Anda di halaman 1dari 5

SULTAN MAHMUD II

NAMA : RISMA AMALIA


KELAS : XI IPS 3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. Yang sudah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Pendidikan agama islam ini dengan
baik serta tepat waktu. Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Sultan
Mahmud II sebagai salah satu pembaru Islam dari Turki. Mudah-mudahan makalah yang
kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami
menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh sebab itu,
kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Guru mata pelajaran PAI. Kepada
pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta
waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
BAB I : BIOGRAFI SINGKAT

Sultan Mahmud II lahir di Konstantinopel, Kekaisaran Ottoman, pada 20 Juli 1785. Ia


merupakan putra bungsu dari Sultan Ottoman ke-27, Abdul Hamid I, dan istrinya, Naksidil
Sultan. Pada 1808, ketika Mahmud II berusia sekitar 23 tahun, terjadi sebuah konflik di
dalam istana, di mana saudara tirinya, yakni Mustafa IV, membuat rencana eksekusi untuk
sepupunya, Sultan Selim III. Pemimpin pemberontakan adalah Alemdar Mustafa Pasha, yang
kemudian menjadi menteri Mahmud II. Dalam peristiwa ini, Selim III wafat, sementara
Mahmud II disembunyikan oleh ibunya agar tidak menjadi korban selanjutnya. Tidak lama
kemudian, Mustafa IV berhasil digulingkan dan Sultan Mahmud II diangkat menjadi khalifah
pada 1808.
Pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud II, Turki dan Rusia masih berperang. Barulah
pada tahun ketiganya, konflik dengan Rusia di perbatasan wilayah Utsmaniyah mulai
berkurang. Hal ini karena saat itu, Napoleon I dari Perancis menyatakan perang terhadap
Rusia dan memulai invasinya terhadap negara tersebut. Dalam invasinya, Napoleon turut
mengundang Mahmud II untuk bekerja sama dengannya. Namun, tawaran tersebut ditolak
oleh Mahmud II karena Napoleon, yang saat itu sudah menguasai seluruh Eropa kecuali
Inggris dan Kekaisaran Ottoman, dianggap tidak bisa dipercaya. Akibatnya, sempat terjadi
selisih paham antara Napoleon dengan Mahmud II, yang kemudian diakhiri dengan
Perjanjian Bukares pada 1812. Lewat perjanjian ini, Kesultanan Utsmaniyah menyerahkan
sebagian timur Moldavia, yang kemudian nama daerahnya diganti menjadi Bessarabia di
Moldova.
Aspek terpenting yang dilaksanakan Mahmud II dalam bidang pemerintahan adalam
merombak sistem kekuasaan di tingkat penguasa puncak. Menurut tradisi kerajaan Usmani,
raja-raja Turki bergelar sultan dan khalifah sekaligus. Sultan menguasai kekuasaan duniawi
dan khalifah berkuasa di bidang agama atau spiritual. Dalam melaksanakan kedua kekuasaan
tersebut, Sultan dibantu oleh dua pegawai tinggi yaitu sadrazam yang bertugas menangani
urusan pemerintahan dan syaikh al-Islam yang bertugas menangani urusan keagamaan.
Keduanya tidak mempunyai hak yang sama dalam soal pemerintahan dan hanya
melaksanakan perintah sultan. Sepanjang sejarah kerajaan Usmani, Sultan Mahmud II lah
yang pertama kali secara tegas mengadakan perbedaan antara hukum agama dan hukum
dunia. Hal ini pada masa-masa selanjutnya akan membawa hukum sekuler disamping hukum
syari’at di kerajaan Usmani.
Sultan Mahmud II juga dikenal sebagai sultan yang tidak mau terikat pada tradisi dan tidak
segan-segan melanggar adat kebiasaan lama, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para
sultan sebelumnya. Yang menganggap diri mereka lebih tinggi dan tidak pantas bergaul
dengan rakyat sehingga menjauhkan diri dari masyarakat umum. Mengganti pengganti
seenaknya dan sekehendak hatinya juga dihilangkan. Penyitaan negara terhadap harta orang
yang dibuang atau yang dihukum mati juga ditiadakan. Kekuasaan gubernur untuk
menjatuhkan hukuman mati dengan isyarat tangan juga dihapuskan. Hukuman bunuh hanya
dapat dikeluarkan oleh hakim, sehingga kekuasaan-kekuasaan luar biasa yang menurut tradisi
dimiliki oleh penguasa-penguasa Usmani dibatasi. Tradisi-tradisi yang bersifat aristokratif ini
dirombak oleh Sultan Mahmud II dengan mengambil sifat demokratis, dan ia selalu tampil
dalam upacara-upacara resmi kerajaan.

BAB II : PEMBARUAN

Kekacauan politik dan krisis pemerintahan yang terjadi di Turki melahirkan suatu pemikiran
dari para penguasa dan intelektual Turki dengan mengadakan pembaruan-pembaruan di
bidang politik dan pemerintahan yang sesuai dengan pola Eropa. Pada saat yang sama Eropa
justru menemukan berbagai kemajuan, antara abad ke-16 dan akhir abad ke-18. Hal ini
membuat sebagian Dunia Islam (utamanya Timur Tengah) yang terisolasi secara politis,
ekonomi, dan peradaban khususnya, kerajaan Turki merasakan adanya kebutuhan untuk
melakukan transformasi ilmu pengetahuan dari Barat. Program pembaruan yang dilakukan
untuk menandingi Barat, baru di mulai pertama kali oleh Sultan Mahmud II (1808-1839),
yang embrionya telah ada pada masa akhir kepemimpinan Sultan Salim III. Pembaruan-
pembaruan yang dilakukan Mahmud II adalah: Pertama, untuk: meningkatkan kecakapan
militer dengan cara membentuk Korp. Tentara baru di luar Jenissari pada tahun 1826. Kedua,
merasionalisasi administrasi. (birokrasi). Ketiga, mendirikan sekolah-sekolah umum yang
berorientasi ke Barat. Keempat, melemahkan oposisi ulama konservatif melalui pencabutan
otonomi administrasi lembaga keagamaan dan sistem lembaga keagamaan diperbarui, juga
menerapkan konsep sentralisasi negara yang lebih radikal. Pembaruan yang dilaksanakan
pada periode Sultan Mahmud II adalah lanjutan dari awal abad ke-17 kerajaan Turki, yang
telah mulai memperdebatkan cara terbaik bagi progam restorasi integritas politik dan
efektivitas kekuatan militer yang dimiliki kerajaan yang pada awalnya berlandaskan pada
aturan yang digariskan Sultan Sulaiman yang menentang kemungkinan kekuatan Kristen
Eropa atas Turki. Akan tetapi, Sultan Mahmud II (dan para modernis) menganggap perlunya
kerajaan Turki untuk mengadopsi metode yang dimiliki bangsa Eropa dalam pendidikan
kemiliteran, organisasi dan administrasi untuk menciptakan suatu perubahan di bidang
pendidikan, ekonomi dan sosial yang mendukung terbentuknya negara modern. Dampak
dalam pembaruan Sultan Mahmud II adalah, diciptakannya pendidikan sekuler dan tentara
model Eropa : Sehingga menyebabkan berakhirnya supremasi syari’ah penyusunan
kebijaksanaan negara.
BAB III : PENUTUP

Pada abad kesembilan belas di Kerajaan Ismani raja yang menjadi pelopor pembaruan adalah
Sultan Mahmud II. La mengubah tradisi masyarakat dasi tradisi feodal menuju masyarakat
modern dengan mengambil peradaban Barat/Eropa secara menyeluruh. Sultan Mahmud II
mengadakan pembanian penting dalam bidang militer, pendidikan, hulum, pemerintahan, dan
budaya

Dengan adanya pembaruan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II tersebut, maka dunia
Islam secara umum dapat sejajar dengan kemajuan Barat, dan secara khusus di Turki Usmani
pada zamannya. Dan yang paling mendasar dalam pembaruannya adalah memisahkan antara
urusan agama (akhirat) dan urusan dunia

Anda mungkin juga menyukai