Anda di halaman 1dari 10

4.

5 ANALISIS KEPENDUDUKAN
4.5.1 Perkiraan Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Dinamika perkembangan penduduk akan mempengaruhi strategi dan kebijakan
pembangunan yang akan dilakukan pada suatu wilayah. Berikut ini analisis
perkembangan penduduk di Provinsi Papua Barat.

Tabel 4.20
Penduduk Provinsi Papua Barat
Tahun 2003-2006 Dirinci Per Kabupaten/Kota
Tahun
No. Kabupaten/Kota
2003 2005 2006 2007
1 Fak-Fak 56,958 58,953 59,773 64,380
2 Kaimana 31,771 37,132 37,649 40,550
3 Teluk Wondama 14,165 20,414 20,698 22,293
4 Teluk Bintuni 39,886 47,419 48,079 51,783
5 Manokwari 143,949 152,302 154,421 166,322
6 Sorong Selatan 52,299 54,246 55,001 59,240
7 Sorong 70,081 87,048 88,259 95,061
8 Raja Ampat 29,248 36,510 37,018 39,870
9 Kota Sorong 141,836 148,988 151,060 162,703
Papua Barat 580,193 643,012 651,958 702,202
Sumber: Provinsi Papua Barat dalam Angka 2007,
Ringkasan Eksekutif Keadaan Rumah Tangga Miskin Tahun 2006



G
a
m
b
a
r

4
.
2
0

P
e
t
a

T
r
a
n
s
m
i
g
r
a
s
i

d
a
l
a
m

K
a
w
a
s
a
n

L
i
n
d
u
n
g

Perkembangan penduduk di Provinsi Papua Barat selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Hanya saja, peningkatan tersebut tidak secara merata terdistribusi di semua
kabupaten/kota. Kabupaten Teluk Wondama hanya mengalami pertambahan penduduk
sebesar 274 jiwa pada tahun 2006. Hal ini dikarenakan aksesibilitas masyarakat untuk
melakukan kegiatan dari dan menuju ke kabupaten ini hanya dapat dijangkau melalui
udara dan laut sehingga peluang terjadinya migrasi juga sedikit. Kota Sorong, kota yang
terkenal sebagai pusat kegiatan perekonomian sejak masih dikenal sebagai bagian dari
Kabupaten Sorong memiliki perkembangan yang cukup tinggi. Lokasinya yang strategis
baik sebagai home based bagi perusahaan-perusahaan minyak, maupun sebagai pusat
kegiatan lokal di wilayah ini mempengaruhi karakter sosial demografi kota ini menjadi
tarikan bagi masyarakat di kabupaten lain untuk melakukan kegiatan ekonomi sehingga
kondisi demografi di kota ini lebih dinamis.

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Provinsi Papua Barat dari tahun 1970-
2000 menunjukkan peningkatan. Pada tahun 1970 hanya 2,78%, meningkat pada
dekade 80-90-an, rata-rata pertumbuhan penduduk menjadi 3,12% dan tahun 1990-
2000, rata-rata pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 4,01% dengan jumlah
penduduk sebesar 571.107 jiwa. Perkembangan yang sangat signifikan terjadi pada
tahun 2003-2005 dimana pertumbuhan penduduk sampai dengan 5,27%, penduduk
bertambah 62.819 jiwa pada 2 tahun tersebut. Kabupaten yang meningkat secara drastis
adalah Kabupaten Teluk Wondama yang mengalami pertambahan penduduk paling
tinggi yaitu 20,05%. Dan secara kuantitas, kabupaten yang memiliki pertambahan
penduduk paling tinggi adalah Kabupaten Sorong. Fenomena ini terjadi karena secara
definitif, yuridis provinsi ini mengalami pemisahan dengan provinsi Induk yaitu Provinsi
Irian Jaya dan berdiri sebagai provinsi baru dengan sebutan Provinsi Papua Barat.
Dengan adanya pemekaran tersebut, implikasi yang terjadi, banyak migrasi masuk di
wilayah ini. Tenaga kerja dari sektor swasta sampai pemerintahan dibutuhkan guna
memajukan pembangunan provinsi ini.

Tabel 4.21
Pertambahan dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2003-2006
Provinsi Papua Barat Dirinci Per Kabupaten
Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten/Kota
2003-2005 2005-2006 2006-2007
Kabupaten Fak-Fak 1,74 1,39 7,71
Kabupaten Kaimana 8,11 1,39 7,71
Kabupaten Teluk Wondama 20,05 1,39 7,71
Kabupaten Teluk Bintuni 9,04 1,39 7,70
Kabupaten Manokwari 2,86 1,39 7,71
Kabupaten Sorong Selatan 1,84 1,39 7,71
Kabupaten Sorong 11,45 1,39 7,71
Kabupaten Raja Ampat 11,73 1,39 7,70
Kota Sorong 2,49 1,39 7,71
Provinsi Papua Barat 5,27 1,39 7,71
Sumber: Hasil Analisis, 2008.

Pertumbuhan penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2003-2005 adalah sebesar
5,27% tiap tahunnya dengan pertambahan penduduk sebesar 62.816 jiwa pada kurun 2
(dua) waktu tahun tersebut. Pertambahan yang cukup signifikan. Fenomena
pertambahan penduduk ini berbeda dengan tahun berikutnya. Peningkatan penduduk
dari tahun 2005-2006 hanya memberikan angka pertumbuhan sebesar 1,39% dengan
pertambahan penduduk sebesar 8.946 jiwa.

Percepatan pertumbuhan penduduk di kabupaten-kabupaten pemekaran lebih cepat
dibanding realisasi program pembangunan infrastruktur kesejahteraan sosial. Ini harus
disadari sebagai sebuah tantangan untuk menciptakan strategi perencanaan yang tepat.
4.5.2 Angka Ketergantungan Penduduk (Dependency Ratio)
Penggambaran penduduk menurut struktur usia berguna untuk mengetahui jumlah
penduduk produktif dan penduduk non produktif. Hal ini akan berpengaruh pada
angkatan kerja di suatu wilayah serta tingkat ketergantungan penduduk non produktif
pada penduduk produktif. Selain itu, penggambaran penduduk menurut struktur usia juga
diperlukan untuk perhitungan penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi.

Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2006, struktur penduduk Provinsi Papua Barat
didominasi oleh penduduk usia sedang (15-64 tahun) yaitu sebesar 60,87% diikuti oleh
penduduk usia muda (0-15 tahun) sebesar 36,9% dan penduduk usia tua (> 64 tahun)
sebesar 1,2%.

Dari pengelompokan umur tersebut, dapat diketahui angka ketergantungan penduduk
Provinsi Papua Barat Tahun 2006 yaitu 61,34. Yang artinya, setiap 100 penduduk
produktif akan menanggung 61 jiwa penduduk tidak produktif.

Dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan, populasi usia produktif akan meningkat sangat
signifikan karena bergesernya usia muda saat ini. Dengan demikian, harus ada upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan penduduk untuk pembangunan. Pendidikan
yang saat ini semakin mahal pembiayaannya merupakan suatu masalah di tengah
kondisi perekonomian yang secara kontinyu menunjukkan, meskipun terjadi peningkatan
pendapatan ekonomi daerah, namun kondisi jumlah rumah tangga miskin di Provinsi
Papua Barat dari tahun-ke tahun semakin meningkat. Hal ini adalah sebuah ancaman
yang harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Strategi untuk jangka
panjang perlu diskenariokan untuk menghindari kesenjangan yang semakin tinggi.

Sumber: Hasil Analisis, 2008.
Gambar 4.21
Jumlah Penduduk Usia Belum Produktif, Sedang Produktif dan Non Produktif

4.5.3 Ketenagakerjaan
Penduduk usia kerja yang ada di Provinsi Papua Barat sebesar 405.747 jiwa dimana
yang sebesar 292.446 jiwa atau 72% masuk dalam kategori angkatan kerja. Angkatan
kerja adalah penduduk yang sedang bekerja ditambah dengan pencari kerja. Dari jumlah
angkatan kerja tersebut, 88,85% sudah bekerja. Dominasi pekerjaan penduduk Provinsi
Papua Barat masih mengandalkan sektor primer yaitu pertanian, kehutanan,
pertambangan sedang sektor industri lebih banyak dikuasai oleh masyarakat pendatang.

Tabel 4.22
Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006
No. Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Penduduk Usia Kerja 218.650 217.369 436.019
2 Angkatan Kerja 193.294 119.181 312.475
3 Bekerja 181.364 99.341 280.705
4 Mencari Pekerjaan 11.930 19.840 31.770
5 Bukan Angkatan Kerja 25.356 98.188 123.544
6 Sekolah 20.804 21.023 41.827
7 Mengurus Rumah Tangga 1.188 74.334 75.522
8 Lainnya 3.364 2.831 6.195
9 TPAK 88,4 54,83 71,67
10 Tingkat Pengangguran Terbuka 6,17 10,17 10,17
Sumber: Provinsi Papua Barat dalam Angka 2007.

Pengangguran di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 32.583 jiwa dimana 60% dari
pencari pekerjaan tersebut adalah perempuan. Fenomena ini sangat erat korelasinya
dengan jumlah penduduk perempuan pada umur 20-24 lebih banyak. Dan masalah yang
ditemukan adalah tidak tertampungnya perempuan pada tenaga kerja sektor formal.


Gambar 4.22
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Provinsi Papua Barat Tahun 2006

TPAK menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) mengindikasikan besarnya
penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau
wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan
pengangguran) terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator tersebut menunjukkan
besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk
memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Sedangkan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) diukur sebagai persentase penganggur terhadap jumlah
angkatan kerja. TPT memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk
dalam kelompok pengangguran. TPT merupakan rasio jumlah penganggur terbuka
terhadap jumlah angkatan kerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Papua Barat adalah 11,14%. Angka ini di atas
angka penganguran Indonesia sebesar 9,9%. Terdapat perbedaan tingkat partisipasi
antara pria dan wanita yang tercermin dari angka TPT pria sebesar 6,93% dan wanita
19,24%. Persepsi pria untuk bekerja masih tinggi daripada perempuan yang dalam opini
adalah mengurus rumah tangga.
Tabel 4.23
Penduduk Usia Kerja di Provinsi Papua Barat Tahun 2006
Dirinci Per Golongan Umur
Golongan Umur Bekerja Pengangguran Jumlah % Bekerja thd AK
15-19 29.490 3.338 32.828 9,44
20-24 46.254 5.235 51.489 14,8
25-29 51.297 5.806 57.103 16,42
30-34 43.082 4.876 47.958 13,79
35-39 39.776 4.502 44.278 12,73
40-44 22.537 2.551 25.088 7,21
45-49 18.346 2.076 20.422 5,87
50-54 10.576 1.197 11.773 3,38
55-59 8.876 1005 9.881 2,84
60-65 5.915 669 6.584 1,89
65+ 4.558 516 5.074 1,46
280.707 31.771 312.478 89,83
Sumber: Provinsi Papua Barat dalam Angka 2007.

Tingkat pengangguran di Provinsi Papua Barat relatif sedang, berdasarkan golongan
umur, banyak dari golongan umur 20-24 yang belum mendapatkan pekerjaan,
tertampung pada 9 lapangan usaha. Jumlah penduduk pada golongan umur 25-29 yang
bekerja mencapai 40.807 jiwa. Usia tersebut adalah usia sangat produktif di mana
penduduk di usia ini memiliki optimisme dan kemampuan maksimal.
4.5.4 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk Provinsi Papua Barat menggunakan pendekatan sebagai berikut:
Oleh karena keterbatasan data, perhitungan perkiraan penduduk Provinsi Papua
Barat berdasarkan kabupaten dilakukan dengan menggunakan pola distribusi
penduduk Provinsi Papua Barat berdasarkan kabupaten tahun 2006 dengan asumsi
bahwa pola distribusi ini tidak mengalami perubahan sampai akhir tahun rencana.
Hasil proyeksi penduduk Provinsi Papua Barat digunakan sebagai dasar perhitungan.

Perkembangan jumlah penduduk sangat bergantung kepada laju pertumbuhan
penduduk. Namun, angka pertumbuhan penduduk di Provinsi Papua Barat ke depannya
juga sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, yang selain mempengaruhi jumlah penduduk
secara keseluruhan juga akan mempengaruhi pola sebaran penduduk serta karakteristik
kegiatan dan perkembangan di setiap kecamatan. Oleh karenanya, untuk
mendistribusikan daya tampung penduduk di wilayah Provinsi Papua Barat sampai
dengan tahun 2028 perlu dilakukan peninjauan terhadap faktor penunjang, baik faktor
yang berpotensi maupun kendala yang terjadi. Sebagian besar faktor ini akan
meninggikan kepadatan penduduk di suatu kabupaten, sebagian lain justru akan
menurunkan kepadatan tersebut.

Faktor potensi (faktor penarik) yang dapat mempengaruhi kepadatan penduduk di masa
yang akan datang adalah sebagai berikut:
1. Adanya kecenderungan tingkat pertumbuhan penduduk sampai batas tidak tertentu
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kebijakan pengembangan kependudukan
di Provinsi Papua Barat.
2. Adanya kebutuhan akan personil kepegawaian daerah yang masih tinggi serta
perangkat kedaerahan lain yang kemungkinan diperoleh dari luar Provinsi Papua
Barat.
3. Masih banyak/luas lahan kosong di wilayah ini yang dapat ditata, digunakan atau
dikembangkan di masa mendatang sehingga dapat menampung penduduk secara
optimal, namun komposisi penggunaan lahannya perlu dijaga agar tetap seimbang
dan berkembang secara proporsional sehingga aktivitas penduduk dapat berjalan
dengan lancar, pelayanan prasarana dan sarana berlangsung dengan baik, dan
kepentingan pelestarian lingkungan hidup juga terjamin.
4. Dikeluarkannya aturan yang jelas dan tegas mengenai pelaksanaan rencana-
rencana yang dibuat, terutama yang berkaitan dengan rencana pemanfataan,
rencana jaringan jalan (sistem transportasi), dan rencana jaringan utilitas umum.
5. Terjadi perubahan-perubahan orientasi perkembangan di dalam wilayah provinsi
akibat adanya perubahan atau penambahan fungsi-fungsi baru, baik di dalam
wilayah provinsi maupun di wilayah sekitarnya, seperti kawasan-kawasan
perkembangan permukiman baru, industri, perkebunan, kehutanan, pertambangan
dan lain-lain.

Permasalahan yang dihadapi Provinsi Papua Barat yang dapat menghambat
penambahan jumlah penduduk untuk saat ini dan yang akan datang adalah sebagai
berikut:
1. Distribusi kepadatan penduduk, umumnya relatif tidak merata, penduduk lebih
cenderung terkonsentrasi di pusat-pusat permukiman yang lebih dulu eksis dan
berkembang karena adanya pusat aktivitas sentral terutama kegiatan industri berikut
sarana dan prasarana pendukung dan penunjangnya. Untuk pemerataan kepadatan
penduduk di kecamatan, maka yang perlu dilakukan adalah pemerataan penyebaran
fasilitas pelayanan baik sosial maupun umum, di samping pelayanan fisik, yakni
aksesibilitas dan sistem jaringan jalan/jembatan dan penyeberangan (transportasi
darat, sungai dan udara) serta adanya jaringan utilitas umum (listrik, telepon, air
bersih, saluran pembuangan/drainase) yang terbentuk secara baik, terpasang dan
memadai.
2. Ketenagakerjaan di wilayah Provinsi Papua Barat cenderung kurang dapat bersaing
dengan para pendatang dari luar, ini dapat dilihat karena umumnya para pendatang
yang ada di wilayah ini dinilai relatif lebih berhasil dibandingkan dengan penduduk
asli wilayah ini. Masuknya tenaga kerja dari luar wilayah Provinsi Papua Barat akan
menambah tingkat persaingan. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diantisipasi guna
mencegah timbulnya kesenjangan sosial.
3. Kehidupan sosial masyarakat yang semakin tinggi yang menuntut penyediaan
fasilitas pelayanan masyarakat hingga jenjang tertinggi. Tidak bisa dipungkiri,
semakin bertambah usia maka akan semakin bertambah pula kebutuhannya guna
peningkatan kualitas hidup seperti pendidikan, kesehatan, akses kepada sumber
informasi yang tinggi, gaya hidup dan sebagainya. Apabila daerah tersebut tidak bisa
mengantisipasi dan menyediakannya maka akan timbul keinginan untuk mencari apa
yang dibutuhkannya di luar daerah tersebut.

Dengan laju pertambahan alamiah, jumlah penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun
2028 akan meningkat menjadi 1.748.750 jiwa dari 529.689 jiwa pada tahun 2000.
Peningkatan jumlah penduduk tersebut mencapai hampir 3 kali lipat dalam kurun waktu
28 tahun.

Pemusatan penduduk diperkirakan terjadi di Kabupaten Manokwari sebagai ibukota
provinsi dan Kota Sorong. Pemusatan penduduk diprediksikan terjadi di kawasan
perkotaan yang memiliki prospek perkembangan ekonomi yang signifikan dengan
dukungan sektor-sektor ekonomi perkotaan.

Tabel 4.24
Proyeksi Penduduk Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2028
Dirinci Menurut Kabupaten (Jiwa)
No. Kabupaten/Kota 2008 2013 2018 2023 2028
1 Fak-Fak 68.428 85.032 105.665 131.305 163.167
2 Kaimana 41.803 51.947 64.551 80.215 99.679
3 Teluk Wondama 21.939 27.262 33.877 42.097 52.312
4 Teluk Bintuni 53.167 66.068 82.099 102.021 126.776
5 Manokwari 175.770 218.420 271.420 337.281 419.122
6 Sorong Selatan 62.930 78.200 97.175 120.754 150.055
7 Sorong 96.608 120.050 149.180 185.379 230.361
8 Raja Ampat 40.473 50.294 62.498 77.663 96.509
9 Kota Sorong 172.267 214.068 266.011 330.559 410.769
Provinsi Papua Barat 733.385 911.341 1.132.478 1.407.274 1.748.750
Sumber: Hasil Analisis,2008.

Perkembangan ekonomi kawasan perkotaan diprediksikan akan menarik arus migrasi
masuk sehingga laju pertambahan penduduk kawasan perkotaan secara riil akan lebih
besar dibandingkan dengan hasil proyeksi. Pertambahan dan pemusatan penduduk di
kawasan perkotaan Provinsi Papua Barat hingga akhir tahun rencana mensyaratkan
perlunya penambahan sarana dan prasarana perkotaan untuk mendukung kegiatan
ekonomi masyarakat. Namun demikian, pengaturan distribusi penduduk dan penyebaran
sarana dan prasarana perkotaan perlu dilakukan mengingat keterbatasan fisik wilayah
perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai