Anda di halaman 1dari 15

Bahwa ada sejumlah karakter khusus yang terdapat dalam hukum

pidana pemilu.
Pertama, dari segi hukum material yang digunakan, tindak pidana
pemilu diatur secara khusus dalam UU Pemilu dan UU Pilkada.
Konsekuensinya, tindak pidana tersebut hanya dapat dituntut jika
dilakukan dalam konteks pemilu. Artinya, berbagai perbuatan
yang ditetapkan sebagai tindak pidana pemilu hanya dapat
dituntut sesuai UU Pemilu, bukan ketentuan pidana umum. Hal
ini sesuai dengan penerapan asas lex specialis derogat legi
generali.
Kedua, dari aspek hukum formal, hukum pidana pemilu juga
tunduk pada ketentuan yang berlaku dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Di mana, pengadilan
negeri dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak
pidana pemilu menggunakan KUHAP, kecuali ditentukan lain
dalam UU Pemilu (Pasal 477 UU Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
Pemilu).
Salah satu kekhususannya, di dalam UU Pemilu dan pilkada
adalah sangat terbatasnya waktu penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan oleh pengadilan.
Ketiga, penegakan hukum pidana pemilu tidak saja melibatkan
aparatur penegak hukum dalam sistem peradilan pidana biasa,
tetapi juga melibatkan institusi penyelenggara pemilu dalam hal
ini Bawaslu dan jajarannya. Penyidikan dugaan tindak pidana
pemilu terlebih dahulu harus dengan adanya laporan atau
rekomendasi dari Bawaslu Propinsi dan Bawaslu
Kabupaten/Kota. Dalam mekanisme tersebut, dugaan
pelanggaran pemilu terlebih dahulu harus melalui kajian antara
Bawaslu, penyidik dan penuntut umum. Inilah tujuan dari
pembentukan sentra Gakkumdu di dalam UU pemilu.
GAKKUMDU
Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) dibentuk oleh
Bawaslu, Penyidik dan Penuntut Umum adalah untuk
menyamakan persepsi dalam menyikapi adanya pelanggaran
pemilu. Forum ini dibentuk agar penanganan pelanggaran pemilu
bisa lebih cepat dan tidak ada persoalan saat pelanggaran itu
diserahkan dari Bawaslu kepada Polri. Karena ketentuan UU,
tindak pidana pemilu harus diselesaikan dalam waktu yang tidak
terlalu lama.
Dalam Penyidikan
 
•Penyidik Tindak Pidana Pemilihan di Sentra Gakkumdu melakukn penyidikan
setelah diterbitkannya Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) oleh
penyidik tindak pidana pemilihan.
•Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) dan administrasi Penyidikan
lainnya diterbitkan dan ditandatangani oleh Koordinator Sentra Gakkumdu dari
Unsur Polri.
•Penyidik Tindak Pidana Pemilihan melakukan penyidikan dalam waktu 14 (empat
belas) hari kerja terhitung sejak penerusan laporan/temuan yang diterima dari
Pengawas Pemilihan dan atau Laporan Polisi dibuat.
•Jaksa pada Sentra Gakkumdu melakukan pendampingan dan monitoring terhadap
hasil penyidikan.
 
Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari
kerja penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik Tindak Pidana
Pemilihan dalam Sentra Gakkumdu disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan
untuk dilengkapi.
Penyidik Tindak Pidana Pemilihan mengembalikan berkas perkara kepada Jaksa
paling lama 3 (tiga hari kerja sejak tanggal penerimaan berkas).
Pengembalian dari Jaksa kepada Penyidik Tindak Pidana Pemilihan dapat dilakukan 1
(satu) kali.

Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti/ Tahap 2


 
•Setelah Berkas Perkara diterima Jaksa dan dinyatakan lengkap Penyidik Tindak
Pidana Pemilihan menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada Jaksa.
 Penuntutan
 
•Penuntut Umum melimpahakan Berkas Perkara kepada Pengadilan Negeri paling
lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak berkas perkara diterima dari Penyidik
Tindak Pidana Pemilihan dan surat pengantar pelimpahan yang ditandatangani
oleh Pembina Sentra Gakkumdu dari unsur Kejaksaan sesuai tingkatan.
•Penuntut Umum membuat rencana dakwaan dan surat dakwaan.
•Penuntut Umum menyusun rencana penuntutan dan membuat surat tuntutan.
•Penuntut Umum melaporkan rencana dakwaan dan surat dakwaan dan/atau
rencana tuntutan kepada Pembina Sentra Gakkumdu dari unsur Kejaksaan sesuai
tingkatan.
 Putusan Pengadilan
 
•Sentra Gakkumdu melakukan Pembahasan paling lama 1x24 jam setelah Putusan
Pengadilan dibacakan untuk pengambilan sikap untuk dilakukan upaya hukum atau
menindaklanjuti putusan pengadilan.
•Penuntut Umum mengajukan Banding terhadap putusan 3 (tiga) hari setelah Putusan
dibacakan.
•Terdakwa melakukan upaya hukum banding terhadap Putusan Pengadilan, Penuntut
Umum membuat kontra memori banding.
•Dalam Pelaksanaan Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap paling lambat 3
(tiga) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa dan didampingi oleh Penyidik Tindak
Pidana Pemilihan dan Pengawas Pemilu.
Proses penyelesaian tindak pidana Pemilihan sebagaimana penyelesaian tindak pidana lainnya
dilakukan sesuai proses yang ada dalam sistem peradilan pidana, yang mana Kepolisian bertugas
melakukan penyelidikan dan penyidikan, Kejaksaan bertugas melakukan penuntutan dan hakim
bertugas memeriksa suatu perkara di pengadilan. Namun dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor : 17 tahun 2017 terdapat ketentuan khusus yang mengatur tentang hukum
acara pidananya antara lain :
1.Di dalam UU Pemilu, waktu penyidikan hanya 14 hari, dalam waktu 14 hari itu berkas perkara
sudah harus diserahkan oleh penyidik kepada Penuntut umum. Dan penuntut umum kemudian
memeriksa berkas perkara.
2.Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari penuntut
umum mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik dengan disertai petunjuk tentang hal
yang harus dilengkapi oleh penyidik.
3.Penyidik dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal penerimaan berkas, harus sudah
menyampaikan kembali berkas perkara tersebut kepada penuntut umum. Setelah menyatakan
berkas perkara lengkap maka Penuntut umum melimpahkan berkas perkara kepada pengadilan
negeri paling lama 5 (lima) hari sejak menerima berkas perkara dan dapat dilakukan dengan
tanpa kehadiran tersangka.

Lanjut……..
4. Pengadilan negeri memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana
Pemilu paling lama 7 (tujuh) hari setelah pelimpahan berkas perkara dan dapat
dilakukan dengan tanpa kehadiran terdakwa.
5. Dalam hal putusan pengadilan diajukan banding, permohonan banding diajukan
paling lama 3 (trga) hari setelah putusan dibacakan.
6. Pengadilan negeri melimpahkan berkas perkara permohonan banding kepada
pengadilan tinggi paling lama 3 (tiga) hari setelah permohonan banding diterima.
Pengadilan tinggi memeriksa dan memutus perkara banding paling lama 7 (tujuh)
hari setelah permohonan banding diterima.
7. Putusan pengadilan tinggi merupakan putusan terakhir dan mengikat serta tidak
dapat dilakukan upaya hukum lain.
1. Penyamaan pemahaman antar Bawaslu Republik Indonesia, Kepolisian
Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia dalam Pelaksanaan
Penyelesaian Perkara Pada Sentra Gakkumdu untuk meminimalisir bolak-
balik Perkara yang dikarenakan Penuntut Umum sudah melakukan
Monitoring Perkara sejak adanya Laporan sampai pada Penyidikan.
2. Administrasi Perkara yang di pergunakan Penuntut Umum tetap
berpedoman pada Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai