Anda di halaman 1dari 62

CALON TUNGGAL DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

DI INDONESIA 2017

( Studi Kasus : Pemilihan Umum Kepala Daerah Dengan Calon


Tunggal di Kota Tebing Tinggi 2017 )

SKRIPSI

DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntukMenyelesaikanPendidikan


Pada Program StudiIlmuPolitik
FakultasIlmuSosial Dan IlmuPolitik
Universitas Sumatera Utara

DisusunOleh:

Rizki Ananda Sari Perangin Angin


130906067

DEPARTEMEN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HalamanPengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : rizki ananda sari perangin angin


NIM : 130906067
Judul : Calon Tunggal Dalam Pemilihan Kepala Daerah Di Indonesia 2017(
Studi Kasus: Pemilihan Umum Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal di Kota
Tebing Tinggi 2017 )

Dilaksanakanpada:
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :

Tim penguji:

KetuaPenguji
Nama : ( )
NIP :

Penguji Utama
Nama : Drs. Tonny P Situmorang, M.Si ( )
NIP : 196210131987031004

Penguji Tamu

Nama :Warjio, MA, Ph.D ( )


NIP :197408062006041003

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan sesungguhnya:

1. Karya tulis ilmiah saya dalam bentuk skripsi dengan judul “Calon Tunggal

Dalam Pemilihan Kepala Daerah Di Indonesia 2017 ( Studi Kasus: Pemilihan

Umum Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal di Kota Tebing Tinggi 2017

)”adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di

Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari

pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan penguji.

3. Di dalam skripsi ini, tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah

ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan

pengarang dan mencantumkannya pada daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum

yang berlaku.

Medan, 08 Februari 2018

Yang Menyatakan

RIZKI ANANDA SARI P.


NIM 130906067

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:


Nama : Rizki Ananda Sari Perangin Angin
NIM : 130906067
Departemen : IlmuPolitik
Judul: Calon Tunggal Dalam Pemilihan Kepala Daerah Di Indonesia 2017 ( Studi
Kasus: Pemilihan Umum Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal di
Kota Tebing Tinggi 2017
Menyetujui:

Ketua
DepartemenIlmuPolitik DosenPembimbing

Warjio, MA, Ph.D Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si


NIP: 197408062006041003 NIP: 196210131987031004

Dekan
FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si


NIP: 19740930200501100

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK

RIZKY ANANDA SARI PERNGIN ANGIN (130906067)

CALON TUNGGAL DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH


DIINDONESIA 2017
( Studi Kasus : Pemilihan Umum Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal di
Kota Tebing Tinggi 2017 )
Rincian Isi Sripsi: ?halaman
ABSTRAK
Fenomena calon tunggal dalam pilkada melawan kotak kosong pada
demokrasi, proses perekrutan, proses pemilihan, serta dampak calon tunggal
melawan kotak kosong pada partisipasi pemilu masyarakat Kota Tebing Tinggi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana proses dan upaya perekrutan calon kepala daerah oleh KPU
Kota Tebing Tinggidikarenakan hanya 1 (satu) bakal Pasangan Calon yang
mendaftar, KPU Kota Tebing Tinggi memperpanjang masa pendaftaran. Hingga
batas akhir waktu masa perpanjangan, hanya terdapat 1 (satu) bakal pasangan
calon yang mendaftar.Dan pada akhirnya KPU Kota Tebing Tinggi menetapkan
Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi Tahun 2017 hanya 1
(satu) Pasangan Calon.Mengetahui pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal,
serta langkah yang dilakukan KPU Tebing Tinggi untuk mengantisipasi hal ini
terulang kembali pada Pilkada selanjutnya dan dampak dari calon tunggal pada
Pilkada Kota Tebing Tinggi 2017.

Kata Kunci : Pilkada, Calon Tunggal, KPU

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK

RIZKY ANANDA SARI PERNGIN ANGIN (130906067)

CALON TUNGGAL DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH


DIINDONESIA 2017
( Studi Kasus : Pemilihan Umum Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal di
Kota Tebing Tinggi 2017 )

ABSTRACT
The phenomenon of the single candidate in the election against the empty
squad on democracy, the recruitment process, the election process, and the single
candidate's impact against empty squares on the participation of the electoral
community of Tebing Tinggi City.
This research is a qualitative research that aims to find out how the process
and effort of recruitment of candidate of regional head by KPU Kota Tebing
Tinggi because only 1 (one) will Candidate Pairs register, KPU Kota Tebing
Tinggi extend the registration period. Until the deadline of extension period, there
will be only 1 (one) candidate pair will register. And in the end KPU Kota Tebing
Tinggi determines the Mayor Candidate Pair and Deputy Mayor of Tebing Tinggi
2017 only 1 (one) Candidate Pair. a single candidate, as well as the steps taken by
KPU Tebing Tinggi to anticipate this reoccurrence in the subsequent Regional
Head Election and the impact of a single candidate in the Election of Tebing
Tinggi City 2017.
Keywords: Pilkada, Single Candidate, KPU

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Calon Tunggal Dalam Pemilihan Kepala Daerah Di
Indonesia 2017 ( Studi Kasus : Pemilihan Umum Kepala Daerah Dengan Calon
Tunggal Di Kota Tebing Tinggi 2017 )”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata 1 pada
Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasehat dan saran serta kerjasama
dari berbagai pihak, khususnya Dosen pembimbing, segala hambatan tersebut
akhirnya dapat diatasi dengan baik. Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya
tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari
materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang
dimiliki penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna
sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang.
Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini penulis banyak diberi bantuan oleh
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan
terimaksih kepada:
1. Bapak Dr.Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Warjio, P.hd selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Tonny Situmorang M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk
member bimbingan kepada saya. Terimah kasih atas saran dan masukan

Universitas Sumatera Utara


yang diberikan untuk penelitian ini sehingga skriprsi ini menjadi lebih baik
dari sebelumnya.
4. Dra. Evi Novida Ginting Manik, M.SP, selaku Dosen Pendamping
Akademik penulis yang selalu senantiasa mendampingi Penulis selama
masa perkuliahan.
5. Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu PolitikUniversitas Sumatera Utara.
6. Kak Siti Nur’aini, S.Sos yang telah bersedia meluangkan waktunya
berdiskusi dengan Penulis
7. Ibu Zuraidah, dan Pak Burhan yang selalu membantu dalam
urusanadministrasi.
8. Bapak Mufti Ardian S.IP selaku Kasubbag Keuangan, Umumm, Dan
Logistik KPU Kota Tebing Tinggi yang membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini.
9. Bapak Rusli Rambe selaku Sekjen DPD Golkar, di Kantor DPD II Golkar
Jalan Sudirman Pajak Mini Kota Tebingtinggi.
10. Bapak Alfian Hidayat Dalimunthe S.H selaku Sekjen DPC Demokrat, di
Jalan Sutoyo TebingtinggiKota Tebing Tinggi
Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan kepada
penulis khususnya.Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
yang ada dalam skripsi ini.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca skripsi ini dan untuk
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Februari2018
Rizki Ananda Sari P.

NIM. 130906045

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ................................................................................................... i

Abstract ....................................................................................................... ii
KataPengantar ........................................................................................... iii
DaftarIsi ...................................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang ................................................................................. 1


1.2. RumusanMasalah ............................................................................ 7
1.3. BatasanMasalah .............................................................................. 8
1.4. TujuanPenelitian ............................................................................. 8
1.5. ManfaatPenelitian ........................................................................... 9
1.6. KerangkaTeori ................................................................................ 9
1.6.1. Demokrasi ............................................................................. 10
1.6.2. Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung ........................ 14
1.7.MetodologiPenelitian...................................................................... 21
1.7.1. JenisPenelitian ...................................................................... 21
1.7.2. LokasiPenelitian ................................................................... 23
1.7.3. Narasumber Penelitian .......................................................... 23
1.7.4. TeknikPengumpulanData ..................................................... 24
1.7.5. TeknikAnalisisData ......................................................... .....25
1.8. SistematikaPenulisan ...................................................................... 25
BAB II. DESKRIPSI LOKASI TEBING TINGGI

2.1. Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi .............................................. 27

2.2. Letak dan Keadaan Wilyah… ......................................................... 31

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Kondisi dan Iklim Geografis Kota Tebing Tinggi… .......... 31

2.3. Profil Walikota dan wakilnya… .................................................... 33

BAB III. PROSES PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DENGAN


CALON TUNGGAL DI KOTA TEBING TINGGI

3.1. Proses Dan Mekanisme Pemilihan Umum Kepala Daerah


Dengan Calon Tunggal Di Kota Tebing Tinggi… ............................... 34

3.2. Dampak Pemilihan Kepala Daerah Dengan Calon


Tunggal Melawan Kotak Kosong Terhadap Partisipasi
Masyarkat Di Dalam Pemilihan Umum Di Kota Tebing
Tinggi… .............................................................................................. 44

3.3. Langkah-langkah Yang dilakukan KPU ntuk


Mengantisipasi Adanya Calon Tungal Pada Pilkada
Selanjutnya… ...................................................................................... 45
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan… ............................................................................... 50
4.2. Saran… ......................................................................................... 52
DAFTARPUSTAKA ............................................................................................... 53
LAMPIRAN
..............................................................................................................55

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Demokrasi (pemerintahan oleh rakyat) semula dalam pemikiran Yunani berarti bentuk

politik dimana rakyat sendiri memiliki dan menjalankan seluruh kekuasaan politik. 1 Istilah

demokrasi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, demos berarti rakyat, kratos berarti

kekuasaan/berkuasa, demokrasi berarti rakyat yang berkuasa. 2Sedangkan pengertian demokrasi

menurut Giovani Sartori sebagai suatu system dimana tidak seorang pun yang dapat memilih

dirinya sendiri, tidak seorang pun dapat mengindentifikasikan dia dengan kekuasaanya,

kemudian tidak dapat juga untuk merebut dari kekuasaan lain dengan cara-cara tak terbatas dan

tanpa syarat. Pengertian demokrasi menurut pendapat ahli lainnya. Sidney Hook, ia mengatakan

demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang pentig

secara langsung atau tidak langsung yang didasarkan pada kesempatan mayoritas yang diberikan

secara bebas dari rakyat dewasa. 3Secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana

kedaulatan atau kekuasaan tertingginya berada di tangan rakyat.

Suatu negara dikatakan demokrasi apabila mempunyai sistem pemilu untuk memilih

wakil rakyat. Menurut R. William Liddle yang menyatakan : dalam system pemerintahan

demokrasi, pemilu sering dianggap sebagai penghubung antara prinsip kedaulatan rakyat dan

1
Lorens Bagus.2002.Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 154
2
Rudi Salam.2013. Pengantar Ilmu Politik.Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 31
3
Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli. Diakses melalui http://www.ilmupedial.com/2016/09/pengertian-
demokrasi-menurut-para-ahli.html pada 20 September 2017 pukul 20.16 wib

Universitas Sumatera Utara


praktek pemerintahan oleh sejumlah elite politik. Setiap warga Negara yang telah dianggap

dewasa dan memenuhi persyaratan menurut Undang-Undang, dapat memilih wakil-wakil mereka

di parlemen, termasuk para pemimpin pemerintahan. Kepastian bahwa hasil pemilihan itu

mencerminkan kehendak rakyat diberikan oleh seperangkat jaminan yang tercantum dalam

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemilihan umum. 4

Menurut Ramlan Surbakti (1992:181) Pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksi

dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai, dan

sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 pasal 1 ayat (1) yang

dimaksud Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945. 5

Pemilihan umum sebagai proses penting untuk menampung aspirasi rakyat, pemilu juga

merupakan metode untuk mengisi lembaga perwakilan, memilih Presiden dan Kepala Daerah

yaitu Walikota, Bupati dan Gubernur yang lebih dikenal dengan istilah pemilihan umum kepala

daerah (Pemilukada). Sepanjang sejarah Indonesia, telah diselenggarakan 11 kali pemilu anggota

lembaga legislatif yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009,

dan 2014.

Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali

4
Toni Andrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik Dari Sistem Politik Sampai
Korupsi.Bandung: Penerbit Nuansa. Hal. 298
5
Tinjauan Tentang Pemilu. Diakses melalui http://digilib.unila.ac.id/7887/16/BAB%20II.pdf pada 20 September
2017 pukul 20.46

Universitas Sumatera Utara


diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007

tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga

secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat

Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-

undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru

mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011.Di

dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali

Kota. 6

Pelaksanaan Pemilukada pada tahun ini, yakni tahun 2017 digelar secara serempak di

tujuh provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten di seluruh Indonesia. Setidaknya ada 337 pasangan

calon yang akan memperebutkan 101 posisi kepala daerah dalam pesta demokrasi yang

diselenggarakan secara bersamaan tersebut. 7Menariknya pada pilkada ini menurut data Komisi

Pemilihan Umum (KPU) RI menunjukkan, dari 101 daerah yang akan menggelar pilkada

serentak, terdapat sembilan daerah yang hanya memiliki satu pasangan calon atau calon tunggal.

Kesembilan daerah itu antara lain: Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Tulang Bawang Barat,

Kabupaten Pati, Kabupaten Landak, Kabupaten Buton, Kabupaten Maluku Tengah, Kota

Jayapura, Kabupaten Tambrauw, dan Kota Sorong. 8

Menariknya, calon tunggal bupati/walikota itu diusung (dan didukung) bukan hanya oleh

satu atau dua partai, tetapi oleh banyak partai yang mengusung calon terkuat yang benar-benar

sangat kuat itu. Karena itu partai koalisi lain urung untuk mengusung calonnya.

6
Pemilu dan pilkada. Diakses melalui http://www.mediabelajar.info/2012/08/pemilu-dan-pilkada.html pada tanggal
24 oktober 2017 pukul 10.14 Wib
7
Daftar Daerah Yang Melakukan Pilkada Serentak. Diakses melalui
http://ppid.kemendagri.go.id/dip/10010000225pada tanggal 25 september 2017 pukul 02.10 Wib
8
9 Daerah Paslon Tunggal. Diakses melalui https://pilkada2017.kpu.go.id/berita/detail/27 pada tanggal 25 september
2017 pukul 02.40 Wib

Universitas Sumatera Utara


Kota Tebing Tinggi sendiri, pasangan calon walikota dan wakil walikota, Umar Zunaidi

Hasibuan dan Oki Doni Siregar. Keduanya merupakan walikota dan wakil walikota Tebing

Tinggi, Sumatera Utara periode 2011-2016. Mereka juga memiliki dukungan dariPartai

Gerindra, PPP, Partai Golkar, PDIP, Partai Hanura, Partai Nasdem, PKPI, PKB, dan Partai

Demokrat dan meraih meraih 41.937 suara dalam Pilkada Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

Sementara jumlah suara dalam kolom kosong mencapai 16.861 suara. 9

Pada fenomena calon tunggal ini membuat Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengambil

keputusan untuk memperpanjang masa pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur, calon

bupati dan wakil, calon walikota dan wakil walikota. Perpanjangan masa pendaftaran ini

dilakukan karena kerangka hukum pilkada mewajibakan pilkada diikuti oleh sekurang-

kurangnya dua pasangan calon. Pilihan menunda pilkada diambil KPU dengan pertimbangan

undang undang tidak membuka ruang untuk memperpanjang masa pendaftaran berkali-kali tanpa

batas. Kalau itu dilakukan maka masa pemungutan suara di daerah dengan calon tunggal tersebut

bisa dipastikan akan melampau hari pemungutan suara yang sudah ditetapkan KPU yang

diselenggarakan pada 15 Februari 2017.

Para calon tunggal bertarung melawan kotak kosong untuk merebut suara rakyat. Meski

hanya ada satu pasang calon, bukan berarti mereka lantas bisa merebut suara mayoritas. Di

Tebing Tinggi Sumatera Utara dari hasil penghitungan sementara, kotak kosong unggul di 5

tempat pemungutan suara.

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diterapkan dalam sebuah Negara

berdasarkan aspirasi rakyat, atau dapat dikatakan juga sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh

9
Hasil Hitung TPS (form C1) Kota Tebing Tinggi. Diakses melalui
https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/t2/sumatera_utara/kota_tebing_tinggipada tanggal 25 September 2017 pukul
06.14 Wib

Universitas Sumatera Utara


rakyat dan untuk rakyat, begitulah pengertian demokrasi secara umum. Demokrasi sendiri

dianggap sebagai suatu sistem pemerintahan yang dijalankan melalui proses pemilihan yang

dilakukan secara jujur dan terbuka, dimana semua kelompok yang ikut bertarung siap

menerima hasilnya sebagai suatu realitas yang harus dihormati dan dihargai oleh semua pihak.

Kepala daerah harus melalui proses pemilihan yang demokratis yaitu ada kontestasi.

Suatu kontestasi tidak dapat dimaknai sekadar ada lebih dari satu pasangan calon, melainkan

lebih substansial yaitu ada jaminan ruang bagi rakyat untuk mewujudkan kedaulatannya melalui

hak dipilih dan hak memilih.

“Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan uji materi soal calon tunggal dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali

Kota. MK memperbolehkan daerah dengan calon tunggal untuk melaksanakan pemilihan

kepala daerah serentak.Dalam pertimbangannya, hakim konstitusi menilai bahwa undang-

undang mengamanatkan pilkada sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih

kepala daerah secara langsung dan demokratis.Dengan demikian, pemilihan kepala

daerah harus menjamin terwujudnya kekuasan tertinggi di tangan rakyat.”

Dalam putusan ini MK memberikan jalan keluar yaitu menyatakan pilkada dapat diikuti

oleh calon tunggal tanpa menghilangkan aspek kontestasi atau pemilihan.MK juga memberikan

penegasan bahwa pilkada yang hanya diikuti oleh calon tunggal hanya dapat dilaksanakan

apabila telah diusahakandengansungguh- sungguh untukterpenuhinyasyarat paling sedikit dua

pasangan calon kepala daerah.

Universitas Sumatera Utara


Calon tunggal tetap harus berkompetisi untuk mendapat suara pemilih agar mendapatkan

suara terbanyak dan terpilih menjadi kepala daerah. Jika mayoritas pemilih tidak menyetujui,

calon pun tidak akan menjadi kepala daerah terpilih. Selain argumentasi di atas, MK juga

menyatakan bahwa penundaan pelaksanaan pilkada juga merugikan karena pasti akan

mengganggu penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Hal ini terjadi karena telah habisnya

masa jabatan kepala daerah sehingga akan diangkat pelaksana tugas yang tentu saja tidak

memiliki kewenangan yang setara dengan kepala daerah. 10

Pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal itu didalamnya terdapat masalah, yakni

masalah pengkaderan, bagaimana jika kotak kosong menang. Selain itu dalam Pasal 18 ayat (4)

Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi “Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai

kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.” Kata (frasa)

demokratis di dalam Undang-Undang Dasar apakah keberadaannya akan terwujud, jika

pemilihan umum hanya terdapat 1 pasang calon kepala daerah saja. Berdasarkan uraian di atas

untuk mengetahui, memahami dan juga mengkaji mengenai calon tunggal dalam pemilihan

kepala daerah, maka peneliti tertarik mengangkat dan menganalisis permasalahan dalam bentuk

Skripsi dengan judul: “Analisis Pemilihan Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal di Kota

Tebing Tinggi Tahun 2017.”

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang

dikemukakan dalam penelitian dipandang menarik,penting,dan perlu diteliti. Rumusan masalah

juga merupakan suatu usaha yang menyatakan secara tersurat pertanyaan pertanyaan penelitian

10
Keputusan MK. Diakses melalui
http://nasional.kompas.com/read/2015/09/29/13474751/MK.Putuskan.Calon.Tunggal.Tetap.Mengikuti.Pilkada.Sere
ntak pada 06 Januari 2018 pukul 10.24 Wib

Universitas Sumatera Utara


yang perlu dijawab dan dicarikan pemecahannya.Rumusan masalah merupakan penjabaran dari

identifikasi masalah dan pembatasan. 11

Berangkat dari pokok pokok diatas maka penulis membuat suatu rumusan masalah, yaitu

“Bagaimanakah proses dan dampak Pemilihan Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal melawan

kotak kosong di Kota Tebing Tinggi Tahun 2017?”

1.3.Batasan Masalah

Suatu penelitian perlu adanya suatu batasan masalah, agar hasil penelitian tidak keluar

dari tujuan yang ingin dicapai.Agar kajian penelitian lebih fokus, maka yang menjadi batasan

masalah dalam penelitian adalah :

1. Proses dan upaya perekrutan calon kepala daerah oleh KPU Kota Tebing Tinggi.

2. Proses Pemilihan kepala daerah Tebing Tinggi dengan calon tunggal yang melawan kotak

kosong.

3. Langkah-langkah yang dilakukan Kpu Kota Tebing Tinggi dalam mencegah hanya memiliki

calon tungga dalam Pilkada selanjutnya.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian “Analisis Pemilihan Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal di

Kota Tebing Tinggi Tahun 2017 “ adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses dan upaya perekrutan calon kepala daerah oleh KPU

Kota Tebing Tinggi.

11
Husani Usman Purmono. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Bumi Aksara. Hal. 26.

Universitas Sumatera Utara


2. Untuk mengetahui Proses Pemilihan kepala daerah Tebing Tinggi dengan calon

tunggal melawan kotak kosong pada pilkada Kota Tebing Tinggi 2017.

3. Untuk mengetahui langkah yang dilakukan KPUTebing Tinggi untuk mencegah hal

ini terulang kembali pada Pilkada selanjutnya.

4. Untuk mengetahui dampak dari calon tunggal pada Pilkada Kota Tebing Tinggi 2017.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti terutama bagi peneliti,

pengembangan ilmu pengetahuan serta masyarakat disekitarnya :

1. Manfaat penelitian ini secara praktis adalah: diharapkan memberikan sumbangan analisis

praktis dan pemikiran bagi pemegang kepentingan di tingkat daerah atau kota terkait.

2. Manfaat penelitian secara akademis adalah agar menjadi suplemen baru dalam

pengembangan studi, relevansi teori teori politik bagi mahasiswa fakultas ilmu sosial dan

ilmu politik (FISIP), khususnya tentang perkembangan praktek demokrasi.

3. Secara individual, penelitian ini menjadi tugas akhir peneliti untuk syarat menyelesaikan

pendidikan strata satu.

1.6.Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan penjelasan titik tolak ataupun landasan pemikirannya

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

Universitas Sumatera Utara


membuat pokok-pokok pemikiran yang menggambarkan sudut mana masalah penelitian yang

akan disoroti. 12

Kerangka teori merupakan dasar untuk melakukan suatu penelitian yang dipergunakan

untuk menjelaskan fenomena Sosial Politik yang akan dianalisa oleh peneliti. Dalam hal ini

peneliti akan menggunakan teori yang berhubungan dengan proposal penelitian yang akan

dilakukan, adapun teori yang di gunakan yaitu:

1.6.1 Demokrasi

Pengertian Demokrasi

Perkataan demokrasi yang pertama kali diciptakan oleh sejarahwan Herodotus. Pada abad

ke-5 SM. Demokrasi berarti Pemerintahan rakyat ( demo: Rakyat, Krateis: memerintah). Sistem

ini kritik dari pemikir Yunani lainnya seperti Plato, Aristoteles, bahkan dari Thucydides, karena

mereka menilai bahwa warga negara biasa tidak berkompeten untuk memerintah.Tetapi Yunani

Kuno pada umunya percaya bahwa demokrasi adalah tatanan politik yang terbaik untuk

menciptakan kestabilan politik. 13

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diterapkan dalam sebuah Negara

berdasarkan aspirasi rakyat, atau dapat dikatakan juga sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat dan untuk rakyat, begitulah pengertian demokrasi secara umum. Demokrasi sendiri

dianggap sebagai suatu sistem pemerintahan yang dijalankan melalui proses pemilihan yang

dilakukan secara jujur dan terbuka, dimana semua kelompok yang ikut bertarung siap

menerima hasilnya sebagai suatu realitas yang harus dihormati dan dihargai oleh semua pihak.

12
Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal.24.
13
Anthonius Sitepu. Sistem Politik Indonesia, Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU, 2004, hal 5-6

Universitas Sumatera Utara


Kata “demokrasi” terdiri atas dua akar kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni

demosyang artinya rakyat atau orang banyak, dan kratos artinya kekuasaan. Dengan demikian,

demokrasi dalam pemahaman bahasa Yunani Kuno adalah kekuasaan yang berada di tangan

rakyat. Secara terminologi demokrasi adalah sebagai berikut: 14

- Joseph A. Schumpeter mengatakan, demokrasi merupakan suatu perencaan instutisional

untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan

untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suararakyat.

- Philippe C. Schmitter, demokrasi merupakan sebagai suatu sistem pemerintahan dimana

pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan- tindakan mereka di wilayah publik

oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja

sama dengan para wakil mereka yang telahterpilih.

Prinsip Demokrasi

Menurut Masykuri Abdillah, prinsip-prinsip demokrasi terdiri atas persamaan (Equality),

kebebasan (freedom), dan kemajemukan (pluralisme). 15Prinsip Persamaan memberikan

penegasan bahwa setiap warga negara baik rakyat biasa ataupun pejabat mempunyai persamaan

kesempatan dan kesamaan kedudukan di hadapan hukum dan pemerintahan.Prinsip Kebebasan

menegaskan bahwa setiap individu warga negara atau rakyat memiliki kebebasan menyampaikan

pendapat dan membentuk perserikatan.Sedangkan Prinsip Pluralisme memberikan penegasan

14
Prof.Dr.Hafied Cangara.2009. Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers. Hal.63.
15
U. Ubaidillah. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. IAIN Jakarta
Press: Jakarta. Hal. 165.

Universitas Sumatera Utara


dan pengakuan bahwa keragaman budaya, bahasa, etnis, agama pemikiran dan sebagainya

merupakan conditio sine qua non (sesuatu yang tidak bisa terelakkan). 16

Prinsip-prinsip ini harus bersinergi antara satu dengan yang lainnya, karena jika prinsip-

prinsip ini berjalan tanpa diikuti oleh prinsip-prinsip yang lainnya maka demokrasi tidak akan

dapat berjalan dengan baik. Misalnya adalah demokrasi tidak akan dapat berjalan walaupun

adanya pembagian kekuasaan, tetapi tidak diikuti oleh adanya pemerintahan berdasarkan atas

hukum, atau tanpa diikuti oleh adanya partai politik yang lebih dari satu. Karena sangat sulit

dikatakan demokrasi bila tidak adanya alternatif pilihan di luar partai politik yang

telahditentukan.

Dengan kata lain, demokrasi mengarah pada suatu sistem politik yang dijalankan oleh

suatu pemerintahan, seperti Henry B. Mayo dalam buku Introduction to Democratic Theory

memberi defenisi sebagai berikut : 17

Sistem politik yang demokratis ialah dimana kebijaksanaan umum ditentukan atas

dasar mayoritas atas wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam

pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan

diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

Demokrasi TingkatLokal

16
Ibid. Hal.166.
17
Mirriam Budiarjdo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 117.

Universitas Sumatera Utara


Demokrasi lokal merupakan bagian dari subsistem politik suatu negara yang derajat

pengaruhnya berada dalam koridor pemerintahan daerah.Di Indonesia demokrasi lokal

merupakan subsistem dari demokrasi yang memberikan peluang bagi pemerintahan daerah dalam

mengembangkan kehidupan hubungan pemerintahan daerah dengan rakyat di lingkungannya. 18

Demokratisasi di tingkat lokal dapat dilihat dari beberapa hal.Pertama, esensi demokrasi

adalah partisipasi politik.Penentuan pejabat politik merupakan bagian dari partisipasi

politik.Pemilihan pejabat politik secara langsung lebih demokratis dibandingkan melalui

mekanisme perwakilan. Dalam konteks itu maka pemilihan secara langsung kepala daerah pada

gilirannya akan meningkatkan kualitas keterwakilan karena masyarakat menentukan

pemimpinnya sendiri. Keterlibatan masyarakat secara langsung dalam proses pemilihan kepala

daerah ini pada gilirannya nanti akan memperkuat legitimasi kepala daerah. Kedua, pilkada

langsung membuat rakyat di daerah bisa menentukan siapa calon pemimpin mereka yang

dianggap mampu menyelesaikan persoalan daerahnya. Rakyat akan memilih sendiri gubernur,

walikota, atau bupati. Seleksi akan membuktikan apakah calon kepala daerah tersebut memang

benar-benar merakyat atau tidak. Ketiga,dengan pemilihan langsung, rakyat ikut terlibat secara

langsung dalam memilih pemimpinnya. Keterlibatan rakyat secara langsung ini pada gilirannya

meningkatkan demokratisasi di tingkat lokal, dimana rakyat benarbenar memiliki kedaulatannya,

dengan kata lain tidak terjadi distori dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat. 19

18
Deden Faturohman. 2005. “Jurnal Demokrasi Lokal Dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Indonesi”,
Jurnal Legality, Vol 12, Nomor 1
19
Lili Romli. 2007. Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokali. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal.
333

Universitas Sumatera Utara


Demokrasi lokal bertujuan untuk memperkenalkan ciri khas masing-masing daerah, yang

nantinya akan menjadi sebuah kesatuan yang utuh dengan sebutan kesatuan berbangsa. 20

Demokrasi lokal sudah menjadi kawasan geopolitik para tokoh-tokoh daerah yang ingin menjadi

pemimpin masa depan tanah asalnya. Menimbang semua wacana, melihat dengan kedekatan

indikator dan kecerdasan dalam menentukan pilihan-pilihan politik untuk di perjuangkan

menjadi pemimpin lokal yang benar-benar diterima oleh rakyat pada umumnya.Ruang kongkrit

yang menjadi mentalitas para pemimpin lokal untuk diwujudkan dalam penantian dan harapan-

harapan besar bagi masyarakat sekitarnya. 21

1.6.2 Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung

1.6.2.1 Pemilukada Langsung

Pemilihan umum kepala daerah secara langsung adalah sebuah mekanisme demokratis

dalam rangka rekrutmen pemimpin di daerah, dimana rakyat secara menyeluruh memiliki hak

dan kebebasan untuk memilih calon-calon yang didukungnya dan calon-calon bersaing dalam

suatu medan permainan dengan aturan main yang sama. Pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah langsung tertuang dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah, pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005 dan penyelenggaraan

Pemilihan Daerah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran

serta masyarakat, serta mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip

20
Makna Demokrasi. Diakses melalui http://m.kompasiana.com/gustay/makna-demokrasi-
lokal_55018193a33311d37251391b pada 14 Desember 2017 pukul 2.57 wib
21
Muliansyah Abdurrahman Ways. 2012. Demokrasi Lokal Opini dan Wacana Dinamika Politik, Litera Buku:
Yogyakarta. Hal. 16

Universitas Sumatera Utara


demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan

keanekaragaman daerah dalam sistem NKRI yang dilaksanakan secara efektif, efisien dan

bertanggung jawab. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, baik Gubernur/wakil

gubernur maupun bupati/walikota dan wakil bupati/walikota, secara langsung oleh rakyat

merupakan perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” rakyat dalam memilih pemimpin di

daerah. Dengan itu, rakyat memiliki kesempatan dan kedaulatan untuk menentukan pemimpin

daerah secara langsung, bebas dan rahasia tanpa adanya intervensi (otonom). 22Untuk itulah,

pelaksanaan pilkada langsung dianggap sebagai sebuah peningkatan demokrasi ditingkat lokal,

dengan adanya demokrasi dalam sebuah negara, berarti dalam Negara tersebut menjalankan

demokrasi yang menjunjung tinggi aspirasi, kepentingan dan suara rakyatnya.

Dipilihnya sistem pemilukada langsung mendatangkan optimisme dan pesimisme

tersendiri di kalangan masyarakat.Pemilukada dinilai optimisme sebagai perwujudan

pengembalian hak-hak dasar masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh

dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah sehingga kehidupan demokrasi di tingkat lokal dapat

berkembang. Sementara pesimisme masyarakat terhadap sistem pilkada langsung dinilai dapat

memberi peluang besar bagi pemimpin daerah atas berkembangnya gejala KKN akibat

wewenang yang luas dalam pengelolaan kekayaan dan keuangan daerah, serta tumbuhnya

“money politic” di kalangan pejabat daerah yang terjadi setiap penyelenggaraan pemilihan

umum kepala daerah.

Namun terlepas dari hal tersebut, keberhasilan pilkada langsung untuk melahirkan

kepemimpinan daerah yang demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung

22
Joko J.Prihatmoko. Pemilihan Kepala Daerah Langsung: Filosofi, SIstem dan Problema Penerapan di Indonesia.
2005. Pustaka Belajar:Semarang Hal. 98

Universitas Sumatera Utara


pada kritisme dan rasionalisme rakyat sendiri, pada titik itulah pesimisme terhadap pilkada

langsung menemukan relevansinya.Tentu saja, dengan adanya perubahan dalam pemilihan

umum kepala daerah ini maka telah menunjukkan bahwa ada kedewasaan demokrasi pada

masyarakat Indonesia itu sendiri.

1.6.2.2 System Pemilukada Langsung

Untuk mengetahui penerapan sistem pilkada langsung di Indonesia, perlu ditinjau

berbagai jenis sistem pilkada langsung yang selama ini pernah diterapkan di daerah-daerah di

beberapa Negara dengan sistem presidensial. 23

a. First Past the Post System, sistem ini dikenal sebagai sistem sederhana dan

efisien. Calon kepala daerah yang memperoleh suara terbanyak otomatis

memenangkan pilkada dan menduduki kursi kepala daerah, karenanya sistem ini

dikenal juga dengan sistem mayoritas sederhana. Konsekuensinya, calon kepala

daerah dapat memenangkan pilkada walaupun hanya meraih kurang dari separuh

suara jumlah pemilih sehingga legitimasinya seringdipersoalkan.

b. Preferential Voting System atau Aprroval Voting System, cara kerja sistem ini

adalahpemilihmemberikanperingkatpertama,kedua,ketigadanseterusnya terhadap

calon-calon kepala daerah yang ada pada saat pemilihan. Seorang calon akan

otomatis memenangkan pilkada langsung dan terpilih menjadi kepala daerah jika

perolehan suaranya mencapai peringkat pertama yang terbesar. Sistem ini dikenal

sebagai mengakomodasi sistem mayoritas sederhana namun dapat

membingungkan proses perhitungan suara di setiap tempat pemungutan suara

23
Ibid Hal. 116

Universitas Sumatera Utara


(TPS) sehingga perhitungan suara mungkin harus dilakukan secara terpusat.

c. Two Round System atau Run-off System, sesuai namanya cara kerja sistem ini

pemilihan dilakukan dengan dua putaran dengan catatan jika tidak ada calon yang

memperoleh mayoritas absolute (lebih dari 50 persen) dari keseluruhan suara

dalam pemilihan putaran pertama. Dua pasangan calon kepala daerah dengan

perolehan suara terbanyak harus melalui pemilihan putaran kedua beberapa waktu

setelah pemilihan putaran pertama. Lazimnya, jumlah suara minimum yang harus

diperoleh para calon pada pemilihan putaran pertama agar dapat mengikuti

putaran kedua bervariasi, dari 20 persen sampai30 persen, sistem ini paling

populer di Negara-negara demokrasipresidensial.

d. Sistem Electoral College, cara kerja sistem ini adalah setiap daerah pemilihan

diberi alokasi atau bobot suatu dewan pemilih sesuai dengan jumlah penduduk.

Setelah pilkada, keseluruhan jumlah suara yang diperoleh tiap calon di setiap

daerah pemilihan tersebut dihitung. Pemenang di setiap daerah pemilihan berhak

memperoleh keseluruhan suara dewan pemilih di daerah pemilihan yang

bersangkutan. Calon yang memperoleh suara dewan pemilih terbesar akan

memenangkan pilkada langsung. Umumnya, calon yang berhasil memenangkan

suara di daerah-daerah pemilihan dengan jumlah penduduk padat terpilih menjadi

kepala daerah.

Pemilukada sebagai PraktikDemokrasi

Axel Hadenius mengatakan bahwa suatu pemlihan umum termasuk pemilukada secara

Universitas Sumatera Utara


langsung disebut demokratis jika memiliki “makna”. Istilah bermakna merujuk pada 3 kriteria,

yaitu (1) keterbukaan, (2) ketepatan dan (3)keefektifan pemilu. 24

1. Keterbukaan

Keterbukaan disini mengandung maksud bahwa akses pada pilkada harus terbuka dan

bebas bagi setiap warga Negara atau hak pilih universal, bahwa ada pilihan dari antara

alternatif-alternatif politik riil (para calon yang berkompetisi).Selain itu, pilkada langsung dapat

disebut kompetitif apabila secara hukum dan kenyataan tidak menetapkan pembatasan dalam

rangka menyingkirkan calon-calon atau kelompok-kelompok tertentu atas dasar alasan-alasan

politik.Pembatasan disini dimaksudkan sebagai diskriminasi dan bertentangan prinsip keadilan

demokrasi dan kesamaan didepan hukum.

Lebih jauh lagi, dalam kompetisi pilkada langsung pemilih harus memiliki pilihan

diantara berbagai alternatif politik yang bermakna, syarat berkompetisi harus berlaku sama bagi

seluruh calon dalam pengertian satu medan permainan yang sama. Dengan kata lain kriteria ini

diarahkan pada makna kebebasan sipil, yakni analisis terhadap kebebasan warga dalam

menentukan hak pilihnya, pemilih bebas menentukan pilihan sesuai hati nurani tanpa adanya

tekanan dan paksaan dari pihak manapun. 25

2. Ketetapan

Kriteria ini bertujuan pada pendaftaran dan identifikasi pemilih, kampanye dan

prosedur pemilu dalam pengertian lebih ketat yaitu semua calon harus memiliki akses yang

sama kepada media Negara dan swasta berdasarkan standar-standar hukum yangsama.

24
Ibid. Hal.112.
25
TB. Massa Djafar.“Demokratisasi, DPRD, dan Penguatan Politik Lokal,” Jurnal Politik Vol.12008. hal.4.

Universitas Sumatera Utara


3. Keefektifan Pemilu

Pada kriteria ini dimaksudkan bahwa sistem pilkada langsung harus mampu untuk

menerjemahkan preferensi pemilih menjadi kursi, hal itu juga mengukur tingkat

disproporsionalitas sistem pilkada langsung. 26Dengan kata lain, keefektifan pemilukada dapat

ditandai dengan pengawasan keamanan, merupakan analisis terhadap interaksi antara sistem

pelaksanaan demokrasi dan kehidupan demokrasi. Artinya bahwa kinerja sistem dalam

mencapai tujuan demokrasi, mekanisme dan aturan partisipasi politik warga memfasilitasi

warga untuk berpartisipasi, serta sarana dan prasarana mendukung kebebasan sipil. 27 Selain itu

analisis terhadap individu dengan alasan bahwa tindakan partisipasi politik individu dalam

pemilukada menjadi faktor kunci dalam kehidupan berdemokrasi, yang ditandai dengan

keikutsertaan masyarakat dalam proses pemilihan umum kepaladaerah.

Partisipasi politik itu sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang atau kelompok

orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih

pimpinan Negara, wakil rakyat maupun pemimpin kepala daerah baik secara langsung maupun

tidak langsung yang dapat memengaruhi kebijakan pemerintah. Mery G. Tan membedakan

partisispasi politik dalam dua aspek, yaitu dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit berupa

keikutsertaan dalam politikpraktisdanaktifdalamsegalakegiatannya,sedangkandalamartiluas

berupa keikutsertaan secara aktif dalam kegiatan yang mempunyai dampak kepada masyarakat

luas, mempunyai kemampuan, kesempatan dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan yang

mendasar pada sesuatu yang menyangkut kehidupan orang banyak. 28

26
Ibid. Hal. 114-115.
27
Tanda efektifnya pemilukda. Diakses melalui http://www.komunitasdemokrasi.or.id/id/pusat-
pengetahuan/kajian/427-democracy-index-kid-2012 pada 14 Desember 2017 pukul 03.31 wib
28
Iclashul Amal, 1996.Teori-teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. Hal. 18.

Universitas Sumatera Utara


Sementara Hebert McClosky berpendapat bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-

kegiatan sukarela dari warga masyarakatnya dimana mereka mengambil bagian dalam proses

pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan pemilihan

umum. 29

1.7.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian dengan

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif, dimana penelitian merupakan suatu

cara dalam memecahkan suatu masalah dalam berdasarkan fakta,dan data-data yang ada. 30

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka teori di atas, penelitian

ini memiliki metode deskriptif (melukiskan, dimana penelitan deskriptif merupakan suatu cara

yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta

dan data-data yang ada. Penelitian ini memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu

gejala atau fenomena. 31Penelitian ini memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu

gejala atau fenomena melalui fakta fakta yang akurat.

1.7.1.Jenis Penelitian

29
Mirriam Budiarjo, Op.Cit. Hal.367.
30
Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi dan Publikasi Hasil
Penlitian untuk Mahasiswa dan Penelliti Pemula Bidang Ilmu Ilmu Sosial,Pendidikan dan Humaniora. Pustaka
Setia: Bandung. Hal. 41.
31
Bambang Prasetyo dkk. 2005. Metode penelitian kuantitatf: teor dan aplikasi. Raja Grafindo Persada: Jakarta Hal.
42.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang bertumpu pada pemahamn mengenai berbagai masalah dalam kehidupan sosial

berdasarkan kondisi realitas yang komplek dan juga rinci. Defenisi Bodyan dan Taylor bahwa

penelitian kaualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang akan menghasilkan data

deskiptif berupa ucapan dan tulisan dari perilaku orang orang yang diamati. 32 Menurut Creswell,

penelitian kualitatif merupakan suatu proses inkuiri pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi

metodologis yang jelas tentang inkuisi yang mengeksplorasi masalah social atau manusia.

Peneliti membangun sebuah gambar kompleks menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-

pandangan informan secara detai, dan melakukan studi dalam latar ilmiah. 33

Crabtree & Miller mengetengahkan proses penelitian kualitatif dimulai dari penentuan

tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian. Kemudian, dilanjutkan dengan rancangan sampling,

pengumpulan data, pengelolaan data dan analisis data. Prose penelitian tersebut diilustrasikan

dengan bagn berikut. 34

32
Lexi J Moleong. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal .27.
33
Rulam Ahmadi. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal. 15-16
34
Ibid. hal. 36

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.2

Proses Penelitian Kualitatif Menurut Crabtree & Miller

Aims/Analysis

Objectives Refined Question

Sampling

Design

Data Analysis Data Collection

Data Management

1.7.2.Lokasi Penelitian

Untuk menghindari perlebaran penjelasan mengenai “Analisis Pemilihan Kepala Daerah

Dengan Calon Tunggal di Kota Tebing Tinggi Tahun 2017”.Maka dibutuhkan jangkauan

Universitas Sumatera Utara


penelitian yang berfungsi untuk memfokuskan penelitian ini.Adapun tempat yang menjadi lokasi

penelitian adalah KPUD Kota Tebing Tinggi dan akademisi serta warga Kota Tebing Tinggi.

1.7.3. Narasumber Penelitian

Dalam penelitian ini,informan/narasumber yang penulis tetapkan berdasarkan Spradley

yang mana informan/narasumber dalam penelitian kualitatif sebaiknya memenuhi criteria

berikut:

1. Mereka yang menguasai dan memahami suatu melalui proses enkulturasi, sehingga suatu

itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang

diteliti

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih

menggairahkan untuk dijadikan semcam guru atau narasumber 35

Berdasarkan criteria narasumber penelitian diatas, yang menjadi narasumber dalam

penelitian yaitu:

• Pihak dari KPUD Kota Tebing Tinggi

• Pihak akademisi

• warga Kota Tebing Tinggi

35
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta CV: bandung. Hal 410

Universitas Sumatera Utara


1.7.4.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data tersebut yakni sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dilakukan dengan metode

wawancara mendalam,yang dipandu dengan menggunakan pedoman wawancara,mengajukan

pertanyaan pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan kunci atau pihak yang

berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan topik

penelitian.Informan terbagi menjadi tiga macam :informan kunci yaitu mereka yang mengetahui

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,informan biasa yaitu mereka yang terlibat

secara langsung dalam interkasi sosial yang sedang diteliti,informan tambahan yaitu mereka

yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interksi sosial yang

diteliti. 36

b. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah mencari data dan informasi

melalui buku buku,e-book,jurnal lainnya yang berkaitan dengan penelian ini. Nantinya teori teori

dan referensi dari sumber sumber data sekunder tersebut dapat dijadikan panduan dalam

melakukan penelitian lain.

1.7.4. Teknik Analisa Data

36
Burhan Bungin. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Kencana Prenada Media Grup: Jakarta. Hal. 134.

Universitas Sumatera Utara


Data yang sudah dikumpukan kemudian dianalisis,tujuan dari analisis data adalah untuk

memperoleh output dari hasil yang ingin dicapai dari proses penelitian.Tahapan selanjutnya ialah

penyajian data,data yang didapatkan diolah menjadi teks naratif yang tersususun secara

sistematis kedalam bagian bagian yang penting.Dalam analisis data ini data yang sudah

terkumpul akan diolah dan kemudian di analisis untuk dapat diambil kesimpualan sebagai hasil

dari penelitian.

1.8.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk lebih

mempermudah dan terarah dalam penulisan karya ilmiah. Agar mendapat gambaran yang jelas

dan terperinci, maka penulis membagi penulisan skripsi ini kedalam beberapa bab. Adapun

susunan sistematika penulisan skiripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,perumusan

masalah,pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Dalam bab ini, akan dijelaskan singkat secara umum Geografi kota tebing tinggi dan

Pilkada Tebing Tinggi

Dalam bab ini, akan dijelaskan singkat secara umum tentang Kota Tebing Tinggi dan

kemudian akan dibahas gambaran pemilu di Kota Tebing Tinggi.

Universitas Sumatera Utara


BAB III Proses Pemilihan Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal melawan kotak kosong di Kota

Tebing Tinggi Tahun 2017.Untuk mengetahui dampak dari calon tunggal pada Pilkada Kota

Tebing Tinggi 2017.Untuk mengetahui langkah yang dilakukan KPUD Tebing Tinggi untuk

mencegah hal ini terulang kembali pada Pilkada selanjutnya.

Data ini diperoleh berdasarkan data sekunder berupa dokumen-dokumen resmi dan wawancara.

BAB IV PENUTUP

Pada bab yang terakhir ini, berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari

seluruh hasil penelitian dan didalamnya juga terdapat saran saran yang berguna dan bermanfaat

terkait dengan hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah singkat Tebing Tinggi

Daratan yang terhampar di sepanjang pinggiran sungai Padang dan sungai Bahilang itu

mulai dihuni sebagai tempat tinggal pada tahun 1864.Inilah pernyataan resmi pertama kali yang

dibuat oleh sejumlah tokoh masyarakat Kota Tebing Tinggi pada tahun 1987.Pernyataan ini

terdapat dalam makalah berjudul “Kertas Kerja Mengenai Pokok-Pokok Pikiran Sekitar Hari

Penetapan Berdirinya Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi.”Makalah ini kemudian

dijadikan sebagai Perda yang menetapkan bahwa awal berdirinya Kota Tebing Tinggi adalah 1

Juli 1917.

Dalam makalah itu dipaparkan bagaimana perkembangan daerah ini pasca tahun 1864.

Dimana dalam tahun-tahun itu, berdasarkan penuturan lisan yang sambung menyambung,

seorang bangsawan dari Wilayah Bandar Simalungun (sekarang masuk wilayah Pagurawan )

bernama Datuk Bandar Kajum bersama pengikut setianya menyusuri sungai Padang untuk

mencari hunian baru, hingga kemudian mereka mendarat dan bermukim di sekitar aliran sungai

besar itu. Pemukiman itu bernama Kampung Tanjung Marulak – sekarang Kelurahan Tanjung

Marulak, Kec.Rambutan.Namun kehidupan bangsawan dari Bandar ini tidaklah tenteram, karena

dia terus saja diburu oleh tentara kerajaan Raya.Maka, Datuk Bandar kajum pun memindahkan

pemukimannya ke suatu lokasi yang persis berada di bibir sungai Padang.Pemukiman itu

merupakan sebuah tebing yang tinggi.Dia dan para pengikutnya mendirikan hunian di atas tebing

yang tinggi itu sembari memagarinya dengan kayu yang kokoh.Pemukiman Datuk Bandar

Universitas Sumatera Utara


Kajum inilah yang sekarang berlokasi di Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Kec. Padang Hilir dan

kini menjadi lokasi pemakaman keturunan Datuk Bandar Kajum, kemudian yang diyakini

sebagai cikal bakal nama Tebing Tinggi.

Masa itu, tentara dari Kerajaan Raya suatu kali kembali menyerang Kampung Tebing

Tinggi untuk menangkap Datuk Bandar Kajum, tetapi karena tidak berada di tempat, Datuk

Bandar Kajum yang bergelar Datuk Punggawa ini selamat. Sedangkan keluarganya bersama

pengikutnya melarikan diri ke Perkebunan Rambutan yang saat itu di bawah kekuasaan Kolonial

Belanda.Lalu dibantu oleh Belanda, Datuk Bandar Kajum pun mengadakan serangan balasan

terhadap tentara Kerajaan Raya ini.Dalam peperangan itu, dia, bersama pengikutnya berhasil

mengalahkan penyerang.Setelah suasana kembali aman, untuk tetap menjaga ketentraman daerah

itu, Datuk Bandar Kajum pun mengadakan perjanjian dengan Belanda.Oleh Belanda daerah

kekuasaan Datuk Bandar Kajum ini dilebur menjadi wilayah taklukan Kerajaan Deli.Penanda

tanganan perjanjian itu, terang kertas kerja tersebut, dilakukan Datuk Bandar Kajum dan Belanda

di sebuah sampan bernama ―Sagur


‖ di sekitar muara sungai Bahilang. Datuk Idris Hood

bersama Adnan Ilyas, Drs. Mulia Sianipar, Amirullah, Kasmiran, Djunjung Siregar, Mangara

Sirait, Sjahnan dan OK Siradjoel Abidin yang membuat kertas kerja itu dan berusaha menggali

historisitas berdirinya Kota Tebing Tinggi. Namun, sebagian besar tokoh itu sudah wafat,

sehingga kalangan generasi muda merasa kesulitan untuk melacak akar historis daerah yang

bergelar kota lemang itu. Salah satu di antara tokoh itu yang masih hidup adalah Mangara Sirait,

mantan anggota DPRD Tebing Tinggi, yang kini bermukim di belakang LP Tebing Tinggi.

Pertanyaan yang paling mendasar bagi kalangan generasi muda kota itu, saat ini adalah, apa

nama daerah hunian dan tempat tinggal di sepanjang aliran sungai Padang dan sungai Bahilang

itu sebelum nama Tebing Tinggi muncul dalam data sejarah. Daerah itu bernama Kerajaan

Universitas Sumatera Utara


Padang, tegas Amiruddin Damanik, 91, warga Desa Kuta Baru, Kecamatan Tebing Tinggi,

Kabupaten Serdang Bedagei, suatu kali ketika penulis berbincang-bincang dengan dia. Jauh

sebelum ada kampung Tebing Tinggi, ujarnya memulai cerita, sepanjang aliran sungai Padang

dari hulu hingga hilir, daerah itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Padang.

Kerajaan ini dulunya merupakan daerah otonom di bawah Kerajaan Deli yang berpusat di

Deli Tua, kata Amiruddin Damanik yang merupakan mantan penghulu pada masa penghujung

berakhirnya kerajaan itu menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. Pusat kerajaan ini, lanjut

dia, berada di Kampung Bandar Sakti sekarang Kelurahan Bandar Sakti, Kecamatan Rambutan

yang merupakan pelabuhan sungai dan menjadi pusat perdagangan Kerajaan Padang dengan

kerajaan lain. Waktu itu sungai merupakan sarana transportasi utama, jadi wajar kalau ibu kota

Kerajaan Padang berada di tepian sungai Padang, terang laki-laki yang terlihat masih memiliki

ingatan kuat meski pisiknya sudah sepuh. Pusat administrasi Kerajaan Padang ini berada di

sebuah bangunan bergaya arsitektur Eropah yang saat ini menjadi markas Koramil 013, di Jalan

KF Tandean.Bangunan itulah yang jadi saksi bisu keberadaan Kerajaan Padang, kata laki-laki

yang memiliki sepuluh anak dan puluhan cucu serta cicit ini.Sedangkan istana raja lokasinya

tidak berapa jauh dari pusat administrasi kerajaan.Seingat saya, dulu istana itu masih ada di

belakang panglong, bersisian dengan Jalan Dr. Kumpulan Pane dan masih terlihat dari

persimpangan Jalan KF Tandean. Tapi sekarang entah ada lagi entah tidak, tutur Amiruddin

Damanik, yang mengaku sudah belasan tahun tidak ke kota (Tebing Tinggi).

Historis Kerajaan Padang ini, lanjut dia, bisa dilacak juga melalui cerita lisan yang

sambung menyambung, bermula dari memerintahnya seorang penguasa bernama Raja Syah

Bokar.Bersama raja ini ada juga beberapa pembantu raja yang dikenal cukup berpengaruh masa

itu, mereka adalah Panglima Daud berkedudukan sebagai panglima perang dan Orang Kaya

Universitas Sumatera Utara


Bakir sebagai bendahara kerajaan.Di bawah pengaruh raja ini, Kerajaan Padang memiliki daerah

yang luas terdiri dari puluhan kampung dan dipimpin kepala kampung masing-masing.Tiap-tiap

kampung merupakan daerah otonom tetapi tunduk pada kekuasaan raja Kerajaan Padang.

Di sebelah utara, Kerajaan Padang berbatasan dengan perkebunan Rambutan yang

dikuasai Belanda.Di sebelah selatan Kerajaan Padang memiliki kampung-kampung yang menjadi

batas wilayahnya dengan Kerajaan Raya, Simalungun.Kampung itu adalah Huta Padang dan

Bartong –saat ini berada di Kec.Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagei.Ke arah barat, kerajaan ini

mencapai Kampung Pertapaan –sekarang masuk Kec. Dolok Masihul, Sergai. Demikian pula ke

arah timur, kerajaan ini memiliki batas hingga ke Bandar Khalifah—sekarang Kec. Bandar

Khalifah, Sergai. Kerajaan Padang masa itu dihuni penduduk dari multi etnis, baik etnis lokal

maupun dari mancanegara. Hingga kini bukti-bukti multi etnisitas itu terlihat dari penamaan

kampung-kampung yang ada di Kota Tebing Tinggi., seperti, Kampung Jawa, Kampung

Begelen, Kampung Rao, Kampung Mandailing, Kampung Tempel, Kampung Batak dan

Kampung Keling. Penamaan kampung yang terakhir ini berlokasi di pinggiran sungai Padang

saat ini terletak di Kelurahan Tanjung Marulak menginformasikan bahwa pada masa Kerajaan

Padang wilayah itu sudah di huni salah satu suku bangsa dari anak benua India. Bukti arkeologis

keberadaan etnis anak benua India itu dengan pernah ditemukannya bangkai sebuah perahu

bergaya Hindu mengendap dari kedalaman sungai Padang di Desa Kuta Baru sekira lima tahun

lalu. Namun sayang, bangkai kapal itu hancur karena tidak terawat. Demikian pula dengan

keberadaan etnis Tionghoa telah ada seiring dengan perkembangan hubungan Kerajaan Padang

dengan kerajaan lain. Etnis Tionghoa kala itu, banyak menghuni pinggiran muara sungai

Bahilang. 37

37
Sejarah kota tebing tinggi. Diakses melaluihttp://puakmelayu.blogspot.co.id/2013/06/tebing-tinggi-dalam-
lintasan-sejarah.html pada 21 December 2017 pukul 00.37 wib

Universitas Sumatera Utara


2.2 Letak dan Keadaan Wilayah

2.2.1 Kondisi Iklim dan Letak Geografis Kota Tebing Tinggi

Kota Tebing Tinggi berada pada posisi koordinat geografi 03º 16´ LU - 03º 23´ LU dan

99º 07´ BT - 99º 12´ BT ketinggian diantara 26-34 m diatas permukaan laut serta memiliki

topografi mendatar dan bergelombang.Topografi mendatar memiliki kelas kemiringan lereng

berkisar antara 0-2 % sedangkan topografi bergelombang berkisar antara 2-15 %. Kemiringan

lereng yang relatif datar tersebut memberikan implikasi positif dalam pengembangan kegiatan

ekonomi seperti kegiatan perdagangan, jasa, permukiman dan pertanian, penentuan

pembangunan fisik kota, serta pengembangan sarana dan prasarana kota. Sedangkan pada kelas

kemiringan lereng 0-2 % perlu mendapat perhatian khusus akan kemungkinan banjir dikemudian

hari. Hal ini perlu dicegah dengan menerapkan aturan ketat dalam penggunaan lahan

dikemiringan tersebut.

Struktur geologi yang terdapat di wilayah Kota Tebing Tinggi hampir sama dengan

Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai. Formasi geologi didominasi oleh

kelompok alluvial dan tufa toba.Struktur geologi ini pada umumnya memilikikarakteristik tanah

subur untuk pengembangan pertanian karena merupakan endapanlumpur aliran sungai, sehingga

hanya berada pada kawasan datar dan cekungan sungai. Kondisi tanah ini mempunyai sifat

secara umum terlihat adanya lapisan-lapisan tanah yang berulang, tidak teratur yaitu tebal

lapisan, jenis bahan penyusun tanah, warna,tekstur, struktur dan kandungan bahan organik yang

sering berulang (tidak beraturan),lapisan yang berbeda tapi sifat dan jenis yang sama.Keadaan

morfologi wilayah Kota Tebing Tinggi didominasi oleh kelompok novair alluvium seluas

3.609,97 ha, andesit seluas 126,92 ha dan secara geologi jenis tanah yang ada potensial bagi

Universitas Sumatera Utara


galian Golongan C, seperti pasir, kerikil, tanah liat dan lainnya. Lokasi galian C berupa pasir

terdapat di sekitar/sepanjang sungai yang ada. Kota Tebing Tinggi dilalui oleh beberapa sungai

besar maupun sungai kecil yang pada umumnya memiliki aliran arus air menuju ke arah Utara

dan Timur Laut dan bermuara ke Selat Malaka. Sungai Padang merupakan sungai utama dengan

panjang sekitar ± 15,94km dan lebar ± 65 meter, Sungai Bahilang, Sungai Kelembah, dan Sungai

Sibarau yang terdapat pada wilayah Kota Tebing Tinggi. Sedangkan sungai kecil lainnya yakni

Sungai Sigiling dan Sungai Sibangauan.

Universi Berdasarkan letak geografis maka Kota Tebing Tinggi dapat dikategorikan

beriklim tropis dengan temperatur udara antara 25 o – 27 o C dan kondisi alam Kota Tebing

Tinggi dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. 2.2.2 Batas

Wilayah dan Luas Wilayah Kota Tebing Tinggi berada sekitar ± 78 km ke arah tenggara Kota

Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara. Wilayah administratif Kota Tebing Tinggi

dikelilingi oleh beberapa perkebunan besar milik negara (BUMN) dan swasta, dengan batas-

batas sebagai berikut : - III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai. - IV Kebun Pabatu

dan Perkebunan Paya Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai. - III Kebun Rambutan, Kabupaten

Serdang Bedagai. - III Kebun Bandar Bejambu, Kabupaten SerdangBedagai. Secara

administratif, wilayah Kota Tebing Tinggi sebelumnya terdiri dari 3 kecamatan yakni Kecamatan

Padang Hulu, Padang Hilir dan Rambutan, namun sejak tahun 2006 melalui Perda Nomor 15

Tahun 2006 wilayahnya dimekarkan menjadi 5 Kecamatan. 38

2.3 Profil Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi

38
Profil umum kota Tebing Tinggi. Diakses melalui https://kotatebingtinggi.wordpress.com/profil-kota/profil-
umum-kota-tebing-tinggi/ pada 21 December 2017 pukul 00. 50 wib

Universitas Sumatera Utara


Ir. Umar Zunaidi Hasibuan, MM adalah wali kota Tebing Tinggi yang menjabat pada

periode 2011-2016. Ia dilantik pada 5 Agustus 2010. Umar Zunaidi Hasibuan, kembali didapuk

menjabat sebagai Wali Kota Tebing Tinggi untuk periode kedua 2017-2022.Lahir pada 9 Juli

1959 (58 tahun) di Kota Tebing Tinggi.

Wakilnya bernama Irham Taufik yang menjabat pada 2011-2014. Dan Oki Doni

Siregar(2014-Sedang Menjabat). 39

39
https://id.wikipedia.org/wiki/Umar_Zunaidi_Hasibuan

Universitas Sumatera Utara


BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Proses Pemilihan Umum Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal Di

Kota Tebing Tinggi

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diterapkan dalam sebuah Negara

berdasarkan aspirasi rakyat, atau dapat dikatakan juga sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat dan untuk rakyat, begitulah pengertian demokrasi secara umum. Demokrasi sendiri

dianggap sebagai suatu sistem pemerintahan yang dijalankan melalui proses pemilihan yang

dilakukan secara jujur dan terbuka, dimana semua kelompok yang ikut bertarung siap menerima

hasilnya sebagai suatu realitas yang harus dihormati dan dihargai oleh semua pihak.

Demokratisasi di tingkat lokal dapat dilihat dari beberapa hal.Pertama, esensi demokrasi

adalah partisipasi politik.Penentuan pejabat politik merupakan bagian dari partisipasi

politik.Pemilihan pejabat politik secara langsung lebih demokratis dibandingkan melalui

mekanisme perwakilan. Dalam konteks itu maka pemilihan secara langsung kepala daerah pada

gilirannya akan meningkatkan kualitas keterwakilan karena masyarakat menentukan

pemimpinnya sendiri. Keterlibatan masyarakat secara langsung dalam proses pemilihan kepala

daerah ini pada gilirannya nanti akan memperkuat legitimasi kepala daerah. Kedua, pilkada

langsung membuat rakyat di daerah bisa menentukan siapa calon pemimpin mereka yang

dianggap mampu menyelesaikan persoalan daerahnya. Rakyat akan memilih sendiri gubernur,

walikota, atau bupati. Seleksi akan membuktikan apakah calon kepala daerah tersebut memang

benar-benar merakyat atau tidak. Ketiga,dengan pemilihan langsung, rakyat ikut terlibat secara

langsung dalam memilih pemimpinnya. Keterlibatan rakyat secara langsung ini pada gilirannya

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan demokratisasi di tingkat lokal, dimana rakyat benar-benar memiliki

kedaulatannya, dengan kata lain tidak terjadi distori dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat.

Demokrasi lokal merupakan bagian dari subsistem politik suatu negara yang derajat

pengaruhnya berada dalam koridor pemerintahan daerah.Di Indonesia demokrasi lokal

merupakan subsistem dari demokrasi yang memberikan peluang bagi pemerintahan daerah dalam

mengembangkan kehidupan hubungan pemerintahan daerah dengan rakyat di lingkungannya.

Proses penerimaan bakal pasangan calon kepala daerah oleh KPU Kota Tebing Tinggi

didasarkan Tahapan pemilihan sesuai Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2016

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi Pemilihan UmumNomor 3 Tahun 2016 tentang

Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017.

JADWAL

NO KEGIATAN
awa akhir
l
PERSIAPAN

1. PERENCANAANPROGRAMDANANGGARAN 22Mei2016

2. PENYUSUNANDANPENANDATANGANANNASKAH
PERJANJIANHIBAHDAERAH(NPHD)
15September2016

3. PENYUSUNANDANPENGESAHANPERATURAN
PENYELENGGARAANPEMILIHAN
15September2016

4. a. SOSIALISASIKEPADAMASYARAKAT 30April2016 11Februari2017

Universitas Sumatera Utara


b. PENYULUHAN/BIMBINGANTEKNISKEPADAKPU
PROVINSI/KIPACEH,KPU/KIPKABUPATEN/KOTA,
PPK,PPSDANKPPS 30April2016 14Februari2017

5. PEMBENTUKANPPK,PPSDANKPPS

a. PembentukanPPKdanPPS 21Juni2016 20Juli2016

b. PembentukanKPPS 15Nopember2016 14Januari2017

6. PEMANTAUANPEMILIHAN

PendaftaranPemantauPemilihan 1Juni2016 2Januari2017

7. PENGOLAHANDAFTARPENDUDUKPOTENSIALPEMILIH
PEMILIHAN(DP4)

a. PenerimaanDP4danDAK2 12Juli2016 15Juli2016

b. AnalisisDP4 16Juli2016 22Juli2016

c. SinkronisasiDP4denganDaftarPemilih
23Juli2016 12Agustus2016
Pemilu/PemilihanTerakhir
d. PenyampaianHasilAnalisisDP4danHasilSinkronisasi
KepadaKPUProvinsi/KIPAcehdanKPU/KIP
Kabupaten/Kota
13Agustus2016 16Agustus2016

e. PengumumanHasilAnalisisDP4 18Agustus2016 18Agustus2016

8. PEMUTAKHIRANDATADANDAFTARPEMILIH

a. PenyusunanDaftarPemiliholehKPU/KIP
Kabupaten/KotadanpenyampaiankepadaPPS
18Agustus2016 7September2016

b. Pemutakhiran:

1) PembentukandanbimbinganteknisPPDP 6Agustus2016 5September2016

2) Pencocokandanpenelitian
8September2016 7Oktober2016
3) Penyusunandaftarpemilihhasilpemutakhiran
8Oktober2016 21Oktober2016

4) Rekapitulasidaftarpemilihhasilpemutakhiran
tingkatdesa/kelurahandanpenyampaiannya
besertadaftarpemilihhasilpemutakhirankePPK
22Oktober2016 24Oktober2016

Universitas Sumatera Utara


5) Rekapitulasidaftarpemilihhasilpemutakhiran
tingkatkecamatandanpenyampaiannyakepada
KPU/KIPKabupaten/Kota
25Oktober2016 26Oktober2016

JADWAL

NO KEGIATAN awal akhir


6) Rekapitulasidaftarpemilihhasilpemutakhiran
tingkatkabupaten/kotauntukditetapkansebagai
DaftarPemilihSementara(DPS)
27Oktober2016 2Nopember2016
7) Rekapitulasidaftarpemilihhasilpemutakhiran
tingkatprovinsiuntukditetapkansebagaiDPS
2Nopember2016 3Nopember2016

8) PenyampaianDPSkepadaPPS 3Nopember2016 9Nopember2016


9) Pengumumandantanggapanmasyarakatterhadap
10Nopember2016 19Nopember2016
DPS
10) PerbaikanDPS 20Nopember2016 24Nopember2016
11) RekapitulasiDPShasilperbaikantingkat
desa/kelurahandanpenyampaiannyabesertaDPS
hasilperbaikankepadaPPK 25Nopember2016 27Nopember2016

12) RekapitulasiDPShasilperbaikantingkat
kecamatandanpenyampaiannyakepadaKPU/KIP
Kabupaten/Kota 28Nopember2016 29Nopember2016
13) PenyampaianRekapitulasiDPShasilperbaikan
tingkatdesa/kelurahandanDPShasilperbaikan
kepadaKPU/KIPKabupaten/Kota
28Nopember2016 29Nopember2016
14) DaftarPemilihTetap(DPT)

a) RekapitulasiDPShasilperbaikantingkat
kabupaten/kotauntukditetapkansebagaiDPT
30Nopember2016 6Desember2016
b) PenyampaianDPT kepadaPPS 7Desember2016 17Desember2016
c) RekapitulasiDPT tingkatprovinsi 7Desember2016 8Desember2016
d) PengumumanDPT olehPPS 17Desember2016 15Februari2017
PENYELENGGARAAN

1. SYARATDUKUNGANPASANGANCALONPERSEORANGAN

a. PenetapanrekapitulasiDPT Pemilu/Pemilihanterakhir
sebagaidasarpenghitunganjumlahminimumdukungan
persyaratanpasangancalonperseorangan
22Mei2016 22Mei2016

Universitas Sumatera Utara


b. Pengumumanpenyerahansyaratdukungan 20Juli2016 2Agustus2016
c. PasanganCalonGubernurdanWakilGubernur:
1) PenyerahansyaratdukunganPasanganCalon
GubernurdanWakilGubernurkepadaKPU
Provinsi/KIPAceh 3Agustus2016 7Agustus2016
2) Penelitianjumlahminimaldukungandansebaran
3Agustus2016 9Agustus2016
3) Penelitianadministrasidananalisisdukungan
ganda
4Agustus2016 17Agustus2016
d. PenyampaiansyaratdukungankepadaKPU/KIP
Kabupaten/Kota
18Agustus2016 20Agustus2016
e. PasanganCalonBupatidanWakilBupati/Calon

WalikotadanWakilWalikota:
1) PenyerahansyaratdukunganPasanganCalon
BupatidanWakilBupati/CalonWalikotadanWakil
WalikotakepadaKPU/KIPKabupaten/Kota
6Agustus2016 10Agustus2016
2) Penelitianjumlahminimaldukungandansebaran
6Agustus2016 12Agustus2016
3) Penelitianadministrasidananalisisdukungan
ganda
7Agustus2016 20Agustus2016
f. PenyampaiansyaratdukunganPasanganCalon
GubernurdanWakilGubernur,BupatidanWakil
Bupati/WalikotadanWakilWalikotakepadaPPS
21Agustus2016 23Agustus2016
g. Penelitianfaktualditingkatdesa/kelurahan 24Agustus2016 6September2016
h. Rekapitulasiditingkatkecamatan 7September2016 9September2016

JADWAL

NO KEGIATAN awal akhir


i. Rekapitulasiditingkatkabupaten/kota 10September2016 12September2016
j. Rekapitulasiditingkatprovinsi 13September2016 15September2016
2. PENDAFTARANPASANGANCALON

a. PengumumanpendaftaranPasanganCalon 14September2016 20September2016


b. PendaftaranPasanganCalon 21September2016 23September2016
c. PengumumandokumensyaratPasanganCalondilaman
KPUuntukmemperolehtanggapandanmasukan
masyarakat 23September2016 29September2016

d. Pemeriksaankesehatan 21September2016 27September2016


e. Penyampaianhasilpemeriksaankesehatan 27September2016 28September2016
f. PenelitiansyaratpencalonanuntukPasanganCalon
yangdiajukanolehPartaiPolitikdanGabunganPartai
Politik 21September2016 23September2016

Universitas Sumatera Utara


g. 1) PenelitiansyaratcalonuntukPasanganCalonyang
diajukanolehPartaiPolitikdanGabunganPartai
PolitikdanuntukPasanganCalonPerseorangan
23September2016 29September2016
2) PenelitiansyaratpencalonanuntukPasangan

CalonPerseorangan 23September2016 29September2016


h. Pemberitahuanhasilpenelitian 30September2016 1Oktober2016
i. Perbaikansyaratpencalonandan/atausyaratcalon:

1) PenyerahanperbaikansyaratdukunganPasangan
CalonperseoranganGubernurdanWakil
Gubernur,BupatidanWakilBupatiatauWalikota
danWakilWalikotakepadaKPU/KIP
29September2016 1Oktober2016
2) PenyerahanperbaikansyaratCalondariPartai

Politik/gabunganPartaiPolitikdanperseorangan 30September2016 4Oktober2016


j. PengumumanperbaikandokumensyaratPasangan
4Oktober2016 5Oktober2016
C l dil KPU
k. Penelitianhasilperbaikan:

1) Penelitianperbaikansyaratdukunganpasangan
calonperseoranganGubernurdanWakilGubernur,
BupatidanWakilBupatiatauWalikotadanWakil
WalikotaolehKPU/KIPKabupaten/Kota:

a) Penelitianjumlahminimaldukungandan
sebaran
29September2016 3Oktober2016
b) Penelitianadministrasidananalisisdukungan
ganda
29September2016 9Oktober2016
c) Penyampaianhasilanalisisdugaangandadan
syaratdukunganolehKPU/KIP
Kabupaten/KotakepadaPPSmelaluiPPK 10Oktober2016 11Oktober2016
d) Penelitianfaktualditingkatdesa/kelurahan

12Oktober2016 17Oktober2016
e) Rekapitulasijumlahdukunganditingkat
kecamatan
18Oktober2016 19Oktober2016
f) Rekapitulasijumlahdukunganditingkat
kabupaten/kota
20Oktober2016 21Oktober2016
g) Rekapitulasijumlahdukunganditingkat
provinsi
22Oktober2016 23Oktober2016
2) Penelitianperbaikansyaratcalon 5Oktober2016 11Oktober2016
l. PenetapanPasanganCalon 24Oktober2016 24Oktober2016
m. PengundiandanpengumumannomorurutPasangan

Calon 25Oktober2016 25Oktober2016

Universitas Sumatera Utara


Dimulai dari tahapan penerimaan syarat dukungan pasangan calon perseorangan, dimana

tidak ada bakal pasangan calon perseorangan yang datang ke KPU Kota Tebing Tinggi untuk

mendaftar dan menyerahkan berkas dukungan sebagai Walikota dan Wakil Walikota Tebing

Tinggi dari perseorangan.Selanjutnya tahapan penerimaan dan pendaftaran pasangan calon dari

Partai Politik dan/atau Gabungan Partai Politik, dimana terdapat 1 bakal pasangan calon yang

mendaftar diusung oleh 8 (delapan) Partai Politik dengan total 19 (Sembilan belas) kursi.

Dikarenakan hanya 1 (satu) bakal Pasangan Calon yang mendaftar, KPU Kota Tebing Tinggi

memperpanjang masa pendaftaran.Hingga batas akhir waktu masa perpanjangan, hanya terdapat

1 (satu) bakal pasangan calon yang mendaftar.Dan pada akhirnya KPU Kota Tebing Tinggi

menetapkan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi Tahun 2017 hanya 1

(satu) Pasangan Calon. 40

Kepala daerah harus melalui proses pemilihan yang demokratis yaitu ada kontestasi.

Suatu kontestasi tidak dapat dimaknai sekadar ada lebih dari satu pasangan calon, melainkan

lebih substansial yaitu ada jaminan ruang bagi rakyat untuk mewujudkan kedaulatannya melalui

hak dipilih dan hak memilih.

Mengenai calon tunggal itu sendiri, Mahkamah konstitusi telah mengabulkan

permohonan uji materi soal calon tungga dalam UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati dan Wali Kota. MK memperbolehkan daerah dengan calon tunggal untuk

melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak.Dalam pertimbangannya, hakim konstitusi

menilai bahwa undang-undang mengamanatkan pilkada sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat

untuk memilih kepala daerah secara langsung dan demokratis.Dengan demikian, pemilihan

kepala daerah harus menjamin terwujudnya kekuasan tertinggi di tangan rakyat.

40
Wawancara dengan Bapak Mufti Ardian, S.IP, Kasubbag Keuangan, Umum, dan Logistik KPU Kota Tebing
Tinggi

Universitas Sumatera Utara


Dalam putusan ini MK memberikan jalan keluar yaitu menyatakan pilkada dapat diikuti

oleh calon tunggal tanpa menghilangkan aspek kontestasi atau pemilihan.MK juga memberikan

penegasan bahwa pilkada yang hanya diikuti oleh calon tunggal hanya dapat dilaksanakan

apabila telah diusahakandengansungguh-sungguh untukterpenuhinyasyarat paling sedikit dua

pasangan calon kepala daerah.

Calon tunggal tetap harus berkompetisi untuk mendapat suara pemilih agar mendapatkan

suara terbanyak dan terpilih menjadi kepala daerah. Jika mayoritas pemilih tidak menyetujui,

calon pun tidak akan menjadi kepala daerah terpilih. Selain argumentasi di atas, MK juga

menyatakan bahwa penundaan pelaksanaan pilkada juga merugikan karena pasti akan

mengganggu penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Hal ini terjadi karena telah habisnya

masa jabatan kepala daerah sehingga akan diangkat pelaksana tugas yang tentu saja tidak

memiliki kewenangan yang setara dengan kepala daerah.

Proses pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi dengan 1 (satu) pasangan

calon merupakan sebuah proses demokrasi yang juga demokratis dan secara hukum sah/legal

karena diatur dalam Undang-Undang. Masyarakat Tebing Tinggi yang berhak memilih

dihadapkan pada pilihan untuk memilih Pasangan Calon sebagai Walikota dan Wakil Walikota

atau tidak memilih pasangan calon sebagai Walikota dan Wakil Walikota dengan memilih

(mencoblos) kotak kosong. Demokrasi secara umum diartikan suara rakyat terbanyak, dalam hal

ini Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi Tahun 2017 menentukan suara rakyat

terbanyak apakah Pasangan Calon dikehendaki rakyat sebagai Walikota dan Wakil Walikota atau

rakyat tidak menghendaki pasangan calon sebagai Walikota dan Wakil Walikota (dengan

memilih kotak kosong).

Universitas Sumatera Utara


KPU Kota Tebing Tinggi sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah dalam

menjalankan tugasnya dengan berpedoman kepada Undang-Undang, yaitu Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2016. Dalam hal terjadi Pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal di Kota

Tebing Tinggi dimungkinkan dalam UU Nomor 10 Tahun 2016, sehingga KPU Kota Tebing

Tinggi secara normatif harus tetap menyelenggarakan pemilihannya. Bahwa UU lah yang

menyebabkan/memungkinkan terjadinya pemilihan dengan calon tunggal.

Bahwa warga negara yang ingin menjadi kepala daerah harus tetap mengikuti prosedur

dalam UU dalam mencalonkan diri sebagai kepala daerah, dengan opsi mencalonkan dari

dukungan Partai Politik/Gabungan Partai Politik dan mencalonkan dari Perseorangan. Bahwa

dari seluruh Partai Politik yang ada di Kota Tebing Tinggi hanya menghasilkan/mendaftarkan 1

(satu) pasangan calon merupakan kebijakan dari masing-masing partai politik yang tidak dapat

diintervensi oleh siapapun, dan bahwa warga negara baik masyarakat kota Tebing Tinggi atau

yang berasal dari luar Kota Tebing Tinggi sebenarnya dapat mendaftarkan diri dari calon

perseorangan namun tidak ada juga yang mendaftar (kajian lain misalnya tentang kepemimpinan

mungkin dapat menjawab kenapa tidak ada yang yang mendaftar dari perseorangan).

Dalam otonomi daerah, jabatan kepala daerah merupakan posisi strategis yang akan

menentukan maju atau tidaknya program pembangunan di daerah. Tentunya kemajuan tersebut

berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dengan pertumbuhan kesejahteraan

masyarakat.Posisi strategis seperti itu menjadikan daya tarik jabatan kepala daerah semakin

tinggi untuk diperebutkan oleh elit-elit politik di tingkat lokal.Bahkan tak jarang elit politik di

tingkat nasional turut serta menceburkan diri dalam persaingan untuk jabatan tersebut. Namun

pada daerah yang terdapat calon kepala daerah yang masih berstatus menjabat sebagai kepala

daerah (petahana) sering diperhitungkan akan menjadi kompetitor yang paling kuat bagi setiap

Universitas Sumatera Utara


penantang yang datang. Akibatnya adalah muncul keraguan dan kecurigaan pada setiap

penantang pada calon petahana bahwa akan bertanding secara jujur. Calon petahana dianggap

secara umum adalah calon yang kekuatan dan mendapatkan dukungan mayoritas kelompok

politik yang sudah mendapat dukungan dari 8 partai.Hal itu menyurutkan niat dari figur-figur

yang dianggap layak untuk menjadi kompetitornya mengundurkan diri. Beberapa pendapat yang

muncul, misalnya Bapak Kurnia Rahman sebagai Ketua MyClub menyatakan

“figur yang semula mengkampanyekan diri yakni Istu dan Khaidir akan mendaftar

mundur secara teratur karena memilih tidak bertanding dengan calon petahana yang dianggap

memiliki kapasitas lebih tinggi dari figure-figur tersebut.” 41

3.2Dampak Pemilihan Kepala Daerah Dengan Calon Tunggal Melawan

Kotak Kosong Terhadap Partisipasi Masyarakat Didalam Pemilihan Umum di Kota

Tebing Tinggi

Pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal melawan kotak kosong membawa dampak

tersendiri kepada masyarakat khususnya berdampak kepada Partisipasi masyarakat didalam

pemilihan umum di Kota Tebing Tinggi.Secara umum tujuan Pemilihan kepala daerah adalah

memilih pemimpin secara demokratis. Dilihat dari partisipasi pemilih yang menggunakan hak

pilihnya pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi Tahun 2017 sebesar 55,6

% sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat tetap antusias melaksanakan demokrasi walaupun

dengan calon tunggal karena sudah lebih dari 50 % masyarakat yang menggunakan hak pilihnya

jika dibandingkan dengan Kota Medan pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan

Tahun 2015 dengan tingkat partisipasi pemilih hanya kurang lebih 25% dengan 2 (dua) pasangan

calon.
41
Wawancara dengan Kurnia Rahman sebagai Ketua MyClub Kota Tebing Tinggi

Universitas Sumatera Utara


3.3 Langkah-langkah Yang Dilakukan KPU Kota Tebing Tinggi Untuk

Mencegah Adanya Calon Tunggal Pada Pilkada Selanjutnya

KPU Kota Tebing Tinggi menjalankan amanah UU, apabila ketentuan UU

memungkinkan Pemilihan Kepala Daerah dengan calon tunggal maka secara normatif KPU Kota

Tebing Tinggi tidak dapat mencegahnya. KPU Kota Tebing Tinggi telah berperan serta

melakukan Pendidikan politik kepada masyarakat Kota Tebing Tinggi khususnya dengan

memberi pemahaman tentang proses demokrasi dalam menentukan pemimpin. Seperti yang

dikemukakan oleh Bapak Mufti selaku Kassubag Umum KPU Tebing Tinggi :

“Bahwa pertanyaan diatas terdapat kata ‘mencegah’ saya melihat bahwa

pertanyaan tersebut seolah-olah pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal

merupakan hal yang tidak boleh terjadi lagi, sementara saya berpendapat selama

ketentuan UU memungkinkan Pemilihan Kepala Daerah dengan calon tunggal maka itu

sah/legal dan tetap merupakan proses demokrasi. “

Apabila kotak kosong yang menang, sesuai dengan ketentuan maka Pemilihan Kepala

Daerah diulang kembali pada pada tahun berikutnya atau dilaksanakan sesuai dengan jadwal

yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan.Merujuk pada UU Nomor 10 Tahun 2016

tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,

Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang, maka akan dilakukan pemilihan lagi pada

periode berikutnya.

Pada pasal Pasal 54D ayat 1 hingga 4 dijelaskan, KPU Provinsi atau KPU

Kabupaten/Kota menetapkan pasangan calon terpilih pada Pemilihan 1 (satu) pasangan calon

Universitas Sumatera Utara


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54C, jika mendapatkan suara lebih dari 50% (lima puluh

persen) dari suara sah.

Kemudian, jika perolehan suara pasangan calon kurang dari sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), pasangan calon yang kalah dalam pemilihan boleh mencalonkan lagi dalam pemilihan

berikutnya.Pemilihan berikutnya yang dimaksud adalah, diulang kembali pada tahun berikutnya

atau dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya, jika dalam hal belum ada pasangan calon terpilih terhadap hasil pemilihan

pemerintah menugaskan penjabat .

Menurut KPU warga diperbolehkan untuk mensosialisasikan kotak kosong.Sebab, hal itu

dianggap menjadi bagian dari upaya untuk menyelenggarakan pemilu yang demokratis.Dengan

situasi calon tunggal, kampanye diberikan ruang bagi pasangan calon atau masyarakat yang tidak

setuju dengan pasangan calon.Masyarakat boleh mengkampanyekan, menyampaikan atau

mengimbau masyarakat untuk memilih kotak kosong.Dalam hal ini, kotak kosong juga

merupakan wadah untuk menampung masyarakat pemilih yang tidak mau memilih pasangan

calon yang ada. Karena itu, bila ada kelompok masyarakat yang ingin mengkampanyekan kotak

kosong diberikan kebebasan, selama sesuai dengan etika dan aturan kampanye yang sewajarnya.

Kelompok kepentingan dinilai memiliki pengaruh.Telah banyak riset yang membahas

tentang pengaruh kelompok kepentingan. Salah satunya adalah temuan Coughlin dkk (1990)

berkaitan dengan pengaruh kelompok kepentingan terhadap bertambahnya size of government

ketika bertemu dengan faktor-faktor lain, seperti faktor pajak atau keuntungan dari pajak. Ada

juga temuan Dur dan Bievre (2007: 1) di mana pengaruh dari kelompok kepentingan dapat

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan pembuat kebijakan tidak dapat menghasilkan kebijakan secara efektif.Ada juga

pengaruh kelompok kepentingan di Uni Eropa.Hanya saja, temuan Dur (2008: 1212) ternyata

terdapat catatan dari kelompok kepentingan di Uni Eropa di mana mereka menemui sejumlah

kendala atau tantangan.Menurut Etzioni (1985: 171-172), kelompok kepentingan memiliki

beberapa peran.Pertama, memfokuskan pada isu tertentu dan menguntungkan anggota mereka

sendiri. Kedua, meningkatkan level atau tingkat yang ingin mereka capai. Ketiga, menggunakan

poweratau kekuasaan yang mereka miliki.

Kelompok kepentingan memiliki ber-macam jenis strategi dalam usaha mencapai tujuan

mereka.Pertama, kelompok kepentingan dapat menggunakan strategi lobi.Lobi itu sendiri pun

disesuaikan dengan konteks kepentingan masing-masing (De Bruyker, 2014; Weiler dkk, 2014;

Rasmussen, 2012). Strategi kedua dari kelompok kepentingan adalah dengan membuka akses

kepada pembuat kebijakan dan memobilisasi sumber daya yang mereka miliki (Baumgartner,

2009: 519; Damore dan Nicholson, 2013; Anzia, 2010: 1; Steel dkk, 1996: 1). Strategi ketiga

adalah kelompok kepen-tingan dapat memobilisasi pemilih agar dapat mempengaruhi hasil

pemilu.Kelompok kepentingan bahkan dapat melakukan kepada individu-individu (Clouse,

2008; Schwartz, 2002: 1845).Strategi keempat adalah dengan meng-ontrol informasi kepada

pemilih pada umumnya.Strategi ini dilakukan karena kelompok kepentingan memiliki sumber

daya yang terbatas.

Oleh karena itu adanya kelompok yang mensosialisasikan kontak kosong sebenarnya

memiliki fungsi seperti yang seharusnya ada jika memiliki lawan pada konstetasi pemilihan

umum, yakni sebagai pengawas dan pengawal jalannya pemilu serta oposisi yang nantinya akan

mengawasi kebijakan walikota terpilih.

Universitas Sumatera Utara


Meski begitu, KPU tidak bisa memfasilitasi masyarakat yang mau kampanye kotak

kosong. Hal itu mengingat tidak ada regulasi yang mengatur untuk memberikan fasilitas kepada

kelompok masyarakat yang ingin mewakili kotak kosong dalam berkampanye.Namun begitu,

ada yang perlu menjadi perhatian terkait sosialisasi kotak kosong. Antara lain, agar tidak sampai

sosialisasi itu justru terjerumus pada kegiatan black campaign bernuansa fitnah kepada pasangan

calon.

Seperti disampaikan pihak KPU, black campaigne bisa dijerat dengan hukum pidana dan

UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Untuk itu, warga yang tidak setuju dengan paslon

diharapkan santun dalam melakukan pendidikan politik.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. UU No. 8 tahun 2015 tentang Pilkada yang menjadi landasan hukum pelaksanaan

pilkada belum mengakomodasi mengenai fenomena calon tunggal ini. Padahal UU

Pilkada No. 8 tahun 2015 mensyaratkan bahwa pilkada dapat berjalan apabila minimal

ada dua calon (sebelum direvisi menjadi UU No. 10 tahun 2016).

2. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa calon tunggal dapat mengikuti pilkada

serentak. Ketua MK Arief Hidayat mengatakan, keputusan yang diambil melalui

pertimbangan sembilan hakim konstitusi itu untuk menghindari kekosongan hukum. MK

berpandangan bahwa pemilihan kepala daerah adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat

untuk memilih kepala daerah secara langsung dan demokratis. Karena itu, pemilihan

kepala daerah haruslah menjamin terwujudnya kekuasaan tertinggi di tangan rakyat. Hal

tersebut diakomodir dalam UU No. 10 tahun 2016 tentang Pilkada. Regulasi ini

mengakomodir keberadaan calon tunggal dengan berbagai ketentuan yang disyaratkan.

Misalnya, pasangan calon tunggal diperbolehkan apabila KPU telah melakukan

perpanjangan pendaftaran, namun tetap saja tidak ada calon lain yang mendaftar.

3. Proses pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi dengan 1 (satu) pasangan

calon merupakan sebuah proses demokrasi yang juga demokratis dan secara hukum

sah/legal karena diatur dalam Undang-Undang. Masyarakat Tebing Tinggi yang berhak

memilih dihadapkan pada pilihan untuk memilih Pasangan Calon sebagai Walikota dan

Universitas Sumatera Utara


Wakil Walikota atau tidak memilih pasangan calon sebagai Walikota dan Wakil

Walikota dengan memilih (mencoblos) kotak kosong. Demokrasi secara umum diartikan

suara rakyat terbanyak, dalam hal ini Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tebing

Tinggi Tahun 2017 menentukan suara rakyat terbanyak apakah Pasangan Calon

dikehendaki rakyat sebagai Walikota dan Wakil Walikota atau rakyat tidak menghendaki

pasangan calon sebagai Walikota dan Wakil Walikota (dengan memilih kotak kosong).

4. Pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal melawan kotak kosong membawa

dampak tersendiri kepada masyarakat khususnya berdampak kepada Partisipasi

masyarakat didalam pemilihan umum di Kota Tebing Tinggi. Partisipasi pemilih yang

menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tebing Tinggi

Tahun 2017 sebesar 55,6 % sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat tetap antusias

melaksanakan demokrasi walaupun dengan calon tunggal karena sudah lebih dari 50 %

masyarakat yang menggunakan hak pilihnya.

5. KPU Kota Tebing Tinggi menjalankan amanah UU, apabila ketentuan UU

memungkinkan Pemilihan Kepala Daerah dengan calon tunggal maka secara normatif

KPU Kota Tebing Tinggi tidak dapat mencegah terjadinya calon tunggal di pemilihan

berikutnya. Namun, KPU Kota Tebing Tinggi telah berperan serta melakukan

Pendidikan politik kepada masyarakat Kota Tebing Tinggi khususnya dengan memberi

pemahaman tentang proses demokrasi dalam menentukan pemimpin. Sehingga

diharapkan masyarakat kedepannya lebih memahami dan lebih bijak dalam menentukan

pemimpin.

4.2 Saran

Universitas Sumatera Utara


Secara normatif KPU Kota Tebing Tinggi tidak dapat mencegah terjadinya calon tunggal

di pemilihan berikutnya karena salah satu syarat untuk mengusungkan calon harus memiliki 20%

kursi di DPRD, oleh karena itu untuk menghindari dukungan dominasi partai pada satu pasang

calon tunggal, maka koalisi partai pengusung calon dibatasi.Tidak boleh melampaui 40% dari

jumlah kursi legislative yang dimiliki.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahmadi, Rulam. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Holsti K.J, terjemahan Elfin Sudrajat, dkk. 1987. Politik Internasional: Kerangka Analisa.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

May Rudy T. 1998.Administrasi dan Organisasi Internasional. Refika Aditama: Bandung

Rijadi, Prasetijo. 2005. Pembangunan Hukum Penataan Ruang dalam Konteks Kota
Berkelanjutan.Surabaya: Airlangga University Press

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta CV

Sumber Lain

Anugrah Ayu. 2016. Peran USAID Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Perizinan di
Kabupaten Barru. Universitas Hasanuddin

ICED Fact Sheet.2011

Indonesian Clean Energy Development (ICED) I Project . Clean Energy Policy In


Indonesia.2011.

Jannah Annisa et al. 2015. Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Melalui United States Agency
International Development (USAID) Pada Bencana Alam di Filipina.UNEJ Jurnal. I (1) 1-2

Modul Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. USAID-ICED

Nurfadilah. 2015. “Efektifitas Kerjasama Indonesia – Usaid Dalam Penanganan Kemiskinan


Untuk Mencapai MDGS 2015”. E-Journal Ilmu Hubungan Internasional. 3 (1): 27-38.

Panduan Penghematan Energi di Perhotelan. USAID-ICED

Panduan Penghematan Energi di Bangunan Pemerintah. USAID-ICED

Perancangan Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Sumatera Utara. 2014. Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara

Profil Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Utara. 2014. Dinas Pertambangan
dan Energi Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


Rozikin, M. 2012. “Analisis Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan di Kota Batu”.Jurnal
Review Politik. Volume 02 Nomor 02

Zulkifli. 2012. Kerjasama Internasional Sebagai Solusi Pengelolaan Kawasan Perbatasan


Negara (Studi Kasus Indonesia). FH UI

Perundang-Undangan

UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi

Sumber Internet

DirektoratPendanaanLuarNegeriBilateral“StrategiPengembanganKerjasamaPembangunan
Bilateral”Jakarta.Agustus2014.Diakses melalui
http://pendanaan.bappenas.go.id/index.padatanggal12 Juni 2017 Pukul 11.35 Wib

ICED USAID.About Indonesia Clean Energy Development (ICED). Diakses melalui


http://www.iced.or.id/id/about-iced-ii/pada 20 Januari 2017 pukul 14.03 wib

Potensi Energi Terbarukan Indonesia. Diakses melalui


http://epsilon.ft.ugm.ac.id/2017/01/16/potensi-energi-terbarukan-indonesia/ pada 10 April
2017 pukul 14.20 Wib

Profil provinsi Sumatera Utara. Diakses melalui http://www.bpkp.go.id/sumut/konten/236/ pada


1 Juli 2017 pukul 12.20 Wib

UN Indonesia. 2015. “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”. Diakses melalui


http://www.id.undp.org/content/indonesia/id/home/post-2015/sdg-overview.html pada 02 Juni
2017 Pukul 14.35 WIB

USAID History. Diakses melalui https://www.usaid.gov/who-we-are/usaid-history pada tanggal


10 Juni 2017 pukul 10.15 Wib

USAID History. Diakses melalui https://www.usaid.gov/who-we-are pada tanggal 11 Juni 2017


Pukul 14.03 wib

USAID ICED serah terima sepeda USU. Diakses melalui http://www.usu.ac.id/arsip-berita/99-


accordion-3/863-usaid-iced-serah-terima-sepeda-usu pada 20 Juni 2017 pukul 13.54

USAID Leadhership. Diakses melalui https://www.usaid.gov/who-we-


are/organization/leadership-listingpada tanggal 10 Juni 2017 pukul 10.25 Wi

Universitas Sumatera Utara


Wawancara :

Wawancara dengan Bapak Gustian Yudha Utama, staf seksi ketenagalistrikan dari Dinas
Pertambangan dan Energi Sumatera Utara

Wawancara dengan Ibu Arum Setya Sari, Tim USAID-ICED yang bertugas di Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai