Anda di halaman 1dari 98

1

Pusaka Penuntun Seleksi Calon Hakim


Pusaka Penuntun Seleksi
Calon Hakim

Idik Saeful Bahri, S.H., M.H.


PUSAKA PENUNTUN SELEKSI CALON HAKIM

Idik Saeful Bahri, S.H., M.H.

Desain Cover :
Idik Saeful Bahri

Sumber :
Canva Design

Tata Letak :
Idik Saeful Bahri

Proofreader :
Idik Saeful Bahri

Ukuran :
Uk: 17.5x25 cm

Cetakan Pertama :
Desember 2021

Hak Cipta 2021, Pada Penulis


Isi merupakan tanggung jawab penulis seluruhnya
Copyright © 2021 by Bundaran Hukum
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku elektronik ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

TERBITAN ELEKTRONIK PRIBADI


BUNDARAN HUKUM
Jalan Raya Lengkong, Garawangi, Kuningan, Jawa Barat, 45571
Telp/Faks: (0232) 873-961
E-mail: idikms@gmail.com

iii
BUKU ELEKTRONIK INI DIPERSEMBAHKAN KHUSUS UNTUK
MAHASISWA BERIKUT:

Musdalifa Asiyatum Syafaat

Iwan Acuan Zakaria

Rizal Haidar Fikri

Moldi Semuel

Sri Juliana Syam

Terima kasih telah menghargai saya sebagai dosen dengan selalu hadir dalam
perkuliahan dan selalu mengerjakan tugas dengan baik.

Saya boleh dianggap sebagai teman, atau paling tidak sebagai kakak tingkat yang
lebih dulu lulus dalam hal perkuliahan. Jangan panggil saya bapak, karena saya
bukan bapak kalian. Panggil mas atau akang mungkin terdengar menyenangkan,
karena umur saya tidak setua yang kalian kira.

Jika kalian merasa terbantu dengan setiap perkuliahan yang saya ampu, kalian bisa
mengutip setiap isi perkuliahan saya utamanya tulisan-tulisan saya di hasil karya
tulis ilmiah kalian, misalnya di jurnal atau skripsi. Itu adalah penghargaan terbesar
dari seorang mahasiswa untuk dosennya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan untuk Dzat semesta


alam, Dzat yang tidak dipengaruhi oleh dimensi ruang dan
waktu, Dia telah ada sebelum adanya waktu dan tempat, dan
Dia akan tetap abadi bahkan jika dimensi ruang dan waktu itu
lenyap. Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat pemilik alam
raya dan seluruh isinya. Semoga kita semua mendapat ampunan
dari setiap dosa yang kita lakukan. Shalawat dan salam penulis
haturkan untuk junjungan yang mulia, Sayyiduna Muhammad
Sallallahu alaihi wa sallam. Beliau diutus oleh Tuhan sebagai
penyempurna ajaran-ajaran nabi terdahulu. Ajaran Adam, Nuh,
Luth, Ibrahim, Ismail, Musa, hingga Isa, terkodifikasi dalam
ajaran terakhir yang dibawa olehnya. Salam takdzim juga penulis
sampaikan kepada seluruh ulama-ulama Ahlussunnah wal
Jamaah, dari zaman Salaf hingga Khalaf. Terutama, bagi ulama-
ulama bermadzhab Syafi’i, bermadzhab Asy’ari, dan
bermadzhab Junaid al-Baghdadi, karena tiga madzhab inilah
yang membangun fondasi keislaman penulis.
Sebagai orang yang berkuliah di Fakultas Hukum, cita-
cita untuk bekerja di bidang hukum adalah salah satu tujuannya
setelah lulus. Sektor yang bisa dimasuki oleh anak-anak jebolan
Fakultas Hukum memiliki cakupan yang sangat luas. Jika
pembaca memiliki dana dan modal yang besar, pembaca bisa
masuk di lembaga-lembaga negara yang berbasis politik,
misalnya eksekutif dan legislatif. Untuk masuk disana, pembaca
tidak perlu untuk mengasah kompetensi yang mendalam, cukup
dengan dukungan rakyat, pembaca bisa duduk sebagai anggota
parlemen atau sebagai pemerintah. Hal ini memang sudah
didesain sebagai implikasi kita mewujudkan negara demokrasi.

v
Namun jika modal keuangan pembaca terbatas, pembaca
bisa menelusuri sektor-sektor hukum yang berbasis kompetensi
profesional. Saking banyaknya sektor ini, penulis tidak bisa
menuliskannya secara lengkap. Beberapa diantaranya saja, yaitu:
hakim, jaksa, penyidik dan komisioner KPK, penyidik BNN,
BIN, advokat, konsultan hukum misalnya di bidang pajak dan
pasar modal, hakim arbiter, komisioner KPPU, staff
Kemenkumham, staff Kemenkopolhukam, dan kementerian lain
yang relevan dengan bidang hukum, bisa juga di bagian legal
perusahaan, hingga dalam tingkatan tertentu, adalah dosen di
fakultas hukum. Dan tentu saja masih banyak yang lainnya.
Untuk beberapa profesi yang penulis sebutkan diatas,
misalnya hakim, jaksa, penyidik KPK, penyidik BNN, hingga
menjadi dosen di perguruan tinggi negeri, tentu dibutuhkan
suatu rangkaian seleksi yang cukup ketat. Bahkan bukan cukup
ketat lagi, tapi sangat ketat. Belasan hingga puluhan ribu orang
jebolan Fakultas Hukum bersaing untuk menduduki
keterseedian formasi kursi yang mungkin hanya ratusan dan
paling banyak sekitar seribuan saja yang akan diterima.
Banyaknya persaingan ini tentu lahir dari banyaknya
program studi-program studi hukum baru di berbagai
universitas. Hal ini memang wajar, terlebih jika kita melihat
sejarah, fakultas tertua dalam catatan sejarah biasa dituliskan
fakultas hukum, kedokteran, dan keguruan. Dan ketiga fakultas
ini, biasanya menjadi fakultas favorit di perguruan tinggi negeri
ternama di Indonesia.
Oleh karena persaingan yang begitu ketat itulah, penulis
mencoba menguraikan beberapa kesimpulan materi penting
dalam menghadapi tes seleksi yang dimaksud tersebut.
Kesimpulan materi ini penulis rangkai dalam buku elektronik
berjudul “Pusaka Penuntun Seleksi Calon Hakim”. Mengapa
dalam judulnya hanya seleksi calon hakim? Karena materi yang

vi
dihadapi dalam seleksi calon hakim merupakan salah satu yang
terberat dari sekian profesi hukum yang lainnya. Sehingga jika
kita menguasai materi seleksi calon hakim, itu berarti kita juga
sudah mulai mampu menghadapi seleksi yang lainnya seperti
jaksa dan profesi hukum lainnya.
Terakhir, penulis tentu menyadari buku elektronik ini
memiliki banyak kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca
sekalian betul-betul penulis harapkan untuk memperbaiki dalam
bentuk karya penulis di waktu selanjutnya. Pembaca sekalian
juga dibolehkan untuk menyebarluaskan buku elektronik ini
kepada siapapun yang membutuhkan, juga boleh mengutip isi
buku elektronik ini, baik sebagian maupun seluruhnya, tentunya
dengan mencantumkan buku elektronik ini sebagai sumber
rujukan. Sekian.

Kuningan, 19 Desember 2021

Idik Saeful Bahri, S.H., M.H.

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................. i


Halaman Persembahan ................................................................. iv
Kata Pengantar .............................................................................. v
Daftar Isi ....................................................................................... viii
Tentang Penulis ............................................................................. ix
Halaman Motivasi ........................................................................ xi
Halaman Tujuan ........................................................................... xii
Bagian 1. Mengenal Mahkamah Agung ....................................... 1
Bagian 2. Teknik Persidangan Organisasi ................................... 3
Bagian 3. Kekuasaan Kehakiman dan Atribut Persidangan ......... 5
Bagian 4. Nomor Undang-Undang yang Wajib Hafal ................. 7
Bagian 5. Materi Ilmu Hukum ...................................................... 11
Bagian 6. Materi Teori Hukum .................................................... 20
Bagian 7. Materi Filsafat Hukum ................................................. 24
Bagian 8. Ilmu Negara .................................................................. 44
Bagian 9. Hukum Acara Pidana ................................................... 46
Bagian 10. Hukum Pidana ............................................................ 51
Bagian 11. Hukum Acara Perdata ................................................ 55
Bagian 12. Hukum Perdata ........................................................... 62
Bagian 13. Hukum Acara PTUN .................................................. 66
Bagian 14. Hukum Administrasi Negara ...................................... 69
Bagian 15. Hukum Acara Agama ................................................. 73
Bagian 16. Hukum Acara Militer ................................................. 76
Bagian 17. English Legal Term .................................................... 82

viii
TENTANG PENULIS

Nama lengkapnya adalah Idik Saeful Bahri, S.H., M.H., lahir di Desa Lengkong,
Kuningan, pada tanggal 13 Februari 1994. Dalam beberapa tulisan biasanya Idik
Saeful Bahri menggunakan inisial “idikms” yang tidak lain merupakan nama
pena.

Idik Saeful Bahri merupakan akademisi dan praktisi di bidang hukum. Lulus S1
di Prodi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dan lulus S2 di Prodi Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, keduanya lulus dengan predikat Cumlaude.

Riwayat pendidikan Idik Saeful Bahri dimulai dari SDN 3 Lengkong, MTsN
Sindangsari, SMAN 3 Kuningan, UIN Sunan Kalijaga, hingga UGM Yogyakarta.
Idik Saeful Bahri juga pernah mengenyam pendidikan non-formal, yakni:
Madrasah Salafiyah Syafi’iyyah al-Idrus Lengkong selama 8 tahun dan Kursus
Inggris Jogja selama 1 tahun.

Penulisan buku elektronik ini merupakan upaya untuk membantu sebagian


lulusan Fakultas Hukum yang akan menghadapi rangkaian tes profesi-profesi
hukum. Dikemas dalam judul buku “Pusaka Penuntun Seleksi Calon Hakim”,
memuat isi materi yang bukan hanya untuk tes calon hakim saja, tapi juga bisa
digunakan untuk seleksi kejaksaan, KPK, BNN, Kemenkumham,
Kemenkopolhukam, bagian analis hukum di setiap kementerian dan lembaga
negara, bahkan hingga seleksi dosen hukum di perguruan tinggi negeri.

ix
Buku elektronik ini merupakan buku yang diterbitkan secara mandiri. Idik Saeful
Bahri tercatat pernah menerbitkan setidaknya 4 buku yang sudah terdaftar ISBN,
yaitu pada tahun 2017 terbit dua buku sekaligus, pertama buku bertemakan
hukum berjudul “Risalah Mahasiswa Hukum”, dan kedua sebuah novel berjudul
“Restrayer”. Kemudian pada tahun 2020, Idik Saeful Bahri juga menerbitkan
sebuah buku sejarah berjudul “Gegap Gempita Perjalanan Sejarah dan Upaya
Status Kepahlawanan Eyang Hasan Maolani Lengkong”. Kemudian pada tahun
2021, terbit pula buku berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Hukum dalam Suatu
Pengantar dan Tinjauan Pragmatis”. Adapun tulisan-tulisan Idik Saeful Bahri
yang tidak terdaftar ISBN seperti jurnal dan artikel ilmiahnya bisa pembaca
dapatkan di banyak media dan forum.

Dalam kehidupan sekolah dan kuliahnya, Idik Saeful Bahri cukup aktif dalam
berorganisasi, antara lain: Ketua Rohaniawan Islam Baiturrahim (RISBA)
Smantika; Ketua Physics Science Club (PSC) Smantika; Wakil Ketua Rohis
Kabupaten Kuningan; Penegak Bantara Pramuka SMAN 3 Kuningan; Pendiri
Three Photography and Journalists Forum (THREEPHYRAL); Perhimpunan
Mahasiswa Hukum Indonesia (PERMAHI); Divisi Pidana Komunitas Peradilan
Semu (KPS) UIN Sunan Kalijaga; Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kuningan
(IPMK); Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Ashram Bangsa;
Tim Editor Redaksi Majalah Mardika; Pemimpin Redaksi Buletin Jum’at Si
BURI; Pemimpin Redaksi Buletin Jum’at JUMUAH; Divisi Pelatihan dan
Pengembangan KWU Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) Universitas
Gadjah Mada; Keluarga Mahasiswa Magister Hukum (KMMH) Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada; Divisi Hukum Komunitas Keluarga Inklusi (KKI)
Yogyakarta, dan beberapa organisasi lainnya.

Idik Saeful Bahri bisa dihubungi melalui e-mail: idikms@gmail.com. Idik Saeful
Bahri juga aktif di berbagai media sosial, pembaca bisa mencari akunnya dengan
menggunakan namanya sebagai kata kunci pencarian, biasanya username akunnya
menggunakan nama “idikms”.

x
“Jika kau belum sanggup menajamkan hukum ke atas, setidaknya
kau harus mampu menumpulkan hukum ke bawah.”

(Idik Saeful Bahri)

“Di negeri dongeng, penegak hukum terbaik adalah netizen.


Pengadilan paling adil adalah media sosial. Dan peluru paling
ampuh adalah rekaman CCTV dan tulisan orang yang kecewa.”

(Idik Saeful Bahri)

xi
Buku elektronik ini tidak hanya bisa digunakan untuk seleksi hakim,
namun lebih luas bisa digunakan untuk menghadapi seleksi profesi-
profesi hukum lainnya, misalnya jaksa, bagian analis hukum di setiap
kementerian, ujian profesi advokat, termasuk seleksi dosen hukum di
perguruan tinggi negeri.

Pernah penulis sampaikan, dari 8 pilar kekuasaan, 4 diantaranya


adalah jabatan politik (Presiden, MPR, DPR, DPD), sementara 4
lainnya adalah jabatan profesional (MA, MK, KY dari profesional
hukum, sementara BPK dari profesional keuangan). Jika pembaca
memiliki banyak modal, pembaca bisa mengejar jabatan politik.
Namun jika pembaca tidak terlahir dari keluarga bangsawan
sebagaimana juga penulis, maka pembaca bisa mengejar jabatan
profesional, utamanya di Mahkamah Agung.

Selamat Datang di Keluarga Besar Mahkamah Agung


Republik Indonesia
...Viva Justicia...

xii
BAGIAN 1
MENGENAL MAHKAMAH AGUNG

Petunjuk = hafalkan visi dan misi MA dan nama petinggi MA termasuk


deretan gelarnya. Silahkan di update perubahan petinggi MA melalui
portal resmi MA.

***

VISI :

“TERWUJUDNYA BADAN PERADILAN INDONESIA YANG


AGUNG”

MISI :

1. Menjaga kemandirian badan peradilan;


2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada
pencari keadilan;
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan;
4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.

***

1
Ketua MA = Prof. Dr. Muhammad Syarifudin, S.H., M.H.

Wakil Ketua MA Bidang Yudisial = Dr. Andi Samsan Nganro, S.H.,


M.H.

Wakil Ketua MA Bidang Non-Yudisial = Dr. H. Sunarto, S.H., M.H.

Sekretaris MA = Dr. H. Hasbi, M.H.

Panitera MA = Dr. Ridwan Mansyur, S.H., M.H.

***

Terakhir, buka juga website resmi MA, dan hafalkan makna dibalik
lambang Mahkamah Agung. Memang jarang ditanyakan, namun
sebagai antisipasi, pembaca bisa mempelajarinya.

***

2
BAGIAN 2

TEKNIK PERSIDANGAN ORGANISASI

Petunjuk = bagian 2 ini penting dihafalkan jika tes seleksi yang


dihadapi adalah selain seleksi hakim, misalnya jabatan Analis Perkara
Peradilan dan untuk jabatan ASN pada umumnya.

***

Jenis sidang:

1. Sidang komisi = dihadiri anggota komisi, membahas fokus


komisi masing-masing
2. Sidang pleno = dihadiri seluruh anggota, membahas draft aturan
3. Sidang paripurna = dihadiri seluruh anggota, mengesahkan hasil
sidang pleno

Perangkat/kelengkapan sidang:

1. Peserta sidang
2. Pimpinan/presidium sidang (pimpinan I = ketua sidang,
pimpinan II = pemberi saran, pimpinan III = notulen)
3. Notulensi
4. Palu sidang

Peserta sidang:

1. Peserta penuh = hak bicara, haki memilih dan dipilih, hak suara
2. Peserta peninjau atau biasa = hak bicara

Istilah sidang:

1. Qourum / kuorum = jumlah minimal anggota yang hadir


2. Deadlock = jalan buntu

3
3. Skorsing = pemberhentian sementara
4. Lobying = usaha mempengaruhi orang
5. Interupsi (menyela) = ada 4 jenis
a. Point of order = minta penjelasan atau memberi masukan
b. Point of information = memberi informasi valid
c. Point of clarification = meminta atau memberi
klarifikasi/penjelasan
d. Point of privilege = protes karena menyinggung pribadi
6. Ketokan palu
a. 1 kali = mengesahkan keputusan, pengalihan pimpinan
sidang
b. 2 kali = skorsing, penundaan sidang
c. 3 kali = membuka dan menutup sidang
d. 3 kali berturut-turut = menenangkan peserta (gagang palu
dibalik)

***

4
BAGIAN 3
KEKUASAAN KEHAKIMAN DAN ATRIBUT
PERSIDANGAN

Petunjuk = hafalkan semua materi dibagian ini.

***

Dasar Hukum:

1. UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman


2. UU No. 14 Tahun 1985, UU No. 5 Tahun 2004, UU No. 3
Tahun 2009 tentang MA

***

Umur pensiun hakim ditingkat pertama 65 tahun, ditingkat banding 67


tahun, ditingkat MA 70 tahun.

***

Atribut dalam sidang:

1. Toga jaksa dan advokat, seluruhnya berwarna hitam


2. Toga hakim PN dan PTN warna hitam, simare merah
3. Toga hakim PTUN dan PTTUN warna hitam, simare biru muda
4. Toga hakim PA da PTA warna hitam, simare hijau
5. Toga hakim agung warna hitam, simare kuning
6. Toga hakim konstitusi warna merah, simare hitam

***

Ketukan palu:

1. Tiga kali = sidang dibuka atau ditutup

5
2. Satu kali = sidang ditunda, atau hakim mencapai suatu
keputusan di tengah sidang, misalnya mengesahkan alat bukti
3. Satu kali kemudian tiga kali = setelah pembacaan amar putusan

6
BAGIAN 4
NOMOR UNDANG-UNDANG YANG WAJIB HAFAL

Petunjuk = hafalkan nomor undang-undang terbarunya saja. Sering


update barangkali ada perubahan undang-undang terbaru yang belum
tercantum disini. Hafalkan juga pasal-pasal penting di UU Kekuasaan
Kehakiman, seperti pasal 4, 5, 10, dan beberapa pasal lainnya.

***

Kekuasaan Kehakiman

1. UU No. 4 Tahun 2004 (dicabut)


2. UU No. 48 Tahun 2009

Mahkamah Agung

1. UU No. 14 Tahun 1985


2. UU No. 5 Tahun 2004
3. UU No. 3 Tahun 2009

Mahkamah Konstitusi

1. UU No. 24 Tahun 2003


2. UU No. 8 Tahun 2011
3. Perpu No. 1 Tahun 2003 (ditetapkan dengan UU No. 4 Tahun
2014)
4. UU No. 7 Tahun 2020

Peradilan Umum

1. UU No. 2 Tahun 1986


2. UU No. 8 Tahun 2004
3. UU No. 49 Tahun 2009

7
Pengadilan khusus di PN:

1. Pengadilan Anak = UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem


Peradilan Pidana Anak
2. Pengadilan Tipikor = UU No. 46 Tahun 2009 tentang
Pengadilan Tipikor
3. Pengadilan Hubugan Industrial = UU No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
4. Pengadilan Niaga = Perpu No. 1 Tahun 1998 tentang
Kepaititan (ditetapkan dengan UU No. 4 Tahun 1998). UU
Kepailitan terbaru = UU No. 37 Tahun 2004
5. Pengadilan Perikanan = UU No. 45 Tahun 2009 tentang
Perikanan
6. Pengadilan HAM = UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM

Peradilan Agama

1. UU No. 7 Tahun 1989


2. UU No. 3 Tahun 2006
3. UU No. 50 Tahun 2009

Pengadilan khusus di PA:

1. Mahkamah Syar’iyah = UU No. 18 Tahun 2001 tentang


Otonomi Khusus Aceh, Perda Qanun No. 10 Tahun 2002
tentang Peradilan Syariat Islam

Peradilan TUN

1. UU No. 5 Tahun 1986


2. UU No. 9 Tahun 2004
3. UU No. 51 Tahun 2009

Pengadilan khusus di PTUN:

1. Pengadilan Pajak = UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan


Pajak

8
Peradilan Militer

1. UU No. 31 Tahun 1997

***

NOMOR PUU YANG PENTING DIKETAHUI

Umum:

1. Kekuasaan Kehakiman = UU No. 48 Tahun 2009 (mencabut


UU 4/2004)
2. Mahkamah Agung = UU No. 14 Tahun 1985, UU No. 5 Tahun
2004, UU No. 3 Tahun 2009
3. Mahkamah Konstitusi = UU No. 24 Tahun 2003, UU No. 8
Tahun 2011, Perpu No. 1 Tahun 2003 (ditetapkan dengan UU
No. 4 Tahun 2014, UU No. 7 Tahun 2020
4. Peradilan Umum = UU No. 2 Tahun 1986, UU No. 8 Tahun
2004, UU No. 49 Tahun 2009
5. E-court atau e-litigasi = PERMA No. 1 Tahun 2019
6. Perekaman Proses Persidangan = SEMA No. 4 Tahun 2012

Pidana:

1. KUHP = Wetboek van Strafrecht (WvS Indonesia)


2. KUHAP = UU No. 8 Tahun 1981
1. Pelaksana KUHAP = PP No 27 Tahun 1983
2. Tipikor = UU No. 31 Tahun 1999
3. KPK = UU No. 30 Tahun 2002, Perpu No. 1 Tahun 2015
(ditetapkan oleh UU No. 10 Tahun 2015), UU No. 19 Tahun
2019

Perdata:

1. KUH Perdata = Bugerlijk Wetboek voor Indonesie (BW)


2. Herzien Inlandsch Reglement (HIR)
3. Rechtreglement voor de Buitengewesten (RBg)
4. Wetboek op de Burgerlijke Rechtvordering (Rv)

9
5. KUH Dagang = Wetboek van Koophandel voor Indonesie
(WvK)
6. Class Action = PERMA No. 1 Tahun 2002
7. Mediasi = PERMA No. 1 Tahun 2016
8. Konsinyasi = keberatan dan penitipan ganti rugi ke PN dalam
pengadaan tanah = PERMA No. 3 Tahun 2016
9. Keberatan atas KPPU = PERMA No. 3 Tahun 2019
10. Keberatan atas KPPU = SEMA No. 1 Tahun 2021
11. Gugatan Sederhana = PERMA No. 2 Tahun 2015 diubah
PERMA No. 4 Tahun 2019
12. Putusan vit voerbaar bij voorad = putusan serta merta = SEMA
No. 3 Tahun 2000

TUN:

1. Administrasi Pemerintahan = UU No. 30 Tahun 2014


2. Aparatur Sipil Negara = UU No. 5 Tahun 2014
3. Manajemen PNS = PP No. 11 Tahun 2017, PP No. 17 Tahun
2020
4. Disiplin Pegawai PNS = PP No. 94 Tahun 2021
5. Manajemen PPPK = PP No. 49 Tahun 2018
6. Peradilan TUN = UU No. 5 Tahun 1986, UU No. 9 Tahun
2004, UU No. 51 Tahun 2009

Agama:

1. Peradilan Agama = UU No. 7 Tahun 1989, UU No. 3 Tahun


2006, UU No. 50 Tahun 2009
2. Perkawinan = UU No. 1 Tahun 1974, UU No. 16 Tahun 2019
3. Kompilasi Hukum Islam = Inpres No. 1 Tahun 1991
4. Dispensasi Kawin = PERMA No. 5 Tahun 2019

Militer:

1. Peradilan Militer = UU No. 31 Tahun 1997

10
BAGIAN 5
MATERI ILMU HUKUM

Petunjuk = hafalkan dan tulis kata kunci setiap definisi hukum dari
setiap ahli hukum.

***

Definisi hukum:

1. Pengertian hukum menurut Aristoteles adalah sebuah hukum


yang setiap komunitas meletakkannya sebagai dasar dan
mengaplikasikannya kepada anggotanya sendiri. Hukum
universal adalah hukum alam.
2. Pengertian hukum menurut Utrecht adalah himpunan petunjuk
hidup (perintah atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam
suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari
pihak pemerintah dari masyarakat itu.
3. Hans Kelsen merupakan pelopor Aliran Hukum Murni yang
berpendapat bahwa hukum adalah ketentuan sosial yang
mengelola perilaku mutual antar manusia yaitu ketentuan
mengenai serangkaian peraturan yang mengelola perilaku
tertentu manusia (norma). Hukum ialah ketentuan.
4. Seperti halnya Hugo de Groot, Immanuel Kant juga menganut
Aliran Hukum Alam. Pengertian hukum menurut Immanuel
Kant adalah keseluruhan syarat berkehendak bebas dari orang
untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari
orang lain, dengan mengikuti peraturan hukum tentang
kemerdekaan.
5. John Austin adalah penggagas Aliran Hukum Positif yang
memberikan definisi hukum sebagai berikut: Hukum adalah
peraturan yang diadakan untuk memberikan bimbingan kepada

11
makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal yang
berkuasa atasnya.
6. Karl Max menjelaskan bahwa Hukum adalah cerminan dari
hubungan hukum ekonomis suatu masyarakat di dalam suatu
tahap perkembangan tertentu.
7. Montesquieu adalah seorang ahli politik berkebangsaan Prancis
yang terkenal dengan ajarannya Trias Politika. Pengertian
hukum menurut Motesquieu adalah gejala sosial dan perbedaan
hukum dikarenakan oleh perbedaan alam, politik, etnis, sejarah,
dan faktor lain dari tatanan masyarakat. Untuk itu hukum suatu
negara harus dibandingkan dengan hukum negara lain.
8. Plato merupakan seorang filsuf Yunani yang sekaligus menjadi
guru dari Aristoteles. Pengertian hukum menurut Plato adalah
segala peraturan yang tersusun dengan baik dan teratur yang
mempunyai sifat mengikat hakim dan masyarakat.
9. Thomas Aquinas merupakan salah satu tokoh penggagas Aliran
Hukum Alam. Pendapatnya sangat erat dengan bidang Teologia.
Berkaitan dengan pengertian hukum, Aquinas memberikan
uraian sebagai berikut: hukum adalah perintah yang berasal dari
masyarakat dan apabila terjadi pelanggar hukum, pelanggar
akan diberikan sanksi oleh tetua masyarakat bersama dengan
semua anggota masyarakatnya.

***

Sifat hukum:

1. Hukum yang imperatif = hukum bersifat harus ditaati


2. Hukum yang fakultatif = bersifat mengikat

***

12
SUMBER HUKUM

Sumber Hukum Formil:

1. UU
2. Kebiasaan (Menurut Soedikno: 1. Syarat materiil, 2. Syarat
intelektual, 3. Adanya akibat hukum)
3. Traktat
4. Yurisprudensi
5. Doktrin

Sumber Hukum Materiil = isi kaidah hukum. Misalnya Pancasila,


hukum kebiasaan ketatanegaraan, hukum adat, agama, dll.

***

RECHTSSTAAT DAN RULE OF LAW

Ciri-ciri rechtsstaat (Friedrich Julius Stahl)

1. Jaminan perlindungan HAM


2. Trias politica
3. Pemerintahan berdasar UU
4. Adanya peradilan administrasi

Ciri-ciri rule of law (A.V. Dicey)

1. Supremasi hukum
2. Equality before the law
3. Terjaminnya HAM

***

ILMU HUKUM EMPIRIS

1. Sosiologi Hukum

Hukum berhubungan erat dengan masyarakat, sosiologi adalah


merupakan ilmu yang membahas mengenai kemasyarakatan. Sosiologi
Hukum mengkaji hukum sebagai hubungan antar manusia, mengenai

13
hukum dengan masyarakat. Masyarakat merupakan sesuatu yang sangat
mempengaruhi perkembangan hukum, kehidupan masyarakat yang
semakin kompleks membuat hukum harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Nyatanya hukm dan masyarakat memiliki
hubunga yang sangan erat, bagaimana hukum mempengaruhi
masyarakat ataupun sebaliknya, menjadikan sosiologi hukum sebagai
bidang ilmu yang penting dan menari untuk dipelajari.

2. Antropologi Hukum

Antropologi hukum berkaitan dengan kebudayaan, berbeda dengan


sosiologi hukum yang berkaitan dengan perkembangan hukum dengan
masyarakat di era modern, antropologi hukum lebih memfokuskan diri
mengenai hukum yang berkembang melalui kebudayaan dalam lingkup
masyarakat tradisional.

3. Sejarah Hukum

Berkaitan dengan mempelajari hukum dalam aspek sejarahnya,


mempelajari bagaimana perkembangan hukum dari masa ke masa, serta
melakukan perbandingan dengan penerapan hukum pada masa lalu
dengan masa sekarang. Sejarah hukum menjadi penting untuk dipelajari
berkaitan dengan pemilihan sistem ataupun aturan hukum apa yang
efektif untuk diterapkan di dalam masyarakat pada saat ini. Karena
melalui sejarah, kita dapat mengetahui dan mengkaji aturan hukum
seperti apa yang efektif diterapkan ataupun belajar dari kesalahan-
kesalahan pada waktu yang lampau.

4. Psikologi Hukum

Seperti yang kita ketahui, psikologi merupakan bidang ilmu yang


berhubungan dengan kejiwaan (Ilmu jiwa). Lalu apa hubungannya
dengan ilmu hukum ? Psikologi Hukum memusatkan perhatian pada
individu. Bagaimana seorang berperilaku, karakter seseorang, cara
berpikir, tingkah laku manusia dan sebagainya sangat membantu dalam
merumuskan aturan hukum yang sesuai dan tepat untuk diterapkan.
Bagaimanapun juga, individu atau orang perseorangan adalah bagian

14
terkecil dalam masyarakat yang secara spesifik terlibat langsung
dengan hukum.

5. Perbandingan Hukum

Perbandingan Hukum (comparative law) merupakan penggunaan


metode perbandingan terhadap hukum. Dalam tujuan mencari produk
hukum yang sesuai, ataupun mengkaji produk hukum yang sedang
berlaku apakah pelaksanaannya baik atau tidak, salah satu metode yang
digunakan adalah dengan Perbandingan Hukum. Perbandingan hukum
berusaha menbandingkan produk hukum baik dari masa yang lampau
dengan sekarang, ataupun dari wilayah-wilayah tertentu. Dengan
membandingankan produk hukum tersebut dapat diketahui produk
hukum mana yang baik penerapannya, ataupun dalam memilih produk
hukum yang sesuai.

***

SISTEM HUKUM

Manusia yang hidup di dunia memerlukan hukum, sebab hukum selain


dapat mencegah terjadinya konflik juga dapat menanggulanginya
apabila konflik itu telah terjadi. Berdasarkan itulah masing-masing
negara di dunia memiliki sistem hukum yang disesuaikan dengan
karakter masyarakatnya. Berikut beberapa sistem hukum yang berlaku
di dunia, yaitu:

1. Sistem Hukum Eropa Kontinental

Sistem hukum ini berkembang di negara-negara Eropa daratan seperti


Jerman, Belanda, Perancis, Italia, Amerika Latin, dan Asia (termasuk
Indonesai pada masa penjajahan Belanda). Istilah lain untuk menyebut
sistem hukum Eropa Kontinental adalah Civil Law/Rechtaat atau
Romawi Jerman.

Sistem hukum Eropa Kontinental ini berasal dari kodifikasi hukum


yang berlaku di kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar
Yustinianus. Kemudian Corpus Juris Civilis (kumpulan berbagai

15
kaidah hukum yang ada sebelum masa Yustianus) dijadikan prinsip
dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa
Daratan.

Prinsip utamanya bahwa hukum itu memperoleh kekuatan mengikat


karena berupa peraturan yang berbentuk undang-undang yang tersusun
secara sistematis dalam kodifikasi. Sumber hukum utamanya adalah
undang-undang yang dibentuk oleh badan legislatif.

Dalam sistem hukum Eropa Kontinental hakim tidak bebas dalam


mencipatakan hukum baru, karena hakim hanya menerapkan dan
menafsirkan peraturan yang ada padanya. Putusan hakim tidak
mengikat umum tetapi hanya mengikat para pihak yang berperkara
saja.

2. Sistem Hukum Anglo-Saxon (Anglo Amerika)

Sistem hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika) mula-mula berkembang


di negara Inggris, dan dikenal dengan istilah Rule of Law atau
Common Law atau Unwritten Law (Hukum tidak tertulis) atau sering
disebut juga dengan istilah Case Law. Sistem hukum ini dianut di
negara-negara anggota persemakmuran Inggris, Amerika Utara,
Kanada, dan Amerika Serikat.

Sistem hukum Anglo Saxon adalah suatu sistem hukum yang


didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim
terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Dalam sistem hukum Anglo Saxon, hakim mempunyai
wewenang yang luas untuk menafsirkan peraturan-peraturan hukum
dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang berguna sebagai
pegangan bagi hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara sejenis.

Sistem hukum Anglo Saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah


terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena
sesuai dengan perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi
hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.

16
3. Sistem Hukum Adat

Sistem Hukum Adat terdapat dan berkembang di lingkungan kehidupan


sosial di Indonesia, Cina, India, Jepang, dan negara lain. Di Indonesia
sistem hukum adat diadopsi dalam bentuk subsistem hukum, yaitu
hukum adat. Asal mula istilah hukum adat adalah dari istilah Adatrech
yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronye.

Sumber utama sistem hukum adat adalah hukum tidak tertulis atau
kebiasaan. Sifat hukum adat adalah tradisional dengan berpangkal pada
kehendak nenek moyang. Tolak ukurnya dalah kehendak suci dari
nenek moyangnya. Yang berperang dalam menjalankan sistem hukum
adat adalah pemuka adat (pengetua-pengetua adat) karena ia adalah
pemimpin yang disegani oleh masyarakat.

Sistem Hukum Adat juga bisa diartikan sebagai seperangkat norma dan
aturan adat/kebiasaan yang berlaku di suatu wilayah. misalnya di
perkampungan pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum adat
dan memiliki sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di
wilayah tertentu.

4. Sistem Hukum Islam

Sistem Hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang ke


negara-negara Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual maupun
secara kelompok. Sistem Hukum Islam bersumber pada:

a. Al-Qur’an merupakan kita suci agama Islam;


b. Sunnah merupakan cerita atau cara hidup nabi;
c. Ijma merupakan kesepakatan para ulama besar;
d. Qiyas merupakan analogi dalam mencari sebanyak
mungkin persamaan antara 2 (dua) kejadian.

Berikut beberapa ciri khas Sistem Hukum Islam yang membedakan


dengan sistem hukum yang lain, yakni:

a. Bersumber pada wahyu Allah (Al-Qur’an), Sunnah


Rasul, dan Ijtihad;

17
b. Ketentuan-ketentuannya didasarkan pada akhlak dan
agama;
c. Sanksi terhadap pelanggarannya adalah rangkap, yakni
sanksi di dunia dan sanksi di akhirat;
d. Tujuannya agar masyarakat tenteram dunia dan akhirat.

5. Sistem Hukum Kanonik

Sistem Hukum Kanonik adalah sistem hukum yang dianut oleh negara-
negara yang tunduk kepada peraturan-peraturan gereja. Kitab Hukum
Kanonik terdiri dari 7 (tujuh) buku, yaitu:

a. Buku I memuat tentang norma-norma umum;


b. Buku II memuat tentang umat Allah;
c. Buku III memuat tentang tugas mengajar gereja;
d. Buku IV memuat tentang tugas gereja menguduskan;
e. Bab V memuat tentang harta benda duniawi gereja;
f. Buku VI memuat tentang hukuman-hukuman dalam
gereja atau sanksi dalam gereja;
g. Buku VII memuat tentang proses atau hukum acara.

Dalam Kitab Hukum Kanonik terbagi menjadi dalam tujuh buku dan
setiap buku dibagi dalam bagian, seksi, judul, bab, dan artikel. Nomor-
nomor ketentuan hukum disebut kanon.

6. Sistem Hukum Sosialis

Sistem Hukum Sosialis adalah nama resmi untuk sistem hukum di


negara-negara komunis. Sistem Hukum Sosialis berasal dari hukum
Uni Soviet yang dikembangkan sejak 1971. Quigley menggambarkan
Sistem Hukum Sosialis sebagai hukum negara-negara yang
pemerintahnya secara resmi melihat negara sebagai salah satu sosialis
atau bergerak dari kapitalisme ke sosialisme dan yang memegang teguh
masyarakat komunistik sebagai sebuah tujuan akhir.

18
Pokok ajaran sistem hukum sosialis adalah hukum yang dijiwai ajaran
“Marxist-Leninist” yang dianut oleh para pakar hukum di Uni Soviet
serta ajaran materialisme dan teori evolusi yang berpendapat bahwa
materi merupakan satu-satunya benda nyata di dunia ini. Negara-negara
yang menganut Sistem Hukum Sosialis ini hanya mengenal konsep
hukum publik sedangkan konsep hukum privat tidak ada.

Sumber hukum dalam Sistem Hukum Sosialis adalah keputusan


tertinggi para penguasa berupa produk kebijaksanaan pemerintah atau
negara. Dengan kata lain tidak ada sumber hukum yang resmi,
melainkan hukum adalah penguasa negara dan hukum membela rakyat
proletar (masyarakat kelas sosial rendah). Hukum sosialis lebih bersifat
prerogatif ketimbang normatif.

***

19
BAGIAN 6

MATERI TEORI HUKUM

Petunjuk = fokus hafalkan dan pahami di penemuan hukum.

***

Teori teokrasi = teori ketuhanan = hukum berasal dari Tuhan,


dijelaskan melalui kitab suci, dan dilaksanakan oleh penguasa. Raja
atau penguasa dianggap mendapat kuasa dari Tuhan sebagai wakil
Tuhan.

Teori ini berkembang sebelum era renaissance di Eropa.

Teori kedaulatan rakyat = Pada zaman Renaissance, timbul teori


yang mengajarkan, bahwa dasar hukum itu ialah “akal” atau ‘rasio”
manusia (aliran rasionalisme). Menurut aliran Rasionalisme ini, bahwa
Raja dan Penguasa Negara lainnya memperoleh kekuasaannya itu
bukanlah dari Tuhan, tetapi dari rakyatnya. Pada Abad Pertengahan
diajarkan, bahwa kekuasaan Raja itu berasal dari suatu perjanjian
antara Raja dengan Rakyatnya yang menaklukan dirinya kepada Raja
itu dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam perjanjian itu.

Kemudian setelah itu dalam Abad ke-18 Jean Jacques Rousseau


memperkenalkan teorinya, bahwa dasar terjadinya suatu negara ialah
“perjanjian masyarakat” (Contract Social) yang diadakan oleh dan
antara anggota masyarakat untuk mendirikan suatu Negara. Teori
Rousseau yang menjadi dasar faham “Kedaulatan Rakyat”
mengajarkan, bahwa Negara bersandar atas kemauan rakyat, demikian
pula halnya semua peraturan-perundangan adalah penjelmaan kemauan
rakyat tersebut.

Penganut = Jean Jacques Rousseau.

20
Teori kedaulatan negara = Pada abad ke-19, Teori Perjanjian
Masyarakat ini ditentang oleh Teori yang mengatakan, bahwa
kekuasaan hukum tidak dapat didasarkan atas kemauan bersama
seluruh anggota masyarakat. Hukum itu ditaati ialah karena Negaralah
yang menghendakinya. Hukum adalah kehendak negara.

Penganut = Hans Kelsen.

Teori kedaulatan hukum = Krabbe menentang Teori Kedaulatan


Negara. Beliau mengajarkan, bahwa sumber Hukum ialah “rasa
keadilan”. Menurut Krabbe, hukum hanyalah apa yang memenuhi rasa
keadilan dari orang terbanyak yang ditundukkan padanya. Suatu
peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai dengan rasa keadilan
dari jumlah terbanyak orang, tidak dapat mengikat. Peraturan-
perundangan yang demikian bukanlah “hukum”, walaupun ia masih
ditaati ataupun dipaksakan. Hukum itu ada, karena anggota masyarakat
mempunyai perasaan bagaimana seharusnya hukum itu.

***

PENEMUAN HUKUM

(Pasal 10 UU Kekuasaan Kehakiman)

Metode Interpretasi

1. Subsumtif = dilihat dari teks UU


2. Gramatikal = dari kaidah bahasa
3. Formal = penjelasan otentik dari UU
4. Historis = dari sejarah
5. Sistematis = dari sistem peraturan
6. Sosiologis = dari sosial masyarakat
7. Komparatif = perbandingan
8. Futuris = dari peraturan yang belum berlaku
9. Restriktif = penafsiran UU terbatas
10. Ektensif = penafsiran UU tidak terbatas

21
Metode Argumentasi

1. Argumentum per analogiam = menafsirkan peraturan yang ada


menjadi abstrak, untuk memperluas makna dalam memutus
perkara yang belum ada peraturannya
2. Penghalusan hukum (penyempitan hukum) = menafsirkan
peraturan yang ada menjadi abstrak, untuk mempersempit
makna dalam memutus perkara yang belum ada peraturannya
3. Argumentum a contrario = menafsirkan peraturan yang ada
menjadi abstrak, untuk diterapkan secara berlawanan dalam
memutus perkara yang belum ada peraturannya
4. Argumentum a fortiori = menafsirkan peraturan yang ada
menjadi abstrak, melihat akibat hukum yang lebih berat dari
perkara yang belum ada, kepada akibat hukum yang lebih
ringan dari perkara yang sudah ada.

***

TAHAPAN HAKIM

Tahapan hakim dalam menemukan hukum :

1. Tahap mengkonstatir = hakim bersifat logis dalam melihat


pembuktian.
2. Tahap mengkualifisir = menentukan peritiwa hukum yang
dibuktikan itu merupakan pasal berapa.
3. Tahap mengkonstituir = menarik kesimpulan.

***

Ratio decidendi (bentuk jamak rationes decidendi) adalah ungkapan


dalam bahasa Latin yang berarti "alasan putusan". Dalam bidang
hukum, ratio decidendi adalah alasan atau penalaran yang menjadi
pokok suatu putusan. Di dalam sistem hukum umum Inggris, berlaku
doktrin stare decisis, yaitu putusan pengadilan akan menjadi preseden
hukum untuk perkara-perkara selanjutnya. Maka dari itu, putusan
pengadilan terdiri dua unsur, yaitu obiter dictum dan ratio decidendi.

22
Ratio decidendi bersifat mengikat secara hukum dan pengadilan dalam
perkara-perkara berikutnya terikat oleh preseden yang ditetapkan oleh
ratio decidendi, sementara obiter dictum hanya bersifat persuasif.

Obiter dictum (juga digunakan dalam bentuk jamak, obiter dicta)


adalah frase dalam bahasa Latin yang berarti "ngomong-ngomong", dan
dalam konteks hukum mengacu kepada bagian dari putusan hukum
yang tidak pokok atau tidak terkait dengan substansi utamanya. Konsep
ini berasal dari hukum umum Inggris; dalam sistem tersebut, suatu
putusan terdiri dari dua unsur, yaitu ratio decidendi dan obiter dicta.
Sebagai preseden, ratio decidendi mengikat secara hukum, sementara
obiter dicta hanya bersifat persuasif. Suatu pernyataan hukum dapat
menjadi ratio decidendi hanya jika pernyataan tersebut mengacu
kepada fakta dan hukum yang pokok. Pernyataan yang tidak pokok atau
hanya mengacu kepada perandaian atau isu hukum yang tidak terkait
adalah obiter dicta.

Menurut ahli hukum Universitas Florida, Teresa Reid-Rambo dan


Leanne Pflaum, obiter dicta dapat mengikat secara hukum jika
pengadilan dalam perkara lain mengutip obiter dicta dari putusan
sebelumnya dan menjadikannya sebagai ratio decidendi perkara
tersebut.

***

23
BAGIAN 7
MATERI FILSAFAT HUKUM

Petunjuk = hafalkan dan pahami setiap pendapat dari para ahli hukum
disetiap aliran dan mazhab hukum. Cari kata kunci nya dan hafalkan.
Penulis uraikan dulu setiap mazhab dan aliran, silahkan dibaca
dan dipahami, nanti dibagian setelahnya ada rangkuman
singkatnya.

***

MAZHAB HUKUM ALAM

Madzhab hukum alam = menitikberatkan pada rasio, bahwa keadilan


adalah hal yang mutlak. Menitikberatkan pada mana yang benar mana
yang salah. Hukum itu berasal dari rasio membedakan mana yang benar
dan salah, sehingga hukum itu berlaku abadi, tidak bisa berubah seiring
perkembangan zaman.

Penganut = Plato, aristoteles

Mazhab Hukum Alam menurut W Friedmann memiliki beberapa


peran penting, yaitu:

1. Sebagai instrumen utama dalam mengubah hukum sipil kuno


pada zaman Romawi ke suatu sistem yang luas dan
kosmopolitan.
2. Digunakan sebagai sasaran untuk menyelesaikan pertikaian
antara pihak gereja dan para kaisar di Jerman pada Abad
Pertengahan.
3. Sebagai latar belakang pemikiran untuk mendukung berlakunya
hukum internasional dan menuntut kebebasan individu terhadap
absolutisme.

24
4. Prinsip-prinsip hukum alam juga digunakan oleh para hakim
Amerika Serikat untuk menahan usaha-usaha legislatif untuk
mengubah dan memperketat kebebasan individu dengan cara
menafsirkan konstitusi.

HUKUM ALAM IRASIONAL

Pendapat Thomas Aquinas berkaitan erat dengan teologia. Aquinas


berpendapat bahwa ada dua pengetahuan yang berjalan bersama-sama,
yaitu pengetahuan alamiah yang berpangkal pada akal dan pengetahuan
iman yang berpangkal pada wahyu Ilahi. Menurut Aquinas ada empat
macam hukum, yaitu:

1. Lex eterna yaitu hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap
oleh pancaindera manusia.
2. Lex divina, adalah hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap
oleh pancaindera manusia.
3. Lex naturalis atau hukum alam, merupakan penjelmaan lex
eterna ke dalam rasio manusia.
4. Lex positivis, adalah penerapan lex naturalis dalam kehidupan
manusia di dunia.

