Anda di halaman 1dari 10

INVENTARISASI PERMASALAHAN

DALAM PENANGANAN TINDAK


PIDANA PEMILU

Sebagai bahan diskusi pada “Rapat Koordinasi Nasional Sentra Penegakan


hukum Terpadu” di Hotel Grand Mercure Kemayoran

Senin-Rabu, 19-21 September 2022


PERBEDAAN PENAFSIRAN DALAM PEMBUKTIAN

1. Masih muncul adanya perbedaan penafsiran dalam pembuktian antara Bawaslu, Polisi dan
Jaksa, termasuk adanya keterangan saksi ahli yang sudah diperiksa oleh penyidik tetapi tidak
diterima oleh Jaksa.
2. Perbedaan penafsiran dalam pembuktian pada tahapan Pemilu yang memenuhi kualifikasi
pidana Pemilu atau Pelanggaran administrasi semata, seperti indikasi pemalsuan dokumen
untuk memenuhi syarat-syarat tertentu, apakah cukup administratif atau diproses juga dugaan
tindak pidananya?
3. Potensi penyalahgunaan data pribadi terhadap pencatutan anggota Partai Politik yang
didaftarkan. Dalam ketentuan Pidana Pemilu UU No. 7 tahun 2017 hal tersebut tidak diatur.
Apakah bisa digunakan UU lainnya?
4. Masih terdapat perbedaan tafsir norma yang berkaitan dengan frase "menguntungkan dan
merugikan" apakah delik formil atau materil? Hal tersebut pada akhirnya berimplikasi
terhadap pembuktian
PEMAKNAAN NORMA TINDAK PIDANA PEMILU

1. Masih terdapat perbedaan pemaknaan unsur pasal, olehnya itu diperlukan adanya
persamaan persepsi.
2. Pada rapat pembahasan, seringkali penafsiran unsur pasal bisa berbeda meskipun
menghadapi soal yg sama
3. Pasal 280, masih terdapat perbedaan pemaknaan unsur Peserta (peserta pemilu atau
peserta kampanye);
4. Pemaknaan kampanye diluar jadwal perlu ada kesepahaman, kampanye di masa sebelum
PSU apakah dapat dikualifikasi sebagai masa tenang?
5. Pembuktian : Penggunaan Dokumen Palsu apakah harus ditemukan dahulu Pemalsu
Dokumennya?
6. Unsur Penghinaan apakah harus menyebut nama orang yang dihina?
KOORDINASI SENTRA GAKKUMDU TERUTAMA DI KAB PEMEKARAN YANG BELUM
MEMILIKI KANTOR KEJAKSAAN/ KEPOLISIAN

1. Letak geografis dan sebagai daerah otonomi baru yang belum mempunyai kantor kejaksaan
dan polres sendiri sehingga agak sulit jangkauan rekan-rekan gakkumdu dari unsur kepolisian
dan kejaksaan.
2. Masih terdapat Kabupaten yang belum ada kantor kejaksaan sendiri, sehingga untuk personil
gakkumdu dari unsur kejaksaan, masih ikut kejaksaan di Kabupaten yang lain, sehingga
pola koordinasi lambat, dan tidak maksimal, termasuk pihak kejaksaan tidak dapat melakukan
piket, dikarenakan jarak yg jauh, dan keterbatasan personil.
RAPAT PEMBAHASAN SENTRA GAKKUMDU

1. Personil SG yang mengikuti pembahasan 1 berbeda denan personil yg mengikuti


pembahasan ke 2 dengan penafsiran berbeda
2. Perbedaan penafsiran serta ego masing-masing instansi yang menyebabkan pembahasan
tahap dua tidak dapat dilanjutkan
PERSONIL SENTRA GAKKUMDU

1. Terkadang personil baik dari kejaksaan maupun kepolisian yg sdh di tunjuk tiba-tiba dimutasi,
sehingga akan sering merubah komposisi keanggotaan terlebih lagi persyaratan sertifikat
penyidik apabila disyaratkan akan menjadi kendala
2. Luas wilayah kadang tidak sebanding dengan jumlah penyidik kepolisian dan jaksa
3. Sering tertunda rapat karena menunggu kehadiran personil Gakkumdu lainnya yang masih
deberi tugas di instansi masing-masing
SATU GAKKUMDU (KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN)
MEMILIKI 2 WILAYAH HUKUM ATAU LEBIH

1. Kabupaten pesisir barat hanya ada kantor cabang kejaksaan negeri lampung barat di krui.
Bagaimana pola penanganan perkara apakah tetap di cabang atau di limpahkan ke kejaksaan
negeri lampung barat?
2. Di Kabupaten Pulau Taliabu, belum terbentuk Polres sehingga dalam pembentukan Sentra
Gakkumdu dari unsur Kepolisian masih bergantung kepada Polres kabupaten kepulauan sula
sebagai kabupaten Induk yang secara geografis terpisah kepulauan. sehingga menyulitkan
koordinasi
3. Karena satu gakkumdu kepolisian dan kejaksaan meliputi dua kabupaten dan juga
keterbatasan personil kejaksaan sehingga kadang saat pembahasan kedua dan ketiga
dihadiri oleh jaksa yang berbeda, mengakibatkan terjadinya perbedaan persepsi, dan juga
kendala geograpis bisa mengakibatkan keterlambatan personil ketika ada pembahasan yang
mendesak
4. Terdapat 4 kabupaten di Aceh yakni kab. Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara dan Aceh
Besar dengan 2 atau lebih wilayah hukum kepolisian. Membutuhkan penambahan personil/
penyidik. selain penambahan khusus penyidik, aoakah untuk penanggung jawab struktural
SG yakni penasehat, pembina dan koordinator dari unsur kepolisian dapat ditambahkan
DUKUNGAN ANGGARAN

1. Banyak kasus atau butuh tambahan keterangan dan bukti, sering tidak dapat dilakukan
karena kurangnya dukungan anggaran
2. Belum tersedianya anggaran sentragakumdu di Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kab/Kota
untuk tahun 2022
3. Anggaran Pokja Gakkumdu belum terfasilitasi
4. Tidak ada biaya penyidikan, pemberkasan, saksi ahli, dan biaya operasional sehingga hal
tersebut sangat berimplikasi terhadap kinerja SG
5. Dukungan anggaran untuk pemeriksaan saksi Ahli sangat minim mulai dari tahap penyelidikan
hingga tahap penyidikan
6. Honor personil Kejaksaan yg membawahi beberapa wilayah bagaimana? Karena nama yg
sama termasuk biaya operasionalnya, apakah bisa dibayar dobel?
7. Personil gakkumdu lebih banyak dari yang dianggarkan di RKA
8. Masalah anggaran yg tidak memadai, ada perbedaan kemahalan pembiayaan perkata yg ada
pada polisi dan jaksa dgn ketersediaan anggaran du Bawaslu, jumlah anggaran diBawaalu
lebih sedikit dari pada kebutihan riil SG
LAIN-LAIN

1. Belum adanya ruangan khusus gakkumdu yang memadai serta perangkat pendukungnya baik
di tingkat bawaslu provinsi maupun tingkat bawaslu kabupaten kota
2. Upaya kesulitan menghadirkan saksi pada saat proses klarifikasi. Efek dari kesulitan
menghadirkan saksi, bisa mmyebabkan kasus daluarsa karena pemeriksaan di batasi waktu
3. Jika di gakkumdu dinyatakan tidak memenuhi unsur apakah diproses sebagai pelanggaran
administrasi
Sekian, Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai