Anda di halaman 1dari 4

MAHKAMAH AGUNG

SEJARAH MAHKAMAH AGUNG


Sejarah berdirinya Mahkamah Agung RI tidak dapat dilepaskan dari masa
penjajahan atau sejarah penjajahan di bumi Indonesia ini. Hal mana terbukti
dengan adanya kurun-kurun waktu, dimana bumi Indonesia sebagian
waktunya dijajah oleh Belanda dan sebagian lagi oleh Pemerintah Inggris dan
terakhir oleh Pemerintah Jepang. Oleh karenanya perkembangan peradilan di
Indonesia pun tidak luput dar

SUSUNAN MA
Mahkamah Agung terdiri dari pimpinan, hakim anggota, Kepaniteraan Mahkamah Agung, dan
Sekretariat Mahkamah Agung. Pimpinan dan hakim anggota Mahkamah Agung adalah hakim
agung. jumlah hakim agung paling banyak 60 orang

PIMPINAN MA
Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang ketua, 2 (dua) wakil ketua, dan beberapa orang
gketua muda. Wakil Ketua Mahkamah Agung terdiri atas wakil ketua bidang yudisial dan wakil
ketua bidang nonyudisial. wakil ketua bidang yudisial yang membawahi ketua muda perdata,
ketua muda pidana, ketua muda agama, dan ketua muda tata usaha negara sedangkan wakil ketua
bidang nonyudisial membawahi ketua muda pembinaan dan ketua muda penga

HAKIM ANGGOTA MA
Hakim Anggota Mahkamah Agung adalah Hakim Agung

KEWAJIBAN DAN WEWENANG


Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA adalah:

Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di


bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
Undang-Undang

Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi

Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberika grasi dan rehabilitasi

KOMISI YUDISIAL
KOMISI YUDIAL
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial yang berfungsi mengawasi perilaku hakim dan
mengusulkan nama calon hakim agung.

AWAL BERKIPRAH
Meski pengesahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 pada 13 Agustus 2004,
namun kiprah Komisi Yudisial dimulai sejak terbentuknya organ organisasi pada 2
Agustus 2005.
Sebagai organisasi baru, pada awal masa menjalankan tugas dan wewenangnya,
Komisi Yudisial masih dengan kondisi yang memprihatinkan. Pada saat Komisi
Yudisial terbentuk, lembaga negara ini belum memiliki kantor untuk menjalankan
aktivitasnya.
Komisi Yudisial dan sejumlah elemen bangsa yang mendukung peradilan bersih,
transparan, dan akuntabel melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan
peranKomisi Yudisial. Salah satu upayanya adalah dengan merevisi Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2004. Sayangnya, hingga akhir periode pertama kepemimpinan
Anggota Komisi Yudisial tahun 2005-2010 upaya merevisi Undang-Undang Nomor 22
tahun 2004 tersebut belum berhasil.
Komisi Yudisial dan sejumlah elemen bangsa yang mendukung peradilan bersih,
transparan, dan akuntabel melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan
peranKomisi Yudisial. Salah satu upayanya adalah dengan merevisi Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2004. Sayangnya, hingga akhir periode pertama kepemimpinan
Anggota Komisi Yudisial tahun 2005-2010 upaya merevisi Undang-Undang Nomor 22
tahun 2004 tersebut belum berhasil.

DASAR HUKUM KOMISI YUDISIAL


1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 24A ayat (3):
Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
Pasal 24B:
(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat,serta perilaku hakim.
(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang
hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
(3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial.
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Hakim.
5. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
6. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
7. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1985 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial.
VISI DAN MISI KOMISI YUDISIAL
Visi Komisi Yudisial
Menjadi sekretariat jenderal yang andal dan profesional berlandaskan semangat ibadah untuk
mendukung terwujudnya Komisi Yudisial yang bersih, transparan, partisipatif, akuntabel, dan
kompeten dalam mewujudkan hakim yang bersih, jujur, dan profesional.
Misi Komisi Yudisial
1. Meningkatkan kapasitas secretariat jenderal dalam rangka peningkatan kapasitas
kelembagaan Komisi Yudisial menjadi lembaga yang bersih, transparan, partisipatif,
akuntabel, dan kompeten.
2. Mengembangkan sistem layanan informasi yang cepat, modern, tepat, dan humanis dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pencari keadilan secara efektif dan
efisien.
3. Menyelenggarakan fungsi menyiapkan dan merekrut calon hakim agung, calon hakim ad
hoc di Mahkamah Agung, dan hakim yang bersih, jujur, dan profesional.
4. Menyelenggarakan fungsi menjaga kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim
secara efektif, transparan, partisipatif, dan akuntabel.
5. Menyelenggarakan fungsi menegakkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH) secara adil, obyektif, transparan, partisipatif, dan akuntabel.
6. Membangun dan mengembangkan budaya kerja yang kondisif, kritis, egaliter, dan
bermartabat berlandasarkan semangat ibadah.
TUJUAN KOMISI YUDISIAL
Tujuan Dibentuknya Komisi Yudisial:
1. Mendukung terwujudnya kekuasaan kehakiman yang mandiri untuk menegakkan hukum
dan keadilan.

2. Meningkatkan integritas, kapasitas, dan profesionalitas hakim sesuai dengan kode etik
dan pedoman perilaku hakim dalam menjalankan kewenangan dan tugasnya.
WEWENANG KOMISI YUDIAL
Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial mempunyai wewenang:
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan;
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama
dengan Mahkamah Agung;
4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan /atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH)
MenjagaTugas mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc di Mahkamah
Agung:
1. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung;
2. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung;
3. Menetapkan calon Hakim Agung; dan
4. Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.

Anda mungkin juga menyukai