Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

Keruntuhan dahsyat yang diderita dunia Islam, baik di timur (Baghdad)


maupun di barat (Andalusia) tidaklah mengurangi semangat juang kaum Muslim
untuk bangkit kembali. Semua peristiwa jatuhnya dunia Islam tersebut
dikarenakan serbuan Salibiyah dari barat oleh kaum Kristen Europa dan dari timur
oleh bangsa Tartar-Mongol. Dan kemudian pengusiran total kaum Muslimin dari
seluruh wilayah Europa Barat ialah Spanyol (Andalus).
Pemerintah Abbasiyah yang memegang kuasa atas dunia Islam selama
kurang lebih lima abad lamanya, mengahadapi kehancurannya di bawah injakan
kaki tentara Tartar yang berkuasa dengan sangat kejam.
Kota Baghdad menjadi timbunan mayat kaum Muslimin, mulai dari
pahlawan sampai rakyat biasa. Sedangkan masjid-masjidnya yang indah dan
gedung-gedungnya yang megah hangus habis menjadi abu, karena pembakaran
umum.
Justru di masa-masa yang sangat menyedihkan itu, suatu kabilah Turki
yang gagah berani di bawah pimpinan Sultan Sulaiman Syah telah menunjukkan
kebolehannya menahan banjir besarnya tentara Tartar yang sedang menyerbu
daerah-daerah Islam.
Barulah sekitar seperempat abad (25 tahun) sesudah jatuhnya kota
Baghdad, pada tahun 680 H, muncullah seorang yang gagah berani Sultan Utsman
yang mampu menundukkan segala musuh dan segala rintangan yang dihadapi
pengikutnya. Hingga akhirnya berdirilah suatu kerajaan baru yang kemuadian
dikenal kerajaan Utsmani-Turki. Dimana berdirinya di atas kerajaan Saljuk
peninggalan Sultan Alauddin.
Dari sudut pandang inilah, pemakalah akan mengupas sebagian perjalanan
khalifah daulah Usmaniyah ini dari sisi dakwah yang dijalani selama berkuasa,
sekiranya tidak mengurangi data-data dari buku yang pemakalah kupas.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Turki Utsmani


Dinasti ini berasal dari suatu kabilah yang hidup di Turkistan, di bawah
pimpinan Sulaiman Syah. Kabilah Turki ini berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain menghindari bangsa Mongol, dan akhirnya mengembara di Asia
Kecil.1 Akan tetapi di tengah perjalanan, tepatnya di daerah perbatasan Halb,
Sulaiman Syah meninggal dunia, sehingga rombongan pengembara tersebut
menjadi bimbang, apakah terus melanjutkan pengembaraanya atau pulang kembali
ketempat asal mereka. Rombongan tersebut akhirnya pecah menjadi dua
kelompok, kelompok yang kembali pulang dan kelompok yang terus melanjutkan
perjalanan. Kelompok kedua ini memilih Arthogrol, sebagai pemimpin mereka.
Sesampainya di Asia Kecil rombongan Arthogrol mengabdikan diri kepada Sultan
Alauddin II yang mana saat itu kebetulan sedang berperang dengan Byzantium,
maka Arthogrol bersama rombongannya segera membantu pasukan tentara
Alauddin. Berkat bantuan Arthogrol dan rombongannya,akhirnya pihak Alauddin
berhasil mengalahkan pihak tentara musuh. Atas jasa baik Arthogrol dan
rombongannya itu Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil
yang berbatasan dengan Byzantium dan dibiarkan memperluas wilayahnya
merambah ke wilayah musuh. Sejak saat itu mereka terus membina wilayah dan
daerah barunya dan mereka memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya.
Pada tahun 1258 M, Arthogrol di karuniai seorang putra yang diberi
nama  Utsman. Anak tersebut mendapat didikan dan latihan militer secara
langsung dari Arthogrol, sehingga dia menjadi seorang tulang punggung yang
terpercaya dalam menghadapi berbagai peperangan dan dalam membina
administrasi pemerintahan. Ketika perang salib meletus Byzantium ikut terlibat,
dengan begitu maka pemerintahan Utsmani mendapat kesempatan baik untuk
membina stabilitas wilayah dan pemerintahannya.2 Dibawah pimpinan Utsman,
Utsman mendirikan Dinasti baru pada tahun 1300M.Usman inilah pendiri Dinasti
Usmaniyah Turki yang didirikan diatas puing-puing kesultanan Saljuk. Dengan
timbulnya Dinasti Usmaniyah dapatlah islam kembali menunjukkan
1
Musyarifah Sunanto. Sejarah Islam Klasik. KENCANA: Jakarta. 2007. Hal 240.
2
Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam (Imperium Turki Usmani). Kalam Mulia: Jakarta.  Hal 02

