Anda di halaman 1dari 127

jTNX

TAHUN

XXVIII/1999, NO. 3

Dinamika
Pemilu 1999
PENGANTAR REDAKSI

Perlawanan Rakyat Terhadap Negara:

Kasus Indonesia

di

Era Orde Baru

ANALISIS PERISTIWA
Pemilu Pertama Pasca Soeharto:

Pemberdayaan
Usaha Kecil dan Menengah dalam

Mempertahankan alau Mengganti


Rezim Status Quo

Pembangunan Ekonomi Daerah

ARTIKEL

Pemilihan

Hak

Umum Demokralis:

Desentralisasi dan

Daya Saing

Peran Energi Migas bagi Kepentingan

Industri Ijndonesia

Masyarakat dan Induslri

Asasi, Kepercayaan Masyarakat

dan Persaingan yang Adil

Indonesia: Jalan Panjang

Menuju

Pemulihan Ketidakpastian Ekonomi

Mcngalasi Keterancaman Kebudayaan


Lokal dalam Pembangunan: Upaya

Politik

Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan

)ENTRE FOR STRATEGIC AND INTERNATIONAL STUDIES

Analisis

CSIS

CENTRE FOR STRATEGIC AND INTERNATIONAL STUDIES

Diterbitkan oleh

(CSIS) sebagai jumal berkala untuk menyajikan tulisan-tulisan


tentang berbagai masalah nasional dan intemasional. ANALISIS CSIS adalah
suatu forum terutama untuk
para staf peneliti CSIS sendiri., Tetapi sumbangan tulisan dari
luar CSIS akan dipertimbangkan untuk dimuat sesuai dengan kebutuhan. Isi tulisan-tulisan
yang dimuat dalam

ANALISIS CSIS sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Logo CSIS

pribadi penulis masing-masing.

Mulai tahun 1989 CSIS menggunakan logo baru: Nalar


Ajar
Terusan Budi. Logo berbentuk sebuah piringan cekung berukiran
bola dunia yang melatarbelakangi gambaran orang tanpa
busana

duduk memangku buku terbuka beralaskan kain lampin. Tangan


kiri

ditimba dari

menunjuk ke buku dan tangan kanan menunjuk ke

atas

meng-

gambarkan orang yang sedang menguraikan pengetahuan yang


buku. Ketelanjangan gambar orang di tengah piringan melambangkan

keterbukaan budi

tiadanya sikap a priori

umumnya, dalam kegiatan

- pada warga

CSIS, seperti pada para analis

Gambar ini menunjukkan kegiatan belajar dan


mengajar atau menguraikan pikiran, sebagaimana para analis CSIS melakukan studi
dan menguraikan pikiran mereka kepada siapa saja yang membutuhkannya. Sedangstudinya.

kan bola dunia melambangkan alam jagad raya yang menjadi cakrawala dan lingkup
CSIS berada dan berkarya. Kalimat Nalar Ajar Terusan Budi yang tertera pada
lingkaran piringan adalah surya sengkaJa: cara merangkai kata dalam tradisi Jawa

untuk menandai suatu tahun penting menurut peredaran matahari dan sekaligus
mengemukakan makna yang terkandung dalam peristiwa yang tahunnya ditandai itu.

Nalar menurut

tradisi

Budi berwatak

1.

tahun CSIS

Jawa itu berwatak 1, Ajar berwatak 7, Terusan berwatak 9, dan


Sebagaimana lazimnya sengkala dibaca dalam urutan terbalik: 1971.

berdiri.

Nalar Ajar Terusan Budi juga menggambarkan alam pikiran, dan

hakikat kegiatan CSIS. CSIS sebagai lembaga profesi keilmuan, yang didukung oleh

pada hakikatnya mempunyai kegiatan intelektual yang bukan


hanya menganalisa kebenaran tetapi juga terpanggil untuk menunaikan kewajiban
sosialnya. Makna Nalar Ajar Terusan Budi adalah bahwa bagi CSIS, bemalar, belajar
kreativitas individu,

serta

menguraikan pikiran adalah kelanjutan wajar

dari budi

yang

arif.

Logo

ini

di-

tuangkan dalam wujud piringan perunggu oleh G. Sidharta.

Pemimpin Redaksi/
Penanggung Jawab

Dewan Redaksi

Medelina K. Hendytio

Mari Pangestu, M. Hadi Socsastro,

Pande Radja

Redaksi Pelaksana

Dokumentasi

STT

Julius A.

Silalahi,

Kristiadi,

Mulyadi

Faustinus Andrea

SK Mcnpen

0126-222X

Bantarto Bandoro, Rizal Suknia.

Tubagus Feridhanusetyawan, T.A. Legowo

RI No. 509/SK/DITJEN PPG/STT/1978.

tanggaI28 Agustus 1978

ISSN

J.

MALISIS CSIS
TAHUN XXVIII/1999, NO.

Daftarisi

198

Pengantar Redaksi

j
1

Analisis Peristiwa

Pemilu Pertama Pasca Soeharto:


Mempertahankan atau Mengganti Rezim Status Quo

200

M. Sudibjo
Artikel

Pemilihan

Umuin Demokratis: Hak Asasi,

Kepercayaan Masyarakat dan Persaingan yang Adil


225

Patrick Merloe

Indonesia: Jalan Panjang

Ketidakpastian

Ekonomi

Menuju Pemulihan
Politik

Ignasius Ismanto

240

Perlawanan Rakyat Terhadap Negara:


Kasus Indonesia di Era Orde Bam
Sigit Rochadi

dan Pemberdayaan Usaha Kecil dan


Menengah dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Mangara Tambunan

253

Desentralisasi

Daya Saing

Industri Indonesia

Hadi Soesastro

266

276

Peran Energi Migas bagi Kepentingan

Masyarakat dan Industri


Ariono Abdulkadir

299

Mengatasi Keterancaman Kebudayaan Lokal dalam

Pembangunan: Upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan


HeruNugroho

310

PengantarRedaksi

DALAM

suasana masyarakat yang sedang


bergejolak baik akibat terpaan
badai
knsis ekonomi maupun hempasan krisis
politik yang semakin berat,
terlebih setelah Soeharto mengundurkan diri,
banyak pihak berpendapat bahwa
Pemilihan
Umum sebagai alat demokrasi harus segera dilaksanakan.
Meskipun pihak-pihak tersebut
sebenamya mempunyai kepentingan dan
agenda masing-masing yang terkait
dengan peiak"engan
pelak
sanaan pemilihan umum.

Pelaksanaan pemilu yang berlangsung


dengan

L
n.

dan aman pada tanggal 7 Juni


mendingim^ya suhu politik diam nege-

ffinTtf
aruk
pikuk f
konflik

tertib

antar-berbagai kepentingan dan golongan


yang tercermin dalam kekisruhan penghitmigan suara, kekacauan
dalam penentuan calon legislatif, perseteruan
dalam
pencalonan presiden maupmi kontroyersi
dalam penanganan kasus-kasus KKN,
menjadi indikasi yang jelas bahwa sampai
saat ini perjalanan untuk mencapai
tatanan masyarakat struktm- pohtik maupmi proses
politik yang demokratis serta

pembentukan pemerintahan ylng

tenma oleh masyarakat masih sangat


panjang.

di-

"^"""^^
1999", Analisis CSIS menyajikan beberapa
tulisan yang
hPrV
berkaitan
dengan pelaksanaan pemilu. Dalam
tulisan pertama
Sudibjo memberikan beberapa catatan pentmg tentang
pelaksanaan pemilu pertama pasca Soeharto.
Tulisan ini dilanjutkan oleh Patrick Merloe tentang
perlunya penghormatan

t^'T

pembenan jaminan baik kepada pemilih


maupun

pada hak asasi manusia dan


partai-partai yang bersaing dalam pemilu

untuk menjalankan hak-hak politik


mereka. Kondisi
jalan dengan bebas dan adil.

Dalam

ini

diperlukan agar pemilu dapat ber-

tulisan ketiga

yang berjudul "Indonesia: Jalan Panjang


Menuju Pemulihan
Ketidakpastian Ekonomi Politik" Ignasius
Ismanto mengamati secara lebih mcndalam lenang fragmentasi kekuatan-kekuatan
masyarakat, radikalisasi politik yang mengeksploitasi
keragaman suku, etnis dan agama serta
penggunaan politik kekuatan uang {money politics)
Persoalan-persoalan

dipandang sebagai tantangan serius


untuk mengakhiri ketidakpastipolitik di Indonesia. Pada sisi
yang lain lewat tulisannya yang berjudul "Perlawanan Rakyat Terhadap Negara: Kasus Indonesia
di Era Orde Barn", Sigit Rochadi membahas faktor-faktor penyebab lemahnya perlawanan
rakyat terhadap negara pada Era Orde
ini

an ekonomi

Baru. Dimunculkannya ideologi altematif


yang dihadapkan pada ideologi negara secara ber-

199

PENGANTAR REDAKSI

mudah juga dapat dipatahkrisis ekonomi mematahkan penopang


Peluang bagi perlawanan rakyat muncul ketika
citra pememerupakan salah satu sumber legitimasi rezim. Usaha membangun

rakyat dengan
seberangan sebagai bentuk lain dari perlawanan
kan.

ekonomi yang

kepada Dati II. Menurut


yang demokratis juga ditunjukkan dfingan memberi otonomi
Pemberdayaan UKM",
Mangara Tambunan melalui tulisan yang berjudul "Desentralisasi dan
kemungkinan kepada pemerintah
pemberian otonomi kepada Dati II sekaligus memberikan
demi mewujudkan pemeratauntuk secara lebih leluasa memperbaiki perekonomiannya
rintah

daerah

an pembangunan.
masing-masing Hadi Soesastro dengan judul tulisan "Daya
tentang "Peran Energi Migas
Saing Industri Indonesia" dan tulisan Ariono Abdulkadir
Soesastro membahas penyebab rendahbagi Kepentingan Masyarakat dan Industri". Hadi
mengajukan saran kebijakan
nya daya saing industri Indonesia di pasar internasional sambil
khususnya industri padat
yang perlu dilakukan oleh pemerintah agar industri manufaktur
dengan pereknologi dan tenaga ahli dapat menembus pasar ekspor yang tumbuh

Dua

tulisan berikutnya

modal,

efisiensi
Sedangkan Ariono Abdulkadir menekan perlunya usaha-usaha penghematan,
berjalan sedan konservasi energi dalam negeri supaya pengelolaan sektor energi dapat
cara efisien, transparan dan bersih.
sat.

oleh
Tulisan terakhir adalah tentang "Mengatasi Keterancaman Budaya Lokal"

Nugroho. Tulisan

ini

membahas tentang pemilihan

Heru

cara yang tepat dalam memanfaatkan ba-

kehutan untuk mencegah timbulnya konflik sosial, gangguan ekologi dan menjaga
langsungan hidup masyarakat lokal yang sangat tergantung pada hasil hutan.

sil

September 1999

REDAKSI

Aiialisis Peristiwa

Pemilu Pertama Pasca Soeharto:


Mempertahankan atau Mengganti Rezim

Status

Quo

M. Sudibjo

Pendahuluan

SITUASI

politik di

dalam negeri pada

saat menjelang pemilu amatlah tidak

menentu. Pemerintah tidak marripu


mengatasi krisis yang telah menjalar ke selunih kehidupan negara, karenanya tidak

mampu mengangkat
BJ. Habibie, baik
negeri.

Justm

di

kredibilitas

di

pemerintah

dalam maupun

di luar

beberapa tempat keamanan

sangat rawan, yang berpotensi mengganggu pelaksanaan pemilu, bahkan mengarah

kepada disintegrasi bangsa.

Dalam

persiapannya yang sangat singkat itu


tidak menguntungkan partai-partai
baru
mituk berkiprah lebih lanjut dalam kehidupitu,

situasi krisis seperti itu dilang-

sungkan pemilu pertama pasca rezim Soe-

an

Secara tuhum, pemilu berjalan dalam suasana aman, meskipun pelanggaran, seperti
intimidasi dari aparat dan tidak netralnya
birokrasi,

ngat berkepentingan dengan agenda ini untuk mendapatkan legitimasi sekaligus mem-

buktikan bahwa mereka masih dipercaya oleh


rakyat. Sementara itu kekuatan reformasi ju-

ga menerima agenda

ini

sebagai sarana per-

gantian pemerintahan secara konstitusional.

Dengan sangat

tergesa-gesa perangkat-

perangkat pemilu disediakan, termasuk peraturan perundang-undangannya meskipun

masih

terjadi.

Heterogenitas perbe-

daan kepentingan dalam KPU, terutama di


kalangan wakil-wakil partai politik, mengakibatkan banyak agenda diundur, termasuk
pengesahan hasil pemilu {Media Indonesia,
18 Juli 1999). Hal ini telah menimbulkan kritik

harto, tanggal 7 Juni 1999. Pemerintah

dan
kekuatan status quo tidak berusaha menunda pelaksanaan pemilu karena mereka sa-

politik di Indonesia.

pedas yang dialamatkan kepada KPU.

Meskipun
sil

pemilu,

KPU

belum mengesahkan ha-

PDI Perjuangan

nangkannya, meski tidak

dipastikan

mampu

meme-

mencapai

mayoritas tunggal {single majority). Golkar

masih

mampu menempati

kipun

di

gagal

total.

runner up, mesdaerah pemilihan Pulau Jawa dia

Sementara

PDI
Perjuangan, Golkar, PKB, PPP, dan PAN, seitu,

di

luar

bagian besar partai politik menjadi partai


gurem.

Kemenangan PDI Perjuangan

ini

telah

substansinya masih banyak yang tidak

menimbulkan persoalan baru mengenai siapa


Presiden baru dan partai manakah yang akan

mendukung proses demokrasi. Di samping

memimpin pemerintahan

di Indonesia

untuk

201

ANALISIS PERISTIWA

periode 1999-2004. Persoalan ini disebabkan


antara lain oleh sistem kepartaian Indone-

yang tak menganut ruling party dan sistem pemilihan Presiden yang tidak langsung.
sia

Bertitik tolak pada urutan peristiwa-peristiwa politik di dalam negeri itu, penyimakan
situasi

politik menjelang pemilu akan meng-

awali tulisan

ini,

yang akan disambung de-

ngan pelaksanaan pemilu, dan epilog dan


pemilu

itu sendiri.

Situasi Politik

Umum

Menjelang Pemilihan

1999

Semrawut, tidak ada koordinasi dalam or-

lam beberapa

amanan yang

instabilitas da-

dan

ganisasi pemerintahan,

termasuk ke-

segi kehidupan,

ditandai dengan beriarut-larut-

nya kasus Ambon,'* Sambas, Aceh dan Timtim, merupakan kesan yang mencolok dalam
pemerintahan B.J. Habibie selama sekitar setahun

ini.

Adanya

faksi-faksi

dalam kabi-

net B.J. Habibie^ pada dasarnya

merupakan

pengungkapan ketidakberhasilan Presiden


B.J. Habibie untuk melakukan koordinasi
dalam organisasi kabinetnya. Kesemrawutan

ini

pulalah yang mempersulit usaha per-

maupun pengembalian kredibiltas pemerintah. Lemahnya koordinasi


atau rendahnya komitmen bersama, yang

baikan ekonomi^

Kesemrawutan Pemerintahan Transisi


Situasi politik nasional

selama lima bu-

lan (Februari-Juni 1999) belumbegitu banyak

nampak pula dalam

saling

melempar tang-

gung jawab, mengakibatkan tidak ada

reali-

kebijakan pemerintah. Apalagi da-

berubah bila dibandingkan dengan bulan-

sasi atas

bulan sebelumnya. Keadaan tetap serba amburadul (Kompas, 27 April 1999), semakin

lam bidang pengawasan, jauh dari efektif.


Demikian pula dalam persiapan pemilu. Para

ruwet (kusut) dan tidak ada kepastian hukum. Kebijakan-kebijakan pemerintah aneh-

Menteri mempunyai kebijakan sendiri-sen-,


diri sesuai dengan kepentingaimya, terma-

aneh dan membingungkan, seperti mencabut subsidi pupuk kepada petani dan sebaliknya mencabut bea masuk impor beras. Be-

suk mendirikan partai

ras petani tidak laku karena harganya lebih

tinggi daripada harga beras impor. Kebijak-

an pemerintah sering menimbulkan kontroversi karena melebihi

pemerintah

transisi,

wewenangnya sebagai

yang seharusnya hanya

memfokuskan pada agenda yang


tapkan MPR,' seperti pengusutan

Pencopotan Jaksa Agung

tuk sementara

hadap mantan Presiden Soeharto dan kronikroninya, menjamin pelaksanaan pemilu yang

Beddu Amang

dari tertuduh

menangani masalah

KKN,

ter-

masuk terhadap mantan Presiden Soeharto.


Ini semakin sulit dibantah dengan bocornya pembicaraan telepon antara Presiden

luber dan jurdil, serta mengatasi kesulitan

rakyat untuk mendapatkan sembako.

Intelijen

masalah tukar guling Goro, menimbulkan


kesan bahwa pemerintah B.J. Habibie juga
tidak serius

ter-

Muda

Mayjen TNI Sjamsu Djalal, pemindahan Kapolda Maluku, pembebasan Nurdin Halid
dari tuduhan korupsi, dan pembebasan un-

telah dite-

KKN

politik.

Agung Audi M. Gha-

B.J.

Habibie dan Jaksa

lib,

tentang pengadilan mantan Presiden

Demi-

kian pula di DPR, ada ambisi untuk menyeIcsaikan

pembahasan

17

RUU

Soeharto.*

dalam

tiga bu-

Langkah Presiden

lan sejak diajukan pemerintah tanggal 5 Februari 1999,^ tanpa

mempertimbangkan ken-

dala-kendala yang ada.

B.J.

Habibie

mcmbcn-

Tim Nasional Reformasi Mcnuju Masyarakat Madani (TNRM3) menunjukkan bah-

tuk

202

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

wa

Presiden B.J. Habibie tidak memperhi-

tungkan dimensi waktu masa pemerintahan


transisionalnya yang terbatas dan tidak me-

mahami skala prioritas.^ Pemerintah suka


membentuk lembaga-lembaga baru, letapi
tanpa ditindaklanjuti secara jelas. Contohnya,

Dewan Penegak Keamanan dan

Hukum,

Sistem

setelah dibentuk hilang begitu saja.

Kebijakan Presiden

B.J,

Habibie atas

sta-

Timtim,

yang terkesan hanya mempakan pemikiran spontanitas yang tidak tepat waktu, dan tanpa prosedur maupun metus^

kanisme yang

jelas,

fait accompli terhadap

justru

menimbulkan

MPR. Demikian

pula

usulnya mengenai pemekaran propinsi Maluku dan Irian Jaya yang harus selesai se-

belum pemilu, mencerminkan kebingungan


pemerintah B.J. Habibie, yang mengesankan
tidak adanya sense of priority. Kebijakan
Jaring Pengaman Sosial (JPS), yang 50
perse nnya sal ah arah,

dan kebijakan menaikkan harga pupuk (mencabut subsidi pupuk kepada petani) merupakan ungkapan kekurangseriusan pemerintah dalam mengatasi
kesulitan rakyat, terutama dalam mendapat-

kan kebutuhan pokok. Sepertinya pemerintah tidak memiliki sense

of humanity}^ Ke-

bijakannya itulah yang mempersulit usaha

sense of crisis. Sejauh


bie tidak

tungkannya, meskipun dia membantah


de-

ngan mengatakan telah berusaha mengembangkan demokrasi melalui kebebasan


mendirikan partai-partai, kemudahan
mendapatkan SIUP, dan pembebasan beberapa tapol.
Tetapi hal itu

di luar negeri.

'

>

dalam maupun
Ketidakmampuannya memilih
di

dan menempatkan orang-orang yang tepat,


seperti orang-orang yang duduk dalam
De-

wan

nampaknya belum cukup men-

dongkrak kredibilitasnya

Reformasi, semakin

memperlemah

kre-

dibilitas

pemerintah. Berlarut-larutnya kasus

Ambon dan Aceh


luasnya

krisis,

misalnya, menunjukkan

yang sebetulnya harus segera

'

diselesaikan secara bijak, karena selain

me-

nimbulkan penderitaan yang berkepanjangan di kalangan rakyat juga semakin meng-

gerogoti kredibilitas pemerintah, yang pada

gilirannya dapat

mengganggu usaha me-

ningkatkan persatuan bangsa, bahkan dapat mengarah pada disintegrasi bangsa.

Menjelang diselanggarakannya Pemilu


1999, situasi keamanan di beberapa daerah

di Indonesia, seperti di

Ambon. Tual. SamTimtim dan Aceh, masih sangat rawan.


Begitu pula dengan peristiwa peledakan bom
bas,

salah, yakni krisis

di lantai

nasional.

'

Presiden B.J. Habimengatasi krisis, bahkan


ini

cenderung memperluas medan krisis


sehingga terbangun image yang tidak
mengun-

untuk memulihkan kredibiltas pemerintah,


dan justru scbaliknya telah menambah ma-

kepemimpinan

mampu

dasar Mesjid

Isliqlal,

dan beberapa

Kebijakannya tcntang Timtim'^ dan pemekaran Propinsi Maluku dan Irja'^ telah me-

persiapan pelaksanaan pemilu. seperti keta-

nimbulkan masalah baru, yang scharusnya

kutan warga masyarakal akan terulangnya

sangat pcrlu dihindarkan dulu mcngingat

kenisuhan

tempat

di Jakarta, tidak

menguntungkan bagi

sosial

Mei 1998 pada masa kam-

dalam ncgcri yang bclum juga mcAtas kebijakannya yang demikian ini,

krisis di

panye. sehingga banyak warga masyarakat

reda.

meninggalkan Indonesia untuk sementara


waktu atau "mcngungsi" ke tempat yang di-

Presiden B.J. Habibie mcndapat julukan sebagai "Bapak Disintegrasi Bangsa".'''


Di samping

wa

Presiden

anggapnya aman.

seperti ke Bali.

an masyarakat

pun sepertinya didukung

itu

Ketakut-

dinilai bah-

olch kebijakan pemerintah. seperti kcbijak-

Habibie tidak mempunyai

an Mendikbud untuk mcngakhiri kcgiatan

iiu

B.J.

lama

telah

203

ANALISIS PERISTIWA

mendo-

dak lanjut yang dipersiapkan dalam suatu


paket dan waktu sosialisasi yang cukup.

rong munculnya gagasan agar pemilu diyang


tunda, di samping karena persiapannya

Akibatnya selain ada kelompok yang menginginkan penundaan pemilu, juga ada yang

belajar-mengajar sebeluin 'kampanye pemilu


dimulai. Kerawanan-kerawanan itu

mengusulkan agar Presiden

sangat singkat.

cepatnya mengundurkan

B.J.

Habibie se-

diri.

Juga masalah bocornya pembicaraan telepon Presiden B.J. Habibie dengan Jaksa
Ghalib, serta pernyataan

Agung Andi M.

Presiden B.J. Habibie pada

Forum

Umum

Editor

Jerman-Asia, di Istana Negara, 15 Februari


1999, tentang pengepungan rumahnya oleh

pasukan Letjen TNI Prabowo Subianto pada


bulan Mei 1998, telah menimbulkan pole-

mik tentang rendahnya sense of security


kalangan para pejabat negara, khususnya Presiden B.J. Habibie sendiri. Di negara

di

mana pun

Persiapan Pemilihan

tidak pernah terjadi pembicara-

an Presiden disadap sekaligus dibocorkan.


Bila ini terjadi berarti negara dalam baha-

Dalam suasana penuh kesremawutan itu,


kehamsan melaksanakan pemilu tidak dapat
dihindarkan lagi, karena hal itu telah menjadi Ketetapan

MPR. Namun

bagi pcmerin-

tah hal itu justru yang diinginkan, karena

pcmerintah sangat berkepentingan dengan


pemilu untuk mendapatkan legitimasi kon-

yang lebih kuat sekaligus ingin


membuktikan bahwa dirinya masih diperstitusional

caya oleh rakyat. Pcmerintah B.J. Habibie

Terkuaknya kasus penyadapan pembi-

yang didukung oleh Golkar, PPP, PDI Budi

caraan telepon antara Presiden B.J. Habibie

Hardjono, dan dalam bidang-bidang tertentu oleh ABRI, nampaknya sangat yakin un-

ya.

dan Jaksa Agung Andi M. Ghalib, mencerminkan situasi yang sangat kisruh dalam
dunia politik Indonesia dewasa
itu

bukan

ini

sedang

litik,

saja

ini.

Kasus

menunjukkan bahwa

terjadi

saat

pertarungan antarelite po-

namun juga memperlihatkan

scriusan pcmerintah

ketidak-

dalam upaya penegak-

an hukum, khususnya yang menyangkut


mantan Presiden Soeharto. Ini semua hanya

tuk

pcmerintah Habibie

Habibie mcmiliki kredibilitas yang rendah,

dan icmah

bila tidak boleh

mcmpunyai sense of
curity,

dan sense of

dikatakan tidak

priority, sense

crisis.

ada satu masalah pun yang

of se-

Akibatnya tidak

mampu

disele-

saikan secara mcndasar. Kcbijakan yang


baik saja
serta

mcmerlukan timing yang

tcpat

mcmerlukan suatu persiapan dan

tin-

karenanya

out berusaha agar

Namun

tuntutan untuk menolaknya belum surut


juga, karena pcmerintah B.J. Habibie dinilai

bab

tidak sah secara konstitusional, oleh seitu

juga tidak mcmpunyai legitimasi un-

tuk melaksanakan pemilu.


Sebaliknya, pihak

yang antara

Singkalnya, pcmcrintahan Presiden B.J.

all

itu,

pemilu tcrlaksana tcpat waktunya.

akan memperparah rasa tidak percaya rakyat kcpada pcmerintah.

memenangkan pemilu

an,

pendukung reformasi,

lain diwakili oleh

PKB, PAN, dan PKP,

lain selain siap

PDI Perjuang-

lidak ada pilihan

maju pemilu, karena mercka

juga berkepentingan dengan pemilu

itu

sc-

bagai sarana pergantian pcmcrintahan secara konstitusional,


terlalu singkat.

meskipun persiapannya

Dukungan masyarakat khu-

susnya kcpada PDI Pcrjuangan,

PAN, merupakan

faklor ckslcrnal

pcrtcbal keyakinan para

PKB

dan

yang mcm-

pimpinan parlai

204

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

memenangkan pemilu. Keyakinan yang begitu tebal itu mungkin raenjadi faktor kuat yang mempengaruhi sulit
reformasi untuk

alau belum terjadinya koalisi di antara par-

yang mengakui sebagai pendu-

tai-partai

kung reformasi
Di samping

Umum, menggantikan UU No.


tentang Pemilihan Umum, yang te-

Pemilihan
15/1969

lah beberapa kali diubah; serta


(3)

UU

'

No.

4/1999 tentang Susunan dan Kedudukan


MPR, DPR dan DPRD, menggantikan UU

'

itu.

itu,

No.

masyarakat pun, khusus-

16/1969 tentang Susunan dan Kedu-

DPR

dukan Anggota MPR,

dan

DPRD

yang

daerah pemilihan Pulau Jawa, telah


dikondisikan atau teropini bahwa pemilu

telah beberapa kali diubah.

bertujuan mengakhiri status quo, dan cara-

sehat bagi terlaksananya proses demokrasi,

nya adalah dengan mengalahkan Golkar.

tiga

nya

di

Situasi ini

yang

sulit

menempatkan Golkar pada posisi


untuk memenangkan pemilu di

daerah pemilihan Jawa. Sementara


putusan netralitas

PNS dan

ke-

itu,

anggota

ABRI

dalam pemilu, telah membuat tokoh-tokoh


Golkar yang duduk di pemerintahan men-

kemampuan Golkar untuk mengulangi kemenangannya seperti

jadi pesimis akan

pemilu-pemilu sebelumnya.
Kegiatan-kegiatan politik untuk persiap-

an pemilu telah mulai terfokus sejak Februari 1999. Di samping UU bidang Politik
yang melandasi dan memberi pedoman pelaksanaan pemilu telah disahkan, partai-par-

Mengingat kuatnya dorongan untuk membangun iklim yang

UU

bidang politik

itu

menjadi sangat

penting sebagai dasar untuk melakukan pem-

baruan-pembaruan dalam kehidupan polltik. Oleh sebab itu sangat relevan untuk
didalami.

Mengingat keanggotaan DPR RI hasil


Pemilu 1997, serta waktu pembahasannya

yang

hanya

relatif singkat,

bulan, dan sangat

sekitar

mendesak dalam

empat
arti di-

paksakan hams jadi karena kepastian waktu pemilu telah ditetapkan oleh SI MPR,
akibatnya tiga

lepaskan

UU

itu

masih belum bisa me-

kepentingan-kepentingan

diri dari

kekuatan politik yang ada di

DPR

waktu

tai telah

pula melakukan konsolidasi secara

Tidak sedikit mate ri nya yang hanya


menguntungkan kekuatan status quo, yang

intensif.

Demikian pula pemerintah, meski-

substansinya juga bertentangan dengan tu-

pun perannya tidak

juan reformasi, bahkan dengan pasal 28

ti

UUD

terlalu menonjol seperpada pemilu masa Orde Barn, dan juga

Itu.

1945 sendiri. Itulah sebabnya kredibili-

DPR

masyarakat, terutama yang tergabung dalam


tim pemantau, mulai memposisikan dirinya

dipertanyakan, sejauh

sesuai dengan

dedikasi mereka sebagai wakil rakyat untuk

kedudukan dan kepenting-

Sesuai tuntutan reformasi untuk mening-

katkan proses demokrasi, pada tanggal


Februari 1999, disahkan tiga

UU

itu lerdiri atas: (I)

1999 tentang Partai

UU

UU bidang

Politik,

UU

(2)

UU

RI terscbut banyak

RUU

itu

mana komitmen dan

dengan sepenuh

demi menghasilkan suatu

UU

hati,'^

yang substan-

sinya betul-betul dibutuhkan bagi lancar-

nya demokratisasi.

Po-

No. 2/

mcnggantikan

No. 3/1975 tentang Partai Politik dan

Golongan Karya;

yang menjadi dasar dan pedoman pe-

milu. Tiga

para anggota

membahas

annya.

litik,

tas

'

No. 3/1999 tentang

Meskipun

telah ada beberapa perubahan

materinya, tetapi secara subslansial, dalam

ada peningkatan kandungan pengaku-

arti

an hak-hak

politik rakyat, tiga

UU

itu

belum

mengalami perubahan yang "signifikan".

ANALISIS PERISTIWA

Justru sebaliknya, kontrol atas kegiatan po-

rakyat tetap menonjol. Pembatasan hak,

litik

kemerdekaan berserikat dan mengeluarkan pendapat, yang pada dasamya ber-

seperti

tentangan dengan pasal 28

UUD

1945, ju-

ga tetap menonjol. Dilihat dari sudut

UU

bidang

cat

hukum,

ini,

politik itu dapat dikatakan ca-

tidak adil,

dan masih diskrimi-

natif,^ setidaknya mempersulit berdirinya

suatu partai, mempersulit ruang gerak partai

dan memvonis partai sebagai kalah

politik,

pemilu sebelum ikut pemilu.

dengan mematikan
Hal

ini

sama

Ini

partai politik.

antara lain dalam

nampak

artinya

2/1999 tentang Partai

Politik:

(a)

UU tentang Pemilihan Umum juga demikian. UU ini memuat pasal -pasal yang pada
hakikatnya membatasi kemerdekaan rakyat

untuk berserikat atau mendirikan partai po21

litik,

misalnya Pasal 9 ayat 2 dan Pasal 39.

Dipandang
milihan

dari sudut ini,

Umum justru

mematikan

merupakan

partai politik

untuk

dan mempersulit

cantum antara

lain

dalam Bab VII tentang

Dalam Pemilihan
22

dan Bab

XV

tentang "Ketentuan Peralihan", khususnya

mem-

ngapa harus 50 orang, apakah kurang

dari

pasal 39,

pasal 82.^^ Ini terbukti


tai politik

bahwa

nya 48 saja (34 persen) yang


milihan

Umum

Partai

yang berhak

disahkan melalui

SK

ikut pemilu"

nya, adalah:^"*
1.

dengan akte notaris dan

Kehakiman

itu,

'lalu

LPU

sekaligus asas-

Baru (FIB), berasaskan

Pancasila;
2.

ini tidak sesuai

dengan semangat reformasi, karena tetap

Partai Indonesia

ifii

Mendagri/Ketua

boleh mendirikan suatu partai politik; (b)


Pasal 4 ayat (1) yang mengatakan, "Partai

lolos ikut Pe-

7 Juni 1999.

No. 3/1999. Partai-partai

dari 141 par-

yang disahkan oleh Depkeh ha-

50 orang (misalnya 20 atau 25 orang) tidak

Republik Indonesia". Diktum

alat

suatu partai untuk ikut pemilu. Hal ini ter-

Pertanyaannya me-

didaftarkan pada Departemen

tentang Pe-

Pasal 2

puluh satu) tahun dapat

Politik didirikan

UU

Umum", khususnya

gara Republik Indonesia yang telah beru-

politik".

politik.

UU No.

rangnya 50 (lima puluh) orang warga ne-

bentuk partai

mengontrol kekuatan partai

"Syarat Keikutsertaan

ayat (1) yang mengatakan "Sekurang-ku-

sia 21 (dua

merupakan usaha pemerintah untuk dapat

Partai Kristen Indonesia (Krisna), berasaskan

Pancasila;
3.

Partai Nasional Indonesia (PNI), ber.asas'

kan Pancasila;

mempertahankan sistem dan mekanisme warisan rezim Soeharto

yang telah menempat-

4.

Demokrat Indonesia (PADI),

Partai Aliansi

berasaskan Pancasila;

kan partai

politik

bukan sebagai lembaga


5.

kedaulatan rakyat melainkan sebagai sebuah

kekuatan politik yang harus


pemerintah.

Apa yang

hanya sekadar ganti

dijepit di ketiak

lerjadi

kulit dari

sekarang

Partai

lembaga pem-

7.

Partai Kebangkitan

juga dijumpai diktum yang sangat

sulit

pasal ini pada

dasamya juga

Masyumi Baru, berasaskan

8.

Partai

9.

Partai Persatuan

un-

an partai, yang tercantum dalam Pasal 14

Ummat (PKU),

berasas-

kan Pancasila dan Aqidah Islam Ah-lussunah


Wal-Jama'ah;

tuk dilaksanakan, yakni dalam hal keuang-

Kedua

Islam (PUT), berasaskan Islam;

6.

syarakat Sipil, 17 Maret 1999). Sementara itu

15.

Ummat

ini

binaan Ditsospol Depdagri ke Depkeh (Ma-

dan

Kebangkitan Muslim Indonesia


(KAMI), berasaskan Al Quran dan Hadist
Nabi Muhammad SAW;
Partai

Islam;

Pembangunan (PPP),

ber-

asaskan Islam;
10.

Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), ber-

asaskan Dienul Islam;

206

1 1

12.

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIiy]999, No.

Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan,


berasaskan Pancasila;
Partai

Partai

Abul Yatama (PAY), berasaskan

Pancasila;

Partai

Royong

Kebangsaan Merdeka (PKM), ber-

asaskan Pancasila;
Partai

14.

15. -Partai

Damai, berasaskan Pancasila;


41. Partai Keadilan dan Persatuan (PKP), ber40.

berasas-

kan Pancasila;

berasaskan Panca-

Partai Daulat Rakyat (PDR), berasaskan


Pancasila;

39.

Amanat Nasional (PAN),

MKGR),

(Partai

sila;

Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB),

berasaskan Pancasila;
'

Musyawarah Kekeluargaan Gotong

Partai

38.

Pancasila;
13.

Buruh Nasional (PBN), berasaskan

Partai

37.

Partai Cinta

asaskan Pancasila;

Partai Rakyat

16.

Demokratik (PRD), berasaskan Sosial Demokrasi Kerakyatan;

42. Partai Solidaritas Pekeija Seluruh Indonesia

17.

Partai Syarikat Islam Indonesia

43. Partai Nasional

1905, ber-

(PSPSI), berasaskan Pancasila;

asaskan Dienul Islam;


18.

Partai Katolik Demokrat, berasaskan Pancasila;

19.

44. Partai Bhinneka Tunggal Ika hidonesia (PBI),


' ^
berasaskan Pancasila;

Partai Pilihan Rakyat (PILAR), berasaskan


Pancasila;

45. Partai Solidaritas

Rakyat Indonesia (PARI), berasaskan Pancasila;

46. Partai Nasional

20. Partai

21 ..Partai Politik Islam Masyumi, berasaskan

Uni Nasional Indonesia


(SUNT), berasaskan Pancasila;

Partai

47. Partai

Bulan Bintang (PBB), berasaskan

Partai Keadilan, berasaskan Islam;

Ummat (Partai NU), berasaskan Pancasila dan beraqidah Islam


mab'da Ahlussunnah Wal-Jama'ah;

25. Partai Nahdlatul

Partai Nasional Indonesia-Front Marhaenis


(PNI-Front Marhaenis), berasaskan Pancasila;

27. Partai Ikatan

Pendukung Kemerdekaan

In-

donesia (IPKI), berasaskan Pancasila;


28. Partai Republik, berasaskan Pancasila;
29. Partai Islam

Demokrat (PID), berasaskan

Pancasila;

Partai Pekerja Indonesia (PPI), berasaskan

48.

Partai

Nasional Indonesia-Massa Marhaen


(PNI-Massa Marhaen), berasaskan Pancasila;

Partai

Musyawarah Rakyat Banyak (Murba),

berasaskan Pancasila;
32.

Partai

Demokrasi hidonesia (PDI), berasas-

kan Pancasila;
33.

Partai

waktu yang begitu singkat untuk melakukan verifikasi juga tidak


itu,

memungkinkan bagi Tim

Golongan Karya (Golkar), berasaskan

11^^ untuk mela-

kukan tugasnya secara optimal. Selain itu,


Tim 1 1 nampaknya juga tidak mempunyai
program kerja yang jelas. Ini nampak ketika tim

ini

menghadapi

taktik partai-partai

yang baru mulai mendaftarkan

diri

menjadi bingung,

Tim
dan akhirnya mengam-

keputusan yang dianggap oleh semen-

bil

tara partai tidak adil, seperti tidak melaku-

kan

27 Dati

verifikasi di

random, hanya

di

sama

sekali

I,

10 Dati

melainkan secara
I.

yang tidak

Sehingga bisa
terverifikasi

dan karenanya dinyatakan

dak memenuhi syaral kepeserlaan

34.

Partai Persatuan,

35.

Partai Kebangkitan

ketika

batas waktu pendaftaran hampir habis.

jadi ada partai

Pancasila;

36.

Sementara

1 1

30.

Indonesia (PUMI),

Pancasila.

23. Partai Solidaritas Pekeija (PSP), berasaskan


Pancasila;

26.

Ummat Muslimin

berasaskan Pancasila;

Islam;

24.

Demokrat (PND), berasaskan

Pancasila;

Pancasila;

22.

Bangsa Indonesia (PNBI),

berasaskan Pancasila;

ti-

pemilu."''

berasaskan Islam;

Bangsa (PKB), berasaskan Kelima Sila dalam Pancasila;


Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI),
berasaskan Demokrasi Religius;

Sebenarnya dengan waktu dan tenaga yang


terbatas itu,
sil

memang

sulit

yang optimal {Merdeka,

diharapkan ba5

Maret 1999).

Mengingat sempitnya waktu persiapan,

Ic-

207

ANALISIS PERISTIWA

masalah yang akan mewarnai pemilu

bih tepat bila seluruh partai politik yang

tiga

mendaftarkan untuk pemilu diloloskan

nanti.

saja.

of forces masih akan mewarnai kampanye


pemilu nanti ketimbang kampanye untuk

Biarkan rakyat yang menilainya.


Ditinjau dari asasnya, partai-partai itu sulit

melepaskan diri dari politik aliran. Setidak-

nya ada tiga aliran besar dalam partai-partai


sekarang ini, yakni: (1) aliran keagamaan;
(2) aliran

partai;

kebangsaan, Pancasila sebagai asas

dan

(3) aliran sosial

yang demikian

demokrat. Situasi

ubahnya dengan

ini tidak

perkembangan kepartaian di Indonesia menjelang Pemilu 1955, yang ditandai dengan


adanya tiga aliran utama

(tripolar), yakni;

kelompok yang menghendaki agama sebagai dasar negara; (2) kelompok yang mem(1)

pertahankan Pancasila sebagai dasar negara;

kelompok yang menghendaki soekonomi sebagai dasar negara (Kemen-

dan

sial

terian

Pertama, pengerahan massa atau show

menawarkan program partai. Di samping


menjadi gambaran tingkat kesadaran politik rakyat

Penerangan RI, 1954; Konstituante


Jilid

VII).

bebasan yang baru saja lepas dari tekanan-

tekanan politik rezim Soeharto, show of


forces dianggap sebagai salah satu wujud

pelampiasan uneg-uneg, semacam hura-hura


atau
ti

panggung hiburan. Kedua, pemilu nan-

akan dikuasai oleh sekitar lima partai sa-

PDI Perjuangan, Golkar, PPP, PKB


dan PAN." Bila ini terjadi, nampaknya tidak akan ada partai yang menang secara

ja, seperti

mayoritas (single majority). Sementara


partai-partai baru tidak

lakukan persiapan untuk menyongsong peSelain menyelenggarakan Mukernas,

dan dengan dalih

melakukan deklarasi par-

atau silaturahmi, beberapa partai politik

pada dasarnya telah

melakukan kampanye

gaya lama, apalagi bila pamer kekuatan, pe-

ngerahan massa atau show of forces disepakati sebagai salah satu

Hal

ini telah

wujud kampanye.

ber-

drastis,

terutama di daerah-daerah

mudah mendengar
keburukan pemerintah maupun Golkar.. Keri
pemilihan yang

relatif

bijakan netralitas bagi

PNS dan

ABRI dalam pemilu akan

anggota

juga berpenga-

ruh pada penumnan suara Golkar, setidakn

nya

beberapa tempat pemilihan. Terkait

di

PDI Budi Hardjono akan semakin terpuruk, dan sebaliknya PDI Perjuangdengan

ini,

an akan unjuk

gigi.

dilakukan antara lain oleh Gol-

PDI Perjuangan, PKB, dan PAN.


Scbaliknya partai-partai baru dan "kecil"
(meskipun ukuran besar atau kecil masih
akan ditentukan oleh perolehan suara da-

partai

mampu

Ketiga, perolehan suara Golkar akan me-

kar, PPP,

lam pemilu

akan

itu,

saing mendapatkan suara apalagi kursi.

nurun
Sementara itu, partai-partai juga telah me-

tai

dan perwujudan ke-

ini,

(3)

Republik Indonesia, 1957:

milu.

sekarang

nanti), sulit

mengimbangi lima

politik itu.

Menyimak

lu diperhatikan

politik,

dan sikap

adalah akibat dari pelaksa-

naan Pasal 39 ayat

(3)

dan ayat

3/1999 tentang Pemilihan

(4)

Umum.

UU

No,

Bila pasal

benar-benar diberlakukan secara konse-

ini

kuen,

persiapan yang telah dilaku-

kan oleh beberapa partai

Satu hal lagi yang kiranya sangat per-

maka sebagian besar

politik

dari 48 partai

yang sekarang lolos pemilu tidak

bolch ikut pemilu lahun 2004, karena un-

mendapatkan 2 persen

masyarakat yang tidak bcgitu bersahabat

tuk

icrhadap Golkar karena dianggap sebagai

si

pcndukung status quo, sekurangnya ada

ha yang gampang.

DPR

sekarang

ini

dari

jumlah kur-

bukan mcrupakan usa-

208

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

Selain waklu persiapannya yang sangat

harawan PPD

produk aturan main pemilu yang


dipersiapkan KPU juga kurang mendukung

II di bebcrapa daerah,
yang
mengakibatkan dana tidak dapat cair;
(5)
belum padunya koordinasi dalam mckanis-

tcrwujudnya pcmilu yang benar-benar

me

tcrbatas,

ideal.

KPU

kegiatan operasional penyelcnggaraan


pemilu di daerah antara unsur Pcmda sebagai

dan Panwas sama-sama bingung menghadapi pclaksanaan pemilu yang kian men-

fasilitator

desak. Salah satu faktornya adalah peraturan yang dibuat KPU tidak selunihnya da-

persepsi

pat dilaksanakan sesuai jadwal waktu yang

kerja antara

tclah

Dengan masa persiapan

discpakati.

yang begitu pendek, praktis hanya tiga bulan, pemilu yang benar-benar ideal tanpa
kccurangan scdikit pun masih sukar diwujudkan. Hal

dan badan pcnyclenggara pemilu;


belum mantapnya persamaan visi dan

(6)

maupun mekanisme dan hubungan

KPU

Rakyat, 6 Mei

dan Panwas {Kedaulatan

1999).

Budaya Baru Pencalonan Presiden

disebabkan antara lain oleh

Berbeda dengan era rezim Soeharto, yang

kurang tersosialisasinya peraturan perUndang-undangannya, dan belum siapnya in-

antara lain ditandai dengan: (1) jauh-jauh

frastruktur pclaksanaan Pemilu 7 Juni 1999.

dirckayasa adanya kcbulalan lekad/pernya-

Yan^ harus diupayakan

taan dukungan pada Soeharto untuk menja-

ini

secara optimal ada-

SU MPR diselenggarakan,

hari sebelum

bagaimana dengan segala keterbatasan


sistcm dan prasarana itu pemilu harus ber-

gal Presiden

jalan secara jujur dan adil.

mungkinkan ada calon Presiden

lah

pakan dilema: mau

terus

Memang

meru-'

pemilu dengan ber-

bagai keterbatasan persiapan, atau pemilu-

nya ditunda. Pcrlu keberanian memilih mana

yang

terbaik. Bila

pemilu discpakati sebagai

pilihan untuk keluar dari kemclut dan krisis,

maka pclaksanaan pemilu

ditawar-tawar

tidak dapat

di

Presiden lagi; (2) hanya ada calon tung-

satu,

KPU,

Rudini, pada pe-

nutupan Raker PPI dan

di-

lebih dari

(3)

Presiden

yang menentukan calon Wapres, dengan


syarat harus dapat bekerja sama dengan Presiden. Bahkan Presiden yang menentukan
tugas Wapres. Pada masa rezim Soeharto,

ti-

dak ada seorang pun yang berani mencadiri

maupun
Penjclasan Ketua

dan Wakil Presiden, tidak

termasuk calon Wapres;

lonkan

lagi.

telah

Umum

sebagai Presiden, baik di dalam

di

luar struktur birokrasi.

Ketua

PPP, H.J. Naro, yang bcrkeinginan

PPD 1 seluruh Indonesia di Jakarta, 5 Mei 1999, menunjuk-

SU MPR

kan bahwa banyak kendala yang masih ha-

katakan sebagai orang yang mcmcntingkan

rus diselesaikan menjclang hari pemungut-.

diri

sendiri,

an suara. Ada bcbcrapa masalah aktual dan

nal.

Demikian pula Megawati Sockarnoputri

"signifikan" yang harus segera diatasi se-

yang tampil sebagai simbol perlawanan

perti:

(1)

belum optimalnya

mencalonkan

diri

sebagai Wapres dalam

1988, oleh Sochario waktu

itu di-

tidak tahu kepentingan nasio-

ter-

pendaf-

hadap rezim Soeharto, yang dianggap da-

taran pemilih; (2) masih lambatnya proses

pat menyaingi tokoh Soeharto dalam pcmi-

pcnyclesaian administrasi pcngajuan caleg

lihan Presiden,

di

hasil

dacrah-dacrah; (3) belum selesainya peng-

PDl, partai

menerima nasib yang sama.


yang menjadi penyangga kc-

adaan dan pengiriman sarana kclengkapan

kuatannya, diobrak-abrik {Kompos.

pemilu; (4) keterlambatan penetapan benda-

bruari

1999).

19 Fe-

209

ANALISIS PERISTIWA

Banyak jargon

politik

masa rezim Soe-

harto yang dibuat untuk kepentingan poli-

"agar kepemimpinan

tik status quo, seperti

na untuk berkompetisi secara

fair,

antara

lain melalui debat antar-Capres, seperti

yang

Forum Salemba
1999. Kehendak agar

telah diselenggarakan oleh

Kampus

UI, 27 April

nasional tetap di tangan Orde Barn", "un-

di

tuk menjaga persatuan dan kesatuan", "un-

para Capres melakukan debat terbuka antara

tuk menjaga kelangsungan

diri se-

Komite Penyelamat
Suara Rakyat Keluarga Mahasiswa Institut
Teknologi Bandung (KPSR KM ITB), un^

semacam

tuk mengetahui visi masing-masing Capres.

pembangunan

nasional", "telah terujikemampuannya". Ke-

seluruhan jargon ini mengarah pada

orang

saja,

bahkan telah

terjadi

lain dilontarkan oleh

pengkultusan. Akibatnya, bangsa ini tidak

Ini perlu

biasa menilai potensi kualitatif seseorang

tar

agar rakyat tidak terjebak oleh

la-

belakang historis dan kharisma calon

untuk menjadi pemimpin nasional.

yang bersangkutan. Dengan demikian meskipun rakyat tidak langsung memilih Pre-

Untuk pemilihan Presiden 1999, kebulatan tekad lenyap, setidaknya belum muncul,

sidennya, tetapi rakyat dapat memilih partai

yang mempunyai Capres yang telah jelas

dan memang selayaknya

visi

tekad itu dilenyapkan.

tradisi kebulatan

Ada keberanian

dari

partai-partai untuk mengelus-elus jagonya

(calon Presiden) meskipun waktu pemilih-

bulan November 1999.

an Presiden masih

di

Bahkan, jauh-jauh

hari,

telah

litik

beberapa partai po-

menawarkan calon

Presiden, mes-

kipun kepastian pencalonan masih akan me-

nunggu

seusai pemilu. Rakyat diberi

waktu

untuk menilai calon-calon yang diajukan oleh


partai-partai.

Sekarang begitu banyak calon

Presiden dimunculkan, bahkan ada partai

yang mencalonkan lebih dari seorang.

B.J.

Hamengku Buwono X,
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Amien Rais,

Habibie, Sri Sultan

dan Megawati Soekarnoputri merupakan na-

ma-nama yang banyak dinominasikan


gai Capres, setidaknya

dan programnya, atau setidaknya rakyat

tidak memilih "kucing di

dalam karung".

Debat antar-Capres merupakan hal yang

bam dalam

era demokrasi multimedia dan

multi partai

ini.

Penampilan seorang Capres

itu

dapat menentukan peroleh-

dalam acara

an suara suatu

partai,

bahkan kemenangan

atau kekalahan dalam pemilihan

Oleh karena
dan

umum.

28
^

acara ini perlu ditradisikan,

itu

akan

bila benar-benar terlaksana

mem-

berikan pendidikan politik yang sangat ber-

harga bagi masyarakat. Nilainya akan jauh


lebih tinggi daripada pawai atau show,
forces, apel akbar,

nya yang pada


sebuah

of

temu kader, dan sebagai-

umumnya hanya

melibatkan

parpol.

seba-

yang banyak dimun-

Bila pada akhirnya disepakati, harus

ti-

dak melakukan sistem calon tunggal dalam

culkan oleh berbagai media.

pemilihan Presiden dalam

SU MPR,

berarti

Berbeda dengan jamannya rezim Soehar-

ada kemajuan dalam proses pemilihan Presi-

yang jauh-jauh

hari telah dapat diketa-

den.

Dalam

hui siapa yang bakal menjadi Presiden. Se-

sian

UUD

to,

karang

ini,

jangankan siapa yang bakal jadi

Presiden, berapa jumlah Capres, dan siapa


saja

yang mencalonkan belum

jelas.

Ada

suasana untuk berkompetisi. Banyak waha-

hal

ini,

terjadi

pcngaktualisa-

1945 secara konsekuen. Banyak-

nya calon Presiden memungkinkan pasal 6


ayat (2)

UUD

1945 dilaksanakan secara kon-

sekuen, Kelcntuan melakukan

pemungutan

suara (pemilihan Presiden) secara rahasia

210

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

mempunyai makna yang dalam. Di sana


terkandung maksud setiap anggota MPR
mempunyai otoritas pribadi atas keputus-

lum tentu berasal dari wakil pemerintah.


Mantan Mendagri Rudini, yang mewakili
partai

MKGR,

terpilih sebagai

Ketua KPU.

annya, tanpa tekanan, tanpa pengaruh, dan

Terkait dengan penyelenggara pemilu.

tanpa perasaan takut.

maka pengawasan pemilu dilakukan

Umum

Pelaksanaan Pemilihan
Hasilnya

dan

ri

atas

Hakim, unsur Perguman Tinggi, dan

unsur masyarakat. Pasal 24 ayat

Beberapa Ketentuan Pokok

3/1999 tentang Pemilihan

(1)

Umum

tidak berbeda

pemilu

kali ini

dengan pemilu-pemilu semasa

rezim Soeharto, yakni menggunakan sistem


proporsional berdasarkan stelsel

daftai-,^^

meskipun pada awalnya banyak usul agar


sistem distrik atau distrik plus diberlakukan.

UU

No.

mengata-

kan, "Panitia Pengawas Pemilihan


Ditinjaii dari sistemnya,

oleh

badan yang independen, yang disebut Panitia Pengawas, yang keanggotaannya


terdi-

Umum

adalah panitia bersifat bebas dan mandiri

yang bertugas mengawasi penyelenggaraan/

umum

pelaksanaan pemilihan

min terselenggaranya pemilihan


jujur, adil, langsung,

umum,

guna menja-

umum

yang

bebas, dan ra-

hasia".

Mengingat ketimpangan geografi dan demoJawa dan luar Jawa dibandingkan dengan jumlah penduduknya,
grafi,

Demikian juga dalam prinsipnya,

luas wilayah

samping asas

luber, telah pula

di

dicantumkan

keberadaan tokoh-tokoh partai yang

asas jujur dan adil, serta demokratis dan

terpusat di Jawa, sistem proporsional berda-

transparan dalam pelaksanaan Pemilu 7 Ju-

sarkan daftar

ni 1999. Pasal 1 ayat (2)

serta

stelsel

dianggap masih yang

paling sesuai untuk Pemilu 7 Juni 1999.

Subjek penyelenggara pemilu juga meng-

alami perkembangan, meskipun tanggung


jawab tetap di tangan Presiden. Bila pada pemilu-pemilu era rezim Soeharto, pemerintah

bawah pimpinan Presiden sebagai pelaksananya, maka untuk Pemilu 7 Juni 1999
di

tang Pemilihan

Umum

UU

No.3/1999 ten-

mengatakan, "Pemi-

lihan

Umum

kratis

dan transparan, jujur dan

diselenggarakan secara demo-

dengan

mengadakan pemberian dan pemungutan


suara secara langsung, umum, bebas, dan
rahasia".

Selain diawasi oleh Panitia Pengawas,

penyelenggaraan pemilu dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bebas

atas inisiatif masyarakat dapat

dan mandiri, yang keanggotaannya

pemantauan

terdiri

adil,

lembaga-lembaga independen yang tumbuh

melakukan

umum.
menjadi semacam pcrtanda bahwa
atas jalannya pemilihan

atas unsur partai-partai politik peserta pemi-

Hal

dan pemerintah, yang bertanggung jawab


kepada Presiden. ^ Semula diusulkan agar

masyarakat menginginkan terlaksananya pemilu yang benar-benar jurdil dan luber. Ada

penyelenggara pemilu adalah partai politik

sekitar 20

lu

saja.

Tetapi usul ini dilolak oleh wakil-wa-

kil partai politik di

DPR

RI.

Ketua

KPU

dak ditunjuk oleh Presiden, melainkan


lih

oleh anggota

KPU

sendiri,

ti-

dipi-

sehingga be-

dari

ini

dalam

buah lembaga pemantau, baik


negeri, seperti; (1)

KIPP (Komite

Independen Pemantau Pemilu);


Rektor, Yayasan

(2)

Forum

Pembangunan SDM;

(3)

Lembaga Bantuan Konsultasi Bagi Korban

/VNALISIS

21

PERISTIWA

Pcmberitaan Pers;

(4)

Komite Wartawan

Reformasi Indonesia; (5) Komite Santri Pemantau Pemilu; (6) Forum Komunikasi Penerus Perjuangan Indonesia; (7)

Pasifik; (8) University Net-

baga Pengkajian

work

Yayasan Lem-

and Fair Election (UNFREL)r

for Free

budayawan, ilmuwan, scniman, dan ccndckiawan = 9 orang, perintis kcmerdckaan dan


veteran

5 orang,

minoritas

pcrempuan =

5 orang. ctnis

2 orang, dan pcnyandang cacal

2 orang. Tetapi keputusan

mc-

tclah

ini

lain karcna:

(1)

Utusan Golongan,

se-

nimbulkan polemik, antara

Kantor Advokat dan Pengacara Hanafi


Tanuwijaya; (10) Lembaga Sosial Masyara-

kurang jelas

kat Masjid Indonesia; (11) Yayasan Tsagafal

longkan sebagai etnis minoritas, mcngapa

Islamiayah Ceger; (12) Institute for Strategic

tidak ada wakil Konfiisius, sehingga ada or^

Watch for Free and Fair


Election (INSES); maupun dari luar nege-

ganisasi kemasyarakatan

(9)

Analysis Election

ri,

(1) Carter Centre; (2) Frederick

seperti:

Madman
Inc;

(4)

Foundation; (3) Liasion Agency

Embasy of The Republic Arab of

dan

pa;

gikan dengan kriteria

tidak bersedia

duduk sebagai wakil Utusan

Golongan;

Keputusan

(2)

KPU

ini

dianggap

nomi, khususnya koperasi {Tempo, 8 Agus-

umum

tuk memilih anggota

UU

UUD

1999). Penjelasan Pasal 2

1945

kali ini pun, selain un-

lengkapnya menyatakan, "Yang discbut go-

DPR, dan DPRD, juga

longan-golongan ialah badan-badan seper-

untuk mengisi keanggotaan

MPR.

Berdasar-

No. 4/1999 tentang Susun-

MPR, DPR, dan DPRD,


jumlah anggota MPR = 700 orang, yang
an dan Kedudukan

atas

sebaliknya

Shignoka Eiwa College Japan.

(7)

Pemilihan

terdiri

namun

itu,

juga ada organisasi kemasyarakatan yang

tus

kan Pasal 2

yang mcrasa dirur

European Union Uni Ero-

AS;
(8)

apakah orang-orang Cina tctap digor

menyimpang dari amanat UUD 1945, karcna tidak mengindahkan badan-badan eko-

Egypt; (6) Archibald National Democratic


Institute

perti

kriteria

500 orang anggota

DPR

ditam-

ti

koperasi, serikat pekerja,

dan

dan kolektif Aturan demikian


suai

Iain-lain ba-

memang

se-

dengan aliran zaman. Bcrhubungan de-

ngan anjuran mengadakan

dalam ekonomi, maka ayat

si

stem koperasi

ini

mengingat

bah 135 orang Utusan Daerah dan 65 orang

akan adanya golongan-golongan dalam ba-

DPR

dan-badan ekonomi". Daftar Icngkap or-

politik

ganisasi-organisasi yang ditcntukan untuk

Utusan Golongan. 500 orang anggota


icrdiri atas

yang

462 orang wakil partai

langsung lewat pemilu dan 38

dipilih

orang anggota

ABRI yang

diangkat.

an Daerah sebanyak 135 orang


atas 5 (lima) orang dari setiap

tidak dibedakan antara

sini

itu

DATI

Utus-

Lampiran

di

1.

terdiri
I.

Di

Jawa dan luar

Jawa atau antara daerah yang padat dan

ja-

rang penduduknya. Jadi keadaan demografi


tidak

mewakili Utusan Golongan dapat dilihat

Pada sidang pleno KPU, 22 April 1999,

diumumkan

DPRD

II

daftar kursi

(lihat

Tabel

DPR,

DPRD

I,

dan

1).

mempcngaruhi kuantitas wakil Utus-

an Daerah

di

tiap

DATI

Tentang jumlah penduduk, perkiraan

I.

jumlah penduduk yang berhak mencoblos,


Menurut keputusan KPU, 65 orang Utusan Golongan

ma =

itu terdiri

atas

golongan aga-

20 orang, ekonomi lemah = 9 orang,

dan jumlah penduduk yang lelah mcndaftarkan diri untuk ikut mencoblos, lihat Tabcl

2 dan

3.

^ ^
'

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1 999, No.

label

JUMLAH ANGGOTA
No

Propinsi

DPRD

Jumlah Penduduk

DI Aceh

!.

DPR,

DAN DPRD

II

SELURUH INDONESIA

DPR

Kursi

Kursi

DPRD

Kursi

4.114.400

DPRD
365

2.

Sumatera Utara

11.617.000

24

oJ

700

3.

Sumatera Barat

4.511.800

14

JJ

465

4.

Riau

4.330.100

in

JJ

5.

Jambi

2.613.700

6.

Sumatera Selatan

7.775.800

7.

Bengkulu

1.566.100

8.

Lampung

7 453 400

9.

DKIJakarta

I'o:

.lawa Barat

Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur

30.236.200

11.
12.:

13.

cc

/J

285
240
415

/J

415

9.704.600

18

QJ

43.864.800

82

uu

1.195

4
1

150

1.515

2 908 000

/I

34.569.400

210

nn

.560

Kalimantan Barat

3.892.500

a'TCalimantan Tengah

1.785.100

'

14.

JJ

310

190

7
JJ

240
340

55

98f)

Kalimantan Timur

2.744.800

Kalimantan Selatan

3.081.300

i 1

Bali

3.908.600

4.136.000

20.

Nusa Tenggara Barat


Nusa Tenggara Timur

3.754.200

13

55

21.

Timor Timur

891.000

45

22.

Sulawesi Selatan

7.922.500

4
24

75

410
265
785

23.

Sulawesi Tengah

2.098.100

45

185

24.'

Sulawesi Utara

2.862.200

45

250

25.

Sulawesi Tenggara

2.424.600

45

195

26.

Maluku

2.235.700

45

27.

Irian Jaya

2.387.100

13

45

210
275

209.389.000

462

.630*

1.785**

I6i-

-i

17., ,

is:'

'

Jumlah
*Dari 1.630 kursi

**Dari 11.785 kursi

11

DPRD
DPRD

I,

1.455
II,

dipilih,

10.495

dan 175

dipilih,

ABRI yang

ns

diangkat.

dan 1.290 ABRI yang diangkat.

Sumber. KPU.

Pelaksanaan dan Hasil Pemilihan

gasnya.

Umum

tratif

Pemilu 7 Juni 1999, yang didahului de-

ngan kampanye, 18 Mei

4 Juni 1999

itu,

ber-

rclalif

aman, dan pelaksanaan prin-

sip luber jurdil

semakin nampak, meskipun

langsung

intimidasi-intimidasi dari aparatur pemerin-

lah yang biasanya dilakukan untuk

nangkan Golkar masih

ada.

meme-

Rakyat masih

membcrikan suaranya, dan


kelemahan nampak pada aparal, yang

Kelemahan dalam

menonjol. Hal

lain oleh

ini

teknis adminis-

discbabkan antara

kurang tepatnya dalam rekrutmen

aparat penyelenggara pemilu, terutama dari


partai-parlai,

dan persiapannya yang

ngat singkat.

Bahkan masa kampanye yang dikhawatirkan akan terjadi kerusuhan seperli keru-

suhan Mei 1998, ternyala bcrlangsung

antusias untuk

cara aman.

justru

kar (khususnya di luar Jawa),

kurang profesional dalam mcnjalankan

tu-

sa-

Lima

partai,

se-

PDI Perjuangan, Gol-

PAN, PKB,

dan PPP, masih mendominasi pengerahan

..o

O
>^

I''

m ^

.-^^

in rn

^"

ON

r-"

(N <N

\q CN
oo" od'

<"

o
6

-O

O'

o'

00 rN 00 n
r-;
rs
NO (-' -i ON NO
00
On ON On

-t
in

'/^

'

'

On

cu
\0
OS
o m ON
o (N o
m
"n 00 00
(N (N in >n
o g!n5^2P!??;bdHpr-;ooCdb<bo\qoqoN'-^t^^^
Tj-

0\ <N 0\ (N 00
r-

13

1/-)

>/-)

-a-

--;(Nr~'o\>noo'\dd'3^cNONO(Noof2vo2Sr3f52S
(N0v0\00t-~in0N00N0(N>n<NO-r00rfO\OV0'i-'-^

s a

O o

n
'n

rN)

00 00
00 NO
ON
On

rN)

CN)

00

<n
>n

CNj

-o

NO
00

>n
>n (N <N <

O d

NO

NO O
o
in O rn
00 NO
t00 NO
o o

NO ON
in

s
u
ca

-g

p
oi

03

ra

ta

cd

c9

.2

cs
i-J

00 03

00

^
Q

oo

-:r

-rr

t--

On

NO

rN)

NO

NO in

-ct

in

o
in

fN)

NO

rvi

in

n
p
in 00

.in

ca
Is^i

<N ON ON
r*^ r^, in NO
rvi NO <N
<N

NO 00
00 CS
r- 00 NO
NO

.=3

li^

c3

cd

ca

ea

"

o
o
o
o
o 00 r~
o
o O
O O
o
o o
o
o o
o O
00
-T NO in in
-r p 00
NO
d
d
r~ NO n o o o
in
NO n
NO
(N
ON
d
-i
-i -T N

a.
1> -3
Q- ja

.Hi

P
o

r~-

ON
(N
NO

O
o
a;

rN|_

ON fN)
NO r~
in 00
-i rr\
ro

iz-i

rN)
-a-

CO

lid

03

-ar-~

in

rt
00 00
ON ON
ON ON
ON ON
00 00

;z;

ro

m
O
in r
rn

r-i

ci

.3
J2

2^

ea

ea

u
2
3

u
!

"ea
k.

ea

on

Ac

2
3

3
3

rt

00 OO

ea

03

ca

cJ5

y.

-r

in

NO

r~

00

On

ea

*N

rN)

rNi

t--

NO

(N

"=

in NO
<N <N

00
NO in

rN|

-T

rf in
NO rs
<N
On r~' NO
rNi

o o
P
00 NO <N
NO NO

O
00 On

rN4

NO

1^
in
00

00
00
in
r~

r-,

CN)

oo
NO

rrj

CQ
Timi

an

an

ani

ani

Kal

Kal

ca

ca

oo

oo
00

0(1

-^

Tei

Tei

s?

5!

-.

jniui

ca

2 2

c .
g .
.5 .S
"ea

NO

CN)

3.

oo
oo

g 2

ca

>

2
3,G2 S _5
3
'

or;

ca

00 00 OO

rvi

ca

is

^
3
ca

3 3

-a-

t:

ea

ca

IZ-i

ca
k
ca

00

ca

in O ON O o
o o
o
o o
o oo
o
o o
o o
o
t O ON O o
00 00 p o p in
~
in 00 -i (N NO
(N 00 <N
rn as H ON NO
NO
o
00
00 ON p 00
<N (N
r- p r- P
(N

ca

Of,

^3

rN)

Selai

ea

'35

CM (N

ea

:3

rNj

arat

Si

NO

NO
NO

tan

Barat

o
o

C3

3 g

t-H

Tengah

Utara

60
DO

00

.S .S
ts^

ea

ea

ONNO^t^ONONi^T^inr-inNOf^i

.3

03

0 0 0 A 3

in cr 00
r~ ON ON <N
00 rN|
NO
tN
in ON NO in
in
00
r~
t~ t~- r~
ro
NO
00 fNj
in NO
rN)
rn rN)
CNl
<N

in ON
in
in NO I--00 ON

ON

n O
o oo
o O
CN)

00 00
00 on

3 S
m c3
S
3
C
^
00 c_ CS C3
O 1^ 3 3
ca

ca

ea

3
U E

TO

ca

rNj

r-;

00 ""i
ro CNl
00 r- 00
in

<N
ON
r~

NO
o O
d ON
<N

>n

<L>

C3

.b Qi>

vO
vd
oo
!^

CNl

NO
ON

'(Nm"TrinNot~-oooNO
O)
irN|ro-:l-inNOr-00ON o--

ca
ca

<N

d O d
p
p

m
o

'a-

-rr

Of

ra

in
in

ON
ro (N fN)
ro f- o\
iri 00

CQ

<N

rvi

r- NO
00 00
<N (N rN) rON fN
r-^
ON NO CN <N
f
fN
rn rn
00
NO 00
00
r-;

cA

^^oorsONNd-^oo
roocN'^ONOomON
5
rsoooot^r^-^<oo

w
a

rtCS'^NO^^^'^'^ON-^t^Nornm
-HOONOtNoorn
r<\ rr,
in

in
00

*"*

ON

C3

NO On
NO ON
On
'n
00 NO
On
<n
rn
r^i NO 00 'n
n NO CN 00

ON
ON
in 00

CN

<N

00 n ON ON
NO in
NO
NO
fNi
NO
in
00 n

_3

Mai

oo oo -5

rial

i
I

<N'^-rnNcrinNOt^ooONO

rNi(NrN<(N<N<NrM(N

214

ANAUSIS

CSIS, Tahun XXVIII/] 999, No.

?,

mnssa. scmcnlara partai-parlai lainnya masiilil

unluk mcngerahkan massanya. Sa-

lah satu

faktornya adalah persiapan yang

sili

pcnghitungan suara yang tidak transparan


schingga mengundang kccurigaan-kccurigaan, yang pada akhirnya muncul
tuntutan
agar pcmilu di bcbcrapa dacrah diulangi,

sangat singkat, di samping masalah dana,


schingga masyarakat pada umumnya tidak

mcngcnal

partai-partai barn

nampaknya massa

an yang

tcrsendiri, karena:

(1)

kcrusuh-

pada giliran kampanyc Gol-

icrjadi

kar dilakukan olch anggola Golkar scndiri,

kampanyc Golkar

scpcrti

di Jakarta,

24 Mei

beberapa

TPS

Sula-

di

KPU. Banyak

kerja

pcdas dialamatkan

krilik

kcpada KPU, tcrmasuk wewenangnya. Ini


muncul antara lain karena KPU gagal mengcsahkan hasil pcmilu tepalipada waktunya, karena sebagian besar anggota

KPU

1999; (2) apakah gangguan atas rapat Gol-

menghendaki agar pelanggaran-pelanggar-

kar bcnar-bcnar dilakukan olch anggota PDI

an pcmilu diselesaikan Icbih dulu. Heterogenitas kepentingan politik begitu mcnon-

Pcrjuangan, scpcrti misalnya pada kasus rapat Golkar di

Purbalingga, 2 April

1999.

'

Catatan khusus justru pcrlu ditujukan


kcpada aparat penyclenggara pcmilu dan

cing unluk mclakukan kcrusuhan. Khusus

pcndaJaman

tcrjadi di

wesi Utara.

partai tidak terpan-

Icnlang kampanyc Golkar kiranya pcrlu

sc-

yang

pcrti

itu. Ada usaha


untuk mcngganggu jalannya kampanyc, tc-

tapi

Muncul banyak

jol.

demi kepen-

interprctasi

Catatan Icbih lanjut mcngcnai kampanyc Pcmilu 1999. antara lain: (1) pcngerahan

tingan politik kelompoknya scndiri. misal-

nya tentang jatah kursi

DPR

bagi partai-

partai

yang tidak memenuhi perolchan

ulamanya: (2) partai-partai bclum siap untuk

suara,

atau tctap diperbolchkan mengikuti

mcnawarkan programnya

Pcmilu 2004 bagi partai-partai gurem.

massa.

.s77ovi'

of forces, masih mcnjadi

ciri

sccara matang, sc-

baliknya ycl-ycl masih mcnjadi

Karena persoalan internal


sulit

lainnya, scpcrti kedae-

"

masih ikut mcwarnai upaya menarik


massa; (4) masalah idcologi tidak banyak
rahan,

mcwarnai

isi

kampanyc;

Iclah mulai ikut

pun

(6)

meski-

tidak scgcncar pcmilu-pcmilu scbelum-

nya.

money

politics disinyalir

masih

itulah.

KPU

tcntukan, schingga bcbcrapa jadwal persiapan pcmilu, dan

pengumuman

hasil pe-

mengalami penibahan mau-

pun penundaan. Akibalnya pclantikan ang-

caprcs-caprcs

dikampanyckan;

'\

menepati jadwal waktu yang tclah di-

milu, terpaksa
(5)

pidato

ciri

para jurkam: (3) scntimcn-scntimcn agama

dan primordialismc

gota

DPRD

juga mengalami penundaan.

Keadaan yang dcmikian

ini

tclah

menim-

dija-

lankan juga. misalnya olch Partai Golkar dan

bulkan kecaman-kecaman kcpada KPU. mulai

PDR.

dari

gota

Mcskipun diakui pclaksanaan pcmilu

kecaman

KPU yang

atas ulah bcbcrapa ang-

ingin

mcnggagalkan pc-

milu, elite politik yang tidak bersedia

mc-

tclah bcrjalan Icbih dcmokratis

dan dapat

nandalangani hasil pcmilu scbagai pcng-

mclaksanakan prinsip-prinsip lubcr dan jur-

khianat aspirasi rakyat sampai dengan tun-

dil.

tidak bcrarti

bahwa pcmilu

kali ini tclah

tutan agar

KPU

dibubarkan

saja.

bcbas dari pclanggaran, misalnya kampanyc

dak bersedia menandatangani

dilakukan scbelum waktunya. scpcrti kam-

lu

panyc Baramuli untuk Golkar

di

Sulawesi,

karena

hasil

li-

pcmi-

dengan alasan pemilunya masih curang


28

Juli 1999).

215

ANALISIS PERISTIWA

Yang

terjadi berikutnya lebih

kacau dan

amburadul (Kontan, No. 44, Tahun


Agustus 1999). Ketua

KPU

III,

Rudini langsung

Meskipun jumlah

persen).

partai

yang me-

nandatangani hasil pemilu tidak mencapai


suara mere-

KPU, perolehan

2/3 anggota

menyodorkan persoalan pemilu itu kepada


Presiden, yang kemudian secara bersayap

ka tetap jauh lebih besar daripada mereka

menyatakan, pemilu sah. Bersayap karena

Partai-partai

di

mengatakan pemilu telah sah,


sisi lain memberi waktu satu ming-

satu sisi

tetapi

di

yang tidak bersedia menandatangani hasil pemilu itu telah dikecam


ingin menggagalkan pemilu.

gu kepada Panwas untuk menguji keberatan

KPU

Banyak orang

itu.

tidak sadar, tata

dengan

main yang

atiiran

partai.

an untuk memerintahkan Panwas melakukan sesuatu. Prosedur yang benar bukan dari

dari

ke Presiden, terns ke Panwas. Tetapi

KPU

langsung ke Panwas. Presiden

dak perlu

ikut-ikut,

nyelenggara pemilu.

Yang

disebut dengan

penyelenggara pemilu menurut

ni

KPU,

UU

Ini

Perjuangan,

dapat dilihat dalam kasus PDI-

PKB, dan PAN;

(2)

Sikap ma-

syarakat atas suatu partai. Ini dapat dilihat

dalam kasus kekalahan Golkar dan keme-

nangan PDI-Peijuangan

No. 3/

Umum ada tiga, yak-

an Jawa dan

di

daerah pemilihr

ngan pemerintah

ma

Ketidaksenangan masya-

itu,

mempakan

faktor uta-

kekalahan Golkar dan kemenangan PDI-

Perjuangan di daerah pemilihan Jawa dan


Bali.

PPS, dan Panwas.

Bali.

rakat kepada Golkar, yang disamakan de-

panitia pelaksana dari PPI sampai

Di samping

juangan

KPU

pemi-

ti-

karena dia bukan pe-

1999 tentang Pemilihan

atas hasil

menunjukkan bahwa perolehan suara


partai-partai itu dipengaruhi oleh: (1) Tokoh

telah diga-

riskan. Presiden tidak memiliki kewefiang-

KPU

Penyimakan sementara
lu itu

cara yang demikian ini ternyata tidak sesuai

hasil pemilu.

yang tidak menandatangani

itu,

di daerah

kemenangan PDI Per-

pemilihan Jawa dan Bali

me-

juga sangat dipengaruhi oleh peran Mega-

nandatangani hasil pemilu,. PDI Perjuangan

wati sebagai simbol anti-rezim Soeharto dan

memenangkan perolehan

Meskipun

beliun secara resmi

meskipun

ti-

rezim Habibie yang dianggap kelanjutan


dari rezim Soeharto; (3) Primordialisme. Hal

dak secara single majority. Sebagaimcina

te-

ini

dapat dipastikan

suara dalam Pemilu 1999

lah
an,

ini,

nampak dalam kampanye, PDI PerjuangGolkar, PKB, PPP dan PAN mempakan

lima partai politik yang menguasai pemilu

dengan perolehan suara sebagaimana

yang tercantum dalam Tabel 4 dan


Berdasarkan Tabel 4 dan

5,

lah perolehan suara partai-partai

jum-

yang ber-

sedia menandatangani hasil pemilu jauh le-

bih besar daripada jumlah perolehan suara


partai-partai

yang tidak bersedia menanda-

tangani hasil suara

lam rapat

maupun

kar di daerah pemilihan luar Jawa, khusus-

nya daerah Iramasuka;


tutup atau terbuka
ini

(4) Sifat daerah, ter-

dalam komunikasi. Hal

nampak dalam kasus kemenangan Gol-

kar di daerah-daerah yang relatif masih su-

5.

ternyata

nampak dalam kasus kemenangan Gol-

tidak hadir da-

lit

komunikasinya, sehingga kasus-kasus

atau kritik-kritik tajam yang

menyudutkan

Golkar tidak banyak diketahui oleh masyarakat; (5)

The Big Five

itu

pada dasarnya

adalah partai-partai yang telah lama

mem-

punyai basis di masyarakat.

98.348.208 (93,03 persen),

Kini muncul persoalan baru berkaitan de-

6.741.951 (8,38 persen) dan 630.502 (0,60

ngan cara pembagian kursi DPR, karena ada

itu,

"

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1 999, No.

label 4

PEROLEHAN SUARA LIMA PARTAI BESAR


No.

Daeran remiuhan

1.

DI Aceh

2.

PDI Peijuangan
126.038

PKB

Golkar

PPP

PAN

1 75n
11./
J\J

154.373

177.069

3.

Sumatera Utara
Sumatera Barat

212.347

459.528**

17 f)8^

'HJU.04y

4.

Riau

583.583

632.609**

62 851

one

5.

Jambi

286.042

400.495**

6.

Sumatera Selatan

1.378.668*

781.517

174

7.

Lampung

1.322.032*

636 570

38fi

8.

Bengkulu

198.512*

190.731

94

9!

DKI

1.895.964*

541.346

174

10.

13.

Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur

14.

Kalimantan Barat

405.543

15.

Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan

283.564*

11.
12.

16.
1-7.

2.052.680*

Jakarta

18.

Bali

19.

Nusa Tenggara Barat


Nusa Tenggara Timur

20.

7.507.503*

5.439.334

7.380.900*

2 300 625

643.202*

258.745

6.703.699

316.565

Kalimantan Timur

383.168*
1.500.050*

imoi

imur

1.128.529

57 7Qfi

con

o1

QT/I

465.543

430.880
216.688

OA /^0
1/0.
ozl

88.721

900 770

//y.I04

3M
1

7/CC c/Tj

9R

^"3

nan
/y7.766

S j.j4o
1 l/IC
j.Jl

1./07.252

.oyy.jyu
Q7

1.197.643
Oil ^ 1 r\
31 1.619

-3

^.yjj .J 1

OSl 940

2 510 025
511.513**

1 0'?4

ICSltrf

~}\J

98
87/1
68.0/4
1
75
/J 1 107
1 0/

.\JQ\J

336.629

131.050

o^;7

0
940.342
c\Ar\

700 7Q7
zuy.
/yz

47 0Q8
47 SOI

221.940
357.278**

51.794

ouo.zyo

fifil

699 194

173.491

Q'30

4/./34
1

30.198
A
lU

'27 1
J /.I

7 XfiS

7
A1A
1 D .4/4

7 630

OOA

196.984

32.253

231.654

735.733**

52.094

198.429

71.520

714.312

759.156**

7.147

43.100

29.270
9.618

19.908

168.592**

629

2.211

22.

Sulawesi Utara

364.043

811.899**

13.152

122.567

34.124

23.

Sulawesi Tengah

154.640

585.592**

17.692

114.660

26.737

24.

Sulawesi Tenggara

109.708

505.345**

15.365

53.765

17.747

25.

Sulawesi Selatan

247.112

2.481.914**

58.876

313.903

129.712

26.

Maluku

296.793

326.115**

11.879

191.014

21.564

27.

Irian Jaya

270.843

308.632**

15.069

23.647

27.280

13.336.982

11.329.905

7.528.956

Jumlah

35.689.073

23.741.749

33,74%

22,44%

12,61%

10,71%

7,12%

mana perolehan suara dimenangkan oleh PDI Peijuangan (1 1 daerah).


mana perolehan suara dimenangkan oleh Golkar (14 daerah).
Daerah di mana perolehan suara dimenangkan oleh PKB (1 daerah).
# Daerah di mana perolehan suara dimenangkan oleh PPP (1 daerah).
*

Daerah

di

** Daerah di

Sumber. KPU.

yang tidak habis dibagi oleh Bilangan Pembagi Pemilihan (BPP). Dari jumsisa kursi

lah kursi

DPR

yang diperebutkan lewat pe-

BPP masih menyisakan

milu setelah dibagi

120 kursi. Sedangkan 342 kursi telah berhasil didistribusikan

ke beberapa

partai. Per-

mula Delapan
formula

an

UU

ini

Partai Islam.

Munculnya dua

disebabkan oleh kekurangjelas-

No. 3/1999 dan beberapa

yang mengatur stembus accoord. Perdebatan

di

PPI mengalami jalan buntu sehing-

ga dibawa ke KPU, telapi justru menjadi

soalannya adalah bagaimana membagi 120

semakin ruwet. Hal

kursi sisa itu kepada partai-partai peserta

asul Ketua

pemilu. Untuk

itu

mungkas, yang memunculkan

la di PPI, yaitu

formula Pokja Tiga dan

berkembang dua formufor-

SK KPU

ketiga.

ini

Umum PUDI

Intinya

berkaitan dengan
Sri

Bintang Paide formula

mengumpulkan semua

sisa

217

ANALISIS PERISTIWA

label 5

PARTAI YANG TIDAK HADIR


PADA ACARA PENANDATANGANAN
BERITA ACARA HASIL PEMILU 1999

YANG BERSEDIA
MENANDATANGANI HASIL PEMILU
PARTAI-PARTAI

No.
Partai

Nama

Jumlah

Partai

Suara
"inn

PKU

PPP
psn

9
10
11

PDI-P

14
15

PDKB
PAN

17

PSTI 1905

PBB

Suara

269.309

0,25

152.589

0,14

Pilar

40.517

0,04

PCD

168.087

0,16

Jumlah

630.502

0,60

10 72

09n

0,36

PUI
Masyumi

^^ 76

19

jDU.040
T <9Q Q^fi

n S9

40

152.820

0,14

"39^

7 19

2.049.708

1,94

0,35

PNIFM

27

IPKI

328.564

0,31

28

PR

208.157

0,20

30

PNIMM

33

Golkar

345.720

0,33

23.741.749

22,46

551.028

0,5Z

34

PP

35

PKB
PDR
PKP

13.336.982

12,62

427.854

0,40

1.065.686

1,01

Jumlah

98.348.208

93,03

Bam

suara partai di tingkat pusat, lalu dilaku-

kan pemeringkatan. Dengan formula inisemua partai akan mendapatkan limpahan


kursi. Tetapi usul

YANG TIDAK BERSEDIA


MENANDATANGANI HASIL PEMILU

No.

Nama

Jumlah

Partai

Partai

Suara

PIB

192.712

0,18

Krisna

369.719

0,35

PNI

311.137

0,29

PADI

85.838

0,08

289.489

0,27

12

KAMI
PAY

213.979

0,20

13

PKM

104.385

0,10

PRD
PKD

78.730

0,07

216.675

0,20

16

18

23

PARI
PPIM
PSP

24

PK

25

PNU

29

PID
Murba
PDI

20
21

31

32
36
37
38

54.790

0,05

456.718

0,43

itu

Akhirnya perjuangan partai-partai ke(gurem), termasuk yang melalui delapan

partai Islam bersepakat

PARTAI-PARTAI

Umum PUDI

Ketua

ditentang oleh banyak pihak.

cil

0,28

"390 Qft^

1 1

26

41

Jumlah

Partai

No.

365.176

39

Nama

ParUi

gagal setelah

KPU

stembus accoord,

melalui Rapat Plenonya

tanggal 30 Agustus 1999

memutuskan mem-

bubarkan stembus accoord lewat voting.


Hasil voting menunjukkan 43 suara setuju
stembus accoord dibubarkan, 12 menolak
stembus accoord dibubarkan, dan dua abstain. Pada tanggal 1 September 1999, PPI
berhasil

melakukan perhitungan peroleh-

an kursi

DPR

(lihat

Tabel

6).

Menurut perhitungan akhir

ini,

hanya

21 partai yang mendapatkan kursi. Ini

9.807

0,05

1.436.585

1,36

679.179

0,64

diri atas

62.901

0,08

oral threshold, yaitu yang

62.006

0,06

655.052

0,62

dari 2 persen kursi

PUDI

140.980

0,13

juangan (153

PBN

111.629

0,11

MKGR

204.204

0,19

PPP
dan

enam

(58),

PBB

ter-

partai lolos ketentuan elect-

DPR,

kursi),

mendapat lebih

PDI Per-

seperti

Golkar (120 kursi),

PAN

(34 kursi),

(13 kursi); lima partai

yang tidak

PKB

(51 kursi),

42

SPSI

61.105

0,06

43

PNBI

149.136

0,14

44

PBI

364.291

0,34

melebihi ketentuan electoral treshold, se-

45

SUNI

180.167

0,17

perti

46
47
48

PND

96.984

0,09

PUMI

49.839

0,05

(5 kursi),

PPI

63.934

0,06

dan sepuluh partai yang masing-masing

6.741.951

8,38

hanya mendapatkan satu

Jumlah

PK

(7 kursi),

PKP

PDKB

(4 kursi),

(5

kursi),

dan PDI

kursi.

PNU

(2 kursi);

218

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

label 6

dijadikan petunjuk awal

PEROLEHAN KURSI LIMA PARTAI BESAR


No. Daerah

PDI-P

Golkar

PKB

PPP

PA]

Pemilihan

Riau

Jambi

Sumsel

Lampung

Bengkulu

13>

DKI

10

Jabar

07*
z
/

Jateng

zo

12

DIY

13

Jatim

Zj

24@

14

Kalbar

A
n*

Jakarta

z^^
4

syarakat

dianutnya dan asas partai.

zU

13

10

3"

Kalteng

Zi0

Kalsel

17

Kaltim

Z
1*

Bah

7*

NTB
NTT

4**

20

6**

2i

Timtim

22
23
24
25
26
27

Sulut

2$$
4**

19

4#
3

15

3**

3**

Sulsel

16**

Maluku

2$$

154

120

(1

ity itu,

di

PPP

daerah).

(1

mana

51

58

34

PDI Perjuangan menjadi

partai

yang me-

merintah. Berbeda dengan negara-negara

yang menganut sistem ruling party, seperti India, Jepang, ataupun negara-negara
Eropa Barat, di mana partai pemenang pemilu otomatis menjadi partai yang memerintah,

kursi

dimenangkan

dan Ketua

Umumnya

menjadi Ke-

pala Pemerintahan (biasanya PM).

perolehan kursi dimenangkan

Persoalannya

Daerah di mana perolehan suara dimenangkan


PDI-P tetapi perolehan kursinya sama dengan

Golkar (2 daerah).
Daerah
$$
di mana perolehan suara dimenangkan
Golkar tetapi perolehan kursinya sama dengan

PDI-P

tidak secara otomatis menjadikan

daerah).

Daerah

menganut ruling party, justni lebih

pemerintah, menjadikan perolehan kursi


PDI Perjuangan yang hanya simple major-

oleh Golkar (10 daerah).

PKB

Sistem kepartaian di Indonesia yang

Daerah di mana perolehan kursi dimenangkan


PDI-P (9 daerah).
** Daerah di mana perolehan
kursi dimenangkan

oleh

belum memberi jaminan ke arah

saat ini

tepat dikatakan partai-partai adalah milik

oleh

mana perolehan

sistem kepartaian dan sistem pemi-

di

yang memerintah dan menjadi Kepala Pemerintahan (Presiden). Di samping


kemenangannya tidak mencapai single mapartai

tidak

agama yang

wati Sukarnoputri, tidak otomatis menjadi

itu.
1

5**

Irja

antara

lihan Presiden yang berlaku di Indonesia

membedakan

PDI Perjuangan
itu membawa persoalan bam,
karena PDI
Perjuangan dan Ketua Umumnya, Mega-

jority,

J"

Sulteng

Daerah

ini

Tetapi kemenangan

Sultra

Jumlah

yang

yang berasaskan agama. Hal

tai-partai

16

partai

juga dapat dijadikan petunjuk bahwa


ma-

DI Aceh
Sumut
Sumbar

bahwa

"terbuka" masih lebih laku ketimbang


par-

(4 daerah).

kekuatan

di

MPR

sini

dengan kom-

DPR. Ada Utusan Dae-

rah dan Utusan Golongan. Jadi kepastian


siapa menjadi Presiden

RI periode 1999-2004

SU MPR

ber 1999. Bila Ketetapan

MPR/1973

Epilog Pemilu

adalah komposisi

tidak paralel

posisi kekuatan di

masih menunggu

Sumber. PPI.

di

bulan Novem-

MPR

RI No.

II/

tentang Tata Cara Pemilihan Pre-

siden dan Wakil Presiden masih diberla-

Kemenangan PDI Perjuangan dan


lehan suara Golkar,

PKB

serta

PAN

SU MPR

pero-

kukan dalam

dapat

tidak ada calon tunggal, untuk terpilih se-

1999 nanti, dan bila

219

ANALISIS PERISTIWA

bagai Presiden, Megawati haras mendapat


haras
suara terbanyak. Ini berarti Megawati

mendapat 351 suara (separah jumlah anggota MPR ditambah satu) dalam pemilihan
Presiden di

SU

hal saat ini

MPR

November

1999. Pada-

PDI Perjuangan bara menda-

patkan 153 kursi. Jadi masih kurang 198.

Keadaan semacam
si

ini

memberikan indika-

bahwa persaingan dalam pemilihan Pre-

Penyimakan selama ini menunjukkan


bahwa perjuangan Megawati untuk menjarat,

mendapat tantangan yang be-

tidak saja dari pesaing utamanya, B.J.

Habibie, tetapi juga dari kelompok-kelom-

pok yang merasa tidak akan berperan


Megawati tampil sebagai orang Nc

bila
1

di

Indonesia. Isu gender,

SARA, khususnya

agama, kesukuan,

belakang pendidik-

an,

latar

Per-

juangan, Lentengagung, Jakarta, 29 Juli


1999, banyak dikomentari selain sebagai

pemecah "kemisteriusan" sikap diamnya


juga merapakan jawaban atas berbagai

itu,

isu,

atau pertanyaan yang dialamatkan,


baik kepada PDI Perjuangan maupun kepada Ketua Umumnya. Memang di sanakritik,

masih kurang tajam,

sini dirasa

tetapi pi-

militerisme, penga-

wab persoalan tentang

amandemen

dilan terhadap Soeharto, dan

UUD

1945. Dari pidato ini tidak benar bila

PDI Perjuangan

tidak pro-reformasi.

Oleh

sebab itu reformasi tanpa mengikutsertaR;


kan PDI Perjuangan sulit terlaksana (D

&

No. 51/XXX/2-7 Agustus 1999:

Namun

sebaliknya,

kubu

3,

15).

Habibie ju-

B.J.

kriteria-kri-

ga teras digoyang. Kasus Bank Bali yang


melibatkan kawan-kawan Habibie hanya sa-

Capres yang tidak lazim, yang secara

lah satu contohnya. Sementara itu konflik

pengalaman berorganisasi, dan penga-

laman menjadi Presiden, atau


teria

DPP PDI

dato Megawati itu setidaknya telah menja-

siden bakal "ramai".

di Presiden

Pidato Megawati di kantor

sistematis dilontarkan sekarang ini,

pada

internal Golkar (Golkar Putih

dan Golkar

dasarnya merapakan usaha untuk mengganjal usaha Megawati menjadi Presiden.

Hitam) dapat mengganggu usaha B.

Sebenarnya usaha semacam

gi.

ini

juga telah

J,.

Ha-

menduduki jabatan Presiden laSementara itu^ munculnya Poros Tengah

bibie untuk

dilakukan menjelang pemilu, dengan meng-

sebagai suatu alternatif, dengan vokalis uta-

PDI Perjuangan ada-

manya Amien Rais merapakan suatu reaksi


atas menajamnya persaingan antara kubu

isukan 90 persen caleg


33

lah non-Muslim.

Terkait dengan hal

ini,

juga dilontar-

kan kecaman kepada Megawati, yang selama ini diam saja, tidak terdengar upaya

Megawati dan kubu

B.J.

Habibie.

Catalan terakhir usai pemilu

ini

adalah

pemenang pemilu untuk melakukan penjajagan-penjajagan kerja sama dengan partai-partai reformis yang lain. Se-

jarak waktu yang cukup lama antara pemilu

politik sekarang ini di-

kehilangan maknanya, sehingga dapat me-

dari partai

hingga bila

situasi

ibaratkan dengan

dak berada

di

main

bola, juslra bola

ti-

tangan Megawati. Bola justra

dan

SU MPR,

yang

relatif

pemilu, seperti Golkar dengan B.J. Habibie,

atas

Amien

ini

bulan.

Waktu

menjadikan pemilu

mengundang terjadinya kecurigaan


hasil pemilu maupun hasil SU MPR

dapat

atau poros tengah dengan

lama

enam

nimbulkan sikap apatis dalam masyarakat..


Di samping itu, suasana yang demikian ini

berada di tangan partai yang kalah dalam

Rais.

sekitar

yang akan datang.

220

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

Penutup

milu yang akan datang

jadi sangat perlu.

Meskipun banyak yang berpendapat bah-

anggap melebihi wewenangnya sebagai pemerintah transisi. Tugas pemerintah transisi

wa

pemerintah hasil pemilu tidak akan


dapat segera mengatasi krisis, tetapi
pemilu

sebaiknya mengutamakan agenda yang telah ditetapkan MPR, seperti


pengusutan

kiranya perlu untuk mengatasi kontroversi tentang legitimasi pemerintah


seitu

KKN

yang dilakukan oleh mantan Presiden Soeharto dan kroni-kroninya, menjamin

karang

dibangun kemyang pada gilirannya secara bertahap


dapat membawa bangsa Indonesia keluar
bali,

dari krisis.

Sebenarnya beban yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini sangat


akumula-

Oleh sebab

pemerintah dan

itu,

masyarakat perlu memusatkan perhatian pada pemilu, hindari kebijakan dan langkah

pekerjaan nimah yang bertimbun, se-

yang aneh-aneh,

serta selalu

mengusahakan

pemilu beijalan secara luber dan

mana yang hams didahulukan dan ma-

na yang perlu ditunda. Diperlukan pilihan

Dengan pemerintah yang

kredibiltas pemerintah dapat

dapatkan sembako.

tas,

ini.

secara formal lebih konstitusional


diharapkan

pelaksanaan pemilu yang luber dan jurdil,


serta mengatasi kesulitan rakyat untuk
men-

hingga tidak mungkin diselesaikan sekarang juga. Oleh karena itu perlu skala priori-

sosialisasi peraturan

perundang-undangan tentang Pemilu men-

Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah B.J. Habibie menimbulkan sikap pro
dan kontra, serta kontroversi, yang juga di-

tif,

Tiga

UU

UU

bidang

yang

Politik,

UU

tentang Partai Politik,

yang lebih tepat, yakni dengan


pertimbangan utama adalah untuk kepen-

dan Kedudukan MPR,

tingan rakyat banyak, bukan disertai per-

lain diskriminatif juga tidak

prioritas

timbangan

politik

pemerintahan

itu sendiri,

seperti

sekadar untuk mencari

dukungan

transisi

Mengingat itu semua,


penyediaan sembako yang adil dan merata
sesuai daya beli rakyat, menjamin
keamanpolitik.

an masyarakat,

serta

menghilangkan proses

manipulasi dan keculasan dalam pemilihan

umum,

penegakan hukum, perlu mendapatkan perhatian yang utama dan sakserta

sama.

kan peraturan perundang-undangan tentang


pemilu maupun persiapan partai
tuk terjun dalam pemilu.

yang demikian
sil

milihan

ini sulit

yang optimal

politik

untuk mencapai ba-

dari tujuan diselenggaraitu,

terdiri atas

tentang Pe-

tentang Susunan

DPR

dan DPRD,

se-

mendukung

hidupan kepartaian. Oleh sebab

UU

bidang Politik

itu

hams

teri-materi atau pasal-pasal

itu

tiga

Mayang menghamdiperbaiki.

bat proses demokrasi perlu diganti, dan se-

baliknya pasal-pasal yang

mendukung pertumbuhan proses demokrasi hams diperbanyak.

sejauh

Substansi

UU

bidang Politik bukan

mana pemerintah mengontrol


politik rakyat,

na kedaulatan rakyat

kehi-

melainkan sejauh maitu

tercermin.

KEPUSTAKAAN

un-

Dalam keadaan

kannya pemilu. Oleh sebab

Umum, dan UU

jurdil,

proses demokrasi, khususnya dalam hal ke-

dupan

Singkatnya waktu persiapan pemilu membawa konsekuensi sulitnya mensosialisasi-

untuk pe-

1.

Kementerian Penerangan, Kepartaian dan


Parlementaria Indonesia (Jakarta: Departemen
Penerangan, 1954), dan Konstituante Rcpublik
Indonesia, Risalah Perundingan Tahun 1957,
Jilid

Vn.

221

ANALISIS PERISTIWA

2.

Sonata, Thamrin (penyunting). 1999.

UU Po-

Buah Reformasi Setengah Hati

(Jakarta:

litik

segera mengirim

RUU

ke DPR, yakni: (1)

Minyak dan Gas;

(2)

RUU

ten-

tang Kehutanan); (3) RUU tentang Jasa Konstruksi; (4) RUU tentang Telekomunikasi; dan

PAKBA).

Yayasan

tentang

Uma RUU

Hubungan Luar Negeri {Kom1999). Bahkan dalam tahun


pas,
1999/2000 Depkeh menyiapkaii 44 RUU demilyar. Baca penjelasan
1
ngan anggaran Rp.
Dirjen Hukum dan Perundang-undangan (Kum(5)

RUU

tentang

13 Februari

CATATAN AKHIR

Kompas, 9 Maret 1999. Dalam pertemuannya


dengan Wakil Ketua MPR Pudjono Pranyoto, di
Jakarta, 8 Maret 1999, Badan Pengawas Pelaksanaan Reformasi Total (Bappertal) menyatakan:

Antara Presiden dan para Menteri, atau di antara para Menteri sendiri, tidak ada koordinasi.
Mereka jalan sendiri-sendiri. Contoh berikut

Habibie telah melecehkan Tap

(a) Presiden B.J.

MPR
MPR

dang) dalam Republika, 11 Januari 1999.

Rl No. Xl/MPR/1998, oleh karena itu


agar segera menyelenggarakan SI MPR

dapat menunjukkannya: (a) Presiden berbeda pendapat dengan Menteri Perhubungan


mengenai kredit untuk nelayan kecil. Presiden
B.J. Habibie menegaskan, Menteri Perhubungini

untuk meminta pertanggungjawaban Presiden;


(b) Presiden B.J. Habibie telah tidak

memenuhi

syarat sebagai pelaksana atau penanggungjawab

an agar segera menindaklanjuti kebijakan kredit untuk nelayan kecil. Sebaliknya Menteri
Perhubungan menegaskan, yang mengatur mekanisme kredit bukan Menteri Perhubungan

Pemiiu 1999, seperti yang diamanatkan oleh


Tap MPR RI No. XIV/MPR/1998 tentang Pe-

mihhan Umum.
2

17

RUU

yang diajukan pemerintah ke

RUU

DPR

melainkan Menteri Keuangan; (b)

adalah sebagai berikut: (1)


rangan Praktek Monopoli (rencana selesai 18

RUU

Februari 1999); (2)

Konsumen (rencana
RUU tentang Bank

tentang Perlindungan

selesai

30 Maret 1999);

bernur

(3)

KKN

Bank

Sentral tentang masalah perbank-

Habibie dengan Jaksa Agung Andi M. Ghalib


tentang bocornya pembicaraan Presiden dan
Jaksa Agung perihal pengadilan mantan Pre-

Maret 1999); (4) RUU


Daerah (rencana selesai 9 April 1999); (5) RUU
Referendum (rencana selesai 1 Maret 1999);
(6) RUU tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas

ketidak-

an; (d) Ketidaksinkronan antara Presiden B.J.

24
tentang Pemerintahan

Sentral (rencana selesai

(rencana selesai

Ada

sinkronan antara Kepala Bulog dan Menteri


Pangan tentang beras impor; (c) Ketidaksinkronan antara Menteri Keuangan dan Gu-

tentang La-,

siden Soeharto; (e) Perbedaan pendapat antara

Presiden B.J. Habibie dan Pangab Jenderal

TNI

an Negara (rencana selesai 14 April 1999); (12)

Wiranto tentang pemusatan pasukan di sekitar kediaman Presiden B.J. Habibie; (f) Ketidaksinkronan antara Menpora dan Mensos
tentang dana olahraga yang ditarik dari masyarakat. Menpora tidak tahu-menahu dan tidak diajak bicara mengenai keputusan Mensos
yang mengizinkan semacam Kuis Olahraga; (g)
Perbedaan pendapat antara Presiden B.J. Habibie dan Mendagri Syarwan Hamid, tentang
pemekaran wilayah Maluku dan Irja. Presiden
B.J. Habibie semula menghcndaki dilakukan
sebclum pemiiu. Sedangkan Mendagri Syarwan

RUU

Hamid menghendaki scsudah

April 1999);

(7)

RUU

tentang Perimbangan Ke-

uangan Pusat dan Daerah (rencana selesai 9


April 1999); (8) RUU tentang Pengesahan
Konvensi Penghapusan Ras Diskriminasi (rencana

selesai

HAM

6 April

Juni atau Juli

cabutan

1999); (9) RUU tentang


(rencana selesai 19

HAM

dan Komnas

1999); (10)

UU No

RUU

tentang Pen-

11/63 tentang Pemberantasan

Kegiatan Subversi (rencana selesai 14 April


1999); (11) RUU tentang Perubahan KUHP
Bcrkaitan dengan Kejahatan terhadap

lah

Keaman-

tentang Arbitrase (rencana selesai sete-

pemiiu); (13)

RUU

tentang Pemberantasan

belum
tentang Pcmbentukan Kota-

Tindak Pidana Korupsi (rencana


pasti);

(14)

madya
bclum

Dati

RUU
II,

pasti);

Kotamadya (rencana

(15)

RUU

selesai

selesai

RUU

di Indonesia. Hal ini tcrungkap dalam Sidang Kabinet Terbatas Bidang Polkam, 3 Maret

1999.

tentang Lalu Lintas Devisa

(rencana selesai belum pasti); dan (17) RUU


tentang APBN (rencana selesai 26 Februari
1999). Di samping

itu

pemerintah juga akan

Ambon telah
mendorong beberapa pimpinan ABRI untuk
mcndesak diberlakukannya Hukum Darurat Si-

Berlarut-larutnya kerusuhan di

pil

tentang Penyeleng-

garaan Ibadah Haji (rencana selesai 15 April


1999); (16)

pemiiu.

Baca "Faksi-faksi yang Muncul di antara Menteri" dalam Analisa Kabinet Reformasi, Merdeka, 12 Januari 1999. Disebutkan antara

lain,

222

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

di

dalam Kabinet

itu

Akbar TanPendukung Habibie,

terdapat Faksi

jung, Faksi Ginanjar, Faksi

yang telah berlangsung cukup lama itu. Hal


itu disampaikan kepada Menlu AS,
Madeleine
Albright, dalam pertemuannya di Hotel Boro-

Faksi Militer, Faksi Adi Sasono, Faksi NonGoikar, dan Faksi Syarwan-Ginanjar.

budur, 4 Maret 1999.

Baca pernyataan Direktur Institute of Development Economic Analysis (IDEA) dalam Kedaulatan Rakyat, 6 Maret 1999.

Menteri Koperasi Adi Sasono mendirikan partai baru, yakni Partai Daulat Rakyat (PDR).

Rekaman pembicaraan

Matori Abdul Djalil, Ketua PDI-P


Dimyati Hartono, dan Deklarator GKPB Sarwono Kusumaatmadja, dalam Kompas, 20 Februari

Agung Andi M. Ghalib itu


dimuat oleh majalah Panjl Masyarakat No. 45 Tahun II, 24 Februari 1999.

17 Baca penjelasan Ketua

PKP Tatto Raja Manggala dalam harian Kedaulatan Rakyat, 4 Maret


1999, yang antara lain menegaskan bahwa le-

kali

Lihat penilaian

bih baik Presiden B.J. Habibie secepatnya lengser keprabon, karena kehadirannya justru me-

Amien Rais tentang TNRM3,

dalam Kompas, 28 Februari 1999.


10

nyebabkan permasalahan yang dihadapi bangsa


Indonesia semakin menumpuk. Kerusuhan terjadi di mana-mana, dan bangsa Indonesia menghadapi ancaman disintcgrasi. Baca pula pernyataan Ketua PDI Perjuangan Laksamana Sukardi
dalam Jawa Pos, 12 Maret 1999.

Baca pernyataan Gus Dur dalam menanggapi


pencalonan Habibie sebagai Presiden oleh Goldalam Pikiran Rakyat, 12 Maret 1999.

kar,

11

12

Baca keterangan

tertulis Direktur Eksekutif


Centre for Agriculture Policy Studies (CAPS)
dalam harian Kompas, 8 Maret 1999.

opsi itu, Presiden B.J. Habibie mengatakan kepada para peserta Munas Kadin, di Istana Mer11

Februari 1999,

bahwa mulai

tanggal

Januari 2000, pemerintah Indonesia tidak


lagi

13

14

Lihat Merdeka, 28 April

muan

Dalam

1999.

perte-

DPA

konsultasi antara jajaran pimpinan

dan Depdagri, 27 April 1999, terjadi perdebatan yang seru mengenai eksistensi pemerintahan B.J. Habibie

dilihat dari sisi konstitusi. Legi-

timasi pemerintahan B.J.

Habibie dianggap

ti-

dak cukup memadai.


19

Lihat Sonata (1999), khususnya dalam kata pengantar yang ditulis oleh Andi A. Mallarangeng.

mau

diganggu oleh masalah Timtim.

Sidang Dewan Pemantapan Keamanan dan


Sistem Hukum (DPKSH), di Wisma Negara, 23
April 1999, yang dipimpin Presiden B.J. Habibie memutuskan, pemekaran Irja menjadi tiga
propinsi dan Maluku menjadi dua propinsi di-

20 Baca penjelasan Wimanjaya K. Liotohe (Ketua Umum Partai Persaudaraan Rakyat Indonesia Merdeka) dalam Masyarakat Sipil, 17 Maret

21

1999.

Pasal 9 ayat (1)

UU

tentang Pemilihan

mengatakan bahwa "Keanggotaan


ri

dari

(satu) orang

Umum

KPU

terdi-

Wakil dari masing-masing

Umum

tah

lakukan sebelum pemilu 7 Juni 1999. Pemerinmeminta agar KPU segera menyesuaikan

(lima) orang wakil Pemerintah". Jadi ada

rencana pemekaran

orang wakil partai politik dalam KPU. Tetapi

propinsi-propinsi

itu.

Lihat Kedaulatan Rakyat, 24 Maret 1999. De-

monstrasi

FKSMJ

di

Silang Monas, 23 Maret

1999, memberikan Gorbachev

Award kcpada

Presiden B.J. Habibie sebagai Bapak Disintcgrasi

Bangsa.
15

18

Sidang Kabinet Terbatas Bidang Polkam, 27


Januari 1999, memutuskan, Indonesia akan melepas Timtim bila pemberian status khusus dengan otonomi luas sebagai penyelesaian akhir
masalah Timtim ditolak. Baca pula berita Suara
Karya, 12 Februari 1999. Sehubungan dengan

deka,

1999.

telepon Presiden B.J.

Habibie dengan Jaksa

16 Baca rangkuman pendapat Letjen TNI (Purn)


A. Hasnan Habib, Jenderal (Purn) Rudini, Ketua

Umum PKB

pertama

Partai Politik peserta Pemilihan

Pasal 9 ayat (2)

wa "Hak
kil

UU

itu

justru

dan 5

48

mengatakan bah-

suara dari unsur Pemerintah dan

Partai Politik Peserta Pemilihan

Wa-

Umum

di-

tentukan berimbang". Persoalannya apa dasar-

nya suara 5 orang berimbang dengan suara 48


orang. Demikian juga dengan Pasal 39 ayat (1) b

Umum PAN Amien Rais


Ambon, dalam harian Merdeka, 5 Maret 1999, di mana dia akan meminta negara super power (AS) untuk melakukan
Baca penjelasan Ketua

dan c tentang syarat

tentang kerusuhan

mengikuti pemilu, scpcrti "memiliki pengurus

intervensi

mampu

lagi

pemerintah Indonesia tidak


menyelesaikan kerusuhan berdarah

bila

di

Icbih dari

1/2

partai

politik

yang boleh

(setengah) junilah propinsi di

Indonesia" dan "memiliki pengurus di lebih dari

1/2

(setengah) jumlah kabupaten/kotamadya

di propinsi

sebagaimana dimaksud pada huruf

b".

223

^ALISIS PERISTIWA
t

22 Pasal 39

UU

tcntang Pemilihan

Umum

Pemilu 7 Juni 1999. Mcrcka tcrdiri atas Kclua:


Nurcholish Madjid; yang bcranggolakan; Adnan
Duyung Nasution, Miriam ]3udiardjo, Ixp Sac-

mc-

itu

penegaskan: (1) Partai Politik dapat menjadi

Umum

Pemilihan

serta

apabila

mcmenuhi

rat-syarat sebagai berikut:

sya-

Mulyana W. Kusumah, Kastorius


Sinaga, Rama Pratama, Anas Urbaningrum, Andi
Mallarangeng, Afan Gaffar, dan Adi Andojo.
Baca juga Merdeka, 23 Fcbruari 1999 tcntang
kecurigaan parpol atas Tim

annya sesuai dcngan Undang-undang lentang


Icbih

di

di

Indone

tengah) jumlah kabupaten/kotamadya di pro(d)


pinsi sebagaimana dimaksud pada huruf b;
popartai
gambar
tanda
dan
mengajukan nama
Politik

(2) Partai

litik;

terdaftar,

Umum, namun

Peserta Pemilihan

(3) Untuk dapat mengikuti Pemilihan

Umum

donesia dari

berikutnya, Partai Politik harus

memi-

liki

DPR

rangnya 3 persen

rita

jumlah kur-

DPRD I atau DPRD II yang tersebar sekurang-kurangnya di 1/2 (setengah) jumlah propinsi dan di 1/2 (setengah) jumlah kabupaten/
kotamadya seluruh Indonesia berdasarkan hasil

Pemilihan

Umum;

Umum

yang tidak memenuhi


ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (3), tidak boleh ikut dalam Pemilihan Umum berikutnya, kecuali bergabung dengan partai poPemilihan

serta

litik

lain;

(5) Pendaftaran

menjadi peserta Pemilihan


lanjut

23

Politik

Partai

Umum,

UU No. 3/1999 tentang Pemi"Pemilihan Umum


menandaskan,
lihan
sistem promenggunakan
dengan
dilaksanakan

29 Pasal

UU

tcntang Pemilihan

negaskan: Untuk Pemilihan

Umum

porsional berdasarkan stelsel daftar".

30 Lihat Pasal 8 UU No. 3/.1999 tentang Pemilihan Umum, dalam Tiga Undang-Undang 1999,
Partai Politik, Pemilihan Umum, Susunan dan

Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.


31

untuk

Pasal 39 ayat

Umum

(1

Umum

me-

sebagaimana dimaksud
1/3

di

(scpcr-

12

litik

Tim

11

2. a,

XIV/MPR/1998

BAB

IV, B.

MPR

serta Ketetapan

Po-

RI No.

tentang Perubahan dan

Tam-

bahan Atas Ketetapan Majclis Pcrmusyawaral-

itu

telah

KPU

Marct 1999, dan nomor urut

lentang Pemilihan

di-

Pasal
isu

ayat

7.

kcdacrahan untuk

mcmperolch suara, antara lain dengan melancarkan kampanyc Iramasuka (Irian, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan). Yang mcmimpin pro-

atau Panitia Persiapan Pcmbcntukan

Komisi Pemilihan Umum (P3KPU) adalah scbuah tim indcpendcn yang dibcntuk olch pemerintah untuk melakukan vcrifikasi atas partai-partai mengenai syarat-syarat untuk lolos

Umum,

32 Partai Golkar mcmakai

di-

gunakan untuk Pcmilu 7 Juni 1999.


25

huruf

an Rakyat Republik Indonesia No. IlI/MPR/1988

sesuaikan dengan hasil undian pada rapat

tanggal

MPR

Sebagai Ilaluan Ncgara,

sional

a.

Daftar nomor urut partai politik

dicabut, termasuk dihilangkan-

DPR

kipun dikurangi jumlahnya. Lihat Ketetapan


MPR RI No. X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka
Penyclamatan dan Normalisasi Kchidupan Na-

tahun 1999,

jumlah propinsi di Indonesia; (b) memipengurus


di 1/2 (setengah) jumlah kabuliki
paten/kotamadya di propinsi sebagaimana di-

24

muncul banyak desakan agar

ABRI

nyata SI

tiga)

maksud dalam huruf

telah

dwifungsi

dari ABRI yang diangkat, terNovember 1998 tetap mempertahankan dwifungsi ABRI dan kcanggotaan
ABRI sebagai anggota DPR yang diangkat, mes-

diatur lebih

huruf b dan huruf c ditetapkan

menjadi: (a) memiliki pengurus

Meskipun

nya anggota

syarat Partai Politik untuk dapat menjadi peserta Pemilihan

ayat (7)

Umum

dengan keputusan KPU.

Pasal 82

Kompas, 18 Agustus 1998.

calon Presiden.

si

(4) Partai Politik Pe-

In-

28 Kemenangan Capres AS, Ronald Reagan, dalam pemilihan tahun 1980 sangat dipcngaruhi oleh kemenangannya dalam dcbat antar-

atau memiliki sekurang-ku-

(tiga per seratus)

politik

William Liddic

Ohio State University, Daniel Lev dari University of Washington, dan Harold Crouch
dari Australian National University, dalam bc-

sebanyak 2 persen (dua per seratus) dari

jumlah kursi

pcngamat

tiga

luar negeri, yakni

dari

keberadaan-

nya tetap diakui selama partai tersebut melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Partai^ Politik;

27 Baca pula pendapat

ayat (1), tidak dapat menjadi

mana dimaksud

26 Lihat gugatan 12 partai yang tidak lolos scleksi, dalam Dula, 5 Marct 1999.

memenuhi persyaratan sebagai-

tidak

tetapi

yang telah

1/2 (se-

di lebih dari

pengurus

sia; (c) memiliki

pengurus

(setengah) jumlah propinsi

1/2

dari

(b) memiliki

Politik;

Partai

Fatah,

fulloh

kcberada-

(a) diakui

yck

33

ini

adalah Baramuli.

Lihat mingguan Tajuk No.


1999: 58-61. Kctua
Sjafci

membantah

DPP

isu-isu

10,

Th. 11-8

.luli

PDI-Perjuangan Thco
itu.

c
a
c

oi

lU

><

>-

n
c
n

si
o

01

CL
'a CD

t CO

ig

S
o

(0

(0

(B

c c

COCO
Cli

a.

^
n

<

n
c

re

TO

><

(0

E 0)
M W O

(0

Q.

(0

.S

(0

Q.

<

.CO

-g

,A

ra

TJ

CO

TO
10

X)

10

c
o

a.

TO

0>

TO

TO

re

JS

r o>
c0)

TO

TO

X>

'to

0)

*S

tt.

c g"
5.S

_ X)
E ?
e

>

TO

-Hi
c

(L

c
re
\3t

c
o
o

C3

o>

ii

CL

gcLXcr

a a.00
Q
w p) tn

flJ

*<

(D

TO

(0

ra

0)

(J)

a o

re

nj CO

>

o SSfSl < o

a c o c
> w v) ore

c
o

re-D

re

TO
u.
TO

re

OI
TO

Hi

c
o
o

E c

C3

re

ra

S
a"

re

=,CL 0>

i-n

CD

TO

TO_

ra

Q-

re

c e
o
o c
TO

TJ

TO TO

re

CL

a.

=s

O)
c c
c w
c

>>n

10 01
re 10

- oi CO
g,

TO

T3

I-

re

fc

-j-j

i^
3 ^5
OI
^^ c o
u

a
O)
O)

S -5.

S
re

-I

w
c 5
re 3

Q.
SI

.2

10

3
w
3

ra

E
c

* W

0)

(0

<p

CD

TO

=^

scL^S:

c
o

>O)
O)
OJ

<

i-D C

CO

2 s
S-^ 5 CO mdq
C
CC

ifi

-J

g c c
TO TO g >
j5 E ci-

0)

oJ

2
X)
oa

>.

TO

re

TO

X)

re

TO

a.

TO

(I

"
10 5.C
w 3! w

w c

CO

CO

(9

>.

V)

T3

o
o

n)
(0

Z.3

T3

C OCQ

c
C

(0

01 n)

5
a.

nj
<D

k.

E
c

E
TO
C C3)
TO C
U
(S
c
O OI

TO

re

re

S5
2
Si
c

re

re

TO

XI

re

re

0)

3C0c3^O3":

><
ra

to Tf

.5

mOOT =
^33 J33 J33 ^3

as

JOHi-!o3IO

C .9B
to c

s
"

10

II
fi

(0 ra

Ol

"

.5

1?

.S c

u- i2 .2

c <

10

c:

n
E

fOq.

"

Sen)

n)

><

jOCL

0>

6 X)
c c
c

c
TO

%%

TO

u
c
TO
c

ig

>.

cn

ra

5?

(0

w
c
n

Ul

O.
CO

>

O)
OI

U
X

CO

0>
.V

XJ

(M

CD
CL

n
e
c
o

2.

>

'to

a
n

0
<n

'

2
d

c"

Q.

.2

CL

5.

o
Q.

5
TJ
5

?5

CD T3

^5

i
a)

g"

TJ

TO

E2

n
>.

c"
S.
"a

Sect" SiB
'-3(LC1-^
w c2 cq.
2 S

<o

VI

TO

_re

^^^

t <
re
O 1^ 3 c
C c O re
3
TO < 00
TO
-'sr TOW-:

Z
I
Q

ra

(D

cniS
OI C

TO

^ 'T
r-

S*

*^

OI

re

<= 2 TO -9
TO o
jg-

JO

E
c
ra

arapy:

TJ

it
n
S CO?? T ><
c
cl2 c cr
O _ c3 O) Q.
^
o
a <22
2
c j: 3
3_ 3
3 E
CL f- _ 3 m Oi
a.

S 2.E2 c c
2 re < ra re

re
(O

ra

fa

i
10

"in .fc"

TO

2"
3

TO

o.
CM

n
i~

E
re

OI

W.

Q)

is

f
OJ

CO

6
n O

S
(D

TO

TO

loZ^SU

r-

c 5

1/7

r:

TO

~ f I .a-l"!
P
.2^

zra'^E^re

"o

2.iS CO

?<i:

_ ? .J<<2

."SJSEre^?

g^-5i-Dre=2s
"

3QZ25 S^:5<CD2

QCL^ll^

re

CO

cn

c
o
o

CL

iiji
a

c "
c o

. re

<
=

U.
TO W
CCD S raO-oa

re

"Z

mill
_

re

TO

OI

O <

V 10

Pemilihan

Umum Demokratis:

Hak Asasi, Kepercayaan Masyarakat


dan Persaingan yang Adil*
Patrick Merloe

sedang
Pemilu sebagai salah satu upaya untuk mengatasi persoalan bangsa yang
mengalami krisis multidimensional merupakan sarana yang efektif bagi penyelenggaakan menunjukkan
raan negara. Dalam sistem demokrasi pemilu menjadi penting karena
Suatu nedemokratis-tidaknya struktur dan proses politik dari suatu sistem politik negara.
pada peberdasarkan
tidak
politiknya
gara tidak dapat dikatakan demokratis jika sistem
sistem politik
milu yang demokratis. Pemilu merupakan komponen yang fundamental dari
demokrasi yang memberikan pilihan kepada warga negara untuk memilih calon, program
dan kebijakan, serta parpol-parpol yang ikut sebagai kontestan. Selain berfungsi memberi-

kan legitimasi terhadap pemerintahan, parlemen dan sistem politik itu sendiri, pemilu
juga erat hubungannya dengan masalah mandate, yaitu hak yang diberikan kepada qnggota parlemen dan pemerintah, di samping sebagai proses komunikasi politik. Agar proHarus dises komunikasi politik berhasil maka diperlukan suatu kepercayaan masyarakat.
lakukan langkah-langkah untuk menjamin bahwa proses pemilihan tidak hanya benar secara administratis tetapi Juga harus bebas dari kesan berat sebelah. Oleh karena itu pendariting bagi pemerintah dan lembaga pemilu untuk melakukan berbagai upaya lebih
pada sekadar memenuhi persyaratan hukum agar menciptakan harapan bahwa keadilan
ditegakkan.

Pendahuluan

dalam proses

ini ialah

apakah warga negara

percaya bahwa mereka bebas menjalankan

PEMILIHAN

umum

(pemilu) meru-

pakan tonggak yang penting dalam

masa peralihan ke suatu demokrasi.

hak-hak mereka untuk menyatakan pendapat


politik, berserikat,

berkumpul, dan bergerak

sebagai bagian dari suatu proses pemilihan.

Pemilu menyediakan kesempatan untuk menguji

bagaimana seperangkat lembaga ber-

fungsi di

masa

transisi,

dan apakah hak

asasi

manusia yang fundamental dilindungi dan


dipupuk. Suatu ukuran yang sangat penting

Pengujian apakah pemilu berjalan bebas

dan

adil

mencakup bukan

apakah

penyelenggara pemilu tersebut bekerja tidak

memihak dan

efektif, tetapi

ra calon dapat

juga apakah pa-

berkampanye dengan bebas

Human

untuk mendapat dukungan rakyat. Pengujian

Public Confidence and Fair Competition",

juga harus mempertimbangkan apakah sum-

'Disadur dari "Democratic Elections:


Rights,

saja

pamflet yang disiapkan untuk konfcrcnsi tentang

pemilihan

Zimbabwe.

umum

pada 15-18 November 1994

di

bcr-sumber daya pemerintah dimanfaatkan

dengan semestinya dalam proses pemilihan;

226

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

apakah pihak militer bersikap netral dan ber-

Tata Cara Pemilihan, Hak Asasi


Manusia, dan Kepercayaan Masyarakat pada Sistem Demokrasi

tindak sebagai organisasi profesional; apa-

kah

dan jaksa menjaga ketertiban dan


melindungi mereka yang ingin menjalankan
polisi

hak-hak

sipil

dan

politik

mereka; apakah ba-

dan peradilan tidak memihak dan efektif; dan


apakah media bebas menyalurkan informasi

yang akurat dan bertindak sebagai anjing


penjaga terhadap pemerintah dan proses po-

apakah media menyediakan akses


bagi para, calon dan peliputan yang objektif
litik,

serta

atas para calon itu.

Pemilu yang Bebas dan Adil Memerlukan Suasana Penghormatan pada

Hak

Asasi Manusia

Pemilu menjadi batu ujian tentang bagaimana berbagai institusi berftmgsi dalam
suatu negara, dan bagaimana penghormatan

pada hak
sipil

dan

asasi

manusia

politik

~ temtama

hak-hak

dijalankan dalam prak-

Pemilu tidak dapat dijalankan dalam


keadaan vakum; pemilu hams dilihat datek.

Pemilihan hams

diuji

dalam konteks per-

alihan lebih luas sebuah negara ke demokra-

bukan sebagai suatu peristiwa yang

si,

sendiri.
ini

ter-

Suatu unsur penting dalam proses

ialah

pembangunan kepercayaan masya-

rakat pada pemilu. Jika

lam suatu konteks

sejarah dan poli-

sosial,

Agar pemilu cukup mencerminkan kehendak rakyat, warga negara hams meratik.

bahwa mereka bebas menjalankan hak-

sa

warga negara tidak

hak mereka, cukup mendapat informasi bamerasa bahwa mereka bebas untuk melakugaimana mereka menjalankan hal tersebut,
kan pilihan politik, mendapat informasi yang! uii-dan
percaya bahwa proses pemilu tersebut
cukup untuk melakukan hal itu, dan bahwa
secara tepat mencerminkan
pilihan mereka.

pilihan mereka akan dihormati, proses pemilihan tidak akan benar-benar bermakna. Para

calon

- bahwa ada "lapangan bermain yang rata" ~ agar mereka terdorong


untuk ikut dalam proses itu, dan untuk
menghormati hasil pemilu. Ini juga penting bagi

masyarakat agar mereka dapat


percaya pada pemerintah hasil pemilu. Ja-

pemilu sangat erat kailannya dengan


apa-apa yang mendahuluinya dan apa yang
di

sesudahnya.

Makalah

dimaksudkan sebagai litik


awal diskusi dan ditawarkan untuk membantu

masa

Ikut dalam Pemerintahan

ini

memupuk
transisi

pemilu yang murni dalam

ke demokrasi.

Pasal 21 Deklarasi Universal

meme-

nangkan suara

lerjadi

Hak untuk

hams merasa bahwa mereka mempu-

nyai kesempatan yang adil untuk

si

Hak AsaManusia, yang berlaku bagi semua ne-

gara anggota PBB, menyatakan:


"Setiap orang mempunyai hak untuk berperan serta dalam pemerintahan negaranya,

langsung atau melahii wakil-wakilnya

yang

dipilih secara bebas...

Kehendak rafyat
harus menjadi dasar wewenang pemerintah; kehendak ini harus diwujudkan melalui

pemilihan secara berkala dan murni de-

ngan hak pilih yang universal dan sama dan


harus diselenggarakan dengan pemungutan
suara secara rahasia dan dengan pro-iedur

pemungutan suara yang setatn".

Nondiskriminasi
Inti dari

pemilu yang bebas dan

adil ada-

lah hak untuk menjalankan hak-hak

dan

I'l'MILIIIAN

227

UMUM DEMOKRATIS

kcbcbasan, bcbas dari diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, baha-

gian dari proses pemilihan. Kcbcbasan untuk

mencari dan menerima informasi berkaitan

kclahiran atau status lainnya, kekayaan, pen-

dcngan hak warga negara untuk mengumpulkan informasi agar mercka dapat melakukan

dapal politik atau yang lainnya. Standar

ini

pilihan yang bijaksana di antara para calon.

ditcmukan pada sctiap instrumen hak asasi

Kcbcbasan bcrpendapat juga merupakan hal

manusia intcrnasional.

yang pokok bagi peran media massa bcrita

agama, kcbangsaan alau asal-usul

sa,

sosial,

Standar nondiskriminasi berlaku dalam setiap

aspek proses pcmilu, dari penentuan dis-

trik

pcmilihan, sampai persyaratan dan pen-

daftaran pcmilih, kualifikasi partai dan calon,


alokasi

dalam proses pemilihan.

Kebebasan Berserikat, Berkumpul dengan


Damai dan Bcrgerak
Kebebasan untuk mcmbcntuk perserikatan

sumber daya pemilihan, dan langkah-

langkah lain menuju ke penghitungan suara

politik,

untuk berkumpul demi memajukan

juga se-

organisasi dan pendapat politik scbagai ba-

cara langsung bcrkailan dcngan hak yang

gian dari pcrsaingan pemilihan, dan bcrgerak

dan laporan

sama

di

hasil pcmilu. Standar ini

muka hukum, hak

atas perlindungan

hukum yang sama, dan hak untuk menda-

dari salu tempat ke tempat lain adalah hal

pokok bagi pemilu yang bcbas dan

adil.

patkan ganti rugi yang cfektif bagi pelang-

garan atas hak-hak

asasi.

Hak-hak

ini ber-

hubungan dengan penegakan undang-undang pcmilihan atau undang-undang terkait secara tcpat

waktu dan

cfektif,

Hak atas Keamanan Scseorang dan


Hukum yang Scmcstinya
Tak

dcngan

barkan

mckanismc pengaduan yang

cfektif,

satu

pun

di atas

dari

Proses

hak-hak yang digam-

dapat dijalankan dalam suatu

dan dcpcmilu bila para calon, juru kampanyc, dan

ngan pcncarian keadilan kc pcradilan yang

pcmilih tidak bcbas dari intimidasi dan tin-

indepcnden.

dak kekerasan.

Ini

mencakup bcbas

dari an-

caman penahanan sewenang-wenang, pcngKcbcbasan Bcrpendapat dan Mcnyatakan

gunaan kekerasan berlebihan olch pejabat

Pcndapat

pemerintah, pcrlakuan buruk dalam tahanan,

Pasal

19 Dcklarasi Universal

Hak Asasi

atas

Manusia mcnyatakan:
"Setiap orang

dan pembunuhan tanpa pengadilan. Hak

mempunyai hak untuk

be-

ha.s

berpendapal dan menyatakan pendapat;

ini

mencakup hebas untuk memiliki penda-

persamaan

di

depan hukum, perlin-

dungan hukum yang sama, dan proses hu-

kum yang
gi

scmcstinya adalah hal pokok ba-

pcmilu yang bebas dan

adil.

pat tanpa campur tangan dan untuk menca-

menerima serta menyampaikan informasi


ri,
dan gagasan melalui media apa saja tanpa

Kepercayaan Masyarakat dalam Pro-

mengenal ha tax negara".

ses Pemilihan Periling bagi Pemilihan

Ini

tentu saja meliputi

kcbcbasan bagi

para kontcstan politik untuk mcmbcntuk

yang Murni
Pemilu bukan sckadar suatu proses tck-

Pcmilu merupakan bagian dari suatu

pendapat politik dan mcngkomunikasikan

nis.

pendapat

proses politik yang, agar bcrhasil.

ini

kepada orang

lain scbagai ba-

mcmer-

228

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

lukan kepercayaan masyarakat. Undangundang dan prosedur pemilihan yang baik

memang

penting tetapi belum cukup; ma-

syarakat, termasuk para calon,

hams

ms

efektif

kan prosedur pemungutan dan penghitungan suara; serta membuat tabel dan me-

ngumumkan

hasil pemilu.

per-

caya bahwa pemilihan itu akan dilaksana-

kan secara

dan tidak memihak. Ha-

dilakukan langkah-langkah untuk men-

jamin bahwa proses pemilihan tidak hanya


benar secara administratif, tetapi juga ha-

Penting bagi komisi pemilu untuk mempunyai wewenang menafsirkan undang-un-

dang pemilu dan menyetujui peraturan dan


prosedur pelaksanaannya. Selain itu juga

penting bagi pemerintah dan lembaga pe-

bahwa komisi diberi wewenang untuk menjamin kepatuhan pada undang-undang dan prosedur pemilihan (dibahas di

milu untuk melakukan berbagai upaya

bawah). Anggota komisi pemilu

rus bebas dari kesan berat sebelah.

bih dari sekadar untuk

ratan

hukum

memenuhi

Maka
le-

persya-

agar menciptakan harapan

bahwa keadilan

penting

hams

diberi

hak istimewa dan kekebalan, sebagaimana


anggota badan peradilan, agar mereka dapat
menjaga independensi dan ketidakberpihakan

ditegakkan.

mereka. Ini juga membantu memperkuat kemampuan komisi untuk menegakkan prose-

Komisi Pemilihan

dur pemilihan.

Badan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pemilu harus independen


dan mampu secara efektif menyelenggara-

kan proses pemilu. Jika tidak demikian, maka masyarakat dan para pesaing politik tidak
akan percaya pada pemilu, dan mereka tidak
akan percaya pada pemerintah hasil pemilu.

Transparansi
"Transparansi" sekarang menjadi kata
kunci dalam kamus pemilu. Transparansi, da-

Persepsi masyarakat atas kebebasan sejati

lam makna pemilu, mengandung berbagai


aspek. Lewat transparansi para kontestan po-

lembaga-lembaga pemilu adalah

litik

vital

menjamin keabsahan proses pemilu dan


sepsi atas

guna
per-

keabsahan pemerintah yang bam.

Tanggung jawab komisi-komisi pemilu


berbeda-beda

di berbagai

negara dan bisa

mencakup: memasyarakatkan undang-undang


pemilu; menafsirkan undang-undang pemilu;

menyusun peraturan-peraturan pe-

dapat menilai semua aspek persiapan

pemilihan, mulai dari penyusunan undang-

undang pemilu dan

seleksi

anggota penye-

lenggara pemilu, sampai ke tabulasi hasil pe-

milu dan penyelesaian pengaduan masalah


pemilu. Masyarakat juga dapat menyaksikan

langkah-langkah proses pemilu, biasanya


melalui pemantau pemilu nonpartai dalam
negeri dan media berita. Di banyak negara

milu; mendaftar partai politik, calon dan


pemilih; mengatur kampanye pemilu; me-

transparansi

dan memutuskan pengaduan pemilu; mempersiapkan bahan-bahan pemilu;

langkah proses pemilihan, biasanya melalui

nyelidiki

melaksanakan kampanye pendidikan pemilih dan warga negara; merekmt dan melatih

pat

petugas pemilu; memilih lokasi Tern-

Pemungutan Suara (TPS); mengembang-

memungkinkan masyarakat

internasional untuk menyaksikan langkah-

pengamatan pemilihan internasional yang


tidak memihak.
Transparansi berlaku pada sederet kegiatan, termasuk, antara lain:

229

PEMILIHAN UMUM DEMOKRATIS

penyusunan atau pengubahan undang-

melibatkan wakil partai sebagai anggo-

dengan hak suara (hak voting) pada


komite pemilu di semua tingkat;
ta

undang dan peraturan pemilu;

melakukan

seleksi atas

anggota penye-

lenggara pemilihan, dari organisasi yang

melibatkan wakil partai sebagai anggo-

ta

paling tinggi sampai ke TPS;

atau pengamat tanpa hak voting pada

komite pemilu;

penentuan daerah pemilihan;

kualifikasi partai

penetapan kriteria pemilih;

penetapan mekanisme kualifikasi pemilih,

mengembangkan

dan calon;

suatu proses di

mana

para kontestan politik menyepakati suatu kode etik untuk mengatur tindak-tan-

seperti pendaftaran pemilih;

duk selama proses pemilihan;


membentuk komite-komite penghubung

pelatihan petugas pemilu;

pemasangan dan penggunaan sistem kom-

untuk bekerja dengan komite pemilu di


semua tingkat, guna memudahkan ko-

puter;

munikasi, pencegahan konflik dan penye-

desain, produksi dan distribusi bahan-

lesaian sengketa secara informal.

bahan pemungutan

suara;

Lebih dari

penentuan TPS;

prosedur pemimgutan suara;

prosedur penghitungan dan tabulasi;

mekanisme pengaduan;

pengumuman

kanisme

ini

itu di antara

mekanisme-me-

dapat dipakai bersama-sama.

Bersamaan dengan
diberi informasi

itu,

masyarakat harus

mengenai langkah-langkah

dan tentang keputusan-keputusan pokok


dalam proses pemilihan agar dapat meningini

hasil suara;

dan peresmian

kontestan yang menang.

katkan dan memperkuat kepercayaan pada


pemilii.

Partisipasi Kontestan Politik di

Semua

Langkah Dasar Proses Pemilihan

Kelompok-kelompok Warga
dalam Proses Pemilihan adalah Kunci

Partisipasi

Para calon dan staf mereka memainkan

peran penting dalam mengembangkan ke-

bagi Kepercayaan Masyarakat

percayaan masyarakat pada proses pemilihan.

Satu lagi perkembangan mutakhir yang

mereka dilibatkan pada tahap-tahap awal

penting dalam kecenderungan pemilu di

Jika

proses pemilihan, mereka akan lebih

mem-

percayai kegiatan para penyelenggara pemilu, dan hal ini selanjutnya akan sangat

berpengaruh pada persepsi masyarakat mengenai proses pemilihan

itu.

Keterlibatan

kontestan politik dapal dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk:

tingkat intemasional ialah penerimaan se-

cara luas terhadap pemantau pemilu nonpartisan


itu

telah

dalam

negeri.

Pemantau semacam

memainkan peran penting dalam

pemilihan di berbagai negara seperti Afrika


Selatan, Meksiko, Republik

Masedonia

di

bekas Yugoslavia, Ukraina dan Nepal. Pe-

undang-undang dan peraturan pemilu,

mantauan pemilu oleh Lembaga-lembaga


Swadaya Masyarakat dalam negeri yang ti-

dan komposisi komile pemilu, melalui

dak memihak menambah secara bermakna

perundang-undangan atau perundingan;

kepercayaan masyarakat terhadap proses

memutuskan

hal-hal

mendasar mcngenai

230

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIiyi999, No.

pemilihan dan menyediakan kesempatan


yang baik sekali bagi partisipasi warga da-

lam proses pemerintahan. Pengalaman ini sering meningkatkan partisipasi warga lebih

bebas dan

adil.

Prosedur

ini

dapat dilak-

sanakan oleh partai

politik, media berita,


pemantau pemilu domestik yang nonpartisan, atau pengamat pemilu
internasional.

lanjut

dalam pemerintahan, dan

ini

memban-

mengembangkan masyarakat madani.

tu

Menjamin Proses yang Semestinya

dan

dapat membantu menangkal mereka

yang mungkin bermaksud merekayasa hasil


pemilu dan dapat membantu mencocokkan

tindakan independen

untuk melindungi integritas proses pemilu. Sistem pemilu hams melemba-

mereka yang mungkin ragu pada proses pemilu. PVT bukanlah exit
poll (menanyai pemilih mengenai pilihan-

nya ketika mereka keluar dari

efektif

gakan jaminan

atas perlakuan

yang sama dan

proses prosedur yang semestinya ui\tuk

menjamin suatu pemilu yang terpercaya.


Tindakan pengamanan demikian membantu
memastikan kepuasan pemilih dan kontestan politik di tengah situasi di

merasa, entah salah atau

mana mereka
benar, bahwa me-

reka telah diperlakukan secara tidak

adil.

bilik

pembe-

yang sebenamya.

PVT

dapat dilakukan atas dasar tabulasi kom-

lu,

bias.

Jaminan
pemi-

termasuk dalam penunjukan staf dan pe-

tugas pemilu, pengesahan calon, pendaflar-

an pemilih, penyusunan dan pembuatan bahan-bahan pemilu, penegakan undang-un-

dang pemilu, keputusan pengadilan

atas pe-

langgaran, pemungutan dan penghitungan


suara,

dan pengumuman

ambilan sampel

statistik

secara acak.

PVT

memberi landasan yang penting untuk mencocokkan secara bebas ketepatan hasil res-

mi pemilu. Dalam pemilu di Meksiko, Filipina, dan Bulgaria, PVT sangat berhasil

'

menaikkan kepercayaan masyarakat terha-

Pendidikan Kewarganegaraan dan Pe-

di setiap aspek proses

prehensif hasil pemilu atau atas dasar peng-

an yang menyediakan pemberitahuan, dengar-pendapat, dan pertimbangan, dan yang


memberi perlindungan terhadap keputusan

hams ada

bulasi hasil pemilu

dap proses pemilu.

ini

rian suara) tetapi dikerjakan atas dasar


ta-

Jaminan akan proses yang semestinya


mencakup prosedur peraturan dan peradil-

yang sewenang-wenang atau

hasil resmi bagi

Selain tidak memihak, komite pemilu ha-

ms mampu melakukan

PVT

'

milih Penting bagi Keberhasilan Pemilu

Hal yang penting dalam prinsip PBB


bahwa "kehendak rakyat harus menjadi

dasar

wewenang pemerintah" dan bahwa

"kehendak

ini

harus diwujudkan melalui

pemilihan secara berkala dan murni" ada-

lah pendidikan kewarganegaraan dan pe-

yang hams mendidik warga negara


mengapa memilih itu penting, dan bahwa
milih,

'

suara mereka akan dipungut secara raha-

hasil pemilihan.
sia,

aman, dan dihormati. Pendidikan kewar-

ganegaraan dan pemilih harus juga menParallel Vote Tabulation

didik

warga bagaimana membedakan para

Parallel Vote Tabulation (PVT/Tabulasi

Suara Paralel, kadang-kadang disebut "peng-

hitungan cepat") yang independen

pakan

piranti penting

kontestan politik agar mereka dapat mela-

kukan pilihan yang bijaksana.

mem-

dalam pemilu yang

Pendidikan kewarganegaraan dan pemilih

memberi peran kepada pemerintah, ko-

Pl'.MILUIAN

231

UMUM DEMOKRATIS

mile pemilu, konlestan politik, media massa,

LSM. Kegiatan

serta

menaikkan

ini dapat

kesadaran kcvvarganegaraan atas para peserta dalam masing-masing sektor ini. Pendidikan

dapat juga berfungsi

ini

ngun kemampuan

LSM

Kampanye Pemilu dan Masalahmasalah Pra-Pemilu: "Lapangan


Bermain yang Rata" dan Pemilu
Demokratis

memba-

dalam melaksana-

kan program untuk memperkuat masyarakal madani selelah pemilu.

Pembentukan "Lapangan Bermain


yang Rata" Dimulai Sebelum Masa
Kampanye
Pemilu yang bebas dan

Bantuan Intcrnasional bagi Komite Pemilu


dan Pengamat Intcrnasional Pemilu

menuntut

adil

suatu "lapangan bermain yang rata" bagi

para konlestan politik; artinya, para calon


harus mendapat peluang yang sama dalam

Masyarakal intcrnasional dapat memainbantuan teknis bagi pemilu di masa transi-

Meskipun makalah ini


memusatkan perhatian pada masa kampanye pemilu dan prasyarat-prasyarat bagi

menun-

pemilu yang murni, penting unluk dica-

kan peran pendukung dengan menyediakan

si

kc demokrasi. Kegiatan seperti

itu

proses kampanye.

jukkan dukungan internasional bagi proses

lat

dan lembaga demokrasi dan juga dapat

bagian, pada kejujuran proses pemilihan

membantu membangun kepercayaan masya-

yang biasanya berlangsung jauh sebelum

rakal pada proses pemilu.

awal masa kampanye yang resmi.

Pengamat internasional pemilu yang

LSM,
membangun dan

memainkan peran

pat

hal-hal seperti itu bergantung, se-

ti-

dak memihak, yang diorganisasikan oleh


organisasi antarpemerintah dan

bahwa

Pendaftaran Partai Politik

da-

Pengakuan
kagai suatu

dang-kadang penting dalam meningkatkan

badan hukum, dengan hak un-

tuk memperoleh kekuasaan memerintah

kepercayaan masyarakal pada proses pelalui proses

milu.

alas organisasi politik seba-

pemilihan, bersifat mendasar da-

Upaya demikian memperlihatkan du-

kungan intcrnasional pada proses demokra-

lam demokrasi

Hak

pluralislik.

sctiap

orang

untuk ikut dalam pcmerintahan, langsung

Kclcrlibatan ini dapat mcnangkal siapa

si.

saja

yang mencoba merekayasa proses pe-

milu dan akan meyakinkan kembali mereka yang

mungkin meragukan kejujuran

atau melalui wakil-wakil yang dipilih sccara bebas,

dan hak unluk menyalakan pen-

dapat dan berserikal, tcrangkai dalam pem-

bentukan partai
proses pemilihan. Banyak pengalaman te-

dikumpulkan oleh sejumlah organisa-

lah
si

mc-

pengamat internasional pemilu, sehing-

ga mereka dapat bcrlindak dengan lidak

memihak dan

sccara profcsional. Peran pe-

ngamat pemilihan semacam

itu

pada

umum-

nya sudah banyak dilerima dalam bcrbagai


nia.

iransisi

kc demokrasi

di

scluruh du-

politik.

Partai

politik

me-

nyediakan suatu wahana praktis bagi warga negara untuk mengupayakan suatu pro-

gram demi kemajuan

sipil,

politik,

sosial,

ckonomi dan kebudayaan. Mereka nicnipa-

kan suatu bagian penting bagi pembentukan masyarakal madani.

hukum scIcrtuang dalam

Pcrsyaratan unluk pengakuan

bagai

partai

politik

bisa

232

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

konstitusi.

Dalam

hal demikian,

pengakuan

umum.

an dan pelatihan juru kampanye, fungsionaris partai dan calon; pengumpulan


dana;

Apakah konstitusi secara jelas memberikan


pengakuan hukum kepada partai politik

mengadakan rapat dan arak-arakan; penyebarluasan bahan bacaan; dan penggunaan

atau tidak, seluk-beluk pendaftaran partai

media massa. Kegiatan-kegiatan

ini

bam dalam

biasanya

pengertian

dan pengakuan hukum hampir selalu dirinci dalam undang-undang. Undang-undang partai

politik biasanya

menggunakan

salah satu pendekatan mendasar berikut:

Pendekatan persyaratan minimal,

1.

di

mana

pengakuan hukum diberikan sebagai sekadar urusan administrasi rutin setelah

penyerahan nama, lambang, pengurus,


piagam, dan bisa juga daftar singkat ang-

tertentu, se-

dalam usaha komersial untuk


mendapatkan laba guna membiayai kegiatan partai, mungkin disinggung mungkin
perti terlibat

juga tidak. Undang-undang partai politik


mungkin juga melarang kegiatan tertentu
seperti

penggunaan kekerasan dan intimi-

dasi, jual-beli suara,

serangan langsung

ter-

hadap pribadi lawan politik atau bentuk


lain kampanye negatif

gota partai tersebut; atau

Suatu pendekatan yang lebih tegas, de-

2.

Penentuan Batas Daerah Pemilihan

ngan persyaratan tambahan akan bukti


(misalnya, melalui daftar tanda tangan

atau hasil jajak pendapat

umum

yang

dapat diandalkan) adanya jumlah besar

anggota dan/atau pendukung, bisa juga


disertai persyaratan

penyebaran minimal

secara geografis di negara bersangkutan,

manifesto partai, dan biaya pendaftaran

yang cukup
Selain

itu,

fasis atau

yang bertujuan memupuk kebencian

suku atau agama).

Namun

standar-stan-

Dalam

sistem

PP, makin besar daerahnya, makin proporsional (sebanding) hasilnya;

makin

kecil

daerahnya makin dekat daerah-daerah

anggota atau banyak anggota,

pemungutan suara calon tunggal, banyak


atau kumulatif, atau memakai threshold (jum-

memenangkan kursi,
semuanya mendorong atau menyurutkan
lah minimal) untuk

minat partai

kecil,

calon independen, atau

partai berdasarkan wilayah atau suku, ber-

dar internasional tentang pemilihan yang

gantung pada bagaimana sistem-sistem

sudah diterima menetapkan prinsip bahwa pembatasan yang tidak beralasan tidak

diterapkan.

Dalam

boleh diterapkan pada hak untuk mendiri-

kan

partai politik atau perserikatan lain

guna mendapatkan kedudukan dalam pemerintahan melalui proses pemilihan.

tas distrik

ting

partai politik

mungkin

itu

sistem mayoriter, penentuan ba-

merupakan masalah amat pen-

dengan implikasi

politis

yang

Gerrymandering (menarik batas-batas


trik

Undang-undang

itu

dengan sistem mayoriter. Apakah memakai


distrik satu

juga diterapkan (misalnya, partai

ras,

(PP) dan sistem mayoriter.

besar.

pembatasan terhadap platform atau program antidemokrasi mungkin


partai

Penentuan batas daerah pemilihan penting dalam sistem perwakilan proporsional

luas.

dis-

untuk mendapatkan keuntungan pemi-

lihan secara curang)

menimbulkan masalah

juga menyebutkan kegiatan-kegiatan partai

khusus dalam sistem mayoriter.

yang diizinkan

menjadi masalah penting dalam sistem

seperti: penerbitan; perekrut-

tetapi

juga

233

PEMILIHAN UMUM DEMOKRATIS

proporsional. Masalah siapa yang harus


menentukan batas daerah (misalnya DPR,

pengadilan, komisi pemilu), kapan ditentukan, dan atas data apa penentuan

itu,

mekanisme untuk menentang penentuan batas, semuanya menjadi pertimbangserta

Mungkin diperlukan sejumlah tandatangan, yang bisa pula menunjukkan pe-

nya.

nyebaran khusus secara geografis. Biaya


atau uang pangkal pendaftaran mungkin
juga diperlukan, begitu pula penyerahan
pardaftar jura kampanye dan wakil-wakil
tai serta

an penting.

sional

kualifikasi calon berdasar-

mengakui

kan pada persyaratan yang wajar untuk halhal seperti umur, kewarganegaraan, tempat

Pendaftaran Pemilih
Pendaftaran pemilih menimbulkan masa-

Apakah pendaftaran calon

lah khusus.

informasi lainnya. Standar interna-

pe-

kemampuan mental dan fisik,


sedang menjalani hukuman atas

tinggal,

daii

tidak

tin-

milih merupakan masalah threshold. Apa-

dak kejahatan (biasanya yang

kah mengkomputerisasi proses itu juga


penting. Masalah-masalah seperti apakah

fikasi ikut

pendaftaran cukup berdasarkan pada daf-

mungkinan

tar

yang sudah ada

(seperti daftar

KTP

na-

serius).

Kuali-

pemilu menentukan dalam per-

saingan pemilihan, dan guna mencegah ke-

dang

ini

terjadinya manipulasi

dalam

diperlukan pengawasan yang

bi-

teliti.

berdasarkan sensus, atau men-

sional), atau

syaratkan calon pemilih agar mengambil


langkah-langkah afirmatif untuk mendaftar,

juga menimbulkan persoalan penting.

Nondiskriminasi

Dalam masing-masing bidang

ini,

entah

pendaftaran partai, penentuan batas daerah

Ketepatan dan keabsahan daftar calon


pemilih, serta kartu jati diri pemilih, meru-

pemilihan, pendaftaran pemilih, atau kua-

pakan persoalan menentukan pada hari

pertimbangan utama tentang keadilan ada-

secara langsung

lah apakah prinsip nondiskriminasi dihor-

mempengaruhi kemungkinan adanya pemberian suara ganda oleh perorangan di

mati. Jika pendaftaran partai dihalangi, dae-

dan pencabutan hak pilih di


Pengalaman menunjukkan bah-

kriminasi berdasarkan suku, warna kulit, ras,

pemilihan karena hal

satu pihak,

pihak

lain.

wa bahkan

KTP
gah

sistem komputer pun, dengan

berfoto,
hasil

karena

ini

tidak

menjamin

bisa

mence-

pemilu yang dipertanyakan. Oleh

itu,

prosedur pendaftaran pemilih

lifikasi partai

dan calon untuk

ikut pemilu,

rah pemilihan direkayasa agar terjadi dis-

jenis kelamin,

bangsaan atau

agama, bahasa, asal-usul kesosial,

kekayaan, kelahiran

atau status lain, pendapat politik atau lainnya,

maka kemurnian

suatu proses pemilih-

an akan rasak.

memerlukan perhatian yang saksama.

Keadilan dalam Kampanye sering

Me-

Kualifikasi Calon atau Partai untuk Ikut

nentukan Apakah Pemilu Behas dan

Pemilu

Adil

Persyaratan bagi partai atau calon untuk

Kredibilitas pemilu jarang dikaitkan de-

merupakan persoalan penting.

ngan masalah-masalah atau kccurangan-ke-

saja ada persyaratan olomatis ber-

curangan pada hari pemilihan. Yang lebih

ikut pemilu

Mungkin

dasarkan pada tindakan-tindakan scbclum-

soring, pcrtanyaan

mengcnai kemurnian pe-

234

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/ 1999, No.

milu berfokus pada keadilan, atau tiadanya

Kedua-duanya akan mencemari keabsahan

dalam masa kampanye. Analog ini


sering dipakai untuk menanyakan apakah
keadilan,

pemilu-pemilu berikutnya.

Sumber daya yang sangat tidak

ada "lapangan bermain yang rata" bagi


para kontestan pemilu.

Inti dari

se-

imbang, terutama jika partai-partai yang


berkuasa mempunyai keunggulan demikian,
akan menimbulkan masalah kritis. Meski-

pertanyaan

mengenai lapangan bermain yang

rata ini

adalah tingkat keadilan politik yang benarbenar diperoleh para kontestan mengenai

pun

hal-hal seperti dana kampanye, akses ke

daya yang sama bagi setiap kontestan politik, sumber daya yang seimbang
perlu

dan

peliputan media, dan ketersediaan sumber

daya materi.

Dan masalah

inti

nyaris mustahil menyediakan sumber

bagi suatu kontes pemilihan yang murni.

yang kedua

Ini tidak berarti

adalah pada pelaksanaan undang-undang


dan peraturan pemilu, dan pelaksanaannya.

bahwa pemerintah harus

menyediakan dana penuh untuk

setiap kon-

Tetapi kontestan yang

memenuhi

testan.

syarat seharusnya

Sumber Daya Memadai

tak surat suara, dan

menjamin kesempatan yang


saing.

adil

dalam ber-

berbagai cara untuk mendekati

ini:

dengan menyediakan dana

masya-

dari

rakat secara penuh kepada calon yang

bahan pemilu, maka pemilu yang bebas dan

memenuhi

adil sulit tercapai.

syarat dan melarang dana

lain;

da-

tugas pemilu (misalnya merekrut dan me-

mencetak surat suara, menyeleksi lokasi TPS), waktu juga diperlukan oleh para kontestan politik untuk me-

mungkin sampai

Terlalu sering menyelenggarakan pemilu

akan menguras sumber daya dengan cepat


dan dapat menimbulkan apatisme pemilih.

dengan menyediakan dana

dari mas}'a-

rakat menurut salah satu metode di atas,


tetapi

dengan syarat bahwa dana

itu

ha-

rus dikembalikan jika calon tidak berha-

menyelesaikan banyak tugas lain. Menyelenggarakan pemilu dengan mendadak dan

kontes pemilihan dalam demokrasi transi-

batas yang sudah dise-

pakati sebelumnya;

kan dan menyampaikan program, merekrut


juru kampanye, mengumpulkan dana, dan

mcnetapkan waktu kampanye yang sangat


pendek akan berakibat sangat buruk bagi

dan mengizinkan pencarian dana tambahan;


dengan menyesuaikan dana yang dikumpulkan calon dengan dana masyarakat.

latih petugas,

netapkan strategi kampanye, mengembang-

dengan menyediakan dana yang lebih


terbatas dari masyarakat

ya yang paling berharga. Sebagaimana waktu diperlukan untuk menyiapkan para pe-

si.

Ada

masalah

memproduksi bahan-

Waktu mungkin merupakan sumber

atau seha-

rusnya mendapatkan paling sedikit sumber daya yang diperlukan tersebut demi

Para calon dan penyelenggara pemilu me-

merlukan sumber daya yang memadai untuk melaksanakan pemilu yang bebas dan
adil. Jika tidak ada sumber daya yang cukup untuk melatih petugas pemilu, mence-

mempunyai

sil

mencapai target yang sudah diten-

tukan sebelumnya dalam pemilihan:

dengan mengizinkan kontestan membiayai


ta

kampanye mereka dengan dana swassaja bila

Sclain

itu,

dana demikian cukup.

persoalan mengenai batas sum-

bangan dana/atau pengeluaran untuk kam-

235

PEMILIHAN UMUM DEMOKRATIS

panye menjadi pertimbangan penting. Begitu pula subsidi-subsidi yang seimbang,


seperti

keringanan pajak bagi kontestan

dan/atau penyumbang, pemotongan biaya

kanisme yang

dan penggunaan waktu media (siaran)


atau bahan-bahan media secara cuma-cuma
atau dengan potongan harga. Persyaratan

larangan

pos,

untuk

mengumumkan penerimaan sum-

bangan dan pengeluaran kepada masyarakat tepat pada waktunya dan secara akurat
akan sangat meningkatkan kepercayaan
masyarakat pada proses pemilihan. Apakah
sumbangan dari perusahaan atau organisasi

sumbang-

seperti serikat pekerja serta

an asing diperbolehkan atau tidak juga

merupakan hal penting.

Penggunaan Sumber Daya Pemerintah Demi

Keuntungan Pemilihan

lon

maupun

partai,

mungkin tergoda untuk

menyalahgunakan sumber daya pemerintah


guna mencapai keuntungan dalam pemilihan bagi mereka. Sumber daya pemerintah
adalah milik warga negara; jadi tidak boleh dipakai untuk

memperoleh keuntungan

bagi kontestan politik tertentu (baik partai

maupun

Sumber daya

mencakup:

itu

penggunaan pegawai negeri sebagai


ru

calon).

kampanye pada jam

ju-

penggunaan jabatan pemerintah si caIon untuk mendapatkan perhatian media


penggunaan dana,

telepon,

pemerintah untuk tujuan kampanye;

an

pekerjaan
kerja,

umum,

penciptaan lapang-

dan proyek-proyek

sosial

untuk

mendapatkan keuntungan dalam pemilihan.

auditor

litik

untuk mengadu kepada badan pemilu

atau pengadilan, dan

memberdayakan badan

pemilihan untuk menyelidiki hal-hal

ini.

Sebagai bagian dari reformasi pemilih-

an 1994 di Meksiko, misalnya, dibentuk


sebuah Kantor Penuntut Khusus atas Kejahatan Pemilihan yang independen untuk menuntut, di antaranya, setiap pegawai negeri yang: memaksa bawahannya un-

tuk

mendukung

atau menolak partai atau

calon tertentu; mensyaratkan dukungan baatau penolakan terhadap partai atau Ca-

lon tertentu dalam memberikan layanan

umum, mengembangkan

suatu program

masyarakat, atau melaksanakan suatu pekerjaan

umum

asalkan memilih atau me-

nolak sesuatu partai atau calon tertentu;


menggunakan sumber daya, barang atau
jasa di

bawah wewenangnya karena fung-

sinya di pemerintahan (seperti kendaraan,


real estat,

dan peralatan) demi mendukung

suatu partai atau calon; atau

memberikan

partai atau calon

melalui kerja bawahannya.

foto-

penggunaan program pemerintah, seperti

menggunakan

Akses ke dan Liputan Media


mesin

kopi, kendaraan, atau peralatan lain milik

seperti

untuk melaksanakan

dukungan kepada suatu

kerja;

untuk tujuan kampanye;

ini,

efektif

pemerintah untuk menyelidiki hal-hal ini,


mengizinkan warga negara dan pesaing po-

gi

Kontestan politik yang berkuasa, baik ca-

Undang-undang pemilihan dan kode etik


pemerintah seharusnya melarang kegiatankegiatan semacam itu, dan harus ada me-

Demokrasi bergantung pada penyampaian pandangan secara adil dan seimbang dari

peserta pemilu kepada pemilih agar pe-

milih dapat melakukan pilihan yang bijaksana.

Kemampuan

calon, terulama

mereka

yang tidak berkuasa, untuk masuk ke media sangat penting dalam hal ini. Tidak

236

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/I999, No.

mungkin ada debat yang bermakna dan


ru mengenai persoalan mendasar yang
hadapi

siiatu

se-

tan-kontestan utama berdasarkan pada

di-

jumlah tanda tangan yang lerkumpul.


jumlah calon yang memenuhi syarat.

negara tanpa wahana untuk

mengularakan pendapat. Media menyediakan wahana tersebut.

Media agar dapat memainkan peran me-

penyebaran pendukung

di

tingkat na-

yang luas secara gcografis,


dibandingkan dengan waktu yang Icbih
sional atau

"

sedikit bagi kontestan baru atau

reka sebagai penyampai informasi dan


anjing penjaga terhadap proses pemerin-

yang

lebih lemah).

tahan, harus bebas dari sensor, langsung

maupun

Liputan Berita dan Informasi

Media juga harus bebas daintimidasi dan serangan dari LSM atau

ri

tidak.

mene-

Liputan berita dan informasi adalah masalah yang lebih sulit tapi tidak kurang

gaskan kewajiban pemerintah untuk melindungi kebebasan menyatakan pendapat.

pentingnya dalam menjamin lapangan bcr-

kekuatan semi-pemerintah, dan

ini

main yang

rata.

Di

sini

pun ada scjumlah

sub-masalah yang penting, termasuk:

Akses ke Media oleh Calon

mendukung kontestan

Akses ke media oleh calon, entah melalui

peliputan yang tidak seimbang, yang

nya,

iklan politik yang dibayar atau akses

memberi

tertentu

lebih banyak

(misal-

waktu kcpa-

da satu kontestan dibanding yang

cuma-cuma berdasarkan kewajiban yang diamanatkan pemerintah, mengandung sejum-

atau terus-menerus memberi kesempatan

lah sub-masalah penting, termasuk:

pertama pada kontestan

jenis akses (misalnya, pesan langsung

kampanye, yang mendukung kontestan

eara atau penggunaan musik, gambar

berkuasa;

jatah waktu (misalnya, apakah jatah waktu itu

dut pandang kamera yang mcmbcsar-

besarkan atau mengecilkan jumlah pen-

pengaturan waktu akses (misalnya, pada


jam tayang utama ataukah pada waktu-

waktu yang tidak

dukung dalam kampanye arak-arakan,


atau terus-menerus menyiarkan suara

tentu);

satu kontestan, sementara

pembayaran waktu minimum (misalnya,


pemerintah membiayai penyediaan wak-

membebaskan biaya pada media pemerintah, mencegah diskriminasi harga


tu,

waktu pada media swasta); dan

kriteria

nya,

jumlah waktu yang sama bagi

mua

calon yang

waktu yang

lebih

wartawan ha-

nya meringkas apa yang dikatakan kontestan lain);

manipulasi program informasi khusus


seperti

forum debat dan calon (misalnya.

menggunakan moderator

untuk penjatahan waktu (misal-

memenuhi

manipulasi liputan untuk mendukung


kontestan tertentu (misalnya, dengan su-

memadai untuk mengkomunika-

sikan pesan yang bermakna);

tertentu);

kegagalan untuk membedakan antara


kegiatan pemerintah yang laik berita dan

atau rekaman, hanya satu orang berbi-

dan beberapa pembicara);

Iain

atau pcnanya

yang berat scbelah. memanipulasi sudul

se-

pandang kamera dan/atau jumlah waklu

syaral atau

yang dibcrikan kepada masing-masing

banyak bagi kontes-

kontestan); dan

PI'MILIH/VN

237

UMUM DEMOKRATIS

pcliputan jajak pendapat dan proyeksi

pcmilihan yang secara lidak adil mendukung atau menentang calon-calon

kepada semua kontestan, bisa juga tidak


bebas dan adil manakala para calon tidak
dapat berkampanye secara bebas dan ber-

(misalnya, mclebih-lebihkan keandalan

semangat. Sejumlah faktor ikut menentukan

mcreka, tidak membeberkan siapa yang

dalam hal

mcngadakan

jajak pendapat

itu,

tidak

semuanya berkaitan dengan

ini,

hak-hak mendasar, termasuk:

mclaporkan marjin kesalahan atau kapan jajak itu dilakukan atau kecende-

rungan dalam jajak pendapat).

kekerasan dan intimidasi terhadap calon,


juru kampanye, dan/atau calon pemilih;

kegagalan untuk menyediakan waktu dan

tempat yang pantas untuk rapat politik

Pcngcmbangan dan Pelaksanaan Kcbijakan Pcnyiaran Kampanyc

Mckanisme

Salah satu aspek penting untuk menilai pcranan media adalah apakah sudah
ada garis besar kebijakan atau peraturan
yang jelas tentang peliputan calon-calon
olch media.

yang damai;

bagi

Penting juga menilai apakah

kegagalan untuk menjamin kebebasan

bergerak bagi kegiatan kampanye;

kegagalan untuk melindungi kebebasan

berpendapat mengenai masalah politik;

dan

kegagalan untuk menyediakan kompensasi bagi

ada mekanismc untuk menangani penga-

duan tentang peliputan media

atas

dasar selama kampanye.

kampa-

Adalah penting untuk menilai apakah

nye pemilihan, termasuk;

mekanisme pcmerintah (komisi parlemen,

pcngadilan, komisi pemilihan);

pcngaturan

diri sendiri

(kode etik media

dan/atau komisi etika persatuan warta-

wan); dan

pemantauan

atas

media oleh organisasi

badan pemilu dan/atau

mencegah masalah dan menyelidiki pelanggaran. Ini langsung berkaitan dengan

penyediaan kesamaan

yang

depan hukum dan

hukum yang sama

bagi se-

calon.

efektif bagi pe-

langgaran oleh media terhadap aspek-aspek lapangan bermain yang

rata.

Hak

atas

korcksi dan hak jawab penting sekali daini,

di

penting juga menilai apakah

tcrscdia pcnyelesaian

lam hal

serta jaksa

tuk

mua
itu,

polisi

sudah cukup memantau faktor-faktor ini


dan mengambil tindakan yang efektif un-

perlindungan

warga negara dan lain-lainnya.


Selain

pelanggaran atas hak-hak men-

begitu juga cara-cara untuk

Kode Etik

Partai,

Komisi Penghuhung

Keluhan dan Pcnyelesaian

Partai,

Sengketa

me-

minta waktu tambahan guna mengimbangi

Kode Etik

Partai

peliputan tidak scimbang yang diberikan

kepada calon

Kode

etik partai bisa

penting guna men-

lain.

jamin suatu kampanye pemilu yang

Namun
Kendala Kampanyc

Masa kampanye yang cukup panjang,


yang menycdiakan sumbcr daya seimbang

rus

untuk bisa efektif kode

etik

adil.

itu

dihasilkan dari konsultasi yang

ha-

tcliti

antara partai-partai yang ikut pemilu. bahkan


partai

yang tidak mcngajukan calon

sekali-

238

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

pun. Penyelenggara pemilu dan organisasi

upaya menghindari konflik secara efektif


dan informal dan penyelesaian sengketa.

warga dapat membantu mengatur konsultasi partai-partai untuk mendorong


penggunaan kode etik melalui pertukaran pikiran

Mekanisme Pengaduan dan Penyelesaian

yang murni.

Sengketa

Kode

etik dapat dikaitkan

salah-masalah
giatan

seperti: tidak

kampanye

dengan maPemilu yang bebas dan adil memerlukan persamaan di depan hukum dan perlin-

mencampuri ke-

partai Iain;

disiplin partai untuk

menerapkan
mencegah kekerasan

dungan hukum yang sama bagi semua calon dan staf mereka. Pemerintah dan
lem-

dan intimidasi; menghormati hak pemilih


dan kontestan lain; menahan diri dari kampanye

negatif;

Kode

etik dapat

baga pemilu hams menyediakan bagi para


kontestan politik mekanisme pengaduan

dan hal-hal serupa lainnya.

yang tidak memihak dan

juga dikaitkan dengan per-

efisien serta

kom-

pensasi yang efektif dan dengan penyelesaian efektif. Ini merupakan perpanjangan

syaratan afirmatif seperti

menekankan kerahasiaan surat suara dalam propaganda


kampanye dan menerima hasil proses pe-

hukum yang

atas proses

milihan murni sekalipun sebuah partai kurang berhasil.

semestinya.

Jaminan proses yang semestinya dan


wajar mencakup prosedur legislatif, peraturan dan yudikatif yang menyediakan
pemberitahuan, dengar pendapat dan ban-

Komisi Penghubung Partai

ding, untuk melindungi dari keputusan

Pelaksana pemilu dapat membentuk suatu komisi penghubung di tingkat nasional,

belah. Prosedur ini

regional atau lokal, untuk

testan politik

memudahkan

komunikasi antara partai dan badan pemilu, dan di antara partai-partai.


Melalui ko-

yang sewenang-wenang dan/atau berat

hams

se-

tersedia bagi kon-

pada setiap tahap proses pe-

milihan, termasuk: pendaftaran partai; penen-

tuan batas daerah pemilihan; pengangkatan

misi penghubung partai, badan pemilu dapat menyediakan informasi yang sama ke

petugas pemilu; kualifikasi untuk ikut pe-

semua

an; perancangan

partai secara serentak

kchadiran partai

lain.

Ini

dan dengan

dapat mencegah

pemberian informasi atau saran yang berbeda ke semua kontestan.


Fungsi penting kedua komisi penghubung partai ialah memberi wakil partai sua-

mekanisme untuk berinteraksi secara


teratur dan membangun hubungan. Komisi
tu

juga menyediakan forum bagi partai-partai


untuk mengajukan pertanyaan dan secara

informal menyampaikan pengaduan atas


tingkah laku partai lain. Ini mendukung

milu; pembuatan dan revisi daftar pemilih-

tribusi

dan pembuatan

serta dis-

bahan-bahan pemilu; pengembangan

dan pelaksanaan prosedur penghitungan


dan

tabulasi;

Ada

tiga

dan penentuan

hasil

resmi.

model yang biasanya dipakai

dalam menetapkan, suatu mekanisme pengaduan pemilihan:

badan-badan pemilu menyelidiki dan me-

mutuskan pengaduan,

diserlai

banding

ke badan yang lebih tinggi (keputusan tertcntu olch badan pemilu tertinggi

mungkin

bisa ditinjau kembali olch sua-

PEMILIHAN

239

UMUM DEMOKRATIS

tu pengadilan

banding atau raahkamah

terlihat

pada pe-

milihan tahun 1994 di Afrika Selatan. Di

putusan badan pemilu tertinggi bersifat

sana, partai-partai

final):

minta mengupayakan penyelesaian mela-

umum

pengadilan

lui

resmi. Cara ini

tara pihak-pihak

memproses pengadu-

yang

terlibat

sengketa di-

mediasi sebelum dilakukan tindakan hu-

kum

pengaduan demikian;

sebagaimana

efektif,

agung, tapi dalam beberapa kasus ke-

pengadilan khusus pemilu memproses

yang

memerlukan dialog an-

yang mengadu dan kese-

diaan mereka untuk menerima mediasi.

an pemilu (adalah penting melakukan proses pengadilan yang cepat untuk men-

jamin penyelesaian atas pengaduan pe-

KEPUSTAKAAN

milu pada waktunya).

Dalam keadaan bagaimanapun, sanksi


hukum harus tersedia untuk menangkal tindakan yang tidak patut dan untuk menghukum para pelanggar. Denda, pemuatan koreksi atau

an,
si

hak jawab

di media, pemenjara-

dan skorsing atau pembatalan

kualifika-

sebuah partai dan seorang calon, semua-

nya harus disediakan dan diterapkan secara tepat, tanpa diskriminasi dan dalam cara

yang proporsional terhadap pelanggaran.


Dalam beberapa kasus mungkin juga tepat
untuk meminta pertanggungjawaban pemimpin partai atau calon atas tindakan para

pendudung mereka.

tion

lain proses

pemilu, mekanisme pengaduan harus trans-

paran dan terbuka bagi wakil-wakil

media, dan pengamat intemasional yang

(London: Article 19).

work

for Elections"

and "Election Commisand Composition"

sions: Responsibilities

(Washington, B.C.: NDI)

&

Garber, L.
Parallel

C. Cowan. 1993. "The Virtues of


Vote Tabulations", Journal of Demo-

cracy, No. 2, p. 95.

Goodwin-Gill, G. 1994. Free and Fair Elections:


International Law and Practice (Geneva: hiter-ParUamentary Union).

and A. Vitorino. "Models of Transition", in


The New Democratic Frontier, L. Garber &
Bjomlund, E. (eds.); (Washington, B.C.: NBI).
O'Malley, P. \993iUneven Paths: Advancing
Democracy in Africa (Washington, B.C.:

ti-

NBI).
I:

res-

mi, model penyelesaian alternatif yang

ti-

dak resmi mungkin juga cocok. Komisi


partai dapat

memainkan

pe-

ranan penting dalam penghindaran kondan penyelesaian sengketa secara tidak

resmi. Mediasi

1992. "Establishing a Legal Frame-

Gather, L.

Stoddard,

flik

Democracies

mekanisme pengaduaii yang

penghubung

in Transitional

partai,

pemantau pemilu nonpartai dalam negeri,

Selain

Merloe. 1994. Guidelines for Elec-

Broadcasting

Nadais, A. 1993. "Choice of Electoral System"

Sebagaimana semua aspek

dak memihak.

&P.

Coliver, S.

mungkin juga menjadi cara

M.

1994. "Considerations for Creation,

Organization and Implementation of Electoral Systems [an Outline]" (Washington, B.C.:


NBI).
United Nations Centre for

Human

Rights.

Professional Training Series No.

Rights and Elections


1020-1688).

(New

2,

1994.

Human

York: U.N.;

ISSN

Indonesia: Jalan Panjang


Menuju Pemulihan Ketidakpastian

Ekonomi-Politik
Ignasius Ismanto
Knsis ekonomi yang dipicu oleh ketidakmampuan
suatu negara untuk mengendalikan
pergerakan modal rcapital mobility; telah menghantam
ekonomi-ekonomi di kawasan Asia
Indonesia merupakan negara yang mengalami krisis
parah di antara ekonomi-ekonomi
Asia itu Lemahnya sistem politik yang responsif
terhadap tuntutan dinamika perubahan ekonomi-pohtik telah mendorong krisis ekonomi itu
berkembang menjadi krisis politik yang berkepanjangan. Pemilihan umum yang diselenggarakan
pada 9 Juni 1999 dipandang sebasai
konsensus nasional" yang diharapkan mampu
menghasilkan suatu pemerintahan yang sah
^legitimate; dan memperoleh dukungan masyarakat
rcredible; untuk membawa Indonesia keluar dan kesulitan ekonomi dan politik yang
dihadapinya. Fragmentasi kekuatan-kekuatan
masyarakat, radikalisasi politik yang mengeksploitasi
keragaman suku, etnis dan agama serta
penggunaan politik kekuatan uang rmoney politics; dipandang
merupakan tantangan
serius untuk mengakhiri ketidakpastian
ekonomi-politik di Indonesia. Kegagalan Indonesia untuk mewujudkan suatu pemerintahan
baru yang legitimate dan credible melalui proses mekanisme politik yang
demokratis tidak hanya akan semakin menambah beban
ekonomi masyarakat, tetapi juga akan semakin memperburuk
proses kehidupan politik
ymig
c
&
^
jdemokratis.

Pendahuluan

buhan ekonomi negara-negara Asia

KEAJAIBAN

ekonomi

di

kawasan

Asia dan krisis ekonomi yang melanda kawasan itu sejak perte-

ngahan 1997 merupakan fenomena ekonomi


dan politik yang menarik. Selama beberapa
dasawarsa yang

ekonomi negara-negara
kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara,
seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong
lalu,

di

Kong, Singapura, Malaysia, Thailand dan Indonesia, tidak saja mengalami pertumbuhan

ekonomi yang mengesankan

tetapi juga
mengalami perbaikan kesejahteraan ekonomi
yang menyertai pertumbuhan ekonomi itu

(World Bank, 1993: 27-32). Satu hal yang tidak dapat diabaikan adalah bahwa pertum-

dak dapat dilepaskan

itu ti-

dari sifat inter\'ensi pe-

merintah dalam kehidupan ekonomi dan politik.

Bahkan kehadiran

yang

bersifat otoritarian

na yang

umumnya

suatu pemerintahan

merupakan fenome-

dapat dijumpai pada

ta-

hap awal pembangunan mereka. Dinamika


pertumbuhan ekonomi Asia itu telah mendorong semakin terintegrasinya ekonomi ka-

wasan

itu

ke dalam tatanan ekonomi dunia.

Perubahan ekonomi-politik global sejak


awal 1980-an telah

membawa

tantangan

ter-

hadap perubahan slruktur ekonomi-politik


sejumlah negara Asia yang
lagi sesuai

dipandang tidak

dengan dinamika perubahan eko-

nomi-politik mereka. Di Korea Selatan, misal-

241

PEMULIHAN KETIDAKPASTIAN EKONOMI-POLITIK

nya, perubahan

ekonomi telah mendorong

tekanan terhadap perubahan

politik, yaitu

berakhiraya rezim militer yang otoritarian

pada 1987 (Chung-Si Ahn, 1997: 237-258).

Demikian pula dengan

di Thailand, di

mana

perubahan ekonomi telah mendorong perubahan struktur politik Thailand dari bureaucratic polity

menuju semi-demokrasi sejak

1992 (Girling, 1996; 19-25). Sebaliknya, perubahan ekonomi Indonesia tidak mampu

mendorong perubahan struktur politik secara berarti. Bahkan tekanan perubahan ekonomi-politik sebagai dampak krisis ekonomi sejak pertengahan 1997 justru semakin
berkembang menjadi konflik politik yang
berkepanjangan. Pemihhan

umum

1999 yang

an yang otoritarian dipandang sebagai prasyarat yang diperlukan dalam memacu pem-

bangunan ekonomi itu. Namun apakah keberhasilan pembangunan ekonomi akan mendorong proses demokratisasi merupakan are-

na yang penuh dengan perdebatan


berhasilan

pembangunan ekonomi

Taiwan,

oleh perubahan politik yang

perubahan pola hubungan antara negara


dan masyarakatnya. Sebaliknya, Indonesia
dihadapkan pada tantangan untuk mengakhiri sistem pemerintahan

yang

politik Indonesia.

semakin memperkokoh legitimasi kelang-

mi temyata

otoriter.

Pembangunan ekono-

tidak selalu

merupakan jaminan

menempuh

perubahan ekonomi-politik seiring dengan

di-

namika perubahan masyarakatnya.

Gagasan tentang pentingnya intervensi


pemerintah dalam pembangunan ekonomipolitik

Otoritarianisme, Demokrasi dan


Kapitalisme

otoritarian.

Keberhasilan pembangunan ekonomi justru

bagi negara berkembang untuk

dan kesulitan ekonomi. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji perubahan ekonomi-

diikuti

mempengaruhi

sebagai "konsensus nasional" yang diha-

mengakhiri kemelut politik

negara,r

Hong Kong dan Singapura

sungan rezim

mampu

Ke-

negara Asia, seperti Jepang, Korea Selatan,

diselenggarakan di tengah tekanan perubahan ekonbmi-politik itu dapat dipandang

rapkan

pula.

rik

merupakan pendekatan yang mena-

untuk menjelaskan perubahan ekonomi-

politik negara-negara di

kawasan Asia. Pem-

bangunan ekonomi dipandang sebagai

"ja-

Otoritarianisme, demokrasi dan kapital-

lan keluar" untuk mengakhiri keterbelakang-

isme merupakan tema perdebatan yang me-

an ekonomi dan mendorong proses demokratisasi di negara berkembang. Kenyataan

narik dalam

memahami perubahan ekono-

mi-politik negara-negara di

kawasan Asia

Timur dan Asia Tenggara. Tumbuhnya kapitalisme Asia (keberhasilan

pembangun-

an ekonomi negara-negara kawasan Asia)


telah

menempuh

cara yang berbeda dengan

berkembangnya kapitalisme

di

Eropa dan

bahwa negara-negara berkembang Asia


hadapkan pada kendala

munisme
II,

setelah berakhirnya Perang

merupakan

faktor

yang mendorong

bangnya kapitalisme Asia pada tingkat

nomi-politik.

vensi pemerintah

dalam pembangunan eko-

nomi. Bahkan kehadiran suatu pemerintah-

Dunia
inter-

pembangunan ekoKehadiran suatu negara yang

vensi pemerintah dalam

lentu sangat ditentukan oleh sifat inter-

seperti

lemahnya kapital dan adanya konflik-konflik politik idiologis, terutama ancaman Ko-

Amerika Serikat pada abad ke-19. Berkemter-

struktural,

di-

kuat (strong state) dipandang sebagai faktor

yang diperlukan. Suatu negara yang

kuat yang dimaksudkan dalam tulisan ini

242

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

yang memiliki otonomi yang


besar dalam merumuskan dan meng-

yaitu negara

tingnya intervensi negara dalam pembangun-

relatif

an ekonomi dan

implementasikan kebijakan-kebijakannya,
ta

memiliki

ser-

kemampuan untuk membebaskan

politik itu telah

mendorong

tumbuhnya konsep yang disebut negara


pembangunan {developmentalist

state).

dari tekanan kepentingan-kepentingan

diri

pribadi {vested interests)

yang dapat meng-

ganggu pencapaian tujuan pembangunan


negara. Otonomi negara yang besar, yang

mampu membebaskan
interests

negara dari vested

dipandang sebagai faktor yang

sa-

ngat menentukan gmia menghasilkan kebijakan ekonomi negara yang sehat. Keajaib-

Negara-negara kawasan Asia yang telah

mengalami pertumbuhan ekonomi mengesankan dapat dimasukkan ke dalam kategori


negara pembangunan. Namun tidak semua
negara pembangunan Asia
strong authoritarian state.
tergolong ke dalam
seperti

weak

itu

merupakan

Ada pula yang

authoritarian state,

Indonesia misalnya (Budiman, 1992).

an ekonomi negara-negara kawasan Asia


didukung oleh adanya kebijakan ekonomi

Fenomena negara

yang

tercermin dari meluasnya kegiatan-kegiatan

tepat

(Campos and Root, 1996:

1-27).

otoriter

ekonomi perburuan rente


Salah satu konsekuensi dari kehadiran
suatu negara yang kuat adalah bahwa sifat

hubungan negara-masyarakat

lebih di-

dominasi oleh kebebasan negara daripada


kebebasan individu. Dalam struktm- hubmig-

an semacam
masyarakat

itu,

pengaturan kepentingan

umumnya ditempuh

melalui me-

ivities)

yang semakin

yang akhir-akhir

yang lemah

itu

{rent seeking act-

sulit

dikendalikan,

semakin dikenal sebagai sumber berkembangnya praktek-praktek


ini

penyalahgunaan kekuasaan negara,

seperti

korupsi, kolusi

dan nepotisme (KKN), yaitu


melalui pemberian monopoli, subsidi, fasi-

litas

kredit serta berbagai

kemudahan

lain

kanisme korporatisme yang dikendalikan

yang diberikan oleh negara (Robison, 1985:

oleh negara {state corporatism). Mekanis-

295-335).

me

pengendalian negara terhadap segmen-

segmen dalam masyarakat

itu

dimaksudkan

untuk menghindari perdebatan politik yang


berkepanjangan. Negara tidak saja dimungkinkan untuk menerapkan pendekatan yang
bersifat exclusionary terhadap organisasi ke-

masyarakatan yang kepentingannya dianggap bertentangan dengan kepentingan negara.

Bila dianggap perlu, negara juga di-

mungkinkan menciptakan
beri

sendiri serta

pengakuan terhadap organisasi

memterse-

Kegiatan perburuan rente tentu bukan

merupakan fenomena khas Indonesia saja,


melainkan dijumpai pula dalam kegiatan
ekonomi negara Asia Tenggara dan Asia Ti-

mur

lainnya terutama pada tahap awal

pembangunan ekonomi mereka (Kunio, 1988).

Namun

kegiatan perburuan rente di sejum-

lah strong authoritarian state itu lebih meru-

pakan fenomena yang

bersifat sementara.'

Kelemahan Indonesia dibandingkan dengan


negara pembangunan di kawasan Asia lain-

but untuk mewakili kepentingan masyara-

Penibahan ekonomi dipandang sebagai


faktor yang sangat menentukan untuk mekat.

nuju pada penibahan struktur politik dari


state corporatism

menuju

societal corporat-

ism (Haggard, 1990). Gagasan tentang pcn-

Ncgara pembangunan yang kuat rclatif mampu mcngcndalikan praktck kegiatan perburuan rente itu sciring dengan pcrubahan ekonomi-politiknya.
Sebaliknya kegiatan pemburu rente dalam kegiatan

ekonomi Indonesia bcrkembang mcnjadi fenomena


yang semakin mclembaga {endemic).

243

PEMULIHAN KETIDAKPASTIAN EKONOMI-POLITIK

nya dalam hal pengaturan kegiatan ekonomi yang semakin kompleks itu adalah tidak
adanya lembaga formal yang

mampu mene-

gakkan aturan secara transparan, tetapi lebih mengandalkan pada jaringan informal

(Campos and Root, 1996:

121).

Akibatnya,

wa fenomena

krisis

ekonomi kawasan Asia

dipandang tidak berarli harus menanggalkan model bureaucratic capitalism (Xue-

Model pembangunan ekonomi Asia selain dihadapkan pada keleliang Ding, 1998).

mahan utama

(yaitu rentan terhadap penya-

mampu

lahgunaan kekuasaan negara) juga tidak da-

mengakhiri praktek-praktek perburuan ren-

pat diabaikan dari latar belakang sejarah,

perubahan ekonomi-politik tidak

te.

ekonomi justru memberikan

Liberalisasi

mampu mempolitik untuk mem-

kesempatan bagi mereka yang

bangun akses koneksi

perluas jaringan bisnis dan ekonomi mereka

(Robertson-Suape, 1999: 595). Bahkan dalam

yang

struktur politik

otoritarian itu, korpo-

ratisme dan paternalisme semakin beiikem-

yaitu faktor geopolitik

pendekatan pembangunan ekonomi arahan


negara oleh sejumlah negara kawasan Asia
selama beriangsungnya Perang Dingin (So

and Chiu, 1995). Perubahan ekonomi-politik


global dengan berakhirnya Perang Dingin
serta

dinamika perubahan ekonomi Asia

yang semakin

bangun jaringan kegiatan ekonomi dan

nomi dunia merupakan

Memburuknya situaekonomi Indonesia sebagai dampak kri-

nis (Maclntyre,
si

sis

1994).

moneter pada pertengahan 1997 semakin

menenggelamkan Indonesia ke dalam krisis ekonomi-politik. Krisis ekonomi yang


berkelanjutan

itu,

oleh pengamat ekonomi

re-

gional yang melatarbelakangi ditempuhnya

bang menjadi intermediasi kepentingan yang


bersifat "simbiosis mutualistis" dalam membis-

dan dinamika

terintegrasi

pada tatanan ekofaktor

yang tidak

dapat diabaikan pengaruhnya terhadap per-

ubahan ekonomi-politik kawasan

itu.

Dam-

pak perubahan ekonomi internasional itu


akan semakin membatasi otonomi negara

pembangunan dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan ekonomi nasio-

Tahapan pembangunan ekonomi

Soemitro Djojohadikusumo, dipandang se-

nalnya.

bagai pencerminan hilangnya kepercayaan

yang berbeda yang ditempuh oleh negaranegara pembangunan Asia memberikan dam-

masyarakat, baik dalam negeri


ternasional

yang bersumber

diseases, yaitu

maupun

in-

dari institutional

dalam bentuk praktek-prak-

tek korupsi, kolusi

yang semakin tidak

ter-

kendali serta lemahnya sistem peradilan {The

pak ekonomi-politik yang berbeda pula

se-

bagai akibat perubahan ekonomi-politik global.

Persoalan krusial bagi Indonesia adalah,

apakah perubahan ekonomi-politik

itu

akan

berpengaruh terhadap perubahan hubungan

Jakarta Post, 12 January 1998).

negara -masyarakat, peran kekuatan-kekuatSalah satu isu yang tampaknya masih

an masyarakat, serta upaya meminimalisir

akan mewarnai perdebatan sehubungan de-

fenomena berbagai bentuk penyalahgunaan

ngan

krisis

ekonomi yang melanda ekono-

kekuasaan negara.

mi kawasan Asia yaitu apakah model negara

pembangunan masih relevan untuk

pertahankan

di

di-

tengah perubahan ekonomi-

politik global itu (Robison,

1998:

Bello, 1998: 7-10;Beeson, 1998: 17-18).

10-14;

Pende-

katan politik konservatif beranggapan bah-

Perubahan Ekonomi-Politik Indonesia


Liberalisasi

ekonomi yang ditempuh pe-

merintah sejak pertengahan 1980-an telah

244

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

mendorong transnasional

yang

kapital

se-

makin mengintegrasikan ekonomi Indonesia ke dalam batas-batas wilayah ekonomi


yang lebih
itu

luas.

Dinamika

membawa optimisme

ekonomi

integrasi

bagi pemerintah Of-

puhnya kebijakan

liberalisasi ekonomi yang


meningkatkan reputasi Presiden Soeharto se-

cara internasional telah berhasil dimanfaat-

kan untuk menghadapi tekanan-tekanan dalam negeri yang menghendaki perubahan

de Baru untuk mempertahankan pertumbuh-

itu.

Bertrand (1996: 325) mengemukakan bah-

an ekonomi yang merupakan aspek politik

wa

"Soeharto remained firmly

yang sangat diperlukan untuk mempertahan-

the opening or tightening

kan legitimasi kekuasaannya. Dinamika peru-

arena,

and

efforts

of those

bahan ekonomi

itu

juga telah

membawa

te-

of

in control

of

the political

that he succesfully thwarted the


officers within

ABRI

seek-

kanan perubahan ekonomi-politik Indone-

ing to destabilize his position". Kedua, tun-

Berbagai isu politik yang sensitif pada

tutan perubahan itu tidak cukup didukung

sia.

waktu
sesi

itu,

seperti "keterbukaan"

kepemimpinan nasional",

dan "suk-

mewar-

telah

nai perdebatan politik menjelang awal 1990an.

Isu politik

yang dipandang sebagai

Tiomena "gelombang demokratisasi"

anggap belum

mampu membawa

an ekonomi-politik secara

berarti.

fe-

itu di-

oleh adanya tekanan kekuatan dari masya-

Bahkan

rakat.

pakan kekuatan masyarakat, yaitu kalangan


kelas

menengah yang selama

kritis

terhadap pemerintahan telah dikoop-

tasi

Bertrand

sasi Ikatan

Cendekiawan Muslim Indone-

(ICMI).

Tidak adanya tekanan masya-

oleh Soeharto melalui pendirian organi-

sia

ruh terhadap resistensi rezim dalam memper-

rakat

tahankan tekanan perubahan ekonomi-poli-

faktor

itu

Pertama, tuntutan perubahan politik

lebih dipacu oleh faktor internal, yaitu

"perpecahan" pada kalangan


(dalam hal

ini,

itu bersikap

perubah-

(1996) melihat ada dua faktor yang berpenga-

tik itu.

salah satu elemen yang meru-

elite

politik

antara Presiden Soeharto dan

yang

merupakan salah satu


yang memungkinkan Soeharto untuk
berarti

mengendalikan tuntutan perubahan ekonomi-politik.

"In conjunction with a growing

coaptation of political Islam, notably with


the establisment

of ICMI, Soeharto

is like-

ABRI), daripada faktor eksternal, yaitu

kanan perubahan ekonomi

te-

internasional,

meskipun faktor yang terakhir merupakan


variabel yang tidak bisa diabaikan. Ditem-

seeking to reduce the dependence of

ly

New

the

Order's institutions on his per-

sonal power and infuse them with more

autonomous sources of stab i lily" (Bertrand,


1996: 338). Jika pun ada, kekuatan masyara-

Ketidakharmonisan hubungan antara Presiden


Soeharto dan ABRI yang saat itu bcrada di bawah
kepemimpinan Jcndcral Benny Mocrdani tidak per-

kat itu

nah diperoleh informasi yang jelas. Ketidakharmonisan hubungan itu, sebagaimana dikemukakan oleh
Schwarz (1998: 285) serta berbagai anaiis, diduga bersumber dari ketidaksenangan Presiden Soeharto terhadap sikap .Icnderal Mocrdani yang selalu mengi-

1996).

ngatkan terhadap praktek bisnis putra-putrinya


hat pula Liddle,

1999: 254). Said (1998: 543)

berikan argumentasi yang

lain,

yaitu

bahwa

(li-

mem-

kerctak-

an hubungan antara Presiden Soeharto dan Jcndcral

Mocrdani diduga bcrsumber dari mcluasnya pengaBenny Mocrdani dalam ABRI.

ruh Jcndcral

umumnya

nanya secara

politis

sangat lemah (Winters,

Munculnya kekuatan-kckuatan opo-

seperti

sisi,

terfragmentasi dan kare-

Megawati Soekarnoputri, Ab-

ICMI dipandang merupakan manuSoeharto untuk mcngimbangi kekuat-

Pendirian
vcr politik

an

ABRI

(Bertrand,

1996: 330). Dcmikian pula Ab-

durrahman Wahid, pemimpin organisasi Nahdlatul


Ulama, mcnilai bahwa pendirian ICMI mcnunjukkan
menurunnya pengaruh Soeharto di kalangan militcr
(Said,

1999: 535).

245

PEMULIHAN KETIDAKPASTIAN EKONOMI-POLITIK

durrahman Wahid dan Amien Rais

telah

me-

justru dihadapkan

pada tuduhan mengenai

mainkan peran yang semakin penting dalam


mendorong tekanan perubahan ekonomi-

isu

yang sama.

Sementara

itu,

Indonesia di^

hadapkan pada serangkaian gejolak

politik

tanpa didukung

yang dapat mengancam persatuan dan ke-

oleh adanya kekuatan oposisi yang teror-

satuan bangsa. Gagasan untuk menyeleng-

politik Indonesia itu.

ganisir, transisi

politik

Namun

menuju perubahan ekonomi-

yang demokratis dipandang

diwujudkan (Bourchier, 1998:

sulit

garakan "konsensus nasional" yang diusul-

kan berbagai kalangan gagal untuk diwujudkan. Sidang Istimewa

5-6).

MPR

akhirnya me^

mutuskan penyelenggaraan pemilihan


Krisis moneter sejak pertengahan 1997

telah

membawa dampak yang

begitu luas

sebagai

umum

mekanisme untuk mengakhiri ke-

melut politik

itu.

dan mendalam terhadap kondisi sosial-eko-

nomi dan pohtik masyarakat


ngan semakin memburuknya

mi dan

politik itu, legitimasi

Indonesia.
situasi

De-

ekono-

kekuasaan Pre-

Pemilihan

umum

1999

perubahan ekonomi dan politik dipandang


sebagai

momentum yang

sangat menentur

siden Soeharto semakin dipersoalkan. Bah-

kan bagi perubahan sistem

kan orang-orang yang selama

nesia.

itu

dianggap

tengah tekanan

di

Perubahan

politik di Indo^-

politik itu

dipandang

se-

dekat dengan Presiden Soeharto pun mulai

bagai faktor yang sangat diperlukan bagi

meninggalkannya (Mas'oed, 1998). Gelom-

pemulihan ekonomi Indonesia yang bera-

bang demonstrasi mahasiswa, didukung oleh

da

berbagai elemen kekuatan masyarakat, akhir-

juga diharapkan dapat mewujudkan suatu

nya memaksa Presiden Soeharto untuk meng-

pemerintahan baru yang sah dan memulih-

pada 21 Mei 1998. Pe-

kan dukungan kepercayaan masyarakat. ,Har

ma-

nya melalui suatu pemerintahan baru yang

dihadapkan pada berbagai persoalan

sah dan didukung oleh kepercayaan masyar

akhiri kekuasaannya

merintahan baru Presiden


sih

B.J. Habibie

di

ambang kehancuran.^ Pemilihan umuin

hukum

yang semakin kompleks, terutama persoal-

rakat

an legitimasi. Presiden

law) yang merupakan obsesi masyarakat

B.J.

Habibie dipan-

itu,

proses penegakan

(rule

of
di,-

dang sebagai "kepanjangan tangan" dari

harapkan semakin mudah diwujudkan. Se-

mantan Presiden Soeharto dan oleh kare-

baliknya, kegagalan penyelenggaraan pe-

nanya dipandang tidak "populer" untuk

milihan

mengatasi ketidakpastian ekonomi dan po-

akan sangat membahayakan

litik.

Meskipun berbagai kebijakan

politik

tik,

umum

yang jujur dan demokratis


stabilitas poli-

karena dikhawatirkan akan semakin me-

penting telah ditempuh, pemerintahan baru


Presiden B.J. Habibie dianggap belum

mam-

pu menyelesaikan berbagai "pekerjaan rumah", seperti kasus penembakan mahasis-

Indonesian Coruption Watch (JCW) mengungkapkan dugaan tindak pidana suap yang diterima oleh
dari

wa

Trisakti, kasus

Semanggi, dan kasus pe-

Agung Andi M. Ghalib scbcsar Rp. 1,8 iiiilyar


pcngusaha Prajogo Pangcstu dan The Ning King.

Jaksa

Kedua pcngusaha

ini

scbclumnya dibcritakan sedang

nyelidikan terhadap kekayaan mantan Pre-

berurusan dengan pihak Kcjaksaan dalam pcmcrik-

siden Soeharto, yang merupakan salah sa-

saan kasus pidana.

tu

agenda

politik nasional.

Bahkan orang

yang diangkat dan ditunjuk oleh Presiden


B.J.

Habibie untuk menangani kasus

KKN,

Media Indonesia,

5 Juni

1999.

Ventingnya perubahan sistem pohtik Indonesia


untuk mengakhiri kesulitan ekonomi telah banyak
diajukan dalam berbagai kajian ekonomi politik. Lihat misainya. Root (1998).

246

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1 999, No.

''i

micu konflik-konflik

keragaman

ploitasi

yang mengeks-

politik

etnis

untuk mengawasi jalanriya proses pelaksanaan pemilihan umum.

maupun agama ma-

syarakat Indonesia yang pluralistik.

Suasana baru yang sarat dengan tekan-

an dan tuntutan perubahan

politik telah

Meskipun demikian, proses Pemilu 1999


bukan tanpa masalah sama sekali. Satu hal

yang menonjol adalah banyaknya

sinyale-

menghantarkan proses Pemilu 7 Juni 1999

men yang mengarah kepada dugaan

terselenggara lebih demokratis dibandingkan

rangan dan manipulasi proses pemilu. Pe-

kecu-

dengan proses beberapa pemilihan

umum

se-

laksanaan program JPS (jaring pengaman sosial)

belumnya. Setidaknya ada lima faktor yang

yang pembiayaannya diperoleh

dari

'

mendukung

telah

milihan

umum

hal tersebut. Pertama, pe-

1999

ini

memberikan kesem-

patan yang sama kepada selumh partai popeserta pemilihan

litik

dalam suatu komisi


lihan

Umum

umum

nasional,

untuk duduk

Komisi Pemi-

(KPU), yang bertanggung

ja-

pinjaman internasional untuk membantu kesulitan

ekonomi masyarakat, misalnya

disi-

tingan partai-partai politik tertentu.^ Bentuk

kecurangan

lain, seperti surat

suara {ballot)

kungan massa hingga ke tingkat

pemaksaan untuk memilih salah

dua, pemilihan

umum

ini tidak

memberi

MA

serta pejabat-pejabat

pemerintahan

dari Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati/

Walikota,

untuk

Camat hingga Kepala Desa/Lurah

terlibat

militer

dan birokrasi berupa intimidasi dan

politik tertentu

dalam proses pemilihan

juga dijumpai di beberapa

umum

daerah.

Pemilihan

umum

libahan politik

itu

i
di

tengah tekanan per-

telah

membawa

sedikit

perubahan dalam pola hubungan negaramasyarakat.

Namun masih

tuk menyimpulkan

bahwa

juga tidak

lagi diba-

1999 telah mengembalikan peran

Tumbuhnya kekuatan-

gara {state power).

kekuatan masyarakat akan sangat ditenlu-

kut "bebas diri" atau "bersih diri" (yang

ngan penghapusan

yang menyang-

lam mengontrol penggunaan kekuasaan ne-

yangi oleh intervensi penguasa, yaitu deregulasi

kekuatan-kekuatan masyarakat, termasuk da-

ini

proses pemilih-

an

umum

un-

terlalu dini

tingan suatu partai politik tertentu. Ketiga,

umum

satu partai

yang hanya akan menguntungkan kepenpemilihan

'

kemungkinan bagi pejabat-pejabat tinggi


negara, seperti ketua MPR, DPR, DP A, BPK
dan

bagi partai politik tertentu juga masih di-

jumpai. Demikian pula, keterlibatan aparat

Ke-

yang sudah ditandai untuk perolehan suara

wab terhadap aturan penyelenggaraan pemilihan umum. Partai-partai politik itu juga
dimungkinkan untuk membangun basis dudesa.

nyalir telah disalahgunakan untuk kepen-

kan pula oleh adanya perubahan struktur

dikenal dengan istilah Litsus) bagi calon-

politik.

calon legislatif yang diperjuangkan oleh se-

kembali intervensi militer dalam kehidupan

tengah ekonomi-polilik Indonesia

tiap partai politik.

Keempat, ABRI dan ka-

Sehubungan dengan

itu,

meninjau

politik di

langan pcgawai ncgeri ditempatkan pada


posisi

untuk bersikap "nelral" dalam pro-

ses pemilihan

umum

ini

ini.

Kelima, proses pemilihan

melibatkan berbagai kalangan

pengamat yang tidak berpihak (indcpendcn), baik dari dalam maupun luar ncgeri.

Koordinator Urban Poor Consorsium {UPC)


Wardah Hafidz mcnsinyalir bahwa Partai Daulat

Rakyat (PDR) dan Partai Golkar tclah mcnyclewcngkan dana JPS dan Krcdit Usaha Tani (KLTT) untuk kcpcntingan
1

Juni

1999.

money

politics.

Media Indonesia,

'A

'

f|

247

PEMULIHAN KETIDAKPASTIAN EKONOMI-POLITIK

yang sedang berubah merupakan faktor


yang sangat menentukan (Uhlin, 1998).

pemerintahan baru di Indonesia. Tetapi nan%


paknya dinamika politik riil lebih berpcngaruh atau mendominasi perkembangan polidaripada implikasi etik lersebut.

tik

Perubahan Peta

Politik
Pluralisme politik yang dihasilkan oleh

Pemilu 1999 yang berlangsung

di

tengah

perubahan ekonomi-politik telah mengha-

yang berbeda dengan


yang dihasilkan oleh Pemilu

Pemilu 1999 dipandang sebagai suatu kon-

yang mengharuskan

disi

partai-partai poli-

silkan peta politik

tik besar

peta politik

ngelompokan-pengelompokan

1997 dan pemilu-pemilu sebelumnya pada


era Orde Baru. Jika Pemilu-pemilu lalu menghasilkan peta politik yang monolitik di

ma-

dapat

untuk saling bersaing dalam pe-

membentuk

Kecenderungan

lompokan

suatu pemerintahan baru.

politik

mengarahkan penge-

politik tersebut ke

dalam dua ku-

na kekuatan-kekuatan politik terpusat pada Presiden Soeharto yang berhadap-hadap-

bu

an dengan kekuatan-kekuatan masyarakat


(yang lemah), Pemilu 1999 menghasilkan se-

representasi kekuatan reformasi

buah peta

politik

ralisme politik di

an politik

yang menggambarkan

mana

mampu

tak satu

pun kekuat-

meraih suara mayoritas

absolut. Hasil akhir perhitungan suara

nurut

KPU

me-

memperlihatkan bahwa dari 48

partai politik peserta pemilu,

partai politik

suara

plu-

memadai

yang

hanya lima

mampu memperoleh

di atas 7 persen, yaitu

PDI-P

(35,4 persen), Golkar (19,6 persen), Partai

Kebangkitan Bangsa (16,5 persen), Partai


Persatuan Pembangunan (10,1 persen), dan
Partai

Amanat Nasional

(7 persen).

Peta politik itu mengatakan juga

kar,

kubu PDI-P dan kubu Gol-

yang masing-masing

dilihat sebagai

bahwa

relatif telak

dan kekuat-

an status-quo. Kecenderungan semacam

ini

nyatanya telah diperkirakan sebelum Pemilu 1999 oleh banyak kalangan. Tanda-tan^

da pengelompokan tiga partai politik baru^


yaitu PDI-P,

PKB

dan

PAN

misalnya, dilihat

sebagai indikasi penghadangan terhadap

kemungkinan munculnya kekuatan statusquo yang dimotori Partai Golkar dalam Pemilu 1999 {The Jakarta Post, 19

Dan

May

1999).

bagi Liddle (1999), kecenderungan pe-

ngelompokan

seperti itu lebih dilatari oleh

"benturan politik murni" daripada oleh ke-

mungkinan hidupnya kembali

partai-partai politik lama, terutama Golkar,

mengalami kekalahan yang

besar, yakni

politik agar

politik aliran

yang berkembang dalam perpolitikan Indonesia pada 1950-an.^

Kubu PDI-P dengan

fi^

khu-

susnya jika dibandingkan dengan peroleh-

an suaranya pada pemilu-pemilu yang

Munculnya 48
lalu.

Implikasi etik dari keadaan seperti ini adalah meski keluar sebagai partai politik de-

ngan suara terbanyak kedua setelah PDI-P,


Golkar sebenarnya telah kehilangan kepercayaan rakyat untuk kembali berkuasa me-

mimpin

negeri

ini.

Dengan kata

lain,

Golkar

mestinya secara sukarela memberikan kesempatan kepada PDI-P untuk

membentuk

suatu

1999

dilihat oleh

partai

politik pcscrta

Pemilu

bcberapa pengamat telah menghi-

dupkan kembali fenomena politik aliran yang pernah berkembang dalam perpolitikan Indonesia pada
1950-an, Konscp politik aliran ini diperkenalkan
oleh Clifford Geertz dan dikcmbangkan oleh Heberth Feilh dan Lance Castle dalam menjclaskan
peta politik Pemilu 1955. Kcrangka konscptual politik aliran itu mcnjela.skan bahwa masyarakat politik Indonesia terkciompokkan kc dalam (a) golongan dengan latar belakang budaya politik santri, dan (b) golongan dengan latar belakang budaya

248

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIiyi999, No.

gur politik utama Megawati Soekarnoputri

nempuh stembus accoord untuk mengga-

dipandang merupakan representasi dari budaya politik abangan/priyayi; sementara ku-

lang kekuatan bersama.^ Contoh untuk pasca-Pemilu 1999 adalah dikembangkannya ga-

bu Golkar dengan figur

gasan untuk membentuk apa yang dikenal


dengan Poros Tengah, yakni penggalangan

utama

politik

B.J.

Habibie merepresentasikan budaya politik


santri modernis.

Dengan

pengelompokan

partai politik berdasarkan

kata lain, melihat

nampaknya

politik aliran

tidak selunihnya

dapat menjelaskan pengelompokan politik

kekuatan bersama antara partai-partai politik


Islam dan partai-partai politik yang bagian
besar basis pendukungnya adalah kalang-

an Islam, yaitu

PAN

dan PKB.

dalam Pemilu 1999.


Perubahan

fragmentasi dan kon-

sosial,

Poros Tengah sendiri merupakan sebuah


gagasan, kalaupun belum merupakan feno-

flik-konflik di kalangan elite politik, serta

mena,

pragmatisme

mati.

yang menarik untuk dicerGagasan ini pada dasamya berkem-

bang

dari gagasan partai-partai Islam un-

politik telah

menghasilkan kom-

pleksitas kecenderungan
partai-partai politik

pengelompokan

pada Pemilu 1999. Ka-

politik

tuk membentuk suatu "fraksi Islam" yang

langan masyarakat politik Nahdlatul Ula-

bertujuan bukan saja menggalang kekuat-

ma

an

(NU), misalnya, tidak lagi terakomodasi

dalam

satu kekuatan partai politik seperti

NU pada Pemilu

partai

1955, melainkan "ter-

pecah" dalam sejumlah partai politik yang


berbasis

PKU,

massa

NU

Partai Suni,

seperti

PKB,

Partai

NU,

dan PPP. Demikian juga,

politik Islam tetapi juga

mempertinggi

"daya-tawar" kekuatan politik Islam di

te-

ngah-tengah persaihgan yang ketat antara


kubu PDI-P dan kubu Golkar dalam memperebutkan kekuasaan untuk membentuk suatu

pemerintahan barn.

Inisiatif

PAN

meng-

kalangan masyarakat politik Muhammadiyah

galang partai-partai Islam sambil juga me-

yang pada Pemilu 1955 berorientasi pada


Partai Masyumi, pada Pemilu kali ini terse-

ngundang pelibatan
Tengah,

bar ke berbagai partai politik seperti

Islam", telah melahirkan suatu potensi ke-

di

PKB

di

dalam Poros

samping menetralisasi

"fraksi

PAN,
Umat

kuatan politik yang bermuatan lebih dari

gejala-gejala ju-

sekadar mempertinggi daya tawar yakni

ga menunjukkan bahwa partai-partai yang

menjadi satu kubu kekuatan politik yang

secara tradisi politik berseberangan

layak bersaing dengan kubu PDI-P dan ku-

PBB,

Partai

Masyumi

Bam

Islam. Tetapi lebih dari

itu,

dan Partai

namun

karena "pragmatisme" politik berusaha atau

bu Golkar dalam persaingan kekuasaan po-

cenderung mengelompok menjadi suatu ke-

litik.

kuatan

pa-

durrahman Wahid unluk diajukan scbagai

da masa pra-Pemilu 1999 adalah pengelom-

calon presiden oleh Poros Tengah bukan se-

pokan delapan

kadar "basa-basi" politik melainkan

politik.

NU

Contoh untuk kasus

partai politik Islam,

ini

yang ber-

Oleh karena

itu,

kesediaan K.H. Ab-

mempu-

dan Muhammadiyah, yang me-

nyai signifikansi berhadap-hadapan dengan

Dan budaya santri dan abangan ini


mcnggambarkan pada dasamya poia-pola kepcrcayaan dan agama sinkrctis orang Jawa.

munikc bersama yang dibuat kalangan pcmimpin

basis

abangan/priyayi.

Lihat komcntar Mochtar Mas'ocd tcrhadap ko-

partai polilik Islam.

The Jakarta Post, 31

May

1999.

249

PEMULIHAN KETIDAKPASTIAN EKONOMI-POLITIK

calon-calon presiden dari kubu PDI-P dan

Pemulihan Ketidakpastian Ekonomi-

kubu Golkar.

Politik
Pemilihan

Peta politik Indonesia

nampaknya ma-

akan menampilkan gambar yang berubah-ubah terutama karena Pemilu 1999 pa-

umum

1999 yang dimaksudkan

untuk menegakkan kembali kehidupan demokrasi Indonesia telah dibayar

dengan harga

sih

da dasarnya bukan akhir dari segala persoalan ekonomi-politik yang dihadapi oleh
Indonesia saat

ini.

Pemilu 1999

ini

memang

dapat menjadi awal bagi usaha-usaha mendasar mengatasi berbagai persoalan

itu.

Na-

terlepas dari itu semua, hasil-hasil Pe-

mun,

ini sendiri bisa

milu 1999

membawa

persoal-

an-persoalan politik yang serius. Tidak a^a-

nya partai politik yang menang dengan mayoritas absolut, misalnya, jelas

membawa

efek ketidakpastian politik: siapa bakal

megang tampuk pemerintahan


sia

mendatang

lompokan

ini?

me-

di Indone-

Pengelompokan-penge-

politik seperti

tergambarkan di

pun menghasilkan hanya kemungkin-

atas

an-kemungkinan yang sangat longgar. Berlarutnya ketidakpastian politik ini dikhawa-

tirkan dapat

memacu

radikalisasi politik

yang membahayakan proses demokrasi. Dan


radikalisasi politik

yang mengeksploitasi

yang sangat mahal. Berbagai gejolak


yang

terjadi di

tanah

seperti kasus

Am-

Timor Timur,

telah

air,

bon, Sambas, Aceh, dan

sosial

menimbulkan kekhawatiran masyarakat politik Indonesia terhadap kemungkinan meluasnya kerusuhan


jelang Sidang

khususnya men-

sosial,

Umum MPR

mendatang. Ra-

dikalisasi konflik sosial-politik

keragaman suku,

eksploitasi

ma

di

yang meng-

dan aga-

etnis

tengah tekanan perubahan ekonomi-

merupakan faktor yang dapat


mempertajam polarisasi masyarakat pada

politik itu

ikatan lama yang bersifat primordial yang

pada akhirnya akan memperlemah kekuatan masyarakat sendiri. Sebagaimana diketa-

meskipun proses pelaksanaan pemilih-

hui,

an

umum

1999 berjalan sangat aman, sejum-

lah bentrokan antarpendukung partai yang

melanda

di

beberapa daerah selama berlang-

sungnya masa kampanye merupakan peristiwa yang menyedihkan.

sentimen-sentimen primordial untuk kepen-

Salah satu isu politik yang mewarnai ke-

tingan penggalangan kekuatan politik ha-

hidupan politik Indonesia setelah pemilih-

nya akan mempertajam fragmentasi yang

an

memperlemah kekuatan masyarakat. Oleh

lonan presiden oleh partai-partai politik se-

karena

sung
ini

itu,

di

meski Pemilu 1999 yang berlang-

tengah perubahan ekonomi-politik

tclah memberi peluang bagi tumbuhnya

kekuatan politik

masyarakat, namun

frag-

mentasi kekuatan-kekuatan masyarakat sebagai

imbas dari persaingan penggalangan ke-

umum

adalah pemilihan presiden. Penca-

belum pemilihan
satu

umum merupakan

salah

fenomena baru dan dapat dipandang

sebagai perkembangan positif dalam kehi-

dupan

politik Indonesia. Partai Golkar, misal-

nya, telah

menominasikan kembali

bibie sebagai calon presiden

B.J.

Ha-

yang akan da-

kuatan partai-partai politik masih tetap me-

rupakan lantangan

riil

dalam mcndorong

perubahan struktur politik yang otoriter

'flcntrokan antarmassa
terjadi

di

pcndukung

partai

tclah

berbagai kota selama masa pelaksanaan

kampanye, yaitu Pekalongan, Jepara, Brcbes. Yogya-

menuju demokrasi yang menghargai pluralitas.

karta, Banjarnegara, Surabaya,

dan Jakarta.

Medan, Ujungpandang

250

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

PDI Perjuangan dan

tang.

Partai

Amanat

Nasional masing-masing lelah menominasi-

kan Megawati Sockarnoputri dan Amien


Scdangkan dua

Rais.

partai politik

yang ma-

suk dalam urutan partai besar dari hasil


perolehan suara, yaitu PPP dan PKB, pada

Megawati Soekarnoputri dan kubu pendukung B.J. Habibie. Suhu politik diduga akan
semakin meningkat menjelang pelaksanaan
Sidang Umum MPR, dan berbagai gagasan
telah

berkembang untuk mengatasi kemung-

bclum secara tegas menetapkan


pencalonan presiden. Meskipun demikian

kinan kebuntuan {deadlock) dalam pemilihan presiden dengan kemungkinan penggunaan sistem 'oii'e man one vote secara ter-

PPP

buka atau

waktu

itu

tclah mengisyaratkan

yang berbasis Islam

politik

mencalonkan

B.J.

bahwa
itu

partai

tidak akan

Habibie untuk presiden

yang akan datang. Sementara

PKB

baru

Akankah mengerasnya
politik itu membuka peluang

tertutup.

konflik-konflik

bagi penggunaan politik uang untuk mengakhiri ketidakpastian politik? Satu hal

yang

rncnyatakan dukungannya pada pencalon-

penting untuk dicatat adalah bahwa praktek

an Megawati Soekarnoputri dalam pertemuan antarpemimpin kedua partai itu tang-

money

16 Agustus 1999.

gal

Scbagaimana dikemu-

politics untuk

mempengaruhi penen-

tuan presiden merupakan manuver politik

yang sangat membahayakan, karena money

kakan oleh sejumlah kalangan, pencalonan

politics dapat

presiden oleh partai-partai politik sebelum

masi dan membuat "krisis kepcrcayaan yang

pemungutan suara akan dapat menghindari

diyakini sebagai sumber krisis

praktck-praktck politik "buying a cat in a

berkepanjangan tidak akan menemukan so-

Afl^i?".

(lihat,

May

1999).

misalnya The Jakarta Post, 21

lusinya" (Ismawan, 1999: 72).

siden secara demokratis


si

I'emilihan presiden dalam mekanisme


di

jpdlitik

melanggengkan

memang

Indonesia

tidak dipilih

krisis

legiti-

ekonomi yang

Pemihhan

pre-

merupakan kondi-

yang sangat diperlukan bagi bangsa

In-

donesia untuk mengakhiri ketidakpastian

ekonomi dan

politik.

secara langsung melalui proses pemiliha'n

umum. Meskipun

demikian, perolehan suara

partai-partai politik

umum

itu

dalam proses pemilihan

dapat mengindikasikan dukung-

an masyarakat

Pembentukan kabinet merupakan


litik

isu po-

yang akan menyertai perubahan cko-

nomi-politik Indonesia. Meskipun sistcm pe-

politik terhadap bursa pen-

merintahan Indonesia secara formal mcng-

calonan presi/^en yang akan datang. Hasil

anut sistem prcsidensial, hasil pemilihan

pcrhitungan suara pemilihan

umum

1999

umum

1999 merupakan faktor yang tidak

menunjukkan bahwa Megawati Sockarnoputri


mcrupakan calon presiden yang memperoleh

yang akan datang. Tidak adanya

dukungan

tik

nesia.

terbesar masyarakat politik Indo-

Pcnenluan presiden pada akhirnya

akan ditentukan melalui Sidang

Umum MPR

bulan November 1999. Situasi politik sctclah pemilihan

umum

dihadapkan pada pcr-

dapat diabaikan dalam penyusunan kabinet

yang memperoleh suara mayoritas dalam

pemilihan
tor

umum

merupakan salah

koalisi.

oleh dukungan partai-partai yang

ngaruhi proses penentuan presiden

leh

scmakin

terpolarisasi

yang

pada kubu pendukung

Slabili-

pemcrintahan akan sangat ditentukan

saingan antarkekuatan politik untuk mempeitu,

satu fak-

yang penting untuk dipcrtimbangkan

dalam pembentukan kabinet


tas

partai poli-

mempero-

dukungan suara dalam pemilihan umum.

Perubahan ekonomi-politik tidak menutup

251

PEMULIHAN KETIDAKPASTIAN EKONOMI-POLITIK


kemungkinan dapat mendorong penerimaan
paraspek positif praktek-praktek demokrasi
lementer. Akankah perubahan ekonomi-politik itu

membuka kemungkinan perubahan

sistem politik yang

memungkinkan perim-

bangan kekuasaan (eksekutif, judikatif dan


konsentrasi
legislatif) dengan pengurangan
kekuasaan khususnya pada presiden, pergantian kepemimpinan secara teratur, pene-

of law), mengembalikan
fungsi Dewan Perwakilan Rakyat yang pada
hakikatnya merupakan arena untuk mempergakan hukum

juangkan

{rule

aspirasi masyarakat secara

demo-

kratis?

yang menimpa ekonomi-

kawasan Asia memberikan dampak yang tidak sama bagi setiap ekonomi

ekonomi

di

kawasan

Indonesia merupakan ne-

itu.

gara yang mengalami penderitaan terparah


akibat pukulan krisis tersebut. Krisis eko-

nomi telah berkembang menjadi krisis politik, yaitu hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang bersumber da-

meluasnya praktek-praktek korupsi dan

kolusi

yang semakin tidak

nesia telah

menempuh

mengakhiri

krisis

itu.

dakmampuan

dan nepotisme (KKN). Keti-

untuk menegakkan strong de-

velopmentalist state harus dibayar mahal


oleh masyarakat Indonesia, karena hingga
kini Indonesia belum mampu bangkit dari

yang dialaminya.

krisis

Pemilihan

umum

<

1999 hanya merupakan

salah satu tahapan menuju proses

pemu-

lihan ekonomi-politik Indonesia. Pemilihan

umum

1999 selain diharapkan

mampu mem-

berikan legitimasi pemerintahan baru yang

berkembang selama

Krisis moneter

ri

kolusi, korupsi

akan datang, juga diharapkan dapat menjadi mekanisme politik yang demokratis untuk mengakhiri konflik-konflik politik yang

Penutup

di

bijakan pemerintah yang akhir-akhir ini dianggap semakin sarat dengan praktek-prakek

terkendali. Indo-

jalan panjang untuk

perubahan ekonomi-politik

Perubahan ekonomi-politik semakin

ini.

elite-elite politik

puan

Sebab, ketidakmam-

untuk mengakhiri kon-

flik-konflik politik itu tidak

macu

hanya akan me;

instabilitas politik tetapi

juga memper-

parah kesulitan ekonomi yang telah meng-

akibatkan jutaan masyarakat Indonesia ter-

puruk dalam lembah kemiskinan. Kegagalan


Indonesia untuk menghasilkan pemerintah-

an baru yang sah {legitimate) dan diduj

kung

masyarakat {credible) melalui

me-

yang demokratis hanya akan


memperpanjang proses untuk mengakhiri

kanisme

politik

ketidakpastian ekonomi dan

kehidupan demokrasi

di

memperburuk

Indonesia.

mem-

pertajam fragmentasi politik yang dapat

memperlemah kekuatan masyarakat. Berbeda


dengan negara Asia lainnya di mana tumbuhnya kekuatan masyarakat justru telah
menjadi faktor yang mendorong perubahan
ekonomi

politik, yaitu

mika kekuatan
ciety

hack

in),

politik

mengembalikan dina-

KEPUSTAKAAN
Beeson, Mark. 1998. "Capital OfTcncc".
Indonesia, No. 55, Juli-Scplcmbcr.

Bello, Walden. 1998. '"Hic


acle".

End of U\c Asian Mir-

Inside Indonesia, No.

masyarakat (bring sosion Crises and

Regime

'

54, April-Juni.

1996. "l-alsc Starts, Succcs-

Dcrtrand, Jacques.

perubahan ekonomi-politik

Inside

'I'ransition:

Flirting
j

Indonesia lebih dipacu oleh meluasnya ke-

with Opcness in Indonesia".

kecewaan masyarakat terhadap berbagai ke-

Vol. 69, No.

Pacific Affairs,
'

3.

252

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

Budiman,

Negara dan Pembangunan


Yayasan Padi dan Kapas).

Arief. 1991.

(Jakarta:

Bourchier, David.
Collapsed".

1998.

"How

the

New

Order

1994. Organisation Interests: Corporatism in Indonesia Politics. Working Paper

No. 43, Asia Research Centre, Murdoch


University, Agustus.

Inside Indonesia, No. 55, Juli-

Mas'oed, Mochtar. 1998. "Soeharto's Support


Crumbled as the Economy Weakened". The

September.

Campos, Jose Edgardo dan Root, Hilton, R.


1996. The Key to the Asian Miracle (Washington D.C.: The Brookings Institution).
Chung-Si Ahn. 1997. "Economic Dimensions of
Democratization in South Korea" dalam Anek
Laothamatas (ed.). Democratization in Southeast

and East Asia

(Singapura: ISEAS).

Jakarta Post, 23 Mei.

Robison, Richard. 1985. "Authoritarian States,


Capital Owning-Classes and the Politics of

Newly

Djojohadikusumo, Sumitro. 1998. "Backsliding on


Reforms Can Cause Depression". The Jakarta
Pojt, 12 Januari.

Capitalism.
in

1996. Interpreting Development:

Democracy and

Thailand (Ithaca,

New

the

Middle Class

Industrializing Countries"

dalam Ri-

chard Higgott dan Richard Robison (eds.).


Southeast Asia: Essays in the Economy
of
Structural

Kegan

Girling, John.

Change (London: Routledge and

Paul).

1998. "Currency Meltdown: The End of


Asian Capitalism?". NIAS nytt. No. 2, Juni.

Roberton-Snape, Fiona. 1999. "Corruption, Collusion and Nepotism in Indonesia". The


Third World Quarterly, Vol 20, No. 3.
.

York: Cornell UniRoot, Hilton

versity).

Come
Haggard, Stephan. 1990. Pathways from the Periphery (Ithaca: Cornell University Press).
frwan, Alexander dan Edriana. 1995. Pemilu: Pe-

langgaran Asas Luber (Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan).

11

I.

Reform has to
Herald International Tribune,

1998. "Political

First",

August.

Said, Salim.

1998. Soeharto's

Asian Survey, Vol.

Armed

XXXVm,

No.

Forces".
6,

Juni.

So, Alvin Y. dan Chiu, Stephen

W.K. 1995. East


Asia and the World Economy (London:
Sage Publications).

Ismawan,

hidra. 1999.

Money

Politics:

Pengaruh

Uang dalam
Media

Pewiz/w .(Yogyakarta: Penerbit


Pressindo).

Schwarz, Adam.
(St.

1996.

Nation

Leonard, Sydney: Allen

&

Waiting
Unwin).
in

Uhlin, Anders. 1998. "Democratisation in Indo-

Kunio, Yoshihara. 1988. The Rise of Ersatz Capitalism in South-East Asia (Oxford, New
York: Oxford University Press).
Liddle, William A.

1999.

"Militer dan Orde

Baru" dalam Benedict Anderson,

Mencari Demokrasi
Arus Informasi).

(Jakarta:

and Obstacles", paper


yang dipresentasikan pada Seminar Democratisation in Indonesia and the Question of
East Timor, Jakarta, 30 November - 1 Denesia: Opportunities

sember.

et.al. (eds.).

Institut Studi

Winters, Jeffrey A.

1996. "Uncertainty in Soe-

harto's Indonesia". Current History, Vol. 95,

Januari-Desember.

Maclntyre, Andrew.

1994.

"Power, Prosperity
and Patrimonialism: Business and Government in Indonesia" dalam Andrew Maclntyre
(ed.). Business and Government in Industrialising Asia (Ithaca,

versity).

New

York: Cornell Uni-

World Bank. 1993. The East Asian Miracle


(New York; Oxford University Press).
Xueliang Ding. 1998. "The Rise of

A New

servatism in Asia?". The Asia-Pacific


zine,

No.

12,

September.

Con-

Maga-

Perlawanan Rakyat
Terhadap Negara: Kasus Indonesia
di Era Orde Baru
Sigit

Rochadi

Sejak tahun 1965 sampai sekitar tahun 1990-an, perlawanan rakyat terhadap negara
dapat dikatakan hampir tidak ada. Perlawanan tersebut muncul dan semakin menguat Are*
tika negara mengalami kesulitan ekonomi akibat dilanda krisis. Lemahnya perlawanan
rakyat terutama sampai pertengahan tahun 1990-an adalah karena kuatnya keuangan

pemerintah sebagai hasil penjualan minyak maupun masuknya investasi luar negeri. Dalam keadaan yang demikian negara dapat mencapai tujuannya secara leluasa tanpa
gangguan kelompok kritis. Posisi pemerintah tersebut menjadi semakin kokoh dengan dukungan ABRI dan Birokrasi yang berfungsi sebagai mesin politik. Elite-elite ekonomi
yang munculnya karena pemberian fasilitas negara nyaris tidak memberikan tantangan perubahan. Akhirnya terjadi kekaburan antara kepentingan publik dan privat, antara
kepentingan kelompok dominan dan negara.

Perlawanan rakyat yang muncul akibat adanya kesenjangan dan ketidakadi Ian adalah sangat tersamar dan tidak langsung. Ideologi alternatif yang dimunculkan berhadapan dengan ideologi pemerintah juga merupakan bentuk perlawanan rakyat yang tersamar. Akan tetapi karena kekuatan dan kewenangan yang dimiliki negara, dengan mudah perlawanan tersebut dapat dipatahkan.

Pendahuluan

MEMASUKI

pertanyakan legitimasi keputusan negara, seperti

tahun 1990-an mun-

cul berbagai bentuk perlawanan

rakyat Indonesia terhadap negara.

Perlawanan kolektif

ini

mula-mula ha-

nya terbatas pada kelompok buruh dan petani. Itu

perti

pun pada kasus-kasus normatif,

se-

kemenangan kotak kosong dalam pe-

milihan kepala desa, penolakan terhadap calon Bupati atau


ratif

Gubemur yang

tidak aspi-

hingga penolakan keputusan penga-

dilan terhadap

pembebasan tanah, negara

masih bisa mengontrol dan belum kehilangan genggamannya.

menuntut pembayaran upah minimum

regional, penyediaan bibit padi

pembangunan sarana

irigasi

dan pupuk,

Merosotnya ekonomi, ditambah dengan

dan sejenis-

kelimpangan pelayanan birokrasi, memicu ke-

Bentuk-bentuk perlawanan seperti

ini

tidakpercayaan rakyat terhadap penyeieng-

masih dapat dijawab oleh negara dengan

gara negara. Kondisi demikian bermula da-

memobilisasikan sumber daya yang ada

ri

nya.

seperti birokrasi, militer

dan keuangan. Bah-

kan ketika perlawanan meluas dengan

mem-

sikap sinismc masyarakat dan mencapai

puncaknya pada penolakan

otoritas aparatur

negara, sehingga alat-alat penyelenggara

254

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

negara sebagai personifikasi dari negara


ditentang kehadiran dan perannya dalam

sung

masyarakat juga tidak terlepas dari


muatan perlawanan rakyat atau kekerasan.
di

masyarakat. Situasi serba salah yang diha-

Pada hakikatnya hal

dapi aparatur negara ini menipakan produk


dari akumulasi

hadap

fiingsi

kekecewaan masyarakat

pakan sesuatu yang

ka negara menguasai sumber daya ekstrakmengeksploitasi dan membelanjakannya

tif,

atas

nama pembangunan,

rakyat yang kehi-

langan kekuatan menerima konsep tersebut.

Namun

ketika sumber daya mulai berkurang

dan kemampuan negara untuk mendistribusikan sumber tersebut kepada kelompok pen-

4ukung mulai berkurang,


mendapat perlawanan

terutama bagi

ganjil,

ter-

negara di masa lampau. Keti-

legitimasi negara

bukan meni-

di atas

para penganut teori konflik. Setiap struktur sosial

mengandung

dalam dirinya

konflik-konflik di

dan

sendiri

setiap unsur da-

lam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi atau

perubahan

sosial.

perubahan-

Hanya melalui dominasi

dari sejumlah orang atas sejumlah orang

yang

lainlah, integrasi dapat diwujudkan.

Oleh karena

itu,

persoalan yang menarik un-

tuk dibahas bukanlah mencari sebab se-

rakyat.

mata-mata, tetapi lebih dalam lagi yaitu ba-

Perlawanan rakyat

ini

belum mencakup

gaimana dominasi kekuasaan

itu

dibangun

perlawanan diam-diam yang dalam masya-

atau dengan basis sosial apa negara berha-

rakat Jawa

sil

menipakan bentuk perlawanan

mempertahankan dominasinya? Menga-

umum. Namun demikian semua ben-

pa berlangsung perlawanan rakyat terha-

tuk perlawanan mencerminkan kondisi dan

dap dominasi negara yang meluas? Apakah

keterpaksaan yang menyebabkan bangkit-

basis sosial politik

nya perlawanan

Terlepas dari ada atau

alami pergeseran atau justru telah terjadi

tidaknya provokator yang membangkitkan

pergeseran kekuatan politik di masyarakat?

aksi-aksi kolektif, kondisi masyarakat sen-

berpotensi terhadap munculnya keke-

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan


tersebut, tulisan ini berusaha membahas

jasan kolektif. Struktur masyarakat baik

perlawanan rakyat terhadap negara Orde

paling

diri

yertikal
sial

maupun

itu.

horisontal,

ketimpangan so-

yang dimiliki

telah

meng-

Baru paro kedua.

ekonomi, ideologis, moral dan politik

adalah kondisi endemik yang setiap saat

mudah membangkitkan

perlawanan. Sejarah

Dominasi Negara

masyarakat Indonesia pun pada hakikatnya

Negara Orde Baru adalah negara domi-

menipakan sejarah kekerasan. Suksesi kepemimpinan politik dari masa kerajaan hingga

nan, dan bahkan oleh banyak pengamat di-

sebut sebagai negara

Orde Baru dilakukan dengan perlawanan

(Budiman, 1991; Mas'oed, 1994). Munculnya

pemimpin po-

negara dominan Orde Baru tidak terlepas da-

rakyat melalui kekerasan, Tiap


litik

muncul

dari kekerasan politik

yang ke-

ri

otonom dan mandiri

beberapa faktor. Pertama, peran pinjaman

mudian membangun kesan pemerinlahan dan

luar negeri

kekuasaannya sebagai penyelamat atau Ratu

mcnentukan dalam pembangunan ekonomi.


Sumber keuangan internasional tersebut me-

Adil. Disadari atau tidak, itulah

kan kepada para siswa

demikian

yang

di sekolah.

sosialisasi politik

diajar-

Dengan

yang berlang-

dan modal asing yang sangat

mungkinkan Pemerintah yang


ngahan tahun 1960-an

itu

lahir perte-

untuk melaku-

255

PERLAWANAN RAKYAT TERHADAP NEGARA

mengandalkan sektor pertanian (sampai


tahun 1990 sektor pertanian merupakan pe-

kan pembentukan sislem sosial, ekonomi


dan politik yang dikehendakinya. Meski-

sih

pun sistem yang dikembangkannya tidak

nyumbang

sama

sekali baru, letapi

mpa

kian

dikemas sedemi-

sehingga memunculkan struktur

ekonomi dan

politik

yang berbeda dengan

1970-an, negara-negara donor pemberi ban-

tuan keuangan belum mempersoalkan masasecara serius, karena motivasi utalah

HAM

periode sebelumnya. Ideologi nasionalisme

manya

Demi-

global.

misalnya, kehilangan watak radikal.

kian pula agama,


politik.

melemah

sebagai kekuatan

Sosialisme masih sempat bertahan

dalam PDB). Pada tahun

terbesar

ri

pada pembentukan kapitalis


Persoalan sosial politik dalam negelebih

dipandang sebagai persoalan lokal (dalam

negeri)

yang tidak

etis

untuk dipertimbang-

modal internasional me-

bersama nasionalisme, namun mengalami perubahan pemaknaan. Pada masa Demokrasi

kan. Pada

Terpimpinnya Soekarno, nasionalisme sering

lasi

dipahami sebagai suatu ideologi yang lebih pro pada pengusaha pribumi, peran dominan negara dalam sistem ekonomi cam-

tuntutan investor.

bahwa modal

puran, serta pemberian otonomi daerah yang

bentuk perusahaan transnasional)

luas.

Makna demikian dipandang membaha-

yakan sistem ekonomi dan

politik

yang akan

sisi lain,

nuntut situasi yang kondusif bagi akumur

modal sehingga pemerintah harus mcT


nyusun suatu kebijakan yang sesuai dengan

Kuin

(1987), menyatakan

internasional (terutama

nyai sifat yang bebas untuk


lokasi kegiatan

dalam

mempu?

melakukan

re-

mereka sehingga mereka ku-

dibangun Orde Baru. Seperti diketahui, Orde

rang tergantung pada kebijakan suatu ne-

Baru mengandalkan modal internasional dalam rangka rehabilitasi ekonomi. Memberi

gara. Sebaliknya,

makna nasionalisme dengan muatan sosialisme dan radikalisme akan menghambat du-

merintah suatu negara. Karena tujuan uta-

kungan
rena

dari kapitalis internasional.

itu

loyalitas

Oleh ka-

nasionalisme lebih dipahami sebagai

warga negara terhadap kedaulatan

nasional dalam masyarakat internasional.

mereka justru dapat mem-

pengaruhi kebijakan yang diambil oleh pe-

manya mengejar akumulasi, maka sumber


akan berpindah dari satu tempat
ke tempat lain, bergantung pada comparat-

daya

ive

itu

advantage yang ditawarkan oleh suatu

negara.

Umumnya

politiknya tinggi,

Dengan memberi peran pada modal internasional

ini,

perekonomian Indonesia di-

integrasikan ke dalam
Ini

perekonomian dunia.

tidak hanya diwujudkan

dalam

negara yang stabilitas

penduduknya padat, ke-

kayaan alamnya besar dan tenaga kerjanya

cukup murah menjadi tujuan

investasi, ka-

rena lebih memberi kemungkinan akumula-

politik
si

modal dalam jumlah

besar.

Pemerintah

perdagangan luar negeri dan devisa yang


terbuka, tetapi juga dengan memberi kesem-

Orde Baru menyadari

patan bagi beroperasinya modal internasio-

masyarakatnya untuk tujuan investasi.

nal.

internasional

ini,

betul tuntutan

modal

sehingga mengkondisikan

Akibatnya, Indonesia masuk ke dalam

pasar global dan mcngikuti pembagian ker-

Kedua, peran sumber keuangan dalam


sumber da-

ja internasional pula. Padahal sebagian besar

negeri di luar pajak. Pemanfaatan

tenaga kerja bergerak di bidang pertanian

ya ekstraktif oleh negara Orde Baru didu-

dengan kcterampilan yang rendah dan pem-

kung oleh momentum yang tcpat dengan


meningkatnya harga minyak bumi di pasar

bentukan Produk Domestik Bruto (PDB) ma-

256

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

internasional.

US$10 per

Harga minyak yang semula

barel naik menjadi

US$25

akan kebal terhadap tuntutan masyarakat


untuk memberikan pelayanan publik
yang
cepat, murah dan transparan. KORPRI
abdi

per

pada akhir tahun 1970, sehingga negara memiliki sumber keuangan yang luar
barel

negara serta abdi masyarakat dan bukan


se-

biasa besar. Kondisi ini oleh Arndt (1985) di-

gambarkan sebagai bonanza minyak dan tugas Menteri Keuangan oleh Sjahrir (1992)
dilukiskan sebagai "kerepotan membelanja-

kan uang negara".


pajak dalam

APBN

'

Sebaliknya kontribusi

hingga tahun 1990/1991

hanya mencapai kurang dari 25 persen.


luasi

ini

menempatkan negara

Si-

man-

relatif

dan kebal terhadap tuntutan rakyatnya. Negara secara leluasa mampu menyusun program dan merealisasikannya tanpa
gangguan berarti dari kelompok-kelompok
diri

kritis.

Berkat keuangan yang melimpah

ini

negara tidak memainkan peran secara netmi, tetapi aktif mengejar tujuannya sendi-

Guna menopang

baliknya.

statusnya itu bi-

rokrasi seakan dibiarkan

menyalahgunakan
uang negara yang menurut Bank Dunia dan
Soemitro Djojohadikusumo, mencapai 30 persen dari APBN tiap tahun. Kondisi ini

ma-

ditambah dengan kegiatan bisnis yang


mereka lakukan, baik dengan menyertakan
sih

modal

di

pemsahaan yang

dimiliki etnis Ci-

na,

sebagai pelindung

pemsahaan milik

nis

Cina atau melalui

BUMN

dan yayasan-

yayasan. Pendeknya di
rokrasi

bawah Orde Baru


memperoleh kejayaannya kembali,

perti ketika

et-

bi-

se-

mereka memainkan peran abdi

dalem kraton. Dengan menempatkan negara


beserta agennya sebagai pelaku utama pem-

dan bebas menentukan kelompok sasarannya. Negara juga menjadi pemberi kerja
yang sangat besar, dalam bentuk proyekproyek pembangunan, mulai dari proyek

sering kelewat batas dalam "menertibkan"

padat modal

bumh,

ri

di

perkotaan hingga proyek

bangunan, birokrasi

sipil

dan mililer

terli-

bat aktif menciptakan kondisi yang

mungkinkan masuknya
petani dan

me-

investor, sehingga

kelompok masyarakat

lain

padat karya seperti proyek Inpres. Akibat-

dalam memperjuangkan hak-haknya. Dalam

nya, rantai ketergantungan masyarakat sa-

momentum

ngat tinggi dan kondisi

terjadinya kekaburan antara urusan publik

ini

memungkin-

tertentu tidak dapat dihindari

kan negara melakukan kooptasi terhadap

dan

masyarakat.

nan dan kepentingan negara, sehingga mengaburkan pelayanan dan properti. Kondi-

Ketiga, peran khusus dari birokrasi dan

ABRI dalam

politik.

Kedua agen

ini

tidak

sekadar menjadi pelaksana kebijakan, tetapi


juga perencana dan pengevaluasi program.

Dalam bidang politik keduanya menjadi tulang punggung Golkar dan merupakan mesin politik

yang sangat

efektif.

Mereka

se-

Masih hangat dalam bcnak kita bagaimana uang


negara dihambur-hamburkan dcngan mcmberi jatah

minyak dan mobil dinas sampai eselon tcrcndah dan


pcmbcrian gaji kccmpat bclas bagi setiap pegawai
ncgeri.

si

privat, antara

seperti ini oleh

gai akibat

kepentingan kelas domi-

Gramsci dijclaskan seba-

lemahnya kelas

borjuasi. sehing-

ga negara khususnya mi liter menjadi satusatunya kekuatan dominan yang


bil

mcngam-

semua fungsi kemasyarakatan, Dari

lah Gramsci

mcmbangun

tcsis

sini-

hegcmonik.

menggunakan kckuasaannya tidak hanya dalam hubungan-hubungan produksi.


Elite

tetapi

juga dalam bidang ideologi. Pcmeliha-

raan kekuasaan dilakukan dengan pcrsetuju-

an dari kelas yang dikuasai, bukan pcmaksa-

an (penetrasi) dari kelas dominan terhadap

257

PERLAWANAN RAKYAT TERHADAP NEGARA

kelas buruh dan petani. Ideologi borjuis

yang diterapkan lidak berusaha menghapuskan kebudayaan kelas buruh, tetapi dengan

kebudayaan dan ideologi borjuis

artikulasi

yang

terns berubah (Hikam,

yang besar tidak melalui kompetisi, melainkan melalui proteksi. Jelas mereka berhutang
budi pada patron dan ternyata meskipun

mereka bergerak

gi

"sisi

akumulasi modal,

stxate-

demikian cukup berhasil. Terbukti ekono-

mi Indonesia mengalami kenaikan luar biasa


dan sejak tahun 1993 masuk ke negara berpendapatan menengah. Tetapi seperti kata
Hiroclitus, "kita belajar dari sejarah

bahwa

kita tidak belajar dari sejarah", lagi-lagi kita

melupakan aspek pemerataan. Pembangunan


yang dibiayai utang dan mengandalkan modal intemasional

bidang ekonomi yang

secara alamiah menuntut kompetisi terbuka

1996).

untuk mencapai
Dilihat dari

di

dengan mengejar pertum-

gan bertarung

efisiensi,

di pasar.

mereka

tetap eng-

Simaklah misalnya,

bagaimana reaksi pengusaha nasional ketika Sogo dan Makro masuk ke Indonesia.

Dengan

cara yang sedikit berbeda, hal yang

sama bisa

kita temui

pada keluarnya kebi-

jakan Mobil Nasional Timor. Kecuali itu


elite

nis

ekonomi umumnya didominasi oleh

et-

Cina yang secara kultural dikenal opor-

tunis.

Struktur sosial yang terbentuk oleh

proses demikian jelas tidak

menguntungkan

buhan, riskan terhadap gejolak arus bawah,

bagi perubahan ke arah sistem sosial eko-

karena pertumbuhan disertai dengan kepin-

nomi dan

politik

yang lebih demokratis.

cangan. Di balik kisah sukses tersebut, di


sana-sini

muncul berbagai ketimpangan,

terutama ketimpangan antarlapisan, antarwilayah dan ketimpangan ideologis.

Keempat

variabel di atas mengakibatkan

mampu mencapai
apa pun yang dikehendakinya. Dampak
negara sangat kuat dan

jangka panjang dari struktur demikian ada-

Keempat, kemampuan negara untuk menguasai dan menggerakkan

elite

strategis

lah kuatnya lembaga-lembaga pemerintah,

terutama lembaga kepresidenan. Presiden


tinggi negara lainnya

merupa-

yang merupakan tulang punggung negara.


Ini konsekuensi dari penguasaan sumber

dan pejabat

daya oleh negara yang telah dikemukakan

(1992) ada tiga sumber kekuatan lembaga

di atas.

ma
ra.

Elite strategis

elite

yang muncul,

teruta-

ekonomi, merupakan produk nega-

Mereka dibesarkan oleh negara, melalui

berbagai

fasilitas,

seperti

pemberian

lisensi,

monopoli, pembebasan pajak dan sejenis-

kan personifikasi negara. Menurut Liddle


kepresidenan, yaitu koersif, persuasif dan
material. Ketiga

sumber

tadi

diejawantahkan

ke dalam kekuasaan personal Presiden, se-

hingga dapat mengontrol rekruitmen birokrasi sipil

dan

militer.

Gejala ini menandai

sehingga prestasi ekonomi yang me-

bekerjanya sistem patrimonial di negara

reka raih sebenarnya semu. Kecenderung-

modern. Melalui mekanisme kultural tersebut,

an taat pada negara dan pejabatnya sangat

kekuatan -kekuatan sosial yang ada di scki-

sehingga mereka

tarnya bergantung pada kekuasaan personal

nya,

kental pada

kelompok

lebih berpihak

ini,

pada pemeliharaan kekuasa-

an yang jelas telah menguntungkannya


darip'ada

menuntut suatu perubahan. Se-

Presiden. Bagi

Mas'oed (1989) yang lebih

penting adalah pengclolaan kcliga sumber


tadi.

Untuk

itu

kuncinya terlelak pada lem-

secara kultural,

baga sekrctariat negara. Sekretariat Negara

mereka adalah anak-anak pejabat negara

bukan sekadar pclaku administrasi proto-

lain kondisi struktural

itu,

258

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

koler semata-mata, tetapi telah menjadi suprabirokrasi yang otonom.

Lembaga

Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat

ini se-

cara materiil sangat kuat dengan sumber

keuangan para pengusaha yang dikumpulkan melalui yayasan-yayasan. Arus informasi masuk maupun ke luar dan kebijakankebijakan negara, lahir dari dapur kepresi-:

Selama kekuasaan Orde Baru, rakyat hampir tidak terlihat melakukan riuh rendahnya gerakan perlawanan terhadap pemerintah, seperti

halnya pada masa Belanda atau

Orde Lama. Tetapi tidak

ini.

ganisir

memang

perlawanan

berarti

telah mati. Perlawanan rakyat

denan

yang

teror-

tidak banyak dilemukan.

Demikian pula mobilisasi massa secara be-

Dengan demikian baik perspektif struktural maupun kultural mampu memberi pen-

sar-besaran, seperti misalnya rapat akbar.

jelasan yang

kan

..

memadai mengenai negara do-

ini,

stabilitas

sebagai persyaratan utama

Kritik dapat diberikan pada

pembangunan, telah mematikan semua ben-

terutama untuk negara otonom

tuk partisipasi politik. Setiap pemikiran al-

minan Orba.
jconsep

Sistem politik Orde Baru yang mengutama-

yang mengabaikan aspek

historis dari per-

ternatif di luar

kerangka pemerintah, dimati-

tu'mbuhan negara. Pergulatan antarkekuat-

kan dengan berbagai argumen. Tuduhan

an

kelom-

bagai sisa PKI, ekstrem kiri dan ekstrem ka-

pok-kelompok agama kurang mendapat per-

nan, diberikan kepada mereka yang menen-

hatian. Kebijakan deregulasi, misalnya, ja-

tang kemauan pejabat. Simak misalnya ka-

rang dipahami sebagai bangkitnya borjuasi

sus

dan kemenangan borjuasi dalam berhadapan dengan birokrat. Selain itu, negara oto-

kasus Haur Koneng, kasus Marsinah dan sebagainya. Perlakuan demikian diperkuat oleh

nom

antara rezim dan

sikap masyarakat (khususnya di pedesaan

(terutama menyang-

pasca revolusi 1965) yang dihinggapi poli-

borjuis, birokrasi

tidak

militer serta

membedakan

Kelemahan

negara.

dan

ini

kut perilaku rezim) dapat sedikit dilengkapi

se-

pembangunan waduk Kedung Ombo,

tiko-phobi (Crouch,

1979).

dengan pendekatan patrimonialisme, meskipun yang terakhir ini juga tidak bisa men-

dijumpai berbagai bentuk perlawanan terha-

jelaskan dengan baik mengenai tuntutan

dap

partisipasi politik.

Kekurangan

lain adalah

Meskipun demikian

rezim...

di

Di berbagai desa

ringkali

nomi, seperti dokter, pengacara,

Pilkades merupakan arena di

peneliti, do-

manajer perusahaan dan mahasiswa.

Kaum

profesional merupakan persyaratan

di

Jawa Tengah

dan Jawa Timur, pemilihan kepala desa

diabaikannya kekuatan strategis non-ekosen,

kalangan rakyat

dimenangkan oleh kotak kosong.

mana

rakyat se-

cara kongkret menyatakan sikap politiknya.

Ketika desa masih otonom, tiap warga me-

penting bagi demokrasi parlementer. Soe-

miliki kebebasan

karno dan tokoh-tokoh seangkatannya ber-

kepada seorang calon yang dianggap

belakang pekerja profesional yang ak-

latar
tif di
litik.

organisasi pergerakan dan partai po-

Oleh karena

akan pemikiran
sial

politik

tersebul.

itu

era Sockarno kaya

se-

pu.

menyatakan dukungannya

Tetapi pemerintah Orde Baru

baknya dengan melarang seliap


tik (kecuali

mam-

merom-

partai poli-

Golkar), beropcrasi di pedesaan

dan dinamika so-

(massa mengambang). Akibalnya para pe-

yang menghidupkan demokrasi

mimpin informal yang semula sejajar dengan pemimpin formal, merosot statusnya

politik

259

PERLAWANAN rakyat terhadap negara


diganlikan oleh pemimpin-pemimpin formal.

Rakyat menjadi kehilangan tokoh alternatif

yang disediakan oleh negara. Jika


ada tokoh alternatif yang tidak dikehendaki oleh negara (rezim), mereka digagalkan
luar

di

Kepada

melalui prosedur administratif

yat disediakan satu-satunya calon

rak-

yang

di-

Bahasa sandi dan bahasa plesetan merupakan bentuk lain perlawanan. Memberi

makna

lain suatu kata di

luar

makna

asli-

nya dengan maksud menunjukkan ketidakbenarannya, dilakukan oleh masyarakat. Kata

"demokrasi" misalnya, diartikan sebagai


sing gede emoh dikerasi atau yang di atas

mau

dilawan. Contoh-contoh lain da-

kehendaki oleh negara, bersama kotak kosong untuk dipilih. Kemenangan kotak ko-

tidak

song di berbagai wilayah- pedesaan Jawa


mengindikasikan perlawanan rakyat secara

atau kepanjangan PPP.

pat dikemukakan, misalnya akronim

AMPI,

Selain dikemas da-

tempuh

lam bahasa rakyat yang mudah dipahami, bahasa plesetan menunjukkan bentuk lain dari

untuk menghindari tuduhan menggagalkan

perlawanan rakyat, Ketika media tidak men-

pembangunan, PKI dan sebagainya, jika mereka tidak menggunakan hak pilihnya.

jalankan

sopan, dan efektif. Cara itu mereka

Bentuk perlawanan

lain adalah tindakan

menyesatkan dalam pelaksanaan pembangunan. Seperti

yang banyak dijumpai oleh

Romo

{Prisma, 7/1989) hampir di semua

Mangun

pedesaan Jawa telah timbul sikap menyesat-

kan {mblondrokake) dalam melaksanakan


pembangunan. Rakyat mengikuti perintah
aparat,

an

bukan untuk menunjukkan kepatuh-

tetapi

sebaliknya.

Dalam pembangunan

jalan misalnya, masyarakat desa mengikuti

perintah kerja bakti, tetapi bekerja asal-asalan.

flingsi

kontrolnya dan ketika kebe-

naran menjadi monopoli pemegang kekuasaan, rakyat menjadi kurang percaya pada
bahasa media dan bahasa kekuasaan, sehing-

ga mereka membangun jargon yang diyakini kebenarannya. Anderson (1982) menunjukkan bahwa era Orba, bahasa Indonesia
digunakan secara ambiguity untuk menghindar dari pemaknaan aslinya. Eufimisme merebak, sehingga masyarakat bingung apa

yang hams diucapkan

bila ingin

rnenyamj

paikan sesuatu kepada pejabat. Poiitik baj

hasa nasional turut membentuk pejabat


yang kurang bertanggung jawab.

Tindakan demikian bukan mengindikasi-

kan hilangnya jiwa gotong royong, melain-

Dalam kajiannya mengenai pedesaan

Protes

Asia Tenggara, Scott (1993) menunjukkan

kan sebagai protes terhadap

aparat.

demikian didasari oleh pemikiran


sional.

yang

ra-

bawah terpaan

hubungan-hubungan yang lebih rasional,


Buruh tani merupakan kelompok yang pa-

biayanya. Oleh

karena itu tidak tepat jika

meminta masyarakat bekerja

bakti.

Tetapi

untuk menghindari panggilan Koramil dan

mereka melakukan pekerjaan

asal-asalan.'^

ling dirugikan, karena tidak memiliki

dal (terutama tanah) untuk ikut

mo-

dalam Pro|

gram Revolusi

Hijau.

oleh pemilik tanah,

Program

ini

dinikmali

karena dapat meman-

faatkan sarana kredit. Perckonomian berubah

Gotong royong dalam pcmikiran warga dosa


dilakukan jika tidak ada dana pembangunan, misal-

nya dalam mcmbangun rumah tctangga atau mcngcrjakan sarana

poiitik.

revolusi hijau,

ikatan emosional merosot digantikan oleh

fisik

Polisi,

di

di desanya pasti ada

setiap

ngunan sarana

Kantor

bahwa

pemba-

Rakyat tahu bahwa

'

kc prinsip-prinsip yang lebih rasional. Akibatnya, moral yang merupakan dasar hu-

bungan

sosial tidak lagi

memiliki kekuatan.

260

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

Hampir semua tatanan

sosial,

telah dilang-

gar oleh petani kaya. Oleh karena

mengenal cara

tani tidak

itu,

buruh

melawan secara tak langsung, mengarah ke penekanan yang menjunis ke boikot, sabotase,
lain daripada

pencurian padi dan sejenisnya. Bagi

kaum

perlawanan terorganisir dengan mengerahkan massa merapakan tindakan irasional.


tani,

Mereka sadar
itu tidak
titik ini

bahwa gerakan seperti


efektif dan mudah dipatahkan. Pada
betul

tindakan

kaum

kan sebagai tindakan

rasional.

di

bawah harga

pasar.

Penyerangan warga desa Sukorejo, Jawa Tengah terhadap Kepala Desa dan Polisi, misalnya, muncul akibat tanah yang di
pasaran harganya Rp. 70.000,- per meter per-

hanya dibayar sebesar Rp. 17.000,- per


meter persegi tanpa perundingan. Warga
segi

diundang ke Balai Desa untuk menandatangani akta jual beli tanah (Kompas, 12-91994).

Yang

paling tragis terjadi di Kara-

wang, Jawa Barat,

mana tanah warga

di

di-

S'cbtt tersebut,

bayar Rp. 250,- per meter persegi, jauh di bawah harga pasar yang mencapai Rp. 6.000,-

pedesaan Jawa sejak diterapkannya Prp-

per meter persegi {Kompas, 22-2-1995). Pe-

Mengikuti
di

tani dapat digolong-

dak memadai, jauh

gram Revolusi
sosial terus
perti

arguii^eritasi

Hijau,

'

hubungan-hubungan

melemah. Berbagai struktur

se-

gotong royong, bawon, derep, ngasak,

bagi hasil

maro dan

mertelu, terus merosot

perannya. Padahal struktur sosial tersebut

mempunyai fungsi

integratif

keharmonisan hubungan
1996).

Menghadapi

dan menjaga

sosial (Rochadi,

penetrasi struktural

itu,

ristiwa serupa terjadi

hampir

di seluruh In-

donesia dengan angka yang terus mening-

dan pemilik modal me-

kat. Birokrasi, militer

melihara hubungan kepentingan dalam ber-

hadapan dengan rakyat. Sebagai penentu


dan pelaksana kebijakan, dapat diperkirakan

bahwa mereka
tusan yang

tidak akan melahirkan kepu-

adil.

Kebijakan pertanahan Or-

petani melakukan serangkaian tindakan per-

de Baru jelas diarahkan untuk

lawanan, mulai dari pencurian padi, pelari-

peluang investasi bagi pemilik modal. In-

an (pergi dari

vestor dengan kalkulasi

buang

desa),

sampai kepada

mem-

hasil produksi seperti dilakukan pe-

nomi. Sebab

ternak sapi perah beberapa tahun silam.

Memasuki era Orde Bam babak kedua, di


mana triumvirat militer, birokrasi dan pengusaha semakin jelas hubungan kepentingannya, perlawanan rakyat dinyatakan secara
terbuka. Rakyat di pedesaan

menunjukkan

si-

kap terang-terangan menolak intervcnsi negara terhadap hak-hak mereka. Ini bisa disaksikan scpanjang tahun 1990-an, di

mengincar tanah-tanah

mana

DPRD

itu

membuka

ekonomi cenderung
strategis secara eko-

dalam konflik terbuka, sim-

bol-simbol kemajuan ekonomi yang tidak


bisa diraih rakyat dijadikan sasaran

rahan, seperti pabrik,

rumah

kema-

pejabat, per-

kantoran, mobil dan sebagainya. Pada kasus

Jenggawah, Jawa Timur (1997) semua simbol


eksploitasi itu habis dibakar massa.

Radikalisasi

kaum

1960-an gagal akibat

tani

yang pada tahun

pcmahaman PKl yang

mcnjadi tempat mcnginap warga yang


tanahnya diambil secara paksa oleh pemilik

an dan ambivalcnsi PKI dalam mcnggalang

modal. Konflik pertanahan

massa, tahun 1990-an bangkit lagi dengan

benluk

koruflik paling dasar,

ini

merupakan

karena mcnyen-

salah terhadap kclas-kclas sosial di pedesa-

senlimen yang Icbih mcndasar. yaitu

kcti-

tuh kekayaan utama scorang warga.

Umum-

dakadilan ekonomi. Pcmicunya bisa bcrma-

nya konflik

yang

cam-macam,

terjadi akibat ganti rugi

ti-

seperti jual bcli tanah,

pcnggu-

PERLAWANAN RAKYAT TERHADAP NEGARA

pupuk dan

suran, harga

yang lidak

bibit

merosotnya harga beras ketika panen

terbeli,

dan sebagainya. Perilaku radikal kaum tani


ini pada awal tahun 1990-an merapakan peri-

melawan

laku

arus,

mengingat sikap

umum

sini lebih ketat,

gang

waan, mulai dari yang sangat

perubahan latent interest ke manifest.

ILO
Evers

1997) telah tumbuh massa apung.

(1984,

Kelompok

ini

secara sosial kurang terinte-

dengan masyarakat kota pada umumnya, secara ekonomi kurang memberi kontribusi pada perekonomian kota dan justm
grasi

mengambilnya dan secara

politis

kanan

dilarang. Tclapi

pemogokan

Konvcnsi

sejak Pemerintah Rl mcratifikasi

maka pemogok-

tentang hak-hak buruh,

an digunakan sebagai

pcnckan. Meski-

alal

pun demikian, pemogokan masih

tcrbalas

menyampaikan tuntutan normatif, seperti


upah buruh sesuai Ketentuan Upah Mini-

mum

Regional, pcnycdiaan alat-alat pelin-

dung

dari

bahaya kerja dan sebagainya.

Pemogokan umumnya

diikuti

pengadu-

te-

permintaan

te-

malam

struktural

bukan

atas

di luar sektor pertanian.

Umum-

mereka bermigrasi hanya untuk menik-

di kantor-kantor tersebut

Peristiwa Marsinah tahun

mogokan buruh

rangan, jalan raya, taman kota dan sebagai-

gara (tentara dan

Akti vitas mereka

umumnya

di sektor

jasa yang tidak menuntut keterampilan ting-

dalam usa-

ha memperjuangkan tuntutannya. Sebelum

mati barang-barang publik, seperti pene-

nya.

se-

yang pindah ke kota karena

naga kerja
nya,

prinsipiil

an ke DPR, DPRD, Kantor Mcnakcr dan


Kanwil Depnaker. Tidak scdikit yang bcr-

reka adalah produk dari premature urbanization,

lalcn.

upah sampai pakaian scragam. Sam-

pai tahun 1990,

Me-

lemah.

banyak bcrsifal

aturan pabrik, tersembunyi bcrbagai kckccc-

perti

seperti dilaporkan oleh

Icbih

sikap tcrhadap pcmc-

Di balik kepatuhan mereka terhadap aturan-

warga masyarakat cenderung menghindari


pertentangan dengan negara yang jelas tidak seimbang. Tentu ada faktor pendorong

Di kota-kota,

otoritas

maka

yang

aktif

semua pe-

diselesaikan oleh aparat nepolisi),

menghadapi

sejak Peristiwa

1993,

sehingga mereka

risiko besar.

Marsinah

Tetapi

tersebut, keterlr-

pedagang kaki lima, asongan, pe-

batan tentara dan polisi bcrkurang, scbalik-

ngamen, penjaja koran dan sejenisnya. Ber-

nya buruh semakin berani mengajukan tun-

kaitan dengan pekerjaan mereka, institusi

tutan.

gi, seperti

yang mereka tentang selain

polisi

adalah

Kamtib. Bentuk-bentuk pcrlawanan mereka

beragam mulai
jualan,

dari pelanggaran tempat

pencopotan rambu atau main petak

umpct dengan pctugas. Petugas datang

Peristiwa itu sendiri

solidaritas

dan pemogokan yang meluas,

perti terjadi di Solo,

Surabaya. Di
rasan,

membangkitkan
se-

Medan, Tangcrang dan

Medan bahkan

disertai keke-

pembakaran pabrik dan penahanan

beberapa tokoh buruh.

mereka menyingkir, petugas pergi mereka


kcmbali ke lokasi semula.

Ideologi Perlawanan

Lain halnya yang dilakukan olch

kaum

mana mereka menggunakan

berba-

buruh, di
gai

siasat

saha.

untuk menentang otoritas pengu-

Yang

paling

umum

adalah pelambatan

lu

muncul scpanjang Ordc Baru. Di awal

tahun 1970-an sejumlah inteleklual Icrang-

sam-

terangan menentang ideologi rcsmi Orde

pencurian barang. Karena kontrol di

Baru dan mcnyodorkan nasionalismc cko-

kcrja (slowdown), pcncurian

pai

jam

Ideologi altcrnatif scsungguhnya sela-

kerja

262

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999. No.

nomi dcngan

mcmperhatikan pengu-

Icbih

saha pribumi. Sclain


cul

Islam selalu

itu

mun-

dalam garis keras

scliap pcriodc baik

(mcndirikan ncgara Islam),

maupun dengan

garis lunak (Islam kuUural). Tcrakhir

pada

kin terbuka, Pemcrintah justru mcngeluarkan Kebijakan Mobil Nasional (Inprcs No.
2/1996) yang bcrtolak belakang dcngan tuntutan masyarakat, baik mckanismenya
mau-

pun pelakunya? Mcmperhatikan

pcrtcngahan tahun 1990-an Pancasila yang

scbut,

sccara rcsmi ditcrima scbagai asas tunggal,

mengatur perubahan agar

ditcnlang olch sckclompok anak

trolnya.

ngan mcndirikan

muda

de-

elite

politik

hal

ter-

dan ckonomi bcrusaha


tctap

dalam kon-

Rakyat Demokratik

Parlai

Produk dari hubungan yang simbiosis

(PRD). Tclapi kcuangan ncgara yang cukup dapal mcnjamin homogcnitas elite, ter-

mutualistis tersebut adalah ketidakadilan pe-

utama

militcr,

layanan publik scrta ketimpangan dan tidak

mudah

dipatahkan.

sehingga pcrlawanan rakyat

adanya kcsempatan yang sama bagi

tiap in-

dividu sebagai pclaku ckonomi dan politik.

Kclompok

stratcgis

yang

pitalismc birokrasi, tidak

pcmbahan kc

logi

lahir dari ka-

mcnawarkan

dcmokratisasi.

ideo-

wanan rakyat. Selama kurun waktu 1 965-1 993,

Kclompok

kesenjangan ckonomi tidak mengalami per-

didominasi olch clnis Cina dan dalam bi-

ini

dang

politik olch

jabat.

Mcrcka mcmbcntuk

anak-anak militcr dan pc-

rokrasi-mililcr-borjuasi)

yang kcmudian mc-

kcdua Ordc Baru. Karcnanya

ncrasi

yang

tcgis
tisi.

aliansi longgar (bi-

sislcm patronasc dilanjutkan oleh ge-

lalui

lahir

bukan produk

dan pcrkawinan. Oleh karena

Ordc Baru ccndcrung


dan

otoriter

tcgis

yang

elite stra-

kompe-

dari

justru scbaliknya hasil dari

pertcmanan

itulah ncgara

scntralistik,

personal

(Hikam, 1996). Kclompok


lahir dari

Faktor-faktor inilah yang mendasari pcrla-

stra-

lingkungan dalam,

ubahan

berarti.

Dillon (Kompas.

17-3-1997)

menunjukkan kesenjangan pendapatan dcngan menggunakan kocfisicn Gini (rasio


konsentrasi), yaitu dari scbesar 0.35

pada

tahun 1964/1965 menjadi 0.34 pada tahun


1993. Hal ini

menunjukkan kesenjangan

pendapatan pada kurun waktu tersebut

re-

sama. Ketimpangan pclayanan publik

latif

ditunjukkan oleh Rochadi (1995), yaitu bah-

wa dalam pclayanan

pendidikan. terjadi ke-

timpangan pclayanan antarwilayah, antardesa-kota dan antarlapisan masyarakat.

mcmiliki kcpcloporan pcrubahan.


Mcrcka ccndcrung mcndukung kemapanan
yang jclas tclah menguntungkan baik sc-

ginya jenjang pendidikan. Pusat pendidik-

cara ckonomi

an icrkonscntrasi

tidak

maupun

pcrubahan bcrlangsung

politik.

dari

Perubahan-

dalam, scpcrli

Angka

putus sckolah untuk lapisan

semakin besar. sciring dengan semakin

di

dua

kali

akhir tahun

tuk

mengkonsumsi

tanyakan

di sini,

Menarik untuk dipcr-

mcngapa kebijakan

itu di-

kota-kota.

ling-

mcnjadikan

penduduk desa harus mcngeluarkan biaya

berbagai kebijakan dercgulasi yang dimulai


198()-an.

bawah

lipat

daripada penduduk kola unjenis pendidikan

sama. Gcjala yang sama

terjadi

yang

antarwila-

mulai dari scktor perbankan (tahun 1985),

yah Indonesia Barat dan Indonesia Timur.

dan bukan

EfTendi (1994)

poli

di

Mcngapa mono-

berbagai barang tctap dipcrtahankan

(scpcrli

pa

dari scktor riil?

icrigu.

beras,

semen)? Atau mcnga-

tcngah iklim persaingan yang sema-

menunjukkan adanya ketim-

pangan pclayanan

lislrik

antarlapisan masyarakat
kola.

dan iclepon. baik

maupun

antardesa-

263

PERLAWANAN RAKYAT TERHADAP NEGARA

Kesenjangan dan ketimpangan tersebut


dengan tidak terbukanya akses bagi

disertai

warga negara biasa untuk

lam bidang

dang

politik

politik,

berpartisipasi da-

dan ekonomi. Dalam

bi-

meskipun sistem kekuasaan

acuan Undang-Undang Dasar yang

diberi

terbuka.

yat

Demokrasi yang dikemas oleh rak-

dalam bahasa keadilan, dijadikan pe-

gangan untuk menuntut perubahan. Dari


aksi-aksi
itu

kaum buruh dan

yang melibatkan kaum

ngan eksekutif yang sangat kuat yang me-

tidakadilan, baik

efektif infrastruktur sistem

kontrol. Elite politik altematif

belmn

diberi

kesempatan berkembang menjadi kekuatan


politik potensial

nomi

dan

nil.

Dalam bidang

yang dekat dan menjadi bagian

dalam

hakan berlebihan birokrasi dalam hal


kades

Tabel

maupun

DI PEDESAAN, 1996-1998
F

Persentase

Kepala Desa

12

13,79

23

26,43

5,74

3,44

21

24,15

No.

Penyebab

01.

Protes penyaringan calon

dan favoritisme yang menyebabkan kekayakalangan mereka. Rente

02.

Protes Hasil Pilkades

ekonomi meluas, yang membuat kinerja eko-

03.

Sengketa tanah antara

nomi tidak

di

efisien

dan menurunkan daya

warga dengan Perusahaan


04.

saing Indonesia di fora internasional. Di

di

warga dengan Pemerintah

bawah dikenal premanisme, di tingmenengah dikenal dengan kompsi dan

05.

Oleh Ab-

06.

tingkat atas dinamai kolusi.

pembentukan ideologi yang mungkin

bisa dirujuk sebelum


ideologi

masa

larasan, keserasian

dan keseimbangan. Tum-

buhnya gaya hidup "nco-feodalisme"

di

mana yang pertama menun-

capai cfisicnsi, scdangkan yang kedua

me-

ncrapkan feodalisme. Itulah sebabnya ideodcmokrasi yang menempatkan hubung-

logi

an scjajar dan pcngakuan yang sama bagi


tiap

warga negara

di

10,36

14

16,09

Jumlah

87

100,00

ini

adanya pcrsaingan terbuka untuk men-

tut

Lain-lain

Sumber. Diolah dari berita surat kabar nasional,


1996-1998.

Jenis tuntutan

akibat tidak sinkronnya kultur industri

dan birokrasi,

Sengketa distribusi dan


harga pupuk

07.

kolonial, yakni

yang menempatkan kebajikan, kese-

ABRI

Protes penjualan tanah

desa oleh aparat desa

dullah (1997) semua itu dianggap sebagai


hasil

Sengketa tanah antara

termasuk

tingkat

kat

dcpan hukum, tidak

berkembang.

yang sama

terlihat

pada

pemogokan buruh. Umumnya buruh menuntut

pimpinan perusahaan membayar upah

UMR, uang makan, uang lembur,


pembayaran THR dan keberadaan organisasesuai

si

pckerja.

Untuk yang tcrakhir

ini

sejak

tahun 1998, Pemerintah memberi ruang gcrak organisasi pckerja sclain SPSI.
tara itu kckcrasan di perkotaan

Semcn-

melibatkan

sebagian bcsar kclompok miskin. Hal

Namun

pil-

bagi hasil.

KEKERASAN

merat pemegang monopoli. Terjadi elitisme

an hanya beredar

sarana

distribusi

produksi padi (saprodi), sewa tanah, pemi-

dari elite po-

yang mapan, yang merupakan konglo-

litik

tani, dipicu oleh ke-

eko-

pemusatan kekuatan-kekuatan

terjadi

petani, nilai-nilai

sangat menonjol. Berbagai kerusuhan

cukup demokratis, negara masih tampil de-

nekan secara

maupun

aksi-aksinya, baik secara tertutup

ini bi-

demikian, ideologi itulah yang di-

sa

dilihat dari

jadikan pcgangan rakyat dalam mclakukan

di

sasaran kckcrasan. scperti pusal-pusat

tcmpat-lcmpat yang menja-

264

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

perbelanjaan. Kantor-kantor pemerintah (ter-

yat perlu imbalan penguasa berupa

masuk kantor

nuhan hak-hak. Hubungan

ta

dan perkantoran swas-

polisi)

yang umumnya mewah, ternyata menja-

di sasaran utama.

Oleh masyarakat bawah

simbol kesenjangan dan ketidakadilan, di

bisa

terbentur oleh stniktur untuk

menjadi pen-

karena menjamin harmoni

sosial.

Argumentasi Moore mengenai perlawan-

an rakyat, berbeda dengan analisis Marx


yang menempatkan hubungan produksi sebagai faktor penentu utama. Bagi Marx, ke-

mengkonsumsinya.

timpangan

dan

hasil

merupakan

distribusi

akibat dari penguasaan alat produksi yang

Tabel 2

JENIS

timpang. Sebab itu hanya dengan distribu-

TUNTUTAN DALAM

PEMOGOKAN BURUH,
Kasus

yang merata, ketimpangan

alat produksi

si

1990-1994

bisa diatasi.

Tahun

peme-

sa-

rana itu dinilai sebagai simbol kemewahan,

mana mereka

ting,

ini

Dalam negara Orde Baru,

distri-

Tuntutan

busi aset yang timpang jatuh bersamaan

Upah

Kcberadaan

Kesejah-

Organisasi

teraan

otoritas moral.

Gugatan terhadap pe-

nguasa yang dikemas dalam tuntutan peng-

Pekerja

1990

61

48

16

15

1991

114

81

22

1992

251

189

39

28
34

1993

185

133

36

1994

270

205

66

Sumber. Rochadi (1994;

dengan

hapusan korupsi, kolusi dan nepotisme menuju sistem

ekonomi dan

sosial,

politik

yang

demokratis, pada hakikatnya adalah gugat-

28
32

an terhadap demoralisasi

elite politik

dan

kebijakan yang mengakibatkan distribusi


79).

aset

yang timpang.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan

bahwa ketidakadilan

telah

menyebabkan

ter-

Penutup

jadinya perlawanan. Ketidakadilan adalah


suatu derivasi pengertian dari demoralisasi

kalangan

Politik

hegemoni Orde Baru sesungguh-

Moore (dalam Hikam, 1996)


mengemukakan bahwa kekuasaan selalu

nya tidak memberikan ruang gerak bagi po-

dievaluasi dalam pengertian tentang ke-

kan sebagai miskin secara ekonomi dan

mampuannya untuk memberikan

belakang secara

di

elite.

perlin-

dungan kcpada warganya dan memelihara


kedamaian dan ketertiban dalam masyara-

litik

arus bawah. Golongan

sosial,

sebab

ini

itu

dipcrsepsiter-

tugas me-

reka adalah pcrbaikan kondisi sosial eko-

nomi dengan mcmatuhi rancangan yang

Anggota masyarakat mcmbcri imbalan


dengan tunduk tcrhadap kekuasaan. Jika

ditetapkan oleh elite politik. Elite politik

kcwajiban limbal-balik

tidak dipcnuhi,

untuk dilcrapkan. karena pendidikan ma-

maka akan menyebabkan keberangan mo-

syarakat bclum mcmadai. Padahal belajar da-

kat.

ral

ini

dan perlawanan tcrhadap kekuasaan,

Demikian pula dalam


soalan

ini

hal kesenjangan. Per-

inhercn dalam masyarakat. Per-

tanyaannya adalah, sejauh mana kesenjang-

an

itu

bisa dibenarkan atau tidak sccara

moral. Kcpatuhan yang diberikan oleh rak-

mcnilai bahwa dcmokrasi bclum saatnya

ri

pengalaman India dan bcberapa negara

berkembang

lain,

pendidikan bukan meru-

pakan syarat dcmokrasi. mclainkan organisasi

serta

sistem dcmokrasi sccara konstilusional

kchendak

elite

politik

pra-demokrasi

yang memcgang kekuasaan (Suscno. 1996).

265

PERLAWANAN RAKYAT TERHADAP NEGARA


Kebangkitan rakyat dalam sistem poli-

hegemonik tidak terlepas dari peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Melalui
tik

karya-karya nyata yang langsung bersen-

tuhan dengan kelompok bawah, banyak


LSM memberi andil sangat besar dalam

membangkitkan hak-hak rakyat. Mereka sering dituduh merasak kepribadian bangsa,


bahkan disebut Organisasi Tanpa Bentuk
(0TB). Demokrasi
sosial

ekonomi dan

memang bukan

sistem

politik asli Indonesia.

Gagasan kekuasaan Jawa yang dominan da-

lam

politik Indonesia adalah feodalisme. Se-

perti ketika

Soekamo membubarkan demo-

krasi liberal dan menerapkan demokrasi terpimpin, ia menyatakan kembali pada kepri-

badian bangsa. Argumen yang sama dike-

mukakan oleh Soeharto dan para pembantunya untuk menegakkan jati diri bangsa.

KEPUSTAKAAN
Muhammad

Hikam,

Civil Society. Jakarta:

Budiman,

judkan sistem

sini,

politik,

bagaimana mewu-

ekonomi dan

sosial

yang demokratis tanpa menempatkan negara sebagai lawan? Diperlukan kehendak elite

pemegang kekuasaan untuk membeakses yang sama pada tiap anggota ma-

1996. Demokrasi dan

LP3ES.

Negara dan Pembangunan.


Yayasan Padi dan Kapas.

Arief. 1991.

Jakarta:

Mas'oed, Moechtar. 1989. Ekonomi dan Struktur


Jakarta:

Politik.

LP3ES.

1994. Negara, Kapital dan Demokrasi^

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kuin, Peter

1987. Perusahaan Transnasio-

(ed.).

Jakarta:

nal.

YOI

Sjahrir. 1992. Refleksi

Pembangunan Ekonomi

donesia 1968-1992. Jakarta:

PT Gramedia Pus-

1992. "Indonesia's Theefold


Crisis". Journal of Democracy, Vol. 3.

Liddle, William.

Crouch, Harold. 1979. "Patrimonialism and Mil-

Rule in hidonesia". World Politics, No.

31.

James C. 1993. Perlawanan


karta: YOI.

Scott,

Rochadi,

Sigit.

Kaum

Tani. Ja-

1994. "Kebijakan Pengupahan

politik

ruh di Indonesia". Tesis

ri

dipublikasikan).

syarakat untuk mengaktualisasikan diri de-

In-

taka Utama.

itary

Patut dicatat di

A.S.

PPS

UGM

Bu-

(tidak

1995. "Pembangunan dan Ketimpangan:


Masalah Ketidakmerataan Pelayanan Pendidikan". Atma nan Jaya, No. 1 Tahun Vni,
.

ngan sistem pemndangan yang demokratis.


Disadari bahwa adanya kegagalan pasar da-

lam ekonomi mempunyai impiikasi campur


tangan negara, yang dalam hal

ini

April.

dapat
.

1996. "Dimensi-dimensi Kemiskinan

diarahkan kepada perlindungan dan pem-

Struktural di Pedesaan Jawa".

berdayaan masyarakat miskin.

daya. No.

1.

Ilmu dan Bu-

dan Pemberdayaan
Usaha Kecil dan Menengah dalam
Pembangunan Ekonomi Daerah*
Desentralisasi

Mangara Tambunan
Kegagalan strategi industrialisasi di dalam
menghubungkan industri manufaktur dengan kepenUngan petani kecil telah mengakibatkan
kepincangan pendapa an Lara
sektor pertaman dan rndustri. Untuk itu
perlu dibangun satu paket ekonomi yang
lebih
memberrkan perhauan kepada pengembangan ekonomi
dan industri pedesaan Se alan
dengan usaha-usaha desentralisasi. pemberian
otonomi kepada Dati II akan memunghnkan daerah secara lebih leluasa memperbaiki per
ekonomi anny a melalui peningZL

iTrl
ketertingga7
an,

T ^"'1'

P^rrgurangan pengangguran, mengatasi

kemikinL dan

memngkatkan volume perdagangan barang dan jasa


antara propinsi dan luar negeri. Meskipun otonomi
daerah akan memberikan iklim yang kondusif
bag: pemngkatan ekonomi daerah, akan
tetapi terdapat beberapa syarat yang
harus di
penuhi agar pembangunan ekonomi daerah
dapat dilakukan. Syarat tersebut mencakup
ketersediaan
serta

investasi, institusi serta sumber daya


manusia. Bentuk intervensi pemerintah
yang diperlukan untuk memberdayakan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) adalah dengan mendorong tumbuhnya usaha baru,
memudahkan kompetisi dan penciptaan peraturan yang berkaitan dengan pembiayaan.
Selain itu. di

keberadaan

lembaga pendukung

tiap-tiap daerah diperlukan

seperti

lembaga

Pendahuluan

bisnis.

teknologi

maupun Jasa keuangan

hun 1999, tentang Perimbangan Keuangan


Antar Pusat dan Daerah

BARU-BARU

ini

parlemen telah me-

loloskan dua undang-undang yang


penting dalam usaha desentralisasi

dan pemberian otonomi daerah,

UU

undang-undang

itu

(UU PKPD). Kedua

pada dasarnya adalah

usaha permulaan untuk mengubah pendekatan sentralisme pembangunan politik dan

No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

ekonomi, yakni dari pendekatan "atas ke


bawah" {top-down) menjadi "bawah ke atas"

Daerah (UU Pemda) dan

{bottom-up) sesuai dengan jivva dan sema-

UU

yaitu:

No. 25 Ta-

ngat

UUD dalam rangka memberi kesempatan

bagi peningkatan demokrasi dan kinerja


Makalah yang disampaikan pada Sarasehan Nasional bertopik "Prospek

Ekonomi Indonesia da-

lam Rangka Pendalaman dan Pcmantapan Konscp

daerah yang berdaya guna dan berhasil guna.

Tidak ada jalan

lain,

pembangunan eko-

Ekonomi NU sebagai Bahan Masukan Muktamar


NU Ke XXX dan Penyusunan GBHN 1999" Jakarta,

nomi daerah sebagai bagian integral dari


pembangunan nasional dilaksanakan melalui

15 Juli 1999.

otonomi daerah, dan pengaturan sumber da-

DESENTRALISASI

ya nasional,

hams menjadi

Berto-

prioritas.'

lak dari pemikiran itu kalau pemerintah akan

melaksanakan kedua

UU

tersebut sebagai

membangun

respons terhadap urgensi

eko-

nomi daerah, maka permasalahan utama yang


dapat dicatat adalah: (1) pemerintah (siapar

pun yang berkuasa) haras menyiapkan diri


menjawab tantangan dan masalah politik
yang dihadapi;

(2)

menyiapkan daerah agar

mampu memberi

dapat dan

baikan ekonomi daerah; dan

respons per(3)

pimpinan

daerah perlu disiapkan agar dapat semakin

memahami dan memiliki dinamika mengejar

deregulasi sektor

konsep yang akan

lagi

akan memasuki ekonomi pasar bebas

lam kondisi

ini

Da-

semakin kabm^.

mana boundary ekonomi

di

pemerintah pusat dan daerah,

utamanya dunia usaha hams siap menghadapi persaingan global. Tanda-tanda persa-

itu,

dan

(3)

membangun kapasitas institusi yang cocok


untuk mendukung kegiatan produksi dan

yang

sejahtera",

bangunan ekonomi daerah, maka itu berarti


menunjukkan Indonesia yang sejahtera. Inipendekatan pembangunan bottom-

lah

arti

up.

Dalam konteks pembangunan ekonomi

daerah, aspek

bagaimana

terbatas,

TV, "Suku-suku yang

demikian juga ungkapan berikut: kalau


daerah-daerah dapat mencapai tingkat ke
sejahteraan yang lebih tinggi melalui pem-

makalah

yang semakin

di

sejahtera adalah Indonesia

siapkan sejumlah kemampuan, antara lain: (1)


memproduksi dan memasarkan barang dan

investasi

Seperti bunyi sebuah iklan

anak bangsa

untuk

(2)

dapat dilihat

perpecahan bangsa akan datang apabila

persaingan sehingga bagi daerah perlu di-

jasa yang kompetitif,

tan-

bahwa pembangunan ekonomi daerah bukan hanya


mempakan prioritas sasaran pokok, melainkan juga harus berhasil karena ancaman
Oleh sebab

ingan global akan semakin terasa dalam iklim

memperebutkan

mampu menjawab

tangan dan permasalahan yang dihadapi.

visi

lama

tadinya sektor

sangat perlu meletakkan landasan dasar dan

mi daerah yang berporos pada usaha mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan di dae-

aras global, Indonesia tidak

mana

pemerintah daerah. Dalam proses desentrali"


sasi ini, pemerintah dan masyarakat daerah

tidak berhasil.

rahnya masing-masing.

di

riil

ekonomi dikelola oleh pemerintah pusat dan


pada masa datang akan diserahkan kepada

ketertinggalan dalam pertumbuhan ekono-

Dalam

267

DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

itu

yang tercakup cukup

mang
ini

luas,

dan

lingkup pembahasan dalam

dipersempit hanya mengkaji

strategi

industri

dalam rekon-

stmksi ekonomi Indonesia dan agar peran


strategis
kecil

perusahaan-perusahaan berskala

dan menengah (UKM) dapat dikem-

bangkan untuk membangun ekonomi daerah.

pemasaran barang dan jasa yang kompetitif,


serta kegiatan investasi.

Kalau kita melihat apa yang akan

dalam program

terjadi

desentralisasi dapat diduga

Rekonstruksi Ekonomi Indonesia:


Strategi Industrialisasi Berbasis

UKM

pemerintah pusat akan melaksanakan sederet

Sebelum

krisis

ekonomi berlangsung,

pemerintah melaksanakan enam Pelita yang

Mudah-mudahan

Iccdua

undang-undang

ini

ti-

dan kalau dapat pemcrintahan dan parlemen baru semakin menyempurnakannya utamanya dalam peiaksanaan kedua UU tersebut.

daic dicabut

berskala waktu 5 tahun

pembangunan eko-

nomi yang berwajah pertumbuhan dan pemerataan. Pertumbuhan ekonomi dikejar me-

268

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

peningkatan industri manufaktur jasa


dan perdagangan ke luar negeri terutama
lalui

man pangan

lah orang miskin dengan berbagai

yang mengarah pada penciptaan


pangan kerja yang luas di pedesaan.^

mun

program

hindari untuk mengatakan

Sukar

Na-

demikian, terbukti walaupun Indone-

meningkatkan produksi dan ekspor non-migas serta diawali dengan


swa-

sembada beras (tahun 1974), ternyata kon-

di-

sukses

disi

bahwa usaha

semacam

itu tetap saja tidak

dapat mengatasi labor surplus economy

pemerinlah dalam mengejar pertumbuhan


ekonomi jauh lebih dominan dibandingkan
dengan tujuan pemerataan. Dengan perka-

desa.

Kegagalan strategi industrialisasi dalam menghubungkan {linkages) antara in-

taan lain pertumbuhan yang mengandung

manufaktur dan perdagangan dengan kepentingan petani kecil yang jumlahnya banyak merupakan faktor yang dapat menjelaskan mengapa dugaan kepindustri

pemerataan praktis tidak

tercapai.

Uraian

mencoba mengidentifikasi berbagai perubahan dan faktor yang berpeberikut

la-

sia berhasil

mulai dari sektor perlanian hingga program IDT yang pada saat sebelum krisis
tercatat sekitar 22,4 juta orang.

telah berhasil menciptakan kon-

disi

barang non-migas. Sedangkan pemerataan


dilakukan melalui usaha mengurangi jum-

.ini

ngaruh dalam perekonomian Indonesia.

Sebagaimana diketahui, pertanian adalah


sektor ekonomi yang paling besar mem-

cangan pendapatan antara sektor pertanian


dan sektor industri tidak semakin baik. Di-

investasi ke

mensi lain dari masalah ini adalah besarnya dorongan di dalam kebijakan pertanian

maupun swasta

untuk mengembangkan perkebunan besar,

tidak begitu meningkat bahkan cenderung

walaupun banyak dengan pola PIR namun tetap tidak dapat memecahkan per-

pekerjakan tenaga kerja,

namun

sektor pertanian baik publik

menurun. Akibatnya, selama 30 tahun tidak


tercipta iklim yang kondusif di sektor per-

masalahan. Usaha pemerintah untuk

tanian sehingga ekonomi pedesaan kurang

perbesar volume komoditas ekspor

mem-

maju, menciptakan sektor informal di hampir


seluruh jenis kota, dan proses migrasi desa-

menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dalam


mengatasi jumlah petani yang tidak memi-

kota yang massif dan berkecepatan tinggi.

liki

Walaupun demikian, dan

kan mereka sebagai tenaga kerja kasar. Pem-

ironisnya, sektor

informal di perkotaan, dengan segala ke-

kumuhannya masih

tetap dapat

saat

lebih

Harus diakui bahwa Green Revolution yang


telah

ditelusuri

hal

lebih lanjut sebenarnya hal itu

mengherankan karena

hanya sekadar mengguna-

bangunan sektor pertanian hingga

memadai dibandingkan dengan sektor pertanian dan non-pertanian di pedesaan. Jika


tidak

aset dan

memberi

upah dan pendapatan per kapita yang

lakukan tahun 1970-an

di

daerah pertanian

di

di-

Jawa

menciptakan jutaan kesempatan kerja namun


yang sama tidak dapat tercapai pada jenis ta-

naman

atau usaha

lain.

terlalu sedikit-

nya alternatif kebijakan ekonomi, kecuali


kebijakan swasembada pangan dan pem-

bangunan perkebunan besar yang berorientasi kepada pembangunan sektor pertanian.


Harus diakui bahwa pengembangan tana-

'Keluarga Bcrencana (KB)


hasil

2,4 persen tahun

1998.

mcmang

telah

ber-

mengurangi tekanan pcnduduk dari rata-rata

Namun

1970-an mcnjadi 1,9 pcrsen tahun

demikian, jumlah absolut pcncari ker-

perempuan dan pria scbanyak 2 juta per tahun


mcnunjukkan bahwa pcngendalian pcnduduk masih
merupakan faktor strategis.

ja

DAN
DESENTRALISASI DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL

ini

cenderung difokuskan pada pola perbesar.

kebunan berskala

Masalah pembakonsep per-

ditinjau dari

ngunan pertanian

MENENGAH

dan

sektor informal;

(2)

mungkin ada peru-

bahan struktur angkatan kerja pertanian di


mana angkatan kerja generasi muda yang

tumbuhan dan pemerataan tidak cukup berhenti dengan hanya memperbesar perke-

memperoleh pendidikan SLTP,

bunan besar untuk kepentingan ekspor. Dibutuhkan penataan struktur kesempatan un-

permanen.

tuk kepemilikan aset (tanah) dan modal di

membangun
household farm yang merupakan kondisi
ekonomis yang hams diciptakan di tingkat
sektor pertanian dalam rangka

lingkungan makro dan mikro.

Sebelum

ekonomi, dua sensus per-

krisis

yang mengutamanufaktur dan jasa yang

makan

industri

dalam kasus Indonesia

non-too low

tenaga kerja. Kalau kita

skill

klasik

lahan dari sawah menjadi lahan non-sawah

urban diharapkan

Namun

demikian rata-rata pemilikan

lahan di Jawa tetap masih stabil sekitar 0,49

ha per keluarga. Kondisi

ini

mungkin me-

nunjukkan tidak berlanjutnya faktor fragmentasi tanah pada skala yang lebih kecil.

Namun yang menarik


itu

dari

dua data sensus

adalah landless dan buruh tani bertam-

bah lebih dari

terdidik
lagi di

nah

itu

Sampai

juta orang.

penelitian untuk

belum ada
ngapa hal

itu terjadi?

saat ini

menjawab me-

Suatu conjecture yang

mengapa fragmentasi tanah tidak


desa-desa Jawa, mungkin karena tasudah

terlalu kecil

untuk dibagi

se-

bagai warisan anggota keluarga. Faktor inilah diduga

teori

ekonomi pembangunan

yang didasarkan pada pemikiran Lewis


(1969) di mana pembangunan industri dan

mampu

merasionalisasi

sektor pertanian (termasuk

mengurangi be-

ban tekanan penduduk) melalui absorbsi


tenaga kerja yang surplus di pedesaan dalam skala waktu tertentu, berakhir kurang
berhasil."*
ini

Strategi industrialisasi

semacam

ahli sebagai

dipandang berbagai

konsep

yang tidak berjalan mulus untuk kasus Indonesia. Jika diamati lebih lanjut, lingkungan

ekonomi

di beberapa negara Asia, sebenar-

nya ekonomi Korea Selatan-lah yang paling


cocok dengan model Lewis

ini.

Korea Se|

latan

hanya dalam jangka waktu 50 tahun

(relatif singkat)

telah dapat

mengadakan

transformasi angkatan kerja agraris ke industri

mendorong {push factor) pendu-

muda mengadu nayang pada gilirannya membuat

dikembangkan selama 30 tahun terakhir menunjukkan ketidakmampuan mengabsorbsi

kan bahwa ada pengurangan angka pertambahan penduduk, walaupun ada pengalihan

Jawa.

bersifat foot loose

(dan bukan resource based industries) yang

mengacu pada

sekitar sejuta hektar di

secara

Strategi industrialisasi

tanian terakhir (1983 dan 1993) menunjuk-

yang diperkirakan

desa

meninggalkan

lanjutan telah

SLTA dan

secara menyeluruh.

Pilihan strategi industri di Indonesia ha-

duk utamanya generasi

ms

sib di kota

dibutuhkan strategi pembangunan ekonomi

dapat merasionalisasi sektor pertanian,


|

adanya faktor kelangkaan tenaga kerja


berbagai tempat di Jawa.

Akan

tetapi,

kin saja tenaga kerja yang langka

babkan

oleh: (1) tingkat

dapatan petani

relatif

upah

riil

di

mung-

ini

dise-

dan pen-

menurun sehingga

mereka bermigrasi ke kota dan bergerak

di

-1

Mode

klasik

scbcnarnya menganmana dia tidak mcmperhitung-

Lewis

dung kclcmahan di
kan perubahan teknologi

ini

di

sektor pertanian scper-

green revolution di Asia di mana sektor pertanian pangan telah dapat menciptakan jutaan tenaga

ti

kerja pertanian.

>

270

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

yang

mampu

merasionalisasi sektor perta-

nian dari tekanan penduduk. Untuk

itu pe-

mikiran ditawarkan adalah perlunya diba-

ngun

ekonomi membangiin eko-

satu paket

nomi dan

industri pedesaan.

Konsep yang
diusulkan adalah pengembangan industrialisasi

pedesaan yang bertumpu pada indus-

pertanian dan non-pertanian. Tidak se-

tri

luruh desa memiliki potensi yang besar da-

lam pertanian walaupun dalam kenyataan


penduduk tergantung pada sektor pertanian.

Dalam jumlah yang banyak, ada desa yang


sumber daya manusianya telah maju dan

mampu memproduksi

barang non-pcrtanian

yang diekspor ke luar


nyataan seperti

itu,

negeri.

maka

Melihat ke-

Dengan demikian

efisiensi dan mobilisasi


sumber daya lebih mudah dilakukan. Sebagai

salah satu analog! desentralisasi dengan


otonomi di Dati II adalah seperti negeri kota

pada usaha besar, melain-

kan pada usaha

kecil

Desentralisasi dan Pern herd ay aan

Pemikiran Awal

Singapura yang managable hams dipandang

dalam logika pemikiran pengorganisasian


masyarakat ke dalam satuan yang lebih memudahkan unit pemerintah dan masyarakat

'

mengorganisasikan

diri dalam satuan kegiatan bisnis dan ekonomi. Jika kondisi ini

tercipta

maka

syarat keharusan {necessary

condition for condusive environment) bagi

dunia usaha (khususnya

tumbuh dapat

lebih

UKM)

mudah

untuk ber-

tercipta.

Sangat mungkin bahwa setelah diberla-

kukannya desentralisasi pimpinan Dati

dan menengah.

Singapura. Esensi kemajuan negara


seperti

basis kekuatan in-

dustri tidak lagi

UKM:

II

akan lebih mudah untuk diajak dan memihak pada pemberdayaan UKM. Namun demikian, dalam konteks

UKM

menempatkan

untuk berperan dalam proses yang strategis

Pemberian otonomi terhadap Dati


lalui desentralisasi

II

me-

merupakan program yang

dalam jangka panjang diduga dapat mempercepat pemberdayaan UKM di daerah. Dugaan ini didasarkan kepada premis bahwa

guna mengejar pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan pemerataan

merupakan persoalan yang tidak mudah


dipecahkan. Permasalahannya mengubah

watak yang selama

ini terbiasa

menggan-

desentralisasi

dan otonomi daerah akan

bih menciptakan kondisi


bisnis bagi masyarakat
isasi

sosial,

politik

le-

dan

yang terdesentral-

akan menjadi komunitas yang jum-

lahnya tidak terlalu besar dan

mudah untuk

secara langsung

tungkan kegiatan perencanaan yang bersi-

dan pemerintah pusat {top

fat sentralisasi

down) kearah pendekatan dari daerah ke


pusat {bottom up) tidaklah semudah

relatif lebih

balik tangan. Perasaan optimis akan lahir,

mengambil

andaikan seorang Bupati bemiat naik untuk

prakarsa yang luas dalam dunia usaha. Da-

memakmurkan masyarakat bukan

lam ukuran-ukuran yang

{welfare maximizer),

itu,

tidak saja lebih

lebih kecil seperti

mudah

mem-

maka diharapkan

ke-

pembangunan ekonomi daerah akan


menempatkan posisi UKM sebagai salah

mungkin

satu pilar strategis.

lebih

mudah

"diarahkan". Bagi

pemerintah, manajemen program yang lebih

dirinya

kat untuk mengambil prakarsa, tetapi juga

bagi masyara-

'

giatan

jadi Bupati

Untuk dapat

terpilih lagi

pada periode kedua melalui pro-

rasional lebih

mudah dilakukan dan

mudah menyingkirkan

lebih

berbagai kendala da-

lam masyarakat daripada sistem

sentralisasi.

ses

pemilihan yang diduga cukup

ketat,

ma-

ka terdapat empat bidang pembangunan eko-

nomi daerah yang

strategis

untuk dicapai

se-

DESENTRALISASI DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

bagai sasaran. Pilihan ini pasti

menyelesaikan salah

satu,

hams

dapat

beberapa atau ke-

empat dari pilihan target ekonomi (TE) daerah berikut: (TEl) pertumbuhan ekonomi

271

keleluasaan yang lebih luas bagi Dati

untuk mengalokasikan penerimaannya sesuai prioritas kebutuhan daerah untuk dibelanjakan baik dalam bentuk pengeluaran

dan pengeluaran pembangunan, me-

daerah yang tinggi; (TE2) mengatasi pengangguran; (TE3) mengatasi kemiskinan

rutin

dan ketertinggalan; dan (TE4) meningkatkan volimie perdagangan barang dan jasa

an permintaan terhadap produk

antarpropinsi dan luar negeri.

Dalam me-

milah dan memilih berbagai kegiatan ekonomi, secara logis pimpinan daerah akan

cendening memilih peran

dengan

strategi

memberi kesempatan usaha

kecil

dan me-

nengah pada saat dan tempat yang cocok.


ekonomi yang dialami sekarang da-

Krisis

pat dimanfaatkan sebagai

momentum

un-

II

rupakan faktor yang dapat menjadi kekuat-

UKM. Ka-

lau saja pengeluaran pemerintah daerah da-

mempunyai hubungan yang dinamis

pat

UKM melalui pembelian barang


dan jasa dari UKM secara terbuka, fair dan
dengan

kompetitif,

maka dugaan sebelumnya bah-

UKM

akan berkembang pesat sejalan


dengan proses desentralisasi akan terwujud. Walaupun demikian, bukan berarti ke-

wa

giatan sektor pemerintah hanya sebagai

dalam kegiatan pembangun-

pengembangan UKM.
Otonomi daerah di bidang ekonomi yang
dipercepat akan mendorong prakarsa dan

an ekonomi daerah. Dengan formasi struk-

peran swasta yang lebih besar, terutama

yang berimbang antara Usaha


Besar dan UKM, diyakini bahwa ekonomi

melalui kegiatan investasi dan perdagang-

suatu daerah akan jauh lebih berdaya ta-

di

mengadakan reformasi ekonomi dengan


memberikan akses yang luas pada UKM
tuk

untuk

terlibat

tur industri

han dan

elastis

lebih lugas

terhadap tekanan

krisis,

memberi pertumbuhan ekonomi

satu-satunya model

an. Kegiatan

perdagangan swasta

dalam dan ke luar Dati

II

ini

baik

akan sema-

kin terkait dan menjadi sumber yang dapat

mendorong pertumbuhan

UKM.

Oleh

pemerintah daerah hams terdo-

yang padat karya dan mengatasi kemiskin-

karena

an

rong untuk mengadakan kegiatan perda-

di daerah.

itu,

gangan barang dan jasa seluas-luasnya.


Apabila usaha menciptakan otonomi
daerah

yaan

ini tercapai,

UKM

maka model pemberda-

dapat bertolak dari pemikiran

menghubungkan pertumbuhan

UKM

dengan

pengeluaran pemerintah daerah. Sebagaima-

na diketahui, dengan berlakunya

UU PKPD

maka sumber penerimaan pemerintah daerah

Bagi pemerintah daerah terjadinya efek


ekonomi dari dua kekuatan permintaan

ini

secara pasti akan meningkatkan sumber pe-

nerimaan dengan makin membesarnya basis

kan

perpajakan yang dapat disumbang-

UKM

dalam PAD. Apabila kondisi

rah (PAD) juga bersumber dari pemerintah

maka apa yang disebut masyarakat kelas menengah berbasis wiraswasta akan semakin memperko-

pusat yang merupakan alokasi perimbang-

koh landasan demokrasi

an keuangan pusat daerah, baik dalam.

pemberdayaan

selain berasal dari

Pendapatan Asli Dae-

ini berhasil

dibentuk

UKM

di daerah.

Berarti

dalam jangka mene-

BPHTB, Penerima-

ngah dan panjang akan dapat merupakan

an Sumber Daya Alam, dan dana alokasi

tulang punggung pertumbuhan ekonomi

umum

daerah.

bentuk bagian dari PBB,

serta

dana alokasi khusus. Adanya

272

'

ANALISISCSIS, TahunXXVIII/1999 No

'

Pemberdayaan

UKM

dan Pem-

bangunan konomi Daerah: Langkah Strategis yang Diperlukan


Perlu dijelaskan lebih lanjut

bukanlah suatu jaminan

sentralisasi

segala

bahwa

pembangunan ekonomi

di

di

de-

mana

daerah oto-

kalau asas demokrasi tidak berjalan,

pengulangan tingkah laku birokrasi pimpinan pada masa silam. Secara singkat,

pandang

dari sudut

ekonomi

spektif

UKM,

terdapat tiga cara untuk

identifikasi

dampak

dari suatu intervensi

di-

desentralisasi

hanya memberi syarat keharusan


{necessary condition) akan tetapi tidak me-

mendorong

munculnya perusahaan baru atau mendorong perkembangan usaha yang telah ada?

Dengan perkataan

lain,

apakah intervensi

kebijakan tersebut menyebabkan hambatan

untuk tumbuhnya perusahaan

bam

{sufficient condit-

membangun ekonomi daerah untuk memenuhi syarat kecukupan


ion).

Untuk

itu

membutuhkan:
frastruktur

dan

(1)

beragam

investasi in-

investasi swasta untuk

dinamisasi ekonomi daerah; (2)

men-

membangun

kapasitas institusi yang berfungsi dan ac-

countable bagi ekonomi pasar, peningkat-

an

{barriers

dan menghambat perkembangan


Kedua, apakah intervensi kebijakan

UKM?

pemerintah kemudian menyebabkan


untuk berkompetisi? Dalam hal

kah terdapat hambatan baik

UKM

ini,

apa-

di pasar input

maupun pasar output yang dapat mempengaruhi

UKM

'

untuk berkompetisi? Keti-

ga, apakah intervensi kebijakan pemerintah

kemudian menyebabkan beban biaya hams


ditanggung oleh

UKM?

Hal

ini erat kaitan-

nya dengan kebijakan yang berkaitan dengan

aspek peraturan pemerintah atau regulasi

dan daya saing ekonomi;

efisiensi

to entry)

sulit

kecukupan

tervensi kebijakan pemerintah

terbatas

miliki syarat

meng-

kebijakan pemerintah.^ Pertama, apakah in-

matis akan berhasil. Sangat mungkin dapat


terjadi,

rah dapat menjadi kenyataan? Dari per-

(3)

tertentu.

membangun suasana lingkungan ekonomi


yang kondusif mendorong seluruh pelaku
ekonomi melakukan inovasi produk ung-

bangan

gulan; dan (4) investasi yang luas di bidang

pokok dalam Konperensi Usaha Kecil (KO-

pengembangan

SDM

dari perguruan tinggi

Berbagai studi berkaitan dengan pengem-

NAS)

UKM
dan

dan kesimpulan-kesimpulan

KONAS

II

persoalan birokrasi, pungutan, dan ham-

keterampilan yang beragam menurut ting-

batan-hambatan dalam kegiatan pengadaan

katan yang sesuai dengan arah pengem-

bahan baku

bangan ekonomi daerah yang

soalan yang menonjol dialami

dipilih

dan

dipartisipasi masyarakat secara luas.

rah.

Sebagai

pemasaran menjadi per-

ilustrasi,

menjelaskan bahwa

hingga ke tingkat pelatihan agar diperoleh

serta

UKM

di dac-

diberlakukannya

UU

(PDRD)
yang bermaksud menycdcrhanakan pajak

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Menjadi pertanyaan adalah apakah desentralisasi

sebagai suatu kondisi yang di

harapkan dapat memberdayakan

UKM

da-

lam kegiatan pembangunan ekonomi dae-

dan

retribusi di daerah, ternyala ditanggapi

oleh Pemerintah Daerah dengan melahir-

kan sejumlah peraturan daerah yang melegalkan sejumlah pungutan dalam "payung"

^Lihat

Framework

"The

SME

Policy

Environment:

Assessing Government Policy".


Bahan Diskusi Swisscontract bekcrja sama dengan
Springfield Center, Durham.
for

menjamin PAD, yang tcrnyata kemudian


membebani UKM. Belum lagi persoalan
perizinan yang berbelit-belit. memerlukan

DAN
DESENTRALISASI DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL

mempa-

biaya tinggi, dan tanpa kepastian,

kan permasalahan sehari-hari yang dihadapi


UKM dalam kegiatan operasional usahasuramnya
nya. Beberapa gambaran tentang
kapasitas lembaga {institusional capacity)
dalam memberikan pelayanan ke-

PEMDA

UKM

merupakan potret masa depan


perekonomian daerah menyongsong diberpada

lakukannya otonomi daerah. Untuk itu, tidak


ada jalan lain dalam rangka meningkatkan
peran strategis

UKM

dalam pembangunan

MENENGAH

merintah pusat yang cenderung menganggap sama setiap daerah, sehingga persoalan
ketidaksesuaian antara lembaga pendukung

yang ada dengan kebutuhan

yang sampai menjelang diberlakukannya otonomi Dati 11 belum icrsele-

Untuk

saikan.

PEMDA

sangatlah penting bagi

itu,

untuk melakukan penilaian {asses-

ment) terhadap lembaga pendukung (teknologi, pemasaran dan jasa keuangan) yang
dibutuhkan oleh

UKM

pasitas institusi menjadi prasyarat pertama.

tegis tidak

hal yang

kan dalam rangka pemberdayaan institusi,


yaitu: (1) perubahan paradigma dalam diri

PEMDA

untuk menyediakan jasa


pelayanan yang pada prinsipnya memberikan kemudahan dan menghilangkan biaya
aparat

dalam rangka meningkatkan daya


kompetisi UKM; dan (2) menyederhanakan
tinggi,

berbagai peraturan dan kebijakan

PEMDA

ini

nya berdampak kepada PAD, baik melalui


pajak atau retribusi.
j

Untuk niewujudkan peran sektor swasta


maka dalam pembangunan ekonomi daerah
dibutuhkan landasan untuk mengatur pelaku

membangun

ekonomi pasar yang

terkelola

untuk menangkap

peluang, baik yang disediakan melalui

dan pembangunan PEM-

sangat stra-

tetapi

kan kegiatan usaha dan menimbulkan beban


biaya bagi operasional usaha UKM.

UKM

institusi

(managed mar-

ket)^ Teori ekonomi neo-klasik dalam konsep membangun ekonomi (pasar) berporos
pada konsep bagaimana agar melalui meka-

nisme pasar seluruh pelaku ekonomi

(pro-

oleh perusahaan swasta (nasional dan asing)

konsumen dan pemerintah) memperoleh harga pasar yang tepat {how to get
price right). Teori ini dirasakan belum sem-

akan juga ditentukan oleh seberapa jauh

purna. Para penganut teori ekonomi insti-

pengeluaran rutin

DA, maupun peluang yang dikembangkan

dukungan kelembagaan bisnis


suatu daerah. Dengan perkataan

tersedia di
lain, terse-

dianya Business Development Center (BDC)

yang sesuai dengan kebutuhan


rupakan

UKM

me-

faktor penentu, seperti layaknya sis-

tem dukungan teknologi, pemasaran, dan

dusen,

tusi

(kelembagaan) antara lain William-

son (1995) berpendapat dalam rangka refor-

masi ekonomi, bahwa

teori neo-klasik perlu

dilengkapi dengan konsep

memasukkan

per-

lunya kelembagaan yang tepat {how to get


institution right).

Hal. ini

hanya dapat

ter-

keuangan yang disediakan oleh negaranegara di luar ncgeri. Gambaran dukungan

jasa

^Lihat rangkaian pcmikiran konsep pasar ter-

kelembagaan yang selama


gai daerah lebih

ini

ada di berba-

merupakan kebijakan pe-

yang lebih penting


adalah harapan bahwa perputaran usaha
UKM akan semakin baik yang pada giliran-

PEMDA,

yanan

ini

Kemampuan

dari aspek pela-

ekonomi, dalam hal

UKM

hanya ditinjau

untuk melaku-

yang menghambat

termasuk jenis jasa

yang dibutuhkan. Langkah

Ada dua

menja-

di persoalan

ekonomi daerah maka pemberdayaan kasangat strategis dilaku-

UKM

kelola dari Ikatan


(ISEI).

Sarjana Ekonomi Indonesia

274

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

capai kalau didahului jaminan

hukum yang

jelas

dalam mengatur hak-hak milik unluk individu dan masyarakat dapat terjamin (how to get prosperity rights right). Tepasti

tepat

Membangun

research

beri tingkat efisiensi

pembangunan

tainty)

mana

mekanisme penetapan harga yang tepat dan


kelembagaan yang tepat dapat mewujud-

taan.

tinggi tetapi

Dalam

mengandung pemera-

hal ini kondisi

dan

(investor).

Memperkecil ongkos berbisnis {transac-

tion cost) seperti perijinan,

gal

dan

pungutan

le-

ilegal di tiap daerah.

Menghilangkan monopoli dan menghidupkan kompetisi baik bagi usaha peme-

ekonomi yang

rintah

kompetitif menuntut peran pemerintah dae-

rah yang kuat (baik dan bersih) serta sektor

lain se-

seperti konsistensi kebijakan

hambatan bagi pengusaha

kan prinsip ekonomi pasar terkelola yang


pada dasarnya membutuhkan laju pertum-

buhan

LSM, koran dan

Menghilangkan ketidakpastian (uncer-

sektor ekonomi, diperlukan

landasan ekonomi pasar terkelola, di

pengusaha, in-

bagainya.

pembangunan ekonomi dae-

rah melalui pilihan strategi industri dan

te-

peradilan yang bersih dan inde-

penden, kontrol

Kembali pada masalah untuk mewujudstrategi

D)

organisasi dan institusi

terjadi seperti, organisasi


stitusi

kan

&

yang
cocok dalam memperkuat efisiensi dan
mengatasi kemungkinan konflik yang

economy akan

cost

and development (R

Membangun

ekonomi. Kalau tidak

maka distorsi dan high


mungkin terjadi.

infrastruktur seperti jalan,

rapan.

nisme ekonomi, sedemikian rupa mempunyai

mem-

dan satuan waktu

komunikasi dan kapasitas melakukan

dalam mengatur meka-

formasi yang tepat sehingga dapat

target

yang dibutuhkan.

sisnya adalah bagaimana memilih kelem-

bagaan yang

menurat

maupun

swasta.

Memperbaiki kualitas penduduk dan

swasta yang haras dominan membutuhkan

angkatan kerja seperti kesehatan pendu-

pengembangan lingkungan ekonomi yang

duk sesuai dengan kemampuan

bersifat kondusif.

rah haras

Untuk

mampu

yang sehat

itu

sosial

ekonomi.

pemerintah dae-

menciptakan lingkungan

politik (berdemokrasi)

dan eko-

nomi yang menunjang yang disebut en-

Penutup

abling environment (EB). Untuk

mengemmaka langkah-langkah stra-

Masalah mendasar yang dihadapi Indo-

dibutuhkan pemerintah daerah dalam

nesia dalam mengatasi krisis polilik dan

bangkan
tegi

EB

ini,

mewujudkan penguatan
tegi industrialisasi

UKM

dalam

stra-

yang dibangun, diperki-

ekonomi adalah membangun ekonomi dacrah.

trasi

Menctapkan
ci

sektor-sektor

Pemerintah tclah membuat tiga

UU

yang

berkaitan dengan desentralisasi, dekonsen-

rakan sebagai berikut:

ekonomi kun-

dan bantuan pemerintah pusat kc dae-

yang mcmbangun kcunggulan ekono-

Apa yang perlu disiapkan adalah bagaimana pimpinan daerah (gubernur. bupati

mana pcntahapan pengem-

dan walikota) tidak mcngulangi kcsalahan

mi dacrah

di

bangan, investor (pelaku ekonomi) haras

rah.

yang sama dalam mcnjoisun kebijakan

sc-

275

DESENTRALIS ASI DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

hingga dapat merespons

bahan yang hams

krisis

diperbaiki.

dan peru-

Strategi

pem-

bangunan ekonomi daerah yang baru

ini

hams berdasarkan kemampuan {endowment)


yang

dimiliki.

Martin, Denis-Constant. 1992. "The Cultural


Dimensions of Governance". The International

Bank

for Reconstruction

and Development.

The World Bank.

Tambunan, Mangara dan Andi Ikhwan. 1998.


"Penyempumaan Kebijakan Kredit Bemk Indonesia".

KEPUSTAKAAN
Anonim, 1998. "Special Theme: Governance in
Asia: From Crisis to Opportunity". Annual
Report.

Boeninger, Edgardo. 1992. "Governance and Development: Issues and Constraints". The International Bank for Reconstruction and Development. The World Bank.
Elster, Jon.

1995. "The Impact of Constitutions

on Economic Performance". The International


Bank of Reconstruction and Development.
The World Bank.
Landell-Mills, Pierre and Ismail Serageldin.
1992. "Governance and the External Factor".

The

International

Bank

for Reconstruction

and Development. The World Bank.

Tambunan, Mangara. 1998. "Economic Reforms


and Agricultural Development in Indonesia".
ASEAN Economic Bulletin Vol. 15, No. 1.
Ter-Minassian, Teresa. 1997. "Decentralization and

Macroeconomic Management",
Paper, Published by IMF.

IMF

Working

Peter, The Kian Wie, Mangara T.


dan Tulus T. 1998. "The hnpact Asses UKMnt
of IMF-Economic Reform Policy Package
Operating in Agri(IMF-50-ERPP) On
culture and Food Sector in Indonesia". For

Van Diermen

UKM

Asia Foundation. Jakarta.


William, Oliver E.

995.

"The Institutions and Gov-

ernance of Economic Development and Restruction

Bank

Reconand Development. The World Bank.

form". The International

for

Daya Saing

Industri Indonesia
Hadi Soesastro

Walaupun Indonesia telah memasuki tahapan negara industri baru, namun secara
keseluruhan belum mempunyai daya saing internasional yang tinggi, tertinggal dari negara-negara Asia Timur. Hal ini disebabkan oleh adanya kelemahan struktural, yaitu lemahnya forward dan backward linkages, serta ketergantungan yang tinggi pada impor bahan
baku maupun produk antara. Kelemahan yang lain terkait dengan struktur pembiayaan. Peningkatan daya saing sektor industri antara lain dapat diusahakan melalui produksi barang-barang padat teknologi dan rekayasa tanpa mengurangi peran industri padat sumber daya alam dan padat karya. Upaya lain yang perlu ditempuh adalah pengembangan

penurunan proteksi melalui penurunan

industri hulu,

gam pada

tarif

impor secara sekaligus dan sera-

Mempertahankan kebijakan ekonomi sebebas mungkin di samping


meningkatkan pengadaan prasarana fisik dan sosial untuk meningkatkan kemampuan
teknologi pada tingkat nasional dan perusahaan juga merupakan suatu keharusan jika
industri manufaktur Indonesia khususnya^ industri yang padat modal, teknologi dan tenaga ahli ingin menembus pasar ekspor yang tumbuh dengan pesat.
tiap sektor.

Pendahuluan

DALAM

Transformasi ekonomi melalui industrialisasi ini

tiga

puluh tahun terakhir

ekonomi Indonesia telah menga-

lami transformasi yang ditandai


oleh meningkatnya peran sektor industri.

Sumbangan

sektor industri (manufaktur)

dalam pembentukan
tik bruto) telah

PDB

(produk domes-

meningkat dari 8 persen

pada tahun 1967 menjadi sekitar 25 persen pada tahun 1997. Di antara sepuluh
sektor besar kegiatan ekonomi, sektor industri kini

terbesar,

memberikan sumbangan yang

disusul oleh sektor perdagang-

an (termasuk hotel dan


tor pertanian.
tor pertanian

restoran),

dan sek-

Tiga puluh tahun lalu sek-

merupakan

sektor

yang mem-

berikan sumbangan terbesar, yaitu mendekati

50 persen. Suatu transformasi besar

lah terjadi

dalam satu

te-

tumbuhan ekonomi yang

Hal

tinggi.

ini

karena sektor industri manufaktur mempunyai potensi pertumbuhan yang jauh lebih
tinggi daripada sektor primer (pertanian

dan pertambangan). Sejak pertengahan


1990-an sumbangan sektor industri manufaktur telah

melampaui sumbangan kese-

luruhan sektor primer. Selama sekitar 15


tahun pertama, dari 1967 hingga 1982, sum-

bangan sektor

industri

sebesar 4 persen.
berikutnya,

hanya meningkat

Dalam periode

sumbangan

jukkan bahwa telah


dustrialisasi sejak

15 tahun

sektor industri

ningkat sebesar 13 persen. Hal


terjadi

ini

me-

menun-

akselerasi in-

pertengahan dasawarsa

1980-an, yaitu bersamaan dengan peru-

bahan kebijakan dan orientasi industri da-

generasi.'
ri

Bahasan ini dan selanjutnya didasarlcan pada


analisis dan kajian Aswicahyono (1996a dan 1996b).

telah menghasilkan laju per-

substitusi

impor ke promosi ekspor.

Dilihat dari peran sektor industri

faktur

dalam pembentukan

manu-

PDB dan

be-

277

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA

tor lain, terutama sektor primer, dapat di-

yang pesat sejak pertengahan 1970-an.


Kedua negara ihi telah melakukan re-

katakan bahwa sejak pertengahan 1990-an

orientasi kebijakan ke

sebenarnya ekonomi Indonesia telah me-

ra-kira sepuluh tahun lebih awal daripa-

masuki tahapan sebagai negara industri

da Indonesia. Kini pangsa ekspor manu-

baru (newly industrializing country). Di-

faktur di kedua negara itu berkisar

bandingkan dengan perkembangan

75 persen.

saraya sumbangan itu relatif terhadap sek-

berapa negara

di

di be-

berlangsung lebih lam-

Baru sejak permulaan' 1990-an tampaknya Indonesia mulai dapat mengejar

bat.

itu.

bangan sektor

pada

Asia Timur, industriali-

sasi di Indonesia

ketertinggalan

promosi ekspor ki-

Itulah sebabnya

industri

dalam

PDB

Di negara-negara Asia Utara manufaktur telah

menjadi tulang punggung ekspor

mereka sejak permulaan 1970-an. Di Korea,

sum-

misalnya, pangsa manufaktur sudah

di In-

capai 70 persen tahun 1970 dan kini

menmen-

donesia masih lebih rendah daripada di

capai lebih dari 90 persen. Komposisi eks-

Thailand, Malaysia ataupun Cina.

por suatu negara

memang

dipengaruhi

oleh karunia faktor (factor endowment)


suatu ekonomi

Tingkat industrialisasi
seringkali dinyatakan
'

dengan besarnya

ni-

tambah sektor manufaktur (NTSM) per

lai

kepala.

Pada pertengahan 1990-an,

NTSM

per kepala di Indonesia berkisar pada

yang dimiliki negara

itu.

Perbedaan da-

lam karunia faktor menimbulkan variasi


dalam tingkat produktivitas antar-sektor
dan mempengaruhi pola perdagangan
ternasional suatu negara.

Menurut

in-

teori

NTSM

perdagangan internasional, suatu negara

per kepala di Thailand yang mencapai

akan mengekspor produk yang mengan-

US$600, atau

dung faktor yang secara "berlebihan"

US$200, jauh lebih rendah daripada

sekitar tiga kali lebih besar.

Sebagaimana diutarakan di atas, selama

(abundant) dimiliki oleh negara tersebut.

15 tahun pertama industrialisasi di Indo-

Faktor-faktor produksi yang

nesia berorientasi pada pasar dalam nege-

ruhi pola produksi

ri

melalui penerapan kebijakan substitu-

si

impor.

kan

Pembangunan

industri dilaku-

di balik dinding proteksi

Oleh karena

itu,

tidaklah

yang

tinggi.

mempenga-

dan perdagangan suatu

negara bukan hanya tenaga keija dan modal,

tetapi

juga sumber daya alam (SDA),

dan teknologi.

mengherankan

pangsa manufaktur dalam ekspor ha-

Pada tahap awal pembangunan, suatu

nya berkisar antara 2 sampai 5 persen se-

negara memiliki sedikit modal. Tingkat

lama periode

upah ditentukan oleh perbandingan an-

bila

tersebut.

Baru sejak sekitar

SDA

pertengahan 1980-an pangsa ekspor me-

tara

ningkat dengan cepat, dari sekitar 10 per-

ga kerja. Pada tahap

sen tahun 1984 menjadi 50 persen ta-

memiliki keunggulan komparatif dalam

hun 1992, dan

ekspor barang-barang padat SDA. De-

kini berkisar

pada 60 per-

Di Thailand dan Malaysia pangsa


manufaktur dalam ekspor pada pertengah-

sen.

an 1960-an juga berada


sen,

tetapi telah

bawah 10 permengalami peningkatan


di

kekayaan

dan banyaknya tenaini

ngan berjalannya waktu

negara tersebut

pemupukan modal sehingga keunggulan komparatif akan bergeser ke sektor-sektor yang meterjadi

merlukan banyak modal, yaitu sektor ma-

278

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

nufaktur.

akan

Dalam

terjadi

sektor ini sendiri juga

Tabel

pergeseran keunggulan kom-

PERKEMBANGAN INDEKS RCA


DI BEBERAPA NEGARA

paratif sebagai akibat peningkatan keahli-

an tenaga kerja dan kemampuan teknologi.

Negara

1965

1982

1994

0,07

0,67

Salah satu indikator yang menunjukkan

Indonesia

perubahan keunggulan komparatif adalah

Thailand

0,05

0,47

0,94

Malaysia

0,11

0,39

0,96
1,13

indeks keunggulan (atau manfaat) kompa-

Cina

0;S2

0,85

Korea

1,06

1,55

1,20

vantage, RCA). Indeks ini menunjukkan

Negara berkembang

0,25

0,43

0,87

perbandingan antara pangsa ekspor komoditas atau sekelompok komoditas suatu

Sumber. Aswicahyono (1996a).

ratif

terungkap {revealed comparative ad-

negara terhadap pangsa ekspor komoditas


tersebut dari seluruh dunia.

Indeks

RCA

tinggi.

untuk suatu negara dan

sangkutan mempunyai keunggulan kom-

dalam komoditas

sektor manufaktur, indeks

Dari segi

ini

Indonesia tertinggal

dibandingkan dengan negara-negara Asia


Timur lainnya. Inilah persoalan yang menjadi sorotan

komoditas tertentu yang besarnya lebih


dari satu menunjukkan bahwa negara berparatif

tersebut.

RCA

Dalam

untuk Inr

kajian

Daya saing

ini.

internasional diperlukan bu-

kan hanya untuk dapat melakukan penetrasi

di pasar internasional tetapi

juga untuk

dapat bersaing di pasar dalam negeri, ter-

donesia sangat rendah selama 15 tahun

masuk bersaing dengan produsen

pertama, yaitu berkisar pada 0,07

geri.

saja.

Ba-

ru sejak permulaan 1980-an terjadi per

ningkatan tajam dalam indeks

RCA

ini

sehingga mencapai sekitar 0,70 pada per-

tengahan 1990-an. Indeks

RCA

sektor

ma-

luar ne-

Indonesia telah m.engambil kebijakan

untuk secara terus-menerus membuka ekonominya. Kebijakan

ini

tercermin dalam

li-

beralisasi sepihak {unilateral liberalization)

yang dilakukan dengan menurunkan

tarif

nufaktur di Thailand dan Malaysia juga

impor dan menghilangkan berbagai hambat-

masih sangat rendah pada pertengahan


1960-an, tetapi telah mengalami pening-

an non-tarif melalui paket-paket kebijakan

katan sejak pertengahan 1970-an sehing-

Paket Mei 1995 dan Paket Juni 1996, peme-

ga pada pertengahan 1990-an sudah men-

rintah

dekati satu. Indeks


tur di

sektor manufak-

Cina kini sudah melampaui

Di Korea, indeks
di

RCA

RCA

ini

sudah berada

atas satu sejak pertengahan

(lihat

Tabel

satu.

1960-an

sejak pertengahan 1980-an.

menjadwalkan penurunan

tarif

sejak

hing-

ga tahun 2003. Sebagian dari penurunan


tarif ini disesuaikan

runan

tarif

dengan jadwal penu-

yang dilaksanakan sebagai ba-

gian dari komitmen regional, yaitu dalam

kerangka

1).

Bahkan

AFTA {ASEAN

Free Trade Area).

Liberalisasi regional ini telah dipercepat jad-

Uraian singkat

ini

menunjukkan bahwa

walnya dari kesepakatan semula. Kesepakat-

walaupun Indonesia sudah memasuki tahapan negara industri bam tetapi sektor

an pertama adalah untuk menurunkan

manufakturnya secara keseluruhan belum

lah dipercepat menjadi tahun 2005, dan di-

mempunyai daya saing

percepat lagi menjadi tahun 2003.

inter nasional

yang

hingga 0-5 persen pada tahun 2010.

tarif

Ini te-

Menu-

219

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA


kabar terakhir, para Menteri Ekonomi
ASEAN sepakat untuk menyarankan keparut

da para Pemimpin

ASEAN

untuk memper-

cepat pelaksanaan penurunan tarif perda-

gangan

di antara

ASEAN

anggota lama

(ti-

an

liberalisasi

penurunan

AFTA

dalam rangka

ential

penurunan

tarif

MFN

(jnost

tarif prefer-

dengan

diikuti

favored nation)

yang berlaku bagi semua, baik secara bersamaan maupun dengan tenggang waktu
tahun

satu

atau

(Singapura)

Kecenderungan percepatan
secara regional juga terjadi dalam rangka
{Asia Pacific

Economic Cooperation).

Kesepakatan dasar
an

APEC

liberalisasi

yang dibuat

di

perdagang-

Bogor tahun 1994

menyepakati perdagangan dan investasi bebas dan terbuka {free

and open

untuk memperce-

pat penurunan tarif secara sektoral. Inisiatif

yang dikenal dengan

EVSL

{early vol-

untary sectoral liberalization)

menetapkan sembilan

telah

ini

termasuk be-

sektor,

berapa sektor manufaktur, untuk diliberali|

sasi oleh

anggota

APEC

secara bersama-

sama dengan jadwal yang

dipercepat.

trade

Di kawasan Asia dan di dunia pada


umumnya dinamika liberalisasi ini telah
mengalami peningkatan. Krisis ekonomi
yang melanda Asia tampaknya tidak mengendurkan upaya liberalisasi perdagangSedikitnya sampai akhir tahun 1998,

an.

lebih.

liberalisasi

APEC

bam

Di bebera-

secara unilateral.

ASEAN

pa negara

liberalisasi seca-

mendorong percepat-

ra regional ini juga

inisiatif

dak termasuk Vietnam, Laos dan Myanmar)ke tahun 2001. Percepatan

mengambil

and

in-

dan khususnya dalam retorika para pemimpin di kawasan ini, belum ada upaya untuk memperlambat atau menghentikan
beralisasi perdagangan.

nya dengan

li-

Tidak demikian hal-

liberalisasi di sektor finansial.

Sementara kalangan
soalkan tentang

memang

dampak

mulai memper-

globalisasi,

terma-

suk liberalisasi perdagangan, khususnya


j

vestment) pada tahun 2010 bagi kelompok

bagi negara berkembang.

Ada anggapan

negara maju dan tahun 2020 bagi kelom-

bahwa

pok negara berkembang. Modalitas

akibat dari globalisasi.

Namun

lam berbagai forum

ASEAN

isasi

ral

ini

liberal-

adalah melalui liberalisasi unilate-

yang terselenggara secara bersama {con-

certed unilateral liberalization). Sejak


Januari 1997, pelaksanaan liberalisasi
ini

APEC

dituangkan dalam apa yang dikenal se-

bagai lAP

CAP

{individual action plan) dan

{collective action plan).

Penurunan

ta-

APEC

dican-

tumkan dalam lAP masing-masing.

APEC

rif

perdagangan oleh anggota

mendorong agar

APEC

setiap tahun

APEC

adalah bahwa melalui rangkaian lAP

masing-masing anggota

APEC

akan

ini

mem-

MFN yang telah


WTO {World Trade

ekonomi

di

Asia merupakan

untuk melanjutkan

liberalisasi

dan bahkan
j

perdagangan,

terutama untuk bisa mengatasi krisis eko-

nomi yang sedang dialami beberapa anggota

ASEAN,

termasuk Indonesia.

Sikap para pengambil kebijakan

ini ber-

beda, bahkan tampaknya bertentangan, de-

ngan sentimen yang berkembang dalam dunia industri di Indonesia dewasa

ini.

Sebe-

percepat penurunan tarif

narnya, sebelum terjadi krisis, sentimen ini

mereka sepakati dalam

telah ada di kalangan industri di Indone-

Organization). Sejak tahun 1998 ini

APEC

sia.

demikian, da-

dalam pertemuan APEC bulan November


1998 di Kuala Lumpur para Menteri dan Pemimpin ASEAN menyatakan kesepakatan

anggota

memperbaiki lAP-nya. Harapan

krisis

Prospek dan proses liberalisasi perda-

280

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

gangan

menimbulkan kekhawatiran

telah

mengenai daya tahan

industri nasional ter-

hadap persaingan dari luar. Bagi industri


yang selama

Untuk

gional
global

ta-

diperlukan upaya-upaya penyesuai-

rif jelas

an.

mendapat perlindungan

ini

kesepakatan liberalisasi re-

itu

(AFTA dan APEC) serta liberalisasi


(WTO) memberikan tenggang waktu

bagi penyesuaian

rakan di

alas,

ini.

Tetapi, seperti diuta-

dinamika

liberalisasi

tampak-

nya cenderung memperpendek masa penyesuaian

Kenyataan

itu.

ini

perlu diperhatikan.

{parts) secara bertahap diturunkan. Ini terja-

misalnya, untuk produk akhir yang di-

di,

rangsang untuk diekspor sementara pasar


dalam negeri tetap dilindungi. Industri elektronika mendapatkan perlakuan seperti

Dampak

distorsi dari kebijakan seperti

ini.

ini

adalah berkembangnya industri elektronika


berorientasi ekspor

yang menggunakan kom-

ponen impor yang tinggi sementara industri elektronika yang berorientasi pasar
dalam negeri
teksi tarif

Upaya untuk mengulur waktu dalam melakukan penyesuaian dengan memperpanjang

Ada

mengandalkan pada proyang semakin mengalami erosi.


tetap

mana tarif
menurun tetapi

pula berbagai kasus di

masa perlindungan mungkin hanya mem-

untuk produk akhir telah

buang waktu dan bahkan mengalihkan per-

tarif

hatian dari upaya-upaya yang sebenarnya

kunya

lebih berguna.

kan meningkat. Produk akhir serupa

untuk produk antara atau bahan batetap dipertahankan tinggi atau bah-

me-

ini

ngalami tingkat proteksi efektif {effective

Pengembangan
perti di

banyak negara berkembang lainnya,

bermula dari

bungan

industri di Indonesia, se-

ini

substitusi impor.

Dalam hu-

perlindungan terhadap impor

rate

of protection, ERP) yang

adaan

ini

dapat dijumpai dalam rangkaian

kegiatan produksi di

yang

tinggi,

instrumen utama. Upaya pengalihan dari

Hal

ini

impor ke promosi ekspor yang

dilakukan sekadar dengan mengubah struktur proteksi tarif ternyata

membawa

berba-

gai masalah jika

penurunan

kan secara tidak

rasional.

lam banyak hal

struktur tarif di Indonesia

tarif itu dilaku-

Dan memang,

da-

mengandung banyak kejanggalan.


tarif

industri hulutarif

seperti di industri petrokimia.

menyebabkan rendahnya daya

saing industri hilirnya. Oleh karena itu se-

benarnya telah jelas bahwa

dagangan tidak

saja berarti

liberalisasi per-

penurunan

ta-

rif

bagi produk-produk terpilih tetapi per-

lu

melibatkan rasionalisasi struktur tarif

secara keseluruhan. Penurunan tarif harus

dilaksanakan across-the-board untuk se-

mua produk dan


Pada tahap awal, proteksi

mana

nya mendapat perlindungan melalui

atau proteksi tarif merupakan salah satu

substitusi

Ke-

negatif.

yang

harus mengarah pada satu

tingkat tarif yang berlaku untuk semua.

tinggi berlaku untuk banyak industri dari


hilir

tara,

ke hulu. Baik produk akhir, produk an-

dan masukan lainnya dikenakan

impor yang

tinggi.

Dalam

tarif

proses liberali-

perdagangan melalui penurunan

Jika dapat tercapai kesepakatan

dan

sa-

ling pengertian antara pemerintah

dan

in-

dustri tentang perlunya struktur proteksi

ada kalanya produk akhir tetap mendapat

maka menjadi jelas


bahwa kebijakan pengembangan industri

proteksi tinggi tetapi tarif impor bagi pro-

yang berdaya saing tinggi harus

lebih di-

duk antara atau komponen dan bagian

tujukan pada upaya peningkatan

kcmam-

sasi

tarif,

lain

yang

bersifat netral,

281

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA


puan dan prasarana. Struktur proteksi yang
netral juga

akan menunjukkan bidang-bi-

dang kegiatan

di

mana

Indonesia

mempu-

nyai keunggulan komparatif. Penting pula

bahwa keunggulan komparatif

dicatat

ini

tidak bersifat statis tetapi terus berkem-

bang. Perkembangan ini juga tergantung


dari besamya upaya yang diberikan untuk

meningkatkan berbagai kemampuan nasiotermasuk kemampuan teknologi.

nal,

dengan pertumbuhan produktivitas


bawah rata-rata ke industri dengan per-

dustri
di

tumbuhan produktivitas

Untuk sektor

produksi secara total {total


factor productivity, TFP), telah mengalami
peningkatan yang besar sejak pertengahtas faktor

an 1980-an. Dalam Tabel 2

Perkembangan Struktur Industri

sejak 1984,

Manufaktur Indonesia

ini telah

Seperti telah diuraikan di atas, transfor-

masi yang besar dalam sektor industri manufaktur di Indonesia telah terjadi sejak
1983. Transformasi ini jelas

struktural.

perubahan

Suatu indikator sederhana, mi-

menunjiikkan bahwa selama 15 tahun

jelas

pertama tidak

yang

berarti

terjadi

perubahan struktural

dalam sektor industri manu-

faktur dan baru selama 15 tahun berikut-

nya

terjadi

perubahan

perubahan struktural

struktural,
itu

dan bahwa

juga telah meng-

hasilkan pertumbuhan sektor manufaktur

Transformasi

kan bahwa telah

tidak lain

itu

menunjuk-

terjadi pergeseran kegiat-

an ke sektor-sektor industri dengan produktivitas


tri

yang lebih

tinggi.

Dalam

di

dan bahwa pertumbuhan TFP

bahwa 30 sampai 40 persen dari pertumbuhan nilai tambah bukan disebabkan


oleh pertumbuhan dalam penggunaan fakarti

dan modal/me-

tor produksi (tenaga kerja

pertumbuhan produktivitas karena perbaikan manajemen dan peningkatan teknologi. Di negara-negara maju
tetapi oleh

TFP memberikan

biasanya pertumbuhan

sumbangan sebesar 50 persen atau lebih


pada pertumbuhan nilai tambah sektor
manufaktur.

Perubahan struktur

di sektor

atas rata-rata, return to factor

perubahan kom-

Tabel 2

PERTUMBUHAN TFP DAN NILAI TAMBAH


SEKTOR MANUFAKTUR
(dalam persen)

of

Periode

TFP

Nilai

tambah

ROI

(return on investment)

TFP/NT

(NT)
1976-1993

21

2.7

12,7

1976-80

4,9

9.2

38

production yang dapat diukur melalui tingkat upah dan

manufak-

indus-

yang mengalami pertumbuhan produk-

tivitas

sampai 6 persen per tahun

tur juga dapat dilihat dari

yang lebih tinggi (Aswicahyono, 1996a).

bahwa

memberikan sumbangan sebesar


30 sampai 40 persen dalam pertumbuhan nilai tambah^ktor manufaktur. Ini ber-

sin),

salnya Indeks Perubahan Struktural (IPS),

terlihat

mengalami pertum-

sektor manufaktur

buhan antara

terlihat dari berbagai indikator

industri secara keselu-

ruhan, pertumbuhan produktivitas, seperti


dinyatakan oleh pertumbuhan produktivi-

TFP

sekitar tahun

di atas rata-rata.

1981-83

-6,0

6.9

-141

juga tumbuh lebih cepat daripada pertum-

1984-88

5.7

13,5

buhan

1989-93

4,9

19.1

42
26

rata-rata.

Sebagai akibatnya, faktor

produksi akan bergerak meninggalkan in-

Sumber: Aswicahyono (1998).

282

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

posisi nilai

tambah sektor

padatan faktor {factor

ini

menurut ke-

intensity),

yaitu pa-

dat sumber daya pertanian, padat sumber

bahan harga relatif ini telah mendorong


perpindahan faktor produksi dari sektor
tradables ke sektor non-tradables. Semen-

daya alam (mineral), padat karya, padat


teknologi, dan padat tenaga ahli. Pada ta-

ningkat secara mendadak

hun 1975,

babkan

sekitar

60 persen

tambah

nilai

sektor manufaktur disumbang oleh kegiat-

an padat sumber daya pertanian. Dari keseluruhan sumbangan ini lebih dari sete-

ngahnya diproduksi oleh lima

industri,

tara itu,

penerimaan

nilai riil

dari ekspor

yang me-

telah

menye-

mata uang Rupiah

terapre-

itu

Pada bulan November 1978 pemerintah mendevaluasi rupiah untuk meningsiasi.

katkan daya saing ekspor manufaktur. Devaluasi ini diharapkan dapat mengoreksi

yaitu gula, rokok, kopi, karet remah, dan

penurunan harga

minyak goreng. Kecuali karet remah,

tradables terhadap barang-barang non-

se-

inuanya adalah barang kebutuhan pokok


y?Lng diproduksi untuk pasar dalam negeri.

Pada tahun 1992, pangsa

dari kegiat-

an padat sumber daya pertanian telah menurun menjadi 37 persen. Sementara itu

pangsa kegiatan padat karya meningkat

tradables.

Usaha

relatif

barang-barang

ini berhasil

pangsa ekspor manufaktur

tetapi

menaikkan
hanya un-

tuk waktu singkat karena Indonesia mengalami boom minyak kedua pada tahun
1979/1980. Barn setelah pemerintah melaku-

kegiatan padat sumber daya alam (mineral)

kan berbagai deregulasi sejak tahun 1982


ekspor manufaktur tumbuh dengan pesat,
dan mencapai rata-rata sekitar 17 persen per

tidak banyak mengalami perubahan (seki-

tahun selama periode 15 tahun kedua

darj 16 persen menjadi 23 persen, pangsa

tar 5

naga

persen), pangsa kegiatan padat te-

meningkat dari 16 persen menpersen, dan pangsa kegiatan pa-

Struktur ekspor manufaktur j'uga'

ahli

J^^ji ,23

dat teknologi naik dari 3 persen menjadi


7 persen.

itu.

me-

ngalami perubahan yang besar sejak pertengahan 1980-an. Sebelumnya bagian terhesar ekspor manufaktur

terdiri

dari eks-

por padat sumber daya dan ekspor padat


Sektor industri manufaktur juga

mengalami perubahan

teltfh

orientasi dari sub-

karya, yang didominasi oleh beberapa ko-

moditas saja seperti kayu

lapis,

tekstil

dan

impor ke promosi ekspor. Sebelum


tahun 1980 produk manufaktur dalam kom-

pakaian

posisi ekspor

hanya berkisar antara

lami peningkatan yang pesat seperti alas

pai

Daya saing

stitusi

3!

persen.

industri

sam-

manufak-

tur saat itu sangat rendah sebagai akibat

Dutch Disease yang dibawa oleh boom


minyak. Pengaruh negatif

ini

terjadi kare-

na penerimaan dari ekspor minyak yang


meningkat secara mendadak itu yang dibelanjakan di dalam negeri akan mendorong kenaikan harga barang-barang nontradables (misalnya, properti) relatif terha-

dap harga barang-barang tradables. Peru-

jadi.

Sejak tahun 1987 berbagai ko-

moditas ekspor manufaktur baru mengakaki, alat-alat olahraga, mebel, mainan,

benang

dan

Ekspor elektronik yang


sempat meningkat pada permulaan 1980-

an

tekstil.

tetapi

terhenti

dengan ditutupnya dua

perusahaan semikonduktor, Fairchild dan


National Semi Conductor dari Amerika Serikat,

mulai mengalami kenaikan sejak per-

mulaan 1990-an.
Pola kepemilikan di sektor manufaktur

juga telah mengalami perubahan. Pada

ta-

283

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA


giatan dan ekspor non-migas

label 3

NILAI

dan mening-

katkan peran swasta.

TAMBAH SEKTOR MANUFAKTUR


MENURUT KEPEMILIKAN

Deregulasi tampaknya juga telah

(dalam persen)

mem-

bawa dampak menurunnya tingkat kon-

Swasta

Pemerintah

Asing

Patungan

23

20

12

1980

45
43

13

24

20

manufaktur. Pada tahap awal industriali-

1985

49

18

16

17

sasi

1990

52

14

17

17

1993

52

10

19

19

manufaktur cukup tinggi. Tingkat konsentrasi yang tinggi menunjukkan dominasi

1975

sentrasi atau

Sumber. Aswicahyono (1996a).

di sektor

biasanya tingkat konsentrasi di sektor

oleh segelintir perusahaan dalam produksi

dan

hun 1975

pemusatan pasar

dari keselunihan

nilai

tambah

sektor manufaktur, sekitar 23 persen adalah sumbangan BUMN, 45 persen swasta

nilai

tambah. Tingkat konsentrasi

ini

biasanya diukur dengan indeks CR4, yaitu

persentase penguasaan pasar oleh empat

dan 12

perusahaan terbesar dalam suatu industri.


Berbeda dengan dugaan masyarakat mnum,

persen usaha patungan. Tahun 1993, sum-

selama periode 1975-1993 telah terjadi penu-

nasional, 20 persen swasta asing,

BUMN

menurun menjadi 10 persen, sedaiigkan sumbangan swasta nasional meningkat menjadi 52 persen. Sumbangan swasta asing kembali menurun

bangan

menjadi 19 persen setelah sempat mening-

Sum-

kat mencapai 24 persen tahun 1980.

bangan usaha patungan juga berkisar pada 19 persen tahun 1993

(lihat

Tabel

3).

Pola kepemilikan di sektor manufaktur


telah dipengaruhi oleh berbagai

perkem-

bangan. Peran pemerintah yang besar

ta-

hun 1975 sebagian terbesar merupakan warisan dari nasionalisasi

pada akhir 1950-

an dan permulaan 1960 -an. Peran

ini

me-

nurun dan diambil alih oleh kenaikan da-

lam peran PMA. Dengan terjadinya boom


minyak kedua tampaknya pemerintah kembali

melihat peluang untuk meningkatkan

kegiatan di sektor manufaktur, terutama da-

lam

industri hulu.

Namun

peran pemerintah

runan dalam tingkat konsentrasi


pir

semua

industri.

30 (25 persen saja) yang mengalami peningkatan CR4. Untuk 30 industri itu in-

CR4 meningkat

deks

dari 0,48 tahun 1975

menjadi 0,63 tahun 1993. Sisanya, sebanyak 88 industri yang mengalami penu-

runan CR4 mempunyai tingkat konsentrasi rata-rata sebesar 0,70 tahun 1975 dan
tahun 1993. Industri dengan tingkat

0,50

konsentrasi yang tinggi, yaitu

la

yang mendorong pemerintah melansir

kebijakan deregulasi untuk mendorong ke-

In-

dengan CR4 tertinggi antara lain


adalah industri otomotif dan industri te-

dustri

pung

terigu.

Indeks

CR4

ini

tidak

memperhitungkan

peran barang-barang impor sebagai pesaing dan peran ekspor yang mengurangi
jumlah barang yang

dijual di

kat konsentrasi.

menurunkan tingSebaliknya, ekspor mengu-

rangi jumlah barang


sar

dalam nege-

Impor meningkatkan jumlah barang yang

beredar, dan karenanya

pu-

di atas

menurun menjadi 32 buah tahun 1993.

nya secara tajam penerimaan dari minyak


ini

CR4

0,75 berjumlah 43 buah tahun 1975 dan

ri.

Keadaan

ham-

Dari 118 industri hanya

kembali menurun sebagai akibat merosot-

sejak pertengahan 1980-an.

di

dalam

yang beredar

ncgeri, jadi

di pa-

meningkatkan kon-

284

ANALISIS CSIS, TahunXXVIiyi999, No.

sentrasi.

Jika indeks

CR4

ini

disesuaikan

dengan koefisien perdagangan, ternyata


tingkat konsentrasi rata-rata pada tahun

1993 menurun dari sekitar 50 persen menjadi 25 persen. Penelitian

Penelitian yang lebih

mendalam

de-

ngan menelusuri sejarah masing-masing


pemsahaan sejak pemsahaan tersebut berdiri

memberikan gambaran yang berbeda

yang lebih men-

(Aswicahyono, 1996a). Dari sejumlah 32.717

dalam menunjukkan bahwa industri-industri dengan pangsa produksi kecil cenderung memiliki tingkat konsentrasi tinggi

perusahaan yang tercatat dalam Survei


Industri oleh Biro Pusat Statistik (BPS),

sedangkan industri-industri dengan pang-

bahwa 87 persen memulai usahanya dengan jumlah pekerja di bawah 100

sa produksi besar cenderung memiliki ting-

orang,

kat konsentrasi rendah (Aswicahyono,

2 persen dengan 500 orang atau lebih.

1996a).

Ternyata tingkat keberhasilan perusahaan

Selairi'

perdagangan intemasio-

iitii,

mempunyai pengaruh yang besar

nal

ter-

hadap tingkat konsentrasi.


Selain mengenai tingkat konsentrasi,

pertanyaan yang seringkali diajukan adalah mengenai peran industri kecil dan me-

nengah. Dengan menggolongkan perusahaan sebagai pemsahaan besar (jumlah te-

naga kerja 500 orang atau lebih), pemsahaan menengah (tenaga kerja antara 100
hingga 499 orang), dan pemsahaan mene-

ngah

kecil (tenaga kerja antara

99 orang),

terlihat

bangan dalam

20 sampai

bahwa berdasarkan sum-

nilai

tambah, peran pemsa-

haan besar mengalami peningkatan. Pada


tahun 1993 sumbangan pemsahaan besar

dalam pembentukan

tambah sektor
manufaktur telah meningkat menjadi 65
nilai

persen dari 44 persen tahun 1975. Peran industri

menengah menumn

dari

40 persen

menjadi 28 persen, sedangkan peran industri

menengah

kecil

menurun

secara lebih

terlihat

persen dengan 100-499 orang, dan

1 1

cukup baik. lebih dari sepamh perusahaan kecil tetap berproduksi sampai
kecil

tahun 1993, bahkan 11 persen berhasil


"naik kelas" menjadi pemsahaan menengah/besar. Tingkat keberhasilan pemsa-

haan menengah lebih

baik. Dari sekitar

3.500 perusahaan yang memulai usahanya sebagai pemsahaan menengah, sekitar


20 persen berhasil naik peringkat menjadi
perusahaan besar. Dengan melakukan pe-

ngelompokan ulang berdasarkan jumlah


tenaga kerja pada awal tahun operasi, antara tahun

1975 dan 1985

bangan sebagai

berikut:

terlihat

perkem-

sumbangan peru-

sahaan menengah kecil dalam

nilai

sektor manufaktur meningkat dari

tambah
15 per-

sen menjadi sekitar 27 persen; sumbang-

an pemsahaan menengah

menumn

dari 40

persen menjadi 30 persen, sedangkan sum-

bangan pemsahaan besar hampir tidak mengalami pembahan, dari 45 persen menjadi
43 persen.

Namun dalam

periode 1985-1992

dramatis, dari 15 persen menjadi 7 persen.

terjadi

Tetapi data ini tidak dapat menunjukkan se-

perusahaan menengah meningkat secara

jauh mana peningkatan peran pemsahaan


besar itu bersumber dari semakin membe-

perkembangan yang berbeda. Peran

berarti, dari

persen.

30 persen menjadi lebih dari 40

Peran perusahaan besar menurun

sarnya pemsahaan-perusahaan yang sudah

menjadi 35 persen, sedangkan peran pem-

awalnya besar, atau bersumber dari


pemsahaan menengah dan kecil menengah

sahaan menengah kecil tetap berkisar antara

yang menjadi pemsahaan

artikan

dari

besar.

25 persen. Perkembangan

bahwa

ini

dapal di-

deregulasi sejak pertengah-

285

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA


an 1980-an memberikan manfaat terbesar
kepada perusahaan menengah, sementara
industri

menengah

sen tahun 1998. Kontraksi sebesar

lum pernah

menunjukkan bahwa

di atas

in-

manufaktur Indonesia telah mengalami perubahan struktur baik dalam koni^


posisi nilai tambah maupun dalam kompodustri

ekspor. Peran sektor padat

sisi

sumber da-

ya pertanian mengalami penurunan dan


digantikan oleh sektor padat karya dan disusul oleh peningkatan sektor padat

mo-

Tetapi ekspor manufaktur semakin ba-

dal.

dalam kurun waktu 30

menunjukkan
Indonesia sebenarnya ma-

tahun terakhir. Apakah

kecil tidak dirugikan.

bahwa
Uraian

terjadi

industri

sih sangat

ini be-

ini

lemah dan tidak mempunyai

ketahanan sama sekali?

'

Ekonomi Indonesia secara keseluruhan diperkirakan akan mengalami kontraksi sampai sebesar 15 persen dalam tahun
1998. Hal ini juga

belum pernah

terjadi

selama kurun waktu 30 tahun terakhir.

Wa-

laupun ekonomi Indonesia, demikian pula

mempunyai banyak

kele-

nyak disumbang oleh sektor padat sumber

sektor industri,

daya pertanian dan sektor padat karya. Te-

mahan,

tetapi kontraksi

yang demikian be-

samping beberapa produk prima-

sar itu

mungkin

banyak disebabkan

tapi,

di

dona (kayu
jadi),

lapis

dan

tekstil

pakaian

dampak

oleh

depresiasi mata

uang yang

1990-an telah mun-

demikian besar yang disebabkan oleh ber-

produk bara yang mening-

bagai faktor, termasuk psikologis dan po-

sejak permulaan

cul beberapa

serta

lebih

katkan keanekaragaman produk eskpor manufaktur Indonesia.

Ekonomi manapun yang mengalami


depresiasi' yang sedemikian besar dalam
litis.

waktu yang demikian singkat akan mengaIndustri manfaktur Indonesia tampak-

lami kesulitan yang besar. Di atas semua


pola penanganan krisis dengan bantu-

nya telah mengalami berbagai kemajuan,

ini

terutama sejak deregulasi pada pertengah-

an Dana Moneter Intemasional (IMF) juga

demikian, apakah in-

dianggap oleh sementara kalangan telah

manufaktur Indonesia telah mempu-

semakin mempersulit keadaan, khususnya

an 1980-an.
dustri

Namun

nyai daya tahan dan daya saing yang cu-

sektor

kup tinggi?

ini

riil,

termasuk sektor industri. Kritik

berkaitan dengan kebijakan pengetat-

an moneter yang berdampak suku bunga

yang sangat tinggi (hingga 70 persen),


yang

Daya Tahan dan Daya Saing

jelas menjerat sektor produksi,

khu-

susnya sektor industri. Kebijakan fiskal


Krisis

ekonomi dan

nimpa Indonesia
telah

memukul

yang me-

sejak pertengahan 1997

sektor industri manufaktur.

Jika antara tahun 1990

dustri

finansial

dan 1996 sektor

in-

manufaktur telah mengalami per-

tumbuhan sebesar

1 1

yang juga ketat juga berdampak semakin


menekan permintaan dalam negeri yang
sudah menurun.

Namun

dilema yang di-

hadapi adalah bahwa kebijakan moneter dan


fiskal

yang longgar akan semakin mcn-

persen rata-rata per

ciptakan ketidakslabilan moneter (inflasi)

menurun men-

yang pada gilirannya akan semakin mclc-

tahun, laju pertumbuhan itu


jadi 6 persen tahun 1997,

dan diperkirakan

akan mengalami kontraksi sebesar 12 per-

mahkan

nilai

mata uang, sehingga akan

semakin mempersulit keadaan.

286

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/ 1999, No.

Sektor industri Indonesia jelas

mempu-

nyai berbagai kelemahan, yang bersumber

untuk merangsang ekspor (Paket Mei 1986).


Pertumbuhan ekspor suatu negara dapat

pada kelemahan struktural maupun kele-

diuraikan ke dalam empat faktor penyebab-

mahan

struktural

nya, yaitu: (1) efek pertumbuhan standar

disebabkan oleh lemahnya keterkaitan

ke depan dan ke belakang {forward and

yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan; (2) efek kom-

backward linkages) dan ketergantungan

posisi komoditas,

ini

manajerial.

Kelemahan

yang sangat besar pada impor bahan baku

yang disebabkan oleh


pergeseran ke komoditas yang mempunyai

dan produk antara. Kelemahan struktural

permintaan tinggi di pasar dunia;

ini

terutama terjadi karena industri-industri

tertentu

dibangun melalui penciptaan ber-

bagai distorsi bagi tujuan-tujuan

itu.

lemahan manajerial berkaitan dengan


tur

Ke-

struk-

pembiayaan yang sangat mengandalkan

pada utang dan lemahnya upaya peningkatan

kemampuan

keahlian dan teknologi

pada tingkat perusahaan. Sementara ekspansi dan diversifikasi usaha yang terlanipau cepat telah semakin

melemahkan

kendali manajerial perusahaan.

distribusi pasar,

dustri

yang

ini telah

geseran ke pasar ekspor dengan laju per-

tumbuhan permintaan yang


(4) efek

tinggi;

dan

daya saing. Perhitungan atas dasar

metode penguraian {constant market share,

CMS)

ini

menunjukkan bahwa pertumbuh-

an ekspor Indonesia antara 1980-1994

ter-

utama disebabkan oleh daya saing (55 persen), pertumbuhan ekonomi (38 persen),
sedangkan efek
(8 persen),

arti

menyebabkan sektor

efek

yang disebabkan oleh per-

distribusi pasar tidak ber-

dan bahkan efek komposisi

komoditas sangat tidak berarti

Semua

(3)

(-2 persen).

in-

manufaktur berada dalam kesulitan

Dari

sini

dapat disimpulkan bahwa Indo-

Langkah pertama dan utama


yang harus dilakukan adalah melakukan
restrukturisasi usaha. Walaupun Indonesia
tidak dapat sepenuhnya mengandalkan

permintaan yang tumbuh dengan pesat

pada ekspor untuk mengatasi

di pasar dunia.

besar.

krisis,

tetapi

nesia

belum dapat menembus pasar-pasar

ekspor yang tumbuh dengan pesat dan

belum mengekspor barang-barang dengan


Sementara

itu

dapat diterka

ekspor merapakan jalan yang tersedia un-

bahwa barang-barang yang diekspor mem-

tuk bisa menggerakkan kembali roda per-

punyai daya saing yang bersumber pada

ekonomian. Peluang untuk

sumber daya alam atau upah lenaga kerja

itu

masih ada

sebab pangsa Indonesia dalam pasar in-

yang rendah.

ternasional, terutama di sektor manufaktur,

masih sangat

kecil.

Di atas telah disinggung secara sing-

Pada pertengahan 1990-

an

ini

sia

ke pasar negara maju baru 0,2 persen.

pangsa eskpor manufaktur Indone-

kat

perkembangan daya saing sektor ma-

nufaktur secara keseluruhan dengan meli-

keunggulan komparatif
(RCA), yang menunjukkan bahwa selama
hat perubahan

Selama

peri ode

1980-1994

nilai

ekspor

manufaktur Indonesia mengalami pening-

15 tahun pertama (hingga sekitar

katan sebesar 40

sama

kali.

Peningkatan yang

1982)

sekali tidak lerlihat peningkatan,

dan

1986, yaitu

baru setelah pertengahan I980-an terjadi

setelah dikeluarkannya paket deregulasi

peningkatan yang pesat dalam daya saing

terbesar terjadi setelah tahun

287

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA

Grafik

INDONESIA:

RCA EKSPOR MANUFAKTUR PADAT SUMBER DAYA ALAM,


1965-1994

RCA>t

1170

UNIDO,

Srnnber.

International Trade Statistics Yearbook, berbagai tahun.

tumnnya ekspor kayu

sektor industri manufaktur. Uraian di atas

jalan dengan

juga menunjukkan bahwa walaupun telah

(Aswicahyono, 1996b).

terjadi

peningkatan yang berarti, daya

saing Indonesia masih lebih rendah dari-

pada daya saing beberapa negara

di

Asia

Timur.

Ekspor barang-barang padat karya juga


telah

mengalami kenaikan pesat sejak per-

mulaan 1980-an.

