Anda di halaman 1dari 3

Wilayah Kota Jayapura dibagi ke dalam 5 Distrik (Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura,

Heram dan Muara Tami). Sampai dengan tahun 2013, Kota Jayapura memiliki 14 Kampung dan
25 kelurahan yang terdiri dari 12 kampung yang dianggap kampung asli yang didiami penduduk
asli Port Numbay, dan 2 lokasi kampung adalah lokasi yang dikembangkan menjadi pemerintah
kampung oleh penduduk asli yaitu kampung Holtekam dan kampung Koya Tengah.

Visi Kota Jayapura adalah Terwujudnya Kota Jayapura yang Beriman, Bersatu, Mandiri,
Sejahtera dan Modern berbasis kearifan lokal. Dan salah satu Misi Kota Jayapura dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2012-2016 adalah
“Memperkuat hak-hak adat dan Memberdayakan Masyarakat Kampung”. Sasaran Misi ini
adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan kampung,
meningkatnya kapasitas aparatur pemerintahan kampung, keuangan kampung serta
meningkatnya keberdayaan ekonomi masyarakat. Dan visi serta misi ini menjadi salah satu
acuan dalam pendataan penduduk asli Port Numbay di 14 kampung di kota Jayapura.

GEOGRAFIS

Kota Jayapura memiliki luas 940 Km2 (0.23 % dari luas daratan Provinsi Papua), terletak di
tepian Teluk Humbolt atau Yos Sudarso pada ketinggian 0 - < 700 m di atas permukaan laut
(dpl). Kota Jayapura berbatasan dengan:

 Sebelah Utara : Lautan Pasifik


 Sebelah Selatan : Kabupaten Keerom
 Sebelah Timur : Negara Papua New Guinea
 Sebelah Barat : Distrik Rafenirara Kabupaten Jayapura

Secara geografis Kota Jayapura berada pada posisi antara 130o-141 o Bujur Timur dan 1o27’-
3o49’ Lintang Selatan. Secara topografi Kota yang berdiri sejak tanggal 21 September 1993
berdasarkan UU No.6 Tahun 1993 ini, memiliki topografi yang relatif bervariasi yang terdiri dari
dataran rendah dan pesisir pantai serta daerah perbukitan dan gunung-gunung.

DEMOGRAFIS

Sebagai ibu kota Provinsi Papua dengan segala pembangunan yang dilakukan, Kota Jayapura
menjadi “magnet” bagi suku-suku dari wilayah lain di Indonesia, berdatangan ke kota yang
berulang tahun setiap 7 Maret. Suku Jawa, Makasar, Bugis, Toraja, Manado, Batak, Ambon,
Madura dan seterusnya antara lain suku-suku bangsa yang ikut menambah jumlah penduduk
dengan drastis setidaknya dalam satu dasa warsa ini. Selain itu dengan label “kota Pendidikan”
maka telah membuat kota ini menjadi tujuan penduduk dari luar kota Jayapura untuk mencari
pekerjaan dan juga menimba ilmu di beberapa lembaga perguruan tinggi yang ada di kota ini.
(Bisnis-KTI.com-2 May 2012 : Populasi penduduk Kota Jayapura tumbuh 3,6% per tahun).

Berdasarkan data BPS dalam, “Jayapura Dalam Angka Tahun 2012”, bahwa jumlah penduduk
kota Jayapura adalah 273.928 orang. Dan jumlah penduduk terbanyak berada di distrik Abepura
yaitu 77.995 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu 11.916 jiwa yang berada di
wilayah distrik Muara Tami, seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini.
Jumlah Penduduk Kota Jayapura Per Distrik, Tahun 2012

NO DISTRIK TAHUN 2012


1 Jayapura Utara 69.436
2 Jayapura Selatan 71.505
3 Heram 43.076
4 Abepura 77.995
5 Muara Tami 11.916
JUMLAH 273.928

(Sumber : BPS Kota Jayapura, Tahun 2013.)

IKLIM

Kota Jayapura beriklim tropis basah dengan suhu minimum 29oC dan maksimum 31,8oC, curah
hujan rata-rata 146 mm/ht. Kelembaban udara rata-rata 80,42 %. Variasi curah hujan antara 45-
255 mm/th dengan jumlah hari hujan rata-rata bervariasi antara 148-175 hari hujan per tahun.
Suhu tara-rata 29oC-31,8oC, musim hujan dan musim kemarau tidak teratur. Kelembaban udara
rata-rata bervariasi antara 79% - 81% di sekitar kota sampai pinggiran kota. (BMKG Jayapura,
2013)

KONDISI SOSIAL –EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura yang tertinggi dibanding Kabupaten/Kota lainnya di


Provinsi Papua, telah berimplikasi pada meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi tersebut banyak dikontribusi dari sektor tersier, di mana perdagangan dan
jasa serta keuangan mendominasi kontribusinya terhadap pembentukan PDRB.

Kesenjangan/disparitas pendapatan yang tajam, serta masih tingginya angka kemiskinan


(31.95%) dan angka pengangguran dengan tingkat partisipasi angkatan kerja hanya mencapai
57.26%. Kelemahan lainnya adalah belum optimalnya pemanfaatan pertanian (dalam arti luas)
sebagai salah satu penopang perekonomian daerah yang memiliki keunggulan kompetitif.
Perkembangan di bidang pariwisata, ditandai dengan semakin meningkatnya industri pariwisata
dan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara di Kota Jayapura, telah memberikan
peluang untuk berbagai sektor dapat berkembang, terutama peningkatan pendapatan bagi
penduduk asli Port Numbay di kota Jayapura.

Dengan berkembangnya kegiatan perdagangan dan jasa yang ditunjang dengan meningkatnya
ketersediaan fasilitas perdagangan dan jasa yang mendorong ke arah peningkatan penanaman
modal swasta di sektor jasa perdagangan dan pariwisata serta sektor lainnya. Kondisi ini juga
perlu ditunjang dengan adanya kebijakan proteksi bagi penduduk asli Port Numbay agar lebih
diprioritaskan dalam mengambil kesempatan untuk bersaing secara sehat, terutama di bidang
perdagangan, penanaman modal dan sektor pariwisata.
Kondisi ekonomi penduduk asli Port Numbay, terutama dalam konteks persaingan ekonomi yang
terjadi di kota Jayapura, masih berada pada level yang rendah dengan minimnya permodalan
serta ketrampilan yang dimiliki dan dengan kondisi sumber daya alam yang semakin terkuras.

Dengan ketrampilan dan pengetahuan yang masih bersandar pada kegiatan ekonomi subsisten
seperti kegiatan meramu sagu, menangkap ikan di laut, berkebun ladang berpindah pada
penduduk asli Port Numbay, maka sudah cukup tertinggal dengan etnis lainnya di kota Jayapura
yang berkompetisi di bidang perdagangan dan jasa yang bersifat ekonomi modern dengan
mengutamakan keuntungan daripada ekonomi subsisten. Namun dengan memanfaatkan wilayah
hak ulayat adat yang berada di sepanjang pesisir pantai yang menjadi objek wisata pantai, maka
sebagian dari penduduk Asli Port Numbay telah berkompetisi dalam bidang jasa walaupun pada
skala yang masih kecil dan permodalan yang masih terbatas. Hal ini dilakukan penduduk asli
kampung Kayu Batu di pantai wisata BaseG di Jayapura Utara, pantai Hamadi di Jayapura
Selatan dan di pantai Holtekam, Skow Mabo dan Skow di distrik Muara Tami.

Sedangkan persaingan di bidang perdagangan masih terbatas dilakukan penduduk asli Port
Numbay karena masih dalam skala kecil dan bersifat ekonomi subsisten. Antara lain dengan
penjualan hasil – hasil bumi seperti ikan laut, tanaman jangka panjang seperti kelapa, pinang dan
lain – lain yang lebih banyak tingkat persaingan ekonominya dengan etnis lain di kota Jayapura
yang barang dagangannya sama, dan dengan skala yang lebih besar.

KONDISI PROGRAM PEMBERDAYAAN KAMPUNG DI KOTA JAYAPURA

Oleh karena penduduk asli Port Numbay yang masih bermukim di lokasi kampung asli di kota
Jayapura, maka program pemberdayaan kampung dari pemerintah daerah, baik pemerintah
provinsi Papua dan kota Jayapura telah memberikan perhatian terhadap penduduk asli Port
Numbay di 14 kampung, sehingga dapat berkompetisi dalam pembangunan di kota Jayapura.
Demikian juga dengan adanya peningkatkan aksesibilitas warga terhadap berbagai fasilitas
pembangunan baik yang disiapkan pemerintah maupun yang dibangun secara swadaya oleh
masyarakat sendiri maupun dengan sumber dana pemerintah.

Adapun program-program pemberdayaan kampung yang ada di kota Jayapura antara lain; (1).
PNPM Mandiri Respek (PNPM Respek), (2). PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM MP), (3). Dana
Peningkatan Pembangunan Kampung (DP2K), (4). Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan (PPIP) dan (5). PNPM Pariwisata.

Program pendampingan terhadap penduduk asli Port Numbay dari ke-5 program ini, telah dapat
merubah sikap dan mental warga sebagai modal penting penduduk asli Port Numbay di 14
kampung yang ada di kota Jayapura. Kondisi ini sangat bermanfaat agar penduduk asli dapat
berkompetisi dalam setiap kegiatan pembangunan di berbagai bidang yang sedang terjadi di kota
Jayapura.

Detail
Kategori: PORT NUMBAY
Dilihat: 16755

Anda mungkin juga menyukai