2
kegagah perkasaan yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan
yang lama sampai kepermulaan abad XX ini. 3

B. Periode Dinasti Turki Utsmani


Arthogrol ayah Utsman meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan
dilanjutkan oleh putranya, Utsman. Dan Utsman inilah yang di anggap sebagai
pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun1290 M-1326 M.
Sebagaimana  ayahnya, ia banyak bekerja kepada Sultan Alauddin II dengan
keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan
kota Broessa. Pada tahun 1300M, bangsa Mongol menyerang kerajaan saljuk dan
Sultan Alaudin II terbunuh. Kerajaan saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam
beberapa kerajaan kecil.Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa
penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan
berdiri dan memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama
“Kesultanan Utsmani” yang terambil dari namanya sendiri Utsman. Penguasa
pertamanya adalah Utsman yang sering disebut juga Utsman I. 4
Pada periode ini perluasan wilayahpun terus dilakukan, hingga akhirnya
perluasan wilayah merambah ke Eropa.Pada tahun 1362 M, Dinasti Utsmaniyah
dapat menaklukan kota Adiranopel. Kemudian sejak tahun 1366 M, kota tersebut
dijadikan ibu kota pemerintahan Utsmani samapi kota Konstantinopel dapat
mereka taklukan. Kemajuan dan perkembangan kerajaan Utsmani yang demikian
luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan
dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan.


Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama, adalah orang-
orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan
luas.Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Utsmani mencapai masa keemasanya
itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinya. Masih
banyak factor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting

3
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2010. Hal 130
4
Ibid. Badri Yatim. Hal 1

3
diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan
militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.5
2. Bidang Ilmu pengetahuan dan Budaya.
Kebudayaan turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam
kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari
kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata
krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak
mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip
ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari
bangsa Arab. Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal sebagai bangsa yang
suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima
kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan
kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomaden yang
hidup di dataran Asia Tengah.6

3. Bidang Keagamaan.
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam
lapangan sosial dan politik.Masyarakat di golong-golongkan berdasarkan agama,
dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi
hokum yang berlaku.Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan
besar dalam kerajaan dan masyarakat.Mufti, sebagai pejabat urusan agama tinggi,
berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi
masyarakt. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hokum kerajaan bias tidak berjalan.
Pada masa turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang
paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi.Kedua tarekat ini
banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer.Tarekat bektasyi mempunyai
pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka
sering disebut tentara Bektasyi, sementara taerekatMaulawi mendapat dukungan
dari para pengusaha dalam mengimbangiJenissari Bektasyi.7
Hingga pada akhirnya separuh wilayah Dinasti Utsmaniyah adalah
Eropa. Maka tidak heran kalau Utsmaniyah kemudian terpengaruh oleh kondisi
5
Ibid. Badri Yatim. Hal 1
6
Ibid. Badri Yatim. Hal 136
7
Ibid. Badri Yatim. Hal 137

4
Eropa. Dan terjadi keseimbangan antara kekuatan Utsmaniyah dengan kekuatan
Barat. Kemudian pada tahun 1566-1674 M di anggap sebagai permulaan
keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasanya.
Adapun factor-faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Utsmaniya
ialah:
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan Turki Utsmani tidak beres, padahal
wilayah kekuasaan dinasti ini sangat luas. Di pihak lain, para penguasa
terus berambisi memperluas wilayah, sehingga sering terjadi
peperangan
2. Penduduk yang heterogen
Turki Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas dan
penduduknya yang beragam, baik dari segi agama, ras maupun adat-
istiadat. Untuk mengaturnya, diperlukan satu lembaga khusus.
3. Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sultan Sulaiman Al-Qanuni, Ustmani diperintah oleh
sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun
kepemimpinan. Akibatnya, pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan
tersebut tidak pernah teratasi secara sempurna, bahkan semakin lama
semakin parah.
4. Budaya Korupsi
Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi di dalam
pemerintahan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh
seseorang harus “dibayar” dengan sogokan  kepada orang yang berhak
memberikan jabatan tersebut. Budaya korupsi ini mengakibatkan
dekadensi moral semakin merajalela yang membuat pemerintahans
semakin rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenisseri
Kemajuan ekspansi Turki Utsmani dipengaruhi oleh tentara
Jenisseri. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau
tentara ini memberontak. Pemberontakan Jenisseri terjadi sebanyak
empat kali yaitu  pada tahun 1525, 1632, 1727, dan 1826 M.

5
6. Merosotnya Perekonomian
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian Negara
merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja Negara sangat
besar, termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan
Turki Utsmani kurang berhasil dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, karena hanya mengutamakan pengembangan militer.
Perkembangan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu
pengetahuan, sehingga tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh
yang lebih maju.8

C. Perkembangan Dakwah Pada Masa Dinasti Turki Usmani

8
Samsul Munir Amin. Sejarah Dakwah. Amzah: Jakarta. 2014. Hal 152

6
Pada periode pertengahan, dunia islam ditandai oleh dua masa: masa
kemunduran (1250-1500 M) dan masa kemajuan kedua tiga kerajaan besar: 1500-
1800 M munculnya tiga kerajaan besar di dunia islam pada periode pertengahan,
yaitu : kerajaan usmani diturki, kerajaan safawi di persia, dan kerajaan mughol di
india tidak dapat membangun sistem politik islam yang kuat sebagaimana masa
sebelumnya. Sebab ketiga kerajaan besar itu saling melakukan peperangan, baik
disebabkan oleh faktor politik ataupun faktor agam (perbedaan faham teologis).
 Pada periode pertengahan dunia islam masih dapat melakukan perluasan
wilayah kekuasaanya, terutama tiga kerajaan besar itu, dan hal demikian masih
membawa keberhasilan kepada perkembangan dakwah islam sebab konversi
kepada islam terhadap penduduk wilayah-wilayah yang dikuasai tiga kerajaan
besar itu, mereka memeluk agama islam dan meninggalkan agama semula untuk
pindah kepada agama islam.
Kerajaan Turki Usmani pada masa sultan al-fatih (1451-1481 M)
mengalahkan kerajaan binzaitum dan menduduki wilayah istambul tahun 1453 M
sehingga ekspansi Turki Usmani ke arah barat berjalan lebih lancar.
Pada masa kekuasaannya, Turki Usmani memiliki wilayah kekuasaan
yang luas meliputi: asia kecil, armenia, irak, syuria, hejaz, yaman, mesir, libia,
tunis, dan Al-jazair, seria kekuasaan islam wilayah barat meliputi bulgeria,
yunani, yugoslavia, albania, hongaia, dan rumania. Wilayah-wilayah kekuasaan
turki itu sekaligu merupakan wilayah-wilayah sasarn dakwah islam sehingga
risalah islam menyebur luas kedaerah-daerah kekuasaan Turki Usmani.
Hal demikian, menunjukkan keberhasilan dakwah islam dalam bentuk
konversi massal. Kerajaan usmani juga membangun sarana dakwah islam seperti
membangun beberapa masjid. Dibarat dibangun masjid aya sofia yang semula
adalah gereja dirubah menjadi masjid terkenal, masjid sulaiman di istambul,
masjid dalam bentuk aristik ottoman di turki, masjid Muhammad Ali di kairo, dan
masjid-masjid lainnya.
Ketika turki mengalami kemundurannya pada abad ke-17 M. Muncul
pemberontakan-pemberontakan, seperti di syuria libanon dan daerah-daerah lain
sementara kedudukan sultan harem.kelemahan usmani dimanfaatkan oleh barat,

7
sebab wilayah kekuasaan usmani, seperti yunani (1829 M), rumania (1856 M) dan
daerah-daerah lain mengikutinya. Pada masa perang dunia I wilayah kekuasaan
Turki Usmani hanya mencakup asia kecil dan sebagaian kecil dalam eropa timur.
Kejatuhan-kejatuhan kerajaan turki merupakan sebuah proses sejarah
panjang dan tidak terjadi secara tiba-tiba. Dalam sejarahnya selama lima abad
(akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-19) kerajaan Turki Usmani mengalami
pasang surut. Di satu sisi, sebuah sistem politik yang diwarisi dari pendahulunya,
turki saljuq enjadikan kerajaan adalah milik keluarga kerajaan dan menjadikan
sultansebagai sentral kekutan politik, membuat kerajaan ini begitu rentan terhadap
faktor-faktor kejatuhan sebuah dinasti.
Bahkan pada tahun 1924 Turki Usmani lenyap karena desakan berdirinya
negra republik turki. Dengan demikian akhir kerajaan usmani berati mengakhiri
sistem khalifahan didunia islam yang berkhir tahun 1924 M.
Khilafah daulah Utsmaniyah tercatat memiliki sekitar 30 orang khalifah,
yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke 13 Masehi. Selama
masa kekhalifahan daulah Utsmaniyah dipimpin khalifah yang silih berganti.
Struktur dakwah pada masa daulah Utsmaniyah meliputi unsur-unsur
dakwah sebagai berikut:
1. Da’i
Kehidupan Utsman I, pendiri dinasti Utsmani dari tahun 699-726
H, adalah kehidupan yang dipenuhi dengan jihad dan dakwah di jalan
Allah. Beliau bersifat al-ulama wa al-umara, karena selain sebagai ulama
beliau pun sebagai pemimpin pada daulah ini. setelah beliau wafat
generasi selanjutnya diteruskan oleh anaknya yang bernama Sultan Orkhan
bin Utsman, yang berkuasa dari tahun 726-761 H.
Setelah Sultan Orkhan meninggal, pemerintahan dilanjutkan oleh
beberapa orang khalifah diantaranya:
Sultan Murad I (761-791 H), Sultan Bayazid I (791-805 H), Sultan
Muhammad I (781-824 H), Sultan Murad II (824-855 H), Sultan
Muhammad Al-Fatih (831-886 H), sultan Bayazid II (886-918 H), Sultan
Salim I (918-926 H), Sultan Sulaiman Qanuni (926-974 H), Sultan Salim
II (974-982 H), Sultan Murad III (982-1003 H), Sultan Muhammad III

8
(1003-1012 H), Sultan Ahmad I (1012-1026 H), Sultan Mustafa I (1026-
1027 H), Sultan Utsman II (1027-1031 H), Sultan Murad IV (1032-1049
H), Sultan Ibrahim bin Ahmad (1049-1058 H), Sultan Muhammad IV
(1058-1099 H), Sultan Sulaiman II (1099-1102 H), Sultan Ahmad II
(1102-1106 H), Sultan Mustafa II (1106-1115 H), Sultan Ahmad III
(1115-1143 H), Sultan Mahmud I (1143-1168 H), Sultan Utsman III
(1168-1171 H), Sultan Mustafa III (1171-1187 H), Sultan Abdul Hamid
(1187-1203 H), Sultan Salim III (1203-1222 H), Sultan Mahmud II (1223-
1255 H), Sultan Majid I (1255-1277 H), Sultan Abdul Aziz I (1277-1293
H), Sultan Murad V (1293-1293 H), Sultan Abdul Hamid II (1293-1328
H).
Beberapa khalifah yang lemah pada masa itu antara lain:
Sultam Mustafa I. Sultan Utsman II, Sultan Murad IV, Sultan
Ibrahim bin Ahmad, Sultan Muhammad IV, Sultan Sulaiman II, Sultan
Ahmad II, Sultan Mustafa II, Sultan Ahmad III, Sultan Mahmud I, Sultan
Utsman III, Sultan Mustafa III, Sultan Abdul  Hamid  I.
Sifat seorang da’I pada masa itu tidak semua memiliki sifat al-
ulama dan al-umara. Namun ada yang bersifat al-ulama saja atau yang
bersifat al-umara, bahkan yang bersifat al-ulama wa al-umara’pun ada.
Maka itu sifat yang bercorak adalah al-ulama, al-umara, dan al-ulama wa
al-umara.

2. Mad’u
Kondisi mad’u pada masa daulah Utsmaniyah umumnya bersifat
al-ummah, karena pada masa daulah ini, masih banyak yang belum
menerima Islam sebagai agamanya. Akan tetapi, dari dinasti sebelumnya
sudah banyak pula yang sudah menerima Islam. Jadi, corak mad’u pada
masa daulah Utsmaniyah yaitu mad’u ijabah dan ummah.
 
3. Materi
Materi yang diterapkan pada masa daulah Utsmaniyah meliputi
akidah, syariah dan muamalah. Di mana pada masa Utsmaniyah materi-
materi seperti fiqih, tata cara membaca Al-Qur’an, berwudhu dan lain-lain,

9
lebih dipermantap lagi penerapannya. Pada masa ini ketahuidan (meng-
Esa-kan) pun di tanamkan pada umatnya.

4. Metode
Pada masa Utsmaniyah ada beberapa macam metode yang
digunakan dalam berdakwah antara lain:
a. Ekspansi
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi
atau perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan salah satunya
meliputi kawasan Eropa dan Asia Kecil. Masih banyak negara-
negara lain yang menjadi kekuasaan di bawah daulah
Utsmaniyah ini.
b. Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan
cara menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan
penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan
menggunakan lisan. Para ulama melakukan dakwahnya di
masjid-masjid.
c. Metode Kelembagaan
Pada masa daulah Utsmaniyah banyak dibangun masjid,
sekolah, rumah sakit, jembatan, dan tempat berlindung . Selain
itu, pekerjaan penting yang dilakukan adalah dibentuknya
militer Islam yang kuat dan memasukkan sistem khusus dalam
kemiliteran yang berasaskan Islam.
d. Metode Missi (Bi’tsah)
Penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan
dengan cara mengutus para da’i. Pada masa ini dilakukan
penjagaan di wilayah-wilayah perbatasan Romawi dan
mencegah serangan yang mungkin datang menyerbu kekuatan
Islam sejak masa pemerintahan Abbasiyah.

e. Metode Tanya-Jawab

10
Metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya jawab
untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman materi
dakwah. Metode ini biasanya bersamaan dengan metode
caramah, jadi ketika mad’u tidak memahami bisa langsung
bertanya. Sehingga adanya hubungan timbale balik antara da’I
dan mad’u.
f. Metode Bimbingan Konseling
Dari dinasti-dinasti sebelumnya telah diajarkan tata cara
shalat, cara membaca Al-Qur’an dan kajian kitab. Pada masa
Utsmaniyah ini pengajaran pun lebih di matangkan atau
dipermantap bagi yang sudah biasa dan yang belum
mengetahui.
g. Metode Keteladanan
Khalifah Ustmaniyah ini mempunyai sifat yang pemberani,
bijaksana, ikhlas, sabar, daya tarik keimanan, adil, memenuhi
janji,dermawan, ikhlas karena Allah dalam setiap penaklukan.
Karena sifat kepemimpinan ini, maka banyak orang yang
terpengaruh dengan kepribadiannya, sehingga banyak yang
masuk dan memeluk agama Islam.
h. Metode Propaganda
Metode propaganda adalah suatu upaya untuk menyiarkan
Islam dengan cara mempengaruhi dan membujuk massa.
Metode ini masih digunakan karena belum semua kaum
memeluk agama Islam.
i. Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran
antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang benar.
Sebagai contoh, perwakilan negeri-negeri Eropa berkumpul di
Istanbul. Mereka mengajukan usulan-usulan pada pemerintahan
Utsmani. Beberapa usulan penting itu adalah membagi negeri

11
Bulgaria menjadi dua wilayah. Namun usulan ini tidak
disetujui oleh Utsman.
j. Metode Karya Tulis
Metode ini masuk dalam kategori dakwah bi al-qalam.
Tanpa tulisan dunia akan lenyap dan punah. Pada masa
Utsmani upaya-upaya manipulatif sejarawan musuh-musuh
Islam, khususnya terhadap sejarah khilafah Utsmaniyah
dihadang sekelompok intelektual dan sejarawan umat. Dimana
mereka berusaha membantah semua tuduhan yang dilakukan
oleh sejarawan musuh-musuh Islam itu dan membela
pemerintahan Utsmani. Salah satu buku yang paling menonjol
dalam melakukan bantahan ini adalah buku yang ditulis oleh
Dr. Abdul Aziz Asy-Syanawi yang ditulis dalam tiga jilid besar
dengan judul Al-Daulat Al-Utsmaniyah Daulat Muftara ‘Alaihi
dan buku-buku bermutu lainnya yang ditulis oleh Dr.
Muhammad Harb seperti, Al-Utsmaniyyun fi Al-Tarikh wa Al-
Hadharah dan lain-lain.
k. Metode Silahturahmi (Home Visit)
Metode silahturahmi, yaitu dakwah yang dilakukan dengan
mengadakan kunjungan kepada suatu mad’u tertentu dalam
rangka menyampaikan isi dakwah kepada mad’u. metode ini
dapat dilakukan melalui silaturahim, menengok orang sakit,
ta’ziyah dan lain-lain. Jadi dengan dilakukannya metode inilah
yang disebut metode home visit.
l. Metode korespondensi
Metode korespondensi adalah metode melalui surat-surat. Jadi
sebelum da’I di kirim ke daerah itu, terlebih dahulu di kirim
surat sebagai pengantar.

12
5. Media
Media yang digunakan pada masa daulah Utsmaniyah ini diantaranya
adalah:
a. Sekolah-sekolah
Karena pada masa ini khalifah cinta akan ilmu, maka
dibangunnya sekolah-sekolah agar orang-orang dapat
berpengetahuan. Pendidikan diberikan secara gratis, sedangkan
materi yang diajarkan adalah meliputi tafsir, hadist sastra,
balaghah, ilmu-ilmu kebahasaan, arsitektur dan lain-lain. Maka
dari sinilah ilmu-ilmu semakin berkembang dan kita sebagai umat
penerusnya bisa merasakan ilmu-ilmu yang telah diajarkannya.
b. Masjid
Masjid pada masa ini juga merupakan tempat pendidikan,
yang mana pendidikan yang diajarkan Al-Qur’an, hadist, tafsir dan
lain-lain. Masjid juga tempat dilakukannya untuk berdakwah
dengan metode ceramah.
c. Rumah Sakit
Di setiap klinik ini di tempatkan dokter dengan tambahan
dokter-dokter spesialis di bidangnya seperti ahli penyakit dalam,
ahli bedah dan ahli farmasi. Pada masa inilah semua telah di
kembangkan dengan telah banyaknya pengetahuan yang ada dan
semakin berkembang.
d. Media Cetak
Pada masa ini banyak buku-buku yang diterjemahkan dari
bahasa Yunani, Persia dan Arab ke dalam bahasa Turki. Salah satu
buku yang diterjemahkan itu adalah Masyahir Al-Rijal (Orang-
orang terkenal) karya Poltark dan masih banyak lainnya. Dengan
adanya penerjemahan buku-buku ini otomatis adanya media cetak
untuk mencetak hasil terjemahan ini, dan juga adanya percetakan
uang karena uang pada masa ini juga digunakan untuk kebutuhan.

