Anda di halaman 1dari 13

Perspektif untuk Perbandingan

Perilaku Pemilih
Adi Prayitno
3 model pendekatan
• Sosiologis
• Psikologis
• Pilihan rasional/ Rational Choice
Model sosiologis
Dua variabelnya yaitu Partisipsi Politik dan Pilihan Politik
• Pendidikan
• Pekerjaan dan tingkat pendapatan
• Kelas sosial/Ideologi
• Agama
• Ras dan Etnik
Model Sosiologis
• Model ini paling awal muncul studi perilaku pemilih. Berkembang di eropa dan
Amerika pada 1950 an.
• Inti dari pendekatan ini: partisipasi seseorang dalam pemilu (voter turn out) karena
sadar akan pentingnya pemilu utk diri dan masyarakat. Hasil pemilu akan
menentukan kebijakan publik yg berkaitan dengan warga.
• Biasanya yang memikili kesadaran terlibat dalam voter turn out adalah mereka yang
relatif berpendidikan. Selain itu, pekerjaan/atau jenis pekerjaan, dan tingkat
pendapatan juga menajadi faktor dalam memilih.
• Orang yg memiliki status sosial ekonomi baik cenderung ikut pemilu bila memiliki
jaringan sosial lebih memungkinkan terjdinya mobilisasi politik. Orang yang aktif di
lembaga formal/non formal juga lebih cenderung terlibat dalam pemilu. Contoh
organisasi agama/kedaerahan, buruh, petani, klub olahraga, seni budaya, dll
….sosiologis
• Setelah partisipasi, pertanyaan berikut adalah soal pilihan politik thd calon atau partai
partai politik?
• Pemilih dgn latar belakang kelas sosial bawah cenderung akan memilih calon/partai yg
memperjuangkan mereka. Misalnya di Eropa, buruh cendeung memilih Partai Buruh
atau sosialis. Di Amerika pemilih dari kelas sosial rendah condong memilih Partai
Demokrat krn dianggap memperjuangkan kehidupan mereka ketimbang Partai Republik.
• kelas sosial berkaitan dengan platform partai. Di AS, Partai Demokrat lebih
menekankan pada kesejahteraan sosial, medicare, sosial security dan banyak
melibatkan pemrintah. Republik sebaliknya pasar bebas dan mengurangi intervensi
pemerintah.
• Jadi, kelas sosial berkaitan dengan Ideologi. Di Barat ideologinya terbagi 2: Kanan (kelas
borjuis) dan Kiri (kelas bawah).
Kasus Indonesia..
• Kepentingan politik kelas terarikulasi dalam politik kepartaiain thn 1950
dan paruh pertama 1960 an
• PKI misalnya: kelas buruh dan petani
• PNI: berasal dari aristokrasi jawa meski banyak yg pro kelas sosial bawah
• PSI: dari kelas atas, kelompok terpelajar kota yg pandangna politiknya
paralel dengan demokrasi liberal barat
• NU: kelas sosial atas pedesaan seperti tuan tanah
• Awal Orde Baru-reformasi politik berabasis kelas mulai pudar. Thn 1999
48 partai
Sosiologis…. agama
• Agama juga menjadi faktor penting dalam pendekatan model sosiologis
• Orang cenderugn memilih partai atau calon yg memiliki karakteristik
keagaman yang sama. Misalnya Islam cenderung memilih partai Islam.
Di AS, Partai republik pendukungnya mayoritas Protestan, relative
konservatif. Partai Demokrat mayoritas Katolik cenderung secular
• Indonesia: partai Islam seperti Masyumi, NU, PSII, dan Perti. Partai
sekuler seperti PNI, PKI, dan PSI
• Orde baru politik aliran semacam ini mulai memudar. Kategori Islam
menurut Geertz mulai tak relevan. Partai Golkar misalnya banyak dari
kalangan Islam santri
….sosiologis RAS dan Ektik
• RAS dan Etnik menjadi faktor dominan dalam model sosiologis.
• Partai yang secara tradisional memperjuangkan kesetaraan ras dan
etnik minoritas cenderung dipilih oleh kalangan minoritas. Dengan
kata lain, kesamaan ras dan etnik antara pemilih dan calon/partai
cenderung memengaruhi pilihan pemilih.
• Di AS, katolik cenderung berada di lapisan bawah di banding
protestan. Begitu juga dengan kulit hitam berada di lapisan bawah
ketimbang kulit putih
• Di Indonesia, mislanya dikotomi jawa dan non jawa dalam konteks
pilpres.
Model Psikologis
• Pemilih yang memiliki daya sosial-ekonomi memadai, berada dalam jaraingan
sosial yg bisa dijangkau oleh calon/partai belum tentu berpartisipasi dalam
pemilu, jika ia tidak tertarik atau memiliki kedekatan psikologis dengan
calon/partai.
• Model Psikologis memperkenalkan budaya demokrasi (civic culture) atau
budaya partisipasi politik.
• Inti aliran ini: seorang warga berpartisipasi dalam pemilu bukan karena faktor
ekonomi-sosialnya lebih baik, akan tetapi karena ia tertarik dengan politik,
punya perasan dekat dengan partai tertentu (Party ID), punya informasi yang
cukup utk menentukan pilihan, dukungannya berasa berarti, dan percaya
bahwa pilihannya dapat ikut memperbaiki keadaan (political efficacy).
Terlibat dalam Politik
• Pengetahuan/informasi politik
• Tertarik ke politik
• Partisanship (identitas partai)
• Political efficacy, perasaan mampu memahami dan menentukan
keadaan keadaan
• Dalam faktor psikologis terbangun sebuah persepsi dan sikap partisan
seseorang karena proses sosilisasi politik yang dialaminya.
• Sosialisasi adalah proses penerimaan seseorang terhadap informasi
melalui keluarga, lingkungan sosial, tempat kerja, media, teman main
dan lain lain.
• Model psikologis mecakup party ID (identitas partai).
Model Pilihan Rasional
• Model ini lahir sebagai kritik thd model psikologis, dimana party ID
cenderung tidak stabil.
• misalnya,: Pemilu 1999 PDIP dapat 34%, Golkar 23%,
• Pemilu 2004 PDIP menurun drastis 18,5%, Golkar stabil di 23% dan
tertinggi
• Pemilu 2009 Demokrat ke luar sebagai pemenang 21% (2004 hanya
7%), PKS juga naik. Golkar turun jadi 14 %
Model Rasional
• Inti dari pemikiran ini adalah berdasarkanuntung dan rugi. Klo bisa modal
sedikit tapi untung banyak.
• Menjadikan pemilu sebagai barang publik (public good)
• Tapi kenapa masih ada orang yang berpartisipasi? Itu karena kesniscayaan
demokrasi.
• Apakah dengan ikut pemilu dapat merubah kondisi ekonomi seseorang?
• Model Rasional bertumpu pada asumsi bahwa pilihan politik banyak
ditentukan oleh evaluasi terhadap kondisi ekonomi seseoranga atau kolektif.
• Evaluasi ekonomi ini akan memberikan reward dan punishment terhadap
pejabat yg sedang menjabat

Anda mungkin juga menyukai