TURKI DALAM
PERGUMULAN POLITIK,
HAM, DAN DEMOKRASI
Penerbit
Bahasa Rakyat
Email : web.BahasaRakyat@gmail.com
Desain Sampul:
Diterbitkan melalui:
Bahasa Rakyat
2
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 3
Daftar Isi 4
Bab I. Sejarah Panjang Turki 6
A. Runtuhnya Turki Utsmani 6
B. Sekularisasi Turki 14
C. Turki Modern 23
4
B. Kebijakan Luar Negeri Turki 152
C. Strategi Demokratisasi Timur Tengah 163
D. Reaksi Politik Turki terhadap Suriah 188
5
BAB I
6
Kerajaan Turki Utsmani mulai melemah
semenjak meninggalnya Sulaeman Al Qanuni.
Pengganti Sulaeman I, Sultan Salim II merupakan
pemimpin yang lemah dan pada umumnya tidak
berwibawa. Sehingga kenaikan Sultan Salim II
(1566-1574) dianggap sebagai permulaan keruntuhan
Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasannya.
Selain itu para pembesar kerajaan hidup dalam
kemewahan sehingga sering terjadi penyimpangan
keuangan negara. Sekalipun demikian serangan
Eropa masih terus berlangsung terutama penaklukkan
terhadap kota Wina di Austria. Usaha penaklukkan
ini ternyata juga tidak berhasil.1
7
Melemahnnya semangat perjuangan prajurit
Utsmani menyebabkan sejumlah kekalahan dalam
pertempuran menghadapi musuh-musuhnya. Pada
tahun 1663, tentara Utsmani menderita kekalahan
dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol,
Bandulia, dan armada Sri Paus. Tahun 1676, Pasukan
Usmani juga mengalami kekalahan dalam
pertempuran di Hungaria. Pada tahun 1699 Turki
kalah dalam pertempuran di Mohakez sehingga
terpaksa menandatangani perjanjian Karlowits yang
berisi pernyataan kerajaan Utsmani harus
menyerahkan seluruh wilayah Hungaria, sebagian
besar Slovenia dan Kroasia kepada penguasa
Venetia.2
2 Ibid.
8
keruntuhan kerajaan Turki Utsmani termanifestasi
dalam dua periode yang berbeda pula, yaitu: pertama,
periode desentralisasi yang dimulai pada awal
pemeritahan Sultan Salim II (1566-1574) hingga
tahun 1683 ketika angkatan bersenjata Turki,
Utsmani gagal dalam merebut kota Fiena untuk
kedua kalinya. Kedua, priode dekompresi yang
terjadi dengan munculnya anarki internal yang
dipadukan dengan lepasnya wilayah taklukan satu per
satu.3
3 Ibid.
9
berusaha untuk masuk ke dalam korp Jannisari4. Hal
ini mengakibatkan membengkaknya jumlah
keanggotaan Jannisari yang hingga pertengahan abad
ketujuh belas mencapai jumlah 200.000 orang.
10
1. Kelemahan para Sultan dan Sistem Birokrasi
11
yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki
Utsmani.
12
Eropa berawal pada abad ke XVI, ketika masing-
masing kekuatan ekonomi berusaha mengatur
tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Utsmani
sibuk membenahi negara dan masyarakat, bangsa
Eropa malah menggalang militer, ekonomi dan
teknologi dan mengambil manfaat dari
kelemahan kerajaan Turki Utsmani.
4. Pemberontakan Internal
Pemberontakan-pemberontakan terjadi
dimana-mana, mulai dari Makkah, Wahabiyah,
Druze dan pemberontakan di Wilayah pusat
13
kekuasaan telah memperlemah kekuatan militer
dan politik. Bangsa-bangsa yang tunduk pada
kerajaan Turki berkuasa, mulai menyadari
kelemahan dinasti tersebut. Di Mesir misalnya,
Yenisari justru bekerjasama dengan Dinasti
Mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali
wilayah Mesir pada 1772 M hingga kedatangan
Napoleon pada 1789 M. Lalu ada gerakan
Wahabisme di tanah Arab yang dipelopori oleh
Muhammad bin Abdul Wahab yang bekerjasama
dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil
memukul mundur kekuasaan Turki dengan
bantuan tentara Inggris dari jazirah Arab.
Keluarga Saud sendiri memproklamirkan dirinya
sebagai penguasa Arab, maka wilayah jazirah
Arab selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.
B. Sekularisasi Turki
14
merupakan leburan dari berbagai kelompok gerakan
kemerdekaan di Turki, semula bertujuan untuk
mempertahankan kemerdekaan Turki dari rebutan
negara-negara sekutu. Namun pada perkembangan
selanjutnya gerakan ini diarahkan untuk menentang
Sultan. Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik
Turki di atas puing-puing reruntuhan kekhalifahan
Turki Ustmani dengan prinsip sekularisme,
modernisme dan nasionalisme.
15
Meskipun demikian, Mustafa Kemal bukanlah
yang pertama kali memperkenalkan ide-ide tersebut
di Turki. Gagasan sekularisme Mustafa Kemal
banyak mendapat inspirasi dari pemikiran Ziya
Gokalp, seorang sosiolog Turki yang diakui sebagai
Bapak Nasionalisme Turki. Pemikiran Ziya Gokalp
adalah sintesa antara tiga unsur yang membentuk
karakter bangsa Turki, yaitu ke-Turki-an, Islam dan
Modernisasi. Dengan demikian Mustafa dan
pengikutnya menggerakkan reformasi-reformasi di
Turki dengan dasar-dasar yang telah diletakkan oleh
para pembaru-pembaru di kekhalifahan Turki. Pada
perkembangan selanjutnya ide-ide reformasi Mustafa
Kemal menjadi suatu gerakan politik pemerintah
yang dikenal dengan sebutan Kemalisme.5
16
merupakan agenda pertama yang dilaksanakan.
Pada tanggal 1 November 1922 Dewan Agung
Nasional pimpinan Mustafa Kemal
menghapuskan kekhalifahan. Selanjutnya pada
tanggal 13 Oktober 1923 memindahkan pusat
pemerintahan dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya
Dewan Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober
1923 memproklamasikan terbentuknya Negara
Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal
sebagai Presiden Republik Turki.
17
Mustafa Kemal juga mengajukan pemikiran
tentang nasionalisme agama. Menurutnya agama
merupakan suatu lembaga sosial dan karena itu
harus disesuaikan dengan sosial dan budaya
masyarakat Turki.6
6 Ibid.
18
amat ditentang oleh mayoritas masyarakat
Muslim Turki.
19
pakaian agama di tempat-tempat umum dan
menganjurkan masyarakat Turki menggunakan
pakaian sebagaimana orang-orang Barat
berpakaian (berjas dan bertopi). Peraturan ini
mulai efektif pada November 1925 dan hingga
saat ini masyarakat Turki menggunakan pakaian
ala Barat. Sampai saat ini pemakaian jas sudah
menjadi ciri umum dari masyarakat Turki.
Sedangkan pemakaian topi menghilang
bersamaan dengan menghilangnya kebiasaan
memakai topi itu pada masyarakat Eropa. 7
7 Ibid.
20
Selain reformasi agama, reformasi yang
paling penting dari rezim Kemalis adalah
reformasi bahasa. Tulisan Arab diganti dengan
tulisan Latin, berdasarkan undang-undang yang
diputuskan oleh Dewan Nasional Agung pada 3
Novemeber 1928. Tujuan reformasi bahasa
adalah membebaskan bahasa Turki dari
‘belenggu’ bahasa asing. Penekanannya adalah
pemurnian bahasa Turki dari bahasa Arab dan
Persi. Mustafa Kemal mengadakan kunjungan di
banyak tempat untuk mengajar secara langsung
tulisan baru pada rakyat Turki. Reformasi
bahasa ini memberi sumbangan yang berharga
bagi perkembangan linguistik bahasa Turki saat
ini. Penelitian yang mendalam terhadap akar
bahasa dan struktur bahasa Turki membuktikan
bahwa bahasa Turki termasuk kelompok bahasa
Altay, yaitu bahasa-bahasa yang dipergunakan
bangsa-bangsa yang mendiami wilayah yang
membentang dari Finlandia hingga Manchuria.
Dari segi gramatikal, bahasa Turki termasuk
bahasa aglutinatif, yaitu bahasa berimbuhan.
Struktur sintaksis memperlihatkan pola Objek-
Predikat, dimana Predikat selalu berada di akhir
kalimat.
21
2. Revolusi Hukum
22
Tentang sekularisasi dan modernisasi di
Turki pada masa Rezim Kemalis seperti
diuraikan di atas, Bryan S. Turner, seorang guru
besar sosiologi di Universitas Flinders (Australia
Selatan), menyimpulkan bahwa sekularisme
tersebut merupakan suatu bentuk pemaksaan dari
pemerintah rezim, bukanlah sekularisasi yang
tumbuh sebagai suatu konsekuensi dari proses
modernisasi seperti di negara-negara Eropa.
Selain itu sekularisasi di Turki pada saat itu
merupakan peniruan secara sadar pola tingkah
laku masyarakat Eropa yang dianggap modern
dan lebih maju (1984:318). Bagi Kemalis,
manusia Turki baru tidak saja harus berpikiran
rasional seperti orang-orang Eropa, tetapi juga
harus meniru tata cara berperilaku dan
berpakaian seperti mereka.8
C. Turki Modern
8 Ibid.
23
menciptakan sistem pemerintahan parlementer dan
meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi kehidupan
demokratisasi di Turki. Partai Republik Rakyat
adalah partai politik yang dibentuk Mustafa Kemal
untuk menjalankan roda pemerintahan. Meskipun
demikian, sejarah Turki menunjukkan pemerintahan
Kemal dengan sistem pemerintahan satu partai tidak
memberi ruang bagi kemunculan partai oposisi. Iklim
Demokrasi muncul kemudian sejak Turki menjadi
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada
tahun 1945 dan terus berkembang menunjukkan
kemajuan yang pesat. Daniel Lerner (di dalam
Memudarnya Masyrakat Tradisional, 1983) telah
melakukan penelitian yang mendalam di suatu kota
dekat Ankara pada tahun 1950-an, dan
menyimpulkan bahwa negara Turki telah tumbuh
menjadi negara yang relatif lebih stabil dan
demokratis di banding dengan negara-negara lain di
kawasan Timur Tengah.
24
menjadi bahasa nasional Turki. Sedangkan
pemakaian hukum-hukum Barat juga diadaptasi
dengan berbagai tingkatan kesulitan di berbagai
lapisan msyarakat. 9
9 Ibid.
25
tahun 1998 setelah dianggap sebagai lembaga yang
mendidik kelompok Islam fundamental yang
keberadaannya menguat dan mengancam ideologi
sekuler Turki
10 Ibid.
26
Militer Turki mengambil peran sebagai
penjaga ideologi Kemalisme sebagai prinsip negara.
Jatuhnya pemerintahan Partai Islam Refah pada tahun
1998 adalah suatu bukti masih dominannya pengaruh
politik militer di Turki. Namun kebangkitan Islam,
baik itu suatu fenomena kesadaran umat Islam Turki
untuk kembali mempelajari nilai-nilai Islam di tengah
kebijakan sekuler pemerintah dan fenomena
dukungan masyarakat Islam terhadap kemenangan
partai politik yang dianggap membawa aspirasi Islam
terus memperlihatkan kemajuan ke arah yang positif.
Aspirasi dan dukungan yang besar dari masyarakat
Turki kembali mengantarkan kemenangan partai
berbasis Islam, Partai Keadilan dan Pembangunan
dalam pemilu 2002. Meskipun secara tegas pemimpin
partai ini menyatakan bahwa Partai Keadilan dan
Pembangunan bukanlah partai Islam dan mereka
menyatakan komitmennya yang sungguh-sungguh
menjaga ideologi sekularisme di Turki, nampaknya
Rakyat Turki lebih melihat mereka sebagai sosok-
sosok muslim yang saleh yang diharapkan dapat
membawa Turki ke arah yang lebih maju.11
11 Ibid.
27
BAB II
12 Masyarakat Turki,
https://kajiantimurtengah.wordpress.com, akses pada 19 Februari
2017, pukul 17:38.
28
Pengembaraan bangsa ini dipimpin oleh Sulaiman
sampai di tepi sungai Eufrat. Dalam perjalanan ke Asia
kecil Sulaiman wafat kemudian rombongan dipimpin oleh
salah satu putranya bernama Orthogul atau juga disebut
Erthagral. Sesampainya di dekat negeri Angora (kini
Ankara), mereka menjumpai pertempuran pasukan Bani
Saljuk di bawah pimpinan Sultan Alauddin melawan
pasukan Mongol. Rombongan Orthogul kemudian
bergabung bersama pasukan Bani Saljuk melawan dan
mengalahkan tentara Mongol. Dari kemenangan inilah
rombongan pengembaraan Orthogul mendapatkan dari
Sultan Alauddin hadiah berupa sebuah wilayah dekat
Broessa atau juga disebut daerah Iski Shahr dan sekitarnya
sebuah wilayah berbatasan dengan wilayah Byzantium
yaitu daerah ditepi laut tengah (kini dikenal dengan
sebutan Anatolia).13
13 Ibid.
29
Turki di bekas wilayah Kesultanan Utsmaniyah dan
komunitas Turki yang tersebar di Eropa, Amerika Utara
dan Australia.
14 Ibid.
30
bercakap Indo-Eropa dan Semit, seperti banyak bahasa
dari pertalian tak pasti. Nyatanya, diberikan bahasa zaman
purbakala Hittit Indo-Eropa dan Luwia, beberapa sarjana
telah mengusulkan Anatolia sebagai pusat hipotesis dari
yang bahasa Indo-Eropa telah menyebar. Penulis lainnya
telah mengusulkan asal penduduk Anatolia dari bangsa
Etruria dari Italia kuno.
31
melawan Sekutu. Pada tahun 1923, gerakan perlawanan
ini berhasil mendirikan Republik Turki Modern dengan
Atatürk menjabat sebagai presiden pertamanya.
B. Perekonomian Turki
15 Ibid.
32
meminta izin pada Dirjen Investasi Asing dan wajib
setor US$ 50.000 per pemegang saham, telah
dihapus. The Economist Intelligence Unit mencatat
kebijakan pemerintah Recep Tayyip Erdogan telah
meningkatkan kepercayaan investor asing dan
mendongkrak masuknya investasi asing langsung
atau Foreign Direct Investment (FDI) ke Turki secara
signifikan.16
33
Erdogan menjanjikan angka ini diupayakan naik lagi
menjadi US$ 10.000 per kapita pada lima tahun
kedua periode kekuasaannya.17
34
TUSIAD menyorot sistem parlementer, administrasi
publik, HAM dan pengadilan sebagai area fokus
kunci untuk mengembangkan sistem demokrasi di
Turki. Mengenai struktur sosial, penekanan
diletakkan pada pendidikan, efisiensi pasar tenaga
kerja, kesetaraan gender dan perkembangan regional.
Akhirnya, laporan tersebut mengatakan bahwa
ekonomi bisa diperkuat melalui pertumbuhan yang
terus-menerus, kompetisi, prosedur investasi,
menaklukkan ekonomi informal dan privatisasi.19
35
Teheran sebagai prioritas utama Ankara.21 Turki dan
Rusia juga sepakat untuk berusaha melipat-tigakan
perdagangan bilateral hingga bernilai 100 miliar
dolar dalam lima tahun mendatang. Kedua pemimpin
negara tersebut mengumumkan penandatangan
kesepakatan kerjasama itu, termasuk pembangunan
instalasi pembangkit tenaga nuklir pertama Turki di
dekat pantai Mediterania.22 Di titik ini, Turki benar-
benar telah membangun citra dan identitasnya
sebagai negara berkembang yang terbuka dengan
perdagangan bebas yang mutualistik. Turki tidak lagi
membatasi dan menggantungkan dirinya pada
ekonomi negara-negara Barat.
36
Pemerintah Turki yang dipimpin Erdogan juga
berhasil menekan inflasi, yang sebelumnya inflasi
mencapai 30 persen, kini hanya tinggal 5.7 persen.
Inilah rekor yang paling gemilang dari pemerintah
Turki, yang selama ini selalu dipojokkan oleh
kalangan sekuler, di mana kelompok-kelompok
sekuler sebelumnya belum pernah mencapai
kemajuan dibidang ekonomi. Bahkan pemerintahan
sebelumnya nyaris ambruk dan mengalami
kekacauan dibidang ekonomi dengan tingkat inflasi
mencapai lebih dari 100 persen.23
37
Pada kenyataannya politik luar negeri Turki
saat ini memang lebih banyak melakukan aktivitas di
berbagai belahan dunia jika dibandingkan dengan
pemerintahan sebelumnya. Turki berusaha
menegakkan perdamaian, stabilitas dan keamanan di
Timur Tengah, lebih mengintegrasikan Balkan
dengan komunitas Euro-Atlantik, memperkuat
demokrasi dan resolusi konflik di Kaukasus dan Asia
Tengah, berkontribusi pada peningkatan pasokan
energi dan keamanan Eropa, serta membantu
memperkuat stabilitas keamanan di Afghanistan dan
Asia Selatan.25
38
proporsional dan multi-arah. Pendekatan politik ke
segala arah ini di satu sisi merupakan sebuah
identitas dan cara berperilaku yang baru dari Turki.
Disisi lain, dapat juga dipahami sebagai sebuah usaha
terus-menerus dari pemerintahan Erdogan untuk
membangun sebuah pemaknaan yang baru atas Turki.
Pencapaian-pencapaian ini selaras dengan visi politik
luar negerinya, doktrin politik luar negeri zero
problems with neighbors mencita-citakan Turki
sebagai regional super power.27
39
Turki harus tetap memperhitungkan masalah identitas
dan hubungan yang sudah lama dibangun dengan
Irak, terlebih dalam kaitannya dengan Arabisme dan
suku Kurdi.28
40
sekali tidak boleh diganggu-gugat. Sistem ini
kemudian disahkan dalam konstitusi 1982 pasal 2.
The Republic of Turkey is a democratic secular and
social State governed by the rule of law…30
Sekularisme bagi Mustafa Kemal31 merupakan
pilihan paling tepat untuk membawa Turki menjadi
lebih baik, sejajar dengan negara-negara Barat,
khususnya kawasan Eropa. Adapun politik luar
negeri Turki yang dijalankan Turki pada masa itu
adalah Peace at Home and Peace Abroad dengan
memprioritaskan Bangsa Barat sebagai patron
utamanya.32 Dari segi ekonomi Turki lebih
memprioritaskan kerjasama dengan negara-negara
Eropa. Walaupun sedikit mengalami kendala akibat
perselisihan politik dengan negara-negara Eropa,
Mustafa Kemal tetap menjadikan Eropa sebagai
kiblat ekonomi mereka, dengan melihat fakta bahwa
41
Eropa sangat maju dalam perdagangan dan
kecanggihan teknologi.
42
Palestina cukup mencengangkan dunia internasional.
Sikap ini kemudian diikuti dengan pemutusan
hubungan diplomatik Turki dengan Israel. Selain itu
di bawah Erdogan, Turki diarahkan untuk lebih dekat
dengan negara-negara Islam sehingga tampaknya
hubungan Turki dengan bangsa Barat mulai
disampingkan. Hal inilah yang menyebabkan
banyaknya pendapat yang menyatakan saat ini Turki
mulai meninggalkan Barat.34
Periphery to Turkish Society and the Rise of Justice and Development Party,
Alternatives Journal, Vol. 7. No. 2 & 3. Summer & Fall 2008, hlm.
16.
43
Selama menjadi walikota Istanbul ini,
Erdogan dikenal sebagai sosok yang sangat
menginginkan Islam menggantikan ideologi negara
yang sekular. Dalam satu kesempatan, Erdogan
mengatakan kepada seorang Barat yang berkunjung
ke Turki: “Pandangan agama kami sangat berbeda
dengan milik kalian di Barat. Bagi kalian, agama
hanya berada ditempat-tempat peribadatan. Bagi
kami, agama adalah jalan hidup. Saya tidak pernah
menghabiskan semenit pun tanpa Islam.”36 Di lain
waktu Erdogan mengecam PBB dan NATO dengan
mengatakan bahwa mereka hanyalah antek-antek
Amerika. Erdogan pun melawan keinginan
pemerintah yang ingin bergabung dengan Uni Eropa.
Pada pendukungnya, dia berkata bahwa demokrasi
sedang menuju akhir sejarahnya dan tidak perlu
untuk bergabung dengan Uni Eropa sebab Uni Eropa
sejatinya hanyalah uni/persatuan dari negara-negara
Kristen Katolik.37
44
menurut jaksa telah menghina sistem sekuler Turki.38
Saat itu, Erdogan dianggap dapat mengguncangkan
bangunan sekularisme setelah ia membacakan puisi
yang dituding dapat menaikan militansi Islam. Dia
ditangkap, kemudian dihukum 10 bulan. Namun
karena perilakunya yang baik dan santun, pemerintah
mengurangi masa hukumannya, sehingga hanya
empat bulan. Setelah pembebasannya, Erdogan
kembali ke dunia politik namun dengan format baru
dan strategi yang lebih matang. Terjadi perubahan
pandangan politik yang sangat tajam ketika Erdogan
keluar dari penjara.39
45
Gambar 2.1. Recep Tayyip Erdogan
46
Eropa.40 Ketika ditanya mengapa bisa berubah
pikiran, dia hanya menjawab, “dunia berubah,
begitupun dengan saya”. Puncak dari perubahan garis
politik itu adalah ketika mendirikan AKP pada 14
Agustus 2001. Kepopuleran Erdogan yang
ditimbulkan karena “kasus” penjara 4 bulan bagi
dirinya serta kemerosotan ekonomi dan politik pasca
ketidak-hadirannya, mendorong partai AKP menjadi
oposisi utama pemerintahan Bülent Ecevit. AKP
dikenal sebagai partai yang kebijakan yang
menyentuh langsung kepentingan rakyat. Hal ini
dilakukan Erdogan dan kawan-kawan tidak sebatas di
bibir saja, melainkan sungguh-sungguh dilakukan.
Erdogan dan para tokoh AKP tidak segan-segan
bahu-membahu bersama rakyat miskin menggugat
penguasa, dan memperlihatkan kepada rakyat Turki
bahwa mereka bersih dan tidak korup dengan benar-
benar mencerminkannya di dalam kehidupan
keseharian mereka. AKP juga mencirikan dirinya
47
sebagai partai tengah yang akomodatif dengan garis
politik konservatif.41
48
between them, but the formation of new
political courses accompanying the
pervasiveness of different ideologis. We have
before us, therefore, a more celored and
multidimensional picture rather than a sharp
blach and white image. We in Turkey believe
that, based on this reality, it is important to
renew and strengthen politics and governance
through the understanding of conservative
democracy.
49
parlemen yang beranggotakan 550 orang.43 Namun
sayangnya, jalan Erdogan untuk menduduki kursi
Perdana Menteri masih terkendala oleh konstitusi
akibat masa lalunya yang pernah menjadi seorang
narapidana. Oleh karena itu diangkatlah Abdullah
Gul, yang juga merupakan kader cemerlang AKP,
sebagai Perdana Menteri saat itu.44
50
dominasi partai Islam itu di dalam sistem politik
Turki, setelah Perdana Menteri, Ketua Parlemen,
Wali Kota sampai presiden dipegang oleh kader
AKP.45
51
pemilihan presiden yang juga memilih Perdana
Menteri. Akibatnya, kekuasaan dalam pemerintahan
Turki dikuasai oleh AKP baik legislatif maupun
eksekutifnya. Kekuasaan AKP dalam pemerintahan
Turki terlihat sangat jelas dalam pengambilan setiap
kebijakan. Besarnya dominasi AKP dalam
pemerinatahan Turki tentunya menjadikan padangan
dan ideologi partai ini sebagai pengaruh yang
signifikan dalam perumusan setiap kebijakan Turki.46
52
konsultasi dengan partai oposisi. Sementara itu, CHP
memenangkan 135 kursi, 23 kursi lebih besar dari
pada pemilu sebelumnya, dan MHP 54 kursi, 17 lebih
rendah dari pemilu sebelumnya.48
53
3. Saling ketergantungan ekonomi. Turki akan
memperkuat sektor ekonominya sehingga akan
tercipta saling ketergantungan dengan negara-
negara yang menjadi mitranya. Hal ini sangat
penting untuk mencapai dan menjamin
perdamaian yang berkelanjutan.
4. Harmoni budaya dan saling menghormati.
54
2. Turki memiliki jumlah penduduk sebanyak 77
juta jiwa dan 97,2% diantaranya adalah muslim.
Sementara pendapatan perkapita Turki hanya
$10,206 pada tahun 2010.51 Hal ini menjadikan
Turki untuk lebih mendorong sektor
perekonomian terutama dalam hal perdagangan,
energi dan industri. Selain itu dengan jumlah
penduduk yang besar, Turki memiliki angkatan
kerja yang besar pula. Hal ini mendorong Turki
untuk membuka lebih banyak lapangan kerja
dengan lebih aktif mendorong investasi luar
negeri. Investasi asing sangat didambakan pada
sektor pertanian yang sangat ketinggalan. Di
samping itu, invesatsi asing juga dibutuhkan
dalam bidang infrastruktur dan lingkungan. Hal
ini juga dilakukan untuk meminimalkan jumlah
imigran atau para pencari kerja illegal yang
menjadi masalah dalam hubungan luar negeri
Turki dengan beberapa negara Eropa.
3. Dalam hal teknologi, Turki masih ketinggalan
dengan beberapa negara maju, termasuk Jepang,
Amerika Serikat, dan Rusia. Oleh Karena itu,
hubungan kerjasama dengan beberapa negara
55
guna peningkatan dan kemajuan teknologi sangat
diupayakan.
56
dengan Uni Eropa, Bank Dunia, IMF dan lembaga
internasional lainnya harus dijaga sepanjang garis
persyaratan ekonomi dan kepentingan nasional
Turki.53
57
Islam. Salah satunya adalah dengan menghapus
larangan penggunaan jilbab di seluruh perguruan
tinggi. Pemerintah juga akan berupaya
menghidupkan kembali pelajaran bahasa Arab di
sekolah-sekolah. Pengajaran bahasa Arab akan
diterapkan pada sekolah tingkat menengah sebagai
mata pelajaran pilihan dalam kurikulum, selain
pelajaran bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman. Hal
ini merupakan suatu langkah untuk menghidupkan
kembali nilai-nilai Islam dalam masyarakat yang
selama ini terdiskriminasi oleh kelompok sekuler
dalam pemerintahan.55
58
Terkait hal tersebut kebijakan luar negeri AKP
kadang-kadang disebut sebagai neo-Ottomanism.
Neo-Ottomanism adalah sebuah konsep yang
mendefinisikan tidak hanya kebijakan luar negeri
tetapi juga tren domestik baru di Turki. Pendapat lain
juga mengatakan bahwa Neo Ottomanism adalah
perubahan paradigma yang mengubah Turki menjadi
model yang menarik untuk reformis Arab.56
First Century, Mideast Security and Policy Studies, No. 97, The
Begin-Sadat Center for Strategic Studies Bar-Ilan University, Israel,
September 2012.
59
the Balkans, Middle East, Central Asia, and
Russia. Historical depth relates to the
common Ottoman history of the region, which
places Turkey, as the Ottoman successor
state, in a unique position to exploit such a
position as a means of diplomacy. Geo-
cultural influence relates to the present-day
cultural commonalities with the post-Ottoman
world that arises from this common heritage.
Geo-economic importance relates to Turkey’s
central position as a transit country for
Europe’s energy supplies. This geo-economic
importance is complemented by the potential
of the growing Turkish export market for not
only Europe and the US, but for Russia as
well.
60
dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), telah
mengikuti beberapa konferensi Liga Arab, telah
membentuk hubungan yang lebih erat dengan Iran,
Irak, dan Suriah, telah meningkatkan hubungan
ekonomi, politik, dan diplomatik dengan negara-
negara Arab dan Muslim, tetapi juga tetap terlibat
dalam negosiasi aksesi dengan Uni Eropa dan telah
diterima menjadi tuan rumah NATO untuk rudal
terbaru dalam sistem pertahanan. Dengan kata lain,
neo-Ottoman AKP pada kenyataannya telah
melahirkan kebijakan dan aktivitas luar negeri yang
beragam.58
58 Ibid.
61
BAB III
62
memberikan kesejahteraan kepada rakyat. Mobilisasi
masyarakat dari berbagai kelas sosial secara langsung
telah memberikan legitimasi sosial yang hilang dari
rezim berkuasa yang dianggap represif. Aksi protes
ini kemudian semakin menjadi perhatian
internasional ketika dalam waktu cepat bergulir di
beberapa negara Arab dan pada akhirnya mampu
menggulingkan pemerintahan yang berkuasa.61
61 Ibid.
62 Witnesses Report Rioting in Tunisian Town,
http://www.reuters.com, akses pada 19 Februari 2017, pukul
19:19.
63
pemerintahan hingga pemilihan umum berhasil
diselenggarakan.63
64
2011 yang dikenal dengan ‘the day of rage’, berpusat
di lapangan Tahrir, Kairo, ribuan massa berunjuk rasa
sebagai aksi protes terhadap kebijakan pemerintahan
Hosni Mubarak.66 Mereka menuntut adanya
demokrasi dan transparansi dalam pemerintahan serta
diturunkannya Mubarak dari kursi kepresidenan yang
telah berkuasa sejak tahun 1981. Pemberontakan
yang berawal dari perkumpulan di media sosial ini
berhasil mengumpulkan massa puluhan ribu yang
mendirikan kemah di lapangan Tahrir. Dalam banyak
sumber disebutkan bahwa demonstran yang menuntut
demokratisasi ini terkait dengan jaringan
internasional Muslim Brotherhood atau Ikhwanul
Muslimin.67
65
yang dilakukan kepada rakyat Mesir. Pengunduran
diri Mubarak ini dirayakan secara besar-besaran oleh
masyarakat Mesir yang juga mendapat respon positif
dari sejumlah negara.68
68 Ibid.
69 Ibid.
66
pembenahan setelah transisi pemerintahan. Tunisia
telah berhasil menyelenggarakan Constituent
Assembly Election pada 23 Oktober 2011. Pemilihan
ini memberikan suara bagi Ennahda Party sebesar
37%. Sementara itu, Mesir telah mengadakan
pemilihan umum dan membentuk sistem pemeritahan
baru. Pemilihan umum berhasil dimenangkan oleh
Mohammed Mursi dengan perolehan 51,73% suara.70
67
kekuasaan pada negara-negara di atas, namun juga
membawa sebuah wajah baru atas identitas negara-
negara Arab yang selama ini masih bertahan dengan
model aristokrat otoritariannya. Dalam kasus Libya,
turunnya rezim Qaddafi membawa dampak besar
karena sudah melibatkan masyarakat internasional
dalam penanganan konflik intra-state yang terjadi di
Libya.72
72 Ibid., hlm.31
68
negara yang berseberangan.73 Persaingan yang
diprediksi terjadi adalah persaingan klasik antara
Arab Saudi dan Iran yang melibatkan dikotomi
Sunni-Syiah. Konflik Suriah memang terjadi di
antara oposisi yang mayoritas Sunni melawan
rezim Assad yang merupakan sekte Syiah
Alawiyah.74
69
bersahabat melalui diplomasi berbasis soft power.
Segala perbedaan kepentingan, persaingan pengaruh
dan ketegangan geopolitik akan merusak stabilitas
politik di Timur Tengah. Instabilitas sangat
dihindari Turki karena mengancam (jeopardize)
tujuan-tujuan luar negerinya yang dibangun atas
fondasi diplomasi soft power. Instabilitas jelas
berpotensi mengusik ambisi Turki di Timur Tengah
yang berbasis kerjasama ekonomi dan perdagangan.75
70
BAB IV
71
sejak tahun 1952. Turki juga merupakan anggota
negara industri G20 yang mempertemukan 20 buah
ekonomi yang terbesar di dunia.76
72
di Turki. Setelah kerjasama ini berlangsung,
perekonomian di negara Turki semakin meningkat
dari sebelumnya.77
73
Hubungan masyarakat Uni Eropa dan Turki
pernah memburuk akibat retorika dalam oposisi
terhadap status keanggotaan Turki menjadi bagian
anggota Uni Eropa ditentang oleh presiden Perancis
Nicolas Sarkozy dan Angela Merkel, perwakilan dari
Jerman. Para pemimpin Eropa telah sering
mengungkapkan dukungan untuk sesuatu yang
berhubungan dengan status kemitraan khusus Turki
di Uni Eropa, meski arti pasti dari pengaturan ini
tetap tidak jelas. Faktanya, status ini tampak serupa
dengan posisi Turki saat ini, karena Turki telah
mendapat keuntungan dari perdagangan tanpa
pembatasan dengan negara-negara anggota Uni Eropa
melalui perjanjian Customs Union .79
74
menyelesaikan sengketa Siprus dalam kerangka
PBB.80
80 Ibid.
81 Ibid., hlm. 24.
75
Turki juga dianggap terlampau besar dan karena itu
akan memiliki lebih banyak kekuasaan di dalam Uni
Eropa.82
82 Ibid.
83 Ibid.
76
dan mengadopsi sistem pemerintahan Turki dengan
sistem pemerintahan di Uni Eropa. Turki masih
belum bisa mengikuti sistem tersebut karena masih
ada permasalahan dalam negeri Turki yang belum
terselesaikan. Uni Eropa menginginkan Turki untuk
merubah peraturan dan undang-undang agar sesuai
dengan 35 Bab yang dirundingkan dengan Uni Eropa
sebagai syarat standar bagi calon anggota Uni
Eropa.84
77
1. Turkish Grand National Assembly (TGNA) atau
parlemen Turki yang terdiri dari 550 orang,
wakil dari 67 provinsi yang setiap 5 tahun
diganti melalui pemilu nasional langsung dan
universal.
2. Kekuasaan eksekutif Turki adalah Presiden
Republik yang dipilih setiap 7 tahun serta Dewan
Menteri atau yang dikenal dengan sebutan
Perdana Menteri.
3. Angkatan Bersenjata Turki. Angkatan bersenjata
di Turki terkenal dengan prajurit yang terbanyak
daripada prajurit-prajurit negara-negara Uni
Eropa lainnya. Pemerintah Turki memiliki
peraturan untuk masyarakatnya, yaitu semua
anak laki-laki yang telah beranjak dewasa harus
mengikuti wajib militer. Hal ini dilakukan
pemerintahan Turki untuk menjaga keamanan
negaranya untuk siap bertempur jika tiba-tiba
ada serangan dari luar.
4. Partai-partai politik di Turki atau Final
composition of the Grand National Assembly as
at 4 August 2007. Turki memiliki berbagai
macam partai politik dengan latar belakang yang
berbeda-beda.
78
Salah satu cara bagi suatu negara untuk
mencapai tujuan politik luar negerinya adalah melalui
proses diplomasi. Proses ini dilakukan Turki secara
bertahap yaitu dengan mencoba memperbaiki sistem
dan peraturan di Turki agar sesuai dengan
standarisasi peraturan dan undang-undang yang
berlaku di Uni Eropa. Peraturan tersebut tercantum
dalam 35 chapter yang di bahas dalam setiap
perundingan antara Turki dengan Uni Eropa. Akan
tetapi, diplomasi Turki untuk bergabung dengan Uni
Eropa hingga saat ini masih berjalan sangat lemah,
karena hanya 1 chapter yang berhasil diterima oleh
Uni Eropa dari 35 chapter yang disyaratkan, yaitu
science and research chapter.86
79
non pemerintah, serta Universitas. Diplomasi Turki
untuk bergabung dengan Uni Eropa masih
mengalami hambatan-hambatan, baik domestik
maupun internasional. Bagi negara-negara Uni Eropa,
keinginan Turki untuk bergabung merupakan hal
yang kontroversial dan selalu menjadi ajang
perdebatan yang seru pada sidang-sidang Dewan
Eropa.87
87 Ibid.
88 Meilinda Sari Yayusman, Upaya Turki dalam Memenuhi
80
Pada hakikatnya, hubungan erat Turki dengan
Uni Eropa sudah terjalin sejak lama. Saat Kerajaan
Ottoman masih mendominasi, Ottoman sudah
memutuskan untuk mendekatkan diri dengan Eropa.
Setelah masa kejayaan Kerajaan Ottoman berakhir
dan Turki bertransformasi menjadi negara republik,
hubungan Turki dengan negara-negara Eropa pun
semakin erat, terbukti dengan dukungan-dukungan
yang diberikan Turki sebelum dan sesudah
Perang Dunia II.89 Dukungan Turki ditunjukan
dengan keterlibatan Turki dalam Perang Dunia II
dimana sebelumnya Turki memposisikan diri
sebagai negara netral. Pada detik-detik akhir
peperangan, Turki bergabung dengan Allied Power
bersama dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis
untuk menunjukan dukungan dan keterlibatan
dalam peperangan yang saat itu terjadi. Sesudah
Perang Dunia II, Turki pun bergabung dengan
NATO untuk memelihara kedekatan dan
solidaritas dengan Eropa Barat dalam melawan
komunisme Uni Soviet.90
81
Pembentukan European Economic
91
Community (EEC) pada tahun 1958 merupakan
awal mula langkah signifikan yang dilakukan
oleh Turki untuk lebih dekat dengan Uni Eropa.
Persis setahun setelah pembentukan EEC, Turki
mengajukan permohonan untuk bergabung dengan
EEC pada Juli 1959.92 Sayangnya, semangat
Turki untuk bergabung dengan EEC rupanya belum
disambut dengan baik oleh EEC. Saat itu, EEC hanya
mengarahkan Turki untuk membina hubungan
kerja sama antar EEC-Turki sebagai langkah
pendekatan pertama apabila Turki ingin
bergabung. Langkah ini kemudian membawa EEC
dan Turki menyusun langkah-langkah strategis
selanjutnya dengan serangkaian negosiasi yang
kemudian menghasilkan sebuah kesepakatan, yakni
Association Agreement atau yang dikenal dengan
Ankara Agreement pada tahun 1963. Kesepakatan
ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan yang
berkelanjutan antara Turki dan EEC dengan
82
memajukan kerjasama ekonomi dan perluasan
perdagangan serta mengurangi disparitas antara
ekonomi Turki dan komunitas.93
83
lain menyegarakan pemberhentian dominasi
kekuatan militer.94
84
bahwa, “Even though Turkey has a legitimate
reasons to become a member, at the present time,
Turkey and the community cannot be easily
integrated”.96 Sejak awal, European Commission
sudah mengatakan sulit bagi Turki untuk
mengintegrasikan diri dengan EEC. Meskipun
negara-negara anggota telah menyetujui aplikasi
Turki untuk menjadi anggota EEC, sayangnya
hubungan EEC-Turki tidak semakin dekat di awal
tahun 1990an. Hal ini disebabkan oleh banyak
ditemukan ketidak-sesuaian Turki terhadap the
Copenhagen Criteria yang dibentuk pada tahun 1993.
Pada tahun ini pula, Maastricht Treaty disepakati dan
Uni Eropa menjadi nama resmi dari komunitas ini
setelah mengalami berbagai perubahan formasi di
dalam komunitas sebelumnya. Setidaknya, custom
union berhasil dibangun oleh Uni Eropa dan Turki
dengan dikeluarkannya Turkey-EU Association
Council Decision 1/95 pada 6 Maret 1995.97
85
terus dilaporkan dalam Turkey’s Progress Report
yang dirilis setiap tahun. Akhirnya, berdasarkan
Turkey’s Progress Report yang dirilis pada tahun
1998, Turki dapat memperoleh status sebagai negara
kandidat. Keputusan ini disetujui oleh negara-negara
anggota dalam Helsinki Summit 1999.98 Hal ini
kemudian menjadi kabar baik bagi Turki setelah
sempat ditolak untuk menjadi negara kandidat pada
tahun 1997 dalam Luxembourg Summit.99
86
Sejak masa pemerintahan AKP, hubungan Turki-
Uni Eropa berkembang dengan pesat.101
87
the acquis communautaire.103 Fase pertama ini
berakhir pada tahun 2006 dan negosiasi pertama
dalam bidang riset dan sains dibuka.
88
dengan kata lain mencapai kesepakatan. Bahkan,
masih banyak bidang yang belum
105
dinegosiasikan.
89
BAB V
90
sesuai dengan kebijakan resmi nol toleransi untuk
penyiksaan.106
91
Human Right dan memenangkan kasus tersebut.
Pengadilan HAM Eropa telah menjatuhkan vonis atas
pengaduan Merve Kavakci dan Pengadilan
menyatakan kasus itu merupakan sebuah pelanggaran
HAM.108 Kasus jilbab yang terjadi pada Kavakci
merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM yang
terjadi di Turki dan masih banyak lagi kasus-kasus
lain yang lebih parah. Turki sudah seharusnya
mengatur undang-undang dalam negerinya, karena
hal ini akan menghambat perjalanan Turki untuk
menjadi bagian dari Uni Eropa. 109
108 Ibid.
109 Ibid.
92
RUU ini pertama kali diatur dalam undang-undang
Turki. 110 RUU itu menimbulkan kontroversi karena
meletakkan masalah perselingkuhan di bawah
pengadilan sipil. Turki diancam tidak bisa menjadi
anggota Uni Eropa jika tetap mengegolkannya. RUU
itu pun dikaji ulang seluruh paket hukum pidana
tersebut agar memenuhi kriteria Kopenhagen yang
merupakan syarat bagi setiap negara yang ingin
bergabung dengan Uni Eropa. 111
93
Turki mulai mendekati hukum Islam. Menteri Luar
Negeri Inggris, Jack Straw menyatakan bahwa jika
proposal itu disahkan sebagai undang-undang, maka
akan menciptakan kesulitan bagi Turki untuk
bergabung dengan Uni Eropa. Akhirnya, setelah
mengalami perdebatan dan tekanan dari berbagai
pihak, pemerintahan Turki membatalkan RUU
tersebut. Kasus di Turki ini menarik untuk
diperhatikan, bagaimana masalah moral yang
menjadi urusan internal dalam negeri yang
mayoritasnya Islam ternyata mendapat perhatian
besar dari tokoh-tokoh Barat dan dapat berdampak
pada masalah politik yang serius.113
94
Beberapa hal yang menghambat proses
berjalannya diplomasi Turki dengan Uni Eropa yaitu
melemahnya hubungan masyarakat Turki dan Uni
Eropa secara berangsur-angsur, kemudian 8 bab dari
35 bab proses negosiasi pernah terhenti pada tahun
2006 ketika Turki menolak mengizinkan pelabuhan
dan bandaranya dilalui oleh lalu lintas Cypriot-
Yunani. Hal ini mengikuti kegagalan menit terakhir
Annan Plan tahun 2004 yang telah menciptakan
Republik Siprus Bersatu dan didukung oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa. 115
115 Ibid.
95
kontradiksi dan dilema Turki modern, berkata pada
sebuah harian Swiss: 116
96
dan Islam prof. Martin van Bruinesse dari Universitas
Utrecht, Belanda yang mengatakan: 118
97
Eropa. Parlemen Eropa sangat menyesalkan
keluarnya undang-undang tersebut karena akan
semakin mempersulit posisi Turki, bahkan masalah
ini akan menghentikan upaya-upaya negosiasi Turki
untuk masuk dalam keanggotaan Uni Eropa.119
98
akan mendapat hukuman karena menghina jati diri
Turki.121 Para calon anggota parlemen asal Turki
tersebut dipaksa mundur, karena pendapat mereka
sangat berbeda dengan pendapat pemerintahan
Belanda. Mereka mengatakan bahwa: Kalau memang
terjadi maka ini belum resmi dinyatakan genosida.122
99
Turki dituduh melakukan genosida terhadap orang-
orang Armenia. Pada saat itu, mantan Presiden Bill
Clinton mengimbau agar resolusi itu tidak disetujui
karena tidak menghendaki memburuknya hubungan
Amerika dengan Turki sebab Timur Tengah sedang
dilanda krisis dan sebelumnya Turki sudah
mengancam akan mencabut embargo minyak
terhadap Irak, dan membatalkan izin bagi Amerika
Serikat untuk memasuki pangkalan-pangkalan
strategisnya, kalau resolusi tersebut sampai diterima.
Resolusi itu mencantumkan bahwa Turki membantai
sekurang-kurangnya sejuta penduduk Armenia antara
tahun 1915 dan 1923, akan tetapi Turki membantah -
tuduhan pembunuhan massal itu.124
100
selatan yang menikmati keanggotaan Uni Eropa sejak
pulau itu bergabung pada 1 Mei 2004. Proses
diplomasi Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa
terdapat banyak hambatan, terutama dalam
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Uni
Eropa mengenai isu-isu Hak Asasi Manusia dan
Siprus terkait dengan pengakuan kedaulatan atas
Republik Siprus, penarikan pasukan sekitar 40 ribu
dibagian utara pulau Siprus, mencabut embargo
kapal-kapal dan pesawat Siprus berdasarkan Protokol
Ankara, serta menyelesaikan sengketa Siprus dalam
kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).125
101
Perdebatan panjang mengenai diterima
tidaknya Turki sebagai anggota Uni Eropa
disebabkan sikap Turki yang tetap tidak menerapkan
perjanjian tahun 2005. Perjanjian tersebut
mewajibkan Turki membuka semua pelabuhan dan
bandar udaranya kepada 10 anggota baru Uni Eropa,
di antaranya Siprus. Masalahnya Turki saat ini tidak
mengakui pemerintahan Siprus yang didominasi
keturunan Yunani. Sementara itu, di Siprus masih
berlangsung konflik politik yang berkepanjangan
sejak 1974 antara warga keturunan Yunani yang
menguasai selatan Siprus dan warga keturunan Turki
yang mendiami wilayah utara Siprus.127
127 Ibid.
102
sampai penangkapannya tahun 1999. Ideologi
Kongra-Gel merupakan ideologi Marxisme-
Leninisme dan nasionalisme Kurdi. Tujuan PKK
adalah untuk mendirikan negara Kurdi yang merdeka
dan sosialis di Kurdistan, wilayah yang terdiri dari
Turki tenggara, Irak barat laut, Suriah timur laut dan
Iran barat laut; tempat populasi Kurdi dianggap
sebagai mayoritas penduduk.128
128 Ibid.
129 Ibid., hlm. 40.
103
ini berasal.130 Etnis Kurdi di Turki diestimasikan
berjumlah antara 10 sampai 20 juta jiwa dan
dikatakan sebagai kelompok minoritas terbesar di
Turki.131 Orang-orang Kurdi di Turki terkonsentrasi
di wilayah bagian Tenggara. Pertanyaan tentang
status orang-orang Kurdi di Turki sebenarnya sudah
muncul sejak akhir kejayaan Kerajaan Ottoman dan
semakin memburuk saat Kerajaan Ottoman
dihapuskan lalu negara republik dibentuk di bawah
kontrol Mustafa Kemal Atatürk.132
104
mengadopsi beberapa peraturan guna memperkuat
kekuatan sentral, sehingga ketegangan antara
minoritas Kurdi dan negara mulai muncul.133
Hubungan antara orang-orang Kurdi dan pemerintah
Turki semakin memburuk saat Atatürk mengubah
konstitusi Turki menjadi sekularis. Sekularisme
berarti pemisahan antara urusan agama dengan
urusan kenegaraan atau pemerintahan. Selama ini,
Kerajaan Ottoman mencampurkan urusan agama
dengan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang
berlandaskan hukum Islam. Beberapa perubahan-
perubahan signifikan yang terjadi di Turki akibat
transformasi dari negara kerajaan ke negara republik
menjadi faktor pendorong semakin memburuknya
hubungan orang-orang Kurdi dengan pemerintah.
Disini, Atatürk berusaha untuk merangkul semua
perbedaan yang ada di Turki dalam satu identitas
bernama, identitas Turki. Di dalam konstitusinya,
Turki mengatakan bahwa, “the Turkish state, with
its territory and nation, is an indivisible entity”.
Alhasil, semua elemen-elemen non-Turki
dilemahkan atau lebih buruknya, dihapuskan.134
105
Pada masa pemerintahannya, Atatürk
menerapkan beberapa perubahan substansial di
Turki guna membangun Turki menjadi negara
sekularis. Dalam kebijakan pemerintah Turki di
tahun 1923, Atatürk memutuskan untuk
menghapuskan sistem ‘caliphate’ di Turki,
penghentian sistem pendidikan berbasis agama,
penyatuan pendidikan dalam bentuk sekolah
umum, penutupan the Ministry of Canon Law,
penghapusan the Ministry of the General Staff, dan
salah satu yang paling signifikan adalah
purificationism, yakni menetralisir pengaruh bahasa
atau kata-kata yang berasal dari Bahasa Arab atau
Persia menjadi Bahasa Turki, hal ini berimplikasi
pada pengkajian ulang seluruh media yang dahulu
banyak menggunakan Bahasa Arab menjadi Bahasa
Turki.135 Dalam kebijakannya ini, Atatürk
menegaskan bahwa, “The New Turkey has no
relationship to the old. The Ottoman government
has passed into history, A new Turkey is born”.136
Akibatnya, kebijakan-kebijakan ini berimplikasi
pula pada kelompok-kelompok etnis lain di Turki,
106
termasuk etnis Kurdi. Pemerintah Turki menutup
beberapa madrasah Kurdi yang mana mengajarkan
peraturan-peraturan agama yang diyakini oleh orang-
orang Kurdi (tarikat) guna menutupi dan
menghapuskan sejarah masa lampau Turki.137
107
peraturan tahun 1934 No. 2510 yang menegaskan
bahwa negara memiliki kekuatan untuk
mengasimilasi beberapa wilayah yang tidak memiliki
budaya dan Bahasa Turki secara paksa.138 Peraturan-
peraturan ini diterapkan untuk melemahkan ikatan
sosial tradisional, mendorong urbanisasi, dan
asimilasi, terutama bagi orang-orang Kurdi.139
108
pemerintahan di bawah kepemimpinan militer
coup d’etat dengan serangkaian kebijakan ekstrim
dan mengundang peningkatan tensi antara
141
pemerintah dan orang-orang Kurdi.
109
bantuan finansial serta mendamaikan wilayah
tersebut.142 Namun, kebijakan ini justru membawa
amarah lebih besar bagi orang-orang Kurdi karena
merasa semakin diatur di Turki.143
142 Canci, H., & Serkan Sen, S., The Gulf War and Turkey:
110
Irak, Suriah, dan Iran. Dukungan-dukungan ini
membawa situasi di Turki semakin rumit. Baku
tembak antara PKK dan pemerintah Turki
menghasilkan sebuah kebijakan yang diputuskan
tanpa pikir panjang berupa migrasi secara paksa.
Migrasi secara paksa ini kemudian terjadi besar-
besaran di tahun 1980an, sekitar 378.800 orang
Kurdi dipaksa untuk pindah dari wilayah mereka
sampai akhir tahun 1997, bahkan beberapa NGO
mengatakan bahwa terdapat 1 sampai 4 juta orang
Kurdi sudah direlokasi secara paksa oleh pemerintah
Turki ke wilayah lain.145 Migrasi secara paksa ini
dilakukan guna memisahkan orang-orang Kurdi agar
tidak berkumpul dan berupaya untuk menentang
pemerintah, terlebih dalam bentuk kekerasan.
Mengingat diestimasikan terdapat lebih dari
45.000 orang menjadi korban selama 14 tahun
sejak pemerintahan republik dibentuk dan tidak
jauh dari itu, lebih dari 45.000 orang pula mati dalam
konteks kampanye anti-PKK di Turki.146
111
Tidak dapat dipungkiri, jumlah ini terus
meningkat sejak PKK semakin vokal dalam
mengekspresikan tuntutan-tuntutan terhadap status
mereka sebagai minoritas yang diakui di Turki. Kini,
PKK sendiri dianggap sebagai organisasi teroris yang
membahayakan dan menjadi sorotan perhatian tidak
hanya bagi pemerintah Turki tetapi juga dunia
Internasional. Di sisi lain, migrasi secara paksa yang
dilakukan oleh pemerintah Turki ini juga mendapat
kecaman dari aktor-aktor internasional seperti
European Court of Human Rights (ECHR),
mengingat Uni Eropa sangat menaruh perhatian
terhadap perkembangan Turki dalam masalah
minoritas Kurdi sebagai persyaratan Turki untuk
masuk ke dalam Uni Eropa.147 Selain itu,
tindakan migrasi paksa ini juga dikecam oleh The
Human Rights Association of Turkey (IHD – dalam
Bahasa Turki, Insan Hakları Derneg ̆i) karena
dianggap menyebabkan orang-orang Kurdi berada
dalam garis kemiskinan dan tidak memiliki
pekerjaan akibat ketidaksiapan mereka
148
direlokasikan ke tempat lain secara paksa.
112
Penutupan sekolah-sekolah Kurdi dan tidak
diakuinya Bahasa Kurdi serta pelarangan
menggunakan dan menyebarkan Bahasa Kurdi
merupakan salah satu kondisi terburuk yang dialami
oleh minoritas Kurdi. Kemudian, kemunculan
kelompok pemberontak, yakni PKK menjadi salah
satu masalah besar bagi orang-orang Kurdi dan
pemerintah Turki. Berkaitan dengan kondisi
keamanan yang mengkhawatirkan akibat
pemberontakan PKK dan respon agresif pemerintah
Turki, hal ini jelas menjadikan hubungan antara
orang Kurdi dan negara semakin sulit mencapai
jalan tengah. Selain itu, migrasi secara paksa
sebagai realisasi kebijakan pemerintah Turki akan
kekhawatiran orang-orang Kurdi yang berkumpul
di wilayah tertentu membuat kondisi kaum
minoritas Kurdi semakin memprihatinkan.
Pertanyaan akan status mereka di Turki semakin
tidak terjawab karena eksistensi mereka di Turki
semakin tidak dianggap. Akibat migrasi ini pula,
orang-orang Kurdi hidup berada di bawah garis
kemiskinan dan tidak memiliki pekerjaan. Semua
kebijakan-kebijakan pemerintah Turki terhadap
orang-orang Kurdi dianggap menghancurkan orang-
orang Kurdi secara sosial, ekonomi, budaya, dan
psikologi.
113
Hal ini berimplikasi pada meningkatnya
jumlah orang-orang Kurdi yang berjuang dengan
segala cara untuk memperoleh hak-haknya sebagai
minoritas di Turki. Oleh karena itu, pertanyaan
orang-orang Kurdi tentang status serta tuntutan
terhadap pemenuhan hak mereka di Turki tidak hanya
menimbulkan masalah ekonomi dan sosial tetapi juga
perlahan membahayakan sistem hukum dan politik di
Turki.149 Akibatnya, permasalahan ini
menyebabkan Turki sulit mencapai stabilitas
demokrasi di lingkungan domestik.150
114
beragama non-Sunni terbesar di Turki.151 Tidak ada
data secara jelas menuliskan jumlah orang-orang
Alevi yang tersebar di Turki, tetapi diestimasikan
sekitar 15 juta sampai 20 juta atau sekitar 25% dari
populasi orang Turki tergabung dalam komunitas
Alevi.152
115
sekelompok orang yang menganut aliran sesat
oleh mayoritas Sunni-Islam.154
116
yang dilakukan oleh mayoritas Sunni-Islam atau
Islam pada umumnya.155 Alevi tidak melakukan
puasa di bulan Ramadhan, tidak melaksanakan
shalat 5 waktu, dan tidak menunaikan ibadah
shalat Jum’at bagi laki-laki. Akan tetapi, mereka
memiliki ritual lain yang diyakini oleh mereka
sebagai ibadah yang harus dilakukan. Orang-orang
Alevi memang tidak menunaikan ibadah puasa di
bulan Ramadhan, tetapi mereka perlu berpuasa
selama 12 hari di bulan Muharam dan menutup
hari terakhir puasa dengan mengonsumsi makanan
khusus bernama Aure, yakni sup manis dengan
berbagai macam bahan, seperti buah-buahan, kacang-
kacangan, dan gandum.
117
batasan antara pencipta dan umat manusia yang
diciptakan. Kelima, orang-orang Alevi tidak percaya
akan prinsip reward and punishment, atau dengan
kata lain ketidak-yakinan akan surga dan neraka
sebagai konsekuensi sebagai umat beragama jika
melanggar peraturan atau mematuhi perintah
Tuhan.
118
dapat memimpin segala bentuk ritual keagamaan
seperti ibadah shalat berjamaah. Jika tidak ada
laki-laki, barulah seorang perempuan dapat
menjadi pemimpin atau imam dalam ibadah.
119
kerajaan. Yang terpenting, mereka diizinkan untuk
melakukan ritual-ritual keagamaan mereka
masing-masing sesuai dengan budaya dan keyakinan
mereka.157 Namun, sama halnya dengan kondisi
kaum minoritas Kurdi, saat Ottoman mencoba untuk
melakukan sentralisasi pada sistem
pemerintahannya, terdapat beragam perubahan-
perubahan kebijakan yang berimplikasi pada
penindasan, diskriminasi, dan marginalisasi
terhadap orang-orang Alevi. Dalam hal ini,
identitas Alevi diabaikan bahkan pemerintah akan
secara otomatis mengasimilasi Alevi sebagai bagian
dari mayoritas Sunni-Islam.158
120
orang Alevi menentang para fundamentalis agama
yang pada saat itu banyak menentang kebijakan
sekularis yang diterapkan oleh pemimpin Turki yang
baru. Inisiasi Turki untuk menunjukan loyalitas pada
pemerintah republik tidak serta-merta karena
Alevi menyetujui prinsip sekularis tersebut. Hal ini
disebabkan oleh kepentingan orang-orang Alevi
agar dapat disetarakan dengan mayoritas Sunni-
Islam di Turki.
121
dipungkiri bahwa Turki merupakan negara republik
dengan 99% warga negaranya adalah orang-orang
Muslim. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan
Muslim adalah Sunni-Islam.
122
Kondisi ini terus terjadi berlarut-larut dan
belum mampu menemukan titik temu agar
pemerintah dapat mengakui status orang-orang
Alevi di Turki. Meskipun Turki sudah
bertransformasi menjadi negara yang lebih
demokratis dengan sistem multipartai yang
diterapkan sejak tahun 1950an, hal ini tidak
membawa perubahan bagi kondisi domestik yang
masih belum mencapai stabilitas demokrasi
karena masih banyak permasalahan minoritas dan
kebebasan beragama di dalamnya. Dimulai dari awal
tahun 1960an, orang-orang Alevi mulai secara
besar-besaran melakukan urbanisasi ke kota-kota
besar dimana sebelumnya mereka cenderung hidup
di desa maupun pinggir kota. Sama halnya seperti
minoritas Kurdi, orang-orang Alevi pun tidak
tinggal diam menghadapi kondisi ini. Berbagai
macam usaha telah dilakukan oleh mereka sejak
tahun 1960. Terlebih ketika kaum militer
mendominasi pemerintah Turki pada tahun 1980.
123
Turki yang sudah ada sejak lama.161 Hal ini
sangat diupayakan oleh pemerintahan coup d’etat
untuk diterapkan di Turki. Implikasinya adalah
kelompok Alevi semakin termarginalisasi karena
pelajaran agama yang diwajibkan adalah ajaran
Sunni-Islam. Sejak dominasi coup d’etat, orang-
orang Alevi semakin tidak tinggal diam untuk
memperjuangkan hak mereka. Akibatnya, banyak
orang mulai melihat permasalahan Alevi sebagai
masalah yang rumit dan harus diatasi oleh pemerintah
Turki. Mulai muncul banyak tulisan-tulisan dari para
akademisi yang menceritakan tentang Alevi. Hal ini
kemudian disimbolkan sebagai kebangkitan Alevi
atau lebih dikenal dengan sebutan “Alevi Revival”.
Orang-orang Alevi mulai berusaha untuk
meningkatkan kesadaran publik, menuntut
kemudahan untuk mengekspresikan diri di publik,
meningkatkan eksistensi di publik, dan
mengupayakan agar orang-orang Alevi juga dapat
memiliki posisi dalam arena sosial serta politik di
Turki.162
161 Ibid.
162 Meilinda Sari Yayusman, op.cit., hlm. 24.
124
negatif mayoritas Sunni-Islam. Dengan dasar
tujuan “defending Islam from unbelievers”,
serangan-serangan dilakukan oleh mayoritas
Sunni-Islam hingga mengakibatkan banyak orang-
orang Alevi terbunuh. Antara tahun 1970an dan
1990an, orang-orang Alevi menjadi tujuan dari
beberapa serangan masif seperti: Insiden
Kahramanmara (1978) dimana lebih dari 100 orang
Alevi termasuk wanita dan anak-anak meninggal
dunia akibat serangan dari kaum mayoritas Sunni-
Islam (Idiz, 2013), pembunuhan besar-besaran di
Corum (1980) salah satu kota dimana orang-orang
Alevi banyak bermukim (Bayrak, 2012), dan Insiden
Sivas (1993) dimana 35 perwakilan kaum terpelajar
Alevi dibakar hidup-hidup oleh orang-orang Sunni
yang marah ketika orang-orang Alevi sedang
menyelenggarakanacara kebudayaan mereka.163
125
tidak dihalangi serta dimusuhi dalam melakukan
aktivitas keagamaan. Tujuan utama kebangkitan
orang-orang Alevi dalam memperjuangkan identitas
adalah untuk membentuk dan memelihara identitas
Alevi di Turki, lebih diakui keyakinannya, dan lebih
diterima sebagai aktor yang setara dengan
masyarakat lainnya terkhusus dalam arena sosial dan
politik Turki.164 Orang-orang Alevi kini benar-benar
berusaha untuk mengajukan tuntutan pada
pemerintah Turki agar mendapatkan hak yang
sama dengan kepercayaan-kepercayaan lain yang ada
di Turki. Menurut mereka, semua ini tergantung pada
upaya pemerintah Turki untuk mengakomodasi
kepentingan orang-orang Alevi, sehingga tidak lagi
termarginalisasi dan secara perlahan memperoleh
legitimasi dari pemerintah maupun masyarakat Turki
khususnya mayoritas Sunni-Islam. Dengan
memperoleh hak kebebasan beragama untuk
beribadah dan malakukan ritual-ritual lainnya, secara
tidak langsung Alevi telah memeroleh legitimasi
terhadap identitas mereka di Turki.
126
BAB VI
PROPAGANDA TURKI
127
Oleh sebab itu, Turki melakukan propaganda
untuk menarik perhatian dunia internasional dan
mengembalikan image buruk Turki bahwa Turki
tidak melakukan pembunuhan genosida terhadap
bangsa Armenia. Walaupun isu-isu tersebut belum
ada pembuktian yang pasti, tetapi kasus ini dapat
berpengaruh bagi kelancaran negosiasi Turki dengan
Uni Eropa. 166
166 Ibid.
128
adanya pendapat yang berbeda dengan mantan
Presiden George W. Bush yang selalu menilai Turki
sebagai negara Islam yang moderat.167
167 Ibid.
168 Ibid., hlm.55.
129
1. Propaganda Internal
169 Ibid.
130
pihak-pihak tertentu untuk melancarkan
penggabungan Turki ke Uni Eropa.170
131
tempat di mana peradaban Barat dan Timur bisa
bertemu. Beliau juga mengatakan kepada Uni Eropa
melalui media massa:
132
membicarakan Turki menjadi anggota Uni Eropa
sebagai aliansi peradaban. 173
133
Di kalangan kaum muslimin Turki juga
berkembang kekhawatiran atas ancaman penjajahan
budaya yang akan terjadi bila Turki menjadi anggota
Uni Eropa. Bergabungnya Turki dengan Uni Eropa
akan semakin membuka pintu bagi masuknya nilai
dan budaya Barat ke Turki dan hal ini menyebabkan
timbulnya kekhawatiran besar di tengah umat Islam
Turki. 175
134
Eropa untuk memasukkan Turki untuk menjadi
anggotanya. Pada tahun 2005, lembaga hak asasi
manusia Uni Eropa menyatakan bahwa larangan
jilbab di Turki tidak melanggar prinsip kebebasan
dan Turki perlu memberlakukan larangan itu guna
melindungi sistem sekuler Turki.176
2. Propaganda Eksternal
135
perbatasan. Erdogan mempertanyakan kesungguhan
negara-negara Uni Eropa dalam masalah PKK. PM
Erdogan mengatakan pidatonya disalah satu televisi
Turki:
136
permasalahan demokrasi dan penghormatan hak-hak
azasi manusia, dimana hal tersebut merupakan hal
yang urgentdalam kriteria calon anggota Uni Eropa.
Kemudian dengan berjalannya waktu sejak tahun
2002 sampai 2004, Turki telah merubah peraturan
pemerintahnya agar sesuai dengan peraturan yang
ditentukan untuk menjadi kandidat Uni Eropa. 179
137
menerima atau menolak Turki untuk bergabung
dengan Uni Eropa . Pilihan yang netral didominasi
oleh sebagian rakyat Uni Eropa. Walaupun demikian,
Turki tidak berputus asa untuk terus mengadakan
diplomasi dengan Uni Eropa.181
181 Ibid.
182 Ibid., hlm.61.
138
beberapa kota besar di wilayah selatan mendesak dia
untuk bertahan dari tekanan Ankara menyangkut
penutupan stasiun Raj TV. Mereka mengatakan,
keberadaan stasiun itu perlu bagi demokrasi di
Turki.183
139
saatnya Uni Eropa membuktikan kepada dunia bahwa
Uni Eropa bukan klub Kristen. 185
140
pembantaian genosida Armenia yang dilakukan Turki
pada zaman kerajaan Ottoman. 187
141
BAB VII
142
yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Atatürk.
Sekularisasi ini merupakan upaya Atatürk untuk
melakukan modernisasi terhadap kondisi Turki
yang dianggap sudah jmud dan tidak sesuai
dengan perkembangan zaman modern pada masa
itu .190 Ataturk kemudian melakukan upaya
pemisahan agama dari politik secara ketat
(dikenal dengan istilah laikik) dengan
mengupayakan pembentukan undang-undang
sekuler dalam pemerintahan Turki yang baru,
melarang perkumpulan agama untuk melakukan
kegiatan tanpa seizin pemerintah, serta melarang
penggunaan simbol -simbol keagmaan di publik.
Proses sekularisme yang dilakukan oleh Atatürk
pada masa itu memang mengundang kontroversi
dari masyarakat yang sudah berada dalam
kekuasaan Kesultanan Turki Usmaniyah yang
terbiasa dengan hukum Islam. Namun, seiring waktu,
perlawanan tersebut diredam oleh pemerintah
Atatürk yang mencoba untuk melakukan represi
terhadap kelompok-kelompok reaksioner serta
memberlakukan sistem partai tunggal dalam politik
143
Turki yang menghalangi adanya perdebatan politik
mengenai sekularisme.191
144
dan menghormati hak-hak kaum beragama untuk
menjalankan agamanya di ruang publik politik.193
Namun, adanya dominasi pihak Kemalis (pengikut
Atatürk) yang terdiri dari politisi dan tentara
dalam perpolitikan Turki tidak memungkinkan
terjadinya perubahan secara signifikan dalam
pandangan terkait sekularisme di Turki yang
memberikan ruang kepada para pemeluk beragama
untuk menjalankan keyakinannya.194
145
mempromosikan agenda-agenda dari kalangan
Islam konservatif, diantaranya adalah
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan moralitas dan masalah yang berkaitan
dengan kesejahteraan kaum miskin di daerah
pedalaman Turki.Gerakan Milli Görüs melihat
bahwa adanya sekularisme yang diterapkan Turki
bukannya menghasilkan kemajuan bagi negara Turki,
namun kemunduran, sehingga sistem sekularisme
yang telah diterapkan Turki perlu direvisi bahkan
diubah karena tidak sesuai dengan semangat
masyarakat Turki. Seiring waktu, Milli Görüs
berkembang menjadi partai. Dalam beberapa
kesempatan, partai yang didirikan oleh basis massa
Milli Görüs terus berubah karena adanya tekanan
politik dari pihak berkuasa.195
195 Ibid.
146
demokratisasi dengan membuka ruang bagi
pemikiran politik dari ideologi yang berbeda dan
memberikan kesempatan kepada oposisi politik
yang semula dilarang untuk terlibat kembali
dalam kancah politik Turki.196 Sebagai
konsekuensi dari demokratisasi yang dilakukan
oleh Ozal, wacana politik Islam semakin menguat di
Turki karena partai partai Islam mulai muncul dan
mencoba untuk mengawal wacana yang menjadi
aspirasi dari kalangan masyarakat konservatif
Turki, seperti misalnya wacana pembolehan hijab
di ruang publik, wacana pembukaan sekolah
agama, dan wacana ekonomi yang bebas bunga.
Salah satu partai yang paling dominan membawa
wacana-wacana tersebut adalah Refah Partisi ,
sebuah partai yang didirikan oleh Necmettin
Erbakan sebagai sebuah upaya untuk melanjutkan
gerakan Milli Görus dalam perpolitikan Turki. 197
147
agenda kesejahteraan ekonomi serta agenda
penguatan moral dalam masyarakat Turki. Secara
perlahan tapi pasti, RP sebagai representasi dari suara
masyarakat konservatif mulai memenangkan pemilu
di kancah lokal dan nasional, sampai pada tahun
1995 ketika RP mendudukkan pendirinya, yakni
Necmettin Erbakan sebagai Perdana Menteri
Turki. 198 Munculnya Necmettin Erbakan dalam
politik Turki menguatkan implementasi kebijakan
yang berasal dari aspirasi masyarakat Turki yang
konservatif, misalnya kebijakan pembolehan jilbab,
kebijakan pelarangan bunga bank dan kebijakan
pembukaan sekolah agama di berbagai tempat di
Turki .199 Adanya kebijakan tersebut kemudian
memancing reaksi dari kalangan sekular dan
masyarakat Turki yang mendukung politik
sekular. Masyarakat beserta politisi sekular
melakukan aksi untuk menentang kebijakan
Erbakan yan g mulai memiliki tendensi anti-
sekular dan berbasis pada ajaran keagamaan. Dari
148
aksi -aksi yang dilakukan oleh faksi sekular,
kondisi politik Turki terus memanas hingga
kemudian Angkatan Bersenjata Turki memberikan
ultimatum kepada Erbakan pada 28 Februari 1997
untuk segera mengevaluasi dan mempertimbangkan
kebijakan yang memiliki tendensi politik Islam
yang bertujuan untuk melakukan Islamisasi
negara. Dalam ultimatum tersebut, Angkatan
Bersenjata Turki menuntut Erbakan untuk
membatalkan izin untuk tarikat sufi dan menutup
sekolah agma yang dibuka pada masa Erbakan.200
Adanya ultimatum ini membuat politisi RP yang
datang dari basis masyarakat konservatif perlu
mempertimbangkan kembali metode politiknya
yang konfrontasional dan tidak konstruktif. Beberapa
politisi RP, seperti misalnya Abdullah Gül, mulai
memikirkan bahwa adanya aspirasi politik Islam
yang hadir di perpolitikan Turki harusnya tidak
ditujukan untuk membangun visi sebuah negara
berdasar nilai-nilai Islam atau sebuah pemerintahan
Islam namun membangun visi negara demokratis
149
yang melayani semua kelompok masyarakat
terlepas latar belakangnya.201
150
konstruktif. Upaya pemerintahan Turki dibawah
AKP untuk merekonsiliasi hubungan nilai Islam
dan demokrasi terbukti dalam sebuah kasus,
ketika terdapat perdebatan hak untuk
menggunakan hijab di publik. Dalam isu tersebut,
AKP mencoba untuk menggunakan nilai -nilai
universal seperti demokrasi dan HAM untuk
meyakinkan dan memperjuangkan hak untuk
menggunakan hijab ketimbang menggunakan
alasan-alasan dengan dalil keagamaan Adanya
sikap AKP untuk menggunakan isu HAM dan
demokrasi dalam membela hak menggunakan hijab
disambut dengan baik oleh berbagai macam pihak,
mulai dari lembaga swadaya masyarakat hingga
partai dengan tendensi politik yang sekular-
nasionalis, seperti Milliyetci Hareket Partisi (Kuru,
2014). Untuk meloloskan hak menggunakan hijab,
AKP kemudian menambah dua klausul anti-
diskriminasi dalam konstitusi Turki yang
menggarisbawahi bahwa pemerintah tidak boleh
membatasi akses pelayanan publik kepada siapapun
dari latar belakang apapun. 203 Upaya untuk
meloloskan amandemen ini berhasil di parlemen
Turki dan hak menggunakan hijab di Turki masih
151
berlaku sampai saat ini. Contoh ini membuktikan
bahwa aspirasi keagamaan bisa diperjuangkan secara
demokratis dalam kerangka yang sekular tanpa harus
menggunakan dalil-dalil keagmaan yang
cenderung memihak pada golongan tertentu.
Pengalaman Turki membuktikan bahwa nilai-nilai
keagamaan (Islam sebagai agama mayoritas di Turki)
dan nilai-nilai demokrasi dapat berdampingan dan
dapat mengisi satu sama lain untuk membangun
sistem politik yang lebih baik dan stabil.204
152
upaya pendekatan ke negara-negara di sekitar Timur
Tengah dengan upaya meluaskan pengaruh Turki .
Habibi dan Walker mencatat bahwa inisiatif Turki
untuk mendekat ke Timur Tengah memang
banyak tercatat pada masa-masa pemerintahan sipil
yang terpilih secara demokratis, karena pemerintah
pastinya akan memperhatikan aspirasi publik
untuk membangun hubungan yang lebih dekat
dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah.205
153
dapat menahan pengaruh blok Timur di kawasan
Timur Tengah dan Asia Barat Daya.206 Namun,
setelah Perang Dingin, Turki kehilangan
signifikansi tersebut. Beberapa akademisi, seperti
misalnya Ahmet Davutoğlu, menganggap bahwa
Turki perlu melakukan redefinisi terhadap peran
dan identitasnya sebagai seorang ak tor dalam politik
internasional.207 Dalam bukunya yang berjudul
Strategic Depth, Davutoğlu menganggap bahwa
Turki perlu mempertimbangkan kembali faktor
sejarah dan geografis sebagai sebuah dasar untuk
menentukan peran serta memantapkan identitas Turki
pada abad ke-21.208
154
kawasankawasan sekitar, termasuk Timur Tengah.
Jika menghitung secara geografis dan historis,
Turki memiliki kedekatan yang strategis dengan
Timur Tengah, dimana Turki merupakan bagian
integral dari geografi Timur Tengah. Turki juga
mempunyai keterikatan sejarah dan afinitas sosial-
keagamaan yang kuat dengan wilayah Timur
Tengah yang dahulu merupakan bagian dari
Kesultanan Turki Usmaniyah. Dengan membangun
hubungan yang lebih konstruktif dengan Timur
Tengah, Davutoğlu berpendapat bahwa Turki dapat
membawa potensi perubahan yang baik bagi negara
negara di Timur Tengah, terutama dalam masalah
penyelesaian konflik dan peningkatan kesejahteraan.
Sumbangsih pemikiran Davutoğlu terhadap kajian
politik luar negeri Turki membuat Davutoğlu
akhirnya dipilih sebagai penasehat urusan luar negeri
bagi pemerintahan Turki era Erdoğan hingga
akhirnya ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri
Turki pada tahun 2009. 209
155
pengusaha yang tergabung dalam berbagai
asosiasi, seperti TUSIAD, TUSKON, DEIK dan
MUSIAD,berpendapat bahwa Turki memiliki
peluang besar untuk menjadi pemain baru yang
dapat berkontribusi positif terhadap tata
perekonomian di Timur Tengah. Beberapa pengusaha
yang terlibat di dalam asosiasi tersebut datang dari
komunitas pengusaha dan wiraus ahawan Anatolia
yang memang memiliki keterikatan kuat dengan
negara-negara di kawasan Timur Tengah.210 Produk-
produk dari para pengusaha dan wirausahawan
Anatolia, seperti buah-buahan, sayuran dan alat
industri menjadi komoditas ekspor utama Turki ke
kawasan Timur Tengah. Adanya dorongan dan
inisiatif yang muncul dari kelompok pebisnis dan
pengusaha inilah yang membuat pemerintahan Turki
juga tertarik untuk mendekat ke wilayah Timur
Tengah da n menjadikan negara-negara di Timur
Tengah sebagai pihak dagang utama.211
156
Sentimen publik juga menjadi pengaruh
yang penting dalam mempengaruhi upaya re-
engagement Turki ke Timur Tengah. Basis
elektoral AKP sebagian besar datang dari
masyarakat dengan latar belakang religiusitas
yang tinggi dan menginginkan Turki memiliki
keterikatan yang lebih kuat dengan negara-negara
Islam di berbagai macam kawasan, khususnya di
kawasan Timur Tengah. Masyarakat Turki dari latar
belakang Islam yang kuat memiliki pandangan
bahwa dunia Islam adalah dunia yang terzalimi dan
oleh karena itu penting bagi Turki sebagai salah satu
bagian dari dunia Islam untuk membangkitkan
dunia Islam. Aspirasi ini tentu saja tidak dapat
diabaikan oleh AKP. Adanya aspirasi ini semakin
diperkuat de ngan karakter elit dalam AKP yang
memiliki karakter konservatif Islam yang
menginginkan keterlibatan Turki yang lebih dalam
menyelesaikan masalah-masalah di dunia Islam. 212
157
merupakan sebuah jawaban yang dapat
memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah
konflik berkepanjangan yang telah menyebabkan
instabilitas keamanan di kawasan Timur Tengah.
Hal ini bisa dilacak kembali dari pemikiran
Davutoğlu. Dalam upaya untuk meredefinisi
politik luar negeri Turki pasca-Perang Dingin,
Davutoğlu merumuskan doktrin yang terdiri dari
lima poin utama, yakni: mempromosikan
kebebasan sipil tanpa mengorbankan keamanan;
peniadaan masalah dengan negara dan kawasan
tetangga; mengembangkan hubungan dengan
kawasan sekitar dan kawasan lainnya di dunia;
mengembangkan kebijakan multidimensional; dan
diplomasi yang proaktif. 213 Agenda demokratisasi
Turki bisa dilihat di poin pertama dalam Doktrin
Davutoğlu, dimana Davutoğlu menekankan bahwa
Turki perlu berperan untuk mempromosikan nilai-
nilai demokrasi tanpa harus mengganggu keamanan
dan menyebabkan instabilitas. Mengapa
menyebarkan demokrasi menjadi sebuah keperluan
bagi Turki? Eksistensi konflik yang
berkepanjangan di kawasan Timur Tengah telah
menjadi sebuah kekhawatiran bagi semua negara
158
yang berada di kawasan tersebut, termasuk Turki.
Dalam pandangan Davutoğlu, penawaran dan
penyebaran nilai-nilai demokrasi yang menekankan
dialog dan negosiasi akan merubah cara pandang
negara-negara di Timur Tengah dalam
menyelesaikan konflik, dimana negara dan
masyarakat di Timur Tengah akan meninggalkan
cara-cara koersif yang tidak konstruktif dalam
menangani konflik. Dengan terbangunnya
demokrasi di Timur Tengah, Davutoğlu berharap
bahwa akan terbangun tatanan kawasan yang
stabil, dimana negara -negara di dalamnya saling
terhubung dan terintegrasi dengan landasan nilai
demokrasi dan ketergantungan ekonomi yang
214
kuat. Ada empat pilar yang telah ditetapkan
Turki sebagai acuan dalam memberlakukan dan
memastikanpenyebaran demokrasi dapat berjalan
dengan baik di Timur Tengah, yakni: pertama,
menjamin keamanan untuk semua; kedua,
memprioritaskan dialog dalam menyelesaikan
konflik; ketiga, membangun interdependensi
ekonomi antarnegara di kawasan; keempat,
159
menghargai keragaman dan perbedaan budaya dalam
suatu negara. Turki mencoba untuk menawarkan
pilar ini untuk menjadi sebuah prinsip bagi
negara-negara di kawasan di Timur Tengah dalam
menjalankan upaya demokratisasi.215
160
di Timur Tengah, pemerintah Turki mencoba untuk
menggunakan Pengalaman Turki. 217
161
Adanya agenda penyebaran demokrasi ini
didukung oleh lembaga-lembaga di dalam
pemerintah serta non-pemerintah, yakni kalangan
pebisnis dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam
pemerintahan Turki, upaya untuk menyebarkan
demokrasi menjadi prioritas utama, bahkan dikatakan
oleh Ibrahim Kalin sebagai „soft power utama bagi
Turki‟. Kebijakan penyebaran demokrasi di kawasan
Timur Tengah dijalankan oleh berbagai lembaga,
seperti Badan Kerjasama dan Koordinasi Turki
(Türk İşbirliği ve Koordinasyon Ajansı – TIKA) dan
Kementerian Luar Negeri Turki (yang dilakukan
secara spesifik melalui Kantor Diplomasi Publik).219
Dua lembaga ini terlibat secara aktif dalam
penyebaran demokrasi di kawasan Timur Tengah
melalui beragam program, salah satunya adalah
melalui pelatihan dan pemberian bantuan dana dalam
proses pengembangan kapasitas (Keyman &
AydınDüzgit, 2014) serta melakukan kegiatan
secara terkoordinasi dengan lembaga swadaya
masyarakat yang dapat mendukung upaya
penyebaran demokrasi . Di sisi lain, kalangan
pebisnis seperti misalnya TUSIAD, DEIK dan
TUSKON juga secara aktif mendukung upaya
162
penyebaran demokrasi di Timur Tengah supaya
kedepannya di kawasan Timur Tengah dapat
tercipta suasana politik stabil yang dapat
mendukung kegiatan ekonomi antarnegara di
kawasan.220
163
seperti misalnya masalah kemiskinan, terorisme, tata
pemerintahan dan korupsi. Dalam pidatonya, Gül
berkata bahwa negara-negara Muslim harus
menyegarkan pandangannya di era modern
dengan menggunakan pola berpikir rasional yang
diiringi dengan nilai-nilai spiritual dalam agama
Islam, seperti misalnya keadilan, toleransi dan tata
kelola pemerintahan yang baik, untuk membangun
membangun pemerintahan yang lebih baik,
terbuka dan bertanggungjawab kepada rakyat. 221
Secara langsung, Gül juga mengajak negara-negara
Muslim di seluruh kawasan, termasuk Timur
Tengah untuk berkomitmen pada demokrasi yang
memberikan kesempatan kepada rakyat untuk dapat
menyelesaikan masalah politik yang dapat menjadi
kunci dalam resolusi krisis. Ajakan tersebut terlihat
jelas dalam pernyataan ini:222
164
increasing awareness and the actions taken in our
societies towards reform and political inclusiveness.
This will be the key for developing the sense of
ownership on the part of the people of the systems
they live in. We should likewise devise ways and
means to resolve politic al issues among us, so that
they do not evolve themselves into wider crises.
165
internasional, seperti yang sudah dilakukan oleh
Turki saat melalui proses demokratisasi.223
166
OKI baru yang berisi tentang urgensi penegakan
demokrasi dan HAM di negara-negara Muslim
(Johnson, 2010). Selain itu, Turki juga
mendorong proses reformasi dan demokratisasi bagi
negara -negara anggota di OKI dengan menyalonkan
salah satu diplomat kenamaan Turki, yakni
Ekmeleddin Ihsanoglu, yang pernah menjabat
sebagai Direktur IRCICA (Research Center for
Islamic History, Art and Culture) untuk menjadi
Sekretaris Jenderal OKI. Sebagai Sekretaris
Jenderal OKI, Ihsanoglu bersama dengan sebuah
tim yang dinamakan sebagai Eminent Group yang
terdiri dari tokoh-tokoh ternama dari negara
anggota OKI menetapkan agenda TenYear
Programme of Action (TYPOA) yang menetapkan
upaya reformasi OKI dalam berbagai macam sektor,
yakni politik, sosial-budaya dan ekonomi untuk
menguatkan posisi OKI dan negara-negara anggota
OKI dalam menghadapi tantangan globalisasi.225
Dalam sektor politik, TYPOA menggariskan
agenda bagi negara-negara anggota OKI untuk
melakukan upaya reformasi politik yang menjamin
partisipasi politik yang lebih luas, menjamin
167
kesetaraan dan hak sipil dan sosial warga negara
(Organization of Islamic Conference, 2005).
168
lain seperti misalnya Indonesia, Maroko, Mesir dan
Malaysia.226 Sejauh ini, IPHRC telah mengadakan
berbagai pertemuan yakni di Jakarta, Ankara dan
Jeddah pada tahun 2012-2013 untuk
mengkonsolidasikan aksi dan kegiatan IPHRC
kedepannya. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut,
IPHRC telah menyepakati beberapa prioritas kerja,
yakni masalah Palestina, masalah hak perempuan
dan anak, masalah Islamofobia dan minoritas
Muslim, masalah pembangunan serta masalah
mekanisme keterlibatan lembaga swadaya
masyarakat dalam kerjasama dengan lembaga
IPHRC dan OKI (Organization of Islamic
Cooperation, 2014).227
169
sipil dalam mewujudkan sebuah visi, yakni
memajukan nilai-nilai universal, seperti demokrasi,
hak asasi manusia, kesempatan ekonomi, dan
228
keadilan sosial. Pada awalnya, BMENA
diwacanakan oleh Amerika Serikat pada saat
berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi G-8 di
Sea Island pada tahun 2004. Wacana BMENA
didasari o leh adanya laporan Arab Human
Development Report (ADHR) yang dirilis oleh
PBB pada tahun 2002 dan 2003, dimana laporan
tersebut mencatat adanya kekhawatiran tentang
menurunya kualitas hidup serta kesejahteraan di
Timur Tengah yang disebabkan oleh kurang
aktifnya kelompok yang dapat menggerakkan
perubahan di antara masyarakat sipil dan
negaranegara di kawasan Timur Tengah.229
170
pembangunan manusia di Timur Tengah dapat
meningkat.230 BMENA hadir sebagai sebuah
jawaban atas kekhawatiran dari UNDP. Sebagai
sebuah kerangka kerjasama regional, BMENA
melibatkan negara-negara yang terdapat di
wilayah Timur Tengah bersama dengan negara-
negara anggota G-8 sebagai mitra yang akan
mendorong proses perubahan di kawasan Timur
Tengah.231
171
merupakan hal yang digulirkan secara sepihak oleh
AS dan negara-negara G-8 tanpa didiskusikan
terlebih dahulu dengan negara-negara di kawasan
Timur Tengah.233 Namun, dalam perkembangannya,
kalangan aparat pemerintah, intelektual dan
masyarakat sipil di kawasan Timur Tengah
memberikan masukan untuk mekanisme kerja
BMENA dan kemudian bersepakat untuk
menggerakkan BMENA secara bersama-sama.
