Anda di halaman 1dari 21

POTENSI PELANGGARAN

PADA PEMILU 2024

Sri Wahyu Ananingsih


Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Boyolali, 8 Nopember 2022


Pemilu serentak 2024 menggabungkan antara
Pemilu legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden serta Pemilihan/Pilkada

Pemilu 14 Februari 2024


UU No.7/2017
Pemilihan 27 November 2024
UU No.10/2016

RUU Pemilu (yang menggabungkan pengaturan Pemilu dan Pemilihan) ditarik dari Prolegnas
Tahun 2021, konsekuensinya Pemilu dan Pemilihan ke depan akan diselenggarakan dengan
tetap berpedoman pada dua Undang-Undang yang berbeda, yaitu UU 7/2017 (UU Pemilu) dan
UU 1/2015 berserta perubahannya (UU Pemilihan).

❑Perbedaan antara kedua peraturan ini bisa berpotensi membingungkan bagi peserta
Pemilu/Pemilihan dan pencari keadilan.
ISU DALAM PENANGANAN PELANGGARAN PIDANA

PEMILU
PILKADA
1. Batas waktu penanganan pelanggaran 7+7 hari kerja 1. Batas waktu penanganan pelanggaran 3+2 hari
kalender
2. Pembentukan Sentra Gakkumdu dengan Perbawaslu
2.Pembentukan Sentra Gakkumdu dengan
3. Proses penyidikan, penuntutan dan persidangan Peraturan Bersama
dikenal adanya pemeriksaan in absentia 3.Tidak mengenal pemeriksaan in absentia
4. Pengaturan mahar politik tidak ada sanksi pidana 4.Pengaturan mahar politik ada sanksi pidana
5.Ancaman sanksi pidana politik uang pidana
5. Ancaman sanksi pidana politik uang pidana penjara penjara paling lama 72 bulan dan denda paling
paling lama 2 th dan denda paling banyak 24 Juta banyak 1 Milyar
6. Tidak diatur mekanisme penggeledahan, penyitaan, 6. Diatur mekanisme penggeledahan, penyitaan,
dan pengumpulan alat bukti pada penyelidikan dan pengumpulan alat bukti pada penyelidikan
dan penyidikan
Konsep sanksi pidana dalam UU 7/2017 hanya berupa pidana maksimum, sementara dalam
UU Pemilihan menggunakan pidana minimum dan maksimum. Namun keduanya memiliki
kesamaan, yaitu menerapkan pidana kumulatif berupa pidana penjara dan denda.

Norma pidana dalam UU Pemilihan dinilai lebih baik dibandingkan dengan UU 7/2017.
Misalnya untuk perbuatan politik uang, UU Pemilihan mengatur subyek “setiap orang” dan
tidak terbagi dalam tahapan pemilihan, sementara pada UU 7/2017 subyek terdiri dari
“Pelaksana Kampanye”, “Peserta Kampanye”, “Tim Kampanye” dalam tahapan kampanye
dan masa tenang, serta subyek “setiap orang” dalam pemungutan suara.
Norma di UU Pemilihan mengatur penerima politik uang dapat dikenakan sanksi pidana
sementara di UU Pemilu tidak diatur tentang hal itu.

Ancaman pidana dalam UU Pemilihan lebih tinggi dibandingkan dengan UU 7//2017. Poitik
uang dalam UU Pemilihan diancam pidana penjara sampai dengan 72 bulan (6 tahun) dan
denda paling tinggi 1 milyar, sedangkan dalam UU 7/2017 paling tinggi pidana penjara 4
tahun dan denda paling tinggi 48 juta
• Tindak pidana Pemilu PELANGGARAN PEMILU • Pelanggaran
merupakan pelanggaran atau administratif
kejahatan terhadap ketentuan Pemilu meliputi
pemilu sebagaimana diatur pelanggaran
dalam UU 7/2017 terhadap tata cara,
prosedur, atau
mekanisme yang
berkaitan dengan
administrasi
Pelanggaran Pelanggaran pelaksanaan
pidana pemilu administrasi Pemilu dalam
setiap tahapan
Penyelenggaraan
Pemilu.