13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Utsman adalah pendiri daulah Utsmaniyah, yang berdiri dari tahun
699-726 H. Jadi daulah ini berdiri selama 27 tahun.
2. Khalifah pada masa daulah Utsmaniyah sekitar 30 orang khalifah.
Namun ada 13 khalifah yang lemah dalam kepemimpinannya.
3. Unsur-unsur dakwahnya yaitu:
a. Da’I, yang mana khalifah pada masa ini sekitar 30 orang, namun
ada diantaranya khalifah yang lemah dalam kepemimpinannya.
Corak da’I pada masa ini bersifat al-ulama’, al-umara’, dan al-
ulama’ wa al-umara’.
b. Mad’u, pada masa ini mad’u masih bercorak al-ijabah dan al-
ummah.
c. Materi ,materi pada daulah Utsmaniyah meliputi akidah, syariah
dan muamalah.
d. Metode, metode yang digunakan yaitu: ekspansi, ceramah,
kelembagaan, missi, tanya jawab, bimbingan konseling,
keteladanan, propaganda, diskusi, karya tulis, silahturahmi dan
korespondensi.
e. Media, media yang digunakan yaitu: sekolah, rumah sakit, masjid
dan media cetak.
4. Nama kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama
Usman. Beliau dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya
sehingga dapat menguasai suatu wilayah yang cukup luas dan dapat
dijadikan sebuah kerajaan yang kuat. Bangsa Turki Usmani berasal
dari suku Qoyigh, salah satu kabilah Turki yang amat terkenal. Pada
abad ke-13 mereka mendapat serangan dari bangsa Mongol. Akhirnya
mereka mencari perlindungan dari saudaranya, yaitu Turki Seljuk.
Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan diri kepada
Sultan Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan
mereka, Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian

14
Sultan Alaudin memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan
dengan Bizantium.Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M), orang-
orang Turki segera memproklamirkan kerajaan Turki Usmani dengan
Usman I sebagai sultannya.
5. Perluasan wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga
membawa kejayaan, disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat
mempunyai potensi yang kuat dan baik. Banyak daerah-daerah yang
dapat dikuasai (di Asia Kecil) sehingga memperkuat berdirinya
kerajaan Turki Usmani. Salah satu sumbangan terbesar kerajaan Turki
Usmani dalam penyebaran Islam adalah penaklukkan kota benteng
Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453 M),
penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-
1481 M) yang terkenal dengan gelar Al-Fatih. Dalam perkembangan
selanjutnya kerajaan Turki Usmani mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran,
pemerintahan, kebudayaan dan agama. Selanjutnya Turki Usmani
mengalami puncak keemasan adalah pada masa pemerintahan
Sulaiman I (1520-1566 M) yang terkenal dengan sebutan Sulaiman
Agung.
6. Dari perkembangan yang sangat baik itu maka Turki Usmani
mengalami kemajuan kemajuan yang mendukung sekali dalam
pemerintahannya diantaranya:
a. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. Turki mempunyai
militer yang sangat kuat dan siap bertempur kapan dan dimana
saja. Di bidang urusan pemerintahan dibuat undang-undang yang
berguna untuk mengatur urusan pemerintahan di Turki Usmani. 
b. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan
kebudayaan, karya telah terjadi akulturasi budaya antara Arab,
Persia dan Bizantium. Akan tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan
Turki Usmani tidak begitu menonjol karena terlalu berfokus pada
bidang kemiliteran. 

15
c. Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani
sangatlah besar terutama dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama'
menjadi pejabat tinggi dalam urusan agama dan berwenang
memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang dihadapi
masyarakat.
7. Tanda kemunduran kerajan Turki Usmani terjadi setelah masa
pemerintahan Sulaiman (1520-1566 M) berakhir, yaitu terjadi
pertikaian diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan.
Turki Usmani mengalami kekacauan, satu persatu daerah
kekuasaannya melepaskan diri, karena tidak ada pengganti pemimpin
yang kuat dan cakap.

16

Anda mungkin juga menyukai