Mekanisme kerja ini disepakati pada Januari 2004
pada saat berlangsungnya Konferensi Sana‟a dalam
Masalah Demokrasi dan HAM di Kawasan
BMENA.234
172
Timur Tengah. Mekanisme ini disebut sebagai
Democratic AssistanceDialogue (DAD). Dalam
penerapan dan penyelenggaraan aktivitasnya, DAD
digerakkan oleh tiga negara yang berperan sebagai
promotor dan penggerak kegiatan DAD, yakni
Italia, Turki dan Yaman (No Peace Without
Justice, 2004). Turki diberikan peranan untuk
menjalankan dan mendiskusikan program dialog
dalam isu gender, sedangkan Italia dan Yaman
diberikan peranan untuk menjalankan programdialog
dalam isu partisipasi politik (US Department of State,
2005).
173
yang marjinal di tengah budaya yang patriarki.
Terbangunnya hak wanita dengan baik di negara-
negara Timur Tengah memungkinkan
terbangunnya demokrasi yang lebih matang.235
174
Sepanjang keberlangsungan dan aktivisme
Turki sebagai promotor, Turki telah mengadakan
tiga kali simposium bersama dengan TESEV.
Ketiga simposium tersebut merupakan simposium
yang mengundang berbagai macam pihak,
termasuk perwakilan dari kalangan masyarakat
sipil dari negara-negara kawasan di Timur
Tengah. Dalam ketiga simposium tersebut,
dibahas berbagai macam topik, sepertitema tentang
penguatan peran wanita dalam sektor publik dan
kesetaraan gender dan partisipasi politik. Sebagai
penghujung dari ketiga simposium tersebut, pada
akhir masa bakti Turki sebagai promotor dalam
DAD, Turki beserta para negara pihak dalam
BMENA menyepakati sebuah pernyataan yang
pada intinya menyepakati pembentukan sebuah
institusi regional yang dapat menjadi learning hub
bagi negara- negara di kawasan Timur Tengah
dalam mengembangkan upaya demokratisasi dan
HAM, terutama dalam maslaha kesetaraan gender.237
237 Ibid.
175
pihak lain di dalam kawasan BMENA. Pemerintah
Turki bersama TESEV dan lembaga riset Global
Political Trends Center di Turki kembali menjadi
tuan rumah dalam FOF-BMENA yang diadakan
pada tahun 2010. Pada kesempatan tersebut,
Pemerintah Turki bersama TESEV dan Global
Political Trends Center membawa tema tentang
kolaborasi sektor privat dalam pengembangan
masyarakat dan tanggungjawab sosial (No Peace
Without Justice, 2010). Selain itu, pemerintah Turki
beserta TESEV secara aktif mencoba untuk terus
mengawal pendirian institusi gender di tingkat
kawasan Timur Tengah. Pada tahun 2009, TESEV
mempublikasikan sebuah studi pra-pembentukan
institusi gender kawasan di Timur Tengah. TESEV
melakukan studi tersebut dengan melakukan
wawancara dengan beberapa pegiat lembaga
swadaya masyarakat dan masyarakat sipil di
kawasan Timur Tengah. Dalam studi tersebut,
TESEV menyatakan bahwa perwakilan masyarakat
sipil menyetujui gagsan untuk mendirikan institusi
gender kawasan. Namun, hal yang penting
menurut TESEV adalah adanya komitmen dan
dukungan politik dari negara-negara pihak dalam
BMENA untuk mewujudkan gagasan tersebut
176
menjadi nyata.238 Sampai saat ini, institusi gender
kawasan BMENA masih belum terwujud karena
adanya halangan teknis dan kurangnya dukungan
politik dari negara-negara pihak di kawasan
BMENA.239
177
pada kondisi domestik negara yang akan diyakinkan
untuk melakukan proses demokratisasi.Dalam
melakukan pendekatan ke setiap negara-negara di
kawasan Timur Tengah, pemerintahan Turki
berkoordinasi dengan berbagai institusi pemerintah
dan non pemerintah untuk melakukan upaya
penyebaran demokrasi. Untuk melihat upaya Turki
dalam melakukanlokalisasi norma demokrasi secara
spesifik, beberapa negara akan dilihat sebagai studi
kasus, yakni Mesir dan Irak.240
a. Mesir
240 Ibid.
241 Idiz, S. (2011, September 15). PM Erdoğan's
178
In Turkey constitutional secularism is defined as the
state remaining equidistant to all religions. In a
secular regime people are free to be religio us or not.
I recommend a secular constitution for Egypt. Do not
fear secularism because it does not mean being an
enemy of religion. I hope the new regime in Egypt
will be secular. I hope that after these remarks of
mine the way the Egyptian people look at secularism
will change.
http://www.hurriyetdailynews.com/default.aspx?pageid=438&n=
pm-erdogan8217ssurprising-message-in-cairo-2011-09-15
242 Hürriyet Daily News. (2011, September 15). Erdoğan
179
pemerintah Mesir untuk membentuk pemerintah yang
akuntabel. Erdoğan mencoba untuk melakukan
grafting norma demokrasi dengan mengasosiasikan
akuntabilitas tentang pertanggungjawaban terhadap
nilai-nilai Islam. Erdoğan menyebutkan bahwa setiap
manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di
hadapan Tuhan sebagai manusia biasa, terlepas
apapun jawabannya. Oleh karena itu, sebagai Muslim
yang bertanggungjawab pada Tuhannya, Erdoğan
mengatakan bahwa pemerintahan Mesir harus
segera memulai inisiatif perubahan dengan
mendengarkan suara rakyat untuk meraih kondisi
Mesir yang lebih baik lagi.243
180
yang sedang melakukan demokratisasi di Timur
Tengah .244 Melalui TIKA, pemerintahan Turki
juga memberikan program pelatihan dalam sektor
hak asasi manusia yakni pelatihan kajian terorisme.
Pelatihan kepada penegak hukum di Mesir dalam
masalah terorisme diadakan pada tanggal 26-28
Maret 2012 untuk memastikan terjaminnya
penegakan hak asasi manusia dan hak untuk hidup
dapat diimplementasikan de ngan baik di Mesir.245
Upaya lokalisasi yang dilakukan oleh Turki di Mesir
mengundang respon yang beragam dari politisi
Mesir. Pemerintahan Mesir dibawah
kepemimpinan Morsi menyambut Erdoğan dan
inisiatif demokratisasi yang disampaikan oleh
Erdoğan dengan terbukadan menindaklanjuti
inisiatif tersebut dengan program -program
246
kerjasama bilateral lainnya.
181
dijelaskan oleh Menteri Luar Negeri Ahmet
Davuto ğlu setelah kunjungan bilateral di Mesir
ketika menemui Presiden Morsi pada tahun 2012.
Adanya inisiatif “axis of democracy” yang coba
dibangun oleh Turki dan Mesir ini memiliki tujuan
untuk membangun budaya demokrasi di Timur
Tengah, bukan sebuah inisiatif yang diadakan
sebagai strategi perlawanan atau perimbangan
terhadap negara tertentu, seperti Irak dan Israel
(POMED, 2012). Namun, adanya inisiatif untuk
membangun “axis of democracy” ini tidak disambut
dengan baik oleh bebera pa politisi Mesir,
diantaranya adalah seorang anggota parlemen Mesir
yakni Mahmoud Guzlan yang menyebutkan bahwa
konteks politik Mesir berbeda dengan konteks
politik Turki sehingga konsep Pengalaman Turki
yang dibawa oleh Erdoğan tidak dengan mudah
diadaptasi di Mesir (Hürriyet Daily News, 2011).
Lokalisasi norma demokrasi yang diupayakan di
Mesir sampai saat ini tidak berjalan dengan baik
karena tidak adanya inisiatif lokal serta aktivisme
dari pemerintah Mesir dalam mengadopsi norma
demokrasi, terutama setelah terjadinya kudeta yang
dilakukan oleh Jenderal Abdul Fattah el-Sisi pada
Juli 2013, dimana pemerintah Mesir mulai
182
mencoba untuk membuat jarak dengan pemerintahan
Turki.247
b. Irak
183
dari kelompok Sunni, Syiah, Suryani
(Asiria),Turkmen dan Kurdi.248
184
Selain itu, sekolah yang dibangun oleh institusi
Gülen juga mengajarkan beragam bahasa yang
diujarkan di daerah Irak Utara, seperti bahasa Arab
dan Kurdi, serta dua bahasa lainnya sebagai
tambahan, yakni bahasa Turki dan Inggris.250
185
sebab melalui pend idikan ala instiusi Gülen yang
menekankan konsepsi „Islam Sipil‟, umat Islam
dapat hidup secara damai dan harmoni dengan umat
beragama dan suku lain dari latar belakang yang
berbeda.252 Institusi Gülen mencoba untuk
menawarkan konsepsi Pengalaman Turki yang
disesuaikan dengan nilai-nilai lokal yang ada di
wilayah Irak sehingga konsepsi demokrasi dan hak
asasi manusia dapat diterima secara luas oleh
penduduk di Irak Utara. 253
186
Disamping memberikan bantuan tersebut,
pemerintah Turki melalui Kementerian Pendidikan
Turki serta Kementerian Luar Negeri Turki juga
secara aktif melakukan kunjungan serta melakukan
konferensi di wilayah Irak sebagai upaya untuk
mendukung pendidikan berbasis resolusi konflik
yang diadakan oleh Gülen di wilayah Irak. Menteri
Pendidikan Turki, Nimet Cubukcu,menyebutkan
bahwa inisiatif yang dibangun oleh institusi Gülen
merupakan sebuah upaya baik untuk meningkatkan
resolusi konflik di Irak dan juga membangun
hubungan yang lebih baik antara pemerintah Turki
dan Irak secara lebih baik.255 Kementerian Luar
Negeri, melalui Menteri Luar Negeri Ahmet
Davutoglu juga melihat bahwa adanya upaya resolusi
konflik yang dilaksanakan oleh institusi Gülen
merupakan sebuah inisiatif yang baik dalam
menyelesaikan instabilitas yang terjadi di Irak
setelah perang pada tahun 2003.256 Respon
pemerintah Turki terhadap inisiatif Gülen ini
187
dapat dibaca sebagai sebuah upaya kolaborasi dan
asistensi pemerintah Turki terhadap aktivitas
pendidikan dan penyebaran Gülen di wilayah Irak.257
188
1. Bersikap lebih pro-aktif terhadap penyelesaian
konflik Suriah
259 Ibid.
260 T. Oguzlu, ‘The ‘Arab Spring’ and the Rise of the 2.0
189
membuktikan bahwa demokrasi bisa diterapkan
dengan baik di negara mayoritas Muslim.
190
Menlu Turki Ahmet Davutoğlu, diberitakan
oleh Hurriyet, dikirim untuk bertemu dengan Assad
di Damaskus pada 9 Agustus 2011. Setelah
pertemuan tersebut Davutoğlu menyatakan keraguan
bahwa Damaskus akan segera menghentikan operasi
militer terhadap oposisi.263Pertemuan tersebut
merupakan bagian dari upaya pro-aktif Turki dalam
menyelesaikan konflik Suriah. Para pejabat tinggi
Turki kemudian bertemu dalam nuansa frustasi
terhadap Suriah (11/08/11). Meski demikian, pada
pemerintah Turki belum bersikap tegas seperti
meminta Assad untuk lengser ataupun berencana
untuk menarik Duta Besar Turki dari Damaskus.264
191
saudara bernuansa sektarian. Pada 20 Agustus
2011, kelompok-kelompok oposisi Suriah bertemu
di Istanbul, Turki. Kelompok tersebut
mengapresiasi dukungan Turki terhadap tuntutan
oposisi namun mempertanyakan sikap Turki yang
tidak sejalan dengan AS sebagai sekutu yang telah
meminta Assad untuk turun.265Meski melontarkan
kritik keras terhadap Assad dan tidak keberatan
atas sanksi internasional kepada rezim Suriah,
Erdoğan masih menolak opsi intervensi militer.
Erdoğan juga masih enggan meminta Assad untuk
turun seperti tuntutan beberapa negara sekutunya.
Sikap ini membuat hubungan Turki-AS sempat
dikabarkan tegang.
192
menonjolkan diri di antara kekuatan-kekuatan lain
di kawasan. Turki juga tampak tidak ingin didikte
sekutunya mengenai cara menyikapi Suriah. Meski
demikian, Turki semakin menghadapi risiko
kehilangan kredibilitas karena tidak mengikuti
komunitas internasional dalam mengecam Assad.266
193
DAFTAR PUSTAKA
194
Calleya S., M. Wohlfeld (ed), Change and Opportunities in the Emerging
Mediterranean, (Malta, University of Malta, 2012).
Canci, H., & Serkan Sen, S., The Gulf War and Turkey: Regional
Changes and Their Domestic Effects (1991-2003), International
Journal on World Peace, 2011.
Çelik, Y. (1999). Contemporary Turkish Foreign Policy.
Connecticut: Praeger.
D. Doganyilmaz, Religion in Laic Turkey: The Case of Alevis,
Quaderns de la Mediterrania, vol. 18, no. 19, 2013.
D. Mc. Dowall, A Modern History of the Kurds, I. B. Tauris and Co.,
Ltd., New York, 2004.
Dağı, I. (2001, January). Human Rights, Democratization, and the
European Community in Turkish Politics: The Özal Years,
1983-1991. Middle Eastern Studies, 37(1).
Davutoğlu, A. (2008). Turkey's Foreign Policy Vision: An
Assesment of 2007. Insight Turkey, 10(1).
___________. (2012). Principles of Turkish Foreign Policy and
Regional Political Structuring (Turkey Policy Brief No.3).
Ankara: TEPAV-IPLI.
Delegation of the European Union to Turkey, History (daring),
http://avrupa.info.tr, akses pada 19 Februari 2017.
Duff, A., Turkey’s EU accession negotiations should now be suspended
(daring), http://www.euractiv.com, akses pada 19 Februari
2017.
E. Hughes, Turkey's Accession to the European Union: The Politics of
Exclusion?, Routledge, New York, 2011.
Eligür, B. (2010). The Mobilization of Political Islam in Turkey.
Cambridge: Cambridge University Press.
Emiliano Alessandri, The New Turkish Foreign Policy and The Future of
Turkey-EU Relations, Instituto Affari Internazionali -
Documenti IAI, Februari 2010.
195
________________, The New Turkish Foreign Policy and The Future
of Turkey-EU Relations, Instituto Affari
Internazionali,Documenti IAI. Februari 2010.
Erdogan : Ekonomi Turki Terbesar Keenam di Eropa,
http://www.eramuslim.com, akses pada 19 Februari 2017.
Erhan, Ç. (2005). Broader Middle East and Northern Africa
Initiative and Beyond. Perceptions, 10(3).
F. Keles, Modernization as State-Led Social Transformation: Reflection on
the Turkish Case, Journal of Development and Social
Transformation, 2006.
G8 Research Group. (2005). 2005 Glenagles Interim Compliance
Report. Toronto: University of Toronto.
Göktepe, C. (t.thn.). The Menderes Period (1950-1960). Dipetik
Juni 17, 2014, dari The Journal of Turkish Weekly, USAK:
http://www.turkishweekly.net/article/60/themenderes-
period-1950-1960.html.
Grigoriadis, I. N. (2010, April). The Davutoğlu Doctrine and
Turkish Foreign Policy. ELIAMEP Working Paper(8).
Habibi, N., & Walker, J. W. (2011, April). What's Driving Turkey's
Reengagement with the Arab World? Middle East Brief,
Crown Center for Middle East Studies(49).
Hadza Min Fadhli Robby, Peran Turki Sebagai Norm Entreprneur
Dalam Upaya Lokalisasi Norma Demokrasi Di Timur
Tengah, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada).
Hurriyet, ‘Davutoğlu expects no swift lull in Syria’, 11 Agustus
2011, diakses dari
http://www.hurriyetdailynews.com/davutoglu-expects-no-
swift-lull-in-syria.aspx?pageID=438&n=davutogluexpects-
no-swift-lull-in-syria-2011-08-11.
_______, ‘No NATO role in Syria for now, 21 Juni 2011, diakses
dari http://www.hurriyetdailynews.com/nonato-role-in-
196
syria-for-now.aspx?pageID=438&n=no-nato-role-in-syria-
for-now-official-says-2011-06-21.
_________, ‘Syria dissidents nix armed intervention’, 21 Agustus
2011, diakses dari
http://www.hurriyetdailynews.com/syria-dissidents-nix-
armed-intervention.aspx?pageID=438&n=syria dissidents-
nix-armed-intervention-2011-08-21.
_________, ‘Turkey mulls radical moves on Syria policy’, 16
Agustus 2011, diakses
darihttp://www.hurriyetdailynews.com/turkey-mulls-
radical-moves-on-syria-
policy.aspx?pageID=438&n=turkeymulls-radical-changes-
in-syria-2011-08-16.
_________, ‘Turkey urges Syria to heed advice and stop violence’,
5 Agustus 2011, diakses dari
http://www.hurriyetdailynews.com/turkey-urges-syria-to-
heed-advice-and-
stopviolence.aspx?pageID=438&n=turkey-urges-syria-to-
heed-advice-and-stop-violence-2011-08-05.
IBP USA. (2009). Turkey Foreign Policy and Government Guide.
Washington DC: International Business Publication USA.
Idiz, S. (2011, September 15). PM Erdoğan's surprising message in
Cairo. Dipetik Juli 24, 2014, dari Hürriyet:
http://www.hurriyetdailynews.com/default.aspx?pageid=4
38&n=pm-erdogan8217ssurprising-message-in-cairo-2011-
09-15.
Johan Huizinga, Belanda, Eropa dan Genosida Armenia, Radio
Nederland, 06 Oktober, 2006.
K. Aksu, Turkey-EU Relations: Power, Politics, and the Future,
(Cambridge Scholars Publishing, Newcastle, 2012).
K. Kirisci, Migration and Turkey: the Dynamics of State, Society, and
Politics, (Cambridge University Press, Cambridge, 2008).
197
Kamrava, M. (2007). The Middle East's Democracy Deficit in
Comparative Perspective. Perspective on Global
Development and Technology, 6.
Keanggotaan Turki Mulai Dibahas,Kompas [Jakarta], 30 Juni 2005.
Keating, J. (2011, Februari 2). Erdogan's Cairo speech. Dipetik Juli
24, 2014, dari Foreign Policy:
http://blog.foreignpolicy.com/posts/2011/02/02/erdoga
ns_cairo_speechKeyman.
Kemunduran dan Kehancuran Turki Usmani, http://as-
me28.blogspot.co.id, akses pada 19 Februari 2017.
Kili, S. (1980, July). Kemalism in Contemporary Turkey.
International Political Science Review, 1(3), 381-
404.Kirisçi, K. (2011). Turkey's "Demonstrative Effect"
and the Transformation of the Middle East. Insight
Turkey, 13(2).
Kirisçi, K. (2011). Turkey's "Demonstrative Effect" and the
Transformation of the Middle East. Insight Turkey, 13(2).
Kömeçoğlu, U. (2014, Januari 12). Islamism, Post-Islamism, and
Civil Islam. Dipetik Agustus 27, 2014, dari Hudson
Institute: http://www.hudson.org/research/10032-
islamism-post-islamism-and-civil-islam
Lilik Prasaja, Reaksi Turki terhadap Konflik Suriah, Skripsi,
(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada).
M. Bogdani, Turkey and the Dilemma of EU Accession: When Religion
Meets Politics, (Palgrave Macmillan, New York, 2011).
M. Hatem, R., & Dohrmann, Turkey's Fix for the "Kurdish Problem:
Ankara's Challenges, Middle East Quarterly, vol. 20, no. 4,
2013.
Mason, W. (2012). Turki: Pos-Islamisme dalam Tampuk
Kekuasaan. Dalam A. Bubalo, G. Fealy, & W. Mason, PKS
& Kembarannya: Bergiat Jadi Demokrat di Indonesia,
Mesir & Turki (hal. 69-97). Depok: Komunitas Bambu.
198
Masyarakat Turki, https://kajiantimurtengah.wordpress.com, akses
pada 19 Februari 2017.
Meilinda Sari Yayusman, Upaya Turki dalam Memenuhi the Copenhagen
Criteria sebagai Syarat Keanggotaan Uni Eropa, Skripsi,
(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Gadjah Mada).
Minority Rights Group International, Kurds (daring),
http://www.minorityrights.org, akses pada 19 Februari
2017.
Muslim Brotherhood's Mursi declared Egypt President,
http://www.bbc.co.uk, akses pada 19 Februari 2017.
N. Goksel, Turki: Demokrasi yang Semakin Dewasa, Common
Ground News Service, (31 Juli 2007).
Nathalie Tocci, dkk. Turkey and The Arab Spring, Implications for
Tuskish Foreign Policy from Transatlantic Perpective,
Mediterranean Paper Series 2011,Oktober 2012.
Öner, S. (2013). Soft Power in Turkish Foreign Policy: New
Instruments and Challenges. Euroxinos(10).
Özkan, M. (2007). Turkey in the Islamic World: An Institutional
Perspective. Turkish Review of Eurasian Studies.
Party Programme, http://eng.akparti.org.tr, akses pada 19 Februari
2017.
Paul Amanda, & Murat Seyrek, D., Freedom of religion in Turkey: The
Alevi Issue (daring) http://www.epc.eu, akses pada 19
Februari 2017.
Petersen, M. J. (2012). Islamic or Universal Human Rights? The
OIC'S Independent Permanent Human Rights
Commission. Copenhagen: Danish Institute of
International Studies.
Peterson, Scott., RUU Perancis Memperumit Permohonan UE Turki,
Kantor Berita Common Ground, 27 Oktober 2006.
199
Phillips, C., „Into the Quagmire: Turkey‟s Frustated Syria Policy‟,
Middle East and North Africa Programme, Desember
2012, Chatam House.
PM Turki Kecam Uni Eropa, BBC News, 27 Oktober 2007.
Proses Keanggotaan Turki di Uni Eropa Bisa di Veto Perancis, Kompas
[Jakarta], 12 Oktober 2004.
Radio Nederland, Dewan Perwakilan Amerika Meninjau Kembali Mosi
Terhadap Turki,Warta Berita , 20 Oktober 2000.
_____________, Kebebasan Berpendapat dan Sopan Santun Politik,
Kolom Jean van de Kok, 17 Oktober 2006.
Ramin Ahmadov, Counter Transformation in the Center and Periphery to
Turkish Society and the Rise of Justice and Development Party,
Alternatives Journal, Vol. 7. No. 2 & 3. Summer & Fall
2008.
Recep Teyyip Erdogan, Conservative Democracy and the Globalization of
Freedom, dalam M. Sya’roni Rofii, Bulan Sabit di Benua Biru :
Redefenisi Identitas Politik dan Kepentingan Nasional Turki,
(Yogyakarta : Atavista Literacy, 2010).
Redaksi-kabarindonesia, Debat Soal Genosida Armenia,11
Oktober 2007.
Republic of Turkey Ministry of Fereign Affairs, http://www.mfa.gov.tr,
akses pada 19 Februari 2017.
Rofii, M. Sya’roni, Bulan Sabit di Benua Biru : Redefenisi Identitas
Politik dan Kepentingan Nasional Turki, (Yogyakarta : Atavista
Literacy, 2010).
Rusia, Turki Sepakati Kerjasama Perdagangan dan PLTN,
http://www.voanews.com, akses pada 19 Februari 2017.
S. Idiz, Turkey’s Alevi Question, http://www.almonitor.com, akses
pada 19 Februari 2017.
Sanksi Tidak Mempan, Turki-Iran Makin Mesra,
http://indonesian.irib.ir, akses pada 19 Februari 2017.
200
Sejarah Negara Republik Turki, http://www.intipsejarah.com, akses
pada 19 Februari 2017.
Sharp, J. M. (2005). The Broader Middle East and Northern Africa
Initiative: An Overview.Washington D.C.: Congressional
Research Service.
T. Köse, The AKP and the "Alevi Opening": Understanding the Dynamics
of the Reapproachement, Insight Turkey, vol. 12, no. 2, 2010.
T. Oguzlu, ‘The ‘Arab Spring’ and the Rise of the 2.0 Version of
Turkey’s ‘zero problems with neighbors’ Policy’, SAM
Papers, No 1 Februari 2012, Center for Strategic Research,
Departemen Luar Negeri Republik Turki.
T.C. Dişişleri Bakanlığı Yayını. (2007). Horizons of Turkish
Foreign Policy in New Century.Ankara: Hayat.
TESEV. (2006). Democracy Assistance Dialogue: Empowering
Women in Public Life (2005-2006 Conference Almanac).
Istanbul: TESEV Publications.
Timeline Arab Spring, A brief summary of key events up until December 23,
2011, http://www.pcr.uu.se, akses pada 19 Februari 2017.
Tocci, N. (2011). Turkey's European Future: Behind the Scenes of
America's Influence on EU-Turkey's Relations. New York
City: New York University Press.
Today's Zaman: http://www.todayszaman.com/news-342340-
why-one-shouldnot-vote-for-the-akp-by-ahmet-t-kuru-
.html
Tom Lastnit, Rejeb Tayyib Erdogan, (China: Chelsea House
Publisher’s, 2005).
Tür, Ö. (2013). Turkey's Changing Relations with Middle East:
New Challenges and Opportunities in the 2000s. Dalam E.
Canan-Sokullu (Penyunt.), Debating Security in Turkey:
Challenges and Changes in the Twenty-First Century (hal.
123-140). Lanham, MD: Lexington Books.
201
Turkey Ruling Party Wins Election With Reduced Majority,
http://www.bbc.co.uk, akses pada 19 Februari 2017.
Turkey's Position in the Iraq Operation: Bridge or Barrier?,
http://cns.miis.edu, akses pada 19 Februari 2017.
Turkish Cooperation and Coordination Agency. (2012). Turkey
Development Assistance 2012.Ankara: Turkish
Cooperation and Coordination Agency.
Turkish Cooperation and Coordination Agency. (2013). TIKA
2012 Annual Report. Ankara: Biltur Basım Yayın ve
Hizmet A.Ş.
Turkish Cooperation and Coordination Agency. (2013). TIKA
2012 Annual Report. Ankara: Biltur Basım Yayın ve
Hizmet A.Ş.
Turkish General Election, 2002, Wikipedia, the Free Enciclopedia,
http://en.wikipedia.org, akses pada 19 Februari 2017.
Turkish General Election, 2007, Wikipedia, the Free Enciclopedia,
http://en.wikipedia.org, akses pada 19 Februari 2017.
Turkish General Election, 2011”Wikipedia, the Free Enciclopedia,
http://en.wikipedia.org, akses pada 19 Februari 2017.
UNDP. (2002). Arab Human Development Report 2002. New
York: United Nations Publications.
V. Morelli, European Union Enlargement: A Status Report on Turkey’s
Accession Negotiations (daring), http://www.ab.gov.tr, akses
pada 19 Februari 2017.
White, J. B.,Islam and Politics in Contemporary Turkey, Turkey in the
Modern World, in K. Resat (ed.), Cambridge History of
Turkey, (Cambridge University Press, Cambridge, 2008).
Witnesses Report Rioting in Tunisian Town, http://www.reuters.com,
akses pada 19 Februari 2017.
Y. Ensaroglu, Turkey's Kurdish Question and the Peace Prosess, Insight
Turkey, vol. 15, no. 2, 2013.
202
Yavuz, M. H. (2009). Secularism and Muslim Democracy in
Turkey (Cambridge Middle East Studies). Cambridge:
Cambridge University Press.
Yilmaz, I. (2010). Civil Society and Islamic NGOs in Secular
Turkey and Their Nationwide and Global Initiatives: The
Case of the Gülen Movement. Journal of Regional
Development Studies.
Zine al-Abidine Ben Ali forced to flee Tunisia as protesters claim victory,
http://www.guardian.co.uk, akses pada 19 Februari 2017.
203
TENTANG PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN
204
Saat tulisan ini dibuat, saya sedang menempuh program
pascasarjana di Fakultas Hukum UGM Yogyakarta. Gelar
Sarjana Hukum (S.H.) saya dapatkan dari Prodi Ilmu
Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
pada tahun 2017. Saya berhasil menyelesaikan program
sarjana saya dalam waktu 3,8 tahun dengan
IPK Cumlaude.
PENGALAMAN ORGANISASI
205
Anggota KPS (Peradilan Semu) Ilmu Hukum UIN Sunan
Kalijaga
Anggota SABARAKU (Organisasi Rantau Kabupaten
Kuningan)
Anggota IPMK (Ikatan Pelajar Mahasiswa Kuningan)
Anggota PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)
Pemimpin Redaksi Buletin Jum'at JUMUAH
Pendiri portal online Bahasa Rakyat (BR)
Anggota Unit KWU HMP UGM (Unit Kewirausahaan)
Anggota di bidang hukum KKI (Komunitas Keluarga
Inklusi) Yogyakarta
KONTAK
206