• Pelanggaran terhadap
etika Penyelenggara
Pelanggaran
Pemilu yang berdasarkan Pelanggaran Peraturan • Pelanggaran
sumpah dan/atau janji terhadap peraturan
sebelum menjalankan kode etik perundangan perundangan
tugas sebagai lainnya lainnya. Bukan
Penyelenggara Pemilu. Pelanggaran Pemilu,
bukan Sengketa
Pemilu, dan bukan
tindak Pidana
Pemilu
TREN PELANGGARAN PIDANA PEMILU 2019

No Pelanggaran Jumlah

1 Politik uang 100


2 Berikan suara lebih dari 1 kali dan/atau mengaku dirinya sebagai
65
orang lain
3 Buat tindakan/keputusan yg untung/rugikan peserta pemilu 36
4 Menyebabkan suara pemilih jadi tidak bernilai/ suara peserta pemilu
33
menjadi tambah/kurang
5 Kampanye di tempat ibadah/pendidikan 20
6 Pemalsuan 18
7 Menyebabkan hilang/berubah BA rekapitulasi 17
8 Pihak yg dilarang sbg pelaksana/tim kampanye 15
9 Kampanye libatkan pihak yg dilarang 14
10 Kampanye gunakan fasilitas pemerintah 12
No Pelanggaran Jumlah

11 Kampanye di luar jadwal 10


12 Perusakan APK 8
13 Mengganggu kamtib pdpelaksanaan pemungutan suara, atau
4
gagalkan pemungutan suara
14 Menghina peserta pemilu 3
15 Menghasut, mengadu domba 3
16 Menyebabkan orang lain kehilangan hak pilih 3
17 Mengacau, menghalangi, ganggu kampanye 2
18 Merusak atau menghilangkan hasil pemungutan suara yang sudah
2
disegel
19 Tdk menyerahkan salinan DPT ke parpol 1
20 Tidak menjaga, mengamankan keutuhan kotak suara, dan
1
menyerahkan kotak suara tersegel
POTENSI PELANGGARAN PIDANA PEMILU 2024
Politik uang
Berikan suara lebih dari 1 kali
dan/atau mengaku dirinya
Pihak yang dilarang sebagai 1 sebagai orang lain
pelaksana/tim kampanye 8 2
Buat tindakan/keputusan yg
untung/rugikan peserta pemilu
Sebabkan hilang/berubah BA Potensi
7 3
rekapitulasi Pelanggaran
PEMILU 2024
Sebabkan suara pemilih jadi
6
tidak bernilai/ suara peserta
4
pemilu menjadi tambah/kurang
Pemalsuan 5

Kampanye di tempat
ibadah/tempat pendidikan
POIN PENTING DALAM PROSES PENANGANAN
PELANGGARAN PIDANA PEMILU

1. Prosedur/tata cara penanganan misalnya mengenai dugaan pelanggaran yang terjadi di


lintas kab/kota/provinsi, pelimpahan berdasarkan TKP perkara, koordinasi dalam
waktu 1 X 24 jam dengan kepolisian dan kejaksaan, mekanisme laporan yang
disampaikan kepada Pengawas TPS/Kelurahan/Desa dsb.
2. Peraturan yang mendukung, misalnya unsur keterpenuhan subjek hukum, delik
formil/materiil, sifat unsur-unsur kumulatif/alternatif
3. Bukti mencukupi
4. Pola koordinasi Gakkumdu (terutama komitmen dan konsistensi anggota untuk
menindaklanjuti setiap dugaan pelanggaran)
5. Kapasitas SDM pengawas
PELANGGARAN BERAKIBAT DISKUALIFIKASI
PASLON DI UU No.7/2017

Pasal 285
Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap
pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 dan Pasal 284 yang
Pasal 280 (tentang
dikenai kepada pelaksana kampanye Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD
larangan kampanye)
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yang berstatus sebagai calon anggota
Pasal 284 (tentang
politik uang) DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota digunakan sebagai
dasar KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk mengambil
tindakan berupa:
a. pembatalan nama calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD
kabupaten/kota dari daftar calon tetap; atau
b. pembatalan penetapan calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota sebagai calon terpilih.
PELANGGARAN BERAKIBAT DISKUALIFIKASI
PASLON DI UU No.10/2016
Pasal 71 :
(1) Larangan Gubr atau WaGub, Bupati atau WaBup, dan
Berdasarkan UU No.10/2016, sanksi dari
Walikota atau Wakil Walikota selaku petahana melanggar
pelanggaran tindak pidana politik uang
ketentuan penggantian pejabat 6 (enam) bulan sebelum tanggal
tidak hanya dikenakan kepada si pemberi
penetapan paslon sampai dengan akhir masa jabatan kecuali
namun juga kepada penerima.
mendapat persetujuan tertulis dari Menteri.
(2) Larangan menggunakan kewenangan, program, dan
Pelanggaran politik uang (Pasal 73)
kegiatan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
merupakan salah satu ketentuan di UU
paslon baik di daerah sendiri maupun di daerah lain dalam
No.10/2016 yang memiliki penerapan
waktu 6 (enam) bulan sebelum tanggal penetapan paslon
sanksi administrasi DISKUALIFIKASI
sampai dengan penetapan
PASLON jika pelanggarannya pidananya
terbukti.
Pasal 76:
Parpol dan/atau gab Parpol yang mengusulkan pasangan calon,
Penerapan sanksi administrasi lainnya
yang melanggar ketentuan menerima sumbangan atau bantuan
selain pada Pasal 73 juga diterapkan pada
lain untuk Kampanye yang berasal dari pihak-pihak yang
Pasal 71 dan Pasal 76.
dilarang dalam UU 10/2016.
PENGGUNAAN FASILITAS PEMERINTAH, TEMPAT IBADAH
DAN TEMPAT PENDIDIKAN UNTUK KAMPANYE

Pasal 280
(1) Pelaksana, peserta dan tim kampanye dilarang:
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, pembukaan
h. menggunakan fasilitas pemerintah,
UUD NRI Tahun 1945, dan bentuk NKRI;
tempat ibadah, dan tempat pendidikan;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan
i. membawa atau menggunakan tanda
NKRI;
gambar dan/atau atribut selain dari tanda
c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon,
gambar dan/atau atribut peserta pemilu
dan/atau Peserta Pemilu yang lain;
yang bersangkutan;
d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun
j. menjaniikan atau memberikan uang atau
masyarakat;
materi lainnya kepada peserta kampanye
e. mengganggu ketertiban umum;
pemilu.
f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang,
sekelompok anggota masyarakat, dan/atau peserta
Pemilu yang lain;
g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye
Peserta Pemilu;
Pasal 521
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim
Kampanye Pemilu yang dengan sengaja
Pasal 280
melanggar Larangan pelaksanaan kampanye
(4) Pelanggaran terhadap larangan ketentuan
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
pada ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, huruf
280 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
i, dan huruf j, dan ayat (21 merupakan tindak
huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, atau
pidana Pemilu.
huruf j dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp24.OOO.OOO,0O (dua puluh empat juta
rupiah).

PENJELASAN Pasal 280 huruf h:


Fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan dapat digunakan jika Peserta Pemilu
hadir tanpa atribut kampanye Pemilu atas undangan dari pihak penanggung jawab fasilitas
pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan. Yang dimaksud dengan "tempat pendidikan"
adalah gedung dan/atau halaman sekolah dan/atau perguruan tinggi.
Poin Penting terkait dengan ketentuan Pasal 280 huruf (h) 3. Pihak penanggung jawab fasilitas
UU No.7/2017 adalah: pemerintah, tempat ibadah dan tempat
pendidikan harus bersikap adil
1. Dari Pasal 280, Pasal 309, Pasal 310, Pasal 314, Pasal 315, Pasal 285 memberikan kesempatan yang sama
dan Pasal 521 menunjukkan bahwa pelanggaran Pasal 280 huruf (h) kepada Paslon atau calon legislatif lain
dapat dikategorikan dalam 2 jenis pelanggaran yakni pelanggaran (bagaimana dapat dipastikan hal
administratif dan pelanggaran pidana Pemilu. (terkait dengan Pasal ini? )
mana yang lebih diprioritaskan untuk diterapkan? Pada Pemilu
2019 yang lalu, ada semacam kesepakatan bersama Gakkumdu RI 4. Bawaslu berkoordinasi dengan
dalam menyikapi Pasal 280. penanggung jawab untuk
mengantisipasi munculnya dugaan
2. Penjelasan Pasal 280 dipahami: pelanggaran. Misalnya pembagian
Penggunaan fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan tempat bahan kampanye, pemasangan APK
pendidikan tidak melanggar dengan syarat: di sekitar TKP, kampanye melebihi
a. didasarkan pada undangan pihak penanggung jawab fasilitas waktu kampanye dll.
pemerintah, tempat ibadah dan tempat pendidikan (dibutuhkan
bukti. Misalnya surat undangan)
b. Peserta Pemilu hadir tanpa atribut kampanye (pengawasan
melekat dari Bawaslu dengan hadir langsung di TKP).
5. Pasal 280 (h) menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan
tempat pendidikan

Frasa kata “dan” tidak selalu berarti kumulatif melainkan harus dimaknai dalam
konteks. Frasa kata “dan” dalam Pasal 280 ayat (1) huruf h UU No.7/2017 adalah
menunjuk adanya 3 (tiga) larangan bagi pelaksana kampanye, peserta dan tim
kampanye untuk tidak melakukan kampanye dengan pertama, menggunakan fasilitas
pemerintah, kedua melakukan kampanye di tempat ibadah dan larangan yang ketiga
dilarang melakukan kampanye di tempat pendidikan. Jadi dengan demikian makna
frasa “dan” sifatnya alternatif. Artinya pelaksana, peserta dan tim kampanye bisa
dikatakan melakukan pelanggaran bila melanggar salah satunya.
NETRALITAS ASN

1. UU No.7/2017 tentang Pemilu


2. UU No.10/2016 tentang Pilkada
3. UU No.5/2014 tentang ASN
4. UU No.43/1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
5. PP No.42/2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik ASN
6. PP No.94/2021 tentang Disiplin ASN
7. PP No.37/2004 tentang Larangan PNS Menjadi Anggota Parpol
8. Perbawaslu 6/2018 tentang Pengawasan netralitas ASN, TNI, Polri
9. Peraturan BKN No.6/2022
10.SKB Menpan, Mendagri, BKN, KASN dan Bawaslu No. 2/2022, 800-5474, 246/2022,
30/2022, 144.1/PM.01/K.1/09/2022 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Netralitas ASN dalam Penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan
Memasang spanduk/baliho/alat peraga Memposting pada media sosial/media lain yang
Bentuk pelanggaran atau dugaan
lainnya terkait calon peserta pemilu dandapat diakses publik, foto bersama dengan:
pelanggaran yang tidak termasuk Calon, Tim sukses dengan memperagakan simbol
pemilihan
dalam pelanggaran yang diuraikan keberpihakan/memakai atribut parpol atau APK
terkait parpol/calon
Sosialisasi/Kampanye Media
Sosial/Online Calon
Melakukan pendekatan kepada:
1 1. Partai politik sebagai Bakal
Memberikan dukungan kepada bakal calon 2
13 Calon
perseorangan dengan memberikan surat
2. Masyarakat (bagi independent)
dukungan atau mengumpulkan fotokopi 3
12 Jenis sebagai Bakal Calon
KTP atau Suket penduduk
pelanggaran Menghadiri deklarasi/kampanye
Mengadakan kegiatan yang mengarah 11 netralitas ASN 4 paslon dan memberikan
kepada keberpihakan terhadap parpol berdasarkan tindakan/dukungan keberpihakan
atau calon atau paslon SKB 5 lembaga
10 Menjadi anggota dan/atau
22 Sept 2022 5
Menjadi tim ahli/tim pemenangan/konsultan pengurus parpol
atau sebutan lainnya bagi bakal calon atau 9 6
bakal paslon peserta pemilu atau pemilihan 8 7 Membuat Posting, comment, share, like,
sebelum penetapan peserta pemilu atau bergabung/Follow dalam Group/Akun
pemilihan pemenangan /calon

Menjadi tim ahli/tim pemenangan/konsultan Membuat keputusan/tindakan yang dapat


atau sebutan lainnya bagi parpol atau calon atau menguntungkan/ merugikan parpol atau calon atau
paslon peserta pemilu dan pemilihan setelah paslon pada masa sebelum, selama dan sesudah
penetapan peserta masa kampanye
KETENTUAN PIDANA TERKAIT ASN
DALAM UU No.7/2017

Pasal 280 ayat (2) huruf f & g Pasal 493

Pelaksana dan/atau tim kampanye Setiap pelaksana dan/atau tim Kampanye Pemilu yang
dalam kegiatan kampeanye pemilu melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dilarang mengikutsertakan ASN, 280 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling
Anggota TNI, Polri, Kades, perangkat lama I (satu) tahun dan denda paling banyak
desa. Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Pasal 494
Pasal 280 ayat (3)
Setiap ASN yang ikut sebagai pelaksana dan tim
ASN, Anggota TNI dan Polri dilarang
kampanye dipidana dengan pidana kurungan paling
ikut dalam tim kampanye.
lama 1 tahun dan denda paling banyak
Rp12.000.000,00
PELANGGARAN NETRALITAS ASN
PADA PILKADA 2020

No Provinsi Jumlah

1 Sulawesi Tenggara 177


2 Sulawesi Utara 170
3 Maluku Utara 164
4 Nusa Tenggara Barat 142
5 Sulawesi Selatan 139
6 Jawa Tengah 121
7 Sulawesi Barat 96
8 Sulawesi Tengah 93
9 Nusa Tenggara Timur 88
10 Jawa Barat 73
DATA KASN
PELANGGARAN NETRALITAS ASN
PERIODE 2020 - 2021

Periode Jumlah ASN yang Prosentase (%)


melanggar (orang)
Sebelum kampanye 751 47,1
Saat kampanye 845 52,9

Setelah kampanye 0 0
Jumlah 1.596 100

2.034 ASN 1.596 ASN 1.373 ASN

DATA KASN
DATA KASN
DATA KASN

yang dilaporkan (78,5%) yang (86,0%) sudah


terbukti ditindaklanjuti
melanggar oleh PPK
netralitas dan dengan
dijatuhi sanksi penjatuhan
KASN sanksi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai