitu pula sebaliknya.
2. Jumlah dan kepadatan penduduk yaitu semakin banyak jumlah penduduk dan luas lahan
pertanian terendah, rendah maka kepadatan penduduk agraris akan tinggi makin banyak
jumlah penduduk, luas wilayah kecil, maka nilai kepadatan penduduk besar. Semakin
banyak jumlah penduduk luar lahan permukiman, maka kepadatan lingkungan
permukiman besar. Keterkaitan antara jumlah dan kepadatan penduduk yaitu tinggi
rendahnya nilai kepadatan penduduk menentukan kualitas lingkungan Permukiman,
tingkat kenyamanan, sanitasi, dan sarana prasarana permukiman. Semakin tinggi kualitas
lingkungan pemukiman maka tingkat kenyamanan semakin tinggi, sanitasi baik, serta
sarana prasarana memadai.
3. Perhitungan jumlah penduduk pada tahun tertentu dipengaruhi oleh besar kecilnya angka
kelahiran, kematian, migrasi masuk, dan migrasi keluar. Kecamatan dengan jumlah
penduduk tertinggi tahun 2010 adalah Kecamatan Wonosari dengan pertumbuhan
penduduk tertinggi, sedangkan nilai terendah yaitu Kecamatan Purwosari.
4. Tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2010 hampir
memiliki nilai yang sama yaitu berkisar antara -0,03% sampai -0,01%. Tingkat
pertumbuhan penduduk tertinggi di kecamatan Wonosari dan terendah di kecamatan
Nglipar.
5. Proyeksi terhadap pertimbangan jumlah penduduk menggunakan 3 metode, yaitu metode
anti matic, geometric, dan metode waktu yang dibutuhkan untuk berlipat dua. Metode
antiemetik digunakan data tiap tahun dan urut. Metode geometris menggunakan data
terbaru untuk masa depan di mana data Kabupaten Gunungkidul sebagian besar
mengalami dari tahun 2020 sampai 2025. Metode waktu yang dibutuhkan untuk berlipat
2 menunjukkan adanya pertambahan jumlah penduduk dua kali.
6. Waktu yang diperlukan tiap kecamatan untuk penduduk berlipat2 berbeda tiap
kecamatan. Semakin banyak jumlah penduduk maka waktu yang diperlukan untuk
berlipat dua memerlukan waktu yang lama. Waktu terlama yaitu Kecamatan Nglipar dan
waktu terpendek yaitu Wonosari.
7. Keterkaitan hasil perhitungan terhadap pembangunan wilayah yaitu mampu mendukung
kependudukan dan Ketenagakerjaan pada suatu wilayah terhadap proyek pembangunan
pemerintah sistem mendukung terlaksananya program pemerintah.
D. DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, dan Samosir. 2013. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Salemba Empat.
Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muta'ali, Lutfi. 2015. Teknik Analisis Regional untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan
Lingkungan. Yogyakarta : Badan Pusat Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada.
Jumlah dan Distribusi Penduduk Kab. Gunung Kidul tahun 2015
Keterangan:
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Proyeksi Penduduk Kab. Gunungkidul
Jumlah Penduduk Migrasi Migrasi Jumlah Penduduk Pertumbuhan Proyeksi Jumlah Penduduk Waktu yang dibutuhkan
Kecamatan Kelahiran Kematian untuk berlipat dua (N)
2010 2015 Masuk Keluar Tahun Tertentu Penduduk (%/tahun) 2020 2025 2030
Gedangsari 40.221 37.112 341 153 5 44 37.261 -0,02 34.221 31.555 29.097 -44
Girisubo 27.852 23.873 229 134 44 51 23.961 -0,03 20.413 17.454 14.924 -23
Karangmojo 56.597 49.996 435 260 2 142 50.031 -0,02 44.096 38.892 34.302 -28
Ngawen 35.867 31.580 417 132 69 81 31.853 -0,03 27.760 24.401 21.449 -27
Nglipar 35.048 29.916 377 130 6 39 30.130 -0,03 25.470 21.685 18.462 -22
Paliyan 31.657 30.065 161 83 12 100 30.055 -0,01 28.545 27.103 25.733 -68
Panggang 28.176 26.614 247 124 8 62 26.683 -0,01 25.130 23.729 22.407 -61
Patuk 31.569 28.956 346 174 33 31 29.130 -0,02 26.539 24.324 22.294 -41
Playen 59.896 53.624 611 410 15 50 53.790 -0,02 47.949 42.875 38.338 -32
Ponjong 56.331 51.359 407 168 66 134 51.530 -0,02 46.785 42.619 38.824 -38
Purwosari 21.988 18.834 328 125 57 60 19.034 -0,03 16.093 13.751 11.750 -23
Rongkop 32.318 29.037 286 124 100 235 29.064 -0,02 26.059 23.386 20.987 -33
Saptosari 36.901 35.581 257 128 170 105 35.775 -0,01 34.304 33.072 31.885 -96
Semanu 58.232 53.839 414 178 9 140 53.944 -0,02 49.746 45.965 42.471 -45
Semin 54.906 51.556 271 183 1 95 51.550 -0,01 48.391 45.420 42.632 -56
Tanjungsari 28.235 26.502 256 126 0 33 26.599 -0,01 24.865 23.330 21.889 -55
Tepus 38.750 33.864 397 125 9 49 34.096 -0,03 29.539 25.767 22.476 -26
Wonosari 78464 75836 740 289 434 250 76.471 -0,01 73.287 70.825 68.444 -103
Jumlah GK 753.008 688.144 6.520 3.046 1.040 1.701 690.957 -0,02 628.351 573.754 523.900 -39
Keterangan:
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rasio Ketergantungan di Kab. Gunungkidul Tahun 2015
Keterangan : Keterangan:
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kab. Gunungkidul Tahun 2015
Tingkat
Tingkat
Jumlah Angkatan Partisipasi
Kecamatan Bekerja Pengangguran Usia Kerja Klasifikasi Pengangguran Klasifikasi
Penduduk Kerja Angkatan
Terbuka
Kerja
Gedangsari 37.112 4.350 4.077 261 5.661 76,84 Tinggi 6,00 Rendah
Girisubo 23.873 2.798 2.623 168 3.641 76,85 Tinggi 6,00 Rendah
Karangmojo 49.996 5.861 5.493 352 7.626 76,86 Tinggi 6,01 Rendah
Ngawen 31.580 3.702 3.469 222 4.817 76,85 Tinggi 6,00 Rendah
Nglipar 29.916 3.507 3.287 211 4.563 76,86 Tinggi 6,02 Rendah
Paliyan 30.065 3.524 3.303 212 4.586 76,84 Tinggi 6,02 Rendah
Panggang 26.614 3.120 2.924 187 4.060 76,85 Tinggi 5,99 Rendah
Patuk 28.956 3.394 3.181 204 4.417 76,84 Tinggi 6,01 Rendah
Playen 53.624 6.286 5.891 378 8.180 76,85 Tinggi 6,01 Rendah
Ponjong 51.359 6.020 5.642 362 7.834 76,84 Tinggi 6,01 Rendah
Purwosari 18.834 2.208 2.069 133 2.873 76,85 Tinggi 6,02 Rendah
Rongkop 29.037 3.404 3.190 205 4.429 76,86 Tinggi 6,02 Rendah
Saptosari 35.581 4.171 3.909 251 5.427 76,86 Tinggi 6,02 Rendah
Semanu 53.839 6.311 5.915 379 8.212 76,85 Tinggi 6,01 Rendah
Semin 51.556 6.043 5.664 363 7.864 76,84 Tinggi 6,01 Rendah
Tanjungsari 26.502 3.107 2.911 187 4.042 76,87 Tinggi 6,02 Rendah
Tepus 33.864 3.970 3.720 239 5.165 76,86 Tinggi 6,02 Rendah
Wonosari 75.836 8.890 8.331 534 11.568 76,85 Tinggi 6,01 Rendah
Jumlah Gunungkidul 688.144 80.666 8.331 4.848 104.965 76,85 Tinggi 6,01 Rendah
Jumlah DIY 3.485.963 2.070.000 1.940.000 124.380 2.693.618 76,85 Tinggi 6,01 Rendah
Keterangan:
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah