RUU Pemilu (yang menggabungkan pengaturan Pemilu dan Pemilihan) ditarik dari Prolegnas
Tahun 2021, konsekuensinya Pemilu dan Pemilihan ke depan akan diselenggarakan dengan
tetap berpedoman pada dua Undang-Undang yang berbeda, yaitu UU 7/2017 (UU Pemilu) dan
UU 1/2015 berserta perubahannya (UU Pemilihan).
❑Perbedaan antara kedua peraturan ini bisa berpotensi membingungkan bagi peserta
Pemilu/Pemilihan dan pencari keadilan.
ISU DALAM PENANGANAN PELANGGARAN PIDANA
PEMILU
PILKADA
1. Batas waktu penanganan pelanggaran 7+7 hari kerja 1. Batas waktu penanganan pelanggaran 3+2 hari
kalender
2. Pembentukan Sentra Gakkumdu dengan Perbawaslu
2.Pembentukan Sentra Gakkumdu dengan
3. Proses penyidikan, penuntutan dan persidangan Peraturan Bersama
dikenal adanya pemeriksaan in absentia 3.Tidak mengenal pemeriksaan in absentia
4. Pengaturan mahar politik tidak ada sanksi pidana 4.Pengaturan mahar politik ada sanksi pidana
5.Ancaman sanksi pidana politik uang pidana
5. Ancaman sanksi pidana politik uang pidana penjara penjara paling lama 72 bulan dan denda paling
paling lama 2 th dan denda paling banyak 24 Juta banyak 1 Milyar
6. Tidak diatur mekanisme penggeledahan, penyitaan, 6. Diatur mekanisme penggeledahan, penyitaan,
dan pengumpulan alat bukti pada penyelidikan dan pengumpulan alat bukti pada penyelidikan
dan penyidikan
Konsep sanksi pidana dalam UU 7/2017 hanya berupa pidana maksimum, sementara dalam
UU Pemilihan menggunakan pidana minimum dan maksimum. Namun keduanya memiliki
kesamaan, yaitu menerapkan pidana kumulatif berupa pidana penjara dan denda.
Norma pidana dalam UU Pemilihan dinilai lebih baik dibandingkan dengan UU 7/2017.
Misalnya untuk perbuatan politik uang, UU Pemilihan mengatur subyek “setiap orang” dan
tidak terbagi dalam tahapan pemilihan, sementara pada UU 7/2017 subyek terdiri dari
“Pelaksana Kampanye”, “Peserta Kampanye”, “Tim Kampanye” dalam tahapan kampanye
dan masa tenang, serta subyek “setiap orang” dalam pemungutan suara.
Norma di UU Pemilihan mengatur penerima politik uang dapat dikenakan sanksi pidana
sementara di UU Pemilu tidak diatur tentang hal itu.
Ancaman pidana dalam UU Pemilihan lebih tinggi dibandingkan dengan UU 7//2017. Poitik
uang dalam UU Pemilihan diancam pidana penjara sampai dengan 72 bulan (6 tahun) dan
denda paling tinggi 1 milyar, sedangkan dalam UU 7/2017 paling tinggi pidana penjara 4
tahun dan denda paling tinggi 48 juta
• Tindak pidana Pemilu PELANGGARAN PEMILU • Pelanggaran
merupakan pelanggaran atau administratif
kejahatan terhadap ketentuan Pemilu meliputi
pemilu sebagaimana diatur pelanggaran
dalam UU 7/2017 terhadap tata cara,
prosedur, atau
mekanisme yang
berkaitan dengan
administrasi
Pelanggaran Pelanggaran pelaksanaan
pidana pemilu administrasi Pemilu dalam
setiap tahapan
Penyelenggaraan
Pemilu.
• Pelanggaran terhadap
etika Penyelenggara
Pelanggaran
Pemilu yang berdasarkan Pelanggaran Peraturan • Pelanggaran
sumpah dan/atau janji terhadap peraturan
sebelum menjalankan kode etik perundangan perundangan
tugas sebagai lainnya lainnya. Bukan
Penyelenggara Pemilu. Pelanggaran Pemilu,
bukan Sengketa
Pemilu, dan bukan
tindak Pidana
Pemilu
TREN PELANGGARAN PIDANA PEMILU 2019
No Pelanggaran Jumlah
Kampanye di tempat
ibadah/tempat pendidikan
POIN PENTING DALAM PROSES PENANGANAN
PELANGGARAN PIDANA PEMILU
Pasal 285
Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap
pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 dan Pasal 284 yang
Pasal 280 (tentang
dikenai kepada pelaksana kampanye Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD
larangan kampanye)
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yang berstatus sebagai calon anggota
Pasal 284 (tentang
politik uang) DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota digunakan sebagai
dasar KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk mengambil
tindakan berupa:
a. pembatalan nama calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD
kabupaten/kota dari daftar calon tetap; atau
b. pembatalan penetapan calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota sebagai calon terpilih.
PELANGGARAN BERAKIBAT DISKUALIFIKASI
PASLON DI UU No.10/2016
Pasal 71 :
(1) Larangan Gubr atau WaGub, Bupati atau WaBup, dan
Berdasarkan UU No.10/2016, sanksi dari
Walikota atau Wakil Walikota selaku petahana melanggar
pelanggaran tindak pidana politik uang
ketentuan penggantian pejabat 6 (enam) bulan sebelum tanggal
tidak hanya dikenakan kepada si pemberi
penetapan paslon sampai dengan akhir masa jabatan kecuali
namun juga kepada penerima.
mendapat persetujuan tertulis dari Menteri.
(2) Larangan menggunakan kewenangan, program, dan
Pelanggaran politik uang (Pasal 73)
kegiatan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
merupakan salah satu ketentuan di UU
paslon baik di daerah sendiri maupun di daerah lain dalam
No.10/2016 yang memiliki penerapan
waktu 6 (enam) bulan sebelum tanggal penetapan paslon
sanksi administrasi DISKUALIFIKASI
sampai dengan penetapan
PASLON jika pelanggarannya pidananya
terbukti.
Pasal 76:
Parpol dan/atau gab Parpol yang mengusulkan pasangan calon,
Penerapan sanksi administrasi lainnya
yang melanggar ketentuan menerima sumbangan atau bantuan
selain pada Pasal 73 juga diterapkan pada
lain untuk Kampanye yang berasal dari pihak-pihak yang
Pasal 71 dan Pasal 76.
dilarang dalam UU 10/2016.
PENGGUNAAN FASILITAS PEMERINTAH, TEMPAT IBADAH
DAN TEMPAT PENDIDIKAN UNTUK KAMPANYE
Pasal 280
(1) Pelaksana, peserta dan tim kampanye dilarang:
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, pembukaan
h. menggunakan fasilitas pemerintah,
UUD NRI Tahun 1945, dan bentuk NKRI;
tempat ibadah, dan tempat pendidikan;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan
i. membawa atau menggunakan tanda
NKRI;
gambar dan/atau atribut selain dari tanda
c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon,
gambar dan/atau atribut peserta pemilu
dan/atau Peserta Pemilu yang lain;
yang bersangkutan;
d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun
j. menjaniikan atau memberikan uang atau
masyarakat;
materi lainnya kepada peserta kampanye
e. mengganggu ketertiban umum;
pemilu.
f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang,
sekelompok anggota masyarakat, dan/atau peserta
Pemilu yang lain;
g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye
Peserta Pemilu;
Pasal 521
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim
Kampanye Pemilu yang dengan sengaja
Pasal 280
melanggar Larangan pelaksanaan kampanye
(4) Pelanggaran terhadap larangan ketentuan
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
pada ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, huruf
280 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
i, dan huruf j, dan ayat (21 merupakan tindak
huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, atau
pidana Pemilu.
huruf j dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp24.OOO.OOO,0O (dua puluh empat juta
rupiah).
Frasa kata “dan” tidak selalu berarti kumulatif melainkan harus dimaknai dalam
konteks. Frasa kata “dan” dalam Pasal 280 ayat (1) huruf h UU No.7/2017 adalah
menunjuk adanya 3 (tiga) larangan bagi pelaksana kampanye, peserta dan tim
kampanye untuk tidak melakukan kampanye dengan pertama, menggunakan fasilitas
pemerintah, kedua melakukan kampanye di tempat ibadah dan larangan yang ketiga
dilarang melakukan kampanye di tempat pendidikan. Jadi dengan demikian makna
frasa “dan” sifatnya alternatif. Artinya pelaksana, peserta dan tim kampanye bisa
dikatakan melakukan pelanggaran bila melanggar salah satunya.
NETRALITAS ASN
Pelaksana dan/atau tim kampanye Setiap pelaksana dan/atau tim Kampanye Pemilu yang
dalam kegiatan kampeanye pemilu melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dilarang mengikutsertakan ASN, 280 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling
Anggota TNI, Polri, Kades, perangkat lama I (satu) tahun dan denda paling banyak
desa. Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Pasal 494
Pasal 280 ayat (3)
Setiap ASN yang ikut sebagai pelaksana dan tim
ASN, Anggota TNI dan Polri dilarang
kampanye dipidana dengan pidana kurungan paling
ikut dalam tim kampanye.
lama 1 tahun dan denda paling banyak
Rp12.000.000,00
PELANGGARAN NETRALITAS ASN
PADA PILKADA 2020
No Provinsi Jumlah
Setelah kampanye 0 0
Jumlah 1.596 100
DATA KASN
DATA KASN
DATA KASN