Anda di halaman 1dari 85

PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)

KOTA PASURUAN TAHUN 2011

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISIS INDIKATOR KEPENDUDUKAN

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk harus menjadi salah satu prioritas


permasalahan yang diselesaikan pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah
Kota Pasuruan. Masalah kependudukan merupakan masalah paling mendasar
dalam setiap pelaksanaan pembangunan, dikarenakan penduduk tidak hanya
menjadi obyek namun juga subyek pembangunan. Permasalahan
kependudukan yang umum terjadi, meliputi peningkatan jumlah penduduk tidak
diimbangi dengan peningkatan penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk,
bertambahnya jumlah penduduk juga tidak diimbangi dengan peningkatan
jumlah dan kualitas pelayanan sarana dan prasarana umum, arus migrasi dan
angka kelahiran yang cukup tinggi di wilayah perkotaan menyebabkan tingkat
pertumbuhan penduduk menjadi cukup tinggi serta peningkatan jumlah
penduduk menyebabkan peningkatan aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang
cukup membutuhkan ruang untuk beraktivitas sehingga pada akhirnya
membuat aktivitas alih fungsi lahan konservasi dan pertanian menjadi cukup
tinggi. Kondisi tersebut mampu menjadi salah satu beban pelaksanaan
pembangunan. Oleh karena itu, dalam upaya untuk menunjang keberhasilan
pelaksanaan pembangunan maka dalam penanganan permasalahan
kependudukan pemerintah daerah tidak hanya mengarahkan pada upaya
pengendalian jumlah penduduk akan tetapi juga peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM) yang ada.

4.1.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Penduduk memiliki peran penting dalam setiap tahapan pembangunan. Jumlah


penduduk juga menjadi faktor utama dalam menentukan program atau
kebijakan pembangunan suatu wilayah, begitu pula di wilayah Kota Pasuruan.
Oleh karena itu dalam pembahasan indikator kesejahteraan rakyat ini, aspek
kependudukan menjadi salah satu aspek yang perlu dibahas. Salah satu

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 1


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

indikator yang menggambarkan aspek kependudukan Kota Pasuruan adalah


jumlah dan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota
Pasuruan sebesar 186.322 jiwa dan jumlah penduduk tersebut meningkat dari
tahun 2009 yang sebesar 175.932 jiwa. Wilayah kecamatan yang memiliki
penduduk dalam jumlah yang paling tinggi di Kota Pasuruan adalah Kecamatan
Purworejo dengan jumlah penduduk sebesar 66.739 (35,81%). Sementara itu,
untuk Kecamatan Gadingrejo dan Kecamatan Bugul Kidul pada tahun 2010
memiliki jumlah penduduk sebesar 62.427 jiwa (33,50%) dan 57.166 jiwa
(30,68%).
Tingkat pertumbuhan penduduk menggambarkan persentase penambahan/
penurunan jumlah penduduk dalam satu tahun pada suatu wilayah.
Pertumbuhan penduduk juga menunjukkan tingkat keberhasilan program atau
kebijakan pemerintah pada bidang kependudukan, dimana salah satu kebijakan
kependudukan yang dilaksanakan pemerintah adalah pengendalian tingkat
pertumbuhan penduduk. Kebijakan tersebut perlu dilakukan agar upaya
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat memberi manfaat
yang maksimal dan merata bagi seluruh masyarakat. Pada tahun 2010, Kota
Pasuruan memiliki tingkat pertumbuhan yang paling tinggi dalam 5 tahun
terakhir yakni sebesar 5,9%. Tren pertumbuhan penduduk di Kota Pasuruan
secara umum mengalami penurunan mulai tahun 2006. Kemudian rata-rata
tingkat pertumbuhan penduduk Kota Pasuruan dalam kurun waktu 2005-2010
sebesar 2,34%.
Pengendalian laju pertumbuhan penduduk perlu dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan penyerapan dan pemerataan hasil pembangunan bagi
masyarakat. Pada wilayah perkotaan laju pertumbuhan penduduknya secara
umum lebih tinggi dibandingkan pada wilayah perdesaan dikarenakan tingginya
angka urbanisasi dan tingkat kelahiran. Beberapa langkah kebijakan penataan
dan pengendalian kependudukan perlu diupayakan oleh pemerintah daerah
Kota Pasuruan seperti:
1. Revitalisasi program Keluarga Berencana (KB) sehingga dapat diterima oleh
seluruh lapisan masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang masih
memegang teguh adat dan budaya lokal yang menentang program KB.
2. Program perbaikan sistem dan data kependudukan untuk memvalidasi
jumlah penduduk yang ada di Kota Pasuruan, karena pada beberapa

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 2


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

instansi terdapat perbedaan data kependudukan yang mampu


mempengaruhi pelaksanaan kegiatan atau program pembangunan.
Informasi mengenai jumlah penduduk tiap kecamatan dan tingkat pertumbuhan
penduduk Kota Pasuruan pada tahun 2005-2010 dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini.

Tabel 4.1 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Pasuruan Tahun
2005-2010
Kecamatan Pertumbuhan
Tahun Total
Bugul Kidul Gadingrejo Purworejo (%)
2005 48.364 56.881 59.161 164.406 1,28
2006 48.773 57.751 59.468 165.992 0,96
2007 48.802 57.756 60.159 166.717 0,44
2008 54.157 59.991 60.052 172.892 3,70
2009 54.155 61.799 59.973 175.932 1,76
2010 57.166 62.427 66.739 186.322 5,90
Rata-rata pertumbuhan (%) 2,34
Sumber: Kota Pasuruan dalam angka 2010 dan Hasil Perhitungan, 2011

6 Pertumbuhan Penduduk (%) 5.9

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010

Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pasuruan 2005-2010

4.1.2 Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk suatu wilayah menggambarkan jumlah dan persebaran
penduduk pada tiap bagian wilayah tersebut, serta pada akhirnya kepadatan
penduduk tersebut juga menggambarkan konsentrasi penduduk yang ada.
Konsentrasi penduduk yang tidak berimbang antar bagian wilayah dapat
menimbulkan permasalahan yang serius bagi wilayah kota secara keseluruhan,
seperti yang umum terjadi pada wilayah permukiman kumuh. Kepadatan
penduduk wilayah Kota Pasuruan pada tahun 2010 mencapai 51 jiwa/Ha,

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 3


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

dimana kepadatan penduduk tersebut lebih rendah apabila dibandingkan


dengan rata-rata kepadatan penduduk Propinsi Jawa Timur yang mencapai 79
jiwa/Ha.
Kemudian untuk kepadatan penduduk tiap kecamatan di wilayah Kota
Pasuruan, dua kecamatan memiliki kepadatan yang lebih tinggi daripada rata-
rata kepadatan penduduk Kota Pasuruan yakni Kecamatan Gadingrejo (59
jiwa/Ha) dan Kecamatan Purworejo (80 jiwa/Ha), sementara itu Kecamatan
Bugul Kidul memiliki kepadatan yang lebih rendah dibanding rata-rata
kepadatan penduduk Kota Pasuruan yaitu sebesar 33 jiwa/Ha.
Tingginya kepadatan penduduk yang terjadi di beberapa bagian wilayah Kota
Pasuruan terutama pada wilayah pusat kegiatan perkotaan dapat menimbulkan
permasalahan-permasalahan baru bagi pemerintah daerah apabila tidak segera
ditanggapi secara serius. Beberapa permasalahan yang mampu timbul akibat
tingginya kepadatan penduduk pada suatu wilayah seperti timbulnya
permukiman-permukiman kumuh (slums and squatters) serta peningkatan alih
fungsi lahan dari lahan yang tidak dibudidayakan menjadi kawasan
permukiman dan lainnya. Hal tersebut menjadi masalah yang cukup serius
apabila lahan yang dialihfungsikan merupakan lahan-lahan dengan fungsi
konservasi. Konsentrasi penduduk yang tinggi juga berpotensi untuk
menimbulkan permasalahan sosial yang baru, baik kemiskinan, kriminalitas,
dan lainnya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan yang
timbul pada kawasan atau lingkungan di Kota Pasuruan dengan tingkat
kepadatan yang cukup tinggi adalah:
1. Penataan lingkungan permukiman menjadi kawasan yang sehat dan layak
huni, melalui penyediaan fasilitas sanitasi komunal dan kebersihan yang
memadai, sosialisasi pengembangan perumahan yang sehat dan layak huni
kepada masyarakat. Program kegiatan penataan lingkungan permukiman ini
dapat dilakukan berbasis partisipasi masyarakat sehingga diharapkan rasa
kemilikan masyarakat (senses of belonging) terhadap lingkungannya dapat
meningkat.
2. Peningkatan upaya sosialisasi mengenai peraturan tata ruang dan rencana
penggunaan lahan untuk mengantisipasi tingginya alih fungsi lahan serta
penguasaan lahan milik pemerintah oleh masyarakat secara ilegal.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 4


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

3. Untuk mengantisipasi permasalahan sosial yang muncul, peranan


organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan yang banyak terdapat di Kota
Pasuruan ini cukup diperlukan. Kerjasama antara pemerintah daerah dan
organisasi sosial kemasyarakatan dalam dilakukan melalui berbagai hal,
seperti pelatihan keterampilan kerja bagi penduduk pengangguran dan ibu
rumah tangga, sosialisasi dan sharing mengenai permasalahan sosial
maupun permasalahan pembangunan yang terjadi di Kota Pasuruan dan lain
sebagainya.
Informasi mengenai kepadatan penduduk tiap kecamatan dan kelurahan di
Kota Pasuruan pada tahun 2010 selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2010


Luas Kepadatan
Jumlah Penduduk
Wilayah Wilayah Penduduk
(jiwa)
(Ha) (jiwa/Ha)
KOTA PASURUAN 3.658,41 186.322 51
Kec. Gadingrejo 1.052,86 62.427 59
Kel. Karangketug 188,00 6.439 34
Kel. Gentong 69,30 4.384 63
Kel. Sebani 86,96 3.285 38
Kel. Petahunan 97,22 4.594 47
Kel. Bukir 65,82 5.057 77
Kel. Randusari 33,60 2.520 75
Kel. Krapyakrejo 174,48 4.722 27
Kel. Karanganyar 56,20 10.047 179
Kel. Gadingrejo 132,70 10.134 76
Kel. Tambaan 35,80 3.222 90
Kel. Trajeng 112,78 8.023 71
Kec. Purworejo 839,09 66.739 80
Kel. Pohjentrek 189,79 9.655 51
Kel. Wirogunan 60,99 3.597 59
Kel. Tembokrejo 103,20 6.615 64
Kel. Purutrejo 115,26 6.679 58
Kel. Kebonagung 86,12 7.338 85
Kel. Purworejo 104,50 10.751 103
Kel. Bangilan 17,45 2.353 135
Kel. Kebonsari 79,73 9.071 114
Kel. Mayangan 27,55 3.256 118
Kel. Ngemplakrejo 54,50 7.424 136
Kec. Bugul Kidul 1.766,46 57.166 33
Kel. Blandongan 397,00 3.783 10
Kel. Kepel 253,61 3.526 14
Kel. Tapaan 115,06 3.044 26
Kel. Sekargadung 150,98 4.555 30
Kel. Bakalan 178,20 5.832 33
Kel. Krampyangan 54,54 3.050 56
Kel. Petamanan 42,20 4.099 97
Kel. Pekuncen 79,80 2.869 36
Kel. Bugul Kidul 95,40 8.709 91
Kel. Bugul Lor 96,27 7.344 76

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 5


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Luas Kepadatan
Jumlah Penduduk
Wilayah Wilayah Penduduk
(jiwa)
(Ha) (jiwa/Ha)
Kel. Kandangsapi 46,23 2.025 44
Kel. Panggungrejo 199,15 3.117 16
Kel. Mandalanrejo 58,02 5.213 90
JAWA TIMUR 47.799,28 37.286.200 780
Sumber: Kota Pasuruan dalam Angka 2010 dan Hasil Perhitungan, 2011

200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
-
Kepel
Bukir
Sebani

Trajeng

Tapaan

Bakalan
Gentong

Bangilan
Tambaan

Purutrejo

Pekuncen
Randusari

Kebonsari

Bugul Lor
Mayangan
Purworejo
Petahunan

Pohjentrek
Gadingrejo

Petamanan

Bugul Kidul
Wirogunan
Tembokrejo

Blandongan
Karangketug

Kebonagung
Krapyakrejo

Sekargadung

Kandangsapi
Karanganyar

Ngemplakrejo

Panggungrejo
Krampyangan

Mandalanrejo
Gambar 4.2 Kepadatan Penduduk Tiap Kelurahan Kota Pasuruan Tahun 2010

4.1.3 Struktur Penduduk

Struktur penduduk menurut jenis kelamin dapat menggambarkan rasio jenis


kelamin pada wilayah tersebut. Rasio jenis kelamin sendiri merupakan tinjauan
perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan pada
suatu wilayah. Berdasar pada data yang diperoleh, jumlah penduduk laki-laki di
wilayah Kota Pasuruan pada tahun 2010 sebesar 92.394 jiwa (49,82%)
kemudian untuk penduduk perempuan berjumlah 93.938 jiwa (50,18%).
Berdasar pada jumlah tersebut, maka dapat diperhitungkan rasio jenis kelamin
untuk Kota Pasuruan yaitu sebesar 98,37 yang berarti bahwa pada setiap 100
jiwa penduduk perempuan di Kota Pasuruan terdapat 99 jiwa penduduk laki-
laki. Rasio jenis kelamin penduduk Kota Pasuruan mengalami tren peningkatan
dimana pada tahun 2005, rasio jenis kelamin hanya sebesar 95,87. Informasi
mengenai struktur penduduk Kota Pasuruan menurut jenis kelaminnya dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 6


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.3 Struktur Penduduk Kota Pasuruan menurut Jenis Kelamin Tahun 2005-
2010
Rasio Jenis
Tahun Laki-laki Perempuan Total
Kelamin
2005 80.468 83.938 164.406 95,87
2006 81.313 84.679 165.992 96,02
2007 81.870 84.847 166.717 96,49
2008 84.999 87.893 172.892 96,71
2009 86.687 89.245 175.932 97,13
2010 92.394 93.938 186.322 98,37
Sumber: Kota Pasuruan dalam Angka 2010 dan Hasil Perhitungan, 2011

200,000

180,000

160,000

140,000

120,000

100,000 Perempuan
Laki-laki
80,000

60,000

40,000

20,000

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010

Gambar 4.3 Struktur Penduduk Kota Pasuruan menurut Jenis Kelamin Tahun
2005-2010

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan untuk gambaran


secara kasar yang menunjukkan keadaan atau kondisi ekonomi suatu wilayah
apakah tergolong wilayah yang maju atau berkembang. Semakin tinggi
persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency
ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Rasio Ketergantungan (dependency ratio)
diperhitungkan melalui perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14
tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan
dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 7


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Berdasar hasil perhitungan diketahui bahwa rasio ketergantungan (dependency


ratio) pada wilayah Kota Pasuruan cukup tinggi dimana pada tahun 2010
mencapai 71,39%. Meskipun mengalami penurunan dalam kurun waktu 4
(empat) tahun terakhir namun tingkat rasio ketergantungan ini masih cukup
tinggi bahkan masih diatas 50%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa beban
tanggungan penduduk pada rentang usia produktif cukup besar terhadap
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Hasil perhitungan rasio
ketergantungan (dependency ratio) di Kota Pasuruan dalam kurun waktu tahun
2004-2009 dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) Kota Pasuruan Tahun 2005-
2010
Jumlah Penduduk Usia Penduduk Usia Non Rasio
Tahun
Penduduk Produktif Produktif Ketergantungan
2005 164.406 108.852 55.554 51,04
2006 165.992 90.475 75.517 83,47
2007 166.717 94.035 72.682 77,29
2008 172.892 96.053 76.839 80,00
2009 175.932 98.710 77.222 78,23
2010 186.322 108.710 77.612 71,39
DEPENDENCY RATIO NASIONAL TAHUN 2010 46,60
Sumber: Kota Pasuruan dalam Angka 2010 dan Hasil Perhitungan, 2011

4.2 ANALISIS INDIKATOR PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat


yang berperan guna meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat
pendidikan masyarakat dalam suatu wilayah, maka kualitas sumber daya
manusia (SDM)-nya juga semakin tinggi. Pada dasarnya pendidikan yang
diupayakan bukan hanya tanggung jawab Pemerintah semata, tetapi juga
masyarakat dan keluarga. Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan
melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah,
penambahan tenaga pengajar.
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek
sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Hal ini
dikarenakan pendidikan merupakan salah satu faktor kunci dalam membangun
sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga pembangunan di bidang
pendidikan harus dilakukan secara optimal baik pendidikan formal maupun non
formal. Pembangunan dalam bidang pendidikan memerlukan peran aktif tidak
hanya dari Pemerintah saja, tetapi diharapkan masyarakat juga turut berperan
aktif. Tidak semua anak di negeri ini dapat menikmati kesempatan pendidikan

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 8


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

dasar, antara lain karena faktor kemiskinan keluarga maupun faktor lain yang
harus dicarikan solusi agar tingkat partisipasi sekolah dapat ditingkatkan dan
menekan angka buta huruf.
Pendidikan formal lebih menitikberatkan pada peningkatan mutu pendidikan
dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, peningkatan kesempatan belajar
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut,
berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah, seperti meningkatkan sarana
dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan sejak tahun 1994
pemerintah telah melaksanakan program wajib belajar 6 tahun dan sampai saat
ini masih terus dilanjutkan hingga program wajib belajar 9 tahun, bahkan sudah
dirintis program wajib belajar 12 tahun. Semakin lamanya usia wajib belajar
maka diharapkan tingkat pendidikan anak semakin membaik dan tentunya akan
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk.
Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana
dan prasarana belajar seperti gedung sekolah yang memadai dan penambahan
tenaga pengajar mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, baik dari
sisi kuantitas maupun penambahan dari sisi kualitas. Kualitas pendidikan yang
lebih baik akan menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal
sesuai dengan kebutuhan saat ini.

4.2.1 Kemampuan Baca Tulis

Ukuran mendasar pada tingkat pendidikan penduduk suatu wilayah paling


sederhana adalah kemampuan baca tulis penduduk. Kemampuan baca tulis
merupakan syarat utama dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
Seseorang dikatakan mampu membaca dan menulis apabila orang tersebut
dapat membaca dan menulis kata atau kalimat dalam huruf latin, huruf arab,
dan sebagainya. Kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan
dasar yang harus dikuasai penduduk mengingat sebagian besar informasi dan
ilmu pengetahuan disajikan melalui media tulisan baik berupa buku, kamus,
surat kabar, majalah, jurnal dan lainnya. Kemampuan membaca dan menulis
penduduk suatu wilayah umumnya tercermin dalam Angka Melek Huruf (AMH),
yaitu presentase penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin dan huruf lainnya.
Pada tahun 2009/2010, penduduk Kota Pasuruan yang berumur 10 tahun
keatas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin sebesar 98,10%.
Kemampuan baca tulis untuk huruf arab lebih rendah daripada huruf latin yakni

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 9


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

sebesar 47,23%. Secara umum, tingkat kemampuan baca tulis penduduk


perempuan lebih tinggi daripada penduduk laki-laki. Kemudian untuk angka
buta huruf penduduk Kota Pasuruan secara umum sebesar 1,9%. Apabila
dilihat dari jenis kelaminnya, tingkat buta huruf untuk penduduk perempuan
lebih rendah dari pada penduduk laki-laki dimana untuk perempuan sebesar
1,25%, sementara laki-laki sebesar 2,56% (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin
dan Kemampuan Membaca dan Menulis Tahun 2009/2010
Kemampuan Membaca dan Menulis
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Total
Huruf Latin 97,44 98,75 98,10
Huruf Lainnya 3,74 3,53 3,64
Huruf Arab 46,85 47,61 47,23
Buta Huruf 2,56 1,25 1,90
Propinsi Jawa Timur 92,76 82,47 86,53
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

100

90

80

70

60
Laki-laki
50
Perempuan

40

30

20

10

0
Huruf Latin Huruf Lainnya Huruf Arab

Gambar 4.4 Tingkat Kemampuan Baca Tulis Penduduk Kota Pasuruan menurut
Jenis Kelamin Tahun 2009/2010

Sementara itu, kondisi kultural masyarakat Kota Pasuruan yang masih Agamis
dan menjunjung tinggi nilai Islam memberikan nilai positif khususnya dalam hal
kemampuan baca tulis huruf arab, dengan nilai mencapai 47,18 %. Hal ini
memberikan salah satu nilai plus dalam hal kemampuan berbahasa arab dan
tata tulis huruf arab.
Jika dibandingkan dengan kondisi Jawa Timur dalam hal kemampuan baca
tulis, Kota Pasuruan jauh lebih baik dengan angka 98,10% berbanding 86,53%
untuk kemampuan baca tulis Propinsi Jawa Timur, namun yang menjadi
sorotan ialah tingkat pengangguran di kota Pasuruan masih diatas Propinsi

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 10


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Jawa Timur, dengan angka pengangguran terbuka mencapai 11% jauh


tertinggal dari propinsi Jawa Timur yang hanya sebesar 5,87%. Hal ini menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah Kota Pasuruan khususnya Dinas Pendidikan
dan Tenaga Kerja, karena secara data kondisi kemampuan baca tulis di Kota
Pasuruan lebih tinggi, tetapi pada kenyataannya di wilayah Kota Pasuruan
tingkat pengangguran masih relatif tinggi.
Untuk membenahi masalah tersebut maka perlu adanya koordinasi antara
pihak-pihak yang menangani masalah ini di Kota Pasuruan, dalam hal ini
Bappeda bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Tenaga kerja agar
membentuk sebuah masterplan pendidikan yang mampu merespon kebutuhan
akan tenaga kerja di Kota Pasuruan, sesuai dengan kebutuhan pasar dengan
memasukkan dalam kurikulum pendidikan di Kota Pasuruan.

4.2.2 Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan perbandingan antara jumlah


penduduk usia sekolah tertentu yang sedang sekolah dengan seluruh
penduduk menurut kelompok usia yang sama. Pada perhitungan APS, tidak
diperhatikan jenjang pendidikan yang sedang dijalani karena perhatian
utamanya adalah penduduk usia sekolah yang seharusnya sekolah. Suatu
wilayah dapat dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang baik apabila nilai
APS-nya mendekati atau bahkan mencapai angka seratus, dimana hal tersebut
berarti setiap anak pada rentang usia sekolah sudah dan sedang bersekolah.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) juga dapat menunjukkan jumlah penduduk
usia sekolah yang memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada, dilihat dari
jumlah penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu. Peningkatan nilai
APS juga berarti menunjukkan adanya keberhasilan pemerintah dalam
menjalankan program kebijakan pembangunan di bidang pendidikan, terutama
dalam kaitannya dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan
bagi seluruh masyarakat dan upaya menuntaskan program wajib belajar 9
tahun.
Pada tahun 2009, APS penduduk Kota Pasuruan secara umum hanya sebesar
74,94% dimana jumlah penduduk laki-laki yang bersekolah lebih besar
daripada penduduk perempuan yang persentasenya masing-masing 83,80%
dan 66,35%. Kemudian Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk rentang
usia 7-12 tahun cukup tinggi, yakni sebesar 96,83%. Namun kondisi ini perlu
mendapat perhatian karena penduduk pada rentang usia tersebut masih

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 11


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

termasuk dalam program wajib belajar 9 tahun, sehingga pemerintah daerah


perlu mengupayakan pendidikan bagi penduduk usia 7-12 tahun yang tidak
bersekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk rentang usia 13-15
tahun juga tinggi, yakni sebesar 90,36% dan untuk penduduk yang tidak
bersekolah memiliki persentase sebesar 22,03%. Angka Partisipasi Sekolah
(APS) penduduk rentang usia 16-18 tahun lebih rendah daripada penduduk
pada rentang usia sebelumnya, dengan persentase sebesar 78,53%.
Sementara itu, Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk rentang usia 19-24
tahun merupakan yang paling rendah dengan persentase hanya sebesar
18,21%. Informasi mengenai partisipasi penduduk pada tiap kelompok umur
dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Partisipasi Sekolah Penduduk Kota Pasuruan Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2009/2010
Jmlh Kelompok Umur Prosentase Kelompok
Jenis Kelamin Sekolah (Jiwa) Umur sekolah (%)
L P L+P L P L+P
Penduduk 10 tahun keatas 71.563 71.648 143.235 100 100 100
Tidak/Belum Pernah sekolah 0 0 0 0 0 0
Masih Sekolah 59.970 47.539 107.340 83,8 66,35 74,94
Tidak Sekolah lagi 11.593 24.110 35.895 16,2 33,65 25,06

Penduduk 7-12 tahun 8.561 8.793 17.354 100 100 100


Tidak/Belum Pernah sekolah 0 419 420 0 4,76 2,42
Masih Sekolah 8.561 7.927 16.804 100 90,15 96,83
Tidak Sekolah lagi 0 448 130 0 5,09 0,75

Penduduk 13-15 tahun 5.647 5.788 11.435 100 100 100


Tidak/Belum Pernah sekolah 0 0 0 0 0 0
Masih Sekolah 5.647 4.513 10.333 100 77,97 90,36
Tidak Sekolah lagi 0 1.275 1.102 0 22,03 9,64

Penduduk 16-18 Tahun 6.192 6.025 12.217 100 100 100


Tidak/Belum Pernah sekolah 0 0 0 0 0 0
Masih Sekolah 5.538 4.056 9.594 89,44 67,32 78,53
Tidak Sekolah lagi 654 1.969 2.623 10,56 32,68 21,47

Penduduk 19-24 Tahun 12.141 12.555 24.696 100 100 100


Tidak/Belum Pernah sekolah 0 0 0 0 0 0
Masih Sekolah 2.783 1.748 4.497 22,92 13,92 18,21
Tidak Sekolah lagi 9.358 10.807 20.199 77,08 86,08 81,79
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

Kondisi partisipasi sekolah selain diperoleh melalui deskripsi APS (Angka


Partisipasi Sekolah), juga dapat didekripsikan melalui Angka Partisipasi Kasar
(APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Kasar (APK)
adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 12


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi


penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK didapat dengan
membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah (atau jumlah siswa), tanpa
memperhitungkan umur, pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah
penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut.
Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Pasuruan jenjang SD/MI pada tahun 2010
sebesar 110,71, dimana APK tersebut meningkat dari tahun 2009. Kemudian
untuk Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang SMP/MTs pada tahun 2009 lebih
rendah dari jenjang SD/MI yakni sebesar 79,99 dimana APK SMP/MTs tersebut
mengalami penurunan dari tahun 2009. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar
(APK) jenjang SMU/MA/SMK pada tahun 2010 sebesar 69,94, dimana APK
SMU/MA/SMK ini juga mengalami peningkatan dari tahun 2009. Informasi
mengenai Angka Partisipasi Kasar (APK) pada tiap jenjang pendidikan di Kota
Pasuruan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Angka Partisipasi Kasar (APK) Tiap Jenjang Pendidikan Kota Pasuruan
Tahun 2009-2010
SD/MI
Penduduk Usia Total Siswa
Tahun Kecamatan APK
7-12 tahun SD/MI
Gadingrejo 6.759 6.598 97,61
2009 Purworejo 6.768 7.617 112,54
Bugul Kidul 6.068 7.366 121,39
Jumlah 19.596 21.581 110,13
Gadingrejo 5.986 6.451 107,77
2010* Purworejo 5.994 6.818 113,75
Bugul Kidul 5.374 5.944 110,61
Jumlah 17.354 19.213 110,71
SMP/MTs
Penduduk Usia
Tahun Kecamatan Total APK
13-15 tahun
Gadingrejo 4.422 2.772 62,69
2009 Purworejo 4.423 3.321 75,09
Bugul Kidul 4.067 4.240 104,25
Jumlah 12.912 10.333 80,03
Gadingrejo 3.916 2.622 66,96
2010* Purworejo 3.917 3.083 78,71
Bugul Kidul 3.602 3.442 95,56
Jumlah 11.435 9.147 79,99
SMU/MA/SMK
Penduduk Usia
Tahun Kecamatan Total APK
16-18 tahun
Gadingrejo 4.765 2.208 46,34
2009 Purworejo 4.667 1.417 30,36
Bugul Kidul 4.363 5.969 136,81
Jumlah 13.795 9.594 69,55
Gadingrejo 4.220 2.101 49,79
2010* Purworejo 4.133 1.283 31,04
Bugul Kidul 3.864 5.161 133,57

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 13


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Jumlah 12.217 8.545 69,94


Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang
sama. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia
sekolah di setiap jenjang pendidikan. Namun jika dibandingkan APK, APM
merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi
penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan
standar tersebut.
Pada wilayah Kota Pasuruan, Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang
pendidikan SD/MI pada tahun 2010 tergolong cukup tinggi dimana nilainya
mencapai 99,69. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hampir seluruh
penduduk pada rentang usia 7-12 tahun telah dan sedang bersekolah pada SD
atau MI yang ada di wilayah Kota Pasuruan. Kemudian untuk Angka Partisipasi
Murni (APM) pada jenjang pendidikan SMP/MTs tahun 2010, memiliki nilai yang
lebih tinggi yaitu sebesar 61,27. Rendahnya nilai APM untuk jenjang SMP/MTs
ini disebabkan masih banyaknya penduduk lulusan SD/MI yang tidak
melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs. Hal ini patut menjadi perhatian
karena jenjang SMP/MTs merupakan program wajib belajar sehingga jenjang
SMP/MTs wajib dijalani oleh setiap penduduk Kota Pasuruan yang termasuk
dalam usia sekolah. Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang
SMU/MA/SMK memiliki nilai yang cukup rendah yaitu sebesar 49,73. Nilai
tersebut mengindikasikan bahwa partisipasi penduduk pada rentang usia 16-18
tahun yang sedang bersekolah pada jenjang SMU/MA/SMK cukup rendah.
Data mengenai Angka Partisipasi Murni (APM) pada tiap jenjang di Kota
Pasuruan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Angka Partisipasi Murni (APM) Tiap Jenjang Pendidikan Kota Pasuruan
Tahun 2009-2010
SD/MI
Penduduk Usia
Tahun Kecamatan Total APM
7-12 tahun
Gadingrejo 6.759 5.968 88,29
2009 Purworejo 6.768 6.836 101,00
Bugul Kidul 6.068 6.551 107,96
Jumlah 19.596 19.355 98,77
Gadingrejo 5.986 5.845 97,64
2010 Purworejo 5.994 6.148 102,57
Bugul Kidul 5.374 5.307 98,75
Jumlah 17.354 17.300 99,69
SMP/MTs

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 14


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Penduduk Usia
Tahun Kecamatan Total APM
13-15 tahun
Gadingrejo 4.422 2.023 45,75
2009 Purworejo 4.423 2.512 56,79
Bugul Kidul 4.067 3.167 77,87
Jumlah 12.912 7.702 59,65
Gadingrejo 3.916 1.947 49,72
2010 Purworejo 3.917 2.371 60,53
Bugul Kidul 3.602 2.688 74,63
Jumlah 11.435 7.006 61,27
SMU/MA/SMK
Penduduk Usia
Tahun Kecamatan Total APM
16-18 tahun
Gadingrejo 4.765 1.604 33,66
2009 Purworejo 4.667 986 21,13
Bugul Kidul 4.363 4.161 95,37
Jumlah 13.795 6.751 48,94
Gadingrejo 4.220 1.444 34,21
2010 Purworejo 4.133 887 21,47
Bugul Kidul 3.864 3.745 96,92
Jumlah 12.217 6.076 49,73
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

Kondisi yang ada di lapangan menunjukkan bahwa sebagian dari anak-anak


usia sekolah yang ada di Kota Pasuruan khususnya rentang umur 16-18 tahun
dan 19-24 tahun tidak melanjutkan jenjang pendidikannya. Hal ini disebabkan
oleh faktor keluarga, banyak anak-anak usia sekolah di Kota Pasuruan
dihadapkan pada situasi ekonomi dan faktor pernikahan di usia dini. Tekanan
banyak diberikan oleh para orang tua yang mengharapkan pada anak-anak
mereka untuk lebih bisa mensupport keluarga dengan ikut masuk dalam usaha
keluarga seperti berwirausaha dan berdagang, untuk anak perempuan
umumnya disegerakan menikah dalam usia dini, karena unsur agamis yang
tinggi. Menurut masyarakat kota Pasuruan tidak baik jika anak atau remaja putri
mereka terlalu lama bersekolah, lebih baik menikah karena menikah
merupakan ibadah dan wujud sikap patuh pada kedua orang tua.
Permasalahan diatas terjadi pada sebagian anak usia sekolah saja, untuk itu
perlu segera dibentuk suatu rencana kerja khususnya untuk meningkakan
angka partisipasi sekolah. Salah satunya dengan memberikan pemahaman
bagi para orang tua dan wali murid siswa, bahwa sesungguhnya pendidikan itu
untuk mendukung masa depan anak-anak, sehingga mampu bersaing dalam
dunia kerja dan berwirausaha, dalam hal ini perlu adanya sosialisasi dari pihak
Dinas Pendidikan kepada para wali murid agar memahami kondisi dan melihat
jauh ke depan untuk memperbaiki tingkat pendidikan anak-anak dan
mempertinggi angka partisipasi sekolah.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 15


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

4.2.3 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Salah satu indikator yang mampu menggambarkan kualitas sumber daya


manusia (SDM) suatu wilayah adalah dengan meninjau jenjang pendidikan
tertinggi yang ditamatkan oleh penduduknya (ijazah tertinggi yang dimiliki).
Semakin tinggi ijazah yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu wilayah, akan
mencerminkan bahwa tingkat intelektual atau pengetahuan penduduk di daerah
tersebut juga tinggi. Tingkat pendidikan tertinggi diharapkan memiliki dampak
atau implikasi terhadap tingkat kesejahteraan dan kehidupan sosialnya karena
pada umumnya semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka
kemampuan, wawasan, cara berfikir dan pekerjaannya akan lebih luas dan
maju.
Berdasar hasil analisa, diketahui bahwa jenjang pendidikan tertinggi yang
berhasil ditamatkan oleh sebagian besar penduduk Kota Pasuruan adalah
jenjang SD–SMP. Pada tahun 2010 persentase penduduk Kota Pasuruan yang
memiliki pendidikan tertinggi SD-SMP sebesar 48,92 %, sementara itu
penduduk yang berhasil menamatkan pendidikan pada jenjang SMU sebesar
30,10%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa rerata tingkat pendidikan
penduduk sudah cukup tinggi dan memenuhi program wajib belajar 9 tahun.
Namun masih terdapat penduduk yang tidak tamat SD dengan persentase
sebesar 11,78%, salah satu faktor adalah kondisi sosial budaya. Banyak
penduduk lebih memilih untuk bekerja setelah menempuh pendidikan setara
SMP dan tidak meneruskan pendidikan. Hal ini yang menyebabkan tingkat
pengangguran di Kota Pasuruan relatif lebih tinggi dibandingkan Jawa Timur.
Untuk dapat meningkatakan SDM Kota Pasuruan menjadi lebih baik lagi maka
diperlukan penambahan lembaga pendidikan yang bekerja untuk meningkatkan
kualitas pendidikan misalnya Kejar Paket A, B dan C. Serta pemberian
ketrampilan berwirausaha mandiri bagi penduduk Kota Pasuruan yang tingkat
pendidikan masih relatif rendah.
Penduduk Kota Pasuruan yang berhasil menyelesaikan pendidikan pada
tingkat akademi atau perguruan tinggi sebesar 9,20%. Data mengenai proporsi
pendidikan tertinggi yang berhasil ditamatkan penduduk Kota Pasuruan dapat
dilihat pada tabel 4.10.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 16


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.9 Proporsi Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Kota


Pasuruan Tahun 2009
Tidak Tamat SD- Tamat Tamat
Tahun
Tamat SD SMP SMU Akademi/PT
Purworejo 9,48 48,05 33,05 9,43
Bugul Kidul 14,87 43,67 31,40 10,06
2007
Gadingrejo 14,31 58,14 22,95 4,60
Jumlah 12,81 49,97 29,18 8,04
Purworejo 9,11 50,36 31,39 9,14
Bugul Kidul 11,76 47,53 31,67 9,04
2008
Gadingrejo 11,20 31,43 25,77 31,60
Jumlah 10,67 43,38 29,69 16,26
Purworejo 9,54 45,56 34,55 10,35
Bugul Kidul 12,64 44,49 31,96 10,91
2009
Gadingrejo 12,88 57,74 24,16 5,22
Jumlah 11,65 49,26 30,27 8,82
Purworejo 12,92 57,49 24,32 5,27
Bugul Kidul 10,13 44,50 34,12 11,24
2010
Gadingrejo 12,27 44,77 31,86 11,10
Jumlah 11,78 48,92 30,10 9,20
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

Tamat Akademi/PT; 9.20% Tidak Tamat SD; 11.78%

Tamat SMU; 30.10%

Tamat SD-SMP; 48.92%

Gambar 4.5 Proporsi Tingkat Pendidikan Tertinggi Kota Pasuruan Tahun 2010

4.2.4 Putus Sekolah


Angka putus sekolah menggambarkan kondisi penduduk pada rentang usia
sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi dimana indikator ini juga digunakan
sebagai ukuran kualitas pendidikan suatu wilayah. Beberapa faktor yang
umumnya menyebabkan anak yang tidak lagi bersekolah atau putus sekolah
karena kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak, kondisi
perekonomian keluarga yang miskin sehingga anak lebih memilih membantu
orang tuanya bekerja dan keadaan geografis yang kurang menguntungkan.
Namun pada saat ini upaya untuk menekan angka putus sekolah sudah

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 17


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

dilaksanakan oleh pemerintah, dengan mewujudkan program-program seperti


BOS (Bantuan Operasional Sekolah), beasiswa siswa miskin, PKH (Program
Keluarga Harapan) dan lain sebagainya. Oleh karena itu, maka paling tidak
jumlah anak yang putus sekolah tidak lagi tinggi seperti periode-periode
sebelumnya.
Berdasar data yang ada, diketahui bahwa tingkat siswa putus sekolah pada
wilayah Kota Pasuruan secara umum sudah cukup rendah khususnya untuk
jenjang SD dan SMP. Hal tersebut menggambarkan bahwa upaya pemerintah
untuk meningkatkan partisipasi penduduk usia sekolah untuk melaksanakan
pendidikan sampai jenjang tertinggi sudah memberikan dampak yang cukup
baik, terbukti juga dengan adanya penurunan angka putus sekolah dari tahun
2009 ke 2010 pada semua jenjang pendidikan. Pada tahun 2009/2010, angka
siswa SD/MI yang putus sekolah sebesar 0,07 dan angka putus sekolah untuk
siswa SMP/MTs sebesar 0,12, kemudian untuk siswa SMU/MA/SMK angka
putus sekolahnya sedikit lebih tinggi yakni 1,06. Hasil perhitungan angka putus
sekolah pada tiap jenjang pendidikan di Kota Pasuruan tahun 2008-2009 dapat
dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.10 Angka Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di kota Pasuruan
Tahun ajaran 2008/2009 – 2009/2010
Jumlah Siswa Angka Putus
Tahun Kecamatan Jumlah Siswa
Putus Sekolah Sekolah
SD/MI
Gadingrejo 1 6.699 0,01
Purworejo 31 7.533 0,41
2008/2009
Bugul Kidul 7 7.266 0,10
Jumlah 39 21.498 0,18
Gadingrejo 0 6.598 0,00
Purworejo 6 7.617 0,08
2009/2010
Bugul Kidul 10 7.366 0,14
Jumlah 16 21.581 0,07
JATIM 0,36
SMP/MTs
Gadingrejo 8 2.543 0,31
Purworejo 31 3.831 0,81
2008/2009
Bugul Kidul 13 3.742 0,35
Jumlah 52 10.116 0,51
Gadingrejo 10 2.772 0,36
Purworejo 2 3.321 0,06
2009/2010
Bugul Kidul 0 4.240 0,00
Jumlah 12 10.333 0,12
JATIM 2,86
SMU/MA/SMK
Gadingrejo 0 2.080 0,00
Purworejo 5 1.509 0,33
2008/2009
Bugul Kidul 92 5.468 1,68
Jumlah 97 9.057 1,07

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 18


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Jumlah Siswa Angka Putus


Tahun Kecamatan Jumlah Siswa
Putus Sekolah Sekolah
Gadingrejo 7 2.208 0,32
Purworejo 9 1.417 0,64
2009/2010
Bugul Kidul 86 5.969 1,44
Jumlah 102 9.594 1,06
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

4.2.5 Fasilitas Pendidikan

Perkembangan kualitas pendidikan yang cukup baik pada wilayah Kota


Pasuruan ini tidak terlepas dengan adanya upaya penyediaan fasilitas
pendidikan yang memadai pada setiap jenjang pendidikan oleh pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana serta tenaga pendidikan memang menjadi
prioritas penting dalam melaksanakan program-program pembangunan di
bidang pendidikan. Secara nasional, bidang pendidikan merupakan salah satu
prioritas utama pembangunan nasional terbukti dengan adanya peningkatan
anggaran pendidikan yang mencapai 20% serta banyak program kebijakan
baru yang diberlakukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
pendidikan seperti BOS, jaringan pendidikan nasional, penyediaan jaringan
internet pada sekolah, penyediaan buku atau bahan ajar secara online dan
gratis dan program lainnya. Lembaga pendidikan, tenaga pendidik serta
kurikulum pendidikan yang ada saat ini juga dipacu untuk meningkatkan
kualitasnya sesuai dengan standar-standar yang telah ditentukan sehingga
program belajar mengajar yang telah dilakukan diharapkan mampu
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas tinggi dan berdaya saing.
Berikut adalah uraian mengenai kondisi sarana dan prasarana serta tenaga
pendidikan yang ada di Kota Pasuruan pada tiap jenjang pendidikan.
A. Tingkat TK dan RA
Berdasarkan data pada tahun 2009/2010, jumlah TK dan RA di Kota Pasuruan
sebanyak 107 unit yang tersebar pada wilayah tiga kecamatan dimana jumlah
ruang kelas yang ada sebanyak 286 unit. Jumlah murid TK dan RA yang ada di
Kota Pasuruan sebanyak 5.087 siswa sementara itu jumlah guru sebanyak 358.
Kemudian jumlah siswa yang berhasil lulus pada tahun 2009/2010 sejumlah
4.354 siswa.

Tabel 4.11 Data Pokok TK dan RA di Kota Pasuruan Tahun 2009/2010


No. Komponen TK RA Total
1 Sekolah 87 20 107

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 19


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

No. Komponen TK RA Total


2 Siswa 3.622 1.465 5.087
3 Kelas 246 40 286
4 Guru 310 48 358
5 Lulusan 3.622 732 4.354
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

B. Tingkat SD (SD dan MI)


Pada tahun 2009/2010, total jumlah SD dan MI yang ada di wilayah Kota
Pasuruan sebanyak 84 unit. Fasilitas pendidikan tingkat dasar tersebut memiki
siswa sebesar 21.581 siswa dan telah menghasilkan lulusan sebanyak 3.324
siswa. Untuk menampung jumlah siswa yang ada tersebut, tersedia ruang kelas
sebanyak 832 unit, dengan rincian 622 ruang kelas dalam kondisi yang baik,
152 unit ruang kelas dalam kondisi yang rusak ringan serta 58 unit ruang kelas
dengan kondisi rusak berat. Kemudian untuk tenaga pendidik terdapat 1.274
guru dengan rincian kondisi yakni 1.061 guru layak mengajar, 63 guru semi
layak serta 150 guru tidak layak mengajar.
Nilai rasio perbandingan guru dan murid untuk SD/MI standar minimum
pendidikan dasar nasional 9 tahun mencapai 1 : 40 yang artinya seorang guru
maksimal mengajari 40 orang murid. Untuk Kota Pasuruan rasio guru dan
murid SD / MI mencapai 1 : 20, mengindikasikan jumlah guru untuk SD/MI
masih memadai dan mencukupi. Implikasinya diharapkan nanti dari Dinas
Pendidikan Kota Pasuruan tidak perlu lagi merekrut tenaga pengajar SD/MI
baru.
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar pada sarana pendidikan juga
harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung yakni perpustakaan
sejumlah 70 unit, lapangan olah raga sebanyak 34 unit, dan UKS sebanyak 83
unit. Data mengenai sarana pendidikan SD dan MI di Kota Pasuruan secara
lengkap dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.12 Data Pokok SD dan MI di Kota Pasuruan Tahun 2009/2010


No. Komponen SD MI Total
1 Sekolah 62 22 84
2 Siswa 19.213 2368 21.581
3 Lulusan 3.027 297 3.324
4 Ruang Kelas 692 140 832
Baik 529 93 622
Rusak ringan 111 41 152
Rusak berat 52 6 58
5 Ruang kelas bukan milik 0 0 0
6 Kelas 692 140 832
7 Guru 1.035 239 1.274
a. Layak Mengajar 911 150 1.061

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 20


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

b. Semi layak 43 20 63
c. Tidak layak 81 69 150
8 Rasio Guru Murid (1 :40) 1 : 21 1 : 16 1 : 20
9 Fasilitas 388 131 519
a. Perpustakaan 56 14 70
b. Lapangan Olah raga 26 8 34
c. UKS 62 21 83
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

C. Tingkat SLTP (SMP dan MTs)


Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2009 jumlah SMP dan MTs yang
terletak di wilayah Kota Pasuruan sebanyak 30 unit. Jumlah siswa SMP di Kota
Pasuruan yang belajar pada sarana pendidikan menengah tersebut sebanyak
10.333 siswa dimana pada tahun 2008 lalu SMP dan MTs telah meluluskan
siswa sebanyak 2.888.
Untuk menampung jumlah siswa tersebut, tersedia ruang kelas sebanyak 290
unit, dengan rincian 265 ruangan dengan kondisi baik, 14 dengan kondisi rusak
ringan dan 11 dengan kondisi rusak berat. Sedangkan untuk guru yang
mengajar sebanyak 708 dengan rincian 617 guru termasuk dalam kategori
layak mengajar, 33 guru dengan kategori semi layak mengajar dan 58 guru
dalam kategori tidak layak mengajar.
Nilai rasio perbandingan guru dan murid untuk SMP/MTs standar minimum
pendidikan dasar nasional 9 tahun mencapai 1 : 20 yang artinya seorang guru
maksimal mengajari 20 orang murid. Untuk Kota Pasuruan rasio guru dan
murid SMP/MTs mencapai 1 : 16, yang mengindikasikan jumlah guru untuk
SMP/MTs masih memadai dan mencukupi. Diharapkan nanti dari Dinas
Pendidikan Kota Pasuruan tidak perlu lagi merekrut tenaga pengajar SMP/MTs
baru.
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar pada sarana pendidikan juga
harus dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung, seperti: perpustakaan
sebanyak 23 unit, lapangan olah raga sebanyak 20 unit, UKS sebanyak 20 unit,
serta laboratorium sebanyak 26 unit. Informasi mengenai SMP dan MTs yang
ada di Kota Pasuruan pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.13 Data Pokok SMP dan MTs di Kota Pasuruan Tahun 2009/2010
No. Komponen SMP MTs Total
1 Sekolah 20 10 30
2 Siswa 8.682 1.651 10.333
3 Lulusan 2.475 413 2.888
4 Ruang Kelas 252 38 290
Baik 238 27 265
Rusak ringan 11 3 14

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 21


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Rusak berat 3 8 11
5 Ruang kelas bukan milik 0 0 0
6 Kelas 252 38 290
7 Guru 522 186 708
a. Layak Mengajar 467 150 617
b. Semi layak 25 8 33
c. Tidak layak 30 28 58
8 Rasio Guru Murid (1 :20) 1 : 19 1:7 1 : 16
9 Fasilitas 148 53 201
a. Perpustakaan 18 5 23
b. Lapangan Olah raga 15 5 20
c. UKS 15 5 20
d. Laboratorium 24 2 26
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

D. Tingkat SMA, SMK dan MA


Pada tahun 2009/2010, total jumlah SMA, SMK dan MA yang ada di Kota
Pasuruan sebanyak 21 unit, dengan jumlah siswa mencapai 10.324 siswa.
Pada tahun 2009 jumlah lulusan SMU, SMK dan MA di Kota Pasuruan
sebanyak 2.898 siswa. Untuk menampung siswa yang ada, tersedia ruang
kelas sebanyak 247 unit, dengan dengan rincian 231 unit dalam kondisi baik,
sedangkan untuk kondisi rusak ringan sebanyak 12 unit, dan rusak berat 4 unit.
Guru yang mengajar di SMA, SMK, dan MA sebanyak 806 diantaranya yaitu
sebanyak 744 orang, 21 orang semi layak mengajar, dan 54 orang tidak layak
mengajar.
Nilai rasio perbandingan guru dan murid untuk SMA/SMK/MA standar minimum
pendidikan nasional mencapai 1 : 20 yang artinya seorang guru maksimal
mengajari 20 orang murid. Untuk Kota Pasuruan rasio guru dan murid
SMA/SMK/MA mencapai 1 : 14, yang mengindikasikan jumlah guru untuk
SMA/SMK/MA masih memadai dan mencukupi. Diharapkan nanti dari Dinas
Pendidikan Kota Pasuruan tidak perlu lagi merekrut tenaga pengajar
SMA/SMK/MA baru.
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di SMA, SMK dan MA terdapat
fasilitas pendukung, meliputi: perpustakaan sebanyak 19 unit, lapangan
olahraga sebanyak 16 unit, UKS sebanyak 16 unit, laboratorium sebanyak 59
unit, ruang ketrampilan sebanyak 10 unit, BP sebanyak 20 unit, ruang
serbaguna sebanyak 5 unit, bengkel 5 unit, dan ruang praktik sebanyak 6 unit.
Bila dilihat fasilitas sekolah yang seharusnya ada, ternyata tidak semua fasilitas
yang ada dimiliki oleh SMA, SMK, dan MA. Informasi mengenai SMU, MA dan
SMK di Kota Pasuruan dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.14 Data Pokok SMA, MA, dan SMK di Kota Pasuruan Tahun 2009/2010

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 22


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

No. Komponen SMU MA SMK Total


1 Sekolah 8 3 10 21
2 Siswa 3.552 730 6.042 10.329
3 Lulusan 1.225 175 1.498 2.898
4 Ruang Kelas 104 23 120 247
Baik 101 20 110 231
Rusak ringan 3 3 6 12
Rusak berat 0 0 4 4
5 Ruang kelas bukan milik 0 0 0 0
6 kelas 104 23 120 247
7 Guru 281 83 442 806
a. Layak Mengajar 257 78 409 744
b. Semi layak 11 1 9 21
c. Tidak layak 13 4 37 54
8 Rasio Guru Murid (1 :20) 1 : 14 1 : 10 1 : 15 1 : 14
9 Fasilitas 61 12 140 213
a. Perpustakaan 7 2 10 19
b. Lapangan Olah raga 7 2 7 16
c. UKS 7 0 11 18
d. Laboratorium 16 2 41 59
e. Keterampilan 2 1 7 10
f. BP 8 3 9 20
g. Serbaguna 1 0 4 5
h. Bengkel 0 0 5 5
i. Ruang Praktik 0 0 6 6
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

E. Pendidikan Non Formal (PNF) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Penyelenggaraan Pendidikan Non Formal (PNF) disediakan untuk melayani
kebutuhan pendidik bagi masyarakat yang tidak mampu atau tidak pernah
mengakses pendidikan sekolah formal. Penyelenggaraan pendidikan non
formal ini lebih diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan kemampuan
dasar. Paling tidak terdapat lima (5) jenis sarana pendidikan non formal yang
ada di Kota Pasuruan, masing-masing PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), KF
(Keaksaraan Fungsional), Kejar Paket, Pondok Pesatren, dan Kursus-kursus.

Tabel 4.15 Data Pokok PNF dan Anak Usia Dini di Kota Pasuruan Tahun
2009/2010
KURSUS PESANTREN KEJAR PAKET
No. Uraian PAUD KF
Ula Wustho A B C

1 Lembaga 54 10 8 15 8 4 14 14
2 Siswa / Peserta Didik 2.894 200 396 1.434 80 273 808 1644
3 Tenaga Pengajar 124 14 15 132 11 6 47 174
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2010

 Keaksaraan Fungsional
Keaksaraan fungsional (KF) dikota Pasuruan berjumlah 8 lembaga yang
tersebar pada tiga kecamatan, untuk kecamatan Gadingrejo sebanyak 4

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 23


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

lembaga dengan tenaga pendidik sebanyak 4 orang dan jumlah peserta


didik 40 orang. Untuk kecamatan Purworejo terdapat 2 lembaga KF dengan
tenaga pendidik sebanyak 2 orang dan peserta didik mencapai 20 orang,
dan untuk Kecamatan Bugul Kidul jumlah lembaga KF sebanyak 2 lembaga
dengan tenaga pendidik juga sebanyak 2 orang dengan peserta didik
mencapai 20 orang dan masing-masing kecamatan dikelola oleh satu orang
orang pengelola KF.
 PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
perkembangan kapabilitas kecerdasan anak, jadi bukan hanya sekedar
untuk memberikan pengalaman belajar, program pendidikan berkelanjutan
dimaksudkan untuk menyiapkan dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia sejak usia dini. Pada tahun 2009/2010 lembaga PAUD di kota
Pasuruan berjumlah 54 lembaga dengan jumlah peserta didik sebanyak
2.894 anak dan tenaga pendidik sebanyak 124 orang.
 Kejar Paket
Berdasarkan data tahun 2009/2010, jumlah kejar Paket A sebanyak 4
lembaga dengan jumlah peserta didik sebanyak 273 dengan tenaga
pengajar 6 orang, untuk kejar Paket B berjumlah 14 lembaga dengan
jumlah siswa sebanyak 808 orang dengan tenaga pendidik sebanyak 47
orang, dan untuk kejar paket C sebanyak 14 lembaga dengan jumlah
peserta didik sebanyak 1.644 orang dan tenaga pendidik sebanyak 174
orang.

4.3 ANALISIS INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

Tinjauan ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator penting yang mampu


menggambarkan kondisi atau kualitas kesejahteraan masyarakat suatu
wilayah. Berdasar pada konsep ketenagakerjaan, tenaga kerja merupakan
seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial
dapat memproduksi barang dan jasa. Aspek ketenagakerjaan ini menunjukkan
kondisi dan tingkat keberusahaan penduduk dalam mengupayakan kondisi
perekonomian dan kesejahteraan diri sendiri maupun keluarganya. Apabila
suatu wilayah memiliki tingkat perekonomian yang baik maka ketersediaan

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 24


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

lapangan pekerjaan diharapkan menjadi lebih luas dan lebih baik. Dengan
kondisi tingkat partisipasi penduduk yang bekerja yang relatif tinggi diharapkan
terjadi pemerataan pendapatan dan pada akhirnya kondisi kesejahteraan
penduduk secara umum dapat meningkat. Dengan kata lain bahwa apabila
seseorang memiliki pekerjaan yang tetap maka dia akan mampu menghidupi
atau membiayai dirinya sendiri bahkan keluarganya dan pada akhirnya tingkat
kesejahteraannya meningkat.
Permasalahan mengenai penyediaan kesempatan kerja bagi setiap penduduk
menjadi isu utama dalam pembangunan karena seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk, kebutuhan penduduk terhadap penyediaan kesempatan dan
lapangan pekerjaan juga semakin meningkat. Oleh karena itu, penyediaan
lapangan pekerjaan atau perluasan kesempatan kerja bagi penduduk
merupakan salah satu prioritas kebijakan pembangunan yang perlu dilakukan
pemerintah. Tujuan dari perluasan kesempatan dan lapangan pekerjaan ini
tidak hanya semata-mata untuk menunjang peningkatan produktifitas barang
dan jasa, lebih penting lagi untuk memenuhi kebutuhan akan kesejahteraan
masyarakat.
Tidak berimbangnya jumlah lapangan atau kesempatan kerja yang tersedia
dengan jumlah angkatan kerja yang siap bekerja akan menimbulkan
permasalahan baru yakni pengangguran. Lebih lanjut, permasalahan
pengangguran yang cukup tinggi terkadang juga disebabkan oleh besarnya
jumlah pencari kerja yang kurang terdidik dan terlatih sesuai dengan keahlian
yang dibutuhkan pasar dunia kerja saat ini. Permasalahan yang muncul selain
pengangguran adalah banyaknya pekerja yang bekerja kurang dari jam standar
kerja serta penghasilan atau upah yang diterima oleh para pekerja yang kurang
dari standar yang ditentukan. Berdasar pada permasalahan-permasalahan
tersebut maka perlu adanya tinjauan mengenai karakteristik ketenagakerjaan
yang ada di Kota Pasuruan ini.

4.3.1 Jenis Mata Pencaharian Penduduk

Karakteristik penduduk Kota Pasuruan selanjutnya dapat digambarkan melalui


struktur penduduk menurut status atau jenis pekerjaan yang dijalankan.
Struktur penduduk menurut jenis pekerjaan ini dapat menggambarkan karakter
aktivitas ekonomi yang paling berperan di wilayah Kota Pasuruan. Berdasar
pada data yang ada, diketahui bahwa penduduk Kota Pasuruan yang telah
bekerja memiliki proporsi yang cukup rendah yaitu sebesar 43,65%, kemudian

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 25


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

untuk penduduk yang belum atau tidak bekerja memiliki proporsi sebesar
27,75%, penduduk yang hanya mengurus urusan rumah tangga sebesar
27,75%, penduduk yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa
sebesar 13,34%, serta penduduk yang berstatus sebagai pensiunan sebesar
1,35%. Rendahnya proporsi penduduk yang bekerja tersebut mampu
mempengaruhi kondisi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kota
Pasuruan secara umum. Berdasar data proporsi penduduk yang telah bekerja
tersebut, jenis pekerjaan yang paling banyak dimiliki penduduk Kota Pasuruan
adalah sebagai karyawan swasta (17,24%) dan perdagangan (4%). Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa pola aktivitas perekonomian masyarakat Kota
Pasuruan saat ini sudah tidak lagi bertumpu pada sektor-sektor ekonomi primer
(pertanian dan pertambangan) namun sudah lebih bergeser pada aktivitas
sektor ekonomi sekunder (industri dan perdagangan) dan tersier (keuangan
dan jasa perusahaan). Kebijakan dan peraturan yang menciptakan iklim yang
kondusif bagi aktivitas usaha yang ada di wilayah Kota Pasuruan cukup
diperlukan untuk menjaga kelangsungan operasional perusahaan yang ada,
karena apabila perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan maka dapat
berpotensi meningkatkan jumlah penduduk yang menganggur. Sistem insentif
juga perlu dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang memprioritaskan dan
mempekerjakan tenaga kerja lokal dalam jumlah yang cukup besar, kemudian
perlu juga perlu didukung pengembangan corporate social responsibility (CSR)
dengan memberdayakan penduduk di sekitar lokasi perusahaan/industri melalui
pelatihan keterampilan atau bantuan modal usaha yang mampu menciptakan
lapangan pekerjaan baru.
Namun hal yang perlu diingat adalah masih rendahnya tingkat penduduk yang
bekerja harus menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah dalam upaya
penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan jumlah lulusan atau pencari kerja tampaknya tidak diimbangi
dengan jumlah lapangan pekerjaan baru yang tersedia tampaknya
menyebabkan banyaknya penduduk yang belum atau tidak bekerja di Kota
Pasuruan ini. Tingginya tingkat pengangguran yang ada menimbulkan
permasalahan baru bagi kegiatan pembanggunan di Kota Pasuruan. Oleh
karena itu perlu adanya kebijakan untuk mengatasi permasalahan
pengangguran tersebut. Informasi mengenai struktur penduduk Kota Pasuruan
berdasar status dan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada tabel 4.17.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 26


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.16 Struktur Penduduk Kota Pasuruan menurut Jenis Pekerjaan Tahun
2010
Bugul Persentase
Jenis Pekerjaan Gadingrejo Purworejo Jumlah
Kidul (%)
Belum/Tidak Bekerja 18.432 16.592 16.693 51.717 27,7553
Mengurus Rumah Tangga 9.387 8.340 8.168 25.895 13,8972
Pelajar/Mahasiswa 7.814 10.069 6.968 24.851 13,3369
Pensiunan 663 1.095 870 2.628 1,4104
PNS 870 2.211 1.969 5.050 2,7102
TNI 474 190 164 828 0,4444
Polri 104 351 142 597 0,3204
Perdagangan 4.318 3.274 1.231 8.823 4,7351
Petani/Pekebun 210 266 745 1.221 0,6553
Peternak 1.290 657 656 2.603 1,3970
Nelayan/Perikanan 638 615 975 2.228 1,1957
Industri 935 1.319 336 2.590 1,3900
Konstruksi 48 215 34 297 0,1594
Transportasi 417 511 248 1.176 0,6311
Karyawan Swasta 9.109 11.789 11.240 32.138 17,2477
Karyawan BUMN 275 379 605 1.259 0,6757
Karyawan BUMD 14 25 25 64 0,0343
Karyawan Honorer 146 243 204 593 0,3182
Buruh Harian Lepas 251 139 252 642 0,3445
Buruh Tani/Perkebunan 97 25 249 371 0,1991
Buruh Nelayan/Perikanan 33 54 28 115 0,0617
Buruh Peternakan - 3 2 5 0,0027
Pembantu Rumah Tangga 96 169 123 388 0,2082
Tukang Cukur 36 45 8 89 0,0478
Tukang Listrik 14 4 12 30 0,0161
Tukang Batu 90 64 96 250 0,1342
Tukang Kayu 874 526 298 1.698 0,9113
Tukang Sepatu Sol 3 3 7 13 0,0070
Tukang Las/Pandai Besi 28 16 26 70 0,0376
Tukang Jahit 33 56 40 129 0,0692
Tukang Gigi 1 - 1 2 0,0011
Penata Rias 3 7 5 15 0,0081
Penata Busana 1 5 - 6 0,0032
Penata Rambut 6 14 3 23 0,0123
Mekanik 53 43 49 145 0,0778
Seniman 2 3 4 9 0,0048
Tabib 5 8 5 18 0,0097
Petugas Kebersihan - - 1 1 0,0005
Perancang Busana - 1 - 1 0,0005
Imam Masjid 4 5 1 10 0,0054
Pendeta 5 4 2 11 0,0059
Wartawan 5 4 4 13 0,0070
Ustadz/Mubaligh 28 32 24 84 0,0451
Juru Masak 2 - 5 7 0,0038
Anggota DPD - 1 - 1 0,0005
Wakil Walikota - - 1 1 0,0005
Anggota DPRD Propinsi 1 1 1 3 0,0016
Anggota DPR 3 3 2 8 0,0043
Dosen 4 24 17 45 0,0242
Guru 400 725 654 1.779 0,9547
Pilot - - 2 2 0,0011
Pengacara 1 5 1 7 0,0038
Notaris 1 3 1 5 0,0027
Arsitek 1 1 2 4 0,0021

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 27


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Bugul Persentase
Jenis Pekerjaan Gadingrejo Purworejo Jumlah
Kidul (%)
Akuntan - 2 1 3 0,0016
Konsultan - 4 2 6 0,0032
Dokter 11 29 20 60 0,0322
Bidan 10 19 10 39 0,0209
Perawat 15 34 16 65 0,0349
Apoteker 4 8 5 17 0,0091
Psikiater/Psikolog 3 - - 3 0,0016
Penyiar Radio 2 2 - 4 0,0021
Pelaut 5 13 7 25 0,0134
Peneliti - 1 1 2 0,0011
Sopir 226 125 160 511 0,2742
Pialang 1 - 8 9 0,0048
Pedagang 349 485 332 1.166 0,6258
Perangkat Desa 4 23 1 28 0,0150
Biarawati 10 4 5 19 0,0102
Wiraswasta 2.057 2.332 1265 5.654 3,0344
Lainnya 2.505 3.524 2.134 8.163 4,3809
Jumlah 62.427 66.739 57.166 186.332 100
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pasuruan dan Hasil Perhitungan, 2011

4.3.2 Proporsi Penduduk Angkatan Kerja

Salah satu ukuran dasar untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaan suatu


wilayah dengan berdasar pada proporsi penduduk yang termasuk dalam
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang tergolong dalam
Angkatan Kerja (AK) merupakan penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang
sudah bekerja, mencari pekerjaan atau mempersiapkan usaha dan yang
sementara tidak bekerja (karena sakit, cuti dan sebagainya). Sementara itu,
penduduk yang tergolong Bukan Angkatan Kerja (BAK) merupakan penduduk
yang berumur 15 tahun keatas dan selama seminggu hanya bersekolah dan
atau mengurus rumah tangga, dan tidak melakukan sesuatu kegiatan yang
dapat dikategorikan sebagai kegiatan bekerja, sementara tidak bekerja atau
mencari pekerjaan. Berdasar pada proporsi penduduk angkatan kerja pada
suatu wilayah maka dapat dilihat potensi ketengakerjaan yang mampu
mendukung aktivitas perekonomian pada wilayah tersebut.
Berdasar data yang diperoleh, proporsi angkatan kerja yang ada pada wilayah
Kota Pasuruan dalam kurun waktu tahun 2005-2010 berkisar pada 49-55% dari
total jumlah penduduk. Kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi
tenaga kerja pada wilayah Kota Pasuruan cukup besar dalam mendukung
aktifitas perekonomian wilayah ini. Proporsi penduduk angkatan kerja dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk Kota Pasuruan secara umum. Peningkatan jumlah angkatan kerja ini

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 28


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

harus pula diimbangi dengan penyediaan atau penciptaan lapangan pekerjaan


baru sehingga tidak menimbulkan pengangguran baru.
Data mengenai proporsi penduduk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja di
Kota Pasuruan tahun 2005-2010 dapat dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4.17 Proporsi Penduduk Kota Pasuruan yang Dirinci Menurut Angkatan
Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Tahun 2005-2010
Jumlah Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja
Tahun
Penduduk Jumlah % Jumlah %
2005 164.406 89.291 54,31 62.229 37,85
2006 165.992 79.681 48,00 55.280 33,30
2007 166.717 83.381 50,01 53.388 32,02
2008 172.892 85.756 49,60 50.045 28,95
2009 175.932 87.852 49,94 49.422 28,09
2010 186.322 92.404 49,59 49.284 26,45
Sumber: Kota Pasuruan dalam Angka 2010 dan Hasil Perhitungan, 2011

100

90

80

70

60

50 Bkn Angk. Kerja


Angk. Kerja
40

30

20

10

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010

Gambar4.6 Proporsi Penduduk Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja di


Kota Pasuruan Tahun 2005-2010

4.3.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah bagian dari penduduk usia
angkatan kerja, berusia 15 tahun keatas yang mempunyai pekerjaan selama
seminggu yang lalu, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja
karena suatu sebab seperti menunggu panenan atau cuti. Di samping itu,
mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan juga

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 29


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Sementara itu, penduduk yang


bekerja atau mempunyai pekerjaan adalah mereka yang selama seminggu
sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja untuk memperoleh
atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling
sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus. Indikator
ini bermanfaat untuk mengetahui bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya
terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu
memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu.
Pada wilayah Kota Pasuruan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
tergolong sudah baik karena berada diatas 50% namun masih perlu mendapat
banyak perhatian karena dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir angka
tersebut fluktuatif dan cenderung meningkat dengan peningkatan yang kecil.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kota Pasuruan pada tahun 2010
tercatat hanya sebesar 55,89%. Penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja di
wilayah Kota Pasuruan ini menjadi indikator bahwa semakin sedikit proporsi
jumlah penduduk angkatan kerja yang telah dan akan bekerja di wilayah Kota
Pasuruan. Menurunnya kondisi perekonomian nasional maupun lokal serta
berkurangnya potensi investasi (baik dalam maupun asing) menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan minimnya lapangan pekerjaan baru yang tersedia di
wilayah Kota Pasuruan. Hal tersebut tampaknya masih mampu diimbangi
dengan berkembangnya potensi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
yang ternyata mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah yang cukup
signifikan. Kebijakan atau program yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah
daerah untuk kembali memacu peningkatan partisipasi angkatan kerja (TPAK)
di Kota Pasuruan, yakni:
1. Penguatan pembangunan di bidang ekonomi untuk meningkatkan potensi
investasi yang masuk di wilayah Kota Pasuruan melalui pembangunan
infrastruktur wilayah yang memadai,
2. Penguatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pada wilayah Kota
Pasuruan melalui bantuan permodalan dan perluasan pangsa pasar, serta
3. Peningkatan kemampuan dan keahlian (skill) penduduk angkatan kerja
sesuai dengan kebutuhan pasar dunia kerja, melalui perbaikan sistem
pendidikan terutama dengan meningkatkan jumlah unit-unit pendidikan
kejuruan sesuai potensi dan karakteristik dunia usaha yang ada di wilayah
Kota Pasuruan ini.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 30


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Perhitungan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kota Pasuruan dapat


dilihat pada tabel 4.19.

Tabel 4.18 Tingkat Partipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Pasuruan Tahun 2005-
2010
Penduduk Usia Angkatan Kerja
Tahun TPAK
15+ yang Bekerja
2005 136.832 73.245 53,53
2006 139.290 70.174 50,38
2007 141.539 73.930 52,23
2008 143.733 76.561 53,27
2009 145.639 77.925 53,51
2010 147.157 82.240 55,89
Sumber: Kota Pasuruan dalam Angka 2010 dan Perhitungan, 2011

TPAK
56.5

55.5

54.5

53.5

52.5

51.5

50.5

49.5

48.5

47.5
2005 2006 2007 2008 2009 2010
TPAK 53.53 50.38 52.23 53.27 53.51 55.89

Gambar 4.7 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota


Pasuruan Tahun 2005-2010

4.3.4 Tingkat Pengangguran Terbuka

Salah satu kebijakan pembangunan di Indonesia adalah penciptaan atau


penyediaan lapangan atau kesempatan kerja bagi seluruh masyarakat. Oleh
karena itu, permasalahan pengangguran merupakan salah satu permasalahan
serius yang harus dipecahkan pada setiap pelaksanaan pembangunan. Salah
satu variabel yang dapat menggambarkan kondisi pengangguran adalah
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pengangguran Terbuka sendiri
merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari
pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 31


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha,


mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk
mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja. Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan
kerja berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Kota Pasuruan dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun penurunan mengalami peningkatan dimana pada tahun
2010 tingkat pengangguran terbuka mencapai 11,00%. Tingkat pengangguran
Kota Pasuruan tersebut ternyata cukup tinggi apabila dibandingkan dengan
rata-rata tingkat pengangguran provinsi Jawa Timur yang hanya sebesar
5,87%. Tingginya tingkat pengangguran tersebut menjadi salah satu
permasalahan serius dalam pelaksanaan pembangunan di Kota Pasuruan,
karena dapat dikatakan bahwa upaya kebijakan pemerintah daerah dalam
penyediaan lapangan pekerjaan baru belum mampu memberikan hasil atau
manfaat yang maksimal bagi penduduk Kota Pasuruan. Tingginya tingkat
pengangguran yang ada di Kota Pasuruan ini disebabkan oleh beberapa hal,
seperti minimnya pencari kerja terlatih dan terdidik sesuai dengan kebutuhan
pasar dunia kerja, minimnya lapangan pekerjaan baru yang tersedia akibat
minimnya perusahaan atau industri yang membuka lowongan kerja baru,
banyaknya pekerja dari luar wilayah yang datang ke Kota Pasuruan untuk
bekerja di perusahaan atau industri yang ada, terdapat beberapa perusahaan
atau industri yang menutup usahanya sehingga menambah jumlah tenaga kerja
yang harus menganggur. Berdasar pada kondisi tersebut, maka perlu ada
upaya yang lebih komprehensif lagi sehingga tingkat pengangguran yang ada
di Kota Pasuruan ini dapat ditekan atau turun. Prioritas pembangunan dengan
tujuan untuk mengurangi atau menekan tingkat pengangguran tidak hanya
menjadi program pemerintah nasional akan tetapi juga pemerintah daerah,
dimana program kegiatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemerintah daerah harus memprioritaskan jalinan kerjasama dengan unit-
unit usaha atau perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja lokal dalam
proyek-proyek milik pemerintah,
2. Penguatan kerjasama antara pemerintah daerah dengan lembaga keuangan
atau pembiayaan juga perlu dilakukan terutama untuk mengatasi masalah
permodalan unit usaha mikro, kecil dan menengah,

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 32


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

3. Penyusunan dan pemberlakukan peraturan-peraturan daerah yang mampu


menunjang penciptaan iklim usaha yang kondusif, seperti penyederhanaan
sistem perizinan usaha, restrukturisasi jenis/klasifikasi dan jumlah pajak
yang dikenakan bagi unit usaha atau perusahaan yang ada, perbaikan
kondisi infrastruktur penting yang mampu menunjang operasionalisasi
perusahaan (jaringan jalan, jaringanair bersih, jaringan komunikasi, dan
lainnya).
Data mengenai tingkat pengangguran Kota Pasuruan dalam kurun waktu tahun
2005-2010 dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut.

Tabel 4.19 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Pasuruan Tahun 2005-2010
Tahun Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran TPT
2005 89.291 73.245 16.046 17,97
2006 79.681 70.174 9.507 11,93
2007 83.381 73.930 9.451 11,33
2008 85.756 76.561 9.195 10,72
2009 87.852 77.925 9.927 11,30
2010 92.404 82.240 10.164 11,00
JATIM 5,87
Sumber: Kota Pasuruan dalam angka 2010 dan Perhitungan 2011

TPT

17.97

11.93
11.33 11.3 11
10.72

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Gambar 4.8 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota


Pasuruan Tahun 2005-2010

4.3.5 Angka Kesempatan Kerja

Angka Kesempatan Kerja (AKK) merupakan perbandingan antara penduduk


usia kerja yang telah bekerja, baik sedang bekerja ataupun sementara sedang
tidak bekerja dengan total penduduk usia kerja yang masuk dalam angkatan

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 33


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

kerja. Tingginya angka kesempatan kerja (AKK) pada suatu wilayah dapat
mengindikasikan bahwa potensi berusaha dan memperoleh pekerjaan pada
wilayah tersebut cukup tinggi. Hal tersebut juga dapat menggambarkan bahwa
potensi ekonomi atau usaha pada wilayah tersebut juga cukup besar.
Angka Kesempatan Kerja (AKK) di Kota Pasuruan tahun 2010 sebesar 66,79%.
Angka kesempatan kerja tersebut tergolong tinggi namun belum cukup untuk
menggambarkan bahwa upaya penyediaan lapangan atau kesempatan kerja
bagi penduduk Kota Pasuruan telah memberikan dampak yang maksimal.
Terlebih dengan adanya kecenderungan penurunan angka kesempatan kerja
(AKK) dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sehingga program kebijakan
pembangunan di bidang ekonomi harus ditingkatkan untuk mengantisipasi
penurunan yang lebih besar lagi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mendukung peningkatan kesempatan kerja bagi penduduk Kota Pasuruan
adalah penguatan iklim usaha terutama untuk usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM), peningkatan potensi investasi dalam negeri maupun asing,
serta pemberlakukan mekanisme insentif dan disinsentif bagi usaha besar yang
bersifat padat karya. Berikut adalah perhitungan angka kesempatan kerja
(AKK) Kota Pasuruan dalam kurun waktu tahun 2005-2010.

Tabel 4.20 Angka Kesempatan Kerja (AKK) Kota Pasuruan Tahun 2004-2008
Usia
Angkatan Kerja
Tahun Produktif AKK
yang Bekerja
/Angkatan kerja
2005 114.122 73.245 64,18
2006 116.224 70.174 60,38
2007 117.926 73.930 62,69
2008 119.879 76.561 63,87
2009 121.603 77.925 64,08
2010 123.123 82.240 66,79
Sumber: Kota Pasuruan dalam angka 2010 dan Perhitungan 2011

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 34


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

AKK

66.79

64.18 63.87 64.08

62.69

60.38

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Gambar 4.9 Perkembangan Angka Kesempatan Kerja (TPT) Kota Pasuruan


Tahun 2005-2010

4.3.6 Karakteristik Angkatan Kerja


Karakteristik penduduk angkatan kerja yang bekerja juga menjadi salah satu
variabel yang dapat mengambarkan kondisi ketenagakerjaan di Kota Pasuruan.
Karakteristik ketenagakerjaan ini meliputi lapangan usaha, jenis pekerjaan dan
status pekerjan. Secara total, jumlah penduduk angkatan kerja yang bekerja di
wilayah Kota Pasuruan pada tahun 2010 mencapai 82.240 jiwa dan jumlah
tersebut terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu tahun 2005-2008.
Apabila ditinjau berdasar lapangan usahanya, maka lapangan usaha yang
dikerjakan oleh penduduk angkatan kerja Kota Pasuruan dengan proporsi
paling besar pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Jumlah pekerja
pada sektor tersebut mencapai 24.529 jiwa (29,83% dari total penduduk
angkatan kerja yang bekerja). Kemudian lapangan usaha atau sektor lain yang
juga memiliki jumlah pekerja yang cukup tinggi adalah sektor industri
pengolahan dan jasa-jasa dimana jumlah penduduk angkatan kerja yang pada
sektor-sektor tersebut masing-masing sebesar 22.301 jiwa (27,12%) dan
16.703 jiwa (20,31%). Kondisi tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa dalam
struktur perekonomian Kota Pasuruan diketahui bahwa sektor perdagangan,
hotel, dan restoran serta sektor industri pengolahan menjadi sektor ekonomi
dengan kontribusi yang paling tinggi diantara sektor lainnya. Hal tersebut juga
mengindikasikan bahwa sebagian besar penduduk Kota Pasuruan lebih suka
bekerja pada sektor-sektor sekunder dan tersier. Informasi mengenai jumlah

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 35


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

penduduk angkatan kerja yang bekerja pada tiap lapangan usaha di Kota
Pasuruan tahun 2005-2010 dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut.

Tabel 4.21 Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja Dirinci Menurut Lapangan Usaha
di Kota Pasuruan Tahun 2005-2010
Tahun
No. Jenis Lapangan Usaha
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pertanian, kehutanan,
1 1.465 1.403 1.478 1.993 1.558 2.141
peternakan
Pertambangan dan
2 220 211 222 239 234 257
penggalian
3 Industri pengolahan 20.875 19.999 21.069 20.761 22.208 22.301
4 Listrik, gas dan air bersih 1.465 1.403 1.478 2.932 1.558 3.150
5 Kontruksi/Bangunan 2.930 2.807 2.957 3.087 3.117 3.316
Perdagangan, hotel dan
6 21.974 21.052 22.180 22.835 23.379 24.529
restoran
Angkutan, pergudangan dan
7 5.493 5.263 5.544 5.507 5.844 5.916
komunikasi
Keuangan, persewaan dan
8
perusahaan 3.663 3.509 3.697 3.658 3.897 3.929
9 Jasa-jasa 15.161 14.526 15.304 15.549 16.131 16.703
Jumlah 73.245 70.174 73.930 76.561 77.925 82.240
Sumber: Kota Pasuruan dalam Angka 2010, BPS Jatim, dan perhitungan 2011

3% 0% Pertanian, kehutanan, peternakan dan


perikanan

20% Pertambangan dan penggalian

27% Industri pengolahan

Listrik, gas dan air bersih


5%
Kontruksi/Bangunan

7% Perdagangan, hotel dan restoran

4%
Angkutan, pergudangan dan ko-
4% munikasi

Keuangan, persewaan dan jasa pe-


30% rusahaan

Jasa-jasa

Gambar 4.10 Proporsi Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasar Sektor Usaha di
Kota Pasuruan Tahun 2010

Kemudian apabila ditinjau berdasar pada jenis pekerjaannya, maka penduduk


angkatan kerja paling banyak bekerja sebagai tenaga usaha jasa dimana
jumlahnya mencapai 26.824 jiwa (32,63% dari total penduduk angkatan kerja
yang telah bekerja). Kemudian jenis pekerjaan lain yang juga banyak dikerjakan
oleh penduduk angkatan kerja Kota Pasuruan adalah tenaga tata usaha dan
sejenisnya serta tenaga usaha produksi dimana jumlahnya masing-masing
mencapai 16.087 jiwa (19,56%) dan 15.310 jiwa (18,62%). Data mengenai

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 36


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

jumlah penduduk angkatan kerja yang bekerja pada tiap jenis pekerjaan di Kota
Pasuruan tahun 2005-2010 dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut.

Tabel 4.22 Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja Dirinci Menurut Jenis Pekerjaan
di Kota Pasuruan Tahun 2005-2010
No Tahun
Jenis Pekerjaan
. 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tenaga Profesinal, Teknis dan
1 3.611 3.647 3.751 4.075 4.177 5.071
sejenisnya
Tenaga Kepemimpinan dan
2 5.232 5.490 5.497 5.997 6.115 6.723
Ketatalaksanaan
Tenaga Tata Usaha dan
3 14.997 14.033 14.963 15.153 15.282 16.087
Tenaga Sejenis
4 Tenaga Usaha Penjualan 7.571 6.572 7.581 8.084 8.196 8.996
5 Tenaga Usaha Jasa 25.108 25.104 25.138 25.985 26.418 26.824
6 Tenaga Usaha Pertanian 1.934 1.531 1.943 1.972 2.146 2.483
7 Tenaga Usaha Produksi 14.397 13.487 14.638 14.754 14.956 15.310
8 Lainnya 395 310 419 541 635 746
Jumlah 73.245 70.174 73.930 76.561 77.925 82.240
Sumber: Kota Pasuruan dalam Angka 2010, BPS Jatim, dan perhitungan 2011

Tenaga Profesional, Teknis dan se-


1% 4% jenisnya
7%
20%
Tenaga Kepemimpinan dan Ketata-
laksanaan

Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Se-


3% 20% jenis

Tenaga Usaha Penjualan

Tenaga Usaha Jasa

10% Tenaga Usaha Pertanian

36%
Tenaga Usaha Produksi

Lainnya

Gambar 4.11 Proporsi Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasar Jenis Pekerjaan
di Kota Pasuruan Tahun 2010

Variabel terakhir yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik


ketengakerjaan Kota Pasuruan adalah status pekerjaan. Berdasar pada data
diketahui bahwa status pekerjaan dari penduduk angkatan kerja yang telah
bekerja paling banyak adalah buruh/karyawan/pekerja yang dibayar dimana
jumlahnya mencapai 40.979 jiwa (49,83% dari dari total penduduk angkatan
kerja yang telah bekerja). Kemudian status pekerjaan lain yang juga memiliki
proporsi yang cukup besar pada Kota Pasuruan adalah berusaha sendiri yang
jumlahnya sebesar 25.230 jiwa (29,02%). Kondisi ini menunjukkan bahwa

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 37


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

potensi kewirausahaan di wilayah Kota Pasuruan masih cukup besar. Data


mengenai jumlah penduduk angkatan kerja yang bekerja pada tiap status
pekerjaan di Kota Pasuruan tahun 2005-2010 dapat dilihat pada tabel 4.24
berikut.

Tabel 4.23 Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja Dirinci Menurut Status
Pekerjaan di Kota Pasuruan Tahun 2005-2010
Tahun
Status Pekerjaan
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Berusaha sendiri 22.470 21.513 22.665 22.221 22.617 25.230
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 6.400 6.141 6.469 8.520 8.672 7.186
Berusaha dibantu buruh tetap 1.283 1.613 1.699 1.983 2.019 1.441
Buruh/karyawan/pekerja dibayar 36.497 34.595 36.447 37.355 38.020 40.979
Pekerja tidak dibayar 6.595 6.312 6.650 6.482 6.598 7.405
Jumlah 73.245 70.174 73.930 76.561 77.925 82.240
Sumber: Kota Pasuruan dalam Angka 2010, BPS Jatim, dan perhitungan 2011

8%

29% Berusaha sendiri

Berusaha dibantu buruh tidak


tetap

Berusaha dibantu buruh tetap

49% Buruh/karyawan/pekerja dibayar


11%
Pekerja tidak dibayar
3%

Gambar 4.12 Proporsi Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasar Status Pekerjaan
di Kota Pasuruan Tahun 2010

4.4 ANALISIS INDIKATOR KESEHATAN

Kesehatan merupakan aspek yang vital dalam kehidupan masyarakat. Kondisi


kualitas kesehatan masyarakat mempengaruhi produktivitas dan kualitas
sumber daya manusia yang pada akhirnya mampu mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan dan pengembangan
yang dilaksanakan di bidang kesehatan perlu diupayakan secara maksimal
sehingga mampu mendukung peningkatan kondisi kesejahteraan masyarakat.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 38


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Upaya pembangunan dan pengembangan bidang kesehatan dapat dilakukan


dalam berbagai bentuk dan jenis, meliputi peningkatan kualitas pelayanan dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan
dan ketersediaan tenaga kesehatan, peningkatan upaya-upaya kesehatan, dan
lainnya. Upaya-upaya tersebut tampaknya juga dilaksanakan oleh pemerintah
daerah Kota Pasuruan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat Kota Pasuruan. Salah satu aspek yang menggambarkan upaya
pemerintah daerah dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat adalah
melalui penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Sarana
dan prasarana kesehatan yang ada di Kota Pasuruan tampaknya cukup
memenuhi untuk melayani kebutuhan masyarakat dimana secara umum
terdapat RSUD Dr. R. Sudarsono dan 7 unit puskesmas yang tersebar di 3
kecamatan, yakni Puskemas Bugul Kidul, Puskesmas Kandangsapi, Puskemas
Purworejo, Puskesmas Kebonsari, Puskesmas Gadingrejo, Puskesmas
Karangketug dan Puskesmas Sekarsono. Sarana kesehatan lain yang tersedia
di Kota Pasuruan termasuk 30 unit puskemas pembantu, 264 unit posyandu
serta 10 unit puskesmas keliling.

Tabel 4.24 Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Pasuruan


Jumlah
No Jenis Sarana
2005 2006 2007 2008 2009
1 RSUD 1 1 1 1 1
2 Puskesmas 6 6 6 6 7
3 Puskesmas Pembantu 22 22 27 29 30
4 Posyandu 256 256 257 264 264
5 Puskesmas Keliling 6 7 7 8 10
6 Kelurahan Siaga 0 0 34 34 34
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

Upaya peningkatan kualitas kesehatan tidak hanya pada aspek penyediaan


sarana dan prasarana kesehatan, namun juga harus didukung dengan
peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan yang ada di Kota Pasuruan.
Kondisi tersebut cukup penting mengingat tenaga kesehatan-lah yang
melakukan pelayanan kesehatan secara langsung pada masyarakat. Pada
tahun 2009, tenaga kesehatan pada wilayah Kota Pasuruan baik yang
merupakan pegawai sarana kesehatan pemerintah maupun swasta berjumlah
sekitar 473 orang. Dari jumlah tersebut, tenaga dokter (dokter umum, dokter
spesialis maupun dokter gigi) berjumlah 82 orang dimana 31 orang dokter
memberikan pelayanan kesehatan pada puskemas, 35 orang dokter

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 39


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

melaksanakan pelayanan kesehatan pada RSUD Dr. R. Sudarsono dan 7


orang dokter bekerja pada sarana kesehatan swasta.

Tabel 4.25 Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan di Kota Pasuruan


Tenaga Kesehatan 2005 2006 2007 2008 2009*
Medis 56 68 61 67 82
Perawat & Bidan 115 201 210 217 314
Farmasi 8 11 10 10 19
Sanitasi 6 5 10 10 11
Gizi 12 10 11 11 15
Keterapian fisik - - - - 3
Teknisi Medis 18 19 9 9 18
Kesmas 5 3 4 4 11
Jumlah 220 317 315 321 473
* = Data tenaga kesehatan termasuk yang bekerja pada sarna kesehatan milik swasta
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi derajat atau kualitas kesehatan


masyarakat meliputi kondisi lingkungan, pola hidup masyarakat/budaya/adat
istiadat, konsumsi makanan, pelayanan kesehatan, teknologi dan aksesibilitas
masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Namun faktor terpenting dalam upaya
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat adalah aspek manusia yang tidak
hanya memiliki peran sebagai subyek pengembangan bidang kesehatan akan
tetapi saat ini juga harus mampu berperan sebagai obyek pelaksana.

4.4.1 Angka Kesakitan (Morbidity Rate)

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan kualitas kesehatan masyarakat


adalah angka kesakitan (morbidity rate) yang menggambarkan persentase
penduduk yang memiliki keluhan kesehatan berdasar pada jenis sakit yang
diderita penduduk. Namun dalam penelitian ini, angka kesakitan yang
digambarkan adalah keluhan sakit yang diderita masyarakat yang datanya
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pasuruan. Informasi mengenai angka
kesakitan tiap jenis penyakit pada wilayah Kota Pasuruan tahun 2009 dapat
dilihat pada tabel 4.27.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 40


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.26 Angka Kesakitan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2009


Kasus Kasus Angka
No Jenis Penyakit Jumlah
Baru Lama Kesakitan
Infeksi Saluran Pernafasan
1 25.135 2.342 27.477 0,141
Atas Akut (ISPA)
2 Nasofaringitis Akut 21.625 1.956 23.581 0,121
3 Acute Pharyngitis 15.559 1.231 16.790 0,086
4 Myalgia 12.126 4.363 16.489 0,084
5 Hipertensi Esensial 4.391 7.283 11.674 0,060
6 Influenza & virus 9.026 2.101 11.127 0,057
Diarrhoea and gastioenteritis
7 8.794 702 9.496 0,049
non spesifik
8 Gastric ulcer 6.549 2.434 8.983 0,046
9 Osteo Atritis/Gout 4.673 1.953 6.626 0,034
10 Abses Kulit 4.669 498 5.167 0,026
11 Demartitis kontak alergika 4.353 648 5.001 0,026
12 Conjunctivitis 4.577 302 4.879 0,025
13 DM II (Non insulin-dependent) 1.742 3.002 4.744 0,024
14 Febris tanpa sebab yang jelas 4.223 381 4.604 0,024
15 Penyakit pula dan jaringan 3.720 710 4.430 0,023
16 Chepalgia 3.690 587 4.277 0,022
17 Dyspepsia 2.885 481 3.366 0,017
Infeksi Saluran Pernafasan
18 2.945 405 3.350 0,017
Bawah Akut lainnya
19 Asthma 1.601 1.455 3.056 0,016
20 Karies Gigi 2.411 507 2.918 0,015
21 Lainnya 56.415 11.351 67.766 0,347
JUMLAH 201.109 44.692 245.801 1,259
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

Berdasar data yang ada diketahui bahwa keluhan kesakitan untuk penyakit
yang diderita oleh penduduk Kota Pasuruan adalah infeksi saluran pernafasan
atas akut (ISPA), dimana jumlah penderitanya pada tahun 2009 mencapai
27.477 jiwa dengan jumlah tersebut maka angka kesakitan untuk penyakit ISPA
sebesar 0,141. Kemudian jenis penyakit lain yang juga memiliki jumlah
penderita cukup besar adalah nasofaringitis akut, acute pharyngitis dan myalgia
dengan jumlah kasus pada tahun 2009 masing-masing 23.581 kasus, 16.790
kasus dan 16.489 kasus. Secara umum, tingkat keluhan penyakit yang diderita
oleh penduduk Kota Pasuruan cukup besar yakni mencapai 245.801 kasus
sehingga angka kesakitan (morbidity rate)-nya sebesar 1,259. Besarnya tingkat
keluhan penyakit penduduk tersebut mengindikasikan bahwa kualitas
kesehatan penduduk Kota Pasuruan secara umum masih cukup rendah.
Wilayah Kota Pasuruan yang dilalui jalur trasnportasi dengan intensitas
pergerakan yang cukup tinggi serta tingginya aktivitas industri yang
menyebabkan polusi udara membuat angka penyakit infeksi saluran

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 41


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

pernafasan atas akut (ISPA) menjadi paling tinggi daripada jenis penyakit
lainnya. Pola konsumsi makanan yang kurang berimbang serta kondisi
lingkungan yang kurang sehat merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
tingginya angka kesakitan masyarakat. Upaya untuk menekan peningkatan
jenis dan jumlah penyakit perlu dilakukan tidak hanya oleh pemerintah daerah
namun juga seluruh masyarakat. Sosialisasi kepada masyarakat atas
pentingnya menjaga kesehatan dan pola hidup sehat, usaha perbaikan
kesehatan lingkungan berbasis komunitas, serta peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan pada fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada merupakan
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menekan atau mengurangi tingkat
keluhan penyakit yang diderita penduduk Kota Pasuruan.
Kondisi kesehatan penduduk juga dapat digambarkan melalui jumlah
kunjungan penduduk ke fasilitas kesehatan yang ada di Kota Pasuruan untuk
mendapatkan pelayanan atau perawatan kesehatan. Berdasar data yang ada,
diketahui bahwa jumlah kunjungan penduduk Kota Pasuruan ke fasilitas
kesehatan yang ada (puskesmas dan RSUD) mencapai 374.989, dimana
13.547 diantaranya merupakan kunjungan untuk rawat inap dan 2.596
kunjungan merupakan kunjungan gangguan jiwa. Jumlah kunjungan
masyarakat tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun
2008 yang sebesar 253.882 kali. Data mengenai kunjungan masyarakat ke
fasilitas kesehatan yang ada di Kota Pasuruan pada tahun 2009 dapat dilihat
pada tabel 4.28 berikut.

Tabel 4.27 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Gangguan
Jiwa pada Sarana Pelayanan Kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2009
Jumlah Kunjungan
No Sarana Pelayanan Kesehatan
Rawat Jalan Rawat Inap Jumlah
1 Puskesmas Bugul Kidul 33.470 - 33.470
2 Puskesmas Kandangsapi 39.266 - 39.266
3 Puskesmas Purworejo 60.297 - 60.297
4 Puskesmas Kebonsari 72.410 - 72.410
5 Puskesmas Gadingrejo 60.155 - 60.155
6 Puskesmas Karangketug 37.926 - 37.926
7 RSUD Dr. Soedarsono 57.918 13.547 71.465
JUMLAH 361.442 13.547 374.989
JUMLAH PENDUDUK 174.810 174.810
CAKUPAN PELAYANAN (%) 206,76 7,75
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 42


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

4.4.2 Kesehatan Ibu dan Balita

Kesehatan bayi dan balita cukup dipengaruhi oleh faktor atau kondisi
kesehatan ibu. Hal tersebut disebabkan oleh semua aktivitas serta kebutuhan
bayi dan balita sangat bergantung pada ibu. Kesehatan bayi dan balita harus
dijaga dengan baik mulai dari proses kehamilan, proses persalinan sampai
dengan perawatan bayi serta balita. Meskipun peran ibu cukup penting dalam
menjaga kesehatan ibu dan balita, apabila tidak didukung dengan upaya
pelayanan kesehatan yang baik kepada ibu maka kondisi bayi dan balita dapat
terganggu. Kesehatan ibu selama masa kehamilan juga menjadi aspek yang
penting untuk diperhatikan. Banyak hal yang perlu dilakukan untuk menjaga
kesehatan ibu hamil sehingga kondisi kesehatan janin juga dapat terjaga
dengan baik. Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam upaya untuk menjaga
kesehatan ibu hamil adalah melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil ke
fasilitas atau unit kesehatan yang ada.
Dalam kurun waktu tahun 2007-2009, proporsi ibu hamil yang melakukan
kunjungan atau pemeriksaan pada fasilitas kesehatan di Kota Pasuruan cukup
tinggi terutama untuk ibu hamil K1, sementara untuk proporsi ibu hamil K4 yang
melakukan pemeriksaan jumlahnya lebih rendah bahkan pada tahun 2008
persentasenya hanya sebesar 68,75% dari total jumlah ibu hamil K4.
Rendahnya jumlah ibu hamil K4 yang memeriksakan kesehatan ke fasilitas
kesehatan yang ada di Kota Pasuruan ini diesbabkan masih rendahnya
kesadaran ibu hamil akan pemeriksaan kesehatan namun tidak menutup
kemungkinan juga diakibatkan kondisi kesehatan ibu hamil yang cukup rentan
maka tidak memungkinkan mereka untuk melakukan perjalanan dalam jarak
yang relatif jauh. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil adalah tenaga
kesehatan (perawat ataupun bidan) dapat melakukan pelayanan pada fasilitas
posyandu sehingga ibu hamil lebih dekat untuk melakukan pemeriksaan
kesehatannya. Kondisi proporsi ibu hamil yang melakukan kunjungan atau
pemeriksaan pada fasilitas kesehatan di Kota Pasuruan tahun 2007-2009 dapat
dilihat pada tabel 4.29.

Tabel 4.28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil pada Fasilitas Kesehatan di Kota
Pasuruan Tahun 2007-2009

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 43


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Ibu Hamil
Tahun Kecamatan
Jumlah K1 % K4 %
Bugul Kidul 1.158 1.479 127,72 1.426 123,14
Purworejo 1.518 1.479 97,43 1.178 77,60
2007
Gadingrejo 1.393 1.302 93,47 1.123 80,62
JUMLAH 4.069 4.260 104,69 3.727 91,59
Bugul Kidul 1.177 1.222 103,82 907 77,06
Purworejo 1.436 1.411 98,26 1.034 72,01
2008
Gadingrejo 1.394 1.368 98,13 814 58,39
JUMLAH 4.007 4.001 99,85 2.755 68,75
Bugul Kidul 1.152 1.200 104,17 1.089 94,53
Purworejo 1.421 1.401 98,59 1.119 78,75
2009
Gadingrejo 1.364 1.245 91,28 1.224 89,74
JUMLAH 3.937 3.846 97,69 3.432 87,17
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

110

90

70

50

30

10

2007 2008 2009


K1 104.69 99.85 97.69
K4 91.59 68.75 87.17

Gambar 4.13 Perkembangan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil di Kota Pasuruan


Tahun 2007-2009

Dalam proses persalinan, salah satu faktor yang cukup menentukan kesehatan
ibu maupun bayi adalah penolong kelahiran atau persalinan. Setidaknya tenaga
penolong proses kelahiran atau persalinan merupakan tenaga kesehatan yang
berasal dari unit-unit kesehatan resmi, baik milik pemerintah maupun swasta
sehingga proses persalinan dapat dilakukan secara baik dan benar. Berdasar
pada data yang telah diperoleh diketahui bahwa hampir seluruh ibu di wilayah
Kota Pasuruan yang mengalami porses persalinan ditolong atau dilayani oleh
tenaga kesehatan yang ada. Memang terdapat beberapa ibu yang tidak
melakukan persalinan pada fasilitas atau tenaga kesehatan dan lebih memilih
melakukan persalinan kepada tenaga kesehatan yang tradisional seperti dukun
bayi. Kondisi dimungkinkan terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti
kemampuan perekonomian keluarga, kondisi sosial budaya masyarakat, dan

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 44


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

lainnya. Kemudian untuk persentase ibu yang mendapat pelayanan nifas dari
fasilitas kesehatan yang ada dalam kurun waktu 3 tahun terakhir jumlahnya
lebih rendah apabila dibandingkan dengan proporsi ibu bersalin yang dilayani
tenaga kesehatan. Namun dalam hal ini yang perlu menjadi perhatian adalah
proporsi ibu hamil untuk melakukan proses persalinan dengan dibantu oleh
tenaga kesehatan telah meningkat dengan signifikan dari tahun ke tahun, hal
tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran untuk berperilaku hidup sehat
terutama untuk menjaga kesehatan kondisi ibu dan bayi telah meningkat di
Kota Pasuruan. Pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan kepada ibu
bersalin atau melahirkan maupun ibu nifas cukup penting dilakukan oleh
pemerintah daerah. Upaya sosialisasi tentang pentingnya proses persalinan
yang harus ditolong oleh tenaga kesehatan perlu dilakukan untuk menekan
atau menurunkan tingkat kematian ibu bersalin atau melahirkan serta untuk
menjaga bayi yang dilahirkan. Selain itu, juga kemampuan dan keahlian tenaga
kesehatan yang membantu proses persalinan juga harus ditingkatkan.
Informasi mengenai jumlah ibu bersalin dan ibu nifas yang mendapat
pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan di Kota Pasuruan pada tahun
2007 sampai dengan 2009 dapat dilihat pada tabel 4.30 berikut.

Tabel 4.29 Cakupan Ibu Bersalin dan Ibu Nifas yang Mendapat Pelayanan
Tenaga Kesehatan di Kota Pasuruan Tahun 2007-2009
Ibu Bersalin Ibu Nifas
Mendapat
Tahun Kecamatan Ditolong
Jumlah % Jumlah pelayanan %
Nakes
nifas
Bugul Kidul 1.126 1.077 95,65 1.126 859 76,29
Purworejo 1.256 1.195 95,14 1.256 1.040 82,80
2007
Gadingrejo 1.370 1.274 92,99 1.370 1.176 85,84
JUMLAH 3.752 3.546 94,51 3.752 3.075 81,96
Bugul Kidul 1.081 1.123 103,89 1.081 1.072 99,17
Purworejo 1.318 1.292 98,03 1.318 1.284 97,42
2008
Gadingrejo 1.280 1.182 92,34 1.280 1.163 90,86
JUMLAH 3.679 3.597 97,77 3.679 3.519 95,65
Bugul Kidul 1.058 1.058 100,00 1.058 834 78,83
Purworejo 1.316 1.257 95,52 1.316 1.069 81,23
2009
Gadingrejo 1.253 1.241 99,04 1.253 1.110 88,59
JUMLAH 3.627 3.556 98,04 3.627 3.013 83,07
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 45


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

97.5

92.5

87.5

82.5

77.5

72.5

2007 2008 2009


Ibu Bersalin 94.51 97.77 98.04
Ibu Nifas 81.96 95.65 83.07

Gambar 4.14 Perkembangan Cakupan Ibu Melahirkan dan Ibu Nifas yang
Mendapat Pelayanan Tenaga Kesehatan di Kota Pasuruan Tahun
2007-2009

Proses pasca kelahiran juga masih memerlukan upaya-upaya penting demi


menjaga kesehatan ibu maupun bayi dan balita. Salah satu upaya yang perlu
dilakukan untuk menjaga kesehatan bayi ataupun balita adalah melalui
pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif ini memberikan dampak
secara fisik maupun psikologis bagi bayi dan juga ibu. Semakin banyak ASI
eksklusif yang diberikan kepada bayi dan balita maka diharapkan nantinya sang
bayi akan tumbuh sehat dan memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik serta
menjalin ikatan batin yang lebih erat dengan sang ibu. Namun sampai saat ini
terbukti, kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya cukup
rendah. Terbukti pada tahun 2009, jumlah bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif di wilayah Kota Pasuruan hanya sebesar 17,77% dari total bayi yang
ada. Proporsi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif tersebut terus mengalami
penurunan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir sehingga perlu adanya
upaya penting yang harus dilakukan satuan kerja terkait untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Rendahnya proporsi bayi yang memperoleh ASI
eksklusif di Kota Pasuruan ini tampaknya disebabkan oleh banyak hal, seperti
kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu akan pentingnya memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya, kondisi kesehatan ibu yang tidak memungkinkan
memberikan ASI kepada bayi, pergeseran pola pemikiran ibu bahwa apabila
memberikan ASI dapat memperburuk bentuk tubuh, dan lain sebagainya. Tidak
memberikan ASI eksklusif kepada bayi berpotensi menimbulkan penyakit bagi

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 46


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

sang ibu, sehingga upaya untuk menggalakan kegiatan sosialisasi akan


pentingnya pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui kepada bayi perlu
dilakukan oleh pemerintah daerah baik melalui media massa maupun
organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan seperti PKK, pengajian, dan
lainnya. Selain kegiatan sosialisasi, kegiatan lain dapat dilakukan untuk
memacu peningkatan cakupan bayi yang memperoleh ASI eksklusif seperti
lomba bayi sehat atau pekan ibu menyusui.

Tabel 4.30 Cakupan Bayi yang Memperoleh ASI Eksklusif di Kota Pasuruan
Tahun 2007-2009
Jumlah Bayi yang mendapat
Tahun Kecamatan %
Bayi ASI eksklusif
Bugul Kidul 1.052 318 30,23
Purworejo 1.381 467 33,82
2007
Gadingrejo 1.266 574 45,34
JUMLAH 3.699 1.359 36,74
Bugul Kidul 1.070 315 29,44
Purworejo 1.305 325 24,90
2008
Gadingrejo 1.268 387 30,52
JUMLAH 3.643 1.027 28,19
Bugul Kidul 1.047 93 8,88
Purworejo 1.292 259 20,05
2009
Gadingrejo 1.240 284 22,90
JUMLAH 3.579 636 17,77
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

4.4.3 Angka Kematian Ibu dan Bayi

Derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah juga digambarkan melalui tingkat


kematian ibu, bayi serta balita. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi
antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Kematian bayi neonatal
adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama
kehamilan. Sementara kematian bayi post neo-natal, adalah kematian bayi
yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Pada wilayah Kota Pasuruan, kelahiran bayi mencapai jumlah sekitar 3.561
jiwa dimana 5 bayi (0,14%) diantara mengalami kematian pada saat proses
kelahiran. Sementara itu secara keseluruhan jumlah bayi yang berumur kurang
dari setahun sejumlah 19 jiwa. Berdasar pada jumlah kematian bayi tersebut,
maka Angka Kematian Bayi di Kota Pasuruan pada tahun 2009 masing-masing

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 47


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

5,3 tiap 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) tersebut tidak
menggambarkan kondisi nyata dan keseluruhan di wilayah Kota Pasuruan
karena data yang diperoleh hanya berasal dari fasilitas kesehatan pemerintah,
namun Angka Kematian Bayi (AKB) secara umum dapat dikatakan mengalami
penurunan yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan oleh pemerintah daerah. Apabila dibandingkan dengan
rata-rata Angka Kematian Bayi (AKB) Propinsi Jawa Timur maka Angka
Kematian Bayi (AKB) Kota Pasuruan cukup rendah. Upaya atau program
kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menekan atau
menurunkan angka kematian bayi di Kota Pasuruan adalah peningkatan
kemampuan dan keahlian tenaga kesehatan yang membantu persalinan,
peningkatan fasilitas pendukung proses persalinan, peningkatan kesadaran
masyarakat untuk melakukan persalinan dan memeriksakan bayi pada fasilitas
kesehatan resmi, serta pemberian bantuan kesehatan bagi ibu dan bayi dalam
keluarga kurang sejahtera. Informasi mengenai Angka kematian bayi dan balita
(AKB) di Kota Pasuruan dalam kurun waktu 2007-2009 dapat dilihat pada tabel
4.32 berikut.

Tabel 4.31 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi & Balita di Kota Pasuruan
Tahun 2007-2009
Jumlah
Lahir Lahir Jumlah % Lahir
Tahun Kecamatan Kematian
Hidup Mati Kelahiran Mati
Bayi
Bugul Kidul 1.246 3 1.249 0,24
Purworejo 1.191 4 1.195 0,33
2007 Gadingrejo 1.266 8 1.274 0,63
JUMLAH 3.703 15 3.718 0,40 61
AKB (DILAPORKAN) 16,5
Bugul Kidul 1.132 5 1.137 0,44 7
Purworejo 1.296 12 1.308 0,92 11
2008 Gadingrejo 1.189 6 1.195 0,50 7
JUMLAH 3.617 23 3.640 0,63 25
AKB (DILAPORKAN) 6,9
Bugul Kidul 1.058 1 1.059 0,09 3
Purworejo 1.257 3 1.260 0,24 10
2009 Gadingrejo 1.241 1 1.242 0,08 6
JUMLAH 3.556 5 3.561 0,14 19
AKB (DILAPORKAN) 5,3
AKB JAWA TIMUR 24,79
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian
dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang
lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan
karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 48


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lainnya. Secara keseluruhan, pada tahun
2009 jumlah ibu melahirkan yang ada di Kota Pasuruan mencapai 3.556.
Berdasar data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa tingkat kematian ibu
hamil, bersalin ataupun nifas di wilayah Kota Pasuruan cukup rendah. Dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir tidak ada kasus kematian ibu hamil di wilayah ini,
sementara terdapat 2 kasus kematian ibu bersalin dan 1 kasus kematian ibu
nifas pada tahun 2009. Jumlah kematian ibu hamil, bersalin dan nifas pda
wilayah Kota Pasuruan tersebut mengalami peningkatan dalam kurun waktu 3
tahun terakhir namun jumlah tersebut juga belum menggambarkan kondisi
kematian ibu di wilayah Kota Pasuruan secara keseluruhan. Upaya untuk
menurunkan atau menekan jumlah kematian ibu hamil, bersalin dan nifas
secara umum hampir sama dengan upaya untuk menurunkan jumlah kematian
bayi karena kedua hal tersebut cukup berkaitan dimana apabila ibu sehat amak
diharapkan bayi juga sehat. Upaya atau program kebijakan yang dapat
dilakukan oleh pemerintah daerah meliputi peningkatan kemampuan dan
keahlian tenaga kesehatan yang membantu persalinan, peningkatan fasilitas
pendukung proses persalinan serta pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi,
peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan dan
pemeriksaan bayi pada fasilitas kesehatan resmi, serta pemberian bantuan
kesehatan bagi ibu dan bayi dalam keluarga kurang sejahtera. Informasi
mengenai kematian ibu di wilayah Kota Pasuruan pada tahun 2007-2009 dapat
dilihat pada tabel 4.33.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 49


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.32 Jumlah Kematian Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas di Kota Pasuruan
Tahun 2007-2009
Jumlah kematian ibu maternal
Jumlah Ibu Kematia Kematia
Tahun Kecamatan Kematian
Melahirkan n ibu n ibu Jumlah
ibu nifas
hamil bersalin
Bugul Kidul 1.246
Purworejo 1.191
2007
Gadingrejo 1.266 - 1 - 1
JUMLAH 3.703 - 1 - 1
Bugul Kidul 1.132 - 1 - 1
Purworejo 1.296 - - - -
2008
Gadingrejo 1.189 - 2 - 2
JUMLAH 3.617 - 3 - 3
Bugul Kidul 1.058 - - - -
Purworejo 1.257 - 1 - 1
2009
Gadingrejo 1.241 - 1 1 2
JUMLAH 3.556 - 2 1 3
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

4.4.4 Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) juga digunakan sebagai salah satu indikator untuk
mengukur derajat kesehatan masyarakat. Angka Harapan Hidup (AHH) ini
digunakan untuk mengidentifikasi kualitas kesehatan dimana pendapat umum
menyatakan bahwa apabila kualitas kesehatan seseorang lebih baik
diharapkan mampu memberikan peluang hidup lebih lama. Meskipun demikian,
aspek kesehatan bukan merupakan satu-satunya indikator yang memperbesar
peluang lama hidup seseorang. Tinggi rendahnya angka harapan hidup
penduduk juga tampaknya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perumahan
yang sehat serta pola konsumsi yang berimbang.
Berdasar pada hasil analisa BPS, diketahui bahwa harapan hidup penduduk
Kota Pasuruan mencapai 66,38 tahun. Angka harapan hidup penduduk Kota
Pasuruan tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan harapan hidup
penduduk di kota-kota lain di Propinsi Jawa Timur. Bahkan harapan hidup
penduduk Kota Pasuruan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir lebih
rendah dari rata-rata harapan hidup penduduk Propinsi Jawa Timur.
Kondisi lingkungan perumahan penduduk yang kurang sehat dan serasi yang
tidak mendukung kenyamanan dan kesehatan penghuninya serta pola
konsumsi yang kurang berimbang tampaknya turut mempengaruhi rendahnya
kualitas kesehatan masyarakat yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya
harapan hidup penduduk Kota Pasuruan. Oleh karena itu, maka beberapa
upaya dapat dilakukan yang diharapkan dapat memacu peningkatan Angka

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 50


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Harapan Hidup (AHH) penduduk Kota Pasuruan seperti pelayanan berupa


pemeriksaan kesehatan kepada masyarakat secara gratis dan
berkesinambungan, peningkatan pembelajaran mengenai pola konsumsi dan
pola hidup sehat serta lingkungan rumah yang sehat, peningkatan upaya
perbaikan kesehatan berbasis komunitas, peningkatan upaya pembangunan
perkotaan yang lebih ramah lingkungan dan non polusi serta program kebijakan
lainnya. Berikut perbandingan harapan hidup penduduk Kota Pasuruan dengan
penduduk kota lainnya di Propinsi Jawa Timur tahun 2005-2008.

Tabel 4.33 Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kota-kota di Propinsi Jawa
Timur Tahun 2005-2008
Wilayah Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008
Kota Kediri 69,10 69,30 69,40 69,48
Kota Blitar 70,50 70,60 70,65 71,52
Kota Malang 67,80 68,60 69,00 69,54
Kota Probolinggo 68,10 68,60 68,85 69,10
Kota Pasuruan 65,40 66,00 66,30 66,38
Kota Mojokerto 70,50 70,60 70,70 70,76
Kota Madiun 69,90 70,00 70,05 70,21
Kota Surabaya 69,20 69,50 69,65 69,70
Kota Batu 67,30 68,10 68,50 69,00
PROP. JAWA TIMUR 67,20 67,90 68,25 68,69
Sumber: BPS Kota Pasuruan, 2010

PROP. JAWA TIMUR

Kota Batu

Kota Surabaya

Kota Madiun

Kota Mojokerto

Kota Pasuruan

Kota Probolinggo

Kota Malang

Kota Blitar

Kota Kediri

63 64 65 66 67 68 69 70 71 72

Gambar 4.15 Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kota-kota di


Propinsi Jawa Timur Tahun 2008

4.4.5 Kualitas Sanitasi Lingkungan dan Akses terhadap Air Bersih

Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi dan kualitas


sanitasi yang ada pada lingkungan perumahan serta akses masyarakat

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 51


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

terhadap air bersih. Kualitas sanitasi yang buruk terkadang mempengaruhi


kondisi kesehatan penduduk yang ada disekitarnya, karena pada lingkungan
tersebut akan banyak muncul penyakit. Akses penduduk terhadap air bersih
dalam kenyataannya juga mempengaruhi kondisi kesehatan penduduk karena
apabila penduduk mengkonsumsi dan menggunakan air kotor maka penduduk
seringkali terserang penyakit. Oleh karena itu dalam indikator kesehatan ini
akan dianalisis mengenai kondisi sanitasi lingkungan perumahan yang dimiliki
penduduk serta akses penduduk terhadap sumber air bersih di wilayah Kota
Pasuruan.
Kondisi sanitasi pada lingkungan perumahan ini ditinjau berdasar pada
beberapa variabel, yaitu kondisi jamban, tempat sampah serta pengelolaan air
limbah rumah tangga. Pada tahun 2009, tingkat kepemilikan jamban tiap
keluarga di wilayah Kota Pasuruan cukup tinggi yaitu mencapai 93,94% dari
total jumlah keluarga. Namun dari jumlah tersebut keluarga yang memiliki
jamban dengan standar kesehatan yang baik hanya sebesar 68,12%.
Kemudian untuk kepemilikan tempat sampah, proporsi keluarga di wilayah Kota
Pasuruan yang memiliki fasilitas tempat sampah hanya sebesar 72,89%.
Sementara itu proporsi keluarga yang memiliki fasilitas tempat sampah dengan
standar sehat lebih rendah lagi yaitu sebesar 60,69% dari total jumlah keluarga.
Kondisi keluarga yang memiliki fasilitas pengelolaan air limbah rumah tangga
pada wilayah Kota Pasuruan cukup rendah dimana pada tahun 2009 proporsi
keluarga yang memilikinya hanya sebesar 61,29%. Kemudian untuk keluarga
yang memiliki fasilitas air limbah rumah tangga dengan standar sehat memiliki
proporsi sebesar 45,86%. Kondisi-kondisi tersebut menunjukkan bahwa kondisi
perilaku hidup sehat masyarakat masih tergolong rendah.
Kebijakan pembangunan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan permukiman masyarakat adalah
dengan meningkatkan penyediaan sarana atau fasilitas sanitasi komunal, baik
itu MCK komunal, septictank komunal, tempat sampah, maupun fasilitas asir
bersih komunal. Penyediaan fasilitas sanitasi komunal tersebut terutama
ditujukan pada wilayah atau lingkungan permukiman dengan jumlah penduduk
miskin yang cukup besar ataupun lingkungan permukiman yang padat
penduduk. Hal tersebut disebabkan oleh pada lingkungan padat penduduk
tersebut pada umumnya kondisi kesehatan lingkungan kurang diperhatikan
oleh penghuninya. Data mengenai kepemilikan fasilitas sanitasi berupa jamban,

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 52


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

tempat sampah dan fasilitas pengelolaan air limbah oleh keluarga pada wilayah
Kota Pasuruan pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 4.35.

Tabel 4.34 Kondisi Kepemilikan Jamban, Tempat Sampah dan Fasilitas Air
Limbah di Kota Pasuruan Tahun 2008
JAMBAN
Jumlah
Jumlah Jumlah KK Jumlah KK % KK %
No Kecamatan Rumah
KK Diperiksa Memiliki Memiliki Sehat
Sehat
1 Bugul Kidul 12.296 4.780 4.440 4.458 92,89 93,26
2 Purworejo 15.377 8.070 8.070 7.639 100,00 94,66
3 Gadingrejo 35.879 9.351 8.346 3.027 89,25 32,37
JUMLAH 63.552 22.201 20.856 15.124 93,94 68,12
TEMPAT SAMPAH
Jumlah
Jumlah Jumlah KK Jumlah KK % KK %
No Kecamatan Rumah
KK Diperiksa Memiliki Memiliki Sehat
Sehat
1 Bugul Kidul 12.296 7.774 6.762 4.835 86,98 62,19
2 Purworejo 15.377 14.784 7.616 7.616 51,52 51,52
3 Gadingrejo 35.879 14.620 12.721 10.112 87,01 69,17
JUMLAH 63.552 37.178 27.099 22.563 72,89 60,69
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Jumlah
Jumlah Jumlah KK Jumlah KK % KK %
No Kecamatan Rumah
KK Diperiksa Memiliki Memiliki Sehat
Sehat
1 Bugul Kidul 12.296 6.374 5.389 3.362 84,55 52,75
2 Purworejo 15.377 14.007 6.565 6.416 46,87 45,81
3 Gadingrejo 35.879 13.279 8.675 5.658 65,33 42,61
JUMLAH 63.552 33.660 20.629 15.436 61,29 45,86
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

% KK Memiliki % Sehat

93.94

72.89
68.12
60.69 61.29

45.86

Jamban Tempat Sampah Pengelolaan Air Limbah

Gambar 4.16 Proporsi Jumlah KK yang Memiliki Fasilitas Sanitasi yang Sehat di
Kota Pasuruan Tahun 2008

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 53


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Akses penduduk terhadap sumber air bersih juga merupakan aspek penting
dalam menggambarkan kualitas kesehatan masyarakat. Air bersih merupakan
kebutuhan yang penting karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan minum
dan MCK penduduk. Kondisi umum yang terjadi pada wilayah perkotaan,
ketersediaan air bersih cukup terbatas dan harganya cukup mahal sehingga
banyak penduduk terutama penduduk yang berpenghasilan rendah memilih
untuk menggunakan air kurang bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Pada tahun 2009, proporsi jumlah keluarga di wilayah Kota Pasuruan
yang mampu mengkases air bersih tergolong cukup rendah yakni hanya
sebesar 47,02%. Jumlah paling rendah berada pada wilayah Kecamatan Bugul
Kidul. Dari keluarga yang mampu mengakses air bersih tersebut, proporsi
failitas air bersih yang paling banyak digunakan oleh penduduk adalah ledeng
(jaringan perpipaan PDAM) dimana proporsinya sebesar 45,83%. Selain itu,
terdapat fasilitas kran umum yang digunakan oleh penduduk secara bersama-
sama dalam satu lingkungan permukiman yang berada pada Kecamatan Bugul
Kidul. Penyediaan fasilitas kran umum tampaknya perlu ditingkatkan mengingat
masih banyak penduduk yang kurang mampu mengakses air bersih. Bantuan
modal untuk penyediaan fasilitas air bersih pada rumah atau keluarga kurang
sejahtera juga dapat dilakukan sehingga seluruh penduduk Kota Pasuruan
pada akhirnya mampu mengakses dan mengkonsumsi air bersih. Data
mengenai jumlah dan jenis akses air bersih yang dimanfaatkan penduduk Kota
Pasuruan dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.35 Jumlah dan Persentase Keluarga yang Mengakses Air Bersih di Kota
Pasuruan Tahun 2009
Jumlah Jumlah KK
No Kecamatan Ledeng SPT SGL Lainnya*
KK Pengakses
5.941 4.034 933 926 48
1 Bugul Kidul 12.296
(19,95%) (67,90%) (15,70%) (15,59%) (0,81%)
11.820 5.191 3.122 3.507 0
2 Purworejo 15.377
(76,48%) (43,92%) (26,41%) (29,67) (0,00%)
11.099 4.002 2.801 4.296 0
3 Gadingrejo 35.879
(68,75%) (36,06%) (25,24%) (38,71%) (0,00%)
28.860 13.227 6.856 8.729 48
JUMLAH 63.552
(47,02%) (45,83%) (23,76%) (30,25%) (0,17%)
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

4.4.6 Fertilitas

Salah satu komponen utama kesehatan yang mempengaruhi laju pertumbuhan


penduduk suatu wilayah adalah fertilitas. Fertilitas menyangkut banyaknya bayi
atau anak lahir hidup yang dilahirkan oleh wanita atau sekelompok wanita.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 54


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Banyaknya anak yang dilahirkan akan membawa konsekuensi terhadap


kesejahteraan rumah tangga. Semakin banyak jumlah anak berarti semakin
besar tanggungan kepala rumah tangga atau orang tua dalam memenuhi
kebutuhan hidup anggota rumah tangganya. Bagi rumah tangga terutama
mereka yang termasuk dalam golongan ekonomi yang lemah atau kelompok
pra sejahtera, maka pembatasan jumlah anak merupakan salah satu
tercapainya kesejahteraan keluarga.
Dalam upaya melakukan pembatasan jumlah kelahiran dan jumlah anak dalam
suatu keluarga, maka penduduk wanita pada usia produktif menjadi sasaran
utamanya. Wanita usia produktif dalam konsep kependudukan merupakan
wanita yang berada pada usia antara 15-49 tahun. Wanita kelompok usia 15-49
disebut wanita usia subur (WUS) dan pasangan usia subur (PUS) bagi yang
berstatus kawin. Pada rentang usia tersebut, kemungkinan wanita untuk
melahirkan cukup besar karena sebagian besar wanita melakukan perkawinan
pada usia tersebut.
Usia perkawinan berpengaruh besar terhadap tingkat fertilitas dan
perkembangan penduduk. Selain itu, usia perkawinan juga berpengaruh
terhadap stabilitas suatu keluarga, kesehatan ibu dan juga anak yang
dilahirkan. Usia wanita saat perkawinan pertama, selain mempengaruhi fertilitas
juga mempunyai resiko dalam melahirkan. Semakin muda usia saat perkawinan
pertama, semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun
anak karena belum siapnya fisik dan mental ibu menghadapi masa kehamilan
atau kelahiran. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia wanita pada
perkawinan pertama (melebihi usia yang dianjurkan dalam program KB),
semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan/melahirkan.
Wanita dewasa yang berumur 10 tahun ke atas dan melangsungkan
perkawinan akan melalui suatu proses biologis, yaitu melahirkan berulang kali
sampai dengan masa menopause. Oleh karena itu, umur perkawinan pertama
dianggap mempengaruhi panjangnya masa reproduksi. Semakin muda seorang
wanita menikah, maka semakin panjang usia reproduksinya dan semakin besar
pula kemungkinan memiliki lebih banyak anak.
Tabel 4.37 memperlihatkan persentase wanita yang berusia 10 tahun lebih
yang pernah kawin menurut usia perkawinan pertama. Sebagian besar wanita
di wilayah Kota Pasuruan melakukan perkawinan pertama pada rentang usia
21-25 tahun, dimana persentasenya sebesar 34,89%. Rentang usia tersebut

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 55


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

memang dianggap sebagai rentang usia wanita beranjak dewasa. Persentase


wanita berusia 16-20 tahun yang melakukan perkawinan pertama juga cukup
tinggi yakni sebesar 26,79%. Dimana usia rata-rata wanita yang pernah kawin
menurut usia perkawinan pertama di Kota Pasuruan adalah pada usia 21,3
tahun.
Kemudian yang perlu menjadi perhatian adalah tingginya proporsi wanita yang
berusia kurang dari 16 tahun yang melakukan perkawinan, hal ini disebabkan
oleh wanita pada rentang usia tersebut masih merupakan usia sekolah.
Sosialisasi kepada masyarakat mengenai rentannya perkawinan pada usia
muda terhadap kondisi psikologis dan kesehatan perempuan terutama
masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai religius atau masyarakat
pesantren perlu digalakkan karena pada kelompok masyarakat tersebut banyak
terjadi perkawinan oleh perempuan usia muda (antara 16-20 tahun). Kerjasama
antara pemerintah daerah dengan pengurus pesantren yang banyak di Kota
Pasuruan perlu dilakukan untuk memberikan pembelajaran mengenai seks dan
reproduksi, karena hal tersebut masih dianggap tabu oleh sebagian
masyarakat.

Tabel 4.36 Persentase Wanita yang Pernah Kawin Menurut Usia Perkawinan
Pertama di Kota Pasuruan Tahun 2009
Usia Wanita pada Perkawinan Pertama Persentase (%)
≤ 16 15,67
16-20 26,79
21-25 34,89
26-30 19,04
30+ 3,61
Jumlah 100
Rata-Rata Usia Wanita pada Perkawinan Pertama 21,3 tahun
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan, 2010

4% 16%
19%

≤ 16 16-20

21-25 26-30

27%
30+

35%

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 56


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Gambar 4.17 Proporsi Wanita yang Pernah Kawin Menurut Usia Perkawinan
Pertama di Kota Pasuruan Tahun 2009

Siklus kehidupan wanita normal dalam kehidupan berumahtangga salah


satunya adalah melahirkan anak setelah perkawinan berlangsung. Jumlah anak
yang dilahirkan hidup sangat berhubungan dengan keinginan untuk mempunyai
anak dan pola fertilitas dari pasangan itu sendiri. Anggapan banyak anak
banyak rejeki di mayoritas penduduk Kota Pasuruan sudah mulai luntur. Hal
tersebut dimungkinkan oleh tingkat pendidikan penduduk yang semakin tinggi
serta akses arus informasi yang dengan cepat dan mudah diakses, sehingga
mempengaruhi pola pikir masyarakat Kota Pasuruan menjadi pola pikir
masyarakat perkotaan yang lebih realistis dan rasional.
Fertilitas atau kelahiran merupakan jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh
seorang wanita dalam jangka waktu tertentu (sampai akhir masa
reproduksinya). Sedangkan rata-rata anak lahir hidup merupakan suatu angka
yang diperoleh dengan membagi jumlah wanita pernah kawin dengan jumlah
anak yang dilahirkan hidup (paritas). Jika dilihat dari kelompok umur, rata-rata
paritas tersebut menunjukkan angka paling besar yang lazim disebut Fertilitas
Kumulatif (Total Fertility Rate).
Berdasarkan Tabel 4.38, secara umum wanita di Kota Pasuruan rata-rata
memiliki dua (2) orang anak. Angka paritas terbesar terjadi pada kelompok
wanita usia 35-39 tahun dan 40-44 tahun, yaitu 3 orang anak. Mengingat pada
usia tersebut merupakan masa-masa menjelang menopause, dapat diduga
bahwa pada masa ini kemungkinan untuk memiliki anak lagi sangat kecil.
Sehingga dapat dikatakan bahwa angka 2,01 merupakan paritas lengkap,
artinya wanita yang telah selesai masa produksinya rata-rata memiliki anak 2
orang. Berikut adalah hasil perhitungan rata-rata anak yang dilahirkan oleh
wanita pada tiap kelompok umur di Kota Pasuruan tahun 2009.

Tabel 4.37 Persentase Rata-rata Anak yang Dilahirkan Hidup, Masih Hidup dan
Sudah Meninggal Menurut Kelompok Umur Wanita di Kota Pasuruan
Tahun 2009
Rata-Rata Jumlah Anak
Kelompok Umur (Tahun)
Lahir Hidup Masih Hidup Sudah Meninggal
15 - 19 0,42 0,42 0,00
20 - 24 0,80 0,74 0,06
25 - 29 1,79 1,77 0,02
30 - 34 2,28 2,24 0,04
35 - 39 3,11 2,91 0,20
40 - 44 3,39 3,09 0,30
45 - 49 2,97 2,87 0,10
Rata-rata 2,11 2,01 0,10

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 57


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Rata-Rata Jumlah Anak


Kelompok Umur (Tahun)
Lahir Hidup Masih Hidup Sudah Meninggal
TFR Kota Pasuruan 2,23
TFR Propinsi Jawa Timur 1,668
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, angka kelahiran total (TFR)
Kota Pasuruan tahun 2009 mencapai angka 2,23%. Hal tersebut menandakan
bahwa jumlah anak yang dilahirkan oleh kelompok wanita usia 15-49 tahun
selama masa reproduksinya mencapai 2,23 anak untuk masing-masing wanita.
Jumlah anak yang ideal untuk target Keluarga Berencana (KB) adalah keluarga
dengan 2 orang anak. Pada tabel 4.39 ditunjukkan bahwa tahun 2009 pada
wilayah Kota Pasuruan terdapat 5,8% wanita berusia 15 tahun ke atas yang
pernah kawin dan mempunyai 5 orang yang masih hidup, 11,9% memiliki 4
orang anak yang masih hidup, 14,7% memiliki 3 orang anak yang masih hidup,
30,2% memiliki 2 orang anak.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 58


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.38 Persentase Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup, Masih Hidup dan
Sudah Meninggal oleh Wanita di Kota Pasuruan Tahun 2009
Persentase
Jumlah Anak
Lahir Hidup Masih Hidup Sudah Meninggal
0 8,1 9,4 82,2
1 20,4 22,1 8,8
2 29,3 30,2 3,9
3 13,9 14,7 2,5
4 11,5 11,9 0,6
5 7,1 5,8 1,0
6 3,4 2,8 0,6
7 2,7 2,3 0,0
8 1,3 0,5 0,0
9 0,8 0,2 0,0
10+ 1,5 0,1 0,4
JUMLAH 100,0 100,0 100,0
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

4.4.7 Partisipasi Keluarga Berencana (KB)

Laju pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh jumlah atau intensitas


kelahiran dan kematian penduduk disamping adanya migrasi. Dalam rangka
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, pemerintah
berupaya mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui pelaksanaan
program kebijakan Keluarga Berencana (KB), dengan sasaran utama
Pasangan Usia Subur (PUS) khususnya wanita yang berada pada rentang usia
15-49 tahun. Secara umum, wanita merupakan pihak yang sangat berperan
dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan program Keluarga Berencana.
Hal tersebut ditunjukkan dengan mayoritas jenis alat KB ditujukan untuk wanita.
Oleh karena itu, peranan suami masih minim dalam pelaksanaaan program ini.
Maka dari itu, peranan suami dalam mendukung keberhasilan program
Keluarga Berencana ditunjukkan dengan memberi motivasi kepada
pasangannya untuk memiliki kesadaran akan perlu dan pentingnya KB.
Tujuan dari program KB diantaranya adalah untuk menurunkan tingkat
kelahiran bayi dan mengatur jarak kelahiran. Kegagalan program KB akan
mengakibatkan upaya-upaya pembangunan di bidang kependudukan menjadi
kurang berarti dan dapat membahayakan generasi yang akan datang. Peran
serta wanita dalam program KB dibedakan menjadi pernah (sedang dan tidak
menggunakan alat/cara KB) dan tidak pernah menggunakan alat KB.
Berdasarkan data dari Dinas BPPKB Kota Pasuruan, diperoleh informasi
bahwa pada tahun 2009 persentase wanita berusia 15-49 tahun yang sedang
menggunakan KB adalah 64,76% dan persentase tersebut mengalami

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 59


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

peningkatan sebesar 2,86% dari tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan


bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya program KB akan meningkat.
Sementara itu, wanita yang tidak menggunakan alat KB memiliki persentase
yang masih cukup besar yakni 35,24%. Kelompok wanita yang tidak
menggunakan alat KB sebagian besar berada pada kelompok usia 15-19 dan
45-49 tahun dengan persentase masing-masing 76,73% dan 60,77%. Masih
besarnya perempuan yang tidak menggunakan alat konstrasepsi berpotensi
menyebabkan tingginya angka kelahiran di kota Pasuruan. Informasi mengenai
partisipasi wanita dalam program KB di wilayah Kota Pasuruan dapat dilihat
pada tabel 4.40.

Tabel 4.39 Persentase Wanita Berstatus Kawin Menurut Golongan Umur dan
Partisipasi Keluarga Berencana (KB) di Kota Pasuruan Tahun 2009
Pernah Menggunakan
Kelompok Umur Wanita
Sedang Menggunakan Tidak Menggunakan Lagi
15 - 19 23,27 76,73
20 - 24 66,42 33,58
25 - 29 78,59 21,41
30 - 34 87,79 12,21
35 - 39 82,68 17,32
40 - 44 75,36 24,64
45 - 49 39,23 60,77
Rata-rata tahun 2009 64,76 35,24
2008 61,90 38,10
2007 61,98 38,02
2006 64,26 35,74
PROPINSI JAWA TIMUR 79,10 21,90
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan, 2010

85

75

65

55

45

35

25

15

5
15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49
Sedang Menggunakan 23.27 66.42 78.59 87.79 82.68 75.36 39.23
Tidak Menggunakan 76.73 33.58 21.41 12.21 17.32 24.64 60.77
Lagi

Gambar 4.18 Proporsi Wanita Berstatus Kawin Menurut Golongan Umur dan
Partisipasi KB di Kota Pasuruan Tahun 2009

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 60


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tersedianya berbagai macam dan jenis alat kontrasepsi memberikan ragam


pilihan bagi pasangan usia subur (PUS) dalam memilih dan menggunakan alat
kontrasepsi yang sesuai. Pada tabel 4.41 dapat diketahui bahwa pada tahun
2009, wanita usia 15-49 tahun yang berstatus kawin paling banyak
menggunakan alat kontrasepsi jenis suntikan yaitu sebanyak 48,69%, jenis pil
sebanyak 22,28% dan IUD sebanyak 12,98%. Bila dibandingkan dengan tahun
2008, penggunaan alat KB jenis suntikan, pil dan MOW mengalami penurunan.
Sedangkan penggunaan alat KB jenis IUD, MOP, Kondom dan Implant
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008. Informasi mengenai tingkat
pemakaian alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB aktif di Kota
Pasuruan tersaji dalam Tabel 4.41.

Tabel 4.40 Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun yang berstatus Kawin dan
Cara/Alat KB yang digunakan di Kota Pasuruan Tahun 2007-2009
Jenis Alat Kontrasepsi Jumlah Peserta KB Aktif 2009
IUD (I) 3.377 12,98
MOW (OW) 1.827 7,02
MOP (OP) 170 0,65
KONDOM (K) 229 0,88
IMPLANT (IP) 1.947 7,49
SUNTIKAN (S) 12.664 48,69
PIL (P) 5.795 22,28
Jumlah 26.009 100,00
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan, 2010

PIL (P)

SUNTIKAN (S)

IMPLANT (IP)

2007
KONDOM (K)
2008
2009
MOP (OP)

MOW (OW)

IUD (I)

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.19 Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin dan
Cara/Alat KB yang Digunakan di Kota Pasuruan Tahun 2007-2009

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 61


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

4.5 ANALISIS INDIKATOR SOSIAL

Aspek sosial kemasyarakatan merupakan indikator penting yang mampu


menggambarkan kondisi kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Aspek
sosial kemasyarakatan ini dapat ditinjau berdasar pada variabel tingkat
kemiskinan, penyandang masalah sosial dan tingkat kriminalitas.
Perkembangan kondisi sosial kemasyarakatan ini memang erat kaitannya
dengan perkembangan ekonomi suatu wilayah. Apabila dalam wilayah tersebut
masyarakat memiliki tingkat perekonomian yang baik, maka diharapkan kondisi
sosial kemasyarakatan juga akan membaik dimana tingkat kemiskinan dapat
menurun, penyandang masalah sosial dan tingkat kriminalitas juga dapat
berkurang dan dikendalikan. Perkembangan kondisi sosial kemasyarakatan
yang baik dapat menjadi modal pembangunan yang baik karena dengan
kondisi wilayah yang kondusif maka potensi investasi yang masuk diharapkan
besar.

4.5.1 Tingkat Kemiskinan

Kondisi kemiskinan wilayah menjadi salah satu indikator yang menggambarkan


aspek sosial kemasyarakatan. Permasalahan kemiskinan menjadi salah satu
prioritas utama yang harus diselesaikan dalam pelaksanaan pembangunan
oleh pemerintah. Peningkatan kondisi perekonomian merupakan salah satu
upaya untuk mendukung pengentasan kemiskinan. Pada tahun 2009, secara
total jumlah rumah tangga miskin (RTM) di wilayah Kota Pasuruan sebesar
7.494 rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga miskin mencapai 25.811
jiwa.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa banyak penduduk miskin Kota Pasuruan
yang memiliki keahlian terbatas sehingga tidak memiliki banyak pilihan dalam
bekerja. Pendidikan rendah dan minimnya lapangan pekerjaan yang sesuai
dengan tingkat pendidikan penduduk mengakibatkan tingkat pendapatan
minim, sehingga membuat mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup,
baik sandang, pangan, maupun papan. Jumlah rumah tangga dan anggota
rumah tangga miskin di wilayah Kota Pasuruan tahun 2009 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Wilayah Kecamatan
Gadingrejo dan Kecamatan Purworejo merupakan wilayah dengan tingkat
kemiskinan paling tinggi dengan persentase penduduk miskin mencapai
35,98% dan 35,62%. Sementara itu, wilayah kelurahan Gadingrejo merupakan

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 62


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

wilayah kelurahan dengan tingkat kemiskinan paling tinggi daripada kelurahan


lainnya dengan persentase mencapai 10,11%. Data mengenai persentase
jumlah rumah tangga miskin (RTM) dan anggota rumah tangga miskin (ARTM)
pada tiap kecamatan dan kelurahan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada tabel
4.42 berikut ini.

Tabel 4.41 Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) dan Anggota Rumah Tangga
Miskin (ARTM) di Kota Pasuruan
Jumlah RTM Jumlah ARTM
No. Kec./Kelurahan
2006 2009 % 2006 2009 %
I Kec. Gadingrejo 2.296 2.714 36,22 7.948 9.288 35,98
1 Kel. Bukir 69 184 2,46 235 640 2,48
2 Kel. Gentong 116 112 1,49 473 443 1,72
3 Kel. Gadingrejo 653 758 10,11 2.204 2.529 9,80
4 Kel. Karangayar 197 194 2,59 664 578 2,24
5 Kel. Karangketug 426 590 7,87 1.625 2.217 8,59
6 Kel. Krapyakrejo 180 198 2,64 560 619 2,40
7 Kel. Petahunan 141 160 2,14 393 465 1,80
8 Kel. Randusari 113 113 1,51 328 325 1,26
9 Kel. Sebani 124 127 1,69 359 370 1,43
10 Kel. Tambaan 277 278 3,71 1.107 1.102 4,27
11 Kel. Trajeng 371 540 7,21 1.349 1.707 6,61
II Kec. Purworejo 2.347 2.644 35,28 8.281 9.194 35,62
1 Kel. Bangilan 20 181 2,42 71 565 2,19
2 Kel. Kebonagung 240 192 2,56 715 548 2,12
3 Kel. Kebonsari 216 246 3,28 782 873 3,38
4 Kel. Mayangan 105 105 1,40 329 329 1,27
5 Kel. Ngempakrejo 502 561 7,49 1.882 2.125 8,23
6 Kel. Purutrejo 186 187 2,50 661 667 2,58
7 Kel. Purworejo 525 581 7,75 1.801 1.968 7,62
8 Kel. Pohjentrek 425 435 5,80 1.597 1.585 6,14
9 Kel. Tembokrejo 128 156 2,08 443 532 2,06
10 Kel. Wirogunan 162 164 2,19 619 617 2,39
III Kec. Bugul Kidul 1.870 2.136 28,50 6.494 7.329 28,39
1 Kel. Bugul Kidul 185 183 2,44 584 582 2,25
2 Kel. Bugul Lor 313 434 5,79 864 1.392 5,39
3 Kel. Blandongan 379 395 5,27 1.302 1.334 5,17
4 Kel. Bakalan 188 215 2,87 682 770 2,98
5 Kel. Kepel 190 194 2,59 707 723 2,80
6 Kel. Krampyangan 131 127 1,69 483 459 1,78
7 Kel. Kandangsapi 47 59 0,79 128 156 0,60
8 Kel. Mandaranrejo 232 221 2,95 742 689 2,67
9 Kel. Petamanan 95 273 3,64 327 923 3,58
10 Kel. Pekuncen 85 85 1,13 274 274 1,06
11 Kel. Panggungrejo 128 127 1,69 388 387 1,50
12 Kel. Sekargadung 235 282 3,76 786 960 3,72
13 Kel. Tapaan 160 158 2,11 675 654 2,53
Jumlah 6.513 7.494 100,00 22.723 25.811 100,00
JATIM 18,51 18,51
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, 2010

Kebodohan dekat dengan kemiskinan, oleh karena itu dalam menanggulangi


masalah kemiskinan perlu ditingkatkan lagi tingkat pendidikan dari penduduk

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 63


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

miskin kota Pasuruan. Salah satunya dengan mengadakan kejar paket dan
adanya kursus-kursus keterampilan yang dapat meningkatkan penghasilan
masyarakat, seperti kursus meubel yang sudah manjadi ikon unggulan Kota
Pasuruan, kursus pengolahan logam untuk mensuplai kebutuhan logam
dilingkup kota Pasuruan dan Jawa Timur. Untuk itu diperlukan kerjasama terkait
antara pemerintah (Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, Bappeda) dan
masyarakat serta pihak ketiga (LSM, perusahaaan)

4.5.2 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Masalah kesejahteraan sosial menjadi salah satu indikator yang ditinjau dalam
aspek sosial kemasyarakatan. Terdapat berbagai macam permasalahan
kesejahteraan sosial yang disebabkan oleh banyak faktor, paling utama adalah
masalah tekanan ekonomi yang tidak dapat dipenuhi oleh penduduk, sehingga
banyak penduduk pada akhirnya tidak dapat bertahan sehingga berakhir pada
munculnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Permasalahan
tersebut meliputi: penduduk terlantar, penduduk cacat, penduduk korban tindak
kekerasan, pengemis, gelandangan, penduduk rawan sosial ekonomi dan
lainnya. Pada wilayah Kota Pasuruan tahun 2009, jenis permasalahan
kesejahteraan sosial yang paling banyak disandang penduduk adalah fakir
miskin yang jumlahnya mencapai 6.198 keluarga. Jenis permasalahan lain
dengan jumlah yang cukup tinggi adalah wanita rawan sosial ekonomi,
penyandang cacat, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana serta
korban bencana alam. Data mengenai penyandang permasalahan
kesejahteraan sosial di Kota Pasuruan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel
4.43.

Tabel 4.42 Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Pasuruan


Tahun 2009
Kec. Bugul Kec. Kec.
No. Jenis Masalah Jumlah
Kidul Purworejo Gadingrejo
1 Anak balita terlantar 8 12 18 38
2 Anak terlantar 44 24 36 104
3 Anak nakal 37 16 - 53
4 Anak jalanan 32 33 22 87
5 Anak cacat 65 90 150 305
Cacat tubuh 26 36 30 92
Tuna netra 9 10 4 23
Tuna rungu wicara 7 8 15 30
Cacat mental 23 36 25 84
6 Wanita rawan sosial ekonomi 225 317 236 778
Wanita yang menjadi korban
7 - 81 - 81
tindak kekerasan
8 Lanjut usia terlantar 133 128 89 350

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 64


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Kec. Bugul Kec. Kec.


No. Jenis Masalah Jumlah
Kidul Purworejo Gadingrejo
Lansia yang menjadi korban
9 - 15 - 15
tindak kekerasan
10 Penyandang cacat 157 188 134 479
Cacat tubuh 75 84 62 221
Tuna netra 20 23 27 70
Tuna rungu wicara 15 26 16 57
Cacat mental 47 55 29 131
Penyandang cacat bekas
11 12 25 40 77
penderita penyakit kronis
12 Tuna susila 3 3 - 6
13 Pengemis 24 19 35 78
14 Gelandangan - - 4 4
15 Bekas narapidana 34 28 34 96
Korban penyalahgunaan
16 2 - 130 132
narkoba
17 Keluarga fakir miskin 2.323 1.747 2.128 6.198
Keluarga berumah tak layak
18 111 101 158 370
huni
Keluarga bermasalah sosial
19 4 2 30 36
psikologis
Masyarakat yang tinggal di
20 403 266 10 467
daerah rawan bencana
21 Korban bencana alam 193 64 - 498
Korban bencana sosial/
22 1 - - 1
pengungsi
23 Keluarga Rentan 25 22 16 63
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Pasuruan, 2010

Untuk mengurangi jumlah PMKS di Kota Pasuruan maka diperlukan adanya


program-program dari Dinas Sosial untuk memberdayakan PMKS agar
mempunyai ketrampilan untuk menambah penghasilan guna meningkatkan
taraf hidupnya. Hal tersebut sangat tepat mengingat salah satu faktor penyebab
terjadinya PMKS di Kota Pasuruan adalah faktor ekonomi. Peningkatan
ketrampilan dan skill, yang dapat diandalkan antara lain kursus menjahit, bordir,
batik, komputer.
PMKS kategori anak terdiri dari anak balita terlantar, anak terlantar, anak yang
menjadi korban tindak kekerasan, anak nakal, anak jalanan dan anak cacat.
Kategori terbanyak terdapat pada anak terlantar. Hal tersebut perlu
mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Pasuruan, karena anak
merupakan generasi penerus bangsa. Apabila untuk PMKS kategori dewasa
diberikan bimbingan ketrampilan, hendaknya untuk PMKS kategori anak
diberikan tempat seperti Panti Asuhan agar pertumbuhan dan perkembangan
mereka lebih terjamin, baik dari segi ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 65


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

4.5.3 Angka Kriminalitas

Angka kriminalitas merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan


masyarakat yang berperan guna melihat tingkat keamanan dan kesejahteraan
rakyat. Semakin tinggi tingkat kriminalitas masyarakat pada suatu wilayah,
maka kualitas sumber daya manusia (SDM) nya juga dinilai semakin rendah.
Angka kriminalitas dapat diartikan sebagai upaya sadar seseorang untuk
melakukan tindak kejahatan dengan tujuan tertentu. Pada dasarnya angka
kriminal seharusnya dapat ditekan seminimal mungkin agar keamanan
lingkungan dapat terbentuk dan terciptanya kesejahteraan rakyat.
Pada tahun 2009 terdapat 688 kasus kejahatan yang ditangani oleh Polres
Kota Pasuruan, dari kasus-kasus tersebut yang terselesaikan sebanyak 324
kasus atau sekitar 47,09%. Lambatnya penanganan kasus yang ada
disebabkan perlunya penyelidikan dan penyidikan yang membutuhkan lebih
banyak waktu dan personil kepolisian, sehingga tidak semua kasus dapat
terselesaikan dalam kurun waktu 1 tahun, misalnya kasus curanmor, pihak
kepolisian harus menyidik lebih dalam untuk mengetahui alurnya, penadah dan
otak komplotan curanmor tersebut.
Kasus kejahatan yang paling banyak terjadi di Kota Pasuruan selama tahun
2009 adalah curanmor yang mencapai 140 kasus, perjudian 85 kasus,
pencurian 62 kasus, penipuan 55 kasus, khusus untuk curanmor penanganan
kasus lebih lama sehingga dari total kasus curanmor sebanyak 140 kasus, saat
ini masih tertangani sebanyak 15 kasus atau 10,71%. Hal serupa juga dialami
untuk penanganan kasus pencurian, penipuan. Sementara untuk perjudian
dapat tertangani semua kasusnya dalam kurun waktu 1 tahun.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya tindak kejahatan pada tahun
2009 lebih tinggi, meningkat sebesar 34% dari tahun 2008. Hal ini yang perlu
diantisipasi dengan membentuk tim gabungan dari pihak kepolisian, satpol PP,
dan elemen masyarakat, dengan lebih memperhatikan kondisi masyarakat
khususnya dalam hal kesejahteraan dan selalu peka lingkungan. Kejahatan
berpangkal pada kondisi lingkungan yang kurang aman, sehingga perlunya
ditingkatkan kembali siskamling. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi kejahatan
narkotika dengan melihatkan para generasi muda dan pemuka agama,
memberikan rambu-rambu peringatan untuk selalu waspada. Sedangkan untuk
curanmor dilakukan dengan selalu mengingatkan untuk memberikan kunci
pengaman tambahan pada motor dan mobil.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 66


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Kondisi kriminalitas di wilayah Kota Pasuruan dapat dilihat pada tabel 4.44.

Tabel 4.43 Jumlah Kejahatan yang Dilaporkan dan Diselesaikan Menurut Jenis
Tindak Pidana Tahun 2009
Tingkat
No. Jenis Tindak Pidana Dilaporkan Diselesaikan
Penyelesaian (%)
1 Perkosaaan 0 0 0
2 Kesusilaan/kesopanan 5 5 100
3 Perjudian 85 85 100
4 Penculikan 0 0 0
5 Pembunuhan 1 1 100
6 Penganiayaan 24 13 54,17
7 Pencurian 62 25 40,32
Pencurian dengan
8
kekerasan 17 7 41,18
9 Curanmor 140 15 10,71
10 Penipuan 55 12 21,82
11 Penyelundupan 42 20 47,62
12 Narkoba/Narkotik 16 16 100
13 Korupsi 1 0 0
14 Lainnya 240 125 52,08
Total Tahun 2009 688 324 47,09
2008 511 233 45,60
2007 547 289 52,83
Sumber: Kepolisian Negara RI Resor Kota Pasuruan, 2010

Dari banyaknya kasus kejahatan di Kota Pasuruan, kejahatan prostitusi dan


narkoba bisa ditekan lebih rendah, prostitusi hampir tidak ada dan kasus
narkotika mencapai 16 kasus dan dapat tertangani semuanya, khusus untuk
narkotika rata-rata yang menjadi tersangka bukan masyarakat asli Kota
Pasuruan. Hal ini dapat menjadi nilai positif karena Kota Pasuruan masih
menjunjung tinggi nilai agama dan kesopanan.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya tindak kejahatan pada tahun
2009 lebih tinggi, meningkat sebesar 34% dari tahun 2008. Hal ini yang perlu
diantisipasi dengan membentuk tim gabungan dari pihak kepolisian, satpol PP,
dan elemen masyarakat, yaitu dengan lebih memperhatikan kondisi masyarakat
khususnya dalam hal kesejahteraan dan selalu peka lingkungan, karena
kejahatan berpangkal pada kondisi lingkungan yang kurang aman, sehingga
siskamling perlu ditingkatkan kembali. Sosialisasi penanganan kejahatan
narkotika dilakukan dengan melihatkan para generasi muda dan pemuka
agama, memberikan rambu-rambu peringatan untuk selalu waspada.
Sedangkan untuk curanmor dilakukan dengan selalu mengingatkan untuk
memberikan kunci pengaman tambahan pada motor dan mobil.
Penyelesaian kasus kriminal masih relatif rendah karena dalam tahap
penyelesaian kasus kriminal ini melibatkan beberapa elemen penegak hukum

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 67


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

mulai dari pihak kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan. Oleh karena itu untuk
memperbaiki kinerja khususnya dalam penyelesaian kasus kriminalitas maka
diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik diantara elemen penegak
hukum. Jika diperlukan maka perlu penjadualan waktu sidang dan koordinasi
antara Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan, agar penyelesaian kasus tidak
mundur dan segera tuntas.

Lainnya 52.0833333333333

Korupsi 0

Narkoba/Narkotik 100

Penyelundupan 47.6190476190474

Penipuan 21.8181818181818

Curanmor 10.7142857142857

Pencurian dengan kekerasan 41.1764705882353

Pencurian 40.3225806451613

Penganiayaan 54.1666666666665

Pembunuhan 100

Perjudian 100

Kesusilaan/kesopanan 100

0 20 40 60 80 100 120

Gambar 4.20 Tingkat Penyelesaian Kasus pada Tiap Jenis Kriminalitas di Kota
Pasuruan Tahun 2009

4.6 ANALISIS INDIKATOR EKONOMI

Aspek perekonomian merupakan salah satu aspek penting dalam


menggambarkan kondisi kesejahteraan rakyat. Aspek perekonomian juga
menggambarkan kondisi perekonomian wilayah secara umum, terutama pada
indikator struktur perekonomian dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada tahun
2009, kondisi perekonomian Kota Pasuruan mengalami perkembangan sejalan
dengan tren perkembangan makro regional Propinsi Jawa Timur maupun tren
perkembangan ekonomi nasional. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
lokal Kota Pasuruan secara umum ditopang oleh pertumbuhan konsumsi
masyarakat dan pemerintah. Sebagai sebuah wilayah perkotaan, struktur
perekonomian Kota Pasuruan cenderung mengalami pergeseran terutama dari
sektor-sektor ekonomi primer menuju sektor ekonomi sekunder dan tersier. Hal
tersebut disebabkan oleh aktifitas pembangunan khususnya di bidang ekonomi
serta faktor alih fungsi lahan terutama pada lahan-lahan pertanian milik

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 68


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

masyarakat. Namun kondisi pergeseran ekonomi tersebut tidak berarti bahwa


produktifitas sektor-sektor ekonomi primer secara absolut menurun, tetapi
dapat diartikan bahwa proses pertumbuhan sektor ekonomi kalah cepat
dibandingkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi sekunder maupun tersier.
Sektor-sektor ekonomi primer secara umum di wilayah lain di Indonesia
cenderung mengalami penurunan, terutama karena produktifitasnya cukup
bergantung pada kondisi alam, ketersediaan dan kesuburan lahan serta
teknologi yang digunakan oleh masyarakat. Sehingga meskipun upaya untuk
mengintensifkan faktor-faktor produksi sudah dilakukan, produktifitas sektor
ekonomi tersebut dapat tumbuh atau meningkat dengan pesat. Sementara
aktifitas perekonomian pada sektor sekunder dan tersier tidak terpengaruh
secara penuh dengan kondisi alam serta modal dan teknologi dapat
diupayakan dengan cepat. Dalam kondisi yang normal, produktifitas sektor-
sektor ekonomi tersebut mampu meningkat secara signifikan seiring dengan
peningkatan jumlah permintaan produksi.
Dalam rentang waktu tahun 2008 sampai dengan 2009, kondisi perekonomian
Kota Pasuruan cukup dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti krisis
global dan fluktuasi harga minyak dunia. Pada tahun 2009, sektor-sektor
perekonomian mulai mengalami penurunan atau perlambatan akibat terjadinya
krisis ekonomi global. Banyak usaha ataupun industri yang di dunia mengalami
kebangkrutan bahkan banyak yang mem-PHK pekerja ataupun karyawannya
akibat penurunan permintaan produk barang dan jasa. Kondisi tersebut juga
cukup mempengaruhi kondisi perekonomian nasional begitu pula Kota
Pasuruan dimana meskipun pertumbuhan ekonomi masih tercatat positif
namun pertumbuhan tersebut mengalami penurunan atau perlambatan
dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2009, tercatat nilai PDRB Kota
Pasuruan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mengalami kenaikan menjadi
sebesar Rp. 2.342.573.669.000,00 dari nilai tahun 2008 yang sebesar Rp.
2.108.016.148,00. Sementara itu, nilai PDRB atas dasar Harga Konstan 2000
(ADHK) juga mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 1.057.446.456.000,00.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian Kota Pasuruan tampaknya
masih berpotensi untuk mengalami peningkatan ataupun pertumbuhan secara
positif. Kondisi perekonomian Kota Pasuruan yang ditunjukkan melalui nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dilihat pada tabel berikut.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 69


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.44 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pasuruan Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Ribu Rupiah)
Sektor/Subsektor Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Pertanian 66.838.929 75.049.862 80.853.589 88.904.270 95.168.271
1.1 Tanaman bahan makanan 21.247.499 23.427.271 26.085.568 29.233.279 31.604.098
1.2 Tanaman Perkebunan 713.140 784.730 796.885 843.381 878.971
1.3 Peternakan dan hasil- hasilnya 32.825.740 37.235.170 38.685.568 42.285.568 44.953.787
1.4 Perikanan 12.052.550 13.602.691 15.285.568 16.542.042 17.731.415
Pertambangan dan Penggalian 1.858.224 2.014.129 2.228.586 2.064.589 2.121.985
Industri Pengolahan 247.245.917 294.484.063 331.277.875 373.498.794 411.419.911
3.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 36.072.538 42.760.160 48.624.389 51.868.551 56.936.326
3.2 Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 7.077.365 7.880.931 9.539.997 10.754.282 11.707.740
3.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 53.075.526 60.709.369 71.642.206 76.311.953 84.507.039
3.4 Kertas dan Barang Cetakan 2.328.843 2.828.835 3.225.431 3.718.004 4.014.461
3.5 Pupuk, Kimia dan Barang Dari Karet 1.312.756 1.703.335 1.773.195 1.964.456 2.163.480
3.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 900.609 1.002.647 1.189.162 1.313.765 1.456.549
3.7 Logam Dasar Besi Dan Baja 1.503.435 1.649.064 2.078.805 2.360.375 2.548.746
3.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 23.552.798 26.620.960 30.304.074 35.585.174 39.101.848
3.9 Industri Pengolahan lainnya 121.422.046 149.328.761 162.900.617 189.622.233 208.983.721
Listrik, Gas dan Air Bersih 34.278.444 38.343.223 44.041.683 50.270.699 54.840.298
4.1 Listrik 29.258.692 32.488.909 37.816.423 43.665.393 47.835.438
4.2 Air Bersih 5.019.752 5.854.314 6.225.260 6.605.306 7.004.860
Konstruksi 98.775.640 117.083.071 140.997.627 166.120.015 187.416.601
Perdagangan 478.870.179 558.748.316 655.430.521 759.245.069 832.775.492
6.1 Perdagangan besar dan eceran 424.036.040 496.104.460 582.076.435 672.212.308 730.089.788
6.2 Hotel 6.219.246 6.964.848 7.921.950 9.185.906 10.526.636
6.3 Restauran 48.614.892 55.679.008 65.432.136 77.846.855 92.159.069
Pengangkutan dan Komunikasi 175.831.882 200.930.116 225.092.762 259.692.588 294.460.350
7.1 Pengangkutan 110.139.488 125.805.578 138.685.527 161.488.321 180.980.585
1. Angkutan Rel 1.883.846 2.087.097 2.113.970 2.254.972 2.370.352
2. Angkutan Jalan Raya 92.192.476 105.900.796 116.107.475 136.230.376 153.072.710
3. Angkutan Laut 2.858.678 3.154.662 3.434.318 3.705.234 3.956.519
4. Jalan Penunjang Angkutan 13.204.487 14.663.023 17.029.765 19.297.740 21.581.004
7.2 Komunikasi 65.692.394 75.124.538 86.407.235 98.204.267 113.479.765
1. Pos dan Telekomunikasi 64.902.398 73.976.380 84.790.711 96.385.046 111.151.235
2. Jasa Penunjang komunikasi 789.996 1.148.158 1.616.521 1.819.222 2.328.531
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perus. 106.788.718 123.730.860 142.807.658 167.506.516 191.920.031
8.1 Bank 34.352.848 39.277.528 46.268.490 55.097.845 62.701.347
8.2 Lembaga Keuangan tanpa Bank 17.304.762 20.883.331 23.891.590 26.632.961 30.559.222
8.3 Sewa Bangunan 46.146.821 53.295.403 60.977.525 71.798.496 82.897.358
8.4 Jasa Perusahaan 8.984.287 10.274.598 11.670.053 13.977.214 15.762.104
Jasa-Jasa 152.397.048 181.699.414 211.326.854 240.713.608 272.450.730
9.1 Pemerintahan Umum 73.089.720 87.516.520 103.728.158 114.477.698 128.856.097
9.2 Swasta 79.307.328 94.182.894 107.598.696 126.235.910 143.594.634
1. Sosial Kemasyarakatan 12.057.159 14.286.658 16.997.717 19.224.633 21.358.809
2. Hiburan dan Kebudayaan 3.842.500 4.585.993 5.087.411 5.857.788 6.627.501
3. Perorangan dan Rumah Tangga 63.407.669 75.310.243 85.513.567 101.153.490 115.608.323
Produk Domestik Regional Bruto 1.362.884.981 1.592.083.054 1.834.057.155 2.108.016.148 2.342.573.669
Sumber: BPS Kota Pasuruan, 2010

Tabel 4.45 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pasuruan Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 (Ribu Rupiah)
Sektor/Subsektor Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Pertanian 41.021.860 42.097.887 42.331.280 43.157.224 44.032.634
1.1 Tanaman bahan makanan 12.763.534 12.701.490 13.160.851 13.554.340 13.840.337
1.2 Tanaman Perkebunan 439.919 446.698 432.404 432.501 433.496
1.3 Peternakan dan hasil- hasilnya 20.600.696 21.504.344 21.386.857 21.646.111 22.120.161
1.4 Perikanan 7.217.711 7.445.355 7.351.168 7.524.272 7.638.641
Pertambangan dan Penggalian 1.404.546 1.423.011 1.438.273 1.430.690 1.447.715
Industri Pengolahan 156.771.388 162.930.762 170.494.969 174.501.317 178.096.247
3.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 22.656.441 22.679.502 24.226.535 24.278.172 24.829.661
3.2 Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 4.514.753 4.774.028 4.854.941 5.148.948 5.234.665

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 70


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Sektor/Subsektor Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
3.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 33.612.457 34.488.416 36.633.055 37.131.434 37.952.131
3.4 Kertas dan Barang Cetakan 1.482.145 1.594.349 1.683.682 1.719.558 1.792.074
3.5 Pupuk, Kimia dan Barang Dari Karet 832.604 875.627 905.959 944.393 951.973
3.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 569.463 585.734 622.385 631.734 654.029
3.7 Logam Dasar Besi Dan Baja 961.746 982.719 1.070.105 1.082.874 1.102.472
3.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 14.936.402 15.604.518 15.700.179 16.829.990 16.939.971
3.9 Industri Pengolahan lainnya 77.205.376 81.345.869 84.798.129 86.734.216 88.639.271
Listrik, Gas dan Air Bersih 22.164.462 23.739.361 25.111.434 26.460.232 27.527.308
4.1 Listrik 18.812.570 20.182.231 21.556.075 22.931.852 24.025.701
4.2 Air Bersih 3.351.892 3.557.130 3.555.359 3.528.381 3.501.607
Konstruksi 61.168.921 64.372.415 67.232.142 71.905.195 76.183.554
Perdagangan 305.556.150 320.629.445 341.765.951 356.873.293 371.203.731
6.1 Perdagangan besar dan eceran 269.960.514 282.776.118 301.678.372 312.136.795 321.594.540
6.2 Hotel 4.178.493 4.354.100 4.567.380 4.845.879 5.209.320
6.3 Restauran 31.417.143 33.499.227 35.520.199 39.890.619 44.399.871
Pengangkutan dan Komunikasi 107.505.825 113.849.316 119.397.823 131.666.335 144.775.215
7.1 Pengangkutan 65.465.141 68.953.881 71.478.938 75.525.813 80.354.305
1. Angkutan Rel 1.167.816 1.185.181 1.139.881 1.124.607 1.123.819
2. Angkutan Jalan Raya 53.829.287 56.706.289 58.430.198 61.706.283 65.581.438
3. Angkutan Laut 1.769.322 1.867.593 1.925.812 1.980.120 2.041.701
4. Jalan Penunjang Angkutan 8.698.715 9.194.818 9.983.047 10.714.804 11.607.347
7.2 Komunikasi 42.040.684 44.895.435 48.238.884 56.140.521 64.420.910
1. Pos dan Telekomunikasi 41.542.045 44.258.636 47.456.832 55.255.866 63.312.172
2. Jasa Penunjang komunikasi 498.639 636.799 782.052 884.655 1.108.738
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perus. 65.340.604 70.719.026 76.559.805 83.041.047 89.500.021
8.1 Bank 21.857.196 23.634.917 25.738.229 27.995.472 30.185.277
8.2 Lembaga Keuangan tanpa Bank 10.863.707 12.316.710 13.355.995 14.228.141 15.325.273
8.3 Sewa Bangunan 26.925.122 28.552.682 30.909.750 33.632.899 36.259.628
8.4 Jasa Perusahaan 5.694.579 6.214.718 6.555.831 7.184.535 7.729.841
Jasa-Jasa 95.812.694 105.413.244 110.296.868 117.788.277 124.680.031
9.1 Pemerintahan Umum 44.691.573 49.662.244 50.393.978 53.563.761 56.424.066
9.2 Swasta 51.121.121 55.751.000 59.902.889 64.224.516 68.255.965
1. Sosial Kemasyarakatan 7.588.649 8.485.231 9.585.714 10.359.609 10.992.270
2. Hiburan dan Kebudayaan 2.448.128 2.673.854 2.777.798 2.915.096 3.144.805
3. Perorangan dan Rumah Tangga 41.084.344 44.591.915 47.539.377 50.949.811 54.118.890
Produk Domestik Regional Bruto 856.746.450 905.174.467 954.628.545 1.006.823.610 1.057.446.456
Sumber: BPS Kota Pasuruan, 2010

4.6.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kondisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah mampu


menggambarkan kontribusi sektor ekonomi dalam membentuk struktur
perekonomian suatu wilayah serta tingkat pertumbuhan ekonomi makro
berdasar pertumbuhan sektor-sektor ekonomi pada wilayah tersebut. Begitu
pula halnya dengan PDRB Kota Pasuruan yang juga mampu menggambarkan
dua indikator yang telah disebutkan sebelumnya. Berdasar pada kondisi PDRB
Kota Pasuruan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (ADHK) tahun 2005-2009,
diketahui bahwa sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terhadap PDRB
paling besar adalah sektor perdagangan kemudian disusul oleh sektor industri
pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Kemudian sektor
ekonomi yang memiliki kontribusi sektoral paling rendah adalah sektor
pertambangan dan penggalian dimana nilainya hanya sebesar 0,14%.

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 71


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Pada tahun 2009, kontribusi sektor perdagangan Kota Pasuruan mencapai


35,10%, namun kontribusi sektor ekonomi ini mengalami tren penurunan dalam
kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Hal tersebut dimungkinkan karena
kecenderungan kenaikan harga barang (inflasi) menyebabkan nilai kontribusi
sektor ekonomi ini mengalami penurunan. Kemudian sektor ekonomi lain yang
juga memiliki kontribusi sektoral yang cukup tinggi adalah sektor industri
pengolahan, dimana pada tahun 2009 tercatat kontribusi sektor ekonomi ini
terhadap PDRB Kota Pasuruan sebesar 16,84%. Tingkat kontribusi sektor
industri pengolahan ini juga mengalami tren penurunan yang cukup signifikan
selama kurun waktu 2005-2009. Penurunan tersebut disebabkan oleh banyak
faktor, seperti kenaikan harga minyak dunia serta pengaruh krisis ekonomi
global. Kondisi perkembangan sektor industri pengolahan tersebut harus
menjadi perhatian dari pemerintah daerah Kota Pasuruan, terutama karena
potensi aktivitas industri pengolahan ini cukup besar dimana wilayah Kota
Pasuruan merupakan sentra industri meubel dan ukir-ukiran. Lain halnya
dengan sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor yang kontribusi
sektoralnya terbesar ketiga terhadap PDRB Kota Pasuruan ini tercatat memiliki
nilai kontribusi sebesar 13,69%. Nilai kontribusi sektor pengangkutan dan
komunikasi ini juga mengalami tren perkembangan yang meningkat dalam
kurun waktu 5 tahun yang mengindikasikan bahwa potensi perkembangan
aktivitas perangkutan dan komunikasi cukup besar. Sektor ekonomi lain yang
mengalami peningkatan kontribusi sektoral adalah sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor konstruksi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,
serta sektor jasa-jasa. Informasi mengenai kontribusi tiap sektor ekonomi
terhadap PDRB Kota Pasuruan selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada
tabel 4.47 berikut.

Tabel 4.46 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kota Pasuruan Tahun
2005-2009
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Sektor
2005 2006 2007 2008 2009
Pertanian 4,79 4,65 4,43 4,29 4,16
Pertambangan dan Penggalian 0,16 0,16 0,15 0,14 0,14
Industri Pengolahan 18,30 18,00 17,86 17,33 16,84
Listrik, Gas dan Air Bersih 2,59 2,62 2,63 2,63 2,60
Konstruksi 7,14 7,11 7,04 7,14 7,20
Perdagangan 35,66 35,42 35,80 35,45 35,10
Pengangkutan dan Komunikasi 12,55 12,58 12,51 13,08 13,69
Keuangan,Persewaan dan Jasa
7,63 7,81 8,02 8,25 8,46
Perusahaan

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 72


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


Sektor
2005 2006 2007 2008 2009
Jasa-Jasa 11,18 11,65 11,55 11,70 11,79
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kota Pasuruan dan Hasil Perhitungan, 2010

Pertanian
12% 4% 0%
17% Pertambangan dan
8% Penggalian

Industri Pengolahan
3%
Listrik. Gas dan Air
14% Bersih

Konstruksi
7%
Perdagangan

Pengangkutan dan
Komunikasi

Keuangan. Persewaaan
dan Jasa Perusahaan
35%
Jasa-Jasa

Gambar 4.21 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kota Pasuruan Tahun
2009

Tingkat pertumbuhan nilai PDRB dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan


ekonomi makro suatu wilayah. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan
pada tahun 2009 sebesar 5,03%, dan tingkat pertumbuhan tersebut mengalami
perlambatan dalam kurun waktu 2005-2009 yang disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti kenaikan harga BBM, krisis ekonomi global serta inflasi.
Meskipun masih tercatat positif, perlambatan pertumbuhan ekonomi ini apabila
tidak disikapi dengan serius dapat berdampak buruk bagi masyarakat secara
umum. Pemerintah daerah Kota Pasuruan hendaknya menyusun kebijakan
atau program pembangunan yang dapat memacu kembali peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Berdasar hasil analisa, diketahui bahwa sektor
pengangkutan dan komunikasi menjadi sektor ekonomi dengan tingkat
pertumbuhan sektoral paling tinggi dibandingkan sektor lainnya bahkan sektor
pengangkutan dan komunikasi ini mampu tumbuh diatas 10% seperti yang
terjadi pada tahun 2008. Tren positif yang dicatat oleh sektor pengangkutan
dan komunikasi ini menunjukkan bahwa potensi perkembangan sektor ini cukup
besar. Sektor ekonomi lainnya yang memiliki tingkat pertumbuhan sektoral
yang tinggi adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, namun
sektor ini mengalami perlambatan ekonomi dari tahun 2008. Sektor ekonomi

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 73


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

yang tercatat mengalami tren pertumbuhan sektoral yang positif adalah sektor
pertanian akan tetapi tingkat pertumbuhan sektor pertanian masih cukup
rendah dibanding sektor-sektor lainnya yaitu hanya sebesar 2,03% pada tahun
2009. Tingkat pertumbuhan tiap sektor ekonomi dalam PDRB Kota Pasuruan
dalam kurun waktu tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel 4.48.

Tabel 4.47 Tingkat Pertumbuhan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota Pasuruan
Tahun 2005-2009
Tahun Tahun Tahun Tahun
Sektor
2006 2007 2008 2009
Pertanian 2,62 0,55 1,95 2,03
Pertambangan dan Penggalian 1,31 1,07 -0,53 1,19
Industri Pengolahan 3,93 4,64 2,35 2,06
Listrik, Gas dan Air Bersih 7,11 5,78 5,37 4,03
Konstruksi 5,24 4,44 6,95 5,95
Perdagangan 4,93 6,59 4,42 4,02
Pengangkutan dan Komunikasi 5,90 4,87 10,28 9,96
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8,23 8,26 8,47 7,78
Perusahaan
Jasa-Jasa 10,02 4,63 6,79 5,85
Produk Domestik Regional Bruto 5,65 5,46 5,47 5,03
PDRB Nasional 3,7 4,7 - -
Sumber: BPS Kota Pasuruan dan Hasil Perhitungan, 2010

12.00
Pertanian

Pertambangan dan
10.00 Penggalian

Industri Pengolahan
8.00
Listrik. Gas dan Air
Bersih

6.00 Konstruksi

Perdagangan
4.00 Pengangkutan dan
Komunikasi

2.00 Keuangan. Persewaaan


dan Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa
0.00
2006 2007 2008 2009 Produk Domestik
Regional Bruto
-2.00

Gambar 4.22 Tingkat Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Pasuruan Tahun 2005-
2009

4.6.2 Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang mencerminkan


tingkat perekonomian masyarakat suatu wilayah. Meskipun bukan indikator riil
yang mampu menggambarkan kondisi suatu wilayah, namun apabila tingkat
pendapatan perkapita penduduk wilayah tersebut tinggi maka kondisi

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 74


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

perekonomian wilayah tersebut juga cukup baik. Pada tahun 2009, pendapatan
perkapita penduduk Kota Pasuruan berdasar harga berlaku (ADHB) sebesar
Rp. 11.999.353,00 sementara itu pendapatan perkapita penduduk berdasar
harga konstan sebesar Rp. 5.416.552,00. Pendapatan perkapita penduduk
Kota Pasuruan tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal
tersebut mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian pada wilayah Kota
Pasuruan juga membaik meskipun kondisi eksternal cukup berpengaruh. Hasil
perhitungan pendapatan perkapita di Kota Pasuruan tahun 2004-2009 dapat
dilihat pada tabel 4.49 dan 4.50.

Tabel 4.48 Perdapatan Perkapita Kota Pasuruan Tahun 2004-2009 berdasar


PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Jumlah Penduduk Pendapatan Perkapita
Tahun PDRB (Rp.)
(jiwa) (Rp.)
2004 1.130.651.779.000 182.252 6.203.783
2005 1.362.884.981.000 185.423 7.350.140
2006 1.592.083.054.000 188.766 8.434.162
2007 1.834.057.155.000 191.442 9.580.224
2008 2.108.016.148.000 193.711 10.882.274
2009 2.342.573.669.000 195.225 11.999.353
Jatim 16.757.000
Nasional 20.908.896
Sumber: BPS Kota Pasuruan dan Hasil Perhitungan, 2010

Tabel 4.49 Perdapatan Perkapita Kota Pasuruan Tahun 2004-2009 berdasar


PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (ADHK)
Jumlah Pendapatan Perkapita
Tahun PDRB (Rp.)
Penduduk (jiwa) (Rp.)
2004 809.581.703.000 182.252 4.442.101
2005 856.746.450.000 185.423 4.620.497
2006 905.174.467.000 188.766 4.795.220
2007 954.628.545.000 191.442 4.986.516
2008 1.006.823.610.000 193.711 5.197.555
2009 1.057.446.456.000 195.225 5.416.552
Nasional 8.686.574
Sumber: BPS Kota Pasuruan dan Hasil Perhitungan, 2010

4.6.3 Laju Inflasi

Angka inflasi merupakan salah satu indikator penting yang memberikan


informasi tentang dinamika atau fluktuasi harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. Fluktuasi harga barang dan jasa berdampak secara
langsung dan signifikan terhadap daya beli dan biaya hidup masyarakat,
perubahan nilai aset kegiatan usaha serta nilai kontrak atau transaksi bisnis.
Inflasi merupakan indikator pergerakan antara permintaan dan penawaran di

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 75


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

pasar yang berpengaruh terhadap perubahan tingkat suku bunga, produktifitas


ekonomi, nilai tukar rupaih, nilai valuta asing, anggaran keuangan dan
parameter ekonomi lainnya.
Angka inflasi menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan
harga serta perubahan nilai barang dan digunakan sebagai informasi dasar
dalam pemilihan kebijakan baik di tingkat ekonomi makro maupun mikro, baik
fiskal maupun moneter. Pada tingkat mikro, rumah tangga ataupun masyarakat
memanfaatkan angka inflasi sebagai dasar penyesuaian pengeluaran
kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan dan kegiatan transaksi jual-beli.
Selama tahun 2008 terjadi fluktuasi harga barang dan jasa di Kota Pasuruan,
tercatat indeks harga mengalami deflasi sebanyak satu kali dan mengalami
inflasi sebanyak sebelas kali. Deflasi pada tahun 2008 terjadi pada bulan
November 2008 sebesar -0,19% dngan angka indeks mencapoai 113,50.
Tercatat inflasi terendah sepanjang tahun 2008 terjadi pada bulan September
dan Desember dengan inflasi sebesar 0,31% dan 0,15%, serta angka indeks
mencapai 11,98 dan 113,67. Adapun inflasi tertinggi selama tahun 2008 terjadi
pada bulan Juli 2008 sebesar 2,79% dengan angka indeks mencapai 110,99.
Berdasar kelompok komoditinya, transportasi dan komunikasi memiliki angka
inflasi tertinggi dibanding kelompok lainnya dengan inflasi mencapai 7,01%
pada bulan Juli 2008 sementara inflasi terendah tercatat pada kelompok
komoditi pendidikan, rekreasi dan olahraga dengan angka inflasi sebesar
0,08%. Kemudian untuk deflasi kelompok komoditi terjadi pada beberapa
kelompok komoditi dimana kelompok transportasi dan komunikasi tercatat
mengalami deflasi mencapai 5,59%.

Tabel 4.50 Angka Inflasi Bulanan per Kelompok Komoditi Tahun 2008
No Kelompok Komoditi Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni
1. Bahan Makanan 2,35 0,57 1,67 1,61 1,86 1,36
2. Makanan Jadi 1,95 0,13 0,09 1,71 1,55 1,78
3. Perumahan 2,13 1,11 0,60 1,67 0,58 1,89
4. Sandang 1,22 0,10 -0,34 2,05 1,29 1,01
5. Kesehatan 1,18 0,93 -0,46 2,17 1,99 1,12
6. Pendidikan 0,95 0,25 0,27 0,89 0,31 0,15
7. Transport & Komunikasi 1,76 0,45 0,63 1,10 0,74 3,74
Umum 1,92 0,56 0,63 1,58 1,22 1,82
No Kelompok Komoditi Juli Ags. Sep. Okt. Nov. Des.
1. Bahan Makanan 3,13 1,12 -3,01 2,17 0,90 -0,36
2. Makanan Jadi 0,52 0,87 0,92 2,58 0,15 0,13
3. Perumahan 2,73 0,75 2,53 0,85 1,20 0,29

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 76


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

No Kelompok Komoditi Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni


4. Sandang 1,34 0,76 2,83 2,51 2,14 1,66
5. Kesehatan 1,86 1,65 0,73 1,54 -0,17 0,71
6. Pendidikan 1,24 -0,68 1,01 0,36 0,08 0,16
7. Transport & Komun. 7,01 -0,93 0,17 0,29 -5,59 0,00
Umum Kota Pasuruan 2,79 0,58 0,31 1,54 -0,19 0,15
Kota Malang -0,21 0,04 0,32 0,31 0,04
Kota Probolinggo -0,50 0,10 0,47 0,09 0,10
Sumber: BPS Kota Pasuruan dan Hasil Perhitungan, 2010

6 Bahan Makanan

Makanan Jadi
4
Perumahan
2
Sandang
0
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Ags. Sep. Okt. Nov. Des. Kesehatan

-2 Pendidikan

-4 Transport & Ko-


munikasi
-6
Umum

-8

Gambar 4.23 Laju Inflasi Bulanan per Kelompok Komoditi Tahun 2008

Tabel 4.51 Indeks Harga Bulanan per Kelompok Komoditi Tahun 2008
No Kelompok Komoditi Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni
1. Bahan Makanan 102,35 102,93 104,65 106,34 108,31 109,79
2. Makanan Jadi 108,52 110,00 111,75 114,50 114,55 114,55
3. Perumahan 102,13 103,26 103,83 105,62 106,24 108,24
4. Sandang 101,22 101,32 100,98 103,04 104,37 105,42
5. Kesehatan 101,18 102,12 101,65 103,886 105,93 107,12
6. Pendidikan & Rekreasi 100,95 101,20 101,47 102,38 102,70 102,85
7. Transport & Komunikasi 101,76 102,22 102,86 104,00 104,77 108,69
Umum 101,92 102,49 103,14 104,77 106,05 107,98
No Kelompok Komoditi Juli Ags. Sep. Okt. Nov. Des.
1. Bahan Makanan 113,23 114,49 111,05 113,47 114,49 114,08
2. Makanan Jadi 107,97 108,90 109,91 112,74 112,92 113,06
3. Perumahan 111,20 112,04 114,87 115,84 117,23 117,57
4. Sandang 106,83 107,662 110,69 113,47 115,90 117,83
5. Kesehatan 109,11 110,91 111,72 113,44 113,24 114,05
6. Pendidikan & Rekreasi 104,12 103,42 104,47 104,84 104,92 105,09
7. Transport & Komunikasi 116,30 115,22 115,42 115,75 109,28 109,28
Umum 110,99 111,64 111,98 113,71 113,50 113,67
Sumber: BPS Kota Pasuruan dan Hasil Perhitungan, 2010

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 77


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

4.6.4 Perkembangan Perusahaan

Salah satu indikator yang menggambarkan kondisi perkembangan


perekonomian suatu wilayah adalah perkembangan perusahaan yang
menjalankan usahanya pada wilayah tersebut. Hal ini disebabkan karena
perkembangan usaha tersebut akan meningkatkan potensi investasi yang
masuk serta menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi penduduk lokal.
Sebagai wilayah yang bercirikan dominasi sektor sekunder dan tersier maka
perkembangan perusahaan non pertanian menjadi salah satu indikator penting
dalam menunjukkan keberhasilan pembangunan terutama di bidang ekonomi.
Paling tidak di wilayah Kota Pasuruan tahun 2009, terdapat 1.760 unit industri
atau perusahaan yang terdiri dari 16 unit perusahaan besar, 171 unit
perusahaan sedang/menengah dan 1.583 unit perusahaan kecil. Dari jumlah
perusahaan tersebut, sebagian besar bergerak di sektor industri pengolahan
dan perdagangan. Tingkat pertumbuhan industri perusahaan di wilayah Kota
Pasuruan dalam kurun waktu tahun 2004-2008 secara total mencapai 4,38%.
Keberadaan perusahaan-perusahaan baru diharapkan memberikan lapangan
pekerjaan yang baru dan lebih luas bagi masyarakat, dimana pada tahun 2009
perusahaan yang ada di Kota Pasuruan ini memperkerjakan tenaga kerja
sejumlah 9.554 jiwa. Data mengenai kondisi perusahaan dan perkembangan
jumlahnya dapat dilihat pada tabel 4.53 dan 4.54.

Tabel 4.52 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Tiap Sektor Usaha Kota
Pasuruan Tahun 2009
Jumlah Jumlah
No. Sektor % %
Perusahaan Tenaga Kerja
1 Industri Pengolahan 151 47,63 4.255 44,54
2 Listrik, Gas dan Air Bersih 2 0,63 453 4,74
3 Konstruksi 8 2,52 64 0,67
4 Perdagangan 102 32,18 2.700 28,26
5 Pengangkutan dan Komunikasi 9 2,84 845 8,84
Keuangan, Persewaan dan
6 19 5,99 523 5,47
Jasa Perusahaan
7 Jasa-Jasa 26 8,20 714 7,47
Jumlah 317 100,00 9.554 100,00
Sumber: Dinas Transmigrasi Tenaga Kerja dan Hasil Perhitungan, 2010

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 78


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

9 19 Industri Pengolahan
26
Listrik, Gas dan Air Bersih

151 Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan dan Komunikasi


102
8 Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan

2 Jasa-Jasa

Gambar 4.24 Proporsi Perusahaan Berdasar Jenis Sektor Usaha di Kota


Pasuruan Tahun 2009

Tabel 4.53 Perkembangan Perusahaan di Kota Pasuruan Tahun 2004-2008


Tahun Tingkat
Tingkat Pendidikan Pertumbuhan
2004 2005 2006 2007 2008
(%)
Industri/Perusahaan Besar 13 16 21 16 16 7,63
Industri/Perusahaan Menengah 159 186 230 230 171 3,75
Industri/Perusahaan Kecil 1.333 1.543 1.573 1.583 1.583 4,58
Total 1.505 1.745 1.824 1.829 1.770 4,38
Sumber: Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan, 2010

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 79


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Contents
4.1 ANALISIS INDIKATOR KEPENDUDUKAN.......................................................1

4.1.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk............................................................2

4.1.2 Kepadatan Penduduk....................................................................................4

4.1.3 Struktur Penduduk.........................................................................................7

4.2 ANALISIS INDIKATOR PENDIDIKAN.............................................................10

4.2.1 Kemampuan Baca Tulis...............................................................................12

4.2.2 Partisipasi Sekolah......................................................................................14

4.2.3 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan........................................................19

4.2.4 Putus Sekolah..............................................................................................21

4.2.5 Fasilitas Pendidikan.....................................................................................22

4.3 ANALISIS INDIKATOR KETENAGAKERJAAN..............................................29

4.3.1 Jenis Mata Pencaharian Penduduk.............................................................30

4.3.2 Proporsi Penduduk Angkatan Kerja............................................................34

4.3.3 Angka Partisipasi Angkatan Kerja...............................................................35

4.3.4 Tingkat Pengangguran Terbuka..................................................................37

4.3.5 Angka Kesempatan Kerja............................................................................39

4.3.6 Karakteristik Angkatan Kerja.......................................................................40

4.4 ANALISIS INDIKATOR KESEHATAN.............................................................43

4.4.1 Angka Kesakitan (Morbidity Rate)...............................................................45

4.4.2 Kesehatan Ibu dan Balita.............................................................................48

4.4.3 Angka Kematian Ibu dan Bayi.....................................................................52

4.4.4 Angka Harapan Hidup.................................................................................55

4.4.5 Kualitas Sanitasi Lingkungan dan Akses terhadap Air Bersih.....................57

4.4.6 Fertilitas.......................................................................................................60

4.4.7 Partisipasi Keluarga Berencana (KB)..........................................................64

4.5 ANALISIS INDIKATOR SOSIAL......................................................................67

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 80


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

4.5.1 Tingkat Kemiskinan.....................................................................................67

4.5.2 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial...............................................69

4.5.3 Angka Kriminalitas.......................................................................................71

4.6 ANALISIS INDIKATOR EKONOMI..................................................................74

4.6.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)...................................................78

4.6.2 Pendapatan Perkapita.................................................................................81

4.6.3 Laju Inflasi....................................................................................................82

4.6.4 Perkembangan Perusahaan........................................................................84

Tabel 4.1 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2004-
2009 3

Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2009...................................6

Tabel 4.3 Struktur Penduduk Kota Pasuruan menurut Kelompok Umur pada Tiap
Kecamatan Tahun 2009..................................................................................................8

Tabel 4.4 Struktur Penduduk Kota Pasuruan menurut Jenis Kelamin Tahun 2004-
2009 9

Tabel 4.5 Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) Kota Pasuruan Tahun 2004-
2009 10

Tabel 4.6 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin
dan Kemampuan Membaca dan Menulis Tahun 2009..................................................12

Tabel 4.7 Persentase Partisipasi Sekolah Penduduk Kota Pasuruan Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2009......................................................................................................15

Tabel 4.8 Angka Partisipasi Kasar (APK) Tiap Jenjang Pendidikan Kota Pasuruan
Tahun 2008-2009..........................................................................................................16

Tabel 4.9 Angka Partisipasi Murni (APM) Tiap Jenjang Pendidikan Kota Pasuruan
Tahun 2008-2009..........................................................................................................18

Tabel 4.10 Proporsi Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Kota Pasuruan
Tahun 2009 20

Tabel 4.11 Angka Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di kota Pasuruan
Tahun 2008-2009..........................................................................................................21

Tabel 4.12 Data Pokok TK dan RA di Kota Pasuruan Tahun 2009...........................23

Tabel 4.13 Data Pokok SD dan MI di Kota Pasuruan Tahun 2009............................24

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 81


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.14 Data Pokok SMP dan MTs di Kota Pasuruan Tahun 2009......................25

Tabel 4.15 Data Pokok SMA, MA, dan SMK di Kota Pasuruan Tahun 2009.............26

Tabel 4.16 Data Pokok PNF dan Anak Usia Dini di Kota Pasuruan Tahun 2009......27

Tabel 4.17 Struktur Penduduk Kota Pasuruan menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2009
31

Tabel 4.18 Proporsi Penduduk Kota Pasuruan yang Dirinci Menurut Angkatan Kerja
dan Bukan Angkatan Kerja Tahun 2004-2009..............................................................34

Tabel 4.19 Tingkat Partipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Pasuruan Tahun 2004-
2008 36

Tabel 4.20 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Pasuruan Tahun 2004-2008
39

Tabel 4.21 Angka Kesempatan Kerja (AKK) Kota Pasuruan Tahun 2004-2008.......40

Tabel 4.22 Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja Dirinci Menurut Lapangan Usaha di
Kota Pasuruan Tahun 2005-2009..................................................................................41

Tabel 4.23 Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja Dirinci Menurut Jenis Pekerjaan di
Kota Pasuruan Tahun 2005-2009..................................................................................42

Tabel 4.24 Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja Dirinci Menurut Status Pekerjaan di
Kota Pasuruan Tahun 2005-2009..................................................................................43

Tabel 4.25 Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Pasuruan............................44

Tabel 4.26 Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan di Kota Pasuruan.........................45

Tabel 4.27 Angka Kesakitan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2009........................46

Tabel 4.28 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Gangguan Jiwa
pada Sarana Pelayanan Kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2009.................................47

Tabel 4.29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil pada Fasilitas Kesehatan di Kota
Pasuruan Tahun 2007-2009..........................................................................................49

Tabel 4.30 Cakupan Ibu Bersalin dan Ibu Nifas yang Mendapat Pelayanan Tenaga
Kesehatan di Kota Pasuruan Tahun 2007-2009...........................................................50

Tabel 4.31 Cakupan Bayi yang Memperoleh ASI Eksklusif di Kota Pasuruan Tahun
2007-2009 52

Tabel 4.32 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi & Balita di Kota Pasuruan Tahun
2007-2009 53

Tabel 4.33 Jumlah Kematian Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas di Kota Pasuruan Tahun
2007-2009 55

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 82


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.34 Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kota-kota di Propinsi Jawa Timur
Tahun 2005-2008..........................................................................................................56

Tabel 4.35 Kondisi Kepemilikan Jamban, Tempat Sampah dan Fasilitas Air Limbah
di Kota Pasuruan Tahun 2008.......................................................................................58

Tabel 4.36 Jumlah dan Persentase Keluarga yang Mengakses Air Bersih di Kota
Pasuruan Tahun 2009...................................................................................................60

Tabel 4.37 Persentase Wanita yang Pernah Kawin Menurut Usia Perkawinan
Pertama di Kota Pasuruan Tahun 2009........................................................................62

Tabel 4.38 Persentase Rata-rata Anak yang Dilahirkan Hidup, Masih Hidup dan
Sudah Meninggal Menurut Kelompok Umur Wanita di Kota Pasuruan Tahun 2009.....63

Tabel 4.39 Persentase Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup, Masih Hidup dan Sudah
Meninggal oleh Wanita di Kota Pasuruan Tahun 2009.................................................64

Tabel 4.40 Persentase Wanita Berstatus Kawin Menurut Golongan Umur dan
Partisipasi Keluarga Berencana (KB) di Kota Pasuruan Tahun 2009...........................65

Tabel 4.41 Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun yang berstatus Kawin dan
Cara/Alat KB yang digunakan di Kota Pasuruan Tahun 2007-2009.............................66

Tabel 4.42 Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) dan Anggota Rumah Tangga
Miskin (ARTM) di Kota Pasuruan..................................................................................68

Tabel 4.43 Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Pasuruan


Tahun 2009 70

Tabel 4.44 Jumlah Kejahatan yang Dilaporkan dan Diselesaikan Menurut Jenis
Tindak Pidana Tahun 2009............................................................................................72

Tabel 4.45 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pasuruan Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Ribu Rupiah)...........................................................76

Tabel 4.46 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pasuruan Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 (Ribu Rupiah).................................................77

Tabel 4.47 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kota Pasuruan Tahun 2005-
2009 79

Tabel 4.48 Tingkat Pertumbuhan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota Pasuruan
Tahun 2005-2009..........................................................................................................80

Tabel 4.49 Perdapatan Perkapita Kota Pasuruan Tahun 2004-2009 berdasar PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)................................................................................81

Tabel 4.50 Perdapatan Perkapita Kota Pasuruan Tahun 2004-2009 berdasar PDRB
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (ADHK)......................................................................82

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 83


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Tabel 4.51 Angka Inflasi Bulanan per Kelompok Komoditi Tahun 2008....................83

Tabel 4.52 Indeks Harga Bulanan per Kelompok Komoditi Tahun 2008...................84

Tabel 4.53 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Tiap Sektor Usaha Kota
Pasuruan Tahun 2009...................................................................................................85

Tabel 4.54 Perkembangan Perusahaan di Kota Pasuruan Tahun 2004-2008..........86

Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pasuruan 2004-2009......................4

Gambar 4.2 Kepadatan Penduduk Tiap Kelurahan Kota Pasuruan Tahun 2009......7

Gambar 4.3 Struktur Penduduk Kota Pasuruan menurut Kelompok Umur Tahun
2009 8

Gambar 4.4 Struktur Penduduk Kota Pasuruan menurut Jenis Kelamin Tahun 2004-
2009 9

Gambar 4.5 Tingkat Kemampuan Baca Tulis Penduduk Kota Pasuruan menurut
Jenis Kelamin Tahun 2009............................................................................................13

Gambar 4.6 Tingkat Kemampuan Baca Tulis Penduduk Kota Pasuruan menurut
Jenis Kelamin Tahun 2009............................................................................................20

Gambar 4.7 Persentase Penduduk Kota Pasuruan menurut Jenis Pekerjaan Tahun
2009 33

Gambar4.8 Proporsi Penduduk Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja di Kota
Pasuruan Tahun 2004-2009..........................................................................................35

Gambar 4.9 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota


Pasuruan Tahun 2004-2009..........................................................................................37

Gambar 4.10 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Pasuruan


Tahun 2004-2009..........................................................................................................39

Gambar 4.11 Proporsi Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasar Sektor Usaha di Kota
Pasuruan Tahun 2008...................................................................................................41

Gambar 4.12 Proporsi Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasar Jenis Pekerjaan di
Kota Pasuruan Tahun 2008...........................................................................................42

Gambar 4.13 Proporsi Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasar Status Pekerjaan di
Kota Pasuruan Tahun 2008...........................................................................................43

Gambar 4.14 Perkembangan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil di Kota Pasuruan


Tahun 2007-2009..........................................................................................................49

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 84


PENYUSUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA)
KOTA PASURUAN TAHUN 2011

Gambar 4.15 Perkembangan Cakupan Ibu Melahirkan dan Ibu Nifas yang Mendapat
Pelayanan Tenaga Kesehatan di Kota Pasuruan Tahun 2007-2009............................51

Gambar 4.16 Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kota-kota di


Propinsi Jawa Timur Tahun 2008..................................................................................56

Gambar 4.17 Proporsi Jumlah KK yang Memiliki Fasilitas Sanitasi yang Sehat di
Kota Pasuruan Tahun 2008...........................................................................................59

Gambar 4.18 Proporsi Wanita yang Pernah Kawin Menurut Usia Perkawinan
Pertama di Kota Pasuruan Tahun 2009........................................................................62

Gambar 4.19 Proporsi Wanita Berstatus Kawin Menurut Golongan Umur dan
Partisipasi KB di Kota Pasuruan Tahun 2009...............................................................66

Gambar 4.20 Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin dan
Cara/Alat KB yang Digunakan di Kota Pasuruan Tahun 2007-2009.............................67

Gambar 4.21 Tingkat Penyelesaian Kasus pada Tiap Jenis Kriminalitas di Kota
Pasuruan Tahun 2009...................................................................................................74

Gambar 4.22 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kota Pasuruan Tahun
2009 79

Gambar 4.23 Tingkat Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Pasuruan Tahun 2005-
2009 81

Gambar 4.24 Laju Inflasi Bulanan per Kelompok Komoditi Tahun 2008....................84

Gambar 4.25 Proporsi Perusahaan Berdasar Jenis Sektor Usaha di Kota Pasuruan
Tahun 2009 85

DRAFT LAPORAN AKHIR IV - 85

Anda mungkin juga menyukai