John Salisbury merupakan seorang rohaniawan pada Abad


Pertengahan. Pendapat Salisbury dilatarbelakangi kesewenang-
wenangan penguasa pada waktu itu. Menurutnya gereja dan negara
perlu bekerja sama layaknya hubungan organis antara jiwa dan raga.

Penguasa dalam menjalankan pemerintahannya wajib memperhatikan


hukum tertulis dan tidak tertulis (hukum alam) yang mencerminkan
hukum-hukum Allah. Tugas rohaniawan adalah untuk membimbing
penguasa agar tidak merugikan rakyat, bahkan penguasa juga
seharusnya menjadi abdi gereja.

Pendapat Dante Alighieri juga dilatarbelakangi oleh perselisihan


antara penguasa di Jerman dan Prancis dengan kekuasaan Paus di
Roma. Berbeda dengan Salisbury, dalam memberikan pendapatnya
Dante lebih memihak kepada penguasa. Ia amat menentang penyerahan

25
kekuasaan duniawi kepada gereja. Dante berpendapat bahwa keadilan
baru dapat ditegakkan apabila pelaksanaan hukum diserahkan kepada
satu tangan saja, yaitu berupa pemerintahan yang absolut.

Piere Dubois merupakan filsuf terkemuka sekaligus pengacara raja


Perancis, sehingga dapat dikatakan bahwa pandangan-pandangannya
pro penguasa. Dobuis mendambakan suatu Kerajaan Perancis yang
mahaluas, dimana Kerajaan Perancis tersebut mampu menjadi
pemerintah tunggal dunia. Hal ini kemudian melatarbelakangi
keyakinan Dubois mengenai adanya hukum yang berlaku universal.

Dubois mengatakan bahwa raja atau penguasa dapat langsung


menerima kekuasaan dari Tuhan tanpa perlu melalui pemimpin gereja.
Bahkan Dubois ingin agar kekuasaan duniawi gereja dicabut dan
diserahkan sepenuhnya kepada raja. Ia juga berpendapat bahwa raja
memiliki kekuasaan untuk membentuk undang-undang, tetapi raja tidak
terikat untuk mematuhi undang-undang tersebut.
Marsilius Padua dan William Occam merupakan tokoh penting Abad
14. Keduanya sering dibahas bersamaan karena memiliki banyak
kesamaan dalam pemikiran mereka. Menurut Padua negara berada di
atas kekuasaan Paus dan kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat.
Pendapatnya tersebut banyak dipengaruhi oleh pendapat Aristoteles.
Padua berpendapat bahwa hukum harus mengabdi atau memihak
kepada rakyat karena tujuan negara adalah untuk memajukan
kemakmuran dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
warga negara agar dapat mengembangkan dirinya secara bebas.

Occam atau sering juga ditulis Ockham memiliki pemikiran yang


disebut Nominalisme. Pendapat Occam bertentangan dengan pendapat
Thomas Aquinas, dimana Aquinas meyakini kemampuan rasio manusia
untuk mengungkapkan kebenaran, sedangkan Occam berpendapat
bahwa rasio manusia tidak dapat memastikan suatu kebenaran.
Menurutnya pengetahuan atau ide yang ditangkap oleh rasio manusia
hanyalah nama-nama (nome atau nominal) yang digunakan manusia
dalam hidupnya.

26
John Wycliffe menyoroti masalah kekuasaan gereja. Ia menolak hak-
hak paus untuk menerima upeti dari raja Inggris. Hubungan antara
kekuasaan ketuhanan dan kekuasaan duniawi oleh Wycliffe diibaratkan
sebagai hubungan antara pemilik dan penggarap tanah. Masing-masing
memiliki bagiannya sendiri dan tidak boleh saling mencampuri.
Kekuasaan pemerintahan tidak perlu melalui perantara, yaitu
rohaniawan gereja, serta kedudukan para rohaniawan dan orang awam
adalah sama derajatnya di mata Tuhan.

Johannes Huss melengkapi pendapat Wycliffe dengan menyatakan


bahwa gereja tidak perlu mempunyai hak milik, bahkan penguasa boleh
merampas miik itu apabila gereja salah dalam menggunakan haknya.
Huss juga berpendapat bahwa paus dan hierarki gereja tidak diadakan
menurut perintah Tuhan, melainkan dibentuk oleh semua orang yang
beriman.

HUKUM ALAM RASIONAL

Aliran Hukum Alam Rasional muncul setelah zaman Renaisans, yaitu


era ketika rasio manusia dipandang terlepas dari tertib ketuhanan.
Aliran ini berpandangan bahwa hukum alam muncul dari pikiran
manusia sendiri tentang apa yang baik dan buruk, yang penilaiannya
diserahkan kepada kesusilaan (moral) alam. Beberapa tokoh Aliran
Hukum Alam Rasional antara lain Hugo de Groot (Grotius), Christian
Thomasius, Immanuel Kant dan Samuel von Pufendorf.

Hugo de Groot atau Grotius dikenal sebagai Bapak Hukum


Internasional yang mempopulerkan konsep-konsep hukum dalam
hubungan antarnegara, seperti hukum perang dan damai, serta hukum
laut. Grotius berpandangan bahwa sumber hukum adalah rasio
manusia. Karena karakteristik yang membedakan manusia dengan
makhluk lain adalah kemampuan akalnya, sehingga seluruh kehidupan
manusia harus berdasarkan pada kemampuan akal atau rasio.

Samuel von Pufendorf merupakan penganjur pertama Hukum Alam di


Jerman. Menurut Pufendor Hukum Alam adalah aturan yang berasal
dari akal pikiran yang murni, dimana unsur naluriah manusia lebih

27
berperan. Ketika manusia hidup dalam masyarakat dan terjadi
pertentangan antara kepentingan orang yang satu dengan yang lainnya,
maka dibuatlah perjanjian secara sukarela di antara rakyat untuk
menghentikan pertentangan tersebut. Kemudian diadakan perjanjian
berikutnya yang berupa perjanjian penaklukan oleh raja. Adanya
perjanjian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kekuasaan yang
absolut. Semua kekuasaan dibatasi oleh Tuhan, hukum alam, kebiasaan
dan tujuan dari negara yang didirikan.

Hasil pemikiran Pufendorf kemudian dilanjutkan oleh Christian


Thomasius. Thomasius berpendapat bahwa manusia hidup dengan
berbagai macam naluri yang saling bertentangan antara naluri yang satu
dengan naluri yang lainnya, sehingga diperlukan aturan-aturan yang
mengikat agar ia mendapat kepastian dalam tindakan-tindakannya, baik
ke dalam maupun ke luar dirinya. Berkaitan dengan ajaran Hukum
Alam, Thomasius sampai kepada pengertian tentang ukuran. Dalam hal
ukuran tersebut berkaitan dengan batin manusia, maka itu adalah aturan
kesusilaan, sedangkan apabila berkaitan dengan tindakan-tindakan
lahiriah, maka itu merupakan aturan hukum. Apabila ingin
diberlakukan, aturan hukum tersebut harus disertai dengan paksaan dari
pihak penguasa.

Kehidupan Immanuel Kant sebagai seorang filsuf dapat dibagi


menjadi dua periode, yaitu zaman prakritis dan zaman kritis. Pada
periode prakritis Kant menganut pendirian rasionalistis yang
dipopulerkan oleh Wolff dan kawan-kawannya. Pada periode yang
kedua pemikiran Kant dipengaruhi oleh Hume dan mulai mengubah
pandangannya menjadi pandangan yang bersifat kritis. Hume
merupakan filsuf yang menganut paham empirisme, yaitu suatu aliran
yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia bukanlah rasio,
melainkan empiri atau pengalaman, dalam hal ini adalah pengalaman
yang berasal dari pengenalan indrawi.

28
MAZHAB SEJARAH

Madzhab sejarah = bahwa hukum itu harus dipandang sebagai suatu


penjelmaan dari jiwa atau rohani sesuatu bangsa; selalu ada suatu
hubungan yang erat antara hukum dengan kepribadian suatu bangsa.

Hukum itu menurut von savigny, bukanlah disusun atau diciptakan oleh
orang, tetapi hukum itu tumbuh sendiri di tengah-tengah rakyat; saat
juga akan mati apabila suatu bangsa kehilangan kepribadiannya.

Menurut pendapat tersebut, jelaslah bahwa hukum itu merupakan suatu


rangkaian kesatuan dan tak terpisahkan dari sejarah suatu bangsa, dan
karena itu hukum itu senantiasa berubah-ubah menurut tempat dan
waktu. Jelaslah pula, bahwa pendapat Von Savigny ini bertentangan
dengan ajaran mazhab Hukum Alam, yang berpendapat bahwa Hukum
Alam itu berlaku abadi di mana-mana bagi seluruh manusia.

Mazhab Sejarah (Historische Rechtsschule) atau ada juga yang


menyebutnya Mazhab Sejarah dan Kebudayaan (Ciltuur Historich
School) merupakan salah satu aliran hukum yang timbul sebagai reaksi
terhadap tiga hal:

Rasionalisme abad ke-18 yang hanya mengandalkan jalan pikiran


deduktif. Jalan pemikiran pada masa itu didasarkan pada hukum alam,
kekuatan akal dan prinsip-prinsip dasar serta tidak memperhatikan
fakta sejarah, kekhususan dan kondisi nasional.

Semangat Revolusi Prancis yang menentang wewenang tradisi dengan


misi kosmopolitannya.

Pendapat yang berkembang pada masa itu dimana hakim dilarang untuk
menafsirkan hukum karena undang-undang dianggap dapat
memecahkan semua masalah hukum.

Mazhab Sejarah dipelopori oleh seorang ahli hukum bangsa Jerman


Friedrich Karl von Savigny. Menurut Savigny di dunia ini terdapat
beragam bangsa dimana tiap bangsa memiliki volksgeist atau jiwa
bangsanya masing-masing. Aneka ragam jiwa bangsa tersebut dapat

29
dilihat melalui berbagai ragam bahasa, adat istiadat dan organisasi
sosial masyarakat yang dimiliki oleh tiap bangsa. Perbedaan jiwa
bangsa tersebut juga menimbulkan perbedaan pandangan tentang
keadilan.

Savigny memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan Aliran


Hukum Alam yang memandang bahwa hukum bersifat universal dan
abadi. Ia berpendapat bahwa hukum mengalami perubahan sesuai
dengan keadaan masyarakat dari masa ke masa, sehingga tidak
mungkin ada hukum yang bisa berlaku untuk semua bangsa. Pendapat
Savigny juga bertolak belakang dengan Positivisme Hukum.
Menurutnya hukum timbul bukan karena perintah penguasa atau karena
kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa
bangsa. Hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat.

Pemikiran Savigny kemudian dikembangkan oleh muridnya Puchta.


Menurut Puchta hukum dapat terbentuk:

1. Secara langsung berupa adat istiadat.


2. Melalui undang-undang.
3. Melalui ilmu hukum dalam bentuk karya para ahli hukum.

Puchta membagi pengertian bangsa menjadi dua jenis, yaitu bangsa


dalam pengertian etnis yang disebut bangsa alam dan bangsa dalam arti
nasional yang merupakan kesatuan organis yang membentuk sebuah
negara. Hukum yang sah dimiliki oleh bangsa dalam pengertian
nasional (negara), sedangkan bangsa alam hanya memiliki hukum
sebagai keyakinan. Keyakinan hukum yang hidup dalam jiwa bangsa
harus disahkan melalui kehendak umum masyarakat. Pengesahan
hukum tersebut dilakukan dengan cara membentuk undang-undang.

Pemikiran Puchta memiliki kesamaan dengan Teori Absolutisme


Negara dan Positivisme Yuridis. Puchta berpandangan bahwa
pembentukan hukum dalam suatu negara tidak membuka peluang bagi
sumber hukum selain kekuasaan negara, seperti hukum adat dan
pemikiran ahli hukum. Praktik hukum dalam adat istiadat bangsa hanya

30
berlaku sebagai hukum sesudah disahkan oleh negara, demikian pula
dengan buah pemikiran para ahli hukum memerlukan pengesahan oleh
negara agar dapat berlaku sebagai hukum. Di sisi yang lain, pihak yang
berkuasa dalam negara tidak membutuhkan dukungan apapun. Ia
berhak untuk membentuk undang-undang tanpa memerlukan bantuan
para ahli hukum dan tidak perlu menghiraukan apa yang dipraktikkan
sebagai adat istiadat.

Henry Summer Maine merupakan pelopor Mazhab Sejarah di Inggris.


Maine mengembangkan pemikiran Savigny melalui studi perbandingan
perkembangan lembaga-lembaga hukum yang ada pada masyarakat
sederhana dan masyarakat yang telah maju. Penelitiannya
membuktikan adanya pola evolusi pada berbagai masyarakat dalam
situasi sejarah yang sama.

POSITIVISME HUKUM

Aliran Hukum Positif atau Positivisme Hukum merupakan salah satu


aliran dalam filsafat hukum. Aliran ini memandang perlu memisahkan
secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan
hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen). Positivisme
Hukum sangat mengagungkan hukum yang tertulis dan menganggap
bahwa tidak ada norma hukum di luar hukum positif. Bagi aliran ini,
semua persoalan dalam masyarakat harus diatur dalam hukum tertulis.
Sikap penganut aliran ini dilatarbelakangi oleh penghargaan yang
berlebihan terhadap kekuasaan yang menciptakan hukum tertulis,
mereka menganggap kekuasaan itu adalah sumber hukum dan
kekuasaan adalah hukum.

Ada dua corak dalam Positivisme Hukum, yaitu Aliran Hukum Positif
Analitis (Analytical Jurisprudence) yang dipelopori oleh John Austin
dan Aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre) yang dipelopori oleh
Hans Kelsen.

31
ALIRAN HUKUM POSITIF ANALITIS

John Austin adalah pelopor dari Aliran Hukum Positif Analitis yang
menyatakan bahwa hukum adalah perintah dari penguasa negara.
Hakikat hukum terletak pada unsur perintah itu. Austin memandang
hukum sebagai suatu sistem yang tetap, logis dan tertutup. Hukum
adalah perintah yang mewajibkan seseorang atau beberapa orang. Ia
menyatakan bahwa hukum dan perintah lainnya berjalan dari atasan
(superior) dan mengikat atau mewajibkan bawahan (inferior). Pihak
superior yang menentukan apa yang diperbolehkan dan kekuasaan
superior memaksa orang lain untuk mentaatinya. Superior mampu
memberlakukan hukum dengan cara menakut-nakuti dan mengarahkan
tingkah laku orang lain ke arah yang diiinginkannya. Austin
berpandangan bahwa hukum adalah perintah yang memaksa, yang
dapat saja bijaksana dan adil atau sebaliknya.

Austin membedakan hukum menjadi dua jenis, yaitu hukum dari Tuhan
untuk manusia dan hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum yang
dibuat oleh manusia kemudian dibedakan lagi menjadi:

1. Hukum yang sebenarnya (hukum positif), yaitu hukum yang


dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh manusia
secara individu untuk melaksanakan hak-hak yang diberikan
kepadanya. Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur,
yaitu perintah (command), sanksi (sanction), kewajiban (duty)
dan kedaulatan (sovereignty).
2. Hukum yang tidak sebenarnya, adalah hukum yang tidak dibuat
oleh penguasa, sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai
hukum, contohnya peraturan dari suatu organisasi olahraga.

ALIRAN HUKUM MURNI

Penggagas Aliran Hukum Murni adalah Hans Kelsen yang


berpendapat bahwa hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang
nonyuridis seperti sosiologis, politis, historis dan etis. Hukum adalah
suatu sollenkategorie atau kategori keharusan/ideal, bukan
seinskategorie atau kategori faktual. Lebih lanjut Kelsen menguraikan

32
bahwa hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku
manusia sebagai makhluk rasional, dalam hal ini yang dipermasalahkan
bukanlah bagaimana hukum itu seharusnya, melainkan apa hukumnya.
Meskipun hukum itu sollenkategori, namun yang digunakan adalah
hukum positif (ius constitutum), bukan hukum yang dicita-citakan (ius
constituentum).

Kelsen berpendapat bahwa hukum berurusan dengan bentuk (forma),


bukan isi (materia), sehingga keadilan sebagai isi hukum berada di luar
hukum. Hukum bisa saja tidak adil, namun hukum tetaplah hukum
karena dikeluarkan oleh penguasa. Ia juga berpendapat bahwa hukum
positif pada kenyataannya dapat saja menjadi tidak efektif lagi. Hal ini
bisa disebabkan karena kepentingan masyarakat yang diatur sudah
tidak ada, sehingga penguasa tidak akan memaksakan penerapannya.

Selain mencetuskan Teori Hukum Murni, Kelsen juga berperan dalam


mengembangkan Teori Jenjang (Stufentheorie) yang dipelopori oleh
Adolf Merkl. Teori Jenjang memandang hukum sebagai suatu sistem
yang terdiri dari susunan norma berbentuk piramida. Norma yang lebih
rendah memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi.
Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, demikian
pula sebaliknya, semakin rendah kedudukan suatu norma, akan
semakin konkret norma tersebut. Norma yang paling tinggi dan berada
di puncak piramida disebut norma dasar (grundnorm atau
ursprungnorm).

Teori Jenjang tersebut kemudian dikembangkan lagi oleh Hans


Nawiasky yang mengkhususkan pembahasannya pada norma hukum
saja. Nawiasky mengartikan hukum identik dengan peraturan yang
dikeluarkan oleh penguasa (perundang-undangan). Teori ini disebut die
Lehre von dem Stufenaufbau der Rechtsordnung. Sistem hukum di
Indonesia pada dasarnya menganut teori yang dikembangkan oleh Hans
Kelsen dan Hans Nawiasky tersebut.

33
ALIRAN UTILITARIANISME

Utilitarianisme juga sering disebut Utilisme. Utilitarianisme adalah


aliran hukum yang menempatkan kemanfaatan sebagai tujuan utama
hukum. Kemanfaatan yang dimaksud dalam aliran ini adalah
kebahagiaan (happiness). Utilitarianisme memandang baik buruk atau
adil tidaknya suatu hukum bergantung pada apakah hukum itu
memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Kebahagiaan
tersebut diupayakan agar dapat dinikmati oleh sebanyak mungkin
individu dalam masyarakat (the greatest happiness for the greatest
number of people).

Aliran Utilitarianisme sebenarnya dapat dikategorikan sebagai


Positivisme Hukum karena paham ini akan berujung pada kesimpulan
bahwa tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban di dalam
masyarakat. Hukum adalah cerminan dari perintah penguasa, bukan
dari rasio semata. Beberapa tokoh pendukung aliran ini adalah Jeremy
Bentham, John Stuart Mill dan Rudolf von Jhering.

Ajaran Jeremy Bentham didasarkan pada aliran hedonistic


utilitarianism. Bentham berpendapat bahwa hukum bertugas untuk
memelihara kebaikan dan mencegah kejahatan. Pemidanaan harus
bersifat spesifik untuk setiap kejahatan. Seberapa kerasnya suatu pidana
tidak boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah
dilakukannya penyerangan-penyerangan tertentu. Pemidanaan menurut
Bentham hanya bisa diterima apabila pemidanaan tersebut mampu
mencegah terjadinya kejahatan yang lebih besar.

Bentham menginginkan agar hukum dapat memberikan jaminan


kebahagiaan kepada individu, bukan langsung kepada masyarakat
secara keseluruhan. Meskipun demikian Bentham tetap mengakui
bahwa kepentingan masyarakat juga harus diperhatikan sehingga tidak
terjadi bentrokan antara kepentingan individu yang satu dengan
kepentingan individu yang lain. Oleh karena itu kepentingan individu
dalam mengejar kebahagiaan yang sebesar-besarnya perlu dibatasi agar

34
tidak terjadi apa yang disebut homo homini lupus atau manusia menjadi
serigala bagi manusia yang lain.

Pemikiran John Stuart Mill sangat dipengaruhi oleh pemikiran


Positivisme dari Auguste Comte, namun Mill tidak setuju dengan
Comte yang berpendapat bahwa psikologi bukanlah ilmu. Pemikiran
Mill banyak dipengaruhi oleh pertimbangan psikologis. Ia menyatakan
bahwa tujuan manusia adalah kebahagiaan, dimana kebahagiaan
tersebut diperoleh melalui hal-hal yang membangkitkan nafsu manusia.
Sehingga apa yang ingin dicapai oleh manusia bukanlah benda atau
sesuatu hal tertentu, tetapi kebahagiaan yang dapat ditimbulkannya.

Mill memandang psikologi sebagai ilmu yang paling fundamental.


Melalui psikologi kita dapat mempelajari penginderaan-pengindraan
(sensations) dan cara susunannya. Susunan penginderaan tersebut
terjadi menurut asosiasi, dalam hal inilah psikologi berperan untuk
memperlihatkan bagaimana asosiasi antara penginderaan yang satu
dengan penginderaan yang lain diadakan menurut hukum-hukum yang
tetap. Itulah sebabnya Mill berpendapat bahwa psikologi adalah dasar
bagi semua ilmu lain, termasuk logika.

Ajaran Rudolf von Jhering merupakan gabungan antara teori yang


dikemukakan Jeremy Bentham, John Stuart Mill dan Positivisme
Hukum yang diajarkan oleh John Austin. Teori yang diajarkan oleh
Jhering ini merupakan ajaran yang bersifat sosial.

Pada awalnya Jhering menganut Mazhab Sejarah yang dikembangkan


oleh Friedrich Karl von Savigny dan Puchta, namun lama kelamaan ia
memiliki pandangan yang berlawanan dengan Savigny. Seluruh hukum
Romawi menurut Savigny merupakan pernyataan jiwa bangsa Romawi,
sehingga merupakan hukum nasional. Pendapat tersebut kemudian
dibantah oleh Jhering dengan mengemukakan bahwa seperti dalam
hidup sebagai perkembangan biologis yang senantiasa terdapat
asimilasi dari unsur-unsur yang mempengaruhinya, demikian pula
dalam bidang kebudayaan dimana melalui pergaulan antar bangsa
terdapat asimilasi pandangan-pandangan dan kebiasaan-kebiasaan.

35
Menurut Jhering lapisan tertua hukum Romawi memang bersifat
nasional, tetapi pada perkembangannya hukum Romawi mendapat ciri-
ciri universal melalui asimilasi dengan hukum lain, sehingga hukum
Romawi yang pada awalnya bersifat nasional kemudian berkembang
menjadi hukum universal. Ia memiliki pandangan bahwa hukum
Romawi dapat digunakan sebagai dasar bagi hukum jerman karena
hukum Romawi dalam perkembangannya sudah berhadapan dengan
banyak aturan hidup lain. Jhering juga memandang bahwa tujuan
hukum adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan yang berupa
mengejar kesenangan dan menghindari penderitaan. Dalam hal ini
kepentingan individu dijadikan bagian dari tujuan sosial dengan
menghubungkan tujuan pribadi seseorang dengan kepentingan-
kepentingan orang lain.

SOSIOLOGICAL JURISPRUDENCE

Sociological Jurisprudence merupakan salah satu aliran dalam filsafat


hukum. Aliran ini memandang bahwa hukum yang baik haruslah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran
Sociological Jurisprudence dengan tegas memisahkan antara hukum
positif (the positive law) dengan hukum yang hidup (the living law).

Sociological Jurisprudence timbul sebagai proses dialektika antara


aliran Positivisme Hukum (sebagai tesis) dengan Mazhab Sejarah
(sebagai antitesis), dimana Positivisme Hukum memandang tidak ada
hukum selain perintah penguasa (law is a command of lawgivers),
sedangkan Mazhab Sejarah memandang bahwa hukum timbul dan
berkembang bersama dengan masyarakat. Aliran Positivisme Hukum
mengutamakan akal, sementara Mazhab Sejarah lebih mementingkan
pengalaman. Dalam hal ini Aliran Sociological Jurisprudence
menganggap akal dan pengalaman sama-sama penting.

Eugen Ehrlich adalah seorang ahli hukum Austria. Ia merupakan


tokoh pertama yang meninjau hukum dari sudut pandang sosiologi. Hal
ini menjadikannya sebagai pelopor aliran Sociological Jurisprudence.
Menurut Ehrlich terlihat jelas adanya perbedaan antara hukum positif

36
dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat, dimana hukum positif
akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila selaras dengan hukum
yang hidup di masyarakat.

Pandangan Eugen Ehrlich bertolak belakang dengan pandangan para


penganut Positivisme Hukum. Ehrlich berusaha untuk membuktikan
bahwa titik pusat perkembangan hukum tidak terletak pada undang-
undang, putusan hakim atau ilmu hukum, melainkan pada masyarakat
itu sendiri. Ehrlich menempatkan kebiasaan sebagai sumber hukum
yang utama.

Lebih lanjut Ehrlich berpendapat bahwa hukum tunduk pada kekuatan-


kekuatan sosial tertentu. Ketertiban dalam masyarakat didasarkan pada
pengakuan sosial terhadap hukum, bukan karena penerapannya secara
resmi oleh negara. Tertib sosial terjadi karena diterimanya hukum yang
dilandasi oleh aturan dan norma sosial yang tercermin dalam sistem
hukum, sehingga pihak-pihak yang berperan untuk mengembangkan
sistem hukum harus mempunyai hubungan yang erat dengan nilai-nilai
yang dianut dalam masyarakat tersebut.

Roscoe Pound terkenal sebagai pencetus teori hukum sebagai alat


untuk merekayasa masyarakat (law as a tool of social
engineering). Pemikiran Pound berangkat dari pemikiran tentang
pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat. Menurut
Pound, kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi oleh
hukum secara sistematis dapat dibagi menjadi beberapa golongan,
yaitu:
1. Kepentingan umum (public interest), meliputi:
 Kepentingan negara sebagai badan hukum dalam
memertahankan kepribadian dan substansinya.
 Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan
masyarakat.
2. Kepentingan masyarakat (social interest), yaitu:
 Kepentingan masyarakat akan keselamatan umum,
seperti keamanan, kesehatan dan kesejahteraan, serta
jaminan bagi transaksi-transaksi dan pendapatan.

37
 Perlindungan bagi lembaga-lembaga sosial yang
meliputi perlindungan dalam perkawinan, politik dan
ekonomi.
 Pencegahan kemerosotan akhlak, seperti korupsi,
perjudian, pengumpatan terhadap Tuhan, transaksi-
transaksi yang bertentangan dengan moral atau
peraturan yang membatasi tindakan-tindakan
anggota trust.
 Pencegahan pelanggaran hak (abuse of right)
 Kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum,
seperti perlindungan hak milik, perdagangan bebas dan
monopoli, kemerdekaan industri, serta penemuan baru.
 Kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia
secara individual, seperti perlindungan terhadap
kehidupan yang layak, kemeredekaan berbicara dan
memilih jabatan.
3. Kepentingan pribadi (private interest), terdiri dari:
 Kepentingan kepribadian (interest of personality),
meliputi perlindungan terhadap integritas (keutuhan)
fisik, kemerdekaan kehendak, reputasi (nama baik),
terjaminnya rahasia-rahasia pribadi, kemerdekaan
untuk menjalankan agama yang dianutnya dan
kemerdekaan mengemukakan pendapat.
 Kepentingan dalam hubungan rumah tangga (interest of
domestic), meliputi perlindungan bagi perkawinan,
tuntutan bagi pemeliharaan keluarga dan hubungan
hukum antara orang tua dan anak-anak.
 Kepentingan substansi (interest of substance), meliputi
perlindungan terhadap harta, kemerdekaan dalam
penyusunan testamen, kemerdekaan industri dan
kontrak, serta pengharapa legal akan keuntungan-
keuntungan yang diperoleh.

ALIRAN REALISME HUKUM

Realisme hukum berkembang dalam waktu yang bersamaan dengan


sociological Jurisprudence. Sehingga ada penulis yang memasukan

38
aliran ini menjadi bagian aliran positivis hukum, meskipun ada juga
yang memasukan sebagai bagian dari neo positivisme hukum atau
bahkan sebagai aliran tersendiri. Ada pula yang mengidentikan
realisme hukum dengan pragmatikal legal realism. Pada kajian hukum,
akar realisme hukum ada pada tataran empirisme, khususnya
pengalaman-pengalaman yang didapat dari pengadilan. Dalam hal ini,
jelas sistem hukum Amerika Serikat sangat kondusif dan terbukti
memang kaya dengan putusan-putusan hakimnya.

Friedman berpendapat tentang kesamaan realisme Skandinavia dan


Realisme Amerika adalah hasil pendekatan pragmatis dan paling sopan
pada lembaga-lembaga sosial. Para ahli hukum telah mengembangkan
dengan ciri khas anglo-Amerika yakni tekanan pada pekerjaan
pengadilan-pengadilan dan tingkah laku pengadilan, untuk
memperbaiki filsafat tentang positivisme analiti, yang menguasai ilmu
hukum Anglo-Amerika pada abad ke-19. Mereka menekankan
bekerjanya hukum, baik sebagai pengalaman maupun sebagai konsepsi
hukum. Meskipun mereka kurang memperhatikan dasar hukum
transendetal.

Pandangan lain dari tokoh aliran realisme adalah Johan Chipman


Gray yang memiliki pandangan bahwa disamping logika sebagai faktor
penting dalam pembentukan undang-undang, unsur kepribadian,
prasangka, dan faktor-faktor lain yang tidak logis memiliki pengaruh
yang besar dalam pembentukan hukum. Untuk membuktikan
pandangannya, Gray mengemukakan contoh dari sejarah hukum di
Inggris dan Amerika yang menunjukan bagaimana faktor-faktor politik,
ekonomi, dan sifat-sifat pribadi yang lain dari hakim-hakim tertentu
telah menyelesaikan soal-soal yang penting untuk jutaan orang selama
ratusan tahun.

William James yang hidup pada tahun 1842-1910 memiliki pandangan


pragmatisme adalah nama baru untuk beberapa cara pemikiran yang
sama yang sebenarnya juga positivis. Ia menyatakan bahwa seorang
pragmatis menolak abstraksi dan hal-hal yang tidak memadai,
penyelasain secara verbal, alasan apriori yang tidak baik, prinsip yang

39
ditentukan, sistem yang tertutup, dan hal-hal yang dianggap mutlak dan
asli. Ia berbalik menentang kelengkapan-kelengkapan dan
kecukupan,fakta, perbuatan, kekuasaan. Itu berarti sifat memerintah
berdasarkan pengalaman, dan sifat rasional melepaskan diri dengan
sungguh-sungguh.

Sementara John Dewey menyatakan bahwa logika bukan berasal dari


kepastian-kepastian dari prinsip-prinsip teoritis seperti silogisme, tetapi
suatu studi tentang kemungkinan-kemungkinan. Logika adalah teori
tentang penyelidikan mengenai akibat-akibat yang mungkin terjadi,
suatu proses dimana prinsip umum hanya bisa dipakai sebagai alat yang
dibenarkan oleh pekerjaan yang dikerjakan. Kalau diterapkan pada
proses hukum, ini berarti bahwa prinsip-prinsip umum. Ia mulai dengan
keadaan yang penuh problema dan sering membingungkan, proses
untuk membuatnya jelas meliputi pemilihan persoalan-persoalan
tertentu. Dengan penentuan masalahnya, kemungkinan pemecahannya
menjadi jelas bagi penyelidik seperti hakim

Benjamin Nathan Cardozo sebagai penganut aliran sejarah memiliki


pandangan bahwa hukum mengikuti perangkat aturan umum dan yakin
bahwa penganutan terhadap preseden seharusnya merupakan aturannya,
dan bukan merupakan pengecualian dalam pelaksanaan peradilan.
Kebutuhan akan kepastian hukum harus diserasikan dengan kebutuhan
akan kemajuan, sehingga doktrin preseden tidak dapat dianggap
sebagai kebenaran yang mutlak dan abadi. Tampaknua Benjamin dalam
pandangannya, hakim wajib mengikuti norma-norma yang berlaku di
masyarakat dan menyesuaikan putusan hakim itu dengan kepentingan
umum.

Menurut Benjamin, perkembangan hukum sebagai gejala sejarah


ditentukan oleh perubahan-perubahan dalam masyarakat, serta
pandangan masyarakat mengenai adat istiadat dan moralitas. Ia
beranggapan para hakim dan legislator harus senantiasa
mempertimbangkan kondisi-kondisi sosial serta masalah-masalah sosial
dalam pembentukan hukum.

40
ALIRAN FREIRECHTSLEHRE

Ajaran aliran Freirechtslehre merupakan salah satu aliran dalam filsafat


hukum, yang dipelopori oleh Eugen Ehrlich, Stampe, Herman Isay, dan
Ernst Fusch. Aliran ini disebut juga ajaran hukum bebas karena
penganut filsafat ini mengatakan bahwa hakim harus kreatif dalam
menemukan hukum yang sesuai dengan rasa keadilan, hakim
mempunyai kebebasan yang sepenuhnya dalam menentukan hukum. Ia
tidak terikat sama sekali dengan begitu banyaknya perundang-
undangan, bahkan hakim boleh mengubah peraturan perundang-
undangan yang tidak sesuai dengan rasa keadilan.

Bahwa kreativitas hakim dalam menemukan hukum harus dihargai, hal


itu merupakan kelebihan dalam aliran ini, sehingga dalam menetapkan
hakim harus betul-betul melalui penyelidikan yang begitu serius,
diharapkan hakim adalah seorang individu yang bebas dari segala
pengaruh apa pun dari luar kemampuannya. Dengan kualitas hakim
yang begitu sempurna, maka keadilan akan tercapai dan bahkan akan
tercapai pula kepastian hukum.

Kelemahannya bahwa kebebasan seluas-luasnya yang diberikan kepada


hakim dalam menentukan hukum berarti membuka pintu selebar-
lebarnya bagi seorang hakim untuk bertindak sewenang-wenang, hal itu
jika hakimnya adalah bukan seorang pribadi atau individu yang baik.
Dari kelemahan itu keadilan tidak akan tercapai sehingga kepastian
hu-kum pun tidak akan terjamin pula. Pengalaman ini pernah
dipraktikkan di Jerman pada masa Rezim Nazi berkuasa, dalam
peraturan yang dibuat tahun 1935 dinyatakan bahwa hakim boleh
menjatuhkan hukuman demi kemurnian bangsa walaupun tanpa dasar
perundang-undangan.

***

41
RINGKASAN ALIRAN HUKUM

MAZHAB HUKUM ALAM (pencetus = Zenu)

Socrates = hukum untuk mewujudkan kebijaksanaan dan kebenaran.

Plato = hukum mengikat bagi hakim dan masyarakat. Negara


seharusnya dipimpin oleh cendikian yang bebas dan tidak terikat
dengan hukum positif, tetapi terikat pada keadilan. buku : the republic.

Aristoteles = hukum mengikat bagi hakim saja.

Aristoteles membagi keadilan distributif (tergantung proporsi di


masyarakat) dan korektif (harus ada standar umum).

Thomas Aquinas (bagian ini silahkan baca buku Filsafat Hukum,


penulis agak bingung karena ada beberapa versi) =

1. Lex eterna yaitu hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap
oleh pancaindera manusia.
2. Lex divina, adalah hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap
oleh pancaindera manusia.
3. Lex naturalis atau hukum alam, merupakan penjelmaan lex
eterna ke dalam rasio manusia.
4. Lex positivis, adalah penerapan lex naturalis dalam kehidupan
manusia di dunia.

POSITIVISME HUKUM (pencetus = John Austin)

H.L.A. Hart = bahwa hukum adalah perintah dari manusia.

1. Analitycal Jurisprudence

John Austin = Hukum adalah perintah penguasa yang berdaulat.. Buku


= the province of jurisprudence determind, lecture on jurisprudence.

2. Hukum Murni

Hans Kelsen = hukum yang murni tanpa anasir.

42
UTILITARIANISME (pencetus = Jeremy Bentham)

1. Jeremy Bentham = untuk mewujudkan kebahagiaan yang


sebesar-besarnya untuk orang banyak.
2. Rudolf von Jhering = tujuan hukum untuk melindungi
kepentingan individual.

MAZHAB SEJARAH (pencetus = friedrich karl von savigny)

1. Savigny = hakikat hukum adalah pencerminan jiwa rakyat.

SOSIOLOGICAL JURISPRUDENCE = hukum merupakan hasil


interakssi sosial dalam masyarakat.

1. Max Weber = hukum berhubungan dengan kesepakatan atau


persetujuan.
2. Emil durkhaim = membagi hukum : represif (menegakkan) dan
restitutif (mengganti).
3. Ehrlich = terkenal dengan the living law.Membagi the living
law: legal story (sejarah) dan jurisprudeence.
4. Roscoe Pound = hukum berfungsi sebagai the tool of social
engineering dan social control.

REALISME HUKUM

Friedmann = rasio dan akal menjadi sumber hukum.

ALIRAN HUKUM NASIONAL

1. Hukum Pembangunan (Mochtar Kusumaatmadja)


2. Hukum Progresif (Satjipto Rahardjo)
3. Hukum Integratif (Ramli Atmasasmita)

***

43
BAGIAN 8
ILMU NEGARA

Petunjuk = hafalkan definisi dari setiap ahli ilmu negara.

***

NEGARA MENURUT AHLI

Max Weber: Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai


monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu
masyarakat.

Roger H. Soltou: Negara adalah alat (agency) atau wewenang


(authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan – persoalan
bersama atas nama masyarakat.

G. Jellinek: Negara adalah organisasi dari sekelompok manusia yang


telah berkediaman di wilayah tertentu atau dengan kata lain negara
merupakan ikatan orang–orang yang bertempat tinggal di wilayah
tertentu yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memerintah.

Krenenburg: Negara adalah organisai kekuasaan yang diciptakan


sekelompok manusia yang disebut bangsa.

Plato: Negara adalah persekutuan manusia yang muncul karena adanya


keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam.

Aristoteles: Negara adalah persekutuan manusia dari keluarga dan desa


untuk mencapai kehidupan sebaik-baiknya.

Cicero: Menegaskan Negara adalah: timbulnya pemikiran sehat


masyarakat banyak bersatu untuk keadilan, dan berpartisipasi bersama
dalam keuntungan.

44
Francis Jean Bodin: Negara adalah: asosiasi beberapa keluarga
dengan kesejahteraan yang layak, dengan alasan yang sehat setuju
untuk dipimpin oleh penguasa tertinggi.

Logemann mendefinisikan negara sebagai suatu organisasi


kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasannya mengatur serta
menyelenggarakan sesuatu masyarakat. Negara dianggap sebagai suatu
gejala sosial dan politik.

George Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok


manusia yang telah mendiami wilayah tertentu.

***

UNSUR NEGARA

1. Rakyat
2. Wilayah
3. Pemerintahan yang sah
4. Pengakuan dari negara lain

BENTUK NEGARA

1. Kesatuan
2. Serikat (federal)

BENTUK PEMERINTAHAN

1. Otokrasi = dipimpin penguasa tunggal seperti raja atau diktator


2. Oligarki = dipimpin oleh golongan tertentu
3. Monarki = kerajaan
4. Republik = berdasar kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
secara demokratis

SISTEM PEMERINTAHAN

1. Presidensil
2. Parlementer
***

45
BAGIAN 9

HUKUM ACARA PIDANA (strafvordering)

Petunjuk = sesekali baca KUHAP hingga tuntas.

***

Dasar Hukum = UU 8 Tahun 1981 tentang KUHAP

***

Praperadilan:

1. Sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan


2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan
3. Permintaan ganti rugi atau rehabilitasi
4. Ditambah dengan putusan MK tentang penggeledahan dan
penyitaan.

Setelah 3 hari diterima permintaan, hakim menetapkan hari sidang.

Dilakukan oleh hakim tunggal.

Maksimal 7 hari, hakim harus menjatuhkan putusan.

***

Laporan untuk delik biasa/umum. Pengaduan untuk delik aduan.

***

Penangkapan = maksimal 1 hari

***

Penahanan dilakukan jika diancam pidana 5 tahun atau lebih

46
Penahanan:

1. Rumah tahanan negara


2. Rumah (dikurangi 1/3 pidana)
3. Kota (dikurangi 1/5 pidana)

Perintah penahanan:

1. Penyidik = maksimal 20 hari, diperpanjang JPU 40 hari


2. JPU = maksimal 20 hari, diperpanjang ketua pengadilan 30 hari
3. Hakim = maksimal 30 hari, diperpanjang ketua pengadilan 60
hari
4. Hakim MA = maksimal 50 hari, diperpanjang maksimal 60 hari

***

Penyidikan dianggap selesai jika JPU tidak mengembalikan berkas


maksimal 14 hari.

JPU meneliti hasil penyidikan dan dalam 7 hari menyampaikan kepada


penyidik.

Jika hasil penyidikan belum lengkap, dikembalikan kepada penyidik


dan penyidik wajib mengembalikan dalam 14 hari.

***

Perubahan surat dakwaan:

1. Sebelum pengadilan menetapkan hari sidang


2. Hanya 1 kali maksimal 7 hari sebelum sidang dimulai

Bentuk-bentuk dakwaan:

1. Tunggal = contoh pencurian


2. Kumulatif = pencurian dengan senjata api ilegal
3. Alternatif = JPU ragu ini pencurian atau penadahan. Maka
dipake dua-duanya.

47
4. Subsidair = memeriksa dulu dakwaan primer, jika tidak
terbukti, baru subsidair.

***

Surat panggilan terdakwa maksimal 3 hari sebelum sidang.

***

Hakim wajib mengundurkan diri:

1. Terikat hubungan keluarga sedarah/semenda sampai derajat


ketiga
2. hubungan suami istri walau sudah bercerai

***

Yang tidak bisa menjadi saksi:

1. keluarga sedarah/semenda hingga derajat ketiga dari terdakwa


2. saudara terdakwa dari ibu atau bapak, termasuk hubungan
kawin serta anak saudara hingga derajat ketiga
3. suami/istri terdakwa walau sudah cerai

saksi yang boleh tanpa sumpah:

1. anak belum 15 tahun/belum kawin


2. orang sakit jiwa

***

Alat bukti (Pasal 184):

1. keterangan saksi
2. keterangan ahli
3. surat
4. petunjuk
5. keterangan terdakwa

***

48
Putusan bebas = putusan karena pidana tidak terbukti

Putusan lepas = putusan karena perbuatan bukan merupakan tindak


pidana

***

Acara cepat dilakukan terhadap tipiring yang diancam pidana 3 bulan


atau denda 7500

Hakim tunggal, pertama dan terakhir, kecuali ada perampasan


kemerdekaan maka bisa banding

***

Banding diajukan maksimal 7 hari sejak dibacakan

Kasasi diajukan maksimal 14 hari sejak dibacakan

***

Wewenang MA:

1. apakah benar peraturan yang diterapkan


2. apakah benar cara mengadilinya menurut UU
3. apakah benar pengadilan telah melampaui wewenangnya

***

Dalam KUHAP, PK hanya boleh sekali. Di JR ke MK, menurut MK


bisa berkali-kali. Namun menurut MA, PK hanya boleh 2 kali, karena
jika berkali-kali tidak ada kepastian hukum.

Tapi khusus pidana, PK bisa berkali-kali.

***

Asas-asas dan Istilah Hukum

1. In absentia = putusan dibacakan tanpa kehadiran terdakwa


2. Lex certa = rumusan delik pidana harus jelas

49
3. Asas restitutio in integrum = pengembalian kepada kedudukan
semula. Ketertiban masyarakat harus dipulihkan pada keadaan
semula.
4. Asas eidereen wordt geacht de wette kennen = asas fikti hukum
= setiap orang dianggap mengetahui hukum
5. Asas konkordansi = suatu yang melandasi diberlakukannya
hukum Belanda di Hindia Belanda
6. Actus reus = perbuatan lahiriah yang terlarang
7. Mens rea = sikap batin yang jahat / niat jahat

***

Diversi adalah pengalihan proses pada sistem penyelesaian perkara


anak yang panjang dan sangat kaku ke penyelesaian yang lain seperti
mediasi atau dialog.

Keadilan restoratif adalah sebuah pendekatan yang ingin mengurangi


kejahatan dengan menggelar pertemuan antara korban dan terdakwa,
dan kadang melibatkan perwakilan masyarakat secara umum.

***

50
BAGIAN 10
HUKUM PIDANA

Petunjuk = sesekali baca KUHP buku kesatu.

***

Dasar hukum = Wetboek van Strafrecht (WvS Indonesia) = KUHP

Isi KUHP ada 3 buku: aturan umum, kejahatan, pelanggaran

***

Golongan pelaku tindak pidana:

1. Pleger = pelaku
2. Doenpleger = yang menyuruh melakukan (pengendali)
Menyuruh orang yang tidak bisa bertanggungjawab = akal tidak
sehat, adanya paksaan, perbuatannya disesatkan
3. Medepleger = yang turut serta atau pembantuan
4. Uitlokker = penganjur/yang menganjurkan

***

Hukuman pidana:

1. Pidana pokok
a. Pidana mati
b. Pidana penjara (minimal 1 hari maksimal 15 tahun berturut-
turut)
c. Pidana kurungan (minimal 1 hari maksimal 1 tahun)
d. Pidana denda
e. Pidana tutupan (adalah pidana untuk politisi yang
bermartabat. Di Indonesia pernah sekali digunakan, yaitu
pada peristiwa 3 Juli Affaire (3 Juli 1946), dimana oposisi

51
melakukan perlawanan karena pemerintah dalam
diplomasinya dengan Belanda, hanya ingin mengakui Jawa-
Madura.
2. Pidana tambahan
a. Pencabutan hak tertentu (misalnya pencabutan hak politik)
b. Perampasan barang tertentu
c. Pengumuman putusan hakim (belum pernah ada kasusnya di
Indonesia. Maksud dari pengumuman putusan hakim ini
adalah hakim menyuruh terpidana untuk mengabarkan
putusan hakim itu di media dengan biaya dari terpidana
sendiri)

***

Asas-asas dan Istilah Hukum

1. Manus domina = aktor intelektual


2. Manus ministra = aktor materil
3. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenalli = tidak
ada pidana tanpa adanya hukum yang mengatur = asas legalitas
= Pasal 1 ayat (1) KUHP
4. Asas nasionalitas aktif = asas personalitas = hukum pidana
Indonesia berlaku bagi WNI yang melakukan tindak pidana
diluar negeri
5. Asas nasionalitas pasif = asas perlindungan = hukum pidana
Indonesia berlaku bagi siapapun dan dimanapun yang
merugikan kepentingan negara
6. Asas teritorial = hukum pidana berlaku didasarkan pada tempat
pidana itu dilakukan
7. Asas culpa in causa = Pertanggungjawaban pidana bagi orang
yang sejak semula mengambil risiko bahwa dia akan melakukan
perbuatan pidana

***

52
Penghapus pidana (strafuitsluitingsgronden)

1. Alasan Pembenar (rechtsvaardigingsgrond-faits justificatifs) =


unsur objektif
a. Keadaan darurat atau daya paksa (overmacht)
b. Pembelaaan terpaksa (noodweer)
c. Melaksanakan ketentuan UU
d. Menjalankan perintah jabatan
2. Alasan Pemaaf (schulduitsluitingsgrond-faits d’exuce) = unsur
subjektif
a. Ketidakmampuan bertanggungjawab
b. Daya paksa (overmacht)
c. Pembeelaan terpaksa yang melampaui batas
d. Menjalankan perintah jabatan tanpa wewenang

***

Pengurang pidana:

1. Belum cukup umur (Pasal 47 KHUP)


2. Percobaan (Pasal 53 KUHP )
3. Pembantuan (Pasal 56 dan pasal 57 KUHP)

***

Pemberat pidana:

1. Kedudukan sebagai pejabat (Pasal 52 KUHP)


2. Recidive atau pengulangan (Pasal 486, 487, 488 KUHP)
3. Gabungan (Pasal 63-71 KUHP)

***

Percobaan (poging)

***

53
Perbarengan (councursus)

Perbuatan Terdakwa dapat mengandung perbarengan tindak pidana


baik dalam bentuk satu perbuatan yang mengenai lebih dari satu
ketentuan pidana (concursus idealis), perbuatan yang berlanjut, atau
perbarengan beberapa perbuatan yang berdiri sendiri, yang masing-
masing diatur dalam ketentuan pidana berbeda-beda (concursus realis).

***

Daluwarsa penuntutan (verjaring)

1. Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan


dengan percetakan sesudah satu tahun;
2. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana
kurungan, atau pidana penjara paling lama tiga tahun, sesudah
enam tahun;
3. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih
dari tiga tahun, sesudah dua belas tahun;
4. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup, sesudah delapan belas tahun.
5. Bagi orang yang pada saat melakukan perbuatan umurnya
belum delapan belas tahun, masing-masing tenggang daluwarsa
di atas dikurangi menjadi sepertiga

***

54
BAGIAN 11
HUKUM ACARA PERDATA

Petunjuk = kuliah yang becus.

***

Unsur surat gugatan:

1. Identitak para pihak


2. Posita = fundamentum petendi = dalil-dalil gugatan
3. Petitum = tuntutan = apa yang diminta

***

Gugatan voluntair = permohonan = satu pihak saja

Gugatan contentiosa = gugatan = ada sengketa, dua pihak atau lebih

***

Gugatan sederhana (PERMA No. 2 Tahun 2015 diubah PERMA No. 4


Tahun 2019):

1. Nilai gugatan materiil maksimal 500 juta


2. Hakim tunggal
3. Yang bukan objek gugatan sederhana = sengketa yang
diselesaikan di pengadilan khusus dan sengketa hak atas tanah
4. Hakim memutus maksimal 25 hari
5. Bisa dengan putusan contradictoir = putusan karena tergugat
hadir di sidang pertama, tapi selanjutnya tidak pernah hadir
6. Upaya hukum nya adalah keberatan diajukan kepada ketua
pengadilan, diajukan maksimal 7 hari

***

55
Eksepsi:

1. Formil (eksepsi prosesual)


a. Error in persona = salah memasukkan tergugat
b. Obscuur libel = posita-petitum tidak nyambung atau kabur
c. Eksepsi kewenangan absolut
d. Eksepsi kewenangan relatif
e. Eksepsi nebis in idem = gugatan pernah diputus pengadilan
hingga incrahct
2. Materil
a. Diclatoir = exceptio dilatoria= gugatan terlalu dini atau
prematur
b. Peremptoir = exceptio peeremptoria = masalah yang digugat
tidak dapat diperkarakan
1) exceptio temporis = perkara yang diajukan sudah lewat
waktu atau daluarsa untuk digugat
2) exceptio doli mali = perjanjian yang dilakukan
mengandung unsur penipuan
3) exceptio metus = perjanjian yang dilakukan
mengandung unsur paksaan atau dwang
4) exceptio non adimpleti contractus = si penggugat sendiri
tidak melakukan prestasinya
5) exceptio litis pendentis = sengketa yang digugat sedang
proses pemeriksaan juga di pengadilan dengan nomor
perkara yang berbeda

***

Intervensi atau pihak ketiga:

1. Voeging = menyertai = pihak ketiga gabung dan memihak ke


penggugat atau tergugat
2. Tussenkomst = menengahi = pihak ketiga gabung untuk
membela kepentingannya sendiri dan tidak memihak
3. Vrijwaring = ditarik sebagai penjamin = pihak ketiga ditarik
oleh tergugat untuk ikut bertanggung jawab

56
Permohonan intervensi diputus dengan putusan sela jika dikabulkan

***

Sita:

1. Consenvatoir beslag = sita jaminan = dilakukan kepada barang


milik tergugat agar tidak digelapkan
2. Revindicatoir beslag = sita revindikasi = termasuk sita jaminan
= dilakukan kepada barang (bergerak) milik penggugat yang
dikuasai tergugat
3. Sita Penyesuaian = untuk barang yang sedang diagunkan
4. Sita marital = sita harta bersama
5. Sita eksekusi = dilakukan saat proses eksekusi

Fiat eksekusi atau penetapan sita adalah penetapan pengadilan jika


pihak yang kalah menolak melaksanakan putusan secara sukarela

Eksekusi adalah proses pelaksanaan putusan yang dilakukan oleh


pengadilan

Parate eksekusi adalah eksekusi yang dilakukan tanpa putusan


pengadilan. Contoh: eksekusi tanggungan bank

***

Alat bukti (164 HIR/284 RBg atau 1866 BW):

1. Surat
2. Saksi
3. Persangkaan = kesimpulan oleh UU atau hakim atas rentetan
peristiwa
4. Pengakuan
5. Sumpah

***

57
Sumpah dicisoir:

1. Sumpah penentu
2. Diajukan salah satu pihak
3. Bertujuan mengakhiri sengketa

***

Pertimbangan hakim:

1. Menkonstatir, artinya adalah melihat, mengakui atau


membenarkan telah terjadi peristiwa yang diajukan.

2. Menkualifisir, berarti menilai peristiwa/fakta yang benar-benar


terjadi termasuk hubungan hukum apa.

3. Menkonstituir,yaitu hakim harus memberikan hukumnya untuk


peristiwa tersebut dengan memperhatikan kepastian,
kemanfaatan dan keadilan.

***

Putusan sela = Tussenvonnis

1. Putusan Preparatoir. Adalah putusan persiapan mengenai


jalannya pemeriksaan guna melancarkan proses persidangan
hingga tercapai putusan akhir.
2. Putusan Interlocutoir. Adalah putusan yang isinya
memerintahkan pembuktian, isi putusan ini mempengaruhi
putusan akhir.
3. Putusan Incidentieel. Adalah putusan yang berhubungan dengan
insiden, yaitu peristiwa yang menghentikan prosedur peradilan
biasa. Putusan ini belum berhubungan dengan pokok perkara,
masih bersifat formil belum menyangkut materil suatu perkara.
4. Putusan Provisionieel. Adalah putusan yang menjawab tuntutan
provisi, yaitu permintaan pihak yang berperkara supaya
diadakan tindakan pendahuluan untuk kepentingan salah satu
pihak sebelum putusan akhir dijatuhkan.

58
Putusan akhir (eindvonnis):

1. Condemnatoir = menghukum = misal putusan ganti rugi


2. Declaratoir = menjelaskan status hukum = ikatan perkawinan
sah atau tidak sah, perjanjian jual beli sah atau tidak
3. Constitutive = memastikan suatu hubungan hukum, baik
meniadakan atau melahirkan keadaan hukum baru = putus
perkawinan (implikasi perceraian misalnya pembagian harta
bersama), menetapkan ahli waris (implikasi pembagian waris)

Putusan vit voerbaar bij voorad = putusan serta merta = putusan dapat
dilaksanakan sebelum incracht. (SEMA No. 3 Tahun 2000)

***

Aanmaning = teguran dari pengadilan bagi pihak yang tidak


melaksanakan isi putusan secara sukarela.

Prosesnya:

1. Aanmaning (teguran)
2. Penetapan sita eksekusi = surat penetapan = beschikking
3. Berita acara sita eksekusi
4. Pengumuman lelang
5. Penetapan lelang

***

Prorogasi = persetujuan 2 pihak yang berperkara dimuka pengadilan


tingkat banding. Artinya. Pengadilan Tinggi memutus perkara ditingkat
pertama dan penghabisan.

***

Lelang (menurut Peraturan Menteri Keuangan):

1. Eksekusi = lelang karena putusan peengadilan


2. Non-eksekusi wajib = karena melaksanakan UU

59
3. Non-eksekusi sukarela = karena pihak melakukan lelang secara
sukarela

***

Asas-asas dan Istilah Hukum

1. Testimonium de auditu = keterangan saksi diperoleh dari orang


lain
2. Niet Onvankelijke = gugatan/putusan NO = tidak diterima
3. Kaukus mediasi = pertemuan mediator dengan salah satu pihak
tanpa dihadiri pihak lain
4. Actori in cumbit probatio = siapa yang mendalilkan atau
menggugat, dia yang harus membuktikan
5. Pactum de comprometindo = klausula arbitrase sebelum
sengketa
6. Akte compromis = Akta kompromi = klausula arbitrase setelah
sengketa
7. Asas res judicata proveretate habituur = putusan hakim harus
dihormati dan dilaksanakan walaupun salah
8. Unus testis nulus testis = satu saksi bukan saksi
9. Onsplitbar aveu = pengakuan tidak boleh dipisah-pisahkan
10. Ex aequo et bono = hakim mengambil keputusan bukan karena
hukum, tapi berdasar apa yang mereka anggap adil
11. Audi et alteram partem = hakim mendengar kedua belah pihak
12. Actor sequitor forum rei = gugatan diajukan di tempat tergugat
13. Actor sequitor forum sitei = gugatan diajukan dimana benda
tidak bergerak berada
14. Ius curia novit = hakim dianggap tau tentang hukum = hakim
tidak boleh menolak perkara yang diajukan kepadanya dengan
dalih hukum tidak atau kurang lengkap, melainkan wajib untuk
memeriksa dan mengadilinya
15. Verhandlungsmaxime = hakim pasif
16. Nemo judex sine actore = Hakim tidak aktif mengejar perkara =
apabila tidak ada perkara maka hakim tidak ada

60
17. Nemo judex indoneus in propria causa = Hakim tidak boleh
memeriksa dan mengadili perkara yang mengandung
kepentingannya sendiri. Tidak seorangpun dapat menjadi hakim
yang baik dalam perkaranya sendiri
18. Gijzeling = penyanderaan

***

61
BAGIAN 12
HUKUM PERDATA

Petunjuk = hafalkan pasal-pasal penting di KUH Perdata, seperti pasal


1313, 1320, 1365, dll.

***

Dasar hukum = BW atau KUH Perdata

KUH Perdata terdiri atas empat 4 bagian, yaitu:

1. Buku 1 tentang Orang / Van Personnenrecht


2. Buku 2 tentang Benda / Van Zaken
3. Buku 3 tentang Perikatan / Van Verbintenessenrecht
4. Buku 4 tentang Pembuktian dan Daluwarsa / Van Bewijs en
Verjaring

***

Eigendom = hak milik atas tanah

Eigener = pemilik dari hak milik

***

Subjek hukum perdata:

1. Natuurlijk person = orang perorang


2. Rechts persoon = badan hukum = misalnya PT, Yayasan,
Koperasi, BUM Desa

Orang tidak cakap:

1. Orang yang masih di bawah umur (belum mencapai umur 21


tahun atau belum dewasa);

62
2. Orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan
pemboros, yakni mereka yang ditaruh di bawah curatele
(pengampuan).

Apabila perbuatan hukum dilakukan oleh orang yang tidak wenang


berbuat atau tidak cakap, maka perbuatan hukumnya dapat dimintakan
pembatalannya (vermetigbaarheid).

***

Zaak = benda

Macam-macam benda:

1. Benda bergerak
a. Karena sifatnya = meja, ternak
b. Karena ketentuan UU = hak pemakaian atas benda bergerak
2. Benda tidak bergerak
a. Karena sifatnya = tanah
b. Karena tujuannya harus menyatu = mesin di dalam pabrik
c. Karena ketentuan UU = hak memakai atas benda tidak
bergerak

Bezit = hak kepemilikan. Beziter = orang yang memiliki hak


kepemilikan

Levering = penyerahan

Daluwarsa = verjaring

Bezwaring = pembebanan

1. Pembebanan benda tidak bergerak = hipotek


2. Pembebanan benda bergerak = gadai (pand)

***

Hak privilege merupakan jaminan khusus yang didasarkan pada


undang-undang.

63
Hak retensi adalah hak yang diberikan kepada kreditur tertentu, untuk
menahan benda debitur, sampai tagihan yang berhubungan dengan
benda tersebut dilunasi.

***

Perikatan:

1. Lahir karena perjanjian (Pasal 1313)


2. Lahir karena UU
3. Perikatan lahir karena perbuatan melanggar hukum
(onrechtmatige daad) dan perwakilan sukarela
(zaakwaarneming).

Syarat sah perjanjian (Pasal 1320):

1. Sepakat = subjektif = dapat dibatalkan


2. Cakap = subjektif = dapat dibatalkan
3. Hal tertentu = objektif = batal demi hukum
4. Klausula halal = objektif = batal demi hukum

***

Asas perjanjian:

1. Asas kebebasan berkontrak (freedom od contract)


2. Asas konsensualisme (consensualism) = kesepakatan para pihak
3. Asas kepastian hukum (pacta sund servanda) = perjanjian sama
dengan UU bagi para pihak
4. Asas iktikad baik (good faith)
5. Asas kepribadian (personality) = mengikat hanya bagi para
pihak

***

Asas-asas dan Istilah Hukum

1. Voogdij = perwalian
2. Handlichting = pendewasaan

64
3. Curatele = pengampuan
4. Asas hak yang mengikuti (zaaksvelog atau droit de suit), artinya
benda itu terus menerus mengikuti bendanya di manapun juga
(dalam tangan siapapun juga) barang itu berada.
5. Asas zakelijke actie adalah hak untuk menggugat apabila terjadi
gangguan atas hak tersebut.

***

Fidusia = misalnya pembelian KPR rumah (kepemilikan atas nama


yang nyicil)

Leasing = misalnya beberapa kredit motor (kepemilikan atas nama


pemberi leasing atau bank)

Hak tanggungan = jaminan tanah bagi pelunasan utang

***

65
BAGIAN 13
HUKUM ACARA PTUN

Petunjuk = kuliah yang becus.

***

Dasar hukum = UU No. 5 Tahun 1986 diubah UU No. 9 Tahun 2004


tentang Peradilan TUN

***

Alat bukti (Pasal 100):

1. Surat atau tulisan


2. Keterangan ahli
3. Keterangan saksi
4. Pengakuan para pihak
5. Pengetahuan hakim

***

Upaya hukum sebelum masuk pengadilan:

1. Keberatan = kepada pejabat yang bersangkutan = diajukan 21


hari sejak diumumkan = harus ditindaklanjuti dalam 10 hari
2. Banding administratif = kepada atasannya = diajukan 10 hari

***

Alasan gugatan:

1. Onrechtmatige overheidsdaad = melawan hukum


2. Detournement de povvoir = penyalahgunaan wewenang
3. Abus de droit = bertindak sewenang-wenang

66
***

Putusan:

1. Putusan deklaratoir = putusan pernyataan


2. Putusan constitutive = putusan penciptaan = tidak memerlukan
sarana pemaksa

***

Alur hukum acara di PTUN

***

Asas-asas dan Istilah Hukum

1. Asas erga omnes = harus segera dilaksanakan karena


menyangkut kepentingan publik
2. Asas tidak boleh menyalahgunakan wewenang / kekuasaan
(detournement du pouvoir)

67
3. Asas tidak boleh menyerobot badan administrasi negara yang
satu, oleh badan administrasi negara lainnya, atau disebut exes
de pouvoir
4. Asas kebebasan (Freis Ermessen), yaitu badan-badan
administrasi negara diberikan kebebasan dalam menyelesaikan
masalah yang menyangkut kepentingan umum
5. Asas Praduga Rechmatig (vermoeden van rechmatigheid =
praesumtio iustae causa). Asas ini mengandung makna bahwa
setiap tindakan penguasa harus selalu dianggap rechmatig (sah)
sampai ada pembatalannya dengan asas ini gugatan tidak dapat
menunda pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara
6. Asas Pembuktian Bebas, Hakim yang menetapkan beban
pembuktian
7. Asas Keaktifan Hakim (dominus litis), asas ini dimaksudkan
mengimbangi keaktifan tergugat, mengingat tergugat adalah
Pejabat Tata Usaha Negara, sedangkan penggugat adalah orang
/ badan hukum perdata
8. Asas Keputusan Hakim mempunyai kekuatan mengikat
(ergaomnes). Sengketa Tata Usaha Negara adalah hukum
publik. Dengan demikian putusan Pengadilan TUN berlaku bagi
siapa saja, tidak hanya bagi pihak yang bersengketa.

***

68
BAGIAN 14
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Petunjuk = hafalkan dan pahami perbedaan istilah-istilah hukumnya.


Hafalkan juga yang terkait dengan ASN, ini biasanya materi umum
dalam proses seleksi SKB.

***

Dasar hukum

1. UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan


2. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN
3. PP No. 11 Tahun 2017 diubah PP No. 17 Tahun 2020 tentang
PNS
4. PP No. 49 Tahun 2018 tentang PPPK

***

Istilah hukum:

1. Diskresi = keputusan oleh pejabat untuk mengatasi persoalan


konkret jika PUU tidak mengatur, tidak lengkap/tidak jelas, atau
ada stagnasi pemerintah
2. Konsesi = keputusan pejabat sebagai perwujudan persetujuan
antara negara dan swasta dalam pengelolaan fasilitas umum
atau SDA
3. Dispensasi = keputusan pejabat yang memberikan pengecualian
bagi masyarakat
4. Atribusi = kewenangan yang diberikan UUD/UU
5. Delegasi = pelimpahan kewenangan dari atasan ke bawahan,
dan si bawahan sebagai penanggungjawab = bisa diatur dalam
PP, Perpres, Perda

69
6. Mandat = pelimpahan kewenangan dari atasan ke bawahan, dan
si atasan masih sebagai penanggungjawab

***

ASN

Jabatan administrasi = fungsi dan tugas sebagai pelayan publik.

1. Administrator
2. Pengawas
3. Pelaksana

Jabatan fungsional = fungsi dan tugas berdasar keahlian.

1. Jabatan fungsional keahlian


a. Ahli utama
b. Ahli madya
c. Ahli muda
d. Ahli pertama
2. Jabatan fungsional keterampilan
a. Penyelia
b. Mahir
c. Terampil
d. Pemula

Jabatan pimpinan tinggi = setiap jabatan tinggi di instansi

1. Utama
2. Madya
3. Pratama

***

Pangkat Golongan ASN (Perpres No. 99 Tahun 2000):

1. Golongan I = juru (lulusan SD sampai SMP)


a. IA (juru muda)
b. IB (juru muda tingkat 1)

70
c. IC (juru)
d. ID (juru tingkat 1)
2. Golongan II = pengatur (lulusan SMA sampai D3)
a. IIA (pengatur muda) = SMA = setiap 4 tahun naik
golongan
b. IIB (pengatur muda tingkat 1)
c. IIC (pengatur)
d. IID (pengatur tingkat 1)
3. Golongan III = penata (D4 atau S1 sampai S3)
a. IIIA (penata muda) = S1
b. IIIB (penata muda tingkat 1) = S2
c. IIIC (penata)
d. IIID (penata tingkat 1)
4. Golongan IV = pembina
a. IVA (pembina)
b. IVB (pembina tingkat 1)
c. IVC (pembina utama muda)
d. IVD (pembina utama madya)
e. IVE (pembina utama)

***

Komisi ASN = lembaga nonstruktural yang bebas politik = pengawas


kode etik

Lembaga administrasi negara (LAN) = melakukan pendidikan ASN

BKN = lembaga nonkementerian yang bertugas melakukan manajemen


ASN

Sistem merit = kebijakan dan manajemen ASN berdasar pada


kualifikasi, kompetensi, dan kinerja = dilakukan komisi ASN

***

Hak PNS:

1. Gaji, tunjangan, fasilitas

71
2. Cuti
3. Jaminan pensiun, jaminan hari tua
4. Perlindungan
5. Pengembangan kompetensi

Hak PPPK:

1. Gaji, tunjangan
2. Cuti
3. Perlindungan
4. Pengembangan kompetensi

***

Pemberhentian hormat:

1. Meninggal
2. Atas permintaan sendiri
3. Mencapai batas usia pensiun (58 tahun untuk administrasi, 60
tahun untuk pimpinan tinggi)
4. Perampingan organisasi
5. Tidak cakap jasmani atau rohani
6. Penjara 2 tahun dan tindak pidana tidak berencana
7. Pelanggaran disiplin PNS berat

Pemberhentian tidak hormat:

1. Penyelewengan Pancasila dan UUD


2. Penjara kejahatan jabatan
3. Jadi anggota parpol
4. Penjara 2 tahun dan tindak pidana berencana

Perlindungan:

1. Jaminan kesehatan
2. Jaminan kecelakaan kerja
3. Jaminan kematian
4. Bantuan hukum

72
BAGIAN 15

HUKUM ACARA AGAMA

Petunjuk = pahami hukum acara perdata. Di bagian hukum acara


perdata, petunjuknya adalah kuliah yang becus.

Untuk yang rencana menjadi hakim Pengadilan Agama, pahami betul


seluruh hukum Islam, utamanya perkawinan dan waris. Persiapkan juga
untuk bisa membaca kitab kuning khas pesantren.

***

Cerai Talak:

1. Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan


istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk
mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak.
2. Permohonan oleh suami diajukan kepada Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat kediaman termohon (istri),
kecuali apabila termohon dengan sengaja meninggalkan tempat
kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon.
3. Dalam hal termohon (istri) bertempat kediaman di luar negeri,
permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon (suami).
4. Dalam hal pemohon dan termohon bertempat kediaman di luar
negeri, maka permohonan diajukan kepada Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka
dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
5. Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri,
dan harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama
dengan permohonan cerai talak ataupun sesudah ikrar talak
diucapkan.

73
6. Pemeriksaan permohonan cerai talak, dilakukan majelis
maksimal 30 hari.
7. Pemeriksaan sidang cerai talak dilakukan secara tertutup.

***

Cerai Gugat:

1. Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada


Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
penggugat (istri), kecuali apabila penggugat dengan sengaja
meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.
2. Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri,
gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.
3. Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar
negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan
atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
4. Pemeriksaan dilakukan majelis maksimal 30 hari.
5. Pemeriksaan dilakukan secara tertutup.

***

Syiqaq = pertengkaran antara suami dan istri, cenderung pertengkaran


yang mengancam keselamatan jiwa.

***

Li'an adalah pernyataan yang bersifat tuduhan seorang suami terhadap


istrinya bahwa istrinya telah berzina. Sumpah li’an adalah sumpah
tuduhan zina suami kepada istrinya di dalam pengadilan.

***

Wali adhal adalah wali yang enggan menikahkan seorang wanita yang
berada dibawah perwaliannya.

***

74
Dzawil furud = lapis 1 = ahli waris yang bagiannya telah tercantum =
dihitung pertama kali

Dzawil qarabat = ashobah = sisa = lapis 2 = perhitungan dilakukan


setelah bagian dzawil furud telah dibagi

Dzawil arham = lapis 3 = ahli waris pengganti jika dzawil furud telah
meninggal

***

75
BAGIAN 16
HUKUM ACARA MILITER

Petunjuk = cukup diketahui saja dasar hukumnya, jangan terlalu


didalami isi materinya.

***

Dasar hukum = UU No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer

***

Dalam peradilan militer, komandan akan berperan serta dalam


menangani perkara anggotanya, baik kedudukannya sebagai ankum
maupun papera.

Kompetensi absolut:

1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan:


a. Prajurit TNI
b. Yang berdasar UU dipersamakan dengan prajurit
c. Anggota suatu golongan yang dipersamakan dengan prajurit
d. Seseorang yang lain namun atas keputusan panglima dan
persetujuan menteri kehakiman (sekarang MA), harus
diadili dalam lingkungan peradilan militer.
2. Mengadili sengketa tata usaha militer

***

Susunan peradilan militer:

1. Pengadilan militer = pidana tingkat pertama


a. Mengadili prajurit berpangkat kapten kebawah
b. PNS golongan III/C

76
2. Pengadilan militer tinggi = tata usaha militer tingkat pertama,
pidana tingkat pertama, pidana tingkat banding
a. Mengadili prajurit berpangkat mayor keatas
3. Pengadilan militer utama = tata usaha militer tingkat banding,
pidana tingkat banding
a. Sengketa kewenangan antara dua pengadilan militer
4. Pengadilan militer pertempuran = tingkat pertama dan terakhir
di daerah pertempuran

***

Susunan oditurat (kejaksaannya militer):

1. Oditurat militer = melakukan penuntutan


a. Untuk kapten kebawah
2. Oditurat militer tinggi
a. Mayor keatas
3. Oditurat jenderal
a. Melakukan pengawasan terhadap kinerja oditur
4. Oditurat militer pertempuran
a. Melakukan penuntutan saat pertempuran

***

Penyidik:

1. Atasan yang berhak dihukum (ANKUM)


2. Polisi militer
3. Oditur

Penyidik pembantu:;

1. Provos (polisi satuan) TNI AD


2. Provos TNI AL
3. Provos TNI AU
4. Provos POLRI (ini dulu)

77
Papera = Perwira penyerah perkara, yang menentukan suatu pidana
yang dilakukan prajurit TNI.

TNI Angkatan TNI Angkatan TNI Angkatan


Jenjang
Darat Laut Udara

Pangkat
kehormatan Jenderal Besar Laksamana Besar Marsekal Besar
(hingga 2010)

Jenderal Laksamana Marsekal

Laksamana
Letnan Jenderal Marsekal Madya
Madya
Perwira
tinggi
Mayor Jenderal Laksamana Muda Marsekal Muda

Laksamana Marsekal
Brigadir Jenderal
Pertama Pertama

Kolonel Kolonel Kolonel

Perwira
Letnan Kolonel Letnan Kolonel Letnan Kolonel
menengah

Mayor Mayor Mayor

Kapten Kapten Kapten


Perwira

78
pertama
Letnan Satu Letnan Satu Letnan Satu

Letnan Dua Letnan Dua Letnan Dua

Pembantu Letnan Pembantu Letnan Pembantu Letnan


Satu Satu Satu
Bintara tinggi
Pembantu Letnan Pembantu Letnan Pembantu Letnan
Dua Dua Dua

Sersan Mayor Sersan Mayor Sersan Mayor

Sersan Kepala Sersan Kepala Sersan Kepala


Bintara
Sersan Satu Sersan Satu Sersan Satu

Sersan Dua Sersan Dua Sersan Dua

Kopral Kepala Kopral Kepala Kopral Kepala

Tamtama
Kopral Satu Kopral Satu Kopral Satu
kepala

Kopral Dua Kopral Dua Kopral Dua

Tamtama Prajurit Kepala Kelasi Kepala Prajurit Kepala

79
Prajurit Satu Kelasi Satu Prajurit Satu

Prajurit Dua Kelasi Dua Prajurit Dua

***

Penulis tambahkan juga pangkat Kepolisian. Walaupun kepolisian tidak


masuk dalam hukum acara militer, namun sebagai pengetahuan saja.

Merujuk pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor 3 Tahun 2016 tentang Administrasi Kepangkatan Anggota
Kepolisian Negara Indonesia terdapat tiga golongan kepangkatan Polri,
yakni:

1. Perwira
2. Bintara
3. Tamtama

Setiap golongan kepangkatan tersebut memiliki nama pangkat yang


berbeda-beda. Adapun nama-nama pangkat polisi dari terendah sampai
tertinggi adalah sebagai berikut.

1. Tamtama

Tamtama: Bhayangkara Dua, Bhayangkara Satu, hingga Bhayangkara


Kepala.

Tamtama Kepala: Ajun Brigadir Dua, Ajun Brigadir Satu, hingga Ajun
Brigadir Polisi.

2. Bintara

Bintara: Brigadir Polisi Dua, Brigadir Polisi Satu, Brigadir Polisi,


hingga Brigadir Polisi Kepala.

Bintara Tinggi: Ajun Inspektur Polisi Dua hingga Ajun Inspektur Satu.

80
3. Perwira

Perwira Pertama: Inspektur Polisi Dua, Inspektur Polisi Satu, hingga


Ajun Komisaris Polisi.

Perwira Menengah: Komisaris Polisi, Ajun Komisaris Besar Polisi,


hingga Komisaris Besar Polisi.

Perwira Tinggi: Brigadir Jenderal Polisi, Inspektur Jenderal Polisi,


Komisaris Jenderal Polisi, hingga Jendral Polisi.

81
BAGIAN 17

ENGLISH LEGAL TERM

Petunjuk = perkuat bahasa Inggris dari sekarang.

***

APP = Judicial Analyst

***

UUD = constitution

Ketetapan MPR = the people consultative assembly

UU = act / law / legislation / statue

RUU = legislation bill

PP = government regulation

Perpres = presidential regulation

Permen = ministerial regulation

Kepres = presidential decree

Keputusan menteri = ministerial decree

Inpres = executive order / presidential order / instruction

Instruksi menteri = ministerial order / instruction

Perpu = government regulation in lieu of law

Perda provinsi = province goverment regulation

82
Perda kab/kota = local/district government regulation

Kitab undang-undang = code

***

Presiden = president

MPR = people consultative

DPR = house of representative

DPD = regional house of representative

MA = supreme court

MK = constitutional court

KY = judicial commission

BPK = Indonesian audit board

***

Pengadilan = court / trial

Kekuasaan kehakiman = judicial power

Mahkamah agung = supreme court

Mahkamah konstitusi = constitutional court

Pengadilan negeri = district court / state court

Pengadilan agama = religious court

Pengadilan tata usaha negara = administrative court

Pengadilan militer = military court / martial court

Pengadilan tinggi = high court / provincial court

Pengadilan tingkat pertama = first level court

83
Pengadilan tingkat banding = second level court

Pengadilan tingkat kasasi = third level court

Banding = appeal

Kasasi = cassation

Cepat, sederhana, biaya ringan = fast, simple, and low cost

***

Hakim = judge

Hakim ketua = presiding judge

Hakim anggota = member judge

Jaksa = prosecutor

Penuntut umum = public prosecutor

Pengacara = advocate / lawyer

Penggugat = plaintiff / complainent / claiment

Tergugat = defendent / criticized

Terdakwa = defendent

Saksi = witness

Panitera = clerk of court / registrar

Juru sita = bailiff

Palu hakim =judge's hammer

***

Hukum pidana = criminal law

Hukum perdata = civil law

84
Hukum administrasi = administrative law

Hukum tata negara = constitutional law

Hukum adat = customary law

Hukum niaga = commercial law

Hukum pajak = tax law

***

Pasal = article / chapter / clause

Ayat = paraghraph

Putusan hakim = judge's decision / verdict

Dakwaan = indictment

Gugatan = lawsuit

Permohonan = plea

Bantuan hukum = legal assistance / legal aide

Hukum positif = the regulation in force

85

Anda mungkin juga menyukai