RCA

ekspor barang padat

karya berkisar pada kurang dari 0,1 hingga

Sejak 1983 Indonesia telah meraih ke-

tahun 1983, tetapi sejak

meningkat de-

itu

pada sekitar

unggulan komparatif dalam ekspor barang-

ngan pesat dan mencapai

barang padat sumber daya alam, khusus-

tahun 1990. Meningkatnya

RCA

nya kayu

lapis.

Hal

ini dicapai

melalui pe-

kaian jadi, alas kaki, mebel, dan

pada tahun 1980 Indonesia hanya mengua-

duk-produk

persen dari keseluruhan ekspor kayu

lapis dunia,

pada tahun 1992 Indonesia su-

dah menguasai sepertiga dari pasar kayu


lapis dunia.

RCA

ekspor manufaktur padat

ini

seba-

gian besar disumbang oleh produk pa-

larangan ekspor kayu gelondongan. Bila

sai

lapis

ini

Pro-

pada tahun 1980 belum

ada yang memiliki


tekstil

tekstil.

RCA

lebih dari

1.

RCA

dan pakaian jadi masing-masing naik

dari 0,2 tahun

1980 menjadi 2,6 dan 2,2

hun 1994, sementara

RCA

alas kaki

ta^

menga-

sumber daya alam mulai meningkat men^

lami peningkatan yang sangat besar, dari

jadi 0,2 tahun 1979,

dan dengan cepat me-

0 tahun 1980 menjadi 4,8 tahun 1994. Sum-

ningkat mencapai

pada tahun 1983 dan

bangan produk-produk

5 ta-

dalam keseluruhan ekspor produk padat karya telah me-

sejak 1993 ke-

ningkat dari 45 persen tahun 1980 menjadi

unggulan komparatif sektor padat sumber

78 persen tahun 1994. Sejak tahun 1993 mu-

daya alam mulai mengalami penurunan se-

lai

terus

berkembang sehingga mencapai

hun 1993 (Grafik

1).

Namun,

tampak bahwa

RCA

ini

di sektor padat kar-

288

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

Grafik 2

INDONESIA:

RCA EKSPOR MANUFAKTUR PADAT KARYA DAN PADAT MODAL


1965-1994

Ptdil Medil

tliri

Sumber.

ya

lihat

Grafik

mengalami kenaikan yang

sar 55 persen dari keseluruhan eskpor pro-

bahkan cendemng menunin (Grafik

duk padat modal. Pada tahun 1980, pangsa


ekspor mereka baru 20 persen. RCA pro-

ini tidak lagi

pesat,

INO

2). Itulah

sebabnya sektor lain di luar sektor

padat sumber daya alam dan padat karya

duk-produk

perlu dikembangkan pula.

tuk kimia organik, 0,6 untuk peralatan tele-

Sektor padat modal mulai berkembang

pada akhir 1970-an ketika pemerintah melakukan investasi besar dalam industri padat

modal yang berorientasi pada pasar dalam


negeri, seperti semen dan pupuk. Beberapa

ini

meningkat menjadi 0,4 un-

komunikasi, 0,9 untuk kertas, 1,4 untuk


tape recorder, dan 4 untuk perhiasan

emas

dan perak.
Jika diamati secara lebih

teliti,

produk-

produk padat modal yang mengalami pe-

yang juga memanfaatkan bahan baku dari dalam negeri, seperti

yang menggunakan bahan baku sumber da-

industri kertas, mulai

ya alam dari dalam negeri serta produk-pro-

investasi besar lain

meningkat sejak per-

mulaan 1980-an. Di samping

itu investasi di

ningkatan daya saing adalah produk-produk

duk elektronika yang sebenarnya

lebih te-

sektor elektronika juga mulai meningkat. Be-

pat dikelompokkan dalam industri padat

berapa produk padat modal mulai mening-

karya karena masih sangat terbatas pada

katkan keunggulan komparatif, atau daya

perakitan.

saing, sejak

permulaan 1990-an. Pada tahun

Sudah

jelas

bahwa lantangan

yang dihadapi Indonesia adalah untuk bisa

1994, ekspor lima produk padat modal ter-

"naik kelas" dan menghasilkan barang-ba-

besar, yaitu peralatan telekomunikasi, tape

rang yang padat teknologi dan padat reka-

recorder, perhiasan

emas dan perak,

kertas,

dan kimia organik mencapai pangsa sebe-

yasa, tanpa

mengurangi peran dari

industri

padat sumber daya alam dan padat karya.

289

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA

Daya tahan dan daya saing suatu kegiatan industri terletak pada kemampuan untuk

Kajian Tiga Sektor Industri


Upaya naik kelas

ini

bukanlah masalah

mengalihkan produksi ke sektor-sektor usayaitu

saja,

ha tertentu

meningkatkan produktivitas sebagai sumber

utama pertumbuhan.

yang padat tekno-

dan padat rekayasa. Upaya yang juga


perlu dilakukan adalah meningkatkan kan-

Pada

logi

setiap kegiatan

dungan teknologi dalam

tiga digit klasifikasi industri (ISIC)

terdapat 28

kelompok

1994, terdapat 18.947

industri.

Pada tahun

pemsahaan menengah
nilai output

sebesar

usaha, termasuk dalam industri padat sum-

dan besar dengan

ber daya alam dan industri padat karya.

Rp. 153,7 trilyun dan nilai tambah sebesar

label 4

INDUSTRI
Pemsa-

ISIC

MANUFAKTUR MENURUT KELOMPOK

Impor Bahan Baku

(%)

(%)

(%)

24

16

26

Tenaga

Tenaga Kerja

Kerja

Terampil

(jumlah)

(Rp. trilyun)

(Rp. trilyun)

(ribu)

2.276

15 5

3.9

350

/a/

1.587

4 9

1,4

151

28
30

215

1.3

0,6

22

27

21

ll"

748

10,4

6,2

216

10

2.017

20,9

8,1

61.1

14

17

1.862

5,5

2,3

358

60

28
36

199

0,5

0,2

21

12

33

33

74

60

J1

Ekspor

Nilai

Tambah

Output

haan

INDUSTRI, 1994

323

324

345

5,0

2,3

331

1.589

13,7

4,7

266
394

13

oz

332

898

1,7

0,6

133

12

57

341

305
528

5,4

1,9

79

20

33

1,9

0,9

54

23

19

35

15

342
351

343

7,6

2,8

63

352

579

7,1

2,6

106

30

40
43

355

4,7

1.2

131

36

57

356

448
854

3,7

1,1

142

15

19

34

361

95

1,1

0.6

14

362

56

0,8

0,3

42
20

26

52
40

363
364

529

2,8

1.2

45

29

39

685
238

0,1

0,07

31

0.5

0.2

20

19

10

41

371

93

7,9

3.5

34

29

797
269

5,3

2.1

131

17

30
22

47

381

2,2

0,8

37

25

10

8.2

2.4

144

15

13,3

115

29

42
2

72

6.8

82

369

382

407
535
66
384

383

384
385
390

AGREGAT

Sumber. BPS,
Catalan:

8.947

51

0.3

0,1,

10

13

57

1.2

0.4

75

53

40

153,7

59.0

3.799

18

26

30

Statislik Industri

Besar dan Sedang 1994.

Untuk pcnjclasan tentang kelompok


*

35
67

pcrscn dari scluruh tenaga kerja.

person dari output.

perscn dari bahan baku.

industri, lihat

Lampiran A,

290

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

Rp. 59,0 trilyun. Jumlah tenaga kerja yang


diserap adalah sekitar 3,8 juta orang. Dari

da industri kayu/barang dari kayu (331),


dustri mebel (332), industri semen (363),

keselumhan tenaga

dustri

kerja,

sekitar 18 persen

termasuk tenaga kerja dengan keterampil-

inin-

rokok (314), dan industri karet^arang

dari karet (355).

an/keahlian {skilled labor). Dari keselumhan


Seperti telah ditunjukkan sebelumnya, se-

output sekitar 26 persennya diekspor, se-

mentara sekitar 30 persen dari seluruh keperluan bahan baku diimpor (Tabel
tara satu industri

4).

An-

dengan industri lainnya

tentu terdapat perbedaan

dalam persentase

tenaga terampil, persentase ekspor, dan per-

lama periode 1976-1993, produktivitas sektor industri manufaktur, seperti dinyatakan

oleh TFP, meningkat sebesar 3,3 persen ratarata per tahun. Dari

(pada tiga digit ISIC), delapan sektor indus-

mengalami peningkatan produktivitas

tri

sentase impor. Persentase tenaga terampil

yang

tertinggi (29 persen atau lebih) ter-

28 kelompok industri

di

Pertumbuhan produk-

atas rata-rata (Tabel 5).

mengalami kenaikan dalam periode


nl989-1993, dan mencapai rata-rata 4,9 pertivitas

dapat di industri karet/barang dari karet


(ISIC 355), industri bahan kimia industri

Dalam

sen per tahun.


(351), industri kimia lain (352), industri

mator industri

kanan

lain (312), industri

semen

periode ini tujuh sek-

mengalami peningkatan produk-

(363), intivitas di atas rata-rata.

dustri

logam dasar

besi

dan baja

(371),

dan

industri alat angkutan (384). Persentase

umum

"Gambaran

yang diperoleh

dari

terendah (9 persen atau kurang) terdapat di

Tabel 5 adalah bahwa perkembangan pro-

industri alas kaki (324), industri

duktivitas

tanah

dan

liat (364), industri

industri

pengolahan

pakaian jadi (322),

dalam 28 kelompok

industri

ti-

dak mengikuti suatu trend yang sama. Di


antara 28 kelompok industri ini laju per-

pengolahan lainnya (390).

Persentase ekspor tertinggi (57 persen


atau lebih) adalah pada industri alas kaki
(324), industri kayu (331), industri mebel

tumbuhan TFP mengalami kenaikan


sektor tetapi mengalami penuninan
sektor.

Bahkan

di antara 12 sektor

di

16

di

12

yang

di-

sebut terakhir ini laju pertumbuhan

TFP

(332), industri pakaian jadi (322), industri

menjadi negatif

karet^arang dari karet (355), dan industri

Kenaikan

peralatan profesional. Persentase ekspor

berbagai industri, yang padat sumber daya

terendah (5 persen atau kurang) adalah pa-

alam, padat karya, padat teknologi, mau-

da

pun padat tenaga

industri

semen

(363), industri alat ang-

kutan (384), industri kimia lain (352), indusporselin (361), industri pengolahan ta-

tri

nah

liat

(364), dan

industri

minuman

(313).

Persentase impor bahan baku yang tertinggi (60


tri

persen atau lebih) terdapat di indus-

peralatan profesional (385), industri

sin, peralatan

industri

dan

dan perlengkapan

laju

di tujuh

pertumbuhan TFP

laju

ahli.

pertumbuhan juga

terjadi di

Tetapi penurunan
terjadi

di

Dengan perkataan

industri tersebut.

ga tidak

sektor industri.

terlihat

berbagai
lain, ju-

perbedaan perkembangan

yang sistematis antara berbagai pengelom-

pokan

industri

menurut kepadatan faktor

me-

produksi. Hal ini menggarisbawahi kesim-

listrik (383),

pulan terdahulu bahwa upaya meningkat-

mesin dan perlengkapannya (382),

industri alas kaki (324). Persentase

yang

terendah (7 persen atau kurang) terdapat pa-

kan produktivitas hams


board. Selain

itu,

Tabel 4 dan Tabel

bersifat across-the-

dengan membandingkan
5,

dapat disimpulkan bah-

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA


label 5

LAJU PERTUMBUHAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI

Pertumbuhan Nilai
rambah (N 1

Pertumbuhan TFP

ISIC

(%

MANUFAKTUR

per tahun)

cnumDunan

rcriuiTiDunan

(%)
1989-1993

5,8

21,2

27.4
24.6

per tahun)

111

311

0,8

312

1,6

4,3

17,5

0,1

-0.1

10,6

-0,6

35.8

314

3,3

4.9

13,7

321

1,4

0,3

17

322

3,8

7,5

323
324

4,8

11,4

1,8

35,8

20,9

47

24,0

0,9

3,4

331

1.1

-1,5

45 4
94

-16.0

Sil

2,8

3,9

23,7

16,5

-0,5

18,9

-2,6

2,2

0.9,

-0,9

342

7.5

14 2

6.3

3j1

0,4

-0,5

12.2

-4,1

352
OCC
355
356

0,6

2,2

16,6

13,3

-2,2

1.2

7,4

16,2

5.8

30,4

19.1

4.5

30.4

14,8
51 0

4,0

361

1,3

362
363
364
369

6,5

5.5

1.5

0,9

9 7

9,3

2,1

2,0

17.9

11.2

4,5

-0,1

20.0

-0,5

371

4.6

-2,1

14.5

-14,5

381

-0,5

-3,5

13,2

-26.5

382

-0.1

-0,3

17,6

-1,7

383

1,2

2,6

27.9

9.3

384

2.8

5.9

26.9

21.9

385

-0,3

1.4

30,1

4,7

390

3.9

5.0

33,9

14.7

AGREGAT

3,3

4,9

Sumber. sama dengan Tabel


Catalan:

tasi

25,8

4.

Untuk penjelasan tentang kelompok

wa semua

r/

in 1

1989-1993

(%

ly /5-iyyj

313

1 1

industri. lihat

sektor industri yang berorien-

ekspor, yaitu delapan

kelompok indus-

Lampiran A.

dalam perkembangan dalam beberapa sektor industri

untuk dapat mempelajari bebe-

dengan persentase ekspor terhadap out-

rapa hal, yaitu: (1) proses dan permasalah-

put di atas 40 persen, termasuk dalam in-

an transformasi dari substitusi impor ke

tri

dustri

yang mengalami peningkatan

laju

arah orientasi ekspor dari sektor industri


bersangkutan; (2) permasalahan peningkat-

pertumbuhan TFP.

an produktivitas dan daya saing dalam sekPada tingkat agregasi

ini

mungkin

tidak

banyak yang dapat disimpulkan. Karena


itu

kajian ini menyoroti secara iebih

men^

tor industri bersangkutan.


lih

logi

tiga sektor industri

dan padat tenaga

Kajian

ini

memi-

yang padat tekno-

ahli

yang dipcrkira-

292

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

Tabc! 6

CAKUPAN INDUSTRI YANG DIKAJI DAN NILAI TAMBAHNYA


ISIC

Pcnjclasan

Tambah

Niiai

(Rp. milyar

Industri

Komponen Otomotif

38433
38442

Industri perlengkapan

Industri

dan komponen kendaraan roda empat atau lebih


komponen dan perlengkapan kendaraan bermotor roda dua dan

Industri Mesin, Peralatan

dan Perlengkapan

38311
38312
38313
38314
38316

pembangkit

Industri mesin listrik lainnya

38391

Industri

38393
38395
38396
38399

Industri bola

Industri mesin

motor

Industri

1.014,5
tiga

1.414,8

Jumlah

2.429,3

Listrik

listrik

0,6

listrik

30,8

pengubah tegangan, pengubah arus dan pengontrol tegangan


dan switch gear

Industri

89,7

Industri panel listrik

akumulator

lampu

pijar,

Industri kabel listrik


Industri alat listrik

24,3

listrik

komponen lampu

Industri

153,3

195,6

lampu penerangan terpusat dan ultra

violet

81,6

listrik

3,3

dan telepon

1.241.6

dan komponen lainnya

135,5

Jumlah

1.962,4

Industri Elektronika

38253
38321
38322
38324
38325
38330

Industri mesin kantor,

komputer dan kalkulator

Industri radio, televisi

dan

11,6

alat elektronik sejenisnya

untuk hiburan

781,9

Industri alat komunikasi


Industri

250,8

sub-assembly dan komponen elektronika


komputer

837,6

Industri piranti lunak


Industri alat listrik

21.5

untuk keperluan rumah tangga

175,2

Jumlah
Sumber: BPS,

Statistik Industri

kan mempunyai potensi


yaitu industri
industri
listrik
(IE).

Besar dan Sedang 1995.


di

masa depan,

komponen olomotif (IKO),

mesin, peralatan dan perlengkapan

(IMPPL), dan industri elektronika

Dalam Tabel 6

dirinci sektor industri

pada 5-digit ISIC yang termasuk dalam

kelompok

tiga

industri ini beserta besarnya nilai

tambah pada tahun 1995.

empat dan
pir

industri

kendaraan bermotor ham-

sama besarnya. Dalam IMMPL, kegiatan

terpusat pada satu industri yang menonjol.

Semen-

yaitu industri kabel (ISIC 38396).


tara itu,

dalam

IE,

dua industri yang menon-

jol adalah industri radio,

televisi

dan

elektronik lainnya (38321) dan industri

ponen elektronika (38324). Gambaran

Dari segi besarnya nilai tambah, ketiga


industri itu kira-kira

2.078,6

hampir sama besarnya,

yaitu sekitar Rp. 2 trilyun tahun

1995.

Da-

lam masing-masing kelompok

industri itu

terdapat kegiatan yang menonjol,

Dalam IKO,

peran industri komponen kendaraan roda

alat

kom-

ini

me-

nunjukkan bahwa dalam industri padat teknologi dan padat tenaga ahli tersebut se-

benarnya kegiatan produksi masih terpusat

pada beberapa sektor

Dalam IKO,

nilai

saja.

tambah sebagai per-

sentase dari output berkisar pada 3

persen.

293

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA

Dalam IMMPL, besaran

ini secara rata-rata

nCO

di Indonesia telah

dirangsang pe-

mencapai 39 persen, sedangkan dalam IE


besaran ini terendah, yaitu 28 persen. Untuk

ngembangannya melalui kebijakan lokalisasi komponen dalam industri otomotif.

keseluruhan industri manufaktur, persentase nilai tambah dalam output mencapai 38

Komponen kendaraan bermotor dapat dikelompokkan dalam: (1) komponen spesifik

persen.

atau original yang dirancang untuk merek

kendaraan

Uraian mendalam tentang ketiga indusini

tri

dapat dilihat dalam Perhimpunan

Alumni Jerman

(1998).

Di bawah

Jenis

produksi in-house atau in-group; (2)

ponen

umum

kom-

atau universal yang dapat di^


j

pakai oleh semua merek dan jenis kenda-

raan bermotor, dan

sing industri tersebut.

oleh

Komponen Otomotif (IKO):

umumnya

pemsahaan out-house;

(3) asesori

daraan bermotor yang bukan

ken-

mempakan
|

perlengkapan standar kendaraan bermotor,

lah dirintis sejak permulaan 1970-an.

dan biasanya juga diproduksi oleh pern-

industri ini kini terdapat sekitar

Dalam
168 pem-

sahaan out-house.

PMA

(penanaman modal

dirikan sebelum tahun 1984, dan sisanya

sebanyak 116 pemsahaan berdiri pada

nen otomotif

setelah

itu.

IKO

Jabotabek. Sebagian terbesar

ta-

kompo-

Industri

ini terkonsentrasi di

daerah

di Indo-

tiga

sama

sekali

kan bahwa IKO

belum

ni

IKO

tumn hingga 25 persen. Ekspor komponen


otomotif merupakan perkembangan yang

masih belum

IKO

merapakan
ki-

Indonesia sudah menghasilkan

memerlukan leknologi dan tingkat presisi


tinggi serta kecanggihan belum diprodukdi Indonesia.

Dalam

industri

sangan untuk

mempakan anak pem-

sahaan industri sepeda motor yang bersifat

itu.

Ada kemungkinan bahwa

ekspor

di luar negeri.

in-house atau in-group.

Dalam
kelompok Astra Komponen, 14 dari 26 pemsahaan sudah melakukan ekspor. Yang tergolong berdaya saing adalah produk kom-

jukan pada prinsipal

di luar negeri.

presor.

Penelitian atas dasar survei pada sejum-

komponen

kendaraan bermotor (sepeda motor), sebagian besar pemsahaan

Sebagian besar ekspor komponen dituini

beragam komponen. Tetapi komponen yang

si

'

bam, dan pada tahun 1995 bam mencapai


US$131 juta. Di waktu lalu, tidak ada rang-

lemahnya jalinan hubungan dan pemasaran

lapis

oleh pemsahaan otomotif, dan


di

impor sa-

ngat bervariasi, tetapi tarif tertinggi telah

mempunyai kedalaman.

investasi

tarif

menunjuk-

ada. Ini

di Indonesia

Sebagian besar dari

dalam bentuk

dan lapisan ke-

ma, sedangkan jumlah subkontraktor


sedikit

por. Proteksi

komponen memang dihambat oleh


prinsipal. Hambatan lainnya adalah kesulitan memenuhi standar internasional dan

nesia termasuk subkontraktor lapis perta-

kedua masih sangat

Industri ini jelas bersifat substitusi im-

asing).

Jumlah tenaga kerja yang diserap sekitar


41 ribu orang. Sebanyak 52 pemsahaan di-

hun 1984 atau

22 pemsahaan

sahaan, dan dari jumlah ini


berstatus

diproduksi

industri ini sebenarnya te-

Pembangunan

ini di-

ini diberi-

kan bahasan ringkas mengenai masing-ma-

Industri

tertentu.

komponen

'

lah

IKO menunjukkan bahwa

permasalah--

an terbesar yang dihadapi oleh industri


ini

adalah penguasaan teknologi dan ke-

tersediaan tenaga terampil serta ketersedia-

294

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

an bahan baku. Dari 23 perusahaan yang


disurvei,
lisensi

14 perusahaan

mempunyai

dengan dan/atau bantuan teknik

prinsipal di luar negeri. Royalty

fee

ikatan

umumnya

berkisar antara

dari

dan design

sampai

3 per-

sen dari harga jual. Hanya lima dari peru-

sahaan yang disurvei melakukan

riset

dan

pengembangan (R&D) dengan mengaloka-

industri otomotif.

Dorongan dan

insenlif

dari pemerintah adalah melalui

bangan

industri

pengempenunjang yang mempro-

'

duksi bahan-bahan input secara efisien. Do-

rongan dan insentif penting lainnya adalah


untuk membantu pengembangan R&D dan

penguasaan teknologi pada tingkat nasional


dan tingkat perusahaan.

'

sikan dana sebesar 2,5 sampai 5 persen dari


Industri Mesin, Peralatan

keseluruhan biaya.

dan Perleng-

kapan

Muatan impor produksi komponen otomotif di Indonesia masih tinggi. Hal ini
terutama disebabkan belum berkembangnya industxi hulu atau industri dasar. Hanya sejumlah

kecil jenis baja

PT Krakatau
dan umumnya

duksi
kai,

Steel

lembaran pro-

yang dapat dipa-

dapat digunakan hanya

untuk bagian yang tidak penting. Menurut


catatan BPS, dalam industri

komponen ken-

Listrik

merupakan

(IMPPL): Industri

industri

masih

ini

yang baru mulai berkem-

bang. Pada tahun 1995 tercatat 246 peru-

sahaan besar dan sedang dalam industri


ini. Dari jumlah itu sebanyak 40 perusahaan berstatus

PMA. Sebanyak

83 perusaha-

an berdiri sebelum tahun 1984, dan selebihnya sebanyak 163 perusahaan berdiri pada
tahun 1984 atau setelah

itu.

IMMPL

me-

nyerap sebanyak 55 ribu tenaga kerja.

daraan roda empat impor bahan baku ber-

Keterlambatan industri

kisar antara 80 sampai 90 persen selama

di Indonesia

paro pertama dasawarsa 1990-an.

Kebijakan kandungan lokal sebagai da-

pengembangan IKO

sar

sorot

dan dianggap tidak

menghukum

ini

telah
tepat.

banyak

di-

Kebijakan

ini

berkembang

disebabkan oleh pasar dalam

negeri yang kecil serta berbagai faktor lain

seperti kompleksitas industri ini diban-

dingkan dengan industri manufaktur

nya, ketersediaan tenaga ahli, serta

kemu-

perakit kendaraan bermo-

dahan untuk mengimpor.

dan tidak memberikan rangsangan kepada perusahaan komponen. Industri kom-

Seperti telah disinggung sebelumnya,

IMPPL

ponen otomotif sebaiknya dikembangkan

struktur

secara mandiri, dengan memberikan insen-

ngat pincang. Sekitar 60 persen dari kese-

yang

tepat,

termasuk rangsangan untuk

di

Indonesia masih sa-

luruhan nilai tambah industri

ini

batkan proses pengolahan yang sedcrha-

yang tepat karena tergantung pada perkem-

na.

bangan

untuk melakukan

bahan dan subkomponen.

kan oleh industri

kabel.

dihasil-

memasuki pasar ekspor. Kebijakan kandungan lokal (KL) yang juga diterapkan
dalam IKO bukan merupakan rangsangan
bisa

industri

lain-

tor,

tif

Industri ini juga

masih sangat padat bahan dan baru meli-

Tantangan utama bagi IMPPL adalah

'

diversifikasi.

Langkah pertama bagi pengembangan

IKO ke
lah

arah peningkatan daya saing ada-

dengan melepaskan kebijakan pengem-

bangan IKO

dari kebijakan

pengembangan

Ketergantungan pada bahan baku impor juga masih sangat tinggi, dan berkisar

pada 35 persen

di

industri kabel.

serta

mencapai 70 sampai 85 persen unluk

-j

in-

295

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA

dan mesin

dustri transformator

Proteksi tinggi

listrik lain.

yang diberikan hingga per-

di

pasar dalam negeri. Bagi Indonesia,

sektor industri

yang dapat dirangsang un-

tengahan 1980-an gagal mengembangkan

tuk meraih pasar ekspor adalah industri

industri ini.

yang sudah mempunyai output yang cukup besar, seperti industri kabel. Di sam-

Seperti halnya

dengan IKO, kemampu-

an teknologi dalam industri

masih ren-

ini

dah kecuali untuk produk-produk yang


padat bahan seperti kabel.

Dalam produk-

produk yang padat rekayasa perusahaan


lokal masih sangat tergantung pada impor, termasuk

dan panel
ini

Seperti juga halnya

dengan

berbagai industri lain, termasuk industri


otomotif, harga

bahan baku produksi da-

lam negeri lebih tinggi daripada harga


impor dan mutunya pun umumnya lebih
rendah, padahal industri hulu

ini-

untuk

waktu lama menikmati proteksi yang


baik berupa tarif

ting-

maupun hambatan

Industri ini juga telah menjadi

korban dari kebijakan pemerintah yang me-

mihak kepada

industri hulu

dan menghu-

Dalam

industri-industri

sumber utama daya saing adalah kepe-

mimpinan biaya yang tergantung

dari vo-

diperkuat adalah produksi dan ope-

hams
rasi,

sementara desain produk dapat di-

peroleh melalui

Identifikasi potensi ini tidak berarti di-

Yang diusulkan juga bukan mundurnya secara


perlukan pentargetan industri.

total

peran pemerintah dalam pengem-

bangan

industri.

Tetapi,

dalam

industri ini

dan mungkin pula berlaku secara umum,


adalah pergeseran peran dari tahapan
petitif

kom-

ke tahapan pra-kompetitif. Dalam

tahapan pra-kompetitif

ini

adalah kebijaky

an ekonomi yang sebebas mungkin dari


distorsi.

pakan
ini

lisensi.

Seperti dibahas sebelumnya, per-

bedaan tingkat proteksi antarsektor meru-

industri hilir.

Industri

listrik.

secara keseluruhan. Kompetensi inti yang

sangat ren-

pakan masalah besar bagi IMPPL. Baja merupakan bahan yang sangat dominan bagi

kum

transformator, mesin diesel, akumulator,

Kemampuan pendana-

dah. Ketersediaan bahan baku juga meru-

non-tarif.

industri

dalam R&D, pengembangan

an dan pemasaran juga masih

gi,

yang berpotensi adalah

itu,

lume produksi, produktivitas tenaga kerja,


efisiensi penggunaan bahan, dan efisiensi

desain, dan operasi.

industri ini.

ping

juga tidak akan berkem-

distorsi

pengembangan

yang sangat menghambat


industri.

Upaya penting

bang selama berorientasi pada pasar dalam

lainnya dalam tahapan ini adalah pengem-

Memang, permintaan akan produkproduk industri ini akan tumbuh kuat di


masa depan, walaupun dalam beberapa

bangan infrastruktur

negeri.

tahun mendatang

ini,

seperti

fisik

(estat industri)

dan sosial (pendidikan dan pelatihan),


serta

pengembangan kemampuan R&D.

juga halnya

dengan IKO, tetap masih akan lemah

se-

Industri Elektronika (IE): Industri ini

bagai akibat krisis ekonomi. Tctapi pasar

juga baru mulai berkcmbang pada permu-

dalam negeri

laan 1990-an, walaupun sejak permulaan

telah

dan akan semakin di-

buka untuk persaingan impor. Itulah

se-

1970-an telah ada sejumlah perakit kecil

babnya, orientasi ke pasar luar negeri di-

dan beberapa usaha patungan dengan ke-

perlukan untuk memperkuat daya saing

giatan perakilan berskala cukup besar, ter-

296

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

utama dalam produk

alat-alat elektronika

duk-produk yang menggunakan tekno-

rumah tangga untuk pasar dalam negeri.


Industri ini dikembangkan di bawah ke-

logi standar.

bijakan substitusi impor. Perlindungan di-

rena sekitar 90 persen kebutuhan kompo-

berikan dengan melarang impor dan/atau

nen dan bahan baku masih diimpor. Pada tahun 1995 nilai ekspor IE mencapai
US$2,9 milyar, sedangkan nilai impornya
mencapai US$3,3 milyar. Nilai ekspor ke-

penetapan

tarif

impor yang tinggi (hingga

50 persen) untuk berbagai barang jadi

Perubahan mulai

elektronika.

terjadi

pada

sektor

Sementara

itu kaitan dengan


ekonomi lainnya sangat lemah ka-

permulaan 1990-an dengan masuknya pem-

lompok produk consumer electronics

sahaan asing, khususnya pemsahaan multi-

lah jauh melampaui nilai impor kelompok

melakukan kegiatan ber-

nasional, untuk
orientasi ekspor.

tercatat

202 perusaha-

nilai

Dari 202 pemsahaan

sebanyak 129 pemsahaan dibangun

Ada kemungkinan

impor semakin

nilai

nilai

ekspor mereka.

impor yang sebe-

ini.

sebanyak 81 pemsahaan

itu

PMA.

Sebaliknya, dalam dua kelom-

jauh meningkat di atas

an besar dan sedang dalam industri


berstatus

ini.

pok produk lainnya,

Pada tahun 1995


Dari jumlah

produk

te-

narnya lebih besar jika benar konstatasi


adanya penyelundupan dalam jumlah yang

itu

tidak kecil. Hal ini akan berlanjut selama


setetarif

lah tahun 1983. Industri ini menyerap 96

impor barang jadi dan pajak barang

mewah

elektronik masih tinggi. Ekspor IE

ribu pekerja pada tahun 1995.

saat ini

Walaupun telah terjadi perkembangan


yang menggembirakan, dibandingkan dengan industri elektronika di negara-ne-

duk

masih didominasi beberapa pro-

saja.

terdiri

Kira-kira tigaperempat ekspor IE

dari televisi,

komponen

televisi,

perekam kaset video,

serta peralatan video.

gara tetangga, industri elektronika di In-

Stmktur IE

donesia jauh tertinggal. Pada pertengah-

an 1990-an ekspor Malaysia dan Singapura masing-masing telah mencapai US$30


milyar dan

US$50

milyar. Target ekspor EE

Indonesia untuk tahun 2000

bam

berkisar

dualistik.

juga bersifat

Di satu pihak terdapat perusa-

haan-perusahaan lokal yang melakukan


perakitan berskala relatif kecil dan

mem-

produksi jenis produk terbatas untuk pasar

pada US$6,5 milyar.

di Indonesia

dalam negeri. Di pihak

lain terdapat

perusahaan-pemsahaan patungan asing dan

Stmktur IE Indonesia dapat digambar-

kan sebagai berikut: sekitar seperenipat


jumlah pemsahaan bergerak dalam bidang
consumer

electronics,

multinasional yang berskala besar dan

mem-

produksi jenis produk beragam untuk pasar


internasional.

sekitar seperempat

lainnya bergerak di bidang electronic com-

Tantangan utama dalam pengembang-

ponents, dan sekitar 50 persen bergerak

an IE dan peningkatan daya saingnya ada-

dalam bidang industrial and business

lah

Walaupun demikian,

menuruukan biaya-biaya produksi.

50

Tingginya biaya discbabkan terutama oleh

persen nilai output dihasilkan oleh con-

besarnya impor, khususnya untuk kompo-

sumer

nen, serta biaya Iransaksi dan administra-

electronics.

electronics.

sekitar

IE di Indonesia pada

umumnya mempakan

kegiatan merakit pro-

si.

Fasilitas pelabuhan, administrasi bea cu-

297

DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA


kai serta biaya transporlasi

merupakan

dalam negeri

faktor biaya tinggi yang juga

menjadi masalah bagi industri manufaktur


lainnya.

yang merupakan perkembangan yang


tidak dapat dihindarkan, harus dilakukan

por,

sekaligus dengan menghilangkan perbedaan tingkat tarif antarsektor. Dengan de-

yang selama ini


menghambat perkembangan industri yang

mikian berbagai

Masalah yang mungkin segera harus


dipecahkan adalah dualisme yang ada da"
lam industri elektronika. Tarif impor kom-

ponen yang rendah membantu dan menguntungkan industri elektronika yang ber-

yang umumnya merupakan perusahaan asing dan multinasional.


Di pihak lain, produsen lokal yang berorientasi ekspor

distorsi

berdaya saing dapat dihilangkan.

Kesimpulan ketiga adalah bahwa upaya pemerintah untuk membantu pengembangan industri Indonesia yang berdaya
saing adalah dengan

memusatkan upaya

orientasi

pada pasar dalam negeri masih


mendapat perlindungan dengan tarif impor

pada perbaikan tahapan pra-kompetitif,


yaitu mempertahankan kebijakan ekonomi
yang sebebas mungkin dari distorsi sam-

hingga 30 persen untuk berbagai jenis pro-

bil

duk

jadi.

Walaupun mendapat perlindung-

an perusahaan

ini

umumnya

tidak dapat

berkembang karena memproduksi berbagai


barang tanpa skala ekonomi yang memadai.

Kajian terhadap tiga kelompok industri

yang secara lebih mendalam diuraikan dalam Perhimpunan Alumni Jerman


(1998) sebenarnya menunjuk pada tiga keatas,

simpulan dasar yang kiranya berlaku bagi


keseluruhan sektor industri manufaktur di
Indonesia, tetapi khususnya bagi industri

padat modal, padat teknologi, dan padat


tenaga

Kesimpulan pertama adalah bahwa daya


saing industri Indonesia tidak akan dapal ditingkatkan selama industri hulu

na

ilu

tingkat perusahaan.

Aswicahyono, Haryo. 1996a. "Transformasi


dan Perubahan Struktur Sektor Manufaktur
Indonesia", dalam Mari Pangestu,

Perdagangan Bebas.

Jakarta: CSIS.

1996b. "Dari Substitusi Impor ke Pro-

mosi Ekspor",
.

1998.

Ibid.

TPF Growth

in

the Indonesian

efisien.

ti-

University, Canberra.

Biro Pusat Statistik Indonesia. Stalistik Indonesia 1995. Jakarta.

Oleh kare-

tetapi

Perdagangan 1995.

Jakarta.

Stalistik

Stalistik Industri 1995. Jakarta.

kebijakan pemerintah yang mengun-

tungkan industri hulu

Raymond

Atje, dan Julius Mulyadi (penyunting),


Transformasi Industri Indonesia dalam Era

Manufacturing Sektor 1975-1993. Thesis Ph.D.


yang diajukan pada The Australian National

ahli.

dak berkembang secara

kung upaya-upaya peningkatan kemampuan teknologi pada tingkat nasional dan

KEPUSTAKAAN

Kesimpulan Dasar

di

meningkatkan penyediaan prasarana


fisik dan sosial yang baik, serta mendu-

merugikan
Perhimpunan Alumni Jerman. 1998. Daya Saing

industri hilir harus segera diakhiri.

Industri Indonesia. Jakarta.

Kesimpulan kedua adalah bahwa penurunan proteksi melalui penurunan

tarif

im-

UNTDO. Inlemalional Trade


1990 dan 1995.

New

Statistical Yearbook,

York.

298

Lanipiran

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

GOLONGAN POKOK INDUSTRI MANUFAKTUR


(Tiga Digit ISIC)

311-312

Indiistri

313

Industri

'

321

makanan
minuman

Induslri pengolalian

tembakau dan bumbu rokok

Industri tckstii

-^22

Industri pakaian jadi, kecuali

323
324

Industri kulit

Industri alas kaki

-^31

Industri kayu,

332

Industri pcrabotan

341

iiiaustri kertas,

dan barang

untuk alas kaki

dari kulit, kecuali

untuk alas kaki

bambu,

rotan, rumput dan sejenisnya


dan perlengkapan rumah tangga serta
barang dan kertas dan sejenisnya

342

Induslri percetakan

351

Industri

352

Industri kimia lain

alat

dapur

dari kayu,

dan penerbitan
bahan kimia industri

353

Industri

-^^4

Industri barang-barang dari hasil kilang

355
356

Industri karet

pemurnian dan pengilangan minyak bumi


dan barang

serta gas

alam

minyak bumi dan batubara

dari karet

Industri barang dari plastik

361

Industri porselin

362

Industri gelas

-^^'-^

Industri semen, kapur

364
369

Industri pengolahan tanali

liat

Industri barang galian lain

bukan logam

371

Industri

logam dasar

372

Industri

logam dasar bukan besi

-^^1

Industri barang dari logam, kecuali mesin

dan barang

dari gclas

dan barang

besi

dari

semen dan kapur

dan baja

384

dan peralatannya
mesin dan periengkapannya, kecuali mesin listrik
Industri mesin, peralatan dan periengkapan listrik serta bahan keperiuan
Industri alat angkutan

390

Industri pengolahan lainnya

Industri

-^^3

Industri peralatan profesional, ilmu pengetahuan,

pengukur dan pengatur

listrik

bambu dan

rotan

Peran Energi Migas bagi Kepentingan


Masyarakat dan Industri*
Ariono Ahdulkadir
yang dialami Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 terupiah yang parah, jatuhnya daya
lah mengakibatkan koniraksi ekonomi, depresiasi
kegiatan ekonomi yang berakibat turunnya
beli masyarakat dan berhentinya pelbagai
cukup drastis pada konsumkonsumsi energi di dalam negeri, dengan penurunan yang
transportasi yang mengkonsumsi sekitar 50 persen
si BBM sektor listrik. Namun sektor
kenaikan. Sektor industri praktis
dari penjualan BBM di dalam negeri justru mengalami
Krisis ekonomi dan moneter

pada sektor

ru-

mengalami peningkatan konsumsi, tetapi kenaikan justru terjadi


selama krisis hingga
mah tangga. Meskipun terjadi kontraksi ekonomi di atas 30 persen
ikhtiar untuk melakukan pengsaat ini. dan kenaikan harga jual BBM pada awal 1998,
memberikan hasil positif.
hematan dan konservasi energi di sektor transportasi ini belum
konservasi
Keadaan ini menunjukkan perlunya usaha-usaha peningkatan efisiensi dan
tidak

energi dalam negeri sebagai keharusan.

pengelolaan sektor energi yang hingga saat

Pendahuluan

ini

AKIBAT

ekonomi dan mone-

ter sejak

pertengahan 1997 hingga

saat ini,

terjadi kontraksi

mi yang cukup
pendapatan

da

krisis

besar,

yang menyebabkan

per kapita sekitar

US$1,000 pa-

tahun 1996 turun menjadi sekitar

saat ini. Krisis ini diikuti

nomi yang

berat,

ekono-

dengan

US$675

resesi eko-

peningkatan jumlah pen-

duduk menganggur, naiknya harga-harga

mua komoditas dan lumpuhnya


industri

lah

dan perdagangan. Krisis

membawa perubahan

gara yang

sebagian

ini

juga

total

te-

drastis politik ne-

memungkinkan dimulainya

ha-usaha reformasi

se-

di

usa-

bidang politik

dan ekonomi, tcrmasuk reformasi terhadap

sebagian besar dikuasai dan dimonopoli

oleh badan usaha milik negara

(BUMN). Tu-

juan reformasi di bidang energi, khususnya


di sektor ketenagalistrikan

dan sektor migas,

ialah menciptakan satu sistem

kompetitif, transparan

yang

efisien,

dan bersih yang

di-

lakukan dengan minimisasi pengaturanpengaturan oleh negara dengan cara

mem-

kesempatan bagi dunia usaha swasta


untuk berusaha dengan jujur, bersih dan ter-

beri

buka. Proses reformasi ini diharapkan secara efektif berjalan

memperbarui

UU

nagalistrikan dan

pada tahun 2003, dengan


No. 15/1983 tentang Kete-

UU No.

8/1971 tentang Pe-

ngelolaan Minyak dan Gas Bumi, diganti

undang-undang baru yang

lebih sesuai de-

ngan tujuan-lujuan reformasi ckonomi.


Makalah yang diprcscntasikan pada Seminar
Scliari tcntang "Kajian Stratcgi.s Reformasi Pemanfaatan PLnergi"

Sadar PLnergi
1998.

yang disclcnggarakan olch Yayasan


di Jakarta pada tanggal 9 Dcsembcr

Agar arah dan tujuan-tujuan reformasi


dapat direncanakan dengan bctul, perlu di-

lakukan invcntarisasi terhadap keadaan saat

300

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

label

KONSUMSI BBM DALAM NEGERl BERDASARKAN SEKTOR


KEGIATAN
(dalam Ribu
Sektor Kegiatan
a.

Transportasi

b.

Industri

c.

d.

1993

1994

1995

1996

1997

1998

(est)*

16,068

17,990

19,640

21,824

23,872

24,037

8,862

9,196

9,26

10,292

10,681

10,642

8,532

8,803

9,144

9,682

9,877

10,047

6,834

3,831

2,968

3,330

5,898

3,243

40,298

39,821

41,680

45,130

50,330

47,980

-1,2%

4,5%

8,3%

11,5%

-4,6%

Rumah Tangga
Listrik

TOTAI.

Kiloliter)

% Kenaikan Konsumsi
Data

sampai dengan Agustus 1998 dihitung dengan pendekatan


Sumber: Ditjen Migas (1997, Agustus 1998).

linear

untuk 1998.

Tabel 2

NERACA ENERGI NASIONAL

1991- 1995

(dalam Tera Joule)

No. Tipe Transaksi Energi


1.

Produksi Energi Primer

2.

Impor

4.

Penyediaan Energi Nasional


Ekspor

5.

Bunker

3.

6.

& Stock

Keperluan Energi Dalam Negeri


6.1.

Konversi Energi

6.2.

Transfer

6.3.

Konsumsi

6.4.

Tercecer

6.5.
6.6.

Sendiri Sektor Energi

Q0

1992

1993

1994

1995

6,987,353

7,206,064

7,446,102

7,899,953

8,084,909

380,894

581,278

567,231

536,574

614,045

7,368,247

7,787,342

8,436,527

8,436,527

8,698,954

2,970,397

2,935,565

3,827,157

3,827,157

3,675,793

676,356

1,050,559

145,669

145,669

434,309

3,721,494

3,801,218

4,166,112

4,463,701

4,588,852

721,568

641,029

965,054

965,054

1,000,940

402,067

323,124

307,531

359,561

354,196

Waktu Penyaiuran/

Pengangkutan

254,600

262,284

285,274

283,768

Konsumsi Bukan Untuk Energi


Konsumsi Akhir

283,174

216,063

225,479

273,783

241,112

239,030

2.127,176

2,349,302

2,459,847

2,614,206

2,711,512

447,610

593,802

581,004

632,027

637,389

523,312

554,910

584,874

652,164

711,067

6.6.1.

Industri,

Pertambangan,

Konstruksi
6.6.2. Transportasi
6.6.3. Pcrtanian, Perdagangan,

Sektor Komcrsial

Rumah Tangga

6.6.4.

41,343

47,851

83,542

76,785

77.190

1,114,911

1,152,739

1,210,427

1,253,230

1,285,866

5,17%
40,31%
50,50%

7,46%
37,69%
48,81%

7,07%
42,36%
51,98%

6,36%
45,36%
52,91%

7,06%
42,25%
52,75%

28,86%

30,16%

30,69%

30,98%

31,17%

3.45%

3,37%

3,56%

3,36%

3,25%

% Tcrhadap Penyediaan Energi Nasional


7.1.

Impor

7.2.

Ekspor

7.3.

Keperluan Energi Dalam Negeri


7.3.1.

7.4.

Konsumsi Akhir

Tercecer Dalam Penyaiuran

&

Pengangkutan

Sumber. BPS, Neraca Energi 199J-J995,

hkarXsi, 1997.

301

PERAN ENERGI BAGI KEPENTINGAN MASYARAKAT DAN INDUSTRI

eko-

ini sebagai akibat dari terjadinya krisis

MMSCF
industri

yang sebagian besar

dijual

pada

pupuk (43,2 persen) dan kepada

nomi dan moneter, khususnya untuk sektor migas (BBM). Data yang diumumkan

PLN

Ditjen Migas dan dilakukan perkiraan un-

gian gas dari Pertamina, pada tahun 1997

tuk tahun 1998 seperti tercantum dalam

menjual langsung gas alam kepada konsu-

Tabel

men dalam

1.

Dilihat dari angka pertumbuhan kon-

BBM

sumsi

(37,9 persen).

kubik, dan

PGN yang

membeli seba-

negeri sebesar 1,885 juta meter

LPG

sebesar 6,093 juta ton, ke-

dua-duanya sebagian besar untuk rumah

angka pada tahun

sejak 1993,

tangga dan industri/komersial.

1998 menunjukkan aktivitas yang stagnant

(mandeg) atau menurun dengan penunman

yang

kan

sebagaimana yang ditunjuk-

drastis,

Sektor

Rumah Tangga

oleh sektor listrik yaitu, turun sekitar

2,35 juta

KL

atau 45 persen dari konsumsi

Rumah Tangga

Tabel 2 menunjukkan Neraca Energi Na-

yang meliputi

sional tahun 1991-1995

danseluruh pemakaian

hilir secara sektoral.

Angka-angka

banyak berbeda

ini tidak

kitar 2-3 persen) dari

angka-angka

diumumkan

busi sektoral yang telah

BBM

da sektor-sektor tersebut
periksa pada Tabel

kan minyak tanah (100 persen), gas alam

(PGN) dan LPG. Selain

itu,

usaha pemakai-

an briket batu bara telah berlangsung beberapa tahun, dan di daerah pedalaman pema-

(se-

kaian kayu bakar dan arang kayu masih ber-

distri-

langsung.
sebe-

peneliti energi.

Komposisi jenis

untuk masyarakat, dengan mengkonsumsi-

pel-

bagai jenis energi primer yang tersedia,

yang dipakai padi atas dapat di-

Dalam Tabel

2,

termasuk energi tradisio-

nal seperti kayu bakar tersebut di atas, se-

betulnya rumah tangga pada tahun 1995

mengkonsumsi energi 28,02 persen

3.

perluan energi dalam negeri.

tung dari konsumsi


Tabel 3

mah
KOMPOSISI JENIS-JENIS

Transportasi

Komposisi
Solar

Avtur
2.

3.

Rumah Tangga

4.

Listrik

Namun

saja,

dihi-

sektor ru-

tangga mengkonsumsi 20,09 persen.

47%, Premium 43%,

8%

Minyak Bakar
29%, Diesel 11%
Minyak Tanah 100%
Solar 67%, Minyak Bakar
32%, Diesel 11%

Sektor

rumah tangga dapat dimasukkan

sebagai sasaran

utama untuk usaha-usaha

penghematan atau konservasi

energi.

karena rumah tangga diatur oleh

Solar 59%,

Industri

BBM

dari ke-

BBM

PADA PEMAKAIAN SEKTORAL


No. Pemakaian

ada-

lah urutan pertama dari keperluan energi

tahun sebelumnya.

lumnya oleh para

Energi untuk sektor

nita,

Oleh

kaum wa-

kesadaran dan komitmen mereka untuk

menghemat energi sangat


sialisasi

kaum

diperlukan.

So-

usaha-usaha konservasi energi bagi

wanita perlu dilakukan, misalnya be-

rapa jumlah uang yang dapat dihemat de-

Selanjutnya antara bulan Januari-Agustus 1998,

Pertamina menjual gas alam untuk

konsumsi dalam negeri sebesar 340.253

ngan menghemat

energi, karena

kaum

ibu

adalah pemegang dan pengatur ekonomi keluarga.

Penghematan

ini

menjadi penting de-

302

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

label 4

PERSENTASE PENINGKATAN KONSUMS I BBM UNTUK RUMAH TANGGA


DIHUBUNGKAN DENGAN PENINGKATAN PDB
1993

Rumah Tangga

PDB

1994

N/A

(Rp. milyar) menu-

rut harga

1996

1997

3,17

3,87

5,88

382.219,70

454.514,10

532.630,80

Sumber. BPS,

2,0

pada akhir kuartal

menumt beberapa pakar

1,7

BBM

dan

ikut

memicu huru-

lalu.

nomi dan moneter mungkin


perbanyak

tarif lis-

tahun 1998, yang

hara bulan Mei 1998 yang

Krisis eko-

lebih

mem-

hubungan

dengan peningkatan kese-

erat

jahteraan, modernisasi, mobilitas

Yang
nya memakai

formasi.

energi tersebut secara hemat

gi kelestarian lingkungan.

alatan-peralatan yang

Seperti dilihat

BBM

pada Tabel

1,

dan

dengan mengadakan

sertifikasi

terhadap per-

menghemat

energi.

data pema-

untuk sektor rumah tangga

te-

rns meningkat sejak tahun 1993 hingga pa-

da prediksi tahun 1998, meskipun peningkatan dari tahun 1997-1998 diperkirakan ha1,7 persen saja, seperti dapat diperiksa

pada Tabel

efisien, antara lain

standardisasi

in-

periu ditekankan ialah perlu-

dan

lagi

penduduk

dan usaha-usaha memperluas jaringan

konsumsi energi dengan memakai kayu bakar, yang berakibat bumk ba-

nya

(est)*

Statistik Indonesia 1996, Jakarta.

ngan peningkatan harga

kaian

1998

yang berlaku

*Lihat keterangan pada Tabel

trik

1995

4.

Sektor Listrik
Perlunya keluarga modern mendapatkan

pasokan tenaga

listrik tidak

dapat dibantah,

dan usaha-usaha Pemerintah terus-menems


dilakukan untuk meningkatkan rasio elektri-

Kenaikan konsumsi energi dalam rumah


tangga ditentukan oleh tiga faktor utama,

fikasi

yang mencakup daerah-daerah pede-

saan dan daerah-daerah terpencil. Sebagai


suatu bangsa dengan konsumsi listrik per

ialah:

kapita yang masih rendah, konsumsi

listrik

kenaikan jumlah penduduk;

rumah tangga

2.

peningkatan pendapatan masyarakat;

dengan peningkatan kesejahteraan masya-

3.

perubahan pola hidup yang lebih ber-

rakat,

1.

sifat

energi-konsumtif (kulkas, AC, TV,

mobil, motor).

Penurunan

laju

perlu ditingkatkan sejalan

modernisasi, penyebaran informasi,

peningkatan budaya dan program-program


keluarga berencana.

kenaikan konsumsi

BBM

Ketenagalislrikan dipasok untuk

rumah

untuk masyarakat pada tahun 1997 dan pre-

tangga, industri, gedung-gedung dan sara-

diksi tahun

na komersial, sarana

krisis

1998 cocok dengan terjadinya

ekonomi dan moneter. Peningkatan

konsumsi energi baik

BBM

ataupun

listrik

untuk masyarakat suht ditekan, karena ber-

umum

tor milik Pemerintah.

dan kantor-kan-

Energi primer yang

dipergunakan untuk memproduksi tenaga


listrik

dipilih dari energi-mix antara batu

PERAN ENERGl BAGI KEPENTINGAN MASYARAKAT DAN INDUSTRI

bara, gas alam, tenaga

dan sumber-sumber

air,

lain.

BBM,

Saat

ini,

energi ba-

dan terbarukan (EBT) yang bersih

ru

ling-

kungan dan mampu memperbami diri (renewable) mulai dikembangkan dalam skala
yang

Pada

geothermal

lebih besar. Energi primer seperti batu

303

PLN mengumumkan

saat ini

keru-

gian sekitar Rp. 14 triliun karena terjadinya


krisis

ekonomi dan moneter, overkapasitas


dan penundaan sebagian be-

seperti di atas,

program

sar

listrik

swasta (dari 26 PPA,

hanya 8 yang dikabarkan diteruskan). Da-

lam program

restrukturisasi sektor listrik,

mari lingkungan, juga mempercepat habis-

PT PLN

mencapai

nya sumber daya alam.

rena ukuran perusahaannya terlalu besar

dan minyak bumi, kecuali mence-

bara, gas

Penurunan konsumsi BBM untuk sektor ketenagalistrikan yang terlihat dalam


tahun 1998 mungkin disebabkan

prediksi

oleh hal-hal sebagai berikut:

Pengurangan konsumsi

1.

listrik

oleh in-

dustri

dan nimah tangga disebabkan

adanya

krisis

ekonomi dan moneter,

hingga

PLN

mengurangi operasi pem-

se-

bangkit yang dimulai dari pembangkit

berbahan bakar

Bahwa

2.

BBM

sulit

efisiensi tinggi

dan secara geografis terlalu tersebar, akan


dipecah menjadi perusahaan-perusahaan

pembangkitan dan distribusi untuk Jawa


dan Luar Jawa. Perusahaan-perusahaan ini
akan bersaing secara transparan dengan perusahaan-perusahaan pembangkit swasta da-

lam tatanan yang diharapkan


petitif,

jujur

efisien,

dan terbuka. Masalah

turisasi tidak dibahas

kom-

restruk-

dalam makalah

ini,

dan hanya dijelaskan dalam program-pro-

gram utamanya dalam Tabel

yang mahal.

ka-

5.

saat ini telah terjadi kelebihan

kapasitas pembangkitan, yang menurut

laporan ialah sekitar 5.000

MW sejak

Sektor Transportasi

ta-

Menurut sumber-sumber Departemen Per-

hun 1997.

hubungan, subsektor Perhubungan Darat

mengkonsumsi 80 persen dari total BBM


yang dialokasikan untuk seluruh sektor

labels

MILESTONES PROGRAM RESTRUKTURISASI

Perhubungan. Dipandang dari segi efisien-

SEKTOR LISTRIK
si
1.

August 1998

Launching of Power Sector

dan konservasi energi, subsektor Perhu-

bungan Laut dan Perhubungan Udara

te-

Restructuring Policy
2.

Mid 1999

memenuhi

syarat-syarat internasional,

Formation of PLJB (outside

lah

Java-Bali)

sehingga sedikit saja energi yang dapat

Securing single buyer for Java-

dihemat dari kedua subsektor

ini.

Bali
3.

End of 1999

New Power

Sector

Law and

Oleh sebab

itu,

perhatian terhadap sub-

Regulations
4.

Early 2000

Formation of Independent Regulatory

Body

Formation of Java-Bali Trans-

sektor

Perhubungan Darat menjadi penting

sebab subsektor

ini

mempunyai

potensi

yang besar untuk dilakukan penghematan

mission Companies
5.

2003

Multi Buyer

Multi Seller

Java-Bali

Sumber.

Departemen Pertambangan dan Energi RI,


Jakarta, Agustus 1998.

dan konservasi energi yang lebih jauh. Statistik

subsektor Perhubungan Darat

rut data terakhir

Tabel

6.

BPS

menu-

dapat diperiksa pada


;

304

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIiyi999, No.

label 6

STATISTIK SEKTOR TRANSPORTASI DARAT, 1992-1996


No. Uraian
1

1.1.

Mobil Penumpang

1.2.

Mobil Bus

1.3.

Mobil Gerobak

1.4.

Sepeda Motor

Total Kendaraan Bermotor

3.

1993

1994

1995

1996

1,590,750

1,700,454

1,890,340

2,107,294

2,410,526

539,943

568,490

651,608

688,525

724,914

1,126,262

1,160,539

1,251,986

1,336,177

1,454,585

6,940,995

7,355,114

8,134,903

9,076,831

10,296,077

10,197,950

10,784,597

11,928,837

13,208,827

14,886,102

Jumlah Kendaraan Bermotor

2.

1992

Peningkatan Jumlah (%)


2.1. Mobil Penumpang

6,89

11,16

11,47

14,39

2.2.

Mobil Bus

5,28

14,60

5,66

5,28

2.3.

Mobil Gerobak

3,04

7,87

6,72

8,86

2.4.

Sepeda Motor

5,96

10,61

11,57

13,43

Untuk Semua Kendaraan

5,75

10,60

10,73

12,69

Konsumsi Energi Sektor Transportasi


Dalam Tera Joule

3.1.

554,910

584,874

652,164

711,067

767,668

(5,92%)

(5,40%)

(11,50%)

(9,03%)

(7,96%)

Average Approx. 7,96 persen

Dalam Ton

3.2.

BBM

13,317,840

14,036,976

15,651,936

17,065,608

18,424,032

372,414

385,836

Panjang Jalan Total (Km)


4.1.

Baik

144,724

149,773

4.2.

Scdang

94,536

97,987

Rusak
4.4. Rusak Berat
Total Layak Jalan

77,052

80,034

4.3.

(4,1

+ 4,2)

Selanjutnya data panjang jalan dan konsentrasi

wa

kendaraan bermotor

di

Pulau Ja-

(1996) dapat diperiksa pada Tabel

7.

56,102

58,047

239,363

247,760

Transportasi darat merupakan keperluan

mutlak lalu

lintas

barang dan masyarakat

umum. Meskipun ongkos

transportasi

me-

ningkat dan terjadi krisis ekonomi dan mo-

Pada bulan Mei 1998 terakhir dilakukan


penyesuaian (kenaikan) harga

BBM, yang

neter,

masyarakat tidak mempunyai cukup

pilihan terhadap cara transportasi lain kc-

kendaraan bermotor. Meningkatnya

dimaksudkan untuk mengurangi subsidi

cuali

BBM

jumlah kendaraan bermotor

yang harus ditanggung oleh Pemerin-

tah dan untuk mengurangi kepadatan jalan

mengurangi pencemaran lingkungan


dan meningkatkan usaha-usaha konservasi
raya,

energi.

Meskipun harga

terjadi krisis

BBM

dinaikkan dan

ekonomi dan monetcr

sejak per-

tengahan 1997 hingga sekarang, namun

an

darat.

BBM

yang antara tahun 1992 hingga 1996 berkisar antara 5,7 persen (1993) hingga 12,69 per-

sen (1996).
terjadi

Dalam konsumsi

energi

(BBM)

peningkatan antara 5,92 persen (1992)

hingga 11,50 persen (1994) dan turun menjadi 7,96 persen (1996).

ti-

dak ada tanda-tanda terjadinya penurunan

konsumsi

di jalan-jalan.

pada subsektor perhubung-

Peningkatan efisiensi dan konservasi


energi subsektor Perhubungan Darat dapat
dicapai apabila:

305

INDUSTRI
PERAN ENERGI BAGI KEPENTINGAN MASYARAKAT DAN

Masyarakat mempunyai pilihan {options)


yang cukup untuk transportasi barang

1.

dan orang, misalnya: kereta


laut,

api,

kapal

pesawat udara.

Untuk kota-kota besar dibangun sistem


MRT {Mass Rapid Transit) yang menghubungkan pusat kota dengan daerah-

2.

daerah pinggiran hingga memberikan


daya angkut penumpang yang besar

dan

efisien.

di jalan sebagian

besar disebabkan oleh faktor-faktor nontransportasi, seperti

badan jalan yang

menjadi pasar, lubang-lubang di jalan,

perencanaan wilayah kota yang kelim


dan sebab-sebab lain. Dengan demikian

departemen Peme-

rintah.

Oleh karena keborosan energi sektor Perhubungan Darat mempengaruhi langsung


peningkatan pencemaran lingkungan dan
kualitas hidup masyarakat, perlu pemikir-

an multisektoral di antara pelbagai departemen untuk melancarkan lalu lintas jalan


pertama dan termurah ialah menata jalanjalan raya untuk dibebaskan dari pasar, kaki lima

daraan

dan pemberhentian kendaraan-ken-

umum

yang tanpa

aturan.

Selanjut-

nya adalah keharusan pemeriksaan mesin

daraan bermotor. Sistem

yang menyebabkan terns me-

BBM

untuk sub-

No. Propinsi

ngan saksama. Setelah

denda dan hukuman terhadap para pencejalan raya.

Sektor Industri
Menurut Tabel

konsumsi

1,

BBM

untuk

Kenda-

Jalan**

trasi

sektor industri meningkat sejak tahun 1993

(Unit/

hingga 1997 tetapi menurun pada perkira-

(Km)

Km)

3,397,748

8,651

392,75

1,243,076

28,329

43,87

3.

Tengah***
Jawa Timur

2,576,856

24,973

63,29

4.

2,591,890

33,066

78,38

5.

DI
15,742

62,29

Yogyakarta***
Jawa, Total

9,809,570

110,761

88,56

Luar Jawa

5,076,532

275,075

18,45

an data tahun 1998. Kenaikan tahunan konsumsi

BBM

adalah sebagai berikut:

Tabel 8

PERSENTASE PENINGKATAN PEMAKAIAN


BBM SEKTOR INDUSTRI, 1993-1998
1993
-

1994

1995

3,73% 7,94%

1996

3,68%

1998

1997

3,78%

(est.)

-0,36%

Sumber. Pertamina, 1998.

Termasuk sepeda motor.


Twmasuk jalan yang rusak.

Krisis

*** Yogyakarta: Jumlah kendaraan termasuk dalam


sih

data Jawa Tengah.

Sumber. Dihitung

dilakukan sistem

Konsen-

Jawa Barat
Jawa

Keterangan

itu

Panjang

raan*

Jakarta

untuk kota-

Jumlah

(Unit)

DKI

MRT

kota besar juga perlu mulai dipikirkan de-

mar lingkungan

PANJANG JALAN DAN KONSENTRASI


KENDARAAN BERMOTOR DI PULAU JAWA
PADA TAHUN 1996

**

sektoral antarpelbagai

mata disalahkan sebagai penyebab terjadinya kemacetan dan inefisiensi di ja-

Tabel 7

pemecahan multi-

sini perlu

untuk memperbaiki kualitas emisi gas buang,


dan perluasan pemakaian BBG untuk ken-

ningkatnya konsumsi

1.

Di

para pengemudi tidak dapat semata-

lan-jalan,

2.

ini.

raya dan mengurangi pencemaran. Usaha

Hambatan-hambatan

3.

sektor

dari data

BPS

tahun 1997.

belum

ekonomi dan moneter kiranya materasa bagi industri seperti terli-

hat pada data konsumsi

BBM

tahun 1997,

306

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

label 9

BEBERAPA
Kode

10

Industri

Lama 1990
31112
31220
31230
31270

DENGAN KONSUMSI ENERGI


PERSEN DARI BIAYA INPUT

JENIS INDUSTRI

ATAS

DI

Kelompok Kegiatan

Industri

Es Krim, Es

3 122 1

Industri

Pengolahan Teh

31231

32113

Lilin,

dan

Industri

Es Batu

Industri

Industri

Bumbu Masak
Bumbu Masak

Industri

Penyedap Masakan

Iain-lain

34111
36110

Industri Percetakan

dan Percetakan Kain

Industri

Keramik dan Porselen

Rumah Tangga

362 1

Perabot

Rumah Tangga dari

36221

Industri

36310
36331

Industri

Kaca Lembaran
Semen
Kapur

(pulp)

16,844

33,514

22,629

dari Porselen

dan Barang

28,538

dari Gelas

26,633

Gelas

26,182
14,035

14,830

49,809

43,830

63,188

57,448

33,551

Industri Batu Bata

Industri

27,752

Genteng

27,553

Barang untuk Bangunan dan Tanah Liat lainnya


Industri Barang Galian Non-Logam

50,296

Industri

Industri

37101

Dasar Besi Baja


Industri Besi dan Besi Dasar

37102

Industri Pengecoran Besi

3,837
15,620

Bahan Galian Non-Logam

18,812

Industri

38111

11,309

dari Porselen

36990
37100

81,418

6,821

HVS, Kertas Merang

Bahan Bangunan

36421
36422
36429

70.502

15,078

Industri Batu Bata

36420
36490
36900

13,891

14,041

Perabot

Industri

5,326

15,166

6,840

36111
361 12

Industri Gelas

19,038

Kain

Industri Kertas, Kertas

36210

1995

17,107

Industri Penglantangan, Pencelupan

32 1 1 6

Energi Total (%)

1990

123

31261
31262

36220
36310
36330
36410

Komponen

Baru 1995

14,925

14,542

& Baja

9,069

Industri Alat-alat Pertanian, Pertukangan

12,925

9,453

Data: BPS, Statistik Industri, Jakarta.

akibatnya terlihat pada tahun 1998

tetapi

dengan

total

penurunan keseluruhan sebe-

sar 4,14 persen dari kondisi tahun sebelum-

nya.

Penurunan

ini jelas berkaitan

langsung

industri

sen hingga 5,9 persen.

atas

Tabel

menerima

dustri,

1998

di

mana

subsidi hingga bulan

in-

Mei

setelah itu subsidi tersebut

Pada

jenis-jenis industri di atas,

secara terus-menerus.

tensi

tribusi

bahan bakar terhadap biaya input

rasio
di

usaha-

usaha konservasi energi perlu digalakkan

Apabila faktor subsidi

hitungan matematis, maka persentase kon-

dengan

9.

Lokakarya Energi

dihapus dari per-

beberapa

10 persen, seperti ditunjukkan dalam

dihapus dengan menaikkan harga jualnya.


ini

5,1 per-

konsumsi energi terhadap biaya input

industri lainnya.

untuk semua pemakai, termasuk

Namun

industri adalah rakus energi

dengan tutupnya pabrik-pabrik dan sarana

BBM

pengolahan berkisar antara

Menurut data pada

KNI-WEC

tahun 1991, po-

penghematan energi pada sektor

dustri dapat

lambahan

in-

mencapai 29 persen dengan

investasi peralatan khusus,

dan

307

PERAN ENERGI BAGI KEPENTINGAN MASYARAKAT DAN INDUSTRI

mencapai 11 persen tanpa peralatan khusus


yang hanya dilakukan dengan good house

Dari data kontribusi energi terhadap


biaya input sektor industri dan potensi
penghematan yang dapat dicapai, usaha-

sis

ini

akan

mi yang

sia-sia

dalam keadaan

ekonomi dan moneter

mana

di

kri-

lebih intensif dari waktu-waktu sebelumnya.

Menurut pakar ekonomi, kondisi membaik


ini

Namun

demikian, usa-

pertumbuhan eko-

neter, setelah tercapainya

tri

positif

dan data dasar stniktur indus-

telah stabil, dipercaya

dan berlangsung

untuk waktu yang lama.


Restrukturisasi sektor migas dan ketenagalistrikan diharapkan dapat

memberikan

pilihan {options) sektor industri untuk

me-

milih pasokan bahan-bahan baku energi


primer,

BBM

dan

listrik dari

Konservasi energi dan diterapkannya

pelbagai pe-

usaha-usaha menurunkan pencemaran ling-

kungan menjadi sangat penting dalam era


globalisasi,

faktor ekonomi biaya tinggi karena pelba-

KKN

dapat dikurangi sampai

angka minimal, maka usaha-usaha mengurangi biaya produksi dengan

menghemat

biaya energi akan menjadi berarti. Sebelumnya,

menurunkan biaya

lebih berarti

tinggi itulah

yang

dalam proses penurunan biaya

produksi.

di

mana

kompetisi hanya dapat

diikuti oleh industri

dengan kinerja yang

paling efisien dan dapat

memenuhi standar

ISO-14000 tentang lingkungan hidup. Apabila hingga sekarang Keppres No. 43 Ta-

hun 1991 hanya menganjurkan dunia usaha untuk mengikuti program konservasi
energi atas dasar sukarela, sebaiknya sisinsentif nantinya dapat di-

tem pemberian

terapkan dan penghematan energi merapa-

kan suatu keharusan.

masok yang kompetitif untuk jangka waktu lama yang terpercaya. Apabila faktorgai praktek

dapat dimulai pada kira-kira tahun 2001.

harga-

ha-usaha konservasi ini perlu diteruskan


setelah tercapai stabilisasi ekonomi dan mo-

nomi

mereda,

kan tanda-tanda membaik, usaha-usaha untuk konservasi energi perlu dimulai dengan

harga impor bahan baku (dalam rupiah) naik

sampai 400 persen.

terhenti. Setelah krisis ini

dan fundamental ekonomi mulai menunjuk-

keeping practices.

usaha

rana industri dan pelbagai kegiatan ekono-

Soesastro (1996)

mengumumkan

hasil pe-

nelitiannya untuk periode 1988-1993 ten-

tang hubungan antara kenaikan

PDB

dan

kenaikan konsumsi energi yang diperlukan,

dan mengambil kesimpulan bahwa


tas

Elastisi-

Energi untuk periode tersebut adalah

1,04. Elastisitas

Energi ialah suatu angka

yang menunjukkan berapa persentase kenaikan energi yang diperlukan oleh suatu
negara untuk meningkatkan PDB-nya de-

ngan

Potensi Konservasi Energi

(satu)

persen.

Selanjutnya penulis

ekono-

meneruskan data tersebut sampai tahun


1995 dan memperoleh Elastisitas Energi

mi dan moneter, usaha-usaha konservasi

sebesar 0,87. Untuk selanjutnya, Indonesia

energi diperkirakan sulil dilakukan karena

sebagai suatu negara yang konsumsi cner-

perhatian pcrtama dari prioritas dana yang

ginya efisien dan hemat perlu lebih menu-

dan ditujukan

runkan angka tersebut, sampai mencapai

Pada saat berlangsungnya

tersedia akan dialokasikan

untuk

membuka kembaii

krisis

pabrik-pabrik, sa-

sekitar 0,75

pada periode tahun 2010-2020,

'

308

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

yang hampir sama dengan angka-angka untuk Korea,

yang diumumkan hingga

lu direvisi

2.

ini.

secara sektoral yang dipakai hingga saat


dapat tetap dijadikan pegangan:

3.

krisis

ekonomi dan moneter.

Pemakaian

BBM

untuk konsumsi sektor

untuk estimasi tahun 1998 me-

data tahun 1997.

POTENSI PENGHEMATAN ENERGI

SECARA SEKTORAL

an

Potensi Penghematan (%)

investasi

investasi

1.

Industri

29

11

2.

Transportasi

36

11

3.

Rumah Tangga

Sumber. Ditjen

BBM

sedikit terhadap

Namun

timbangkan kenaikan

Tanpa

untuk

telah dinaikkan dan terjadinya

nunjukkan penurunan

label 10

Dengan

BBM

BBM

industri

mmmL

pemakaian

sektor transportasi, meskipun harga

demikian,

angka-angka potensi penghematan energi

ini

dari data tentang

nya peningkatan konsumsi

krisis eko-

Namun

referensi baru.

yang diproyeksikan hingga akhir


tahun 1998 menunjukkan tetap terjadi-

dengan memakai data ekonomi

nomi dan moneter

Namun

titik

di-

BBM

saat ini per-

yang sesungguhnya pada saat

dan parameter yang baru dan

mulainya

Angka-angka sasaran penghematan energi

riabel

Hong Kong dan Taiwan.

apabila diper-

rata-rata

pemakai-

dalam lima tahun sebelumnya,

penurunan

cukup kentara. Disimpul-

ini

kan bahwa penurunan konsumsi


tersebut
tri

BBM

menerangkan banyaknya indus-

dan pabrik yang berhenti beroperasi.

12,7

LPE (KONEBA),

4.
Jakarta, 1991.

Data untuk sektor rumah tangga menunjukkan kenaikan yang sistematis antara tahun 1993 hingga 1998. Hal ini

Kesimpulan

nunjukkan bahwa sektor rumah tangga

dan

telah diasmnsikan

rumah tangga,

transportasi

5.

dan ke-

Data

BBM

untuk sektor ketenaga-

cukup

untuk

berarti

tahun sebelumnya. Hal

esti-

memberikan

ini

konfirmasi adanya pelbagai kesulitan

industri adalah sebagai

keuangan PT PLN, kelebihan kapasitas

berikut:
1.

ekonomi dan

masi tahun 1998 dibandingkan dengan

Dengan demikian, analisis


yang membahas sektor rumah tangga, transdan

Konsumsi

listrikan turun

tenagalistrikan.

portasi, listrik

terjadi krisis

moneter.

bahwa ke-

pentingan masyarakat terkait erat dengan


sektor

meskipun

mi gas bagi kepentingan masyarakat

industri,

BBM

tetap tergantung pada pasokan

Dalam menyimpulkan masalah peran


energi

me-

statistik

ekonomi dan

listrik

energi, khu-

galkan ketergantungan pada

susnya migas, perlu dipelajari dengan

saksama sejak terjadinya

dan moneter, karena

krisis

sifatnya

ekonomi

yang

dis-

dan usaha-usaha untuk mening-

6.

Secara

umum

konsumsi

BBM.

BBM

secara

nasional mengalami penurunan berarti

pada tahun estimasi 1998

kontinyu, dan perhitungan-perhitungan

(-4,6 persen)

untuk membuat ramalan-ramaian dan perkiraan masa depan perlu dimulai setelah

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yang umumnya selalu meng-

berakhirnya krisis tersebut, dengan va-

alami kenaikan setiap tahun.

309

PERAN ENERGI BAGI KEPENTINGAN MASYARAKAT DAN INDUSTRI

7.

Usaha-usaha konservasi untuk mengurangi konsumsi energi, meningkatkan efisiensi serta kebersihan

lingkungan ber-

spesifik untuk masing-masing sek-

sifat

Usaha-usaha konservasi dan pening-

tor.

Direktorat Jenderal

Minyak dan Gas Bumi, De-

partemen Pertambangan dan Energi RI. Statistik Perminyakan Indonesia, Monthly Report

August 1998.
Biro Pusat Statistik, Statistik Indonesia 1996,
Jakarta.

katan kualitas lingkungan perlu diterus-_

kan dan ditingkatkan kembali setelah


ekonomi dan moneter berakhir,

krisis

bagai usaha untuk meningkatkan

dan jasa

petensi industri

sesuai

perkembangan

di pasar

se-

globalisasi ekono-

mi, dengan memperhatikan diterapkan-

nya standar lingkungan hidup secara


tepat. Selain itu,

peraturan-peraturan ten-

tang konservasi energi yang ada perlu


diperbaiki hingga bersifat keharusan

dan bukan

lagi bersifat sukarela

namun

perlu disertai dengan sistem pemberian


insentif.
8.

datang akan terjadi lonjakan konsumsi

jot"

1997. Statistik

yang diperlukan untuk "menggen-

Jakarta.

Abdulkadir, Ariono.

1998. "Penghapusan Subsidi BBM


Terhadap Aktivitas EkoPengaruhnya
dan
nomi Dalam Negeri", Laporan Khusus kepada Bappenas dan Departemen Pertam.

bangan dan Energi RI, Maret (tidak dipubli-

Suripno. 1998. "Kebijaksanaan Konservasi Energi Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan",
Departemen Perhubungan RI, Maret.

KNI-WEC.
gi

BBM

untuk dalam negeri

agar tidak terjadi kekurangan pasokan.

Direktorat Jenderal

Suparman, Entol. 1991. "Rancangan Program


Konservasi Energi Tahun 1991-2000", Ja-

PT KONEBA.

Soesastro, Hadi.

Minyak dan Gas Bumi, De-"

partemen Pertambangan dan Energi RI. Statistik Perminyakan Indonesia 1997.


Direktorat Jenderal

1998. "Data Produksi dan Realisasi

Migas Repelita V dan Repelita VI". Dinas Hubungan dengan Pemerintah dan Masyarakat.

karta:

KEPUSTAKAAN

1995. "Proceedings Konservasi Ener-

di Sektor Industri", Pertamina, Jakarta.

Pertamina.

pengadaan

1998. "Status Pelaksanaan

Konservasi Energi", Lokakarya Konservasi


Energi (PT KONEBA), Maret.

kembali proses penyembuhan eko-

nomi, sehingga perlu diwaspadai dari segi

Kendaraan Bermotor

Indonesia dan Panjang Jalan 1995-1996,

kasikan).

Meskipun konsumsi energi khususnya


BBM menurun pada tahun 1998, diperkirakan dalam satu atau dua tahun men-

BBM

1995, Jakarta.

komdunia

1997. Neraca Energi Indonesia 1991-

Minyak dan Gas Bumi, De-

partemen Pertambangan dan Energi RI. 5totistik Perminyakan Indonesia 1996.

1996. "Persoalan Energi dalam

Perekonomian Indonesia dalam PJP-H", IIEE


Seminar.
Balakrishnan, Lalita. 1996. "Energy Conservation

and Management: The Role of Women",


Rural Energy Department, AIWC, New
Delhi, India.

Mengatasi Keterancaman
Kebudayaan Lokal

dalam Pembangunan
Upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
Heru Nugroho
Sejak tahun 1960-an pemanfaatan hasil hutan telah menjadi salah
satu usaha pemerintah di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akan
tetapi pemanfaatan hasil
hutan melalui pemberian HPH (Hak Pengusahaan Hutan) kepada
pengusaha

telah memunculkan prohlema sosial berupa konflik kepentingan antara penduduk lokal
(petani) dengan pemegang hak konsesi. Oleh sebab itu pemilihan cara yang tepat untuk
memanfaatkan hasil hutan diperlukan bukan hanya untuk mengeksploitasi hasil secara
optimal tetapi
yang lebih penting adalah untuk mencegah gangguan ekologi dan menjaga kelangsungan hidup masyarakat lokal yang sangat tergantung pada hasil hutan. Pemilihan
teknik pemanfaatan dan pengelolaan hutan perlu disertai dengan pemahaman kultur dan cara
produksi masyarakat selain sikap simpati dan empati para pengusaha hutan dan birokrat
terhadap keberadaan masyarakat lokal sehingga tercipta keselarasan sosial di dalam
pola-pola interaksi antara manusia dan alam.

Pendahuluan

1968 dikeluarkan Undang-Undang Penanam-

DI

dalam menghadapi era pasar


bebas, pemerintah telah mencanangkan beberapa strategi eko-

an Modal Dalam Negeri (PMDN) dalam hal

pemanfaatan hutan tropis yang pengelolaannya diserahkan kepada pemegang konsesi

nomi. Salah satu strategi tersebut adalah

meningkatkan daya saing produk dalam ne-

HPH

merupakan tahun
konsesi

geri di pasar internasional lewat efisiensi,

peningkatan kualitas sumber daya manusia

(SDM)

industri pariwisata,

dan pe-

HPH

di

mana beberapa buah

memasuki batas akhir masa/

jangka waktu pengelolaan tahap

Bahkan secara

lewat pendidikan dan pelatihan,

menggalakkan

(Hak Penguasaan Hutan). Tahun 1990

I.

historis kebijakan

peme-

rintah di bidang eksploitasi hutan

dalam

ngelolaan sumber daya hutan secara rasio-

rangka memperoleh devisa cenderung meng-

dan maksimal melalui manajemen nego-

akar dalam kebijakan pemerintah kolonial

kepentingan. Eksploitasi hutan yang

Hindia-Belanda yang pada abad ke-19 meng-

dilakukan baik oleh swasta maupun peme-

ambil kebijakan Undang-Undang Agraria

memperoleh dcvisa dan me-

1870. Kebijakan ini niengijinkan para pemi-

nal

siasi

rintah untuk

ningkatkan kesejahteraan rakyal bukan me-

lik

rupakan kebijakan yang baru. Sebab pada

modalnya

tahun 1967 dikcluarkan Undang-Undang

lum dikuasai rakyat yang menjadi tanah mi-

Penanaman Modal Asing (PMA) dan tahun

lik

modal

dari
di

Belanda untuk menanamkan

tanah-lanah di Javva yang be-

negara untuk dijadikan usaha perkebun-

MENGATASI KETERANCAMAN KEBUDAYAAN LOKAL

Akibatnya Jawa menjadi "pulau perke-

an.

bunan" dan menjadi penghasil devisa utama bagi pemerintah kolonial Hindia-Belanini peristiwa tersebut

Devvasa

da.

berulang

kembali di pulau-pulau lain di luar Jawa di


mana pemerintah mengijinkan pengelolaan

sumber daya hutan melalui penguasaan pada pemegang HPH demi penciptaan devisa
negara. Cara produksi hasil hutan tersebut

berupa penebangan kayu, penanaman kembali menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI),
dan pengolahan kayu menjadi kayu lapis,

dan

Iain-lain

untuk diekspor ke luar negeri.

yang pemah muncul di


Jawa pada masa kolonial cendening muncul
kembali di pulau-pulau di luar Jawa (SumaProblema

tra,

sosial

Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya)

Orde Baru mengambil kebijakan pengelolaan hutan secara komersial melalui para pemegang HPH. Problema

ketika pemerintah

itu

adalah terjadinya konflik kepentingan

di antara para petani lokal

yang berdomisili

sekitar

kawasan hutan

HPH

memandang bahwa

secara tradisional hutan

dan tanah yang ada

di

kawasan

itu

merupa-

kan sumber penghidupan, sebagai cadangan perluasan lahan perladangan, dan sekaligus sebagai daerah food security. Sementara para

pemilik

kan kerugian atas investasinya. Persoalan


saat
sosial yang masih berlangsung hingga
soini tidak jarang menimbulkan "riak-riak
yang dapat mengancam integrasi nasional, meskipun berbagai upaya pemerin-

sial"

tah yang didukung oleh kebijakan berbagai


j

departemen, seperti Departemen Kehutanan,


Sosial, Tenaga Kerja, Dalam Negeri, Pertani-

dan Transmigrasi. Oleh karena itu upaya yang paling bijaksana dalam mengatasi
an,

kemelut di atas tidak ada cara lain kecuali


memahami budaya masyarakat desa yang

kawasan hutan, mendeskripsikan


hubungan antara masyarakat dengan hutan,
antara masyarakat, kebudayaannya dan sum-

tinggal di

ber daya hutan, dan yang terakhir mencari


solusi bagi

'

kemungkinan mengembangkan

masyarakat desa hutan secara

arif.

Manusia dan Sumber Daya Alam

di desa-desa di sekitar ka-

oleh negara kepada mereka. Para petani dan


di

'

dan penduduk

wasan tepian hutan dengan perusahaan pemegang HPH atas tanah yang dikuasakan

penduduk

guan dalam proses produksi yang datang


dari sikap tradisionalisme akan mendatang-

HPH memandang bahwa

ka-

wasan hutan tersebut sebagai lahan yang


secara legal telah dikuasakan oleh negara

lu

Manusia dan alam secara historis seladalam kondisi saling mempenganihi. Da-

perkembangan peradaban yang paling


rendah, seperti peradaban jaman batu, hingga peradaban ultra modern, seperti jaman

ri

komputer, alam dan manusia tetap saling


mempengaruhi. Perbedaannya adalah pada

dengan tujuan making as much profit as


possible.

manusia belum

terlalu

mengganggu kese-

imbangan alam sedang pada tahap perkembangan akhir manusia cenderung merusak
alam. Keseimbangan alam masih tetap terjaga ketika cara produksi {mode of produc-

masyarakat masih sebatas pada peme-

nuhan kebutuhan sendiri atau subsistem.


Masyarakat pada waktu

itu

mengeksploitasi

alam sebatas untuk mempertahankan hidup

Bagi penduduk lokal gangguan ekologi

tahap perkembangan peradaban tersebut

tion)

kepadanya untuk dikelola secara komersial

dalam rangka rcproduksi

fisik

maupun

soj

yang datang

dari

luar atas wilayah hutan

sial.

Namun

ketika cara produksi manusia


|

mengancam kehidupan sosial-ckonomi mereka,

sedang bagi para pemegang

HPH

gang-

berubah ke oricnlasi pasar (baca: laba)

manusia mulai

bersifat "tidak

maka

arif terha-

'

312

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

dap alam karena melakukan eksploitasi dengan cara yang berlebih-lebihan.


Bagi

kaum

yang memiliki keyakinan bahwa peradaban manusia dan masyarakatnya berkembang secara linear atau
evolusionis

bertahap, peradaban manusia berkembang


dari tahap

yang lebih

yang paling sederhana ke tahap


tinggi, di

mana

dalamnya
tersembunyi ideologi bahwa perkembangan
peradaban itu menuju pada tingkat yang
lebih baik.

bahwa

di

Seolah-olah terkandung

makna

hari ini "lebih baik" daripada hari

dari sekadar
logi,

memelihara.keseimbangan ekomengelola sumber daya alam secara

ekonomi, dan mengendalikan kekuatan-kekuatan yang mengancam kesehatan biologi

dan mental manusia. Secara ideal, penciptaan lingkungan hidup tersebut juga mengharuskan kelompok-kelompok sosial mendapat kesempatan untuk

mengembangkan

cara

hidup dari alam sekitarnya menurut pilihan


masing-masing kelompok sosial tersebut.
Para ahli ekologi berpendapat bahwa manusia dan alam hidup secara berinteraksi.

kemarin dan esok akan "lebih baik" daripada


hari ini. Sebagai contoh, konsep "Tahap-

kumnya sehingga mampu memperbaiki

tahap Perkembangan Masyarakat" yang dikonstruksikan oleh Rostow juga menyem-

manusia dan masyarakatnya juga terns berkembang dengan peradabannya. Aki-

bunyikan ideologi pentahapan perkembangan menuju yang lebih baik. Pengertian baik

bat interaksi di antara keduanya dihasilkan

dalam konteks ini adalah bahwa manusia


dalam melakukan konsumsi semakin mudah
karena perkembangan teknologi yang mendukungnya. Bahkan pada tahap paling lan-

Di samping alam juga memiliki hukum-hu-

pola-pola tindakan masyarakat dan polapola kebudayaan yang khas yang berkem-

bang dengan mendasarkan pada hukum


alam. Hal ini terutama dialami secara nyata

oleh masyarakat pedalaman yang berdomi-

dalam perkembangan masyarakat, yaitu


tahap high mass consumption disebutkan

ketergantungan dengan hutan

bahwa

nya.

jut

tingkat konsumsi manusia menjadi

paling tinggi (dan ini menjadi

ciri dari

ne-

gara modern Eropa Barat dan Amerika Serikat). Betulkah pandangan ini dapat diper-

tahankan? Konsep "baik" dalam pengertian apa sebetulnya yang hams digunakan?

Rostow mengatakan bahwa kalau sebuah negara berkembang ingin mencapai


kemajuan

seperti

yang dialami oleh nega-

ra-negara maju saat

ini

maka tahap-tahap

perkembangan yang pernah


negara Barat lersebut harus

dilalui
dilalui.

negara-

Dalam

konsep take off menjadi kata kunci


dalam tahapan pembangunan masyarakat
hal

ini,

dalam rangka mencapai kemakmuran dan


konsumsi yang mclimpah. Ada pula pendapat lain, yaitu

bahwa diperlukan

pencipta-

an suatu lingkungan hidup manusia yang


sesuai dcngan keinginan, yang bcrarti lebih

di-

rinya,

di sekitar

sili

Meskipun

hutan yang memiliki

teori

umum

di

sifat

sekitar-

tentang ekologi

juga berlaku pada berbagai tahapan perkembangan manusia, yang intinya menegaskan bahwa manusia mendiami dua dunia, yaitu
sosial.

an,

dunia alamiah dan dunia pranata

Dunia alamiah

terdiri dari

hewan, tanah, udara,

air,

tumbuh-

yang keberada-

an dan perkembangannya telah mendahului manusia dalam jutaan tahun. Dunia pranata sosial meliputi produk-produk kebu-

dayaan manusia, baik


gi)

maupun

nilai-nilai

fisik

(hasil

teknolo-

(kepercayaan dan ilmu

pengetahuan), yang digunakan untuk ke-

langsungan hidup manusia dalam menghadapi lingkungannya.

Keadaan masyarakat menjadi semakin


berkembang kctika teknologi juga semakin berkembang. Terjadi interaksi ekologis

yang lebih kompleks yang tidak

saja

meli-

313

MENGATASI KETERANCAMAN KEBUDAYAAN LOKAL

batkan manusia/masyarakat dengan alam


atau sumber daya alam yang ada di sekitar

tetapi interaksi itu

manusia

ngan komponen

teknologi.

ditambah de-

Teknologi pada

hakikatnya adalah produk dari pengetahu-

an manusia yang mendasarkan pada

spirit

rekayasa dalam rangka manusia menghadapi alam. Teknologi ini berkembang dari
tingkat yang sederhana hingga ke tingkat

yang lebih kompleks. Bebfirapa temuan teknologi dalam sejarah kebudayaan manusia
yang tua adalah ditemukannya benda-benda
seperti batu-batuan, logam-logam, dan api

yang digimakan untuk proses produksi da-

sosial

manusia yang ditandai dengan as-

pek penting, yaitu pcrkembangan dalam


pembuatan alat, organisasi sosial, dan komunikasi dengan bahasa.

Dengan pcrkembangan teknologi dalam


bercocok tanam maka manusia semakin meningkatkan produktivitas dalam mengadakan makanan. Bercocok tanam sejak dulu
berkembang pada "ekosistem hutan" dan
dengan teknologinya manusia memanipulasi hutan. Teknologi logam dan api

kini

yang ditemukan oleh manusia sangat

mem-

bantu dalam merekayasa hutan menjadi sum-

lam rangka pengadaan pangan manusia pa-

makanan manusia. Dengan logam pohonpohon dapat ditebang dan dengan api po-

da jaman dulu. Ditemukannya teknologi

hon-pohon yang sudah ditebang dan

yang paling sederhana tersebut ternyata telah mampu mengubah cara produksi dan

mak-semak belukar

sekaligus meningkatkan produktivitas

dalam

menghasilkan pangan.

Pada masa purba manusia berdiam di bumi ini secara berkelompok dan bersifat berpindah-pindah atau nomaden. Pola hidup se-

ber

se-

di sekitarnya dapat di-

bakar sehingga menjadi mineral penyubur


tanah.

Setelah hutan menjadi ladang

maka

mulailah ditanami dengan tanaman yang


menghasilkan makanan untuk manusia. Peng-

gunaan api juga telah memainkan per an


penting dalam cara bercocok tanam.

Dalam

mempengaruhi cara produksi ma-

masyarakat yang masih sederhana pola

kanan mereka berupa cara produksi dengan


mengumpulkan makanan yang ada di seki-

pembukaan hutan untuk dijadikan ladang

perti ini

tar

mereka, baik dengan cara berbura, me-

ngail,

dan memetik

hasil hutan tanpa

Tahap

ini

dinamakan tahap food gathering.

Setelah ditemukan cara

memproduksi ma-

kanan yang lebih produktif kebiasaan nomaden mereka berubah menjadi menetap
dan membentuk pemukiman atau sedentair.

sebagai slash

mem-

kecuali membakarnya.

proses lebih lanjut

atau areal pertanian lain sering

Dengan teknologi batu dan logam

and burn

Cara pertanian

dinamakan

agriculture.

seperti ini di

tanah air di-

namakan sebagai sistem perladangan

ber-

pindah sebab setelah beberapa periode

ta-

nah yang dibuka dan dibakar tersebut mulai

lai

humus mudan kesuburan menurun sehing-

mengalami
habis

deteriorasi karena

ga produksi pertanian juga turun. Pada fase tertentu tanah tersebut

akan ditinggal-

yang masih sederhana mereka mulai ber-

kan dan masyarakat desa hutan membuka

cocok tanam dengan membudidayakan tum-

ladang baru dengan cara yang sama. La-

buhan dan

bersifat

kembangan

ini

Pcrkembangan

menetap. Tahap per-

dang yang ditinggalkan

tersebut

akan "di-

dinamakan food producing.

istirahatkan" dan lambat-laun ditumbuhi

berlangsung selama be-

alang-alang dan terjadilah pembentukan

ini

ribu-ribu tahun

namun pada masa

benarnya telah

terjadi

itu se-

pcrkembangan

bio-

humus baru untuk kemudian pada suatu


saat setelah subur

digunakan kembali

se-

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/1999, No.

314

bagai lahan pertanian. Ini merupakan siklus

budayaan masyarakat mengatasi tantangan

dalam proses bercocok tanam

alam yang melingkupinya.

di lingkung-

an masyarakat hutan.

Dengan kebudayaan, baik

Meskipun secara universal

terjadi per-

kembangan peradaban, kenyataannya

tidak

non-fisik,

fisik

maupun

manusia dapat memanfaatkan sum-

ber-sumber daya hutan yang ada. Karena

maka dengan kebudaya-

semua masyarakat mengalami perkembangan pada jenjang yang sama. Dengan kata
lain, tidak semua manusia mengalami trans-

an orang dapat menjadi lebih

formasi sosial secara menyeluruh, masih ada

di sekitar

yang berada pada tahap sederhana. Walau-

pat mengatakan

bahwa masyarakat modern

pun tahap perkembangan nasional kita telah masih dalam fase "lepas landas", se-

yang tinggal

apartemen kota-kota besar

yang diperkenalkan oleh Rostow, ke-

yang tinggal

pejti

sifat relativitasnya

arif atau seba-

liknya lebih merusak sumber-sumber hutan

manusia berdomisili. Kita tidak da-

di

lebih baik daripada masyarakat tradisional


di pinggir

hutan di luar Jawa.

nesia yang masih memiliki keterbatasan da-

Mungkin yang dapat dikatakan adalah bahwa masyarakat modern lebih produktif da-

lam ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi di mana akti vitas berladang dan

lam mengelola sumber daya alam dengan


konsekuensi kemsakan alam menjadi sema-

berbum merupakan bagian dari hidupnya.


Ini berarti bahwa tata cara mempertahankan

kin cepat. Sebaliknya masyarakat tradisio-

hidup masih menjadi bagian dari kebuda-

cana pembangunan dan praktisi lapangan

namun mereka lebih dapat hidup selaras dengan alam. Ada pepatah menyatakan bahwa barang siapa berupaya menundukkan

perlu memperhitungkan kenyataan

alam mereka bukan

nyatannya masih ada masyarakat

di Indo-

yaannya. Untuk itu secara arif para peren-

ini.

nal kurang produktif dalam mengolah alam

nang akan

Masyarakat, Kebudayaan
Sumber Daya Hutan

dan

Kebudayaan bukanlah sesuatu yang


konstan tetapi merupakan variabel yang
dinamis. Kebudayaan secara

umum

dapat

berdiri sebagai

peme-

akan berada pada posisi

tetapi

yang kalah.

Demikian juga dengan eksploitasi sumber daya hutan, barang siapa yang berupaya melawan hukum ekologi hutan maka
akan berada pada

posisi kalah.

Secara tra-

didefinisikan sebagai hasil cipta, rasa dan

disional orang-orang lokal telah berupaya

karsa manusia. Kebudayaan manusia dapat

"hidup selaras" dengan ekologi hutan, na-

berbentuk

dayaan

fisik

dan

fisik seperti

mah, jembatan,

non-fisik.

Bentuk kebu-

alat-alat teknologi, ru-

pisau, jalan,

dan

Iain-lain.

Kebudayaan non-fisik adalah berupa sistem nilai, ilmu pengetahuan dan ideologi.
Kebudayaan ini bersifat relatif sebab perkembangannya tidak sama dan tidak memiliki nilai absolut tetapi setiap masyara-

kat memiliki

ciri

khas sendiri-sendiri. Ke-

budayaan berkembang sejalan dengan dinamika masyarakatnya, bahkan dengan ke-

mun dengan

hadirnya

HPH

eksploitasi ber-

langsung semakin intensif sehingga gangguan terhadap ekologi hutan (sosial-fisik)

semakin

tinggi.

Hingga saat

ini

ada dua

pemikiran besar yang secara diametral saling bertabrakan di Indonesia tentang aki-

bat pemanfaatan hutan oleh masyarakat di


luar Jawa. Pertama, perladangan secara ber-

pindah-pindah yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan merupakan bagian dari ke-

budayaannya menghasilk^n padang alang-

315

LOKAL
MENGATASI KETERANCAMAN KEBUDAYAAN
ekolo-

mengganggu
alang sehingga dapat
ini perlu "digi hutan. Perlakuan seperti
perusakkendalikan" agar tidak melakukan
berdasarkan inan secara berlebihan. Kedua,
sosioloformasi historis, antropologis dan

perladangan merupakan pro-^


kebudayaan masyarakat di sekitar hu-

gis kegiatan

ses

tan; kegiatan

ini tidak

perlu "dikendalikan"

masyarakat
sehingga tidak merusak dan

ti-

meredernis lainnya. Telah bertahun-tahun


pertanian dan perburuan bi-

ka melakukan

Merenatang tanpa melakukan perusakan.


secara
ka memang melakukan perladangan
berpindah-pindah tetapi memiliki komuniyang menetap di suatu kawasan pingtas

Perladangan yang berpindah


barn
tidak dengan cara membuka hutan

itu

cara
cara terus-menerus tetapi dengan

si-

gir hutan.

se-

Mereka akan meninggalkan ladangditumbuhi


nya setelah tidak produktif dan

klus.

dak mengalami keterasingan.

Pandangan pertama berasal dari kaum


modernis yang menganggap bahwa masya-

kembali ke ladang tersebut. Alang-alang

teknologi bersarakat lokal yang memiliki


bodoh sehinghaja adalah masyarakat yang
dididik
perlu dicerahkan. Mereka perlu

yang tumbuh itu merupakan sumber prodidatangi oleh


tein bagi mereka karena akan
ajang
kijang dan babi hutan yang menjadi

ga

tadan dibudayakan dalam hal mengolah


nah dan sistem pertaniannya. Pandangan
kekedua lebih memperhitungkan dimensi

budayaan sehingga melihat dan memahami


{local
sistem nilai dan pengetahuan lokal
knowledge) yang dimiliki oleh masyarakat.
Pandangan kedua menganut pemikiran re-

budaya sehingga berkeyakinan bahwa pengetahuan modern belum tentu lebih


"arif daripada pengetahuan tradisional.
lativitas

karena model pembangunan nasiomodernisnal lebih dibimbing oleh ideologi


me maka pandangan pertamalah yang men-

Namun

dalam gegap gempitanya pembangunan masyarakat kita. Bahkan pengamh-

jadi 'baku

nya sampai pada tingkat masyarakat

awam

bahwa yang melakukan perambahan hutan


adalah "orang-orang tradisional" tersebut.

Commans

(1987), seorang

pengamat ke-

budayaan yang hidup berpuluh-puluh tahun di kalangan orang Dayak di Kalimantan Timur, berpendapat

bahwa masyarakat

Dayak memiliki suatu sistem pertanian yang


sangat bijaksana. Mereka tidak semata-mata
merusak hutan

seperti

yang dituduhkan oleh

Depertemen Kehutanan ataupun kaum mo-

akan
alang-alang tetapi setelah 25 tahun

perburuannya.

Orang Dayak
kan hutannya

tidak pernah

mengguna-

lebih dari tiga kali

panen ka-

membuka hutan untuk mencari ladang baru. Ladang yang


rena setelah itu akan

ditinggalkan tersebut dalam waktu beberaKarl


pa tahun akan menjadi hutan kembali.
Pelzer (Sayogyo dan Sayogyo, 1983) juga
memberikan pernyataan yang membela keJ.

beradaan masyarakat tradisional penghuni


hutan yang tersudut

di

era

modern

ini se-

bagai berikut:
"Di Asia Tenggara ditemukan banyak bukti

merusak wajah
alam asli, mereka memusnahkan tata lingkungan. Tetapi yang menimbulkan kerusak-

bahwa manusia

seringkali

bukan orang "primitif atau "biadab"


yang tinggal di hutan-hutan Filipina dan
Malaysia, sebab jumlah mereka terlalu sesuku
dikit. Tetapi yang lebih penting lagi
an

itu

bangsa

'

asli

di

Asia Tenggara lebih

mema-

hami tata lingkungan di sekeliling mereka


dan selalu hati-hati agar sumber makanan
mereka tidak musnah. Mereka tidak pemah
menangkap ikan' lebih dari semestinya, tidak pemah menangkap hewan buruan lebih
dari semestinya, dan tidak pemah memusnahkan hutan lebih dari seperlunya".

316

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIII/I999, No.

Secara

umum

mereka memiliki kebiasaan


bahwa mereka hanya berladang, berburu,
dan mencari kayu bakar

di

hutan pada wak-

Masyarakat Desa Hutan dan Perladangan Berpindah: Kasus Dayak


di Kalimantan Timur

tu-waktu tertentu. Pengetahuan tradisional

dalam mciakukan produksi makanan ada dalam adat-istiadat mereka. Dengan kata lain

yang dilakukan terhadap suniT


ber daya hutan tidak berlangsung secara
nyesuaikan hukum-hukum alam dalam pengertian pengelolaan lokal mereka. Persoal-

an

sosial

bam muncul

ketika hadir kekuat-

an baru dari luar masyarakat yang mengeksploitasi hutan-hutan mereka.

perusahaan pemegang

wasan hutan ekologi

Ketika

HPH masuk
fisik

dan

di

sosial

kart^e-

rcka menjadi terganggu sebab ruang gerak

mereka

yang berakibat pada


pcrladangan mereka menjadi pendek.
dibatasi

siklus

pang kehidupan mereka. Di hutan terdapat


berbagai macam makanan, hewan, tumbuhah yang menjadi sumber makanan mere-

pan dan

di

mana

historis tentang ka-

cara berladang berpindah-

pindah

ini dimulai.

Dayak

di

Namun

bagi masyarakat
Kalimantan Timur cara produksi

lama dilakukan sejalan de-

ngan peradaban mereka sejak nenek moyangnya. Kalau demikian, sistem perladang-

an berpindah-pindah sudah dilakukan beberapa abad yang lalu jauh sebelum wilayah negara Republik Indonesia terbentuk.
Pendek kata masyarakat Dayak sudah me-

pakan bagian tradisinya yang paling tua.


Hal ini dapat dibandingkan dengan sistem

Problem

muncul ketika pemerintah berusaha mengubah dan mengganti


lalu.

pola perladangan berpindah dengan pola


pertanian menetap seperti di Jawa.

sum-

ber ekonomi, sebab hasil-hasil hutan seperkayu, rotan, damar, dan Iain-lain dapat di-

Dayak

di

Kalimantan Timur

apabila ingin

membuka hutan maka

dang hams meminta

pela-

kepada ketua su-

ijin

ku. Apabila

dalam berladang tidak membu-

ka tidak perlu meminta

ka hutan

tetapi

cukup menggunakan

si-

ijin

suku. Kedua, mencari tanah yang ber^var-

hutan tidak dapat dipisahkan dari hutan-

na hitam pekat dan gembur (Ngo, 1990) karena lahan seperti

ini

kepada kcpala

anlropologis masyarakat desa

memisahkan me-

pi

dup mereka. Dengan demikian secara

histo-

teta-

klus ladang yang telah diistirahatkan ma-

Setiap upaya untuk

Ada bermacam-macam suku dalam ma-

dan menghasilkan uang yang


dapat digunakan untuk kelangsungan hi-

jual di pasar

nya.

dalam berladang mereka memiliki pola


yang sama (Mubyarto, dkk. 1992). Pertama,

maupun

sosial

syarakat

ris

juga sudah berkembang beberapa abad yang

guan terhadap ekologi hutan merupakan


gangguan terhadap keamanan pangan me-

ti

lakukan sistem perladangan berpindah lebih


dari lima puluh tahun yang lalu dan meru-

Hutan menjadi semacam food security


bagi masyarakat desa hutan. Setiap gang-

selain itu hutan menjadi

seperti ini telah

ka.

Bahkan

'

pertanian sawah yang menetap di Jawa yang

Bagi masyarakat desa hutan, hutan merupakan sumber daya yang menjadi peno-

reka.

Tidak ada informasi

eksploilasi

lerus-menerus tetapi dengan ritme yang me-

subur dan akan men-

reka dari lingkungan hutan akan

membawa

datangkan hasil pertanian yang baik. So-

dampak pada penurunan kcscjahteraan mereka yang dapat mendorong munculnya ke-

han

resahan

daunan bcrwarna

sosial.

lain itu
itu

pohon-pohon yang ada dalam

la-

hams berdiameler 20 cm. pucuk

de-

hijau,

dan lahan ditum-

<

ivIENGATASI

317

KETERANCAMAN KEBUDAYAAN LOKAL

buhi pakis. Ketiga, melakukan penebangan

nah yang memadai maka akan dibakar un-

dan pembakaran wilayah yang telah

tuk dijadikan ladang kembali.

kan secara

adat.

ditetap-

Membakar mempakan

ak-

tivitas

tanaman yang dibudidayakan oleh

Jenis

untuk mematikan tumbuh-tumbuhan

yang sulit ditebang dan sekaligus melepas-

kan unsur-unsur mineral dari pepohonan


yang bemanfaat untuk menyuburkan tanah
(Dove, 1988).

masyarakat Dayak pada

Kedua

padi dan mentimun.


itu

umumnya
jenis

adalah

tanaman

ditanam dalam satu areal pertanian.

Mentimun digunakan
ga bagi

si

sebagai pelepas daha-

peladang ketika dia

hams men-

Dalam membakar hutan masyarakat Da-

jaga tanaman padinya atau ketika dia me-

yak tidak melakukannya secara sembarang


seperti persepsi masyarakat irnium di Jawa

manen. Panen padi dilakukan setahun sePeladang juga

kali.

menanam

jagung, ubi

Mereka melakukan dengan teknik dan pengetahuan lokal yang memadai. Menurut pengamatan Dove (1988) ada

kayu, tebu, kacang panjang, labu dan ka-

dalam pembakaran ladang

digunakan untuk mendukung hidup. Tanaman tambahan ini di samping diguna-

selama

ini.

tiga langkah

yang akan dibakar dengan ladang lain atau


dengan hutan. Caranya adalah dengan me-

dang-kadang karet

ladang me-

Juga ditanam cabai dan bayam yang

reka.

kan

di sebagian

sendiri juga dijual

untuk ditukarkan de-

nyisakan sebidang tanah yang menjadi pem-

ngan bahan-bahan kebutuhan lainnya. Se-

batas antarladang atau hutan. Kedua, pela-

lain itu

dang yang melakukan pembakaran hams


memberitahukan aktivitasnya kepada pela-

perti

dang

lain

yang arealnya berdekatan sehing-

ga areal tetangga tidak ikut terbakar. Ketiga, cara

membakar pada

sisi asal

angin dan

mereka juga berbum binatang sekijang, babi hutan, bumng, dan ikan

yang ada

di

hutan atau mengambil hasil

tumbuhan hutan

seperti rotan,

damar dan

Kayu digunakan untuk kebutuhan


sedang rotan dan damar dijual di

kayu.

sen-

diri

luar

masyarakat Dayak.

peladang bergerak mengikuti arah angin.

Ada

Setelah ladang tidak produktif karena di-

tiga mitos

masyarakat Dayak yang

umum

yang kebenaran

pakai untuk bcrcocok tanam beberapa kali

berkembang secara

maka ladang akan diistirahatkan untuk kemudian ditumbuhi alang-alang. Bagi masyarakat Dayak munculnya padang alang-

dari mitos itu perlu dipertanyakan (Dove,

alang di bekas ladang mereka bukanlah in-

pengerjaan lahan pertanian dan pembagi-

dikasi kerusakan lingkungan.

Padang alang-

alang menjadi tempat perburuan mereka karena satwa kijang dan babi hutan akan

suk dan
ini

memakan

ma-

alang-alang muda. Areal

menjadi sumber makanan terutama pro-

tein bagi

masyarakat Dayak. Dengan demi-

1988). Pertama, karena sistem sosial bersifat

an

komunal, dalam hal pemilikan lahan,

hasil,

maka kurang ada

menaikkan produksi ladang. Kedua, perladangan berpindah yang dilakukan oleh


masyarakat Dayak

memsak lingkungan

tan dan ekologi sekitarnya. Ketiga,

hu-

mereka

kurang memiliki motivasi dalam berkompe-

kian alang-alang bukanlah gulma yang me-

lisi

rusak tanaman tetapi memiliki fungsi areal

dak berlaku karena scbuah

perburuan. Sctclah cukup waktu, kurang

telah

le-

motivasi untuk

di pasar.

Ketiga mitos

itu

ternyata

ti-

hasil penelitiian

menyangkalnya (Ngo, 1990). Bahwa

bih 25 tahun, alang-alang tadi sudah ditum-

kepemilikan tanah dalam masyarakat Da-

buhi hulan baru dan memiliki kcsuburan ta-

yak bcrupa Icnaga maka pcngolahannya di-

318

ANALISIS CSIS, Tahun XXVIll/1999, No.

lakukan secara bersama-sama. Mitos-mitos

eksploitasi hutan secara' modern. Misalnya

tersebut perlu dihilangkan bila

saat ini sulit

upaya me-

ditemukan rotan yang ber-

nyejahterakan masyarakat Dayak ingin di-

kualitas baik karena bibit-bibit rotan

capai dalam pembangunan.

yang

Problem sosial muncul ketika keseimbangan ekologis masyarakat Dayak terganggu dengan hadirnya pengelolaan hu-

kas pohon-pohon besar. Juga banyak satwa

hutan yang berkurang dan ini merupakan


proses penurunan pemenuhan kebutuhan

tan dengan sistem modern yang dilakukan

protein bagi masyarakat lokal. Misalnya,

oleh perusahaan-pemsahaan

secara tradisional di Sebuku ada gua sarang

pemegang HPH.
Ada dua dampak utama yang ditimbulkan
oleh kehadiran

HPH

di hutan

dan wilayah

masyarakat tradisional penghuni desa-desa


hutan, yaitu
gatif.

dampak

Dampak

positif

dan dampak ne-

positifnya adalah

sil

pertaniannya di base

pemsahaan HPH.

camp perusahaan-

modern pemang-

burung yang dikelola oleh penduduk

lokal.

Tetapi karena hutan telah dikapling-kapling

maka
hak

bahwa ke-

butuhan uang tunai masyarakat lokal dapat dipenuhi dengan cara menjual hasil-ha-

terlindas oleh alat-alat

banyak

masyarakat lokal tidak ber-

tiba-tiba

lagi atas

pengelolaan goa tersebut.

Masyarakat lokal kurang terintegrasi


cara ekonomi karena persoalan

SDM,

se-

kuali-

produk, dan Iain-lain yang berbeda se-

tas

hingga mengalami marginalisasi. Kalau hal-

yang

hal tersebut dibiarkan berlarut-larut

maka

dijual meliputi jagung, sayur, ketela, cabai,

gejala keterasingan masyarakat lokal

akan

buah-buahan, dan hasil buruan. Uang

semakin

Hasil-hasil pertanian

tu-

tinggi.

Ini

merupakan kondisi ke-

nai tersebut kemudian digunakan untuk

rentanan sosial yang dapat

membeli kebutuhan sehari-hari mereka

nya keresahan

perti sabun,

gula,

Dampak

dan minyak tanah.

negatif kehadiran

masyarakat desa hutan


syarakat

se-

akan menimbulkan gejolak

HPH

bagi

umumnya dan ma-

Dayak khususnya adalah

siklus

perladangan menjadi pendek, produktivitas pertanian

menjadi menurun, menurun-

nya hasil hutan, dan keterasingan

sosial ka-

rena kurang terjadi integrasi dalam

mode

of production. Karena hutan dan wilayah


sekitar telah dikapling-kapling oleh perusa-

haan pemegang

HPH maka

rang lebih lima tahun

kan kasus baru,

di

saja.

sosial atau

memicu timbulbahkan mungkin

bih besar. Oleh karena


tu

itu

sosial

pemahaman

dan simpati

an,

pemegang

dan

partisipasi

lokal diper-

kultur dan cara produksi

masyarakat tersebut. Selain


pati

le-

untuk memban-

perkembangan masyarakat

lukan

yang

itu

dari perencana

HPH

sikap em-

pembangun-

dan aparat birokrasi

masyarakat lokal merupa-

kan kunci bagi terlaksananya program Bina

Desa Hutan

di

Indonesia.

siklusnya ku-

Bahkan ditemu-

mana ladang hanya

di-

istirahatkan selama tiga tahun dan terpak-

Kemungkinan Pengembangan Masyarakat Desa Hutan


Ada

lima departemen yang terlibat da-

sa harus digunakan kembali karena lahan

lam mengatasi sistem perladangan berpin-

yang semakin

dah, yaitu Departemen Kehulanan, Pertani-

tivitas

terbatas.

Akibatnya produk-

pertanian menurun. Ini terbukti de-

ngan kasus penurunan produksi

an, Transmigrasis

Dalam

Negeri, dan Sosial.

ketela po-

Departemen Kehulanan mengembangkan

Nunukan dan Sebuku pada tahun

program Kehutanan Sosial dan Bina Desa

1980-1990. Menurunnya hasil hutan karena

Hutan. Departemen Pertanian memberikan

hon

di

319

MENGATASI KETERANCAMAN KEBUDAYAAN LOKAL

kesempatan kepada peladang untuk mengikuli program PIR/Trans. Departemen Dalam

untuk mereka bukan semata-mata mening-

Negeri memiliki program penataan desa pe-

nya

ladang dan penggabungan desa-desa men-

tensi adat-istiadat

jadi satu wilayah administratif agar

mudah

katkan

kemampuan

tetapi

ngan kata

produktivitas material-

juga penghargaan terhadap eksis-

lain,

dan kebudayaannya. De-

sistem pertanian berladang

teijangkau oleh pelayanan pemerintah. De-

harus diakui sebagai bagian dari sejarah

partemen Sosial melakukan program pemukiman masyarakat terasing. Berdasarkan jum-

dan kebudayaan masyarakat peladang, seperti juga pengakuan masyarakat dengan

yang menangani masalah

corak pertanian sawah sebagai bagian dari

peladang berpindah tersebut dapat dijadikan

kebudayaan Jawa. Pertanian berladang harus diberi hak hidup bukan untuk diganti-

lah departemen

bahwa pemerintah Indonesia memikomitmen yang tinggi atas perbaikan

indikasi
liki

nasib

kaum peladang

berpindah.

kan dengan sistem pertanian yang berasal


dari kebudayaan Jawa. Hanya saja, dalam

'

perladangan tersebut yang perlu dikembang-

Sayangnya program tersebut masih jauh

belum

dari sasaran atau

berhasil

membuat

masyarakat peladang berpindah menjadi


bih sejahtera. Menurut

Ngo

kan adalah keterampilan, teknologi dan pengetahuan ekologi sehingga pertanian


tidak

(1990) ada be-

implementasi program tersebut. Pertama,


kita

masih

bersifat

modernis. Artinya para perencana pemba-

ngunan masih menganggap bahwa

merusak lingkungan. Selain

seyog-

proses produksi.

Upaya

ini

akan mence|

gah areal perusahaan-perusahaan pemegang

HPH

menjadi semacam enclave yang bersi-

fat asing

bagi masyarakat lokal yang ting-

gal di sekitar hutan

nya "membangun" sistem perladangan berpindah. Kedua, kurang terjadi koordinasi


di

lapangan dalam implementasi program

mengatasi kaum

peladang. Akibatnya ka-

dang terjadi tumpang-tindih atau tarik-menarik yang justru

membingungkan masya-

rakat desa hutan sendiri. Ketiga, sentralisasi

dalam pengambilan kebijakan pemba-

ngunan

terlalu

kaku dan kurang responsif

tcrhadap aspirasi yang datang dari masyarakat lokal.

Olch karcna

itu

alternatif

pembangunan

bagi masyarakat desa hutan agar mencapai kesejahteraan

yang

berarti harus

berwa-

industri tersebut.

nian ladang berpindah. Akibatnya kebijak-

an yang diambil adalah "mengendalikan"


sistem perladangan berpindah dan bukan-

reka juga diintegrasikan sebagai bagian da-

pertani-

an menetap lebih produktif daripada perta-

itu

yanya dalam pengelolaan hutan resmi me-

ri

pembangunan

ini

le-

berapa faktor yang menjadi kendala dalam

orientasi

KEPUSTAKAAN
Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Dayak: Dahulu, Sekarang,

Masa

Depart. Jakarta:

PT

Gramedia.

Dove, Michael R. 1988. Sistem Perladangan di


Indonesia: Suatu Studi Kasus di Kalimantan
Barat. Yogyakarta: Gadjah

Mada

University

Press.

Ngo, Mering. 1990. "Inilah


Prospek,

13

Peladang" dalam

Oktober, 51-58.
|

Mubyarto, dkk. 1992. Desa-desa Perhatasan


di Kalimantan Timur. Yogyakarta: Propinsi
Jambi, Yogyakarta: P3PK UGM dan Adilya

'

Media.

Sayogyo dan Pudjiwati Sayogyo. 1983. Sosiologi Pedesaan (2). Yogyakarta: Gadjah Mada

wasan

historis

dan budaya. Pembangunan

University Press.
j

Para Penulis

Ariono Abdulkadir.
Wakil Ketua Yayasan

Hadi

Institut Indonesia

untuk Ekonomi Energi, Jakarta.

Soesastro.

Direktur Eksekutif CSIS, Jakarta.

Heru Nugroho.
Staf Pengajar jurusan Sosiologi
Pascasarjana, Universitas Gadjah

Ign.

FISIPOL dan pengelola Program


Mada, Yogyakarta.

Studi Sosiologi. Program

Ismanto

Staf peneliti pada Departemen Politik CSIS, Jakarta.

M.

Sudibjo.

Staf peneliti pada Departemen Politik CSIS, Jakarta.

Mangara Tambunan.
Pengunis Pusat ISEI dan Managing Director Center

for

Economic and Social Studies

(CESS), Jakarta.

Patrick Merloe.

Anggota Senior untuk Proses Pemilihan, Lembaga Demokratik Nasional untuk Urusan
Intemasional

Sigit

(National Democratic Institute/NDI), Amerika Serikat.

Rochadi.

Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Nasional,

Jakarta.

Naskah

Naskah-naskah untuk ANALISIS CSIS hendaknya diketik dengan jarak dua

spasi,

sepanjang 20-30 halaman kuarto, termasuk referensi dalam bentuk catatan kaki
dan/atau daftar bacaan. Pengiriman naskah hendaknya disertai disket 3/4" dengan

menyebutkan program yang digunakan. Redaksi berhak menyunting


akan dimuat tanpa mengubah maksud dan

isinya.

tulisan

yang

Cantumkan nama lengkap, alamat

dan riwayat hidup singkat penulis. Untuk tulisan-tulisan yang dimuat disediakan
imbalan yang pantas. Naskah-naskah yang tidak dimuat akan dikembahkan jika
disertai

dengan perangko secukupnya. Surat menyurat harap dialamatkan ke Redaksi

ANALISIS CSIS.

Langganan

Harga pengganti ongkos cetak Rp 10.000,00 per eksemplar; langganan setahun (4


nomor, sudah termasuk ongkos kirim biasa)

Rp

35.000,00. Surat menyurat yang ber-

hubungan dengan langganan ditujukan ke Biro Pemasaran, CSIS.

Alamat

CENTRE FOR STRATEGIC AND INTERNATIONAL STUDIES


Jalan

Tanah Abang

111/23-27, Jakarta

10160

Telepon: (021) 3865532 s/d 3865535; Fax: (021) 3847517; 3809641.

Anda mungkin juga menyukai